Upload
awalliantoni
View
238
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
“Chalazion Oculo Dextra”
Willy Kurniawan
102009074
Email: [email protected]
087882418667
Mahasiswa aktif
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara no. 6
Jakarta
Benjolan pada kelopak mata merupakan hal yang sering terjadi, benjolan pada mata sering di anggap
masyarakat awam sebagai bintitan baik itu benar-benar bintitan (hordeolum) atau mungkin dalam bentuk
yang lebih berbahaya misalnya seperti tumor.
Pada umumnya benjolan pada Chalazion merupakan benjolan pada mata yang terjadi karena adanya
obstruksi dari kelenjar penghasil minyak yang disebut kelenjar meibom, onsturksi ini kemudian
mengakibatkan terjadinya peradangan granulamatosa menahun yang steril. Chalazion pada stadium awal
dapat berupa radang ringan dan nyeri bila di tekan; keadaan ini mirip dengan hordeolum. Untuk
membedakannya dengan hordeolum perlu diperhatikan beberapa hal yang akan di jelaskan di bawah pada
bagian diagnosis banding.
1. Anamnesis
Seperti biasa dalam anamnesis perlu ditanyakan kepada pasien mengenai :
Apa keluhanan utamanya. Dalam skenario 2 blok 23 special sense pasien mengeluh adanya
benjolan di bagian kelopak mata (palpebral) kanan
Riwayat penyakit sekarang (keluhan) secara terinci. Pasien mengungkapkan bahwa benjolan
tersebut tidak nyeri , sudah berlangsung selama 3 minggu, mata tidak merah dan tidak
berkotoran.
Selain itu kita perlu mengetahui apakah pasien pernah tegigit serangga, benjolan tersebut
gatal atau tidak, dan obat-obat mata yang mungkin dipakai dalam waktu dekat ini, untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya dermatitis alergica,
Riwayat penyakit dahulu. Pada riwayat penyakit dahulu perlu ditanyakan tentang keadaan
kesehatan umum, hal yang perlu ditanyakan terutama adalah adanya suatu penyakit sistemik
seperti diabetes, hipertensi. Selain itu obat-obat yang pasien gunakan saat ini juga perlu
diketahui untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara obat yang digunakan pasien
dengan kelainan mata yang terjadi.
Riwayat keluarga, penting untuk mengetahui apakah keluarga pasien atau teman dekat juga
menederita penyakit yang sama tau pernah menderita
Riwayat pribadi dan social
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan chalazion yang bisa kita lakukan adalah:
Inspeksi
Inspeksi mata sendiri dibedakan menjadi inspeksi mata luar dan dalam dengan menggunakan
funduskopi, namun untuk kasus chalazion yang lebih ditekankan adalah inspeksi mata luar.
Dalam inspeksi mata luar perlu diperhatikan apakah ada lesi kulit, pertumbuhan jaringan
yang salah, tanda-tanda radang seperti pembengkakkan, eritema, panas dan nyeri tekan
dengan palpasi.
Posisi palpebral juga perlu diperhatikan apakah dalam posisi normal atau sudah terjadi ptosis
atau retraksi palpebra.
Keadaan kornea dan konjugtiva perlu diperhatikan karena chalazion interna yang mengarah
ke bagian konjungtiva dengam ukuran cukup besar dapat mengakibatkan terjadinya gesekkan
pada kornea atau konjungtiva yang lebih lanjut dapat mengakibatkan terjadinya konjungtivitis
atau keratitis atau bahkan keratokonjungtivitis.
Dalm inspeksi konjugtiva superior juga perlu dilakukan pembalikkan palpebral untuk melihat
apakah terdapat benda asing yang mungkin saja mencetus terjadinya pembengkakan pada
palpebra.
Palpasi
Palpasi palpebral juga perlu dilakukan bila terjadi pembengkakkan pada palpebral, dimana
kita harus menilai konsistensi, nyeri, ukuran dan apakah benjolan tersebut dapat digerakkan
atau tidak.
Dari hasil pemeriksaan mata secara insepeksi dan palpasi ditemukan benjolan tersebut
terdapat pada palpebral superior oculo dextra dengan ukuran 10mm x 5 mm, berkosistensi
kenyal, tidak nyeri dan immobile. Pemeriksaan pada OS masih dalam batas normal.
Pada kasus chalazion umumnya hanya itu yang penting untuk dilakukan namun sebaiknya
dilakukan pemeriksaan mata secara keseluruhan untuk mendapatkan keadaan umum mata pasien.
Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk menilai mata pasien adalah:
Penilaian visus
Pemeriksaan segmen posterior mata (funduskopi)
Pemeriksaan gerak bola mata
Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometry)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan exudat dari chalazion bila ada untuk
mengetahui jenis bakteri penyebab terjadinya dengan kultur dan dapat dilakukan pemeriksaan
sensitifitas antibiotik untuk memilih antibiotik yang baik.
Umumnya pemeriksaan penunjang untuk chalazion jarang dilakukan, kecuali bila chalazion
mengalami rekurensi, pemeriksaan patologik perlu dilakukan karena tampilan karsinoma kelenjar
meibom dapat mirip chalazion.
4. Working diagnosis (chalazion)
Diagnosis kerja untuk kasus 2 dalam skenario PBL blok 23 Special sense lebih mengarah ke
chalazion. Sehingga akan dibahas lebih jauh mengenai chalazion di bawah ini:
Chalazion adalah radang granulomatosa menahun steril dan idiopatik pada kelenjar meibom;
umumnya ditandai dengan pembengkakan terbatas yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam
beberapa minggu.
5. Epidemiologi
Chalazion dapat ditemukan hampir diseluruh bagian bumi, namun tidak ada data studi chalazion
lebih jauh sehingga tidak ditemukan data epdiemiologi yang baik. Namun dari data di USA ditemukan
bahwa chalazion lebih banyak ditemukan pada pria terutama pria yang sudah dewasa, meskipun demikian
chalazion juga dapat ditemukan pada anak-anak. Hal ini dikarenakan karena hormon androgen pada pria
akan meningkatkan viskositas dari secret kelenjar meibom yang kemudian akan meningkatkan
kemungkinana terjadinya sumbatan pada kelenjar meibom. Beberapa penelitian lain menyatakan bahwa
wanita lebih banyak menderita chalazion dibandingkan pria hal ini dikarena kan penggunanaan kosmetik
yang kemudian dapat menutup saluran pengeluaran dari kelenjar meibom yang selanjutnya akan
membentuk terjadinya chalazion.
6. Patofisiologi
Kelenjar meibom yang berjumlah 30-40 buah pada bagian palpebral atas atau pun bawah
merupakan kelenjar yang menghasilkan minyak yang dikeluarkan bersama air mata untuk membasahi dan
melicinkan mata agar mata terlindungi dari benda asing dan mata tidak kering yang disebut sebum.
Sebum ini dikeluarkan bersama-sama dengan air mata melalui salurannya yang berukuran kecil yang
berada di sekitar bulu mata. Chalazion sendiri merupakan pembesaran dari kelenjar meibom yang sering
terjadi karena adanya sumbatan dari pada saluran keluar atau bisa juga terjadi karena sebum yang
dihasilkan oleh meibom gland terlalu kental dan tidak dapat dikeluarkan. Keadaan ini mengakibatkan
terjadinya pembesaran dari kelenjar meibom yang kemudian terbentuklah chalazion.
Chalazion juga dapat pecah dan melepaskan sebumnya keluar kejaringan sekitar yang kemudian
mengakibatkan terjadinya perangsangan sel-sel radang radang granuloamotosa. Peradangan ini
granulomatousa ini berbeda dengan peradangan yang terjadi pada hordeolum, dimana pada chalazion
peradangannya berlangsung secara perlahan dan tidak menghasilkan pus dalam jumlah besar, sehingga
dari gejala klinis juga tidak didapatkan nyeri tekan pada chalazion.
7. Faktor resiko
Faktor resiko dari terbentuknya chalazion adalah sebagai berikut:
1. Tingginya kadar androgen misalnya pada saat pubertas atau saat kehamilan akan
megakibatkan peningkatan viskositas dari secret kelenjar meibom yang selanjutnya akan
mempermudah terjadinya obstruksi dan mengakibatkan terjadinya penumpukan secret
kelenjar meibom yang berupa minyak. Hal ini kemudian akan mempermudah terjadinya
infeksi oleh bakteri flora normal dikulit dan terbentuk lah reaksi radang granulomatosa
chalazion.
2. Higieni mata yang kurang
3. Stress
4. Penggunaan kosmetika yang berlebihan
5. Alcohol, rokok dan makanan berminyak tinggi
8. Gejala klinis
Gejala klinis yang tampak pada chalazion dapat berupa:
Benjolan pada bagian palpebral mata, benjolan tersebut dapat terjadi di palpebral superior
ataupun inferior yang tidak hilang dalam waktu beberap minggu, chalazion lebih sering
ditemukan pada palpebral superior
Benjolannya dapat keras atau lunak, dan tidak nyeri bila ditekan, tanda peradangannya juga
tidak hebat
Bisa berukuran sampai 1/8 inchi
Kadang-kadang mata dapat tampak merah dan penglihatan jadi sedikit buram
9. Diagnosis banding
Kelainan Benjolan Nyeri tekan Gangguan
penglihatan
Durasi
Chalazion Keras / kenyal Tidak ada/ minim Jarang Beberapa minggu
Hordeolum Eritematous dan
kenyal
Nyeri saat di
tekan
Jarang Beberapa hari –
minggu
Gigitan serangga Tampak sembab
dan eritematous
Nyeri saat di
tekan
Jarang Tidak lama
Alergica eye
swelling
Lunak karena
edem
Nyeri ringan atau
tidak nyeri
Jarang Tidak lama dan
sering rekuren
Karsinoma kelenjar
meibom
Keras / kenyal Tidak nyeri Jarang pada fase
awal, fase lanjut
dapat
mengganggu
penglihatan
Lama (chalazion
yang sering
rekuren perlu
curigai karsinoma
kelenjar meibom)
10. Penatalaksanaan
Chalazion yang berukuran kecil dan tidak mengganggu aktivitas pasien dapat dibiarkan sembuh
sendiri, chalazion yang berukuran besar atau yang mengganggu aktivitasi pasien dapat dilakukan
pengobatan dengan cara:
1. Medika mentosa:
Untuk keadaan akut: antibiotic oral doksisiklin (100 mg x 10 / hari )atau minosiklin ( 50 mg
x 10 / hari) selama masih ada benjolan
Untuk keadaan kronik: antibiotic tetrasiklin (100 mg / minggu selama 6 bulan)
Bila pasien sensitif terhadap derivate tertasikilin metronidazole dapat di gunakan sebagai
terapi
Analgetik NSAID juga dapat diberikan bila pasien merasa sakit pada matanya
Steroid, ada pendapat yang menyatakan bahwa injeksi steroid dapat mengurangi reaksi
inflamasi yang terjadi
2. Non medika mentosa:
Kompres air hangat selama 10-15 menit pada bagian palpebral yang terdapat chalazion
dapat mempercepat penyembuhan. Dengan kompres air hangat akan meningkatkan
sirkulasi ke daerah chalazion dan dapat memecahkan sebum yang menggumpal pada
kelenjar meibom.
Pemijitan chalazion dapat dilakukan bila chalazion tidak meradang secara hebat, pemijitan
sebaiknya dilakukan dengan keadaan bersih untuk mencegah terjadinya kemungkinan
infeksi sekunder.
Eksisi bedah dapat dilakukan untuk chalazion yang tidak sembuh sendiri atau lama
sembuh. Eksisi bedah dapat dilakukan baik melalui sayatan di bagian palpbera luar atau
dari palpebral dalam. Saat ini sayatan pada permukaan konjungtiva tarsal lebih sering
dilakukan untuk menghindari bekas sayatan yang membekas. Sayatn dilakukan secara
vertical dalam kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva kemudian dilakukan kuretase
materi gelatinosa dan epitel kelenjar dengan hati-hati. Eksisi kelenjar chalazion tidak akan
mengakibatkan gangguan atau pengurangan pada produksi sebum air mata karena terdapat
30-40 kelenjar meibom pada mata.
Pada kasus pasien juga mengalami gangguan visus mata pada mata kanannya dimana dari
snellen chart didapatkan mata kanan pasien visusnya 20/30 dan mata kirinya masih
normal. Setelah dilakukan tes dengan pin hole visus mata pasien membaik, hal ini
menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan pada media refraksi. Dalam keadaan ini
pasien juga perlu diberikan kacamata, soft lens atau intraoculat lensa yang berlensa
negative untuk memperbaiki visus matanya.
11. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mecegah terjadinya chalazion adalah menghindari faktor
resiko yang dapat dihindari misalnya seperti tidak merokok, minum alcohol, hindari stress
berkepenjangan, selain itu kompres hangat selama 5 menit sebelum tidur juga dapat mencegah terjadinya
chalazion. Pasien yang sering mengalami rekurensi chalazion dapat melakukan tindakan pencegahan
dengan mengkonsumsi dosis rendah tetrasiklin namun ini tidak dianjurkan.
12. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dari chalazion adalah infeksi sekunder oleh bakteri, virus atau
pun jamur. Chalazion yang berukuran besar dapat mengakibatkan gangguan pada penglihatan karena
mengakibatkan gesekkan pada kornea atau konjungtiva namun hal ini jarang terjadi.
13. Prognosis
Pada umumnya chalazion dapat sembuh sendiri dalam beberapa minggu, dan tidak menular.
Chalazion yang berukuran besar dapat menggangu penglihatan namun jarang terjadi. Dengan terapi yang
tepat chalazion dapat sembuh dengan sempurna. Bila terdapat infeksi sekunder chalazion dapat pecah dan
membentuk bekas luka berupa jaringan parut.
Daftar Pustaka
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum edisi 16. Jakarta: Widya Medika. 2011. 30-
62;82-91
2.Dahl AA, Shiel WC. Chalazion (eyelid cyst) diunduh dari
http://www.medicinenet.com/chalazion/article.htm tanggal 8 Maret 2012
3.Dahl AA, Balentine JR. Chalazion (lump in eyelid) diunduh dari
http://www.emedicinehealth.com/chalazion_lump_in_eyelid/article_em.htm tanggal 8 maret 2012
4. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK UKRIDA. 2011. 46-7
5.