Upload
priscillia-tondolambung
View
26
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Skripsi Gambaran Persalinan Pada Program Jampersal Di RSU Prof DR. R. D Kandou Manado
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 5 ayat
(1) menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Selanjutnya pada
ayat (2) ditegaskan pula bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau.1,2
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.3
Terjaminnya kesinambungan usaha pelayanan kesehatan sangat penting dalam
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.4
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada
kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga
kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan
kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.5
Menurut data Riskesdas 2010, persalinan yang ditolong oleh bidan
sebanyak 51,9%, 40,2% ditolong oleh dukun, dan sisanya sebesar 7,9%
ditolong oleh dokter.6,7 Berdasarkan data profil kesehatan provinsi Sulawesi
Utara tahun 2008 juga, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
di Manado sebesar 81,8%.3 Pada tahun 2010 persentase tertinggi penolong
kelahiran di Kota Manado yang dilakukan oleh dokter yaitu mencapai 48,2
persen.8 Hal ini menandakan belum tercapainya target cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pada
tahun 2010 yaitu 90%.9,10 Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di
Indonesia juga melaporkan bahwa cakupan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan belum mencapai target yang telah ditentukan, yaitu masih di
bawah 80 persen.11-14
Salah satu penyebab belum tercapainya target cakupan pertolongan
persalinan tenaga kesehatan ialah ketersediaan jaminan pembiayaan kesehatan
sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan
Persalinan.2,15 Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk
menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk
mendapatkan jaminan persalinan, yang didalamnya termasuk
pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca
persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir.2,16,17 RSU Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado ialah salah satu rumah sakit rujukan di
kota Manado yang turut memberikan Jampersal kepada setiap
ibu hamil yang akan bersalin hanya dengan perlu
menunjukkan identitas diri melalui Kartu Tanda Penduduk
(KTP).18
2
Di Rumah Sakit lainnya seperti RSU Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
mengalami kebanjiran pasien yang hendak memanfaatkan Jampersal (Jaminan
Persalinan) sejak mulai diberlakukan pada Mei 2011 lalu, dengan kenaikan ibu
yang melahirkan hingga 50 persen. Hampir tiap bulan ada 600 pasien yang
masuk menggunakan Jampersal dan dari jumlah tersebut terdapat sekitar 300
ibu hamil yang melahirkan.19 Begitu juga dengan jumlah pasien pengguna
jaminan persalinan (Jampersal) di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi
Jember, Jawa Timur yang meningkat tajam selama beberapa bulan terakhir
dengan jumlah kunjungan pasien Jampersal rata-rata mencapai 500 orang
setiap bulan, padahal sebelumnya pasien yang melahirkan di RSD setempat
berkisar 100-200 orang per bulan.20
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih
jauh mengenai gambaran persalinan pada program Jampersal di RSU. Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana gambaran persalinan
pada program Jampersal di RSU. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran persalinan pada program Jampersal di RSU.
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
3
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi terkait: sebagai masukan dan informasi dari program
kesehatan dalam rangka memperluas pengetahuan tentang program
Jampersal dan sebagai sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut
mengenai program Jampersal.
2. Bagi ibu hamil: Sebagai masukan dan informasi kepada ibu hamil tentang
program Jampersal di rumah sakit.
3. Bagi peneliti: Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan
memperluas pengetahuan tentang program Jampersal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Jampersal (Jaminan Persalinan) adalah jaminan pembiayaan pelayanan
persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan nifas termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca
persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan.2,17,21
Pada dasarnya Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari
Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja.2,21-24 Jaminan
persalinan ini diberikan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki
jaminan persalinan.24-26 Hal ini didasarkan pada persalinan di Indonesia yang
masih banyak terjadi di rumah dan masih di tolong oleh biang kampung/
dukun bayi. Dengan adanya Jampersal masyarakat dipastikan lebih aman dan
nyaman dalam menjalani persalinan karena terjaminnya akses pelayanan
persalinan masyarakat oleh tenaga dokter dan bidan.17
Pelaksanaan Jampersal bersifat menyeluruh dari pelayanan kesehatan
dasar sampai pada pelayanan kesehatan rujukan.2,21,24,25
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam
rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB).2,16,21,26
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
b. Meningkatnya cakupan pelayanan:
1) bayi baru lahir.
2) Keluarga Berencana pasca persalinan.
3) Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru
lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel.2,21,24,26
C. Sasaran
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah:
1. Ibu hamil.
2. Ibu bersalin.
6
3. Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan).
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari).2,21,24
Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak
mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan
persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau risiko tinggi untuk
mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalinan.2,24
Agar pemahaman menjadi lebih jelas, batas waktu sampai dengan 28 hari
pada bayi dan sampai dengan 42 hari pada ibu nifas adalah batas waktu
pelayanan Post-Natal Care (PNC) dan tidak dimaksudkan sebagai batas
waktu pemberian pelayanan yang tidak terkait langsung dengan proses
persalinan dan atau pencegahan kematian ibu dan bayi karena suatu proses
persalinan.2,24
D. Kebijakan Operasional
1. Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap jenjang
pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) yang merupakan
bagian integral dari Jamkesmas dan dikelola mengikuti tata kelola
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
2. Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari Jamkesmas dan
tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima
oleh penerima manfaat Jaminan Persalinan terbatas pada pelayanan
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.
3. Penerima manfaat Jaminan Persalinan mencakup seluruh sasaran yang
belum memiliki jaminan persalinan.
7
4. Penerima manfaat Jaminan Persalinan didorong untuk mengikuti
program KB pasca persalinan (dengan membuat surat pernyataan).
5. Penerima manfaat Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan
di seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama pemerintah (puskesmas
dan jaringannya) dan swasta serta fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
(Rumah Sakit) pemerintah dan swasta (berdasarkan rujukan) di rawat
inap kelas III.
6. Fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta seperti Bidan Praktik
Mandiri, Klinik Bersalin, Dokter praktik yang berkeinginan ikut serta
dalam program ini harus mempunyai Perjanjian Kerja Sama (PKS)
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola
Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) atas nama
Pemerintah Daerah setempat yang mengeluarkan ijin praktiknya
sedangkan untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan baik pemerintah
maupun swasta harus mempunyai Perjanjian Kerja Sama (PKS)
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota yang diketahui oleh Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK Provinsi.
7. Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
8. Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan dengan cara
klaim.
9. Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani sasaran
Jaminan Persalinan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim
8
kepada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada
daerah asal sasaran Jaminan Persalinan tersebut.
10. Bidan Desa dalam wilayah kerja Puskesmas yang melayani Jaminan
Persalinan diluar jam kerja Puskesmas yang berlaku di wilayahnya,
dapat menjadi Bidan Praktik Mandiri sepanjang yang bersangkutan
memiliki Surat Ijin Praktik dan mempunyai Perjanjian Kerjasama
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola
Jamkesmas dan BOK atas nama Pemerintah Daerah.
11. Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan pelayanan
terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan dan prinsip portabilitas
dengan demikian jaminan persalinan tidak mengenal batas wilayah.
12. Untuk menjamin kesinambungan dan pemerataan pelayanan, Tim
Pengelola Jamkesmas Pusat dapat melakukan realokasi dana antar
kabupaten/kota, dengan mempertimbangkan penyerapan dan
kebutuhan daerah serta disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada
secara nasional.2,21
E. Ruang Lingkup
1. Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan
oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan
pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan
bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya
9
komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB
pasca salin) tingkat pertama.2,21
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas
Pelayanan Obstetri dan Neonatus Emergensi Dasar (PONED untuk kasus-
kasus tertentu), serta jaringannya termasuk Pondok bersalin desa
(Polindes) dan Pos kesehatan desa (Poskesdes), fasilitas kesehatan swasta
(bidan, dokter, klinik, rumah bersalin) yang memiliki Perjanjian Kerja
Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. 2,21,24,27
Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:
a. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi
4 kali;
b. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru
lahir
c. Pertolongan persalinan normal;
d. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit
pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED.
e. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai
standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;
f. Pelayanan KB pasca persalinan serta komplikasinya.
g. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu
dan janin/bayinya.2,21,24,26
Penatalaksanaan rujukan kasus ibu dan bayi baru lahir dengan
komplikasi dilakukan sesuai standar pelayanan KIA.2,21
10
2. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan tingkat lanjutan untuk rawat jalan diberikan di poliklinik
spesialis Rumah Sakit, sedangkan rawat inap diberikan di fasilitas
perawatan kelas III di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang memiliki
Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.21,24
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi
baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan
risiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan
atas indikasi medis. Pada kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan
neonatal tidak diperlukan surat rujukan.2,21 Pelayanan tingkat lanjutan
menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya.2
Jenis pelayanan persalinan di tingkat lanjutan meliputi:
a. Pemeriksaan kehamilan Ante-Natal Care (ANC) dengan
risiko tinggi (risti).
b. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak
mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.
c. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
dalam kaitan akibat persalinan.
d. Pemeriksaan pasca persalinan (PNC) dengan risiko tinggi
(risti).
11
e. Penatalaksanaan KB pasca salin dengan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) atau kontrasepsi
mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi.2,21,24,26
Paket pelayanan Jampersal di rumah sakit:
a. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan risiko
tinggi.
b. Penanganan rujukan pasca keguguran.
c. Penanganan Kehamilan ektopik terganggu (KET).
d. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif.
e. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi komprehensif.
f. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi
komprehensif.
g. Pelayanan KB pasca persalinan.24,25
3. Pelayanan Persiapan Rujukan
Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan
ketika terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di
fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke
fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan
karena:
- keterbatasan SDM
- keterbatasan peralatan dan obat-obatan.
12
b. Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan
paripurna yang lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan
rujukan.
c. Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan. Untuk
memastikan bahwa pasien yang dirujuk dalam kondisi aman
sampai dengan penanganannya di tingkat lanjutan, maka
selama pelayanan persiapan dan proses merujuk harus
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1) Stabilisasi keadaan umum:
a) Tekanan darah stabil/ terkendali,
b) Nadi teraba
c) Pernafasan teratur dan jalan nafas longgar
d) Terpasang infus
e) Tidak terdapat kejang/kejang sudah terkendali
2) Perdarahan terkendali:
a) Tidak terdapat perdarahan aktif, atau
b) Perdarahan terkendali
c) Terpasang infus dengan aliran lancar 20-30 tetes per
menit
3) Tersedia kelengkapan ambulasi pasien:
a) Petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan
antisipasi kedaruratan
b) Cairan infus yang cukup selama proses rujukan (1
kolf untuk 4-6 jam) atau sesuai kondisi pasien
13
c) Obat dan Bahan Habis Pakai (BHP) emergensi
yang cukup untuk proses rujukan.2,24
F. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Biaya pelayanan dijamin Pemerintah.2,21
b. Ibu hamil akan mendapatkan pelayanan antenatal 4 kali sesuai
standar oleh tenaga kesehatan disertai konseling KB dengan
frekuensi:
1) 1 kali pada triwulan pertama.
2) 1 kali pada triwulan kedua.
3) 2 kali pada triwulan ketiga.
Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi di
atas pada tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini.
Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi
kehamilan antara lain:
1) Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus
dan missed abortion.
2) Penatalaksanaan mola hidatidosa.
3) Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum.
4) Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu.
5) Hipertensi dalam kehamilan, preeklampsi dan
eklampsi.
6) Perdarahan pada masa kehamilan.
14
7) Decompensatio cordis pada kehamilan.
8) Pertumbuhan janin terhambat (PJT): tinggi fundus tidak
sesuai usia kehamilan.
9) Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang
mengancam nyawa. 2
c. Ibu bersalin akan mendapat pelayanan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Penatalaksanaan persalinan:
1) Persalinan pervaginam
a) Persalinan pervaginam normal.
b) Persalinan pervaginam melalui induksi.
c) Persalinan pervaginam dengan tindakan.
d) Persalinan pervaginam dengan komplikasi.
e) Persalinan pervaginam dengan kondisi bayi kembar.
Persalinan pervaginam dengan induksi, dengan
tindakan, dengan komplikasi serta pada bayi kembar
dilakukan di Puskesmas PONED dan/atau RS.
2) Persalinan perabdominam
a) Seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi
medis.
b) Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi
medis.
15
c) Seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan,
robekan jalan lahir, perlukaan jaringan sekitar rahim,
dan sesarea histerektomi).
3) Penatalaksanaan Komplikasi Persalinan :
a) Perdarahan
b) Eklampsi
c) Retensio plasenta
d) Penyulit pada persalinan.
e) Infeksi
f) Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu
bersalin
4) Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan
a) Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari
b) Persalinan pervaginam dengan tindakan dirawat inap
minimal 2 (dua) hari
c) Persalinan dengan penyulit post sectio-caesaria
dirawat inap minimal 3 (tiga) hari.2
d. Ibu nifas akan mendapat pelayanan nifas 4 kali sesuai standar
oleh tenaga kesehatan, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan
KB pasca persalinan.
Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali,
masing-masing 1 kali pada :
16
1) Kunjungan pertama untuk pemeriksaan ibu nifas (Kf1) dan
kunjungan pertama untuk neonatal (KN1) (6 jam s/d hari
ke-2).
2) Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7).
3) Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari
ke-28).
4) Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42).
Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi
nifas antara lain :
1) Perdarahan
2) Sepsis
3) Eklampsi
4) Asfiksia
5) Ikterus
6) BBLR
7) Kejang
8) Abses/Infeksi diakibatkan oleh komplikasi
pemasangan alat kontrasepsi.
9) Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu dan
bayi baru lahir sebagai komplikasi persalinan.
Penatalaksanaan bayi baru lahir
1) Perawatan esensial neonatus atau bayi baru lahir
2) Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi
(asfiksia, BBLR, infeksi, ikterus, kejang)
17
Pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain;
1) Kontrasepsi mantap (Kontap);
2) IUD, Implant, dan
3) Suntik.
Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari
pasca persalinan.2
e. Ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir yang
mempunyai masalah kesehatan akan ditangani oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan yang lebih mampu (Puskesmas,
Puskesmas mampu PONED, RS).2,21
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Mendukung program Pemerintah dalam rangka menurunkan
AKI, AKB, dan meningkatkan cakupan KB.17,24,27
b. Adanya kepastian akan menerima jasa pelayanan medis sesuai
ketentuan yang berlaku.
c. Peluang bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan jumlah
klien yang ditangani.
d. Adanya kepastian mekanisme rujukan sehingga kasus dapat
ditangani dan dirujuk lebih dini.
e. Peluang bagi bidan di desa untuk meningkatkan kemitraan
dengan dukun beranak.24
3. Bagi Dinas Kesehatan
a. Melaksanakan program Pemerintah dalam rangka
meningkatkan cakupan, menurunkan AKI dan AKB.
18
b. Peluang untuk meningkatkan kemitraan dengan fasilitas
kesehatan swasta.
c. Peluang untuk memperkuat sistem pencatatan dan pelaporan
program KIA dan KB.
d. Peluang untuk memperbaiki sistem rujukan kegawatdaruratan
obstetrik dan neonatal.21
G. Kerangka Berpikir
Menurut hasil Riskesdas 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada
kelompok sasaran miskin (Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%.
Persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan juga
baru mencapai 55,4%.2 Berdasarkan data profil kesehatan provinsi Sulawesi
Utara tahun 2008 juga, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
di Manado sebesar 81,8%.3 Hal ini menandakan belum tercapainya target
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah pada tahun 2010 yaitu 90%.9
Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan ialah keterbatasan dan ketidak-tersediaan
biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan melalui
kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan.2
Jampersal (Jaminan Persalinan) adalah jaminan pembiayaan pelayanan
persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan nifas termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca
19
persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan.2,17,21 Program ini bertujuan menjamin akses
pelayanan persalinan masyarakat oleh tenaga dokter dan bidan dalam rangka
menurunkan AKI dan AKB. Dengan jaminan ini dapat dipastikan masyarakat
lebih aman dan nyaman dalam menjalani persalinan.17,21
Sasaran Jampersal adalah para ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi
baru lahir yang berhak mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan
kehamilan dan persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau risiko
tinggi untuk mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalinan.2,24
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado adalah salah satu
rumah sakit rujukan di kota Manado yang turut memberikan
Jampersal kepada setiap ibu hamil yang akan bersalin hanya
dengan perlu menunjukkan identitas diri melalui Kartu Tanda
Penduduk (KTP).18
Paket pelayanan Jampersal di rumah sakit sendiri, antara lain seperti
pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi, penanganan
rujukan pasca keguguran, penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET),
persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif, pelayanan nifas dengan
tindakan emergensi komprehensif, pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan
emergensi komprehensif dan pelayanan KB pasca persalinan.24,25 Pelayanan
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan, meliputi persalinan normal dengan rawat inap minimal 1 hari,
persalinan pervaginam dengan tindakan dengan rawat inap minimal 2 hari,
persalinan perabdominam dengan rawat inap minimal 3 hari, maupun
20
persalinan dengan komplikasi-komplikasi, seperti perdarahan, eklampsi,
retensio plasenta, penyulit pada persalinan, infeksi dan penyakit lain yang
mengancam keselamatan ibu bersalin.2
H. Kerangka Konsep
Keterangan
yang diteliti :
yang tidak diteliti :
21
Program Jampersal
Pemeriksaankehamilan
Pertolongan persalinan
Pelayanan nifas
Pelayanan KB pasca persalinan
Pelayanan bayi baru
lahir
Paritas
Usia ibu
Cara masuk rumah sakit
Jumlah hari rawat
Jenis persalinan
Luaran bayi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian:
Penelitian yang dilakukan bersifat Retrospektif Deskriptif.
2. Subjek penelitian
a. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang menjalani
persalinan di bagian Obstetri Ginekologi RSU Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode 1 April - 31 Desember 2011.
b. Sampel penelitian adalah seluruh ibu hamil yang menjalani persalinan
dengan menggunakan program Jampersal di bagian Obstetri
Ginekologi di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 April-
31 Desember 2011.
c. Kriteria restriksi
i. Kriteria inklusi
1) Ibu hamil yang menjalani persalinan dengan menggunakan
program Jampersal di bagian Obstetri Ginekologi RSU
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
2) Ibu hamil yang menjalani persalinan, baik itu persalinan
pervaginam, ataupun persalinan perabdominam yang
menggunakan program Jampersal.
3) Ibu hamil yang menjalani persalinan dan tercatat dalam
buku partus dan buku register di bagian Obstetri Ginekologi
RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
ii. Kriteria eksklusi
1) Ibu hamil yang menjalani persalinan tanpa menggunakan
program Jampersal di bagian Obstetri Ginekologi RSU
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
2) Ibu hamil yang menjalani persalinan di bagian Obstetri
Ginekologi RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado di luar
dari 1 April – 31 Desember 2011.
3) Ibu hamil yang menjalani persalinan tapi tidak tercatat
dalam buku partus dan buku register di bagian Obstetri
Ginekologi RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
3. Rencana pengolahan dan analisa data
Data penelitian yang didapatkan dikumpulkan secara retrospektif dari
buku partus dan buku register di bagian Obstetri Ginekologi, serta buku di
sub bagian perinatologi RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Kemudian
seluruh data yang dikumpulkan diolah dengan analisa presentase dan
disajikan dalam bentuk tabel.
B. Waktu Penelitian
Waktu diadakannya penelitian ini selama periode 1 April 2011-31
Desember 2011.
23
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di bagian Obstetri Ginekologi RSU Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado.
D. Variabel
Variabel yang diteliti adalah persalinan dengan menggunakan program
Jampersal yang dilihat berdasarkan:
1. Paritas
2. Usia ibu
3. Cara masuk rumah sakit
4. Jumlah hari rawat
5. Jenis persalinan
6. Luaran bayi
E. Definisi Operasional
1. Program Jampersal adalah program jaminan persalinan yang diikuti oleh
ibu hamil di bagian Obstetri Ginekologi RSU Prof. Dr. R. D. Kandou
yang khusus mencakup pertolongan persalinan.
2. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup
bulan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, yang dibantu oleh tenaga
kesehatan di bagian Obstetri Ginekologi RSU Prof. Dr. R. D. Kandou.
3. Paritas adalah jumlah kehamilan terdahulu dan telah dilahirkan.
4. Usia ibu adalah usia saat ibu hamil berdasarkan data dari buku partus.
24
5. Cara masuk rumah sakit adalah cara ibu hamil bisa masuk ke RSU Prof.
Dr. R. D. Kandou, baik itu dengan rujukan dari rumah sakit lain, rujukan
dari dokter, rujukan dari puskesmas, ataupun dengan datang sendiri.
6. Jumlah hari rawat adalah lamanya perawatan untuk setiap persalinan
di RSU Prof Dr. R. D. Kandou, yang dinyatakan dalam hari.
7. Jenis persalinan adalah jenis penatalaksanaan persalinan pada ibu hamil,
baik itu dengan pervaginam ataupun perabdominam.
8. Luaran bayi adalah keadaan bayi hasil persalinan dari ibu yang
menggunakan program Jampersal, baik itu dalam keadaan hidup ataupun
dalam keadaan meninggal yang terbagi lagi menjadi lahir mati dan
kematian neonatal dini.
9. Lahir mati adalah kelahiran bayi hasil persalinan dengan program
Jampersal dalam keadaan mati.
10. Kematian neonatal dini adalah kematian bayi lahir hidup dalam 7 hari
pertama setelah kelahiran, selama masa perawatan di sub bagian
perinatologi bagian IKA RSU Manado.
25
F. Alur Penelitian
26
Populasi
Kriteria eksklusiKriteria inklusi
Sampel
Mengumpulkan data
Pengolahan dan analisa data
Tabel data dan hasil penelitian
Kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Insidensi persalinan dengan program Jampersal
TahunJumlah
Persalinan
Persalinan dengan program Jampersal
Jumlah %
1 April – 31
Desember 20113561 2800 78,63
Persalinan dengan menggunakan program Jampersal di RSU Prof Dr. R. D.
Kandou Manado periode 1 April 2011 – 31 Desember 2011 berjumlah 2800 dari
total persalinan 3561 (78,63%).
Tabel 2
Insidensi persalinan dengan program Jampersal menurut paritas
Paritas Jumlah %
Primigravida 1255 44,82
Multigravida 1545 55,18
Total 2800 100
Persalinan dengan menggunakan program Jampersal lebih banyak ditemukan
pada multigravida, yaitu sebanyak 1545 (55,18%).
Tabel 3
Distribusi persalinan dengan program Jampersal menurut usia ibu
Usia ibu Jumlah %
< 20 tahun 393 14,04
20-25 tahun 812 29,00
26-30 tahun 621 22,18
31-35 tahun 510 18,21
> 35 tahun 464 16,57
Total 2800 100
Persalinan dengan menggunakan program Jampersal paling banyak ditemukan
pada ibu hamil pada kelompok usia 20-25 tahun, yaitu sebanyak 812 (29,00%).
Tabel 4
Distribusi persalinan dengan program Jampersal menurut cara masuk RS
Cara masuk RS Jumlah %
Rujukan RS 82 2,93
Rujukan dokter 298 10,64
Rujukan puskesmas 409 14,61
Datang sendiri 2011 71,82
Total 2800 100
Persalinan dengan menggunakan program Jampersal paling banyak ditemukan
pada ibu hamil yang masuk ke rumah sakit dengan cara datang sendiri sebanyak,
2011 (71,82%).
28
Tabel 5
Distribusi penggunaan program Jampersal pada persalinan berdasarkan jumlah
hari rawat
Jumlah Hari Rawat Jumlah %
1 hari 315 11,25
2 hari 765 27,32
3 hari 625 22,32
> 3 hari 1095 39,11
Total 2800 100
Ibu hamil yang bersalin dengan menggunakan program Jampersal paling banyak
dirawat di RSU Prof Dr. R. D Kandou selama > 3 hari yaitu sebanyak, 1095
(39,11%).
Tabel 6
Distribusi persalinan dengan program Jampersal menurut jenis persalinan
Jenis persalinan Jumlah %
Pervaginam:
1. Spontan 1874 66,93
2. Ekstraksi vakum 139 4,96
3. Ekstraksi forceps 6 0,21
Per abdominal:
Seksio sesarea 781 27,90
Total 2800 100
29
Jenis pertolongan persalinan yang paling sering dilakukan dengan menggunakan
program Jampersal yaitu persalinan pervaginam dengan cara spontan sebanyak,
1874 (66,93%).
Tabel 7
Distribusi luaran bayi pada persalinan dengan program Jampersal
Luaran Bayi Jumlah %
Luaran meninggal:
1. Lahir mati 70 2,47
2. Kematian neonatal dini 29 1,02
Luaran hidup 2738 96,51
Total 2837 100
Berdasarkan tabel di atas bayi hasil dari persalinan dengan menggunakan program
Jampersal yang meninggal terbanyak ditemukan dalam keadaan lahir mati
sebanyak 70 kasus (2,47%) dari 2837 total luaran bayi.
30
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian Retrospektif yang telah dilakukan di RSU Prof. Dr. R. D
Kandou Manado periode 1 April 2011 – 31 Desember 2011 ditemukan persalinan
dengan menggunakan program Jampersal sebanyak 2800 kasus dari 3561
persalinan sehingga insidensi persalinan dengan menggunakan program
Jampersal sebesar 78,63%. Hal ini menandakan bahwa program Jampersal yang
diberlakukan RSU Prof Dr. R. D Kandou Manado mendapatkan sambutan yang
baik dari masyarakat, khususnya para ibu hamil. Tidak hanya di sini saja,
beberapa survei di tempat lain juga menyimpulkan hal yang sama. Salah satu
contohnya yaitu program Jampersal di Kabupaten Jember yang diberlakukan
sejak 1 April 2011 lalu juga mendapat tanggapan positif dari ibu – ibu hamil di
Kabupaten setempat, sehingga jumlah pengguna Jampersal meningkat tajam
setiap bulannya.20
Berdasarkan tabel 2, dari 2800 kasus persalinan dengan menggunakan
program Jampersal ditemukan 1255 kasus pada primigravida (48,2%) dan pada
multigravida agak lebih banyak yaitu 1545 kasus (55,18%). Keduanya merupakan
hasil dari bulan April – Desember 2011. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
sebelumnya pernah dilakukan di RSUD dr. R. Koesma Tuban tahun pada tahun
2008 lalu yang menyatakan bahwa distribusi ibu berdasarkan tingkat paritas yang
paling banyak yaitu ibu dengan tingkat paritas 2 - 3.28 Jadi dengan kata lain yang
paling banyak bersalin ialah ibu dengan paritas multigravida.
Pada tabel 3, persalinan dengan menggunakan program Jampersal paling
banyak ditemukan pada kelompok usia 20 - 25 tahun yaitu sebanyak 812 kasus
(29,00%), sedangkan yang paling sedikit ditemukan pada kelompok usia < 20
tahun yaitu sebanyak 393 kasus (14,04%). Hasil penelitian ini sama halnya
dengan yang dilaporkan oleh Yulis Styani dan Mujianto bahwa sebagian besar ibu
bersalin di Bidan Praktik Swasta Indah Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun
2012 memiliki umur 20 – 35 tahun, yaitu sebesar 88,6% dan sebagian besar dari
ibu tersebut memenuhi syarat menggunakan Jampersal.29 Ini menunjukkan bahwa
ibu bersalin di RSU Prof Dr. R. D Kandou telah cukup umur untuk menjalani
proses persalinan. Sebagaimana menurut Wardana (2007) yang menyatakan
bahwa usia wanita produktif yang aman untuk kehamilan dan persalinan ialah 20–
35 tahun.30
Berdasarkan tabel 4, terlihat distribusi persalinan dengan menggunakan
program Jampersal terbanyak pada ibu hamil yang masuk rumah sakit dengan
cara datang sendiri, yaitu 2011 kasus (71,82%). Paling rendah ditemukan pada ibu
hamil yang masuk rumah sakit dengan dirujuk oleh rumah sakit yaitu 82 kasus
(2,92%). Penelitian ini sesuai dengan pernyataan dr. Sarminto, M.Kes, kepala
Dinas Kesehatan Provinsi DIY bahwa sistem rujukan untuk pasien Jampersal
kurang berlaku, karena masyarakat cenderung langsung ke rumah sakit, terutama
di Rumah Sakit yang memiliki program Jampersal. Masyarakat banyak cenderung
langsung ke rumah sakit, menurut dr. Gandung disebabkan karena sosialisasi
pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas masih kurang. Akibatnya masyarakat
memilih langsung ke rumah sakit.17
32
Hal ini cenderung kurang sesuai dengan kebijakan operasional Jampersal
yang menyatakan bahwa pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan
pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan dan juga penerima manfaat
Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh fasilitas kesehatan
tingkat pertama pemerintah (puskesmas dan jaringannya) dan swasta serta fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) pemerintah dan swasta (berdasarkan
rujukan) dirawat inap kelas III.2,21 Jadi seharusnya ibu hamil yang masih bisa
dilayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama tidak perlu langsung ke rumah sakit
sebagai fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, kecuali memang terdapat risiko dan
komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Pada tabel 5, terlihat jumlah hari rawat untuk ibu hamil yang bersalin
menggunakan program Jampersal paling banyak ditemukan lebih dari 3 hari
sebanyak 1095 kasus (39,11%). Selanjutnya ibu dengan jumlah hari rawat selama
2 hari sebanyak 765 kasus (27,32%) dan ibu dengan jumlah hari rawat selama 3
hari sebanyak 625 kasus (22,32%), sedangkan ibu dengan jumlah hari rawat
selama 1 hari paling sedikit ditemukan yaitu sebanyak 315 kasus (11,25%). Hasil
survei di RSUD Bantul juga didapati bahwa secara keseluruhan, rawat inap
didominasi oleh pasien dengan program Jampersal.17
Sebagaimana juga yang ditetapkan dalam petunjuk teknis Jaminan
Persalinan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
2562/MENKES/PER/XII/2011 bahwa lama hari inap minimal di fasilitas
kesehatan, yaitu untuk persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari,
persalinan pervaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 (dua) hari, dan
33
persalinan dengan penyulit post sectio-caesaria dirawat inap minimal 3 (tiga)
hari.2
Berdasarkan tabel 6, ditemukan bahwa persalinan dengan menggunakan
program Jampersal terbanyak ditolong pervaginam secara spontan, yaitu
sebanyak 1874 kasus (66,93%). Selanjutnya seksio sesarea sebanyak 781 kasus
(27,90%). Ekstraksi vakum sebanyak 139 kasus (4,96%) dan paling sedikit
ekstraksi forceps, yaitu sebanyak 6 kasus (0,21%). Pasien lebih banyak ditolong
pervaginam secara spontan dibandingkan seksio sesarea bisa disebabkan karena
persalinan dengan bedah caesar sangat tinggi risikonya terhadap bayi baru lahir,
yaitu risiko gangguan pernapasan bayi, risiko gangguan otak, risiko trauma bayi
dan kematian bayi. Menurut Dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K) dari Departemen
Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, risiko yang dialami bayi baru lahir terkait
persalinan dengan caesar ialah 3,5 kali lebih besar dibandingkan dengan
persalinan normal.31 FRIGOLETTO, dkk 1980 juga melaporkan bahwa angka
kematian dan kesakitan lebih tinggi pada persalinan dengan operasi caesar
dibanding persalinan pervaginam, karena ada peningkatan risiko yang
berhubungan dengan proses persalinan sampai pada keputusan dilakukan operasi
caesar.32
Pada tabel 7, terlihat bahwa bayi hasil dari persalinan dengan
menggunakan program Jampersal yang meninggal terbanyak ditemukan dalam
keadaan lahir mati, yaitu sebanyak 70 kasus (2,47%) sedangkan untuk kematian
neonatal dini ditemukan 29 kasus (1,02%). Menurut data yang diolah program
Kesga (Kesehatan Keluarga) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara yang
bersumber dari laporan kabupaten/kota pada tahun 2008 menunjukkan bahwa
34
jumlah bayi lahir mati juga lebih banyak, yaitu 307 kasus bila dibandingkan
dengan jumlah kematian bayi sebesar 29 kasus.3
35
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gambaran persalinan pada program Jampersal di RSU Prof. Dr. R. D
Kandou kebanyakan diikuti oleh ibu yang multigravida, usia 20-25 tahun,
langsung datang sendiri ke rumah sakit, dirawat selama lebih dari 3 hari dan
ditolong secara spontan.
B. Saran
Perlu adanya pembenahan pada program Jampersal dalam hal
penyelenggaraan pelayanan yang harus lebih disesuaikan dengan kebijakan
operasional Jampersal yaitu sebagai pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan
rujukan. Seperti dengan meningkatkan sosialisasi dan jasa pelayanan kesehatan
dasar di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya,
serta memperbaiki sistem rujukan Jampersal supaya lebih selektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2. Sedyaningsih ER. Petunjuk teknis jaminan persalinan: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 2562/MENKES/PER/XII/2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Profil kesehatan provinsi Sulawesi Utara tahun 2008. Manado: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Balai Data, Surveilans, dan Sistem Informasi Kesehatan, 2009.
4. Nasution SK. Gambaran kepuasan pasien berdasarkan metode servqual dan diagram kartesius di rumah sakit Bakti Yudha kota Depok. Jurnal Info Kesehatan Masyarakat. 2007;11:149-57.
5. EMAS. Pertolongan persalinan [homepage on the Internet]. Nodate [cited 2012 Oct 26]. Available from: http://www.selamatkanibudanbayi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=146%3Apertolongan-persalinan&catid=66%3Amaternal-health&Itemid=135&lang=en. diakses 26 Oktober 2012.
6. Trihono. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, 2010.
7. Anorital, Sundari S, Soetiarto F, Sudiman H, Mulyadi, Sari DI. Kinerja dua tahun Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009-2011: menuju masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2011. p. 26-7.
8. Statistik daerah kota Manado 2011. Manado: Badan Pusat Statistik Kota Manado, 2011.
9. Manueke I, Mukti AG, Emilia O. Kemampuan bayar keluarga untuk mendapatkan pertolongan persalinan di Indonesia (analisis data susenas kor 2001). Maj Obstet Ginekol Indones. 2008;32:26-32.
10. Departemen Kesehatan RI. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan pedoman penetapan indikator provinsi sehat dan kabupaten/kota sehat: Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1202/MENKES/SK/VIII/2003. Jakarta: Departemen Kesehatan, 2003.
11. BPS, BKKBN, DEPKES, ORC, Macro. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Jakarta, 2003.
12. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.
13. Program nasional bagi anak Indonesia kelompok kesehatan [homepage on the internet]. Nodate [cited 2012 Sept 2]. Available from: www.bappenas.go.id/get-file-server/node/334/.
14. Komaruddin A, Murti B. Perbedaan pengaruh kelengkapan pemeriksaan antenatal antara rumah bersalin dan puskesmas di kota Surakarta. Jurnal Daya Saing. 2004;5:53-64.
15. Rundupadang JF. Pengaruh jaminan pembiayaan kesehatan terhadap pemanfaatan tenaga kesehatan dalam pertolongan persalinan di kabupaten Bulungan [thesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2009.
16. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jaminan persalinan, upaya terobosan kementerian kesehatan dalam percepatan pencapaian target MDGs [homepage on the Internet]. c2011 [updated 2011 July 28; cited 2012 Sept 3]. Available from: http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/99.
17. Utami M. Mediakom: Jampersal turunkan kematian ibu dan anak. Edisi 34. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI; 2012. p. 15-30.
18. Hanny. Ibu hamil gratis masuk RSU Kandou. Badan layanan umum RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado [homepage on the Internet]. c2012 [updated 2012 Feb 25; cited 2012 Oct 26]. Available from: http://beritamanado.com/kota-manado/ibu-hamil-gratis-masuk-rsup-kandou/28804/.
19. Harnowo PA. Sejak ada jampersal jumlah persalinan di RSU Soeradji naik [homepage on the Internet]. c2011 [updated 2011 Sept 27]. Available from: http://health.detik.com/read/2011/09/27/161137/1731641/763/sejak-ada-jampersal-jumlah-persalinan-di-rsup-soeradji-naik. diakses tanggal 23 Oktober 2012.
20. Suyanto. Pasian jampersal di Jember meningkat. [homepage on the Internet]. c2012 [updated 2012 Apr 13; cited 2012 Oct 23]. Available from: http://surabaya.tribunnews.com/m/index.php/2012/04/13/pasien-jampersal-di-jember-meningkat.
21. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku sosialisasi jaminan persalinan (jampersal). Jakarta: Kementerian Kesehatan, 2011.
38
22. Febrianti AW. Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di Surabaya tentang iklan layanan masyarakat “jampersal” di televisi [skripsi]. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jawa Timur; 2012.
23. Arifurrohman A. Implementasi regulasi jaminan persalinan di kabupaten Sleman (kajian pada bidan praktik yang melakukan perjanjian kerja sama) [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2012.
24. Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia. Jampersal 2012 [homepage on the Internet]. c2012 [updated 2012 March 9; cited 2012 Aug 8] Available from: www.perdhaki.org/content/jampersal-2012.
25. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit. RSUD. dr. H. Soemarno Sosroatmodjo siap menerima pasien jampersal. Bulletin RSUD. dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas 2011. April-Juni 10;5. p.8-9.
26. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Pusat. Kebijakan umum program jamkesmas dan jampersal. Jakarta: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2011.
27. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat (prinsip-prinsip dasar). Edisi 2. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2003. p. 90.
28. Sari NK. Hubungan tingkat paritas dan kejadian letak sungsang pada ibu bersalin di RSUD dr. R. Koesma Tuban tahun 2008. Journal DOSEN. 2012;2:1-3.
29. Styani Y, Mujianto. Studi deskriptif pemanfaatan jampersal oleh ibu bersalin di bidan praktik swasta indah kecamatan Gabus kabupaten Pati. Jawa Tengah; 2012.
30. Abdat AU. Hubungan antara paritas ibu dengan kejadian plasenta previa di rumah sakit dr.Moewardi Surakarta [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2010.
31. Siswati. Hubungan antara persalinan seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir [skripsi]. Surabaya: Politeknik Kesehatan Depkes Jurusan Kebidanan Sutomo; 2008.
32. Evarny A. Operasi Caesar, Amankah [homepage on the Internet]. c2007 [updated 2007 Jan 31; cited 2012 Dec 10]. Available from: http://www.hypno-birthing.web.id/?p=102.
39