21
SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI SAMPAI DENGAN TAHUN 2017 Oleh : COKORDE ISTRI SRI DHARMA ASTITI Epidemilog Kesehatan Madya Dinas Kesehatan Provinsi Bali

SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

1

SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI SAMPAI DENGAN TAHUN 2017

Oleh :

COKORDE ISTRI SRI DHARMA ASTITI

Epidemilog Kesehatan Madya

Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Page 2: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

2

A. LATAR BELAKANG

Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak

disebabkan oleh virus Japanese Encefalitis termasuk Family

Flavivirus. Penularan virus terjadi antara nyamuk, babi, dan atau

burung rawa. Manusia bisa tertular virus JE bila tergigit oleh

nyamuk Culex Tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Biasanya

nyamuk ini lebih aktif pada malam hari. Nyamuk golongan Culex

ini banyak terdapat di persawahan dan area irigasi. Kejadian

penyakit JE pada manusia biasanya meningkat pada musim

hujan.

Sebagian besar penderita JE hanya menunjukkan gejala

yang ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Gejala dapat

muncul 5-15 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus

berupa demam, menggigil, sakit kepala, lemah, mual, dan muntah.

Kurang lebih 1 dari 200 penderita infeksi JE menunjukkan gejala

yang berat dan biasanya membaik setelah fase penyakit akut

terlampaui, tetapi pada 20-30% pasien dilaporkan mengalami

gangguan saraf menetap. Diagnosis memerlukan pemeriksaan

laboratorium dan tidak bisa dilakukan di laboratorium klinik

biasa. Komplikasi terberat pada kasus Japanese Encephalitis

adalah meninggal dunia (terjadi pada 20-30% kasus Encephalitis).

Page 3: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

3

Hingga saat ini, belum ada obat untuk mengatasi infeksi

JE, pengobatan bersifat suportif untuk mengurangi tingkat

kematian akibat JE. Sebanyak 85% kasus JE yang dilaporkan

pada Tahun 2016 terjadi pada kelompok umur 15 tahun. Hal ini

menyebabkan JE dianggap sebagai penyakit pada anak. Intervensi

yang paling utama dalam penanggulangan JE adalah pengendalian

vektor, eliminasi populasi unggas, vaksinasi pada babi, eliminasi

pemaparan manusia pada vektor, dan imunisasi JE pada

manusia. Imunisasi merupakan cara yang paling efektif untuk

mencegah JE pada manusia.

Japanese Encephalitis merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Asia termasuk di Indonesia. Jumlah kasus JE di

Indonesia Tahun 2016 yang dilaporkan sebanyak 326 kasus.

Kasus terbanyak dilaporkan terdapat di Provinsi Bali dengan

jumlah kasus 226 (69,3%). Tingginya kejadian Japanese

Encephalitis di Provinsi Bali dikaitkan dengan banyaknya

persawahan dan peternakan babi. Pemerintah Pusat telah

mencanangkan imunisasi JE pada anak usia 9 bulan sampai

dengan < 15 tahun di Bali pada tahun 2018. Untuk itu perlu

dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017,

sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah kegiatan

imunisasi JE dilakukan.

Page 4: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

4

B. TUJUAN

a. Mendeskripsikan sumber daya yang mendukung pelaksanaan

surveilans JE di Bali sampai dengan tahun 2017.

b. Mendeskripsikan jejaring yang telah dikembangkan dan dapat

mendukung kegiatan surveilans JE di Provinsi Bali sampai

tahun 2017.

c. Mendeskripsikan penemuan suspek dan kasus JE secara

epidemiologi di Provinsi Bali sampai Tahun 2017.

d. Mengidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi selama

pelaksanaan surveilans JE di Provinsi Bali sampai dengan

Tahun 2017.

C. PEMBAHASAN

1. Deskripsi Sumber Daya dan Jejaring

Sejak tahun 1990, telah mulai diidentifikasi kasus JE di

RSUP Sanglah pada Bagian Anak, kejadiannya terus meningkat,

sejak Juli tahun 2001 RSUP Sanglah bersama Dinas Kesehatan

Provinsi Bali dan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, telah

melakukan kerjasama untuk melakukan pemantauan suspek dan

kasus JE di Bali. Sejak saat itu beberapa penelitian telah

dilakukan, sampai akhirnya pada tahun 2008 telah

direkomendasikan untuk melakukan imunisasi JE terhadap

sasaran yang berisiko.

Page 5: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

5

Pada tahun 2014 telah dikembangkan faskes sentinal JE

secara nasional. Di Provinsi Bali faskes sentinal dikembangkan

secara bertahap sehingga pada tahun 2017 telah semua rumah

sakit pemerintah (RSUD se-Bali) merupakan faskes sentinal yang

didukung juga oleh lebih dari 50 rumah sakit swasta. Saat ini

telah dilakukan sosialisasi untuk melakukan identifikasi juga

terhadap suspek JE di setiap puskesmas sehingga dapat segera

dirujuk ke rumah sakit terdekat.

2. Deskripsi Suspek dan Kasus JE

Penderita penyakit JE pertama kali ditemukan di Jepang

pada tahun 1871, namun isolasi penyebab penyakit ini baru

berhasil pada tahun 1933 dengan nama Japanese "B" encephalitis

(HAYASHI, 1934). Virus JE telah ditemukan hampir di semua

negara Asia, termasuk Indonesia (VAN PEENEN et al., 1975)

Epidemiologi JE telah banyak dilaporkan diberbagai negara di Asia

seperti Kamboja, Cina, India, Jepang, Nepal, Filipina, Thailand dan

Vietnam (Tsai, 2000; Sohn, 2001 ; Day 2005). Dari isolasi virus di

Australia pada saat terjadi oubreak, sama dengan yang

teridentifikasi di Malaysia dan Indonesia. Jenis ini potensi

penularannya ke manusia melalui nyamuk dan babi.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan negara

agraris, dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya

Page 6: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

6

dari bertani, seperti menanam padi disawah yang merupakan

habitat yang paling balk bagi perkembangbiakan nyamuk

termasuk vektor JE. Sebagai negara tropis dan negara agraris,

Indonesia memiliki hamparan sawah yang luas dengan populasi

yang padat, disertai dengan banyaknya populasi babi di

sekitarnya, maka akan sangat beresiko munculnya wabah

(meningkatnya kejadian) JE pada manusia (Van Peenen et al.,

1975; Mackenzie, 1998).

Pada tahun 1972 telah berhasil diisolasi virus JE dengan

babi sebagai reservoir utama (amplifying agent) dan Nyamuk Culex

tritaeniorhynchus sebagai vektor utama (Litbangkes dan NAMRU).

Penelitian yang dilakukan melaporkan bahwa kasus klinis JE pada

manusia di Bali mencapai 36%, di Manado (Sulawesi Utara)

mencapai 22%, dan di Pontianak (Kalimantan Barat) mencapai

25%. (Wei, 2005) Dari data tersebut terlihat bahwa Propinsi Bali

merupakan daerah beresiko JE terbesar disusul oleh Propinsi

Kalimantan Barat. Rasio populasi manusia terhadap babi di Bali

adalah 3 : 1 . Dari data tersebut terlihat bahwa babi merupakan

induk semang potensial yang dapat mengamplifikasi virus JE

sehingga siap ditularkan ke manusia dan hewan lainnya.

Telah dilaporkan di Sumatra Barat, Kalimantan

Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTTdan Papua

(Ompusunggu et al. 2008 ) seperti peta distribusi kasus dibawah ini

Page 7: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

7

Hasil sentinal JE yang dikembangkan menunjukkan hasil

seperti tabel dibawah ini.

Tabel -1

Kasus JE Hasil Sentinal Tahun 2014 s/d 2016

Page 8: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

8

Dari tabel diatas kasus JE di Bali memang yang tertinggi di

Indonesia, salah satu penyebabnya adalah surveilans kasus yang

telah berjalan lebih baik dibandingkan dengan provinsi lainnya.

Hal itu dapat dilihat dari tingginya suspek JE yang telah

teridentifikasi dari tahun ke tahun, dengan positif rate berkisar

antara 7-10%.

Provinsi Bali, merupakan salah satu provinsi di Indonesia

dengan luas lahan pertanian cukup tinggi. Saat ini luas lahan

persawahan sekitar 81.092 hektar dari luas Pulau Bali 5.633 km2

(Biro Pusat Statistik Provinsi Bali, 2017). Curah hujan yang tinggi

terjadi pada Bulan November sampai April sepanjang tahun

dengan rata-rata curah hujan 709 mm (345 mm - 88 mm) (Badan

Klimatologi dan Geofisika Provinsi Bali, 2017). Sebagian besar

(98%) penduduk beragam Hindu dan memiliki kebiasaan

memelihara babi rumahan untuk kepentingan upacara adat. Saat

ini diperkirakan lebih dari 800.000 ekor dipelihara di Bali,

terutama skala rumah tangga (Dinas Peternakan Provinsi Bali,

2017). Situasi ini memang lebih berisiko untuk meningkatkan

penularan JE.

Situasi JE di Bali dari beberapa penelitian yang

teridentifikasi antara tahun 1990-1995 sebanyak 40 kasus JE

pada manusia. Secara serologis, 36,2% dari 116 kasus ensefalitis

merupakan positif akibat infeksi JE. Kasus terjadi pada anak-anak

Page 9: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

9

umur 4 bulan hingga 10 tahun. Hasil pengamatan juga

menunjukkan bahwa mortalitas JE mencapai 16% sedangkan

morbiditasnya mencapai 62%. (Gautama, et.al, 2005). Penelitian

lainnya tahun 2001 – 2003 menunjukkan 86 kasus konfirmasi JE,

4 kasus probable. Insiden rate 7,1%. 8,2 per 100.000 berusia < 10

tahun, sebesar 0,4 per 100.00 anak usia 10-11 rahun. Kematian

10% dan 37% dengan gejala sisa yang berat (Komang Kari, et al,

2005). Penelitian lainnya selama tahun 2001-2005 menunjukkan

113 JE Positif (36,1%), ditemukan di seluruh kabupaten di Bali

dengan Case Fatality rate (CFR) setinggi 11% dan insidens:

8,1/100.000 anak usia < 10 tahun (Komang Kari, et al, 2008).

Dengan telah dibentuknya beberapa wilayah sentinal JE

diperoleh data rutin dari setiap kasus di Bali. Pada tahun 2014

ditemukan 6 kasus di Bali, meningkat tajam pada tahun 2015

menjadi 22, menurun lagi tahun 2016 sebanyak 17 kasus dan 5

kasus tahun 2017. Penurunan kasus kemungkinan karena

kualitas pemeriksaan spesimen mempergunakan reagen yang

berbeda pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2017, reagen

tidak tersedia sehingga pemeriksaan dilakukan di Badan Pusat

Penelitian Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Jakarta dan

memakan waktu lebih dari setahun. Pemeriksaan sebelumnya

dilakukan di UPT BLK Provinsi Bali. Bila dibandingkan dengan

suspek JE, sejak tahun 2014 terus meningkat, kecuali pada tahun

Page 10: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

10

2017 terjadi penurunan. Positif rate pada tahun 2014 dan 2015

hampir sama sebesar 10.9% dan 10,6%. Positif rate menurun

tahun 2016 dan 2017 menjadi sebanyak 6,9 % dan 2,8%.

Kemungkinan keadaan ini karena adanya perubahan tempat

pemeriksaan yang semula di UPT Balai Laboratorium Kesehatan

Provinsi Bali karena tidak tersedia reagen sehingga dikirim ke

Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI. Gambaran hasilnya seperti grafik dibawah ini,

Grafik -1 Suspek dan Kasus JE di Provinsi Bali

Tahun 2014 s/d 2017

Jumlah suspek JE yang selanjutnya dikirim untuk

dilakukan pemeriksaan per kabupaten/kota dari tahun 2014

sampai 2017 menunjukkan Kabupaten Badung merupakan

Page 11: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

11

kabupaten yang paling tinggi mengirimkan suspek sejak tahun

2015 sampai 2017. Salah satu penyebabnya adalah jejaring yang

terbentuk dengan faskes, terutama rumah sakit pemerintah,

swasta dengan puskesmas telah berjalan optimal. Pada Tahun

2017, Kabupaten Badung mengalami peningkatan yang cukup

dalam penjaringan suspek JE dibandingkan kabupaten/kota

lainnya. Hal ini disebabkan juga karena adanya kluster kasus

Meningitis Streptokukos Suis yang terjadi pada awal tahun.

Kabupaten Karangasem pada tahun 2017 juga cukup tinggi

penjaringan suspek JE tetapi masih menurun dibandingkan tahun

2016. Pada tahun 2017, penjaringan suspek JE di Kabupaten

Buleleng menurun tajam, kemungkinan karena penemuan

dirumah sakit juga menurun, tidak semua rumah sakit dan

puskesmas memiliki pemahaman yang sama dalam penjaringan

suspek JE. Yang paling rendah melakukan penjaringan suspek JE

adalah Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Bangli. Hal ini

kemungkinan karena jejaring dengan rumah sakit belum berjalan

optimal. Pemahaman dokter yang bertugas di Poli rumah sakit dan

puskesmas dalam penjaringan suspek JE juga belum optimal. Di

Kabupaten Jembrana, terjadi penurunan jumlah suspek JE dari

tahun 2014 sampai dengan 2017. Situasi tersebut memerlukan

tindak lanjut yang segara. Gambarannya seperti grafik dibawah ini

Page 12: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

12

Grafik -2 Suspek JE Per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Tahun 2014 s/d 2017

Kasus JE yang konfirmasi laboratorium dari tahun 2014

sampai dengan 2017 per kabupaten/kota se-Provinsi Bali

menunjukkan Kabupaten Buleleng dengan kasus tertinggi.

Demikian juga untuk tahun 2017. Kabupaten Jembrana dengan

jumlah suspek yang lebih rendah tetapi kasus JE yang ditemukan

cukup tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Kabupaten

Klungkung juga memiliki kasus JE yang cukup tinggi, bila dibabi

kaitkan dengan jumlah peternak babi, kabupaten Klungkung dan

Tabanan merupakan kabupaten dengan peternak babi tertinggi

dbandingkan dengan daerah lainnya di Bali. Kota Denpasar pada

tahun 2016, kasus JE juga dilaporkan cukup tinggi hampir sama

dengan Klungkung, walaupun daerah persawahan dan peternakan

babi paling rendah dibandingkan dengan daerah lainnya di Bali.

Page 13: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

13

Hal ini memerlukan pemetaan yang lebih cermat mengingat

mobilisasi penduduk pendatang musiman (harian atau mingguan)

sangat tinggi di Denpasar. Sampai saat ini belum ada data yang

lengkap yang dapat dipakai untuk melakukan pemetaan suspek

dan kasus JE, termasuk juga penelusuran faktor risiko lainnya.

Penelitian tahun 2005 sampai 2007 yang mencari faktor risiko JE

di Provinsi Bali, menunjukkan rumah dekat persawahan dan

rumah dekat kandang babi (kurang 100 meter) merupakan faktor

risiko terjadinya JE di Provinsi Bali (Paramarta, et.al, 2009).

Gambaran kasus JE per kabupaten/kota se-Bali seperti grafik

dibawah ini.

Grafik -3

Kasus JE Per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 s/d 2017

Page 14: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

14

Kasus JE bila dijabarkan per jenis kelamin dari tahun 2014

sampai dengan 2017 per kabupaten/kota se-Provinsi Bali

menunjukkan ada kecenderungan jenis kelamin laki-laki lebih

tinggi dibandingkan perempuan terkait dengan kasus JE, kecuali

pada tahun 2017. Beberapa penelitian negara lainnya (Thailand,

India, Nepal, dan Cina) menunjukkan tidak ada perbedaan

proporsi kasus JE antara jenis kelamin laki-laki maupun

perempuan dengan rasionya berturut-turut yaitu 1,3:1, 1:0,63,

1,7:1,1 dan 1,3:1,4. Sedangkan penelitian di Bali dilaporkan jenis

kelamin pada pasien JE 65,2% laki-laki (Kari, et.al, 2003). Secara

proporsi pada tahun 2014 dan 2016 proporsi laki-laki jauh lebih

berturut-turut 83% dan 76%. Pada tahun 2015 hampir sama

proporsinya 55% pada laki-laki. Sebaliknya pada tahun 2017

proporsi perempuan 80% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki. Keterbatasan data pada tahun-tahun sebelumnya pada

suspek JE tidak dapat dilakukan komparasi dengan suspek JE

tahun 2017. Pada tahun 2017 suspek JE berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 114 orang (63%), tetapi yang JE konfirmasi

laboratorium hanya 1 orang (20%). Gambaran kasus JE

berdasarkan jenis kelamin tahun 2014 sampai dengan 2017

seperti grafik dibawah ini.

Page 15: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

15

Grafik -4 Kasus JE Per Jenis Kelamin di Provinsi Bali

Tahun 2014 s/d 2017

Kasus JE berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2014 sampai

dengan 2017 menunjukkan kasus tertinggi dibawah usia 5 tahun

hampir setiap tahun, kecuali tahun 2014. Pada tahun yang sama juga

ditemukan kasus > 15 tahun. Hampir semua penelitian

menggambarkan kasus tertinggi ditemukan pada usia < 15 tahun

seperti penelitian di India (Tamil Nadu), 39% kasus menyerang anak-

anak umur 4-6 tahun dan 28% pada umur 7-9 tahun (Umar, et.al,

1990). Pada penelitian lainnya di Bali berdasarkan umur rata-rata

pasien JE didapatkan pada kelompok kasus 65,5 bulan. Terbanyak

pada kelompok umur 4-6 tahun (60%). Pada umur ini pasien sudah

dapat bermain keluar rumah, terutama sore hari oleh karena nyamuk

Page 16: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

16

Culex menggigit sore. Gambaran kasus JE berdasarkan kelompok umur

di Provinsi Bali tahun 2014 s/d 2017 seperti grafik dibawah ini.

Grafik - 5 Kasus JE Per Golongan Umur di Provinsi Bali

Tahun 2014 s/d 2017

3. Identifikasi Masalah

Selama pelaksanaan surveilans JE di Provinsi Bali, telah

ditemukan beberapa kendala :

a. Masih belum berjalan secara optimal jejaring surveilans JE di

beberapa kabupaten/kota sehingga penjaringan kasus belum

optimal

b. Peran puskesmas dengan konsep Pemantauan Wilayah

Setempat (PWS) masih belum optimal dalam melakukan

penjaringan suspek JE selama ini., sehingga sebagian besar

suspek JE dijaring melalui rumah sakit.

Page 17: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

17

c. Masih rendahnya penjaringan suspek JE di beberapa rumah

sakit, karena pemahaman tentang penjaringan suspek JE

masih belum merata untuk tenaga klinisi terkait.

d. Adanya penambahan tenaga baru dan mutasi tenaga yang

cukup tinggi di fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit tidak

disertai dengan desiminasi informasi tentang JE yang rutin

atau berkelanjutan.

e. Pengambilan sampel, penyimpanan dan diagnosis JE

memerlukan laboratorium yang memiliki kemampuan dan

sarana yang tidak sederhana. Hal ini menjadi masalah setelah

reagen dan biaya untuk pengambilan dan pemeriksaan

terbatas.

f. Penelusuran faktor risiko terhadap data rutin tidak dilakukan

karena penegakan diagnosa memerlukan waktu yang cukup

lama dan keterbatasan tenaga untuk melakukan.

g. Data suspek dan kasus JE yang dikumpulkan sangat terbatas,

sehingga tidak dapat dilakukan analisa lebih lanjut.

h. Analisa data sederhana untuk situasi JE di Bali belum

dilakukan secara rutin pada semua tingkatan.

i. Keterbatasan data dan analisa data termasuk penelitian

tentang JE dalam 5 tahun terakhir kurang dapat memberikan

masukan atau rencana tindak lanjut segera.

Page 18: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

18

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Beberapa hal yang dapat disimpulkan sekaligus saran dalam

analisa data JE adalah :

1. Surveilan JE telah dilaksanakan di Provinsi Basli sejak tahun

2001 dengan melibatkan semua unsur tekait, tetapi

pelaksanaannya belum optimal. Perlu dilakukan desiminasi

informasi secara rutin tingkat faskes bagi petugas rumah sakit

dan puskesmas.

2. Analisa data sederhana belum dilakukan secara rutin setiap

tahunnya untuk memantau capaian hasil surveilans JE,

sehingga disarankan untuk melakukan analisa data deskriptif

sederhana dan dilanjutkan dengan melakukan evaluasi sistim

surveilans JE yang telah dibentuk dan dilaksanakans elama

ini.

3. Investigasi bila ditemukan kasus JE, tidak dilakukan karena

hasil pemeriksaan laboratorium terlambat. Disarankan untuk

melakukan investigasi pada saat masih menjadi suspek JE

dengan cara menambahkan informasi sederhana lainnya yang

diperlukan, termasuk faktor risiko.

4. Penelitian tentang faktor risiko tidak pernah dilakukan dalam

sepuluh tahun terakhir sehingga disarankan untuk mendorong

dan memfasilitasi mahasiswa atau peneliti lainnya melakukan

penelusuran faktor risiko kasus JE di Provinsi Bali.

Page 19: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

19

E. DAFTAR PUSTAKA

Kumar R, Mathur A, Kumar A, Sharma S, Chakrabortys,

Chaturvedi MC. Clinical Features and prognostic indicator of Japanese Encephalitis in children in Lucknow (India). Indian J Med Res 1990;91:321-7.

Kari K, Gautama K, Wei L, Zhi Yi Zu. Japanese Encephalitis di

Bali. Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan. 2003:57-66.

Sendow Indrawati, Sjamsul Bahri. 2005. Perkembangan Japanese Encephalitis di Indonesia. Wartaozoa,Vol 15 No . 3 Th. 2005

Komang Kari, Wei Liu, Kompiang Gautama, Mammen P Mammen

J, John D Clemens, Ananda Nisalak, Ketut Subrata, Hyei Kyung

Kim, Zhi-Yi Xu. 2006. A hospital-based surveillance for Japanese

encephalitis in Bali, Indonesia. BMC Medicine 2006, 4:8

doi:10.1186/1741-7015-4-8.Published: 07 April 2006.

Page 20: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

20

Wei Liu, John D. Clemens, Komang Kari, Zhi-Yi Xu. 2008. Cost-effectiveness of Japanese encephalitis (JE) immunization in Bali,

Indonesia Volume 26, Issue 35, 18 August 2008, Pages 4456–4460

Subanada Ida Bagus, I Komang Kari. 2012. Akurasi Rapid Test

Serum Fase Akut Simpan Dalam Mendiagnosis Japanese Encephalitis. Jurnal Ilmiah Kedokteran Medicina 2013;44:22-26

Ompusunggu S, SL Hills, MS Maha, VA Moniaga. 2008.

Confirmation of Japanese Encephalitis (JE) as An Endemic

Human Disease Through Sentinel Surveillance in Indonesia. The

American journal of Tropical Desease. 1208-1214. Rampengan Novie H. 2014. Japanese Encephalitis di Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli

2016, hlm. S10-S22

Lopez A.L., Josephine G. A., Vito G. R., Amado O. T., Ava K., Fe E., Espino, Maricel D.C., Youngmee J., Maria J.D., Kimberley K.

2014. Epidemiology of Japanese Encephalitis in the Philippines : A Systematic Review. PLOS Neglected Tropical Diseases DOI:10.1371/ journal.pntd.0003630 March 20, 2015 1 / 17

Dong K.Y., Byoung H.K., Chang H.K., Jun H.K., Seong I .L., HONG

R.H. 2004. Biophysical Characterization of Japanese Encephalitis Virus (KV 1899) isolated from Pigs in Korea . J. Vet.Sci.5(2) : 125-

130.

Paramarta I Gede E., I Komang Kari, Sunartini Hapsara. 2009. Faktor Risiko Lingkungan pada Pasien Japanese Encephalitis. Sari

Pediatri, Vol. 10, No. 5, Februari 2009 Gurav Y. K., Babasaheb V. T., Ramesh S. J., Rashmi S. G.,

Sanjaykumar S.T., Aniruddha V. J., Ravindra K. K., Suresh V. J., Vidya A. A., Akhilesh C. M., 2007. Chandipura virus encephalitis

outbreak among children in Nagpur division, Maharashtra. Indian J Med Res 132, October 2010, pp 395-399

Manmohan Parida, Paban K. Dash, Nagesh K. Tripathi, Ambuj, Santhosh Sannarangaiah, Parag Saxena, Surekha Agarwal, Ajay K.

Sahni, Sanjay P. Singh, Arvind K. Rathi, Rakesh Bhargava, Ajay Abhyankar, Shailendra K. Verma, Putcha V. Lakshmana Rao,

Krishnamurthy Sekhar. 2005. Japanese Encephalitis Outbreak,

Page 21: SITUASI JAPANESE ENCEPHALITIS (JE) DI PROVINSI BALI … 2018/analisa...dilakukan analisa situasi JE di Bali sampai dengan tahun 2017, sehingga dapat dibandingkan sebelum dan sesudah

21

India, 2005. Emerging Infectious Diseases • www.cdc.gov/eid • Vol. 12, No. 9, September 2006, 1427-1429