102
SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM PESISIR OLEH WARGA PESISIR KABUPATEN MAROS DALAM PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2005 OLEH : JUSNIATI B111 12 019 BAGIAN HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

  • Upload
    ledien

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

SKRIPSI

HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER

DAYA ALAM PESISIR OLEH WARGA PESISIR

KABUPATEN MAROS DALAM PERATURAN DAERAH

NOMOR 12 TAHUN 2005

OLEH :

JUSNIATI

B111 12 019

BAGIAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

i

HALAMAN JUDUL

HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

PESISIR OLEH WARGA PESISIR KABUPATEN MAROS DALAM

PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2005

OLEH

JUSNIATI B111 12 019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian

Studi Sarjana Pada Bagian Hukum Tata Negara

Program Studi Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 3: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

ii

Page 4: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa skripsi dari :

Nama : Jusniati

NomorPokok : B111 12 019

Bagian : Hukum Tata Negara

Judul : Hak Konstitusional Pengelolaan Sumber Daya

Alam Pesisir oleh Warga Pesisir Berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005

Kabupaten Maros.

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan dalam

ujian skripsi di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Makassar, Mei 2016

Pembimbing I,

Dr. AnshoriIlyas, S.H., M.H. NIP. 19560607 198503 1 001

Pembimbing II,

Kasman Abdullah, S.H., M.H. NIP. 19580127 198910 1 001

Page 5: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

iv

Page 6: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

v

ABSTRAK

JUSNIATI (B 111 12 019), (HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM PESISIR OLEH WARGA PESISIR KABUPATEN MAROS DALAM PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2005) dibimbing oleh Anshori Ilyas dan Kasman Abdullah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 mengakomodir hak konstitusional masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumber daya alam serta untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap masyarakat pesisir yang mengelola sumber daya alam pesisir berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 Kabupaten Maros.

Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian normatif dimana berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber bahan sekunder berupa hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar (Koran) dan berita internet yang relevan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menerangkan ; 1.) Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 Tentang pengelolaan wilayah pesisir dan laut mengatur tentang pengakuan akan keberadaan hak konstitusional masyarakat pesisir dan laut dalam melakukan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut. Namun ada beberapa yang menjadi titik lemah Peraturan Daerah tersebut yakni kurangnya pengawasan dan sosialisasi dari pemerintah Kabupaten Maros ; 2.) Perlindungan hukum terhadap hak konstitusional masyarakat pesisir pada Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Laut, Pasal 19 ayat (1 dan 2), Pasal 20 dan Pasal 21 tentang Pencemaran dan pengrusakan sumber daya pesisir dan laut tidak efektif dikarenakan masih banyak terjadi pencemaran dan perusakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut.

Page 7: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

vi

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan

semesta alam atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunianya

yang senantiasa member kesehatan dan membimbing langkah

penulis agar mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

“HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

PESISIR OLEH WARGA PESISIR KABUPATEN MAROS DALAM

PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2005”sebagai salah

satu syarat tugas akhir pada jenjang studi Strata Satu (S1) di

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad S.A.W.

yang selalu menjadi teladan agar setiap langkah dan perbuatan

kita selalu berada di jalan kebenaran dan bernilai ibadah di sisi

Allah SWT. Semoga semua hal yang penulis lakukan berkaitan

dengan skripsi ini juga bernilai ibadah di sisi-Nya.

Segenap kemampuan penulis telah dicurahkan dalam

penyusunan tugas akhir ini. Namun demikian, penulis sangat

menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Sebagai

makhluk ciptaannya, penulis memiliki banyak keterbatasan. Oleh

karena itu, segala bentuk saran dan kritik senantiasa penulis

harapkan agar kedepannya tulisan ini menjadi lebih baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

yang tiada terhingganya kepada kedua orang tua penulis,

Ayahanda H. Sabir dan Ibunda Hj. Suryanti yang senantiasa

merawat, mendidik, dan memotivasi penulis dengan penuh kasih

sayang. Kepada kakak penulis Muh. Sarif dan adik penulis

Page 8: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

vii

Syahrul Gunawan Tika dan Syamsidar koasa yang setiap saat

mengisi hari-hari penulis dengan penuh kebersamaan, canda dan

tawa.

Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. selaku Rektor

Universitas Hasanuddin beserta staf dan jajarannya.

2. Ibu Prof. Dr. Farida Patitingi, S.H.,M.H. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin, Bapak Prof. Dr. Ahmadi Miru,

S.H.,M.H. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin, Bapak Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H.,M.H.

selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin dan Bapak Dr. Hamzah Halim, S.H.,M.H. selaku

Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

3. Bapak Dr. Anshori Ilyas, S.H.,M.H. selaku pembimbing I

ditengah kesibukan dan aktivitas beliau senantiasa bersedia

membimbing dan memotivasi penulis dalam penyusunan

skripsi ini, Bapak Kasman Abdullah, S.H.,M.H. selaku

pembimbing II yang senantiasa menyempatkan waktu dan

penuh kesabaran dalam membimbing penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H,.M.H., Bapak Ruslan

Hambali, S.H.,M.H., dan Bapak Dr. Zulkifli Aspan, S.H.,M.H.

atas segala saran dan masukannya yang sangat berharga

dalam penyusunan skripsi ini.

5. Segenap dosen di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

yang telah membimbing dan memberikan pengetahuan,

nasehat serta motivasi kepada penulis selama menempuh

pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Page 9: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

viii

6. Staf Akademik Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin atas

bantuannya dalam melayani segala kebutuhan penulis selama

perkuliahan hingga penyusunan Skripsi ini.

7. Pengelola Perpustakaan baik Perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin maupun Perpustakaan Pusat

Universitas Hasanuddin. Terima kasih atas waktu dan tempat

selama penelitian berlangsung sebagai penunjang skripsi

penulis.

8. Iin Saputri, S.H. yang selama ini mendampingi,

menyemangati, teman jalan, teman bertengkar dan juga

teman bertukar pikiran dalam segala hal.

9. Dhian Fadlhan Hidayat, S.H. selaku pembimbing III yang

senantiasa bersabar dan meluangkan waktunya untuk

memberikan arahan dan pengetahuan dalam penyelesaian

skripsi penulis.

10. Kakak-kakak GELISAH kak Iin, kak Cakin, kak Ismi, kak Dian,

kak Fika, kak Dedet, kak Wahda, kak Helvi dan kak Isma atas

segala bantuan, teman canda, tawa, teman bergosip dan

pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

11. Teman-teman SKWN Arham, Agus, Yuda, Akhsan atas

segala bantuan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada

penulis.

12. Saudara Aswal yang selama ini membantu dan mendampingi

penulis dalam menyelesaikan penelitian .

13. Sahabat penulis DJ-CHUAF Anti, Uci, Cici, Dian, Fate yang

selama ini menyemangati, mendampingi dan sebagai teman

curhat dan teman bergosip.

14. Senior, teman-teman dan adik-adik di UKM ALSA LC UNHAS

atas segala bantuan dan penegtahuan yang telah diberikan

kepada penulis.

Page 10: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

ix

15. Senior, teman-teman dan adik-adik Keluarga Mahasiswa

Fakultas Hukum UNHAS atas segala bantuan dan

pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

16. Kelurga besar PETITUM 2012 atas segala bantuan dan

sebagai teman seperjuangan penulis.

17. Semua pihak yang telah membantu penulis selama

menempuh pendidikan Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin yang penulis tidak bisa sebutkan satu per satu.

Semoga segala bantuan amal kebaikan yang telah diberikan

mendapat bantuan yang setimpal dari Allah SWT. Tak ada

gading yang tak retak, tak ada manusia yang luput dari

kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dalam rangka

perbaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat di masa

yang akan datang bagi semua pihak, khususnya bagi penulis

dan para pembaca pada umumnya. Wassalamu Alaikum Wr.

Wb.

Makassar, 10 Mei 2016

Penulis

Page 11: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ..................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 10

C. Tujuan Penulisan ................................................................. 10

D. Manfaat Penulisan ................................................................ 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Hak Konstitusional ............................................................... 13

1. Definisi Hak Konstitusional ................................................ 13

2. Definisi Perlindungan Hukum ............................................ 16

3. Pemenuhan Hak Konstitusional Warga Negara

Indonesia............................................................................... 18

4. Pengelolaan Sumberdaya Alam Pesisir ............................ 34

B. Tinjauan Umum Masyarakat Pesisir .................................... 36

1. Definisi Masyarakat Pesisir .............................................. 36

2. Sumber Daya Alam Pesisir .............................................. 41

3. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pesisir ........................ 42

C. Tugas dan Fungsi Pemerintah Daerah ................................ 50

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian .................................................................. 56

B. Jenis Dan Sumber Data ....................................................... 56

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 56

D. Analisis Data ........................................................................ 57

Page 12: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

xi

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Hak Konstitusional Warga Negara Indonesia ...................... 58

B. Hak Konstitusional Masyarakata Pesisir .............................. 63

C. Analisis Hukum Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun

2005 ..................................................................................... 70

D. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 ..... 76

E. Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Pesisir yang

Mengelola Sumber Daya Pesisir Berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 12 Tahun 2005 ............................................ 80

1. Perlindungan Hukum dalam Peraturan Daerah

Nomor 12 Tahun 2005.................................................... 80

2. Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 ..... 82

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 86

B. Saran .................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 87

Page 13: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak konstitusional adalah hak-hak yang diberikan oleh

Negara kepada warga negara yang lebih terperinci dibandingkan

dengan hak asasi manusia atau selanjutnya disebut HAM. Dimana

hak konstitusional ini dijamin dalam konstitusi maupun Undang-

undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga Negara

wajib menghargai, menghormati dan mengakui adanya hak-hak

konstitusional warga Negara tersebut.

Hak konstitusional salah satu bagian dari konstitusi, maka dari

itu hak-hak konstitusional itu wajib dilindungi. Oleh karena itu wajib

adanya jalan hukum sebagai mekanisme untuk mewujudkan

perlindungan tersebut sehingga si pemilik hak dapat

mempertahankan hak-haknya bilamana terjadi pelanggaran.

Mekanisme atau jalan hukum bagi perlindungan terhadap hak-hak

konstitusional baik berupa mekanisme yudisial (melalui proses

peradilan) maupun non-yudisial (di luar proses peradilan)1.

Sejarah pemikiran tentang hak konstitusional tidak terlepas

dari tradisi pemikiran atau doktrin barat tentang hak-hak individu

1 I Dewa Gede Palguna, 2013, Pengaduan Konstitusional (Constitutional Complaint)

Upaya Hukum Terhadap Pelanggaran Hak-Hak Konstitusional Warga Negara, Jakarta: Sinar Grafika, hlm 112.

Page 14: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

2

(individual right). Meskipun demikian, tidaklah tepat jika dikatakan

bahwa pemikiran tentang hak-hak individu (yang kemudian

berevolusi menjadi hak asasi manusia) semata-mata produk

perdaban Barat. Sebab, dalam ajaran dan tradisi agama-agama

besar dunia, baik yang berkambang di Barat maupun di Timur,

penghormatan terhadap martabat dan kepribadian manusia serta

keyakinan akan keadilan memiliki akar yang sangat kuat. Islam,

Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha semua menekankan tak dapat di

ganggu gugatnya segala hal yang merupakan atribut penting

kemanusiaan2.

Dimasukkannya HAM ke dalam konstitusi tertulis berarti

memberi status kepada hak-hak itu sebagai hak konstitusional.

Konstitusi adalah hukum dasar atau hukum fundamental

(fundamental law) maka hak-hak konstitusional itu pun

mendapatkan status sebagai hak-hak fundamental sehingga setiap

tindakan Negara yang bertentangan atau tidak sesuai dengan hak

konstitusional (hak fundamental) itu harus dibatalkan oleh

pengadilan karena bertentangan atau tidak sesuai dengan hakikat

konstitusi sebagai hukum dasar (fundamental)3.

Indonesia sebagai Negara hukum menjamin hak-hak tiap

warga negaranya yang termaktub pada UUD 1945.

Terselenggaranya hak asasi manusia tidak terlepas dari political

2Ibid, hlm 112. 3Ibid, hlm 113.

Page 15: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

3

will, political action dan political commitment penyelenggara

Negara. Produk-produk hukum maupun kebijakan pemerintah

Indonesia harus pula berlandas kepada pemenuhan hak asasi

manusia sesuai dengan status Indonesia sebagai Negara hukum.

Salah satu tujuan pembentukan Negara hukum adalah untuk

memajukan kesejahteraan warga Negara Indonesia dan

membentuk Negara kesejahteraan, sebagaimana termaktub dalam

alinea ke II dan alinea ke IV Pembukaan Undang-undang Dasar

1945. Penjabaran lebih lanjut dari Pembukaan Undang-undang

Dasar 1945 dalam membentuk Negara kesejahteraan diatur dalam

Pasal 33, yang berbunyi sebagai berikut:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar

atas asas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan

yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh

Negara.

3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

Page 16: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

4

kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan

serta kesatuan ekonomi nasional.4

Salah satu cerminan dari suatu negara hukum adalah

terwujudnya kehidupan ketatanegaraan dan sistem pemerintahan

yang selalu berdasarkan atas hukum untuk mencegah adanya

tindakan sewenang-wenang dari pihak pemerintah dan tindakan

rakyat yang dilakukan menurut kehendaknya sendiri. Di mana

hukum diterapkan dengan menjunjung tinggi prinsip dan nilai

ketuhanan, kemanusiaan, persatuan (kebangsaan),

permusyawarakatan, dan keadilan sosial dalam bingkai kedaulatan

rakyat “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” Indonesia.5

Perlindungan yang dijamin oleh konstitusi bagi hak

konstitusional itu adalah perlindungan terhadap pelanggaran oleh

perbuatan Negara, bukan terhadap pelanggaran oleh individu lain.6

Oleh karena itu, kekuasaan Negara itu di bagi dalam tiga cabang,

legislatif, eksekutif, dan yudikatif, maka dalam pernyataan bahwa

“hak konstitusional sebagai pembatasan terhadap kekuasaan

Negara”.7

Peraturan Daerah atau selanjutnya disebut dengan Perda

merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan

dimana sesuai dengan hierarki perundang-undangan ada dua

4 Ramlan, 2015, Konsep HukumTata Kelola Perikanan “Perlindungan Hukum Industri

Perikanan dari Penanaman Modal Asing di Indonesia”, Malang: Setara Press, hlm. 10. 5Ahmad Yani, 2013, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang

Responsif,Jakarta: Konstitusi Press, hlm. XXI 6 I Dewa Gede Palguna, Op.Cit., hlm. 133 7Ibid, hlm 137

Page 17: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

5

Perda, yang pertama Perda Provinsi dan yang kedua adalah Perda

Kabupaten. Hierarki merupakan penjenjangan setiap jenis

peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa

peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi.

Perda Nomor 12 Tahun 2005 Kabupaten Maros menjelaskan

bahwa Masyarakat pesisir adalah kelompok orang atau masyarakat

yang bermukim di wilayah pesisir dan mata pencahariannya

bergantung pada pemanfaatan sumberdaya pesisir, terdiri dari

masyarakat adat dan masyarakat lokal yang merupakan komunitas

nelayan, pembudidaya ikan dan bukan nelayan dan sumberdaya

pesisir merupakan sumberdaya alam hayati dan non hayati,

sumberdaya buatan dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di

dalam wilayah pesisir, meliputi hutan bakau, terumbu karang,

padang lamun dan ikan.8

Dalam membangun kerangka hukum di bidang pesisir dan

laut yang dijiwai semangat pelaksanaan otonomi daerah (Pasal 3

dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999) yang

peruntukannya ditujukan pada usaha pemanfaatan dan

pengelolaan secara optimal sumberdaya pesisir dan kelautan yang

tersedia (Pasal 1 butir 3 dan Pasal 3,Pasal 4 Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 1985). Realitasnya menunjukkan bahwa terjadi

8Peraturan Daerah Kabupaten Maros tentang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan

Laut Nomor 12 Tahun 2005

Page 18: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

6

tumpang tindih (overlapping) tentang pengaturan yang disebabkan

oleh sikap masing-masing pihak yang merasa memiliki hak dan

kewenangan, tanpa memperhatikan kepentingan daerah dan

sektor lainnya. Akibatnya lahirlah ketentuan hukum yang

complicatied (peraturan/perda) yang bermasalah. Begitu pula pada

tataran realitasnya fenomena tersebut menimbulkan banyak konflik

kepentingan, sebagai contoh konflik kepentingan tersebut misalnya

konflik kepentingan pembangunan dengan kepentingan

lingkungan, kepentingan antara masing-masing Kabupaten/kota

maupun provinsi, kepentingan masyarakat atau pemerintah, konflik

aturan hukum, dan banyak lagi konflik lainnya. Hal ini diperparah

lagi dengan munculnya perilaku stakeholder yang tidak memiliki

rasa tanggungjawab dan kewajiban untuk melindungi dan

melestarikan.9

Dalam penyerahan hak pengelolaan penuh kepada daerah

atas wilayah perairan seluas 4 mil laut atau 1/3 dari wilayah laut

daerah provinsi dan 12 mil laut untuk wilayah perairan provinsi,

diharapkan dapat mendorong dan menumbuhkan upaya

pemerintahan Kabupaten (pemkot) atau pemerintah kota di daerah

untuk melaksanakan kewenangannya dalam melakukan

eksploitasi, eksplorasi, konservasi dan pengelolaan sumberdaya

laut atau perikanan.

9M. Arifin Hamid dkk, Publikasi Berkala Gagasan Konseptual, Kajian Teoritis, dan Hasil

Penelitian, Jurnal Ilmu Hukum Amanna Gappa, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Vol. 12, Nomor 1 Maret 2004, hlm. 50.

Page 19: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

7

Otoritas kekuasaan pemerintah daerah (Pemda) dalam

melaksanakan kewenangan di wilayah pesisir dan laut kab/kota

maupun provinsi, pada dasarnya berada dan mengikuti prinsip

hukum yang berlaku secara khusus atau prinsip yang sifatnya

universal, ataupun tidak bertentangan dengan kekuatan hukum

yang berlaku. Adapun kekuatan Pemda atas wilayah seluas 12mil

laut untuk provinsi dan 4mil laut untuk daerah kab/kota yang

bersifat relative artinya sesuai kondisi geografis masing-masing

daerah. Daerah provinsi kab/kota tidak mempunyai kedaulatan

tersendiri (souveregnity ) atas wilayah perairannya.10

Untuk meningkatkan upaya pemanfaatan dan pengelolaan

secara optimal marine resources tersebut, haruslah didukung oleh

perangkat ketentuan hukum, baik ditingkat provinsi maupun di

kab./kota dalam bentuk produk Perda. Banyak pemkab/pemkot

yang termasuk daerah yang potensial dari segi marine resources,

akan tetapi dari segi produk hukum sangat tidak memadai, salah

satu contoh yakni Perda. Di bidang pengelolaan, pemanfaatan dan

pelestarian sumber daya alam wilayah pesisir dan perikanan laut

misalnya pengaturan hukum tidak menunjang. Sehingga

ketentuan/Perda yang ada sekarang belumlah dapat digunakan

untuk mengoptimalkan pemberdayaan sumberdaya alam pesisir

dan perikanan laut serta masyarakat nelayan.11

10Ibid. hlm 51. 11Ibid, hlm. 55.

Page 20: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

8

Skema pemanfataan sumberdaya pesisir dilakukan melalui

perizinan. Setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang dari

sebagian perairan pesisir dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau

kecil secara menetap wajib memiliki izin pengelolaan. Secara

limitatif terhadap usaha yang meliputi produksi garam,

biofarmakologi laut, bioteknolgi laut, pemanfaatan air laut selain

energi, wisata bahari, pemasangan pipa dan kabel bawah laut

serta pengangkatan benda muatan kapal tenggelam wajib memiliki

izin pengelolaan.12

Sesuai dengan amanat UUD 1945 pada pasal 33 ayat 3 yang

mengatur bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Negara dalam hal ini

memiliki peran penting dalam hal kesejahteraan rakyat.

Pengelolaan sumber daya alam tentunya lebih diutamakan dalam

hal kesejahteraan rakyat, aturan-aturan terkait pengelolaan sumber

daya alam khususnya pesisir pun seharusnya lebih mementingkan

kesejahteraan rakyat dibandingkan dengan perusahaan asing atau

korporasi.

Perda Nomor 12 Tahun 2005 Kabupaten Maros tentang

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut mengatur tentang

batas wilayah pengelolaan laut, hak tradisional masyarakat

mengelola wilayah pesisir dan laut, izin pengelolaan sumberdaya

12 Jurnal Lingkungan Hidup, Indonesian Center For Environmental Law, Vol. 2 Issue 1,

Juli 2015, hlm. 16.

Page 21: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

9

pesisir dan laut dan aturan lainnya yang secara lestari sebenarnya

justru banyak menjadi masalah di daerah ini karena pemerintah

kabupaten Maros tidak mengakomodir masyarakat sebagai subyek

pengelola sumberdaya pesisir di wilayah Maros karena lebih

mengedepankan kalangan investor asing serta beratnya

persyaratan administrasi bagi masyarakat dalam memperoleh izin

mengelola sumberdaya pesisir.

Perda Nomor 12 Tahun 2005 Kabupaten Maros tentang

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut memberikan peluang

besar terhadap investor asing dan korporasi dalam hal pengelolaan

sumber daya pesisir, disisi lain, masyarakat pesisir yang bermukim

dan awalnya mengelola sumber daya pesisir dalam hal pemenuhan

kebutuhan sehari-hari terkendala secara administratif dengan

adanya Perda Nomor 12 Tahun 2005 Kabupaten Maros tentang

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut. Kendala yang

dirasakan oleh warga pesisir tersebut akan berdampak terhadap

pemenuhan hak konstitusional sebagai warga negara Indonesia.

Dengan berbagai permasalahan diatas, maka penulis tertarik

mengkaji dan menganalisis lebih dalam perlindungan hukum

terhadap masyarakat pesisir yang mengelola sumberdaya alam

pesisir dengan mengangkat judul “Hak Konstitusional

Pengelolaan Sumber daya Alam Pesisir Oleh Warga Pesisir

Kabupaten Maros Dalam Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 12

Tahun 2005”

Page 22: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas,

maka penulis merumuskan masalah pokok untuk di pecahkan

sebagai berikut :

1. Sejauh mana Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005

mengakomodir Hak Konstitusional masyarakat pesisir

dalam pengelolaan sumber daya alam?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap masyarakat

pesisir yang mengelola sumberdaya alam pesisir

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005

Kabupaten Maros?

C. Tujuan Penulisan

Sesuai pokok-pokok permasalahan penulis, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Sejauh mana Peraturan Daerah Nomor

12 Tahun 2005 mengakomodir Hak Konstitusional

masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumber daya alam

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap

masyarakat pesisir yang mengelola sumberdaya alam

pesisir berdasarkan PERDA Nomor 12 Tahun 2005

Kabupaten Maros.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini

adalah:

Page 23: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

11

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

kajian ilmu pengetahuan terkhusus di bidang Hukum

Tata Negara.

b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu

bahan rujukan untuk memahami secara khusus tentang

hak konstitusional pengelolaan sumberdaya alam

pesisir.

c. Diharapkan penelitian ini dapat melatih dan

mempertajam daya analisis terhadap persoalan

dinamika hukum yang terus berkembang seiring

perkembangan zaman dan teknologi terutama dalam

hak konstitusional pengelolaan sumberdaya alam

pesisir.

d. Diharapkan penelitian ini akan menjadi literatur dalam

Hukum Tata Negara pada umumnya dan hak

konstitusiaonal pada khususnya.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran

kepada praktisi hukum dan masyarakat pada umumnya

yang ingin memahami lebih dalam tentang hak

konstitusional pengelolaan sumberdaya alam pesisir.

Page 24: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

12

b. Diharapkan dapat menjadi salah satu topik dalam

diskusi lembaga-lembaga pada khususnya dan civitas

akademika pada umumnya.

Page 25: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hak Konstitusional

1. Defenisi Hak Konstitusional

Hak konstitusional adalah hak-hak yang dijamin oleh

konstitusi atau undang-undang dasar, baik jaminan itu dinyatakan

secara tegas maupun tersirat. Karena dicantumkan dalam

konstitusi atau undang-undang dasar maka ia menjadi bagian dari

konstitusi atau undang-undang dasar sehingga seluruh cabang

kekuasaan Negara wajib menghormatinya. Oleh sebab itu,

pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak konstitusional

merupakan bagian dari konstitusi sekaligus juga berarti

pembatasan terhadap kekuasaan Negara.13

Pemikiran tentang hak konstitusional hingga keberadaa hak

konstitusional itu sebagai pembatasan terhadap kekuasaan Negara

yang bermuara pada satu titik, yaitu bagaimana mewujudkan hal

yang dijamin oleh konstitusi itu di dalam praktik penyelenggaraan

kehidupan bernegara sehari-hari. Sebagaimana dikatakan oleh

Thomas Paine, sesuatu yang disebutkan dalam konstitusi tetapi

tidak tampak dalam praktik sama artinya dengan tidak ada sama

sekali. Dengan kata lain, suatu hak yag diakui dan dijamin oleh

konstitusi ini baru dapat dikatakan benar-benar ada apabila ia

13 I Dewa Gede Palguna, Op.Cit., hlm. 111.

Page 26: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

14

benar-benar terjelma dalam praktik penyelenggaraan kehidupan

bernegara sehari-harinya.

Salah satu ukuran obyektif yang dapat digunakan untuk

menilai terjelma-tidaknya pengakuan dan jaminan terhadap hak

konstitusional itu di dalam praktik adalah ada tidaknya mekanisme

hukum untuk melindungi hak-hak konstitusional yang dimaksud,

yaitu berupa jalan atau upaya hukum yang dapat di tempuh oleh

warga Negara untuk mempertahankan hak konstitusional itu

apabila terjadi pelanggaran. Sementara itu, konteks pelanggaran

terhadap hak konstitusional senantiasa berkenaan dengan

pelanggaran oleh Negara, maka upaya hukum untuk

mempertahankan hak konstitusional dimaksud adalah upaya

hukum terhadap pelanggaran yang terjadi karena perbuatan

Negara.14

Berbicara mengenai hak konstitusional, ada beberapa hal

penting yang dapat dijadikan sebagai karakteristik hak

konstitusional itu sendiri:

a. Hak konstitusional memiliki sifat fundamental. Sifat

fundamental itu diperoleh bukan karena menurut

sejarahnya hak-hak itu bermula pada doktrin hak-hak

individual Barat tentang hak-hak alamiah melainkan

14Ibid, hlm. 151.

Page 27: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

15

karena ia dijamin oleh dan menjadi bagian dari konstitusi

yang merupakan hukum fundamental.

b. Sebab merupakan bagian dari dan dilindungi oleh

konstitusi tertulis, harus dihormati oleh seluruh cabang

kekuasaan Negara-legislatif, eksekutif dan yudikatif. Oleh

karena itu, tidak ada satu organ Negara pun boleh

bertindak bertentangan dengan atau melanggar hak

konstitusional itu.

c. Karenasifat fundamental dari hak konsttitusional itu maka

setiap tindakan organ Negara yang bertentangan atau

melanggar hak itu harus dapat dinyatakan batal oleh

pengadilan. Hak konstitusional akan kehilangan maknanya

sebagai hak fundamental apabila tidak terdapat jaminan

dalam pemenuhannya dan tidak dapat dipertahankan di

hadapan pengadilan terhadap tindakan organ Negara yang

melanggar atau bertentangan dengan hak konstitusional

itu sendiri.

d. Perlindungan yang diberikan oleh konstitusi bagi hak

konstitusional adalah perlindungan terhadap perbuatan

Negara atau pelanggaran oleh Negara, bukan terhadap

perbuatan atau pelanggaran oleh individu lain.

Page 28: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

16

e. Hak konstitusional sebagai hak yang memiliki sifat

fundamental sehingga pada analisisnya merupakan

pembatasan terhadap kekuasaan Negara.15

2. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan oleh

Negara kepada warga Negaranya agar terciptanya penegakan Hak

Asasi Manusia yang baik dan efektif. Menurut Satjipto Raharjo

mendefinisikan perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan oleh orang

lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar

mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum.16

Setiono yang menyatakan bahwa perlindungan hukum

merupakan tindakan untuk melindungi masyarakat dari

kesewenang-wenangan penguasa yang tidak sesuai dengan

aturan yang berlaku untuk mewujudkan ketenteraman dan

ketertiban umum. Tetapi yang paling relevan untuk Indonesia

adalah teori dari Philipus M.Hadjon. Dia menyatakan bahwa

perlindungan hukum bagi rakyat berupa tindakan pemerintah yang

bersifat preventif dan represif. Bersifat preventif artinya pemerintah

lebih bersikap hati-hati dalam pengambilan dan pembuatan

15Ibid,hlm 136-137. 16 Dhian Fadlhan Hidayat, 2015, “Status Gender Warga Negara Indonesia yang Berkelamin Ganda (Ambiguous Genetalia) Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri”, Skripsi, Sarjana Hukum, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Maksassar, hlm. 14.

Page 29: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

17

keputusan karena masih dalam bentuk tindakan pencegahan.

Sedangkan bersifat represif artinya pemerintah harus lebih

bersikap tegas dalam pengambilan dan pembuatan keputusan atas

pelanggaran yang telah terjadi.

Perlindungan hukum preventif merupakan hasil teori

perlindungan hukum berdasarkan Philipus. Perlindungan hukum ini

memiliki ketentuan-ketentuan dan ciri tersendiri dalam

penerapannya. Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek

hukum mempunyai kesempatan untuk mengajukan keberatan dan

pendapatnya sebelum pemerintah memberikan hasil keputusan

akhir. Perlindungan hukum ini terdapat dalam peraturan

perundang-undangan yang berisi rambu-rambu dan batasan-

batasan dalam melakukan sesuatu. Perlindungan ini diberikan oleh

pemerintah untuk mencegah suatu pelanggaran atau sengketa

sebelum hal tersebut terjadi. Karena sifatnya yang lebih

menekankan kepada pencegahan, pemerintah cenderung memiliki

kebebasan dalam bertindak sehingga mereka lebih hati-hati dalam

menerapkannya. Belum ada peraturan khusus yang mengatur lebih

jauh tentang perlindungan hukum tersebut di Indonesia.

Perlindungan hukum represif juga merupakan hasil teori dari

Philipus, tetapi ini memiliki ketentuan-ketentuan dan ciri yang

berbeda dengan perlindungan hukum preventif dalam hal

penerapannya. Pada hukum represif ini, subyek hukum tidak

Page 30: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

18

mempunyai kesempatan untuk mengajukan keberatan karena

ditangani langsung oleh peradilan administrasi dan pengadilan

umum. Selain itu, ini merupakan perlindungan akhir yang berisi

sanksi berupa hukuman penjara, denda dan hukum tambahan

lainnya.Perlindungan hukum ini diberikan untuk menyelesaikan

suatu pelanggaran atau sengketa yang sudah terjadi dengan

konsep teori perlindungan hukum yang bertumpu dan bersumber

pada pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia dan

diarahkan kepada pembatasan-pembatasan masyarakat dan

pemerintah.17

3. Pemenuhan Hak Konstitusional Warga Negara

Indonesia.

Menjadi warga Negara Republik Indonesia menurut undang-

undang dasar 1945 mempunyai arti yang sangat penting dalam

sistem hukum dari pemerintahan. UUD 1945 mengakui dan

menghormati hak asasi setiap individu manusia yang berada dalam

wilayah Negara Republik Indonesia. Prinsip-prinsip hak asasi

manusia itu berlaku pula bagi setiap individu warga Negara

Indonesia. Bahkan, di samping hak asasi manusia itu, setiap warga

Negara Indonesia juga diberikan jaminan hak konstitusional dalam

UUD 1945. Hak-hak yang dapat dikategorikan sebagai hak

konstitusional warga Negara adalah :

17 http://www.ilmuhukum.net/2015/09/teori-perlindungan-hukum-menurut-para.html, Diakses pada tanggal 09 mei 2016.

Page 31: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

19

a. Hak asasi manusia tertentu yang hanya berlaku sebagai

hak konstitusional bagi warga Negara Indonesia saja.

Misalnya, hak yang tercantum dalam Pasal 28D ayat (3)

UUD 1945 yang menyatakan “setiap warga Negara berhak

atas kesempatan yang sama dalam pemerintahan”, Pasal

27 ayat (2) menyatakan “tiap-tiap warga Negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”, Pasal 27 ayat (3) berbunyi “ setiap warga

Negara berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan

Negara”, Pasal 30 ayat (1) berbunyi “tiap-tiap warga

Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pertahanan dan keamanan Negara”, Pasal 31 ayat (1)

berbunyi “setiap warga Negara berhak mendapat

pendidikan”, ketentuan-ketentuan tersebut khusus berlaku

bagi warga Negara Indonesia bukan bagi setiap orang

yang berada di Indonesia.

b. Hak asasi manusia tertentu yang meskipun berlaku bagi

setiap orang, akan tetapi dalam kasus-kasus tertentu,

khusus bagi warga Negara Indonesia berlaku keutamaan-

keutamaan tertentu. Misalnya, Pasal 28D ayat (2) UUD

1945 menentukan, “setiap orang berhak untuk bekerja

serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak

dalam hubungan kerja”, namun, Negara dapat membatasi

hak orang asing untuk bekerja di Indonesia. Misalnya, turis

Page 32: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

20

asing dilarang memanfaatkan visa kunjungan untuk

mendapatkan penghidupan atau imbalan dengan cara

bekerja di Indonesia selama masa kunjungan itu, Pasal

28E ayat (3) UUD 1945 berbunyi “setiap orang berhak atas

kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan

pendapat”. Meskipun ketentuan bersifat universal, tetapi

dalam implementasinya, orang berkewarganegaraan asing

dan warga Negara Indonesia tidak mungkin dipersamakan

haknya. Orang asing tidak berhak ikut campur dalam

urusan dalam negeri Indonesia, misalnya secara bebas

menyatakan pendapat yang dapat menimbulkan

ketegangan sosial tertentu. Demikian pula warga Negara

asing tidak berhak mendirikan partai politik di Indonesia

untuk tujuan mempengaruhi kebijakan politik Indonesia,

Pasal 28H ayat (2) berbunyi “setiap orang berhak untuk

mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna

mencapai persamaan dan keadilan”. Hal ini juga

diutamakan bagi warga Negara Indonesia, bukan bagi

orang asing yang merupakan tanggungjawab Negara

asalnya sendiri untuk memberikan perlakuan khusus itu.

c. Hak warga Negara untuk menduduki jabatan-jabatan yang

diisi melalui prosedur pemilihan (elected officials), seperti

Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan Wakil

Page 33: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

21

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil

Walikota, Kepala Desa, Hakim, Konstitusi, Hakim Agung,

anggota Badan Pemeriksa Keuangan, anggota Lembaga

Permusyawaratan dan perwakilan yaitu MPR, DPR, DPD

dan DPRD, Panglima TNI, Kepala Kepolisian RI, Dewan

Gubernur Bank Indonesia, anggota komisi-komisi Negara

dan jabatan-jabatan lain yang diisi melalui prosedur

pemilihan, baik secara langsung maupun tidak langsung

oleh rakyat.

d. Hak warga Negara untuk diangkat dalam jabatan-jabatan

tertentu (appointed officials), seperti tentara nasional

Indonesia, polisi Negara, jaksa, pegawai negeri sipil

beserta jabatan-jabatan structural dan fungsional dalam

lingkungan kepegawaian dan jabatan-jabatan lain yang

diisi melalui pemilihan. Setiap jabatan (office, ambt,

functie) mengandung hak dan kewajiban serta tugas dan

wewenang yang bersifat melekat dan yang pelaksanaan

atau perwujudannya terkait erat dengan pejabatnya

masing-masing (official, ambtsdrager, fungsionaris)

sebagai subyek yang menjalankan jabatan tersebut.

Semua jabatan yang dimaksud diatas hanya berlaku dan

hanya dapat diduduki oleh warga Negara Indonesia sendiri

sesuai dengan maksud ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan

Pasal 28D ayat (3). Pasal 27 ayat (1) berbunyi “segala

Page 34: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

22

warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum

dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan

pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal 28D

ayat (3) berbunyi “setiap warga Negara berhak

memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan”. Dengan demikian, setiap warga Negara

Indonesia berhak untuk menduduki jabatan-jabatan

kenegaraan dan pemerintahan Republik Indonesia seperti

yang dimaksud di atas. Penekanan status sebagai warga

Negara ini penting untuk menjamin bahwa jabatan-jabatan

tersebut tidak akan di isi oleh orang-orang yang bukan

warga Negara Indonesia. Dalam hal warga Negara

Indonesia dimaksud telah menduduki jabatan

sebagaimana penjelasan di atas, maka hak dan

kewajibannya sebagai manusia dan sebagai warga Negara

terkait erat dengan tugas dan kewenangan jabatan yang

dipegangnya. Kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang

dibatasi oleh status seseorang sebagai warga Negara dan

kebebasan setiap warga Negara di batasi pula oleh

jabatan kenegaraan yang di pegang oleh warga Negara

bersangkutan. Karena itu, setiap warga Negara yang

memegang jabatan kenegaraan wajib tunduk pada

pembatasan yang ditentukan berdasarkan tugas dan

kewenangan jabatannya masing-masing.

Page 35: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

23

e. Hak untuk melakukan upaya hukum dalam melawan atau

menggugat keputusan-keputusan Negara yang dinilai

merugikan hak konstitusional warga Negara yang

bersangkutan. Upaya hukum yang dimaksud dapat

dilakukan , terhadap keputusan administrasi Negara

(beschikkingsdaad van de administratie), terhadap

ketentuan pengaturan (regelensdaad van staat orgaan)

baik materiil maupun formil dengan cara melakukan

substantive judicial review (materiile toetsing) atau

procedural judicial review (formele toestsing) ataupun,

terhadap putusan hakim (vonnis) dengan cara

mengajukannya ke lembaga pengadilan yang lebih tinggi,

yaitu tingkat banding, kasasi atau peninjauan kembali.

Misalnya, Pasal 51 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor

24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menentukan

bahwa perorangan warga Negara Indonesia dapat menjadi

pemohon perkara pengujian Undang-undang terhadap

Undang-undang Dasar, yaitu dalam hal yang bersangkutan

menganggap bahwa hak atau kewenangan

konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang-

undang yang dimohonkan pengujiannya.18

Hak konstitusional warga Negara yang meliputi hak asasi

manusia dan hak warga Negara yang dijamin dalam Undang- 18 Jimly Asshiddiqie, Hak Konstitusional Perempuan dan Tantangan Penegakannya,

Makalah, Disampaikan pada acara Dialog Publik dan Konsultasi Nasional Komnas Perempuan, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 27 November 2007, hlm. 10-12.

Page 36: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

24

undang Dasar 1945 berlaku bagi setiap warga Negara Indonesia.

Hal itu dapat dilihat dari perumusannya yang menggunakan frasa

“setiap orang”, “segala warga Negara”, “tiap-tiap warga Negara”,

atau “setiap warga Negara” yang menunjukkan bahwa hak

konstitusional dimiliki oleh setiap individu warga Negara tanpa

pembeda, baik berdasarkan suku, agama, keyakinan politik,

ataupun jenis kelamin. Hak-hak tersebut diakui dan dijamin untuk

setiap warga Negara Indonesia.19

Perlindungan dan pemenuhan hak konstitusional warga

Negara harus dilakukan sesuai dengan kondisi warga Negara yang

beragam. Realitasnya, masyarakat Indonesia menunjukkan adanya

perbedaan kemampuan yang mengakses perlindungan dan

pemenuhan hak yang diberikan oleh Negara. Perbedaan

kemampuan tersebut bukan atas kehendak sendiri tetapi karena

struktur sosial yang berkembang cenderung menghilangkan hak

konstitusional warga Negara.20

Beberapa bentuk perlindungan hak konstitusional yang

melalui mekanisme peradilan yang dapat ditempuh seseorang

guna mempertahankan hak konstitusionalnya dari pelanggaran

oleh Negara:

a. Perlindungan Hak Konstitusional Melalui Pengadilan Tata

Negara

19 Ibid, hlm. 14. 20Ibid, hlm. 14.

Page 37: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

25

Bentuk perlindungan hak konstitusional melalui pengadilan

tata Negara. Dalam hal ini, melalui Mahkamah Konstitusi

merupakan pengujian konstitusionalitas Undang-undang atau

judicial review dan pengaduan konstitusional (constitutional

complaint). Perbedaan dari keduanya ialah bahwa dalam

pengujian konstitusionalitas Undang-undang yang menjadi

obyek pengujian adalah produk perbuatan kekuasaan

pembuat Undang-undang (legislature) yakni Undang-undang,

sedangkan dalam hal pengaduan konstitusional yang menjadi

obyeknya adalah perbuatan atau kelalaian pejabat publik

(public officials). Perbedaan lainnya dalam pengujian

konstitusionalitas Undang-undang yang menjadi isu adalah

apakah norma atau pembuatan suatu Undang-undang

bertentangan atau tidak dengan konstitusi termasuk

didalamnya bertentangan atau tidak dengan hak-hak

konstitusional. Sedangkan dalam pengaduan konstitusional

yang menjadi isu adalah apakah perbuatan atau kelalaian

pejabat publik telah mengakibatkan adanya pelanggaran atau

tidaknya hak-hak konstitusional.

b. Perlindungan Hak Konstitusional Melalui Pengadilan

Administrasi atau Tata Usaha Negara.

Perlindungan hak konstitusional melalui pengadilan

administrasi atau tata usaha Negara dapat dijelaskan dengan

menggunakan Indonesia sebagai contoh. Sengketa Tata

Page 38: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

26

Usaha Negara (TUN), menurut Pasal 1 angka 4 Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang TUN

antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau

pejabat TUN, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat

dikeluarkannya keputusan TUN, termasuk sengketa

kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Dengan demikian, yang menjadi dasar lahirnya sengketa tata

usaha Negara adalah adanya keputusan TUN yaitu penetapan

tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN yang berisi

tindakan hukum TUN berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, yang bersifat konkret, individual dan final, yang

menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum

perdata. Keputusan TUN inilah yang dapat digugat jika terdapat

salah satu alasan berikut:

1. Keputusan TUN yang digugat itu bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-

undang PTUN memberi tiga pengertian tentang

“bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku”

yakni :

Page 39: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

27

a. Bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan yang bersifat

procedural/formal.

b. Bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan yang bersifat

materil/substansial.

c. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha

Negara yang tidak berwenang.

2. Badan atau pejabat tata usaha Negara pada waktu

mengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 53 ayat (1) telah menggunakan wewenangnya untuk

tujuan lain dari maksud yang diberikan wewenang

tersebut.

3. Badan atau pejabat tata usaha Negara pada waktu

mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1), setelah

mempertimbangkan semua kepentingan yang

bersangkutan dengan keputusan itu, seharusnya tidak

sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan

keputusan tersebut.

Dalam uraian diatas, terkhusus alasan pada huruf (a) bagian

kedua, terdapat kemungkinan bahwa suatu keputusan tata usaha

Negara itu di gugat karena melanggar hak konstitusional

seseorang, yaitu hak yang di atur dalam Undang-undang Dasar

Page 40: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

28

1945. Artinya, keputusan tata usaha Negara itu di gugat oleh

seseorang dengan dalil bahwa keputusan tata usaha Negara itu

bertentangan dengan substansi Undang-undang Dasar 1945 yang

mengatur tentang hak konstitusional orang yang bersangkutan.

Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Undang-

undang Dasar termasuk dalam kategori peraturan perundang-

undangan. Apabila keputusan tata usaha Negara yang merugikan

hak konstitusional itu kemudian dibatalkan oleh pengadilan tata

usaha Negara, maka dalam konteks demikian pengadilan tata

usaha Negara dengan sendirinya telah memberi perlindungan

terhadap hak konstitusional.

c. Perlindungan hak konstitusi melalui pengadilan biasa

(Regular Courts)

Perlindungan hak konstitusional melalui pengadilan biasa

sudah menjadi keniscayaan praktik, baik dalam pengadilan

perdata maupun pidana. Hukum acara yang berlaku baik

dalam pengadilan perdata maupun pidana di samping

berfungsi sebagai pembatas terhadap kebebasan hakim

sekaligus merupakan mekanisme perlindungan hak

kontitusional pihak-pihak.

Dalam pengadilan perdata, meskipun sifat sengketanya

adalah sengketa antar pribadi dan kebenaran yang hendak di

tegakkan adalah kebenaran formal, bukanlah berarti bebas

Page 41: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

29

dari kemungkinan terjadinya pelanggaran hak-hak

konstitusional. Pelanggaran dapat terjadi justru oleh hakim

sebagai presentasi kekuasaan Negara. Misalnya, haikm salah

dalam menerapkan hukum atau salah menafsirkan fakta-fakta

sehingga menyebabkan terlanggarnya hak konstitusional

salah satu pihak yang berperkara, seperti hak atas kepastian

hukum yang adil. Oleh karena itu, kepada pihak yang

dirugikan di beri kesempatan untuk menempuh upaya hukum

banding hingga kasasi atau bahkan peninjauan kembali.

Sementara itu, dalam pengadilan pidana yang sifat

sengketanya adalah sengketa antara individu dengan Negara,

perlindungan yang diberikan kepada seorang individu sifatnya

lebih luas. Maksudnya, perlindungan itu sudah diberikan

bahkan sejak seseorang belum berstatus terdakwa. Kalau

mengikuti ruang lingkup pengertian hukum acara pidana yang

mencakup proses mulai dari pencarian kebenaran,

penyelidikan, penyidikan dan seterusnya sehingga berakhir

pada pelaksanaan pidana (eksekusi) oleh jaksa, maka

perlindungan itu sudah diberikan sejak dalam tahap

penyelidikan, seperti larangan untuk mendapatkan alat bukti

secara tidak sah sehingga mengganggu kebebasan

seseorang. Bahkan beberapa di antara tujuan-tujuan dari

sistem peradilan pidana sendiri mengandung segi-segi

perlindungan terhadap hak-hak individu.

Page 42: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

30

d. Perlindungan Hak Konstitusional Melalui Pengadilan Ad

Hoc Hak Asasi Manusia

Perlindungan hak konstitusional melalui pengadilan Ad

Hoc hak asasi manusia ini adalah berkenaan dengan

terjadinya pelanggaran HAM berat di masa lalu. Hal itu kerap

terjadi di Negara-negara yang sebelumnya diperintah oleh

rezim otoriter sehingga ketika Negara-negara itu beralih ke

rezim demokrasi yang menjunjung tinggi HAM sehingga timbul

persoalan bagaimana pelanggaran-pelanggaran HAM yang

terjadi di masa lalu itu akan diselesaikan. Di sinilah timbul

persoalan “keadilan transisional”. Terhadap persoalan itu

timbul dua kelompok pendapat, yaitu mereka yang

mendukung ditempuhnya proses hukum menghendaki

dibentuknya pengadilanAd Hoc hak asasi manusia dan

mereka yang menentang proses hukum menghendaki

dibentuknya komisi kebenaran dan rekonsiliasi.

Di samping itu, adanya bentuk perlindungan hak

konstitusional melalui mekanisme pengadilan sebagaimana yang

telah di uraikan di atas, ada pula bentuk perlindungan hak

konstitusional melalui bentuk mekanisme melalui non pengadilan di

luar mekanisme pengadilan seperti berupa pembentukan institusi-

institusi yang jika di lihat berdasarkan maksud pembentukan,

kewenangan atau aktivitasnya, secara luas dapat diartikan sebagai

bentuk upaya perlindungan terhadap hak konstitusional warga

Negara. Namun, di satu di sisi lembaga atau institusi demikian

Page 43: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

31

jumlahnya cukup banyak sehingga hanya akan diuraikan beberapa

saja dari institusi dengan penjelasan yang umum dan cukup

singkat

a. Ombudsman Republik Indonesia

Ombudsman Repulik Indonesia dibentuk berdasarkan

Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008. Sebelumnya lembaga

Negara ini bernama Komisi Nasional Ombudsman dan dibentuk

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000.

Ombudsman RI adalah lembaga Negara yang memilki

kewenangan mengawasi penyelanggaraan pelayanan publik, baik

diselenggarakan Negara dan pemerintahan, termasuk yang

diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Hukum Milik Negara

(BHMN) serta badan swasta atau perorangan yang di beri tugas

menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau

seluruh dananya bersumber dari Anggran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Pasal 1 angka 1 Undang-undang Ombudsman.

Ombudsman RI dapat dikatakan lembaga yang menjalankan

fungsi perlindungan hak-hak konstitusional berdasarkan tujuan

dibentuknya lembaga ini, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4

Undang-undang Ombudsman :

1. Mewujudkan Negara hukum yang demokrasi, adil dan

sejahtera.

Page 44: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

32

2. Mendorong penyelenggaraan Negara dan pemerintahan

Negara yang efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih serta

dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

3. Meningkatkan mutu pelayanan Negara di segala bidang

agar setiap warga Negara dan penduduk memperoleh

keadilan, rasa aman dan kesejahteraan yang semakin

baik.

4. Membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk

pemberantasan dan pencegahan praktik-praktik

maladministrasi, diskriminasi, korupsi, kolusi dan

nepotisme.

5. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum

masyarakat, dan supremasi hukum yang berintikan

kebenaran serta keadilan.

b. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di

bentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang HAM. Sebelumnya lembaga Negara ini di bentuk

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.

Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-undang HAM, Komnas

HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat

dengan lembaga Negara lainnya yang berfungsi

melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan,

pemantauan dan mediasi hak asasi manusia.

Page 45: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

33

c. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban

Lembaga perlindungan saksi dan korban (LPSK) di bentuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006.

Tujuannya untuk memperjuangkan hak-hak tertentu dari saksi

dan korban dalam proses peradilan pidana. Dalam Pasal 1

angka 3 Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban

dikatakan bahwa, LPKS merupakan lembaga yang bertugas

untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada

saksi atau korban.

d. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga negara yang

di dirikan berdasarkan Undang-undang Nomro 23 Tahun

2002. Pasal 7 ayat (2) Undang-undang penyiaran dikatakan

bahwa KPI adalah lembaga Negara independen yang fungsi

utamanya mengatur hal-hal mengenai penyiaran. Di samping

fungsi utama itu, KPI diberi fungsi mewadahi aspirasi dan

mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran.

Dengan uraian di atas, nyatalah bahwa pengaduan

konstitusional merupakan mekanisme penting guna melindungi hak

konstitusional warga Negara. Dalam hal ini, Mahkamah Konstitusi

akan lebih mengintensifkan perlindungan terhadap hak

konstitusional sekaligus lebih memberi penekanan perihal

kedudukannya dalam konstitusi. Perlindungan hak-hak itu akan

Page 46: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

34

menikmati pengutamaan yang memadai hanya jika Mahkamah

Konstitusi diberi wewenang melakukan pengujian konstitusional

terhadap kasus-kasus nyata dalam praktik. Dengan kata lain,

adanya kewenangan Mahkamah Konsitusi untuk mengadili perkara

pengaduan konstitusional adalah jaminan bahwa hak-hak

konstitusional akan benar-benar ditaati dalam praktik.21

4. Pengelolaan Sumber Daya Alam Pesisir

Pengelolaan sumberdaya alam perairan laut dan pesisir

seringkali diartikan sebagai mobilisasi sumberdaya alam yang

dimiliki oleh suatu daerah. Pandangan ini terlalu menyederhanakan

dan bersifat sepihak sehingga menimbulkan reaksi terhadap

penerapan kebijakan yang direkomendasikan oleh instansi

pengelolaan. Tetapi dalam pandangan yang lebih luas, model

pengelolaan sumberdaya perairan laut dan pesisir kepada

penerapan aspek-aspek pokok yaitu :

a. Pengelolaan seluruh sumberdaya alam perairan laut dan

pesisir secara optimal dan berkelanjutan.

b. Diarahkan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat.

c. Didasari oleh prinsip-prinsip ekonomi, efisien dan efektif.

d. Transparansi dan akuntabilitas.

Tujuan pengelolaan sumberdaya alam perairan laut dan

pesisir meliputi tujuan sosial, ekologis, ekonomi dan administrasi

21I Dewa Gede Palguna, Op.Cit., hlm. 176.

Page 47: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

35

yang dijabarkan ke dalam sasaran,indicator keberhasilan dan

langkah-langkah pokok pembinaan dan pengembangan dalam

pengelolaan sumberdaya alam perairan laut dan pesisir.22

Sistem pengelolaan sumberdaya yang tidak seimbang karena

adanya intervensi dari pihak pengusaha karena didasarkan pada

prinsip pengelolaan yang berbeda akan melahirkan ketidakadilan

dan pasti pihak yang lemah akan berada di posisi tidak setara dan

cenderung dieksploiter dengan investasi demi pembangunan

bangsa dan Negara.

Wilayah pesisir dan laut menyimpan potensi sumberdaya

alam yang selama berabad-abad dikelola secara arif dan bijaksana

oleh sekelompok masyarakat. Bertambahnya penduduk pasti

bertambah pula berbagai kebutuhan hidup yang mengakibatkan

persaingan yang kurang sehat.

Beberapa isu penting terkait dengan pengelolaan sumberdaya

alam pada wilayah laut dan pesisir yakni pengaturan hukum dalam

pengelolaan sumberdaya alam dan konsep keseimbangan dalam

pengelolaan sumberdaya alam serta perlindungan hukum bagi

masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam. Pengaturan

hukum tentang pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia

ternyata masih tumpang tindih dan prinsip-prinsip pengakuan yang

22Jantje Tjiptabudy, 2010, “Asas Keseimbangan dalamPengelolaan Sumberdaya Alam

Wilayah Laut dan Pesisir”, Disertasi, Sarjana Hukum, Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, hlm. 59-61.

Page 48: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

36

diatur masih menekankan pada beberapa syarat namun syarat-

syarat tersebut sulit untuk dipenuhi atau diimplementasikan dengan

baik oleh pemerintah.

Pemerintah sebagai pihak yang merupakan bagian dari

kehidupan bersama sebagai bangsa mempunyai tanggungjawab

untuk menciptakan nuansa kehidupan yang harmonis

melaluiberbagai kebijakan dalam bentuk peraturan perundang-

undangan. Tanggungjawab pemerintah harus bersinergi dengan

kebutuhan dasar masyarakat sehingga tercipta keseimbangan

dalam suasana yang harmonis sehingga tidak menimbulkan terlalu

banyak konflik dalam kehidupan masyarakat baik secara vertikal

maupun horizontal.23

B. Tinjauan Umum Masyarakat Pesisir

1. Definisi Masyarakat Pesisir

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan bagian dari

sumber daya alam yang dianugerah oleh ALLAH Yang Maha Esa

dan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara, yang diperlu

dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat, baik generasi sekarang maupun yang akan

datang. Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keragaman

potensi sumber daya alam yang tinggi dan sangat penting bagi

pengembangan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan

penyangga kedaulatan bangsa, oleh karena itu perlu dikelola

23Ibid, hlm. 9-10.

Page 49: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

37

secara berkelanjutan dan berwawasan global, dengan

memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat dan taat nilai

bangsa yang berdasarkan norma hukum nasional.24

Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem

darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.25

Pengertian pesisir juga bisa dijabarkan dari dua segi yang

berlawanan, yakni dari segi daratan dan dari segi laut. Dari segi

daratan, pesisir adalah wilayah daratan sampai wilayah laut yang

masih dipengaruhi sifat-sifat darat (seperti : angin darat, drainase

air tawar dari sungai, sedimentasi). Sedangkan dari segi laut,

pesisir adalah wilayah laut sampai wilayah darat yang masih

dipengaruhi sifat-sifat laut (seperti : pasang surut, salinitas, intrusi

air laut ke wilayah daratan, angin laut).

Dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 bahwa

wilayah pesisir Kabupaten Maros adalah kesatuan ruang geografis

antara perairan laut dan darat yang berisi berbagai aspek ekologis,

sosial dan budaya dimana wilayah darat adalah wilayah yang

meliputi seluruh wilayag administrative yang dipengaruhi oleh laut

sedangkan di bagian wilayah laut adalah wilayah perairan

Kabupaten sesuai dengan peraturan yang berlaku.26

Kelompok-kelompok masyarakat perikanan yang berada

diwilayah pesisir diantaranya:

24Hadi Setia Tunggal, 2014, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Hukum Laut

Indonesia, Harvarindo, Jakarta, hlm. 191. 25Ibid, hlm. 192. 26 Peraturan Daerah Kabupaten Maros tentang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Laut Nomor 12 Tahun 2005.

Page 50: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

38

a. Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok

masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya

adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi

dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern

dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini

dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan

dan jangkauan wilayah tangkapannya.

b. Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok

masyarakt pesisir yang bekerja disekitar tempat

pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan

mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui

pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang

yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau

dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi

pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir

perempuan.

c. Masyarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat

nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan

masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari

kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka,

mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai

untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai

buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan

dengan penghasilan yang minim.

Page 51: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

39

d. Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan

pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh.

Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat

penanganan dan perlakuan khusus sesuai dengan kelompok,

usaha, dan aktivitas ekonomi mereka. Bagi Indonesia, masih

banyak pekerjaan rumah yang seharusnya diselesaikan oleh

lembaga negara baik pemerintah maupun legislatif dalam

memberikan jaminan hukum kepada masyarakat nelayan. Hal

paling krusial adalah perlunya peraturan yang mengakui dan

menjamin hak atau akses bagi nelayan tradisional. Artinya, nelayan

tradisional diberikan jaminan payung hukum dan keamanan untuk

melakukan aktivitas penangkapan di wilayah tangkapnya.

Peraturan ini akan mampu mengurangi korban di pihak nelayan

tradisional Indonesia, yang biasanya menggunakan armada dan

alat tangkap ukuran kecil yang secara obyektif merupakan

mayoritas, dari persaingan mereka dengan nelayan besar.27

Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya

ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat. Di daerah pesisir

yang di landasi dengan sungai besar, garis batas ini dapat berada

jauh dari garis pantai. Sebaliknya di tempat yang berpantai curam

27 Shafwan Ahadi, 2014, “Perlindungan Hukum Masyarakat Perikanan di Kecamatan

Ibu Kabupaten Halmahera barat”, Skripsi, Sarjana Hukum, Fakultas Hukum Universitas Khairun Ternate, hlm. 14-15.

Page 52: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

40

dan langsung berbatasan dengan laut dalam, wilayah pesisirnya

akan sempit.28

Bangsa Indonesia pada hakekatnya adalah bangsa bahari,

suatu bangsa yang hamper duapertiga negari tumpag darahnya

terdiri dari lautan. Luas seluruh wilayah tanah air Indonesia

5.193.250 km persegi, 3.166.163 km persegi diantaranya adalah

lautan. Sudah sewajarnya bila bangsa ini bergaul erat dengan

lautannya lebih mendalam lagi. Namun dengan perkembangan

teknologi yang pesat dan diikuti oleh kemampuan tanah daratan

yang semakin terbatas, laut pun dipastikan merupakan lahan baru

yang harus dikelola dan dikembangkan secara sungguh-sungguh

untuk menjadi pendukung vital hidup dan kehidupan bangsa

Indonesia di masa depan. Sebagai bangsa bahari sejak zaman

dulu, kini kita harus bangkit dan bekerja lebih giat untuk

memanfaatkan potensi kelautan kita sebesar-besarnya untuk

kesejahteraan rakyat.

Selain itu, proses modernisasi yang makin menanjak pada

berbagai bangsa dan Negara berkembang yang disertai dengan

upaya industrialisasi, membutuhkan tersedianya lebih banyak

sumber daya alam dengan akibat makin banyak sumber daya alam

yang dikuras dalam kecepatan dan volume yang tinggi.

Permintaan yang terus meningkat dibandingkan dengan

keterbatasan sumber daya alam yang tersedia menyebabkan 28 Hestiana Farah Dhiba Masuku, 2012, “Pelaksanaan Sasi Ikan Lompa di Wilayah

Pesisir oleh Masyarakat Adat di Maluku Tengah”, Skripsi, Sarjana Hukum, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, hlm. 9.

Page 53: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

41

timbulnya berbagai krisis seperti krisis energi, krisis pangan dan

krisis mineral. Eksploitasi sumber daya alam di satu pihak dan

pengelolaan sumber daya alam oleh kegiatan industry di lain pihak

telah menimbulkan berbagai akibat yang parah terhadap kelanjutan

tata lingkungan hidup.29

Sebagai anggota masyarakat dan yang mendiami hanya satu

bumi saja, Indonesia tidak terlepas dan tidak dapat melepaskan diri

dari permasalahan yang dihadapi dunia pada umumnya.

Pembangunan yang sedang dilakukan oleh Indonesia adalah

merupakan salah satu perwujudan cita-cita politik sebagai implikasi

kewajiban dalam mengisi kemerdekaan dan kedaulatan,

memerlukan sumber daya alam dalam jumlah yang memadai

dimanfaatkan untuk tujuan dan sasaran pembangunan nasional,

juga sebagai suatu pemasukan devisa serta untuk membiayai

pembangunan nasional itu sendiri. Oleh karena itu, dalam rangka

mengarah masuk ke dalam era industrialisasi pada tahap tinggal

landas, sumber daya alam dan bahan sumber daya alam yang

tidak terdapat di lingkungan laut harus dipelihara untuk

dimanfaatkan sebaik-baiknya.30

2. Sumber Daya Alam Pesisir

Sumber daya alam pesisir merupakan sumber daya hayati,

sumber daya nonhayati, sumber daya buatan dan jasa-jasa

lingkungan. Sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, 29 John Pieris, 1988, Strategi KelautanPengembangan Kelautan dalam Perspektif

Pembangunan Nasional, PT. Intermasa, Jakarta, hlm. 190. 30 Ibid, hlm. 192

Page 54: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

42

padang lamun, mangrove dan biota laut lainnya, sumber daya

nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut, sumber daya

buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan

perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam,

permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait

dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang

terdapat di wilayah pesisir.31

3. Pemanfaatan Sumberdaya Alam Pesisir

Wilayah pesisir dan laut memilki fungsi dan peranan yang

sangat penting bagi keberlangsungan hidup dan kehidupan umat

manusia. Untuk menjaga keberlangsungan funsi dan peran wilayah

pesisir dan laut tersebut mutlak di perlukan pengelolaan terpadu

agar agar dapat lebih berdayaguna dan berhasil guna.

Pengelolaan sumberdaya perairan laut dan pesisir secara

teoritis berbasis kepada sumberdaya alam (community resource

based development) dan harus pula berbasis kepada masyarakat

(community based development). Jika hanya berbasis kepada

sumberdaya alam maka sering terjadi kecenderungan pemanfaatan

sumberdaya perairan laut dan pesisir dilakukan secara berlebihan,

tidak efisien, terkonsentrasi pada beberapa kelompok tertentu dan

berorientasi pada kepentingan jangka pendek yang mengakibatkan

terjadinya pengurasan secara tidak terkendali.

31 Hadi Setia Tunggal, Op.cit., hlm. 193

Page 55: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

43

Dampak negatif yang tidak diinginkan dari pemanfaatan

sumberdaya yang berlebihan ini dapat dicegah atau dihambat

dengan menerapkan kebijakan pembangunan yang berbasis

kepada masyarakat yang berkesejahteraan dan berkeadilan yang

mengandung makna terselenggaranya pembangunan untuk

kepentingan seluruh golongan masyarakat, untuk hidup sejahterah

dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya dan berperan aktif

dalam membangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

berdasarkan atas kemanusiaan yang adil.

Pemanfaatan sumberdaya perairan laut dan pesisir harus

dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif. Ekonomis

berarti bahwa semua masukan yang dibutuhkan dalam

melaksanakan kegiatan pemanfaatan harus dilaksanakan dengan

biaya serendah mungkin. Efesien berarti bahwa segala masukan

(input) dialokasikan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan

output dengan biaya terendah dan efektif berarti bahwa output

yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.32

Pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadi di

Kabupaten Maros dimaksudkan sebagai pengelolaan pemanfaatan

sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di

kawasan pesisir dengan cara melakukan penilaian secara

menyeluruh terhadap kawasan pesisir sumberdaya alan dan jasa-

32 Janjtje Tjiptabudy, Loc.cit. hlm. 60-61.

Page 56: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

44

jasa lingkungan yang ada di dalamnya. Proses pengelolaan di

laksanakan secara kontinu dan dinamis dengan

mempertimbangkan segenap aspek sosial, ekonomi, budaya dan

aspirasi masyarakatpengguna kawasan pesisir serta konflik

kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir yang

mungkin ada.

Sebagian besar masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten

Maros adalah nelayan yang menggantungkan kehidupannya pada

sumberday pesisir khususnya perikanan sebagai sumber

pendapatan lainnya. Kesulitan menangkap ikan di perairan pesisir

dekat pantai akhir-akhir ini menjadikan masyarakat tersebut harus

mencari ikan lebih jauh. Dengan di buatnya sistem pengelolaan

sumberdaya wilayag pesisir terpadu, masyarakat dapat lebih

mudah memperoleh ikan di perairan pesisir terpadu, masyarakat

dapat lebih mudah memperoleh ikan di perairan pesisir dekat

pantai yang pada gilirannya akan meningkatkan kehidupan

mereka.

Peraturan daerah ini juga bertujuan untuk memberikan

pengakuan dan kewenangan kepada masyarakat melalui upaya

penususnan kerangka kerja,prosedur dan prioritas pengelolaan

sumberdaya wilayah pesisir dan laut Kabupaten Maros, sehingga

peraturan daerah ini memberikan penguatan kepada masyarakat

dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut melalui

pendidikan, latihan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh

Page 57: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

45

karena itu prioritas dan kerangka kerja yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah secara bersama-sama dengan masyarakat

akan tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat di Kabupaten

Maros.

Dalam pelaksanaan asas desentralisasi, pemerintah daerah

Kabupaten Maros berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, mengelola sumberdaya

nasional yang tersedia di wilayahnya serta bertanggungjawab

memelihara kelestarian lingkungan. Selain itu untuk menjaga

keseimbangan pembangunan wilayah pesisir dan laut, perlu

dilakukan uapaya terpadu antara masyarakat dengan berbagai

lembagaterkait guna melindungi lingkungan hidup dari akibat

tekanan dan atau perubahan langsung maupun tidak langsung

yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan. Untuk mewujudkan

kepastian hukum, efektifitas dan efisiensi pengelolaan sumberdaya

pesisir dan laut diperlukan peraturan yang komprehensif, integral

dan responsive di bidang pengelolaan pesisir dan laut.33

Terkait dengan desentralisasi pengelolaan, Undang-undang

Dasar 1945 telah mengakui adanya otonomi daerah untuk

mengatur sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan. Otonomi pemerintah daerah dibatasi oleh

Undang-undang yang menentukan apa saja yang menjadi urusan

pemerintah pusat. Selanjutnya, pemerintah daerah berhak

33 Peraturan Daerah Kabupaten Maros tentang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Laut Nomor 12 Tahun 2005.

Page 58: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

46

menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Hubungan

kewenangan dan hubungan pemanfaatan sumberdaya alam dan

sumberdaya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang-

undang.34

Dalam kaitannya dengan masyarakat pesisir, Undang-undang

Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Daerah Pesisir

mengakui hak, kewajiban dan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan wilayah pesisir. Pasal 62 ayat (1) mengatur bahwa “

masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan

serta dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Selanjutnya ayat

(2) mengatur bahwa “ketentuan mengenai peran serta masyarakat

dalam pengelolaan wilayah pesisir akan diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Menteri.35

Negara mengakui pentingnya peran masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan, juga berupaya untuk meningkatkan

kualitas kebijakan pemerintah terkait lingkungan hidup sehingga

manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Di samping itu,

keterlibatan masyarakat juga dianggap penting karena masyarakat

merupakan pihak yang paling rentan terhadap dampak yang

ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan sehingga bagi masyarakat

34 Jurnal Lingkungan Indonesia, Op.Cit.,Hlm. 13. 35Ibid, hlm. 34.

Page 59: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

47

konsep ini dianggap sebagai wujud dari partisipasi dalam proses

pembangunan. Partisipasi juga merupakan upaya untuk

meminimalkan dampak negatif pembangunan, khususnya

pembangunan yang berhubungan secara langsung dengan

masyarakat dan lingkungan tempat mereka menetap. Keterlibatan

masyarakat dalam pembangunan dapat menjadi salahsatu solusi

dalam mengatasi dampak sosial dari pembangunan dan dapat

meningkatkan kualitas kebijakan dan program terkait lingkungan.36

Di provinsi Aceh, peran masyarakat dalam pengelolaan dan

perlindungan lingkungan diatur dalam beberapa Qanun,

diantaranya Qanun Nomor 16 Tahun 2002 tentang Pengelolaan

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dan Qanun Nomor 2 Tahun

2011 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.37

Perlindungan dan pengelolaan wilayah pesisir di Aceh

dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pembentukan aturan

hukum dan penguatan kapasitas institusi masyarakat, institusi adat

dan hukum adat yang dipercaya dapat menjadi wadah yang efektif

dalam keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan. Aceh

memilki potensi sistem pemerintahan dalam pengelolaan

lingkungan, termasuk pengelolaan wilayah pesisir.

Keterlibatan masyarakat (community participation) dalam

proses pembangunan dianggap penting dalam upaya

menghasilkan kebijakan yang efektif dan dapat dirasakan

36Ibid, hlm. 32-33. 37Ibid, hlm. 39.

Page 60: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

48

manfaatnya oleh masyarakat sebagai pihak penerima manfaat

pembangunan. Konsep ini juga dipercaya dapat meminimalkan

dapat negatif dari pembangunan. Selain itu, partisipasi masyarakat

juga member kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh

informasi yang brimbang dan obyektif, yang berkontribusi untuk

pemecahan masalah dan meminimalkan konflik dalam

pembangunan khususnya pembangunan masyarakat di wilayah

pesisir.

Pengelolaan wilayah pesisir akan lebih efektif dilakukan

dengan keterlibatan semua pihak yang berkepentingan. Hal ini

disebabkan sifat dari wilayah pesisir yang tidak hanya memiliki

fungsi ekologis tetapi juga fungsi sosial ekonomi sehingga

efektivitas manajemen perlindungan wilayah pesisir membutuhkan

keterlibatan banyak pihak (governance system) dengan

pendekatan yang multidisplin. Hal ini telah dicoba diwujudkan

dalam program pengelolaan wilayah lautberbasis masyarakat di

Aceh.

Komunitas intensif dengan pihak-pihak berkepentingan

menjadi media yang diharapkan efektif mewadahi partisipasi

masyarakat. Keterlibatan lembaga adat Panglima Laot dan adat

Laot semakin memperkuat peran masyarakat dalam proses

pembangunan daerah pesisir. Kolaborasi antara stakeholders

terkait membentuk suatu sistem tata kelola yang saling mendukung

proses kebijakan yang mewakili banyak kepentingan.

Page 61: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

49

Program pengelolaan pesisir berbasis masyarakat

mengembangkan pengelolaan bersama antara pemerintah

kabupaten/kota dan masyarakat. Program ini menempatkan

masyarakat sebagai aktor utama dalam pelaksanaan program

dengan dukungan pemerintah kabupaten/kota. Pengembangan

konsep ini dapat menjadi salah satu jawaban dalam upaya

menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik, yang tidak hanya

menggambarkan demokrasi dalam pengambilan putusan tetapi

juga menggambarkan sistem jaringan antara pemerintah dan

masyarakat. Sistem jaringan yang diharapkan menjadi proses

penting untuk mengatasi kompleksitas dan tantangan yang

dihadapi dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Program pengelolaan pesisir berbasis masyarakat merupakan

langkah nyata dalam mewujudkan pertisipasi masyarakat.

Walaupun sampai saat ini belum dilakukan evaluasi terhadap

terhadap efektivitas program tersebut, tetapi sebagai langkah awal

program tersebut telah menunjukkan adanya upaya untuk

membentuk tata kelola yang baik dalam pengelolaan dan

perlindungan daerah laut/pesisir. Langkah selanjutnya adalah

bagaimana menyiapkan masyarakat untuk berperan lebih efektif

dalam melindungi lingkungan laut tempat mereka menetap dan

mencari kehidupan.38

38Ibid, hlm. 45-46.

Page 62: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

50

4. Tugas dan Fungsi Pemerintah Daerah

Tujuan negara Indonesia tertuang tegas dalam alinea ke-4

Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa

Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan

kesejahteraan umum, dan ikut serta melaksanakan ketertiban

dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Salah

satu cara untuk mencapai tujuan tersebut, perlu ada penataan

yang jelas dan sistemik dalam penyelenggaraan negara melalui

tata pemerintahan.

Dalam pelaksanaan tata pemerintahan, Pasal 18 UUD 1945,

mengatur, “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas

kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten dan kota itu

mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-

undang”. Berdasarkan ketentuan ini dapat dipahami bahwa dalam

sistem pemerintahan Indonesia terdapat 3 jenjang pemerintahan,

yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kota/kabupaten.

Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia merujuk

pada kerangka konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam UUD 1945 terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan

yakni, nilai Unitaris dan nilai Desentralisasi. Nilai dasar Unitaris

diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia akan mempunyai

Page 63: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

51

kesatuan pemerintah lain di dalamnya yang bersifat Negara.

Artinya kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan negara

Repulik Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan

pemerintah regional atau lokal. Sementara itu nilai desentralisasi

diwujudkan dengan pembentukan daerah otonom dan penyerahan

kewenangan untuk menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah

yang telah diserahkan atau diakui sebagai domain rumah tangga

daerah otonom tersebut.

Adapun kewenangan pemerintah daerah berdasarkan Pasal

10 adalah menyelengarakan urusan pemerintah yang menjadi

kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh

Undanng-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah (ayat

1). Dalam menyelenggaran urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan

asas otonomi dan tugas pembantuan (ayat (2)) Urusan

pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi: politik luar negeri; pertahanan;

keamanan; yustisi; monoter dan fiscal nasional; dan agama.

Sedangkan dalam Pasal 14 diatur tentang urusan wajib yang

menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota

merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:

Page 64: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

52

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat;

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. Penanganan bidang kesehatan;

f. Penyelenggaraan pendidikan;

g. Penanggulangan masalah sosial;

h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan

menengah;

j. Pengendalian lingkungan hidup;

k. Pelayanan pertnahan;

l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. Pelayanan administrasi penanaman modal;

o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundang-undangan.

Selanjutnya dalam ayat (2) ditentukan bahwa urusan

pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan

pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Page 65: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

53

Kewajiban daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah

berdasarkan Pasal 22 adalah:

a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan

kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;

e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang

layak;

h. Mengembangkan sistem jaminan sosial;

i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

k. Melestarikan lingkungan hidup;

l. Mengelola administrasi kependudukan;

m. Melestarikan nilai sosial budaya;

n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-

undangan sesuai dengan kewenangannya; dan

o. Kewajiban lain yang di atur dalam peraturan perundang-

undangan.

Sesuai dengan hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagai negara hukum, pengembangan sistem Pengelolaan

Page 66: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

54

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai bagian dari

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

harus diberi dasar hukum yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna

menjamin kepastian hukum bagi upaya pengelolaan Wilayah

Pesisir. yang berkenaan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil adalah mengenai adanya pembagian

kewenangan daerah di wilayah laut dan pesisir dengan

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah

Daerah, yang tercantum di dalam pasal 18.

1. Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan

untuk mengelola sumber daya di wilayah laut.

2. Daerah mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan sumber

daya alam di bawah dasar dan/atau di dasar laut sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

3. Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di

wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan

kekayaan laut;

b. pengaturan administratif;

c. pengaturan tata ruang;

Page 67: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

55

d. penegakan hukum terhadap peraturan yang

dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan

kewenangannya oleh Pemerintah;

e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan

f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.39

39Shafwan Ahadi, Op.Cit.,hlm. 15-18.

Page 68: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

56

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul dari penelitian ini, maka penulis dalam

mengadakan penelitian ini menggunakan jenis penelitian normative

yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder lainnya. Penelitian ini

akan berfokus untuk mencari berbagai permasalahan yang timbul

mengenai hak konstitusional pengelolaan sumber daya pesisir dan

laut. Tempat penelitian ini adalah Universitas Hasanuddin, dalam

hal ini perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,

perpustakaan umum Universitas Hasanuddin dan Kabupaten

Maros.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder yang bersumber pada bahan hukum sekunder

berupa hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar

(Koran) dan berita internet yang relevan dengan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah dengan studi pustaka, yaitu

mengumpulkan, mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis

data untuk kemudian dilakukan pemahaman, pencatatan atau

Page 69: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

57

pengutipan terhadap data tersebut. Studi pustaka dilakukan melalui

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Identifikasi data yang diperlukan;

2. Inventarisasi data yang relevan dengan rumusan masalah.

D. Analisi Data

Analisis data merupakan upaya mengolah data menjadi

informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat

dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab

masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Hasil

analisis tersebut dapat ditafsirkan untuk menjawab suatu

permasalahan yang akan dikaji. Dalam penelitian ini, data yang

diperoleh melalui studi pustaka akan dianalisis secara kualitatif

kemudian disajikan secara deskriptif yaitu dengan menguraikan,

menjelaskan dan menggambarkan mengenai Hak Konstitusional

Pengelolaan Sumber Daya Alam Pesisir Oleh Warga Pesisir

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005.

Page 70: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

58

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hak Konstitusional Warga Negara Indonesia

Salah satu unsur Negara adalah rakyat, yakni manusia yang

diami territorial Negara tersebut. Mereka dianggap sebagai satuan

kesatuan. Negara hanya memiliki satu territorial saja, begitu juga

Negara hanya memiliki satu rakyat dan kesatuan territorial adalah

kesatuan hukum. Kesatuan ini dibentuk oleh kesatuan tatanan

hukum yang berlaku bagi para individu yang dianggap sebagai

rakyat dari Negara tersebut. Rakyat Negara adalah para individu

yang perbuatannya diatur oleh tatanan nasional, yakni bidang

validitas personal seperti bidang validitas territorial dari tatanan

hukum nasional itu terbatas, begitu pula bidang validitas

personalnya. Seseorang termasuk rakyat dari suatu Negara

tertentu jika dia termasuk dalam bidang validitas personal dari

tatanan hukumnya.40

Kewarganegaraan atau kebangsaan adalah suatu sistem

pribadi yang perolehan dan pelepasannya diatur oleh hukum

nasional dan hukum internasional. Tatanan hukum nasional

menjadikan kewarganegaraan ini sebagai kondisi dari hak dan

kewajiban tertentu.41

40 Dhian Fadhlan hidayat, Op. Cit, hlm. 49. 41 Ibid, hlm. 14.

Page 71: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

59

Undang-undang Dasar Tahun 1945 setelah diamandemen

mengatur hak dan kewajiban warga Negara Indonesia, anatara lain

:

1. Hak atas kewarganegaraan

- Hak atas status kewarganegaraan Pasal 28D ayat (4).

- Hak atas kesamaan kedudukan di dalam hukum dan

pemerintahan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1),

Pasal 28D ayat (3).

2. Hak atas hidup

- Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan

kehidupannya Pasal 28A, Pasal 28I ayat (1).

- Hak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang Pasal 28B ayat (2).

3. Hak untuk mengembangkan diri

- Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan

kebutuhan dasar, mendapat pendidikan, memperoleh

manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan

budaya Pasal 28C ayat (1).

- Hak atas jaminan sosial memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagaimana

manusia yang bermartabat Pasal 28H ayat (3).

- Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosial

Pasal 28F.

Page 72: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

60

- Hak mendapatkan pendidikan Pasal 31 (1), Pasal 28C

ayat (1).

4. Hak atas kemerdekaan pikiran dan kebebasan memilih

- Hak atas kemerdekaan pikiran dan hati nurani Pasal

28I ayat (2).

- Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan Pasal 28E

ayat(2).

- Hak untuk bebas memeluk agama dan beribadah

menurut agamanya Pasal 28E ayat (1), Pasal 29 ayat

(2).

- Hak untuk bebas memilih pendidikan dan pengajaran,

pekerjaan, kewarnegaraan, tempat tinggal Pasal 28E

ayat (1).

- Hak atas kebebasan berserikat dan berkumpul Pasal

28E ayat (3).

- Hak untuk menyatakan pikiran dan sikap sesuai

dengan hati nurani Pasal 28E ayat (2).

5. Hak atas informasi

- Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

Pasal 28F.

- Hak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

mengolah dan menyampaikan informasi dengan

menggunakan segala jenis saluran yang tersedia Pasal

28F.

Page 73: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

61

6. Hak atas kerja dan penghidupan layak

- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan Pasal 27 ayat (2).

- Hak untuk bekerja dan mendapat imbalan dan

perlakuan yang adil serta layak dalam hubungan kerja

Pasal 28D ayat (2).

- Hak untuk tidak diperbudak Pasal 28I ayat (1).

7. Hak atas kepemilikan dan perumahan

- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Pasal 28H ayat

(4).

- Hak untuk bertempat tinggal Pasal 28H ayat (1).

8. Hak atas kesehatan dan lingkungan sehat

- Hak untuk hidup sejahterah lahir dan batin Pasal 28H

ayat (1).

- Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat Pasal 28H ayat (1).

- Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan Pasal

28B ayat (1).

9. Hak berkeluarga

- Hak untuk membentuk keluarga Pasal 28B ayat (1).

10. Hak atas kepastian hukum dan keadilan

- Hak atas pengakuan, jaminan dan perlindungan dan

kepastian hukum yang adil Pasal 28D ayat (1).

Page 74: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

62

- Hak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum

Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 ayat (1).

- Hak atas diakui sebagai pribadi di hadapan hukum

Pasal 28 ayat (1).

11. Hak bebas dari ancaman, diskriminasi dan kekerasan

- Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman

ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

yang merupakan hak asasi Pasal 28G ayat (1).

- Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang

merendahkan derajat martabat manusia Pasal 28G

ayat (2).

- Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar

apapun Pasal 28I ayat (2).

- Hak untuk mendapatkan kemudahan dan perlakuan

khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat

yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan

Pasal 28H ayat (2).

12. Hak atas perlindungan

- Hak atas perlindungan dari pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah

kekuasaannya Pasal 28G ayat (1).

- Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap

perlakuan yang bersifat diskriminatif Pasal 28I ayat (2).

Page 75: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

63

- Hak atas perlindungan identitas budaya dan hak

masyarakat tradisional yang selaras dengan

perkembangan zaman dan peradaban Pasal 28I ayat

(3).

- Hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

Pasal 28B ayat (2), Pasal 28I ayat (2).

- Hak untuk memperoleh suaka politik dari Negara lain

Pasal 28G ayat (2).

13. Hak memperjuangkan hak

- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan

haknya secara kolektif Pasal 28C ayat (2).

- Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan

mengeluarkan pendapat Pasal 28, Pasal 28E ayat (3).

14. Hak atas pemerintahan

- Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan Pasal 28D ayat (3), Pasal 27 ayat (1).42

B. Hak Konstitusional Masyarakat Pesisir

Pancasila sebagai falsafah negara dan Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Negara

mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa

Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum serta

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tanggung jawab Negara dalam melindungi rakyat Indonesia

42 https://ulielambry.wordpress.com/2012/12/03/hak-konstitusional-warga-negara-indonesia. Diakses pada tanggal 05 Mei 2016.

Page 76: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

64

dilakukan dengan penguasaan sumber daya alam yang dimiliki

oleh Negara, termasuk pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil.

Indonesia sebagai Negara maritim tentunya memiliki peran

ganda dalam hal mewujudkan hak-hak tiap warga Negara

Indonesia. Baik itu hak-hak yang telah diatur oleh Undang-Undang

Dasar 1945, maupun hak-hak yang hidup didalam lingkungan

masyarakat. Disamping itu, keberagaman suku dan adat

masyarakat Indonesia bukan menjadi alasan bagi pemerintah

untuk tidak mengakomodir setiap persoalan hukum baik itu secara

nasional maupun daerah.

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah, daerah-daerah di

Indonesia diberikan kewenangan untuk mengatur sendiri urusan

daerahnya supaya tujuan dari otonomi daerah bisa tercapai yang

dimana tujuannya :

1. agar tidak terjadi pemusatan dalam kekuasaan

pemerintahan pada tingkat pusat sehingga jalannya

pemerintahan dan pembangunan berjalan lancar.

2. agar pemerintah tidak hanya dijalankan oleh pemerintah

pusat, tetapi daerah pun dapat diberi hak untuk mengurus

sendiri kebutuhannya.

Page 77: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

65

3. agar kepentingan umum suatu daerah dapat diurus lebih

baik dengan memperhatikan sifat dan keadaan daerah

yang mempunya kekhususan sendiri.

Adapun prinsip dari otonomi daerah itu sendiri menggunakan

prinsip otonomi seluas-luasnya, prinsip otonomi yang nyata, dan

berprinsip otonomi yang bertanggung jawab. Jadi, kewenangan

otonomi yang diberikan terhadap daerah adalah kewenangan

otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Berikut prinsip-prinsip

otonomi daerah :

1. Prinsip otonomi seluas-luasnya, artinya daerah diberikan

kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan

pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang

pemerintahan, kecuali kewenangan terhadap bidang politik

luar negeri, keamanan, moneter, agamar, peradilan, dan

keamanan. serta fiskal nasional.

2. Prinsip otonomi nyata, artinya daerah diberikan

kewenangan untuk menangani urusan pemerintahan

berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang

senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup

dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan

daerah.

3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi

yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar

Page 78: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

66

sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi,

yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah

termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang

merupakan bagian utama dari tujuan nasional.43

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mengatur hak dan kewajiban

masyarakat terdapat dalam Pasal 60, antara lain disebutkan :

1. Hak

a. Memperoleh akses terhadap bagian perairan pesisir

yang sudah diberi izin lokasi dan izin pengelolaan.

b. Mengusulkan wilayah penangkapan ikan secara

tradisional ke dalam RZWP-3-K.

c. Mengusulkan wilayah masyarakat hukum adat ke

dalam RZWP-3-K.

d. Melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir

dan pulau-pulau kecil berdasarkan hukum adat yang

berlaku dan tidak bertentangan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

e. Memperoleh manfaat atas pelaksanaan pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

f. Memperoleh informasi berkenaan dengan pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

43 http://www.artikelsiana.com/2015/06/pengertian-otonomi-daerah-tujuan-asas.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.

Page 79: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

67

g. Mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak

berwenang atas kerugian yang menimpa dirinya yang

berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil.

h. Menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan

yang sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu.

i. Melaporkan kepada penegak hukum akibat dugaan

pencemaran dan/atau pengrusakan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil yang merugikan kehidupannya.

j. Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap

berbagai masalah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

yang merugikan kehidupannya.

k. Memperoleh ganti rugi, dan

l. Mendapat pendampingan dan bantuan hukum terhadap

permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Kewajiban

a. Memberikan informasi berkenaan dengan pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

b. Menjaga, melindungi dan memelihara kelestarian

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Page 80: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

68

c. Menyampaikan laporan terjadinya bahaya,

pencemaran, dan/atau kerusakan lingkungan di wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil, dan

d. Melaksanakan program pengelolaan wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil yang disepakati ditingkat desa.44

Aturan hukum mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil selama ini belum memberikan kewenangan dan

tanggung jawab Negara secara memadai atas pengelolaan

perairan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui mekanisme

pemberian hak penguasaan perairan pesisir (HP-3). Mekanisme

HP-3 mengurangi hak penguasaan Negara atas pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sehingga ketentuan mengenai

HP-3 oleh Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Nomor 3/PPU-

VII/2010 dinyatakan bertentangan dengan Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai

kekuasaan hukum mengikat.

Keberadaan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sangat strategis

untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan sumber daya

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil. Namun, dalam pelaksanaannya Undang-undang

44 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Page 81: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

69

Nomor 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil belum memberikan hasil optimal. Oleh karena itu,

dalam rangka optimalisasi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil, Negara bertanggung jawab atas pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil dalam bentuk penguasaan kepada

pihak lain (perorangan atau swasta)melalui mekanisme perizinan.

Pemberian izin kepada pihak lain tersebut tidak mengurangi

wewenang Negara untuk membuat kebijakan, melakukan

pengaturan, melakukan pengurusan, melakukan pengelolaan dan

melakukan pengawasan. Dengan demikian Negara tetap

menguasai dan mengawasi secara utuh seluruh pengelolaan

wilayah pesisir dsan pulau-pulau kecil.

Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juga

dilakukan dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-

kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya

sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta

mengakui dan menghormati masyarakat lokal dan masyarakat

tradisional yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Indonesia sebagai negara hukum yang menghormati hak-hak

asasi manusia yang lebih rinci dijabarkan dalam UUD 1945, baik itu

hak-hak masyarakat sebagai manusia secara universal dan

masyarakat sebagai warga negara. Disamping itu, sesuai dengan

semangat negara hukum yakni menjalankan pemerintahan

Page 82: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

70

berdasar kepada hukum, perlulah aturan-aturan yang berlaku tetap

mengedepankan terselenggaranya hak-hak tiap warga Negara.

Berdasarkan penjelasan mengenai hak dan kewajiban

masyarakat pesisir, sudah sepatutnya pemerintah

mensosialisasikan kepada masyarakat pesisir dan laut atas apa

yang menjadi hak dan kewajiban dalam pengelolaan sumber daya

pesisir dan laut dan memberikan arahan kepada masyarakat

supaya tetap menjaga kelestarian wilayah pesisir dan laut serta

tidak melakukan pengrusakan maupun pencemaran selama

pengelolaan sumber daya pesisir dan laut dilakukan oleh

masyarakat.

C. Analisis Hukum Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005

Peraturan daerah kabupaten Maros nomor 12 tahun 2005

tentang pengelolaan sumber daya pesisir dan laut mengatur

tentang hak konstitusional masyarakat di wilayah pesisir Maros

terdapat pada BAB V hak tradisional masyarakat mengelola

wilayah pesisir dan laut, antara lain :

1. Pasal 10

a. Pemerintah daerah mengakui hak-hak tradisional

masyarakat lokal atas kegiatan pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang secara

nyata telah berlangsung turun temurun dan dilakukan

Page 83: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

71

dengan tidak merusak lingkungan serta memlihara

keberkelanjutan lingkungan pesisir dan laut.

b. Pemerintah desa berkewajiban meginventarisir dan

melaporkan dalam bentuk tertulis semua data kegiatan

masyarakat pesisir dan laut sebagaimana dimaksud

ayat (1) kepada Bupati melalui dinas atau lembaga

yang di bentuk.

Dengan adanya unsur pengakuan pengelolaan sumber daya

pesisir dan laut dan telah diakuinya hak konstitusional masyarakat

oleh pemerintah Kabupaten Maros. Sehingga pemerintah wajib

memperhatikan dan mengawasi apa yang menjadi rutinitas

masyarakat setempat dan apa yang menjadi pemicu penghambat

dalam perkembangan industri perikanan terkhusus di Kabupaten

Maros yang tidak bertentangan dengan peraturan daerah dalam

pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut dan masyarakat bisa

tetap mempertahankan cara pengelolaan yang secara turun

temurun dilakukan oleh masyarakat tradisional. Sangat diketahui

bahwa salah satu tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan dan

kesejahteraan bagi masyarakat.

2. Pasal 11

Proses pengakuan praktek pengelolaan secara tradisional

dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut :

Page 84: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

72

a. Pemuka-pemuka adat dari kelompok masyarakat lokal

mengumpulkan dan menyajikan bukti kepada dinas

atau lembaga yang di bentuk bahwa masyarakat

senantiasa menjalankan praktek-praktek tersebut

secara turun temurun.

b. Dinas atau lembaga yang dibentuk melakukan

peninjauan dan evaluasi atas bukti pengelolaan dan

pemanfaatan secara tradisional yang hasilnya

disampaikan kepada Bupati.

c. Bupati menetapkan keputusan pengakuan pengelolaan

secara tradisional sebagaimana dimaksud ayat (1). 45

Undang-undang Pengelolaan Daerah Pesisir dapat

ditemukan pengertian masyarakat, yang membagi masyarakat ke

dalam masyarakat adat, masyarakat lokal dan masyarakat

tradisional yang mendefinisikan :

“masyarakat adat adalah kelompok masyarakat pesisir yang secara

turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena

adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat

dengan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta adanya

system nilain yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial dan

hukum”.

45 Peraturan Daerah Kabupaten Maros Tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Nomor 12 Tahun 2005.

Page 85: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

73

“masyarakat lokal didefinisikan sebagai kelompok masyarakat yang

menjalankan tata kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan

yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum tetapi

tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya pesisir dan pulau-

pulau kecil tertentu”.

“masyarakat tradisional adalah masyarakat perikanan tradisional

yang masih diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan

penangkapan ikan atau kegiatan lainnya yang di daerah-daerah

tertentu yang berada dalam perairan kepulauan sesuai dengan

kaidah hukum laut internasional”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Undang-undang pengelolaan daerah pesisir mendefinisikan

masyarakat sebagai : (1) sekelompok orang yang berkumpul dalam

satu wilayah karena adanya kesamaan adat istiadat dan nilai-nilai

yang dipercaya sebagai norma dimana kelompok tersebut

menggantungkan hidupnya dari hasil laut, (2) sekelompok orang

yang tinggal diwilayah pesisir tetapi tidak menggantungkan

hidupnya pada hasil laut. Yang menarik adalah adanya pemisahan

antara masyarakat adat dan masyarakat tradisional, yang jika

dipahami memiliki arti yang sama yaitu kesamaan wilayah akan

tetapi ada penambahan pengakuan terhadap hukum laut

internasional pada kelompok masyarakat tradisional. Walaupun

terdapat perbedaan dalam mendefinisikan masyarakat dan tidak

ada pengertian yang universal menyangkut konsep tersebut, akan

Page 86: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

74

tetapi dalam kaitannya dengan peran masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan, partisipasi kedua tipe masyarakat menjadi

penting dan saling mendukung.46

Saat ini, misalnya, telah terbit sejumlah peraturan, baik di

tingkatan kabupaten (Perda) maupun desa (Perdes) yang

mengatur tentang bagaimana pengelolaan wilayah pesisir, laut dan

pulau-pulau kecil. Dengan peraturan-peraturan yang ada baik

pemerintah maupun masyarakat harus bekerja sama dalam

mewujudkan keseimbangan dan pemerataan dengan

memperhatikan nelayan kecil dan pembudi daya ikan.

Harus diingat pula masih terbatasnya kapasitas pemerintah

(baik dana maupun personel) dalam mengimplementasikan

pengawasan atas peraturan-peraturan yang berlaku di kawasan

P3K. Selain lebih murah, ternyata pengaturan yang dilakukan di

tingkat lokal terbukti sangat efektif karena tidak mencakup wilayah

yang sangat luas.

Salah satu hal baru dalam Undang-undang ini adalah adanya

Pengaturan tentang Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3)

dimana hal ini merupakan hak atas bagian-bagian tertentu dari

perairan pesisir untuk usaha kelauta n dan perikanan, serta usaha

lain yang terkait dengan pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil yang mencakup atas permukaan laut dan kolom

46 Jurnal Lingkungan Hidup, Op.Cit, hlm. 36-37.

Page 87: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

75

air sampai dengan permukaan dasar laut pada batas keluasan

tertentu.

Pengertian dari HP-3 ini adalah Hak Pengusahaan Perairan

Pesisir. Artinya bukan penguasaan namun pengusahaan. Perlu

diingat, lanjutnya HP-3 adalah hak pemanfaatan bukan hak

kepemilikan. Jika dalam kurun waktu tertentu kawasan yang sudah

mendapat izin HP-3 tidak dimanfaatkan oleh pengusahanya, maka

HP-3 tersebut bisa dicabut. Pemberian HP-3 untuk usaha yang

hanya memanfaatkan kawasan pesisir atau perairannya saja

secara menetap, bukannya mengeksploitasi secara besar-besaran

sumber daya alam yang ada di kawasan tersebut seperti halnya

Hak Pengusahaan Hutan (HPH).

Jadi keberadaan HP-3 pada dasarnya adalah untuk

memberikan kepastian hak usaha bagi masyarakat, bukannya

malah menyengsarakan masyarakat. Izin HP-3 sendiri bisa

dijualbelikan baik untuk perorangan atau korporasi. . Jika sekarang

sudah ada pemanfaatan wilayah pesisir yang dimiliki oleh

perorangan maupun perusahaan tentunya secara bertahap harus

dibenahi.

Diharapkan nantinya tidak ada lagi pantai yang dimiliki secara

perorangan maupun korporasi yang dapat menyebabkan

Ketimpangan Penguasaan Hak dan masyarakat pesisir dapat tetap

mengakses kawasan tersebut. Semua kegiatan pemanfaatan di

Page 88: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

76

kawasan pesisir boleh dilakukan asalkan sesuai peraturan yang

berlaku dan tidak saling merugikan.

Keberadaan HP-3 juga bisa melindungi hak adat masyarakat

setempat terhadap suatu kawasan perairan. Selama ini

kepentingan masyarakat tradisional selalu terabaikan ketika ada

kepentingan yang lebih besar masuk di kawasan pesisir. Jika

masyarakat adat setempat sudah punya HP-3, maka

kepentingannya dapat terlindungi.47

D. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005

Kabupaten Maros

Sebagian besar masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten

Maros adalah nelayan yang menggantungkan kehidupannya pada

sumber daya pesisir khususnya desa Nisombalia Kecamatan

Marusu yang hampir 60% masyarakatnya berprofesi sebagai

nelayan dan perikanan sebagai sumber pendapatan lainnya.

Sebelum diterapkannya Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun

2005 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Laut, bahwa

pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang dilakukan oleh

masyarakat belum tertata dan belum adanya pengawasan penuh

pemerintah baik dari pemerintah Kabupaten Maros/Bupati dan

47http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&ua

ct=8&ved=0ahUKEwjus42j38nMAhVHv44KHTUHDXUQFggmMAI&url=http%3A%2F%2Fgarasi.in%2Fhak-pengusahaan-perairan-pesisir-hp-3.html&usg=AFQjCNEYHD1t7ovzD_neNHxbh-O2nmYi8Q. Diakses pada tanggal 08 Mei 2016.

Page 89: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

77

dinas yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut

dan perangkat Desa misalnya. Karena belum ada aturan mengenai

pengelolaan sumber daya pesisir sehingga perusahaan-

perusahaan asing dengan leluasa membangun industri-industri

yang menyebabkan akan terjadinya pencemaran lingkungan yang

berdampak buruk pada wilayah pesisir dan laut dan masyarakat

dalam mengelola sumber daya pesisir dan laut tidak memerlukan

izin dari pemerintah.

Dengan beberapa permasalahan-permasalahan yang di

hadapi oleh masyarakat maka menjadi pemicu di bentuknya atau

diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 yang

bertujuan untuk memberikan pengakuan dan kewenangan kepada

masyarakat melalui upaya penyusunan kerangka kerja, prosedur

dan prioritas pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan laut di

Kabupaten Maros, sehingga Peraturan Daerah ini memberikan

penguatan kepada masyarakat dalam pengelolaan sumber daya

pesisir dan laut melalui pendidikan, latihan dan pelayanan kepada

masyarakat. Oleh karena itu prioritas dan kerangka kerja yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah secara bersama-sama

dengan masyarakat akan tercapainya kesejahteraan bagi seluruh

rakyat di Kabupaten Maros.

Dengan berlakunya peraturan daerah tersebut pemerintah

kabupaten dan dinas yang dibentuk oleh pemerintah, masyarakat

Page 90: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

78

sering mendapat bantuan baik itu dalam bentuk bibit, perahu dan

yang diperlukan oleh masyarakat pesisir. Peraturan Daerah Nomor

12 Tahun 2005 juga memberi batasan pengelolaan sumber daya

pesisir dan laut baik masyarakat maupun perusahaan-perusahaan

asing.

Pasal 28 ayat (1) BAB X tentang izin pengelolaan sumber

daya pesisir dan laut mengatakan :

“Setiap orang atau badan hukum yang akan mengelola

atau memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut harus

terlebih dahulu memperoleh izin Bupati”.

Bahwa masyarakat tidak lagi sewenang-wenangnya

melakukan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut tanpa

adanya izin dari Bupati, namun pada realitasnya pengelolaan

sumber daya pesisir dan laut yang dilakukan oleh masyarakat tetap

terlaksana seperti biasa tanpa izin dari Bupati walaupun sudah di

pertegas pada Pasal 28 ayat (1). Artinya bahwa kurangnya

sosialisasi dari pemerintah setempat terkait Peraturan Daerah

Nomor 12 Tahun 2005.

Terkait dengan sosialisasi kebijakan pengelolaan sumber

daya perikanan di wilayah pesisir, belum tersosialisasikan dengan

baik dan merata di setiap wilayah pesisir di Kabupaten Maros,

bahkan hingga ke pelosok-pelosok sosialisasi masih kurang

Page 91: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

79

dilakukan dengan hasil yang tidak memuaskan dengan ukuran

bahwa para pelaku usaha baik perorangan maupun berbentuk

badan hukum banyak yang belum mengerti dan belum mengetahui

dengan aturan yang terdapat pada Peraturan Daerah Kabupaten

Maros Nomor 12 Tahun 2005.

Seharusnya pemerintah Kabupaten Maros memperhatikan hal

ini dan menjadikan sebagai prioritas utama untuk diselesaikan

rangka peningkatan pengelolaan sumber daya perikanan di

Kabupaten Maros. Seharusnya peningkatan ini dilakukan dengan

cara memperbanyak pelatihan bagi masyarakat pesisir demi

pengembangan pengetahuannya dalam mengelola sumber daya

perikanan di Kabupaten Maros.

Selain itu ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah

pengorganisasian masyarakat pesisir dalam melakukan

pengelolaan sumber daya pesisir sebagai mata pencaharian

sehari-harinya. Organisasi yang di kelola secara profesional tentu

akan menghasilkan hasil yang signifikan jika dibandingkan dengan

pengorganisasian yang di kelola secara tradisional. Pembinaan

yang dilakukan pemerintah pun akan semakin mudah mengingat

profesionalisme sudah diterapkan sampai pada level masyarakat

pesisir.

Dapat disimpulkan bahwa implementasi Peraturan Daerah

Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Pesisir

Page 92: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

80

Dan Laut sudah terlaksana dengan baik dengan adanya bantuan

dari pemerintah/Bupati maupun dinas yang terkait yang tiada

habisnya. Namun ada beberapa yang menjadi titik lemah peraturan

daerah terkait pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yaitu

kurangnya pengawasan dan sosialisasi dari pemerintah Kabupaten

Maros terkhusus hak konstitusional masyarakat tersebut.

E. Perlindungan hukum terhadap masyarakat pesisir yang

mengelola sumber daya pesisir berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 12 Tahun 2005

1. Perlindungan Hukum Dalam Peraturan Daerah Nomor

12 Tahun 2005

Mengacu pada teori perlindungan hukum oleh Philipus yaitu

perlindungan hukum preventif yang berisi untuk mencegah suatu

pelanggaran atau sengketa sebelum hal tersebut terjadi. Karena

sifatnya yang lebih menekankan kepada pencegahan sehingga

pemerintah dengan aturan yang ada lebih berhati-hati dalam

menerapkan atura tersebut.

Keterkaitan antara Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005

mengatur pencegahan pencemaran dan perusakan sumber daya

pesisir dan laut. Pasal 19 berbunyi : 1) setiap orang atau badan

hukum yang memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut harus

mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan sumber daya

pesisir dan laut, 2) setiap orang atau badan hukum dalam

menjalankan kegiatannya harus menggunakan sarana produksi

Page 93: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

81

yang sifatnya tidak mencemari atau merusak sumber daya pesisir

dan laut.

Pasal 20 berbunyi : setiap orang atau badan hukum dilarang

memasukkan limbah cair, gas, dan zat berbahaya lainnya di

wilayah pesisir dan laut yang dapat mengakibatkan pencemaran,

Pasal 21 berbunyi : setiap orang atau badan hukum dilarang

melakukan kegiatan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut

tanpa izin dari Bupati melalui dinas terkait.

Namun pada realitasnya masih banyak terjadi perusakan dan

pencemaran yang dilakukan oleh pihak asing dengan

menggunakan trol-trol yang mengakibatkan usaha-usaha yang

dilakukan oleh masyarakat pesisir dan laut seperti penanaman

bakau habis begitu saja yang belum sempat dilihat hasil dari bakau

tersebut, sehingga diharapkan pemerintah setempat untuk

menindaklanjuti permasalahan yang ada sekarang.

Robert Merton, seorang sosiologis, mengaitkan masalah

kejahatan dengan struktur sosial yang menawarkan tujuan yang

sama untuk semua anggotanya (agen sosial) tanpa member

sarana yang merata untuk mencapainya. Kekurangpaduan antara

apa yang diminta oleh budaya dan kebutuhan dengan apa yang

diperbolehkan oleh struktur (yang mencegah memperoleh

kebutuhan itu) dapat menyebabkan norma-norma runtuh karena

tidak lagi efektif untuk membimbing tingkah laku. Namun dalam hal

Page 94: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

82

ini,48 dikaitkan dengan Pasal 28 ayat (1) “setiap orang atau badan

hukum yang akan mengelola atau memanfaatkan sumber daya

pesisir dan laut harus terlebih dahulu memperoleh izin Bupati”.

Karena beratnya perizinan dari pemerintah dalam pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut sehingga masyarakat

mengabaikan aturan yang diterapkan oleh pemerintah itu sendiri

artinya bahwa selama pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut

yang dilakukan oleh masyarakat tidak pernah melalui izin dari

pemerintah/Bupati dan dinas yang terkait.

2. Efektifitas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005

Hukum ada karena kekuasaan yang sah. Sebaliknya,

kekuasaan yang sah menciptakan hukum. Hukum adalah

kekuasaan, yang mengusahakan ketertiban yang diciptakan oleh

kekuasaan yang sah. Walaupun begitu, penegakan kekuasaan

merupakan unsur esensial dan tiada kekuasaan yang kebal

terhadap rule of law, yang berarti pengaturan oleh hukum atau

lebih dikenal dengan istilah supermasi hukum. Menurut Albert Venn

Diecy, seorang yuris asal Inggris pada abad 19-20, rule of law

mengandung 3 unsur, yaitu hak asasi manusia dijamin dalam

Undang-undang, persamaan di muka hukum (equality before the

law) dan supremasi aturan hukum serta tidak ada kesewenang-

wenangan tanpa aturan jelas. Rule of law ini hadir dalam Pasal 1

ayat (3) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

48 Jurnal Lingkungan Hidup, Op. Cit, hlm. 54.

Page 95: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

83

Idealnya, equality before the law dapat belaku bila setiap

orang memiliki akses yang sama terhadap sumber daya dan

keadilan. Menurut logika silogisme hukum dengan penalaran

deduktif, berdasarkan prinsip tersebut setiap orang yang

merambah hutan atau melakukan kegiatan pemanfaatan

dikawasan konservasi dapat dipidana tanpa memandang kelas

sosial dan aksesibilitasnya. Hukum tidak memikirkan bahwa

kemiskinan dan keadaan terpinggirkan timbul karena dampak laten

kontruksi politik dan ekonomi yang sebenarnya disahkan oleh

kebijakan hukum itu sendiri. Yang menjauhkan orang miskin dari

akses keadilan dan sumber daya.49

Berbicara tentang keadilan, menurut Jimly Ashiddiqie bahwa

dalam hukum harus ada keadilan dan kepastian hukum dan

kepastian hukum itu penting agar orang tidak bingung, tetapi

keadilan dan kepastian hukum itu sendiri merupakan dua sisi dari

satu mata uang. Keadilan dan kepastian hukum tidak terlu

dipertentangkan dan kalimatnya tidak boleh dipotong, berarti

keadilan pasti identik dengan kepastian yang adil. Apabila

ketidakpastian itu terjadi berarti terjadi pula ketidakadilan bagi

banyak orang. Jangan karena ingin mewujudkan keadilan bagi satu

orang justru menciptakan ketidakadilan bagi banyak orang.50

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten

Maros Nomor 12 Tahun 2005 bahwa pengelolaan sumber daya

49 Ibid, hlm. 52-53. 50 Ramlan, Op. Cit, hlm. 21.

Page 96: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

84

pesisir dan laut dilakukan dengan berlandaskan pada prinsip

keseimbangan dan berkelanjutan, keterpaduan, pemberdayaan

masyarakat, akuntabel dan transparansi serta pengakuan terhadap

hak-hak tradisional masyarakat lokal.

Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan

laut berdasarkan prinsip keseimbangan dan berkelanjutan yaitu

tiap kegiatan yang dijalankan harus memperhatikan kelestarian

sumber daya pesisir dan laut serta pemelihan fungsi ekosistem,

dengan tetap memperhatikan prinsip keterpaduan yaitu semua

kegiatan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dijalankan

berdasarkan keterpaduan antar sektor, keterpaduan pengelolaan

dan ilmu pengetahuan, keterpaduan antar pihak, keterpaduan

ruang serta prinsip pemberdayaan masyarakat pesisir yaitu

kegiatan dijalankan bertujuan untuk membangun kapasitas dan

kemampuan masyarakat melaksanakan dan mengawasi

pelaksanaan kegiatan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan

laut.

Sementara yang dimaksud dengan prinsip akuntabel dan

transparan yaitu mekanisme kegiatan yang dijalankan oleh

pemerintah, masyarakat, sektor swasta dan berbagai pihak harus

ditetapkan oleh transparan, demokrasi, dapat

mempertanggungjawabkan, menjamin kesejahteraan masyarakat,

serta memenuhi kepastian hukum, dengan tetap memperhatikan

prinsip pengakuan terhadap hak-hak tradisional masyarakat lokal

Page 97: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

85

dalam pengelolaan sumber daya pesisir . Lebih lanjut dalam

ketentuan Pasal 4 bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan laut

meliputi proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian

sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 terlalu memberatkan

terkait prosedur pengelolaan sumber daya pesisir dan laut bagi

masyarakat yang akan menikmati, memanfaatkan yang

menggantungkan kehidupan sehari-harinya di laut, sehingga

kepastian hukum bagi masyarakat setempat tidak dianggap lagi

karena setiap pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang

dilakukan oleh masyarakat atau kelompok nelayan tidak

memperhatikan akan aturan yang telah diterapkan oleh pemerintah

atau pun dinas terkait dengan izin pengelolaan sumber daya pesisir

dan laut.

Page 98: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 Tentang

pengelolaan wilayah pesisir dan laut mengatur tentang

pengakuan akan keberadaan hak konstitusional masyarakat

pesisir dan laut dalam melakukan pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut. Namun ada

beberapa yang menjadi titik lemah Peraturan Daerah

tersebut yakni kurangnya pengawasan dan sosialisasi dari

pemerintah Kabupaten Maros.

2. Perlindungan hukum terhadap hak konstitusional masyarakat

pesisir pada Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Laut, Pasal

19 ayat (1 dan 2), Pasal 20 dan Pasal 21 tentang

Pencemaran dan pengrusakan sumber daya pesisir dan laut

tidak efektif dikarenakan masih banyak terjadi pencemaran

dan perusakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber

daya pesisir dan laut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka yang menjadi saran

penulis adalah :

1. Pemerintah harus lebih berperan aktif seperti, adanya

pembentukan khusus pengawasan disetiap desa dalam hal

Page 99: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

87

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut

agar pengelolaan sumber daya pesisir lebih efektif dan dapat

memenuhi hak-hak masyarakat pesisir.

2. Perlunya sosialisasi yang maksimal tentang Peraturan

Daerah pengelolaan sumber daya pesisir dan laut serta

pembinaan yang berkaitan dengan bidang perikanan agar

menjadi jaminan yang akan menghasilkan kualitas sumber

daya manusia yang baik sehingga pengelolaan sumber daya

pesisir dan laut dapat menigkatkan kehidupan masyarakat

pesisir.

Page 100: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

88

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdul Halim dan Theresia Damayanti. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Ahmad Yani. 2013. Pebentukan Perundang-undangan yang Responsif. Jakarta: Konstitusi Pers.

Dhian Fadlhan Hidayat. 2015. Status Gender Warga Negara Indonesia yang Berkelamin Ganda (Ambiguous Genetalia) Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri. Skripsi. Makassar. Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Hadi Setia Tunggal. 2014. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Hukum Laut Indonesia. Jakarta: Harvarindo.

Hestiana Farah Dhiba. 2012. Pelaksanaan Sasi Ikan Lompa di Wiayah Pesisir oleh Masyarakat Adat di Maluku Tengah. Skripsi. Makassar: Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

I Dewa Gede Palguna. 2013.Pengaduan Konstitusional (Constitutional Complaint) Upaya Hukum terhadap Pelanggaran Hak-Hak Konstitusional Warga Negara . Jakarta:Sinar Grafika.

John Pieris. 1988. Strategi Kelautan Pengembangan Kelautan dalam Perspektif Pembangunan Nasional. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Ramlan, 2015, Konsep HukumTata Kelola Perikanan “Perlindungan Hukum Industri Perikanan dari Penanaman Modal Asing di Indonesia”. Malang: Setara Press.

Safwan Ahadi. 2014. Perlindungan Hukum Masyarakat Perikanan di Kecamatan Ibu Kabupaten Halmahera Barat. Skripsi, Ternate: Fakultas Hukum Khairun Ternate.

Page 101: SKRIPSI HAK KONSTITUSIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA

89

Jurnal/Makalah

M. Arifin Hamid dkk. Publikasi Berkala Gagasan Konseptual, Kajian Teoritis, dan Hasil Penelitian. (Jurnal Ilmu Hukum Amanna Gappa, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Vol. 12, Nomor 1 Maret 2004)

Jurnal Lingkungan Hidup, Indonesian Center For Environmental Law, Vol. 2 Issue 1, Juli 2015, hlm. 16.

Jimly Asshiddiqie. Hak Konstitusional Perempuan dan Tantangan Penegakannya. Makalah. Disampaikan pada acara Dialog Publik dan Konsultasi Nasional Komnas Perempuan. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 27 November 2007.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Penglolaan Wilayah pEsisir dan Pulau-pulau Kecil.

Peraturan Daerah Kabupaten Maros Tentang Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Nomor 12 Tahun 2005.

INTERNET

https://ulielambry.wordpress.com/2012/12/03/hak-konstitusional-warga-negara-indonesia. Diakses pada tanggal 05 Mei 2016. Pukul 23.15.

http://www.artikelsiana.com/2015/06/pengertian-otonomi-daerah-tujuan-asas.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015. Pukul 22.03.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjus42j38nMAhVHv44KHTU