167
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19, Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada kenyataannya sampai saat ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan (teacher center), sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Oleh sebab itu, sering kali guru mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu metode belajar yang memberdayakan siswa. Metode pengajaran saat ini sudah

skripsi CTL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: skripsi CTL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19, Proses pembelajaran

pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik.

Pada kenyataannya sampai saat ini pendidikan di Indonesia masih didominasi

oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan (teacher

center), sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi

belajar. Oleh sebab itu, sering kali guru mengabaikan pengetahuan awal siswa.

Untuk itu diperlukan suatu metode belajar yang memberdayakan siswa. Metode

pengajaran saat ini sudah bermacam-macam, diantaranya metode pengajaran

klasik dan metode pengajaran modern. Namun banyak juga yang menggabungkan

antara metode pengajaran klasik dan metode pengajaran modern. Akan tetapi

metode pengajaran yang dapat memberdayakan siswa yang diterapkan oleh

pemerintah saat ini adalah CTL (Contextual Teaching and Learning). Metode

CTL yang diterapkan pemerintah saat ini mungkin juga memberi pengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa mulai dari motivasi belajar siswa juga hingga faktor eksternal siswa

Page 2: skripsi CTL

2

pribadi, dalam penelitian yang dilakuan lebih mengerucut pada metode pengajaran

yang dilakukan dan motivasi belajar siswa dalam mencapai hasil belajar siswa.

CTL dikembangkan oleh The Washington State, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga  yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SLTP Depdiknas. Metode Contextual Teaching and Learning yang diadopsi pemerintah dari Amerika Serikat, sudah diakui sangat mampu menunjang hasil belajar siswa di negara itu dan saat ini sudah mulai diterapkan dalam pengajaran di Indonesia. (http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl.php).

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam

perjalanannya tentu saja mendapatkan berbagai respon, baik yang positif

maupun negatif dari kalangan pendidik maupun peserta didik.

Pendekatan kontekstual (CTL) juga melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat

belajar, pemodelan dan penilaian yang sebenarnya. Sehingga, melalui

pendekatan kontekstual (CTL) ini, diharapkan siswa memiliki minat belajar

yang tinggi terhadap Sains (IPA) agar memperoleh hasil belajar yang optimal.

Ke tujuh komponen itulah yang membedakan Metode Pembelajaran CTL

dengan metode pembelajaran konvesional yang menjadikan Guru sebagai

Pendidik bukan fasilitator.

Page 3: skripsi CTL

3

Selain metode pembelajaran, faktor lain yang turut mempengruhi hasil belajar adalah motivasi belajar siswa. Motivasi dipandang sebagai dorogan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989).

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Motivasi merupakan bagian

penting dalam pembelajaran dan pencapaian hasil belajar. Karena minat belajar

yang tinggi akan menjadikan siswa senang dan suka pada mata pelajaran dan

hasil yang dicapai adalah hasil belajar siswa akan maksimal. (jelaskan lebih

rinci tentang motivasi).

Metode Contextual Teaching and Learning akan dapat ditinjau pengaruhnya

terhadap hasil belajar siswa jika kita tinjau dari motivasi belajar siswa. CTL

akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa apabila menumbuhkan

Motivasi Belajar tinggi pada siswa dan sebaliknya. Motivasi belajar yang tinggi

pada siswa akan menumbuhkan semangat belajar dan menjadikan mata

pelajaran fisika disukai, karena metode pengajaran guru yang membuat siswa

nyaman dengan metode pengajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu

kita gunakan metode pengajaran yang mampu meningkatkan mtivasi belajar

siswa agar hasil belajar yang dicapai siswa dapat maksimal.

Untuk membuktikan paradigma tentang metode CTL yang digunakan oleh

Pemerintah saat ini saya melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode

Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar IPA SMP ditinjau dari

Motivasi Belajar Siswa” yang saya harap mampu menjawab berbagai

pertanyaan tentang metode CTL yang diadopsi dari Amerika Serikat itu.

Page 4: skripsi CTL

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah

tentang pendidikan sebagai berikut:

1. Mengapa hasil belajar IPA disekolah tingkat pertama pada umumnya rendah ?

2. Apakah rendahnya hasil belajar IPA Fisika disekolah disebabkan oleh metode

pengajaran CTL dan konvensional ?

3. Sejauh mana peningkatan hasil belajar IPA Fisika siswa setelah belajar dengan

menggunakan pembelajaran CTL dan pembelajaran konvensional ?

4. Sejauh mana peningkatan hasil belajar IPA Fisika siswa setelah belajar dengan

mendapat motivasi pembelajaran ?

5. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran CTL dan sikap siswa terhadap

motivasi belajar ?

6. Apakah metode pembelajaran masih dianggap sebagai hal yang penting dalam

meningkatkan hasil belajar IPA Fisika ?

7. Bagaimanakah hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa?

8. Apakah penggunaan metode pembelajaran CTL dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa ?

9. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPA Fisika antara siswa yang diajar dengan

menggunakan metode CTL dan siswa yang diajar dengan menggunakan metode

konvensional?

10. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan motivasi belajar

dalam mempengaruhi hasil belajar IPA Fisika?

Page 5: skripsi CTL

5

11. Pada siswa yang bermotivasi tinggi, manakah yang lebih baik hasil belajarnya

antara yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran CTL dan dengan

menggunakan metode pembelajaran konvensional?

12. Pada siswa yang bermotivasi rendah, apakah hasil belajarnya lebih baik jika

belajar dengan metode pembelajaran kovensional daripada pembelajaran CTL?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, maka penulis akan membatasi

penelitian ini hanya pada masalah ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran

CTL dan motivasi siswa terhadap hasil belajar IPA Fisika. Agar tidak timbul

penafsiran yang berbeda maka permasalahan dibatasi lagi pada :

1. Motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri dan mengarah

pada motivasi belajar siswa untuk tercapai suatu tujuan.

2. Motivasi siswa dibagi atas motivasi tinggi dan motivasi rendah.

3. Metode pembelajaran dibatasi pada metode pembelajaran CTL dan

konvensional.

4. Hasil belajar fisika dibatasi pada pokok bahasan ..... kelas .... semseter... tahun

ajaran.....

Page 6: skripsi CTL

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut diatas maka penulisan

dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan hasil belajar IPA Fisika siswa yang menggunakan metode

pembelajaran CTL dengan metode konvensional?

2. Adakah pengaruh interaksi metode belajar dan motivasi belajar terhadap hasil

belajar IPA Fisika?

3. Apakah hasil belajar IPA Fisika siswa yang menggunakan metode pembelajaran

CTL lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan menggunakan metode

pembelajaran konvensional pada kelompok siswa yang bermotivasi tinggi?

4. Apakah hasil belajar IPA Fisika siswa yang menggunakan metode pembelajaran

CTL lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan metode pembelajaran

konvensional pada kelompok siswa yang bermotivasi rendah?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya peneltian ini agar dapat mengetahui hubungan

antara tingkat motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa jika menggunakan

metode pengajaran CTL dan konvensional dalam mata pelajaran IPA Fisika.

Page 7: skripsi CTL

7

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil hasil belajar IPA Fisika

siswa yang menggunakan metode pembelajaran CTL dengan metode

konvensional.

2. Utnuk mengetahui ada tidaknya pengaruh interaksi metode belajar dan

motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA Fisika siswa yang

menggunakan metode pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa yang

diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional pada kelompok

siswa yang bermotivasi tinggi.

4. Untuk membuktikan hasil belajar IPA Fisika siswa yang menggunakan

metode pembelajaran CTL lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan

metode pembelajaran konvensional pada kelompok siswa yang bermotivasi

rendah.

F. Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti, berguna untuk memperoleh pengetahuan baru tentang

strategi pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).

2. Bagi siswa, diharapkan mendapatkan srtategi pembelajaran yang sesuai

dengan pokok bahasan yang disampaikan Guru di sekolah.

3. Bagi Guru, diharapkan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang

sesuai dengan pokok bahasan materi yang diberikan kepada siswa.

4. Bagi Sekolah, diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan mutu

pendidikan.

Page 8: skripsi CTL

8

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini penulis sajikan dalam lima bab, dengan sistematika

sebagai berikut :

Bab I :Pendahuluan. Pada bab ini akan di bahas tentang latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah perumusan masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II :Landasan Teori, Kerangka Berpikir dan Telaah Kepustakaan.Pada

bab ini akan diuraikan tentang landasan teori kerangka berpikir dan

hipotesis penelitian.

Bab III : Metodologi Penelitian. Pada bab ini akan dibahas tentang

waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, populasi dan sample,

teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan teknik analisis data.

Bab IV :Hasil Analisis dan Pembahasan. Pada bab ini akan

Diuraikan tentang karakteristik responden, deskripsi data, Analisis

persyaratan data, pengujian hipotesis penelitian dan interprestasi hasil

penelitian.

Bab V : Kesimpulan dan Saran.

Page 9: skripsi CTL

9

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Hasil Belajar IPA Fisika

a. Tinjauan Tentang Belajar

Belajar merupakan kegiatan manusia yang berakal. Pengetahuan,

sikap dan keterampilan akan terbentuk, termodifikasi serta berkembang

melalui proses belajar. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri

individu sebagai akibat dari pengalaman. Oleh karena itu seseorang

dikatakan belajar bila didalam dirinya terjadi suatu proses kegiatan yang

mengakibatkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini

disertai usaha, karena tanpa usaha tidak dapat dikatakan belajar. Dengan

demikian belajar menyangkut proses dan hasil belajar.

Muhibbin Syah (2008:92) menyatakan bahwa, ”belajar daat

dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang

relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.

Sementara itu, Darwyan Syah (2009:36) mengatakan bahwa:

”Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan, maksudnya individu tersebut akan berubah atau bertambah baik keterampilan, kemampuan maupun sikap sebagai hasil pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan”.

Page 10: skripsi CTL

10

Dari pengertian-pengertian tersebut ada beberapa hal yang patut

kita cermati dari definisi tentang belajar yaitu perubahan tingkah laku,

sadar, dan diperoleh dari hasil pengalaman. Artinya di sini, belajar

merupakan aktivitas yang dilakukan oleh individu secara sadar dalam

rengka mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya

dalam berinteraksi dalam lingkungan. Dengan demikian, belajar

merupakan aktivitas yang sangat luas, bukan hanya terjadi di sekolah.

Akan tetapi melibatkan seluruh aktivitas manusia dalam mengubah

tingkah lakunya.

Berdasarkan luasnya arti belajar, maka ada pembatasan tersendiri

seorang individu dikatakan masuk ke dalam kategori belajar. Muhibbin

Syah (2008:92) mengatakan, ”perubahan tingkah laku yang timbul akibat

proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak

dipandang sebagai proses belajar”. Slameto (2003:3-4) mengatakan, ciri

perubahan tingakh laku dalam belajar adalah perubahan itu terjadi secara

sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat aktif dan positif, bukan

bersifat sementara, bertujuan atau terarah dan perubahan yang terjadi

mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas tentunya belajar

sebagai aktivitas perubahan tingkah laku mengalami pembatasan dalam

pengertian yang sesungguhnya. Ada beberapa criteria perubahan tingkah

laku yang dialami seseorang dikatakan sebagai hasil belajar. Dengan kata

Page 11: skripsi CTL

11

lain, perubahan tingkah laku yang dialami seseorang tidak serta merta

merupakan dapat dikatakan sebagai hasil belajar.

Dari beberapa teori dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh manusia

dengan memberdayakan pancaindera yang dimilikinya untuk

mendapatkan perubahan tingkah laku, kemampuan, keterampilan maupun

sifat-sifat yang ada dalam dirinya kearah yang lebih baik sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

b. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa belajar merupakan

proses aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh manusia dengan

memberdayakan panca indera yang dimiliki untuk mendapatkan

perubahan tingkah laku, kemampuan, keteramilan sebagai hasil

pengalaman. Definisi belajar tersebut akan merujuk pada pengertian hasil

belajar. Yang berarti bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

dari pengalaman seseorang tadi. Namun demikian, ada beberapa pendapat

yang mengemukakan pengertian belajar dengan lebih implisit yang akan

dibahas berikut ini.

Darwyan Syah (2009:43) berpendapat bahwa:

“Hasil belajar atau prestasi belajar adalah tahap pencapaian actual yang ditampilkan dalam bentuk perilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikokomotor dan dapat dilihat dalam bentuk kebiasaan, sikap, penghargaan sesuai tujuan yang telah ditetapkan”.

Page 12: skripsi CTL

12

Pengertian yang dikemukakan Darwyan Syah bertumpu pada apa

yang dikemukakan Bloom dalam Sudjana (2009:22) yang menjadikan

hasil belajar digolongkan ke dalam 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan

psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif

berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,

jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah

psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

Sudjana sendiri mendifinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya (2009:22). Pendapat lain mengenai hasil belajar dikemukakan

Nasution (1998:39) yang mengatakan bahwa, “ hasil belajar sebagai suatu

perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja

pengetahuan tetapi kecakapan, sikap dan prilaku.

Menurut Saiful Bahri Djamarah hasil adalah buah positif atau

negatif dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara

individu maupun kelompok.. hasil tidak akan pernah tercipta selama orang

tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan

perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan,

sungguh-sunguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang

mampu untuk mencapainya.

Page 13: skripsi CTL

13

WJS. Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil

yang dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut

Mas’ud Khasan Abdul Qohar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan,

hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan

jalan keuletan kerja. Sementara Nasrun Harahap dan kawan-kawan,

memberi batasan, bahwa hasil adalah penilaian pendidikan tentang

perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan

bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta niali-nilai yang

terdapat dalam kurikulum. Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa

seseorang yang sudah belajar tidak sama keadaanya dengan saat ketika

belum belajar.

Dari beberapa pengertian hasil yang dikemukakan oleh para ahli

diatas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan,

namun intinya sama yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Jadi hasil

adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan yang

menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja baik secara

individu maupun kelompok.

Sedangkan ‘belajar’ diartikan sebagai proses perubahan tingkah

laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan

individu dengan lingkungan. Dalam pengertian ini terdapat kata

“perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses

belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik secara aspek

pengetahuan, keterampilannya maupun aspek sikap. Misalnya dari tidak

Page 14: skripsi CTL

14

tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari ragu-ragu menjadi

yakin. Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.

Sejalan dengan pendapat diatas, Hilgard dan Bower

mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah

laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan

tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon

pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seeorang.

Wittig dalam bukunya psychology of learning and memory

mendefinisikan belajar sebagai : any relatively permanent change in an

organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience.

Yang artinya, belajar adalah perubahan yang relative menetap yang

terjadi dalam segala macam/keseluruh tingkah laku suatu organisme

sebagi suatu hasil pengalaman.

Definisi belajar menurut Wittig tidak menekankan perubahan

yang disebut behavioral change tetapi behavioral repertoire change,

yakni perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik organisme.

Penekanan yang berbeda ini didasarkan pada kepercayan bahwa tingkah

laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa

belajar, karena proses itu tidak dapat diobservasikan secara langsung.

Setelah menelusuri uraian diatas tentang pengertian “hasil” dan

“belajar”, dapat dipahami bahwa hasil pada dasarnya adalah pola-pola

Page 15: skripsi CTL

15

perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi aspek kognitif, afektif

dan/atau psikomotorik setelah menempuh kegiatan belajar tertentu yang

tingkat kualitas perubahannya sangat ditentukan oleh factor-faktor yang

ada dalam diri siswa dan lingkungan social yang mempengaruhinya.

c. Metode Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Dalam proses belajar mengajar dibutuhkan strategi pembelajaran

yang diterapkan guru agar siswa memilika semangat beajar yang tinggi

terhadap mata pelajaran yang diajarkan khususnya mata pelajaran IPA

Fisika. Dengan tingginya minat belajar siswa diharapkan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

Strategi pembelajaran yang dimagsud adalah pembelajaran

kontekstual atau Contextual Teaching and Learning(CTL). CTL adalah

metode pembelajaran yang menghubungkan antara materi pembahasan

dengan situasi nyata siswa sehingga siswa terdorong untuk mengaitkan

materi pokok bahasan dengan kegiatan sehari-hari siswa. CTL memiliki 7

komponen utama dalam penerapannya yaitu:

1. Kontruktivisme

Kontruktivisme merupakan dasar dari CTL, yang menekankan

bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat

pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar

dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun

pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang

dimilikinya.

Page 16: skripsi CTL

16

2. CTL (menemukan)

Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat

fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan

menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari

observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan

dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),

penyimpulan (conclusion).

3. Bertanya (Quitioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis

kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali

informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan

respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan

siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6)

memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7)

membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk

menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Comuniti)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran

diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar

diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar

Page 17: skripsi CTL

17

yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada

komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam

komunikasi pembelajaran saling belajar.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,

mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk

belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya

melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-

satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan

juga mendatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflektion)

Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang

baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah

dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru

menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang

berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

7. Penilaian yang Sebenarnya (authentic assessment)

Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam

pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar

siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa

mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada

Page 18: skripsi CTL

18

penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian

dilakukan terhadap proses maupun hasil.

d. Metode Konvensional

Pembelajaran IPA Fisika realistik mengemukakan bahwa dalam

pengajaran IPA Fisika penyampaian guru cenderung monoton, hampir

tanpa variasi kreatif, kalau saja siswa ditanya ada saja alasan yang mereka

kemukakan seperti IPA Fisika sulit, tidak mampu menjawab, takut

disuruh guru kedepan dan sebagainya.

Kondisi tersebut merupakan gambaran dalam proses pembelajaran

konvensional yang artinya bahwa guru lebih banyak mengajar IPA Fisika

dengan metode konvensional. Pada proses pembelajaran konvensional

pertemuan antar pengajar dan peserta didik dilakukan secara langsung

dalam kelas yang menciptakan berbagai efek baik sosial, moril maupun

psikologis bagi peserta didik tersebut. Dalam gambaran proses

pembelajaran seperti ini siswa diibaratkan mesin untuk melakukan proses

kegiatan yang berulang-ulang. Proses pembelajaran semacam ini masih

banyak kita jumpai setiap sekolah. Metode konvensional semacam ini

kurang efektif dalam pelajaran IPA Fisika.

Metode ceramah bukanlah metode yang jelek dalam

penggunaannya. Metode ini disebut konvensional karena memang

muncul pertama kali keberadaannya. Darwyan Syah dkk (2009:140)

berpendapat, ”ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan”.

Page 19: skripsi CTL

19

Darwyan Syah menambahkan metode ini tidak senantiasa jelek bila

pengguaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat

dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan

penggunaannya.

Sementara itu Syaiful Bahri Djamarah (2006:97) mengatakan,

”metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru

dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa”.

Syaiful Bahri menambahkan, metode ceramah adalah metode yang boleh

dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah

dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak

didik dalam proses belajar mengajar. Cara mengajar dengan ceramah

dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar

yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau

uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.

Pendapat lain dikemukakan Soegeng Santoso (2000:81)

mengatakan; “Metode ceramah adalah metode yang dilaksanakan oleh

guru/dosen dengan memberikan sejumlah informasi kepada sejumlah

siswa/mahasiswa, di dalam atau di luar ruangan”. Metode ceramah biasa

dipakai bila materi yang akan disampaikan terlalu berat dan peserta terlalu

banyak. Terlebih jika waktu yang disediakan untuk menyelesaikan materi

sangat singkat, sehingga guru mengajar dengan kecepatan yang dapat

diatur atas kemampuannya sendiri sehingga pokok bahasan dapat

diselesaikan dalam waktu relatif singkat. Guru tidak perlu menyesuaikan

Page 20: skripsi CTL

20

kecepatan mengajarnya dengan kecepatan siswa. Hal ini menyebabkan

siswa yang lemah daya tangkapnya, akan semakin ketinggalan.

Cara mengajar dengan ceramah, dapat dikatakan juga sebagai

teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk

menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang satu pokok

persoalan serta masalah serta lisan. Beberapa kelemahan mengajar

dengan menggunakan metode ceramah adalah:

1. Siswa mungkin tidak memberi perhatian selama pelajaran.

Kecenderungan dari siswa biasanya adalah cepat bosan jika hanya

mendengarkan ceramah saja. Tingkah laku yang dilakuka kemudian

adalah dengan mengalihkan perhatiannya kepaa hal-hal yang ia

senangi. Apalagi jika ditambah dengan pendidik yang baginya tidak

enak ketika mengajar. Contohnya misalnya adalah dengan mengobrol

dengan temannya. Atau dengan menggambar atau sekedar corat-coret

dibuku tanpa memperhatikan apa yang sedang dijelaskan pendidik.

2. Terdapat penyampaian ide-ide yang cepat sekali.

Telah dijelasakn di atas bahwa metode ceramah ini biasanya dilakukan

karena waktu yang diperlukan untuk proses belajar mengajar tidak

mencukupi untuk menyampaikan materi yang ada. Utuk itu, biasanya

guru hanya menyampaikan hal-hal yang sekiranya penting-penting

saja. Dampak yang terjadi kemudian adalah ide-ide yang baru yang

bisa lebih memperkaya ilmu pengetahuan siswa tidak tersampaikan

dengan baik. Kalaupun tersampaikan hanya ala kadarnya saja.

Page 21: skripsi CTL

21

3. Ceramah seolah-olah mengalir dari atas.

Jika diibaratkan, ceramah seolah-olah mengalir dari atas. Kurang ada

interaksi yang positif antara guru dengan siswanya.

4. Komunikasi hanya satu arah.

Ceramah merupakan metode yang terjadi secara satu arah. Guru yang

berbicara, menjelaskan sedangkan siswa mendengarkan kemudian

mencatat. Hal ini juga menyebabkan siswa kurang aktif terhadap

pelajaran yang sedang disampaikan.

5. Jika murid gagal menangkap hal-hal yang penting dari suatu ceramah,

maka dia tidak akan mampu memahami ceramah berikutnya karena

bertautan.

6. Pekerjaan rumah yang menggunakan pengajar mungkin akan susah

untuk dipecahkan peserta didik.

Kesulitan itu tidak semata-mata muncul terhadap peserta didik

saja, akan tetapi juga terjadi pada guru. Dampak yang timbul adalah guru

tidak mengetahui kemampuan setiap siswa yang berakibat kesulitan siswa

untuk dapat menangkap apa yang telah dijelaskan. Hal tersebut akan

tergambar pada setiap tugas-tugas berupa pekerjaan rumah misalnya yang

sulit untuk dipecahkan siswa. Akhirnya siswa mengambil jalan pintas

dengan mencontek temannya misalnya. Hal ini juga menjegal

kekreativitasan siswa. Dengan metode ini juga terjadi kemonotonan

dalam proses belajar mengajar, siswa kurang berperan aktif, yang pada

Page 22: skripsi CTL

22

akhirnya guru juga menjadi tidak bersemangat dalam menyampaikan

materi-materinya.

Dalam metode pembelajaran konvensional, langkah-langkah yang

dilakukan adalah dengan memberikan apersepsi dan motivasi saat

pelajaran akan dimulai. Guru memberi sedikit penjelasan dengan

membawa kerangka kubus atau balok mengenai rusuk, titik sudut dan

rusuk untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Kemudian,

melakukan diskusi kelompok dengan arahan guru untuk menentukan

sifat-sifat bangun ruang tabung, prisma, kerucut, lima melakukan diskusi

kelompok dengan arahan guru untuk menentukan sifat-sifat bangun ruang

tabung, prisma, kerucut, limas. Dan terakhir menguji pemahaman,

kemampuan dan keterampilan siswa dalam soal-soal latihan.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa metode

ceramah merupakan metode yang dilakukan oleh guru dengan cara

penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

Walaupun belajar dengan metode ceramah banyak kekurangannya,

metode ini paling favorit digunakan karena waktu dapat dikompromikan,

tidak mengeluarkan banyak biaya untuk membeli peralatan misalnya dan

terget pelajaran yang telah disusun dapat tercapai.

Page 23: skripsi CTL

23

2. Hakikat Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi banyak sekali dibicarakan para ahli, hal ini dapat kita

jumpai dalam buku-buku yang erat hubungannya dengan psikologi

pendidikan dan buku-buku pendidikan. Buku-buku tersebut

memperhatikan dan membahas masalah motivasi dalam kaitannya dengan

usaha di bidang pendidikan agar memperoleh keberhasilan. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990:593), motivasi adalah

sebab-sebab yang menjadi dorongan dalam tindakan seseorang.

Motivasi adalah daya dorong yang menyebabkan seseorang

berbuat sesuatu, seperti yang diungkapkan oleh Bigge dan Hunt

(1990:593) bahwa motivasi adalah dorongan rasa ingin tahu yang

menyebabkan seseorang berusaha memenuhi atau mencapai keinginannya

tersebut.

Jelas kiranya bahwa apa yang dilakukan seseorang tidak terlepas

dari motivasi yang ada pada dirinya. Yang membedakan adalah tingkat

dorongan yang dilakukan oleh seseorang tersebut dalam melakukan

aktivitasnya. Dimyati dan Mudjiono (2006:80) menyatakan bahwa,

”motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar”. Motivasi

adalah tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia yang

menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya.

Sedangkan kata motif adalah suatu alasan atau dorongan yang

Page 24: skripsi CTL

24

menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu atau

sikap tertentu.

Slameto (2003:171) mengatakan:

”Jumlah motivator yang mempengaruhi siswa pada suatu saat yang sama dapat banyak sekali, dan motif-motif (yaitu faktor yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku) yang dibangkitkan oleh motivator-motivator tersebut mengakibatkan terjadinya sejumlah tingkah laku yang dimungkinkan untuk ditampilkan oleh seorang siswa”.

Jelas kiranya bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental

yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk

perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang

mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan

perilaku individu belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2006:80) menyatakan, ”ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dna tujuan”. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Dan tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Belajar adalah proses yang butuh dorongan dan bimbingan. Jadi dalam belajar, motivasi memiliki peran yang sangat penting.

Dengan demikian keterkaitan ketiga unsur di atas adalah motivasi

yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri

manusia, sehingga akan berhubungan dengan persoalan kejiwaan,

perasaan dan juga energi untuk melakukan sesuatu. Semua ini dilakukan

karena didorong adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.

Sering ditemui, beberapa kesukaran yang dialami seorang guru SD

untuk memotivasi peserta didiknya atau siswanya :

1) Realitas bahwa guru belum memahami sepenuhnya akan motif.

Page 25: skripsi CTL

25

2) Motif itu sendiri bersifat perseorangan. Kenyataan menunjukkan

bahwa dua orang atau lebih melakukan kegiatan yang sama dengan

motif yang berbeda, bahkan bertentangan bila ditinjau dari segi

nilainya.

3) Tidak ada alat, metode atau teknik tertentu yang dapat memotivasi

siswa dengan cara yang sama dengan hasil yang sama.

Guru menyadari fungsi motifasi itu sebagai proses, yang memiliki

fungsi : (1) memberi semangat dan mengaktifkan siswa supaya tetap

bermotivasi dan siaga; (2) memusatkan siswa pada tugas-tugas tertentu

yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar; (3) membantu

memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.

Untuk menumbuhkan motivasi adalah melalui cara mengajar yang

bervariasi, CTL, mengadakan pengulangan informasi, memberikan

stimulus baru misalnya melalui petanyaan-pertanyaan kepada siswa,

memberi kesempatan siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya,

menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik,

seperti gambar yang berkaitan dengan IPA Fisika, diagram dan

sebagainya.

Clifford T. Mergan memandang bahwa akan (individu) memiliki kebutuhan : (1) untuk berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri; (2) untuk menyenangkan hati orang lain; (3) untuk berprestasi atau mencapai hasil; (4) untuk mengtasi kesulitan, sikap siswa terhadap kesulitan banyak bergantung pada sikap lingkungannya. Ada dua kemungkinan bagi siswa yang memotivasi keterlibatannya dalam aktivitas pengajaran atau belajar yaitu : (1) karena motivasi yang timbul dari dirinya sendiri; (2) karena motivasi yang timbul dari luar dirinya.

Page 26: skripsi CTL

26

Kebutuhan keterlibatan dalam pengajaran / belajar mendorong

timbulnya motivasi dari dalam dirinya (motivasi intrinsik atau endogen),

sedangkan stimulasi dari guru atau lingkungan belajar mendorong

timbulnya motivasi dari luar (motivasi ekstrinsik atau eksogen). Pada

motivasi instrinsik , siswa belajar, karena belajar itu sendiri dipandang

bermakna (dapat bermanfaat) bagi dirinya. Tujuan yang ingin di capai

terletak dalam perbuatan belajar sendiri (menambah pengetahuan,

keterampilan, dsb). Pada motivasi ekstrinsik siswa belajar bukan karena

dapat memberikan makna baginya, hadiah penghargaan, atau

menghindari hukuman.

Prof. S. Nasution mengatakan bahwa motif atau penyebab siswa

belajar ada dua hal yaitu : (1) siswa belajar karena didorong oleh

keinginan untuk mengetahuinya; (2) siswa belajar supaya mendapat nilai

yang baik, naik kelas, mendapat ijazah dan sebagainya.

Berkaitan dengan upaya guru memotivasi siswa sebenarnya tidak

ada langkah-langkah atau prosedur yang standar. Prosedur yang berlaku

mendapat perhatian agar tercapai perbaikan-perbaikan dalam memotivasi

IPA Fisika : (1) siswa bermotivasi terhadap IPA Fisika. Ini berarti bahwa

hasil belajar akan lebih baik jika siswa dibangkitkan motivasinya; (2)

tetapkanlah tujuan-tujuan yang terbatas dan pantas serta tugas-tugas yang

terbatas, jelas dan wajar; (3) usahakanlah agar siswa mendapatkan

informasi tentang kemajuan dengan hasil-hasil yang dicapainya,

janganlah menganggap kenaikan kelas sebagai alat motivasi yang utama.

Page 27: skripsi CTL

27

Pengetahuan mengenai kemajuan dan hasil belajar itu akan memperbesar

kegiatan belajar dan memperbesar motivasi; (4) hadiah biasanya

menghasilkan sesuatu yang lebih baik daripada hukuman; (5) manfaatkan

cita-cita, sikap-sikap dan rasa ingin tahu siswa; (6) setiap siswa ingin

sukses berprestasi dalam usahanya; (7) suasana yang mengembirakan dan

kelas yang menyenangkan akan mendorong partisipasi siswa, sehingga

proses pengajaran berlangsung dengan baik, siswa akan menyenangi

sekolah, hasil belajar akan meningkat. Sekolah yang menyenangkan

adalah banyak pengajaran yang konstekstual dan memotivasi siwa; (8)

Motivasi adalah alat pengajaran, bukan tujuan, dan untuk

kesempurnaannya memerlukan perhatian terhadap setiap siswa.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan, motivasi adalah suatu

usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga

tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dengan motivasi belajar

yang kuat siswa akan terdorong untuk berusaha menguasai pelajaran yang

disukainya tersebut.

b. Motivasi Belajar Tinggi

Siswa yang memiliki motivasi belajar kuat atau tinggi mempunyai

harapan untuk berprestasi atau berhasil, memiliki sikap positif terhadap

pencapaian suatu tujuan dan tidak terlalu memikirkan kemungkinan-

kemungkinan untuk gagal. Siswa yang memilliki motivasi tinggi akan

mengikuti kegiatan belajar dengan penuh keyakinan untuk berhasil,

Page 28: skripsi CTL

28

karena motivasi belajar akan mendukung faktor-faktor lain dalam

pencapaian tugas-tugas belajarnya. Seringkali peserta didik yang cerdas,

akan tampak kelihatan bodoh karena tidak memiliki motivasi belajar.

Menurut Prayitno, “Betapapun baiknya potensi belajar siswa dan

lengkapnya sarana belajar, jika tidak disertai dengan motivasi belajar,

maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan optimal”.

c. Motivasi Belajar Rendah

Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah menampakkan

kemalasan yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Siswa yang

bermotivasi rendah cenderung pasif dalam pelajaran, cepat bosan dengan

pelajaran, dan proses pembelajaran diikutinya hanya sekedar memenuhi

kewajiban dan melakukannya sangat terpaksa karena ada guru di kelas.

Fenomena ini banyak terjadi di sekolah-sekolah dengan input siswa yang

relatif rendah, sehingga perlu adanya suatu motivasi eksternal dari

seorang guru agar tercipta suasana kegiatan pembelajaran yang

menggairahkan dan menyenangkan.

B. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan Hasil Belajar IPA Fisika antara Siswa Yang Diajar Dengan

Menggunakan Metode Contextual Teaching and Learning dibanding

dengan Siswa yang Diajar Dengan Metode Konvensional.

Setiap manusia hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan,

dalam hidupnya ia mengalami berbagai masalah dan tantangan. Untuk

Page 29: skripsi CTL

29

menghadapi masalah dan tantangan yang ditemui diperlukan adanya

penyesuaian-penyesuaian dalam dirinya dengan mengadakan perubahaan-

perubahan. Hal itu dikatakan dengan belajar

Hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah

dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan

sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar.

Hanya dengan keuletan, sungguh-sunguh, kemauan yang tinggi dan rasa

optimisme dirilah yang mampu untuk mencapainya. Agar hasil belajar ingin

berhasil maka diperlukan metode pembelajaran yang cocok dan mendukung.

Metode pembelajaran berkonotasi sebagai suatu patron atau pola

yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Isi suatu metode pembelajaran

tidak lepas dari berbagai teori yang digunakan dalam melaksanakan

pembelajaran, khususnya sebagai suatu teori yang berkenaan dengan metode

pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran dan pendekatan

pembelajaran. Metode pembelajaran CTL merupakan salah satu metode

pembelajaran yang cocok untuk dikembangkan dalam belajar IPA Fisika.

Pembelajaran berdasarkan kehidupan nyata dan kejadian yang sedang

terjadi.

Cari keunggulan* CTL menurut pakar pendidikan.

Sementara itu, yang dimaksud metode pembelajaran dalam

penelitian ini adalah metode ceramah. Bila metode caramah yang digunakan

dalam pengajaran IPA Fisika, maka proses belajar mengajar sangat

Page 30: skripsi CTL

30

tergantung pada kemampuan verbal baru. Dalam hal ini guru harus dapat

mengantar persepsi siswa, dari hal yang abstrak ke arah nyata secara verbal

sehingga siswa mampu membayangkan, untuk kemudian memahami

konsep-konsep dan hubungan antar konsep. Pada prakteknya, penjelasan

secara verbal banyak mengalami menghadapai kesulitan. Hal ini terutama

disebabkan oleh sulitnya siswa membayangkan dan mengasosiasikan

konsep-konsep tersebut dengan hal-hal yang konkrit. Jawaban-jawaban

siswa atas pertanyaan guru sering tidak dapat atau sulit untuk berkembang

karena perbedaan tingkat pengetahuan dan tingkat kematangan berpikir

antara guru dan siswa yang melakukan komunikasi verbal tersebut.

Dengan demikian dapat diduga bahwa siswa yang diajar dengan

menggunakan metode CTL akan dapat memperoleh hasil belajar yang lebih

baik dibanding dengan yang diajar dengan menggunakan metode

konvensional.

2. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika

Tingkah laku bawahan dalam kehidupan organisasi pada dasarnya

berorientasi pada tugas. Artinya, bahwa tingkah laku bawahan biasanya

didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan harus selalu diamati,

diawasi, dan diarahkan dalam kerangka pelaksanaan tugas dalam mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perilaku para bawahan dalam

kehidupan organisasi, tidak boleh bertentangan dengan norma, atau sistem

nilai, dan segala ketentuan yang ada dalam kehidupan organisasi, tidak

boleh bertentangan dengan norma, atau sistem nilai, dan segala ketentuan

Page 31: skripsi CTL

31

yang ada dalam kehidupan organisasi. Dan serangkaian tingkah laku

seseorang pada hakekatnya disebut aktivitas. Aktivitas perlu adanya

dorongan dari dalam diri secara utuh yang biasa disebut dengan motivasi.

Motivasi (motivation) memiliki kata dasar motif yang berarti dorongan

sebab atau dasar seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian

motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab

seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara

sadar.

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk

bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Dengan motivasi belajar yang kuat siswa akan terdorong untuk berusaha

menguasai pelajaran yang disukainya tersebut. Manusia yang memiliki

motivasi tinggi akan berusaha memperoleh yang terbaik dari usaha yang

telah dilakukannya. Motivasi merupakan tenaga yang dapat membangkitkan

keinginan dan tujuan dari apa yang ingin dicapai. Demikian pula halnya

dalam belajar, motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri siswa

untuk memperoleh nilai dan tujuan belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki

motivasi belajar yang tinggi akan berusaha dengan keras untuk mendapatkan

nilai yang baik.

Kegiatan belajar yang dilakukan oleh para siswa perlu adanya sebuah

motivasi yang sangat besar terutama dari dalam diri sendiri. Agar hasil

belajar yang diinginkan tercapai maka motivasi dalam harus segera

Page 32: skripsi CTL

32

dikembangkan sejak dini. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam

belajar IPA Fisika tentu saja memiliki hasil belajar IPA Fisika yang baik,

sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar IPA Fisika

maka akan memperoleh hasil belajar IPA Fisika yang rendah pula.untuk itu

perlu dukungan dari tenaga pendidik (guru) untuk memberikan motivasi

kepada peserta didiknya agar dapat menghasilkan hasil belajar IPA Fisika

yang maksimal.

Dengan demikian maka diduga ada pengaruh antara motivasi belajar

terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa.

1. Perbedaan Hasil Belajar IPA Fisika Pada Siswa yang Memiliki

Motivasi Tinggi antara yang Diberi Metode CTL Dibanding Dengan

yang Diberi Metode Konvensional

Setiap pendidik tentu saja menginginkan hasil belajar tiap peserta

didiknya mencapai hasil yang baik. Namun untuk prestasi tersebut tentu

saja tidaklah mudah, untuk itu diperlukan bebrapa faktor pendukung. Salah

satu faktor yang dapat dijadikan pertimbangan adalah metode

pembelajaran. Metode pembelajaran mengatur semua metode belajar yang

akan disampaikan pendidik kepada peserta didik. Metode pembelajaran

merupakan penyusunan metode dan teknik pembelajaran yang efektif

khususnya dalam belajar IPA Fisika.

Selain itu terdapat faktor pendukung lainnya, yaitu motivasi belajar.

Telah disebutkan diatas tadi bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar

yang tinggi maka akan memperoleh hasil belajar yang baik atau sebaiknya.

Page 33: skripsi CTL

33

Motivasi memberikan spirit dan semangat kepada siswa dalam upaya untuk

mencapai hasil sesuai apa yang dicita-citakannya.

Hasil belajar IPA Fisika sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

dan kemungkinan. Faktor yang paling besar adalah keinginan siswa untuk

memperoleh hasil yang maksimal dalam belajar yang disebut motivasi dan

pengelolaan dan persiapan belajar yang paten. Persiapan dalam

memberikan pengajaran sangat diperlukan oleh pendidik dalam

menyampaikan setiap materi pelajaran. Untuk itu diperlukan metode

pembelajaran yang baik.

Dengan demikian diduga, pada siswa yang memiliki motivasi

belajar tinggi, metode CTL akan memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap hasil belajar IPA Fisika dibanding dengan metode ceramah atau

konvensional.

2. Perbedaaan Hasil Belajar IPA Fisika Pada Siswa yang Memiliki

Motivasi Rendah, antara yang Diberi Metode CTL Dibanding Dengan

Yang Diberi Metode Konvensional

Bagi siswa yang memiliki tingkat motivasi rendah, diduga metode

CTL kurang tepat digunakan, sebab untuk dapat menemukan sendiri

konsep-konsep dari materi yang diajarkan mengenai ”materi apa yang

diajarkan” dibutuhkan motivasi yang tinggi dalam belajar. Pada metode

konvensional tampaknya lebih menguntungkan bilamana metode ini

digunakan untuk mengajar siswa yang memiliki motivasi rendah. Sebab

Page 34: skripsi CTL

34

pada metode ini, secara verbal, melalui pertanyaan dari guru, perhatian

siswa dapat terarah pada konsep-konsep yang penting untuk diketahui.

Dengan demikian diduga, pada siswa yang memiliki motivasi

belajar rendah, metode konvensional akan memberikan pengaruh yang

lebih baik terhadap hasil belajar IPA Fisika dibanding dengan metode CTL.

C. Hipotesis Penelitian

Dari kajian teori dan kerangka berpikir diatas penulis dapat menurunkan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode inquiry

lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan menggunakan metode

konvensional.

2. Terdapat pengaruh interaksi antara metode CTL maupun metode

konvensional dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika.

3. Pada kelompok siswa bermotivasi tinggi, hasil belajar IPA Fisika

siswa yang diajar dengan menggunakan metode CTL lebih rendah dari

yang diajar dengan menggunakan metode konvensional.

4. Pada kelompok siswa bermotivasi rendah, hasil belajar IPA Fisika

yang diajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi daripada siswa

yang diajar dengan menggunakan metode ceramah.

Page 35: skripsi CTL

35

BAB III

METODE PENELITTAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian diaksanakan di Sekolah Dasar Negeri SDSN Tebet Timur 15

Pagi Jakarta. Alasan dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian

karena fasilitas dan prestasi sekolah tersebut sangat baik dan penulis juga

merupakan karyawan disana.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2009-2010

tepatnya pada bulan Maret – Juli 2009.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Page 36: skripsi CTL

36

B. Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan

memberikan jenis perlakuan yang berbeda pada dua kelompok belajar siswa.

Satu kelompok dijadikan sebagai kelompok eksperimen, yaitu diberikan

perlakuan pembelajaran IPA Fisika dengan metode CTL, sedangkan kelompok

yang satu lagi sebagai kelompok kontrol dengan perlakuan pembelajaran

dengan metode konvesional. Dari masing-masing kelompok kemudian dibagi

kedalam siswa memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa memiliki motivasi

belajar rendah. Penelitian ini mengandung 2 validitas, yaitu validitas internal

dan validitas eksternal. Validitas internal terkait dengan tingkat pengaruh

perlakuan (treatment) atribut yang ada terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa,

yang didasarkan atas ketepatan prosedur dan data yang dikumpulkan serta

penarikan kesimpulan. Sedangkan validitas eksternal terkait dengan dapat

tidaknya hasil penelitian ini untuk digeneralisasikan pada subjek lain yang

tidak memiliki kondisi dan karakteristik sama. Agar tujuan tersebut tercapai,

maka dalam penelitian ini dilakukan pengontrolan pengaruh variable-variabel

ekstra sebagai berikut :

1. Pengaruh variable sejarah, dikontrol dengan pemberian materi pelajaran

yang sama, dalam jangka waktu yang sama dan oleh guru yang sama.

2. Pengaruh variable kematangan, dikontrol dengan cara proses treatment

dalam variable internal waktu yang tidak terlalu lama. Dengan demikian

diharapkan mereka memiliki kesempatan perubahan mental maupun fisik

yang sama pula.

Page 37: skripsi CTL

37

3. Pengaruh variable pretesting, dikontrol dengan jalan tidak memberikan

pretest pada kedua kelompok sample. Hal ini dilakukan agar pengalaman

pretest tersebut tidak mempengaruhi penampilan subjek selama proses

perlakuan.

4. Pengaruh varisbel instrument, dikontrol dengan pemberian test yang sama

pada kelompok eksperimen dan kontrol.

5. Pengaruh variable mortalitas, dikontrol dengan pemberian perlakuan yang

sama pada siswa lain yang tidak menjadi anggota sample, sehingga jika

terjadi mortalitas dapat secepatnya diganti dengan siswa lain yang setara.

6. Pengaruh interaksi antar subjek, dikontrol dengan tidak memberitahukan,

bahwa sedang dilakukan proses penelitian dan memberikan kegiatan proses

pembelajaran yang berbeda.

Sebagai usaha mengontrol validitas eksternal dilakukan sebagai berikut :

1. Interaksi pembelajaran dengan metode inquiru dan konvesional serta

motivasi belajar, dikontrol dengan pengambilan kelas eksperimen dan

kontrol seimbang. Hal ini dilakukan agar kondisi awal pada kedua kelas

diasumsikan sama. Kemudian kedua kelas percobaan diberi perlakuan yang

berbeda.

2. Pengaturan penelitian reaktif, dikontrol dengan :

a. Suasana perlakuan tidak artificial sehingga tidak merasa sedang diteliti

b. Subjek tidak diberikan informasi bahwa sedang diteliti

c. Perlakuan untuk semua siswa dalam satu kelas belajar sama baik yang

dijadikan sample maupun yang tidak dijadikan sample

Page 38: skripsi CTL

38

d. Guru diusahakan hanya satu orang untuk kedua kelas eksperimen.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan disain factorial 2 x

2 sebagai berikut :

Tabel 2. Disain Penelitian

Motivasi Metode PembelajaranBelajar CTL Konvensional Siswa A1 A2

TinggiA1B1 A2B1

B1

Rendah A1B2 A2B2

B2

A1B1 : Motivasi belajar tinggi dengan metode pembelajaran CTL

A2B1 : Motivasi belajar tinggi dengan metode pembelajaran

konvensional

A1B2 : Motivasi belajar rendah dengan metode pembelajaran CTL

A2B2 : Motivasi belajar rendah dengan metode pembelajaran

konvensional

C. Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V

SDSN Tebet Timur 15 Pagi Jakarta Selatan yang berjumlah 60 orang siswa

yang terdiri dari 2 kelas.

2. Populasi Terjangkau

Page 39: skripsi CTL

39

Sesuai masalah yang diteliti populasi terjangkau dalam penelitian ini

adalah siswa kelas V SDSN Tebet Timur 15 Pagi Jakarta pada tahun

pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 60 orang siswa yang terdapat dalam

dua kelas paralel dengan masing-masing 30 orang siswa.

3. Sampel

Menurut Nana Sudjana (1992:6) “sampel adalah sebagian dari yang

diambil populasi ”. Dalam penelitian ini sampel diambil sebanyak 40 orang

siswa yang terbagi atas dua kelompok yaitu 20 orang siswa sebagai

kelompok eksperimen dan 20 orang siswa sebagai kelompok kontrol.

Kelompok eksperimen ditetapkan kelas V-A dan kelompok kontrol

ditetapkan kelas V-B di SDSN Tebet Timur 15 Pagi Jakarta. Dalam

penelitian ini terdapat empat kelompok dengan tingkat dan jenis metode

belajar yang berbeda. Pembagian kelompoknya adalah sebagai berikut:

Table 3. Pengelompokan Sampel

Kelompok Karakter Subyek dan Jenis Perlakuan Jumlah

I Kelompok motivasi tinggi yang diberi metode

CTL

10

II Kelompok motivasi tinggi yang diberi metode

konvensional

10

III Kelompok motivasi rendah yang diberi metode

CTL

10

IV Kelompok motivasi rendah yang diberi metode

konvensional

10

4. Teknik Sampling

Page 40: skripsi CTL

40

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah intact class berdasarkan

Factorial Group Design, dengan langkah sebagai berikut : (1) memilih

sekolah tempat penlitian. (2) memilih kelas sebagai tempat penelitian. (3)

memilih sampel dengan melakukan teknik penggolongan berdasarkan

tingkat motivasi belajar siswa, yaitu dengan mengambil 33% untuk motivasi

belajar tinggi dan 33% untuk motivasi belajar rendah (4) mendata anggota

sampel kemudian diberikan instrumen penelitian. Sejalan dengan pendapat

tersebut, penentuan sampel dalam penelitian ini pun dilakukan melalui dua

tahap, yaitu:

a. Tahap Pertama, pengambilan kelas untuk kelas eksperimen dan kontrol.

Karena hanya terdiri dari 2 kelas paralel maka ditentukan satu kelas

untuk kelompok eksperimen dan satu kelas untuk kelas kontrol, dengan

ketentuan kelas V-A dijadikan kelompok eksperimen dan kelas V-B

dijadikan kelompok kontrol.

b. Tahap kedua, pengambilan sampel subjek dilakukan dengan teknik

sampling sistematis, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan

urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Dalam

penelitian ini, sampel subyek diambil berdasarkan urutan tingkat

motivasi belajarnya, penulis mengambil 33% siswa yang urutan motivasi

belajarnya tertinggi dan terendah pada kelas eksperimen serta 33% siswa

urutan motivasi belajar tertinggi dan terendah pada kelas control. Proses

ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu menyebarkan angket motivasi

belajar pada siswa yang ada di kelas eksperimen dan kelas control.

Page 41: skripsi CTL

41

Selanjutnya hasil angket pada masing-masing kelas diskor dan diurutkan

dari nomor1 sampai dengan 30. Nomor 1 sampai dengan 10 (33%

kelompok atas) dan 20 sampai dengan 30 (33% kelompok bawah) pada

kelas eksperimen dan control diambil sebagai sampel subjek. Siswa

lainnya tidak dijadikan sebagai sampel penelitian tetapi tetap disertakan

dalam proses perlakuan agar suasana proses belajar berlangsung alamiah

dan siswa tidak merasa sedang diteliti. Dengan demikian diperoleh 4

kelompok sampel penelitian yaitu 10 siswa bermotivasi belajar tinggi

diajar dengan metode CTL, 10 siswa bermotivasi rendah diajar dengan

metode CTL, 10 siswa bermotivasi tinggi diajar dengan metode

konvensional dan 10 siswa bermotivasi rendah diajar dengan metode

konvensional.

A. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Variable dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas 1, dalam hal ini merupakan variable treatment (X1) yaitu

metode pembelajaran CTL dan metode konvensional.

Variabel bebas 2, dalam hal ini sebagai variable atribut (X2), yaitu

motivasi belajar siswa, dibedakan atas motivasi belajar tinggi dan motivasi

belajar rendah.

Page 42: skripsi CTL

42

Variabel terikat, dalam hal ini sebagai variable kriterium (Y), yaitu hasil

belajar IPA Fisika siswa untuk kompetensi dasar sifat-sifat bangun ruang

sederhana kelas V Sekolah Dasar.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari siswa. Untuk lebih jelas

dapat dilihat dalam table berikut ini:

Tabel 4. Sumber Data

Variabel Penelitian Sumber Data

Metode pembelajaran CTL dan konvensional Siswa

Motivasi Belajar Siswa Siswa

Hasil Belajar IPA Fisika Siswa

3. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara:

Tabel 5. Metode Pengumpulan Data

Variabel Penelitian Teknik Pengumpulan Data Tipe Data

Metode pembelajaran CTL

dan konvensional

Tes Interval

Motivasi belajar siswa Angket Interval

Hasil belajar IPA Fisika Tes Interval

B. Instrumen Penelitian

1. Data Motivasi Belajar Siswa

Page 43: skripsi CTL

43

a. Definisi Konseptual

Motivasi belajar adalah suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar

terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau

tujuan tertentu. Dengan motivasi belajar yang kuat siswa akan terdorong

untuk berusaha menguasai pelajaran yang disukainya tersebut.

b. Definisi Operasional

Motivasi belajar adalah skor suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar

terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil

atau tujuan tertentu yang diperoleh melalui angket soal penelitian

sebanyak 20 soal dengan 3 alternatif jawaban meliputi : Memiliki inisiatif

untuk belajar, belajar dengan sungguh-sungguh, berusaha melengkapi alat

pelajaran, mengerjakan tugas tepat waktu, bertanya bila pelajaran kurang

jelas, dan disiplin dalam melaksanakan tugas

c. Kisi-kisi

Kisi-kisi adalah tabel yang menunjukan hubungan antara hal-hal

yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam

kolom. Kisi-kisi penyusunan instrument menunjukan kaitan antara

variable yang diteliti dengan sumber data darimana data diambil dan

Page 44: skripsi CTL

44

metode yang digunakan (Suharsimi Arikunto, 2002:138). Adapun kisi-

kisi instrument motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Kisi-kisi Instrument Motivasi Belajar Siswa

No IndikatorButir soal Jumlah

soalPositif Negatif

1Memiliki kemauan yang keras dalam belajar IPA Fisika

1, 2 2

2 Belajar dengan penuh perhatian 3 4 2

3Memiliki semua perlengkapan dalam belajar IPA Fisika

5,6 2

4Mengerjakan tugas belajar tepat waktu

7 8 2

5Mau untuk mengajukan pertanyaan jika mengalami kesulitan dalam belajar

9 10 2

6Berusaha untuk mengerjakan semua latihan soal sendiri

11,12 2

7Selalu berusaha untuk tetap masuk sekolah (rajin)

13 14 2

8 Memiliki target nilai IPA Fisika 15,16 2

9 Memiliki jadwal belajar 17 18 2

10Disiplin dalam melaksanakan tugas pelajaran

19 20 2

Jumlah 14 6 20

1) Pengujian Validitas (Kesahihan)

Kesahihan atau Validitas butir pertanyaan skala sikap dengan

menggunakan tehnik korelasi product moment dari Pearson dalam Safari,

M.A. (2004: 71) dengan rumus :

dimana :rxy = koefisien korelasi data x terhadap data y

Page 45: skripsi CTL

45

x = skor butir pertanyaan tertentu untuk setiap siswa.

y = skor total (semua pertanyaan) untuk setup siswa

n = Jumlah sampel uji coba.

Untuk menentukan kesahihan butir digunakan taraf signifikan 5 %

pada uji situ pihak dan df (derajat kepercayaan) = n - 2. Pada penelitian

ini n = 20 sehingga nilai rtabel = 0.39 (Safari, M.A.; 2005: 108).

Selanjutnya nilai rxy yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel.

Kriterianya adalah jika r atau sama dengan angka korelasi rtabel maka

butir pertanyaan tersebut valid.

Tabel 7. Uji Validitas Motivasi BelajarButir Soal

rbis r table Keterangan

1 0,51 0,42 Valid

2 0,42 0,42 Valid

3 0,58 0,42 Valid

4 0,42 0,42 Valid

5 0,46 0,42 Valid

6 0,55 0,42 Valid

7 0,51 0,42 Valid

8 0,49 0,42 Valid

9 0,51 0,42 Valid

10 0,53 0,42 Valid

11 0,47 0,42 Valid

12 0,64 0,42 Valid

13 0,48 0,42 Valid

14 0,44 0,42 Valid

15 0,61 0,42 Valid

16 0,42 0,42 Valid

17 0,52 0,42 Valid

18 0,39 0,42 Valid

19 0,42 0,42 Valid

20 0,54 0,42 Valid

Page 46: skripsi CTL

46

2) Teknik Pengujian Reliabilitas (Keterhandalan) Perangkat Pertanyaan

Pengujian keterhandalan (reliabilitas) instrumen yang berupa

seperangkat pertanyaan skala sikap. digunakan Koefisien Korelasi Alfa

Cronbach (rAC) (Safari, 2004:35), rumusnya adalah :

dimana :

rAC = koefisien reliabilitas tes

K = Banyaknya butir valid

Si2 = Varians Skor i

St2 = Varians Skor total

Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan, selanjutnya

dikonsultasikan dengan r tabel product moment, Pada penelitian ini

pengujian reliabilitas ini dilakukan pada 20 pertanyaan yang valid, maka

nilai r tabel pada taraf signifikansi α = 0,05 df = k – 2 (dimana k =

banyaknya pertanyaan yang valid).

Anas Sudjono membuat ketentuan tentang koefisien reliabilitas

dalam bukunya “Pengantar Evaluasi Pendidikan” ( 2001; 209) sebagai

berikut; Dalam pemberian interpretasi terhadap koefesien reliabilitas tes

(r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut :

1. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes

hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah

memiliki reliabilitas tinggi.

Page 47: skripsi CTL

47

2. Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar

yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki

reliabilitas yang tinggi ( unreliable).

Hasil pengujiannya diperoleh sebagai berikut :

Karena r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti skala

sikap di atas yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki

reliabilitas tinggi.

2. Data Hasil Belajar IPA Fisika

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar IPA Fisika adalah perubahan-perubahan tingkah laku

siswa sebagai indicator tingkat ketercapaian tujuan belajar IPA Fisika

dalam penguasaan struktur kognitif berupa fakta-fakta, konsep-konsep

dan generalisasi setelah mendapatkan pengalaman belajar dibidang IPA

Fisika.

b. Definisi Operasional

Hasil belajar IPA Fisika adalah skor tentang perubahan-perubahan

tingkah laku siswa sebagai indicator tingkat ketercapaian tujuan belajar

IPA Fisika dalam penguasaan struktur kognitif berupa fakta-fakta,

konsep-konsep dan generalisasi setelah mendapatkan pengalaman belajar

dibidang IPA Fisika yang diperoleh melalui tes pilihan ganda sebanyak

Page 48: skripsi CTL

48

20 soal dengan 4 alternatif pilihan jawaban dengan meliputi pokok

bahasan pecahan

c. Kisi-kisi soal

Tabel 8. Kisi-kisi tes hasil belajar IPA Fisika

Variabel Penelitian

Kompetensi Dasar IndikatorNo.

Pertanyaan

Hasil Belajar IPA Fisika

Mengidentifikasikan sifat-sifat bangun ruang

Menyelesaikan masalah yang dikaitkan dengan bangun ruang sederhana

Simetri dan kesebangunan

a. Identifikasi sifat-sifat prisma segitiga dan prisma segi empat

b. Identifikasi sifat-sifat limas

c. Menentukan jaring-jaring prisma dan limas

d. Mengetahui hubungan bangun datar dan bangun ruang

e. Menunjukkan sifat kesebangunan pada bangun datar dan bangun ruang

f. Menunjukkan dan menggambar garis-garis simetri pada bangun

g. Menggunakan bentuk cermin dari sebuah bangun datar berdasarkan garis simetrinya.

1,2,3

4,5,6

7,8,9

10,11,12

13,14,15

16,17,18

19,20

d. Validasi / Uji Coba Instrumen

1) Pengujian Taraf Kesukaran Butir Soal

Untuk mengetahui soal-soal yang yang mudah, sedang dan sukar

dilakukan uji taraf kesukaran.untuk menghitung indeks kesukaran ini

digunakan rumus :

Page 49: skripsi CTL

49

P =

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = Jumlah total seluruh siswa peserta tes

Dimana :

P = 0,00 – 0,30 : Sukar

P = 0,30 – 0,70 : Sedang

P = 0,70 – 1,00 : Mudah

Tabel 9. Pengujian Taraf Kesukaran Butir Soal

Butir Soal B JS P Keterangan

1 17 20 0.85 Mudah2 15 20 0.75 Mudah3 15 20 0.75 Sedang4 14 20 0.7 Sedang5 14 20 0.7 Sedang6 14 20 0.7 Mudah7 10 20 0.5 Sedang8 18 20 0.9 Mudah9 13 20 0.65 Sedang10 10 20 0.5 Sedang11 13 20 0.65 Mudah12 9 20 0.45 Sedang13 10 20 0.5 Sedang14 8 20 0.4 Sedang15 13 20 0.65 Sedang16 15 20 0.75 Sedang17 15 20 0.75 Sedang18 13 20 0.65 Sedang19 14 20 0.7 Sedang

Page 50: skripsi CTL

50

20 18 20 0.9 Mudah

Dari tabel diatas rata-rata taraf kesukaran butir soal adalah 0,665 yang

artinya bahwa kategori soal adalah sedang.

2) Pengujian Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai dengan yang bodoh. Untuk

menghitung data pembeda soal digunakan rumus :

D = PA – PB, Dengan PA= dan PB=

Keterangan :

D = Indeks daya pembeda soal

JA = Jumlah peserta tes kelompok atas

JB = Jumlah peserta kelompok bawah

BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Ngalim Purwanto (2004:144) dalam bukunya prinsip-prinsip dan

teknik evaluasi pengajaran memberikan penafsiran terhadap daya pembeda

Item sebagai berikut:

D : 0,00 – 0,20 : Jelek

D : 0,20 – 0,40 : Sedang

D : 0,40 – 0,70 : baik

Page 51: skripsi CTL

51

D : 0,70 – 1,00 : baik sekali

Hasil tes tersebut dapat digunakan untuk membedakan antara siswa

yang tinggi (pandai ) dengan yang berkemampuan rendah (bodoh).

Tabel 10. Pengujian Daya Beda Soal

No Item

BA BB PA PB Daya Beda Keterangan

1 10 7 1 0,7 0.3 Sedang2 9 6 0.9 0.6 0.3 Sedang3 9 6 0.9 0.6 0.3 Sedang4 10 4 1 0.4 0.6 Baik5 9 4 0.9 0.4 0.5 Baik6 10 5 1 0.5 0.5 Baik7 6 4 0.6 0.4 0.2 Sedang8 10 6 1 0.6 0.4 Baik9 9 4 0.9 0.4 0.5 Baik10 8 2 0.8 0.2 0.6 Baik11 9 6 0.9 0.6 0.3 Sedang12 6 3 0.6 0.3 0.3 Sedang13 6 4 0.6 0.4 0.2 Sedang14 7 1 0.7 0.1 0.6 Baik15 8 5 0.8 0.5 0.3 Sedang16 9 5 0.9 0.5 0.4 Baik17 9 4 0.9 0.4 0.5 Baik18 9 4 0.9 0.4 0.5 Baik19 9 5 0.9 0.5 0.4 Baik20 10 8 1 0.8 0.2 Sedang

3) Pengujian Validitas Soal

Menurut Suharsimi Arikunto (2001 :75) rumus validitas yang

digunakan adalah korelasi point biserial (rpb) :

Keterangan :

rpb : Koefisien korelasi point biserial

Xi : rata-rata skor total responden yang menjawab benar

Page 52: skripsi CTL

52

Xt : rata-rata skor total seluruh responden

pi : proporsi jawaban benar butir i

qi : proporsi jawaban salah butir i

St : Standar deviasi skor total

Dalam pemberian interhasil terhadap rpb digunakan db sebesar (N-nr)

dengan N = Jumlah siswa dan nr = 2, kemudian rpb dikonsultasikan kepada

tabel nilai r product moment pada taraf signifikan 5%. Setelah dilakukan

perhitungan validitas, butir soal dikatakan valid jika nilai rhitung lebih besar

dari nilai rtabel (rhitung > rtabel) untuk taraf signifikan α = 5% dan n = jumlah

anggota sampel.

Tabel 11. Hasil Perhitungan Validitas

Butir Soal rbis r table Keterangan

1 0,53 0.42 Valid2 0,42 0.42 Valid3 0,45 0.42 Valid4 0,48 0.42 Valid5 0,53 0.42 Valid6 0,83 0.42 Valid7 0,50 0.42 Valid8 0,48 0.42 Valid9 0,77 0.42 Valid10 0,57 0.42 Valid11 0,71 0.42 Valid12 0,80 0.42 Valid13 0,47 0.42 Valid14 0,53 0.42 Valid15 0,83 0.42 Valid16 0,50 0.42 Valid17 0,53 0.42 Valid18 0,73 0.42 Valid

Page 53: skripsi CTL

53

19 0,45 0.42 Valid20 0,83 0.42 Valid

4) Pengujian Reliabilitas (Keterhandalan)

Keterhandalan (reliabilitas) instrumen untuk soal pilihan ganda diuji dengan

menggunakan Kuder Richardson 20 (Drs. Safari, M.A.; 2004: 54), dengan

rumus :

dimana :

r11 = Koefisien reliabilitas tes

k = Banyaknya butir soal

St2 = Varians skor total

pi = Proporsi jawaban benar untuk butir i.

qi = Proporsi jawaban salah untuk butir i.

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

Untuk menentukan reliabilitas perangkat soal tersebut digunakan taraf

signifikan 5 % pada uji satu pihak dan df (derajat kepercayaan) = n – 2.

Perangkat soal dikatakan reliable jika rhitung > rtabel , α = 5%, n = jumlah

anggota sample.

Page 54: skripsi CTL

54

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Dalam analisis deskriptif akan dilakukan teknik penyajian data dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik poligon dan histogram untuk

masing-masing variabel penelitian. Selain itu juga masing-masing kelompok

data akan diolah dan dianalisis ukuran pemusatan dan letak seperti mean,

modus, dan median serta ukuran simpangan seperti jangkauan, variansi,

simpangan baku, kemencengan dan kurtosis. Untuk perhitungan analisis

deskriptif digunakan program komputer statistik SPSS.15.0.

2. Uji Persyaratan Analisis Data

Uji persyaratan analisis data digunakan dengan tujuan untuk

mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan layak untuk dianalisis lebih

lanjut atau tidak dengan menggunakan alat-alat statistik. Pengujian yang

dilakukan adalah pengujian normalitas data dan pengujian homogenitas.

Dalam penelitian ini keseluruhan analisis yang dilakukan dibantu dengan

program komputer SPSS 15.0.

3. Uji Hipotesis

Page 55: skripsi CTL

55

Setelah keseluruhan uji persyaratan analisis data sipenuhi dan

diketahui data layak untuk diolah lebih lanjut, maka langkah berikutnya

adalah menguji masing-masing hipotesis yang telah diajukan. Pengujian

hipotesis menggunakan teknik analisis ANOVA 2 arah. Penghitungan uji

hipotesis juga dilakukan dengan menggunakan program statistik komputer

SPSS 15.0, Microsoft Excel 2007 dan secara manual.

C. Kriteria Pengujian dan Hipotesis Statistik

1. Kriteria Pengujian Hipotesis Penelitian

a. Untuk varians antar kolom(Ak) atau hipotesis 1

Kriteria pengujian hipotesis :

- Tolak H0 dan Terima H1 : jika Fh > Ft

- Terima H0 dan Tolak H1 : jika Fh < Ft

b. Untuk varians interaksi kolom dan baris (I) atau hipotesis 2

Kriteria pengujian hipotesis :

- Tolak H0 dan Terima H1 : jika Fh > F1

- Terima H0 dan Tolak H1 : jika Fh < F1

c. Untuk hipotesis 3, perbedaa hasil belajar IPA Fisika pada kelompok

motivasi belajar tinggi. Kriteria pengujian hipotesis :

- Tolak H0 dan terima H1 jika th > tt

- Terima H0 dan tolak H1 jika th < tt

d. Untuk hipotesis 4, perbedaan hasil belajar IPA Fisika pada kelompok

motivasi belajar rendah. Kriteria pengujian hipotesis :

Page 56: skripsi CTL

56

- Tolak H0 dan Terima H1 jika th > tt

- Terima H0 dan Tolak H1 jika th < tt

2. Hipotesis Satistik

a. Hipotesis 1

H0 : μ01 μ02

H1 : μ01 > μ02

b. Hipotesis 2

H0 : Int.AxB = 0

H :Int. AxB ≠ 0

a. Hipotesis 3

H0 : µ11 µ12

H1: µ11 > µ12

d. Hipotesis 4 :

H0 : µ21 µ22

H1: µ21 > µ22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Page 57: skripsi CTL

57

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, berikut disajikan

rangkuman data hasil penelitian :

Tabel 12

Deskripsi Data Hasil Penelitian

Metode Pembelajaran Metode Pembelajaran (A)Total

 Motivasi Belajar

CTL(A1)

Konvensional(A2)

Motivasi Belajar Tinggi (B1)

n = 10 n = 10 n = 20

= 15.7 = 11.2 = 26.9

s = 1.78 s = 1.28 s = 3.06

Motivasi Belajar Rendah(B2)

n = 10 n = 10 n = 20

= 13.6 = 9.8 = 23.4

s = 1.60 s = 1.51 s = 3.11

Total

n = 20 n = 20 n = 40

= 29,3 = 21 = 50.3

s = 3.38 s = 2.79 s = 6.17

KET :

A1B1 : Metode CTL dan motivasi belajar tinggi

A1B2 : Metode CTL dan motivasi belajar rendah

A2B1 : Metode konvensional dan motivasi belajar tinggi

A2B2 : Metode konvensional dan motivasi belajar rendah

1. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar dengan Metode

CTL

Pengukuran data hasil belajar IPA Fisika menggunakan instrumen tes

obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.

Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah

Page 58: skripsi CTL

58

diberi skor 0, sehingga rentang perolehan skor responden adalah 0 sampai

dengan 20. Responden kelompok eksperimen sebanyak 20 siswa, yang

diajarkan dengan metode CTL. Skor empiris tertinggi 18 dan terendah 12.

Dari perhitungan statistic diperoleh nilai rata-rata 14,65 median 14,5 modus

14, standar deviasi 1,66 dan varians 2,76. Hasil perhitungan secara lebih

lengkap dapat dilihat pada table 13.

Tabel 13. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa

Yang Belajar Dengan Metode CTL

Statistics

HBM Metode Inquiri20

0

14.6500

.37187

14.5000

14.00

1.66307

2.766

6.00

12.00

18.00

293.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

Nilai rata-rata 14,65 menyatakan bahwa rata-rata siswa memperoleh

nilai yang cukup baik. Standar deviasi 1,66 menyatakan bahwa jawaban siswa

mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan menggunakan

metode CTL tidak banyak beragam. Untuk memperjelas hasil tersebut dapat

dilihat melalui histogram dan polygon sebagai berikut:

Page 59: skripsi CTL

59

HBM Metode Inquiri20.0018.0016.0014.0012.0010.00

Fre

quen

cy

5

4

3

2

1

0

Histogram

Mean =14.65Std. Dev. =1.663

N =20

Gambar 1.

Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar IPA Fisika

Siswa Yang Belajar dengan Metode CTL

2. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar dengan Metode

Konvensional

Pengukuran data hasil belajar IPA Fisika menggunakan instrumen tes

obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.

Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0, sehingga rentang perolehan skor responden adalah 0 sampai

dengan 20. Responden kelompok eksperimen sebanyak 20 siswa, yang

diajarkan dengan metode konvensional. Skor empiris tertinggi 13 dan terendah

Page 60: skripsi CTL

60

8. Dari perhitungan statistic diperoleh nilai rata-rata 10,15 median 10,50

modus 11, standar deviasi 1,35 dan varians 1,84. Hasil perhitungan secara

lebih lengkap dapat dilihat pada table 14.

Tabel 14. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa

Yang Belajar dengan Metode Konvensional

Statistics

HBM Metode Konvensional20

0

10.5000

.30349

10.5000

11.00

1.35724

1.842

5.00

8.00

13.00

210.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

Nilai rata-rata 10,5 menyatakan bahwa rata-rata siswa

memperoleh nilai yang kurang baik. Standar deviasi 1,35 menyatakan bahwa

jawaban siswa mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan

menggunakan metode konvensional tidak banyak beragam. Untuk

memperjelas hasil tersebut dapat dilihat melalui histogram dan polygon

sebagai berikut:

Page 61: skripsi CTL

61

HBM Metode Konvensional14.0012.0010.008.00

Fre

quen

cy

6

5

4

3

2

1

0

Histogram

Mean =10.50Std. Dev. =1.357

N =20

Gambar 2

Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang

Belajar dengan Metode Konvensional

3. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar Dengan Metode

CTL dan Motivasi Belajar Tinggi

Pengukuran data hasil belajar IPA Fisika menggunakan instrumen tes

obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.

Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0, sehingga rentang perolehan skor responden adalah 0 sampai

dengan 20. Responden kelompok eksperimen sebanyak 10 siswa, yang

diajarkan dengan metode CTL dan motivasi belajar tinggi Skor empiris

tertinggi 18 dan terendah 14. Dari perhitungan statistic diperoleh nilai rata-rata

Page 62: skripsi CTL

62

15,7 median 15,5 modus 15, standar deviasi 1,33 dan varians 1,78 berikut

perhitungannya :

Tabel 15. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang

Belajar dengan Metode CTL dan Motivasi Belajar Tinggi

Statistics

MTD. INQUIRI MTVSI TINGGI10

0

15.7000

.42295

15.5000

15.00

1.33749

1.789

4.00

14.00

18.00

157.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

Nilai rata-rata 15,7 menyatakan bahwa rata-rata siswa memperoleh nilai

yang baik. Standar deviasi 1,33 menyatakan bahwa jawaban siswa mengenai

tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan menggunakan metode CTL

dengan motivasi belajar tinggi tidak banyak beragam. Untuk memperjelas hasil

tersebut dapat dilihat melalui histogram dan polygon sebagai berikut:

Page 63: skripsi CTL

63

MTD. INQUIRI MTVSI TINGGI19.0018.0017.0016.0015.0014.0013.00

Fre

quen

cy3

2

1

0

Histogram

Mean =15.70Std. Dev. =1.337

N =10

Gambar 3. Histogram Siswa Yang Belajar dengan Metode CTL dan Motivasi

Belajar Tinggi

4. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar Dengan Metode

CTL dan Motivasi Belajar Rendah

Pengukuran data hasil belajar IPA Fisika menggunakan instrumen tes

obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.

Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0, sehingga rentang perolehan skor responden adalah 0 sampai

dengan 20. Responden kelompok eksperimen sebanyak 10 siswa, yang

diajarkan dengan metode CTL dan motivasi belajar rendah Skor empiris

tertinggi 16 dan terendah 12. Dari perhitungan statistic diperoleh nilai rata-rata

13,6 median 13,5 modus 13 standar deviasi 1,26 dan varians 1,6. Berikut

perhitungannya :

Tabel 16. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang

Belajar dengan Metode CTL dan Motivasi Belajar Rendah

Page 64: skripsi CTL

64

Statistics

MTD.INQUIRI MTVSI RENDAH10

0

13.6000

.40000

13.5000

13.00a

1.26491

1.600

4.00

12.00

16.00

136.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

Multiple modes exist. The smallest value is showna.

Nilai rata-rata 13,6 menyatakan bahwa rata-rata siswa memperoleh

nilai yang cukup baik. Standar deviasi 1,26 menyatakan bahwa jawaban siswa

mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan menggunakan

metode CTL dengan motivasi belajar rendah tidak banyak beragam. Untuk

memperjelas hasil tersebut dapat dilihat melalui histogram dan polygon

sebagai berikut:

Page 65: skripsi CTL

65

MTD.INQUIRI MTVSI RENDAH17.0016.0015.0014.0013.0012.0011.00

Freq

uenc

y4

3

2

1

0

Histogram

Mean =13.60Std. Dev. =1.265

N =10

Gambar 4. Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar IPA Fisika Siswa

Yang Belajar dengan Metode CTL dan Motivasi Belajar Rendah

5. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar Dengan Metode

Konvensional dan Motivasi Belajar Tinggi

Pengukuran data hasil belajar IPA Fisika menggunakan instrumen tes

obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.

Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0, sehingga rentang perolehan skor responden adalah 0 sampai

dengan 20. Responden kelompok eksperimen sebanyak 10 siswa, yang

diajarkan dengan metode konvensional dan motivasi belajar tinggi Skor

empiris tertinggi 13 dan terendah 10. Dari perhitungan statistic diperoleh nilai

Page 66: skripsi CTL

66

rata-rata 11,2 median 11 modus 11, standar deviasi 1,13 dan varians 1,28

berikut perhitungannya :

Tabel 17. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang

Belajar dengan Metode Konvensional dan Motivasi Belajar Tinggi

Statistics

MTD. KONVENSIONAL MTVSI TINGGI10

0

11.2000

.35901

11.0000

11.00

1.13529

1.289

3.00

10.00

13.00

112.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

Nilai rata-rata 11,2 menyatakan bahwa rata-rata siswa memperoleh

nilai yang tidak begitu baik. Standar deviasi 1,13 menyatakan bahwa jawaban

siswa mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan

menggunakan metode konvensional dengan motivasi belajar tinggi tidak banyak

beragam. Untuk memperjelas hasil tersebut dapat dilihat melalui histogram dan

polygon sebagai berikut:

Page 67: skripsi CTL

67

MTD. KONVENSIONAL MTVSI TINGGI14.0013.0012.0011.0010.009.00

Freq

uenc

y4

3

2

1

0

Histogram

Mean =11.20Std. Dev. =1.135

N =10

Gambar 5. Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar

IPA Fisika Siswa Yang Belajar dengan Metode Konvensional dan

Motivasi Belajar Tinggi

6. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar Dengan Metode

Konvensional dan Motivasi Belajar Rendah

Pengukuran data hasil belajar IPA Fisika menggunakan instrumen tes

obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.

Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0, sehingga rentang perolehan skor responden adalah 0 sampai

dengan 20. Responden kelompok eksperimen sebanyak 10 siswa, yang diajarkan

dengan metode konvensional dan motivasi belajar tinggi Skor empiris

tertinggi 12 dan terendah 8. Dari perhitungan statistic diperoleh nilai rata-rata

Page 68: skripsi CTL

68

9,8 median 9,5 modus 9, standar deviasi 1,22 dan varians 1,51 berikut

perhitungannya :

Tabel 18. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang

Belajar dengan Metode Konvensional dan Motivasi Belajar Rendah

Statistics

MTD. KONVENSIONAL MTVSI RENDAH10

0

9.8000

.38873

9.5000

9.00

1.22927

1.511

4.00

8.00

12.00

98.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

Nilai rata-rata 9,8 menyatakan bahwa rata-rata siswa memperoleh nilai

yang tidak jelek. Standar deviasi 1,22 menyatakan bahwa jawaban siswa

mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan menggunakan

metode konvensional dengan motivasi belajar rendah tidak banyak beragam.

Untuk memperjelas hasil tersebut dapat dilihat melalui histogram dan polygon

sebagai berikut:

Page 69: skripsi CTL

69

MTD. KONVENSIONAL MTVSI RENDAH13.0012.0011.0010.009.008.007.00

Fre

quen

cy

4

3

2

1

0

Histogram

Mean =9.80Std. Dev. =1.229

N =10

Gambar 6

Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang

Belajar dengan Metode Konvensional dan Motivasi Belajar Rendah

B. Uji Persyaratan Analisis Data

1. Uji Normalitas

Untuk menentukan apakah variable normal atau tidak maka

dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji kolmogorof-Smirnof

dengan SPSS 15.0 Distribusi dikatakan normal jika nilai signifikansi >

0,05. Data hasil perhitungan uji normalitas data adalah sebagai berikut:

Page 70: skripsi CTL

70

Tabel 19. Uji Normalitas Data A1 dan A2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

20 20

14.6500 10.5000

1.66307 1.35724

.152 .156

.152 .156

-.098 -.144

.680 .699

.744 .713

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

HBM MetodeInquiri

HBM MetodeKonvensional

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Tabel 20. Uji Normalitas Data A1B1, A2B1, A1B2, A2B2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

10 10 10 10

15.7000 13.6000 11.2000 9.8000

1.33749 1.26491 1.13529 1.22927

.200 .182 .270 .242

.200 .182 .270 .242

-.134 -.124 -.145 -.158

.631 .577 .854 .767

.820 .894 .460 .599

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

MTD. INQUIRIMTVSI TINGGI

MTD.INQUIRIMTVSI

RENDAH

MTD.KONVENSIONAL MTVSI

TINGGI

MTD.KONVENSIONAL MTVSI

RENDAH

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Untuk menentukan apakah variable tersebut normal atau tidak, ditentukan

berdasarkan kriteria berikut:

Jika nilai sig > 0,05; maka data berdistribusi normal

Jika nilai sig < 0,05; maka data tidak beridistribusi normal.

Dari data tersebut dapat dirangkum dalam table 21 berikut ini:

Page 71: skripsi CTL

71

Tabel 21. Rangkuman Uji Normalitas

No Kelompok Nilai sigTaraf

signifikansiKesimpulan

1 A1 0.744 0.05 berdistribusi normal2 A2 0.713 0.05 berdistribusi normal3 A1B1 0.820 0.05 berdistribusi normal4 A1B2 0.894 0.05 berdistribusi normal5 A2B1 0.460 0.05 berdistribusi normal6 A2B2 0.599 0.05 berdistribusi normal

Dari rangkuman data tersebut terlihat bahwa semua nilai sig > dari 0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Persyaratan berikut adalah homogenitas data. Pengujian

homogenitas data hasil penelitian dilakukan melalui uji Bartlet dari data

kelompok hasil belajar yaitu hasil belajar siswa yang diajar dengan

menggunakan metode CTL dan yang diajar dengan metode konvensional

serta hasil belajar siswa yang memiliki motiasi tinggi dan motivasi rendah.

a. Membuat table

Table 22. Data Masing-masing Kelompok Sampel

No ResData Kelompok Sampel

A1B1 A1B2 A2B1 A2B21 18 16 13 122 14 12 10 83 15 12 10 94 16 13 10 95 17 14 11 96 14 15 12 117 15 13 13 108 15 13 11 119 16 14 11 9

10 17 14 11 10

Page 72: skripsi CTL

72

Setelah data masing-masing kelompok sampel dikelompokkan,

kemudian dicari varians masing-masing kelompok sampel dan hasilnya

sebagai berikut:

=3,17 =2,56 =1,64 =2,28

b. Membuat table harga-harga yang perlu untuk Diuji Bartlet

Tabel 23. Harga-harga yang Diperlukan Uji Bartlet

Sampel dk 1/(dk) Log (dk) Log

1 9 0.111 3.17 0.501 4.5102 9 0.111 2.56 0.408 3.6743 9 0.111 1.64 0.215 1.9344 9 0.111 2.28 0.358 3.221

Jumlah 36 0.444 - - 13.339c. Varians gabungan dari empat sampel itu adalah:

= 2,41

Sehingga Log =Log 2,41 = 0,38

d. Harga satuan B = (Log ∑(ni – 1)

= (log 2,41) (36)

= (0,38)(36)

= 13,68

e. Nilai Chi Kuadrat (X2 hitung)

X2 hitung = (ln 10) (B - ∑(ni – 1) Log )

Page 73: skripsi CTL

73

= (2,3)(13,68 – 13,339)

= (2,3)(0,341) = 0,78

Jika α=0,05 dari daftar distribusi chi kuadrat dengan dk = 3 didapat

X20,95=7,81 dan nilai X2

hitung =0,78 maka jelaslah bahwa X2 =0,78 <7,81

sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan homogeny dalam

taraf nyata 0,05.

C. Uji Hipotesis Penelitian

Analisis data untuk menguji hipotesis pada penelitian ini melalui

teknik analisis of varians (ANOVA) dua jalur yang dilakukan secara

komputerisasi melalui program Microsift Excel 2007 yang rangkumannya

terlihat dalam table berikut:

Tabel 24. Statistik Deskriptif untuk ANOVA 2 Arah

Metode Pembelajaran IPA Fisika ∑B

CTL Konvensional

Motivasi

Tinggi

n = 10

= 15,7

∑Y = 157

∑Y2 = 2481

n = 10

= 11,2

∑Y = 112

∑Y2 = 1266

n = 20

= 13,45

∑Y = 269

∑Y2 = 3747

Rendah

n = 10

= 13,6

∑Y = 136

∑Y2 = 1864

n = 10

= 9,8

∑Y = 98

∑Y2 = 974

n = 20

= 11,7

∑Y = 234

∑Y2 = 2838

∑K

n = 20

= 14,65

n = 20

= 10,5

n = 40

= 12,575

Page 74: skripsi CTL

74

∑Y = 293

∑Y2 = 4345

∑Y = 210

∑Y2 = 2240

∑Y = 503

∑Y2 = 6585

Dari data tersebut selanjutnya diolah untuk mendapatkan table

rangkuman untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan analysis of

varians (ANOVA) dua jalur sebagai berikut:

Tabel 25. Pengujian Hipotesis

Sumber Varians Db JK RJK Fh Ft0,05

Antar Kolom (Ak)Antar Baris (Ab)Interaksi (I)

111

172,22530,625 1,225

172,22530,625 1,225

111,32819,7960.79

4,114,114,11

Antar Kelompok (A)

3 204,075 68,025 43,97 -

Dalam Kelompok (D)

36 55,7 1,547 - -

Total di Reduksi (TR)Rerata/Koreksi (R)

391

259,7756325,225

--

--

--

Total (T) 40 6585 - - -

Karena tidak terdapat interaksi maka tidak dilakukan uji lanjut. Dari

data di atas dapat dijabarkan pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis 1

H0 : μ01 μ02 ( tidak ada perbedaan hasil belajar IPA Fisika siswa yang

diajar dengan menggunakan metode CTL dan metode

konvensional)

Page 75: skripsi CTL

75

H1 : μ01 > μ02 (hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan

menggunakan metode CTL lebih tinggi daripada metode

ceramah)

Dari table 21 (rangkuman hasil perhitungan teknik ANOVA dua

jalur) di atas, diperoleh hasil analisis data pada kelompok hasil belajar IPA

Fisika antara metode CTL dengan (antara factor) diperoleh harga Fhitung =

111,328 lebih besar dari harga Ftabel = 4,11 pada tingkat signifikansi 5%. Ini

berarti dalam pengujian hipotesis pertama menolak H0 dan menerima H1,

dengan demikian hipotesis pertama teruji kebenarannya secara signifikan

dan dapat diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan pengaruh yang

signifikan metode belajar CTL dan metode konvensional terhadap hasil

belajar IPA Fisika siswa. Rata-rata hasil belajar IPA Fisika yang belajar

dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi secara signifikan daripada

yang belajar dengan metode belajar konvensional.

Hal tersebut, ditunjukkan dari hasil analisis deskriptif yang diasajikan

dalam table 20 (table rangkuman data deskriptif) di atas, bahwa hasil

belajar IPA Fisika yang belajar dengan menggunakan metode CTL

diperoleh hasil: mean 14,15; median 14; modus 15 dengan standar deviasi

1,78 dan varian 3,18 serta skor tertinggi 18 dan terendah 12. Sedangkan

pada kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah

konvensional diperoleh hasil belajar IPA Fisika: mean 10,15, median 10,15,

modus 10 dengan standar deviasi 1,08 dan varians 1,16 serta nilai tertinggi

dan terendah masing-masing 13 dan 8.

Page 76: skripsi CTL

76

Dari data ini terlihat bahwa selain teruji hasil belajar IPA Fisika siswa

yang belajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi secara

signifikan daripada hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan

menggunakan metode ceramah konvensional. Hal ini juga terlihat dalam

variasi perolehan skor antar siswa pada kelompok yang belajar dengan

metode CTL lebih uniform (homogen) dari pada yang belajar dengan

metode konvensional. Hal ini karena simpangan baku skor hasil belajar IPA

Fisika siswa yang belajar dengan metode CTL sebesar 1,78 sedangkan pada

siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah konvensional

1,08. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA Fisika

siswa yang diajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi daripada

metode ceramah dan hipotesis diterima.

2. Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis kedua yaitu dinyatakan

dalam hipotesis statistic sebagai berikut:

H0 : Int.AxB = 0 (tidak terdapat interaksi pengaruh antara metode

pembelajaran CTL dan motivasi belajar terhadap hasil

belajar IPA Fisika)

H :Int. AxB ≠ 0 (terdapat interaksi pengaruh antara metode pembelajaran

CTL dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA

Fisika)

Dari table rangkuman ANOVA di atas diperoleh Fhitung (I) = 0,79 lebih

kecil dibandingkan dengan Ftabel = 4,11 dengan signifikansi 0,05. Ini berarti

Page 77: skripsi CTL

77

pada pengujian hipotesis kedua menerima H0 dan menolak H1, yaitu tidak

terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dan

motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika. Hal tersebut juga dapat

dilihat dari hasil analisis deskriptif dimana kelompok siswa yang

bermotivasi tinggi dan belajar dengan menggunakan metode CTL diperoleh

mean = 15,7 sedangkan kelompok siswa yang bermotivasi rendah dan

menggunakan metode CTL diperoleh mean yang cukup jauh berbeda

dengan kelompok yang bermotivasi rendah yaitu 13,6. Sedangkan

kelompok siswa yang bermotivasi tinggi dan belajar menggunakan metode

konvensional diperoleh mean = 11,2 lebih tinggi dibandingkan kelompok

siswa bermotivasi rendah dan belajar menggunakan metode konvensional

yaitu 9,8. Dari hasil tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh interaksi

antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA

Fisika siswa. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

interaksi antara model pembelajaran mateatika dan motivasi belajar

terhadap hasil belajar IPA Fisika dan hipotesis ditolak.

3. Pengujian Hipotesis 3

Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis ketiga yaitu dinyatakan dalam

hipotesis statistic berikut:

H0 : µ11 µ12 (Hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan

menggunakan metode CTL lebih rendah atau sama

dengan yang belajar dengan model konvensional pada

kelompok siswa yang bermotivasi tinggi)

Page 78: skripsi CTL

78

H1: µ11 > µ12 (Hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan

menggunakan metode CTL lebih tinggi yang belajar

dengan model konvensional pada kelompok siswa yang

bermotivasi tinggi).

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji-t. dari

perhitungan diperoleh thitung = 8,18 dan untuk taraf signiifikansi 0,05

diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan

menggunakan metode CTL lebih tinggi secara signifikan daripada hasil

belajar IPA Fisika siswa dengan metode konvensional pada siswa yang

bermotivasi tinggi. Hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil analisis

deskriptif dimana kelompok siswa yang bermotivasi tinggi dan belajar

menggunakan metode CTL diperoleh mean 15,7 sedangkan kelompok

siswa yang bermotivasi tinggi dan belajar menggunakan metode

konvensional diperoleh mean = 11,2. Dengan demikian disimpulkan

bahwa hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar menggunakan metode

CTL lebih tinggi daripada yang belajar dengan menggunakan metode

konvensional pada siswa yang bermotivasi tinggi dan hipotesis dapat

diterima.

4. Pengujian Hipotesis 4

Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis ketiga yaitu dinyatakan dalam

hipotesis statistic berikut:

Page 79: skripsi CTL

79

H0 : µ21 µ22 (Hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan

menggunakan metode CTL lebih rendah atau sama

dengan yang belajar dengan model konvensional pada

kelompok siswa yang bermotivasi rendah)

H1: µ21 > µ22 (Hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan

menggunakan metode CTL lebih tinggi yang belajar

dengan model konvensional pada kelompok siswa yang

bermotivasi rendah)

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji-t. dari

perhitungan diperoleh thitung = 6,54 dan untuk taraf signiifikansi 0,05

diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan

menggunakan metode CTL lebih tinggi secara signifikan daripada hasil

belajar IPA Fisika siswa dengan metode konvensional pada siswa yang

bermotivasi rendah. Hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil analisis

deskriptif dimana kelompok siswa yang bermotivasi rendah dan belajar

menggunakan metode CTL diperoleh mean 13,6 sedangkan kelompok

siswa yang bermotivasi rendah dan belajar menggunakan metode

konvensional diperoleh mean = 9,8. Dengan demikian disimpulkan bahwa

hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar menggunakan metode CTL

lebih tinggi daripada yang belajar dengan menggunakan metode

konvensional pada siswa yang bermotivasi rendah dan hipotesis dapat

diterima.

Page 80: skripsi CTL

80

D. PEBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Pengaruh Metode Belajar CTL Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika

Hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh hasil harga Fhitung =

111,328 yang berarti lebih besar dari harga F tabel = 4,11 pada tingkat

signifikansi 5%. Ini berarti dalam pengujian hipotesis pertama menolak H0

dan menerima H1, dengan demikian hipotesis pertama teruji kebenarannya

secara signifikan dan dapat diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan

pengaruh yang signifikan metode belajar CTL dan metode konvensional

terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa. Rata-rata hasil belajar IPA Fisika

yang belajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi secara

signifikan daripada yang belajar dengan metode belajar konvensional.

Hal tersebut, ditunjukkan dari hasil analisis deskriptif yang diasajikan

dalam table 20 (table rangkuman data deskriptif) di atas, bahwa hasil

belajar IPA Fisika yang belajar dengan menggunakan metode CTL

diperoleh hasil: mean 14,15; median 14; modus 15 dengan standar deviasi

1,78 dan varian 3,18 serta skor tertinggi 18 dan terendah 12. Sedangkan

pada kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah

konvensional diperoleh hasil belajar IPA Fisika: mean 10,15, median 10,15,

modus 10 dengan standar deviasi 1,08 dan varians 1,16 serta nilai tertinggi

dan terendah masing-masing 13 dan 8.

Dari hasil tersebut, siswa yang diajar dengan menggunakan metode

CTL mempunyai pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan siswa

Page 81: skripsi CTL

81

yang diajar dengan menggunakan metode konvensional. Hal ini berarti,

proses pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan pengetahuan

dengan cara siswa melakukan pencarian akan lebih membekas dalam otak

anak. Metode CTL telah mampu membantu siswa mengembangkan atau

memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif

siswa. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk

menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu.

Dengan menggunakan metode CTL pengetahuan diperoleh dari

strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu

pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian

retensi dan transfer. Selain itu, strategi penemuan membangkitkan gairah

pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya,

menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. Metode ini juga

memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan

kemampuannya sendiri.

2. Pengaruh Interaksi Metode Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap

Hasil Belajar IPA Fisika

Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh Fhitung (I) = 0,79 lebih kecil

dibandingkan dengan Ftabel = 4,11 dengan signifikansi 0,05. Ini berarti pada

pengujian hipotesis kedua menerima H0 dan menolak H1, yaitu tidak

terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dan

motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika. Hal tersebut juga dapat

dilihat dari hasil analisis deskriptif dimana kelompok siswa yang

Page 82: skripsi CTL

82

bermotivasi tinggi dan belajar dengan menggunakan metode CTL diperoleh

mean = 15,7 sedangkan kelompok siswa yang bermotivasi rendah dan

menggunakan metode CTL diperoleh mean yang cukup jauh berbeda

dengan kelompok yang bermotivasi rendah yaitu 13,6. Sedangkan kelompok

siswa yang bermotivasi tinggi dan belajar menggunakan metode konvensional

diperoleh mean = 11,2 lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa bermotivasi

rendah dan belajar menggunakan metode konvensional yaitu 9,8. Dari hasil

tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh interaksi antara model

pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa.

Hasil analisis mengenai interaksi ini memberikan pemahaman pada

kita bahwa ternyata dalam kelompok sampel yang dijadikan penelitian,

model pembelajaran baik CTL maupun konvensional dan motivasi belajar

tidak berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Fisikanya. Dengan demikian maka

tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran IPA Fisika dan

motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika dan hipotesis ditolak.

3. Pengaruh Metode Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Pada

Siswa Yang Bermotivasi Tinggi

Hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh thitung = 8,18 dan untuk

taraf signiifikansi 0,05 diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung >

ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa

yang belajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi secara

signifikan daripada hasil belajar IPA Fisika siswa dengan metode konvensional

pada siswa yang bermotivasi tinggi. Hal tersebut juga dapat dilihat dari

Page 83: skripsi CTL

83

hasil analisis deskriptif dimana kelompok siswa yang bermotivasi tinggi

dan belajar menggunakan metode CTL diperoleh mean 15,7 sedangkan

kelompok siswa yang bermotivasi tinggi dan belajar menggunakan metode

konvensional diperoleh mean = 11,2.

Dari hasil tersebut, siswa yang memiliki motivasi tinggi yang

diajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi hasil belajarnya

dibandingkan dengan siswa yang bermotivasi tinggi yang diajar dengan

menggunakan metode konvensional. Hal ini berarti pula bahwa metode

CTL telah mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar

IPA Fisika siswa.

4. Pengaruh Metode Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Pada

Siswa Bermotivasi Rendah

Hasil pengujian hipotesis keempat diperoleh thitung = 6,54 dan untuk

taraf signiifikansi 0,05 diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung >

ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa

yang belajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi secara

signifikan daripada hasil belajar IPA Fisika siswa dengan metode

konvensional pada siswa yang bermotivasi rendah. Hal tersebut juga dapat

dilihat dari hasil analisis deskriptif dimana kelompok siswa yang

bermotivasi rendah dan belajar menggunakan metode CTL diperoleh mean

Page 84: skripsi CTL

84

13,6 sedangkan kelompok siswa yang bermotivasi rendah dan belajar

menggunakan metode konvensional diperoleh mean = 9,8.

Dari hasil tersebut, siswa yang memiliki motivasi rendah yang

diajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi hasil belajarnya

dibandingkan dengan siswa yang bermotivasi rendah yang diajar dengan

menggunakan metode konvensional. Hal ini berarti pula bahwa metode

CTL telah mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar

IPA Fisika siswa.

Page 85: skripsi CTL

85

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan analisis

pengolahan data pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan metode belajar

CTL lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan metode belajar

konvensional, atau dengan kata lain terdapat perbedaan pengaruh yang

signifikan antara metode belajar CTL dengan metode belajar konvensional

terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa. Hal ini diperoleh hasil harga Fhitung

= 111,328 yang berarti lebih besar dari harga F tabel = 4,11 pada tingkat

signifikansi 5%. Ini berarti dalam pengujian hipotesis pertama menolak H0

dan menerima H1, dengan demikian hipotesis pertama teruji kebenarannya

secara signifikan dan dapat diterima. Selain itu, juga didukung oleh

perolehan rerata skor hasil IPA Fisika siswa yang diajar dengan metode

CTL lebih besar daripada hasil belajar IPA Fisika yang diajar dengan

metode konvensional (14,65 > 10,5).

2. Tidak terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model

pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa.

Hal ini diperoleh dari Fhitung (I) = 0,79 lebih kecil dibandingkan dengan Ftabel

= 4,11 dengan signifikansi 0,05. Ini berarti pada pengujian hipotesis kedua

menerima H0 dan menolak H1, yaitu tidak terdapat interaksi pengaruh

Page 86: skripsi CTL

86

yang signifikan antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap

hasil belajar IPA Fisika.

3. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode CTL

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode

konvensional pada siswa yang memiliki motivasi tinggi. Hal ini diperoleh

dari thitung = 8,18 dan untuk taraf signiifikansi 0,05 diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-

2) = 2,101. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu hasil

belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan menggunakan metode CTL

lebih tinggi secara signifikan daripada hasil belajar IPA Fisika siswa

dengan metode konvensional pada siswa yang bermotivasi tinggi.

4. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode CTL

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan

metode konvensional pada siswa bermotivasi rendah. Hal ini dibuktikan

dengan diperolehnya thitung = 6,54 dan untuk taraf signiifikansi 0,05

diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan

menggunakan metode CTL lebih tinggi secara signifikan daripada hasil

belajar IPA Fisika siswa dengan metode konvensional pada siswa yang

bermotivasi rendah.

Page 87: skripsi CTL

87

B. Implikasi

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa secara signifikan terdapat

interaksi pengaruh metode belajar IPA Fisika dan tingkat motivasi belajar

terhadap hasil belajar IPA Fisika. Secara keseluruhan ditemukan bahwa hasil

belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan metode belajar CTL lebih tinggi

daripada metode belajar konvensional. Hal ini karena dalam proses belajar

IPA Fisika yang menggunakan metode CTL, siswa diajar belajar melalui

konsep atau alam pemikiran yang sudah dipahami oleh siswa sebelumnya.

Dalam konsep metode belajar CTL dituntut kemampuan guru untuk dapat

menyajikan materi secara umum kemudian memerinci secara khusus sehingga

semua materi saling terkait.

Secara spesifik ditemukan bahwa pada kelompok siswa yang memiliki

motivasi belajar tinggi, hasil belajar IPA Fisika jauh lebih tinggi

menggunakan metode belajar CTL daripada metode konvensional; sedangkan

untuk yang bermotivasi belajar rendah diperoleh hasil belajar IPA Fisika yang

hampir sama antara metode belajar CTL dengan metode belajar konvensional.

Fenomena ini menunjukkan adanya interaksi pengaruh yang signifikan antara

metode belajar IPA Fisika dengan tingkat motivasi belajar terhadap hasil

belajar IPA Fisika siswa. Oleh karena itu dalam memilih metode belajar IPA

Fisika yang tepat bagi guru juga harus memperhatikan tingkat motivasi belajar

peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan hasil

belajar IPA Fisika meningkat.

Page 88: skripsi CTL

88

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dalam

kapsitasnya sebagai seorang pendidik atau guru IPA Fisika harus mampu

memahami tingkat motivasi belajar dari masing-masing peserta didik atau

siswa agar dapat dilakukan pemilahan dan perlakuan yang tepat dalam

kegiatan pembelajaran. Sementara dalam kapasitasnya sebagai pengajar,

maka guru IPA Fisika harus mampu mendisain rancangan kegiatan

pembelajaran dengan memilih strategi belajar yang sesuai dengan tingkat

motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum

penggunaan metode belajar CTL memberikan kontribusi perolehan hasil

belajar IPA Fisika pada kompetensi dasar pecahan yang lebih baik daripada

strategi belajar konvensional. Dengan demikian maka dalam implikasi dalam

upaya peningkatan hasil belajar IPA Fisika, hendaknya para guru perlu

menerapkan metode belajar CTL dalam proses kegiatan belajar IPA Fisika.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian, maka beberapa

saran terkait yang dapat penulis sampaikan pada penelitian ini adalah :

1. Hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan metode belajar CTL

lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan metode belajar konvensional.

Dengan demikian, metode belajar CTL disarankan dapat diterapkan dalam

pembelajaran di sekolah, karena itu guru IPA Fisika hendaknya

memperbanyak pengetahuan teori dari strategi metode CTL dan berlatih

Page 89: skripsi CTL

89

untuk dapat membiasakan diri menggunakan metode CTL secara

menyenangkan dan variatif

2. Hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan metode belajar CTL

lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan metode belajar konvensional.

Oleh karena itu, diperlukan pelatihan guru IPA Fisika dalam

mengoptimalkan kemampuan mengajar IPA Fisika dengan metode CTL.

3. Pembekalan teori-teori, konsep-konsep dan aspek-aspek yang dimilki guru

yang berhubungan dengan mata pelajaran IPA Fisika, hendaknya

dikembangkan dan ditingkatkan.

4. Guru hendaknya mengetahui tingkat motivasi belajar siswa, dan dapat

mengajak siswa untuk dapat menyenangi mata pelajaran yang diajarkan

sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Page 90: skripsi CTL

90

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hakim Nasution, 1982, Landasan IPA Fisika, Bhrata Karya Aksara, Jakarta.

Arikunto Suharsimi,1992, Dasar-dasar Evaluasi Pendidkan, Bumi Aksara, Jakarta.

,1993, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Buchori Kifli dan Mustofa Usman,1985, Prinsip-prinsip IPA Fisika, Sinar Baru, Bandung.

Daiman,1994, IPA Fisika 1, Ganeca Exact, Bandung.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1994, Sistem Pendidikan Nasional , Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

,1994, Kurikulum Pendidikan Dasar, GBPP Mata Pelajaran IPA Fisika, Jakarta.

Herman Hudoyo, 1990, Strategi Mengajar IPA Fisika, IKIP Malang, Malang.

Jujun Suriasumantri,1993, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Sinar Harapan, Jakarta.

Mudjiono dan Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Mohammad Nazir,1988, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Purwanto M. Ngalim,1988, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.

,1990, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Russefendi,1980, Pengantar IPA Fisika, Tarsito, Bandung.

Rusyan Tabrani,1993, Proses Belajar Mengajar Yang Efektif, PT. Bina Budhaya, Jakarta.

Page 91: skripsi CTL

91

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Edisi Revisi. PT. Raneka Cipta, Jakarta.

Sunarto dkk. 2006. Perkembangan Peserta Didik Edisi Revisi. Jakarta: rineka Cipta.

Sudjana Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

,1992, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi, Tarsito, Bandung.

,1991, Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, Lembaga Penerbit, FEUI, Jakarta.

Suparman, Atwi 2005. Disain Instrumentional, Proyek Pengembangan Pusat Fasilitas, Jakarta.

Soemanto Wasty,1988, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Syah, Darwyan dkk. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Uno, Hamzah, 1991. Model Pembelajaran, Bumi Aksara. Jakarta.

W. S. Winkel,1987, Psikologi Pengajaran, PT. Gramedia, Jakarta.

Yamin, Martinus, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Gaung Persada Press, Jakarta.

Zulkifli,1988, Teori Belajar, STKIP Wijaya Bakti, Jakarta.

Page 92: skripsi CTL

92

Instrumen Penelitian

Pilihlah Salah satu jawaban a,b,c atau d yang dianggap benar dengan memberikan

tanda silang (x) pada jawaban.

1. Jumlah titik sudut pada persegi adalah…

a. 4 c. 6

b. 5 d. 8

2. Jumlah rusuk pada kubus adalah…

a. 10 c. 12

b.11 d. 13

3. Aku terdiri atas sisi alas dan sisi tegak. Aku mempunyai titik puncak. Sisi

alasku berbentuk segitiga, segi empat atau lainnya. Aku adalah…

a. tabung c. prisma

b. balok d. limas

4. Bangun yang memiliki 6 sisi dan 12 rusuk adalah bangun….

a. limas c. balok

b. prisma segi tiga d. tabung

5. Bangun yang memiliki 5 sisi dan 10 rusuk adalah bangun….

a. limas c. balok

b. prisma segi tiga d. prisma segi empat

6. segitiga sama sisi memiliki simetri putar sebanyak…

a. 1 c. 3

b. 2 d. 4

7. Banyaknya sumbu simetri pada bangun disamping adalah….

a. 1 c. 6

b. 2 d. 12

8. limas segi empat memiliki simetri putar sebanyak…

a. 1 c. 3

b. 2 d. 4

Page 93: skripsi CTL

93

9. gambar dibawah ini merupakan bentuk jaring-jaring…

a. Prisma tegak segitiga c. prisma tegak segilima

b. limas d. kubus

10. Aku terdiri atas sisi alas, sisi atas dan sisi tegak. Bentuk sisi alas sama dengan

sisi atas. Sisi tegakku berbentuk persegi atau persegi panjang. Aku adalah…

a. Prisma c. tabung

b. limas d. kubus

11. gambar disamping bentuk jaring-jaring

a. tabung c. prisma

b. limas d. kubus

12. banyaknya simetri lipat pada bangun disamping adalah..

a. 1 c. 3

b. 2 d. 4

13. Jumlah simetri lipat pada bangun disamping adalah…

a. 1 c. 3

b. 2 d. 4

14. Bangun datar segitiga memiliki … sisi

a. 5 c. 3

Page 94: skripsi CTL

94

b. 2 d. 4

15. Bangun yang tidak memiliki simetri lipat adalah….

a. b. c. d.

16. Limas segitiga memiliki….

a. 2 sisi dan 2 titik sudut c. 4 sisi dan 4 titik sudut

b. 3 sisi dan 3 titik sudut d. 5 sisi dan 5 titik sudut

17. Pada prisma segitiga bentuk sisi tegaknya adalah…

a. segitiga c. trapesium

b. belah ketupat d. persegi panjang

18. segitiga pada gambar disamping disebut…

a. simetris c. tidak simetris

b. sebidang d. tidak sebangun

19. kubus memiliki….titik sudut

a. 5 c. 6

b. 12 d. 8

20. Yang bukan sifat prisma tegak segitiga adalah…

a. titik sudut ada 6 c. bentuk sisi persegi

b. sisi sebanyak 5 d. Rusuk ada 9

Page 95: skripsi CTL

95

Instrumen Motivasi Belajar Siswa

Berilah tanda cek list (√) pada jawaban disamping menurut pribadi kamu.

No Pernyataan SetujuKurangSetuju

Tidak setuju

1 Belajar IPA Fisika harus dengan niat sendiri

2Belajar IPA Fisika tanpa disuruh oleh guru dan orang tua sangat menyenangkan

3Belajar IPA Fisika tanpa bantuan orang lain sangat sulit

4Saya berharap bahwa mata pelajaran IPA Fisika tidak diujikan secara Nasional

5Kemauan yang keras dalam belajar cermin pribadi siswa

6 Saya belajar jika ada dorongan dari orang lain

7Bagi saya belajar akan lebih menarik jika semua kebutuhan akan belajar terpenuhi

8 Saya mau belajar oleh guru tertentu saja9 Semangat belajar perlu ditanamkan sejak dini

10Belajar merupakan kebutuhan yang kurang penting untuk saat sekarang ini

11IPA Fisika menjadi penting artinya jika sesuai dengan cita-cita saya

12Tanpa belajar teknologi di dunia ini juga akan berkembangseperti saat ini

13Orang tua dan guru merupakan factor penting dalam proses belajar

14 Anak yang unggul adalah anak yang rajin belajar 15 Kesempatan belajar setiap anak tidak sama

16Dalam proses belajar tidak dibutuhkan ketelitian hanya kemauan yang keras saja

17Dalam proses belajar setiap siswa harus mendapat perhatian yang sama dari guru

18Belajar merupakan dasar perkembangan ilmu pengetahuan

19Saya senang belajar jika saya mengerti apa yang saya pelajari

Page 96: skripsi CTL

96

20Jika saya ingin menjadi bintang kelas maka saya harus rajin belajar

Data Penelitian

No A1B1 A1B2 A2B1 A2B2

1 18.0 16.0 13.0 12.0

2 14.0 12.0 10.0 8.0

3 15.0 12.0 10.0 9.0

4 16.0 13.0 10.0 9.0

5 17.0 14.0 11.0 9.0

6 14.0 15.0 12.0 11.0

7 15.0 13.0 13.0 10.0

8 15.0 13.0 11.0 11.0

9 16.0 14.0 11.0 9.0

10 17.0 14.0 11.0 10.0

KET :

A1B1 : Metode CTL dan motivasi belajar tinggi

A1B2 : Metode CTL dan motivasi belajar rendah

A2B1 : Metode konvensional dan motivasi belajar tinggi

A2B2 : Metode konvensional dan motivasi belajar rendah

Page 97: skripsi CTL

97

OUTPUT DATA SPSS

Statistics

HBM Metode Inquiri20

0

14.6500

.37187

14.5000

14.00

1.66307

2.766

6.00

12.00

18.00

293.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

HBM Metode Inquiri

2 10.0 10.0 10.0

3 15.0 15.0 25.0

5 25.0 25.0 50.0

4 20.0 20.0 70.0

3 15.0 15.0 85.0

2 10.0 10.0 95.0

1 5.0 5.0 100.0

20 100.0 100.0

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

17.00

18.00

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 98: skripsi CTL

98

HBM Metode Inquiri20.0018.0016.0014.0012.0010.00

Fre

quen

cy

5

4

3

2

1

0

Histogram

Mean =14.65Std. Dev. =1.663

N =20

Statistics

HBM Metode Konvensional20

0

10.5000

.30349

10.5000

11.00

1.35724

1.842

5.00

8.00

13.00

210.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

Page 99: skripsi CTL

99

HBM Metode Konvensional

1 5.0 5.0 5.0

4 20.0 20.0 25.0

5 25.0 25.0 50.0

6 30.0 30.0 80.0

2 10.0 10.0 90.0

2 10.0 10.0 100.0

20 100.0 100.0

8.00

9.00

10.00

11.00

12.00

13.00

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

HBM Metode Konvensional14.0012.0010.008.00

Fre

quen

cy

6

5

4

3

2

1

0

Histogram

Mean =10.50Std. Dev. =1.357

N =20

Page 100: skripsi CTL

100

Statistics

MTD. INQUIRI MTVSI TINGGI10

0

15.7000

.42295

15.5000

15.00

1.33749

1.789

4.00

14.00

18.00

157.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

MTD. INQUIRI MTVSI TINGGI

2 20.0 20.0 20.0

3 30.0 30.0 50.0

2 20.0 20.0 70.0

2 20.0 20.0 90.0

1 10.0 10.0 100.0

10 100.0 100.0

14.00

15.00

16.00

17.00

18.00

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

MTD. INQUIRI MTVSI TINGGI19.0018.0017.0016.0015.0014.0013.00

Fre

quen

cy

3

2

1

0

Histogram

Mean =15.70Std. Dev. =1.337

N =10

Page 101: skripsi CTL

101

Statistics

MTD.INQUIRI MTVSI RENDAH10

0

13.6000

.40000

13.5000

13.00a

1.26491

1.600

4.00

12.00

16.00

136.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

Multiple modes exist. The smallest value is showna.

MTD.INQUIRI MTVSI RENDAH

2 20.0 20.0 20.0

3 30.0 30.0 50.0

3 30.0 30.0 80.0

1 10.0 10.0 90.0

1 10.0 10.0 100.0

10 100.0 100.0

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

MTD.INQUIRI MTVSI RENDAH17.0016.0015.0014.0013.0012.0011.00

Fre

quen

cy

4

3

2

1

0

Histogram

Mean =13.60Std. Dev. =1.265

N =10

Page 102: skripsi CTL

102

Statistics

MTD. KONVENSIONAL MTVSI TINGGI10

0

11.2000

.35901

11.0000

11.00

1.13529

1.289

3.00

10.00

13.00

112.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

MTD. KONVENSIONAL MTVSI TINGGI

3 30.0 30.0 30.0

4 40.0 40.0 70.0

1 10.0 10.0 80.0

2 20.0 20.0 100.0

10 100.0 100.0

10.00

11.00

12.00

13.00

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 103: skripsi CTL

103

MTD. KONVENSIONAL MTVSI TINGGI14.0013.0012.0011.0010.009.00

Fre

quen

cy

4

3

2

1

0

Histogram

Mean =11.20Std. Dev. =1.135

N =10

Statistics

MTD. KONVENSIONAL MTVSI RENDAH10

0

9.8000

.38873

9.5000

9.00

1.22927

1.511

4.00

8.00

12.00

98.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Variance

Range

Minimum

Maximum

Sum

MTD. KONVENSIONAL MTVSI RENDAH

1 10.0 10.0 10.0

4 40.0 40.0 50.0

2 20.0 20.0 70.0

2 20.0 20.0 90.0

1 10.0 10.0 100.0

10 100.0 100.0

8.00

9.00

10.00

11.00

12.00

Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 104: skripsi CTL

104

MTD. KONVENSIONAL MTVSI RENDAH13.0012.0011.0010.009.008.007.00

Fre

quen

cy

4

3

2

1

0

Histogram

Mean =9.80Std. Dev. =1.229

N =10

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

10 10 10 10

15.7000 13.6000 11.2000 9.8000

1.33749 1.26491 1.13529 1.22927

.200 .182 .270 .242

.200 .182 .270 .242

-.134 -.124 -.145 -.158

.631 .577 .854 .767

.820 .894 .460 .599

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

MTD. INQUIRIMTVSI TINGGI

MTD.INQUIRIMTVSI

RENDAH

MTD.KONVENSIONAL MTVSI

TINGGI

MTD.KONVENSIONAL MTVSI

RENDAH

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Page 105: skripsi CTL

105

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

20 20

14.6500 10.5000

1.66307 1.35724

.152 .156

.152 .156

-.098 -.144

.680 .699

.744 .713

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

HBM MetodeInquiri

HBM MetodeKonvensional

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Page 106: skripsi CTL

106

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode CTL

Mata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : V/2Pertemuan Ke : 1Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi : Menentukan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

II. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sederhana

III. Indikator : Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang tabung, prisma, kerucut, limas. IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan simetri

VI. Metode Pembelajaran : CTL

VII. Langkah-langkah Pembelajaran : Kegiatan awal Apresepsi/Motivasi Siswa diberikan contoh dalam bentuk gambar dan alat peraga contoh-contoh bangun datar

dan bangun ruang. Kemudian diberikan pertanyaan mana yang termasuk bangun dtar dan mana yang termasuk bangun ruang. Setelah itu, guru memberikan arahan-arahan sehingga siswa dapat membedakan mana yang disebut bangun datar dan bangun ruang.

Kegiatan Inti

Siswa diberikan kerangka kubus dan balok. Selanjutnya diberikan tugas untuk menentukan mana yang disebut rusuk, titik sudut dan banyak rusuk serta titik sudut.

Beberapa orang siswa maju ke depan untuk menyebutkan rusuk dan titik sudut serta banyaknya.

Guru memeberikan penjelasan mengenai rusuk, titik sudut, bidang dan sifat-sifat kubus dan balok.

Siswa dibagi menjadi 6 kelompok untuk melakukan diskusi. Siswa diberikan tugas untuk menentukan banyaknya rusuk, titik sudut dan bidang serta

sifat-sifat bangun ruang yang lain seperti tabung, prisma, kerucut dengan memberikan alat peraga secara bergiliran

Perwakilan siswa tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru memberikan penjelasan yang benar mengenai sifat-sifat bangun ruang kepada

siswa. Menguji pemahaman, kemampuan dan keterampilan siswa dalam soal-soal latihan.

Kegiatan akhir Guru mengulang kembali mengenai sifat-sifat bangun ruang, memberikan pekerjaan rumah

dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

VIII. Alat/bahan dan Sumber Belajar : Buku pelajaran IPA Fisika untuk Sekolah dasar kelas 5 M.Khafid,Sutati Erlangga IPA Fisika SD untuk kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.amin 5 B Esis

Page 107: skripsi CTL

107

IPA Fisika Progresif teks utama SD kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama Macam-macam bentuk bangun datar.

IX. Penilaian : Teknik Tes dan non tes Bentuk Pilihan ganda Instrumen

Lembar Kerja Siswa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode CTL

Mata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : V/2Pertemuan Ke : 2Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi : Menentukan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

II. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sederhana

III. Indikator : Menggambar bangun ruang dari sifat-sifat bangun yang diberikan

IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan simetri

VI. Metode Pembelajaran : CTL

VII. Langkah-langkah Pembelajaran : Kegiatan awal Apresepsi/Motivasi Mengulang kembali sekilas mengenai sifat-sifat bangun ruang juga bentuk-bentuk macam-

macam bangun ruang. Kegiatan Inti

Siswa menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat bangun ruang. Siswa diminta untuk membuat bangun ruang menurut bayangan mereka. Guru mengambil hasil karya siswa yang sduah benar dan yang belum. Guru memberikan langkah-langkah membuat bangun ruang, memberikan beberapa

contoh membuat kubus, prisma, limas, tabung dan kerucut. Siswa mengikuti langkah-langkah yang diinstruksikan guru. Siswa melakukan praktek menggambar bangun ruang dan membuat bangun ruang dari

kertas. Menguji pemahaman, kemampuan dan keterampilan siswa dalam soal-soal latihan.

Kegiatan akhir Guru mengulang kembali mengenai sifat-sifat bangun ruang, memberikan pekerjaan rumah

dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Page 108: skripsi CTL

108

VIII. Alat/bahan dan Sumber Belajar : Buku pelajaran IPA Fisika untuk Sekolah dasar kelas 5 M.Khafid,Sutati Erlangga IPA Fisika SD untuk kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.amin 5 B Esis IPA Fisika Progresif teks utama SD kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama Alat Peraga Bangun ruang

IX. Penilaian : Teknik Tes dan non tes Bentuk Uraian Instrumen

1. Gambarlah sebuah kubus yang panjang sisinya 4 cm!2. Gambarlah sebuah balok dengan panjang 6 cm, tinggi 4 cm dan lebar 3 cm!3. Gambarlah sebuah prisma tegak segi tiga! Ukuran bebas4. Gambarlah sebuah limas segi tiga! Ukuran bebas

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode CTL

Mata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : V/2Pertemuan Ke : 3Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi : Menentukan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

II. Kompetensi Dasar : Menentukan jarring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

III. Indikator : Menggambar berbagai jarring-jaring kubus dan balok.

IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan simetri

VI. Metode Pembelajaran : CTL

VII. Langkah-langkah Pembelajaran :Kegiatan awal

Apresepsi/Motivasi Mengulang kembali sekilas mengenai sifat-sifat bangun ruang.

Kegiatan IntiSetiap siswa ditugaskan membawa kotak bekas (tisu, sabun, dll). Melakukan praktek membongkar kotak tersebut sehingga kotak berbentuk jaring-jaring, setelah itu siswa membuat sendiri jarring-jaring kubus dan balok sesuai dengan kreasinya yang berbeda dari jaring-jaring kubus dan balok yang telah ada.

Kegiatan akhir Guru mengulang kembali cara menggambar macam-macam jarring-jaring bangun ruang,

memberikan pekerjaan rumah dan menginformasiokan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

VIII. Alat/bahan dan Sumber Belajar :

Page 109: skripsi CTL

109

Buku pelajaran IPA Fisika untuk Sekolah dasar kelas 5 M.Khafid,Sutati Erlangga IPA Fisika SD untuk kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.amin 5 B Esis IPA Fisika Progresif teks utama SD kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama Alat Peraga Bangun ruang

IX. Penilaian : Teknik Tes dan non tes Bentuk Praktek Instrumen

Lembar kerja siswa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode CTL

Mata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : V/2Pertemuan Ke : 4Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi : Menentukan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

II. Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri

III. Indikator : Menentukan kesebangunan antar bangun-bangun datar

IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan simetri

VI. Metode Pembelajaran : CTL

VII. Langkah-langkah Pembelajaran :Kegiatan awal

Apresepsi/Motivasi Mengulang kembali sekilas mengenai sifat-sifat bangun datar

Kegiatan Inti Siswa diberikan tugas untuk menghitung volume bangun ruang. Guru memberikan rumus untuk menghitung volume bangun ruang, Bersama-sama mendiskusikan masalah kesebangunan dengan bantuan arahan guru

mencari syarat-syarat kesebangunan. Mengadakan tanya-jawab pada siswa mengenai kesebangunan bangun datar. Mendiskusikan suatu permasalahan mengenai kesebangunan Menguji kemampuan dan pemahaman siswa dalam soal latihan.

Kegiatan akhir Guru mengulang kembali mengenai syarat-syarat kesebangunan pada bangun datar,

memberikan pekerjaan rumah dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Page 110: skripsi CTL

110

VIII. Alat/bahan dan Sumber Belajar : Buku pelajaran IPA Fisika untuk Sekolah dasar kelas 5 M.Khafid,Sutati Erlangga IPA Fisika SD untuk kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.amin 5 B Esis IPA Fisika Progresif teks utama SD kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama Alat Peraga Bangun datar

IX. Penilaian : Teknik Tes dan non tes Bentuk Uraian Instrumen

Lembar kerja siswa

Page 111: skripsi CTL

111

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional

Mata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : V/2Pertemuan Ke : 1Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi : Menentukan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

II. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sederhana

III. Indikator : Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang tabung, prisma, kerucut, limas. IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan simetri

VI. Metode Pembelajaran : Tanya jawab, deduktif,latihan, ekspositor,demontrasi

VII. Langkah-langkah Pembelajaran : Kegiatan awal Apresepsi/Motivasi Memberikan arahan-arahan atau contoh-contoh bangun datar dan bangun ruang sehingga

siswa dapat membedakan mana yang disebut bangun datar dan bangun ruang. Kegiatan Inti

Guru memberi sedikit penjelasan dengan membawa kerangka kubus atau balok mengenai rusuk, titik sudut dan rusuk untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.

Melakukan diskusi kelompok dengan arahan guru untuk menentukan sifat-sifat bangun ruang tabung, prisma, kerucut, lima melakukan diskusi kelompok dengan arahan guru untuk menentukan sifat-sifat bangun ruang tabung, prisma, kerucut, lima.

Menguji pemahaman, kemampuan dan keterampilan siswa dalam soal-soal latihan.

Kegiatan akhir Guru mengulang kembali mengenai sifat-sifat bangun ruang, memberikan pekerjaan rumah

dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

VIII. Alat/bahan dan Sumber Belajar : Buku pelajaran IPA Fisika untuk Sekolah dasar kelas 5 M.Khafid,Sutati Erlangga IPA Fisika SD untuk kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.amin 5 B Esis IPA Fisika Progresif teks utama SD kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama Macam-macam bentuk bangun datar.

IX. Penilaian : Teknik Tes dan non tes Bentuk Pilihan ganda Instrumen

Lembar Kerja Siswa

Page 112: skripsi CTL

112

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional

Mata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : V/2Pertemuan Ke : 2Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi : Menentukan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

II. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sederhana

III. Indikator : Menggambar bangun ruang dari sifat-sifat bangun yang diberikan

IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan simetri

VI. Metode Pembelajaran : Tanya jawab, deduktif,latihan, ekspositor,demontrasi

VII. Langkah-langkah Pembelajaran : Kegiatan awal Apresepsi/Motivasi Mengulang kembali sekilas mengenai sifat-sifat bangun ruang juga bentuk-bentuk macam-

macam bangun ruang. Kegiatan Inti

Guru memberikan langkah-langkah membuat bangun ruang, memberikan beberapa contoh membuat kubus, prisma, limas, tabung dan kerucut.

Siswa melakukan praktek menggambar bangun ruang dan membuat bangun ruang dari kertas.

Menguji pemahaman, kemampuan dan keterampilan siswa dalam soal-soal latihan.

Kegiatan akhir Guru mengulang kembali mengenai sifat-sifat bangun ruang, memberikan pekerjaan rumah

dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

VIII. Alat/bahan dan Sumber Belajar : Buku pelajaran IPA Fisika untuk Sekolah dasar kelas 5 M.Khafid,Sutati Erlangga IPA Fisika SD untuk kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.amin 5 B Esis IPA Fisika Progresif teks utama SD kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama Alat Peraga Bangun ruang

IX. Penilaian : Teknik Tes dan non tes Bentuk Uraian Instrumen

5. Gambarlah sebuah kubus yang panjang sisinya 4 cm!6. Gambarlah sebuah balok dengan panjang 6 cm, tinggi 4 cm dan lebar 3 cm!

Page 113: skripsi CTL

113

7. Gambarlah sebuah prisma tegak segi tiga! Ukuran bebas8. Gambarlah sebuah limas segi tiga! Ukuran bebas

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional

Mata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : V/2Pertemuan Ke : 3Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi : Menentukan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

II. Kompetensi Dasar : Menentukan jarring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

III. Indikator : Menggambar berbagai jarring-jaring kubus dan balok.

IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan simetri

VI. Metode Pembelajaran : Tanya jawab, deduktif, latihan, ekspositor,demontrasi

VII. Langkah-langkah Pembelajaran :Kegiatan awal

Apresepsi/Motivasi Mengulang kembali sekilas mengenai sifat-sifat bangun ruang.

Kegiatan IntiSetiap siswa ditugaskan membawa kotak bekas (tisu, sabun, dll). Melakukan praktek membongkar kotak tersebut sehingga kotak berbentuk jarring-jaring, setelah itu siswa membuat sendiri jarring-jaring kubus dan balok sesuai dengan kreasinya yang berbeda dari jaring-jaring kubus dan balok yang telah ada.

Kegiatan akhir Guru mengulang kembali cara menggambar macam-macam jarring-jaring bangun ruang,

memberikan pekerjaan rumah dan menginformasiokan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

VIII. Alat/bahan dan Sumber Belajar : Buku pelajaran IPA Fisika untuk Sekolah dasar kelas 5 M.Khafid,Sutati Erlangga IPA Fisika SD untuk kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.amin 5 B Esis IPA Fisika Progresif teks utama SD kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama Alat Peraga Bangun ruang

IX. Penilaian : Teknik Tes dan non tes Bentuk Praktek Instrumen

Lembar kerja siswa

Page 114: skripsi CTL

114

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Konvensional

Mata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : V/2Pertemuan Ke : 4Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

I. Standar Kompetensi : Menentukan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

II. Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri

III. Indikator : Menentukan kesebangunan antar bangun-bangun datar

IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan simetri

VI. Metode Pembelajaran : Tanya jawab, deduktif,latihan, ekspositor,demontrasi

VII. Langkah-langkah Pembelajaran :Kegiatan awal

Apresepsi/Motivasi Mengulang kembali sekilas mengenai sifat-sifat bangun datar

Kegiatan Inti Bersama-sama mendiskusikan masalah kesebangunan dengan bantuan arahan guru

mencari syarat-syarat kesebangunan. Mengadakan tanya-jawab pada siswa mengenai kesebangunan bangun datar. Mendiskusikan suatu permasalahan mengenai kesebangunan Menguji kemampuan dan pemahaman siswa dalam soal latihan.

Kegiatan akhir Guru mengulang kembali mengenai syarat-syarat kesebangunan pada bangun datar,

memberikan pekerjaan rumah dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

VIII. Alat/bahan dan Sumber Belajar : Buku pelajaran IPA Fisika untuk Sekolah dasar kelas 5 M.Khafid,Sutati Erlangga IPA Fisika SD untuk kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.amin 5 B Esis IPA Fisika Progresif teks utama SD kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama Alat Peraga Bangun datar

IX. Penilaian : Teknik Tes dan non tes Bentuk Uraian Instrumen

Lembar kerja siswa

Page 115: skripsi CTL

115