22
PENERAPAN METODE SIX THINKING HATS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS RINA WIJAYANTI Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan metode six thinking hats untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD. Pelaksanaan PTK ini terdiri dari 2 siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Instrumen penelitian berupa lembar pengamatan non tes, participation charts, lembar pengamatan questioning card, lembar pengamatan evaluasi hasil belajar, dan lembar pengamatan aktivitas guru Analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil analisis data sebagai berikut. Pertama, implementasi metode pembelajaran six thinking hats memahirkan berpikir siswa. Kedua, berperan aktif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan ketampakan alam dan buatan. Ketiga, mendapatkan pengalaman untuk berpikir lebih dalam untuk menemukan solusi, memecahkan masalah dengan temuan-temuan baru atas materi belajar. Hal itu ditunjukkan oleh skor rata-rata evaluasi siswa dari pra tindakan, siklus I ke siklus II dengan skor peningkatan mencapai 12,33 atau sebesar 19,78%. Kata Kunci: metode six thinking hats, hasil belajar IPS, sekolah dasar Abstract The purpose of this study is to describes using of the six thinking hats method improve the activity and the ability of students. Type of research is Classroom Action Research (CAR). The subject of research is V grade student in elementary school. CAR implementation consists of 2 cycles. The technic of data accumulation using ;observation,interview,field data record.The research instrument is observation sheet non tests, participation charts, cards questioning observation sheet, observation sheets of the evaluation in learning result, and teacher observation sheet activityData analysis was done by qualitatively method. The results of the data analysis are as follows. First, the implementation of the six thinking hats method is to make the students as an expert thinker. Second, take an active role in improving the activity and student learning result in sub subject of natural and artificial appearance. Third,to get experience to think more deeply to find solutions, solve problems with new findings over the learning material. This was indicated by an average score of student evaluation of pre-action, cycle I to cycle II with a increasing score of 12.33 as value as19.78%. Key Words: six thinking hats method, the results of social studies, elementary school.

six hats

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: six hats

PENERAPAN METODE SIX THINKING HATS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS

RINA WIJAYANTI

AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan metode six thinking hats untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD. Pelaksanaan PTK ini terdiri dari 2 siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Instrumen penelitian berupa lembar pengamatan non tes, participation charts, lembar pengamatan questioning card, lembar pengamatan evaluasi hasil belajar, dan lembar pengamatan aktivitas guru Analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil analisis data sebagai berikut. Pertama, implementasi metode pembelajaran six thinking hats memahirkan berpikir siswa. Kedua, berperan aktif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan ketampakan alam dan buatan. Ketiga, mendapatkan pengalaman untuk berpikir lebih dalam untuk menemukan solusi, memecahkan masalah dengan temuan-temuan baru atas materi belajar. Hal itu ditunjukkan oleh skor rata-rata evaluasi siswa dari pra tindakan, siklus I ke siklus II dengan skor peningkatan mencapai 12,33 atau sebesar 19,78%.

Kata Kunci: metode six thinking hats, hasil belajar IPS, sekolah dasar

AbstractThe purpose of this study is to describes using of the six thinking hats method improve the activity and the ability of students. Type of research is Classroom Action Research (CAR). The subject of research is V grade student in elementary school. CAR implementation consists of 2 cycles. The technic of data accumulation using ;observation,interview,field data record.The research instrument is observation sheet non tests, participation charts, cards questioning observation sheet, observation sheets of the evaluation in learning result, and teacher observation sheet activityData analysis was done by qualitatively method. The results of the data analysis are as follows. First, the implementation of the six thinking hats method is to make the students as an expert thinker. Second, take an active role in improving the activity and student learning result in sub subject of natural and artificial appearance. Third,to get experience to think more deeply to find solutions, solve problems with new findings over the learning material. This was indicated by an average score of student evaluation of pre-action, cycle I to cycle II with a increasing score of 12.33 as value as19.78%.

Key Words: six thinking hats method, the results of social studies, elementary school.

PENDAHULUAN

Pendidikan di SD merupakan wadah pembentukan karakter anak sebagai

warga Negara yang diharapkan di masa mendatang. Untuk itu dalam menyampai-

kan materi guru harus menguasai pengelolaan kelas dan kreatif memilih model

dan metode pembelajaran guna mendukung kelancaran pembelajaran di kelas.

Pelaksanaan pendidikan di SD harus memperhatikan kebutuhan siswa, di mana

mereka barada dalam perkembangan kemampuan intektual konkrit operasional.

Tantangan bagi para guru saat ini dihadapkan pada pembentukan pola pikir

siswa untuk menjadi warga negara yang berjiwa kewirausahaan, menghargai

Page 2: six hats

keterbukaan, keragaman, dan kreativitas, yang dapat merancang masa depan

dalam semua bidang kehidupan mereka. Kepekaan siswa untuk bertindak secara

rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang

dihadapi dalam kehidupan telah tercermin dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial.

Pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial sangat

diperlukan oleh seorang guru di SD, baik yang berhubungan dengan ruang

lingkup bahasannya, obyek yang dipelajari, maupun metode atau pendekatan

pembelajaran, karena melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan

tantangan-tantangannya, yang selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu

bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Pada umumnya proses belajar yang diterapkan di sekolah saat ini masih

terfokus pada guru, dan belum berpusat pada siswa. Pembelajaran di sekolah lebih

bersifat menghafal atau pengetahuan faktual, hal ini menjadikan pembelajaran

tidak searah dengan tujuan Pendidikan Nasional. Kenyataan di lapangan juga

menunjukkan bahwa pembelajaran lebih ditekankan pada aspek pengetahuan dan

masih sedikit yang mengacu pada pelibatan siswa dalam proses belajar secara

langsung.

Berdasarkan hasil pencatatan dokumen yang telah dilakukan menunjuk-kan

bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sub pokok bahasan

Ketampakan Alam dan Buatan masih kurang memuaskan. Sedangkan berdasarkan

hasil wawancara yang dilakukan pada guru mata pelajaran IPS, diakui bahwa guru

kesulitan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat untuk sub pokok

bahasan tersebut, karena sub pokok bahasan Ketampakan Alam dan Buatan telah

dipelajari siswa sejak duduk di kelas III. Hal ini menimbulkan siswa kurang

tertarik dengan materi tersebut. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan

terhadap beberapa siswa kelas V mengenai pembelajaran IPS sub pokok bahasan

Ketampakan Alam dan Buatan menunjukkan bahwa hampir semua siswa

berpendapat bahwa isi dari meteri tersebut terlalu banyak menghafalkan

pengertian setiap ketampakan saja.

1

Page 3: six hats

Berdasarkan pada analisis terhadap kondisi pembelajaran IPS dan kajian

terhadap hakikat dan tujuan pendidikan IPS, maka maka akan diterapkan metode

pembelajaran six thinking hats sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas

belajar dan hasil belajar siswa. Six thinking hats merupakan suatu metode belajar

yang mengembangkan keterampilan berpikir kreatif, berpikir kritis, dan melatih

rasa empati siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Metode yang dikembangkan

pada tahun 1985 oleh Edward de Bono ini bekerja berdasarkan prinsip parallel

thinking process, yaitu proses berpikir yang menempatkan setiap sudut pandang

atau pendapat seseorang, paralel (sejajar) dengan sudut pandang atau pendapat

yang lainnya.

Six thinking hats merupakan metode yang menitik beratkan pada proses

kegiatan pengambilan keputusan dan peyelesaian masalah secara kreatif. Menurut

de Bono (1992:10) keterampilan berpikir kritis, analisis, refleksi, pemecahan

masalah, evaluasi, dan kreativitas akan memungkinkan siswa untuk memecahkan

permasalahan dan membuat sebuah pemikiran atas sebuah kemungkinan yang

terjadi di masa depan. Metode six thinking hats terdiri dari enam topi berpikir,

yaitu topi putih (mengumpulkan informasi), topi merah (perasaan terhadap suatu

masalah), topi hitam (sudut pandang negatif terhadap suatu masalah), topi kuning

(sudut pandang positif terhadap suatu masalah), topi hijau (alternative pemecahan

masalah), dan topi biru( kesimpulan atau pengambilan keputusan).

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pembelajaran IPS

dengan metode six thinking hats untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar,

mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

metode six thinking hats, dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa

dengan menggunakan metode six thinking hats.

METODE

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena penelitian

ini merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif untuk pelaku tindakan. Bentuk

PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolaboratif. Guru dan peneliti

berkolaborasi dalam merencanakan tindakan sampai dengan kegiatan refleksi.

2

Page 4: six hats

Proses pelaksanaan penelitian ini yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, dan refleksi.

Sumber data dan sekaligus subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V

SDN Ngijo I Karangploso, Malang yang berjumlah 30, yang terdiri dari 10 siswa

laki-laki, dan 20 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Nopember 2012. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif

yang digunakan untuk menggambarkan perubahan kinerja guru, hasil prestasi

siswa, dan perubahan suasana kelas selama proses belajar dengan menggunakan

metode six thinking hats. Cara pengambilan data dilakukan dengan teknik

observasi, wawancara, tes, dan catatan lapangan.

Data yang berbentuk kualitatif berupa perkataan, aktivitas pembelajaran

portofolio, dokumen, situasi dan peristiwa yang dapat diamati berkaitan dengan

kinerja siswa dan guru saat penerapan metode pembelajaran six thinking hats pada

pelajaran IPS di kelas. Sedangkan untuk jenis data yang berupa data kuantitatif

terdiri dari hasil belajar, rencana belajar, dan data hasil observasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran.

Aktivitas PTK diawali dengan kegiatan studi pendahuluan untuk

melakukan eksplorasi atas permasalah, dilanjutkan dengan penyusunan desain

PTK yang berisi tentang perumusan pemecahan masalah dalam bentuk hipotesis

tindakan, analisis kelayakan hipotesis tindakan, dan persiapan tindakan. Kegiatan

yang terakhir adalah pelaksanaan tindakan di kelas dengan berpedoman pada

perencanaan awal yang telah disusun, kegiatan observasi, dan refleksi. Rangkaian

pelaksanaan tindakan tersebut membentuk siklus yang terus mengalir

menghasilkan siklus baru sampai PTK dihentikan.

Pada tahap analisis data terdapat tiga tahap kegiatan yang dilakukan secara

berurutan. Tahap tersebut adalah mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan

kesimpulan. Analisis data pada penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah

yaitu dilakukan secara deskriptif kualitatif yang menjelaskan kondisi yang terjadi

atau yang dialami oleh siswa masing-masing, antara sebelum dan sesudah

tindakan kelas. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari berbagai

instrumen yang digunakan dalam pengambilan data yaitu lembar observasi,

wawancara, lembar penilaian soal tes evaluasi siswa, refleksi siswa dengan

3

Page 5: six hats

=

menggunakan dokumentasi. Model analisis data yang digunakan meliputi reduksi

data, sajian deskriptif dengan alur sajian yang sistematis dan logis, penyimpulan

dari hasil yang disajikan.

Komponen penilaian tingkat keberhasilan tindakan aktivitas belajar siswa

diperoleh dengan rumus berikut.

Aktivitas siswa selama pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan ber-hasil atau

meningkat jika persentase rata-rata aktivitas siswa klasikal mencapai 70% dengan

kriteria baik, maka jika persentase rata-rata aktivitas siswa klasikal kurang dari

70% maka aktivitas siswa secara keseluruhan belum bisa dikatakan mengalami

peningkatan.

Untuk penilaian terhadap hasil belajar siswa dengan menggunaka metode

six thinking hats, dilihat dari skor hasil ulangan siswa dan skor nilai proses siswa.

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan dapat dinilai dari frekuensi

hasil tes mengerjakan soal, yaitu dengan mencari mean/nilai rata-rata. Sedangkan

untuk menginterprestasikan dalam prosentase menggunakan rumus sebagai

berikut.

Setelah persentase hasil belajar siswa diperoleh berdasarkan perhitungan di

atas, kemudian ditetapkan kriterianya.

Standart Kualitas Pencapaian Keberhasilan

No. Interval skor Kualifikasi1.2.3.4.5.

90 – 10080 – 8970 – 7960 – 690 – 59

Sangat Baik (A)Baik (B)Cukup (C)Kurang (D)Sangat Kurang (E)

(Adaptasi: Jennifer Hauck, 2007)

Indikator keberhasilan penerapan metode pembelajaran six thinking hats

terhadap peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dengan membandingkan

rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan rata-rata hasil belajar siswa pada

siklus II. Penerapan metode pembelajaran six thinking hats dikatakan meningkat-

kan hasil belajar siswa jika rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II lebih besar

daripada siklus I.

HASIL

4

x 100%

Page 6: six hats

Kegiatan Pra-tindakan

Kegiatan observasi pra-tindakan yang dilakukan sebelum penelitian,

meliputi observasi kondisi saat pembelajaran, hasil belajar, serta mengamati

permasalahan yang sering terjadi di dalam proses pembelajaran. Berdasarkan

pengamatan selama pembelajaran berlangsung terlihat bahwa proses belajar tidak

mencerminkan dari pendekatan studi belajar yang sedang tren dalam teori belajar

mutakhir dan proses penilaian hasil belajar hanya mengukur kemampuan siswa

dalam kecakapan akademik (academic skills) semata. Hal tersebut dinyatakan

dengan pengambilan nilai yang dilakukan guru hanya didasarkan pada capaian

siswa dalam menyelesaikan soal-soal dalam uji kompetensi di LKS tanpa

mempertimbangkan kecakapan personal dan kecakapan sosial.

Untuk mengetahui hasil belajar awal siswa, data diambil dari hasil ulangan

siswa, yaitu sebagai berikut. Dari 30 siswa, terdapat 1 siswa yang mendapatkan

nilai dengan based assessment B, 1 orang mendapatkan nilai C, dan 28 siswa

mendapat dilai dengan based assessment E.

Tindakan Siklus 1

Pada siklus I, penerapan metode six thinking hats dilakukan dengan

menggunakan teknik systematic, di mana siswa dikondisikan belajar secara

kelompok kecil sesuai dengan warna topi. Setiap kelompok berisi 5 orang yang

akan mewakili satu jenis topi. Fakta yang disiapkan untuk pelaksanaan

pembelajaran siklus I adalah pembangunan resort “Jambu Luwuk” yang ada di

kota Batu.

Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode six thinking hats

ditunjukkan dengan instrument aktivitas diskusi dan participation charts dalam

kelompok, yang menunjukkan hasil bahwa siswa lebih terangsang untuk berani

mengungkapkan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat, dan

menyampaikan sanggahan. Aktivitas berbicara siswa di kelas maupun di forum

kelompokpun tampak hidup dan bermakna.

Untuk mengukur keberhasilan penerapan metode six thinking hats, peneliti

juga mengembangkan butir-butir pertanyaan yang tertuang dalam questioning

card untuk tiap-tiap topi. Hasil yang ditunjukkan siswa dalam menyelesaikan

5

Page 7: six hats

questioning card menunjukkan kemampuan masing-masing siswa dalam

menguasai materi pelajaran, metode, dan kompetensi yang ditetapkan.

Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode six thinking hats pada

siklus 1 yang dinyatakan dalam hasil evaluasi akhir menunjukkan bahwa dari 10

butir soal yang diujikan, menunjukkan hasil bahwa hanya ada 30% (9 orang)

siswa yang berhasil mencapai batas ketuntasan. Hasil tersebut kemudian

dikonvensikan ke skala 5 menunjukkan bahwa kecakapan akademik untuk kelas

VB tersebut termasuk kategori kurang berhasil.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap semua komponen belajar, tampak

beberapa komponen dari kualitas pembelajaran perlu diperbaiki, walaupun rata-

rata memenuhi syarat untuk masuk klasifikasi baik namun ada beberapa bagian

yang menunjukkan perolehan skor berada pada batas bawah.

Tindakan Siklus 2

Pada siklus 2, peneliti menggunakan strategi belajar yang berbeda dengan

sebelumnya. Pada tahap ini teknik occasional, dipilih untuk memperbaiki proses

dan hasil belajar siswa. Siswa dikondisikan belajar dalam kelompok besar, untuk

bersama-sama berpikir satu warna topi pada waktu yang sama. Fakta barupun

telah disiapkan sebelumnya, yaitu meng-angkat fenomena, “Surutnya DAS

Brantas akibat alih fungsi lahan, dari pegunungan menjadi lahan pertanian”.

Usaha ini disusun sebagai upaya peningkatan kecakapan siswa dalam belajar IPS.

Penilaian aktivitas belajar pada siklus II ini disesuaikan dengan RPP yang

telah disusun sebelumnya. Cara penilaian occassional dilakukan pada setiap

siswa, sehingga siswa harus memiliki lembar jawaban atas questioning card-nya

masing-masing. Hasil dari pelaksanaan teknik ini menunjukkan bahwa capaian

siswa berdasarkan penilaian terhadap signal thinking pada tiap topi menyatakan

ada penurunan jumlah siswa yang kurang mampu memunculkan fokus atas

masalah yang dibicarakan, dan banyak siswa yang telah mampu menguraikan

hasil diskusinya.

Instrument output pembelajaran ini menggunakan evaluasi di akhir

pertemuan tiap siklus. Data akhir hasil evaluasi siswa yang didapat pada siklus 2,

dari 10 butir soal yang diujikan, menunjukkan hasil bahwa hanya ada 17% atau 5

orang siswa yang belum berhasil mencapai batas ketuntasan. Hasil tersebut

6

Page 8: six hats

kemudian dikonvensikan ke skala 5 yang menunjukkan bahwa kecakapan

akademik untuk kelas VB tersebut termasuk kategori berhasil.

Temuan Penelitian

Penerapan metode 6 hats ini telah dilakukan sebanyak 2 siklus, masing-

masing siklus dirancang untuk 2 kali pertemuan. Hasil proses pembelajaran untuk

tiap siklus menunjukkan peningkatan kualitas. Perbandingan kualitas belajar dan

cara berpikir siswa untuk setiap topi pada masing-masing siklus dapat

dideskripsikan sebagai berikut.

SIKLUS I SIKLUS IITopi Putih

Dari tiga aspek topi putih yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi putih.

Dari tiga aspek topi putih yang dinilai telah dikerja-kan oleh 30 siswa dan telah diskor. Hasil penskoran menunjukkan 27 siswa mampu menyelesaikan per-tanyaan aplikasi untuk aspek interpretasi fakta. Untuk aspek analisis fakta, ada 28 siswa yang mampu menyelesaikan pertanyaan aplikasi. Sedang-kan untuk aspek manipulasi informasi, terdapat 27 siswa yang telah mampu menjawab pertanyaan aplikasi aspek tersebut.

Topi MerahDari tiga aspek topi merah yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi merah.

Dari tiga aspek topi merah yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 siswa dan telah diskkor. Hasil penskoran menunjukkan ketiga puluh siswa mampu menyelesaikan seluruh pertanyaan pada aspek meng-ungkapkan intuisi dan mengungkapkan perasaan. Sedangkan pada aspek memunculkan emosi, terdapat 28 siswa yang mampu menyelesaikannya.

Topi HitamDari tiga aspek topi hitam yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Satu siswa belum mampu menyelesaikan dua aspek pada topi hitam, sedangkan empat siswa yang lain mampu memuncul kan ketiga aspek yang dinilai ke dalam lembar signal thinking topi hitam.

Dari tiga aspek topi hitam yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor. Hasil penskoran menunjukkan bahwa 29 orang siswa mampu menyelesai-kan aspek mengkritik negatif fakta. Pada aspek meng-ungkapkan penghakiman, terdapat 27 siswa yang mampu menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam aspek tersebut. Sedangkan pada aspek mengungkapkan resiko, terdapat 26 siswa yang mampu menyelesaikannya.

Topi KuningDari tiga aspek topi hitam yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi kuning.

Dari tiga aspek topi kuning yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor. Hasil penskoran menunjukkan bahwa 27 siswa mampu menyelesaikan aspek mengungkapkan kritik positif. Pada aspek mengungkapkan keuntungan, terdapat 26 siswa yang mampu menjawab pertannyaan dalam aspek tersebut. Sedangkan untuk aspek mengungkapkan penilaian, terdapat 27 siswa yang mampu menyelesikannya.

Topi HijauDari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Satu siswa hanya mampu memunculkan dan menyelesaikan satu aspek pada topi hijau, sedangkan tiga siswa lainnya mampu memunculkan dan menyelesaikan dua aspek, dan hanya satu siwa yang mampu menyelesaikan ketiganya.

Kelompok 1Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi hijau.Kelompok 2Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi hijau.

7

Page 9: six hats

SIKLUS I SIKLUS IIKelompok 3Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi hijau.Kelompok 4Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Kelima siswa mampu menyelesaikan dua aspek pada topi hijau.Kelompok 5Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi hijau.Kelompok 6Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Kelima siswa mampu menyelesaikan dua aspek pada topi hijau.

Topi Biru- 3 aspek inti topi biruDari tiga aspek topi biru yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor. Terdapat 18 siswa dapat menjelaskan dan memunculkan aspek pengelompokan dalam kertas signal thinkingnya. Pada aspek uraian, terdapat 10 siswa yang mampu memunculkan dan menguraikan dengan benar perintah aplikasi, sedangkan untuk aspek fokus, hanya ada 8 siswa yang mampu menyelesaikannya.- 3 aspek kemampuan membuat parafraseDari tiga aspek membuat parafrase yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor, menunjukkan bahwa ketiga puluh siswa belum mampu menggunakan EYD dengan tepat dan benar. Pada aspek kemampuan siswa dalam memilih kata, hanya 15 orang siswa saja yang mampu menunjukkan kemampuannya dalam memilih kata yang tepat. Sedangkan untuk aspek membuat kalimat, ada 15 orang saja yang mampu menunjukkan kemampuannya dalam membuat kalimat sesuai dengan indikator fungsi sintaksis.

- 3 aspek inti topi biruDari tiga aspek topi biru yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor. Seluruh siswa dapat menjelaskan dan memunculkan aspek pe-ngelompokkan dalam kertas signal thinking. Pada aspek uraian, ter dapat 27 siswa yang mampu memunculkan dan menguraikan dengan benar perintah aplikasi. Sedangkan untuk aspek fokus, terdapat 14 siswa yang mampu menyelesaikannya.

- 3 aspek kemampuan membuat parafraseDari tiga aspek membuat paraphrase yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor, menunjukkan bahwa 16 siswa telah mampu menulis dengan memperhatikan penggunaan EYD. Pada aspek memilih kata, terdapat 24 siswa yang mampu memuncul-kan indikator pemilihan kata berdasarkan ruang lingkup-nya. Sedangkan untuk aspek membuat kalimat, ada 20 orang yang mampu menunjukkan kemampuannya dalam membuat kalimat sesuai dengan indikator fungsi sintaksis.

Pada kegiatan berdiskusi siswa selama proses belajar pada siklus I dan

siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I terdapat satu siswa yang berada

pada kolom kualitas kurang, 4 siswa ada pada kolom penilaian cukup, 14 siswa

berada pada kolom penilaian baik, dan 11 siswa mendapat predikat dengan

kualitas kontribusi sangat baik. Sedangkan pada siklus II, penilaian terhadap

kemampuan siswa dalam berpartisipasi selama proses belajar menunjukkan bahwa

terdapat 10 siswa mendapatkan predikat baik, dan 20 lainnya masuk dalam

kategori sangat baik. Itu berarti bahwa pada siklus II lebih dari 75% siswa telah

dapat mengungkapkan pendapat, ide, dan gagasan, serta berani mengajukan

keberatan dan memberikan alasan.

Penilaian terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran juga dapat

dilihat dari penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian atas kinerja guru pada siklus

8

Page 10: six hats

I dan yang kemudian dilanjutkan pada siklus II, juga mengalami peningkatan. Jika

pada siklus I tampak beberapa komponen pembelajaran masih menunjukkan pada

posisi batas bawah penilaian, maka pada siklus II komponen-komponen tersebut

telah berhasil diperbaiki.

Hasil evaluasi proses pembelajaran secara keseluruhan, yang pada siklus I

menunjukkan bahwa pada komponen dan sub komponen sikap siswa klasifikasi

skor yang didapat masing-masing yaitu “C”. Pada komponen motivasi belajar

siswa, untuk sub komponen tanggung jawab mendapatkan klasifikasi skor “K”.

Sedangkan pada siklus II, tabel penilaian hasil evaluasi proses bembelajaran

secara menyeluruh menunjukkan bahwa setiap komponen dan sub komponen

telah memenuhi syarat untuk masuk pada klasifikasi sangat baik.

BAHASAN

Metode six thinking hats ini merupakan metode yang dilandasi oleh aliran

kontruktivisme, yang penerapannya mengembangkan kemampuan struktur

kognitif siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui berpikir.

Tujuan dari metode six thinking hats yaitu menggali gagasan siswa, memberikan

klarifikasi, dan memperluas gagasan serta merefleksikannya secara eksplisit.

Six thinking hats disimbolkan topi berwarna untuk membedakan tipe

berpikir. Warna topi putih bertujuan untuk mengidentifikasi kenyataan, topi hitam

untuk mengevaluasi hal-hal negatif, topi kuning untuk memfokuskan hal-hal

positif, topi merah untuk melihat topik dari segi estetika dan emosional. Topi

hijau membutuhkan kreatifitas dan berpikir tingkat lanjut tentang topik yang

dibicarakan, terakhir topi biru merefleksikan dan mengambil kesimpulan. Sarsani

(2005:189), menegaskan bahwa metode six thinking hats merupakan enam mode

berpikir dan arah untuk berpikir, dan bukan label untuk berpikir. Keberadaan topi

yang digunakan cenderung bersifat proaktif bukan reaktif.

Berdasarkan temuan-temuan penelitian dalam penerapan metode six

thinking hats, dapat dikatakan bahwa metode six thinking hats merupakan metode

yang tepat untuk mengimplementasi unit pembelajaran IPS di SD. Terbukti,

bahwa keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi bukan berarti siswa

tersebut dituntut untuk sekedar mampu mengingat dan menghafal, sehingga

9

Page 11: six hats

berakibat pada ketidakberdayaan siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang

menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif, tetapi belajar harus

berorientasi pada proses belajar (learning to think) yang lebih mengarah pada

berbuat (learning by experiences).

Temuan dalam penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Al-Bakri (2011) yang menunjukkan bahwan dengan menggunakan metode

six thinking hats dapat mengembangkan kinerja siswa dalam menulis dan

memberikan kesempatan pada mereka untuk menyederhanakan proses berpikir

siswa, mengeksplorasi fakta, mencari aspek-aspek positif dan negatif dalam suatu

topik tertentu, dan membuat solusi logis yang dapat menghasilkan suatu

keputusan.

Proses belajar dengan menggunakan metode ini juga merupakan salah satu

strategi untuk melatih kemampuan creative problem solving siswa. Sebagaimana

dikemukakan oleh Hupp&Richardson (2002), bahwa “the six thinking hats

method its great effectiveness in organizing thinking in a highly productive way”.

Metode the six thinking hats merupakan metode yang sangat efektif dalam

meningkatkan produktivitas berpikir. Dari segi struktur pembelajaran, metode ini

menggunakan daftar pertanyaan terbuka yang dikemas dalam questioning card

topi, setiap pertanyaan tersebut harus dijawab oleh siswa. Isi dari pertanyaan-

pertanyaan tersebut memungkinkan siswa menggali pengetahuannya sendiri dan

memecahkan masalah dengan berbagai alternatif jawaban.

Selain itu permasalahan yang diajukan bersifat kontekstual yang diambil

dari fenomena di sekitar mereka maupun surat kabar. Hal ini tentu berpengaruh

pada semangat belajar siswa karena mereka menganggap permasalahan yang di-

hadapi dalam proses pembelajaran tidak jauh dari kehidupan siswa, sehingga akan

dapat lebih berguna dalam kehidupan di masa kini dan yang akan datang.

Dilihat dari segi langkah pembelajaran yang telah dilakukan, terdapat tiga

fase penting yang patut diperhatikan. Fase pertama, guru menyampaikan suatu

permasalahan kontekstual yang terkait dengan materi pelajaran. Siswa ditugaskan

untuk menjawab masing-masing pertanyaan yang ada pada questioning card tiap

topi. Fase kedua, yaitu diskusi, guru membantu siswa dalam memecahkan

masalah yang didapatkan oleh masing-masing kelompok.

10

Page 12: six hats

Dalam kegiatan memecahkan masalah ini siswa menggunakan urutan six

thinking hats yang dapat memudahkan siswa, karena urutan pada setiap topi dapat

memusatkan perhatian siswa pada satu sudut pandang dalam satu waktu. Hal ini

juga melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan cara ber-

kelompok, yaitu kegiatan bertukar pikiran dan berbagi pendapat antara masing-

masing anggota kelompok. Fase ketiga, yaitu membuat parafrase, siswa menulis-

kan hasil kegiatan diskusi kelompok dalam bentuk karangan dengan memperhati-

kan kaidah-kaidah penulisan karangan yang benar.

Ketiga fase aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode six

thinking hats ini memperkuat pendapat yang diungkapkan oleh Serrat (2009:3),

bahwa metode six thinking hats mempromosikan tentang berpikir kolaboratif,

mempertajam fokus, memfasilitasi komunikasi, mengurangi konflik, memungkin-

kan evaluasi menyeluruh, meningkatkan eksplorasi, menumbuhkan kreativitas dan

inovasi, menghemat waktu, dan meningkatkan produktivitas.

Dapat dilihat bahwa pengaruh metode pembelajaran six thinking hats

terhadap hasil belajar IPS disebabkan oleh seluruh kegiatan dalam metode

pembelajaran six thinking hats dapat mendorong siswa untuk membangun

pengetahuan mereka sendiri dengan berinteraksi dengan rekan kelompoknya,

sehingga terjadi tukar pikiran, kerjasama, dan saling membantu antar anggota

kelompok dalam menggali informasi atau pengetahuan. Dalam kondisi seperti ini,

siswa belajar dengan mengalami sendiri, pembelajaran tidak lagi didominasi oleh

guru sebagai sumber belajar, sehingga terjadi interaksi multi arah dalam

pembelajaran.

Pengetahuan siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri akan dapat

menjadikan pemahaman siswa tentang suatu materi akan lebih melekat, yang pada

akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Interaksi multi arah meng-

isyaratkan adanya peran guru lebih pada fasilitator dalam pembelajaran dengan

memberikan bimbingan dan mengarahkan jawaban siswa agar menjadi benar

apabila ada kesalahan pemahaman.

11

Page 13: six hats

SIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS

dengan menggunakan metode six thinking hats akan dapat meningkatan aktivitas

belajar siswa, metode six thinking hats juga memiliki orientasi pada proses belajar

(learning to think) yang lebih mengarah pada berbuat (learning by experiences),

dan pada akhirnya terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yang ditunjuk-

kan oleh skor rata-rata evaluasi akhir siswa dari siklus I ke siklus II yang meng-

alami peningkatan sebesar 19,78%.

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode six thinking hats dalam

pembelajaran IPS memiliki 3 fase pokok, yaitu fase pendahuluan, fase diskusi,

dan presentasi. Pada fase diskusi siswa menggunakan urutan pemecahan masalah

six thinking hats, yaitu dimulai dari mengumpulkan informasi (topi putih),

merasakan tentang suatu masalah (topi merah), mengungkapkan hal negatif dari

suatu masalah (topi hitam), mengungkapkan hal positif dari suatu masalah (topi

kuning), menemukan alternatif pemecahan masalah (topi hijau), dan membuat

kesimpulan (topi biru).

Berdasarkan kesimpulan atas hasil penelitian, peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut. Bagi guru SD, hendaknya mencoba menerapkan

metode six thinking hats seperti yang telah dipaparkan di atas, guna meningkatkan

proses dan hasil belajar IPS siswa dengan memperhatikan substansi tiap topi dan

kontinuitas penerapan metode six thinking hats pada siswa. Bagi peneliti lain

disarankan untuk lebih mendalami aktivitas pada setiap topi, dan diaplikasikan

pada sub pokok pelajaran yang lain, atau bahkan pada mata pelajaran yang lain

untuk lebih mengajak siswa agar dapat berpikir kreatif.

12

Page 14: six hats

DAFTAR RUJUKAN

Al-Bakri, S. A. 2011. The Impact of the Six Thinking Hats as a Teaching Technique on EFL Collage Students’ Performance in Composition Writing. Iraq Academic Scintific Journals volume 0 Issue 180. ISSN: 0552265x.

Depdiknas. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

de Bono, Edward. 1992. Serious Creativity.  Des Moines, Iowa:  Advanced Practical Thinking Training.

Hupp, R.J & J.C. Richardson. 2002. Application of de Bono Creative Methods in Dispute Resolution. Melbourne: Urban Transport Institute.

Hauck, Jennifer. 2007. Six Hats Check List, (online), (http://www.leanerslink.com), diakses 6 Januari 2012.

Sarsani, M. R. 2005. Creativity in Education. New Delhi: UGC

Serrat, Q. 2009. Wearing Six Thinking Hats. Philippines: Knowledge Solutions.

13