Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    1/30

    1

    SISTEM KONTROL PADA PENDULUM

    TERBALIK

    TK4112 Kontrol Modern

    Oleh:

    Reza Sakaridani 13309069

    Ashri Rahmatia Salma 13309019

    PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2012

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    2/30

    2

    SISTEM KONTROL PADA PENDULUM TERBALIK

    Sistem kontrol pada pendulum terbalik dilakukan agar pendulum terbalik tersebut dapat tetap

    berdiri tegak apabila diberi gaya dengan besaran gaya yang bervariasi. Pada kehidupan sehari-hari,

    sistem pendulum terbalik diterapkan pada peluncuran roket atau pada kendaraan roda dua.

    Gambar 1. Pendulum terbalik

    Gambar di atas merupakan gambaran sistempendulum terbalik. Dengan x merupakan posisi cart,

    merupakan sudut pendulum dengan cartdan F merupakan gaya yang diberikan pada pendulum dan

    cart, maka dapat dituliskan persamaan

    Dengan M merupakan massa cart, m merupakan massa pendulum, l merupakan panang

    pendulum, g merupakan koefisien gravitasi, dan f merupakan koefisien gaya gesek pada antara

    pendulum dengan cart.

    Berikut ini merupakan diagram blok dari sistemkontrol pendulum yang merupakan sistem kalang

    tertutup denganfeedbackdari posisi cartdan sudut pendulum.

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    3/30

    3

    Gambar 2.Model sistem kontrol pendulum denganfeedbackyang berasal dari posisi cartdan sudut

    pendulum

    Dengan menggunakan state variables berikut,

    Dengan menggunakan program Matlab, dengan nilai parameter berupa

    M = 2.4, m = 0.23, l = 0.36, f = 0.1, g = 9.8

    maka dapat diperoleh bentuk persamaan state space sebagai berikut.

    = 0 1 0 00 0 0 . 9 4 0 . 4 1 60 0 0 10 0 29.861 0.304

    + 00.41601.15

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    4/30

    4

    = 1 0 0 0

    Dengan menggunakan program Matlab, diperoleh transfer function berupa

    = 0.416 0.3519 11.34 + 0.304 29.86

    Pengujian Stabilitas

    Matrix A : 0 1 0 00 0 0 . 9 4 0 . 4 1 60 0 0 10 0 29.861 0.304Pole yang dimiliki oleh sistem adalah :

    0 0 5.3146 -5.6186

    Terdapat satu buah pole yang bernilai positif yang artinya terletak di sebelah kanan sumbu

    imajiner, sehingga dapat disimpulkan sistem pendulum terbalik ini tidak stabil.

    Pengujian Controlability

    Matrix controlability didapatkan dengan perintah:

    matrix_controlability = ctrb(system_ss)

    Matrix : 0 0.4160 0.4784 1.22640.4160 0.4784 1.2264 14.65830 1.1500 0.3496 34.44641.1500 0.3496 34.4464 20.9111 Dengan menggunakan cara determinan,

    D = 0 0.4160 0.4784 1.22640.4160 0.4784 1.2264 14.65830 1.1500 0.3496 34.44641.1500 0.3496 34.4464 20.9111 = 170.1030

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    5/30

    5

    Dengan menggunakan cara rank,dengan perintah:

    rank(matrix_controlability)

    Rank = 4

    Pengujian di atas menunjukkan bahwa sistem ini complete state controllable karena determinan

    matriks controllabilitybernilai tidak sama dengan 0 dan matriks ini bersifat full rank.

    Pengujian Observability:

    Matrix observability dicari dengan perintah matlab:

    Matrix_observability = Obsv(system_ss)

    Matrix: 1 0 0 00 1 0 00 0 0 . 9 4 0 . 4 1 60 0 12.42 1.0665Dengan menggunakan cara determinan,

    D =

    1 0 0 00 1 0 00 0 0 . 9 4 0 . 4 1 60 0 12.42 1.0665 = 4.1651

    Dengan menggunakan cara rank,perintahnya yaitu:

    Rank(matrix_observability)

    Rank = 4

    Pengujian di atas menunjukkan bahwa sistem ini complete state observable karena determinan

    matriks observabilitybernilai tidak sama dengan 0 dan matriks ini bersifat full rank.

    Maka dapat disimpulkan bahwa sistem kontrol kalang tertutup pada pendulum terbalik bersifat

    controllable dan observable, tetapi tidak stabil.Agar sistem ini stabil, diperlukan suatu manipulasi

    misalnya penempatan pole.

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    6/30

    6

    Pole Placement

    Dengan mengubah pole sebelumnya menjadi pole yang diinginkan, yaitu

    1 = -7 2 = -6 3 = -2+3.9j 4 = -2-3.9j

    Dari nilai-nilai di atas, didapatkan matriks J, yaitu:

    J = [-7 -6 -2+3.9j -20-3.9j]

    Diperoleh nilai matriks state feedback gain K dengan menggunakan program Matlab, yaitu:

    K = acker(A,B,J)

    K = [0 0 -54.2027 -9.4922]

    Sehingga diperoleh persamaan keadaan baru, yaitu

    u = -Kx = [0 0 54.2027 9.4922]

    =

    +

    =

    +

    = Melihat Kestabilan Lyapunov dari Sistem

    Dengan menggunakan pole yang diperoleh dari perhitungan pole placement di atas, didapatkan

    nilai matriks:

    Kp = [-115.1803 -47.5104 -184.5786 -34.3133]

    P =[ 0.7813 -0.5000 -0.4202 -0.2519;

    -0.5000 8.0135 0.2519 -10.4850;

    -0.4202 0.2519 0.4349 -0.5000;

    -0.2519 -10.4850 -0.5000 17.5517]

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    7/30

    7

    Dengan menggunakan fungsi Matlab :

    clc;

    clear;

    %kondisi system

    A = [0 1 0 0; 0 0 -0.94 0.416; 0 0 0 1; 0 0 29.861 -0.304];

    B = [0;0.416;0;-1.15];

    C = [1 0 0 0];

    D = [];

    system_ss = ss(A,B,C,D);

    s1 = -2+3.9j;

    s2= -2-3.9j;

    s3= -8+2j;

    s4= -8-2j;

    J =[s1 s2 s3 s4];

    %lihat respon

    Kp = acker(A,B,J)

    sys = ss(A-B*Kp, eye(4), eye(4), eye(4));

    t = 0:0.01:4;

    x = initial(sys,[1;0;0;0],t);

    x1 = [1 0 0 0]*x';

    x2 = [0 1 0 0]*x';

    x3 = [0 0 1 0]*x';

    x4 = [0 0 0 1]*x';

    subplot(4,1,1);plot(t,x1), grid

    title('Response to Initial Condition')

    ylabel('State x1')

    subplot(4,1,2);plot(t,x2), grid

    ylabel('State x2')

    subplot(4,1,3);plot(t,x3), grid

    ylabel('State x3')

    subplot(4,1,4);plot(t,x4), grid

    xlabel('t(sec)')

    ylabel('State x4')

    %lihat matrix P lyapunov

    P = lyap(A-B*Kp,eye(4))

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    8/30

    8

    Diperoleh grafik input x terhadap waktu t berupa

    Dari hasil simulasi, didapatkan bahwa kestabilan tiap state telah stabil. Hal ini juga didukung

    dengan didapatkannya matrix P yang unikyaitunilai P seluruhnyalebihdarinol, sehingga dapat dikatakan

    bahwa sistem yang telah memiliki full state feedback telah stabil.

    Respon sistem untuk Tracking input berupa step, ramp, dan sinusoidal

    Untuk melakukan pengujian respon sistem untuk tracking terhadap sinyal input step, ramp, dan

    sinusoidal pertama-tama dilakukan pengujian kekontrolan sistem. Sistem ini merupakan sistem yang

    controllable, seperti yang dijelaskan pada bab pengujian controlability dan observability. Kemudian,

    dihitung eigen dari sistem untuk melihat komponen keadaan inisial, apakah memiliki komponen sinyal

    step, ramp, atau sinusoidal.

    Eigen dari sistem adalah : 005.31465.6186

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-2

    0

    2

    Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-5

    0

    5

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-5

    0

    5

    t(sec)

    State

    x4

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    9/30

    9

    Dari nilai eigen itu, didapatkan eigen 0 dan eigen bilangan real. Jadi, komponen initial condition

    yang dimiliki oleh sistem pada awalnya adalah sinyal step dan ramp.

    Tracking input step

    Digunakan simulink untuk melihat respon sistem terhadap sinyal step. Terdapat sistem

    penggenerasi sinyal dan hasil sinyal yang digenerasi akan dibandingkan dengan sinyal asli dari sistem.

    Skema simulink di bawah ini digunakan untuk simulasi semua sinyal mode / jenis sinyal referensi.

    Simulink kami pilih untuk menjalankan simulasi karena lebih simple dalam pemrogramannya dan

    menunjukkan hasil yang sama dengan pemrograman biasa pada matlab. Pemilihan Initial Condition

    untuk menghaislkan sinyal step dilakukan secara metode empiris. Metode ini kami pilih untuk gunakan

    karena perhitungan secara konvensional cukup rumit untuk sistem berorde 4. Initial condition yang

    digunakan adalah: [1 0 0 0]

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    10/30

    10

    Hasil respon sistem terhadap sinyal step:

    Hasil respon sistem dan controller terhadap sinyal step:

    Tracking input ramp

    Skema yang digunakan pada simulink untuk menghasilkan sinyal ramp sama dengan skema yang

    digunakan pada sinyal step di atas. Yang membedakan adalah initial condition yang digunakan. Metode

    pencarian initial condition juga sama, dilakukan dengan metode empiris dan didapatkan bahwa initial

    condition yang menghasilkan sinyal ramp adalah: [0 1 0 0]

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    11/30

    11

    Hasil respon sistem dan controller terhadap sinyal ramp:

    Tracking input sinusoidal

    Untuk tracking input sinusoidal, tidak ditemukan kondisi sinyal sinusoidal pada nilai eigen A.

    Komponen mode yang dimaksud adalah komponen bernilai imajiner saja pada eigen sistem. Jadi, untuk

    memunculkan sinyal sinusoidal, kami melakukan proses augmenting sistem dengan suatu sinyal

    sinusoidal yang memiliki persamaan laplace . Hasil penggabungan antara sistem pada plant dengan

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    12/30

    12

    sinyal sinusoidal kami namakan persamaan kompensator pada pemrograman di bawah ini.

    Pemrograman matlabnya adalah sebagai berikut:

    clc;clear;

    %kondisi system

    A = [0 1 0 0; 0 0 -0.94 0.416; 0 0 0 1; 0 0 29.861 -0.304];

    B = [0;0.416;0;-1.15];

    C = [1 0 0 0];

    D = [];

    system_ss = ss(A,B,C,D);

    %lihat fungsi transfer

    system_tf = tf(system_ss);

    num = [0.416 -0.3519 -11.34];

    den = [1 0.304 -29.86 0 0];

    %fungsi transfer referensi

    num1 = 1;

    den1 = [1 0 1];

    sin_tf = tf(num1,den1);

    [a,b,c,d] = tf2ss(num1,den1);

    %kompensator

    t=0:0.1:100;

    AA=[A B*c; [0 0 0 0; 0 0 0 0] a];

    BB=[0;0;0;0;b];

    CC=eye(6);

    DD=0;xr=[0;0;0;0;0;1];

    sig=ss(AA,BB,CC,DD);

    [y,t,x]=initial(sig,xr,t);

    y1=[0 0 0 0 0 1]*y';

    plot(t,y1)

    %pole placement

    s1 = -2+3.9j;

    s2= -2-3.9j;

    s3= -7+2j;

    s4= -7-2j;

    s5= -6+j;

    s6= -6-j;J =[s1 s2 s3 s4 s5 s6];

    K = acker(AA,BB,J)

    a1=aa-bb*K

    b1=bb*K(1)

    c1=cc

    d1=dd

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    13/30

    13

    Respon sistem untuk tracking terhadap input sinusoidal:

    Respon sistem dan sinyal controller untuk tracking terhadap input sinusoidal:

    Dari ketiga uji tracking di atas, dilakukan dengan menggunakan sinyal referensi yang sama dengan

    sinyal sistem. Hal ini perlu dilakukan agar mode yang dimilki oleh referensi sama dengan sistem. Jika

    mode yang dimiliki referensi berbeda dengan sistem, akan didapatkan offset pada saat simulasi. Oleh

    karena itu, penyamaan mode antara sistem dan referensi perlu dilakukan dalam suatu sistem tracking.

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    14/30

    14

    Jika suatu sistem telah memiliki komponen mode yang diperlukan untuk menghasilkan sinyal

    (step, ramp, sinusoid, atau sinyal jenis lain) maka kita hanya perlu menentukan initial condition yang

    mampu menghasilkan sinyal yang kita inginkan tersebut. Jika mode yang diperlukan belum dimililki oleh

    referensi, sinyal referensi perlu dikompensasikan dengan sinyal yang memiliki mode diinginkan. Setelah

    sinyal referensi dikompensasi, sinyal sistem perlu disamakan dengan mode sinyal referensi.

    Menentukan Parameter PID sebagai kontroler

    PID merupakan controller yang cukup konvensional digunakan pada saat ini. Dalam menentukan

    parameter PID digunakan persamaan:

    Persamaan di atas merupakan bentuk standar. Dapat diamati bahwa K1 = Kp /Ti , K2 = Kp , K3 =

    Kp*Td. Untuk menentukan besaran K1, K2, dan K3 digunakan persamaan:

    Dimana, merupakan bentuk normalisasi dari K1, K2, dan K3. Digunakan suatu persamaan baruuntuk menunjukkan hubungan antara :dengan Ka. Persamaannya adalah

    Untuk Ka sendiri, didapatkan dari augmented system equation. Untuk suatu sistem dengan orde 2,

    Augmented system memiliki matrix sebagai berikut:

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    15/30

    15

    Metode Full state feedback dipergunakan untuk menentukan Ka dengan menggunakan titik pole

    diinginkan yang sama dengan sebelumnya. Program matlab yang digunakan untuk menentukan

    parameter PID adalah:

    clc;clear;%kondisi sistemA = [0 1 0 0; 0 0 -0.94 0.416; 0 0 0 1; 0 0 29.861 -0.304];B = [0;0.416;0;-1.15];C = [1 0 0 0];D = [];SYS = ss(A,B,C,D);

    Mp=0.2;ts=5;ln=log(Mp);ksi=sqrt(ln*ln/(pi*pi+ln*ln));wn=4/(ksi*ts);

    s1= -ksi*wn+i*wn*sqrt(1-ksi^2);s2= -ksi*wn-i*wn*sqrt(1-ksi^2);s3= -9*ksi*wn;

    s4= -9*ksi*wn-1;s5= -9*ksi*wn-2;J =[s1 s2 s3 s4 s5];

    %augmented systemAa = [A B; 0 0 0 0 0];Ba = [0; 0; 0; 0; 1];

    %Menentukan K1,K2,K3Ka = acker(Aa,Ba,J);sigma = [C 0; C*A C*B; C*A*A C*A*B];Khat = Ka*pinv(sigma)K3hat = Khat(1,3);K3 = K3hat/(1+(K3hat*C*B));K =[Khat(1,1)*(1-K3*C*B);Khat(1,2)*(1-K3*C*B);K3];

    display('penentuan parameter PID:')Kp = K(2,1)Ki = K(1,1)Kd = K(3,1)

    Parameter yang digunakan (Kp, Ki , Kd) adalah:

    Kp = -126.5393 Ki = -147.4423 Kd = 1065.3

    Respon sistem dengan menggunakan parameter di atas ternyata tidak menghasilkan respon yang

    stabil. Meskipun dilakukan pendekatan parameter PID secara empiris, namun tetap tidak dapat

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    16/30

    16

    dihasilkan reson yang stabil. Oleh karena itu diasumsikan bahwa sistem ini memang tidak cocok

    menggunakan controller PID. Sistem ini tidak cocok menggunakan controller PID karena kondisi

    pendulum terbaik yang memang cenderung tidak stabil, sehingga tidak cocok bila menggunakan

    controller PID

    Respon sistem dengan controller PID ini dengan parameter Kp, Ki, Kd adalah:

    Perancangan Kontrol LQR

    Untuk menyempurnakan sinyal kontrol yang sebelumnya, kami menggunakan pengontrol LQR.

    Pada suatu sistem pengontrolan, energi merupakan parameter penting terjadinya suatu proses atau

    tidak. Pengontrol LQR mampu mengoptimalkan penggunaan energi suatu sistem.

    Pada perancangan kontrol LQR ini, digunakan nilai Q = 0.0001, 0.01, 1, 100, 10000 untuk setiap

    nilai R = 0.0001, 0.01, 1, 100, dan 10000. Dengan menggunakan fungsi Matlab di bawah ini,

    clc;

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    17/30

    17

    clear;

    %kondisi sistem

    A = [0 1 0 0; 0 0 -0.94 0.416; 0 0 0 1; 0 0 29.861 -0.304];

    B = [0;0.416;0;-1.15];

    C = [1 0 0 0];D = [];

    q = 10000;Q = [q 0 0 0; 0 q 0 0; 0 0 q 0; 0 0 0 q];R = 0.0001;

    N = [];

    SYS = ss(A,B,C,D);

    [K,S,e] = lqr(SYS,Q,R,N)

    sys = ss(A-B*K, eye(4), eye(4), eye(4));

    t = 0:0.01:4;

    x = initial(sys,[1;0;0;0],t);

    x1 = [1 0 0 0]*x';x2 = [0 1 0 0]*x';

    x3 = [0 0 1 0]*x';x4 = [0 0 0 1]*x';

    subplot(4,1,1);plot(t,x1), grid

    title('Response to Initial Condition')ylabel('State x1')

    subplot(4,1,2);plot(t,x2), gridylabel('State x2')

    subplot(4,1,3);plot(t,x3), grid

    ylabel('State x3')

    subplot(4,1,4);plot(t,x4), grid

    xlabel('t(sec)')

    ylabel('State x4')

    diperoleh respon sistem untuk setiap nilai Q dan nilai R yang dimasukkan sesuai yang tertera pada

    penjelasan di atas.

    Q = 0.0001, R = 0.0001 Q = 0.0001, R = 0.001

    K = -1.0000 -2.8424 -60.8741 -11.1539 K = -0.1000 -0.7661 -54.4126 -9.7625

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    18/30

    18

    Q = 0.0001, R = 1 Q = 0.0001, R = 100

    K = 0.0100 -0.2330 -52.6972 -9.4030 K = -0.0010 -0.0729 -52.1726 -9.2932

    Q = 0.0001, R = 10000 Q = 0.01, R = 0.0001

    K = -0.0001 -0.0230 -52.0081 -9.2587 K = -10.0000 -16.3650 -108.7138 -23.1095

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    Sta

    te

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.5

    0

    0.5

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.05

    0

    0.05

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.5

    1

    1.5Response to Initial Condition

    S

    tate

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -3

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.01

    0

    0.01

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.95

    1

    1.05Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.02

    0

    0.02

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -4

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1x 10

    -3

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.995

    1

    1.005Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-2

    0

    2x 10

    -3

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -5

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-2

    0

    2x 10

    -4

    t(sec)

    State

    x4

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    19/30

    19

    Q = 0.01, R = 0.01 Q = 0.01, R = 1

    K = -1.0000 -2.8424 -60.8741 -11.1539 K = -0.1000 -0.7661 -54.4126 -9.7625

    Q = 0.01, R = 100 Q = 0.01, R = 10000

    K = -0.0100 -0.2330 -52.6972 -9.4030 K = -0.0010 -0.0729 -52.1726 -9.2932

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.9995

    1

    1.0005Response to Initial Condition

    S

    tate

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-2

    0

    2x 10

    -4

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -6

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1x 10

    -5

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.5

    0

    0.5

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.5

    0

    0.5

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.05

    0

    0.05

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.5

    1

    1.5Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -3

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.01

    0

    0.01

    t(sec)

    State

    x4

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    20/30

    20

    Q = 1, R = 0.0001 Q = 1, R = 0.01

    K = -100.0000 -151.6288 -666.5591 -166.3249 K = -10.0000 -16.3650 -108.7138 -23.1095

    Q = 1, R = 1 Q = 1, R = 100

    K = -1.0000 -2.8424 -60.8741 -11.1539 K = -0.1000 -0.7661 -54.4126 -9.7625

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.95

    1

    1.05Response to Initial Condition

    S

    tate

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.02

    0

    0.02

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -4

    S

    tate

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1x 10

    -3

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.995

    1

    1.005Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-2

    0

    2x 10

    -3

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -5

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-2

    0

    2x 10

    -4

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.2

    0

    0.2

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.5

    0

    0.5

    t(sec)

    State

    x4

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    21/30

    21

    Q = 1, R = 10000 Q =100, R = 0.0001

    K = -0.0100 -0.2330 -52.6972 -9.4030 K = -1.0000 -1.5083 -6.3127 -1.6140

    Q = 100, R = 0.01 Q = 100, R = 1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    S

    tate

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.5

    0

    0.5

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.05

    0

    0.05

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.5

    1

    1.5Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -3

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.01

    0

    0.01

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.95

    1

    1.05Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

    -0.02

    0

    0.02

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -4

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1x 10

    -3

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.2

    0

    0.2

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    t(sec)

    State

    x4

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    22/30

    22

    K = -100.0000 -151.6288 -666.5591 -166.3249 K = -10.0000 -16.3650 -108.7138 -23.1095

    Q = 100, R = 100 Q = 100, R = 10000

    K = -1.0000 -2.8424 -60.8741 -11.1539 K = -0.1000 -0.7661 -54.4126 -9.7625

    Q = 10000, R = 0.0001 Q = 10000, R = 0.01

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.2

    0

    0.2

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.5

    0

    0.5

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

    -0.5

    0

    0.5

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.05

    0

    0.05

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40.5

    1

    1.5Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-4

    -2

    0x 10

    -3

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.01

    0

    0.01

    t(sec)

    State

    x4

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    23/30

    23

    K = -10000 -15076 -62783 -16093 K = -1000 -1508.3 -6312.7 -1614

    Q = 10000, R = 1 Q = 10000, R = 100

    K = -100.0000 -151.6288 -666.5591 -166.3249 K = -10.0000 -16.3650 -108.7138 -23.1095

    Q = 10000, R = 10000

    K = -1.0000 -2.8424 -60.8741 -11.1539

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.2

    0

    0.2

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.2

    0

    0.2

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.2

    0

    0.2

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    t(sec)

    State

    x4

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-1

    0

    1

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.5

    0

    0.5

    t(sec)

    State

    x4

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    24/30

    24

    Dari seluruh grafik respons di atas, dapat terlihat bagaimana respons suatu sistem untuk setiap

    nilai Q dan R yang berbeda. Untuk nilai Q yang sama, pertambahan nilai R mengakibatkan sistem

    mencapai steady state dalam waktu tempuh yang lebih lama. Sedangkan untuk nilai R yang sama,

    pertambahan nilai Q mengakibatkan osilasi sistem berkurang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

    sistem pengontrol memiliki respons paling baik saat nilai Q = 10000 dan R =0.0001, sehingga diperoleh

    nilai

    K = (-1 -1.5076 -6.2783 -1.6093) * 10-4

    Nilai Q menggambarkan nilai cost state, sedangkan nilai R menggambarkan nilai cost input. Maka

    dapat disimpulkan bahwa sistem ini memiliki respons yang baik saat cost state bernilai paling besar dan

    input state bernilai paling kecil.

    Perancangan State Observer

    Pada perancangan sistem kontrol menggunakan pendekatan pole placement, diasumsikan

    variabel keadaan dapat digunakan sebagaifeedback. Namun pada kenyataannya, tidak seluruh variabel

    keadaan dapat digunakan sebagai feedback sehingga variabel-variabel keadaan yang tidak dapat

    digunakan tersebut perlu diestimasi agar sistem kontrol yang dirancang dapat berfungsi dengan baik.

    State observer mengestimasi variabel keadaan berdasarkan nilai perhitungan output dan variabel

    kontrol.

    Diberikan bentuk state space suatu plant

    =

    +

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 40

    1

    2Response to Initial Condition

    State

    x1

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.5

    0

    0.5

    State

    x2

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.05

    0

    0.05

    State

    x3

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4-0.1

    0

    0.1

    t(sec)

    State

    x4

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    25/30

    25

    = + dan bentuk state space suatu observer

    = + + =dengan nilai error = = =

    Dapat disimpulkan dari turunan persamaan di atas,bahwa nilai error dipengaruhi oleh nilai Ke

    dalam perancangan state observer ini. Berikut ini merupakan diagram blok dari suatu sistem yang

    menggunakan state observer.

    Dengan menggunakan program Matlab di bawah ini,

    clc;

    clear;

    %kondisi systemA = [0 1 0 0; 0 0 -0.94 0.416; 0 0 0 1; 0 0 29.861 -0.304];

    B = [0;0.416;0;-1.15];

    C = [1 0 0 0];D = [0];

    system_ss = ss(A,B,C,D);

    ob = obsv(A,C);[num_p,den_p]=ss2tf(A,B,C,D);

    plant = tf(num_p,den_p)

    s1 = -4+3.9j;

    s2= -4-3.9j;

    s3= -10+2j;

    s4= -10-2j;

    J =[s1 s2 s3 s4];

    Kp = acker(A,B,J)

    J_ob = [s1 0 0 0; 0 s2 0 0; 0 0 s3 0; 0 0 0 s4];

    poly(J);Phi = polyvalm(poly(J_ob),A);

    control

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    26/30

    26

    Ke = Phi*(inv(ob))*[0;0;0;1]

    A_baru = A-Ke*C-B*Kp;

    B_baru = Ke;

    C_baru = Kp;

    D_baru = 0;

    [num_c,den_c] = ss2tf(A_baru,B_baru,C_baru,D_baru);control = tf(num_c,den_c)

    T=(plant*control)/(1+(plant*control))

    S=1/(1+(plant*control))L=control*plant

    figure(1)

    bode(T)

    figure(2)

    bode(S)figure(3)

    bode(L)

    Dengan menggunakan program matlab di atas, maka diperoleh nilai Kp dan Ke berturut-turut:

    Kp = -286.1996 -119.5181 -349.6237 -67.3179

    Ke = 1.0e+003 * ( 0.0277 0.3167 1.7621 9.2389)

    dan diperoleh pula fungsi transfer untuk pengontrol, yaitu:

    -1.284e006 s^3 - 7.326e006 s^2 - 8.047e005 s - 9.29e005

    -----------------------------------------------------------------------

    s^4 + 55.7 s^3 + 1387 s^2 + 5.547e005 s + 2.644e006

    sehingga diperoleh pula fungsi transfer dan grafik L

    -1.582e-008 s^6 - 5.341e005 s^5 - 2.596e006 s^4 + 1.68e007 s^3 + 8.298e007 s^2 + 9.453e006 s + 1.054e007

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    s^8 + 56 s^7 + 1374 s^6 + 5.535e005 s^5 + 2.771e006 s^4 - 1.576e007 s^3- 7.894e007 s^2

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    27/30

    27

    Grafik L seharusnya akan menuju ke nilai negatif tak hingga, dan grafik L pada sistem ini pun

    menuju ke arah nilai negatif tak hingga. Kecuraman pada grafik L ini dipengaruhi oleh nilai gain

    feedback.

    Berikut ini merupakan fungsi transfer dan grafik untuk S.

    s^8 + 56 s^7 + 1374 s^6 + 5.535e005 s^5 + 2.771e006 s^4 - 1.576e007 s^3 - 7.894e007 s^2

    ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    s^8 + 56 s^7 + 1374 s^6 + 1.944e004 s^5 + 1.752e005 s^4 + 1.042e006 s^3 + 4.037e006 s^2 + 9.453e006 s + 1.054e007

    -150

    -100

    -50

    0

    50

    100

    Magnitude(dB)

    10-2

    10-1

    100

    101

    102

    103

    104

    -360

    -270

    -180

    -90

    0

    Phase(deg)

    Bode Diagram

    Frequency (rad/sec)

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    28/30

    28

    Nilai S merupakan noise rejection sehingga grafik S seharusnya menuju ke arah nol. Grafik S pada

    sistem ini sudah menuju ke arah nol walaupun sempat berosilasi. Hal ini menunjukkan kecepatan sistem

    mengurangi noise, sehingga noise menjadi 0.

    Di bawah ini merupakan fungsi transfer dan grafik T.

    -1.582e-008 s^14 - 5.341e005 s^13 - 3.25e007 s^12 - 8.626e008 s^11 - 2.981e011 s^10 - 2.889e012 s^9 + 1.064e013 s^8 +

    1.756e014 s^7 + 1.752e014 s^6 - 2.602e015 s^5 - 6.67e015 s^4 - 9.123e014 s^3 - 8.317e014 s^2

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    s^16 + 112 s^15 + 5885 s^14 + 7.269e005 s^13 + 3.692e007 s^12 + 9.377e008 s^11 + 1.391e010 s^10 + 1.264e011 s^9 +

    6.53e011 s^8 + 8.378e011 s^7 - 1.381e013 s^6 - 1.138e014 s^5 - 4.385e014 s^4 - 9.123e014 s^3 - 8.317e014 s^2

    -40

    -20

    0

    20

    40

    60

    Magnitude(dB)

    10-1

    100

    101

    102

    103

    0

    180

    360

    540

    720

    Phase(deg)

    Bode Diagram

    Frequency (rad/sec)

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    29/30

    29

    Nilai T menggambarkan kemampuan tracking suatu sistem terhadap disturbance sehingga grafik

    bode T seharusnya menuju ke nilai negatif tak hingga. Grafik bode T pada sistem ini pun menuju ke arah

    negatif tak hingga. Jadi, error yang dihasilkan antara disturbance dan sistem menjadi semakin kecil.

    -150

    -100

    -50

    0

    50

    Magnitude(dB)

    10-2

    10-1

    100

    101

    102

    103

    104

    -180

    0

    180

    360

    540

    Phase(deg)

    Bode Diagram

    Frequency (rad/sec)

  • 7/27/2019 Sistem Kontrol Pada Pendulum Terbalik

    30/30

    30

    Referensi

    http://www.control.isy.liu.se/

    Endra Joelianto ; Robust HPID Controller Design Via LMI Solution of Dissipative Integral Backstepping

    with State Feedback Synthesis, Bandung

    Endra Joelianto; Linear Quadratic Control, Bandung: 2010

    Katsuhiko Ogata; Modern Control Engineering, fifth edition; 2010