Skenario d Kelompok 3

Embed Size (px)

Citation preview

Dokter Layanan Primer

Setelah dinyatakan lulus UKDI, Dudi mengikuti Internship di Indonesia di wilayah timur, di Kabupaten Bau-Bau. Dudi tinggal di samping Rumah Sakit tipe C dimana dia ditugaskan. Walaupun sarana yang dimiliki Rumah Sakit ini lengkap namun Rumah Sakit ini hanya terdapat 3 dokter umum, 1 spesialis penyakit dalam dan 1 spesialis bedah. Kabupaten Bau-Bau memiliki 4 puskesmas, 3 klinik mandiri dokter keluarga, dan posyandu di setiap kecamatan.

Minggu lalu Dudi sangat panic karena malam hari tiba-tiba dibangunkan oleh perawat jaga karena seorang ibu muda dengan keluhan perdarahan pervaginam sudah mengunggu di UGD Rumah Sakit. Setelah diperiksa ibu Rahmi hamil pertama, 42 minggu dengan perdarahan pervaginam. Pada pemeriksaan ibu lemah, TD 80/40 dengan nadi 120x kecil. Pemeriksaan obstetric janin tunggal mati letak lintang. Hasil alloanamnesa ibu Rahmi 9 jam yang lalu telah ditolong dukun.

Dudi berinisiatif ingin merujuk ibu Rahmi ke rumah sakit tipe B yang berjarak sekitar 12 jam dari kabupaten Bau-Bau.

Setelah merujuk ibu Rahmi, Dudi berfikir kejadian ini seharusnya tidak terjadi bila ibu-ibu hamil di kabupaten tersebut melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal dengan teratur dan benar. Kecuali itu Dudi juga berfikir seharusnya dokter umum yang bekerja di fasilitas layanan primer menguasai kompetensi dokter layanan primer seperti yang tercantum dalam SKDI dan UU no 20 tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran, yang merupakan dokter masa depan, 5 star doctor di kabupaten Bau-Bau ini.

I. Klarifikasi Istilah

1. Rumah sakit tipe C :

Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas, didirikan di setiap ibukota kabupaten yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.2. Dokter Internship :Proses pemantapan mutu profesi dokter untuk menerapkan komptensi yang diperoleh selama pendidikan secara terintegrasi, komprehensif, mandiri serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan.3. SKDI :Perangkat penyetara mutu pendidikan dokter yang dibuat dan disepakato bersama oleh stakeholder pendidikan dokter standar /standar minimal yang harus dimiliki oleh institusi pendidikan dokter.

4. Rumah sakit tipe B :Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan spesialis dan sub-spesialis terbatas, didirikan di setiap ibukota kabupaten yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.5. Fasilitas layanan primer :Merupakan profil dokter ideal yang memiliki kemapuan untuk melakukan serangkaian pelayanan kesehatan untuk memenuhi kualitas, kebutuhan, efektifitas biaya dan persamaan dalam dunia kesehatan. 5 kualitas dokter yaitu : care provider, decision maker, communicator, community leader, dan manager.

II. Identifikasi Masalah1. Dudi yang baru lulus UKDI ditugaskan di RS tipe C yang terletak di wilayah timur, Kab. Bau-Bau memiliki sarana yang lengkap namun hanya terdapat 3 orang dokter umum, 1 spesialis 1 spesialis penyakit dalam dan 1 spesialis bedah. Di Kabupaten Bau-Bau memiliki 4 puskesmas, 3 klinik mandiri dokter keluarga, dan posyandu di setiap kecamatan.

2. Minggu lalu Dudi sangat panik karena malam hari tiba-tiba dibangunkan oleh perawat jaga karena seorang ibu muda dengan keluhan perdarahan pervaginam sudah mengunggu di UGD Rumah Sakit. Setelah diperiksa ibu Rahmi hamil pertama, 42 minggu dengan perdarahan pervaginam. Pada pemeriksaan ibu lemah, TD 80/40 dengan nadi 120x kecil. Pemeriksaan obstetric janin tunggal mati letak lintang. Hasil alloanamnesa ibu Rahmi 9 jam yang lalu telah ditolong dukun.

3. Dudi merujuk ibu Rahmi ke rumah sakit tipe B yang berjarak sekitar 12 jam dari kabupaten Bau-Bau. Dan setelah merujuk Setelah merujuk ibu Rahmi, Dudi berfikir kejadian ini seharusnya tidak terjadi bila ibu-ibu hamil di kabupaten tersebut melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal dengan teratur dan benar. Kecuali itu Dudi juga berfikir seharusnya dokter umum yang bekerja di fasilitas layanan primer menguasai kompetensi dokter layanan primer seperti yang tercantum dalam SKDI dan UU no 20 tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran, yang merupakan dokter masa depan, 5 star doctor di kabupaten Bau-Bau ini.

III. Analisis Masalah

1. Bagaimana alur pendidikan kedokteran di Indonesia?

Jawaban :

2. Apa saja persyaratan tipe dan persyaratan rumah sakit?

Jawaban :

Berdasarkan PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT. Pasal 4

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A;

b. Rumah Sakit Umum Kelas B;

c. Rumah Sakit Umum Kelas C;

d. Rumah Sakit Umum Kelas D.

- Pasal 24Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan menjadi :

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B;

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.persyaratannya terdapat di sintesis.3. Bagaimana standar pelayanan kesehatan yang seharusnya dimiliki oleh suatu Kabupaten (sarana dan prasarana)?

Jawaban :

Sesuai SPM yang tertera pada keputusan mentri kesehatan RI No.1457/MENKES/SK/X/2003STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG KESEHATAN

Pasal 2

a. Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal.

b. Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja dan target Tahun 2010:

a. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi :

a. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 ( 95 %);

b. Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (90 %);

c. Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk (100 %);

d. Cakupan kunjungan neonatus (90 %);

e. Cakupan kunjungan bayi (90%);

f. Cakupan bayi berat lahir rendah / BBLR yang ditangani (100%).

b. Pelayanan kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia Sekolah:

1. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah (90%);

2. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / guru UKS/Dokter Kecil (100%);

3. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (80%).

c. Pelayanan Keluarga Berencana : Cakupan peserta aktif KB (70%).

d. Pelayanan imunisasi : Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (100%).

e. Pelayanan Pengobatan / Perawatan :

1. Cakupan rawat jalan (15 %);2. Cakupan rawat inap (1,5 %).

f. Pelayanan Kesehatan Jiwa : Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum (15%).

g. Pemantauan pertumbuhan balita :

1. Balita yang naik berat badannya (80 %);2. Balita Bawah Garis Merah (< 15 %).

h. Pelayanan gizi :

1. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun (90%);

2. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe (90%);

3. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi Bawah Garis Merah dari keluarga miskin (100%);

4. Balita gizi buruk mendapat perawatan (100%).

i. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif :

1. Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus (80%);

2. Ibu hamil risiko tinggi / komplikasi yang ditangani (80%);

3. Neonatal risiko tinggi / komplikasi yang ditangani (80%).

j. Pelayanan gawat darurat : Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat (90%).

k. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi Buruk :

1. Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam (100%);

2. Kecamatan bebas rawan gizi (80%).

l. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio: Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun ( 1).

m. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru: Kesembuhan penderita TBC BTA positif (> 85%).

n. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA: Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani (100%).

o. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS:

1. Klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS (100%);

2. Infeksi menular seksual yang diobati (100%).

p. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) : Penderita DBD yang ditangani (80%).

q. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare: Balita dengan diare yang ditangani (100%).

r. Pelayanan kesehatan lingkungan : Institusi yang dibina (70%).

s. Pelayanan pengendalian vektor: Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes (>95%).

t. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum : Tempat umum yang memenuhi syarat (80%).u. Penyuluhan perilaku sehat :

1. Rumah tangga sehat (65%);

2. Bayi yang mendapat ASI- eksklusif (80%);

3. Desa dengan garam beryodium baik (90%);

4. Posyandu Purnama (40%).v. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (P3 NAPZA) berbasis masyarakat: Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan ( 15%).w. Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan:

1. Ketersedian obat sesuai kebutuhan (90%);

2. Pengadaan obat esensial (100%);

3. Pengadaan obat generik (100%).

x. Pelayanan penggunaan obat generik: Penulisan resep obat generik (90%).

y. Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan: Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar (80%).

z. Penyelenggaraan pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan masyarakat rentan : Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan Keluarga Miskin dan masyarakat rentan (100%).

c. Di luar jenis pelayanan yang tersebut pada ayat (2), Kabupaten/Kota tertentu wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai dengan kebutuhan antara lain :

i. Pelayanan Kesehatan Kerja : Cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal (80%).

ii. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut : Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut (70%).

iii. Pelayanan gizi : Cakupan wanita usia subur yang mendapatkan kapsul yodium (80%).

iv. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS : Darah donor diskrining terhadap HIV-AIDS (100%).

v. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria: Penderita malaria yang diobati (100%).

vi. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta: Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) (>90%).

vii. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Filariasis: Kasus filariasis yang ditangani ( 90%).

4. Apa hak dan kewajiban serta tujuan seorang dokter internship?

Jawaban :Tujuan1. Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama pendidikan dan menerapkan dalam pelayanan primer.

2. Mengembangkan keterampilan teknis, klinis, pribadi dan profesi yang menjadi dasar praktik kedokteran.

3. Memikul tanggung-jawab pelayanan pasien sesuai kewenangan yang diberikan.

4. Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan keputusan profesional media dalam pelayanan pasien dengan memanfaatkan layanan diagnostik dan konsultasi.

5. Bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika.

6. Berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan multi disiplin.

7. Menggali harapan dan jenjang karir lanjutan.

8. Memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi tuntutan.Manfaat

a. Menambah pelayanan kesehatan di daerah sehingga mutu layanan kesehatan berdampak lebih baik dan memuaskan masyarakat.

b. Memantapkan mutu profesi dokter.

c. Mematangkan dokter yang baru lulus untuk bersikap dan bertindak secara profesional terhadap pasien.

d. Mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik dan efektif dengan pasien.

e. Mengurangi risiko malpraktik.

f. Menghasilkan dokter yang kompeten untuk memberikan layanan kesehatan primer bagi masyarakat.5. Bagaimana tindakan Dudi yang seharusnya dilakukan terhadap ibu Rahmi sebelum di rujuk? (berdasarkan SKDI) Jawaban :

Tindakan yang dilakukan dr. Dudi untuk merujuk Ibu Rahmi ke RS tipe B sudah benar, karena berdasarkan area kompetensi yang dimiliki dr. Dudi berdasarkan SKDI 2012 untuk mengatasi kasus Ibu Rahmi (Dead Fetus) adalah tingkat kemampuan 2 (dua) yaitu mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan- pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.

(1) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :

a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu;

b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan;

sarana transportasi6. Apa yang harus dilakukan Dudi sebagai dokter internship terhadap ibu hamil dan dukun serta masyarakat yang ada di Kab. Bau-Bau?Jawaban :

Dalam penyelesaian masalah-masalah pada kasus ini dr. Dudi dapat:

a) Mempelajari kembali peran dan fungsinya sebagai dokter internsip sehingga ia dapat menyelesaikan program internsip dengan sebaik-baiknya.

b) Melakukan advokasi ke instansi-instansi yang ikut berperan dalam pelaksanaan Program Dokter Internsip Indonesia (PIDI) seperti rumah sakit tempat dr. Dudi bekerja untuk melaporkan masalah kurangnya SDM karena jika diamati dari keterangan yang terdapat pada kasus, rumah sakit (atau biasa disebut juga wahana internsip) tempat dr. Dudi bekerja belum memenuhi standar rumah sakit kelas C.

c) Dalam kasus tidak disebutkan siapa dokter praktik umum yang ditunjuk sebagai pendamping dr. Dudi, jika memang tidak ada, dr. Dudi punya kewenangan untuk meminta pendamping ke Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) karena dalam pelaksanaannya, dokter internsip membutuhkan pendamping sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan pendamping ini juga bertugas sebagai penampung usulan peserta demi perbaikan sistem pelaksanaan internsip.d) Program internsip terdiri dari masa bakti 8 bulan di rumah sakit serta 4 bulan di Puskesmas. Pada saat bekerja di rumah sakit, sebagai dokter internsip dr. Dudi akan melaksanakan Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP). Setelah itu, di puskesmas dr. Dudi akan melaksanakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) yang salah satu programnya adalah upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB). Saat bekerja di puskesmas inilah dr. Dudi harus mengoptimalkan programnya untuk memperluas cakupan Ante Natal Care (ANC) bagi para ibu di Kabupaten Bau-Bau dengan bekerja sama juga dengan pemda setempat.Selain itu, untuk dapat melahirkan dokter-dokter masa depan yang sesuai dengan kriteria 5 stars doctor, diperlukan kurikulum pendidikan kedokteran yang sesuai. Keberhasilan dari pendidikan kedokteran bergantung pada keseriusan dari berbagai pihak yaitu fakultas kedokteran, Kemendikbud, Kemenkes, rumah sakit pendidikan, asosiasi profesi (IDI), KKI, kolegium, Badan Akreditasi Mandiri, dan Lembaga Uji Kompetensi dalam menjalankan perannya. Program internsip juga merupakan salah satu program pemantapan bagi para dokter baru untuk dapat memenuhi kompetensinya sesuai dengan standar yang berlaku.

7. Apa kompetensi dokter layanan primer dalam kasus obstetri?Jawaban :

8. Apa kriteria 5 star doctor?

Jawaban :

1. Care Provider.Dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya:

Memperlakukan pasien secara holistik

memandang Individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas.

Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi.

Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya.

2. Decision Maker.Seorang dokter diharapkan memiliki:

Kemampuan memilih teknologi

Penerapan teknologi penunjang secara etik.

Cost Effectiveness

3. Communicator.Seorang dokter, dimanapun ia berada dan bertugas, hendaknya:

Mampu mempromosikan Gaya Hidup Sehat.

Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif.

Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat.

4. Community Leader.Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang dokter hendaknya:

Dapat menempatkan dirinya sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat.

Mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat.

Mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

5. Manajer.Dalam hal manajerial, seorang dokter hendaknya:

Mampu bekerja sama secara harmonis dengan individu dan organisasi di luar dan di dalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitas.

Mampu memanfaatkan data-data kesehatan secara tepat dan berhasil guna.

IV. HipotesisDokter masa depan harus menguasai kompetensi dokter layanan primer sesuai SKDI dan UU no 20 tahun 2013.V. Kerangka Konsep

VI. Sintesis

INTERNSHIP

Pendidikan Profesi Dokter di Republik Indonesia telah memasuki lembaran baru dalam sejarah dengan diberlakukannya program Internsip Dokter Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan Permenkes No. 299/MENKES/PER/II/2010 dan Perkonsil KKI No.1/KKI/PER/I/2010.

A. Pengertian Internship

Internship adalah proses pemantapan mutu profesi dokter untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komperhensif, mandiri serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan.

Program internship merupakan tahap pelatihan keprofesian pra-registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer guna memahirkan kompetensi yang telah dicapai setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter melalui pendidikan kedokteran dasar.

B. Latar Belakang

Tuntutan global dunia kedokteran menghantarkan Indonesia untuk ikut memajukan kinerja lulusan Pendidikan Kedokteran. Guna mencapai kesetaraan global dengan Negara lain dengan adanya STR/bukti pelaksanaan program Internsip dipersyaratkan untuk dapat melanjutkan pendidikan atau bekerja di Luar Negeri. Berdasarkan hasil studi orientasi proyek World Medical Education (WFME), setiap negara di dunia melaksanakan program Internship bagi setiap Dokter yang baru lulus. Indonesia adalah Negara terakhir di ASEAN yang melaksanakan Internship.

Sesuai dengan UU no 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran untuk memberikan kompentensi kepada dokter maka dilaksanakan pendidikan dan pelatihan kedokteran sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran. Semua lulusan Fakultas Kedokteran atau Program Studi Pendidikan Dokter yang telah menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi harus mengikuti program ini untuk memperoleh sertifikat kompetensi sebagai Dokter Layanan Primer.

C. Tujuan Internship

Pelaksanaan Internship mempunyai tujuan memberikan kesempatan kepada dokter baru lulus Program Studi Pendidikan Profesi Dokter berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk menerapkan serta mempraktikan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan.

Tujuan umum program ini yakni memberikan kesempatan kepada dokter yang baru lulus pendidikan kedokteran untuk memakhirkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan ke dalam pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga.

Tujuan khusus program ini yakni untuk: Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama pendidikan dan menerapkan dalam pelayanan primer; Mengembangkan keterampilan teknis, klinis, pribadi dan profesi yang menjadi dasar praktik kedokteran; Memikul tanggung-jawab pelayanan pasien sesuai kewenangan yang diberikan; Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan keputusan profesional media dalam pelayanan pasien dengan memanfaatkan layanan diagnostik dan konsultasi. Selain itu, Bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika; Berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan multi disiplin; Menggali harapan dan jenjang karir lanjutan; serta memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi tuntutan profesi terkait dengan fungsinya sebagai praktisi medis.

D. Pelaksanaan Internship

Program intership Dokter Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 2010.Penempatan dokter peserta internship dilaksanakan 4 kali dalam setahun (bulan Febuari, Mei, Agustus dan November), sesuai dengan periode pelaksanaan Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI).Internsip dijalani selama satu tahun dan dapat diperpanjang bila sasaran akhir yang ditentukan belum tercapai. Penundaan pelaksanaan internsip dimungkinkan dalam waktu paling lama 2 tahun setelah lulus dan atau dengan persetujuan KIDI Pusat.

Pelaksanaan Internship selama satu tahun dengan rincian 8 bulan di Rumah Sakit (untuk PKPP/UKP) dan 4 bulan di puskesmas (untuk PKPP dan PKPM/UKM). Peserta akan di sebar 21 Propinsi penempatan PIDI tahun 2010-2012 dan 11 Propinsi pengembangan tahun 2013. Setiap 1 Kabupaten terdiri dari 15 peserta, 10 peserta di RS: 5 di rawat jalan/inap dan 5 di UGD, 5 peserta di Puskesmas.

E. Organisasi pelaksana Internsip

Adapun organisasi pelaksana Program Internship Dokter Indonesia (PIDI) terdiri dari:

Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) Pusat terdiri atas unsure-unsur Kemenkes, KKI, Kolegium Dokter, Institusi Pendidikan Kedokteran, IDI, dan Asosiasi Rumah Sakit.

Komite Internsip Dokter Indonesia Provinsi, yang telag dibentuk di 25 propinsi terdiri atas unsur-unsur Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan Provinsi, Institusi Pendidikan Kedokteran yang berada di Provinsi tersebut, IDI Wilayah, dan Perwakilan RS Daerah.

F. Komponen Internship

1. Peserta Internship

Peserta program internship adalah dokter baru lulus Program Pendidikan Dokter berbasis kompetensi yang akan menjalankan praktik kedokteran dan/atau mengikuti pendidikan dokter spesialis. Distribusi peserta Program Internsip Dokter Indonesia diatur oleh Komite Internship Dokter Indonesia.Sebelum menjalankan program internship, peserta sudah lulus Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) serta memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) untuk Kewenangan Internship dan Surat Izin Praktik (SIP) Internship.

Peserta Internship memiliki hak pembiayaan:

Bantuan Biaya Hidup: Rp. 1,2 Juta/Bulan.

Transport keberangkatan dan pemulangan dari dan sampai ke wahana/Kabupaten.

Uang saku selama 2 (dua) hari yang diberikan saat pemberangkatan.

Penginapan apabila diperlukan maksimal 2 (dua) hari.

2. Wahana Internship

Sarana Pelayanan Kesehatan yang dapat menjadi Wahana Internship adalah:

1. RS Kelas C dan D, dilakukan pada:

a. Unit yang memberikan pelayanan primer secara komprehensif. Selain memberikan pelayanan kuratif juga melakukan kegiatan promotif dan preventif

b. Unit Gawat Darurat.

2. RS kelas B, yang tidak ada residen dan co-ass

3. Puskesmas/Balkesmas dengan atau tanpa perawatan

4. Klinik layanan primer lainnya milik Pemerintah dan Swasta (apabila memungkinkan)

6. Pendamping Internsip

Setiap peserta internship berhak didampingi oleh seorang dokter yang memenuhi criteria sebagai berikut:

Dokter yang masih aktif praktek minimum 2 tahun

Bersedia mengikuti pelatihan menjadi pendamping

Bersedia secara aktif melakukan tugas pendampingan

Peran pendamping antara lain adalah sebagai:

Role Modek

Motivator

Teman sejwat untuk berkonsultasi

Penilai

Seorang pendamping mendampingi paling banyak peserta.

7. Buku Pedoman Program Internship Dokter Indonesia dan Buku Log

Berisi tentang

a. Pedoman Pelaksanaan Program Internship Dokter Indonesia

b. Pedoman Peserta Program Internsip Dokter Indonesia

c. Pedoman Pendamping Peserta Program Internship Dokter Indonesia.

d. Pedoman Wahana Program Internship Dokter Indonesia

e. Buku Log dan Kumpulan Borang Program Internship Dokter Indonesia.G. Lingkup Kegiatan Peserta Internship

1. Melakukan layanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga pada pasien secara pofesional yang meliputi kasus medik dan bedah, kedaruratan dan kejiwaan baik pada anak, dewasa dan lanjut usia.

2. Melakukan konsultasi dan rujukan untuk kasus-kasus yang ditemukan di wahana

3. Melakukan kegiatan ilmiah medik berupa diskusi kasus, presentasi kasus dan diskusi portofolio tentang masalah atau kasus yang ditemukan selama menjalankan kegiatan internship

4. Melakukan kegiatan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun diluar gedung. Kegiatan ini terutama dilakukan di Puskesmas.

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) :

a. Ditargetkan harus memenuhi jumlahdan jenis kegiatan:

Kasus Medik

Kasus Bedah

Kasus Kegawat daruratan

Kasus Jiwa

Medikolegal

b. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

c. Upaya Kesehatan Lingkungan

d. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KB)

e. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

f. Upaya surveillance, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

g. Menular dan Tidak Menular

h. Upaya Pengobatan Dasar

i. Mini project dengan pendekatan lingkaran pemecahan masalah

H. Kelebihan dan Kekurangan Internship

Dari hasil survey dan kesimpulan dari assessment Badan Litbangkes ternyata Program Internship Dokter Indonesia telah berjalan dengan baik di sejumlah wahana yang tersedia dan sama-sama menguntungkan baik bagi peserta maupun wahana Internship.Secara umum, tujuan internship telah tercapai dengan seluruh peserta telah mencapai target minimal 400 kasus.Umumnya pendamping dinilai sudah memiliki kompetensi yang baik.

Namun ternyata masih banyak hal yang harus dibenahi dari Program Pendidikan Internship Indonesia baik dari manajemen internship, perbaikan buku pedoman dan log book, serta kelengkapan sarana di wahana internship. Program internship tetap dibutuhkan, namun dianggap perlu untuk melakukan penyesuaian lama dalam pelaksanaannya. Belum ada dukungan nyata dari Pemerintah Daerah dapat terlihat dari adanya beberapa RS dan puskesmas belum memenuhi persyaratan sebagai wahana internship. Peserta intership umumnya menghadapi kendala dalam keterbatasan sarana dan fasilitas diagnostic, penunjang diagnostic, dan sarana penunjang internship lainnya. Serta adanya kesalahan presepsi mengenai status internship yang masih dianggap coass, honor yang dianggap kurang dan sering terlambat datang akibat kurang teraturnya manajemen internship.UU No 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran

Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) bersifat nasional yang mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). SKDI merupakan standar minimal kompetensi lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan primer. UKDI dilaksanakan untuk menyelesaikan program profesi dokter atau dokter gigi sebelum mengangkat sumpah sebagai Dokter atau Dokter Gigi. Mahasiswa yang lulus uji kompetensi memperoleh sertifikat profesi yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi. Mahasiswa yang telah lulus dan telah mengangkat sumpah sebagai Dokter harus mengikuti program internsip yang dihitung sebagai masa kerja.

Internsip merupakan pemahiran dan pemandirian dokter yang merupakan bagian dari program penempatan wajib sementara, paling lama 1 tahun. Progam internsip yang merupakan bagian dari program penempatan wajib sementara dilaksanakan untuk meningkatkan pemahiran dan pemandirian dokter. Program penempatan wajib sementara bertujuan untuk menjamin pemerataan lulusan terdistribusi ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Program dokter layanan primer merupakan kelanjutan dari program profesi dokter dan program internsip yang setara dengan program dokter spesialis. Program dokter layanan primer ditujukan untuk memenuhi kualifikasi sebagai pelaku awal pada layanan kesehatan tingkat pertama, melakukan penapisan rujukan tingkat pertama ke tingkat kedua, dan melakukan kendali mutu serta kendali biayan sesuai dengan standar kompetensi dokter dalam sistem jaminan kesehatan nasional. Dokter dapat mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program dokter layanan primer.

Dokter yang akan mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program dokter layanan primer harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki surat tanda registrasi

b. Mempunyai pengalaman klinis di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, terdepan/terluar, tertinggal, perbatasan, atau kepulauanUji kompetensi dokter layanan primer harus diikuti mahasiswa program dokter layanan primer dalam rangka memberi pengakuan pencapaian kompetansi profesi dokter layanan primer.STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN

Pasal 2

a. Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal.

b. Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja dan target Tahun 2010:

a. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi :

c. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 ( 95 %);

d. Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (90 %);

e. Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk (100 %);

f. Cakupan kunjungan neonatus (90 %);

g. Cakupan kunjungan bayi (90%);

h. Cakupan bayi berat lahir rendah / BBLR yang ditangani (100%).

aa. Pelayanan kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia Sekolah:

4. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah (90%);

5. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / guru UKS/Dokter Kecil (100%);

6. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (80%).

ab. Pelayanan Keluarga Berencana : Cakupan peserta aktif KB (70%).

ac. Pelayanan imunisasi : Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (100%).

ad. Pelayanan Pengobatan / Perawatan :

3. Cakupan rawat jalan (15 %);4. Cakupan rawat inap (1,5 %).

ae. Pelayanan Kesehatan Jiwa : Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum (15%).

af. Pemantauan pertumbuhan balita :

3. Balita yang naik berat badannya (80 %);4. Balita Bawah Garis Merah (< 15 %).

ag. Pelayanan gizi :

5. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun (90%);

6. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe (90%);

7. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi Bawah Garis Merah dari keluarga miskin (100%);

8. Balita gizi buruk mendapat perawatan (100%).

ah. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif :

4. Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus (80%);

5. Ibu hamil risiko tinggi / komplikasi yang ditangani (80%);

6. Neonatal risiko tinggi / komplikasi yang ditangani (80%).

ai. Pelayanan gawat darurat : Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat (90%).

aj. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi Buruk :

3. Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam (100%);

4. Kecamatan bebas rawan gizi (80%).

ak. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio: Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun ( 1).

al. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru: Kesembuhan penderita TBC BTA positif (> 85%).

am. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA: Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani (100%).

an. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS:

3. Klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS (100%);

4. Infeksi menular seksual yang diobati (100%).

ao. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) : Penderita DBD yang ditangani (80%).

ap. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare: Balita dengan diare yang ditangani (100%).

aq. Pelayanan kesehatan lingkungan : Institusi yang dibina (70%).

ar. Pelayanan pengendalian vektor: Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes (>95%).

as. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum : Tempat umum yang memenuhi syarat (80%).at. Penyuluhan perilaku sehat :

5. Rumah tangga sehat (65%);

6. Bayi yang mendapat ASI- eksklusif (80%);

7. Desa dengan garam beryodium baik (90%);

8. Posyandu Purnama (40%).au. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (P3 NAPZA) berbasis masyarakat: Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan ( 15%).av. Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan:

4. Ketersedian obat sesuai kebutuhan (90%);

5. Pengadaan obat esensial (100%);

6. Pengadaan obat generik (100%).

aw. Pelayanan penggunaan obat generik: Penulisan resep obat generik (90%).

ax. Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan: Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar (80%).

ay. Penyelenggaraan pembiayaan untuk Keluarga Miskin dan masyarakat rentan : Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan Keluarga Miskin dan masyarakat rentan (100%).

i. Di luar jenis pelayanan yang tersebut pada ayat (2), Kabupaten/Kota tertentu wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai dengan kebutuhan antara lain :

i. Pelayanan Kesehatan Kerja : Cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal (80%).

ii. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut : Cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut (70%).

iii. Pelayanan gizi : Cakupan wanita usia subur yang mendapatkan kapsul yodium (80%).

iv. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDS : Darah donor diskrining terhadap HIV-AIDS (100%).

v. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria: Penderita malaria yang diobati (100%).

vi. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta: Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) (>90%).

vii. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Filariasis: Kasus filariasis yang ditangani ( 90%).

KLASIFIKASI RUMAH SAKIT

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E:

a. Rumah Sakit Kelas A

Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat.

b. Rumah Sakit Kelas B

Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.

c. Rumah Sakit Kelas C

Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten/kota (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

d. Rumah Sakit Kelas D

Rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari puskesmas.

e. Rumah Sakit Kelas E

Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan rumah sakit ibu dan anak.Persyaratan RS berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Kelas A

Pasal 6

1) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.

5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, KesehatanAnak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.

7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari Pelayanan Mata,Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin,Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik danKedokteran Forensik.

8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut,Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan PenyakitMulut.

9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatandan asuhan kebidanan.

10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam,Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf,Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut.

11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah, Gizi,Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.

12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medikdan Penampungan Air Bersih.Rumah Sakit Umum Kelas B

Pasal 10

1) Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, PelayananMedik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan MedikSpesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis,Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan PelayananPenunjang Non Klinik.

3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik GigiMulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (duapuluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukanpemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasisesuai dengan standar.

5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, KesehatanAnak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.

7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas)pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan PembuluhDarah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf,Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.

8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut,Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti.

9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

10) Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi :Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.

11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.

12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medikdan Penampungan Air Bersih.

Rumah Sakit Umum Kelas C

Pasal 14

1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medis Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan PenunjangKlinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.

5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, KesehatanAnak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.

7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.

8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatandan asuhan kebidanan.

9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik

10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik danPenampungan Air Bersih.

Rumah Sakit Umum Kelas D

Pasal 18

1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.

4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (duan puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.

5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenispelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.

7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatandan asuhan kebidanan.

8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah,Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik

9) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik danPenampungan Air Bersih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Permenkes No. 340 Tahun 2010.2. Indonesia, Undang-Undang Tentang Pendidikan Kedokteran, UU No. 20 Tahun 2013.3. Peraturan KKI No I/KKI/per/1/2010 tentang Dokter Internship.4. 5 stars doctor (http://www.who.int/hrh/en/HRDJ_1_1_02.pdf ).

Dudi lulus UKDI

Dokter internship di Kab. Bau-Bau

Menguasai kompetensi dokter umum

Menangani masalah kesehatan di tempat tugasnya

Promkes

IUFD

5 star doctor

RS Tipe C

3 dokter umum

1 PDL

1 bedah

Tidak memiliki fasilitas untuk menerima rujukan dr. Dudi

RS tipe B

SKDI 2012

UU no 20 tahun 2013

1