Sistematika Penulisan Ilmiah Hasil Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hgfhfghft

Citation preview

Sistematika dan Cara-Cara Membuat1Sistematika Penulisan Makalah Ilmiah Hasil PenelitianDr. Gusdi Sastra, M.Hum.Pengantar Dalam melaksanakan penelitian terdapat langkah langkah penting yang harus dilakukan secara sistematis. Langkah pertama dan yang paling penting ialah menemukan dan mengidentifikasi masalah. Tanpa masalah maka tidak mungkin penelitian dilakukan, karena salah satu tujuan penelitian ialah untuk memecahkan suatu masalah. Berdasarkan masalah tersebut kemudian dibangun kerangka teoritis hingga sampai kepada suatu hipotesis, yaitu jawaban sementara terhadap permasalahan. Jadi hipotesis tidak lain merupakan suatu dugaan ilmiah yang jitu berlandaskan teori-teori yang dihimpun dari penelusuran kepustakaan.Langkah berikutnya barulah merancang bagaimana penelitian hendak dilaksanakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Dalam merancang penelitian perlu diperhatikan hal-hal seperti: macam variabel, alat pengamatan, sampel yang dipergunakan, cara pengamatan, metode statistik dan lain-lain. Setelah hal ini berhasil dirancang secara konkrit maka barulah data atau informasi dikumpulkan dengan cara-cara yang telah disusun tadi. Data yang telah dikumpulkan secara sistematis itu kemudian diolah, yang dimulai dari: menyaring data, menyusun data, menguji data, menarik hasil uji, membahas hasil uji, dan akhirnya barulah menarik kesimpulan. Pada saat inilah teruji kebenaran hipotesis yang kita ajukan itu. Bila benar maka hipotesis berubah menjadi tesis, yaitu suatu teori yang dapat menjelaskan fenomena alam, dan memperkaya khasanah ilmu (science).Penelitian ilmiah yang dilaksanakan itu tidak berhenti pada pembuktian hipotesis itu saja, melainkan harus dilanjutkan dengan langkah terakhir, yaitu penulisan laporan penelitian. Apabila laporan tidak dibuat, maka berarti penelitian yang telah dilaksanakan itu dianggap belum selesai, bahkan tidak ada atau belum pernah dilakukan. Waktu, jerih payah dan biaya yang telah dikeluarkan itu menjadi percuma saja. Hal ini penting untuk diperhatikan karena tujuan penelitian ilmiah, antara lain ialah: untuk menemukan kebenaran relatif, menyusun pengetahuan secara sistematis dan menyusun serta menggunakan teori. Bila semua hasil yang diperoleh ini tidak ditulis, maka tidak akan ada orang yang mengetahuinya. Oleh karena itu ada yang berpendapat bahwa selain penulisan hasil penelitian dalam bentuk laporan, maka sebaiknya ditulis pula dalam bentuk makalah yang dapat disebarluaskan. Dengan cara ini, maka hasil penemuan suatu penelitian ilmiah semacam ini benar-benar dapat dipergunakan untuk kepentingan umat manusia dan kepentingan perkembangan ilmu (science).Patokan Penting dalam Membuat Makalah (Hasil Penelitian)Pada hakekatnya suatu makalah tentang penelitian ilmiah adalah suatu dokumen tertulis yang dibuat secara jelas, tepat, objektif dan sistematis serta cukup detail, namun tidak bertele-tele (berkepanjangan tidak menentu). Dengan cara demikian, diharapkan para pembaca dapat mengikuti uraian kita secara baik, sistematis sehingga dapat mengerti, memahami dan menilai hasil penelitian yang kita lakukan itu. Sistematis dalam penulisan, ialah sistematis dalam mengutarakan apa yang dikerjakan dalam penelitian itu, sehingga apabila dikehendaki, para pembaca dapat mengulang penelitian tersebut tanpa membuat kesalahan. Oleh karena itu suatu makalah ilmiah harus didahului dengan pengungkapan: masalah, latar belakang (kerangka teoritis), hipotesis dan akhirnya hasil dan kesimpulan penelitian tersebut.Nilai suatu makalah ilmiah terletak pada perumusan kesimpulan dalam bentuk dalil, generalisasi, hukum atau tesis. Kesimpulan yang diperoleh itu harus didasarkan kepada pembuktian yang tidak dapat dibantah lagi kebenarannya. Oleh karena itu suatu makalah ilmiah harus berisi data yang lengkap dan cukup, sehingga data tersebut dapat menjadi bahan ke arah perwujudan kesimpulan. Perlu diingat bahwa data yang ditampilkan adalah data yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yang diteliti saja. Data yang telah dikumpulkan itu, kemudian diolah menurut sistematis yang baik, dapat disusun dalam berbagai bentuk, antara lain: tabel dan grafik, sehingga gambaran keadaan secara keseluruhan atau sebagian dapat mudah terlihat.Data yang telah diolah semacam ini akan lebih mudah dianalisis dengan metode statistik. Perhitungan statistik ini sangat bermanfaat untuk menguji data dan menentukan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Jadi kesimpulan berarti menyimpulkan, menarik garis-garis logis menjadi pengertian tertentu. Kesimpulan hanya dapat ditarik berdasarkan data yang ada dan yang dianalisis tadi. Oleh karena itu tidaklah terpuji apabila penulis melakukan spekulasi, baik terhadap data, cara pengolahan data, maupun terhadap hasil yang diperoleh. Kualitas dan sifat makalah ilmiah yang utama adalah objektivitas. Makalah ilmiah haruslah mempertahankan kebenaran di atas segala-galanya.Agar tujuan penulisan makalah ilmiah itu tercapai, maka kita harus menguasai bahasa tulisan yang kita pakai. Bila kita memakai bahasa Inggris, maka kita harus menguasai tata cara dan tata bahasa dalam bahasa Inggris tersebut, dan bila kita memakai bahasa Indonesia, maka segala peraturan dan kaidah dalam bahasa Indonesia harus ditaati dan diperhatikan. Apapun bahasa yang dipakai, maka kemampuan mengutarakan dalam tulisan tentang apa yang kita pikirkan secara sistematis sangat diperlukan. Flow of idea kita secara baik, cermat dan sistematis harus tercermin dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu para penulis harus belajar bagaimana membuat suatu paragraf yang baik, dan hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lain. Dengan cara ini, maka kita akan terhindar dari penulisan yang bertele-tele dan bolak balik, sehingga makalah ilmiah yang dibuat itu tidak akan membosankan para pembaca. Biasakanlah untuk memeriksa makalah tersebut dua tiga kali sebelum kita kirim ke jurnal ilmiah atau untuk kepentingan lainnya. Kerangka Makalah Ilmiah (Hasil Penelitian)Setiap makalah yang merupakan hasil penelitian ilmiah mempunyai suatu kerangka yang khas. Tanpa kerangka semacam ini, maka makalah tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai makalah ilmiah, atau bahkan tidak dapat dipahami oleh para ilmuwan lainnya. Kerangka makalah ilmiah terdiri atas unsur-unsur yang sesuai dengan langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian, yaitu mulai dari penjelasan masalah hingga kesimpulan. Dengan adanya kerangka makalah itu, maka setiap pembaca diharapkan dapat mengikuti uraian jalannya penelitian tahap demi tahap.Unsur-unsur dalam suatu kerangka makalah ilmiah yang lazim ada, ialah sebagai berikut:Judul makalahNama penulis (author) dan penulis penyerta (co-author)Nama tempat penelitian/tempat penulis bekerjaRingkasan (summary) atau abstrak (abstract)Pendahuluan (introduction) :latar belakang permasalahanmasalah penelitiantujuan penelitian, hipotesis dan hasil yang diharapkanBahan (materials) dan cara (methods)Hasil (result)Pembahasan/ Diskusi (discussion)Kesimpulan (conclusions) .Daftar rujukan (references)Tentu saja dalam membuat makalah ilmiah untuk suatu keperluan, kita harus memperhatikan tata cara lain yang diminta. Oleh karena itu sudah merupakan kewajiban kita untuk selalu memperhatikan information for authors atau petunjuk bagi penulis sebelum kita mulai menulis makalah (hasil penelitian) tersebut. Walaupun unsur-unsur setiap makalah pada garis besarnya sama untuk berbagai keperluan, namun di sana-sini ada perbedaan.Unsur Makalah Ilmiah Hasil PenelitianAgar dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang isi dan peraturan dalam membuat setiap unsur dalam makalah ilmiah, maka di bawah ini akan diuraikan satu per satu mulai dari judul makalah hingga daftar rujukan.Judul Makalah Hasil PenelitianJudul makalah tidak lain adalah judul penelitian itu sendiri, yang seringkali sedikit dimodifikasi untuk kepentingan gaya bahasa. Ide atau pikiran utama dalam makalah atau penelitian yang sudah dilakukan itu harus tercermin di dalam judul makalah itu. Oleh karena itu pemilihan judul makalah yang tepat dan benar sangat penting. Janganlah membuat judul yang mengaburkan isi makalah itu, jadi judul makalah harus mencakup pengertian dan informasi yang sebanyak-banyaknya tentang penelitian yang telah dilakukan. Namun demikian usahakanlah agar kata-kata yang dipakai berjumlah kira-kira 12 kata. Apabila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka dapat dipakai anak judul atau subtitle. Jadi syarat suatu judul makalah ialah: ringkas, tepat, logis dan informatif. Umpamanya seseorang telah melakukan suatu penelitian tentang obat X terhadap tekanan darah seseorang, maka judul yang dipilih hendaknya berbunyi sebagai berikut :Pengaruh Obat X terhadap Tekanan Darah TinggiTentu saja akan banyak judul yang memenuhi syarat. Oleh karena itu sebaiknya sambil kita menyelesaikan makalah itu, buatlah berbagai judul; judul-judul semacam ini dikenal dengan nama: 'working title'. Dalam hal ini maka working title itu dapat berbunyi :Obat X sebagai Obat Penurunan Tekanan DarahHipertensi Esensial dan Obat XPengobatan Hipertensi dengan Obat XJanganlah membuat judul makalah yang tidak sesuai dengan isi makalah atau judul yang terlalu membesar-besarkan masalah yang diteliti, seperti:Masalah Anti-Hipertensi di Indonesia Berbagai Obat Penurun Tekar:an DarahCara-cara Penanggulangan Tekanan Darah TinggiApabila judul terlalu panjang, dan tidak mungkin dipendekkan, maka dapat dibuat dengan sub-title, seperti:Obat X sebagai Obat Penurun Tekanan Darah: Suatu Percobaan pada Macaca Fascicularis (Kera Jawa)Pengaruh Obat X terhadap Tekanan Darah Tinggi: Suatu Survei yang Dilakukan terhadap Penderita Hipertensi yang Dirawat di RSCM, JakartaDengan adanya sub-title maka kita memberikan batasan yang tegas terhadap uraian makalah yang hendak kita sajikan itu, para pembacanya pun telah bertolak dari landasan yang sama pula, sehingga mereka tidak mempunyai harapan-harapan yang lain.Nama Penulis Utama dan Penulis PenyertaPenulis utama ialah penulis makalah ilmiah yang menjadi motor utama dalam penulisan dan penelitian ilmiah itu, sedangkan penulis penyerta ialah penulis makalah ilmiah yang turut membuat, bekerja dan membantu dalam pembuatan makalah dan pelaksanaan penelitian.Nama-nama di Indonesia, dengan berbagai macam suku dan berbagai macam agama, menimbulkan corak yang berbeda-beda. Menurut kepustakaan barat, mereka tidak terlalu mementingkan nama kecil (surename) tetapi lebih mementingkan nama famili. Bahkan di dalam pertemuan internasional atau yang formal, agak janggal bila seseorang dipanggil berdasarkan nama kecilnya itu. Oleh karena itu seringkali nama kecil itu ditulis dengan inisialnya saja, umpamanya : W .D. Sawyer, B. Kennedy, J.J. Lambert, H. Kerlinger dan lain-lain.Kita di Indonesia agak sulit untuk meniru cara-cara demikian sepenuhnya. Ada orang yang tidak biasa mempergunakan nama famili, ada orang yang mempunyai dua nama untuk sure name-nya, ada yang mempergunakan derajat kebangsawanan di muka namanya. Akibatnya bila nama-nama di dalam suatu makalah sudah ditulis dalam bentuk inisial untuk bagian-bagian dari namanya, maka di kemudian hari kita akan menemui kesukaran, terutama dalam hal penelusuran kepustakaan. Oleh karena itu dianjurkan agar dalam menulis nama-nama itu hendaknya ditulis selengkap-lengkapnya. Dengan demikian kita akan mengetahui singkatan-singkatan yang tidak lazim di dunia barat itu untuk apa, seperti : H untuk Haji, R untuk Raden, sedangkan kata-kata Ny untuk Nyonya dan Nn untuk Nona tidak perlu dicantumkan. Mengenai titel kesarjanaan, seperti : Dr, Drs, MSc, PhD dan lain-lain itu bergantung kepada keperluannya, apakah diminta untuk dicantumkan atau tidak.Nama Tempat Penelitian / Tempat Penulis BekerjaNama tempat yang dicantumkan biasanya sesuai dengan nama tempat penulis bekerja sehari-harinya. Jadi bila penelitian dilakukan di tempat yang sama dengan tempat ia bekerja, maka nama tempat penulis bekerja yang dicantumkan. Demikian pula bila penelitian dilakukan di tempat lain, maka tempat nama penulis bekerja itulah yang ditulis, bukan tempat penelitian dilakukan. Apabila ada dua atau tiga penulis dari lain bagian atau instansi, maka tulislah semua nama tempat penulis-penulis itu bekerja sesuai dengan urutan penampilan nama. Supaya tidak keliru mana tempat bekerja untuk penulis A, dan mana yang untuk penulis B, maka hendaknya dibelakang nama penulis dan dimuka nama tempat diberikan tanda yang serupa, umpamanya: *, ***, @, + dan lain-lain tanda.Nama tempat penulis itu bekerja hendaknya dicantumkan secara lengkap, yaitu mulai dari sub-bagian, bagian, fakultas dan universitas serta kota. Sebagai contoh:Labor LinguistikJurusan Sastra IndonesiaFakultas SastraUniversitas AndalasPadangSub-bagian KardiologiBagian Ilmu Penyakit DalamFakulttas Kedokteran Universitas Andalas / Rumah Sakit M.Djamil, PadangRingkasan atau AbstrakRingkasan atau Summary berisi singkatan tentang pokok-pokok informasi dari suatu makalah penelitian ilmiah, yang terutama ditonjolkan didalamnya ialah penemuan yang utama serta kesimpulannya saja. Ringkasan biasanya ditujukan kepada para pembaca yang telah membaca seluruh makalah ilmiah tersebut. Biasanya majalah ilmiah di Indonesia memuat pula ringkasan dalam bahasa Inggris di samping bahasa Indonesia.Berbeda dengan ringkasan, maka abstrak berisi hampir seluruh informasi dari setiap unsur di dalam makalah penelitian ilmiah itu. Jadi suatu abstrak, selain harus ada: judul makalah ilmiah, nama-nama penulis, nama tempat penulis bekerja, juga berisi semua unsur karangan secara singkat, namun yang paling penting, seperti: pendahuluan, masalah, hipotesis, bahan dan cara, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran bila diperlukan. Ada pula yang mencantumkan beberapa daftar rujukan yang paling penting. Di dalam hasil penyajiannya dilakukan dengan memperlihatkan tabel atau grafik. Semuanya ini harus ditulis secara singkat dalam batas 200-300 kata saja.Tanpa membaca seluruh makalah ilmiah itu, orang diharapkan sudah dapat mengambil manfaat dan intisari dari apa yang ditulis dalam abstrak itu. Memang abstrak diharapkan akan tampil dalam buku ter sendiri yang berisi berbagai abstrak. Bila sudah dibuat suatu ringkasan, maka abstrak tidak perlu dicantumkan lagi, kecuali bila redaktur majalah menghendakinya.Di bawah abstrak biasanya diminta mencantumkan: key indexing word, yaitu kata-kata yang penting dan paling menonjol dalam makalah ilmiah itu. Umpamanya kata suatu penelitian berkisar pada obat X dan hipertensi, maka key indexing word itu adalah; obat X dan hipertensi. Kata-kata ini penting, terutama dalam era komputer seperti sekarang ini, untuk dipakai dalam mengindeks makalah kita dalam suatu deretan makalah yang sejenis.PendahuluanPendahuluan di dalam makalah ilmiah dapat dikatakan merupakan 'jantung'nya, karena seluruh ide dan inti pemikiran; mengapa sampai penelitian itu dilakukan dan apa yang diharapkan dari pekerjaan ini terdapat di dalam pendahuluan. Di samping itu, di dalamnya terdapat pula permasalahan dan latar belakang penelitian yang berupa tinjauan kepustakaan. Hipotesis dan/atau tujuan penelitian yang dirangkumkan dalam kalimat-kalimat yang konkrit harus ditulis pula secara cermat. Biasanya hal yang terakhir ini ditulis pada alenia terakhir daripada bagian pendahuluan. Sehingga bila kita membaca makalah orang lain, dan hendak dengan cepat mengetahui apa tujuan dan/atau hipotesis penelitian, maka bacalah alinea bagian pendahuluan yang terakhir itu.Biasanya pendahuluan dalam suatu makalah ilmiah tidak perlu ditulis secara berkepanjangan. Jadi berbeda dengan laporan penelitian atau buku tesis penelitian, di mana masing-masing topik dibuat dalam bab tersendiri, seperti bab tinjauan kepustakaan, bab pendahulun, bab hipotesis, tujuan penelitian, dan lain-lain. Pendahuluan di dalam makalah hendaknya dibuat secara ringkas, tetapi jelas dan logis serta menurut sistematis yang cermat, sehingga para pembaca tertarik dan tidak bosan membacanya.Bahan dan CaraDi dalam jurnal ilmiah internasional bagian bahan dan cara disebut : materials and methods. Secara garis besar isinya meliputi uraian tentang bahan-bahan (materials) yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian ini, dan cara (methods) yang dipergunakan atau yang dilakukan. Ada majalah profesi yang menghendaki agar uraiannya benar-benar dipisahkan, satu sub-bab tentang bahan saja dan lainnya tentang cara saja. Namun demikian kebanyakan jurnal mengambil jalan tengah yaitu mencampurkan menjadi satu kesatuan antara bahan dan cara tersebut. Umpama, seseorang peneliti melakukan pemeriksaan darah, maka dalam satu paragraf itu diuraikan bahwa bahan yang dipergunakan ialah darah manusia, dan langsung diuraikan bagaimana prosedur pengambilannya tahap demi tahap; kemudian darah itu diapakan sehingga dapat diperiksa di bawah mikroskop dan seterusnya, diuraikan secara lengkap. Dengan cara ini, maka terlihat jelas jalinan kerja antara cara dan bahan itu.Perlu diperhatikan dalam membuat uraian tentang cara, maka hendaknya ditulis sejelas-jelasnya, tahap demi tahap, sistematis, cukup detail namun tidak bertele-tele. Maksudnya ialah agar para pembaca dan peneliti lain dapat mengikuti prosedur yang kita lakukan, dan bila mereka kehendaki, dapat pula melakukannya dilaboratorium penelitian mereka masing-masing. Hal lain yang cukup penting ialah dengan menulis secara jelas dan sistematis itu, maka para pembaca dapat menilai apakah pemeriksaan yang kita lakukan itu sahih dan dapat dipercaya. Bila cara pemeriksaannya saja sudah tidak sahih dan tidak dapat dipercaya, maka hasil yang kita peroleh beserta kesimpulan dengan sendirinya tidak dapat dipakai dan tidak bermanfaat bagi dunia ilmu (science).Seringkali apabila kita mempergunakan cara yang sudah lazim dilakukan orang dan sudah umum dipahami oleh para ilmuwan, maka cara tersebut tidak perlu lagi kita uraikan secara terperinci, sebab hanya akan membosankan pembacanya saja. Cukup dengan menyebut nama prosedurnya dan kemudian rujukan kepada buku (text-book) atau majalah ilmiah iternasional yang berisi uraian panjang lebar tentang cara tersebut. Bila cara yang lazim itu kita modifikasi, maka hal ini perlu kita utarakan kemudian dilanjutkan dengan uraian bagaimana modifikasi itu kita laksanakan.Apabila di dalam uraian tentang cara, kita hendak menyebut bahan-bahan yang dipakai, maka sebutlah secara lengkap. Nama obat dan zaf kimia yang dipakai harus disebut; biasanya namanya yang dipakai adalah nama dagangnya. Apabila mempergunakan hewan percobaan, tumbuh-tumbuhan atau mikroorganisme, maka harus disebutkan lengkap nama genus dan speciesnya; umpamanya: Escherichia coli, Macaca fascicularis dan seterusnya. Kondisi hewan percobaan yang dipakai harus dicantumkan secara jelas, misalnya: umur, jenis kelamin, diet; begitu juga untuk tumbuh-tumbuhan yang dipergunakan semua ciri-cirinya harus diuraikan. Alat atau instrumen yang dipakai untuk pengukuran atau lainnya, juga harus disebutkan namanya, pabrik yang membuat, kelemahan dan lain-lain. Hal ini penting, sebab bila orang lain mengulang penelitian kita ini, tetapi ia mempergunakan alat dari pabrik yang lain, kemungkinan besar hasil yang diperolehnya tidak sama, sehingga kesalahan dapat mudah dicari.Penelitian dengan manusia akhir-akhir ini banyak dilakukan para sarjana. Untuk itu maka perlu pula diberikan data-data yang lengkap tentang manusia percobaan itu. Satu hal yang tidak boleh diberikan ialah: nama manusia itu, singkatan nama maupun nomor registrasi rumah sakit tempat penderita dirawat. Ini melanggar kode etik. Kesalahan semacam ini masih banyak dilakukan oleh para dokter kita di Indonesia. Dianggapnya apabila nama, singkatan nama atau nomor registrasi rumah sakit tidak dicantumkan, maka penelitiannya tidak dapat dipercaya, karena pasiennya tidak ada.Akhirnya di dalam bahan dan cara ini perlu pula kita cantumkan dan uraikan metode statistik yang dipergunakan, cara-cara mengambil sampel, cara-cara mengolah data, dan makna statistiknya. Dengan demikian para pembaca akan menjadi jelas bagaimana dan mengapa kesimpulan itu yang kita ambil dalam penelitian ini, dan bukan yang lain. Apabila timbul kesalahan dalam penafsiran data, dapat segera diketahui; ini mungkin karena uji statistik yang dipakai tidak tepat.HasilPada waktu bagian hasil hendak ditulis, maka seringkali timbul kebingungan data-data atau informasi apa yang hendak disajikan dan bagaimana menyajikannya. Yang biasa terjadi ialah, kita ingin menyajikan semua data yang kita peroleh kepada para pembacanya. Patokan yang harus senantiasa ditaati adalah sebagai berikut: Data yang disajikan itu hendaknya tidak menyimpang dari judul makalah, tujuan penelitiannya dan masalah yang sedang dihadapi, serta, kalau ada, hipotesis yang telah dibuat berdasarkan landasan teori yang digali. Bila dalam penelitian kita memperoleh banyak data, tetapi tidak menyokong hipotesis dan sangat menyimpang dari judul makalah, janganlah dimasukan dalam hasil, sebab hal ini akan membingungkan para pembaca saja.Seorang peneliti harus senantiasa bertindak tetiti; data penelitiannya harus dicatat secermat-cermatnya dan selengkap-lengkapnya. Data yang disajikan hanyalah yang dapat menyokong argumentasi kita. Bila terdapat hasil yang negatif namun bermanfaat bagi penelitian ini, laporkanlah secara jujur pula, sebab hal ini bermanfaat juga bagi para peneliti lain. Kita harus berhati-hati terhadap hasil yang saling bertentangan, sebab hal ini hanya akan menyulitkan dalam mengambil kesimpulan. Jangan mengubah data yang diperoleh atau menambahkannya sehingga dengan demikian kesimpulan yang ingin kita peroleh dapat terwujud; tindakan semacam ini tidak etis dan dapat merugikan dunia ilmu (science). Kesimpulan yang dibuat pada akhir makalah harus disokong oleh data yang konkrit; janganlah membuat kesimpulan dari data-data yang tidak ada, atau kesimpulan yang dibuat berdasarkan angan-angan kita atau sebagai hasil penelusuran kepustakaan. Apabila hal itu dilakukan maka namanya bukan kesimpulan, tetapi masih hipotesis.Sekarang bagaimana cara menyajikan data dan hasil informasi yang diperoleh sehingga jelas dan tidak membingungkan. Syaratnya ialah: tulislah dengan kalimat sederhana, uraiannya sistematis, bahasanya mudah dimengerti dan tidak menimbulkan dua pengertian. Susun data secara bersangkut-paut dan logis serta diarahkan kepada suatu tujuan agar dapat digunakan dalam pengujian hipotesis, atau dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang kita hadapi. Janganlah menulis bagian hasil ini hanya dengan data-data saja, tanpa memberikan keterangan atau uraian lainnya serta makna hasil yang diperoleh. Hasil dan kesimpulan analisis statistik harus dijelaskan secara tuntas, jangan dibiarkan sampai batas angka-angka dan kode-kode statistik yang lazim digunakan. Misalnya, bila dalam penelitian kita memperoleh hasil uji t Student P < 0,001, maka makna dari hasil statistik ini harus dijabarkan lebih lanjut; jangan membiarkan para pembaca berpikir berkepanjangan. Jadi maksud dari simbol statistik itu, yang artinya berbeda bermakna, harus lebih dijabarkan variabel apa terhadap variabel apa yang berbeda secara bermakna itu.Untuk menghindari uraian yang bertele-tele dan membosankan, maka data yang hendak disajikan itu, perlihatkanlah dalam bentuk lain, yaitu: Tabel dan/atau gambar/grafik. Biasakanlah untuk membuat tabel atau gambar/grafik selagi penelitian sedang dilakukan, sehingga bila ada data yang kurang lengkap dapat segera diketahui dan ditambahkan. Tabel dan gambar/grafik harus dibuat dengan baik dan cermat, judul dan keterangan harus cukup jelas sehingga para pembaca dapat dengan mudah mengerti dan memahami informasi yang disajikan tanpa harus membaca naskah lengkapnya. Satu tabel dan atau gambar/grafik yang sempurna lebih bermanfaat dari uraian kalimat yang berkepanjangan. Jadi bila data telah disajikan dalam bentuk visual itu, kita tidak perlu menguraikannya lagi dalam kalimat. Yang perlu ditulis dalam kalimat, ialah uraian yang berisi rujukan kepada tabel atau gambar/grafik tersebut. Misalnya, pada tabel 1 tampak kadar antibodi di dalam penderita dan orang sehat, atau pada gambar 1 terlihat hubungan dosis obat X terhadap tekanan darah penderita hipertensi dan seterusnya. Jadi tabel atau gambar itu jangan dibiarkan berdiri sendiri, antara kalimat dengan tabel/gambar itu harus terlihat hubungan ceritanya secara logis dan sistematis.Oleh karena itu setiap tabel dan gambar/grafik harus diberi nomor secara berurutan: tabel 1, tabel 2, tabel 3 dan seterusnya, dan gambar 1, gambar 2, gambar 3 dan seterusnya. Seringkali kita dihadapkan kepada suatu masalah, data sebaiknya disajikan dalam bentuk tabel atau gambar/grafik? Kita harus memilih yang paling baik dan jelas dalam menyajikan data yang dimaksud. Biasanya tabel lebih bermanfaat dalam menyuguhkan data dalam bentuk angka, misalnya kadar sesuatu zat yang dibandingkan antara dua-tiga kelompok, sedangkan gambar/ grafik lebih menggambarkan suatu hubungan serta arah, misalnya perubahan waktu terhadap suatu kadar zat. Yang penting, janganlah menampilkan tabel dan gambar/grafik yang berisi informasi data yang sama sekaligus.Pada waktu kita menyampaikan makalah ilmiah kepada majalah profesi ini, maka tabel, terutama gambar/grafik harus dibuat sebaik-baiknya. Grafik harus sudah disampaikan dalam bentuk 'siap cetak', artinya jangan ditulis di kertas milimeter dengan tinta biasa atau pensil. Buatlah di atas kertas gambar khusus dan digambar secara rapi dengan tinta cina. Hasil gambar ini kemudian dapat difoto lalu dicetak di atas kertas hitam-putih yang mengkilat; foto ini yang dikirim ke majalah profesi.Berbicara tentang foto, maka ada pula informasi yang ingin kita sampaikan dalam bentuk foto hitam-putih atau berwarna. Buatlah secara tajam dan jelas; foto semacam ini, mungkin berupa penyakit yang diderita penderita, jaringan tumor, hewan percobaan yang dipakai, alat-alat yang rumit dan lain-lain. Bagi para pembaca lebih bermanfaat daripada kita uraikan dalam kalimat yang panjang-panjang. Satu hal yang harus kita ingat, yaitu bila kita menampilkan wajah orang, maka bagian matanya harus ditutup, dan sebaliknya orang yang bersangkutan sudah diberitahu dan sudah mendapat izin. Bila menampilkan barang atau jaringan atau hewan, terutama bila ada gambar mikroskopis, maka pada foto itu harus pula ditampilkan ukurannya sehingga pembaca mempunyai bayangan berapa besar benda yang diperlihatkan itu.Pembahasan/DiskusiIsi bagian diskusi atau pembahasan ini ialah mendiskusikan dan membahas hasil-hasil yang kita peroleh lebih lanjut, dan membandingkan dengan bahan bacaan yang kita peroleh. Kesalahan yang seringkali dilakukan oleh para pemula, ialah mengulang menampilkan data atau informasi yang telah disajikan dalam bagian hasil; ini duplikasi namanya. Kita dapat menekankan makna hasil yang diperoleh itu, membahas aspek-aspek baru yang diperoleh, menguraikan arti dari kesimpulan yang dibuat, bahkan membahas berbagai kelemahan yang ada.Dari semua pembahasan yang disajikan ini, kita harapkan para pembaca dapat menarik manfaat yang sebesar-besarnya dari makalah ilmiah kita ini. Dan juga para pembaca dapat sekaligus menilai dan menarik kesimpulan tentang kesahihan data dan kesimpulan yang disajikan ini. Sebaliknya, dalam pembahasan ini boleh juga diajukan berbagai kritik terhadap berbagai penemuan orang lain atau pendapatnya, berdasarkan argumentasi ilmiah yang kita peroleh. Jangan menyerang orang tanpa dasar dan secara pribadi sifatnya; dari sudut penelitian maka hal ini kurang etis. Sebaliknya, kita sendiri sekali-kali jangan terlalu berbangga hati dan membesar-besarkan hasil penemuan kita ini. Oleh karena itu dalam kalimat-kalimat ilmu pengetahuan, para Sarjana lebih sering memakai kalimat pasif daripada kalimat aktif; ini untuk merendahkan diri dan tidak menonjolkan diri. Bandingkan kalimat aktif, seperti : "Saya telah menemukan bakteri jenis baru setelah bekerja selama dua tahun ", dengan kalimat pasifnya, yaitu: "Bakteri jenis baru telah ditemukan setelah bekerja selama dua tahun". Kalimat pasif tidak menonjolkan siapa yang menemukan.Kemahiran seorang peneliti dapat terlihat dari kemampuannya membahas dan mendiskusikan hasil penemuannya ini. Namun kita harus senantiasa berpegangan kepada judul makalah, tujuan penelitian, latar belakang permasalahan dan hipotesis yang dibuat. Sehingga jangan terjadi penguraian dalam pembahasan yang menyimpang dari hal-hal yang telah digariskan itu. Kalau hal ini sampai terjadi, maka makalah ilmiah kita menjadi semerawut, kacau, tidak sistematis dan dapat dianggap tidak ilmiah sama sekali. Demikian pula dalam membuat interpretasi, buatlah secara wajar dan benar, tidak berlebihan, sebab penafsiran yang berlebihan dapat menurunkan nilai/bobot penelitian itu sendiri. Cerminkan kejujuran, cara yang adil dan wajar serta kecermatan dalam pembahasan. Setelah membuat pembahasan secara menyeluruh usahakanlah menarik kesimpulan yang berhubungan dengan maksud pemecahan permasalahan ilmiah dan pengujian hipotesis. Komentar yang berharga untuk perencanaan penelitian lebih lanjut, bila dianggap perlu, dapat ditambahkan.KesimpulanBagian kesimpulan, bergantung kepada kebiasaan dan keperluan makalah atau hasil penelitian yang bersangkutan, dapat disatukan dengan pembahasan/diskusi atau dalam ringkasan; dalam jurnal internasional dikenal dengan judul: summary and conclusion. Bila kesimpulan itu ingin ditulis secara tersendiri, maka buatlah kesimpulan dengan argumentasi yang logis dan benar, serta hubungkanlah dengan tujuan penelitian dan hipotesis serta permasalahan yang ingin dipecahkan. Janganlah sekali-kali menyimpulkan sesuatu dari data yang kurang lengkap, kurang sempurna atau tidak menyokong sama sekali.Apabila dalam melakukan penelitian, pada waktu menulis makalah timbul suatu ide yang baru dan bermanfaat untuk diutarakan, maka kita dapat menuliskannya. Saran-saran lain yang dianggap perlu, komentar tentang penelitian itu sendiri, manfaat bagi masyarakat luas dan dunia ilmu (science), dapat kita cantumkan pula di bagian ini.Daftar RujukanDaftar rujukan berisi semua sumber informasi yang dipakai untuk menguatkan pernyataan yang ditulis. Daftar ini ditulis dan disusun menurut peraturan yang berlaku dan dicantumkan di akhir makalah. Sumber informasi yang dicantumkan dalam daftar rujukan hendaknya yang benar-benar dibaca, diperiksa dan dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian, kita memang wajib untuk membaca dan menelusuri semua kepustakaan yang ada, baik yang lama maupun yang paling baru. Tetapi harus diingat bahwa tidak semua sumber informasi itu relevan dengan penelitian kita, dan walaupun relevan, namun tidak semua harus dimasukkan. Puluhan bahkan ratusan daftar rujukan tidak meriggambarkan kehebatan si peneliti, bahkan sebaliknya hanya mencermin kelemahannya saja. Si peneliti tidak mampu untuk menentukan sumber informasi mana yang benar-benar berguna bagi makalah ilmiahnya itu. Perlu diingat bahwa tidak semua sumber informasi itu mempunyai dasar ilmiah yang dapat diandalkan dan dipercaya. Di lain pihak, redaktur majalah profesi kadang-kadang memberikan batasan tentang berapa banyak jumlah rujukan yang boleh ditampilkan; hal ini penting mengingat harga kertas dewasa ini mahal, sehingga harus ada penghematan.Mengenai cara penulisan daftar rujukan itu, dewasa ini terdapat bermacam-macam peraturan, walaupun ada kecenderungan sekarang ini untuk memakai Vancouver style. Yang penting ialah baca dan pelajari Inforrnation for Authors pada setiap keperluan penulisan makalah. Sumber informasi yang dapat dimasukkan ke dalam daftar rujukan bisa berupa: a) buku seluruhnya, b) bab atau bagian dari buku, c) monografi, d) makalah ilmiah dalam majalah profesi, e) laporan atau naskah penerbitan suatu badan atau lembaga resmi, f) majalah semi ilmiah, surat kabar dan lain-lain. Kadangkala kita sering menjumpai nama seseorang sebagai sumber informasi. Untuk itu, maka di belakang namanya itu dicantumkan kata-kata komunikasi pribadi.Janganlah mencantumkan suatu sumber di dalam daftar rujukan, padahal makalah itu tidak dibaca sama sekali. Bila kita memperoleh informasi itu dari tangan kedua, artinya dibaca dari suatu makalah, maka di dalam daftar rujukan kita harus mencantumkan dengan jelas kata-kata: dikutip dari (cited from), kemudian ditulis sumber bacaan yang kita baca itu. Bila kita baca suatu abstrak, maka di belakang sumber itu harus jelas tertera kata abstrak di dalam kurung. Bila ada suatu sumber informasi yang diperoleh dari laporan yang tidak atau belum dipublikasikan, maka kita harus mencantumkan kalimat: tidak dipublikasikan atau sedang dicetak (in press), semuanya ditulis di dalam kurung di belakang nama sumber yang dikutip.Daftar KepustakaanBarry, M.D. and Martin, G.P. 1991. A Guide to Writing Research Papers. New York: McGraw-Hill Book Company.Hadi, S. 1987. Bimbingan Menulis Skripsi dan Thesis (jilid I dan II). Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.Jacob, T. 1990. Beberapa petunjuk untuk menulis dalam bidang kedokteran dan biologi. Yogyakarta: Berkala Ilmu Kedokteran Gadjah Mada 2 : 193-200.Kamaruddin. 2004. Metode Penulisan Skripsi dan Thesis. Bandung: Penerbit Angkasa.Leedy, P.D. 2004. Practical Research : Planning and Design. New York: Mac Millan Publishing Co. Inc.O'Conner, M and Woodford, F.P. 1996. Writing Scientific Papers in English. Amsterdam: Excerpta Medica.Surakhmad, W. 2004. Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi : Cora merencanakan, Cara Menulis, Cara Menilai. Bandung: Penerbit Tarsito.Tadjudin, M.K. 2006. Loporan dan Kumpulon Naskah Penoturan Tenoga Peneliti di Perguruan Tinggi (Laporan Penelitian). Ed. M.K. Tadjudin. Jakarta: Universitas Indonesia, Jakarta.Tim Penyusun kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Utorodewo, Felicia N. Modul Laras Ilmiah dan Ragam Bahasa. Pelatihan Pengajaran Penulisan Ilmiah (ToT Academic Writing), PPBI Universitas Andalas: Padang, tanggal 45 Mei 2007.