Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SISTEM PENGAPIAN (TCI DAN BUSI) PADA SEPEDA
MOTOR TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG YANG
MEMAKAI BAHAN BAKAR PREMIUM, PERTALITE, DAN
PERTAMAX
SKRIPSI
BIDANG KONVERSI ENERGI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
DONY STIAWAN
NIM. 151210165
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2020
vi
LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI SKRIPSI
JUDUL SKRIPSI:
ANALISIS SISTEM PENGAPIAN (TCI DAN BUSI) PADA SEPEDA MOTOR
TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG YANG MEMAKAI
BAHAN BAKAR PREMIUM, PERTALITE, DAN PERTAMAX
Nama Mahasiswa : Dony Stiawan
NIM : 151210165
Program Studi : Teknik Mesin
Dosen Pembimbing :
Dosen Pembimbing I : Eko Sarwono ST., MT
Dosen Pembimbing II : Fuazen ST., MT
Tim Dosen Penguji :
Dosen Penguji I : Gunarto ST., M.Eng
Dosen Penguji II : Dr.Doddy Irawan Ph.d
Tanggal Ujian : 29 Januari 2020
Pontianak, 1 Februari 2020
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Waspodo, ST., MT
NIDN. 1114067602
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil alamin segala puji hanya untuk Allah SWT tak
henti-hentinya aku bersyukur atas nikmat-Mu, serta sholawat dan salam
kepada mu rabbi, pemimpin terbaik, yang selalu kita harapkan syafa’atnya
Baginda Nabi Muhammad SAW. Kupersembahkan karya ini untuk belahan
jiwaku yaitu kedua orang tuaku yang tanpa mereka aku bukanlah siap-siapa di
dunia fana ini (mamaku tersayang Santini, dan Bapakku tercinta Suwito),
mereka adalah orang yang selalu menginjeksikan segala idealisme, prinsip hidup,
madrasah pertamaku sejak aku di rahim ibuku hingga kini takkan pernah lekang
oleh waktu, dan keluargaku, yang selalu membuatku termotivasi dan selalu
menyirami kasih sayang, sealu mendo’akanku, selalu menasehatiku untuk
menjadi leih baik. Terima kasih ya Allah yang telah mengirimkan insan terbaik
alam hidupku.
Semoga sebuah karya kecil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi
kebanggan bagi keluargaku tercinta. Dalam setiap langkahku, aku berusaha
mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan di diriku, meski belum
semua itu kuraih, Insyaallah atas dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan
terjawab di masa penuh kehangantan nanti. Untuk, itu kupersembahkan
ungkapan terima kasih kepada:
Calon mempelaiku (Yayuk Wahyuni) terima kasih atas kasih sayang,
do’a support, perhatian, dan kesabaran dalam memberiku semangat dan
inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
iv
Untuk bapak Eko Sarwono, ST.,MT, bapak Fuazen ST.,MT, bapak
Gunarto ST., M.Eng dan bapak Dr. Doddy Irawan ST.,M.eng, selaku dosen
pembimbing dan penguji tugas akhir, terima kasih banyak telah memberiku
banyak nasihat, masukkan, mengajariku dengan penuh kesabaran, dan
dukungan selama penulisan tugas akhir ini, yang sudah seperti orang tuaku
sendiri.
Dosen-dosen Teknik Mesin yang telah memberiku bekal ilmu yang sangat
berharga, inspirasi dan motivasi sehingga menyelesaikan studi.
Teman-teman seperjuanganku, terima kasih telah sudi menjadi teman
baikku semasa kuliah, yang selalu ada saat tawa dan sedih, serta telah banyak,
membantuku semasa kuliah, semua cerita yang kita lewati bersama tidak akan
pernah terlupakan.
Tidak lupa juga ku ucapkan terima kasih kepada staff program studi
teknik mesin yang telah banyak membantu dalam proses dalam perkuliahan.
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kalian semua. Beribu terima kasih ku ucapkan atas
segala kekhilafan dan kekurangan mohon dimaafkan By Dony Stiawan
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan
saya dan berdasarkan hasil penelusuran berbagai karya ilmiah, gagasan dan
masalah ilmiah yang diteliti dan diulas didalam naskah Skripsi ini adalah asli dari
pemikiran saya. Tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akadamik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata didalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi dibatalkan, serta diproses sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003,
pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Pontianak, 21 Januari 2020
Dony Stiawan
NIM. 151210165
vii
RINGKASAN SKRIPSI
Dony Stiawan, “ Analisis Sistem Pengapian (TCI dan Busi) Pada Sepeda
Motor Terhadap Performa dan Emisi Gas Buang Yang Memakai Bahan Bakar
Premium, Pertalite dan Pertamax” di bawah bimbingan bapak Eko Sarwono, ST.,
MT selaku pembimbing pertama dan bapak Fuazen, ST., MT selaku pembimbing
kedua.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu
mendorong manusia untuk menciptakan karya yang inovatif. Kebutuhan manusia
yang semakin meningkat dan beraneka ragam juga sebagai pemicu berkembangnya
teknologi, di antaranya teknologi dalam bidang otomotif. Tuntutan manusia pada
bidang tersebut semakin berkembang pula, manusia menghendaki kemudahan dan
kecepatan dalam segala bidang tanpa mengeluarkan biaya yang banyak. Salah satu
contohnya pada bidang transportasi, khususnya pada bidang otomotif mengalami
perkembangan yang menggembirakan seperti adanya sistem pengapian pada sepeda
motor yang lebih praktis dan mampu meningkatkan perfoma mesin dan irit bahan
bakar. Yaitu sistem pengapian TCI yang dinilai lebih bagus dibandingkan dengan
sistem pengapian CDI.
Gas buang pada sepeda motor merupakan sumber polusi udara yang utama
di kawasan perkotaan. Emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh perilaku
mengemudi dan kondisi lingkungan. Sumber emisi gas buang sendiri terjadi dari
proses pembakaran bahan bakar motor menghasilkan gas buang yang secara teoritis
mengandung unsur H2O (air), HC (hidro karbon), gas CO (karbon monoksida), CO2
(karbon dioksida), dan NOx (senyawa nitrogen oksida), N2 (nitrogen dioksida),
serta SO2 (sulfur dioksida).
Kata Kunci: TCI, CDI, gas buang
viii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Analisis Sistem Pengapian (TCI dan Busi) Pada Sepeda Motor
Terhadap Performa dan Emisi Gas Buang Yang Memakai Bahan Bakar
Premium, Pertalite, dan Pertamax”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi S-1
Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan skripsi ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan doa dan
motivasinya selama penulis menuntut ilmu.
2. Bapak Helman Fachri SE., MM, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
3. Bapak Fuazen ST., MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Pontianak serta pembimbing II
4. Bapak Waspodo, ST.,MT, selaku Ketua jurusan Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
5. Bapak Gunarto ST., M.Eng selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan dukungan dan saran untuk mendukung rencana
penelitian.
6. Bapak Dr. Doddy Irawan ST., M.Eng, selaku Wakil Dekan serta
7. Bapak Eko Sarwono ST., MT, selaku Wakil Rektor II serta pembimbing
I skripsi.
8. Staf pengajar beserta karyawan/ti Fakultas Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
9. Teman-teman Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Pontianak yang tidak sempat penulis sebutkan secara
ix
satu-persatu yang juga turut serta memberikan dorongan dan semangat
serta bantuannya dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis juga bagi para pembaca.
Pontianak, 10 November 2019
Dony Stiawan
NIM. 151210165
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI SKRIPSI ..................................... vi
RINGKASAN SKRIPSI ................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.4 Pembatasan Masalah ..................................................................... 3
1.5 Tujuan............................................................................................ 4
1.6 Manfaat.......................................................................................... 5
1.7 Sistematika Penulisan .................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Literature Review .......................................................................... 6
2.2 Teori .............................................................................................. 7
2.2.1 Motor Bakar ......................................................................... 7
2.2.2 Sistem Pengapian ................................................................. 7
2.3 Sudut Saat Pengapian .................................................................... 15
2.4 Putaran Mesin ................................................................................ 17
2.5 Bahan Bakar .................................................................................. 17
2.6 Perhitungan Performa Motor ......................................................... 21
xi
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 23
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................... 23
3.2 Variabel Penelitian ........................................................................ 23
3.3 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 23
3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................ 24
3.4.1 Tahap Persiapan ................................................................ 24
3.4.2 Tahap Pengujian ................................................................ 24
3.5 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 25
3.6 Diagram Alur Penelitian................................................................ 28
BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN ............................................... 29
4.1 Hasil dan Pembahasan .................................................................... 29
4.2 Perhitungan ..................................................................................... 61
4.3 Pembahasan .................................................................................... 70
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 97
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 97
5.2 Saran ............................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 99
LAMPIRAN ..................................................................................................... 102
xii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 Prinsip Hall Efect ........................................................................ 9
Gambar 2.2 Pembangkit pulsa Hall effect ...................................................... 9
Gambar 2.3 Prinsip Dasar CDI ..................................................................... 11
Gambar 2.4 Sistem Pengapian CDI AC ........................................................ 13
Gambar 2.5 Komponen sistem pengapian terkontrol komputer ................... 15
Gambar 4.1 Grafik torsi terhadap putaran rpm ............................................. 48
Gambar 4.2 Grafik daya terhadap putaran rpm ............................................. 49
Gambar 4.3 Grafik pengapian terhadap rpm ................................................. 50
Gambar 4.4 Grafik kadar HC terhadap putaran mesin ................................. 51
Gambar 4.5 Grafik kadar CO terhadap putaran mesin ................................. 53
Gambar 4.6 Grafik kadar CO2 terhadap putaran mesin ............................... 55
Gambar 4.7 Grafik kadar O2 terhadap putaran mesin .................................. 57
Gambar 4.8 Grafik pengapian terhadap torsi yang menggunakan bahan bakar
Premium .................................................................................. 70
Gambar 4.9 Grafik pengapian terhadap daya yang menggunakan bahan bakar
Premium .................................................................................. 71
Gambar 4.10 Grafik pengapian terhadap torsi yang menggunakan bahan bakar
Pertalite ................................................................................... 72
Gambar 4.11 Grafik pengapian terhadap daya yang menggunakan bahan bakar
Pertalite ................................................................................... 73
Gambar 4.12 Grafik pengapian terhadap torsi yang menggunakan bahan bakar
Pertamax .................................................................................. 74
Gambar 4.13 Grafik pengapian terhadap daya yang menggunakan bahan bakar
Pertamax .................................................................................. 75
Gambar 4.14 Grafik pengapian terhadap kadar HC yang menggunakan bahan
bakar premium ........................................................................ 76
Gambar 4.15 Grafik pengapian terhadap kadar CO yang menggunakan bahan
bakar premium ........................................................................ 77
xiii
Gambar 4.16 Grafik pengapian terhadap kadar CO2 yang menggunakan bahan
bakar premium ........................................................................ 77
Gambar 4.17 Grafik pengapian terhadap kadar O2 yang menggunakan bahan
bakar premium ........................................................................ 78
Gambar 4.18 Grafik pengapian terhadap kadar HC yang menggunakan bahan
bakar pertalite .......................................................................... 79
Gambar 4.19 Grafik pengapian terhadap kadar CO yang menggunakan bahan
bakar pertalite .......................................................................... 80
Gambar 4.20 Grafik pengapian terhadap kadar CO2 yang menggunakan bahan
bakar pertalite .......................................................................... 80
Gambar 4.21 Grafik pengapian terhadap kadar O2 yang menggunakan bahan
bakar pertalite .......................................................................... 81
Gambar 4.22 Grafik pengapian terhadap kadar HC yang menggunakan bahan
bakar pertamax ........................................................................ 82
Gambar 4.23 Grafik pengapian terhadap kadar CO yang menggunakan bahan
bakar pertamax ........................................................................ 83
Gambar 4.24 Grafik pengapian terhadap kadar CO2 yang menggunakan bahan
bakar pertamax ........................................................................ 83
Gambar 4.25 Grafik pengapian terhadap kadar O2 yang menggunakan bahan
bakar pertamax ........................................................................ 84
Gambar 4.26 Grafik performa torsi ................................................................ 94
Gambar 4.27 Grafik performa daya ............................................................... 94
Gambar 4.28 Grafik kadar emisi gas buang HC ............................................ 95
Gambar 4.29 Grafik kadar emisi gas buang CO ............................................ 95
Gambar 4.30 Grafik kadar emisi gas buang CO2 ........................................... 96
Gambar 4.31 Grafik kadar emisi gas buang O2 ............................................. 96
xiv
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 2.1 Spesifikasi bahan bakar bensin jenis 88 .................................... 19
Tabel 2.2 Spesifikasi bahan bakar bensin jenis 91 .................................... 20
Tabel 2.3 Spesifikasi bahan bakar bensin jenis 90 .................................... 21
Tabel 3.1 Lembar Pengambilan Data Penelitian Menggunakan Bahan Bakar
Premium .................................................................................... 25
Tabel 3.2 Lembar Pengambilan Data Penelitian Menggunakan Bahan Bakar
Pertalite ..................................................................................... 26
Tabel 3.3 Lembar Pengambilan Data Penelitian Menggunakan Bahan Bakar
Pertamax ..................................................................................... 27
Tabel 4.1 Data pengujian torsi dan daya yang menggunakan bahan bakar
premium ...................................................................................... 30
Tabel 4.2 Data pengujian torsi dan daya yang menggunakan bahan bakar
pertalite ........................................................................................ 36
Tabel 4.3 Data pengujian torsi dan daya yang menggunakan bahan bakar
pertamax ...................................................................................... 41
Tabel 4.4 Data hasil penelitian menggunakan bahan bakar premium dengan
variasi putaran ............................................................................. 46
Tabel 4.5 Data hasil penelitian menggunakan bahan bakar pertalite dengan
variasi putaran ............................................................................. 46
Tabel 4.6 Data hasil penelitian menggunakan bahan bakar pertamax dengan
variasi putaran ............................................................................. 47
Tabel 4.7 Data hasil penelitian perbedaan kadar HC motor yang menggunakan
premium, pertamax dan pertalite................................................. 51
Tabel 4.8 Data hasil penelitian perbedaan kadar CO motor yang menggunakan
premium, pertamax dan pertalite................................................. 53
Tabel 4.9 Data hasil penelitian perbedaan kadar CO2 motor yang menggunakan
premium, pertamax dan pertalite................................................. 55
Tabel 4.10 Data hasil penelitian perbedaan kadar O2 motor yang menggunakan
premium, pertamax dan pertalite................................................. 57
xv
Tabel 4.11 Batas ambang emisi gas buang motor menurut keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 06 tahun 2006 ......................................... 89
Tabel 4.12 Tabel matriks performa dan emisi gas buang yang menggunakan
bahan bakar premium dengan variasi rpm ................................... 89
Tabel 4.13 Tabel matriks performa dan emisi gas buang yang menggunakan
bahan bakar pertalite dengan variasi rpm..................................... 91
Tabel 4.14 Tabel matriks performa dan emisi gas buang yang menggunakan
bahan bakar pertamax dengan variasi rpm ................................... 92
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Kadar emisi gas buang premium 1500 rpm ............................. 102
Lampiran 2 Kadar emisi gas buang premium 2000 rpm ............................. 102
Lampiran 3 Kadar emisi gas buang premium 2250 rpm ............................. 103
Lampiran 4 Kadar emisi gas buang premium 2500 rpm ............................. 103
Lampiran 5 Kadar emisi gas buang premium 2750 rpm ............................. 104
Lampiran 6 Kadar emisi gas buang premium 3000 rpm ............................. 104
Lampiran 7 Kadar emisi gas buang premium 3250 rpm ............................. 105
Lampiran 8 Kadar emisi gas buang premium 3500 rpm ............................. 105
Lampiran 9 Kadar emisi gas buang premium 3750 rpm ............................. 106
Lampiran 10 Kadar emisi gas buang premium 4000 rpm ............................. 106
Lampiran 11 Kadar emisi gas buang pertamax 1500 rpm ............................ 107
Lampiran 12 Kadar emisi gas buang pertamax 2000 rpm ............................ 107
Lampiran 13 Kadar emisi gas buang pertamax 2250 rpm ............................ 108
Lampiran 14 Kadar emisi gas buang pertamax 2500 rpm ............................ 108
Lampiran 15 Kadar emisi gas buang pertamax 2750 rpm ............................ 109
Lampiran 16 Kadar emisi gas buang pertamax 3000 rpm ............................ 109
Lampiran 17 Kadar emisi gas buang pertamax 3250 rpm ............................ 110
Lampiran 18 Kadar emisi gas buang pertamax 3500 rpm ............................ 110
Lampiran 19 Kadar emisi gas buang pertamax 3750 rpm ............................ 111
Lampiran 20 Kadar emisi gas buang pertamax 4000 rpm ............................ 111
Lampiran 21 Kadar emisi gas buang pertalite 1500 rpm .............................. 112
Lampiran 22 Kadar emisi gas buang pertalite 2000 rpm .............................. 112
Lampiran 23 Kadar emisi gas buang pertalite 2250 rpm .............................. 113
Lampiran 24 Kadar emisi gas buang pertalite 2500 rpm .............................. 113
Lampiran 25 Kadar emisi gas buang pertalite 2750 rpm .............................. 114
Lampiran 26 Kadar emisi gas buang pertalite 3000 rpm .............................. 114
Lampiran 27 Kadar emisi gas buang pertalite 3250 rpm .............................. 115
Lampiran 28 Kadar emisi gas buang pertalite 3500 rpm .............................. 115
Lampiran 29 Kadar emisi gas buang pertalite 3750 rpm .............................. 116
xvii
Lampiran 30 Kadar emisi gas buang pertalite 4000 rpm .............................. 116
Lampiran 31 Alat pengukur emisi gas buang ............................................... 117
Lampiran 32 Pengambilan data emisi gas buang .......................................... 117
Lampiran 33 Pengambilan data torsi dan daya ............................................. 118
Lampiran 34 Pengambilan data pengapian ................................................... 118
Lampiran 35 Bahan Bakar ............................................................................ 119
Lampiran 36 Grafik torsi tes dyno ................................................................ 119
Lampiran 37 Grafik daya tes dyno ................................................................ 120
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Analisis Sistem Pengapian (TCI Dan Busi) Pada Sepeda Motor
Terhadap Performa Dan Emisi Gas Buang Yang Memakai
Bahan Bakar Premium, Pertalite, Dan Pertamax
SKRIPSI
BIDANG KONVERSI ENERGI
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik
DONY STIAWAN
NIM. 151210165
Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing
Pada tanggal 24 Februari 2020
Dosen Pembimbing 1 Dosen pembimbing II
(Eko Sarwono, ST., MT.) (Fuazen, ST., MT.)
NIDN. 0018106901 NIDN. 1122087301
Dosen Penguji I Dosen Penguji II
(Gunarto ST., M.Eng) (Dr.Doddy Irawan, ST., M.Eng)
NIDN. 0009097301 NIDN. 1121108001
Mengetahui:
Ketua Program Studi
(Waspodo, ST., MT.)
NIDN. 1114067602
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu
mendorong manusia untuk menciptakan karya yang inovatif. Kebutuhan
manusia yang semakin meningkat dan beraneka ragam juga sebagai pemicu
berkembangnya teknologi, di antaranya teknologi dalam bidang otomotif.
Tuntutan manusia pada bidang tersebut semakin berkembang pula, manusia
menghendaki kemudahan dan kecepatan dalam segala bidang tanpa
mengeluarkan biaya yang banyak. Salah satu contohnya pada bidang
transportasi, khususnya pada bidang otomotif mengalami perkembangan yang
menggembirakan seperti adanya sistem pengapian pada sepeda motor yang
lebih praktis dan mampu meningkatkan perfoma mesin dan irit bahan bakar.
Yaitu sistem pengapian TCI yang dinilai lebih bagus dibandingkan dengan
sistem pengapian CDI.
Perbedaan sistem pengapian CDI dan TCI sendiri terletak pada:
TCI untuk masalah tegangan tingginya ternyata TCI mempunyai
kelebihan dalam mentransfer tegangan tinggi ke busi, hasil yang dikeluarkan
dari TCI lebih besar dari pada sistem CDI. Jadi bisa dilihat bahwa
kemungkinan api busi yang dipercikkan akan lebih besar dari pada sistem
CDI.
Sedangkan pada sistem pengapian CDI unggul dalam masalah waktu
pengapian, dimana sistem CDI mempunyai delay waktu pengapian lebih
singkat dari pada TCI. Jadi waktu pengapian akan lebih lambat dari waktu
pengapian oleh pulser. Perbedaannya lagi adalah pada coilnya, untuk koil TCI
mempunyai hambatan yang lebih besar dari pada koil CDI. Berangkat dari itu
jadi sebaiknya koil tidak harus saling tukar. Misalnya koil sistem TCI
dipasang ke CDI maupun sebaliknya, karena akan merusak sistem
pengapiannya.
2
Sepeda motor merupakan alat transportasi yang digerakkan oleh mesin
berbahan bakar bensin. Menurut jenisnya bensin dapat dibedakan menjadi 4
jenis yaitu premium, pertalite, pertamax, dan pertamax plus. Perbedaan ke
empat jenis bahan bakar ini terdapat pada angka oktannya, dimana kualitas
bahan bakar biasanya ditunjukkan dengan angka oktan tersebut. Semakin
tinggi angka oktannya maka harga per liternya pun akan semakin mahal.
Mesin sepeda motor memerlukan jenis bahan bakar yang sesuai dengan
desain mesin itu sendiri agar dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan
kinerja yang optimal, untuk pemakaian sepeda motor tentunya tidak lepas
dari pemakaian jenis bahan bakar yang digunakan untuk memperoleh kinerja
mesin yang optimal diantaranya performa dan emisi gas buang nya.
Gas buang pada sepeda motor merupakan sumber polusi udara yang
utama di kawasan perkotaan. Emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh
perilaku mengemudi dan kondisi lingkungan. Emisi kendaraan bermotor akan
berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan adanya
perbedaan desain jalan serta kondisi lalu lintas. Besarnya emisi kendaraan
bermotor di jalan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume total kendaraan
bermotor, karakteristik kendaraan bermotor, dan kondisi umum lalu lintas.
Sumber emisi gas buang sendiri terjadi dari proses pembakaran bahan
bakar motor menghasilkan gas buang yang secara teoritis mengandung unsur
H2O (air), HC (hidro karbon), gas CO (karbon monoksida), CO2 (karbon
dioksida), dan NOx (senyawa nitrogen oksida), N2 (nitrogen dioksida), serta
SO2 (sulfur dioksida).
Seiring dengan berkembangnya teknologi terciptalah sebuah sistem
pengapian transistor yang menggantikan sistem pengapian CDI. Sistem
pengapian transistor ini tergolong sistem pengapian elektronik. Sistem
pengapian transistor berbeda dengan sistem pengapian CDI (Capasitive
Discharge Ignition). Sistem pengapian transistor bekerja menggunakan
transistor sebagai saklar pemutus arus primer pada ignition coil. Sedangkan
pada pengapian CDI bekerja menggunakan kapasitor yang berfungsi
mengontrol tegangan, menyimpan, serta melepas muatan arus listrik.
3
Penulis tertarik untuk mengetahui hasil unjuk kerja sepeda motor yaitu
pada sistem pengapian (TCI dan busi) terhadap performa dan emisi gas buang
dari sepeda motor yang menggunakan beberapa bahan bakar seperti premium,
pertalite, dan pertamax. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Sistem Pengapian (TCI Dan Busi) Pada
Sepeda Motor Terhadap Performa Dan Emisi Gas Buang Yang Memakai
Bahan Bakar Premium, Pertalite, Dan Pertamax”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas dapat
diidentifikasi masalah bahwa untuk mendapatkan performa motor yang
optimal, serta emisi gas buang yang bagus maka masyarakat harus
menggunakan sistem pengapian yang optimal diikuti dengan penggunaan
bahan bakar dengan angka oktan yang sesuai spesifikasi sepeda motor.
Sehingga dari masalah ini peneliti ingin memberikan gambaran nyata
kepada masyarakat bahwa sepeda motor yang memiliki performa serta emisi
gas buang yang bagus harus menggunakan sistem pengapian yang optimal.
Serta bahan bakar yang berkualitas bagus pula. Dalam hal ini yaitu bahan
bakar yang memiliki oktan yang sesuai dengan sepeda motor. Karena selain
performa mesin sepeda motor yang semakin baik, konsumsi bahan bakar juga
semakin irit.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah efek dari sistem pengapian TCI dan busi standar pada sepeda
motor yang menggunakan bahan bakar premium, pertalite, dan pertamax
terhadap performa motor dan emisi gas buang.
1.4 Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada :
1. Motor yang digunakan yaitu Honda Beat eSP 108,2 cc.
2. Parameter yang akan diteliti yaitu performa dan emisi gas buang.
4
3. Busi yang digunakan yaitu busi standar.
4. Sistem Pengapian yang digunakan yaitu TCI.
5. Bahan bakar yang digunakan yaitu jenis premium, pertalite, dan pertamax.
6. Pengambilan data emisi gas buang pada putaran 1500, 2000, 2250, 2500,
2750, 3000, 3250, 3500, 3750 dan 4000.
7. Pengambilan data performa motor pada putaran 1500, 2000, 2250, 2500,
2750, 3000, 3250, 3500, 3750 dan 4000.
8. Pengambilan data pengapian motor pada putaran 1500, 2000, 2250, 2500,
2750, 3000, 3250, 3500, 3750 dan 4000.
1.5 Tujuan
Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian dari
sistem pengapian TCI dan busi standar pada sepeda motor yang
menggunakan bahan bakar premium, petalite, dan pertamax yaitu sebagai
berikut :
A. Tujuan Umum
1. Memenuhi persyaratan akademik untuk memperoleh gelar sarjana.
2. Menerapkan ilmu yang didapat selama menjalani studi di program studi
teknik mesin.
3. Untuk mengetahui berapa performa serta emisi gas buang yang
dihasilkan dari sistem pengapian TCI dan busi standar pada sepeda
motor yang menggunakan bahan bakar premium, petalite, dan
pertamax.
B. Tujuan Khusus
1. Menganalisa performa serta emisi gas buang yang dihasilkan dari
sistem pengapian TCI dan busi standar pada sepeda motor yang
menggunakan bahan bakar premium, petalite, dan pertamax.
2. Menerapkan ilmu yang didapat selama menjalani studi di program studi
teknik mesin.
3. Untuk melatih dalam penyusunan laporan secara sistematis.
5
1.6 Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini
adalah :
Bagi dunia akademik dapat memberikan pengetahuan tentang performa yang
dihasilkan sepeda motor serta emisi gas buang yang dikeluarkan dari bahan
bakar yang digunakan.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah mengetahui isi laporan Tugas Akhir ini maka
uraian tiap Bab dapat diringkas secara garis besar sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : Literature Review, dan Landasan Teori yang berisikan
tentang Motor Bakar, Sistem Pengapian, Sudut Saat
Pengapian, Putaran Mesin, Bahan Bakar, Perhitungan
Performa Motor.
BAB III : Metode Penelitian yang berisikan Tempat dan Waktu
Pelaksanaan, Variabel Penelitian, Alat dan Bahan
Penelitian, Prosedur Penelitian, Diagram Alur Penelitian,
dan Metode Pengumpulan Data.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan, Perhitungan
BAB V : Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Literature Review
Menurut Muharam Yuli Prasojo, (2015) untuk mendapatkan daya dan torsi
terbesar dapat menggunakan sistem pengapian yang optimal diikuti dengan
penggunaan bahan bakar dengan angka oktan yang tepat sesuai spesifikasi
sepeda motor, sehingga disarankan pada pengguna sepeda motor Honda Beat
110 cc untuk mendapatkan daya dan torsi maksimal dilakukan dengan
mengganti sistem pengapian yang diikuti dengan pemakaian bahan bakar
dengan nilai oktan yang tepat.
Menurut Trio Bagus Purnomo, (2013) perbedaan nilai oktan suatu bahan
bakar akan berpengaruh secara signifikan terhadap karakteristik emisi gas
buang yang di hasilkan terhadap lingkungan. Putaran mesin (rpm) mulai dari
variasi Rpm 1750, 2000, 2250, 2500, 2750, 3000, 3250 dengan nilai oktan yang
berbeda yaitu antara Premium 88 dan Pertamax 92 akan berpengaruh secara
signifikan terhadap karakteristik gas buang. Pada putaran 1750 rpm didapat
torsi paling tinggi, daya tertinggi diputaran 2000 rpm yaitu untuk daya 4.6 kW
(premium) dan 4.7 kW (pertamax) , sedangkan torsi 16.5 Nm (premium) dan
16.8 Nm.
Menurut Siswantoro, (2012) Pada penggunaan premium dengan campuran
9 ml zat adiktif didapat pula penurunan kadar emisi gas buang CO sebesar
1.378 %, HC sebesar 35.2 ppm, CO2 sebesar 0.02 % dan O2 mengalami
peningkatan sebesar 1.314 % dari kadar emisi gas buang yang menggunakan
premium dengan campuran 5 ml dan 7 ml zat aditif. Dari hasil pengujian kadar
emisi gas buang yang dihasilkan dengan menggunakan premium tanpa
menggunakan zat aditif antara lain kadar CO sebesar 1.984 %, kadar HC
sebesar 137.4 ppm, kadar CO2 sebesar 6.1 % dan kadar O2 sebesar 9.748 %.
6
7
2.2 Teori
2.2.1 Motor bakar
Motor bakar adalah suatu mesin yang mengkonversi energi dari energi
kimia yang terkandung pada bahan bakar menjadi energi mekanik pada poros
motor bakar, jadi daya yang berguna akan langsung dimanfaatkan sebagai
penggerak adalah daya pada poros (Raharjo dan Karnowo, 2008: 93).
2.2.2 Sistem Pengapian
Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan percikan bunga api listrik
(voltage arc) yang kuat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di
dalam ruang bakar. Selain kuat, ada satu hal lagi yang wajib dimiliki adalah
ketepatan waktu untuk membakar sehingga memperoleh daya pembakaran
yang optimal. Ketepatan waktu inilah yang kemudian dikenal sebagai ignition
timing. Dengan demikian dapat dipersepsikan bahwa sistem pengapian
merupakan penjamin sebuah motor bensin agar dapat melakukan siklus
pembakaran, bekerja sebagai motor penggerak mula.
Syarat penting yang harus dimiliki oleh motor bensin, agar mesin dapat
bekerja dengan efisien menurut Jama dan Wagino (2008a: 165), yaitu:
a. Tekanan kompresi yang tinggi.
b. Saat pengapian yang tepat dan percikan bunga api yang kuat.
c. Perbandingan campuran bensin dan udara yang tepat.
Sistem pengapian secara umum dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Sistem pengapian konvensional
Sistem pengapian konvensional adalah sistem pengapian yang
menggunakan kontak pemutus atau platina sebagai komponen pemutus
dan penghubung arus pada kumparan primer koil. Ciri khusus sistem
pengapian konvensional ini adalah proses pemutusan arus primer
dilakukan secara mekanik, yaitu dengan proses membuka dan menutupnya
kontak pemutus. Kontak pemutus bekerja seperti saklar di mana pada saat
8
tertutup arus dapat mengalir dan saat kontak pemutus terbuka arus akan
terhenti.
2. Sistem pengapian elektronik
Sistem pengapian ini memanfaatkan komponen elektronik seperti
transistor, resistor, dll. Untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil.
Jika pada sistem pengapian konvensional pemutusan arus primer koil
dilakukan secara mekanis dengan membuka dan menutup kontak pemutus,
maka pada sistem pengapian elektronik pemutusan arus primer koil
dilakukan secara elektronis.
Seiring perkembangan teknologi yang semakin maju kemudian
dikembangkan lah pengapian elektronik yang dikontrol secara elektronik.
Macam – macam pengapian elektronik antara lain :
A. Transistorized Coil Ignition (TCI), sistem pengapian ini mengaplikasikan
transistor sebagai pengontrol arus primer pada rangkaian coil. Sistem
pengapian ini memiliki beberapa tipe pembangkit pulsa / sinyal tegangan,
antara lain :
1. Tipe Induktif
Sistem pengapian dengan pembangkit pulsa model induktif terdiri dari
penghasil pulsa, ignitier, koil, distributor dan komponen pelengkap
lainnya. Sistem pembangkit pulsa induktif terdiri dari kumparan
pembangkit pulsa (pick up coil), magnet permanen, dan rotor pengarah
medan magnet.
2. Tipe Hall Efect
Pembangkit pulsa untuk mengaktifkan power transistor dengan model
hall effect digambarkan sebagai berikut :
9
Gambar 2.1 Prinsip Hall Efect (Anonim:tth)
(Sumber: https://otosigna99.blogspot.com/2019/05/jenis-macam-macam-
sistem-pengapian.html)
Gambar 2.2 Pembangkit pulsa Hall effect (Anonim:tth)
(Sumber: https://otosigna99.blogspot.com/2019/05/jenis-macam-macam-sistem-
pengapian.html)
10
Apabila bahan semi konduktor dialiri arus listrik dari sisi kiri ke
kanan dan semi konduktor tersebut berada dalam suatu medan magnet,
maka pada arah tegak lurus terhadap aliran arus itu akan timbul tegangan
yang disebut dengan tegangan Hall ( Vh ). Apabila medan magnet yang
berada di sekitar semi konduktor tersebut dihilangkan, maka tegangan
yang tegak lurus terhadap aliran arus itu juga akan hilang. Pada gambar,
medan magnet dihalangi oleh plat logam sehingga tidak melewati semi
konduktor, dalam hal ini Vh = 0. Bila bilah logam dihilangkan, maka
medan magnet dapat melewati semikonduktor dan Vh ≠ 0. Bila bilah
logam itu secara teratur melintasi medan magnet maka pada tegangan Hall
akan muncul dan hilang membentuk pulsa tegangan kotak-kotak. Pulsa
inilah yang digunakan untuk mentriger rangkaian transistor untuk
memutus dan mengalirkan arus primer koil.
Pembangkit pulsa model Hall Effect mempunyai tiga buah kabel
atau terminal. Satu kabel merupakan sumber arus untuk dialirkan ke bahan
semi konduktor yang terdapat di dalam sistem Hall, satu kabel ground, dan
satu kabel adalah output tegangan. Bagian lainnya dari sistem ini adalah
rotor yang berbentuk bilah dan magnet permanen.
TCI untuk masalah tegangan tingginya ternyata TCI mempunyai
kelebihan dalam mentransfer tegangan tinggi ke busi, hasil yang
dikeluarkan dari TCI lebih besar dari pada sistem CDI. Jadi bisa dilihat
bahwa kemungkinan api busi yang dipercikkan akan lebih besar dari pada
sistem CDI.
B. Capasitive Discharge Ignition ( CDI )
Capasitive Discharge Ignition ( CDI ), yaitu sistem pengapian yang
bekerja berdasarkan pembuangan muatan kapasitor. Konsep kerja sistem
pengapian CDI berbeda dengan sistem pengapian penyimpan induktif
(inductive storage system). Pada sistem CDI, koil masih digunakan tetapi
fungsinya hanya sebagai transformator tegangan tinggi, tidak untuk
menyimpan energi. Sebagai pengganti, sebuah kapasitor digunakan
11
sebagai penyimpan energi. Dalam sistem ini kapasitor diisi (charged)
dengan tegangan tinggi sekitar 300 V sampai 500 V, dan pada saat sistem
bekerja (triggered), kapasitor tersebut membuang (discharge) energinya
ke kumparan primer koil pengapian. Koil tersebut menaikan tegangan
(dari pembuangan muatan kapasitor) menjadi tegangan yang lebih tinggi
pada kumparan sekunder untuk menghasilkan percikan api pada busi.
Sistem pengapian CDI dibagi menjadi dua yaitu CDI-DC dan CDI-AC.
1. Sistem Pengapian CDI-DC
Sistem pengapian CDI-DC menggunakan arus yang bersumber dari
baterai, berbeda dengan CDI-AC yang bersumber dari source coil (koil
pengisi/sumber). Prinsip dasar CDI-DC (Direct Current) adalah seperti
gambar di bawah ini:
Gambar 2.3 Prinsip Dasar CDI (Jama dan Wagino 2008b : 213)
(Sumber: https://dokumen.tips/documents/teknik-sepeda-motor-kelas-
xi.html)
CDI-DC (arus Searah) pun juga memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan:
a) Kelebihan CDI-DC
1. Arus tegangan bersumber dari aki sehingga stabil.
2. Spull jarang mati
3. Dalam putaran rendah pengapian tetap maksimal
12
b) Kelemahan CDI-DC
1. Jika aki lemah maka dapat menyebabkan kerusakan pada CDI
2. Sensitif terhadap konsleting
3. Harga relatif lebih mahal dari pada CDI-AC
Cara kerja sistem pengapian CDI DC yaitu pada saat kunci kontak on dan
mesin belum hidup maka rotor magnet (fly wheel di sepeda motor) tidak
berputar sehingga tidak akan ada signal yang dihasilkan oleh pick up coil
sehingga sistem pengapian CDI belum bekeja.
Ketika mesin dihidupkan, maka akan dihasilkan signal tegangan pulsa oleh
pick up coil yang akan digunakan sebagai pemicu atau trigger ke penguat
tegangan dan SCR. Arus dari baterai akan mengalir ke fuse dan melewati kunci
kontak kemudian ke penguat tegangan yang berada di CDI unit yang nantinya
tegangan dari baterai sebesar 12 DC volt akan dinaikkan tegangannya menjadi
sekitar 100 sampai 400 AC volt (degan cara induksi listrik) dan kemudian
disearahkan melalui dioda sehingga menjadi tegangan 100 sampai 400 DC volt.
Tegangan dari penguat tegangan kemudian dikirimkan ke kapasitor untuk
disimpan sementara.
Akibat mesin hidup maka akan menghasilkan tegangan pulsa dari pick up
coil untuk mengaktifkan SCR sehingga akan memicu capasitor untuk
mengalirkan arus yang tersimpan di dalam capasitor untuk dikirimkan
kekumparan primer coil pengapian.
Ketika arus yang menuju ke kumparan primer ini diputus, maka akan
terjadi induksi listrik mutual pada kedua kumparan, baik pada kumparan primer
maupun kumparan sekunder. Pada kumparan sekunder di koil pengapian akan
dihasilkan tegangan tinggi yang nantinya tegangan tinggi ini akan dikirim ke
busi untuk menghasilkan pengapian pada busi (busi menghasilkan bunga api)
dan selanjutnya digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara
untuk menghasilkan pembakaran.
13
2. Sistem Pengapian CDI-AC
Sistem pengapian CDI AC yaitu sistem pengapian CDI yang
menggunakan sumber arus bolak balik yang berasal dari altenator (spul
magnet).
Gambar 2.4 Sistem Pengapian CDI AC
(Sumber: https://www.teknik-otomotif.com/2017/12/cara-kerja-sistem-pengapian-
cdi-ac.html)
Cara kerja sistem pengapian CDI AC pada saat mesin hidup maka
rotor magnet (fly wheel pada sepeda motor) juga akan ikut berputar,
sehingga akan timbul arus listrik pada kumparan spul yang terletak di
dalam rotor magnet. Tegangan yang dihasilkan oleh alternator (spul
magnet) ini sekitar 100 sampai 400 volt, arus ini akan di salurkan langsung
ke unit CDI AC.
Di dalam unit CDI AC arus ini akan diubah menjadi arus arus searah
oleh diode yang ada di dalam unit CDI AC yang kemudian arus ini akan
disimpan sementara oleh capasitor yang letaknya juga berada di dalam unit
CDI.
Kapasitor ini tidak akan melepaskan arus di dalamnya sebelum SCR
(Silicon Controlled Rectifier) aktif. Untuk mengaktifkan SCR maka
14
terminal gate pada SCR harus mendapatkan sinyal tegangan positif
terlebih dahulu sebagai pemicu (trigger).
Signal yang digunakan sebagai pemicu (trigger) didapatkan dari
signal pick up coil. Pick up coil akan memberikan signal tegangan ketika
tonjolan pada rotor magnet melewati pick up coil.
Ketika terminal gate mendapatkan tegangan positif dari tegangan
pick coil maka terminal anoda dan katoda pada SCR akan terhubung.
Ketika terminal anoda dan katoda terhubung maka kapasitor akan
melepaskan arus (discharge) dengan cepat ke kumparan primer koil
pengapian sehingga terjadi induksi pada kumparan primer koil.
3. Sistem Pengapian Terkontrol Komputer
Sistem pengapian terkontrol komputer merupakan sistem pengapian
yang ada pada mesin yang sudah menggunakan sistem bahan bakar injeksi
(EFI). Pengontrolan pengapian dilakukan oleh komputer (electronic
control unit/ECU) yang juga sebagai pengontrol sistem penginjeksian
bahan bakar. Pengontrolan ini terutama pada sistem pemajuan atau
pemunduran saat pengapian (ignition timing) yang disesuaikan dengan
kondisi kerja mesin. Komputer unit menentukan saat pengapian
berdasarkan masukan masukan dari sensor dan memori internalnya yang
memiliki data saat pengapian yang optimal untuk setiap kondisi putaran
engine.
Setelah menentukan saat pengapian, komputer unit memberikan
sinyal saat pengapian ke igniter. Bila sinyal tersebut dalam posisi OFF,
igniter akan memutus aliran arus primer koil dengan cepat sehingga terjadi
tegangan tinggi pada kumparan sekunder.
Sistem pengapian terkontrol komputer terbagi menjadi beberapa
kategori dasar, yaitu :
a. sistem pengapian dengan distributor,
15
b. sistem pengapian tanpa distributor / distributorless ignition system
(DLI),
c. sistem pengapian langsung / direct ignition system (DIS).
Komponen utama sistem pengapian terkontrol komputer terdiri dari :
a) sensor poros engkol (sinyal Ne),
b) sensor poros nok (sinyal G),
c) igniter,
d) koil, kabel-kabel, dan busi,
e) Komputer (ECM) dan input-inputnya.
Gambar 2.5 Komponen sistem pengapian terkontrol komputer
(Anonim:tth)
(Sumber: https://otosigna99.blogspot.com/2019/05/jenis-macam-macam-
sistem-pengapian.html)
2.3 Sudut Saat Pengapian
Saat pengapian campuran bahan bakar adalah saat terjadinya percikan
bunga api pada busi beberapa derajat sebelum titik mati atas (TMA) pada akhir
langkah kompresi. Saat terjadinya percikan bunga api pada busi harus
ditentukan dengan tepat supaya campuran bahan bakar dan udara dapat
terbakar dengan sempurna sehingga memperoleh performa mesin yang
16
maksimal. Untuk memperoleh daya yang maksimum dari suatu operasi
hendaknya penyalaan diatur sedemikian rupa sehingga tekanan tekanan gas
maksimum terjadi pada saat torak berada di sekitar 15 sampai 20 derajat engkol
sesudah TMA. Jadi, penyalaan yang baik bergantung pada kecepatan
perambatan nyala, jarak perambatan nyala maksimum, dan kecepatan poros
engkol. (Arismunandar, 2005:68). Bila pengapian terjadi terlalu awal (sudut
pengapian terlalu besar), maka gas sisa yang belum terbakar, terpengaruh oleh
pembakaran yang masih berlaku dan pemampatan yang masih berjalan, akan
terbakar sendiri. Ini berarti kerugian daya.
Menurut Soenarta dan Furuhuma (1995:26), pada pembakaran sempurna
setelah penyalaan dimulai, api menjalar dari busi dan ke seluruh arah dalam
waktu yang sebanding, dengan 20 derajat sudut engkol atau lebih untuk
membakar campuran sampai mencapai tekanan maksimum. Kecepatan api
kurang dari 10-30 m/detik. Bila pengapian terjadi terlalu lambat, beberapa
pukulan berkurang, tetapi berarti juga menurunnya daya. Tetapi dapat
dibayangkan bahwa pengapian lambat dapat mengakibatkan terbakar sendiri,
walaupun dalam praktek hal ini hampir tidak pernah terjadi. Bila pengapian
terlambat, jadi ruang di atas piston pada akhir pembakaran sudah membesar
bahwa sebagian kecil dari kalor berubah menjadi tekanan. Akibatnya adalah
sisa kalor dalam jumlah besar tertinggal di dalam motor. Bukan hanya
disebabkan oleh pembebanan termis dari beberapa bagian, seperti katupnya
menjadi terlalu panas, tetapi disebabkan oleh suhu yang tinggi akan terlampaui
batas terbakar sendiri. Waktu pengapian yang dimajukan yaitu sudut pengapian
maju beberapa derajat sebelum TMA ketika percikan busi menyalakan
campuran bahan bakar di dalam ruang bakar selama langkah kompresi. Waktu
pengapian yang mundur dapat didefinisikan sebagai merubah sudut pengapian
sehingga campuran bahan bakar dan udara terjadi lebih lambat dari waktu yang
ditentukan oleh pabrik.
17
2.4 Putaran mesin
Putaran mesin (rotasi per menit) adalah jumlah putaran/rotasi suatu poros
dalam 1 menit. Menurut Negara, Suyasa, dan Suarna (2009 : 110) Variasi
putaran mesin (rpm) mulai 1750, 2000, 2250, 2500, 2750, 3000, dan 3250,
dengan nilai oktan yang berbeda berpengaruh signifikan terhadap karakteristik
gas buang seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidro
karbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx). Pada putaran 3250 rpm diperoleh
kadar emisi gas buang paling rendah dan kadar emisi gas buang tertinggi
diperoleh pada putaran 1750 rpm.
2.5 Bahan Bakar
Bahan bakar yang dipergunakan motor bakar dapat diklasifikasikan dalam
tiga kelompok yakni : berwujud gas, cair dan padat (Surbhakty 1978 12:33).
Bahan bakar (fuel) adalah segala sesuatu yang dapat dibakar misalnya kertas,
kain, batu bara, minyak tanah, bensin. Untuk melakukan pembakaran
diperlukan 3 (tiga) unsur, yaitu:
a) Bahan bakar
b) Udara
c) Suhu untuk memulai pembakaran
Kriteria utama yang harus dipenuhi bahan bakar yang akan digunakan
dalam motor bakar adalah sebagai berikut:
1. Proses pembakaran bahan bakar dalam silinder harus secepat mungkin dan
panas yang dihasilkan harus tinggi.
2. Bahan bakar yang digunakan harus tidak meninggalkan endapan atau
deposit setelah pembakaran karena akan menyebabkan kerusakan pada
dinding silinder.
3. Gas sisa pembakaran harus tidak berbahaya pada saat dilepas ke atmosfer.
Jenis bahan bakar :
1. Bahan Bakar Premium
Bensin (premium, super) merupakan bahan bakar cair yang digunakan
oleh kebanyakan motor-motor bensin. Bensin adalah bahan bakar cair yang
18
mudah menguap, pada suhu 60 derajat celcius kurang lebih 35-60% sudah
menguap dan akan menguap 100% kira-kira pada suhu diatas 100 derajat
celcius (G.Haryono,1997:74). Premium adalah bahan bakar minyak jenis
distilat berwarna kekuningan yang jernih dan mempunyai nilai oktan 88.
Bensin premium mempuyai sifat anti ketukan yang baik dan dapat dipakai
pada mesin dengan batas kompresi hingga 9,0 : 1 pada semua jenis kondisi,
namun tidak baik jika digunakan pada motor bensin dengan kompresi tinggi
karena dapat menyebabkan knocking atau pembakaran yang abnormal
ditandai dengan adanya suara seperti benda yang terpukul oleh palu.. Bensin
premium produk Pertamina memiliki kandungan maksimum sulfur (S)
0,05%, timbal (Pb) 0,013% (jenis tanpa timbal) dan Pb 0,3% (jenis dengan
timbal), oksigen (O) 2,72%, pewarna 0,13 gr/100 l, tekanan uap 62 kPa, titik
didih 215 ºC, serta massa jenis (suhu 15ºC). Bensin premium, mempunyai
sifat anti ketukan yang lebih baik dan dapat dipakai pada mesin kompresi
tinggi pada semua kondisi (Surbhakty 1978:36).
19
Memenuhi spesifikasi Direktur Jenderal Minyak & Gas Bumi No.
933.K/10/DJM.S/2013 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar
Minyak Jenis Bensin 88 yang Dipasarkan di Dalam Negeri.
Tabel 2.1. Spesifikasi bahan bakar bensin jenis 88 menurut Ditjen Migas
Karakteristik Batasan
Min Max Satuan
RON
Kandungan Sulfur
Distilasi:
10% vol. Penguapan
50% vol. Penguapan
90% vol. Penguapan
Titik didih air
Residu
Berat jenis pada suhu 15 ºC
88 - RON
- 0.05 % m/m
- 74 ºC
- 125 ºC
75 180 ºC
- 215 ºC
- 2.0 % vol
715 770 Kg/m³
(Sumber: https://www.pertamina.com/industrialfuel/media/20705/premium.pdf)
2. Bahan bakar Pertamax
Pertamax merupakan jenis bahan bakar dengan angka oktan 92.
Pertamax dianjurkan digunakan untuk kendaraan bahan bakar bensin yang
mempunyai perbandingan kompresi tinggi (9,1 : 1 sampai 10,0 : 1). Bensin
dengan bilangan oktana tinggi mempunyai periode penundaan yang panjang
(arismunandar,2002:85). Pada bahan bakar pertamax ditambahkan aditif
sehingga mampu membersihkan mesin dari timbunan deposit pada fuel
injector dan ruang pembakaran. Bahan bakar pertamax sudah tidak
menggunakan campuran timbal sehingga dapat mengurangi racun gas buang
kendaraan bermotor seperti nitrogen oksida karbon monoksida. Bensin
pertamax berwarna kebiruan dan memiliki kandungan maksimum sulfur (S)
0,1%, timbal (Pb) 0,013% (jenis tanpa timbal) dan Pb 0,3% (jenis dengan
20
timbal), oksigen (O) 2,72%, pewarna 0,13 gr/100 l, titik didih 205 ºC, serta
massa jenis (suhu 15ºC).
Memenuhi spesifikasi Direktur Jenderal Minyak & Gas Bumi No.
3674.K/24/DJM/2006 tentang Spesifikasi bahan Bakar Jenis Bensin 91
tentang Spesifikasi bahan Bakar Jenis Bensin 91.
Tabel 2.2. Spesifikasi bahan bakar bensin jenis 91 menurut Ditjen Migas
Karakteristik Batasan
Min Max Satuan
RON 91 - RON
Kandungan Sulfur - 0.05 % m/m
Distilasi:
10% vol. Penguapan - 70 ºC
50% vol. Penguapan 77 110 ºC
90% vol. Penguapan 130 180 ºC
Titik didih air - 215 ºC
Residu - 2,0 ºC
Berat jenis pada suhu 15 ºC 715 770 Kg/m³
(Sumber: https://www.pertamina.com/industrialfuel/media/30669/pertamax.pdf)
3. Bahan bakar Pertalite
Bahan bakar Pertalite adalah bahan bakar minyak terbaru dari
Pertamina dengan RON 90. Bahan bakar pertalite direkomendasikan untuk
kendaraan dengan kompresi 9:1 sampai 10:1 dan khususnya untuk
kendaraan yang telah menggunakan sistem EFI (Electronic Fuel Injection)
dan catalytic converter. Selain itu dengan RON 90 diharapkan pertalite
dapat membuat pembakaran pada mesin kendaraan lebih baik dibandingkan
dengan premium dengan RON 88. Bahan bakar pertalite diluncurkan oleh
Pertamina untuk memenuhi syarat Keputusan Dirjen Migas
No.313.K/10/DJM.T/2013 tentang spesifikasi BBM dengan RON 90.
21
Tabel 2.3. Spesifikasi bahan bakar bensin jenis 90 menurut Ditjen Migas
Karakteristik Batasan
Min Max Satuan
RON 90 - RON
Kandungan Sulfur -
Distilasi:
10% vol. Penguapan -
Titik didih air -
Residu -
Berat jenis pada suhu 15 ºC 715
0.05 % m/m
74 ºC
215 ºC
2,0 % v/v
770 Kg/m³
(Sumber: https://pertamax7.com/2015/05/09/ini-dia-spesifikasi-pertamina-
pertalite-ron-90-warnanya-hijau-jernih/)
2.6 Perhitungan Peforma Motor
Parameter yang digunakan dalam perhitungan unjuk kerja motor antara
lain: torsi, daya, dan konsumsi bahan bakar spesifik (SFC).
a) Torsi
Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja.
Besaran torsi adalah besaran turunan yang biasa digunakan untuk
menghitung energi yang dihasilkan dari benda yang berputar pada porosnya
(Raharjo dan Karnowo, 2008:98). Satuan torsi biasanya dinyatakan dalam
N.m (Newton meter). Adapun perumusannya adalah sebagai berikut :
T = F x b .............................................................................................. 2.1
Dengan :
T = torsi (N.m)
F = gaya (N)
b = jarak benda ke pusat rotasi (m)
b) Daya
Daya motor merupakan salah satu parameter dalam menentukan
performa motor. Pengertian dari daya itu adalah besarnya kerja motor
selama kurun waktu tertentu (Arends&Berenschot 1980: 18).
22
Untuk menghitung besarnya daya motor 4 langkah digunakan rumus :
P = ��.�.�
����� (�) .................................................................... 2.2
Dengan :
P = daya (kW)
n = putaran mesin (rpm)
T = torsi (Nm)
(Winarno, 2001 : 35)
c) Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
Konsumsi bahan bakar spesifik atau specific fuel consumption (SFC)
adalah jumlah bahan bakar per waktunya untuk menghasilkan daya sebesar
1 HP. Jadi SFC adalah ukuran ekonomi pemakaian bahan bakar (Raharjo
dan Karnowo,2008 : 115)
SFC = M f 10� / �� ............................................................................. 2.3
M f = ��� . �� . ����
�� ............................................................................... 2.4
Dimana :
SFC = konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h)
M f = jumlah bahan bakar persatuan waktu (kg/jam)
�� = volume bahan bakar yang digunakan
��� = spesifik gravity bensin (0,715 gr/ml)
�� = waktu yang diperlukan untuk konsumsi bahan bakar
�� = daya yang dihasilkan (KW)
1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan di UPPKB Siantan, Daya Motor
Pontianak dan PnP Performance Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan mulai
dari persiapan hingga pegujian.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
mengenai hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009 : 60).
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu :
1. Variasi rpm (variabel bebas)
2. Performa (Daya dan torsi) (variabel terikat)
3. Emisi gas buang (variabel terikat)
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat
1. Sepeda motor Honda Beat eSP 108,2 cc
2. Dynamometer
3. Gas Analyzer
4. Tachometer
5. Peak Voltage Adaptor
6. Avometer Digital
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Bahan bakar yang digunakan berupa bensin jenis Premium, Pertamax,
dan Pertalite
2. Obyek yang digunakan adalah sepeda motor dengan merek Honda
Beat eSP 108,2. Berikut adalah spesifikasi dari obyek penelitian:
23
24
Tipe mesin = 4 Langkah, SOHC dengan
Pendinginan Udara, eSP
Diameter x Langkah piston = 50 x 55,1 mm
Volume Silinder = 108,2 cc
Perbandingan kompresi = 9,5 : 1
Daya Maksimum = 6,38 kW / 7500 rpm
Torsi Maksimum = 9,01 Nm / 6500 rpm
Sistem pengapian = TCI
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap persiapan, dan tahap
pengujian dan tahap pengambilan data.
3.4.1 Tahap persiapan
1) Melakukan pengecekan kondisi mesin uji yang meliputi kondisi
minyak pelumas mesin, busi, kabel TCI, kabel koil, dan kabel-
kabel sistem kelistrikan yang lainnya.
2) Melakukan servis pada sepeda motor yang akan digunakan untuk
dilakukan pengujian.
3.4.2 Tahap pengujian
Tahap pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan dan memasang seluruh alat yang akan digunakan
dalam pengujian, seperti : Sepeda motor Honda Beat eSP 108,2 cc,
alat emisi gas buang dan berbagai macam alat pendukung lainnya.
b. Memastikan bahwa tidak ada kebocoran pada alat penelitian yang
digunakan seperti selang dan sambungan-sambungan serta pada
bagian alat lainnya.
c. Melakukan variasi Rpm. Penelitian akan menggunakan 10 variasi
rpm. Pada awal penelitian menggunakan putaran rpm yang rendah.
Penelitian dilakukan dengan variasi putaran sehingga di dapat
peforma dan emisi gas buang yang sesuai.
25
Pengujian dilakukan untuk mencari performa dan emisi gas
buang dari sepeda motor Honda Beat eSP 108,2 cc.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
metode eksperimen. Dalam penelitian ini, perlakuan dilakukan berupa variasi
rpm motor yang berbahan bakar premium, pertalite, dan pertamax, terhadap
emisi gas buang, kemudian akan dilihat hasilnya berupa perubahan yang terjadi
pada daya, torsi dan emisi gas buangnya di tiap variasi rpm yang menggunakan
bahan bakar premium, pertalite, dan pertamax.
Berikut merupakan tabel data hasil penelitian :
Tabel 3.1. Lembar Pengambilan Data Penelitian Menggunakan Bahan
Bakar Premium
Putaran Torsi Daya HC CO CO2 O2
(rpm) (Nm) (kW) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
1500
2000
2250
2500
2750
3000
3250
3500
3750
4000
26
Tabel 3.2. Lembar Pengambilan Data Penelitian Menggunakan Bahan Bakar
Pertalite
Putaran Torsi Daya HC CO CO2 O2
(rpm) (Nm) (kW) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
1500
2000
2250
2500
2750
3000
3250
3500
3750
4000
27
Tabel 3.3. Lembar Pengambilan Data Penelitian Menggunakan Bahan Bakar
Pertamax
Putaran Torsi Daya HC CO CO2 O2
(rpm) (Nm) (kW) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
1500
2000
2250
2500
2750
3000
3250
3500
3750
4000
28
3.6 Diagram Alur Penelitian
Pengumpulan referensi:
- skripsi
- Buku
- Jurnal
- internet
Persiapan Alat:
Dynamometer, Tachometer, Peak Voltage
Adaptor, Avometer Digital dan Gas Analizer
Pengambilan data menggunakan
bahan bakar
Premium Pertalite Pertamax
Analisis dan
perhitungan
Pengambilan data
emisi gas buang
Torsi
Kesimpulan
SELESAI
Daya Emisi gas buang
MULAI
29
BAB IV
ANALISIS DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
Data yang diperoleh dari eksperimen berupa data hasil torsi dari mesin
sepeda motor yang diuji menggunakan alat torque meter dan gas analizer,
kemudian diolah lebih lanjut menjadi daya dan emisi gas buang. Data yang
diperoleh masih berupa :
a. Torsi dalam satuan Newton meter ( Nm )
b. Putaran mesin dalam satuan revolution per minute (rpm)
c. Emisi gas buang (ppm dan %)
Alasan menggunakan kendaraan sepeda motor dalam penelitian ini yaitu
karena peneliti ingin mengetahui berapa peforma sepeda motor serta emisi gas
buang yang menggunakan bahan bakar premium, pertalite dan pertamax,
disamping itu menggunakan sepeda motor lebih efisien dibandingkan dengan
menggunakan mobil dan menghemat biaya penelitian. Kesimpulan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui berapa peforma sepeda motor baik daya,
torsi dan emisi gas buang sepeda motor yang menggunakan bahan bakar
premium, pertalite dan pertamax. Dapat di lihat dari tabel berikut ini. Data
hasil penelitian dicatat pada tabel berikut ini.
30
Tabel 4.1 Data pengujian torsi dan daya menggunakan bahan bakar
premium
Putaran Torsi Daya
(rpm) (Nm) (Hp)
10 0,005 3,12
53 0,06 7,91
144 0,30 14,6
301 0,92 21,67
511 1,88 26,1
742 2,90 27,82
981 3,73 27,17
1200 4,21 25,05
1403 4,58 23,29
1592 4,86 21,77
1767 5,07 20,47
1934 5,23 19,3
2089 5,26 17,95
2233 5,17 16,51
2365 5,05 15,21
2486 4,97 14,24
2600 4,98 13,66
2710 5,06 13,32
2818 5,17 13,08
2924 5,28 12,87
3029 5,36 12,62
3131 5,43 12,36
3230 5,48 12,08
3326 5,51 11,81
3420 5,53 11,52
3512 5,50 11,16
3600 5,42 10,74
31
3683 5,32 10,29
3763 5,27 9,97
3842 5,33 9,87
3920 5,43 9,87
3998 5,55 9,89
4077 5,63 9,83
4153 5,66 9,71
4229 5,70 9,6
4305 5,74 9,50
4378 5,78 9,41
4451 5,82 9,31
4524 5,84 9,20
4595 5,86 9,08
4666 5,88 8,97
4733 5,89 8,86
4803 5,90 8,75
4869 5,90 8,63
4935 5,89 8,50
4999 5,89 8,39
5063 5,89 8,29
5126 5,91 8,22
5187 5,96 8,18
5249 6,01 8,15
5310 6,05 8,12
5371 6,07 8,05
5431 6,05 7,93
5490 6,00 7,78
5547 5,94 7,63
5603 5,91 7,51
5658 5,91 7,44
5713 5,96 7,43
32
5768 6,01 7,42
5822 6,04 7,38
5876 6,04 7,32
5929 6,03 7,24
5981 6,03 7,18
6033 6,05 7,14
6085 6,07 7,11
6137 6,08 7,06
6188 6,05 6,96
6238 5,98 6,83
6286 5,92 6,71
6333 5,88 6,61
6380 5,86 6,54
6425 5,86 6,49
6471 5,85 6,44
6516 5,83 6,37
6560 5,81 6,30
6604 5,79 6,25
6647 5,79 6,20
6689 5,81 6,18
6732 5,84 6,18
6774 5,89 6,19
6817 5,94 6,21
6859 5,98 6,21
6902 5,99 6,18
6944 5,99 6,14
6985 6,00 6,12
7027 6,03 6,12
7069 6,10 6,15
7111 6,19 6,20
7153 6,26 6,23
33
7195 6,30 6,23
7237 6,30 6,2
7279 6,26 6,13
7320 6,21 6,04
7360 6,17 5,97
7399 6,14 5,91
7438 6,12 5,86
7477 6,10 5,81
7515 6,08 5,76
7553 6,07 5,72
7590 6,08 5,70
7627 6,09 5,69
7664 6,11 5,67
7700 6,11 5,65
7737 6,11 5,62
7773 6,12 5,61
7809 6,14 5,60
7845 6,16 5,59
7881 6,17 5,57
7916 6,17 5,55
7952 6,18 5,53
7987 6,20 5,53
8022 6,20 5,51
8056 6,17 5,45
8090 6,09 5,36
8123 5,99 5,25
8155 5,92 5,17
8187 5,90 5,13
8218 5,93 5,13
8250 5,95 5,13
8281 5,94 5,11
34
8312 5,90 5,06
8342 5,84 4,98
8371 5,78 4,91
8400 5,73 4,86
8429 5,69 4,80
8457 5,63 4,74
8485 5,55 4,66
8511 5,45 4,56
8537 5,40 4,50
8562 5,40 4,49
8588 5,44 4,51
8613 5,51 4,56
8639 5,56 4,58
8665 5,57 4,57
8691 5,57 4,56
8717 5,57 4,55
8743 5,59 4,55
8768 5,63 4,57
8794 5,68 4,6
8821 5,72 4,62
8847 5,75 4,63
8873 5,79 4,64
8899 5,81 4,65
8926 5,82 4,64
8952 5,78 4,6
8977 5,73 4,55
9003 5,70 4,51
9028 5,72 4,51
9053 5,79 4,55
9079 5,85 4,58
9104 5,85 4,58
35
9129 5,78 4,51
9154 5,68 4,42
9178 5,59 4,34
9200 5,55 4,29
9223 5,56 4,29
9246 5,58 4,30
9269 5,62 4,32
9292 5,65 4,33
9315 5,67 4,33
9337 5,60 4,27
9360 5,41 4,12
9380 5,10 3,87
9397 4,68 3,54
9412 4,24 3,21
9424 3,79 2,86
9432 3,35 2,53
9438 2,97 2,24
0 0 0
0 0 0
0 0 0
6126 5,31 7,42
36
Tabel 4.2 Data pengujian torsi dan daya menggunakan bahan bakar pertalite
Putaran Torsi Daya
(rpm) (Nm) (Hp)
653 -0,019 -0,21
652 0,017 0,18
655 0,10 1,16
670 0,30 3,20
707 0,63 6,32
775 1,15 10,59
885 1,89 15,16
1030 2,72 18,77
1201 3,55 21,05
1385 4,24 21,81
1568 4,77 21,69
1749 5,19 21,17
1922 5,54 20,53
2091 5,85 19,95
2255 6,12 19,34
2413 6,32 18,66
2564 6,41 17,81
2707 6,37 16,76
2840 6,26 15,71
2965 6,17 14,82
3083 6,14 14,18
3197 6,19 13,81
3308 6,29 13,56
3417 6,37 13,28
3523 6,36 12,86
3625 6,27 12,33
3721 6,14 11,77
3813 6,08 11,36
37
3903 6,14 11,21
3992 6,27 11,18
4081 6,40 11,17
4169 6,48 11,08
4256 6,50 10,88
4343 6,51 10,69
4425 6,54 10,53
4508 6,57 10,39
4588 6,60 10,25
4668 6,61 10,09
4746 6,61 9,91
4822 6,59 9,73
4897 6,58 9,57
4970 6,60 9,45
5043 6,63 9,36
5115 6,66 9,28
5186 6,68 9,18
5256 6,70 9,07
5325 6,70 8,97
5392 6,71 8,87
5459 6,72 8,77
5526 6,73 8,68
5591 6,74 8,59
5655 6,76 8,51
5718 6,77 8,44
5781 6,80 8,38
5843 6,82 8,31
5905 6,83 8,23
5966 6,83 8,15
6026 6,83 8,07
6085 6,84 8,00
38
6144 6,85 7,94
6202 6,86 7,88
6259 6,87 7,81
6316 6,86 7,74
6372 6,86 7,66
6427 6,85 7,59
6482 6,86 7,54
6536 6,89 7,51
6590 6,94 7,50
6644 6,99 7,49
6698 7,01 7,45
6751 7,00 7,39
6803 6,99 7,32
6855 7,01 7,28
6906 7,07 7,29
6958 7,15 7,32
7010 7,23 7,35
7062 7,27 7,33
7114 7,28 7,29
7165 7,26 7,22
7215 7,23 7,14
7265 7,19 7,05
7313 7,16 6,97
7362 7,14 6,90
7410 7,13 6,85
7457 7,13 6,81
7504 7,13 6,76
7550 7,12 6,71
7595 7,10 6,66
7640 7,10 6,62
7685 7,11 6,59
39
7729 7,13 6,57
7773 7,14 6,54
7817 7,15 6,51
7860 7,14 6,47
7903 7,10 6,40
7945 7,06 6,33
7987 7,02 6,26
8028 6,99 6,20
8068 7,00 6,17
8109 7,01 6,15
8149 7,01 6,13
8189 7,00 6,08
8228 6,95 6,02
8267 6,90 5,94
8305 6,86 5,88
8342 6,84 5,84
8379 6,83 5,81
8416 6,83 5,78
8452 6,82 5,75
8488 6,82 5,72
8524 6,81 5,69
8560 6,82 5,67
8595 6,82 5,65
8630 6,82 5,62
8665 6,81 5,59
8699 6,79 5,56
8733 6,78 5,53
8767 6,78 5,51
8801 6,79 5,49
8834 6,81 5,49
8868 6,82 5,48
40
8901 6,82 5,46
8934 6,82 5,44
8966 6,82 5,42
8999 6,83 5,40
9031 6,84 5,39
9063 6,84 5,37
9095 6,84 5,36
9127 6,86 5,35
9159 6,88 5,35
9190 6,90 5,34
9222 6,87 5,31
9253 6,74 5,18
9282 6,43 4,93
9309 5,94 4,54
9331 5,30 4,04
9350 4,60 3,50
9363 3,93 2,99
0 0 0
0 0 0
0 0 0
6127 6,31 8,50
41
Tabel 4.3. Data pengujian torsi dan daya menggunakan bahan bakar pertamax
Putaran Torsi Daya
(rpm) (Nm) (Hp)
629 -0,037 -0,414
624 -0,008 -0,094
625 0,069 0,785
636 0,20 2,32
663 0,47 5,11
721 0,89 8,83
811 1,51 13,2
944 2,37 17,8
1111 3,29 21,0
1297 4,15 22,7
1493 4,82 23
1683 5,26 22,3
1865 5,63 21,5
2041 5,93 20,7
2210 6,18 19,94
2372 6,37 19,14
2527 6,44 18,16
2673 6,39 17,05
2809 6,27 15,92
2935 6,16 14,97
3053 6,12 14,29
3168 6,17 13,89
3279 6,27 13,62
3388 6,33 13,32
3495 6,33 12,9
3596 6,25 12,39
3695 6,16 11,89
3788 6,14 11,54
42
3879 6,23 11,44
3970 6,37 11,43
4061 6,51 11,42
4151 6,59 11,31
4240 6,61 11,11
4327 6,62 10,91
4412 6,65 10,74
4496 6,67 10,58
4578 6,70 10,43
4659 6,73 10,29
4739 6,74 10,13
4817 6,74 9,97
4894 6,75 9,82
4969 6,76 9,69
5044 6,78 9,58
5117 6,81 9,47
5189 6,83 9,37
5260 6,84 9,26
5331 6,85 9,16
5400 6,87 9,06
5469 6,89 8,97
5536 6,91 8,89
5603 6,93 8,81
5670 6,94 8,71
5734 6,93 8,61
5798 6,92 8,50
5861 6,93 8,41
5923 6,93 8,33
5985 6,94 8,25
6045 6,94 8,17
6106 6,94 8,09
43
6165 6,95 8,02
6224 6,96 7,96
6282 6,98 7,91
6340 7,00 7,87
6397 7,04 7,83
6454 7,07 7,81
6510 7,11 7,78
6566 7,15 7,76
6622 7,19 7,73
6678 7,22 7,70
6733 7,23 7,65
6788 7,23 7,59
6842 7,22 7,51
6895 7,20 7,44
6948 7,21 7,39
7000 7,24 7,36
7052 7,28 7,35
7104 7,32 7,33
7155 7,33 7,30
7206 7,34 7,25
7256 7,32 7,18
7306 7,30 7,11
7355 7,27 7,04
7404 7,24 6,96
7452 7,21 6,89
7499 7,19 6,83
7545 7,18 6,78
7591 7,20 6,75
7637 7,22 6,74
7682 7,24 6,71
7728 7,25 6,68
44
7773 7,25 6,64
7818 7,24 6,6
7862 7,23 6,55
7905 7,22 6,51
7948 7,21 6,46
7991 7,21 6,42
8034 7,19 6,38
8076 7,17 6,33
8117 7,15 6,27
8158 7,12 6,22
8198 7,08 6,15
8238 7,05 6,09
8277 7,02 6,04
8316 7,01 6,00
8354 7,02 5,98
8392 7,04 5,98
8430 7,06 5,97
8468 7,07 5,95
8506 7,07 5,92
8543 7,05 5,88
8580 7,03 5,83
8617 7,01 5,79
8653 7,00 5,76
8688 7,02 5,76
8724 7,06 5,76
8760 7,09 5,76
8795 7,11 5,76
8831 7,13 5,75
8867 7,16 5,75
8902 7,19 5,75
8938 7,22 5,75
45
8973 7,24 5,74
9008 7,24 5,72
9043 7,24 5,70
9078 7,24 5,68
9112 7,25 5,66
9146 7,26 5,65
9181 7,25 5,62
9214 7,16 5,53
9247 6,91 5,32
9277 6,45 4,95
9303 5,78 4,42
9324 4,95 3,78
9339 4,23 3,22
0 0 0
0 0 0
0 0 0
6051 6,43 8,73
Dari tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Dari pengujian diatas untuk putaran (rpm), torsi (Nm) dan daya (Hp) yang
dihasilkan bahan bakar premium, pertalite dan pertamax berbeda. Dikarenakan
nilai oktan nya berbeda suatu sehingga akan mempengaruhi proses pembakaran.
Sehingga putaran, torsi dan daya yang dihasilkan pun berbeda.
46
Tabel 4.4 Data hasil penelitian menggunakan bahan bakar premium dengan
variasi putaran
Putaran (rpm) Torsi (Nm) Daya (Hp) Pengapian (V)
1500 21,77 4,86 340
2000 17,95 5,26 350
2250 16,51 5,17 388
2500 14,24 4,97 391
2750 13,32 5,06 394
3000 12,62 5,36 396
3250 12,08 5,48 396
3500 11,16 5,50 395
3750 9,97 5,27 373
4000 9,83 5,63 396
Dari tabel 4.4 hasil pengujian yang didapatkan yaitu, untuk torsi
maksimum berada di putaran 1500 rpm sebesar 21,77 Nm. Daya maksimum
berada di putaran 4000 rpm sebesar 5,63 Hp. Dan pengapian tertinggi berada di
putaran 3000, 3250 dan 4000 rpm sebesar 396 V.
Tabel 4.5 Data hasil penelitian menggunakan bahan bakar pertalite
dengan variasi putaran
Putaran (rpm) Torsi (Nm) Daya (Hp) Pengapian (V)
1500 21,69 4,77 377
2000 19,95 5,85 380
2250 19,34 6,12 393
2500 17,81 6,41 396
2750 16,76 6,37 396
3000 14,18 6,14 397
3250 13,56 6,29 398
3500 12,86 6,36 398
3750 11,77 6,14 398
4000 11,17 6,40 397
47
Dari tabel 4.5 hasil pengujian yang didapatkan yaitu, untuk torsi
maksimum berada di putaran 1500 rpm sebesar 21,69 Nm. Daya maksimum
berada di putaran 2500 rpm sebesar 6,41 Hp. Dan pengapian tertinggi berada di
putaran 3250, 3500 dan 3750 rpm sebesar 398 V.
Tabel 4.6 Data hasil penelitian menggunakan bahan bakar pertamax dengan
variasi putaran
Putaran (rpm) Torsi (Nm) Daya (Hp) Pengapian (V)
1500 23,00 4,82 306
2000 20,7 5,93 386
2250 19,94 6,18 384
2500 18,16 6,44 393
2750 15,92 6,27 396
3000 14,29 6,12 396
3250 13,62 6,27 404
3500 12,39 6,25 395
3750 11,54 6,14 396
4000 11,42 6,51 395
Dari tabel 4.5 hasil pengujian yang didapatkan yaitu, untuk torsi
maksimum berada di putaran 1500 rpm sebesar 23,00 Nm. Daya maksimum
berada di putaran 4000 rpm sebesar 6,51 Hp. Dan pengapian tertinggi berada di
putaran 3250 rpm sebesar 404 V.
48
Dari tabel 4.4, 4.5, dan 4.6 didapatkan grafik torsi sebagai berikut :
Gambar 4.1 Grafik torsi terhadap putaran Rpm
Berdasarkan grafik hasil pengujian pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa
adanya perbedaan antara torsi yang menggunakan bahan bakar premium, pertalite
dan pertamax. torsi tertinggi yang dihasilkan oleh bahan bakar premium 21,77
Nm pada putaran 1500 rpm, bahan bakar pertalite 21,69 Nm pada putaran 1500
rpm, dan bahan bakar pertamax 23,00 Nm pada putaran 1500 rpm.
0
5
10
15
20
25
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
Tors
i
RPM
Grafik torsi terhadap rpm
Premium
Pertalite
Pertamax
49
Dari tabel 4.4, 4.5, dan 4.6 didapatkan grafik daya sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik daya terhadap RPM
Berdasarkan grafik hasil pengujian pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa
adanya perbedaan antara daya yang menggunakan bahan bakar premium, pertalite
dan pertamax. Daya tertinggi yang dihasilkan oleh bahan bakar premium 5,63 Hp
pada putaran 4000 rpm, bahan bakar pertalite 6,41 Hp pada putaran 2500 rpm, dan
bahan bakar pertamax 6,51 Hp pada putaran 4000 rpm.
0
1
2
3
4
5
6
7
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
Daya
RPM
Grafik daya terhadap rpm
Premium
Pertalite
Pertamax
50
Dari tabel 4.4, 4.5, dan 4.6 didapatkan grafik pengapian sebagai berikut :
Gambar 4.3 Grafik pengapian terhadap rpm
Berdasarkan grafik hasil pengujian pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa
adanya perbedaan antara pengapian yang menggunakan bahan bakar premium,
pertalite dan pertamax. Pengapian tertinggi yang dihasilkan oleh bahan bakar
premium 396 V pada putaran 3000, 3250 dan 4000 rpm, bahan bakar pertalite 398
V pada putaran 3250, 3500 dan 3750 rpm, dan bahan bakar pertamax 404 V pada
putaran 3250 rpm.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
Pen
gap
ian
RPM
Grafik pengapian terhadap rpm
Premium
Pertalite
Pertamax
51
Tabel 4.7 Data hasil penelitian perbedaan kadar HC motor yang
menggunakan premium, pertamax dan pertalite
Putaran (rpm) HC HC HC
(Premium) (ppm) (Pertamax) (ppm) (Pertalite) (ppm)
1500 228 130 270
2000 192 219 230
2250 288 122 383
2500 130 182 611
2750 156 207 128
3000 83 139 144
3250 54 59 400
3500 67 57 165
3750 43 79 179
4000 65 68 196
Dari tabel 4.7 didapatkan grafik HC sebagai berikut :
Gambar 4.4 Grafik kadar HC terhadap putaran mesin.
Berdasarkan grafik dari hasil pengujian pada gambar 4.4 menunjukkan
bahwa ada perbedaan kadar HC (hidro karbon) yang menggunakan bahan bakar
0
100
200
300
400
500
600
700
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
HC
(PP
M)
RPM
Grafik HC terhadap putaran rpm
Premium Pertamax Pertalite
52
premium, pertamax dan pertalite. Semakin rpm dinaikkan kadar HC yang
menggunakan bahan bakar premium cenderung mengalami penurunan dari 1500-
2000 rpm. Pada 1500 rpm kadar HC yang dihasilkan sebesar 228 ppm dan 2000
rpm kadar HC yang dihasilkan sebesar 192 ppm. Sedangkan kadar HC maksimum
yang menggunakan bahan bakar premium, berada di 2250 rpm. Pada 2250 rpm
kadar HC yang dihasilkan sebesar 288 ppm. Kadar HC minimum cenderung
berada di 3750 rpm dengan kadar HC sebesar 43 ppm. Sedangkan yang
menggunakan bahan bakar pertamax di 1500-2000 rpm mengalami kenaikan yaitu
di 1500 rpm kadar HC yang dihasilkan 130 ppm dan 2000 rpm kadar HC yang
dihasilkan 219 ppm. Mengalami penurunan kadar HC di 2750-3250 rpm. Kadar
HC maksimum tertinggi yang dihasilkan di 2000 rpm sebesar 219 ppm.
Sedangkan kadar HC minimum berada di 3500 rpm sebesar 57 ppm. Sedangkan
kadar HC yang menggunakan bahan bakar pertalite di 2000-2500 mengalami
kenaikan yaitu di 2000 rpm kadar HC yang dihasilkan sebesar 230 ppm dan di
2500 rpm kadar HC yang dihasilkan sebesar 611 ppm. Mengalami penurunan
kadar HC di 3250-3500 rpm. Kadar HC maksimum tertinggi yang dihasilkan di
2500 rpm sebesar 611 ppm. Sedangkan kadar HC minimum berada di 2750 rpm
sebesar 128 ppm. Pada setiap bahan bakar grafik yang dihasilkan tidak begitu
beraturan, dikarenakan pada saat pengambilan data, saat rpm pada tachometer
sudah tepat atau ± 100 hasil emisi langsung di cetak tidak menunggu hasil stabil
terlebih dahulu ada juga yang menunggu hasil stabil terlebih dahulu kemudian
hasil emisi langsung dicetak. Kesimpulan dari gambar grafik 4.4 perbedaan kadar
HC premium, pertamax dan pertalite, sepeda motor yang dalam pengujian
menggunakan bahan bakar premium memiliki kadar HC yang lebih rendah
dibandingakan yang menggunakan bahan bakar pertamax dan pertalite. Semakin
rpm di naikkan di dapat kadar HC yang semakin tinggi.
53
Tabel 4.8 Data hasil penelitian perbedaan kadar CO motor yang
menggunakan premium, pertamax dan pertalite
Putaran (rpm) CO CO CO
(Premium) (%) (Pertamax) (%) (Pertalite) (%)
1500 0.49 0.44 0.49
2000 0.57 0.74 0.55
2250 0.33 0.16 0.74
2500 0.23 0.17 0.39
2750 0.17 0.33 0.22
3000 0.13 0.20 0.40
3250 0.10 0.19 3.10
3500 0.11 0.18 0.50
3750 0.08 0.19 0.44
4000 0.13 0.17 0.69
Dari tabel 4.8 didapatkan grafik CO sebagai berikut :
Gambar 4.5 Grafik kadar CO terhadap putaran mesin
Berdasarkan grafik hasil pengujian pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa
ada perbedaan antara kadar CO (karbon monosida) yang menggunakan bahan
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
CO
(%)
RPM
Grafik Kadar CO Terhadap Putaran rpm
Premium Pertamax Pertalite
54
bakar premium, pertalite dan pertamax. Pada bahan bakar premium di 2000-3250
rpm mengalami penurunan kadar CO. Kadar CO maksimum yang menggunakan
bahan bakar premium, berada di 2000 rpm sebesar 0.57 % dan kadar CO
minimum berada di 3750 rpm sebesar 0.08 %. Pada bahan bakar pertamax di
2750-3500 mengalami penurunan kadar CO. Kadar CO maksimum berada di
2000 rpm sebesar 0.74 %, dan kadar CO minimum berada di 2500 dan 4000 rpm
sebesar 0.17 %. Sedangkan pada bahan bakar pertalite kadar CO yang dihasilkan
mengalami penurunan di 2250-2750 rpm. Kadar CO maksimum berada di 3250
rpm sebesar 3.10 %, dan kadar minimum berada di 2750 rpm sebesar 0.22 %.
Pada setiap bahan bakar grafik yang dihasilkan tidak begitu beraturan,
dikarenakan pada saat pengambilan data, saat rpm pada tachometer sudah tepat
atau ± 100 hasil emisi langsung di cetak tidak menunggu hasil stabil terlebih
dahulu ada juga yang menunggu hasil stabil terlebih dahulu kemudian hasil emisi
langsung dicetak. Kesimpulan dari gambar 4.5 perbedaan kadar CO premium,
pertamax dan pertalite, motor yang menggunakan bahan bakar pertalite memiliki
kadar CO yang lebih tinggi dibandingkan motor yang menggunakan bahan bakar
premium dan pertamax.
55
Tabel 4.9 Data hasil penelitian perbedaan kadar CO2 motor yang
menggunakan premium, pertamax dan pertalite
Putaran (rpm) CO2 CO2 CO2
(Premium) (%) (Pertamax) (%) (Pertalite) (%)
1500 12.53 10.74 11.17
2000 12.37 12.53 12.46
2250 9.52 13.86 11.56
2500 13.84 13.97 10.71
2750 14.05 12.43 11.14
3000 14.51 14.21 11.77
3250 14.45 14.01 8.42
3500 14.49 14.17 11.52
3750 14.52 14.32 13.94
4000 14.40 14.30 13.75
Dari tabel 4.9 didapatkan grafik CO2 sebagai berikut :
Gambar 4.6 Grafik kadar CO2 terhadap putaran mesin
Berdasarkan grafik hasil pengujian pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa
ada perbedaan antara kadar CO2 (karbon dioksida) yang menggunakan bahan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
CO
2
(%)
RPM
Grafik CO2 Terhadap Putaran RPM
Premium Pertamax Pertalite
56
bakar premium, pertalite dan pertamax. Pada bahan bakar premium di 2000-2250
rpm mengalami penurunan kadar CO2. Kadar CO2 maksimum yang menggunakan
bahan bakar premium, berada di 3750 rpm sebesar 14,52 % dan kadar CO2
minimum berada di 2250 rpm sebesar 9,52 %. Pada bahan bakar pertamax di
2250-2500 mengalami kenaikan kadar CO2. Kadar CO2 maksimum berada di
3750 rpm sebesar 14,32 %, dan kadar CO2 minimum berada di 1500 rpm sebesar
10,74 %. Sedangkan pada bahan bakar pertalite kadar CO2 yang dihasilkan
mengalami kenaikan di 3500-3750 rpm. Kadar CO2 maksimum berada di 3750
rpm sebesar 13,94 %, dan kadar minimum berada di 3250 rpm sebesar 08,42 %.
Pada setiap bahan bakar grafik yang dihasilkan tidak begitu beraturan,
dikarenakan pada saat pengambilan data, saat rpm pada tachometer sudah tepat
atau ± 100 hasil emisi langsung di cetak tidak menunggu hasil stabil terlebih
dahulu dan ada juga yang menunggu hasil stabil terlebih dahulu kemudian hasil
emisi langsung dicetak. Kesimpulan dari gambar 4.6 perbedaan kadar CO2
premium, pertamax dan pertalite, motor yang menggunakan bahan bakar pertalite
memiliki kadar CO2 yang lebih rendah dibandingkan motor yang menggunakan
bahan bakar premium dan pertamax.
57
Tabel 4.10 Data hasil penelitian perbedaan kadar O2 motor yang
menggunakan premium, pertamax dan pertalite
Putaran (rpm) O2 O2 O2
(Premium) (%) (Pertamax) (%) (Pertalite) (%)
1500 2.59 5.18 3.73
2000 2.92 2.84 2.46
2250 6.70 1.80 3.45
2500 1.53 1.24 4.48
2750 0.71 2.48 4.62
3000 0.26 0.57 4.01
3250 0.43 0.74 5.35
3500 0.30 0.67 3.45
3750 0.35 0.49 0.71
4000 0.34 0.54 0.85
Dari tabel 4.10 didapatkan grafik O2 sebagai berikut :
Gambar 4.7 Grafik kadar O2 terhadap putaran mesin
Berdasarkan grafik hasil pengujian pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa
ada perbedaan antara kadar O2 (oksigen) yang menggunakan bahan bakar
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
O2
(%)
RPM
Grafik O2 terhadap putaran rpm
Premium Pertamax Pertalite
58
premium, pertalite dan pertamax. Pada bahan bakar premium di 2250 rpm
mengalami kenaikan kadar O2. Kadar O2 maksimum yang menggunakan bahan
bakar premium, berada di 2250 rpm sebesar 6,70 % dan kadar O2 minimum
berada di 3500 rpm sebesar 0,30 %. Pada bahan bakar pertamax di 2000-2500
mengalami penurunan kadar O2. Kadar O2 maksimum berada di 1500 rpm sebesar
5,18 %, dan kadar O2 minimum berada di 3750 rpm sebesar 0,49 %. Sedangkan
pada bahan bakar pertalite kadar O2 yang dihasilkan mengalami kenaikan di 2250-
2750 rpm. Kadar O2 maksimum berada di 3250 rpm sebesar 5,35 %, dan kadar
minimum berada di 3750 rpm sebesar 0,71 %. Pada setiap bahan bakar grafik
yang dihasilkan tidak begitu beraturan, dikarenakan pada saat pengambilan data,
saat rpm pada tachometer sudah tepat atau ± 100 hasil emisi langsung di cetak
tidak menunggu hasil stabil terlebih dahulu ada juga yang menunggu hasil stabil
terlebih dahulu kemudian hasil emisi langsung dicetak. Kesimpulan dari gambar
4.7 perbedaan kadar O2 premium, pertamax dan pertalite, motor yang
menggunakan bahan bakar pertalite memiliki kadar O2 yang lebih tinggi
dibandingkan motor yang menggunakan bahan bakar premium dan pertamax.
a. Uji analisis perbedaan Torsi yang menggunakan premium, pertamax
dan pertalite
Data hasil penelitian analisis perbedaan Torsi yang menggunakan
bahan bakar premium, pertalite dan pertamax dapat dilihat pada tabel 4.4,
4.5, dan 4.6. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode
diskriptif untuk memperoleh gambaran dan perbedaan torsi sepeda motor
yang menggunakan bahan bakar premium, pertamax dan pertalite. Dari
tabel diatas dapat dijelaskan motor yang menggunakan bahan bakar
pertamax memiliki torsi jauh lebih besar dari pada motor yang
menggunakan bahan bakar premium dan pertalite.
b. Uji analisis perbedaan Daya yang menggunakan premium, pertamax
dan pertalite
Data hasil penelitian perbedaan daya yang menggunakan bahan
bakar premium, pertamax dan pertalite dapat dilihat pada tabel 4.4, 4.5,
59
dan 4.6. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode diskriptif
untuk memperoleh gambaran dan perbedaan daya motor yang
menggunakan bahan bakar premium, pertamax dan pertalite. Dari tabel
diatas dapat dijelaskan motor yang menggunakan pertamax memiliki daya
yang lebih besar dari pada motor yang menggunakan bahan bakar
premium dan pertalite.
c. Uji analisis perbedaan kadar HC motor yang menggunakan premium,
pertamax dan pertalite
Data hasil penelitian perbedaan kadar HC motor yang
menggunakan bahan bakar premium, pertamax dan pertalite dapat dilihat
pada tabel 4.7. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode
diskriptif untuk memperoleh gambaran dan perbedaan kadar HC motor
yang menggunakan bahan bakar premium, pertamax dan pertalite. Dari
tabel diatas dapat dijelaskan motor yang menggunakan pertalite kadar HC
yang dihasilkan cenderung lebih besar antara 270 - 196 ppm semakin rpm
dinaikan kadar HC semakin menurun sedangkan yang menggunakan
bahan bakar pertamax kadar HC yang dihasilkan cenderung lebih kecil
antara 130 - 68 ppm. Sedangkan kadar HC yang dihasilkan bahan bakar
premium cenderung lebih meningkat dibandingkan bahan bakar pertamax
yaitu antara 65 - 228 ppm.
d. Uji analisis perbedaan kadar CO motor yang menggunakan
premium, pertamax dan pertalite
Data hasil penelitian perbedaan kadar CO motor yang
menggunakan bahan bakar premium, pertamax dan pertalite dapat dilihat
pada tabel 4.8. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode
penelitian diskriptif untuk memperoleh gambaran dan perbedaan kadar CO
motor yang menggunakan bahan bakar premium, pertamax dan pertalite.
Dari tabel diatas dapat dijelaskan motor yang menggunakan bahan bakar
pertalite, kadar CO cenderung tinggi dibandingkan motor yang
60
menggunakan bahan bakar pertamax dan premium. Motor yang
menggunakan bahan bakar premium, pada saat rpm dinaikkan kadar CO
yang dihasilkan kecil pada 3750 rpm dihasilkan kadar CO sebesar 0.08
ppm.
e. Uji analisis perbedaan kadar CO2 motor yang menggunakan
premium, pertamax dan pertalite
Data hasil penelitian perbedaan kadar CO2 motor yang
menggunakan bahan bakar premium, pertamax dan pertalite dapat dilihat
pada tabel 4.9. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode
diskriptif untuk memperoleh gambaran dan perbedaan kadar CO2 motor
yang menggunakan bahan bakar premium, pertamax dan pertalite. Motor
yang menggunakan bahan bakar premium cenderung memiliki kadar CO2
cenderung lebih besar dari pada motor yang menggunakan bahan bakar
pertamax dan pertalite terbukti pada 1500 rpm didapatkan kadar CO2
sebesar 12.53 % sedangkan pertamax 10.74 %, dan pertalite 11.17 %.
f. Uji analisis perbedaan kadar O2 motor yang menggunakan premium,
pertamax dan pertalite
Data hasil penelitian perbedaan kadar O2 motor yang menggunakan
bahan bakar premium, pertamax dan pertalite dapat dilihat pada tabel 4.10.
Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode penelitian diskriptif
untuk memperoleh gambaran dan perbedaan kadar O2 motor yang
menggunakan bahan bakar premium, pertamax dan pertalite. Motor yang
menggunakan bahan bakar pertalite memilik kadar O2 yang lebih tinggi
yaitu 5.35 % pada 3250 rpm, dari pada motor yang menggunakan
premium yaitu sebesar 0.26 % pada 3000 rpm, sedangkan pertamax
sebesar 0.49 % pada 3750 rpm.
61
4.2 Perhitungan
1. Daya
Berikut hasil pengujian daya pada mesin dengan variasi bahan
bakar premium, pertamax, dan pertalite :
Hasil perhitungan daya secara manual bahan bakar premium, pertalite, dan
pertamax pada putaran 3000 rpm dan 4000 rpm :
a. Premium
- Perhitungan premium pada putaran 3000 rpm
P ��.�.�.�
��
�.�, �.���. �,��
�� 4,0009859066666 kW
� 5,36541 Hp
= 5,36 Hp
- Perhitungan premium pada putaran 4000 rpm
P �2. π. n. T
60000�
2.3,14.4077.9,83
60000� 4,19471658 kW
� 5,62520759337 Hp
� 5,63 Hp
b. Pertalite
- Perhitungan pertalite pada putaran 3000 rpm
P ��.�.�.�
��
�.�, �.�!�. �, !
�� 4,5757063866666 kW
� 6,1361233400 Hp � 6,14 Hp
- Perhitungan pertalite pada putaran 4000 rpm
P �2. ". #. $
60000�
2.3,14.4081.11,17
60000� 4,7712059266666 kW
� 6,3982925416 Hp
� 6,40 hp
c. Pertamax
- Perhitungan pertalite pada putaran 3000 rpm
P �2. π. n. T
60000�
2.3,14.3053.14,29
60000� 4,5663313933333 kW
� 6,1235512668 Hp
� 6,12 hp
62
- Perhitungan pertalite pada putaran 4000 rpm
P �2. ". #. $
60000�
2.3,14.4061.11,42
60000� 4,8540862266666 kW
� 6,5094368547 Hp
� 6,51 hp
2. Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) dengan variasi putaran
a. Premium
Sfc = &' (
)*
Dimana :
Sfc = Specific fuel consumption (g/kW.h)
mf = laju aliran bahan bakar (kg/jam)
v = 0,5 l = 500 ml
tf = 10 menit = 600 detik
mf = +,- ..- . /(
0- x 3600
dimana :
23' = spesifik gravity bensin (0,715 gr/ml)
4' = volume bahan bakar yang diuji (500 ml)
5' = waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume diuji
(detik)
- 1500 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,!�
= �. �
�,!�� 440,32
,
89. h
63
- 2000 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7,��
= �. �
7,��� 406,84
,
89. h
- 2250 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7, 6
= �. �
7, 6� 413,92
,
89. h
- 2500 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,�6
= �. �
�,�6� 430,58
,
89. h
- 2750 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7,�
= �. �
7,�� 422,92
,
89. h
64
- 3000 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7,��
= �. �
7,��� 399,25
,
89. h
- 3250 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7,�!
= �. �
7,�!� 390,51
,
89. h
- 3500 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7,7
= �. �
7,7� 389,09
,
89. h
- 3750 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7,�6
= �. �
7,�6� 406, 07
,
89. h
65
- 4000 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7,��
= �. �
7,��� 380,10
,
89. h
b. Pertalite
- 1500 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,66
= �. �
�,66� 448,63
,
89. h
- 2000 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7,!7
= �. �
7,!7� 365,81
,
89. h
- 2250 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�, �
66
= �. �
�, �� 349,67
,
89. h
- 2500 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,�
= �. �
�,� � 333,85
,
89. h
- 3000 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�, �
= �. �
�, �� 348,53
,
89. h
- 3250 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,��
= �. �
�,��� 340,22
,
89. h
- 3500 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,��
67
= �. �
�,��� 336,47
,
89. h
- 3750 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�, �
= �. �
�, �� 348,53
,
89. h
- 4000 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,�
= �. �
�,�� 334,37
,
89. h
c. Pertamax
- 1500 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,!�
= �. �
�,!�� 443,98
,
89. h
- 2000 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
68
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
7,��
= �. �
7,��� 360,87
,
89. h
- 2250 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�, !
= �. �
�, !� 346,27
,
89. h
- 2500 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,��
= �. �
�,��� 332,29
,
89. h
- 2750 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,�6
= �. �
�,�6� 341,30
,
89. h
- 3000 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
69
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�, �
= �. �
�, �� 349,67
,
89. h
- 3250 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,�6
= �. �
�,�6� 341,30
,
89. h
- 3500 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,�7
= �. �
�,�7� 342,4
,
89. h
- 3750 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�, �
= �. �
�, �� 348,53
,
89. h
- 4000 rpm
mf = ,6 7 . 7 . /(
� x 3600
= 2,14 kg/jam
70
Maka Sfc didapat :
Sfc = �, � . (
�,7
= �. �
�,7 � 328,72
,
89. h
4.3 Pembahasan
a. Pengaruh sistem pengapian terhadap performa, dan emisi gas buang
1. Grafik pengapian terhadap performa
- Premium
Gambar 4.8 Grafik pengapian terhadap torsi yang menggunakan bahan
bakar premium
Pada bahan bakar premium pengapian yang dihasilkan torsi tertinggi
sebesar 340 V. Serta torsi dihasilkan sebesar 21,77 Nm. Sedangkan pada torsi
terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 396 V, dengan torsi sebesar 9,83
Nm.
310
320
330
340
350
360
370
380
390
400
410
21,77 17,95 16,51 14,24 13,32 12,62 12,08 11,16 9,97 9,83
Pen
gap
ian
(V
)
Torsi
Grafik pengapian terhadap torsi
Premium
71
Gambar 4.9 Grafik pengapian terhadap daya yang menggunakan bahan
bakar premium
Pada bahan bakar premium pengapian yang dihasilkan pada daya
terendah sebesar 340 V. Serta daya yang dihasilkan sebesar 4,86 Hp.
Sedangkan pada daya tertinggi pengapian yang dihasilkan sebesar 396 V,
dengan daya sebesar 5,63 Hp.
310
320
330
340
350
360
370
380
390
400
410
4,86 5,26 5,17 4,97 5,06 5,36 5,48 5,5 5,27 5,63
Pen
gap
ian
(V
)
Daya
Grafik pengapian terhadap daya
Premium
72
- Pertalite
Gambar 4.10 Grafik pengapian terhadap torsi yang menggunakan bahan
bakar pertalite
Pada bahan bakar pertalite pengapian yang dihasilkan pada torsi tertinggi
sebesar 377 V. Serta torsi yang dihasilkan sebesar 21,69 Nm. Sedangkan pada
torsi terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 397 V, dengan torsi sebesar
11,17 Nm.
365
370
375
380
385
390
395
400
21,69 19,95 19,34 17,81 16,76 14,18 13,56 12,86 11,77 11,17
Pen
gap
ian
(V
)
Torsi
Grafik pengapian terhadap torsi
Pertalite
73
Gambar 4.11 Grafik pengapian terhadap daya yang menggunakan bahan
bakar pertalite
Pada bahan bakar pertalite pengapian yang dihasilkan pada daya terendah
sebesar 377 V. Serta daya yang dihasilkan sebesar 4,77 Hp. Sedangkan pada
daya tertinggi pengapian yang dihasilkan sebesar 396 V, dengan daya sebesar
6,41 Hp.
365
370
375
380
385
390
395
400
4,77 5,85 6,12 6,41 6,37 6,14 6,29 6,36 6,14 6,4
Pen
gap
ian
(V
)
Daya
Grafik pengapian terhadap daya
Pertalite
74
- Pertamax
Gambar 4.12 Grafik pengapian terhadap torsi yang menggunakan bahan
bakar pertamax
Pada bahan bakar pertamax pengapian yang dihasilkan pada torsi
tertinggi sebesar 306 V. Serta torsi yang dihasilkan sebesar 23,00 Nm.
Sedangkan pada torsi terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 395 V,
dengan torsi sebesar 11,42 Nm.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
23 20,7 19,94 18,16 15,92 14,29 13,62 12,39 11,54 11,42
Pen
gap
ian
(V
)
Torsi
Grafik pengapian terhadap torsi
Pertamax
75
Gambar 4.13 Grafik pengapian terhadap daya yang menggunakan bahan
bakar pertamax
Pada bahan bakar pertamax pengapian yang dihasilkan pada daya
terendah sebesar 306 V. Serta daya yang dihasilkan sebesar 4,82 Hp.
Sedangkan pada daya tertinggi pengapian yang dihasilkan sebesar 395 V,
dengan daya sebesar 6,51 Hp.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
4,82 5,93 6,18 6,44 6,27 6,12 6,27 6,25 6,14 6,51
Pen
gap
ian
(V
)
Daya
Grafik pengapian terhadap daya
Pertamax
76
2. Grafik pengapian terhadap emisi gas buang
- Premium
Gambar 4.14 Grafik pengapian terhadap kadar HC yang menggunakan
bahan bakar premium
Pada bahan bakar premium pengapian yang dihasilkan pada kadar HC
tertinggi sebesar 340 V. Dengan kadar HC yang dihasilkan sebesar 228 ppm.
Sedangkan pada kadar HC terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 396
V, dengan kadar HC sebesar 65 ppm.
310
320
330
340
350
360
370
380
390
400
410
228 192 288 130 156 83 54 67 43 65
Pen
gap
ian
(V
)
HC
(ppm)
Grafik pengapian terhadap kadar HC
Premium
77
Gambar 4.15 Grafik pengapian terhadap kadar CO yang menggunakan
bahan bakar premium
Pada bahan bakar premium pengapian yang dihasilkan pada kadar CO
tertinggi sebesar 350 V. Dengan kadar CO yang dihasilkan sebesar 0,57 %.
Sedangkan pada kadar CO terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 373
V, dengan kadar CO sebesar 0,08 %.
Gambar 4.16 Grafik pengapian terhadap kadar CO2 yang menggunakan
bahan bakar premium
310
320
330
340
350
360
370
380
390
400
410
0,49 0,57 0,33 0,23 0,17 0,13 0,1 0,11 0,08 0,13
Pen
gap
ian
(V
)
CO
(%)
Grafik pengapian terhadap kadar CO
Premium
310
320
330
340
350
360
370
380
390
400
410
12,53 12,37 9,52 13,84 14,05 14,51 14,45 14,49 14,52 14,4
Pen
gap
ian
(V
)
CO2
(%)
Grafik pengapian terhadap kadar CO2
Premium
78
Pada bahan bakar premium pengapian yang dihasilkan pada kadar CO2
tertinggi sebesar 373 V. Dengan kadar CO2 yang dihasilkan sebesar 14,52 %.
Sedangkan pada kadar CO2 terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 393
V, dengan kadar CO2 sebesar 9,52 %.
Gambar 4.23 Grafik pengapian terhadap kadar O2 yang menggunakan
bahan bakar premium
Pada bahan bakar premium pengapian yang dihasilkan pada kadar O2
tertinggi sebesar 388 V. Dengan kadar O2 yang dihasilkan sebesar 6,7 %.
Sedangkan pada kadar O2 terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 396 V,
dengan kadar O2 sebesar 0,26 %.
310
320
330
340
350
360
370
380
390
400
410
2,59 2,92 6,7 1,53 0,71 0,26 0,43 0,3 0,35 0,34
Pen
gap
ian
(V
)
O2
(%)
Grafik pengapian terhadap kadar O2
Premium
79
- Pertalite
Gambar 4.18 Grafik pengapian terhadap kadar HC yang menggunakan
bahan bakar pertalite
Pada bahan bakar pertalite pengapian yang dihasilkan pada kadar HC
tertinggi sebesar 396 V. Dengan kadar HC yang dihasilkan sebesar 611 ppm.
Sedangkan pada kadar HC terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 397
V, dengan kadar HC sebesar 144 ppm.
365
370
375
380
385
390
395
400
270 230 383 611 128 144 400 165 179 196
Pen
gap
ian
(V
)
HC
(ppm)
Grafik pengapian terhadap kadar HC
Pertalite
80
Gambar 4.19 Grafik pengapian terhadap kadar CO yang menggunakan
bahan bakar pertalite
Pada bahan bakar pertalite pengapian yang dihasilkan pada kadar CO
tertinggi sebesar 398 V. Dengan kadar CO yang dihasilkan sebesar 3,1 %.
Sedangkan pada kadar CO terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 396
V, dengan kadar CO sebesar 0,22 %.
Gambar 4.20 Grafik pengapian terhadap kadar CO2 yang menggunakan
bahan bakar pertalite
365
370
375
380
385
390
395
400
0,49 0,55 0,74 0,39 0,22 0,4 3,1 0,5 0,44 0,69
Pen
gap
ian
(V
)
CO
(%)
Grafik pengapian terhadap kadar CO
Pertalite
365
370
375
380
385
390
395
400
11,17 12,46 11,56 10,71 11,14 11,77 8,42 11,52 13,94 13,75
Pen
gap
ian
(V
)
CO2
(%)
Grafik pengapian terhadap kadar CO2
Pertalite
81
Pada bahan bakar pertalite pengapian yang dihasilkan pada kadar CO2
tertinggi sebesar 398 V. Dengan kadar CO2 yang dihasilkan sebesar 13,94 %.
Sedangkan pada kadar CO2 terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 398
V, dengan kadar CO2 sebesar 8,42 %.
Gambar 4.21 Grafik pengapian terhadap kadar O2 yang menggunakan
bahan bakar pertalite
Pada bahan bakar pertalite pengapian yang dihasilkan pada kadar O2
tertinggi sebesar 398 V. Dengan kadar O2 yang dihasilkan sebesar 5,35 %.
Sedangkan pada kadar O2 terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 398 V,
dengan kadar O2 sebesar 0,71 %.
365
370
375
380
385
390
395
400
3,73 2,46 3,45 4,48 4,62 4,01 5,35 3,45 0,71 0,85
Pen
gap
ian
(V
)
O2
(%)
Grafik pengapian terhadap kadar O2
Pertalite
82
- Pertamax
Gambar 4.22 Grafik pengapian terhadap kadar HC yang menggunakan
bahan bakar pertamax
Pada bahan bakar pertamax pengapian yang dihasilkan pada kadar HC
tertinggi sebesar 396 V. Dengan kadar HC yang dihasilkan sebesar 207 ppm.
Sedangkan pada kadar HC terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 395
V, dengan kadar HC sebesar 57 ppm.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
130 219 122 182 207 139 59 57 79 68
Pen
gap
ian
(V
)
HC
(ppm)
Grafik pengapian terhadap kadar HC
Pertamax
83
Gambar 4.23 Grafik pengapian terhadap kadar CO yang menggunakan
bahan bakar pertamax
Pada bahan bakar pertamax pengapian yang dihasilkan pada kadar CO
tertinggi sebesar 386 V. Dengan kadar CO yang dihasilkan sebesar 0,74 %.
Sedangkan pada kadar CO terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 384
V, dengan kadar CO sebesar 0,16 %.
Gambar 4.24 Grafik pengapian terhadap kadar CO2 yang menggunakan
bahan bakar pertamax
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0,44 0,74 0,16 0,17 0,33 0,2 0,19 0,18 0,19 0,17
Pen
gap
ian
(V
)
CO
(%)
Grafik pengapian terhadap kadar CO
Pertamax
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
10,74 12,53 13,86 13,97 12,43 14,21 14,01 14,17 14,32 14,3
Pen
gap
ian
(V
)
CO2
(%)
Grafik pengapian terhadap kadar CO2
Pertamax
84
Pada bahan bakar pertamax pengapian yang dihasilkan pada kadar CO2
tertinggi sebesar 396 V. Dengan kadar CO2 yang dihasilkan sebesar 14,32 %.
Sedangkan pada kadar CO2 terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 306
V, dengan kadar CO2 sebesar 10,74 %.
Gambar 4.24 Grafik pengapian terhadap kadar O2 yang menggunakan
bahan bakar pertamax
Pada bahan bakar pertamax pengapian yang dihasilkan pada kadar O2
tertinggi sebesar 306 V. Dengan kadar O2 yang dihasilkan sebesar 5,18 %.
Sedangkan pada kadar O2 terendah pengapian yang dihasilkan sebesar 395 V,
dengan kadar O2 sebesar 0,54 %.
Kesimpulan dari grafik diatas bahwa sistem pengapian berpengaruh pada
performa, dan emisi gas buang pada sepeda motor. Karena, jika pengapian
yang digunakan tidak bagus maka akan menghasilkan hasil yang tidak bagus.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
5,18 2,84 1,8 1,24 2,48 0,57 0,74 0,67 0,49 0,54
Pen
gap
ian
(V
)
O2
(%)
Grafik pengapian terhadap kadar O2
Pertamax
85
b. Perbedaan torsi, dan daya motor yang menggunakan bahan bakar premium,
pertalite dan pertamax
Perbedaan torsi motor yang menggunakan premium, pertamax dan
pertalite ditunjukkan pada gambar 4.1. Torsi atau momen putar motor
adalah hasil kali gaya (daya motor) dengan panjang lengan torak. Semakin
rpm dinaikan torsi dihasilkan semakin kecil. Efek variasi putaran mesin
serta penggunaan bahan bakar yang nilai oktannya berbeda juga akan
mempengaruhi besar kecilnya torsi yang dihasilkan. Hal ini biasa dibuktikan
dengan hasil penelitian pada gambar 4.1. Pada gambar 4.1, pada saat 1500
rpm torsi yang dihasilkan sebesar 21,77 Nm dan di 4000 rpm torsi yang
dihasilkan cenderung mengalami penurunan sebesar 9,83 Nm untuk motor
yang menggunakan bahan bakar premium. Sedangkan motor yang
menggunakan bahan bakar pertalite pada 1500 rpm torsi yang dihasilkan
sebesar 21,69 Nm dan di 4000 rpm torsi yang dihasilkan cenderung
mengalami penurunan sebesar 11,17 Nm. Dan motor yang menggunakan
bahan bakar pertamax pada 1500 rpm torsi yang dihasilkan sebesar 23,00
Nm dan di 4000 rpm torsi yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan
sebesar 11,42 Nm. Daya adalah besarnya usaha yang dilakukan motor
dalam kurun waktu atau hasil dari usaha dibagi dengan kurun waktu
tertentu. Besar atau kecilnya daya yang dihasilkan sangat berpengaruh pada
variasi putaran mesin dan efek dari bahan bakar yang mempunya nilai oktan
yang berbeda. Semakin nilai oktan tinggi bahan bakar akan sulit terbakar
yang menyebabkan daya suatu motor mengalami peningkatan. Untuk rpm
rendah yaitu di 1500 rpm sebesar 4,86 Hp untuk bahan bakar premium.
Sedangkan untuk motor yang menggunakan bahan bakar pertalite sebesar
4,77 Hp. Dan untuk motor yang menggunakan bahan bakar pertamax 4,82
Hp.
86
c. Perbedaan emisi gas buang motor yang menggunakan bahan bakar
premium, pertalite dan pertamax
Pada pengujian Perbedaan emisi gas buang menggunakan bahan bakar
premium, pertalite dan pertamax, elemen gas buang yang diteliti adalah
presentase volume gas CO, CO2, O2 dan HC. Emisi gas buang adalah sisa
hasil pembakaran bahan bakar didalam mesin pembakaran dalam dan mesin
pembakaran luar, yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin.
Apabila suatu senyawa hidrokarbon terbakar sempurna (bereaksi dengan
oksigen) maka hasil reaksi pembakaran tersebut adalah karbondioksida
(CO2) dan air (H2O). Sama seperti gas CO2, konsentrasi HC dalam gas
buang dipengaruhi oleh proses pembakaran dan AFR. Air Fuel Ratio (AFR)
adalah faktor yang mempengaruhi kesempurnaan proses pembakaran
didalam ruang bakar. Merupakan komposisi campuran bensin dan udara.
Idealnya AFR bernilai 14,7 artinya campuran terdiri dari 1 bensin dan 14,7
udara biasa disebut Stoichiometry. Emisi gas HC akan tinggi apabila terjadi
pembakaran yang kurang baik dan AFR terlalu kaya. Artinya semakin rpm
dinaikkan maka akan semakin menurun konsentrasi HC dalam gas buang
(hubungan negatif). Sedangkan menggunakan bahan bakar Pertamax,
pertamax memiliki nilai oktan yang tinggi semakin tinggi nilai oktan suatu
bahan bakar kadar hidrokarbon semakin kecil, hal ini disebabkan karena
motor yang menggunakan bahan bakar pertamax dalam proses
pembakaranya sempurna yang menyebabkan AFR yang dihasilkan sedikit.
Gas CO dalam gas buang akan menujukkan berapa besar rasio bahan
bakar dan udara (AFR = air fuel ratio) yang masuk ke ruang bakar. Bila
campuan bahan bakar dan udara terlalu kaya (lamda < 1.00) maka emisi gas
CO dalam gas buang akan semakin meningkat. Salah satu hal yang
mempengaruhi besar-kecilnya AFR adalah idle speed. Semakin rendah
putaran idle maka semakin kaya campurannya, artinya presentase volume
gas CO dalam gas buang pun akan meningkat. Idle speed dipengaruhi oleh
nilai oktan, semakin rpm dinaikan motor yang menggunakan bahan bakar
premium, pertalite dan pertalite maka gas CO akan semakin menurun
87
(hubungan positif). Motor yang menggunakan bahan bakar premium
cenderung kadar CO tinggi di putaran 2000 rpm sebesar 0,57 % sedangkan
motor yang menggunakan bahan bakar pertalite sebesar 3,10 % pada 3250
rpm, dan yang menggunakan bahan bakar pertamax 0,74 %.
Konsentrasi gas CO2 secara langsung menunjukkan status pembakaran
di ruang bakar. Semakin tinggi konsentrasi gas CO2 maka semakin baik
pembakaran yang terjadi. Tingginya konsentrasi gas CO2 menunjukkan
bahwa campuran bahan bakar dan udara terbakar sempurna. Pembakaran
akan bisa sempurna atau tidak, salah satunya dipengaruhi nilai oktan suatu
bahan bakar. Premium memiliki nilai oktan 88 yang menyebabkan
pembakaran tidak sempurna yang menyebabkan kadar CO2 tinggi di
bandingkan menggunakan bahan bakar pertalite dan pertamax, dalam proses
pembakaranya lebih sempurna. Dari hasil uji sampel di 3750 rpm kadar CO2
premium sebesar 14,52 %, sedangkan bahan bakar pertalite sebesar 13,94
%, dan pertamax 14,32 %.
Konsentrasi oksigen di gas buang kendaraan berbanding terbalik
dengan konsentrasi CO2. Untuk mendapatkan proses pembakaran yang
sempurna, maka kadar oksigen yang masuk ke ruang bakar harus
mencukupi untuk setiap molekul hidrokarbon. Semakin baik proses
pembakaran, maka semakin menurun kadar gas O2 karena berubah menjadi
gas CO2 yang disebabkan oleh proses pembakaran. Jadi semakin tinggi nilai
oktan suatu bahan bakar, maka kadar O2 semakin meningkat. Hasil
penelitian yang ditunjukkan grafik pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa
adanya perbedaan antara kadar O2 (oksigen) yang menggunakan bahan
bakar premium, pertalite dan pertamax. Kadar O2 tertinggi yang
menggunakan bahan bakar premium berada di 2250 rpm sebesar 6,70 % dan
kadar O2 terendah berada di 3000 rpm sebesar 0,26 %. Kadar O2 yang
menggunakan bahan bakar pertalite tertinggi berada di 3250 rpm sebesar
5,35 % dan kadar O2 terendah berada di 3750 rpm sebesar 0,71 %. Kadar O2
yang menggunakan bahan bakar pertamax tertinggi berada di 1500 rpm
sebesar 5,18 % dan kadar O2 terendah berada di 4000 rpm sebesar 0,54 %.
88
Kesimpulan dari gambar grafik 4.6 perbedaan kadar O2 bahan bakar
premium, pertalite dan pertamax, motor yang menggunakan bahan bakar
pertalite memiliki kadar O2 lebih besar dibandingkan yang menggunakan
bahan bakar premium dan pertamax. Semakin rpm dinaikan kadar O2 tidak
stabil naik turun.
Berdasarkan uraian perbedaan daya, torsi dan emisi gas buang dari
keempat komponen motor yang menggunakan bahan bakar premium,
pertalite dan pertamax yang diuji menunjukkan bahwa motor yang
menggunakan bahan bakar premium daya, torsi yang dihasikan hasilnya
lebih kecil dibandingkan motor menggunakan bahan bakar pertalite dan
pertamax. Semakin rpm dinaikan daya, torsi dan emisi gas buang semakin
turun untuk motor yg berbahan bakar premium, pertalite dan pertamax.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 06 tahun 2006
baku mutu emisi kendaraan bermotor tidak boleh melebihi 4,5% CO dan
2000 ppm HC dalam operasionalnya. dengan demikian maka kadar gas CO
premium, pertamax dan pertalite pada gambar 4.3 masih berada dibawah
baku mutu ketentuan yang berlaku. Sejak lama sudah diketahui, bahwa
konsentrasi gas karbon monoksida yang tinggi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sumber : https://www.slideshare.net/miemamk/permenlh-ri-no-5-tahun-
2006-tentang-ambang-batas-emisi-gas-buang-kendaraan-
bermotor-lama
89
Tabel 4.11 Batas ambang emisi gas buang motor Menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 06 tahun 2006
No. Kadar CO Kadar HC
1. 3,1 % tidak melebihi 2000 ppm
Tabel 4.12 Tabel matriks performa dan emisi gas buang yang
menggunakan bahan bakar premium dengan variasi rpm
Putaran (rpm) Peforma (Hp dan Nm) Emisi gas buang
1500 - Torsi = 21,77 Nm
- Daya = 4,86 Hp
HC = 228
CO = 0,49 %
CO2 = 12,53 %
O2 = 2,59 %
2000 - Torsi = 17,95 Nm
- Daya = 5,26 Hp
HC = 192 ppm
CO = 0,57 %
CO2 = 12,37 %
O2 = 2,92 %
2250 - Torsi = 16,51 Nm
- Daya = 5,17 Hp
HC = 288 ppm
CO = 0,33 %
CO2 = 9,52 %
O2 = 6,70 %
2500 - Torsi = 14,24 Nm
- Daya = 4,97 Hp
HC = 130 ppm
CO = 0,23 %
CO2 = 13,84 %
O2 = 1,53 %
2750 - Torsi = 13,32 Nm
- Daya = 5,06 Hp
HC = 156 ppm
CO = 0,17 %
CO2 = 14,05 %
O2 = 0,71 %
3000 - Torsi = 12,62 Nm HC = 83 ppm
90
- Daya = 5,36 Hp CO = 0,13 %
CO2 = 14,51 %
O2 = 0,26 %
3250 - Torsi = 12,08
- Daya = 5,48
HC = 54 ppm
CO = 0,10 %
CO2 = 14,45 %
O2 = 0,43 %
3500 - Torsi = 11,16 Nm
- Daya = 5,50
HC = 67 ppm
CO = 0,11 %
CO2 = 14,49 %
O2 = 0,30 %
3750 - Torsi = 9,97 Nm
- Daya = 5,27 Hp
HC = 43 ppm
CO = 0,08 %
CO2 = 14,52 %
O2 = 0,35 %
4000 - Torsi = 9,83 Nm
- Daya = 5,63 Hp
HC = 65 ppm
CO = 0,13 %
CO2 = 14,40 %
O2 = 0,34 %
91
Tabel 4.13 Tabel matriks performa dan emisi gas buang yang
menggunakan bahan bakar pertalite dengan variasi rpm
Putaran (rpm) Peforma (Hp dan Nm) Emisi gas buang
1500 - Torsi = 21,69 Nm
- Daya = 4,77 Hp
HC = 270 ppm
CO = 0.49 %
CO2 = 11.17 %
O2 = 3,73 %
2000 - Torsi = 19,95 Nm
- Daya = 5,85 Hp
HC = 230 ppm
CO = 0,55 %
CO2 = 12,46 %
O2 = 2,46 %
2250 - Torsi = 19,34 Nm
- Daya = 6,12 Hp
HC = 383 ppm
CO = 0.74 %
CO2 = 11.56 %
O2 = 3.45 %
2500 - Torsi = 17,81 Nm
- Daya = 6,41 Hp
HC = 611 ppm
CO = 0,39 %
CO2 = 10.71 %
O2 = 4,48 %
2750 - Torsi = 16,76 Nm
- Daya = 6,37 Hp
HC = 128 ppm
CO = 0.22 %
CO2 = 11,14 %
O2 = 4,62 %
3000 - Torsi = 14,18 Nm
- Daya = 6,14 Hp
HC = 144 ppm
CO = 0,40 %
CO2 = 11,77 %
O2 = 4,01 %
3250 - Torsi = 13,56 Nm
- Daya = 6,29 Hp
HC = 400 ppm
CO = 3,10 %
92
CO2 = 8,42 %
O2 = 5,35 %
3500 - Torsi = 12,86 Nm
- Daya = 6,36 Hp
HC = 165 ppm
CO = 0,50 %
CO2 = 11,52 %
O2 = 3,45 %
3750 - Torsi = 12,86 Nm
- Daya = 6,36 Hp
HC = 179 ppm
CO = 0,44 %
CO2 = 13,94 %
O2 = 0,71 %
4000 - Torsi = 11,17 Nm
- Daya = 6,40 Hp
HC = 196 ppm
CO = 0,69 %
CO2 = 13,94 %
O2 = 0,85 %
Tabel 4.14 Tabel matriks performa dan emisi gas buang yang
menggunakan bahan bakar pertamax dengan variasi rpm
Putaran (rpm) Peforma (Hp dan Nm) Emisi gas buang
1500 - Torsi = 23,00 Nm
- Daya = 4,82 Hp
HC = 130 ppm
CO = 0.44 %
CO2 = 10,74 %
O2 = 5,18 %
2000 - Torsi = 20,7 Nm
- Daya = 5,93 Hp
HC = 219 ppm
CO = 0,74 %
CO2 = 12,53 %
O2 = 2,84 %
2250 - Torsi = 19,94 Nm
- Daya = 6,18 Hp
HC = 122 ppm
CO = 0,16 %
CO2 = 13,86 %
93
O2 = 1,80 %
2500 - Torsi = 18,16 Nm
- Daya = 6,44 Hp
HC = 182 ppm
CO = 0,17 %
CO2 = 13,97 %
O2 = 1,24 %
2750 - Torsi = 15,92 Nm
- Daya = 6,27 Hp
HC = 207 ppm
CO = 0.33 %
CO2 = 12,43 %
O2 = 2,48 %
3000 - Torsi = 14,29 Nm
- Daya = 6,12 Hp
HC = 139 ppm
CO = 0,20 %
CO2 = 14,21 %
O2 = 0,57 %
3250 - Torsi = 13,62 Nm
- Daya = 6,27 Hp
HC = 59 ppm
CO = 0,19 %
CO2 = 14,01 %
O2 = 0,74 %
3500 - Torsi = 12,39 Nm
- Daya = 6,25 Hp
HC = 57 ppm
CO = 0,18 %
CO2 = 14,17 %
O2 = 0,67 %
3750 - Torsi = 11,54 Nm
- Daya = 6,14 Hp
HC = 79 ppm
CO = 0,19 %
CO2 = 14,32 %
O2 = 0,49 %
4000 - Torsi = 11,42 Nm
- Daya = 6,51 Hp
HC = 68 ppm
CO = 0,17 %
CO2 = 14,30 %
O2 = 0,54 %
94
Dari tabel 4.12, 4.13, dan 4.14 didapatkan grafik performa:
Gambar 4.26 Grafik performa torsi
Gambar 4.27 Grafik performa daya
0
5
10
15
20
25
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
Tors
i
RPM
Grafik Performa
Premium
Pertalite
Pertamax
0
1
2
3
4
5
6
7
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
Da
ya
RPM
Grafik Performa
Premium
Pertalite
Pertamax
95
Dari tabel 4.12, 4.13, dan 4.14 didapatkan kadar emisi gas buang:
Gambar 4.28 Grafik kadar emisi gas buang HC
Gambar 4.29 Grafik kadar emisi gas buang CO
0
100
200
300
400
500
600
700
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
HC
(PP
M)
RPM
Grafik kadar emisi gas buang HC
Premium Pertalite Pertamax
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
CO
(%)
RPM
Grafik kadar emisi gas buang CO
Premium Pertalite Pertamax
96
Gambar 4.30 Grafik kadar emisi gas buang CO2
Gambar 4.31 Grafik kadar emisi gas buang O2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
CO
2
(%)
RPM
Grafik kadar emisi gas buang CO2
Premium Pertalite Pertamax
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1500 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
O2
(%)
RPM
Grafik kadar emisi gas buang O2
Premium Pertalite Pertamax
97
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan pada Honda Beat 110 cc pada sistem
pengapian TCI dengan busi standar yang menggunakan bahan bakar premium,
pertalite dan pertamax dapat disimpulkan bahwa:
1. Daya tertinggi yang dihasilkan berada diputaran 4000 rpm yaitu sebesar
5,63 Hp (premium), 2500 rpm sebesar 6,41 Hp (pertalite) dan 4000 rpm
sebesar 6,51 Hp (pertamax).
2. Torsi tertinggi yang dihasilkan berada diputaran 1500 rpm sebesar 21,77
Nm (premium), 1500 rpm sebesar 21,69 Nm (pertalite), 1500 rpm sebesar
23,00 Nm (pertamax).
3. Kadar emisi gas buang tertinggi dan kadar emisi gas buang yang terendah
diperoleh pada putaran 2250 rpm untuk HC 288 ppm (premium), 3750 rpm
untuk HC 43 ppm (premium), 2500 rpm untuk HC 611 ppm (pertalite), 2750
rpm untuk HC 128 ppm (pertalite), dan 2000 rpm untuk HC 219 ppm
(pertamax), 3500 rpm untuk HC 57 ppm (pertamax). Untuk kadar CO 0,57
% (premium), 0,08 % (premium), 3,10 % (pertalite), 0,22 % (pertalite), 0,74
% (pertamax) dan 0,17 % (pertamax). Untuk kadar CO2 14,52 % (premium),
9,52 % (premium), 13,94 % (pertalite), 8,42 % (pertalite), 14,32 %
(pertamax) dan 10,74 % (pertamax). Untuk kadar O2 6,70 % (premium),
0,26 % (premium), 5,35 % (pertalite), 0,71 % (pertalite), 5,18 % (pertamax)
dan 0,49 % (pertalite).
4. Pengapian yang dihasilkan lebih stabil yang menggunakan bahan bakar
pertamax dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar premium dan
pertalite.
98
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian yang sama tetapi harus menggunakan alat
dynamometer atau test dyno. Agar mendapatkan hasil yang maksimal dan
relevan.
2. Penelitian lebih lanjut diharapkan menggunakan sepeda motor yang masih
memiliki peforma maksimal, sehingga didapatkan hasil penelitian yang
relevan.
3. Penelitian lebih lanjut bisa mencoba menggunakan sepeda motor
bertransmisi. Dengan sistem pengapian yang sama.
99
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Bahan bakar pertamax. [Cited 2018 Desember 7]. Available from
URL :
https://www.pertamina.com/industrialfuel/media/30669/pertamax.pdf)
Anonim. 2008. Teknik Sepeda Motor Jilid 2. [Cited 2019 July 6]. Available from
URL : https://dokumen.tips/documents/teknik-sepeda-motor-kelas-
xi.html
Anonim. 2011. Air Fuel Ratio ( AFR ). [Cited 2019 Desember 25]. Available from
URL : http://kreaktifdanaktif.blogspot.com/2011/01/air-fuel-ratio-
afr.html
Anonim. 2013. (a), Bahan bakar premium. [Cited 2018 Desember 7]. Available
from : URL :
https://www.pertamina.com/industrialfuel/media/20705/premium.pdf)
Anonim. 2013. (b), Pengertian Knocking, Detonation dan Pre Ignition.
[Cited 2019 July 6]. Available from : URL :
https://www.kitapunya.net/2013/02/pengertian-knocking-detonation-
dan-pre.html
Anonim. 2013. (c), Perbedaan sistem pengapian cdi dan tci. [Cited 2019 July 6].
Available from : URL : http://bahasotomotif.com/2013/05/perbedaan-
sistem-pengapian-cdi-dan-tci/
Anonim. 2015. (a), Ini dia spesifikasi pertamina pertalite ron 90 warnanya hijau
jernih. [Cited 2018 Desember 7]. Available from : URL :
https://pertamax7.com/2015/05/09/ini-dia-spesifikasi-pertamina-
pertalite-ron-90-warnanya-hijau-jernih/
Anonim. 2015. (b), Pengertian dan Jenis-Jenis Variabel dalam Penelitian dan
Evaluasi. [Cited 2019 Juli 27]. Available from : URL :
https://www.eurekapendidikan.com/2015/09/pengertian-dan-jenis-jenis-
variabel-penelitian-evaluasi.html
Anonim. 2018. Tentang ambang batas emisi gas buanng kendaraan. [Cited 2019
November 27].
100
Available from : URL :
https://www.slideshare.net/miemamk/permenlh-ri-no-5-tahun-2006-
tentang-ambang-batas-emisi-gas-buang-kendaraan-bermotor-lama
Anonim. 2019. (a), Product Beat eSP. [Cited 2019 August 24]. Available
from : URL : https://www.astra-honda.com/product/beat-esp
Anonim. 2019. (b), Jenis macam-macam sistem pengapian. [Cited 2019 July 4].
Available from : URL : https://otosigna99.blogspot.com/2019/05/jenis-
macam-macam-sistem-pengapian.html
Anonim. 2019. (c), Lampiran A perhitungan dengan manual. [Cited 2019
November 27].
Available from : URL :
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://reposit
ory.usu.ac.id/bitstream/123456789/46708/1/Appendix.pdf&ved=2ahUK
Ewim_--HmlnmAhWVfn0KHXU-
BuQFjADegQIARAB&usg=AOvWaw3a0zCut6eO2oQ05hbTk0fL
Arends, BPM, Berenschot H. 1980. Motor Bensin. PT. Erlangga : Jakarta
Arismunandar, Wiranto. 2005. Penggerak Mula Motor Bakar Torak. Penerbit ITB
: Bandung
Aspriansyah, Fadlilah Ibnu. 2015. Media Pembelajaran Sistem Pengapian
Transistor di SMK N 1 Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Teknik Otomotif D3.
Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta.
Jama, Jalius dan Wagino. 2008. (a), Teknik Sepeda Motor Jilid 1. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Jama, Jalius dan Wagino. 2008. (b), Teknik Sepeda Motor Jilid 2. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
101
Haryono, G. 1997. Mengenal Motor Bakar. PT. Pabelan : Solo.
Raharjo, Winarno Dwi dan Karnowo. 2008. Mesin Konversi Energi. Universitas
Negeri Semarang : Semarang.
Prasojo, Muharram Yuli. 2015. Pengaruh Penggunaan CDI Standar dan CDI
Racing Dengan Variasi Bahan Bakar Premium 88, Pertamax 92, dan Pertamax
Plus 95 Terhadap Daya dan Torsi Motor Bensin 1 Silinder. Teknik Mesin.
Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Purnomo, Bagus Trio. 2013. Perbedaan Performa Motor Berbahan Bakar
Premium 88 dan Motor Berbahan Bakar Pertamax 92. Teknik Mesin. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Saputro, Eko. 2016. Analisis Perbandingan Performa Sepeda Motor
Menggunakan Adjustable CDI Limiter dan Unlimiter. Teknik Mesin. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Siswantoro, Lagiyono, Siswiyanti. 2012. Analisa Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor 4 Tak Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Variasi
Penambahan Zat Aditif. Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Pancasakti
Tegal.
Soenarta, Nakoela dan Sochi Furuhama. 1995. Motor Serba Guna. Jakarta :
Pradnya Paramita.
Surbhakty, 1978. Motor Bakar. Diktat Pendidikan Menengah Teknologi: Jakarta
Winarno, Joko. 2011. Studi ekperimental pengaruh penambahan bioetanol pada
bahan bakar pertamax terhadap unjuk kerja motor bensin. Jurnal Teknik.
Vol, No :33-39.
v
RIWAYAT HIDUP
DONY STIAWAN, lahir di Pontianak Kalimantan Barat pada tanggal 02
Desember 1997, anak pertama dari pasangan Bapak Suwito dan Ibu Santini. Tahun
2003 penulis studi ke Sekolah Dasar Negeri 42 Pontianak Kota dan lulus pada tahun
2009. Selanjutnya pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi ke Sekolah menengah
Pertama Negeri 19 Pontianak dan lulus pada tahun 2012. Tahun 2012 penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Muhammdiyah 2 Pontianak dan lulus pada
tahun 2015. Selanjutnya pada tahun 2015 penulis melanjutkan studi ke Universitas
Muhammadiyah Pontianak Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin sampai
sekarang.
Melengkapi persyaratan kesarjanaan di Fakultas Teknik pada Universitas
Muhammadiyah Pontianak, penulis melakukan penulisan skripsi dengan judul
“Analisis Sistem Pengapian (TCI Dan BUSI) Pada Sepeda Motor Terhadap
Performa Dan Emisi Gas Buang Yang Memakai Bahan Bakar Premium,
Pertalite, Dan Pertamax” di bawah bimbingan Bapak Eko Sarwono, ST.,MT dan
Bapak Fuazen, ST.,MT.