29
1.1 Sistem jaringan irigasi Sudjarwadi (1990) mendefinisikan irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah : a) siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah permukaan), b) kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan), c) kondisi biologis tanaman, d) aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi). Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi, 1990), yaitu : a) sistem irigasi permukaan (surface irrigation system), b) sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system), c) sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system), d) sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system).

Sistem Jaringan Irigasi

  • Upload
    dhany

  • View
    491

  • Download
    89

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jaringan irigasi dan bangunan air

Citation preview

1.1 Sistem jaringan irigasiSudjarwadi (1990) mendefinisikan irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah :a) siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah permukaan),b) kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan),c) kondisi biologis tanaman,d) aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi).Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi, 1990), yaitu :a) sistem irigasi permukaan (surface irrigation system),b) sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system),c) sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system),d) sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system).Menurut Bustomi (2000) representasi sistem irigasi sebagai suatu kesatuan hubungan masukan (input), proses dan keluaran (output) dapat digambarkan pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Representasi Sistem Irigasi (Sumber : Bustomi, 2000)1.1 klasifikasi jaringan irigasiBerdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas yang dimiliki, sistem jaringan dapat dipilahkan menjadi tiga macam, yaitu;a. Sistem Jaringan Irigasi SederhanaDi dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air (lihat gambar 1.2.)Jarihgan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan kelemahan serius yakni :1. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.2. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilansendiri-sendiri.3. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya pendek.

Gambar 1.2 Jaringan Irigasi Sederhanab. Sistem Irigasi Semi TeknisPada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di. jaringan saluran. Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana (lihat gambar 1.3.). Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana.Sistem irigasi semi teknis ini sudah lebih maju karna fasilitasnya sudah lengkap serta bangunanya juga permanen kan tetapi sistem jaringan pembagian airnya masih serupa dengan sistem irigasi sederhana. Dalam sistem irigasi semi teknis ini pemerintah sudah terlibat dalam pengelolaannya, seperti dalam melakukan operasi juga pemeliharan bangunannya.

Gambar 1.3 Jaringan Irigasi Semi Teknis

c. Sistem Irigasi TeknisSalah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigas atau pembawa dan saluran pembuang atau pemutus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawahsawah ke saluran pembuang. (Lihat gambar 1.4). Sistem jaringan irigasi teknis ini disebut juga manajemen gabungan antara pemerintah dan petani. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien.Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan

Gambar 1.4. Jaringan irigasi teknis

Secara singkat, k1asifikasi jaringan irigasi dapat dilihat pada tabeI 1.1. berikut. Tabel 1.1 Klasifikasi J aringan Irigasi

2. Jaringan irigasiDalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok yakni :a. Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai atau waduk.b. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air ke petak-petak tersier.c. Petak-petak tersier dengan sistim pembagian air dan sistim pembuangan kolektif; air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihanair ditampung di dalam suatu sistim pembuangan dalam petak tersier.d. Sistim pembuangan yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alam

2.1. Petak IkhtisarUntuk menghubungkan bagian-bagian dari suatu jaringan irigasi dibuat suatu peta yang biasanya disebut peta petak ikhtisar. Peta petak ini dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur dengan skala 1 : 2500. Peta petak tersebut memperlihatkan : Bangunan-bangunan utama Jaringan dan trase saluran irigasi Jaringan dan trase saluran pembuang Petak-petak primer, sekunder dan tersier Lokasi bangunan Batas-batas daerah irigasi Jaringan dan trase jalan Daerah-daerah yang tidak diairi (misal : desa-desa) Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, terlalu tinggi dst.)Umumnya petak irigasi dibagi atas tiga bagian yaitu :

a. Petak PrimerPetak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil aimya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil air langsung dari saluran primer. Daerah-daerah irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer, ini menghasilkan dua petak primer.b. Petak SekunderBiasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, misal saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbedabeda tergantung pada situasi daerah.

Gambar 2.1. Petak sekunder c. Petak TersierPetak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau saluran primer, kecuali apabila petak-petas tersier tidak secara langsung terletak disepanjang jaringan saluran irigasi utama. Petak tersier mempunyai batas-batas yang jelas misalnya : parit, jalan, batas desa dan sesar medan.2.2. Saluran Jarigan Irigasia. Jaringan Saluran Irigasi UtamaJaringan saluran irigasi utama terdiri dari saluran primer dan saluran sekunder membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah padabangunan bagi yang terakhir (gambar 2.4). Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petas tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas saluran sekunder adalah pada bangunan sadap terakhir.

Gambar 2.2. Skema layout di daerah datar berawa-rawaSaluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang memberi air pada bangunan utama) kejaringan irigasi primer. Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier yang terletak diseberang petak tersier lainnya.

Gambar 2.3. Saluran sekunder

Gambar 2.4. Saluran-saluran primer dan sekunderb. Jaringan Saluran Irigasi Tersier.Saluran irigasi tersier membaa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu di saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah box bagi kuarter yang terakhir. Saluran kuarter membawa air dari box bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah.

Gambar 2.5. Saluran irigasi tersierc. Jaringan Saluran Pembuang UtamaSaluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder keluar daerah irigasi. Saluran pembuang primer sering berupa saluran pembuang alam yang mengalirkan kelebihan air ke sungai, anak sungai atau ke laut. Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke pembuang alam dan keluar daerah irigasi.d. Jaringan Saluran Pembuang TersierSaluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petek tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sarna danmenampung air, baik dari pembuangan kuarter maupun dari sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder. Saluran pembuang sekunder menerima buangan air dari saluran pembuang kuarter yang menampung air langsung dari sawah.

Gambar 2.6. Saluran pembuang

2.3. Bangunan IrigasiPada dasarnya bangunan irigasi di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yakni :a. Bangunan utamaBangunan utama adalah bangunan yang direncanakan di dan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk berbagai keperluan yang memungkinkan untuk mengukur air yang masuk. Pada dasarnya bangunan utama di bagi menjadi beberapa bagian yakni :1) Bangunan pengelakBangunan pengelak adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar dibangun di dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air sungai atau dengan memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah bottom rack weir. 2) Bangunan pengambilanBangunan pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Bangunan ini dibangun untuk dapat mengatur banyaknya air yang masuk saluran sesuai dengan yang dibutuhkan dan menjaga air banjir tidak masuk saluran. Garnbar 2.3. Menunjukkan bangunan pengambilan dengan penguras bawah.

3) Bangunan pengurasUntuk mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalarn jaringan saluranirigasi, bandung perlu dilengkapi dengn bangunan penguras yang terletak pada tubuh bendung tepat di hilir bangunan pengarnbilan. Jika pada kedua sisi dari sungai dibuat bangunan pengambilan maka bangunan penguras juga dibuat pada kedua sisinya. Gambar 2.4. Menunjukkan bangunan penguras dengan pintu penguras.

Gambar 2.7. Denah Bangunan Utama

Gambar 2.8. Potongan bangunan pengambilan dengan bangunan penguras bawah

Gambar 5.3. Bangunan penguras dengan pintu penguras.

Gambar 2.9. Bangunan penguras dengan pintu penguras.

4 Kantong LumpurBangunan kantong lumpur merupakan pembesaran potongan melintang saluran sampai panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan pada sedimen untuk mengendap. Bangunan ini terletak pada bagian awal dari saluran primer persis di belakang bangunan pengambilan. Gambar 2.5. Menunjukkan tipe tata letak kantong lumpur.

Gambar 2.10. Tipe tata letak kantong lumpur.

Gambar 2.11. Kantong lumpur5. Bangunan Pelindung1) Bangunan krib, matras batu, pasangan batu kosong danlatau dindng pengarah guna melindungi bangunan terhadap kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi.2) Bangunan tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan akibat banjir.3) Bangunan saringan bongkah untuk meindungi pengambilanlpembilas bawah agar bongkah tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir.4) Bangunana tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan pengelak dibuat.

b. Bangunan PembawaBangunan pembawa mempunyai fungsi membawa/mengalirkan air dari surnbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kuarter. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunderdan kepetak-petaktersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menujupetak-petaktersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menya dap dari saluran sekunder menujupetak-petakkuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas a khir dari saluran sekunder adalah bangun an boks tersier terakhir.

Gambar 2.12. Saluran pembawac. Bangunan Bagi dan Sadap Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi inimasing-masingdisebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan Sadap berfungsi memberikan air dari saluran sekunder atau primer ke petak- petak tersier. Umumnya kapasitas pintu ukurnya berkisar antara 50 sampai dengan 250 l/dt.Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.

Gambar 2.13. Bangunan sadap dan pintu bagi

Gambar 2.14. saluran dgn bangunan pengatur sadap ke saluran sekunderd.Bangunan Pengatur dan PengukurAgar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampaibatas-batasyang diperlukan untuk dapat memberi kan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan unttuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pengatur. Bangunan pengatur mempunyai mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat distel atau tetap. Untukbangunan-bangunanpengatur yang dapat distel dianjurkan untuk menggunakan pintu (sorong).

Gambar 2.15. Pintu Sorong e. Bangunan Pembuang dan Penguras Bangunan PembuangBangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pembuang, sedangkan kelebihan air di saluran dibuang melalui bangunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuarter, saluran pembuang tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk:Mengeringkan sawahMembuang kelebihan air hujanMembuang kelebihan air irigasiSaluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah. Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.

Gambar 2.16. Saluran pembuang Bangunan PengurasBangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, bangunan ini dapat digabung dengan bangunan pelimpah.

Gambar 2.17. Bangunan pengurasF. Bangunan PelengkapSebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkapbangunan-bangunanirigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum.Jenis-jenisbangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, dan jembatan penyeberangan

Gambar 2.18. Jalan inspeksi