37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis (Lesmana, 2009). Kolelitiasis merupakan keadaan yang membuat 10% hingga 25% pasien harus menjalani pembedahan kandung empedu. Bentuk yang akut yang paling sering ditemukan di antara wanita yang berusia pertengahan; bentuk kronis di antara manula.Kolesistitis dengan penanganan yang baik mempunyai prognosis yang cukup baik (Kowalak, 2011). Di negara Barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa lebih tinggi di negara Amerika Latin (20% hingga 40%) dan rendah di negara Asia (3% hingga 4%).Batu empedu menimbulkan masalah kesehatan yang cukup besar ,seperti ditunjukkan oleh statistik AS ini: Lebih dari 20 juta pasien di perkirakan mengidap batu empedu, yang total beratnya beberapa ton. Sekitar 1 juta pasien baru terdiagnosis mengidap batu empedu per tahun, dengan dua pertiganya menjalani pembedahan.

SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBatu empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau

di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu

disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut

koledokolitiasis (Lesmana, 2009).

Kolelitiasis merupakan keadaan yang membuat 10% hingga 25%

pasien harus menjalani pembedahan kandung empedu. Bentuk yang akut

yang paling sering ditemukan di antara wanita yang berusia pertengahan;

bentuk kronis di antara manula.Kolesistitis dengan penanganan yang baik

mempunyai prognosis yang cukup baik (Kowalak, 2011).

Di negara Barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa lebih tinggi di

negara Amerika Latin (20% hingga 40%) dan rendah di negara Asia (3%

hingga 4%).Batu empedu menimbulkan masalah kesehatan yang cukup

besar ,seperti ditunjukkan oleh statistik AS ini:

Lebih dari 20 juta pasien di perkirakan mengidap batu empedu, yang total

beratnya beberapa ton.

Sekitar 1 juta pasien baru terdiagnosis mengidap batu empedu per tahun,

dengan dua pertiganya menjalani pembedahan.

Angka kematian akibat pembedahan untuk bedah saluran empedu secara

keseluruhan sangat rendah, tetapi sekitar 1000 pasien meninggal setiap

tahun akibat penyakit batu empedu atau penyulit pembedahan.

(kumar, 2007)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana konsep dasar kolelitiasis?

1.2.2 Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan

kolelitiasis?

Page 2: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

 Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini dimaksudkan untuk

memenuhi tugas perkuliahan Keperawatan Sistem Pencernaan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui dan lebih memahami definisi, patogenesa, gejala klinis,

diagnose dan penatalaksanaan kolelitiasis karena penyakit batu empedu sudah

merupakan masalah kesehatan yang penting.

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Kandung Empedu

Page 3: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

Kandung empedu merupakan kantong berbentuk alpukat yang terletak

tepat dibawah lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus,

korpus, infundibulum, dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujungnya buntu

dari kandung empedu. Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung

empedu. Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu.

Empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke

saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu

membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan hati

sebagai duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan

duktus sistikus membentuk duktus koledokus.

Gambar 2.1 Gambaran anatomi kandung empedu (Emedicine, 2007)

2.2 Fisiologi

Salah satu fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu, normalnya

antara 600-1200 ml/hari. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml

empedu. Diluar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara di dalam

kandung empedu, dan di sini mengalami pemekatan sekitar 50 %. Fungsi

primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air

dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang kedap,

yang terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi volumenya

80-90%.

Menurut Guyton &Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting

yaitu :

Page 4: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

1. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi

lemak, karena asam empedu yang melakukan dua hal antara lain : asam

empedu membantu mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar

menjadi partikel yang lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang

disekresikan dalam getah pankreas, Asam empedu membantu transpor

dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui

membran mukosa intestinal.

2. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa

produk buangan yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu

produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol

yang di bentuk oleh sel- sel hati.

Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin,

hal ini terjadi ketika makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit

setelah makan. Dasar yang menyebabkan pengosongan adalah kontraksi

ritmik dinding kandung empedu, tetapi efektifitas pengosongan juga

membutuhkan relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi yang menjaga

pintu keluar duktus biliaris komunis kedalam duodenum. Selain

kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang kuat oleh serat-serat saraf

yang menyekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik. Kandung

empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam duodenum

terutama sebagai respon terhadap perangsangan kolesistokinin. Saat lemak

tidak terdapat dalam makanan, pengosongan kandung empedu berlangsung

buruk, tetapi bila terdapat jumlah lemak yang adekuat dalam makanan,

normalnya kandung empedu kosong secara menyeluruh dalam waktu sekitar

1 jam.

Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar

(90%) cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam

anorganik. Garam empedu adalah steroid yang dibuat oleh hepatosit dan

berasal dari kolesterol. Pengaturan produksinya dipengaruhi mekanisme

umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal kalau

diperlukan.

Page 5: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

2.3 Definisi

Kolelitiasis adalah pembentukan batu (kalkuli) di dlam kandung

empedu atau saluran bilier. Batu terbentuk dari unsur-unsur padat yang

memebentuk cairan empedu (Smeltzer dan Bare, 2002)

Kolelitiasis yang merupakan keadaan inflamasi akut atau kronis

dengan menimbulkan distensi kandung empedu yang nyeri, biasanya disertai

batu empedu yang terjepit dalam duktus sistikus (Kowalak, 2011 ).

Kolelitiasis merupakan keadaan yang membuat 10% hingga 25%

pasien harus menjalani pembedahan kandung empedu. Bentuk yang akut

yang paling sering ditemukan di antara wanita yang berusia pertengahan;

bentuk kronis di antara manula.Kolesistitis dengan penanganan yang baik

mempunyai prognosis yang cukup baik.

2.4 Etiologi

Penyebab kolelitiasis dapat meliputi :

Batu empedu (penyebab paling sering)

Aliran darah yang buruk atau tidak terdapat pada kandung empedu

Metabolisme kolesterol dan garam empedu yang abnormal

Metabolisme kolessterol dan garam-garam empedu yang abnormal

memainkan peranan yang penting dalam pembentukan batu empedu.Hati

membuat getah empedu secara terus-menerus. Kandung empedu memekatkan

getah empedu dan menyimpannya sampai duodenum mengirim sinyal bahwa

usus 12 jari ini membutuhkan getah empedu untuk membantu mencernakan

lemak. Perubahan komposisi getah empedu menyebabkan pembentukan batu

empedu.Perubahan kemampuan absorpsi dinding kandung empedu juga

memiliki kontribusi pada pembentukan batu empedu (Kowalak, 2011 ).

2.5 Faktor Resiko

1.Usia dan jenis kelmain

Page 6: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

prevalensi batu empedu meningkat seumur hidup. Di Amerika Serikat,kurang

dari 5% hingga 6% populasi yang berusia kurang dari 40 tahun mengidap

batu,berbeda dengan 25% hingga 30% pada mereka yang berusia lebih dari

80 tahun. Prevalensi pada perempuan berkulit putih adalah sekitar dua kali

dibandingkan laki-laki.

2.Etnik dan geografik

Prevalensi batu empedu kolesterol mendekati 75% pada populasi Amerika

asli-suku Pima, Hopi, dan Navajo, sedangkan batu pigmen jarang; prevalensi

tampaknya berkaitan dengan hipersekresi kolesterol empedu. Batu empedu

lebih prevalen di masyarakat industri Barat dan jarang di masyarakat yang

sedang atau belum berkembang.

3.Lingkungan

Pengaruh estrogen, termasuk kontrasepsi oral dan kehamilan, meningkatkan

penyerapan dan sintesis kolesterol sehingga terjadi peningkatan ekskresi

kolesterol dalam empedu. Kegemukan, penurunan berat yang cepat, dan

terapi dengan obat antikolesterolemia juga dilaporkan berkaitan erat dengan

peningkatan sekresi kolesterol empedu.

4.Penyakit didapat.

Setiap keadaan dengan motilitas kandung empedu yang berkurang

mempermudah terbentuknya batu emped, seperti kehamilan, penurunan berat

yang cepat, dan cedera medula spinalis.Namun, pada sebagian besar kasus

hipomotilitas kandung empedu timbul tanpa sebab yang jelas.

5.Hereditas.

Page 7: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

Selain etnisitas, riwayat keluarga saja sudah menimbulkan resiko, demikian

juga berbagi kelainan herediter metabolisme, misalnya yang berkaitan dengan

gangguan sintesis dan sekresi garam empedu. (kumar, 2007)

2.6 Klasifikasi Kolelitiasis

1. Batu kolesterol: biasanya berukuran besar, soliter, berstruktur bulat atau

oval, berwarna kuning pucat dan sering kali mengandung kalsium dan

pigmen. Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu

bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam

empedu dan lesitin (pospolipid) dalam empedu. Pada pasien yang

cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam

empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati.

2. Batu pigmen: terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion

(bilirubinat, karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai panjang). Batu-batu

ini cenderung berukuran kecil, multipel, dan berwarna hitam kecoklatan.

Batu pigmen berwarna coklat berkaitan dengan hemolisis kronis. Batu

berwarna coklat berkaitan dengan infeksi empedu kronos (batu semacam

ini lebih jarang dijumpai). Batu pigmen akan terbentuk bila pigmen tak

terkonjugasi dlam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan)

sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin

besar pada pasien sirosis, hemolisis, dan infeksi percabangan bilier.

3. Batu campuran: batu ini merupakan campuran antara batu kolesterol dan

batu pigmen atau dengan substansi lain (kalsium karbonat, fosfat, garam

empedu, dan palmitat), dan biasanya berwarna coklat tua.

Page 8: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

2.7 Manifestasi Klinis

1. Rasa nyeri dan kloik bilier

Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu

akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan mengalami

panas dan mungkin teraba mssa padat pada abdomen. Pasien akan

mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kana

atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan. Rasa nyeri ini biasanya

disertai dengan mual muntah dan bertambah hebat dalam waktu beberapa

jam sesudah makan makanan dalam porsi besar. Kolik bilier di sebabakan

oleh kontaksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu

keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Keluhan ini didefinisikan

sebagai nyeri di perut atas berlangsung lebih dari 20 menit sampai 12 jam.

2. Ikterus

Ikterus biasanya terjadi pada obstruksi duktus koleduktus. Akibat

obstruksi pengaliran getah empedu kedalam deodenum maka akan terjadi

peningkatan kadar empedu dalam darah. Hal ini membuat kulit dan

membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan

gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.

3. Perubahan warna urin dan feses

Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna

sangat gelap. feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan

tampak kelebu dan biasanya pekat yang disebut “clay color-ed”

Page 9: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

4. Defisiensi vitamin

Obstruksi aliran empedu juga menggangu absorpi vitamin yang larut

dalam lemak (yaitu vitamin A,D,dan K) karena itu pasien dapat

memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier

berjalan lama. defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah

yang normal. bilamana batu empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat

duktus sistikus, kandung empedu akan mengalirkan isinya keluar dan

proses inflamasi segera mereda dalam waktu yang relatif singkat. jika batu

empedu terus menyumbat saluran tersebut, penyumbatan ini dapat

mengakibatkan abses, nekrosis, dan perporasi desertai peritonitis

generalisata.

Page 10: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

2.8 Patofisiologi

A.Perubahan sekresi empedu

sekresi empedu jenuh kolesterol dalam hati

Endapan kolesterol dalam kandung empedu

Pengendapan

Perubahan unsur kimia

Supersaturasi progresif

Stasis bilier

Unsur sel/bakteri, mukus, meningkatkan viskositas empedu

Infeksi bakteri dalam saluran empeduGangguan kontraksi kandung empedu, spasme sfingter Oddi, hormon kehamilan (perlambatan

pengosongan kamdung empedu)

Batu empedu

Obstruksi duktus sistikus Obstruksi duktus koledukus Kolesistitis akut Kolesistitis kronis

Dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, flatulen

Feses dempulUrin gelap

Kolik bilier

Penyerapan bilirubin indirek oleh darah

Distensi kandung empeduPenyerapan bilirubin indirek

(terkonjugasi) oleh darahGangguan absorpsi vitamin A, D, E, K.

Ikterus

Pruritus

Fundus kandung empedu

Peritonitis

Ruptur kandung empedu

Gangguan epigastrium: rasa penuh, nyeri, samar kuadran kanan atas

Page 11: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

2.9 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan sinar X abdomen

2. Ultrasonografi

Pemerisaan USG telah menggantikan kolelistografi oral sebagai prosedur

diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat serta

akurat dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus.

3. Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi

Dalam prosedur ini preparat radio aktif disuntikan secara intravena.

preparat ini kemudian diambil oleh hepatosit dan dengan cepat disekresikan

kedalam sistim bilier. selanjutnya dilakukan pemindaian saluran empedu untuk

mendapatkan gambar kandung empedu dan percabangan bilier.

4. Kolesistografi

Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan

mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian,

memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Media kontras

yang mengandung iodium yang disekresikan oleh hati dan dipekatkan dalam

kandung empedu diberikan kepada pasien. Kandung empedu yang normal akan

terisi oleh bahan radiopaque ini. Jika terdapat batu empedu, bayangannya akan

nampak tampak pada foto rontgen.

5. Pemeriksaan laboratorium

a. Darah lengkap:leokositosis sedang (akut)

b. Bilirubin dan amilase serum:meningkat

c. Enzim hati serum: AST(SGOT);ALT(SGPT);LDH agak meningkat;

alkalin fosfat dan

d. 5-nukleotidase:ditandai peningkatan obstruksi bilier.

e. Kadar protrombin: menurun bila obstruksi saluran empedu dalam usus

menurunkan absorpsi vitamin K.

Page 12: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

6. Ct-Scan

Menunjukan batu empedu dan dilatasi saluran empedu.

Gb 2.2 CT-Scan abdomen atas menunjukkan batu empedu multiple

7. ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)

Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus

pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut.

Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan

memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil

batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus yang

disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang

disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki

gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah

diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi.

Gb 2.3 ERCP menunjukkan batu empedu di duktus ekstrahepatik (panah pendek) dan di duktus intrahepatik (panah panjang)

Page 13: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

8. Magnetic Resonance Cholangio-pancreatography (MRCP)

Magnetic resonance cholangio-pancreatography atau MRCP adalah

modifikasi dari Magnetic Resonance Imaging (MRI), yang memungkinkan

untuk mengamati duktus biliaris dan duktus pankreatikus. MRCP dapat

mendeteksi batu empedu di duktus biliaris dan juga bila terdapat obstruksi

duktus.

Gb 2.4 Hasil MRCP

2.10 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan non bedah

a. Farmakologis

1) Untuk menghancurkan batu: ursodiol/actigal

2) Efek samping: bersifat hepatotoksik pada fetus sehingga kontra indikasi

pada ibu hamil.

3) Mengurangi konten kolesterol dalam batu empedu: chenodiol/chenix

4) Untuk mengurangi gatal-gatal: cholestiramine(Questran)

5) Menurunkan rasa nyeri: analgetik

b. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan

1) Pelarutan batu empedu.

Dengan menginfuskan suatu bahan pelerut(mono-oktanoin atau

metil tertierbutil eter/MTBE) kedalam kandung empedu.dapat

diinfuskan melalui selang atau kateter yang dipasang perkutan langsung

Page 14: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

kedalam kandung empedu melalui selang atau drain yang dimasukan

melalui saluran T tube untuk melarutkan batu

2) Pengangkatan non bedah

Sebuah kateter dan alat disertai jaring yang terpasang padanya

disisipkan lewat saluran T tube atau lewat fistula yang terbentuk pada

saat insersi T tube, jaring digunakan untuk memegang dan menarik

keluar batu yang terjepit dalam duktus koledokus

3) Extracorpreal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock waves)

Yang diarahkan kepada batu empedu untuk memecah batu tersebut

menjadi sejumlah fragmen.

2. Pembedahan

a. Kolelistektomi

Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan

duktus sistikus diligasi. Sebuah drain (penrose) di tempatkan dalam

kandung empedu dan di biarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk

mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu ke dalam

kasa absorben.

b. Minikolelitektomi

Prosedur ini untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi

selebar 4 cm.

c. Kolelistektomi laparaskopik

Dilakukan lewat luka insisi yang kecil atau luka tusukan melalui

dindingmonoksida untuk membantu pemasangan endoskop.

d. Koledokostomi

Insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk mengeluarkan batu.

Setelah batu dikeluarkan biasanya dipasang kateter ke dalam duktus

tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda. Kateter ini

dihubungkan dengan selang drainase gravitas.

3. Manejemen diet

a. Mengurangi pemasukan makanan selama fase akut

Page 15: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

b. Pemasangan NGT untuk mengurangi mual dan muntah

c. Pembatasan diet lemak terutama pada pasien dengan obesitas.

2.11 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kolelitiasis

1. Obstruksi duktus sistikus

2. Kolik bilier

3. Kolesistitis akut

4. Perikolesistitis

5. Peradangan pankreas (pankreatitis)

6. Perforasi

7. Kolesistitis kronis

8. Hydrops (oedema) kandung empedu

9. Empiema kandung empedu

10. Fistel kolesistoenterik

11. Batu empedu sekunder

12. Ileus batu empedu (gallstone ileus)

13. Pankreatitis

Page 16: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Aktivitas/Istirahat

Gejala : kelemahan

Tanda : gelisah.

2. Sirkulasi

Gejala/Tanda : takikardia, berkeringat.

3. Eliminasi

Gejala : perubahan warna urine & feses.

Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urine gelap,

pekat, feses warna tanah liat, steatorea.

4. Makanan/Cairan

Gejala : anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak & makanan

pembentukan gas, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan,

flatus, dyspepsia.

Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan.

5. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu

kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan, nyeri mulai tiba-

tiba & biasanya memuncak dalam 30 menit.

Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan,

tanda Murphy positif.

6. Pernapasan

Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, penapasan tertekan ditandai oleh

napas pendek, dangkal.

7. Keamanan

Tanda : demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat & gatal (pruritus),

kecendrungan perdarahan (kekurangan vit.K).

Page 17: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

8. Penyuluhan dan Pembelajaran

Gejala : kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu, adanya

kehamilan/melahirkan , riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias

darah.

9. Pemeriksaan Diagnostik

a. Darah lengkap : Leukositis sedang (akut).

b. Billirubin & amilase serum : meningkat.

c. Enzim hati serum-AST (SGOT) : ALT (SGOT), LDH : agak meningkat,

alkalin fosfat & S-nukleotidase, ditandai pe obstruksi bilier.

d. Kadar protombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus

menurunkan absorpsi vit. K.

e. Ultrasound : menyatakan kalkuli & distensi empedu/duktus empedu.

f. Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan

percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum.

g. Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran dengan

fluoroskopi antara penyakit kandung empedu & kanker pangkreas.

h. CT-Scan : dapat menyatakan kista kandung empedu.

i. Scan hati : menunjukkan obstruksi percabangan bilier.

10. Prioritas Keperawatan

a. Menghilangkan nyeri & meningkatkan istirahat.

b. Mempertahankan keseimbangan cairan & elektrolit.

c. Mencegah komplikasi.

d. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis.

11. Tujuan Pemulangan

a. Nyeri hilang.

b. Homeostasis meningkat.

c. Komplikasi dicegah/minimal.

d. Proses penyakit, prognosis & program pengobatan dipahami.

Page 18: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

3.2 Diagnosa & Intervensi Keperawatan

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologis : obstruksi/spasme

duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.

Hasil yang diharapkan :

a. Melaporkan nyeri hilang.

b. Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan

sesuai indikasi untuk situasi individual.

Intervensi :

Mandiri

a. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri

(menetap, hilang timbul, kolik).

Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan

informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan

keefektifan intervensi.

b. Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.

Rasional : nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat

menunjukkan terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap intervensi lebih

lanjut.

c. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

Rasional : tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra

abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri

secara alamiah.

d. Control suhu lingkungan.

Rasional : dingin pada sekitar ruangan membantu meminimalkan

ketidaknyamanan kulit.

e. Dorong menggunakan tehnik relaksasi, contoh : bimbingan imajinasi,

visualisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas senggang.

Rasional : meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat

meningkatkan koping.

f. Sediakan waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak dengan

pasien sering.

Page 19: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

Rasional : membantu dalam menghilangkan cemas dan memusatkan

kembali perhatian yang dapat menghilangkan nyeri.

Kolaborasi

g. Pertahankan status puasa, masukan/pertahankan penghisap NG sesuai

indikasi.

Rasional : membuang sekkret gaster yang merangsang pengeluaran

kolesistokinin dan kontraksi kandung empedu.

h. Berikan obat antikolinergik sesuai indikasi.

Rasional : menghilangkan reflex spasme/kontraksi otot halus dan

membantu dalam manajemen nyeri.

i. Berikan terapi sedatif, contoh: fenobarbital.

Rasional : meningkatkan istirahat dan merilekskan otot halus,

menghilangkan nyeri.

j. Berikan terapi relaksan otot halus, contoh: papaverin (pavabid);

nitrogliserin, amil nitrat.

Rasional: menghilangkan spasme duktus

k. Berikan terapi antibiotic sesuai indikasi

Rasional : untuk mengobati proses infeksi menurunkan inflamasi

l. Siapkan klien untuk intervensi bedah kolesistektomi

Rasional : kolesistektomi dapat diindikasikan sehubungan dengan ukuran

batu dan derajat kerusakan jaringan/adanya nekrosis.

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan melalui gaster, muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster.

Hasil yang diharapkan :

a. Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital

stabil.

b. Membrane mukosa lembab.

c. Turgor kulit baik.

d. Pengisian kapiler baik.

e. Mengeluarkan urin cukup dan

f. Tak ada muntah.

Page 20: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

Intervensi :

Mandiri

a. Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari

masukan, peningkatan berat jenis urin, nadi perifer, dan pengisian kapiler.

Rasional : memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi

dan kebutuhan penggantian.

b. Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram

abdomen, kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur,

parestesia, hipoaktif, atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan.

Rasional : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan

pemasukan oral dapat menimbulkan deficit natrium, kalium, dan klorida.

c. Hindarkan dari lingkungan yang berbau.

Rasional : menurunkan rangsangan pada pusat muntah.

d. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut ; berikan minyak.

Rasional: menurunkan kekeringan membrane mukosa, menurunkan risiko

perdarahan oral.

e. Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas

suntikan lebih lama dari biasanya.

Rasional : menurunkan trauma, risiko perdarahan/pembentukan hematom.

f. Kaji perdarahan yang tak biasanya, contoh perdarahan terus-menerus

Pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, ptekie,

hematemesis/melena. Rasional: protombin darah menurun dan waktu

koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat, meningkatkan risiko

perdarahan/hemoragik.

Kolaborasi

g. Pertahankan pasien puasa sesuai keperluan.

Rasional : menurunkan sekresi dan motilitas gaster.

h. Masukkan slang NG hubungkan ke penghisap dan pertahankan sesuai

indikasi

Rasional : memberikan istirahat pada traktus GI (Gastro Intestinal).

i. Berikan antiemetik

Rasional: menurunkan mual dan mencegah muntah

Page 21: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

j. Berikan cairan IV , elektrolit

Rasional: mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki

ketidakseimbangan.

3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual/muntah, dyspepsia, nyeri, gangguan pencernaan

lemak (obstruksi aliran empedu).

Hasil yang diharapkan :

a. Melaporkan mual/muntah hilang.

b. Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan atau mempertahankan berat

badan individu yang tepat.

Intervensi :

Mandiri

a. Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak bergerak.

Rasional : tanda non verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan

gangguan pencernaan, nyeri gas.

b. Timbang BB setiap hari.

Rasional : mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi.

c. Konsul tentang kesukaan/ketidaksukaan pasien, makanan yang

menyebabkan distress, dan jadwal makan yang disukai.

Rasional : melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien

memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.

d. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan

berbau.

Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan/menurunkan mual.

e. Jaga kebersihan oral sebelum makan.

Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.

f. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.

Rasional : membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi

abdomen, mempengaruhi penyembuhan dan rasa sehat dan menurunkan

kemungkinan masalah sekunder sehubungan dengan imobilisasi.

Kolaborasi

Page 22: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

g. Konsul dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi sesuai indikasi.

Rasional : berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui

rute yang paling tepat.

h. Mulai diet cair rendah lemak setelah slang NG dilepas.

Rasional : pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandungan

empedu dan nyeri.

i. Berikan diet sesuai toleransi, biasanya rendah lemak, tinggi serat, batasi

makanan penghasil gas, dan makanan/minuman tinggi lemak

Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi dan meminimalkan rangsangan

pada kandung empedu.

4. Kurang Pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan

dengan tidak mengenal sumber informasi.

Hasil yang diharapkan :

a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, prognosis.

b. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

Intervensi :

Mandiri

a. Berikan penjelasan/alasan tes dan persiapannya.

Rasional : informasi menurunkan cemas, dan rangsangan simpatis.

b. Kaji ulang proses penyakit/prognosis, diskusikan perawatan dan

pengobatan, dorong pertanyaan, ekspresikan masalah.

Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat

pilihan berdasarkan informasi. Komunikasi efektif dan dukungan

turunkan cemas dan tingkatkan penyembuhan.

c. Diskusikan program penurunan berat badan bila diindikasikan.

Rasional : kegemukan adalah fakor risiko yang dihubungkan dengan

kolesistitis, dan penurunan berat badan menguntungkan dalam manajemen

medik terhadap kondisi kronis.

d. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak

(contoh : susu segar, es krim, mentega, makanan gorengan, kacang polong,

Page 23: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

bawang, minuman karbonat), atau zat iritan gaster (contoh : makanan

pedas, kafein, sitrun).

Rasional : mencegah/membatasi terulangnya serangan kandung empedu.

3.3 Implementasi

Implementasi adalah fase ketika perawat melakukan proses asuhan

keperawatan yang sesuai dengan tujuan yang spesifik. Implementasi adalah inisiatif

dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik .

3.4 Evaluasi

Perawat dapat melakukan evaluasi terhadap respon klien dari tindakan

keperawatan yang dilaksanakan pada klien untuk mendapatkan kasus sebagai data

dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berkesinambungan.

Evaluasi adalah proses yang terus menerus karena setiap intervensi dikaji

efektivitasnya dan intervensi alternative digunakan sesuai kebutuhan. Evaluasi

adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Evaluasi adalah fase akhir proses keperawatan. Evaluasi dapat dilakukan

dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikirnya.

S  ( Subyektif ) : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

O ( Obyektif ) : Respon Objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

A ( Analisa )  : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang

kontradiksi dengan masalah yang ada.

P ( Plan of care )  : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon

klien

I ( Intervensi ) : Tindakan yang dilakukan perawat untuk kebutuhan klien

E ( Intervensi ) :Respon klien terhadap tindakan perawat

R ( Ressesment ) :Mengubah rencana tindakan keperawatan yang di perlukan.

Page 24: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan

Kolelitiasis atau batu empedu merupakan penyakit yang cukup sering diderita

oleh wanita, terutama usia antara 20-60 tahun. Batu empedu umumnya dibedakan

menjadi 3 jenis, yaitu: Batu kolesterol, batu bilirubin atau batu pigmen coklat dan

batu pimen hitam. Batu kolesterol merupakan yang tersering ditemukan, dengan

kandungan kolesterol lebih dari 70%. Batu empedu dapat ditemukan di dalam

kandung empedu itu sendiri, atau dapat juga ditemukan di saluran-saluran empedu,

seperti duktus sistikus atau duktus koledokus. Sekitar 80% pasien dengan batu

empedu, biasanya asimtomatis. Sedangkan pada yang simtomatik, keluhan

utamanya biasa berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau

prekordium, dan kolik bilier.

Penyebab dari batu empedu ini belum diketahui secara pasti, tetapi

diperkirakan ada 3 faktor predisposisi terpenting, yaitu: Gangguan metabolisme

yang menyebabkan perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi

kandung empedu. Adanya faktor resiko terbentuknya batu empedu dikenal dengan

4F yaitu fatty, fourty, fertile dan female.

Ada banyak cara untuk mendeteksi batu empedu, tetapi yang paling

akurat dan sering digunakan adalah ultrasonografi. Tindakan operatif atau

kolesistektomi merupakan terapi pilihan pada pasien dengan batu empedu.

4.2 Saran

Peran perawat dalam penanganan kolelitiasis mencegah terjadinya

kolelitiasis adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan

keperawatan yang tepat untuk klien kolelitiasis harus dilakukan untuk

meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan

kejadian kolelitiasis

Page 25: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E, MF, Geissler, Ac. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.

Mansjoer A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Prince, Sylvia dan Lorrane ,Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer, SC. & Bare, BG. (2002). Keperawatan medikal bedah. EGC : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC

Kowalak dkk. 2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC

Kumar dkk.2007.Buku Ajar Patologi.jakarta:EGC

Page 26: SISTEM PENCERNAAN KOLESITIS FIX.doc