Upload
siti-khoirunika
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
PENGEMBANGAN PROFESI GURU FISIKA
“Pengembangan Profesionalisme Guru Dalam Mengajar Di Indonesia”
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd.
Disusun oleh:
Siti Khoirunika (K2313067)
PENDIDIKAN FISIKA 2013 B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR DI
INDONESIA
ABSTRAK
Dalam upaya pembangunan pendidikan nasional, sangat diperlukan guru (pendidik) dalam standard mutu kompetensi dan profesionalisme yang terjamin. Karena guru adalah individu yang memiliki tanggung jawab moral terhadap proses mengajar anak didik yang berada dibawah pengawasannya. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Dalam, kegiatan mengajar sangat diperlukan kompetensi profesionalisme guru, dengan adanya hal tersebut diharapkan akan memberikan sesuatu yang positif yang berkenaan dengan keberhasilan prestasi belajar siswa. Pengembangan keprofesionalan guru dalam mengajar harus dilandasi dari dengan menata diri sendiri. Terdapat 3 kriteria untuk meningkatkan mutu guru, yaitu presage, process dan product. Selain itu, upaya Pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru juga dibutuhkan. Diantaranya adalah program sertifikasi, dan pembentukan PKG (Pusat Kegiatan Guru, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja Guru). Dengan adanya berbagai upaya yang membangun keprofesionalan guru dalam mengajar, diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional dan inovatif pada guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya mendidik masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik dan berkualitas.
Kata Kunci : profesionalisme guru, mengajar, kompetensi profesionalisme
PENDAHULUAN
Dalam upaya pembangunan pendidikan nasional, sangat diperlukan guru (pendidik)
dalam standard mutu kompetensi dan profesionalisme yang terjamin. Untuk mencapai jumlah
guru profesional yang dapat menggerakan dinamika kemajuan pendidikan nasional
diperlukan suatu proses pembinaan berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif. Proses
menuju guru profesional ini perlu didukung oleh semua unsur yang terkait dengan guru.
Unsur–unsur tersebut dapat dipadukan untuk menghasilkan suatu sistem yang dapat dengan
sendirinya bekerja menuju pembentukan guru-guru yang profesional dalam kualitas maupun
kuantitas yang mencukupi.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah, melalui UU No. 14 Tahun 2005 pasal 7
mengamanatkan bahwa pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan
diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan
bangsa, dan kode etik profesi. Disamping itu menurut pasal 20, dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut guru (pendidik) dan tenaga
kependidikan mempunyai peranan menentukan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Untuk itu kualitas pendidik dan tenaga kependidikan perlu terus ditingkatkan. Upaya
pengembangan kemampuan professional guru secara terus-menerus dilakukan setelah calon
guru keluar dari lembaga pre- service. Peristiwa pembinaan kemampuan professional dalam
menunjang tugas sehari-hari disebut in-service education and training atau diklat (pendidikan
dan pelatihan). Upaya diklat dilanjutkan dengan on-service training, yaitu pembinaan lanjutan
terhadap guru ditempat bertugas dalam menerapkan inovasi yang dibahas dalam diklat.
Guru harus menunjukkan kompetensi yang meyakinkan dalam segi pengetahuan,
ketrampilan, penguasaan kurikulum, materi pelajaran, metode mengajar, teknik evaluasi, dan
menilai komitmen terhadap tugas serta memiliki disiplin yang tinggi. Kompetensi guru
tersebut perlu terus dikembangkan secara terprogram, berkelanjutan melalui suatu sistem
pembinaan yang dapat meningkatkan kualitas professional guru.
PEMBAHASAN
A. Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia,
“profession berarti pekerjaan”. Arifin (1995 :105) mengemukakan bahwa profession
mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.
Sedangkan, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi (UURI No. 14 tahun 2005).
Profesionalisme ditandai dengan adanya standar atau jaminan mutu seseorang
dalam melakukan suatu upaya profesional. Jaminan mutu ini dapat saja dalam kalangan
terbatas dilingkungan profesi atau dapat juga dalam lingkungan yang luas oleh
masyarakat umum membuat penilaian terhadap kinerjanya.
Oemar Hamalik (2006 : 27) mengemukakan bahwa guru professional merupakan
orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master
serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada
kelas-kelas besar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan,
profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertentu,
sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional.
B. Kompetensi Guru Profesional
Kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas No.045/U/2002
menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi,
kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran.
Kompetensi guru wajib dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Hal ini
dikarenakan seorang guru yang professional tentunya harus memiliki kompetensi
profesional.
Dalam buku yang ditulis oleh E.Mulyasa (2008), Kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesioanal.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan.
4. Kompetensi Sosial.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi social adalah kemampuan
guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte
didik, dan masyarakat sekitar
Menurut Suryadi dalam Suwarna (2004), predikat guru profesional dapat dicapai
dengan memiliki empat karakteristik profesional, yaitu:
1. Kemampuan profesional (professional capacity), yaitu kemampuan intelegensi,
sikap, nilai, dan keterampilan serta prestasi dalam pekerjaannya. Secara sederhana,
guru harus menguasai materi yang diajarkan.
2. Kompetensi upaya profesional (professional effort), yaitu kompetensi untuk
membelajarkan siswanya.
3. Profesional dalam pengelolaan waktu (time devotion).
4. Imbalan profesional (professional rent) yang dapat menyejahterakan diri dan
keluarganya.
Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan
mempunyai:
1. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan
masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21;
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka.
Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta
riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat
Indonesia;
3. Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan.
Profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan
berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru
dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena
pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.
Profesi guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1,
yaitu: ”Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan
prinsip-prinsip profesional sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
4. Mematuhi kode etik profesi.
5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan.
8. Memperoleh perlindungan hukum dalam rnelaksanakan tugas profesionalnya.
9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum”.
Lebih lanjut dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal
28 disebutkan bahwa ”pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi maka akan
mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal
ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru
profesional akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis
menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar
yang invitation learning environment. Dalam perkembangannya, guru memiliki multi
fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator,
change agent, inovator, konselor, evaluator, dan administrator.
C. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru
Seiring dengan di tetapkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, tuntutan profesionalisme guru terus didengungkan oleh berbagai
kalangan di masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri melalui berbagai
organisasi guru yang ada. Mereka berharap, untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan di Indonesia, diperlukan seorang guru yang professional dalam mendidik
siswa-siswinya di sekolah. Hal ini jelas menunjukkan masih adanya perhatian
masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional. Namun sebagaimana telah
dikemukakan di atas bahwa profesionalisme guru pada berbagai jenjang dan jenis
pendidikan masih rendah.
Dalam mewujudkan tuntutan kemampuan profesionalisasi guru seringkali
dihadapkan pada berbagai permasalahan yang dapat menghambat perwujudannya.
Masih rendahnya tingkat profesionalisme guru saat ini, disebabkan oleh faktor-faktor
yang berasal dalam diri guru itu sendiri (internal), dan permasalahan yang ada di luar
diri guru (eksternal). Permasalahan internal menyangkut sikap guru yang masih
konservatif, rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan kompetensinya, dan guru
kurang/tidak mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan permasalahan eksternal menyangkut sarana dan prasarana yang terbatas.
Menurut Ani M. Hasan (2003), faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru antara lain:
1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.
Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan
menulis untuk meningkatkan diri tidak ada;
2. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai
pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya
kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh
terhadap etika profesi keguruan;
3. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di
perguruan tinggi.
Secara lebih rinci, Akadum (1999) mengemukakan bahwa ada lima penyebab
rendahnya profesionalisme guru:
1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,
2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan,
3. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum
mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan,
4. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikan kepada calon guru,
5. Masih belum berfungsinya PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat
politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar
dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang
PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggotanya.
Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme
guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru.
D. Pengembangan Profesionalisme Guru dalam Mengajar
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu
bangsa. Hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks
kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan,
sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam
menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk
terus mengembangkan profesi pendidik (guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi
kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong pada
peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.
Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip pernyataan
Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam mengajar
apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada
murid-muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan
cara penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian
seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila ia dari segi: presage, ia
memiliki “personality attributes” dan “teacher knowledge” yang diperlukan bagi
pelaksanaan kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan hasil belajar kepada murid.
Dari segi process, ia mampu menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan
belajar-mengajar yang dapat mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi
product ia dapat mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing
muridnya.
Dengan penjelasan di atas berarti latar belakang pendidikan atau ijazah sekolah
guru yang dijadikan standar unsur presage, sedangkan ijazah selain pendidikan guru
berarti nilainya di bawah standar. Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria
yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur
sebagai berikut:
a. Latar belakang pre-service dan in-service guru
b. Pengalaman mengajar guru.
c. Penguasaan pengetahuan keguruan.
d. Pengabdian guru dalam mengajar.
2. Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses
belajar mengajar) terdiri dari:
a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses Pembelajaran (RPP).
b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas.
c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas.
3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari hasil-hasil
belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut.
Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di madrasah
tentunya harus didasarkan kepada efektifitas mengajar guru tersebut sesuai dengan
tuntutan kurikulum sekarang yang berlaku, dimana guru dituntut kemampuannya untuk
merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi
pengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses belajar mengajar,
disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau membimbing terjadinya
kualitas proses belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya.
Selain itu, pengembangan profesi guru dalam mengajar pada dasarnya akan
berhasil dengan baik apabila dampaknya dapat menumbuhkan sikap inovatif. Sikap
inovatif ini akan semakin memperkuat kemampuan profesional tenaga guru. Menurut
Prof Idochi diperlukan tujuh pelajaran guna mendorong tenaga pendidik (guru)
bersikap inovatif serta dapat dan mau melakukan inovasi. Ketujuh pelajaran itu adalah:
1. Belajar kreatif
2. Belajar seperti kupu-kupu
3. Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik (guru)
4. Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit
5. Belajar rotasi kehidupan
6. Belajar koordinasi dengan orang professional
7. Belajar keluar dengan kesatuan pikiran
Tujuh pelajaran sebagaimana dikemukakan di atas merupakan pelajaran penting bagi
tenaga pendidik dalam upaya mengembangkan diri sendiri menjadi orang profesional. Dalam
kaitan ini, ketujuh pelajaran tersebut membentuk suatu keterpaduan dan saling terkait dalam
membentuk guru yang profesional dan inovatif.
Belajar kreatif adalah belajar dengan berbagai cara baru untuk mendapatkan
pengetahuan baru, belajar kreatif menuntut upaya-upaya untuk terus mencari, dan
dalam hal ini bercermin pada kupu-kupu amat penting. Kupu-kupu selalu peka dengan
sari yang ada pada bunga serta selalu berupaya untuk mencari dan menjangkaunya.
Dengan belajar yang demikian, maka sekaligus juga belajar tentang keindahan dunia,
dan bagian dari keindahan dunia ini adalah indahnya jadi pendidik (guru). Guru adalah
perancang masa depan siswa, dan sebagai perancang yang profesional, maka tenaga
pendidik menginginkan dan berusaha untuk membentuk peserta didik lebih baik dan
lebih berkualitas dalam mengisi kehidupannya di masa depan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, maka guru perlu memulainya dari
yang kecil dan konkrit, dengan tetap berpikir besar. Mulai dari yang kecil pada tataran
mikro melalui pembelajaran di kelas, maka guru sebagai tenaga pendidik sebenarnya
sedang mengukir masa depan manusia. Masa depan bangsa, dan ini jelas akan
menentukan kualitas kehidupan manusia di masa yang akan datang. Dalam upaya
tersebut pendidik juga perlu menyadari bahwa dalam kehidupan selalu ada perputaran
atau rotasi. Kesadaran ini dapat menumbuhkan semangat untuk terus berupaya mencari
berbagai kemungkinan untuk menjadikan rotasi kehidupan tersebut sebagai suatu
hikmah yang perlu disikapi dengan upaya yang lebih baik dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik.
Dalam upaya untuk memperkuat keprofesionalan sebagai tenaga pendidik, maka
diperlukan upaya untuk selalu berhubungan dan berkoordinasi dengan orang
profesional dalam berbagai bidang, khususnya profesional di bidang pendidikan.
Dengan cara ini maka pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan profesi pendidik
akan terus terjaga melalui komunikasi dengan orang profesional. Belajar koordinasi ini
juga akan membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran dalam upaya untuk membangun
pendidikan guna mengejar ketinggalan serta meluruskan arah pendidikan yang sesuai
dengan nilai luhur bangsa.
Selain pengembangan keprofesionalan guru melalui diri guru sendiri,
pemerintahpun ikut aktif berperan dalam kegiatan pengembangan ini, seperti
mengadakan program sertifikasi, pembentukan PKG (Pusat Kegiatan Guru, MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja Guru).
Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling
penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan
menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan
diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya.
Tidak heran kalau guru-guru di negara maju kualitasnya tinggi atau dikatakan
profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi.
KESIMPULAN
Profesi guru merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa.
Guru merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas
pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya
di masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi guru dalam
mengajar menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa. Meningkatnya kualitas
pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun
hasilnya.
Guru sebagai tenaga profesional telah ditetapkan dalam berbagai Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah (UU Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Guru dan Dosen
(UU No 14 tahun 2005), dan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sebagai pekerjaan professional, seorang guru diharuskan memiliki berbagai kompetensi
antara lain kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi sosial.
Dalam pengembangan keprofesionalan guru dalam mengajar, hal yang penting adalah
membangun kemandirian di kalangan guru sehingga dapat lebih mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Selain itu, seperti
yang dikemukakan Alisuf Sabri bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam mengajar
apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada murid-
muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, belia menganjurkan cara penilaian
dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dan Juga dalam hubungan ini tujuh
pelajaran seperti yang dikemukakan oleh Prof. Idochi dapat menjadi dasar yang memperkuat
dalam pengembangan tersebut, sehingga dapat tumbuh sikap inovatif guru dalam
melaksanakan peran dan tugasnya mendidik masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik
dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara.
Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan.(Online)
(http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd, diakses 7 Juni
2001).
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era
Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang,
25-26 Juli 2001.
Hamalik, Oemar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Undang-Undang no 14 Tahun 2005. tentang Guru dan Dosen sebagai Tenaga Profesi.