5
Refleks fisiologis (Diah, 2012) 1. Refleks Biceps : Pasien dalam keadaan duduk dan relaks. Lengan pasien harus relaks dan sedikit ditekuk pada siku dengan telapak tangan mengarah ke bawah. Letakkan siku padien dalam lengan/tangan pemeriksa. Letakkan ibu jari pemeriksa untuk menean tendon biceps pasien. Dengan menggunakan palu refleks, pukul ibu jari anda (yang menekan tendon tadi) untuk memunculkan refleks biceps. Reaksi pertama adalah kontraksi dari otot biceps dan kemudian fleksi pada siku. 2. Refleks Triceps : Pasien diminta untuk duduk dalam posisi yang relaks. Letakkan lengan pasien pada lengan/tangan pemeriksa. Posisi pasien sama seperti saat pemeriksaan refleks biceps. Pasien diminta untuk me-relaks-kan lengannya. Saat lengan pasien sudah benar-benar relaks, pukul tendon triceps yang melalui fossa olecranii. Reaksinya adalah kontraksi otot triceps dan sedikit terhentak. Rekasi ini dapat terlihat ataupun dirasakan oleh lengan pemeriksa yang menahan lengan pasien. 3. Refleks Patella : Pasien duduk dengan posisi tungkai menggantung. Lakukan palpasi pada sisi kanan dan sisis kiri tendon patella. Tahan daerah distal paha dengan menggunakan satu tangan, sedangkan tangan yang lain memukul tendon patella untuk memunculkan refleks. Tangan pemeriksa yang menahan bagian distal paha akan merasakan kontraksi otot quadriceps dan pemeriksa mungkin dapat melihat gerakan tiba-tiba dari tungkai bagian bawah.

Ske 1 Emergency- Anthony

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sfsdf

Citation preview

Refleks fisiologis (Diah, 2012)1. Refleks Biceps : Pasien dalam keadaan duduk dan relaks. Lengan pasien harus relaks dan sedikit ditekuk pada siku dengan telapak tangan mengarah ke bawah. Letakkan siku padien dalam lengan/tangan pemeriksa. Letakkan ibu jari pemeriksa untuk menean tendon biceps pasien. Dengan menggunakan palu refleks, pukul ibu jari anda (yang menekan tendon tadi) untuk memunculkan refleks biceps. Reaksi pertama adalah kontraksi dari otot biceps dan kemudian fleksi pada siku.2. Refleks Triceps : Pasien diminta untuk duduk dalam posisi yang relaks. Letakkan lengan pasien pada lengan/tangan pemeriksa. Posisi pasien sama seperti saat pemeriksaan refleks biceps. Pasien diminta untuk me-relaks-kan lengannya. Saat lengan pasien sudah benar-benar relaks, pukul tendon triceps yang melalui fossa olecranii. Reaksinya adalah kontraksi otot triceps dan sedikit terhentak. Rekasi ini dapat terlihat ataupun dirasakan oleh lengan pemeriksa yang menahan lengan pasien.3. Refleks Patella : Pasien duduk dengan posisi tungkai menggantung. Lakukan palpasi pada sisi kanan dan sisis kiri tendon patella. Tahan daerah distal paha dengan menggunakan satu tangan, sedangkan tangan yang lain memukul tendon patella untuk memunculkan refleks. Tangan pemeriksa yang menahan bagian distal paha akan merasakan kontraksi otot quadriceps dan pemeriksa mungkin dapat melihat gerakan tiba-tiba dari tungkai bagian bawah.4. Refleks Achilles : Pasien diminta untuk duduk dengan satu tungkai menggantung, atau berbaring dengan posisi supine, atau berdiri dengan bertumpu pada lutut dimana bagian bawah tungkai dan kaki berada di luar meja pemeriksaan. Tegangkan tendon achilles dengan cara menahan kaku di posisi dorsofleksi. Pukul tendon Achilles dengan ringan dan cepat untuk memunculkan refleks Achilles yaitu fleksi kaki yang tiba-tiba.

Refleks patologis (Diah, 2012)1. Reflek hoffmann tromer : Tangan pasien ditumpu oleh tangan pemeriksa, kemusian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Kita lihat respon jari tangan penderita, yaitu fleksi jari-jari yang lain, aduksi dari ibu jari. Reflek positif bilateral bisa dijumpai pada 25 % orang normal, sedangkan unilateral hoffmann indikasi untuk suatu lesi UMN . 2. Grasping reflek : Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibu jari dan telunjuk penderita. Maka timbul genggaman dari jari pendeirta, menjepit jari pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderuta tidak dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal masih terdapat pada anak kecil. jika positif ada pada dewasa, maka kemungkinan terdapat lesi di area premotorik cortex. 3. Reflek palmomental : Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateral.4. Reflek snouting / menyusu : Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularos oris, maka akan menimbulkan reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tingue spatel maka akan timbul reflek menyusu. Normal pada bayi, jika positif pada dewasa menandakan lesi UMN bilateral.5. Mayer reflek : Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, cecara firmly normal akan timbul adduksi dan aposisi dai ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalis.6. Reflek Babinski : Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral, orang noramla akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.7. Reflek Oppenheim : Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tuilang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah., jika posistidf maka akan timbul reflek seperti babinski8. Reflek gordon : Lakukan goresan / memencet otot gastrocnemius . jika posistif maka akan timbul reflek seperti babinski9. Reflek schaefer : Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski 10. Reflek chaddock : Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit ke depan. Jika posistif maka akan timbul reflek seperti babinski11. Reflek Rossolimo : Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki.12. Reflek Mendel-Bacctrerew : Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kakiEtik dan MedikolegalPermenkes 290/2008 tentang Tindakan Kedokteran:1. Untuk setiap tindakan kedokteran harus mendapatkan persetujuan pasien, baik lisan maupun tertulis, setelah mendapatkan penjelasan tentang tindakan tersebut (kepentingan, risiko maupun alternatifnya).2. Persetujuan dapat tertulis maupun lisan. Untuk tindakan berisiko tinggi, harus secara tertulis.3. Persetujuan lisan dapat dengan anggukan kepala. Bila meragukan, dapat dimintakan secara tertulis.4. Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran (pasal 4).5. Wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat. Pada pasien yang tidak mau menerima informasi perlu dimintakan siapa yang dia tunjuk sebagai wakil dalam menerima informasi dan membuat keputusan apabila ia menghendakinya demikian, misalnya wali atau keluarga terdekatnya. Pada pasien yang tidak kompeten, beralih ke keluarga terdekat (next to kin). Urutannya adalah: suami atau isterinya, orangtua yang sah atau anaknya yang kompeten, dan saudara kandungnya. Sedangkan hubungan kekeluargaan yang lain seperti paman, bibi, kakek, mertua, ipar, menantu, keponakan dan lain-lain tidak dianggap sebagai keluarga terdekat, meskipun mereka pada keadaan tertentu dapat diikutsertakan ke dalam proses pemberian informasi dan pembuatan keputusan. Dokter wajib bertanya tetapi tidak berkewajiban membuktikan hubungan keluarga. Jika pasien berusia 16-18 tahun dan kompeten, mereka dapat memberikan persetujuan untuk dirinya sendiri, namun dapat dibatalkan oleh orang tua atau ketetapan pengadilan (Tonang, 2015).

DAFPUSDwi Ardyanto, Tonang (2015). Patient Safety dan Etik Medikolegal. Surakarta: Kuliah Blok Kedaruratan Medik Fakultas Kedokteran UNS.Diah KM, et al. (2012). Pemeriksaan neurologi dalam Gabungan manual semester 3 2012. Surakarta: Bagian Skill Lab Fakultas Kedokteran UNS.