Upload
doandan
View
240
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
KONFLIK INTERNAL PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
DI KABUPATEN KARAWANG: SUMBER DAN DAMPAK
KONFLIK PADA PEMILU 2009
Oleh:
Bambang
106033201164
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul "Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa di
Kabupaten Karawang: Sumber dan Dampak Konflik Pada Pemilu 2009" diajukan
kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada tanggal 10
Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana SI (S.Sos) dalam bidang Ilmu Politik.
Jakarta, 10 Desember 2010
Tim Penguji
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Hj. Wiwi Siti Saiaroh. MA M. Zaki Mubarak. M.SiNIP: 196902101994032004 NIP. 197309272005011008
Penguji:
Penguji 1 Penguji 2
Ahmad Bakir Ihsan. M.Si Suryani, M.SiNIP: 197204122003121002 NIP : 150411224
Pembimbing
Dr. Siroiudin Ali, MANIP. 195406052001121001
KONFLIK INTERNAL PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
DI KABUPATEN KARAWANG: SUMBER DAN DAMPAK KONFLIK
PADA PEMILU 2009
(Studi Konflik DPC Karawang 2004-2009)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk memenuhi syarat
meraih gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos)
Oleh
Bambang
NIM: 106033201164
Di bawah bimbingan
Dr. Sirojudin Ali, MA
NIP. 195406052001121001
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ABSTRAK
BambangKonflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa Di Kabupaten Karawang:Sumber Dan Dampak Konflik Pada Pemilu 2009
Partai Kebangkitan Bangsa adalah salah satu partai politik Islam diIndonesia, yang dideklarasikan di komplek Pondok Pesantren Wahid HasyimCiganjur Jakarta Selatan pada tanggal 23 Mi 1998 Pada jam 15.00 WIB diikutioleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama diantaranya adalah KH. Munasir Ali, KH.Ilyas Ruchiyat, KH. Abdurrahman Wahid, KH. Mustofa Bisri, dan KH. MuhithMuzadi. Sebagai partai baru PKB ikut serta dalam ajang pemilu 1999 yangmendapatkan peringkat ketiga setelah PDIP dan Golkar.
Peletakan batu pertama perjalanan PKB masih tetap bangkit dalamperpolitikan Indonesia. Namun tidak demikian, PKB sebagai salah satu partaipolitik Islam mengalami berbagai cobaan dan rintangan yang diawali dengankonflik yang dipelopori oleh Gus Dur dan Matori, dalam kasusnya kehadiranMatori pada sidang MPR dalam rangka penurunan Gus Dur dari kursi Presiden.Maka waktu itu juga Gus Dur memecat Matori yang dianggap telah menyalahiaturan partai ikut dalam sidang MPR, konflik semakin meluas sehingga sampai kemeja hijau.
Dalam kasus tersebut yang menjadikan PKB menjadi dua kubu yaitu kubuBatu tulis pimpinan Matori dan PKB Kuningan pimpinan Gus Dur. Akan tetapi,dalam keputusan sidang kubu Gus Dur yang memenangkan perkara tersebut.Sampai mengikuti ajang pemilu 2004 dengan tuntas tidak mengalamipermasalahan.
Selanjutnya dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dibawah pimpinanSusilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla memilih Alwi dan Saefullah Yusufsebagai menteri, dan ini yang mengakibatkan keduanya dipecat dari kepengurusanpartai karena dianggap telah menyalahi aturan partai. Sehingga kasus ini jugasampai kepengadilan karena Alwi dan Saefullah tidak terima atas keputusan GusDur.
Konflik yang terjadi dilakukan oleh beberapa aktor yaitu Gus Dur, Matoridan Alwi, dari beberapa konflik baik yang pertaama, kedua, dan ketiga itu tidakberpengaruh terhadap DPC PKB Karawang. Namun, konflik terjadi kembaliantara Gus Dur dan Muhaimin, dan ini berdampak kepada DPC PKB Karawangyang mengakibatkan terbentuknya dua kepengurusan antara kubu Muhaimin dankubu Gus Dur.
Oleh karena itu, disini penulis akan menjelaskan dan menggambarkankonflik yang terjadi ditingkat Kabupaten atau kota yaitu di Kab. Karawang.Karena, dalam kenyataanya konflik yang terjadi di tingkat pusat berdampak ketingkat cabang atau kota. Sejauh mana dampak dan pengaruh konflik terhadapmasyarakat (Nahdliyin) dan pemilu. Karena, pada kenyataanya konflik sangatmempengaruhi baik tingkat pusat maupun cabang.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (SI) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Desember 2010
Bambang
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil a’alamin, dengan mengucapkan puji, puja serta
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat meraih
gelar strata satu (SI). Shalawat beriring salam tetap tercurahkan kepada junjungan
kita semua yakni nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa dan
membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang penderang, dan
selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat Aaamiin Yaa Robbal a’lamin.
Atas terselesainya skripsi ini, dengan judul: Konflik Internal Partai
Kebangkitan Bangsa Karawang: Dampak dan Sumber Konflik pada Pemilu
2009. Banyak halangan, rintangan serta tantangan yang penulis hadapi dalam
menyusun skripsi ini. Oleh karena itu penulis banyak mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu baik secara materi maupun
secara moral selama menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah, nikmat sehat
jasmani rohani, dan memberikan ilmu yang tiada tara, memberikan jalan
penerang disaat penulis menemukan masalah serta halangan dan rintangan
ketika menulis atau menyusun skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Hendro Prasetyo, MA. Selaku wakil Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag., selaku ketua Program Studi Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak M. Zaki Mubarak, MSi selaku sekertaris Jurusan Ilmu Politik yang
telah memberikan motivasi serta dorongan yang tak henti-henti demi
terselesainya skripsi ini.
7. Bapak Dr. Sirojudin Ali, MA. Selaku Dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu diantara kesibukan dalam aktivitasnya dalam rangka
memberikan bimbingan serta motivasi dan dorongan demi terselesainya
penulisan karya ilmiah atau skripsi ini.
8. Seluruh Dosen beserta staf dan jajaran akademik Program Studi Ilmu
Politik, penulis menucapkan beribu-ribu terima kasih sampai
terselesaikannya skripsi atau karya ilmiah ini.
9. Orang tua baik Bapak Calam dan Ibu Umsinah yang tercinta, tiada henti-
hentinya mendidik dan membina saya dari kecil sampai besar, sehingga
saya bisa menunaikan studi di jenjang yang lebih tinggi, itu tidak lain
karena dorongan serta do’a orang tua saya yang selalu mengalir dan
menghiasi dalam kehidupan saya.
10. Untuk kaka-kakaku serta adiku, Yanah, Spd, Drs. Wahyudin Sag, Sarnih
dan Lia Anggraeni yang telah memberikan dukungan serta motivasi yang
tinggi, dan selalu menjaga serta membimbing saya saat melakukan studi,
tidak akan pernah terlupakan jasa-jasa mereka sampai kapanpun.
11. Kepada Adinda Handayanti yang tercinta, yang selalu memberikan
motivasi serta masukan untuk penyelesaian skripsi ini begitu banyak
pengorbanan yang Adinda berikan, dan kepada Bapak H. Misan Turin
beserta Ibu yang telah memberikan sarana prasarana, dorongan atau
dukungan yang banyak kepada penulis.
12. Kepada teman-teman dan IRMA Al-Husna, Dedi Candra, Ahmad Sofiyan
S.Sos, Helmi, Abdul Muis, Soleh, Alek, Kamin, Idris Ridwan Munandar
SPd, Hasan Ismail, yang telah memberikan motivasi serta dorongan
sampai terselesaikannya skripsi ini.
13. Kepada seluruh pihak dan segenap jajaran pengurus DPC PKB Karawang,
penulis ucapkan terima kasih banyak atas bantuan serta bahan rujukan
yang telah diberikan sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
14. Kepada kawan-kawan Program Studi Ilmu Politik yang tidak saya
sebutkan satu-persatu khususnya angkatan tahun 2006, terima kasih atas
dukungan dan bantuannya baik materi maupun pemikiran selama
berlangsungnya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh bahkan belum sempurna oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis bisa intropeksi,.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca.
Demikianlah semoga Allah menerima usaha ini sebagai ‘amal ibadah serta
mengampuni kesalahan dalam karya atau skripsi ini, oleh karena itu penulis
sendiri yang bertanggung jawab.
Ciputat, 7 Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................7
C. Metodelogi Penelitian..............................................................8
D. Sistematika Penulisan..............................................................8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................9
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................11
A. Partai Politik.......................................................................11
1. Pengertian Partai Politik.....................................................13
2. Model Partai Politik...........................................................15
3. Fungsi Partai Politik...........................................................16
4. Tujuan Partai Politik..........................................................19
B. Konflik....................................................................................22
1. Pengertian Konflik.............................................................22
2. Bentuk Konflik..................................................................25
BAB III DESKRIPSI DPC PKB KAB. KARAWANG........................29
1. Latar Belakang Berdirinya Partai..........................................29
2. Struktur Kepengurusan Partai...............................................34
3. Program Kerja Partai............................................................38
4. Perkembangan Partai dari tahun 2004 – 2009......................41
5. Perbandingan Hasil Pemilu 2004 dan 2009.........................45
BAB IV DINAMIKA KONFLIK PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DI
KARAWANG..................................................................................51
A. Konflik Partai Kebangkitan Bangsa Tingkat Nasional................51
1. Latar Belakang Konflik..........................................................52
2. Pelaku yang terlibat dalam konflik.........................................53
B. Konflik Partai Kebangkitan Bangsa di Karawang......................54
1. Sumber Konflik.......................................................................55
2. Pelaku yang terlibat dalam konflik..........................................58
3. Pengaruh Konflik Terhadap Masyarakat................................60
C. Dampak Konflik PKB pada Pemilu 2009....................................63
BAB V PENUTUP........................................................................................71
A. Kesimpulan.................................................................................71
B. Saran – saran................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan manusia sesuai dengan ukuran dan kemampuan
manusia, dan manusia bergerak demi mencapai atau menjalankan tugasnya,
walaupun telah diketahui bahwa manusia adalah makhluk yang lemah tidak ada
kekuatan tanpa ada yang memberikan kekuatan itu. Namun manusia bertugas atau
beraktivitas sesuai dengan koridor, ketentuan dan hukum yang berlaku
sebagaimana manusia makhluk sosial yang sama-sama saling membutuhkan satu
sama lain, dengan adanya interaksi sosial maka akan tumbuh pemikiran dan
gagasan yang luas dalam membangun agama, masyarakat dan negara.
UU RI No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik menyatakan bahwa, partai
politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan, kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui
pemilihan umum.1 Politik adalah cara untuk mencapai sebuah kekuasaan, dan
untuk mencapai kekuasaan bisa dengan beberapa cara salah satunya yaitu melalui
partai politik, namun partai politik berbeda dengan bentuk organisasi lainnya, ia
merupakan a special Kind of political organization. Di negara yang demokratis
1 Partai politik, (UU RI No. 31Tahun 2002) Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
(UU.RI.Nomor 12 tahun 2003), (Jakarta,CV.Eko Jaya, 2003), h. 4.
atau yang otoritarian partai politik berbeda dengan asosiasi-asosiasi politik lainnya
yang ada, seperti kelompok penekan (Pressure group), karena partai politik adalah
organisasi yang berhubungan dengan kekuasaan melalui cara pemilihan yang
demokratis.2
Dalam politik Islam munculnya partai diawali dengan konflik kekuasaan
pada periode Ali dan Muawiyah, pada periode ini terdapat dua teori yang
berkembang. Ibnu Khaldun menjelaskan teori tersebut dengan ungkapanya, dan
puncak perselisihan yang terjadi antara sahabat dan tabi’in merupakan perbedaan
ijtihad dalam masalah agama yang zhanni, demikian pula hukumnya. Sehingga
pada situasi tersebut terbentuk dua kelompok, yang pertama kelompok Ali dan
yang kedua kelompok Muawiyah. Adapun inti dari permasalahan tersebut adalah
pembaiatan khalifah.3
Dalam sejarah Indonesia konflik yang dilakukan oleh kaum komunis pada
tahun 1948 dan 1965, kaum komunis telah dua kali mencoba melakukan kudeta.
Daerah Jawa Barat dan Divis Siliwangi telah di rongrong oleh Darul Islam
sepanjang 1950-an, dan di sejumlah daerah lain telah terjadi bemacam-macam
pemberontakan. Sehingga menurut Dharsono akar permasalahan terjadinya
konflik itu disebabkan oleh organisasi-organisasi islam yang selalu berjuang ingin
menegakan syariat islam yang selalu bertentangan dengan kaum nasionalis.4
2 Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2007,) h. 94.3 Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 2001,) h. 32, Cet. I.4 R. William Lidlle, Partisipasi dan Partai Politik Indonesia pada Awal Orde Baru,
(Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1992, ) h. 113-114.
Konflik di PKB memang tidak jauh berbeda dengan konflik yang terjadi
pada NU dulu yang mana sejak berdirinya NU Pada tanggal 31 Januari 1926
Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya, di bawah pimpinan Syaikh Hasyim
Asy’ari, sebagai reaksi terhadap gerakan pembaharuan yang dibawa terutama
oleh Muhammadiyah dan lain-lain, usahanya antara lain memperkembangkan dan
mengikuti salah satu dari keempat mazhab fiqh. Tahun 1952 memisahkan diri dari
Masyumi dan sejak itu resmi menjadi Partai Politik Islam. Kegiatan politik praktis
NU mulai surut ketika memfusikan diri ke dalam PPP (Partai Persatuan
Pembangunan) 1973, lalu ditegaskan bahwa NU bukan wadah bagi kegiatan
politik praktis dalam Musyawarah Nasionalnya di Situbondo Jawa Timur 1983,
dan diperkuat oleh Muktamar NU 1984 yang secara eksplisit menyebut NU
meninggalkan kegiatan politik praktisnya.5
Ketika lengsernya Orde Baru 1998 menjadi Era Reformasi itulah awal
berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa pada tanggal 23 Juli 1998 yang di
deklarasikan oleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama diantaranya adalah Munasir Ali,
Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A. Mustofa Bisri, dan A. Muhith Muzadi.
Namun perjalanan partai ini sangat begitu rumit, artinya proses kepengurusan ini
mengalami banyak rintangan.
Contoh kasus atau konflik antara Gus Dur dan Matori Abdul Djalil ketika
Muktamar pertama PKB di Surabaya pada tahun 2001 yaitu masalah sidang
istimewa MPR RI, kelompok Gusdur tidak mau mengikuti sidang istimewa yang
tidak
5 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta, Rajawali, 1986,) h. 263- 264.
konstitusional tapi Matori tetap mengkutinya untuk menjatuhkan Gus Dur
karena Matori ingin memperjuangkan pribadinya menjadi ketua DPP PKB.
Matori menyerukan kepada segenap pengurus DPP PKB yang terlibat
secara langsung mendorong KH. Abdurrahman Wahid bersikap konfrontatif
terhadap banyak pihak yang berpuncak pada keluarnya dekrit presiden agar
mengundurkan diri dari pengurus partai, akibat dari perbuatanya akhirnya Matori
diberhentikan oleh Ketua Dewan Syuro KH. Abdurrahman Wahid sebagai ketua
DPP PKB, dengan alasan yang bersangkutan tidak tunduk pada kebijakan partai
karena mendukung pelaksanaan sidang istimewa MPR RI dan kedudukannya
diganti oleh Alwi Shihab. Konflik internal ini tidak mempengaruhi pemilu 2004,
hengkangya Matori dari PKB tidak akan mengganggu keutuhan partai ini secara
keseluruhan terbukti dari DPW sampai DPC tetap mendukung PKB di bawah
kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid.6
Bukan hanya kasus ini saja yang dialami Partai Kebangkitan Bangsa,
masih banyak kasus-kasus yang dialami. Ketika Gus Dur menjadi Presiden
banyak sekali lawan politik Gus Dur yang ingin menjatuhkan kekuasaanya, karena
kebetulan pada kepemimpinan beliau mengalami beberapa perubahan seperti
pemisahan antara POLRI dan ABRI, pembubaran Depsos, pembubaran Depham
dan yang lainnya.
Karawang kota pangkal perjuangan yang dikenal sebagai lumbung padi,
dan kaya akan sumber daya alamnya, akan tetapi juga karawang bisa dikatakan
kota santri karena banyak berdirinya pondok-pondok salafi, sehingga mayoritas
70% karawang
6 Muhaimin Iskandar, Gus Dur yang Saya Kenal Catatan Transisi Demokrasi Kita,
(Yogyakarta, LKIS Yogyakarta, 2004,) h. 203-205.
warga Nahdliyin, namun saat sekarang ini perpolitikan di Karawang mengalami
masalah, khususnya yang terjadi dan di alami oleh Nahdlyin Karawang, keluh
kesah mereka baik dari elit agama maupun masyarakat biasa selalu muncul yang
bertanya kenapa PKB Karawang selalu ada masalah yang tidak diinginkan oleh
warga Nahdliyin.
Pada pemilu 1999 perolehan suara 61.000 mendapat 2 kursi, pemilu 2004
memperoleh suara 53.000 mendapat 3 kursi, dan pada pemilu 2009 yang lalu
memperoleh suara 48.300 mendapat 4 kursi.7 Menurut Rahmat Toleng salah satu
pengurus PKB Karawang menyatakan bahwa setiap tahun dalam pemilu PKB
Karawang mengalami penurunan, tapi dalam kursi selalu meningkat. Ini tidak lain
karena sistem pemilu yang mendukung Keadaan PKB Karawang yaitu sistem
pemilu Proporsional, sistem Proporsional adalah sistem pemilu yang lebih menitik
beratkan kepada partai bukan orang atau nomor calon, berbeda dengan sistem
distrik.8
Sistem proporsional penyesuaian jumlah kursi parlemen yang diperoleh
oleh suatu partai dengan jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat. Kelebihan
sistem ini adalah; dianggap demokratis dan representatif, karena semua
perwakilan dari masyarakat terwakili dalam parlemen, sedangkan jumlah wakil
dalam badan lembaga sesuai dengan jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat,
7 Radar Karawang,, pesta pemilu raya Karawang , tanggal 27 juli 2009 h. 48 Hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 20 April 2010 di kantor sekretariat
PKB Karawang , di dalam wawancaranya ia mengatakan bahwa PKB merupakan partai yang
berideologi Islam tradisional atau partai kaum Nahdliyin yang mengakomodir kaum santri, petani
dan para simpatisan luar Nahdliyin. Dalam jumlah suara setiap tahun PKB Karawang terjadi
penyusutan baik ketika konflik maupun sedang tidak terjadi konflik, ini karena keberuntungan
Partai PKB karena sistem pemilu menggunakan sistem pemilu Proporsional, konflik internal di
tubuh PKB yang menjadikan simpatisan PKB pecah itu berdampak pada pemilu 2009 yang lalu.
dan dianggap adil karena golongan kecilpun mempunyai kesempatan untuk
menduduki wakil dalam departemen. Kekurangannya ialah banyaknya partai yang
bersaing menyulitkan suatu partai untuk meraih mayoritas, wakil yang terpilih
merasa tidak terikat kepada partai daripada daerah yang diwakilinya.
Lawan dari sistem proporsional adalah sistem pemilu distrik, sistem
pemilu distrik didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis
mempunyai satu wakil dalam parlemen. Demi keperluan pemilihan, negara dibagi
dalam jumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam parlemen ditentukan
oleh jumlah distrik. Sistem distrik juga mempunyai kelebihan dan kekurangan,
dan kelebihan sistem distrik adalah; wakil lebih dikenal oleh pemilih, lebih
mendorong integrasi parpol karena hannya memperebutkan satu kursi dalam
setiap distrik, sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Untuk kekurangan sistem
distrik ialah; kurang menguntungkan bagi partai kecil dan golongan minoritas,
kurang representatifes, calon yang kalah dalam satu distrik bisa kehilangan semua
suara, bisa terjadi kesenjangan jumlah suara dan kursi yang didapatkan di
Parlemen.9
Proporsional juga ialah sistem yang memberikan kursi legislatif kepada
parpol berdasarkan proposi suara tiap parpol dalam sebuah daerah pemilihan, agar
kursi-kursi dapat didistribusikan kepada parpol secara proporsional, maka caranya
menggunakan DP Wakil Jamak, namun idealnya secara empirik antara 6-9 kursi
per DP. Oleh karena itu, kalaulah sistem ini berubah menjadi distrik kemungkinan
PKB Karawang mengalami kekalahan.
9 Rumidan Rabi’ah, Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia, (Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), h. 64-67.
DP. Oleh karena itu, kalaulah sistem ini berubah menjadi sistem distrik
kemungkinan PKB Karawang mengalami kekalahan.
Konflik internal PKB Karawang terjadi karena pengaruh konflik internal
ditingkat pusat atau bisa dikatakan efek domino yang mana sudah ketahui bersama
baik dari media elektronik atau media cetak, bahwa konflik di DPP PKB sangat
ironis dan akan berimbas pada DPW,DPC sampai ke PAC sehingga mengalami
berbagai benturan antara dua kubu antara lain kubu Gusdur dan kubu Muhaimin,
atau antara kubu Parung dengan kubu Ancol. Dan Toleng juga mengatakan kubu
Gusdur kelompok tua yaitu H. Uba Ruba’i dan Enjang Ya’kub, dan kubu
Muhaimin kelompok muda yang dipelopori oleh Ahmad Zamakhsyari ketua
sekarang, dan segenap pengurus lainnya. Pertikaian dan perbedaan pendapat
selalu ada dalam suatu intansi atau suatu organisasi. Oleh karena itu untuk lebih
jelas kronologisnya tentang konflik PKB Karawang pembahasan akan dilanjutkan
pada BAB berikutnya.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, jelaslah bahwa Konflik bukan
terjadi hanya pada suatu etnis atau suatu golongan saja, akan tetapi partai politik
pun bisa terjadi konflik karena disebabkan oleh faktor – faktor tertentu, apalagi
kaitannya dengan politik dan umat, maka pembahasan skripsi ini akan dirumuskan
pada persoalan sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan terjadinya perpecahan dan konflik di tubuh Partai
Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang?
2. Seperti apa Faksionalisme politik yang terbentuk akibat konflik tersebut?
3. Apa Dampak dan Pengaruhnya terhadap warga Nahdliyin di Karawang?
Kemudian, agar penelitian ini bisa lebih fokus , maka penulis membatasi
permasalahan-permasalahan diatas pada permasalahan Konflik Internal Partai
Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang, sumber serta dampak pada pemilu
2009.
C. Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini diaplikasikan model penelitian empiris. Dilihat dari
sudut pandang sifat yang dihimpunnya, penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Sementara metode penulisan yang digunakan adalah
deskriptif analisis yakni dengan cara penulisan yang menggambarkan
permasalahan yang didasari pada data-data yang ada, lalu dianalisa lebih lanjut
untuk kemudian diambil kesimpulan. sumber lainya yang relevan dengan
penelitian ini, seperti jurnal yang terkait dengan penelitian, surat kabar, majalah
dan sumber tertulis lainya.
Adapun sistematika atau teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada
buku Pedoman Skripsi, Tesis dan Disertasi yang disusun oleh Tim Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.10
D. Tujuan dan Manfaat
Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui apa yang melatar belakangi terjadinya konflik Partai
Kebangkitan Bangsa di Karawang.
10 Hamid Nasuhi, Tim. Dkk, Pedoman Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:CeQDA. 2007.
2. Ingin mengetahui sejauh mana Partai Kebangkitan Bangsa Karawang
dalam menghadapi konflik tersebut.
3. Ingin mengetahui apa dampak dan pengaruhnya terhadap pemilu dan
masyarakat sekitar.
4. Ingin mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
melaksanakan tugas dan perannya.
2. Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan kontribusi berupa gagasan dan buah fikiran sebagai
hasil penelitian berdasarkan prosedur, ilmiah serta melatih kepekaan
penulis terhadap masalah-masalah yang ada dilingkungan.
2. Penelitian ini diharapkan menambah referensi tentang masalah-masalah
politik yang ada dilingkungan.
3. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa
pemikiran atau pemasukan tentang konflik pada partai politik PKB dan
mampu memberikan solusi atau jalan keluar bagi pengurus partai PKB dan
para simpatisan dalam menyikapi kelebihan dan kekurangan akan
peranannya menanggulangi perselisihan kepengurusan partai politik serta
dapat menjadi motivasi bagi peneliti-peneliti lain untuk mengetahui
fenomena atau suatu konflik yang terjadi di setiap partai politik, baik
partai politik nasionalis maupun islamis yang terjadi di tingkat nasional
maupun daerah.
E. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini pembahasannya akan terbagi menjadi lima bab dan
masing-masing bab akan terbagi lagi menjadi sub-sub bab yaitu sebagai berikut:
Bab I : Memuat tentang pendahuluan yang mengutarakan latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian teori, metode
penelitian, sistematika penulisan, tujuan dan manfaat penelitian.
Bab II: Memuat tentang tinjauan teoritis menjelaskan tentang Pengertian
partai politik, Model partai politik, dan Fungsi partai Politik, serta
Pengertian Konflik, dan bentuk Konflik.
Bab III: Memuat tentang Deskripsi Partai Kebangkitan Bangsa di Karawang
yang mengutarakan Latar belakang berdirinya partai, Struktur
kepengurusan partai, Program kerja partai, perbandingan hasil
pemilu, dan Perkembangan partai dari setiap tahun.
Bab IV: Memuat tentang Dinamika konflik Partai Kebangkitan Bangsa di
Karawang yang menjelaskan konflik PKB tingkat Nasional antara
lain: latar belakang konplik, pelaku yang terlibat dalam konflik,
dampak dan pengaruh pada pemilu 2009. Dan konflik PKB di tingkat
daerah Karawang antara lain yaitu: sumber dasar konflik, pelaku
yang terlibat dalam konflik, dampak pada pemilu 2009, dan
pengaruh konflik terhadap masyarakat.
Bab V : Merupakan Bab Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Partai Politik
Dalam kekuasaan suatu negara baik yang konservatif maupun yang
revolusioner dan yang didukung oleh elit politik atau oleh massa, baik
pemerintahan yang menganut sistem demokrasi pluralis maupun yang mengikuti
sistem demokrasi diktatoris. Pada umumnya partai politik dianggap sebagai alat
atau kendaraan dari suatu sistem yang sudah berkembang, sehingga di negara-
negara yang sedang berkembang pesat partai politik sudah menjadi lembaga serta
arah tersendiri.
Peletakan batu pertama awal munculnya partai politik terletak di negara-
negara Eropa Barat, dengan alasan yang cukup jelas bahwa rakyat merupakan
faktor yang perlu di perhitungkan serta dikaitkan pada persoalan politik. Dan
partai politik menjadi ciri penting dalam dunia politik modern, bahkan sudah
masuk kedalam sistem politik baik yang demokratis maupun otoriter.11
Oleh karena itu partai politik telah muncul secara spontan sebagai bahan
atau alat penghubung antara rakyat dan penguasa sehingga diantaranya terjadi
chak and balance yang sama-sama saling menguntungkan, karena di negara yang
demokratis, dengan partai politik rakyat bisa menentukan seorang pemimpin.
Dalam perkembangannya seperti di dunia barat partai politik hanya
dilakukan atau dijalankan oleh orang-orang parlemen yang mempunyai kekuatan
11 Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, (Jakarta, Media Pressindo,
2007), h. 97.
dalam suatu negara, dalam aktivitasnya menjaga dan mementingkan kaum
bangsawan demi kepentingan raja. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya roda
perpolitikan partai politik mulai merambah dan berkembang di luar parlemen
diawali dengan membentuk panitia-panitia pemilihan umum dengan tujuan
mengakomodir suara pemilih.
Bahkan menurut Huntington, stabilitas kekokohan partai, dan sistem
kepartaian sangat tergantung pada kelembagaan dan partisipasinya, artinya
partisipasi yang kuat dan derajat yang lemah akan menghasilkan politik anomik
serta kekerasan.12
Partai politik yang mampu mengakomodir dan mampu menyalurkan
aspirasi masayarakat pada umumnya akan mempermudah perjalanan demokrasi.
Oleh karena itu, partai politik perlu dibentuk dengan berbagai dukungan baik
pemerintah, masyarakat, golongan, dan organisasi massa lainnya. Karena tidak
lain partai politik adalah untuk menjalankan fungsinya sebagai institusi yang
menjalankan kekuasaan, dan fungsi ini dijalankan baik ketika membentuk
pemerintahan maupun berposisi sebagai oposisi.13
Ada beberapa pengertian tentang partai politik yang sesuai dengan teori
politik, pengertian tersebut sudah terealisasikan di berbagai negara khususnya
negara yang menggunakan sistem demokrasi, karena partai politik akan tumbuh
berkembang hanya di negara yang demokratis. Partai politiklah sebuah alat atau
cara untuk menentukan seorang pemimpin dalam pemerintahan yang demokratis.
12 Ibid. h. 9813 Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2007,) h. 95.
I. Pengertian Partai Politik
Terdapat banyak sekali tentang definisi atau pengertian partai politik
dengan bermacam-macam pemikiran yang kontribusinya sangat berpengaruh
sekali terhadap para ilmuwan lainnya. Namun, disini penulis akan mencoba
menjelaskan beberapa definisi yang berkaitan semua dengan partai politik, agar
semuanya dapat memahami apa itu partai politik dan apa fungsi dan tujuannya.
Dalam bahasa al-Qur’an partai atau Hizb adalah tanah kasar yang keras,
tetapi juga digunakan untuk menunjukan sebuah kelompok yang mempunyai
kekuatan dan keyakinannya. Karena itu, Lexicographer al-Qur’an terkenal, al-
Ashfahani, mendefinisikan Hizb sebuah kelompok yang didalamnya terdapat
keyakinan yang dijadikan sebuah dasar pemikiran (jama’ah fiha ghalazh). Karena,
dengan keyakinan atau dengan ideologi akan menjadi sumber kekuatan partai
secara praktis.14
Definisi atau pengertian partai politik adalah suatu alat yang paling ampuh
untuk digunakan bagi manusia atau demi mencapai tujuan politik masing -
masing. Dari urgensi partai politiklah muncul pemeo atau bahasa istilah dalam
masyarakat yaitu politisi tanpa partai politik bagaikan ikan yang hidup tanpa air.
Artinya, partai politik berfungsi sekali dalam mengontrol pemerintahan,
menentukan seorang penguasa, dan juga sarana pengatur atau pengontrol
terjadinya konflik, sehingga partai politik ini benar-benar berfungsi sebagai alat
politik.15
14 Rifyal Ka’bah, Politik dan Hukum dalam Al-qur’an, (Jakarta, Khairul Bayan,, 2005,) h.
58, Cet. I.15 Muhammad Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret
Pasang Surut, (Jakarta, CV. Rajawali, 1983), h. 1, Cet. I.
Partai politik adalah organisasi yang tetap berpegang teguh terhadap ideologi,
visi-misi dan tujuan dengan cara tampil dalam pemilihan. Kelompok tersebut
mencari dan menentukan kedudukan kekuasaan dengan negara.16 Partai politik
juga bisa diartikan sekelompok orang yang terorganisir, bertujuan untuk mendapat
kedudukan melalui cara pemilihan umum serta bisa juga dengan menggunakan
cara yang lain, partai politik juga bisa menyusahkan kelompok tertentu yang
menjadi perbedaan antara partai politik dan kelompok-kelompok yang
mempunyai kepentingan.
Oleh karena itu, terdapat ada beberapa karakteristik yang membedakan antara
partai politik dengan kelompok lain diantaranya:17
a. Partai politik bertujuan memperoleh kekuasaan atau jabatan politik dalam
pemerintahan dengan cara melalui pemilihan umum.
b. Partai politik terorganisasi atau terkoordinir secara resmi dan formal,
dalam pemilihan menggunakan kartu pemilih, dan kelompok tertentu
menggunakan berbagai macam cara.
c. Partai politik secara formal menggunakan fokus permasalahan yang lebih
luas, yang ditempatkan di kawasan politik pemerintahan, partai kecil
bagaimanapun lebih fokus terhadap permasalahan kecil atau sedikit.
d. Bermacam-macam kekuasaan partai politik tergabung dalam pembagian
politik, secara fakta partai politik menggunakan identitas ideologi. Karena
dengan ideologi tersebut bisa menarik perhatian masyarakat.
16 Rod Hague, Comparative Government and Politics An Introduction, (United State,
Macmillan Press LTD, 1982), h. 131.17 Andrew Heywood, Politic Third edition, (New York, Pearson, 2010), h. 272.
Berdasarkan definisi diatas, maka terdapat kesimpulan bahwa partai politik
adalah kelompok atau kumpulan orang yang terlatih, terorganisir dan mempunyai
visi dan misi serta tujuan yang sama yaitu untuk mencapai atau mendapatkan
kekuasaan dengan cara bersaing dengan lawan kelompok atau organisasi yang
berbeda, sehingga dengan adanya lawan politik atau lawan main pertarungan
politik ini akan semakin rasional dan bersifat mutlak.
Berbeda dengan movement atau gerakan, gerakan hanya mengandalkan
fundamental dan politik yang terbatas serta ideologi yang kuat, walaupun pada inti
tujuannya baik menurut mereka masing-masing.
2. Model Partai Politik
Partai politik salah satu lembaga yang memiliki kekuatan politik dalam
rangka menyalurkan dan mengakomodir aspirasi rakyat baik ketika diadakan
pemilu maupun kegiatan diluar pemilu, dan partai politik yang bisa menentukan
seorang menjadi pemimpin atau penguasa dalam suatu pemerintahan, selain
mempunyai tujuan, visi dan misi yang sesuai dengan ideologi dari masing-masing
partai, partai politik juga terdapat beberapa model atau tipe partai politik yang
tertera dalam teori politik diantaranya:18
a. Partai masa dan partai kader, partai masa yang menitik beratkan kepada
individu, setiap individu dalam suatu partai mempunyai jiwa perjuangan
yang kuat mengorbankan seluruh kemampuan yang dimilikinya,
kemudian melakukan pengkaderan serta pendidikan politik tertentu.
Sedangkan partai kader lebih memfokuskan kualitas individu atau
anggota partai, karena dalam model partai ini setiap individu berlomba
18 Ibid. h. 273.
dan bersaing dalam mendapatkan kebanggaan dan kepuasan tersendiri.
Karena, dengan anggota yang berkualitas partai kan semakin
berkembang dengan baik.
b. Partai perwakilan dan partai gabungan, partai perwakilan yaitu partai
yang memiliki aspirasi masyarakat dan tampil karena adanya dukungan
dari masyarakat karena dianggap mampu. Sedangkan partai gabungan
yaitu partai-partai yang sudah tidak mampu atau menjadi oposisi untuk
ikut dalam tujuan tertentu, sehingga partai-partai tersebut berkoalisi
dengan partai yang dilihat bagus dan mampu menarik simpati
masyarakat.
c. Partai lembaga hukum dan partai pembaharuan, partai yang didasari atas
lembaga hukum, segala bentuk kegiatannya sesuai dengan lembaga
hukum yang berlaku. Sedangkan partai pembaharuan partai yang
terbentuk karena adanya kejenuhan atau kekecewaan kelompok,
sehingga kelompok tersebut menganggap adanya perubahan.
d. Partai sayap kanan dan partai sayap kiri, partai ini ialah partai yang
tergantung kepada keadaan, bisa dikatakan sayap kanan kalau partai itu
mendukung partai yang sedang memimpin, dan bisa dikatakan partai
sayap kiri kalau partai itu melawan partai lain yang sedang berkuasa.
Mengenai model partai politik sudah jelas bahwa apa yang dimaksud
dengan model partai politik, baik partai kader, partai masa, partai sesuai dengan
lembaga hukum, partai pembaharuan, partai perwakilan, partai gabungan, partai
sayap kanan dan partai sayap kiri semuanya mempunyai alasan dan tujuan
masing-masing. Namun semuanya itu tidak menutup kemungkinan bahwa 8 partai
tersebut sudah berkembang diberbagai negara kecuali, negara yang menganut
sistem kerajaan.
3. Fungsi Partai Politik
Di pentas panggung politik, partai politik selain sebagai organisasi yang
terlatih dan mempunyai dasar kekuatan dan tujuan yang sama yaitu mencapai atau
merebut kekuasaan maka, partai politik mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Sebagai sarana komunikasi politik, yang mana fungsi ini sangat
dibutuhkan oleh setiap kelompok organisasi partai politik, khususnya
ketika menghadapi pemilu.
b. Sebagai sarana sosialisasi politik, seorang calon akan mendapatkan
pengakuan yang baik dari masyarakat kalau mampu bersosialisasi dengan
baik, begitupun dengan kelompok atau anggota partai yang lain, dan ini
salah satu cara menuju kekuasaan.
c. Sebagai sarana pengangkatan anggota politik, yaitu membentuk kader-
kader politik yang militant.
d. Sebagai sarana pengatur konflik, yaitu menyelesaikan segala bentuk
konflik yang terjadi di sebuah negara atau daerah.19
Fungsi partai sebagai rekrutmen elit politik, sebagai penarik simpati
kelompok masyarakat, sebagai pengontrol pemerintahan.20
19 Rumidan Rabi’ah, Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia, (Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), h. 29.
20 Rod Hague, Comvarative Government and Politics An Introduction, h. 131
Fungsi partai politik juga dikatakan sebagai peran atau aktor yang paling
utama dalam menghubungkan antara kewarga negaraan dengan proses
pemerintahan. Dengan adanya partai politik, suatu pemerintahan akan lebih
mudah dalam menentukan seorang pemimpin melalui cara pemilihan umum.21
Bahkan ada beberapa fungsi tentang partai politik yang sering diamati dan
selalu dikaji oleh para pemikir diantaranya:22
1. Sosialisasi politik, dalam hal ini partai partai berfungsi sebagai
pembentuk sikap dan orientasi politik para anggota atau kelompok
masyarakat, dan kegiatan ini juga bisa dilakukan dengan cara
mendidik masyarakat agar memahami politik baik dengan pendidikan
formal maupun non formal, agar masyarakat mempunyai kesadaran
politik berdasarkan ideologi partai yang dipilih.
2. Komunikasi politik, mengenai komunikasi politik ini adalah proses
pemberitahuan tentang politik dari pemerintah kepada rakyat dan dari
rakyat kepada pemerintah agar sama-sama saling mengetahui,
sehingga pada konteks ini partai politik yang menjadi komunikator.
3. Rekrutmen politik, fungsi ini berarti partai melakukan upaya
rekrytmen atau merekrut baik dalam rangka mendudukan kader ke
dalam parlemen yang menjalankan peran legislasi dan koreksi maupun
ke dalam lembaga-lembaga pemerintahan, dan ketika merekrut atau
menarik individu masyarakat untuk menjadi kader partai tersebut.
21 Hans Diester Klingemann, Partai Kebijakan dan Demokrasi, (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2000), h. 8.22 Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia 1992), h. 117-121.
4. Partisipasi politik, fungsi ini adalah kegiatan atau keikutsertaan warga
negara dalam proses pembuatan atau penentuan kebijakan serta ikut
serta dalam penentuan pemimpin negara, dan kegiatan tersebut berupa
tuntutan, kritik, menentang serta mendukung pemimpin tersebut.
5. Pemadu kepentingan, partai sebagai pemadu dan penampung dari
kepentingan yang berbeda-beda melalui analisis, dan perbedaan
kepentingan tersebut menjadikan jalan alternatif guna kebijakan
umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pelaksanaan keputusan
politik.
6. Pengendalian konflik, partai sebagai pengendalian sebuah konflik
dengan cara menampung dan memadukan dari kedua belah pihak,
berdialog dengan pihak-pihak yang terlibat konflik, kemudian
menampung dan memadukan serta berdialog dengan pelaku konflik,
lalu masalah tersebut diproses di dalam musyawarah badan
perwakilan rakyat untuk menentukan atau menghasilkan keputusan
politik.
7. Kontrol politik, dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai
pengontrol pemerintah bilamana suatu saat pemerintah melakukan
kesalahan serta penyimpangan dalam menjalankan roda pemerintahan.
Dan terdapat beberapa fungsi partai politik yang lainnya namun tetap sama
antara lain yaitu:
a. Agregasi Kepentingan, yaitu berfungsi sebagai pemadu atau
pembanding aspirasi masyarakat, serta dirumuskan sebagai bahan
untuk program kepentingan politik.
b. Sosialisasi Politik, yaitu berfungsi sebagai cara melalui nama
seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap perkembangan
politik yang terjadi di masyarakat dimanapun tempatnya.
c. Partisipasi Politik, yaitu berfungsi sebagai pendorong agar masyarakat
ikut aktif dalam kegiatan politik dengan cara menggunakan ideologi,
platform serta visi dan misi partai.
d. Komunikasi Politik, yaitu berfungsi sebagai penyalur pendapat serta
aspirasi masyarakat.
e. Pembuat Kebijakan, yaitu berfungsi sebagai pengontrol dan pembuat
kebijakan partai yang sedang berkuasa.23
Dari beberapa fungsi tersebut telah diambil kesimpulan bahwa partai
politik itu sangat berfungsi pada suatu pemerintahan, dan bisa dikatakan sebagai
tangan kanan pemerintah, karena semua bentuk kegiatannya bersifat membangun
bangsa dan negara, dan partai politik mempunyai beberapa fungsi yang
bermacam-macam yang semuanya itu tidak lain adalah membangun bangsa dan
negara walaupun fungsi itu terkadang kurang berjalan dengan baik karena adanya
faktor-faktor tertentu
4. Tujuan Partai Politik
Selain mempunyai fungsi, partai politik juga memiliki tujuan tertentu dan
tujuan ini dibagi atas dua bagian yakni secara umum dan secara khusus
sebagaimana yang tertera dalam buku undang-undang tentang partai politik yang
terdapat pada bab IV Pasal 6.
1. Secara Umum:
23 A. Rahman H.I. Sistem Politik Indonesia. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007). h. 104.
Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Secara Khusus:
Memperjuangan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta mewujudkannya secara konstitusional, dan
mencapai kekuasaan yang sah secara mutlak.24
Tujuan partai politik merebut kekuasaan dengan melalui pemilu yang sah
dan benar, mempermudah serta menentukan seorang pemimpin. Karena partai
politik sejatinya cara atau alat yang digunakan dalam pemilu baik secara teoritis
maupun realistis. Dalam negara demokratis partai politik sangat penting dalam
menentukan penguasa yang pantas memipin suatu negara.25 Dan bisa artikan juga
bahwa tujuan utama dari partai adalah memperoleh kekuasaan atau mengambil
bagian dalam kekuasaan; mereka berusaha memperoleh kursi dalam pemilihan
umum, mengangkat wakil dan menteri, dan mengontrol pemerintah.26
Dalam hal ini mengenai tujuan partai politik mungkin penulis tidak
menjelaskan dengan apa yang sudah dipaparkan, karena tujuan partai politik
sudah jelas meraih gelar pemimpin atau merebut kekuasaan, dengan menjalankan
roda perpolitikan yang sesuai dengan aturan partai politik yang berlaku.
24Partai politik, (UU RI No. 31Tahun 2002) Pemilihan Umum, (Jakarta, 2003), h. 7.
25 Dikutip dari majalah GATRA 21 Mei 2005, h. 30 edisi 27.26 Maurice Duverger, Sosisologi Politik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.42
B. Konflik
Kalimat konflik sering muncul di setiap penjuru baik internal maupun
eksternal, dan nasional maupun internasional. Namun konflik ini juga bisa
mengakibatkan kerusuhan dan kehancuran, dan bisa juga menjadi bahan renungan
untuk masa depan. Sehingga konflik bisa menjadi boomerang bagi kehidupan, dan
konflik bisa terjadi karena ada faktor dan sebab pertentangan atau permasalahan
dua kelompok atau orang.
I. Pengertian Konflik
Konflik dalam kamus bahasa Indonesia adalah pertentangan, perselisihan
antara dua anggota. Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin
“con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.
Dengan demikian “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan,
keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau
lebih.27
Menurut Nader seorang ilmuwan barat di International Encyclopaedia of
The Social Sciences menjelaskan tentang pengertian konflik dari aspek
antropologi. Yakni, konflik ditimbulkan sebagai akibat dari persaingan antara dua
pihak dimana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok
kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung
ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk
agama tertentu.28
27 Tim Media, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta, Media Centre, 2002), h. 323.28 Nader, Arti Konflik Dilihat dari Segi Antropologi, diakses dari Wikipedia tanggal 8
Oktober 2010.
Dengan demikian pihak-pihak yang terlibat dalam konflik meliputi banyak
macam bentuk dan ukurannya. Selain itu dapat pula dipahami bahwa pengertian
konflik secara antropologis tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan secara
bersama-sama dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain yang
semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam
kehidupan kolektif manusia.
Kehidupan sosial kalau dicermati komponen utamanya adalah interkasi
antara para anggota. Sehubungan dengan interaksi antaranggota itu ditemukan
berbagai tipe. Tipe-tipe interaksi sosial secara umum meliputi: cooperative
(kerjasama), competition (persaingan) dan conflict (pertikaian). Dalam kehidupan
sosial sehari-hari tampaknya selain diwarnai oleh kerjasama, senantiasa juga
diwarnai oleh berbagai bentuk persaingan dan konflik. Bahkan dalam kehidupan
sosial tidak pernah ditemukan seluruh warganya sepanjang masa kooperatif.
Konflik sosial antar anggota masyarakat, artinya konflik politik itu konflik
yang terjadi antar politikus atau penguasa. Menurut George Simmel dan Lewis
Coser konflik adalah unsur terpenting dalam kehidupan manusia, karena konflik
memiliki fungsi positif. Menurut Karl Marx dan Ibnu Khaldun konflik menjadi
dinamika sejarah manusia, dan menurut Maslow, Max Neef, dan John Burton
konflik adalah bagian dari proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia.29
Bartos dan Paul Wehr mendefinisikan konflik adalah situasi saat para
aktor atau pelaku menggunakan perilaku konflik melawan satu sama lain dengan
29 Susan Novri, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, (Jakarta, Kencana
Prenada Media Group, 2009,) h. 4. Cet I.
tujuan yang berlawanan atau mengekspresikan naluri permusuhan.30 Maswadi
Rauf, mengatakan konflik adalah pertentangan atau perbedaan pendapat antara
dua orang atau kelompok. Konflik ini disebut konflik nonfisik atau lisan.
Pada umumnya konsep konflik didefinisikan sebagai suatu bentuk
perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham dan kepentingan diantara dua
pihak atau lebih sehingga semuanya sama-sama saling memperjuangkan
argumenya sampai meyakini bahwa dia atau kelompok tersebut adalah yang
benar. Dan bahkan pertentangan yang tadinya nonfisik bisa menjadi bentuk fisik
sehingga timbul yang dinamakan kekerasan.31
Taquiri berpendapat bahwa konflik merupakan warisan kehidupan sosial
yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau
lebih pihak secara berterusan. Menurut Gibson hubungan selain dapat
menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan
konflik. Hal ini terjadi jika masing -masing komponen organisasi memiliki
kepentingan atau tujuan sendiri - sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.32
Dari semua definisi diatas jelaslah bahwa pada umumnya konflik terjadi
akibat adanya perbedaan diantara dua kelompok atau perorangan, dan konflik juga
mengakibatkan dampak yang bisa merugikan keduanya baik menurut Maswadi,
Gibson, Taquiri. Akan tetapi, konflik juga bisa dianggap positif bila bisa
mengatasinya dengan baik, karena konflik bisa dijadikan sebuah pengalaman dan
pelajaran bagi masyarakat pada umumnya.
30 Ibid, h. 57.31 Kang Young Soon, Antara Tradisi dan Konflik: Kepolitikan Nahdlatul Ulama,
(Jakarta, UI-Press, 2007,) h. 51.32 “Definisi Konflik”, diambil dari www. Wikipedia.org, tanggal 8/08/10.
II. Bentuk Konflik
Dalam teori tentang konflik terdapat beberapa bentuk konflik, dan
semuanya tertuju pada permasalahan konflik, seperti yang dikemukakan oleh para
Ilmuwan barat, masalah konflik tidak mengenal demokratisasi maupun
diktatorisasi dan bersifat universal.
Menurut Duverger ada tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan
kekuasaan atau politik antara lain yaitu:
a. Konflik yang sama sekali tidak mempunyai dasar yang prinsipiil,
bentuk konflik ini berhubungan langsung dengan masalah praktis bukan
dengan masalah ideologi yang dilakukan baik oleh individu maupun
golongan atau kelompok.
b. Konflik yang lebih menitikberatkan kepada perbedaan pandangan baik
individual maupun kelompok yang menyangkut dengan masalah partai
politik atau yang berhubungan dengan kepentingan partai politik,
masyarakat yang dianggap mewakili rakyat.
c. Konflik yang lebih menitikberatkan kepada permasalahan perbedaan
ideologi, masing-masing memeperjuangkan ideologi partainya yang
semuanya merasa benar.33
Menurut Coser ada dua bentuk dasar konflik, yaitu konflik realistis dan
konflik non realistis. Konflik realistis adalah konflik yang mempunyai sumber
konkrit atau bersifat material, seperti perebutan wilayah atau kekuasaan, dan
konflik ini bisa teratasi kalau diperoleh dengan merebut tanpa perkelahian atau
pertikaian.34
Konflik non realistis adalah konflik yang didorong oleh keinginan yang
tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis, seperti konflik antar agama dan
organisasi-organisasi masyarakat, dan konflik nonrealistis salah satu cara
mempertegas atau menurunkan ketegangan suatu kelompok.35 Dalam sejarah
Indonesia baik pada masa kolonial maupun pada masa pasca kemerdekaan bentuk
konflik dapat dibedakan menjadi dua bagian antara lain yaitu: konflik vertikal dan
konflik horizontal.
1. Konflik Vertikal adalah konflik yang terjadi antar negara atau aparat
Negara dengan warga negara baik secara individual maupun secara
kelompok, seperti pemberontakan bersenjata yang bertujuan
memisahkan diri dari RI.
2. Konflik Horizontal adalah konflik yang terjadi antar kelompok-
kelompok masyarakat di berbagai lokasi, biasanya konflik di landasi
33 Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan
Pembangunan, (Jakarta: Rajawali Press, 1982,) h. 47.34 Lewis Coser, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, (Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), h. 54.35 Ibid. h. 55.
oleh suatu sentimen subyektif yang sangat mendalam yang diyakini
warganya seperti sentimen kesukuan atau sentimen organisasi.36
Bentuk konflik kalau dipandang dari segi pendekatan konflik komunal
dalam konteks Indonesia pada masa Orde Baru terdapat tiga bentuk konflik antara
lain yaitu:
a. Pendekatan Primordial, adalah yang menganggap konflik sebagai akibat
dari pergeseran kepentingan kelompok identitas, seperti identitas
berbasis etnis dan keagamaan, dan juga teori ini menganggap konflik
sebagai sebab bertemunya antara budaya, ras, dan geografis yang
melahirkan suatu identitas. Menurut Isaacs bentuk pendekatan konflik
primordial melihat identitas etnis, ras, budaya, agama, bahasa adalah
kuat atau stabil dan sesuai.
b. Bentuk Pendekatan Instrumental, adalah pendekatan yang mempunyai
gagasan tentang adanya dorongan yang kuat oleh kepentingan politik,
dan kemunculan provokator baik dalam masyarakat maupun dalam
kelompok-kelompok tertentu yang memiliki tujuan dalam suatu
keadaan masyarakat atau kelompok yang sedang bermasalah.
c. Bentuk Pendekatan Konstruksi Sosial, bentuk pendekatan ini
memandang konflik sebagai dialektika kenyataan dalam masyarakat,
individu dan kelompok-kelompok sosial menyadari bahwa konflik itu
eksis dalam kehidupan sehari-hari.37
36 Moh. Soleh Isre, Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Depag RI,
2003), h. 52.37 Ibid, h. 84.
Dari beberapa definisi tentang bentuk konflik di atas tadi sudah jelas
bahwa, bentuk konflik merupakan sebuah bagian dari teori konflik, dan dari tiap-
tiap bentuk mempunyai arti dan peranan masing-masing, baik menurut Coser
maupun Duverger, dan dalam sejarah Indonesia sendiri sudah terbukti dengan
bentuk konflik tersebut.
BAB III
DESKRIPSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KARAWANG
A. Latar Belakang Berdirinya Partai
Indonesia adalah negara yang sering disebut sebagai negara paling
majemuk di dunia. Di negara dengan jumlah penduduk kurang lebih dari 238 juta
jiwa ini, berdiam tidak kurang dari 300 etnis dengan identitas kulturalnya masing-
masing yang berbeda, namun negara Indonesia ini belum bisa mencapai kejayaan
yang sesungguhnya, sudah terbukti dimana ketika rezim otoriter Soeharto telah
membabibutakan negara membuat bangsa Indonesia semakin tidak jelas dan
keadaannya semakin terpuruk.
Orde Baru menandakan perlawanan terhadap gelombang reformasi,
terbukti dengan banyaknya kerusuhan diberbagai daerah, benturan para elit politik
kian memanas, krisis moneter yang selalu menghantui, teror terhadap masyarakat
sipil sering terjadi. Dengan kondisi yang demikian masyarakat atau warga
Indonesia tidak tenang dan tidak nyaman, maka dari berbagai kalangan, baik
organisasi-organisasi masyarakat, gerakan mahasiswa, dan para simpatisan
masyarakat melakukan sebuah gebrakan atau gerakan melalui demonstrasi besar-
besaran menginginkan agar Soeharto segera turun dari kursi panasnya, dan
gerakan tersebut bisa dinamakan “GERAKAN 98”.
Negara tidak bisa untuk melawan massa atau masyarakat dengan jumlah
yang signifikan, sehingga menimbulkan kekacauan dan negara menjadi tidak
terkendali, akhirnya dengan berjalannya waktu aliran darah rezim Soeharto sudah
putus, kediktatoran sudah musnah dan pertarungan politik semakin memanas,
maka sempat muncul pertanyaan apa yang akan terjadi pada Indonesia ini yang
menandakan bahwa akan muncul suasana baru atau era baru yang juga bisa kita
kenal dengan era milenium atau era reformasi. Secara harfiah reformasi berasal
dari bahasa latin “re” yang artinya kembali, dan “formare” artinya membentuk,
jadi reformasi adalah usaha untuk membentuk kembali.38
Sehingga pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto yang sudah
menguasai bumi Indonesia kurang lebih 32 tahun lengser atau turun dari kursi
panasnya sebagai akibat desakan gelombang reformasi yang sangat dahsyat, mulai
yang mengalir dari diskusi terbatas, unjuk rasa, unjuk keprihatinan, sampai
istighosah para kiyai-kiyai, dan beberapa ormas atau simpatisan partai mulai
membuat agenda dan rumusan dalam rangka membangun pondasi era reformasi.
Peristiwa ini menandai lahirnya era baru di Indonesia, yang kemudian disebut era
reformasi.
Sehari setelah peristiwa bersejarah itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) mulai kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok tanah air.
Usulan yang masuk ke PBNU sangat beragam, ada yang hanya mengusulkan agar
PBNU membentuk parpol, ada yang mengusulkan nama parpol, ada yang
mengusulkan lambang parpol yaitu gambar bumi, ada yang mengusulkan bentuk
hubungan politik antara warga Nahdliyin dengan NU, dan ada yang mengusulkan
visi-misi serta AD/ART parpol. Akan tetapi diantara banyak usulan, usulan yang
38 Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, (Yogyakarta, Media Pressindo,
2007), h. 44.
paling lengkap adalah Lajnah Sebelas Rembang yang diketuai oleh KH. M Cholil
Bisri dan PWNU Jawa Barat.
Maka hasilnya tercatat ada 39 nama parpol yang diusulkan. Nama
terbanyak yang diusulkan adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat dan
Kebangkitan Bangsa. Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat
Nahdliyin, PBNU menanggapinya secara hati – hati betul, hal ini didasarkan pada
adanya pernyataan bahwa hasil muktamar NU ke-27 di Situbondo yang
menetapkan secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun
dan tidak melakukan kegiatan politik praktis.
Namun demikian, sikap yang diberikan PBNU belum memuaskan
keinginan warga NU namun demikian, dengan tidak sabar dibeberapa daerah
sudah mengusulkan nama – nama partai politik antara lain yaitu: di Purwokerto
(Partai Bintang Sembilan), di Cirebon Partai Kebangkitan Umat (Pekanu).
Partai Kebangkitan Bangsa adalah sebuah partai politik di Indonesia,
detik-detik deklarasi adalah angan-angan yang dinantikan oleh warga Nahdliyin
karena selama rezim Orde Baru NU termarginalkan oleh rezim diktator. Pada jam
15.00 WIB di komplek Pondok Pesantren Wahid Hasyim Ciganjur Jakarta Selatan
pada tanggal 23 Juli 1998 dideklarasikanlah Partai Kebangkitan Bangsa oleh para
kiai-kiai Nahdlatul Ulama diantaranya adalah KH. Munasir Ali, KH. Ilyas
Ruchiyat, KH. Abdurrahman Wahid, KH. Mustofa Bisri, dan KH. Muhith
Muzadi.39
Karawang Pangkal Perjuang derah yang terkenal dengan lumbung padi yang
memiliki basis atau masa Nahdlatul Ulama cukup banyak sekitar 70% NU,
39 Lukmanul Khakim Chozin dan el-kamaludin el-mauludy. Ed. 13 Alasan Memilih
PKB. (Jawa Barat: tim DPW Jawa barat, 2008), h. 31.
Karawang Pangkal Perjuang derah yang terkenal dengan lumbung padi yang
memiliki basis atau masa Nahdlatul Ulama cukup banyak sekitar 70% NU,dan
latar belakang berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa di Kabupaten Karawang
karena situasi dan tuntutan zaman, seiring dengan berjalannya waktu dan
berputarnya roda perpolitikan di Karawang hingga situasi yang merubah keadaan
suatu daerah, berawal dari keluh kesah warga, unjuk keprihatinan sampai
diadakannya kumpulan Ulama se Kabupaten Karawang mengadakan rapat atau
musyawarah di Aula Husni untuk membahas tentang pembentukan partai
Nahdliyin Karawang yang selama ini mereka kurang tersalurkan aspirasinya
terhadap kepemimpinan Dadang S Muchtar dari partai Golkar. Maka pada tanggal
25 Juli setelah deklarasi PKB pusat di Ciganjur PKB Karawang mendeklarasikan
DPC PKB Kabupaten Karawang, KH. Hasan Bisri sebagai ketua atau Dewan
Syura, setelah diresmikannya partai, warga Nahdliyin Karawang merasa senang
dan gembira karena sudah mempunyai partai yang berbasis NU. Maka artinya
peristiwa ini yang mengawali era Reformasi yang menginginkan adanya
perubahan di daerah Karawang.40
Awal perjalanan politik dan menghadapi pemilu 1999 warga NU
Karawang berbondong-bondong dan berpartisipasi dalam kampanye politik, di
tiap pelosok desa banyak atribut atau bendera PKB warga gempar begitu
banyaknya simpatisan PKB diantaranya Kecamatan Cikampek, Kecamatan
Pangkalan, Kecamatan Klari, Kecamatan Jatisari, Kecamatan Rengasdengklok,
Kecamatan Cibuaya, Kecamatan Pedes, Kecamatan Rawa Merta, Kecamatan
40 Wawancara bersama Kang Jaa Maliki. Di Sekretariat DPC PKB Karawang, serta Buku
Agenda DPC PKB Karawang , 1999, h. 2
Cilamaya, dan Kecamatan yang lainya belum ikut langsung meramaikan
kampanye pemilu karena ada beberapa faktor.
Dukungan serta dorongan dari warga dan simpatisan sangat ramai semua
megeluarkan ide serta gagasanya kepada DPC PKB agar selalu benar dan positif
dalam perjalanan politik dalam mengikuti pemerintahan atau kekuasaan Dadang S
Muchtar atau Dasim, agar sesuai dengan versi kampanye PKB yaitu “Maju Tak
Gentar Membela Yang Benar Bersama PKB”, PKB dengan dikendarai oleh KH.
Hasan Bisri semakin banyak pendukung dan simpatisan dari luar NU sebagai
parpol pembaharuan yang bisa memeriahkan pesat Demokrasi Karawang 1999.
Perjuangan Partai Kebangkitan Bangsa semakin gentar dengan melakukan
berbagai agenda politik baik yang bersifat internal maupun yang eksternal, yang
tidak lain adalah untuk menyalurkan aspirasi masyarakat Karawang yang berbasis
NU. Perkembangan PKB itu sampai menghadapi pemilu 2004 walaupu hasil suara
tidak sebanyak seperti pemilu 1999 karena disebabkan oleh beberapa factor atau
konflik, namun PKB Karawang tetap eksis dan berani menghadapi pemilu 2004.
Kemudian perjalanan PKB dari tahun 2004-2005 mengalami kendala yang
diakibatkan oleh konflik para elit politik. Sehingga konflik merambah sampai
pemilu legislative 2009 yang lalu, kalau penulis amati DPC PKB Karawang sama
keadaanya dengan DPP PKB, oleh karena itu bisa diartikan konflik yang terjadi di
DPC PKB Karawang dampak dari DPP PKB.41
41 Hasil wawancara bersama Rahmat Toleng di Sekretariat DPC PKB Karawang.
B. Struktur Kepengurusan Partai
Berdasarkan surat keputusan nomor: 1304/DPP-02/IV/A.IVIII/2006 susunan
Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Karawang
Periode Tahun 2006-2011 sebelum pemilu 2009 adalah sebagai berikut:
1. DEWAN SYURA
Ketua : KH. Nasuha Azhari
Wakil Ketua : H. Uba Ruba’i
Wakil Ketua : Enjang Ya’kub
Wakil Ketua : KH. Drs. Ubaedillah Harits
Sekretaris : H. Ceceng Syarief Husen MS.
Wakil Sekretaris : H. Ali Kamaludin
Wakil Sekretaris : Drs H. Abdul Soleh
Anggota : H. Cahrum
Anggota : H. Isma’il
Anggota : KH. Endang Hidayat
Anggota : Drs. Ijang Holil
Anggota : KH. Zaenudin Soleh
Anggota : Hj. Zuhroiyah
Anggota : H. Suyud Alamsyah
Anggota : Idrus Efendi
Anggota : KH. Ade Fatahillah
Anggota : Ust. Hayi Basyari
2. DEWAN TANFIDZ
Ketua : Drs. Suyanto
Wakil Ketua : Ahmad Jimy Zamakhsari, S.ag.
Wakil Ketua : Abdul Halim Sukhaeri
Wakil Ketua : Memed Humaedi
Wakil Ketua : H. Adzat Sudradzat
Wakil Ketua : Hj. Dedi Zaenab Latif
Wakil Ketua : Cucu Mudzakarudin AK.
Wakil Ketua : Imam Gozali, S.ag.
Sekretaris : H. Noorjuman, S.ag.
Wakil Sekretaris : Rony Renaldi
Wakil Sekretaris : Muhammad Baliyya, SP.
Wakil Sekretaris : E. Khotib Muwahid
Wakil Sekretaris : Kamaluddin Abdillah, S.ag.
Wakil Sekretaris : Drs. Ja’a Maliki
Wakil Sekretaris : Drs. H. M. Solihin
Wakil Sekretaris : Aef Saefullah Ahmad, SS.
Bendahara : H. Ayi Khotibul Umam
Wakil Bendahara : Komarudin, SE.
Wakil Bendahara : Palahudin
Wakil Bendahara : Drs. H. Tatang Tajudin
Wakil Bendahara : Ade Hendrik, SH.
Wakil Bendahara : Rahmat Toleng
Berdasarkan surat keputusan nomor: 3554/DPP-03/V/A.IVII/2009 susunan
Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Karawang
Periode Tahun 2009-2014 sebagai berikut:
1. DEWAN SYURA
Ketua : KH. Nasuha Azhari
Wakil Ketua : KH. Tajudin Zuhri
Wakil Ketua : KH. Zaenudin Sholeh
Wakil Ketua : KH. Endang Hidayat
Wakil Ketua : KH. Drs. Ubaedillah Harits
Wakil Ketua : KH. Ade Fatahillah
Wakil Ketua : H. Uba Ruba’i
Sekretaris : H. Ceceng Syarief Husen MS.
Wakil Sekretaris : H. Ismail
Wakil Sekretaris : H. Suyanto
Wakil Sekretaris : Asep Jalaludin Bakri M
Anggota : Idrus Efendi
Anggota : Ust. Hayi Basyari
Anggota : Enjang Ya’kub
Anggota : Drs. Abdul Soleh
2. DEWAN TANFIDZ
Ketua : Ahmad Jimy Zamakhsari, S.ag.
Wakil Ketua : Drs. H. M. Solihin
Wakil Ketua : Abdul Halim Sukhaeri
Wakil Ketua : Kamaluddin Abdillah, S.ag.
Wakil Ketua : H. Noorjuman, S.ag.
Wakil Ketua : Hj. Dedi Zaenab Latif
Wakil Ketua : Dra. Leni Puspawati
Wakil Ketua : Imam Gozali, S.ag.
Wakil Ketua : Memed Humaedi
Sekretaris : Drs. Ja’a Maliki
Wakil Sekretaris : Aef Saefullah Ahmad, SS.
Wakil Sekretaris : Muhammad Baliyya, SP.
Wakil Sekretaris : E. Khotib Muwahid
Wakil Sekretaris : Rahmat Toleng Djati
Wakil Sekretaris : Komarudin, SE
Bendahara : H. Ayi Khotibul Umam
Wakil Bendahara : Jajang Sulaeman S.sos.
Wakil Bendahara : Palahudin
Wakil Bendahara : Drs. H. Tatang Tajudin
Wakil Bendahara : Ade Hendrik, SH.
Mengenai pengurus DPC PKB Kab. Karawang terjadi dua kepengurusan
sama seperti yang terjadi di tingkat pusat, dan masing-masing membenarkan
adanya kepengurusan itu walaupun dalam keputusan MK tentang hak
kepengurusan dipegang oleh Muhaimin dan di DPC dipegang oleh Ahmad Zimmy
Zamakhsari. Oleh karena itu, penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam
kepengurusan DPC PKB terjadi dua kepengurusan kubu Muhaimin dan kubu Gus
Dur.
C. Program Kerja Partai
Di Negara yang demokratis dalam rangka mengikuti perkembangan politik
Nasional yang sesuai dengan UU kepartaian maka PKB Karawang dalam
mengikuti program negara mempunyai program sama seperti yang diagendakan
pada Simposium Nasional - Kebangkitan Indonesia DPP PKB, terdapat 13
program kerja yaitu:42
KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN EKONOMI
1. Program Sumber Daya Alam dan Energi. Yaitu mendorong kebijakan
politik pengelolaan sumber daya alam dan energi yang berpihak kepada
kepentingan nasional, dan mengembangkan berbagai sumber energi alternatif
untuk menjamin kedaulatan energi nasional.
2. Program Kewilayahan, Tata Ruang dan Lingkungan. Mengembangkan
perencanaan pembangunan yang memperhatikan tata ruang dan tata wilayah
yang saling terhubung dalam lingkup Negara kepulauan, serta selalu
mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan perubahan iklim.
3. Program Ketahanan Pangan dan Pembangunan Pedesaan. Melakukan
penelitian, transfer teknologi, penyediaan modal dan informasi untuk
meningkatkan kesejahteraan petani, serta memberdayakan sektor perikanan
dan peternakan.
4. Program Infrastruktur Penunjang Kegiatan Ekonomi. Menyediakan
fasilitas dan infrastruktur transfortasi, telekomunikasi, kelistrikan dan
pengelolaan air yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan ekonomi dengan
biaya yang terjangkau.
42 Artikel DPP PKB, dalam acara “Simposium Nasional Kebangkitan Indonesia, 13
agenda kemandirian dan kedaulatan bangsa, 16 Mei 2008.
5. Program Ekonomi dan Industri. Memperjuangkan pembangunan ekonomi
yang berbasis kerakyatan untuk meningkatkan pemerataan, pengentasan
kemiskinan, dan stabilitas ekonomi jangka panjang, serta mendorong industri
yang berorientasi kepada ekspor.
6. Program Perburuhan dan Perumahan. Menyediakan sebanyak mungkin
lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan buruh, dan menyediakan
kebutuhan papan yang memadai dan terjangkau.
KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN POLITIK, HUKUM DAN
HAM
7. Program Reformasi Birokrasi. Melakukan reformasi untuk membentuk
birokrasi yang memiliki sikap melayani, professional, netral didalam politik,
dan tidak melakukan korupsi dalam menjalankan tugas, dan menjadikan
birokrasi sebagai public service (memberikan pelayanan kepada masyarakat).
8. Program Penegakan Hukum dan HAM. Melakukan reformasi hukum
berbasis penghormatan kepada tata nilai masyarakat dan hak asasi manusia
serta penegakan hukum yang dilakukan dengan tegas dan konsisten, termasuk
pembersihan lemabaga-lembaga penegak hukum dari mafia peradilan.
9. Program Reformasi Sistem Politik. Mendorong penyederhanaan dalam
sistem kepartaian dan pemilihan umum untuk lebih memperkuat demokrasi
dan mempermudah kontrol publik terhadap lembaga politik.
10. Program Petahanan, Keamanan, dan Hubungan Internasional.
Menuntaskan reformasi TNI dan POLRI dengan meningkatklan
profesionalisme dibidangnya masing-masing, serta menjalankan diplomasi
internasional yang cerdas namun tetap berpegang pada prinsip bebas aktif.
KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN SOSIAL BUDAYA
11. Program Kemandirian dan Kedaulatan Pendidikan dan Kesehatan.
Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, menjamin semua warga
Negara mampu mendapatkannya, serta memperjuangkan pengembangan seni
budaya yang memperkuat karakter bangsa.
12. Program Perempuan, Anak-anak, Pemuda, dan Kelompok Marjinal.
Memberdayakan kelompok perempuan, anak, pemuda, dan kelompok
terpinggirkan dengan menyediakan wahana untuk pengembangan mereka.
13. Program Kehidupan Beragama dan Pluralisme. Menguatkan semangat
kebangsaan dan keagamaan yang didasari dengan kepercayaan sesama umat,
dan menyatukan umat pada kebangsaan dan kenegaraan, adanya kerjasama
sesama umat baik islam maupun luar islam (netral) serta memberikan
kebebasaan dalam beragam, bersosial dan bernegara.
Mengenai 13 program diatas yang sesuai dengan No. urut partai telah
diambil kesimpulan bahwa, baik DPP, DPW maupun DPC itu mengenai program
kerja semuanya sama menggunakan 13 Agenda Kemandirian dan Kedaulatan
Bangsa, baik dari kedaulatan ekonomi sampai kedaulatan sosial dan budaya yang
mencakup semua tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengenai hal ini
Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Karawang sudah
melaksanakan agenda tersebut walaupun belum terealisasikan sepenuhnya, karena
ada beberapa faktor atau masalah
yang harus diselesaikan, namun semua itu, tidak mempengaruhi semangat
pengurus DPC PKB Kab. Karawang.
D. Perkembangan Partai dari 2004 - 2009
Karawang salah satu Kabupaten yang mempunyai basis masa Nahdaltul
Ulama yang exis, itu di buktikan dengan keragaman dan budaya kaum Nahdliyin
di Karawang, dan banyak berdirinya pondok pesantren salafi bahkan Partai
Kebangkitan Bangsa Karawang partainya kaum santri sebagaimana yang tertera
dalam Koran Radar Karawang bahwa santri di pondok pesantren itu mayoritas
mendukung karena Partai Kebangkitan Bangsa bisa mengakomodir dan
pengurusnya mayoritas warga Nahdliyin.
Selama pemilu 2004 PKB Karawang masih tetap menjalankan visi dan
misi partai dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial kepada masyarakat
khsusnya dibagian pelosok desa, mengadakan sosialisasi kepetani-petani dan para
nelayan yang ada di karawang, dan tidak lupa pula sebagaimana sudah kita
ketahui Karawang sudah menjadi kota Industri. Menurut Jaa Maliki PKB telah
melakukan kegiatan bekerja sama dengan PT atau Pabrik yang berada di
Kabupaten Karawang.43
Dalam kegiatan agenda partai Dewan Pengurus Cabang dan Pengurus
Anak Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Karawang, mengikuti Training
of Trainer, di aula Wisma Asih. Narasumber yang dihadirkan dari Polres dan
Kejaksaan Negeri. Selain pengurus teras di internal PKB sendiri. Dikatakan Ketua
DPC PKB Akhmad Zimmy Jamakhsari, bahwa pelaksanaan Training of Trainer
tujuannya adalah untuk memberikan bekal kepada para pengurus hingga tingkat
43 Catatan kang Jaa Maliki di Sekretariat DPC PKB Karawang.
kecamatan terkait penggunaan bantuan sosial dari Pemkab. Karena dari sekian
aspirasi yang diperjuangkan fraksinya di DPRD, di antaranya banyak kader-kader
PKB mendapatkan bantuan sosial tersebut.44
Bantuan sosial yang dianggarkan APBD biasanya diarahkan ke
pembangunan atau rehab sarana ibadah. Dari mulai masjid, majelis taklim, hingga
pondok pesantren. Untuk tahun 2010 sudah mengupayakan memperoleh kembali,
khawatir nanti salah dalam memenuhi persyaratan administrasi sebagai bentuk
pertanggungjawaban, maka perlu didatangkan para aparat penegak hukum untuk
memberikan penjelasan mengenai hal ini.
Selain itu, materi hukum secara umum juga diulas di acara Training of
Trainer tersebut. Sehingga, diharapkannya, kedepan para pengurus hingga kader
PKB dapat memahami betul bagaimana substansi hukum dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu diharapkan kegiatan Training of Trainer
ini menjadi langkah lanjut dari pengkaderan makin cerdas berpikir maupun
berpolitik, lebih tumbuh dan berkembang dalam kemandirian. Karena jangan
sampai terjadi kader PKB seperti anak kecil yang bisanya hanya sekedar minta
sama orang tua.45
Ditambahkan oleh salah seorang pengurus DPC PKB Rahmat Tolenk,
kegiatan Training of Trainer adalah untuk membuktikan kepada masyarakat
bahwa sistem kepartaian di lingkungan PKB tetap terus berjalan, tanpa harus
terjebak pada moment-moment tertentu, seperti menjelang Pemilu legislatif,
Pemilu Presiden atau Wakil Presiden, Pilgub, hingga Pilkada. Ini juga perintah
DPP agar pengurus PKB di semua jenjang menyelenggarakan Training of Tainer.
44 Buku besar Agenda DPC PKB Karawang.45 Hasil wawancara bersama Rahmat Toleng di secretariat DPC PKB Karawang.
Masalahnya, PKB kedepan akan dikembangkan sebagai partai ahli sunnah wal
jama’ah.
Menghadapi Pilkada 2010 yang tinggal menunggu waktu, jelas Tolenk,
bagi PKB baru akan mengambil sikap maupun langkah dukungan setelah
mendengar secara resmi pernyataan Dadang S. Muchtar, bisa atau tidaknya yang
bersangkutan mencalonkan kembali sebagai calon Bupati periode 2010-2015.
“PKB berencana menggelar musyawarah daerah dengan para alim ulama.
direncanakan akhir Pebruari atau awal Maret. Disana kita siap meminta masukan
dari para Ustadz di kampung-kampung atau desa, termasuk pengurus ranting
PKB.46 Namun, pada kenyataanya PKB kubu Gus Dur telah merambah ke
berbagai parpol lain kebanyakan mendukung Dadang S.M yang dicalonkan
sebagai wakil bupati, dan yang lain masuk ke lawan partai.
Dalam perkembangan partai untuk menghadapi pemilu 2009 DPC PKB
menurut Jaa Maliki, telah melakukan dua kali pertemuan dengan agenda rapat
koordinasi calon legislatif. Pada tanggal 31 Januari 2009 mengadakan rapat kerja
Lembaga Pemenang Pemilu (LPP) Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan
Bangsa Karawang yang dihadiri oleh pengurus DPC, DPAC dan seluruh calon
legislatif yang membahas program kerja.47
Bahkan Jaa mengatakan walaupun sedang mengalami konflik PKB
Karawang tetap menjalankan aktivitasnya sebagai partai politik, bahkan Jaa
46 Dikutip dari Radar Karawang pada tanggal 06 Januari 2010, DPC PKB Karawang dan
Training of Trainer, Training of Trainer ini diikuti oleh Dewan Pengurus Cabang dan Pengurus
Anak Cabang dengan tujuan pembekalan pengurus PKB.
47 Artikel Lembaga Pemenang Pemilu DPC PKB Kab. Karawang 2009.
menyebutkan secara riil keberadaan PKB di daerah seperti di Karawang relatif
kondusif tidak ada faksi-faksi politik yang mengemuka sehingga tidak perlu
khawatir berpengaruh pada kalangan masyarakat akar rumput simpatisan dan
pendukung PKB, dan tidak ada persoalan satu atau dua namun PKB tetap no 13,
dengan dibuktikan pada pemilu Legislatif 2009 yang lalu jatah kursi PKB
bertambah menjadi empat kursi.48
Namun dalam perjalanannya partai tersebut mengalami beberapa rintangan
dan cobaan karena dipengaruhi konflik di tingkat pusat, sehingga untuk saat ini
partai tersebut kurang berjalan dengan baik, artinya kepengurusan partai dan
program partai kurang begitu berjalan, masih ada mis communication antar
pengurus partai sehingga ini menyebabkan kehancuran atau kekeliruan bagi warga
Nahdliyin khususnya dan bagi para simpatisan umumnya. Bahkan sejak terjadinya
konflik atau perbedaan pendapat antara dua kubu yaitu kubu Muhaimin dan kubu
Gus Dur, dan juga DPC PKB sering menerima informasi atau berita yang kurang
baik bagi perkembangan partai.
Dengan demikian, telah diambil kesimpulan baik keterangan dari Jaa Maliki
dan Rahmat Toleng, bahwa DPC PKB Kab. Karawang memang sedang
mengalami konflik yang bersumber dari konflik DPP PKB, namun konflik yang
bersumber dari konflik DPP PKB, namun konflik yang terjadi tidak
mempengaruhi perolehan suara karena memang dari dulu PKB Karawang dalam
pemilu tidak mengalami perubahan, walaupun dalam jumlah kursi bertambah
menjadi empat kursi.
48 Kutipan dari Radar Karawang yang diakses pada tanggal 27 september 2009, tentang
target pemilu PKB Karawang 15%, Petani dan Pondok Pesantren menjadi basis utama.
E. Perbandingan Hasil Pemilu 2004 dan 2009
Menurut Undang-Undang No.12 tahun 2003 bahwa pemilu tahun 2004
adalah pemilu yang menggunakan sistem proporsional, sistem ini berdasarkan atas
perbandingan representasi wakil rakyat dengan jumlah pemilihnya. Maka dibuat
kelompok-kelompok kota dan kabupaten sebagai satu basis perebutan suara yang
biasa disebut daerah pemilihan.
Dan pada umumnya pemilu 2004 dirancang untuk melakukan rekruitmen
anggota MPR yang terdiri dari anggota DPR dan DPD, anggota DPR dengan
jumlah 550 orang dan DPD dengan jumlah 120 orang, dan populasi jumlah
penduduk Indonesia menurut P4B berjumlah 214,787,016 jiwa. Berdasarkan
proporsionalitas jumlah penduduk jatah kursi untuk wilayah Jawa memperoleh
porsi 303 buah atau sekitar 55.09%, dan luar Jawa sebesar 247 buah atau sekitar
44.91%.49
Dengan ini, Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Karawang merasakan
betul tantangan yang di hadapi ketika memasuki arena pemilu 2004, mulai dari
soal keabsahan di KPUD, penyusunan Caleg, sampai pada tahap konsolidasi
dengan membentuk ranting-ranting yang selama ini terbengkalai. Seiring dengan
itu DPC melakukan komunikasi politik dengan pengurus cabang Nahdlatul Ulama
Kabupaten Karawang yang secara terus menerus dilakukan dengan istiqomah.
Bahkan setiap kegiatan Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa
Kabupaten Karawang selalu dihadiri oleh ketua Tanfidziyah NU dan memberikan
tausiyah kepda kader - kader partai serta menyatakan dukungan politik kepada
PKB.
49 Nadhif Alawi, Proyeksi Perolehan Kursi DPR Partai Kebangkitan Bangsa Pada
Pemilu 2004, (Jakarta, Lembaga Pemenang Pemilu DPP PKB, 2003), hal. 6, cet ke-3.
a. Pemilu 2004 DPC PKB Karawang
Dalam hasil pemilu tahun 2004 DPC Partai Kebangkitan Bangsa
Karawang mengalami penetapan, artinya tidak turun dan tidak juga naik. Ini
menandakan Partai Kebangkitan Bangsa Karawang tidak berkembang seperti
yang dikatakan oleh Rahmat Toleng pengurus DPC PKB Kabupaten Karawang
dalam perkembangan hasil pemilu mengatakan bahwa, pada Pemilu tahun 2004
Partai Kebangkitan Bangsa Karawang dari populasi 1,765,263 jumlah kursi 3
pemilih yang sah berjumlah 1,006,533 suara PKB mendapat 60,884 suara atau
sekitar 6,05% dari jatah kursi 5,83 proyeksi suara 100.50
Ini yang membuktikan semakin merosotnya perolehan suara dari tiap
tahun karena dampak dari keadaan PKB Karawang yang mulai berkurangnya
simpatisan dan pendukung khususnya warga NU, karena semakin lama partai ini
tidak berpihak kepada warga Nahdliyin. Berbeda dengan partai Golkar walaupun
bukan partai Nahdliyin, akan tetapi bisa mengakomodir dan membawa sebagian
warga NU ke jalan yang pasti, karena Golkar memang dari dulu sudah menyebar
dan mendarah daging di Kab. Karawang.51
50 Artikel DPC PKB Karawang tahun 200451 Catatan Wahyudi pengurus PAC PKB Karawang
Oleh karena itu wajar kalau perolehan suara pada pemilu dari tiap tahun,
baik 2004 bahkan sampai 2009 sudah dipastikan tidak akan naik, apalagi kalau
sering terjadi konflik dan tidak mempunyai sepak terjang politik yang mutakhir.
Karena kalau melihat kembali pada pemilu tahun 1999 dimana partai baru ini
cukup bagus dalam gerakan dan permainan politiknya, sehingga Pada pemilu
1999 perolehan suara berjumlah 61.000 mendapat 2 kursi, dan pemilu 2004
memperoleh suara 53.000 mendapat 3 kursi.52 Toleng menyatakan bahwa setiap
tahun dalam pemilu PKB Karawang tidak ada perubahan, walaupun ada
perubahan cuma sedikit tapi dalam kursi selalu meningkat ini tidak lain karena
sistem pemilu yang mendukung keadaan PKB Karawang yaitu pada tahun 2004
menggunakan sistem pemilu proporsional, yang berbeda atau berubah kembali
menjadi sistem distrik yaitu pada pemilu 2009.53
b. Pemilu 2009 DPC PKB Karawang
Dalam pemilu 2009 yang lalu dengan menggunakan sistem distrik,
berbeda dengan pemilu tahun 2004 yang menggunakan sistem proporsional, maka
langkah-langkah DPC PKB Karawang dalam menghadapi pemilu 2009 semakin
gencar dengan melakukan berbagai konsolidasi dan komunikasi politik ke
berbagai kalangan, khususnya yang mendukung PKB umumnya para simpatisan
partai politik.
Maka hasil pemilu tahun 2009 Sesuai dengan keputusan KPUD Kab.
Karawang pada sidang Pleno Penghitungan hasil suara yang dilaksanakan Rabu,
21 April 2009 Sidang Pleno tersebut memutuskan hasil rekapitulasi Pemilu
Legislatif 2009 di Kab. Karawang dan keputusan tersebut disetujui oleh para saksi
52 Radar Karawang,, pesta pemilu raya Karawang , tanggal 27 juli 2004 h. 453 Hasil wawancara bersama Rahmat Toleng di Sekretariat DPC PKB Karawang
Politik peserta Pemilu Legislatif 2009, kecuali dari saksi PKB H. Soleh merasa
keberatan karena menganggap pada saat penghitungan suara di PPK Batujaya
Dapil 4 terdapat kekeliruan salah penulisan, yang seharusnya TPS 11 Ds.
Segarjaya Kec. Batujaya jumlah suara PKB : 175 suara, namun ditulis menjadi
174 suara selisih 1 suara, dan mengakibatkan keresahan warga NU Batu Jaya
khususnya dan warga NU Karawang pada umumnya.54
Namun ditingkat PPK Batujaya menurut saksi PKB selisih 21 suara,
adapun hasil perolehan Dapil 4 PKB : 8381 suara dan PPP : 8383 sehingga PPP
berhak mendapat 1 kursi, KPUD Kab. Karawang tetap menetapkan perolehan
suara berdasarkan hasil di PPK yang telah ditandatangani oleh para saksi Partai
Politik termasuk saksi PKB dan bagi saksi PKB di KPUD jika tidak puas
dipersilahkan menuntut sesuai jalur hukum.
Sidang Pleno tersebut merupakan sidang lanjutan guna untuk memutuskan
hasil rekapitulasi Pemilu Legislatif 2009 di Kab. Karawang. Secara umum hasil
keputusan rekapitulasi Pemilu Legislatif 2009 di Kab. Karawang disetujui oleh
masing-masing saksi dari masing-masing Parpol, walaupun ada ketidakpuasan
dari saksi PKB yaitu H. Soleh.
H. Soleh dalam keterangannya menyatakan bahwa dalam pemilu legislatif
2009 Partai Kebangkitan Bangsa telah dicurangi dan suara dipermainkan oleh
para lawan politik atau saksi dari berbagai partai politik, karena secara jelas dalam
penulisan angka suara dikurangi satu suara, bagi PKB satu suara adalah sangat
54 Hasil wawancara bersama Rahmat Toleng, di sekretariat DPC PKB Karawang.,
berharga bagi penentuan anggota legislatif di Kabupaten Karawang. Akan tetapi,
dalam penghitungan suara situasi tetap kondusif dan berjalan lancar.55
Ketidakpuasan dari saksi PKB mengenai perolehan suara di Dapil 4
apabila ditindak lanjuti akan menimbulkan konflik dengan PPP berkaitan dengan
perolehan kursi di DPRD Kab. Karawang. Konflik atau ketidakpuasan PKB
walaupun disarankan melalui jalur hukum dimungkinkan tidak akan terjadinya
permasalahan yang berkepanjangan, karena ketua PKB dan KPUD Kab.
Karawang masih mempunyai ideologi yang sama dan masih ada hubungan
persaudaraan yang erat.
Akan tetapi, perlu di antisipasi kelompok-kelompok tertentu yang
memanfaatkan permasalahan ketidakpuasan PKB terhadap KPUD Kab.
Karawang. Karena kalau lengah sekejap saja bisa menimbulkan kekacauan dan
suara pasti akan diamputasi oleh para lawan politik, dan jelas PPP telah
membayangi dan memanfaatkan keadaan PKB yang sedang konflik, dengan
berbagai cara mereka lakukan agar PKB kalah dalam pemilu legislatif, karena dari
partai islam yang bersaing dalam politik PKB di Kab. Karawang adalah PPP.56
Hasil akhir dari penghitungan suara pada sidang pleno DPC PKB
Karawang dengan jumlah suara 48.300 serta mendapatkan 4 kursi pada pemilihan
legislatif ini yang membuktikan perbandingan pemilu dari 2004-2009, dan
keputusan ini mutlak dari KPUD Karawang. Ini sudah jelas terbukti bahwa untuk
55 Dikutip dari Radar Karawang, 23/04/2009.h. 3.
56 Artikel Polres Karawang pada Radar Karawang. Keputusan hasil pemilu Selasa
21/04/2009, pada Pemilu 2009.
hasil pemilu setiap tahun berkurang tapi jumlah kursi semakin bertambah yaitu
mendapat 4 kursi, dan ini karena ada perubahan sistem dari proporsional 2004
menjadi sistem distrik pada pemilu 2009 yang lalu.
Mengenai perbandingan pemilu baik tahun 2004-2009 yang telah
dipaparkan diatas tadi telah diambil kesimpulan bahwa, pemilu baik 2004 atau
pemilu 2009 DPC PKB Karawang mengalami perubahan, yang mana pemilu 2004
mendapatkan kursi 3 dengan menggunakan sistem proporsional, dan pemilu 2009
yang lalu mendapatkan kursi 4 dengan menggunakan sistem pemilu distrik.
Namun jelas, bahwa PKB Karawang mengalami perubahan dan kenaikan dalam
jumlah kursi karena sistem pemilu yang selalu berubah, dan menjadikan
keberuntungan bagi partai PKB Karawang.
BAB IV
DINAMIKA KONFLIK PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
KARAWANG
A. Konflik Partai Kebangkitan Bangsa Tingkat Nasional
Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa seakan tidak pernah
lepas dari konflik, sebagaimana telah diketahui bahwa konflik di tubuh PKB
berawal dari tahun 2001 yang dilakukan oleh Matori Abdul Jalil yang tidak
mengikuti intruksi DPP PKB K.H Abdurrahman Wahid, pada waktu itu Gus Dur
pernah membekukan MPR atau DPR, dengan segala resiko Matori pasang badan
yang penuh percaya diri hadir dalam sidang MPR dan sekaligus secara resmi
mengakui pemecatan Gus Dur dan mengangkat Megawati sebagai Presiden,
akhirnya Matori dipecat dari DPP PKB.57
Konflik terus mengalir sampai tahun 2005 konflik terjadi kembali yang
dilakukan oleh Alwi Sihab dan Saifullah Yusuf karena diakui telah melanggar
kebijakan partai, kasus ini sampai ke meja hijau dan pada waktu itu tanggal 16-18
DPP PKB mengadakan Muktamar II di Semarang yang melahirkan PKB antar
kubu, kemudian dalam ranah hukum MA memutuskan bahwa secara prosedur
pemecatan Alwi Shihab dan Saifullah Yusuf tidak sah sehingga, keputusan MA
ini membatalkan DPP PKB untuk memberhentikan Alwi dan Yusuf, dengan
berbagai upaya DPP PKB menyelesaikan masalah yang akhirnya menghasilkan
57 Denny J.A, Melewati Perubahan: Sebuah Catatan Atas Transisi Demokrasi Indonesia,
(Yogyakarta, LKIS Yogyakarta, 2006), h. 114 Cet I
keputusan bahwa Gus Dur dan Muhaimin sebagai Ketua Dewan Syura dan Ketua
Dewan Tanfidz.58
1. Latar Belakang Konflik
Setelah konflik 2001 selesai, konflik di DPP PKB terjadi kembali pada
tahun 2005, konflik ini hampir sama kejadiannya dengan konflik 2001, akan tetapi
yang terlibat yaitu Alwi Shihab dan Saefullah Yusuf sebagai ketua umum dan
sekjen DPP PKB alasannya karena sudah melanggar kebijakan partai. Selanjutnya
konflik babak ke tiga yaitu pada tahun 2009 menjelang pemilu yang berawal dari
ditunjuknya kader terbaik yakni Ir. Lukman Edy menjadi salah satu anggota
kabinet Indonesia bersatu, kepercayaan yang diberikan Presiden Susilo Bambang
Yudoyono.
Akan tetapi, penunjukan Presiden ini tidak disambut baik oleh para
pengurus PKB, yang timbul hanya rasa kekecewaan terhadap keputusan Presiden
karena mereka menganggap masih banyak yang lebih layak selain Lukman Edy,
kemudian didalam kekecewaanya itu mereka melakukan gebrakan atau gerakan
dengan menyebar isu dan pengumuman bahwa Muhaimin Iskandar membuat serta
membangun kekuatan dalam rangka menjatuhkan Dus Dur dari PKB.59
Kubu Gus Dur yang didalangi oleh Yeny Wahid dan Sigit Haryono tidak
hanya sampai disitu, dengan berbagai cara melakukan pemecatan terhadap
beberapa pengurus DPP yang dianggap menjadi pilar Muhaimin diantaranya
yaitu: Ir. Lukman Edy, Moh. Hanif Dhakiri, Eman Hermawan, Marwan Jakfar,
Imam Nahrowi, Abdul Kadir Karding. Pemecatan ini menggunakan prosedur yang
58 Helmi Faisal Zaini. Ed. Khidmat kami bagimu negeri; laporan kerja fraksi
Kebangkitan Bangsa DPR-RI 2005-2006. h. 123.59 Dikutip dari Wikipedia tanggal 23 Agustus 2010.
tidak sah yang terbukti di Pengadilan bahwa proses pemecatan ini tidak sesuai
dengan aturan partai.
Tujuan pemecatan ini hanya satu yaitu untuk menggulingkan Muhaimin
dari jabatannya sebagai Ketua Umum DPP PKB secara tidak sah, Muahimin
Iskandar yang terpilih secara demokratis dalam Muktamar II PKB di Semarang
dipecat melalui prosedur yang melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga PKB. Setelah melakukan berbagai gebrakan pemecatan, kemudian
kelompok ini melakukan pengesahan kudeta yang dilaksanakan di Parung.
Setelah mengalami berbagai gebrakan dan rintangan dalam menghadapi
konflik keputusan Menkumham mengakui hasil keputusan atau hasil akhir
muktamar luar biasa di Ancol oleh H. A. Muhaimin Iskandar dan mengikuti
Pemilu 2009 dengan tuntas dan mendapatkan suara yang signifikan walaupun
tidak sebanyak ketika awal munculnya partai.60
2. Pelaku yang Terlibat Dalam Konflik
Konflik babak ketiga ini menjelang pemilu 2009 yang berawal dari
ditunjuknya kader terbaik yakni Ir. Lukman menjadikan konflik lanjutan bagi
PKB karena beberapa faktor yang menjadikan konflik, namun itu semua tidak
terlepas dari pemain lama. Oleh karena itu dalam konflik ini terdapat beberapa
aktor penting yang membintangi terjadinya konflik antara lain yaitu: KH.
Abdurrahman Wahid, Yeny Wahid, Sigit Haryono (kubu Gus Dur), dan
Muhaimin Iskandar, Ir. Lukman Edy, Moh. Hanif Dhakiri, Eman Hermawan,
Marwan Jakfar, Imam Nahrowi, Abdul Kadir Karding (kubu cak Imin).61
60Bebal sejarah PKB dalam pusaran konflik dan konflik, (Jakarta: Lembaga Pelatihan dan
Pengembangan Pemuda Bangsa. 2008), h. 6961 Buku Peta Konflik PKB 2009, (Jakarta, Tim DPP PKB, 2009), h. 5.
Dari semua pelaku tersebut yang sama-sama mempunyai misi dan tujuan
yang berbeda walaupun pada akhirnya, tetap memimpin dan membina Partai
Kebangkitan Bangsa seutuhnya.
B. Konflik DPC PKB Karawang Dampak dari Konflik DPP PKB Pusat
Konflik disetiap kalangan atau golongan itu pasti terjadi baik yang bersifat
internal maupun eksternal, dan konflik bisa merubah keadaan bisa menjadi baik
dan bisa menjadi buruk. Organisasi atau kelompok bisa menjadi rukun atau hidup
kembali ketika mengalami konflik kalau diantara kedua belah pihak bisa
mengatasi dengan baik, akan tetapi konflik bisa berdampak buruk ketika suatu
organisasi atau golongan tidak mengatasinya dengan baik, artinya kurang
memahami pentingnya kedamaian.
Dalam kasus PKB baik yang terjadi di DPP, DPW, DPC maupun PAC itu
merupakan kesalahan PKB yang berdampak pada masa atau pendukung PKB
sendiri, karena menurut penulis konflik di tubuh PKB itu sering terjadi yang
diawali tahun 2001 yang didalangi Matori dan Gus Dur, dan berkembang pada
tahun 2005 yang menjadi pemicu konflik perebutan hak kekuasaan partai yang
dilakukan oleh Alwi dan Gus Dur, kemudian konflik terjadi kembali di tahun
2009 permasalahannya sama yaitu perebutan hak kekuasaan partai, sehinnga
konflik merambah ke DPC PKB Karawang dan konflik tersebut dampak atau
imbas dari konflik DPP PKB yang memanas.
1. Sumber Konflik
Seperti yang dikatakan Jaa salah seorang pengurus DPC PKB Karawang,
bahwa Konflik yang terjadi di Karawang itu karena dampak dari Konflik DPP
PKB, sehingga muncul berbagai pemikiran dan pendapat bahwa sebelum terjadi
konflik DPC sampai PAC kepengurusan PKB sudah berjalan baik sehingga
menimbulkan keharmonisan dalam kekeluargaan antar pengurus, masa pendukung
dan warga Nahdliyin Karawang.62
Namun tidak demikian, DPP PKB terjadi konflik kembali antar dua kubu
Gus Dur dan Muhaimin berimbas kepada DPC PKB Karawang. Dengan
terjadinya konflik dari DPC sampai ke PAC sehingga para Ulama atau Kiyai dan
segenap tokoh masyarakat Karawang mengadakan rapat atau musyawarah untuk
membahas masalah yang terjadi di DPC PKB Karawang. Dalam rapat tersebut
masing-masing mengeluarkan pendapat dan gagasan, dari kubu Gus Dur Suyanto
angkat suara bahwa PKB ciptaan Gus Dur maka Gus Durlah yang berhak
memimpin, Gus Dur yang pantas menjadi tokoh sentral bagi warga NU.
Perkataan itu lalu dibantah oleh Jaa dari kubu Muhaimin, dalam
bantahanya mengatakan PKB bukan milik Gus Dur tapi milik warga NU dan
milik bangsa, masih banyak ulama PKB tidak hanya Gus Dur saja, dan jangan
hanya melihat serta simpati tokoh seorang Gus Dur saja yang penting bagaimana
partai ini akan ikut serta dalam pemilu demi menyalurkan aspirasi rakyat dan
62 Buku catatan Jaa Maliki tentang PKB Karawang yang dikutip pada 21 Juli 2009 di
kantor DPC PKB Karawang.
warga NU. PKB bisa maju tanpa Gus Dur dan pasti bisa mengikuti pemilu, karena
PKB bukan ciptaan seorang Gus Dur saja melainkan ciptaan para Alim Ulama.63
Kemudian dibantah lagi oleh kubu Gus Dur yaitu Enjang Ya’kub, dalam
bantahanya mengatakan bahwa PKB tidak sah tanpa seorang Gus Dur sebenarnya
Gus Dur ini telah di kjianati oleh Muhaimin yang ingin merebut kepemimpinan
Gus Dur istilah kasarnya kalau dalam bahasa sunda (Ngalunjak ka kolot), yang
jelas Muhaimin tidak pantas untuk memimpin PKB ke depan, dan sampai
kapanpun kami tidak ridho kalau PKB dipimpin oleh Muhaimin, lebih baik
mendirikan partai baru daripada ikut kepemimpinan Muhaimin. Karena, sudah
jelas Muhaimin dan Lukman Edy anteknya SBY, sudah terpikirkan dan
terealisasikan bahwa Muhaimin dan Lukman Edy kurang perhatian terhadap
warga NU diberbagai daerah pada umumnya dan warga NU Karawang pada
khususnya.64
Kemudian Rahmat Toleng dari kubu Muhaimin angkat bicara sudah kita
jangan banyak memperdebatkan Gus Dur dan Muhaimin karena kalau tetap
didebatkan tidak akan selesai, yang jelas mari sama-sama membangun PKB
jangan melihat pemimpinya siapa dan pengikutnya siapa, yang harus kita pikirkan
bagaimana DOC PKB kedepanya nanti supaya bisa mengikuti pemilu guna
menyalurkan aspirasi warga NU di Karawang.
Perkataan rahmat Toleng dibantah oleh Uba Rubai’ yang mengatakan
bahwa kami tidak akan pernah ikut pemimpin yang tidak pantas bagi
63 Dikutip dari buku besar DPC PKB Kab. Karawang, Kejadian Penting DPC PKB
Karawang, 21 Juli 2009.64 Hasil wawancara bersama Rahmat Toleng di Sekretariat DPC PKB Karawang tanggal
25 September 2010.
kepemimpinan warga NU, yang kami inginkan pemimpin yang menjadi tokoh
sentral dan kharismatik yang nantinya bisa menjadi panutan para pengurus DPC
PKB Karawang, dan bisa menjadi figur bagi pemimpin PKB Karawang.
Setelah terjadi perdebatan yang sangat sengit dan suasana rapat atau
musyawarah menjadi tidak kondusip dan keadaan sudah tidak terkendali.
Akhirnya KH. Hasan Bisri mantan Ketua Dewan Tanfidz DPC PKB Karawang
angkat bicara dalam pembicaraanya mengatakan kalau kalian masih tetap pada
pendirian dan kepercayaan masing-masing tidak apa-apa. Namun, yang jelas
bagaimana dan kemana PKB ini demi menyalurkan aspirasi warga NU Karawang,
karena tidak dipungkiri lagi karena PKB ini adalah partai politik warga NU dan
partai sayap kanan NU.65
Jangan saling memperebutkan tentang pemimpin partai, yang mau ikut
bergabung dalam kepemimpinan Ahmad Zimy Zamakhsari sebagai ketua Dewan
Tanfidz DPC PKB Karawang dan H. Muhaimin Iskandar sebagai ketua DPP PKB
silahkan, dan yang tidak mau bergabung yaa tidak apa-apa. Setelah Hasab Bisri
mengambil kesimpulan, kemudian para peserta rapat satu persatu meninggalkan
rapat yang dilakukan oleh kubu Gus Dur yaitu Enjang Ya’kub, Uba Ruba’i diikuti
oleh yang lainnya.
Telah diketahui konflik memang dampak dari DPP PKB pusat, sehingga
dalam rapat tersebut menjadi dua kubu antara lain kubu Gus Dur atau Yeni dan
kubu Muhaimin, atau kubu yang di Parung dan kubu yang di Ancol. Dan Toleng
juga mengatakan kubu Gus Dur kelompok tua yaitu H. Uba Ruba’i dan Enjang
65 Dikutip dari Artikel rapat DPC PKB
Ya’kub, dan kubu Muhaimin kelompok muda yang dipelopori oleh Ahmad
Zamakhsyari ketua sekarang, dan segenap pengurus lainnya.66
Konflik terjadi dari pusat merambah ke wilayah serta daerah, mengenai
konflik yang terjadi di Kab. Karawang penulis mengambil kesimpulan bahwa
konflik di DPC PKB Kab. Karawang itu sama seperti yang terjadi di berbagai
daerah yaitu konflik yang bersumber dari konflik DPP PKB yang bermarkas di
Kali Bata. Namun semua itu, tergantung kepada yang menghadapi konflik
tersebut apakah bisa diselesaikan atau tidak.
2. Pelaku yang terlibat dalam konflik
Terjadi konflik pasti karena ada dua kubu yang saling memperebutkan
suatu permasalahan tertentu, sehingga tidak terpikirkan akibat dari konflik
tersebut, yang ada malah memikirkan golongan atau kelompoknya sendiri, dan
ada juga kepentingan pribadi atau keluarga. Konflik dianggap baik kalau para
pelaku bisa mengatasi dan saling mengintropeksi diri masing-masing atau pribadi
diri sendiri.
Seperti yang terjadi di Partai Kebangkitan Bangsa Karawang pelaku yang
terlibat dalam konflik tersebut sama seperti kejadian yang terjadi di tingkat
nasional atau DPP PKB, seperti apa yang dikatakan Toleng bahwa golongan muda
dan golongan tua sama-sama mempunyai argumen dan pemikiran yang berbeda-
beda, sehingga timbul pergolakan dan pertarungan antara kelompok Gus Dur dan
kelompok Muhaimin.
66 Hasil wawancara bersama Rahmat Toleng Sekertaris DPC PKB Karawang di kantor
Sekretariat DPC PKB Karawang.
Golongan muda yaitu yang mendukung kelompok Muhaimin dengan
alasan Partai Kebangkitan Bangsa tanpa pemilu tidak ada gunanya dan tidak aktif
dalam pemerintahan sama saja tidak jelas tentang keadaan partai, dan golongan
tua tidak mau kalah dalam membela Gus Dur mereka beralasan bahwa Partai
Kebangkitan Bangsa tanpa Gus Dur tidak ada gunanya seperti suatu pendidikan
tidak ada guru dan kurang sempurna, bahkan ada sebagia mereka mengatakan
kepengurusan PKB Karawang saat ini kurang syah kurang dukungan dan
persetujuan dari warga Nahdlatul Ulama Karawang sepenuhnya.67
Kelompok tua atau pendukung mayoritas mereka berada di Pengurus Anak
Cabang (PAC), antara lain yaitu: H. Uba Ruba’i, H. Suyanto, Ust. Hayi Basyari,
Enjang Ya’kub, Abdullah Halim Sukhaeri, H. Noorjuman, S.Ag, Imam Gozali
S.Ag, Komarudin SE, E. Khotib Muwahid, dan golongan muda berada di Dewan
Pengurus Cabang (DPC) yang sekarang menjadi pengurus di DPC Kabupaten
Karawang antara lain yaitu: KH. Nasuha Azhari, KH. Tajudin Zuhri, H. Ceceng
Syarif Husen MS, Ahmad Zamakhsyari, S.Ag, Drs. H.M Solihin, Kamaludin
Abdullah, S.Ag, Drs. Ja’a Maliki, Aef Saefullah Ahmad SS, Rahmat Toleng Djati,
H. Ayi Khotibul Umam. 68
Oleh karena itu pada waktu musyawarah yang membahas masalah partai
terjadi dua kelompok atau dua golongan antara lain yaitu: kelompok Gus Dur dan
kelompok Muhaimin, masing-masing kubu mempunyai komitmen dan tujuan
yang berbeda walaupun pada intinya sama membangun partai Nahdliyin.
67Artikel DPC PKB Karawang68 Hasil wawancara bersama Rahmat Toleng di Sekretariat DPC PKB Karawang.
3. Pengaruh Konflik Terhadap Masyarakat
Dampak dari konflik sangat berpengaruh sekali terhadap masyarakat,
banyak bukti akibat dari konflik tersebut, antaranya timbulnya kekerasan,
putusnya tali persaudaraan, pecahnya keharmonisan kelompok atau golongan.
Namun perlu diketahui konflik yang terjadi di tubuh Parta Kebangkitan Bangsa
bukan hanya sekali atau dua kali ini sering terjadi sama halnya dengan Nahdlatul
Ulama yang sering terjadi konflik.
Masyarakat adalah golongan atau sekelompok orang yang mempunyai
naluri dan pemikiran yang berbeda-beda, dan mempunyai kedudukan serta derajat
atau pangkat yang berbeda pula, bahkan ada yang disebut masyarakat awam,
artinya masyarakat yang tidak tahu dan kurang mengerti terhadap sesuatu (kurang
pengetahuan). Mereka manut dan patuh saja terhadap keputusan pemerintah atau
penguasa, dalam artian masyarakat tidak mampu melawan ketika negara
melakukan sebuah kebijakan yang kurang baik bagi masyarakat.
Dalam pemikiran Ibnu Khaldun tentang masyarakat menurutnya adalah
perjalanan proses pemikiran, yang pendapatnya manusia pada awalnya
memerlukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan
diri. Manusia pada saat itu lah membentuk sebuah masyarakat dalam sebuah
organisasi yang di dalamnya terbangun sebuah interaksi sosial antar manusia
dalam berbagai bentuk, seperti dalam perniagaan dan lain sebagainya.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa manusia memiliki sifat
dasar yang agresif untuk selalu menciptakan keributan, perang dan konflik.
Masyarakat sebagai instrumen manusia untuk mengimbangi kelemahannya dan
memperbesar peluang-peluangnya untuk mempertahankan diri, egoisme manusia
mendorong untuk berbuat dengan caranya sendiri dan sesuai dengan
hatinya,namun manusia mempunyai peluang sedikit untuk mempertahanan
hidupnya.
Kalau penulis amati dari pemikiran Ibnu Khaldun sangat berkaitan sekali
dengan kasus atau konflik yang terjadi di PKB, karena manusia atau masyarakat
mempunyai sifat agresif dan egois untuk berbuat dengan caranya sendiri. Konflik
PKB sangat berpengaruh sekali terhadap masyarakat khususnya di wilayah
Karawang yang hampir 70% NU tulen dan para simpatisan, sehingga masyarakat
bosan dengan keadaan PKB yang selalu di kerumuni konflik.
Menurut Rahmat Toleng konflik di DPC PKB Karawang tidak terlalu
mempengaruhi pada pemilu 2009 yang lalu, karena buktinya PKB pada pemilu
2009 mendapat jatah kursi empat dan ini membuktikan bahwa walaupun terjadi
konflik tidak ada pengaruh. Karena pada saat pemilu kelompok pendukung Gus
Dur akhirnya sebagian ikut berpartisipasi dalam pemilu.69
69 Buku agenda DPC PKB Kab. Karawang, tentang pemilu dan kejadian penting
Oleh karena itu, faksionalisme yang terbentuk setelah terjadinya konflik,
pengurus DPC PKB Kab. Karawang terbentuk menjadi dua kelompok sampai saat
ini masih terjadi mis communication antar dua kubu, karena dari kubu Dus Dur
atau Yeni Wahid tetap pada pendiriannya yang tidak mau PKB dipimpin oleh
Muhaimin, begitupun Muhaimin tidak mau PKB dipimpin oleh Gus Dura atau
Yeni Wahid.70
Bahkan Wahyudin Sag. Salah seorang dari kubu Gus Dur mengatakan
bahwa, kelompok pendukung Gus Dur tidak akan mendukung kepemimpinan
Muhaimin atau ketua DPC PKB Karawang Ahmad Zimmy Zamakhsari, dengan
alasan bagaimanapun Gus Dur adalah pelopor dan pencetus Partai Kebangkitan
Bangsa tidak bisa digantikan oleh siapapun kecuali oleh seorang yang mempunyai
kharisma seorang kiyai dan berjiwa pemimpin, masalahnya bukan Muhaimin.71
Dampak konflik bukan hanya pada pemilu legislatif 2009 yang lalu saja. Akan
tetapi sampai saat ini saat akan diadakan pemilihan Bupati Karawang tanggal 14
November konflik masih berpengaruh dengan terpecahnya suara PKB dari
berbagai basis dan PAC.
70 Hasil wawancara besama Rahmat Toleng di Sekretariat DPC PKB Kab. Karawang71 Wahyudin, salah satu anggota PAC DPC PKB dari kubu Gus Dur mengatakan bahwa
kubu Gus Dur tidak akan pernah bersatu kalau DPP PKB masih dipimpin oleh Muhaimin Iskandar,
walaupun Gus Dur sudah tidak ada, masih ada yang lebih layak selain Muhaimin, wawancara
dikediaman Wahyudin tanggal 13 Oktober 2010.
Seperti apa yang tertera pada Radar Karawang tanggal 18 Oktober yang
lalu yang mana kubu Gus Dur mendirikan gerakan yang dinamakan Gerakan
Kebangkitan Rakyat (GATARA). Gerakan ini muncul dari kubu Gus Dur yang
kecewa terhadap kepemimpinan Muhaimin sebagai ketua DPP PKB dan Ahmad
Zimmy Zamakhsari seabagai ketua DPC PKB Karawang. Sehingga mereka
menyebar ke berbagai partai yang berkoalisi yang sesuai dengan visi dan misi
partai PKB kubu Gus Dur dalam menghadapi pemilihan Bupati yang akan
dilaksanakan pada bulan November.72
Dari pemaparan di atas tadi penulis mengambil kesimpulan bahwa konflik
yang terjadi di DPC PKB Karawang imbas atau pengaruh dari DPP PKB sehingga
mengakibatkan perselisihan atau berbeda pendapat antar pengurus dan keresahan
warga NU Karawang, dan sampai sekarang menghadapi pemilihan Bupati belum
menyatu kembali sepenuhnya. PKB yang berkoalisi dengan HANURA, PBR, dan
PPP mendukung calon no 1 yaitu Eli Amalia sebagai Calon Bupati Karawang,
DPC PKB harus bekerja keras merangkul kembali dari PKB kubu Gus Dur atau
Yeny Wahid yang ada di PAC.
C. Dampak Konflik PKB pada pemilu 2009
Konflik sejatinya mempunyai dampak dan pengaruh baik positif maupun
negatif terhadap lembaga dan individu masing-masing, dan tentunya kalau partai
politik akan berpengaruh pada pemilu dari tingkat nasional sampai ke daerah,
sehingga partai politik yang menjadi sebuah power atau penyalur aspirasi
amsyarakat dalam suatu negara kurang efektif.
72 Dikutip dari Radar Karawang 18 Oktober 2010, h. 5.
1. Dampak pada pemilu 2009 di tingkat Nasional
Konflik sering terjadi di kalangan elit politik maupun di kalangan bawah,
bahkan sudah tidak asing lagi mendengar kata-kata konflik karena sudah sering
terjadi dan menjadi hal yang biasa dalam suatu intansi atau suatu lembaga. Karena
konflik ini bisa mengakibatkan adanya kekerasan, permusuhan dan ada hubungan
yang kurang baik di antara kedu belah pihak.
Pada pemilu 2009 seperti apa yang telah dikatakan oleh Lukman Edi
dalam pidatonya sangat jelas mengatakan bahwa akibat dari konflik sudah jelas
terbukti yaitu pengunduran sejumlah calon dari berbagai daerah walaupun itu
bersifat Daftar Caleg Sementara, Muhyiddin Arubusman untuk Dapil Jawa Timur
IV Kab Jember dan Lumajang nomor urut 4, Maman Imanul Haq untuk Dapil
Jawa Barat VII Kab Bekasi, Karawang dan Purwakarta, nomor urut 3. Keduanya
adalah Dewan Syuro DPP PKB kubu Gus Dur. H. Muhammad Arsa Suthisna
untuk Dapil Banten II Kabupaten dan Kota Serang dan Kota Cilegon, nomor urut
3, anggota DPR RI dan Wakil Ketua Dewan Syuro DPW PKB Provinsi Banten.
Alasan kemunduran orang Gus Dur terkait dengan komposisi caleg PKB yang
tidak didominasi oleh kader Nahdlatul Ulama.73
PKB masih menerapkan penentuan caleg terpilih dengan nomor urut.
Artinya, nomor urut caleg sangat menentukan keterpilihan seorang menjadi
anggota legislatif. Nama seperti Muhyidin Arubusman, Maman Imanul Haq, serta
Arsa Suthisna termasuk nama-nama yang getol berada di barisan kubu Gus Dur.
Ada juga caleg yang terlempar dari Dapil dibanding Pemilu 2004 lalu, yaitu
73Kutipan pidato Lukman Edy di INILAH.COM, pada Selasa (21/10/09) di Lampung,dalam pidato, Lukman Edy mengatakan bahwa ada beberapa calon yang mundur dalam pemiludengan alasan yaitu karena bukan PKB Gus Dur, dan alasan kedua, komposisi caleg PKB tidakdidominasi oleh kader Nahdlatul Ulama.
Abdullah Azwar Anas, dari Dapil Jatim III (Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo)
dipindah ke Dapil Jatim VII (Pacitan, Ponorogo, dan Magetan). Padahal, Abdullah
yang pendukung Gus Dur itu, empat tahun lalu mencapai bilangan pembagi
pemilih (BPP) selain Hidayat Nur Wahid.
Selanjutnya pengunduran calon di Dapil Papua Barat, Tony Wardoyo yang
kini menjadi anggota DPR RI harus rela di nomor urut tiga. Sedangkan nomor
urut pertama diduduki oleh Sugiyono, yang selama ini dikenal sebagai staf ahli
anggota FKB Marwan Djafar, loyalis Muhaimin. Menururt Lukman dalam
pidatonya, membantah jika penyusunan daftar caleg masih terimbas konflik PKB
beberapa waktu lalu. Karena menurut Lukman, proses rekrutmen sudah sesuai
aturan main. Bahkan untuk nomor urut, melibatkan usulan struktur PBNU pusat.
Nomor urut tiga yang diraih oleh Tony Wardoyo cukup wajar, karena masih
dalam konflik PKB selama ini. tersebut.74 Beberapa nama pimpinan Badan
Otonom NU, mendapat nomor urut signifikan. Ketua PP IPNU Idy Muzayad
menempati nomor urut satu untuk dapil Banten II (Kota Cilegon, dan Kabupaten
atau Kota Serang). Sekjen GP Ansor, A Malik Haramain menempati nomor urut
tiga dapil Jatim II (Kabupaten atau Kota Probolinggo, dan Kabupaten atau Kota
Pasuruan). Nama-nama ini diyakini, disodorkan Ketua Umum PBNU Hasyim
Muzadi.75
Dalam perolehan suara menurut Lembaga Survei Indonesia (LSI), PKB
diperhitungkan hanya memperoleh 5,7% suara. Padahal bila merujuk hasil Pemilu
2004 lalu, PKB meraih 10,57% atau menduduki peringkat ketiga setelah Golkar
dan PDIP. Semua hasil survei ini benar dan tidak ada rekayasa dalam mengambil
74 www.Inilah.Com. Diakses tanggal 26 September 201075 Kutipan Koran Tempo “konflik dan pemilu PKB, tanggal 05/06/09.
keputusan hasil suara karena, dari hasil rekavitulasi Lembaga Survei bisa
diketahui sebelum penghitungan nasional final. Tampaknya Pemilu 2004 lalu
hanya akan jadi catatan sejarah manis bagi PKB.
Apalagi dalam kondisi konflik yang masih belum reda. Harusnya ada
pemahaman bersama di elit PKB dalam menyelesaikan konflik partai berlambang
bola dunia tersebut.76 Menurut penghitungan cepat LP3ES dampak dari sebuah
konflik Partai Kebangkitan Bangsa perolehan suara pada pemiliu 2009 PKB
berada di urutan ke 6 yang jumlah suaranya 5.50 % setelah PKS dan PAN, dalam
kelompok partai Islam PKB berada di urutan ke 3. Berbeda dengan pemilu 2004
PKB berada di urutan ke 3, bahkan dalam kelompok partai Islam PKB berada di
urutan pertama.77
Dampak dari sebuah konflik bukan hanya pengunduran diri para calon
saja. Akan tetapi, lebih kepada keharmonisan masyarakat atau warga Nahdliyin
dan PBNU sendiri. Seperti apa yang telah dikatakan oleh Ahmad Bagja mantan
anggota Tim lima PBNU dalam pembentukan PKB bahwa, konflik PKB telah
merusak keutuhan PBNU dan merusak Ukhuwah warga NU. Dampak yang sangat
besar yang dirasakan PBNU dan warga Nahdliyin beberapa tahun ini akibat dari
terjadinya konflik menurut Bagja sebagai berikut:
76 Lembaga Survei Indonesia (LSI), meginformasikan bahwa perolehan suara PKB 5,7%,
yang berbeda dengan pemilu 2004 yang memperoleh suara 10,57%.77 Artikel LP3ES, Penghitungan Cepat Pemilu 2009.
1. Banyak tokoh dari kalangan NU berpaling muka pindah ke partai lain,
sehingga membuat rusaknya tali persaudaraan dan mengurangi
persatuan di tubuh NU.
2. Semakin meningkatnya kekecewaan warga NU terhadap PKB yang
dikatakan sebagai partai sayap kanan NU.
3. Kurangnya rasa kepercayaan simpatisan terhadap warga NU umumnya
dan kepada PKB khususnya.
Menurut Bagja PKB dilahirkan oleh NU karena warga Nahdliyin ingin
punya sayap politik yang bisa memperjuangkan kepentingan NU. Akan tetapi,
PKB tidak mencerminkan sayap politik NU karena tidak memperjuangkan
kepentingan warga Nahdliyin, PBNU akan membawa masalah PKB ini ke
Muktamar ke 32 di Makasar 22-27 Maret 2010. Melalui forum tertinggi di NU
yang nantinya akan diambil sebuah keputusan bahwa PKB tidak ada hubungan
apapun dengan NU, dan warga Nahdliyin bebas memilih partai apapun.78
Dari semua penjelasan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa dampak dari
konflik pada pemilu sudah jelas sekali, yang diawali dengan pengunduran
beberapa calon dari berbagai daerah dan hasil pemilu 2009 baik dari lembaga
survei maupun lembaga pemilu yang sah terbukti bahwa PKB pada pemilu 2004
urutan ke 3 sedangkan pada pemilu 2009 yang lalu berada di urutan ke 6, dan
kondisi PKB saat ini masih kurang jelas walaupun sudah diambil keputusan
tentang hak kepengurusan yang diputuskan oleh MK kepada Muhaimin, Lukman
Edy dan kawan-kawan.
78 Diambil dari www.INILAH.COM, Kamis 14 Januari 2009.
2. Dampak pada pemilu 2009 di Kabupaten Karawang
Konflik sejatinya mempunyai pengaruh dan dampak terhadap pelaku yang
terlibat dalam konflik tersebut, dan berpengaruh sekali terhadap suatu organisasi
atau organisasi partai politik. Perjalanan konflik PKB seakan tidak pernah usai
yang sangat berpengaruh terhadap perolehan suara pada pemilu, seperti yang telah
terbukti di DPC PKB Karawang pada pemilu Legislatif 2009 yang lalu.
Menurut Rahmat Toleng, Sidang Pleno tersebut memutuskan hasil
rekapitulasi Pemilu Legislatif 2009 di Kab. Karawang yang diikuti oleh para
peserta partai politik sudah final, dan keputusan tersebut disetujui oleh para saksi
dari Partai Politik peserta Pemilu Legislatif 2009 dan segenap simpatisan pemilu
baik masyarakat maupun kepolisian.79
Ketua KPUD Karawang Emay Ahmad Maehi mengatakan dalam
sambutannya bahwa hasil penghitungan suara secara hokum dan aturan pemilu
sudah sah tidak bisa diganggu gugat dan tidak diperbolehkan dari masing-masing
partai politik untuk tidak menyetujui, karena keputusan ini mutlak dari hasil
perolehan pemilu yang diadakan bersama. Pada masalah suara PKB yang kurang
1 sudah diselesaikan dengan baik sehingga tidak terjadi kekacauan dan keributan
pada saat penghitungan suara.80
Dampak konflik terhadap pemilu legislatif 2009 yang lalu tidak
berpengaruh, Namun, ada kejadian yang sangat penting pada saat siding Pleno
79 Wawancara bersama Rahmat Toleng di Sekretariat DPC PKB Karawang80 Artikel DPC PKB Karawang diambil dari Radar karawang, tanggal 19 Oktober 2009.
tentang kekeliruan hasil suara di Batu Jaya yang terletak di Dapil 4 yang
seharusnya PKB mendapat 175 tetapi, ditulis 174 suara.81
Seperti yang dikatakan Jaa Maliki yaitu dengan izin Allah keadaan PKB di
daerah seperti di Karawang relatif kondusif dan berjalan lancar. Namun, ada
sebagian dari PKB kubu Gus Dur tang mengatakan tidak akan pernah menang dan
tentang PKB kalau masih terjadi konflik, ada dan tidk ada faksi-faksi politik yang
bermasalah sehingga tidak perlu takut dengan terjadinya konflik yang akan
berpegaruh pada kalangan masyarakat NU, dan pendukung PKB, bukti yang
paling kongkrit pada pemilu legislative 2009 yang lalu kursi PKB bertambah
menjadi emapat kursi.82
Bukti dari konflik terhadap pemilu legislative 2009 yang lalu yaitu hasil
jatah kursi dari tiga kursi menjadi empat kursi walaupun dari hasil suara sedikit
menurun yaitu mendapatkan 48.300 suara. Dalam perbandinganya pemilu tahun
2004 Partai Kebangkitan Bangsa Karawang dari populasi 1.765.263. mendapat
kursi 3 serta pemilu yang sah berjumlah 60,884 suara.
Mengenai pemilu 2009 yang telah dipaparkan diatas tadi telah diambil
kesimpulan bahwa, pemilu legislative 2009 DPC PKB Karawang tidak
berpengaruh, Cuma ada sedikit perbedaaan yaitu bertambahnya kursi dari 3 kursi
pada pemilu legislaif 2004 yang lalu menjadi 4 kursi. Pemilu 2004 menggunakan
sistem proporsional, dan pemilu 2009 yang lalu menggunakan sistem pemilu
distrik. Namun jelas, bahwa PKB Karawang mengalami perubahan dan kenaikan
81 Artikel KPUD Karawang, keputusan hasil pemilu 2009 bertempat di KPUD Kab.
Karawang, penghitungan suara pemilihan umum Calon legislatif tahun 2009 yang dipimpin oleh
ketua KPUD Kab. Karawang Emay Ahmad Maehi, S.Ag.82 Kutipan dari Radar Karawang yang diakses pada tanggal 27 september 2009, tentang
target pemilu PKB Karawang 15% petani dan pondok pesantren menjadi basis utama.
dalam jumlah kursi karena sisten pemilu yang selalu berubah, dan menjadikan
keberuntungan bagi partai PKB Karawang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Konflik adalah merupakan fenomena atau kejadian yang sangat merugikan
atau menjadikan dua kubu atau kelompok dan dua lawan yang saling
berjuang berpecah belah, dan konflik juga membuat putusnya tali
silaturahmi dan juga menjadikan kurang baiknya kinerja dalam suatu
organisasi atau lembaga tertentu. Sehingga kata konflik ini kurang
disenangi oleh semua intansi yang terkait khsusunya dalam masalah ini
yaitu konflik internal Partai Kebangkitan Bangsa di Karawang yang
sebenarnya ini pengaruh dari konflik yang terjadi di DPP PKB pusat.
2. Melalui pengamatan yang penulis lakukan di DPC PKB Kab. Karawang,
bahwa konflik yang terjadi di daerah Karawang ini yang mana
melibatkan semua anggota dan pengurus Partai Kebangkitan Bangsa
Karawang, khususnya warga Nahdliyin sudah merusak dan memecah
belah menjadikan dua kepengurusan atau dua kekuatan antara golongan
muda dan golongan tua. Sehingga pada pemilu pertama pada tahun 1999
Partai Kebangkitan Bangsa Karawang menjadi partai pembaharuan yang
jumlah suaranya cukup signifikan, karena memang dari dasarnya
Karawang masih kental dan kuat oleh partai lama yaitu Golkar dan PDIP,
kemudian pemilu kedua pada tahun 2004 partai tetap menjadi partai yang
solid masih dalam urutan walaupun tetap tidak naik dan tidak turun,
kemudian pemilu tahun 2009 yang lalu partai masih mendapatkan jatah
kursi dan ini karena sistem pemilu distrik.
3. Penyebab terjadinya konflik di DPC Partai Kebangkitan Bangsa di
Karawang sama seperti di daerah lin yaitu dampak dari konflik yang
terjadi di DPP, antara kubu Muhaimin Iskandar dan kubu KH.
Abdurrahman Wahid atau Yeni Wahid.
4. Faksionalisme yang terbentuk setelah tejadinya konflik, pengurus DPC
PKB Kab. Karawang terbentuk menjadi dua kubu sampai saat ini masih
menjadi miss comunication antara dua kubu, karena dari kubu Gus Dur
atau Yeni Wahid tetap pada pendirianya yang tidak mau PKB dipimpin
oleh Muhaimin, begitupun kubu Muhaimin tidak mau PKB dipimpin
oleh Gus Dur atau Yeni Wahid.
5. Dampak serta pengaruh dari konflik itu dialami atau dirasakan oleh
masyarakat Nahdliyin Karawang, dimana ketika awal lahirnya Partai
Kebangkitan Bangsa warga Nahdliyin Karawang sangat bersyukur sekali
karena selama bertahun-tahun tidak ada partai yang bisa sepenuhnya
menyalurkan aspirasi warga Nahdliyin di Karawang kegiatan warga
Nahdliyin yang bersifat sosial maupun politik berjalan dengan baik,
adanya hubungan persaudaraan yang kuat baik antara pengurus DPC
PKB maupun warga Nahdliyin. Namun, setelah terjadi konflik warga
Nahdliyin menjadi pecah, putusnya tali persaudaraan, dan rasa
kekecewaan warga Nahdliyin terhadap PKB baik yang di DPP maupun
di DPC Karawang.
B. Saran
1. Agar tidak terulang kembali kejadian atau konflik internal maka,
hendaknya warga Nahdliyin khususnya di Karawang harus bisa
membangun kembali dan melihat ke depan karena kalau kita amati konflik
di tubuh NU sudah sering sekali terjadi baik internal maupun eksternal. Ini
membuktikan bahwa NU masih belum bisa membangun hubungan yang
harmonis ditubuh NU sendiri karena sudah jelas dan diakui bahwa NU dan
Muhamadiyah adalah organisasi yang tertua di Indonesia. Maka kalau itu
sudah berjalan dengan baik akan menghasilkan sebuah suasana dan
keadaan yang berbeda menjadi Organisasi NU dan Partai Kebangkitan
Bangsa yang sejati bisa membangun bangsa dan negara.
2. Pemerintah dan lembaga-lembaga negara hendaknya juga berperan aktif
dengan memperhatikan semua kejadian atau konflik dari setiap partai yang
itu ada kaitanya dengan pembangunan negara, agar nantinya partai atau
suatu organisasi tidak merasa dibebankan dan diasingkan, karena visi dan
misi semua partai sangat baik sekali walaupun tidak semuanya berjalan
namun sedikit banyak partai politik dan organisasilah yang mendukung
berjalanya roda pemerintahan.
3. Dalam upaya meningkatkan dan kemajuan Partai atau Organisasi dan
lembaga-lembaga yang ada di negara ini harus saling mendukung dan
memotivasi khususnya Partai Kebangkitan Bangsa harus bisa membangun
kembali dan harus bangkit kembali supaya sesuai dengan nama dan visi-
misi partai, dan bersatu kembali baik konflik di tingkat pusat (Nasional)
maupun ditingkat cabang (daerah)
DAFTAR PUSTAKA
Alawi, Nadhif, Proyeksi Perolehan Kursi DPR Partai Kebangkitan Bangsa PadaPemilu 2004, (Jakarta, Lembaga Pemenang Pemilu DPP PKB, 2003.
Anshari, Saifuddin Endang, Wawasan Islam, Jakarta, Rajawali, 1986.
Andrew Heywood, Politic Third edition, New York, Pearson, 2010.
Coser, Lewis, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta,PT.Raja Grafindo Persada, 2009.
Chozin, Lukmanul Khakim dan el-kamaludin el-mauludy. Ed. 13 AlasanMemilihPKB. Jawa Barat: tim DPW Jawa barat, 2008.
CV.Eko Jaya, Partai politik, (UU RI No. 31Tahun 2002) Pemilihan UmumAnggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, danDewan Perwakilan Rakyat Daerah, (UU.RI.Nomor 12 tahun 2003),Jakarta, CV.Eko Jaya, 2003
Denny, Melewati Perubahan: Sebuah Catatan Atas Transisi DemokrasiIndonesia, Yogyakarta, LKIS Yogyakarta, 2006.
Duverger, Maurice, Sosisologi Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Haryanto, dalam buku suntingan Toni Adrianus Pito, Efriza, dan KemalFasyah;mengenal teori-teori politik, Depok, 2005.
Hans Diester Klingemann, Partai Kebijakan dan Demokrasi, Yogyakarta, PustakaPelajar, 2000.
Isre, Mohammad Soleh, Konflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, Jakarta:Depag RI, 2003.
Iskandar Muhaimin, Gusdur yang saya Kenal catatan transisi Demokrasi kita,Yogyakarta, LKIS Yogyakarta, 2004.
Ka’bah Rifyal, Politik dan Hukum dalam Al-qur’an, Jakarta, Khairul Bayan,2005.
Karim, Muhammad Rusli, Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah PotretPasang Surut, Jakarta, CV. Rajawali, 1983.
Lidlle, William, Partisipasi dan Partai Politik Indonesia pada Awal Orde Baru,Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1992.
Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pemuda Bangsa Bebal sejarah PKBdalam pusaran konflik dan konflik, Jakarta: Lembaga Pelatihan danPengembangan Pemuda Bangsa. 2008.
Miftah, Thoha, Birokrasi dan Politik Indonesia, Jakarta, PT. Raja GrafindoPersada, 2007.
Munawir, Sadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran Sejarah dan Pemikiran,Jakarta: UI-Press, 1990.
Novri, Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2009.
Rais Dhiauddin, Teori Politik Islam, Jakarta, Gema Insani Press, 2001.
Rabi’ah, Rumidan, Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2009.
Rahman, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Rod Hague, Comparative Government and Politics An Introduction, (UnitedState, Macmillan Press LTD, 1982).
Soon, Kang Young, Antara Tradisi dan Konflik: Kepolitikan Nahdlatul Ulama,Jakarta, UI-Press, 2007.
Sanit, Arbi, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik danPembangunan, Jakarta: Rajawali Press, 1982.
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia WidiasaranaIndonesia 1992.
Tim Media, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta, Media Centre, 2002.
Winarno, Budi, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, (Jakarta, MediaPressindo, 2007.
Surat Kabar dan Internet
Koran:
Radar Karawang,, Pesta Pemilu Raya Karawang , tanggal 27 juli 2004 h. 4
Radar Karawang yang diakses pada tanggal 23 september 2009, tentang target
pemilu PKB Karawang 15%, Petani dan Pondok Pesantren menjadi basis utama.
Radar Karawang,, Pesta Pemilu Raya Karawang , tanggal 21 juli 2004 h. 4
Radar Karawang, 23/04/ 2009, h. 3.
Radar Karawang, Training of Trainer, tanggal 06 Januari 2010, DPC PKB
Karawang
Radar Karawang, 18 Oktober 2010, h. 5.
Koran Tempo “konflik dan pemilu PKB, tanggal 05/06/09.
Radar Karawang yang diakses pada tanggal 27 september 2009, tentang target
pemilu
PKB Karawang 15%, Petani dan Pondok Pesantren menjadi basis utama.
Majalah dan Artikel
majalah GATRA 21 Mei 2005, h. 30 edisi 27.
Artikel DPC PKB Kab. Karawang, Lembaga Pemenang Pemilu DPC PKB Kab.
Karawang 2009.
Artikel Polres Karawang pada Radar Karawang. Keputusan hasil pemilu Selasa
21/04/2009, pada Pemilu 2009.
Dikutip dari buku besar DPC PKB Kab. Karawang, Kejadian Penting DPC PKB
Karawang, 21 Juli 2009.
Lembaga Survei Indonesia (LSI), meginformasikan bahwa perolehan suara PKB
5,7%, yang berbeda dengan pemilu 2004 yang memperoleh suara 10,57%.
Artikel LP3ES, Penghitungan Cepat Pemilu 2009.
Artikel KPUD Karawang, keputusan hasil pemilu 2009 bertempat di KPUD Kab.
Karawang, Emay Ahmad Maehi, S.Ag.
Internet
Dikutip dari Wikipedia tanggal 23 Agustus 2010.
“Definisi Konflik”, diambil dari www. Wikipedia.org, tanggal 8/08/10.
INILAH.COM, pada Selasa (21/10/09) di Lampung,Buku agenda DPC PKB Kab. Karawang, tentang pemilu dan kejadian penting
www.INILAH.COM, Kamis 14 Januari 2009.
www.Inilah.Com. Diakses tanggal 26 September 2010