125
HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANI PADA KELOMPOK LANSIA BINAAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran I Gede Ariguna Wijaya !"#"#$% U&I'(RSI)AS )RISAK)I *AKU+)AS K(D,K)(RA& 1

SKRIPSI I Gede Ariguna Wijaya 030.10.127

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dv

Citation preview

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIKDAN KEBUGARAN JASMANI PADAKELOMPOK LANSIA BINAAN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanMencapai Derajat Sarjana Kedokteran

I Gede Ariguna Wijaya030.10.127

UNIVERSITAS TRISAKTIFAKULTAS KEDOKTERANJAKARTA, Februari 2014iii

Bidang ilmu : KomunitasSKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIKDAN KEBUGARAN JASMANI PADAKELOMPOK LANSIA BINAAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanMencapai Derajat Sarjana Kedokteran

I Gede Ariguna Wijaya030.10.127

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TRISAKTIJAKARTA, Februari 2014

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan anugerahNya, maka kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Dengan terselesaikannya penelitian ini, terbuka kesempatan untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu tersusunnya karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:1. Dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang telah mengijinkan penyusunan karya tulis ilmiah ini2. Dr. Maskito A. Soerjoasmoro, MS selaku dosen pembimbing kampus yang telah membimbing dan menempa dengan segenap ilmu, waktu, dan tenaga dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini3. Bidan Kusnul selaku koordinator kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah beserta para mahasiswi keperawatan dan kebidanan yang telah meluangkan waktu untuk membantu peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini4. Semua pihak yang turut membantu, baik dalam penyusunan laporan penelitian maupun membimbing serta menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yang tidak dapat kami sebutkan satu persatuKarya tulis ini disusun dengan segenap usaha dan tenaga, namun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan karya tulis ini, oleh karena itu kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran. Akhir kata semoga penelitian ini berguna baik bagi penyusun sendiri, rekan-rekan kami di tingkat klinik, bagi para pembaca, bagi Puskesmas Kecamatan Palmerah, maupun semua pihak yang membutuhkan.Jakarta, Januari 2014

PenyusunDAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiLEMBAR PERSETUJUANiiPENGESAHAN TIM PENGUJI DAN DEKAN ....................................iiiPERNYATAAN BEBAS PLAGIATivKATA PENGANTAR....................................................................vDAFTAR ISIviDAFTAR TABELviiiDAFTAR GAMBARixDAFTAR LAMPIRANxABSTRAK DALAM BAHASA INDONESIA ......................................xiABSTRAK DALAM BAHASA INGGRIS ............................................xii

BAB 1 PENDAHULUAN 11.1. Latar Belakang11.2. Perumusan masalah31.3. Tujuan31.3.1. Tujuan Umum31.3.2. Tujuan Khusus41.4. Hipotesis41.5. Manfaat4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA52.1. Lansia52.1.1.Definisi lansia52.1.2.Batasan batasan lansia52.1.3.Perubahan perubahan yang terjadi pada usia lanjut..62.1.4.Masalah kesehatan pada lansia72.2. Aktifitas fisik dan kebugaran jasmani82.2.1.Aktifitas fisik82.2.2Aktifitas fisik pada usia lanjut.82.2.2.1Senam lansia102.2.3.Kebugaran jasmani132.2.3.1Faktor faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani142.3. Ringkasan pustaka17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL193.1. Kerangka konsep193.2. Variabel penelitian203.3. Definisi operasional213.3.1.Variabel bebas213.3.2.Variabel tergantung24

BAB 4METODE254.1. Desain penelitian254.2. Lokasi dan waktu penelitian254.3. Populasi dan sampel penelitian254.3.1.Populasi terjangkau254.3.2.Kriteria inklusi dan eksklusi264.3.3.Sampel penelitian264.4. Instrumen penelitian274.5. Analisis data274.6. Alur kerja penelitian284.7. Etika penelitian294.8. Penjadwalan penelitian29

BAB 5 HASIL PENELITIAN........................................................305.1. Distribusi variabel penelitian ..................................................30 5.1.1. Karakteristik responden ................................................30 5.1.2. Senam lansia........................................................31 5.1.3. Faktor-faktor komorbid ................................................32 5.1.4. Kebugaran Jasmani .......................................................335.2. Demografi hubungan antar variabel penelitian .......................34 5.2.1. Hubungan antara aktifitas senam lansia dengan kebugaran jasmani.............................................33 5.2.2. Hubungan aktifitas senam dengan tekanan darah .........35 5.2.3. Hubungan aktifitas senam dengan kadar gula darah .....35 5.2.4. Hubungan aktifitas senam dengan kadar asam urat .......36 5.2.5. Hubungan aktifitas senam dengan kolesterol .................37

BAB 6 PEMBAHASAN......................................................................386.1. Karakteristik responden ............................................................386.2. Aktifitas fisik senam lansia .......................................................396.3. Faktor-faktor komorbid .............................................................396.4. Hubungan aktifitas fisik dan kebugaran jasmani lansia ............406.5. Hubungan faktor-faktor komorbid dengan aktifitas fisik .........41

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................437.1. Kesimpulan.......................................................................437.2. Saran.......................................................................43 7.2.1. Puskesmas.......................................................................43 7.2.2. Masyarakat.......................................................................44 7.2.3. Penelitian.......................................................................44

DAFTAR PUSTAKA45

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Kriteria tekanan darah (JNC VII)152. Ringkasan pustaka173. Definisi operasional214. Penjadwal penelitian295. Status pendidikan lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah316. Distribusi lansia yang mengikuti senam lansia .............................317. Distribusi faktor komorbid pada responden penelitian .................328. Skala penilaian kebugaran jasmani dengan skala penilaian likert..339. Distribusi kebugaran jasmani responden penelitian ......................3310. Demografi hubungan aktifitas senam lansia dengan kebugaranjasmani....................................................................3411. Demografi hubungan aktifitas senam dengan tekanan darah ........3512. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kadar gula darah ....3513. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kadar asam urat ......3614. Demografi hubungan aktifitas senam dengan kolesterol total .......37

DAFTAR GAMBAR

Gambar1. Gerakan pada leher112. Gerakan bahu dan tangan123. Kerangka konsep194. Alur kerja penelitian29

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Informed Consent............................................12. Lembar Persetujuan Penelitian............................................23. Kuesioner Identitas Responden............................................34. Kuesioner WHOQOL-BREF............................................55. Surat ijin penelitian............................................86. Hasil SPSS............................................127. Lembar bimbingan penyusunan skripsi .........................................238. Kaji etik penelitian............................................24

ABSTRAKHubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan.Latar belakangIndonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia yang disebabkan meningkatnya umur harapan hidup dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah populasi lansia memerlukan perhatian agar mereka tidak hanya berumur panjang tetapi dapat menjadi tua dengan tetap sehat. Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin. Untuk mengetahui hubungan antara hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan.MetodePenelitian menggunakan studi observasional analitik dengan desain potong lintang, mengikutsertakan 94 lansia yang tergabung didalam kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah. Data diperoleh dari wawancara sesuai dengan kuesioner, pemeriksaan darah, dan pengecekan tekanan darah. Data dianalisis dengan uji Chi Square dan uji korelasi Pearson. Analisis data menggunakan SPSS 17.0 dengan tingkat kemaknaan 0,05.HasilAnalisis bivariat menunjukkan terdapatnya hubungan antara aktifitas fisik dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia (r = 0,272). Terdapat hubungan positif antara faktor-faktor komorbid meliputi hipertensi (r = 0,235) dan diabetes mellitus (r = 0,336) dengan aktifitas fisik senam lansia, namun dari hasil analisis diketahui tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan asam urat (r = 0,036) dan hiperkolesterol (r = -0,010).KesimpulanPenelitian ini menunjukkan terdapatnya hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada lansia. Aktifitas fisik dapat mengurangi faktor-faktor komorbid seperti hipertensi dan diabetes, namun tidak terlihat hubungan yang signifikan dengan asam urat dan hiperkolesterol.Kata kunci: Kebugaran jasmani, senam lansia, komorbid, lansia binaan

ABSTRACTRelationship between physical activity and physical fitness in elderly target group.BackgroundIncreasing number of elderly population requires more attention in order to make sure that theyre not only live longer but also healthy. An effort to the health status is by doing physical activity regularly. To determine the relationship between those two aspects, its necessary to conduct a research to determine the relationship between physical activity and physical fitness in elderly.MethodsThis research is using observational analytic study with cross-sectional design, involving 94 elders who are members of the target group in Palmerah subdistrict health center. Data obtained by interviews according to the questionnaire, blood tests, and blood pressure checks. Data were analyzed using Chi-square test, and Pearson correlation test. Data analysis using SPSS 17.0 with significancy level of 0,05.ResultsBivariate analysis showed the presence of the relationship between physical activity and physical fitness in elderly (r = 0,272). Therere also a positive relationship between some comorbid factors including hypertension (r = 0,272) and diabetes melitus (r = 0,336) with physical activity exercise, but the result of analysis showed that therere no relationship between physical activity exercise with uric acid (r = 0,036) and hypercholesterolemia (r = -0,010 ).ConclusionThis study shows that there is a positive relationship between physical activity and physical fitness level in elderly. Physical activity can reduce comorbid factors such as hypertension and diabetes on elderly, but no visible significant association seen with gout and hypercholesterolemia.Keywords: physical fitness, comorbid, assisted elderly

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIndonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk kelompok lanjut usia di Indonesia tahun 2000 adalah 14.439.967 dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006 mencapai 19.000.000 orang atau 8,9%. Pada tahun 2010 diprediksikan jumlah kelompok lanjut usia meningkat menjadi 9,58% dan pada tahun 2020 sebesar 11,20% (Depkes, 2008).1Penggolongan lansia menurut WHO meliputi: middle age (45-49 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-79 tahun), very old (diatas 90 tahun).2 Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk.3Sementara itu, Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia semakin meningkat dimana pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kemkes tahun 2014 diharapkan terjadi peningkatan UHH dari 70,6 tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada 2014 yang akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur usia penduduk.3 Adanya peningkatan jumlah populasi lansia menyebabkan perlunya perhatian pada orang lansia tersebut, agar orang lansia tidak hanya berumur panjang, tetapi dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia, serta meningkatkan kualitas hidup diri mereka.4Kesehatan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan pada kehidupan lansia. Menua atau menjadi tua merupakan suatu proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak seorangpun dapat menghindari. Tujuan hidup manusia adalah menjadi tua tetapi tetap sehat (healthy aging).5Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan pada lanjut usia ialah dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin. Melakukan aktifitas fisik secara rutin dapat mempengaruhi banyak faktor resiko dan penyakit, berperan penting dalam mencegah penyakit dan perawatan pada lansia serta dapat menurunkan biaya kesehatan.6 Selain berfungsi sebagai upaya meningkatkan kebugaran jasmani, aktifitas fisik dapat juga memberi penguatan terhadap keselarasan antara mental, emosional dan sosial pada lansia guna meningkatkan derajat kebermaknaan hidup dalam kehidupan hari tua.7Seseorang dikatakan bugar jika ia sehat dan mampu melakukan kegiatan seharihari dengan baik tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki semangat untuk menikmati waktu santai atau kegiatan lain. Kebugaran akan tercipta jika lansia secara kontinyu melakukan berbagai aktifitas fisik sehingga dapat melatih keseluruhan sistem faaliah dan diharapkan secara bersamasama dapat membina kebugaran.7Beberapa studi metaanalysis telah membuktikan adanya efek positif dilakukannya aktifitas fisik secara teratur terhadap perbaikan kondisi hipertensi pada usia lanjut.8 Sebuah singleblinded, controlled trial studi yang dilakukan dari 1 Mei 2005 sampai 31 Juli 2008 terhadap kelompok wanita usia lanjut berusia 65 tahun keatas mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan resiko osteoporosis dan instabilitas yang cukup signifikan pada kelompok lansia yang melakukan program aktifitas fisik selama 18 bulan.6Penelitian mengenai hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada lansia ini dirasa perlu untuk dilakukan. Dengan pertimbangan untuk melihat sisi positif dan negatif serta efektifitas program senam lansia yang dilakukan bersamasama dalam kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah terhadap kebugaran jasmani pada lanjut usia, lokasi tersebut dipilih karena memiliki kelompok lansia binaan yang aktif, berprestasi, dan memiliki sistem pendataan kesehatan dan program senam yang teratur, serta memiliki sejumlah lansia yang tergabung dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan didalam kelompok lansia binaan tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai faktorfaktor resiko yang mempengaruhi kebugaran jasmani meliputi karakteristik masingmasing individual dan faktorfaktor komorbid seperti hipertensi, DM, dan hiperkolesterol. Penilaian kebugaran jasmani pada lanjut usia dilakukan wawancara dengan kuesioner WHOQOL-BREF (World Health Organization Quality of Life-BREF version) yang terdiri dari empat domain yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Oleh karena tidak terdapat nilai total secara keseluruhan, maka nilai yang diperoleh dari WHOQOL-BREF berupa nilai pada masing-masing domain. Pada penelitian ini digunakan nilai yang diperoleh dari domain kesehatan fisik untuk menggambarkan tingkat kebugaran jasmani dari subjek penelitian. Alat ukur ini digunakan atas pertimbangan terbatasnya kondisi subyek penelitian, maka digunakan kuesioner yang jumlah item nya tidak terlalu banyak tetapi tetap memiliki lingkup yang baik dalam menggambarkan kebugaran jasmani pada lansia.10,30

1.2Perumusan MasalahApakah terdapat hubungan antara aktifitas fisik, karakteristik individual, faktor-faktor komorbid dengan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah?

1.3Tujuan Penelitian1.3.1Tujuan UmumMeningkatkan kebugaran jasmani lansia melalui program senam lansia yang dilakukan bersamasama didalam kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah dan sekitarnya.

1.3.2Tujuan Khusus1. Mengetahui karakteristik individu lansia yang tergabung dalam lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah2. Mengetahui perbedaan kebugaran jasmani antara kelompok lansia yang melakukan senam lansia secara rutin dengan yang tidak melakukan aktifitas fisik secara rutin3. Mengetahui hubungan antara faktor komorbid yang dimiliki lansia dengan dilakukannya senam lansia secara rutin

1.4Hipotesisi. Terdapat hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani lansia. ii. Terdapat hubungan antara faktor komorbid dan kebugaran jasmani lansiaiii. Terdapat hubungan antara karakteristik individual dan kebugaran jasmani lansia1.5 Manfaat Penelitian1. Bagi instalasi atau profesi kesehatanInstitusi yang terkait dapat melakukan upaya promotif dan preventif dengan efektif dalam rangka meningkatkan kebugaran jasmani lansia2. Bagi pengembangan penelitianUntuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan berkenaan dengan faktorfaktor yang berhubungan dengan kebugaran jasmani pada lansia3. Bagi masyarakati. Sebagai informasi bagi masyarakat agar dapat meningkatkan kebugaran jasmani lansia. ii. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya Puskesmas untuk melakukan usaha peningkatan status kebugaran jasmani lansia

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Lansia2.1.1 Definisi LansiaPengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Hingga saat kini, tidak ada ketetapan numerik standar dari PBB mengenai usia lanjut, namun disetujui bahwa seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dapat digolongkan sebagai populasi lansia.2

2.1.2BatasanBatasan LansiaPenggolongan lansia menurut WHO meliputi: middle age (45-49 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-79 tahun), very old (diatas 90 tahun).2 Saat ini berlaku UU RI No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.9Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu: pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 4554 tahun, usia lanjut dini/prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 5564 tahun, kelompok usia lanjut/senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal dipanti, menderita penyakit berat dan cacat.10

2.1.3PerubahanPerubahan yang Terjadi Pada Usia Lanjut Adapun beberapa perubahanperubahan yang dihadapi lansia antara lain: meliputi perubahan kondisi fisik, perubahan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan perubahan peran sosial di masyarakat.4a. Perubahan kondisi fisikSetelah orang memasuki masa lansia, umumnya mulai terjadi perubahan anatomi dan fisiologi tubuh meliputi terjadinya degenerasi struktur jaringan mata yg menyebabkan penurunan pengelihatan, terjadi penurunan fungsi pendengaran yang dapat berdampak pada kehidupan sosial lansia, kulit menjadi lebih mengerut dan kaku disebabkan penurunan jaringan lemak, proses pembentukan tulang menjadi lambat dan mudah terkena penyakit muskuloskeletal, katup jantung menjadi kaku sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang, terjadi perubahan juga pada sistem pencernaan dan perkemihan pada lansia.18,19b. Perubahan fungsi dan potensi seksualPerubahan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolism, baru selesai operasi (prostatektomi). Kekurangan gizi, penggunaan obatobatan tertentu (anti hipertensi, golongan steroid, tranquilizer), dan faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal dunia, dan disfungsi seksual karena perubahan hormonal.4c. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaanPada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya karena oleh para lanjut usia masa pensiun sering diartikan sebagai waktu dimana terjadinya kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri.4d. Perubahan dalam peran sosial di masyarakatAkibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik, dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badan menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktifitas, selama yang bersangkutan masih sanggup agar tidak merasa terasing atau diasingkan.42.1.4Masalah Kesehatan Pada LansiaMembicarakan mengenai status kesehatan para lanjut usia, penyakit atau keluhan yang umum diderita adalah: penyakit reumatik, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes melitus, jatuh (falls), paralisi/lumpuh separuh badan, TBC paru, patah tulang dan kanker. Lebih banyak wanita yang menderita/mengeluhkan penyakitpenyakit tersebut daripada kaum pria, kecuali untuk bronchitis. Di pedesaan masalahmasalah kesehatan ini kurang begitu berpengaruh nyata terhadap aktifitas keseharian pada responden dibandingkan dengan mereka yang hidup di kota.28 Kesehatan dan status fungsional seorang lanjut usia ditentukan oleh resultan dari faktorfaktor fisik, psikologis dan sosioekonomi orang tersebut. Faktorfaktor tersebut tidak selalu sama besar peranannya sehingga selalu harus diperbaiki bersama secara total patient care. Apalagi di negaranegara sedang berkembang faktor sosio ekonomik/ finansial ini hampir selalu merupakan kendala yang penting. Maka dari itu pelayanan yang baik pada golongan lanjut usia tidaklah hanya merupakan tindakan perikemanusiaan dan balas budi saja, tetapi juga pengehematan sosio ekonomik/finansial sehingga kehidupan, kesehatan dan kebahagiaan lanjut usia tadi dapat dipertahankan.112.2 Aktifitas Fisik dan Kebugaran Jasmani2.2.1 Aktifitas FisikManusia membutuhkan energi untuk kelangsungan hidup. Energi yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak digunakan tubuh untuk memenuhi 3 komponen dasar yaitu metabolisme dasar, Spesific Dynamic Action (SDA) dan aktifitas fisik.16 Aktifitas fisik didefinisikan sebagai gerakan anggota tubuh yang diproduksi oleh kontraksi otot sehingga menghasilkan tenaga yang berfungsi untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.17Lanjut usia dimaknai sebagai pertambahan umur seseorang dengan disertai penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak tubuh dan penurunan fungsi otak. Melakukan berbagai aktifitas fisik ringan hingga sedang menurut usianya secara periodik dapat meningkatkan kebugaran pada lansia. Selain berfungsi sebagai upaya meningkatkan kebugaran fisiknya, aktifitas fisik dapat juga member penguatan terhadap keselarasan antara mental, emosional dan social pada lansia. Hidup bugar di usia lanjut merupakan solusi yang dapat dibentuk dan diciptakan oleh lansia guna meningkatkan derajat kebermaknaan hidup dalam kehidupan hari tua.7,182.2.2Aktifitas Fisik Pada Usia Lanjut

Latihan olahraga untuk lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung-paru, peredaran darah, kekuatan otot, dan kelenturan sendi. Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen dasar kebugaran jasmani yang terdiri atas: ketahanan jantung, peredaran darah dan pernafasan, ketahanan otot, kekuatan otot serta kelenturan tubuh.13Tata cata latihan olahraga bagi lansia meliputi berbagai hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah: 1. Lama latihan. Latihan akan bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran jasmani jika dilaksanakan dalam zona latihan paling sedikit 15 menit. 2. Frekuensi latihan. Untuk memperbaiki dan mempertahankan kebugaran jasma-ni, maka latihan harus dilakukan paling sedikit tiga hari atau sebanyak-banyaknya lima hari dalam satu minggu. Misalnya hari senin, rabu, dan jumat. 3. Waktu latihan. Bila latihan diluar gedung sebaiknya pagi hari sebelum pukul 10.00 atau sore hari setelah pukul 15.00.7

Bentuk-bentuk latihan olahraga yang baik bagi lansia adalah: 1. Berjalan. Tujuannya agar lansia memperoleh kebugaran kardiovaskuler. Gerak jalan merupakan aktifitas yang murah meriah dan tidak membutuhkan keterampilan khusus dan jika dilakukan secara santai akan menyenangkan. Secara lebih rinci jalan kaki dapat mempengaruhi lima komponen kebugaran, yaitu: a) Komposisi tubuh. Jalan kaki empat kali dalam satu minggu dalam waktu 45 menit rata-rata dapat mengurangi 18 pon berat badan dalam 1 tahun tanpa harus melakukan dietb) Keaktifan Pembuluh darah. Berjalan setiap tingkat kecepatan, 2 atau 3 kali dalam seminggu selam 20 menit akan meningkatkan ketahanan pembuluh jantungc) Fleksibilitas. Berjalan kaki dapat mempengaruhi otot untuk meregang sehingga terhindar dari kejang ototd) Ketahanan otot. Setiap berjalan kaki otot akan terlatih sehingga memungkinkan memiliki ketahanan otot sehingga bias bertahan meskipun berjalan dalam jangka waktu lamae) Kekuatan otot. Gerakan berjalan memanfaatkan seluruh otot tungkai untuk menopang seluruh berat badan dan mendukung gerakan sehingga sangat memungkinkan otot-otot akan menjadi lebih kuat.

2. Senam. Senam dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan, olahraga senam dapat berguna untuk peregangan dan kelenturan otot juga pernafasan.143. Berenang. Berenang bermanfaat untuk persendian terutama bagi kaum lansia yang menderita penyakit osteoarthritis. 4. Bersepeda. Bersepeda dapat di lakukan dengan menggunakan yang stasioner maupun yang jalan. Bersepeda dapat meningkatkan sirkulasi darah dan menguatkan otot-otot jantung5. Jogging. Jogging dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai, menguatkan otot jantung, memperlancar perdaran darah, menurunkan berat badan.7

2.2.2.1 Senam LansiaSenam lansia adalah serangkaian gerakan yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.13,14 Manfaat dari senam lanjut usia antara lain: 1. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi) 2. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya sakit. Senam lansia (senam tera) merupakan latihan fisik dan mental, memadukan gerakan bagian-bagian tubuh dengan teknik dan irama pernapasan melalui pemusatan pemikiran yang dilaksanakan secara teratur, serasi, benar dan berkesinambungan. Senam ini bersumber dari senam pernapasan Tai Chi yaitu senam yang mempunyai dasar olah pernapasan yang dipadukan seni bela diri, yang di Indonesia dikombinasikan dengan gerak peregangan dan persendian jadilah sebagai olah raga kesehatan."Tera" berasal dari kata "terapi" yang mempunyai arti penyembuhan/pengobatan.14

Manfaat senam lansia: 1. Secara umum: meningkatkan derajat kesehatan jasmani dan rohani tubuh manusia. 2. Secara khusus: Bermanfaat memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan fungsi jantung dan peredaran darah, sistem pernafasan, sistem susunan saraf, pencernaan makanan, kelenjar endokrin, kekuatan dan daya tahan otot, kelenturan otot dan sendi, keseimbangan dan koordinasi dan proses metabolism. Selain itu juga bermanfaat didalam bidang rohani untuk memelihara kestabilan penguasan diri, mengurangi dan menghilangkan stress/ketegangan, mengurangi/menghilangkan ketergantungan obat, melatih konsentrasi, meningkatkan kepekaan, memupuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan.13Contoh gerakan-gerakan senam 1. Gerakan pada leher a. Tengadahkan kepala ke atas, usahakan leher tidak menekuk ke belakang kemudian luruskan.

Gambar 2.1 Gerakan pada leher.

b. Tundukkan kepala pelanpelan kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 2.2 Gerakan pada leher.

c. Miringkan leher pelan-pelan ke kiri, tengah kemudian ke kanan. Palingkan leher ke kiri, tengah dan ke kanan secara perlahan-lahan.

Gambar 2.3 Gerakan pada leher. 2. Gerakan bahu dan tangan a. Putar pangkal lengan ke belakang kemudian ke depan. Dapat dilakukan dengan atau tanpa beban.

Gambar 2.4 Gerakan bahu dan tanganb. Lengan rileks didepan badan, gerakan ke dalam dan kesamping tubuh kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 2.5 Gerakan bahu dan tangan

c. Posisi lengan di tekuk sejajar dengan bahu, gerakan ke depan dada, tarik ke belakang, lakukan bergantian dengan tangan kiri diatas dan tangan kanan dibawah.

Gambar 2. 6 Gerakan bahu dan tangan

3. Gerak kakiGerakan kaki meliputi jalan tegap ditempat dan kaki di angkat ke belakang, Langkah silang kaki ke kanan dan ke kiri diikuti dengan ayunan tangan, Angkat paha dan kaki ke depan dengan gerakan tangan ke atas, Gerakan kaki menyilang didepan badan, sentuh ujung kaki kanan yang diangkat dengan tangan kiri, lakukan sebaliknya, Gerakan jinjit dengan jari kaki, Gerakan telapak kaki ke atas dengan tumpuan pada tumit dan kemudian lakukan lagi dengan ujung jari kaki, Gerakan menekuk ujung jari ke tumpuan tumit kemudian tarik ujung jari ke atas. Semua gerakan dilakukan 8-10 kali hitungan. 142.2.3 Kebugaran Jasmani

Menurut Situmorang (2012) kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga tetap dapat melakukan aktifitas fisik lainnya.Beberapa alasan mengapa kebugaran jasmani dibutuhkan manusia dalam kehidupannya antara lain adalah: a. Untuk membantu mencegah penyakit yang berhubungan dengan kurangnya beraktifitas fisik atau hypokinetic disease (penyakit jantung, hipertensi, diabetes, obesitas osteoporosis, dan lain-lain). b. Untuk menjadikan kapasitas mental yang terbaik. c. Untuk tetap sehat, energik dan ringan.15,20

Komponen kebugaran jasmani meliputi dua aspek yaitu: a) Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) b) Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness) Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dibutuhkan dan perlu dicapai oleh semua orang, tidak pandang usia, jenis kelamin, suku, pekerjaan dan status sosial ekonomi.15 Yang termasuk komponen health related fitness terdiri dari: a. Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) adalah suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktifitas. Hal ini sangat berhubungan dengan ketidak-tergantungan dalam aktifitas seharihari instrumental (I-ADL). Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lansia mempunyai keberanian dalam melakukan aktifitas/olah raga. b. Keuntungan fungsional atas resistence training berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan ketahanan, antara lain yang mengenai kecepatan gerak sendi, luas lingkup gerak sendi dan jenis kekuatan yang dihasilkan. Keuntungan yang didapat akan sangat besar bila kemampuan maksimum atas jenis/mesin latihan tertentu akan meningkat sebagai akibat latihan tersebut. c. Daya tahan (endurance) dan keuntungannya. Daya tahan atau kebugaran yang ditunjukkan dengan vO2 maks akan menurun dengan lanjutnya usia, dimana penurunan akan 2x lebih cepat pada orang inaktif/sedenter dibanding atlet. d. Kelenturan. Pembatasan atas lingkup gerak sendi (ROM) banyak terjadi pada usia lanjut, yang sering sebagai akibat keketatan/kekakuan otot dan tendon disbanding sebagai akibat kontraktur sendi. e. Keseimbangan. Keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan seorang lansia mudah jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motorik yang dihasilkan dari berbagai faktor, diantaranya input sensorik dan kekuatan otot. Penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan menurun dengan lanjutnya usia, yang bukan hanya sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau akibat penyakit yang diderita oleh lansia tersebut.12,152.2.3.1 FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kebugaran JasmaniKebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik. Kemampuan tubuh tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lainnya usia dan jenis kelamin. Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya. Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar. Status gizi juga dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani. Seseorang yang memiliki kondisi gizi yang baik akan tampil aktif, giat bekerja, gembira, dan jarang sakit. Seseorang yang berada dalam kondisi kurang gizi pada umumnya lemas, lekas lelah, tidak bergairah, sering sakit dan biasanya kurang dapat melakukan hobinya kerena keadaan tubuhnya lemah. Sedangkan bila kondisi gizinya baik seseorang akan memiliki kecukupan energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas termasuk di dalamnya aktifitas fisik sehingga dapat memiliki kebugaran jasmani yang baik.21Beberapa penyakit juga telah dibuktikan keterkaitannya dengan tingkat kebugaran jasmani seseorang, diantaranya hipertensi. Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena hipertensi sering muncul tanpa gejala dan sering disebut sebagai The Silent Killer (Rahman, 2006). Berdasarkan criteria JNC VII dijelaskan kriteria tekanan darah sebagai berikut: Tabel 2.1 Kriteria tekanan darah (JNC VII) KriteriaTekanan SistolikTekanan Diastolik

Normal 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan / terdapat hubungan negatif antara aktifitas senam dengan kadar kolesterol total darah pada lansia. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.462 > 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara aktifitas senam lansia dengan kadar kolesterol total darah lansia.

BAB VIPEMBAHASAN

Penelitian hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah dilaksanakan selama 4 minggu. Penilaian meliputi faktor karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, dan pendidikan, faktor komorbid meliputi penyakit hipertensi, DM, Asam urat, dan Hiperkolesterol, faktor intensitas aktifitas fisik senam lansia, dan tingkat kebugaran jasmani lansia yang dinilai berdasarkan kuesioner WHO QOL-BREF yang diukur dengan menggunakan skala Likert.Kesehatan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan pada kehidupan lansia. Menua atau menjadi tua merupakan proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak seorangpun dapat menghindarinya. Tujuan hidup manusia adalah menjadi tua tetapi tetap sehat (healthy aging).5Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:

6.1 Karakteristik respondenDiketahui bahwa total responden penelitian ini berjumlah 94 orang yang seluruhnya merupakan lansia, didapatkan usia rata-rata responden adalah 62,25 tahun. Berdasarkan pada UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa lansia ialah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.9 Seluruh lansia yang menjadi responden penelitian ini berjenis kelamin perempuan, dan tergabung didalam kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah.Pendidikan lansia yang menjadi responden penelitian ini paling banyak tidak sekolah (28 orang), para lansia yang tidak bersekolah tersebut mengaku bahwa pada saat mereka masih usia sekolah, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bersekolah. Selain itu, didapatkan lansia lulusan SD terbanyak kedua sejumlah 27 orang, lulusan SMA sebanyak 16 orang, lulusan SMP sebanyak 13 orang, dan lulusan diploma/S1 sebanyak 10 orang.

6.2 Aktifitas fisik senam lansiaPada penelitian kami di Puskesmas Kecamatan Palmerah, sebagian besar lansia (55 orang) yang tergabung didalam kelompok lansia binaan secara teratur mengikuti senam lansia yang diadakan dua kali seminggu oleh Puskesmas tersebut. Namun dengan berbagai alasan, 20 orang lansia tidak teratur dalam mengikuti kegiatan senam tersebut, dan 19 orang tidak mengikuti kegiatan senam.Para lansia yang teratur mengikuti senam mengaku, meskipun kegiatan senam lansia tersebut diwajibkan oleh Puskesmas tersebut, namun mereka mengikuti kegiatan tersebut tanpa terpaksa karena merasa membutuhkan kegiatan tersebut, selain itu kegiatan senam lansia tersebut dianggap dapat mengurangi kejenuhan dan menjadi hiburan tersendiri bagi mereka. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan bagi lansia. Dengan tetap aktif mengikuti kegiatan maka lansia akan menjadi semakin sehat.31

6.3 Faktor-faktor komorbidSetelah seseorang memasuki masa lansia, umumnya terjadi perubahan-perubahan baik anatomis maupun fisiologis tubuh, meliputi terjadinya degenerasi struktur jaringan tubuh, proses pembentukan tulang menjadi lebih lambat, katup jantung dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang.18,19 Perubahan kondisi fisik yang terjadi pada usia lanjut tersebut dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan medis yang dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani lansia. Didapatkan dari hasil pemeriksaan tekanan darah, 56 lansia (59.6%) memiliki tekanan darah dalam batas normal, 23 orang (24.5%) memiliki hipertensi derajat 1, dan 15 orang (16%) lansia memiliki Hipertensi derajat 2. Pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan 8 orang (8.5%) menderita penyakit gula darah, dan 86 orang (91.5%) lainnya didapatkan gula darah sewaktu dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan kolesterol total didapatkan 33 orang (35.1%) memiliki kadar kolesterol total darah diatas batas normal, dan 61 orang (64.9%) sisanya dalam batas normal. Pemeriksaan asam urat dalam darah mendapatkan hasil 24 orang (25.5%) lansia terdapat peningkatan kadar asam urat diatas batas normal (6,5 untuk wanita), dan 70 orang (74.5%) sisanya didapatkan kadar asam urat darah di dalam batas normal.

6.4 Hubungan antara aktifitas fisik senam lansia dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia binaan di Puskesmas Kecamatan PalmerahTingkat kebugaran jasmani 94 responden pada penelitian ini didapatkan dengan pengisian kuesioner WHO-QOL BREF domain Physical Health (domain 1) oleh para lansia dibantu para bidan yang bekerja di Puskesmas Kecamatan Palmerah pada saat itu. Skala penilaian tingkat kebugaran jasmani lansia menggunakan skala likert, yang mendapatkan statistik hipotetik penilaian berdasarkan dari 7 poin pertanyaan mengenai kebugaran jasmani dengan penyekoran tiap poin adalah 1 sampai 5.Dari hasil perhitungan data didapatkan 52 orang (55.3%) dari 94 orang responden memiliki tingkat kebugaran jasmani sedang, 39 orang (41.5%) memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi, dan 3 orang (3.2%) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square dalam membandingkan antara aktifitas senam lansia dengan tingkat kebugaran jasmani lansia didapatkan nilai probabilitas (sig.) 0.006 < 0.05 yang berarti terdapat hubungan antara aktifitas senam dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia. Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho diterima dan kesimpulan distribusi data normal. Dari hasil uji korelasi pearson didapatkan nilai (r) = 0,272 yang artinya terdapat korelasi positif kuat antara kebugaran jasmani dan aktifitas senam. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.004 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, terbukti adanya hubungan positif yang signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan kebugaran jasmani lansia.Sebuah penelitian pada tahun 2004 di Semarang yang dilakukan terhadap 55 lansia anggota klub jantung sehat yang aktif mengikuti senam mendapatkan bahwa latihan fisik secara rutin memberi sumbangan terhadap kebugaran jasmani.29 Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap 252 lansia yang mengikuti posyandu lansia di Posdaya Mahkota Sari Kelurahan Kingking-Tuban pada tahun 2010 yang mendapatkan bahwa setengah dari responden lansia yang mengikuti senam lansia secara rutin mempunyai kebugaran jasmani yang baik.13

6.5 Hubungan antara faktor-faktor komorbid meliputi hipertensi, DM, Asam Urat, dan Hiperkolesterolemia dengan aktifitas fisik senam lansiaHubungan antara faktor-faktor komorbid dengan aktifitas fisik senam lansia diukur dengan menggunakan uji korelasi pearson. Dari hasil pengujian normalitas terhadap variabel-variabel yang diteliti didapatkan sig KS-Z > 0.05 pada semua variabel yang diperiksa yang berarti Ho diterima dan kesimpulannya seluruh distribusi data normal. Dari hasil analisa didapatkan nilai Sig dari r = 0.011 < 0.05 yang menyatakan terdapatnya hubungan positif yang signifikan antara tekanan darah dan aktifitas senam lansia. Dapat dikatakan apabila lansia secara teratur mengikuti kegiatan senam lansia dua kali seminggu cenderung memiliki tekanan darah dalam batas normal. Hal tersebut membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan keadaan hipertensi, dikarenakan aktifitas fisik akan melebarkan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) dan membakar lemak dalam pembuluh darah jantung, sehingga aliran darah lancar dan terjadi penurunan tekanan darah.21,22Dari hasil analisa didapatkan Sig dari r = 0.000 < 0.05 yang menyatakan terdapatnya hubungan positif yang signifikan antara gula darah sewaktu dan aktifitas fisik senam lansia. Dapat dikatakan apabila lansia secara teratur mengikuti kegiatan senam lansia dua kali seminggu, kecil kemungkinan lansia tersebut menderita suatu kondisi diabetes melitus. Dari hasil analisa didapatkan nilai Sig dari r = 0.364 > 0.05 yang menyatakan terdapatnya hubungan negatif signifikan antara Asam Urat dan Senam. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktifitas senam lansia dengan kadar asam urat darah.Didapatkan nilai Sig dari r = 0.462 > 0.05 yang menyatakan terdapatnya hubungan negatif signifikan antara kadar Kolesterol Total dalam darah dan Senam. Hasil tersebut menjelaskan tidak terdapatnya hubungan antara aktifitas senam lansia dengan kadar kolesterol total darah. Banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol total darah seseorang yang tidak dapat dinilai dari satu faktor aktifitas senam lansia. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 55 orang dari total 94 responden penelitian mengikuti kegiatan senam lansia secara teratur, 21 orang dari 55 responden menderita hiperkolesterol.

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

1. KesimpulanDari hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:1. Lansia yang menjadi responden penelitian seluruhnya berjenis kelamin perempuan dengan usia rata-rata responden 62,25 tahun1. Didapatkan hubungan antara aktifitas senam lansia yang dilakukan secara rutin dilakukan lansia dua kali seminggu dengan tingkat kebugaran jasmani1. Terdapat hubungan antara faktor komorbid Hipertensi dengan aktifitas fisik senam lansia. 1. Terdapat hubungan antara faktor komorbid DM dengan aktifitas fisik senam lansia. 1. Tidak terdapat hubungan antara faktor komorbid Asam urat dengan aktifitas fisik senam lansia. 1. Tidak terdapat hubungan antara faktor komorbid Hiperkolesterol dengan aktifitas fisik senam lansia.

1. Saran7.2.1 Puskesmas1. Mempertahankan dan terus meningkatkan kebugaran jasmani lansia dengan melakukan senam lansia secara rutin dua kali seminggu1. Meningkatkan pengetahuan lansia-lansia yang berada dibawah ruang lingkup Puskesmas Kecamatan Palmerah mengenai pentingnya mempertahankan kebugaran jasmani di usia tua dengan mengadakan kegiatan penyuluhan maupun promosi kesehatan1. Menambah jumlah personil petugas kesehatan yang khusus mengatur maupun mengurus para lansia agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi para lansia itu sendiri dan diharapkan hal tersebut dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia.1. Mempertahankan dan terus melaksanakan kegiatan posyandu lansia yang dilakukan rutin sebulan sekali guna memantau tingkat kesehatan lansia-lansia yang berada didalam ruang lingkup Puskesmas Kecamatan Palmerah.1. Perlu diperhatikan metode, instruktur, maupun hal-hal lainnya dalam penyelenggaraan senam lansia agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam upaya meningkatkan kebugaran jasmani lansia.1. Meningkatkan upaya persuasif terhadap para lansia yang tidak mengikuti senam mengenai pentingnya kegiatan tersebut terhadap kualitas hidup lansia khususnya dalam mempertahankan kebugaran jasmani dihari tua.1. Melakukan pengecekan darah rutin setiap dua bulan sekali terhadap para lansia yang tergabung didalam kelompok lansia binaan untuk memantau kesehatan para lansia.7.2.2Masyarakat1. Khususnya bagi para lansia diharapkan lebih memperhatikan kondisi kesehatannya dengan pola hidup sehat dan tetap berpartisipasi aktif pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dengan upaya meningkatkan kesehatan lansia.1. Diharapkan dukungan keluarga dari para lansia dalam upaya peningkatan kebugaran jasmani lansia di usia tua.1. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal material, perhatian, maupun upaya bersama-sama meningkatkan kualitas hidup lansia.7.2.3PenelitianKami menyadari bahwa dari penelitian kami masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan berbagai kendala dan keterbatasan. Kami berharap bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas, sehingga lebih bermakna bagi lansia itu sendiri maupun bagi ilmu pengetahuan.DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 2011. Available at http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Data%20Penduduk%20Sasaran%20Program.pdf Accessed at 27 June 2013.2. WHO. Health stastics and health information system: Definition of an older or elderly person. Available at http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/ Accessed at 27 June 2013.3. Menkokesra. Jumlah Lansia Indonesia. Available at http://www.menkokesra.go.id/content/jumlah-lansia-indonesia-lima-besar-terbanyak-di-dunia Accessed at 28 June 2013.4. Depsos. Penduduk lanjut usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya. Available at http://www.depsos.go.id Accessed at 28 Juni 2013.5. Munandar AS. Menuju kehidupan lansia yang sejahtera. Farmacia 2003; 3:2-46. Kemmler W, Stengel S,Engelke K. Exercise effects on Bone Mineral Density, Falls, Coronary Risk Factors, and Health Care Costs in Older Women. Arch Intern Med. 2010;170(2):179-185.7. Junaidi S. Pembinaan fisik lansia melalui aktifitas olahraga jalan kaki. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. 2011;1(1).8. Cornelissen VA, Fagard RH. Effects of endurance training on blood pressure: a meta analysis of randomized controlled trials. Hypertension. 2005;46(4):667-675.9. Watson, Roger. Perawatan Lansia. Edisi ke-3. Jakarta: ECG 200310. WHO. The World Health Organization Quality of Life ( WHOQOL ) BREF. Available at http://www.who.int/entity/substance_abuse/research_tools/en/indonesian_whoqol.pdf Accessed at 1 July 2013.11. Darmojo B. Geriatri : Demografi dan Epidemiologi Populasi Lanjut Usia. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2011;46-7.12. Darmojo B, Martono H. Geriatri : Olahraga dan Kebugaran pada Usia Lanjut. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2011;106-8.13. Munir M. Hubungan Antara Senam Lansia ( Senam Tera ) dengan Kesegaran Jasmani pada Lansia di Posdaya Mahkota Sari.201014. Romario. Ameliwati N. Erwin H. Faktor faktor yang Mempengaruhi Motivasi Lansia dalam Melakukan Senam Lansia. 2010;36:2002-1215. Irfan M. Upaya Menggugah Masyarakat untuk aktif melakukan aktivitas fisik dalam usaha preventif terhadap penyakit degeneratif. Jurnal Pengabdian Masyarakat Unimed. 2011;17:23-32.16. Fauzia H. Perbedaan Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan Status Gizi antara Lansia yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia. 2012.17. Haskell W, Kiernan M. Methodologic issues in measuring physical activity and physical fitness when evaluating the role of dietary supplement for physically active people. Am J Clin Nutr Available at: http://www.ajcn.org/content/72/2/541S.full.pdf Accessed 20 Juli 201318. Fatmah. Gizi usia lanjut: kebutuhan zat gizi. Jakarta: Erlangga; 2010;31-7.19. Fatmah. Osteoporosis dan faktor risikonya pada lansia etnis jawa. Media Medika Indonesiana. 2008; 43(2):57-67.20. Putra A. Avandi R. Survei tingkat kebugaran jasmani masyarakat usia diatas 40 tahun pada anggota arca hash club kabupaten madiun. Jurnal Prestasi Olahraga. 2013;1(1).21. Cahyati. Hary W. Beberapa Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kebugaran Jasmani pada Manusia Usia Lanjut. Artikel Universitas Diponegoro Semarang. 200422. Fhajar V. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi.2012.23. NIH. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) Available at www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/ Accessed at 26 July 201324. Ambardini L. Aktivitas fisik pada Lanjut Usia. Artikel Universitas Negeri Yogyakarta.2008.25. Utomo OM. Azam MM. Anggraini DN. Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes. Unnes Journal of Public Health Universitas Negeri Semarang.201226. Anam MS. The Effects of Diet and Exercise on Body Mass Index, Physical Fitness, hsCRP and Lipid Profile in Obese Children. 2010.27. SIGN. Hypertension in Older People A National Clinical Guidline. SIGN Publication 2001;7-9.28. Stanley & Beare. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: ECG;2007.29. Widyastuti A. Hubungan Antara Status Gizi, Status Kesehatan, dan Latihan Fisik dengan Kesegaran Jasmani Lansia di Klub Jantung Sehat Semarang. 2004.30. Ohaeri JU, Olusina AK, Al-Abbasi AHM. Factor analytical study of short version of the World Health Organization Quality of Life Instrument. 2004.31. Anonim. Principles of Maintaining Health. Available at: http:// centeronaging.uams.edu/patients/prescripting.asp.2008. Accessed at 15 Januari 2014.32. American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Available at: http://care.diabetesjournals.org/content/27/suppl_1/s5.full. Accessed at 15 Februari 2014.

24

22

Lampiran 1INFORMED CONSENT

Penjelasan mengenai penelitian

Penelitian ini berjudul Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan Kebugaran Jasmani pada Kelompok Lansia Binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara aktivitas senam lansia dengan kebugaran jasmani lansia binaan, dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran jasmani pada lanjut usia yang nantinya informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan edukasi dan peningkatan kualitas hidup lansia.Oleh karena itu, dengan ini kami mengharapkan bapak/ibu/saudara/i untuk ikut serta dalam penelitian ini. Bila bersedia maka peneliti akan mengadakan wawancara melalui kuesioner, dan hasil dari kuesioner ini akan dirahasiakan informasinya. Jika ada pertanyaan, bapak/ibu/saudara/i dapat menghubungi peneliti melalui nomer telepon 087781926562 atau melalui email di [email protected] Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela, Bapak/Ibu/Saudara/i bebas untuk menolak ikut serta dalam penelitian ini. Data dan identitas diri dari Bapak/Ibu/Saudara/i akan disamarkan dan dijaga kerahasiaannya. Bila bapak/ibu/saudara/i bersedia ikut dalam penelitian ini, kami mohon untuk membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan penelitian dibawah ini.

Jakarta,................2013

I Gede Ariguna WijayaLampiran 2FORMULIR PERSETUJUAN

Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya dan telah saya pahami dengan sebaik-baiknya. Dengan menandatangani formulir ini saya yang namanya tertulis dibawah ini SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Nama peserta penelitian:

Tanda tangan:

Tanggal:

Lampiran 3Kuesioner Identitas Responden1. Umur:......... tahun2. Jenis kelamin:Laki-laki( )Perempuan( )3. Alamat:........................................................................................................................4. Pendidikan:a. Tidak sekolah( )b. Sekolah Dasar( )c. SMP/SLTP( )d. SMA/SLTA( )e. Universitas/Akademi( )5. Apakah anda masih bekerja ?Tidak( ) Ya ( ) , apa pekerjaan anda?........................................................6. Apakah status pernikahan anda sekarang?Belum menikah( )Menikah( )Janda/duda( )7. Beri tanda penyakit yang anda derita :a. Darah tinggi( )b. Kencing Manis/Gula( )c. Kolesterol( )d. Tidak ada( )e. Lain-lain( )8. Obat-obatan yang anda konsumsi menahun?Tidak ada( )1-2 macam( )>2 macam( )9. Apakah anda tergabung sebagai anggota kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat?Ya( )Tidak ( )10. Seberapa sering anda mengikuti kegiatan senam lansia?Teratur (2x seminggu)( )Tidak teratur( )Tidak mengikuti( )

Lampiran 4Kuesioner WHOQOL-BREF

Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap pertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik. Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada empat minggu terakhir.

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir.

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam 4 minggu terakhir?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.

Komentar pewawancara tentang penilaian ini?

[Tabel berikut ini harus dilengkapi setelah wawancara selesai]

Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 6Tabel distribusi variabel penelitian

TABEL CHI-SQUAREHipertensi - aktifitas senam lansia

Gula darah sewaktu - Aktifitas senam lansia

Asam urat Aktifitas senam lansia

Kolesterol total Aktifitas senam lansia

Kebugaran jasmani Aktifitas senam lansia

TABEL UJI PEARSONKebugaran jasmani Aktifitas fisik senam lansia.NPar Tests

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMAL

Pearson Correlations

(r) = 0,272 yang artinya terdapat korelasi positif kuat antara Kebugaran Jasmani dan Senam. Sig dari r = 0.004 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang positif signifikan antara Kebugaran Jasmani dan Senam

Tekanan darah - Aktifitas fisik senam lansia.NPar Tests

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMALPearson Correlations

(r) = 0,235 yang artinya terdapat korelasi yang positif kuat antara Tekanan Darah dan Senam. Sig dari r = 0.011 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang positif signifikan antara Tekanan Darah dan Senam

Gula darah sewaktu Aktifitas fisik senam lansia.NPar Tests

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMALPearson Correlations

(r) = 0,336 yang artinya terdapat korelasi positif kuat antara GDS dan Senam. Sig dari r = 0.000 < 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang positif signifikan antara GDS dan Senam

Asam urat Aktifitas fisik senam lansia.NPar Tests

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMAL

Pearson Correlations

(r) = 0,036 yang artinya terdapat korelasi negatif kuat antara Asam Urat dan Senam. Sig dari r = 0.364 > 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara Asam Urat dan Senam

Kolesterol total Aktifitas fisik senam lansia.NPar Tests

Hasil pengujian normalitas menghasilkan sig dari KS-Z > 0.05 baik untuk kedua variabel tersebut sehingga Ho diterima dan kesimpulan DISTRIBUSI DATA NORMAL

Pearson Correlations

(r) = -0,010 yang artinya terdapat korelasi negatif kuat antara Cholest dan Senam. Sig dari r = 0.462 > 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara Cholest dan Senam

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DAN KEBUGARAN JASMANIPADA KELOMPOK LANSIA BINAANI Gede Ariguna Wijaya1Maskito A. Soerjoasmoro21Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas TrisaktiAlamat korespondensi:1Jalan Tomang Utara No. 8 Grogol, Jakarta Barat. Telp: 08123835791, Email: [email protected] Kedokteran Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa, Jakarta Barat, Email: [email protected] BELAKANG: Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia yang disebabkan meningkatnya umur harapan hidup dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah populasi lansia memerlukan perhatian agar mereka tidak hanya berumur panjang tetapi dapat menjadi tua dengan tetap sehat. Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin. Untuk mengetahui hubungan antara hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan. METODE: Penelitian menggunakan studi observasional analitik dengan desain potong lintang, mengikutsertakan 94 lansia yang tergabung didalam kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah. Data diperoleh dari wawancara sesuai dengan kuesioner, pemeriksaan darah, dan pengecekan tekanan darah. Data dianalisis dengan uji Chi Square dan uji korelasi Pearson. Analisis data menggunakan SPSS 17.0 dengan tingkat kemaknaan 0,05.HASIL: Analisis bivariat menunjukkan terdapatnya hubungan antara aktifitas fisik dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia (r = 0,272). Terdapat hubungan positif antara faktor-faktor komorbid meliputi hipertensi (r = 0,235) dan diabetes mellitus (r = 0,336) dengan aktifitas fisik senam lansia, namun dari hasil analisis diketahui tidak terdapat hubungan antara aktifitas fisik dengan asam urat (r = 0,036) dan hiperkolesterol (r = -0,010). KESIMPULAN: Penelitian ini menunjukkan terdapatnya hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada lansia. Aktifitas fisik dapat mengurangi faktor-faktor komorbid seperti hipertensi dan diabetes, namun tidak terlihat hubungan yang signifikan dengan asam urat dan hiperkolesterol.Kata kunci: Kebugaran jasmani, senam lansia, komorbid, lansia binaanABSTRACTBACKGROUND: Increasing number of elderly population requires more attention in order to make sure that theyre not only live longer but also healthy. An effort to the health status is by doing physical activity regularly. To determine the relationship between those two aspects, its necessary to conduct a research to determine the relationship between physical activity and physical fitness in elderly. METHODS: This research is using observational analytic study with cross-sectional design, involving 94 elders who are members of the target group in Palmerah subdistrict health center. Data obtained by interviews according to the questionnaire, blood tests, and blood pressure checks. Data were analyzed using Chi-square test, and Pearson correlation test. Data analysis using SPSS 17.0 with significancy level of 0,05. RESULTS: Bivariate analysis showed the presence of the relationship between physical activity and physical fitness in elderly (r = 0,272). Therere also a positive relationship between some comorbid factors including hypertension (r = 0,272) and diabetes melitus (r = 0,336) with physical activity exercise, but the result of analysis showed that therere no relationship between physical activity exercise with uric acid (r = 0,036) and hypercholesterolemia (r = -0,010 ). CONCLUSION: This study shows that there is a positive relationship between physical activity and physical fitness level in elderly. Physical activity can reduce comorbid factors such as hypertension and diabetes on elderly, but no visible significant association seen with gout and hypercholesterolemia.Keywords: physical fitness, comorbid, asisted elderly

PENDAHULUANIndonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lansia karena jumlah penduduk kelompok usia lanjut di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun.1 Perubahan struktur usia di Indonesia berkaitan erat dengan peningkatan usia harapan hidup manusia Indonesia yang makin meningkat dari tahun ke tahun.2 Adanya peningkatan jumlah populasi lansia menyebabkan perlunya perhatian pada lansia, agar mereka tidak hanya berumur panjang, tetapi dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia dan tetap sehat (healthy aging).3,4Kesehatan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan pada kehidupan lansia, karena menua atau menjadi tua merupakan suatu proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak seorangpun dapat menghindari.4 Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan ialah dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin. Selain berfungsi untuk meningkatkan kebugaran jasmani, aktifitas fisik juga memberti penguatan terhadap keselarasan antara mental, emosional dan sosial pada lansia guna meningkatkan derajat kebermaknaan hidup dalam kehidupan hari tua.5,6 Beberapa penelitian meta-analysis telah membuktikan adanya efek positif dilakukannya aktifitas fisik secara teratur terhadap perbaikan kondisi hipertensi pada usia lanjut.7 Suatu studi terhadap kelompok wanita usia lanjut berusia 65 tahun keatas mendapatkan hasil bahwa terjadi penurunan risiko osteoporosis dan instabilitas yang cukup signifikan pada kelompok lansia yang melakukan program aktifitas fisik secara rutin.5 Penelitian ini dirasa perlu dilakukan untuk melihat sisi positif dan negarif serta efektifitas program senam yang dilakukan bersama-sama dalam kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah terhadap kebugaran jasmani pada lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaan, dalam upaya meningkatkan kebugaran jasmani lansia melali program senam lansia yang dilakukan bersama-sama didalam kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah dan sekitarnya.

METODE PENELITIANPenelitian menggunakan studi observasional analitik dengan menggunakan pendekatan potong silang. Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jl. Palmerah Barat No. 120 Jakarta dan dilakukan pada bulan September 2013 Januari 2014. Populasi terjangkau penelitian ini adalah lansia yang tergabung didalam kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, sedangkan sampel dari penelitian adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi yang antara lainnya: 1) merupakan pria atau wanita berusia 60 tahun dan tergabung didalam kelompok lansia binaan; 2) dapat beraktifitas secara mandiri atau ketergantungan minimal; 3) Mampu berkomunikasi, bisa membaca dan menulis; 4) Bersedia ikut serta dalam penelitian. Kriteria eksklusi penelitian meliputi: 1) lansia yang memilii gangguan jiwa; 2) memiliki gangguan dalam berkomunikasi; 3) memiliki ketergantungan berat dan atau dalam suatu keadaan terminal. Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive non-random sampling. Berdasarkan hasil perhitungan, sample yang dibutuhkan penelitian ini adalah 110 orang. Data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang memuat identitas responden, intensitas senam, dan kuesioner WHO QOL-BREF domain 1: Physical Health. Selain itu dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan darah meliputi kadar gula darah sewaktu, asam urat, dan kolesterol darah untuk melengkapi data penelitian. Analisis data dilakukan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan tingkat kemaknaan yang digunakan sebesar 0,05. Untuk mengetahui hubungan antar variabel penelitian digunakan uji statistik Chi-square dan uji korelasi Pearson untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antar variabel bebas dan tergantung, dan untuk melihat significancy dari hubungan tersebut.

HASILSeluruh responden pada penelitian ini adalah lansia, yaitu seseorang yang berusia diatas 60 tahun (100%). Usia rata rata responden penelitian adalah 62,25 tahun. Seluruh responden lansia pada penelitian ini berjenis kelamin wanita dan tergabung didalam kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah. Tabel 5.1. Status pendidikan lansia yang tergabung dalam kelompok lansia binaan. Frekuensi

PendidikanJumlah (n)Persentase (%)

Tidak sekolah2829.8

SD2728.7

SMP1313.8

SMA1617.0

Diploma dan S11010.6

Total94100.0

Dari hasil perhitungan data didapatkan status pendidikan lansia yang paling banyak ialah tidak sekolah sebanyak 28 orang (29.8%), berikutnya lulusan SD sejumlah 27 orang (28.7%), lulusan SMA sebanyak 16 orang (17.0%), lulusan SMP sebanyak 13 orang (13.8%), dan lulusan Diploma dan S1 sebanyak 10 orang (10.6%).Tabel 5.2. Distribusi lansia yang mengikuti senam lansia Frekuensi

Senam LansiaJumlah (n)Persentase (%)

Tidak senam1920.2

Tidak teratur2021.3

2x seminggu5558.5

Total94100.0

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan 55 orang (58.5%) dari 94 lansia mengikuti senam lansia secara teratur 2x dalam seminggu, 20 orang (21.3%) tidak teratur, dan 19 orang (20.2%) tidak mengikuti kegiatan senam. Faktor komorbid yang diperiksa meliputi tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan kadar asam urat. Dilaporkan sebagai berikut: Tabel 5.3. Distribusi faktor komorbid pada responden penelitian Frekuensi

Faktor KomorbidJumlah (n)Persentase (%)

Tekanan darah

Hipertensi derajat 21516.0

Hipertensi derajat 12324.5

Normotensi5659.6

Total94100.0

Gula darah sewaktu

Diabetes88.5

Normal8691.5

Total94100.0

Kolesterol total

Hiperkolesterol3335.1

Normal6164.9

Total94100.0

Asam urat

Meningkat2425.5

Normal7074.5

Total94100.0

Didapatkan dari hasil pemeriksaan tekanan darah, 56 lansia (59.6%) memiliki tekanan darah dalam batas normal, 23 orang (24.5%) memiliki hipertensi derajat 1, dan 15 orang (16%) lansia memiliki Hipertensi derajat 2. Pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan 8 orang (8.5%) menderita penyakit gula darah, dan 86 orang (91.5%) lainnya didapatkan gula darah sewaktu dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan kolesterol total didapatkan 33 orang (35.1%) memiliki kadar kolesterol total darah diatas batas normal, dan 61 orang (64.9%) sisanya dalam batas normal. Pemeriksaan asam urat dalam darah mendapatkan hasil 24 orang (25.5%) lansia terdapat peningkatan kadar asam urat diatas batas normal (6,5 untuk wanita), dan 70 orang (74.5%) sisanya didapatkan kadar asam urat darah di dalam batas normal.Kebugaran Jasmani responden penelitian didapatkan dengan kuesioner WHO-QOL BREF domain Physical Health (domain 1). Skala penilaian menggunakan skala likert. Skala yang digunakan terdiri dari 7 item dengan penyekoran tiap item adalah 1 sampai 5. Maka didapatkan statistik hipotetik berikut: Skor minimal:7 x 1 = 7 Skor maksimal:7 x 5 = 35 Rerata:(35 + 7)/2 = 21 Range:35 7 = 28Tabel 5.4. Skala penilaian kebugaran jasmani dengan skala penilaian likertKategori (Kebugaran Jasmani)AcuanKategorisasi

RendahX < - 1.X < 14

Sedang - 1. X < - 1.14 X 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan / terdapat hubungan negatif antara aktivitas senam dengan kadar asam urat pada lansia. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.364 > 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara aktifitas senam lansia dengan kadar asam urat darah pada lansia.Tabel 5.10. Demografi hubungan aktivitas senam dengan kolesterol total respondenKolesterol total darahP value

HiperkolesterolNormalTotalChi-squarePearson

n%n%n%

Senam LansiaTidak senam842.101157.901920.21.267.462

Tidak teratur420.01680.02021.27

Teratur2131.183468.825558.51

Hasil analisis menunjukkan 11 responden memiliki kadar kolesterol total darah normal, dan 8 responden memengalami hiperkolesterolemia dari total 19 responden yang sama sekali tidak mengikuti senam lansia. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square didapatkan nilai probabilitas (sig.) 0.267 > 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan / terdapat hubungan negatif antara aktivitas senam dengan kadar kolesterol total darah pada lansia. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.462 > 0.05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak) sehingga disimpulkan terbuki ada korelasi yang negatif signifikan antara aktifitas senam lansia dengan kadar kolesterol total darah lansia.

PEMBAHASANBerdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa total responden penelitian ini berjumlah 94 orang yang seluruhnya merupakan lansia, didapatkan usia rata-rata responden adalah 62,25 tahun. Berdasarkan pada UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa lansia ialah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.8 Seluruh lansia yang menjadi responden penelitian ini berjenis kelamin perempuan, dan tergabung didalam kelompok lansia binaan Puskesmas Kecamatan Palmerah. Pendidikan lansia yang menjadi responden penelitian ini paling banyak tidak sekolah (28 orang), para lansia yang tidak bersekolah tersebut mengaku bahwa pada saat mereka masih usia sekolah, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bersekolah. Selain itu, didapatkan lansia lulusan SD terbanyak kedua sejumlah 27 orang, lulusan SMA sebanyak 16 orang, lulusan SMP sebanyak 13 orang, dan lulusan diploma/S1 sebanyak 10 orang. Pada penelitian kami di Puskesmas Kecamatan Palmerah, sebagian besar lansia (55 orang) yang tergabung didalam kelompok lansia binaan secara teratur mengikuti senam lansia yang diadakan dua kali seminggu oleh Puskesmas tersebut. Namun dengan berbagai alasan, 20 orang lansia tidak teratur dalam mengikuti kegiatan senam tersebut, dan 19 orang tidak mengikuti kegiatan senam.Kebugaran Jasmani Lansia yang tergabung dalam kelompok lansia binaan di Puskesmas Kecamatan PalmerahTingkat kebugaran jasmani 94 responden pada penelitian ini didapatkan dengan pengisian kuesioner WHO-QOL BREF domain Physical Health (domain 1) oleh para lansia dibantu para bidan yang bekerja di Puskesmas Kecamatan Palmerah pada saat itu. Skala penilaian tingkat kebugaran jasmani lansia menggunakan skala likert, yang mendapatkan statistik hipotetik penilaian berdasarkan dari 7 poin pertanyaan mengenai kebugaran jasmani dengan penyekoran tiap poin adalah 1 sampai 5. Dari hasil perhitungan data didapatkan 52 orang (55.3%) dari 94 orang responden memiliki tingkat kebugaran jasmani sedang, 39 orang (41.5%) memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi, dan 3 orang (3.2%) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah.Hubungan antara aktifitas fisik dan kebugaran jasmani pada kelompok lansia binaanDari hasil perhitungan data didapatkan 52 orang (55.3%) dari 94 orang responden memiliki tingkat kebugaran jasmani sedang, 39 orang (41.5%) memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi, dan 3 orang (3.2%) responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah. Dari hasil uji korelasi pearson didapatkan nilai (r) = 0,272 yang artinya terdapat korelasi positif kuat antara kebugaran jasmani dan aktifitas senam. Didapatkan nilai Sig dari r = 0.004 < 0.05 yang artinya Ho ditolak (Ha diterima). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, terbukti adanya hubungan positif yang signifikan antara aktifitas fisik senam lansia dengan kebugaran jasmani lansia.KESIMPULANDari hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1) Lansia yang menjadi responden penelitian seluruhnya berjenis kelamin perempuan dengan usia rata-rata responden 62,25 tahun; 2) Didapatkan hubungan antara aktifitas senam lansia yang dilakukan secara rutin dilakukan lansia dua kali seminggu dengan tingkat kebugaran jasmani; 3) Terdapat hubungan antara faktor komorbid Hipertensi dengan aktifitas fisik senam lansia; 4) Terdapat hubungan antara faktor komorbid DM dengan aktifitas fisik senam lansia; 5) Tidak terdapat hubungan antara faktor komorbid Asam urat dengan aktifitas fisik senam lansia; 6) Tidak terdapat hubungan antara faktor komorbid Hiperkolesterol dengan aktifitas fisik senam lansia. Berdasarkan keterbatasan peneliti yang dimiliki dalam penelitian ini, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1) Bagi institusi kesehatan diharapkan dapat mempertahankan dan terus meningkatkan kebugaran jasmani lansia dengan melakukan senam lansia secara rutin dua kali seminggu. Berupaya meningkatkan pengetahuan lansia-lansia yang berada dibawah ruang lingkup Puskesmas Kecamatan Palmerah mengenai pentingnya mempertahankan kebugaran jasmani di usia tua dengan mengadakan kegiatan penyuluhan maupun promosi kesehatan. Menambah jumlah personil petugas kesehatan yang khusus mengatur maupun mengurus para lansia agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi para lansia itu sendiri dan diharapkan hal tersebut dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia; 2) Bagi masyarakat khususnya para lansia diharapkan lebih memperhatikan kondisi kesehatannya dengan pola hidup sehat dan tetap berpartisipasi aktif pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dengan upaya meningkatkan kesehatan lansia. Diharapkan dukungan keluarga dari para lansia dalam upaya peningkatan kebugaran jasmani lansia di usia tua; 3) Kami berharap bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas, sehingga lebih bermakna bagi lansia itu sendiri maupun bagi ilmu pengetahuan.

UCAPAN TERIMA KASIHTerutama ditujukan kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan dana dan dukungan antara lain dukungan dari bagian dan lembaga, para professional yang memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah, dan untuk penguji I maupun penguji II sidang proporsal yang lalu. Karya tulis ini disusun dengan segenap usaha dan tenaga, namun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan karya tulis ini, oleh karena itu kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran. Akhir kata semoga penelitian ini berguna baik bagi penyusun sendiri, rekan-rekan kami di tingkat klinik, bagi para pembaca, bagi Puskesmas Kecamatan Palmerah, maupun semua pihak yang membutuhkan.DAFTAR PUSTAKA1. Depkes. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 2011. Available at http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Data%20Penduduk%20Sasaran%20Program.pdf Accessed at 27 June 2013.2. Menkokesra. Jumlah Lansia Indonesia. Available at http://www.menkokesra.go.id/content/jumlah-lansia-indonesia-lima-besar-terbanyak-di-dunia Accessed at 28 June 2013.3. Depsos. Penduduk lanjut usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya. Available at http://www.depsos.go.id Accessed at 28 Juni 2013.4. Munandar AS. Menuju kehidupan lansia yang sejahtera. Farmacia 2003; 3:2-45. Kemmler W, Stengel S,Engelke K. Exercise effects on Bone Mineral Density, Falls, Coronary Risk Factors, and Health Care Costs in Older Women. Arch Intern Med. 2010;170(2):179-185.6. Junaidi S. Pembinaan fisik lansia melalui aktifitas olahraga jalan kaki. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. 2011;1(1).7. Cornelissen VA, Fagard RH. Effects of endurance training on blood pressure: a meta analysis of randomized controlled trials. Hypertension. 2005;46(4):667-675.8. Watson, Roger. Perawatan Lansia. Edisi ke-3. Jakarta: ECG 2003