Upload
phungdiep
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL,
PENGALAMAN KERJA dan PROGRAM PELATIHAN TERHADAP
KUALITAS PENGENDALIAN INTERN
(Studi Kasus Pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Di susun oleh:
RIKHI DEWI RACHMAWATI
NIM: 205082000275
PROGRAM STUDI AKUNTANSI/ AUDITING
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/ 2011
i
PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL,
PENGALAMAN KERJA dan PROGRAM PELATIHAN TERHADAP
KUALITAS PENGENDALIAN INTERN
(Studi Kasus Pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia)
Di susun oleh:
RIKHI DEWI RACHMAWATI
NIM: 205082000275
PROGRAM STUDI AKUNTANSI/ AUDITING
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/ 2011
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS PRIBADI Nama : Rikhi Dewi Rachmawati
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 02 September 1987
Alamat : Jl. Mawar Raya Rt03/07 No. 54, Pisangan,
Ciputat
No. Telpon : 08787121372972
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN
TK Tunas Harapan Tahun 1992-1993
SDN X Ciputat Tahun 1993-1999
SMP 85 Pondok Labu Jakarta Selatan Tahun 1999-2002
SMA Sumbangsih Ampera Ps. Minggu Tahun 2002-2005
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Drs. H. M. Musta’in. S
Pekerjaan : PNS
Ibu : Dra. Hj. Ch. Suhartini
Pekerjaan : PNS
Kakak : H. Faried Amrullah. SE
Pekerjaan : PNS
Adik : Desy Sayidah Arofah
Pekerjaan : Mahasiswi UIN Psikologi
vi
ABSTRACT This research has the goal to mengalisis whether variables simultaneously independency, professional expertise, work experience, training programs have a significant effect on the quality of internal control, to analyze whether the partial variable independency, professional expertise, work experience, training programs have a significant effect on the quality of internal control. This study uses multiple regression analysis. Data used in this study using primary data obtained from respondents' answers are transmitted to the Office of Intellectual Property Rights. The results of this study indicate that there are significant variables simultaneously at Independence, Professional Expertise, and Training Program on the Quality of Internal Control Internal Control. The results of this study also show variable Independence, Professional Expertise, and Internal Audit Training Program has a significant partial on the Quality of Internal Control, while the variable work experience have no effect partially on the quality of internal control. In this study, the analysis found the most dominant variable is the independency. Results of determination coefficient of 0,655, this means the ability of the independent variables explain the dependent variable at 65,5%, while the remaining 34,5% are influenced by other variables and not included in this regression analysis. Keywords: independency, professional expertise, work experience, courses pelatihan quality of internal control
vii
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengalisis apakah secara simultan variabel indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern, untuk menganalisis apakah secara parsial variabel indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern. Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari jawaban responden yang disebarkan pada Kantor Hak Kekayaan Intelektual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Independensi, Keahlian Profesional, dan Program Pelatihan terhadap Kualitas Pengendalian Interen. Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Independensi, Keahlian Profesional, dan Program Pelatihan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Kualitas Pengendalian Intern , sedangkan variabel pengalaman kerja tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap kualitas pengendalian intern. Pada penelitian ini ditemukan hasil analisa variabel yang paling dominan adalah Indepedensi. Hasil koefisien determinasi sebesar 0,655, hal ini berarti kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sebesar 65,5%, sedangkan sisanya 34,5% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini. Kata kunci: indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan kualitas pengendalian internal
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah
SWT. Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh indepedensi, keahlian professional,
pengalaman kerja, program pelatihan terhadap Kualitas Pengendalian Internal”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam rangka
mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai masalah
dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan semata-
mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan
dan pengarahan yang tidak ternilai harganya. Ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Untuk Ayahku tercinta, dan Ibuku
tercinta yang selalu memberikan masukan, motivasi, sandaran dari setiap
permasalahan yang timbul, doa, ridhonya serta kasih sayangnya sehingga
penulis mendapatkan semangat lebih untuk menyelesaikan skripsi ini, terima
kasih atas segala bimbingan, asuhan, kasih sayangnya serta pengorbanannya
dalam hidup penulis selama ini, semoga ilmu yang didapat penulis selama ini
dapat memberikan kontribusi yang besar nantinya untuk menjaga,
membanggakan, mencukupi dan membuat bangga. amin.
2. Untuk kakak dan adik ku trutama kak Faried dan Desi yang selama ini telah
banyak membantu baik berupa materi maupun semangat. Terima kasih atas
semua doa yang telah diberikan kepadaku.
ix
3. Untuk Hendrik kandaku terima kasih yang tak terhingga atas segala doa,
materi dan support yang tak henti-henti dan terimakasih atas kesabarannya
yang telah lama menunggu. Semoga ini adalah penantian tidak sia-sia.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr., Amilin. SE. Ak, M. Si selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan
dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.
6. Ibu Rahmawati SE, MM selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan, arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan dan
kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Mbak Ani, Mas
Ajis, Mas Alfred, Mas Heri, dan Mpok).
9. Teman- teman akuntansi A dan B, Thanks ya bantuannya dalam penyusunan
skripsi ini, teman seperjuanganku “ Kokom, Leti, Wijdi terima kasih atas
silahturahmi yang telah terjalin selama ini. Waktu yang telah kita lewati
bersama akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Tetap semangat untuk
kalian.
10. Para responden yang telah bersedia membantu peneliti untuk memperoleh
data yang diperlukan.
11. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh
penulis.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa apa yang terdapat dalam penulisan
skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Juni 2011
Rikhi Dewi Rachmawati
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... iv
ABSTRACT ............................................................................................... v
ABSTRAK.................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR................................................................................ vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian................................................. 1
B. Perumusan Masalah.......................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Auditing........................................................................... 9
B. Independensi .................................................................... 19
C. Keahlian........................................................................... 26
D. Profesionalisme................................................................ 29
E. Pengalaman Kerja............................................................. 36
F. Program Pelatihan............................................................ 40
G. Pengendalian Intern.......................................................... 46
H. Keterkaitan Antara Variabel............................................. 59
I. Hasil Penelitian Terdahulu................................................ 62
j. Kerangka Pemikiran.......................................................... 64
K. Hipotesis.......................................................................... 65
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 66
xi
B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 66
C. Metode Pengumpulan Data............................................... 67
D. Metode Analisis Data....................................................... 68
E. Operasional Variabel Penelitian........................................ 74
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitan ................................... 84
B. Hasil Uji Kualitas Data..................................................... 89
C. Analisis dan Pembahasan ................................................. 93
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................... 105
B. Implikasi...........................................................................106
C. Keterbatasan..................................................................... 106
D. Saran.............................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 108
LAMPIRAN ............................................................................................... 112
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Tabel check list ............................................................... 41
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya .......................................... 66
3.1 Operasional Variabel Penelitian ..................................... 81
4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................. 87
4.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir ........ 87
4.3 Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .......... 88
4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi ..................... 90
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Profesional ........ 90
4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Kerja ............. 91
4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Program
Pelatihan.........................................................................
91
4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pengendalian
Intern …………………………………………………..
92
4.9 Hasil Uji Reliabilitas…………………………………... 92
4.10 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................. 94
4.11 Hasil Uji Regresi Linear berganda.................................. 97
4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ……………………… 99
4.13
4.14
Hasil Uji Secara Simultan (Uji Statistik F) ……………
Hasil Uji Secara Individual (Uji Statistik t) ...................
100
101
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1
4.1
Model Kerangka Pemikiran ...........................................
Grafik Scatterplot ..........................................................
65
94
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram ............. 95
4.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ........ 96
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1
2
Surat Ijin Perusahaan....................................................... 110
Struktur Bagan Organisasi............................................... 111
3
4
Daftar Kuesioner Penelitian............................................. 117
Hasil Tabulasi................................................................... 122
5 Hasil Uji Data SPSS……………………………………. 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis saat ini, bergerak secara dinamis dan terus
menerus, dimana hal ini tentunya dapat memicu persaingan yang semakin
meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha pun dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam menghadapi
persaingan tersebut. Oleh karena itu, dituntut adanya pengawasan (control)
agar tidak terjadi penyimpangan kecurangan (fraud) dalam setiap kegiatan
usaha. Salah satu bentuk kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak
perusahaan dalam kaitannya dengan pengawasan (control) adalah dengan
melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu
akuntan publik. Laporan keuangan biasanya digunakan untuk mengetahui hasil
usaha dan posisi keuangan perusahaan, selain itu juga dapat digunakan sebagai
salah satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan
kepada pemilik.
Dalam perkembangannya, informasi yang diberikan oleh akuntan
publik tidak hanya berguna bagi perusahaan itu saja, akan tetapi pihak-pihak
luar perusahaan pun juga memerlukan informasi mengenai perusahaan, dimana
hal ini dimaksudkan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan dengan perusahaan.
Dengan adanya laporan keuangan atau informasi keuangan yang diberikan oleh
2
akuntan publik maka kredibilitas suatu perusahaan dapat terjaga dengan baik,
sehingga perusahaan mempunyai rasa kepercayaan yang tinggi untuk tetap
bekerja sama, serta untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan.
Selanjutnya karena begitu pentingnya arti laporan keuangan yang
diberikan oleh auditor terhadap suatu perusahaan, maka akuntan publik dalam
melaksanakan setiap pemeriksaan akuntan, dituntut agar memperoleh
kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan lainnya, dimana hal
ini dimaksudkan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang
disusun dan disajikan untuk klien.
Pada faktanya tidak menutup kemunginan klien dapat mempunyai
kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan
para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan
keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena
itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang
diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan
klien, pemakai laporan keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu
sendiri.
Kasus yang telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun
lalu. Mulai dari kasus enron di Amerika yang manipulasi laporan keuangan
dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan
3
agar saham tetap diminati investor. Manipulasi tersebut dilakukan atas kerja
sama dengan KAP Arthur Anderson sehingga sudah melanggar kode etik
auditor yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya
bukan untuk dilanggar (Uwi, 2009:1). Laporan keuangan Enron sebelumnya
dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh kantor akuntan Arthur Anderson, salah
satu kantor akuntan publik (KAP) dalam jajaran big four, namun secara
mengejutkan pada 2 Desember 2001 dinyatakan pailit. Kepailitan tersebut salah
satunya karena Arthur Anderson memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai
auditor dan konsultan bisnis (Trisnaningsih, 2009:3). Sampai kasus PT. Telkom
di Indonesia membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus PT.
Telkom tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC (pemegang otoritas
pasar modal di Amerika Serikat) dimana SEC tentu memiliki alasan khusus
mengapa mereka tidak mengakui keberadaan Eddy Pianto. Peristiwa ini
mengharuskan dilakukannya audit ulang terhadap PT. Telkom oleh KAP yang
lain. Kasus keterlibatan 10 KAP yang melakukan audit terhadap Bank Beku
Operasi (BBO) dan bank beku kegiatan usaha, dalam kasus ini melibatkan KAP
papan atas. Kurangnya independensi auditor dan maraknya manipulasi
akuntansi korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan
mempertanyakan eksistensi akuntansi publik sebagai pihak independensi (Oky,
2008:1).
Selain sikap independen yang harus dimiliki oleh setiap akuntan publik,
auditor atau akuntan publik pun dituntut untuk bersikap profesional serta
menjunjung tinggi kode etik profesi. Lebih lanjut seorang auditor harus terus-
menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya
4
dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru
dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan. Hal ini sesuai
dengan apa yang telah diatur dalam Standar Auditing Profesional Akuntan
Publik (SPAP), yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), dimana akuntan dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang
ditetapkan oleh IAPI tersebut. Adapun standar-standar yang ditetapkan dalam
SPAP adalah meliputi: standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntan
dan review, standar jasa konsultasi, standar pengendalian mutu.
Merujuk pada salah satu point IAPI didalam SPAP diatas, terdapat
standar umum yang mengatur tentang keahlian auditor yang independen. Lebih
jelas, standar umum ini diatur dalam paragraph 03-05 SA seksi 210 tentang
pelatihan dan keahlian Auditor Independen, yang secara tegas menyebutkan:
“Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan yang cukup sebagai auditor” (IAPI, 2009: 11).
Dapatlah disimpulkan bahwa, keahlian merupakan salah satu faktor
utama yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Dengan keahlian yang
dimilikinya memungkinkan tugas-tugas pemeriksaan yang dijalankan dapat
diselesaikan secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang dimiliki
auditor yang diperoleh dari pendidikan formal dan non formal harus terus-
menerus ditingkatkan, dimana salah satu sumber peningkatan keahlian auditor
dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi.
Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti:
pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang
5
berkaitan dengan pengembangan keahlian auditor. Semakin banyak
pengalaman maka semakin ahli seseorang dan akan semakin profesional
mereka dalam menyelesaikan tugasnya.
Salah satu faktor yang mendukung terciptanya kualitas pengawas intern
yang berimplikasi pada pengendalian intern menurut Munandar dan Ashar
(2009:85) adalah program pelatihan bagi setiap akuntan publik atau auditor.
Dimana pelatihan disini didefinisikan sebagai, suatu proses pendidikan jangka
pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga
tenaga kerja nonmanejerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis
untuk tujuan tertentu. Pelatihan yang sering dilakukan adalah pelatihan gaya
seminar atau lokakarya yang biasanya diselenggarakan oleh pihak lain dan
karyawan organisasi diutus sebagai peserta untuk mengikutinya. Melalui
seminar, simposium atau lokakarya ini, banyak peserta bisa memperoleh
pengetahuan, pengalaman dan keahlian dari peserta lain dan dari organisasi
lainya.
Selanjutnya dalam korelasinya dengan Direktorat Jendral Hak
Kekayaan Intelektual atau yang lebih dikenal dengan Ditjen HKI maka, auditor
intern ini dilaksanakan oleh pengawas intern. Salah satu masalah yang dihadapi
oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) mengenai
merangkapnya tugas pengawas intern, selain itu juga pengawas intern adalah
seseorang yang memiliki kedekatan atau memiliki hubungan yang erat dengan
pimpinan HKI, dan permasalahan yang terakhir adalah ketidakkompetenan
6
seorang pengawas intern pada di Ditjen HKI, atas dasar inilah kualitas
pengendalian intern pada Ditjen HKI dipertanyakan oleh banyak pihak.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merumuskan judul penelitian
sebagai berikut “Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional,
Pengalaman Kerja dan Program Pelatihan Terhadap Kualitas
Pengendalian Intern Pada Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI)”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Ratnadi Dwi dan Yadnyana (2009), adapun perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menambahkan variabel
program pelatihan sebagai variabel independensi. Program pelatihan
merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan auditor dalam melaksanakan
penugasannya dan pengaruhnya terhadap kualitas output, karena itu penelitian
ini menambahkan satu variabel tersebut karena diduga berpengaruh terhadap
kualitas pengendalian intern.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan
pokok dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah secara simultan variabel independensi, keahlian profesional,
pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas pengendalian intern?
2. Apakah secara parsial variabel independensi, keahlian profesional,
pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas pengendalian intern?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menemukan bukti empiris bahwa variabel independensi, keahlian
profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh secara
simultan terhadap kualitas pengendalian intern.
b. Untuk menemukan bukti empiris bahwa variabel independensi, keahlian
profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh parsial
terhadap kualitas pengendalian intern.
2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
memadai mengenai hal-hal yang berpengaruh signifikan dalam kualitas
output pada struktur pengendalian audit intern yang berkaitan dengan
keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan. Sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan khususnya dalam
mengambil kebijakan perusahaan.
b. Bagi Pengembangan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan bagi mahasiswa-mahasiswi untuk digunakan sebagai
sumber dalam melakukan penelitian di masa mendatang.
8
c. Bagi Pihak Lainnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan teori auditing dengan memberikan gambaran bukti
empiris pada literatur auditing, khususnya mengenai pengaruh
keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan
pengawasan intern terhadap pengendalian audit intern.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan
wawasan teoritis khususnya terkait masalah pengambilan keputusan
pengendalian intern untuk meningkatkan manajemen audit perusahaan
sehingga peneliti dapat menerapkan ilmu ekonomi dalam bidang
Auditing yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Auditing
1. Pengertian Auditing
Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian audit yang dikemukakan
beberapa ahli, diantaranya:
Menurut Accounting Review (vol.48) dalam Boynton (2009:5),
auditing adalah:
“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:4), auditing adalah:
“The accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report an the dgree of correspondence betwee the information and estabilished criteria. Auditng should be done by a competent, independent person”.
Sedangkan menurut Rahayu, Ely et.al (2010:1), auditing adalah:
”Proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti secara objekif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan aau peristiwa ekonomi dengan kritera yang ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditng haris dilakukan oleh orag yang berkompeten dan independen.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan dari
definisi audit yang menjadi substansi dari beberapa pengertian tersebut
diatas yakni:
10
Audit merupakan suatu proses sistematis, dimana dibutuhkan bukti
yang cukup kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi secara obyektif selama menjalankan
tugasnya sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit. Serta dilakukan oleh pihak yang independen
dan kompeten.
Kriteria yang dijadikan pedoman sebagai dasar untuk menyatakan
pendapat audit berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif,
anggaran yang ditetapkan oleh manajemen, dan prinsip akuntansi berlaku
umum (SAK). Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor
dalam mengkomunikasikan hasil pekerjaannya terhadap laporan keuangan
yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan.
2. Tujuan audit
Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:94), tujuan dari pemeriksaan
akuntan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien
telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Sedangkan menurut Arens, Alvin et.al (2010:200) tujuannya adalah
untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan Prinsip-prinsip
Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP). Untuk mencapai tujuan tersebut,
hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi sejumlah
11
tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang dilaporkan dalam laporan
keuangan. Tujuan yang spesifik ini diambil dari asersi yang dibuat oleh
manajemen dan dimuat dalam laporan keuangan.
Asersi manajemen (management assertion) adalah representasi yang
diberikan atau disampaikan oleh manajemen tentang kelas-kelas transaksi
dan akun-akun yang terkait dengannya dalam laporan keuangan. Asersi
manajemen secara langsung berkaitan dengan Prinsip-prinsip Akuntansi
yang Berlaku Umum (GAAP), sehingga auditor harus memahami asersi-
asersi manajemen agar audit dapat dilaksanakan dengan memadai.
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:216) asersi tersebut
diklasifikasikan kedalam lima kategori utama, yaitu: keberadaan atau
keterjadian (existence or occurance), kelengkapan (completeness), penilaian
dan alokasi (valuation and allocation), hak dan kewajiban (right and
obligation), penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure).
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit adalah
menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar dalam semua hal yang material serta untuk menerbitkan
laporan audit yang tepat sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum. Asersi yang telah disebutkan diatas merupakan bagian dari
kriteria yang dipergunakan untuk manajemen dalam mencatat serta
mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
12
3. Jenis Audit
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:10), akuntan publik melaksanakan
tiga tipe audit utama yang menunjukkan karakteristik kunci dalam definisi
audit. Jenis-jenis audit tersebut ialah: audit laporan keuangan, audit
kepatuhan, audit operasional.
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukkan seluruh
laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.
Kriteria tersebut adalah pernyataan standar akuntansi keuangan,
walaupun hal yang umum untuk melaksanakan audit atas laporan
keuangan dibuat dengan metode kas atau metode akuntasi lainya yang
cocok bagi organisasi tersebut.
Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:5), hasil akhir audit dalam
bentuk opini auditor yang dihasilkan oleh akuntan publik sebagai auditor
independen. Adapn pengguna laporan keuangan yang dihasilkan oleh
akuntan independent tersbut biasanya untuk pihak ekstern perusahaan,
seperti analisis keuangan, kreditor, supplier, investor, dan pemerintah.
b. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah klien
(auditee) telah mengikuti prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat
oleh otoritas yang lebih tinggi. Audit kepatuhan pada perusahaan pribadi
didalamnya dapat mencakup penentuan apakah staf akuntasi telah
mematuhi peraturan-peratran yang disusun oleh pengawas (controller)
13
perusahaan, meninjau tingkat upah apakah telah memenuh aturan upah
minumum, atau menguji kontrak perjanjian dengan pihak bank serta
pihak kreditur lainya. Sedangkan dalam mengaudit unit organisasi
pemerintahan, seperti sekolah negeri didaerah, terdapat suatu lingkup
audit kepatuhan yang cukup luas akibat adanya aturan-aturan ekstensif
dari otorisasi pemerintah yang lebih tinggi.
Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:13), Hasil audit kepatuhan
berupa pernyataan temuan atau tingkat kepatuhan. Hasil audit kepatuhan
dilaporkan kepada pemberi tugas yaitu pimpinan organisasi, karena
pimpinan organisasi yang paling berkempentingan atas dipatuhinya
prosedur danperaturan yang telah ditetapkan. Sehingga auditor yang
dipekerjakan untuk melakukan tugas itu adalah auditor intern, auditor
pemerintah, dan akuntan publik.
c. Audit Operasional
Audit operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari
prosedur serta metode operasional organisasi tertentu yang bertujuan
mengevaluasi efisiensi serta efektivitas prosedur serta metode tersebut.
Pada saat suatu audit operasional selesai dilaksanakan, manajemen
biasanya akan mengharapkan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan
kegiatan operasional perusahaan.
Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:11), pekerjaan yang terpenting
dari audit operasional adalah melaporkan hasil audit kepda manajemen
untk diambil tindakan perbaikan terhadap masalah yang dilaporkan. Nilai
14
pekerjaan audit bukanlah pengumpulan informasi akan tetapi berasal dari
penilaian dan penyajian informasi yang dikupulkan tersebut.
Kesimpulan dari pemaparan diatas adalah jenis audit terdiri dari
tiga macam yaitu audit atas laporan keuangan, audit operasional dan
audit kepatuhan. Audit laporan keuangan diperlukan karena untuk
keputusan ekternal dalam memberikan kebuuhan suatu entitas, akan
didasarkan pada faktor-faktor hubungan usaha dengan entitas yang
bersangkutan pada waktu lalu dan keadaan entitas tersebut yang disajikan
dalam laporan keuangannya, selain itu kondisi masyarakat yang
kompleks menjai penyebab kemungkinan pengambilan keputusan
memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat
diandalkan. Audit operasional diperlukan oleh pihak manajemen apabila
mengalami penurunan laba perusahaan secara terus menerus, prestasi
suatu departemen dibawah standar, alasan untuk dicurigai karena laporan
keuangan mengalami masalah yang besar dalam area fungsional dan
operasioal sehinga tidak mengungkapkan semua fakta. Audit kepatuhan
bertujuan untuk menentukan apakah audit telah mengikuti kebijakan,
prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang otorisasinya
lebih tinggi.
4. Jenis Auditor
Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:13), ada tiga jenis auditor yang
dikenal dalam masyarakat, yaitu: auditor independen (akuntan publik),
auditor pemerintah, internal auditor (auditor intern).
15
a. Auditor Independen
Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik,
bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis auditee-nya.
Persyaratan professional yang dituntut dari auditor inependen adalah
seorang auditor yang memiliki pendidikan dan pengalaman praktik
sebagai auditor independen, dan bukan termasuk orang yang terlatih
dalam profesin dan jabatan lain. Pelayanan jasa yang dapat diberikan
oleh auditor independen dapat berupa; assurance services, attestation
sevices, accounting & compilation services, other services.
Auditor Independen memiliki hubungan profesional dengan
manajemen perusahaan, dewan komisaris dan komite audit, Internal
auditor dan pemegang saham dalam melaksanakan pekerjaanya yaitu
melakukan audit atas laporan keuangan suatu organisasi.
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:21), kantor akuntan publik
bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang
dipublikasikan dari semua prusahaan yang sahamnya diperdagangkan
dibursa saham, mayoritas perusahaan besar lainya, sera banyak
perusahaan berskala kecil dan organisasi non komersil. Kantor akutan
publik sering kali dinamakan sebagai auditor eksternal atau auditor
independen.
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang berasal dari lembaga
pemeriksaan pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab
16
secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan
negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga
tingkat tinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
dan Inspektorat Jendral (Itjen) yang ada pada departemen-departemen
pemerintah. Fungsi auditor pemerintah adalah melakukan audit atas
keuangan negara pada instansi-instansi atau perusahaan yang sahamnya
dimiliki pemerintah.
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:22), general accounting office
auditors (GAO) merupakan suatu badan netral yang berada dalam
lingkup legislatif pemerintah federal. GAO diketuai oleh seorang
pengawas keuangan yang bertanggung jawab hanya pada kongres.
Tanggung jawab utama staf audit adalah melaksanakan fungsi audit bagi
kongres.
c. Internal Auditor (Auditor Intern)
Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi/ perusahaan
yang berkerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi
kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan
untuk membantu manajemen organisasi untuk menetahui kepatuhan para
pelaksana operasional organisasi terhadap kebijakkan dan prosedur yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Pelaksanaan audit sebagian besar
tugasnya adalah melakukan audit kepatuhan (Compliance audit) dan
audit operasional (Management atau Operational Audit) secara rutin.
17
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:23), tugas auditor internal
adalah appraisal independent (internal auditing):
1) Menelaah keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasi
2) Menelaah sistem-sistem yang diciptakan
3) Menentukan tingkat kepatuhan entitas
4) Menelaah sarana untuk melidungi asset erusahaan
5) Mengukur ekonomi dan efisiensi
Auditor internal wajib memberikan informasi bagi manajemen
dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional
perusahaan, sehingga selalu memerlukan dukungan dari manajemen.
Informasi dari auditor internal tidak banyak dimanfaatkan bagi pihak
ekstern karena indepedensinya terbatas (tidak independen bagi pihak
ekstern).
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:24), seorang auditor intern
harus berada dalam posisi yang independen terhadap lini fungsi dalam
suatu organsasi, tetapi ia tidak independen terhadap organisasi sepanjang
masih terdapat hubungan antara pemberi kerja dengan pekerja. Auditor
intern menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen
dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan efektivitas
operasi perusahaan.
d. Auditor Pajak
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:23), tanggung jawab utama
auditor pajak adalah mengaudit pajak penghasilan dari para wajib pajak
18
untuk menentukan apakah mereka telah mematuhi undang-undang
perpajakan yang berlaku. Audit ini merupakan jenis audit kepatuhan.
Pajak penghasilan yang diaudit sangat beragam, mulai dari perhitungan
pajak sederhana bagi individu yang bekeja pada seorang pemberi kerja
hingga perhitungan pajak yang sangat kompleks pada perusahaan
multinasional. Masalah perpajakan meliputi pembayaran pajak oleh
wajib pajak perorangan, pajak hadiah, pajak bumi dan bangunan, dan
seterusnya. Seorang auditor yang terlibat dalam salah satu area audit
harus memiliki pengetahuan perpajakan serta keahlian audit yang cukup
agar dapat melaksanakan suatu audit yang efektif.
Kesimpulan dari apa yang telah dipaparkan diatas adalah auditor
pajak bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakkan
dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat
pelaksana DJP di lapangan adalah KPP (kantor pelayanan pajak) dan
kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak (Karikpa). Auditor Intern
bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan
manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi
pemerintah. Auditor pemerintah adalah suatu lembaga atau badan yang
bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan
atau keuangan Negara, pada tingkatan tertinggi terdapat badan
pemeriksaan keuangan (BPK).
19
B. Independensi
1. Definisi Independensi
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:124), independensi dalam audit
berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan ujian
audit, mengevaluasi hasilnya, dan membuat laporan audit. Bila auditor
adalah penasehat untuk klien, seorang bankir, atau orang lainya,maka
auditor tidak bisa dianggap sebagai independen. Dalam mempertahankan
perilaku yang independen bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab
mereka merupakan hal penting, bahwa pemakai laporan keuangan memiliki
kepercayaan atas independensi tersebut. Ada dua aspek independensi adalah
independensi dalam fakta dan independensi dalam penampilan.
Independensi dalam fakta adalah kemampuan auditor untuk mengambil
sudut pandang tidak bias dalam penampilan dari jasa profesional.
Sedangkan independensi dalam penampilan adalah kemampuan auditor
untuk mempertahankan sudut pandang tidak bias dalam penampian dari jasa
profesional.
Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:51), ada dua aspek independensi
seorang auditor, diantaranya Independence in fact (independensi
senyatanya), dan Independence in appearance (independensi dalam
penampilan).
a. Independence in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus
mempunyai kejujuran yang tinggi. Independen dalam kenyataan akan ada
apabila pada kenyataanya audtor mampu mempertahankan sikap yang tidak
20
memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Maksudnya adalah sebagai suatu
kejujuran yang tidak memihak dalam merumuskan dan meyatakan
pendapatnya, hal ini berarti bahwa dalam mempertimbangkan fakta-fakta
yang dipakai sebagai dasar pemberian pendapat, auditor harus obyektif dan
tidak berprasangka.
b. Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang
merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan
pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa
sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan
objektivitasnya. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor
memiliki hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga) dengan kliennya
yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak
kliennya atau tidak independen. Akuntan publik dalam melaksanakan
auditnya memiliki rasa percaya diri. Akuntan publik menerima fasilitas
yang berlebihan dari klien selama melaksanakan audit.
Menurut Nikholaus (2010:529), independensi merupakan sikap
bebas tidak memihak kondisi netral, terbuka tanpa berpihak pada salah satu
pihak. Sikap independensi dalah salah satu syarat mutlak yang wajib ditaati
oleh auditor dalam melaksanakan audit, sesuaiyang diisyaratkan dalam
norma-norma pemeriksaan akuntan. Untuk menjadi auditor tidak boleh
memiliki kepentingan pribadi, baik dalam memiliki saham atau hubungan
dengan perusahaan tersebut, dengan demikian dapat dijamin bahwa hasil
21
audit merupakanopini yang wajar dan tidak berpihak atas laporan keuangan
yang disajikan.
Masalah perilaku pengambilan keputusan yang selalu dihadapi oleh
auditor. Problem Independensi sering muncul bila terjadi konflik
kepentingan antara pihak auditor dengan pihak manajemen. Auditor
diharuskan tetap independent terhadap klien, namun pada saat yang sama
kehidupan ekonominya bergantung pada klien melalui fee yang dibayarkan
oleh klien.
Internal auditor adalah pegawai dari suatu organisasi atau
perusahaan yang bekerja diorganisasi tersebut untuk melakukan audit bagi
kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan tugas
pokok Auditor yang bekerja dalam perusahaan adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
berbagai bagian organisasi.
Menurut Tugiman (2009:16), status organisasi atau integritas dan
objektifitasnya harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :
a. Status Organisasi
Status organisasi adalah kedudukam formal dalam organisasi secara
keseluruhan. Status organisasi auditor internal haruslah memberikan
keleluasaan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dan memberikan
22
dukungan dari manajemen sehingga mereka dapat bekerjasama dengan
pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas
dari berbagai campur tangan pihak lain. Dalam melaksanakan audit agar
pelaksanaan audit internal memadai maka seorang audit internal harus
mempunyai independensi yang tinggi dan bertindak secara objektif.
b. Objektifitas
Objektifitas adalah sikap mental yang independen yang harus
dikembangkan oleh auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaannya.
Auditor tidak boleh menempatkan penilaian sehubungan dengan
pemeriksaan yang dilakukan secara lebih rendah dibandingkan dengan
penilaian yang dilakukan oleh pihak lain atau menilai sesuatu berdasarkan
penilaian orang lain. Para pemeriksa internal haruslah melakukan tugasnya
secara objektif.
Dalam Kode Etik Akuntan tahun 2009 disebutkan bahwa
independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak
mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang
bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan
harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan
setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan
atau pengaruh yang tidak layak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara
objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan
23
kejujuran intelektual akuntan, sedangkan objektivitas berhubungan dengan
sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan
laporan audit.
Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:51), terdapat upaya memelihara
Independensi, yaitu dapat berupa persyaratan atau dorongan lain. Hal-hal
tersebut terdiri dari enam upaya antara lain:
a. Kewajiban hukum, adanya sanksi hukum bagi auditor yang tidak
independen.
b. Standar auditing yang berlaku umum, sebagai pedoman yang
mengharuskan auditor mempertahankan sikap independen, untuk semua
hal yang berkaitan dengan penugasan.
c. Standar pengendalian mutu, salah satu standar pengendalian mutu
masyarakat kantor akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan
prosedur guna memberikan jaminan yang cukup kepada semua staf
independent.
d. Komite audit, merupakan sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan
klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam
mempertahankan independensinya dari manajemen.
e. Komunikasi dengan auditor pendahulu. Auditor pengganti melakukan
komunikasi dengan auditor pendahulu sebelum menerima penugasan,
dengan tujuan untuk mendapat informasi mengenai integritas
manajemen.
24
f. Penjajagan pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi. Tujuan
untuk meminimasi kemungkinan manajemen menjalankan praktik
membeli pendapat, hal ini merupakan ancaman potensial terhadap
independensi.
Menurut Christiawan (2009:86), ada empat hal yang mengganggu
independensi akuntan publik, yaitu: (a) Akuntan publik memiliki mutual
atau conflicting interest dengan klien, (b) Mengaudit pekerjaan akuntan
publik sendiri, (c) Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien,
dan (d) Bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik
akan terganggu independensi jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan
manajemen atau karyawan dengan kliennya. Mutual interest terjadi jika
akuntan publik berhubungan dengan audit committee yang ada di
perusahaan, sedangkan conflict interest jika akuntan publik berhubungan
dengan manajemen.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat upaya
memelihara Independensi antara lain adalah kewajiban hukum, standar
auditing yang berlaku umum, standar pengendalian mutu, komite audit,
komunikasi dengan auditor pendahulu, dan penjajagan. Upaya tersebut
dilakukan untuk menghindari situasi yang menimbulkan kesan pada pihak
ketiga bahwa ada pertentangan kepentingan dan keobjektifan sudah tidak
dapat dipertahankan.
25
2. Konsep-Konsep Independensi
Menurut Mautz dan Sharaf (1993) dalam Ahmad (2009:2)
mengemukakan sejumlah indikasi yang dapat bertindak sebagai pembela
ketika independensi ditantang. Mereka membicarakan khususnya pada
akuntan publik tentang konsep yang dapat diterapkan pada auditor internal
untuk mencoba mendemonstrasikan kenyataan dan bukti-bukti secara
obyektif. Konsep-konsep independensi, yaitu: menyusun independensi,
menguji independensi, pelaporan independensi.
a. Menyusun independensi
1) Bebas dari segala campur tangan manajerial dalam penyusunan
program audit.
2) Bebas dari segala campur tangan dalam penyusunan prosedur audit.
3) Bebas dari segala macam syarat untuk meninjau kerja audit kecuali
berkaitan dengan proses audit yang normal.
b. Menguji independensi
1) Bebas memasuki segala catatan, harta, dan pegawai yang berhubungan
dengan pemeriksaan.
2) Kerjasama aktif dari manajemen sepanjang proses audit.
3) Bebas dari segala usaha manajerial untuk menetapkan aktivitas-
aktivitas yang akan diperiksa atau untuk menetapkan bukti-bukti yang
dapat diterima.
26
4) Bebas dari segala kepentingan individu atas peranan penting audit
internal sehingga timbul keinginan untuk membatasi atau
mengeluarkannya dari pelaksanaan pemeriksaan.
c. Pelaporan independensi
1) Bebas dari segala rasa berkewajiban untuk mengubah dampak dari
fakta-fakta yang dilaporkan.
2) Bebas dari segala tekanan untuk menghilangkan masalah-masalah
yang penting dalam laporan auditor internal.
3) Penghindaran penggunaan bahasa yang memiliki arti ganda, baik
sengaja maupun tidak sengaja dalam menyatakan fakta, pendapat, dan
rekomendasi serta interpretasi mereka.
4) Bebas dari segala usaha untuk menolak keputusan auditor termasuk
fakta-fakta dan pendapat-pendapat di dalam laporan audit internal.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa auditor internal
harus memiliki sifat profesional yang utama yaitu indepedensi. Auditor
internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi
kewajiban profesionalnya, untuk menyuarakan suatu kebebasan, tidak berat
sebelah, pendapat yang tidak dibatasi, dan untuk melaporkan masalah-
masalah seperti apa adanya daripada memenuhi apa yang diinginkan
beberapa eksekutif. Para auditor internal haruslah tidak terkekang oleh
batasan-batasan dalam audit, audit apa yang boleh dilakukan dan bagaimana
cara melakukannya, agar hal tersebut dapat berjalan dengan baik maka
diperlukanlah konsep-konsep independensi.
27
C. Keahlian
1. Pengertian Keahlian
Menurut Webster’s ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam
Murtanto, Gudono (2009:39) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah
ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai
seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan
yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau
pelatihan.
Sedangkan Dwi (2009:4) mendefinisikan keahlian sebagai
keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman
terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan
keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Keahlian audit
dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu: keahlian teknis, dan
keahlian non teknis.
a. Keahlian teknis
Adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan
prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan
auditing secara umum.
b. Keahlian non teknis
Merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman. Menurut
Praptomo (2002) dalam Dwi (2009:15) auditor harus memiliki keahlian
yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai
28
audit yang mencakup antara lain: merencanakan program kerja
pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan
program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan,
menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan
Menurut Dwi (2009:4) komponen keahlian berdasarkan model
dapat dibagi menjadi lima, ialah:
1) Komponen pengetahuan (knowledge component) yang meliputi
komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur, dan
pengalaman.
2) Ciri-ciri psikologis (pshycological traits) yang ditujukan dalam
komunikasi, kepercayaan, kreativitas, dan kemampuan bekerja dengan
orang lain.
3) Kemampuan berpikir untuk mengakumulasikan dan mengolah
informasi.
4) Strategi penentuan keputusan, baik formal maupun informal.
5) Analisis tugas yang dipengaruhi oleh pengalaman audit yang
mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan.
Kesimpulan menurut pemaparan diatas ialah seorang auditor harus
mempunyai keterampilan, pengetahuan dan kompeensi lain yang
diperlukan unuk melaksanakan tanggung jawabnya. Tenaga ahli dapat
berupa pengacara, konsultan lingkungan, insinyur dan lain-lain. Tenaga
ahli harus memiliki kualifikasi profesional, kompetensi dan pengalaman
29
yang relevan, independen dan memiliki proses pengendalian kualitas,
selain itu tenaga ahli juga harus disupervisi sebagaimana mestinya.
2. Standar Auditing Tentang Keahlian Auditor
Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam SPAP
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu Standar Umum
Seksi 210 yang mengatur tentang Pelatihan dan Keahlian Auditor
Independen. Seksi ini terdiri dari dua bagian, yaitu: Standar Umum Pertama,
paragraph 01-02, Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen, paragraph 03.
Secara lengkap isi standar auditing dalam Seksi 210 ini, sebagai berikut:
a. Standar Umum Pertama
1) Paragraph 01 Standar umum pertama berbunyi:
“Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
2) Paragraph 02 Standar umum pertama menegaskan bahwa:
“Betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing”.
b. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen
1) Paragraph 03 menyatakan bahwa:
“Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit.
30
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keahlian
merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor
independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat profesional
adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang
melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk
mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai
kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi,
professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang
luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang
profesional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan
penyempurnaan keahlian auditing.
D. Profesionalisme
1. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme dalam suatu pekerjaan atau profesi telah lama
mendapatkan perhatian dari para cendekiawan dan praktisi. Profesi dan
profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis
pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme
merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu
pekerjaan merupakan profesi atau tidak. Menurut Nikholaus (2010:847),
professional accountant adalah akuntan profesional dimana seseorang
akuntan terdaftar, seseorang yang bekerja pada kantor akuntan publik
sebagai akuntan
31
Menurut Jusuf (2008:78), kepercayaan masyarakat terhadap kualitas
jasa audit profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan
perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan
tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi. Konsep profesionalisme
modern dalam melakukan suatu pekerjaan. profesionalisme berkaitan
dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek
struktural yang karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan
sekolah pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode
etik, sedangkan sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pofesionalisme adalah sikap seseorang dalam menjalankan suatu profesinya.
2. Dimensi Profesionalisme
Menurut Herawaty (2008:4) menyatakan bahwa profesionalisme
menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai akuntan publik. Ada
lima dimensi profesionalisme, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban
sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan
sesama profesi
Penjelasan sebagai berikut:
a. Pengabdian pada Profesi
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme
dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan
32
ekstrinsik kurang memadai. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan
diri yang total terhadap pekerjaan.
b. Kewajiban Sosial
Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan
profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun oleh
para profesional karena adanya pekerjaan tersebut. Kewajiban sosial juga
merupakan komitmen untuk melayani kepentingan orang banyak atau
masyarakat.
c. Kemandirian
Kemandirian dimaksudkan bahwa sebagai suatu pandangan seseorang
yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan
dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi).
Setiap ada campur tangan yang datang dari luar, dianggap sebagai
hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak orang yang
menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk
membuat keputusan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa
kemandirian dapat berasal dari kebebasan untuk melakukan apa yang
terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus.
d. Keyakinan Terhadap Profesi
Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling
berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama
profesi, bukan orang luas yang tidak mempunyai kompetensi dalam
bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
33
e. Hubungan dengan Sesama Profesi
Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi
sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok
kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan
profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme
merupakan syarat seseorang untuk bekerja sebagai akuntan publik karena
dapat mengurangi kesalahan dalam mengaudit.
3. Standar Profesionalisme Akuntan Publik
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2009:16) standar
auditing merupakan paduan umum bagi auditor dalam memenuhi
tanggunhg jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan
historis guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka
auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman dengan
standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), yaitu standar umum, standar pekerja lapangan, dan standar
pelaporan. Seperti telah diatur dalam SPAP yang dikeluarkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum seksi 210 yang
terdapat pada paragraph 03, sebagai berikut:
a. Standar umum audit paragraph 03, berbunyi:
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama”.
34
Standar umum yang ketiga ini berhubungan dengan penggunaan
kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam semua aspek
audit. Secara sederhana, ini berarti auditor wajib melaksanakan tugas-
tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan, atau kepedulian
profesional. Sebagai seorang profesional, auditor harus menghindari
kelalaian dan ketidak jujuran walaupun tidak dapat diharapkan bertindak
sempurna dalam situasi.
b. Standar pekerjaan lapangan, terdiri dari:
1) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyan, dan komfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh,
harus merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
Standar ini menjelaskan mengenai cara-cara yang harus
dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang
cukup dan kompeten untuk mendukung pendapat yang harus
diberikan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan yang di
auditnya.
35
c. Standar pelaporan terdiri dari:
1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntan yang berlaku umum di
Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukan jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntan dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan perinsip akuntan
tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus di
pandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pertanyaan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Kesimpulan dari pemaparan diatas adalah auditor harus
bertanggung jawab secara profesional dalam pelaksanaan tugasnya untuk
bersikap tekun dan penuh kehati-hatian. Sebagai seorang profesional,
auditor harus menghindari terjadnya kecerobohan serta sikap asal percaya,
tetapi auditor tidak diharapkan untuk membuat suatu pertimbangan yang
sempurna dalam setiap kesempatan.
3. Ciri-ciri Profesionalisme
Menurut Ahmad (2009:1), sifat-sifat profesional adalah kondisi-
kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan
belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik
36
tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan
dibandingkan dengan rekan sejawatnya.
Sifat-sifat profesional telah ada pada ahli hukum, dokter, akuntan
publik, termasuk juga seorang atlet, penjahit, juru masak, dan mandor.
Tetapi dalam pengevaluasian disiplin ilmu yang dipelajari, dibedakan
antara keterampilan dengan keahlian dan digunakan kriteria untuk
membedakannya. Ada dua kriteria yang harus diketahui, yaitu Pertama,
pekerjaan tersebut secara teknis sulit. Hal tersebut harus berasal dari
perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan
pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada
pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Selain itu,
profesional harus memiliki standar kinerja yang disahkan oleh badan-
badan profesional.
Kedua, profesional dalam posisinya sebagai profesi yang dipelajari
harus mencapai keahlian teknis yang memadai. Profesi harus memiliki
nilai-nilai moral tertentu. Perhatian mereka tidak hanya kepada
keuntungan semata, melainkan harus memahami benar apa yang
diinginkan klien. Pelayanan merupakan atribut yang penting dalam
profesi.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa profesional sejati
harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa pelayanan
profesional harus diperoleh dari belajar, latihan, pengalaman,
penyempurnaan kemampuan dan didukung juga dengan dua kriteria.
37
Pertama, pekerjaan tersebut secara teknis sulit, maksudnya pengetahuan
yang berasal melalui belajar secara sistematis dan pelatihan yang memadai
serta kompetensi yang dibuktikan kepada pemerintah, perusahaan atapun
konsumen. Kedua, profesional dalam posisinya sebagai profesi yang
dipelajari harus mencapai keahlian teknis yang memadai.
E. Pengalaman Kerja
1. Definisi Pengalaman Kerja
Menurut Hasibuan (2010:108), pengalaman (seniorits) yaitu promosi
yang didasarkan pada lamanya pengalaman kerja karyawan. Pertimbangan
promosi adalah pengalaman kerja seseorang, orang yang lama bekerja dalam
perusahaan mendapat periorotas utama dalam tindakan promosi. Dengan
pengalaman, seseorang akan dapat mengembangkan kemampuannya
sehingga karyawan tetap betah bekerja pada perusahaan dengan harapan
suatu waktu akan dipromosikan.
Menurut Knoers dan Haditono (2007:26), pengalaman merupakan
suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi
bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa
diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola
tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup
perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman,
pemahaman dan praktek.
38
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja
adalah menunjukkan lamanya dalam melaksanakan, mengatasi suatu
pekerjaan dari beragam pekerjaan bahkan berulang-ulang dalam perjalanan
hidup.
2. Manfaat Pengalaman
Menurut Dwi (2009:12), seorang karyawan yang memiliki
pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa
hal diantaranya: mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan, dan mencari
penyebab munculnya kesalahan.
Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian.
Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi
pelaksanakan suatu tugas. Seseorang yang berpengalaman memiliki cara
berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sophisticated dibandingkan
seseorang yang belum berpengalaman.
Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang
pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi
seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas
pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan
semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan menurut Abriyani (2004:35).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja
dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering
seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin
39
cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam
pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya
dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja.
3. Keuntungan Auditor Berpengalaman
Menurut Putri (2008:483) dengan bertambahnya pengalaman auditor
tentang audit, maka akan semakin bertambahnya pengalaman kerja.
Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya
kompleksitas kerja. Jika seorang auditor berpengalaman, maka:
a. Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan,
b. Auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan,
c. Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan
d. Hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat
terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal
menjadi relatif lebih menonjol.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya
pengalaman yang kita peroleh dari hasil audit sangat bermanfaat, salah
satunya dalam mengoreksi hasil audit atau memberikan opini audit agar
lebih berhati-hati kembali sehingga tidak terulang kembali kekeliruan.
4. Pentingnya Pengalaman dalam Meningkatkan Keahlian Auditor
Pengalaman mempunyai hubungan yang erat dengan keahlian
auditor, pencapaian keahlian seorang auditor selain berasal dari pendidikan
formalnya juga diperluas lagi dengan pengalaman-pengalaman dalam
praktik audit. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan
40
pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari
pada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup dalam mejalankan
tugasnya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka,
semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh pekerja tersebut.
Sebaliknya, semakin singkat masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman
yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan
ketrampilan kerja yang cukup namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman
kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki
semakin rendah. Kebiasaan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sejenis
merupakan sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja
menurut Hadiwiryo (2007:135).
Seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam
bidang Audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang
diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan pengalaman-
pengalaman dalam praktek audit. Dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) bahwa persyaratan yang dituntut dari auditor independen
adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai
yang biasanya diperoleh dari praktik-praktik dalam bidang auditing sebagai
auditor independen. Dapat disimpulkan bahwa semakin berpengalamanya
auditor maka apabila terjadi kesalahan dalam melaksanakan tugas auditnya
dapat diminimalisasi, diatasi dengan cepat dan efisien.
41
F. Program Pelatihan
1. Pengertian Program Pelatihan
Menurut Munandar (2009:85) Pelatihan adalah:
Proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja nonmanejerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu.
Menurut Rai (2008:65), Supaya auditor memiiki mutu personal,
pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang memadai, maka diperlukan
pelatihan bagi auditor kinerja . Pelatihan sangat diperlukan mengingat
dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor secara kolektif harus
memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksa. Kemampuan ini dikembangkan dan dipelihara melalui
pendidikan profesional berkelanjutan.
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dinyatakan
bahwa auditor dalam dua tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 jam
pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional
auditor untuk melaksanakan audit. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam tersebut
harus terkait langsung dengan audit keuangan negara dilingkungan
pemerintah atau lingkungan khusus dimana entitas tersebut beroperasi.
Sedikitnya 20 jam dari 80 jam tersebut harus diselesaian dalam 1 tahun.
Untuk melakukan pelatihan diperlukan analisis untuk menentukan
perlu atau tidaknya pelatihan bagi auditor yang akan melaksanakan audit
kinerja. Tabel 2.1 menunjukkan check list untuk menentukan perlu atau
tidaknya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi audit kinerja.
42
Tabel 2.1 Contoh Check list untuk Menentukan Perluya Pelatihan Berdasarkan Kompetensi Audior Kinerja.
Kompetensi
yang Dimiliki Auditor
Pentingnya dalam Pelaksanaan Audit
Selisih Analisis Kebutuhan Pelatihan
Pengetahuan Umum: Metode analitis Ilmu sosial Teori Organisasi Sektor Publik Masalah-masalah
yang terkini
1 2 2 1 3
4 2 4 4 3
-3 0 -2 -3 0
Perlu Belum perlu Perlu Perlu Belum perlu
Keahlian Khusus Wawancara Teknik kuesioner Presentasi Statistik
1 2 3 2
Kompetensi yang
Dimiliki Auditor
4 2 2 2
Pentingnya dalam
Pelaksanaan Audit
-3 0 1 0
Selisih
Perlu Belum perlu Tidak perlu Belum perlu Analisis Kebutuhan Pelatihan
Penggunaan basis data (database) dan kepustakaan
Teknik observasi Membaca dengan
cepat Pengetahuan
komputer Penulisan laporan Pekerjaan proyek
3
2 3
3
1 2
2
3 3
4
4 2
1
-1 0 1
-3 0
Tidak perlu Perlu Belum perlu Perlu Perlu Belum perlu
Kolom Kompetensi yang Dimiliki Auditor dapat diisi dengan
memberi penilaian kepada auditor. Penilaan dapat dilakukan oleh
supervisor ditempat auditor bekerja. Peringkat dapat diisi antara skala 1-4.
Angka 1 mengacu pada kemampuan yang sangat rendah, sedangkan angka
4 mengacu pada kemampuan sangat tinggi.
43
Kolom Pentingnya dalam pelaksanan Audit merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh auditor sehingga dia dapat melakukan tugas
pemeriksaan dengan baik. Kolom ini diisi dengan skala 1-4, dimana angka
1 berarti tidak penting sama sekali dan angka 4 berarti sangat penting.
Kedua kolom tersebut dapat dikombinasikan menjadi suatu
diagram untuk menggambarkan perlu tidaknya suatu pelatihan (training)
dilakukan berdasarkan aspek kompetensi auditor dan aspek pentingnya
dalam pelaksanaan audit. Kolom Selisih menunjukkan deviasi antara
kolom kompetensi yang Dimiliki Auditor dan Pentingnya dalam
Pelaksanaan Audit. Angka negatif menunjukkan bahwa kompetensi
auditor masih dibawah kemampuan yang dibutuhkan dalam melaksanakan
audit kinerja. Angka positif menunjukkan bahwa kompetensi auditor sama
dengan kemampuan yang dibutuhkan.
Kolom Analisis Kebutuhan Pelatihan menunjukkan perlu atau
tidaknya suatu pelatihan bagi auditor berdasarkan pelatihan kompetensi.
Angka negatif menunjukkan perlunya pelatihan untuk meningkatkan
kompetensi. Angka nol dan angka positif menunjukkan kompetensi auditor
sama dengan atau diatas kemampuan yang dibutuhkan, sehingga perlu atau
tidaknya pelatihan bergantung pada pertimbangan organisasi yang
bersangkutan.
Menurut pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan juga
diperlukan mengingat dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor
44
secara kolektif harus memilki kecakapan prfesional unuk melaksanakan
tugas pemeriksaan.
2. Jenis-jenis Program Pelatihan
Menurut Salusu (2008:299), ada banyak cara untuk melaksanakan
pelatihan, tetapi umumnya ada beberapa yang biasanya dipakai, yaitu On-
the-job training, Seminar, belajar sendiri, Pelatihan yang diselenggarakan
oleh organisasi sendiri, lokakarya, simposium, atau dengan mengundang
konsultan pelatihan dari luar organisasi, dan kegiatan penunjang
ketrampilan lainnya.
a. Pelatihan dengan cara on-the-job training dilakukan setiap hari dengan
menjawab pertanyaan, mendemonstrasikan bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan memeberikan pedoman kerja. Menyempurnakan sistem
pelatihan di tempat, memerlukan analisis pekerjaan terlebih dahulu,
termasuk seperangkat sasaran pelatihan, kemudian melatih karyawan
dengan hati-hati, diikuti dengan evaluasi terhadap hasil pelatihan.
b. Pelatihan dengan belajar sendiri dilakukan dengan menyediakan buku
petunjuk terinci, lalu karyawan mempelajari sendiri. Ada beberapa
orang cocok dengan cara ini, tetapi ada pula yang tidak. Salah satu
kelemahan cara ini adalah kurangnya komunikasi antara atasan dan
bawahan, dan bawahan sendiri satu dengan yang lain.
c. Pelatihan yang dilaksanakan dalam organisasi sendiri, dapat berupa
lokakarya, simposium atau pelatihan biasa. Pilihan orang yang tepat
untuk mengikuti penataran yang sesuai, dan harus yakin bahwa sesudah
45
orang tersebut mengikuti pelatihan, pengetahuannya akan bertambah
dan kemampuan serta hasil kerjanya akan meningkat. Penyelenggara
pelatihan ini adalah orang dalam sendiri atau unit pelatihan khusus.
Salah satu kelemahan adalah seringnya materi penataran yang kurang
dikuasai oleh orang dalam tersebut, selain itu masih perlu
dipertanyaakan apakah pelatihan dari dalam cukup objektif dalam
menyampaikan bahan latihan dan tidak cenderung memasukkan unsur-
unsur yang dapat melemahkan posisi organisasi. Melaksanakan
pelatihan seperti tidak mudah dilakukan apalagi organisasi tersebut
tidak mempunyai unit pelatihan sendiri.
d. Pelatihan gaya seminar dan lokakarya biasanya diselenggarakan oleh
pihak lain dan karyawan organisasi diutus sebagai peserta untuk
mengikutinya. Melalui seminar, simposium atau lokakarya ini, banyak
pengetahuan yang bisa diperoleh apabila diikuti dengan sungguh-
sungguh terutama juga pengalaman dari peserta dari organisasi lainnya.
e. Konsultan pelatihan yang tersedia dalam masyarakat biasanya
menyediakan berbagai paket pelatihan yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi. Salah satu kelemahan dari sitem ini ialah apabila
tim belum pernah mengetahui dan mengenal budaya organisasi yang
mengundang mereka, biasanya menimbulkan kekurang serasian.
Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan
formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus
dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional.
46
Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Selain kegiatan-kegiatan
tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor
pemula (yunior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan
karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program
pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga
mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang
berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya
program pelatihan.
Menurut pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pelatihan adalah karyawan dapat melaksaanakan tugasnya dengan baik,
dan dapat menyesuaikan diri dengan pekerjan baru, dan dapat mengikuti
serta menciptakan perubahan-perubahan dalam pekerjaanya sehingga
iklim segar senantiasa tampak dalam organisasi.
Menurut Ahmad (2009:2) Institute of internal auditor (IIA)
merupakan asosiasi profesi. Lembaga ini merupakan salah satu lembaga
yang memiliki sertifikasi praktik auditor internal. Lembaga memiliki
dewan sertifikasi dan telah mengembangkan program pendidikan
berkesinambungan selama 100 jam pendidikan selama periode tiga tahun.
Di Indonesia asosiasi profesi auditor bernama Perhimpunan Auditor
Internal Indonesia (PAII).
Ujian merupakan salah satu jalan terakrir agar seseorang tersebut
menjadi profesional. Calon anggota harus mengikuti ujian dua hari yang
47
mencakup subyek yang luan. Setelah calon yang berhasil menerima gelar
sebagai Certified Internal Auditor (Auditor Internal Bersertifikat). Institut
menerbitkan Common Body of Knowledge untuk peserta yang ingin
mempersiapkan menghadapi ujian.
Pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa para calon profesional
auditor internal juga harus mengikuti pelatihan spesialis yang lama.
Pemberian gelar auditor internal profesional kepada seseorang tidak bisa
secara otomotis langsung diberikan, untuk memenuhi kriteria tersebut
harus mengikuti pelatihan-pelatihan, lulus tes khusus dan barulah
memperoleh sertifikat. Jadi hanya auditor internal yang telah mengikuti
ujian dan mendapat pengukuhan sebagai Certified Internal Auditor yang
dapat diakui sebagai auditor internal profesional.
G. Pengendali Internal
1. Definisi Pengendali Internal
Menurut The Institute of Internal Aditor (IIA) dalam Tunggal
(2009:79) pengendalian (control) adalah:
”any action taken by management, the board, and other parties to manage risk and increase the likelihood that established objectives and goals will be achieved. Management plans, organizes, and directs the performance of sufficient actions to provide reasonable assurance the objectives and goals wil be achieved.”
Definisi ini dapat diartikan pengendalian adalah menurut IIA,
sebagai setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
48
Pengendalian bisa bersifat preventif (untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan yang telah terjadi), atau direktif (untuk menyebabkan atau
mengarahkan terjadinya hal yang diinginkan). Konsep sistem
pengendalian merupakan gabungan komponen pengendalian yang
terintegrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untuk
mencapai tujuan dan sasarannya.
Pengendalian intern menurut Committee of Supporting
Organizations (COSO) dalam Tunggal (2009: 81):
“Internal controls is a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories: effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, complience with external laws and regulations.
Definisi ini dapat diartikan pengendalian internal adalah suatu
proses, yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain
entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini adalah: efektivitas dan
efisiensi operasi, keandalan dari laporan keuangan, ketaatan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.
Sedangkan, menurut Tunggal (2009:81) definisi Pengendalian
Internal adalah:
a. Pengendalian internal merupakan suatu proses. Pengendalian internal
mrupakan “a mean to or end” bukan an end in itself.”
49
b. Pengendalian internal dipengaruhi oleh orang-orang. Pengendalian
internal bukan semata-mata manual kebijakan dan formulir-formulir,
tetapi orang pada setiap tingkat organisasi.
c. Pengendalian internal diharapkan memberikan hanya keyakinan
memadai (reasonable assurance) bukan keyakinan mutlak (absolute
assurance), kepada manajemen dan dewan komisaris suatu entitas.
d. Pengendalian internal digunakan untuk pencapaan tujuan dalam satu
dan lebih kategori yang tepisah, namun saling menutupi sebagian
(overlapping).
Jadi, kesimpulan dari definisi pengendalian internal merupakan
metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan
organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja. Disamping itu
sistem pengendalian intern dapat mengendalikan ketelitian dan akurasi
pencatatan data akuntansi.
Menurut Mulyadi (2009:180), definisi struktur pengendalian intern
adalah: ”Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personalia lain yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan golongan
berikut: (1) keandalan laporan keuangan, (2) kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan yang berlaku, (3) efektifitas dan efisiensi operasi”.
Pengertian diatas menyatakan bahwa pengendalian intern
merupakan proses yang dilakukan oleh dewan komisaris, manajemen dan
50
pemimpin yang beradadibawah mereka untuk memberikan kepastian yang
layak bahwa tujuan pengendalian tercapai.
Menurut Standar Profesi Akuntansi Publik pada SA 319. part 06
struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang
diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai
bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. Menurut Tawaf
(2008:19), pengendalian intern meliputi: Kebijakan, Susunan organisasi,
serta, semua cara-cara dan peraturan yang terkoordinasi yang dianut untuk
mencapai tujuan oleh satuan usaha.
2. Tujuan Pengendali Internal
Tujuan perusahaan mengadakan pengendalian intern adalah untuk
membantu organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan
efisien. Tujuan intern secara terperinci harus dipenuhi untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam menjurnal dan pencatatan. Pengendalian intern
harus mencukupi untuk memberikan kepastian dan keyakinan bahwa:
a. Setiap transaksi yang dicatat benar-benar ada (eksistensi).
Pengendalian intern tidak dapat memberikan transaksi fiktif dan yang
sebenarnya tidak terjadi didalam catatan akuntansi.
b. Semua transaksi yang terjadi dicatat (kelengkapan).
Setiap prosedur yang dimiliki perusahaan harus meberikan pengendalian
untuk mencegah penghilngan untuk setiap transaksi dari catatan.
51
c. Semua transaksi yang dicatat disajiakan dengan nilai yang benar
(akurasi). Tujuan yang dilakukan adalah menyangkut keakuratan
informasi untuk transaksi akuntansi.
d. Semua transaksi diklasifikasikan perkiraan yang tepat (klasifikasi).
Klaifikasi yang pantas sesuai dengan bagian perkiraan perusahaan
dibuat dalam jurnal supaya laporan keuangan dinyatakan dengan wajar.
e. Semua transaksi dicatat pada waktu yang tepat (ketepatan waktu).
transaksi dicatat pada tanggal terjadinya. Setiap pencatatan transaksi
sebelum dan setelah waktu terjadinya memperbesar kemunkinan adanya
mencatat atau dicatatnya transaksi dalam jumlah yang tidak pantas
sehingga mengakibatkan salah saji dalam laporan keuangan.
f. Semua transaksi dimasukkan dengan tepat kedalam catatan tambahan
dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan iktisar).
Selain metode yang digunakan untuk memasukkan setiap transaksi,
kedalam berkas induk dan untuk mengikhtisarkan setiap transaksi
pengendalian yang memadai selalu diperlukan untuk menjamin
kebenaran klasifikasi pengikhtisaran.
Menurut Tunggal (2009:79), pengendalian internal berguna untuk
membantu manajemen mencapai tujuan utamanya, yaitu:
a. Informasi keuangan dan operasi yang relevan, dapat diandalkan, dan
dapat dipercaya.
b. Pemanfaatan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien.
c. Pengamanan aktiva organisasi.
52
d. Ketaatan terhadap hukum: regulasi, norma, etika bisnis, dan kontrak.
e. Identifikasi resiko dan penggunaan strategi yang efektif untuk
mengendalikannya.
f. Menetapkan tujuan dan sasaran operasi atau program
Menurut pemaparan diatas kesimpulanya adalah sistem
Pengendalian Internal terdiri dari serangkaian prosedur dan kebijakan yang
dirancang agar manajemen memperoleh keyakinan bahwa perusahaan
dapat mencapai tujuan sasarannya.
Menurut Suharli (2007:55) pengendalian intern harus memberi
keyakinan bahwa seluruh transaksi telah mendapat otorisasi dan
dilaksanakan dengan benar sesuai kebijakan perusahaan, serta pencatatan
transaksi tersebut dengan benar. Dibawah ini terdapat 5 tujuan
pengendalian Intern atas transaksi, yaitu Otoritas (wewenang), Pencatatan,
Perlindungan, Rekonsiliasi, Penilaian.
a. Otoritas (wewenang).
Setiap transaksi harus mendapat otoritasi semestinya berdasarkan
struktur dan kebijakan perusahaan. Dalam keadaan atau masalah-
masalah tertentu sangat mungkin diperlukan otorisasi khusus.
b. Pencatatan.
Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan
pada waktu yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang
dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dan lengkap.
53
c. Perlindungan.
Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan atau
penjagaan dari mereka yang bertanggung jawab. Dalam hal ini
Pengendalian Intern memperkecil resiko terjadinya kecurangan oleh
karyawan atau manajemen sekalipun.
d. Rekonsiliasi.
Rekonsiliasi secara kontinu dan periodik antar pencatatan dengan harta
fisik harus dilakukan misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang
antara kartu persediaan dengan persediaan fisik di gudang.
e. Penilaian
Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta
perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi
over maupun undervalved atas harta tersebut.
Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu
perusahaan diperlukan pengendalian intern untuk membantu organisasi
dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Serta
mencegah terjadinya kesalahan dalam menjurnal dan pencatatan.
3. Unsur-Unsur Pengendalian Internal
Setiap perusahaan memiliki karakteristik atau sifat khusus yang
berbeda karena perbedaan karakteristik tersebut. Pengendalian intern yang
baik pada perusahaan belum tentu baik untuk perusahaan yang lain. Oleh
sebab itu untuk menciptakan suatu pengendalian intern harus
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tujuan perusahaan
54
secara keseluruhan. Pengendalian yang baik harus memenuh kriteria atau
unsur-unsur.
Unsur-unsur pengendalian intern mencakup lima komponen dasar
kebijakan dan prosedur yang dirancang dan digunakan oleh manajemen
untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian dapat
dipenuhi. Dalam perencanaan audit, auditor harus memperoleh suatu
pemahaman yang memadai atas komponen pengendalian internal untuk
merencanakan audit dengan cara melaksanakan prosedur guna memahami
desain pengendalian yang relevan bagi penyusunan laporan keuangan.
Menurut Rahayu, Ely (2010:223) terdapat lima komponen pokok
pengendalian internal adalah lingkungan pengendalian, penetapan resiko
manajemen, aktivitas pengendalian dan pemantauan, sistem informasi dan
komunikasi akuntansi, pemantauan.
Penjelasannya sebagai berikut:
a. Lingkungan pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian berkenaan dengan tindakan-tindakan,
dan prosedur-posedur yang merefleksikan keseluruhan sikap
manajemen, dewan komisaris, pemilik, dan pihak lainnya terhadap
pentingnya pengendalian intern bagi entitas. Lingkungan pengendalian
menetapkan corak dan suasana suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian personil dalam organisasi. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
55
intern yang lain, dengan menciptakan dan menyediakan disiplin dan
struktur.
Faktor-faktor yang membentuk Lingkungan Pengendalian antara
lain: (1) Integritas dan nilai etika. (2) Komitment terhadap kompetensi.
(3) Partisipasi dewan komisaris dan komite audit. (4) Falsafah
manajemen dan gaya operasinya. (5) Penetapan wewenang dan
tanggung jawab. (6) Kebijakkan dan praktik dibidang sumber daya
manusia.
b. Penentuan Risiko Manajemen (Risk Asessment Management)
Penentuan risiko untuk pelaporan keuangan mencakup identifikasi,
analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan penyiapan
laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Penentuan risiko bertujuan untuk
pelaporan keuangan melibatkan identifikasi entitas dan analisis
terhadap risiko yang relevan untuk mencapai ujuannya, membentuk
suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko
yang relevan dengan pelaporan keuangan yang andal juga berkaitan
dengan peristiwa dan transaksi khusus.
c. Aktivitas pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu suatu
satuan usaha akan tercapai. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai
tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi, dan
56
pemprosesan data, serta di integrasikan dalam komponen-komponen
pengendalian lainnya.
d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Untuk berfungsi secara efisien dan efektif, organisasi memerlukan
informasi relevan yang disediakan bagi orang dan pada saat yang tepat.
Selain itu informasi harus pula andal dalam akurasi dan
kelengkapannya.
Sistem informasi yang relevan dengan tujan pelaporan
keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan
catatan yang dibagun untuk mencatat, mengolah, meringkas dan
melaporkan dan untuk menyelenggarakan akuntanbilitas terhadap
aktiva, utang, ekuitas yang bersangkutan.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang
peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian
intern terhadap pelapoan keuangan. Komunikasi dapat diambil dalam
berbagi bentuk seperti panduan kebijakan, akuntans, dan panduan
pelaporan keuangan serta momerandum. Komunikasi dapat juga
dilakukan secara lisan dan melalui tindakan manajemen. Saluran
komunikasi yang terbuka adalah esensial bagi pemfungsian sistem
informasi akuntansi.
e. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. Penilaian efektifitas pengendalian intern secara
57
terus menerus atau periodic oleh manajemen, untuk melihat apakah
telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai
dengan keadaan. Tujuan monitoring adalah untuk menentukan apakah
pengendalian masih berjalan sesua dengan tujuan yang ingin dicapai
atau perlu adanya perbaikan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengendalian
internal terdiri dari lima komponen yang saling berkaitan. Komponen-
komponen tersebut diturunkan dari cara manajemen menjalankan usaha,
dan terintegrasi dalam proses manajemen.
4. Keterbatasan Pengendalian Internal
Pengendalian internal yang memadai tidak selalu menjamin
sepenuhnya bahwa tujuan perusahaa dapat tercapai karena pengendalian
internal memiliki keterbatasan yang melemahkan pengendalian internal
tersebut.
Keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi (2009:181),
adalah kesalahan dalam pertimbangan, ganguan, kolusi, pengabdian oleh
manajemen dan biaya lawan manfaat:
a. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali manajemen dan personil lainya salah dalam pertimbangan
dan keputusan bisnis yang diamil atau dalam melaksanakan tugas rutin
karena tidak memadainya informasi keterbatasan waktu atau tekanan
lain
58
b. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang ditetapkan dapat terjadi karena
personel secara keliru memahami perintah atau membat kealahan
karena kelalaian, ketidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan
yang bersifa sementara atau permanen dalam personel atau dalam
sistem prosedur dapat pula mengakibatkan kelalaian.
c. Kolusi
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut
kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan hubungan pengendalian intern yang
dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan terungkapnya ketidak
beresan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh struktur pengendalian
yang dirancang.
d. Pengabdian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabdikan kebijakkan dan prosedur yang telah
ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi
manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepathan
semu.
e. Biaya lawan manfaat
Biaya yang perlu untuk mengoprasikan struktur pengendalian intern
tidak boleh melebuhi manfaat yang iharapkan dari pengndalian intern
tesebut, karena pengaturan secara tepat baik biaya maupun manfaat
biaya mungkin dilakukan. Manajemen harus memperkirakan dan
59
mempertimbangkan secara kualitatif dan kuantitatif untuk
mengevaluasikan iaya dan manfaat suatu struktur pengendalian intern.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bawa dengan
keterbatasan pengendalian intern adalah hal-hal yang menjadi sebab
tidak tercapainya pengendalian intern, seperti yang direncanakan. Jadi,
penerapan pengendalian intern bukan dimaksudkan untuk
menghilangkan semua kemungkinan yang akan terjadinya hal-hal
tersebut seminimal mungkin dan kalaupun terjadi kesalahan atau
penyelewengan dapat segera diatasi.
H. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Hubungan Independensi dengan Kualitas Pengendalian Intern
Dalam Kode Etik akuntan tahun 2008 disebutkan bahwa
Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik
untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya,
yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena
itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas
diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan
independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan.
Menurut Abdul, Halim (2009:21) ada dua aspek independensi
seorang auditor, yaitu sebagai berikut. (1) Independence in fact
(independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang
60
tinggi. (2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan)
yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan
dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya
sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi
dan objektivitasnya.
Lenny Krisnawati (2007) meneliti bahwa pengaruh independensi dan
keahlian profesional internal auditor terhadap efektivitas penerapan struktur
pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung. Dari
Penelitian tersebut didapat bahwa Independensi dan keahlian profesional
internal auditor, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap efektifitas penerapan struktur pengendalian intern
pada hotel berbintang di kabupaten Bandung.
Uji Panca Mahendrawati (2007) meneliti pengaruh independensi dan
keahlian profesional internal auditor terhadap efektivitas penerapan struktur
pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kota
Dempasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi dan keahlian
profesional internal auditor berpengaruh positif terhadap efektivitas
penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten
Badung dan Kota Dempasar.
Auditor internal harus memiliki sifat profesional yang utama yaitu
indepedensi. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi
untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, untuk menyuarakan suatu
kebebasan, tidak berat sebelah, pendapat yang tidak dibatasi, dan untuk
melaporkan masalah-masalah seperti apa adanya daripada memenuhi apa
yang diinginkan beberapa eksekitif. Para auditor internal haruslah tidak
61
terkekang oleh batasan-batasan dalam audit, audit apa yang boleh dilakukan
dan bagaimana cara melakukannya, agar hal tersebut dapat berjalan dengan
baik maka diperlukanlah konsep-konsep independensi. Hal ini terkait
dengan sistem pengendalian intern yang terdiri dari serangkaian prosedur
dan kebijakan yang dirancang agar manajemen memperoleh keyakinan
bahwa perusahaan dapat mencapai tujuan sasarannya. Berdasarkan hasil
penelitian terdahulu maka, dengan ini hipotesis yang akan diajukan dalam
penelitian ini adalah.
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independensi
secara parsial dan simultan terhadap kualitas pengendalian intern.
2. Hubungan Keahlian Profesional dengan Kualitas Pengendalian Intern
Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang
auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat
profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki
seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna
untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai
kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi,
professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang
luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang
profesional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan
penyempurnaan keahlian auditing.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi Krishnan (2008)
yang meneliti kualitas auditor internal dan pengendalian intern: suatu
analisis empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independen auditor
62
internal dengan keahlian bidang keuangan adalah signifikan jika dikaitkan
dengan kejadian masalah-masalah pengendalian intern.
Menurut Libby (1995) dalam artikel Koroy (2005:917) menyatakan
bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian
(expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin
mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang
semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan
pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern. Berdasarkan
hasil penelitian terdahulu maka, dengan ini hipotesis yang akan diajukan
dalam penelitian ini adalah.
Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keahlian profesional
secara parsial dan simultan terhadap kualitas pengendalian intern.
3. Hubungan Pengalaman Kerja dengan Kualitas Pengendalian Intern
Menurut Knoers dan Haditono (2007:26) Pengalaman merupakan
suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi
bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa
diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola
tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup
perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman,
pemahaman dan praktek.
Penelitian tentang pengalaman akuntan dilakukan oleh Sri Sularso
dan Ainun Na’im (2008). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh
pengalaman akuntan dalam mendeteksi kekeliruan. Penelitian dilakukan
terhadap 35 akuntan pemeriksa yang berpangalaman dari Kantor Akuntan
Publik di Solo dan Jakarta serta 35 Mahasiswa akuntansi S1 Fakultas
63
Ekonomi Universitas Negeri Surakarta sebagai pengganti akuntan
pemeriksa yang belum berpengalaman. Salah satu kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa penggunaan banyaknya tahun pengalaman untuk
akuntan pemeriksa sebagai satu-satunya ukuran keahlian adalah kurang
tepat. Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor dilakukan
oleh Putri Noviyani (2008:25). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh
pengalaman dan pelatihan terhadap pengetahuan auditor tentang kekeliruan
pada struktur pengendalian intern. Penelitian dilakukan terhadap 39 auditor
di Kantor Akuntan Publik di Jawa yang memiliki posisi partner, supervisor
dan asisten auditor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengalaman akan
berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis kekeliruan
pada sruktur pengendendali intern .
Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan
bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan meningkat
seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. jika seorang
auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar terhadap lebih
banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit
tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang
tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan
departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan
pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu dan Ni Made
meneliti bahwa penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman
kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian
intern dari hasil regresi menunjukkan besarnya t hitung (3,156) > t tabel
64
(1,980) dan signifikan sebesar 0,002< α = 0,05 hal ini berarti bahwa
pengalaman kerja pengawas intern secara parsial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka, dengan ini hipotesis yang akan
diajukan dalam penelitian ini adalah.
Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengalaman kerja
secara parsial dan simultan terhadap kualitas pengendalian intern.
4. Hubungan Program Pelatihan dengan Kualitas Pengendalian Intern
Menurut Salusu (2008) Bertambahnya pengetahuan yang muncul
dari penambahan program pelatihan dalam rangka memenuhi syarat sebagai
seorang profesionalisme. Pelatihan ini berupa kegiatan seperti: Seminar,
Simposium, Lokakarya dan kegiatan penunjang keterampilan lainya yang
berhubungan dengan profesi. Tujuan dari Pogram Pelatihan adalah
meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek
audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui,
struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin
akan berkembang dengan adanya program pelatihan.
Hasil penelitian Rendy Christofel (2010) menunjukkan bahwa
kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada
pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada
penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat
dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh program pelatihan karena
dengan menetapkan serta menerapkan pengendalian internal secara baik dan
benar pada suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan menjadi lebih
65
mudah dalam mencapai suatu tujuan dan dapat meminimalkan resiko dan
apabila suatu pengendalian internal telah ditetapkan maka semua operasi,
sumber daya fisik, dan data akan dimonitor serta di bawah kendali sehingga
tujuan akan tercapai, risiko menjadi kecil, dan informasi yang dihasilkan akan
baik. Hal tersebut tidak lepas dari keikutsertaan seseorang yang sudah ngikuti
program pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka, dengan ini
hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah.
Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel program pelatihan
secara parsial dan simultan terhadap kualitas pengendalian intern.
I. Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ini disajikan tabel penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja,
program pelatihan pengawasan intern terhadap kualitas output struktur
pengendalian audit intern beserta hasil penelitiannya. Tabel tersebut disajikan
pada tabel 2.2 berikut ini.
66
Tabel 2.2 Tabel Penelitian Terdahulu
Metodologi Penelitian No Nama Peneliti
dan Tahun
Judul Penelitian
Perbedaan Persamaan
Hasil Penelitian
1.
2.
Lenny Krisnawati (2007) Panca Mahenrawati (2007)
Pengaruh Independensi dan Keahlian Profesional Internal Auditor terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Hotel Berbintang di kabupaten Bandung Pengaruh Independensi dan Keahlian Profesional Internal Auditor terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Hotel Berbintang di kabupaten Bandung dan Kota Denpasar
Variabel: a) Pengalaman
Kerja b) Program
Pelatihan Sampel: Hotel Berbintang di kabupaten Bandung Variabel: a) Pengalaman
Kerja b) Program
Pelatihan Sampel: Hotel Berbintang di kabupaten Bandung dan Kota Denpasar
Variabel: a) Independensi b) Keahlian
profesional c) struktur
pengendalian internal
Metode: Regresi linier berganda Variabel: a) Independensi b) Keahlian
profesional Struktur
c) pengendalian internal
Metode: Regresi linier berganda
Dari penelitian tersebut didapat bahwa independensi dan keahlian profesional internal auditor, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung. Dari penelitian tersebut didapat bahwa independensi dan keahlian profesional internal auditor, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
Sumber: diolah berbagai sumber
67
Tabel 2.2 (lanjutan) Tabel Penelitian Terdahulu
Metodologi Penelitian No Nama Penelitian dan Tahun
Judul Penelitian
Perbedaan Persamaan
Hasil Penelitian
3.
4
5
Jayanthi Krishnan (2008 Arlen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008) Rendy Cristofel (2010)
Kualitas Auditor Internal dan Pengendalian Intern: suatu analisis empiris Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas Moderasi Pengendalian Internal pada Hubungan Pengaruh Keadilan Organisasional terhadap tingkat kecurangan (Fraud)”
Kualitas Auditor Intern Sampel: KAP Jakarta dan Bandung Variabel: a) Pengetahuan
Auditor b) Etika Profesi c) Materialitas
Sampel: KAP Surabaya
Variabel: a) Pengendalian
Internal b) Keadilan
Organisasi c) Fraund Sampel: KAP Jakarta Barat
Pengendalian Intern Metode: Regresi linear berganda Variabel: Profesionalisme Metode: Regresi linier
berganda Variabel: a.Profesionalisme b.Keahlian
profesional c.Pengalaman
kerja Metode: Regresi linier
berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa independen auditor internal dengan keahlian bidang keuangan adalah signifikan jika dikaitkan dengan kejadian masalah-masalah pengendalian intern. Dari penelitian tersebut didapat bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Dari penelitian tersebut didapat bahwa kualitas pengendalian internal dapat dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh program pelatihan.
Sumber: diolah berbagai sumber
68
Tabel 2.2 (lanjutan) Tabel Penelitian Terdahulu
Metodologi Penelitian No Nama Penelitian
dan Tahun
Judul Penelitian
Perbedaan Persamaan
Hasil Penelitian
6
7
Sri Sularso dan Ainun Na’im (2008) Ni Putu eka Desyanti dan Ni Made Dwi Ratnadi (2006)
Pengaruh pengalaman akuntan pemeriksa terhadap pengetahuan dan penggunaan intuisinya, mengenai kekeliruan
Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Bandung
Variabel: a)Independensi b)Keahlian
profesional c)Program
pelatihan Sampel: KAP Solo, Jakarta dan Mahasiswa Surakarta Variabel: Program Pelatihan Sampel: Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Bandung
Variabel: a)Pengalaman
Kerja b)Pengendalian
internal Metode: Regresi linier berganda Variabel: a. Independensi b. Keahlian
Profesional c. Pengalaman
Kerja d. Pengendalian
intern Metode: Regresi linier berganda
Dari penelitian tersebut diatas bahwa penggunaan banyaknya tahun pengalaman untuk akuntan pemeriksa sebagai satu-satunya ukuran keahlian adalah kurang tepat. Pengalaman kerja pengawas intern secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.
Sumber: diolah berbagai sumber
69
J. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai pengaruh
indepedensi, keahlian prfesional, Pengalaman kerja dan program pelatihan
terhadap kualitas pengendalian audit intern. Berdasarkan landasan teori dan
hubungan antar variabel yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat
disederhanakan dalam bentuk model gambar 2.1 sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikira
Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja dan Program Pelatihan Terhadap Kualitas Pengendalian Intern.
Variabel Dependen: Pengendalian Intern
Variabel Independen: 1. Independensi 2. Keahlian Profesional 3. Pengalaman Kerja 4. Program Pelatihan
Metode Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik
Uji T (Parsial) Uji F (Simultan)
Kesimpulan dan Implikasi
70
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kausalitas.
Menurut Indriantoro dan Bambang (2004:27), kausalitas adalah tipe penelitian
dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua
variabel atau lebih yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji dan menganalisa signifikansi
indepedensi, keahlian profesional, Pengalaman kerja, program pelatihan,
terhadap kualitas pengendalian intern perusahaan. Adapun variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas pengendalian internal
sebagai variabel terikat dan independensi (X1), keahlian profesional (X2),
pengalaman kerja (X3), program pelatihan (X4) sebagai variabel bebas.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2005:55). Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan yang
71
bekerja pada HKI di wilayah Tangerang. Menurut Sugiyono (2005 :56),
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Dapat ditarik kesimpulan bahwa : sampel adalah bagian
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan
diteliti.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100
orang responden yang merupakan karyawan kantor HKI. Teknik
pengambilan sampling dalam menyusun skripsi ini menggunakan metode
simple random sampling yaitu metode penarikan sampel probabilitas
dilakukan dengan cara acak sederhana dan setiap responden memiliki
kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai responden (Abdul, Hamid,
2007:25). Jadi, sample ditentukan berdasarkan kemudahan bagi peneliti.
Teknik ini diambil karena melihat dari keterbatasan biaya, waktu, dan
tenaga yang dimiliki oleh peneliti.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data untuk mendukung penelitian ini adalah
menggunakan data primer dan data sekunder, berikut ini penjelasan mengenai
penggunaan kedua metode tersebut, yaitu:
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2005 :129), Data primer merupakan sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian
ini, data diperoleh melalui studi lapangan dengan metode kuesioner melalui
72
daftar pertanyaan tertulis kepada auditor. Kuesioner yang digunakan
diadopsi dari pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam jurnal-jurnal SNA,
skripsi dan buku Auditing. Selanjutnya pertanyaan-pertanyaan tersebut
dimodifikasi dan direvisi agar dapat dimengerti oleh responden. Kuesioner
dibagikan kepada responden dengan mendatangi langsung ke HKI di
wilayah Tangerang, melalui surat pos, dan memberikan pada teman yang
bekerja pada kantor tersebut.
2. Data Sekunder
Menurut Indriantoro dan Bambang Supomo (2004:147), Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dari pihak lain. Data
sekunder ini diperlukan sebagai landasan teori yang dikumpulkan dengan
cara membaca literatur, buku akuntansi, majalah, surat kabar, dan internet
yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan
SPSS Versi 16.0.
1. Deskriptif Data
Penyusunan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan
menggunakan pendekatan analisis regresi berganda untuk menganalisis
73
variabel independen (X) yaitu manajemen audit dan internal audit terhadap
variabel dependen (Y) yaitu audit sampling.
2. Uji Kualitas Data
Menurut Indriantoro, Bambang (2004:180), ada dua konsep untuk
mengukur kualitas data, yaitu validitas dan reliabilitas. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Menurut Imam Ghozali (2006:49), Uji validitas data digunakan
untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk
melakukan uji validitas instrumen penelitian digunakan teknik Pearson
Correlation yaitu dengan cara mengkorelasi skor tiap item dengan skor
totalnya. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan r tabel
dengan r hitung (korelasi). Bila koefisien korelasi (r) hitung lebih besar
dari r tabel (Product Moment), berarti butir pertanyaan tersebut valid.
Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid.
2. Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliabel
74
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan
menghitung besarnya cronbach alpha coefisient (α) untuk masing-
masing instrument kuisioner yang akan diuji. Suatu variable dikatakan
reliable jika memberikan nilai cronbach alpha coefficient (α) > 0,06
(Imam Ghozali, 2006 : 46).
3. Uji Asumsi Klasik
Menurut Imam Ghozali (2006:95), Uji asumsi klasik terdiri dari: Uji
normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variable dependen, variable independent, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal
dari grafik (Imam Ghozali, 2006 : 110).
Menurut Santoso (2003:67), Dasar pengambilan keputusan
adalah jika signifikan lebih besar dari 0,05 maka variabel terdistribusi
normal, sedangkan jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka
variabel tidak terdistribusi normal.
75
b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2006:125), Uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Pada gambar Scatter plot, jika titik-titik menyebar
merata diatas dan dibawah atau sekitar angka 0, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas sedangkan jika titik-titik data membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit atau mengumpul di satu
titik, maka telah terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikoliniearitas
Menurut Imam Ghozali (2006:95), Uji multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Multikolinieritas dapat dideteksi dengan
menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel
bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal
ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Salah satu asumsi model
garis regresi linier adalah tidak ada kolerasi yang sempurna atau kolerasi
tidak sempurna tetapi relatif sangat tingi pada variabel-variabel bebasnya
(Independ) yang biasa disimbolkan dengan X1,X2,X3....Xn.
76
4. Uji Hipotesis
Menurut Santoso (2003:57), Dalam pengolahan data, penelitian
ini menggunakan metode analisis regresi berganda dengan menggunakan
uji t dan uji F, dimana dasar pengambilan keputusan adalah apabila
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sebaliknya jika
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak.
1) Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara variabel-variabel bebas (X1, X2, dan X3) dengan
variabel terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linear dengan
persamaan matematis berikut:
Dimana:
Y = Pengendalian intern
α = Konstanta, harga Y bila X=0
β = Koefisien Regresi atau nilai sensitivitas variabel terikat
(Y) terhadap besar perubahan variabel bebas (X) dimana jika
nilai b positif maka akan terjadi kenaikan, sedangkan jika b
negatif maka akan terjadi penurunan.
X1 = Independensi (variabel bebas)
X2 = Keahlian profesional (variabel bebas)
X3 = Pengalaman kerja (variabel bebas)
X4 = Program pelatihan (variabel bebas)
e = Error
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
77
2) Output Regresi (Goodness of Fit)
Menurut Imam Ghozali (2006:87), Ketepatan fungsi regresi sampel
dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit. Secara
statistik, setidaknya ini dapat diukur dari:
a) Uji Koefisien Determinasi
b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistif F)
c) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Uji Koefisien Determinasi
Menurut Imam Ghozali (2006:87), koefisien determinasi
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memperediksi variasi variabel
dependen.
Untuk mengetahui besar atau kecilnya persentase pengaruh
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dipergunakan
koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut:
78
KD = R² x 100%
Dimana:
KD = Koefisien Determinasi
R = Koefisien Korelasi
b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistif F)
Menurut Imam Ghozali (2006:88), Uji statistik F pada
dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ha diterima.
c) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Imam Ghozali (2006:88), Uji statistik t pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Maka dipergunakan uji t (t-test) dua
pihak. Kriteria pengujian alfa = 0,05
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ha1 ditolak
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ha1 diterima.
79
E. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan jurnal, skripsi dan buku yang terkait dengan penelitian
yang telah dimodifikasi dan menjadi acuan dalam pengukuran variabel, maka
operasional variabel penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Variabel bebas ( Independent variable)
Menurut Indriantoro dan Bambang Supomo (2004:63), Variabel
Independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen
dirinci sebagai berikut:
a. Indepedensi
Untuk mengukur variabel pengaruh indepedensi, menggunakan
instrumen Lenny Krisnawati (2007), Panca Mahendrawati (2007) dan
dimodifikasi sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang ada dalam
Rahayu, Ely et.al (2010) serta Arens, Alvin (2010) dengan delapan
pertanyaan. Variabel ini diukur berdasarkan skala likert, yaitu (1)
Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5) Sangat
Setuju.
b. Keahlian professional
Untuk mengukur variabel keahlian profesional, menggunakan
instrumen Dwi (2009), Murtanto dan Gudono (2009) dengan empat
belas pertanyaan. Variabel ini diukur berdasarkan skala likert yaitu (1)
Tidak Penting, (2) Kurang Penting, (3) Cukup Penting, (4) Penting, (5)
Sangat Setuju.
80
c. Pengalaman Kerja
Untuk mengukur variabel pengalaman kerja, menggunakan instrumen
Hasibuan (2010), Knoers dan Haditono (2007), Abriyani (2004), Putri
Noviyani dan Bandi (2008). Variabel ini diukur berdasarkan skala
likert, yaitu (1) Sangat Tidak SetujU, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4)
Setuju, (5) Sangat Setuju.
d. Program pelatihan
Untuk mengukur variabel program pelatihan menggunakan instrumen
Rai (2008), Salusu (2008), Ahmad (2009). Variabel ini diukur
berdasarkan skala likert, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak
Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju.
2. Variabel terikat (Dependent Variable)
Menurut Indriantoro dan Bambang Supomo (2004:60), Variabel
Dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen
adalah Pengendalian intern. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Pengendalian intern. Untuk mengukur variable tersebut menggunakan
instrument Rahayu, Ely (2010), menurut Tawaf (1999:19) pengendalian
intern meliputi kebijakan, susunan organisasi, serta semua cara-cara dan
peraturan yang terkoordinasi yang dianut untuk mencapai tujuan oleh satuan
usaha. Masing-masing item pertanyaan dinilai menggunakan skala linteral
yaitu: (1) Sangat tidak setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5)
Sangat Setuju.
81
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
No.
Variabel
Sub variabel
Indikator
No. Pertanyaan
Skala
1.
Indepedensi (X1 ). Sumber: Arens Alvin dan Rahayu Ely (2010)
1. Indepedensi dalam sikap mental.
2.Independensi dalam penampilan.
a) akuntan publik bersikap jujur dan adil.
b) Akuntan publik objektif dalam memberikan pertimbangan
c) Akuntan publik haruslah merdeka
d) Akuntan publik diberi kebebasan dalam mengaudit.
a). Akuntan
publik memiliki rasa percaya diri
b). Akuntan publik menerima fasilitas.
c). Auditor bersikap
hati-hati d). Auditor
memiliki keahlian.
e). Akuntan publik tidak boleh memberikan jasa lain.
1 dan 2
3
4 dan 5
6, 7, 8, dan 9
10
11
12
13, dan 14
15
Interval
Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber.
82
Tabel 3.1 (Lanjutan) Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Sub Variabel Indikator No. Pertanyaan
Skala
2
3
4
Keahlian Profesionalisme Sumber: Dwi (2009), Murtanto dan Gudono (2009) Pengalaman Kerja Sumber Hasibuan (2010), Knoers dan Haditono (2007), Abriyani (2004), Putri Noviyani dan Bandi (2008). Program Pelatihan Sumber: Rai (2008), Salusu (2008), Ahmad (2009).
Pengetahuan
Pengetahuan
Pendidikan jangka pendek
a) Memiliki Pengetahuan audit
b) Ketelitian seorang auditor
c) Berdiskusi memperluas pengetahuan
d) Kondisi sirkulasi bekerja baik.
a) Pengalaman
untuk rotasi pada bagian lain
b) Memiliki banyak penugasan audit
c) Tingkat kesalahan dalam melaksanakan tugas
d) Pengetahuan dan pengalaman merupakan elemen terpenting dalam mengaudit
a) Program
pelatihan meningkatkan kualitas perusahaan
16, 17, dan 18
19
20, 21, dan 22
23 dan 24
25
26, 27, 28, dan 29
30
31 dan 32
33, 34, 35, 36, dan 37
Interval
Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber.
83
Tabel 3.1 (Lanjutan) Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Sub Variabel Indikator No. Pertanyaan
Skala
5
Pengendalian internal Sumber: Rahayu, Ely (2010), menurut Tawaf (2008) Reni Widyastuti (2009)
a) Struktur Organisasi b) Wewenang dan prosedur
a) Pembagian tugas dan fungsi
a) Koreksi hasil
pekerjaan b) Pembuat
keputusan dengan standar spesifikasi
c) Koordinasi dengan pihak terkait
39
40
41
42, 43, dan 44
Interval
Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber.
84
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian
Hukum Dan Hak Asasi Manusia (HAM)
Pelayanan jasa hukum di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Untuk pertama
kalinya didaftar merek no. 1 (satu) oleh Hulpbureua Voor den
Industrieelen Eigendom pada tanggal 10 Januari 1894 di Batavia.
Berdasarkan Reglement Industrieelen Eigendom 1912 Stbl. 1912-
545 jo 1913-214, yang melakukan pendaftaran merek di Indonesia adalah
Hulpbureua Voor den Industrieleen Eigendom di bawah Department Van
Justitie yang waktu itu hanya khusus menangani pendaftaran merek.
Kemudian berdasarkan Stbl. 1924 no. 576 ayat 2 ruang lingkup tugas
Department Van Justitie meliputi pula bidang milik perindustrian.
Dalam masa kemerdekaan RepubIik Indonesia sesuai dengan Pasal
II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945, Stbl. 1924 no. 576 masih
tetap berlaku dengan perubahan nama menjadi Kantor Milik Kerajinan.
Pada tahun 1947 Kantor Milik Kerajinan pindah ke Surakarta dan pada
tanggal 9 Oktober 1947 berubah namanya menjadi Kantor Milik
Perindustrian.
85
Pada masa pemerintahan RIS Kantor Milik Perindustrian pindah ke
Jakarta. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 60 tahun 1948 tentang
lapangan pekerjaan, susunan, pimpinan dan tugas kewajiban Kementerian
Kehakiman yang meliputi pula Kantor Milik Perindustrian, Kantor Milik
Perindustrian terdiri atas:
Bagian Pendaftaran Cap Dagang.
Bagian Perlindungan atas Pendapatan-pendapatan Baru (Octrooi).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 12 Pebruari
1964 no. J.S. 4/4/4 tentang Tugas dan Organisasi Departemen Kehakiman,
yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri Kehakiman no. J.S.4/4/24
tanggal 27 Juni 1965 tentang Tugas dan Organisasi Departemen
Kehakiman, nama Kantor Milik Perindustrian diganti menjadi Direktorat
Urusan Paten yang bertugas menyelenggarakan peraturan-peraturan
mengenai perlindungan penemuan dan penciptaan.
Dengan demikian, sesuai dengan Keputusan Menteri Kehakiman
tersebut Direktorat Urusan Paten tidak saja menangani urusan bidang
merek dan bidang paten tetapi juga menangani bidang hak cipta.
Tahun 1966, Presidium Kabinet mengeluarkan keputusan no.
75/U/Kep/11/1966 tentang Struktur Organisasi dan Pembagian tugas
Departemen. Dalam Keputusan ini Direktorat Urusan Paten berubah
menjadi Direktorat Paten, Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan
dan Perundang-undangan, yang terdiri dari:
86
• Dinas Pendaftaran Merek
• Dinas Paten
• Dinas Hak Cipta
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang
telah disebar, dengan objek penelitian adalah auditor yang bekerja di
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia (HAM).
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung kepada responden yang bekerja pada Direktorat
Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Penyebaran serta pengembalian
kuesioner dilaksanakan mulai tanggal September 2010 hingga Oktober
2010. Peneliti mengambil sampel sebanyak 75 responden yang bekerja
pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual.
3. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Berikut ini adalah deskripsi
mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin,
pendidikan terakhir, posisi terakhir, dan pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin dalam penelitian ini terdiri dari pria dan wanita,
adapun data responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel 4.1:
87
Tabel 4.1 Data Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase Pria Wanita
47 28
62,7% 37,3%
Total 75 100% Sumber: Data primer yang diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sekitar 47 orang atau 62,7%
responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya sebesar 28
orang atau 37,3% responden berjenis kelamin wanita.
b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Pendidikan terakhir dalam penelitian ini terdiri dari D3,
sedang menempuh S1, lulus S1, lulus S2, adapun data responden
berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.2:
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Jenis Kelamin Jumlah Persentase D3 Sedang Menempuh S1 Lulus S1 Lulus S2
5 15 48 7
6,67% 20% 64% 9,3%
Total 75 100% Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 48
responden atau sebesar 64%. Responden yang berpendidikan terakhir
serta responden yang sedang menempuh Strata Satu (S1) berjumlah 15
orang atau sebesar 20%. sebesar 6,9% atau 5 orang berpendidikan
terakhir Strata Dua (S2), sisanya Diploma Tiga (D3) berjumlah 5
88
orang atau sebesar 6,67%, Deskripsi responden berdasarkan
pengalaman kerja
c. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja
Pengalaman kerja yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari
kurang dari 3 tahun, 3 sampai dengan 5 tahun, 5 sampai dengan 10
tahun, lebih dari 10 tahun, adapun data responden berdasarkan
pengalaman kerja dapat dilihat pada tabel 4.3:
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Lama Bekerja Jumlah Persentase < 3 Tahun 3-5 Tahun 5-10 Tahun > 10 Tahun
46 17 7 5
61,3% 22,6% 9,3% 6,7%
Total 75 100% Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden atau sebanyak 61,3% atau sekitar 46 auditor memiliki
pengalaman bekerja kurang dari 3 tahun, 22,6% atau sekitar 17 auditor
memiliki pengalaman kerja antara 3 sampai 5 tahun. Sedangkan 9,3%
atau sekitar 7 auditor memiliki pengalaman kerja 5 hingga 10 tahun
dan sisaya 6,7% atau sekitar 5 auditor memiliki pengalaman di atas 3
tahun.
B. Hasil Uji Kualitas Data
1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi
antar skor butir pernyataan dengan total skor konstruk atau variabel.
89
Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pernyataan berkorelasi positif
dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pernyataan tidak berkorelasi
positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan
Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk
degree of freedom (df) = n-2. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r
hitung > r tabel (Ghozali, 2004:45). Pada penelitian ini, Jumlah sampel (n)
yang akan diuji adalah 75 responden dengan taraf signifikan (α) 5%,
dengan ketentuan df= 75 - 2 = 73, maka didapat r tabel sebesar 0,191.
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan
dikatakan valid, karena koefisien korelasi (r hitung) > r tabel.
menunjukkan hasil uji validitas dari variabel lingkungan kerja dengan 75
sampel responden. Tabel 4.4 di bawah menunjukkan hasil uji validitas dari
variabel independensi dengan 75 sampel responden.
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi
Pernyataan Corrected Item-Total (r hitung)
r tabel Keterangan
IDS1 0.748 0,191 Valid IDS2 0.799 0,191 Valid IDS3 0.755 0,191 Valid IDS4 0.731 0,191 Valid IDS5 0.757 0,191 Valid IDS6 0.673 0,191 Valid IDS7 0.712 0,191 Valid IDS8 0.645 0,191 Valid IDS9 0.576 0,191 Valid
IDS10 0.556 0,191 Valid IDS11 0.664 0,191 Valid IDS12 0.757 0,191 Valid IDS13 0.757 0,191 Valid IDS14 0.799 0,191 Valid IDS15 0.664 0,191 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
90
Variabel Indepedensi terdiri atas 15 butir pernyataan, dari ke- 15 butir
pernyataan adalah valid (r hitung > r tabel).
Tabel 4.5 di bawah menunjukkan hasil uji validitas dari variabel
keahlian profesional dengan 75 sampel responden.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Profesional Pernyataan Corrected Item-
Total (r hitung) r tabel Keterangan
KP1 0.839 0,191 Valid KP2 0.842 0,191 Valid KP3 0.843 0,191 Valid KP4 0.723 0,191 Valid KP5 0.438 0,191 Valid KP6 0.814 0,191 Valid KP7 0.822 0,191 Valid KP8 0.840 0,191 Valid KP9 0.842 0,191 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Variabel Keahlian Profesional terdiri atas 9 butir pernyataan, dari
ke-9 butir pernyataan tersebut adalah valid (r hitung > r tabel).
Tabel 4.6 di bawah menunjukkan hasil uji validitas dari variabel
Pengalaman Kerja dengan 75 sampel responden.
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Pengalaman Kerja
Pernyataan Corrected Item-Total (r hitung)
r tabel Keterangan
PK1 0.701 0,191 Valid PK2 0.727 0,191 Valid PK3 0.642 0,191 Valid PK4 0.679 0,191 Valid PK5 0.526 0,191 Valid PK6 0.658 0,191 Valid PK7 0.689 0,191 Valid PK8 0.552 0,191 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
91
Variabel pengalaman kerja terdiri atas 8 butir pernyataan, dari ke-8
butir pernyataan tersebut adalah valid (r hitung > r tabel).
Tabel 4.7 di bawa menunjukkan hasil uji validitas dari variabel
Program Pelatihan dengan 75 sampel responden.
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Program Pelatihan
Pernyataan Corrected Item-Total (r hitung)
r tabel Keterangan
PPP1 0.587 0,191 Valid PPP2 0.585 0,191 Valid PPP3 0.655 0,191 Valid PPP4 0.535 0,191 Valid PPP5 0.766 0,191 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Variabel Program Pelatihan terdiri atas 5 butir pernyataan, dari ke-
5 butir pernyataan tersebut adalah valid (r hitung > r tabel).
Tabel 4.8 dibawah menunjukkan hasil uji validitas dari variabel
Pengendalian Interen.
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kualitas Pengendalian Interen
Pernyataan Corrected Item-Total (r hitung)
r tabel Keterangan
KPI1 0.538 0,191 Valid KPI2 0.565 0,191 Valid KPI3 0.529 0,191 Valid KPI4 0.566 0,191 Valid KPI5 0.570 0,191 Valid KPI6 0.573 0,191 Valid KPI7 0.474 0,191 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Variabel Kualitas Pengendalian Interen terdiri atas 7 butir
pernyataan, dari ke-7 butir pernyataan tersebut adalah valid (r hitung > r
tabel)
92
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensinya dari
instrumen penelitian, instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach
Alpha diatas 0,6.
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach's
Alpha N of
Items Indepedensi 0.944 15 Keahlian Profesional 0.941 9 Pengalaman Kerja 0.880 8 Program Pelatihan Pengawasan Interen 0.826 5 Kualitas Pengendalian Interen 0.808 7
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
Indepedensi sebesar 0,944, variabel Keahlian Profesional sebesar 0,941,
variabel pengalaman kerja sebesar 0,880, Variabel program pelatihan
sebesar 0,826 dan variabel kualitas pengendalian intern sebesar 0,808.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner semua
variabel ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar
dari 0,6.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila
pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama
dengan jawaban sebelumnya.Uji validitas digunakan untuk mengetahui
apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah
yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2005: 45). Maksudnya
untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika
93
pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel. Uji multikolinieritas
dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya, (2)
variance inflation factor (VIF). Pada tabel berikut ini disajikan hasil uji
multikolinieritas data hasil statistik:
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics Model Tolerance VIF
(Constant) IDS .237 4.218
KP .784 1.276
PK .337 2.967
1
PPPI .449 2.225 a. Dependent Variable: KPI
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa tidak ada problem
mutikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai variance inflation factor
(VIF) lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10.
94
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas berupa grafik scatterplot
berikut hasil pengujiannya.
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah
Dari hasil uji statistik pada gambar di atas terlihat bahwa titik-
titik menyebar secara acak serta menyebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.
c. Hasil Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas berupa grafik dan histogram,
berikut hasil pengujian normalitas:
95
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah
Pada gambar 4.2 di atas merupakan hasil Uji Normalitas yang
berbentuk histogram. Dengan demikian, dapat disimpulkan grafik
histogram (gambar 4.2) menunjukkan bahwa model regresi layak
dipakai karena asumsi normalitas.
96
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah
Dengan melihat tampilan hasil uji statistik pada gambar 4.3
(normal probability plot) dapat disimpulkan bahwa grafik normal plot
terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. grafik ini menunjukkan
bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi
normalitas.
2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih independen variabel
dengan satu dependen variabel, misalnya dalam penelitian ini penulis
menggunakan Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman
Kerja (X3) dan Program Pelatihan (X4) terhadap Kualitas Pengendalian
Intern (Y). Berdasarkan pada pengolahan data, menggunakan Software
97
SPSS 16.0 maka didapatkan suatu model regresi linear berganda dalam
tabel 4.11 sebagai berikut:
Tabel 4.11 Uji Regresi Linier Berganda
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 9.906 2.349 4.217 .000
IDS .250 .064 .546 3.891 .000
KP .132 .052 .194 2.510 .014
PK .041 .088 .055 .469 .641
1
PPPI .313 .103 .308 3.026 .003 a. Dependent Variable: KPI Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di
atas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 9.906 + 0.250 X1 + 0.132 X2 + 0.041 X3 + 0.313 X4+ e
Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta
sebesar 9,906. hal ini menyatakan bahwa jika variabel Indepedensi,
Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja, dan Program Pelatihan dianggap
konstan, maka Kualitas Pengendalian Intern akan konstan sebesar 9,906
satuan. Koefisien regresi pada variabel Indepedensi sebesar 0.250, hal ini
berarti jika variabel Indepedensi bertambah satu satuan maka variabel
kualitas pengendalian intern bertambah sebesar 0.250 satuan. Koefisien
regresi pada variabel keahlian profesional sebesar 0132, hal ini berarti jika
variabel keahlian profesional bertambah satu satuan maka variabel kualitas
pengendalian intern bertambah sebesar 0.132 satuan. Koefisien regresi
pada variabel pengalaman kerja sebesar 0.041, hal ini berarti jika variabel
pengalaman kerja bertambah satu satuan maka variabel kualitas
98
pengendalian intern bertambah sebesar 0.041 satuan. Koefisien regresi
pada variabel program pelatihan sebesar 0.313, hal ini berarti jika variabel
program pelatihan bertambah satu satuan maka variabel kualitas
pengendalian intern bertambah sebesar 0.313 satuan.
Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Panca Mahendrawati (2007) variabel yang dianalisis adalah
Independensi, Keahlian professional, Struktur pengendalian internal. Dari
penelitian tersebut didapat bahwa independensi dan keahlian profesional
internal auditor, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern
pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Penelitian
lain dinyatakan oleh Libby (1995) dalam artikel Koroy (2005:917)
menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan
keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka
semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-
tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan
dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern.
99
a. Hasil Uji Determinasi
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini digambarkan dalam
tabel berikut:
Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi untuk Hipotesis
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .821a .673 .655 .761 1.885 a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.12 Model Summary
dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai koefisien korelasi kekuatan hubungan antara variabel
Independensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman Kerja (X3)
dan Program Pelatihan (X4) terhadap variabel Kualitas Pengendalian
Intern (Y) adalah sebesar 0,821. Hal ini berarti bahwa kekuatan
hubungan antara variabel Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2),
Pengalaman Kerja (X3) dan Program Pelatihan (X4) terhadap variabel
Kualitas Pengendalian Intern (Y) adalah kuat sebesar 82,1%.
2. Nilai koefisien determinasi atau nilai Adjusted R Square digunakan
untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap
variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi antara variabel
Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman Kerja (X3)
dan Program Pelatihan (X4) terhadap variabel Kualitas Pengendalian
Intern (Y) adalah sebesar 0,655 atau 65,5%. Hal ini berarti bahwa
variabel Kualitas Pengendalian Intern (Y) dapat dijelaskan oleh
100
variabel Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2), Pengalaman
Kerja (X3) dan Program Pelatihan (X4) sebesar 65,5% selebihnya
34,5% (100% - 65,5%) berasal dari variabel lain atau faktor lain yang
tidak diteliti dalam model regresi ini. Variabel lain yang dapat
mempengaruhi Kualitas Pengendalian Intern (Y).
b. Hasil Uji F (Simultan)
Untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F untuk
hipotesis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.13 sebagai
berikut:
Tabel 4.13 Hasil Uji F untuk Hipotesis
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 447.832 4 111.958 36.090 .000a
Residual 217.155 70 3.102 1
Total 664.987 74 a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI
Sumber: Data primer yang diolah
F-test atau uji simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
secara bersama-sama antar variabel independen terhadap variabel
dependen. Bedasarkan hasil uji statistik pada tabel di atas menunjukkan
bahwa nilai F-hitung adalah sebesar 36,090 dengan tingkat signifikansi
0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari alpha (0,000 < α =
0,05) maka Ha diterima. Hal ini berarti bahwa antara variabel
Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman Kerja (X3) dan
101
Program Pelatihan (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel Kualitas Pengendalian Intern (Y).
c. Hasil Uji t (Parsial)
Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji
pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari
masing-masing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan
sebesar 0.05. jika p-value lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan
bahwa variabel-variabel independen secara parsial mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Hasil uji t untuk hipotesis dalam penelitian ini disajikan dalam
tabel 4.14 sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Uji t untuk Hipotesis
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) 9.906 2.349 4.217 .000
IDS .250 .064 .546 3.891 .000
KP .132 .052 .194 2.510 .014
PK .041 .088 .055 .469 .641
1
PPPI .313 .103 .308 3.026 .003 a. Dependent Variable: KPI
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa pengaruh
Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) dan Program Pelatihan (X4)
102
terhadap Kualitas Pengendalian Internal menunjukkan pengaruh yang
signifikan, dengan probabilitas signifikansi 0.000 Indepedensi, 0.014
Keahlian Profesional dan Program Pelatihan yang lebih kecil dari 0.05.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis (Ha) diterima dan (Ho) ditolak,
yang artinya bahwa variabel Indepedensi (X1) Keahlian Profesional
(X2) dan Program Pelatihan (X4) berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Pengendalian Internal. Sedangkan variabel Pengalaman Kerja
tidak berpengaruh terhadap Kualitas Pengendalian Internal karena nilai
signifikansi < 0,05 yaitu 0,641.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman Kerja (X3) dan
Program Pelatihan Pengawasan Intern (X4) terhadap variabel Kualitas
Pengendalian Intern (Y) pada kantor Direktorat Jendral Hak Kekayaan
Intelektual. Kuesioner disebarkan sebanyak 75 responden, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Independensi, Keahlian Profesional, dan Program Pelatihan Pengawasan
Interen berpengaruh secara parsial signifikan positif terhadap Kualitas
Pengendalian Interen. Sedangkan Pengalaman kerja tidak signifikan
terhadap Kualitas pengendalian interen. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang diungkapkan Knoers dan Haditono (2007:26).
2. Hasil penelitian ini secara simultan Independensi, Keahlian Profesional,
dan Program Pelatihan Pengawasan Interen berpengaruh signifikan positif
terhadap Kualitas Pengendalian Interen. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lenny Krisnawati (2007) dan Resi (2009).
104
B. Implikasi
Indepedensi, keahlian profesional, pengalaman kerja dan program
pelatihan mempengaruhi kualitas audit interen secara signifikan. Sehingga
dalam suatu perusahaan harus lebih meningkatkan variabel independen agar
tercipta pengendalian interen semakin baik lagi dan perlu adanya peraturan
yang lebih ketat dan disiplin agar tercipta pengendalian yang baik lagi.
Program pelatihan perlu ditingkatkan lagi sebagai tujuan menambah
profesionalnya seorang auditor sehingga akan menguntungkan perusahaan
dari segi pengendalian interen. Dengan adanya pelatihan maka akan
meningkatkan kinerja auditor yang akan meningkatkan pengendalian interen.
Dan pada variabel indepedensi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas pengendalian intern, sehingga perlu adanya peningkatan kualitas dari
independesi. Dengan indepedensi yang ditingkatkan, maka akan
meningkatkan kualitas pengendalian intern.
C. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dari penelitian ini meliputi:
1. Jumlah variabel yang digunakan dalam penggukuran yang dianalisis masih
kurang.
2. Jumlah responden yang dianalisis masih sedikit dan kurang luas wilayah
penelitiannya.
D. Saran
Dalam suatu perusahaan auditor sangat diperlukan sebagai
pengendali dan control terhadap perusahaan maka perlu adanya penelitian
105
yang meneliti cara kerja auditor, adapun saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
a. Bagi perusahaan harus meningkatkan program pelatihan dan
meningkatkan profesionalisme auditor dalam melaksanakan pekerjaanya
agar tercipta pengendalian yang lebih baik lagi.
b. Bagi penelitian selanjutnya, menambah variabel selain penelitian ini
sehingga akan lebih baik lagi dan menambah data responden yang baik
lagi sehingga akan lebih akuratnya suatu data penelitian dan memperluas
wilayah penelitian.
106
DAFTAR PUSTAKA
Abriyani, Puspaningsih (2004) Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Manajer Perusahaan Manufaktur, J A A I
Abdul, Hamid.”Buku Panduan Penulisan Skripsi”.FEIS UIN Press.Jakarta,2007. Ahmad, Toha. “Menuju Profesionalisme Aiditor Internal”, Media Komunikasi dan
Informasi Akuntansi dan Keuangan PPA & K Newsletter Vol.2 No.2/th 1, Oktober 2009.
Ananing, Dwi. “Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor
Dalam Bidang Auditing”, Skripsi UII, Yogyakata, 2009. Arens, Alvin A, Loebbecke K. James. 2010. Auditing and Assurance Service:An
Integrated Approach, 11st edition, Pearson Prentice Hall.
Arya, Suhendra. ”Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. http://bluegulzz.wordpress.com/2010/03/03/jurnal-akuntansi-perilaku/.
Boynton, Johnson, dan Kell. “Modern Auditing”, Edisi Kesembilan, Jilid 3, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009.
Christiawan, Yulius J. ” Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi
Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.4, No.2, Nopember 2009.
Dian, Prastamawati. Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Independensi
Dan Karakteristik Personal auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi UIN, Jakarta 2009
Dwi, Ratnadi, 2009. Pengaruh Indepedensi, Keahlian Profesional dan Pengalaman
Kerja Pengawasan Intern Terhadap Efektifitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern, Jurnal Riset Akuntansi Universitas Udayana, Bandung.
Halim, Abdul. 2009. Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan).
Yogyakarta:AMP YKPN.
Hadiwryo, Siswanto (2007), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional, Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
107
Hasibuan. 2010. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Cetakan ke-16, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Herawaty, Arlen, Yulius, Kurniawan. Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan
Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan , Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Meterialitas. The 2nd National Conference UKWMS. Surabaya 6 September 2008.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. “Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta,
Salemba Empat Imam, Gozhali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro. Indriantoro, Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen”, Penerbit : BPFE Yogyakarta, 2004. Institut Akuntan Publik Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta,
2009. Jusuf, Amir Abadi. 2008. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta:Salemba Empat.
Jusup, Al. Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta : STIEYKPN. Jayanthi, Krishnan. 2008. “Kualitas Auditor Internal dan Pengendalian Intern:
Suatu analisis empiris”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keenam.Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Knoers dan Haditono. 2007. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Cetakan ke-12, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Lenny, Krisnawati. 2007. ”Pengaruh Independensi dan Keahlian Profesional
Internal Auditor terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Mulyadi. 2009. Auditing. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Munandar, Sunyoto, dan Ashar. 2009. “Psikologi Industri dan Organisasi”.
Universitas Indinesia Press, Jakarta Munawir. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta:
Liberty.
108
Murtanto dan Gudono 2009. ”Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian
Audit”.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 6 (1) :37-51. Yogyakarta: STIE.
Nikholaus, Bill dan Fanuel. 2010. Accouting Dictionary (Kamus Akuntansi).
Jakarta: Atalya Rileni Sudeco.
Oky, Dwi, Prasetyo. Kasus KAP dan Telkom Harus Menjadi Pelajaran Bersama. Senin, 20 Oktober 2008. http://okydwiprasetyo.blogspot.com/2008/10/kasus-kap-telkom-harus-menjadi.html.
Putri, Noviyani dan Bandi. 2008. ”Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap
Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan”. Simposium Nasional Akuntansi V, h:481— 488.
Rahayu, Kurnia K dan Ely S. 2010, Auditing: “Konsep Dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntansi Publik”. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rani, Widyastuti.” Analisis Pengaruh Pengalaman, Kompetensi dan Integritas
Auditor Eksternal Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteks Audit”. Skripsi UIN. Jakarta. 2009.
Rai, I Gusti, Agung. 2008, “Audit Kinerja pada Sektor Publik”. Cetakan Pertama.
Jakarta: Salemba Empat. Rendy, Christofel. S. “Moderasi Pengendalian Internal pada Hubungan
Pengaruh Keadilan Organisasional terhadap tingkat kecurangan (Fraud)”. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. 2010.
Resi, Andriani. “Hubungan Independen Auditor dengan Audit Fee”. Skripsi UGM. Jakarta. 2009.http://resiandriani.com/2009/06/10/skripsi-tentang-audit-hubungan-independen-auditor-dengan-audit-fee/.
Rizmah, Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti. 1999 „Analisis Faktorfaktor Penentu
Kualitas Audit“. Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen : 47—60. Yogyakarta: STIE.
Salusu, J. 2008. “Pengambilan Keputusan Stratejik: Untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Nonprofit”. Cetakan Kesepuluh. Jakarta: PT Grasindo Santoso. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Jakarta: P.T Elex Media
Komputindo, 2007.
109
Sekar, Mayangsari. 2009. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit“. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 6 (1) : 1—22. Yogyakarta: STIE.
Sri, Sularso, dan Ainun, Na’im. 2008. ”Pengaruh Pengalaman Akuntan
Pemeriksaan terhadap Pengetahuan dan Penggunaan Instuisinya mengenai Kekeliruan”. Fakultas Ekonomi. Universitas Surakarta. 2008.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, Bandung : C V. Alfabeta, 2005. Suharli, Michell. Audit Finansial, Audit Manajemen, dan Sistem Pengendalian
Intern http://jurnal.bl.ac.id/wp-content/uploads/2007/01/BEJ-v3-n1-artikel3-agustus2006.pdf.
Susanti. “Pengaruh Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap Peran Akuntan
Publik Dalam Pengungkapan Kecurangan”. Skripsi UIN. Jakarta.2009
Tawaf, Tjukria P. 2008. Audit Intern Bank. Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
The Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commision
(COSO), Internal Control-Integrated Framework, Evaluation Tools, September 1992.
The Institute of Internal Auditors Malaysia, 2004 National Conference On
Internal Auditing, New Governance Partnership Mandate, 27 dan 28 September 2004.
Trisnaningsih, Sri. ”Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai
mediasi pengaruh pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap kinerja Auditor”. Simposium Nasional akuntansi X UNHAS Makasar 26-28 juli 2009.
Tugiman, Hiro. 2009. “Pandangan Baru Internal Auditing”. Bandung.
Tunggal, Widjaja, Wijaya, Audit Berbasis Risiko: Meningkatkan efektifitas dan
efisien Audit, Harvarindo, Jakarta, 2009. Uwi. Kasus Enron dan Arthur Anderson, 14 November 2009.
http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/.
STRUKTUR ORGANISASIDIREKTORAT JENDERAL
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM RINomor: M.09.PR.07.10.Th 2007
Tanggal :20 April 2007
Direktur Jenderal
SekretarisDirektorat Jenderal
DirekturHak Cipta, DI, DTLST,dan Rahasia Dagang
DirekturPaten
DirekturMerek
DirekturKerjasama dan
Pengembangan HKI
DirekturTeknologi Informasi
Komisi Banding
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
Sekretaris Direktorat Jenderal
BagianPenyusunan Program dan Laporan
BagianKepegawaian
BagianKeuangan
BagianTata Usaha
Bagian Perlengkapandan Rumah Tangga
SubbagianPenyusunan rencana
dan Anggaran
Subbagian Evaluasi & Laporan
SubbagianUmum Kepegawaian
SubbagianMutasi, Pemberhentian
dan Pensiun
SubbagianAdministrasi Penyidik
SubbagianPelaksana Anggaran
SubbagianPerbendaharaan
SubbagianAkuntansi dan Pelaporan
SubbagianPersuratan
SubbagianPengetikan dan Penggandaan
SubbagianAdministrasi HKI
SubbagianPerlengkapan
SubbagianRumah Tangga
SubbagianHubungan Masyarakat
SubbagianPerjalanan Dinas dan
Kendaraan Operasional
Subbagian Tata UsahaPimpinan
DIREKTORAT HAK CIPTA, DESAIN INDUSTRI,DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU,
DAN RAHASIA DAGANGDirektorat Hak Cipta
Disain Industri,Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang
SubbagianTata Usaha
SubdirektoratAdministrasi danPelayanan Teknis
SubdirektoratDesain Industri
SubdirektoratHC, DTLST,
dan Rahasia DagangSubdirektorat
Pelayanan Hukum
SeksiPermohonan danPelayanan Teknis
SeksiPemeriksaan dan Publikasi
SeksiSertifikasi, Mutasi dan Lisensi
SeksiHak Cipta
SeksiDTLST dan
Rahasia Dagang
SeksiPertimbangan Hukum
SeksiPenyidikan dan Litigasi
Kelompok JabatanFungsional
DIREKTORAT PATEN
Direktorat Paten
SubdirektoratAdministrasi danPelayanan Teknis
SubdirektoratPemeriksaan
Paten I
SubdirektoratPemeriksaan
Paten II
SubdirektoratPemeriksaan
Paten III
SubdirektoratPelayanan Hukum
SeksiPermohonan
Formalitas
SeksiPelayanan Teknik
SeksiPublikasi
SeksiPertimbangan Hukum
SeksiPenyidikan dan Litigasi
SeksiAdministrasi
Komisi BandingKelompok Jabatan
Fungsional
SubbagianTata Usaha
SeksiPemeliharaan
Pengalihan Hakdan Lisensi
Seksi Sertifikasi
DIREKTORAT MEREK
Direktorat Merek
SubbagianTata Usaha
SubdirektoratPermohonan danPelayanan Teknis
SubdirektoratPemeriksaan
SubdirektoratIndikasi Geografis Subdirektorat
Pelayanan Hukum
SeksiPermohonan
SeksiMutasi dan Lisensi
SeksiPelayanan Teknis
SeksiPertimbangan Hukum
SeksiPenyidikan dan Litigasi
SeksiAdministrasi Komisi Banding
SeksiKlasifikasi
SubdirektoratSertifikasi dan Pengumuman
Kelompok JabatanFungsional
SeksiSertifikasi
SeksiPengumuman
Seksi PemeriksaanFormalitas
Seksi Evaluasi TehnisIndikasi Geografis
DIREKTORAT KERJASAMA DAN PENGEMBANGAN
DirektoratKerjasama dan Pengembangan
SubbagianTata Usaha
SubdirektoratPengembangan
SubdirektoratKerjasama Internasional
SubdirektoratKerjasama Nasional
SeksiPenyebaran Informasi
SeksiPengkajian danPengembangan
SeksiPelatihan
SeksiPerpustakaan
SeksiKerjasama Regional
SeksiKerjasama Bilateral
SeksiKerjasama
Institusi Pemerintah
SeksiKerjasama Institusi
Non Pemerintah
SeksiKerjasama Multilateral
DIREKTORAT TEKNOLOGI INFORMASI
DirektoratTeknologi Informasi
SubbagianTata Usaha
SubdirektoratPengembangan Sistem
SubdirektoratPendukung Sistem
SubdirektoratPengembangan Proses
Seksi Helpdesk Dan Pemeliharaan
SubDirektoratDokumentasi
SeksiAdministrasi danPengembangan
Database
Seksi PengembanganAplikasi
Kelompok JabatanFungsional
Seksi AdministrasiSistem Jaringan
Seksi PengembanganProses Kerja
Teknologi Informasi
Seksi Situs Internet
Seksi DokumentasiHak Merek
Seksi DokumentasiHak Paten
Seksi DokumentasiHak Cipta, DI, DTLST dan Rahasia Dagang
117
LAMPIRAN 3
KUESIONER
PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, PENGALAMAN KERJA DAN PROGRAM PELATIHAN TERHADAP
KUALITAS PENGENDALIAN INTERN
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kuliah Strata Satu
DISUSUN OLEH:
RIKHI DEWI RACHMAWATI
205082000275
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
118
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswi Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi.
Nama : Rikhi Dewi Rachmawati
NIM : 205082000275
Jurusan : Akuntansi/Audit
Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini
dengan lengkap sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kuesioner ini akan dijadikan data
dalam penelitian saya. Oleh karena itu, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk membaca
dengan teliti dan menjawabnya dengan lengkap. Tidak ada jawaban benar atau salah,
yang terpenting adalah memilih jawaban sesuai dengan pendapat
Bapak/Ibu/Saudara/i. Segala informasi yang diterima dalam penelitian ini akan dijaga
kerahasiaanya dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan akademis.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdra/i meluangkan waktu untuk mengisi dan
menjawab semua pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan terima kasih.
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Amilin, SE, Ak, M. Si Rahmawati, SE., MM NIP. 197306152005011009 NIP. 197708142006042003
Peneliti,
Rikhi Dewi Rachmawati
119
KUESIONER
PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL,
PENGALAMAN KERJA DAN PROGRAM PELATIHAN TERHADAP KUALITAS PENGENDALIAN INTERN
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kuliah Strata Satu (S1)
BAGIAN 1: KARAKTERISTIK RESPONDEN Berilah tanda silang (x) sesuai dengn jawaban yang anda pilih: Jenis Kelamin : A.Pria B. Wanita Jabatan : Pendidikan Terakhir : A. D3 B. Sedang menempuh S1 C.S1 D.S2 Lama bekerja : A.< 3 tahun B.3 - 5 tahun C. 5-10 tahun D.>10 tahun BAGIAN II: PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Anda diminta untuk mengisi sejumlah pertanyaan dibawah ini dengan memberi anda (X)
atau dengan tanda (√) pada angka tersedia pada kolom jawaban 2. Anda diminta untuk mengisi sejumlah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda Ya
atau Tidak dengan cara mencoret salah satunya. Adapun makna dari alternatif jawaban dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Sangat Tidak Setuju 2) Tidak Setuju 3) Netral 4) Setuju 5) Sangat Setuju
INDEPENDENSI Pilihlah pernyatan berikut dengan memberi tanda (X) pada alternatf kolom jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Sdr. Ket : STS: Sangat Tidak Setuju TS: Tidak Setuju N: Netral S: Setuju ST: Sangat Setuju NO PERTANYAAN STS T S TS N S ST 1 Dalam melaksanakan audit akuntan publik bersikap
jujur dan adil
2 Penyusunan program audit bebas dari campur tangan atau sikap tidak mau bekerja sama mengenai penerapan prosedur yang dipilih.
3 Akuntan publik harus objektif dalam memberikan pertimbangan atau saran terhadap klien
4 Penyusunan program bebas dari campur tangan untuk menentukan, mengeliminasi dan memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa.
5 Auditor dalam bekerja bebas dari tekanan pihak 6 Dalam melaksanakan audit harus memiliki rasa
120
percaya diri 7 Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha
pihak lain terhadap subyek pekerja pemeriksaan selain untuk proses pemeriksaan yang disediakan
8 Akuntan publik menerima fasilitas yang berlebihan dari klien selama melaksanakan audit
9 Akuntan publik memiliki hubungan khusus dengan klien
10 Akuntan publik memberikan jasa lain selain jasa audit terhadap klien
11 Auditor harus menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja atau tidak sengaja dalam melapirkan fakta, opini, dan reomendasi dalam interprestasi auditor.
12 Dalam melaksanakan audit akuntan publik memiliki kemampuan dan keahlian
13 Dalam setiap perikatan audit akuntan publik memegang teguh pada sikap independensi
14 Sikap independensi merupakan ukuran profesionalisme seorang auditor
15 Akuntan publik tidak boleh memberikan jasa lain selain jasa audit terhadap klien.
KEAHLIAN PROFESIONAL No Pertanyaan STS TS N S ST 16 Saya menggunakan segenap pengetahuan,
kemampuan dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengauditan.
17 Memiliki pengetahuan tentang tekhnik audit. 18 Memiliki pengetahuan prosedur audit. 19 Ketelitian seseorang auditor sangat diutamakan 20 Dengan seringnya berkumpul dan berdiskusi
dengan sesame profesi akan mendapatkan banyak masukan dari sumber yang lebih professional.
21 Jika orang atau masyarakat memandang saya tidak independen terhadap suatu penugasan maka saya akan menarik diri dari penugasan tersebut.
22 Saya sering mengajak rekan-rekan seprofesi untuk bertukar pendapat tentang masalah yang ada baik dalam satu organisasi maupun lain organisasi.
23 Saya merasa bahwa saya menghayati pekerjaan saya.
24 Kondisi sirkulasi saya tempat bekerja sudah baik.
121
PENGALAMAN KERJA No Pertanyaan STS TS N S ST
25 Perusahaan tidak memberi kesempatan pada karyawan untuk rotasi pada bagian lain
26 Memiliki banyak penugasan audit akan memudahkan mendeteksi adanya kesalahan dalam audit.
27 Semakin banyak pengalaman yang dimilki auditor semakin besar auditor dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada.
28 Pengalaman membentuk seorang akuntan publik menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan
29 Pengalaman dapat membantu auditor mengetahui kecurangan disuatu perusahaan berikut penyelesaiannya
30 Pengalaman merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan prediksi dan deteksi auditor
31 Pengalaman dan pengetahuan merupakan elemen terpenting dalam mengaudit
32 Pengalaman audit akan meningkatkan kompetensi auditor dalam menjalankan setiap penugasan
PROGRAM PELATIHAN N0 Pertanyaan STS TS N S ST 33 Dapat mengaplikasikan yang diperoleh dari
pelatihan
34 Jumlah program pelatihan yang anda lakukan sudah banyak anda lakukan
35 Program pelatihan yang dilakukan anda sangat bermanfaat bagi profesi yang anda tekuni
36 Program pelatihan yang dilakukan perusahaan telah menjadikan anda lebih baik lagi dari segi profesi
37 Program pelatihan sangat bermanfaat bagi peningkatan perusahaan
PENGENDALIAN INTERNAL N0 Pertanyaan STS TS N S ST 38 Bentuk struktur organisasi dalam perusahaan jelas
dan berstruktur
39 Pembagian tugas karyawan menurut keahlian 40 Koreksi hasil pekerjaan 41 Pembuatan keputusan dengan standar spesifikasi 42 Koordinasi perusahaan dengan pihak-pihak terkait 43 Pembagian tugas tiap-tiap fungsi organisasi 44 Pembagian tugas anggota dalam perusahaan
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdr.I atas kerjasamanya dalam pengisian lembar kuesioner ini.
122
LAMPIRAN 4 : Tabulasi INDEPEDENSI
NO IDS1 IDS2 IDS3 IDS4 IDS5 IDS6 IDS7 IDS8 IDS9 IDS10 IDS11 IDS12 IDS13 IDS14 IDS15 TOTAL_IDS1 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 66
2 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 67 3 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 64 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 3 3 3 66 5 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 55 6 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 71
7 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 59 8 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 55 9 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4 56 10 5 3 3 4 5 5 5 3 4 4 3 4 5 5 5 63 11 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 57 12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 3 3 57
13 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 69 14 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 5 5 61 15 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 64 16 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 56 17 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 55
18 5 3 3 3 5 3 3 3 4 4 3 5 5 4 4 57 19 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 66 20 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 52 21 4 4 4 4 3 3 4 4 5 5 4 3 3 4 4 58 22 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 3 4 4 4 4 47
23 5 4 4 4 4 3 5 3 4 5 4 5 5 5 5 65 24 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 4 4 62 25 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 3 3 3 4 4 56 26 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 3 3 3 3 57 27 4 4 4 5 4 3 4 3 4 5 5 5 4 5 5 64
28 4 5 4 4 3 5 3 4 4 3 4 4 3 4 4 58 29 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 62 30 5 5 4 5 4 4 5 3 4 4 4 3 4 3 3 60 31 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 65 32 4 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 62 33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 59
34 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 55 35 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 58 36 3 3 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 5 5 5 61 37 4 4 4 4 5 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4 62 38 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 3 61
39 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 62 40 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 5 5 63 41 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 44 42 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 3 3 3 63 43 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 57
44 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 64 45 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 61 46 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 4 5 4 4 37 47 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 59 48 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 68 49 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 5 4 5 5 60
50 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 55 51 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 63 52 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 4 62 53 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 70 54 3 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 60
55 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 60 56 3 2 2 1 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 35 57 4 3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 65 58 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 60 59 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4 61
60 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 58 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 62 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 64 63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57
65 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 68 66 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 67 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 68 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 61 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 70 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 65
71 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 63 72 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 64 73 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57 75 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 68
123
KEAHLIAN PROFESIONAL
NO KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 TOTAL_KP1 4 4 4 5 5 4 4 4 4 38 2 5 5 5 4 4 5 5 5 4 42 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 30 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 42 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 7 3 3 3 3 3 3 3 3 2 26 8 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35 9 5 5 4 4 5 5 4 4 4 40
10 4 4 5 5 4 4 5 5 3 39 11 3 4 4 3 4 4 4 3 4 33 12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 13 5 5 5 4 5 4 4 5 4 41 14 4 5 4 5 4 4 4 4 4 38 15 4 3 3 4 4 4 4 4 4 34 16 5 4 5 4 5 4 5 4 3 39 17 3 4 4 3 3 4 4 3 4 32 18 5 5 4 4 5 5 4 4 4 40 19 5 4 4 5 5 4 4 4 4 39 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 21 4 4 4 4 3 3 3 4 3 32 22 4 4 4 4 4 4 4 4 2 34 23 5 5 5 5 5 5 5 5 3 43 24 4 4 5 5 5 5 5 5 3 41 25 4 4 3 3 3 4 4 4 5 34 26 3 4 4 4 4 4 4 3 4 34 27 4 5 4 5 4 5 4 5 4 40 28 3 4 3 4 3 4 3 4 3 31 29 5 4 5 4 5 4 5 4 1 37 30 3 3 3 3 4 4 3 3 1 27 31 4 4 4 5 5 4 4 4 5 39 32 5 5 5 4 4 5 5 5 3 41 33 3 3 3 4 4 3 3 3 4 30 34 4 4 4 3 3 4 4 4 2 32 35 5 5 5 5 5 5 5 5 3 43 36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 38 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35 39 5 5 4 4 5 5 4 4 4 40 40 4 4 5 5 4 4 5 5 2 38 41 3 4 4 3 4 4 4 3 4 33 42 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35 43 5 5 5 4 5 4 4 5 4 41 44 4 5 4 5 4 4 4 4 4 38 45 4 3 3 4 4 4 4 4 3 33 46 5 4 5 4 5 4 5 4 4 40 47 3 4 4 3 3 4 4 3 2 30 48 5 5 4 4 5 5 4 4 2 38 49 5 4 4 5 5 4 4 4 4 39 50 3 3 3 3 3 3 3 3 4 28 51 4 4 4 4 3 3 3 4 4 33 52 4 4 4 4 4 4 4 4 2 34 53 5 5 5 5 5 5 5 5 2 42 54 4 4 5 5 5 5 5 5 3 41 55 4 4 3 3 3 4 4 4 5 34 56 3 4 4 4 4 4 4 3 4 34 57 4 5 4 5 4 5 4 5 3 39 58 3 4 3 4 3 4 3 4 2 30 59 5 4 5 4 5 4 5 4 3 39 60 3 3 3 3 4 4 3 3 5 31 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 63 3 3 3 3 4 3 3 3 4 29 64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 65 5 5 5 5 3 5 5 5 3 41 66 4 4 4 4 3 4 4 4 3 34 67 5 5 5 5 3 5 5 5 3 41 68 4 4 4 4 3 4 4 4 3 34 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 70 3 3 3 3 4 3 3 3 4 29 71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 72 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 73 3 3 3 3 3 4 3 3 4 29 74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 75 5 5 5 5 3 5 5 5 3 41
124
PENGALAMAN KERJA
NO PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 PK7 PK8 TOTAL_PK1 4 4 4 4 4 4 4 4 32
2 4 5 4 3 4 4 4 4 323 5 5 4 4 4 4 4 4 344 5 5 5 5 4 4 4 4 365 4 4 4 3 4 3 4 4 306 4 4 4 5 3 5 4 4 33
7 5 4 4 4 4 4 4 5 348 4 4 4 4 4 4 4 4 329 4 4 4 4 4 3 4 2 29
10 4 5 4 4 3 4 4 5 3311 4 4 3 4 4 3 4 3 29
12 4 4 4 4 3 4 3 4 3013 5 5 4 4 4 4 5 4 3514 4 4 4 4 4 4 4 4 3215 4 5 3 4 4 4 4 5 3316 4 4 4 3 5 3 4 4 31
17 4 4 4 4 4 3 4 4 3118 4 5 4 5 4 4 4 4 3419 5 5 5 5 4 5 5 4 3820 4 4 4 5 4 4 4 5 3421 4 4 4 4 3 3 4 4 3022 3 3 3 3 2 3 2 2 21
23 5 4 4 4 4 3 5 3 3224 4 4 4 4 4 4 4 4 3225 4 4 3 4 4 3 4 4 3026 4 4 4 4 4 4 4 5 3327 4 4 4 5 4 3 4 3 31
28 4 5 4 4 3 5 3 4 3229 4 4 5 4 4 4 4 4 3330 5 5 4 5 4 4 5 3 3531 4 5 4 4 4 4 4 4 3332 4 5 5 4 4 4 4 4 34
33 4 4 4 4 4 4 4 4 3234 4 4 4 3 5 4 4 4 3235 4 4 4 4 4 4 3 4 3136 3 3 5 4 4 4 4 4 3137 4 4 4 4 5 4 4 3 3238 5 5 5 5 4 4 4 4 36
39 4 4 3 5 4 4 5 4 3340 4 4 4 4 4 4 4 4 3241 3 2 3 3 3 3 3 3 2342 5 5 5 4 4 4 4 4 3543 4 4 3 4 4 3 4 4 30
44 4 4 4 4 4 4 4 4 3245 4 4 4 4 5 4 4 4 3346 2 2 2 2 1 2 2 2 1547 4 4 4 5 5 4 4 4 3448 4 5 5 5 4 5 4 5 37
49 4 4 4 4 4 4 3 4 3150 4 3 4 4 4 4 4 4 3151 5 5 4 5 4 5 4 4 3652 5 5 5 4 4 4 4 3 3453 5 5 5 4 5 4 4 5 37
54 3 4 5 4 4 4 3 4 3155 4 4 4 5 4 4 4 4 3356 3 2 2 1 3 2 1 2 1657 4 3 5 5 4 4 4 4 3358 4 4 4 4 4 5 4 4 3359 4 4 4 4 4 4 4 3 31
60 5 4 4 4 5 4 3 4 3361 4 4 4 4 4 3 4 2 2962 4 5 4 4 3 4 4 5 3363 4 4 3 4 4 3 4 3 2964 4 4 4 4 3 4 3 4 30
65 5 5 4 4 4 4 5 4 3566 4 4 4 4 4 4 4 4 3267 4 5 3 4 4 4 4 5 3368 4 4 4 3 5 3 4 4 3169 4 4 4 4 4 3 4 4 31
70 4 5 4 5 4 4 4 4 3471 5 5 5 5 4 5 5 4 3872 4 4 4 5 4 4 4 5 3473 4 4 4 4 3 3 4 4 3074 3 3 3 3 2 3 2 2 2175 5 4 4 4 4 3 5 3 32
125
PROGRAM PELATIHAN
NO PPPI1 PPPI2 PPPI3 PPPI4 PPPI5 TOTAL PPPI1 4 5 4 4 4 21
2 4 3 5 4 4 203 4 4 3 4 3 184 5 5 5 4 4 235 4 4 3 4 4 196 4 4 5 4 5 227 4 3 4 4 3 188 4 4 4 4 4 20
9 4 3 4 3 4 1810 4 4 3 4 4 1911 3 4 4 4 4 1912 3 4 4 4 3 1813 4 4 5 4 4 2114 4 5 4 4 4 2115 3 4 4 5 4 2016 4 3 3 4 3 17
17 4 4 4 4 4 2018 4 3 3 4 3 1719 5 4 4 3 3 1920 4 4 3 4 4 1921 4 5 4 4 4 2122 3 4 2 3 2 1423 4 5 4 3 4 20
24 4 5 4 4 4 2125 3 5 5 3 3 1926 4 3 4 4 4 1927 4 5 2 4 4 1928 4 3 5 4 4 2029 5 4 5 4 4 2230 4 4 4 3 3 18
31 4 4 4 5 4 2132 5 3 3 4 3 1833 4 4 4 4 4 2034 4 3 3 5 4 1935 4 4 3 4 3 1836 5 3 3 4 4 1937 4 5 4 4 5 2238 5 4 4 5 4 22
39 3 4 4 4 4 1940 4 4 5 5 5 2341 3 2 3 2 3 1342 5 4 5 5 4 2343 3 4 4 5 5 2144 4 4 4 4 4 2045 4 4 3 4 4 19
46 2 1 2 3 3 1147 4 4 5 5 4 2248 5 4 4 4 4 2149 4 4 4 4 4 2050 4 4 3 5 4 2051 4 5 4 5 4 2252 5 4 4 4 4 21
53 4 4 5 5 4 2254 4 4 4 4 4 2055 4 4 3 4 3 1856 2 2 1 2 1 857 5 5 4 5 5 2458 4 5 4 4 5 2259 4 4 4 5 4 2160 4 4 4 4 4 20
61 5 5 5 5 5 2562 4 4 4 4 4 2063 3 3 3 3 3 1564 4 4 4 5 4 2165 5 5 5 4 5 2466 3 3 3 4 3 1667 4 4 4 3 4 19
68 5 5 5 5 5 2569 4 5 5 4 5 2370 3 4 3 4 3 1771 5 5 5 5 5 2572 4 4 4 4 4 2073 3 3 3 3 3 1574 4 4 5 4 4 21
75 5 5 5 5 4 24
126
KUALITAS PENGENDALIAN INTERNAL
NO KPI1 KPI2 KPI3 KPI4 KPI5 KPI6 KPI7 TOTAL KPI1 4 5 4 5 4 5 4 31
2 4 5 4 4 5 4 4 303 4 4 4 4 5 4 4 294 4 5 4 5 5 4 5 325 4 3 4 3 4 4 4 266 4 5 5 4 4 4 5 317 5 4 5 3 4 4 3 288 4 4 4 4 4 4 4 289 3 3 3 3 4 4 4 24
10 5 3 4 4 5 3 5 2911 3 4 4 4 4 4 3 26
12 4 4 3 4 4 4 4 2713 4 5 4 4 5 4 5 3114 4 4 4 4 4 3 3 2615 5 4 4 5 5 4 4 3116 4 3 3 3 4 4 4 2517 4 4 4 3 4 4 3 2618 4 3 3 3 5 4 3 2519 4 4 3 4 5 4 4 2820 5 3 4 4 4 3 4 27
21 4 4 4 4 4 5 5 3022 3 2 2 3 3 3 3 1923 3 4 4 4 4 5 5 2924 4 4 4 5 4 4 4 2925 4 5 3 4 4 4 4 2826 5 4 4 4 4 5 5 3127 3 2 4 4 4 3 4 2428 4 5 4 5 5 4 5 3229 4 5 4 5 4 4 3 29
30 3 4 3 4 5 3 4 2631 4 4 4 4 5 5 3 2932 4 3 3 3 5 4 4 2633 4 4 4 4 4 4 4 2834 4 3 4 4 4 4 4 2735 4 3 3 4 4 4 5 2736 4 4 4 4 3 5 4 2837 4 3 4 4 4 4 4 2738 4 4 4 4 5 3 5 29
39 4 4 4 3 4 3 4 2640 4 5 5 5 4 4 4 3141 3 3 3 2 2 4 3 2042 4 5 4 3 5 3 4 2843 4 4 5 4 4 4 5 3044 4 4 4 4 4 3 4 2745 4 3 4 5 4 4 4 2846 2 2 2 3 2 3 2 1647 4 5 4 4 4 4 4 29
48 5 4 4 4 5 4 4 3049 4 4 4 4 4 4 4 2850 4 3 3 4 3 4 4 2551 4 4 4 4 5 4 3 2852 3 4 4 4 5 4 3 2753 4 4 4 4 5 4 5 3054 4 4 4 4 4 3 4 2755 4 4 4 4 4 4 4 2856 2 3 3 3 3 2 3 19
57 4 4 4 4 5 4 4 2958 4 5 4 5 5 4 5 3259 4 3 4 3 4 4 4 2660 4 5 5 4 4 4 5 3161 5 4 5 3 4 4 3 2862 4 4 4 4 4 4 4 2863 3 3 3 3 4 4 4 2464 5 3 4 4 5 3 5 2965 4 4 4 4 5 4 4 29
66 4 5 4 5 5 4 5 3267 4 3 4 3 4 4 4 2668 4 5 5 4 4 4 5 3169 5 4 5 3 4 4 3 2870 4 4 4 4 4 4 4 2871 5 4 4 3 4 4 4 2872 4 4 4 4 4 4 4 2873 3 4 4 4 4 4 3 2674 4 4 3 4 4 5 5 29
74 4 4 5 4 4 4 4 29
127
LAMPIRAN 5 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda Uji Validitas Reliabilitas INDEPEDENSI Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 75 75.0
Excludeda 25 25.0
Cases
Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.944 15
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
IDS1 4.16 .638 75 IDS2 4.03 .771 75 IDS3 4.03 .735 75 IDS4 4.01 .744 75 IDS5 4.11 .709 75 IDS6 3.96 .667 75 IDS7 3.89 .746 75 IDS8 3.88 .697 75 IDS9 4.11 .689 75 IDS10 4.00 .753 75 IDS11 3.99 .688 75 IDS12 4.11 .709 75 IDS13 4.11 .709 75 IDS14 4.03 .771 75 IDS15 3.99 .688 75
128
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
IDS1 56.23 56.880 .748 .939 IDS2 56.36 54.774 .799 .938 IDS3 56.36 55.666 .755 .939 IDS4 56.37 55.805 .731 .940 IDS5 56.28 55.961 .757 .939 IDS6 56.43 57.248 .673 .941 IDS7 56.49 55.983 .712 .940 IDS8 56.51 57.199 .645 .942 IDS9 56.28 57.961 .576 .943 IDS10 56.39 57.565 .556 .944 IDS11 56.40 57.108 .664 .941 IDS12 56.28 55.961 .757 .939 IDS13 56.28 55.961 .757 .939 IDS14 56.36 54.774 .799 .938 IDS15 56.40 57.108 .664 .941
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
60.39 64.484 8.030 15
129
KEAHLIAN PROFESIONAL
Case Processing Summary
N %
Valid 75 75.0
Excludeda 25 25.0
Cases
Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.941 9
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KP1 4.05 .751 75 KP2 4.11 .669 75 KP3 4.05 .715 75 KP4 4.05 .715 75 KP5 3.97 .753 75 KP6 4.11 .628 75 KP7 4.05 .676 75 KP8 4.03 .697 75 KP9 4.11 .669 75
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
KP1 32.48 20.469 .839 .930 KP2 32.43 21.113 .842 .930 KP3 32.48 20.739 .843 .929 KP4 32.48 21.442 .723 .936 KP5 32.56 23.006 .438 .953 KP6 32.43 21.599 .814 .932 KP7 32.48 21.172 .822 .931 KP8 32.51 20.902 .840 .930 KP9 32.43 21.113 .842 .930
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
36.53 26.739 5.171 9
130
PENGALAMAN KERJA Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 75 75.0
Excludeda 25 25.0
Cases
Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .880 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PK1 4.11 .583 75 PK2 4.16 .717 75 PK3 3.99 .647 75 PK4 4.05 .715 75 PK5 3.88 .677 75 PK6 3.79 .643 75 PK7 3.88 .697 75 PK8 3.84 .754 75
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
PK1 27.59 12.840 .701 .860 PK2 27.53 11.982 .727 .856 PK3 27.71 12.724 .642 .865 PK4 27.64 12.206 .679 .861 PK5 27.81 13.073 .526 .877 PK6 27.91 12.680 .658 .863 PK7 27.81 12.262 .689 .860 PK8 27.85 12.586 .552 .876
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
31.69 16.107 4.013 8
131
PROGRAM PELATIHAN Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 75 75.0
Excludeda 25 25.0
Cases
Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.826 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PPP1 3.97 .697 75 PPP2 3.96 .796 75 PPP3 3.87 .859 75 PPP4 4.03 .697 75 PPP5 3.87 .741 75
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
PPP1 15.72 6.042 .587 .802 PPP2 15.73 5.685 .585 .803 PPP3 15.83 5.226 .655 .784 PPP4 15.67 6.198 .535 .815 PPP5 15.83 5.361 .766 .750
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
19.69 8.540 2.922 5
132
KUALITAS PENGENDALIAN INTERNAL Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 75 75.0 Excludeda 25 25.0
Cases
Total 100 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.808 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KPI1 3.93 .622 75 KPI2 3.85 .783 75 KPI3 3.84 .638 75 KPI4 3.87 .644 75 KPI5 4.21 .664 75 KPI6 3.96 .667 75 KPI7 4.01 .707 75
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
KPI1 23.75 8.138 .538 .784 KPI2 23.83 7.415 .565 .780 KPI3 23.84 8.109 .529 .786 KPI4 23.81 7.965 .566 .779 KPI5 23.47 7.874 .570 .778 KPI6 23.72 7.853 .573 .778 KPI7 23.67 8.036 .474 .796
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
27.68 10.437 3.231 7
133
HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
KPI 27.65 2.998 75 IDS 59.88 6.549 75 KP 35.68 4.415 75 PK 31.69 4.013 75 PPPI 19.75 2.955 75
Correlations
KPI IDS KP PK PPPI
KPI 1.000 .761 .002 .673 .718
IDS .761 1.000 .281 .776 .736
KP .002 .281 1.000 -.012 .139
PK .673 .776 -.012 1.000 .621
Pearson Correlation
PPPI .718 .736 .139 .621 1.000 KPI . .000 .494 .000 .000 IDS .000 . .007 .000 .000 KP .494 .007 . .458 .118 PK .000 .000 .458 . .000
Sig. (1-tailed)
PPPI .000 .000 .118 .000 . KPI 75 75 75 75 75 IDS 75 75 75 75 75 KP 75 75 75 75 75 PK 75 75 75 75 75
N
PPPI 75 75 75 75 75
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 PPPI, KP, PK, IDSa . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: KPI
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .821a .673 .655 .761 1.885
134
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .821a .673 .655 .761 1.885 a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 447.832 4 111.958 36.090 .000a
Residual 217.155 70 3.102 1
Total 664.987 74 a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 9.906 2.349 4.217 .000 IDS .250 .064 .546 3.891 .000 .237 4.218
KP .132 .052 .194 2.510 .014 .784 1.276
PK .041 .088 .055 .469 .641 .337 2.967
1
PPPI .313 .103 .308 3.026 .003 .449 2.225 a. Dependent Variable: KPI
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant) IDS .237 4.218
KP .784 1.276
PK .337 2.967
1
PPPI .449 2.225 a. Dependent Variable: KPI
135
Charts
136