107

Click here to load reader

Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

Citation preview

Page 1: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

ANALISIS PENGARUH INFLASI, SERTIFIKAT BANK INDONESIA

SYARIAH (SBIS), DAN JUMLAH UANG BEREDAR (JUB) TERHADAP

INDEKS SYARIAH YANG TERDAFTAR DI INDEKS SAHAM SYARIAH

INDONESIA (ISSI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi

Oleh :

Dimas Prabowo

NIM. 109084000052

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDATULLAH JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052
Page 3: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : Dimas Prabowo

NIM : 109084000052

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Islam

Saya menyatakan bahwa skripsi ini BENAR adanya merupakan hasil karya

tulisan saya sendiri, bukan hasil jiplakan, tiruan dan contekan hasil karya orang

lain, baik sebagian atau pun seluruhnya. Pendapat atau komentar dari orang lain

dalam skripsi ini dikutip atau dicantumkan sesuai dengan kode etik dalam

penulisan karya ilmiah.

Jakarta, 10 Agustus 2013

Dimas Prabowo

Page 4: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052
Page 5: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS PENGARUH INFLASI, SERTIFIKAT BANK INDONESIA

SYARIAH (SBIS), DAN JUMLAH UANG BEREDAR (JUB) TERHADAP

INDEKS SYARIAH YANG TERDAFTAR DI INDEKS SAHAM SYARIAH

INDONESIA (ISSI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Dimas Prabowo

NIM: 109084000052

Dibawah Bimbingan,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Dr. H. Roikhan Mochamad, MM Utami Baroroh, M.Si

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1433 H/2013 M

Page 6: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. NamaLengkap : Dimas Prabowo

2. Tempat, TanggalLahir : Jakarta, 7 September 1992

3. Alamat : Jalan Cikini Kramat Rt.007/01 No.1

4. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN Cikini 02 Pagi (1997-2003)

2. SMP Negeri 1 Jakarta (2003-2006)

3. SMA Negeri 4 Jakarta (2006-2009)

4. Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta (2009-

2013)

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Hermanto

2. Ibu : Supriyanti

3. Alamat : Jalan Cikini Kramat Rt.007/01 No.1

4. Telepon : 021-30271607

5. Anak : 1(satu) dari 2 (dua) bersaudara

Page 7: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

ii

ABSTRACT

This research aims to know the variables affect variables ISSI during

periods of May 2010 until April 2013. In this study using Vector analysis tool

Autoregresive (VAR) to analyze the relationship of causality between the

variables as a whole.

The variables tested in this study was inflation, SBIS, and JUB against

ISSI variable. The results of this research are the inflation does not have a

relationship of causality with the ISSI because the value of the variable

probability greater than 5%. SBIS have a relationship of causality with the ISSI.

JUB has the biggest causality relationship of variables ISSI. SBIS has a dynamic

pattern of ISSI varaibel compared to other variables. JUB has the greatest shocks

of variables other than variable i.e. ISSI amounted to 46.5%.

Keywords: ISSI, Inflation, SBIS, Money Circulation, Vector Autoregressive (VAR)

Page 8: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

iii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel – variabel yang

mempengaruhi variabel ISSI selama periode Mei 2010 sampai dengan April 2013.

Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis Vector Autorgresive (VAR) untuk

menganalisis hubungan kausalitas antar variabel secara keseluruhan.

Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah inflasi, SBIS, dan JUB

terhadap variabel ISSI. Hasil dari penelitian ini adalah inflasi tidak memiliki

hubungan kausalitas dengan variabel ISSI karena nilai probabilitasnya lebih besar

dari 5%. SBIS memiliki hubungan kausalitas dengan ISSI. JUB memiliki

hubungan kausalitas yang paling besar terhadap variabel ISSI. SBIS memiliki

pola dinamis yang paling besar terhadap varaibel ISSI dibandingkan variabel

lainnya. JUB memiliki guncangan yang paling besar terhadap variabel ISSI

dibandingkan variabel lainnya yaitu sebesar 46,5%.

Kata Kunci : ISSI, Inflasi, SBIS, JUB, Vector Autorgressive (VAR)

Page 9: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-

Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar

Muhammad SAW, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya

dihariakhi rzaman kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan

skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya,

disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih

baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Kedua orangtua saya, mamah dan bapak atas dukungan dan doanya selama ini

dari TK sampai sekarang di jenjang strata 1, besarnya kasih sayang dan

pengorbanannya yang selama ini yang tak mungkin dapat terbalaskan, semoga

Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan rahmat dan karunia

kepadanya sampai selamanya, Amin.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,.Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Dr. Lukman, M.Siselaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Ir. Dr. H. Roikham Mochamad, MM selaku disen pembimbing pertama

yang telah memberikan sarannya terhadap terciptanya tulisan ini dan juga

sebagai penemu Teori SINLAMIM sebagai teori dalam ekonomi syariah yang

Page 10: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

v

semoga kedepannya teori ini dapat digunakan sebagai pondasi ilmu ekonomi

syariah.

5. Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku sekertaris jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan dan sekaligus sebagai dosen pembimbing kedua yang telah

sangat sabar dalam membimbing dan banyak membantu dalam terciptanya

skripsi ini dengan sangat baik, Terima Kasih ya bu.

6. Bapak Zuhairan Y. Yunnan, M.Sc selaku dosem pembimbing akademik yang

telah memberikan kelancaran kepada saya dalam hal perkuliahan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan motivasi

dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi dan

masa perkuliahan.

8. Sarwendah Kanti Rahayu yang sudah mau direpotkan dan sangat banyak

membantu dalam terciptanya skripsi ini

9. Ace, Ichsan, dan Gunawan sebagai teman yang paling dekat selama masa –

masa kuliah terimakasih untuk waktunya selama ini, semoga kalian semua

cepet nyusun skripsinya juga ya dan kita semua bisa sukses.

10. Anis, Ratna, dan Citra sebagai temen cewek yang paling deket selama masa –

masa kuliah hehe.

11. Sahabat waktu SMA dan sampai kapanpun Tya, Oka, Carlo, Edo, Funnur, dan

Isa yang udah sharing tentang kegiatan kuliah kalian semua diberbagai tempat,

tetep lucu ya kawan – kawan.

12. Teman – teman IESP angkatan 2009 Dimas gendut, Adit botak, Adit junior,

Rhomdhon, Lisa, Andre, Rifqi, dan masih banyak lagi yang gak bisa disebutin

satu – satu.

Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka

dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para

pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jakarta,1 Agustus 2013

Dimas Prabowo

Page 11: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang .............................................................................. 1

B. PembatasanMasalah ..................................................................... 8

C. PerumusanMasalah ...................................................................... 9

D. TujuanPenelitian ........................................................................ 10

E. ManfaatPenelitian ...................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Saham ....................................................................................... 12

1. PengertianSaham ............................................................... 12

2. Jenis – JenisSaham ............................................................ 12

Page 12: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

vii

3. PengertianHargaSaham ..................................................... 13

4. Nilai – NilaiSaham ............................................................ 13

a. Analisis Fundamental ................................................. 13

b. AnalisisTeknikal .......................................................... 14

B. SahamSyariah .......................................................................... 14

C. TeoriInflasi .............................................................................. 17

1. PemgukuranInflasi ............................................................. 18

2. Macam – MacamInflasi ..................................................... 18

3. DampakdariInflasi ............................................................. 21

D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ........................................... 23

E. JumlahUangBeredar ................................................................ 28

F. PenelitianSebelumnya ............................................................. 31

G. KerangkaPenelitian .................................................................. 40

H. HipotesisPenelitian .................................................................. 43

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. RuangLingkupPenelitian ....................................................... 44

B. TeknikPengumpulan Data ..................................................... 44

1. Sumber Data ................................................................... 44

2. MetodePengumpulan Data ............................................. 45

C. TeknikAnalisis ....................................................................... 45

1. Vector Autoregresive(VAR) ........................................... 45

2. UjiStasioneritasdanDerajatIntegrasi ................................ 47

3. UjiKausalitas ................................................................... 48

Page 13: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

viii

4. Analisisdalam model VAR ............................................ 48

5. Peramalan VAR .............................................................. 49

6. Impulse Response ............................................................ 49

7. Variance Decomposition ................................................. 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. SekilasGambaranUmumPenelitian......................................... 51

1. PerkembanganIndeksSahamSyariah Indonesia (ISSI) ... 51

2. PerkembanganInflasi ....................................................... 53

3. Perkembangan SBIS ....................................................... 56

4. PerkembanganJumlahUangBeredar ................................ 58

B. AnalisisUjiEkonometrik ......................................................... 60

1. UjiStasioneritas Data ...................................................... 60

2. UjiDerajatIntegrasi .......................................................... 61

3. Penentuan Lag Length .................................................... 62

4. UjiKausalitas Granger .................................................... 63

5. Estimasi VAR ................................................................. 66

6. Impulse Response Function ............................................. 67

7. Variance Decompisition ................................................... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 72

B. Saran ....................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ 77

Page 14: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan

Halaman

1.1 Indeks Saham Syariah Indonesia, Inflasi, Sertifikat

Bank Indonesia Syariah, dan Jumlah Uang Beredar

di Indonesia periode 2010 – 2013

5

2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya 35

4.1 Uji Satasioneritas Data 60

4.2 Uji Derajat Integrasi First Different 61

4.3 Penentuan Lag Length 62

4.4 Uji Kausalitas Granger antara Variabel ISSI dan

Inflasi

63

4.5 Uji Kausalitas Granger antara variabel ISSI dan

SBIS

64

4.6 Uji Kausalitas Granger antara variabel ISSI dan

JUB

65

4.7 Estimasi VAR 66

4.8 Ringkasan Hasil ImpulseResponse Function\ 69

4.9 Variance Decomposition 70

Page 15: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Jumlah Emiten Saham Syariah 4

2.1 Model Kerangka Penelitian 42

4.1 Perkembangan ISSI Mei 2010 s.d April 2013 52

4.2 Perkembangan Inflasi Mei 2010 s.d April 2013 55

4.3 Perkembangan SBIS Mei 2010 s.d April 2013 56

4.4 Perkembangan Jumlah Uang Beredar Mei 2010 s.d

April 2013

58

4.5 Impulse Response Function 68

Page 16: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

1 Tabel Data Penelitian ISSI, Inflasi, SBIS, dan JUB 77

2 Tabel Data Penelitian ISSI, Inflasi, SBIS, dan JUB

dalam bentuk LN

78

3 Uji Stasioneritas Data ISSI 79

4 Uji Stasioneritas Data Inflasi 80

5 Uji Stasioneritas Data SBIS 81

6 Uji Stasioneritas Data JUB 82

7 Uji Derajat Integrasi First Different ISSI 83

8 Uji Derajat Integrasi First Different Inflasi 84

9 Uji Derajat Integrasi First Different SBIS 85

10 Uji Derajat Integrasi First Different JUB 86

11 Uji Kausalitas Granger 87

12 Estimasi VAR 88

13 Penentuan Lag Length 89

14 Impulse Response Function 90

15 Variance Decomposition 91

Page 17: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi suatu negara menjadi bagian terpenting untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat dari kondisi

internal di negara tersebut adalah situasi politik, keamanan negara tersebut,

dsb. Apabila kondisi internal disuatu negara stabil dan cenderung baik, maka

akan mengundang para investor baik lokal maupun asing untuk mau

berinvestasi di negara tersebut.

Di Indonesia sendiri, terutama di kota – kota besarnya sudah banyak

sekali investor baik lokal maupun asing yang menanamkan modalnya disini,

baik berupa uang ataupun aset. Ini terlihat dari gedung – gedung pencakar

langit yang mendominasi kota – kota besar di Indonesia, khususnya di Jakarta

yang merupakan ibukota dan sekaligus menjadi pusat perputaran uang dan

perekonomian Indonesia.

Krisis global yang menimpa dunia beberapa waktu lalu memberikan

kekhawatiran tersendiri kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan

ekonominya. Faktor tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

ekonomi syariah tumbuh berkembang begitu pesat di Indonesia. Ekonomi

berbasis syariah hadir memberikan pilihan kepada masyarakat untuk

melakukan kegiatan ekonominya atas dasar syariah.

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia diawali dengan

berdirinya beberapa bank – bank syariah, ada yang langsung berdiri menjadi

Page 18: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

2

bank umum syariah ada juga yang berawal dari unit usaha syariah (UUS) bank

konvensional yang kemudian spin off menjadi bank umum syariah. Setelah

melihat kesuksesan bank – bank syariah yang tumbuh begitu pesat dengan

sistem syariahnya membuat beberapa sektor keuangan lainnya ikut

menerapkan sistem syariah pada sistem keuangannya. Seperti asuransi,

pegadaian, dan tidak terkecuali pasar modal.

Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring

dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index.

(JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara persentase indek pada

JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah

dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham

syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi,

instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam (Nazwar,

2008:1)

Islamisasi Pasar modal yang telah diperjuangakan oleh beberapa

kalangan akhir akhir ini, telah memainkan beberapa peran penting yang

mengubah sistem dari sektor keuangan. Hal ini telah menjadi sumber utama

dari pertumbuhan pasar modal syariah, dimana produk produk dan pelayanan

pasar modal telah diperhatikan untuk diubah menjadi produk-produk dan

pelayanan pasar modal syariah. Indeks Islam atau Indeks syariah telah

mengambil tempat pada proses Islamisasi pasar modal dan menjadi awal dari

pengembangan pasar modal syariah. Beberepa Indeks besar Islam didunia

Page 19: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

3

seperti Dow Jones Islamic Market Index (DJMI), RHB syariah Index, Kuala

Lumpur Syariah Index telah berkembang dan telah mulai popular diantara

komunitas muslim yang memiliki komitmen dengan prinsip prinsip Islam

dalam menjalankan dan memanajemen investasi mereka. Indeks indeks

tersebut diciptakan dengan beberapa batasan-batasan untuk produk produk

investasi sesuai dengan shariah. Bahkan non muslim juga ikut masuk

berinvestasi di Indeks Islam ini walaupun ada batasan batasannya (Nazwar,

2008:1).

Selain JII yang berkembang sebagai indeks saham syariah di

Indonesia. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham

syariah yang baru dibentuk pada pertengahan mei 2011. Berbeda dengan JII

yang dimana anggotanya hanya 30 saham syariah terlikuid, ISSI merupakan

indeks saham syariah yang beranggotakan seluruh saham syariah yang

dahulunya terdaftar di IHSG bergabung dengan saham non syariah lainnya.

Alasan yang melatarbelakangi dibentuknya ISSI adalah untuk

memisahkan antara saham syariah dengan saham non syariah yang dahulunya

disatukan didalam IHSG. Cara ini diharapkan agar masyarakat yang ingin

menginvestasikan modalnya pada saham syariah tidak salah tempat.

Walaupun baru dibentuk pada pertengahan mei 2011, namun

perkembangan saham syariah yang terdaftar di ISSI menampakan trend

positif. Pada setiap tahunnya pertumbuhan saham syariah selalu mengalami

peningkatan yang cukup signifikan.

Page 20: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

4

Gambar 1.1

Perkembangan Jumlah Emiten Saham Syariah (dalam jumlah)

Sumber: Bursa Efek Jakarta

Data statistik diatas merupakan data perkembangan saham syariah

mulai dari tahun 2007 sebelum ISSI dibentuk sampai dengan akhir tahun 2012

untuk membandingkan perkembangan saham syariah sebelum dan sesudah

ISSI dibentuk. Perkembangan indeks syariah ini dievaluasi dua kali dalam 1

tahun yaitu setiap 6 bulan sekali. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setiap

tahunnya perkembangan jumlah indeks syariah selalu mengalami

pertumbuhan yang konsisten setiap tahunnya dari tahun 2007 sampai dengan

tahun 2010. Namum pertumbuhan saham syariah tercatat sangat signifikan

pada tahun 2011 ke tahun 2012, dimana telah kita ketahui bersama bahwa ISSI

dibentuk pada tahun 2011. Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa

dibentuknya ISSI memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap

pertumbuhan saham syariah di Indonesia.

Page 21: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

5

Tabel 1.1

Indeks Saham Syariah Indonesia, Inflasi, Sertifikat Bank

Indonesia Syariah, dan Jumlah Uang Beredar di Indonesia periode 2010 -

2013

Tahun ISSI INFLASI

(persen)

SBIS

(milyar)

JUB

(milyar)

2010 1.463.811.596 6,96 2997 2.471.206

2011 1.968.091.370 3,79 3476 2.877.220

2012 2.451.344.379 4,30 3455 3.304.645

2013 2.763.653.980 5,57 4958 3.319.468

Sumber: Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, Badan Pusat Statistik (diolah)

Pada tahun 2010 sebenarnya perhitungan ISSI belum dilakukan.

Perhitungan ini lantas didapatkan secara manual dengan cara mengurangkan

IHSG dengan JII. Selanjutnya didapatkan jumlah kapitalisasi ISSI pada tahun

2010 adalah sebesar Rp. 1.463.811.596. Pada pertengahan tahun 2011,

tepatnya pada bulan mei 2011 perhitungan ISSI resmi dilakukan dan tercatat

pada akhir tahun 2011 kapitalisasi ISSI sebesar Rp. 1.968.091.370.

Pertumbuhan yang positif ini terus berlanjut pada tahun 2012 sekaligus tercatat

sebagai pertumbuhan kapitaslisasi ISSI yang paling besar yaitu sebesar Rp.

2.451.344.379. Trend positif ini terus berlangsung pada tahun 2013 per bulan

maret yaitu sebesar Rp. 2.763.653.980.

Menurut Syahrir (1995:81) untuk dapat menjawab apakah pasar modal

akan terus berkembang secara berkesinambungan maka faktor – faktor

Page 22: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

6

terpenting yang menentukannya tergantung pada dua hal, yaitu kondisi makro

ekonomi Indonesia dan stabilitas politik nasional. Jadi perkembangan indeks

syariah juga dipengaruhi oleh beberapa variabel makro ekonomi dan moneter

yang diantaranya adalah sertifikat bank indonesia syariah, inflasi, jumlah uang

beredar (JUB), dan faktor internal lainnya seperti, kondisi ekonomi nasional,

kondisi politik, keamanan, kebijakan pemerintah, dan lain-lainnya.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah

atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh

yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu

meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk

bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi

yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan

perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Tak hanya

orang miskin, orang kaya pun akan terkena dampak inflasi. Nilai uang yang

mereka miliki akan sama-sama tergerus. Tapi, tentu saja, daya tahan masing-

masing orang untuk bisa memikul dampak inflasi berbeda-beda. Orang miskin

merasakan dampak paling pahit (Wikipedia, 19 Mei 2013 21:01)

Tingkat inflasi suatu negara sangat berpengaruh terhadap tingkat

investasi di negara tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurut Syahrir

(1995:81) yang menyatakan bahwa adalah sulit atau tidak membayangkan

pasar modal berkembang dengan pesat apabila di dalam suatu negara

berlangsung perkembangan makro seperti diantaranya tingkat inflasi yang

double digit atau sampai hyperinflation. ISSI merupakan salah satu instrumen

Page 23: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

7

alat investasi yang ada di dalam pasar modal di Indonesia. Tingkat inflasi yang

selalu berubah tiap bulannya sangat memungkinkan untuk mempengaruhi

tingkat investasi pada pasar modal di Indonesia khususnya pada ISSI.

Dari variabel ekonomi makro lainnya, hubungan antara JUB dan

investasi menarik untuk di kaji. Jumlah uang beredar yang di masyarakat akan

mencerminkan kondisi perekonomian negara tersebut, kondisi perekonomian

ini yang kemudian juga akan berpengaruh terhadap tingkat investasi yang ada

pada negara tersebut, karena sebelum memutuskan untuk melakukan investasi

disuatu negara para investor tentunya akan melihat keadaan perekonomian di

negara tersebut terlebih dahulu. Analisa hubungan antara JUB dengan

investasi ini diukur dengan cara melihat seberapa banyak peredaran uang yang

ada ditengah – tengah masyarakat yang digunakan untuk berinvestasi, baik itu

di saham konvensional maupun di saham syariah.

Dari pengukuran tersebut kemudian di kerucutkan kembali antara

saham konvensional dengan saham syariah. Dengan melihat lebih mendalam

khususnya pada saham syariah, seberapa besar jumlah JUB yang ada ditengah

– tengah masyarakat yang di investasikan pada saham syariah yang khususnya

terdaftar pada ISSI.

Investasi dalam bidang syariah tidak selalu kepada saham syariah saja,

akan tetapi ada juga produk investasi syariah lainnya yang berkembang pesat

di Indonesia yaitu SBIS. Sama seperti halnya indeks syariah, SBIS juga

merupakan salah satu instrumen dibidang investasi syariah yang juga

memberikan return dari hasil investasinya terhadap SBIS tersebut sama

Page 24: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

8

seperti return yang akan kita dapatkan apabila kita berinvestasi pada indeks

syariah. Menarik untuk dilihat ketika masyarakat ingin menginvestasikan

uangnya pada sektor syariah, manakah yang banyak dipilih masyarakat antara

SBIS atau saham syariah.

Dari penjelasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa adanya

pengaruh antara inflasi dan investasi. Apabila kita melakukan investasi

dibidang saham, tingkat inflasi jelas juga akan berdampak pada harga saham

itu sendiri. Begitu juga hubungan antara JUB dengan kegiatan investasi

masyarakat yang khususnya berinvestasi pada sektor syariah seperti SBIS atau

saham syariah yang terdaftar pada ISSI.

Oleh karena penjelasan yang telah penulis jabarkan diatas, penulis

mencoba mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi ISSI, maka

penelitian ini penulis beri judul “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank

Indonesia Syariah, dan Jumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks

Syariah yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”

diharapkan penelitian ini menarik dan perlu untuk dilakukan.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ternyata ada beberapa

keterkaitan antara variabel – variabel yang penulis teliti seperti inflasi, SBIS,

dan jumlah uang beredar terhadap indeks syariah. Maka dari itu penulis

membatasi permasalahan dalam penelitian ini hanya untuk saham - saham

yang terdaftar didalam ISSI.

Page 25: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

9

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah

diatas, ternyata perkembangan pasar modal dan khususnya pada pasar modal

syariah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi makro dan ekonomi

moneter suatu negara seperti inflasi dan jumlah uang beredar, sedangkan dari

sisi syariah pasar modal syariah juga dipengaruhi oleh sertifikat bank indonesia

syariah (SBIS).

Tingkat inflasi disuatu negara jelas menjadi masalah dalam setiap

periodenya di seluruh negara agar dapat mengendalikan atau menjaga

kestabilan tingkat inflasi di level terendah agar perekonomian dapat berjalan

dengan baik dan investasi di negara tersebut lancar. Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) yang juga merupakan instrumen syariah dibidang investasi

menjadikan banyak pilihan untuk masyarakat selain pada indeks syariah, dan

yang terakhir pada jumlah uang beredar (JUB) dapat dilihat dan diketahui

untuk apa sajakah uang yang ada di masyarakat digunakan dan seberapa besar

dampaknya terhadap pertumbuhan pasar modal di Indonesia dan khususnya

terhadap pasar modal syariah di Indonesia.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat diajukan pertanyaan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hubungan kausalitas antara inflasi, sertifikat bank

indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap indeks syariah

yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 – 2013;

2. Bagaimana pola dinamis akibat pengaruh antara inflai, sertifikat bank

indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap indeks syariah

yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 – 2013;

Page 26: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

10

3. Seberapa besar guncangan (shock) yang ditimbulkan antara inflai,

sertifikat bank indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap

indeks syariah yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 – 2013;

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis hubungan kausalitas antara inflasi, sertifikat bank

indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap indeks syariah

yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 - 2013;

2. Untuk menganalisis pola dinamis akibat pengaruh antara inflasi, sertifikat

bank indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap indeks

syariah yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 - 2013;

3. Untuk menganalisis seberapa besar guncangan (shock) antara inflasi,

sertifikat bank indonesia syariah, dan jumlah uang beredar (JUB) terhadap

indeks syariah yang terdaftar di ISSI pada periode 2010 - 2013;

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan rujukan atau informasi kepada masyarakat umum yang

ingin berinvestasi menanamkan modalnya di saham syariah, khususnya

untuk saham syariah yang masuk kedalam hitungan ISSI.

2. Bagi Pemerintah

Agar pemerintah dapat mebuat kebijakan lain terkait saham syariah dan

memberikan pilihan lain kepada para investor baik lokal maupun asing

untuk menanamkan modalnya kepada saham syariah.

Page 27: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

11

3. Bagi Almamater

Dapat memberikan ilmu pengetahuan yang lebih tentang pola hubungan

antara inflasi, suku bunga bank indonesia, dan jumlah uang beredar

terhadap saham syariah yang tertdaftar pada ISSI dan semoga menjadi

acuan bagi penelitian – penelitian sejenis berikutnya.

Page 28: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Saham

1. Pengertian Saham

Saham sering diartikan sebagai: Tanda penyertaan atau pemilikan

seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto,

2001: 6).

Suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan

seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham

(Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 5).

2. Jenis – Jenis Saham

Berdasarkan hak kepemilikannya, maka saham dapat dibagi 2 jenis

(Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 12), yaitu:

a. Saham Biasa (Common Stocks)

Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior

dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan

perusaAnalisis Fundamentaklhaan apabila perusahaantersebut

dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang paling

banyakdikenal dan diperdagangkan di pasar.

b. Saham Preferen (Preferred Stocks)

Saham ini mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan

saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi bisa

juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Ada dua

Page 29: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

13

hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu

mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh

tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar

dividen. Perbedaan saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga

hal yaitu klaim atas laba dan aktiva, dividen tetap selama masa berlaku

dari saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa.

3. Pengertian Harga Saham

Harga saham menurut (Hartono, 1998: 69) adalah harga yang

terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku

pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Harga saham dipengaruhi

oleh 4 aspek yaitu: pendapatan, dividen, aliran kas, dan pertumbuhan.

Pada penelitian ini yang akan dibahas adalah pengaruh dividen dengan

harga saham, dimana harga saham dianggapsebagai nilai sekarang dari

seluruh dividen yang diharapkan di masa mendatang.

4. Nilai – Nilai Saham

Ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi yang

berkaitan dengan harga saham (Husnan, 1996: 315) yaitu:

a. Analisis Fundamental

Analisis ini beranggapan bahwa setiap investor adalah makhluk

rasional, karena itu analisis ini mencoba mempelajari hubungan antara

harga saham dengankondisi perubahaan yang tercermin pada nilai

kekayaan bersih perusahaan itu.

Page 30: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

14

b. Analisis Teknikal

Analisis ini beranggapan bahwa penawaran dan permintaan

menentukan harga saham. Para analis teknikal lebih banyak

menggunakan informasi yang timbul dari luar perusahaan yang

memiliki dampak terhadap perusahaan dari pada informasi intern

perusahaan.

B. Saham Syariah

Menurut Hamid (2009, 47) Produk investasi berupa saham pada

prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran Islam. Dalam teori pencampuran Islam

mengenal akad syirkah atau musyarakah yaitu suatu kerjasama antara dua

atau lebih pihak untuk melakukan usaha dimana masing – masing pihak

menyerahkan sejumlah dana barang atau jasa.

Menurut Fakhruddin (2001) Saham dapat didefinisikan tanda

penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan

atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang

menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh

seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.Syariah

dalam arti luas “al-syari‟ah” berarti seluruh ajaran Islam yang berupa norma-

norma ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem

kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang

individual dan kolektif. Dalam arti ini, al-syariah identik dengan din, yang

berarti meliputi seluruh cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam,

tasawuf, tafsir, hadis, fikih, usul fikih, dan seterusnya

Page 31: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

15

Beberapa Definisi Saham Syariah:

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama

Indonesia (MUI) No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan

Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal,

mendefinisikan saham syariah merupakan bukti kepemilikan atas suatu

perusahaan yang memenuhi kriteria tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

syariah.

Menurut Soemitra (2009), saham syariah merupakan surat berharga

yang merepresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan.

Penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak

melanggar prinsip-prinsip syariah. Akad yang berlangsung dalam saham

syariah dapat dilakukan dengan akad mudharabah dan musyarakah.

Menurut Kurniawan (2008), Saham Syariah adalah saham-saham

yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memiliki karakteristik sesuai

dengan syariah Islam.

Data saham merupakan bagian dari Daftar Efek Syariah (DES) yang

dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan

(Bapepam-LK). Terdapat beberapa pendekatan untuk menyeleksi suatu

saham apakah bisa dikategorikan sebagai saham syariah atau tidak, yaitu:

1. Pendekatan jual beli. Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah

asset dan dalam jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bisa

dikategorikan sebagai sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil

(profit-loss sharing).

Page 32: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

16

2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan

pendekatan produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang

halal ketika produksi dari barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan

bebas dari element-element yang haram yang secara explicit disebut di

dalam Al-Quran seperti riba, judi, minuman yang memabukkan, zina, babi

dan semua turunan-turunannya.

3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang

diperoleh oleh perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh

dari bunga (interest) maka secara umum kita bisa mengatakan bahwa

saham perusahaan tersebut tidak syariah karena masih ada unsur riba

disana. Oleh karena itu seluruh pendapatan yang didapat oleh perusahaan

harus terhindar dan bebas dari bunga atau interest.

4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Dengan melihat ratio hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal

dengan debt/equity ratio. Dengan melihat ratio ini maka diketahui jumlah

hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin besar

ratio ini semakin besar ketergantungan modal terhadap hutang. Akan tetapi

untuk saat ini bagi perusahan agak sulit untuk membuat ratio ini nol, atau

sama sekali tidak ada hutang atas modal. Oleh karena itu ada toleransi-

toleransi atau batasan seberapa besar “Debt to Equity ratio“ ini. Dan

masing masing syariah indeks di dunia berbeda dalam penetapan hal ini.

Namun secara keseluruhan kurang dari 45% bisa diklaim sebagai

perusahaan yang memiliki saham syariah.

Page 33: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

17

C. Teori Inflasi

Menurut Ebert dan Griffin dalam Murhadi (2009:21) inflasi merupakan

kondisi dimana jumlah barang yang beredar lebih sedikit dari jumlah

permintaan sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga yang

meluas dalam sistem perekonomian secara keseluruhan. Kenaikan inflasi

yang signifikan akan mempengaruhi daya beli konsumen berupa penurunan

kemampuan daya beli.

Ketika suatu negara mengalami kenaikan inflasi yang tinggi dan bersifat

uncertainty (tidak menentu) maka resiko dari investasi dalam aset – aset

keuangan akan meningkat dan keredibilitas mata uang domestik akan

melemah terhadap mata uang global. Tingkat inflasi biasanya diukur melalui

perubahan indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI).

Menurut Amalia (2010:105-112) Inflasi adalah kecenderungan

meningkatnya harga – harga barang secara umum dan terus menerus.

Kenaikan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi.,

kecuali jika kenaikan harga barang itu mengakibatkan harga barang lain

menjadi ikut naik. Misalnya kenaikan harga telur, sedang barang lain konstan

tidak dapat disebut sebagai inflasi. Tetapi kenaikan harga minyak, atau lisrtrik

dapat mengakibatkan harga – harga barang lain menjadi naik. Kenaikan harga

minyak dan listrik ini dapat dimasukan sebagai pemicu inflasi.

Di dalam indikator ekonomi sering dituliskan angka inflasi. Misalnya

angka inflasi 10 persen. Ini menunjukan kenaikan harga barang – barang

secara umum adalah 10 persen. Hal ini bukan berarti bahwa semua barang

Page 34: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

18

harganya naik 10 persen. Ada barang yang naiknya di atas 10 persen dan ada

pula yang turun lebih dari 10 persen. Namun secara rata – rata harga semua

barang – barang naik 10 persen.

1. Pengukuran Inflasi

Untuk menghitung inflasi dapat digunakan rumus:

Π = Pt – Pt-1 / Pt = ∆Pt / Pt-1

Dimana:

π = Inflasi

Pt = Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun-t

Pt-1 = IHK tahun sebelumnya (t-1)

2. Macam – Macam Inflasi

Menurut Judisseno (2005:76) Ada berbagai cara untuk

menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama didasarkan atas parah

tidaknya inflasi tersebut. Berdasarkan ini inflasi dapat dibagi atas:

a. Inflasi ringan (dibawah 10 persen per tahun)

b. Inflasi sedang (10% - 30%)

c. Inflasi berat (30% - 100%)

d. Hiperinflasi (diatas 100%)

Indonesia pernah mengalami hiperinflasi pada tahun 1960-an yang

mencapai 650 persen. Indonesia pernah pula mengalami inflasi berat yaitu

mencapai 60 persen pada tahun 1998. Di tahun 1999 inflasi sedikit

melemah yaitu mencapai 20 persen.

Page 35: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

19

Penggolongan kedua menurut Judiseno (2005:77) adalah atas dasar

sebab awal dari inflasi. Atas dasar ini, inflasi dapat dibedakan atas:

a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Menurut Keynes demand pull inflation merupakan tekanan inflasi

akibat adanya excess demand terhadap barang dan jasa. Harga disini

maksudnya adalah harga – harga umum atau yang disebut sebagai

inflasi. Bertambahnya permintaan dapat disebabkan oleh naiknya

permintaan barang, pengeluaran pemerintah, dan permintaan suatu

barang oleh luar negeri.

Menurt klasik, demand pull inflation dijelaskan melalui Quantity

Theory of Money. Jika Supply uang lelebihi jumlah permintaannya,

maka individu ekonomi akan menggunakan kelebihan uangnya itu

untuk meningkatkan pengeluarannya. Kalau permintaan output

tumbuhnya lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi, maka akan

terjadi inflasi (too much money chasing few goods).

MV = PY

Bila dilihat perubahannya, maka

P = M + V – Y

Velositas uang itu stabil dalam jangka pendek, jadi V = 0. P

menunjukan perubahan harga (inflasi), M menunjukan perubahan

jumlah uang beredar, dan Y menunjukan pertumbuhan ekonomi.

Jika pertumbuhan ekonomi 2%, dan pertumbuhan jumlah uang

beredar 5% maka inflasi akan naik sebesar 3%.

Page 36: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

20

Kaum monetaris mengatakan, jika ingin inflasi itu nol persen

(0%), maka perlu kebijakan dari otoritas moneter untuk

menyeimbangkan antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan

pertumbuhan ekonomi.

b. Inflasi Dorongan Harga (Cost Push Inflation)

Perbedaan dari demand pull inflation dengan cost push inflation,

pertama, pada demand pull inflation terjadi kenaikan output

sedangkan pada cost push inflation yang terjadi malah penurunan

output. Kedua, pada demand pull inflation, kenaikan harga barang

mendahului kenaikan harga bahan – bahan input (material) sedang

pada cost push inflation, kenaikan harga barang input yang

mendahului kenaikan harga barang output.

Penggolongan inflasi ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi.

Dari sini kita dapat membedakan:

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Inflasi yang bertasal dari dalam negeri adalah inflasi yang berasal

dari dalam negeri itu sendiri seperti defisit keuangan negara yang

dibiayai (ditutupi) dengan pencetakan uang baru, atau pengenaan

pajak oleh pemerintah.

Sedangkan inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang

terjadi akibat pengaruh kenaikan harga barang – barang dari luar

negeri. Misalnya kenaikan harga barang – barang input dari luar

Page 37: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

21

negeri, penurunan nilai tukar mata uang rupiah yang mengakibatkan

harga barang – barang dari luar negeri menjadi semakin mahal, dll.

Kenaikan harga dalam negeri akibat hubungan luar negeri bisa juga

terjadi akibat naiknya ekspor. Dengan naiknya ekspor akan

mengakibatkan barang didalam negeri menjadi langka, yang pada

akhinya mengakibatkan naiknya harga barang dalam negeri.

3. Dampak dari Inflasi

Menurut Sukirno (1997: 305) dampak yang akan ditimbulkan dari

inflasi adalah sebagai berikut:

a. Memburuknya distribusi pendapatan

Dengan terjadinya inflasi, pendapatan juga naik,. Namun bagi

produsen yang naiknya biaya produksi akan dibebankan kepada

konsumen, sehingga pendapatannya meningkat. Bagi pekerja,

walaupun gaji yang diterimanya naik, kenaikan harga – harga barang

konsumsi membuat kemampuan daya beli semakin menurun.

b. Bunga yang semakin tinggi

Inflasi akan cenderung menyebabkan suku bunga semakin

meningkat. Ada perbedaan pandangan antara Keynes dan Monetaris

tentang fenomena ini.

Menurut Keynes dalam (Amalia, 2010:110) naiknya tingkat harga

menyebabkan semakin tingginya pengeluaran nominal. Meningkatnya

pengeluaran nominal tersebut, mengakibatkan permintaan akan uang

untuk transaksi juga meningkat. Bila jumlah uang beredar tetap, maka

akan mengakibatkan suku bunga menjadi meningkat.

Page 38: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

22

Sedangkan menurut Monetaris, ekspektasi terhadap inflasi

menyebabkan suku bunga nominal meningkat. Irving Fisher

mengatakan bahwa ada hubungan antara inflasi dengan tingkat bunga.

Menurut Fisher, seseorang akan memperoleh keuntungan secara

rill jika tingkat bunga nominal melebihi tingkat inflasi. Akan tetapi

jika tingkat bunga nominal berada dibawah tingkat inflasi maka secara

rill orang yang menabungkan uangnya di bank akan mengalami

kerugian.

c. Ketidakpastian dan spekulasi

Inflasi akan menciptakan ketidakpastian menjadi semakin besar,

mengingat profitability dari investasi menjadi semakin tidak jelas.

Ekspektasi dari keuntungan investasi menjadi lebih sulit, dan inflasi

dapat meningkatkan ketidakpastian untuk pembiayaan investasi.

Pengusaha akan emilih investasi dengan nilai pengembalian yang

tinggi, yang cepat (quick pay-off) dan tidak akan melakukan investasi

yang dibiayai pinjaman jangka pendek (karena suku bunga nominal

sangat tinggi).

d. Masalah pada Balance of Payment

Bila inflasi di dalam negeri lebih besar dibanding inflasi di negara

lain maka barang kita tidak akan kalah bersaing, ekspor menurun, dan

negara partner menjadi diuntungkan. Dengan kata lain, inflasi

menhyebabkan ekspor menajdi lesu, dan impor menjadi lebih

diminati. Akibatnya neraca transaksi berjalan semakin memburuk,

muncul spekulasi akan terjadinya devaluasi mata uang.

Page 39: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

23

Apabila kurs mata uang menurun (depresiasi), maka harga barang

domestik yang berasal dari impor akan semakin mahal, dan dapat

menyebabkan ongkos produksi menjadi semakin, mahal sehingga

inflasi semakin besar.

D. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Keberadaan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter memiliki tingkat

keberhasilan yang signifikan. Akan tetapi SBI dengan sistem diskontonya

tentu saja membuat bank syariah tidak dapat ikut serta dalam upaya

pengendalian jumlah uang beredar tersebut. Untuk itu, kemudian Bank

Indonesia menyiapkan instrumen lain berupa Sertifikat Wadiah Bank Indnesia.

Akan tetapi, karakteristik dasarnya yang berprinsip wadiah rupanya kurang

efektif . Maka dari itu, untuk meningkatkan efektifitas pengendalian moneter,

maka Bank Indonesia menyiapkan sebuah instrumen yang bernama Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS).

SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu

pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS

tentu saja tidak menggunakan sistem diskonto. Akad yang dapat digunakan

dalam SBIS adalah akad Mudharabah (Muqaradhah)/Qiradh, Musyarakah,

Ju'alah, Wadi'ah, Qardh, dan Wakalah. Dari keenam akad di atas, yang saat ini

telah digunakan hanyalah SBIS berdasarkan akad Ju‟alah. Ju‟alah adalah janji

atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan (reward/‟iwadh//ju‟l)

tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

Page 40: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

24

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret

2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga

berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah

yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

Menurut Bank Indonesia (2013) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

adalah adalah surat berharga sebagai pengakuan utang Bank Indonesia yang

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah. Karakteristik SBIS saat ini adalah:

1. Menggunakan akad ju‟alah namun, berdasarkan fatwa DSN-MUI, SBI

Syariah juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah,

musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah).

2. Bersatuan unit sebesar Rp1 juta

3. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12 bulan;

4. Diterbitkan tanpa warkat (scripless)

5. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia, dan

6. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-negotiable).

Seperti halnya SBI, SBIS adalah juga instrumen Bank Indonesia untuk

operasi pasar terbuka, utamanya melalui mekanisme perbankan syariah.

Mekanisme penerbitan SBIS adalah lewat cara lelang. Pihak yang dapat

diikutsertakan dalam proses pelelangan SBIS adalah sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang

yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS; dan

2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak

langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR)

yang ditetapkan Bank Indonesia.

Page 41: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

25

Bank Indonesia memberikan imbalan terhadap SBIS yang diterbitkan.

Sedangkan hasil dari transaksi lelang SBIS dapat dibatalkan dengan cara

sebagai berikut:

1. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.

2. Transaksi SBIS (setelmen lelang SBIS, setelmen first leg Repo SBIS, dan

setelmen second leg Repo SBIS) dinyatakan batal apabila saldo rekening

giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS di Bank Indonesia

tidak mencukupi.

Menurut Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007 akad pada SBIS

yang digunakan saat ini adalah ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau

komitmen untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil yang

ditentukan dari suatu hasil pekerjaan. Adapun rukun dan syarat syahnya

ju‟alah adalah sebagai berikut:

Rukun ju‟alah:

1. Sighat, hendaknya kalimat itu mengandung arti izin kepada yang akan

bekerja juga tidak ditentukan waktunya.

2. Ja‟il, yaitu pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu dari

hasil pencapaian atas suatu pekerjaan yang telah dijanjikan sebelumnya.

3. Maj‟ulah adalah orang yang melaksanakan akad ju‟alah.

4. Maj‟ulaih adalah pekerjaan yang dilaksanakan.

5. Upah

Syarat syahnya akad ju‟alah adalah sebagai berikut:

1. Orang yang menjanjikan hadiah atau upah harus orang yang cakap untuk

melakukan tindakan hukum. Yaitu: baliqh, berakal, dan cerdas.

Page 42: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

26

2. Objek ju‟alah harus berupa pekerjaan yang tidak dilarang oleh syariah.

3. Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang berharga

atau bernilai dan harus jelas juga nilainya.

4. Ijab harus disampaikan dengan jelas oleh pihak yang menjanjikan upah

walaupun tanpa ucapan qabul dari pihak yang melaksanakan pekerjaan.

5. Pekerjaan yang mengharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat

yang jelas dan boleh di manfaatkan menurut hukum syar‟i.

Dalam SBIS Ju‟alah, Bank Indonesia bertindak bertindak sebagai ja‟il

(pemberi pekerjaan) dan Bank Syariah bertindak sebagai maj‟ullah (penerima

pekerjaan) dan objek Ju‟alah (mahall al-„aqd) adalah partisipasi Bank Syariah

untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian moneter melalui

penyerapan likuiditas dari masyarakat dan menempatkannya di Bank

Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Dalam hal supaya akad ini

menjadi sah, rukun dan syarat Ju‟alah pun harus dipenuhi. Menurut Fatwa

DSN MUI NO: 64/DSN-MUI/XII/2007 ketentuan akad SBIS Ju‟alah adalah

sebagai berikut:

1. SBIS ju‟alah sebagai instrumen moneter boleh diterbitkan untuk

pengendalian moneter dan pengelolaan likuiditas perbankan syariah.

2. Dalam SBIS ju‟alah, Bank Indonesia bertindak sebagai ja‟il ( pemberi

pekerjaan ); Bank Syariah bertindak sebagai maj‟ul lah ( penerima

pekerjaan); dan objek Ju‟alah (mahall al-„aqd) adalah partisipasi bank

syariah untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian

moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan

Page 43: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

27

menepatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka waktu

tertentu.

3. Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penertiban SBIS

mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah

sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan

(reward/‟iwadh/ju‟l) tertentu bagi yang turut berpartisipasi dalam

pelaksanaannya.

Adapun ketentuan hukum dari SBIS Ju‟alah adalah sebagai berikut:

a. Bank Indonesia wajib memberikan imbalan (reward/„iwadh/ju‟l) yang

telah dijanjikan kepada Bank Syariah yang telah membantu Bank

Indonesia dalam upaya pengendalian moneter dengan cara

menempatkan dana di Bank Indonesia dalam jangka waktu tertentu,

melalui "pembelian" SBIS Ju'alah.

b. Dana Bank Syariah yang ditempatkan di Bank Indonesia melalui SBIS

adalahwadi‟ah amanah khusus yang ditempatkan dalam rekening SBIS

Ju‟alah, yaitu titipan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan

kesepakatan atau ketentuan Bank Indonesia, dan tidak dipergunakan

oleh Bank Indonesia selaku penerima titipan, serta tidak boleh ditarik

oleh Bank Syariah sebelum jatuh tempo.

c. Dalam hal Bank Syariah selaku pihak penitip dana (mudi‟)

memerlukan likuiditas sebelum jatuh tempo, ia dapat me-repokan

SBIS Ju‟alah-nya dan Bank Indonesia dapat mengenakan denda

(gharamah) dalam jumlah tertentu sebagai ta'zir.

Page 44: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

28

d. Bank Indonesia berkewajiban mengembalikan dana SBIS Ju‟alah

kepada pemegangnya pada saat jatuh tempo.

e. Bank syariah hanya boleh atau dapat menempatkan kelebihan

likuiditasnya pada SBIS Ju‟alah sepanjang belum dapat

menyalurkannya ke sektor riil.

f. SBIS Ju‟alah merupakan instrumen moneter yang tidak dapat

diperjualbelikan (non tradeable) atau dipindahtangankan, dan bukan

merupakan bagian dari portofolio investasi bank syariah.

E. Jumlah Uang Beredar (JUB)

Menurut Diulio (1998:133) Jumlah uang beredar (M) adalah hasil kali

uang primer dengan pengganda uang. Uang primer terdiri dari uang kartal

yang berada diluar sistem perbankan di tambah dengan simpanan lembaga –

lembaga keuangan. Volume uang primer dikendalikan oleh bank sentral

melalui operasi pasar terbuka.

Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi

dua, yaitu:

1. Jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut „Narrow Money‟

(M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan

2. Uang beredar dalam arti luas atau „Broad Money‟ (M2), yang terdiri dari

M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).

Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2

ditambah dengan semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank.

Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu uang

Page 45: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

29

beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2).

1. Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti

sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di tangan

masyarakat. Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank Indonesia)

yang disimpan di bank-bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak

dikelompokkan sebagai uang kartal.

Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro)

masyarakat pada bank-bank umum. Simpanan ini merupakan bagian dari

uang beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan oleh pemiliknya

untuk melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik

suatu bank yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang

giral.

2. Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)

Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1

(uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near

money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk

deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi

diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk

simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai oleh

pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.

Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas

ini (M2) sering disebut dengan likuiditas perekonomian.

Page 46: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

30

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar

Menurut Yuliadi (2008: 86) faktor – faktor yang mempengaruhi

jumlah uang beredar adalah sebagai berikut:

a. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit)

Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa

yang masuk ke dalam negara, hal ini berarti ada penambahan jumlah

uang beredar. Demikian pula sebaliknya, jika neraca pembayaran

mengalami defisit, berarti ada pengurangan terhadap devisa negara.

Hal ini berari ada pengurangan terhadap jumlah uang beredar.

b. Keadaan APBN (surplus atau defisit)

Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka

pemerintah dapat mencetak uang baru. Hal ini berarti ada penambahan

dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya, jika APBN negara

mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas

negara. Sehingga jumlah uang beredar semakin kecil.

c. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia

Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat

memberikan kredit kepada bank-bank umum, tetapi BI juga dapat

memberikan kredit langsung kepada lembaga-lembaga pemerintah

yang lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN)

lainnya. Perubahan besarnya kredit langsung ini akan berpengaruh

terhadap besar kecilnya jumlah uang beredar.

Page 47: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

31

d. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia

Sebagai banker‟s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas

kepada bank-bank umum. Sebagai contoh, ketika terjadi krisis

ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan kredit likuiditas dalam

rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya

mencapai ratusan trilyun rupiah. Hal ini berdampak pada melonjaknya

jumlah uang beredar.

Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak,

juga dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang beredar.

F. Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya merupakan kumpulan beberapa hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya terhadap

penelitian yang akan dilakukan ini. Hasil – hasil dari penelitian sebelumnya

ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan ini.

Chairul Nazwar (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel

Makroekonomi Terhadap Return Saham Syariah di Indonesia” dapat

disimpulkan bahwa beberapa variabel ekonomi makro memiliki pengaruh

terhadap pertumbuhan saham syariah ini, ini dapat dilihat dari hasil penelitian

ini yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap return saham syariah di Indonesia. Sedangkan suku bunga

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syariah di

Indonesia.

Page 48: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

32

Malik Cahyadin dan Devi Oktaviana Milandari (2009) dengan judul

“Analisis Efficient Mrket Hypothesis (EMH) di Bursa Saham Syariah” dapat

disimpulkan bahwa dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat bursa saham

syariah di Indonesia, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Malaysia dengan

menggunakan model analisis Efficient Market Hypothesis (EMH), dimana

didalam metode ini terdapat tiga jenis pasar yang dikaitkan dengan informasi

(baik itu data maupun kebijakan) yang ada di pasar, yaitu pasar bentuk lemah,

pasar bentuk setengah kuat, dan pasar bentuk kuat. Paper ini menjelaskan

tentang pasar saham syariah yang ada di Indonesia dan Amerika Serikat

dengan mengacu pada indeks harga saham syariahnya. Hasil uji stasioneritas

data JII menunjukkan bahwa data stasioner mengindikasikan bahwa bentuk

pasar saham syariah Indonesia dikategorikan ke dalam bentuk pasar lemah.

Sesuai dengan teori EMH bahwa pasar dengan bentuk lemah menunjukkan

indikasi harga saham syariah pada saat ini lebih disebabkan oleh informasi

yang terjadi pada periode-periode sebelumnya.

Makaryanawati, Miscbachul Ulum (2009) dengan judul “Pengaruh

Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuidasi Perusahaan terhadap Risiko

Investasi Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index” dapat

disimpulkan bahwa tingkat suku bunga yang ditujukan oleh tingkat suku

bunga SBI sebagai tingkat kenaikan risiko terbukti berpengaruh signifikan

terhadap tingkat risiko investasi. Tingkat likuidasi perusahaan yang

ditunjukan oleh rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko

investasi. Hal ini berbeda dengan konsep yang menyebutkan bahwa risiko

Page 49: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

33

investasi dibagi menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak

sistematis. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dipengaruhi

oleh faktor mikro. Faktor mikro dalam penelitian in adalah tingkat likuidasi

perusahaan yang diukur dengan rasio lancar.

Putri Yumettasari, Endang Tri Widiastuti, Wisnu Mawardi (2010)

dengan judul “Analisis Faktor – Faktor Per Antara Yang Mempengaruhi

Saham Syariah Dengan Saham Non Syariah (Studi Empiris pada Perusahaan

Non Keuangan yang Terdapat di BEI periode 2003 -2005) dapat disimpulkan

bahwa Penelitian yang dilakukan ini merupakan studi empiris yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh current ratio, debt to equity ratio, inventory

turnover, return on equity, net profit margin dan devidend payout ratio

terhadap price earnings ratio. Berdasarkan hasil analisa data dalam

pembuktian hipotesis serta pembahasannya, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa terdapat perbedaan pengaruh dari current ratio, debt to equity ratio,

inventory turn over, return on equity, net profit margin,dan devidend payout

ratio dalam mempengaruhi price earnings ratio (PER) antara saham syariah

dan saham non syariah kategori non keuangan. Kesesuaian model penelitian

ini adalah sebesar 24,5%, sisanya sebesar 75,5% dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

M. Dharani dan P. Natarajan (2011) dengan judul “Equanimity of Risk

and Return Relationship Between Sharia Index and General Index in India

dapat disimpilkan bahwa penelitian ini dilakukan secara empiris dengan cara

menganalisis nilai return indeks Nifty selama 3 tahun yaitu dalam periode 1

Page 50: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

34

Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis kinerja saham syariah dan saham konvensional

dan kemudian membandingkan perbedaan diantara keduanya apakah ada

perbedaan yang cukup signifikan atau tidak. Hasil dalam penelitian ini

menyatakan bahwa indeks syariah kurang signifikan setelah diuji dalam

periode tersebut. Menurut hasil t-test perbedaan diantara kedua indeks ini

belum cukup signifikan.

Dr. Anuj Kumar Tyagi dan Mohd. Rizwan (2012) dengan judul “A

Study of The Movement of BSE – TASIS Shariah 50 Index in Accordance with

Sense” dapat disimpulkan bahwa didalam penelitian ini menganalisis

pertumbuhan indeks Thasis Sharia dan Sensex yang dihitung pada periode

Desember 2011 sampai dengan November 2012 yang kurang lebih selama

satu tahun. Dalam penelitian ini menggunakan daftar tabel grafik untuk

menemukan tujuan dari dari penelitian ini. Hal yang didapat adalah indeks

TASIS Sharia dan Sensex selalu mengalami pertumbuhan dalam bulan – bulan

tertentu. Oleh sebab itu penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk para

investor yang ingin menginvestasikan modalnya di indeks syariah akan

mendapatkan hasil yang sama atau bahkan lebih dibanding indeks

konvensional.

Page 51: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

35

Tabel 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

NO Peneliti Alat Analisis Judul dan Hasil Penelitian

1 Chairul

Nazwar (2008)

Ordinary Least

Square

Judul Penelitian: Analisis Pengaruh

Variabel Makroekonomi Terhadap

Return Saham Syariah di Indonesia

Hasil Penelitian: beberapa variabel

ekonomi makro memiliki pengaruh

terhadap pertumbuhan saham syariah

ini, ini dapat dilihat dari hasil penelitian

ini yang menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap return

saham syariah di Indonesia. Sedangkan

suku bunga berpengaruh negatif dan

sibgnifikan terhadap return saham

syariah di Indonesia.

2 Malik

Cahyadin dan

Devi

Oktaviana

Milandari

(2009)

Uji

Stationeritas

Uji Kausalitas

Granger

Uji Korelasi

Sederhana

Judul Penelitian: Analisis Efficient

Mrket Hypothesis (EMH) di Bursa

Saham Syariah

Hasil Penelitian: penelitian ini

dilakukan untuk melihat bursa saham

syariah di Indonesia, Amerika Serikat,

Arab Saudi, dan Malaysia dengan

menggunakan model analisis Efficient

Market Hypothesis (EMH), dimana

didalam metode ini terdapat tiga jenis

pasar yang dikaitkan dengan informasi

Page 52: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

36

NO Peneliti Alat Analisis Judul dan Hasil Penelitian

(baik itu data maupun kebijakan) yang

ada di pasar, yaitu pasar bentuk lemah,

pasar bentuk setengah kuat, dan pasar

bentuk kuat. Paper ini menjelaskan

tentang pasar saham syariah yang ada

di Indonesia dan Amerika Serikat

dengan mengacu pada indeks harga

saham syariahnya. Untuk menganalisi

keseluruhan data yang ada didalam

penelitian ini digunakannlah uji

stationeritas dan uji kausalitas Granger

untuk mengujinya dengan

menggunakan alat analisis Eviews.

Hasil uji stasioneritas data JII

menunjukkan bahwa data stasioner

mengindikasikan bahwa bentuk pasar

saham syariah Indonesia dikategorikan

ke dalam bentuk pasar lemah. Sesuai

dengan teori EMH bahwa pasar dengan

bentuk lemah menunjukkan indikasi

harga saham syariah pada saat ini lebih

disebabkan oleh informasi yang terjadi

pada periode-periode sebelumnya.

3 Makaryanawat

i, Miscbachul

Ulum (2009)

Analisis

Regresi

Berganda

Judul Penelitian: Pengaruh Tingkat

Suku Bunga dan Tingkat Likuidasi

Perusahaan terhadap Risiko Investasi

Saham yang Terdaftar pada Jakarta

Islamic Index

Page 53: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

37

NO Peneliti Alat Analisis Judul dan Hasil Penelitian

Hasil Penelitian: tingkat suku bunga

yang ditujukan oleh tingkat suku bunga

SBI sebagai tingkat kenaikan risiko

terbukti berpengaruh signifikan

terhadap tingkat risiko investasi.

Tingkat likuidasi perusahaan yang

ditunjukan oleh rasio lancar tidak

berpengaruh signifikan terhadap risiko

investasi. Hal ini berbeda dengan

konsep yang menyebutkan bahwa risiko

investasi dibagi menjadi dua yaitu

risiko sistematis dan risiko tidak

sistematis. Risiko tidak sistematis

merupakan risiko yang dapat

dipengaruhi oleh faktor mikro. Faktor

mikro dalam penelitian in adalah

tingkat likuidasi perusahaan yang

diukur dengan rasio lancar.

4 Putri

Yumettasari,

Endang Tri

Widiastuti,

Wisnu

Mawardi

(2010)

Ordinary Least

Square

Judul Penelitian: Analisis Faktor –

Faktor Per Antara Yang Mempengaruhi

Saham Syariah Dengan Saham Non

Syariah (Studi Empiris pada

Perusahaan Non Keuangan yang

Terdapat di BEI periode 2003 -2005)

Hasil Penelitian: Penelitian yang

dilakukan ini merupakan studi empiris

yang bertujuan untuk mengetahui

Page 54: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

38

NO Peneliti Alat Analisis Judul dan Hasil Penelitian

pengaruh current ratio, debt to equity

ratio, inventory turnover, return on

equity, net profit margin dan devidend

payout ratio terhadap price earnings

ratio. Berdasarkan hasil analisa data

dalam pembuktian hipotesis serta

pembahasannya, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa Terdapat perbedaan

pengaruh dari current ratio, debt to

equity ratio, inventory turn over, return

on equity, net profit margin,dan

devidend payout ratio dalam

mempengaruhi price earnings ratio

(PER) antara saham syariah dan saham

non syariah kategori non keuangan.

Kesesuaian model penelitian ini adalah

sebesar 24,5%, sisanya sebesar 75,5%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini.

5 M. Dharani,

P. Natarajan

(2011)

Vektor

Autoregresive

Judul Penelitian: Equanimity of Risk

and Return Relationship between

Shariah Index and General Index in

India

Penelitian ini dilakukan secara empiris

dengan memeriksa risiko dan nilai

return Nifty Syariah indeks dan indeks

Nifty selama periode 2 Januari 2007 -

Page 55: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

39

NO Peneliti Alat Analisis Judul dan Hasil Penelitian

31 Desember 2010. Periode sampel

telah dibagi lagi menjadi periode pasar

pertama dan periode pasar kedua

berdasarkan pergerakan indeks kedua

selama masa studi. Tujuan dari studi ini

adalah untuk menganalisis kinerja

Indeks Syariah dan Indeks

Konvensional dan untuk menguji

apakah ada perbedaan yang signifikan

antara kedua indeks tersebut di India.

Berdasarkan studi yang sebelumnya,

tulisan ini memperlihatkan risiko yang

disesuaikan pengukuran seperti Sharpe

index, indeks Treynor dan Jensen

alpha. T-tes telah digunakan untuk

menguji kembali berarti perbedaan

antara kedua indeks. Studi menemukan

bahwa Nifty Syariah kurang signifikan

selama periode sampel sampel dan sub.

Menurut t-test, berarti perbedaan antara

kedua indeks belum signifikan yang

mengungkapkan keduanya konsisten.

Pengembalian risiko disesuaikan untuk

indeks kedua.

6 Dr. Anuj

Kumar Tyagi

dan Mohd.

Rizwan (2012)

Uji Stationer

Judul Penelitian:

A Study of the Movement of BSE-TASIS

Shariah 50 Index in accordance with

Sensex

Penelitian ini menganalisis gerakan

Page 56: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

40

NO Peneliti Alat Analisis Judul dan Hasil Penelitian

Tasis Syariah dan Sensex selama

periode Desember 2011 sampai

November 2012. Nilai-nilai penutupan

indeks Syariah dari Sensex yang

dikumpulkan dari situs-situs BSE. Studi

ini berbentuk tabel dan grafik yang

kemudian dianalisis untuk memeriksa

tujuan studi. Hal ini ditemukan bahwa

Tasis Syariah dan sensex bergerak

hampir dalam arah yang sama pada

bulan tertentu. Oleh karena itu, studi ini

menyimpulkan bahwa ekuitas

berdasarkan etika investor dapat

memperoleh lebih atau kurang sama

dengan berinvestasi di perusahaan

Syariah & saham lain yang terdapat di

Sensex. Kesimpulannya adalah,

penelitian ini telah menunjukkan

bahwayang biasa digunakan untuk

menilai kepatuhan syariah perusahaan

untuk tujuan termasuk mereka dalam

daftar perusahaan yang dapat diterima,

perlu dimodifikasi.

Sumber: Berbagai Referensi (diolah)

G. Kerangka Penelitian

Menurut Hamid (2012:25) kerangka pemikiran merupakan sinetesa dari

serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya

Page 57: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

41

merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi

atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka

pemikiran dapat berupa bagan, deskrptif kualitatif, atau bahkan gabungan

keduanya.

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selalu mengalami pertumbuhan

untuk setiap tahunnya. Pertumbuhannya ini tidak lepas karena dipengaruhi atas

beberapa variabel ekonomi makro seperti inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB),

dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

Inflasi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel ekonomi makro

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disuatu negara.

Pertumbuhan ekonomi disuatu negara juga tidak terlepas dari besarnya tingkat

investasi yang bertumbuh di negara tersebut. ISSI merupakan salah satu dari

beberapa instrumen investasi yang ada di Indonesia. Jadi inflasi dan pergerakan

ISSI ini sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu negara.

Variabel lain yang akan mempengaruhi pergerakan ISSI adalah SBIS.

Telah kita ketahui bersama bahwa ISSI dan SBIS adalah merupakan instrumen

investasi syariah. Keduanya saliong berpengaruh negatif karena masyarakat

sendiri yang akan memilih salah satu diantara kedua instrumen investasi

syariah tersebut untuk tempat mereka berinvestasi.

Variabel makro yang terakhir yang akan mempengaruhi pergerakan ISSI

adalah Jumlah Uang Beredar (JUB). Jumlah uang yang beredar di suatu negara

otomatis akan memcerminkan kondisi perekonomian negara tersebut. Jumlah

uang yang beredar di suatu negara tentunya akan masuk kepada sektor – sektor

Page 58: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

42

perekonomian yang akan menggerakan suatu negara, tidak terkecuali ke sektor

investasi. Jadi variabel JUB secara garis besar akan sangat besar pengaruhnya

terhadap pertumbuhan ISSI kedepannya.

Selanjutnya investasi yang tertanam disuatu negara ini juga akan menjadi

stimulus dalam tumbuh dan berkembangnya perekonomian suatu negara.

Diharapkan ISSI yang merupakan salah satu dari sekian banyak alat investasi

dapat menyumbangkan perannya untuk memberikan dampak yang besar dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dan dengan melihat dari

hasil penelitian sebelumnya maka kerangka penelitian yang terbentuk adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Kerangka Penelitian

Ket: (Ruang Lingkup Penelitian)

Indeks Syariah

INVESTASI

Jumlah Uang Beredar Tingkat Inflasi SBIS

Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia

Page 59: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

43

H. Hipotesis Penelitian

Dari hasil penilitian ini, dapat diambil sebuah hipotesis untuk

menyimpulkan bahwa adanya pengaruh antar variabel yang saling

mempengaruhi antar tiap variabel lainnya.

1. Diduga adanya hubungan kausalitas antara inflasi, SBIS, dan JUB

terhadap indeks syariah yang terdaftar pada ISSI secara simultan.

2. Diduga adanya pola dinamis akibat pengaruh antara inflasi, SBIS, dan

JUB terhadap indeks syariah yang terdaftar pada ISSI secara simultan.

3. Diduga adanya guncangan (shocks) yang cukup besar antara inflasi,

SBIS, dan JUB terhadap indeks syariah yang terdaftar pada ISSI secara

simultan.

Page 60: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

44

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah seluruh saham

syariah yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pda

periode waktu 2010.5 – 2013.4

Untuk jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder sendiri adalah data yang didapat dari pihak (instansi)

lain yang biasa digunakan untuk melakukan penelitian.

B. Teknik Penentuan Data

Dalam melakukan pengumpulan data sangat dibutuhkan ketelitian agar

mendapatlam data yang bagus. Data yang bagus dapat membantu

mendapatkan hasil yang sesuai dalam penelitian yang sedang dikerjakan.

Dalam penelitian ini data yang dipergunakan adalah:

1. Sumber Data

Data yang digunakan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI)

berupa daftar saham yang terdaftar pada ISSI pada tahun 2010.5 – 2013.4.

Data inflasi diperoleh dari BPS dan data SBIS dan JUB diperoleh dari

Bank Indonesia pada periode tahun 2010.5 – 2013.4.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari data statistik dan data yang di

publikasikan secara umum. Data – data yang dikumpulkan adalah sebagai

berikut:

Page 61: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

45

a. Data statistik kapitalisasi ISSI pada periode tahun 2010.5 – 2013.4

bersumber dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

b. Data statistik outstanding SBIS pada periode tahun 2010.5 – 2013.4

bersumber dari Bank Indonesia (BI)

c. Data statistik JUB pada periode tahun 2010.5 – 2013.4 bersumber

pada Bank Indonesia (BI)

d. Data inflasi yang dipublish oleh BPS pada periode tahun 2010.5 –

2010.4 bersumber pada Bank Indonesia (BI)

C. Teknik Analisis

1. Analisis Vector Autoregressive (VAR)

VAR merupakan regresi sederhana dari persamaan Xt = ItXt-1 + €t

dimana Xt = vektor dari time series yang stationer dan €t = vektor pada

time series yang white noise dengan matriks kovarian Ω.

Model ekonometrika yang sering digunakan dalam analisis kebijakan

makroekonomi dinamik dan stokastik adalah model VAR. Siregar dan

Irawan (2005) dalam Ajija, dkk (2011:165) menjelaskan bahwa VAR

merupakan suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap variabel

sebagai fungsi linear dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari variabel itu

sendiri, seta nilai lag dari variabel lain yang ada dalam sistem. Variabel

penjelas dalam VAR meliputi nilai lag seluruh variabel tak bebas dalam

sistem VAR yang membutuhkan identifikasi retriksi untuk mencapai

persamaan melalui interpretasi persamaan.

Page 62: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

46

VAR dengan ordo p dan n buah variabel tak bebas pada periode t dapat

dimodelkan sebagai berikut

Yt = β0 + βtYt-1 + βtYt-2 ... + βpYt-p + t

Dimana

Y = Vektor variabel tak bebas ( Y1,t , Y2,t , Y3,t )

βo = Vektor intersep berukuran n x 1

βt = Matriks parameter berukuran n x 1

t = Vektor residual ( ∑1,t , ∑2,t , ∑3,t )

Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah semua variabel

tak bebas bersifat stationer, semua sisaan bersifat white noise, yaitu

memiliki rataan nol, ragam konstan, dan di antara variabel tak bebas tidak

ada korelasi. Uji kestationeran data dapat dilakukan melalui pengujian

terhadap ada tidaknya unit root dalam variabel dengan uji Augmented

Dickey Fuller (ADF), adanya unit root akan menghasilkan persamaan atau

model regresi lancung.

Pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi persamaan regresi

lancung adalah dengan melakukan diferensiasi atas variabel endogen dan

eksogennya, sehingga diperoleh variabel yang stationer dengan derajat

I(n). Kestationeran data melalui pendeferensialan belum cukup, kita perlu

mempertimbangkan keberadaan hubungan jangka panjang dan jangka

pendek dalam model.

Pendeteksian keberadaan kointegrasi ini dapat dilakukan dengan

metode Johansen atau Engel-Granger. Jika variabel – variabel tidak

Page 63: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

47

terkointegrasi, maka dapat diterapkan VAR standar yang hasilnya akan

identik dcengan OLS, setelah memastikan variabel tersebut sudah

stationer pada derajat (ordo) yang sama. Jika pengujian membuktikan

terhadap vektor kointegrasi, maka dapat diterapkan ECM untuk single

equation atau VECM untuk system equation.

2. Uji Stationeritas Data & Derajat Integrasi

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi

dengan data time series adalah dengan menguji stationeritas pada data

atau disebut juga stationary stochastic process. Uji stationeritas data ini

dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey – Fuller (ADF)

pada derajat yang sama (level atau different) hingga diperoleh suatu data

yang stationer, yaitu data yang variansnya tidak terlalu besar dan

mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata – ratanya (Enders,

1995) dalam Ajija, dkk (2011:165).

Menurut Gujarati (2003: 817) dalam Ajija, dkk (2011:165)

menjelaskan bentuk persamaan uji stationer dengan analisis ADF dalam

persamaan berikut.

∆Yt= αo + ϒYt-1 + βt ∑ ∆Yt-i+1 + t

Dimana

Yt = Bentuk dari first difference

α 0 = Intersep

Y = Variabel yang diuji stationeritasnya

P = Panjang lag yang digunakan dalam model

= Error Term

Page 64: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

48

Dalam persamaan tersebut dapat kita ketahui bahwa H0 menunjukan

adanya unit root dan H1 menunjukan kondisi tidak adanya unit root. Jika

dalam uji stationeritas ini menunjukan nilai ADFstatistik yang lebih besar

daripada Mackinnon critical value, maka dapat diketahui bahwa data

tersebut stationer karena tidak mengandung unit root. Sebaliknya, jika

nilai ADFstatistik lebih kecil daripada Mackinnon critical valu, maka dapat

disimpulkan bahwa data tersebut tidak stationer pada derajat level.

Dengan demikian, differensing data untuk memperoleh data yang

stationer pada derajat yang sama di first different I(1) harus dilakukan,

yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya.

3. Uji Kausalitas

Analisis yang berkaitan dengan model sistem VAR non struktural

adalah mencari hubungan sebab akibat atau uji kausalitas antar variabel

endogen di dalam sistem VAR. Hubungan sebab akibat ini bisa diuji

dengan menggunakan uji kausalitas Granger.

4. Analisis di dalam model VAR

Hasil estimasi VAR seringkali tidak memuaskan dilihat dari uji t

kelambanan variabel endogen di dalam sistem VAR kemungkinan tidak

signifikan secara statistik. Selaim itu secara individual koefisien di dalam

model VAR sulit diinterpretasikan. Kegunaan model VAR adalah untuk

analisis dinamis data time series. Ada beberapa analisis penting yang bisa

didihasilkan di dalam model VAR yaitu:

Page 65: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

49

a. Peramalan VAR

b. Impulse Response

c. Variance Decomposition

5. Peramalan VAR

Dengan metode VAR kita dapat mengamati pergerakan atau trend data

– data yang diamati sehingga kita bisa melakukan peramalan. Peramalan

di dalam VAR merupakan sebuah ekstrapolasi nilai saat ini dan masa

depan seluruh variabel dengan menggunakan seluruh informasi yang ada

di masa lalu.

6. Impulse Response

Secara individual koefisiensi di dalam model VAR sulit di

interpretasikan maka para ahli ekonometrika menggunakan analisis

impulse response. Impulse response ini merupakan salah satu analisis

penting dalam model VAR. Analisis impulse response ini melacak respon

dari variabel endogen di dalam sistem VAR karena adanya guncangan

(shocks) atau perubahan di dalam variabel gangguan (e).

7. Variance Decomposition

Selain impulse response, model VAR juga menyediakan analisis

Forecast Error Decomposition of Variance atau seringkali disebut dengan

variance decomposition. Variance decomposition ini memberikan metode

yang berbeda di dalam menggambarkan sistem dinamis VAR

dibandingkan dengan anlisis impulse response sebelumnya.

Analisis impulse response sebelumnya digunakan untuk melacak

dampak shock dari variabel endogen terhadap variabel lain di dalam

Page 66: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

50

sistem VAR. Sedangkan analisis variance decomposition ini

menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel di dalam sistem VAR

karena adanya shock. Variance decomposition berguna untuk

memprediksi kontribusi prosentase varian setiap variabel karena adanya

perubahan variabel tertentu di dalam sistem VAR.

Page 67: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

51

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan suatu indeks

syariah baru yang dibentuk oleh Bursa Efek Indonesia. ISSI dibentuk

pada sekitar pertengahan Mei 2011. Sebelum ISSI ini dibentuk telah ada

sebelumnya indeks syariah lainnya yakni JII yang telah lebih dahulu ada.

Namun indeks JII ini dirasa masih kurang untuk menampung semakin

banyaknya indeks syariah yang terdaftar di IHSG, karena indeks syariah

yang terdaftar di JII adalah hanya 30 indeks syariah yang terbesar.

Didasari atas itu semua maka dibentuklah ISSI untuk menampung

keseluruhan indeks syariah yang terdaftar di IHSG. Jadi ISSI ini

beranggotakan seluruh indeks syariah yang ada didalam IHSG baik itu

yang besar maupun yang kecil. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

dan memberikan pilihan lain kepada masyarakat dan juga agar masyarakat

yang ingin menginvestasikan uangnya pada indeks syariah tidak salah

tempat. Gambar dibawah ini adalah perkembangan ISSI dari periode Mei

2010 sampai dengan Maret 2013 adalah sebagai berikut.

Page 68: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

52

Gambar 4.1

Perkembangan ISSI Mei 2010 s.d April 2013

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah), 2013

Gambar diatas merupakan perkembangan Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI) periode Mei 2010 sampai dengan April 2013.

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa ISSI selalu mengalami

pertumbuhan setiap periodenya. Walaupun ISSI ini baru saja di bentuk

namun perkembangannya menunjukan trend yang sangat positif.

Hasil perkembangan ISSI ini didapat dengan cara menghitung

secara manual nilai kapitalisasi indeks syariah yang tercatat di IHSG dari

periode Mei 2010 sampai dengan periode April 2011. Hal ini dilakukan

karena pada periode tersebut ISSI belum dibentuk. Pada periode Mei 2010

sampai dengan April 2013 perkembangan kapitalisasi ISSI ini selalu

mengalami pertumbuhan. Walaupun ada beberapa penurunan, namun

Page 69: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

53

penurunan ini tidak terlalu signifikan dan kemudian mengalami

pertumbuhan kembali di periode selanjutnya.

Pertumbuhan ISSI yang selalu terjadi setiap periodenya ini tidak

terlepas karena pertumbuhan pangsa pasar syariah yang telah tumbuh dan

berkembang di Indonesia beberapa tahun kebelakang ini. Pertumbuhan

pangsa pasar syariah yang berawal dari sektor perbankan yang kemudian

merambah ke asuransi dan kini eranya telah masuk pada pasar modal.

Inilah yang dijadikan kesempatan oleh beberapa perusahaan atau emiten

untuk mengeluarkan indeks syariah agar dapat menarik minat para

masyarakat penanam modal yang ingin berinvestasi pada indeks syariah.

Diawali pada Mei 2010 kapitalisasi ISSI pada pasar modal di

Indonesia mencapai angka 1.084.853.495 dan angka ini selalu meningkat

pada periode – periode selanjutnya. Peningkatan tertinggi terjadi pada

bulan Juli 2011 yaitu sebesar 1.820.928.310 sedangkan bulan selanjutnya

merupakan penurunan yang cukup besar dibandingkan pada periode

sebelumnya tepatnya pada September 2011 yaitu sebesar 1.585.367.940.

Periode selajutnya kapitalisasi ISSI pada pasar modal selalu mengalami

kenaikan walaupun sesekali berfluktuatif namun tidak terlalu signifikan

penurunannya. Pada April 2013 kapitalisasi ISSI pada pasar modal tercatat

sebesar 2.837.700.260.

2. Perkembangan Inflasi

Salah satu variabel makroekonomi yang mempengaruhi

perkembangan ISSI adalah inflasi. Inflasi merupakan naiknya harga

Page 70: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

54

barang pokok secara terus – menerus dan mempengaruhi harga barang

lainnya. Hampir dari tahun ke tahun kita dapat merasakan naiknya harga

suatu barang, ini tidak terlepas dari besarnya tingkat inflasi yang tercatat

pada periode tersebut.

Inflasi merupakan faktor paling utama penggerak perekonomian

disuatu negara. Inflasi juga merupakan indikator utama untuk mengukur

tingkat kestabilan perekonomian disuatu negara. Tingkat inflasi dapat

diketahui dengan cara mencari selisih antara IHK tahun berjalan dengan

IHK tahun sebelumnya dan kemudian dibagi dengan IHK tahun berjalan.

Tingkat inflasi yang cenderung stabil setiap periodenya juga dapat

mencerimnkan bahwa perekonomian di negara tersebut cenderung stabil

juga. Untuk melihat pertumbuhan tingkat inflasi di Indonesia dalam

periode Mei 2010 s.d April 2013 dapat dilihat pada gambar berikut.

Perkembangan tingkat inflasi di Indonesia dari periode Mei 2010

sampai dengan periode April 2013. Dari gambar diatas dapat terlihat

bahwa tingkat infllasi Indonesia dalam periode ini mencapai tingkat

tertingginya pada periode Januari 2011 yaitu sebesar 7,02%. Hal ini

disebabkan karena gangguan dari sisi pasokan, khususnya bahan pangan,

memberikan tekanan yang cukup besar terhadap inflasi, sehingga inflasi

tercatat lebih tinggi dari target yang ditetapkan (Bank Indonesia, 2011).

Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini.

Page 71: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

55

Gambar 4.2

Perkembangan Inflasi Mei 2010 s.d April 2013

Sumber: Bank Indonesia (diolah), 2013

Setelah mencapai tingkat tertingginya dalam periode ini, tingkat

inflasi kemudian selalu mengalami penurunan yang cukup signifikan pada

periode selanjutnya. Sampai pada periode Februari 2012 tingkat inflasi

Indonesia tercatat sebesar 3,56%. Hal ini dapat terjadi dikarenakan di

tengah menurunnya kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi lebih banyak

ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat. Hal ini didukung oleh

kondisi ekonomi makro dan sistem keuangan yang kondusif sehingga

memungkinkan sektor rumah tangga dan sektor usaha melakukan kegiatan

ekonominya dengan lebih baik. Selain itu, kuatnya permintaan domestik di

tengah melemahnya kinerja ekspor menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan (Bank Indonesia, 2012).

Selanjutnya tingkat inflasi selalu mengalami kenaikan pada periode

selanjutnya sampai dengan sekarang. Kenaikkan tingkat inflasi ini

0

1

2

3

4

5

6

7

8

May…

Jul-

10

Sep

-…

No

v…

Jan

-…

Mar…

May…

Jul-

11

Sep

-…

No

v…

Jan

-…

Mar…

May…

Jul-

12

Sep

-…

No

v…

Jan

-…

Mar…

inflasi

INFLASI

INFLASI

Page 72: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

56

cenderung diakibatkan karena tidak stabilnya harga minyak mentah dunia

yang berdampak terhadap perekonomian di Indonesia. Kenaikkan tingkat

inflasi ini juga dipredeksi akan terus mengingkat mengingat baru saja

pemerintah Republik Indonesia melakukan penyesuaian harga baru untuk

Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang akan sangat mempengaruhi

harga barang kebutuhan pokok yang ada dipasaran.

3. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Salah satu instrumen kebijakan moneter yang berpengaruh

terhadap perkembangan ISSI adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS). Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat

berharga berdasarkan prinsip syariah yang berjangka waktu pendek dalam

mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Dibawah ini

adalah gambar yang menunjukkan perkembangan outstanding SBIS pada

periode Mei 2010 sampai dengan April 2013.

Gambar 4.3

Perkembangan SBIS Mei 201 s.d April 2013

Sumber: Bank Indonesia (diolah), 2013

0

1E+12

2E+12

3E+12

4E+12

5E+12

6E+12

May

-10

Jul-

10

Sep

-10

No

v-1

0

Jan

-11

Mar

-11

May

-11

Jul-

11

Sep

-11

No

v-1

1

Jan

-12

Mar

-12

May

-12

Jul-

12

Sep

-12

No

v-1

2

Jan

-13

Mar

-13

Sertifikat Bank Indonesia Syariah

SBIS

Page 73: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

57

Berdasarkan gambar 4.3 diatas tentang perkembangan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada periode Mei 2010 sampai dengan

April 2013 dapat diketahui bahwa perkembangan SBIS setiap periodenya

sangat berfluktuatif sekali. Perkembangan SBIS yang berfluktatif ini

disebabkan antara lain karena Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan

syariah juga berfluktuatif, sehingga penyerapan dana DPK yang

ditempatkan pada SBIS juga mengalami penurunan. Pada periode ini

tercatat bahwa SBIS terendah tercatat pada Juli 2010 yaitu sebesar 555

milyar. Penurunan jumlah SBIS ini disebabkan karena menurunnya Dana

Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah yang ditempatkan pada SBIS, pada

periode ini DPK perbankan syariah cenderung digunakan untuk

pembiayaan atau ditempatkan pada sektor rill.

Periode selanjutnya SBIS selalu mengalami peningkatan setiap

periodenya. Setahun kemudian tepatnya yaitu pada Juli 2011 SBIS

kembali mengalami penurunan, namun penurunan ini tidak lebih rendah

dibandingkan dengan penurunan yang terjadi pada Juli 2010 yaitu sebesar

1.604 milyar. Hal ini disebabkan karena pada Juli 2011 bersamaan dengan

momen hari raya Idul Fitri. Budaya masyarakat yang biasanya membagi –

bagikan uang pada saat lebaran mengakibatkan Dana Pihak Ketiga yang

ada di bank – bank syariah mengalami penurunan. Penurunan Dana Pihak

Ketiga yang terjadi pada perbankan syariah inilah yang juga

mengakibatkan menurunnya pula SBIS pada periode ini, karena dana yang

biasa di alokasikan untuk SBIS mengalami penurunan.

Page 74: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

58

4. Perkembangan Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar merupakan salah satu indikator moneter yang

digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian disuatu negara.

pengendalian yang baik atas jumlah uang beredar yang ada pada suatu

negara juga dapat membuat kestabilan pada perekonomian di negara

tersebut. Perkembangan jumlah uang beredar di Indonesia pada periode

Mei 2010 sampai dengan April 2013 dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Gambar 4.4

Perkembangan JUB Periode Mei 2010 s.d April 2013

0

5E+14

1E+15

1.5E+15

2E+15

2.5E+15

3E+15

3.5E+15

4E+15

May

-10

Jul-

10

Sep

-10

No

v-1

0

Jan

-11

Mar

-11

May

-11

Jul-

11

Sep

-11

No

v-1

1

Jan

-12

Mar

-12

May

-12

Jul-

12

Sep

-12

No

v-1

2

Jan

-13

Mar

-13

Jumlah Uang Beredar

JUB

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah), 2013

Berdasarkan pada gambar 4.4 diatas tentang perkembangan jumlah

uang beredar pada periode Mei 2010 sampai dengan April 2013 dapat

diketahui bahwa jumlah uang beredar yang ada di masyarakat selalu

mengalami kenaikan. Kenaikkan jumlah uang beredar ini memiliki

Page 75: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

59

beberapa sebab, diantaranya adalah pencetakan uang yang dilakukan Bank

Indonesia sehingga menyebabkan naiknya tingkat inflasi di Indonesia,

pola konsumsi yang dilakukan masyarakat meningkat sehingga memilih

untuk memegang uangnya sendiri.

Menurut Bank Indonesia berdasarkan laporan pembayaran dan

pengedaran uang tahun 2010 dinyatakan bahwa penggunaan uang kartal

oleh masyarakat menunjukkan peningkatan sebagaimana tercermin pada

meningkatnya berbagai indikator pengedaran uang antara lain jumlah uang

beredar (JUB) dan net aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia

ke perbankan dan masyarakat (net outflow). Pada tahun 2010,

pertumbuhan JUB rata-rata mencapai 12,1% yaitu dari Rp244,4 triliun

menjadi Rp274,0 triliun, atau meningkat dari pertumbuhan UYD rata-rata

tahun 2009 yang hanya sebesar 10,7%. Meskipun pertumbuhannya

meningkat dibanding tahun 2009, laju pertumbuhan rata-rata JUB pada

tahun 2010 tersebut masih dibawah angka historis sebelum krisis (2005-

2008) yang berkisar antara 13,5% sampai 26,3%.

Strategi kebijakan pengedaran uang pada tahun 2010 diarahkan

pada upaya untuk meningkatkan kehandalan pengedaran uang dan

penyempurnaan kualitas uang, yang meliputi pemenuhan uang,

optimalisasi layanan kas, pengelolaan uang dan pendistribusiannya, serta

peningkatan pengamanan elemen dan unsur pengaman uang, serta

kelayakan uang yang beredar di berbagai wilayah termasuk di daerah

terpencil dan terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Page 76: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

60

Berbagai kebijakan di bidang pengedaran uang tersebut tetap mengacu

pada tiga pilar manajemen pengedaran uang yaitu ketersediaan uang

Rupiah yang berkualitas, layanan kas prima, dan pengedaran uang yang

aman, handal, dan efisien.

B. Analisis Uji Ekonometrik

1. Uji Stasioneritas Data

Dalam pengujian ekonometrik menggunakan metode VAR,

langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi ekonomi yang

menggunakan data time series adalah dengan menguji stasioneritas data

atau yang biasa juga disebut dengan stationary stochastic process. Uji

stasioneritas data ini dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented

Dickey - Fuller (ADF) pada derajat yang sama yaitu pada level atau

different hingga didapatkan suatu data yang stasioner, maksudnya data

stasioner disini yaitu adalah data yang variansnya tidak terlalu besar dan

mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata – ratanya (Enders,

1995) dalam Ajija Shochrul R., dkk (2011:165)

Tabel 4.1

Uji Stasioneritas Data

Variabel Probabilitas

ADF t-Statistic ADF

Critical Value

(5% level)

ISSI 0.0067 -4.403715 -3.544284

INFLASI 0.6136 -1.937932 -3.544284

SBIS 0.0103 -4.232111 -3.544284

JUB 0.0685 -3.394340 -3.544284

Sumber: Lampiran 3, 4, dan 5

Page 77: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

61

Berdasarkan pada tabel 4.1 diatas, dapat kita ketahui bersama

hanya dua variabel yang stasioner pada tingkat level atau I(0) yaitu

variabel ISSI dan SBIS. Variabel tersebut stasioner karena nilai

probabilitas ADF lebih kecil dari tingkat α = 5%. Hal ini juga dapat

dilihat dari nilai critical value yang lebih besar dari nilai t-Statistic ADF.

Sedangkan dua variabel lainnya yaitu variabel INFLASI dan JUB masih

belum stasioner pada tingkan level. hal ini terbukti dari nilai probabilitas

ADF yang lebih besar dari nilai α = 5%. Hal tersebut juga dapat dilihat

dari nilai critical value yang lebih kecil dari nilai t-Statistic ADF. Untuk

itu perlu dilakukan langkah selanjutnya yaitu uji derajat integrasi first

different.

2. Uji Derajat Integrasi

Setelah dilakukan uji stasioneritas data pada tingkat level, ternyata

masih ada dua variabel yang belum stasioner pada tingkat level, yaitu

variabel INFLASI dan JUB. Untuk itu perlu dilakukan uji derajat

integrasi first different untuk menstasionerkan data yang belum stasioner

pada tingkat level.

Tabel 4.2

Uji Derajat Integrasi First Different

Variabel Probabilitas

ADF t-Statistic ADF

Critical Value

(5% level)

ISSI 0.0002 -5.914150 -3.568379

INFLASI 0.0273 -3.824355 -3.548490

SBIS 0.0000 -8.398113 -3.548490

JUB 0.0000 -7.112386 -3.548490

Sumber: Lampiran 6, 7, dan 8

Page 78: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

62

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat kita lihat bersama bahwa semua

variabel telah stasioner pada tingkat first different. Hal ini dapat

dibuktikan dengan melihat nilai probabilitas ADF yang lebih kecil dari

nilai α = 5%. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan cara membandingkan

nilai critical value yang lebih besar dari nilai t-Statistic ADF. Setelah

semua variabel stasioner pada tingkat first different maka selanjutnya

penelitian dilanjutkan pada penentuan lag length.

3. Penetuan Lag Length

Dalam melakukan penentuan lag optimal, kita tentukan pula

kriteria yang mempunyai final prediction error corection (FPE) atau

jumlah dari AIC, SIC, dan HQ yang paling kecil di antara berbagai lag

yang diajukan.

Tabel 4.3

Penentuan Lag Length

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 10.87841 NA 7.75e-06 -0.416873 -0.235478 -0.355839

1 114.6325 176.0676* 3.83e-08* -5.735306* -4.828332* -5.430137*

2 124.3632 14.15365 5.87e-08 -5.355344 -3.722790 -4.806040

3 143.3039 22.95848 5.56e-08 -5.533571 -3.175438 -4.740131

Sumber: Lampiran 11

Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa penentuan lag optimal

yang disarankan oleh software ekonometrik adalah pada lag 1. Penentuan

lag optimal ini kemudian digunakan pada pengujian Uji Kausalitas

Granger.

Page 79: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

63

4. Uji Kausalitas Granger

Menurut Ajija Shochrul R., dkk (2011:167) metode ini digunakan

untuk melihat dan menganalisis hubungan kausalitas antara variabel yang

diamati dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, uji kausalitas Granger

digunakan untuk melihat arah hubungan di antara variabel – variabel ISSI,

Inflasi, SBIS, dan JUB.

Tabel 4.4

Uji Kausalitas Granger Antara Variabel ISSI dan Inflasi

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 07/01/13 Time: 22:48

Sample: 1 36

Lags: 1 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. INFLASI does not Granger Cause ISSI 35 0.17309 0.6802

ISSI does not Granger Cause INFLASI 1.73217 0.1975

Sumber: Lampiran 12

Berdasarkan tabel 4.4 diatas tentang uji kausalitas Granger antara

variabel ISSI dengan Inflasi, dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan kausalitas antara variabel ISSI dengan variabel Inflasi. Hal ini

dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar dibandingkan

dengan nilai α = 5%. Hal tersebut juga dapat dilihat dalam perekonomian

bahwa tingkat inflasi yang cenderung tidak stabil tidak mempengaruhi

pertumbuhan kapitalisasi indeks syariah di pasar modal syariah, hal ini

yang menyebabkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara variabel

inflasi dengan variabel ISSI. Selanjutnya akan dilihat bagaimana hasil

pengujian uji kausalitas Granger antara variabel ISSI dengan SBIS pada

tabel 4.5 dibawah ini.

Page 80: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

64

Dikarenakan variabel inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap

ISSI begitu juga sebaliknya, maka variabel inflasi ini dihilangkan dalam

penelitian ini dan tidak di ikut sertakan pada tahap penelitian selanjutnya.

Selanjutnya akan dilihat bagaimana uji kausalitas Granger antara variabel

ISSI dengan SBIS pada tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5

Uji Kausalitas Granger Antara Variabel ISSI dengan SBIS

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 07/01/13 Time: 22:49

Sample: 1 36

Lags: 1 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. SBIS does not Granger Cause ISSI 35 1.53772 0.2240

ISSI does not Granger Cause SBIS 6.55896 0.0154

Sumber: Lampiran 12

Berdasarkan tabel 4.5 diatas tentang uji kausalitas Granger antara

variabel ISSI dengan variabel SBIS, dapat diketahui bahwa terjadi

hubungan kausalitas antara variabel ISSI dengan variabel SBIS. Hal ini

dapat dibuktikan dengan melihat nilai probabilitasnya yang lebih kecil

dibandingkan dengan nilai α = 5%. Hal ini dapat tercermin dalam

perekonomian bahwa antara ISSI dan SBIS sama – sama merupakan

instrumen investasi syariah, keduanya saling bersinergi dalam

meningkatkan iklim investasi di Indonesia, khususnya di pasar modal

syariah. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Wulan

Fatmawati dan Irfan Syauqi Beik (2012) perilaku masyarakat yang ingin

menanamkan modalnya di indeks syariah juga masih mengamati variabel

Page 81: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

65

inflasi ini. Hal inilah yang kemudian menimbulkan adanya hubungan

kausalitas antara SBIS dan ISSI. Selanjutnya akan dibahas hubungan

kausalitas Granger antara variabel JUB dengan variabel ISSI pada tabel

4.6 dibawah ini.

Tabel 4.6

Uji Kausalitas Granger Antara Variabel ISSI dengan JUB

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 07/01/13 Time: 22:51

Sample: 1 36

Lags: 1 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. JUB does not Granger Cause ISSI 35 11.2834 0.0020

ISSI does not Granger Cause JUB 0.10692 0.7458

Sumber: Lampiran 12

Berdasarkan tabel 4.6 diatas tentang uji kausalitas Granger antara

variabel ISSI dengan variabel JUB dapat diketahui bahwa variabel JUB

memiliki hubungan kausalitas dengan variabel ISSI. Hal ini dapat

dibuktikan dengan melihat nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari nilai

α= 5%. Didalam perekonomian sendiri jumlah uang beredar yang berada

di masyarakat sangat berpengaruh terhadap perekonomian di negara

tersebut. Begitu juga dengan pengaruhnya terhadap investasi secara

umum, naiknya tingkat investasi akan di ikuti dengan menurunnya tingkat

JUB yang ada di masyarakat, menurunnya tingkat JUB yang ada di

masyarakat ini karena masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi

dibandingkan untuk memegang uangnya sendiri dirumah atau ditabung di

bank. Setelah semua variabel sudah melewati pengujian uji kausalitas

Granger, maka penelitian dilanjutkan dengan pengujian estimasi VAR.

Page 82: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

66

5. Estimasi VAR

Selajutnya, dari hasil estimasi VAR, untuk melihat apakah variabel

Y mempengaruhi variabel X dan demikian pula sebaliknya, kita dapat

mengetahuinya dengan cara membandingkan nilai t-statistic hasil estimasi

dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-statistic lebih besar daripada nilai t-

tabelnya, maka dapat dikatakan bahwa variabel Y mempengaruhi variabel

X.

Tabel 4.7

Hasil Estimasi VAR

Vector Autoregression Estimates

Date: 07/01/13 Time: 22:54

Sample (adjusted): 3 36

Included observations: 34 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] DISSI DSBIS DJUB DISSI(-1) 0.386896 0.391124 0.014660

(0.18078) (1.63226) (0.05104)

[ 2.14014] [ 0.23962] [ 0.28725]

DSBIS(-1) 0.013017 0.282116 -0.000788

(0.01948) (0.17587) (0.00550)

[ 0.66832] [ 1.69415] [-0.14329]

DJUB(-1) 1.157348 1.271791 0.955256

(0.37792) (3.41228) (0.10669)

[ 3.06238] [ 0.37271] [ 8.95344]

C -28.40824 -32.94690 1.312901

(9.60626) (86.7347) (2.71193)

[-2.95726] [-0.37986] [ 0.48412]

Sumber: Lampiran 13

Berdasarkan hasil kausalitas Granger pada langkah sebelumnya

dan didapat bahwa variabel X yaitu inflasi tidak memiliki pengaruh

dengan variabel Y yaitu ISSI, maka dalam pengujian ini dan pengujian

Page 83: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

67

selanjutnya variabel inflasi tidak lagi dimasukan atau tidak lagi diteliti.

Berdasarkan dengan hasil tabel 4.7 diatas tentang hasil estimasi VAR,

dapat diketahui bersama bahwa variabel SBIS mempengaruhi variabel

ISSI, hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan nilai t-statistic

hasil estimasi variabel inflasi yang bernilai 1.69415 yang berarti lebih

besar dengan nilai t-tabelnya yang bernilai 1.684. Begitu juga dari hasil

estimasi diatas variabel JUB juga mempengaruhi variabel ISSI, hal ini

dapat dibuktikan juga dengan melihat serta membandingkan nilai t-

statistic hasil estimasi yang bernilai 8.95344 yang berarti lebih besar dari

nilai t-tabelnya yang bernilai 1.684.

6. Impulse Response Function

Setelah dilakukan uji kausalitas Granger, langkah selanjutnya

adalah melakukan uji Impulse Response Function (IRF), uji IRF ini

berfungsi untuk menggambarkan ekspektasi k-periode ke depan dari

kesalahan prediksi suatu variabel akibat inovasi dari variabel lain. Jadi,

lamanya pengaruh dari shock suaru variabel terhadap variabel lain sampai

pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat

(Ajija Shochrul R., 2011:168).

Page 84: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

68

Gambar 4.5

Impulse Response Function

.00

.01

.02

.03

.04

.05

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DISSI to DISSI

.00

.01

.02

.03

.04

.05

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DISSI to DSBIS

.00

.01

.02

.03

.04

.05

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DISSI to DJUB

-.2

.0

.2

.4

.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DSBIS to DISSI

-.2

.0

.2

.4

.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DSBIS to DSBIS

-.2

.0

.2

.4

.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DSBIS to DJUB

.000

.004

.008

.012

.016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DJUB to DISSI

.000

.004

.008

.012

.016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DJUB to DSBIS

.000

.004

.008

.012

.016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DJUB to DJUB

Response to Cholesky One S.D. Innovations

Sumber: Lampiran 14

Gambar diatas adalah hasil dari IRF antara variabel ISSI, SBIS,

dan JUB. Pada baris pertama kolom kedua menunjukkan respons DISSI

terhadap DSBIS dapat dilihat bahwa pada periode kedua DISSI

memberikan guncangan shock terhadap DSBIS hingga mencapai

kestabilannya setelah periode kedua hingga seterusnya sampai pada

periode kesepuluh. Selanjutnya pada baris ketiga kolom pertama

menunjukkan respons antara variabel DJUB terhadap variabel DISSI yang

dimana variabel DJUB disini sebagaimana yang juga terlihat dalam

gambar memberikan response yang cenderung stabil selama periode

pertama sampai periode kesepuluh.

Page 85: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

69

Berdasarkan Tabel 4.6 tentang pengaruh inflasi dan SBIS yang

direspon oleh ISSI serta penjelesan yang telah dijabarkan diatas, maka

dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

Tabel 4.8

Ringkasan Tabel Impulse Response Function

Respon ISSI

Kejutan ISSI Positif dan Tidak Stabil

Kejutan SBIS Positif dan Stabil

Kejutan JUB Positif dan Stabil

7. Variance Decomposition

Variance Decomposition atau yang biasa disebut juga forecast

error variance decomposition merupakan perangkat pada model VAR

yang akan memisahkan variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi

menjadi komponen – komponen shock atau menjadi variabel innovation,

dengan asumsi bahwa variabel – variabel innovation tidak saling

berkorelasi. Kemudian, variance decomposition akan memberikan

informasi mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada sebuah

variabel terhadap shock variabel lainnya pada periode saat ini dan periode

yang akan datang.

Page 86: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

70

Tabel 4.9

Variance Decomposition

Variance Decomposition of DISSI:

Period S.E. DISSI DSBIS DJUB

1 0.056998 100.0000 0.000000 0.000000

2 0.066617 91.75771 1.721005 6.521283

3 0.073408 82.47123 2.276331 15.25244

4 0.079330 74.62056 2.299539 23.07990

5 0.084685 68.40388 2.189612 29.40651

6 0.089572 63.51752 2.064237 34.41824

7 0.094059 59.63212 1.951640 38.41624

8 0.098198 56.49013 1.856046 41.65382

9 0.102036 53.90557 1.775762 44.31867

10 0.105608 51.74615 1.708076 46.54577

Sumber: Lampiran 15

Berdasarkan tabel 4.7 diatas tentang variance decomposition dan

variabel apa saja yang mempengaruhi DISSI dapat dilihat bahwa pada

periode pertama variabel DISSI dipengaruhi oleh variabelnya sendiri

yaitu sebesar 100%. Pada periode – periode selanjutnya sampai dengan

periode 10 dapat dilihat bahwa variabel DSBIS memberikan

pengaruhnya sebesar 1.72% pada periode kedua dan terus meningkatkan

pengaruhnya terhadap variabel DISSI sampai dengan periode kelima.

Selanjutnya setelah periode kelima sampai dengan periode kesepuluh

pengaruh variabel DSBIS terhadap DISSI selalu mengalami penurunan

sampai pada periode kesepuluh yang dimana pengaruh variabel DSBIS

hanya sebesar 1.70% terhadap variabel DISSI.

Page 87: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

71

Variabel selanjutnya yang mempengaruhi variabel DISSI adalah

variabel DJUB. Sama seperti variabel DSBIS, variabel DJUB juga baru

memberikan pengaruhnya terhadap variabel DISSI pada periode kedua

yaitu sebesar 6.52%, namun yang membedakannya dengan variabel

DSBIS adalah variabel DJUB ini selalu mengalami kenaikan yang cukup

signifikan dalam hal mempengaruhi variabel DISSI sampai dengan

periode kesepuluh. Tercatat pada periode kesepuluh variabel DJUB

mempengaruhi variabel DISSI sebesar 46.54%. Hal ini berarti antara

variabel DSBIS dan variabel DJUB yang paling besar pengaruhnya

terhadap variabel DISSI dalah variabel DJUB.

Page 88: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada bab

IV dengan menggunakan alat analisis VAR dan mengacu kepada ketiga

hipotesis yang penulis nyatakan didalam bab III, maka pada penelitian ini

dapat dtarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji kausalitas Granger hanya variabel SBIS dan variabel JUB

yang memiliki hubungan kausalitas dengan variabel ISSI, dan variabel

inflasi tidak memilik hubungan kausalitas dengan variabel ISSI, maka

variabel inflasi dikeluarkan dari penelitian ini. Berdasarkan hal ini maka

untuk hipotesis pertama diterima karena sekurang – kurangnya terdapat

dua variabel yang memiliki hubungan kausalitas antara inflasi, SBIS, dan

JUB terhadap variabel ISSI.

2. Pada variabel SBIS memiliki pola dinamis yang cukup besar dibandingkan

dengan variabel lainnya terhadap variabel ISSI. Dengan demikian maka

untuk hipotesis kedua diterima karena sekurang – kurangnya terdapat satu

buah variabel yang memiliki pola dinamis yang besar antara variabel

inflasi, SBIS, dan JUB tehadap variabel ISSI.

3. Berdasarkan uji analisis variance decomposition, variabel JUB memiliki

guncangan (shocks) yang palin besar dibandingkan dengan variabel

lainnya terhadap variabel ISSI. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji variance

decomposition untuk variabel ISSI mempengaruhi variabelnya sendiri

Page 89: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

73

pada periode pertama sebesar 100% sampai dengan periode sepeluh

menurun menjadi 51,7%. Selanjutnya untuk variabel JUB mempengaruhi

pada periode pertama sebesar 0% kemudian selalu meningkat hingga pada

periode sepuluh menjadi 46,5%. Dengan demikian maka pada hipotesis

ketiga dapat diterima karena sekurang – kurangnya terdapat satu buah

variabel yang memberikan guncangan (shock) antara variabel inflasi,

SBIS, dan JUB terhadap variabel ISSI pada periode

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari penilitian ini, maka saran

yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bank Indonesia sebagai penggerak utama moneter di Indonesia diharapkan

mampu mejaga kestabilan tingkat SBIS dan jumlah uang beredar di

masyarakat setiap periodenya dengan cara tidak melakukan pengawasan

terhadap jumlah uang beredar di Indonesia dengan melakukan lelang

SBIS sehingga jumlah uang beredar yang ada di masyarakat dapat

dikendalikan. OJK juga diharapkan dapat memberikan stimulus terhadap

pasar modal syariah dan tidak hanya sekedar mengawasi namun juga ikut

mengembangkan pasar modal syariah yang akhirnya dapat mengundang

para investor untuk lebih memilih indeks syariah daripada indeks

konvensional. Selain untuk meningkatkan para investor di pasar modal

syariah cara ini juga diharapkan dapat efektif untuk mengendaliakan

jumlah uang beredar di masyarakat karena dapat menyerap uang yang ada

Page 90: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

74

di masyarakat karena msyarakat menggunakan uangnya untuk

berinvestasi pada pasar modal syariah.

2. Diharapkan kedepannya SBIS dan JUB dapat berpengaruh lebih besar lagi

untuk dapat menumbuhkan indeks syariah ini. Kerjasama yang optimal

antara Bank Indonesia sebagai pengendali moneter di Indonesia dengan

OJK sebagai pengawasa lembaga – lembaga syariah juga diharapkan

mampu meningkatkan pertumbuhan ISSI kedepannya.

3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian

ini dengan menambah variabel ekonomi lainnya misalkan ekonomi mikro,

kebijakan fiskal, dsb. Hal ini guna untuk melihat pengaruh ISSI secara

keseluruhan terhadap variabel – variabel yang ada didalan ekonomi.

Page 91: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

75

DAFTAR PUSTAKA

Ajija, Shochrul R dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.

2011

Amalia, Fitri. Bahan Ajar (Diktat) Mata Kuliah: Ekonomi Makro. Jakarta. 2010

Badan Pusat Statistik. Jumlah Uang Beredar dalam miliar Rupiah Tahun Bulanan

2003 – 2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik

Bank Indonesia. Data Inflasi Bulanan 2003 – 2013. Jakarta: Bank Indonesia

_____________. Outstanding Sertifikat Bank Indonesia Syariah Bulanan 2008 –

2013. Jakarta: Bank Indonesia

____________. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Bank

Indonesia

____________. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012. Jakarta: Bank

Indonesia

BAPPEPAM-LK, Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia Bulanan 2010 – 2013.

Jakarta: BAPPEPAM-LK

Bursa Efek Indonesia, Table Trading by Industry Bulanan 2010.9 – 2013.4.

Jakarta: Bursa Efek Indonesia

Dulio, Eugene A. Uang dan Bank. Alih Bahasa: Ir. Burhanuddin Abdullah. PT

Gelora Aksara Pratama. Jakarta: 1998

Fakhruddin, M. Sopian. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal.

PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 2001

Fakhruddin, M dan Hadianto M. Perangkat dan Model Analisis Investasi Di

Pasar Modal. PT Gramedia Pustaka Utma. Jakarta: 2001

Fatmawati, Sri Wulan dan Irfan Syauqi Beik. “Pengaruh Makroekonomi dan

Pasar Saham Syariah Internasional Terhadap JII”. Dalam Republika 27 Juni

2013

Gani, R.A dan Mahmudah Fitriyah Z.A. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta:

FITK PRESS. 2011

Hamid, Abdul. Pedoman Penulisan Skripsi FEB 2012. FEB UIN PRESS. Jakarta:

Page 92: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

76

2012

___________. Pasar Modal Syariah. Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Jakarta:

2009

Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan Anlasis Investasi. BPFE Yogyakarta.

Yoygakarta: 1998

Judisseno, Rimsky K. Sistem Moneter dan Perbankan Di Indonesia. PT.

Garamedia Pustaka Utama. Jakarta: 2005

Murhadi, Werner R. Analisis Saham Pendekatan Fundamental. PT. Indeks.

Jakarta: 2009

Nazwar, Chairul. “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Return

Saham Syariah Di Indonesia” dalam Wahan Hijau Jurnal Perencanaan &

Pengembangan Wilayah Vol. 4, No. 1, Agustus 2008

Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 –

2010. Jakarta: Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009

Husnan, Suad. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP

YKPN. Yogyakarta: 1996

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Kencana. Jakrta: 2009

Sukirno, Sdono. Makro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta: 2004

Syahrir. Analisis Bursa Efek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 1995

Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia.

Yogyakarta: 2009

Yuliadi, Imamudin. Ekonomi Moneter. Indeks. Jakarta: 2008

Page 93: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

77

Lampiran 1

TAHUN ISSI INFLASI SBIS JUB

Mei-10 1084853495 4,16 1,535E+12 2,14323E+15

Jun-10 1132404715 5,02 1,445E+12 2,23114E+15

Jul-10 1201041146 6,22 5,55E+11 2,21759E+15

Agust-10 1194771973 6,44 7,15E+11 2,23646E+15

Sep-10 1348157169 5,80 7,55E+11 2,27496E+15

Okt-10 1435420954 5,67 1,776E+12 2,30885E+15

Nop-10 1267223630 6,33 2,401E+12 2,34781E+15

Des-10 1463811596 6,96 2,997E+12 2,47121E+15

Jan-11 1348154094 7,02 3,296E+12 2,43668E+15

Feb-11 1415601686 6,84 3,226E+12 2,42019E+15

Mar-11 1442557714 6,65 3,376E+12 2,45136E+15

Apr-11 1497794819 6,16 3,701E+12 2,43448E+15

Mei-11 1512915230 5,98 3,271E+12 2,47529E+15

Jun-11 1700908080 5,54 3,042E+12 2,52278E+15

Jul-11 1820928310 4,61 1,604E+12 2,56456E+15

Agust-11 1703475100 4,79 1,819E+12 2,62135E+15

Sep-11 1585367940 4,61 1,989E+12 2,64333E+15

Okt-11 1683693280 4,42 2,574E+12 2,67721E+15

Nop-11 1680832980 4,15 3,144E+12 2,72954E+15

Des-11 1968091370 3,79 3,476E+12 2,87722E+15

Jan-12 2056615180 3,65 3,799E+12 2,85498E+15

Feb-12 2101349530 3,56 3,806E+12 2,8498E+15

Mar-12 2184589600 3,97 3,567E+12 2,91192E+15

Apr-12 2205923140 4,50 3,155E+12 2,92726E+15

Mei-12 2019080030 4,45 3,16E+12 2,99206E+15

Jun-12 2243172020 4,53 3,155E+12 3,05036E+15

Jul-12 2356326080 4,56 2,662E+12 3,05484E+15

Agust-12 2346810540 4,58 2,372E+12 3,08901E+15

Sep-12 2486873610 4,31 2,495E+12 3,12553E+15

Okt-12 2555085730 4,61 2,382E+12 3,16173E+15

Nop-12 2491195850 4,32 2,763E+12 3,20513E+15

Des-12 2451334370 4,30 3,455E+12 3,30465E+15

Jan-13 2503227790 4,57 3,97E+12 3,26587E+15

Feb-13 2676295370 5,31 4,595E+12 3,27743E+15

Mar-13 2763653980 5,90 4,855E+12 3,31947E+15

Apr-13 2837700260 5,57 4,958E+12 3,36412E+15

Page 94: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

78

Lampiran 2

TAHUN LN_ISSI INFLASI LN_SBIS LN_JUB

Mei-10 20,80 4,16 28,06 35,30

Jun-10 20,85 5,02 28,00 35,34

Jul-10 20,91 6,22 27,04 35,34

Agust-10 20,90 6,44 27,30 35,34

Sep-10 21,02 5,80 27,35 35,36

Okt-10 21,08 5,67 28,21 35,38

Nop-10 20,96 6,33 28,51 35,39

Des-10 21,10 6,96 28,73 35,44

Jan-11 21,02 7,02 28,82 35,43

Feb-11 21,07 6,84 28,80 35,42

Mar-11 21,09 6,65 28,85 35,44

Apr-11 21,13 6,16 28,94 35,43

Mei-11 21,14 5,98 28,82 35,45

Jun-11 21,25 5,54 28,74 35,46

Jul-11 21,32 4,61 28,10 35,48

Agust-11 21,26 4,79 28,23 35,50

Sep-11 21,18 4,61 28,32 35,51

Okt-11 21,24 4,42 28,58 35,52

Nop-11 21,24 4,15 28,78 35,54

Des-11 21,40 3,79 28,88 35,60

Jan-12 21,44 3,65 28,97 35,59

Feb-12 21,47 3,56 28,97 35,59

Mar-12 21,50 3,97 28,90 35,61

Apr-12 21,51 4,50 28,78 35,61

Mei-12 21,43 4,45 28,78 35,63

Jun-12 21,53 4,53 28,78 35,65

Jul-12 21,58 4,56 28,61 35,66

Agust-12 21,58 4,58 28,49 35,67

Sep-12 21,63 4,31 28,55 35,68

Okt-12 21,66 4,61 28,50 35,69

Nop-12 21,64 4,32 28,65 35,70

Des-12 21,62 4,30 28,87 35,73

Jan-13 21,64 4,57 29,01 35,72

Feb-13 21,71 5,31 29,16 35,73

Mar-13 21,74 5,90 29,21 35,74

Apr-13 21,77 5,90 29,23 35,75

Page 95: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

79

Lampiran 3

Null Hypothesis: ISSI has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.403715 0.0067

Test critical values: 1% level -4.243644

5% level -3.544284

10% level -3.204699 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(ISSI)

Method: Least Squares

Date: 06/30/13 Time: 23:37

Sample (adjusted): 2 36

Included observations: 35 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ISSI(-1) -0.740446 0.168141 -4.403715 0.0001

C 15.45530 3.502089 4.413164 0.0001

@TREND(1) 0.019288 0.004537 4.251310 0.0002 R-squared 0.379024 Mean dependent var 0.027473

Adjusted R-squared 0.340213 S.D. dependent var 0.063771

S.E. of regression 0.051800 Akaike info criterion -3.001054

Sum squared resid 0.085862 Schwarz criterion -2.867739

Log likelihood 55.51845 Hannan-Quinn criter. -2.955034

F-statistic 9.765887 Durbin-Watson stat 1.970312

Prob(F-statistic) 0.000489

Page 96: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

80

Lampiran 4

Null Hypothesis: INFLASI has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.937932 0.6136

Test critical values: 1% level -4.243644

5% level -3.544284

10% level -3.204699 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INFLASI)

Method: Least Squares

Date: 06/30/13 Time: 23:36

Sample (adjusted): 2 36

Included observations: 35 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI(-1) -0.169872 0.087656 -1.937932 0.0615

C 1.110299 0.550879 2.015503 0.0523

@TREND(1) -0.011374 0.008690 -1.308807 0.1999 R-squared 0.107772 Mean dependent var 0.040286

Adjusted R-squared 0.052008 S.D. dependent var 0.452070

S.E. of regression 0.440158 Akaike info criterion 1.278450

Sum squared resid 6.199644 Schwarz criterion 1.411765

Log likelihood -19.37287 Hannan-Quinn criter. 1.324470

F-statistic 1.932634 Durbin-Watson stat 1.033696

Prob(F-statistic) 0.161293

Page 97: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

81

Lampiran 5

Null Hypothesis: SBIS has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.232111 0.0103

Test critical values: 1% level -4.243644

5% level -3.544284

10% level -3.204699 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(SBIS)

Method: Least Squares

Date: 06/30/13 Time: 23:38

Sample (adjusted): 2 36

Included observations: 35 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SBIS(-1) -0.717509 0.169539 -4.232111 0.0002

C 20.08136 4.740756 4.235898 0.0002

@TREND(1) 0.026917 0.010483 2.567742 0.0151 R-squared 0.358859 Mean dependent var 0.033499

Adjusted R-squared 0.318787 S.D. dependent var 0.604869

S.E. of regression 0.499232 Akaike info criterion 1.530325

Sum squared resid 7.975445 Schwarz criterion 1.663641

Log likelihood -23.78069 Hannan-Quinn criter. 1.576346

F-statistic 8.955497 Durbin-Watson stat 2.025814

Prob(F-statistic) 0.000815

Page 98: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

82

Lampiran 6

Null Hypothesis: JUB has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.394340 0.0685

Test critical values: 1% level -4.243644

5% level -3.544284

10% level -3.204699 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(JUB)

Method: Least Squares

Date: 06/30/13 Time: 23:38

Sample (adjusted): 2 36

Included observations: 35 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. JUB(-1) -0.537980 0.158493 -3.394340 0.0019

C 19.00490 5.594507 3.397065 0.0018

@TREND(1) 0.006906 0.002085 3.311337 0.0023 R-squared 0.270426 Mean dependent var 0.012881

Adjusted R-squared 0.224827 S.D. dependent var 0.015315

S.E. of regression 0.013484 Akaike info criterion -5.692775

Sum squared resid 0.005818 Schwarz criterion -5.559459

Log likelihood 102.6236 Hannan-Quinn criter. -5.646754

F-statistic 5.930602 Durbin-Watson stat 1.778715

Prob(F-statistic) 0.006443

Page 99: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

83

Lampiran 7

Null Hypothesis: D(ISSI) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.914150 0.0002

Test critical values: 1% level -4.296729

5% level -3.568379

10% level -3.218382 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(ISSI,2)

Method: Least Squares

Date: 06/30/13 Time: 23:46

Sample (adjusted): 7 36

Included observations: 30 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ISSI(-1)) -3.418401 0.578004 -5.914150 0.0000

D(ISSI(-1),2) 1.807458 0.483857 3.735523 0.0011

D(ISSI(-2),2) 1.420767 0.391180 3.632001 0.0014

D(ISSI(-3),2) 1.036483 0.284951 3.637402 0.0014

D(ISSI(-4),2) 0.496403 0.166996 2.972544 0.0068

C 0.089804 0.031847 2.819845 0.0097

@TREND(1) -0.000244 0.001161 -0.210409 0.8352 R-squared 0.801947 Mean dependent var -0.001209

Adjusted R-squared 0.750280 S.D. dependent var 0.107756

S.E. of regression 0.053848 Akaike info criterion -2.804355

Sum squared resid 0.066690 Schwarz criterion -2.477409

Log likelihood 49.06533 Hannan-Quinn criter. -2.699762

F-statistic 15.52171 Durbin-Watson stat 1.918745

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 100: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

84

Lampiran 8

Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.824355 0.0273

Test critical values: 1% level -4.252879

5% level -3.548490

10% level -3.207094 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(INFLASI,2)

Method: Least Squares

Date: 06/30/13 Time: 23:47

Sample (adjusted): 3 36

Included observations: 34 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INFLASI(-1)) -0.597038 0.156115 -3.824355 0.0006

C -0.041381 0.149416 -0.276954 0.7837

@TREND(1) 0.001997 0.007120 0.280401 0.7810 R-squared 0.322251 Mean dependent var -0.035000

Adjusted R-squared 0.278525 S.D. dependent var 0.479484

S.E. of regression 0.407272 Akaike info criterion 1.125425

Sum squared resid 5.141979 Schwarz criterion 1.260104

Log likelihood -16.13223 Hannan-Quinn criter. 1.171355

F-statistic 7.369827 Durbin-Watson stat 1.804804

Prob(F-statistic) 0.002408

Page 101: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

85

Lampiran 9

Null Hypothesis: D(SBIS) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.398113 0.0000

Test critical values: 1% level -4.252879

5% level -3.548490

10% level -3.207094 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(SBIS,2)

Method: Least Squares

Date: 06/30/13 Time: 23:47

Sample (adjusted): 3 36

Included observations: 34 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(SBIS(-1)) -1.388962 0.165390 -8.398113 0.0000

C 0.054710 0.213583 0.256154 0.7995

@TREND(1) -0.000285 0.010197 -0.027966 0.9779 R-squared 0.694676 Mean dependent var 0.002395

Adjusted R-squared 0.674977 S.D. dependent var 1.023169

S.E. of regression 0.583316 Akaike info criterion 1.843923

Sum squared resid 10.54799 Schwarz criterion 1.978602

Log likelihood -28.34669 Hannan-Quinn criter. 1.889852

F-statistic 35.26571 Durbin-Watson stat 2.028208

Page 102: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

86

Lampiran 10

Null Hypothesis: D(JUB) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.112386 0.0000

Test critical values: 1% level -4.252879

5% level -3.548490

10% level -3.207094 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(JUB,2)

Method: Least Squares

Date: 06/30/13 Time: 23:48

Sample (adjusted): 3 36

Included observations: 34 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(JUB(-1)) -1.194211 0.167906 -7.112386 0.0000

C 0.015054 0.006058 2.485022 0.0186

@TREND(1) -2.58E-05 0.000262 -0.098301 0.9223 R-squared 0.621538 Mean dependent var -0.000789

Adjusted R-squared 0.597121 S.D. dependent var 0.023520

S.E. of regression 0.014929 Akaike info criterion -5.486989

Sum squared resid 0.006909 Schwarz criterion -5.352310

Log likelihood 96.27880 Hannan-Quinn criter. -5.441059

F-statistic 25.45524 Durbin-Watson stat 1.983823

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 103: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

87

Lampiran 11

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: ISSI INFLASI SBIS JUB

Exogenous variables: C

Date: 07/06/13 Time: 10:33

Sample: 1 36

Included observations: 33 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 10.87841 NA 7.75e-06 -0.416873 -0.235478 -0.355839

1 114.6325 176.0676* 3.83e-08* -5.735306* -4.828332* -5.430137*

2 124.3632 14.15365 5.87e-08 -5.355344 -3.722790 -4.806040

3 143.3039 22.95848 5.56e-08 -5.533571 -3.175438 -4.740131 * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion

SC: Schwarz information criterion

HQ: Hannan-Quinn information criterion

Page 104: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

88

Lampiran 12

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 06/30/13 Time: 23:48

Sample: 1 36

Lags: 1 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. INFLASI does not Granger Cause ISSI 35 0.17309 0.6802

ISSI does not Granger Cause INFLASI 1.73217 0.1975 SBIS does not Granger Cause ISSI 35 1.53772 0.2240

ISSI does not Granger Cause SBIS 6.55896 0.0154 JUB does not Granger Cause ISSI 35 11.2834 0.0020

ISSI does not Granger Cause JUB 0.10692 0.7458 SBIS does not Granger Cause INFLASI 35 1.18018 0.2854

INFLASI does not Granger Cause SBIS 0.19324 0.6632 JUB does not Granger Cause INFLASI 35 1.35535 0.2530

INFLASI does not Granger Cause JUB 2.26663 0.1420 JUB does not Granger Cause SBIS 35 6.66526 0.0146

SBIS does not Granger Cause JUB 0.02885 0.8662

Page 105: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

89

Lampiran 13

Vector Autoregression Estimates

Date: 07/01/13 Time: 00:02

Sample (adjusted): 3 36

Included observations: 34 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] DISSI DSBIS DJUB DISSI(-1) 0.386896 0.391124 0.014660

(0.18078) (1.63226) (0.05104)

[ 2.14014] [ 0.23962] [ 0.28725]

DSBIS(-1) 0.013017 0.282116 -0.000788

(0.01948) (0.17587) (0.00550)

[ 0.66832] [ 1.60415] [-0.14329]

DJUB(-1) 1.157348 1.271791 0.955256

(0.37792) (3.41228) (0.10669)

[ 3.06238] [ 0.37271] [ 8.95344]

C -28.40824 -32.94690 1.312901

(9.60626) (86.7347) (2.71193)

[-2.95726] [-0.37986] [ 0.48412] R-squared 0.958382 0.403910 0.986190

Adj. R-squared 0.954220 0.344301 0.984809

Sum sq. resids 0.097462 7.945349 0.007768

S.E. equation 0.056998 0.514631 0.016091

F-statistic 230.2817 6.775997 714.1287

Log likelihood 51.28519 -23.52976 94.28683

Akaike AIC -2.781482 1.619397 -5.310990

Schwarz SC -2.601910 1.798969 -5.131418

Mean dependent 21.31943 28.63255 35.54033

S.D. dependent 0.266392 0.635541 0.130555 Determinant resid covariance (dof adj.) 1.84E-07

Determinant resid covariance 1.27E-07

Log likelihood 125.2772

Akaike information criterion -6.663362

Schwarz criterion -6.124646

Page 106: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

90

Lampiran 14

.00

.01

.02

.03

.04

.05

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DISSI to DISSI

.00

.01

.02

.03

.04

.05

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DISSI to DSBIS

.00

.01

.02

.03

.04

.05

.06

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DISSI to DJUB

-.2

.0

.2

.4

.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DSBIS to DISSI

-.2

.0

.2

.4

.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DSBIS to DSBIS

-.2

.0

.2

.4

.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DSBIS to DJUB

.000

.004

.008

.012

.016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DJUB to DISSI

.000

.004

.008

.012

.016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DJUB to DSBIS

.000

.004

.008

.012

.016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of DJUB to DJUB

Response to Cholesky One S.D. Innovations

Page 107: Skripsi Dimas Prabowo NIM. 109084000052

91

Lampiran 15

Variance

Decomposition of DISSI:

Period S.E. DISSI DSBIS DJUB 1 0.056998 100.0000 0.000000 0.000000

2 0.066617 91.75771 1.721005 6.521283

3 0.073408 82.47123 2.276331 15.25244

4 0.079330 74.62056 2.299539 23.07990

5 0.084685 68.40388 2.189612 29.40651

6 0.089572 63.51752 2.064237 34.41824

7 0.094059 59.63212 1.951640 38.41624

8 0.098198 56.49013 1.856046 41.65382

9 0.102036 53.90557 1.775762 44.31867

10 0.105608 51.74615 1.708076 46.54577 Variance

Decomposition of DSBIS:

Period S.E. DISSI DSBIS DJUB 1 0.514631 0.929841 99.07016 0.000000

2 0.535730 0.950636 98.92760 0.121764

3 0.539128 1.146629 98.42791 0.425460

4 0.541033 1.325130 97.83902 0.835850

5 0.542766 1.475451 97.23892 1.285629

6 0.544437 1.607739 96.65252 1.739739

7 0.546052 1.728877 96.08794 2.183185

8 0.547608 1.842315 95.54729 2.610396

9 0.549108 1.949705 95.03052 3.019771

10 0.550551 2.051887 94.53683 3.411287 Variance

Decomposition of DJUB:

Period S.E. DISSI DSBIS DJUB 1 0.016091 15.31481 1.237156 83.44804

2 0.022478 17.24366 0.971591 81.78474

3 0.027239 18.32687 0.875632 80.79750

4 0.031145 18.98380 0.835217 80.18098

5 0.034495 19.41145 0.815389 79.77316

6 0.037445 19.70700 0.804064 79.48893

7 0.040086 19.92151 0.796715 79.28177

8 0.042479 20.08349 0.791483 79.12503

9 0.044667 20.20978 0.787519 79.00270

10 0.046681 20.31084 0.784389 78.90477 Cholesky Ordering:

DISSI DSBIS DJUB