24
DAFTAR ISI Daftar Isi…………………………………………………………………………………..…...1 Skenario……………………………………………………………………………………......2 Kata Sulit………………………………………………………………………………………3 Pertanyaan………...…………………………………………………………………………...4 Jawaban………………………………………………………………………………………..5 Hipotesis…………………………………………………………………………………….....6 SasaranBelajar……………………………. …………………………………………………........................................7 Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………. ................................18

skenario 3 mpt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedoktean

Citation preview

Page 1: skenario 3 mpt

DAFTAR ISIDaftar Isi…………………………………………………………………………………..…...1Skenario……………………………………………………………………………………......2Kata Sulit………………………………………………………………………………………3Pertanyaan………...…………………………………………………………………………...4Jawaban………………………………………………………………………………………..5Hipotesis…………………………………………………………………………………….....6SasaranBelajar…………………………….…………………………………………………........................................7Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………….…................................18

Page 2: skenario 3 mpt

SKENARIO 3RONA MERAH DI PIPI

Seorang wanita, 25 tahun, masuk Rumah Sakit YARSI dengan keluhan demam yang hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan lainnya mual, tidak nafsu makan, mulut sariawan, nyeri pada persendian, rambut rontok dan pipi berwarna merah bila terkena sinar matahari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70 mmHg, nadi 100x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 38,5°C. Konjungtiva pucat dan terdapat sariawan di mulut. Pada wajar terlihat malar rash. Jantung dan paru dalam batas normal, sedangkan hati dan limpa tidak teraba.Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 7,6 g/dL, proteinuri + + + autoantibodi Anti Nuclear Antibodi (ANA) positif, Anti-dsDNA positif.Dari data tersebut dokter menyimpulkan bahwa penderita ini memenuhi kriteria ARA sehingga didiagnosis sebagai Lupus Eritematosus Sistemik, yang merupakan penyakit autoimun. Dokter menyarankan untuk dirawat dan dilakukan folow up pemeriksaan laboratorium. Dokter mengatakan agar bersabar dalam menghadapi penyalit yang diderita, karena membutuhkan pengobatan seumur hidup.

Kata Sulit :

Page 3: skenario 3 mpt

1. Malar rash eritema menetap datar/ timbul melalui penonjolan malar cenderung tidak mengenai lipatan nasolabial (Bratawijaya,2014).

2. Suhu Subfebris : suhu 37,5 derajat Celsius sampai 38 derajat Celsius 3. Autoimun : respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh mekanisme

normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T, atau keduanya. (Bratawijaya,2010).

4. Sistemic Lupus Eritematosus : Penyakit autoimun kronis dimana ada gangguan fungsi fisiologi/ kerusakan jaringan (Dorland,2011).Gangguan jaringan penyambung generalisata kronik yang dapat bersifat ringan hingga fulminan ditandai dengan adanya erupsi kulit, artritis, leukopenia, anemia, lesi organ, limfadenopasti (Dorland,2014)

Pertanyaan :

1. Kenapa pasien mengalami malar rash ?

Page 4: skenario 3 mpt

2. Kenapa pasien mengalami nyeri pada persendian ?3. Kenapa dokter bisa menduga pasien tersebut Sistemic Lupus Eritema ?4. Kenapa pasien membutuhkan penanganan seumur hidup ?5. Apa faktor penyebab LES ?6. Apa penyebab dan mekanisme terjadi LES ?7. Apakah penyakit LES ini terjadi pada perempuan saja ? (prosentasinya)8. Kenapa dokter menyarankan untuk bersabar ?9. Bagaiman hasil pemeriksaan Laboratorium yang menunjukkan hasil tersebut positif ?10. Apa manfaat bersabar dalam kasus ini ?11. Kenapa dokter menyarankan pemeriksaan hematologi, urin, marker autoimun ?

Jawaban :

1. – karena ada bentuk perlawanan antibodi yang berlebihan terhadap antigen ._terjadi inflamasi yang berlebihan.

2. Kaitan dengan artritis :Autoimun non spesifik

Page 5: skenario 3 mpt

spesifik (organ utama)

3. ciri-ciri LES ada kriteria LES (4 + dari 11 kriteria) : 1) malar rash 2) sariawan 3)dll

4. karena penyakit LES menyerang imun berlangsung lama dan sulit disembuhkan.Karena LES merupakan penyakit kronis.

5. Karena faktor *genetik

*non genetik : sinar matahari (UV), obat-obatan, difisiensi komplemen

6. Mekanisme : tubuh tidak dapat mengenali benda asli. Antibodi menyerang jaringan tubuh karena ada organ yang rusak (dapat mengenai ginjal terjadi penimbunan protein). 7. Bisa terjadi pada perempuan (5:1) hingga (9:1) ada hubungannya dengan hormon estrogen.

8. Karena LES sulit disembuhkan, supaya dan tidak stres, sabar, membuat dosa terhapuskan.

9 dan 11. Pemeriksaan yang bagaimanaDS DNA*hematologi (bagaimana darahnya :terbentuk / keadaan imunnya pada darah.

DS DNA dilihat dari titer antibodinya materi gentik +

*apa tujuan melakukan hematologi, urin, maker autoimunUntuk mengetahui titer antibodi pasien.

10. Sabar menurut Islam :Dapat dengan membaca Al Qur’an, sholat, berkumpul dengan orang sholeh.

Ayat Al Baqarah :Manusia harus mengucapkan Inalillahiwainailahirojiun “sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah”

Hipotesis :

LES merupakan penyakit autoimun. Faktor prnyrbabnya genetik dan non genetik. Untuk pemeriksaan LES dapat dilakukan dengan pemeriksaan Laboratorium anti DS DNA. Penyakit LES membutuhkan penanganan seumur hidup karena itu penderita dianjurkan sabar sesuai dengan anjuran agama Islam.

Page 6: skenario 3 mpt

Sasaran BelajarLI 1. Memahami dan Menjelaskan Autoimun

1.1. Menjelaskan Definisi Autoimun.1.2. Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi.1.3.Menjelaskan Patofisiologi terjadinya penyakit autoimun.1.4.Menjelaskan Manifestasi Penyakit Autoimun.

LI 2. Memahami dan Menjelaskan LES2.1. Menjelaskan Penyakit LES2.2. Menjelaskan Etiologi Penyakit LES2.3. Menjelaskan Klasifikasi Penyakit LES2.4. Menjelaskan Patofisiologi Penyakit LES2.5. Menjelaskan Manifestasi2.6. Menjelaskan Kriteria Diagnostik LES.

Page 7: skenario 3 mpt

2.7. Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding2.8. Menjelaskan Tatalaksana

LI 3. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan Lboratorium untuk Penyakit Autoimun.

LI 4. Memahami dan Menjelaskan tentang Sabar dalam Menghadapi Musibah Menurut Ajaran Islam.

1. Memahami dan Menjelaskan Penyakit Autoimun. 1.1. Definisi Penyakit Imun.

Autoimun adalah respons imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh mekanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self- tolerance sel B, sel T, atau keduanya.

1.2. Klasifikasi dan Etiologi.

Etiologi Penyakit Autoimun.Kegagalan toleransi, diantaranya adalah :KegagalaninduksikematianselKegagalanselanergiAktifasisecaralangsungsel B tanpabantuansel limfositKegagalansellimfosit suppressionMolecular mimicry(menyerupai)

Page 8: skenario 3 mpt

Aktifasilimfositsecara polyclonalFaktorgenetikInfeksiolehmikroorganisme

1.3. Patogenesis

- Penyakit auto imun dapat terjadi akibat cedera jaringan oleh sel T atau antibodi yang bereaksi terhadap antigen pejamu.- Penyakit auto imun terjadi karena kesalahan pada pengaturan toleransi imunologis sistem imun.o Toleransi imunologis merujuk pada ketiadaan responsivitas terhadap antigen diri

sendiri, agar kita dapat hidup harmonis dengan sel tubuh sendirio Toleransi imunologis diklasifikasi menjadi 2, yaitu toleransi sentral dan perifer

Toleransi SentralKematian (delesi) klon-klon limfosit T dan B yang reaktif terhadap diri sendiri pada saatpematangan sel-sel tersebut di organ limfoid sentral (timus untuk Sel T, dan sum-sum tulang untuk sel B) Limfosit T yang memiliki reseptor untuk antigen-diri mengalami apoptosis di dalam timus pada proses pematangan sel T. Limfosit B akan mengalami apoptosis apabila ketika sel B sedang berkembang menjumpai suatu antigen terkait-membran di dalam sum-sum tulang. Akan tetapi delesi klonal limfosit reaktif-diri ini jauh dari sempurna. Banyak antigen-diti mungkin tidak terdapat di timus dan karena itu, sel-sel T dan sel-sel B yang memiliki reseptor untuk autoantigen ini lolos ke darah perifer.

Toleransi PeriferSel-sel T autoreaktif yang lolos dari seleksi negatif di dalam timus tersebut dapat menimbulkan kerusakan jaringan kecuali jika sel-sel ini dihilangkan atau di bungkam di jaringan perifer. Diketahui beberapa mekanisme “cadangan” yang meredam sel T yang berfungsi autoreaktif tersebut, mekanisme-mekanismenya adalah sebagai berikut. Anergi: inaktivasi fungsional limfosit yang berkepanjangan atau ireversible. Pengaktifan sel T spesifik-antigen memerlukan dua sinyal: pengenalan antigen peptida yang berikatan dengan molekul MHC-diri pada permukaan sel penyaji antigen dan satu set sinyal konstimulator yang diberikan oleh sel penyaji antigen. Contoh yang kedua dalah misalnya CD28 harus berikatan dengan ligannya (konstimulator B7-1 dan B7-2).Jika antigen disajikan oleh sel yang tidak memiliki konstimulator, yang disampaikan adalah sinyal negatif dan sel menjadi anergik. Jika antigen telah anergik, limfosit tidak akan dapat diaktifkan. Supresi oleh sel T regulatorikMenekan peran suatu populasi sel T yang disebut sel T regulatorik dalam mencegah reaksi imun terhadap antigen-antigen diri. Sel T regulatorik yang paling banyak dikenal adalah sel CD4+ yang secara konstitutif mengekspresikan CD25 . Delesi klonal melalui kematian sel yang terjadi akibat pengaktifan.Sel T CD4+yang mengenali antigen-antigen diri dapat menerima sinyal yang mendorong melalui apoptosis.

Page 9: skenario 3 mpt

Salah satu mekanisme kematian sel T CD4+akibat pengaktifan melibatkan sistem ligan Fas-FasPengikatan Fas-FasL memicu apoptosis sel T aktif dan mungkin mendasari delesi sel T autoreaktif di perifer. Sekuenstrasi antigenTerjadi di tempat yang disebut immune-privileged sites, karena di tempat ini respons imun terhadap antigen sangat sulit diinduksi,Respon imun ini menyebabkan peradangan dab cedera jaringan yang berkepanjangan- Mekanisme penyakit Autoimuno Timbulnya autoimunitas berkaitan dengan pewarisan gen-gen keturunan, yang

mungkin mempengaruhi pemeliharaan toleransi-diri dan pemicu lingkungan, terutama infeksi, yang mendorong pengaktifan limfosit autoreaktifo Peran Gen Ketentanan

Diantara gen-gen yang diketahui berkaitan dengan autoimunitas, yang paling banyak diketahui adalah gen-gen HLA. Adanya alel MCH mempengaruhi seleksi negtif sel T di timus atau perkembangan sel T regulatorik. Mutasi di beberapa gen menimbulkan autoimunitas, dan banyak dari gen-gen ini bersifat instruktif dalam kaitannya dengan mekanisme patogenik. o Peran Infeksi

Pertama, Infeksi dapat meningkatkan ekspresi molekul-molekul konstimulator di sel penyaji antigen. Jika sel-sel ini menyajikan antigen-diri, akibatnya adalah hilangnya anergi klonal dan pengaktifan sel T spesifik untuk antigen-antigen diri. Kedua, Sebagai mikroba dapat mengekspresikan gen-gen yang memiliki sekuens asam amino yang sama dengan antigen-diri. Respon imun terhadap antigen mikroba dapat menyebabkan pengaktifan limfosit autoreaktif, ini disebut mimikri molekular. Infeksi dapat memicu pembentukan sitokin yang merekrut limfosit, termasuk limfosit yang berpotensi autoreaktif, ketempat antigen-diri berada.

1.4. Manifestasi Penyakit Autoimun.

LESGejala sistemik meliputi lemah, anoreksia, demam, lemah, dan menurunnya

berat badan. Gejala di kulit termasuk ruam malar (butterfly rash), ulkus di kulit dan mukosa, purpura, alopesia (kebotakan), fenomena Raynaud, dan fotosensitifitas. Gejala sendi sering ditemukan. (http://www.klikdokter.com)

Artritis rheumatoid (RA)Respons inflamasi yang disertai peningkatan permeabilitas vascular

menimbulkan pembengkakan sendi dan sakit bila eksudat bertambah banyak. (Sudoyo, AW, dkk. 2006)

Sindroma Sjogren

Page 10: skenario 3 mpt

Perusakan kelenjar lakrimal menyebabkan berkurangnya air mata, sehingga epitel kornea menjadi mongering, diikuti dengan peradangan, erosi, dan ulserasi (keratokonjungtivitis). Dapt pula terjadi atrofi mukosa, disertai dengan fisura yang meradang dan ulserasi (xerostomia). (Robbins, et.al. 2007)

Grave’s diseaseManifestasi yang tersering adalah palpatasi, mudah lelahm hiperkinesia, diare,

berkeringat, intoleransi terhadap panas, tahan terhadap suhu dingin, pembesaran tiroid, thyrotoxic eyes signs, takikardi ringan, lemah otot, hilangnya massa otot dan nervousness. Serta sering sekali berkurangnya berat badan tanpa berkurangnya nafsu makan. Pada anak-anak terjadi pertumbuhan yang cepat disertai dengan maturasi tulang yang cepat. Pada pasien diatas 60 tahun, terdapat gejala kardiovaskular, miopati, palpitasi, dispnea, tremor, dan berat badan turun. (http://www.docstoc.com )

Miastenia gravisPada 90 % penderita, gejala awal berupagangguan otot-otot okular yang

menimbulkan ptosis dan diplopia. Diagnosisdapat ditegakkan dengan memperhatikan otot-otot levator palpebrae kelopakmata. Bila penyakit hanya terbatas pada otot-otot mata saja, maka perjalananpenyakitnya sangat ringan dan tidak akan menyebabkan kematian.Miastenia gravis juga menyerang otot-otot, wajah, dan laring.Keadaan ini dapat menyebabkan regurgitasi melalui hidung jika pasienmencoba menelan (otot-otot palatum), menimbulkan suara yang abnormalatau suara nasal, dan pasien tak mampu menutup mulut yang dinamakansebagai tanda rahang menggantung.Pada sistem pernapasan, terserangnya otot-otot pernapasan terlihatdari adanya batuk yang lemah, dan akhirnya dapat berupa serangan dispneadan pasien tidak lagi mampu membersihkan lender dari trakea dan cabang-cabangnya. Pada kasus yang lebih lanjut, gelang bahu dan panggul dapatterseranghingga terjadi kelemahan pada semua otot-otot rangka.Biasanya gejala Miastenia gravis dapat diredakan dengan beristirahatdan dengan memberikan obat antikolinesterase. Namun gejala-gejalatersebut dapat menjadi lebih atau mengalami eksaserbasi oleh sebab (Price & Wilson. 2006)

SkleroedemaGejala skleroderma bervariasi, tergantung pada sistem organ yang terlibat.

Yang paling umum tanda dan gejala termasuk skleroderma:A. Fenomena Raynaud. Respon berlebihan untuk suhu dingin atau tekanan

emosional, kondisi ini menyempitkan pembuluh darah kecil di tangan dan kaki dan menyebabkan mati rasa, nyeri atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki.

B. Gastroesophageal reflux disease (GERD). Selain acid reflux, yang dapat merusak bagian kerongkongan terdekat perut, Anda juga mungkin memiliki masalah menyerap nutrisi jika otot usus Anda tidak bergerak makanan baik melalui usus Anda.Perubahan Kulit. Perubahan ini mungkin termasuk jari-jari bengkak dan tangan; bercak penebalan kulit, terutama pada jari, dan kulit yang kencang di sekitar tangan, wajah atau mulut. Kulit dapat tampil mengkilap, dan gerakan bagian yang terkena dapat terbatasi

(Mayo Foundation for Medical Education and Research. 2008)

Page 11: skenario 3 mpt

2. Memahami dan Menjelaskan Penyakit LES

2.1. Menjelaskan Penyakit LES.Gangguan multisistemik yang kronik, meradang, sering febril pada jaringan ikat yang sering mengalami remisi dan relaps; awitannya dapat dapat bersifat akut atau perlahan dan ditandai terutama dengan keterlibatan kulit (cutaneous l. erythematosus), sendi, ginjal, dan membrane serosa. Etiologinya tidak diketahui, tetapi diperkirakan merupakan kegagalan mekanisme pengaturan sistem autoimun, karena terdapat sejumlah autoantibodi dalam kadar yang tinggi terhadap komponen selular nuclear dan sitoplasmik. Gangguan ini ditandai dengan abnormalitas yang sangat bervariasi, termasuk artritis, artralgia, nefritis, manifestasi sistem saraf pusat, pleurisi, pericarditis, leukopenia atau trombositopenia, anemia hemolitik, peningkatan laju endap darah, dan adanya darah dalam sel yang khas yang disebut sel LES.

2.2. ETIOLOGI LES

Etiologinya tidak diketahui, tetapi diperkirakan merupakan kegagalan mekanisme pengaturan sistem autoimun, karena terdapat sejumlah autoantibodi dalam kadar yang tinggi terhadap komponen selular nuclear dan sitoplasmik.

2.3. Klasifikasi LES.

2.4. Patofisiologi LES.

Penyakit autoimun adalah sistem imun yang gagal mengenali dan mentoleransi antigen diri yang berkaitan dengan jaringan tertentu. Berasal dari kombinasi predisposisi genetik dan pengaruh langsung yang mengarah pada kegagalan mekanisme toleransi sistem imun.Dapat disebabkan:1. Pajanan antigen-diri dalam keadaan normal tidak di akses kadang memicu serangan

imun terhadap antigen- antigen tersebut. Maka sistem imun tidak belajar toleran terhadap antigen diri yang tersembunyi sehingga menyebabkan rusaknya jaringan.

2. Antigen-diri normal menjalani modifikasi. Fakor-faktor nya contohnya obat, bahan kimia/lingkungan, virus/mutasi genetik sehingga tidak dikenal dan ditoleransi oleh sistem imun.

3. Terpajan sistem imun ke suatu antigen asing. Hampir identik dengan antigen-diri memicu produksi antibodi mengaktifkan limfosit T yang tidak berinteraksi dengan antigen asing. Tapi bereaksi silang dengan antigen tubuh yang mirip.

4. Studi-studi baru mengisyaratkan adanya kemungkinan lain sebagai pemicu penyakit autoimun. Secara tradisional, ilmuan berspekulasi bahwa bias jenis kelamin pada penyakit autoimun berkaitan dengan perbedaan hormon. Ditemukan insiden lebih tinggi pada penyakit destruksi pada wanita saat kehamilan, bahwa sel janin sering mendapat akses ke aliran darah ibu sewaktu trauma persalinan dan kelahiran, kadang beredar di tubuh ibu selama beberapa dekade setelah kehamilan. Sistem imun biasanya membersihkan sel-sel ini dari tubuh ibu setelah kelahiran. Membuktikan bahwa wanita dengan penyakit ini lebih besar kemungkinan mengalami persistensi sel janin dalam darah mereka dibanding dengan wanita sehat. Mereka pura-pura jadi antigen-antigen

Page 12: skenario 3 mpt

ibu yang mirip, lalu menetap di janin yang tidak dibersihkan secara dini sebagai benda asing yang akan memicu serangan imun yang samar.

(sherwood, L 2002)

2.5. Manifestasi LES.

2.6. Kriteria LES.

Penyakit SLE dapatdikategorikanringanatauberatsampaimengancamnyawa.

Kriteriauntukdikatakan SLE ringan:1. Secaraklinistenang2. Tidakterdapattandaataugejala yang mengancamnyawa3. Fungsi organ normal ataustabil, yaitu: ginjal, paru, jantung, gastrointestinal,

susunansarafpusat, sendi, hematologi, dankulit,Penyakit SLE dengantingkatkeparahansedang:1. Nefritisringansampaisedang (Lupus nefritiskelas I dan II)2. Trombositopenia (trombosit 20-50x1000/mm3)3. Serositis mayorPenyakit SLE berat atau mengancamnyawa:1. Jantung: endocarditis Libman-Sacks, vaskulitisarterikoronaria, miokarditis,

tamponadejantung, hipertensimaligna2. Paru-paru: hipertensipulmonal, perdarahanparu, pneumonitis, emboli paru, infarkparu,

fibrosis interstisial shrinking lung3. Gastrointestinal: pankreatitis, vaskulitismesenterika4. Ginjal: nefritisproliferatifdanatau membranous5. Neurologi: kejang, acute confusional state, koma, stroke, mielopatitransversa,

mononeuritis, polyneuritis, neuritis optic, psikosis, sindromdemielinasi6. Hematologi: anemia hemolitik, neutropenia (leukosit< 1.000/mm3), trombositopenia<

20.000/mm3, purpuratrombotiktrombositopenia, trombosis vena atau arteri.

Berbagai kriteria diagnosis klinis penyakit lupus telah diajukan akan tetapi yang paling banyak dianut adalah kriteria menurut American College of Rheumatology (ACR). Diagnosis LES ditegakkan bila terdapat paling sedikit 4 dari 11 kriteria ACR tersebut. Kriteria diagnosis lupus menurut ACR (American College of Rheumatology). (Dikutip dengan modifikasi dari Petty dan Laxer, 2005)

No Kriteria Definisi1 Bercak malar

(butterfly rash)Eritema datar atau menimbul yang menetap di daerah pipi, cenderung menyebar ke lipatan nasolabial

2 Bercak diskoid Bercak eritema yang menimbul dengan adherent keratotic scaling dan follicular plugging, pada lesi lama dapat terjadi parut atrofi

3 Fotosensitif Bercak di kulit yang timbul akibat paparan sinar matahari, pada anamnesis atau pemeriksaan fisik

4 Ulkus mulut Ulkus mulut atau nasofaring, biasanya tidak nyeri

Page 13: skenario 3 mpt

5 Artritis Artritis nonerosif pada dua atau lebih persendian perifer, ditandai dengan nyeri tekan, bengkak atau efusi

6 Serositif a. PleuritisRiwayat pleuritic pain atau terdengar pleural friction rub atau terdapat efusi pleura pada pemeriksaan fisik.ataub. PerikarditisDibuktikan dengan EKG atau terdengar pericardial friction rub atau terdapat efusi perikardial pada pemeriksaan fisik

7 Gangguan ginjal a. Proteinuria persisten > 0,5 g/hr atau pemeriksaan +3 jika pemeriksaan kuantitatif tidak dapat dilakukan.ataub. Cellular cast : eritrosit, Hb, granular, tubular atau campuran

8 Gangguan saraf KejangTidak disebabkan oleh obat atau kelainan metabolik (uremia, ketoasidosis atau ketidakseimbangan elektrolit)atauPsikosisTidak disebabkan oleh obat atau kelainan metabolik (uremia, ketoasidosis atau ketidakseimbangan elektrolit)

9 Gangguan darah Terdapat salah satu kelainan darahAnemia hemolitik à dengan retikulositosisLeukopenia à < 4000/mm3 pada > 1 pemeriksaanLimfopenia à < 1500/mm3 pada > 2 pemeriksaanTrombositopenia à < 100.000/mm3 tanpa adanya intervensi obat

10 Gangguan imunologi Terdapat salah satu kelainanAnti ds-DNA diatas titer normalAnti-Sm(Smith) (+)Antibodi fosfolipid (+) berdasarkankadar serum IgG atau IgM antikardiolipin yang abnormalantikoagulan lupus (+) dengan menggunakan tes standartes sifilis (+) palsu, paling sedikit selama 6 bulan dan dikonfirmasi dengan ditemukannya Treponema palidum atau antibodi treponema

11 Antibodi antinuklear Tes ANA (+)*Empat dari 11 kriteria positif menunjukkan 96% sensitivitas dan 100%http://www.scribd.com/doc/32209242/SLEIsbagio Harry, dkk 2008

Page 14: skenario 3 mpt

2.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding.

DiagnosisTes ANA dilakukan untuk pemeriksaan penting, sensitifitasnya 95% dapat dilakukan dengan skrining. Jika tes ANA (+) maka dapat terjadi sklerosis sistemik, poliomiostis, dermatomiostis, athritis reumatoid, tiroiditis otoimun, keganasan obat. Jika tes ANA (-) terdapat gambaran klinis yang khas. Tidak dapat mengeksekusi bahwa penderita bukan lupus.

2.8. Tatalaksana LES.

1. Edukasi/ konselingPasien LES memerlukan informasi yang benar dan dukungan agar hidup mandiri. Pasien memerlukan pengetahuan akan masalah aktivitas fisik, mengurangi/mencegah kekambuhan seperti memakai tabir surya, payung/topi, latihan teratur, pengaturan berat badan. Diperlukan informasi akan pengawasan berbagai fungsi oragan, baik berkaitan dengan aktivitas penyakit ataupun akibat pemakaian obat-obatan, butir-butir edukasi terhadap pasien LESa. Penjelasan tentang apa itu lupus dan penyebabnya.b. Tipe dari penyakit LES dan peragai dari masing-masing tipe.c. Masalah yang terkait dengan fisik: kegunaan latihan terutama yang terkait dengan pemakaian steroid seperti osteoporosis, istirahat, pemakaian alat bantu maupun diet, mengatasi infeksi secepatnya maupun pemakaian kontrasepsi.d. Pengenalan masalah aspek psikologis: bagaimana pemahaman diri pasien LES, mengatasi rasa lelah, stress emosional, trauma psikis, masalh terkait dengan keluarga atay tempat kerja dan pekerjaan itu sendiri, mengatasi rasa nyeri.e. Pemakaian obat mencakup jenis, dosos, lama pemberian dan sebagainya. Perlu tidaknya suplementasi mineral dan vitamin. Obat-obatan yang dipakai jangka panjang contohnya obat anti tuberculosis dan beberapa jenis lainnya termasuk antibiotikum.f. Dimana pasien dapat memperikeh informasi tentang LES ini, adanya yayasan kelompok pendukung, dan sebagainya.

Terkait dengan pendekatan biopsikososial dalan penatalaksaaan LES, setiap pasien LES perlu dianalisis adanya masalah neuro-psikologik maupun social. Berdasaran data penelitian di RSCM (2010) ditemukan gangguan neuro-psikologik sebesar 86,49%. Edukasi keluarga diarahkan untuk memangkas dampak stigmata psikologik akibat adanya keluarga dengan LES, memberikan informasi perlunya dukungan keluarga yang tidak berlebihan.2. Program rehabilitasiSalah satu hal penting adalah pemahaman akan turunnya masa otot hingga 30% apabila pasien dengan LES dibiarkan dalam kondisi immobilitas selama lebih dari 2 minggu. Disamping itu penurunan kekuatan otot sekitar 1-5% per hari dalam kondisi immobilitas. Berbagai latihan perlu diperlukan untuk mempertahankan kestabilan sendi. Modalitas fisik seperti pemeberian panas/ dingin diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri, menghilangkan kekakuan atau spasme otot. Secara garis besar, maka tujuan, indikasi dari teknik pelakasaan program rehabilitas yang melibatkan beberapa maksud dibawah ini, yaitu:- Istirahat- Terapi fisik- Terapi dengan modalitas- Ortotik

Page 15: skenario 3 mpt

- Lain-lain3. Terapi medikamentosaKORTIKOSTEROID digunakan sebagai pengobatan utama pada pasien LES walau banyak laporan munculnya efek samping. Dosis kortikosteroid digunakan bervariasi. Untuk meminimalkan masalah interprestasi maka dilakukan standarisasi berdasarkan patofisiologi dan farmakokinetiknya. Indikasi : - Dosis rendah – sedang untuk LES tenang- Dosis sedang- tinggi untuk LES aktif- Dosis sangat tinggi dan terapi pulse diberikan untuk krisis akut yang berat

Efek samping tergantung pada dosis dan waktu.

3. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan Lboratorium untuk Penyakit Autoimun

4. Memahami dan Menjelaskan tentang Sabar dalam Menghadapi Musibah Menurut Ajaran Islam.

"Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan sabar dan sholat”

Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang  khusu’ , ( yaitu ) orang-orang yang menyakini , bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya ” ( QS Al Baqarah : 45 -46 ) Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran : Pelajaran Pertama : Bahwa Allah memerintahkan seluruh hamba-Nya untuk selalu bersabar dan menegakkan sholat di dalam menghadapi segala problematika hidup. Adapun sabar secara bahasa adalah menahan, dikatakan : ” qutila fulanun shobron “ artinya : si fulan terbunuh dalam keadan ditahan. Oleh karenanya, seseorang yang menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang yang sabar. Pelajaran Kedua : Sabar dibagi menjadi beberapa macam  : Pertama : Sabar di dalam ketaatan, yaitu menata diri untuk selalu mengerjakan perintah-perintah Allah dan Rosul-Nya. Sabar di dalam ketaatan ini adalah tingkatan sabar yang paling tinggi, kenapa ? karena untuk melakukan suatu ketaatan, diperlukan kemauan yang sangat kuat, dan untuk menuju pintu syurga seseorang harus mampu melewati jalan-jalan yang dipenuhi dengan duri, ranjau dan segala sesuatu yang biasanya dia benci dan tidak dia sukai, sebagaimana sabda Rosulullah saw    بالمكاره الجنة وحفت” Dan jalan menuju syurga itu dipenuhi dengan sesuatu yang tidak kita senangi ” ( HR Muslim )

Page 16: skenario 3 mpt

Sabar dalam ketaatan ini harus melalui tiga fase : Fase Pertama : Sabar sebelum beramal, ini meliputi perbaikan niat, yaitu mengikhlaskan amal hanya karena Allah swt , dan bertekad untuk mengerjakan ibadat tersebut sesuai dengan aturannya. Dalam hal ini Allah berfirman :

�ير� �ب ك ج�ر�� و�أ ة� م�غ�ف�ر� �ه�م ل �ك� ئ ـ� و�ل

� أ �ح�ات� الص�ال � �وا و�ع�م�ل � وا �ر� ص�ب �ذ�ين� ال � �ال إ” Kecuali orang - orang yang bersabar dan beramal sholeh.”(Qs Hud:11)Fase Kedua : Sabar ketika beramal, yaitu dengan selau mengingat Allah swt selama beramal, dan tidak malas untuk mengerjakan seluruh rukun, kewajiban dan sunah dari amal tersebut. Kalau sedang mengerjakan puasa umpamanya, maka dia harus tetap mengingat bahwa dirinya sedang puasa dan Allah selalu melihat seluruh amalannya, maka dia berusaha untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah selama berpuasa dan berusaha untuk mengerjakan amalan sunah dan wajib, seperti membantu fakir miskin, memberikan ifthor kepada yang berpuasa, sholat berjama’ah dan sebagainya.Fase ketiga : Sabar setelah beramal , yaitu dengan menahan diri untuk tidak mepublikasikan amalnya kepada orang lain, dan menjauhi diri dari riya’ dan hal-hal yang bisa menghapus amal perbuatannya. Dalam  bersedekah umpamanya, maka setelah bersedekah, dia harus menahan diri untuk tidak menyebut-nyebut sedekahnya dan harus menahan diri  tidak menyakiti perasaan penerima sedekah. Allah swr berfirman :  و�األذ�ى �م�ن3 �ال ب �م �ك ص�د�ق�ات � �وا �ط�ل �ب ت � ال � �وا آم�ن �ذ�ين� ال 9ه�ا ي

� أ �ا ي” Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasan penerima ” ( Qs Al Baqarah : 264 )Kedua : Sabar terhadap maksiat, yaitu selalu menahan diri untuk selalu menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah dan Rosul-Nya. Bentuk sabar ini jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan bentuk sabar yang pertama, karena meninggalkan sesuatu yang dilarang jauh lebih ringan daripada mengerjakan sesuatu yang diperintah. Walaupun sebenarnya dalam masalah ini, kadang sifatnya sangat relatifnya, artinya bagi seseorang mungkin lebih ringan meninggalkan sesuatu yang dilarang daripada mengerjakan sesuatu yang diperintah, sementara bagi orang lain justru yang terjadi adalah sebaliknya., dia merasa lebih ringan mengerjakan sesuatu yang diperintahkan kepadanya daripada meninggalkan sesuatu yang dilarang. Inipun tergantung kepada bentuk larangan dan perintah. Umpamanya kebanyakan orang bisa bersabar untuk tidak berzina, akan tetapi tidak bisa bersabar untuk selalu mengerjakan sholat berjama’ah di masjid. Sebaliknya kebanyakan orang sangat sulit dan tidak bisa bersabar untuk meninggalkan ” ghibah ” ( membicarakan kejelekan orang lain ), akan tetapi sangat bisa dan sabar kalau diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang lain. Contoh-contoh seperti ini sangat banyak dalam  kehidupan sehari-hari. Ketiga : Sabar terhadap musibah, yaitu menahan diri dan tidak mengeluh ketika terkena musibah. Ini adalah bentuk sabar yang paling ringan, karena sesuatu itu sudah terjadi di depannya, dan dia tidak bisa menghindarinya, artinya dia bersabar atau tidak bersabar sesuatu itu sudah terjadi. Akan tetapi walaupun begitu, masih banyak dari kaum muslimin yang tidak bisa sabar ketika tertimpa musibah. Sabar dalam bentuk ini tersebut dalam firman Allah swt :

ر� �ش� و�ب ;م�رات� و�الث �نف�س� و�األ األمو�ال� م�ن� �قص@ و�ن و�الج�وع� الخ�وف� م�ن� ىء@ �ش� ب �م ;ك �و�ن �بل �ن و�ل�رين� الص;ابDan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.( QS Al Baqarah : 155 )Dalam hadist Ummu Salamah disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :   

Page 17: skenario 3 mpt

: مصيبتي أحتسب عندك اللهم راجعون، إليه وإنا لله إنا فليقل مصيبة أحدكم أصاب إذامنها T خيرا بها لي وأبدل فيها، . فأجرني

” Jika diantara kalian tertimpa musibah, hendaknya berkata : ” Sesunggunya kami milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah saya hanya mencari pahala dari musibah ini di sisi-Mu, maka berikanlah kepada-ku pahala itu, dan gantikanlah aku dengan sesuatu yang lebih baik dari musibah ini ” ( HR Abu Daud ) Hadist di atas benar-benar dipraktekkan oleh para sahabat, bahkan oleh Ummu Salamah sendiri, tepatnya ketika suaminya Abu Salamah pada detik-detik terakhir dari hidupnya dia berdo’a : ” Ya Allah gantilah untuk keluargaku seseorang yang lebih baik dariku ” Dan ketika Abu Salamah telah meninggal dunia, Ummu Salamah berdoa’ : Sesunggunya kami milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah saya hanya mencari pahala dari musibah ini di sisi-Mu. Kemudian apa yang terjadi setelah Ummu Salamah tetap sabar, tabah dan berdo’a sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah saw . Ternyata Allah mengabulkan do’a tersebut dan Ummu Salamah mendapat ganti suami yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rosulullah saw.

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja KG, Rengganis I. 2009. Imunologi dasar ed. 8. Jakarta: Balai Penerbit FKIUCrowin Elizabeth J. 2009 . Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGCSetioyohadi Bambamg. 2009 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ad.5 jilid 3. Jakarta: Interlan PublisingWilson Lorraine M, Prince A. 2006 Patofisiologi vol.2 ed.6. Jakarta : EGCwww.medicastore.comwww.merck.comhttp://www.internafkui.or.idhttp://www.klikdokter.com