19
MAKALAH PENGEMBANGAN PROFESI GURU FISIKA Pengembangan Profesionalisme Guru Dalam Mengajar Di IndonesiaDosen Pengampu : Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. Disusun oleh: Siti Khoirunika (K2313067) PENDIDIKAN FISIKA 2013 B FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR DI INDONESIA ABSTRAK

Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

MAKALAH

PENGEMBANGAN PROFESI GURU FISIKA

“Pengembangan Profesionalisme Guru Dalam Mengajar Di Indonesia”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd.

Disusun oleh:

Siti Khoirunika (K2313067)

PENDIDIKAN FISIKA 2013 B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR DI

INDONESIA

ABSTRAK

Dalam upaya pembangunan pendidikan nasional, sangat diperlukan guru (pendidik) dalam standard mutu kompetensi dan profesionalisme yang terjamin. Karena guru adalah individu yang memiliki tanggung jawab moral terhadap proses mengajar anak didik yang berada dibawah pengawasannya. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Dalam, kegiatan mengajar sangat diperlukan kompetensi profesionalisme guru, dengan adanya hal tersebut diharapkan akan memberikan sesuatu yang positif yang berkenaan dengan keberhasilan prestasi belajar siswa. Pengembangan keprofesionalan guru dalam mengajar harus dilandasi dari dengan menata diri sendiri. Terdapat 3 kriteria untuk meningkatkan mutu guru, yaitu presage, process dan product. Selain itu, upaya Pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru juga dibutuhkan. Diantaranya adalah program sertifikasi, dan pembentukan PKG (Pusat Kegiatan Guru, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja Guru). Dengan adanya berbagai upaya yang membangun keprofesionalan guru dalam mengajar, diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional dan inovatif pada guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya mendidik masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik dan berkualitas.

Kata Kunci : profesionalisme guru, mengajar, kompetensi profesionalisme

PENDAHULUAN

Page 3: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

Dalam upaya pembangunan pendidikan nasional, sangat diperlukan guru (pendidik)

dalam standard mutu kompetensi dan profesionalisme yang terjamin. Untuk mencapai jumlah

guru profesional yang dapat menggerakan dinamika kemajuan pendidikan nasional

diperlukan suatu proses pembinaan berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif. Proses

menuju guru profesional ini perlu didukung oleh semua unsur yang terkait dengan guru.

Unsur–unsur tersebut dapat dipadukan untuk menghasilkan suatu sistem yang dapat dengan

sendirinya bekerja menuju pembentukan guru-guru yang profesional dalam kualitas maupun

kuantitas yang mencukupi.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah, melalui UU No. 14 Tahun 2005 pasal 7

mengamanatkan bahwa pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan

diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan

bangsa, dan kode etik profesi. Disamping itu menurut pasal 20, dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut guru (pendidik) dan tenaga

kependidikan mempunyai peranan menentukan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Untuk itu kualitas pendidik dan tenaga kependidikan perlu terus ditingkatkan. Upaya

pengembangan kemampuan professional guru secara terus-menerus dilakukan setelah calon

guru keluar dari lembaga pre- service. Peristiwa pembinaan kemampuan professional dalam

menunjang tugas sehari-hari disebut in-service education and training atau diklat (pendidikan

dan pelatihan). Upaya diklat dilanjutkan dengan on-service training, yaitu pembinaan lanjutan

terhadap guru ditempat bertugas dalam menerapkan inovasi yang dibahas dalam diklat.

Guru harus menunjukkan kompetensi yang meyakinkan dalam segi pengetahuan,

ketrampilan, penguasaan kurikulum, materi pelajaran, metode mengajar, teknik evaluasi, dan

menilai komitmen terhadap tugas serta memiliki disiplin yang tinggi. Kompetensi guru

tersebut perlu terus dikembangkan secara terprogram, berkelanjutan melalui suatu sistem

pembinaan yang dapat meningkatkan kualitas professional guru.

PEMBAHASAN

Page 4: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

A. Profesionalisme Guru

Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia,

“profession berarti pekerjaan”. Arifin (1995 :105) mengemukakan bahwa profession

mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan

keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.

Sedangkan, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi (UURI No. 14 tahun 2005).

Profesionalisme ditandai dengan adanya standar atau jaminan mutu seseorang

dalam melakukan suatu upaya profesional. Jaminan mutu ini dapat saja dalam kalangan

terbatas dilingkungan profesi atau dapat juga dalam lingkungan yang luas oleh

masyarakat umum membuat penilaian terhadap kinerjanya.

Oemar Hamalik (2006 : 27) mengemukakan bahwa guru professional merupakan

orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master

serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada

kelas-kelas besar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan,

profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertentu,

sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional.

B. Kompetensi Guru Profesional

Kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas No.045/U/2002

menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung

jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi,

kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan

tugas sebagai agen pembelajaran.

Kompetensi guru wajib dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Hal ini

dikarenakan seorang guru yang professional tentunya harus memiliki kompetensi

profesional.

Dalam buku yang ditulis oleh E.Mulyasa (2008), Kompetensi yang harus dimiliki

seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:

Page 5: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

1. Kompetensi Pedagogik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi

teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Profesioanal.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c

dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam

Standar Nasional Pendidikan.

4. Kompetensi Sosial.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi social adalah kemampuan

guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte

didik, dan masyarakat sekitar

Menurut Suryadi dalam Suwarna (2004), predikat guru profesional dapat dicapai

dengan memiliki empat karakteristik profesional, yaitu:

1. Kemampuan profesional (professional capacity), yaitu kemampuan intelegensi,

sikap, nilai, dan keterampilan serta prestasi dalam pekerjaannya. Secara sederhana,

guru harus menguasai materi yang diajarkan.

2. Kompetensi upaya profesional (professional effort), yaitu kompetensi untuk

membelajarkan siswanya.

3. Profesional dalam pengelolaan waktu (time devotion).

4. Imbalan profesional (professional rent) yang dapat menyejahterakan diri dan

keluarganya.

Page 6: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan

mempunyai:

1. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan

masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21;

2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu

pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka.

Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta

riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat

Indonesia;

3. Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan.

Profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan

berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru

dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena

pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.

Profesi guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1,

yaitu: ”Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan

prinsip-prinsip profesional sebagai berikut:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang

tugasnya.

3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Mematuhi kode etik profesi.

5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan.

8. Memperoleh perlindungan hukum dalam rnelaksanakan tugas profesionalnya.

9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum”.

Lebih lanjut dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal

28 disebutkan bahwa ”pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi

sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Page 7: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi maka akan

mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal

ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru

profesional akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis

menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar

yang invitation learning environment. Dalam perkembangannya, guru memiliki multi

fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator,

change agent, inovator, konselor, evaluator, dan administrator.

C. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru

Seiring dengan di tetapkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, tuntutan profesionalisme guru terus didengungkan oleh berbagai

kalangan di masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri melalui berbagai

organisasi guru yang ada. Mereka berharap, untuk meningkatkan mutu dan kualitas

pendidikan di Indonesia, diperlukan seorang guru yang professional dalam mendidik

siswa-siswinya di sekolah. Hal ini jelas menunjukkan masih adanya perhatian

masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional. Namun sebagaimana telah

dikemukakan di atas bahwa profesionalisme guru pada berbagai jenjang dan jenis

pendidikan masih rendah.

Dalam mewujudkan tuntutan kemampuan profesionalisasi guru seringkali

dihadapkan pada berbagai permasalahan yang dapat menghambat perwujudannya.

Masih rendahnya tingkat profesionalisme guru saat ini, disebabkan oleh faktor-faktor

yang berasal dalam diri guru itu sendiri (internal), dan permasalahan yang ada di luar

diri guru (eksternal). Permasalahan internal menyangkut sikap guru yang masih

konservatif, rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan kompetensinya, dan guru

kurang/tidak mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan permasalahan eksternal menyangkut sarana dan prasarana yang terbatas.

Menurut Ani M. Hasan (2003), faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya

profesionalisme guru antara lain:

1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.

Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan

menulis untuk meningkatkan diri tidak ada;

Page 8: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

2. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai

pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya

kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh

terhadap etika profesi keguruan;

3. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak

dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di

perguruan tinggi.

Secara lebih rinci, Akadum (1999) mengemukakan bahwa ada lima penyebab

rendahnya profesionalisme guru:

1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,

2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan,

3. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari

pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum

mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan,

4. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang

diberikan kepada calon guru,

5. Masih belum berfungsinya PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara

maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat

politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar

dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang

PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggotanya.

Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme

guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru.

D. Pengembangan Profesionalisme Guru dalam Mengajar

Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu

bangsa. Hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks

kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan,

sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam

menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk

terus mengembangkan profesi pendidik (guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi

kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong pada

peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.

Page 9: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip pernyataan

Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam mengajar

apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada

murid-muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan

cara penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian

seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila ia dari segi: presage, ia

memiliki “personality attributes” dan “teacher knowledge” yang diperlukan bagi

pelaksanaan kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan hasil belajar kepada murid.

Dari segi process, ia mampu menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan

belajar-mengajar yang dapat mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi

product ia dapat mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing

muridnya.

Dengan penjelasan di atas berarti latar belakang pendidikan atau ijazah sekolah

guru yang dijadikan standar unsur presage, sedangkan ijazah selain pendidikan guru

berarti nilainya di bawah standar. Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas

dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria

yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur

sebagai berikut:

a. Latar belakang pre-service dan in-service guru

b. Pengalaman mengajar guru.

c. Penguasaan pengetahuan keguruan.

d. Pengabdian guru dalam mengajar.

2. Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses

belajar mengajar) terdiri dari:

a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses Pembelajaran (RPP).

b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas.

c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas.

3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari hasil-hasil

belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut.

Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di madrasah

tentunya harus didasarkan kepada efektifitas mengajar guru tersebut sesuai dengan

tuntutan kurikulum sekarang yang berlaku, dimana guru dituntut kemampuannya untuk

merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi

Page 10: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

pengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses belajar mengajar,

disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau membimbing terjadinya

kualitas proses belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya.

Selain itu, pengembangan profesi guru dalam mengajar pada dasarnya akan

berhasil dengan baik apabila dampaknya dapat menumbuhkan sikap inovatif. Sikap

inovatif ini akan semakin memperkuat kemampuan profesional tenaga guru. Menurut

Prof Idochi diperlukan tujuh pelajaran guna mendorong tenaga pendidik (guru)

bersikap inovatif serta dapat dan mau melakukan inovasi. Ketujuh pelajaran itu adalah:

1. Belajar kreatif

2. Belajar seperti kupu-kupu

3. Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik (guru)

4. Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit

5. Belajar rotasi kehidupan

6. Belajar koordinasi dengan orang professional

7. Belajar keluar dengan kesatuan pikiran

Tujuh pelajaran sebagaimana dikemukakan di atas merupakan pelajaran penting bagi

tenaga pendidik dalam upaya mengembangkan diri sendiri menjadi orang profesional. Dalam

kaitan ini, ketujuh pelajaran tersebut membentuk suatu keterpaduan dan saling terkait dalam

membentuk guru yang profesional dan inovatif.

Belajar kreatif adalah belajar dengan berbagai cara baru untuk mendapatkan

pengetahuan baru, belajar kreatif menuntut upaya-upaya untuk terus mencari, dan

dalam hal ini bercermin pada kupu-kupu amat penting. Kupu-kupu selalu peka dengan

sari yang ada pada bunga serta selalu berupaya untuk mencari dan menjangkaunya.

Dengan belajar yang demikian, maka sekaligus juga belajar tentang keindahan dunia,

dan bagian dari keindahan dunia ini adalah indahnya jadi pendidik (guru). Guru adalah

perancang masa depan siswa, dan sebagai perancang yang profesional, maka tenaga

pendidik menginginkan dan berusaha untuk membentuk peserta didik lebih baik dan

lebih berkualitas dalam mengisi kehidupannya di masa depan.

Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, maka guru perlu memulainya dari

yang kecil dan konkrit, dengan tetap berpikir besar. Mulai dari yang kecil pada tataran

mikro melalui pembelajaran di kelas, maka guru sebagai tenaga pendidik sebenarnya

sedang mengukir masa depan manusia. Masa depan bangsa, dan ini jelas akan

menentukan kualitas kehidupan manusia di masa yang akan datang. Dalam upaya

tersebut pendidik juga perlu menyadari bahwa dalam kehidupan selalu ada perputaran

Page 11: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

atau rotasi. Kesadaran ini dapat menumbuhkan semangat untuk terus berupaya mencari

berbagai kemungkinan untuk menjadikan rotasi kehidupan tersebut sebagai suatu

hikmah yang perlu disikapi dengan upaya yang lebih baik dalam melaksanakan tugas

sebagai pendidik.

Dalam upaya untuk memperkuat keprofesionalan sebagai tenaga pendidik, maka

diperlukan upaya untuk selalu berhubungan dan berkoordinasi dengan orang

profesional dalam berbagai bidang, khususnya profesional di bidang pendidikan.

Dengan cara ini maka pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan profesi pendidik

akan terus terjaga melalui komunikasi dengan orang profesional. Belajar koordinasi ini

juga akan membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran dalam upaya untuk membangun

pendidikan guna mengejar ketinggalan serta meluruskan arah pendidikan yang sesuai

dengan nilai luhur bangsa.

Selain pengembangan keprofesionalan guru melalui diri guru sendiri,

pemerintahpun ikut aktif berperan dalam kegiatan pengembangan ini, seperti

mengadakan program sertifikasi, pembentukan PKG (Pusat Kegiatan Guru, MGMP

(Musyawarah Guru Mata Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja Guru).

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling

penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan

menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan

diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya.

Tidak heran kalau guru-guru di negara maju kualitasnya tinggi atau dikatakan

profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi.

KESIMPULAN

Page 12: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

Profesi guru merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa.

Guru merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas

pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya

di masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi guru dalam

mengajar menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa. Meningkatnya kualitas

pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun

hasilnya.

Guru sebagai tenaga profesional telah ditetapkan dalam berbagai Undang-Undang dan

Peraturan Pemerintah (UU Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Guru dan Dosen

(UU No 14 tahun 2005), dan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan.

Sebagai pekerjaan professional, seorang guru diharuskan memiliki berbagai kompetensi

antara lain kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi sosial.

Dalam pengembangan keprofesionalan guru dalam mengajar, hal yang penting adalah

membangun kemandirian di kalangan guru sehingga dapat lebih mampu untuk

mengaktualisasikan dirinya guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Selain itu, seperti

yang dikemukakan Alisuf Sabri bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam mengajar

apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada murid-

muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, belia menganjurkan cara penilaian

dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dan Juga dalam hubungan ini tujuh

pelajaran seperti yang dikemukakan oleh Prof. Idochi dapat menjadi dasar yang memperkuat

dalam pengembangan tersebut, sehingga dapat tumbuh sikap inovatif guru dalam

melaksanakan peran dan tugasnya mendidik masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik

dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Siti Khoirunika_K2313067_PPG_Kelas B.docx

Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara.

Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan.(Online)

(http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd, diakses 7 Juni

2001).

Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era

Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang,

25-26 Juli 2001.

Hamalik, Oemar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:

Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : Remaja Rosda

Karya.

Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Undang-Undang no 14 Tahun 2005. tentang Guru dan Dosen sebagai Tenaga Profesi.