Upload
vongoc
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS SEMIOTIK MAKNA MIMPI DALAM FILM 12 MENIT
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh : Zahrotunnisa_1110051000146
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul ANALISIS SEMIOTIK MAKNA MIMPI DALAM FILM 12 MENITtelah diajukan dalam siding rnunaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ihnu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah.lakarta, pada tanggal 28 Noperrber 2014. Skripsi ini telah diterirna sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.l) pada Jurusan
Komurrikasi dan Penyiaran Islam. (KPI)
Jakafta, I I Desernber2014
Panitia Sidang Munaqasah,
lrokhmah, M.Si
NIP: 19830610 200912 2 001
NIP: 19770424 200710 2 002
Pembimbing
Fita
Dr. Armawati Arbi, M.Si
NIP:19761129
Minangsih,
105 2001 t2 2 002
NIP: 19650207 199103 2002
LEMBAR PER}IYATAAN
Dengan ini sayamenyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satupersyaratan memperoleh gelar strata Strata Satu (Sl) di Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuaidengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri OfNi Syarif HidayatullahJakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karyu orang lain, makasaya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (;fg'syarifHidayatullah Jakarta.
Nopember 2014
i
ABSTRAK
Zahrotunnisa
1110051000146
Analisis Semiotika Makna Mimpi Dalam Film 12 Menit
Mempunyai mimpi adalah sesuatu hal yang wajib dimiliki setiap makhluk hidup, setiap
orang harus menggambarkan mimpinya masing-masing. Selain menggambarkan kita juga harus
yakin kalau mimpi kita akan terlaksanakan, tidak pernah pantang menyerah dan terus berusaha
dalam mewujudkan mimpi.
Mimpi dikemas secara menarik dalam film “12 Menit”. Dalam film ini menceritakan ada
lima mimpi yang ingin dicapai oleh maing-masing pemainnya, di sini juga di perlihatkan
bagaimana kerja keras setiap pemain untuk mencapai mimpi yang mereka inginkan. Film 12
menit ini adalah film pertama tentang perjuangan sekelompok marching band untuk menjadi
juara GPMB. Dengan alur cerita yang menarik dan membawa emosi seseorang yang
menontonnya.
Kemudian menimbulkan sebuah pertanyaan apa makna denotasi konotasi dan mitos makna
mimpi dalam film “12 Menit”? apa pendapat penulis scenario tentang film “12 Menit”?
Melihat konteks penelitian ini, kajian teori yang digunakan adalah teori semiotika
Roland Barthes. Roland Barthes adalah salah satu pengikut Sausure, Barthes membuat sebuah
model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes lebih tertuju pada
gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification). signifikansi tahap pertama merupakan
hubungan antara signifier (penanda) dan signinified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap
realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi. Konotasi adalah istilah yang
digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang
berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth).
Metodelogi yang digunakan peneliti adalah metode analisis semiotika yang bersifat
kualitatif model deskriptif. Data yang didapat dari tailer film “12 Menit” serta digabung dengan
novel dengan judul yang sama, dan wawancara.
Film 12 menit ini adalah film yang berisi edukasi, memberikan gambaran tentang
seseorang untuk meraih mimpi mereka, digambarkan oleh sekelompok marching band Bontang
Pupuk Kaltim, bagaimana mereka berjuang ribuan jam hanya untuk “12 Menit”. Membuat kita
termotivasi untuk bisa berusaha mewujudkan mimpi-mimpi kita.
Kata Kunci: Film 12 Menit”, Barthes, Mimpi, Marching Band.
ii
KATA PENGANTAR
Puju syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
nikmat iman, nikmat islam, serta nikmat sehat wal’afiat sehingga penulis dapat menyusun
skripsi ini. Shalawat serta salam marilah kita senandungkan kepada Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW, juga bagi keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Semiotik Makna Mimpi Dalam Film 12 Menit”. Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di lingkungan Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis secara khusus ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua,
Ayahanda H. Jawahir dan Ibunda Hj. Romlah yang tidak ada henti-hentinya untuk
memanjatkan doa, mencurahkan kasih saying, memberikan pengorbanan yang tiada tara,
yang terus memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama masa penyusunan, penelitian, dan penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Baik dari lingkungan keluarga,
sahabat, teman, civitas akademik kampus. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA,
Wakil Dekan I Bidang Akademik Bapak Suparto, M. Ed, Ph. D, Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum, Bapak, Drs. Jumroni, M.si, serta Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Bapak H. Sunandar, MA.
iii
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Rachmat Baihaky, MA, yang
selalu bersedia membantu penulisan memberikan informasi serta waktunya kepada
penulis untuk berkonsultasi mengenai kegiatan kuliah.
3. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Fita Fathurakhmah M.Si.
yang telah banyak membantu penulis dalam kelancaran kuliah dan penulisan skripsi
ini.
4. Dosen pembimbing Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si, yang telah membimbing,
mengarahkan dan menyemangati penulis dengan sabar untuk bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan
buku dan fasilitas untuk mendapatkan referensi dan memperkaya isi skripsi ini.
7. Penulis skenario Film 12 Menit untuk Selamanya, Oka Aurora yang telah bersedia
menjadi narasumber.
8. Keluargaku Agus Salim, Afnan, Fauziah, Idham Khalid, atas segala doa dan
dukungannya selama ini, semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan untuk kita
semua.
9. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA), khususnya Shogy
Abdurrahman Sastra Negara, Fajaria Menur Widowati, Muthia Fariza, Grecy Astari
Puji Astuti, Tri Alvianto, yang sudah memberikan motivasi kepada penulis dan
membantu penulis dalam menyelesaikan skripni ini, telah memberikan banyak
pengalaman dan pembelajaran kepada penulis satu tahun belakangan ini, semoga
senantiasa kita selalu dilindungi Allah SWT.
iv
10. Sahabatku Hilda Risdayani, Sanzia Alfarist, Ayu Rahardian, Naziah, Siti Sudusiah,
Astuti, Firda Afriyani, M. Imron, M.Iman, Zaidahtulkhairani, A. Fadhilah Rosyadi,
yang selalu memberikan semangat serta selalu membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Temen-temen seperjuangan KPI angkatan 2010, khususnya KPI E atas kebersamaan
dan kekeluargaan yang telah kita lewati selama empat tahun terakhir. Semoga suatu
saat kita bisa bertemu kembali dalam suasana yang bahagia dan dirahmati oleh Allah
SWT.
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan doanya
selama ini.
Jakarta, 24 Nopember 2014
Zahrotunnisa
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….... v
DAFTAR TABEL……………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah…………..................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….. 5
1. Tujuan Penelitian…………………………………………. 5
2. Manfaat Penelitian……………………………………….. 5
a. Manfaat Akademis…………………………………… 5
b. Manfaat Praktis………………………………………. 5
D. Metodologi Penelitian………………………………………… 6
1. Metode Penelitian………………………………………… 6
2. Subjek dan Objek Penelitian……………………………… 6
a. Tahapan Penelitian……………………………………. 6
b. Tahapan Pengolahan Data……………………………. 7
c. Tahapan Analisis Data………………………………... 7
E. Tinjauan Pustaka……………………………………………… 8
F. Sistematika Penulisan………………………………………… 10
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………. 12
A. Mimpi Dalam Pandangan Islam……………………………… 12
B. Pengertian Semiotik dan Teori Semiotik Roland Barthes…… 13
1. Pengertian Semiotik dan Sejarah………………………… 13
2. Teori Semiotik Roland Barthes………………………….. 16
C. Sejarah Perkembangan Film Dunia dan Indonesia………….. 19
1. Definisi Film…………………………………………….. 19
2. Sejarah Perkembangan Film Dunia……………………… 19
3. Sejarah Perkembangan Film Indonesia.............................. 21
4. Jenis-jenis Film………………………………………….. 36
D. Teknik Pengambilan Gambar………………………………… 37
1. Camera Angel………………………………………………….. 37
2. Frame Size……………………………………………….. 38
3. Moving Camera………………………………………………… 39
4. Komposisi ……………………………………………….. 40
E. Terapi Berpikir Positif………………………………………. 41
1. Keinginan yang Mnggebu……………………………….. 41
2. Keputusan yang Kuat……………………………………. 41
3. Bertanggung Jawab Penuh………………………………. 42
4. Menentukan Tujuan……………………………………… 42
5. Dukungan dari Dalam……………………………………. 42
vi
BAB III GAMBARAN UMUM FILM 12 MENIT…………............... 37
A. Sinopsis Film 12 Menit……………………………………… 37
B. Profil Penulis Skenario……………………………………… 38
C. Profil Sutradara Film 12 Menit………………………………. 39
D. Profil Pemain Film 12 Menit………………………………… 40
E. Tim Produksi Film 12 Menit………………………………… 49
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN…………………………… 51
A. Temuan dan Hasil Penelitian………………………………… 51
B. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos yang Mempresentasikan Makna
Mimpi Dalam Film 12 Menit Untuk Selamanya…………….. 53
C. Pendapat Penulis Skenario…………………………………… 95
BAB V PENUTUP……………………………………………………... 96
A. Kesimpulan…………………………………………………. 96
B. Saran-saran………………………………………………….. 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Sikap Optimisme Pelatih.Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot ……………….. 53
Tabel 4.2 Rene Mencari Pemain. Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot ……………….. 56
Tabel 4.3 Kesungguhan Earine dalam Bermusik. Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot… 59
Tabel 4.4 Awal Pertemuan Rene dengan Tara Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot…… 64
Tabel 4.5 Tim Marching Band Mulai Berlatih Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot…… 66
Tabel 4.6 Permasalahan Kembali Datang Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot…………. 72
Tabel 4.7 Jakartaaaaa! Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot……………………………….. 77
Tabel 4.8 Kita Harus Menang Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot……………………… 81
Tabel 4.9 12 Menit Untuk Selamanya Visual/Dialog/Suara/ Type of Shot…………….. 89
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1 Oka Aurora (Penulis Skenario Film 12 Menit)……………………... 38
2. Gambar 3.2 Hanny R Saputra (Sutradara Film 12 Menit Untuk Selamanya)......... 39
3. Gambar 3.3 Titi Rajo Bintang sebagai Rene……………………………………... 40
4. Gambar 3.4Arum Sekarwangi sebagai Tara……………………………………… 41
5. Gambar 3.5 Hudri sebagai Lahang……………………………………………….. 42
6. Gambar 3.6 Amanda susanto sebagai Ealine……………………………………… 43
7. Gambar 3.7 Olga Lydia sebagai Ibu Ealine……………………………………….. 44
8. Gambar 3.8Nobuyuki Suzuki sebagai Jesuke Higoshi……………………………. 44
9. Gambar 3.9 Didi Petet sebagai Kakek Tara……………………………………….. 45
10. Gambar 3.10 Niniek L Karim sebagai Nenek Tara………………………………… 46
11. Gambar 3.11 Verdi Soliman sebagai Manajer……………………………………. 47
12. Gambar 3.12 Egi Fedly sebagai Ayah Lahang…………………………………… 48
13. Gambar 3.13 Tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim………………………. 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semiotika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang sebuah tanda dan
bagaimana tanda itu bekerja.
Menurut Ferdinan de Saussure di dalam bukunya “Course in General Linguistik.
Bahasa adalahsuatu sistem tanda yang mengekspresikan ide-ide (gagasan-gagasan) dan
karena itu dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf untuk orang bisu-tuli,
simbol-simbol keagamaan, aturan-aturan sopan santun, dan sebagainya.1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua
pengertian.
yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang
digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. yang kedua, film
diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai
lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis
dalam bentuk gambar negatif.Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam
media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media
digital.2
Beberapa pendapat para ahli tentang definisi Film. Murisan menjelaskan dalam
bukunya Strategi Mengelola Radio Dan Televise.
Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi
kehidupan manusia. Kerjanya ibarat jarum hipodemik atau peluru yang banyak
dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, dimana kegiatan mengirimkan pesan sama
halnya dengan tindakan menyuntikan obat yang dapat langsung merasuk ke dalam jiwa
penerima pesan.3
Sedangkan Adi Pranadjaya menjelaskan.
Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibanding dengan
media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya
1 Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika: Tanda-
tanda dalam kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010) cet. 1 h. 4 2Artikel, diakses Jumat, 2 Mei 2014 pukul 17.52 WIB dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film 3Morisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang: Ramdina Prakasa,
2005), h. 12
2
langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki
kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.4
Mimpi adalah energi bagi kehidupan. Sejatinya mimpi bisa membawa manusia
pada arah kehidupan yang lebih baik. Namun tidak banyak manusia yang percaya dengan
mimpinya, dan tidak sedikit juga yang karena badai perjuangan akhirnya memilih untuk
melupakan mimpi-mimpi besar tersebut. Secara sederhana 12 Menit kembali menegur
kita bahwa mimpi harus dipercayai agar terwujud; Dreaming is Bealiving”. Tidak ada
yang salah dengan mimpi, yang layak dipertanyakan adalah seberapa serius dan siap kita
mengejar mimpi tersebut. “Terbayangkan berarti terjangkau” begitu ujar Hideyoshi,
seorang tokoh besar Jepang dimasa lampau. Konsep ini pulalah kiranya yang diuji dalam
Film 12 Menit. Menjadi juara dalam Grand Prix Marching Band (GPMB) adalah mimpi
besar yang „coba‟ dibayangkan oleh segenap tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim.
Rene seorang pelatih Marching Band berpengalaman hadir sebagai pembawa
mimpi tersebut. Bagi Rene yang telah matang dalam dunia Marching Band dan telah
beberapa kali membawa tim lain ke puncak kejayaan tentu mimpi tersebut tidaklah
mustahil. Namun keyakinan Rene menjadi turut tergoncang saat berhadapan dengan
kenyataantim yang dibinanya. Jangankan untuk menjangkau, untuk membayangkan saja
personel tim sudah dihantam oleh berbagai rasa tidak enak dan konflik internal yang
menghalangi keyakinan mereka. Tara, Lahang dan Elaine adalah tiga tokoh sentral lain
dalam film ini. Tara, seorang pemain drum yang baik di masa lampau. Kini ia harus
berjuang mengembalikan permainan terbaiknya dalam keterbatasan pendengaran.
Hampir 80 persen pendengaran Tara hilang bersama kepergian Ayahnya dalam sebuah
kecelakaan maut. Rasa bersalah dan kehilangan adalah luka masa lalu yang menghambat
Tara untuk menatap masa depan. Lahang, pemuda dengan bekal pesan dari sang bunda
4 Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, (Jakarta: BPSDM Citra Pusat Perfilman H.
Usman Ismail, 2000), h. 6
3
ingin menjadikan Tugu Monas sebagai loncatan bagi mimpi besar untuk mengunjungi
berbagai tugu lain di dunia. Membentangkan sayap keberanian, terbang lebih tinggi
seperti Elang.Dalam meretas mimpinya bersama Marching Band Lahang dihadapkan
dengan sebuah dilema tentang keluarga. Kondisi Bapaknya yang kian parah, serta
penyesalan karena tidak berada di sisi Ibunya saat sang bunda menghembuskan nafas
terakhir membuat Lahang sulit beranjak dari sisi Bapaknya. Lahang meragu untuk
mengejar mimpinya sementara sebuah janji telah terucap.Lahang telah berjanji kepada
Bapaknya untuk terus „hidup‟ dalam kehidupannya.Elaine, gadis pintar keturunan Jepang
yang sangat mencintai musik dan meyakini musik adalah segala-galanya dalam
hidupnya. Josuke sang ayah, sangat menginginkan Elaine menjadi seorang ilmuwan, dan
baginya musik adalah sesuatu yang sia-sia. Elaine mempunyai peran vital dalam tim. Ia
adalah satu-satunya field commander yang diharapkan setelah field commander yang
sebelumnya mengalami cedera berat. Josuke menentang keras keinginan Elaine untuk
tetap bergabung dalam tim.
Film ini adalah film pertama tentang marching band yang di tulis langsung oleh
penulis skenario terbaik di pestival film Bandung pada tahun 2014 yaitu Oka Aurora.
Dan disutradarai oleh Hanny R Saputra, yang sudah dua tahun berturut-turut
mendapatkan piala citra sebagai sutradara terbaik, dan pernah mendapatkan penghargaan
sebagai film terbaik pada pestival sinetron Indonesia pada tahun 1997.
Film ini diangkat dari sebuah mimpi tim marching bandyang ada di sebuah kota di
pelosok negri, yang ingin menjadi juara di acara Grand Prix Marching Band GPMB),
sebuah perhelatan akbar bagi unit-unit Marching Band se-Indonesia, yang kebanyakan
orang menganggapnya mustahil, mereka berlatih ribuan jam hanya demi 12 menit.
Mereka bertekad kepada dunia bahwa mimpi harus kau percayai agar terwujud. Pesan
yang diangkat dalam film ini adalah sesuai dengan ayat al-Qur‟an (QS Al- Ra‟d:11)
4
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sebuah bangsa sampai mereka
mengubah keadaan mereka sendiri” tentang bagaimana seseorang dapat percaya dan
bekerja keras untuk membuktikan kepada semua orang bahwa mimpinya akan terwujud.
Pada zaman sekarang, sebelum mereka mewujudkan mimpinya sudah pesimis
terlebih dahulu, menganggap kalau dia tidak mungkin menjadi apa yang dia inginkan dan
tidak sedikit juga yang karena badai perjuangan akhirnya memilih untuk melupakan
mimpi-mimpi besar tersebut. Secara sederhana 12 Menit kembali menegur kita bahwa
mimpi harus dipercayai agar terwujud.Tidak ada yang salah dengan mimpi, yang layak
dipertanyakan adalah seberapa serius dan siap kita mengejar mimpi tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud menyusun skripsi
dengan judul” Analisis Semiotik Makna Mimpi dalam Film 12 Menit”
B. Batasan dan Perumusa Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis ini membatasi pengambilan
potongan adegan-adegan dan teks dalam film 12 Menit, hanya yang dianggap memiliki
makna dari tanda atau simbol yang menggambarkan tentang mimpi. Penelitian ini
menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos yang mempresentasikan makna mimpi
dalam film 12 menit?
2. Makna apa yang terdapat dalam film 12 Menit menurut penulis skenario?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah:
5
a. Untuk mengetahui apa makna denotasi, konotasi dan mitos yang
mempresentasikan makna mimpi dalam film 12.
b. Untuk mengetahui makna apa yang terdapat dalam film 12 Menit menurut penulis
skenario.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat menambah wawasan
keilmuan.
1) Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi
pengembang ilmu komunikasi, serta sebagai tambahan referensi bahan
pustaka, khususnya semiotik dalam film yang menggunakan analisis model
Roland Barthes.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi perfilman
terutama untuk memberikan rujukan bagaimana membuat film yang sarat
muatan makna dan memberi pencerahan. Sedangkan untuk praktisi
komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran ideal
tentang bagaimana membaca makna yang terkandung dalam suatu produk
media massa, melalui pendekatan semiotik.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
6
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif. Bog dan dan Taylor mendefinisikan metodologi sebagai
mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik
itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh
peneliti.5 Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode
pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti
penggunakan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.6Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif kemudian menggunakan
model Roland Barthes.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah penulis skenario serta potongan adegan visual
ataupun narasi dialog dalam film “12 Menit” yang berkaitan dengan makna mimpi
yang ingin disampaikan dalam film “12 Menit”. Sedangkan Objek penelitiannya
adalah film “12 Menit”.
a. Tahapan Penelitian
Prosedur penelitian, dibagi menjadi dua, yaitu:
Data Primer adalah berupa data yang diperoleh dari rekaman video
film “12 Menit”. yang kemudian dibagi per scence dan dipilih
adegan-adegan sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk
penelitian.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen, atau
literatur-literatur data yang mendukung data primer, seperti buku-
5Lexy J. Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2002) h. 3.
6Antonius Birowo, Metode Penelitian komunikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004) h.2.
7
buku yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, catatan kuliah,
kamus istilah, internet dan sebagainya.
b. Tahapan Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara:
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas
terhadap objek penelitian dan unit analisis. dengan cara menonton dan
mengamati adegan-adegan dan dialog dalam film “12 Menit”. Kemudian,
memilih dan menganalisa sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji
berbagai literatur yang sesuai dan ada hubungannya dengan bahan
penelitian yang kemudian dijadikan bahan argumentasi. Seperti buku-
buku, artikel koran, arsip, kamus istilah, internet dan sebagainya.
c. Tahapan Analisis Data
Temuan dijelaskan berdasarkan kerangka konsep. Setelah data terklasifikasi
dilakukan analisis data menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes.
Bartes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan penandaan, yaitu
tingkatan denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna eksplisit untuk
memahami makna tanda-tanda dalam film “12 Menit” mengenai mimpi.
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data yaitu analisis semiotika,
sebagai sarana komunikasi massa penyampai pesan, dan cerminan realitas
masyarakat, sebuah film dan berbagai unsur di dalamnya dapat dikaji salah
satunya dengan analisis semiotika.
8
Semiotika didefinisikan oleh Ferdinand De Sausure di dalam Coure In
General Linguistic sebagai “ ilmuyang mengkaji tanda sebagai bagian dari
kehidupan sosial”7
Jadi secara sederhana semiotika dapat dipahami sebagai ilmu tentang tanda-
tanda. Semiotika juga dipelajari aturan yang membuat satu tanda tersebut dapat
memiliki arti.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan di
perpustakaan yang ada di Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta.Ada beberapa skripsi mahasiswa/i
yang hampir serupa, diantaranya yaitu:
Analisis Semiotika Wajah Islam dalam Film My Name Is Khan8.Persamaan yang
terdap dengan skripsi ini adalah sama-sama menggunakan teori Roland Barthes,
sedangkan perbedaannya terdapat pada objek penelitiannya.Dalam penelitian tersebut
objek yang ada setiap adegan yang mengandung makna Islam dalam film “My Name Is
Khan” sedangkan objek penelitian dalam skripsi ini adalah makna mimpi dalam film 12
Menit. Penciteraan mengenai islam disampaikan para tokoh dalam film tersebut terutama
tokoh utama dalam bentuk perilaku, dialog, karakter dan kejadian dalam film tersebut.
Analisis Semiotika Film A Mighty Heart.9Persamaan yang terdapat dalam skripsi
ini adalah sama-sama menggunakan teori Roland Barthes, sedangkan perbedaannya
adalah dalam objek penelitiannya.Dalam penelitian tersebut objek yang ada setiap adegan
7Yasraf Amir Piliang,Hipersemiotika, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003) h. 256
8Farouk Kahlil Gibran Bagawi, “Analisis Semiotika Wajah Islam dalam Film My Name Is Khan”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2011). 9Rizky Akmalsyah,Analisis Semiotika Film A Mighty Heart, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2010).
9
yang mengandung makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film “A Mighty Heart”
dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Makna konotasi dari sebuah film
diangkat berdasarkan kisah nyata yang berawal dari kehidupan Daniel dan Mariane
Pearl‟s yang dramatis di Pakistan. Sedangkan makna konotasi dari film yang diproduksi
Revolution Studio ini sutradara sengaja mengajak kinerja jurnalis yang rumit dan perasaan
orang-orang yang ditinggal pergi (mati) oleh mereka. Dan mitos dari film ini memang
diformulasikan dari kisah mendiang Daniel Pearl‟s, seorang jurnalis yang hilang dibunuh
dan diculik di akhir bulan Januari 2002 sedangkan objek penelitian dalam skripsi ini
adalah makna mimpi dalam film 12 Menit .
Analisis Semiotika Terhadap Film In The Name Of Allah.10
Persamaan yang
terdapat dalam skripsi ini adalah sama-sama menggunakan teori Roland
Barthessedangkan perbedaannya adalah dalam objek penelitiannya.Dalam penelitian
tersebut objek yang ada setiap adegan yang mengandung makna denotasi, konotasi dan
mitos dalam film “In The Name Of Allah” dengan menggunakan analisis semiotik Roland
Barthes. Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran tentang potret kehidupan
orang-orang muslim, khususnya Pakistan, dan tiga benua di dunia. Makna konotasi yang
terlihat dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh tiga orang tokoh terkait
dengan identitas islam yang ada pada diri mereka dan pengimplementasiannya dalam
kehidupan. Dan ada beberapa mitos yang terlihat dalam film ini, yaitu tentang wacana
tentang jihad dalam agama Islam yang berarti peperangan dan jihad dianggap sebagai
holy war atau perang suci.sedangkan objek penelitian dalam skripsi ini adalah makna
mimpi dalam film 12 Menit .
10
Hani Taqiyya, Analisis Semiotika Terhadap Film In The Name Of Allah, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2011).
10
Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum
ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika tentang makna mimpi dalam
film “12 Menit” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu penulis
menggunakan analisis semiotika untuk film 12 Menit ini.
F. Sitematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian mengenai
pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka dari itu, peneliti menyusun
sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam bab-bab tersebut mengandung
beberapa sub bab yang akan dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penulisan
dapat dilihat sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori
Landasan Teori yang meliputi, Mimpi Dalam Pandangan Islam, Pengertian Semiotik,
Teori Semiotik menurut Roland Barthes, Definisi Film dan Sejarah Perkembangan Film di
Indonesia dan Dunia, Jenis-jenis Film, Teknik Pengambilan Gambar dan Terapi Berpikir
Positif.
BAB III Gambaran Film “12 Menit”
Dalam BAB III ini berisi gambaran Film “12 Menit ”Sinopsis Film “12 Menit”,
Profil Sutradara Film dan Profil Pemain Film “12 Menit”
11
BAB IV Temuan Hasil Penelitian
Dalam BAB IV ini menjabarkan temuan dan analisis semiotika Film “12 Menit
Untuk Selamanya”, Narasi Adegan Yang Diteliti, Makna Konotasi, Denotasi dan Mitos,
dan Pendapat penulis skenario.
BAB V Penutup
DalamBAB V berisi Kesimpulan, Saran-saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Mimpi dalam Pandangan Islam
Mimpi dapat di definisikan sebagai keinginan atau cita-cita, harapan, dan khayalan
untuk suatu hal yang ingin terjadi di masa depan. Definisi lain dari mimpi adalah gambaran
aktivitas atau kejadian yang terjadi pada saat seseorang tidur.
Mimpi mempunyai kedudukan yang agung dalam Islam, bagaimana tidak padahal
Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menjadikannya sebagai isyarat akan datangnya kabar
gembira.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam
bahwa beliau bersabda:
“Kenabian tidak ada lagi selain berita-berita gembira.” Para sahabat bertanya, “Apa yang di
maksud dengan kabar-kabar gembira?” Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam menjawab,
“Mimpi yang baik”. (HR. Al-Bukhari no. 6990)
Adapun ciri orang yang benar mimpinya adalah seorang mukmin yang jujur, bila
memang mimpinya itu mimpi yang baik/bagus. Jika seseorang dikenal jujur ucapannya
ketika terjaga, ia memiliki iman dan takwa, maka secara umum mimpinya benar. Karena
itulah hadits ini pada sebagian riwayatnya datang dengan menyebutkan adanya syarat, yaitu
mimpi yang baik/bagus dari seorang yang shalih. Dalam Shahih Muslim dari hadits Abu
Hurairah Radhiyallahu „Anhu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu „Alaihi Wa Sallam
bersabda1:
1 Artikel, diakses Kamis 08, Januari 2015 pukul 12.59 WIB dari http://radio.sasfmsurabaya.net
13
“Orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya”.
dalam riwayat Imam Muslim no. 4200 dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu Anhu
secara marfu‟2:
“Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang
tidak benar. Dan orang yang paling benar mimpinya di antara kalian adalah yang paling
benar ucapannya. Mimpi seorang muslim adalah sebagian dari 45 macam nubuwwah
(wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah.
(2) Mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syetan. (3) dan mimpi yang
timbul karena ilusi, angan-angan, atau khayal seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi
yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian shalatlah, dan jangan menceritakannya
kepada orang lain.”
Dari beberapa ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa mimpi sesuatu yang dikenal
dalam islam, dan lebih dari itu Allah menisyaratkan adanya kabar gembira melalui mimpi
yang baik. Dan mimpi di sini datangnya dari tiga aspek. Yang pertama: datang dari Allah
sebagai petunjuk kabar gembira, yang kedua datang dari syetan dan yang terakhir datang
karena berdasarkan ilusi atau angan-angan.
B. Pengertian Semiotik dan Semiotik Model Roland Barthes
1.Pengertian Semiotik dan Sejarah
Secara etimologi istilah semiotik berasal daribahasa Yunani semeion yang berarti
“tanda”. Tanda adalah sesuatu yang terdiri pada sesuatu yang lain atau menambah dimensi
yang berbeda pada sesuatu, dengan memakai apa pun yang dapat dipakai untuk
2 Artikel, diakses Kamis08, Januari 2015 pukul 12.59 WIB dari http://radio.sasfmsurabaya.net
14
mengertikan sesuatu hal yang lainnya. C.S Pierce menyebut tanda sebagai “suatu pegangan
seseorang akibat keterkaitan sesorang dengan tanggapan atau kapasitasnya” (1958,2:228).3
Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelaji
sederetan luas objek-objek, peristiwa, peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.4
Menurut kamus besar bahasa Indonesia semiotika adalah “ilmu atau teori tentang lambang
dan tanda (dl bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb)”.5Pengertian paling sederhana mengenai
semiotik dapat diartikan sebagai studi mengenai tanda dan bagaimana tanda itu bekerja.6
Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal dengan semiologi.Artinya adalah “kata-
kata mengenai tanda-tanda”. Menurut Ferdinan de Saussure di dalam bukunya “Course in
General Linguistik. Bahasa adalahsuatu sistem tanda yang mengekspresikan ide-ide
(gagasan-gagasan) dan karena itu dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf
untuk orang bisu-tuli, simbol-simbol keagmaan, aturan-aturan sopan santun, dan
sebagainya.7
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinan de Saussure melalui
dikotomi system tanda: signified dan signifier atau signified dan significant yang bersifat
atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan antara yang
ditantai (signified) dan yang menandai (signifier) dengan sebuah idea tau petanda
(signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang
bermakna”. Tanda-tanda itu seperti selembaran kertas. Satu sisi adalah penanda sisi yang
lain menjadi petanda dan kertas itu sendiri adalah tanda. (Ferdinan de Saussure).
3Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2010), h. 1. 4 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Suatu Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis
Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 95. 5 Artikel, diakses Jumat, 2 Mei 2014 pukul 17.52 WIB dari kbbi.web.id/semiotika
6 Andry Masri, Strategi visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 166.
7 Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika: Tanda-tanda
dalam kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010) cet. 1 h. 4
15
Untuk menyederhanakannya kemudiann Umberto Eco dalam bukunya A Theory of
Semiotics menjelaskan dan mempertimbangkan bahwa:
Semiotika berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai tanda-tanda.Suatu tanda
adalah segala sesuatu yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai pengganti yang signifikan
untuk sesuatu lainnya.Segala sesuatu itu tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau
mengaktualisasikan perihal dimana dan kapan suatu tanda memaknainya.
Umberto Eco juga menyebutkan tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda
ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Manurut
Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksi oleh kata-kata dan
tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial.8
Semiotika seperti yang kita ketahui dapat dikatakan baru karena berkembang sejak
awal abad 20. Memang sebelumnya pada abad 18 dan 19 banyak ahli teks (khususnya
Jerman) mengurai berbagai masalah yang berkaitan dengan tanda, namun mereka tidak
menggunakan pengertian semiotik.9
Semioitika oleh Ferdinan de Saussure di dalam Course in General Linguistik. Sebagai
ilmu yang mengakaji tentang sebagian tanda dari kehidupan sosial.10
Sedangkan semiotika menurut Roland Barthes adalah ilmu mengenai bentuk
(form).Studi ini mengkaji signifikasi yangterpisah dari sisinya (content). Semiotika tidak
hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat
mereka. Tanda yang berhubungan secara keseluruhan.11
8 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6, h. 87. 9 Tommy Cristomy, Semiotik Budaya, (Depok: Universitas Indonesia, 2004), cet. 1, h. 81.
10 Ferdinan de Saussure dikutip oleh Yasraf Amir Piliang dalam buku Hiper Semiotik Tafsir Cultural
Studies Atas Matinya Makna, (Yogyakarta: Jalasutra,2003)h. 256. 11
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6, h. 122.
16
2. Teori Semiotik Roland Barthes
Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga menengah protestan di
Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik, di sebelah
baratdaya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang rajin
mempraktikkan model linguistic dan semiologi sausurean.12
Rolan Barthes adalah pakar semiotic Prancis yang pada tahun 1950-an menarik
perhatian dengan telaahnya tentang media dan budaya pop menggunakan semiotiksebagai
alat teoritisnya. Barthes menjelaskan dalam tesisnya bahwa struktur makna yang terbangun
di dalam produk dan genremedia diturunkan dari mitos-mitos kuno, dan sebagai peristiwa
media ini mendapatkan jenis signifikansi yang secara tradisional hanya dipakai dalam
ritual-ritual keagamaan.
Representasi menurut Barthes menunjukan bahwa pembentukan makna tersebut
mencakup sistem tanda menyeluruh yang mendaur ulang sebagai makna yang tertanam
dalam-dalam di budaya Barat misalnya, dan menyelewengkannya ke tujuan-tujuan
komersil.Hal ini kemudian disebut sebagai struktur.13
Roland Barthes adalah salah satu pengikut Sausure, Barthes membuat sebuah model
sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda.Fokus Barthes lebih tertuju pada
gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification).
12
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.115.
13 Denesi, Semiotik Media, h.28.
17
Frist Order Second Order
Reality sign culture
Gambar 1
Signifikansi Dua Tahap Barthes
Dalamgambar di atas, Barthes, seperti dikutip Fiske, menjelaskan signifikansi tahap
pertama merupakan merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signinified
(petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal.Barthes menyebutnya sebagai
denotasi.Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi
tahap kedua.Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja
melalui mitos (myth).14
Makna Denotasi:
Makna denotasi adalah Kata yang tidak mengandung makana atau perasaan-perasaan
tambahan yang bersifat langsug, dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda.
Dengan demikian, jika kita memperhatikan suatu objek, misalnya boneka Barbie, maka
14
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 127-128.
Signifier
Signified
Konotation
Myth
Denotation
18
makna denotasi yang terkandung adalah “ini boneka yang panjangnya 11 ½ dan
mempunyai ukuran 5 ¼-3-4 ¼.Boneka ini kali pertama dibuat tahun 1959”.15
Makna Konotasi:
Konotasi adalah makna yang mengandung makna arti tambahan, perasaan tertentu, atau
nilai rasa tertentu disamping makna yang sesungguhnya. Konotasi adalah istilah yang
digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan
yang terjadi ketika gambar bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-
nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai nilai subjektif atau paling tidak
intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakan pilihan terhadap konotasi, misalnya
kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”. Dengan kata lain, konotasi adalah
bagaimana cara kita menggambarkan suatu objek.16
Mitos
Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek
tentang realitas atau gejala alam.17
dalam mitos, sekali lagi kita mendapati pola tiga
dimensi yang disebut Barthes sebagai penanda, petanda dan tanda.
Semiotik pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinan de Saussure yang mengatakan Konsep
ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan antara yang ditantai dan yang menandai
kemudian dikembangkan oleh Roland Barthes ketika makna itu muncul maka akan muncullah
mitos atau persepsi masyarakat selama ini tentang tanda tersebut.
15
Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2010), h. 65. 16
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 128. 17
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 128.
19
C. Sejarah Perkembangan Film Dunia dan Indonesia
1) Definisi Film
Film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lakon (cerita) gambar
hidup.Film dalam bahasa inggris disebut motion picture (gambar hidup).Film sebagai
perekam sejarah yang baik.Film juga bisa mempunyai fungsi dari segi edukatif dan
instruktif, dari tingkat bawah sampai tingkat ilmiah.Dinilai berdasarkan hasil atau sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya. Karya film merupakan hasil kerjasama atau kolektif
berbagai seniman atau seniwati serta karyawan-karyawan teknis, cabang-cabang seni seperti
seni lukis, seni arca, seni sastra, dan seni musik. (Siagian, 2006, h. 6-8).
Menurut Tjasmadi, (2008, h. 44) ada beberapa alasan yang amat mendasar tentang
gunanya orang membuat film, yaitu: film sebagai medium ekspresi seni peran, film sebagai
tontonan yang bersifat dengar-pandang (audio visual), dengan sendirinya berhubungan
dengan hiburan, dan film sebagai piranti menyampaikan pesan apa saja yang bersifat
dengar-pandang, sehingga film berkaitan erat dengan informasi. Dalam film, terdapat
klasifikasi penonton, yaitu: Film Anak-Anak (children films), Film Semua Umur (all ages),
Dengan Bimbingan Orangtua (parental guidance), Film Remaja (teenages), dan Film
Dewasa (adults).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa film adalah sebuah media
komunikasi yang mepunyai fungsi edukatif dan instruktif yang berisi seni, yang
menggabungkan audiodenganvisualsehingga dianggap efektif untuk menyampaikan
suatu pesan kepada halayak.
2) Sejarah Perkembangan Film Dunia
Berawal dari sebuah mimpi, “Aku ingin membuat gambar yang bergerak”, yang
tersimpan kira-kira 17.000 tahun yang lalu di gua Altamira, Spanyol.Ditemukan gambar
20
hewan berkaki banyak.Para ahli sejarah menyatakan, bisa saja ini adalah sebuah impian
manusia zaman purbakala untuk membuat gambar bergerak. Sebab itu, seakan
tersembullah ungkapan dari gambar itu, “ Aku ingin membuat gambar ini bergerak”18
Selain itu, sebelum terciptanya film pertama para ahli sejarah pada zaman dahulu
kala mereka berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan obor, obor yang
diputar-putar sebagai tanda mengiriman isyarat (pesan). Para ahli sejarah menjelaskan
jika obor digerakan maka akan terlihat seperti satu garis, sebagaimana lampu senter
digerakan di tempat yang gelap, maka sinar senter tersebut akan membentuk suatu garis.
Ini yang di sebut ajaib dan tipuan mata, sesuatu yang berhubungan erat dengan
pemutaran film.19
Berdasarkan hasil penemuan di atas munculah gagasan untuk membuat foto
bergerak.Dipelopori oleh Edward Muybridge, mahasiswa Standford Universityyang
membuat 16 framkuda sedang berlari.Dari ke-16 foto yang sedang berlari itu,
Maybridge mencoba merangkai dan menggerakan secara berurutan, hasilnya, foto
tersebut terlihat hidup dan berhasil menjadi foto bergerak pertama di dunia.Sekalipun
pada zaman itu teknologi untuk merekan belum ada, Muybridge menggunakan camera
foto biasa untuk menghasilkan gerakan lari kuda. Dengan kata lain diperlukan
pengambilan gambar beberapa kali untuk memperoleh gerakan lari kuda yang sempurna
saat di film kan. Sejarah mencatat peristiwa itu pada tahun 1878.Dari sinilah ide
membuat film pertama muncul.Sepuluh tahun setelah penemuan gambar bergerak
(1888), barulah muncul film pertama di dunia, ya paling tidak mendekati konsep film-
film yang sudah ada saat ini. Film ini dikenal dengan namaRoundhay Garden Scene
18
Seiichi Konishi & Kaiji Nakamura, penemuan film, (Jakarta, Elex Media Koputindi, 2002),
cet-1 h. 5. 19
Ibid, h. 7.
21
yang di'sutradarai' oleh Louis Le Prince yang berasal dari Prancis. Film pertama di dunia
ini hanya berdurasi sekitar 2 dekit, menggambarkan sejumlah anggota keluarga Le
Prince sedang berjalan-jalan menikmati hari di taman. Setahun kemudian(1889),
Amerika Serikat barulah memproduksi film pertamanya yang berjudul Monkeyshines
No. 1. Film ini berisikanGambar orang yang 'blur' dengan latar hitam yang sedang
melakukan gerakan-gerakan tangan dalam beberapa detik.20
Ide pembuatan film pertama muncul di dunia karena mimpi seseorang yang ingin
membuat gambar yang bergerak, akhirnya mimpi itu bisa terlaksana pada 17000 tahun
yang lalu, gambar bergerak pertama kali adalah gambar seekor kuda yang dipelopori
oleh Edward Muybridge. Dia membuat 16 gambar kuda yang kemudian disatukan dan
dia berhasil menciptakan gambar bergerak pertama di dunia.
3) Sejarah Perkembangan Film Indonesia21
Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1900-an masyarakat kita sudah
mengenal adanya film atau yang lebih dikenal dengan “Gambar Hidoep”. Hal ini
dibuktikan dengan adanya koranBintang Betawi No.278, 5 Desember 1900 yang
memuat iklan bioskop. Seni pertunjukkan film pada masa itu diselenggarakan oleh orang
Belanda.Jenis bioskop terbagi menjadi tiga golongan berdasarkan status penonton, yaitu
bioskop untuk orang Eropa, bioskop orang menengah, dan golongan orang pinggiran.
Pada tahun 1925 sebuah artikel di koran masa itu, De Locomotif, memberi usulan
untuk membuat film. Pada tahun 1926 dua orang Belanda bernama L. Heuveldorp dan
20
Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 07.50 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews. 21
Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 08.12 WIB dari http://montase.blogspot.com/2010/05/sekilas-
sejarah-film-indonesia.html
22
G.Kruger mendirikan perusahaan film, Java Film Coy di Bandung dan pada tahun yang
sama mereka memproduksi film pertamanya berjudul Loetoeng Kasarung (1926), yang
diangkat dari legenda Sunda. Film ini tercatat sebagai film pertama yang diproduksi di
Indonesia dan ini dianggap sebagai sejarah awal perfilman Indonesia.Film ini diputar
perdana pada 31 Desember 1926.Film berikutnya yang diproduksi adalah Eulis Atjih
(1927) berkisah tentang istri yang disia-siakan oleh suaminya yang suka foya-foya.
Dalam perkembangan berikutnya banyak bermunculan studio film yang
dinominasi oleh orang-orang Cina. Pada tahun 1928 Wong Brothers dari Cina (Nelson
Wong, Joshua Wong, dan Othniel Wong) mendirikan perusahaan film bernama Halimun
Film dan memproduksi film pertamanya Lily Van Java (1928). Film ini berkisah tentang
seorang gadis Cina yang dipaksa untuk menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya,
padahal ia telah memiliki kekasih. Film ini sendiri kurang disukai oleh penonton pada
masa itu.Wong Brothers akhirnya mendirikan perusahaan film baru bernama Batavia
Film.Selain Wong Brothers, ada pula Tan‟s Film, Nansing Film dan perusahaan milik
Tan Boen Swan.Nansing Film dan perusahaan Tan Boen Swan memproduksi Resia
Borobudur (1928) dan Setangan Berloemoer Darah (1928).
Setelah L.Heuveldorp menarik diri, G.Kruger mendirikan perusahaan film sendiri
bernama Kruger Filmbedriff, yang memproduksi, Karnadi Anemer Bangkong (1930)
dan Atma De Visher (1931). Selain itu orang Belanda lainnya yaitu F.Carli yang
mendirikan perusahaan film bernama Cosmos Film Corp atau Kinowerk Carli yang
memproduksi De Stem des Bloed (Nyai Siti, 1930) yang berkisah mengenai orang Indo,
lalu juga Karina’s Zelfopoffering (1932). Sedangkan Tan’s Film dan Batavia Film pada
23
tahun 1930 memproduksi Nyai Dasima (1930), Si Tjonat (1930), Sedangkan Halimun
film memproduksi Lari Ke Arab (1930).
Masuk era film bicara, tercatat dua film tercatat sebagai film bicara Indonesia
pertama adalah Nyai Dasima (1931) yang di-remake oleh Tan‟s Film serta Zuster
Theresia (1931) produksi Halimun Film. Masa ini juga muncul The Teng Chun yang
mendirikan perusahaan The Teng Chun ”Cino Motion Pict” dan memproduksi Boenga
Roos dari Tjikembang (1931) dan Sam Pek Eng Tai (1931). Sasarannya adalah orang-
orang Cina dan kisahnya pun masih berbau budaya Cina.Sementara Wong Brothers juga
memproduksi Tjo Speelt Voor de Film (1931).Sedangkan Kruger dan Tans‟s
berkolaborasi memproduksi Terpaksa Menikah (1932). Di penghujung tahun 1932
beredar rumor kuat akan didirikan perusahaan film asal Amerika. Semua produser
menjadi takut karena tak akan bisa menyaingi dan akhirnya Carli, Kruger dan Tan‟s
Film berhenti untuk memproduksi film. Studio yang masih bertahan adalah Cino Motion
Picture.
Beberapa tahun setelahnya muncul seorang wartawan Albert Balink yang
mendirikan perusahaan Java Pasific Film dan bersama Wong Brothers memproduksi
Pareh (1935).Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses komersil.Balink dan Wong
akhirnya sama-sama bangkrut.Pada tahun 1937, Balink mendirikan studio film modern
di daerah Polonia Batavia yang bernama ANIF (Algemeene Nederland Indie Film
Syndicaat) dan memproduksi Terang Boelan/Het Eilan der Droomen (1937).Film ini
berkisah tentang lika-liku dua orang kekasih di sebuah tempat bernama Sawoba. Sawoba
adalah sebuah tempat khayalan yang merupakan singkatan dari SA(eroen), Wo(ng),
BA(link) yang tak lain adalah nama-nama penulis naskah, penata kamera, editor, dan
24
sutradaranya sendiri. Walau meniru gaya film Hollywood The Jungle Princess (1936)
yang diperankan Dorothy Lamoure namun film ini memasukkan unsur lokal seperti
musik keroncong serta lelucon yang diadaptasi dari seni panggung. Film ini sukses
secara komersil dan distribusinya bahkan sampai ke Singapura. Pemeran utama
wanitanya, Rockiah setelah bermain di film ini menjadi bintang film paling terkenal
pada masa itu
. Kala ini Terang Boelan (1937) adalah film yang amat populer sehingga banyak
perusahaan yang menggunakan resep cerita yang sama. Pada tahun 1939 banyak
bermunculan studio-studio baru seperti, Oriental Film, Mayestic Film, Populer Film,
Union Film, dan Standard Film. Film-film populer yang muncul antara lainAlang-alang
(1939) dan Rentjong Atjeh (1940).
Pada masa ini pula kaum pribumi mulai diberi kesempatan untuk menjadi
sutradara yang perannya hanya sebagai pelatih akting dan dialog.Justru yang paling
berkuasa pada masa itu adalah penata kamera yang didominasi orang Cina.Pada era ini
pula muncul kritik dari kalangan intelek untuk membuat film yang lebih berkualitas
yang dijawab melalui film, Djantoeng Hati (1941) dan Asmara Moerni (1941).Para
pemain dari kedua film ini didominasi kaum terpelajar namun karena dirasa terlalu
berat, para produsen film akhirnya kembali ke tren awal melalui film-film ringan seperti
Serigala Item (1941), TengkorakHidup (1941). Pada akhir tahun 1941, Jepang
menguasai Indonesia.Semua studio film ditutup dan dijadikan media propaganda perang
oleh Jepang.Jepang mendirikan studio film yang bernama Nippon Eiga Sha.Studio ini
banyak memproduksi film dokumenter untuk propaganda perang. Sementara film cerita
25
yang diproduksi antara lainBerdjoang (1943) yang disutradarai oleh seorang pribumi,
Rd. Arifin namun didampingi oleh sutradara Jepang, Bunjin Kurata.
Pasca kemerdekaan RI pada tahun 1945, studio film milik Jepang yang sudah
menjadi kementerian RI direbut oleh Belanda dan berganti nama Multi Film. Film-film
yang diproduksi antara lainDjauh Dimata (1948) dan Gadis Desa (1948) yang diarahkan
oleh Andjar Asmara. Di era ini pula muncul nama Usmar Ismail yang kelak akan
menjadi pelopor gerakan film nasional. Pada tahun ini pula, 1949, para produser Cina
lama mulai berani mendirikan studio lagi.The Theng Chun dan Fred Young mendirikan
Bintang Surabaja. Tan Koen Youw bersama Wong mendirikan Tan & Wong Bros. Salah
satu film produksi Tan & Wong Bros yang populer adalah Air Mata Mengalir Di
Tjitarum (1948).
Pada tahun 1950 dibentuklah Perfini (Perusahaan Film Nasional).Perfini
merupakan perusahaan film pertama milik pribumi.Beberapa bulan kemudian dibentuk
pula Persani (Perseroan Artis Indonesia). Film pertama produksi Perfini adalah Long
March Of Siliwangi atau Darah dan Doa (1950) yang disutradarai oleh Usmar Ismail.
Syuting pertama film film ini tanggal 30 Maret 1950, kelak ini dijadikan sebagai hari
film nasional. Sementara produksi besar lainnya adalah ”Dosa Tak Berampun” (1951).
Dalam dua tahun saja, Persani telah memiliki studio yang mewah dan megah.Studio ini
merupakan studio film terbesar di Indonesia kala itu. Usmar Ismail dan Djamaludin
Malik nantinya akan ditetapkan sebagai Bapak Perfilman Nasional (resmi pada tahun
1999). Antara tahun 1954-1955 Perfini mengalami krisis finansial.Film arahan sutradara
Usmar Ismail, Krisis (1953) walau sukses komersil namun tetap saja tak mampu
menutup hutang bank.Pada masa ini pula muncul kritik terhadap film-film produksi
26
studio milik orang Cina yang memproduksi film bermutu sangat rendah. Salah satunya
adalah film Tans & Wong berjudul Topeng Besi (1953) yang diproduksi dengan biaya
sangat murah. Namun di sisi lain, film-film dalam negeri juga bisa mulai bersaing
dengan film-film impor dari Malaysia, Filipina, dan India. Pada Tahun 1954, Usmar dan
Djamaludin mempelopori berdirinya PPFI (Persatuan Perusahaan Film Nasional), lalu
juga menjadi anggota FPA (Federatuion Of Motion Picture Produsers in Asia).
Persani dan Perfini bersama-sama memproduksi film Lewat Djam Malam (1954)
disutradarai oleh Usmar Ismail. Film ini bercerita tentang mantan pejuang kemerdekaan
yang menghadapi kekecewaan terhadap orang-orang seperjuangannya yang berubah
menjadi seseorang yang tidak mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang telah mereka
perjuangkan dengan susah payah. Konon film ini akan dikirim ke Festival Film Asia di
Tokyo namun pemerintah Indonesia melarang karena masa itu kita tengah konflik
dengan pemerintah Jepang.
Pada tahun 1955 PPFI untuk pertama kalinya menyelenggarakan Festival Film
Indonesia (FFI) tercatat merupakan festival film pertama yang diselenggarakan di tanah
air.Terpilih film terbaik adalah Lewat Djam Malam (1954). Namun sayangnya Usmar
Ismail tidak mendapat penghargaan apa pun dalam ajang ini. Film ini rencananya akan
diputar di festival film Cannes pada 16-27 Mei 2012 setelah direstorasi penuh. Pada
tahun 1955 film produksi Perfini Tamu Agung (1955) mendapat penghargaan khusus
komedi terbaik pada ajang bergengsi Festival Film Asia.Sejarah juga mencatat awal
bulan Maret tahun 1956 para pemain dan pekerja film membentuk PARFI (Persatuan
Artis Film Nasional).Pada tahun 1957, PPFI memutuskan untuk menutup studio film
mereka karena tak ada dukungan dari pemerintah kala itu.Djamaludin Malik ditangkap
27
tanpa alasan yang jelas.Studio Perfini disita bank karena tidak mampu membayar
hutang.Setelah diadakan perundingan dengan pemerintah pada tanggal 26 April 1957
akhirnya studio dibuka kembali.Namun kondisinya tidak seperti dulu dan kondisi
perfilman nasional menjadi lumpuh. Hasil negoisasi dengan pemerintah berupa janji
pemerintah akan adanya kementerian khusus untuk membina para insan film baru
dipenuhi pemerintah 7 tahun setelahnya.
Pada masa bersamaan sekitar tahun 1957 kondisi politik di Indonesia didominasi
golongan komunis PKI atau sering disebut golongan kiri.Golongan kiri juga ingin
menguasai dunia perfilman kala itu.Mereka mendirikan Sarfubis (Sarikat Buruh Film
dan Sandiwara) namun kelompok ini tidak efektif di pasaran.Kala itu juga terjadi
pertikaian antara PARFI dan golongan kiri. Usmar Ismail dan Djamaludin Malik sangat
antipati dengan komunis. Sementara golongan kiri mengganggap kematian film nasional
disebabkan impor film Amerika ke Indonesia. Golongan kiri juga menuduh Usmar
Ismail sebagai agen Amerika. Walaupun kondisi perfilman Nasional semakin krisis,
beberapa film masih diproduksi. Usmar Ismail pada tahun 1956 mengarahkan Tiga Dara
(1957) yang dirilis setahun setelahnya.
Pada tahun 1960-an dunia perfilman di Indonesia pecah menjadi dua blok, yakni
golongan Usmar dan rekan-rekannya dengan golongan kiri. Pada tahun 1962,
Djamaludin Malik yang telah bebas dari penjara, menyelenggarakan FFI yang kedua
serta mendirikan LESBUMI (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia) dengan Ketua
Umum Usmar Ismail. Film-film populer yang muncul di masa pelik ini antara
lainPedjoang (1960) dan Anak-anak Revolusi (1964) karya Usmar Ismail.
28
Pada tahun 1961, Pedjoang mendapat penghargaan pemeran pria terbaik
(Bambang Hermantpo) di ajang Festival Film International di Moskow.Film fenomenal
lainnya adalah Pagar Kawat Berduri (1961) dan Tauhid (1964) karya Asrul Sani.
Golongan kiri menuntut agar film Pagar Kawat Berduri (1961) ditarik dari peredaran,
karena dianggap dapat membuat orang bersimpati pada Belanda.
Lalu juga ada Piso Surit (1960) dan Violtta (1962) karya Bahctiar Siagian, serta
Matjan Kemayoran (1965) karya Wim Umboh.Pada tahun 1964 untuk pertama kalinya
diadakan Festival Film Asia Afrika (FFAA) di Jakarta.Golongan kiri yang menguasai
seluruh kepanitiaan FFAA mencetuskan berdirinya PAPFIAS (Panitia Aksi
Pemboikotan Film Imperialis Amerika).Tujuan PARFIAS adalah melarang beredarnya
film-film produksi Amerika dan sekutunya di bioskop-bioskop Indonesia.Kondisi ini
membuat bioskop-bioskop lokal dipenuhi film-film asing dari Rusia, Eropa Timur, dan
RRC.PARFIAS sendiri juga tak mampu menggangkat perfilman Indonesia, sehingga
kondisi bioskop kala itu sepi pengunjung.
Setelah PKI ditumpas,kondisi industry film kita sedang mati suri maka untuk
mengangkat perfilman nasional, sejak tahun 1967, kementerian penerangan mulai
bersungguh-sungguh melaksanakan tugasnya. Hasilnya, film-film lokal bergairah
kembali.
Tahun 1967, Wim Umboh memproduksi film berwarna Indonesia pertama yang
berjudul Sembilan (1967) yang diproduksi dengan biaya sangat tinggi. Tahun 1969
pemerintah juga memproduksi film-film percontohan yang diharapkan dapat
mengangkat perfilman nasional, seperti Apa Jang kau Tjari Palupi?(1969) karya Asrul
Sani, Djambang Mentjari Naga Hitam (1968) karya Lilik Sudjio, Mat Dower (1969)
29
karya Nya Abbas Acup, Nyi Ronggeng (1969) dan Kutukan Dewata (1969) karya Alam
Surawidjaya. Hasilnya ternyata cukup positif, pada tahun 1969 produksi film hanya 9
judul, tahun 1970 meningkat menjadi 20 judul, dan tahun 1971 meningkat menjadi 52
judul.
Awal tahun 70-an, tokoh-tokoh film nasional seperti Usmar Ismail dan
Djamaludin Malik telah tiada.Djamaludin Malik meninggal pada Juni 1970 dan tak lama
kemudian Usmar Ismail juga berpulang.Tahun 1970 muncul desakan kepada pemerintah
dari industri perfilman agar sensor terhadap film Indonesia dilonggarkan seperti
perlakuan pada film-film impor.Maka muncul film-film yang memasukkan unsur
erotisme seperti Djambang Mentjari Naga Hitam (1968) dan Bernafas Dalam Lumpur
(1970).Kedua film yang juga telah diproduksi berwarna ini ini merupakan pelopor dari
film-film yang mengutamakan adegan berbau seksual dan penuh dengan adegan aksi
yang kejam.
Namun pada akhir tahun 1972, Badan Sensor Film kembali bersikap tegas
terhadap film-film yang berbau seksual.Sutradara Teguh karya memulai debutnya
melalui Wadjah Seorang Lelaki (1971).Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses
komersil.Teguh adalah seorang sutradara teater yang kelak menjadi sutradara
berpengaruh di era 1980-an. Sementara sineas kawakan lainnya, Wim Umboh
memproduksi film Pengantin Remadja (1971) yang sukses secara komersil.Pada Tahun
1973 dipelopori oleh Sumardjono diselenggarakan kembali FFI yang sempat vakum
beberapa tahun. Hingga tahun 1980-an pemenang FFI masih didominasi oleh sineas-
sineas seperti Wim Umboh, SyumanDjaya, Teguh Karya, serta Asrul Sani. Namun pada
era ini juga sudah muncul sutradara-sutradara muda seperti, Ismail Subardjo, Slamet
30
Raharjo, dan Franky Rorempandey.Film-film yang populer tahun 70-an diantaranya
Ratapan Anak Tiri (1973), Bing Slamet Koboi Cengeng (1974), Karmila (1976) serta,
Inem Pelayan Sexy (1977).
Pada era 1980-an hingga awal 1990-an film-film yang paling populer masa ini
adalah film-film komedi slapstick yang dibintangi oleh grup lawak legendaris, Warkop
DKI, yakni Dono, Kasino, Indro seperti Mana Tahaaan..(1979), Setan Kredit (1981),
Tahu diri Dong (1984), Maju Kena Mundur Kena (1983) dan Sabar Dulu dong (1989).
Dengan gaya banyolan yang unik dan konyol, Warkop telah memproduksi lebih dari 30
film dan hampir seluruhnya sukses komersil. Pada masa ini juga populer genre horor
yang dipelopori sang ratu horor, Suzanna, seperti, Sundel Bolong (1981), Malam Jumat
Kliwon (1986), dan Malam Satu Suro (1988). Film aksi fantasi sejarah, Saur Sepuh:
Satria Madangkara (1987), yang diadaptasi dari sandiwara radio populer juga sukses
besar dengan empat sekuelnya. Aktor laga, Barry Prima juga sukses dengan film aksi
sejenis melalui Jaka Sembung (1981) dengan tiga sekuelnya.Sementara film remaja
Catatan Si Boy (1987) yang dibintangi Onky Alexanderd dan Meriam Bellina, juga
sukses besar dengan empat sekuelnya. Sementara itu muncul pula film-film drama
berkualitas dari sutradara-sutradara berpengaruh pada masa ini seperti, Doea Tanda
Mata(1984) karya Teguh Karya, Matahari-Matahari(1985) karya Arifin C Noer, Tjoet
Nyak Dien (1986) karya Eros Djarot, Kodrat (1986), karya Slamet Rahardjo Djarot,
Kejarlah daku Kau Kutangkap (1985) karya Chaerul Umam, serta Nagabonar (????)
karya Deddy Mizwar. Sementara PengkhianatanG-30-S PKI (1982) karya Arifin C.
Noer yang merupakan film propaganda fenomenal, menjadi film terlaris era 80-an dan
kelak selalu diputar di televisi nasional tiap tahunnya selama era Orde baru.
31
Dimulai awal dekade 1990-an hingga awal dekade 2000-an kondisi perfilman
Indonesia mati suri dengan menurunnya jumlah produksi film nasional terutama sekali
karena munculnya TV swasta di akhir era 80-an. Sejak Tahun 1993, FFI tidak lagi
diselenggarakan karena minimnya produksi. Di tengah kondisi serba sulit ini sejak awal
90-an hingga tahun 1997, muncul film-film erotis berkualitas rendah yang
mengeksploitasi seks semata dengan judul-judul yang bombastis, sebut saja macam
Gadis Metropolis (1992), Ranjang yang Ternoda (1993), Gairah Malam (1993),
Pergaulan Metropolis (1994), Gairah Terlarang (1995), Akibat Bebas Sex (1996),
Permainan Erotik (1996), serta Gejolak Seksual (1997). Namun film-film drama
berkualitas masih muncul seperti seperti Taksi(1990) Arifin C Noer, Sri (1997) sutradara
Marselli Sumarno, Telegram(1997) karya Slamet Raharjo Djarot, serta Badut-Badut
Kota(1993) karya Ucik Supra. Garin Nugroho juga memulai debutnya dengan film-
filmnya seperti Cinta Dalam Sepotong Roti (1990), Daun di Atas Bantal (1997), dan
Puisi Tak Terkuburkan (1999). Dewan Film Nasional juga membiayai Bulan Tertusuk
Ilalang (1994) karya Garin Nugroho dan Cemeng 2005(1995) karya sutradara N.
Riantiarno untuk menggairahkan kembali perfilman nasional seperti yang telah
dilakukan pada era 60-an silam. Sementara dari kalangan sineas independen, muncul
sineas-sineas intelek muda yang kelak berpengaruh pada dekade mendatang seperti Riri
Reza, Mira Lesmana, Rizal Mantovani, dan Nan Acnas dengan memproduksi Kuldesak
(1997).
Pasca reformasi dianggap sebagai momentum awal kebangkitan perfilman
nasional.Momen ini ditandai melalui film musikal anak-anak Petualangan Serina (1999)
karya Riri Reza serta diproduseri Mira Lesmana yang sukses besar di pasaran.Selang
32
beberapa tahun diproduksi dua film fenomenal yang sukses luar biasa yang selanjutnya
memicu produksi film-film lokal. Pertama adalah film horor Jelangkung (2001) karya
sutradara Jose Purnomo dan Rizal Mantovani dan kedua Ada Apa Dengan Cinta? (2001)
karya Sutradara Rudi Soedjarwo yang diproduseri oleh Mira Lesmana dan Riri
Reza.AADC sukses fenomenal hanya dalam tiga hari diputar di Jakarta film ini telah
meraih 62.217 penonton. Dua film ini dianggap sebagai film pelopor yang nantinya
banyak bermunculan puluhan film-film dengan tema dan genre yang sama.
Film bertema remaja dan film horor bahkan hingga kini masih membanjir dan
laris di pasaran.Mengikuti sukses AADC film-film roman dan melodrama remaja
bermunculan dan tak jarang menggunakan bintang muda, penyanyi atau grup musik
yang tengah naik daun. Film-film roman remaja yang populer antara lainEiffel I’m in
Love (2003) karya Nasri Ceppy, Heart (2005), Inikah Rasanya Cinta? (2005), Love in
Perth (2010), Purple Love (2011), Love is U (2012). Sineas Nayato Fio Fuala dikenal
juga memproduksi film-film melodrama yang menyayat hati antara lain Cinta Pertama
(2006), The Butterfly (2007), sertaMy Last Love (2012). Melalui Virgin (2004) film
remaja mulai berani mengambil tema-tema yang dianggap tabu sebelumnya.
Genre horor mendominasi pasar melalui film-film horor remaja yang umumnya
mengambil cerita mitos atau legenda dari sebuah tempat atau lokasi angker yang
menampilkan makhluk-makhluk gaib khas lokal, seperti kuntilanak, pocong, genderuwo,
suster ngesot, tuyul, dan sebagainya.Pengaruh horor Jepang juga seringkali tampak dan
tak jarang pula memasukkan unsur erotisme sebagai bumbu.Beberapa film horor populer
diantaranya, Tusuk Jelangkung (2002), Kuntilanak (2006), Terowongan Casabanca
(2007), Tali Pocong Perawan (2008), serta Suster Keramas (2009). Bahkan Suzanna,
33
sang ratu horor pun masih sempat bermain dalam Hantu Ambulance (2008). Selain film-
film horor bermunculan film-film slasher ala barat seperti Rumah Dara (2010), Air
Terjun Pengantin (2009), Pintu Terlarang (2009), hingga yang terbaru Modus Anomali
(2012). Genre horor juga sering dipadukan dengan genre komedi, seperti Setan Budeg
(2009), Poconggg Juga Pocong (2011), dan Nenek Gayung (2012).
Selain film roman dan horor, film bergenre komedi juga juga sukses besar di
pasaran.Film ini rata-rata juga ditujukan untuk penonton remaja dan beberapa
diantaranya berkualitas baik.Dalam perkembangan film komedi yang berbumbu seks
juga semakin banyak diproduksi. Film-film komedi yang populer dan sukses diantaranya
Arisan! (2003) serta sekuelnya yang rilis tahun lalu, Get Married (2007) dengan dua
sekuelnya, Get Married 2 (2009), dan Get Married 3 (2011), Sekuel Nagabonar, yaitu
Naga Bonar jadi 2 (2007), Quickie Express (2007), XL :Extra Large (2008) serta
Otomatis Romantis (2008).
Film anak-anak diproduksi tidak sebanyak film roman dan horor namun film
bertema ini seringkali sukses besar di pasaran.Film umumnya berkisah tentang
perjuangan seorang anak atau sekelompok anak-anak untuk menggapai impian dan cita-
citanya. Film-film anak-anak yang populer antara lainDenias, Senandung di Atas Awan
(????) karya John De Rantau. Laskar Pelangi (2008) dan Sang Pemimpi (2009) karya
Riri Reza diangkat dari novel best seller karya Andrea Hirata.Laskar Pelangi (2008)
menjadi film terlaris di Indonesia dengan penonton mencapai 4.606.785.Film anak-anak
tidak jarang pula dipadukan dengan genre olah raga, seperti Garuda di Dadaku (2009),
King (2009), dan Tendangan Dari Langit (2011).
34
Industri perfilman kita melakukan terobosan dengan memproduksi film animasi
musikal melalui Meraih Mimpi (2009).Film-film bergenre drama juga banyak muncul
yang biasanya berkisah tentang perjuangan hidup, perncarian eksistensi diri, nilai-nilai
moral, dan dan masalah sosial.Beberapa diantaranya berkualitas sangat baik dan sukses
di beberapa ajang festival film intersnasional. Film-filmnya drama populer diantaranya
Cau Bau Kan (2001) dan Berbagi Suami (2006) yang keduanya karya sutradara Nia
Dinata, lalu Pasir Berbisik (2000) dan The Photograph (2007) karya Nan Achnas,
Eliana, Eliana (2002), 3 hari untuk Selamanya (????), dan Gie (2004) karya Riri Reza,
Mengejar Matahari (2004) karya Rudi Soedjarwo, Surat Kecil Untuk Tuhan (2011), dan
pemenang Citra tahun lalu Sang Penari (2011) karya Ifa Irfansyah.
Film bertema religi Kiamat Sudah Dekat (2003) karya Deddy Mizwar memang
sukses komersil namun adalah Ayat-ayat Cinta (2008) karya Hanung Bramantyo yang
mengangkat genre religi menjadi populer hingga sekarang. Film religi kental sekali
dengan nuansa agama (muslim) dan kisahnya berhubungan dengan nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari dan tak jarang pula dibumbui unsur roman.
Film-film religi populer seperti Ketika Cinta Bertasbih (2009), Ketika Cinta Bertasbih 2
(2009), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Dalam Mihrab Cinta (2010), Tanda
Tanya (2011), hingga film religi anak-anak, Negeri 5 Menara (2012). Film religi juga
mengangkat kisah tokoh agama seperti Sang Pencerah (2010) dan yang baru dirilis
Soegija (2012). Sementara Cin(T)a (2009) serta 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010)
mengangkat tema masalah beda agama.
Genre aksi baru mulai populer akhir dekade 90-an dan seringkali berpadu dengan
tema kriminal dan perang, seperti Serigala Terakhir (2009), Merah Putih (2009), Darah
35
Garuda (2010), Merantau (2009), serta yang baru saja rilis The Raid (2012). The Raid
bahkan sukses dirilis luas di Amerika dan sempat masuk 11 besar box office mingguan
disana.Selain sukses secara komersil film ini juga sukses secara kritik karena adegan
aksinya yang dikoreografi secara menawan.Film ini merupakan sejarah bagi kita karena
sukses komersil di mancanegara hingga menjadi perbincangan banyak media dan
pengamat film di dunia.Sedangkan dari para pembuat film non mainstream (non
komersil) muncul pula film-film alternatif.Beberapa diantaranya abstrak, kompleks, dan
ceritanya sulit dipahami orang awam.Tema film yang diangkat biasanya merupakan
kritik dan respon terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik di negara ini.Garin Nugroho
adalah satu diantara sineas yang memilih di jalur ini, dan seringkali justru film-filmnya
mendapat apresiasi di festival-festival luar negeri.Film-filmnya seperti Opera Jawa
(2006), Under the Tree (2008), Generasi Biru (2008), serta Mata Tertutup (2012).Juga
film-film semi abstrak seperti Novel Tanpa Huruf R (2003) dan Identitas (2009) karya
Aria Kusumadewa.Setelah vakum selama duabelas tahun, Festival Film Indonesia
akhirnya mulai diselenggarakan kembali pada tahun 2004.Peraih Citra tahun 2006,
Ekskul (2006) membuat kontroversi dengan menggunakan ilustrasi musik film-film
populer barat seperti Gladiator, Bourne Supremacy, Taegukgi, dan Munich.Sebagai
bentuk protes, para peraih Piala Citra tahun tersebut seperti Riri Reza, Mira Lesmana,
dan lainnya melakukan aksi pengembalian Piala Citra.Mereka pulalah yang membentuk
festival film tandingan, yakni IMA (Indonesian Movie Award) yang diselenggarakan
pertama kali pada tahun 2007.
Dari sedikit penjelasan diatas terlihat perkembangan perfilman Indonesia dari
masa ke masa yang dinamis.Hingga saat ini sinema kita masih berjuang mencari
36
bentuknya menuju industri film yang lebih mapan.Secara rata-rata, kualitas kita masih
dibawah industri film negara Asia lainnya seperti Jepang, Hong Kong, Korea, bahkan
Thailand.Secara teknis kita tidak kalah namun dari aspek cerita kita masih sangat lemah.
Para sineas kita masih harus lebih banyak belajar dan jeli mencari celah untuk bisa
bersaing dengan film-film dari negara lain. Sukses The Raid bisa menjadi secercah
harapan, bukan hal yang mustahil film kita bisa menembus pasar internasional.
4) Jenis-jenis Film
Jenis film terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah:
Film Horor
Film jenis ini biasanya berhubungan dengan hal-hal yang supranatural,
yang selalu berhubungan dengan kematian atau hal yang di luar nalar kita. Film
ini memang dibuat begitu menyeramkan agar para penonton merasakan ketakutan.
Film Drama
Film jenis ini lebih ringan dibandingkan dengan film horror, Karena film
jenis ini hanya bercerita tentang suatu konflik dalam kehidupan, hanya saja
terkadang dibuat berlebihan karena agar penonton ikut masuk ke dalam cerita
yang ada di dalam film tersebut.
Film Komedi
Film jenis ini berisi tentang kelucuan dari alur cerita dan para pemainnya, film
ini dibuat sedemikian rupa agar para penonton dapat tertawa ketika menyaksikan
film ini.
37
Film Musikal
Film jenis ini penuh dengan nuansa musik, alur ceritanya hampir sama dengan
drama hanya saja musikal dalam beberapa adegan para pemain bernyanyi, dan
dalam berdialog mereka menggunakan musik.
Laga (action)
Film jenis isi banyak berisi adegan yang membahayakan seperti berantem di atas
gedung, loncat dari gedung satu ke gedung yang lain, dan lain sebagainya, film
jenis ini tak jarang membuat para penontonnya di buat menegangkan.
Film 12 menit ini termasuk ke dalam film drama, karena menceritakan
perjuangan seorang anak muda untuk mencapai mimpinya.
5) Teknik Pengambilan Gambar
Ada lima hal yang diperlukan dalam pengambilan gambar untuk jurnalistik
televisi, yaitu22
:
1. Camera Angel: (sudut pengambilan gambar)
Camera Angeladalah posisi camera pada saat pngambilan gambar.Masing-masing
angel sudut punya makna tertentu.Camera Angeldalam sudut pengambilan gambar
ada lima bagian:
a. Bird Eye View
Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera
berada di atas ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas
dan benda-benda lain tampak kecil dan berserakan.
22“Teknik Pengambilan Gambar” diakses pada tanggal. Rabu 3 Desember pukul 21.30 WIB dari
http://www.thingktep.wordpress.com
38
b. High Angle
Sudut pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat
kecil.Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai “kerdil”.
c. Low Angle
Sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi
terlihat besar.Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/
prominance, berwibawa, kuat, dominan.
d. Eye Level
Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek.Hasilnya memperlihatkan
tangkapan pandangan mata seseorang.Teknik ini tidak memiliki kesan
dramatis melainkan kesan wajar.
e. Frog Eye
Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan
alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-
olah mata penonton mewakili mata katak.
2. Framae Size (Ukuran Gambar)23
a. Extreme Close Up (ECU/XCU): pengambilan gambar yang terlihat sangat detail
seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu.
b. Big Close Up (BCU): pengambilan gambar dari sebatas kepala hingga dagu.
c. Close Up (CU): gambar diambil dari jarak dekat, hanya sebagian dari objek yang
terlihat seperti hanya mukanya saja atau sepasang kaki yang bersepatu baru
23
Amin Rois, “ Analisis Semiotik Film Negeri 5 Menara,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013, h. 40.
39
d. Medium Close Up: (MCU) hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan
diambil dari dada keatas.
e. Medium Shot (MS): pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka
yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas).
f. Knee Shot (KS): pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut.
g. Full Shot (FS): pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala sampai kaki.
h. Long Shot (LS): pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak
jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.
i. Medium Long Shot (MLS): gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika
misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu
orang maka tampak dari kepala sampai lutut.
j. Extreme Long Shot (XLS): gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang
ditonjolkan bukan objek lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat
diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya.
k. One Shot (1S): Pengambilan gambar satu objek.
l. Two Shot (2S): pengambilan gambar dua orang.
m. Three Shot (3S): pengambilan gambar tiga orang.
n. Group Shot (GS): pengambilan gambar sekelompok orang.
3. Moving Camera (gerakan kamera)
Moving Cameraadalah posisi kamera bergerak, sementara objek diam, dan
sebaliknya:
Zoom In/ Zoom Out : kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan
menggunakan tombol zooming yang ada di kamera.
40
Panning: gerakan kamera menoleh ke kiri dan ke kanan dari atas tripod.
Tilting: gerakan kamera ke atas dan ke bawah. Tilt Up jika kamera
mendongak dan tilt down jika kamera mengangguk.
Dolly : kedudukan kamera di tripod dan di atas landasan rodanya. Dolly In
jika bergerak maju dan Dolly Out jika bergerak menjauh.
Follow : gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak.
Crane shot : gerakan kamera yang dipasang di atas roda crane.
Fading : pergantian gambar secara perlahan. Fade in jika gambar muncul dan
fade out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling
menggantikan secara bersamaan.
Framing : objek berada dalam framing Shot. Frame In jika memasuki bingkai
dan frame out jika keluar bingkai.
Objek bergerak sejajar dengan kamera.
Walk In : Objek bergerak mendekati kamera.
Walk Away : Objek bergerak menjauhi kamera.
4. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak dilihat.
Komposisi ada tiga yakni24
:
a. Headroom (H), yakni mengatur frame di atas kepala objek.
b. Noseroom (N), jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya, baik ke kiri
maupun ke kanan.
c. Lookin gspace (L), yakni ruangan depan maupun belakang objek.
24
Askurifai, Baskin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.
120-137.
41
6) Terapi Berpikir Positif
1. Keinginan yang menggebu25
Ketika ada seseorang pemuda yang bertanya kepada ilmuwan, penulis, dan perintis
Crystal Catherdar di New York, Dr. Robert Schuler, “Bagaimana aku bisa menjadi
penulis ternama seperti anda?” Dr. Schuler menjawab, “Ketika kamu memiliki
keinginan yang menggebu untuk mewujudkan impianmu. ”Pemuda itu kemudian
bertanya lagi “Apa yang dimaksud dengan keinginan yang menggebu?” Dr. Schuler
menjawab, “Ketika yang berpikir untuk menulis sebelum tidur. Ketika yang kau
pikirkan di pagi hari adalah keinginan untuk menulis. Ketika kau berpikir untuk
menulis dan mengatakannya kepada beberapa kesempatan yang memungkinkan.
Ketika kegiatan menulis menjadi sesuatu yang menguasai pikiranmu dan mengalir
dalam darahmu. Itulah keinginan yang menggebu.”
2. Keputusan yang Kuat26
Makna kata “keputusan” berarti kuat. Maka, keputusan yang diambil seseorang
harus kuat, tidak ada keraguan dalam kondisi apapun dan menghadapi apapun, baik
yang datang dari dalam diri atau dari luar diri. Orang yang mengaku sudah
memutuskan untuk berhenti merokok tapi masih melakukannya, berarti
keputusannya masil lemah. Tidak ada dorongan kuat. Tidak ada keinginan
menggebu sebagai pendorongnya. Keputusan yang kuat adalah keputusan yang
tegas, kuat, dan tidak ragu-ragu meski menghadapi berbagai tantangan. Karena, jika
kita bijaksana menghadapi tantangan maka ia akan berubah menjadi keterampilan
dan keahlian yang bisa kita dapatkan dalam perjalanan menuju puncak.
25
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 305. 26
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 308-310
42
3. Bertanggung Jawab Penuh27
Empat tahun setelah dilahirkan, anak kecil bernama Wilma Rudolf mengalami panas
tinggi sehingga membuat dirinya lumpuh separuh. Para dokter pun memutuskan
untuk memasang penopang besi di kakinya. Suatu hari sang ibu bertanya kepadanya,
“Wilma apa cita-citamu?” tanpa berpikir panjang ia menjawab “Aku ingin menjadi
wanita tercepat di dunia.” Sang ibu berkata “Dengan keyakinan dan usaha keras,
engkau dapat meraih cita-citamu. ”Untuk dapat mewujudkan impian yang besar kita
harus berani ambil keputusan, mempunyai keinginan yang menggebu, dan dapat
bertanggung jawab penuh atas segalanya.
Dengan prinsip yang dia pegang dan usaha serta kerja keras yang dia
jalankan selama ini pada tahun 1960, Wilma Rudolf berhasil menjadi memenangkan
kejuaraan lari seratus meter, dua ratus meter, tiga ratus meter. Dan ia berhasil
menjadi wanita tercepat di dunia.
4. Menentukan Tujuan
Tulislah apa yang kita inginkan dan susun sesuai skala prioritas. Setelah itu, tentukan
rentang waktu yang kita yakini dapat mewujudkan keinginan kita. Jangan lupa
tuliskan bagaimana cara anda menggapai impian itu. Kemudian tulis model
perbaikan yang akan kita lakukan ketika kita sudah mencapainya. Kemudian setelah
kita mencapainya apa yang akan kita lakukan selanjutnya.
5. Dukungan dari Dalam
“Jika Anda tidak mengetahui kemampuan Anda, tidak menghargainya, dan tidak
menerimanya sebagai kenyataan, bagaimana mungkin Anda mengharap penghargaan
dari orang lain?” 28
27
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 311-2012. 28
Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif (Jakarta: Zaman, 2008), h. 323.
43
Dukungan dari dalam akan membantu kita fokus kepada kemampuan kita dan
membantu memperbaiki segala sesuatu yang ingin kita perbaiki dalam diri
kita.Berhenti berpikir negatif tentang kemampuan dan diri kita.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM 12 MENIT
A. Sinopsis Film 12 Menit
Elaine, remaja yang tumbuh dan besar di Jakarta, tiba-tiba harus pindah ke
Bontang (Kaltim) karena harus mengikuti sang ayah yang seorang insinyur kimia asli
Jepang yang ditugaskan untuk memimpin sebuah departemen di sebuah perusahaan besar
di Bontang. Elaine terpaksa meninggalkan segala sesuatu yang selama ini begitu berarti
baginya.
Di lain pihak, Tara memiliki gangguan berat. Sebuah kecelakaan mengakibatkan
dia kehilangan suaranya serta merenggut nyawa sang ayah. Setelah kejadian itu, Ibu Tara
harus melanjutkan kuliah ke luar negeri.Tara harus diasuh oleh opa dan omanya.Demi
menuruti kata sang ibu, Tara terus berjuang untuk melanjutkan hidupnya.
Lahang, keturunan Dayak, punya keinginan yang sangat kuat.Ia tidak ingin hanya
berkarya di kampungnya. Ayahnya sakit parah. Tak ada yang tahu apa penyakitnya.
Mereka hidup hanya berdua.Dan Lahang terjebak dalam dilema. Memilih antara
mencapai impiannya atau merawat sang Ayah.
Tiga anak remaja itu dipertemukan dalam sebuah grup Marching Band. Sebuah
kelompok besar yang memiliki misi yang sama besarnya. Rene, pelatih Marching Band
profesional, dipilih untuk membawa Marching Band Bontang ke tingkat nasional. Dan
bagi Rene ini adalah tantangan besar memimpin 120 anak dari kota kecil. Mereka datang
dari berbagai latar belakang.Jadwal latihan mereka sangat padat, berat dan keras. Elaine,
Tara, dan Lahang berusaha meraih mimpi mereka secara profesional walaupun
45
banyaknya masalah kehidupan mereka masing-masing.Dengan kegigihan danperjuangan,
grup Marching Band ini berhasil memenangkan kompetisi tingkat nasional.
Moral film ini : agar kita terus berjuang dalam menggapai apa yang kita inginkan,
sesulit apapun kondisi kita saat ini. Karena dengan kerja keras, dan tekad yang kuat kita
pasti bisa meraih apa yang kita inginkan.
B. Penulis Skenario Film
Gambar 3.1 Oka Aurora
Sumber: Google Image
Wanita kelahiran Jakarta, 19 Juli 1974 yang biasa dipanggil Oka ini baru saja
mendapatkan penghargaan sebagai penulis skenario terbaik pada malam puncak Pestival
Film Bandung 2014, mengawali karier menulisnya dengan mencoba membuat beberapa
skenario.tidak lama setelah di PHK dari sebuah perusahaan Telekomunikasi, Oka pun
mendapatkan tawaran dari Titien Wattimena untuk membuat sebuah skenario. Oka membuat
novel pertamanya 12 Menit yang diambil langsung dari skenario film 12 Menit. Sebelum
film 12 Menit ini ditayangkan yang merupakan film ke empat yang ditulis Oka, novel
dikeluarkan terlebih dahulu, di sampul novel tertulis tanggal diputarkannya film 12 menit.
46
C. Profil Sutradara Film1
Gambar 3.2 Hanni R Saputa
Sumber: Google Image
Film 12 Menit diangkat dari kisah nyata group marching band asal bontang desa
kecil yang berada di Kalimantan Timur menuju acara GPMB (Grand Prix Marching Band)
perhelatan akbar bagi unit-unit Marching Band se-Indonesia. Film yang menceritakan
tentang orang-orang yang tidak takut untuk meraih mimpi ini disutradarai oleh Hanny R
Saputra, yang memulai debut penyutradaraannya lewat film "Virgin" di tahun 2004
Hanny R Saputra Lahir lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 11 Mei
1965.Hanny adalah sutradara asal Indonesia.Ia memulai debut penyutradaraannya lewat film
"Virgin" di tahun 2004. Lewat film tersebut jugalahia langsung dinominasikan sebagai
Sutradara Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia 2005. Berbagai prestasi telah
diukirnya.Sinetron pertamanya, "Sepanjang Jalan Kenangan" pernah memenangkan
1Artikel, diakses Senin, 24 Juni 2014 pukul 01.53 WIB dari
http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/hanny-r.-saputra.html
47
penghargaan Film Terbaik pada Festival Sinetron Indonesia 1997.Sebelumnya Hanny lebih
banyak bergerak di bidang film pendek (dokumenter) dan iklan. "Sepanjang Jalan Kenangan"
juga meraih 7 piala lain, untuk drama lepas terbaik serta aktor pembantu, sinefotografi, tata
artistik, penyunting, tata suara dan tata musik. Bersama Leo Sutanto ia membuat film "Lo
Fen Koei" yang memenangkan penghargaan telesinema untuk Best Cinematography dan Best
Editing dan dinominasikan sebagai Best Director di ajang Asian Television Technical &
Creative Award 2001. Film lainnya adalah "Nyanyian Burung" yang memperoleh Golden
Award di Cairo International Film Festival for Children (2000).Sampai tahun 2011 Hanny
telah memproduksi sekitar 10 film layar lebar.
D. Profil Pemain Film 12 Menit
Gambar 3.3 Titi Rajo Bintang (Rene)
Sumber: Google Image2
Titi Rajo Bintang, aktirs yang lahir di Jakarta, 10 Febuari 1981 berperan sebagai
Rene seorang pelatih Marching Band berpengalaman yang tegas, perfectionis, memiliki rasa
disiplin yang tinggi, semangat yang tinggi serta obsesi yang tinggi. Rene hadir sebagai
2Artikel, diakses Senin, 20 Juni 2014 pukul 16.05 WIB dari Titi Rajo Bintang - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas_files
48
katalisator mimpi tersebut. Bagi Rene yang telah matang dalam dunia Marching Band dan
telah beberapa kali membawa tim lain ke puncak kejayaan tentu mimpi tersebut tidaklah
mustahil. Namun keyakinan Rene menjadi turut tergoncang saat berhadapan dengan realita
tim yang dibinanya. Jangankan untuk menjangkau, untuk membayangkan saja personel tim
sudah dihantam oleh berbagai rasa kecut dan konflik internal yang merong-rong keyakinan
mereka.
Gambar 3.4 Arum Sekarwangi (Tara)
Sumber: Film 12 Menit
Arum sekarwangi berperan sebagai Tara seorang anak yang sensitive, seorang
pemain drum yang baik di masa lampau. Kini ia harus berjuang mengembalikan permainan
terbaiknya dalam keterbatasan pendengaran. Hampir 80 persen pendengaran Tara hilang
bersama kepergian Ayahnya dalam sebuah kecelakaan maut. Rasa bersalah dan kehilangan
adalah luka masa lalu yang menghambat Tara untuk menatap masa depan.
Setelah kejadian itu, Ibu Tara harus melanjutkan kuliah ke luar negeri.Tara harus
diasuh oleh opa dan omanya.Demi menuruti kata sang ibu, Tara terus berjuang untuk
melanjutkan hidupnya.
49
Gambar 3.5 Hudri (Lahang)
Sumber: Film 12 Menit
Hudri berperan sebagai Lahang, pemuda kampong dengan bekal pesan dari sang
bunda ingin menjadikan Tugu Monas sebagai loncatan bagi mimpi besar untuk mengunjungi
berbagai tugu lain di dunia. Membentangkan sayap keberanian, terbang lebih tinggi seperti
Elang.Dalam meretas mimpinya bersama Marching Band Lahang dihadapkan dengan sebuah
dilema tentang keluarga. Kondisi Bapaknya yang kian parah, serta penyesalan karena tidak
berada di sisi Ibunya saat sang bunda menghembuskan nafas terakhir membuat Lahang sulit
beranjak dari sisi Bapaknya. Lahang meragu untuk mengejar mimpinya sementara sebuah
janji telah terucap.Lahang telah berjanji kepada Bapaknya untuk terus ‘hidup’ dalam
kehidupannya.
50
Gambar 3.6 Amanda Susanto (Elaine)
Sumber Gambar: Film 12 Menit
Amanda Susanto berperan sebagai Elaine, gadis pintar keturunan Jepang yang
tumbuh dan besar di Jakarta, tiba-tiba harus pindah ke Bontang (Kaltim) karena harus
mengikuti sang ayah yang seorang insinyur kimia asli Jepang yang ditugaskan untuk
memimpin sebuah departemen di sebuah perusahaan besar di Bontang. Elaine terpaksa
meninggalkan segala sesuatu yang selama ini begitu berarti baginya.Elaine sangat mencintai
musik dan meyakini musik adalah segala-galanya dalam hidupnya. Josuke sang ayah, sangat
menginginkan Elaine menjadi seorang ilmuwan, dan baginya musik adalah sesuatu yang sia-
sia. Elaine mempunyai peran vital dalam tim. Ia adalah satu-satunya field commander yang
diharapkan setelah field commander yang sebelumnya mengalami cedera berat. Josuke
menentang keras keinginan Elaine untuk tetap bergabung dalam tim.
51
Gambar 3.7 Olga Lydia (Ibu Elaine)
Sumber Gambar: Film 12 Menit
Olga Lydia aktris yang lahir di Jakarta pada 4 Desember 1976 silam ini berperan
sebagai ibu Elaine yang sangat mencintai keluarganya dan selalu mendukung kegiatan
anaknya, karena dia selalu ingin melihat anaknya berkembang karena dia selalu yakin dalam
hidup ini pengalaman sangatlah penting untuk mencoba hal yang baru dan untuk mencapai
kebahagiaan yang tak akan diraih jika hanya mengandalkan kemampuan akademis saja.
Gambar 3.8 Nobuyuki Suzuki (Josuke Higoshi)
Sumber Gambar: Film 12 Menit
Nobuyuki Suzuki actor kelahiran Jepang ini berperan sebagai Josuke Higoshi (ayah
Elaine) yang menganggap akademis adalah segalanya, di sisi lain sosok Josuke ini adalah
52
sangat mementingkan keluarga untuk meneruskan perusahaan yang sedang dijalaninya, akan
tetapi tanpa dia sadari di dalam keluarganya memiliki tujuan yang berbeda.
Gambar 3.9 Didi Petet (Kakek Tara)
Sumber Gambar: Google.com
Didi Widiatmoko (lahir di Surabaya, Indonesia, 12 Juli1956; umur 58 tahun) atau
lebih dikenal sebagai Didi Petet adalah seorang pemeran Indonesia.Ia telah membintangi
banyak film dan teater, memerankan berbagai tokoh mulai dari Emon dalam Catatan si Boy,
Kabayan dalam Kabayan Saba Kota, sampai Suwito dalam Pasir Berbisik.
Ketika dunia sinetron merebak seiring dengan tumbuh maraknya stasiun televisi di
tanah air, Didi pun terjun ke sana. Film iklan tak ketinggalan dirambahnya pula. Bahkan ia
kemudian mendirikan sebuah production house. Di samping itu, ia aktif pula dalam
sejumlah pementasan teater, seminar tentang seni peran dan tentu saja mengajar di
IKJ.3Dalam film 12 Menit ini dia berperan sebagai kakek Tara.
3Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.27 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Didi_Petet
53
Gambar 3.10 Niniek L Karim (Nenek Tara)
Sumber Gambar: Google.com
Niniek L. Karim (lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 14 Januari1949; umur 65 tahun)
adalah pemeranIndonesia. Ia selain berprofesi sebagai pemeran juga menjadi dosen di Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Niniek L. Karim pernah meraih Piala Citra sebagai pemeran
pembantu terbaik dalam film Ibunda. Lewat film yang sama, wanita berdarah Minang ini juga meraih
gelar aktris terbaik pada Festival Film Asia Pasifik tahun 1990.4Dalam Dilm 12 Menit ini berperan
sebagai nenek dari seorang gadis yang sensitive dan pesimis yang bernama Tara.
4Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.30 WIB dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Niniek_L._Karim
54
Gambar 3.11 Verdi Solaiman (Manager)
Sumber Gambar: wowkeren.com
Verdi adalah anak kedua dari aktor kawakan Henky Solaiman. Setelah 10 tahun
kuliah dan bekerja di bidang Advertising Design di Amerika (Columbus, OH), ketika Ia
pulang ke Indonesia Verdi jatuh cinta dengan akting tahun 2004 sewaktu secara tidak sengaja
masuk ke sekolah akting Sakti Aktor Studio. Di Sakti Aktor Studio Ia digembleng oleh
gurunya Eka D. Sitorus dimana Ia juga bertemu dengan Arifin Putra, Andhara Early, Ardina
Rasti, Olga Lydia dan lain-lain.
Di sekolah seni peran Verdi banyak terlibat dalam pementasan teater karya-karya
off-broadway dan mementaskan "Mass Appeal" karya Bill C. Davis sebagai ujian akhirnya;
sebuah naskah dua jam berbahasa Inggris yg dipentaskan bersama Arifin Putra.Peralihan ke
dunia film layar lebar dimulai dengan debut-nya di Jakarta Undercover (film).Selain sebagai
aktor Verdi juga bekerja sebagai creative director untuk promo film layar lebar sejak tahun
2006. Di mulai dari film "Jomblo" produksi Sinemart Pictures lalu berturut-turut, Pocong
55
(film), Maaf Saya Menghamili Istri Anda, Karma, Heart-Break.com, Ketika Cinta Bertasbih
dan lain-lain5. Dalam film 12 menit ini dia berperan sebagai manager yang menentang keras
kemauan Rene sebagai pelatih, dia tidak yakin kelompok marchingband yang dibina Rene
akan berhasil pada laga GPMB.
Gambar 3.12 Egy Fedly (Ayah Lahang)
Sumber Gambar: Film 12 Menit
Berperan sebagai ayah lahang yang bersal dari keluarga kurang mampu tapi selalu
mendukung mimpi anaknya, yang menjadikan tugu monas sebagai batu loncatannya untuk
melihat tugu-tugu yang lain di seluruh dunia.
Gambar 3.13 Tim Marching Band Bontang
5Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.43 WIB dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Verdi_Solaiman
56
E. Tim Produksi Film
Produser Eksekutif Henri Darmawan
Somad Sutedja
Produser Cindy Sutedja
Regina Septapi
Produser Pelaksana Lidia Nurrahmawati
Sutradara Hanny R Saputra
Penulis Skenario Oka Aurora
Vidio Editor PD laksana
Tim di Balik Layar Mbek-X
Yudustira
Momo
Promosi La Cuisine Event Management
Wulan Resnisari
Rainy Linardy
Ratna Linardy
Mr. Lucas Salet
Mehamed Hilman
Donnie Kurniawan
Reza Fahdi
57
Nunik Murtiningsih
Rendy Stevano
Arie Novarizano
Merchandise Nomoii Design
Stella Lukman
Pitasari Lukman
Dea Leatemia
Keuangan Tina Sugandi
Viliawati Rusli
Lucia Lea
58
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Temuan dan Hasil Penelitian
Dari beberapa scene yang terdapatdalam film 12 menit, peneliti menemukan
makna mimpi yang terkandung dalam film 12 Menit. Identifikasi tersebut terlihat sebagai
berikut:
1. Keinginan yang Menggebu
Keingin yang menggebu adalah dimana ketika kita mempunyai mimpi dan ingin benar-
benar mewujudkan mimpi itu. Berbagai hal kita lakukan agar keinginan kita itu tercapai.
1) Sikap Optimisme Pelatih (Rene)
Adegan pertama yang dipilih peneliti adalah adegan perdebatan antara
manajer Marching Band Bontang Pupuk Kaltim dan Rene sebagai pelatih baru.
1. Mimpi dari seorang pelatih yang bernama Rene: membawa group marching band
menjadi juara GPMB.
2. Mimpi seorang gadis remaja berusia 15 tahun, yang ingin selalu bermain musik.
Dengan tekad yang kuat gadis belia ini terus mewujudkan mimpinya mesti tidak
direstui oleh sang ayah.
3. Bermimpi untuk mengembalikan permainan terbaiknya, sebelum dia mengalami
kecelakaan.
4. Bermimpi untuk melihat tugu monas secara langsung, dan menjadikan tugu monas
sebagai batu loncatan bagi mimpi besarnya untuk mengunjungi berbagai tugu di
Dunia.
5. Marching Band Pupuk Kaltim yang bermimpi untuk menjadi juara GPMB.
59
Tabel 4.1
Visual Dialog/Suara Type Of Shot
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Manager: anda masih yakin
bisa menang?
Rene: yakin!
Manager: anak-anak yang baru
latihan beberapa bulan, harus
mengikuti lomba sebesar ini?
Rene: hah??
Manager: jadi anda nggak
yakin?
Rene: saya gak bilang, saya gak
yakin pak, saya bilang, saya
kehilangan beberapa anggota
inti
Manager: Jadi apa yang anda
butuhkan sekarang?
Rene: saya memang orang baru
di marching band ini. Tapi
anda tahu sendiri saya bukan
orang baru di marching band.
Dan ini bukan kali pertama
saya membawa sebuah tim jadi
juara. Saya butuh anda percaya
kepada saya. Kalau anda saya
nggak percaya, bagaimana
orang lain. Saya akan membuat
marchingband ini jadi juara
umum di GPMB tahun ini.
Medium Shot,
meperlihatkan
tubuh manusia
dari pinggang
ke atas. Gesture
serta ekspresi
wajah mulai
tampak. Sosok
manusia mulai
dominant dalam
frame.
Medium Close-
up, pada jarak
ini
memperlihatka
n manusia dari
dada ke atas.
Medium Close-
up, pada jarak
ini
memperlihatka
n manusia dari
dada ke atas
60
a. Makna Denotasi
Manajer memanggil Rene ke sebuah ruangan penyimpanan alat untuk
mempertanyakan kesiapan dari Rene sebagai pelatih untuk membawa tim Marching
Band Bontang Pupuk Kaltim untuk menjadi juara GPMB. Di dalam ruangan terlihat
Rene duduk dengan tegap menatap manajer.
b. Makna Konotasi
Adegan ini berada di dalam ruangan. Keadaan di dalam ruangan digambarkan
dengan sebuah ruangan yang kecil dan dipenuhi oleh alat-alat, yang mengesankan
bahwa grup Marching Band Bontang ini bukan sebuah grup yang besar.
Tabel ini diawali dengan shot yang frame size secara medium shot. Akan tetapi
saat Rene duduk tegap menatap manajer ditampilkan secara mediun close up.
Makna konotasi dari duduk tegap menatap lawan bicara adalah menunjukan
sebuah keyakinan. Badan yang tegap menunjukan sebuah kesiapan, dan menatap mata
lawan bicara menunjukan sikap percaya diri. Oleh karena itu ketika kita berbicara
dengan seseorang kita harus menatap matanya untuk menunjukan bahwa apa yang
kita bicarakan adalah benar.
Sikap optimis yang ditunjukan Rene kepada manajer didukung oleh keinginan
yang menggebu Rene untuk membawa tim Marching Band Bontang Pupuk Kaltim
menjadi juara GPMB. Sikap optimis tidak akan ada di dalam diri kita tanpa adanya
keinginan yang menggebu.
61
c. Makna Mitos
Keinginan yang menggebu adalah mimpi yang benar-benar ingin kita wujudkan.
Untuk mewujudkan mimpi kita tidak semudah membalikan telapak tangan, butuh
perjuangan dan pengorbanan.
Namun pada zaman sekarang ini tidak banyak orang yang percaya dengan
mimpinya, dan tidak sedikit juga yang karena badai perjuangan akhirnya memilih
untuk melupakan mimpi-mimpi besar tersebut. Dan bahkan ada mereka menyerah
sebelum mencoba untuk mewujudkannya. Padahal ketika kita yakin dengan mimpi
dan disertai keinginan yang menggebu dan terus berusaha untuk mewujudkannya
maka mimpi kita akan menjadi kenyataan. Karena tidak ada yang mustahil di dunia
ini selagi kita yakin dan mau berusaha.
2) Scene Awal Pertemuan Tara dengan Rene dan Tara Bergabung dalam Tim.
Setelah Rene berbicara dengan ayah Earine, Rene pergi ke sebuah tempat
untuk mencoba mencari solusi dari permasalahan yang ada. Dan ketika Rene
sedang berjalan-jalan ia seperti mendengar suara. Kemudian Rene mencoba
mencari sumber suara itu, setelah Rene menelusurinya, dia menemukan sumber
suara yang membuatnya penasaran, dan ternyata itu adalah suara yang berasal
dari seorang perempuan yang sedang latihan memukul alat. perempuan itu
bernama Tara, Tara sedang mencoba mengembalikan permainan terbaiknya,
setelah kecelakaan yang mengakibatkan gangguan pendengaran. disinilah awal
mula pertemuan Tara dengan Rene. Akan tetapi pada saat Rene mendekati Tara,
dia langsung bergegas pergi meninggalkan Rene. Kemudian Rene terus mengejar
Tara dan mencoba membujuk tara dan Rene berhasil membujuk Tara untuk
bergabung di dalam tim.
62
Tabel 4.2
Visual Dialog/Suara Type Of Shot
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Sura seng dan
beberapa ember
yang di pukul.
Sura seng dan
beberapa ember
yang di pukul.
Rene: Tunggu
jangan pergi.
Rene: Fokus Tara
Tara: Ok
Rene: rasakan
getarannya, focus!
Tara: ya,,ya,,ya,, ini
juga udah focus ka
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
Extreme close Up.
Sudut pengambilan
gambar dengan
ketinggian kamera
sejajar dengan
alas/dasar
kedudukan objek
atau lebih rendah.
Hasilnya akan
tampak seolah-olah
mata penonton
mewakili mata
katak.
63
Gambar 5
Rene: kalau kamu
tidak bisa pake
kuping kamu, kamu
pake mata kamu,
kalau kamu tidak
bisa pake mata
kamu, kamu pake
hati kamu
Mid Shoot:
pengambilan dari
jarak sedang, jika
objeknya orang
maka yang terlihat
hanya separuh
badannya saja (dari
pinggang keatas).
a. Makna Denotasi
Tara sedang melakukan latihan di tengah-tengah danau. Tara latihan
menggunakan alat seadanya, yang terdiri dari seng, galon dan ember bekas. Kemudian
muncul Rene dari jauh menghampiri Tara. Dia kaget dengan kedatangan Rene,
kemudian dia berusaha untuk pergi dari tempat itu dengan lari masuk ke dalam danau.
Akan tetapi Rene tetap mengejar Tara. Dan kemudian Rene berhasil membujuk Tara
bergabung ke dalam tim.
b. Makna Konotasi
Frame size diawali dengan long shot. Gambar ini diambil dari jarak yang sangat
jauh sehingga objek terlihat kecil dan latar belakang begitu jelas. Lokasi pertama
adalah di sebuah danau.
Tara sedang latihan dengan menggunakan alat seadanya. Latihan ini dilakukan
Tara untuk mengembalikan permainan terbaik sebelum dia kehilangan
pendengarannya akibat kecelakaan yang mengakibatkan ia menderita tunarungu dan
64
membuat sang ayah meninggal dunia. Sebelum mengalami kecelakaan Tara adalah
pemain Drum terbaik.
Tara dalam film ini, berperan sebagai seorang remaja yang menderita tunarungu.
Tuna berarti cacat, sedangkan rungu berarti pendengaran. Pengertian tunarungu
adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan
mendengar baik sebagian atau seluruhnya yag diakibatkan karena tidak berfungsinya
sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat
pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap
kehidupannya secara kompleks1. Tara kehilangan 80% pendengarannya, yang
mengakibatkan ia tidak dapat bermain Marching Band dengan bagus lagi.
Untuk mengembalikan permainan terbaik yang pernah dimilikinya, Tara terus
melakukan latihan setiap hari tanpa rasa lelah, Tara latihan di sebuah danau dengan
menggunakan alat seadanya. Karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu
usaha yang maksimal pula itu yang ia yakini selama ini.
Tara yang tadinya hanya latihan memakai seng, ember, galon dan sebagainya,
berkat usaha dan kerja kerasnya membuat Rene tertarik untuk mengajak Tara
bergabung dengan timnya.
c. Makna Mitos
Kesungguhan Tara menjadi pembelajaran tersendiri. Dimana ada kemauan di
sana ada jalan. yang artinya seseorang yang mau berusaha, pasti mendapatkan
kemudahan di saat kesulitan menghadang.
1 “sekilas pengertian tunarungu” diakses pada tanggal. Senin 12 Januari pukul 13.27 WIB dari
http://kahilla16.blogspot.com/2009/06/sekilas-pengertian-tunarungu.html
65
Walapun sekarang sudah zaman modern akan tetapi tidak sedikit orang yang
menjadikan pribahasa ini sebagai penguat saat seseorang mulai lelah dan tidak yakin
dengan mimpinya.
2. Keputusan yang Kuat
Keputusan yang kuat adalah keputusan yang diambil seseorang harus kuat, tidak ada
keraguan dalam kondisi apapun dan menghadapi apapun, baik yang datang dari dalam
diri atau dari luar diri.
1) Kesungghan Earine dalam Bermusik
Hasil dari audisi, Rene menemukan beberapa pemain untuk melengkapi timnya.
Salah satunya adalah Earine murid baru asal Jakarta, permainan Earine ketika audisi
memukau Rene.
Gadis belia umur 15 tahun ini sangat mencintai musik, bagi Earine musik adalah
segalanya. Akan tetapi ayah Earine Jasuke Higoshi tidak mendukung Earine dalam
bermusik, karena baginya akademis adalah segalanya dan dengan Earine ikut
marching banditu akan sia-sia karena menurut orang yang mempunyai keturunan
Jepang ini memiliki pemikiran marching band tidak akan membuat Earine kaya.
66
Table 4.3
Visual Dialog/Suara Type Of Shot
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 4
Rene: Ini Penting
Pak Buat Tim
Kami, Tolong
Izinkan Earin.
Jasuke Higosi:
Kamu Tidak
Penting Untuk
Saya, Berarti
Kamu Tidak
Penting Juga Buat
Earin.
Jasuke Higosi:
Silahkan Anda
Keluar.
Rene: Saya sadar
bahwa saya sangat
beruntung sekali,
mempunyai ayah
yang mengijinkan
saya menjadi diri
saya sendiri.
Suara marchingbell
Medium Shot,
meperlihatkan
tubuh manusia
dari pinggang ke
atas. Gesture
serta ekspresi
wajah mulai
tampak. Sosok
manusia mulai
dominant dalam
frame
Medium Shot:
pengambilan dari
jarak sedang, jika
objeknya orang
maka yang
terlihat hanya
separuh badannya
saja (dari
pinggang keatas)
Extreme close
Up. Sudut
pengambilan
gambar dengan
ketinggian
kamera sejajar
dengan alas/dasar
kedudukan objek
atau lebih rendah.
Hasilnya akan
tampak seolah-
olah mata
penonton
mewakili mata
katak
67
a. Makna Denotasi
Rene mencoba berbicara dengan Jasuke Higosi (ayah Earine) agar Earine dapat
diijinkan bermain Marching Band. Akan tetapi Jasuke Higosi tetap tidak mengijinkan
Earine bermain Marching Band, karena baginya mengikuti Marching Band itu tidak
penting.
Di lain tempat Rene bertemu dengan ayah Earine di suatu ruangan, dan di tempat
yang berbeda Earine sedang melakukan latihan marchingbell.
a. Makna Konotasi
Scene sebelum ini adalah Scene Jasuke Higosi (ayah Earine) mendatangi tempat
latihan dengan marah-marah dan menyuruh Earine pulang. Karena hal itu Rene
sebagai pelatih mencoba untuk berbicara dengan ayah Earine, agar Earine diijinkan
untuk bermain marching band.
Medium Shot saat ayah Earine menoleh ke sebelah kiri dan menjulurkan
tangannya keluar adalah bukti bahwa ayah Earine tidak peduli dengan apapun yang
dikatakan Rene kepadanya. Medium shot Rene menatap Jasuke Higosi
mengisyaratkan bahwa Rene terus berusaha untuk meyakinkan Jasuke Higosi
walaupun dia tidak mendengarkannya. Sedangkan Extreme Close Up Earine sedang
melakukan latihan menunjukan kecintaan Earine terhadap marching band, walaupun
Jasuke menentangnya.
Earine adalah murid baru asal Jakarta yang berdarah Jepang. Mengikuti audisi
marching band di tempat sekarang ia belajar, dan mengikuti jadwal latihan secara
rutin tentu karena tekad dan alasan yang kuat. Keputusan kuat yang diambil Earine
menunjukan tidak adanya keraguan di dalam kondisi apapun dan menghadapi
68
rintangan apapun, sekalipun ayahnya menentang keras dirinya untuk bermain
marching band.
b. Makna Mitos
Dalam mencapai sebuah kesuksesan tidak semudah membalikan telapak tangan.
Yang artinya sesuatu yang memerlukan usaha untuk mencapai kesuksesan. Rintangan
adalah salah satu yang harus kita hadapi untuk mencapai mimpi kita. Tidak ada jalan
yang mulus menuju sebuah keberhasilan dan kebahagiaan.
Seperti yang terdapat dalam pribahasa “Man Jadda Wajada” yang artinya barang
siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia. Keberhasilan akan menghampiri
mereka yang sudah berusaha dan bekerja keras.
3. Bertanggung Jawab penuh
Ketika kita mempunyai mimpi maka kita harus yakin, kerja keras dan berani untuk
mewujudkan mimpi kita, kita harus bertanggung jawab atas mimpi dan masa depan kita.
1) Rene Mencari Pemain
Setelah Rene ditanya oleh managernya tentang keyakinan dirinya untuk
membawa timmarching band Bontang Pupuk Kaltim menjadi juara GPMB, Rene
mengalami sebuah dilema akan sikap yang akan diambilnya untuk melatih anak-anak
didiknya di Bontang. Karena tim marching band yang dilatihnya sekarang, masih
kekurangan pemain karena ada yang keluar. Maka ia menemui anggota timnya untuk
mengadakan audisi, mencari beberapa pemain untuk melengkapi timnya.
69
Table 4.4
Visual Dialog/Suara Type Of Shot
Gambar 1
Gambar 2
-
Suara terompet
Medium Shot,
meperlihatkan
tubuh manusia
dari pinggang ke
atas. Gesture
serta ekspresi
wajah mulai
tampak. Sosok
manusia mulai
dominant dalam
frame
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
a. Makna Denotasi
Rene dan salah satu anggota timnya yang sedang memperhatikan salah satu
peserta audisi di dalam sebuah ruangan. Audisi dilaksanakan di dalam ruangan
penyimpanan alat-alat marching band, terlihat disana banyak alat-alat yang tersusun
dengan rapih dan ada seseorang yang sedang berdiri memainkan terompet di depan
mereka.
70
b. Makna Konotasi
Table ini diawali dengan shot yang frame size secara medium shot. Melihatkan
keseriusan Rene yang sedang melihat ke depan dengan tangan menopang dagu dan di
sebelah Rene ada seorang laki-laki yang fokus melihat ke depan. Seseorang yang
sedang bermain terompet ditampilkan secara long shot menunjukan bahwa di dalam
ruangan itu ada dua orang yang sedang memperhatikan dia bermain.
Makna konotasi dari tangan menopang dagu adalah sedang mempertimbangkan
sesuatu. Mata yang melihat ke depan menunjukan sedang memperhatikan sesuatu, dan
tangan yang terkepal dibawah dagu menandakan sedang berfikir.
Mengadakan audisi adalah salah satu cara yang dilakukan seseorang untuk
mencari pemain terbaik. Begitupun dengan Rene dan tim marching band nya, mereka
mengadakan audisi untuk menemukan pemain yang dapat mengisi pormatur yang
kosong yang di dalam timnya.
c. Makna Mitos
Audisi adalah salah satu cara untuk menemukan talenta-talenta terbaik yang
selama ini terpendam. Karena ketika kita tidak berusaha, maka kita tidak akan
mendapatkan apa yang kita inginkan.
Di zaman modern ini sudah banyak sekali intansi-intansi yang mengadakan audisi
untuk mencari talenta-talenta baru. Dan tidak sedikit orang-orang yang sudah berhasil
dan sukses di bidangnya masing-masing karena awalnya mereka mengikuti audisi.
2) Tim Marching Band Mulai Berlatih
Setelah Rene mencoba membujuk Tara untuk bergabung dengan
timmarching band Bontang Pupuk kaltim, akhirnya Tara bersedia untuk
71
bergabung. Dan timmarching band Bontang Pupuk Kaltim mulai berlatih. Mereka
berlatih tak kenal waktu, pagi, siang, sore, dan malam. Dalam sehari latihan
mereka bisa menghabiskan waktu belasan jam.
Table 4.5
Visual Dialog/Suara Type Of Shot
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Suara snare
band dan
symbal
Suara bariton
horn atau
euphonium
-
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
72
Gambar 4
Suara:
marching band
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
a. Makna Denotasi
Kelompok snare drum dan symbal sedang melakukan latihan di atas dermaga
disebuah pantai di Bontang. Dan di pinggir pantai terdapat kelompok horlin sedang
latihan dengan pemandangan sunset. Kemudian di tempat lain terdapat sekelompok
yang memegang bendera sedang melakukan latihan juga. setelah mereka latihan
pertim, mereka melanjutkan latihan mereka dengan latihan gabungan yang disaksikan
oleh Rene dan beberapa anggota tim.
b. Makna Konotasi
Frame size di dalam tabel ini semua menggunakan long shot. Gambar diambil
dari jarak yang sangat jauh sehingga objek terlihat kecil dan latar belakang terlihat
jelas. Memperlihatkan kesungguhan tim marching band Bontang Pupuk Kaltim dalam
berlatih.
Latihan adalah cara yang sering dilakukan setiap orang untuk mengasah
kemampuan mereka. Namun setiap orang berbeda cara dan lama waktu yang mereka
lakukan untuk latihan tersebut. Begitupun dengan marching band Bontang Pupuk
Kaltim. Mereka memilih berlatih sepanjang hari dari pagi, siang, sore, sampai malam,
73
hal ini tampak pada gambar yang ada di tabel. Mereka berlatih ribuan jam untuk
mengikuti kejuaran GPMB.
Grand Prix Marching Band atau lebih dikenal dengan singkatan GPMB
merupakan ajang kompetisi orkes/ marching band tingkat Nasional yang
diselenggarakan oleh Yayasan GPMB di Indonesia. Seakan tidak kenal lelah, tim
marching band Bontang Pupuk Kaltim untuk mencapai mimpi dan prestasi mereka.
c. Makna Mitos
Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Yang artinya adalah bersakit-
sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Sebuah keberhasilan dan kesuksesan tidak
akan kita dapatkan begitu saja tanpa adanya usaha dan kerja keras yang kita lakukan.
Karena sebuah mimpi dapat terwujud bukan karena keajaiban, melainkan
karena keringat dan kerja keras.
Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam Alqur’an sesungguhnya Allah tidak
akan merubah suatu kaum sampai ia merubah keadaan mereka sendiri.
4. Menentukan Tujuan
Tulislah apa yang kita inginkan dan susun sesuai skala prioritas. Setelah itu, tentukan
rentang waktu yang kita yakini dapat mewujudkan keinginan kita. Jangan lupa tuliskan
bagaimana cara anda menggapai impian itu.
1) Jakartaaaa!
Setelah mereka mengetahui penyebab menghilangnya Lahang, akhirnya Rene
memutuskan untuk menjenguk ayah Lahang sekaligus memberitahu bahwasanya
tim marching band Bontang Pupuk kaltim, besok akan berangkat ke Jakarta.
74
Awalnya Lahang memutuskan untuk tidak pergi ke Jakarta, akan tetapi sang
ayah memintanya untuk pergi, dia tidak mau menjadi beban dalam hidup Lahang,
sembari mengingatkan kembali tentang mimpi Lahang untuk melihat Monas
sebagai bantu loncatan mimpi-mimpi berikutnya, yaitu melihat tugu-tugu
diseluruh dunia.
Anak-anak Bontang berteriak kencang dan panjang begitu mereka
menjajakan tapak di Bandara Soekarno Hatta.
“Jakartaaaaaaa!!”
Dua bus besar menjemput mereka di pintu kedatangan.Terlihat antusias yang
sangat tinggi, ketika mereka selesai menaikan barang-barang ke atas bus mereka
langsung berangkat menuju tempat penginapan.
Lahang, yang duduk di belakang, dia tampak sedang mencari-cari sesuatu,
kemudian salah satu anggota tim yang bernama Rosmina mendekati lahang, dia
memberitahu lahang, bahwasanya Monas masih jauh, dan dia berjanji akan
memberitahu Lahang kalau sudah dekat.
Table 4.6
Visual Dialog/Suara Type Of Shot
Gambar 1
-
Mid Shoot:
pengambilan dari
jarak sedang, jika
objeknya orang
maka yang terlihat
hanya separuh
badannya saja
(dari pinggang
keatas).
75
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
-
-
-
One shot:
Pengambilan
gambar satu
objek.
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
a. Makna Denotasi
Lahang yang menggunakan jaket berwarna biru, dan tas berwarna coklat,
terlihat hendak bergegas pergi dan terlihat sang ayah mengikuti dirinya dari belakang,
menggunakan baju berwarna coklat dan ikat kepala barwarna putih. Tidak lupa pula
dia membawa foto Monas yang selama ini ingin sekali dia melihatnya secara
langsung. Sesampainya di Jakarta Lahang berhasil mewujudkan mimpinya untuk
melihat Monas secara langsung.
76
b. Makna Konotasi
Monumen Nasional adalah salah satu mimpi besar Lahang. Hal ini tampak pada
frame size yang menggunakan one shot pada gambar 2. Yaitu foto Monumen
Nasional yang terlihat sudah lusuh. Hal ini menggambarkan bahwa Lahang sudah
sejak lama bermimpi untuk melihat Monas secara langsung.
Lahang sudah menentukan tujuannya untuk melihat Monas secara langsung
agar dia bisa melihat tugu-tugu yang ada di Dunia. Oleh sebab itu Lahang selalu
membawa foto Monas itu kemanapun dia pergi. Untuk meyakinkan dirinya bahwa
suatu saat dia pasti bisa melihatnya.
c. Makna Mitos
Menentukan tujuan adalah salah satu cara kita untuk mewujudkan mimpi.
Dengan menulis apa yang kita inginkan dan disusun sesuai skala prioritas. Setelah itu
tentukan rentan waktu yang kita yakini untuk mewujudkan keinginan kita. Dan tidak
lupa pula untuk menulis bagaimana cara kita mencapai impian itu. Sesuai dengan
yang Lahang lakukan selama ini terhadap mimpinya.
5. Dukungan dari Dalam
Dukungan dari dalam akan membantu kita fokus kepada kemampuan kita dan
membantu memperbaiki segala sesuatu yang ingin kita perbaiki dalam diri kita. Berhenti
berpikir negatif tentang kemampuan dan diri kita.
77
1) 12 Menit Untuk Selamanya.
Rene dan Lahang langsung bergegas masuk kedalam untuk ketemu tim yang
lainnya, mereka bergumpul membuat satu lingkaran sebelum bertanding.
Table 4.7
Visual Dialog/Suara Type Of Shot
Gambar 1
Rene: Siapaun kita,
dan dimanapun
kita sebelumnya, di
sinilah kita
sekarang. Di
tempat yang sama.
Dengan impian
yang sama. Ribuan
jam kita
perjuangkan, demi
dua belas menit ini.
Demi orang-orang
yang sekarang
duduk di sebelah
kita. Tataplah
mereka. Dan,
katakana kepada
mereka, bahwa
mereka bisa
bergantung
padamu. Sadarilah
bahwa
perjuanganmu tak
akan berhasil
tanpa kehadiran
mereka.
Berterimakasihlah,
karena dengan
hadirnya mereka,
impianmu bisa
terwujud. Dengan
hadirnya mereka,
dengan hadirnya
kita semua di sini,
kita sudah menang.
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
78
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Rene: Rayakan dua
belas menit terbaik
dalam hidup
kalian, karena dua
belas menit ini
milik kalian milik
kita semua di sini.
-
Suara marching
band
-
Mid
Shoot:pengambilan
dari jarak sedang,
jika objeknya orang
maka yang terlihat
hanya separuh
badannya saja (dari
pinggang keatas).
Mid
Shoot:pengambilan
dari jarak sedang,
jika objeknya orang
maka yang terlihat
hanya separuh
badannya saja (dari
pinggang keatas).
Long shot,
digunakan untuk
menunjukkan
tempat adegan
berada.
Mid
Shoot:pengambilan
dari jarak sedang,
jika objeknya orang
maka yang terlihat
hanya separuh
badannya saja (dari
pinggang keatas).
a. Makna Denotasi
Rene, anggota tim, dan tim marching band Bontang Pupuk Kaltim, mereka
berkumpul membuat satu lingkaran besar, mereka saling berangkulan satu sama lain.
79
Rene terus memotifasi tim marching band agar dapat merayakan dua belas menit
terbaik dalam hidup kalian, milik kita semua yang ada di sini.
Ealine memimpin anggota tim marching band Bontang Pupuk Kaltim, untuk
berjalan menuju ke dalam Istora Senayan. dan akhirnya mereka menjadi juara GPMB.
b. Makna Konotasi
Scene sebelum ini adalah scene Lahang mendapatkan kabar bahwa sang ayah
telah meninggal dunia. Hal itu sempat membuatnya menyerah untuk tidak mengikuti
lomba ini. Akan tetapi Rene berhasil membujuk Lahang dengan mengingatkan tujuan
mereka datang ke Jakarta. Akhirnya Lahang tetap melanjutkan mengikuti ajang
kompetisi ini. Kuncinya adalah saling memotivasi dan saling menguatkan satu sama
lain. Tidak hanya memikirkan diri sendiri akan tetapi harus memikirkan anggota tim
yang lain.
Frame size diawali dengan long shot. Gambar diambil dari jarak yang jauh
sehingga objek terlihat lebih kecil, dan latang belakang begitu jelas. Tim marching
band BontangPupuk Kaltim mereka membuat sebuah lingkaran besar dan saling
berangkulan satu sama lain.
Makna konotasi dari membuat sebuah lingkaran adalah mereka merupakan satu
kesatuan. Tangan yang saling berangkulan mengartikan sebuah kekuatan. Dengan
membuat sebuah lingkaran dan saling berangkulan mengartikan penyatuan sebuah
kekuatan, dari semua usaha dan kerja keras yang dilakukan selama ini, ini adalah saat
penentuannya.
80
c. Makna Mitos
Membuat lingkaran dengan tangan berangkulan adalah salah satu tradisi yang
dilakukan sebelum pertandingan. Membuat sebuah lingkaran biasanya dilakukan para
atlit dan pelatih sebelum mereka bertanding. Hal ini dilakukan dengan cara membuat
sebuah lingkaran dan saling berangkulan. Untuk pelatih biasanya untuk member
motivasi atau strategi dalam bermain. Sedangkan untuk pemain hal ini untuk menjaga
kekompakan satu sama lain.
B. Pendapat Penulis Skenario
Makna yang terdapat dalam film ini adalah makna mimpi, bahwasanya siapapun dapat
bermimpi.Seperti hal nya mimpi-mimpi yang ada di film 12 menit ini. Menurut Oka:
“Semua sineas akan bilang bahwa dalam filmnya, semua adegan adalah penting.
Karena semua adegan itu menggambarkan upaya meraih sesuatu. Nggak ada adegan yang
lebih nggak penting daripada yang lain2”
Mimpi yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan timmarching band
Bontang Pupuk Kaltim menjadi juara GPMB adalah karena sejak kecil Rene selalu
tertarik pada drum. Tara Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah
kehilangan 80% pendengarannya adalah karena dia yakin dia bisa, dan tidak ada yang
mustahil di dunia ini selama kita mau berusaha. Kemudian yang mendasari Earine
sehingga ia sangat mencintai music karena dia sekolah di sekolah musik. Mimpi Lahang,
dia ingin sekali melihat Monas karena Lahang menjadikan Monas sebagai batu loncatan
bagi mimpinya untuk melihat tugu-tugu yang ada di dunia ini.
2Wawancara pribadi dengan Oka Aurora. Jakarta 8 September 2014.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah mendeskripsikan dan menganalisis hasil temuan data yang telah ditemukan
pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan.
1. Makana Denotasi
Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran potret tentang
perjuangan sekelompok tim marching band yang ada di pelosok Negeri, yang
mempunyai mimpi yang sangat besar, untuk menjadi juara GPMB, yaitu
perhelatan akbar untuk unit-unit marching band se-Indonesia.
2. Makna Konotasi
Makna konotasi dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh
kelompok marching band Bontang Pupuk Kaltim, untuk mencapai mimpi mereka
masing-masing. Mimpi dari seorang pelatih yang bernama Rene: membawa group
marching band menjadi juara GPMB.Mimpi seorang gadis remaja berusia 15
tahun, yang ingin selalu bermain musik. Dengan tekad yang kuat gadis belia ini
terus mewujudkan mimpinya mesti tidak direstui oleh sang ayah.Bermimpi untuk
melihat tugu monas secara langsung, dan menjadikan tugu monas sebagai batu
loncatan bagi mimpi besarnya untuk mengunjungi berbagai tugu di Dunia.
Marching Band Pupuk Kaltim yang bermimpi untuk menjadi juara GPMB.
3. Mitos
Film ini menegaskan mitos bahwa untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan
butuh pengorbanan dan kerja keras. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Seperti
yang terdapat di sebuah pribahasa arab: Man jadda Wajada “barang siapa yang
bersungguh-sungguh maka sampailah ia”
82
B. Saran
Terkait dengan penelitian ini ada beberapa saran yang penulis dapat sampaikan.
1. Saat menonton sebuah film, kita harus cermat dalam memaknai setiap pesan yang
disampaikan. Kita jangan sampai menjadi penonton pasif, yang hanya menikmati
sebuah film tapi kita tidak dapat menilai dan mengambil pelajaran yang disampaikan
disetiap film.
2. Bagi penulis, film ini sangat layak untuk ditonton. Karena film ini film pertama di
Indonesia yang berkisah tentang perjuangan sebuah marching band menuju acara
GPMB. Dan film ini juga terdapat beberapa unsur, diantaranya unsur hiburan,
edukasi, dan juga informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Morisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina
Prakasa, 2005.
Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar. Jakarta: BPSDM Citra Pusat Perfilman
H. Usman Ismail, 2000.
Lexy J. Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda, 2002.
Antonius, Birowo, Metode Penelitian zkomunikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004.
Yasraf, Amir, Piliang, Hipersemiotika, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003) .
Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010).
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Suatu Wacana, Analisis Semiotik dan
Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006).
Andry Masri, Strategi visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010).
Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika:
Tanda-tanda dalam kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010)
cet.1.
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6.
Tommy Cristomy, Semiotik Budaya, (Depok: Universitas Indonesia, 2004), cet. 1.
Ferdinan de Saussure dikutip oleh Yasraf Amir Piliang dalam buku Hiper Semiotik Tafsir
Cultural Studies Atas Matinya Makna, (Yogyakarta: Jalasutra,2003)h. 256.
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6.
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).
Denesi, Semiotik Media, h.28.
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006).
Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010).
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006).
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 128.
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta, Homerian Pustaka, 2009).
Seiichi Konishi & Kaiji Nakamura, penemuan film, (Jakarta, Elex Media Koputindi, 2002),
cet-1.
Ibid, h.7
Sumber Lain:
Artikel, diakses Rabu, 3 September 2014 pukul 01.02 WIB dari http://jl-
hengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html.
Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 07.50 WIB dari
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.
Artikel, diakses Senin, 19 Juni 2014 pukul 01.30 WIB dari Mukjizatislam.blogspot.com
Artikel, diakses Jumat, 2 Mei 2014 pukul 17.52 WIB dari kbbi.web.id/semiotika
Artikel, diakses Rabu, 21 Mei 2014 pukul 08.12 WIB dari
http://montase.blogspot.com/2010/05/sekilas-sejarah-film-indonesia.html
Artikel, diakses Senin, 24 Juni 2014 pukul 01.53 WIB dari
http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/hanny-r.-saputra.html
Artikel, diakses Senin, 20 Juni 2014 pukul 16.05 WIB dari Titi Rajo Bintang - Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas_files
Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.27 WIB dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Didi_Petet
Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.30 WIB dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Niniek_L._Karim
Artikel, diakses Sabtu , 30 Agustus 2014 pukul 15.43 WIB dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Verdi_Solaiman
Artikel, diakses Selasa, 2 September 2014 pukul 19.10 WIB dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Grand_Prix_Marching_Band
Artikel, diakses Rabu, 3 September 2014 pukul 01.02 WIB dari
http://jlhengki.blogspot.com/2011/08/definisi-kelompok.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film
Jl. lr. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 IndonesiaWebsite: rvww.fdkuiniakarta.ac. id
KEMBNTERIAN AGAMAUNIVBRSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Telepon/Fax : (021 ) 7 432728 / 74703580Ernail : dakrrah(0ltlk.rrrnjakana.ac.id
Nomor : tJn.0l/F'5/PP.00 .9lqfllnU4Lanrp : I ( satlr)bundel Y
Hal : Bimbingan Sliripsi
NanraNornor Pokok.l u rusan/Kousentrasi
Sernester-t'elp.
.ludul Skripsi
l.crrtbusarrr :
l. I)ckan2. Kctua.lunrsuu Kornunikasi clan
.lakarta. ?-l-April l0 1 4
ZalrrotunnisaI I 1005 l00rJ l.:16
Komunikasi dan Penviaran lslarnVIII(Delaparr)0896046i8328Analisis Scnriotik Ivlakna Ivlirnpi dalanr Ijilnr l2 lv,lcnir
Kepada Yth.Dr. Arm:uvati Arbi, M.Si.Dosen Fakultas ilrnu Dakrvah dan Ilmu K-onrrurikasiLllN Sy'ari f Hida,vatullah Jakarta
A s,su I u ntu' ttlaikt m lltr. II'b.
l3ersama ini karni sarnpaikau ourtiine dan naskah proposal skripsi 1'ang diajukau olclrrnahasiswa Fakultas llmu Dakrvah dan llnru Konrunikasi [JIN Syarif llidayatullah.lal<artasebagai berikut,
Karni nttlhort kesecliaantr,va untr-tk nrcrn["rirnbing mahasiswa tcrscbut .lalan.r
pcnvLlsunilu dan peny,'elesaian skripsirtva sclanra 6 (cnarn) Lrulan dari tnnggal 0l April s.rl.
0l Olitober'2014.
[)uniikiln, atas ;re rltertiarr dau l<csediaannva lianti sanrpaikan terinrl ka-silr.
ll tr;.: tr I tr nt t t' rt I u i ku ttt l,tr'r. l'l' lt.
arr. l)ckirn-
I)en,r-- iaran I slanr ( Kl'} I )
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021) 7432728 I 74703580
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 Indonesia Website: rm.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : dakrvah@ldk uiniakarta.ac.id
NomorLampiranHal
t Jn. 0 I /F5/P ? .00.s n2Lt4l/zo t,a
lzin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth.
diTempat
,4ss al e mu' ul u i kum Wr. Wb.
Dekan F'akultas Dakwah clan llmuJakarta menerangkan bahwa:
.lakarJa, ) Aprrl2t)la
Komunikasi UIN Syarif HidayatLrllah
NamiiNomor PokokTernpat/Tanggal LahirSenresterJ irrusanJKonsentrasiAlamatTelp.
Zahrotunnisa1 1 10051000146Jakarta. 02 Agustus 1991
VIII (Delapan)Komutikasi dan Pcnviaran Islam
089604638:i28
adalah benar rnaltasisu,a Fakultas Dakr,vah dan Ilmu Komunikasi tJlN SyarifHiday.'atullah Jakarta yang akan rnelaksanakan penelitiar/mencari data dalarn rangkapenulisan skripsi bcriudul Anulisis Semiotik h{impi dularu f'ilrn l2lv{enit.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapatmenerima,/mengizinkan mahasisrva kami tersebut dalarn pelaksanaan kegiatandimaksud.
Dernikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terirna kasih.
W cr s s al amu' alai kuru l|tr. W b.
'I'embusan :
l. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ketua Jurusan/Prodi. Kon:unikasi dan Penyiaran Islam
I)ekan-
ubhan, MA110 19e303
(Cover Film 12 Menit Untuk Selamanya)
(Cover Novel 12 Menit)
Pertanyaan
What
1. Apa tujuan dibuatnya film serta novel 12 menit untuk selamanya?
2. Hal apa yang mendasari dibuatnya film ini?
3. Apa manfaat yang akan diperoleh penonton apabila meonton film ini?
4. Apa kendala yang dialami selama pembuatan film? Scene mana yang paling sulit dan
yang paling mudah?
5. Apa pesan yang ingin disampaikan kepada penonton?
6. Apakah film ini dapat memotivasi tim marching band yang lain?
7. Apakah film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bontang?
8. Apa yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan tim marching band
Bontang Pupuk Kaltimmenjadi juara GPMB?
9. Apa yang mendasari Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah kehilangan
80% pendengarannya?
10. Apa yang mendasari Earine sehingga ia sangat mencintai music?
11. Menurut anda,seberapa besar keberhasilan pemain dalam memvisualkan bahasa verbal
sehingga mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam film ini?
12. Apakah ada unsur mimpi/cita-cita dalam film ini? Tolong sebutkan. Scene mana yang
memperlihatkan tentang mimpi?
13. Berapa persen presentasi antara fakta dan fiktif yang terdapatdalam film ini?
14. Scene mana yang menurut anda paling penting dalam film ini?
15. Jika film ini dirangkum dalam satu scene,maka scene mana yang akan anda ambil?
When
1. Kapan film ini mulai diproduksi, berapa lama proses produksinya?
Who
1. Siapa pembuat skenario film ini?
2. Siapa penulis novel 12 menit?
3. Siapa Sutradara film ini?
4. Siapa target penonton film ini?
5. Siapa tokoh utama dalam film ini, dan mengapa menjadi tokoh utama?
Where
1. Dimana saja lokasi film ini dibuat?
2. Lokasi mana yang paling utama dalam pembuatan film ini?, mengapa dipilih lokasi di
tempat tersebut?
3. Dimana saja film ini diputar?
Why
1. Kenapa Lahang ingin sekali melihat Monas?
2. Kenapa film ini harus diproduksi?
3. Kenapa film inii harus ditonton?
4. Kenapa film ini harus mengangkat kisah marching band Bontang, Kaltim?
How
1. Bagaimana Lahang dapat mengatasi dilema ketika ia dihadapi pada 2 pilihan, untuk terus
memburu mimpinya atau merawat sang ayah?
2. Bagaimana cara Tara tetap bertahan di marching band ketika ia kehilangan 80%
pendengarannya sedangkan marching band memerlukan pendengaran yang baik?
3. Bagaimana Eline dapat tetap bertahan ketika ia tidak mendapatkan izin dari ayahnya
untuk mengikuti marching band?
4. Bagaimana cara Rene memimpin 120 anak dari kota kecil untuk memenangan kompetisi
tingkat nasional? Apa yang membuatnya tetap bertahan memimpin grup marching band
ini?
Hasil Wawancara Via Email
What
1. Apa tujuan dibuatnya film serta novel 12 menit untuk selamanya?
Oka: untuk mengangkat kehidupan Marching Band.
2. Hal apa yang mendasari dibuatnya film ini?
Oka: ketertarikan pada nilai-nilai yang dimiliki sebuah kelompok Marching Band.
3. Apa manfaat yang akan diperoleh penonton apabila meonton film ini?
Oka: Penonton dapat termotivasi oleh film ini, tidak mudah pantang menyerah
4. Apa kendala yang dialami selama pembuatan film? Scene mana yang paling sulit dan
yang paling mudah?
Oka: Semua adegan memiliki kesulitan masing-masing. Adegan di dalam rumah pun bisa
sulit ketika tingkat aktingnya harus tinggi. Adegan paling sulit salah satunya adalah
adegan Tara, Rene, dan Opa di sungai. Pertama, karena sungai itu berbuaya. Kedua,
karena tim Art Production harus membangun jembatan khusus untuk keperluan itu. Tapi,
bukan berarti adegan di rumah tidak bisa sulit. Salah satu adegan rumah yang cukup sulit
adalah di kamar Elaine, saat Elaine bersedih karena dilarang ke Jakarta. Sutradara harus
berkali-kali mengambil adegan Elaine meneteskan sebutir air mata.
5. Apa pesan yang ingin disampaikan kepada penonton?
Oka: bahwa siapa pun bisa bermimpi.
6. Apakah film ini dapat memotivasi tim marching band yang lain?
Oka: silakan cek TL @12menithemovie. Kamu bisa melihat tanggapan para penonton
(yang rata-rata adalah anak-anak Marching Band).
7. Apakah film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bontang?
Oka: Kalau nanyanya ke saya, ya saya pasti akan jawab “Iya”. Tapi, menurut kamu
sebagai pembaca/penonton, gimana? Ini pertanyaan yang harus dinilai oleh
pembaca/penonton. Apakah memang lokalitas Bontang terasa sekali, ataukah Bontang
hanya terasa sebagai tempelan? Karena kalau Bontang hanya terasa sebagai tempelan,
berarti sebagai penulis/sineas saya telah gagal.
8. Apa yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan tim marching band
Bontang Pupuk Kaltimmenjadi juara GPMB?
Oka: Karena sejak kecil Rene selalu tertarik pada drum.
9. Apa yang mendasari Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah kehilangan
80% pendengarannya?
Oka: Karena dia yakin dia bisa, dan tidak ada yang mustahil di dunia ini selama kita mau
berusaha.
10. Apa yang mendasari Earine sehingga ia sangat mencintai music?
Oka: karena dia sekolah di sekolah musik.
11. Menurut anda,seberapa besar keberhasilan pemain dalam memvisualkan bahasa verbal
sehingga mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam film ini?
Oka: menurut kamu, aktingnya cukup meyakinkan nggak? Kamu kan sudah baca
novelnya. Setelah melihat filmnya, apakah sesuai dengan yang kamu baca? Apakah
akting Tara, Elaine, Lahang, dan Rene bisa dipercaya? Sekali lagi, kalau nanyanya ke
saya sebagai sineas, saya pasti akan jawab “Iya”.
12. Apakah ada unsur mimpi/cita-cita dalam film ini? Tolong sebutkan. Scene mana yang
memperlihatkan tentang mimpi?
Oka: semua adegan memperlihatkan tentang upaya meraih mimpi. Nggak bisa dilihat per
adegan. Semua kejadian adalah proses menuju ke satu tempat.
13. Berapa persen presentasi antara fakta dan fiktif yang terdapatdalam film ini?
Oka: 50%.
14. Scene mana yang menurut anda paling penting dalam film ini?
Oka: Semua sineas akan bilang bahwa dalam filmnya, semua adegan adalah penting.
Karena semua adegan itu menggambarkan upaya meraih sesuatu. Nggak ada adegan yang
lebih nggak penting daripada yang lain.
15. Jika film ini dirangkum dalam satu scene,maka scene mana yang akan anda ambil?
Oka: adegan terakhir, saat mereka tampil di Istora. Karena itulah esensi semua
perjuangan mereka.
When
1. Kapan film ini mulai diproduksi, berapa lama proses produksinya?
Oka: Awal 2013. Lama produksi 1 tahun.
Who
1. Siapa pembuat skenario film ini?
Oka: saya sendiri.
2. Siapa penulis novel 12 menit?
Oka: saya juga.
3. Siapa Sutradara film ini?
Oka: Mas Hanny R Saputra
4. Siapa target penonton film ini?
Oka: Seluruh anak-anak Indonesia yang mempunyai mimpi.
5. Siapa tokoh utama dalam film ini, dan mengapa menjadi tokoh utama?
Oka: Rene harus jadi tokoh utama, karena pelatih adalah yang mewakili ruh pemimpin.
Where
1. Dimana saja lokasi film ini dibuat?
Oka: Di Bontang dan Jakarta.
2. Lokasi mana yang paling utama dalam pembuatan film ini?, mengapa dipilih lokasi di
tempat tersebut?
Oka: Bontang. Karena tim marching band berasal dari Bontang.
3. Dimana saja film ini diputar?
Oka: Silakan cek TL @12menithemovie
Why
1. Kenapa Lahang ingin sekali melihat Monas?
Oka: Karena Lahang menjadikan Monas sebagai batu loncatan bagi mimpinya untuk
melihat tugu-tugu yang ada di dunia ini.
2. Kenapa film ini harus diproduksi?
Oka: Karena film ini patut untuk di jadikan tontotan dan tuntunan.
3. Kenapa film inii harus ditonton?
Oka: Karena Film ini menceritakan tentang bagaimana seseorang meraih mimpi.
4. Kenapa film ini harus mengangkat kisah marching band Bontang, Kaltim?
Oka: Karena MBBPKT adalah Marching Band dengan prestasi terbaik di Indonesia.
Kamu bisa cek wikipedia untuk melihat daftar prestasi mereka.
How
1. Bagaimana Lahang dapat mengatasi dilema ketika ia dihadapi pada 2 pilihan, untuk terus
memburu mimpinya atau merawat sang ayah?
Oka: sang ayah yang memberikan motivasi kepada Lahang untuk terus mengejar
mimpinya.
2. Bagaimana cara Tara tetap bertahan di marching band ketika ia kehilangan 80%
pendengarannya sedangkan marching band memerlukan pendengaran yang baik?
Oka: terus latihan, dan latihan.
3. Bagaimana Eline dapat tetap bertahan ketika ia tidak mendapatkan izin dari ayahnya
untuk mengikuti marching band?
Oka: ia terus meyakinkan sang ayah dengan dibantu oleh ibunya.
4. Bagaimana cara Rene memimpin 120 anak dari kota kecil untuk memenangan kompetisi
tingkat nasional? Apa yang membuatnya tetap bertahan memimpin grup marching band
ini?
Oka: kerja keras, dan disiplin. Latihan terus menerus tak kenal lelah. Karena dia tak akan
menyerak sebelum mimpinya terwujud untuk menjadikan group ini menjadi juara
GPMB.