Upload
yessika-adelwin-natalia
View
233
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SKDI
Citation preview
SurveiDemografi dan
Kesehatan Indonesia
2012
Laporan Pendahuluan
Badan Pusat Statistik
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Kementerian Kesehatan
ICF International
1
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kesehatan. Pembiayaan survei disediakan oleh Pemerintah Indonesia. ICF International menyediakan bantuan teknis melalui proyek MEASURE DHS, sebuah program pembiayaan oleh U.S. Agency for International Development (USAID) yang menyediakan dana dan bantuan teknis dalam pelaksanaan survei kependudukan dan kesehatan di banyak negara.
Informasi tambahan tentang survei dapat diperoleh dari Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS, Jalan Dr. Sutomo No. 6-8, Jakarta 10710, Indonesia (Telepon/fax 345-6285, e-mail: [email protected]) atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, BKKBN, Jalan Permata 1, Halim Perdanakusumah, Jakarta 13650, Indonesia (Telephone/fax 800-8557, email: [email protected]), atau Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta 10560, Indonesia (Telephone 4261088, fax 4243935, email: [email protected]).
Informasi mengenai program MEASURE DHS dapat diperoleh dari ICF International, 11785 Beltsville Drive, Suite 300, Calverton, MD 20705, USA; Telephone 301-572-0200; Fax 301-572-0999; E-mail: [email protected]; Internet: http://www.measuredhs.com.
2
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2012
Laporan Pendahuluan
Badan Pusat StatistikJakarta, Indonesia
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana NasionalJakarta, Indonesia
Kementerian KesehatanJakarta, Indonesia
ICF InternationalCalverton, Maryland USA
November 2012
3
DAFTAR ISIHalaman
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
I. PENDAHULUAN 1
II. PELAKSANAAN SURVEI 2
A. Kuesioner 2B. Rancangan Sampel dan Pelaksanaan 3C. Pelatihan dan Lapangan 3D. Pengolahan Data 3
III. HASIL 4
A. Hasil Kunjungan 4B. Karakteristik Responden 5C. Fertilitas 6D. Keinginan Mempunyai Anak 7E. Keluarga Brencana 8
Pengetahuan tentang alat/cara kontrasepsi 8Pemakaian alat/cara kontrasepsi 10
F. Kebutuhan Pelayanan Keluarga Berencana 12G Kematian Bayi dan Anak 15H. Pemeriksaan Kehamilan 17I. Imunisasi 20J. Penyakit pada Anak 22K. Pemberian ASI dan Makanan Tambahan 23L. Pengetahuan tentang HIV/AIDS 24
Pengetahuan tentang Cara Mengurangi Risiko Tekena Virus AIDS 26
LAMPIRAN 27
4
DAFTAR TABELHalaman
Tabel 1 Hasil Wawancara Rumah Tangga dan Perseorangan 4
Tabel 2 Karakteristik Latar Belakang Responden 5
Tabel 3 Angka Fertilitas 6
Tabel 4 Keinginan Mmpunyai Anak mnurut Jumlah Anak Masih Hidup 8
Tabel 5 Pengetahuan tentang Kontrasepsi 9
Tabel 6 Pengetahuan Kontrasepsi Masa Kini 11
Tabel 7.1 Kebutuhan untuk Memperoleh Pelayanan KB 13
Tabel 7.2 Kebutuhan untuk Memperoleh Pelayanan KB 14
Tabel 8 Kematian Bayi dan Anak 16
Tabel 9 Pemeriksaan Kehamilan 19
Tabel 10 Imunisasi menurut Karaktristik Latar Belakang 21
Tabel 11 Pengobatan Infksi Saluran Nafas Akut, Demam, dan Diare 23
Tabel 12 Pemberian Air Susu Ibu (ASI) menurut Umur 24
Tabel 13 Pengetahuan tentang AIDS menurut Karakteristik Latar Belakang 25
Tabel 14 Pengetahuan tentang Cara Mengurangi Risiko HIV/AIDS 26
Tabel A1 Karakteristik Latar Belakang Responden menurut Provinsi 27
Tabel A2 Fertilitas menurut Provinsi 28
Tabel A3 Pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi menurut Provinsi 29
Tabel A4 Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini menurut Provinsi 30
Tabel A5 Kebutuhan memperoleh Pelayanan KB menurut Provinsi 31
Tabel A6 Pemeriksaan Kehamilan 33
Tabel A7 Imunisasi menurut Provinsi 34
Tabel A8 Pengobatan infeksi Saluran Nafas Akut, Demam, dan Diare menurut Provinsi 35
Tabel A9 Kematian Bayi dan Anak menurut Provinsi 36
Tabel A10 Pengetahuan tentang HIV/AIDS menurut Provinsi 37
Tabel A11 Pengetahuan tentang Cara Mengurangi Risiko Tertular Virus AIDS
menurut Provinsi 38
Tabel A12 Pengetahuan tentang Konseling dan Tes HIV secara sukarela (CVT) 40
5
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Tren Angka Kelahiran Total, 1991-2012 7
Gambar 2 Tren Pemakaian Kontrasepsi pada Wanita Kawin, 1991-2012 12
Gambar 3 Tren Tingkat Kematian Bayi, 1991- 2012 17
Gambar 4 Tren Indikator Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan, 2002-03, 2007, 2012 20
Gambar 5 Tren Imunisasi Anak 12-23 Bulan, 1991-2012 22
6
I PENDAHULUAN
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kesehatan. Pembiayaan survei disediakan oleh Pemerintah Indonesia. ICF International menyediakan bantuan teknis melalui proyek MEASURE DHS, sebuah program pembiayaan oleh U.S. Agency for International Development (USAID) yang menyediakan dana dan bantuan teknis dalam pelaksanaan survei kependudukan dan kesehatan di banyak negara.
SDKI 2012 merupakan survei ketujuh kali yang diselenggarakan di Indonesia melalui program DHS. Data yang dikumpulkan dalam SDKI 2012 menghasilkan estimasi terbaru dari indikator utama kependudukan dan kesehatan yang dicakup dalam SDKI sebelumnya.
SDKI 2012 dirancang untuk menyediakan data penduduk, keluarga berencana, dan kesehatan. Berbeda dengan cakupan pertanyaan individu wanita sebelumnya dimana yang diwawancarai hanya wanita pernah kawin usia 15-49 tahun, maka SDKI 2012 mencakup seluruh wanita usia subur (WUS) 15-49 tahun di rumah tangga yang terkena sampel. Wanita usia subur 15-49 tahun mencakup wanita usia 15-49 tahun yang belum pernah kawin, wanita usia 15-49 tahun yang menikah atau hidup bersama, wanita usia 15-49 tahun yang status perkawinannya cerai hidup atau pisah, serta wanita usia 15-49 tahun yang status perkawinannya cerai mati. Selain sampel WUS, maka sejumlah sampel pria berstatus kawin usia 15-54 tahun serta sejumlah remaja pria usia 15-24 tahun juga diwawancarai secara individu.
Wanita ditanya tentang latar belakang pribadinya, anak yang dilahirkan, pengetahuan dan praktek keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi, pengetahuan tentang HIV/AIDs dan Infeksi Menular Seksual lainnya, serta informasi lain yang berguna untuk pembuat kebijakan dan pengelola di bidang kesehatan dan keluarga berencana. Selain itu, ada tambahan pertanyaan untuk WUS usia 15-24 tahun yang berstatus belum pernah kawin antara lain terkait pengetahuan tentang sistem reproduksi, perilaku dalam hal merokok, minum minuman beralkohol dan pemakaian obat-obatan terlarang, serta perilaku pacaran dan hubungan seksual.
Pria berstatus kawin ditanya mengenai pengetahuan dan partisipasi mereka dalam perawatan kesehatan istri dan anaknya. Sementara remaja pria ditanya tentang pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi, perilaku dalam hal merokok, minum minuman beralkohol dan pemakaian obat-obatan terlarang, persepsi terhadap perkawinan dan anak, pengetahuan tentang HIV/AIDs serta perilaku pacaran dan hubungan seksual1.
Laporan ini menyajikan beberapa indikator kunci SDKI 2012. Analisis lengkap dari data akan dipublikasikan kemudian. Meskipun dianggap sementara, diharapkan hasilnya tidak berbeda secara signifikan dengan yang akan disajikan pada laporan final.
1 Laporan lengkap mengenai remaja usia 15-24 akan dibuat tersendiri dan akan dikeluarkan bersamaan dengan laporan final SDKI 2012.
1
II PELAKSANAAN SURVEI
A. Kuesioner
Kuesioner SDKI 2012 menggunakan empat macam kuesioner, kuesioner untuk rumah tangga, kuesioner untuk wanita usia subur, kuesioner untuk pria kawin dan kuesioner untuk remaja pria. Terkait perubahan cakupan sampel individu wanita dari wanita pernah kawin (WPK) usia 15-49 tahun menjadi wanita usia subur (WUS) 15-49 tahun, maka dilakukan perubahan kuesioner yang merupakan penggabungan pertanyaan kuesioner individu wanita dengan kuesioner remaja yang sebelumnya dibuat secara terpisah. Kuesioner SDKI, baik kuesioner rumah tangga maupun kuesioner individu mengacu pada versi terbaru (Maret 2011) kuesioner standar yang digunakan program DHS dimana kuesioner tersebut memasukkan isu/pertanyaan baru sesuai kebutuhan dan keterbandingan internasional. Namun demikian, ada juga pertanyaan di kuesioner standard yang tidak diadopsi karena kurang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Selain itu juga ada penyesuaian dalam hal kategori jawaban serta tambahan pertanyaan yang disesuaikan dengan muatan lokal terkait program di bidang kesehatan dan keluarga berencana di Indonesia.
Kuesioner rumah tangga digunakan untuk mencatat seluruh anggota rumah tangga dan tamu serta keterangan keadaan tempat tinggal rumah tangga terpilih. Pertanyaan dasar anggota rumah tangga yang dikumpulkan adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan hubungan dengan kepala rumah tangga. Keterangan keadaan tempat tinggal yang dikumpulkan meliputi sumber air minum, jenis kakus, jenis lantai, jenis atap, jenis dinding, dan kepemilikan aset rumah tangga. Informasi mengenai kepemilikan aset ini menggambarkan status sosial-ekonomi rumah tangga tersebut. Kegunaan utama kuesioner rumah tangga adalah untuk menentukan responden wanita dan pria yang memenuhi syarat untuk wawancara perseorangan.
Kuesioner untuk wanita digunakan untuk mengumpulkan informasi dari wanita umur 15-49 tahun. Topik yang ditanyakan kepada wanita tersebut adalah:
Latar Belakang Responden Riwayat Kelahiran Kontraasepsi Kehamilan dan Pemeriksaan Sesudah Melahirkan Imunisasi, Kesehatan dan Gizi Anak Perkawinan dan Kegiatan Seksual Preferensi Fertilitas Latar Belakang Suami/Pasangan dan Pekerjaan Responden HIV/AIDs Isu Kesehatan Lainnya Kematian Ibu Latar Belakang Tambahan responden Pengetahuan dan Pengalaman Mengenai Sistem Reproduksi Manusia Perkawinan dan Anak Peran Keluarga, Sekolah, masyarakat dan Media Rokok, Minuman Beralkohol dan Obat-obatan Terlarang Pacaran dan Perilaku Seksual
Kuesioner pria kawin digunakan untuk mengumpulkan informasi dari pria kawin umur 15-54 tahun pada sepertiga jumlah sampel rumah tangga SDKI 2012. Informasi yang dikumpulkan pada kuesioner pria hampir sama dengan kuesioner wanita namun lebih pendek karena tidak mencakup riwayat kelahiran, kesehatan ibu dan anak, juga gizi. Sebaliknya, pria ditanyakan mengenai pengetahuan dan partisipasi mereka dalam perawatan kesehatan anak.
Sementara kuesioner untuk remaja pria mencakup pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi, perilaku dalam hal merokok, minum minuman beralkohol dan pemakaian obat-
2
obatan terlarang, persepsi terhadap perkawinan dan anak, pengetahuan tentang HIV/AIDs serta perilaku pacaran dan hubungan seksual.
B. Rancangan Sampel dan Pelaksanaan
Kerangka sampel untuk survei ini adalah daftar blok sensus hasil Sensus Penduduk (SP) 2010. Jumlah sampel SDKI 2012 adalah 1.840 blok sensus, 874 blok sensus di daerah perkotaan dan 966 blok sensus di daerah perdesaan dipilih dari blok sensus SP 2010. Pada blok sensus terpilih SDKI 2012 dilakukan pemutakhiran rumah tangga dan perbaikan peta blok sensus terpilih, pada bulan April 2012 sebelum pelaksanaan lapangan. Hasil pemutakhiran digunakan sebagai dasar penarikan sampel tahap kedua. Secara rata-rata 25 rumahtangga dipilih dari setiap blok sensus secara sistematik.
Sampel SDKI 2012 bertujuan untuk menghasilkan estimasi karakteristik penting dari wanita umur 15-49 tahun dan pria kawin umur 15-54 tahun di tingkat nasional, di daerah perkotaan/perdesaan serta di 33 provinsi yang dicakup dalam survei. Besarnya sampel rumah tangga ditargetkan sebesar 46.000 rumah tangga, wanita 15-49 tahun ditargetkan sebanyak 55.200, dan pria kawin sebanyak 13.248, dan remaja pria ditargetkan sebesar 23.000 sampel.
C. Pelatihan dan Lapangan
Sejumlah 922 orang berpartisipasi di pelatihan sebagai pewawancara. Pelatihan berlangsung pada awal bulan Mei 2012 di sembilan pusat pelatihan (Batam, Bukit Tinggi, Banten, D.I. Yogyakarta, Denpasar, Banjarmasin, Makasar, Manokwari dan Jayapura). Pelatihan mencakup tatap muka di kelas, cara berwawancara dan tes. Pelatihan dibedakan menjadi 3 kelas: kelas WUS, kelas PK, dan kelas RP. Seluruh peserta dilatih menggunakan kuesioner rumah tangga dan kuesioner individu sesuai jenis kelasnya. Pelatihan mencakup latihan berwawancara dalam bahasa Indonesia.
SDKI 2012 menggunakan 119 tim petugas untuk pengumpulan data. Secara umum, kegiatan lapangan berlangsung dari 7 Mei sampai 31 Juli 2012.
D. Pengolahan Data
Seluruh kuesioner SDKI termasuk lembar kontrol dikirim ke BPS di Jakarta untuk diolah. Pengolahan terdiri dari pemeriksaan isian di kantor, memberikan kode pada jawaban pertanyaan terbuka, perekaman data, verifikasi, dan pengecekan kesalahan di komputer. Tim pengolahan terdiri dari perekam data, editor, dan pengawas perekaman data. Perekaman dan pemeriksaan data dilakukan menggunakan program CSPro, yang khusus dirancang untuk mengolah tipe data SDKI. Menjelang persiapan pengolahan data pada bulan Juni 2012, konsultan dari ICF International di Calverton, Maryland, USA datang ke BPS Jakarta untuk membantu menyusun program perekaman data. Berikutnya, menjelang akhir bulan Oktober, konsultan yang sama datang kembali untuk memfinalisasi perekaman, pemeriksaan data dan penyusunan tabulasi awal hasil SDKI 2012. Secara keseluruhan, proses pengolahan data berakhir pada awal bulan November 2012.
3
III HASIL
Bab ini menyajikan temuan pokok dari SDKI tahun 2012, khususnya untuk fertilitas dan keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kematian bayi dan anak, serta kesadaran tentang HIV/AIDS. Secara umum laporan ini membahas temuan-temuan di Indonesia secara keseluruhan. Tabel-tabel tambahan yang menggambarkan provinsi dimasukkan dalam lampiran laporan ini.
A. Hasil Kunjungan
Tabel 1 menunjukkan hasil kunjungan SDKI tahun 2012. Dari 46.000 rumah tangga yang terpilih dalam sampel, ternyata didapat 46.024 rumah tangga yang memenuhi syarat untuk diwawancarai. Namun rumah tangga yang dapat ditemui sebanyak 44.302 dan yang berhasil diwawancarai sebanyak 43.852 rumah tangga, atau tingkat responnya sebesar 99 persen.
Di dalam rumah tangga yang diwawancarai, didapat 47.533 wanita yang memenuhi syarat untuk diwawancarai, dan yang berhasil diwawancarai adalah 45.607 wanita atau 96 persen. Sekitar sepertiga dari rumah tangga ini, dijumpai 10.086 pria kawin yang memenuhi syarat untuk diwawancarai dan 9.306 diantaranya atau 92 persen berhasil diwawancarai. Rendahnya hasil kunjungan dan yang berhasil diwawancarai diantara pria kawin, antara lain disebabkan karena pria lebih sering dan lebih lama tidak berada di rumah. Secara umum, tingkat respon untuk wawancara rumah tangga maupun wawancara individu di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan.
Tab el 1. Hasil W awancara R umah T angga dan Perseorangan
Jumlah rumah tangga, jumlah kunjungan, dan hasil kunjungan, menurut tempat tinggal (tak tertimbang), Indonesia 2012
Tempat TinggalHasil Perkotaan Perdesaan Jumlah
Wawancara rumah tanggaRumah tangga sampel 22.039 23.985 46.024Rumah tangga ditemui 21.130 23.172 44.302Rumah tangga diwawancarai 20.866 22.986 43.852
Hasil kunjungan1 98,8 99,2 99,0
Wawancara wanita 15-49Wanita yang memenuhi syarat 23.949 23.584 47.533Wanita yang diwawancarai 22.898 22.709 45.607
Hasil kunjungan2 95,6 96,3 95,9
Wawancara pria kawin 15-54Pria yang memenuhi syarat 4.836 5.250 10.086Pria yang diwawancarai 4.417 4.889 9.306
Hasil kunjungan2 91,3 93,1 92,3
1 Rumah tangga yang diwawancarai/rumah tangga yang ditemui2 Responden yang diwawancarai/responden yang memenuhi syarat
4
B. Karakteristik Responden
Tabel 2 menyajikan distribusi persentase wanita umur 15-49 tahun dan pria kawin umur 15-54 tahun menurut latar belakang karakteristik. Hampir 40 persen wanita usia 15-49 tahun merupakan sampel yang berumur remaja, 15-24 tahun. Dari sejumlah wanita usia subur, 21,7 persennya berstatus belum kawin dan 73 persen berstatus kawin/hidup bersama. Lima puluh dua persen dari wanita tersebut tinggal di daerah perkotaan. SDKI 2012 membuktikan bahwa wanita mempunyai pendidikan yang lebih baik. Hal ini mungkin juga sebagai akibat dari cakupan sampel dimana SDKI 2012 mencakup wanita yang belum kawin. Persentase wanita yang tidak berpendidikan, tidak tamat SD dan tamat SD mengalami penurunan di tahun 2012, sementara mereka dengan pendidikan tidak tamat SLTP dan tamat SLTP ke atas mengalami kenaikan yang cukup berarti, masing-masing dari 20,6 persen dan 24,9 persen di tahun 2007 menjadi 28,0 persen dan 35,6 persen di tahun 2012.
Di antara pria kawin yang diwawancarai dalam survei, hanya 4 persen pria berumur 15-24 tahun dan 16 persennya berumur kurang dari 30 tahun. Pria yang berumur antara 30-39 tahun sebesar 27 persen dan mereka yang berumur di atas 40 tahun hampir separo sampel yaitu sebesar 47 persen. Komposisi pria yang tinggal di perkotaan hampir sama dengan wanita yakni 51 persen. Secara umum, pria berpendidikan lebih baik dari wanita. Persentase pria yang tidak berpendidikan lebih rendah dari wanita, sedangkan persentase pria yang berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama ke atas, lebih tinggi dari wanita.
Tab el 2. Karakteristik Latar Belakang Responden
Distribusi persentase wanita umur 15-49 dan pria kawin umur 15-54 menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Wanita Pria Kawin
Karakteristik latar belakangPersentase tertimbang Tertimbang
Tak tertimbang
Persentase tertimbang Tertimbang
Tak tertimbang
Umur15-19 15,2 6.927 7.207 0,3 28 3720-24 13,8 6.305 6.589 3,7 345 39825-29 15,3 6.959 7.160 12,1 1.127 1.19530-34 15,1 6.876 6.965 18,0 1.674 1.68535-39 15,1 6.882 6.780 19,1 1.775 1.74540-44 13,7 6.252 5.881 18,2 1.693 1.71245-49 11,9 5.407 5.025 14,7 1.371 1.32250-54 0,0 0 0 13,9 1.292 1.212
Status perkawinanBelum kawin 21,7 9.919 10.742 NA NA NAKawin 73,0 33.291 32.361 100,0 9.306 9.306Hidup bersama 0,4 174 345 NA NA NACerai hidup/pisah 2,8 1.288 1.238 NA NA NACerai mati 2,1 935 921 NA NA NA
Daerah tempat tinggalPerkotaan 52,2 23.805 22.898 50,9 4.739 4.417Perdesaan 47,8 21.802 22.709 49,1 4.567 4.889
PendidikanTidak sekolah 3,3 1.500 1.622 2,9 265 270Tidak tamat SD 10,7 4.870 5.090 14,7 1.371 1.394Tamat SD 22,5 10.254 8.642 22,8 2.118 1.791Tidak tamat SMP 28,0 12.753 12.554 21,3 1.979 2.123Tamat SMP + 35,6 16.229 17.699 38,4 3.572 3.728
Jumlah 100,0 45.607 45.607 100,0 9.306 9.306
Catatan: Kategori pendidikan mengacu pada tingkat pendidikan tertinggi yang diduduki, tamat maupun tidak tamat. na = Tidak sesuai
5
C. Fertilitas
Seluruh responden wanita pada SDKI 2012 ditanyakan tentang jumlah anak laki-laki maupun perempuan yang pernah dilahirkan seumur hidupnya. Untuk mendapatkan laporan yang lengkap tentang anak, wanita ditanya tentang jumlah anak yang tinggal di rumah, diluar rumah dan jumlah anak yang meninggal. Riwayat kelahiran untuk masing-masing anak juga ditanyakan, informasi yang ditanyakan adalah : jenis kelamin, tanggal lahir, dan status kelangsungan hidup dari setiap anak dan umur meninggal untuk yang sudah meninggal.
Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) untuk periode tiga tahun terakhir sebelum SDKI 2012 disajikan pada Tabel 3. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur dan Angka Kelahiran Total dihitung secara langsung dari data riwayat kelahiran. Jumlah dari Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur (yang dikenal sebagai Angka Fertilitas Total, atau TFR) adalah ringkasan ukuran dari tingkat fertilitas. Angka ini menggambarkan rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir masa reproduksinya jika ia mengikuti pola fertilitas yang berlaku. Jika tingkat fertilitas konstan, maka secara rata-rata wanita Indonesia akan mempunyai 2,6 anak selama hidupnya. Tabel 3 menunjukkan bahwa wanita yang tinggal di perkotaan lebih rendah 0,4 anak dibandingkan dengan wanita yang tinggal di perdesaan. Namun, jika dilihat menurut Kelompok Umur (ASFR), jumlah kelahiran pada kelompok umur 25-29, 30-34 dan 40-44 tahun di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding daerah perdesaan.
Tabel 3. Angka FertilitasAngka fertilitas menurut kelompok umur dan angka fertilitas total, angka fertilitas umum, angka kelahiran kasar untuk tiga tahun sebelum survei, menurut daerah perkotaan/perdesaan, Indonesia 2012
DaerahKelompok Umur Perkotaan Perdesaan Jumlah
15-19 32 69 4820-24 121 156 13825-29 145 141 14330-34 108 98 10335-39 59 64 6240-44 22 20 2145-49 3 6 4
TFR 2,4 2,8 2,6GFR 82,0 94,0 88,0
CBR 20,1 20,7 20,4
Catatan :Angka kelahiran menurut kelompok umur adalah per 1,000 wanita. Angka kelahiran untuk kelompok umur 45-49 agak sedikit bias karena may be slightly biased due to truncation. Angka kelahiran adalah pada periode 1-36 sebelum wawancara.TFR: Angka Fertilitas Total per wanita umur 15-49 tahunGFR: Angka Fertilitas Umum (jumlah kelahiran dibagi jumlah wanita umur 15-44 tahun), per 1000 wanitaCBR: Angka Kelahiran Kasar per 1000 penduduk
Tabel 3 juga menyajikan Angka Fertilitas Umum (General Fertility Rate/GFR) dan Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate /CBR). Sama dengan TFR, tingkat fertilitas umum dan angka kelahiran kasar di daerah perkotaan lebih rendah dibanding daerah perdesaan.
Gambar 1 menyajikan Angka Fertilitas Total hasil SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-2003, 2007 dan 2012. Terlihat adanya penurunan dari 3 anak per wanita pada tahun 1991 menjadi 2,6 anak pada tahun 2002-2003. Terlihat fertilitas yang tetap pada tingkat ini, ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan selama periode 10 tahun antara SDKI 2002-2003, SDKI 2007 dan SDKI 2012.
6
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002-2003
SDKI 2007 SDKI 20120.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.53.0 2.9 2.8
2.6 2.6 2.6
Gambar 1Tren Angka Fertilitas Total 1991-2012
Catatan: SDKI 2002-2003 tidak mencakup Provinsi Aceh, Maluku, Maluku Utara dan Papua. SDKI sebelumnya mencakup Timor Timur
Tabel A.2. (lihat lampiran) menunjukkan angka fertilitas menurut provinsi. Terlihat bahwa angka fertilitas total tertinggi ada di Provinsi Papua Barat sebesar 3,7 dan yang terendah adalah di Provinsi Yogyakarta sebesar 2,1. Namun, jika dilihat dari persentase wanita hamil umur 15-49, Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukkan angka tertinggi (6,2) dan yang terendah terdapat di Provinsi Jawa Timur (2,9). Untuk rata-rata anak lahir hidup terhadap wanita umur 40-49, angka tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Barat (4,3) dan yang terendah di Provinsi Yogyakarta (2,3).
D. Keinginan Mempunyai Anak
Untuk mengetahui keinginan mempunyai anak, pada SDKI 2012 juga menanyakan tentang keinginan mempunyai anak dimasa mendatang. Pertanyaan-pertanyaan mencakup keinginan menambah anak, menjarangkan anak lagi dan membatasi kelahiran. Hampir setengah (46,8 %) wanita kawin tidak menginginkan anak lagi dan sebanyak 3,4 persen menyatakan telah melakukan sterilisasi. Empat dari sepuluh wanita kawin menginginkan mempunyai anak lagi, 14,6 persen ingin mempunyai anak lagi dalam waktu 2 tahun, 23,4 persen ingin menunda 2 tahun atau lebih dan 5,5 persen menyatakan belum dapat menentukan waktunya (Tabel 4). Tujuh dari 10 wanita kawin ingin menjarangkan kelahiran berikutnya atau tidak ingin mempunyai anak lagi. Hal ini menggambarkan proporsi wanita yang secara potensial memerlukan metode KB.
Tabel 4 juga memperlihatkan bahwa keinginan membatasi kelahiran meningkat secara cepat dengan banyaknya jumlah anak lahir hidup yang telah dimiliki seorang wanita; 83,9 persen wanita yang tidak mempunyai anak ingin mempunyai anak lagi dibandingkan dengan 6,8 persen wanita dengan 2 anak. Disisi lain, proporsi keinginan tidak mempunyai anak lagi meningkat dari 10,6 persen pada wanita yang mempunyai satu anak menjadi 58,2 persen pada wanita yang mempunyai 2 anak dan 80 persen atau lebih pada wanita yang mempunyai lima orang anak atau lebih.
7
Tabel 4. Keinginan Mempunyai Anak menurut Jumlah Anak Masih Hidup
Distribusi persentase wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun menurut keinginan mempunyai anak dan jumlah anak masih hidup, Indonesia 2012
Jumlah Anak Lahir Hidup1
Keinginan mempunyai anak 0 1 2 3 4 5 6+ Total
Ingin anak segera2 83,9 22,8 6,8 3,5 2,2 0,8 0,8 14,6Ingin anak kemudian3 4,3 53,0 18,6 7,7 5,0 2,7 1,4 23,4Ingin anak, belum menentukan 5,7 8,9 5,7 2,8 1,9 1,3 1,5 5,5Belum memutuskan 0,8 3,6 6,7 4,0 5,1 4,6 5,4 4,8Tidak ingin anak lagi 2,7 10,6 58,2 73,0 73,3 82,2 80,0 46,8Disterilisasi 4 0,1 0,1 2,3 7,2 10,0 5,9 8,1 3,4Tidak dapat hamil lagi 2,3 0,7 0,8 1,1 1,9 1,5 1,9 1,1Tidak menJawab 0,2 0,3 0,8 0,6 0,5 0,9 0,8 0,6
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Jumlah wanita 1.989 9.444 11.192 6.173 2.609 1.115 943 33.465
1 Termasuk kehamilan pada waktu survei2 Ingin anak lagi dalam waktu 2 tahun3 Ingin menunda kelahiran berikutnya dalam waktu 2 tahun atau lebih4 Termasuk sterilisasi pria dan wanita
E. Keluarga Berencana
Pengetahuan tentang alat/cara kontrasepsi
Pengetahuan mengenai pembatasan kelahiran dan keluarga berencana merupakan salah satu aspek penting ke arah pemahaman tentang berbagai alat/cara kontrasepsi yang tersedia. Selanjutnya, pengetahuan tersebut akan berpengaruh kepada pemakaian alat/cara kontrasepsi yang tepat dan efektif. Pengetahuan responden mengenai metode kontrasepsi diperoleh dengan cara menanyakan seluruh jenis alat atau cara kontrasepsi yang pernah didengar untuk menunda atau menghindari terjadinya kehamilan dan kelahiran.
Informasi mengenai pemakaian kontrasepsi (prevalensi kontrasepsi) adalah penting untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program Keluarga Berencana yang telah dilaksanakan. Informasi ini diperoleh dengan cara menanyakan apakah pada saat wawancara dilakukan responden atau pasangannya sedang menggunakan suatu jenis alat atau cara kontrasepsi.
Metode atau cara kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu metode kontrasepsi modern dan cara tradisional. Metode kontrasepsi modern meliputi sterilisasi wanita (MOW), sterilisai pria (MOP), pil, IUD, suntik, susuk, kondom pria, diapragma, kontrasepsi darurat, dan laktasi amenorhae (LAM). Metode/cara tradisional meliputi pantang berkala (kalender), senggama terputus, dan jamu/ herbal.
Tabel 5 menyajikan persentase wanita kawin berusia 15-49 tahun tentang pengetahuan kontrasepsi menurut karakteristik latar belakang. Hampir seluruh responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang suatu metode/cara kontrasepsi (99 persen). Metode kontrasepsi modern berupa pil dan suntik menjadi metode kontrasepsi yang paling populer dan diketahui oleh hampir seluruh responden dengan persentase masing-masing sebesar 97% dan 98%. Sedangkan metode kontrasepsi tradisional yang paling banyak diketahui adalah metode senggama terputus yaitu sebesar 48 persen. Secara umum, pengetahuan tertinggi mengenai metode kontrasepsi baik metode kontrasepsi modern maupun tradisional adalah pada wanita kawin kelompok umur 30-34 tahun, berdomisili di wilayah perkotaan dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sebaliknya wanita kawin pada kelompok umur 15-24 tahun, tinggal di pedesaan dan berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang rendah tentang metode kontrasepsi baik metode kontrasepsi modern maupun tradisional.
8
Tabel 5. Pengetahuan tentang Kontrasepsi
Persentase wanita kawin umur 15-49 tentang pengetahuan kontrasepsi menurt karakteristik latar belakang, Indonesia 2007Cara Modern Cara Tradisional
Karakteristik latar belakang
Suatu cara
Suatu cara mo-dern
Sterilisasi wani-ta
Sterilisasi Pria
Pil IUD Suntik
Su-suk
KondomIntravag/
dia- phragma
Kontrasep-si Darurat
MAL
Suatu Cara Tradisonal
Pantang Berkala Senggama
Terputus
Cara Lain
Jumlah wanita
Umur
15-19 96,8 96,8 42,5 18,2 93,4 54,2 94,1 74,0 78,6 8.7 8,9 12,8 40,3 21,9 31,7 5,3 890
20-24 98,4 98,3 57,5 27,1 96,5 73.8 97,5 84,2 86,4 10,0 10,7 19,8 54,4 35,0 44,5 7,6 3.754
25-29 99,2 99,1 66,4 35,2 97,9 82,4 98,5 88,9 87,4 10,5 11,5 24,1 63,9 47,9 51,5 9,8 6.000
30-34 99,4 99,4 70,5 41,3 97,9 85,7 98,9 91,4 87,7 10,5 12,8 27,3 66,8 54,1 54,4 11,1 6.285
35-39 99,3 99,3 71,5 41,3 97,9 86,6 98,7 92,0 85,9 10,5 12,1 26,8 64,1 52,2 50,7 11,9 6.331
40-44 99,1 99,1 71,3 42,1 97,6 85,2 98,0 90,7 83,5 11,3 10,5 23,6 60,3 49,7 46,6 11,7 5.572
45-49 98,5 98,4 64,4 37,8 95,9 81,0 96,4 86,6 74,8 10,5 9,7 20,5 51,8 41,9 39,4 9,4 4.633
Tempat TinggalPerkotaan 99,8 99,8 76,1 46,6 99,1 89,9 99,2 91,2 91,5 13,3 14,4 29,9 71,7 60,7 57,2 11,9 16.466
Perdesaan 98,3 98,2 58,2 29,1 95,5 75,0 96,9 86,8 77,6 7,8 8,3 18,0 49,7 84,1 39,2 8,8 16.999
Pendidikan
Tdk sekolah 86,7 86,0 31,7 13,1 79,2 47,3 80,5 61,6 35,0 1,8 1,5 5,8 14,2 7,4 11,1 6,2 1.209
Tdk tamat SD 98,3 98,3 47,2 20,6 94,8 66,4 96,8 82,2 64,1 3,8 4,7 12,1 34,8 20,0 27,0 8,3 4.185
Tamat SD 99,4 99,3 60,8 28,2 97,4 78,2 98,2 87,9 79,5 5,8 7,3 16,1 46,9 32,3 35,6 9,5 9.045Tdk tamat SLTP
99,6 99,6 68,5 35,0 98,3 83,6 99,1 90,3 90,1 8,7 9,6 22,6 62,7 46,3 49,1 10,2 7.912
Tamat SLTP + 99,9 99,9 82,3 56,5 99,4 94,6 99,4 94,5 97,5 19,1 19,2 37,4 84,7 74,6 69,5 12,3 11.113
Jumlah 99,0 98,9 67,0 37,7 97,3 82,3 98,0 89,0 84,4 10,5 11,3 23,8 60,5 47,2 48,1 10,3 33.465
Catatan :
9
Pemakaian alat/cara kontrasepsi
Tabel 6 menyajikan informasi tentang prevalensi pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin berusia 15-49 tahun menurut beberapa variabel karakteristik latar belakang. Hasil survei menunjukkan bahwa sebesar 62 persen wanita kawin usia 15-49 tahun menggunakan alat cara KB yang sebagian besar diantaranya menggunakan metode kontrasepsi modern (58 persen) dan sebagian kecil menggunakan metode kontrasepsi tradisional. Hanya sebesar 4 persen wanita berstatus kawin yang saat ini sedang menggunakan suatu alat/cara tradisional. Di antara cara KB modern yang dipakai, suntikan KB merupakan alat kontrasepsi terbanyak digunakan oleh wanita berstatus kawin (32 persen), diikuti oleh pil KB sebesar hampir 14 persen.
Semua alat/cara KB modern populer di antara wanita berstatus kawin pada semua kelompok umur. Namun pemakaian alat kontrasepsi pada wanita kawin kelompok usia muda (15-19 tahun) dan yang berumur tua (45-49 tahun) lebih rendah dibandingkan mereka yang berumur 20-44 tahun. Wanita muda memiliki kecenderungan untuk memakai alat kontrasepsi modern jangka pendek seperti suntikan dan pil KB, sementara mereka yang lebih tua memiliki kecenderungan untuk memakai kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan sterilisasi wanita.
10
Tabel 6. Pemakaian Kontrasepsi Masa KiniDistrtibusi persentase wanita berstatus kawin umur 15 - 49 menurut cara alat KB yang dipakai dan karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Cara Modern Cara TradisionalKarakteristik latar belakang
Sua-tu cara
Suatu cara modern
Sterili-sasi Wanita
Sterili-sasi Pria
Pil IUD Suntik
Su-suk
Kon-dom
MAL Suatu cara tradisional
Pantang berkala
Senggama terputus
Lainnya Seka-rang tidak pakai
Jum-lah Jumlah wanita
Umur
15-19 48,1 47,6 0,0 0,0 8,8 0,9 37,3 0,6 0,0 0,1 0,4 0,1 0,3 0,1 51,9 100,0 89020-24 60,5 59,3 0,0 0,0 10,9 2,0 42,7 2,6 0,9 0,1 1,3 0,2 1,0 0,1 39,5 100,0 3.75425-29 63,3 60,4 0,3 0,0 12,9 2,4 39,6 3,2 2,0 0,0 3,1 0,8 2,2 0,1 36,4 100,0 6.00030-34 65,7 61,8 1,4 0,1 14,7 3,6 35,7 3,9 2,2 0,1 3,9 1,2 2,3 0,3 34,3 100,0 6.28535-39 68,1 62,7 4,1 0,2 15,6 4,4 32,0 4,1 2,2 0,0 5,4 1,7 3,3 0,5 31,9 100,0 6.33140-44 65,2 59,5 6,3 0,1 15,4 5,5 26,4 4,0 1,7 0,0 5,7 2,3 2,7 0,7 34,8 100,0 5.57245-49 45,8 41,6 7,7 0,5 10,9 5,8 13,6 1,7 1,3 0,0 4,2 1,5 2,0 0,6 54,2 100,0 4.633
Tempat Tinggal
Perkotaan 62,1 57,0 4,0 0,2 13,9 5,1 28,6 2,3 2,9 0,1 5,1 1,9 2,8 0,3 37,9 100,0 16.466Perdesaan 61,6 58,7 2,4 0,1 13,2 2,8 35,2 4,3 0,6 0,0 3,0 0,7 1,8 0,4 38,4 100,0 16.999
Pendidikan
Tdk sekolah 43,4 41,8 2,5 0,9 11,9 1,7 21,5 3,2 0,1 0,0 1,7 0,1 0,6 1,0 56,6 100,0 1.209Tdk tamat SD 53,4 50,8 3,5 0,3 12,1 2,1 29,1 3,1 0,4 0,0 2,6 0,4 1,4 0,8 46,6 100,0 4.185Tamat SD 65,7 63,7 2,7 0,1 15,8 2,7 37,5 4,3 0,6 0,0 2,0 0,4 1,4 0,2 34,3 100,0 9.045
Tdk tamat SLTP 67,4 63,9 2,7 0,0 15,0 3,0 38,2 3,5 1,5 0,1 3,5 0,9 2,4 0,3 32,6 100,0 7.912Tamat SLTP + 60,0 53,3 4,0 0,1 11,4 6,5 25,1 2,5 3,6 0,1 6,7 2,8 3,5 0,3 40,0 100,0 11.113
Jumlah anak masih hidup
0 6,5 6,2 0,0 0,0 3,0 0,0 2,8 0,0 0,3 0,0 0,3 0,1 0,1 0,1 93,5 100,0 2.7371-2 67,1 63,2 1,2 0,1 14,8 4,2 37,5 3,1 2,1 0,0 3,9 1,4 2,3 0,2 32,9 100,0 20.2363-4 69,7 64,6 8,0 0,3 14,9 4,9 30,5 4,4 1,4 0,0 5,1 1,5 2,9 0,6 30,3 100,0 8.474
5+ 51,7 46,3 7,0 0,1 9,9 2,2 21,2 4,7 1,3 0,0 5,4 1,3 3,0 1,1 48,3 100,0 2.019
Jumlah 61,9 57,9 3,2 0,2 13,6 3,9 31,9 3,3 1,8 0,0 4,0 1,3 2,3 0,4 38,1 100,0 33.465
Catatan:Jika lebih dari satu metode yang dilaporkan, hanya metode yang paling efektif yang dicatat dalam tabelMAL: Metode Amenorrhea Laktasi (metode menyusui alami)
11
12
Gambar 2. Tren Penggunaan Kontrasepsi untuk Wanita Kawin, 1991-2012
Suatu cara Suatu cara modern0
10
20
30
40
50
60
70
5047
5552
57 5560
5761
5762
58
1991 1994 19972002-2003 2007 2012
F. Kebutuhan Pelayanan Keluarga Berencana
Data pada Tabel 7.1. memperlihatkan tingkat kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need), kebutuhan KB yang terpenuhi (met need) dan jumlah yang ingin ber KB (demand for family planning) pada wanita kawin berumur 15-49 tahun menurut latar belakang karakteristik. Dengan metode penghitungan angka kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi (unmet need) cara baru, secara total 11,4 persen dari wanita status kawin saat wawancara di Indonesia, kebutuhan KBnya tidak terpenuhi; 4,5 (empat setengah) persen karena mereka ingin menunda kelahiran anak berikutnya untuk jangka waktu dua tahun atau lebih; 6,9 (enam koma sembilan) persen diantaranya karena tidak ingin tambah anak lagi.
13
Table 7 .1. Kebutuhan untuk memperoleh pelayanan KB Persentase wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun yang kebutuhan KB-nya tidak terpenuhi, persentase kebutuhan KB yang terpenuhi, dan total kebutuhan pelayanan KB , menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Kebutuhan berKB yang tidakterpenuhi1(Unmet Need)
Kebutuhan berKB yang terpenuhi (Met Need)
Jumlah yang ingin berKB2
(Demand for Family Planning)
Karakteristik latar belakang
Untuk men-
jarang kan kelahiran
Untuk membatasi kelahiran Jumlah
Untuk men-jarang
kan kelahiran
Untuk membatasi kelahiran Jumlah
Untuk men-
jarangkan kelahiran
Untuk membatasi kelahiran Jumlah
Persenta se merasa
puas3Jumlah wanita
Umur15-19 6,3 0,4 6,7 45,0 3,1 48,1 51,2 3,5 54,7 87,8 89020-24 7,7 0,6 8,3 54,8 5,7 60,5 62,5 6,4 68,8 88,0 3.75425-29 6,8 2,1 8,9 48,0 15,6 63,6 54,8 17,7 72,5 87,7 6.00030-34 6,1 3,7 9,7 33,7 31,9 65,7 39,8 35,6 75,4 87,1 6.28535-39 3,3 7,9 11,2 16,9 51,2 68,1 20,2 59,1 79,3 85,9 6.33140-44 2,1 12,8 14,9 5,6 59,6 65,2 7,6 72,4 80,0 81,4 5.57245-49 1,0 15,3 16,3 1,9 43,8 45,8 2,9 59,1 62,0 73,8 4.633
Tempat TinggalPerkotaan 4,2 7,6 11,8 24,8 37,3 62,1 29,0 44,9 73,9 84,0 16.466Perdesaan 4,8 6,2 10,9 28,4 33,2 61,6 33,2 39,4 72,6 84,9 16.999
PendidikanTidak sekolah 5,3 8,2 13,5 10,1 33,4 43,4 15,3 41,6 56,9 76,4 1.209Tidak tamat SD 3,9 10,5 14,4 16,9 36,5 53,4 20,8 47,0 67,8 78,7 4.185Tamat SD 4,2 7,2 11,4 26,4 39,2 65,7 30,6 46,4 77,1 85,2 9.045Tidak tamat SLTP 4,2 5,5 9,7 33,1 34,4 67,4 37,3 39,8 77,1 87,5 7.912
SLTP++ 5,1 6,2 11,2 27,8 32,2 60,0 32,8 38,4 71,2 84,2 11.113Jumlah Anak Masih Hidup
0 3,2 0,1 3,3 6,4 0,1 6,5 9,6 0,2 9,8 66,1 2.7371-2 5,7 5,0 10,6 38,6 28,5 67,1 44,2 33,5 77,7 86,3 20.2363-4 2,5 11,0 13,6 10,1 59,6 69,7 12,6 70,6 83,2 83,7 8.4745+ 2,4 18,3 20,7 4,4 47,3 51,7 6,8 65,5 72,4 71,4 2.019
Jumlah 4,5 6,9 11,4 26,7 35,2 61,9 31,1 42,1 73,2 84,5 33.465
1Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi untuk penjarangan kelahiran termasuk kehamilan yang waktunya tidak diinginkan; wanita yang tidak haid sejak kelahiran , dimana kelahiran anak terakhir tersebut waktunya tidak diinginkan; tidak menggunakan alat/ cara KB dan wanita subur dan wanita subur yang tidak dapat hamil lagi atau tidak dapat haid dimana wanita tersebut tidak memakai kontrasepsi, dan wanita kawin menarrcheic yang ingin menunggu paling lama 2 tahun untuk kelahiran anak berikutnya. Juga yang termasuk kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi untuk menjarangkan kelahiran adalah wanita subur yang tidak menggunakan alat/ cara KB dan mereka merasa tidak yakin apakah menginginkan anak lagi atau mereka menginginkan anak tetapi tidak dapat ditentukan kecuali mereka mengatakan tidak menjadi masalah kalau mereka hamil. Kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi untuk membatasi kelahiran termasuk wanita hamil yang dapat hamil atau tidak dapat hamil tetapi tidak menggunakan kontrasepsi dan wanita tersebut tidak inigin anak lagi. Kategori menjadi hamil jika mereka memakai alat/ cara KB (wanita tersebut ingin memilih kontrasepsi yang lebih baik).
Note: Numbers in this table correspond to the revised definition of unmet need described in Bradley et al., 2012. 2 Total demand is the sum of unmet need and met need3 Percentage of demand satisfied is met need divided by total demand
Dari total kebutuhan KB yang terpenuhi (misalnya: proporsi penggunaan kontrasepsi saat ini) sebesar 61,9 persen; yang meliputi 26,7 persen diantara wanita kawin sedang menggunakan kontrasepsi dengan tujuan bertujuan untuk penjarangan dan 35,2 persen pembatasan jumlah anak. Secara total dari kebutuhan KB yang terpenuhi dan tidak terpenuhi, jumlah wanita kawin yang ingin ber KB saat ini di Indonesia adalah 73,2 persen, dimana 84,5 persen diantaranya merasa puas. Jika kepuasan yang diinginkan bisa dipenuhi, maka prevalensi penggunaan kontrasepsi di Indonesia diantara wanita kawin saat ini dapat ditingkatkan lagi, yaitu dari 61,9 persen menjadi 70 persen.
14
Table 7 .2. Kebutuhan untuk memperoleh pelayanan Persentase wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun yang kebutuhan KB-nya tidak terpenuhi, persentase kebutuhan KB yang terpenuhi, dan total kebutuhan pelayanan KB (cara lama/SDKI 2007), menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Kebutuhan berKB yang tidakterpenuhi1
Kebutuhan berKB yang terpenuhi (sedang pakai)
Jumlah yang ingin berKB2
Karakteristik latar
belakang
Untuk men-jarang
kan kelahiran
Untuk membatasi kelahiran Jumlah
Untuk men-jarang
kan kelahiran
Untuk membatasi kelahiran Jumlah
Untuk men-
jarangkan kelahiran
Untuk membatasi kelahiran Jumlah
Persenta se
merasa puas3
Jumlah wanita
Umur15-19 6,7 0,4 7,1 45,0 3,1 48,1 51,6 3,5 55,1 87,2 89020-24 7,5 0,6 8,1 54,8 5,7 60,5 62,3 6,3 68,6 88,2 3.75425-29 6,3 2,0 8,3 48,0 15,6 63,6 54,3 17,6 71,9 88,4 6.00030-34 5,1 3,3 8,4 33,7 31,9 65,7 38,8 35,3 74,1 88,6 6.28535-39 2,5 5,9 8,4 16,9 51,2 68,1 19,4 57,2 76,5 89,0 6.33140-44 1,5 8,1 9,6 5,6 59,6 65,2 7,1 67,7 74,7 87,2 5.57245-49 0,5 8,0 8,5 1,9 43,8 45,8 2,4 51,8 54,2 84,4 4.633
Tempat Tinggal
Perkotaan 3,7 5,2 8,9 24,8 37,3 62,1 28,6 42,4 71,0 87,4 16.466Perdesaan 4,0 4,1 8,2 28,4 33,2 61,6 32,5 37,3 69,8 88,3 16.999
PendidikanTidak sekolah 3,9 5,0 8,9 10,1 33,4 43,4 14,0 38,4 52,4 83,0 1.209
Tidak tamat SD 3,2 6,7 9,8 16,9 36,5 53,4 20,1 43,1 63,2 84,5 4.185
Tamat SD 3,4 4,8 8,1 26,4 39,2 65,7 29,8 44,0 73,8 89,0 9.045Tidak tamat SLTA 3,8 3,7 7,5 33,1 34,4 67,4 36,8 38,1 74,9 90,1 7.912
SLTP++ 4,7 4,4 9,1 27,8 32,2 60,0 32,4 36,6 69,1 86,8 11.113Jumlah
anak masih hidup
0 3,4 0,1 3,5 6,4 0,1 6,5 9,8 0,2 9,9 65,2 2.7371-2 4,9 3,2 8,1 38,6 28,5 67,1 43,4 31,7 75,2 89,2 20.2363-4 2,2 7,6 9,8 10,1 59,6 69,7 12,3 67,2 79,5 87,7 8.4745+ 1,8 12,9 14,7 4,4 47,3 51,7 6,2 60,2 66,4 77,8 2.019
Jumlah 3,9 4,6 8,5 26,7 35,2 61,9 30,6 39,8 70,4 87,9 33.465
1Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi untuk penjarangan kelahiran termasuk kehamilan yang waktunya tidak diinginkan; wanita yang tidak haid sejak kelahiran , dimana kelahiran anak terakhir tersebut waktunya tidak diinginkan; tidak menggunakan alat/ cara KB dan wanita subur dan wanita subur yang tidak dapat hamil lagi atau tidak dapat haid dimana wanita tersebut tidak memakai kontrasepsi, dan mereka ingin menunggu 2 tahun atau lebih untuk kelahiran anak berikutnya . Juga yang termasuk kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi untuk menjarangkan kelahiran adalah wanita subur yang tidak menggunakan alat/ cara KB dan mereka merasa tidak yakin apakah menginginkan anak lagi atau mereka menginginkan anak tetapi tidak dapat ditentukan kecuali mereka mengatakan tidak menjadi masalah kalau mereka hamil. Kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi untuk membatasi kelahiran termasuk wanita hamil yang dapat hamil atau tidak dapat hamil tetapi tidak menggunakan kontrasepsi dan wanita tersebut tidak inigin anak lagi. Kategori menjadi hamil jika mereka memakai alat/ cara KB (wanita tersebut ingin memilih kontrasepsi yang lebih baik).
Note: Numbers in this table correspond to the revised definition of unmet need described in Bradley et al., 2012. 2 Total demand is the sum of unmet need and met need3 Percentage of demand satisfied is met need divided by total demand
Kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi bervariasi menurut kelompok umur. Secara umum wanita kawin pada kelompok umur tua (35-49 tahun) cenderung lebih besar yang tidak terlayani
15
kebutuhan pelayanan kontrasepsinya dibandingkan dengan kelompok umur muda (15-34 tahun). Selanjutnya kelompok umur wanita muda cenderung untuk membatasi kelahiran, sedang wanita tua cenderung membatasi kelahiran. Pola ini masih sama dibandingkan dengan survei sebelumnya. Tidak ada perbedaan pemenuhan kebutuhan pelayanan berKB antara wanita perkotaan dan wanita perdesaan. Kebutuhan pelayanan KB sedikit lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan. Wanita perkotaan lebih membutuhkan pelayanan KB untuk pembatasan, sedangkan wanita perdesaan lebih membutuhkan pelayanan KB untuk menjarangkan kelahiran. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi didalami menurut tingkat pendidikan wanita cenderung dialami oleh wanita yang tidak sekolah dan wanita yang berpendidikan tidak tamat SD. Kebutuhan berKB lebih banyak ditemui pada wanita yang tidak sekolah dan wanita yang berpendidikan SD tidak tamat. Seiring dengan bertambahnya jumlah anak lahir hidup semakin besar kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan pelayanan KB untuk pembatasan kelahiran.
Data pada Tabel 7.2. memperlihatkan tingkat kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need), kebutuhan KB yang terpenuhi (met need) dan jumlah yang ingin ber KB (demand for family planning) pada wanita kawin berumur 15-49 tahun menurut latar belakang karakteristik. Dengan metode penghitungan angka kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi (unmet need) cara lama seperti yang dilakukan pada SDKI 2007, secara total 8,5 persen dari wanita status kawin saat wawancara di Indonesia, kebutuhan KB-nya tidak terpenuhi; 3,9 persen karena mereka ingin menjarangkan atau menunda kelahiran anak berikutnya untuk jangka waktu dua tahun atau lebih; 4,6 persen diantaranya karena ingin membatasi kelahiran atau tidak ingin tambah anak lagi.
Total kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Indonesia, bila dibandingkan dengan hasil SDKI sebelumnya ada sedikit penurunan: pada tahun 2007 sebanyak 9,1 persen wanita status kawin tidak terpenuhi kebutuhan KBnya dimana 87,2 persen diantaranya merasa puas. Pada tahun 2012 sebanyak 8,5 persen wanita status kawin tidak terpenuhi kebutuhan KBnya dimana 87,9 persen diantaranya merasa puas. Dibandingkan dengan tingkat kepuasan dari hasil survei sebelumnya maka nampak ada sedikit peningkatan kepuasan sebesar 0,7 persen.
Kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi apabila dikaji menurut beberapa karakteristik latar belakang wanita kawin mengindikasikan tidak ada perbedaan pola baik dengan cara penghitungan metode lama atau metode baru.
G. Kematian Bayi dan Anak
Salah satu tujuan dari SDKI 2012 adalah mengukur tingkat dan kecenderungan kematian bayi dan anak. Angka kematian bayi dan anak yang disajikan dalam Tabel 8 adalah estimasi secara langsung berdasarkan keterangan yang didapat dari bagian riwayat kelahiran dari kuesioner wanita mengenai tanggal kelahiran anak, status kelangsungan hidup, dan umur saat meninggal untuk anak yang sudah meninggal. Angka-angka kematian bayi dan anak didefinisikan sebagai berikut:
Kematian neonatum: peluang meninggal dalam bulan pertama setelah lahir. Kematian post neonatum: selisih antara kematian bayi dan kematian neonatum. Kematian bayi: peluang bayi meninggal sebelum mencapai ulang tahun pertama. Kematian anak: peluang meninggal antara ulang tahun pertama dan ulang tahun kelima. Kematian balita: peluang anak meninggal sebelum mencapai ulang tahun kelima.
16
Tabel 8. Kematian Bayi dan Anak
Angka kematian neonatum, post-neonatum, bayi, anak, dan balita untuk periode lima tahunan sebelum survei, Indonesia 2012
Tahun sebelum surveiKematian
neonatum (NN)
Kematian post-neonatum (PNN)1
Kematian bayi (1q0)
Kematian anak (4q1)
Kematian balita (5q0)
0-4 19 13 32 9 405-9 20 15 35 11 4510-14 23 21 45 14 58
1 Dihitung dari selisih antara angka kematian bayi dan kematian neonatum
Angka-angka kematian dalam Tabel 8 dihitung untuk tiga periode lima tahunan sebelum survei. Hampir semua jenis kematian bayi dan anak mengalami penurunan dari tahun 2007. Untuk periode lima tahun sebelum survei, angka kematian bayi hasil SDKI 2012 menjadi 32 kematian per 1000 kelahiran hidup, sementara kematian balita menjadi 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Masih dengan pola yang sama bahwa, lebih dari tiga perempat dari semua kematian terjadi dalama tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus.
Gambar 3 menunjukkan kecenderungan kematian bayi dan kematian balita sejak SDKI 1991. Gambar menunjukkan bahwa penurunan dari kematian bayi telah perlahan dalam tahun-tahun akhir, seperti halnya terjadi pada penduduk dengan angka kematian rendah. Sementara, angka kematian anak mengalami penurunan cukup besar 4 point dari tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa faktor eksternal seperti imunisasi, pola pemberian ASI, pola pemberian makanan, dan pola perawatan saat anak sakit telah mengalami peningkatan.
Kematian Bayi Kematian Balita
68
97
57
81
4658
3546
3444
3240
Gambar 3. Tren Tingkat Kematian Bayi dan Balita1991-2012
1991 1994 1997 2002-2003 2007 2012
17
Jika dilihat angka kematian bayi dan anak menurut provinsi selama periode 10 tahun sebelum survei sangat bervariasi (Tabel Lampiran A-9). Angka kematian bayi tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat dengan angka 74 kematian per 1000 kelahiran dan terendah di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 21 kematian per 1000 kelahiran, disusul oleh DKI Jakarta sebesar 22 kematian per 1000 kelahiran. Angka kematian balita tertinggi terjadi di Papua diikuti oleh Papua Barat, masing-masing sebesar 115 dan 109 kematian per 1000 kelahiran. Sebaliknya, angka kematian balita terendah ada di DKI Jakarta dan Kalimantan Timur, sama-sama sebesar 31 kematian per 1000 kelahiran.
H. Pemeriksaan Kehamilan
Perawatan yang pantas selama kehamilan dan persalinan adalah penting untuk kesehatan ibu maupun anak. Pada SDKI 2012, ibu yang memberikan kelahiran dalam lima tahun sebelum survei ditanyakan seri pertanyaan tentang perawatan kesehatan ibu dan anak. Untuk perawatan antenatal (ANC), pewawancara diinstruksikan untuk mencatat semua jawaban responden kalau dilaporkan lebih dari satu sumber pelayanan. Pada Tabel 9 hanya sumber pelayanan dengan kualifikasi tertinggi yang dipakai untuk perhitungan. Tabel 9 menunjukkan bahwa 96 persen dari kelahiran terakhir dalam lima tahun sebelum survei, mendapatkan ANC dari petugas medis terlatih. Ibu umur 20-34 cenderung menerima ANC dari tenaga professional kesehatan lebih baik dibandingkan ibu umur lebih muda maupun ibu umur lebih tua. Cakupan ANC lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding perdesaan (masing-masing 98 persen dan 93 persen). Cakupan ANC membaik dengan bertambah tingginya tingkat pendidikan, 64 persen untuk ibu tanpa pendidikan, menjadi 99 persen untuk ibu dengan pendidikan menengah atau lebih.
Suntikan tetatus toxoid (TT) diberikan selama kehamilan untuk mencegah tetanus neonatal, yang merupakan penyebab utama kematian bayi di banyak negara berkembang. Pada SDKI 2012, untuk kelahiran terakhir sejak Januari 2007, ibu diminta memberi keterangan apakah selama kehamilannya (termasuk dua kali suntikan pada saat sebelum menikah/calon pengantin) mendapatkan suntikan tetanus toxoid. Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa 60 persen ibu mendapatkan paling sedikit satu suntikan TT selama kehamilan untuk kelahiran terakhir mereka. Proporsi Ibu umur 20-34 tahun, Ibu yang tinggal di perkotaan, dan ibu dengan pendidikan menengah ke atas cenderung lebih baik mendapatkan suntikan TT selama kehamilan bayinya.
Tidak seperti ANC, yang hanya dikumpulkan untuk kelahiran hidup terakhir, keterangan perawatan persalinan dikumpulkan untuk semua kelahiran yang terjadi dalam lima tahun sebelum survei. Seperti dengan perawatan antenatal, pewwawancara diminta untuk mencatat semua jawaban kalau lebih dari satu orang menolong dalam persalinan dilaporkan. Tabel 9 mempertimbangkan hanya petugas dengan kualifikasi tertinggi. Lebih dari delapan diantara sepuluh kelahiran dalam lima tahun sebelum survei, ibu melaporkan mendapat pertolongan dari tenaga medis terlatih selama persalinan. Gambaran keragaman menurut kharakteristik latar belakang ibu adalah sama polanya dengan ANC. Ibu umur 20-34 cenderung melahirkan oleh tenaga kesehatan lebih baik dibandingkan ibu umur lebih muda maupun ibu umur lebih tua. Ibu yang tinggal di daerah perkotaan mendapat pertolongan persalinan dari tenaga medis terlatih lebih baik dibanding perdesaan (masing-masing 91,8 persen dan 74,6 persen). Penolong persalinan oleh tenaga medis terlatih membaik dengan bertambah tingginya tingkat pendidikan, 72,8 persen untuk ibu tanpa pendidikan, menjadi 95,1 persen untuk ibu dengan pendidikan menengah atau lebih.
Kolom 6 pada Tabel 9 menunjukkan bahwa 63 persen dari kelahiran dalam lima tahun sebelum survei ditolong di fasilitas kesehatan. Seperti halnya dalam cakupan tetanus toxoid, ANC, dan pertolongan persalinan, ibu umur 20-34, ibu tinggal di daerah perkotaan, dan ibu dengan pendidikan lebih baik, cenderung menerima pelayanan medis lebih baik saat persalinan.
18
Gambaran menurut provinsi dapat dilihat pada Tabel A-6. Sangat terlihat diparitas antar provinsi untuk ke-empat parameter. Cakupan ANC terbaik di Provinsi Bali (99,3%), dan terendah di Provinsi Papua (57,8%). Untuk suntikan TT yang diberikan paling sedikit 1 kali selama kehamilan untuk mencegah tetanus neonatal di provinsi Sumatera Utara hanya 23 persen, dan yang terbaik di NTB (79,5%). Sedangkan untuk persalinan oleh tenaga kesehatan, Jakarta dan Bali menunjukkan persentase yang tertinggi (98,7%), dan yang terendah di Papua (39,9%). Untuk melahirkan di fasilitas kesehatan, terbaik di Provinsi Bali (97,6%) dan terendah di Sulawesi barat (16,2%).
Tabel 9. Pemeriksaan Kehamilan
Persentase wanita umur 15-49 tahun yang memiliki anak lahir hidup terakhir selama 5 tahun sebelum survei yang menerima pemeriksaan kehamilan dari tenaga kesehatan, menerima paling sedikit satu kali imunisasi TT dan pil zat besi selama hamil, dan untuk seluruh kelahiran yang terjadi selama 5 tahun sebelum survei, persentase wanita yang melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, di fasilitas kesehatan, menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Karakteristik latarbelakang
Pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan1
Menerima imunisasi TT
paling sedikit satu
kali2Jumlah wanita
Melahirkan pada tenaga kesehatan1
Melahirkan pada fasilitas
kesehatanJumlah
kelahiran
Umur Ibu Saat Melahirkan<20 94.7 57.1 1.328 75,3 53,3 1.52620-34 96.1 61.2 11.045 84,2 64,3 12.75735+ 94.3 58.6 2.409 82,5 62,6 2.665
Tempat TinggalPerkotaan 98.2 61.4 7.358 91,8 79,8 8.405Perdesaan 93.3 59.5 7.424 74,6 46,5 8.543
Pendidikan IbuTidak sekolah 64.0 29.7 274 31,8 21,1 365Tidak tamat SD 88.5 46.9 1.242 61,1 37,8 1.457Tamat SD 94.0 59.2 3.516 72,8 47,0 3.976Tidak Tamat SLTP 97.4 63.4 3.965 85,7 60,8 4.438Tamat SLTP+ 98.6 63.5 5.786 95,1 81,8 6.712
Total 95.7 60,4 14.782 83,1 63,0 16.948
1 Tenaga Pemeriksa kehamilan termasuk didalamnyadokter, dokter ahli kandungan dan kebidanan), perawat, bidan, dan
19
bidan desa. 2 Termasuk ibu yg sudah menerima dua kali suntikan TT pada saat hamil anak lahir hidup lima tahun sebelum survei, menerima dua atau lebih suntikan (tiga tahun terakhir anak lahir hidup kurun waktu lima tahun sebelum surve)i, atau menerima tiga atau lebih suntikan (lima tahun terakhir untuk anak lahir hidup terakhir selama lima tahun sebelum survei)r, atau menerima empat atau lebih suntikan (sepuluh tahun terkhir untuk anak lahir hidup terakhir lima tahun sebelum survei), atau menerima lima atau lebih suntikan (untuk anak lahir hidup terakhir lima tahun sebelum survei)
Gambar 4 menunjukkan indikator-indikator perawatan ibu terkait dengan perawatan selama hamil dan melahirkan, tidak banyak berubah sejak SDKI 2002-03. Pada ANC dan penolong persalinan ada sedikit peningkatan. Proporsi pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan meningkat dari 92 persen menjadi 96 persen. Begitu pula dengan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan, meningkat dari 78 persen menjadi 83 persen. Sebaliknya untuk TT kelihatan terjadi penurunan dari 73 persen menjadi 60 persen. Hal ini disebabkan karena bila seorang ibu dalam kurun waktu kehidupannya sudah menerima TT sebanyak 5 kali, sudah dianggap imun sehingga kehamilan berikutnya tidak mendapat TT lagi.
Gambar 4. Tren Indikator Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan, SDKI 2002-2003, 2007, dan 2012
ANC; 2003; 92
TT; 2003; 73Persalinan; 2003; 78
Faskes; 2003; 66
ANC; 2007; 93
TT; 2007; 73Persalinan; 2007; 77
Faskes; 2007; 73
ANC; 2012; 96
TT; 2012; 60
Persalinan; 2012; 83
Faskes; 2012; 63200320072012
I. Imunisasi
20
Pada SDKI 2012, untuk mengetahui status imunisasi, kepada ibu responden ditanyakan dan diwajibkan untuk menunjukkan kepada pewawancara kartu imunisasi atau kartu catatan kesehatan dari semua anak yang dilahirkan sejak Januari 2007. Pewawancara kemudian mengutip dari kartu tanggal setiap imunisasi yang diterima anak. Jikalau anak tidak pernah menerima kartu sehat atau ibu tidak mampu menunjukkan kartu kepada pewawancara, maka ibu ditanya imunisasi apa saja yang diterima anak. Pertanyaan dilakukan untuk setiap jenis imunisasi. Dalam laporan ini seorang anak dikategorikan menerima imunisasi lengkap kalau anak menerima imunisasi BCG untuk mencegah tuberculosis; tiga dosis vaksin DPT untuk mencegah diphtheria, pertusis, dan tetanus; tiga dosis vaksin polio (Polio 1-3); dan satu dosis vaksin campak. Hasil yang disajikan pada laporan ini berdasarkan keterangan dari kartu maupun keterangan dari ibu untuk mereka yang tidak mempunyai kartu.
Tabel 10 menunjukkan cakupan imunisasi dari anak umur 12-23 bulan, umur yang seharusnya semua vaksinasi harus sudah diterima anak. Ibu hanya mampu menunjukkan kartu dari 41,1 persen anak-anak kelompok umur tersebut, yang menunjukkan kenaikan dari cakupan 31 persen yang tercatat dalam SDKI 2002-03 dan 37 persen dalam SDKI 2007. Berdasarkan keterangan kartu dan pelaporan ibu, 65,6 persen anak telah menerima semua jenis imunisasi yang dianjurkan. Persentase ini juga menunjukkan adanya penambahan pencapaian 51 persen yang didapat dari SDKI 2002-03 dan 59 persen dari SDKI 2007. Tujuh persen dari anak tidak pernah menerima imunisasi dan sisanya 40 persen anak hanya menerima sebagian imunisasi.
Tabel 10 menunjukkan cakupan imunisasi menurut jenis vaksin. Secara keseluruhan, 89,3 persen anak menerima BCG, 88,1 persen mendapatkan dosis pertama DPT, dan 91,2 persen mendapatkan dosis pertama vaksin polio. Akan tetapi hanya 72 persen dari anak-anak menyelesaikan tiga dosis DPT dan hanya 75,9 persen menerima dosis ketiga polio. Sedangkan cakupan imunisasi campak adalah 80,1 persen.
Cakupan imunisasi dasar tidak terlalu berbeda menurut karakteristik anak. Cakupan imunisasi lengkap lebih baik pada anak yang ibunya berpendidikan lebih tinggi, yaitu 23 persen anak dari ibu tanpa pendidikan dibandingkan 74 persen anak dari ibu pendidikan menengah atau lebih. Yang mencolok, anak di perkotaan yang tidak imunisasi lebih tinggi dibanding anak di perdesaan (4 persen banding 10 persen), walaupun secara umum anak di perkotaan yang diimunisasi lebih tinggi dibanding anak di perdesaan.
Untuk gambaran provinsi, dapat dilihat pada lampiran tabel A-7, berdasarkan kartu dan keterangan ibu, anak yang telah menerima semua jenis imunisasi yang dianjurkan, seperti biasa Yogyakarta yang terbaik (93,5%), dan Papua yang tererndah (16,7%). Demikian halnya, di Yogyakarta 69,4 persen ibu dapat menunjukkan kartu catatan imunisasi, dan hanya 16,7 persen di Papua.
Tabel 10. Imunisasi menurut karakteristik latar belakangPersentase anak umur age 12-23 bulan yang menerima imunisasi tertentu sebelum survei (menurut kartu imunisasi atau laporan ibunya), dan persentase yang mempunyai KMS menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Karakteristik Latarbelakang BCG
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4 Campak
Imunisasi lengkap, tanpa Hepatitis B1
Imunisasi Lengkap2
Tidak Imunisasi
Persentase punya kartu
Jumlah anak
Jenis KelaminLaki-laki 90,4 88,7 82,0 73,1 91,7 86,8 77,3 64,3 81,2 66,1 41,8 7,1 42,0 1.714Perempuan 88,2 87,6 79,3 70,9 90,7 84,1 74,4 61,7 79,0 65,0 38,8 7,8 40,2 1.619
Tempat TinggalPerkotaan 93,7 92,0 84,6 77,1 94,8 89,6 80,4 67,2 82,3 69,4 42,1 4,3 42,8 1.624Perdesaan 85,1 84,5 76,9 67,2 87,8 81,5 71,7 59,0 78,1 61,9 38,6 10,4 39,5 1.709
21
PendidikanTidak sekolah 52,0 43,2 38,7 25,9 52,7 48,8 32,1 20,6 33,4 22,7 9,2 39,3 14,1 53Tidak tamat SD 76,6 67,7 58,3 49,4 76,8 68,3 57,5 46,9 59,4 44,2 26,0 19,1 32,5 219
Tamat SD 85,8 86,3 75,7 65,5 90,1 83,0 70,5 56,0 78,1 60,0 37,4 8,6 42,9 770Tidak Tamat SLTP 89,4 88,9 80,7 70,7 91,6 85,4 77,1 64,4 81,5 65,2 41,4 7,1 41,1 939
Tamat SLTP+ 94,7 93,7 88,8 82,2 95,4 91,1 82,9 70,3 85,6 74,2 44,8 3,8 42,5 1.352
Total 89,3 88,1 80,7 72,0 91,2 85,5 75,9 63,0 80,1 65,6 40,3 7,4 41,1 3.3331 Imunisasi lengkap; BCG, campak, dan tiga kali DPT dan polio, tanpa polio 4 dan Hepatitis B 2 Imunisasi lengkap: BCG, campak, tiga kali of DPT dan polio tanpa polio 4
Gambar 5 menunjukkan kecenderungan cakupan untuk masing-masing jenis imunisasi serta imunisasi lengkap. Ada kecenderungan perbaikan cakupan imunisasipada tahun 2012 dibanding informasi yang dikumpulkan dari SDKI 2002-03.
22
Gambar 5. Trend Imunisasi anak 12-23 bulan, SDKI 2002-2003, 2007, dan 2012
BCG; SDKI 2002-'03; 83
DPT3; SDKI 2002-'03; 58
Polio4; SDKI 2002-'03; 46
Campak; SDKI 2002-'03; 72
Lengkap; SDKI 2002-'03; 51
BCG; SDKI 2007; 85
DPT3; SDKI 2007; 67
Polio4; SDKI 2007; 56
Campak; SDKI 2007; 76
Lengkap; SDKI 2007; 59
BCG; SDKI 2012; 89
DPT3; SDKI 2012; 72
Polio4; SDKI 2012; 63
Campak; SDKI 2012; 80
Lengkap; SDKI 2012; 66
SDKI 2002-'03SDKI 2007SDKI 2012
J. Penyakit pada Anak
Pada SDKI 2012 berbagai pertanyaan diikutkan untuk mendapatkan keterangan prevalensi dan praktek pengobatan untuk infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare, penyakit-penyakit yang memberikan sumbangan bermakna pada kematian anak. Perlu dikemukakan bahwa data penyakit yang dikumpulkan sifatnya subyektif dalam arti data dikumpulkan berdasarkan persepsi ibu tentang penyakit tersebut tanpa dilakukan validasi tenaga medis. Prevalensi penyakit ISPA diperkirakan dengan menanyakan ibu apakah anak mereka yang berumur dibawah lima tahun sakit dengan batuk disertai nafas cepat dan pendek dalam dua minggu sebelum survei. Disamping itu ditanyakan juga mengenai gejala demam selain ISPA. Pada SDKI 2012, untuk setiap anak balita, ibu juga ditanyakan apakah anak mengalami episode diare dalam dua minggu sebelum survei. Secara keseluruhan, jumlah anak yang dianalisis berjumlah 16.380. Proporsi yang menunjukkan gejala ISPA 5,1 persen, demam 31,0 persen, dan diare 14,3 persen.
Dari mereka yang sakit, ditelusuri kembali apakah mereka berobat ke fasilitas kesehatan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 11. Dapat dilihat bahwa 75,3 persen anak menderita gejala ISPA, 73,5 persen anak menderita dema, serta 64,6 persen anak menderita diare datang untuk mendapat pengobatan ke fasiltitas kesehatan atau tenaga kesehatan. Kondisi ini tidak jauh berbeda berdasarkan karakteristik penduduk. Hanya anak di bawah 11 bulan cenderung lebih mendapatkan pengobatan untuk gejala ISPA dibandingkan anak kelompok umur lainnya.
Dari 65 persen anak menderita diare, 38,8 persen diberikan larutan dari paket garam rehidrasi oral (ORS), dan 46,7 persen diberikan cairan selain oralit/ buatan sendiri. Tidak ada perbedaan dari berbagai karakteristik dalam upaya mencari pengobatan atau nasehat untuk diare. Berdasarkan karakteristik, anak usia 12-23 bulan, anak laki-laki, dan tinggal di perdesan cenderung melakukan pengobatan lebih banyak ke fasilitas kesehatan/tenaga kesehatan pada saat diare.
Untuk variasi antar Provinsi dapat dilihat pada lampiran tabel A-8.
23
Table 11. Pengobatan Infeksi Saluran Nafas Akut, Demam dan Diare: Karakteristik Latar Belakang
Anak berumur di bawah lima tahun yang menderita batuk disertai nafas cepat (gejala infeksi saluran nafas akut-ISPA) atau demam selama dua minggu sebelum survei, persentase anak yang dibawa ke fasilitas kesehatan/petugas kesehatan, dan di antara anak berumur di bawah lima tahun yang menderita diare selama dua minggu sebelum survei, persentase anak yang dibawa ke fasilitas kesehatan/petugas kesehatan, persentase yang menerima oralit/cairan yang dibuat sendiri, dan persentase yang menerima selain oralit/cairan lain menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Anak menderita ISPA Anak menderita demam
Anak menderita diare
Karakteristik latarbelakang
Persentase yang
dibawa ke fasilitas
kesehatan/ petugas
kesehatan1
Jumlah anak
menderita ISPA
Persentase yang
dibawa ke fasilitas
kesehatan/ petugas
kesehatan
Jumlah anak
menderita Demam
Persentase yang
dibawa ke fasilitas
kesehatan/ petugas
kesehatan
Persentase yang
menerima oralit2
Persentase yang
menerima cairan selain
oralit yg dibuat
sendiri3
Jumlah anak
menderita diare
Umur dalam bulan<6 82.6 37 72.9 353 47.3 15.9 18.5 1906-11 88.8 110 78.0 728 67.0 36.7 42.7 35612-23 79.1 171 77.2 1,239 69.6 39.7 49.0 71324-35 69.2 208 73.3 1,073 65.8 43.8 52.7 51536-47 75.3 172 68.0 905 64.8 45.1 51.6 30948-59 67.0 134 70.1 788 57.9 38.3 49.9 256
Jenis KelaminLaki-laki 75.9 474 74.6 2,682 66.3 42.3 50.5 1,300Perempuan 74.6 359 72.2 2,404 62.5 34.4 42.3 1,040
Tempat tinggalPerkotaan 74.6 366 74.4 2,400 63.2 40.8 47.8 1,078Perdesaan 75.9 467 72.6 2,686 65.8 37.1 46.0 1,263
Pendidikan IbuTidak sekolah 75.3 18 63.1 94 54.6 28.2 39.0 40Tidak tamat SD 70.4 103 68.8 470 65.0 40.9 47.6 239Tamat SD 72.9 196 70.9 1,229 66.9 38.7 47.1 538Tidak Tamat SLTP 79.2 251 77.0 1,459 66.6 40.1 50.7 676Tamat SLTP+ 75.4 265 74.1 1,834 62.0 37.7 43.7 847
Jumlah 75.3 833 73.5 5,086 64.6 38.8 46.8 2,341
1 Gejala ISPA (nafaspendek, cepat dan tersengal sengal) relative sulit di deteks yang mengarah ke pneumonia 2 Tidak termasuk apotik, toko, praktek tradisional 3 Termasuk ORALIT paket dan rekomendasi “ fluid (RHF)”
K. Pemberian ASI dan Makanan Tambahan
Air Susu Ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan anak pada 6 bulan pertama setelah dilahirkan. Pemberian Pengganti Susu Ibu (PASI) sebelum anak berumur 6 bulan tidak dianjurkan, karena dapat meningkatkan kemungkinan terkontaminasi dan meningkatkan risiko terkena penyakit, khususnya diare. Setelah berusia 6 bulan sesuai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, maka ASI harus di tambah dengan cairan lain dan makanan yang padat untuk memberikan gizi yang memadai, biasanya disebut Makanan Pendamping ASI (MPASI), yang diberikan sampai berusia 2 tahun.
24
SDKI 2012 mengumpulkan data tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak terakhir dilahirkan ibu pada kurun waktu lima tahun sebelum survei. Tabel 12 menunjukkan bahwa hanya 50,8 persen bayi mendapat ASI pada usia 0-1 bulan, selebihnya sudah mendapat makanan lain selain ASI. Pemberian ASI saja (menyusui eksklusif) sampai bayi berusia 4-5 bulan hanya 27 persen, dan bayi yang lulus menyusui saja sampai dengan usia 6 bulan hanya 3,4 persen. Kondisi membaik untuk kelompok bayi usia 4-5 bulan jika dibandingkan SDKI sebelumnya (17,8%). Pada kelompok umur ysang sama, dapat dilihat ASI diberikan bersama susu lainnya (7,9 %), air putih (7,9%), cairan bukan susu atau jus (0,8%), atau bersama makanan padat/ agak padat (43,9%).
Pemberian makanan bayi dengan menggunakan botol dan dot tidak dianjurkan pada umur berapapun. Walaupun demikian SDKI 2012 melaporkan praktek penggunaan tersebut menurun dibanding SDKI 2007. Secara keseluruhan pada tahun 2012, 30,3 persen bayi umur di bawah 2 bulan diberi makanan dengan cara tersebut dibanding dengan 25,1 persen pada SDKI 2007. Proporsi bayi 4-5 bulan yang menggunakan botol dan dot adalah 28,7 persen , meningkat sedikit dibanding tahun 20079 (27,8%).
Table 12. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) menurut UmurPersentase anak dibawah dua tahun yang tinggal bersama ibunya yang diberi ASI dan peresentase asnak dibawah dua tahun yang menggunakan botol berdasarkan umur dalam bulan, SDKI 2012.
Umur dlm bulan
Tdkmenyusu
ASIeksklusif
ASI,air putih
ASI,jus/sari buah
ASI,susu
ASI,makanan tambahan Total
Persen Anak pada saat ini masihmenyusui
Jumlah anak dibawah dua tahun
Persen anak menggunakan botol dan dot
Jumlah anak0-2 tahun
0-1 3.9 50.8 4.2 0.1 31.5 9.6 100.0 96.1 458 30.3 4642-3 6.4 48.9 9.0 0.9 18.0 16.7 100.0 93.6 552 27.4 5574-5 12.5 27.1 7.9 0.8 7.9 43.9 100.0 87.5 583 28.7 5936-8 12.8 3.4 2.5 0.5 2.1 78.8 100.0 87.2 907 30.1 9399-11 20.4 1.1 1.0 0.5 0.3 76.8 100.0 79.6 899 41.3 91412-17 25.4 1.0 0.6 0.2 0.1 72.8 100.0 74.6 1,635 39.6 1,68118-23 40.3 0.7 0.2 0.3 0.0 58.4 100.0 59.7 1,558 42.8 1,652
0-3 5.3 49.8 6.8 0.5 24.1 13.5 100.0 94.7 1,010 28.7 1,021
0-5 7.9 41.5 7.2 0.6 18.2 24.6 100.0 92.1 1,593 28.7 1,6146-9 13.8 2.7 2.2 0.4 1.6 79.2 100.0 86.2 1,182 32.4 1,216
12-15 22.8 1.2 0.6 0.2 0.0 75.1 100.0 77.2 1,128 37.5 1,151
12-23 32.7 0.9 0.4 0.2 0.0 65.7 100.0 67.3 3,193 41.2 3,333
20-23 44.7 0.9 0.1 0.3 0.0 53.9 100.0 55.3 1,040 45.5 1,113
Catatan: Status menyusui merujuk pada 24 jam sebelum survei. Anak diklasifikasikan disusui secara eksklusif jika hanya diberi ASI walaupun telah diberikan air putih tetapi tidak diberikan makanan tambahan. Kategori anak sebagai kelompok tidak diberi ASI, diberi ASI eksklusif, diberi ASI dan air putih saja, cairan/jus, susu lain dan makanan pendamping (padat dan setengah padat) bersifat bertingkat dan saling eksklusif, sehingga persentasenya berjumlah 100 persen. Jadi, anak yang mendapat ASI dan cairan, yang tidak mendapat makanan pendamping, dikelompokkan dalam kelompok cairan, meskipun mereka juga mungkin mendapat air putih. Demikian pula anak yang mendapat makanan pendamping dimasukkan dalam kelompok tersebut selama mereka juga mendapat ASI.
L. Pengetahuan tentang HIV/AIDS
25
Hampir dua dekade, pemerintah Indonesia telah mempromosikan/mencanangkan strategi AIDS nasional, yang merupakan program kerja sama antara pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), sektor swasta, dan masyarakat. Strategi mempromosikan hidup sehat, seks aman, penggunaan jarum suntik aman, penggunaan kondom, dan mendukung pengidap HIV/AIDS.
SDKI 2012 menanyakan kepada responden wanita dan pria kawin pernahkah mendengar tentang HIV/AIDS, dan jika menjawab ya, ditanyakan bagaimana pendapat mereka tentang pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut. Tabel 13 menunjukkan sebesar 77 persen wanita dan 82 persen pria kawin pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan SDKI 2007 (61 persen pada wanita 71 persen pada pria).
Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS pada wanita muda (15-24 tahun) cenderung memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS lebih tinggi dibandingkan wanita pada kelompok umur 30 tahun keatas. Wanita belum kawin memiliki pengetahuan yang hampir sama dengan wanita kawin. Namun pada kelompok wanita belum kawin yang pernah melakukan hubungan seksual pengetahuan terhadap HIV/AIDS nya lebih rendah dibandingkan dengan wanita belum kawin dan belum pernah melakukan hubungan seksual. Wanita yang tinggal di perkotaan dan wanita berpendidikan lebih tinggi lebih banyak mendengar tentang HIV/AIDS dibanding wanita lainnya. Pada segmen wanita kelompok umur 15-19 lebih banyak mengetahui tentang HIV/AIDS dibandingkan dengan pria kawin pada kelompok umur yang sama. Sebagian besar pria kawin pernah mendengar HIV/AIDS Sedangkan pengetahuan pria kawin tentang HIV/AIDS lebih beragam dan tidak menunjukkan adanya indikasi kecenderungan antar kelompok umur. Tingkat pengetahuan pria kawin lebih tinggi pada pria perkotaan dan pria kawin di perdesaan.
Tabel 13. Pengetahuan tentang HIV/AIDSPersentase wanita dan pria kawin yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Wanita Pria Kawin
Karakteristik latar belakang
Pernah dengar
HIV/AIDS Jumlah
Pernah dengar
HIV/AIDS Jumlah
Umur15-24 84.4 13,232 83.8 373 * 15-19 84.8 6,927 79.6 28 * 20-24 84.0 6,305 84.1 34530-39 82.2 6,959 85.4 1,12740-49 78.3 13,757 88.9 3,44950-54 62.8 11,659 79.6 3,06555-59 - 0 68.2 1,292
Status perkawinanBelum kawin 88.2 9,919 83.5 1,927..Pernah berhubungan seksual 82.6 129 89.8 24
88.374.362.6
9,79033,4652,223
83.481.885.6
1,9036,980
400
..Tidak pernah berhubungan SeksualKawin atau hidup bersamaCerai/Janda/Duda
Tempat tinggalPerkotaan 87.0 23,805 91.5 4,739Perdesaan 65.6 21,802 72.8 4,567
PendidikanTidak sekolah 15.7 1,500 28.9 265Tidak tamat SD 38.0 4,870 51.7 1,371Tamat SD 62.3 10,254 74.9 2,118Tidak Tamat SLTP 84.6 12,753 89.5 1,979
26
Tamat SLTP+ 96.9 16,229 98.4 3,572
Jumlah 76.7 45,607 82.3 9,306
Pengetahuan tentang Cara Mengurangi Risiko Terkena Virus AIDS
Tingginya persentase wanita dan pria kawin Indonesia yang memiliki pengetahuan dasar tentang HIV/AIDS, tidak sejalan dengan tingginya tingkat pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terinfeksi HIV/AIDS. Secara keseluruhan, 57,6 persen wanita mengetahui bahwa ‘membatasi seks hanya dengan satu patner yang tidak terinfeksi’ sebagai cara mengurangi risiko penularan, 43 persen mengatakan ‘penggunaan kondom secara teratur’ akan mengurangi kemungkinan terinfeksi, dan 37,3 persen dengan menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu partner yang tidak terinfeksi HIV/AIDS akan mengurangi resiko tertular HIV/AIDS. Pengetahuan HIV/AIDS pada pria sedikit lebih tinggi dibanding pada wanita. Proporsinya 62,8 persen untuk ‘membatasi seks hanya dengan satu partner yang tidak terinfeksi’, 58,9 persen untuk ‘penggunaan kondom’, dan 49,1 persen menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu partner yang tidak terinfeksi.
Tabel 14. Pengetahuan tentang Cara Mengurangi RisikoTerkena HIV/ AIDS Persentase wanita umur 15-49 tahun dan pria kawin umur 15-54 tahun yang percaya suatu cara mengurangi risiko terkena HIV/AIDS dengan menggunakan kondom setiap berhubungan seks, dengan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu partner yang tidak terinfeksi, menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Wanita Pria KawinPersentase yang mengatakan HIV/AIDS dapat dihindari
dengan:Persentase yang mengatakan HIV/AIDS dapat dihindari
dengan:
Karakteristik latar belakang
Meng-gunakan kondom
Membatasi berhubungan seks hanya dengan satu partner yang
tidak terinfeks
Menggunakan kondom dan membatasi
berhubungan seks hanya dengan satu partner yang
tidak terinfeksiJumlah wanita
Meng-gunakan kondom
Membatasi berhubungan seks hanya dengan satu partner yang
tidak terinfeksi
Menggunakan kondom dan membatasi
berhubungan seks hanya dengan satu partner yang
tidak terinfeksiJumlah
priaUmur
15-24 44.5 62.5 38.2 13,232 53.2 63.2 44.2 373..15-19 40.5 61.0 34.3 6,927 61.1 62.3 58.4 28..20-24 49.0 64.0 42.5 6,305 52.6 63.3 43.0 34525-29 47.6 62.5 41.4 6,959 60.9 63.8 50.4 1,12730-39 45.9 60.4 40.5 13,757 65.8 69.6 55.8 3,44940-49 34.6 45.8 30.0 11,659 56.3 60.1 47.3 3,06550-59 NA NA NA NA 43.4 49.8 35.8 1,292
Status perkawinanBelum kawin 46.4 65.9 40.0 9,919 60.0 65.4 52.0 1,927..Pernah berhubungan seksual 50.9 62.5 46.2 129 66.0 61.8 49.7 24
..Tidak pernah berhubungan
Seksual 46.3 66.0 39.9 9,790 60.0 65.5 52.0 1,903Kawin atau hidup bersama 42.5 56.0 37.1 33,465 58.0 62.1 48.3 6,980
Cerai/Janda/Duda 32.5 44.7 27.9 2,223 60.0 62.0 48.4 400Tempat tinggal
Perkotaan 51.5 68.2 45.4 23,805 68.2 72.0 57.2 4,739Prdesaan 33.5 46.0 28.4 21,802 48.4 53.2 40.6 4,567
PendidikanTidak sekolah 5.9 8.1 4.1 1,500 15.9 14.5 10.9 265Tidak tamat SD 14.0 22.6 10.6 4,870 25.6 31.8 20.6 1,371Tamat SD 28.6 41.2 23.8 10,254 49.3 51.6 38.2 2,118Tidak Tamat SLTP 43.0 60.7 36.1 12,753 62.8 68.1 52.7 1,979Tamat SLTP+ 63.9 80.6 57.8 16,229 77.3 81.9 67.3 3,572
27
Jumlah 42.9 57.6 37.3 45,607 58.5 62.8 49.1 9,3068
NA = Tidak sesuai.
LAMPIRAN
Tabel A-1. Karakteristik Latar Belakang Responden menurut Provinsi
Distribusi wanita usia 15-49 dan pria kawin usia 15-54 menurut provinsi, Indonesia 2012
Wanita Pria kawin
ProvinsiPersentase Tertimbang Tertimbang
Tak tertimbang
Persentase Tertimbang Tertimbang
Tak tertimbang
SumateraDI Aceh 1.9 877 1,433 1.6 153 240Sumatera Utara 5.3 2,394 1,830 5.0 470 372Sumatera Barat 1.9 852 1,339 1.8 164 239Riau 2.3 1,040 1,386 2.5 231 305Jambi 1.3 580 1,112 1.6 145 292Sumatera Selatan 3.0 1,358 1,335 3.2 295 293Bengkulu 0.7 306 997 0.7 67 223Lampung 3.2 1,443 1,354 3.6 334 307Bangka Belitung 0.5 245 1,095 0.6 52 236Kepulauan Riau 0.7 323 1,041 0.7 64 224
JawaDKI Jakarta 4.3 1,939 2,391 4.0 374 466Jawa Barat 18.1 8,265 2,224 17.8 1,654 439Jawa Tengah 13.7 6,240 1,998 13.1 1,224 405DI Yogyakarta 1.4 654 1,519 1.5 135 329Jawa Timur 16.2 7,374 1,979 17.4 1,621 449Banten 4.7 2,148 2,068 4.8 450 435
Bali dan Nusa TenggaraBali 1.7 790 1,601 1.9 173 365Nusa Tenggara Barat 2.2 997 1,368 1.8 171 238Nusa Tenggara Timur 2.0 892 1,218 1.7 158 217
KalimantanKalimantan Barat 1.7 756 1,267 1.8 165 256Kalimantan Tengah 0.9 409 996 1.0 93 211Kalimantan Selatan 1.6 730 1,273 1.6 152 270Kalimantan Timur 1.5 671 1,079 1.5 139 205
SulawesiSulawesi Utara 0.9 427 1,281 0.9 87 241Sulawesi Tengah 1.1 486 1,142 1.1 98 234Sulawesi Selatan 3.4 1,530 1,778 2.8 258 295Sulawesi Tenggara 0.8 382 1,094 0.8 77 221Gorontalo 0.4 203 1,153 0.4 39 223Sulawesi Barat 0.4 191 1,050 0.4 33 187
Maluku dan PapuaMaluku 0.6 260 1,129 0.5 47 215Maluku Utara 0.4 188 1,149 0.4 35 216Papua Barat 0.3 130 1,008 0.3 28 239Papua 1.2 527 920 1.3 120 219
28
Total 100.0 45,607 45,607 100.0 9,306 9,306
29
Tabel A.2 Fertilitas menurut Provinsi
Angka fertilitas total untuk tiga tahun sebelum survei, persentase wanita umur 15-49 tahun yang sedang hamil, dan rata-rata anak yang dilahirkan hidup oleh wanita 40-49 tahun menurut provinsi, Indonesia 2012
Provinsi
Angka fertilitas
total
Persentase wanita umur 15-49 tahun yang sedang
hamil
Rata-rata anak yang dilahirkan hidup oleh
wanita 40-49 tahun
SumateraDI Aceh 2.8 5.2 3.9Sumatera Utara 3.0 5.8 4.0Sumatera Barat 2.8 5.7 3.5Riau 2.9 6.1 4.0Jambi 2.3 5.3 3.4Sumatera Selatan 2.8 4.6 3.3Bengkulu 2.2 6.1 3.5Lampung 2.7 4.8 3.6Bangka Belitung 2.6 4.3 3.5Kepulauan Riau 2.6 4.7 3.2
JawaDKI Jakarta 2.3 4.1 2.6Jawa Barat 2.5 4.4 3.4Jawa Tengah 2.5 4.0 2.8DI Yogyakarta 2.1 3.4 2.3Jawa Timur 2.3 2.9 2.6Banten 2.5 3.7 3.8
Bali dan Nusa TenggaraBali 2.3 3.1 2.5Nusa Tenggara Barat 2.8 4.8 3.7Nusa Tenggara Timur 3.3 6.2 4.2
KalimantanKalimantan Barat 3.1 5.3 3.7Kalimantan Tengah 2.8 5.5 3.6Kalimantan Selatan 2.5 3.8 3.2Kalimantan Timur 2.8 5.2 3.4
SulawesiSulawesi Utara 2.6 3.6 2.7Sulawesi Tengah 3.2 5.3 3.9Sulawesi Selatan 2.6 3.9 3.3Sulawesi Tenggara 3.0 5.7 4.1Gorontalo 2.6 4.1 3.4Sulawesi Barat 3.6 4.6 4.3
Maluku dan PapuaMaluku 3.2 4.5 4.2Maluku Utara 3.1 5.3 4.0Papua Barat 3.7 5.2 3.9Papua 3.5 2.5 3.9
Total 2.6 4.3 3.2
30
Tabel A-3. Pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi menurut Provinsi
Persentase wanita kawin umur 15-49 tahun yang mengetahui suatu metode kontrasepsi menurut provinsi,Indonesia 2012
Cara modern Cara tradisional
Provinsi
Suatu
cara
Suatu cara
modern
Steri-lisasi wanit
a
Steri-lisasi Pria Pil IUD Suntik Susuk
Kondom
Intravag/ dia- phrag
ma
Kontrasepsi
Darurat LAM
Suatu Cara Tradi- sional
Pantang
Berkala
Sang-gama Terput
usCara Lain
Jumlah
wanita
SumateraDI Aceh 99.0 99.0 49.3 20.7 97.2 72.1 98.5 81.8 85.9 13.8 11.8 29.9 51.5 39.4 43.8 15.4 558Sumatera Utara 98.1 97.9 54.8 21.9 93.7 81.7 96.0 84.8 85.8 6.7 12.6 25.4 73.8 48.8 68.0 6.4 1,564Sumatera Barat 99.3 99.3 71.6 31.9 97.0 88.3 98.1 91.7 90.4 10.5 16.0 25.7 69.4 49.2 61.1 7.9 588Riau 99.5 99.5 56.4 25.7 98.2 84.9 98.9 88.9 90.3 10.9 13.9 31.2 68.9 46.6 58.5 8.9 791
Jambi100.
0100.
0 48.2 21.6 99.3 80.2 99.3 91.8 79.3 9.0 12.4 20.9 55.3 32.9 48.3 7.4 452Sumatera Selatan 99.6 99.6 61.6 32.6 98.8 79.9 99.2 94.2 87.5 7.2 8.4 20.2 57.4 39.4 45.3 5.3 1,051
Bengkulu 99.9 99.9 67.3 41.4 98.6 85.3 99.3 93.5 88.0 11.2 11.6 23.7 52.9 42.6 39.0 5.4 230Lampung 99.8 99.8 62.5 37.0 99.6 88.0 99.6 94.6 88.9 9.7 6.9 14.8 62.6 47.9 45.7 11.7 1,118Bangka Belitung 99.6 99.4 54.3 29.8 99.1 79.5 99.4 87.0 88.1 9.1 8.7 10.4 53.5 41.8 37.4 8.3 183Kep Riau 99.7 99.7 69.0 33.0 99.0 90.0 98.8 89.9 95.5 14.3 15.2 30.0 74.2 62.9 56.8 6.2 228
Jawa
DKI Jakarta100.
0 99.9 83.2 60.6 99.3 96.3 99.7 93.1 98.1 19.7 15.8 38.3 85.0 78.7 65.6 10.1 1,261Jawa Barat 99.8 99.8 69.3 48.6 99.2 86.1 99.0 86.6 85.6 10.1 10.7 23.5 56.6 45.4 42.7 13.2 6,170Jawa Tengah 99.8 99.7 84.2 48.3 97.9 88.2 98.9 95.3 88.4 12.3 12.2 23.3 63.2 48.6 53.2 6.8 4,657
DI Yogyakarta100.
0100.
0 90.1 66.6100.
0 98.3 99.9 98.3 99.1 24.4 15.6 38.4 88.9 81.9 75.6 4.0 456Jawa Timur 99.5 99.5 74.5 34.7 97.9 77.6 98.6 90.2 79.4 8.9 11.6 24.0 60.5 46.5 49.6 15.6 5,765Banten 99.6 99.6 56.8 33.6 98.6 81.2 99.2 90.8 83.4 8.6 11.4 23.7 55.0 47.5 40.1 5.8 1,557
Bali dan Nusa TenggaraBali 98.9 98.9 78.4 58.7 95.6 91.2 97.1 74.1 84.1 11.6 9.6 33.9 72.5 59.9 62.5 3.5 589Nusa Tenggara Barat 99.9 99.9 65.4 29.0 97.7 89.2 99.6 95.3 78.4 5.9 4.0 14.2 27.8 22.8 18.5 4.7 686
Nusa Tenggara Timur 98.2 97.9 62.3 32.7 90.9 75.7 96.5 86.1 70.1 13.1 10.4 21.0 64.6 58.6 41.4 6.8 584
KalimantanKalimantan Barat 99.2 99.2 31.3 16.3 97.0 65.5 97.3 70.2 79.4 3.1 2.6 4.6 24.6 23.1 7.2 7.1 591Kalimantan Tengah
100.0
100.0 38.8 21.9 99.7 69.5 99.7 87.1 85.1 8.9 9.0 18.5 47.7 37.8 30.9 19.5 325
Kalimantan Selatan 99.9 99.9 57.8 29.2 99.7 79.9 99.6 93.5 92.3 13.7 10.0 19.2 55.9 39.3 43.3 25.1 536
Kalimantan Timur 99.5 99.4 63.4 33.2 98.7 86.2 98.8 88.1 89.0 13.4 11.8 28.6 68.0 57.3 51.1 14.1 498
31
SulawesiSulawesi Utara 99.9 99.9 63.2 31.7 99.3 90.0 99.4 97.1 92.2 17.9 13.7 29.3 71.8 67.9 44.9 5.6 316Sulawesi Tengah 97.8 97.8 53.4 24.7 96.5 81.0 94.6 87.4 79.0 11.0 19.1 19.1 63.8 49.3 50.9 10.5 362Sulawesi Selatan 99.0 99.0 46.7 18.2 95.3 71.4 98.1 87.6 79.1 9.8 11.2 30.0 63.3 40.7 55.3 5.1 1,000Sulawesi Tenggara 98.7 98.7 51.4 19.8 97.5 75.7 98.0 89.1 80.3 9.5 13.2 31.9 60.8 42.9 48.7 9.5 282
Gorontalo100.
0100.
0 62.6 36.1 97.4 87.0 99.1 95.8 77.5 15.5 15.2 25.3 59.3 45.5 49.6 16.0 149Sulawesi Barat 96.7 96.7 23.7 15.7 93.4 51.5 91.0 70.9 64.0 6.2 6.9 9.7 39.5 28.8 25.8 7.1 131
Maluku dan PapuaMaluku 96.2 95.8 52.2 18.1 89.3 68.6 95.3 80.6 64.7 6.9 13.1 22.1 65.1 51.2 53.9 9.9 175Maluku Utara 99.0 98.7 47.4 24.8 96.3 71.4 97.1 88.8 75.0 13.5 12.7 17.6 49.4 40.1 30.8 6.1 131Papua Barat 93.3 92.8 49.4 20.6 85.9 64.4 91.1 69.4 70.5 12.5 9.2 14.9 56.3 47.6 39.1 10.3 94Papua 58.7 56.7 18.6 11.4 49.4 25.5 48.8 40.7 45.6 5.5 5.2 6.5 19.9 17.9 10.3 4.9 384
Total 99.0 98.9 67.037.
7 97.3 82.398.
0 89.0 84.4 10.5 11.323.
8 60.5 47.2 48.1 10.333,4
65
Tabel A-4. Pemakaian Kontrasepsi Masa Kini menurut Provinsi
Distribusi persentase wanita kawin 15-49 menurut pemakaian kontrasepsi dan provinsi, Indonesia 2012
Metode modern Metode traditionalProvinsi
Suatu
cara
Suatu cara
modern
Steri-
lisasi wani
ta
Steri-
lisasi
Pria IUD Pil Suntik SusukKondo
m LAMLainny
a
Suatu
cara tradi-siona
Pantang
berkala
Seng-gama terput
usCaralain
Sekarang
tidak pakai
Jumlah
Jumlah
wanita
32
lSumatera
DI Aceh 46.8 44.4 0.8 0.0 2.1 9.6 30.0 0.6 1.2 0.3 0.0 2.4 0.7 1.1 0.6 53.2100.
0 558
Sumatera Utara 55.9 42.8 6.4 0.0 2.1 10.8 18.3 3.1 1.9 0.1 0.0 13.1 2.3 9.5 1.2 44.1100.
0 1,564
Sumatera Barat 56.9 50.2 3.0 0.1 3.6 9.6 27.9 4.2 1.9 0.0 0.0 6.7 1.3 5.2 0.2 43.1100.
0 588
Riau 61.1 54.0 3.6 0.2 1.9 13.6 29.1 2.8 2.7 0.1 0.0 7.1 2.5 4.5 0.1 38.9100.
0 791
Jambi 66.9 62.0 0.9 0.0 3.7 18.8 32.9 4.3 1.4 0.0 0.0 4.8 0.9 3.0 0.9 33.1100.
0 452
Sumatera Selatan 67.6 64.4 2.6 0.1 1.6 9.5 43.7 5.6 1.4 0.0 0.0 3.2 0.9 2.1 0.2 32.4100.
0 1,051
Bengkulu 64.2 61.2 2.6 0.0 3.4 11.1 32.9 9.0 2.2 0.0 0.0 3.0 0.6 2.1 0.3 35.8100.
0 230
Lampung 70.3 66.3 1.0 0.2 2.7 14.4 41.2 5.3 1.5 0.0 0.0 4.0 1.2 2.7 0.1 29.7100.
0 1,118
Bangka Belitung 69.6 65.3 2.0 0.0 1.1 20.2 37.4 2.4 2.2 0.0 0.0 4.2 1.3 3.0 0.0 30.4100.
0 183
Kep Riau 53.1 48.0 3.1 0.1 2.6 14.2 22.8 2.8 2.4 0.0 0.0 5.1 2.0 2.5 0.6 46.9100.
0 228Jawa
DKI Jakarta 57.3 53.4 3.6 0.0 6.2 13.0 26.4 1.4 2.8 0.1 0.0 3.9 2.0 1.8 0.0 42.7100.
0 1,261
Jawa Barat 62.2 60.3 3.1 0.1 4.1 16.6 33.4 1.4 1.5 0.1 0.0 1.9 0.8 0.9 0.3 37.8100.
0 6,170
Jawa Tengah 65.2 61.5 4.7 0.4 3.6 10.1 33.9 5.8 2.9 0.1 0.0 3.7 0.9 2.7 0.1 34.8100.
0 4,657
DI Yogyakarta 69.9 59.6 3.7 0.0 13.6 10.4 22.6 3.8 5.4 0.0 0.1 10.3 3.8 6.1 0.5 30.1100.
0 456
Jawa Timur 65.3 62.4 3.5 0.3 5.0 14.7 34.7 3.1 1.3 0.0 0.0 2.8 1.3 1.2 0.3 34.7100.
0 5,765
Banten 64.0 61.3 2.3 0.1 3.5 13.0 38.1 1.9 2.4 0.0 0.0 2.7 1.3 1.4 0.1 36.0100.
0 1,557Bali dan Nusa Tenggara
Bali 66.2 59.6 5.6 0.7 19.0 9.0 21.6 0.7 2.9 0.1 0.0 6.6 2.9 3.6 0.1 33.8100.
0 589Nusa Tenggara Barat 56.0 55.1 1.4 0.0 3.8 7.1 36.8 5.4 0.5 0.0 0.0 1.0 0.5 0.2 0.3 44.0
100.0 686
Nusa Tenggara Timur 47.9 38.3 4.5 0.1 4.4 4.4 20.0 4.5 0.5 0.0 0.0 9.6 5.5 2.8 1.3 52.1
100.0 584
Kalimantan
Kalimantan Barat 65.1 63.9 1.6 0.4 1.3 15.6 43.2 1.0 0.8 0.0 0.0 1.1 0.4 0.5 0.2 34.9100.
0 591Kalimantan Tengah 67.3 64.8 1.1 0.0 0.8 23.7 35.8 2.6 0.6 0.3 0.0 2.5 0.8 0.3 1.4 32.7 100. 325
33
0
Kalimantan Selatan 68.3 66.4 1.1 0.1 1.3 26.7 33.5 2.0 1.6 0.0 0.1 1.9 0.3 0.6 1.0 31.7100.
0 536
Kalimantan Timur 60.1 54.1 2.7 0.0 2.6 19.0 25.7 1.9 2.2 0.1 0.0 5.9 2.2 3.1 0.6 39.9100.
0 498Sulawesi
Sulawesi Utara 68.9 63.7 2.4 0.0 5.1 19.5 27.2 8.8 0.6 0.0 0.0 5.2 3.9 1.0 0.2 31.1100.
0 316
Sulawesi Tengah 55.7 52.5 2.1 0.0 3.1 20.5 23.4 3.1 0.2 0.1 0.0 3.3 1.3 0.9 1.0 44.3100.
0 362
Sulawesi Selatan 55.8 47.5 1.5 0.0 1.1 13.8 27.8 2.3 0.8 0.1 0.0 8.4 1.2 6.8 0.3 44.2100.
0 1,000
Sulawesi Tenggara 51.5 48.4 1.5 0.0 1.3 15.1 23.9 6.2 0.3 0.0 0.0 3.0 0.4 1.9 0.7 48.5100.
0 282
Gorontalo 63.2 61.5 2.3 0.6 3.4 16.7 24.6 13.7 0.1 0.0 0.0 1.7 0.7 0.5 0.5 36.8100.
0 149
Sulawesi Barat 52.2 48.0 1.3 0.0 0.6 24.5 18.8 2.3 0.7 0.0 0.0 4.1 0.6 2.7 0.8 47.8100.
0 131Maluku dan Papua
Maluku 45.5 40.4 1.8 0.0 0.5 5.9 26.3 5.8 0.0 0.0 0.1 5.1 2.7 1.1 1.3 54.5100.
0 175
Maluku Utara 53.7 51.1 1.9 0.1 1.2 8.3 29.2 8.9 1.0 0.6 0.0 2.6 1.6 0.2 0.8 46.3100.
0 131
Papua Barat 42.5 41.0 4.0 0.0 0.2 10.2 23.2 2.9 0.5 0.0 0.0 1.5 0.8 0.3 0.4 57.5100.
0 94
Papua 21.8 19.1 1.8 0.0 0.6 3.6 10.0 3.2 0.0 0.0 0.0 2.6 0.4 0.0 2.2 78.2100.
0 384Total 61.9 57.9 3.2 0.2 3.9 13.6 31.9 3.3 1.8 0.0 0.0 4.0 1.3 2.3 0.4 38.1 100.
033,4
65
34
Tab el A-5 Kebutuhan memperoleh pelayanan KB menurut Provinsi Persentase wanita berstatus kawin usia 15-49 yang tidak ingin berKB, ingin berKB dan jumlah yang ingin mendapatkan pelayanan KB, menurut propinsi, Indonesia 2007, Indonesia 2012
Kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi
Kebutuhan berKB yang terpenuhi
Jumlah yang ingin berKB1
Provinsi
Untuk menjarangkan kelahiran
Untuk membat
asi kelahiran Jumlah
Untuk menjarang
kan kelahiran
Untuk membat
asi kelahira
n Jumlah
Untuk menjarang
kan kelahiran
Untuk membat
asi kelahira
n
Jumlah
Persentase merasa puas 2
Persentase merasa puas oleh metode
modern3Jumlah Wanita
Sumatera
DI Aceh 8.2 5.7 14.0 28.2 18.5 46.8 36.5 24.3 60.7 77.0 73.1 558
Sumatera Utara 4.1 9.2 13.2 19.0 36.8 55.9 23.1 46.0 69.1 80.9 61.9 1,564
Sumatera Barat 5.7 8.0 13.7 26.2 30.7 56.9 31.9 38.7 70.7 80.6 71.1 588
Riau 4.1 7.7 11.8 28.3 32.8 61.1 32.4 40.4 72.8 83.9 74.1 791
Jambi 3.1 4.8 7.9 32.3 34.5 66.9 35.4 39.4 74.8 89.4 82.9 452
Sumatera Selatan 2.6 5.5 8.1 31.1 36.5 67.6 33.7 42.0 75.7 89.3 85.1 1,051
Bengkulu 4.0 5.1 9.1 25.0 39.2 64.2 29.0 44.4 73.3 87.5 83.5 230
Lampung 3.0 4.9 7.9 32.1 38.2 70.3 35.0 43.1 78.2 89.9 84.8 1,118
Bangka Belitung 3.5 6.3 9.8 30.7 38.9 69.6 34.2 45.2 79.4 87.6 82.3 183
Kep Riau 6.3 8.2 14.5 22.3 30.9 53.1 28.6 39.0 67.6 78.6 71.0 228
Jawa
DKI Jakarta 5.1 8.1 13.2 24.8 32.4 57.3 29.9 40.5 70.5 81.3 75.8 1,261
Jawa Barat 3.5 7.5 11.0 26.7 35.6 62.2 30.2 43.1 73.2 85.0 82.3 6,170
Jawa Tengah 3.9 6.4 10.4 24.5 40.6 65.2 28.4 47.1 75.5 86.3 81.4 4,657
DI Yogyakarta 3.6 7.9 11.5 21.0 48.9 69.9 24.6 56.8 81.4 85.8 73.2 456
Jawa Timur 3.5 6.6 10.1 26.0 39.2 65.3 29.5 45.9 75.4 86.6 82.8 5,765
Banten 4.5 5.7 10.2 36.5 27.5 64.0 41.0 33.1 74.2 86.3 82.6 1,557Bali dan Nusa TenggaraBali 3.2 6.1 9.3 17.7 48.5 66.2 20.9 54.6 75.5 87.7 78.9 589
Nusa Tenggara Barat 11.1 5.0 16.1 34.7 21.4 56.0 45.8 26.4 72.2 77.6 76.3 686
Nusa Tenggara Timur 8.6 8.9 17.5 19.4 28.5 47.9 28.0 37.5 65.5 73.2 58.6 584
Kalimantan
Kalimantan Barat 5.2 4.6 9.8 33.2 31.9 65.1 38.3 36.5 74.8 87.0 85.5 591
Kalimantan Tengah 3.6 4.0 7.6 34.9 32.4 67.3 38.5 36.4 74.9 89.8 86.5 325
Kalimantan Selatan 3.0 5.4 8.4 35.0 33.3 68.3 38.0 38.7 76.7 89.1 86.6 536
Kalimantan Timur 5.4 7.6 13.0 24.6 35.4 60.1 30.0 43.0 73.0 82.3 74.1 498
35
Sulawesi
Sulawesi Utara 3.1 7.7 10.8 27.0 41.8 68.9 30.1 49.5 79.7 86.4 80.0 316
Sulawesi Tengah 7.0 8.8 15.7 26.3 29.4 55.7 33.3 38.2 71.5 78.0 73.4 362
Sulawesi Selatan 7.1 7.3 14.3 28.5 27.3 55.8 35.6 34.6 70.2 79.6 67.6 1,000
Sulawesi Tenggara 8.4 10.0 18.4 28.9 22.6 51.5 37.3 32.6 69.8 73.7 69.4 282
Gorontalo 6.4 7.2 13.6 27.5 35.7 63.2 33.9 42.9 76.8 82.3 80.1 149
Sulawesi Barat 7.4 6.9 14.2 31.1 21.0 52.2 38.5 27.9 66.4 78.5 72.3 131
Maluku dan Papua
Maluku 8.1 11.1 19.2 17.9 27.6 45.5 26.0 38.7 64.7 70.3 62.4 175
Maluku Utara 5.6 8.3 14.0 27.2 26.5 53.7 32.8 34.8 67.7 79.3 75.5 131
Papua Barat 10.6 10.0 20.6 21.3 21.2 42.5 31.8 31.3 63.1 67.4 64.9 94
Papua 16.2 7.6 23.8 9.9 11.9 21.8 26.0 19.5 45.5 47.8 42.0 384Total 4.5 6.9 11.4 26.7 35.2 61.9 31.1 42.1 73.
284.5 79.0 33,46
5Catatan: Angka pada tabel ini sesuai dengan definisi pelayanan KB yang tidak terpenuhi pada Bradley et al., 2012. 1 Jumlah yang ingin berKB adalah penjumlahan dari pelayanan KB yang tidak terpenuhi dan pelayanan KB yang terpenuhi. 2 Persentase yang merasa puas adalah pelayanan KB yang terpenuhi dibagi dengan jumlah yang ingin berKB.
3 Metode modern meliputi sterilisasi wanita, sterilisasi pria, pil, IUD, suntikan, susuk, kondom, kondom wanita, dan metode amenorea laktasi (MAL).
36
Tabel A-6. Pemeriksaan KehamilanPersentase wanita umur 15-49 tahun yang memiliki anak lahir hidup terakhir selama 5 tahun sebelum survei yang menerima pemeriksaan kehamilan dari tenaga kesehatan, menerima paling sedikit satu kali imunisasi TT dan pil zat besi selama hamil, dan untuk seluruh kelahiran yang terjadi selama 5 tahun sebelum survei, persentase wanita yang melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, di fasilitas kesehatan, menurut Provinsi, Indonesia 2012
Provinsi
Pemeriksaan
kehamilan oleh tenaga kesehatan
Menerima
imunisasi TT
paling sedikit
satu kaliJumlah wanita
Melahirkan pada tenaga
kesehatan
Melahirkan pada fasilitas
kesehatan
Jumlah kelahira
n
SumateraAceh 95.3 61.7 294 89.8 52.9 365Sumatera Utara 93.2 23.0 833 88.4 47.8 1,058Sumatera Barat 95.9 61.3 286 90.5 74.5 343Riau 95.8 44.1 413 86.4 50.8 484Jambi 92.6 61.7 198 75.7 41.1 221Sumatera Selatan 97.2 54.3 511 85.1 55.7 577
Bengkulu 96.5 70.9 96 87.2 34.7 106Lampung 97.3 66.1 486 84.6 61.4 538Bangka Belitung 96.2 60.9 87 89.3 64.3 99Kep. Riau 96.8 44.1 113 94.7 81.8 139
JawaJakarta 98.6 58.5 556 98.7 96.0 642Jawa Barat 96.2 65.8 2,675 80.3 63.3 3,009Jawa Tengah 98.6 68.9 1,824 93.6 75.2 1,979Yogyakarta 98.9 78.0 171 98.0 93.6 189Jawa Timur 98.7 49.5 2,213 89.8 84.6 2,416Banten 96.4 64.9 706 77.3 60.6 782
Bali dan Nusa TenggaraBali 99.3 78.8 208 98.7 97.6 239Nusa Tenggara Barat 98.4 79.5 350 81.7 74.3 397
Nusa Tenggara Timur 92.1 77.8 338 56.8 41.0 436
KalimantanKalimantan Barat 87.4 49.6 293 72.2 40.8 332
Kalimantan Tengah 88.5 66.2 154 70.2 22.3 174
Kalimantan Selatan 93.2 68.8 247 80.1 35.5 273
Kalimantan Timur 97.4 75.0 231 83.8 63.1 271
SulawesiSulawesi utara 95.1 75.4 137 85.8 59.4 159Sulawesi Tengah 93.2 71.9 175 62.9 30.5 220
Sulawesi Selatan 94.9 70.4 474 75.8 47.7 580
Sulawesi 93.1 73.9 150 65.9 21.7 180
37
TenggaraGorontalo 94.2 73.4 66 74.9 40.5 76Sulawesi Barat 85.0 61.5 77 43.3 16.2 100
Maluku dan PapuaMaluku 86.5 60.9 97 49.9 21.6 130Maluku Utara 90.1 72.1 71 51.5 20.6 88Papua Barat 86.1 64.6 52 62.6 38.3 72Papua 57.8 36.4 202 39.9 26.8 277
Total 95.7 60.4 14,782
83.1 63.0 16,948
38
Tabel A-7. Imunisasi menurut ProvinsiPersentase anak umur age 12-23 bulan yang menerima imunisasi tertentu sebelum survei (menurut kartu imunisasi atau laporan ibunya), menuerut Provinsi, Indonesia 2012
Provinsi BCG DPT 1 DPT 2 DPT 3 Polio 1 Polio 2 Polio 3 Polio 4 Campak
Imunisasi lengkap, tanpa
Hepatitis BImunisasi Lengkap
Tidak Imunisasi
Persentase punya kartu
Jumlah anak
Sumatera
Aceh 77.6 76.8 67.657.6 83.6 75.5 64.5 49.4 59.8 49.7 29.9 11.5 25.5 68
Sumatera Utara 80.4 76.7 68.461.1 87.0 81.5 65.3 41.7 64.2 50.8 16.8 12.4 26.9 194
Sumatera Barat 89.0 81.8 74.762.9 92.2 79.4 73.8 57.2 69.5 59.4 34.9 6.3 26.9 69
Riau 82.4 84.2 78.267.0 86.6 81.6 69.0 60.4 70.8 57.6 33.3 12.5 36.7 86
Jambi 79.1 80.7 76.369.3 82.3 80.7 69.6 61.0 76.7 65.7 47.3 17.7 28.0 41
Sumatera Selatan 90.1 88.3 77.969.5 90.6 79.4 68.6 48.9 80.1 63.3 30.2 7.5 38.1 113
Bengkulu 88.9 92.9 84.871.9 91.1 89.7 77.9 50.4 82.1 66.7 13.8 7.1 35.8 18
Lampung 95.3 95.8 86.074.1 95.8 91.9 79.4 55.7 89.3 68.9 36.5 2.5 48.1 119
Bangka Belitung 84.7 81.4 78.672.8 87.8 79.4 76.4 74.8 74.9 70.2 54.7 12.2 43.9 16
Kep. Riau 85.2 85.0 78.374.2 87.8 84.8 76.2 61.1 75.7 65.3 34.0 10.3 28.2 32
Jawa
Jakarta 93.3 92.3 84.277.5 95.3 88.7 82.8 69.2 86.5 73.2 36.7 4.7 24.3 110
Jawa Barat 94.1 91.8 81.873.8 95.2 88.7 77.0 63.6 81.1 65.6 38.8 3.5 41.6 608
Jawa Tengah 91.8 94.2 89.782.7 95.6 92.6 87.3 81.3 92.6 78.7 63.2 4.4 56.5 420
Yogyakarta 100.0100.
0100.
096.4
100.0
100.0 97.5 92.0 97.1 93.5 76.2 0.0 69.4 30
Jawa Timur 96.8 95.7 90.783.6 96.5 92.3 86.7 79.0 87.8 77.2 52.0 2.6 53.9 458
Banten 82.0 78.7 68.749.1 83.5 73.6 54.9 34.1 61.4 37.9 20.8 13.5 30.3 143
Bali dan Nusa Tenggara
Bali 98.7 96.3 93.689.2 98.7 94.8 89.2 83.6 93.1 87.0 59.5 1.3 57.5 42
Nusa Tenggara Barat 92.2 92.9 85.1
70.7 92.9 91.8 75.5 59.7 89.9 66.0 32.7 7.1 35.2 78
Nusa Tenggara Timur 87.6 91.7 83.8
76.4 93.3 89.5 81.6 71.7 82.7 73.1 46.5 6.7 30.7 77
Kalimantan
Kalimantan Barat 79.5 77.4 71.862.8 80.2 74.4 66.9 57.1 71.6 57.5 34.3 17.6 43.8 85
Kalimantan Tengah 72.3 67.2 57.352.5 79.7 69.2 57.5 47.0 64.2 45.9 27.5 15.9 32.7 36
Kalimantan Selatan 83.1 79.2 69.1 62. 84.4 78.1 72.1 57.1 73.6 61.4 34.7 11.4 40.5 57
39
1
Kalimantan Timur 91.6 94.1 86.480.4 95.3 90.2 83.0 80.7 89.0 76.6 50.1 4.7 58.0 53
Sulawesi
Sulawesi Utara 97.3 94.0 89.484.2 94.1 88.5 84.2 64.6 87.5 77.1 48.6 2.7 41.1 31
Sulawesi Tengah 86.3 86.0 77.771.5 85.3 78.3 76.1 59.0 82.9 67.2 31.2 12.5 39.6 48
Sulawesi Selatan 82.2 79.6 69.460.3 85.0 74.7 61.1 53.1 71.9 48.7 33.3 12.8 26.5 122
Sulawesi Tenggara 87.8 87.2 84.675.7 89.5 86.6 78.3 43.8 81.4 70.5 32.5 9.9 26.7 42
Gorontalo 94.5 90.3 81.171.5 93.1 79.8 72.3 59.7 91.6 67.4 47.8 5.5 45.8 14
Sulawesi Barat 71.7 70.5 58.349.8 74.9 68.2 56.4 44.3 60.9 43.4 28.3 19.6 26.3 21
Maluku dan Papua
Maluku 76.6 71.1 59.946.9 78.4 66.5 53.6 43.0 65.1 44.2 19.7 18.8 26.9 25
Maluku Utara 91.1 92.0 83.462.2 91.0 84.4 68.0 50.4 83.4 55.1 21.1 6.0 19.9 16
Papua Barat 72.3 74.5 69.558.1 75.9 69.5 59.6 50.9 62.9 50.7 26.1 24.1 34.6 13
Papua 59.4 51.9 48.035.3 51.6 49.0 43.4 26.1 49.0 34.0 14.1 38.4 16.7 47
Total 89.3 88.1 80.7 72.0
91.2 85.5 75.9 63.0 80.1 65.6 40.3 7.4 41.1 3,333
40
Tabel A-8. Pengobatan Infeksi Saluran Nafas Akut, Demam dan Diare menurut Provinsi Anak berumur di bawah lima tahun yang menderita batuk disertai nafas cepat (gejala infeksi saluran nafas akut-ISPA) atau demam selama dua minggu sebelum survei, persentase anak yang dibawa ke fasilitas kesehatan/petugas kesehatan, dan di antara anak berumur di bawah lima tahun yang menderita diare selama dua minggu sebelum survei, persentase anak yang dibawa ke fasilitas kesehatan/petugas kesehatan, persentase yang menerima oralit/cairan yang dibuat sendiri, dan persentase yang menerima selain oralit/cairan lain menurut karakteristik latar belakang, Indonesia 2012
Anak menderita ISPA Anak menderita demam Anak menderita diare
Provinsi
Persentase yang dibawa ke
fasilitas kesehatan/
petugas kesehatan
Jumlah anak
menderita ISPA
Persentase yang dibawa ke fasilitas kesehatan/
petugas kesehatan
Jumlah anak
menderita
Demam
Persentase yang
dibawa ke fasilitas
kesehatan/ petugas
kesehatan
Persentase yang
menerima oralit
Persentase yang
menerima cairan
selain oralit yg dibuat
sendiri
Jumlah anak
menderita diare
SumateraAceh 88.2 27 83.0 127 69.9 25.1 31.4 56Sumatera Utara 74.4 47 69.4 279 59.5 25.0 32.2 140Sumatera Barat 74.9 28 80.4 111 67.0 34.2 44.5 50Riau 79.3 25 73.0 153 63.5 37.6 46.9 82Jambi 73.2 13 65.6 75 70.0 41.3 52.2 36Sumatera Selatan 84.3 25 67.1 123 65.7 40.4 49.8 64Bengkulu 94.6 8 77.5 31 81.6 53.6 54.8 19Lampung 54.7 19 75.6 150 67.7 32.2 37.7 68Bangka Belitung 85.1 5 73.8 30 69.8 44.0 56.0 9Kep. Riau 82.5 6 77.2 39 64.0 67.1 73.3 15
JawaJakarta 83.7 45 76.5 180 66.2 35.7 43.1 86Jawa Barat 75.7 120 69.9 793 65.5 35.9 40.8 363Jawa Tengah 77.9 94 78.1 569 68.4 27.3 32.1 260Yogyakarta 75.3 7 69.9 58 45.3 37.1 50.3 14Jawa Timur 76.2 93 83.5 885 71.9 53.2 63.7 335Banten 87.0 33 75.3 240 62.6 43.5 53.7 121
Bali dan Nusa TenggaraBali 93.8 7 84.1 57 76.0 50.2 57.9 24Nusa Tenggara Barat 71.4 26 71.3 135 63.8 49.6 58.0 53
Nusa Tenggara Timur 67.4 28 67.2 156 60.8 43.4 61.8 73
KalimantanKalimantan Barat 70.7 29 64.6 104 54.1 31.7 43.2 77Kalimantan Tengah 71.9 9 60.5 56 53.2 34.2 50.7 31Kalimantan Selatan 57.5 11 52.0 86 45.8 30.3 32.7 45Kalimantan Timur 80.4 19 75.3 89 68.1 55.4 61.0 36
SulawesiSulawesi Utara 68.9 6 72.5 54 64.3 45.5 51.7 20Sulawesi Tengah 63.2 24 59.6 86 59.5 46.8 59.5 36Sulawesi Selatan 64.0 34 63.5 197 56.8 36.1 40.9 110Sulawesi Tenggara 73.7 16 62.3 48 55.4 44.3 57.1 28Gorontalo 62.0 6 60.9 33 55.5 49.2 56.7 15Sulawesi Barat 60.3 8 60.6 36 56.8 34.8 48.8 19
Maluku dan PapuaMaluku 73.8 3 63.6 24 54.0 51.9 58.5 11
Maluku Utara 55.9 4 59.6 26 60.6 49.4 57.3 11 Papua Barat 100.0 2 76.0 16 47.6 38.6 54.5 6Papua 53.7 6 65.0 41 65.0 42.3 51.9 26
Total 75.3 833 73.5 5,086 64.6 38.8 46.8 2,341
41
Tabel A-9 Kematian Bayi dan Anak menurut Provinsi
Angka kematian neonatum, post-neonatum, bayi, anak, dan balita untuk periode 10 tahun sebelum survei, menurut provinsi, Indonesia 2012
Provinsi
Kematian neonatum
(NN)
Kematian post-
neonatum (PNN)1
Kematian bayi (1q0)
Kematian anak (4q1)
Kematian balita (5q0)
SumateraAceh 28 18 47 6 52Sumatera Utara 26 14 40 15 54Sumatera Barat 17 10 27 7 34Riau 15 9 24 4 28Jambi 16 18 34 3 36Sumatera Selatan 20 8 29 9 37Bengkulu 21 8 29 7 35Lampung 20 10 30 8 38Bangka Belitung 20 7 27 6 32Kepulauan Riau 21 13 35 8 42
JawaJakarta 15 7 22 10 31Jawa Barat 17 13 30 9 38Jawa Tengah 22 10 32 7 38Yogyakarta 18 7 25 5 30Jawa Timur 14 15 30 4 34Banten 23 9 32 7 38
Bali and Nusa TenggaraBali 18 11 29 4 33Nusa Tenggara Barat 33 24 57 18 75Nusa Tenggara Timur 26 19 45 14 58
KalimantanKalimantan Barat 18 13 31 6 37Kalimantan Tengah 25 24 49 8 56Kalimantan Selatan 30 14 44 13 57Kalimantan Timur 12 9 21 10 31
SulawesiSulawesi Utara 23 9 33 4 37Sulawesi Tengah 26 32 58 28 85Sulawesi Selatan 13 12 25 13 37Sulawesi Tenggara 25 20 45 10 55Gorontalo 26 41 67 11 78Sulawesi Barat 26 34 60 11 70
Maluku dan PapuaMaluku 24 12 36 24 60Maluku Utara 37 24 62 25 85Papua Barat 35 39 74 38 109Papua 27 27 54 64 115
Total 20 14 34 10 43
42
Tabel A-10. Pengetahuan tentang HIV/AIDS menurut Provinsi
Persentase wanita usia 15-49 dan pria kawin usia 15-54 yang pernah mendengar tentang AIDS menurut provinsi, Indonesia 2012
Wanita Pria Kawin
ProvinsiPernah dengar AIDS Jumlah
Pernah dengar AIDS Jumlah
SumateraDI Aceh 70.8 877 72.7 153Sumatera Utara 75.1 2,394 83.3 470Sumatera Barat 80.8 852 85.6 164Riau 79.2 1,040 88.0 231Jambi 66.9 580 78.2 145Sumatera Selatan 67.9 1,358 77.2 295Bengkulu 70.3 306 84.1 67Lampung 78.8 1,443 82.8 334Bangka Belitung 82.6 245 86.3 52Kep Riau 91.1 323 88.9 64
JawaDKI Jakarta 96.0 1,939 98.7 374Jawa Barat 79.6 8,265 88.1 1,654Jawa Tengah 79.6 6,240 78.1 1,224DI Yogyakarta 95.2 654 94.5 135Jawa Timur 75.1 7,374 82.3 1,621Banten 76.2 2,148 78.9 450
Bali dan Nusa TenggaraBali 83.2 790 94.8 173Nusa Tenggara Barat 60.6 997 78.0 171Nusa Tenggara Timur 65.5 892 70.3 158
KalimantanKalimantan Barat 62.3 756 68.5 165Kalimantan Tengah 71.6 409 79.8 93Kalimantan Selatan 77.2 730 87.3 152Kalimantan Timur 84.3 671 82.0 139
SulawesiSulawesi Utara 84.6 427 88.4 87Sulawesi Tengah 69.2 486 71.7 98Sulawesi Selatan 69.9 1,530 66.7 258Sulawesi Tenggara 71.6 382 69.4 77Gorontalo 64.5 203 59.4 39Sulawesi Barat 49.2 191 53.0 33
Maluku dan PapuaMaluku 72.1 260 81.0 47Maluku Utara 66.0 188 63.3 35Papua Barat 80.3 130 92.7 28Papua 52.2 527 81.1 120
Total 76.7 45,607 82.3 9,306
43
Tabel A-11. Pengetahuan tentang Cara Mengurangi Risiko Tertular Virus AIDS menurut Provinsi
Persentase wanita usia 15-49 dan pria kawin usia 15-54 yang percaya suatu cara mengurangi resiko terkena virus AIDS dengan menggunakan kondom setiap berhubungan seks, dan dengan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu partner yang tidak terinfeksi, menurut provinsi,, Indonesia 2012
Persentase wanita yang mengatakan HIV dapat dicegah dengan: Persentase pria yang mengatakan HIV dapat dicegah dengan:
ProvinsiMenggunakan
kondom
Membatasi berhubungan seks hanya dengan satu partner yang tidak
terinfeksi
Menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu
partner yang tidak terinfeksi
Jumlah wanita
Mengguna-kan
kondom
Membatasi berhubungan seks
phanya dengan satu partner yang tidak
terinfeksi
Menggunakan kondom dan membatasi berhubungan seks
hanya dengan satu partner yang tidak terinfeksi
Jumlah pria
Sumatera
DI Aceh 34.3 45.1 27.7 877 37.8 49.7 30.4 153
Sumatera Utara 45.4 58.7 40.3 2,394 60.3 55.4 42.4 470
Sumatera Barat 47.1 58.8 40.3 852 60.3 74.0 58.6 164
Riau 41.1 57.1 34.7 1,040 56.1 70.9 49.6 231
Jambi 40.3 51.6 36.5 580 60.5 61.2 52.3 145
Sumatera Selatan 35.3 49.2 31.6 1,358 59.0 62.1 51.5 295
Bengkulu 39.7 50.4 34.1 306 39.7 65.2 36.0 67
Lampung 41.2 57.1 35.9 1,443 61.8 73.3 59.6 334
Bangka Belitung 43.7 55.4 37.0 245 50.9 56.5 43.1 52
Kep Riau 58.0 67.3 46.8 323 50.4 73.7 45.6 64
Jawa
DKI Jakarta 51.0 66.5 41.8 1,939 77.3 90.2 74.3 374
Jawa Barat 42.1 61.0 36.1 8,265 63.2 65.7 50.8 1,654
Jawa Tengah 45.2 56.8 38.7 6,240 59.9 59.6 48.8 1,224
DI Yogyakarta 74.2 87.2 70.4 654 80.5 86.2 75.2 135
Jawa Timur 43.8 61.8 40.2 7,374 58.7 59.9 47.0 1,621
Banten 42.6 55.6 36.2 2,148 58.3 61.0 51.0 450
Bali dan Nusa Tenggara
Bali 53.9 63.9 47.0 790 81.5 79.8 72.1 173
Nusa Tenggara Barat 33.0 43.9 28.8 997 40.7 48.7 33.7 171
Nusa Tenggara Timur 35.0 51.8 31.1 892 46.0 54.0 42.0 158
Kalimantan
Kalimantan Barat 37.5 42.9 28.8 756 34.4 39.9 25.6 165
Kalimantan Tengah 35.0 51.5 29.9 409 55.8 68.4 52.9 93
Kalimantan Selatan 45.3 61.2 41.7 730 63.1 67.5 52.4 152
Kalimantan Timur 46.8 62.5 40.0 671 56.3 70.5 51.6 139
Sulawesi
Sulawesi Utara 48.2 63.4 42.1 427 58.8 70.8 52.1 87
Sulawesi Tengah 34.5 46.4 28.5 486 49.3 59.5 42.4 98
Sulawesi Selatan 35.7 46.8 29.4 1,530 39.5 47.9 35.1 258
Sulawesi Tenggara 41.4 56.4 37.7 382 43.3 57.2 38.4 77
Gorontalo 27.3 42.7 22.0 203 34.3 38.2 26.4 39
44
Sulawesi Barat 22.9 28.7 18.2 191 33.3 40.1 31.3 33
Maluku dan Papua
Maluku 45.4 58.2 40.3 260 45.1 43.8 27.7 47
Maluku Utara 34.6 43.5 30.1 188 36.8 45.7 32.4 35
Papua Barat 39.4 54.8 31.9 130 54.6 57.8 42.1 28
Papua 27.9 35.6 24.5 527 45.4 50.3 36.5 120Total 42.9 57.6 37.3 45,60
758.5 62.8 49.1 9,306
45
Tabel A-12. Pengetahuan tentang Konseling dan Tes HIV secara Sukarela (VCT)
Persentase wanita pernah kawin umur 15-49 tahun yang mengetahui konseling dan tes HIV secara sukarela (VCT) dan persentase yang mengetahui tempat pelayanan VCT menurut provinsi,Indonesia 2012
Mengetahui VCT Mengetahui tempat pelayanan VCT
Provinsi
Persentase yang
tahu VCT
Wanita kawin usia
15-49
Rumah sakit
pemerintah
Puskes-mas/
Pus-tu
Klinik
umum
Klinik umum khusus
VCT
Klimik
umum
lainnya
Rumah
sakit swast
a
Klinik swast
a
Klinik swast
a VCT
Dokter
praktek
Bidan/ peraw
at
Swasta
lainnya
Lainnya
Jumlah wanita
kawin usia 15-49 yang tahu VCT
Sumatera
DI Aceh 48.4 558 8.9 0.90.0 0.2 0.3 0.4 0.0 0.2 0.1 0.2 0.7 0.3 271
Sumatera Utara 52.9 1,561 1.2 0.20.0 0.0 0.0 0.8 0.3 0.1 0.4 0.0 0.3 0.3 825
Sumatera Barat 52.5 588 9.9 2.30.7 1.0 0.6 0.3 0.0 0.0 0.4 0.2 0.2 0.2 309
Riau 47.6 789 5.6 1.30.0 0.6 0.2 1.2 0.0 0.1 0.1 0.6 0.5 0.8 376
Jambi 38.3 451 3.3 0.50.0 0.2 0.0 0.6 0.7 0.0 0.2 0.0 0.0 0.6 173
Sumatera Selatan 46.7 1,050 7.5 1.00.2 0.0 0.0 0.4 0.0 0.2 0.8 0.2 0.0 0.0 490
Bengkulu 47.7 229 3.1 2.40.2 0.3 0.7 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.3 0.0 109
Lampung 53.2 1,117 1.9 0.50.2 0.5 0.1 0.2 0.0 0.3 0.6 0.2 0.0 0.6 594
Bangka Belitung 59.4 183 6.5 2.80.0 0.0 0.0 0.6 0.2 0.2 0.0 0.0 0.2 0.0 109
Kep Riau 69.2 226 4.0 1.00.0 0.2 0.0 2.7 0.0 0.6 0.0 0.0 0.2 0.8 157
Jawa
DKI Jakarta 84.3 1,261 9.1 2.00.2 3.1 0.4 1.8 0.2 0.4 0.5 0.0 0.3 0.2 1,063
Jawa Barat 55.6 6,167 2.7 0.80.1 0.6 0.1 1.8 0.2 0.6 0.1 0.0 0.2 0.2 3,430
Jawa Tengah 55.7 4,657 5.0 1.60.2 0.4 0.0 1.8 0.2 0.5 0.7 0.3 0.5 0.6 2,594
DI Yogyakarta 72.7 456 9.3 2.00.1 0.1 0.0 4.0 0.0 0.1 0.3 0.0 0.3 0.0 332
Jawa Timur 53.6 5,753 10.1 2.10.3 1.9 0.1 2.1 0.4 0.9 0.3 0.5 0.1 0.4 3,085
Banten 56.9 1,556 4.3 0.70.1 0.1 0.5 1.5 0.1 0.1 0.1 0.0 0.4 0.4 886
Bali dan Nusa Tenggara
46
Bali 67.8 586 12.4 2.40.3 0.8 0.0 1.4 0.1 1.1 2.3 0.5 0.3 0.0 398
Nusa Tenggara Barat 41.9 685 20.0 2.9
1.7 6.1 1.3 1.9 1.6 1.4 1.3 0.2 0.0 0.0 287
Nusa Tenggara Timur 50.8 524 10.4 1.6
0.0 2.7 0.0 4.5 0.0 2.4 0.9 0.0 0.0 0.3 266
Kalimantan
Kalimantan Barat 49.9 580 4.5 0.40.0 0.4 0.0 0.4 0.0 0.5 0.0 0.2 0.1 0.0 289
Kalimantan Tengah 49.7 325 4.6 1.8
0.2 0.9 0.0 0.5 0.0 0.2 0.2 0.0 0.0 0.0 162
Kalimantan Selatan 52.1 536 6.0 1.3
0.0 0.4 0.4 0.4 0.0 0.2 0.2 0.0 0.0 0.2 279
Kalimantan Timur 60.9 497 9.3 1.90.5 0.3 0.0 2.8 0.0 0.1 0.2 0.2 0.4 0.7 303
Sulawesi
Sulawesi Utara 65.0 306 8.4 0.90.0 0.6 0.3 3.2 0.2 0.1 0.5 0.2 1.0 0.5 199
Sulawesi Tengah 47.7 362 3.1 1.00.0 0.3 0.3 0.2 0.0 0.4 0.2 0.0 0.1 0.0 173
Sulawesi Selatan 42.6 993 6.9 2.90.0 0.6 0.2 1.6 0.0 0.4 0.7 0.2 0.1 0.0 423
Sulawesi Tenggara 49.0 279 7.0 0.4
0.0 0.3 0.2 0.0 0.0 0.0 0.3 0.0 0.0 0.2 137
Gorontalo 34.9 149 6.1 2.10.0 0.7 0.9 0.0 0.4 0.3 1.0 0.0 0.0 0.0 52
Sulawesi Barat 21.7 131 7.2 0.60.0 1.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 28
Maluku dan Papua
Maluku 55.5 169 3.4 0.00.0 0.2 0.0 0.4 0.3 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 94
Maluku Utara 39.4 128 5.6 0.50.3 3.3 0.0 0.6 0.0 0.0 0.3 0.3 0.0 0.3 50
Papua Barat 59.0 83 19.1 5.70.2 2.4 0.3 0.7 0.4 3.6 0.2 0.4 1.0 0.0 49
Papua 38.6 355 13.5 3.10.3 3.6 0.9 0.7 0.0 1.1 0.4 0.0 0.0 0.0 137
Total 54.4 33,291
6.4 1.4 0.2
1.0 0.2 1.6 0.2 0.5 0.4 0.2 0.3 0.3 18,126
47
48