Upload
firmanviersalyno
View
68
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Skripsi Junaidi Oce
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perjanjian bagi hasil merupakan perjanjian yang lahir dari kebiasaan
masyarakat dalam bekerja sama dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Fenomena perjanjian bagi hasilini berkembang dalam masyarakat sebagai
akibat adanya kebiasaan dalam masyarakat melakukan kegiatan bagi hasil.
Perjanjian bagi hasil ini timbul dari adanya keinginan dua pihak atau lebih
saling bekerja sama untuk suatu kegiatan usaha yang kemudian hasil usahanya
dibagi sesuai dengan kesepakatan antara para pihak yang terlibat dalam
perjanjian.
Demikian pula dengan keinginan sebagian warga masyarakat
Kecamatan Pontianak Kota untuk memiliki bangunan toko juga ditempuh
berbagai macam cara. Salah satu cara yang ditempuh dengan mengadakan
perjanjian bagi hasil, dimana pihak yang memiliki tanah dengan mengikatkan
diri dengan developer membangun perumahan atau pertokoan. Perjanjian
antara developer dengan pemilik tanah tersebut dikenal dengan perjanjian bagi
hasil.
Dalam pelaksanaannya perjanjian bagi hasil ini juga merupakan
perjanjian konsensuil (timbal balik) dan sebagai suatu perjanjian timbal balik,
maka yang menjadi kewajiban pemilik tanah merupakan hak dari pemilik modal
atau pelaksana pembangunan. Sebaliknya apa yang menjadi kewajiban
developer atau pelaksanan pembangunan merupakan hak bagi pemilik tanah.
2
Perjanjian bagi hasil belum secara khusus ada pengaturannya. Oleh
karena itu, perjanjian bagi hasil ini mengikuti ketentuan umum di dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) khususnya pada ketentuan
Buku III KUH Perdata mengatur tentang Perikatan.
Pada prinsipnya setiap perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak,
yang memberikan kebebasan untuk mengadakan dan menentukan perjanjian
asal dalam batas-batas tidak bertentangan dengan undang-undang kesusilaan
dan ketertiban umum dan setiap perjanjian harus diikuti dengan itikad baik.
Kontrak atau perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum dimana
pihak yang seorang berjanji kepada pihak lain atau dua orang saling berjanji
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Apabila seorang berjanji
kepada orang lain, kontrak tersebut merupakan kontrak yang biasa diistilahkan
dengan kontrak sepihak di mana hanya seorang yang wajib menyerahkan
sesuatu kepada orang lain, sedangkan orang yang menerima penyerahan itu
tidak memberikan sesuatu sebagai balasan (kontraprestasi) atas sesuatu yang
diterimanya.1 Sementara itu, apabila dua orang saling berjanji, ini berarti
masing-masing pihak berhak untuk menerima apa yang dijanjikan oleh pihak
lain. Hal ini berarti bahwa masing-masing pihak dibebani kewajiban dan diberi
hak sebagaimana yang dijanjikan.
Uraian di atas menarik minat penulis untuk meneliti lebih lanjut dalam
bentuk penelitian skripsi dengan judul: “PELAKSANAAN PERJANJIAN
BAGI HASIL ANTARA DEVELOPER DENGAN PEMILIK TANAH
1Ahmadi Miru, Hukum Kontrak (Perancangan Kontrak), Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 1
3
HAK MILIK DALAM PEMBANGUNAN RUMAH TOKO DI
KECAMATAN PONTIANAK KOTA”.
B. Masalah Penelitian
Bertitik tolak dari uraian pada latar belakang di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah perjanjian bagi
hasil antara developer dengan pemilik tanah hak milik dalam pembangunan
rumah toko telah dilaksanakan sesuai perjanjian ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan data dan Informasi tentang apakah perjanjian bagi hasil
antara developer dengan pemilik tanah hak milik dalam pembangunan
rumah toko telah dilaksanakan sesuai perjanjian.
2. Untuk mengungkapkan faktor yang menyebabkan developer dengan
pemilik tanah hak milik dan pembangunan rumah ruko belum
dilaksanakan sesuai perjanjian bagi hasil.
3. Untuk mengungkapkan akibat hukum bagi developer yang tidak
melaksanakan perjanjian bagi hasil dengan pemilik tanah hak milik di
kecamatan Pontianak Kota.
4. Untuk mengungkapkan upaya yang dilakukan oleh pemilik tanah hak
milik dalam pembangunan rumah toko di Kecamatan Pontianak Kota.
4
D. Kerangka Pemikiran
1. Tinjuan Pustaka
Istilah perjanjian atau kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu
contracts. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut overeenkomst
(perjanjian).2 Perjanjian adalah merupakan salah satu sumber perikatan. Hal
tersebut landasan hukumnya terdapat dalam Pasal 1233 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa "tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena perjanjian,
baik karena undang-undang". Akan tetapi perikatan yang lahir karena
perjanjian merupakan yang paling banyak terjadi dalam kehidupan sehari-
hari.
Perjanjian melahirkan perikatan ini menimbulkan hak dan kewajiban
diantara para pihak yang melaksanakannya. Menurut ketentuan yang terdapat
dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu
perbuatan denganmana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lainnya atau lebih.
R. Subekti memberikan rumusan perjanjian sebagai suatu peristiwa
hukum dimana seseorang berjanji kepada orang lain dimana dua orang tersebut
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.3Sedangkan menurut Abdul Kadir
Muhammad perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau
lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu dalam lapangan harta
kekayaan.4
2Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hal. 15
3Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1991, hal. 1.4Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citara Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal. 9
5
Dalam penyelesaian sengketa akibat pelaksanaan perjanjian yang
dituangkan dalam akta yang dibuatnya ini notaris dapat juga bertindak sebagai
mediator dalam proses mediasi. Notaris dalam hal ini adalah sebagai pihak
ketiga yang bersifat netral dan tidak memihak dan yang tugasnya hanya
membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya
dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.
Dengan perkataan lain, mediator di sini hanya bertindak sebagai
fasilitator saja dan melalui mediasi diharapkan dicapai titik temu
penyelesaian masalah atau sengketa yang dihadapi para pihak, yang
selanjutnya akan dituangkan sebagaikesepakatan bersama. Pengambilan
keputusan tidak berada di tangan mediator, tetapi di tangan para pihak yang
bersengketa.
Bentuk penyelesaian sengketa yang pertama dan paling penting adalah
Negosiasi (negosiation). Pengendalian semacam ini terwujud melalui lembaga-
lembaga tertentu yang memungkinkantimbulnya pola diskusi atau negosiasi
dalam pengambilan keputusan di antara para pihak yang berlawanan terhadap
persoalanpersoalan yang mereka pertentangkan.
Di dalam mediasi kedua belah pihak yang bertentangan menyetujui
untuk menerima pihak ketiga menyelesaikan sengketanya. Tetapi mereka bebas
untuk menerima atau menolak keputusan tersebut. Melalui mekanisme
pengendalian sengketa yang efektif akan menjadikan suatu kondisi yang
kondusif, dengan kata lain dalam mediasi kekuasaan tertinggi ada di para pihak
masing-masing yang bersengketa. Mediator sebagai pihak ketiga yang
6
dianggap netral hanya membantu atau memfasilitasi jalannya proses mediasi
saja.5
Proses mediasi menghasilkan suatu kesepakatan antara para pihak
(mutually acceptable solution). Kesepakatan para pihak ini lebih kuat sifatnya
dibandingkan putusan pengadilan, karena merupakan hasil dari kesepakatan
para pihak yang bersengketa. Artinya kesepakatan itu adalah hasil kompromi
atau jalan tengah yang telah mereka pilih untuk disepakati demi kepentingan-
kepentingan mereka bersama. Sedangkan dalam putusan pengadilan ada pihak
lain yang memutuskan, yaitu hakim.Putusan pengadilan itu bukan hasil
kesepakatan para pihak, melainkan lebih dekat pada perasaan keadilan hakim
itu sendiri yang belum tentu sama dengan perasaan keadilan dari para pihak
yang bersengketa.
2.Kerangka Konsep
Konsep adalah suatu bagian terpenting dari teori. Konsepsi
diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi sesuatu
yang konkrit, yang disebut dengan operational definition.6 Pentingnya definisi
operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau
penafsiran mendua (dubuis) dari suatu istilah yang dipakai.7 Oleh karenanya
untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka harus
5Surya Perdana, Mediasi Merupakan Salah Satu Cara Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja Pada Perusahaan Disumatera Utara, USU e-Repository, Medan, 2008, hal 40
6Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia (IBI), Jakarta, 1993. hal. 10.
7Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fidusia : Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, PPs-USU, Medan, 2002, hal. 35.
7
didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil
penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan judul dari penelitian tesis ini, dirumuskan serangkaian
kerangka konsepsi atau definisi operasional sebagai berikut.
1. Notaris adalah yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai
semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundangundangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian
tanggal pembuatan akta, menyimpanakta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang.
2. Peranan Notaris adalah peranan dari notaris di luar kewenangan
pembuatan akta dalam hal ini keikutsertaan notaris dalam pemberian
pendapat hukum (advis hukum) dan penyuluhan hukum sehubungan
dengan pembuatan akta.
3. Penyelesaian sengketa adalah suatu upaya yang dilakukan oleh para pihak
guna menyelesaikan perselisihan atau sengketa akibat adanya suatu
perbuatan hukum yang disepakati sebelumnya.
4. Tuntutan Pembatalan adalah tuntutan yang diajukan oleh pihak yang
merasa dirugikan dalam suatu perjanjian untuk membatalkan perjanjian.
5. Pembatalan perjanjian adalah suatu perbuatan hukum sebagai upaya untuk
8
tidak melanjutkan sebuah perjanjian akibat terpenuhinya syarat batal dari
suatu perjanjian.
6. Perjanjian Bagi hasil adalah perjanjian yang dilaksanakan antara pemilik
tanah dengan pelaksana pembangunan (pengembang) untuk pembangunan
dengan membagi bagian masing-masing pihak berupa bangunan
pertokoan sesuai dengan kesepakatan.
E. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan, maka penulis merumuskan hipotesis
sebagai kesimpulan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya,
yaitu : Bahwa masih ada perjanjian antara developer dengan pemilik tanah hak
milik dalam pembangunan rumah ruko belum dilaksanakan sesuai perjanjian.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Empiris dengan
pendekatan deskriptif analisis, di mana penulis meneliti dan menganalisa
dengan menggambarkan keadaan atau fakta-fakta yang didapat secara nyata
saat penelitian dilakukan.
1. Bentuk Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan (library research)
Yaitu dengan mempelajari literatur-literatur, peraturan perundang-
undangan, serta tulisan-tulisan para sarjana yang erat kaitannya dengan
masalah yang diteliti.
b. Penelitian Lapangan (field research)
9
Yaitu dengan turun langsung ke lapangan untuk mencari data pada
sumber data yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
2. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpul data yang dipergunakan adalah
teknik komunikasi langsung dan teknik komunikasi tidak langsung.
a. Teknik Komunikasi Langsung, yaitu dengan melakukan
kontak langsung dengan sumber data dengan mempergunakan
wawancara sebagai alat pengumpul data dengan Developer dan
pemilik tanah di Kecamat Pontianak Kota.
b. Teknik Komunikasi Tidak Langsung, yaitu kontak tidak
langsung dengan sumber data dengan mempergunakan angket
(kuesioner) sebagai alat pengumpul data dengan Developer dan
pemilik tanah di Kecamat Pontianak Kota.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti, dan yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Developer yang ada di
Kecamtan Pontianak Kota dan Pemilik hak Tanah.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, penentuan sampel menggunakan
metode purposive sampling. Ciri-ciri sampel dalam penelitian lebih
mengarah pada obyek yang mempunyai relevansi dengan pokok
10
permasalahan dalam penelitian. Ronny Hanitijo Soemitro8 menyatakan
bahwa:
Pada prinsipnya tidak ada peraturan-peraturan yang ketat untuk secara mutlak menentukan berapa persen sampel tersebut diambil dari populasi, namun pada umumnya orang berpendapat bahwa sampel yang berlebihan itu lebih baik daripada kekurangan sampel (over sampling is always better than under sampling). Biasanya orang menentukan besar kecilnya sampel itu atas pertimbangan-pertimbangan praktis saja misalnya mengingat faktor pembimbing atau sponsor, besarnya biaya pengeluaran, kesempatan dan limit waktu yang diberikan, kemampuan fisik dan intelektual dari peneliti sendiri, ciri-ciri khas fenomena yang akan digarap dan lain-lain.
Bertitik tolak dari pendapat di atas dan dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu, maka jumlah sampel yang penulis ambil dalam
penelitian ini adalah:
1) 3 (tiga) developer yang ada di kota Pontianak,
2) 3 (tiga) Pemilik tanah hak milik di wilayah Kecamatan Pontianak
Kota
8 Ronny Hanitijo Soemitro, 1985, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 47.