34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengoperasian unit size reduction dalam industri kimia dan mineral sering mengakibatkan biaya tinggi karena operasi yang kurang efisien.Hal ini disebabkan adanya sifat fisis dari beban yang beranekaragam. Segi lain yang mengakibatkan size reduction tidak efisien adalah kebutuhan energi untuk membentuk permukaan baru. Energi ini berbanding terbalik dengan ukuran partikel yang dihasilkan. 1.2 Rumusan Masalah Size reduction dipandang tidak efisien dari beberapa segi, salah satunya adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk mendapatkan ukuran partikel sesuai keinginan. Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran dan perhitungan besarnya jumlah energi yang dibutuhkan dalam proses size reduction dengan menerapkan beberapa persamaan yang sudah ada. 1.3 Tujuan Percobaan 1. Mampu melakukan pengukuran partikel dengan metode sieving 2. Mampu mengukur daya (energi) yang terpakai pada size reduction dengan kapasitas yang berbeda-beda 3. Mampu menghitung reduction ratio untuk bahan yang berbeda-beda 4. Mampu menerapkan Hukum Kick dan Rittinger dan menghitung indeks kerja

size reduction

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan akhir size reduction

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengoperasian unit size reduction dalam industri kimia dan mineral sering

mengakibatkan biaya tinggi karena operasi yang kurang efisien.Hal ini disebabkan adanya

sifat fisis dari beban yang beranekaragam. Segi lain yang mengakibatkan size reduction tidak

efisien adalah kebutuhan energi untuk membentuk permukaan baru. Energi ini berbanding

terbalik dengan ukuran partikel yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah

Size reduction dipandang tidak efisien dari beberapa segi, salah satunya adalah jumlah

energi yang dibutuhkan untuk mendapatkan ukuran partikel sesuai keinginan. Dalam

percobaan ini dilakukan pengukuran dan perhitungan besarnya jumlah energi yang

dibutuhkan dalam proses size reduction dengan menerapkan beberapa persamaan yang sudah

ada.

1.3 Tujuan Percobaan

1. Mampu melakukan pengukuran partikel dengan metode sieving

2. Mampu mengukur daya (energi) yang terpakai pada size reduction dengan kapasitas yang

berbeda-beda

3. Mampu menghitung reduction ratio untuk bahan yang berbeda-beda

4. Mampu menerapkan Hukum Kick dan Rittinger dan menghitung indeks kerja

5. Mampu menghitung power transmission factor (energi penggerusan)

6. Mampu membuat laporan praktikum secara tertulis

1.4 Manfaat Percobaan

1. Memahami dan mengetahui cara menghitung besarnya reduction ratio, daya, dan energi

penggerusan dengan ukuran partikel yang berbeda-beda.

2. Mampu menerapkan Hukum Kick dan Rittinger dan menghitung indeks kerja dalam

percobaan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Size reduction adalah salah satu operasi untuk memperkecil ukuran dari suatu

padatan dengan cara memecah, memotong, atau menggiling bahan tersebut sampai didapat

ukuran yang diinginkan. Menurut ukuran produk yang dihasilkan alat size reduction

dibedakan menjadi crusher, grinder, ultrafine grinder, dan cutter.

2.1. Macam‐macam Alat Size Reduction Menurut Produk

a. Crusher

Alat size reduction yang memecahkan bongkahan padatan yang besar menjadi

bongkahan‐bongkahan yang lebih kecil, dimana ukurannya sampai batas beberapa inch.

Primary crusher

Mampu beroperasi untuk segala ukuran feed. Produk yang dihasilkan mempunyai

ukuran 6‐10 inch.

Secondary crusher

Mampu beroperasi dengan ukuran feed, seperti di produk primary crusher dengan

ukuran /4 inch.

b. Grinder

Alat ini beroperasi untuk memecah bongkahan yang dihasilkan crusher, sehingga

bongkahan ini menjadi bubuk.Untuk intermediate grinder, produk yang dihasilkan ± 40

mesh. Ultrafine grinder hanya dapat menerima ukuran feed lebih kecil /4 mesh.

c. Cutter

Alat ini mempunyai cara kerja yang berbeda dengan size reduction sebelumnya. Pada

cutter ini, cara kerjanya dengan memotong. Alat ini dipakai untuk produk ulet dan tidak

bisa diperkecil dengan cara sebelumnya. Ukuran produk 2‐10 mesh.

Operasi size reduction sering digunakan pada indusri‐industri yang memerlukan

bahan baku dalam ukuran tertentu dan produk dalam ukuran tertentu, misalnya industri

semen, batu bara, pertambangan, pupuk, keramik, dll. Pemilihan jenis alat yang digunakan

biasanya berdasarkan ukuran feed pada produk, sifat bahan, kekerasan bahan, dan

kapasitasnya.

Energi yang dibutuhkan untuk operasi size reduction sangat bergantung dari

ukuran partikel yang dihasilkan.Makin kecil partikel, maka makin besar energi yang

dibutuhkan.

2. 2. Hukum-hukum Size Reduction

a. Hukum Rittinger

Rittinger beranggapan bahwa besarnya energi yang diperlukan untuk size

reduction berbanding lurus dengan luasan baru partikel / perbandingan luas permukaan

partikel.Setelah reduksi dibuat model kubik kubusan dengan volume R x F x P inch. Bila

F=F, n=1, maka luasan baru yang ditimbulkan pada operasi reduksi (3(n-1)F2).

Dimisalkan energi yang dibutuhkan untuk pertambahan luas line BHFE. Energi yang

diperlukan untuk pemecahan kubus:

E =3BF2(F-1)

= 3 B F2 (n-1)

F3 = 3 B (n-1) D

Untuk partikel yang berbentuk kubus, kebutuhan energi yang bisa dihitung

dengan menganggap luasan partikel tersebut mempunyai perbandingan tertentu (k)

dengan partikel pada luasan yang sama / ukuran sama berbentuk kubus, sehingga :

K= APAK '

, maka E=3 B F2 K (n−1)

F3

Dimana, AP : luasan partikel

AK : luasan kubus untuk partikel dengan ukuran sama

E=3 BK ( F

f−1)

F=

3 BK (F−f )F−f

=3 B K (1f−

1F

)

E=3 BK (n−1)

F

Dimana, 3 BK=C’=konstanta Rittinger yang besarnya ditentukan oleh percobaan. Dengan dimasukkan p partikel, persamaan menjadi :

HPton

=C ' ( 1f− 1

F)

Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Rittinger.Masih banyak terdapat

kekurangan dari hasil percobaan zat padat terhadap fraksi-fraksi yang ukurannya lebih

kecil dari hasil yang terletak di Hukum Rittinger.

b. Hukum Kick

Kick beranggapan bahwa energi yang dibutuhkan untuk pemecahan partikel zat

padat adalah berbanding lurus dengan ratio dari feed dengan produk. Secara matematis

dinyatakan dengan:

HP = k log D/d

dimana,

HP : tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan partikel zat padat atau feed

k: konstanta Kick

D : diameter rata-rata feed

Memecah partikel kubus berukuran lebih dari /2 inch adalah sama besarnya

dengan energi yang dibutuhkan untuk memecah partikel /2 inch menjadi 1/4 inch.

c. Hukum Bond

Persamaan lain yang bisa digunakan adalah persamaan Bond. Bond

beranggapan bahwa energi yang dibutuhkan untuk membuat partikel dengan ukuran Dp

dari feed dengan ukuran sangat besar adalah berbanding lurus dengan volume produk.

Dengan memecahkan factor sphericity:

Cp / Vp = G / (v). (Dp)

dimana, Cp : luasan partikel produk

Vp : volume partikel produk

υ : sphericity

Tenaga sphericity untuk berbagai macam produk dapat dilihat dari bermacam

buku, misalnya Mc Cabe table 26‐1 halaman 80. Besarnya energi yang dibutuhkan :

p / M = Kb / (Dp)^0,5

Dimana Kb adalah suatu konstanta yang besarnya sama, tergantung pada tipe mesin dan

material yang akan direduksi. Hubungan antara Kb dan W sebagai berikut:

Kb =  Wi = 0,3162 Wi

dimana, Wi adalah energi dalam Kwh tiap ton feed yang dibutuhkan untuk mereduksi

feed dengan ukuran yang sangat besar sampai menghasilkan produk yang 90% mampu

melewati saringan 100μ, dimana:

P : dalam satuan kwh

M : dalam satuan ton/jam

Dp : dalam satuan mm

Bila 80% feed mampu melewati screen dengan ukuran Dpa dan 80% produk mampu

melewati screen dengan ukuran, maka gabungan persamaan sebagai berikut:

D=0.3162Wi ( 1

Dpb12−Dpa

12

)

Harga indeks tenaga Wi dapat dibaca pada Mc Cabe hal 77 tabel 27‐1. Peramaan

umum : dE = dx/xn

dimana, E : energi yang dibutuhkan

x : ukuran partikel

Bila harga n = 1, maka integrasi akan menghasilkan persamaan Rittinger:

E=C ( 1/xp – 1/xf)

Untuk n = 1,5, maka pada integrasi akan muncul:

E=C( 1

xp12

− 1

xf12

)

Sedangkan untuk n>1, secara umum persamaan differensial di atas mempunyai integrasi :

E= cx( 1

xpn−1− 1

xf n−1)

Persamaan lain yang harus dicatat adalah grindability suatu bahan.

Didefinisikan sebagai ton/jam bahan yang dapat dihasilkan menjadi ukuran tertentu

dalam pesawat tertentu.Grindabilitas relatif adalah perbandingan suatu bahan standar

dan data grindabilitas tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan energi

mereduksi bahan, memperkirakan ukuran jenis pesawat.

2.3. Beberapa Arti Diameter

a. Trade Aritmathic Average Diameter (TAAD)

TAAD didefinisikan sebagai diameter rata‐rata berdasarkan jumlah.

TAAD=∑ ( partikel x diameter )

∑ partikel total

¿ N 1 D 1+N 2 D 2+. …+NnDnN 1+N 2+…+Nn

∑i=1

nNt Dt

Nt

¿=Vtvt

=μt / ρm

=m XiVρ

= m Xi

ρ Ci Di2

TAAD=∑i=1

nXi

Ci Di2

∑i=1

nXi

Ci Di3

dimana,

Di : diameter partikel

Ni : jumlah partikel dengan diameter Di

Mi : massa total partikel dengan diameter Di

m : massa partikel dengan diameter Di

Vi : volume total partikel dengan diameter Di

C : konstanta yang harganya tergantung dari titik partikel, sehingga:

D3 adalah volume partikel untuk bola = a/b, kubus = 1

V : volume partikel dengan diameter Di

b. Mean Surface Diameter

Didefinisikan sebagai diameter rata ‐ rata berdasarkan luas permukaan jumlah partikel x

luas

¿ NiBi Di2 x∑i=1

n

( jumlah partikel x luas ) total

¿ N 1 B 1 D 12+N 2 B 2 D 22+…+NnBnDn=B ¿

(Dsur )2=N 1B 1 D12+N 2B 2 D 22+…+NnBn Dn2

B(N 1+N 2+…+Nn)

¿∑i=1

nNtBt Dt2

B∑i=1

n

Nt

¿∑i=1

n

Mρ ( xt

C D t2 )Bt Dt2

B∑i=1

nMρ

=( xtCDi

)

Dsur=√ ∑i=1

nBiXiCiDi

∑i=1

nXi

Ci Di2

Jumlahtotal=¿Vi=¿Ci D i3 n

¿C ¿

∑i=1

nmc

XiCi Di3 Ci Dt3=C ¿¿

Dvol=√ ∑i=1

n

Xi

C∑i=1

nXi

Ci Di3

dimana, B : konstanta yang harganya tergantung bentuk partikel, untuk bola B

= 2 dan untuk kubus B = 6.

c. Mean Volume Diameter

Didefinisikan sebagai diameter rata‐rata berdasarkan volume

Jumlah total = Ni. Vi = Ni . Ci. Di3 .n

= C (D vol)3∑i=1

n

¿

∑i=1

nmc

.xi

Ci Di3Ci . Di3

= C (D vol)3∑i=1

nxi

Ci Di3

D vol = √ ∑i=1

n

Xi

C∑i=1

nxi

Ci Di3

BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan : Hammer Mill, Sieving

2. Bahan yang digunakan : batu bata

3.2 Variabel Percobaan

1. Variabel tetap

- Ukuran batu bata : 2 cm; 3 cm; 4 cm; 5 cm

- Berat batu bata : 150 gram; 250 gram; 350 gram.

2. Variabel berubah

- Waktu pengayakan : 5 menit sampai berat konstan

3.3 Gambar Alat Utama

Gambar 3.1 Gambar Alat Hammer Mill-Crusher Gambar 3.2 Gambar Alat Sieving

3.4 Respon

1. Ukuran partikel

2. Luas partikel per satuan berat

3. Daya terpakai

3.5 Data yang Dibutuhkan

1. Kuat arus

2. Waktu

3. Berat

3.6 Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan batu bata.

2. Melakukan pengukuran partikel bahan sebelum dimasukkan ke dalam hammer mill.

3. Tentukan bukaan tutup feeder sesuai dengan kapasitas yang diinginkan, usahakan jangan

terlalu lebar supaya bahan yang masuk tidak terlalu besar.

4. Ukur ampere atau daya yang terpakai dengan menggunakan ampere meter pada waktu

pesawat jalan tanpa beban.

5. Masukkan bahan ke dalam pesawat dalam jumlah tertentu sesuai variabel.

6. Ukur ampere atau daya yang terpakai dengan menggunakan ampere meter pada waktu

pesawat jalan sesuai variabel.

7. Kumpulkan hasil dan jumlah tertentu untuk diukur ukuran partikelnya.

8. Pengukuran dilakukan dengan standar sieving.

BAB 4HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Reduction ratio dan Energi penggerusanTable 4.1 Data nilai reduction ratio, diameter umpan, diameter produk, dan energi penggerusan pada masing-masing variabel.

IV.2

Konstanta kick dan Konstanta Rittinger Tabel 4.2 Data nilai Energi penggerusan dengan konstanta kick dan konstanta Rittinger

w (kg)Du (mm) t (jam) dP (mm) R (Du/dP)

Energi penggerusan

0.15

20 0.0027 0.0609712328.023722

7 2461.59065

30 0.00305 0.0646369464.131169

7 3109.37735

40 0.0033 0.0675295592.333720

8 3627.60671

50 0.0016 0.01938282579.60666

2 1489.9106

0.25

20 0.0033 0.06348881315.016142

2 3238.93469

30 0.0036 0.06390033469.481143

5 3757.16405

40 0.0038 0.067960759588.574945

1 4307.78274

50 0.00305 0.066137097756.005362

6 3109.37735

0.35

20 0.0038 0.066314068301.595130

6 3854.332055

30 0.00416 0.066767165449.322657

3 4404.95075

40 0.0044 0.065240229613.118632

7 5247.07346

50 0.0033 0.066446949752.479997

2 3821.94272

w (kg)Du (mm)

Energi penggerusan

Konstanta kick

Konstanta rittinger

0.15

20 2461.590651603.39 44.61130 3109.37735

40 3627.6067150 1489.9106

0.25

20 3238.93469384.219 643.3530 3757.16405

40 4307.7827450 3109.37735

0.35

20 3854.3320551025.79 3347.2930 4404.95075

40 5247.0734650 3821.94272

IV.3 Hubungan Antara Diameter Umpan dan Diameter Produk dengan Reduction ratioTabel 4.3 Hubungan diameter umpan dengan Ratio (R)

w (kg) Du (mm) dP (mm) R (Du/dP)

0.15

20 0.0609712 328.023722730 0.0646369 464.131169740 0.0675295 592.333720850 0.0193828 2579.606662

0.25

20 0.06348881 315.016142230 0.06390033 469.481143540 0.067960759 588.574945150 0.066137097 756.0053626

0.3520 0.066314068 301.595130630 0.066767165 449.322657340 0.065240229 613.118632750 0.066446949 752.4799972

Pada variabel 150 gram, diameter umpan 20 mm memiliki reduction ratio sebesar 328.0237227, pada diameter umpan 30 mm memiliki reduction ratio sebesar 464.1311697 , pada diameter umpan 40 mm memiliki reduction ratio sebesar 592.3337208, dan pada diameter umpan 50 mm memiliki reduction ratio sebesar 2579.606662. Dari data yang kami dapatkan, dapat disimpulkan bahwa nilai reduction ratio semakin besar pada diameter feed yang semakin besar ( baik pada variabel 150 gram, 250 gram maupun 350). Hal ini sesuai dengan rumus reduction ratio dimana, harga R berbanding lurus dengan diameter feed (D).

R = D/dDimanaR= reduction ratioD= diameter feed awald= Diameter Partikel setelah direduksi

sehingga jika nilai diameter feed (D) yang semakin besar, nilai reduction ratio juga akan semakin besar.

IV.4 Pengaruh Diameter Umpan terhadap konstanta Rittinger

Gambar 4.1 Pengaruh Diameter Umpan terhadap konstanta Rittinger pada F=150

% error 1=2462−2461.59

2461.59× 100 %=0.01 %

% error 2=3109.377−3109.3

3109.3×100 %=0.0024 %

% error 3=3627.6−3627

3627×100 %=0.01%

% error rata-rata=0.01+0.0024+0.01

3=0.0074 %

16.35 15.43 14.780

5001000150020002500300035004000

Grafik hubungan energi penggerusan dengan 1/dP - 1/Du

pada F= 150 gram

150 gramLinear (150 gram)

1/dP - 1/Du

Ener

gi P

engg

erus

an

Gambar 4.2 Pengaruh Diameter Umpan terhadap konstanta Rittinger pada F=250

% error 1=3239−3238.93

3238.93×100 %=0.0021 %

% error 2=3757.16−3757

3757×100 %=0.0042 %

% error 3=4307−4306

4306×100 %=0.02 %

% error rata-rata=0.0021+0.0042+0.02

3=0.0087 %

15.7 15.61 14.680

1000

2000

3000

4000

5000

Grafik hubungan energi penggerusan dengan 1/dP - 1/Du

pada F= 250 gram

250 gramLinear (250 gram)

1/dP - 1/Du

Ener

gi P

engg

erus

an

15.029 14.94 15.30

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Grafik hubungan energi penggerusan dengan 1/dP - 1/Du

pada F= 350 gram

350 gramLinear (350 gram)

1/dP - 1/Du

Ener

gi P

engg

erus

an

Gambar 4.3 Pengaruh Diameter Umpan terhadap konstanta Rittinger pada F=350

% error 1=3855−3854

3854×100%=0.02%

% error 2=4405−4404

4404×100 %=0.02 %

% error 3=5247−5246.5

5246.5×100 %=0.0095 %

% error rata-rata=0.02+0.02+0.0095

3=0.0165 %

Dari grafik hubungan antara energi penggerusan dengan konstanta Rittinger, didapat

konstanta Rittinger melalui hubungan garis linier :

E = C (1

Du− 1

dp¿

Dimana :

E : energi penggerusan

C : konstanta Rittinger

Du : diameter umpan

Dp : diameter produk

Berdasarkan persamaan diatas didapat slope dari garis linier yang menunjukkan nilai

konstanta Rittinger. Persamaan di atas juga menunjukkan hubungan bahwa semakin berat partikel

umpan maka didapat konstanta Rittinger yang semakin besar pula. Hal ini dikarenakan konstanta

Rittinger berbanding lurus dengan energi penggerusan yang dibutuhkan. Sedangkan energi

penggerusan dipengaruhi oleh variabel waktu dimana semakin berat partikel umpan yang masuk

ke dalam hammer mill maka waktu yang dibutuhkan semakin lama. Hal ini sesuai dengan

persamaan :

E = V.I.t.cosθ

Dimana,

E : energi penggerusan

V : tegangan listrik

I : arus llistrik

t : waktu

Jadi semakin berat partikel, maka konstanta Rittinger yang didapat semakin besar karena

energi yang dibutuhkan untuk penggerusan juga semakin besar.

IV.5 Pengaruh Diameter Umpan terhadap konstanta kick

2.51 2.66 2.770

5001000150020002500300035004000

Grafik hubungan energi penggerusan dengan Log Di/di

pada F= 150 gram

150 gramLinear (150 gram)

Log Di/di

ener

gi p

engg

erus

an

Gambar 4.4 Pengaruh Diameter Umpan terhadap konstanta kick pada F=150

% error 1=2462−2461.59

2461.59× 100 %=0.016 %

% error 2=3109.377−3109.2

3109.2×100 %=0.0056 %

% error 3=3627.8−3627.7

3627.7×100%=0.0027 %

% error rata-rata=0.016+0.0056+0.0027

3=0.0081 %

2.49 2.67 2.760

1000

2000

3000

4000

5000

Grafik hubungan energi penggerusan dengan Log Di/di

pada F= 250 gram

250 gramLinear (250 gram)

Log Di/di

ener

gi p

engg

erus

an

Gambar 4.5 Pengaruh Diameter Umpan terhadap konstanta kick pada F=250

% error 1=3239−3238.93

3238.93× 100 %=0.0021 %

% error 2=3757.16−3757

3757×100 %=0.0042 %

% error 3=4307−4306

4306×100 %=0.02 %

% error rata-rata=0.0021+0.0042+0.02

3=0.0087 %

2.47 2.65 2.780

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Grafik hubungan energi penggerusan dengan Log Di/di

pada F= 350 gram

350 gramLinear (350 gram)

Log Di/di

ener

gi p

engg

erus

an

Gambar 4.6 Pengaruh Diameter Umpan terhadap konstanta kick pada F=350

% error 1=3905−3900

3900×100%=0.1 %

% error 2=4404−4402

4402×100 %=0.04 %

% error 3=5247−5245

5245×100%=0.03 %

% error rata-rata=0.1+0.04+0.03

3=0.05 %

Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin besar harga log Di/di, maka energi yang

dibutuhkan untuk memperkecil ukuran partikel hingga ukuran tertentu juga akan semakin besar.

Hal ini sesuai dengan rumus :

E = k log Di/di

Berdasarkan rumus diatas dapat dilihat bahwa harga log Di/di berbanding lurus dengan

energi penggerusan. Sehingga dengan dengan semakin besarnya harga log Di/di, energi

penggerusan juga akan besar. Selain itu, dari grafik juga dapat dilihat bahwa semakin berat

partikel yang masuk hammer mill, maka energi penggerusan yang dibutuhkan juga semakin

besar. Hal ini dikarenakan, dengan semakin beratnya pertikel yang masuk hammer mill, maka

waktu yang dibutuhkan untuk proses penggerusan juga semakin besar. Sehingga energi

penggerusan yang diperoleh juga semakin besar, sesuai dengan persamaan :

E = V.I.t.cosθ

Dimana, E : energi penggerusan

V : tegangan listrik

I : arus listrik

t : waktu

Jadi semakin berat partikel, maka konstanta kick yang didapat semakin besar karena

energi yang dibutuhkan untuk penggerusan juga semakin besar.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Semakin besar diameter umpan maka reduction rasio akan semakin besar

2. Semakin besar massa total umpan maka harga konstanta kick akan semakin besar,

karena energi yang dibutuhkan untuk penggerusan semakin besar.

3. Semakin besar massa total umpan maka harga konstanta rittingger akan semakin besar,

karena energi yang dibutuhkan untuk penggerusan semakin besar.

5.2 Saran

1. Pengukuran arus pada amperemeter harus teliti

2. Pemotongan batu bata sesuai diameter variabel harus teliti

3. Pada saat sieving harus hati-hati dan teliti

4. Sebaiknya untuk percobaan Size Reduction umpan harus dalam keadaan kering.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, G.G. 1979.”Unit Operation”.Modern Asia Edition.Mc Graw Hill Book. Co.Ltd. Tokyo.

Japan.

Mc. Cablpe, W.L. 1985.”Unit Operation of Chemical Engineering”.Tioon Well Finishing Co.

Ltd. Singapura.

Perry, R.H. 1978.”Chemical Engineers Handbook”.Mc Graw Hill.Kogakusha. Tokyo. Japan.

INTISARIPercobaan size reduction bertujuan untuk menentukan reduction ratio (R), energi

penggerusan yang dibutuhkan hammer mill untuk mereduksi ukuran batu bat, serta menentukan konstanta Kick dan Rittinger.

Size reduction adalah salah satu operasi untuk memperkecil ukuran dari suatu padatan dengan cara memecah, memotong, atau menggiling bahan tersebut sampai didapat ukuran yang diinginkan. Menurut ukuran produk yang dihasilkan alat size reduction dibedakan menjadi crusher, grinder, ultrafine grinder, dan cutter.

Pada percobaan ini digunakan batu bata merah dengan ukuran 2 cm, 3 cm, 4 cm, 5 cm dengan variabel berat 150 gram, 250 gram, 350 gram. Tahap pertama, masing-masing variabel dihancurkan dengan hammer mill, mencatat waktu yang dibutuhkan untuk penggerusan dan arus di ampere meter yang terpasang pada hammer mill dicatat tiap detik. Produk yang didapat dari

operasi size reduction dikumpulkan lalu diayak menggunakan sieving shaker selama 5 menit. Kemudian menimbang berat hasil ayakan tiap screen.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa semakin besar diameter umpan, maka harga reduction ratio juga semakin besar. Selain itu, diketahui bahwa konstanta Kick dan Rittinger memiliki nilai yang berbeda untuk setiap variabel berat.

Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa diameter umpan yang semakin besar, maka harga reduction rationya juga semakin besar. Untuk berat partikel yang semakin besar, harga konstanta Kick dan Rittinger mempunyai harga yang berbeda. Sarannya adalah pengukuran arus pada amperemeter harus teliti, pemotongan batu bata sesuai diameter variabel harus teliti, pada saat sieving harus hati-hati dan teliti, dan sebaiknya untuk percobaan Size Reduction umpan harus dalam keadaan kering.

LAPORAN SEMENTARA

MATERI : SIZE REDUCTION

KELOMPOK : 5/SELASA

ANGGOTA : 1. Amila Pramianshar

2. Fitriandini Wininda

3. Oei Stefanny Yuliana

Arus Kosong :9,560

X6=0,95 AMPERE

Pengukuran arus pada variabel berat 150 gram

ukuran feed (cm) arus (ampere) waktu (sekon)2 0.9 103 1 114 1.05 125 1 6

Pengukuran arus pada variabel berat 250 gram

ukuran feed (cm) arus (ampere) waktu (sekon)2 0.95 123 1 134 1.05 145 1 11

Pengukuran arus pada variabel berat 400 gram

ukuran feed (cm) arus (ampere) waktu (sekon)2 0.9 143 1 154 1.05 165 1 12

Sieving

diameter screen Diberat 150 gram

2 3 4 50.425 0.601 26.9 25.14 33.86 340.25 0.3375 30.09 33.75 34.15 35.250.15 0.178 52.4 55.96 56.65 69.66

< 0.15 0.053 25.6 18.25 14.68 10.01total 1.1695 134.99 133.1 139.34 148.92

diameter screen Diberat 250 gram

2 3 4 50.425 0.601 44.87 45.2 45.44 50.10.25 0.3375 49.21 52.33 52.1 55.920.15 0.178 65.11 63.39 66 66.1

< 0.15 0.053 25.32 24.13 17.56 20.73total 1.1695 184.51 185.05 181.1 192.85

diameter screen Diberat 350 gram

2 3 4 50.425 0.601 63 64.56 65.73 68.580.25 0.3375 71.1 70.3 72.81 72.450.15 0.178 82.49 87.34 75.89 83.45

< 0.15 0.053 25.61 25.7 26.7 25.8total 1.1695 242.2 247.9 241.13 250.28

Semarang, 24 September 2013

Praktikan

Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3

Amila Pramianshar Fitriandini Wininda Oei Stefanny Yuliana

Asisten

Alda Erfian

DIPERIKSAKETERANGAN TANDA TANGAN

NO. TANGGAL