Skripsi hukum

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Dan Rumusan MasalahMasalah pengangkatan anak bukanlah masalah baru, termasuk di Indonesia Sejakzaman dahulu telah dilakukan pengangkatan anak dengan cara dan motivasi yangberbeda-beda, sesuai dengan sistem hukum dan peranan hukum yang hidup sertaberkembang di daerah yang bersangkutan. Di Indonesia sendiri belum memilikiperaturan dan perundang-undangan yang lengkap, padahal pengangkatan anak sudahdilakukan sejak zaman dahulu.Pada mulanya, tujuan dari lembaga pengangkatan anak adalah untukmeneruskan "keturunan". Manakala di dalam suatu perkawinan tidak memperolehketurunan, seringkali pengangkatan anak dijadikan cara yang terbaik untukmengatasi permasalahan tersebut. Pertimbangan ini tentunya menjadi motivasi yangdapat dibenarkan dan salah satu jalan keluar dan alternatif yang positif dan manusiawiterhadap naluri kehadiran seorang anak dalam pelukan keluarga, setelah bertahun-tahun belum dikarunia seorang anak pun.Perkembangan masyarakat saat ini menyebabkan terjadinya pergeseran dari tujuanpengangkatan anak itu sendiri, yang semula sebagai cara memperoleh keturunanberalih pada tujuan-tujuan lain yang beragam. Bahkan tidak tertutup kemungkinan,tujuan dari pengangkatan anak dewasa ini adalah untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi atau kelompok. Dimana tujuan tersebut jauh dari hakekatpengangkatan anak itu sendiri atau dengan kata lain sama sekali tidakmengedepankan kepentingan si anak.

2. Pengangkatan anak secara hukum dan mempergunakan lembaga hukum dapatdikatakan sebagai perpindahan atau beralihnya seseorang ke hubungankekeluargaan lain, sehingga timbul hubungan hukum yang sama dengan hubunganantara anak sah dengan orang tuanya.1 Menurut Soerjono Sukanto pengangkatan anakadalah suatu perbuatan mengangkat anak untuk dijadikan anak sendiri ataumengangkat seseorang dalam kedudukan tertentu yang menyebabkan timbulnyahubungan yang seolah-olah didasarkan faktor hubungan darah.2Ditilik dari 2 (dua) pengertian di atas, dapat dipahami bahwasanyapengangkatan anak sebenarnya ditujukan untuk melakukan pembenaran secarahukum, agar jaminan terhadap perkembangan anak yang diangkat bisa lebihterjamin, dengan tetap mendasarkan pada kepentingan si anak. Tapi kenyataan yangberkembang justru sebaliknya, Anak apapun statusnya (anak kandung ataupunanak angkat) yang seharusnya mendapatkan jaminan perlindungan yang sama,ternyata menjadi objek penguasaan bagi pihak yang mempunyai keinginan untukmemperoleh hak pengangkatan anak demi kepentingan pribadi maupun golongan.Dengan tetap mengedepankan kepentingan terbaik anak, maka dalam halpengangkatan anak ini diperlukan adanya kriteria tertentu yang diatur dalamregulasi yang memadai,sehingga dapat meminimalisasibentuk-bentukpenyimpangan dalam pra dan pasca pengangkatan anak. Dengan melakukan usaha-usaha pencegahan agar kembali pada jalurnya.1 Krisnawati Emiliana, Aspek Hukum Perlindungan Anak, CV.Utomo, Bandung. 2005, h. 222 ibid 3. 3Bentuk penyimpangan dalam pengangkatan anak baik pra maupun pascapengangkatan anak beragam jenisnya. Penyimpangan pra pengangkatan anak dapatdimisalkan lebih banyak ditimbulkan pada bentuk-bentuk pemalsuan dokumenanak, riwayat anak ataupun penipuan secara lisan dengan janji sejumlah uang danjaminan masa depan anak. Bentuk penyimpangan yang terjadi pasca pengangkatananak lebih mengarah pada tindak pidana lanjutan, misalnya : trafficking(perdagangan anak), eksploitasi seksual (PSK), perbudakan anak bahkantransplantasi organ.Penyimpangan dalam pengangkatan anak seperti yang disebutkan di atas dapatdilakukan melalui dengan beberapa modus pengangkatan anak baik secara legalmaupun ilegal, Baik melalui mekanisme legal ataupun yang ilegal pada dasarnyamempunyai potensi yang sama untuk terjadinya tindak pidana lanjutan.Secara ilegal penyimpangan lebih banyak disebabkan karena tidak adanyajaminan hukum atau yuridis terhadap eksistensi anak, karena biasanyapengangkatan anak dilakukan hanya berdasarkan kesepakatan antar kedua belah pihaksecara lisan. Sedangkan, penyimpangan secara legal lebih banyak disebabkankarena kurangnya pengawasan pemerintah terhadap kelanjutan nasib anak setelahkeputusan pengadilan.Berdasarkan data terbaru pihak kepolisian menunjukkan bahwa selama tahun 2005terdapat 1600 anak menjadi korban trafficking (perdagangan anak). Kasustrafficking terbesar terjadi di Pontianak, Batam, Denpasar, Indramayu dan adajuga yang diluar ke negeri. Anak-anak yang rawan itu berumur 10-12 tahun Selainitu perdagangan anak dilakukan dengan modus berkedok Pengangkatan 4. anak. Kasus perdagangan anak di Indonesia melibatkan 32 yayasan yang tersebar dibeberapa daerah. Namun dari jumlah tersebut baru 30 yayasan yang menjalani prosespenyidikan.3Kasus pengangkatan anak secara ilegal yang marak terjadi di masyarakat lebihbanyak disebabkan ketidakmampuan seorang ibu membesarkan anak. Salah satucontohnya adalah kasus yang terjadi di Aceh yang menimpa Uni Binti Amrin (bukannama sebenarnya), janda berusia 20 tahun ini terpaksa harus merelakan anaknya untukdiangkat oleh majikannya sendiri. Hal ini dilakukan karena ketidakmampuan Uniuntuk membayar biaya persalinan, karena dia hidup sebatangkara pasca bencanatsunami Desember 2004.Setelah tahu kalau ia hamil, ia dihadapkan pada sebuah dilema karena secaraekonomi dia tidak mampu membayar biaya persalinan dan untuk merawatanaknya kelak. Padahal untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja dia harusbekerja seorang diri. Semua kebutuhan dirinya selama hamil dicukupi oleh, sangmajikan. (Misalnya makan, vitamin, susu serba kecukupan diberi sang majikan ).Saat itu majikannya bersedia mengadopsi anaknya bila lahir, kemudian akan dibawa ke Jakarta. Biaya persalinan anaknya 2,5 juta rupiah ditanggung olehmajikannya.Dalam pengangkatan anak yang dilakukan oleh majikan sudah puladisertakan surat. Semuasurat-surat tentang anak tersebut sudah ada di tempatmajikan itu, Uni dijanjikan tetap ikut merawat anak itu nantinya ke Jakarta. 3 Endrawan Saufat, Tahun 2005 1.600 anak menjadi korban Trafficking". Artikel ilmiahdiambil dari situs WWW.Freelists.org. 2005 5. 5Hingga saat itu Uni tidak diperkenankan untuk memberikan ASI kepada anaknyadengan alasan, ia sudah diberi biaya persalinan 2,5 juta rupiah.4Salah satu contoh kasus tindak pidana lanjutan dari penyimpanganpengangkatan anak adalah transplantasi organ anak secara ilegal. Berawal dari moduspengangkatan anak baik secara legal maupun ilegal, yang kemudian anak tersebutdiperdagangkan layaknya barang dagangan. Setelah mereka dibesarkan organtubuhnya diambil dan dijual dengan harga mahal bagi mereka yang membutuhkan.Organ-organ tubuh yang biasanya diperdagangkan adalah mata, ginjal, jantung, hati,dan kulit.Kasus penjualan anak hingga pengambilan salah satu organ tubuh inidiindikasikan juga terjadi di Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia sebenarnya telahmempunyai regulasi yang mengatur larangan transplantasi organ terhadap anak, yaknidalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, tepatnyadalam pasal 47 ayat 2 yang menyebutkan, "Negara, pemerintah, keluarga dan orang tuawajib melindungi anak dari perbuatan : a. Pengambilan organ tubuh anak dan/atau jaringan tubuh anak tanpamemperhatikan kesehatan anak; b. Jual beli dan/atau jaringan tubuh anak; dan c. Penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek penelitiantanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakan kepentingan yang terbaikbagi anak.Pengertian transplantasi disebutkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun1992 tentang Kesehatan pada pasal I ayat 5 yang dimaksud dengan transplantasiadalah rangkaian tindakan untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh Sumber catatan diambil dari suatu artikel dengan judul "Mewaspadai Trafficking Berdalih 4Adopsi,", Arlikel ilmiah diambil dari situs WWW.Waspada.co.id. 2005 6. manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangkapengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi denganbaik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat KlinisDan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat Atau Jaringan Tubuh Manusiamenyebutkan pengertian transplantasi diatur dalam pasal 1 poin e, transplantasi adalahrangkaian tindakan kedokteran untuk memindahkan alat atau jaringan tubuh manusiayang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untukmenggantikan alat atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Ditilik dari sejarah, mengganti organ tubuh yang sakit atau rusak sebenarnya samasekali bukanlah inovasi abad modern. Jeff E. Zhorne menyatakan bahwa sejak awalabad ke-8 SM, para ahli bedah Hindu telah melakukan transplantasi kulit untukmengganti hidung yang hilang karena penyakit sipilis, perang fisik, atau hukumanatas suatu kejahatan.5 Dalam literatur hadis juga dituturkan peristiwa Ufrajah, seorang sahabat NabiSAW. yang kehilangan hidung dalam suatu pertempuran dan diganti denganhidung palsu dari perak. Hidung peraknya beberapa waktu kemudianmenimbulkan bau yang tidak sedap, sehingga ia meminta nasihat Nabi SAW. 5 Abul Fadl Mohsin Ebrahim , Kloning. Eutanasia. Transfusi Darah. transplantasi Organ. danEksiperimen pada Hewan: Telaah Fikih dan Bioetika Islam , PT. Serambi llmu Semesta, Jakarta,2001.h. 14 7. 7 8. kemudian menganjurkan agar ia mengganti hidung perak itu dengan hidung palsu laindari emas.6 Perkembangan transplantasi organ di era Eropa pada tahun 1913 seorang dokterdari Prancis yaitu Dr. Alexis Carel seorang ahli bedah berhasil melakukantransplantasi ginjal seekor kucing pada kucing yang lain. Proses transplantasi iniberhasil dilakukan setelah ia menguasai cara penjahitan ujung-ujung pembuluh darahyang telah dipotong agar darah dapat mengalir secara efisien sebagaimana sebelumdioperasi. 7 Seiring perkembangan Iptek tentunya membawa tuntutan lebih besar dalamnilai kebutuhan khususnya di dalam dunia kedokteran, semakin populasi manusiameningkat maka semakin banyak pula manusia yang membutuhkan donor tubuh.Menurut investigasi kantor berita Agence 1rance Press, jutaan orang di duniamasih menunggu transplantasi organ yang cocok. Di Indonesia sendiridiperkirakan ada 70.000 orang penderita ginjal kronis yang perlu mendapat terapi cucidarah atau cangkok ginjal.8 Transplantasi organ manusia khususnya anak sebagai individu yang lemahmerupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dari sudut pandang apapun,terutama moralitas dan hukum. Terlebih lagi, anak merupakan individu yangmenentukan nasib dari suatu masyarakat di masa yang akan datang. Seperti kata 6 ibid 7 ibid 8 Sumber Catalan diambil dari suatu artikel dengan judul "Jual-Beli Organ,", Astikel ilmiahdiambil dari situs WWW.Kompas.co.id. 2007 9. 9bijak etnis Batak "Anak hon mi do hamoraon di ahu"(anakku adalah palingberharga bagiku).9Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya mengambil beberapa rumusanmasalah yang menjadi batasan skripsi, diantaranya sebagai berikut :1. Bagaimanakah perlindungan hukum transplantasi organ ilegal di Indonesia ?I.2 Penjelasan judulDalam penulisan skripsi ini saya mengambil judul "Transplantasi OrganIlegal Sebagai Dampak Lemahnya Peraturan Per Undang-Undangan DiIndonesia "dengan judul tersebut dimaksudkan dapat memberi pemahamanistilah sehingga dapat tercipta persepsi dalam memahami pembahasan danmemberi ruang lingkup serta arah penulisan , maka saya menjelaskan hal-halsebagai berikut : Transplantasi Organ : Rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.1.3 Alasan pemilihan judulAlasan pemilihan judul dalam penulisan ini adalah munculnya polemik tentangbentuk-bentuk kejahatan terhadap anak yang bisa membahayakan anak itu sendiri.Berbagai modus tindak kejahatan digunakan bagi para pelaku tindak 9 Joni Muhammad & Z. Tanams Zulchaina. Aspek Hu k u m Perlindungan Anak Dalam PerspektifKonvensi Hak Anak. PT Citra Adilya Bakti. Bandung. 1999.h. vii 10. pidana untuk melakukan suatu kejahatan. Tindakan preventif yang diawali denganpengawalan regulasi perlindungan anak maka tidak akan terjadi tindak pidanalanjutan. Dengan melihat fenomena yang terjadi maka perlu juga tindakan secararepresif sehingga tidak terjadi tindak pidana yang mana dalam hal ini adalahkejahatan transpalantasi secara ilegal. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002Tentang Kesehatan melarang terjadinya jual beli organ anak. Disisi lain di duniakedokteran transplantasi adalah upaya pengalihan organ untuk menyelamatkannyawa orang. Dari segi moralitas transplantasi organ tubuh manusia merupakanmasalah yang lebih kompleks dibandingkan masalah teknis medisnya karenamenyangkut tentang nyawa seseorang. Inilah yang menjadi alasan saya mengambiljudul, "Transplantasi Organ llegal Sebagai Dampak Lemahnya Peraturan PerUndang-Undangan Di Indonesia ".1.4 Tujuan PenulisanAdapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut;1. Untuk menambah wawasan saya tentang prosedur transplantasi organ di Indonesia melalui kajian akademis1.5 Metodologi PenulisanUntuk memudahkan pencarian bahan yang dibuat dalam skripsi ini maka sayamelakukan penelitian yuridis normatif yakni dalam menganalisis masalah sesuaiperaturan perundang-undangan yang terkait guna memperoleh pemecahanmasalah yang akan di bahas. 11. 11a. Pendekatan masalahMetode pendekatan yang saya gunakan adalah pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) yakni suatu penelitian yang fokus terhadap berbagaiaturan hukum. Dalam hal ini yang menjadi objek kajian dalam skripsi ini adalahUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Undang-UndangNomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dan PP No 18 Tahun 1981 Tentang BedahMayat Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat Atau JaringanTubuh Manusia, selain itu juga saya juga memperbanyak studi pustaka denganmengaitkan ketentuan peraluran perundang-undangan yang berlaku.b. Bahan hukum 1. Bahan hukum primerBahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri dari aturan per undang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatandan PP No 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis Dan Bedah MayatAnatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia 2. Bahan hukum sekunderBahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri dari karanganilmiah serta buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diambil. 12. 3.Bahan hukum tersier yang terdiri dari kamus-kamus, baik berupa kamushukum atau kamus umum lainnya. 4.Analisis bahan hukumAnalisis data yang saya lakukan secara kualitatif, komperehensif danlengkap. Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutudalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, danefektif, sehingga memudahkan interprestasi data dan pemahaman hasilanalisis. Komperehensif artinya analisis data secara mendalam dariberbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Lengkap artinya tidak adabagian yang terlupakan, semuanya sudah masuk dalam analisis. Analisisdata dan interprestasi seperti ini akan menghasilkan produk penelitian hukumnormatif yang bermutu dan sempuma.101.6 Pertanggungjawaban Sistematika PenulisanUntukmempermudahpemahamanpenulisan skripsi ini, maka sayamengemukakan sistematika sebagai berikut:BAB I : Merupakan bab yang isinya adalah penjelasan singkat dari lalar belakangdanrumusanmasalah,penjelasan judul, alasan pemilihan judul, metodelogi dan sistematika penulisan.BAB II : Aspek-Aspek Dalam Transplantasi Organ Di Indonesia Bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum yang memuat landasan teori, kerangka konsep, serta berbagai definisi tentang transplantasi organ, aspek-aspek hukum dan etika transplantasi 10Muhammad Abdulkadir , Hukum dan Penelilian Hukum. PT CITRA ADITYA BAKTI, Bandung,2004, h. 127 13. 13organ sebagai pengantar pada bab selanjutnya, Undang-Undang Nomor 23Tahun 1992 tentang Kesehatan dan PP No 18 Tahun 1981 tentang BedahMayat Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atauJaringan Tubuh Manusia. Tataran teoriris yang berkaitan denganprosedural transplantasi organ secara ilegal.BAB III : Perlindungan Hukum Transplantasi Organ Ilegal Di IndonesiaDalam bab ini akan dijelaskan tentang pembahasan dari rumusan masalahdan akan dikupas tentang beberapa hal yang mendasar tentang indikasiawal tindak pidana transplantasi organ ilegal serta dampak hukum yangditimbulkan ditinjau dari hukum yang berlaku.BAB IV : Penutup, dalam bab ini yang akan menyajikan kesimpulan akhir darirumusan masalah yang akan saya sajikan sebagai output jawaban daripembahasan yang akan di tambah dengan beberapa saran. 14. BAB II ASPEK-ASPEK DALAM TRANSPLANTASI ORGAN DI INDONESIA.2.1 Aspek Hukum Dan Etika Transplantasi Organ Di IndonesiaTransplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia merupakan tindakanmedik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuhyang berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untukmenolong pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskandibandingkan dengan terapi konservatif. Walaupun transplantasi organ dan ataujaringan itu telah lama dikenal dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam duniakedokteran.Namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masihharus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum,budaya. etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalammenetapkan terapi transplantasi, adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (LivingRelated Donor, LRD) dan donasi organ jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yangsaling mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemukaagama, pemuka masyarakat), dengan pemerintah dan swasta. Upaya dalam bidangtransplantasi tubuh , jaringan, dan sel manusia itu memerlukan peninjauan darisudut hukum dan etik kedokteran meliputi sebagai berikut : 15. 15a. Aspek Hukum TransplantasiDari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh dipandangsebagai suatu usaha mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakanmanusia, walaupun ini adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pidana yaitutindak pidana penganiyaan. Tetapi karena adanya alasan pengecualian hukuman, ataupaham melawan hukum secara material, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancampidana, dan dapat dibenarkan.Dalam PP No 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayatanatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia, tercantum pasaltentang transplantasi tersebut sebagai berikut:Pasal 1c. Alattubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yangdibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi)tertentu untuk tubuh tersebut.d. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyaibentuk dan faal(fungsi) yang sama dan tertentu.e. Transplantasi atau rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan danatau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalamrangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidakberfungsi dengan baik.f. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnyakepada orang lain untuk keperluan kesehatan. 16. g.Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan, dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.Ayat g diatas mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas, karena itu IDIdalam seminar nasionalnya telah mencetuskan fatwa tentang masalah mati yangdituangkan dalam SK PB IDI No.336/PB IDI/a.4/07/90. Dalam fatwa tersebutdinyatakan bahwa seorang dikatakan mati, bila fungsi spontan pernafasan danjantung telah berhenti secara pasti atau irreversible, atau terbukti telah terjadikematian batang otak.Selanjutnya dalam PP tersebut diatas terdapat pasal-pasal berkut :Pasal 10 Transplantasialat danatau jaringan tubuh manusia dilakukan denganmemperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana dimkasud dalam pasal 2 huruf adan huruf b, yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluargayang terdekat setelah penderita meninggal dunia.Pasal 11 1. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukanoleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri kesehatan. 2. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan olehdokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan. 17. 17Pasal 12Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan oleh 2 (dua)orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang melakukantransplantasi.Pasal 13Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a, Pasal 14 dan15 dibuat di atas kertas bermaterai dengan 2 (dua) orang saksi.Pasal 14Pengambilanalat danatau jaringan tubuhmanusia untuk keperluantransplantasi atau Bank Mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,dilakukan dengan persetujuan tertulis keluarga yang terdekat. Pasal 15 1.Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberi tahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultanmengenaioperasi, akibat-akibatnya,dan kemungkinan- kemungkinan yang dapat terjadi. 2.Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar, bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti, dari pemberitahuan tersebut.Pasal 16Donor atau keluarga donor yang meninggaldunia tidak berhak ataskompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi. 18. Pasal 17Dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia.Pasal 18 Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalamsemua bentuk ke dan dari luar negeri. Sebagai penjelasan Pasal 17 dan 18, disebutkan bahwa alat dan atau jaringan tubuhmanusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap insan tidaklahsepantasnya dijadikan objek untuk mencari keuntungan. Pengiriman alat dan ataujaringan tubuh manusia ke dan dari luar negeri haruslah dibatasi dalam rangkapenelitian ilmiah, kerjasama dan saling menolong dalam keadaan tertentu. Selanjutnya dalam UU No 23 Tuhun 1992 Tentang Kesehatan, dicantumkan beberapapasal tentang tranplantasi sebagai berikut :Pasal 33 1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfusi darah, implan obat dan atau alat kesehatan, serta bedah plastik dan rekonstruksi. 2. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta tranfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.Pasal 34 1. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan olehtenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itudan dilakukan di sarana kesehatan tertentu. 19. 19 2. Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harusmemperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuanahli waris atau keluarga. 3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasisebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan PeraturanPemerintah.Apabila diperhatikan kedua pasal diatas, isi dan tujuannya hampir samadengan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 tentang bedahmayat klinis, bedah mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuhmanusia. Dalam Undang-Undang Kesehatan kembali ditegaskan bahwatransplantasi organ atau jaringan tubuh dan tranfusi darah hanya dapat dilakukanuntuk tujuan kemanusiaan, dilarang untuk dijadikan objek untuk mencarikeuntungan, jual beli dan komersialisasi bentuk lain. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anakdalam pasal 47 ayat 1 dan 2 menyebutkan :1. Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi anak dari upaya transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain.2. Negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib melindungi anak dari perbuatan:a. Pengambilan organ tubuh anak dan atau jaringan tubuh anak tanpa memperhatikan kesehatan anak;b. Jual beli dan/atau jaringan tubuh anak; dan 20. c. Penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagaiobjekpenelitian tanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakankepentingan yang terbaik bagi anak. b.Aspek Etik Transplantasi Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasiendengan kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. Dari segi etik kedokterantindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan beberapa pasal dalamKODEKI. yaitu :Pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa melakukanprofesinyamenurut ukurantertinggi.Pasal 10Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidupinsani.Pasal 11 Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu danketerampilannya untuk kepentingan penderita. Bertitik tolakdari pasal-pasal tersebut diatas, maka para dokter harusmenguasai,mengembangkan dan memanfaatkan iptek transplantasi untukkemaslahatan pasien dan keluarganya. Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP18tahun 1981, pada hakekatnya telah mencakup aspek etik, terutama mengenaidilarangnya memperjual belikan alat atau jaringan tubuh untuk tujuan transplantasiataupun meminta kompensasi material lainnya. Hal lain yang perlu 21. 21diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan saat mati seseorang akandiambil organnya, yang dilakukan oleh 2 (dua) orang dokter yang tidak ada sangkutpaut medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.Kondisi sebagaimana yang disebutkan dalam paragraf di atas berkaitandengan keberhasilan transplantasi. Bertambah segar organ atau jaringan makabertambah baik hasilnya, namun jangan sampai terjadi penyimpangan, dimana pasienyang hampir meninggal tetapi belum meninggal telah diambil organ tubuhnya.Penentuan saat meninggal seseorang di rumah sakit modern dewasa ini dilakukandengan pemeriksaan elektroensefalografi dan dinyatakan meninggal jika telahterdapat mati batang otak dan secara pasti tidak terjadi lagi pernafasan dan denyutjantung secara spontan.Pemeriksaan ini dilakukan oleh para dokter lain yang bukan pelaksanatransplantasi. Pemeriksaan ini dilakukan oleh para dokter lain yang bukanpelaksana transplantasi, agar benar-benar objektif.2.2 Jenis-Jenis Transplantasi OrganHingga waktu ini telah dikenal beberapa jenis transplantasi ataupencangkokan, baik berupa sel, jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagaiberikut:10 1.Autograft, yaitu pemindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh itu sendiri. 2.Allograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama spesiesnya. 22. Hanafiah Jusuf & Amir Amri, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehalan. Penerbil Buku10Kedokteran EGC,Jakarta, 1999, h 1 l l3.Isograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik, misalnya pada gambar identik.4.Xenograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya.Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yanghidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal (untuk keperluan ini definisimeninggal dari jenazah orang baru meninggal adalah mati batang otak). Organ ataujaringan yang dapat diambil dari donor hidup adalah kulit, ginjal, sumsum tulangdan darah (transfusi darah). Organ atau jaringan tubuh yang diambil dari jenazahadalah jantung, hati, ginjal, kornea, pankreas, paru-paru dan sel otak.Dalam 2 tahun terakhir ini telah pula dikembangkan teknik transplantasi sepertitransplantasi arteria mamaria interna dalam operasi lintas koroner oleh GeorgeE,Green, dan transplantasi sel-sel subtansia nigra dari bayi yang meninggal kepadapasien penyakit Parkinson. Reaksi yang biasanya terjadi pada resipen adalah penolakandan hipersensivitas terhadap organ yang baru dipasang namun keadaan ini sekarangtelah mampu diatasi hampir seluruhnya.Melalui prosedur pemeriksaan yang cermat tissue-typing (pengujiankecocokan jaringan) dan obat-obat golongan imunospresif yang semakin canggih,praktis reaksi- reaksi pada resipen telah dapat diatasi. Sedangkan bagi pendonor organtubuh mempunyai dampak pendonor tetap hidup atau fungsi organ yang dipindahkan itutidak hilang dari tubuh donor misalnya : kulit, ginjal dan sumsum tulang belakang. 23. 23Selainketiga organ tadi,dapat dipastikan bahwa transplantasi akanmengakibatkan kematian donor atau paling sedikit donor tersebut tidak memilikifungsi dari organ yang dipindahkan. Misalnya jika kornea mata seseorang yangdipindahkan, maka ia akan kehilangan fungsi penglihatan alias buta dari matayang bersangkutan. Semua upaya dalam bidang transplantasi tubuh, jaringan danmanusia itu tentu memerlukan peninjauan dari sudut hukum dan etik kedokteran.2.3 Pendapat Ulama Tentang Transplantasi OrganTransplantasi organ sendiri di kalangan pemuka agama khususnya agamaIslam juga menimbulkan pertentangan, ada yang pro maupun kontra disini sayamengutip pendapat pemuka agama yang mendukung adanya transplantasi organ,Hingga kini tidak ada ulama yang mengajukan argumen tertulis yang secara terang- terangan mendukung transplantasi organ, Ulama di berbagai belahan dunia telahmenulis argumen-argumen yang mendukung maupun mengeluarkan fatwa - fatwakegamaan tentang transplantasi organ.Para ulama mendukung pembolehan transplantasi organ berpendapat bahwatransplantasi organ harus dipahami sebagai salah satu bentuk layanan altrusik bagisesama muslim. Pendirian ini mereka tentang transplantasi organ dapat diringkassebagai berikut:1111Abdul Fadl Mohsin Ebrahim , Kloning. Eutanasia. Transfusi Darah. transplantasi Organ. danEksperimen pada Hevvan, Telaah Fikih dan Bioetika Islam , PT. Serambi Ilmu Semesta,Jakarta,2001,h. 88 24. a. Kesejahteraan Publik (al-Mashlahah)Islam melarang segala bentuk agresi terhadap nyawa manusia, termasukterhadap tubuh seseorang sesudah menjadi mayat. Jadi, jika kita melepaskan salah satuorgan tubuh seseorang yang sudah meninggal untuk di transplantasikan pada tubuhorang lain, maka tindakan secara hukum dapat dikategorikan sebagai mutilasiterhadap tubuh manusia dan pelanggaran terhadap kehormatan mayat tersebut.Perlu menjadi catatan bahwa sistem hukum Islam juga memasukkankepentingan manusia sebagai bahan pertimbangan. Hal ini didasarkan pada kaidah-kaidah berikut: a. Keterpaksaan membuat sesuatu yang terlarang menjadi boleh. b. Ketika dua kepentingan yang saling bertentangan bertemu, makakepentingan yang dapat membawa manfaat yang lebih besarlahyang didahulukan. c. Jika terpaksa harus memilih di antara dua hal, maka pilihlah yangpaling ringan keburukannya.Kaidah-kaidah di atas ditetapkan berdasarkan prinsip-prinsip yangmengutamakan kepentingan umum dan mencegah hal-hal yang bertentangandengannya. Jadi jika kemaslahatan umum yang ditimbulkan oleh suatu tindakan lebihberat bobotnya ketimbang aspek negatifhya, maka tindakan itu dibolehkan, tetapi jikaakibat negatif dari tindakan itu lebih banyak dibanding kebaikannya, maka tindakanitu dilarang. 25. 25Perlu menjadi catatan ulama yang mendukung transplantasi organ tidakmemberikan persetujuan mereka dengan tanpa syarat. Mereka memandang bahwakebolehan transplantasi organ harus dibatasi dengan ketentuan-ketentuan sebagaiberikut :1. Transplantasiorgantersebut adalah satu-satunya bentuk(cara) penyembuhan yang bisa ditempuh.2. Derajat keberhasilan dari prosedur ini diperkirakan tinggi.3. Ada persetujuan dari pemilik organ yang akan ditransplantasikan atau ahli warisnya.4. Kematian orang yang organnya akan diambil itu telah benar-benar diakui oleh dokter yangreputasinya terjamin,sebelum diadakan operasi pengambilan organ.5. Resipen organ tersebut sudah diberitahu tentang operasi transplantasi berikut implikasinya. :b. Altruisme (al-itsar) Alquran dan sunah menganjurkan umat Islam untuk bekerja satu sama lain dan memperkuat ikatan persaudaraan mereka. Toiong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa (Q.S. al- Ma idah, 5:2) Nabi saw juga pernah bersabda : " Orang-orang beriman, dalam kecintaan dan simpati mereka satu sama lain, adalah bagaikan sekujur tubuh; ketika salah satu bagiannya 26. merasakan sakit, maka sekujur tubuh itu akan merasakan pula, dalam artitidak dapat tidur dan demam".Dengan demikian , berdasarkan ajaran-ajaran di atas, tindakan seorang yangmasih hidup untuk mendonorkan salah satu organ tubuhnya kepada saudarakandungannya atau orang lain yang sangat membutuhkan harus dipandang sebagaitindakan altruisme dari orang-orang menyadari bahwa mereka memiliki sesuatu yangbermanfaat bagi orang lain dengan batasan-batasan sebagai berikut: 1.Harus ada persetujuan dari si donor. 2.Transplantasi itu merupakan satu-satunya jalan penyembuhan yang bisaditempuh. 3.Tidak ada bahaya yang mengancam kehidupan si donor. 4.Transplantasi itu sendiri telah terbukti berhasil dilakukan di masa lalu.c. Penjualan organ tubuh Sejauh mengenai praktik penjualan organ tubuh manusia, ulama sepakatbahwa praktik seperti itu hukumya bathil (tidak sah), berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut: 1.Seseorang tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya. 2.Sebuah hadis menyatakan, "Di antara orang-orang yang akan dimintapertanggung jawaban di akhirat adalah mereka yang menjual manusia merdekadan memakan hasilnya. Dengan demikian, jika seseorang menjual manusiamerdeka, maka selamanya si pembeli 27. 273. Tidak memliki hak apa pun atas diri manusia merdeka itu, karena sejak awal hukum transaksi itu sendiri adalah haram. Tubuh manusia, baik ia masih hidup maupun sudah mati, hanyalah milik Allah. Hal ini berartibahwa tidak ada seorang pun. Bahkan anak keturunannya yang berhak menjual, medonorkan, atau menepatkan tubuh orang lain (termasuk organ- organnya) kecuali menurut cara yang telah diatur oleh Islam, yaitu menguburkan tubuh yang telah menjadi mayat itu.4. Penjualan organ manusia bisa mendatangkan penyimpangan, dalam arti bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan diperdagangkan organ-organ tubuh orang miskin di pasaran layaknya komoditi lain.2.4 Tinjauan Hukum Tentang Persetuiuan Tindakan Medik {Informed Consent) Dalam aspek hukum kesehatan dokter dengan pasien terjalin dalam ikatantransaksi atau kontrak terapeutik. Masing-masing pihak, yaitu yang memberipelayanan {medical providers) dan yang menerima pelayanan {medical receivers) yangmempunyai hak dan kewajiban yang harus dihormati. Dalam ikatan demikianlahmasalah Persetujuan Tindakan Medik (PTM) ini timbul. Artinya satu pihak dokter (timdokter) mempunyai kewajiban untuk melakukan diagnosis, pengobatandantindakan medik yang terbaik menurut jalan pikiran dan pertimbangan mereka,tetapi di lain pihak pasien atau keluarga pasien mempunyai hak untuk menentukanpengobatan atau tindakan medik apa yang akan dilaluinya. Istilah consent yang berasal dari bahasa Latin consentio, yang artinyapersetujuan, izin, menyetujui atau pengertian yang lebih luas ialah memberi izin atauwewenang kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Informed consent 28. dengan demikian berarti suatu pernyataan setuju atau izin oleh pasien secara sadar,bebas dan rasional, setelah memperoleh informasi yang dipahaminya dari doktertentang penyakitnya.12 Dalam hal ini yang perlu dititik ditekankan adalahpemahaman suatu informasi oleh dokter belum tentu dipahami juga oleh pasien. Jay Katz mengemukakan falsafah dasar informed consent, yaitu padahakikatnya suatu keputusan pemberian pengobatan atas pasien harus terjadikolaboratif (kerja sama) antara dokter dan pasien bukan semata-mata keputusansepihak (dokter atau pasien). Dengan demikian, Informed Consent mengandung 2unsur utama yakni sukarela (voluntariness) dan pengertian (understanding).13 Menurut Guwandi menyatakan Informed Consent bukan sekedar formulirpersetujuan yang didapat dari pasien, tetapi merupakan suatu proses komunikasiTercapainya kesepakatan antara dokter- pasien merupakan dasar dari seluruhproses informed consent.14 Formulir ini hanya merupakan pengukuhan ataupendokumentasian dari apa yang telah disepakati (informed consent is a process, notan event) Ada 2 bentuk PTM yaitu :1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (implised consent)a. Keadaan normalb. Keadaan darurat12 M.Achadiat Chrisdiono, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Kota Metro, 2006, h. 9413ibid14bid 29. 292. Dinyatakan (Expressed consent)Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat. Tanpapernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakanpasien. Umumnya tindakan dokter disisni adalah tindakan yang biasa dilakukanatau sudah diketahui umum. Misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaanlaboraturium, melakukan suntikan pada pasien, melakukan penjahitan luka dan lainsebagainya. Sebetulnya persetujuan jenis ini tidak termasuk Informed Consent dalamarti murni karena tidak ada penjelasan sebelumnya.Implied consent bentuk lain , adalah bila pasien dalam keadaan gawat darurat(emergency) sedang doter memerlukan tindakan segera , sementara pasaien dalamkeadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya pun tidak di tempat,maka dokter dapat melakukan tindakan terbaik menurut dokter ( Permenkes No.585 tahun 1989 , pasal 11 ). Jenis persetujuan ini disebut sebagai Presumed consent.Artinya , bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yangakan dilakukan dokter Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakansecara lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaandan tindakan yang biasa. Dalam keadaan demikian sebaiknya kepada pasiendisampaikan terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidaksampai terjadi salah pengertian. Misalnya pemeriksaan dalam rektal ataupemeriksaan dalam vgial, mencabut kuku dan lain - lain tindakan yang melebihiprosedur pemeriksaan dan tindakan umum. Disini belum diperlukan pernyataantertulis, persetujuan secara lisan sudah mencukupi. 30. Apabila tindakan yang akan dilakukan mengandung resiko seperti tindakanpembedahan atau prosedur pemeriksaan dan pengobatan yang invasif, sebaiknyadidapatkan PTM secara tertulis. Seperti dikemukakan sebelumnya, oleh kalangankesehatan atau rumah sakit, surat pernyataan pasien atau keluarga inilah yang disebutPTM2.5 Asas-Asas Dalam Pelayanan Medis Sebagai Pelaksanaan Transaksi Terapeulik Oleh karena transaksi teraupetik merupakan hubungan hukum antara dokter dan pasien, maka dalam transaksi teraupetik pun berlaku beberapa asas hukum yang mendasari, yang menurut Komalawati disimpulkan sebagai berikut : 151. Asas legalilas Asas ini tetknit dalam pasal 50 undang - undang Nomor 23 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa pelayanan medik hanya dapat terselenggara jika tenaga kesehatan yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan dan perizinan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 lahun 2004 Tentang Perizinan Praktek Kedokteran yang berlaku sejak tanggal 6 Oktober 2005. Persyaratan tentang perizinan bagi praktik kedokteran tercantum dalam pasal 29 ayat (1) sampai dengan (3), pasal 36 dan pasal 38 ayat (1) dan (2). 15Isfandyarie Anny, Tangguna Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter. Prestasi PustakaPublisher, Malang, 2006, h.75 31. 312. Asas KeseimbanganDi dalam hukum, asas ini termasuk asas yang berlaku umum, tidak khususuntuk transaksi teraupetik saja, karena disamping hukum memberikankepastian dan perlindungan terhadap kepentingan manusia, hukum juga harusbisa memulihkan keseimbangan tatanan masyarakat yang terganggu kekeadaan semula. Menurut asas ini, penyelenggara pelayanan kesehatan harusdiselenggarakan secara seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat,antara fisik dan mental, antara material dan spiritual. Di dalam pelayananmedik, dapat juga diartikan sebagai keseimbangan antara tujuan dan sarana,saran dan hasil, dan manfaat dan risiko yang ditimbulkan dari upaya medikyang dilakukan. Asas ini erat kaitannya dengan masalah keadilan.Menurut Mertokusumo, Penilaian keadilan pada umumnya sangat subjektif danhanya dilihat dari pihak yang menerima perlakuan saja. Dalam kaitannya dengankarena sangat terkait dengan alokasi sumber daya dalam pelayanan kesehatan.163. Asas Tepat WaktuDalam pelayanan kesehatan, asas ini merupakan asas yang cukup penting,karena akibat kelalaian memberikan pertolongan tepat pada saat yangdibutuhkan dapat menimbulkan kerugian pada pasien. Asas ini perludiperhatikan oleh dokter, karena hukum tidak bisa menerima alasan apapundalam hal keselamatan nyawa pasien yang terancam yang disebabkan karenaketerlambatan dokter dalam menangani pasiennya.16 ibid 32. 4. Asas Itikad BaikAsas ini bersumber pada prinsip etis berbuat baik (beneficence) yang perlu diterapkan dalam pelaksanaan kewajiban dokter terhadap pasien. Selaku profesinal penerapan asas ititkad baik akan tercermin dengan penghormatan terhadap hak pasien dan pelaksanaan praktik kedokteran yang selalu berpegang teguh kepada standar profesi. Kewajiban untuk berbuat baik ini tentunya bukan tanpa batas, karena berbuat baik harus tidak boleh sampai menimbulkan kerugian pada diri sendiri.Menurut Komalawati menyarankan beberapa langkah yang dapat dilakukan untukmengevaluasi antara risiko dan kerugian agar kita dapat melakukan kewajibanmenolong orang lain, dengan baik tanpa merugikan diri sendiri sebagai berikut :17a. Pertama, orang yang harus diberi bantuan mengalami bahaya besar ataumempunyai risiko akan kehilangan sesuatu yang penting.b. Kedua, adanya kesanggupan membantu secara langsung dalammencegah terjadinya kerugian atau kehilangan sesuatu yang penting padaorang yang dibantu.c. Ketiga, perbuatan yang dilakukan dapat mencegah terjadinya kerugian ataukehilangan itud. Keempat, manfaat yang diterima oleh orang yang dibantu lebih besardaripada kerugian yang dialami dan menimbulkan risiko yang minimal padadiri orang yang membantu.17 ibid 33. 335. Asas kejujuran Kejujuran merupakan salah satu asas yang untuk dapat menumbuhkankepercayaan pasien kepada dokter. Berdasar atas kejujuran ini dokterberkewajiban untuk memberikan pertolongan sesuai dengan yang dibutuhkan olehpasien, yaitu sesuai dengan standar profesinya. Penggunaan berbagai sarana yangtersedia pada lembaga pelayanan medik, hanya dilakukan sesuai dengan kebutuhanpasien yang bersangkutan.Asas ini juga merupakan dasar bagi terlaksananya penyampaian informasi yangbenar, baik oleh pasien maupun dokter dalam berkomunikasi. Kejujuran dalammenyampaikan informasi akan sangat membantu dalam kesembuhan pasien,Kebenaran informasi ini terkait erat dengan hak setiap manusia untuk mengetahuikebenaran.6. Asas kehati-hatian Sebagai seorang profesional di bidang medik, tindakan dokter harusdidasarkan atas ketelitian dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya,karena kecerobohan dalam bertindak yang berakibat terancamnya jiwa pasien,dapat mengakibatkan dokter terkena tuntutan pidana. Asas ini tersirat dalamketentuan pasal 54 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 TentangKesehatan yang menyebutkan bahwa dokter bertanggung jawab atas kesalahanatau kelalaiannya dalam melaksanakan profesinya. Kelalaian dokter dalam melaksanakan tugasnya tanpa mematuhi standarprofesi dan tanpa melakukan informed consent dapat diangggap merupakanperbuatan yang merugikan pasien sehingga pasien berhak atas penggantian 34. kerugian. Secara etis, pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter mempunyaiprinsip tidak merugikan (non malefiscene) yang secara eknis berbentuk kewajibanmencelakakan orang lain. Asas tidak merugikan ini merupakan salah satu prinsiptradisional dari etik kedokteran yang dikenal dengan istilah primum non nocere (yangpenting adalah tidak merugikan).18Mungkin saja terjadi dokter tidak bermaksud merugikan orang lain secarasengaja, namun timbul resiko kerugian pada orang lain karena dokter melakukankegiatan pelayananmediktidak sesuai denganbidang keahliannyadankewenangannya. Hal semacam ini tidak dianggap melakukan kelalaian.2.6 Perspektif Hukum PidanaDalam hukum pidana, hanya perbuatan yang membahayakan serta meresahkanmasyarakat dibuatkan aturan berikut sanksinya yang bersifat represif.Suatu perbuatan dikatakan sebagai tindak pidana paling sedikit memenuhi 3unsur, yakni :19 1.Melanggar norma hukum tertulis 2.Bertentangan dengan hukum (melanggar hukum) 3.Berdasarkan suatu kesalahan/kelalaian besar (culpa lata)Hukum pidana termasuk dalam hukum yang berlaku umum, artinya setiap orang wajibtunduk dan taat serta pelaksanaan sanksinya dapat dipaksakan, juga terhadapseorang dokter misalnya. Perlu menjadi catatan bahwa hukum kedokteran harusmemenuhi semua asas dan kaidah ilmu hukum, termasuk Azaz 18ibid 19M.Achadiat Chrisdiono, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Kota Metro, 2006.h.51 35. 35Praduga Tak Bersalah. Maka "stempel mal-praktik", tidak dapat dikenakankepada seorang tersangka/terdakwa, sebelum terbukti dengan keputusanpengadilan.Beberapa perbuatan dokter yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidanamedis menurut KUHP, antara lain :1.Menipu (pasal 378)2.Pelanggaran kesopanan/kesusilaan (pasal 285,286,290 dan 294)3.Pengguguran kandungan tanpa indikasi medik (pasal 299, 348, 349, 350)4.Sengaja membiarkan pasien tidak tertolong (pasal 304)5.Membocorkan rahasia medis (pasal 322)6.Penganiyaan (pasal 351)7.Membuat keterangan palsu (pasal 263 dan 267)8.Melakukan euthanasia (pasal 344). Beberapa dasar peniadaan hukuman yang tercantum dalam pasal-pasal KUHP,berlaku pula hukum kedokteran yaitu :20 a. Pasal 44 (sakitjiwa) b. Pasal 48 (adanya unsur daya paksa/overmacht) c. Pasal 49 (pembelaan diri terpaksa) d. Pasal 50 (melaksanakan ketentuan Undang-Undang) e. Pasal 51 (melaksanakan perintah jabatan sah) 20Hanafiah Jusuf & Amir Amri, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Penerbit BukuKedokteran EGC,Jakarta, 1999, h.68 36. Selain itu, dikenal pula beberapa keadaan sebagai dasar peniadaan hukuman.diluar Undang-Undang tertulis tersebut yaitu : 1.Tidak ada hukuman walaupun memenuhi semua unsur delik, karenahilangnya sifat bertentangan dengan hukum material 2.Tidak ada hukuman karena tidak adanya kesalahanSecara umum dikatakan bahwa diluar keadaan-keadaan tersebut, tidak ada lagi dasar-dasar peniadaan hukuman. Namun untuk bidang kedokteran, ada faktor-faktor khususyang tidak dijumpai pada hukum yang berlaku umum, misalnya kecelakaan medik(medical accident) atau risiko pengobatan (risk of treatment) Guwandi menyusunsistematika untuk beberapa dasar peniadaan hukuman atau kesalahan khusus bidangmedik, yaitu :21 a) Risiko pengobatan (risk of treatment) 1.Risiko yang inheren atau melekat 2.Reaksi alergik 3.Komplikasi dalam tubuh pasien b)Kecelakaan medik (medical accident) c)Kekeliruan penilaian klinis (Non-negligent error of judgement) d)Volenti nonfit iniura e)Contributory negligence 21 ibid 37. 37BAB I IIPERLINDUNGAN HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN ILEGALDI INDONESIA3.1. Relasi Bentuk-Bentuk Kejahatan Dengan Transplantasi OrganBentuk-bentuk kejahatan awal sebagai indikasi terjadinya tindak pidanatransplantasi organ ilegal anak di Indonesia baik legal. Seperti yang saya kutip darisebuah artikel dari internet:Sukabumi Selatan Kantong Penjualan Wanita & AnakSUKABUMI, (PR).-Wilayah selatan Kab. Sukabumi merupakan kantong potensial penjualanperempuan dan anak. Bahkan dalam kasus terakhir, pada Februari 2005,ditemukan penjualan tujuh bayi ke salah satu negara di Asia, empat diantaranya berasaldari Kab. Sukabumi. Serta empat kasus perdagangan wanita belasan tahun untuk dijualke negara tetangga.Demikian berdasarkan data yang dirilis Bidang Kesejahteraan danPerlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan International LabourOrganization (ILO), di Sukabumi, Rabu." Jumlahnya mungkin lebih besar. Namunyang lebih mengerikan, bayi yang dijual itu bukan hanya untuk diadopsi, tapi jugadiduga dimanfaatkan organ tubuhnya. Bahkan berdasarkan informasi ada yangmemanfaatkan bagian-bagian tubuh seperti kaki dan tangan untuk hidangan manusia,"ujar National Programme Officer pada IPEC (International Programme on theElimination of Chlid Labour) ILO, Arum Ratnawati yang mengutip data 38. dariKementerian Pemberdayaan Perempuan Indonesia, termasuk hasil surveisejumlah LSM di bawah naungan ILO. Catatan itu disampaikan Arum, usai menghadiri Advokasi, Fasilitasi dan SeminarPencegahan Perdagangan Perempuan & Anak bagi Stakeholder, di Pendopo Kab.Sukabumi. Dijelaskan, secara rinci institusinya tidak memiliki catatan resmi, namuninformasi itu diperoleh dari hasil temuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan.Lembaga yang saat ini digelutinya, justru tengah berupaya menyosialisasikanmerebaknya penjualan perempuan dan anak kepada masyarakat termasuk daerahlainnya di Jabar. Arum membenarkan, upaya penjualan bayi yang berhasil digagalkan, jugaberasal dari daerah selatan Kab. Sukabumi. Namun yang lebih menonjolbanyaknya anak-anak di bawah 18 tahun "dijual" secara paksa oleh calo-calo. "Jadidi kabupaten ini juga banyak berkeliaran calo. Mereka menjerat wanita-wanita mudadengan iming-iming akan dipekerjakan di toko-toko atau pekerjaan lainnya, padahaldijadikan perempuan seks komersial.22 Seperti telah digambarkan diatas fenomena yang terjadi saat ini,maka dapatdibuat sebuah bagan sebagai berikut: 1.Pengangkatan Anak 2.Penculikan AnakTrafficking Transplantasi Organ 3.Perbudakan 4.Pekerja seks 22 Sumber Catatan diambil dari suatu arlikel dengan judul "Sukabumi Selatan KantongPenjualan Wanita & Anak". Artikel ilmiah diambil dari situs WWW.Waspada.co.id, 2005 39. 39Fenomena kejahatan tidak akan pernah putus bagai mata rantai yang salingberhubungan seperti halnya pengangkatan anak, penculikan anak, perbudakan yangakhir-akhir ini marak terjadi merupakan awal terjadinya tindak pidana lanjutan.Trafficking menurut Protokol Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) adalah untukmencegah, memberantas dan menghukum perdagangan manusia khususnya perempuandan anak yang didefinisikan sebagai upaya perekrutan, pengangkutan, pemindahan,penampungan atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaankekerasan atau bentuk-bentuk paksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan,penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan ataupun memberi atau menerimabayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegangkendali atas orang lain, untuk tujuan ekploitasi.23 Ekploitasi setidaknya meliputiekploitasi lewat memprostitusikan orang lain atau bentuk-bentuk ekploitasi seksuallainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik lain yang serupadengan perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh.Mencermati definisi trafficking tersebut, maka spektrum tindakan yang dapatdikategorikan sebagai trafficking, tetapi juga perekrut, penyalur, penampung, dansemua pihak yang ikut andil. Trafficking juga meliputi berbagai tujuan yang intinyaeksploitasi. Anak-anak yang direkrut untuk diperkejakan pada situasi buruk(hazardous work) seperti di industr pabrik, perkebunan, perikanan, 23Sumber catatan diambil dari suatu artikel dengan judul "Trafficking Perempuan dan Anak,",Artikel ilmiah diambil dari situs WWW.nakerstrans.go.id. 2004 40. pertanian, jalanan, pembuangan sampah, dan pertambangan dapat dikategorikan sebagaitindak trafficking. Penjualan balita maupun organ tubuh baik di dalam negeri maupundi luar negeri juga termasuk ke dalam tindak trafficking.Perdagangan anak untuk tujuan seksual komersial dan pembantu rumahtanggapun dapat dikategorikan sebagai trafficking. Ironisnya, semua tindakanyang dikategorikan trafficking tersebut ditenggarai terjadi di Indonesia dari tahunketahuan tanpa ada rencana penanganan yang jelas. Kasus trafficking yang terjadi inibahkan dilaporkan melibatkan sindikatinternasional, oknum-oknumdipengadilan, Ditjen Imigrasi, dan Departemen serta Warga Negara Amerik Serikat.Artinya, bahkan pihak yang seharusnya berperan mencegah trafficking, justru terlibatdi dalamnya.Kasus ini tidak hanya berupa penjualan balita, tetapi juga penelantaran setelah"diadopsi" . Hal ini menimbulkan keprihatinan dari berbagai pihak, dan kasus ini sudahbanyak terjadi di Indonesia sebelumnya. Laporan Komisi Nasional (Komnas)Perlindungan anak menyebutkan bahwa angka penjualan anak dan balita yangmelibatkan sindikat internasional jumlahnya terus bertambah. Pada tahun 2003sebanyak 102 kasus berhasil dibongkar aparat kepolisian. Jumlah ini mengalamipeningkatan pada tahun 2004 menjadi 192 kasus.24Penjualan anak merupakan bentuk terburuk dari pelanggaran hak asasi manusia.Penjualan anak jelas akan membahayakan keselamatan dan masa depan anak-anakkarena anak-anak rentan untuk dimanfaatkan, diperkerjakan, dan24ibid 41. 41diekploitasi. Catatan Komnas Perlindungan anak, hingga akhir tahun 2004menyebutkan bahwa kasus-kasus trafficking dengan berbagai bentuk banyak terjadidi Indonesia. Sebanyak 6,5 juta anak usia 10 sampai 14 tahun terpaksa bekerja padasituasi buruk (hazardous work) diberbagai sektor seperti perindustrian,perkebunan, pertanian, perikanan, jalanan, pembuangan sampah, dan pertambangan.Jumlah itu termasuk 1,5 juta anak yang terpaksa bekerja sebagai pembantu rumahtangga. Jumlah ini naik sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Yayasan Kesejahteraan anakIndonesia, khususnya untuk pekerja anak sebagai pembantu rumah tangga,jumlahnya terus mengalami kenaikan dari 310.378 anak pada tahun 1999 menjadi600.000 anak pada tahun 2001.25Selain itu, anak juga rentan diperdagangkan untuk tujuan seksual komersial,Menurut laporan Komnas Perlindungan anak, jumlah korban perdagangan anak untuktujuan seksual komersial dan prostitusi mengalami peningkatan. Diperkirakan 30persen dari penghuni rumah bordil di Indonesia adalah perempuan berusia 18tahun kebawah atau setara dengan 200-300 ribu anak. Bahkan di Malaysiadilaporkan terdapat 6.750 pekerja seks komersial, dimana 62,7 % dari jumlahtersebut atau sekitar 4.200 orang berasal dari indonesia, dan sebanyak 40 % dari jumlahitu adalah anak-anak berusia 13-18 tahun.26 25 ibid 26 ibid 42. Hal ini juga diperkuat oleh perdagangan bayi ilegal yang data saya peroleh dariartikel internet: Perdagangan Bayi Ilegal dari Indonesia 880 Kasus27DENPASAR, 7 November : Menteri Pemberdayaan Perempuan Dr Meutia FaridaHatta Swasono mengatakan, perdagangan ilegal dari Indonesia ke negara tetanggaantara Malaysia dan Singapura hingga kini tidak kurang dari 880 orang. Penjualanyang dilakukan oleh sebuah organisasi itu memiliki jaringan yang sangat rapidengan memanfaatkan semua celah yang ada, baik lewat transportasi udara maupunlaut," kata Menteri Meutia Farida di Jimbaran, Bali Selasa. Seusai membukaLokakarya Bali Process mengenai pemberian dukungan bagi korban perdaganganmanusia (Bali Process Workshop on Human Trafficking Victim Suupport), iamenambahkan perdagangan manusia itu disinyalir terjadi terus menerus. "Kita haruslawan semua itu, meskipun menghadapinya tidaklah mudah, karena orang kita sendiriada yang menjual bayinya," ujar Menteri Meutia Farida dalam acara yang dihadiriDirektur Keamanan Intenasional dan Perlucutan Senjata Departemen Luar Negeri,Hasan Kleib.Bayi yang diperdagangkan secara ilegal jika sampai ketahuan oleh petugas patrolidi negara tujuan, tidak ragu-ragu jaringan yang berakses internasional itu membuangbayinya di tengah laut. Perbuatan (tersebut adalah kejahatan dan melanggar hak asasimanusia (HAM). Namun setelah bayi lersebul lolos langsung dijual kepada pembeli."Mereka yang membeli bukan untuk diadopsi oleh pasangan suami-istri, namunkembali diperdagangkan seperti layaknya27Sumber catatan diambil dari suatu artikel dengan judul " Perdagangan Bayi Ilegal danIndonesia 880 Kasus," Artikel ilmiah diambil dari situs WWW.Kompas.go.id. 2004 43. 43matadagangan," ujar Menteri Meutia Farida.Yang sangat memprihatinkan menurut Menteri Meutia Farida seperti yang terjadidi belahan bumi lainnya, bayi-bayi tersebut setelah dibesarkan organ tubuhnyadiambil yang dijual dengan harga mahal bagi mereka yang membutuhkan."Kekhawatiran lainnya mereka dibesarkan untuk jadi teroris, karena dari awaldirancang tidak mendapat kasih saya. Kita belum merasakan hal itu, namun kondisiseperti itu sudah terjadi di belahan dunia lainnya," kata Menteri Meutia Farida.Oleh sebab itu dalam pertemuan tiga hari di Bali diharapkan mampu menghasilkansolusi yang terbaik dalam mengatasi korban perdagangan manusia.Sebanyak 115 pejabat senior dan pejabat teknis terkait dari 36 negara anggota BaliProcess di kawasan Asia Pasifik memberikan dukungan dalam melawan perdaganganmanusia dan membantu Berdasarkan fenomena-fenomena yang digambarkan di atas saya berpendapatbahwasanyabelummaksimalnya efektivitas perundang-undangan mengenaiperdagangan anak (trafficking) menyebabkan masih maraknya tindak kejahatantrafficking. Hingga sampai saat ini berbagai upaya legislasi telah di tempuh namunbelum menunjukan hasil yang memuaskan. Memang, perkuatan di sektor legal telahdilakukan pemerintah. Misal Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan anak.Undang-undang ini mengatur tentang hak anak untuk mendapat perlindungannegara dari segala bentuk eksploitasi dan perdagangan, termasuk sanksi-sanksi bagipelanggar. Dalam pasal 82 dan 83 pada misalnya, secara jelas mengganjar 44. pidana penjara selama 15 tahun dan denda sebesar Rp. 300 juta sebagai bentukhukuman maksimal kepada pelaku perdagangan anak, khususnya untukeksploitasi seks.DisampingUndang-undangPerlindunganAnak,Undang-undangKesejahteraan Anak, KUHP untuk menjerat pelaku perdagangan anak Namun,persoalan perdagangan anak belum bisa diberantas hanya dengan perangkathukum dan produk perundang-undangan. Dalam KUHP terdapat satu pasal yang terkaitdengan persoalan perdagangan perempuan dan anak Pasal 297: "Perdaganganwanita dan perdagangan laki-laki yang belum dewasa, diancam dengan pidanapenjara paling lama enam tahun".Keterkaitan KUHP dengan perdagangan anak adalah penculikan anak yang marakterjadi saat ini. Dalam pasal 330 KUHP melarang orang untuk melarikan orang yangbelum dewasa, baik perempuan maupun laki-laki dari kekuasaan yang berhak atasnya.Belum dewasa menurut pasal ini adalah belum genap berusia 21 tahun dan belumpernah menikah/kawin. Adapun dimaksud dengan orang berhak atasnya, adalah orangtua atau walinya, ataupun orang bertugas menjaganya atau orang tua asuhnya. Untukmemenuhi ketentuan pasal 330 KUHP ini, si pelaku sebelum melakukan perbuatannyaitu haraslah mengetahui, bahwa korban belum berusia 21 tahun (belum dewasa).Pelaku tindak pidana dalam hal demikian diancam dengan pidana maksimum 7tahun. Akan tetapi apabila tindak pidana itu, dilakukan dengan memakai tipu daya,kekerasan/ancaman kekerasan, atau apabila korbannya berusia 12 tahun, makapelakunya diancam dengan hukuman maksimum 9 tahun penjara. Untuk itu 45. 45harus dibuktikan, bahwa pelakunya yang mencabut (melarikan) anak itu darikekuasaan yang sah atasnya, bukan sebaliknya anak dengan kemauan sendirimelarikkan diri dari orang yang berhak atasnya.Hingga saat ini masih KUHP punya kelemahan karena tidak merumuskan secarajelas perbuatan apa saja yang terkategon bentuk perdagangan perempuan dan anakKondisi itu kian diperparah oleh keterbatasan pengetahuan aparat penegak hukum(polisi, hakim, jaksa) tentang perdagangan perempuan dan anak. Hal inilah yangmembuat kejahatan semakin meningkat. Produk hukum tidak mampu memberi efekjera terhadap para pelaku tindak pidana.Dari beberapa literatur, secara sederhana dapat kita simpulkan bahwatrafficking adalah suatu tindak pidana perdagangan perempuan dan anak, yangbertujuan untuk melakukan eksploitasi dalam bentuk :-Pelacuran-Kerja atau pelayanan paksa-Pemindahan atau transplantasi organ tubuh-Serta segala tindakan lainnya yang melibatkan pemerasan dan pemanfaatan fisik,seksual, tenaga dan atau kemampuan seseorang oleh pihak lain dengan sewenang-wenang. Yang kesemuanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan baikmateriil maupun immateriil bagi para pelaku tindak pidana.3.2 Obyek Transplantasi Organ Ilegal Dalam Posisi RentanPada dasarnya setiap orang mempunyai potensi besar untuk menjadi korbantransplantasi organ ilegal, namun dari sekian banyak korban terdapat kelompok 46. riskan yang lebih besar dan dihadapkan posisi rentan yang melekat pada dirinya,yaitu :28a. Para tahanan, tawanan dan narapidanab. Anak-anak dibawah umurc. Orang lanjut usiad. Orang terbelakang mentale. Orang sakit jiwaf. Fakir miskin dan terlantar Berdasarkan uraian diatas kelompok-kelompok tersebut digolongkan dalamposisi yang rawan, oleh karena adanya beberapa faktor sebagai berikut :a.Terpidana MatiTerpidana mati termasuk dalam kelompok yang riskan terhadap terjadinyatransplantasi organ ilegal yang disebabkan minimnya perlindungan hukumterbadap mereka. Sehingga tidak adanya kepedulian terbadap kelanjutan nasibnyaterutama menjelang dan sesudah pelaksanaan eksekusi mati. Walaupun seorangterpidana mati seperti (Kartacahyadi) menyatakan ingin menyumbangkan organtubuhnya kepada yang memerlukannya.Pernyataan ini kemudian menjadi berita hangal dan memicu perdebatan sertakontroversi yang dimuat sejumlah media cetak di Indonesia. Praktek semacam ini sudahdilakukan di Negara Cina. Terlepas dari niat atau itikad terpidana mati itu, adabeberapa hal yang harus dilalui dalam tahap transplantasi organ. Mulai dari proses awalpersetujuan dari pihak pendonor dan pihak keluarga sampai pasca eksekusi.28Isfandyarie Anny, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Pokier. Prestasi PustakaPublisher, Malang, 2006, h. 154 47. 47 Pada kasus donor terpidana mati, transplantasi organ bukannya menjadi mudahdan sederhana, tetapi justru menjadi sulit, kompleks dan rawan. Terutama dari segiteknis, medis, etika dan terutama hukumnya. Dalam transplantasi biasa tanggungjawab hukum dokter minimal, tetapi pada donor terpidana mati, dokter pelaksanatransplantasi adalah titik sentral, bahkan dapat dikatakan bahwa segenap tanggungjawab hukum akan berada di pundak dokter tersebut karena langsung terkait denganteknis medis, etika, dan hukum.b. Anak Tidak dapat memungkiri bahwa kemajuan Iptek di dunia kedokteran sertatuntutan kebutuhan menjadi faktor utama. Transplantasi organ terhadap anak adalahsalah satu metode medis yang dikembangkan dalam dunia kedokteran. Demimemenuhi kebutuhan berbagai upaya dilakukan mulai dari tindakan legal maupunilegal. Kasus-kasus pengangkatan baik legal maupun ilegal, penjulan anak dan balita,perbudakan anak dibawah umur serta pekerja seks sosial semakin meningkat. Bentuk-bentuk kejahatan diatas merupakan indikasi awal terjadinya tindakpidana lanjutan dengan berbagai modus kejahatan. Anak merupakan posisi rentandalam eksploitasi. Hal ini dikarenakan anak secara psikis dan fisik adalah lemahsehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.Transplantasi organ terhadap anak merupakan tindakan yang tidak manusiawi.Terlebih jika anak masih hidup dan mempunyai orang tua mana ada orang tua yangrela memberikan organ anaknya ke orang lain. 48. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,tepatnya dalam pasal 47 ayat 2 yang menyebutkan, "Negara, pemerintah, keluarga danorang tua wajib melindungi anak dari perbuatan : a. Pengambilan organ tubuh anak dan/atau jaringan tubuh anak tanpa memperhatikan kesehatan anak; b. Jual beli dan/atau jaringan tubuh anak;dan c. Penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek penelitian tanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anakc. Orang Lanjut Usia, Sejak zaman dahulu manusia mencoba dapat mengganti organ-organ tubuhnya yangrusak atau tidak berfungsi. Sampai sekarang pun upaya itu tidak pernali berhenti,bahkan semakin intensif dan tidak jarang menimbulkan dampak negatif. Seperti yangterjadi di negara India ribuan kaum miskin menawarkan organ tubuhnya agar dapatmembiayai keluarganya.Dalam hal ini orang tua adalah orang sudah renta dan tidak berguna, bahkan adasekolompok orang tua yang tidak diperdulikan oleh keluarganya sehingga di usia yangrenta mereka harus sendiri. Mereka adalah kelompok rawan yang mempunyai potensibesar sebagai korban transplantasi organ ilegal.d. Orang Terbelakang Mental Dan Sakit JiwaBagi kebanyakan orang tidak peduli dengan keberadaan mereka yang hidup disepanjang jalan dan rumah-rumah sakit jiwa. Bagi keluarga mereka yang tidak mampumembawa mereka berobat mereka hanya dibiarkan hidup berkeliaran di jalan. Namuntidak bagi dunia kedokteran bagi mereka ini adalah peluang untuk bisa dimanfaatkanyaitu salah satunya adalah organ tubuhnya. Siapa lagi yang 49. 49peduli dengan keberadaan mereka yang seringkali meresahkan masyarakat dengantingkah polah mereka.e. Fakir miskin dan anak terlantar Di Indonesia sendiri sering terbaca pada surat-surat pembaca, yangmenawarkan organ tubuhnya dengan imbalan untuk membiayai kuliah, sekolah ataukeluarganya. Dalam sebuah tabloid pernah dimuat kisah perselisihan antara seorangpengusaha dengan keponakannya yang miskin, setelah menyumbangkan ginjal kepadapengusaha tersebut. Demi mendapatkan sesuap nasi orang sudah tidak peduli dengandirinya. Berbagai upaya mereka lakukan demi memenuhi kebutuhan sehari-harimeskipun harus kehilangan salah satu organ mereka. Selain kelompok riskan yang disebutkan diatas saya menambahkan satukelompok yang rentan terhadap transplantasi organ ilegal yakni korbankecelakaan. Alasan saya menambahkan point ini karena korban kecelakaan dalam PPNo 18 Tahun 1981 Tentang Tentang Bedah Mayat Klinis Dan Bedah Mayat AnatomisSerta Transplantasi Alat Dan Atau Jaringan memberikan peluang terjadinyatransplantasi organ ilegal.Dalam pasal yang menyebutkan pengambilan alat dan atau jaringan tubuhmanusia korban kecelakaan yakni pasal 14 : Pengambilan alat dan atau jaringan tubuhmanusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yangmeninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.Penjelasan pasal ini disebutkan bahwa korban kecelakaan ada kalanya dalam keadaangawat dan tidak sadar, apabila korban tersebut menderita luka berat hingga tidakmemungkinkan ia diajak bicara untuk mengizinkan 50. pengambilan alat atau jaringan tubuhnya apabila ia sudah meninggal dunia, maka izinpengambilanhanya dilakukan dengan persetujuankeluarga terdekat,yaituisteri/suami/bapak/ibu/bapak atau saudara seibu-sebapak dan saudara ibu dan bapakdan anak yang telah dewasa.Sebelum pengambilan alat dan atau jaringan tubuh dilakukan maka dalam jangkawaktu 2x24 (dua kali dua puluh empat ) jam sejak ia meninggal dunia keluarganya yangterdekat harus diberitahu. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ada keluargayang datang mengambil atau mengurus maka haruslah pengambilan alat dan ataujaringan tubuhnya boleh dilakukan. Berdasarkan uraian diatas maka saya dapatdisimpulkan sebagai berikut : 1.Karena lemah secara psikis dan fisik 2.Tidak diperdulikan baik oleh keluarga atau pun masyarakatkarena dianggap sampah masyarakat 3.Mereka merupakan kelompok yang tidak mengertiinformasiyang diberikan oleh dokter 4.Mereka dalam keadaan tertekan atau ditekan dalam persetujuan yang diberikannya mungkin tidak secara sukarela 5.Karena faktor ekonomi mereka lemah3.3. Prosedur dan Syarat-Syarat Transplantasi Organa. Tinjauan yuridis menurut PP No 18 Tahun 1981 Transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia ialah pemidahan alat danatau jaringan tubuh yang masih mempunyai daya hidup dan sehat untukmenggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Kita 51. 51mengenal berbagai macam transplantasi seperti transplantasi kulit akibatkebakaranyangberasal dari tubuh penderitasendiri yang disebut"autotransplantasi", transplantasi kornea, yaitu pemindahan selaput bening mata yangmerupakan bagian dari permukaan bola mata kepada seorang buta akibat kerusakankornea (karena luka bakar, kemasukan benda halus) dan trakoma, transplantasi ginjal,jantung dan Iain-lain.Pada umumnya transplantasi alat tubuh diambil dari orang yang barumeninggal dunia dan transplantasi itu harus dilakukan tidak lama sesudahpenderita meninggal dunia. Sebab kalau sudah lama meninggal dunia maka alat ataujaringan tubuh ikut mati dan tidak dapat dipergunakan lagi. Transplantasiginjal dapat juga dilakukan dengan ginjal yang diambil dari tubuh manusia yang masihhidup.Semua agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa pada dasamya tidakmelarang transplantasi ini, asal penentuan saat mati dan penyelenggaraan jenazahterjamin, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan. Dengan transplantasi, ilmukedokteran membuktikan bahwa manusia yang meninggal dunia pun masih bisaberbuat amal saleh terhadap saudara-saudaranya yang sedang menderita penyakit.Jelaslah bahwa transplantasi berfungsi sebagai usaha pengobatan. Adanyaperaturan pemerintahan ini diperlukan untuk menjamin bahwa pengambilan alatdan atau jaringan tubuh manusia yang akan dipindahkan, betul-betul untuk maksudpengobatan menolong penderita. Peraturan pemerintah ini 52. diperlukan juga untuk memberikan perlindungan hukum kepada pelaksana bedahmayat anatomis, bedah mayat klinis dan pelaksana transplantasi.Pasal 10Transplantasi alat dan atau jaringantubuh manusia dilakukan denganmemperhatikan ketentuan-kelentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf adan huruf b, yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan/atau keluargayang terdekat setelah penderita meninggal dunia.Pasal 111.Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri kesehatan.2.Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.Pasal 12Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan oleh 2 (dua)orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan dokter yang melakukantransplantasi.Pasal 13Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a, Pasal 14 dan15 dibuat di atas kertas bermaterai dengan 2 (dua) orang saksi.Pasal 14Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia untuk keperluantransplantasi atau Bank Mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,dilakukan dengan persetujuan tertulis keluarga yang terdekat. 53. 53Pasal 151. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberi tahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultanmengenaioperasi, akibat-akibatnya, dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.2. Dokter sebagaimana dimaksud dalain ayat (1) harus yakin benar, bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.Pasal 16 Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak ataskompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi,Pasal 17 Dilarang memperjual - belikan alat atau jaringan tubuh manusia.Pasal 18 Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalamsemua bentuk ke dan dari luar negeri. Syarat adiministratif proses transplantasiorgan sama halnya dengan prosedur pembedahan mayat anatomis dan bedah mayatklinis hal ini disebutkan dalam pasal 2 huruf a dan b : a. Dengan persetujuan terrulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan pasti; 54. b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.Penjelasan :Pasal 2 huruf aPersetujuan tertulis dapat berasal dari : -Penderita sendiri, yang diberikan sebelum ia meninggal dunia tanpa sepengetahuan keluarganya yang terdekat, dan keluarganya yang terdekat ikut menyetujui pula; -Keluarga yang terdekat dengan pertimbangan untuk kepentingan ilmu kedokteran, sehingga dapat diketahui sebab kematian penderita yang bersangkutan.Yang dimaksud dengan keluarga terdekat ialah isteri, suami, bapak, atau saudaraseibu-sebapak (sekandung) dari penderita dan saudara ibu, saudara bapak serta anakyang telah dewasa dari penderita.Huruf bMeskipun tanpa persetujuan tertulis dari penderita atau keluaganya yang terdekat,berdasarkan pertimbangan untuk melindungi masyarakat dari penyakit yang dideritaoleh penderita dan yang menyebabkan kematiannya, maka bedah mayat klinis dapatdilakukan.Dari perumusan PP Nomor 18 Tahun 1981 tentang PP No 18/1981 Tentang BedahMayat Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat Dan 55. 55Atau Jaringan Tubuh, maka saya dapat menyimpulkan urutan prosedur yang harusdilalui bagi seorang dokter yang hendak melakukan transplantasi organ yakni:1. Adanya persetujuan tertulis antara pendonor dan keluarga setelah sipendonor meninggal.2. Persetujuan tertulis dibuat di atas kertas bematerai dengan disaksikan oleh 2(dua) orang saksi.3. Sebelum persetujuan transplantasi organ si pendonor berhak mendapatkaninformasi mengenai operasi, akibat-akibatya serta kemungkinan -kemungkinan yang terjadi pasca melakukan transplantasi organ.4. Transplantasi organ hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk olehMenteri Kesehatan5. Transplantasi organ tidak boleh dilakukan oleh dokter yang merawat ataumengobati donor yang bersangkutan.6. Transplantasi organ tidak boleh berbeda dengan operasi yang biasadilakukan, yakni dokter plus tim medis yang layak untuk itu dan harussesuai dengan kaidah-kaidah yang lazim berlaku di dunia kedokteran.b. Korelasi antara PTM (Persetujuan Tindakan Medis) dengan transplantasiHukum kedokteran kita tidak merupakan suatu kesatuan melainkan tersebar dalamberbagai ketentuan dan Undang-Undang, Yaitu KUHP, UU No 23 Tahun 1992Tentang Kesehatan.Dengan demikian sepanjang hukum kedokteran secara mandiribelum dapat diwujudkan, segala ketentuannya yang berlaku umum (pidana maupunperdata) tetap dapat diberlakukan sebagai bahan hukum kedokteran. 56. Suatu prinsip dasar yang sering kali dilupakan oleh dokter dan pasien adalahkenyataan bahwa hukum kedokteran termasuk dalam ruang lingkup ilmu hukum,dengan demikian selalu menganut asas dan kaidah ilmu hukum. Bila diperlakukan untukmenafsirkan hal-hal yang sifatnya teknis medis, barulah ilmu kedokteran digunakan.Dalam melakukan profesi medik, seorang dokter harus memenuhi 2 tanggung jawabutama, yaitu : 1.Informed Consent atau persetujuan/Izin I indak Medis (Pertindik) 2.Standar Profesi Medik atau SPMPelanggaran terhadap kedua hal tersebut dapat berakibat tuntutan hukum, baik pidanamaupun perdata. Istilah lege artis dalam dunia kedokteran pada hakikatnya sesuaidengan SPM, termasuk dalam aspek hukumnya. Menurut Leenen, SPM Minimalmeliputi hal-hal berikut : 29 1.Bekerja secara teliti, cermat dan hati-hati 2.Sesuai ukuran medis 3.Sesuai kemampuan rata-rata dibandingkan dokter dari kategori keahlian medisyang sama 4.Dalam situasi yang sebanding 5.Sarana dan upaya yang memenuhi perbandingan wajar dibandingkan dengantujuan konkrit tindakan medik itu.Dalam proses tindakan medis tak luput juga peran seorang dokter yangmempunyai kode etik. Rumusan etika kedokteran terdapat dalam Kode Etik 29ibid 57. 57Kedokteran Indonesia (KODEKI), yang pada hakikatnya adalah pedoman bagi bagipara dokter Indonesia dalam melaksanakan kewajibannya. Secara umum, ada 4kewajiban pokok dokter dalam etika kedokteran, yakni: 1)Kewajiban umum 2)Kewajiban terhadap pasien 3)Kewajiban terhadap teman sejawat 4)Kewajiban terhadap diri sendiriDari ke empat kewajiban tersebut, kewajiban butir (3) yang sering ditudingsebagai "perisai" para dokter dan penyebab kegagalan tuntutan pasien terhadapdokter. Harus diakui bahwa dikalangan dokter terdapat salah kaprah yakni kewajiban butir(3) tersebut lalu diartikan sebagai pembelaan all out jika ada sejawatnya tertimpamasalah, bahkan sekiranya sejawat itu jelas-jelas melanggar hukum atau etikakedokteran. Sikap "Conspiray of silence" semacam ini sebenamya sudah harusditinjau kembali dan diganti dengan sikap kritis dokter terhadap sejawatnya yangmelanggar hukum atau etika.Di Indonesia terdapat ketentuan informed consent yang diatur antara lain padaPeraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 dan Surat Keputusan PB IDI No 319/PB/A4/88. Pernyataan IDI tentang informed consent tersebut adalah: 1. Manusia dewasa sehat jasmani dan rohani berhak sepenuhnya menentukan apayang hendak dilakukan terhadap lubuhnya. Dokter tidak berhakmelakukan tindakan medis yang bertentangan dengan kemauan pasien,walaupun untuk kepentingan pasien sendiri. 58. 2.Semua tindakan medis (diagnotik, terapeutik maupun paliatif ) memerlukaninformed consent secara lisan maupun tertulis. 3.Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko cukup besar, mengharuskan adanyapersetujuan tertulis yang ditandatangani pasien, setelah sebelumnya pasienmemperoleh imformasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis yangbersangkutan serta risikonya. 4.Untuk tindakan yang tidak termasuk dalam butir 3, hanya dibutuhkanpersetujuan lisan atau sikap diam. 5. Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik dimintamaupun tidak diminta oleh pasien. Menahan informasi tidak boleh, kecualibila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingankesehatan pasien, Dalam hal ini dokter dapat memberikan infonnasi kepadakeluarga terdekat pasien. Dalam memberi informasi kepada keluarga terdekatdengan pasien, kehadiran seorang perawat/paramedik lain sebagai saksiadalah penting. 6 Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis yangdirencanakan, baik diagnostik, terapeutik maupun paliatifInformasibiasanya diberikan secara lisan, tetapi dapat pula secara tertulis (berkaitandengan informed consent). Dalam kaitan dengan etika kedokteran ini, banyak kalangan yang "salahkaprah" yakni dengan mengganggap Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagaiorganisasi profesi yang misi utamanya adalah membela anggota - anggotanya (yaknidokter-dokter). Uniknya "salah kaprah" ini melanda pihak-pihak yang 59. 59bersengketa, yaitu dokter, pasien, maupun para pengacara serta organisasi lain sepertiYLKI tadi. Dari pihak pasien sering kali berpendapat bahwa membela para dokteradalah kewajiban utama IDI.Sebenarnya komitmen dan concern utama IDI adalah keluhuran profesikedokteran dengan cara menjaga dan memelihara tegaknya kode etik kedokteran, ataudapat dijelaskan lebih konkret bahwa tugas utama IDI adalah menegakkan kode etikkedokteran (KODEKI), sama sekali bukan organisasi pembelaan anggota yangterdiri dari para dokter. Jika hal ini telah disadari dan dipahami oleh semua pihak, maka"salah kaprah" tadi dapat diluruskan kembali.3.4. Perlindungan hukum transplantasi organ ilegal di Indonesia a. Transplantasi organ dalam sudut pandang KUHP Sering kali terdengar adanya tuntutan pasien atas apa yang telah dikerjakan olehdokter terhadapnya, tetapi hampir semuanya dapat dikatakan "kalah" dalam forumpengadilan, hanya beberapa gelintir yang dapat dimenangkan oleh pihak pasien.Timbul pertanyaan di benak kita, mengapa begitu banyak tuntutan yang tidak dapatdikabulkan oleh pengadilan. Apakah memang profesi dokter itu "kebal hukum",sehingga selalu berhasil "memenangkan" perkaranya melawaan pasien. Sebagaimanadiketahui,hukum pidanaberfungsisebagaiuntukmenyelenggarakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat secara keseluruhan.Dengan demikian, sanksi yang diterapkan bersifat badaniah dan penerapannya dapatdipastikan oleh penguasa (represif). Dalam hubungannya denganprofesikedokteran, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 60. ternyata juga dapat diberlakukan terhadap dokter, sejauh aturan-aturan yangkhusus belum ada.Misalnya pasal 351 KUHP tentang penganiyaan yang ancaman hukumannya adalah2 tahun 8 bulan. Pasal-pasal selanjutnya juga mengatur seputar penganiyaantersebut, yang bilamana diterapkan secara harfiah dalam profesi kedokteran akanmenimbulkan kesulitan tersendiri terhadap profesi ini. Bukankah suatu pembedahan(misalnya), tidak lain adalah menimbulkan luka atau cedera terhadap pasien, padahalbanyak pasien memerlukan tindakan pembedahan. Bila demikian halnya, berarti setiappembedahan adalah penganiyaan dan untuk itu dapat dipidana?Dalam penjelasan masalah ini, Leenen memberikan suatu visi berkaitan denganadanya pasal 351 tersebut. Apabila A menusuk B dan timbul luka, maka secarasederhana saja dapat dikatakan bahwa A melakukan penganiyaan terhadap B.Walaupun sekiranya A seorang dokter, tetap dikatakan sebagai penganiyaan terhadap B.Bagaimana dengan pembedahan (operasi) tadi ? Bukankah operasi itu pada hakikatnyaadalah menusuk, menyayat dan memotong tubuh pasien? . Dapat dikatakan bahwadokter yang melakukan operasi berarti lelah melakukan penganiyaan terhadappasiennya?Dikatakan oleh Leenen, bahwa dokter yang melakukan operasi itu tidak dapatdisebut rnenganiaya pasiennya, asalkan memenuhi 3 syarat, yaitu :30 1) Pasien telah mengizinkan dilakukan sayatan, tusukan ataupun pemotongan terhadap dirinya (operasi). 30 ibid 61. 61 2)Tindakan dilakukan berdasarkan suatu tujuan yang jelas dan konkret, yakni yang dikenal sebagai indikasi operasi. 3)Tindakan itu dilakukan dengan cara-cara atau metode yang lazim diakui dalam dunia kedokteran.Ditegaskan pula bahwa ketiga syarat ini berlaku sccara kumulatif, artinya tidak satusyarat pun bisa diabaikan. Dengan demikian, pasal 351 KUHP dapat "dinetralkan"dantindakan operasi itu tidak dapat dikatakan sebagai pelanggaran pasal tersebut. Jikadiperhatikan lebih mendalam, butir (1) itu tidak lain adalah informed consent (izintindakan medik), sedangkan butir (2) dan (3) pada hakikatnya adalah standarprofesi medik.Penilaian lain ialah berdasarkan prinsip 4-D, yakni duty, derelection of duty,damage dan direct causation. Contohnya ialah ketika seorang dokter berada di sebuahtoserba dan bertemu seorang kenalan, yang kemudian menanyakan mengenaipenyakitnya serta minta saran dokter itu. Apabila dokter itu memberikan sarandan dituruti oleh orang tersebut lalu timbul cedera, maka dokter tersebut samasekali tidak dapat dituntut karena saat itu belum ada yang disebut duty tadi. Sanksi terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa adanyapersetujuan dari pasien atau keluarganya juga diatur dalam Permenkes Nomor 1419/Menke/Per/X/2005 pasal 13 yang berbunyi : Terhadap dokter yang melakukantindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya dapat dikenakansanksi adminidtrasi berupa pencabutan surat izin dan praktiknya 62. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya transplantasidikatakan ilegal apabila tidak terpenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yakni 1.Informed consent (izin tindakan medik), 2.Standar profesi medik.b. Perlindungan Hukum Transplantasi Organ Menurut Undang-Undang Nomor 23Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Dalam UU No 23 Tahun Tentang Kesehatan dicantumkan beberapa pasaltentang transplantasi organ sebagai berikut:Pasal 33 1.Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, tranfusi darah, implan obat dan atau alat kesehatan, serta bedah plastik dan rekonstruksi. 2.Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta tranfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.Pasal 34 1.Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu. 2.Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarga. 63. 63 3.Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Selanjutnya ada pengaturan tiga pasal di bawah ini, dikutip agar kalangankesehatan mengetahui bahwa UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan inimemberikan perlindungan hukum, baik kepada pemberi maupun penerimapelayanan kesehatan.Pasal 53 : 1.Tenaga kesehatan berhak memperolehperlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya 2.Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. 3.Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan. 4.Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.Pasal 54 1.Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. 2.Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud Ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan. 64. Pasal 55 1.Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. 2.Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Sedangkan sanksi-sanksi pidana, disebutkan dalam pasal sebagai berikut:Pasal 81 1. Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja : a. Melakukantransplantasi organ dan ataujaringan tubuhsebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayal (1); b. Melakukan implan alat kesahalan sebagaimana dimaksud dalam pasal36 ayat (1); c. Melakukan bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalampasal 37 ayat (1);dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidanadenda paling banyak Rp. 140.000.000,00 (seratus empat puluh jutarupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja : a. Mengambil organ dari seseorang donor tanpa memperhatikankesehatan donor dan atau tanpa persetujuan donor dan ahli waris ataukeluarganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2); 65. 65b. Memproduksi dan atau mengedarkan alat kesehatan yang tidak memenuhistandar dan atau persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 40 ayat (2);c. Mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan sebagaimanadimaksud dalam pasal 41 ayat (1);d. Menyelenggarakan penelitian dan atau pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi kesehatan pada manusia tanpa memperhatikan kesehatandan keselamatan yang bersangkutan serta norma yang berlaku dalammasyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat (2) dan ayat(3);dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun denda danatau pidana denda paling banyak Rp. 140.000.000,00 (seratus empatpuluh juta rupiah) c. Sanksi pidana menurut PP Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat Dan Atau Jaringan Tubuh Manusia diatur dalam pasal 20 ayat 1 dan 2:1. Pelanggaran atas ketentuan dalam Bab II, Bab III, Bab IV, Bab VII, dan Bab VIII, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi- tingginya Rp. 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah).2. Disamping ancaman pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat pula diambil tindakan administratif. 66. BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan Transplantasi alat atau jaringan tiibuh manusia ialah pemidahan alat dan ataujaringan tubuh yang masih mempunyai daya hidup dan sehat untuk menggantikan alatdan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Pada umumnya transplantasialat tubuh diambil dari orang yang baru meninggal dunia dan transplantasi itu harusdilakukan tidak lama sesudah penderita meninggal dunia. Sebab kalau sudah lamameninggal dunia maka alat atau jaringan tubuh ikut mati dan tidak dapatdipergunakan lagi.Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya transplantasidikatakan ilegal apabila tidak terpenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yakni : 1.Informed consent (izin tindakan medik), 2.Standar profesi medik.Bentuk perlindungan hukum transplantasi organ ilegal terdapat dalam : 1.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan pasal 81 2.PP Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat Dan Atau Jaringan Tubuh Manusia diatur dalam pasal 20 ayat 1 dan 2. 3.KUHP pasal 351. 4.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 47 ayat 2. 67. 67 ::4.2 Saran Hukum bersumber dan berakar dan moralitas masyarakat, dalam kaitantransplantasi ini ditambah lagi dengan moralitas/etika serta standar profesi dokter. Darihal-hal yang inilah dirumuskan dalam hukum, sehingga transplantasi organ di negarakita adalah tidak jelas. Harus diakui bahwa transplantasi organ manusia adalah wujudnyata dari kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yangsangat pesat; sedangkan di lain pihak moral, etika dan hukum sering kali tidakmampu mengikuti kemajuan tersebut. Sampai sekarang produk hukum yang mengatur tentang transplantasi organ tubuhhanya dua yaitu UU No 23/1992 Tentang Kesehatan dan PP No 18/1981. Perlumenjadi catatan bahwa transplantasi menyangkut pula tentang membuat sakit ataucedera atau bahkan kematian pada seseorang (donor). PP Pasal-pasal yang terkait dalam transplantasi ini seyogyanya bisa diterapkansesuai dengan aturan sebagaimana disebutkan dalam PP No. 18/1991 pasal 10 ayat 1menyebutkan "Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan denganmemperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a danhuruf b, yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan/atau keluarga yangterdekat setelah penderita meninggal dunia". Selain itu mempersempit ruang lingkup pelaku kejahatan melalui regulasi yangterkait dengan perlindungan hak-hak anak serta diharapkan kerja sama antarapenegak hukum dalam memberantas tindak pidana. Misalnya : memperketatperaturan pengangkatan anak, membenahi per Undang-Undangan trafficking, sertamembenkan perlindungan terhadap hak-hak anak. 68. DAFTAR PUSTAKAAbul Fadl Mohsin Ebrahim , Kloning, Eutanasia, Transfusi Parah, TransplantasiOrgan, dan Eksperimen pada Hewan: Telaah Fikih dan Bioetika Islam , PT.Serambi Ilmu Semesta,Jakarta, 2001Budiarto.M, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi Hukum, Penerbit : AKADEMIKA PRESSINDO cv, Jakarta, 1984Darmabrata Wahjadi & Nurhidayat Adhi Wib