Upload
febriwijayanti02
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN METODE SIX THINKING HATS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS
RINA WIJAYANTI
AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan metode six thinking hats untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD. Pelaksanaan PTK ini terdiri dari 2 siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Instrumen penelitian berupa lembar pengamatan non tes, participation charts, lembar pengamatan questioning card, lembar pengamatan evaluasi hasil belajar, dan lembar pengamatan aktivitas guru Analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil analisis data sebagai berikut. Pertama, implementasi metode pembelajaran six thinking hats memahirkan berpikir siswa. Kedua, berperan aktif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada sub pokok bahasan ketampakan alam dan buatan. Ketiga, mendapatkan pengalaman untuk berpikir lebih dalam untuk menemukan solusi, memecahkan masalah dengan temuan-temuan baru atas materi belajar. Hal itu ditunjukkan oleh skor rata-rata evaluasi siswa dari pra tindakan, siklus I ke siklus II dengan skor peningkatan mencapai 12,33 atau sebesar 19,78%.
Kata Kunci: metode six thinking hats, hasil belajar IPS, sekolah dasar
AbstractThe purpose of this study is to describes using of the six thinking hats method improve the activity and the ability of students. Type of research is Classroom Action Research (CAR). The subject of research is V grade student in elementary school. CAR implementation consists of 2 cycles. The technic of data accumulation using ;observation,interview,field data record.The research instrument is observation sheet non tests, participation charts, cards questioning observation sheet, observation sheets of the evaluation in learning result, and teacher observation sheet activityData analysis was done by qualitatively method. The results of the data analysis are as follows. First, the implementation of the six thinking hats method is to make the students as an expert thinker. Second, take an active role in improving the activity and student learning result in sub subject of natural and artificial appearance. Third,to get experience to think more deeply to find solutions, solve problems with new findings over the learning material. This was indicated by an average score of student evaluation of pre-action, cycle I to cycle II with a increasing score of 12.33 as value as19.78%.
Key Words: six thinking hats method, the results of social studies, elementary school.
PENDAHULUAN
Pendidikan di SD merupakan wadah pembentukan karakter anak sebagai
warga Negara yang diharapkan di masa mendatang. Untuk itu dalam menyampai-
kan materi guru harus menguasai pengelolaan kelas dan kreatif memilih model
dan metode pembelajaran guna mendukung kelancaran pembelajaran di kelas.
Pelaksanaan pendidikan di SD harus memperhatikan kebutuhan siswa, di mana
mereka barada dalam perkembangan kemampuan intektual konkrit operasional.
Tantangan bagi para guru saat ini dihadapkan pada pembentukan pola pikir
siswa untuk menjadi warga negara yang berjiwa kewirausahaan, menghargai
keterbukaan, keragaman, dan kreativitas, yang dapat merancang masa depan
dalam semua bidang kehidupan mereka. Kepekaan siswa untuk bertindak secara
rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang
dihadapi dalam kehidupan telah tercermin dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.
Pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial sangat
diperlukan oleh seorang guru di SD, baik yang berhubungan dengan ruang
lingkup bahasannya, obyek yang dipelajari, maupun metode atau pendekatan
pembelajaran, karena melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan
tantangan-tantangannya, yang selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu
bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Pada umumnya proses belajar yang diterapkan di sekolah saat ini masih
terfokus pada guru, dan belum berpusat pada siswa. Pembelajaran di sekolah lebih
bersifat menghafal atau pengetahuan faktual, hal ini menjadikan pembelajaran
tidak searah dengan tujuan Pendidikan Nasional. Kenyataan di lapangan juga
menunjukkan bahwa pembelajaran lebih ditekankan pada aspek pengetahuan dan
masih sedikit yang mengacu pada pelibatan siswa dalam proses belajar secara
langsung.
Berdasarkan hasil pencatatan dokumen yang telah dilakukan menunjuk-kan
bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sub pokok bahasan
Ketampakan Alam dan Buatan masih kurang memuaskan. Sedangkan berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan pada guru mata pelajaran IPS, diakui bahwa guru
kesulitan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat untuk sub pokok
bahasan tersebut, karena sub pokok bahasan Ketampakan Alam dan Buatan telah
dipelajari siswa sejak duduk di kelas III. Hal ini menimbulkan siswa kurang
tertarik dengan materi tersebut. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap beberapa siswa kelas V mengenai pembelajaran IPS sub pokok bahasan
Ketampakan Alam dan Buatan menunjukkan bahwa hampir semua siswa
berpendapat bahwa isi dari meteri tersebut terlalu banyak menghafalkan
pengertian setiap ketampakan saja.
1
Berdasarkan pada analisis terhadap kondisi pembelajaran IPS dan kajian
terhadap hakikat dan tujuan pendidikan IPS, maka maka akan diterapkan metode
pembelajaran six thinking hats sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa. Six thinking hats merupakan suatu metode belajar
yang mengembangkan keterampilan berpikir kreatif, berpikir kritis, dan melatih
rasa empati siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Metode yang dikembangkan
pada tahun 1985 oleh Edward de Bono ini bekerja berdasarkan prinsip parallel
thinking process, yaitu proses berpikir yang menempatkan setiap sudut pandang
atau pendapat seseorang, paralel (sejajar) dengan sudut pandang atau pendapat
yang lainnya.
Six thinking hats merupakan metode yang menitik beratkan pada proses
kegiatan pengambilan keputusan dan peyelesaian masalah secara kreatif. Menurut
de Bono (1992:10) keterampilan berpikir kritis, analisis, refleksi, pemecahan
masalah, evaluasi, dan kreativitas akan memungkinkan siswa untuk memecahkan
permasalahan dan membuat sebuah pemikiran atas sebuah kemungkinan yang
terjadi di masa depan. Metode six thinking hats terdiri dari enam topi berpikir,
yaitu topi putih (mengumpulkan informasi), topi merah (perasaan terhadap suatu
masalah), topi hitam (sudut pandang negatif terhadap suatu masalah), topi kuning
(sudut pandang positif terhadap suatu masalah), topi hijau (alternative pemecahan
masalah), dan topi biru( kesimpulan atau pengambilan keputusan).
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pembelajaran IPS
dengan metode six thinking hats untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar,
mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
metode six thinking hats, dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa
dengan menggunakan metode six thinking hats.
METODE
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena penelitian
ini merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif untuk pelaku tindakan. Bentuk
PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolaboratif. Guru dan peneliti
berkolaborasi dalam merencanakan tindakan sampai dengan kegiatan refleksi.
2
Proses pelaksanaan penelitian ini yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi.
Sumber data dan sekaligus subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V
SDN Ngijo I Karangploso, Malang yang berjumlah 30, yang terdiri dari 10 siswa
laki-laki, dan 20 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Nopember 2012. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif
yang digunakan untuk menggambarkan perubahan kinerja guru, hasil prestasi
siswa, dan perubahan suasana kelas selama proses belajar dengan menggunakan
metode six thinking hats. Cara pengambilan data dilakukan dengan teknik
observasi, wawancara, tes, dan catatan lapangan.
Data yang berbentuk kualitatif berupa perkataan, aktivitas pembelajaran
portofolio, dokumen, situasi dan peristiwa yang dapat diamati berkaitan dengan
kinerja siswa dan guru saat penerapan metode pembelajaran six thinking hats pada
pelajaran IPS di kelas. Sedangkan untuk jenis data yang berupa data kuantitatif
terdiri dari hasil belajar, rencana belajar, dan data hasil observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran.
Aktivitas PTK diawali dengan kegiatan studi pendahuluan untuk
melakukan eksplorasi atas permasalah, dilanjutkan dengan penyusunan desain
PTK yang berisi tentang perumusan pemecahan masalah dalam bentuk hipotesis
tindakan, analisis kelayakan hipotesis tindakan, dan persiapan tindakan. Kegiatan
yang terakhir adalah pelaksanaan tindakan di kelas dengan berpedoman pada
perencanaan awal yang telah disusun, kegiatan observasi, dan refleksi. Rangkaian
pelaksanaan tindakan tersebut membentuk siklus yang terus mengalir
menghasilkan siklus baru sampai PTK dihentikan.
Pada tahap analisis data terdapat tiga tahap kegiatan yang dilakukan secara
berurutan. Tahap tersebut adalah mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan
kesimpulan. Analisis data pada penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah
yaitu dilakukan secara deskriptif kualitatif yang menjelaskan kondisi yang terjadi
atau yang dialami oleh siswa masing-masing, antara sebelum dan sesudah
tindakan kelas. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari berbagai
instrumen yang digunakan dalam pengambilan data yaitu lembar observasi,
wawancara, lembar penilaian soal tes evaluasi siswa, refleksi siswa dengan
3
=
menggunakan dokumentasi. Model analisis data yang digunakan meliputi reduksi
data, sajian deskriptif dengan alur sajian yang sistematis dan logis, penyimpulan
dari hasil yang disajikan.
Komponen penilaian tingkat keberhasilan tindakan aktivitas belajar siswa
diperoleh dengan rumus berikut.
Aktivitas siswa selama pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan ber-hasil atau
meningkat jika persentase rata-rata aktivitas siswa klasikal mencapai 70% dengan
kriteria baik, maka jika persentase rata-rata aktivitas siswa klasikal kurang dari
70% maka aktivitas siswa secara keseluruhan belum bisa dikatakan mengalami
peningkatan.
Untuk penilaian terhadap hasil belajar siswa dengan menggunaka metode
six thinking hats, dilihat dari skor hasil ulangan siswa dan skor nilai proses siswa.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan dapat dinilai dari frekuensi
hasil tes mengerjakan soal, yaitu dengan mencari mean/nilai rata-rata. Sedangkan
untuk menginterprestasikan dalam prosentase menggunakan rumus sebagai
berikut.
Setelah persentase hasil belajar siswa diperoleh berdasarkan perhitungan di
atas, kemudian ditetapkan kriterianya.
Standart Kualitas Pencapaian Keberhasilan
No. Interval skor Kualifikasi1.2.3.4.5.
90 – 10080 – 8970 – 7960 – 690 – 59
Sangat Baik (A)Baik (B)Cukup (C)Kurang (D)Sangat Kurang (E)
(Adaptasi: Jennifer Hauck, 2007)
Indikator keberhasilan penerapan metode pembelajaran six thinking hats
terhadap peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dengan membandingkan
rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus II. Penerapan metode pembelajaran six thinking hats dikatakan meningkat-
kan hasil belajar siswa jika rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II lebih besar
daripada siklus I.
HASIL
4
x 100%
Kegiatan Pra-tindakan
Kegiatan observasi pra-tindakan yang dilakukan sebelum penelitian,
meliputi observasi kondisi saat pembelajaran, hasil belajar, serta mengamati
permasalahan yang sering terjadi di dalam proses pembelajaran. Berdasarkan
pengamatan selama pembelajaran berlangsung terlihat bahwa proses belajar tidak
mencerminkan dari pendekatan studi belajar yang sedang tren dalam teori belajar
mutakhir dan proses penilaian hasil belajar hanya mengukur kemampuan siswa
dalam kecakapan akademik (academic skills) semata. Hal tersebut dinyatakan
dengan pengambilan nilai yang dilakukan guru hanya didasarkan pada capaian
siswa dalam menyelesaikan soal-soal dalam uji kompetensi di LKS tanpa
mempertimbangkan kecakapan personal dan kecakapan sosial.
Untuk mengetahui hasil belajar awal siswa, data diambil dari hasil ulangan
siswa, yaitu sebagai berikut. Dari 30 siswa, terdapat 1 siswa yang mendapatkan
nilai dengan based assessment B, 1 orang mendapatkan nilai C, dan 28 siswa
mendapat dilai dengan based assessment E.
Tindakan Siklus 1
Pada siklus I, penerapan metode six thinking hats dilakukan dengan
menggunakan teknik systematic, di mana siswa dikondisikan belajar secara
kelompok kecil sesuai dengan warna topi. Setiap kelompok berisi 5 orang yang
akan mewakili satu jenis topi. Fakta yang disiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran siklus I adalah pembangunan resort “Jambu Luwuk” yang ada di
kota Batu.
Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode six thinking hats
ditunjukkan dengan instrument aktivitas diskusi dan participation charts dalam
kelompok, yang menunjukkan hasil bahwa siswa lebih terangsang untuk berani
mengungkapkan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat, dan
menyampaikan sanggahan. Aktivitas berbicara siswa di kelas maupun di forum
kelompokpun tampak hidup dan bermakna.
Untuk mengukur keberhasilan penerapan metode six thinking hats, peneliti
juga mengembangkan butir-butir pertanyaan yang tertuang dalam questioning
card untuk tiap-tiap topi. Hasil yang ditunjukkan siswa dalam menyelesaikan
5
questioning card menunjukkan kemampuan masing-masing siswa dalam
menguasai materi pelajaran, metode, dan kompetensi yang ditetapkan.
Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode six thinking hats pada
siklus 1 yang dinyatakan dalam hasil evaluasi akhir menunjukkan bahwa dari 10
butir soal yang diujikan, menunjukkan hasil bahwa hanya ada 30% (9 orang)
siswa yang berhasil mencapai batas ketuntasan. Hasil tersebut kemudian
dikonvensikan ke skala 5 menunjukkan bahwa kecakapan akademik untuk kelas
VB tersebut termasuk kategori kurang berhasil.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap semua komponen belajar, tampak
beberapa komponen dari kualitas pembelajaran perlu diperbaiki, walaupun rata-
rata memenuhi syarat untuk masuk klasifikasi baik namun ada beberapa bagian
yang menunjukkan perolehan skor berada pada batas bawah.
Tindakan Siklus 2
Pada siklus 2, peneliti menggunakan strategi belajar yang berbeda dengan
sebelumnya. Pada tahap ini teknik occasional, dipilih untuk memperbaiki proses
dan hasil belajar siswa. Siswa dikondisikan belajar dalam kelompok besar, untuk
bersama-sama berpikir satu warna topi pada waktu yang sama. Fakta barupun
telah disiapkan sebelumnya, yaitu meng-angkat fenomena, “Surutnya DAS
Brantas akibat alih fungsi lahan, dari pegunungan menjadi lahan pertanian”.
Usaha ini disusun sebagai upaya peningkatan kecakapan siswa dalam belajar IPS.
Penilaian aktivitas belajar pada siklus II ini disesuaikan dengan RPP yang
telah disusun sebelumnya. Cara penilaian occassional dilakukan pada setiap
siswa, sehingga siswa harus memiliki lembar jawaban atas questioning card-nya
masing-masing. Hasil dari pelaksanaan teknik ini menunjukkan bahwa capaian
siswa berdasarkan penilaian terhadap signal thinking pada tiap topi menyatakan
ada penurunan jumlah siswa yang kurang mampu memunculkan fokus atas
masalah yang dibicarakan, dan banyak siswa yang telah mampu menguraikan
hasil diskusinya.
Instrument output pembelajaran ini menggunakan evaluasi di akhir
pertemuan tiap siklus. Data akhir hasil evaluasi siswa yang didapat pada siklus 2,
dari 10 butir soal yang diujikan, menunjukkan hasil bahwa hanya ada 17% atau 5
orang siswa yang belum berhasil mencapai batas ketuntasan. Hasil tersebut
6
kemudian dikonvensikan ke skala 5 yang menunjukkan bahwa kecakapan
akademik untuk kelas VB tersebut termasuk kategori berhasil.
Temuan Penelitian
Penerapan metode 6 hats ini telah dilakukan sebanyak 2 siklus, masing-
masing siklus dirancang untuk 2 kali pertemuan. Hasil proses pembelajaran untuk
tiap siklus menunjukkan peningkatan kualitas. Perbandingan kualitas belajar dan
cara berpikir siswa untuk setiap topi pada masing-masing siklus dapat
dideskripsikan sebagai berikut.
SIKLUS I SIKLUS IITopi Putih
Dari tiga aspek topi putih yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi putih.
Dari tiga aspek topi putih yang dinilai telah dikerja-kan oleh 30 siswa dan telah diskor. Hasil penskoran menunjukkan 27 siswa mampu menyelesaikan per-tanyaan aplikasi untuk aspek interpretasi fakta. Untuk aspek analisis fakta, ada 28 siswa yang mampu menyelesaikan pertanyaan aplikasi. Sedang-kan untuk aspek manipulasi informasi, terdapat 27 siswa yang telah mampu menjawab pertanyaan aplikasi aspek tersebut.
Topi MerahDari tiga aspek topi merah yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi merah.
Dari tiga aspek topi merah yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 siswa dan telah diskkor. Hasil penskoran menunjukkan ketiga puluh siswa mampu menyelesaikan seluruh pertanyaan pada aspek meng-ungkapkan intuisi dan mengungkapkan perasaan. Sedangkan pada aspek memunculkan emosi, terdapat 28 siswa yang mampu menyelesaikannya.
Topi HitamDari tiga aspek topi hitam yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Satu siswa belum mampu menyelesaikan dua aspek pada topi hitam, sedangkan empat siswa yang lain mampu memuncul kan ketiga aspek yang dinilai ke dalam lembar signal thinking topi hitam.
Dari tiga aspek topi hitam yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor. Hasil penskoran menunjukkan bahwa 29 orang siswa mampu menyelesai-kan aspek mengkritik negatif fakta. Pada aspek meng-ungkapkan penghakiman, terdapat 27 siswa yang mampu menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam aspek tersebut. Sedangkan pada aspek mengungkapkan resiko, terdapat 26 siswa yang mampu menyelesaikannya.
Topi KuningDari tiga aspek topi hitam yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi kuning.
Dari tiga aspek topi kuning yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor. Hasil penskoran menunjukkan bahwa 27 siswa mampu menyelesaikan aspek mengungkapkan kritik positif. Pada aspek mengungkapkan keuntungan, terdapat 26 siswa yang mampu menjawab pertannyaan dalam aspek tersebut. Sedangkan untuk aspek mengungkapkan penilaian, terdapat 27 siswa yang mampu menyelesikannya.
Topi HijauDari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Satu siswa hanya mampu memunculkan dan menyelesaikan satu aspek pada topi hijau, sedangkan tiga siswa lainnya mampu memunculkan dan menyelesaikan dua aspek, dan hanya satu siwa yang mampu menyelesaikan ketiganya.
Kelompok 1Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi hijau.Kelompok 2Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi hijau.
7
SIKLUS I SIKLUS IIKelompok 3Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi hijau.Kelompok 4Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Kelima siswa mampu menyelesaikan dua aspek pada topi hijau.Kelompok 5Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Semua siswa mampu menyelesaikan semua aspek pada topi hijau.Kelompok 6Dari tiga aspek topi hijau yang dinilai telah dikerjakan oleh 5 orang siswa dan telah diskor. Kelima siswa mampu menyelesaikan dua aspek pada topi hijau.
Topi Biru- 3 aspek inti topi biruDari tiga aspek topi biru yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor. Terdapat 18 siswa dapat menjelaskan dan memunculkan aspek pengelompokan dalam kertas signal thinkingnya. Pada aspek uraian, terdapat 10 siswa yang mampu memunculkan dan menguraikan dengan benar perintah aplikasi, sedangkan untuk aspek fokus, hanya ada 8 siswa yang mampu menyelesaikannya.- 3 aspek kemampuan membuat parafraseDari tiga aspek membuat parafrase yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor, menunjukkan bahwa ketiga puluh siswa belum mampu menggunakan EYD dengan tepat dan benar. Pada aspek kemampuan siswa dalam memilih kata, hanya 15 orang siswa saja yang mampu menunjukkan kemampuannya dalam memilih kata yang tepat. Sedangkan untuk aspek membuat kalimat, ada 15 orang saja yang mampu menunjukkan kemampuannya dalam membuat kalimat sesuai dengan indikator fungsi sintaksis.
- 3 aspek inti topi biruDari tiga aspek topi biru yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor. Seluruh siswa dapat menjelaskan dan memunculkan aspek pe-ngelompokkan dalam kertas signal thinking. Pada aspek uraian, ter dapat 27 siswa yang mampu memunculkan dan menguraikan dengan benar perintah aplikasi. Sedangkan untuk aspek fokus, terdapat 14 siswa yang mampu menyelesaikannya.
- 3 aspek kemampuan membuat parafraseDari tiga aspek membuat paraphrase yang dinilai telah dikerjakan oleh 30 orang siswa dan telah diskor, menunjukkan bahwa 16 siswa telah mampu menulis dengan memperhatikan penggunaan EYD. Pada aspek memilih kata, terdapat 24 siswa yang mampu memuncul-kan indikator pemilihan kata berdasarkan ruang lingkup-nya. Sedangkan untuk aspek membuat kalimat, ada 20 orang yang mampu menunjukkan kemampuannya dalam membuat kalimat sesuai dengan indikator fungsi sintaksis.
Pada kegiatan berdiskusi siswa selama proses belajar pada siklus I dan
siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I terdapat satu siswa yang berada
pada kolom kualitas kurang, 4 siswa ada pada kolom penilaian cukup, 14 siswa
berada pada kolom penilaian baik, dan 11 siswa mendapat predikat dengan
kualitas kontribusi sangat baik. Sedangkan pada siklus II, penilaian terhadap
kemampuan siswa dalam berpartisipasi selama proses belajar menunjukkan bahwa
terdapat 10 siswa mendapatkan predikat baik, dan 20 lainnya masuk dalam
kategori sangat baik. Itu berarti bahwa pada siklus II lebih dari 75% siswa telah
dapat mengungkapkan pendapat, ide, dan gagasan, serta berani mengajukan
keberatan dan memberikan alasan.
Penilaian terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran juga dapat
dilihat dari penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian atas kinerja guru pada siklus
8
I dan yang kemudian dilanjutkan pada siklus II, juga mengalami peningkatan. Jika
pada siklus I tampak beberapa komponen pembelajaran masih menunjukkan pada
posisi batas bawah penilaian, maka pada siklus II komponen-komponen tersebut
telah berhasil diperbaiki.
Hasil evaluasi proses pembelajaran secara keseluruhan, yang pada siklus I
menunjukkan bahwa pada komponen dan sub komponen sikap siswa klasifikasi
skor yang didapat masing-masing yaitu “C”. Pada komponen motivasi belajar
siswa, untuk sub komponen tanggung jawab mendapatkan klasifikasi skor “K”.
Sedangkan pada siklus II, tabel penilaian hasil evaluasi proses bembelajaran
secara menyeluruh menunjukkan bahwa setiap komponen dan sub komponen
telah memenuhi syarat untuk masuk pada klasifikasi sangat baik.
BAHASAN
Metode six thinking hats ini merupakan metode yang dilandasi oleh aliran
kontruktivisme, yang penerapannya mengembangkan kemampuan struktur
kognitif siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui berpikir.
Tujuan dari metode six thinking hats yaitu menggali gagasan siswa, memberikan
klarifikasi, dan memperluas gagasan serta merefleksikannya secara eksplisit.
Six thinking hats disimbolkan topi berwarna untuk membedakan tipe
berpikir. Warna topi putih bertujuan untuk mengidentifikasi kenyataan, topi hitam
untuk mengevaluasi hal-hal negatif, topi kuning untuk memfokuskan hal-hal
positif, topi merah untuk melihat topik dari segi estetika dan emosional. Topi
hijau membutuhkan kreatifitas dan berpikir tingkat lanjut tentang topik yang
dibicarakan, terakhir topi biru merefleksikan dan mengambil kesimpulan. Sarsani
(2005:189), menegaskan bahwa metode six thinking hats merupakan enam mode
berpikir dan arah untuk berpikir, dan bukan label untuk berpikir. Keberadaan topi
yang digunakan cenderung bersifat proaktif bukan reaktif.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian dalam penerapan metode six
thinking hats, dapat dikatakan bahwa metode six thinking hats merupakan metode
yang tepat untuk mengimplementasi unit pembelajaran IPS di SD. Terbukti,
bahwa keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi bukan berarti siswa
tersebut dituntut untuk sekedar mampu mengingat dan menghafal, sehingga
9
berakibat pada ketidakberdayaan siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang
menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif, tetapi belajar harus
berorientasi pada proses belajar (learning to think) yang lebih mengarah pada
berbuat (learning by experiences).
Temuan dalam penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Al-Bakri (2011) yang menunjukkan bahwan dengan menggunakan metode
six thinking hats dapat mengembangkan kinerja siswa dalam menulis dan
memberikan kesempatan pada mereka untuk menyederhanakan proses berpikir
siswa, mengeksplorasi fakta, mencari aspek-aspek positif dan negatif dalam suatu
topik tertentu, dan membuat solusi logis yang dapat menghasilkan suatu
keputusan.
Proses belajar dengan menggunakan metode ini juga merupakan salah satu
strategi untuk melatih kemampuan creative problem solving siswa. Sebagaimana
dikemukakan oleh Hupp&Richardson (2002), bahwa “the six thinking hats
method its great effectiveness in organizing thinking in a highly productive way”.
Metode the six thinking hats merupakan metode yang sangat efektif dalam
meningkatkan produktivitas berpikir. Dari segi struktur pembelajaran, metode ini
menggunakan daftar pertanyaan terbuka yang dikemas dalam questioning card
topi, setiap pertanyaan tersebut harus dijawab oleh siswa. Isi dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut memungkinkan siswa menggali pengetahuannya sendiri dan
memecahkan masalah dengan berbagai alternatif jawaban.
Selain itu permasalahan yang diajukan bersifat kontekstual yang diambil
dari fenomena di sekitar mereka maupun surat kabar. Hal ini tentu berpengaruh
pada semangat belajar siswa karena mereka menganggap permasalahan yang di-
hadapi dalam proses pembelajaran tidak jauh dari kehidupan siswa, sehingga akan
dapat lebih berguna dalam kehidupan di masa kini dan yang akan datang.
Dilihat dari segi langkah pembelajaran yang telah dilakukan, terdapat tiga
fase penting yang patut diperhatikan. Fase pertama, guru menyampaikan suatu
permasalahan kontekstual yang terkait dengan materi pelajaran. Siswa ditugaskan
untuk menjawab masing-masing pertanyaan yang ada pada questioning card tiap
topi. Fase kedua, yaitu diskusi, guru membantu siswa dalam memecahkan
masalah yang didapatkan oleh masing-masing kelompok.
10
Dalam kegiatan memecahkan masalah ini siswa menggunakan urutan six
thinking hats yang dapat memudahkan siswa, karena urutan pada setiap topi dapat
memusatkan perhatian siswa pada satu sudut pandang dalam satu waktu. Hal ini
juga melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan cara ber-
kelompok, yaitu kegiatan bertukar pikiran dan berbagi pendapat antara masing-
masing anggota kelompok. Fase ketiga, yaitu membuat parafrase, siswa menulis-
kan hasil kegiatan diskusi kelompok dalam bentuk karangan dengan memperhati-
kan kaidah-kaidah penulisan karangan yang benar.
Ketiga fase aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode six
thinking hats ini memperkuat pendapat yang diungkapkan oleh Serrat (2009:3),
bahwa metode six thinking hats mempromosikan tentang berpikir kolaboratif,
mempertajam fokus, memfasilitasi komunikasi, mengurangi konflik, memungkin-
kan evaluasi menyeluruh, meningkatkan eksplorasi, menumbuhkan kreativitas dan
inovasi, menghemat waktu, dan meningkatkan produktivitas.
Dapat dilihat bahwa pengaruh metode pembelajaran six thinking hats
terhadap hasil belajar IPS disebabkan oleh seluruh kegiatan dalam metode
pembelajaran six thinking hats dapat mendorong siswa untuk membangun
pengetahuan mereka sendiri dengan berinteraksi dengan rekan kelompoknya,
sehingga terjadi tukar pikiran, kerjasama, dan saling membantu antar anggota
kelompok dalam menggali informasi atau pengetahuan. Dalam kondisi seperti ini,
siswa belajar dengan mengalami sendiri, pembelajaran tidak lagi didominasi oleh
guru sebagai sumber belajar, sehingga terjadi interaksi multi arah dalam
pembelajaran.
Pengetahuan siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri akan dapat
menjadikan pemahaman siswa tentang suatu materi akan lebih melekat, yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Interaksi multi arah meng-
isyaratkan adanya peran guru lebih pada fasilitator dalam pembelajaran dengan
memberikan bimbingan dan mengarahkan jawaban siswa agar menjadi benar
apabila ada kesalahan pemahaman.
11
SIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS
dengan menggunakan metode six thinking hats akan dapat meningkatan aktivitas
belajar siswa, metode six thinking hats juga memiliki orientasi pada proses belajar
(learning to think) yang lebih mengarah pada berbuat (learning by experiences),
dan pada akhirnya terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yang ditunjuk-
kan oleh skor rata-rata evaluasi akhir siswa dari siklus I ke siklus II yang meng-
alami peningkatan sebesar 19,78%.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode six thinking hats dalam
pembelajaran IPS memiliki 3 fase pokok, yaitu fase pendahuluan, fase diskusi,
dan presentasi. Pada fase diskusi siswa menggunakan urutan pemecahan masalah
six thinking hats, yaitu dimulai dari mengumpulkan informasi (topi putih),
merasakan tentang suatu masalah (topi merah), mengungkapkan hal negatif dari
suatu masalah (topi hitam), mengungkapkan hal positif dari suatu masalah (topi
kuning), menemukan alternatif pemecahan masalah (topi hijau), dan membuat
kesimpulan (topi biru).
Berdasarkan kesimpulan atas hasil penelitian, peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut. Bagi guru SD, hendaknya mencoba menerapkan
metode six thinking hats seperti yang telah dipaparkan di atas, guna meningkatkan
proses dan hasil belajar IPS siswa dengan memperhatikan substansi tiap topi dan
kontinuitas penerapan metode six thinking hats pada siswa. Bagi peneliti lain
disarankan untuk lebih mendalami aktivitas pada setiap topi, dan diaplikasikan
pada sub pokok pelajaran yang lain, atau bahkan pada mata pelajaran yang lain
untuk lebih mengajak siswa agar dapat berpikir kreatif.
12
DAFTAR RUJUKAN
Al-Bakri, S. A. 2011. The Impact of the Six Thinking Hats as a Teaching Technique on EFL Collage Students’ Performance in Composition Writing. Iraq Academic Scintific Journals volume 0 Issue 180. ISSN: 0552265x.
Depdiknas. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
de Bono, Edward. 1992. Serious Creativity. Des Moines, Iowa: Advanced Practical Thinking Training.
Hupp, R.J & J.C. Richardson. 2002. Application of de Bono Creative Methods in Dispute Resolution. Melbourne: Urban Transport Institute.
Hauck, Jennifer. 2007. Six Hats Check List, (online), (http://www.leanerslink.com), diakses 6 Januari 2012.
Sarsani, M. R. 2005. Creativity in Education. New Delhi: UGC
Serrat, Q. 2009. Wearing Six Thinking Hats. Philippines: Knowledge Solutions.
13