62
SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI 0 - 3 BULAN DI KLINIK DINA MEDAN DENAI TAHUN 2018 WELAN SARI PUTERI TAMPUBOLON P07524414049 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018

SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

SKRIPSI

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI 0 - 3 BULAN

DI KLINIK DINA MEDAN DENAI TAHUN 2018

WELAN SARI PUTERI TAMPUBOLON

P07524414049

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

SKRIPSI

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI 0 - 3 BULAN

DI KLINIK DINA MEDAN DENAI TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Diploma IV

WELAN SARI PUTERI TAMPUBOLON P07524414049

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN
Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN
Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Kebidanan, Prodi D-IV Kebidanan Medan Skripsi, 19 Juli 2018

Welan Sari Puteri Tampubolon

viii + 47 halaman ,8 tabel, 12 gambar , 9 lampiran

Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0 – 3 Bulan

Di Klinik Dina Medan Denai Tahun 2018

Abstrak

Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Dari hasil SDKI 2012 AKB sebanyak 32/1000 KH. Sedangkan AKB di Sumatera Utara sebesar 40 / 1.000 kelahiran hidup (KH). Kebijakan pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi di Indonesia adalah meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI). Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5% ibu gagal memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar (Yuliani, 2014). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi di Klinik Dina Medan Denai Tahun 2018

Teknik Menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Teknik menyusui yang salah dapat menyebabkan regurgitasi. Regurgitasi adalah aliran balik isi lambung ke dalam kerongkongan dan dikeluarkan melalui mulut yang berlangsung secara involunter. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan desain cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 34 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling.

Hasil penelitian menujukkan terdapat 15 orang (44.1%) yang melakukan teknik menyusui dengan benar dan terdapat 21 orang (61.8%) yang mengalami kejadian regurgitasi didapatkan dari hasil tabulasi silang terdapat hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi dengan nilai p= 0,001 (p < 0,05) dan RP sebesar 3.355 artinya yang melakukan teknik menyusui yang kurang baik beresiko 3.355 kali mengalami kejadian regurgitasi.

Didapatkan bahwa teknik menyusui memiliki hubungan dengan kejadian regurgitasi dan perlu dilakukan penyuluhan dan KIE oleh tenaga kesehatan terutama oleh bidan tentang teknik menyusui yang benar agar kejadian regurgitasi dapat dicegah.

Kata kunci : Teknik menyusui, Kejadian regurgitasi

Daftar Bacaan : 37 (2011-2017)

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN
Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan

rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul “Hubungan

Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0 – 3 Bulan di Klinik

Dina Medan Denai Tahun 2018”.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dari

berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada:

1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI

Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun Proposal.

2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes RI Medan

3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku ketua Program Studi D-IV Kebidanan

Poltekkes Kemenkes RI Medan

4. Julietta Hutabarat, SST, S.Psi. M.Keb selaku pembimbing utama yang

telah memberikan saran dan bimbingan.

5. Eva Mahayani, SST, M.Kes selaku pembimbing pendamping sekaligus

penguji pertama yang telah memberikan saran dan bimbingan.

6. Drs. Mukamto, MPH selaku ketua penguji yang telah memberikan saran

dan bimbingan.

7. Seluruh dosen dan staf jurusan kebidanan Prodi D-IV Kebidanan Medan

8. Afriana Am.Keb selaku bidan di Klinik Dina Medan Denai yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini

9. Teman – teman angkatan I D-IV 0 tahun Kebidanan Medan stambuk 2014

10. Sahabat – sahabat selama perkuliahan: Desy S, Mayrida, Yolanda K,

Rika W, Selfi D yang banyak memberi semangat, dukungan,doa dan

berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teristimewa kepada kedua orang tua saya tercinta Ir. Samser

Tampubolon dan ibunda Helmina Sinaga, SPd, dan saudara saya (Irfandi N

Tampubolon SKM, Agus Rusman,Amd) dan adik-adik saya

(Pranson,Nanda,Jesita, Amelia,Enisa) serta

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi dan doa untuk penulis

dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang banyak

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis sampaikan terimakasih,

semoga Tuhan Yesus senantiasa melimpahkan kasih dan anugerahNya kepada

kita semua.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa mencurahkan berkat dan kasih

karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan

pengembangan kebidanan.

Medan, Agustus 2018

Penulis

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... i ABSTRAK .................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

C.1 Tujuan Umum ....................................................................... 4 C.2 Tujuan Khusus...................................................................... 4

D. Manfaat........................................................................................ 4 D.1 Manfaat teoritis .................................................................... 4 D.2 Manfaat Praktis .................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 7 B. Kerangka Teori ........................................................................... 29 C. Kerangka Konsep ....................................................................... 30 D. Defenisi Operasional .................................................................. 30 E. Hipotesis ..................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32

A. Jenis dan Metode Penelitian ..................................................... 32 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 32 C. Populasi dan Sampel ................................................................ 32 D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .......................................... 33 E. Alat / Instrumen dan Bahan Penelitian ..................................... 34 F. Prosedur Penelitian ................................................................... 34 G. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 38

A. Hasil............................................................................................ 38 B. Pembahasan ............................................................................ 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 45

A. Kesimpulan ............................................................................... 45 B. Saran ......................................................................................... 45

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Lima kunci pokok menilai proses menyusui ibu dan bayi .... 11 Tabel 2.2 Penyebab perlekatan yang salah / buruk ............................ 19 Tabel 2.3 Daftar tilik observasi menyusui ............................................. 20 Tabel 2.4 Defenisi Operasional............................................................. 30 Tabel 4.1 Data demografi .................................................................. 38 Tabel 4.2 Analaisis Univariat ............................................................... 39 Tabel 4.3 Analisis Bivariat..................................................................... 39

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Cara meletakkan bayi dan memegang payudara ......... 10 Gambar 2.2 Posisi menyusui mengendong....................................... 13 Gambar 2.3 Posisi Mengendong Menyilang...................................... 14 Gambar 2.4 Posisi football (mengepit) .............................................. 15 Gambar 2.5 Posisi menyusui berbaring miring.................................. 16 Gambar 2.6 Posisi menyusui bayi kembar ....................................... 17 Gambar 2.7 Cara Perlekatan Yang benar ......................................... 18 Gambar 2.8 Perbedaan perlekatan yang benar dan yang salah ...... 18 Gambar 2.9 Menyendawakan bayi .................................................... 27 Gambar 2.10 Kerangka Teori .............................................................. 29 Gambar 2.11 Kerangka Konsep .......................................................... 30

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2 Surat Survey Pendahuluan Lampiran 3 Etika Penelitian Lampiran 4 Kartu Bimbingan Lampiran 5 Lembar Checklist Lampiran 6 Lembar Kuesioner Lampiran 7 Master Tabel Lampiran 8 Hasil Olahan Data

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang digunakan untuk

menentukan derajat kesehatan masyarakat. Dari hasil SDKI 2007 dan SDKI 2012

angka kematian bayi sebanyak 34 / 1000 kelahiran hidup (KH) menjadi 32 / 1000

kelahiran hidup (KH). Penyebab kematian neonatal adalah asfiksia yaitu sebesar

27%. Adapun penyebab langsung kematian bayi baru lahir 29% disebabkan

berat bayi lahir rendah BBLR, asfiksia (13%), tetanus (10%), masalah pemberian

makan (10%), infeksi (6,7%), gangguan hematologik (5%) dan lain-lainnya

(27 %) (SDKI, 2012).

Berdasarkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara dari 259.320

bayi yang lahir hidup terdapat 1.970 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun.

Berdasarkan angka kematian bayi (AKB) di Sumatera Utara sebesar 40 / 1.000

kelahiran hidup (KH). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang

dilaksanakan tahun 2007 menunjukkan bahwa kematian terbanyak pada

kelompok bayi 0 - 6 hari di dominasi oleh gangguan / kelainan pernafasan

(35.9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Untuk penyebab utama

kematian bayi pada kelompok 7 - 28 hari yaitu sepsis (20.5%), malformasi

kongenital (18,1%) dan pneumonia (15,4%). Penyebab utama kematian bayi

pada kelompok 29 hari - 11 bulan yaitu diare (31,4%), pneumonia (23,6%)

dan meningitis / ensefalitis (Profil Sumatera Utara, 2012).

Kebijakan pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi di

Indonesia adalah meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Pada

tahun 2012 telah diterbitkan peraturan pemerintah tentang Pemberian Air Susu

Ibu Eksklusif yaitu PP Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada

bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain (Profil Kesehatan, 2016).

Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 - 5 bulan di Indonesia pada

tahun 2016 sebesar 54,0% dan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan

sebesar 29,5%, dimana target renstra dalam pencapaian pemberian ASI

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

eksklusif sebesar 42%. Persentase pemberian ASI eksklusif di Sumatera Utara

pada bayi 0 - 5 bulan sebesar 46,8% dan pada bayi 0 – 6 bulan sebesar 12,4%

( Profil Kesehatan, 2015).

Penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif adalah

Pemberian susu formula, faktor ibu bekerja, faktor terbatasnya tenaga konselor

ASI, faktor kurangnya edukasi, advokasi. Ada 10 Langkah Menuju Keberhasilan

Menyusui (LMKM) salah satunya membantu ibu tentang teknik meyusui yang

benar (Profil Kesahatan, 2013). Menurut WHO 2009 terdapat 35,6% ibu gagal

menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu-ibu Negara berkembang,

sementara itu berdasarkan dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 dijelaskan

bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif kepada bayinya adalah

kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar (Yuliani, 2014).

Teknik menyusui yang tidak tepat dapat menyebabkan regurgitasi seperti

proses perlekatan yang salah, posisi terlentang saat disusui mengakibatkan ASI

yang diminum dapat keluar kembali (Dwienda, 2014). Semua bayi mengalami

regurgitasi khususnya ketika bayi (Bernstein, 2017). Regurgitasi adalah aliran

balik isi lambung ke dalam kerongkongan dan dikeluarkan melalui mulut yang

berlangsung secara involunter (IDAI, 2013).

Cakupan kejadian regurgitasi pada bayi sekitar 25% mengalami

regurgitasi > 4 kali selama bulan pertama dan 50% bayi mengalami regurgitasi

1 – 4 kali per hari sampai usia 3 bulan. Sekitar 30% ibu di Indonesia mengalami

kecemasan mengenai regurgitasi pada bayi, dimana kecemasan lebih berkaitan

dengan dengan frekuensi (66%) dan volume regurgitasi (9%) (IDAI, 2016).

Faktor yang menyebabkan terjadinya Regurgitasi adalah proses

menyusui yang terlalu cepat diakhiri, posisi ibu menyusui sambil tiduran dengan

posisi miring dan posisi bayi yang salah saat menyusui dan menyebabkan udara

masuk ke dalam lambung dan cairan tersebut tidak masuk ke saluran

pencernaan tetapi ke saluran nafas, ASI yang diberikan melebihi kapasitas

lambung jika bayi suka dot besar dan diberi dot kecil, ia akan malas menghisap

karena lama akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut bayi

sehingga lebih banyak udara yang masuk udara masuk ke lambung yang

mengakibatkan bayi mengeluarkan susu kembali, klep penutup lambung belum

berfungsi sempurna (Dwienda, 2014).

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

Jika regurgitasi secara belebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam

waktu lama akan menyebabkan masalah yang bisa mengakibatkan gangguan

pada bayi. Baik gangguan pertumbuhan yaitu asupan gizi berkurang karena

asupan makanan tersebut keluar dan dapat merusak dinding kerongkongan

akibat asam lambung yang ikut keluar dan terjadinya regurgitasi melalui hidung

dan bahkan disertai muntah dan dapat menyebabkan terjadinya kekurangan

cairan tubuh. Regurgitasi dikategorikan normal, jika terjadi beberapa saat setelah

makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain seperti berat badan bayi

menurun, rewel, regurgitasi bercampur darah, susah makan dan minum

(Rukiyah, 2013).

Adapun upaya untuk mencegah dan mengatasi regurgitasi adalah dengan

memperbaiki cara menyusui sehingga tidak menyebabkan terlalu banyak udara

yang tertelan. Sendawakan bayi dengan tujuan udara yang tertelan pada saat

menyusui dapat dikeluarkan (Samsuri, 2016). Jangan mengangkat bayi saat

regurgitasi segera mengangkat bayi ketika tidur itu berbahaya karena regurgitasi

bisa turun dan masuk ke paru-paru. Jika regurgitasi keluar dari hidung bersihkan

segera (Erlina 2008 dalam Yuliani 2014).

Menurut Andani dkk, 2015 tentang Hubungan Posisi Ibu Menyusui

Dengan Kfejadian Regurgitasi Pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang didapatkan bahwa posisi menyusui di Desa Jetak

Kecamatan Getasan kabupaten Semarang. Sebagian besar dalam kategori

posisi menyusu tidak baik yaitu sejumlah 21 orang (55,3%) dan sebagian besar

bayi mengalami kejadian regurgitasi yaitu sejumlah 22 bayi (57.9%) dan yang

tidak mengalami kejadian regurgitasi sejumlah 16 bayi (42,1%) Hasil uji statistik

diperoleh nilai p 0,027 < 0,05, berarti ada hubungan antar posisi ibu menyusui

dengan kejadian regurgitasi pada bayi di Desa jetak Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil penelitian Ninik Azizah, 2014 tentang Hubungan

Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0 - 12 Bulan. Hasil

penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara hubungan

teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi 0 - 12 bulan dengan nilai

x2 hitung > x

2 tabel atau 4,196 > 3,481 = 0,007.

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

Hasil studi penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Klinik Dina pada

tanggal 10 Desember 2017. Didapatkan 6 dari 7 bayi mengalami regurgitasi lebih

dari 1 kali dalam sehari. Dari 7 orang ibu menyusui yang teknik menyusui yang

kurang tepat sebanyak 5 orang dan terdapat 2 orang yang melakukan teknik

menyusui secara tepat. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 7 orang ibu

hanya ada satu orang yang melakukan penanganan regurgitasi dengan baik

seperti memiringkan bayi saat terjadi regurgitasi.

Berdasarkan uraian data yang dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Teknik Menyusui Dengan

Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0-3 bulan di Klinik Dina Medan Denai Tahun

2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimana hubungan teknik menyusui dengan kejadian

regurgitasi pada bayi 0 - 3 bulan di Klinik Dina Medan Denai tahun 2018 ?

C. Tujuan Penelitian

C.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kejadian

regurgitasi pada bayi 0 - 3 bulan di Klinik Dina Medan Denai tahun 2018.

C.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi teknik menyusui pada ibu menyusui di Klinik Dina

2. Mengidentifikasi kejadian regurgitasi pada bayi 0 - 3 bulan.

3. Menganalisis hubungan teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi

pada bayi 0 - 3 bulan.

D. Manfaat

D.1 Manfaat Teoritis

Menambah hasanah tentang hubungan teknik menyusui dengan kejadian

regurgitasi pada bayi.

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

D.2 Manfaat Praktis

1. Untuk Institusi Pendidikan

a) Dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mencegah

dan mengatasi regurgitasi.

b) Dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik

menyusui yang benar.

2. Untuk Klinik Bersalin

a) Dapat memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang

teknik menyusui yang benar

b) Dapat Memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan untuk

mengatasi regurgitasi.

E. Keaslian Penelitian

1. Merri Andani, Surjani, Chicik Nirmasari (2015) ‘’Hubungan Posisi Ibu

Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi di Desa Jetak

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”. Jenis peneltian ini deskriptif

koleratif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik sampling jenuh. Analisa data dengan chi square.

Hasil penelitian ini menunjukkan posisi menyusu tidak baik yaitu sejumlah

21 orang (55,3%) dan sebagian besar bayi mengalami kejadian

regurgitasi yaitu sejumlah 22 bayi (57.9%) dan yang tidak mengalami

kejadian regurgitasi sejumlah 16 bayi (42,1%) Hasil uji statistik diperoleh

nilai p 0,027 < 0,05. Persamaan dengan penelitian tersebut terletak pada

variabel penelitian yaitu kejadian regurgitasi (variabel terikat), rancangan

penelitian, teknik pengampilan sampel, analisa data dengan uji chi

square. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada variable

penelitian yaitu Teknik menyusui (variable bebas), waktu penelitian,

tempat penelitian, jenis penelitian.

2. Ninik Azizah (2014) “Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian

Regurgitasi Pada Bayi 0-12 Bulan”. Jenis penelitian ini menggunakan

analitik cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan

Simple Random Sampling (sampel acak sederhana). Analisa data

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara hubungan teknik menyusui dengan

kejadian regurgitasi pada bayi 0-12 bulan dengan nilai x2 hitung > x2 tabel

atau 4,196 > 3,481 = 0,007. Persamaan dengan penelitian tersebut

terletak pada variabel penelitian yaitu teknik menyusui (variabel bebas)

dan kejadian regurgitasi (variabel terikat), jenis penelitian, analisa data

Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada waktu penelitian,

tempat penelitian, teknik pengambilan sampel, tahun penelitian.

3. Rahmawati (2017) “Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik

Menyusui Pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0 – 12 bulan”.

Jenis peneltian ini analitik croos sectional. Teknik pengambilan sampel

menggunakan simple random sampling. Analisa data dengan chi square.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

pendidikan ibu dengan teknik menyusui dengan nilai p = 0.029 sedangkan

faktor lain tidak berhubungan antara umur p = 0.847, paritas p = 0.950,

pekerjaan p = 0.311 dengan teknik menyusui. Persamaan dengan

penelitian tersebut terletak pada variabel penelitian yaitu jenis penelitian,

analisa data dengan uji chi square. Perbedaan dengan penelitian tersebut

terletak pada variable penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

A.1 Teknik Menyusui

A.1.1 Pengertian

Teknik menyusui merupakan hal yang penting dalam memulai proses

menyusui. Pada minggu pertama persalinan ibu mengalami fase dimana

mengakibatkan ibu lebih sensitif, ibu memerlukan pendampingan dari tenaga

kesehatan maupun orang yang terdekat disekitarnya agar dapat membantu ibu

memulai proses menyusui dengan benar (Ilmiasih, 2017).

Teknik Menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Cara menyusui sangat

mempengaruhi kenyamanan bayi saat menghisap ASI. Bidan / perawat perlu

memberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan

(nifas) tentang cara - cara menyusui yang benar (Mulyani, 2015).

A.1.2 Manfaat Menyusui

1. Manfaat bagi bayi

a. Komposisi sesuai kebutuhan bayi.

b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.

c. ASI mengandung zat pelindung.

d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat.

e. Menunjang perkembangan kognitif.

f. Menunjang perkembangan penglihatan.

g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.

i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri

(Saleha, 2013).

j. Bagi kesehatan bayi

Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI baik untuk bayi. Bayi

yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding dengan

tidak mendapat ASI. ASI dapat menghindari bayi dari malnutrisi karena

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

komponen gizi ASI yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat,

mineral, vitamin dan zat – zat penting lainnya.

k. Kecerdasan

Manfaat bagi kecerdasaran bayi di dalam ASI terkandung DHA yang

baik, selain laktosa yang berfungsi untuk proses mielinisasi otak.

Mielinisasi otak adalah salah satu proses pematangan otak supaya

berfungsi optimal. Saat ibu memberikan ASI, terjadi proses stimulasi yang

merangsang terbentuknya networking (hubungan) antara ibu dan bayi

yang terjadi melalui suara, tatapan mata, detak jantung, elusan, pancaran

dan rasa ASI.

l. Emosi

Pada saat disusui, bayi berada dalam dalam dekapan ibu. Hal ini akan

merangsang terbentuknya “Emotional intelligence / IE” (kecerdasan

secara emosional). ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada

buah hatinya. Doa dan harapan yang didengungkan di telinga bayi

selama proses menyusui akan mengasah kecerdasan spiritual anak

(Maryunani, 2012).

2. Manfaat Memberikan ASI untuk ibu

a. ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu

Dengan memberikan ASI eksklusif berat badan ibu yang bertambah

selama hamil, akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya

hormon oksitosin waktu menyusui menyebabkan kontraksi pada otot

polos dan memberikan ASI membantu memperkecil ukuran rahim ke

ukuran sebelum hamil.

Berbagai kegiatan seperti mengendong bayi, memberi makan,

mengajak bermain merupakan kegiatan yang dapat menurunkan berat

badan. Dengan demikian, menyusui dapat membakar kalori sehingga

membantu penurunan berat badan lebih cepat.

b. Mengurangi resiko anemia

Pada saat memberikan ASI resiko perdarahan setelah bersalin akan

berkurang. Naiknya kadar hormon oksitosin selama menyusui akan

menyebabkan semua otot polos berkontraksi, kontraksi mengakibatkan

uterus mengecil sekaligus menghentikan perdarahan. Perdarahan yang

berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah satu

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

penyebab anemia. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan

meningkatkan kontraksi rahim yang dapat mengurangi resiko

perdarahan.

c. Mencegah kanker

Pada saat menyusui hormon estrogen mengalami penurunan,

sementara tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi

dan hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara

karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan

progesteron.

d. Manfaat ekonomis

1. Dengan menyusui, ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli

susu / suplemen bagi bayi.

2. Cukup dengan ASI eksklusif, kebutuhan bayi selama 6 bulan

terpenuhi dengan sempurna.

3. Ibu tidak perlu repot untuk sterilkan peralatan bayi seperti dot,

cangkir, gelas, sendok untuk memberikan susu kepada bayi.

e. Manfaat bagi negara

1. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemaikan obat-obatan.

2. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan

perlengkapan menyusu.

3. Mendapatkan sumber daya yang berkualitas (Saleha, 2009).

A.1.3 Cara Menyusui Yang Benar

Ibu harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak,

ibu juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat

menyusui bayi, ada beberapa cara yang harus diketahui oleh seorang ibu

tentang cara menyusui yang benar yaitu:

a. Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang

rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada

sandaran kursi.

b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan di puting susu

dan aerola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan

menjaga kelembapan puting susu.

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas

pangkuan ibu dengan cara:

1. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung

siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh

tengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

2. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di

depan.

3. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.

4. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

5. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari

menekan payudara bagian atas aerola

Gambar 2.1

Cara meletakkan bayi dan memegang payudara

Rentinasmawati, 2016. Teknik menyusui yang benar.

e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara

menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi di dekatkan ke

payudara ibu dengan puting serta aerola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

g. Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga

puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI

keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah aerola.

h. Setelah bayi menghisap payudara tidak perlu dipegang atau di sanggah lagi.

i. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya

diganti menyusui pada payudara yang lain, cara melepaskan isapan bayi:

1. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi.

2. Dagu bayi ditekan ke bawah.

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

j. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum dikosongkan.

k. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

puting susu dan aerola disekitarnya biarkan kering dengan sendirinya.

l. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung

supaya bayi tidak muntah setelah menyusui dengan cara sebagai berikut :

1. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian

punggungnya di tepuk perlahan – lahan.

2. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap

punggung bayi sampai bayi bersendawa.

Berikut formulir ringkasan lima kunci pokok untuk menilai proses menyusui

ibu dan bayi berjalan dengan baik yang disingkat dengan BREAST yaitu body

position (posisi badan), response (respon), emotional bonding (ikatan emosi),

anatomy (anatomi), sucking (menghisap) dan time (waktu).

Tabel 2.1

Lima kunci pokok menilai proses menyusui ibu dan bayi berjalan dengan baik

Tanda-tanda bahwa pemberian ASI berjalan dengan baik

Tanda-tanda kemungkinan adanya kesulitan

Body position ( Posisi tubuh)

a. ibu santai dan nyaman b. badan bayi dekat,

menghadap payudara c. dagu bayi menyentuh

payudara (belakang bayi ditopang)

a. Bahu tegang, condong ke arah bayi

b. Badan bayi jauh dari badan ibu

c. Leher bayi berpaling d. Dagu tidak

menyentuh payudara (hanya bahu atau kepala yang ditopang

Response (respon) a. Bayi menyentuh payudara, ketika ia lapar (bayi mencari payudara)

b. Bayi mencari payudara dengan lidah

c. Bayi tenang dan siap pada payudara

a. Tidak ada respon terhadap payudara

b. Bayi tidak berminat untuk menyusu

c. Bayi gelisah atau menangis

d. Bayi menghindar / tergelincir dari payudara

Emotional bonding (ikatan emosi)

a. Pelukan yang mantap dan percaya diri

b. Perhatian ibu terhadap bayi (kontak ibu dan

a. Pelukan tidak mantap dan gugup

b. Tidak ada kontak mata ibu-bayi

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

bayi) c. Banyak sentuhan

belaian dari ibu

c. Sedikit sentuhan atau menggoyang atau menggendong bayi

Anatomy (anatomi ) a. Payudara lembek setelah menyusui

b. Puting menonjol keluar, memanjang

c. Kulit tampak sehat d. Payudara tampak

membulat sewaktu menyusui

a. Payudara bengkak b. Puting rata atau

masuk ke dalam c. Fisura atau

kemerahan pada kulit d. Payudara tampak

meregang atau tertarik

Sucking (menghisap)

a. Mulut terbuka lebar b. Bibir berputar keluar c. Lidah berlekuk sekitar

payudara d. Pipi membulat e. Lebih banyak areola di

atas mulut bayi f. Menghisap pelan dan

dalam diselingi istrahat g. Dapat melihat atau

mendengar tegukannya

a. Mulut tidak terbuka lebar, mengarah ke depan

b. Bibir bawah berputar ke bawah

c. Lidah bayi tidak tampak

d. Pipi tegang dan tertarik ke dalam

e. Labih banyak areola di bawah mulut bayi

f. Dapat menghisap cepat

g. Dapat mendengar kecapan atau klikan

Time (Lamanya menghisap )

Bayi melepaskan payudara Ibu melepaskan bayi dari payudara

Sumber : Mulyani, 2015. ASI dan pedoman ibu menyusui. Hal: 37 – 38

A.1.4 Posisi Menyusui

Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus

mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu

ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui

dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk

menyusui sangat penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi

selama proses menyusui berlangsung.

Sebelum ibu menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang

bayi. Dalam memegang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai

berikut :

a. Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu, bayi tidak dapat

menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau melengkung.

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

b. Muka bayi menghadap payudara dengan hidung menghadap puting yaitu

seluruh badan bayi menghadap badan ibu. Posisi ini yang terbaik untuk bayi,

untuk menghisap payudara, karena sebagian puting sedikit mengarah ke

bawah

c. Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu.

d. Apabila bayi baru lahir, ibu harus menopang bokong bukan hanya kepala

dan bahu merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih

besar menopang bagian atas tubuhnya biasanya cukup.

Ada beberapa posisi menyusui yaitu Posisi menggendong (The cradle

hold), posisi menggendong menyilang (cross cradle hold), posisi mengepit

(football), posisi berbaring miring, posisi menyusui dengan kondisi khusus

sebagai berikut:

1. Posisi Mengendong (The Cradle Hold)

Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat baik

untuk bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui

dengan posisi Madonna (mengendong) :

a. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas

pangkuan ibu.

b. Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan

bokong bayi diletakan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau

bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu didepan.

d. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

Gambar 2.2

Posisi menyusui menggendong

Mckinley, 2015. Posisi Menyusui Yang Benar.

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

2. Posisi mengendong menyilang (Cross cradle hold )

Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan wajah bayi

ke puting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi kecil.

Posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan

posisi mengendong menyilang:

a. Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan

dengan telapak tangan.

b. Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri untuk

memegang bayi.

c. Peluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi menghadap ibu.

d. Lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari dan tangan ibu

dibelakang kepala dan bawah telinga bayi.

e. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika

diperlukan.

Gambar 2.3 Posisi Mengendong Menyilang

Natasha, 2015. The Top 4 Breastfeeding Positions.

3. Posisi Football (Mengepit)

Posisi ini dapat dipilih jika ibu menjalani operasi caesar untuk menghindari

bayi berbaring di atas perut. Selain itu, posisi ini juga dapat digunakan jika bayi

lahir kecil atau memiliki kesulitan dalam menyusui, puting susu ibu datar (flat

nipple) atau ibu mempunyai bayi kembar. Adapun cara menyusui bayi dengan

posisi football atau mengepit adalah:

a. Telapak tangan menyangga kepala bayi sementara tubuh bayi diselipkan

dibawah tangan ibu seperti memegang bola.

b. Jika menyusui dengan payudara kanan maka memegangnya dengan tangan

kanan, demikian sebaliknya.

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

c. Arahkan mulut bayi ke puting susu, mula - mula dagunya (tindakan ini harus

dilakukan dengan hati - hati, jika ibu mendorong bayinya dengan keras

kearah payudara, bayi akan menolak mengerakkan kepalanya / melawan

tangan ibu).

d. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan

sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

Gambar 2.4

Posisi football (mengepit)

Mckinley, 2015. Posisi Menyusui Yang Benar.

4. Posisi berbaring miring

Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu

merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya pada ibu menyusui yang melahirkan

melalui operasi caesar. Yang harus diperhatikan dari teknik ini adalah

pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena

itu, harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui. Pada posisi ini kesukaran

perlekatan yang lazim apabila berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala

bayi harus mengarah ke depan untuk mencapai puting. Menyusui berbaring

miring juga berguna pada ibu yang ingin tidur sehingga ia dapat menyusui tanpa

bangun. Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring adalah :

a. Posisi ini dilakukan sambal berbaring ditempat tidur.

b. Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan

bahu serta diantara lutut. Hal ini akan membuat panggung dan panggul pada

posisi yang lurus.

c. Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan mulutnya ke

puting susu.

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

d. Jika perlu letakkan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar

bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai puting dan ibu tidak

perlu membungkukkan badan kearah bayi sehingga tidak cepat lelah.

Gambar 2.5

Posisi menyusui berbaring miring

Bundanet, 2016. Posisi Dasar Menyusui

5. Posisi Menyusui dengan kondisi khusus

Adalah posisi menyusui secara khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu

seperti menyusui pasca operasi caesar menyusui pada bayi kembar dan

menyusui ASI yang berlimpah (penuh).

a. Posisi menyusui pasca operasi caesar. Ada dua posisi menyusui yang dapat

digunakan yaitu ;

1.) Posisi berbaring miring

2.) Posisi football atau mengepit.

b. Posisi menyusui dengan bayi kembar

1) Posisi double football atau mengepit :

Posisi football atau mengepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui

seksio caesaria. Posisi football juga tepatnya untuk bayi kembar dimana

kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan dengan cara:

1.) Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti

memegang bola.

2.) Letakkan tepat dibawah payudara ibu.

3.) Posisi kaki boleh dibiarkan menjuntai keluar.

4.) Untuk memudahkan kedua bayi dapat diletakkan pada satu bidang datar

yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu.

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

5.) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya

saja.

6.) Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu.

Gambar 2.6

Posisi menyusui bayi kembar

Dokter O, 015. Bagaimana Cara Menyusui Bayi Yang Baik dan Benar

Dalam setiap posisi hal yang penting adalah mengisap secara efektif,

Menyusui segera setelah melahirkan dengan posisi menyusui yang baik adalah

di telungkupkan di perut ibu sehingga kulit ibu bersentuhan pada kulit bayi.

Kontak kulit dalam jam pertama setelah melahirkan membantu menyusui dan

ikatan antara ibu dan bayi terjalin. Semua posisi dapat digunakan sehingga dapat

menemukan posisi yang nyaman sesuai kondisi ibu dan bayi, namun dianjurkan

untuk berganti – ganti posisi secara teratur. Selain posisi menyusui, bra dan

pakaian yang dirancang khusus dapat juga meningkatkan kenyamanan ibu saat

menyusui (Mulyani, 2015).

A.1.5 Kunci Utama Keberhasilan Menyusui

Agar pemberiaan ASI Eksklusif berhasil hal yang paling utama perlu

diperhatikan adalah :

1. Perlekatan

Perlekatan merupakan kunci keberhasilan menyusui. Agar terjadi

perlekatan yang benar maka bagian areola masuk kedalam mulut bayi, sehingga

mulut bayi dapat memerah ASI.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

Gambar. 2.7 Cara Perlekatan Yang benar

Bundanet, 2016. Posisi Dasar Menyusui

2. Perlekatan yang baik :

a. Dagu menempel payudara ibu.

b. Mulut terbuka lebar.

c. Bibir bawah berputar kebawah.

d. Sebagian besar areola masuk ke mulut bayi.

3. Perbedaan perlekatan yang salah dan benar:

Gambar 2.8

Perbedaan perlekatan yang benar dan yang salah

Rentinasmawati, 2016. Teknik Menyusui Yang Benar.

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

4. Penyebab perlekatan yang salah / buruk

Tabel 2.2

Sumber: Maryunani, 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi. Hal : 115.

A.1.6 Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting

susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga memengaruhi

produksi ASI selanjutnya bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu

dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Bayi tampak tenang.

b. Badan bayi menempel pada perut ibu.

c. Mulut bayi terbuka lebar.

d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

e. Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak

yang masuk.

f. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.

g. Lidah bayi menopang puting dan aerola bagian bawah.

h. Bibir bawah bayi melengkung keluar.

i. Puting susu tidak terasa nyeri.

j. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

k. Kepala bayi agak menengadah (Dewi, 2014).

Memakai botol - Memberikan susu formula sebelum ASI. - Memberikan makanan pendamping.

Ibu belum berpengalaman - Bayi yang pertama (anak pertama)

- Pemakaian botol

Fungsi tidak sempurna - Bayi yang kecil - Payudara yang kaku - Mulai pemberian ASI terlambat.

Pendukung tidak ada - Keluarga kurang mendukung - Petugas kesehatan kurang terlatih

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

Tabel 2.3

Daftar tilik observasi menyusui dari UNICEF

Ciri - ciri menyusui berlangsung dengan

baik

Tanda – tanda adanya kesulitan

Sebelum perlekatan

Posisi Ibu

Ibu santai dan nyaman Ibu tidak relaks, bahu tegang Payudara menggantung atau terkulai secara alamiah

Payudara kelihatan terdesak atau terhimpit

Akses ke puting / aerola mudah Akses ke puting / aerola terhalang Rambut / pakaian ibu tidak menghalangi pandangan ibu

Pandangan ibu terhalang rambut / pakaian

Posisi Bayi Kepala dan badan bayi segaris Bayi harus memutar kepala dan

leher untuk menyusu

Bayi di gendong dekat dengan badan ibu

Bayi tidak digendong dekat dengan tubuh ibu

Seluruh badan bayi disokong Hanya kepala dan bahu yang disokong

Hidung bayi berhadapan dengan putting

Bibir bawah / dagu berhadapan dengan putting

Melekat pada payudara

Bayi mencapai atau mencari – cari kea rah payudara

Tidak ada respon terhadap payudara

Ibu menunggu bayi untuk membuka mulutnya dengan lebar

Bayi tidak membuka mulut dengan lebar

Ibu membawa bayi ke arah payudara Ibu tidak membawa bayi medekatinya

Dagu / bibir bawah / lidah menyentuh payudara terlebih dahulu

Bibir atas bayi menyentuh payudara terlebih dahulu

Selama Menyusu (observasi)

Dagu bayi menyentuh payudara Dagu bayi tidak menyentuh payudara

Mulut bayi terbuka lebar Mulut bayi berkerut, bibir bayi runcing ke depan

Pipi bayi lunak dan bulat Pipi bayi tegang dan tertarik ke dalam

Bibir bawah bayi menjulur keluar Bibir bawah bayi mengarah ke dalam

Lebih banyak aerola diatas bibir bayi Lebih banyak aerola terlihat di bawah bibir

Payudara tetap bulat selama menyusui Payudara terlihat teregang atau tertarik

Tingkah Laku bayi

Bayi tetap melekat pada payudara Bayi lepas dari payudara

Mengisap dengan lambat dan dalam

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

diselingi istrahat Tidak ada suara lain selain suara menelan

Terdengar bunyi mengecap

Terlihat menelan berirama Hanya sekali - kali menelan atau tidak sama sekali

Pada Akhir Menyusu

Bayi melepaskan payudara secara spontan

Ibu melepaskan bayi dari payudara

Payudara tampak lunak Payudara keras atau mengalami peradangan

Bentuk puting sama dengan sebelum menyusui

Puting berbentuk baji atau teremas

Kulit puting / aerola terlihat segar Puting / aerola luka atau pecah – pecah

Sumber: Pollard. 2015. Evidence – Based Care Breastfeeding Mothers. Hal : 72 – 73.

A.1.8 Tanda Bayi Cukup ASI

Masih banyak ibu yang meragukan apakah ASI yang diberikan kepada

kepada bayi yang telah cukup atau tidak. Banyak ibu beranggapan jika bayi

tertidur pada saat menyusui maka bayi sudah bisa dikatakan cukup ASI. Bayi

dikatakan cukup ASI bisa menunjukan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Bayi minum ASI tiap 2 - 3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI

8 - 10 kali pada 2 - 3 minggu.

b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih

muda pada hari kelima setelah lahir.

c. Bayi akan buang air kecil (BAK) setidaknya 6 - 8 kali sehari.

d. Ibu dapat mendengarkan saat bayi menelan ASI.

e. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis.

f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

g. Pertumbuhan Berat Badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) sesuai dengan

grafik pertumbuhannya.

h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan

rentang usianya.

i. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan

cukup (Mulyani, 2015).

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

A.1.8 Refleks - Refleks Bayi :

a. Refleks menangkap (rooting reflex) :

Berikut ini terdapat beberapa uraian yang menjelaskan tentang rooting

reflex :

1.) Penjelasan tentang reflex menangkap (rooting reflex ) :

a.) Bisa juga disebut sebagai refleks memalingkan muka, dengan

mendekatkan obyek tertentu, terutama puting susu ibunya.

b.) Refleks ini akan menjadi sangat kuat bila bayi sedang lapar.

c.) Pada mulanya, refleks lapar dan segera makan pada bayi

masih termasuk lemah dan belum teratur.

d.) Menjelang usia 1 bulan rasa lapar akan terasa secara ritmis,

hingga perilaku menyusu dan selanjutnya perilaku makan akan

terjadi secara lebih terorganisir.

e.) Pada fase ini, orang tua dapat lebih memanfaatkan keadaan

tersebut untuk mengatur kebiasaan makan bayi sejak dini.

f.) Refleks menangkap dilakukan degan sentuhan di pipi, bayi

melihat dan sentuhan puting bayi akan membuka mulut

berusaha menangkap.

g.) Dalam hal ini, refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh

pipinya dan bayi akan menoleh kearah sentuhan.

h.) Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae maka bayi akan

membuka dan berusaha menangkap puting susu.

b. Refleks menghisap (Sucking reflex) :

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting.

Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk kedalam

mulut bayi., dengan demikan sinus lakitiferus yang berada di bawah areola,

tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar. Refleks akan tetap

bertahan kuat sampai bayi berusia 1 - 2 tahun dan baru menghilangkan pada

usia 3 tahun. Proses menyusu atau makan pada bayi tidak sekedar memberi

kepuasaan biologis pada bayi, tetapi memberikan kepuasaan emosional - sosial

sekaligus bayi mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sebagai dasar

pembentukan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar tersebut.

Misalnya bila ibu menyusui sedang dalam keadaan emosi yang tegang,

gelisah, jengkel ataupun perasaan marah pada seseorang / suami sehingga

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

mempegaruhi produksi ASI sehingga ASI akan keluar sedikit. Bayi kecewa dan

menangis hebat. Ibu akan bertambah cemas dan gelisah, pada akhirnya bayi

akan kehilangan minat untuk menyusu. Bayi akan dikuasai oleh semacam rasa

tidak aman dan rasa tidak percaya terhadap lingkungan. Hal ini akan

mengakibatkan hambatan dalam perkembangan selanjutnya.

c. Refleks menelan ( Swallowing reflex ) :

1.) Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka bayi akan

menelannya.

2.) Refleks kenyang, puas bila bayi sudah cukup kebutuhan akan ASI,

maka reflkes menghisap akan dihentikan oleh refleks lain, yaitu

refleks kenyang.

A.2 Regurgitasi

Bayi yang kenyang sering mengeluarkan ASI yang sudah ditelannya yang

disebut regurgitasi, bayi sering mengalami regurgitasi / gumoh. Bila hal ini sering

terjadi sering membuat ibu risau. Sebagai bidan harus dapat menjelaskan

mengapa gumoh terjadi dan pencegahan dalam memberikan pendidikan

kesehatan bagi klien / ibu (Maryunani, 2013).

A.2.1 Pengertian

Gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi. Regurgitasi adalah

gejala klinis merupakan keadaan fisiologis yang normal pada bayi berusia di

bawah satu tahun. Kejadian tersebut akan menurun seiring pertambahan usia.

Jika terjadi regurgitasi secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam

waktu lama akan mengakibatkan gangguan pada bayi. Baik gangguan

pertumbuhan karena asupan gizi berkurang karena asupan makanan tersebut

keluar lagi dan merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut

keluar dan mengiritasi (Rukiyah, 2013). Regurgitasi adalah keluarnya kembali

sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan beberapa

saat setelah makan dan minum susu ( Depkes 2007 dalam Dwienda 2014).

Regurgitasi adalah keluarnya sebagian kecil isi lambung setelah

beberapa saat makanan masuk lambung. regurgitasi adalah hal yang umum

terutama bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini t idak akan mengganggu

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

pertambahan berat badan bayi dan pada umumnya disebabkan karena bayi

menelan udara pada saat menyusui (Yongki , 2012).

Regurgitasi berbeda dengan muntah. Muntah adalah sebagian besar

makanan yang keluar dari lambung, sedangkan Regurgitasi hanya sedikit

makanan yang dikeluarkan kembali oleh bayi. Regurgitasi merupakan gejala

yang umumnya terjadi pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi. Hal ini

disebabkan oleh lendir dan cairan ketuban yang tertelan bayi pada waktu proses

persalinan, kedua cairan inilah yang merangsang bayi Regurgitasi. Gangguan ini

tidak membahayakan terutama jika terjadi pada usia kurang dari 6 bulan dan

tidak sering frekuensinya (Maryunani, 2013).

Regurgitasi terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong

keluar ketika makanan masuk ke dalam lambung bayi. regurgitasi terjadi secara

pasif atau terjadi secara spontan dalam konsisi normal regurgitasi dapat dialami

bayi antara 1 - 4 kali sehari. regurgitasi dikatakan normal jika terjadi setelah

makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain yang mencurigakan. Selama

berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, regurgitasi

tidak bercampur darah dan tidak susah makan dan minum maka gumoh tidak

perlu di waspadai (Dwienda, 2014).

Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama

pada bayi dibawah usia 6 bulan dan tidak sering frekuensinya. Seiring dengan

bertambahnya usia diatas 6 bulan, regurgitasi akan semakin jarang dialami oleh

anak. Namun regurgitasi dapat menjadi abnormal apabila terjadi terlalu sering

atau hampir setiap saat. Terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum tapi

juga saat tidur, regurgitasi bercampur darah. Regurgitasi yang seperti ini tentu

saja harus mendapat perhatian agar tidak berlanjut menjadi kondisi patologis

yang diistilahkan dengan refluks esophagus.

Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya

dengan muntah, regurgitasi terjadi secara pasif artinya tidak ada usaha bayi

untuk mengeluarkan makanan dan minuman. Bayi mengalami regurgitasi dalam

keadaan santai dalam gendongan atau sedang berbaring atau bermain

sedangkan muntah terjadi secara aktif, muntah merupakan aksi refleks yang di

koordinasi medula oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa

melalui mulut (Dwienda, 2014). Bayi yang mengalami regurgitasi dimana

volumenya kurang dari 10 cc, regurgitasi susu dalam jumlah yang kecil

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

merupakan hal yang biasa pada bayi, biasanya bersifat sementara dan tidak

mengganggu pertumbuhan. Namun jika volumenya banyak diatas 10 cc dsebut

dengan bayi muntah (Marmi, 2015). Regurgitasi akan berkurang dan menghilang

saat bayi mencapai usia 18 – 24 bulan saat ukuran lambung bayi lebih besar dan

katup penutup lambung lebih kuat (IDAI, 2016).

A.2.2 Etiologi

a) ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung

yang sudah penuh juga bisa membuat bayi regurgitasi, ini terjadi

karena makanan yang sebelumnya belum sampai ke usus tetapi sudah

diisi makanan lagi.

b) Posisi menyusui

i. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara

masuk ke dalam lambung.

ii. Ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara bayi

tidur terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran

pencerna tapi ke saluran nafas dan bayi pun regurgitasi.

iii. Pemakaian bentuk dot

Jika bayi suka dot besar diberi dot kecil ia akan malas menghisap

karena lama. Akibatnya, susu tetap keluar dari dot dan memenuhi

mulut bayi dan lebih banyak udara yang masuk.

c) Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, susu akan masuk

ke saluran pencernaan atas baru kemudian ke lambung diantara

kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung pada bayi, klep

ini biasanya belum berfungsi sempurna. Sampai 4 bulan lambung bayi

hanya dapat menampung susu dalam jumlah kecil setiap kali minum.

d) Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada

lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran

pencernaan ke usus, masih belum sempurna.

e) Terlalu aktif yaitu bayi menggeliat dan bayi terus menerus menangis

hal ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga

keluar dalam bentuk regurgitasi.

f) Bayi sudah kenyang

g) Tergesa-gesa saat pemberian susu.

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

h) Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

i) Regurgitasi terjadi karena bayi minum susu terlalu banyak, sehingga

lambung tidak dapat menampung susu yang masuk. Keadaan ini

menyebabkan perut kembung (Yongki, 2012).

j) Regurgitasi bisa disebabkan oleh cedera di kepala bayi akibat

persalinan yang sulit atau berlangsung lama. Jika cedera kepala bayi

sembuh, perlahan-lahan gejala gumoh juga akan berkurang (Marynani,

2013)

A.2.3 Hal-hal yang harus diwaspadai

Meskipun regurgitasi tidak membahayakan, namun pada keadaan-

keadaan tertentu harus diwaspadai oleh ibu bayi atau bidan, antara lain sebagai

berikut :

a) Bayi regurgitasi dengan karakteristik sebagai berikut :

i. Tanpa memandang cara pemberian minum.

ii. Setiap kali minum ASI atau minuman dimuntahkan.

iii. Muntahan berwarna hijau atau bercampur darah.

iv. Distensi abdomen (Marmi, 2015).

b) Apabila bayi regurgitasi hebat dan berlangsung terus-menerus atau terlalu

sering. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan saluran pencernaan.

Akibat dari gumoh hebat bayi akan kehilangan cairan tubuh (dehidrasi).

c) Selain regurgitasi hebat, hal yang harus diwaspadai adalah isi dari

regurgitasi. Apakah regurgitasi berisi lendir, bercampur air liur dan darah.

Bila isi regurgitasi bercampur darah dan bayi regurgitasi lebih dari lima kali

sehari maka perlu pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan (Maryunani,

2013).

A.2.4 Pencegahan terjadinya Regurgitasi

Menyusui bayi untuk pertama kalinya merupakan suatu pengalaman yang

menyenangkan, serta menakutkan bagi seorang yang baru menjadi orang tua.

Bayi setelah menyusui harus di sendawakan, sendawa dapat membantu

mengeluarkan udara yang masuk ke perut bayi saat menyusui. Jika bayi tidak

bersendawa setelah menyusui maka udara yang masuk bisa menyebabkan

regurgitasi, mudah tersedak pada beerapa bayi dapat menimbulkan kolik (sakit

perut) sehingga menyebabkan bayi menangis terus – menerus dan membuat

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

rasa tidak nyaman pada perut bayi, sementara bayi menangis secara tidak

langsung gas akan masuk kembali ke dalam perut bayi yang semakin membuat

bayi tidak nyaman.

Ketika ingin membuat bayi bersendawa, lakukan menepuk dengan lembut

punggung bayi secara berulang dan untuk mencegah adanya cairan yang keluar

letakkan alas dada atau handuk kecil di bawah dagu bayi atau di pundak ibu.

Berikut metode menyendawakan bayi ;

a. Ibu duduk dengan posisi tegak dan gendong bayi pada dada.

b. Letakkan dagu bayi pada bahu ibu dan pegang kepala bayi dengan satu

tangan.

c. Tangan lainnya menepuk lembut punggung bayi secara berulang.

d. Bila bayi mulai rewel atau menangis saat sedang menyusui, maka hentikan

sebentar. Buatlah bayi bersendawa lalu ganti posisi dan menyusui kembali.

Usahakan bayi mengkonsumsi 60 sampai 90 ml susu.

e. Untuk bayi berusia 6 bulan pertama, cobalah menunggu bersendawa selama

10 sampai 15 menit sambil bayi tetap ditegakkan. Bayi yang tidak

bersendawa akan mengeluarkan susu yang telah diminum (Marmi, 2015).

Gambar 2.9 Menyendawakan bayi

Bahagia, 2013 . Buku Panduan Keterampilan Teknik Menyusui.

A.2.5 Penatalaksanaan

a. Perbaiki teknik menyusui, setelah menyusui usahakan bayi

disendawakan.

b. Perhatikan posisi botol saat pemberian susu bayi yang sedang

menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang mencakup rapat

seluruh puting susu ibu (Yongki, 2012).

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

c. Jika bayi gumoh cepat miringkan tubuhnya atau diangkat ke belakang

seperti disendawakan atau di tengkurangkan agar muntahan tidak

masuk ke saluran nafas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.

Jika cairan susu keluar dari hidung, segera dibersihkan orang tua tidak

perlu khawatir karena gumohnya sudah keluar. Yang menjadi

perhatian bila cairan susu yang keluar dari hidung masuk lagi dan

terhisap ke saluran nafas dan masuk ke paru - paru dan harus segera

ditangani lebih lanjut.

d. Memperlakukan bayi secara halus karena gumoh dapat juga

disebabkan oleh gangguan psikologis, misalnya bayi diperlakukan

kasar.

e. Setelah selesai menyusui, tubuh bayi seharusnya tidak digoyang-

goyang atau diayun - ayun.

f. Tutuplah baju atau pangkuan ibu dengan handuk bersih, sedangkan

untuk bayi dapat dikenakan celemek untuk berjaga - jaga bila bayi tiba

- tiba memuntahkan sebagian dari makanan atau minuman

(Maryunani, 2013).

g. Setelah minum ASI posisikan bayi tegak selama 30 menit, pastikan

bahwa tidak ada yang menekan bagian perut bayi.

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

B. Kerangka Teori

Gambar 2.10 Kerangka Teori

Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

Sumber : Dwienda, 2014; Marynani, 2013; Rukiyah, 2013.

Kejadian Regurgitasi Teknik

Menyusui

Faktor-faktor yang

menyebabkan regurgitasi:

- Klep penutup lambung

belum sempurna

- Bayi sudah kenyang

- Kegagalan

mengeluarkan udara

- Teknik menyusui yang

kurang tepat

- Tergesa-gesa saat

pemberian ASI

- Bayi terlalu aktif

Dampak regurgitasi yang

berlebihan

- Bayi akan kehilangan

cairan (dehidrasi)

- Berat badan bayi

berkurang

- Bayi susah makan dan

minum

- Bayi menjadi rewel

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengeidentifikasi

Hubungan teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi 0 - 3 bulan

maka dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.11

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

D. Defenisi Operasional

Tabel 2.11 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Cara

Ukur

Alat Ukur Skala

Ukur

Hasil Ukur

Variabel dependen (Terikat )

Regurgitasi

Keluarnya

sebagian ASI

yang ditelan

melalui mulut

setelah bayi

menyusu

Observasi

Kuesioner Nominal - Mengalami

-Tidak

Mengalami

Variabel Independen (bebas)

Teknik

Menyusui

Cara ibu

memberikan

ASI kepada

bayi dengan

Perlekatan dan

posisi ibu yang

benar.

Observasi Checklist Nominal - Kurang baik

bila < 50 %

- Baik

Bila > 50 %

Teknik Menyusui :

- Perlekatan

- Posisi Menyusui

Kejadian Regurgitasi

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

E. Hipotesis

Suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam

perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Ha Ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi

0 - 3 bulan di klinik Dina.

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik

dimana penelitian ini mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan itu terjadi dan desain penelitian ini adalah cross sectional dimana

rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara

simultan pada satu saat atau sekali waktu (Notoatmodjo, 2012).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

B.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Dina jl. Bromo Ujung. Alasan pemilihan

Klinik Dina sebagai tempat penelitian karena jumlah ibu bersalin dan yang

memiliki tafsiran persalinan diantara februari sampai dengan maret di klinik dina

tersebut cukup banyak, diperkirakan 18 orang perbulan dan jumlah bayi 0 - 3

bulan cukup banyak diperkirakan 16 orang dilihat dari data cakupan imunisasi

setiap bulan. Sehingga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sampel yang

sesuai dengan. 3

B.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari studi pendahuluan hingga seminar hasil

akhir yaitu dari mulai November sampai dengan Juli 2018

C. Populasi dan Sampel Penelitian

C.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh ibu yang menyusui secara eksklusif dan mempunyai bayi

berumur 0 - 3 bulan di Klinik Dina yang berjumlah 34 responden.

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

C.2 Sampel

C.2.1 Besar Sampel

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang

menyusui secara eksklusif dan mempunyai bayi 0 - 3 bulan di Klinik Dina. Besar

sampel dalam penelitian ini adalah 34 orang.

C.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengumpulan sampel secara sampling jenuh yaitu teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. (Notoatmodjo,

2012).

C.2.3 Kriteria sampel

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri - ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Ibu yang menyusui secara eksklusif

b. Ibu yang mempunyai bayi usia 0 - 3 bulan.

c. Bersedia menjadi responden.

d. Bayi yang sehat secara fisik dan tidak mengalami gangguan kongenital

seperti labiopalatoskizis dan labioskizis.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

D.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer meliputi :

Data kareteristik ibu menyusui (nama, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas)

dikumpulkan secara langsung melalui teknik wawancara.

Data sekunder meliputi :

Data yang didapatkan dari rekam medik yaitu data ibu yang menyusui dan

yang mempunyai bayi 0 - 3 bulan.

D.2 Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan :

a. Saat ibu datang ke klinik Dina untuk membawa anaknya imunisasi, lalu

peneliti melakukan wawancara apakah ibu dan bayi sesuai dengan kriteria

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

peneliti. Kemudian jika sesuai dengan kriteria, peneliti akan dan menjelaskan

tujuan dari penelitian dan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Lalu peneliti mengobservasi teknik menyusui ibu dengan lembar

checklist sebagai panduan dan mengoberservasi apakah bayi mengalami

regurgitasi atau tidak dan peneliti memberikan kuesioner kepada ibu untuk

diisi.

b. Pengumpulan data dilakukan dengan cara door to door. Data yang telah di

dapat dari Klinik Dina akan dikumpulkan dan peneliti datang ke rumah calon

responden dan memberikan penjelasan tentang tujuan kedatangan peneliti

dan menjelaskan tujuan dari penelitian, lalu peneliti memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Lalu peneliti mengobservasi teknik

menyusui ibu dengan lembar checklist sebagai panduan dan

mengoberservasi apakah bayi mengalami regurgitasi atau tidak dan peneliti

memberikan kuesioner kepada ibu untuk diisi.

E. Alat Ukur / Instrumen dan Bahan Penelitian

Alat ukur / instrument dan bahan yang digunakan dalam melakukan

penelitian ini adalah checklist mengenai teknik menyusui dan kuesioner

untuk kejadian regurgitasi

a. Kuesioner untuk kejadian regurgitasi berbentuk closed ended /

pertanyaan tertutup dengan satu pertanyaan, dengan pilihan jawaban

dichotomous choice yaitu :

Indikator penilaian : Mengalami regurgitasi, kode 1

Tidak mengalami regurgitasi, kode 2

b. Checklist untuk teknik menyusui dengan pilihan jawaban dichotomous

choice yaitu dalam pernyataan hanya disediakan dua jawaban/alternatif.

Indikator penilaian : Dilakukan, kode 1

Tidak dilakukan, kode 0

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap I : Perijinan

Pada tahapan ini peneliti mengajukan permohonan izin penelitian

kepada Institusi pendidikan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

untuk melakukan studi pendahuluan, pengambilan data dan penelitian

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

terhadap ibu menyusui secara eksklusif dan bayi usia 0 – 3 bulan di

lapangan.

2. Tahap II : Penarikan Sampel

Pada tahap ini peneliti menetapkan sampel yang akan digunakan

yaitu ibu yang menyusui secara eksklusif dan bayi yang mempunyai bayi

0 – 3 bulan pada bulan Februari - Maret 2018.

3. Tahap III Persetujuan responden

Peneliti memberikan inform consent sebagai lembar persetujuan

yang bersedia menjadi responden dalam penelitian tanpa ada unsur

paksaan.

4. Tahap Pengumpulan Data

Peneliti melakukan observasi dengan mengumpulkan data tentang

tehnik menyusui dengan lembar checklist sebagai panduan. Apakah ibu

menyusui dengan teknik menyusui yang baik dengan kode 2 dan kurang

baik dengan kode 1 kemudian melakukan pencatatan dan pengumpulan

data. Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada ibu, apakah bayi

mengalami regurgitasi atau tidak mengalami regurgitasi sesaat setelah

menyusui dengan kode 1 jika mengalami regurgitasi dan kode 2 jika

tidak mengalami regurgitasi kemudian melakukan pencatatan.

5. Tahap IV : Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian dimasukkan ke dalam komputer

dan dianalisis dengan bantuan system komputerisasi.

6. Tahap V : Penarikan Kesimpulan

Hasil dari analisis kemudian ditarik kesimpulan.

G. Pengolahan dan Analisis Data

G.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu diolah

Pengolahan data dalam penelitian ini diolah dengan tahapan sebagai

berikut:

a. Editing

Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian

lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

tempat pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat

segera dilengkapi.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng’’kodean’’ atau ‘’coding’’, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Pada variabel independen yaitu teknik menyusui, peneliti

menggunakan kode jawaban berupa 1 = kurang baik, 2 = baik.

Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam dalam

memasukkan data (data entry).

c. Entry Data

Yaitu dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”

(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software”

komputer.

d. Cleaning Data

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan - kesalahan kode kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan

data (data cleaning).

e. Scoring

Pemberian nilai pada masing - masing jawaban dari pertanyaan

yang diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan

penilaian yang telah ditentukan.

f. Tabulating

Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-

tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai

dengan kuesioner.

G.2 Analisis Data

Penilaian teknik menyusui menggunakanan checklist dengan

berpedoman pada SOP (Standar Operasioanal Prosedur) menyusui,

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

P =

x 100 %

Ketarangan:

P = Presentase

F = Jumlah Jawaban Benar

N = Jumlah Soal (Machfoedz, 2011)

Sistem Penilaian (Yuliani, 2014) :

a. Teknik Menyusui yang baik = bila responden melakukan > 50%

tindakan teknik menyusui sesuai SOP (Standar Operasional

Prosedur) menyusui.

b. Teknik Menyusui yang kurang baik = bila responden melakukan <

50% tindakan teknik menyusui sesuai SOP (Standar Operasional

Prosedur) menyusui.

Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan

menggunakan bantuan sistem komputerisasi. Data univariat dianalisis yang

dilakukan terhadap tiap variable. Analisis ini menghasilkan distibusi frekuensi

dan presentase dari tiap variabel dan data bivariate dilakukan terhadap dua

variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Data bivariate dianalisis

dengan uji chi square yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menguji

hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas dimana data

berbentuk nominal dan sampelnya besar. Untuk dapat membuat keputusan

tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka harga chi square

dibandingkan dengan taraf kesalahan α = 0.05 (Sugiyono, 2011).

a. Ha ditolak : jika p > 0,05 artinya tidak ada hubungan variable independen

dengan variable dependen

b. Ha diterima : jika p < 0,05 artinya ada hubungan variable independen

dengan variable dependen

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Dina yang terletak di jalan

Selamat Bromo Ujung Medan Denai, Pengumpulan data dimulai dari bulan

April sampai dengan bulan Juni. Didapatkan sampel sebanyak 34 orang

sesuai dengan kriteria inklusi.

A.1 Data Demografi

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di Klinik Dina

Medan Denai Tahun 2018

Umur Jumlah (n) Persentase (%) <20 tahun 3 8.8 20-35 tahun 28 82.4 > 35 tahun 3 8.8

Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%) Pendidikan Dasar 14 41.2 Pendidikan Menengah 19 55.9 Pendidikan Tinggi 1 2.9

Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%) Tidak Bekerja 14 41.2 Bekerja 20 58.8 Paritas Jumlah (n) Persentase (%) Primipara 16 47.1 Multipara 18 52.9

Berdasarkan tabel 4.1 memperlihatkan bahwa karakteristik sampel

berdasarkan umur di Klinik Dina Medan tahun 2018 dari 34 orang mayoritas

berumur 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 28 orang (82.4%). Sedangkan pada

karakteristik sampel berdasarkan pendidikan di Klinik Dina Medan tahun 2018

mayoritas pendidikan menengah sebanyak 19 orang (55.9%), sedangkan pada

karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan di Klinik Dina Medan Denai Tahun

2018 mayoritas bekerja yaitu sebanyak 20 orang (58.8%), pada karakteristik

sampel berdasarkan paritas di Klinik Dina Medan Denai tahun 2018 mayoritas

multipara sebanyak 18 orang (52.9%)

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

A.2 Analisis Univariat

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Analisis Univariat di Klinik Dina Medan

Denai Tahun 2018

Teknik Menyusui Jumlah (n) Persentase (%) Baik 15 44.1 Kurang Baik 19 55.9

Kejadian Regurgitasi Jumlah (n) Persentase (%) Tidak 13 38.2 Ya 21 61.8

Pada karakteristik sampel berdasarkan teknik menyusui di Klinik Dina

Medan Denai tahun 2018 mayoritas kurang baik sebanyak 19 orang (55.9%)

sedangkan pada kejadian regurgitasi mayoritas mengalami regurgitasi sebanyak

21 orang (61.8%)

A.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara teknik

menyusui dengan kejadian regurgitasi dilakukan dengan menggunakan uji chi-

square pada tingkat kepercayaan 95% (p < 0.05) yang memperlihatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.3 Tabulasi Silang Antara Teknik Menyusui dengan Kejadian Regurgitasi di Klinik

Dina Medan Denai Tahun 2018

Teknik

Menyusui

Kejadian Regurgitasi

Total

P RP

Ya Tidak

N % N % N %

Kurang Baik 17 89.4 2 10.6 19 100.0 0.001 3.355

Baik 4 26.7 11 73.3 15 100.0

Hasil tabulasi silang pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil analisis chi

square dengan nilai signifikasi p sebesar 0.001 (p < 0,05) sehingga Ha diterima

artinya ada hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi.

Adapun RP sebesar 3.355 yang berarti bahwa teknik menyusui yang kurang baik

beresiko 3.355 kali lebih beresiko untuk mengalami regurgitasi.

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

B. Pembahasan

B.1 Teknik Menyusui

Hasil tabulasi silang memperlihatkan dari 34 sampel yang melakukan

teknik menyusui dengan benar sebanyak 15 orang (44.1 %) dan 19 orang

(55.9%) dengan teknik menyusui yang kurang baik. Hal ini menggambarkan

mayoritas sampel melakukan teknik menyusui yang kurang baik.

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk mencapai

keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik - teknik

menyusui yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi

posisi ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat (latch),

keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking). Teknik menyusui

yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga

keberhasilan menyusui bisa tercapai sedangkan menyusui dengan teknik yang

salah menimbulkan masalah seperti bayi dapat mengalami regurgitasi, puting

susu menjadi lecet sehingga ASI tidak keluar secara optimal sehingga

mempengaruhi produksi ASI hal ini menyebabkan kebutuhan ASI bayi tidak

tercukupi (Mulyani, 2015).

Menyusui dengan teknik yang kurang baik menimbulkan masalah seperti

puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga

mempengaruhi produksi ASI selanjutnya enggan menyusu. Hal ini menyebabkan

kebutuhan ASI bayi tidak tercukupi. Menurut Riksani dengan teknik menyusui

yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga

keberhasilan menyusui bisa tercapai (Rinata, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah

multipara sebanyak 18 orang (52.9%). Menurut Sukmawati (2014) paritas

memiliki hubungkan dengan pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman

menyusui pada kelahiran anak sebelumnya menjadi sumber pengetahuan.

Prevalensi menyusui dengan teknik yang benar cenderung meningkat dengan

bertambahnya jumlah anak, dimana seorang ibu yang telah melahirkan anak

kedua dan seterusnya cenderung untuk menyusui anaknya dengan teknik

menyusui yang lebih baik bila dibandingkan dengan seorang ibu yang menyusui

anak pertamanya. Dimana ibu yang menyusui anak kedua lebih memiliki

pengalaman dalam menyusui anaknya, begitu pula pada anak ketiga dan

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

seterusnya. Ibu belum mempunyai pengalaman dalam menyusui pada anak

pertama sehingga ibu belum mengetahuan secara pasti bagaimana cara dan

teknik menyusui yang baik dan benar. Didapatkan ada hubungan antara paritas

dengan teknik menyusui menggunakan uji chi-square dengan nilai p= 0.007 (p=

0.05).

Menurut Yusmalibar (2013) usia merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi cara yang digunakan ibu saat menyusui bayinya kurangnya

pengetahuan yang didapat oleh ibu untuk menyusui bayi akan menyebabkan

teknik yang digunakan menjadi kurang tepat. Hal Ini sejalan dengan teori

Notoatmodjo (2010), mengemukakan bahwa usia seseorang dapat

mempengaruhi pengetahuan semakin bertambahnya usia semakin baik

pengalaman yang didapat dan semakin bertambah pengetahuan dimana

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang.

Menurut Rahmawati (2017) Pendidikan seseorang berpengaruh pada

pengetahuannya dan pola pikir ibu sehingga ibu memiliki daya serap terhadap

informasi yang baru sebaliknya jika pendidikan yang rendah atau kurang dapat

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai dan informasi baru

yang diperkenalkan. Penelitian Rahmawati (2017) menunjukkan bahwa sebagian

besar (80,4%) ibu menyusui tidak berhasil melakukan teknik menyusui dengan

benar dan sekitar 64,7% ibu menyusui memiliki tingkat pengetahuan yang

kurang, dan sebanyak (80,4%) ibu menyusui bekerja. Hasil uji chi- square

dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan dan pekerjaan ibu dengan keberhasilan teknik menyusui

pada ibu menyusui di Posyandu Melati Desa Kolelet Wetan Tahun 2014.

Menurut asumsi peneliti yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan

di Klinik Dina yaitu masih banyak ibu - ibu yang telah melahirkan lebih dari 2 kali

melakukan teknik menyusui yang kurang baik seperti proses memegang

payudara yang kurang tepat, proses perlekatan ibu dan bayi yang tidak tepat. Hal

ini sesuai dengan teori Sukmawati (2014) responden yang teknik menyusui

kurang baik dikarenakan tidak menyusui anak pertama dengan alasan ASI tidak

keluar, ASI tidak cukup dan bayi tidak mau menyusui, sehingga kurang

mempunyai pengalaman tentang menyusui yang berdampak terhadap teknik

menyusui.

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

B.2 Kejadian Regurgitasi

Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas sampel mengalami kejadian

regurgitasi yakni sebanyak 21 orang (61.8%). Regurgitasi adalah keluarnya

sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat makanan masuk lambung,

regurgitasi merupakan hal yang umum terjadi pada bayi yang mendapatkan ASI.

Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan bayi pada umumnya

(Yongki, 2012).

Menurut Ilmiasih (2017) salah satu penyebab regurgitasi adalah teknik

menyusui yang salah. Bayi dengan posisi terlentang saat disusui akan

mengakibatkan ASI yang diminum keluar karena otot sfingter esofagus pada bayi

masih lemah sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna. Regurgitasi

secara belebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam waktu lama akan

menyebabkan masalah yang dapat mengakibatkan gangguan pada bayi. Baik

gangguan pertumbuhan yaitu asupan gizi berkurang karena asupan makanan

tersebut keluar dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung

yang ikut keluar Adapun upaya untuk mencegah dan mengatasi regurgitasi

adalah dengan memperbaiki cara menyusui sehingga tidak menyebabkan terlalu

banyak udara yang tertelan.

Menurut Samsuri (2016) salah satu untuk mengurangi kejadian

regurgitasi dengan cara menyendawakan bayi dengan tujuan udara yang tertelan

pada saat menyusui dapat dikeluarkan. Hasil analisis penelitian menunjukkan

dari 30 bayi yang sering disendawakan jarang mengalami kejadian regurgitasi

sebanyak 90%. Dari 20 bayi yang jarang disendawakan sering mengalami

kejadian regurgitasi sebanyak 89,5% didapat dari hasil analisis chi-square

dengan nilai p = 0.000 dengan p = 0.05 disimpulkan bahwa terdapat hubungan

menyendawakan bayi setelah menyusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi

usia 0-6 bulan dimana semakin tinggi perilaku menyendawakan bayi setelah

menyusui maka kejadian regurgitasi semakin rendah.

Menurut asumsi peneliti bahwa kejadian regugitasi dapat terjadi akibat

perlekatan bayi yang salah dan proses mengulum yang kurang tepat sehingga

menyebabkan udara ikut masuk ke lambung hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Ilmiasih (2017) bahwa faktor mengulum dan pelekatan secara

bersama-sama mempengaruhi regurgitasi pada bayi ASI ekslusif usia 0- 6 bulan

di Wilayah Pukesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Mengulum dan

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

pelekatan merupakan hal penting dalam teknik menyusui agar udara tidak masuk

dalam lambung yang akan menyebabkan regurgitasi pada bayi.

B.3 Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi

Hasil tabulasi silang memperlihatkan dari 15 sampel dengan teknik

menyusui yang baik, 4 orang (89.4%) mengalami kejadian regurgitasi dan 11

orang (73.3%) tidak mengalami kejadian regurgitasi, hal ini menunjukkan

penyebab terjadinya regurgitasi disebabkan oleh berbagai faktor yaitu teknik

menyusui yang kurang tepat klep penutup lambung belum berfungsi

sempurna,bayi menangis berlebihan, ASI atau susu yang diberikan melebihi

kapasitas lambung, bayi terlalu aktif (Maryunani, 2013).

Selanjutnya dari 19 sampel dengan teknik menyusui yang kurang baik,

17 orang (89.4%) mengalami kejadian regurgitasi dan 2 orang (10.6%) tidak

mengalami kejadian regurgitasi. Regurgitasi disebabkan oleh adanya udara saat

menyusui, Udara yang masuk kedalam lambung terperangkap sehingga

mendorong isi lambung, cairan tersebut naik ke esofagus sehingga bayi

mengalami regurgitasi (Dwienda, 2014). Didapatkan nilai p yaitu 0.001 hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian

regurgitasi, dimana semakin buruk teknik menyusui semakin tinggi kejadian

regurgitasi.

Kejadian regurgitasi dapat dikurangi dengan teknik menyusui yang benar.

Teknik menyusui yang benar diantaranya perut bayi menempel pada perut ibu

dan kepala bayi menghadap ke payudara, saat bayi membuka mulut masukkan

putting serta sebagian areola kedalam mulut bayi, sehingga puting susu

menghadap ke langit - langit serta lidah bayi akan menekan ASI yang terletak

dibawah areola setelah disusui bayi disendawakan (Mulyani, 2015).

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Ilmiasih (2017) bahwa posisi

menyusui yang kurang tepat yaitu bayi tidak menghadap payudara secara

sempurna sehingga proses mengulum dan pelekatan bibir bayi pada puting ibu

tidak melekat dengan baik dan dapat menyebabkan udara masuk dari sela- sela

puting pada saat bayi menghisap puting ibu. Mengulum dan pelekatan

merupakan kunci keberhasilan dalam teknik menyusui agar tidak terjadi

regurgitasi pada bayi. Hal ini sejalan dengan teori Dwienda, (2014) mengatakan

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

posisi menyusui dengan pelekatan yang tidak tepat yaitu pada saat mengulum

bibir bayi tidak membuka lebar dan tidak menutupi setengah dari areola

payudara ibu dengan baik akan mengakibatkan udara terhisap bersama ASI.

Udara tersebut masuk kedalam lambung dan akan mendorong isi lambung

sehingga bayi mengalami regurgitasi

Hasil penelitian Rinata (2016) didapat ada hubungan yang signifikan

antara paritas dengan posisi p = 0.009 dan perlekatan p = 0.000, untuk usia

gestasi bayi didapatkan bahwa ada hubungan antara usia gestasi dengan

perlekatan p = 0.001 dan keefektifan menghisap p = 0.003 sedangkan faktor

lainnya tidak memiliki hubungan seperti usia ibu, status pekerjaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Azizah (2014), Prodi DIII

Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Jombang. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik menyusui memiliki

hubungan signifikan Dengan kejadian regurgitasi. di Posyandu Desa Kedung

Papar, Kec. Sumobito, Kab. Jombang adalah kurang. Hal tersebut disebabkan

oleh pendidikan yang kurang, ibu tidak bekerja, dan didukung dengan tidak

pernah mendapatkan informasi dengan nilai p = 0.007

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ilmiasih (2017) Program

Studi Ilmu Keperawatan, FIKES Universitas Muhammadiyah Malang Analisis

Faktor Yang Mempengaruhi Regurgitasi Pada Bayi Asi Esklusif Usia 0- 6 Bulan

Di Wilayah Puskesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo dimana hasil

penelitian membuktikan bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan

kejadian regurgitasi diantaranya adalah teknik menyusui. Didapatkan terdapat

hubungan antara mengulum dan pelekatan dengan nilai p = 0.011 dan 0.000

terhadap kejadian regurgitasi. Mengulum dan pelekatan pada proses menyusui

dapat mempengaruhi regurgitasi pada bayi ASI ekslusif usia 0 - 6 bulan.

Mengulum dan pelekatan yang diperhatikan dengan baik akan membantu

mengurangi terjadinya regurgitasi pada bayi ASI ekslusif usia 0 - 6 bulan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Klinik Dina Medan

Denai didapatkan bahwa teknik menyusui memiliki hubungan dengan kejadian

regurgitasi dimana teknik menyusui yang kurang baik dapat terjadi regurgitasi

pada bayi sesaat setelah menyusui. Teknik menyusui dengan perlekatan pada

aerola yang tepat dapat membuat ASI masuk ke dalam lambung tanpa ada

udara yang terhisap bersama ASI.

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan

tentang hubungan teknik menyusui dan kejadian regurgitasi Pada Bayi 0 - 3

bulan di Klinik Dina Jl. Bromo Ujung Medan tahun 2018, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Mayoritas sampel melakukan teknik menyusui yang kurang baik yakni

sebanyak 19 orang (55.9%).

2. Mayoritas sampel mengalami kejadian regurgitasi yakni sebanyak 21 orang

(61.8%).

3. Dari hasil penelitian didapat nilai p = 0.001, sehingga Ha diterima artinya ada

hubungan antara teknik menyusui dengan kejadian regurgitasi dan didapat RP

sebesar 3.355 artinya yang melakukan teknik menyusui yang kurang baik

memiliki resiko 3.355 kali mengalami kejadian regurgitasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat

diajukan sebagai berikut:

1. Bagi Klinik Dina untuk meningkatkan KIE tentang teknik menyusui yang baik

dengan menambahkan gambar atau leaflet, brosur yang dapat membantu

proses penyampaian informasi kepada klien

2. Bagi institusi pendidikan agar lebih memperbanyak buku - buku tentang

teknik menyusui dan kejadian regurgitasi dan memperbaharui tahun penerbit

buku sehingga referensi yang digunakan lebih ter - update. Dalam penelitian

ini penulis hanya mendapatkan sebanyak 5 buku.

3. Bagi penelitian selanjutnya untuk peneliti selanjutnya agar dapat

mengembangkan penelitian dengan menambahkan dan mengembangkan

variabel penelitian yang mempengaruhi teknik menyusui dan kejadian

regurgitasi. Selain itu, untuk waktu penelitiannya bisa diperpanjang, serta

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

jumlah sampel lebih diperbanyak agar penelitian yang dihasilkan lebih akurat

dan lebih baik lagi.

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

DAFTAR PUSTAKA

Andani, M, Surjani dan Chicik Nirmasari. 2015 . Hubungan Posisi Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Semarang : Jurnal AKBID Ngudi Waluyo.

Azizah, N. 2014. Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi 0 - 12 Bulan. Jombang : Jurnal Edu Health, Vol. 4 No. 1, April 2014.

Bahagia, D dan Ema Alasiry, 2013 . Buku Panduan Keterampilan Teknik Menyusui. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Bernstein, D dan Steven P Shelov. 2016. Pediatrics For Medical Students. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Bundanet, 2016. Posisi Dasar Menyusui. http://bundanet.com/posisi-dasar-menyusui-bundanet/. 14 Februari 2018 (15:24)

Dewi, V, N.L dan Tri Sunarsih. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Dokter, O. 2015. Bagaimana Cara Menyusui Bayi Yang Baik dan Benar.

http://www.onedokter.com/2017/03/bagaimana-cara-menyusui-bayi-yang-

baik-benar.html. 14 Februari 2018 (19:27)

Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : CV. Budi Utama.

IDAI, 2016. Bedanya Gumoh dan Muntah Pada Bayi. www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bedanya%E2%80%98gumoh%E2%80%99-dan-muntah-pada-bayi. 23 November 2017 (16:24).

. 2013. Gumoh Pada Bayi. www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/gumoh-pada-bayi. 23 November 2017 (16:25).

Ilmiasih R, Susanti H dan Damayanti V, (2017), Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Regurgitasi Pada Bayi Asi Esklusif Usia 0- 6 Bulan Di Wilayah Puskesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Malang : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta.

. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta.

. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta.

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

. 2013, Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012. Jakarta.

. 2013. Survey Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta.

Maryunani, A. 2013. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.

. 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Marmi dan R Kukuh. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Balita. Cetakan ke IV. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Machfoedz, I. 2011. Metodologi Penelitian kuantitatif & Kualitatif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya.

Mckinley,2015.Posisi Menyusui Yang Benar. https://infoibubayi.wordpress.com/tag/posisi-menyusui/. 14 Februari 2018 (15:23).

Mulyani N.S. 2015. ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Cetakan ke 2. Yogyakarta : Nuha Medika.

Natasha, 2015. The Top 4 Breastfeeding Positions. http://www.babycubby.com/baby-cubby-blog/the-top-4-breastfeeding-positions/. 14 Februari 2018 (15:25).

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Pollard, M. 2015. Evidence - Based Care For Breastfeeding Mothers. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Rahmawati, 2017, Hubungan Pendidikan ibu Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan, Yogyakarta : Universitas Alma Ata

Rinata, (2016), Teknik Menyusui Posisi, Perlekatan Dan Keefektifan Menghisap Studi Pada Ibu Menyusui Di RSUD Sidoarjo, Sidoarjo : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Rukiyah, Y dan L Yulianti. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Rentinasmawati,2016.Teknik Menyusui Yang Benar. https://rentinasmawati.wordpress.com/2016/04/18/teknik-menyusui-yang-benar/. 14 Februari 2018 (15:26).

Saleha, S, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

Samsuri, E. 2016, Hubungan Menyendawakan Bayi Setelah Menyusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan Di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga. Surakarta : Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sugiyono. 2011. Statitistika Untuk Penelitian. Cetakan ke 18. Bandung : Alfabeta, cv.

Yongki, et.al. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

Yuliani, F. 2014. Teknik Menyusui Yang Benar Pada Ibu Menyusui Studi di BPS. Umi Muntadiroh SST,M.Kes Mojokerto. Mojokerto : Hospital Majapahit. Vol 6 No. 1 Pebruari 2014.

Yusmaliabar, 2013. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap Regurgitasi Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan. Aceh : STIKes U’Budiyah Banda Aceh