Upload
rizki-dwika-aprilian
View
254
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Interior Architectural Design Studio 5, University of Indonesia batch 2011. 2014
Citation preview
Adriansyah H/ Chandrawati H/ Maharhanie S/ Mega Parlintara/ Mella Setyowati/ Millatina/ Nur Hasanah/ Nur Mala Sari/ Rizki Dwika/ Tifanny F/
Berkembang di Indonesia sekitar 1950-1960’an
1) Merujuk istilah Yankee, sebutan penduduk New England yang tinggal di utara Amerika Serikat 2) Masuknya tren dari Amerika ke Indonesia: celana jengki, sepeda jengki, perabot jengki (berbentuk miring)
Sebagai pemberontakan para aannemer terhadap bentukan arsitektur kolonial, mencerminkan kemerdekaan dari penjajahan. -Josef Prijatomo dalam Identifikasi Tipologi dan Bentuk
Arsitektur Jengki di Indonesia melalui Kajian Sejarah, oleh Kemas Ridwan
Fig1. Rumah jengki Jalan Sinabung, Kebayoran Baru, Sumber foto: Dokumentasi Pribadi
Fig2. Rumah masa kolonial, Sumber foto: Dokumentasi Pribadi
[Fig1]
[Fig2]
Memiliki bentuk atap pelana, dengan kemiringan 35 derajat
Memiliki tembok depan yang miring, seolah-olah akan rubuh.
Identifikasi Tipologi dan Bentuk Arsitektur Jengki di Indonesia melalui Kajian Sejarah, oleh Kemas Ridwan, 1999
Menggunakan kerawang/rooster sebagai pengatur udara
A
B
C
D Memiliki portico/beranda dan bangunan sayap selain bangunan utama
A
B
C
D
D
Fig3. Bagian-bagian rumah jengki Sumber foto: Dokumentasi Pribadi
Menjadi kawasan permukiman rakyat yang dirancang dengan konsep Garden City (memiliki RTH lebih dari 30
persen) yang jauh dari pusat kota. -Budi A. Sukada (2012) dalam bahan mata ajar
Sejarah Arsitektur 1, Universitas Indonesia
Perluasan administratif. Akibat terdesak perkembangan Jakarta yang pesat, akhirnya
daerah yang semula area hunian justru banyak yang dikomersialisasikan
Fig4. Diagram blockplan site terpilih
Jalan Pakubuwono VI menjadi jalan pintas bagi orang dari arah Ciledug/ Gandaria yang ingin menuju pusat kota maupun sebaliknya. Sehingga, pada jam istirahat dan pulang kantor, jalan ini kerap terjadi kemacetan yang menimbulkan kebisingan bagi sekitar.
Fig.5 Tabel Kepadatan Akses Jalan Pakubuwono VI per menit sumber: data counting pribadi
Fig6. Diagram akses sekitar site
[Fig6]
Vegetasi yang cukup
pada bangunan
tersebut menyerap
kebisingan dari luar
sehingga kebisingan
tidak masuk kedalam
rumah
Orientasi bangunan menghadap barat laut mengakibatkan bangunan tidak merasakan terik matahari secara langsung
Fig8. Diagram pergerakan matahari terhadap site.
(atas: pukul 08.00, bawah kanan: pukul 12.00,
bawah kiri: pukul 16.00)
[Fig8]
NOISE
Vegetasi yang terdapat sepanjang pagar bangunan berperan menyerap kebisingan dari luar sehingga kebisingan tidak sepenuhnya masuk ke dalam rumah
5m
NOISE
Jarak rumah – jalan raya: lima meter. Halaman yang luas menyebabkan kebisingan semakin tidak terdengar ke dalam hunian.
Fig9. Diagram kebisingan Lingkungan terhadap site.
(atas: siteplan dan kebisingan jalan, kanan: potongan lingkungan)
VIEW
Selain menyaring kebisingan, barisan pohon di depan site juga memnimbulkan rasa privasi orang-orang yang berada di dalam rumah, merasa tidak terlindungi dari luar
Fig10. Diagram keterhubungan visual antara lingkungan dengan site.
(atas: secara siteplan, kanan: potongan lingkungan)
view dari Jl. Pakubuwono VI
view dari site
terhalang
1. Orientasi menghadap barat laut, mengakibatkan bangunan tidak merasakan terik matahari secara langsung (bukaan besar pada fasad tidak mempengaruhi kenyamanan di dalamnya)
1. Sebagian besar penduduk setempat adalah masyarakat menengah ke atas yang terbiasa tidak berinteraksi antar warga, mengakibatkan taman-taman di area permukiman tidak lagi digunakan dengan baik sebagai tempat berinteraksi.
1. Akses yang mudah dan strategis membuat nilai kawasan meningkat. 2. Besarnya halaman serta banyaknya vegetasi pada bangunan mampu mengurangi kebisingan dari jalan raya.
1. Besarnya potensi site untuk dijadikan tempat komersil mengakibatkan fungsi rumah jengki sebagai tempat tinggal semakin berkurang akibat beralih fungsi.
Jalan Pakubuwono VI No. 3, Kebayoran Baru
Selain sebagai struktur bearing wall, keberadaan dinding juga membentuk ruang pada rumah jengki.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan bearing wall dalam merentang, sehingga ruang yang terjadi
dalam Rumah Jengki memiliki banyak sekat dan berpengaruh pada pergerakannya.
Fig11. Denah dan Zonasi Rumah Jengki Terpilih
[Fig11]
Fig12. Flow pergerakan dan diagram akses dalam rumah
Akibat banyaknya sekat pada area servis membuat pola akses yang terjadi adalah percabangan,
sesuai dengan program fungsinya yaitu memaintenance bangunan. [Fig12]
Referensi: Re-reading pg 22, Graeme
KEYPLAN LANTAI 1
Fig13. Keadaan ruang di garasi gelap karena hanya Mengandalkan daylight dengan bukaan sedikit. Efek gelap dihadirkan terkait dengan fungsi garasi sebagai tempat penyimpanan mobil Sumber foto: dokumentasi pribadi
Sekat- sekat menghasilkan
space kecil
Bukaan menjadi semakin
kecil
Cahaya yang masuk ke dalam ruang menjadi
semakin sedikit/kecil
Kualitas ruang yang serupa dapat ditemui di area service. Meskipun
terdapat artificial light, kesan gelap masih terasa karena cahaya lampu
yang tidak bisa menjangkau seluruh ruang
Fig14. Keadaan pencahayaan di ruang servis.
Sumber foto: dokumentasi pribadi
[Fig14]
Pencahayaan pada area cuci
mengandalkan pencahayaan alami,
tetapi pencahayaan di ruang tersebut
tidak terlalu terang karena penggunaan
material tegel yang kurang dapat
memantulkan cahaya.
KEYPLAN LANTAI 1
Fig15. KIRI: Foto eksisting penutup atas bagian belakang area servis. Fig16. KANAN: Potongan prinsip masuknya cahaya ke dalam area servis Sumber foto: dokumentasi pribadi
[Fig16]
[Fig15]
X X
X
cahaya matahari menerus melalui atap
material tegel tidak bersifat Memantulkan kembali cahaya
yang masuk
Padatnya sekat yang terdapat di area servis memungkinkan terbentuknya ruang yang
lebih lapang di area owner, serta memungkinkan dibuatnya bukaan lebar sebagai jalan
masuknya cahaya alami.
Keberadaan sekat di antara ruang servis dan owner membuat cahaya alami tidak dapat
terdistribusi ke ruang servis, sehingga memutus konektivitas ruang servis dan owner.
Fig17. pembatas antara ruang servis dengan ruang owner menunjukan konektivitas antar ruang yang terputus.
[Fig17]
Bukaan jendela
Karena orientasi bangunan
dan cahaya matahari yang
jatuh terhalangi vegetasi
dan panasya diredam oleh
tanah, terik matahari
tidak masuk secara
langsung ke dalam
bangunan.
Space yang dihasilkan luas
Bukaan menjadi
luas
Cahaya yang masuk ke dalam ruang menjadi
banyak
KEYPLAN LANTAI 1
Fig18. KIRI: Foto eksisting bukaan pada fasad rumah. Orientasi bangunan: barat laut. Fig19. KANAN: Potongan prinsip masuknya cahaya ke dalam area owner sumber foto: dokumentasi pribadi
[Fig8]
Jendela dan pintu besar membuat tensi ruang menjadi rendah, sehingga
manusia merasa ukuran ruang menjadi terasa luas. Terlebih penggunaan cat
putih polos pada dinding membantu memantulkan cahaya sehingga
menekankan kesan luas pada ruang.
210
cm
320
cm
Referensi: Re-reading pg 184, Graeme
Fig20. diagram perbandingan antara skala manusia dengan ketinggian pintu yang berbeda
[Fig20]
Fig21. Denah dan Zonasi Rumah Jengki Terpilih
Layout ruang pada lantai 2 seolah-olah tidak menceritakan hubungan keseluruhan antar-ruang karena adanya akses tersembunyi dari koridor menuju balkon (harus melalui kamar terlebih dahulu).
Tidak adanya koneksi
antar kamar, sehingga
kehadiran balkon
menjadi koneksi/akses
ketiga kamar tersebut
Fig22. Diagram pergerakan di lantai dua, dari tangga menuju balkon
Fig23. Skema diagram pergerakan di lantai dua, dari tangga menuju balkon secara potongan
[Fig23]
[Fig22]
Pada rumah jengki, ditemukan bahwa dinding tidak hanya
menjadi elemen ruang yang membagi/ membatasi space,
tetapi dinding juga dapat mengomunikasikan
ide alternatif berupa furnitur built in yang dapat
ditambahkan ke dalam sesuai dengan ukurannya.
Referensi: Re-reading pg 184, Graeme
[Fig24]
Fig24. ATAS: lokasi cerukan dinding BAWAH: dokumentasi cerukan pada dinding sumber foto: dokumentasi pribadi
Pada fig25, keadaan atap rumah jengki yang lebih besar di atas menyebabkan ruang terasa lebih luas jika dibandingkan dengan sebelah kanan. Hal ini berkaitan dengan jangkauan penglihatan/ titik mata manusia yang berada di bagian atas
Fig25. diagram perbandingan antara kemiringan fasad eksisting (kiri) dan alternatif lainnya (kanan) terhadap manusia
[Fig25]
jangkauan pandang makin luas
terbentuknya sudut mati
Pada balkon terdapat kaca lebar yang menimbulkan
keterhubungan luar dan dalam, ruang sebagai
space as continuum,
Sehingga, meski dihalangi pembatas, manusia masih dapat
merasakan kualitas ruang yang lebih besar dibanding
dimensi sebenarnya
Referensi: Re-reading pg 147, Graeme
Fig26. jangkauan penglihatan yang meluas membuat keterhubungan antara inside-outside secara visual
[Fig26]
Cahaya dapat memberikan kualitas ruang yang berbeda berdasarkan waktu. Ketika siang, Semakin tinggi intensitasnya maka warna cahayanya semakin putih. Hal ini menyebabkan elemen ruang di dalam dan di luar balkon menjadi semakin terlihat dan menyebabkan ekstensi space. Ketika malam intensitas cahaya menurun, sehingga penurunan intensitas cahaya di dalam maupun di luar balkon menyebabkan ekstensi space tidak terjadi. Kualitas ruang pagi dan malam menjadi sangat berbeda.
Fig27. Diagram cahaya pada pagi dan siang hari
menyebabkan space as continuum
Fig28. diagram ketiadaan cahaya pada malam hari
memutus ekstensi space yang terjadi pada siang hari
[Fig27]
[Fig28]
1. Memiliki fasad dengan bukaan melebar di lantai dua, yang menyebabkan terhubungnya luar-dalam bangunan tanpa terpapar sinar matahari secara langsung
1. Pada area servis memiliki banyak sekat struktural, sehingga intervensi yang dilakukan harus memerhatikan struktur eksisting
1. Karena aksebilitasnya dari berbagai penjuru Jakarta memungkinkan bangunan tersebut menjadi tempat usaha dan jasa 2. Didukung Rencana Tata Ruang Wilayah DKI 2030 yang memproyeksikan kawasan Kebayoran Baru sebagai kawasan pemugaran bersejarah dan area komersial penunjang wisata
1. Bertahan atau tidaknya rumah jengki tergantung penuh pada pemilik rumahnya, meski Pemprov telah mengategorikannya sebagai bangunan cagar budaya kelas B.
Rumah-rumah Jengki di Kebayoran Baru memiliki kecenderungan untuk beralih fungsi dari hunian ke tempat bisnis, usaha, maupun jasa. Meski fungsinya akan berubah, identitas fasad miring dan bukaan lebar yang menjadi ciri khas Rumah Jengki akan tetap dipertahankan, mengingat statusnya sebagai bangunan cagar budaya kelas B oleh Pemprov DKI Jakarta serta keunikan dari bangunan itu sendiri.