Skenario Kebakaran

Embed Size (px)

Citation preview

Skenario KEBAKARANStep 1.a. Vulnus laceratum : luka robek, energi kinetik lebih besar dari elastisitasan kulitb. Deformitas angulasi : membentuk sudut.c. Bula & vesikel : penonjolan karena pengisian cairan > 1 cm (bula), < 1cm (vesikel)d. Cafillary refill time : pengisian kembali dari kapiler darah pada shockStep 21. Mekanisme dahak berwarna hitam!2. Derajat luka bakar serta pada kasus di skenario! Luas daerah luka, kriteria dirawat dan tidak dirawat serta kapan perlu dilakukan resusitasi cairan.3. Penyebab tidak terjadinya pulsasi ulnaris & ulnaris!4. Bagaiman klasifikasi fraktur dan derajat fraktur!5. apakah kasus termasuk kasus emergensi? Serta penangan awal yg diberikan6. Mekasime terbentuknya bula & vesikel pada kasus!7. Proses penyembuhan luka pada skenario!8. Management pada penanganan fraktur!9. Penyebab luka bakar dan luka lainnya serta penanganannya!10. Jenis pemeriksaan serta interpretasi gambar pada foto rontgen!11. Trauma inhalasi Step 31. Dahak merupakan proses pertahan tubuh, dalam hal ini adalah asap, yang menyebabkan dahak berwarna hitam pada saluran napas2. Grade 1 : luka bakr superifisial, tidak sampai ke dermisHari ke 4 aeskumasi epitelGrade 2 : superisial particnes bulaPartial epidermis sampai dermisGrade 3 : kerusakan permanent warna seperti lilin Grade 4 : kerusakan permanent sampai ke otot dan tulang 3. Terputus A. Brachialis sehingga tidak adanya pulsasi ke daerah distal.4. Etiologi : Traumatik : secara tiba2 Patologis : kareba adanya suatu penyakit Stress : adanya tekanan secara terus menerusKlinis : Tertutup: tidak berhubungan dengan dunia luar Terbuka : berhubungan dengan duania luar, menembus dermis 5. Emergensi fraktur : Melihat kondisi fraktur Membersihkan dareah luka ImmobilisasiEmergensi luka bakar: Meliha t aktor luka bakar Melihat kondisi luka, kedalam, serta luas daerah Didinginkan 15 drajat selama 20 menit Menghilangkan nyeri serta membersihkan luka Pungsi isi bula Memasang balutan selapis kasa dengan parafin agar tidak menempel pada luka. Balutan diganti setiap 48 jam Diberikan mengandung anti infalamsi dan antibiotik

6. Luka bakar : kombutio : tahanan kulit tidak dapat menahan panas yg diterima, pada suhu 40, 50 dan 60 derajat. Luka akibat cairan panas : scalding Luka robek : tahanan kulit tidak dapat menahan tahanan dari luar. Luka tusuk, luka iris : luka dengan sisi yg rata. Luka akibat bahan kimia : luka bakar kering Luak lecet tekan Luka lecet geser Luka tembak : bubuk mesiu, kelim minyak, luka bakar, zona abrasi,7. Mengambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap, pemerikasaan gula darah, elektrolit serta mengukur kadar CO dalam darahPemeriksaan foto thoraxPemeriksaan foto rontgen lain

LO1. Luas daerah luka, kriteria dirawat dan tidak dirawat serta kapan perlu dilakukan resusitasi cairan.JawabanDiagnosis luka bakar ; Luas luka bakarLuasnya luka bakar dinyatakan dalam persentase luas permukaan tubuh total yang terkena. Cara cepat untuk menilai luas luka bakar dengan aturan sembilan / rule of nine Dapat juga menggunakan bagan Lund dan Browder. Cara ini paling tepat dalam memperhitungkan luasnya luka bakar karena dapat mengikuti perubahan berdasarkan perkembangan tubuh menurut usia sehingga sangat akurat untuk pasien anak.

Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena) Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yangmengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner.

Adapun indikasi perawatan adalah sebagai

Resusitasi cairan :Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.Formula Parkland24 jam pertama. Cairan ringer laktat 4 ml/kgBB/% luka bakar Contohnya : pria berat 80 kg dengan luar luka bakar 25 % Membutuhkan cairan : (25) x (80kg) x (4ml) = 8000ml dalam 24 jam pertama jumlah cairan 4000 ml diberi dalam 8 jam jumlah cairan sisanya 4000 diiberi dalam 16 jam berikutnyaCara Eyans1. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam (no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar) 3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan)

Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.Rumus Baxter% x BB x 4 cc Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh :seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua ReferensiMayo clinic staff.2013. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.

Prasetyono, Theddeus. 2008. Merujuk Pasien Luka Bakar. Jurnal Kedokteran Indonesia. Vol 58. No 7. Juni. Pg 217-224. http:// indonesia.digitaljournals.org/ index.php/idnmed/article/viewFile/827/8272. Derajat fraktur!JawabanFraktur tertutup (closed) bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan bagian luarFraktur terbuka (open/compound) bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo) yaitu : Derajat ILuka < 1 cm, fraktur sederhana, transversal, oblig, kominutif ringan Derajat IILuka > 1 cm, avulsi, memar, fraktur sederhana Derajat IIITrauma tumpul yang hebat, fraktur hebat disertai kerusakan jaringan yang luas dan gangguan neurovaskularReferensi http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/13/jtptunimus-gdl-s1-2008-qurrotulai-630-2-bab2.pdf

3. apakah kasus termasuk kasus emergensi? Serta penanganan awal yg diberikanJawabanTanpa Distres Pernapasan :1. Intubasi / pipa endotrakeal.2. Pemberian oksigen 2-4 liter / menit3. Penghisapan secret secara berkala.4. Humidifikasi dengan nebulizer.5. Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi)6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasana. Gejala Subyektif : gelisah, sesak napas.b. Gejala Obyektif : Frekuensi napas meningkat ( > 30 kali / menit), sianotik,stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan nilai hasil pemeriksaan analisis gas darah (8jam pertama . 24 jam sampai 4-5 hari.c. Pemeriksaan : Analisa gas daraha. pada saat pertama kali (resusitasi)b. 8 jam pertamac. Setelah 24 jam kejadiand. Selanjutnya sesuai kebutuhan foto toraks 24 jam pasca kejadian.7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila ada masalah pada jalan napas.8. Posisi penderita duduk/etengah duduk, dirawat di bed observasi9. Pelaksanaan di ruang resusitasi gawat darurat

Dengan Distres PernapasanKasus ini diperlakukan secara khususUntuk mengatasi masalah distress pernapasan yang dijumpai :1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau tanpa kanul trakeostomi.2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala serta bronchial washing.4. Humidifikasi dengan nebulizer.5. Pemberian bronkodilator (Ventolin inhalasi setiap 6 jam.6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.A. Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)B. Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit), sianotik, stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan hasil pemeriksaan analisis gas darah 98 jam pertama). Gambaran hasil infitrat paru dijumpai > 24 jam sampai 4-5 hari.7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila masalah pernapasan telah diatasi.8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk atau setengah duduk.9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.

Referensi David S. Perdanakusuma, Penanganan Luka bakar, Airlangga University Press, 2006

4. Mekasime terbentuknya bula & vesikel pada kasus!Jawaban

ReferensiAdhi Juanda. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

5. Proses penyembuhan luka pada skenario!JawabanFase InflamasiFase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira hari kelima. pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi.Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah

Fase ProliferasiFase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi lukaFase ini dipengaruhi oleh substansi yang disebut growth factor. Pada fase ini terjadi proses: a. Angiogenesis, yaitu proses pembentukan kapiler baru untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka. Angiogenesis distimulasi oleh suatu growth factor yaitu TNF-alpha2 (Tumor Necrosis Factor-alpha2).b. Granulasi, yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung kapiler pada dasar luka dengan permukaan yang berbenjol halus (jaringan granulasi).c. Kontraksid. Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka yang disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga mengurangi luas luka. Proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF-beta (Transforming Growth Factor-beta).e. Re-epitelisasi f. Proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan epitel baru pada permukaan luka. Sel-sel epitel bermigrasi dari tepi luka mengisi permukaan luka. EGF (Epidermal Growth Factor) berperan utama dalam proses ini.

Fase RemodellingPada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.Referensi Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. EGC. Jakarta

6. Management pada penanganan fraktur!JawabanTujuan utama dalam penanganan awal fraktur adalah untuk mempertahankan kehidupan pasien dan yang kedua adalah mempertahankan baik anatomi maupun fungsi ekstrimitas seperti semula. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan fraktur yang tepat adalah (1) survey primer yang meliputi Airway, Breathing, Circulation, (2) meminimalisir rasa nyeri (3) mencegah cedera iskemia-reperfusi, (4) menghilangkan dan mencegah sumber- sumber potensial kontaminasi. Ketika semua hal diatas telah tercapai maka fraktur dapat direduksi dan reposisi sehingga dapat mengoptimalisasi kondisi tulang untuk proses persambungan tulang dan meminimilisasi komplikasi lebih lanjut.

Survey primerPrinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability Limitation, Exposure)A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktus di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus memproteksi tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan.Pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukanpemasangan airway definitifB : Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru paru yang baik, dinding dada dan diafragma. Beberapa sumber mengatakan pasien dengan fraktur ektrimitas bawah yang signifikan sebaiknya diberi high flow oxygen 15 L/m lewat non-rebreathing mask dengan reservoir bagC : Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan disini adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan sering menjadi permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang femur dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 4 unit darah. Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau ekstremitas yang mengalami pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan bidai yang baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada patah tulang terbuka,penggunaan balut tekan steril umumnya dapat menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang agresif merupakan hal penting disamping usaha menghentikan pendarahanD : Disability. menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkatterhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinalE : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan caramenggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia

Pemeriksaan tambahan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal seperti fraktur adalah imobilisasi patah tulang dan pemeriksaan radiologi. Imobilisasi FrakturTujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstrimitas yang cedera dalam posisi seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur.hal ini akan tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstrimitas dan dipertahankan dengan alat imobilisasi. pemakaian bidai yang benar akan membantu menghentikan pendarahan, mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut. Imobilisasi harus mencakup sendi diatas dan di bawah fraktur. Fraktur femur dilakukan imobilisasi sementara dengan traction splint. Traction splint menarik bagian distal dari pergelangan kaki atau melalui kulit. Di proksimal traction splint didorong ke pangkal paha melalui ring yang menekan bokong, perineum dan pangkal paha. Cara paling sederhana dalam membidai tungkai yang trauma adalah dengan tungkai sebelahnya. Pada cedera lutut pemakaian long leg splint atau gips dapat membantu kenyamanan dan stabilitas. Tungkai tidak boleh dilakukan imobilisasi dalam ekstensi penuh. Fraktur tibia sebaiknya dilakukan imobilisasi dengan cardboard atau metal gutter, long leg splint. jika tersedia dapat dipasang gips dengan imobilisasi meliputi tungkai bawah, lutut, dan pergelangan kaki.

Pemeriksaan Radiologiumumnya pemeriksaan radiologis pada trauma skeletal merupakan bagian dari survey sekunder. jenis dan saat pemeriksaan radiologis yang akan dilakukan ditentukan oleh hasil pemeriksaan, tanda klinis, keadaan hemodinamik, serta mekanisme trauma. foto pelvis AP perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien multitrauma tanpa kelainan hemodinamik dan pada pasien dengan sumber pendarahan yang belum dapat ditentukan.Tujuan penanganan fraktur selanjutnya adalah mencegah sumber sumber yang berpotensi berkontaminasi pada luka fraktur. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengirigasi luka dengan saline dan menyelimuti luka fraktur dengan ghas steril lembab atau juga bisa diberikan betadine pada ghas. Berikan vaksinasi tetanus dan juga antibiotik sebagai profilaksis infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ; Generasi pertama cephalosporin (cephalotin 1 2 g dibagi dosis 3 -4 kali sehari) Aminoglikosid (antibiotik untuk gram negatif) seperti gentamicin (120 mg dosis 2x/hari) Metronidazole (500 mg dosis 2x/hari) dapat ditambahkan untuk mengatasi kuman anaerob.Pemberian antibiotik dapat dilanjutkan hingga 72 jam setelah luka ditutup. Debridement luka di kamar operasi juga sebaiknya dilakukan sebelum 6 jam pasca trauma untuk menghindari adanya sepsis pasca traumaDalam strategi meredakan nyeri akut yang sekiranya berat dalam patah tulang digunakan srategi Three Step Analgesic Ladder dari WHO. Pada nyeri akut, sebaiknya di awal diberikan analgesik kuat seperti Opioid kuat13. Dosis pemberian morfin adalah 0.05 0.1 mg/kg diberikan intravena setiap 10/15 menit secara titrasi sampai mendapat efek analgesia. Terdapat evidence terbaru di mana pada tahun terakhir ini Ketamine juga dapat dipergunakan sebagai agen analgesia pada dosis rendah (0.5 1 mg/kg). Obat ini juga harus ditritasi untuk mencapai respon optimal agar tidak menimbulkan efek anastesi. Efek menguntungkan dari ketamine adalah ketamine tidak menimbulkan depresi pernafasan, hipotensi, dan menimbulkan efek bronkodilator pada dosis rendah. Kerugian ketamine adalah dapat menimbulkan delirium, tetapi dapat dicegah dengan memasukkan benzodiazepine sebelumnya (0.5 2 mg midazolam intravena)ReferensiParahita, Sukma Putu. 2013. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada Cedera Fraktur Ekstremitas. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar.

7. Penanganan macam-macam luka!Jawaban Penilaian : Penyebab Ukuran Fraktur Saraf Pembuluh darah Luka tembak cari luka keluar kalau tidak ada peluru didalam. Luka kontaminasi diubah menjadi luka yang analog dengan luka bedah bersih yaitu dengan cara : Debridemant Nekrotomi Evaluasi bekuan darah Corpus alienum dihilangkan Hentikan perdarahan Kemudian dijahit atau ditutup primer

Luka BakarDerajat I, luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu dibalut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu diberi NSAID untuk mengatasi rasa nyeri dan pembengkakan.Derajat II, perlu perawatan luka setiap harinya, mula-mula diolesi salep antibiotik, lalu lakukan pembalutan.Derajat II dalam dan derajat III, perlu lakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting)Luka bakar disertai trauma inhalasia. Fase Akut Hentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakar Nilai keadaan umum penderita: Obstruksi jalan nafas (airway): bebaskan jalan nafas dengan melakukan intubasi atau trakeostomi Syok: segera lakukan pemasangan infus, tanpa memperhitungkan luas luka bakar dan kebutuhan cairan (Ringer Laktat) Tidak syok: segera lakukan pemasangan infus sesuai dengan perhitungan kebutuhan cairan Perawatan luka: Dimandikan/ cuci dengan menggunakan air steril yang dicampur antiseptik Jika bula berukuran kecil ( 2-3 cm), biarkan saja Jika bula berukuran besar (> 3 cm), lakukan bulektomi (dipecah) Berikan obat-obat lokal (topikal) untuk luka, yaitu Silver sulfadiazine (SSD) seperti Silvaden, Burnazine, Dermazine, dan lain-lain Pemberian anibiotik bersifat profilaksis jenis spektrum luas, namun tidak perlu diberikan jika penderita datang < 6 jam dari kejadian Pemberian analgetik

b. Fase Pasca Akut Perawatan luka Eschar (jaringan kulit yang nekrose, kuman yang mati, serum, darah kering): perlu dilakukan escharectomi Gangguan AVN (arteri, vena, nervus) distal karena tegang, perlu dilakukan escharectomi atau fasciotomi Kultur dan tes sensitivitas antibiotik, untuk menentukan jenis antibiotik yang diberikan Dimandikan setiap hari atau 2 hari sekali Jika perlu, berikan Human Albumin-Globulin Pantau dan perbaiki keadaan umum Pantau diet dan asupan cairan

c. Fase Rehabilitasi fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan luka bakar.Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi.ReferensiAmerican Collage Surgeon. Penilaian awal dan pengelolaannya dalam Advanced Trauma Life Support for Doctora. Edisi ke-delapan. Jakarta: IKABI. 2008.8. interpretasi gambar pada foto rontgen!Jawaban

Referensi http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312089/bab2.pdf 9. Jelaskan mengenai trauma inhalasi!JawabanPenyebab Trauma Inhalasi Gas Iritan Bekerja dengan melapisi mukosa saluran nafas dan menyebabkan reaksi inflamasi. Amonia,klorin,kloramin lebih larut air sehingga dapat menyebabkan luka bakar pada saluran nafas atas dan menyebabkan iritasi pada mata , hidung dan mulut. Gas iritan yang lain yaitu sulfur dioksida, nitrogen dioksida, yang kurang larut dengan air sehingga menyebabkan trauma paru dan distres pernafasan. Gas asfiksian Karbon dioksida, gas dari bahan bakar ( metana, etana, propane, asetilana), gas-gas ini mengikat udara dan oksigen sehingga menyebabkan asfiksia. Gas yang bersifat toksik sistemik CO yang merupakan komponen terbesar dari asap hidrogen sianida merupakan komponen asap yang berasal dari api , hidrogen sulfida. Gas-gas ini berhubungan dengan pengangkutan oksigen untuk produksi energi bagi sel. Sedangkan toksik sistemik seperti hidrokarbon halogen dan aromatik menyebabkan kerusakan lanjut dari hepar , ginjal, oatak, paru-paru dan organ lain Gas yang menyebabkan alergi Dimana jika asap terhirup, partikel dan aerosol menyebabkan bronkoospasme dan edema yang menyerupai asma.

Klasifikasi trauma inhalasi: Trauma pada saluran nafas bagian atas ( trauma supraglotis)Trauma saluran nafas atas dapat menyebabkan ancaman hidup melalui obstruksi jalan nafas sesaat setelah trauma. Jika proses ini ditangani secara benar, edema saluran nafas dapat hilang tanpa sekuele beberapa hari. Trauma pada saluran nafas bawah dan parenkim paru ( trauma subglotis) Trauma ini dapat menyebabkan lebih banyak perubahan signifikan dalam fungsi paru dan mungkin akan susah ditangani. Trauma subglotis merupakan trauma kimia yang disebabkan akibat inhalasi hasil- hasil pembakaran yang bersifat toksik pada luka bakar. Asap memiliki kapasitas membawa panas yang rendah, sehingga jarang didapatkan trauma termal langsung pada jalan nafas bagian bawah dan parenkim paru, trauma ini terjadi bila seseorang terpapar uap yang sangat panas.Pemeriksaan laboratorium.Analisa kadar HbCO membutuhkan alat ukur spectrophotometric yang khusus. Kadar HbCO yang meningkat menjadi signifikan terhadap paparan gas tersebut. Sedangkan kadar yang rendah belum dapat menyingkirkan kemungkinan terpapar, khususnya bila pasien telah mendapat terapi oksigen 100% sebelumnya atau jarak paparan dengan pemeriksaan terlalu lama. Pada beberapa perokok, terjadi peningkatan ringan kadar CO sampai 10%.

Pemeriksaan gas darah arteri juga diperlukan. Tingkat tekanan oksigen arteri (PaO2) harus tetap normal. Walaupun begitu, PaO2 tidak akurat menggambarkan derajat keracunan CO atau terjadinya hipoksia seluler. Saturasi oksigen hanya akurat bila diperiksa langsung, tidak melaui PaO2 yang sering dilakukan dengan analisa gas darah. PaO2 menggambarkan oksigen terlarut dalam darah yang tidak terganggu oleh hemoglobin yang mengikat CO.

Pemeriksaan imaging.

X-foto thorax. Pemeriksaan x-foto thorax perlu dilakukan pada kasus-kasus keracunan gas dan saat terapi oksigen hiperbarik diperlukan. Hasil pemeriksaan xfoto thorax biasanya dalam batas normal. Adanya gambaran ground-glass appearance, perkabutan parahiler, dan intra alveolar edema menunjukkan prognosis yang lebih jelek.

CT scan,Pemeriksaan CT Scan kepala perlu dilakukan pada kasus keracunan berat gas CO atau bila terdapat perubahan status mental yang tidak pulih dengan cepat. Edema serebri dan lesi fokal dengan densitas rendah pada basal ganglia bisa didapatkan dan halo tersebut dapat memprediksi adanya komplikasi neurologis.

Referensi Peter MC DeBlieux, VanDeVoort, John G Benitez, Halamka, Asim Tarabar. Toxicity, Carbon Monoxide. 2006 .Availabel from http://www.emedicine.com