Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA
GANGREN DIABETIK DI
RSUD KOTA MADIUN
Oleh :
VRISKA ANJARSARI
NIM : 201402053
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA
GANGREN DIABETIK DI
RSUD KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
VRISKA ANJARSARI
NIM : 201402053
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
S K R I P S I
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
DEPRESI PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK
DI RSUD KOTA MADIUN
Menyetujui,
Pembimbing I
(Sesaria Betty M., S.Kep., Ns., M.Kes)
NIS. 20150124
Menyetujui,
Pembimbing II
(Muncul Wiyana, S.KM., M.Kes)
NIP. 197101241997031004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
(Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep)
NIS. 20130092
iv
P E N G E S A H A N
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan dinyatakan telah
memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Tanggal.............................................
Dewan Penguji
1. Ketua dewan penguji
Binar Wahyuning Widhi, S.Kep., Ns., M.Kes : .......................................
2. Penguji I
Sesaria Betty M., S.Kep., Ns., M.Kes : .......................................
NIP. 20150124
3. Penguji II
Muncul Wiyana., S.Kep., Ns., M.Kep : .......................................
NIP. 197101241997031004
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)
NIS. 20160130
v
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Vriska Anjarsari
NIM : 201402053
Judul : Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada
Penderita Gangren Diabetik Di RSUD Kota Madiun
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini berdasarkan pemikiran
dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan
mencantumkan sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi lain sesuai peraturan
yang berlaku di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Demikian pernyataan ini saya buat dalm keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Madiun, Agustus 2018
Vriska Anjarsari
NIM. 201402053
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Vriska Anjarsari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 29 Juli 1993
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus Dari Pendidikan TK Tunas Rimba Perhutani Madiun Tahun 2000
2. Lulus Dari Sekolah Dasar Negri 05 Klegen Madiun Tahun 2006
3. Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 08 Madiun Tahun 2009
4. Lulus Dari Sekolah Menengah Atas Khatolik St.Bonaventura Madiun
2012
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-
sekarang.
vii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
DEPRESI PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK
DI RSUD KOTA MADIUN
Vriska Anjarsari
201402053
105 Halaman + 12 Tabel + 2 Gambar + Lampiran
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronik yang jika tidak dikelola
dengan baik akan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronik. Masalah kaki DM
masih kurang mendapat perhatian hingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat
pada pengelolaan penyakit ini. Akibatnya, banyak penderita yang penyakitnya
berkembang menjadi penderita osteomyelitis dan teramputasi kakinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan derajat depresi
pada penderita gangren diabetik di RSUD Kota Madiun.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Semua penderita
gangren diabetik di RSUD Kota Madiun sejumlah 53 orang. Besar sampel yang di
gunakan sebanyak 35 responden. Teknik sampling yang di gunakan adalah Purposive
Sampling. Pengum[ulan data menggunakan kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner
tingkat depresi (HARS). Selanjutnya di uji analisis menggunakan uji statistik Somers’d
dengan α = 0,05. H1 diterima.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar 20 responden (57,1%)
mengalami dukungan keluarga sedang dan sebagian besar 22 responden (62,9%)
responden derajat depresi pada penderita gangren diabetik adalah sedang. Hasil dari uji
Somers’d menjelaskan ρ= 0,000 < α= 0,05.
Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat adanya hubungan keluarga dengan
tingkat depresi pada penderita gangren diabatik. Dengan adanya dukungan keluarga,
anggota keluarga yang menderita gangren diabetik dengan tingkat depresi termotivasi
sehingga mengalami perubahan untuk melakukan perawatan kaki gangrennya dengan
baik.
Kata Kunci : Dukungan keluarga, derajat depresi, gangren diabetik
viii
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT WITH DEPRESSION
LEVEL IN DIABETIC GANGREN PATIENTS
AT MADIUN CITY HOSPITALS
Vriska Anjarsari 201402053
105 Halaman + 12 Tabel + 2 Gambar + Lampiran
Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that if not managed properly will
cause a variety of chronic complications, the problem of DM legs is still not getting
attention until there is still a basic concept that is less precise on the management of this
disease. As a result, many people with the disease develop into osteomyelitis and
amputated legs. This study aims to determine the relationship between family support
with the degree of depression in diabetic gangrene sufferers in Madiun City Hospitals.
The research design used in this research is correlation with cross sectional
approach. The population in this study were All diabetic gangrene sufferers in hospitals
Madiun a number of 53 people. The sample size is 35 respondents. The sampling
technique used is Purposive Sampling. The data were collected using a family support
questionnaire and a depressed level questionnaire (HARS). Furthermore, in the analysis
test using the statistical test of Somers'd with α = 0,05. H1 accepted.
The results of this study indicate that most of the 20 respondents (57.1%)
experienced moderate family support and most of the 22 respondents (62.9%) of the
respondents of depression degree in diabetic gangrene sufferers were moderate. The
result of the Somers'd test explains ρ = 0,000 <α = 0.05
The conclusion of this study is that there is a family relationship with depression
level in gangrene sufferer diabatik. With the support of the family, family members who
suffer from diabetic gangrene with a motivated level of depression so that it changes to
do the treatment of gangrene legs well.
Keywords: family support, degree of depression, diabetic gangrene.
ix
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam .................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................ iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Pernyataan ............................................................................................. v
Lembar Riwayat Hidup ...................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................. ix
Daftar Tabel ....................................................................................................... xi
Daftar Gambar .................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ................................................................................................. xiii
Daftar Singkatan ................................................................................................. xiv
Daftar Istilah ....................................................................................................... xv
Kata Pengantar ................................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakan .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga ........................................................................ 7
2.1.1 Pengertian Keluarga ........................................................ 7
2.1.2 Struktur Keluarga ............................................................ 8
2.1.3 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ..................... 8
2.1.4 Fungsi Keluarga .............................................................. 9
2.1.5 Ciri-ciri Keluarga Indonesia ........................................... 9
2.2 Dukungan Keluarga .................................................................... 10
2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga ...................................... 10
2.2.2 Bentuk Dukungan Keluarga ........................................... 11
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan
Keluarga .......................................................................... 12
2.3 Depresi ........................................................................................ 14
2.3.1 Definisi Depresi .............................................................. 14
2.3.2 Penyebab Depresi ........................................................... 15
2.3.3 Gejala Depresi ................................................................ 16
2.3.4 Tipe Deprsi ..................................................................... 18
2.3.5 Alat Ukur Derajat Depresi .............................................. 19
2.4 Konsep Diabetes Mellitus ........................................................... 20
2.4.1 Pengertian Diabetes Mellitus .......................................... 20
2.4.2 Penyebab Diabetes Mellitus ........................................... 21
2.4.3 Tipe-tipe Diabetes Mellitus ............................................ 26
2.4.4 Gejal-gejala Diabetes Mellitus ....................................... 27
2.4.5 Pencegahan Diabetes Mellitus ........................................ 30
x
2.4.6 Pengobatan Diabetes Mellitus ........................................ 34
2.4.7 Komplikasi Diabetes Mellitus ........................................ 40
2.4.8 Pengertian Komplikasi Diabetes Mellitus ...................... 41
2.5 Kaki Gangren .............................................................................. 42
2.5.1 Pengertian Kaki Gangren ................................................ 42
2.5.2 Penyebab Kaki Gangren ................................................. 43
2.5.3 Klasifikasi Gangren ........................................................ 43
2.5.4 Jenis-jenis Gangren ......................................................... 44
2.5.5 Perawatan Kaki Penderita Diabetes Mellitus ................. 45
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 49
3.2 Hipotesa Penelitian ..................................................................... 50
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 51
4.2 Populasi Dan Sampel .................................................................. 51
4.2.1 Populasi .......................................................................... 51
4.2.2 Sampel dan Besar Sampel .............................................. 52
4.2.3 Kriteria Sampel ............................................................... 53
4.3 Sampling ..................................................................................... 53
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 56
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional .............................. 56
4.5.1 Identivikasi Variabel ....................................................... 56
4.5.2 Definisi Oprasional Variabel .......................................... 57
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................... 58
4.6.1 Uji Validitas .................................................................... 58
4.6.2 Uji Reabilitas .................................................................. 58
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 59
4.7.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 59
4.7.2 Waktu Penelitian ............................................................. 59
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 59
4.8.1 Pengumpulan Data .......................................................... 59
4.8.2 Pengolahan Data ............................................................. 60
4.9 Analisa Data ............................................................................... 63
4.9.1 Analisa Univariat ............................................................ 63
4.9.2 Analisa Bivariat .............................................................. 64
4.10 Etika Penelitian ........................................................................... 65
Daftar Pustaka
Lampiran
xi
DAFTAR TABEL
Nomer Judul Tabel Halaman
Tabel 4.1 Kriteria Sampel ................................................................... 53
Tabel 4.2 Definisi Oprasional ............................................................. 57
Tabel 4.3 Daftar Nilai Keeratan Antara Variabel ............................... 65
Tabel 5.1 Karakter Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 68
Tabel 5.2 Karakter Responden Berdasarkan Usia .............................. 68
Tabel 5.3 Karakter Responden Berdasarkan Pendidikan .................... 69
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ............... 69
Tabel 5.5 Karakter Responden Berdasarkan Informasi ...................... 69
Tabel 5.6 Karakter Responden Berdasarkan Sumber Informasi ......... 70
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga ...... 70
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat
Depresi ................................................................................ 71
Tabel 5.9 Tabulasi Silang Antara Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Depresi ................................................................... 72
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomer Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ....................................................... 50
Gambar 4.2 Kerangka Kerja ................................................................. 55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin pencarian data awal di RSUD Kota Madiun ............. 83
Lampiran 2 Surat Ijin penelitian .................................................................... 84
Lampiran 3 Surat rekomendasi Bangkespol .................................................. 85
Lampiran 4 Surat keterangan selesai penelitian ............................................. 86
Lampiran 5 Lembar persetujuan .................................................................... 87
Lampiran 6 Surat permohonan menjadi responden ....................................... 88
Lampiran 7 Lembar kuesioner data umum .................................................... 89
Lampiran 8 Kuesioner dukungan keluarga .................................................... 90
Lampiran 9 Kuesioner tingkat depresi ........................................................... 92
Lampiran 10 Tabulasi kuesioner data umum ................................................... 96
Lampiran 11 Tabulasi kuesioner dukungan keluarga ...................................... 98
Lampiran 12 Tabulasi tingkat depresi ............................................................... 101
Lampiran 13 Prosentase kuesioner dekungan keluarga ................................... 106
Lampiran 14 Prosentase kuesioner tingkat depresi .......................................... 108
Lampiran 15 Tabulasi statistik kuesioner dukungan keluarga
Lampiran 16 Tabulasi statistik kuesioner tingkat depresi
Lampiran 17 Lembar konsul proposal
Lampiran 18 Lembar konsul skripsi
Lampiran 19 Dokumentasi
Lampiran 20 Jadwal kegiata
xiv
DAFTAR SINGKATAN
APA : American Psycology Association
DM : Diabetes Mellitus
HRS-D : Hamilton Rating Scale Of Depression
OHO : Obat Hipoglikemia Oral
RTA : Reality Testing Ability
TZD : Thiazolidinedione
WHO : World Health Organization
xv
DAFTAR ISTILAH
Arterisklerosis : Gangren yang kering akibat penyumbatan arteri.
Cross Sectional : Penelitian untuk mengembangkan hubungan
antara Variabel yang menjelaskan hubungan yang
ditemukan.
Learned Helpnessless : Kondisi seseorang menjadi cemas dan depresi
ketika Membuat antribusi bahwa tidak memiliki
kontrol atas Stress dalam kehidupan.
Negative Cognitive Style : Pikiran negatif atas segala sesuatu fenomena yang
yang sudah terpola atau yang sudah menjadi gaya
Hidup.
Post Meal Hyperglikemia : Bekerja mengambat absorpsi glukosa.
Sensitifer : Obat yang meningkatkan sesnsitifitas terhadap
insulin.
World Health Organization : Organisasi Ksehatan Dunia.
xvi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesakan penyusunan skripsi yang berjudul “ Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Depresi Pada Penderita Gangren Diabetik Di RSUD Kota
Madiun”.
Adapun maksut menulis skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ;
1. Drs. Budi Wibowo Santoso Selaku Direktur RSUD Kota Madiun. Yang
telah memberikan izin dan kesempatan melakukan penelitian di tempat
beliau.
2. Zaenal Abidin, SKM., M.Kes. selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Sesaria Betty M., S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing I dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Muncul Wiyana, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing II dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Keluarga tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan selama
menyusun skripsi ini.
xvii
7. Teman-teman Kelas 8A Keperawatan dan semua pihak yang banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bias saya sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
usulan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
skripsi ini.
Madiun, Agustus 2018
Vriska Anjarsari
201402053
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik yang jika tidak dikelola
dengan baik akan menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi kronik, baik
mikroangiopati maupun makroangiopati. Komplikasi yang terjadi pada penderita
diabetes ini menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Dalam
pengelolaan penyakit ini, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan
lain, peran pasien dan keluarganya menjadi sangat penting. Apabila tidak
dikendalikan, penyakit ini akan menimbulkan penyulit-penyulit yang dapat
berakibat fatal, termasuk amputasi pada penyakit kaki diabetes (gangren diabet).
Sampai saat ini, masalah kaki Diabetes Militus masih kurang mendapat perhatian
hingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat pada pengelolaan penyakit
ini. Akibatnya, banyak penderita yang penyakitnya berkembang menjadi penderita
osteomyelitis dan teramputasi kakinya (Misnadiarly, 2006). Gangren diabetik
merupakan salah satu komplikasi diabetes pada berbagai organ tubuh (Ratih,
2012).
Menurut laporan badan kesehatan dunia atau World Health Organisation
(WHO) pada tahun 2014 sebanyak 171 juta jiwa menderita diabetes melitus tipe 2
dan diperkirakan pada 2030 akan terjadi peningkatan sebanyak 195 juta jiwa lagi
yang akan menderita diabetes tipe 2 (WHO, 2014). Indonesia menempati urutan
ke 4 terbesar dengan 8,426 juta orang dan diperkirakan akan menjadi sekitar
21,257 juta pada tahun 2030 (WHO, 2014). Populasi penderita DM di Indonesia
2
pada tahun 2013 mencapai 5,8% atau sekitar 8,5 juta penduduk dengan rentang
usia 20-79 tahun. jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2013 masih
didominasi oleh kaum perempuan dengan total sebesar 4,9 juta penderita atau
lebih besar daripada kaum laki-laki yakni sebesar 3,6 juta penderita. Berdasarkan
Laporan Tahunan Rumah Sakit di Jawa Timur tahun 2013 penderita DM
(102.399 kasus) (Profil Dinkes Jatim, 2014).
Berdasarkan data dari RSUD Kota Madiun jumlah kunjungan pasien DM
pada tahun 2015 sejumlah 9.203 orang, kunjungan pasien DM pada tahun 2016
sejumlah 12.213 orang dan kunjungan pasien DM pada tahun 2017 sejumlah
14.784 orang. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 5 Januari 2018 di
Rung Seruni, Ruang Anggrek dan Poli Bedah RSUD Kota Madiun dari 10
responden pasien gangren diketahui 6 pasien gangren mengalami putus asa karena
sakit gangre yang di derita dan 4 responden tidak memiliki putus asa karena sakit
gangren yang di derita.
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling
buruk hasil pengelolaannya. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan
mudah mengalami luka, dan cepat berkembang menjadi ulkus gangren bila tidak
dirawat dengan benar (Dewi, 2007). Penyakit kaki diabetik dapat menyebabkan
pasien mengalami permasalahan-permasalahan yang bersifat fisik, psikologis, dan
sosial yang dirasakan sebagai kondisi yang menekan. Permasalahan yang dialami
pasien kaki diabetik juga dapat berlanjut menjadi suatu perasaan depresi pada
pasien (Watkins, 2010).
3
Penderita gangren diabetik mengalami banyak perubahan dalam hidupnya,
mulai dari pengaturan pola makan, olahraga, kontrol gula darah, dan lain-lain
yang harus dilakukan sepanjan hidupnya. Perubahan dalam hidup yang mendadak
membuat penderita gangren diabetik manunjukan beberapa reaksi psikologis yang
negatif diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang
meningkat dan depresi. Selain perubahan tersebut jika penderita gangren diabetik
telah mengalami komplikasi maka akan menambah depresi pada penderita karena
dengan adanya komplikasi akan membuat penderita mengeluarkan lebih banyak
biaya, pandangan negatif tentang masa depan, dan lain-lain (Lubis, 2010).
Seseorang yang mengalami depresi biasanya diawali dari persepsinya yang
negatif terhadap stressor. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya Support
system yang adekuat seperti keluarga, sahabat, ibu, tetangga, terutama
keyakinannya pada Tuhan (Yosep, 2009). Miller (2008 dikutip dari Lubis, 2009)
menambahkan bahwa seseorang yang tidak mendapatkan dukungan keluarga
beresiko menderita depresi. Selain itu, pendekatan yang tidak personal dari dokter,
perawat ataupun pegawai rumah sakit menyebabkan pasien merasa hanya menjadi
objek pemeriksaan semata.
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi, atau perkawinan. Beberapa fungsi keluarga, fungsi afektif,
sosial, reproduksi, ekonomi, perawatan/pemeliharaan kesehatan, disamping itu
keluarga juga dapat berfungsi dalam memberikan dukungan sosial kepada anggota
keluarganya yang mengalami depresi. Dukungan keluarga menjadikan penderita
mampu meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.
4
Dukungan keluarga bermanfaat untuk mengeluarkan segala perasaan dan masalah
merasa diterima, dan disayangi dalam keadaan apapun, sehingga dapat
mengurangi stres berat yang dialami individu (Lubis, 2009).
Dukungan keluarga sangat bermanfaat bagi diabetes sehingga diabetes
akan tau bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintai
serta dapat meningkatkan kesehatan dan adaptasi diabetes dalam menjalankan
kehidupanya. Dukungan keluarga dapat meliputi dukungan instrumental terkait
dengan penyediaan obat-obatan yang dibutuhkan, dukungan informasi berupa
pemberian nasehat, dukungan emosional berupa simpati dan empati (Setiadi,
2008).
Depresi akan meningkatkan hormone dari kelenjar adrenal, yaitu adrenalin
dan kortisol yang akan mempengaruhi kadar glukosa dan lemak. Glukosa dan
lemak akan dilepas tubuh untuk memberikan tambahan energi. Keadaan ini akan
memberikan dampak yang buruk terhadap diabetes karena terjadi peningkatan
glukosa dalam darah (Smith, 2009). Untuk itu diabetes memerlukan sebuah
strategi koping (penanggulangan) yang tepat untuk mengatasi depresi tersebut
(Palupi, 2010). Strategi koping sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu
salah satunya yaitu dukungan keluarga (Widatin, 2009). Dukungan keluarga
sangat bermanfaat bagi Diabetes sehingga Diabetes akan tahu bahwa ada orang
lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintai serta dapat meningkatkan
kesehatan dan adaptasi Diabetes dalam menjalankan kehidupanya.
Keluarga mempunyai pengaruh kepada sikap dan kebutuhan belajar bagi
penderita DM dengan cara menolak atau memberikan dukungan baik secara fisik,
5
psikologis, emosional, sosial. Pada pasien DM akan memiliki sikap lebih positif
untuk mempelajari diabetes mellitus, apabila keluarga memberikan dukungan dan
berpatisipasi dalam pendidikan kesehatan mengenai diabetes mellitus. Sebaliknya
pasien DM akan bersikap negatif apabila terjadi penolakan terhadap pasien dan
tanpa adanya dukungan dari keluarga selama menjalani pengobatan (Soegondo,
2008).
Salah satu manajemen dalam perawatan pasien cemas dan depresi yang
berhubungan dengan penyakit DM adalah melibatkan dukungan sosial dalam
perawatan. Dalam literatur disebutkan bahwa interaksi sosial berperan dalam
adaptasi pasien dengan penyakit kronis. Salah satu dukungan sosial yang dapat
diperoleh pasien adalah dukungan dari keluarga (Rubin, 2000).
Berdasarkan latar belakan diatas dalam penelitian ini adalah hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada penderita gangren diabetik di
RSUD Kota Madiun belum dapat di jelaskan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan urain latar belakang maka rumusan masalahnya adalah :
“Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan derajat depresi pada
penderita gangren diabetik di RSUD Kota Madiun?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan derajat depresi
pada penderita gangren diabetik di RSUD Kota Madiun.
6
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi dukungan keluarga yang menderita gangren di
RSUD Kota Madiun.
2. Mengidentifikasi derajat depresi pada penderita gangren diabetik di
RSUD Kota Madiun.
3. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan derajat
depresi pada penderita gangren diabetik di RSUD Kota Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Responden
Sebagai bahan masukan bagi responden agar bias merespon dan bertindak
yang positif dalam mengatasi depresi untuk mengatasi diabetik.
1.4.2 Bagi Institusi
Dengan adanya penelitian ini dapat mengembangkan penelitian supaya
lebih lengkap lagi serta lebih sempurna, serta peneliti lain dapat
mengembangkan penelitia ini dengan melakukan penelitian di masa
mendatang serta mengetahui perkembangan dukungan keluarga dengan
derajat depresi pada penderita gangren diabetik.
1.4.3 Bagi Peneliti
Peneliti bisa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan
lapangan dalam penelitian khususnya yang berhubungan antara dukungan
keluarga dengan derajat depresi pada penderita gangren diabetik.
7
1.4.4 Bagi RSUD Kota Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
RSUD Kota Madiun mengenai cara mengatasi gangren diabetik dan
meningkatkan dukungan keluarga terhadap pasien dengan depresi yang
menderita gangrene diabetik.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus
menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan
mempunyai kewajiban satu orang dengan lainnya (Johnson, 2010).
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proes yang terjadi sepanjang
masa hidup, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap
siklus kehidupan. Namun demikian dalam semua tahap siklus kehidupan,
dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaiandan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga (Friedman, 2010).
Dukungan adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya. Aanggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Soetjiningsih, 2008).
Menurut peneliti, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu
tempat dibawah stu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
9
2.1.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
1. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembimbing keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
(Johnson, 2010).
2.1.3 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan, antara lain:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
10
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas yang ada (Johnson, 2010).
2.1.4 Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu utnuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
2. Fungsi Sosialisasi
Mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
di luar rumah.
3. Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. (Setiadi, 2008).
2.1.5 Ciri-ciri Keluarga Indonesia
1. Suami sebagai pengambilan keputusan.
2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh.
11
3. Berbentuk monogram.
4. Bertanggung jawab.
5. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.
6. Ikatan kekeluargaan sangat erat.
7. Mempunyai semangat gotong-royong.
(Johnson, 2010).
2.2 Dukungan Keluarga
2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Akhmadi (2009), dukungan keluarga
adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap keluarga yang sakit
ataupun keluarga yang sehat. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan.
Manfaat dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi
sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan keluarga berbeda-beda dalam
berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun, dalam semua tahap siklus
kehidupan, dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan
dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998 dalam Akhmadi, 2009). Secara lebih
spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan
dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan
kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi.
12
Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan sosial (Setiadi, 2008).
Menurut peneliti, Dukungan keluarga adalah pemberian diringan, motivasi
atau semangat serta nasehat kepada orang lain yang sedang di dalam situasi
membentuk keputusan.
2.2.2 Bentuk Dukungan Keluarga
Menurut Caplan (1964) dalam Akhmadi (2009) menjelaskan bahwa
keluarga memiliki empat bentuk dukungan yaitu:
1. Dukungan informasional
Yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian
saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu
masalah. Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah
dorongan semangat, pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola
makan sehari-hari atau pengobatan. Dukungan keluarga juga
merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian, disenangi,
dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat. Manfaat dari dukungan
ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,
saran, petunjuk dan pemberian informasi.
13
2. Dukungan penilaian atau penghargaan,
Yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan
support, penghargaan, perhatian.
3. Dukungan instrumental,
Yaitu keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit. Mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang,
peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan
pekerjaan waktu mengalami stress.
4. Dukungan emosional
Yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan. Misalnya umpan balik, penegasan.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Kodriati (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga antara lain :
1. Usia
Dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia, dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian setiap rentang
14
usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
2. Jenis kelamin
Pada wanita diketahui memiliki hubungan sosial yang lebih luas dan
lebih erat dibandingkan dengan kaum pria. Secara teori jenis kelamin
adalah sesuatu yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi atau merupakan
identitas responden yang dapat digunakan untuk membedakan laki-
laki dan perampuan.
3. Tingkat pendidikan
Menurut Ihsan (2008) dalam pengertian yang sederhana dan umum
makna pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan
kebudayaan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan akan mendapatkan
dukungan sosial dari orang yang berada disekitarnya. Konsep dasar
pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa lebih baik, dan lebih matang
pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Kodriati, 2008).
15
4. Status pernikahan
Pernikahan akan memberikan keuntungan bagi kesehatan seseorang
karena akan mendapatkan perhatian dari pasangannya. Penelitian
membuktikan bahwa seseorang yang menikah hidupnya akan lama
dari pada yang tidak menikah atau bercerai (Kodriati, 2008).
5. Lamanya menderita
Seseorang yang semakin lama menderita suatu penyakit ada
kemungkinan dukungan sosial yang diterima semakin berkurang
(Kodriati, 2008).
2.3 Depresi
2.3.1 Definisi Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan hati (mood) yang ditandai oleh
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality testing
ability / RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of
personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari,
2011).
Depresi merupakan gangguan suasana perasaan yang menurun, dengan
gejala utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata cukup banyak dijumpai dengan
angka prevalensi 4-5 % populasi, dengan derajat gangguan bertaraf ringan,
sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek klinis, depresi dapat berdiri sendiri,
merupakan gejala dari penyakit lain, mempunyai gejala fisik beragam, atau terjadi
16
bersama dengan penyakit lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan
penatalaksanaan (Sudiyanto, 2010).
Menurut peneliti, Depresi adalah suatu gangguan mental umum yang
ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan
bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi dan
konsentrasi yang rendah.
2.3.2 Penyebab Depresi
Faktor-faktor penyebab depresi menurut Durand & Barlow (2010) sebagai
berikut :
1. Dimensi Biologis
Prevalensi keluarga yang memiliki anggota pernah mengalami depresi
ada kemungkinan dialami oleh anggota keluarga yang lain.
2. Dimensi Psikologis
a. Peristiwa lingkungan yang stressfull
b. Learned Helpnessless, orang menjadi cemas dan depresi ketika
membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stress
dalam kehidupanya.
c. Negative Cognitive Style, adanya pikiran negatif atas suatu
fenomena yang sudah terpola atau menjadi gaya hidup.
3. Dimensi Sosial Kultural
Meliputi berbagai masalah sosial misalnya hubungan interpersonal,
hubungan dengan keluarga, dukungan sosial dan pengaruh budaya
setempat.
17
Pada dasarnya faktor penyebab depresi dapat ditinjau dari berbagai
segi baik fisik (biologis), psikologis, ataupun sosial
(lingkungan/kultural) yang ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi saling
mempengaruhi terbentuknya depresi.
2.3.3 Gejala Depresi
Gejala depresi meliputi trias depresi, yang terdiri dari mood yang
terdepresi, hilangnya minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang
ditandai dengan keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.
Gejala tambahan lainnya meliputi :
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6. Tidur terganngu
7. Nafsu makan berkurang
Tingkat depresi yang muncul merupakan gambaran dari banyaknya gejala
trias depresi serta gejala tambahannya (Hawari, 2011).
Ciri-ciri depresi versi American Psychology Association-APA (2011):
1. Mood yang depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari.
Dapat berupa mood yang mudah tersinggung.
2. Penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam seluruh
aktivitasnya
18
3. Suatu kehilangan atau pertambahan berat badan yang signifikan (5%
dari berat tubuh dalam sebulan) atau suatu peningkatan atau
penurunan selera makan yang drastis.
4. Agitasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerakan hamper
setiap hari.
5. Perasaan lelah atau kehilangan energi setiap hari
6. Perasaan berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah yang
berlebihan hampir setiap hari
7. Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berfikir jernih
atau untuk membuat keputusan
8. Pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri.
Depresi sebagai suatu diagnosa gangguan jiwa adalah suatu keadaan jiwa
dengan ciri sedih, merasa sendirian, putus asa, rendah diri, disertai perlambatan
psikomotorik, atau kadang malah agitasi, menarik diri dari hubungan sosial, dan
terdapat gangguan vegetatif seperti anoreksia serta insomnia (Kaplan & Sadock,
2010).
Orang yang rentan terkena depresi menurut Hawari (2011) biasanya
mempunyai ciri-ciri:
1. Pemurung, sukar untuk bisa merasa bahagia
2. Pesimis menghadapi masa depan
3. Memandang diri rendah
4. Mudah merasa bersalah dan berdosa
5. Mudah mengalah
19
6. Enggan bicara
7. Mudah merasa haru, sedih, dan menangis
8. Gerakan lamban, Lemah, Lesu, Kurang energik
9. Keluhan psikosomatik
10. Mudah tegang, agitatif, gelisah
11. Serba cemas, khawatir, dan takut
12. Mudah tersinggung
13. Tidak ada percaya diri
14. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna
15. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi
16. Suka menarik diri, pemalu, dan pendiam
17. Lebih suka menyisih diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat
terbatas
18. Lebih suka menjaga jarak, menghindar keterlibatan dengan orang
19. Suka mencela, mengkritik, konvensional
20. Sulit mengambil keputusan
21. Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif
22. Pengendalian diri terlampau kuat, menekan dorongan/impuls diri
23. Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan
24. Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi
20
2.3.4 Tipe Depresi
Kategorisasi depresi menurut Durand & Barlow (2010) berdasarkan berat
tidaknya gangguan ada dua yaitu;
1. Depresi berat disebut episode depresi mayor
Ini adalah depresi yang paling sering didiagnosis dan paling berat.
Mengindikasikan keadaan suasana ekstrem yang berlangsung paling
tidak salama 2 minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (perasaan
tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti
perubahan pola tidur, perubahan pola makan, dan berat badan yang
signifikan atau kehilangan banyak energi). Episode ini biasanya
disertai dengan hilangnya interes secara umum terhadap berbagai hal
dan ketidakmampuan mengalami kesenangan apapun dalam hidup.
2. Mania
Periode kegirangan atau eforia eksesif yang tidak normal yang
berhubungan pada beberapa gangguan suasana perasaan.
3. Hypomanic Episode
Versi episode hipomanik yang tidak begitu berat yang tidak
menyebabkan terjadinya hendaya berat pada fungsi sosial atau
okupasional. Episode manik tidak selalu bersifat problematik, tetapi
memberikan kontribusi pada penetapan beberapa gangguan suasana
perasaan.
21
4. Episode Manik Campuran
Suatu kondisi di mana individu mengalami kegirangan dan depresi
atau kecemasan di waktu yang sama. Juga dikenal dengan sebutan
episode manik disforfik.
2.3.5 Alat Ukur Derajat Depresi
Untuk mengetahui sejauh mana derajat depresi seseorang apakah ringan,
sedang, berat atau berat sekali, orang menggunakan alat ukur (instrument) yang
dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale Of Depression (HRS-D). Alat ukur
ini terdiri dari 21 kelompok diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya
adalah:
Nilai :
0 = tidak ada gejala (keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh psikiater atau orang
yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung.
Masing-masing nilai angka dari ke 21 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan
hasil penjumlahan itu dapat diketahui derajat depresi seseorang, yaitu:
Total Nilai (score) :
kurang dari 17 = tidak ada depresi
18-24 = depresi ringan
22
25-34 = depresi sedang
35-51 = depresi berat
52-80 = depresi berat sekali
(Hawari, 2011).
2.4 Konsep Diabetes Mellitus
2.4.1 Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes adalah suatu penyakit di mana kadar glukosa (glukosa sederhana)
di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin secara cukup (Maulana, 2008).
Diabetes merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan oleh
kurangnya hormon insulin dalam tubuh (Santosa, 2014).
Menurut peneliti, Diabetes adalah penyakit yang di sebabkan tingginya
kadar gula dalam darah akibat gangguan sekresi insulin.
2.4.2 Penyebab Diabetes Mellitus
Menurut Suiraoka (2012) penyebab DM adalah sebagai berikut:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
a. Umur
Umur merupakan factor pada orang dewasa, dengan semakin
bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil glukosa
darah semakin menurun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada
orang berumur di atas 40 tahun daripada orang yang lebih muda.
23
b. Keturunan
Diabetes mellitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan.
Namun bukan berarti anak dari kedua orangtua yang diabetes pasti
akan menghidap diabetes juga, sepanjang bias menjaga dan
menghindari factor resiko yang lain.
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi/diubah :
a. Pola makan yang salah
Pola makan yang salah dan cenderung berlebih menyebabkan
timbulnya obesitas. Obesitas sendiri merupakan factor predisposisi
utama dari penyakit diabetes mellitus.
b. Aktifitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan kurangnya pembakaran
energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan
disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh.
Menurut Santosa (2014) faktor penyebab terjadinya diabetes mellitus
adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetik atau keturunan
Penyakit diabetes merupakan penyakit yang cenderung diturunkan
bukan ditularkan. Biasanya jika orangtua menderita diabetes,
kemungkinan besar anaknya juga menderita penyakit yang sama. Para
ahli diabetes telah menentukan presentase kemungkinan terjadinya
diabetes karena faktor keturunan.
24
2. Virus atau bakteri
Virus dan bakteri juga sebagai salah satu faktor terjadinya diabetes.
Misalnya, virus rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui infeksi sitolik dalam sel beta, virus ini akan merusak sel.
Selain itu virus ini juga dapat menyerang melalui reaksi auto-imunitas
yang menghilangkan autoimun dalam sel beta.
3. Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat atau gula
Saat ini, semakin banyak makanan yang mengandung gula, seperti
berbagai macam kue, makanan ringan, minuman, es krim, permen dan
aneka jananan lainnya. Tanpa kita sadari makanan dan minuman
tersebut akan mengundang bahaya bagi tubuh kita, jika dikonsumsi
dalam jumlah banyak dan secara terus menerus.
4. Kurang tidur
Jika kualitas tidur kurang baik, metabolisme tubuh dan system
kekebalan tubuh bisa terganggu sehingga mudah terserang penyakit.
Para ahli menyatakan bahwa kurang tidur selama hari dapat
menurunkan kemampuan tubuh untuk memproses glukosa. Kurang
tidur juga dapat merasangsang sejenis nafsu makan dalam darah yang
memicu nafsu makan. Munculnya nafsu makan tersebut akan
mendorong penderita gangguan tidur untuk menyantap makanan
berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
25
5. Malas beraktifitas fisik
Saat ini, gaya hidup manusia semakin jauh dari pola hidup sehat.
Aktivitas seperti bekerja di kantor, naik mobil atau motor saat
berangkat kerja, naik lift dan duduk terlalu lama di depan computer,
dapat membuat sistem kreasi tubuh menjadi lambat. Akibatnya,
terjadilah penumpukan lemak di dalam tubuh yang lambat laun akan
menyebabkan berat badan bertambah. Seseorang yang memiliki berat
badan berlebih, berisiko terkena diabetes lebih tinggi dibandingkan
dengan seseorang yang memiliki bobot badan normal.
Selain itu, di zaman modern ini, orang menjadi semakin sibuk dan
tentu saja tidak memiliki waktu luang untuk berolahraga. Padahal,
olahraga bermanfaat untuk mengurangi tingkat gula darah dan bisa
mempertahankan bobot badan. Olahraga secara ruitin dapat
mengurangi risiko obesitas.
6. Rokok, soda dan minuman beralkohol
Rokok mengandung zat nornikotin, yakni salah satu zat yang mudah
menguap. Keberadaan zat nornikotin dalam tubuh dapat meningkatkan
diabetes. Perokok berat yang dapat menghabiskan lebih dari satu
bungkus rokok perhari berisiko terkena diabetes tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Sama seperti rokok, kecanduan minuman bersoda pun akan
berpengaruh terhadap peningkatan bobot badan dan risiko diabetes
akan semakin tinggi. Para peneliti menyatakan kenaikan resiko
26
diabetes terjadi karena adanya kandungan pemanis yang ada dalam
minuman bersoda.
Asupan kalori dalam bentuk cair pun tidak membuat anda kenyang,
sehingga terdorong untuk minum lebih banyak. Selain itu, minuman
beralkohol juga sebagai salah satu faktor pemicu diabetes. Alcohol
dapat menyebabkan inflamasi kronis di pancreas yang mengakibatkan
produksi insulin mengalami gangguan.
7. Takut kulit hitam karena matahari
Vitamin D membantu tubuh untuk mengatur proses metabolisme gula
darah. Sumber vitamin D terbaik diperoleh dari sinar matahari. Wanita
dengan asupan vitamin D yang tinggi beresiko rendah terkena
diabetes. Selama dua puluh menit terkena sinar matahari pagi sudah
dapat mencukupi kebutuhan vitamin D selama tiga hari.
8. Stress
Ketika stress dating, produksi hormon epinephrine dan kortisol akan
meningkatkan gula darah dan tubuh mendapatkan cadangan energi
untuk beraktivitas. Namun, jika kadar gula darah semakin meningkat
karena stress berkepanjangan, maka diabetes pun akan menyerang
tubuh anda.
9. Jumlah nutrisi
Penyakit diabetes sangat erat kaitannya dengan jumlah nutrisi yang
terkandung dalam tubuh. Jumlah nutrisi yang berlebihan dalam tubuh
merupakan faktor risiko utama penyebab datangnya diabetes. Semakin
27
lama anda mengalami kelebihan nutrisi, semakin besar resiko
terjadinya obesitas dan diabetes.
Sedangkan menurut Lanywati (2011) penyebab Diabetes mellitus adalah
sebagai berikut :
1. Makan yang berlebihan menyebabkan gula dan lemak dalam tubuh
menumpuk secara berlebihan. Kondisi tersebut menyebabkan kelenjar
pankreas terpaksa harus bekerja keras memproduksi hormon insulin
untuk mengolah gula yang masuk. Jika suatu saat pankreas tidak
mampu memenuhi kebutuhan hormon insulin yang terus bertambah,
maka kelebihan gula tidak dapat terolah lagi dan akan masuk ke dalam
darah serta urine (air kencing).
2. Pada saast tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula
akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga jumlah gula
dalam tubuh akan berkurang, dan dengan demikian kebutuhan akan
hormon insulin juga berkurang. Pada orang yang kurang gerak dan
jarang berolah raga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak
dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan
gula. Proses pengubahan zat makanan menjadi lemak dan gula,
memerlukan hormon insulin. Namun, jika hormon insulin kurang
mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit Diabetes mellitus .
3. Penyakit saat hamil, untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
janinnya, seorang ibu secara naluri akan menambah jumlah konsumsi
makanannya, sehingga umumnya berat badan ibu hamil akan naik
28
sekitar 7 kg-10 kg. Pada saat penambahan jumlah konsumsi makanan
tersebut terjadi, jika ternyata produksi insulin kurang mencukupi,
maka akan timbul gejala penyakit Diabetes mellitus.
2.4.3 Tipe-tipe Diabetes Mellitus
Menurut Santosa (2014) tipe diabetes mellitus atau klasitifikasi diabetes
yang utama adalah :
1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 terjadi karena tubuh penderita tidak mampu
memproduksi insulin. Diabetes tipe 1 juga sering disebut sebagai
penyakit autoimun. Penyakit ini terjadi karena sistem imun tubuh pada
suatu individu secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel
penghasil insulin yang terdapat pada pankreas.
2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh faktor kombinasi antara faktor
genetika dan faktor lingkungan. Pada diabetes tipe 2, faktor genetika
lebih dominan bila dibandingkan dengan diabetes tipe 1. dari berbagai
penelitian diketahui bahwa sebagian besar penderita diabetes tipe 2
memiliki anggota keluarga yang juga menderita penyakit atau masalah
kesehatan yang berhubungan dengan diabetes.
3. Gestational diabetes
Diabetes tipe ini terjadi saat kondisi gula darah menjadi tinggi pada
masa kehamilan dan terjadi pada orang yang tidak menderita diabetes.
Umumnya akan kembali normal setelah masa kehamilan. Meskipun
29
tipe diabetes ini bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik,
dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu.
2.4.4 Gejala-gejala Diabetes Mellitus
Tanda-tanda seseorang terkena atau mengidap diabetes adalah sebagai
berikut : gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak
sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin
dengan baik. Gejala-gejalanya antara lain adalah :
1. Sering buang air kecil.
2. Terus menerus lapar dan haus.
3. Berat badan menurun.
4. Kelelahan.
5. Penglihatan kabur.
6. Infeksi pada kulit yang berulang.
7. Meningkatkanya kadar gula dalam darah dan air seni.
8. Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun.
Sedangkan gejala Diabetes mellitus tipe II mencul secara perlahan-laha
sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala
Diabetes mellitus tipe I, yaitu :
1. Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit.
2. Sering buat air kecil.
3. Terus menerus lapar dan haus.
4. Kelelahana yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya.
5. Mudah sakit yang berkepanjangan.
30
6. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi
prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan
remaja.
Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan
akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urin dan urin tersebut
tidak disiram, makan akan dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda adanya
gula. Gejala lain yang biasanya muncul adalah :
1. Penglihatan kabur.
2. Luka yang lama sembuh.
3. Kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar.
4. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita.
5. Impotensi pada pria.
(Maulana, 2008).
Sedangkan menurut Lanywati (2011) gejala klasik penyakit diabetes
mellitus, dikenal dengan istilah trio-P, yaitu meliputi poliuria (banyak kencing),
polidipsi (banyak minum) dan polipagio (banyak makan).
1. Poliuria (banyak kencing), merupakan gejala umum pada penderita
diabetes mellitus, banyaknya kencing ini disebabkan kadar gula dalam
darah berlebihan, sehingga merangsang tubuh untuk berusaha
mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan kencing, gejala
banyak kencing ini terutama menonjol pada waktu malam hari, yaitu
saat kadar gula dalam darah relatif tinggi.
31
2. Polidipsi (banyak minum), sebenarnya merupakan akibat (reaksi
tubuh) dari banyak kencing tersebut. Untuk menghindari tubuh
kekurangan cairan (dehidasi), maka secara otomatis akan timbul rasa
haus/kering yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus
minum selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik.
Sehingga dengan demikian, akan terjadi banyak kencing dan banyak
minum.
3. Polipagi (banyak makan), merupakan gejala yang tidak menonjol.
Terjadinya banyak makan ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan
gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi. Sehingga
dengan demikian, tubuh berusaha untuk memperoleh cadangan gula
dari makanan yang diterima.
Gejala-gejala yang biasa tampak pada penderita Diabetes mellitus adalah
sebagai berikut :
1. Adanya perasaan haus yang terus-menerus.
2. Sering buang air kecil (kencing) dan jumlah yang banyak.
3. Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
4. Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun.
Adapun pada penderita yang berat, akan timbul beberapa gejala atau tanda
yang lain, yaitu sebagai berikut :
1. Terjadinya penurunan berat badan.
2. Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau
kaki.
32
3. Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembuh.
4. Hilangnya kesadaran diri (Lanywati, 2011).
2.4.5 Pencegahan Diabetes Mellitus
Beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara
umum adalah sebagai berikut :
1. Diet yang baik dan terukur agar berat badan tidak berlebihan.
Usahakan untuk dapat mencapai dan mempertahankan berat badan
normal, atau bahkan berat badan ideal. Jangan makan dalam porsi
yang berlebihan, dan kurangi makan gula atau makanan yang manis
serta berlemak tinggi.
2. Olah raga secara teratur dan terukur, agar kelebihan gula dan lemak di
dalam tubuh dapat berkurang (diubah menjadi energi gerak). Di
samping itu, dengan olah raga secara teratur, otot-otot tubuh akan
menjadi kencang dan organ-organ tubuh dapat bekerja dengan lebih
lancar, baik dan efisien (Lanywati, 2011).
Sedangkan menurut Maulana (2008) pencegahan komplikasi Diabetes
mellitus ada 9 cara untuk berperan aktif dalam perawatan Diabetes mellitus
sehingga dapat menikmati hidup lebih sehat di masa yang akan datang :
1. Lakukan pemeriksaan fisik setiap tahun
Selain pemeriksaan rutin untuk mengawasi perawatan diabetes
mellitus, lakukan pemeriksaan fisik sekali setahun.
33
2. Periksa mata setahun sekali
Pergi ke spesialis mata sekali tiap tahun dapat membantu untuk
mendeteksi masalah penglihatan yang berkaitan dengan Diabetes
mellitus untuk dapat mendeteksi secara dini, sehingga lebih mudah
ditangani maupun dicegah.
3. Temui dokter gigi setahun dua kali
Kadar gula darah yang tinggi mengganggu sistem kekebalan tubuh,
membatasi kemampuan tubuh untuk berperang dengan bakteri dan
virus yang menyebabkan infeksi. Karena mulut penuh dengan bakteri,
maka infeksi juga dapat terjadi pada gusi. Oleh sebab itu sangat
dianjurkan untuk menemui dokter gigi setahun dua kali untuk
memeriksakan kesehatan mulut dan gigi.
4. Vaksinasi tepat waktu
Selalu up to date terhadap vaksinasi yang dapat membantu mencegah
terjadinya komplikasi akibat diabetes mellitus. Contohnya vaksinasi
untuk radang paru. Hampir tiap dokter akan merekomendasikan pada
penderita Diabetes mellitus untuk vaksinasi radang paru-paru.
Apabila telah menderita komplikasi akibat Diabetes mellitus atau
berusia lebih dari 65 tahun maka akan dibutuhkan vaksinasi ulang
setiap 5 tahun.
34
5. Rawat kebersihan dan kesehatan kaki
Penderita Diabetes mellitus beresiko tinggi untuk menderita penyakit
pada kaki dalam dua cara yaitu :
a. Diabetes mellitus dapat merusak saraf-saraf di kaki, mengurangi
sensasi nyeri. Ini berarti dapat terjadi ruam dan memar tanpa
menyadarinya.
b. Diabetes mellitus dapat menyempitkan atau menutup arteri,
mengurangi aliran darah menuju kaki.
6. Jangan merokok
Orang yang menghidap Diabetes mellitus dan merokok sering kali
ditemukan meninggal karena serangan jantung, stroke dan penyakit
lainnya daripada penderita Diabetes mellitus yang tidak merokok. Hal
ini karena merokok menyempitkan pembuluh darah, serta menurunkan
aliran darah menuju kaki.
7. Awasi tekanan darah
Sama seperti diabetes mellitus, tekanan darah yang tinggi juga dapat
merusak pembuluh darah. Bila kedua keadaan ini muncul, maka dapat
terjadi serangan jantung, stroke atau kondisi lain yang mengancam
jiwa.
8. Memeriksa kadar gula darah
Mengatur kadar gula darah merupakan hal yang paling penting untuk
merasa lebih baik dan mencegah komplikasi lebih lanjut dari diabetes
mellitus. Dengan mengawasi kadar gula darah dan tetap menjaganya
35
normal, maka akan mengurangi resiko kerusakan mata, ginjal,
pembuluh darah dan saraf.
Terdapat sepuluh petunjuk hidup sehat dan merupakan senjata untuk
mencegah komplikasi Diabetes mellitus :
1. Semua yang manis sebaiknya dihindari atau pantang gula.
2. Batasi makanan yang mengandung asam urat (jeroan, sarden, burung
dara, unggas, kaldu, kacang-kacangan, emping, tapai).
3. Batasi tek kuk CS2 (telur-keju-kepiting, udang, kerang, cumi-cumi,
susu, santan).
4. Targetkan lingkar pinggang pria < 90 cm, wanita < 80 cm.
5. Kalau ada hipertensi : batasi garam, ikan asin, kacang asin dan stop
alkohol.
6. Stop rokok.
7. Rutinlah olahraga, minimal jalan 3 km atau sit up 50-200 kali, hindari
diam tak beraktivitas.
8. Tidur 6-7 jam /hari.
9. Check up secara teratur.
Kontrol/check up teratur untuk 1,2,3,4,5,6 bulan untuk orang non
diabetes mellitus, terutama untuk > 40 tahun, dan untuk penderita
Diabetes mellitus yang menghidap penyakit kardiovaskuler, lakukan
check up setiap 1,2,3 bulan
36
10. Perbanyak makanan kaya chromium apabila tak menderita peninggian
asam urat (misal : merica, apel, brokoli, udang, dan kacang-kacangan)
karena berfungsi memperbaiki kerja insulin (Sutedjo, 2010).
2.4.6 Pengobatan Diabetes Mellitus
Tujuan utama pengobatan Diabetes mellitus adalah untuk
mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah
yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati
kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara
maupun jangka panjang adalah semakin berkurang. Pengobatan Diabetes mellitus
meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.
Ilmu pengetahuan sudah mampu menemukan berbagai jenis pengobatan
yang tidak memberatkan para penderita diabetes mellitus, yaitu :
1. Insulin bentuk baru untuk memperbaiki kadar gula darah. Dulu,
setengah jam setelah disuntik insulin, diabetesi baru boleh makan.
Kini sehabis disuntik insulin diabetesi bisa langung makan. Bahkan
ada suntik insulin dengan periode waktu hingga 24 jam.
2. Ditemukannya obat penurun lipid (lemak dalam darah). Lipid menjadi
ancaman karena bisa menimbulkan komplikasi si stroke atau jantung
pada diabetesi.
3. Obat yang dapat menghambat progresif perkembangan penyakit ginjal
pada diabetesi.
4. Obat anti pembekuan darah. Penderita jantung koroner lazim dipasang
cincin metal di pembuluh jantung yang dapat memperingan kadar
37
penyakitnya. Namun, pada penderita jantung akibat komplikasi
Diabetes mellitus hal ini tdaik dapat dilakukan karena kerap terjadi
pembekuan darah. Hal inilah yang dicegah obat anti pembekuan
darah.
5. Insulin sensitizing. Jumlah insulin yang disuntikkan sedikit namun
mampu menurunkan kadar gula darah sekaligus kadar lipid.
6. Alat pemantau gula darah mandiri yang cara kerjanya makin
sederhana serta mengurangi rasa sakit.
Menurut Santosa (2014) dalam proses terapi obat hipoglikemik oral,
pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus
mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes serta kondisi kesehatan penderita
secara umum, termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi
menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan sulfonilurea
Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat
hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan
turunan fenilalanin). Golongan sulfonilurea adalah obat hipoglikemik
oral yang pertama kali ditemukan. Sejak beberapa tahun yang lalu,
hampir semua obat hipoglikemik oral termasuk dalam golongan
sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurita diabetes
dewasa dan dengan berat badan normal serta tidak pernah mengalami
ketoasidosis sebelumnya.
38
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan sulfonilurea ini
bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas. Maka dari
itu, obat-obatan dalam kelompok ini hanya efektif apabila sel-sel
langerhans pankreas masih dapat berproduksi.
Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian
senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi
insulin oleh kelenjar pankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan
perangsangan oleh glukosa. Hal ini karena pada saat glukosa gagal
merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa obat ini masih mampu
meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obatan golongan
sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang kelenjar
pankreasnya masih mampu memproduksi insulin.
Obat atau senyawa-senyawa yang dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia sewaktu pemberian obat-obat hipoglikemia sulfonilurea
antara lain:
a. Alkohol
b. Insulin
c. Fenformin.
d. Sulfonamida.
e. Salisilat dosis besar.
f. Fenilbutazon.
g. Oksifenbutazon.
h. Probenezida.
39
i. Probenezida.
j. Dikumarol.
k. Kloramfenikol.
l. Guanetidin.
m. Streroida anabolik.
n. Fenfluramin dan klofibrat.
o. Golongan meglitinida dan turunan fenilalanin.
Obat-obatan hipoglemik oral golongan glinida ini termasuk obat
hipoglikemik generasi baru. Adapun cara kerjanya mirip dengan
golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan glinida ini
bekerja meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar
pankreas. Umumnya senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida
dan turunan fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan
obat-obat antidiabetik oral lainnya.
2. Golongan biguanida
Sensitifer (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel
terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan
biguanida dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk
memanfaatkan insulin secara lebih efektif. Obat hipoglikemik oral
golongan biguanida yang masih dipakai sebagai obat hipoglikemik
oral adalah metformin. Di antara negara yang menggunakan
metformin adalah Indonesia. Hal ini karena, ketika menggunakan
metformin frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis
40
tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan
hati.
3. Golongan Tizaolidindion
Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan
tubuh terhadap insulin dengan PPARy di otot, jaringan lemak, dan hati
untuk menurunkan resistensi insulin. Senyawa-senyawa TZD juga
menurunkan kecepatan glikoneogenesis.
4. Golongan inhibitor a-Glukosidase
Inhibitor katablolisme karbohidrat, antara lain inhibitor a-
glukosidase yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum
digunakan untuk mengendalikan hipoerglikemia post-prandial (post
meal hypergicermia). Senyawa-senyawa inhibitor a-glukosidase
bekerja menghambat enzim alfa glukosidase yang terdapat pada
dinding susu halus. Enzim-enzim a-glukosidase (maltase, isomaltase,
glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis
oligosakarida, pada dinding usus halus.
Menurut Sutedjo (2010) pemberian obat pada penderita DM bertujuan
untuk mempertahankan kadar gula darah puasa maupun sesudah makan dalam
batas normal.
Obat hipoglikemik oral (OHO)
1. Tujuan pemberian dan cara kerja OHO
OHO diberikan dengan tujuan mempertahankan kadar gula dalam darah agar
tetap normal dan digunakan pada DM tipe II. OHO bekerja dengan cara
sebagai berikut:
41
a. Merangsang sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin dalam jumlah
cukup.
Obat kelompok ini adalah sulfonilurea sulfonilurea yang mempunyai
rumus kimia menyerupai sulfonamida. Pemberian sulfonilurea harus
disertai dengan banyak minum karena mempunyai ESO yang hampir
sama dengan sulfonamida yaitu pembentukan kristal pada urine. Obat
dimakan kira-kira 30 menit sebelum makan.
b. Menurunkan berat badan
Obat kelompok biguanida ini terdiri atas metformin dan penformin
dengan segala mereka dagangnya. Obat ini mempunyai mekanisme kerja
yang belum jelas, tetapi mempunyai efek penurunan berat badan
sehingga dahulu pernah digunakan para artis sebagai obat penurunan
berat badan.
Obat metformin bekerja di luar pankreas yaitu:
1) Meningkatkan sensitivitas insulin.
2) Menghambat produksi glukagon.
3) Menurunkan absorpsi karbohidrat dari usus.
4) Menghambat glukoneogenesis (pembentukan gula dari bahan lain).
5) Meningkatkan afinitas atau keterikatan kapiler terhadap insulin.
6) Meningkatkan jumlah reseptor insulin pada sel.
42
2. Prinsip penggunaan OHO
a. Dimulai dari dosis kecil dan secara bertahap ditingkatkan sampai dosis
yang sesuai, yaitu diperolehnya kadar gula darah yang normal.
b. Sebaiknya dihindari obat OHO efek panjang pada orang tua karena
menyebabkan hipoglikemi.
c. Pada saat minum OHO sebaiknya dihindari obat-obat yang antagonis
atau melawan efek OHO. Apabila terpaksa harus mendapatkan obat
antagonis tersebut konsultasikan dengan dokter. Obat anagonis OHO di
antaranya adalah kortikosteroid dan adrenalin.
2.4.7 Komplikasi Diabetes Mellitus
Tingginya kadar glukosa darah secara terus-menerus atau berkepanjangan
dapat menyebabkan komplikasi diabetes sebagai berikut :
1. Mata
Jika kadar glukosa dalam darah mendadak tinggi lensa mata menjadi
cembung dan penderita mengeluh pandangannya menjadi kabur,
bisanya penderita akan sering mengganti lensa kacamata. Penyakit ini
menyebabkan lensa mata menjadi kering (tampak putih) dan membuat
pandangan kabur (katarak). Jika katarak sudah parah harus dioperasi.
2. Jantung
Penderita diabetes mudah terserang penyakit jantung koroner, yaitu
penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah
koroner. Jika ini terjadi, otot jantung akan kekurangan oksigen dan
43
makanan sehingga akan menjadi lemah atau sebagai jaringan sel
jantung mati. Keadaan ini disebut infark jantung.
3. Ginjal
Dibandingkan dengan orang normal penderita diabetes lebih
cenderung mengalami gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh
infeksi berulang-ulang. Yang sering dialami penderita diabetes.
Diabetes juga menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah
kapiler (disebut mikroangipati diabetic) yang mempunyai empat tipe,
yaitu tipe B stadium I, tipe B 2 stadium II, tipe B3 stadium III dan tipe
Bc stadium IV atau stadium terminal (stadium akhir). Pada stadium III
dan IV, fungsi ginjal sudah sangat jelek (renal collaps) sehingga
penderita berulang kali cuci darah (hemodialisa).
4. Pembuluh darah
Komplikasi yang paling berbahaya pada penderita diabetes adalah
komplikasi pada pembuluh darah Karena akan jadi penyempitan
pembuluh darah yang terjadi pada pembuluh darah kapiler disebut
mikroangiopati diabetic. Jika terjadi pada mata disebut retinopati
diabetic dan jika terjadi pada ginjal disebut nephropati diabetic.
(Santosa, 2014).
5. Gangraen
Adanya gangren pada kaki merupakan lanjutan dari neuropati diabetik
dan kerusakan pembuluh darah tepi.
(Sutedjo, 2010).
44
2.4.8 Pengertian Komplikasi DM
Komplikasi diabetes mellitus adalah gangguan metabolik sehingga terjadi
hiperglikemia yang berdampak pada peningkatan kadar lemak darah dan
kerusakan pembuluh darah kecil yang dalam waktu lama akan menyebabkan
neuropati diabetik serta gangguan orga-organ penting dalam tubuh yaitu jantung,
ginjal, otak, saluran pencernaan, pancaindera dan sebagainya (Sutedjo, 2010).
2.5 Kaki Gangren
2.5.1 Pengertian Kaki Gangren
Kaki gangren adalah salah satu komplikasi kronik DM yang paling
ditakuti. Angka amputasi akibat diabetes masih tinggi, sedangkan biaya
pengobatan juga sangat tinggi dan sering tidak terjangkau oleh masyarakat umum
(Misnadiarly, 2009).
Gangren adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan
kematian area tubuh. Ini terjadi ketika pasokan darah terpotong ke bagian yang
terganggu sebagai akibat dari berbagai proses, seperti infeksi, pembuluh darah
(berkaitan pembuluh darah), penyakit atau trauma, Gangren dapat melibatkan
bagian manapun dari tubuh; situs yang paling umum termasuk jari kaki, jari, kaki,
dan tangan (Nirwana, 2011).
Ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik DM berupa
luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan
setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
45
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob
maupun anaerob (Tambunan, 2009).
2.5.2 Penyebab Kaki Gangren
1. Sirkulasi darah kaki dari tungkai yang menurun (gangguan pembuluh
darah).
2. Berkurangnya perasaan pada kedua kaki (gangguan saraf)
3. Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
(Misnadiarly, 2009).
Penyebab gangren menurut Nirwana (2011):
1. Kondisi selanjutnya merupakan faktor risiko untuk pengembangan
gangrene.
2. Cedera atau trauma, seperti cedera naksir, luka bakar berat, atau
radang dingin.
3. Penyakit yang mempengaruhi sirkulsi darah, seperti arterisklerosis,
diabetes, merokok atau penyakit Nayraud.
4. Infeksi luka.
2.5.3 Klasifikasi Gangren
Ada berbagai macam klasifikasi gangren, mulai dari klasifikasi oleh
Edmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool, klasifikasi
wagner, klasifikasi texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang
dianjurkan oleh International Working Group On Diabetic Foot karena dapat
menentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi, neuropatik,
46
sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik.
Klasifikasi menurut Wagner (Ernawati, 2013):
Derajat 0 = tidak ada lesi luka, kulit utuh dan mungkin disertai kelainan
bentuk kaki atau selulitis.
Derajat 1 = ulkus superfisial dan terbatas di kulit
Derajat 2 = ulkus dalam mengenai tendon, kapsula sendi atau fasia yang
dalam tanpa akses
Derajat 3 = ulkus yang dalam disertai abses, osteomyelitis atau sepsis
sendi
Derajat 4 = gangren yang terlokalisasi pada kaki bagian depan atau tumit
Derajat 5 = gangren seluruh kaki dan sebagian tungkai bawah.
2.5.4 Jenis-jenis Gangren
Jenis-jenis gangren menurut Nirwana (2011):
1. Gangren kering disebabkan oleh pengurangan aliran darah melalui arteri,
tampaknya secara bertahap dan berlangsung perlahan – lahan, pada
kebanyakan orang, bagian yang sakit tidak menjadi terinfeksi, dalam
jenis gangren, jaringan menjadi dingin dan hitam, mulai mengering,
dan akhirnya Sloughs off. Ganggren kering sering terlihat pada orang
dengan penyumbatan arteri (Arterisklerosis) akibat peningkatan kadar
kolesterol, diabetes, merokok, dan faktor genetik dan lainnya.
2. Gangren basah atau lembab berkembang sebagai komplikasi dari luka
yang terinfeksi yang tidak diobati, pembengkakan akibat infeksi
bakteri menyebabkan penghentian tiba-tiba aliran darah, penghentian
47
aliran darah memfasilitasi invasi otot-otot oleh bakteri dan perkalian
dari bakteri karena melawan penyakit sel (sel darah putih) tidak bias
mencapai bagian yang sakit.
3. Gangren Gas adalah Jenis gangren basah yang disebabkan oleh bakteri
yang dikenal sebagai clostridia. Clostridia adalah jenis infeksi bakteri
penyebab yang tumbuh hanya dalam ketiadaan oksigen, sebagai
clostridia tumbuh, mereka memproduksi racun dan gas beracun,
sehingga kondisi ini disebut gas gangren.
2.5.5 Perawatan Kaki Penderita Diabetes Mellitus
1. Diagnosis klinis dan laboratorium yang lebih teliti.
2. Pemberian obat-obatan yang tepat untuk infeksi (menurut hasil
laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan
gula darah maupun menghilangkan keluhan atau gejala dan penyulit
DM.
3. Pemberian penyuluhan kepada penderita dan keluarga tentang (apakah
DM, penatalaksanaan DM secara umum, apakah kaki diabetes, obat-
obatan, perencanaan makan dan kegiatan jasmani dan lain-lain.
4. Kaki diabetes, materi penyuluhan dan instruksi, hentikan merokok.
Periksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus
(pengerasan), bula (gelembung), luka, lecet.
5. Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, keringkan, terutama di celah jadi
kaki.
48
6. Pakailah krim khusus untuk kulit kering, tapi dipakai di celah jadi
kaki.
7. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
8. Memotong kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.
9. Pakailah kaus kaki yang pas bila kaki terasa dingin dan ganti setiap
hari.
10. Jangan berjalan tanpa alas kaki.
11. Hindari trauma berulang.
12. Memakai sepatu dan kulit yang sesuai utnuk kaki dan nyaman dipakai.
13. Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya, hindari
adanya benda asing.
14. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
15. Menghindari pemakaian obat yang bersifat vasokonstruktor seperti
orgat, adrenalin, ataupun nikotin.
16. Periksakan diri secara rutin ke dokter dan periksakan kaki setiap kali
kontrol walaupun ulkus atau gangren telah sembuh.
(Misnadiarly, 2009).
Menurut Sutedjo (2010) teknik perawatan kaki penderita diabetes mellitus
adalah sebagai berikut:
1. Periksa kaki tiap hari terutama terhadap adanya perlukaan, infeksi dan
pecah kulit, melepuh, cantengan, mata ikan, kapalen, kutil dan lain-
lain.
49
2. Bersihkan kaki dengan menggunakan sabun yang lembut dan air
hangat 370 C pada pagi hari dan menjelang tidur.
3. Keringkan dan bersihkan selalu kaki terutama pada sela-sela jari
dengan menggunakan handuk bersih.
4. Gunting kuku tiap hari dengan arah mendatar dan lakukan setelah
mandi karena masih lunak.
5. Beri pelembab pada kaki yang terlalu kering.
6. Selalu gunakan sandal untuk mencegah terjadinya perlukaan.
7. Gunakan kaos kaki dari bahan serat alami, katun atau wool, dengan
ukuran pas dan tak berlubang.
8. Apabila menggunakan stoking (pada wanita), pilih yang tidak terlalu
ketat dan tidak terlalu tinggi karena akan menghambat sirkulasi.
Usahakan setiap hari untuk ganti dengan yang bersih.
9. Pilih sepatu yang pas, berbahan lembut terbuat dari kulit dan menutup
semua bagian kaki. Apabila sepatu baru, kontrol bagian dalam sepatu
sebelum 3 bulan pertama sebelum digunakan secara normal. Hindari
sepatu berbahan plastik.
Menurut Sutedjo (2010) hal-hal yang tidak boleh dilakukan karena
membahayakan kaki penderita diabetes mellitus adalah sebagai berikut:
1. Jangan memanasi kaki dengan aliran listrik dan air hangat karena akan
berisiko terbakar tanpa terasa.
2. Jangan mengiris kapal pada kaki (kalus) dan korn dengan
menggunakan gunting atau silet. Kalus adalah penebalan kulit dan
50
pengerasan pada bantalan telapak kaki atau sisi luar ibu jari kaki
akibat gesekan dan tekanan yang lama, dalam Bahasa Jawa disebut
kapalen.
3. Korn adalah penebalan kulit pada punggung jari kaki akibat dari
tekanan dan gesekan yang lama dan berlebihan, berbentuk bulat, keras
di bagian tengahnya dan lunak di bagian tepinya.
4. Kalus dapat ditipiskan pelan-pelan dengan foot roepm sedangkan korn
dengan batu apung setelah kulit dilembabkan terlebih dahulu.
5. Jangan menggunakan sikat atau pisau untuk membersihkan kaki.
6. Jangan membiarkan adanya luka sekecil apapun.
7. Jangan memakai sepatu dan kaos kaki yang sempit.
8. Jangan menggunakan obat-obat untuk luka kaki tanpa rekomendasi
petugas kesehatan.
51
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Mempengaruhi
: Berhubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian hubungan antara dukungan
keluarga dengan derajat depresi pada penderita gangren diabetik di
RSUD Kota Madiun.
Dukungan keluarga
1. Dukungan informasional
2. Dukungan penilaian dan
penghargaan
3. Dukungan instrumental
4. Dukungan emosional
Faktor yang
mempengaruhi
dukungan keluarga
a. Jenis kelamin
b. Status
Pernikahan
c. Lamanya
menderita
d. Tingkat
pendidikan
e. Usia
Faktor-faktor yang mempengaruhi
depresi :
1. Dimensi Biologis
2. Dimensi Psikologis
3. Dimensi Sosial Kultural
Derajat depresi pada
penderita gangrene
diabetik (HARS)
1. Tidak depresi
2. Ringan
3. Sedangh
4. Berat
5. Berat sekali
Penyebab Gangren
1. Arteri Tersumbat
2. Trauma
3. Radang Dingin
Gangren
diabetik
52
Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga yaitu jenis kelamin, lamanya menderita, tingkat pendidikan dan usia.
Dukungan keluarga terdiri dari 4 yaitu dukungan imformasional, dukungan
penilaian dan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan emosional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi depresi yaitu dimensi biologis, dimensi
psikologis dan dimensi sosial kultural. Selain itu ada tingkatan derajat depresi
pada penderita gangren diabetik yaitu tidak depresi, ringan, sedang, berat dan
berat sekali. Sebagian besar penyebab DM yang umum sering ditemukan salah
satunya yaitu dari faktor keturunan, pola makan yang salah dan malas beraktifitas
fisik.
3.2 Hipotesa Penelitian
Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan derajat depresi
pada penderita gangren diabetik di RSUD Kota Madiun.
53
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan analitik dengan metode pendekatan
cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/
observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat
(Hidayat, 2009).
Jenis penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu penelitian
yang melakukan survai atau pengukuran terhadap variabel bebas dan variabel
terikat yang mengumpukan datanya yang dilakukan pada satu periode tertentu dan
pengamatan hanya dilakukan satu kali selama penelitian (Notoatmojo, 2010).
Pada penelitian ini akan menganalisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Depresi Pada Penderita Gangren Diabetik Di RSUD Kota Madiun.
Penelitian ini dibuat dengan cara mengidentifikasi depresi tanpa follow up
kemandirian dihubungkan dengan dukungan keluarga menggunakan instrument
penelitian kuesioner.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi merupakan subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan semua penderita
gangren diabetik rata-rata populasi Januari - April di Ruang Seruni, Ruang
Anggrek dan Poli Bedah RSUD Kota Madiun sejumlah 53 orang.
54
4.2.2 Sampel dan Besar Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009). Sampel
merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subyek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian pasien rawat inap yang terdiri dari ruang yaitu Ruang Seruni, Ruang
Anggrek dan Poli Bedah di RSUD Kota Madiun. Besar dan banyaknya sampel
pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut :
N = N
1 + N (d )²
Keterangan :
N : Besar sampel
N : Besar populasi
d² : Tingkat signifikan ( 0,01 ) (Sugiono, 2010)
Maka :
N =
N
1 + N (d )²
N =
53
1 + 53 ( 0,01 )
N =
53
1 + 0,53
N =
53
1,53
N = 35
55
4.2.3 Kriteria Sampel
Tabel 4.1 Kriterian Inklusi Dan Kriteria Eksklusi
Kriteria Insklusi Kriteria Eksklusi
1. Pasien dengan diagnose Diabetes
mellitus dengan gangren pada kai
2. Pasien yang bersedia dijadikan
responden
3. Usia pada penderita gangrene ≥ 40
Tahun
4. Responden yang mengalami gangren ≥ 5
Tahun
5. Pasien gangren yang tinggal dengan
keluarga
1. Pasien dengan gangguan kesadaran dan
gangguan fisik
2. Pasien yang tinggal sendiri, tidak ada yang
membantu dalam perawatan sehari-hari
4.3 Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakuka dengan cara
Purposive Sampling, yaitu Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil responden secara kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai
dengan konteks penelitian (Notoatmojo, 2010)
Pada penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Madiun dengan 35 pasien
pada 2 bulan terakhir. Untuk pemilihan responden ditentukan berdasarkan kriteria
sampel itu. Di Ruang Rawat Inap dan Rawat Jalan RSUD Kota Madiun terdapat
beberapa ruang, yaitu Ruang Seruni, Ruang Anggrek dan Poli Bedah RSUD Kota
Madiun dengan total populasi 35 orang, lalu peneliti menetapkan sampel sesuai
sub populasi, di Ruang Seruni sebanyak 5 orang, di Ruang Anggrek sebanyak 3
orang dan di Poli Bedah sebanyak 27 orang, kemudian peneliti mengambil sampel
sebanyak 35 orang.
56
4.4 Kerangka Kerja (frame work)
Kerangka kerja adalah bagian kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian
yang akan dilakukan (Hidayat, 2009). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah:
Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan antara dukungan keluarga dengan derajat
depresi pada penderita gangren diabetik di Ruang Seruni dan Ruang
Anggrek RSUD Kota Madiun.
Populasi
Semua penderita gangren diabetik di Ruang Seruni, Ruang Anggrek dan
Poli Bedah RSUD Kota Madiun sejumlah 53 orang
Desain Penelitian
Kolerasi dengan pendekatan Cross Sectional.
Variabel Independent
Dukungan keluarga
Variabel Dependent
Derajat Depresi
Pengumpulan Data
Kuesioner Dukungan Keluarga
Pengumpulan Data
Skala HRS-D
Pengolahan Data
Editing, Cording, Scoring, Dan
Tabulating
Analisa Data
Somers’d
Penyajian Hasil penelitian
Sampel
Sebagian pasien Rawat Inap di RSUD Kota Madiun dengan Teknik
Purposive Sampling yang berjumlah 35 orang
57
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identivikasi Variabel
1. Variabel independent (bebas)
Variabel independent pada penelitian ini adalah dukungan keluarga.
2. Variabel Dependent (terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah derajat depresi pada
penderita gangren diabetik.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor / kriteria
Variabel
independent
Dukungan
keluarga
Perlakuan
keluarga yang
dirasakan oleh
pasien
gangren
diabetik
Dukungan
keluarga :
1. Dukungan
informasional
2. Dukungan
penilaian dan
penghargaan
3. Dukungan
instrumental
4. Dukungan
emosional
Kuesioner
Ordinal Skor nilai :
Selalu nilai 4
Sering nilai 3
Kadang-kadang nilai 2
Tidak pernah nilai 1
Dengan kriteria
dukungan keluarga
a. Buruk = <50
b. Sedang = 50-74
c. Baik = 75-100
Variabel
dependent
derajat
depresi pada
penderita
gangren
diabetik
gangguan
alam perasaan
hati (mood)
yang ditandai
oleh
kemurungan
dan kesedihan
yang
mendalam dan
berkelanjutan
sampai
hilangnya
kegairahan
hidup
Hamilton Rating
Scale Of
Depression
(HRS-D)
Kuesioner Ordinal Skor nilai
Nilai 0 = tidak ada
gejala (keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Derajat depresi
1. Skor ≤ 6 = Tidak
ada depresi
2. Skor 7-14 =
Depresi ringan
3. Skor 15-27 =
Depresi sedang
4. Skor ≥ 27 Depresi
berat
58
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan
hajat untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data
kuantitatif (Nursalam, 2013). Kuesioner dalam penelitian diartikan sebagai daftar
pernyataan yang sudah tersusun dengan baik dan responden memberikan jawaban
sesuai pemahaman. (Hidayat, 2009). Kuesioner dalam pengukuran depresi
menggunakan skala Hamilton Rating Scale Of Depression (HRS-D) dan untuk
dukungan keluarga menggunakan kuesioner.
4.6.1 Uji Validitas
Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus Produc Moment
dengan bantuan program komputer SPSS 16 For Windows. Instrumen dikatakan
valid jika nilai p value > 0,05 dengan menggunakan rumus Produc Moment
(Arikunto, 2015). Uji validitas digunakan Kuesioner Tingkat Depresi.
Dalam kuesioner Dukungan Keluarga yang baku dan dimodifikasi oleh
peneliti yang diajukan kepada Diabetes Mellitus degan Gangren diajukan kepada
10 responden dan diperoleh hasil uji dari 25 pertanyaan. Dalam kuesioner
Dukungan Keluarga pada pasien Diabetes Mellitus dengan Gangren diujikan pada
tanggal 9 juli 2018 kepada 10 responden yang berada diruang seruni, ruang
anggrek dan poli bedah di RSUD Kota Madiun dan diperoleh hasil uji dari 25
pertanyaan adalah valid.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau
59
lebih. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur
dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mengetahui reliabilitas kuesioner,
penelitian ini menggunakan pendekatan pengukuran reliabilitas konsistensi
internal dengan menghitung koefisien alpha. Koefisien alpha ini berkisar antara 0
sampai 1. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,6.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang digunakan sebagai objek penelitian
adalah Ruang Rawat Inap (Ruang Seruni dan Ruang Anggrek) dan Poli Bedah di
RSUD Kota Madiun.
4.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2018.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang dilakukan sebagai berikut :
1. Peneliti mengajukan surat rekomendasi penelitian kepada institusi
pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang ditujukan
kepada Kaprodi S1 Keperawatan.
2. Kemudian untuk melakukan penelitian, peneliti meminta perijinan
kembali kepada Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, lalu ke
RSUD Kota Madiun.
60
3. Kemudian untuk melakukan penelitian, peneliti meminta perijinan
kembali kepada Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, lalu ke
BANGKESBANGPOL, selanjutnya mengurus perijinan kepada
Direktur RSUD Kota Madiun.
4. Setelah semua surat izin penelitian sudah didapatkan, peneliti dating
langsung ke RSUD Kota Madiun.
5. Setelah itu peneliti memilih responden sesuai kriteria inklusi dan
kriteria ekslusi.
6. Peneliti menjelaska kepada calon responden tentang tujuan penelitian,
manfaat dan prosedur penelitian.
7. Lalu peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden
dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan lembar
(Informed Consent).
8. Peneliti memberikan kuesioner yang sudah disediakan untuk diisi oleh
responden dengan cara mengisi pertanyaan dan memberikan tanda (√)
pada jawaban yang dianggap benar. Kemudian setelah selesai
kuesioner dikumpulkan kembali kepada peneliti.
9. Setelah kuesioner sudah dikumpulkan, peneliti memberikan kode pada
setiap lembar jawaban (kuesioner) dan yang terakhir peneliti
memberikan skor pada setiap masing-masing lembar jawaban
(kuesioner).
61
4.8.2 Pengolahan Data
1. Editing
Memeriksa kembali semua data yang telah peneliti kumpulkan
melalui pembagian kuesioner dengan tujuan mengecek kembali
apakah hasilnya sudah sesuai dengan rencana atau tujuan yang hendak
peneliti capai. Apabila ada beberapa kuesioner yang belum diisi atau
pengisian tidak sesuai dengan petunjuk sebaiknya diperbaiki dengan
jalan meminta mengisi kembali kuesioner yang masih kosong ke
responden semula.
2. Coding
Tahap dimana peneliti memberi kode pada setiap kategori yang
ada dalam setiap variabel.
a. Jenis Kelamin
Laki-Laki : 1
Perempuan : 2
b. Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah : 1
SD : 2
SMP : 3
SLTA : 4
Diploma / Sarjana : 5
c. Pekerjaan
Tidak Bekerja : 1
62
Pedagang : 2
Petani : 3
Pegawai Negri : 4
Pegawai Swasta : 5
TNI / Polri : 6
d. Umur
40 tahun – 50 tahun : 1
51 tahun – 60 tahun : 2
61 tahun – 70 tahun : 3
>70 tahun : 4
e. Lama Menderita Diabetes Mellitus dengan Gangren
<5 tahun : 1
5 – 10 tahun : 2
>10 tahun : 3
f. Tinggal bersama keluarga, memperhatikan pola makan, olahraga
teratur, minum OHO/ suntik Insulin
Ya : 1
Tidak : 2
3. Scoring
Melakukan penilaian untuk jawaban dari responden untuk
mengukur depresi dengan kuesioner yang terdiri 21 item pertanyaan
dengan skala HRS-D sebagai berikut :
a. ≤ 6 Tidak ada depresi
63
b. 7-14 Depresi ringan
c. 15-27 Depresi sedang
d. ≥ 27 Depresi berat
Karateristik dukungan keluarga
a. ≤50 Buruk
b. 50-74 Sedang
c. 75-100 Baik
Pertnyataan positif dan negatif Dukungan Keluarga
Pernyataan posif dukungan keluarga
a. Selalu = 4
b. Sering = 3
c. Kadang-kadang = 2
d. Tidak pernah = 1
Pernyataan negatif dukungan keluarga
a. Selalu = 1
b. Sering = 2
c. Kadang-kadang = 3
d. Tidak pernah = 4
4. Tabulating
Mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu menurut sifat-
sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah diproses
sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah
dirancang. (Nursalam, 2013).
64
4.9 Analisa Data
Data yang diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan
komputer, tidak akan ada maknanya tanpa ada dianalisis. Manganalisis data tidak
sekedar mendeskripsikan dan menginpretasikan data yang diolah. Keluaran akhir
dari analisis data harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian
4.9.1 Analisis Univariat
Analisa data univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karateristik setiap variabel penelitian. Pada analisa data univariat ini digunakana
untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan derajat depresi pada
penderita gangren diabetik di RSUD Kota Madiun. Pada penelitian ini meliputi
data umum dan data khusus, yang termasuk data umum meliputi usia responden,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan data khusus meliputi derajat
depresi pada penerita gangren diabetik.
Rumus yang digunakan dalam distribusi frekuensi adalah sebagai berikut :
P = %100xN
F
Keterangan :
P : Prosentase
F : Frekuensi yang sedang dicari
N : Frekuensi Jawaban
100% : Bilang Genap
Untuk mengetahui sejauh mana derajat depresi seseorang apakah ringan,
sedang, berat atau berat sekali, orang menggunakan alat ukur (instrument) yang
dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale Of Depression (HRS-D). Alat ukur
65
ini terdiri dari 21 kelompok diberi penilaian angka (score) antara 0-4,yang artinya
adalah:
Nilai :
0 = tidak ada gejala (keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh psikiater atau orang
yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung.
Masing-masing nilai angka dari ke 21 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan
hasil penjumlahan itu dapat diketahui derajat depresi seseorang, yaitu:
Total Nilai (score) :
kurang dari 6 = tidak ada depresi
7-14 = depresi ringan
15-27 = depresi sedang
≥ 27 = depresi berat
4.9.2 Analisis Bivariat
Dalam penelitia analisa bivariant dilakukan untuk mengetahui hubungan
tingkat depresi pada penderita gangrene diabetik di RSUD Kota Madiun. Dan di
dalam penelitian ini menggunakan sekala ordinal dan ordinal maka uji statistik
yang digunakan adalah uji Somers’d. Uji Somers’d merupakan kolerasi non
parametik yang tepat digunakan untuk menganalisis suatu hubungan di antara dua
66
variabel yang memiliki skala data ordinal dan ordinal tidak berpasangan
menggunakan analisa data uji Somers’d dengan taraf signifikan yaitu a 0,05.
1. Apabila nilai p value > 0,05 yang artinya H˳ diterima dan Hₐ ditolak
yang berarti tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan derajat
depresi pada penderita gangrene diabetik di RSUD Kota Madiun.
2. Apabila nilai p value < ɑ (0,05), maka signifikan atau ada hubungan
antar variabel, menurut pedoman untuk memberikan interprestasi
koefisien kolerasi sebagai berikut :
Tabel 4.3 Daftar nilai keeratan hubungan antara variabel
Nilai Katagori
0,00-0,199 Sangat Lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
4.10 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian permohonan ijin dari derektur untuk
mendapatkan persetujuan, kemudian kuesioner dikirim ke subyek (responden)
yang akan diteliti dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan menjadi responden)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden. Informed Consent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek
mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
67
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama. Responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2009).
68
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Ruang
Seruni dan Ruang Anggrek RSUD Kota Madiun pada tanggal 09-16 Juli 2018
dengan responden 35 orang. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu
data umum dan data khusus.Data umum dimuat karakteristik umur, pendidikan,
jenis kelamin, informasi dan sumber informasi. Sedangkan data khusus adalah
kepatuhan minum obat dan perubahan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2
dan hubungan antara dukungan keluarga dengan derajat depresi pada penderita
gangren diabetik di Ruang Seruni dan Ruang Anggrek RSUD Kota Madiun.
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
RSUD Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari 12B, Sogaten,
Mangunharjo, Kota Madiun, Jawa Timur.RSUD Kota Madiun terdiri dari Ruang
Anggrek merupakan ruang rawat inap kelas I yang berjumlah 4 bed, kelas II
dengan jumlah 6 bed dan kelas III dengan jumlah 8 bed yang menangani BPJS
dan Non BPJS yang menangani kasus penyakit dalam dewasa yang terletak
disebelah selatan, sedangkan ruang seruni merupakan ruang rawat inap kelas I
yang berjumlah 4 bed, kelas II dengan jumlah 6 bed da kelas III dengan jumlah 8
bed yang menangani kasus penyakit dalam yang terletak di sebelah timur dan di
rawat jalan poli bedah di sebelah utara jumlah pasien gangren per hari antara 4
sampai 6 responden perhari dengan menangani BPJS dan NON BPJS.
69
5.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 9-16 Juli 2018 di
Ruang Seruni dan Ruang AnggrekRSUD Kota Madiun diperoleh data sebagai
berikut:
1. Data Umum
a. Karakter Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Penelitian karateristik responden berdasarkan jenis kelamin akan
ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di
Ruang Seruni dan Ruang Angrek Pada Bulan Juli 2018
No Jenis Kelamin Jumlah (F) Presentase (%)
1. Laki-Laki 14 40
2. Perempuan 21 60
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagai besar yaitu
sebanyak 21 responden (60%) berjenis kelamin perempuan.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Penelitian karakteristik responden berdasarkan usia akan
ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di Ruang
seruni dan Ruang Anggrek di RSUD Kota Madiun Pada Bulan
Juli 2018 No Usia Jumlah F Prosentase (%)
1. 40-50 Tahun 1 2,9
2. 51-60 Tahun 15 42,9
3. 61-70 Tahun 13 37,1
70
4. >70 Tahun 6 17,1
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagaian besar yaitu
sebanyak 15 responden (42,9%) berusia 51-60 Tahun.
c. Karateristik responden berdasarkan pendidikan pasien gangrene diabetik di
Ruang Seruni dan Ruang Anggrek di RSUD Kota Madiun
Penelitian karateistik responden berdasarkan tingkat pendidikan
akan ditunjukan pada tabel berikut ini :
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di
Ruang Seruni, dan Ruang Angrek RSUD Kota Madiun Bulan
Juli 2018
No Pendidikan Jumlah F Presentase (%)
1. SD 4 11,4
2. SMP 0 0
3. SMA 28 80,0
4. Perguruan Tinggi 3 8,6
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.3 di dapatkan hasil sebagian besar yaitu sebanyak
28 responden (28%) berpendidikan SMA
d. Karateristik responden berdasarkan pekerjaan pada pasien gangrene
diabetik diRuang Serui, Ruang Anggrek dan Poli Bedah di RSUD Kota
Madiun.
Penelitian karakteristik responde berdasarkan usia yang akan
ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Ruang
Seruni dan Ruang Anggrek di RSUD Kota Madiun.
No Pekerjaan Jumlah F Presentase (%)
1. Bekerja 31 88,6
2. Tidak Bekrja 4 11,4
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.4 di dapat hasil 31 responden (88,6%) bekerja.
71
e. Karateristik responden berdasarkan informasi
Penelitian karakteristik responden berdasarkan informasi akan
ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan informasi di Ruang
Seruni dan Ruang Angrek RSUD Kota Madiun pada bulan
Juli 2018
No Informasi Frekuensi Prosentase (%)
1. Pernah 35 100
2. Tidak Pernah 0 0
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2018
Tabel 5.5menunjukkan bahwa seluruhnya (100%) responden pernah
mendapatkan informasi tentang gangren.
f. Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi
Penelitian karakteristik responden berdasarkan sumber informasi akan
ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi
di Ruang Seruni dan Ruang Angrek RSUD Kota Madiun pada
bulan Juli 2018
No Sumber Informasi Frekuensi Prosentase (%)
1. Petugas Kesehatan 26 74,3
2. Majalah 2 5,7
3. Radio 0 0
4. TV 2 5,7
5. Internet 5 14,3
Jumlah 36 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
(74,3%) responden mendapatkan sumber informasi tentang gangren dari
petugas kesehatan.
72
2. Data Khusus
a. Dukungan keluarga
Penelitian karakteristik responden berdasarkan dukungan keluarga
akan ditunjukan pada tabel sebaga berikut :
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga
di Ruang Seruni danRuang Angrek RSUD Kota Madiun pada
bulan Juli 2018
No Katagori Dukungan Kleuarga Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Baik 15 42,9
2 Sedang 20 57,1
3 Buruk 0 0
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.7 dari total 35 responden, sebagaian besar
responden yang mendapatkan dukungan sedang sebanyak 20 responden
(57,9%).
b. Derajat Depresi Pada Penderita Gamgren Diabetik
Penelitian karakteristik responden berdasarkan derajat depresi pada
penderita gangrene diabetik di RSUD Kota Madiun akan ditunjukan pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan derajat depresi
pada penderita gangren diabetik di dan Ruang Seruni dan
Ruang Angrek RSUD Kota Madiun Pada Juli 2018
No Derajat depresi pada penderita
gangrene diabetik Frekuensi (F) Presentase (%)
1 Sedang 22 62,9
2 Ringan 10 28,6
3 Tidak Depresi 3 8,6
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2018
73
Berdasarkan Tabel 5.8menunjukkan bahwa sebagian besar (62,9%)
responden derajat depresi pada penderita gangren diabetik adalah sedang.
c. Hubungan antara dukungan keluarga dengan derajat depresi pada penderita
gangren diabetik di Ruang Seruni dan Ruang Angrek RSUD Kota Madiun.
Hasil perhitungan Crosstab Dukungan Keluarga dan Derajat Deprsi
sebagai berikut :
Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan antara dukungan keluarga dengan
derajat depresi pada penderita gangren diabetik di Ruang
Seruni dan Ruang Angrek RSUD Kota Madiun pada bulan Juli
2018
Dukungan Keluarga
Derajat Depresi Pada Penderita
Gangren Diabatik Total
Tidak Ada
Depresi Ringan Sedang
N %
N % N % N %
Dukungan Keluarga
Baik 3 20,0 9 60,0 3 20,0 15 100,0
Dukungan Keluarga
Sedang 0 0 1 5,0 19 95,0 20 100,0
Dukungan Keluarga
Buruk 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 3 8,6 10 28,6 22 62,9 35 100,0
α= 0,05 r=0,740 P Value = 0,000
Sumber : Data Primer 2018
Dari tabel 5.9 diatas menunjukan bahwa sebagian besar dukungan
keluarga sedang pada penderita gangren diabatik sebanyak 19 responden
(95,0%)
Berdasarkan uji statistik Somers’D didapatkan ρ= 0,000< α= 0,05 maka
H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat depresi pada penderita gangren diabetik di Ruang Seruni dan
Ruang Anggrek di RSUD Kota Madiun.
74
5.3 Pembahasan
5.3.1 Data Umum
Berdasarkan hasil penelitian menurut jenis kelamin pada responden tabel
5.1 diketahui bahwa 35 responden di ruang seruni, ruang anggrek dan poli bedah
di RSUD Kota madiun menunjukan bahwa 21 responden (60%) berjenis kelamin
perempuan.
Menurut kodriati (2008) Pada wanita diketahui memiliki hubungan sosial
yang lebih luas dan lebih erat dibandingkan dengan kaum pria. Secara teori jenis
kelamin adalah sesuatu yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-
laki dan perempuan dari segi anatomi biologi atau merupakan identitas responden
yang dapat digunakan untuk membedakan laki-laki dan perampuan.
Menurut asumsi peneliti, wanita sangat mempunyai banyak mempunyai
wawasan dan tanggap dalam hubungan sosial pada lingkungan sosial, jadi laki-
laki sangat berpotensi kecil untuk melakukan hubungan sosial.
Berdasarkan hasil penelitian usia pada responden tabel 5.2 dapat
diketahui bahwa diketahui 35 responden di ruang seruni, ruang anggrek dan poli
bedah di RSUD Kota Madiun menunjukan 15 responden (42,9%) sebagian besar
berusia 51 tahun-60 tahun..
Menurut Kodriati (2008) Dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia,
dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian setiap
75
rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berbeda-beda.
Menurut peneliti usia tua yang mendapat dukungan dari keluarganya akan
memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik dibanding
usia tua yang sedikit mendapat dukungan keluarga. Dukungan keluarga juga
merupakan bentuk terapi keluarga yang termasuk pada penatalaksanaan depresi
pada usia tua sehingga usia tua dapat menjalankan hidupnya lebih baik dan
terhindar dari depresi.
Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan tingkat pendidikan pada
responden tabel 5.3 dapat diketahui bahwa 35 responden di ruang seruni, ruang
anggrek dan poli bedah di RSUD Kota Madiun adalah 28 responden (80%)
sebagian besar berpendidikan akhir SMA.
Menurut teori Kordiatri (2008), Semakin tinggi tingkat pendidikan
kemungkinan akan mendapatkan dukungan sosial dari orang yang berada
disekitarnya. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan
ke arah yang lebih dewasa lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,
kelompok atau masyarakat.
Menurut ansumsi peneliti, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
responden maka akan semakin luas tingkat pengetahuanya untuk mengetahui cara
menangani penyakit yang di derita responden tersebut.
5.3.2 Dukungan Keluarga Pada Pasien Gangrene Diabetik di RSUD Kota
Madiun
76
Berdasarkan hasil penelitian Tabel 5.7diketahui dari 35 responden di
Ruang Anggrek dan Ruang Serunidi RSUD Kota Madiun menunjukkan yaitu 20
responden (57,1%) sebagian besar dengan dukungan keluarga sedang.
Menurut Setiadi (2008), dukungan keluarga merupakan pemberian
dorongan atau pengorbanan, semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu
situasi tertentu. Dukungan keluarga dapat diartikan sebagai bantuan dan dukungan
yang diterima individu hasil interaksi dengan keluarga sehingga individu
menerima kenyamanan, perhatian dan juga bantuan yang diberikan oleh keluarga
yang dapat meningkatkan perilaku hidup sehat.
Menurut peneliti dukungan keluarga merupakan hal yang penting untuk
seseorang. Dalam penelitian ini dukungan keluarga sebagian besarsedang. Hal
inilah yang membuat para penderita gangren dalam bisa menahan atau
mengendalikan depresi yang dialami jika menghadapi suatu masalah yang berat.
Menurut peneliti anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Faktor yang mempengaruhi dukungan keluargaadalah faktor usia.
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukan bahwa hampir seluruhnya (42,9%) responden
berusia 51-60 tahun rentan terhadap penyakit diabetes militus dan berakibat
gangren karena akibat tidak bisa mengontrol makanan yang tinggi akan
karbohirdrat. Hasil penelitian sejalan dengan teori Setiadi (2008), dimana semakin
betambah usia seseorang semakin beresiko terkena gangguan kesehatan, baik
secara fisik, psikologis dan sosiologis.
77
Menurut Akmadi (2009), dukungan keluarga merupakan suatu upaya
pencegahan terjadinya depresi pada usia tua dimana dukungan keluarga
merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari
efek stress, dukungan keluarga juga dapat memberi petunjuk tentang kesehatan
mental, fisik, dan emosi usia tua. Dukungan keluarga tersebut diklasifikaskan
menurut 4 parameter berupa dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan
instrumental, dan dukungan emosional.
Dari analisa kuesioner terdapat 4 parameter yang menjelaskan dukungan
informasional yang terdapat yaitu pertanyaan untuk parameter 1 responden yang
keluarga tidak mendukung tentang diberikan informasi untuk penyembuhan luka
kaki gangren, adalah no. 5 keluarga tidak memberikan informasi tentang
pentingnya gunakan kaos kaki dari bhan serat alami, di dapat 33 responden
(94,3%) yang menjawab kadang-kadang, sering, selalu.
Didapat teori dari Akmadi (2009) dalam dukungan informasional adalah
saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan untukmenyeleseikan suatu
masalah. Bentuk dukungannya dapat berupa pemberian nasehat, dorongan
semangat, dan pemberian informasi mengenai lingkungan luar sehingga membuat
sugesti yang baik pada diri usia tua tersebut.
Berdasarkan dari ansumsi peneliti, kurangnya dukungan informasi yang
diterima oleh usia tua disebabkan karena usia tua jarang menceritakan masalah
yang dihadapinya kepada anggota keluarga lainnya, sehingga mereka tidak
mendapat nasehat dalam memecahkan masalahnya. Usia tua juga tidak mendapat
informasi mengenai kesehatan dari anggota keluarganya disebabkan karena
78
keterbatasan pengetahuan anggota keluarga lain mengenai kesehatan, dan
biasanya mereka hanya mendapat informasi mengenai kesehatan dari bidan dan
kader setempat pada saat posyandu dilakukan. Jadi dengan kurangnya informasi
mengenai kesehatan baik fisik ataupun mental dan kurangnya bantuan berupa
saran untuk memecahan masalah, maka keadaan fisik usia tua akan tambah berat
karena disertai dengan gangguan mental.
Untuk parameter 2 responden yang tidak memiliki dukungan penilaian dan
penghargaan adalah no. 10 keluarga tidak pernah peduli kepada saya tentang
pentingnya hindari air panas, di dapat 28 responden (80,0%) yang menjawab
sering, selalu. Peratnyaan no. 11 keluarga tidak pernah memberikan pujian jika
melakukan perawatan kaki gangren, di dapat 33 responden (74,3%) yang
menjawab kadang-kadang, sering, selalu.
Menurut Akmadi (2009)Yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah,
sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya
memberikan support, penghargaan, perhatian.
Menurut peneliti keluarga harus memberikan perhatian dan pujian pada
responden karena responden sangat membutuhkan perhatian dan pujian tersebut
agar mau dan mempunyai keinginan ingin cepat sembuh.
Untuk parameter 3 responden yang tidak memiliki dukungan insrtumental
adalah no.16 keluarga tidak mempunyai cukup waktu untuk mengantar ke tempat
pengobatan, di dapat 22 responden (91,5%) yang menjawang kadang-kadang,
sering, selalu. Pertanyaan no. 17 keluarga tidak pernah memberikan waktu luang
79
untuk memberikan bantuan mencuci dan membersihkan kaki gangren, di dapat 32
responden (90,5%) menjawab kadang-kadang, sering, selalu.
Menurut peneliti dukungan keluarga sangat berperan dalam membantu
dalam proses penyembuhan dengan cara menyediakan fasilitas dan mengantar
keluarganya ketempat kesehatan untuk mengobati kaki gangren.
Untuk parameter 4 dukungan emosional, semua keluarga tidak ada yang
memberikan dukungan negatif pada responden. Hasilnya terdapat keluarga yang
memberikan motivasi untuk melakukan perawatan kaki gangren agar
mempercepat proses penyembuhan.
Menurut Akmadi (2009) Dukungan Emosional adalah Yaitu keluarga
sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Misalnya umpan balik, penegasan.
Menurut peneliti dukungan emosional sangat perlu diberikan pada
responden, karena memerlukan dukungan dari keluarga berupa motivasi untuk
penyembuhan kaki gangrenya. Dengan hasil tersebut di dapat keluarga selalu
memberikan motivasi dan dukunganya dalam proses penyembuhan luka pada kaki
gangren.
5.3.1 Derajat Depresi Pada Penderita Gangren Diabetik
Tabel 5.8 menunjukkan hasil penelitian pada responden yang mengalami
depresi sedang 22 responden (62,9%). Maka dapat disimpulkan yang menunjukan
hasil yang sangat tinggi pada no. 1 responden denga gejala ansietas menunjukan
80
bahwa 26 responden (74,3%) tidak merasakan gejala seperti cemas, firasat buruk,
takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung, no. 13 responden yang
memiliki gejala otonom menunjukan bahwa 21 responden (60,0%) tidak
merasakan gejala yang dirasakan seperti mulut kering, muka merah, mudah
berkeringat, pusing, sakit kepala dan bulu-bulu berdiri. no. 14 responden yang
memiliki gejala tingkah laku pada saat diwawancara menunjukan bahwa 22
responden (62,9%) tidak merasakan gejala yang dirasakan seperti gelisah, tidak
tenang, jari gemetar, kerut kening, muka tegang, muka merah, tonus otot
meningkat, nafas pendek dan cepat.
Hal ini dijelaskan oleh Hawari (2013) bahwa Depresi adalah gangguan
alam perasaan hati (mood) yang ditandai oleh kemurungan dan kesedihan yang
mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya kegairahan hidup, tidak
mengalami gangguan menilai realitas (reality testing ability/ RTA masih baik),
kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku dapat
terganggu tetapi dalam batas-batas normal, Sedangkan depresi menurut Sudiyanto
(2010) merupakan gangguan suasana perasaan yang menurun, dengan gejala
utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata cukup banyak dijumpai dengan angka
prevalensi 4-5 % populasi, dengan derajat gangguan bertaraf ringan, sedang, atau
berat. Ditinjau dari aspek klinis, depresi dapat berdiri sendiri, merupakan gejala
dari penyakit lain, mempunyai gejala fisik beragam, atau terjadi bersama dengan
penyakit lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan penatalaksanaan.
Menurut ansumsi peneliti depresi dalam kategori sedang dimana tingkat
depresi tidak begitu menggangu atau menghambat dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga masih dapat menjalani aktivitas sehari-hari dan responden masih bisa
melakukan perawatan pada kaki gangren diabetik.
81
5.3.2 Hubunganantara dukungan keluarga dengan derajat depresi Pada
penderita gangren diabetik di RSUD Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.9 yang dilakukan pada 35
responden yaitu seluruh pasien yang memerlukan dukungan keluarga dan
memiliki depresi, menunjukan bahwa responden yang memerlukan dukungan
keluarga dan memiliki depresi akibat penyakit yang di deritanya merupakan hasil
tertinggi yaitu sebanyak depresi sedang 22 responden (62,9%), sementara
responden yang memiliki dukungan keluarga sedang sebanyak 20 responden
(57,1%).
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Somers’d di
dapat hasil ρ value 0,000 ≤ α = 0,05 artinya Ha diterima, sehingga ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada penderita gangren diabetik
di RSUD Kota Madiun yang di dapat hubungan keluarga yang baik dalam
penyembuhan luka kaki gangren.
Dari uraian diatas hasil penelitian bahwa dukungan keluarga sangat
berperan dalam proses penyembuhan luka gangren seperti mengantarkan ke
pelayanan kesehatan, membantu dalam melakukan perawatan kaki gangren dan
memberikan dukungan dengan cara mengingatkan untuk selalu
membersihkanluka kaki gangren.
Keluarga memiliki beberapa fungsi antara lain, fungsi afektif, sosial,
reproduksi, ekonomi, perawatan/pemeliharaan kesehatan, disamping itu keluarga
juga dapat berfungsi dalam memberikan dukungan sosial kepada anggota
82
keluarganya yang mengalami depresi. Dukungan keluarga menjadikan penderita
mampu meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.
Dukungan keluarga bermanfaat untuk mengeluarkan segala perasaan dan masalah
merasa diterima, dan disayangi dalam keadaan apapun, sehingga dapat
mengurangi stres berat yang dialami individu (Lubis, 2009).
Menurut peneliti tingkat depresi pada pasien gangren dalam kategori
sedang dikarenakan adanya dukungan keluarga yang positif, keluarga dalam hal
ini berperan memberikan dukungan pada pasien, dukungan yang bisa dilakukan
seperti keluarga bersedia mengantar pasien ke tempat pelayanan kesehatan untuk
melakukan pengobatan atau perawatan gangren diabetik, keluarga memberikan
informasi tentang cara melakukan perawatan yang benar pada gangren diabetik,
keluarga memberikan perhatian pada pasien dalam melakukan perawatan gangren
diabetik.
82
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
dalam penelitian yang berjudul ”Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Depresi Pada Penderita Gangren Diabetik Di Ruang Seruni dan Anggrek
RSUD Kota Madiun”.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa:
1. Dukungan keluarga pada penderita Gangren Diabetik di RSUD Kota
Madiun hampir seluruhnya adalah sedang
2. Derajat depresi pada penderita gangren diabetik di RuangSeruni dan
Ruang Anggrek sebagian besar sedang.
3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada
penderita gangren diabeti di RSUD Kota Madiun.
6.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini bagi petugas kesehatan bisa
memberikan informasi tentang pentingnya dukungan keluarga pada
penderita gangren diabetik.
2. Bagi RSUD Kota Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi RSUD Kota Madiun mengenai cara mengatasi gangren diabetik
83
dan meningkatkan dukungan keluarga terhadap pasien dengan depresi
yang menderita gangrene diabetik.
3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Dengan adanya penelitian ini dapat mengembangkan penelitian
supaya lebih lengkap lagi serta lebih sempurna, serta peneliti lain
dapat mengembangkan penelitia ini dengan melakukan penelitian di
masa mendatang serta mengetahui perkembangan dukungan keluarga
dengan derajat depresi pada penderita gangren diabetik.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat digunakan untuk
menambah wawasan dan informasi khususnya cara mencegah depresi
pada penderita gangren diabetik serta memakai sampel yang lebih
besar disertai observasi.
84
DAFTAR PUSTAKA
Ahmady. 2009. Dukungan keluarga. http://repository.usu.ac.id/bitstream. Diakses
04/01/2018.
American Psychology Association. 2011. Ciri-ciri depresi.
https://core.ac.uk/download/files.pdf. Diakses 04/01/20/2018.
Arikunto, Suharsimi. 2015. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi, 2007. Kaki diabetes mellitus komplikasi kronik DM.
http://eprints.ums.ac.id/20431/20. Diakses 04/01/2018
Durand & Barlow. 2010. Faktor penyebab depresi.
https://core.ac.uk/download/files.pdf. Diakses 04/01/2018.
Ernawati, 2013. Klasifikasi gangren. http://repository.usu.ac.id/bitstream/.
Diakses 04/01/2016.
Hawari. 2011. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta. FKUI.
Hidayat, Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta. Rineka Cipta.
Himawati, 2010. Epidemiologi depresi. https://core.ac.uk/download/files.pdf.
Diakses 04/01/2018.
Ihsan. 2003. Tingkat pendidikan mempengaruhi dukungan keluarga.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf. Diakses 04/01/2018.
Johnson. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta. Nuha Medika.
Kaplan & Sadock, 2010. Depresi sebagai suatu diagnosa gangguan jiwa.
https://core.ac.uk/download/files.pdf. Diakses 04/01/2018.
Kaplan, Sadock, 2010. Gangguan depresi berat.
https://core.ac.uk/download/files.pdf. Diakses 04/01/2018.
Kodriati. 2008. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf. Diakses 04/01/2018
85
Lanywati. 2011. Diabetes mellitus penyakit kencing manis. Yogyakarta. Kanisius.
Lubis. 2009. Dukungan keluarga pada penderita. http://repo.unand.ac.id/394/1.
Diakses 04/01/2018.
Maulana, M. 2008. Mengenal Diabetes Mellitus. Jogjakarta. Kata Hati.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus mengenali gejala, menanggulangi,
mencegah komplikasi. Jakarta. Pustaka Populer Obor.
Nirwana, 2011. Definisi gangren. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789.
Diakses 04/01/2018.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Profil Kesehatan Jatim. 2014. Jumlah penderita DM di Jatim.
http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen. Diakses 04/01/2018.
Ratih. 2012. Kaki Diabetes. http://www.pantirapih.or.id/index.php. Diakses
04/01/2018.
Rekam Medis RSUD Kota Madiun. 2018. Jumlah Penderita Diabetes Mellitus.
Madiun : RSUD Kota Madiun
RSUD Kota Madiun. 2018. Data diabetes mellitus.
Santosa. 2014. Sembuh Total Diabetes dan Hipertensi dengan Ramuan Herbal.
Jakarta. Pinang Merah.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta. Graha.
Sudiyanto, 2010. Pengertian depresi. https://core.ac.uk/download/files.pdf.
Diakses 04/01/2018.
Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta. Nuha Medika.
Sutedjo. 2010. Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang. Yogjakarta.
Kanisius.
Tambunan. 2006. Kaki diabetik. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789.
Diakses 05/01/2018.
Watkins. 2010. Permasalahan kaki diabetes mellitus.
http://eprints.ums.ac.id/20431/20. Diakses 10/01/2018.
86
WHO. 2014. Prevelensi DM di Indonesia. http://repository.usu.ac.id/bitstream.
Diakses 05/01/2018.
WHO. 2014. Prevelensi DM di seluruh dunia.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/. Diakses 05/01/2018.
Yosep. 2009. Depresi pada penderita. http://repo.unand.ac.id/394/1. Diakses
05/01/2018.
87
Lampiran 1
Surat Permohonan Pencarian Data Awal
88
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
89
90
Lampiran 3
91
Lampiran 4
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa S1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Nama : Vriska Anjarsari
NIM : 201402053
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Derajat Depresi Pada Penderita Gangren Diabetik Di RSUD Kota
Madiun”.
Sehubung dengan judul penelitian diatas, data yang diperoleh dari penelitian
akan sangat bermanfaat bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Untuk
kepentingan tersebut peneliti memohon kerjasamanya untuk melakukan senam
tera dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan dengan jujur.
Semua data yang kumpulkan akan dirahasiakan.
Atas perhatian, kerjasama dan kesediaan dalam berpartisipasi sebagai
responden dalam penelitian ini, saya menyampaikan terima makasih dan berharap
informasi anda akan berguna, khususnya dalam penelitian ini.
Hormat saya
Vriska Anjarsari
92
Lampiran 5
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : Vriska Anjarsari
NIM : 201402053
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dari penulis serta
mengetahui manfaat, tujuan dan prosedur penelitian yang berjudul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Penderita Gangren Diabetik Di
RSUD Kota Madiun“ menyatakan BERSEDIA/ TIDAK BERSEDIA*
diikutsertakan dalam penelitian ini dengan catatan apabila suatu waktu merasa
dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.
Saya percaya apa yang diinformasikan dijamin kerahasiaannya oleh
penulis.
Madiun, April 2018
Peneliti,
Vriska Anjarsari
NIM. 201402053
Responden,
(…………………………)
93
Lampiran 6
LEMBAR KUESIONER
Kode Kuesioner :
Tanggal :
Hari :
Berilah tanda ( ) pertanyaan di bawah ini.
A. Data Umum
1. Pendidikan
1. Pendidikan dasar (SD)
2. Pendidikan menengah Pertama(SMP)
3. Pendidikan Menengah (SMA)
4. Pendidikan tinggi (PT)
2. Jenis kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Pekerjaan
1. TB (Tidak Bekerja)
2. Pedagang
3. Petani
4. PNS
5. Pegawai Swasta
6. TNI dan Polri
4. Informasi
1. Pernah
2. Tidak pernah
5. Sumber informasi
1. Petugas kesehatan
2. Majalah
3. Radio
4. TV
5. Internet
94
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA
Nomer Responden :
Nama Responden :
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda centang (√) pada jawban kolom yang anda anggap benar.
2. Jika ingin mengganti jawaban, coret jawaban awal
3. Jawaban anda harus yang paling sesuai yang anda rasakan atau yang anda
alami saat ini :
DUKUNGAN KELUARGA
S = Selalu
SR = Sering
KK = Kadang-kadang
TP = Tidak pernah
No Pernyataan S SR KK TP
Dukungan Informasional
1 Keluarga memberikan informasi cara mengganti
perban pada kaki gangren saya dengan sabar
2 Keluarga memberikan informasi tentang
pentingknya membersihkan dan memastikan saya
mencuci kaki setiap hari
3 Keluarga saya memberikan informasi tentang
pentingnya memakai krim khusus untuk kulit
kering
4 Keluarga saya memberikan informasi tentang
dibolehkanya memakai sandal atau sepatu saat
berjalan diluar rumah
5 Keluarga tidak memberikan informasi tentang
pentingnya gunakan kaos kaki dari bahan serat
alami
6 Keluarga memngingatkan saya untuk mengganti
perban setiap 2 hari sekali agar mempercepat
proses penyembuhan
Dukungan Penilaian dan Penghargaan
7 Keluarga memberikan dukungan untuk
mengantar ke tempat pelayanan kesehatan
8 Keluarga memberikan perhatian untuk mengobati
kaki gangren
9 Keluarga memberikan perhatian yang baik setiap
saya membutuhkan bantuan
95
No Pernyataan S SR KK TP
10 Keluarga tidak pernah peduli kepada saya tentang
pentingnya menghindari penggunaan air panas
11 Keluarga tidak pernah memberikan pujian jika
saya melakukan perawatan kaki
12 Keluarga ikut menemani saya selama selama
proses perawatan luka kaki gangren berlangsung
Dukungan Instrumental
13 Keluarga menyediakan fasilitas apabila saya
memerlukan untuk keperluan pengobatan
14 Keluarga membantu melengkapi hal-hal yang
dibutuhkan dalam perawatan kaki gangren saya
15 Keluarga membantu dalam hal keuangan untuk
sarana dan peralatan yang saya perlukan
16 Keluarga tidak mempunyai cukup waktu untuk
mengantar ke tempat pengobatan
17 Keluarga tidak pernah memberikan waktu luang
untuk memberikan bantuan mencuci dan
membersihkan kaki saya
18 Keluarga membantu menyediakan makanan yang
dianjurkan oleh petugas medis
Dukungan Emosional
19 Dukungan keluarga membuat termotivasi untuk
melakukan perawatan kaki gangren sendiri
20 Kedekatan keluarga membuat saya dicintai dan
disayangi sehingga termotivasi untuk
menggunakan sandal agar terhindar dari
perlukaan
21 Keluarga mengingatkan dengan halus ketika
malas melakukan olah raga teratur
22 Peringatan dari keluarga memotivasi saya untuk
membersihkan kaki setiap hari
23 Keluarga saya mengingatkan saya dengan lembut
agar memeriksakan kaki saya setiap hari
24 Keluarga saya mengingatkan saya untuk
mengurangi makanan yang menghambat proses
penyembuhan luka kaki gangren saya
25 Keluarga saya mengingatkan saya dengan halus
untuk menggunakan sandal agar tidak terjadi
perlukaan
96
KUESIONER DEPRESI DENGAN HRS-D
(Hamilton Rating Scale for Depression)
Nomer Responden :
Nama Responden :
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda centang (√) pada jawban kolom yang anda anggap benar.
Apapun jawaban anda akan dijamin kerahasiaanya.
2. Jika ingin mengganti jawaban, coret jawaban awal
3. Jawaban anda harus yang paling sesuai yang anda rasakan atau yang anda
alami saat ini :
0 : Tidak Ada Gejala (Tidak Ada Keluhan)
1 : Gejala Ringan
2 : Gejala Sedang
3 : Gejala Berat
4 : Gejala Berat Sekali
No Gejala depresi 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
Cemas
Firasat Buruk
Takut akan Pikiran Sendiri
Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
Merasa Tegang
Lesu
Tidak Bisa Istirahat Tenang
MudahTerkejut
Mudah Menangis
Gemetar
Gelisah
3 Ketakutan
Pada Gelap
Pada Orang Asing
Ditinggal sendiri
Pada Binatang Besar
Pada Keramaian Lalu lintas
Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
Sukar Masuk Tidur
Terbangun Malam Hari
Tidak Nyenyak
Bangun Dengan Lesu
97
No Gejala depresi 0 1 2 3 4
Banyak Mimpi
Mimpi-mimpi Buruk
5 Gangguan Kecerdasan
Sukar Konsentrasi
Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
Hilangnya Minat
Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
Sedih
Bangun Dini Hari
Peraaan Berubah-ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (otot)
Sakit Dan Nyeri di Otot-Otot
Kaku
Kedutan Otot
Gigi Gemerutuk
Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
Tinitus
Penglihatan Kabur
Muka Merah atau Pucat
Merasa Lemah
Perasaan Ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
Takhiardia
Berdebar
Nyeri Dada
Denyut Nadi Mengeras
Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejab)
10 Gejala Respiratori
Rasa Tertekan atau Sempit di Dada
Perasaan Tercekik
Sering Menarik Nafas
Nafas pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestial
Sulit Menelan
Perut Melilit
Gangguan Pencernaan
Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
Perasaan Terbakar di Perut
Rasa Penuh atau Kemung
Mual – Muntah
Buang Air Besar Lembek
Kehilangan Berat Badan
Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
98
No Gejala depresi 0 1 2 3 4
12 Gejala Urogenital
Sering Buang Air Kecil
Tidak Dapat Menahan Air Seni
Amenorrhoe
Menorrhagia
Menjadi Dingin (Frigid)
Ejakulasi Praeccocks (Ereksi Hilang)
Impotensi
13 Gejala Otonom
Mulut Kering
Muka Merah
Mudah Berkeringat
Pusing, Sakit Kepala
Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
Gelisah
Tidak Tenang
Jari Gemetar
Kerut Kening
Muka Tegang
Tonus Otot Meningkat
Nafas Pendek dan Cepat
Muka Merah
99
Lampiran 7
DATA UMUM RESPONDEN
Responden
Nomor Pertanyaan
Umur Jenis
Kelamin Pendidikan Pekerjaan Informasi Sumber
1 1 2 3 2 1 1
2 2 1 3 2 1 1
3 4 2 3 2 1 2
4 2 2 3 2 1 5
5 2 1 3 2 1 1
6 2 1 3 2 1 1
7 2 2 3 2 1 2
8 3 2 3 2 1 1
9 2 1 4 2 1 5
10 3 2 1 2 1 1
11 4 2 3 2 1 1
12 3 1 3 2 1 1
13 3 2 3 2 1 1
14 2 2 3 2 1 1
15 3 1 1 2 1 1
16 4 1 4 2 1 5
17 3 2 4 2 1 5
18 2 2 3 2 1 1
19 3 1 3 2 1 1
20 4 2 3 2 1 1
21 3 2 3 2 1 1
22 2 1 3 2 1 1
23 4 2 3 2 1 1
24 2 2 3 2 1 1
25 2 1 3 2 1 1
26 2 2 3 2 1 1
27 2 1 3 2 1 1
28 3 2 3 2 1 1
29 2 2 1 1 1 1
30 3 1 3 2 1 1
31 4 1 3 2 1 1
32 3 2 3 2 1 5
33 3 2 3 1 1 4
34 2 1 3 1 1 4
35 3 2 1 1 1 1
100
Keterangan :
Umur :
Kode 1 = 40 - 50 Tahun
Kode 2 = 51 - 60 Tahun
Kode 3 = 61 - 70 Tahun
Kode 4 = > 70 Tahun
Jenis Kelamin :
kode 1 =laki-laki
kode 2 = perempuan
Pendidikan :
Kode 1 = Pendidikan Dasar (SD)
Kode 2 = pendidikan Menengah Pertama
(SMP)
Kode 3 = Pendidikan Menengah (SMA)
Kode 4 = PT (Perguruan Tinggi)
Pekerjaan :
kode 1 = bekerja
kode 2 = tidak bekerja
Informasi :
kode 1 = pernah
kode 2 = tidak pernah
Sumber Informasi :
kode 1 = Petugas Kesehatan
Kode 2 = Majalah
Kode 3 = Radio
Kode 4 = TV
Kode 5 = Internet
101
Lampiran 8
TABULASI KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA
Resp./Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total HASIL
1 3 2 3 2 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 74 2
2 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 89 1
3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 87 1
4 3 3 2 3 4 2 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 1 3 3 2 74 2
5 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 2 73 2
6 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 97 1
7 4 4 4 4 1 1 4 2 2 2 1 2 4 4 4 2 1 1 1 2 2 2 4 3 4 65 2
8 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 73 2
9 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 88 1
10 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 73 2
11 3 2 3 4 2 1 2 2 1 2 4 3 4 4 4 1 1 2 1 3 3 4 4 4 4 68 2
12 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 4 3 4 3 3 3 2 3 74 2
13 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 95 1
14 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 1 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 71 2
15 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 4 3 2 69 2
16 2 2 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 1 70 2
17 3 2 3 3 2 4 2 1 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 2 2 4 4 73 2
18 4 4 4 1 2 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 3 85 1
19 3 4 2 1 3 3 2 1 3 3 4 2 3 3 4 3 2 2 1 1 2 1 1 1 1 56 2
20 4 3 4 4 3 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 2 1 4 4 4 4 4 86 1
21 3 3 3 1 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 71 2
22 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 1 4 4 3 2 4 4 4 4 88 1
23 1 2 1 1 1 2 2 4 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 4 52 2
24 2 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 3 3 3 4 4 88 1
25 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72 2
26 4 2 4 1 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 1 3 4 4 3 83 1
27 3 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 86 1
28 3 4 4 4 4 1 2 4 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 87 1
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73 2
30 3 2 3 4 4 4 4 2 2 3 3 2 4 4 4 2 4 4 4 3 2 3 4 2 1 77 1
31 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 79 1
32 2 3 4 1 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 86 1
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74 2
34 4 3 4 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 4 3 3 54 2
35 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 73 2
Keterangan : Dukungan Keluarga Positif:
Kode 1 = Tidak Pernah
Kode 2 = Kadang-Kadang
Kode 3 = Sering
Kode 4 = Selalu
Dukungan Keluarga Negatif:
Kode 1 = Selalu
Kode 2 = Sering
Kode 3 = Kadang-Kadang
Kode 4 = Tidak Pernah
Skor :
Kode 1 = Dukungan Baik = 75 – 100
Kode 2 = Dukungan Sedang = 50 – 74
Kode 3 = Dukungan Buruk = < 50
102
Lampiran 9
TABULASI DERAJAT DEPRESI
Resp./Soa
l 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
1
1
2
1
3
1
4
JUMLA
H
1 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
2 0 1 2 1 0 0 0 1 1 2 2 2 1 0 13
3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 4
4 0 1 2 2 2 1 0 0 2 2 1 2 2 1 18
5 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
6 0 1 2 1 0 0 0 1 1 2 2 2 1 0 13
7 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 25
8 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
9 0 1 2 1 0 0 0 1 1 2 2 2 1 0 13
10 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
11 1 2 0 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 24
12 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
13 0 1 2 1 0 0 0 1 1 2 2 2 1 0 13
14 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
15 1 2 1 1 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 24
16 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
17 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
18 1 1 0 0 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 14
19 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 24
20 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
21 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
22 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
23 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 16
24 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
25 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
26 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2
27 1 0 0 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 21
28 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
29 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
30 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 18
31 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 21
32 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 5
33 0 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 1 19
34 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 21
35 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 0 0 19
Skor Nilai :
0 = tidak ada gejala (keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Derajat Depresi:
a. ≤6 Tidak ada depresi
b. 7-14 Depresi ringan
c. 15-27 Depresi sedang
d. ≥ 27 Depresi berat
103
Lampiran 10
TABULASI DATA KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA
DI RSUD KOTA MADIUN
No Pernyataan Tidak
Pernah
Kadang-
Kadang Sering Selalu N
Dukungan Informasional
1 Keluarga memberikan informasi
cara mengganti perban pada
kaki gangren saya dengan sabar
2
(5,7%)
2
(5,7%)
21
(60,0%)
10
(28,6%) 100%
2 Keluarga memberikan informasi
tentang pentingknya
membersihkan dan memastikan
saya mencuci kaki setiap hari
- 10
(28,6%)
17
(48,6%)
8
(22,9%) 100%
3 Keluarga saya memberikan
informasi tentang pentingnya
memakai krim khusus untuk
kulit kering
1
(2,9%)
3
(8,6%)
17
(48,6%)
14
(40,0%) 100%
4 Keluarga saya memberikan
informasi tentang dibolehkanya
memakai sandal atau sepatu saat
berjalan diluar rumah
6
(17,1%)
5
(14,3%)
13
(37,1%)
11
(31,4) 100%
5 Keluarga tidak memberikan
informasi tentang pentingnya
gunakan kaos kaki dari bahan
serat alami
2
(5,7%)
7
(20,0%)
19
(54,3%)
7
(20,0%) 100%
6 Keluarga memngingatkan saya
untuk mengganti perban setiap 2
hari sekali agar mempercepat
proses penyembuhan
4
(11,4%)
3
(8,6%)
14
(40,0%)
14
(40,0%) 100%
Dukungan Penilaian Dan Penghargaan
7 Keluarga memberikan
dukungan untuk mengantar ke
tempat pelayanan kesehatan
- 8
(22,9%)
17
(48,6%)
10
(28,6%) 100%
8 Keluarga memberikan perhatian
untuk mengobati kaki gangren
3
(8,6%)
10
(28,6%)
11
(31,4%)
11
(31,4%) 100%
9 Keluarga memberikan perhatian
yang baik setiap saya
membutuhkan bantuan
2
(5,7%)
9
(25,7%)
13
(37,1%)
11
(31,4%) 100%
10 Keluarga tidak pernah peduli
kepada saya tentang pentingnya
menghindari penggunaan air
panas
- 7
(20,0%)
20
(57,1%)
8
(22,9%) 100%
11 Keluarga tidak pernah
memberikan pujian jika saya
melakukan perawatan kaki
2
(5,7%)
7
(20,0%)
15
(42,9%)
11
(31,4%) 100%
12 Keluarga ikut menemani saya
selama selama proses perawatan
luka kaki gangren berlangsung
- 6
(17,1%)
16
(45,7%)
13
(37,1%) 100%
104
No Pernyataan Tidak
Pernah
Kadang-
Kadang Sering Selalu N
Dukungan Instrumental
13 Keluarga menyediakan fasilitas
apabila saya memerlukan untuk
keperluan pengobatan
- 3
(8,6%)
18
(51,4%)
14
(40,0%) 100%
14 Keluarga membantu melengkapi
hal-hal yang dibutuhkan dalam
perawatan kaki gangren saya
- 5
(14,3%)
13
(37,1%)
17
(48,6%) 100%
15 Keluarga membantu dalam hal
keuangan untuk sarana dan
peralatan yang saya perlukan
1
(2,9%)
3
(8,6%)
13
(37,1%)
18
(51,4%) 100%
16 Keluarga tidak mempunyai
cukup waktu untuk mengantar
ke tempat pengobatan
3
(8,6%)
10
(28,6%)
17
(48,6%)
5
(14,3%) 100%
17 Keluarga tidak pernah
memberikan waktu luang untuk
memberikan bantuan mencuci
dan membersihkan kaki saya
3
(8,6%)
5
(14,3%)
19
(54,3%)
8
(22,9%) 100%
18 Keluarga membantu
menyediakan makanan yang
dianjurkan oleh petugas medis
2
(5,7%)
6
(17,1%)
11
(31,4%)
16
(45,7%) 100%
Dukungan Emosional
19 Dukungan keluarga membuat
termotivasi untuk melakukan
perawatan kaki gangren sendiri
4
(11,4%)
3
(8,6%)
12
(34,3%)
16
(45,7%) 100%
20 Kedekatan keluarga membuat
saya dicintai dan disayangi
sehingga termotivasi untuk
menggunakan sandal agar
terhindar dari perlukaan
2
(5,7%)
3
(11,4%)
19
(54,3%)
10
(28,6%) 100%
21 Keluarga mengingatkan dengan
halus ketika malas melakukan
olah raga teratur
2
(5,7%)
7
(20,0%)
18
(51,4%)
8
(22,9%) 100%
22 Peringatan dari keluarga
memotivasi saya untuk
membersihkan kaki setiap hari
3
(8,6%)
6
(17,1%)
14
(40,0%)
12
(34,3%) 100%
23 Keluarga saya mengingatkan
saya dengan lembut agar
memeriksakan kaki saya setiap
hari
1
(2.9%)
2
(5,7%)
13
(37,1%)
19
(54,3%) 100%
24 Keluarga saya mengingatkan
saya untuk mengurangi
makanan yang menghambat
proses penyembuhan luka kaki
gangren saya
1
(2,9%)
3
(8,6%)
20
(57,1%)
11
(31,4%) 100%
25 Keluarga saya mengingatkan
saya dengan halus untuk
menggunakan sandal agar tidak
terjadi perlukaan
4
(11,4%)
6
(17,1%)
14
(40,0%)
11
(31,4%) 100%
105
Lampiran 11
TABULASI DATA KUESIONER DEPRESI DI RSUD KOTA MADIUN
No Gejala depresi
Tidak
ada
gejala
Satu dari
gejala
yang ada
Sedang Berat Sangat
Berat N
1 Perasaan Ansietas
Cemas
Firasat Buruk
Takut akan Pikiran Sendiri
Mudah Tersinggung
26
(74,3%)
7
(20,0%)
26
(5,7%) - - 100%
2 Ketegangan
Merasa Tegang
Lesu
Tidak Bisa Istirahat Tenang
MudahTerkejut
Mudah Menangis
Gemetar
Gelisah
4
(11,4%)
24
(68,6%)
7
(20,0%) - - 100%
3 Ketakutan
Pada Gelap
Pada Orang Asing
Ditinggal sendiri
Pada Binatang Besar
Pada Keramaian Lalu lintas
Pada Kerumunan Orang
Banyak
6
(17,1%)
4
(11,4%)
25
(71,4%) - - 100%
4 Gangguan Tidur
Sukar Masuk Tidur
Terbangun Malam Hari
Tidak Nyenyak
Bangun Dengan Lesu
Banyak Mimpi
Mimpi-mimpi Buruk
4
(11,4%)
8
(22,9%)
23
(65,7%) - - 100%
5 Gangguan Kecerdasan
Sukar Konsentrasi
Daya Ingat Buruk
7
(20,0%)
3
(8,6%)
25
(71,4%) - - 100%
6 Perasaan Depresi
Hilangnya Minat
Berkurangnya Kesenangan
Pada Hobi
Sedih
Bangun Dini Hari
Perasaa Berubah-ubah
Sepanjang Hari
7
(20,0%)
22
(62,9%)
6
(17,2%) - - 100%
7 Gejala Somatik (otot)
Sakit Dan Nyeri di Otot-
Otot
6
(17,1%)
5
(14,3%)
24
(68,6%) - - 100%
106
No Gejala depresi
Tidak
ada
gejala
Satu dari
gejala
yang ada
Sedang Berat Sangat
Berat N
Kaku
Kedutan Otot
Gigi Gemerutuk
Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
Tinitus
Penglihatan Kabur
Muka Merah atau Pucat
Merasa Lemah
Perasaan Ditusuk-Tusuk
3
(8,6%)
28
(80,0%)
4
(11,4%) - - 100%
9 Gejala Kardiovaskuler
Takhiardia
Berdebar
Nyeri Dada
Denyut Nadi Mengeras
Perasaan Lesu/Lemas
Seperti Mau Pingsan
Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejab)
2
(5,7%)
9
25,7%)
24
68,6%) - - 100%
10 Gejala Respiratori
Rasa Tertekan atau Sempit
di Dada
Perasaan Tercekik
Sering Menarik Nafas
Nafas pendek/Sesak
1
(2,9%)
27
(20,0%)
7
(77,1%) - - 100%
11 Gejala Gastrointestial
Sulit Menelan
Perut Melilit
Gangguan Pencernaan
Nyeri Sebelum dan Sesudah
Makan
Perasaan Terbakar di Perut
Rasa Penuh atau Kemung
Mual – Muntah
Buang Air Besar Lembek
Kehilangan Berat Badan
Sukar Buang Air Besar
(Konstipasi)
8
(22,9%)
27
(77,1%) - - 100%
12 Gejala Urogenital
Sering Buang Air Kecil
Tidak Dapat Menahan Air
Seni
Amenorrhoe
Menorrhagia
Menjadi Dingin (Frigid)
Ejakulasi Praeccocks
(Ereksi Hilang)
Impotensi
2
(5,7%)
22
(62,9%)
11
(31,4%) - - 100%
107
No Gejala depresi
Tidak
ada
gejala
Satu dari
gejala
yang ada
Sedang Berat Sangat
Berat N
13 Gejala Otonom
Mulut Kering
Muka Merah
Mudah Berkeringat
Pusing, Sakit Kepala
Bulu-Bulu Berdiri
21
(60,0%)
8
(22,9%)
6
(17,1%) - - 100%
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
Gelisah
Tidak Tenang
Jari Gemetar
Kerut Kening
Muka Tegang
Tonus Otot Meningkat
Nafas Pendek dan Cepat
Muka Merah
22
(62,9%)
7
(20,0%)
6
(17,1%) - - 100%
108
Lampiran 12
DATA DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN
Statistics
UMUR JENIS_KELAMIN PENDIDIKAN PEKERJAAN INFORMASI SUMBER_INFORMASI
N Valid 35 35 35 35 35 35
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 2.6857 1.6000 2.8571 1.8857 1.0000 1.8000
Median 3.0000 2.0000 3.0000 2.0000 1.0000 1.0000
Mode 2.00 2.00 3.00 2.00 1.00 1.00
Std. Deviation .79600 .49705 .73336 .32280 .00000 1.51075
Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Maximum 4.00 2.00 4.00 2.00 1.00 5.00
UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 40-50 tahun 1 2.9 2.9 2.9
51-60 tahun 15 42.9 42.9 45.7
61-70 tahun 13 37.1 37.1 82.9
>70 tahun 6 17.1 17.1 100.0
Total 35 100.0 100.0
JENIS_KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid LAKI-LAKI 14 40.0 40.0 40.0
PEREMPUAN 21 60.0 60.0 100.0
Total 35 100.0 100.0
PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 4 11.4 11.4 11.4
SMA 28 80.0 80.0 91.4
PERGURUAN TINGGI 3 8.6 8.6 100.0
Total 35 100.0 100.0
109
PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BEKERJA 4 11.4 11.4 11.4
TIDAK BEKERJA 31 88.6 88.6 100.0
Total 35 100.0 100.0
INFORMASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PERNAH 35 100.0 100.0 100.0
SUMBER_INFORMASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PETUGAS KESEHATAN 26 74.3 74.3 74.3
MAJALAH 2 5.7 5.7 80.0
TV 2 5.7 5.7 85.7
INTERNET 5 14.3 14.3 100.0
Total 35 100.0 100.0
110
Lampiran 13
HASIL KORELASI DUKUNGAN KELUARGA DAN DEPRESI
Statistics
DUKUNGAN_KELUARGA DEPRESI
N Valid 35 35
Missing 0 0
DUKUNGAN_KELUARGA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BAIK 15 42.9 42.9 42.9
SEDANG 20 57.1 57.1 100.0
Total 35 100.0 100.0
DEPRESI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid TIDAK ADA DEPRESI 3 8.6 8.6 8.6
RINGAN 10 28.6 28.6 37.1
SEDANG 22 62.9 62.9 100.0
Total 35 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DUKUNGAN_KELUARGA * DEPRESI
35 100.0% 0 .0% 35 100.0%
111
DUKUNGAN_KELUARGA * DEPRESI Crosstabulation
DEPRESI
Total TIDAK ADA
DEPRESI RINGAN SEDANG
DUKUNGAN_KELUARGA
BAIK Count 3 9 3 15
% within DUKUNGAN_KELUARGA
20.0% 60.0% 20.0% 100.0%
SEDANG Count 0 1 19 20
% within DUKUNGAN_KELUARGA
.0% 5.0% 95.0% 100.0%
Total Count 3 10 22 35
% within DUKUNGAN_KELUARGA
8.6% 28.6% 62.9% 100.0%
Directional Measures
Value
Asymp. Std. Error
a Approx. T
b Approx. Sig.
Ordinal by Ordinal
Somers' d Symmetric .740 .095 6.457 .000
DUKUNGAN_KELUARGA Dependent
.722 .090 6.457 .000
DEPRESI Dependent .760 .112 6.457 .000
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std. Error
a Approx. T
b Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .726 .087 6.061 .000c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .764 .099 6.795 .000c
N of Valid Cases 35
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
112
Lampiran 14
DOKUMENTASI PENELITIAN
113
Lampiran 15
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
NO KEGIATAN BULAN
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
1. Pembuatan Dan Konsul Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian Proposal
5. Revisi Proposal
6. Pengambilan Data
7. Penyusunan Dan Konsul Skripsi
8. UjianSkripsi
113
114
Lampiran 16
Lembar Konsultasi Bimbingan
114
115
115
116
116
Correlations
SOAL1 SOAL2 SOAL3 SOAL4 SOAL5 SOAL6 SOAL7 SOAL8 SOAL9 SOAL10 SOAL11 SOAL12 SOAL13 SOAL14 SOAL15 SOAL16 SOAL17 SOAL18 SOAL19 SOAL20 SOAL21 SOAL22 SOAL23 SOAL24 SOAL25
SOAL1 Pearson Correlation
1 .717* .408 .375 -.079 .000 .218 -.094 .028 -.218 -.218 .034 .655* .488 .655* -.345 -.184 -.272 -.150 .145 .284 .299 .655* -.218 .579
Sig. (2-tailed) .020 .242 .286 .829 1.000 .545 .797 .939 .545 .545 .926 .040 .153 .040 .329 .611 .448 .679 .688 .427 .401 .040 .545 .079
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL2 Pearson Correlation
.717* 1 .420 .736* -.155 -.286 .224 -.184 -.128 -.190 -.111 .067 .429 .532 .714* .000 -.361 .014 -.131 .048 .027 .343 .714* .048 .554
Sig. (2-tailed) .020 .227 .015 .669 .424 .533 .611 .724 .598 .760 .854 .217 .113 .020 1.000 .305 .970 .718 .896 .942 .332 .020 .896 .097
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL3 Pearson Correlation
.408 .420 1 .501 -.354 .134 .344 -.420 .068 -.312 -.238 .083 .535 .199 .267 .211 -.129 -.410 -.061 -.089 -.050 .275 .535 -.089 .600
Sig. (2-tailed) .242 .227 .140 .316 .713 .331 .227 .851 .380 .509 .819 .111 .581 .455 .558 .723 .240 .866 .807 .892 .442 .111 .807 .067
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL4 Pearson Correlation
.375 .736* .501 1 -.244 -.156 .602 -.290 -.180 -.156 .017 .268 .156 .582 .469 .247 -.320 .254 .072 .104 -.087 .348 .781** .364 .574
Sig. (2-tailed) .286 .015 .140 .496 .667 .065 .416 .619 .667 .962 .454 .667 .078 .172 .492 .368 .478 .844 .775 .811 .324 .008 .301 .083
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL5 Pearson Correlation
-.079 -.155 -.354 -.244 1 .602 -.361 .499 .416 .562 .896** .696* -.120 .090 .120 .381 .739* .680* .801** .762* .872** .227 -.120 -.040 -.221
Sig. (2-tailed) .829 .669 .316 .496 .066 .305 .142 .232 .091 .000 .025 .740 .805 .740 .278 .015 .030 .005 .010 .001 .528 .740 .912 .539
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL6 Pearson Correlation
.000 -.286 .134 -.156 .602 1 -.286 .143 .640* .333 .667* .781** -.200 .149 .000 .474 .843** .383 .803** .667* .743* .600 .200 .000 .306
Sig. (2-tailed) 1.000 .424 .713 .667 .066 .424 .694 .046 .347 .035 .008 .580 .681 1.000 .166 .002 .274 .005 .035 .014 .067 .580 1.000 .390
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL7 Pearson Correlation
.218 .224 .344 .602 -.361 -.286 1 -.224 -.421 -.524 -.206 -.067 .143 .532 .143 -.226 -.327 -.151 -.197 -.048 -.292 -.220 .429 .429 .321
Sig. (2-tailed) .545 .533 .331 .065 .305 .424 .533 .226 .120 .567 .854 .694 .113 .694 .530 .357 .678 .586 .896 .413 .540 .217 .217 .366
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL8 Pearson Correlation
-.094 -.184 -.420 -.290 .499 .143 -.224 1 .677* .429 .429 .379 .143 -.319 -.429 -.226 .189 .260 .459 .667* .504 .269 -.143 .429 -.554
Sig. (2-tailed) .797 .611 .227 .416 .142 .694 .533 .032 .217 .217 .280 .694 .368 .217 .530 .601 .468 .182 .035 .137 .451 .694 .217 .097
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL9 Pearson Correlation
.028 -.128 .068 -.180 .416 .640* -.421 .677* 1 .512 .441 .620 .128 -.286 -.384 .202 .509 .208 .646* .726* .642* .725* .128 .299 -.052
Sig. (2-tailed) .939 .724 .851 .619 .232 .046 .226 .032 .130 .202 .056 .724 .423 .273 .575 .133 .563 .044 .018 .045 .018 .724 .402 .886
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL10 Pearson Correlation
-.218 -.190 -.312 -.156 .562 .333 -.524 .429 .512 1 .444 .364 .000 -.497 -.333 .527 .441 .607 .497 .444 .557 .200 -.333 -.111 -.442
Sig. (2-tailed) .545 .598 .380 .667 .091 .347 .120 .217 .130 .198 .301 1.000 .144 .347 .117 .202 .063 .144 .198 .094 .579 .347 .760 .201
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL11 Pearson Correlation
-.218 -.111 -.238 .017 .896** .667* -.206 .429 .441 .444 1 .885** -.333 .248 .111 .527 .709* .819** .943** .815** .763* .438 .111 .259 -.045
Sig. (2-tailed) .545 .760 .509 .962 .000 .035 .567 .217 .202 .198 .001 .347 .489 .760 .117 .022 .004 .000 .004 .010 .205 .760 .469 .901
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL12 Pearson Correlation
.034 .067 .083 .268 .696* .781** -.067 .379 .620 .364 .885** 1 -.156 .349 .156 .494 .620 .703* .967** .885** .783** .750* .469 .364 .255
Sig. (2-tailed) .926 .854 .819 .454 .025 .008 .854 .280 .056 .301 .001 .667 .323 .667 .147 .056 .023 .000 .001 .007 .012 .172 .301 .477
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL13 Pearson Correlation
.655* .429 .535 .156 -.120 -.200 .143 .143 .128 .000 -.333 -.156 1 -.149 .200 -.316 -.361 -.479 -.229 .000 .186 .000 .200 -.333 .000
Sig. (2-tailed) .040 .217 .111 .667 .740 .580 .694 .694 .724 1.000 .347 .667 .681 .580 .373 .305 .161 .524 1.000 .608 1.000 .580 .347 1.000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL14 Pearson Correlation
.488 .532 .199 .582 .090 .149 .532 -.319 -.286 -.497 .248 .349 -.149 1 .745* .000 .090 .214 .171 .248 .138 .256 .745* .248 .761*
Sig. (2-tailed) .153 .113 .581 .078 .805 .681 .113 .368 .423 .144 .489 .323 .681 .013 1.000 .805 .552 .637 .489 .703 .476 .013 .489 .011
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL15 Pearson Correlation
.655* .714* .267 .469 .120 .000 .143 -.429 -.384 -.333 .111 .156 .200 .745* 1 .000 -.120 .096 .000 .000 .186 .171 .600 -.333 .612
Sig. (2-tailed) .040 .020 .455 .172 .740 1.000 .694 .217 .273 .347 .760 .667 .580 .013 1.000 .740 .792 1.000 1.000 .608 .636 .067 .347 .060
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL16 Pearson Correlation
-.345 .000 .211 .247 .381 .474 -.226 -.226 .202 .527 .527 .494 -.316 .000 .000 1 .571 .606 .544 .264 .294 .271 .000 .000 .161
Sig. (2-tailed) .329 1.000 .558 .492 .278 .166 .530 .530 .575 .117 .117 .147 .373 1.000 1.000 .085 .063 .104 .462 .410 .449 1.000 1.000 .656
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL17 Pearson Correlation
-.184 -.361 -.129 -.320 .739* .843** -.327 .189 .509 .441 .709* .620 -.361 .090 -.120 .571 1 .473 .718* .642* .693* .289 -.120 .040 .098
Sig. (2-tailed) .611 .305 .723 .368 .015 .002 .357 .601 .133 .202 .022 .056 .305 .805 .740 .085 .168 .019 .045 .026 .418 .740 .912 .787
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL18 Pearson Correlation
-.272 .014 -.410 .254 .680* .383 -.151 .260 .208 .607 .819** .703* -.479 .214 .096 .606 .473 1 .747* .607 .516 .345 .096 .287 -.078
Sig. (2-tailed) .448 .970 .240 .478 .030 .274 .678 .468 .563 .063 .004 .023 .161 .552 .792 .063 .168 .013 .063 .127 .329 .792 .421 .830
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL19 Pearson Correlation
-.150 -.131 -.061 .072 .801** .803** -.197 .459 .646* .497 .943** .967** -.229 .171 .000 .544 .718* .747* 1 .879** .809** .630 .229 .306 .047
Sig. (2-tailed) .679 .718 .866 .844 .005 .005 .586 .182 .044 .144 .000 .000 .524 .637 1.000 .104 .019 .013 .001 .005 .051 .524 .390 .898
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL20 Pearson Correlation
.145 .048 -.089 .104 .762* .667* -.048 .667* .726* .444 .815** .885** .000 .248 .000 .264 .642* .607 .879** 1 .867** .629 .333 .444 .068
Sig. (2-tailed) .688 .896 .807 .775 .010 .035 .896 .035 .018 .198 .004 .001 1.000 .489 1.000 .462 .045 .063 .001 .001 .051 .347 .198 .852
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL21 Pearson Correlation
.284 .027 -.050 -.087 .872** .743* -.292 .504 .642* .557 .763* .783** .186 .138 .186 .294 .693* .516 .809** .867** 1 .510 .186 -.062 .038
Sig. (2-tailed) .427 .942 .892 .811 .001 .014 .413 .137 .045 .094 .010 .007 .608 .703 .608 .410 .026 .127 .005 .001 .132 .608 .865 .917
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL22 Pearson Correlation
.299 .343 .275 .348 .227 .600 -.220 .269 .725* .200 .438 .750* .000 .256 .171 .271 .289 .345 .630 .629 .510 1 .686* .343 .490
Sig. (2-tailed) .401 .332 .442 .324 .528 .067 .540 .451 .018 .579 .205 .012 1.000 .476 .636 .449 .418 .329 .051 .051 .132 .029 .332 .150
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL23 Pearson Correlation
.655* .714* .535 .781** -.120 .200 .429 -.143 .128 -.333 .111 .469 .200 .745* .600 .000 -.120 .096 .229 .333 .186 .686* 1 .333 .816**
Sig. (2-tailed) .040 .020 .111 .008 .740 .580 .217 .694 .724 .347 .760 .172 .580 .013 .067 1.000 .740 .792 .524 .347 .608 .029 .347 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL24 Pearson Correlation
-.218 .048 -.089 .364 -.040 .000 .429 .429 .299 -.111 .259 .364 -.333 .248 -.333 .000 .040 .287 .306 .444 -.062 .343 .333 1 .068
Sig. (2-tailed) .545 .896 .807 .301 .912 1.000 .217 .217 .402 .760 .469 .301 .347 .489 .347 1.000 .912 .421 .390 .198 .865 .332 .347 .852
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
SOAL25 Pearson Correlation
.579 .554 .600 .574 -.221 .306 .321 -.554 -.052 -.442 -.045 .255 .000 .761* .612 .161 .098 -.078 .047 .068 .038 .490 .816** .068 1
Sig. (2-tailed) .079 .097 .067 .083 .539 .390 .366 .097 .886 .201 .901 .477 1.000 .011 .060 .656 .787 .830 .898 .852 .917 .150 .004 .852
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.887 .883 25
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
SOAL1 3.3000 .48305 10
SOAL2 2.9000 .73786 10
SOAL3 3.2000 .78881 10
SOAL4 3.3000 .67495 10
SOAL5 3.1000 .87560 10
SOAL6 3.0000 1.05409 10
SOAL7 3.1000 .73786 10
SOAL8 3.1000 .73786 10
SOAL9 3.3000 .82327 10
SOAL10 3.2000 .63246 10
SOAL11 3.3000 .94868 10
SOAL12 3.3000 .67495 10
SOAL13 3.5000 .52705 10
SOAL14 3.5000 .70711 10
SOAL15 3.5000 .52705 10
SOAL16 3.0000 .66667 10
SOAL17 2.9000 .87560 10
SOAL18 3.1000 1.10050 10
SOAL19 3.2000 .91894 10
SOAL20 3.2000 .63246 10
SOAL21 3.1000 .56765 10
SOAL22 2.8000 1.22927 10
SOAL23 3.5000 .52705 10
SOAL24 3.1000 .31623 10
SOAL25 2.8000 1.03280 10
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
79.3000 102.456 10.12203 25