Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO
(STUDI DI PT. BANK DKI UNIT USAHA SYARIAH
CABANG PONDOK INDAH JAKARTA)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Diyah Nurmalitasari
125020401111003
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
SISTEM PENGENDALIAN INTERN MANAJEMEN RISIKO
(STUDI DI PT. BANK DKI UNIT USAHA SYARIAH CABANG PONDOK INDAH JAKARTA)
Diyah Nurmalitasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.
Hal ini dikhawatirkan perbankan syariah Indonesia belum siap menghadapi persaingan secara global,
salah satunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Strategi yang dapat ditempuh salah satunya adalah
penguatan manajemen risiko. Buruknya manajemen risiko sering menjadi salah satu penyebab
bangkrutnya bank berbasis syariah. Hasil dari penelitian Hadad (2010) menyebutkan bahwa perbankan
di Indonesia perlu meningkatkan efisiensi manajemen risiko khususnya peningkatan manajemen risiko
sisi internalnya. Dalam penelitian ini akan melihat bagaimana sistem pengendalian intern dalam
penerapan manajemen risiko di dalam bank berbasis syariah serta apakah sistem pengendalian intern
dalam penerapan manajemen risiko bank sesuai dengan regulasi. Metode yang digunakan yaitu metode
kualitatif. Dimana dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa sistem pengendalian intern PT.
Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta dalam penerapan manajemen risiko yang
dilakukan sejalan dengan kerangka pengendalian intern yang dikemukakan oleh COSO yaitu terdiri dari
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta
pemantauan secara keseluruhan berjalan dengan efektif dimana Bank sudah menerapkan konsep dasar
dan unsur-unsur dari pengendalian intern. Secara keseluruhan sistem pengendaliam intern PT. Bank DKI
Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta dalam penerapan manajemen risiko sesuai dengan
regulasi yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Kata Kunci: Sistem Pengendalian Intern, Manajemen Risiko, Bank Syariah
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan perbankan syariah beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Melambatnya
pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia disebabkan karena beberapa faktor, yaitu permodalan yang kecil, biaya dana yang mahal, biaya operasional yang belum efisien, layanan yang belum memadai serta kualitas SDM, dan
teknologi yang masih tertinggal. Pertumbuhan yang melambat ini diperparah pula oleh meningkatnya rasio
pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF).
Berdasarkan penilaian dari Global Islamic Finance Report (GIFR) yaitu Islamic Finance Country Index (IFCI) tahun 2015, dengan melihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah, jumlah
lembaga keuangan nonbank syariah, maupun ukuran aset keuangan syariah yang memiliki bobot terbesar, Indonesia
menduduki urutan ketujuh dari 45 negara dan hal ini merupakan penurunan bagi perbankan syariah di Indonesia.
Karena, dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011, Indonesia menduduki urutan keempat negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia
dan Saudi Arabia.Dalam pemberian Kredit Pemilikan Rumah, bank menerapkan dua jenis suku bunga.
Penurunan ini dikhawatirkan yang akan menunjukkan bahwa perbankan syariah di Indonesia belum
memiliki persiapan yang matang untuk menghadapi persaingan keuangan syariah secara global, salah satunya adalah keikutsertaan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah mulai pada tahun 2015.
Menurut Direktur Bisnis Ritel PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Adrian Asharyanto Gunadi, strategi
jangka pendek yang dapat diterapkan dalam kurun waktu 2013-2015 untuk menghadapi MEA yaitu salah satunya adalah memperkuat manajemen risiko (Prayogi, 2014).
Menurut Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, bank syariah memiliki risiko keuangan yang lebih
kecil, tetapi ada satu risiko yang sangat membahayakan perkembangan perbankan syariah di masa depan yaitu,
risiko buruknya manajemen (risk management) pengelola bank syariah karena di Indonesia risiko tersebut yang sering membuat bangkrut bank model itu, oleh karena itu kunci kesuksesan bank syariah adalah manajemen yang
baik sehingga pengelolaannya bisa maksimal (Dewi, 2015).
Risiko harus dikelola karena mengandung biaya yang tidak sedikit, oleh karena itu pihak industri perbankan
harus mengelola risiko dengan baik untuk menghindari kinerja perusahaan dari kerugian. Industri perbankan adalah suatu industri yang sarat dengan risiko, karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk
berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat berharga, dan penanaman dana lainnya.
Pengelolaan manajemen risiko yang baik tidak luput dari pengendalian internal yang baik pula. Sistem
pengendalian internal dalam penerapan manajemen risiko syariah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dimana
Bank wajib melaksanakan sistem pengendalian internal secara efektif terhadap pelaksanaan kegiatan usaha dan
operasional pada seluruh jenjang organisasi Bank.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan, Hadad, et al (2010) dengan pendekatan Malquist, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia perlu untuk meningkatkan efisiensi manajemen risikonya
khususnya peningkatan manajemen risiko sisi internalnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sistem
pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko dengan studi di PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah dalam bentuk skripsi yang berjudul “Sistem Pengendalian Intern Manajemen Risiko (Studi di PT. Bank DKI Unit Usaha
Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta)”. Pemilihan Bank ini dikarenakan karena Bank DKI Unit Usaha Syariah
memiliki prestasi dengan mendapatkan predikat “Best Syariah” dengan Aset di atas Rp. 1 Triliun - Rp. 5 Triliun
selama tiga tahun berturut-turut yakni dari tahun 2013-2015 melalui Rating Institusi keuangan versi Majalah Investor (Bank DKI, 2015).
B. KAJIAN PUSTAKA
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hadad, et al (2010) dengan judul “Productivity Changes and Risk
Management in Indonesian Banking: An Application of a New Approach to Consrtucting Malmquist Indices”. Hasil
penelitian ini menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia perlu untuk meningkatkan efisiensi manajemen risikonya
khususnya peningkatan manajemen risiko sisi internalnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imam Mukhlis (2012), dengan judul “Kinerja Keuangan Bank dan
Stabilitas Makroekonomi terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa faktor internal dan faktor eksternal dapat mempengaruhi profitabilitas bank syariah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kozarevic (2013) dengan judul “Comparative Analysis of Risk Management in Conventional and Islamic Banks: The Case of Bosnia and Herzegovina”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semua bank menyadari perlunya manajemen risiko yang aktif tetapi mereka masih tidak
memiliki cukup metode untuk mengelola semua risiko. Bank syariah terkena risiko lebih dari bank-bank
konvensional karena kurangnya harmonisasi peraturan hukum.
Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian intern merupakan salah satu bagian yang penting dari manajemen risiko yang harus dilaksanakan
oleh setiap perusahaan untuk mecapai tujuan perusahaan. Pentingnya pelaksanaan pengendalian intern di dalam
sebuah perusahaan dalam untuk menjamin kesinambungan dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Menurut Mulyadi (2001), sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kehandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut The Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway (COSO) dalam (Boynton, dkk, 2003) yang meliputi unsur-unsur pengendalian intern yang adalah lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
Manajemen Risiko
Risiko menurut PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu.
Manajemen risiko dari sudut perbankan merupakan serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank (PBI No.
13/23/PBI/2011).
Hubungan antara Pengendalian Intern dan Manajemen Risiko
Mengingat pentingnya kesadaran (awareness) semua pihak dalam bank atas risiko, bank harus
menginternalisasi konsep manajemen risiko pada seluruh lini yang ada di bank. Dengan internalisasinya manajemen
risiko ke seluruh elemen bank, memungkinkan bank mendeteksi kelemahan dan penyimpangan yang terjadi secara tepat waktu.
Perbedaan dari kedua konsep pengendalian intern dan manajemen risiko adalah jika dilihat dari kerangka
COSO, maka perbedaan yang terlihat adalah kerangka manajemen risiko lebih terfokus pada manajemen risiko yang
sebelumnya telah ada pada penilaian risiko dalam kerangka pengendalian intern. Dalam arti lain, kerangka manajemen risiko merupakan pengembangan yang lebih luas dari komponen penilaian risiko dalam kerangka
pengendalian internal (dikembangkan menjadi tiga kompoonen di kerangka manajemen risiko yaitu event
identification, risk assessment, dan risk response) (Renaldo, 2015).
Regulasi Manajemen Risiko Bagi Bank Islam di Indonesia Sebagai bank sentral yang memfasilitasi perbankan syariah, Bank Indonesia juga memiliki peraturan yang
mengatur penerapan manajemen risiko perbankan syariah. Hal ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/23/PBI/2011. Dalam peraturan ini Bank Indonesia memberikan sejumlah ketentuan-ketentuan terkait dengan
penerapan manajemen risiko bagi perbankan yang menjalankan kegiatannya dengan prinsip syariah. Saat ini sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko di dalam perbankan syariah, bank
umum syariah maupun unit usaha syariah diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 pasal 17
ayat 1.
Kerangka Pikir
Gambar 1: Kerangka Pikir
Sumber: data diolah (2016)
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif studi kasus dengan lingkup penelitian adalah
untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko PT. Bank DKI Unit
Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta, dimana unit analisis dalam penilitan ini adalah lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan dengan menentukan informan yaitu bagian dari satuan kerja operasional dan satuan kerja yang melaksanakan pengendalian
yang ada di PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta. Kemudian teknik pengumpulan data
yang akan dilakukan adalah teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik yang digunakan dalam
menganalisis data yaitu dengan cara interactive model (Miles dan Huberman,1994). Adapun komponen dalam interactive model adalah Data Collection, Data Reduction, Data Display, dan Conclusion. Kemudian apabila
terdapat ketidaksamaan daam temuan maka peneliti akan melakukan pengecekan keabsahan temuan dengan
melakukan teknik triangulasi.
D. HASIL PENELITIAN
Dalam memperoleh hasil penelitian tentang Sistem Pengendalian Intern Manajemen Risiko (Studi di PT. Bank
DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta), telah dilakukan penelitian dalam upaya menemukan
ataupun menelusuri substansi yang terkait dengan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko di
PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta berdasarkan wawancara langsung dengan Wakil Pimpinan Cabang, Kontrol Intern Cabang, Pemimpin Seksi Administrasi Keuangan & Umum, serta Asisten
Administrasi Pembiayaan di PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta.
Pengendalian Intern dalam Penerapan Manajemen Risiko PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang
Pondok Indah Jakarta Pelaksanaan kegiatan pengendalian intern di masing-masing bank, sama halnya dengan PT. Bank DKI Unit
Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta sejalan dengan kerangka pengendalian intern yang dikembangkan oleh
The Committee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) yaitu terdiri dari lingkungan
pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk assessment), aktivitas pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and communication), serta pemantauan (monitoring).
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian yang pertama adaIah integritas dan nilai etika tercermin pada aturan, kebijakan,
serta standar etika dan perilaku moral yang diharapkan dari perusahaan terhadap pegawai. standar perilaku yang diharapkan PT. Bank DKI Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta pada pegawai merupakan integritas dan nilai
etika yang tercermin dalam KTPPDKI, yaitu Komitmen, Teamwork, Profesional, Pelayanan, Disiplin, Kerja
Keras, Integritas.
Berikutnya bank harus mampu merekrut pegawainya yang berkompeten untuk untuk menyelesaikan setiap tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai tersebut. PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok
Indah Jakarta Merekrut pegawai yang mayoritas berlatar belakang islam/syariah dan memiliki deskripsi jabatan
yang jelas serta spesifik untuk setiap pegawai. Adanya deskripsi jabatan serta cakupan tugas perlu dimiliki Bank
untuk menggambarkan secara jelas dan spesifik tugas yang dimilki setiap pegawai untuk memantau dipatuhinya kebijakan dan prosedur yang diberikan oleh pimpinan. Bank memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
harus dijalankan oleh setiap pegawai. SOP tersebut berbeda untuk masing-masing bagian, karena job description
setiap bagian juga berbeda.
PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta memiliki pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap fungsi jabatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya rangkap
jabatan yang rentan terhadap pelanggaran atau penyelewengan dan sesuai dengan prinsip pemisahan fungsi (four
eyes principle). Four eyes principle adalah dalam satu kerjaan minimal ada empat mata (dua orang), artinya tidak
hanya ada dua mata (satu orang) yang mengerjakan dari awal sampai akhir karena akan membuka peluang untuk terjadinya pelanggaran jika hanya satu orang yang mengerjakan. Four eyes principle atau pemisahan fungsi
sehingga dalam satu kerjaan ada yang menginput, ada yang memeriksa, ada yang autorisasi, jadi tidak ada “one
man show” karena itu rentan terjadi penyimpangan.
PT. Bank DKI Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta melaksanakan dalam hal meningkatkan standarisasi pegawai dengan memfasilitasi pegawai dengan mengadakan pelatihan, pendidikan, perekrutan, promosi, dll
dibawah naungan grup Sumber Daya Manusia. Sehingga PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok
Indah Jakarta sudah memiliki kebijakan yang jelas mengenai praktek Sumber Daya Manusia. Namun pelatihan
tersebut walaupun semua pegawai mendapatkan, tetapi tidak semua pelatihan yang dibutuhkan pegawai
terpenuhi. Karena dari pilihan penawaran yang diberikan, keputusan pelatihan apa yang akan dilaksanakan tetap dari Grup Sumber Daya Manusia.
Kemampuan Bank dalam memenuhi tujuannya sangat berpengaruh terhadap struktur organisasi. Struktur
organisasi memberikan kerangka yang menyeluruh untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan segala
aktivitas Bank dan sifat kegiatannya. PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta menyusun struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhannya untuk menyajikan informasi yang tepat dalam
bentuk bagan organisasi yang menggambarkan hubungan kewenangan dan pelaporan yang jelas. Adanya
prosedur yang jelas dalam bank yang dibuat untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku. Dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Buku Pedoman Perusahaan (BPP), pegawai memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi jabatannya sehingga akan
terhindar dari pelanggaran-pelanggaran. Kantor pusat selalu memantau perkembangan kantor cabang maupun
kantor cabang pembantu dengan memberikan Kontrol Intern Cabang di setiap kantor. Sehingga dengan adanya
Kontrol Intern Cabang, segala kegiatan perbankan di kantor cabang maupun kantor cabang pembantu dapat dipantau agar selalu patuh terhadap kecukupan prosedur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Sebelum menilai dan mengelola risiko, bank harus menetapkan tujuan yang akan dicapai. Tujuan merupakan
sasaran maupun target yang akan dicapai oleh perusahaan, disusun secara terstruktur baik secara tertulis maupun lisan. PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta memiliki tujuan yang terlihat pada visi
dan misi, maka Bank sudah mengetahui jenis dan tingkat risiko apa saja yang melekat pada kegiatan usaha bank.
Dalam melakukan pengukuran risiko, PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta
menggunakan metode Risk Self Assessment (RSA). Menurut Buku Pedoman Perusahaan (BPP) Kebijakan Manajemen Risiko PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah, RSA berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan pada lingkungan risiko operasional dan risiko lainnya. RSA dapat berupa checklists atau dilakukan
melalui fasilitas diskusi atau workshop. RSA dilakukan oleh risk owner (kantor cabang dan satuan kerja
operasional di Kantor Pusat) yang kemudian dikompilasi oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko dan divalidasi oleh Satuan Kerja Audit Intern. Hasil dari proses RSA yang dilakukan oleh risk owner nantinya dapat
digambarkan menjadi 3 laporan, yaitu laporan yang menggambarkan komposisi nilai komposit risiko atas risk
event yang dimiliki risk owner, laporan yang berisi faktor penyebab potensi risiko yang dimiliki risk owner, dan
laporan yang berisi langkah mitigasi untuk menurunkan potensi risiko yang dimiliki risk owner. Untuk mengenai risiko pembiayaan sendiri, dalam mengidentifikasi risiko dan menganalisis risiko selain
menggunakan prinsip 5C, 7P, dan 3R, PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta
memiliki aplikasi yang bernama Electronic Loan Original System (E-LOS). Aplikasi tersebut untuk mengukur
besaran risiko yang dimiliki calon debitur.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian yang dilakukan PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta
adalah dengan melakukan pengendalian terhadap pemroresan informasi. Aktivitas pengendalian yang pertama
adalah pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup. Hal ini tercermin dari adanya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang jelas yang dijelaskan dalam komponen lingkungan pengendalian. Pemisahan
fungsi/tugas/wewenang yang cukup dengan menjalankan fungsi maker, checker, approval dapat digambarkan
dengan tidak adanya pegawai merangkap beberapa fungsi jabatan yang membuka peluang terjadinya
pelanggaran. Berikutnya PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta mendokumentasikan dan
pencatatan yang cukup terhadap setiap kegiatan usahanya dalam bentuk softcopy dan hardcopy. Semua kegiatan
usaha di dalam bank didokumentasikan dan dilakukan pencatatan agar setiap kegiatan memiliki bukti fisik yang
dapat dipertanggung jawabkan dengan baik. Pendokumentasian dan pencatatan ini dilakukan dengan membuat voucher transaksi yang setiap pembuatan dan persetujuannya membutuhkan autorisasi dari pihak yang
berwenang terhadap voucher tersebut.
PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta telah melaksanakan pengendalian fisik
secara rutin. Pengendalian fisik ini dilakukan untuk mencapai kegiatan pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku.
Aktivitas pengendalian berikutnya adalah dengan melakukan evaluasi atas kinerja. Hal ini dilakukan dengan
melakukan POAC yaitu Plan, Organizing, Action, dan Controlling. Pertama, akan dibentuknya Rencana Kerja
Anggaran (RKA). Lalu yang kedua adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Ketiga, rencana kegiatan
yang sudah ditetapkan diawal dan sudah menetapkan strategi yang akan digunakan maka selanjutnya adalah
pelaksanaan dari RKA tersebut. Dan yang terakhir adalah melakukan pengendalian dari RKA yang sudah dilaksanakan dengan mengevaluasinya secara berkala agar RKA tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dan peraturan yang berlaku.
Aktivitas pengendalian PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta selanjutnya adalah
dengan melakukan pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan, setiap pegawai memiliki User ID dan Password. Tidak semua pegawai mendapatkan akses terhadap sumberdaya dan catatan, hal ini dilakukan dengan
maksud agar dapat dipertanggung jawabkan hanya kepada orang yang benar-benar memiliki akses terhadap
sumberdaya dan catatan tersebut.
Dalam melakukan semua aktivitas pengendialian tersebut, PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta memilki kebijakan dan prosedur akan dapat membantu manajemen meyakinkan bahwa
perintah pimpinan telah dijalankan. Karena dengan adanya kebijakan dan prosedur tersebut akan membantu
meyakinkan bahwa tindakan yang telah dilakukan adalah untuk mencapai tujuan bank.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Bentuk pelaporan dalam PT. Bank DKI Unit usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta ada dua, yaitu,
laporan intern sama laporan eksternal. PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta
melaporkan laporan intern manajemen risiko dilakukan paling tidak setiap akhir bulan. Laporan Bulanan
Manajemen Risiko dilaporkan kepada Direksi secara bulanan dan dibahas di Komite Manajemen Risiko setiap triwulan.. Sedangkan untuk laporan eksternal manajemen risiko, pelaporan ke Bank Indonesia dilakukan secara
triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
Dalam proses pelaporan ini PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta menunggu
laporan dari Kantor Cabang Pembantu yang nantinya baru dikirm ke pihak yang membutuhkan seperti BI dan OJK. Kantor Cabang Pembantu yang ada di bawah Kantor Cabang Pondok Indah adalah Kantor Cabang
Pembantu Fatmawati, Kantor Cabang Pembantu Ciledug, Kantor Cabang Pembantu Serpong, dan Kantor
Cabang Pembantu Depok. Setiap proses pelaporan ini perlu adanya ortorisasi secara lengkap dan memadai agar
dapat dipertanggung jawabkan secara jelas. Untuk menghindari risiko yang terlalu besar PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah sebelum menerapkan sistem
informasi yang baru dalam kegiatan usahanya, selalu menguji dan mengkaji ulang sebelum sistem informasi
tersebut diterapkan secara benar-benar di Kantor Cabang. Grup Teknologi meminta kepada Kantor Cabang untuk
terus melaporkan mengenai sistem informasi tersebut, hal itu dilakukan untuk bersiap jika risiko yang dihasilkan dari sistem informasi tersebut terjadi. Dalam mengembangkan teknologi sistem informasi dan software baru,
Bank harus memastikan bahwa penerapan sistem informasi dan teknologi baru tersebut tidak akan menimbulkan
gangguan. Awal tahun 2016 ini Bank DKI Unit Usaha Syariah terdapat pergantian sistem perbankan dari Sigma
menjadi Bank Vision. Sebelum benar-benar diterapkan Bank sudah melakukan sosialisasi dan pelatihan agar pergantian tersebut tidak akan menimbulkan gangguan di masa yang akan datang
5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan yang dilakukan PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta adalah dengan
melakukan pemantauan terhadap prosedur penilaian kegiatan operasional bank dan penanganan kelemahan-kelemahan bank yang berpeluang untuk terjadinya pelanggaran.
Dalam prakteknya pemantauan terhadap prosedur penilaian kegiatan operasional bank dengan melakukan
tugas dan wewenang tanggung jawabnya sesuai dengan prosedur. Prosedur yang dimilki PT. Bank DKI Unit
Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta adalah Buku Pedoman Perusahaan (BPP). BPP merupakan peraturan yang dibuat oleh Bank DKI Syariah Pusat yang berisi peraturan-peraturan tertulis yang dengan jelas
memaparkan hak dan kewajiban setiap pegawai maupun bimbingan bagi setiap pegawai dalam menjalankan hak
dan kewajibannya bagi bank.
Setelah melaksanakan kegiatan operasional sesuai dengan prosedur, akan dilakukan peninjauan ulang target yang ditetapkan di awal. Peninjauan ulang tersebut bisa dilaksanakan di pertengahan maupun di akhir kegiatan.
Peninjauan ini dilakukan oleh cabang dan dipantau juga oleh bawahan dari kantor pusat yang ditempatkan
disetiap Kantor Cabang maupun Kantor Cabang Pembantu yaitu Kontrol Intern Cabang (KIC) serta Dewan
Pengawas Syariah (DPS), sehingga kantor cabang tidak dilepas begitu saja dalam pelaksanaan kegitan usahanya. KIC sendiri merupakan naungan di bawah Grup Audit Intern.
Setiap adanya temuan audit, PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta
mendokumentasikan temuan-temuan tersebut dan berkomitmen untuk mengambil tindakan perbaikan, karena
jika tidak ada perbaikan dari temuan audit akan ada sanksi yang berat. Bank akan menerima hasil audit dan
menjalankan rekomendasi auditor berdasarkan temuan audit. Pengkajian ulang yang dilakukan dalam menangani kelemahan-kelemahan dan memperbaiki penyimpangan
yang terjadi PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan dengan melaksanakan briefing pagi untuk mengevaluasi apa yang telah dikerjakan dari setiap
divisi setiap harinya dan setiap pekerjaan tidak hanya dilakukan oleh satu orang saja minimal ada dua orang dengan harapan untuk menghindari adanya peluang terjadinya pelanggaran.
Sistem Pengendalian Intern dalam Penerapan Manajemen Risiko PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang
Pondok Indah Jakarta dengan Regulasi Bank Indonesia memiliki peraturan yang mengatur penerapan manajemen risiko perbankan syariah. Hal ini
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011. Sistem pengendalian intern dalam penerapan
manajemen risiko yang dilakukan perbankan syariah sendiri mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/23/PBI.2011 pasal 17 ayat 1.
Tabel 1: Rekapitulasi “Internal Control Integrated Framework”
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Temuan Analisis
1. Kesesuaian sistem pengendalian
intern dengan jenis dan tingkat
risiko yang melekat pada kegiatan usaha bank.
Sejalan dengan kerangka
pengendalian intern oleh COSO
→ lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, informasi
dan komunikasi, serta
pemantauan.
Kerangka pengendalian intern yang
dikembangkan oleh COSO telah
menjadi standar di seluruh dunia untuk pelaksanaan pengendalian
intern, tujuannya pun sesuai dengan
misi dari Bank DKI Syariah yang
sudah sesuai dengan jenis dan tingkat risiko bank.
2. Penetapan wewenang dan tanggung
jawab untuk pemantauan kepatuhan kebijakan, prosedur,
dan limit.
a. Penetapan limit transaksi
sesuai SOP b. Pembatasan akses sistem
informasi
Adanya pembatasan wewenang di
setiap pegawai untuk mencegah terjadinya penyimpangan pada
setiap fungsi jabatan, sehingga tidak
ada “one man show” dan adanya
pengendalian untuk setiap kegiatan usaha sehingga dapat dipertanggung
jawabkan.
3. Penetapan jalur pelaporan dan
pemisahan fungsi yang jelas dari
satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian.
Adanya pendelegasian wewenang
dan tanggung pada setiap satuan
kerja yang melaksanakan kegiatan operasional dan
pengendalian (KIC).
Adanya penetapan jalur pelaporan
dan pemisahan fungsi untuk
mencegah adanya “one man show” yang berpeluang terjadinya
pelanggaran atau penyimpangan
agar tidak ada memihak atau
menguntungkan satuan kerja operasional tertentu.
4. Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas
kegiatan usaha bank.
Adanya struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
kegiatan usaha bank serta
dilengkapi unit
pengendalian/pengawasan.
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, Bank dapat memastikan
bahwa pemisahan fungsi sudah
disesuaikan dengan tujuan,
kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas kegiatan usaha Bank.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Temuan Analisis
5. Pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat
waktu.
a. Laporan intern (dari kantor cabang ke kantor
pusat yang dikirim setiap
bulan.
b. Laporan ekstern (ke BI, OJK, PKA dan Kantor
Pajak) yang dikirim setiap
per tiga bulan
Adanya pelaporan keuangan dan kegiatan operasional untuk sebagai
bahan untuk menganalisa tren-tren
yang ada untuk diinvestigasi lebih
lanjut dan sebagai alat bantu dalam pembuatan keputusan bagi
manajemen
6. Kecukupan prosedur untuk
memastikan kepatuhan bank terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
a. Memiliki BPP dan SOP
b. Laporan pemantauan oleh KIC ke GAI lalu ke
manajemen.
c. Pemantauan oleh DPS
Adanya SOP dan BPP, tidak hanya
pihak-pihak tertentu yang melaksanakan fungsi pengendalian
namun seluruh karyawan yang ada
di bank, serta adanya pemantauan
langsung dari KIC dan DPS dapat memastikan bahwa kegiatan usaha
yang dilakukan bank telah sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Kaji ulang yang efektif,
independen, dan obyektif terhadap prosedur penilaian kegiatan
operasional bank.
Mengirimkan laporan-laporan ke
pihak kepentingan lain seperti OJK, DPS, Grup Syariah
untuk di kaji ulang oleh Satuan
Kerja Audit Intern
(SKAI).
Adanya pengkajian ulang terhadap
prosedur penilaian kegiatan operasional bank yang dilakukan
secara terpisah antara satuan kerja
manajemen risiko dengan satuan
kerja operasional dan satuan kerja yang melaksanakan fungsi
pengendalian intern agar tidak
memihak atau menguntungkan
satuan kerja operasional tertentu.
8. Pengujian dan kaji ulang yang
memadai terhadap sistem informasi
Manajemen Risiko.
a. Melakukan pengujian dan
pengkajian ulang terhadap
sistem /teknologi baru.
b. Masih terdapat kekurangan dari sistem yang baru
diterapkan.
Dengan dilakukannya sosialisi dan
pelatihan untuk memperkenalkan
sistem baru sehingga bank dapat
mendeteksi secara dini risiko kemungkinan yang akan terjadi
dengan adanya kekurangan dari
sistem tersebut dan dapat
menentukan solusi yang tepat untuk memperbaiki.
9. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap prosedur
operasional, cakupan, dan temuan
audit, serta tanggapan pengurus
Bank berdasarkan hasil audit.
a. Dokumentasi dalam bentuk softcopy atau hardcopy.
b. Disimpan secara terib dan
rapi di filing kabinet
tersendiri.
Adanya pendokumentasian secara lengkap dan memadai di dapat
memudahkan untuk dilakukan jejak
audit (audit trail) untuk keperluan
pengendalian intern Bank.
10. Verifikasi dan kaji ulang secara
berkala dan berkesinambungan terhadap penangan kelemahan-
kelemahan Bank untuk
memperbaiki penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.
a. Evaluasi RKA secara
berkala. b. Briefing sebelum
melaksanakan kegiatan.
Adanya evaluasi terhadap temuan-
temuan auditor mengenai kelemahan-kelemahan yang dimiliki
Bank, Bank bisa menyesuaikan
rencana kegiatannya untuk tidak
menyinggung kelemahan-kelemahan tersebut sehingga Bank mampu
untuk mencegah ataupun
mempersiapkan bila terjadi adanya
penyimpangan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem pengendalian intern PT. Bank DKI Unit Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta dalam
penerapan manajemen risiko yang dilakukan sejalan dengan kerangka pengendalian intern yang
dikemukakan oleh COSO yaitu terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan secara keseluruhan berjalan dengan efektif
dimana Bank sudah menerapkan konsep dasar dan unsur-unsur dari pengendalian intern.
2. Sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko yang dilakukan PT. Bank DKI Unit
Usaha Syariah Cabang Pondok Indah Jakarta secara keseluruhan sesuai dengan regulasi yaitu
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Saran
Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat diajukan beberapa saran yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam sistem pengendalian intern manajemen risiko. Adapun saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi regulator untuk meninjau kembali regulasi mengenai sistem pengendalian intern dalam penerapan
manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah karena regulasi tersebut masih
menggunakan aturan umum dalam perbankan konvensional. Dengan adanya pemisahan regulasi
mengenai sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko antara perbankan syariah dan perbankan konvensional diharapkan dapat terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang mengangkat tema yang sama untuk memperbanyak narasumber tidak hanya dari Kantor Cabang namun juga dari Kantor Pusat, seperti Komite Manajemen Risiko, Grup
Audit Intern, Dewan Pengawas Syariah karena satuan kerja pengendalian yang ada di kantor cabang
hanya satu orang dengan adanya penambahan narasumber dapat dijadikan perbandingan sehingga hasil penelitian akan lebih kuat dalam melihat hasilnya.
Daftar Pustaka
Bank DKI. 2015. Bank DKI Syariah Kembali Meraih The Best Syariah 2015. http://www.bankdki.co.id/id/investor-relations/2013-07-19-10-32-49/berita/200-bank-dki-syariah-kembali-meraih-the-best-syariah-2015. Diakses
pada tanggal 14 Desember 2015.
Bank Indonesia. 2011. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen Risiko
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Jakarta: Bank Indonesia.
Boynton, C., William. Jhonson, N., Raymond. Kell. G., Walter. 2003. Modern Auditing, Edisi 7 Jilid 1, Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Dewi, Siti Nuraisyah dan Raden Jihad Akbar. 2015. Menkeu Ungkap Kelemahan Perbankan Syariah.
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/613575-menkeu-ungkap-kelemahan-perbankan-syariah. Diakses pada Desember 2015.
Hadad, M, D, et al. 2010. Productivity Changes and Risk Management in Indonesian Banking: An Application of a
New Approach to Constructing Malmquist Indices. Department of Economics, Loughborough University.
Islamic Bankers Association. 2012. Global Islamic Finance Report 2012: Islamic Finance Country Index.
_______________________. 2015. Global Islamic Finance Report 2015: Islamic Finance Country Index.
Kozarevic, Emira, et al. 2013. Comparative Analysis of Risk Management in Conventional and Islamic Banks: The Case of Bosnia and Herzegovina. Canadian Center of Science and Education: International Business
Research; Vol. 6, No. 5.
Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1994. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode
Baru. Jakarta: UI Press.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Mukhlis, Imam. 2012. Kinerja Keuangan Bank dan Stabilitas Makroekonomi terhadap Profitabilitas Bank Syariah di
Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2 (275-285).
Prayogi. 2014. Menilik Kesiapan Bank Syariah Hadapi MEA 2015. http://www.republika.co.id/berita/koran/pareto/14/10/01/ncrn2t-menilik-kesiapan-bank-syariah-hadapi-mea-
2015. Diakses pada Desember 2015.
Renaldo, M Tasya. 2015. Integrated Framework: Internal Control and Risk Management.
http://tatakelola.co/manajemen-risiko/integrated-framework-internal-control-dan-risk-management/. Diakses pada Februari 2016.