Click here to load reader
Upload
rahman-bimantara
View
71
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ccds
Citation preview
PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNINGTERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA
PADA KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
RINA KHABIBAH109016300021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2014
iv
ABSTRAK
RINA KHABIBAH 109016300021, “Pengaruh Model Guided DiscoveryLearning terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Gerak MelingkarBeraturan”. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan IlmuPengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model guideddiscovery learning terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerakmelingkar beraturan. Penelitian ini dilakukan di SMAN 9 Tangerang Selatan padabulan Agustus sampai dengan November 2013. Penelitian ini menggunakanmetode kuasi eksperimen dengan desain Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design dan teknik pengambilan sampel purpossive sampling. Instrumenyang digunakan adalah tes berupa uraian dan non tes berupa lembar angket.Analisis data tes, menunjukkan terdapat pengaruh signifikan model guideddiscovery learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkarberaturan. dengan sampel yang pertama yaitu siswa kelas X5 sebagai kelaseksperimen dan kelas X3 sebagai kelas kontrol, masing-masing diberi pretest danposttest. Uji hipotesis pretest didapat thitung < ttabel (1,580<2,002), maka Hoditerima dan Ha ditolak. Uji hipotesis posttest thitung > ttabel (2.060>2,002), makaHo ditolak Ha diterima. Terdapat pengaruh model pembelajaran guided discoverylearning terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak melingkarberaturan.
Kata kunci: Model guided discovery learning, hasil belajar siswa SMA, konsepgerak melingkar beraturan.
v
ABSTRACT
Rina Khabibah, “The Effect Of Guided Discovery Learning Model on Learningto Student Senior High School Learning Outcomes in Circular MotionConcept”. Skripsi of Physics Education Program, Science Education Department,Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of SyarifHidayatullah Jakarta, 2014.
The research aim to know are there any effect of guided discovery learning modelto student senior high school learning outcomes in circular motion concept. ThisResearch done in Senior High School 9 South Tangerang on august untilNovember 2013. The method used in this research is Nonrandomized ControlGroup Pretest-Posttest Design and the technique of sampling is purpossivesampling. Instrumen were used in this research are test instrument which is essayand nontest instrument which is quisioner. Based on data analysis, the resultobtained that there is a significant effect of guided discovery learning model tostudent senior high school outcomes learning in circular motion concept . withthe first class 30 students of X5 as experimental group and 30 students of X3 ascontrol group both class are given the same pretest and posttest. The pretestresult show tarithmetic < ttable (1,580<2,002), so Ho rejected Ha received. ThePosttest result show tarithmetic > ttable (2.060>2,002), so Ha rejected Ho received.The research show be able effect of guided discovery learning model to studentsenior high school learning outcomes in circular motion concept.
Key Words: Guided discovery learning model Jerome Brunner, student learningoutcome, circular motion concept.
vi
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, yang telah
memberikan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa
skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa dikumandangkan untuk nabi besar kita
Muhammad SAW, yang telah berjuang untuk umatnya dan menjadi suri teladan
bagi umatnya.
Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan dan proses pengerjaannya
selama 2 bulan. Penelitian dilakukan di SMA 9 Tangerang Selatan dengan
populasi seluruh siswa kelas X dan sampel penelitian kelas X5 sebagai kelompok
eksperimen dan X3 sebagai kelompok kontrol.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya yang tak
terhingga kepada penulis.
2. Kedua orang tua tercinta ayahanda Jahari dan Ibundaku Waginah, terima kasih
atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan. Engkau telah
ajarkan penulis tentang kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan kau telah
mendidik penulis dengan kasih sayang. Terima kasih ayah dan ibu atas semua
kasih sayang mu. Semoga Allah mengampuni segala dosa ayah dan
menempatkan ayah di surga-Nya yang paling mulia. Untuk adik terjahilku
Qori Hadi Pranoto yang senantiasa membuatku tertawa dan sejenak lupa akan
semua masalah-masalah.
3. Ibu Nurlena Rifa’I, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan dan Bapak Iwan Permana
Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd, dan Ibu Ai Nurlaela, M.Si selaku Dosen
Pembimbing I dan II penulis yang telah banyak memberikan bimbingan,
vii
pengarahan, meluangkan waktu, motivasi, dan kemudahan dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak Iwan Permana S, M.Pd selku Penguji I dan Ibu Fathiah Alatas selaku
Penguji II telah memberikan bimbingannya selama revisi skripsi.
7. Bapak Drs. Ahmad Nana Mahmur M, MPd selaku kepala sekolah SMA
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian dan Bapak Rudinanto, S.Pd, selaku guru Fisika
SMAN 9 Tangerang Selatan yang telah memberikan banyak bimbingan
selama penulis melaksanakan penelitian.
8. Untuk sahabat-sahabatku Asep Gumilar, R. Tetty, Ryani Fauziah, , Riah Elsa
Fitri, Eva Afiatun, Citra Wahyudin, Arifin Budi S, dan M. Rifqi yang susah
senang kita selalu bersama.
9. Untuk semua teman-teman Pendidikan IPA angkatan 2009 (Fi-nine) untuk
Nuris dan Husni selaku adik kelas PPKT yang menjadi observer sewaktu
penulis penelitian, terima kasih atas bantuan dan candaannya.
10. Untuk kawan-kawan KAHFI angkatan 14C yang dalam chargeran
semangatnya membuatku “on” untuk tak kenal kata tidak mungkin, dan wali
kelas 14C Kak ibnu dan Kak Ocha terima kasih atas arahan-arahannya.
11. Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
terima kasih atas doa dan bantuannya.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh
dari sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya serta civitas akademika dunia pada umumnya
Jakarta, Januari 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing ............................................................... i
Lembar Pengesahan Penguji ........................................................................ ii
Surat Pernyataan Karya Sendiri ................................................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
C. Batasan Masalah ................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS ................................................................. 7
A. Kajian Teori ........................................................................................ 7
1. Model Guided Discovery Learning................................................ 7
2. Model Guided Discovery Learning Jerome Bruner ....................... 10
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Guided Discovery Learning .... 14
a. Kelebihan Model Guided Discovery Learning.......................... 14
b. Kelemahan Model Guided Discovery Learning ........................ 15
4. Belajar dan Hasil Belajar ............................................................... 15
a. Pengertian Belajar...................................................................... 15
viii
b. Pengertian Hasil Belajar ............................................................ 16
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ...................... 18
5. Konsep Gerak Melingkar Beraturan .............................................. 19
a. Karakteristik Konsep Gerak Melingkar Beraturan .................... 19
b. KI/KD Konsep Gerak Melingkar Beraturan.............................. 19
c. Peta Konsep ............................................................................... 21
d. Materi Gerak Melingkar Beraturan ........................................... 21
B. Penelitian Relevan .............................................................................. 27
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 30
D. Pengajuan Hipotesis Penelitian .......................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33
A. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 33
B. Metode Penelitian ............................................................................... 33
C. Desain Penelitian ................................................................................ 33
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 34
E. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 34
1. Populasi .......................................................................................... 34
2. Sampel............................................................................................ 35
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 35
G. Instrumen Penelitian .......................................................................... 35
1. Instrumen tes .................................................................................. 36
2. Instrumen non tes ........................................................................... 36
H. Kalibrasi Instrumen ............................................................................ 36
1. Uji Validitas Instrumen .................................................................. 37
2. Uji Reliabilitas ............................................................................... 38
3. Taraf Kesukaran ............................................................................. 39
4. Daya Pembeda................................................................................ 40
I. Teknik Analisis Data .......................................................................... 41
1. Uji Prasyarat Analisis..................................................................... 41
a. Uji Normalitas ........................................................................... 41
ix
b. Uji Homogenitas........................................................................ 42
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 43
a. Data Terdistribusi Normal dan Homogen ................................. 43
b. Data Terdistribusi Normal dan Tidak Homogen ....................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 46
A. Hasil Penelitian................................................................................... 46
1. Deskripsi Data................................................................................ 46
a. Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen..... 48
b. Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 49
2. Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 50
3. Hasil Uji Homogenitas ................................................................... 50
4. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 51
5. Hasil Angket .................................................................................. 52
B. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................. 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 60
A. Kesimpulan......................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Menurut Jerome Bruner .............. 12
Tabel 3.1 Desain Penelitian .................................................................... 34
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes .......................................................... 36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Non Tes Angket Respon Siswa ............ 36
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r .................................. 38
Tabel 3.5 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ....................... 39
Tabel 3.6 Interpretasi Taraf Kesukaran ............................................... 40
Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda ................................................... 41
Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kontrol ....................................................... 49
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kontrol ....................................................... 50
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kontrol ....................................................... 51
Tabel 4.4 Hasil Uji t Hasil Belajar Siswa Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kontrol..................................... 51
Tabel 4.5 Hasil Angket Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen ............................................................................. 52
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Siklus Hasil Belajar ............................................. 17
Gambar 2.2 Peta Konsep Gerak Melingkar Beraturan ........................... 21
Gambar 2.3 Contoh Aplikasi GMB di Kehidupan Sehari-hari............... 22
Gambar 2.4 Vektor Kecepatan Gerak Melingkar Beraturan ................. 24
Gambar 2.5 Rantai Sepeda ......................................................................... 26
Gambar 4.1 Histogram Pretest Hasil Belajar Siswa Kelompok
Kontrol dan Eksperimen ....................................................... 47
Gambar 4.2 Histogram Posttest Hasil Belajar Siswa Kelompok
Kontrol dan Eksperimen ....................................................... 48
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Perangkat Pembelajaran ....................................................... 64
1. RPP Kelompok Kontrol .................................................................... 65
2. RPP Kelompok Eksperimen.............................................................. 105
Lampiran B: Instrumen Penelitian .............................................................. 144
1. Soal Pretest-Posttest ......................................................................... 145
2. Lembar Observasi ............................................................................. 147
3. Kuesioner ......................................................................................... 149
4. Lembar Uji Referensi ........................................................................ 152
Lampiran C: Analisis Data Hasil Pengambilan Sampel ............................ 155
1. Skor Data Uji Validasi ..................................................................... 156
2. Reliabilitas Tes ................................................................................. 157
3. Kelompok Unggul dan Asor ............................................................ 158
4. Daya Pembeda................................................................................... 160
5. Tingkat Kesukaran ........................................................................... 161
6. Korelasi Skor Butir dengan Skor Total ............................................ 162
7. Rekap Analisis .................................................................................. 163
Lampiran D: Analisis Data Hasil Penelitian ............................................... 164
1. Skor Kelas Kontrol (Pretest-Posttest)............................................... 165
2. Skor Kelas Eksperimen (Pretest-Posttest) ........................................ 166
3. Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen........................ 167
4. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen ........... 170
5. Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen ...................... 171
6. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen .......... 174
7. Distribusi Fekuensi Pretest Kelompok Kontrol................................ 175
8. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol................... 178
9. Distribusi Fekuensi Posttest Kelompok Kontrol............................... 179
10. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol.................. 182
11. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest............................................... 183
12. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest ............................................. 184
xiii
13. Perhitungan Uji Hipotesis Pretest..................................................... 185
14. Perhitungan Uji Hipotesis Posttest ................................................... 186
Lampiran E: Surat-surat Penelitian ............................................................ 187
1. Permohonan Izin Observasi ............................................................. 188
2. Keterangan Telah Melakukan Penelitian .......................................... 189
Lampiran F: Profil SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan ..................... 190
Lampiran G: Biodata Penulis ....................................................................... 195
Lampiran H: Dokumentasi Penelitian ......................................................... 196
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses kehidupan dalam rangka mengoptimalkan
potensi diri siswa agar berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sistem
pendidikan di Indonesia, dikenal beberapa macam tujuan pembelajaran. Tujuan
paling tinggi tingkatannya adalah tujuan pendidikan nasional yang kemudian
dijabarkan lagi dalam tujuan institusional. Tujuan institusional dianggap masih
sangat luas sehingga perlu dijabarkan lagi secara spesifik dalam tujuan kurikuler1.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan2. Aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, kemampuan
memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan,
dan penalaran merupakan aspek di ranah kognitif3.
Proses pembelajaran adalah ruang lingkup dari pendidikan, salah satunya
adalah pembelajaran sains. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar pengalaman
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah4. Satu cabang dasar sains
yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah mata pelajaran
fisika. Cabang dasar sains Fisika merupakan faktor pendukung dalam laju
perkembangan dan persaingan diberbagai bidang, dengan bantuan ilmu fisika
banyak peristiwa atau kejadian alam semesta ini dapat dipelajari.
Kebanyakan pembelajaran fisika di sekolah dilakukan hanya melalui
proses penyampaian informasi bukan melalui pemrosesan informasi. Guru di
1 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:LP UIN), 2009, h.63.
2 Siti Mutoharoh, “Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil BelajarKimia Siswa SMA Pada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi pada Prodi Fisika UIN Syarif HidayatullahJakarta, 2011, h.21.
3 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,. Op.cit,. h.634 Ibid,. h.46.
2
samping berfungsi sebagai motivator dan fasilitator, diharapkan dapat menjadi
seorang menajer (pengelola) selama kegiatan belajar berlangsung5. Oleh karena
itu, sudah saatnya guru sains membuka paradigma baru dalam pola pengajaran
sains di kelas. Selama ini pembelajaran masih banyak berpusat pada guru
sementara siswa cenderung pasif. Akibatnya siswa tidak mempunyai kesempatan
mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk memecahkan permasalahan yang
ada sehingga hasil belajar siswa relatif rendah.
Berdasarkan hasil observasi melalui PPKT (Praktek Profesi Keguruan
Terpadu) selama 4 bulan dan wawancara guru fisika di SMAN 9 Tangerang
selatan dapat dilihat dari hasil belajar berupa nilai raport para siswa, nilai rata-rata
para siswa dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 68,1 dengan
KKM sebesar 75, penyebab hal ini dapat diindikasikan karena kurangnya hasil
belajar siswa dalam memahami persoalan pada mata pelajaran Fisika.
Keberhasilan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada
pembelajaran fisika dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi
serta hasil belajar. Hal ini dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pemahaman
dan penguasaan materi serta hasil belajar, maka semakin tinggi pula tingkat
keberhasilan pembelajaran. Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya6.
Menurut Mustamin bahwa hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan
evaluasi, yaitu mengukur dan menilai dalam hal ini adalah menilai hasil kinerja
siswa. Dengan mengukur hasil belajar, maka guru dapat mengetahui tingkat
penguasaan materi pelajaran yang diajarkan dan dapat menjadi acuan bagi guru
untuk mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum7.
Hal lain yang menyebabkan sulitnya fisika bagi siswa yaitu karena
pembelajaran fisika kurang bermakna, oleh karena itu diperlukan suatu model
5Tri Wardanik, “Pembelajaran Fisika Dengan Metode Direct Instruction (DI) DitinjauDari Kemampuan Awal Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak Melingkar Beraturan DiSMA Tahun 2008/2009,” Skripsi pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UniversitasSebelas Maret, 2009, h.xvii, tidak dipublikasikan.
6Anna Fauziah, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan MasalahMatematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT, Forum Kependidikan, 1-13, 2010, h.1.
7 Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan HaslBelajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika, Jurnal. Palu, 2013. h.32.
3
pembelajaran yang mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan ide-ide
dalam pembelajaran di kelas agar pembelajaran lebih bermakna. Banyak
penelitian yang telah dilakukan untuk hal ini, seperti hasil penelitian Balim dan
Yunginger, keduanya menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam hasil prestasi
setelah diimplikasikan pembelajaran discovery.8
Jerome Bruner adalah salah satu ahli yang mengemukakan pendapat
mengenai tahapan dalam model discovery learning. Jerome Bruner membahas sisi
sosial proses belajar dalam buku klasiknya, Toward a Theory of Instruction. Dia
menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain
dan untuk bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan”, yang mana hal ini
dia sebut resiprositas (timbal balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas
merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk menstimulus
kegiatan belajar9.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat atau
lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dari
cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik
daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada
situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, secara khusus
belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain10. Kegiatan belajar yang
distimulus oleh kegiatan sosial diharapkan hasil belajar siswa meningkat.
Menurut Widdiharo lama pembelajaran di sekolah yang sudah ditentukan
membuat siswa yang masih membutuhkan konsep dasar untuk menemukan
8 Khoirul, Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Mengguanakan MacromediaFlash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika SiswaSMAN 1 Kota Subulussalam, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika, 2012, h.21.
9 Silberman, Melvin. Active Learning. (Bandung: Nusa Media, 2011), h.30.10Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama,
1996)cet. ke-2, h.80.
4
sesuatu sendiri, sehingga membutuhkanwaktu yang cukup lama. Oleh karena itu,
metode penemuan yang dipilih adalah metode penemuan terbimbing. Menurut
Hamalik, metode penemuan terbimbing adalah suatu prosedur mengajar yang
menitikberatkna studi individual, manupulasi objek-objek, dan eksperimentasi
oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep.
Siswa melakukan penemuan, sedangkan guru membimbing siswa, memberi
petunjuk siswa yang mengalami kesulitan untuk menemukan sesuatu
konsep/prinsip, dan waktu pembelajarna lebih efisien, bimbingan diberikan
melalui serangkaian LKS dan materi yang sedang dipelajari11.
Salah satu cara merancang pembelajaran Fisika agar berlangsung efektif
dengan memberdayakan potensi siswa adalah pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered). Untuk itu dibutuhkan SDM guru yang mampu
merancang pembelajaran yang dapat mengaitkan materi yang diajarkan dengan
situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
menunjang hasil belajar siswa.
Konten-konten fisika berkarakteristik teori, pemahaman konsep, dan
metematis analitis12. Salah satu konten fisika yang karakteristiknya berupa
matematis analitis dan pemahaman konsep adalah Gerak melingkar. Gerak
melingkar merupakan cabang pembahasan materi gerak, yang berdasarkan asumsi
peneliti memerlukan tingkat hasil belajar yang cukup tinggi, KI/KD Kurikulum
2013 yaitu 3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju
konstan dan penerapannya dalam teknologi13.
Konsep gerak melingkar dirasa sulit oleh para siswa, hal ini dilihat dari
hasil belajar siswa di SMAN 9 Tangerang Selatan yang dibawah KKM. Konsep
gerak melingkar adalah materi fisika yang bersifat analitis matematis sehingga
sangat penting bagi siswa memiliki kemampuan pemahaman secara kontruktivis
sehingga meningkatkan aspek kognitifnya berupa hasil belajar, selain berguna
untuk pembelajaran fisika kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan
11 Nurcholis,. Op.cit,. h.33.12 Tri Wardanik,. Op.cit,. h.xvii, tidak dipublikasikan.13 Kurukulum 2013
5
masalah-masalah yang relevan pada kehidupan sehari-hari. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep yang diajarkan sangat
mempengaruhi kegiatan pembelajaran, baik proses pembelajaran aktivitas siswa,
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran maupun terhadap hasil belajarnya14.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengemukakan sebuah
inovasi dengan menarik judul ”Pengaruh Model Guided Discovery Learning
Terhadap Hasil belajar Siswa SMA Pada Konsep Gerak Melingkar
Beraturan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman tentang konsep Gerak Melingkar Beraturan.
2. Semangat belajar fisika siswa kurang/lemah.
3. Materi gerak melingkar beraturan dianggap sulit, hal ini dapat dilihat dari hasil
belajar siswa masih di bawah KKM.
C. Batasan Masalah
Agar tidak melebar dari masalah penelitian, maka peneliti membatasi
masalah sebagai berikut:
1. Peneliti mengambil materi Fisika kelas X semester I, yaitu konsep Gerak
melingkar beraturan
2. Penilaian hasil belajar berdasarkan Taksonomi Bloom C3-C4 berdasarkan
Kurikulum Inti (KI)/Kurikulum Dasar (KD) 2013 yaitu menganalisis besaran
fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam
teknologi.
14 Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h.5
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas penulis merumuskan masalah
mengenai Apakah terdapat pengaruh model guided discovery learning terhadap
hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak melingkar beraturan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengemukakan tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model guided
discovery learning terhadap hasil belajar siswa SMA kelas X pada konsep gerak.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat,
diantaranya :
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan
terutama kebijakan pembelajaran.
2. Memberi pengalaman dalam melakukan penelitian dan wawasan pengetahuan
peneliti tentang model guided discovery learning masalah Jerome Bruner.
3. Sebagai sumbangan pemikiran untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Model Guided Discovery Learning
Model adalah rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang
mekanisme suatu pengajaran meliputi sumber belajar, subjek pembelajar,
lingkungan belajar dan kurikulum1. Model-model pembelajaran biasanya disusun
berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis,
sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.2
Model Pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut3:
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
di kelas.
d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) Urutan langkah-langkah
pembelajaran (syntax); (2) Adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) Sistem sosial; dan
(4) Sistem pendukung, keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis
bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, dampak tersebut
meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2)
Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
1Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,. Op.cit,. h.117.2 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h.132.3 Ibid, h.136
8
Pada kurikulum 2013, disarankan untuk menggunakan model
pembelejaran yang dapat menuntun siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
Model-model pembelajarn tersebeut antara lain: project based learning, problem
based learning, dan discovery learning (pembelajaran penemuan), ada dua jenis
pembelajarn penemuan yaitu pembelajaran penemuan murni (free discovery) dan
pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery)4. Model pembelajaran
penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang bersifat student
oriented dengan teknik trial and error, menerka, menggunakan intuisi,
menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru melakukan
bimbingan dan penunjuk jalan dalam membantu siswa untuk mempergunakan ide,
konsep, dan keterampilan yang mereka miliki untuk menemukan pengetahuan
yang baru5.
Belajar merupakan suatu proses dimana seorang pembelajar
mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama. Model
pembelajaran discovery learning berakar dari faham kontruktivisme. Teori
kontruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya6.
Pembelajaran dengan menggunakan model guided discovery learning
bertujuan untuk memperbaiki pola pengajaran yang selama ini hanya mengarah
kepada menghafal fakta-fakta saja, tetapi tidak memberikan kepada siswa
pengertian konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang terdapat dalam suatu
materi pelajaran. Dalam model guided discovery learning ini siswa melakukan
percobaan dengan mengamati dan menuliskan data yang dihasilkan ke dalam LKS
serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dalam upaya
menemukan konsep-konsep berdasarkan data yang diperoleh dan
membandingkannya dengan teori yang terdapat dalam modul atau buku
4Fatih istiqomah dkk, “Penerapan Model Guided Discovery Learning UntukMeningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal, Bandar lampung, 2014, h.6
5Yoppy, Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning PadaPembelajaran Matematika, Jurnal Kependidikan, 2011, h.146.
6 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. Pertama, h. 13.
9
pelajaran7. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menemukan sendiri konsep-konsep dari materi yang diajarkan dan
pemahaman konsep siswa akan lebih bersifat permanen atau tidak akan mudah
hilang dari ingatan.
Menurut Bruner dalam Prince & Felder belajar dengan penemuan
merupakan pendekatan yang berbasis pemeriksaan. Para siswa diberi suatu
pertanyaan untuk menjawab suatu masalah untuk dipecahkan atau pengamatan-
pengamatan untuk dijelaskan, mengarahkan dirinya sendiri untuk melengkapi
tugas-tugas, menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan temuannya, dan
"menemukan" pengetahuan konseptual berdasarkan fakta yang diinginkan di
dalam proses8.
Marzano dan Markaban menyatakan bahwa metode penemuan terbimbing
salah satunya memiliki kelebihan yaitu mendukung kemampuan problem solving
siswa dan materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi
dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.
Herman memaparkan tentang kekuatan metode penemuan terbimbing diantaranya
yaitu siswa benar-benar dapat memahami materi yang sedang dipelajari9.
Abel dan Smith mengungkapkan bahwa guru memiliki pengaruh yang
paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam
metode penemuan terbimbing, guru berperan sebagai fasilitator yang
membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa
untuk menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang sedang ia
peroleh. Siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga
7Qorri’ah, “Penggunaan Metode Guided Discovery Learning Untuk MeningkatkanPemahaman Konsep Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung” , Skripsi padaUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h.23, tidak dipublikasikan.
8Yoppy,.Op.cit,.h.39.9Risnita, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1
Pangkalan Kerinci Dengan Menerapkan Metode Penemuan Terbimbing, Jurnal Kependidikan,2011, h.32
10
dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur berdasarkan bahan ajar yang
telah disediakan guru.10
2. Model Guided Discovery Learning Jerome Bruner
Teori belajar Bruner ialah belajar penemuan atau discovery learning.
Belajar penemuan dari Jerome Bruner adalah model pengajaran yang
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip konstruktivis. Di dalam discovery
learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa terlibat aktif
dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui pemecahan masalah
atau hasil abstraksi sebagai objek budaya. Guru mendorong dan memotivasi siswa
untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan
mereka untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk
mereka sendiri. Pembelajaran ini dapat membangkitkan rasa keingintahuan
siswa11.
Salah satu cara yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah
dengan penerapan teori belajar Bruner. Teori belajar Bruner lebih menekankan
pada kemampuan siswa memecahkan masalah dengan menerapkan 4 prinsip
tentang cara belajar dan mengajar matematika yang masing-masing disebut
sebagai ‘teorema’. Teorema tersebut terdiri dari teorema konstruksi (construction
theorem), teorema notasi (notation theorem), teorema kekontrasan dan variasi
(contrast and variation theorem), dan teorema konektivitas (connectivity
theorem). Sehingga dengan menerapkan 4 prinsip tersebut, siswa akan lebih
mudah, cepat, dan mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapinya12.
Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali,
bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya
10Leo, Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing UntukMeningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP, JurnalPenelitian Pendidikan vol.13no.2, 2012, h.4.
11Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah MatematikaSiswa Dengan Penerapan Teori Belajar Bruner Pada Pokok Bahasan Trigonometri di Kelas XSMA Negeri 1 Kualuh Hulu Aek Kanopan T.A. 2009/2010. Jurnal Nasional ISSN 0853-0203. 1-17, 2009, h.434
12 Rajagukguk,.ibid,.h. 431.
11
memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah
serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna13.
Bruner juga menggunakan konsep scaffolding dan interaksi sosial di kelas
maupun di luar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa
menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui
bantuan guru, teman atau oang lain yang memiliki kemampuan lebih14.
Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang
mirip dengan yang sudah diketahui. Menurut Jerome Bruner belajar melibatkan
tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu:15
a) Memperoleh informasi baru. Informasi baru merupakan perluasan dari
informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Atau informasi tersebut dapat
bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya
yang dimiliki seseorang.
b) Transformasi informasi. Transformasi informasi/pengetahuan menyangkut cara
kita memperlakukan pengetahuan. Informasi yang diperoleh, kemudian
dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam yang lebih abstrak atau
konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
c) Evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita
memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang
ada. Juga sejauh manakah pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk
memahami gejala-gejala lainnya.
Penulis mencoba membuat bagan tahapan Jerome Bruner terhadap tingkah
laku guru, dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
13 Rajagukguk,.Op.cit,.h. 434.14 Rusman., Op.cit., h. 244.15 Rajagukguk,. Op.cit,. h. 434.
12
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Menurut Jerome Bruner
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Memperoleh Informasi
Baru
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Guru mengajukan fenomena atau demonstrasi
secara virtual, atau fenomena untuk
memunculkan masalah
3. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam
informasi konsep yang baru
4. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam
permasalahan masalah yang ada.
Tahap 2
Transformasi
1. Guru membantu atau sebagai fasilitator siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
dengan pemahaman konsep yang telah
dilakukan pada tahap 1.
2. Guru membimbing siswa mentransformasikan
pengetahuan baru dan lamanya kedalam bentuk
matematis dan kefisikaan untuk mendapat
penyelesaian permasalahan.
Tahap 3
Evaluasi
1. Guru melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
2. Guru memberikan penguatan tentang
pengetahuan baru yang didasari dengan
pengetahuan lama yang dimiliki siswa.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan ketiga sistem
keterampilan tersebut untuk menyatakan kemampuan-kemampuannya secara
sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu ialah yang disebut tiga cara penyajian
13
(models of presentation) oleh Bruner. Bruner membagi perkembangan kognitif
anak menjadi 3 tahap, yaitu16:
a) Enakrif (Enactive). Tahap ini merupakan tahap representasi pengetahuan dalam
melakukan tindakan. Pada tahap ini siswa dalam belajarnya menggunakan atau
memanipulasi obyek-obyek secara langsung. Dengan cara ini siswa mengetahui
suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata.
b) Ikonik (Iconic). Tahap ini merupakan tahap perangkuman bayangan secara
visual. Pada tahap ini anak melihat dunia melalui gambar-gambar atau
visulisasi. Dalam belajarnya, siswa tidak memanipulasi obyek-obyek secara
langsung, tetapi sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran
atau obyek. Pengetahuan yang dipelajari siswa disajikan dalam bentuk gambar-
gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan konsep itu
sepenuhnya.
c) Simbolik (Symbolic). Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol
secara langsung dan tidak lagi menggunakan obyek-obyek atau gambaran
obyek. Pada tahap ini siswa memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi bahasa dan logika.
Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dalam buku klasiknya,
Toward a Theory of Instruction. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna
mencapai tujuan”, yang mana hal ini dia sebut resiprositas (timbal balik). Bruner
berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa
dimanfaatkan oleh guru untuk menstimulus kegiatan belajar17.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat atau
lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dari
cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik
daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada
16 Ratna Willis Dahar,.Op.cit,.h.78.17 Silberman, Melvin. Active Learning. (Bandung: Nusa Media, 2011), h.30.
14
situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, secara khusus
belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain18. Kegiatan belajar yang
distimulus oleh kegiatan sosial diharapkan hasil belajar siswa meningkat.
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Guided Discovery Learning
a. Kelebihan Model Guided Discovery Learning
Berikut ini beberapa kelebihan model guided discovery learning, antara
lain19:
1) Mendorong siswa untuk lebih mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengan kemampuannya masing – masing.
5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar giat.
6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7) Lebih berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar
saja, membantu bila diperlukan.
18 Ratna Willis Dahar,. Op.cit,. h.80.19Faiz,”Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Inquiry Terhadap Kemampuan Kognitif
Fisika Siswa Di SMA Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Fisika Siswa,” Skripsi pada UniversitasSebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2010, h.37.
15
b. Kelemahan Model Discovery Learning
Disamping keunggulan, model discovery learning juga memiliki
kelemahan diantaranya:20
1) Pada diri siswa harus sudah ada kesiapan dan kematangan mental untuk belajar.
2) Kurang efektif untuk kelas yang terlalu besar.
3) Proses mental yang terjadi terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang
memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi
siswa.
4) Kurang memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
4. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun dalam keluarganya sendiri. Oleh karena itu, pemahaman yang
benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya
mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru21.
Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar diantaranya
yaitu22:
1) Skinner
Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif.
2) Chaplin
Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya
latihan khusus.
20 Faiz,. Ibid ,.h.37.21 Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h.21.22Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2013), Cet ke-18, h.21
16
3) Hintzman
Dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat
bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia
atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut.
4) Wittig
Dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar adalah
perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau
keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
5) Reber
Pertama belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar
adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil
latihan yang diperkuat.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya23. Menurut Mustamin
bahwa hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan evaluasi, yaitu
mengukur dan menilai dalam hal ini adalah menilai hasil kinerja siswa. Dengan
mengukur hasil belajar, maka guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi
pelajaran yang diajarkan dan dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengetahui
apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum24.
Hasil belajar dapat diijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menuju kepada
suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan
berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input proses hasil belajar dapat
dengan jelas bahwa hasil merupakan akibat perubahan oleh proses. Begitu juga
dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah
23Anna Fauziah, Op.cit,. h.1.24 Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasl
Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika, Jurnal. Palu, 2013. h.32.
17
perilakunya dibanding sebelumnya. Hubungan ini digambarkan pada Gambar 2.1
berikut25:
Gambar 2.1 Hubungan Siklus Hasil Belajar
Sistem Pendidikan Nasional merumuskan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikulum maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yaitu26:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evalauasi.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yaitu gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan, gerakan
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif27.
Ranah psikologis siswa yang terpenting ialah ranah kognitif. Ranah yang
berkedudukan di otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif ialah sumber
sekaligus pengendali ranah-ranah lainnya, yaitu ranah afektif (rasa) dan ranah
psikomotorik (karsa). Bruner menyebut pandangan tentang belajar atau
25Nana Sudjana, Peningkatan Hasil dan Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT. RemajaRosda Karya, 2008). cet. ke-14, h.2
26 Ibid., h.2227 Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h. 23.
Tujuan Intruksional
Pengalaman Belajar Hasil Belajar
18
pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini
berpusat pada dua prinsip, yaitu pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan
pada model-model tentang kenyataan yang dibangunnya, dan kedua model-model
pembelajaran semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang,
kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang
bersangkutan28.
Persepsi seseorang tentang suatu peristiwa merupakan suatu proses
konstruktif. Dalam proses ini orang itu menyusun suatu hipotesis dengan
mengubungkan data inderanya pada model yang telah disusunnya tentang alam,
lalu menguji hipotesisnya terhadap sifat-sifat tambahan dari peristiwa itu29
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu30:
1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar
siswa.
3) Faktor pendekatan belajar.
Menurut Gagne belajar dapat didiefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman, Gagne membagi
tiga perilaku yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu31:
1) Perubahan Perilaku
Untuk mengukur belajar, kita dapat membandingkan cara organisme itu
berperilaku pada waktu 1 dengan waktu 2 dalam suasana yang serupa. Bila
perilaku dalam suasana serupa itu berbeda untuk kedua waktu itu, maka kita dapat
berkesimpulan bahwa telah terjadi belajar.
28 Ratna Willis Dahar,.Op.cit,.h.101.29 Ibid30 Muhibbin Syah., opcit., h.12931 Ratna Willis Dahar,. Op.cit,. h. 11
19
2) Perilaku Terbuka
3) Belajar dan Pengalaman
Dengan menerapkan Model guided discovery learning diasumsikan dapat
membantu siswa menjadi lebih otonom, dan bertanggung jawab atas pembelajaran
mereka sendiri. Siswa akan mempunyai motivasi didalam dirinya (motivasi
intrinsic) ketika mereka belajar dengan menemukan sesuatu sendiri, bukan hanya
dengan mendengar tentang sesuatu hal32.
5. Konsep Gerak Melingkar Beraturan
a. Karakteristik Konsep Gerak Melingkar Beraturan
Karakteristik dari konsep gerak melingkar beraturan ini berupa
pemahaman, aplikasi dan perhitungan dari soal-soal cerita yang membutuhkan
pemahaman konsep dan kemampuan mengkonstruk pengetahuan lama dan
pengetahuan baru sehingga hasil belajar para siswa meningkat.
b. KI/KD Konsep Gerak Melingkar Beraturan
KI1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI2: Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
32 Siti Mutoharoh., opcit., h.26
20
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,
fluida, kalor dan optik
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil
percobaan
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan
penerapannya dalam teknologi
4.5 Menyajikan ide/gagasan terkait gerak melingkar (misalnya pada hubungan
roda-roda)
21
c. Peta Konsep
Gambar 2.2 Peta Konsep Gerak Melingkar Beraturan
Gambar 2.2 di atas adalah peta konsep yang bertujuan sebagai acuan
pembelajaran gerak melingkar beraturan.
d. Materi Gerak Melingkar Beraturan
1) Besaran pada Gerak Melingkar
Pada Gambar 2.3 di bawah ini merupakan salah satu aplikasi gerak
melingkar beraturan dalam kehidupan sehari-hari:
BerubahTetap
GERAK MELINGKAR
Gerak MelingkarBeraturan (GMB)
Gerak Melingkar BerubahBeraturan (GMBB)
Periode dan frekuensi Kecepatan Sudut
danKelajuan Linear Percepatan Sentripetal
Hubungan Roda-roda: Seporos (ωa = ωb) Dihubungankan rantai (Va = Vb) Bersinggungan (Va = Vb)
Analogi Gerak
GMB dan GLB GMBB dan GLBB
22
Gambar 2.3 Contoh Aplikasi GMB di Kehidupan Sehari-hari
Seperti halnya pada gerak lurus, pada gerak melingkar juga terdapat
beberapa besaran yang menjadi fokus pembahasan. Beberapa besaran tersebut,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Frekuensi dan Periode
Frekuensi (f) suatu benda yang bergerak melingkar beraturan dapat
didefinisikan sebagai banyaknya putaran yang dilakukan oleh suatu benda per
satuan waktu. Secara umum, jika dalam waktu t sekon sebuah benda berputar
sebanyak n kali, frekuensi putaran benda dituliskan seperti berikut33:= ……………..………..…………(2.1)
keterangan:
f = frekuensi putaran benda (Hz)n = banyaknya putaran yang dilakukan benda dalam satuan waktu tt = lamanya benda berputar (s)
Periode (T) putaran suatu benda didefinisikan sebagai waktu yang
diperlukan benda untuk menempuh satu putaran. Dapat dikatakan bahwa periode
kebalikan dari frekuensi sehingga hubungan keduanya dapat dituliskan sebagai
berikut34: = = ………………………………..(2.2)
Keterangan:
33 I Made Astra, Hilman Setiawan, FISIKA untuk SMA dan MA kelas X Kurikulum 2013,(Jakarta: Piranti,2013), h.70
34 I Made Astra,. Ibid,. h.70
23
T = periode putaran benda (s)f = Frekuensi benda berputar (s)n = banyaknya putaran yang dilakukan dalam selang waktu t
b) Kecepatan Sudut dan Kelajuan Linier
Kecepatan Sudut didefinisikan sebagai perubahan posisi sudut benda yang
bergerak melingkar tiap satuan waktu. Kecepatan sudut disebut juga dengan
kecepatan anguler dan disimbolkan ω. Dari definisi di atas dapat diperoleh
perumusan berikut: = ...............................................(2.3)
Keterangan:
ω = kecepatan sudut (rad/s)Δθ = perubahan sudut (rad)Δt = selang waktu (s)
Kecepatan sudut sering disebut juga frekuensi sudut. Nama ini diambil
karena ω memiliki kaitan dengan f. Kaitan itu dapat ditentukan dengan melihat
gerak satu lingkaran penuh. Perubahan posisi sudut pada gerak satu lingkaran
penuh adalah Δθ = 2π dan waktunya satu periode T sehingga kecepatan sudutnya
memenuhi persamaan berikut35: = ..................................................(2.4)= ..............................................(2.5)
Kecepatan sudut dapat juga memiliki satuan putaran/sekon dan rpm. rpm =
rotasi per menit. Dalam persoalan gerak melingkar, kita lebih lazim menggunakan
satuan radian (rad) untuk sudut dibandingkan derajat (o). Hubungan antara
keduanya, yaitu sudut satu putaran36:
1 putaran = 2π rad, 1 rad = ≅ ,1 rpm = / , 1 putar/sekon = 2π rad/s
35 ibid,. h.7236 ibid
24
Kecepatan linier (v) didefinisikan sebagai panjang lintasan yang ditempuh
per satuan waktu37. = ……………………..……………(2.6)
Untuk satu putaran penuh, jarak yang ditempuh benda merupakan keliling
lingkaran, sedangkan waktu yang diperlukan merupakan periode putaran sehingga
untuk satu putaran38:
s = 2π, maka= ………………..………………..(2.7)
v = ω.r ……...………..………………..(2.8)
c) Percepatan Sentripetal
Benda yang bergerak dengan kelajuan konstan mendapat percepatan yang
besarnya konstan dan arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan benda, maka
benda akan bergerak melingkar beraturan. Percepatan yang arahnya selalu tegak
lurus dengan kecepatan inilah yang disebut dengan percepatan sentripetal39.
Percepatan sentripetal mengubah arah kecepatan, tetapi tidak mengubah
besar kecepatan benda, untuk mencari besarnya percepatan sentripetal maka
perhatikan Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Vektor Kecepatan Gerak Melingkar Beraturan
Dari Gambar 2.4 di atas dapat kita simpulkan bahwa kecepatan linear
selalu berubah karena arahnya yang berubah, tetapi besarnya kecepatan selalu
sama. Jika suatu benda bergerak melingkar dengan kelajuan v membentuk
37 Ari Damari, Sri Handayani. Fisika kelas X. BSE Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta:2009. h.102.
38 Ibid.39 Ari Damari,. Ibid,. h.106.
25
lingkaran berjari-jari r maka besar percepatan sentripetal yang dialami benda
adalah40: = …………………………..…….(2.9)
Keterangan:
asp = besar percepatan sentripetal (m/s2)v = kelajuan linier (m/s)r = jari-jari lingkaran (m)
2) Pengertian Gerak Melingkar Beraturan
Suatu benda mengalami gerak melingkar beraturan apabila kelajuan
liniernya konstan (tetap). Jadi, dalam hal ini besar kecepatannya selalu konstan,
sedangkan arah kecepatannya selalu berubah41.
Sifat Gerak Melingkar Beraturan (GMB)
Sifat pertama GMB adalah bentuk lintasannya yang melingkar kedua dapat
dilihat kecepatannya. Disebut beraturan karena kecepatan sudutnya yang teratur
atau tetap. Berarti percepatan sudutnya nol (α=0). Dari penjelasan di atas dapat
dituliskan sifat-sifat gerak melingkar beraturan sebagai berikut42:
a) Lintasannya berbentuk lingkaran
b) Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar
percepatan sentripetal semua konstan (tetap)
c) Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa
berubah (karena arahnya senantiasa berubah)
d) Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana
arah percepatan sentripetalnya selalu menuju pusat lingkaran, dan arah
kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran.
Hubungan Roda-roda
Gambar 2.5 di bawah ini merupakan contoh aplikasi roda berhubungan43:
α = 0 dan ω = tetap
40 ibid,. h.72.41 Ari Damari,. Ibid,. h.106.42 I Made,. Op.cit,. h.7543 Ibid,.h.78
26
Gambar 2.5 Rantai Sepeda
Bagaimanakah hubungan roda-roda yang ada pada gambar di atas. Gir
belakang dan roda memiliki pusat yang sama (ω sama) hubungan seperti ini
disebut roda sepusat. Hubungan kedua adalah gir belakang dan gir depan. Kedua
gir itu terhalang dengan tali (rantai) sehingga berputar bersama dengan kecepatan
linier titik yang bersinggungan sama (v sama). Hubungan seperti ini disebut roda
bersinggungan44.
Dari penjelasan di atas dapat dipertegas bahwa pada dasarnya hubungan
roda-roda ada dua jenis dan memenuhi hubungan berikut45:
a) Hubungan Roda-Roda yang Seporos
.
44 Ari Damari,. Op.cit,. h.106.45 I Made Setiawan,.ibid,.h.78
27
b) Hubungan Roda-Roda yang Bersinggungan
c) Hubungan Roda-Roda yang Dihubungkan dengan Rantai
B. Penelitian Relevan
Banyak penelitian dilakukan terkait dengan model guided discovery
learning dalam pembelajaran, penelitian tersebut diantaranya:
1. Louis dkk dalam penelitiannya yang berjudul “Does Discovery-Based
Insruction Enhance Learning?” meneliti bagaimana pengaruh model
pembelajaran discovery terbimbing dengan tidak tebimbing. Berdasarkan
penelitian, model pembelajaran tanpa bimbingan dari guru tidak
menguntungkan bagi pembelajaran.46
2. Penelitian yang dilakukan oleh Asep Sutiadi (2008) yang berjudul
“Pembelajaran Jerome Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa“.
Jurnal Geliga Sains 2 Prodi Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X,
hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa aspek kognitif para siswa
46Alfieri, Louis., etc,. Does Discovery-Based Instruction Enhance Learning?.Journal ofEducational Psychology, 103, 2011, h.1.
28
meningkat dibandingkan sebelum diberikannya pendekatan pembelajaran
Jerome Bruner47.
3. Khoirul Amri Hasibuan dan Nurdin Bukit dalam penelitiannya berjudul
“Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan
Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam” pada tahun 2012.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan siswa yang menggunakan
model pembelajaran guided discovery memperoleh hasil belajar yang lebih
tinggi48.
4. Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si Prodi Fisika Universitas Pendidikan
Ganesha dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Pemahaman
Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA dengan
Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual Berseting Investigasi
Kelompok” pada tahun 2008/2009. Penelitian ini menghasilkan beberapa hasil
diantaranya adalah terdapat perbedaan yang signifikan pendekatan
konvensional dengan pendekatan group investigation dan STAD49.
5. Siti Mutoharoh, “Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa SMA Pada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi pada Prodi
Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini menghasilkan uji
hipotesis alternatif adanya pengaruh model guided discovery learning secara
signifikan dapat diterima.50
6. Fatih istiqomah dkk, “Penerapan Model Guided Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”, Jurnal, Bandar lampung,
2014. Penelitian ini menunjukkan dengan diterapkannya model guided
discovery learning pada pembelajarn tematik dapat meningkatkan motivasi
47 Asep Sutiadi, Pembelajaran Jerome Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,Geliga Sains, 1-6, 2008, h.1.
48 Khoirul, Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan MacromediaFlash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik Terhadap Hasil Belajar Fisika SiswaSMAN 1 Kota Subulussalam, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika, 2012, h.20.
49 I Wayan Santyasa, Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan PemecahanMasalah Fisika Bagi Siswa SMA Dengan Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual BersetingInvestigasi Kelompok, Ganesha, 1-26, 2009, h.1.
50 Siti Mutoharoh,opcit,.abstrak.
29
dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata
siswa dan motivasi belajar siswa.51
7. Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika, Jurnal.
Palu, 2010. Penelitian ini dilakukan di SMAN 9 Palu, hasil penelitian atas
implementasi metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X A SMA
Negeri 9 Palu52.
8. Barokah Widuroyekti, Pramonoadi, Implementasi Pembelajaran Penemuan
Terbimbing Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar PLH
Mahasiswa S-1 PGSD Bojonegoro, Jurnal, Surabaya 2012. Penerapan
pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan pembelajaran
kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil belajar Mahasiswa, dan respon
Mahasiswa terhadap pembelajaran penemuan terbimbing dengan pendekatan
kontekstual adalah positif53.
9. Akanmu dkk, Guided-discovery Learning Strategy and Senior School Students
Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria. Journal of Education and
Practice ISSN 2222-1735 Vol.4, No 12, 2013. Penelitian ini menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara pemberian perlakuan terhadap siswa
dengan menggunakan model guided discovery learning dan non guided
discovery learning. Hasil belajar dari kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol54.
10. Asep Sutiadi, Pembelajaran Jerome Bruner Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa, Jurnal Geliga Sains 2 (1), 1-6, 2008 Program Studi Pendidikan
Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X. Penelitian ini dilakukan oleh
Asep Sutiadi dengan tujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil
39Fatih istiqomah dkk,.opcit,.abstrak52Nurcholis, Op.cit,. h.41.53Barokah Widuroyekti, Pramonoadi, Implementasi Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar PLH Mahasiswa S-1 PGSD Bojonegoro,Jurnal, Surabaya, 2012. h.8.
54Akanmu dkk, Guided-discovery Learning Strategy and Senior School StudentsPerformance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria. Journal of Education and Practice ISSN 2222-1735 Vol.4, No 12, 2013.abstrak.
30
belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran Bruner. Berdasarkan hasil
dengan menerapkan pembelajaran Bruner dapat diketahui bahwa efektivitas
semua seri pembelajaran (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) berada
pada kategori sangat efektif dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan55.
Beberapa poin di atas menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan
model guided discovery learning menurut teori belajar Jerome Bruner lebih
memberikan dampak yang positif terhadap pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar. Model guided discovery learning juga menggunakan metode
kooperatif agar dapat meningkatkan sikap, motivasi, dan prestasi siswa.
C. Kerangka Berpikir
Banyak kritik yang ditunjukkan pada cara guru mengajar yang terlalu
menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan
informasi atau konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan
tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru
kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air kedalam sebuah gelas.
Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting,
tetapi bukan terletak pada konsep itu sendiri, melainkan terletak pada bagaimana
konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam
proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara
memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna
dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik56.
Berdasarkan hasil observasi penulis saat melakukan PPKT (Praktek
Profesi Keguruan Terpadu) di sekolah SMAN 9 Tangerang Selatan. Hasil belajar
siswa pada konsep gerak melingkar beraturan cenderung dibawah KKM yaitu
68,1 dengan nilai KKM 75, serta kegairahan siswa pada pembelajaran fisika yang
kurang. Hal ini bisa disebabkan penyampaian pembelajaran fisika cenderung
55Asep Sutiadi, Pembelajaran Jerome Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,Jurnal Geliga Sains 2 (1), 1-6, Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN1978-502X, Riau:2008, h. 5.
56Atiqoh, “Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya Terhadap Kemampuan AnalisisSiswa Pada Konsep Listrik Dinamis”, Skripsi pada Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2011, h.30.
31
monoton dan konsep gerak melingkar yang sulit membutuhkan pemahaman secara
konstruktif dan berdasarkan KI/KD konsep gerak melingkar bersifat analitis
matematis.
Proses belajar akan terjadi bila siswa berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan belajarnya. Artinya proses pembelajaran direncanakan dan
dilaksanakan sebagai suatu sistem, proses belajar akan terjadi apabila siswa
berinteraksi dengan lingkungan yang dirancang dan dipersiapkan oleh guru, dan
lebih efektif bila menggunakan metode, strategi, pendekatan, dan model
pembelajaran yang tepat dan berdaya guna, pembelajaran memberi penekanan
pada proses dan produk secara proporsional dan inti dari pembelajaran adalah
adanya aktivitas belajar siswa secara aktif57.
Pentingnya mengkonstruk pemahaman menjadi aspek yang diperlukan
dalam ranah kognitif, teori konstruktivisme merupakan akar atau dasar dari
psikologi kognitif, yang mangatakan bahwa para siswa belajar dari hasil
pengalamannya58. Konsep gerak melingkar beraturan merupakan subbab dari
materi kinematika gerak yang diajarkan di kelas X semester ganjil dan merupakan
konsep yang relatif sulit untuk siswa SMA. Sekarang ini begitu banyak inovasi
yang dikembangkan para ahli pendidikan atau peneliti tentang perbaikan
pendidikan di Indonesia, salah satunya inovasi mengenai pembahasan model
guided discovery learning dengan berbagai kombinasi antara pendekatan dan
metode yang dimaksudkan agar tujuan penelitian dan pendidikan tercapai. Banyak
ahli psikologi kognitif yang mempelajari bagaimana terjadinya belajar mengambil
pula langkah berikutnya dan menyarankan bagaimana belajar dilakukan59.
Penulis memilih model guided discovery learning Jerome Bruner, penulis
menganggap bahwa inovasi ini dapat lebih mengembangkan hasil belajar siswa
tanpa membebani mental sehingga berpengaruhi hasil belajar.
57 Rusman,. Op.cit., h. 392.58 Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h.10.59 Ratna Willis Dahar,.opcit,.h.73
32
D. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. H0 :
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model Guided
Learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar
beraturan.
2. Ha:
Terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model Guided
Learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar
beraturan.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan pada kelas X
semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, dan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
November 2013.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi
eksperimen atau eksperimen semu yaitu metode yang mempunyai kelompok kontrol,
tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi eksperimen. Variabel luar semaksimal mungkin dikontrol dengan
mengobservasi sampel sebelum diteliti oleh peneliti. Penelitian kuasi eksperimen,
tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek kedalam kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dengan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada
sebelumnya.1
C. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan nonrandomized control group pretest-posttest
design. Desain ini, subjek kelompok tidak dilakukan secara random2. Dalam desain
ini, kedua kelompok akan di beri perlakuan dengan pembelajaran yang berbeda.
Sebelum pembelajaran, kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dan setelah
pembelajaran berakhir diberi tes akhir (posttest). Adapun desain penelitian tersebut
dinyatakan pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D, (Bandung;Alfabeta, 2006), h.114.
2 Ibid., h. 116.
34
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pre tes Perlakuan Post tesA T1 Xe T2
B T1 Xc T2
Keterangan:A : Kelas eksperimenB : Kelas kontrolXe : Perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen menggunakan model guided
discovery learningXc : Perlakuan yang diberikan kepada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran konvensionalT1 : Tes awal (pretest) sebelum perlakuanT2 : Tes akhir (posttest) setelah perlakuan
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Penelitian menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. 3
Variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah model guided discovery learning
menurut teori belajar Jerome Bruner. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas4. Variabel terikat
(Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa SMA pada konsep gerak
melingkar.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah tertentu
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah atau objek penelitian5.
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 2006), ed. Revisi VI, cet. 13. h. 130.
4 Sugiyono.,op.cit., h.61.5 Supardi, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, (Jakarta: Change Publication, 2013), h. 25.
35
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 9 Tangerang
Selatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas X di sekolah
tersebut yang terdaftar pada semester ganjil pada tahun ajaran 2013/2014.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau melalui teknik
purposive sampling. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.6 Pada penelitian ini kelas yang
diambil sebagi sampel adalah kelas X3 sebagai kelompok kontrol dan X5 sebagai
kelompok eksperimen.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan sebelum penelitian adalah berupa
observasi di sekolah SMAN 9 Tangerang Selatan dan pengumpulan data pada saat
penelitian yaitu melalui pretest dan posttest. Pretest adalah tes hasil belajar yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa sebelum
menggunakan model guided discovery learning. Posttest adalah tes hasil belajar
sesudah pembelajaran untuk melihat ketuntasan hasil belajar siswa. Pada penelitian
ini, juga terdapat angket untuk mengetahui respon siswa setelah pemberian perlakuan
model guided discovery learning.
G.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel
penelitian.7 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan
nontes.
6Sugiyono,. op. cit,.h. 124.7 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian,(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 148.
36
1. Instrumen tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian untuk
mengukur hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan KI. 3 dan KI 4. Kisi-kisi
intrumen tes bisa dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes
No JenjangKogntitif
Indikator Pencapaian
1 C4Menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalahsehari-hari
2 C3 Menerapkan besarna kecepatan sudut pada kehidupan sehari-hari3 C4 Menerapkan besarna perepatan sudut pada kehidupan sehari-hari
4 C4Menganalisis sifat gerak melingkar beraturan pada masalahsehari-hari
5 C3Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubunganroda-roda
2. Instrumen nontes
Instrumen nontes yang digunakan berupa lembar angket untuk mengetahui
bagaimana respon siswa setelah proses pembelajaran fisika dengan model guided
discovery learning. Instrumen non tes disajikan oleh peneliti berupa angket berupa
20, dimana terdiri dari 10 pernyataan negatif dan 10 pernyataan positif mengenai
pembelajaran fisika. Kisi-kisi instrumen non tes dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah
ini:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Non Tes Angket Respon Siswa
Nomor Pernyataan3, 5, 6, 7, 8, 9, 16, 17, 18,19
Pernyataan negatif mengenai pembelajaran Fisika
1, 2, 4, 10, 11, 12, 13, 14,15, 20
Pernyataan positif mengenai pembelajaran Fisika
H.Kalibrasi Instrumen
Untuk instrumen tes, kalibrasi dilakukan untuk melihat kualitas soal yang
digunakan. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini, harus memiliki empat
37
kriteria kelayakan, yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembedanya. Adapun penjelasan mengenai kalibrasi instrumen tes diantaranya
sebagai berikut:
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah ketetapan alat penilaian sehingga betul-betul dapat menilai
apa yang seharusnya dinilai.8 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat.
Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan
kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Product Moment dengan
angka kasar, yaitu:9
= ∑ – (∑ )(∑ )( ∑ − (∑ ) )( ∑ − (∑ ) )Keterangan:rxy = koefisien korelasi anatara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikanX = skor tiap butir soalY = skor total tiap butir soalN = jumlah siswa
Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai r-tabel pada signifikansi
5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = n-2. Kaidah keputusannya :
Jika rhitung > rtabel berarti valid, sebaliknya;
Jika rhitung < rtabel berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran indeks
korelasinya (r) pada Tabel 3.4 sebagai berikut:10
8Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), h.12
9Suharsmi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 9,h. 72.
38
Tabel 3.4 Interpretasi Koefesien Korelasi nilai r
Interval Koefesien Tingkat Hubungan0,81 – 1,00 Sangat tinggi0,61 – 0,80 Tinggi0,41 – 0,60 Cukup0,21 – 0,40 Rendah0,00 – 0,20 Sangat rendah
Validitas yang terukur dari 6 soal tipe A dan tipe B diperoleh hasil 5 soal
valid dengan nilai korelasi kategori tingi sebesar 0,803.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan
akan memberikan hasil yang relatif sama.11 Untuk mengetahui reliabilitas instrumen
yang berbentuk uraian maka digunakan rumus Alpha, berikut rumus yang
dimaksud:12
= − 1 1 − ∑Keterangan:r11 = koefisien reliabilitas tesn = banyaknya butir soal∑ = Jumlah varians butir
= varian total
Jika r hitung > r tabel maka instrumen dikatakan reliabel. Jika instrumen itu
reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya pada Tabel 3.5 sebagai
berikut13:
10Ibid., h. 75.11Sudjana, op. cit., h. 16.12Arikunto, op. cit., h. 109.13 Ibid.
39
Tabel 3.5 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas0,00 ≤ r ≤ 0,20 Kecil0,21 ≤ r ≤ 0,40 Rendah0,41 ≤ r ≤ 0,70 Sedang0,71 ≤ r ≤ 0,90 Tinggi0,91 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi
Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen uraian didapat nilai interpretasi
soal tipe A sebesar 0,71 dengan kriteria reliabilitas tinggi, dan soal tipe B sebesar
0,59 dengan kriteria reliabilitas sedang.
3. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal
dalam suatu instrumen, apakah soal tergolong mudah, sedang, atau sukar. Jika
sebuah instrumen didominasi dengan soal mudah, maka peserta tes tidak
terangsang untuk berpikir lebih tinggi. Sebaliknya, jika instrumen didominasi soal
sukar akan membuat peserta tes malas mengerjakannya. Oleh karena itu,
instrumen yang baik adalah instrumen dengan komposisi soal yang merata. Taraf
kesukaran dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:14
=Keterangan :P = indeks kesukaranB = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benarJS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang
diperoleh digunakan Tabel 3.6 berikut:15
14Arikunto, op. cit., h. 208.15Arikunto, op. cit., h. 210.
40
Tabel 3.6 Interpretasi Taraf Kesukaran
Indeks Taraf Kesukaran Kriteria Taraf Kesukaran0,00 – 0,30 Sukar0,31 – 0,70 Sedang0,71 – 1,00 Mudah
Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen didapat 0,61 dengan
kriteria sedang.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah.16
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan
soal pilihan ganda yaitu:17
= −Keterangan:D = indeks daya pembeda satu butir soal tertentuBA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benarBB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benarJA = banyaknya peserta kelas atasJB = banyakya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda pada Tabel 3.7 sebagai berikut:18
16Arikunto, op. cit., h. 211.17Arikunto, op. cit., h. 213.18Arikunto, op. cit., h. 218.
41
Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya PembedaNegatif Sangat buruk, sebaiknya dibuang saja
0,00 – 0,20 Jelek (poor)0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory)0,41 – 0, 70 Baik (good)0,71 – 1,00 Baik sekali (excelent)
Dari hasil perhitungan daya pembeda didapat nilai rata-rata kriteria daya
pembeda cukup dengan nilai 0,37.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data diawali dengan pengujian prasyarat analisis, yaitu uji normalitas
dan homogenitas kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Analisis dan
pengolahan data dalam penelitian ini berpedoman pada data yang terkumpul. Analisis
data bertujuan untuk memperoleh makna dari data yang telah terkumpul. Analisis
statistik yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji persyaratan analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data
untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Beberapa teknik analisis data
menuntut uji persyaratan analisis. Analisis varian mempersyaratkan bahwa data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang
dibandingkan homogen. Oleh karena itu analisis varian mempersyaratkan uji
normalitas dan homogenitas data.19
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji Lilliefors.20
Langkah-langkah perhitungan uji Liliefors sebagai berikut:
19 http://belalangtue.wordpress.com/2010/08/05/uji-persyaratan-analisis/24 Nov 201320Sudjana.Metoda Statistik Cet. Ke-6. (Bandung : Tarsito, 2001), h.466-467
42
1) Data diurutkan dari terkecil hingga terbesar
2) Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus: Zi =SD
XXi
3) Nilai Zi dikonsultasikan dengan daftar F (Kolom Ztabel)
4) Untuk kolom F (Zi) : Jika Zi negatif maka F (Zi) = 0,5 – Zt dan jika Zi positif,
maka F (Zi) = 0,5 + Zt
5) Untuk kolom S(Zi): S(Zi) = Zn
ZiSZiF
6) Jumlah responden
7) Kolom merupakan harga mutlak dari selisih antara
F (Zi) – S (Zi)
8) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak tersebut untuk membentuk Lo.
Apabila Lo hitung < Lo tabel maka sampel berasal dari distribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher
(Uji-F). Langkah-langkah melakukan pengujian homogenitas dengan uji F sebagai
berikut:21
a. Tentukan taraf signifikasi (α) untuk menguji hipotesis:
H0 : = (varian 1 sama dengan varian 2 atau homogen)
H1 : ≠ (varian 1 tidak sama dengan varian 2 atau tidak homogen)
Dengan kriteria pengujian homogenitas mengacu hipotesis di atas:
- Terima H0 jika Fhitung< Ftabel ; dan
- Tolak H0 jika Fhitung> Ftabel
b. Menghitung varian tiap kelompok data.
c. Tentukan nilai Fhitung, yaitu =21Supardi,. op. cit,. h. 142.
43
d. Tentukan nilai Ftabel untuk taraf signifikansi α, dk1=dkpembilang = na – 1, dan dk2 =
dkpenyebut = nb – 1. Dalam hal ini na = banyaknya data kelompok varian terbesar
(pembilang) dan nb = banyaknya data kelompok varian terkecil (penyebut).
e. Lakukan pengujian dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel.
2. Uji Hipotesis
a. Data Terdistribusi Normal dan Homogen
Jika hasil analisis datanya berdistribusi normal dan homogen, maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji statistik parametrik yaitu uji-t. Uji t harus diawali
dengan serangkaian pengujian yang lain seperti22:
1) Merumuskan hipotesis nol (terarah atau tidak terarah)
2) Menentukan sampel representatif (termasuk ukuran sampelnya)
3) Menguji normalitas sebaran data setiap kelompok penelitian
4) Jika kedua kelompok sebaran datanya normal, dilanjutkan dengan pengetesan
homogenitas varians.
5) Jika kedua varians kelompok data itu homogen, baru dilanjutkan dengan uji t.
6) Jika salah satu atau kedua kelompok penelitian memiliki data yang tidak normal,
maka pengujian perbedaan dua rata-rata (mean) ditempuh dengan analisis tes
statistik nonparametrik.
7) Jika ternyata sebaran datanya normal, tetapi varians datanya tidak homogen, maka
pengujian perbedaan dua rata-rata (mean) ditempuh dengan analisis uji t.
Untuk data yang berdistribusi normal, pengujian hipotesis yang digunakan
yaitu uji-t. Secara matematis, uji-t tersebut dirumuskan dalam persamaan berikut ini:
22 Supardi, op. cit., h. 328.
21
21
11
nndsg
XXt
44
Keterangan:
= rata-rata data kelompok A
= rata-rata data kelompok Bdsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok Bn1 = jumlah data kelompok An2 = jumlah data kelompok B
Nilai t pada uji hipotesis kemudian disesuaikan pada tabel distribusi t pada
taraf signifikansi tertentu. Taraf signifikansi yang diambil dalam penelitian ini dengan
derajat keyakinan 95% , α = 5% dan dk = (n1 +n2 – 2) dengan kriteria penerimaan
sebagai berikut:
i) Jika ≤ maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh model pembelajaran model guided discovery
learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan.
ii) Jika ≥ maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti dapat dikatakan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran model guided discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan.
b. Data Terdistribusi Normal dan Tidak Homogen
Jika data hasil posttest tidak berdistribusi normal dan homogen, maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik yaitu uji-U. Uji statistik
nonparametrik yang digunakan adalah uji U, yang dinyatakan dalam persamaan
berikut ini.23
1
11211 2
1R
nnnnU
dan
2
22212 2
1R
nnnnU
n1 = jumlah sampel 1
n2= jumlah sampel 2
23Sugiyono,. op. cit,. h. 153-156.
1X
2X
45
U1 = jumlah peringkat 1U2 = jumlah peringkat 2R1 = jumlah rangking pada sampel n1
R2 = jumlah rangking pada sampel n2
Kriteria penentuan keputusan uji U adalah:
i) Jika nilai Uhitung≤ nilai Ucr,makaH0 ditolak dan Ha diterima.
ii) Jika nilai Uhitung≥ nilai Ucr, maka H0 diterima dan Ha ditolak.24
24 Sugiyono,. op. cit,. h.156.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan dengan
mengambil sampel sebanyak 60 siswa, 30 siswa dari kelas X.5 (kelompok
eksperimen) dan 30 dari kelas X.3 (kelompok kontrol). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest pada konsep gerak melingkar.
Pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen diperoleh setelah
kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Selain menggunakan instrumen
tes pada kelompok eksperimen juga diberikan angket yang digunakan untuk
mengetahui tanggapan siswa setelah diberikan perlakuan model guided discovery
learning Jerome Bruner.
Kelompok eksperimen diberikan perlakuan model guided discovery
learning menurut Jerome Bruner dengan metode diskusi kelompok, pada
kelompok kontrol diberikan metode diskusi tanpa pendekatan model guided
discovery learning menurut Jerome Bruner. Data diambil dengan cara
memberikan instrumen tes individu yang sama pada kedua kelompok berupa tes
uraian sehingga siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawab tes
dengan benar, waktu yang tersedia adalah 2 jam pelajaran (2x40 menit).
Sebelum tes digunakan terlebih dahulu dilakukan kalibrasi instrumen
dengan mengujicobakan instrumen sebanyak 6 soal, tipe A dan tipe B. Uji coba
dilakukan pada kelompok di luar kelompok sampel. Setelah dilakukan kalibrasi
instrumen terdapat 1 soal masing-masing tipe yang tidak memenuhi syarat
kalibrasi, sehingga jumlah soal yang digunakan dalam instrumen tes sebanyak 5
soal.
Instrumen tes yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan
daya pembedanya diberikan kepada kelompok sampel. Setelah mendapat hasil tes
47
dan memberikan penilaian, peneliti mencatat keseluruhan nilainya dan
mengkalibrasi instrumen tes.
a. Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan hasil penelitian pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen didapatkan data dan dituangkan dalam bentuk histogram yaitu pada
Gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Histogram Pretest Hasil Belajar Siswa KelompokKontrol dan Eksperimen
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa nilai pretest hasil belajar
siswa mengalami perbedaan tetapi tidak signifikan, jumlah siswa pada rentang
nilai 10-17 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama. Jumlah siswa pada
rentang nilai 18-25 terdapat perbedaan yang tidak signifikan, kelompok kontrol
unggul 3 siswa dibanding kelompok eksperimen, kurang lebih terdapat perbedaan
14%. Jumlah siswa pada rentang nilai 26-33 kelompok eksperimen lebih unggul
dari kelompok kontrol, kurang lebih terdapat perbedaan sebesar 30%.
Jumlah siswa pada rentang nilai 34-41 kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sama, sedangkan untuk siswa pada rentang nilai 42-49 dan 50-
0
2
4
6
8
10
12
14
10-17 18-25 26-33 34-41 42-49 50-57
kelas kontrol
kelas eksperimen
Jum
lah
Sisw
a
Frekuensi Rentang nilai Pretest
Jum
lah
Sisw
a
48
57 mengalami perbedaan sekitar 20% tetapi pada rentang nilai 42-49 kelompok
eksperimen lebih unggul sedangkan pada rentang nilai 50-57 jumlah siswa
kelompok kontrol lebih banyak. Demikian dapat terlihat perbedaan yang tidak
signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
b. Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan hasil penelitian posttest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen didapatkan data dan dituangkan dalam bentuk histogram pada Gambar
4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Histogram Posttest Hasil belajar Siswa KelompokKontrol dan Eksperimen
Dari Gambar 4.2 di atas secara sekilas perbedaan sangat terlihat antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, pada interval nilai minimum 25-
32 ada 1 siswa dari kelompok kontrol sedangkan tidak ada siswa kelompok
eksperimen yang berada pada interval tersebut. Pada rentang nilai 47-53, 1 siswa
masing-masing dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, pada rentang
nilai 54-60 terdapat 7 siswa dari kelompok kontrol dan 6 siswa dari kelompok
eksperimen. Rentang nilai 68-74 jumlah siswa kelompok kontrol ada 8 siswa dan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
25-32 33-39 40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88 89-95
Kelas Kontrol
KelasEksperimen
Frekuensi rentang nilai posttest
Jum
lah
Sisw
a
49
jumlah siswa dari kelompok eksperimen ada 3 siswa, kemudian pada interval 75-
81 yang merupakan rentang nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) jumlah
siswa kelompok eksperimen adalah 8 siswa sedangkan kelompok kontrol
berjumlah 6 siswa.
Pada rentang nilai 82-88 kelompok kontrol berjumlah 3 siswa sedangkan
kelompok eksperimen berjumlah 0 siswa. Pada interval nilai 89-95 jumlah siswa
kelompok eksperimen adalah 9 siswa sedangkan pada kelompok kontrol hanya
ada 1 siswa. Hal ini menunjukkan hasil nilai posttest pada masing-masing
kelompok mengalami perbedaan yang signifikan.
Dari data keseluruhan data pretest dan posttest dari tiap-tiap kelompok
sampel yang berjumlah masing-masing 30 siswa didapat nilai rata-rata dan standar
deviasi yang ditunjukkan oleh Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Deskripsi Data Rata-rata Pretest dan PosttestKelompok Eksprimen dan Kontrol
No DataKelompok Eksperimen Kelompok KontrolPretest Posttest Pretest Posttest
1 N 30 30 30 302 Rata-rata 30,7 75,9 29,5 68,83 SD 11,4 13,5 11,5 14,8
Berdasarkan hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) pengolahan
data penelitian mengenai hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar untuk
kelompok eksperimen (n=30) didapatkan perolehan nilai rata-rata pretest dan
posttest siswa adalah 30,7 dan 75,9 dengan standar deviasi 11,4 dan 13,5.
Sedangkan untuk kelompok kontrol (n=30) diperoleh nilai rata-rata 29,5 dan 68,8
dengan standar deviasi 11,5 dan 14,8. Dalam tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) ini didapatkan kesimpulan bahwa perolehan nilai rata-rata eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan kelompok kontrol.
Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t untuk melihat
adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan, maka diperlukan pengujian
persyaratan analisis dengan menggunakan analisis parametrik.
50
2. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data
berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan yaitu:
Jika Lhitung < Ltabel: berarti data berdistribusi normal
Lhitung > Ltabel: berarti data tidak berdistribusi normal1
Hasil uji skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest dan PosttestKelompok Eksprimen dan Kontrol
No DataKelompok Eksperimen Kelompok KontrolPretest Posttest Pretest Posttest
1 N 30 30 30 302 Rata-rata 30,7 75,9 29,5 68,83 SD 11,4 13,5 11,5 14,84 Lhitung 0,1413 0,1127 0,1517 0,08165 Ltabel 0,1610 0,1610 0,1610 0,1610
Kesimpulan Lhitung < Ltabel
(Distribusi Normal)Lhitung < Ltabel
(Distribusi Normal)
Pengujian dilakukan dengan uji Lilliefors pada taraf signifikansi 95%
(α=0,05) untuk n=30. Dari Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok
berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel.
3. Hasil Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan uji Fisher. Kriteria
pengujian digunakan sebagai berikut.
Jika Fhitung<Ftabel, maka kedua data tersebut homogen.
Jika Fhitung>Ftabel, maka kedua data tersebut tidak homogen
Berdasarkan Tabel 4.3 di bawah ini didapatkan Fhitung pretest sebesar 1,019
dengan n=60 pada taraf signifikan 95% (α=0,05) diperoleh Ftabel sebesar 1,796 dan
Fhitung posttest sebesar 1,198. Kedua kelompok memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel
1 Sudjana.Metoda Statistik Cet. Ke-6. (Bandung : Tarsito, 2001), h.466-467
51
maka kedua kelompok tersebut bersifat homogen. Tabel 4.3 berikut ini adalah
tabel hasil uji homogenitas pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kontrol:
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan PosttestKelompok Eksprimen dan Kontrol
Data StatistikPretest Posttest
S12 eksperimen 129,8 S1
2 eksperimen 182,8S1
2 kontrol 132,3 S12 kontrol 219,04
Fhitung 1,019 Fhitung 1,198Ftabel 1,796 Ftabel 1,796
KesimpulanFhitung < Ftabel
KesimpulanFhitung < Ftabel
4. Hasil Uji Hipotesis
Setelah data berdistribusi normal dan bersifat homogen selanjutnya adalah
penggunaan uji-t, yaitu pengujian hipotesis untuk menguji hipotesis nihil (Ho)
yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh hasil belajar pada konsep gerak
melingkar beraturan dalam menggunakan model guided discovery learning
Jerome Bruner. Kriteria hasil uji-t adalah:
Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak
Jika thitung > ttabel maka Ha diterima
Tabel 4.4 Hasil Uji t Hasil belajar Siswa Pretest dan PosttestKelompok Eksperimen dan Kontrol
Variabel Jumlah Sampel thitung ttabel KesimpulanData
Hasil belajarsiswa
PretestNE=30Nk=30
1,580 2,002 Ho ditolak
PosttestNE=30Nk=30
2,060 2,002 Ha diterima
Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh uji t pretest thitung = 1,580 dan posttest
thitung = 2,060 dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk=30 +
30 -2 = 58), maka diperoleh ttabel sebesar 2,002. Uji t pretest thitung < ttabel (1,580 <
2,002) adalah menerima Ho dan menolak Ha dan uji posttest thitung > ttabel (2,060 >
2,002) adalah menerima Ha dan menolak Ho. Kesimpulan dari data yang
52
diperoleh menyatakan bahwa model guided discovery learning Jerome Bruner
yang diterapkan pada konsep gerak melingkar beraturan mempengaruhi hasil
belajar siswa.
5. Hasil Angket
Pada Tabel 4.5 adalah perolehan hasil kuesioner kelompok kontrol dan
eksperimen yang disajikan dalam bentuk persentase (%) dengan nomor 3, 5, 6, 7,
8, 9, 16, 17, 18, dan 19 adalah pernyataan negatif dan nomor 1, 2, 4, 10, 11, 12,
13, 14, 15, dan 20 adalah penyataan positif:
Tabel 4.5 Hasil Angket Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
No PernyataanDalam bentuk %
KelompokKontrol
KelompokEksperimen
1Saya sekarang paham tentang gerak melingkardan contoh aplikasinya
63 70
2Hal-hal yang saya pelajari dalam pelajaran fisikaakan bermanfaat bagi saya.
78 87
3 Pelajaran fisika kurang menarik bagi saya. 33 33
4Saya sekarang paham hubungan besaran geraklinier dan gerak melingkar
58 67
5Saya perlu keberuntungan agar mendapat nilaiyang baik dalam pelajaran fisika.
41 37
6Saya harus bekerja sangat keras agar berhasildalam pelajaran fisika.
71 65
7Saya tidak melihat bagaimana hubungan antaraisi pelajaran fisika dengan sesuatu yang telahsaya ketahui.
40 37
8Guru membuat suasana menjadi tegang saatmenjelaskan materi fisika.
27 20
9 Materi pelajaran fisika terlalu sulit bagi saya. 40 29
10Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil dalampelajaran fisika, hal itu tergantung pada saya.
91 91
11Saya puas dengan penilaian yang diberikan olehguru.
64 75
12Saya merasa puas dengan apa yang saya perolehdari pelajaran fisika.
63 78
13Saya merasa mampu dalam memecahkan soalgerak melingkar beraturan.
55 74
53
No PernyataanDalam bentuk %
KelompokKontrol
KelompokEksperimen
14Untuk mencapai cita-cita saya, penting bagi sayauntuk berhasil dalam pelajaran fisika.
71 86
15Guru menggunakan bermacam-macam teknikmengajar yang menarik.
72 91
16Saya berpendapat bahwa saya tidak akanmemperoleh banyak keuntungan dari pelajaranfisika.
31 11
17Saya sering melamun di dalam kelas saatpelajaran fisika.
28 24
18Saya merasa mengalami kesulitan menjawabsoal pada bagian pemilihan penggunaan rumusyang digunakan
57 34
19Saya merasa agak kecewa dengan pelajaranfisika.
39 18
20
Saya merasa memperoleh cukup penghargaanterhadap hasil belajar saya dalam pelajaranfisika, baik dalam bentuk nilai, komentar ataumasukan lain.
65 83
Berikut ini adalah penjelasan dari hasil kuesioner pada Tabel 4.5 di atas:
1) Pernyataan nomor 1 adalah pernyataan yang menyatakan konsep pemahaman
dan merupakan hasil belajar yaitu mengetahui informasi. 70% siswa pada
kelompok eksperimen menyatakan paham mengenai konsep gerak melingkar
setelah mendapat perlakuan guided discovery learning Jerome Bruner,
sedangkan untuk kelompok kontrol hanya berjumlah 63%.
2) Pernyataan nomor 2 adalah pernyataan untuk mengetahui pendapat siswa
tentang motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia untuk
merangsang motivasi. 87% siswa pada kelompok eksperimen menyatakan
pembelajaran fisika akan bermanfaat baginya, sedangkan untuk kelompok
kontrol hanya berjumlah 78%.
3) Pernyataan nomor 3 adalah pernyataan untuk mengetahui pendapat siswa
tentang ketertarikan mengenai pelajaran fisika. 33% siswa pada kelompok
eksperimen dan kontrol menyatakan pelajaran fisika kurang menarik bagi
mereka.
54
4) Pernyataan nomor 4 adalah pernyataan yang menyatakan pemahaman
mengenai hubungan besaran-besaran dalam konsep gerak melingkar.
Kelompok eksperimen menjawab 67% paham, sedangkan kelompok kontrol
hanya menjawab 58%.
5) Pernyataan nomor 5 adalah pernyataan untuk mengetahui bagaimana siswa
mengandalkan keberuntungan daripada usahanya, bagian ini mrupakaan aspek
psikologi yang ingin dilihat oleh peneliti. Kelompok eksperimen menjawab
37%, sedangkan kelompok kontrol 41%.
6) Pernyataan nomor 6 adalah pernyataan yang menunjukkan tingkat usaha siswa
dalam belajar dengan bagaimana pemberian perlakuan oleh guru, dengan
menggunakan model dan metode yang berbeda. pada kelompok eksperimen
jumlah siswa yang menyatakan harus berusaha sangat keras sebesar 65%,
sedangkan kelos kontrol 71%.
7) Pernyataan nomor 7 adalah pernyataan yang berhubungan dengan ciri tahapan
pendekatan dalam proses belajar Jerome Bruner, yaitu tahap iconik yang
menghubungkan materi dengan kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kelompok eksperimen jumlah siswa yang menyatakan tidak melihat
hubungan antara isi pelajaran dengan yang telah diketahui sebanyak 37%,
sedangkan kelompok kontrol sebanyak 40%.
8) Pernyataan nomor 8 adalah pernyataan untuk mengetahui kondisi kesiapan
belajar siswa. 20% siswa pada kelompok eksperimen menyatakan mengalami
ketegangan dalam belajar fisika, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak
27% siswa.
9) Pernyataan nomor 9 adalah pernyataan setelah pembelajaran konsep gerak
melingkar beraturan. Sebanyak 29% jumlah siswa kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan model guided discovery learning Jerome Bruner
menyatakan materi fisika terlalu sulit, sedangkan jumlah siswa pada kelompok
kontrol mencapai 40%.
10) Pernyataan nomor 10 adalah pernyataan yang menyatakan pengetahuan tentang
kemampuan atas diri sendiri. Jumlah persentasi baik kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sama yaitu 91%
55
11) Pernyataan nomor 11 adalah pernyataan yang menyatakan kepuasan penilaian
pada proses pembelajaran. Sebanyak 75% siswa pada kelompok eksperimen
menyatakan puas, sedangkan kelompok kontrol hanya 64%.
12) Pernyataan nomor 12 menyatakan kepuasan mengenai apa yang siswa bisa
dapatkan dari pembelajaran fisika. Sebanyak 78% siswa pada kelompok
eksperimen menyatakan kepuasan dari pelajaran fisika sedangkan kelompok
kontrol hanya 63%.
13) Pernyataan nomor 13 adalah pernyataan untuk mengetahui kepercayaan diri
siswa dalam memecahkan masalah dalam soal gerak melingkar beraturan.
Siswa pada kelompok eksperimen menyatakan 74% sedangkan kelompok
kontrol hanya 55%.
14) Pernyataan nomor 14 adalah pernyataan bersifat motivasi dalam pembelajaran
fisika. Siswa kelompok eksperimen 86% menyatakan pembelajaran fisika
penting untuk mencapai cita-cita para siswa, sedangkan jumlah siswa pada
kelompok kontrol sebanyak 71%.
15) Pernyataan nomor adalah pernyataan yang menunjukkan perbedaan
menggunakan model guided discovery learning. Penggunaan model guided
discovery learning terhadap kelompok eksperimen mendapat pernyataan positif
sebesar 91% , sedangkan untuk kelompok kontrol hanya 72%.
16) Pernyataan nomor 16 adalah salah satu pernyataan negatif mengenai
pembelajaran fisika. Sebanyak 31% kelompok kontrol menyatakan bahwa
siswa tidak akan memperoleh banyak keuntungan dari pelajaran fisika,
sedangkan siswa dari kelompok eksperimen hanya 11%.
17) Pernyataan nomor 17 adalah pernyataan yang menyatakan kefokusan para
siswa dalam pembelajaran. Jumlah siswa pada kelompok eksperimen yang
menyatakan sering melamun di dalam kelompok saat pelajaran fisika adalah
24%, dan pada kelompok kontrol ada 28%.
18) Pernyataan nomor 18 adalah pernyataan yang menunjukkan tahapan indikator
kedua hasil belajar yaitu transformasi. pada kelompok eksperimen hanya 34%
siswa mengalami kesulitan menjawab soal pada bagian pemilihan penggunaan
rumus yang digunakan, dan pada kelompok kontrol mencapai 57%.
56
19) Pernyataan nomor 19 adalah pernyataan pendapat siswa mengenai kekecewaan
pada pelajaran fisika. Kelompok eksperimen menyatakan jumlah skripsi 18%
dan kelompok kontrol 39%.
20) Pernyataan nomor 20 adalah pernyataan mengenai cukup tidaknya penghargaan
untuk keseluruhan penilaian, komentar dan masukan dari guru untuk siswa.
Pada kelompok eksperimen jumlah siswa yang menyatakan cukup penghargaan
sebanyk 83%, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 65%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Konsep gerak melingkar beraturan merupakan konsep yang bersifat
matematis berdasarkan alasan itu peneliti mengadakan studi pustaka untuk
menemukan solusi metode yang cocok untuk masalah tersebut, dalam bab 1
pendahuluan peneliti berhipotesa bahwa model guided discovery learning dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada konsep gerak melingkar
beraturan.
Model guided discovery learning menurut teori belajar Jeromme Bruner
merupakan metode esensial untuk mengkonstruksi siswa dalam meningkatkan
hasil belajar2. Oleh karena itu, sebelum pemberian perlakuan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol terlebih dahulu diberikan pretest sehingga
dapat kita ketahui perubahan hasil belajar siswa.
Setelah melakukan penelitian di SMAN 9 Tangerang Selatan dengan
menerapkan model guided discovery learning Jerome Bruner yang bertujuan
mengetahui adanya perubahan hasil belajar pada konsep gerak melingkar
beraturan diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol pretest 29,5 dan posttest 68,8,
sedangkan nilai rata-rata kelompok eksperimen pretest 30,7 dan posttest 75,9. Hal
ini menjelaskan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen yang diberi penerapan
model guided discovery learning Jerome Bruner lebih besar, artinya hasil belajar
2 Siti Mutoharoh, “Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil BelajarKimia Siswa SMA Pada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi pada Prodi Fisika UIN Syarif HidayatullahJakarta, 2011, h.64.
57
siswa meningkat cukup signifikan pada konsep gerak melingkar beraturan
menggunakan penerapan model guided discovery learning Jerome Bruner.
Data dalam penelitian ini diolah menggunakan uji-t, sehingga diperoleh
hasil pretest thitung = 1,580 dan posttest thitung = 2,060 dengan ttabel = 2,002 maka uji
t pretest thitung < ttabel (1,580<2,002), maka Ho diterima, Ha ditolak. Sedangkan uji
t posttest thitung > ttabel (2,060>2,002), maka Ho ditolak, Ha diterima. Hal ini
menjelaskan bahwa penerapan model guided discovery learning menurut Bruner
pada konsep gerak melingkar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Penerapan guided discovery learning menggunakan metode yang variatif,
interaktif, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar dan aktif dalam proses
pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dimana guru
hanya menggunakan metode pembelajaran yang cenderung monoton, interaksinya
satu arah dan instruktif.
Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang
ada, guided discovery learning menempatkan guru sebagai fasilitator, guru
membimbing siswanya bila diperlukan. Model ini mendorong siswa untuk
berpikir mandiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan
ataudata yang telah disediakan guru.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen dengan
menerapkan model guided discovery learning siswa dikelompokkan dalam
beberapa kelompok kecil, melakukan praktikum, demonstrasi, diskusi dan
pemanfaatan LKS. Dengan kata lain, proses pembelajaran model guided discovery
learning mengarahkansiswa untuk membangun sendiri konsep atua prinsip dari
materi laju reaksi sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran danhasil
belajar akan meningkat.
Pada tahap awal guru mengemukakan tujuan serta gambaran mengenai
materi laju reaksi, kemudian memberikan LKS kepada siswa. LKS ini disusun
secara sistematik agar dapat membantu siswa memahami prinsip atau konsep
secara mandiri dan melatih kemampuan berpikir siswa terhadap materi gerak
melingkar beraturan. Pada tahap selanjutnya siswa mendapat LKS yang terdiri
58
dari panduan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disedikan dalam
LKS kemudian siswa mengemukakan prinsip atau konsep baru.
Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang
ada, guided discovery learning menempatkan guru sebagai fasilitator, guru
membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini siswa didorong untuk
berpikir sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan
atau data yang telah disediakan oleh guru.
Berdasarkan angket mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran
fisika yang dilaksanakan dapat menunjukkan aspek-aspek psikologis para siswa.
Guided discovery learning menurut Bruner bukan hanya ditekankan pada hasil
belajar siswa tetapi juga melihat kesiapan kondisi siswa, bagaimana membuat
siswa untuk fokus terlebih dahulu dalam pembelajaran dan membuat siswa paham
dengan konsep yang disajikan melalui tahapan model guided discovery learning
menurut Bruner.
Berdasarkan penelitian Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan
Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penarikan
Kesimpulan Logika Matematika, Jurnal. Palu, 2010. Penelitian ini dilakukan di
SMAN 9 Palu, hasil penelitian atas implementasi metode penemuan terbimbing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penarikan kesimpulan logika
matematika di kelas X A SMA Negeri 9 Palu3.
Menurut Hernawan belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana
perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap,
perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sedangkan menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Berdasarkan hasil penelitain yang telah dijabarkan di atas, dapat diketahui bahwa
penerapan model guided discovery learning dengan menggunakan langkah-
langkah yang tepat dan dengan kinerja guru yang baik dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa baik afektif, psikomotorik, maupun kognitif. Hal
ini sesuai dengan pendapat Eggen selain mendorong pemahaman materi secara
3 Nurcholis, Op.cit,. h.41.
59
mendalam dan mengembangkan pemikiran siswa, model temuan terbimbing atau
guided discovery learning bisa efektif untuk meningkatkan motivasi siswa.
Dengan demikian terbukti bahwa model guided discovery learning
menurut teori belajar Jerome Bruner merupakan model esensial untuk
mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada konsep yang bersifat aplikatif
dan analitis matematis dan dapat memotivasi siswa pada pembelajaran fisika.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian di BAB IV dapat ditarik
kesimpulan terdapat pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil
belajar siswa pada konsep gerak melingkar, setelah diterapkan model guided
discovery learning. Hal ini terlihat dari perbandingan hasil rata-rata pretest dan
posttest hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen,
sedangkan kelompok kontrol tidak terlalu signifikan. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, t hitung > t tabel (2,060>2,002) terbukti bahwa hipotesis alternatif (Ha)
yang diajukan secara signifikan dapat diterima. t hitung > t tabel (2,060>2,002).
Siswa memberikan tanggapan yang positif ketika diterapkan model guided
discovery learning Jerome Bruner, sebagian besar siswa dalam pembelajaran
fisika merasa tidak tegang walaupun sedang mengerjakan posttest pada persoalan
gerak melingkar beraturan.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, maka dapat disarankan:
1. Soal-soal tes hasil belajar diharapkan dapat lebih dikembangkan, mencapai
jenjang kognitif C5 dan C 6.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh model guided
discovery learning pada materi lainnya, sehingga bisa mengukur sejauh mana
keefektifan model guided discovery learning.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan memberikan waktu yang lebih lama untuk
mengetahui seberapa signifikan pengaruh dari model guided discovery learning
terhadap motivasi belajar siswa.
61
DAFTAR PUSTAKA
Akanmu dkk, Guided-discovery Learning Strategy and Senior School Students
Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria. Journal of Education and
Practice ISSN 2222-1735 Vol.4, No 12, 2013.abstrak.
Anna Fauziah, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa SMP Melalui Strategi REACT, Forum Kependidikan,
1-13, 2010.
Atiqoh, “Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya Terhadap Kemampuan
Analisis Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis”, Skripsi pada Prodi Fisika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Barokah Widuroyekti, Pramonoadi, Implementasi Pembelajaran Penemuan
Terbimbing Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar PLH
Mahasiswa S-1 PGSD Bojonegoro. Jurnal, Surabaya, 2012.
Faiz,”Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Inquiry Terhadap Kemampuan
Kognitif Fisika Siswa Di SMA Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Fisika
Siswa,” Skripsi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta,
2010.
Fatih istiqomah dkk, “Penerapan Model Guided Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”. Jurnal, Bandar
lampung, 2014.
Khoirul, Analisis Pembelajaran Guided Discovery Dengan Mengguanakan
Macromedia Flash Dikaitkan Dengan Kecerdasan Logik Matematik
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Kota Subulussalam. Jurnal
Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika, 2012.
Leo, Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan vol.13 no.2, 2012.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2013.
62
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Nana Sudjana, Peningkatan Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2008.
Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan
Hasl Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika.
Jurnal. Palu, 2013.
Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan
Hasl Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika.
Jurnal. Palu, 2013. h.32.
Qorri’ah, “Penggunaan Metode Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung,” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h.23,
tidak dipublikasikan.
Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Dengan Penerapan Teori Belajar Bruner Pada Pokok Bahasan
Trigonometri di Kelas X SMA Negeri 1 Kualuh Hulu Aek Kanopan T.A.
Jurnal Nasional ISSN 0853-0203. 2009/2010.
Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama,
1996.
Risnita, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1
Pangkalan Kerinci Dengan Menerapkan Metode Penemuan Terbimbing,
Jurnal Kependidikan, 2011.
Rusman, Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012.
Silberman, Melvin. Active Learning. Bandung: Nusa Media, 2011.
Siti Mutoharoh, “Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa SMA Pada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi pada Prodi
Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Sudjana, Metoda Statistik Cet. Ke-6. Bandung : Tarsito, 2001.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R & D.
Bandung; Alfabeta, 2006.
63
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006.
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
Supardi, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Jakarta: Change Publication, 2013.
Tri Wardanik, “Pembelajaran Fisika Dengan Metode Direct Instruction (DI)
Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan
Gerak Melingkar Beraturan Di SMA Tahun 2008/2009,” Skripsi pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, tidak
dipublikasikan, 2009,.
Yoppy, Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning
Pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Kependidikan, 2011.
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains.
Jakarta: LP UIN. 2009.
Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/penyelesaian_masalah, yang diakses pada
tanggal 13 Januari 2013.
http://belalangtue.wordpress.com/2010/08/05/uji-persyaratan-analisis/24Nov2013.
64
Lampiran A: PerangkatPembelajaran
1. RPP Kelompok Kontrol
2. RPP Kelompok Eksperimen
65
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan : M-IPA
Alokasi Waktu : 1 x 40’
Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
66
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Melalui tanya jawab peserta didik dapat menjelaskan besaran-besaran pada gerak melingkar
2. Melalui contoh soal siswa dapat menghitung dan menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalah dikehidupan
sehari-hari
Materi Ajar
Gerak Melingkar Beraturan
Gerak melingkar beraturan adalah suatu gerak yang menempuh lintasan berbentuk lingkaran dengan kecepatan linear (v) yang tetap.
67
Periode adalah waktu yang diperlukan oleh benda untuk berputar satu kali putaran sempurna, dinyatakan dengan lambang T. Satuan
periode dalam sistem SI adalah sekon (s) =Frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu, diberi lambang f. Satuan frekuensi dalam sistem SI adalah s-1 atau hertz
(Hz). =Hubungan antara periode dan frekuensi adalah = 1 = 1KET: T = Periode (s)
f = frekuensi (Hz)
N = banyaknya putaran
68
t = waktu putaran (s)
Alat/Media/Bahan
Media : Power point
Bahan ajar : LKS, Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
Model Pembelajaran
Model Konvensional
Langkah- langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Tahapan PokokAktifitas Alokasi
Waktu
Media
PembelajaranGuru Siswa
PENDAHULUAN 1. Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam kemudian guru
mengucapkan kehadiran siswa
2. Membacakan KD dan indikator
materi gerak melingkar beraturan
pada setiap pertemuan (di slide)
1. Siswa menjawab salam dari guru
2. Memperhatikan serta ikut membaca KD
dan Indikator gerak melingkar pada
pertemuan pertama
5 menit Power Point
69
KEGIATAN INTI: 3. Guru menjelaskan materi yaitu
pengertian periode, frekuensi, satu
putaran penuh yang ditampilkan pada
slide
4. Guru membimbing siswa membentuk
kelompok
5. Guru menjelaskan untuk proses
diskusi
6. Guru membimbing jalannya diskusi
siswa dengan mengerjakan LKS
7. Guru memberikan penilaian terhadap
jalannya diskusi untuk masing-
masing kelompok
8. Guru meminta siswa mengumpulkan
lembar jawaban hasil diskusi
9. Guru membahas latihan soal tersebut
dengan pedoman indikator
pemecahan masalah
3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
mengenai materi gerak melingkar beraturan
4. Siswa membentuk kelompok
5. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai proses diskusi
6. Siswa melakukan diskusi dengan panduan
yang ada dilks
7. Para siswa melakukan diskusi sebaik-
baiknya dengan mengerjakan LKS
8. Siswa mengumpulkan lembar jawaban
hasil diskusi Bersama-sama membahas
jawaban LKS dengan guru
a. Gerak yang dilakukan bianglala adalah
gerak melingkar beraturan, karena
kecepatan linier yang dilakukan bianglala
tetap atau berubah beraturan.
8 menit
10 menit
7 menit
power point
70
b. Gerak matahari menurut pengamat di
bumi merupakan gerak melingkar
beraturan karena gerakan matahari
mempunyai kecepatan linear yang tetap
terhadap waktu dan terjadi berulang pada
posisinya.
c. Gerak kipas angin, gerak roda
menggelinding, gerak baling-baling
d. Periode adalah waktu yang dihitung dalam
satu kali putaran,dan frekuensi adalah
banyaknya putaran tiap satu satuan waktu.
e. Dik: n = 20 kali
t = 15 sekon
Dit: t ?
Penyelesaian:= = = 0,8= = = 1,25 Hz
9. Jadi, periode batu yang berputar sebanyak
71
20 kali adalah 0,8 sekon dan rekuensinya
adalah 1,25 Hz.
PENUTUP 13. Guru memberikan penguatan tentang
apa saja yang dipelajari hari ini,
mengenai definisi dari periode,
frekuensi serta perumusannya.
14. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang terbaik.
15. Guru memberikan soal untuk hasil
evaluasi (soal evaluasi di lampirkan)
13. Memperhatikan dan mengajukan
pertanyaan apabila ada yang tidak
dimengerti
14. Kelompok yang terbaik menerima
penghargaan yang diberikan guru, dan
kelompok lain menyelamatinya dengan
tepuk tangan
15. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir
pembelajaran
10 menit Lembar soal
72
Penilaian1. Mekanisme dan prosedur
Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok, dan laporan tertulis.
Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis (evaluasi).
2. Aspek dan Instrumen penilaian
Instrumen observasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok, kedisiplinan, dan
kerjasama.
Instrumen laporan praktik menggunakan rubrik penilaian dengan fokus utama pada kualitas visual, sistematika sajian data,
kejujuran, dan jawaban pertanyaan.
Instrumen tes menggunakan tes tertulis uraian
3. Instrumen (Terlampir)
Sumber/ReferensiBuku Pegangan Kurikulum 2013
Fisika Jilid 1
Buku Fisika Penunjang Aktivitas siswa
http://forumguru.com
http://e-dukasi.net
http://psb-psma.go.org.id
73
Lembar Evaluasi 1
1. Sebutkan besaran-besaran yang kamu ketahui dalam materi gerak melingkar beraturan!(nilai 5)
2. Sebuah bola kecil diikat tali sepanjang 40 cm kemudian diputar horizontal. Dalam pengukurannya diketahui bola kecil itu dalam 8
sekon dapat berputar 40 kali. Berapakah frekuensi dan periode gerak bola tersebut?(nilai 10)
Kunci Jawaban Evaluasi 1
1. Periode, Frekuensi, Posisi sudut, Kecepatan sudut, Percepatan sudut, Percepatan tangensial.(skor 5)
2. Dik: R = 40 cm
t = 8 sekon
n = 40 kali
Dit: frekuensi? (SKOR 1, Nilai 2)
Penyelesaian:
Frekuensi = (SKOR 2, Nilai 1)= = 5 Hz (SKOR 3 rumus benar perhitungan salah)
T = 1/f =1/5 Sekon (SKOR 4 Nilai 5)
Kunci Jawaban Lembar LKS 1
1. Gerak yang dilakukan bianglala adalah gerak melingkar beraturan, karena kelajuan linier yang dilakukan bianglala tetap atau
berubah beraturan.
(skor 3)
2. Gerak matahari menurut pengamat di bumi merupakan gerak melingkar beraturan karena gerakan matahari mempunyai kelajuan
74
linear yang tetap terhadap waktu dan terjadi berulang pada posisinya. (skor 3)
3. Gerak kipas angin, gerak roda menggelinding, gerak baling-baling (skor 3)
4. Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran,dan frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu. (skor
3)
5. Dik: n = 20 kali
t = 15 sekon
Dit: t ?
Penyelesaian:= = = 0,8= = = 1,25 Hz
Jadi, periode batu yang berputar sebanyak 20 kali adalah 0,8 sekon dan rekuensinya adalah 1,25 Hz. (skor 8)
75
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
(Pertemuan pertama)
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan
penerapannya dalam teknologi
Indikator
1. Mengidentifikasi besaran-besaran pada gerak melingkar
2. Menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalah sehari-hari
Materi
Gerak Melingkar Beraturan
Gerak melingkar beraturan adalah suatu gerak yang menempuh lintasan berbentuk
lingkaran dengan kelajuan linear (v) yang tetap.
Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran.=Frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu.=Hubungan antara periode dan frekuensi adalah= 1 = 1KET: T = Periode (s)
f = frekuensi (Hz)
N = banyaknya putaran
t = waktu putaran (s)
76
Nama Kelompok:………………….. Kelas: …………………….
Anggota:
1. …………………………………….
2. …………………………………….
3. …………………………………….
4. …………………………………….
5. …………………………………….
6. …………………………………….
7. …………………………………….
SILAHKAN ANDA MEMBENTUK KELOMPOK YANG TERDIRI DARI 6-7ORANG, DAN JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI!
1. Silahkan kamu lihat slide yang ditunjukkan oleh gurumu. Apa yang bisa kamu
simpulkan mengenai gerak bianglala? ………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Pada saat siang hari amatilah gerakan matahari. Menurut pendapatmu apakah jenis
gerakan matahari tersebut, sertakan alasanmu? ……………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Berikan 3 contoh lain mengenai gerak melingkar beraturan dalam kehidupan sehari-
hari!……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Apa yang dimaksud dengan periode dan frekuensi? ………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………...
5. Hitunglah berapa periode dan frekuensi yang dilakukan koboi bila bola yang
diputarnya sebanyak 20 kali dan panjang tali koboi 40 cm (ditampilkan di slide)?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………...
Setelah selesai mengerjakan, silahkan kumpulkan lembar jawaban anda kepada guru.
SELAMAT MENGERJAKAN
77
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan : M-IPA
Alokasi Waktu : 1 x 40’
Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
78
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Melalui contoh soal siswa dapat menganalisis dan menerapkan kecepatan sudut dan percepatan sudut dalam masalah
dikehidupan sehari-hari
2. Menganalisis hubungan antara besaran sudut dengan besaran linier
3. Menerapkan besaran sudut dan besaran linier
Alat/Media/Bahan
Media : Power point
Bahan ajar : Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
79
Model Pembelajaran
Model Konvensional
Materi Ajar
Posisi sudut di definisikan perubahan posisi awal partikel ke posisi selanjutnya, dalam lintasan melingkar dan membentuk sudut.
Kecepatan Sudut dan Percepatan Sudut
Kecepatan Sudut didefinisikan sebagai perubahan posisi sudut benda yang bergerak melingkar tiap satuan waktu. Kecepatan sudut
disebut juga dengan kecepatan anguler dan disimbolkan ω. Dari definisi di atas dapat diperoleh perumusan berikut:
Keterangan: ω = kecepatan sudut (rad/s)
Δθ = perubahan sudut (rad)
Δt = selang waktu (s)
Kecepatan sudut sering disebut juga frekuensi sudut. Nama ini diambil karena ω memiliki kaitan dengan f. Kaitan itu dapat
ditentukan dengan melihat gerak satu lingkaran penuh. Perubahan posisi sudut pada gerak satu lingkaran penuh adalah Δθ = 2π dan
waktunya satu periode T sehingga kecepatan sudutnya memenuhi persamaan berikut:= 2= 2
80
Kecepatan sudut dapat juga memiliki satuan putaran/sekon dan rpm. rpm = rotasi per menit.
Dalam persoalan gerak melingkar, kita lebih lazim menggunakan satuan radian (rad) untuk sudut dibandingkan derajat (o).
Hubungan antara keduanya, yaitu sudut satu putaran:
1putaran = 2π rad, 1 rad = ≅ 57,31 rpm = / , 1 putar/sekon = 2π rad/s
Percepatan Sudut adalah perubahan kecepatan sudut tiap satu satuan waktu. Dari definisi ini dapat diturunkan rumus percepatan
sudut seperti berikut:
dengan: α = percepatan sudut (rad/s2)
Δω = perubahan kecepatan sudut (rad/s)
Δt = selang waktu (s)
sesuai dengan kecepatannya, percepatan sudut juga dapat disebut sebagai percepatan anguler.
Hubungan Besaran linier dan Besaran Sudut
Setiap benda yang bergerak melingkar akan memiliki besaran linier dan besaran sudut dengan hubungan memenuhi persamaan
berikut:
S = θ.R
V = ω.R
81
a = α.R
Keterangan: S = jarak tempuh (m)
θ = perubahan sudut (rad)
v = kecepatan linier (m/s)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
a = percepatan linier (m/s2)
α = percepatan sudut (rad/s2)
R = jari-jari lintasannya (m)
Percepatan Sentripetal
Benda yang bergerak dengan kelajuan konstan mendapat percepatan yang besarnya konstan dan arahnya selalu tegak lurus dengan
kecepatan benda, maka benda akan bergerak melingkar beraturan. Percepatan yang arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan
inilah yang disebut dengan percepatan sentripetal.
Jika suatu benda bergerak melingkar dengan kelajuan v membentuk lingkaran berjari-jari r maka besar percepatan sentripetal yang
dialami benda adalah: =dengan: asp = besar percepatan sentripetal (m/s2)
v = kelajuan linier (m/s)
82
r = jari-jari lingkaran (m)
Sifat Gerak Melingkar Beraturan (GMB)
Sifat pertama GMB adalah bentuk lintasannya yang melingkar kedua dapat dilihat kecepatannya. Disebut beraturan karena kecepatan
sudutnya yang teratur atau tetap. Berarti percepatan sudutnya nol (α=0).
Dari penjelasan di atas dapat dituliskan sifat-sifat gerak melingkar beraturan sebagai berikut :
a. Lintasannya berbentuk lingkaran
b. Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar percepatan sentripetal semua konstan (tetap)
c. Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa berubah (karena arahnya senantiasa berubah)
d. Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana arah percepatan sentripetalnya selalu menuju pusat
lingkaran, dan arah kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran.
α = 0 dan ω = tetap
Langkah- langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Tahapan PokokAktifitas Alokasi
Waktu
Media
PembelajaranGuru Siswa
PENDAHULUAN 1. Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam kemudian guru
1. Siswa menjawab salam dari guru 5 menit Power Point
83
mengucapkan kehadiran siswa
2. Membacakan KD dan indikator
materi gerak melingkar beraturan
pada setiap pertemuan (di slide)
2. Memperhatikan serta ikut membaca KD
dan Indikator gerak melingkar pada
pertemuan kedua
KEGIATAN INTI: 3. Guru menjelaskan materi apa saja
yang akan di pelajari hari ini yaitu
besaran-besaran dalam gerak
melingkar (kecepatan sudut,
kecepatan linier, percepatan sudut,
dan percepatan sentripetal), hubungan
besaran linier dan anguler, dan sifat-
sifat gerak melingkar.Guru
menjelaskan materi yaitu pengertian
periode, frekuensi, satu putaran
penuh yang ditampilkan pada slide
4. Guru membimbing siswa membentuk
kelompok
5. Guru menjelaskan untuk proses
diskusi
3. Semua siswa memperhatikan penjelasan
dari guru mengenai materi gerak melingkar
beraturan
4. Siswa membentuk kelompok
5. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai proses diskusi
8 menit
10 menit
Power Point
84
6. Guru membimbing jalannya diskusi
siswa dengan mengerjakan LKS
7. Guru memberikan penilaian terhadap
jalannya diskusi untuk masing-
masing kelompok
8. Guru meminta siswa mengumpulkan
lembar jawaban hasil diskusi
6. Siswa melakukan diskusi dengan panduan
yang ada dilks
7. Para siswa melakukan diskusi sebaik-
baiknya dengan mengerjakan LKS
8. Siswa mengumpulkan lembar jawaban
hasil diskusi Bersama-sama membahas
jawaban LKS dengan guru
1. Gerak Perubahan posisi adalah perubahan
gerak benda dilihat dari keberadaan atau
posisi awal menjadi posisi akhir. (SKOR
3)
2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban
yang benar (SKOR 9)
Linear Angular Hubungan
s satuan
(m)
θ satuan
(rad)
s = θ.R
V satuan
(m/s)
ω satuan
(rad/s)
V=ω.R
7 menit
85
a satuan
(m/s2)
α satuan
(rad/s2)
a = α.R
3. Dik: ω = 30 rpm = 30 x = π rad/s
asp = 2 m/s2
Dit: R = ?
Penyelesaian: = = ( ) == = 2 = 2(SKOR 8)
4. Dik: aθ = 0,2 m/s2
R = 50 cm = 0,5m
VO = 4 m/s
t = 4 sekon
Dit: Vt=4 s ?
Penyelesaian:= −
86
= ( ) += (0,2 4) + 4= 4,8m/s
Jadi, Kecepatan linier balok itu adalah, 4,8
m/s (SKOR 5)
5. Dik: ω1 = 30π rad/s
ω2 = 45π rad/s
t = 30 sekon
Dit: α ?
Penyelesaian:
α= ∆= π π= /Jadi, percepatan sudut tongkat tersebut dalam
selang waktu 30 detik adalah /(SKOR 5)
PENUTUP 13. Guru memberikan penguatan tentang
materi yang telah disampaikan
13. Memperhatikan dan mengajukan
pertanyaan apabila ada yang tidak
10 menit Lembar soal
87
14. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang terbaik.
15. Guru memberikan soal untuk hasil
evaluasi (soal evaluasi di lampirkan)
dimengerti
14. Kelompok yang terbaik menerima
penghargaan yang diberikan guru, dan
kelompok lain menyelamatinya dengan
tepuk tangan
15. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir
pembelajaran
88
Penilaian1. Mekanisme dan prosedur
Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok, dan laporan tertulis.
Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis (evaluasi).
2. Aspek dan Instrumen penilaian
Instrumen observasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok, kedisiplinan, dan
kerjasama.
Instrumen laporan praktik menggunakan rubrik penilaian dengan fokus utama pada kualitas visual, sistematika sajian data,
kejujuran, dan jawaban pertanyaan.
Instrumen tes menggunakan tes tertulis uraian
3. Instrumen (Terlampir)
Sumber/ReferensiBuku Pegangan Kurikulum 2013
Fisika Jilid 1
Buku Fisika Penunjang Aktivitas siswa
http://forumguru.com
http://e-dukasi.net
http://psb-psma.go.org.id
89
Lembar Evaluasi 2
1. Sebutkan sifat-sifat dari gerak melingkar beraturan (minimal 3)! (SKOR 5)
2. Sebuah roda yang berjari-jari 25 cm berputar dengan frekuesi 4 Hz. Berapakah kelajuan linier sebuah titik pada tepi roda itu?
(SKOR 5)
Kunci Jawaban Evaluasi 2
1. Sifat-sifat gerak melingkar:
a. Lintasannya berbentuk lingkaran
b. Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar percepatan sentripetal semua konstan (tetap)
c. Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa berubah (karena arahnya senantiasa berubah)
d. Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana arah percepatan sentripetalnya selalu menuju
pusat lingkaran, dan arah kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran.
2. Dik: R= 25 cm = 25 x 10-2m
f = 4 Hz
Dit: v = ?
Penyelesaian:
V = ω x R
= 2πf x R
= 2π x 4 x 25 x 10-2= 2π m/s
90
Kunci Jawaban Lembar LKS 2
1. Perubahan posisi adalah perubahan gerak benda dilihat dari keberadaan atau posisi awal menjadi posisi akhir. (SKOR 2)
2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar (SKOR 10)
Linear Angular Hubungan
s satuan (m) θ satuan (rad) s = θ.R
V satuan (m/s) ω satuan (rad/s) V=ω.R
a satuan (m/s2) α satuan (rad/s2) a = α .R
3. Dik: ω = 30 rpm = 30 x = π rad/s
asp = 2 m/s2
Dit: R = ?
Penyelesaian: = = ( ) == = 2 = 2(SKOR 6)
4. Dik: aθ = 0,2 m/s2
R = 50 cm = 0,5m
VO = 4 m/s
91
t = 4 sekon
Dit: Vt=4 s ?
Penyelesaian:= −= ( ) += (0,2 4) + 4= 4,8m/s
Jadi, Kecepatan linier balok itu adalah, 4,8 m/s (SKOR 6)
5. Dik: ω1 = 30π rad/s
ω2 = 45π rad/s
t = 30 sekon
Dit: α ?
Penyelesaian:
α= ∆= π π= /Jadi, percepatan sudut tongkat tersebut dalam selang waktu 30 detik adalah / (SKOR 6)
92
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
(Pertemuan kedua)
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan
penerapannya dalam teknologi
Indikator
1. Menerapkan besaran kecepatan sudut dan percepatan sudut dalam masalah
sehari-hari
2. Mendefinisikan hubungan besaran sudut dengan besaran linier
3. Memformulasikan besaran sudut dan besaran linier
Nama Kelompok: …………………………… Kelas: ………………………..
Anggota:
1. …………………………………..
2. …………………………………..
3. …………………………………..
4. …………………………………..
5. ………………………………..
6. ………………………………..
7. ……………………………….
Berdiskusilah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan teman 1
kelompokmu!
1. Apa yang kamu ketahui tentang perubahan posisi, setelah kamu mempelajari
tentang gerak?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar
Linear Angular Hubungan
…. satuan (m) θ satuan (…..) ……..
V satuan (…..) … satuan (.….) ……..
… satuan (…..) … satuan (…..) a = θ.R
93
3. Seekor lalat hinggap pada sebuah piringan hitam yang berputar pada 30 rpm.
Percepatan sentripetal yang dialami lalat tersebut besarnya 2 m/s2. Berapakah
jarak lalat ke pusat piringan hitam tersebut? (catatan: 1 rpm = 1 putaran per
menit)
Dik: ……………………………………………………………………………...
Dit: ………………………………………………………………………………
Penyelesaian:……………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………...…
…………………………………………………………………………………..
4. Perhatikan gambar di samping
Jika balok kecil tersebut mengalami percepatan 0,2 m/s2, R= 50 cm dan
bergerak dengan kecepatan awal VO. kecepatan linier balok pada saat 4 sekon
adalah 4,8m/s. Berapakah kecepatan awal balok tersebut? …………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. Pada saat tongkat diputar dari salah satu ujungnya ternyata kecepatan anguler
tongkat dapat berubah dari 30π rad/s menjadi 45π rad/s dalam selang waktu 30
detik. Berapakah percepatan sudut tongkat tersebut? ……………………..
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………...........
..............................................................................................................................
94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan : M-IPA
Alokasi Waktu : 1 x 40’
Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
95
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menganalisis hubungan roda-roda pada masalah sehari-hari melalui diskusi
2. Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubungan roda-roda melalui latihan soal
Alat/Media/Bahan
Media : Power point
Bahan ajar : Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
Model Pembelajaran
Model Konvensional
96
Materi Ajar
Hubungan Roda-roda
\
Bagaimanakah hubungan roda-roda yang ada pada gambar di atas? Gir belakang dan roda memiliki pusat yang sama (ω sama)
hubungan seperti ini disebut roda sepusat. Hubungan kedua adalah gir belakang dan gir depan. Kedua gir itu terhalang dengan tali
(rantai) sehingga berputar bersama dengan kecepatan linier titik yang bersinggungan sama (v sama). Hubungan seperti ini disebut
roda bersinggungan.
Dari penjelasan di atas dapat dipertegas bahwa pada dasarnya hubungan roda-roda ada dua jenis dan memenuhi hubungan berikut :
Roda Sepusat
Roda bersinggungan
97
Langkah- langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Tahapan PokokAktifitas Alokasi
Waktu
Media
PembelajaranGuru Siswa
PENDAHULUAN 1. Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam kemudian guru
mengucapkan kehadiran siswa
2. Membacakan KD dan indikator
materi gerak melingkar beraturan
pada setiap pertemuan (di slide)
1. Siswa menjawab salam dari guru
2. Memperhatikan serta ikut membaca KD
dan Indikator gerak melingkar pada
pertemuan pertama
5 menit Power Point
KEGIATAN INTI: 3. Guru menjelaskan materi yaitu
hubungan roda-roda yang saling
3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
mengenai materi hubungan roda-roda
8 menit Power Point
98
bersinggungan
4. Guru membimbing siswa membentuk
kelompok
5. Guru menjelaskan untuk proses
diskusi
6. Guru membimbing jalannya diskusi
siswa dengan mengerjakan LKS
7. Guru memberikan penilaian terhadap
jalannya diskusi untuk masing-
masing kelompok
8. Guru meminta siswa mengumpulkan
lembar jawaban hasil diskusi
9. Guru membahas latihan soal tersebut
dengan pedoman indikator
pemecahan masalah
4. Siswa membentuk kelompok
5. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai proses diskusi
6. Siswa melakukan diskusi dengan panduan
yang ada dilks
7. Para siswa melakukan diskusi sebaik-
baiknya dengan mengerjakan LKS
8. Siswa mengumpulkan lembar jawaban
hasil diskusi Bersama-sama membahas
jawaban LKS dengan guru
9. Membahas bersama guru
1. Memasang gir depan lebih besar dari gir
belakang agar kayuhan lebih sedikit, dan
jarak yang ditembuh lebih panjang. hal
ini dikarenakan pemasanagn roda
bersinggungan dengan menggunakan
10 menit
7 menit
99
rantai akan menghasilkan kecepatan yang
sama, dengan gir depan yang lebih besar
kita mengkayuh sedikit tapi posisi
sudutnya banyak sehingga gir belakang
yang lebih kecil akan bergerak cepat dan
mencapai jarak yang lebih jauh karena gir
belakang sepusat dengan roda yang jari-
jarinya lebih besar, sehingga kecepatan
sudut roda lebih besar pula.
2. Dik: Da=2 x Db
RA = 2 x RB
Roda saling bersinggungan dihubungkan
dengan tali, maka VA=VB
Dit: Hubungan ωA dengan ωB ?\
Jawab: VA=VB
ωA x RA = ωB x RB
ωA x 2RB = ωB x RB
ωA = ωB
100
PENUTUP 10. Guru memberikan penguatan tentang
apa saja yang dipelajari hari ini,
mengenai definisi dari periode,
frekuensi serta perumusannya.
11. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang terbaik.
12. Guru memberikan soal untuk hasil
evaluasi (soal evaluasi di lampirkan)
10. Memperhatikan dan mengajukan
pertanyaan apabila ada yang tidak
dimengerti
11. Kelompok yang terbaik menerima
penghargaan yang diberikan guru, dan
kelompok lain menyelamatinya dengan
tepuk tangan
12. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir
pembelajaran
10 menit Lembar soal
101
Penilaian1. Mekanisme dan prosedur
Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok, dan laporan tertulis.
Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis (evaluasi).
2. Aspek dan Instrumen penilaian
Instrumen observasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok, kedisiplinan, dan
kerjasama.
Instrumen laporan praktik menggunakan rubrik penilaian dengan fokus utama pada kualitas visual, sistematika sajian data,
kejujuran, dan jawaban pertanyaan.
Instrumen tes menggunakan tes tertulis uraian dan/atau pilihan ganda
3. Instrumen (Terlampir)
Sumber/ReferensiBuku Pegangan Kurikulum 2013
Fisika Jilid 1
Buku Fisika Penunjang Aktivitas siswa
http://forumguru.com
http://e-dukasi.net
http://psb-psma.go.org.id
102
Lembar Evaluasi 3
1. Apa hubungan perumusan roda sepusat dan roda yang saling berhubungan? (SKOR 6)
2. Seekor belalang hinggap di tepi piringan hitam berdiameter 24 cm, yang sedang berputar. Ternyata kelajuan linier belalang
tersebut 40 cm/s. Jika belalang tersebut hinggap pada jarak 8 cm dari tepi piringan hitam, berapakah kelajuan linier yang
dialaminya? (SKOR 6)
Kunci Jawaban Evaluasi 3
1.
2. Dik: d = 24 cm, R1 = 12 cm
V1 = 40 cm/s
R2 = 4 cm
Dit: V2 = ?
Penyelesaian:=
103
=4 /12 = 4V2 = 13,3 cm/s
Kunci Jawaban LKS 3
1. Memasang gir depan lebih besar dari gir belakang agar kayuhan lebih sedikit, dan jarak yang ditembuh lebih panjang. hal ini
dikarenakan pemasanagn roda bersinggungan dengan menggunakan rantai akan menghasilkan kecepatan yang sama, dengan gir
depan yang lebih besar kita mengkayuh sedikit tapi posisi sudutnya banyak sehingga gir belakang yang lebih kecil akan bergerak
cepat dan mencapai jarak yang lebih jauh karena gir belakang sepusat dengna roda yang jari-jarinya lebih besar, sehingga
kecepatan sudut roda lebih besar pula.
2. Dik: Da=2 x Db
RA = 2 x RB
Roda saling bersinggungan dihubungkan dengan tali, maka VA=VB
Dit: Hubungan ωA dengan ωB ?\
Jawab: VA=VB
ωA x RA = ωB x RB
ωA x 2RB = ωB x RB
ωA = ωB
104
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
(Pertemuan ketiga)
Kompetensi Dasar
4.5 Menyajikan ide/gagasan terkait gerak melingkar (misalnya pada hubungan
roda-roda)
Indikator
1. Menganalisis hubungan roda-roda pada masalah sehari-hari melalui diskusi
2. Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubungan roda-roda
Nama Kelompok: …………………………… Kelas: ………………………..
Anggota:
1. …………………………………..
2. …………………………………..
3. …………………………………..
4. …………………………………..
Waktu: 15 menit
5. ………………………………..
6. ………………………………..
7. ……………………………….
Berdiskusilah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan teman 1
kelompokmu!
1. Bagaimana menurut pendapat kamu untuk membuat sepeda olahraga agar
kayuhan yang dihasilkan sedikit tetapi jarak yang ditempuh banyak, dengan
mengaitkan hubungan roda dalam konsep fisika (bagaimana gir depan dan gir
belakangnya) ?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.....................................................................................................................
2. Dua buah roda A dan B dihubungkan dengan tali, apabila diameter roda A dua
kali dari diameter roda B. Tentukanlah hubungan kecepatan sudut kedua roda
tersebut!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.....................................................................................................................
105
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan : M-IPA
Alokasi Waktu : 1 x 40’
Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
106
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Melalui tanya jawab peserta didik dapat menjelaskan besaran-besaran pada gerak melingkar
2. Melalui contoh soal siswa dapat menghitung dan menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalah dikehidupan
sehari-hari
Materi Ajar
Gerak Melingkar Beraturan
Gerak melingkar beraturan adalah suatu gerak yang menempuh lintasan berbentuk lingkaran dengan keclajuan linear (v) yang tetap.
107
Periode adalah waktu yang diperlukan oleh benda untuk berputar satu kali putaran sempurna, dinyatakan dengan lambang T. Satuan
periode dalam sistem SI adalah sekon (s) =Frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu, diberi lambang f. Satuan frekuensi dalam sistem SI adalah s-1 atau hertz
(Hz). =Hubungan antara periode dan frekuensi adalah = 1 = 1KET: T = Periode (s)
f = frekuensi (Hz)
N = banyaknya putaran
108
t = waktu putaran (s)
Alat/Media/Bahan
Media : Power point dan animasi flash
Bahan ajar : Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
Model Pembelajaran
Model Guided Discovery Learning Jerome Brunner
Langkah- langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Tahapan Pokok Aktifitas Alokasi Media
109
Guru Siswa Waktu Pembelajaran
PENDAHULUAN 1. Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam kemudian guru
mengucapkan kehadiran siswa
2. Membacakan KD dan indikator
materi gerak melingkar beraturan
pada setiap pertemuan (di slide)
1. Siswa menjawab salam dari guru
2. Memperhatikan serta ikut membaca KD
dan Indikator gerak melingkar pada
pertemuan pertama
2 menit Power Point
KEGIATAN INTI:
Memperoleh
informasi baru
3. Sebagai apersepsi, guru mengajak
siswa bertepuk tangan sebagai ice
breaker untuk mengambil fokus para
siswa
4. Guru menunjukkan animasi flash
gerak melingkar beraturan berupa
bianglala yang berputar
5. Guru bertanya kepada siswa ”ada
yang tahu kita akan belajar apa hari
ini?”
3. Melakukan ice breaker tepuk tangan untuk
memfokuskan diri
4. Semua siswa memperhatikan animasi flash
berupa bianglala yang berputar
5. Siswa menjawab apa yang guru
pertanyakan
5 menit Power Point
Animasi flash
Transformasi
informasi
6. Guru membimbing siswa membentuk
kelompok
6. Siswa membentuk kelompok 15 menit
110
7. Guru menjelaskan untuk proses
diskusi
8. Guru membimbing jalannya diskusi
siswa dengan mengerjakan LKS
9. Guru memberikan penilaian terhadap
jalannya diskusi untuk masing-
masing kelompok
10. Guru meminta siswa mengumpulkan
lembar jawaban hasil diskusi
7. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai proses diskusi
8. Siswa melakukan diskusi dengan panduan
yang ada dilks
9. Para siswa melakukan diskusi sebaik-
baiknya dengan mengerjakan LKS
10. Siswa mengumpulkan lembar jawaban
hasil diskusi
Evaluasi 11. Guru membahas lembar kerja siswa
satu persatu dan membantu siswa
untuk memahami besaran periode,
dan frekuensi=== 1 = 1
12. Guru membahas latihan soal tersebut
11. Bersama-sama dengan guru membahas
hasil jawaban lembar kerja siswa
12. Bersama-sama membahas jawaban LKS
10 menit animasi flash
111
dengan pedoman indikator
pemecahan masalah
dengan guru
a. Gerak yang dilakukan bianglala adalah
gerak melingkar beraturan, karena
kelajuan linier yang dilakukan bianglala
tetap atau berubah beraturan.
b. Gerak matahari menurut pengamat di
bumi merupakan gerak melingkar
beraturan karena gerakan matahari
mempunyai kelajuan linear yang tetap
terhadap waktu dan terjadi berulang pada
posisinya.
c. Gerak kipas angin, gerak roda
menggelinding, gerak baling-baling
d. Periode adalah waktu yang dihitung dalam
satu kali putaran,dan frekuensi adalah
banyaknya putaran tiap satu satuan waktu.
e. Dik: n = 20 kali
t = 15 sekon
Dit: t ?
112
Penyelesaian:= = = 0,8= = = 1,25 Hz
Jadi, periode batu yang berputar sebanyak 20 kali
adalah 0,8 sekon dan rekuensinya adalah 1,25 Hz.
PENUTUP 13. Guru memberikan penguatan tentang
apa saja yang dipelajari hari ini,
mengenai definisi dari periode,
frekuensi serta perumusannya.
14. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang terbaik.
15. Guru memberikan soal untuk hasil
evaluasi (soal evaluasi di lampirkan)
13. Memperhatikan dan mengajukan
pertanyaan apabila ada yang tidak
dimengerti
14. Kelompok yang terbaik menerima
penghargaan yang diberikan guru, dan
kelompok lain menyelamatinya dengan
tepuk tangan
15. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir
pembelajaran
8 menit Lembar soal
113
Penilaian1. Mekanisme dan prosedur
Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok, dan laporan tertulis.
Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis (evaluasi).
2. Aspek dan Instrumen penilaian
Instrumen observasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok, kedisiplinan, dan
kerjasama.
Instrumen tes menggunakan tes tertulis uraian
3. Instrumen (Terlampir)
Sumber/ReferensiBuku Pegangan Kurikulum 2013
Fisika Jilid 1
Buku Fisika Penunjang Aktivitas siswa
http://forumguru.com
http://e-dukasi.net
http://psb-psma.go.org.id
114
Lembar Evaluasi 1
1. Sebutkan besaran-besaran yang kamu ketahui dalam materi gerak melingkar beraturan!(nilai 5)
2. Sebuah bola kecil diikat tali sepanjang 40 cm kemudian diputar horizontal. Dalam pengukurannya diketahui bola kecil itu dalam 8
sekon dapat berputar 40 kali. Berapakah frekuensi dan periode gerak bola tersebut?(nilai 10)
Kunci Jawaban Evaluasi 1
1. Periode, Frekuensi, Posisi sudut, Kecepatan sudut, Percepatan sudut, Percepatan tangensial.(skor 5)
2. Dik: R = 40 cm
t = 8 sekon
n = 40 kali
Dit: frekuensi? (SKOR 1, Nilai 2)
Penyelesaian:
Frekuensi = (SKOR 2, Nilai 1)= = 5 Hz (SKOR 3 rumus benar perhitungan salah)
T = 1/f =1/5 Sekon (SKOR 4 Nilai 5)
Kunci Jawaban Lembar LKS 1
1. Gerak yang dilakukan bianglala adalah gerak melingkar beraturan, karena kelajuan linier yang dilakukan bianglala tetap atau
berubah beraturan.
(skor 3)
2. Gerak matahari menurut pengamat di bumi merupakan gerak melingkar beraturan karena gerakan matahari mempunyai kelajuan
115
linear yang tetap terhadap waktu dan terjadi berulang pada posisinya. (skor 3)
3. Gerak kipas angin, gerak roda menggelinding, gerak baling-baling (skor 3)
4. Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran,dan frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu. (skor
3)
5. Dik: n = 20 kali
t = 15 sekon
Dit: t ?
Penyelesaian:= = = 0,8= = = 1,25 Hz
Jadi, periode batu yang berputar sebanyak 20 kali adalah 0,8 sekon dan rekuensinya adalah 1,25 Hz. (skor 8)
116
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
(Pertemuan pertama)
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan
penerapannya dalam teknologi
Indikator
1. Mengidentifikasi besaran-besaran pada gerak melingkar
2. Menganalisis besaran periode dan frekuensi dalam masalah sehari-hari
Materi
Gerak Melingkar Beraturan
Gerak melingkar beraturan adalah suatu gerak yang menempuh lintasan berbentuk
lingkaran dengan kelajuan linear (v) yang tetap.
Periode adalah waktu yang dihitung dalam satu kali putaran.=Frekuensi adalah banyaknya putaran tiap satu satuan waktu.=Hubungan antara periode dan frekuensi adalah= =KET: T = Periode (s)
f = frekuensi (Hz)
N = banyaknya putaran
t = waktu putaran (s)
117
Nama Kelompok:………………….. Kelas: …………………….
Anggota:
1. …………………………………….
2. …………………………………….
3. …………………………………….
4. …………………………………….
5. …………………………………….
6. …………………………………….
7. …………………………………….
SILAHKAN ANDA MEMBENTUK KELOMPOK YANG TERDIRI DARI 6-7ORANG, DAN JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI!
1. Silahkan kamu lihat slide yang ditunjukkan oleh gurumu. Apa yang bisa kamu
simpulkan mengenai gerak bianglala? ………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Pada saat siang hari amatilah gerakan matahari. Menurut pendapatmu apakah jenis
gerakan matahari tersebut, sertakan alasanmu? ……………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Berikan 3 contoh lain mengenai gerak melingkar beraturan dalam kehidupan sehari-
hari!……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Apa yang dimaksud dengan periode dan frekuensi? ………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………...
5. Hitunglah berapa periode dan frekuensi yang dilakukan koboi bila bola yang
diputarnya sebanyak 20 kali dan panjang tali koboi 40 cm (ditampilkan di slide)?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………...
Setelah selesai mengerjakan, silahkan kumpulkan lembar jawaban anda kepada guru.
SELAMAT MENGERJAKAN
118
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan : M-IPA
Alokasi Waktu : 2 x 40’
Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
119
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Melalui contoh soal siswa dapat menganalisis dan menerapkan kecepatan sudut dan percepatan sudut dalam masalah
dikehidupan sehari-hari
2. Menganalisis hubungan antara besaran sudut dengan besaran linier
3. Menerapkan besaran sudut dan besaran linier
Alat/Media/Bahan
Media : Power point dan animasi flash
Bahan ajar : LKS, Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
120
Model Pembelajaran
Model Guided Discovery Learning Jerome Brunner
Materi
Posisi sudut di definisikan perubahan posisi awal partikel ke posisi selanjutnya, dalam lintasan melingkar dan membentuk sudut.
Kecepatan Sudut dan Percepatan Sudut
Kecepatan Sudut didefinisikan sebagai perubahan posisi sudut benda yang bergerak melingkar tiap satuan waktu. Kecepatan sudut
disebut juga dengan kecepatan anguler dan disimbolkan ω. Dari definisi di atas dapat diperoleh perumusan berikut:
Keterangan: ω = kecepatan sudut (rad/s)
Δθ = perubahan sudut (rad)
Δt = selang waktu (s)
Kecepatan sudut sering disebut juga frekuensi sudut. Nama ini diambil karena ω memiliki kaitan dengan f. Kaitan itu dapat
ditentukan dengan melihat gerak satu lingkaran penuh. Perubahan posisi sudut pada gerak satu lingkaran penuh adalah Δθ = 2π dan
waktunya satu periode T sehingga kecepatan sudutnya memenuhi persamaan berikut:= 2= 2
121
Kecepatan sudut dapat juga memiliki satuan putaran/sekon dan rpm. rpm = rotasi per menit.
Dalam persoalan gerak melingkar, kita lebih lazim menggunakan satuan radian (rad) untuk sudut dibandingkan derajat (o).
Hubungan antara keduanya, yaitu sudut satu putaran:
1putaran = 2π rad, 1 rad = ≅ 57,31 rpm = / , 1 putar/sekon = 2π rad/s
Percepatan Sudut adalah perubahan kecepatan sudut tiap satu satuan waktu. Dari definisi ini dapat diturunkan rumus percepatan
sudut seperti berikut:
dengan: α = percepatan sudut (rad/s2)
Δω = perubahan kecepatan sudut (rad/s)
Δt = selang waktu (s)
sesuai dengan kecepatannya, percepatan sudut juga dapat disebut sebagai percepatan anguler.
Hubungan Besaran linier dan Besaran Sudut
Setiap benda yang bergerak melingkar akan memiliki besaran linier dan besaran sudut dengan hubungan memenuhi persamaan
berikut:
S = θ.R
V = ω.R
122
a = α.R
Keterangan: S = jarak tempuh (m)
θ = perubahan sudut (rad)
v = kecepatan linier (m/s)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
a = percepatan linier (m/s2)
α = percepatan sudut (rad/s2)
R = jari-jari lintasannya (m)
Percepatan Sentripetal
Benda yang bergerak dengan kelajuan konstan mendapat percepatan yang besarnya konstan dan arahnya selalu tegak lurus dengan
kecepatan benda, maka benda akan bergerak melingkar beraturan. Percepatan yang arahnya selalu tegak lurus dengan kecepatan
inilah yang disebut dengan percepatan sentripetal.
Jika suatu benda bergerak melingkar dengan kelajuan v membentuk lingkaran berjari-jari r maka besar percepatan sentripetal yang
dialami benda adalah: =dengan: asp = besar percepatan sentripetal (m/s2)
v = kelajuan linier (m/s)
123
r = jari-jari lingkaran (m)
Sifat Gerak Melingkar Beraturan (GMB)
Sifat pertama GMB adalah bentuk lintasannya yang melingkar kedua dapat dilihat kecepatannya. Disebut beraturan karena
kecepatan sudutnya yang teratur atau tetap. Berarti percepatan sudutnya nol (α=0).
Dari penjelasan di atas dapat dituliskan sifat-sifat gerak melingkar beraturan sebagai berikut :
a. Lintasannya berbentuk lingkaran
b. Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar percepatan sentripetal semua konstan (tetap)
c. Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa berubah (karena arahnya senantiasa berubah)
d. Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana arah percepatan sentripetalnya selalu menuju pusat
lingkaran, dan arah kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran.
α = 0 dan ω = tetap
Pertemuan kedua
Tahapan Pokok
AktifitasAlokasi
Waktu
Media
Pembelaja
ranGuru Siswa
PENDAHULUAN 1. Guru membuka pelajaran 1. Siswa menjawab salam dari guru 5 menit Power
124
dengan mengucapkan salam
kemudian guru mengucapkan
kehadiran siswa
2. Membacakan KD dan
indikator materi gerak
melingkar beraturan pada
setiap pertemuan (di slide)
2. Memperhatikan serta ikut membaca KD dan Indikator
gerak melingkar pada pertemuan pertama
Point
KEGIATAN INTI:
Memperoleh
informasi baru
3. Sebagai apersepsi, guru
memberikan tebak hitungan
sebagai ice breaker untuk
mengambil fokus para siswa
4. Guru menjelaskan materi apa
saja yang akan di pelajari
hari ini yaitu besaran-besaran
dalam gerak melingkar
(kecepatan sudut, kecepatan
linier, percepatan sudut, dan
percepatan sentripetal),
hubungan besaran linier dan
3. Melakukan ice breaker tebak hitungan untuk
memfokuskan diri
4. Siswa menyimak penjelasan dari guru
15 menit
Power
Point
dan
animasi
flash
125
anguler, dan sifat-sifat gerak
melingkar.
Transformasi
informasi
5. Guru membimbing siswa
membentuk kelompok
6. Guru membimbing jalannya
diskusi siswa dengan
mengerjakan LKS
7. Guru memberikan penilaian
terhadap jalannya diskusi
untuk masing-masing
kelompok
8. Guru meminta siswa
mengumpulkan lembar
jawaban hasil diskusi
5. Siswa membentuk kelompok
6. Siswa melakukan diskusi dengan panduan yang ada
dilks
7. Para siswa melakukan diskusi sebaik-baiknya dengan
mengerjakan LKS
8. Siswa mengumpulkan lembar jawaban hasil diskusi
25 menit
Evaluasi 9. Bersama-sama membahas
lembar kerja siswa satu
persatu dan membantu siswa
10. Guru membahas latihan soal
tersebut dengan pedoman
11. Bersama-sama dengan guru membahas hasil jawaban
lembar kerja siswa
12. Bersama-sama membahas jawaban LKS dengan guru
1. Gerak Perubahan posisi adalah perubahan gerak benda
20 menit
126
indikator pemecahan
masalah
dilihat dari keberadaan atau posisi awal menjadi posisi
akhir. (SKOR 3)
2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar
(SKOR 9)
Linear Angular Hubungan
s satuan (m) θ satuan (rad) s = θ.R
V satuan (m/s) ω satuan (rad/s) V=ω.R
a satuan (m/s2) α satuan (rad/s2) a = α.R
3. Dik: ω = 30 rpm = 30 x = π rad/s
asp = 2 m/s2
Dit: R = ?
Penyelesaian: = = ( ) == = 2 = 2(SKOR 8)
4. Dik: aθ = 0,2 m/s2
R = 50 cm = 0,5m
VO = 4 m/s
127
t = 4 sekon
Dit: Vt=4 s ?
Penyelesaian:= −= ( ) += (0,2 4) + 4= 4,8m/s
Jadi, Kecepatan linier balok itu adalah, 4,8 m/s
(SKOR 5)
5. Dik: ω1 = 30π rad/s
ω2 = 45π rad/s
t = 30 sekon
Dit: α ?
Penyelesaian:
α= ∆= π π= /
128
Jadi, percepatan sudut tongkat tersebut dalam selang
waktu 30 detik adalah / (SKOR 5)
PENUTUP 13. Guru memberikan
penguatan tentang materi
yang telah disampaikan
14. Guru memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang terbaik.
15. Guru memberikan soal
untuk hasil evaluasi (soal
evaluasi di lampirkan)
13. Memperhatikan dan mengajukan pertanyaan apabila
ada yang tidak dimengerti
14. Kelompok yang terbaik menerima penghargaan yang
diberikan guru, dan kelompok lain menyelamatinya
dengan tepuk tangan
15. Mengerjakan soal evaluasi sebagai akhir pembelajaran
15 menit Lembar
soal
Lembar Evaluasi 1
1. Sebutkan sifat-sifat dari gerak melingkar beraturan (minimal 3)! (SKOR 5)
2. Sebuah roda yang berjari-jari 25 cm berputar dengan frekuesi 4 Hz. Berapakah kelajuan linier sebuah titik pada tepi roda itu?
(SKOR 5)
Kunci Jawaban Evaluasi 2
129
1. Sifat-sifat gerak melingkar:
a. Lintasannya berbentuk lingkaran
b. Frekuensi putaran, periode putaraan, kecepatan sudut, kelajuan linier, dan besar percepatan sentripetal semua konstan (tetap)
c. Vektor kecepatan linier dan vektor percepatan sentripetalnya senantiasa berubah (karena arahnya senantiasa berubah)
d. Kecepatan liniernya selalu tegak lurus dengan percepatan sentripetal dimana arah percepatan sentripetalnya selalu menuju
pusat lingkaran, dan arah kecepatan linier selalu menyinggung lingkaran.
2. Dik: R= 25 cm = 25 x 10-2m
f = 4 Hz
Dit: v = ?
Penyelesaian:
V = ω x R
= 2πf x R
= 2π x 4 x 25 x 10-2= 2π m/s
Kunci Jawaban Lembar LKS 2
1. Perubahan posisi adalah perubahan gerak benda dilihat dari keberadaan atau posisi awal menjadi posisi akhir. (SKOR 2)
2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar (SKOR 10)
Linear Angular Hubungan
s satuan (m) θ satuan (rad) s = θ.R
130
V satuan (m/s) ω satuan (rad/s) V=ω.R
a satuan (m/s2) α satuan (rad/s2) a = α .R
3. Dik: ω = 30 rpm = 30 x = π rad/s
asp = 2 m/s2
Dit: R = ?
Penyelesaian: = = ( ) == = 2 = 2(SKOR 6)
4. Dik: aθ = 0,2 m/s2
R = 50 cm = 0,5m
VO = 4 m/s
t = 4 sekon
Dit: Vt=4 s ?
Penyelesaian:= −= ( ) +
131
= (0,2 4) + 4= 4,8m/s
Jadi, Kecepatan linier balok itu adalah, 4,8 m/s (SKOR 6)
5. Dik: ω1 = 30π rad/s
ω2 = 45π rad/s
t = 30 sekon
Dit: α ?
Penyelesaian:
α= ∆= π π= /Jadi, percepatan sudut tongkat tersebut dalam selang waktu 30 detik adalah / (SKOR 6)
132
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
(Pertemuan kedua)
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan
penerapannya dalam teknologi
Indikator
1. Menerapkan besaran kecepatan sudut dan percepatan sudut dalam masalah
sehari-hari
2. Mendefinisikan hubungan besaran sudut dengan besaran linier
3. Memformulasikan besaran sudut dan besaran linier
Nama Kelompok: …………………………… Kelas: ………………………..
Anggota:
1. …………………………………..
2. …………………………………..
3. …………………………………..
4. …………………………………..
5. ………………………………..
6. ………………………………..
7. ……………………………….
Berdiskusilah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan teman 1
kelompokmu!
1. Apa yang kamu ketahui tentang perubahan posisi, setelah kamu mempelajari
tentang gerak?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Isilah Tabel berikut ini dengan jawaban yang benar
Linear Angular Hubungan
…. satuan (m) θ satuan (…..) ……..
V satuan (…..) … satuan (.….) ……..
… satuan (…..) … satuan (…..) a = θ.R
133
3. Seekor lalat hinggap pada sebuah piringan hitam yang berputar pada 30 rpm.
Percepatan sentripetal yang dialami lalat tersebut besarnya 2 m/s2. Berapakah
jarak lalat ke pusat piringan hitam tersebut? (catatan: 1 rpm = 1 putaran per
menit)
Dik: ……………………………………………………………………………...
Dit: ………………………………………………………………………………
Penyelesaian:……………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………...…
…………………………………………………………………………………..
4. Perhatikan gambar di samping
Jika balok kecil tersebut mengalami percepatan 0,2 m/s2, R= 50 cm dan
bergerak dengan kecepatan awal VO. kecepatan linier balok pada saat 4 sekon
adalah 4,8m/s. Berapakah kecepatan awal balok tersebut? …………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. Pada saat tongkat diputar dari salah satu ujungnya ternyata kecepatan anguler
tongkat dapat berubah dari 30π rad/s menjadi 45π rad/s dalam selang waktu 30
detik. Berapakah percepatan sudut tongkat tersebut? ……………………..
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………...........
..............................................................................................................................
134
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI 9 TANGERANG SELATAN
Kelas/Semester : X/I
Mata Pelajaran : Fisika
Konsep : Gerak Melingkar dengan laju Konstan
Peminatan : M-IPA
Alokasi Waktu : 1 x 40’
Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
135
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menganalisis hubungan roda-roda pada masalah sehari-hari melalui diskusi
2. Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubungan roda-roda melalui latihan soal
Alat/Media/Bahan
Media : Power point dan animasi flash
Bahan ajar : Buku pegangan Fisika jilid 1, Buku Fisika Penunjang Aktifitas Siswa
Model Pembelajaran
Model Guided Discovery Learning Jerome Brunner
136
Hubungan Roda-roda
\
Bagaimanakah hubungan roda-roda yang ada pada gambar di atas? Gir belakang dan roda memiliki pusat yang sama (ω sama)
hubungan seperti ini disebut roda sepusat. Hubungan kedua adalah gir belakang dan gir depan. Kedua gir itu terhalang dengan tali
(rantai) sehingga berputar bersama dengan kecepatan linier titik yang bersinggungan sama (v sama). Hubungan seperti ini disebut
roda bersinggungan.
Dari penjelasan di atas dapat dipertegas bahwa pada dasarnya hubungan roda-roda ada dua jenis dan memenuhi hubungan berikut :
Roda Sepusat
Roda bersinggungan
137
Pertemuan Ketiga
Tahapan PokokAktivitas Alokasi
Waktu
Media
PembelajaranGuru Siswa
PENDAHULUAN 1. Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam kemudian guru
mengecek kehadiran siswa.
1. Siswa menjawab salam dari guru. 2 menit Absensi
KEGIATAN INTI:
Memperoleh informasi
baru
2. Sebagai apersepsi, guru memberikan
ice breaker untuk mengambil fokus
para siswa.
3. Guru mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan hubungan roda-roda
”Siapa yang suka bermain sepeda di
2. Siswa menerima ice breaking untuk
memfokuskan diri sebelum
pembelajaran.
3. Siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan guru mengenai hubungan
roda-roda.
5 menit Power Point
138
sini? hmm apakah ada yang pernah
memerhatikan gir sepeda dengan
bannya?”,” Baik hari ini kita akan
belajar mengenai hubungan roda-roda
dalam kehidupan sehari-hari”.
4. Guru meminta salah satu siswa
membacakan KD dan Indikator pada
pertemuan ketiga (di slide).
4. Salah satu siswa membacakan KD
dan Indikator yang ditampilkan di
slide.
Transformasi informasi 5. Guru memberikan penjelasan singkat
mengenai hubungan roda-roda yang
ditransformasikan menjadi rumus-
rumus dalam fisika.
6. Guru membimbing siswa kembali
membentuk kelompok untuk
melakukan diskusi.
7. Guru memberikan LKS sebagai
bahan diskusi untuk siswa.
8. Guru melakukan penilaian aktifitas
diskusi siswa.
5. Siswa menyimak penjelasan yang
diberikan guru sebagai bekal
melakukan diskusi kelompok.
6. Siswa duduk dengan kelompoknya
masing-masing.
7. Siswa menerima LKS dari guru
untuk proses diskusi.
8. Siswa melakukan diskusi dengan
kelompoknnya.
15 menit Power point,
Animasi flash
139
Evaluasi 9. Guru dan siswa bersama-sama
membahas LKS yang dikerjakan
siswa sebagai evaluasi dari poses
transformasi.
10. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
9. Siswa dan guru bersama-sama
membahas hasil diskusi.
10. Siswa bertanya kepada guru jika
ada yang kurang dimengerti.
10 menit Lembar Soal
PENUTUP 11. Guru memberikan penguatan kepada
siswa untuk materi pembelajaran
pada hari ini.
12. Guru memberikan apersiasi pada
kelompok yang mendapat nilai
tertinggi pada pelaksanaan diskusi.
13. Guru memberikan lembar Evaluasi.
14. Guru dan siswa bersama-sama
menutup pertemuan pada hari ini.
11. Siswa menyimak guru yang
memberikan penguatan mengenai
pembelajaran hari ini.
12. Kelompok yang mendapat nilai
tertinggi mendapat apersiasi dari
guru dan kelompok lain.
13. Siswa mengerjakan lembar
evaluasi yang diberikan guru.
14. Siswa dan guru bersama-sama
menutup pertemuan pada hari ini.
8 menit
140
Lembar Evaluasi 3
1. Apa hubungan perumusan roda sepusat dan roda yang saling berhubungan? (SKOR 6)
2. Seekor belalang hinggap di tepi piringan hitam berdiameter 24 cm, yang sedang berputar. Ternyata kelajuan linier belalang
tersebut 40 cm/s. Jika belalang tersebut hinggap pada jarak 8 cm dari tepi piringan hitam, berapakah kelajuan linier yang
dialaminya? (SKOR 6)
Kunci Jawaban Evaluasi 3
1.
141
2. Dik: d = 24 cm, R1 = 12 cm
V1 = 40 cm/s
R2 = 4 cm
Dit: V2 = ?
Penyelesaian:==4 /12 = 4V2 = 13,33 cm/s
142
Kunci Jawaban LKS 3
1. Memasang gir depan lebih besar dari gir belakang agar kayuhan lebih sedikit, dan jarak yang ditembuh lebih panjang. hal ini
dikarenakan pemasanagn roda bersinggungan dengan menggunakan rantai akan menghasilkan kecepatan yang sama, dengan
gir depan yang lebih besar kita mengkayuh sedikit tapi posisi sudutnya banyak sehingga gir belakang yang lebih kecil akan
bergerak cepat dan mencapai jarak yang lebih jauh karena gir belakang sepusat dengna roda yang jari-jarinya lebih besar,
sehingga kecepatan sudut roda lebih besar pula.
2. Dik: Da=2 x Db
RA = 2 x RB
Roda saling bersinggungan dihubungkan dengan tali, maka VA=VB
Dit: Hubungan ωA dengan ωB ?\
Jawab: VA=VB
ωA x RA = ωB x RB
ωA x 2RB = ωB x RB
ωA = ωB
143
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
(Pertemuan ketiga)
Kompetensi Dasar
4.5 Menyajikan ide/gagasan terkait gerak melingkar (misalnya pada hubungan
roda-roda)
Indikator
1. Menganalisis hubungan roda-roda pada masalah sehari-hari melalui diskusi
2. Menerapkan persoalan gerak melingkar beraturan pada hubungan roda-roda
Nama Kelompok: …………………………… Kelas: ………………………..
Anggota:
1. …………………………………..
2. …………………………………..
3. …………………………………..
4. …………………………………..
Waktu: 15 menit
5. ………………………………..
6. ………………………………..
7. ……………………………….
Berdiskusilah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan teman 1
kelompokmu!
1. Bagaimana menurut pendapat kamu untuk membuat sepeda olahraga agar
kayuhan yang dihasilkan sedikit tetapi jarak yang ditempuh banyak, dengan
mengaitkan hubungan roda dalam konsep fisika (bagaimana gir depan dan gir
belakangnya) ?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.....................................................................................................................
2. Dua buah roda A dan B dihubungkan dengan tali, apabila diameter roda A dua
kali dari diameter roda B. Tentukanlah hubungan kecepatan sudut kedua roda
tersebut!.................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.....................................................................................................................
144
Lampiran B: InstrumenPenelitian
1. Soal Pretest-Posttest
2. Lembar Observasi
3. Kuesioner
4. Lembar Uji Referensi
145
Soal Pretest
1. Sebuah batu diikat dengan benang yang panjangnya 40 cm dan diputar secara
horizontal. batu memiliki frekuensi 20 Hz. Batu tersebut mengalami putaran
sebanyak 100 kali, Berapakah waktu yang diperlukan batu tersebut?
2. Sebuah benda yang bergerak pada lintasan pada lintasan melingkar memiliki
jari-jari 0,5 m. Partikel itu mampu menempuh sudut 60π rad dalam 15 sekon.
Berapakah kecepatan sudut benda?
3. Pada saat tongkat diputar dari salah satu ujungnya ternyata kecepatan anguler
tongkat dapat berubah dari 30π rad/s menjadi 45π rad/s dalam selang waktu 30
detik. Berapakah percepatan sudut tongkat tersebut?
Jika balok kecil tersebut mengalami percepatan 0,2 m/s2, R= 50 cm dan
bergerak dengan kecepatan awal VO. kecepatan linier balok pada saat 4 sekon
adalah 4,8m/s. Berapakah kecepatan awal balok tersebut?
5. Perhatikan sistem roda yang terlihat pada gambar di samping ini:
rA=15 cm, rB = 30 cm dan r C = 5 cm. Jika untuk memutar
titik-titik di tepi roda B sebesar 15 m/s maka diperlukan gerak roda A.
Berapakah kecepatan linier titik-titik di tepi roda C?
4. Perhatikan gambar berikut
146
Soal Posttest
1.Sebuah batu diikat dengan benang yang panjangnya 40 cm dan diputar secara
horizontal. batu memiliki frekuensi 20 Hz. Batu tersebut mengalami putaran
sebanyak 100 kali, Berapakah waktu yang diperlukan batu tersebut?
2.Sebuah benda yang bergerak pada lintasan pada lintasan melingkar memiliki
jari-jari 0,5 m. Partikel itu mampu menempuh sudut 60π rad dalam 15 sekon.
Berapakah kecepatan sudut benda?
3.Pada saat tongkat diputar dari salah satu ujungnya ternyata kecepatan anguler
tongkat dapat berubah dari 30π rad/s menjadi 45π rad/s dalam selang waktu 30
detik. Berapakah percepatan sudut tongkat tersebut?
4.Perhatikan gambar berikut
Jika balok kecil tersebut mengalami percepatan 0,2 m/s2, R= 50 cm dan
bergerak dengan kecepatan awal VO. kecepatan linier balok pada saat 4 sekon
adalah 4,8m/s. Berapakah kecepatan awal balok tersebut?
5.Perhatikan sistem roda yang terlihat pada gambar di samping ini:
rA=15 cm, rB = 30 cm dan r C = 5 cm. Jika untuk memutar
titik-titik di tepi roda B sebesar 15 m/s maka diperlukan gerak roda A.
Berapakah kecepatan linier titik-titik di tepi roda C?
147
Lembar Observasi untuk siswa
LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI (Pertemuan ke- )
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Program : X- /M-IPA
Kompetensi : KD 3.5 dan 4.5
No Klmpk Nama SiswaObservasi Ranah
Kognitif
Total
SkorNilai
Aktfts Krjasama Kdisplinan
1.
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2
8.
9.
10.
11.
12.
13.
3
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
421.
22.
23.
148
24.
25.
26.
5
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
6
34.
35.
36.
37.
38.
39.
Keterangan pengisian skor
Sangat tinggi : 4
Tinggi : 3
Cukup tinggi : 2
Kurang : 1
149
KUESIONER
KETERTARIKAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA
Nama : …………………………………….
Kelas/Jurusan : …………………………………….
Asal Sekolah : …………………………………….
Jenis Kelamin : L / P
Petunjuk:
1. Pada angket ini terdapat 20 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap
pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran FISIKA. Berilah
jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu..
2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.
Jangan terpengaruh oleh jawaban dari pernyataan lain.
3. Beri tanda centang () pada pilihan jawabanmu di kuesioner ini. Terimakasih.
Keterangan Pilihan Jawaban:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu-Ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No. PernyataanRespon
SS S R TS STS
1. Saya sekarang paham tentang gerak
melingkar dan contoh aplikasinya
2. Hal-hal yang saya pelajari dalam pelajaran
fisika akan bermanfaat bagi saya.
3. Pelajaran fisika kurang menarik bagi saya.
150
4. Saya sekarang paham hubungan besaran
gerak linier dan gerak melingkar
5. Saya perlu keberuntungan agar mendapat
nilai yang baik dalam pelajaran fisika.
6. Saya harus bekerja sangat keras agar berhasil
dalam pelajaran fisika.
7. Saya tidak melihat bagaimana hubungan
antara isi pelajaran fisika dengan sesuatu
yang telah saya ketahui.
8. Guru membuat suasana menjadi tegang saat
menjelaskan materi fisika.
9. Materi pelajaran fisika terlalu sulit bagi saya.
10. Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil
dalam pelajaran fisika, hal itu tergantung
pada saya.
11. Saya puas dengan penilaian yang diberikan
oleh guru.
12. Saya merasa puas dengan apa yang saya
peroleh dari pelajaran fisika.
13. Saya merasa mampu dalam memecahkan
soal gerak melingkar beraturan.
14. Untuk mencapai cita-cita saya, penting bagi
saya untuk berhasil dalam pelajaran fisika.
15. Guru menggunakan bermacam-macam
teknik mengajar yang menarik.
16. Saya berpendapat bahwa saya tidak akan
memperoleh banyak keuntungan dari
pelajaran fisika.
17. Saya sering melamun di dalam kelas saat
pelajaran fisika.
151
18. Saya merasa mengalami kesulitan menjawab
soal pada bagian pemilihan penggunaan
rumus yang digunakan
19. Saya merasa agak kecewa dengan pelajaran
fisika.
20. Saya merasa memperoleh cukup
penghargaan terhadap hasil belajar saya
dalam pelajaran fisika, baik dalam bentuk
nilai, komentar atau masukan lain.
pernyataan positif: 1, 2, 4,10,11,12,13,14,15,20
Pernyataan negatif: 3, 5, 6,7,8,9,16,17,18,19
Kuesioner ini akan dianalisis dengan skala Likert.
152
No Pernyataan
Dalam bentuk %
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
1Saya sekarang paham tentang gerak melingkar dan contoh
aplikasinya63 70
2Hal-hal yang saya pelajari dalam pelajaran fisika akan
bermanfaat bagi saya.78 87
3 Pelajaran fisika kurang menarik bagi saya. 33 33
4Saya sekarang paham hubungan besaran gerak linier dan
gerak melingkar58 67
5Saya perlu keberuntungan agar mendapat nilai yang baik
dalam pelajaran fisika.41 37
6Saya harus bekerja sangat keras agar berhasil dalam pelajaran
fisika.71 65
7Saya tidak melihat bagaimana hubungan antara isi pelajaran
fisika dengan sesuatu yang telah saya ketahui.40 37
8Guru membuat suasana menjadi tegang saat menjelaskan
materi fisika.27 20
9 Materi pelajaran fisika terlalu sulit bagi saya. 40 29
10Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil dalam pelajaran
fisika, hal itu tergantung pada saya.91 91
11 Saya puas dengan penilaian yang diberikan oleh guru. 64 75
12Saya merasa puas dengan apa yang saya peroleh dari
pelajaran fisika.63 78
13Saya merasa mampu dalam memecahkan soal gerak
melingkar beraturan.55 74
14Untuk mencapai cita-cita saya, penting bagi saya untuk
berhasil dalam pelajaran fisika.71 86
15 Guru menggunakan bermacam-macam teknik mengajar yang 72 91
153
menarik.
16Saya berpendapat bahwa saya tidak akan memperoleh banyak
keuntungan dari pelajaran fisika.31 11
17 Saya sering melamun di dalam kelas saat pelajaran fisika. 28 24
18Saya merasa mengalami kesulitan menjawab soal pada bagian
pemilihan penggunaan rumus yang digunakan57 34
19 Saya merasa agak kecewa dengan pelajaran fisika. 39 18
20
Saya merasa memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil
belajar saya dalam pelajaran fisika, baik dalam bentuk nilai,
komentar atau masukan lain.
65 83
155
Lampiran C: Analisis Data HasilPengambilan Sampel
1. Skor Data Uji Validasi
2. Reliabilitas Tes
3. Kelompok Unggul dan Asor
4. Daya Pembeda
5. Tingkat Kesukaran
6. Korelasi Skor Butir dengan Skor Total
7. Rekap Analisis
164
Lampiran D: Analisis Data HasilPenelitian
1. Skor Kelas Kontrol (Pretest-Posttest)
2. Skor Kelas Eksperimen (Pretest-Posttest)
3. Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen
4. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
5. Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen
6. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen
7. Distribusi Fekuensi Pretest Kelompok Kontrol
8. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
9. Distribusi Fekuensi Posttest Kelompok Kontrol
10.Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol
11.Perhitungan Uji Homogenitas Pretest
12.Perhitungan Uji Homogenitas Posttest
13.Perhitungan Uji Hipotesis Pretest
14.Perhitungan Uji Hipotesis Posttest
165
1. Skor Kelas Kontrol (Pretest-Posttest)
No NamaKelompok KontrolPretest Postetst
1 SISWA 1 25 802 SISWA 2 45 753 SISWA 3 10 254 SISWA 4 30 705 SISWA 5 25 706 SISWA 6 35 507 SISWA 7 20 508 SISWA 8 25 659 SISWA 9 55 7010 SISWA 10 35 8511 SISWA 11 25 9012 SISWA 12 35 8013 SISWA 13 30 5014 SISWA 14 25 7515 SISWA 15 30 8016 SISWA 16 10 6517 SISWA 17 25 5518 SISWA 18 45 6019 SISWA 19 25 5520 SISWA 20 30 9021 SISWA 21 50 6522 SISWA 22 55 7523 SISWA 23 30 9024 SISWA 24 25 6025 SISWA 25 40 6026 SISWA 26 15 6027 SISWA 27 25 7028 SISWA 28 40 9029 SISWA 29 20 6030 SISWA 30 25 70
166
2. Skor Kelas Eksperimen (Pretest-Posttest)
NO NAMAKelompok Eksperimen
PRETEST POSTTEST1 SISWA 1 25 902 SISWA 2 20 953 SISWA 3 40 75
4 SISWA 4 35 605 SISWA 5 40 756 SISWA 6 40 607 SISWA 7 15 958 SISWA 8 45 759 SISWA 9 40 7010 SISWA 10 35 90
11 SISWA 11 20 6512 SISWA 12 30 8013 SISWA 13 30 8014 SISWA 14 30 6015 SISWA 15 30 6016 SISWA 16 25 6017 SISWA 17 20 7518 SISWA 18 20 6519 SISWA 19 30 9020 SISWA 20 30 9521 SISWA 21 50 9022 SISWA 22 20 8023 SISWA 23 20 7524 SISWA 24 25 7025 SISWA 25 40 9026 SISWA 26 45 5027 SISWA 27 45 9528 SISWA 28 50 7029 SISWA 29 15 6030 SISWA 30 15 60
167
3. Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen
a. Sebaran Data Nilai Pretest
15 15 15 20 2020 20 20 20 2525 25 30 30 3030 30 30 35 3540 40 40 40 4045 45 45 50 50
b. Tabel Distribusi Frekuensi
Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat
diterapkan langkah-langkah berikut:
1) Menentukan jangkauan data/range (R)
Nilai maksimum = 50
Nilai Minimum = 15
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 50 – 15
= 35
2) Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 Log n …. n= banyaknya data
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,47)
= 5,81 ≈ 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
3) Menentukan panjang kelas/interval (i)
i = = = 5,83 ≈ 64) Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
168
Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Nilai f Xi Xi2 fi.Xi fi.Xi2
15-20 9 17,5 306,25 157,5 2756,2521-26 3 23,5 552,25 70,5 1656,7527-32 6 29,5 870,25 177 5221,5033-38 2 35,5 1260,25 71 2520,5039-44 5 41,5 1722,25 207,5 8611,2545-50 5 47,5 225625 237,5 11281,25
Jumlah 30 195 6967,5 921 32047,5Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai
rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest
kelompok eksperimen ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-
nilai tersebut
c. Perhitungan rata-rata/Mean (X)= ∑∑ = 92130 = 30,7d. Perhitungan Median (Me)
= + 12 −Keterangan:
b = batas bawah medianp = panjang batas mediann = banyaknya dataF = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelasmedianf = frekuensi kelas median
= + 12 −= 26,5 + 6 1230 − 126
Me = 29,5
169
e. Perhitungan Modus (Mo)= + +Keterangan:b = batas bawah kelas modusp = panjang kelas modusb1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnyab2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya= + += 38,5 + 6 33 + 0Mo = 44,5
f. Perhitungan Varians (s)
= ∑ − (∑ )− 1= 32037,5 − (921)3029
s = 11,4
170
4. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
Perhitungan uji normalitas menggunakan uji Liliefors, karena data yang
digunakan dapat dijadikan data tunggal atau data frekuensi tunggal.
Tabel 2 Distribusi Pengolahan Data
No Xi fi fi.Xi (Xi- ) (yi- )2 f.(yi- )2
1 15 3 45 -15,8 249,64 748,922 20 6 120 -10,8 116,64 699,843 25 3 75 -5,8 33,64 100,924 30 6 180 -0,8 0,64 3,845 35 2 70 4,2 17,64 35,286 40 5 200 9,2 84,64 423,27 45 3 135 14,2 201,64 604,928 50 2 100 19,2 368,64 737,28Σ 30 925 13,6 1073,12 3354,2
Tabel 3 Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
No Xi fifkum
≤ Zi Z tabel F(Zi) S(Zi) I F(Zi)-S(Zi) I
1 15 3 3 -1,46 0,4279 0,0721 0,100 0,02792 20 6 9 -1,00 0,3413 0,1587 0,300 0,14133 25 3 12 -0,54 0,2054 0,2964 0,400 0,10364 30 6 18 -0,07 0,0279 0,4721 0,600 0,12795 35 2 20 0,39 0,1517 0,6517 0,667 0,01536 40 5 25 0,85 0,3023 0,8023 0,833 0,03077 45 3 28 1,31 0,4049 0,9049 0,933 0,02848 50 2 30 1.78 0,4625 0,9625 1 0,0375Σ 30Keterangan:
(rata-rata) = 30,7
s = 11,4
Dari uji normalitas dengan uji Lilliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel,
(0,1413 < 0,161) dengan derajat signifikansi 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
171
5. Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen
Sebaran Data Nilai Posttest
50 60 60 60 6060 60 65 65 6570 70 70 75 7575 75 75 80 8080 90 90 90 9090 95 95 95 95
a. Tabel Distribusi Frekuensi
Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi
dapat diterapkan langkah-langkah berikut:
1) Menentukan jangkauan data/range (R)
Nilai maksimum = 95
Nilai Minimum = 50
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 95 - 50
= 45
2) Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 Log n …. n= banyaknya data
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,47)
= 5,81 ≈ 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
3) Menentukan panjang kelas/interval (i)
i = = = 7,5 ≈ 84) Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
172
Tabel 4 Distribusi Frekuensi
Nilai f xi xi2 fi.xi fi.xi2
50-57 1 53,5 2862,25 53,5 2862,2558-65 9 61,5 3782,25 553,5 3404,2566-73 3 69,5 4830,25 208,5 14490,7574-81 8 77,5 6006,25 620,0 4805082-89 0 85,5 7310,25 0 090-97 9 93,5 8742,25 841,5 78680,25
Jumlah 30 441 33533,5 2277 178123,5
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai
rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai posttest
kelompok eksperimen ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-
nilai tersebut.
b. Perhitungan rata-rata/Mean (X)= ∑∑ = 227730 = 75,9c. Perhitungan Median (Me)
= + 12 −Keterangan:b = batas bawah medianp = panjang batas mediann = banyaknya dataF = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelasmedianf = frekuensi kelas median
= + 12 −= 73,5 + 6 1230 − 138
Me = 75
173
d. Perhitungan Modus (Mo)= + +Keterangan:b = batas bawah kelas modusp = panjang kelas modusb1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnyab2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya= + +( ) = 57,5 + 6 88 + 6( ) = 60,9( ) = 89,5 + 6 99( ) = 95,5
e. Perhitungan Varians (s)
= ∑ − (∑ )− 1= 178123,5 − (2277)3029
s = 13,52
174
6. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen
Tabel 5 Distribusi Pengolahan Data
No Xi fi fi.Xi (Xi- ) (Xi- )2 f.(Xi- )2
1 50 1 50 -25,3 640,09 640,092 60 6 360 -15,3 234,09 1404,543 65 3 195 -10,3 106,09 318,274 70 3 210 -5,3 28,09 84,275 75 5 375 -0,3 0,09 0,456 80 3 240 4,7 22,09 66,277 90 5 450 14,7 216,09 1080,458 95 4 380 197 388,09 1552,36Σ 30 2260 1634,72 5146,7
Tabel 6 Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen
No Xi fifkum
≤ Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) I F(Zi)-S(Zi) I
1 50 1 1 -1,90 0,4713 0,0287 0,0033 0,02542 60 6 7 -1,15 0,3749 0,1251 0,2333 0,10823 65 3 10 -0,77 0,2794 0,2206 0,3333 0,11274 70 3 13 -0,40 0,1554 0,3446 0,4333 0,08875 75 5 18 -0,02 0,0080 0,4920 0,6000 0,10806 80 3 21 0,35 0,1368 0,6368 0,7000 0,06327 90 5 26 1,11 0,3665 0,8665 0,8666 0,00018 95 4 30 1,48 0,4306 0,9306 1,0000 0,0694Σ 30
Keterangan:
(rata-rata) = 75,9
s = 13,52
Dari uji normalitas dengan uji Lilliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel,
(0,1127 < 0,161) dengan derajat signifikansi 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
175
7. Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol
a. Sebaran Data Nilai Pretest
10 10 15 20 2025 25 25 25 2525 25 25 25 2530 30 30 30 3035 35 35 40 4045 45 50 55 55
b. Tabel Distribusi Frekuensi
Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi dapat
diterapkan langkah-langkah berikut:
1) Menentukan jangkauan data/range (R)
Nilai maksimum = 55
Nilai Minimum = 10
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 55 - 10
= 45
2) Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 Log n …. n= banyaknya data
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,47)
= 5,81 ≈ 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
3) Menentukan panjang kelas/interval (i)
i = = = 7.5 ≈ 84) Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
176
Tabel 7 Distribusi Frekuensi
Nilai f xi xi2 fi.xi fi.xi2
10-17 3 13,5 182,25 40,5 546,7518-25 12 21,5 462,25 258 554726-33 5 29,5 870,25 147,5 4351,2534-41 5 37,5 1406,25 187,5 7031,2542-49 2 45,5 2070,25 91 4140,5050-57 3 53,5 2862,25 160,5 8586,75
Jumlah 30 201 7853,5 885 30203,5
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai
rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest
kelompok kontrol ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai
tersebut.
c. Perhitungan rata-rata/Mean (X)= ∑∑ = 88530 = 29,5d. Perhitungan Median (Me)
= + 12 −Keterangan:b = batas bawah medianp = panjang batas mediann = banyaknya dataF = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelasmedianf = frekuensi kelas median= + 12 −= 17,5 + 6 1230 − 312
Me = 23,5
177
e. Perhitungan Modus (Mo)= + +Keterangan:b = batas bawah kelas modusp = panjang kelas modusb1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnyab2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya= + +( ) = 25,5 + 6 77( ) = 31,5
f. Perhitungan Varians (s)
= ∑ − (∑ )− 1= 30203,5 − (885)3029
s = 11,5
178
8. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
Tabel 8 Distribusi Pengolahan Data
No Xi fi fi.Xi (Xi- ) (Xi- )2 f.(Xi- )2
1 10 2 20 -19,5 380,25 760,502 15 1 15 -14,5 210,25 210,253 20 2 40 -9,5 90,25 180,504 25 10 250 -4,5 20,25 202,505 30 5 150 0,5 0,25 1,256 35 3 105 5,5 30,25 90,757 40 2 80 10,5 110,25 220,58 45 2 90 15,5 240,25 480,59 50 1 50 20,5 420,25 420,2510 55 2 110 25,5 650,25 1300,5Σ 30 910 2152,5 3867,5
Tabel 9 Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
No Xi fifkum
≤ Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) I F(Zi)-S(Zi) I
1 10 2 2 -1,69 0,4545 0,0455 0,0666 0,02112 15 1 3 -1,26 0,3962 0,1032 0,1000 0,00323 20 2 5 -0,83 0,2967 0,2033 0,1666 0,03674 25 10 15 -0,39 0,1517 0,3483 0,5000 0,15175 30 5 20 0,04 0,0160 0,5160 0,6666 0,15066 35 3 23 0,48 0,1844 0,6844 0,7666 0,08227 40 2 25 0,91 0,3186 0,8186 0,8333 0,01478 45 2 27 1,35 0,4115 0,9115 0,9000 0,01159 50 1 28 1,78 0,4625 0,9625 0,9333 0,029210 55 2 30 2,22 0,4878 0,9878 1,0000 0,0122Σ 30
Keterangan:
(rata-rata) = 29,5
s = 11,5
Dari uji normalitas dengan uji Lilliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel,
(0,1517 < 0,161) dengan derajat signifikansi 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
179
9. Distribusi Fekuensi Posttest Kelompok Kontrol
a. Sebaran Data Nilai Posttest
25 50 50 50 5555 60 60 60 6060 65 65 65 7070 70 70 70 7575 75 80 80 8085 90 90 90 90
b. Tabel Distribusi Frekuensi
Berdasarkan sebaran data diatas, untuk membuat tabel distribusi frekuensi
dapat diterapkan langkah-langkah berikut:
1) Menentukan jangkauan data/range (R)
Nilai maksimum = 90
Nilai Minimum = 25
R = nilai maksimum – nilai minimum
= 90 - 25
= 65
2) Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 Log n …. n= banyaknya data
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,47)
= 5,81 ≈ 6
Jadi banyaknya kelas adalah 6
3) Menentukan panjang kelas/interval (i)
i = = = 10,8 ≈ 114) Menentukan ujung bawah dan ujung kelas pertama, dan kelas-kelas berikutnya.
Sehingga diperoleh:
180
Tabel 10 Distribusi Frekuensi
Nilai f xi xi2 fi.xi fi.xi2
25-35 1 30 900 30 90036-46 0 41 1681 0 047-57 5 52 2704 260 1352058-68 8 63 3969 504 3175269-79 8 74 5476 592 4380880-90 8 85 7225 680 57800
Jumlah 30 345 21955 2066 147780
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai
rata-rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai posttest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
c. Perhitungan rata-rata/Mean (X)= ∑∑ = 206630 = 68,8d. Perhitungan Median (Me)
= + 12 −Keterangan:b = batas bawah medianp = panjang batas mediann = banyaknya dataF = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelasmedianf = frekuensi kelas median
= + 12 −= 68,5 + 11 12 30 − 148
Me = 69,875
181
e. Perhitungan Modus (Mo)= + +Keterangan:
b = batas bawah kelas modusp = panjang kelas modusb1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnyab2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya
= + += 57,5 + 11 33Mo = 68,5
f. Perhitungan Varians (s)
= ∑ − (∑ )− 1= 147780 − (2066)3029
s = 14,8
182
10. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol
Tabel 11 Distribusi Pengolahan Data
No yi fi fi.yi (yi-Y) (yi-Y)2 f.(yi-Y)2
1 25 1 25 -43 1849 18492 50 3 150 -18 324 9723 55 2 110 -13 169 3384 60 5 300 -8 64 3205 65 3 195 -3 9 276 70 5 350 2 4 207 75 3 225 7 49 1478 80 3 240 12 144 4329 85 1 85 17 289 28910 90 4 360 22 484 1936Σ 30 2040 3385 6330
Tabel 12 Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol
No yi fifkum
≤Zi Ztabel F(Zi) S(Zi) I F(Zi)-S(Zi) I
1 25 1 1 -2.9 0.4981 0.0019 0.0333 0.03142 50 3 4 -1.22 0.3888 0.1112 0.1333 0.02213 55 2 6 -0.88 0.3106 0.1892 0.2 0.01084 60 5 11 -0.54 0.2054 0.2946 0.3666 0.0725 65 3 14 -0.2 0.0793 0.4207 0.4666 0.04596 70 5 19 0.13 0.0517 0.5517 0.6333 0.08167 75 3 22 0.47 0.1808 0.6808 0.7333 0.05258 80 3 25 0.81 0.291 0.791 0.8333 0.04239 85 1 26 1.15 0.3749 0.8749 0.8666 0.000810 90 4 30 1.49 0.4319 0.9319 1 0.0681Σ 30
Keterangan:
(rata-rata) = 68,8
s = 18,8
Dari uji normalitas dengan uji Lilliefors menunjukkan bahwa Lhit < Ltabel,
(0,0816 < 0,161) dengan derajat signifikansi 95% (α = 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal.
183
11. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest=Keterangan:
F: nilai uji FS1
2 : Varian terbesarS2
2 : Varian terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho
ditolak jika Fh > Ft dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.= ∑ −− 1 = 129,8= ∑ −− 1 = 132,3
= = 132,3129,8 = ,Dengan: : Varian kelompok eksperimen
: Varian kelompok kontrol
Perhitungan Ftabel
df pembilang = 30-1 = 29
df penyebut = 30-1 = 29
F(24,30) = 1,890
F(30,40) = 1,740F( , ) = 6(1,890) + 10(1,740)16 = 1,796Didapat Ftabel dengan pembilang df = 30-1=29 dan penyebut df = 30-1 = 29
didapat Ftabel = 1,796 (dengan taraf signifikansi α = 0,05). Fhitung < Ftabel (1,019 <
1,796). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
184
12. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest=Keterangan:F: nilai uji FS1
2 : Varian terbesarS2
2 : Varian terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah:
Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varian yang homogen dan Ho
ditolak jika Fh > Ft dimana Ho memiliki varian yang tidak homogen.= ∑ =182,8= ∑ = 219,04= = , , = 1,198
Dengan: : Varian kelompok eksperimen
: Varian kelompok kontrol
Perhitungan Ftabel
df pembilang = 30-1 = 29
df penyebut = 30-1 = 29
F(24,30) = 1,890
F(30,40) = 1,740F( , ) = 6(1,890) + 10(1,740)16 = ,Didapat Ftabel dengan pembilang df = 30-1=29 dan penyebut df = 30-1=29
didapat Ftabel = 1,796 (dengan taraf signifikansi α = 0,05). Fhitung < Ftabel
(1,198<1,796). Dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
185
13. Perhitungan Uji Hipotesis Pretest
thitung = dimana Sgab =( ) ( )
Sgab =( ) , ( ) , =11,45
thitung =, ,, = 1,58
Dari tabel distribusi t untuk α = 0,05 dan dk = nk + nE – 2 = 58 akan
didapat nilai ttabel. Bila nilai ttabel tidak ada, hanya ada nilai ttabel dk = 40 dan dk =
60, penentuan nilai ttabel untuk dk = 58 dilakukan dengan cara interpolasi.
Penentuan nilai ttabel dengan interpolasi dilakukan dengan menggunakan rumus
interpolasi sebagai berikut:
C = + ( )( ) ( − )= 2,021 + ( , , ) (58 − 40)= 2,021 – 0,0189
= 2,002
2,002 > 1,58 atau ttabel > thitung
186
14. Perhitungan Uji Hipotesis Posttest
thitung = dimana Sgab =( ) ( )
Sgab =( ) , ( ) , =14,17
thitung =, ,, = 2,060
Dari tabel distribusi t untuk α = 0,05 dan dk = nk + nE – 2 = 58 akan
didapat nilai ttabel. Bila nilai ttabel tidak ada, hanya ada nilai ttabel dk = 40 dan dk =
60, penentuan nilai ttabel untuk dk = 58 dilakukan dengan cara interpolasi.
Penentuan nilai ttabel dengan interpolasi dilakukan dengan menggunakan rumus
interpolasi sebagai berikut:
C = + ( )( ) ( − )= 2,021 + ( , , ) (58 − 40)= 2,021 – 0,0189
= 2,002
Karena 2,060 > 2,002 atau thitung > ttabel maka Ho ditolak yang artinya pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat pengaruh model pembelajaran guided discovery
learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa SMA pada konsep
Gerak.
187
Lampiran E: Surat-suratPenelitian
1. Permohonan Izin Observasi
2. Keterangan Telah Melakukan Penelitian
190
Lampiran F: Profil SMA Negeri
9 Kota Tangerang Selatan
190
PROFIL SEKOLAH/MADRASAH
A. Sejarah Singkat Sekolah/Madrasah
SMA Negeri 9 Tangerang Selatan adalah SMA negeri yang terletak di
kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Saat ini, SMA Negeri 9 Tangerang
Selatan berstatus Sekolah Model SKM-PBKL-PSB.
Sebelum wilayah kecamatan Ciputat masuk ke dalam wilayah kota
Tangerang Selatan, SMAN 9 Tangerang Selatan masih bernama SMA Negeri 4
Ciputat. Berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang, No.421/Kep.134-HUK/2006
tertanggal 26 April 2006, SMAN 4 Ciputat berdiri. Tidak ada gedung sekolah
sebagai tempat melaksanakan pendidikan, SMAN 4 Ciputat menumpang di
sebuah SMP swasta (SMP Tirta Buaran) yang beralamat di Jl. Serua Raya Bukit
Indah No.12, Ciputat-Tangerang dengan biaya sewa yang sangat tinggi. Sangat
dikhawatirkan jika sampai tahun yang akan datang (tahun pelajaran 2007-2008)
belum memiliki gedung sedangkan jumlah siswa akan bertambah, hal ini akan
menyebabkan kemungkinan besar sekolah tidak sanggup melaksanakan proses
belajar mengajar karena biaya sewa akan semakin tinggi. Disamping itu, jumlah
lokal ruang di SMP Tirta Buaran yang saat dijadikan tempat PBM hanya memiliki
ruang belajar 8 (delapan) ruang, yang tentunya akan menjadi beban kepada para
orang tua siswa yang membutuhkan jasa pendidikan sekolah bagi putra-putrinya.
Hingga di penghujung tahun pelajaran 2006-2007 didapatlah lokasi yaitu di Jl.
Hidup Baru Serua Raya No.31, Ciputat – Tangerang. 1
Tantangan kembali menghadang karena lokasi tempat akan dibangun
gedung penuh dengan tebing. Proses pembangunan tidak ada jalan lain adalah
dengan meratakan lokasi lahan yang penuh tebing dan menyiapkan akses jalan
masuk ke lokasi karena memang lokasi lahan berada jauh dari jalan raya dan
cukup terpencil. Setahap demi setahap mulailah berdiri SMAN 4 Ciputat, bahkan
rapat calon siswa baru tahun pelajaran 2007-2008 antara orang tua murid dengan
komite sekolah dilaksanakan dalam suasana sangat memprihatinkan. Tetapi
dengan semangat kebersamaan, pendidikan sebagai bekal hidup siswa-siswi harus
1 http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_9_Tangerang_Selatan
191
berjalan terus. Saat itu (awal tahun pelajaran 2007-2008) pelaksanaan proses
belajar mengajar hanya dengan 5 lokal ruang kelas permanen. Kepala sekolah,
Tatausaha dan Guru ikhlas berpanas-panasan dan berdesakan karena menempati
bedeng. Kini SMAN 4 Ciputat dengan nama SMAN 9 Tangerang Selatan telah
berdiri megah.
B. Visi, Misi, dan Tujuan
1. Visi
“Mewujudkan insan yang berkarakter positif, kreatif, inovatif, dan
menguasai IPTEK yang berbudaya lingkungan, serta bangga sebagai Bangsa
Indonesia”.
2. Misi
1) Menumbuh kembangkan kultur positif berlandaskan IMTAK
2) Membudayakan sikap kreatif, inovatif, menguasai IPTEK, dan peduli
lingkungan
3) Mewujudkan Life-Skill peserta didik dengan memberdayakan Multiple-
intelegence
4) Memanfaatkan lingkungan dan Information Communication Technology (ICT)
sebagai Media Pembelajaran
5) Menjadikan peserta didik sebagai bagian dari komunitas global yang mampu
bekerjasama secara individu maupun kelompok
3. Tujuan
1) Menghasilkan insan cerdas, insan kamil dan paripurna serta meningkatkan
kuantitaslulusan yang diterima di PTN setiap tahun
2) Menjadikan sekolah sebagai tempat pembentukan karakter dan penyadaran
berbudaya lingkungan hidup
3) Memiliki kurikulum diversifikasi yang mengedepankan nilai-nilai budaya
karakter dan lingkungan serta berbasis ICT
192
4) Mewujudkan life skill peserta didik dengan memberdayakan Multiple-
intelegence melalui proses pembelajaran yang bersifat kontekstual
5) Memiliki pemahaman tentang pendidikan sebagai profesi dalam melaksanakan
kerangka moral, legal dan etika bekerja yang berkaitan dengan profesi pendidik
6) Warga sekolah memiliki kemampuan ICT, dan berkomunikasi bahasa inggris
secara aktif
C. Guru dan Tenaga Kependidikan
Di SMAN 9 Tangerang Selatan mempunyai total 81 orang pegawai
sekolah. Berikut ini adalah data jumlah per-stafnya:
Tabel 1.1 Pegawai Sekolah
Pegawai Sekolah JumlahKepala Sekolah 1Guru Tetap 38Guru Tidak Tetap 16Guru Bantu -Tata Usaha Tetap 1Tata Usaha Tidak Tetap 10Pesuruh 11Satpam 4
D. Siswa
Keadaan siswa di SMAN 9 Tangerang Selatan ini, dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 1.2 Keadaan Siswa
Kelas JumlahRombel
SiswaJumlah
L PX 9 175 198 373XI 10 209 203 412
XII 10 166 147 313
193
E. Identitas Sekolah
Tabel 1.3 Identitas Sekolah
Nama Sekolah SMA Negeri 9 Kota Tangerang SelatanMulai Berdiri 2006Surat Keputusan/SK.No/Tgl 421/Kep.134.Muk/2006, 26 April 2006NSS/NO.DIK 301300410012/20613400Status Sekolah NegeriJenjang Akreditasi A (95, 26)Alamat Jl. Hidup Baru No. 31, Serua RayaKode Pos/Kode Area, Telepon 15414/021-74638445Kelurahan SeruaKecamatan CiputatOtonomi Daerah (Kota/Kab) Tangerang SelatanPropinsi Banten
F. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di sekolah ini meliputi:
Tabel 1.4 Sarana dan Prasarana
Uraian Jumlah1. Ruang Kepala Sekolah 12. Ruang Guru 13. Ruang Belajar 304. Laboratorium Bahasa 25. Laboratorium Komputer 16. Laboratorium Fisika, Kimia, Biologi 17. Meeting Room 18. Perpustakaan 19. Ruang BK 110. Teacher Room Riset Center (TRCC) 111. Broadband (WiFi Zone) 112. Musholla 113. Green House 114. Toilet wanita 515. Toilet pria 516. Wastafel 1017. Kantin 118. Pos Keamanan 2
194
G. Kegiatan Ekstrakurikuler
SMA Negeri 9 memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya:
1. English Club
2. Sains Club
3. Karya Ilmiah Remaja
4. Futsal
5. Basket
6. Badminton
7. Voli
8. Beladiri
9. Rohis (Kerohanian Islam)
10. Paskibra
11. Palang Merah Remaja
12. Pramuka
13. Sispala
14. Modern Dance
15. Traditional Dance
16. Band
17. Paduan Suara
18. Teater
19. Green Community
20. IT
21. Cinematography
H. Keadaan Geografis SMAN 9 Tangerang Selatan
Status Tanah/Status Bangunan MilikLuas Bangunan 4.445 m2
Luas Pekarangan 3.855 m2
Luas Kebun Sekolah 5.100 m2
Jumlah Luas Seluruhnya 13.400 m2
195
Lampiran G: Biodata Penulis
195
BIODATA PENULIS
Nama : Rina Khabibah
NIM : 109016300021
Tmpt/Tgl Lahir : Cirebon, 26 Maret 1992
Jurusan : Pendidikan Fisika (UIN Jakarta)
dan Komunikasi (D3 Kahfi BBC)
Hobi : Menulis, Menyanyi & Editing photograph
Aktivitas : Kuliah KAHFI, Mengajar di Super Private Class Bintaro
Contact : [email protected]
Motto : Mungkin akan ada banyak keterpurukkan dalam hidup,
tinggal langkahmu memilih jatuh atau bangkit dari
keterpurukkan itu ^_^
Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku, guru-guruku,
teman-temanku, dan dunia pendidikan di Indonesia. Tetap semangat
untuk kawan kawan yang sedang beritikad baik menyelesaikan studinya,
semoga tulisan ini bermanfaat. Selesai sidang skripsi merupakan
gerbang awal menuju finish kita selanjutnya. “FIGHTING!!!”
196
Lampiran H: Dokumentasi
Penelitian
196
Lampiran Foto-foto Penelitian
Pretest-Posttest
Treatmen
Posttest