Click here to load reader
Upload
yulia-adriani
View
46
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
profike siti khadijah r.a
Citation preview
SITI KHADIJAH R.A
Setiap orang memiliki idola masing-masing yang dikaguminya, dan salah satu tokoh
islam yang saya kagumi adalah siti khadijah r.a. Siti Khadijah adalah istri pertama Nabi
Muhammad SAW, wanita terbaik dari golongan Islam. Nabi Muhammad sangat mencintai
Khadijah karena jasanya yang sangat besar untuk perkembangan da'wah Nabi Muhammad.
Khadijah juga merupakan golongan yang pertama (assabiquunal awwaluun) mempercayai
kenabian Muhammad.
Sebagaimana riwayatnya, Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya.
Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya,
Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Bagi sebagian orang memiliki harta
warisan yang berlimpah mungkin bisa menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan
hidup berfoya-foya. Akan tetapi tidak dengan Khadijah. Ia pun memutuskan untuk mengambil
alih bisnis keluarga, dengan kerja kerasnya maka ia mendapat julukan Ratu Mekkah karena
terkenal dalam kaya raya dan mahir dalam perniagaannya. Dan untuk menjalankan
perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kemudian menjadi suaminya. Di sini kita bisa lihat betapa
mandirinya seorang khadijah walaupun ia perempuan tetapi ia bisa menghasilkan uang untuk
dirinya sendiri ditengah budaya jahiliah arab yang sama sekali tidak menghargai perempuan.
Khadijah merupakan gadis yang cantik dan kaya raya saat itu. Banyak pemuka quraisy
yang ingin melamarnya akan tetapi dia lebih memilih Rasulullah s.a.w sbg suami kerana ingin
mengembangkan syariat islam. khadijah merupakan istri yang setia,patuh, dan sangat bersahaja.
Ia bahkan rela hartanya digunakan untuk jalan dakwah rasulullah. Wajar saja jika rasulullah
sangat menyayangi khadijah. Suatu hari, setelah pulang berdakwah, dalam keadaan letih dan
kotor, Nabi tidur dipangkuan Khadijah. Ketika tidur, Nabi dikejutkan dgn air hangat yang
menetes di pipi beliau rupanya siti khadijah sedang menangis. khadijah menangis melihat
rasulullah s.a.w dalam keadaan letih dan kotor, lalu Khadijah pun berkata kepada rasulullah
s.a.w:
"wahai rasulullah, jikalau harta hartaku ini masih tidak cukup untuk perjuangkan agama Allah
ini, apabila aku mati nanti, jika engkau ingin melintasi sungai, dan tiada kayu untuk dibuat titi,
engkau galilah kuburku dan gunakan lah tulang belulangku sebagai jambatan untuk engkau
berjuang dijalan Allah.."
Betapa mulianya hati siti khadijah. Pengorbanan beliau mengajar kita tentang arti zuhud,
pengorbanan, dan kasih sayang.
Ketika rasulullah dalam kegelisahan dan kebingungan setelah menerima wahyu yang
pertama, Siti Khadijah menghibur dan menyakinkan hati suaminya bahwa ia akan menjadi Nabi
dan akan mengangkat tinggi derajat kaumnya. Dan ketika suaminya menerima wahyu yang
kedua berisi perintah menyuruh mulai bekerja dan berjuang menyiarkan agama Allah dan
mengajak kaumnya kepada agama tauhid, Siti Khadijah adalah orang pertama yang percaya
bahwa suaminya adalah Rasulullah dan kemudian ia menyatakan ke Islamannya tanpa ragu-ragu
dan bimbang sedikitpun.
Begitulah Khadijah dengan lemah lembut dan santunnya keperibadian isteri solehah,
dialah suri teladan. Dengan suara yang rendah dia berusaha menenangkan hati sekaligus coba
menguatkan pendirian Nabi Muhammad kala itu. Khadijah juga selalu menghibur baginda dan
Rasulullah tidak pernah melihat sesuatu yang menyedihkan dari Khadijah, tidak pernah
membantah dan mendustai Rasulullah.
Dan yang patut dibanggakan adalah Khadijah seorang ummul mukminim yaitu ibu orang-
orang mukmin yang paling utama. Ia lebih utama dibanding isteri Rasulullah lainnya. Ia
memperolehi keutamaan ini kerana beliau merupakan wanita pertama yang beriman, yang
pertama memeluk Islam, yang pertama mempercayai ajaran Rasulullah SAW, yang berjuang
bersama baginda, yag menemani baginda Rasulullah SAW di kala suka maupun duka, yang
menenangkan dan meneguhkan hati dikala baginda menghadapi siksaan dan kezalimi kaum
Quraisy, yang turut mendampingi baginda dan bersama-sama merasakan beban penderitaan
dalam aksi boikot yang dilancarkan kaum Quraisy ke atas beliau dan segenap Bani Hasyim, dan
kerana Khadijah, ummul mukminin ini melahirkan putra putri baginda Rasulullah kecuali
Ibrahim.
Dari berbagai fakta dan kisah dari istri baginda rasulullah siti khadijah r.s maka saya
sangat mengidolakannya.
Sebagai bukti, pada saat Rasulullah masih berada di puncak bukit, dalam perjalanan
yang penuh ketakutan, Jibril masih menampakkan dirinya antara langit dan bumi. Nabi
Muhammad SAW tidak berpaling sedikit pun hingga melihtinya dengan jelas. Kemudian Nabi
Muhammad pulang ke rumah menemui Khadijah dalam keadaan gementar kerana merasakan
ketakutan.
Nabi Muhammad pulang dengan tubuh menggigil ketakutan. Apabila melihat
Rasulullah dalam kedaan yang sedemikian, Khadijah tetap sahaja menyambut kepulangan suami
tercinta dengan manisnya senyuman dan menyembunyikan raut kebimbangannya yang mula
bersarang. Khadijah berusaha menenangkan hati suaminya itu dan menguatkan pendirian
baginda Rasulullah SAW. Ia mengatakan kepada Rasulullah SAW :
”Tidak suami ku, demi Allah… Allah itu tidak akan mungkin sekali pun merendahkan
dirimu. Kerana engkau selalu menyambung silaturrahmi, memikul beban, menghormti orang
tamu, membantu orang miskin dan engkau selalu menolong siapa sahaja. Bergembiralah engkau
wahai pura bapa saudara ku, dan teguhkanlah hatimu. Demi Tuhan, yang diriku atas kekuasaan-
Nya, Sesungguhnya aku sangat berharap engkau akan menjadi Nabi bagi umat ini.”
Begitulah Khadijah dengan lemah lembut dan santunnya keperibadian isteri solehah,
dialah suri teladan. Dengan suara yang rendah dia berusaha menenangkan hati sekaligus coba
menguatkan pendirian Nabi Muhammad kala itu. Khadijah juga selalu menghibur baginda dan
Rasulullah tidak pernah melihat sesuatu yang menyedihkan dari Khadijah, tidak pernah
membantah dan mendustai Rasulullah.
Bahkan Khadijah selalu melapangkan hati dan menghilangkan kesedihan Rasulullah
SAW. Hal seperti ini sudah jelas muncul dari keimanan yang dalam, pemikiran yang cermat serta
pemahamam yang baik terhadap hakikat suatu permasalahan. Menurut pemahaman Khadijah,
suaminya memiliki semua sifat-sifat terpuji, maka Allah tidak akan mungkin merendahkan Nabi
Muhammad.
Nama Nasab dan Gelar
Khadijah mempunyai nama lengkap Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza
bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti
Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Khadijah lahir di Mekah tahun 68
sebelum Hijrah, 15 tahun sebelum tahun gajah atau 15 tahun sebelum kelahiran Muhammad
SAW. Ia memiliki nasab yang suci, luhur dan mulia laksana untaian mutiara yang berkilauan.
Ayahnya, Khuwailid bin Asad, adalah tokoh pembesar Quraisy yang terkenal hartawan
dan dermawan. Khuwailid sangat mencintai anggota keluarga dan kaumnya, menghormati tamu
dan suka memberdayakan serta membantu kaum miskin dan kaum papa. Ia termasuk sahabat
Abdul Mutahalib, datuk Nabi Muhammad SAW. Ayah Siti Khadijah ini juga merupakan salah
seorang delegasi Quraisy yang diutus ke Yaman untuk memberi ucapan selamat kepada rajanya
yang berbangsa Arab iaitu Saif bin Dziyazin, atas keberhasilannya mengusir pasukan Abessinia
dari negerinya. Peristiwa ini terjadi dua tahun sesudah peristiwa penyeragan Mekah pada tahun
Gajah.
Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah. Silsilah nasabnya berujung pada Amir bin Lu’ai.
Neneknya adalah Halah Binti Abdul Manaf yang tersambung sampai Lu’ai bin Ghalib. Masing-
masing silsilah ayahanda dan ibundanya berasal dari keturunan Quraisy yang terhormat dan
mulia. Nasab Khadijah dari pihak ayahanda berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada
kakeknya yang ke-empat, Qushai bin Kilab. Qushai bin Kilab adalah pemimpin Quraisy yang
berhasil merebut kekuasaan kota Mekah dari tangan kaum Khuza’ah pada abad ke-5M yang
telah lama menguasai kota ini selama berabad-abad. Setelah itu, Qushai menjadi pemimpin
agama dan pemerintahan kota Mekah yang kemudian diteruskan oleh keturunannya.
Nasab Khadijah dari pihak ibundanya berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada
kakeknya yang ke-tiga, Abdul Manaf. Dengan demikian, dari pihak ayah mahupun ibu, Khadijah
dan Rasulullah SAW memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Dan beliau merupakan isteri
Rasulullah SAW yang paling dekat nasabnya dengan beliau berbanding istri yang lain.
Khadijah biasa dipanggil dengan nama Ummu Hindun dan mendapat gelaran ath-
thhirah (wanita suci) atau ummul mukminin ( ibu orang-orang mukmin). Gelaran ath-thahirah
diperolehi sebelum kedatangan Islam kerana kesucian budi pekertinya, kedudukannya yang
mulia di tengah-tengah kaumnya, dan kesucian dirinya dari noda-noda paganisme (kepercayan
spiritual) pada zaman jahiliyah.
Khadijah juga diberi gelar ummul mukminin (ibu orang-orang mukmin) kerana ia
adalah sebaik-baik isteri yang dan mempunyai suri teladan yang baik bagi insan yang mahu
mengikutinya. Ia telah menyediakan rumah yang nyaman dan tenteram untuk Nabi Muhammad
SAW sebelum baginda diutus sebagai seorang Rasul.
Menikah dengan Muhammad
Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian
ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-
saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa menjadikan
seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini sangat disadari
Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya pengangguran. Kecerdasan dan
kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah mampu mengatasi godaan harta. Karenanya, Khadijah
mengambil alih bisnis keluarga.
Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi.
Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama
kemudian suamianya meninggal dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga
jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang
kedua dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan
beberapa waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta
dan perniagaan.
Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa
Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya, mereka
ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran mereka dengan
alas an bahwa perhatian Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya.
Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya raya dan disegani sehingga ia
sangat sibuk mengurus perniagaan.
Siti Khadijah mempunyai saudara sepupu yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau
termasuk salah satu dari hanif di Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua. Ia
mengutuk bangsa Arab yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari
kepercayaan nenek moyang mereka (nabi Ibrahim dan Ismail).
Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah
untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan
mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan
kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis, pekerti yang luhur,
kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari Khadijah semakin mengagumi
sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada
Muhammad.
Tibalah hari suci itu. Maka dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah
dengan Siti Khadijah pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili oleh paman
Khadijah, ‘Amr bin Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib
dan Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah berusia 40
tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak
sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah, karena mereka menikah dilandasi oleh cinta
yang tulus, serta pengabdian kepada Allah. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah telah
memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.
Setelah menikah dengan baginda Rasulullah SAW, beliau dikurniakan enam orang
anak. Padahal, saat menikah dengan Rasulullah SAW ia sudah menginjak usia 40 tahun. Berarti
ke-enam orang anaknya hasil pernikahannya dengan baginda lahir setelah ia berusia 40 tahun.
Sungguh luar biasa anugerah dan kehendak Yang Maha Kuasa.
Khadijah melahirkan 2 orang putra dan 4 orang putri. Anak pertama sekaligus putra
pertama Rasulullah bernama Qasim. Dengan nama ini, Rasulullah mendapat julukan Abu Qasim.
Putra kedua beliau bernama Abdullah, biasa dipanggil ath-thahir dan ath-thayyib keraa
dilahirkan setelah kedatangan Islam. Kedua putra ini meninggal dunia ketika masih bayi.
Anak ketiga bernama Zainab, putri sulung yang lahir sebelum Nabi Muhammad SAW
diutus Allah sebagai rasul. Zainab menikah dengan Abu Al-’Ash dan berhijrah memeluk islam
lebih awal dari suaminya Abu Al-’Ash. Zainab meninggal dunia pada awal tahun ke-lapan
sesudah memeluk Islam dan dimakamkan di Baqi’.
Anak ke-empat dan ke-lima adalah Ruqayyah dn Ummu Kultsum. Kedua putri beliau
ini dinikahi oleh kedua anak Abu Lahab, Atabah dan Utaibah. Apabila mengetahui kedua
anaknya menikahi putri Rasulullah SAW, Abu Lahab jadi marah seraya berkata :
Aku tidak akan berkumpul dengan kalian bila kalian tidak menceraikan kedua anak
Muhammad itu.” maka keduanya menceraikan istri masing-masing sebelum sempat
menggaulinya. Setelah itu, Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan. Ia ikut berhijrah ke
kota Madinah bersama suaminya. Ia meninggal di Madinah dan dimakamkan di Baqi.’
Sepeninggalan Ruqayyah, Utsman menikah lagi dengan Ummu Kultsum. Namun, tidak lama
kemudian, Ummu Kultsum juga kembali ke rahmatullah. Kerana menikah dengan kedua puri
baginda, utsman dijuluki dengan Dzun Nurain (pemilik dua cahaya)
Anak yang ke-enam adalah Fatimah Az-Zahra. Menikah dengan seorang sahabat yang
terkenal dan disegani iaitu Ali bin Abi Thalib. Ia adalah ibunda Hassan dan Husein. Fatimah
telah menghembuskan nafas terakhir pada tahun 11 H dalam usia 30 tahun. Jenazahnya
dimakamkan di Baqi.’
Dengan yang demikian, putra putri Rasulullah SAW lahir dari rahim Khadijah, kecuali
Ibrahim yang lahir dari rahim Maria al Qibthiyah, seorang budak perempun yang diterima pleh
Rasulullah SAW sebagai hadiah dari Muqaiqis, raja Mesir.
Kepribadian Dan Keutamaan
Keistimewaan dan keutamaan wanita suci ini sungguh tidak terbilang. Perjalanan
hidupnya bertabur kemuliaan yang tidak terbatas. Keperibadian dan perilakunya yang lurus
benar-benar sesuai dengan sifat orang mukmin. Terdapat banyak hadits dan informasi dari data
sejarah Islam yang menerangkan pelbagai keutamaan wanita suci nan mulia ini. Diantaranya
adalah seperti berikut :
Iman, agama dan kedalaman pemahamannya.
Pada masa Jahiliyah, Khadijah tidak seperti wanita Quraisy pada umumya. Ia begitu
istimewa kerana memiliki kehormatan, kedudukan yang tinggi, keimanan sejati, berjiwa besar
dan perilaku yang suci sehingga memperoleh gelaran sebagai ath-thairah atau wanita suci. Ia
adalah wanita yang dekat dengan sumber-sumber keimanan. Di dalam jiwaya, ia banyak
merasakan kegelisahan terhadap fenomena paganisme jahiliyah. Oleh kerana itu, tidak jarang ia
mencurahkan kegelisahannya kepada Waraqah bin Naufal.
Sebelum berpijaknya Islam, Khadijah menganut agama hanif (agama yang dibawa oleh
Nabi Ibrahim a.s) yang berpegang kepada manhaj tauhid. Keimanannya sama sekali tidak pernah
tercemar dengan lumpur ataupun noda-noda paganisme jahiliyah yang masih tersebar.
Demikianlah potret dan kualiti keimanan wanita terbaik penghuni syurga ini sebelum kedatangan
Islam.
Setelah Khadijah dipilih oleh Allah SWT menjadi pendamping hidup Muhammad
SAW, ia menjadi wanita yang pertama memeluk Islam, percaya dan beriman kepada Allah SWT
serta Rasulullah SAW.
Tentang keimanan Khadijah, Rasulullah SAW bersabda :
"Allah tidak pernah memberiku pengganti yang lebih baik dari Khadijah. Ia telah
beriman kepada ku ketika orang lain kufur, dia mempercayai ku ketika orang-orang mendustai
ku. Ia memberikan hartanya kepadaku ketika tidak ada orang lain yang membantuku. Dan, Allah
SWT juga menganugerahkan aku anak-anak melalui rahimnya, sementara isteri-isteri ku yang
lain tidak memberikan aku anak.” (Hadits Riwayat Bukhari, Ahmad dan Thabrani).
Keimanan Khadijah lahir dari ketajaman pandangan, keyakinan, kepercayaan dan
penyucian yang ditempuh untuk keimanan tersebut.
Sebagai bukti, pada saat Rasulullah masih berada di puncak bukit, dalam perjalanan
yang penuh ketakutan, Jibril masih menampakkan dirinya antara langit dan bumi. Nabi
Muhammad SAW tidak berpaling sedikit pun hingga melihtinya dengan jelas. Kemudian Nabi
Muhammad pulang ke rumah menemui Khadijah dalam keadaan gementar kerana merasakan
ketakutan.
Nabi Muhammad pulang dengan tubuh menggigil ketakutan. Apabila melihat
Rasulullah dalam kedaan yang sedemikian, Khadijah tetap sahaja menyambut kepulangan suami
tercinta dengan manisnya senyuman dan menyembunyikan raut kebimbangannya yang mula
bersarang. Khadijah berusaha menenangkan hati suaminya itu dan menguatkan pendirian
baginda Rasulullah SAW. Ia mengatakan kepada Rasulullah SAW :
”Tidak suami ku, demi Allah… Allah itu tidak akan mungkin sekali pun merendahkan
dirimu. Kerana engkau selalu menyambung silaturrahmi, memikul beban, menghormti orang
tamu, membantu orang miskin dan engkau selalu menolong siapa sahaja. Bergembiralah engkau
wahai pura bapa saudara ku, dan teguhkanlah hatimu. Demi Tuhan, yang diriku atas kekuasaan-
Nya, Sesungguhnya aku sangat berharap engkau akan menjadi Nabi bagi umat ini.”
Begitulah Khadijah dengan lemah lembut dan santunnya keperibadian isteri solehah,
dialah suri teladan. Dengan suara yang rendah dia berusaha menenangkan hati sekaligus coba
menguatkan pendirian Nabi Muhammad kala itu. Khadijah juga selalu menghibur baginda dan
Rasulullah tidak pernah melihat sesuatu yang menyedihkan dari Khadijah, tidak pernah
membantah dan mendustai Rasulullah.
Bahkan Khadijah selalu melapangkan hati dan menghilangkan kesedihan Rasulullah
SAW. Hal seperti ini sudah jelas muncul dari keimanan yang dalam, pemikiran yang cermat serta
pemahamam yang baik terhadap hakikat suatu permasalahan. Menurut pemahaman Khadijah,
suaminya memiliki semua sifat-sifat terpuji, maka Allah tidak akan mungkin merendahkan Nabi
Muhammad.
Wanita Solehah
Khadijah merupakah salah satu wanita terbaik di dunia. Hal ini jelas apbila merujuk
kepada sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas r.a bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda :
"Cukuplah bagimu empat wanita terbaik di dunia, yaitu Maryam binti Imran, Khadijah
Binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiah, isteri Fir’aun.” (Hadits Riwayat Ahmad,
Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
Ia adalah wanita terbaik di golongan Islam sebagaimana Maryam binti Imran yang
menjadi wanita terbaik dari golongan Nasrani. Hal ini shahih berdasarkan Hadits Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa :
"Wanita terbaik dari golongan itu adalah Maryam binti Imran dan wanita terbaik dari
golongan ini adalah Khadijah binti Khuwailid.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Selain itu juga ia termasuk salah satu di antara empat wanita terbaik penghuni syurga.
Ibnu Abbas berkata, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menggambar empat garis di atas tanah,
lalu beliau bertanya :
Tahukah kalian apa ini?”
Para sahabat mejawab, ”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Rasulullah SAW lalu
bersabda :
Sebaik-baik wanita yang menghuni syurga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah
binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiah isteri Fir’aun.”
Semua ahli hadits sepakat mengatakan bahawa ke-empat-empat wanita yang disebutkan
itu adalah wanita-wanita paling utama dan paling mulia di seluruh semesta alam. Namun ada
yang berselisihan pendapat dalam menentukan siapakah diantara mereka yang paling utama dan
paling mulia.
Mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira
Berdasarkan Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Khadijah
binti Khuwailid adalah wanita yang mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira dengan
sebuah rumah yang terbuat dari kayu di syurga, yang didalamnya tidak ada kepayahan dan
kesusahan. Seperti sabda Rasulullah :
Ketika Jibril datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata :
"Wahai Rasulullah, ini adalah Khadijah, ia datang dengan membawa sebuah bejana dan
wadah yang berisikan lauk-makanan serta minuman. Maka, jika ia telah sampai kepadamu,
sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dari ku, dan beritahukanlah kepadanya
sebuah kabar gembira berupa sebuah rumah di dalam syurga yang terbuat dari kayu yang
didalamnya menyenangkan, dan tidak ada kepayahan serta kesusahan.” (Hadits Riwayat
Bukhari)
Anas Bin Malik berkata :
Suatu ketika Jibril datang menemui Rasulullah pada saat itu beliau sedang bersama
Khadijah. Maka Jibril pun berkata :
”Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Khadijah.”
Maka Khadijah menyahut :
”Sesungguhnya Allah itulah As-Salam. Salam (sejahtera) pula atas Jibril dan atasmu
pula salam dari Allah beserta rahmat dan berkah-Nya.” (Hadits Riwayat Nasai dan Hakim)
Semua putra-putri Rasulullah SAW lahir dari rahimnya, kecuali Ibrahim
Khadijah adalah wanita yang subur rahimnya. Bagaimana tidak, sebelum berkahwin
dengan Rasulullah, ia telah dikurniakan tiga orang anak hasil pernikahannya dengan suami
pertama dan keduanya.
Dijuluki Ummul Mukminin yang paling utama
Khadijah adalah seorang ummul mukminim iaitu ibu orang-orang mukmin yang paling
utama. Ia lebih utama dibanding isteri Rasulullah lainnya. Ia memperolehi keutamaan ini kerana
beliau merupakan wanita pertama yang beriman, yang pertama memeluk Islam, yang pertama
mempercayai ajaran Rasulullah SAW, yang berjuang bersama baginda, yag menemani baginda
Rasulullah SAW di kala suka mahupun duka, yang menenangkan dan meneguhkan hati dikala
baginda menghadapi siksaan dan kezalimi kaum Quraisy, yang turut mendampingi baginda dan
bersama-sama merasakan beban penderitaan dalam aksi boikot yang dilancarkan kaum Quraisy
ke atas beliau dan segenap Bani Hasyim, dan kerana Khadijah, ummul mukminin ini melahirkan
putra putri baginda Rasulullah kecuali Ibrahim.
Wafat
Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Siti Khadijah
sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi
kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60
tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti Khadijah
al-Kubra binti Khuwailid.
Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10
kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah
sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-
Hajun.
Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah
sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah
dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan)
dalam kehidupan Rasulullah.