Upload
selhaddad
View
1.300
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I11
NILAI –NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAH LUQMAN
A. Kedudukan Surah Luqman Ayat 1 - 34 Dalam Al Quran
Surah Luqman (Arab: لقمان" adalah surah ke 31 dalam Al Qur
an terdiri dari atas 34 ayat dan termasuk golongan surah-surah
Makkiyah. Surah ini diturunkan setelah surah As-Saffat.[1] Surah
Luqman adalah surah yang turun sebelum Nabi Muhammad SWT
berhijrah ke Madinah.[2] Nama Luqman diabadikan sebagai nama
salah satu surah dalam Al Quran.[3] Penamaan surah ini dengan surah
Luqman sangat wajar, karena nama dan nasihat beliau sangat
menyentuh.[4] Dan memuat nasihat Luqman kepada putranya nasihat
itu yang tertuang dalam ayat 13-19.[5]
Penamaan surah Luqman diambil dari kisah tentang Luqman
yang diceritakan dalam surah ini tentang bagaimana ia mendidik
anaknya.[6] Isinya banyak menekankan pada masalah-masalah akidah
dan dasar keimanan, seperti keesaan, kenabian, hari kebangkitan dan
tempat kembali serta perintah untuk berdakwa dengan kata-kata yang
bijak.[7] Surah Luqman termasuk di dalam kumpulan surah-surah
Makkiyyah kecuali ayat 27, 28 dan 29 ayat Madaniyyah. Manakala
ayat 34 turun selepas surah al-Saffa.
1. Asbabun Nuzul Surah Luqman
Surah ini diturunkan disebabkan bani Quraish senantiasa
menanyakan kepada Rasulullah SAW tentang kisah Luqman
bersama anaknya dan tentang berbuat baik kepada kedua ibu
bapak. Ayat 13-19 menceritakan secara khusus tentang pendidikan,
intisati kandungan ayat tersebut seperti berikut :
a. Ayat 12 menjelaskan tentang peribadi Luqman
b. Ayat 13 menceritakan cara Luqman memberi pendidikan kepada
anak-anak tentang bahaya syirik. Beliau berkata : Hai anakku,
Janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar.
c. Ayat 14 memerintahkan setiap orang anak mesti berbuat baik
kepada kedua orang tua.
d. Ayat 15 menjelaskan dengan lebih lanjut tentang ketaatan
kepada orang tua yang harus dilandaskan oleh ketaatan kepada
Allah SWT dan kewajiban mengikuti jalan orang-orang yang
senantiasa bertaubat kepada Allah SWT
e. Ayat 16 Luqman mengingatkan kepada anak-anaknya bahwa
Allah SWT akan membalas semua perbuatan manusia.
f. Ayat 17 Luqman menyuruh anak-anaknya menegakkan solat,
mengerjakan amal ma`ruf nahi mungkar dan bersabar di atas
segala musibah yang menimpa diri.
g. Ayat 18 Luqman memperingati anak-anaknya supaya tidak
bersikap angkuh dan sombong iaitu memalingkan muka dari
manusia karena sombong dan janganlah berjalan di muka bumi
dengan angkuh.
h. Ayat 19 bersikap pertengahan atau sederhana dalam segala hal
dan berakhlak yang baik seperti sederhana dalam berjalan dan
lunakkanlah suara.[8]
B. Apa Konsep Pendidikan Dalam Islam Menurut Surah Luqman
Sebagaimana kita ketahui pendidikan merupakan suatu yang
sangat penting bagi manusia. Dan Islam menempatkan pendidikan
sebagai sesuatu yang esensial dalam kehidupan umat manusia.[9] Bila
melihat dalam Al Quran banyak ide atau gagasan kegiatan atau usaha
pendidikan, antara lain dapat dilihat dalam surah Luqman ayat 12-19,
Al Alaq ayat 1-5 dan sebagainya.[10] Dalam Al Quran surah Luqman
tidak menjelaskan banyak tentang kehidupan Luqman hanya
menjelaskan tentang wasiatnya kepada putranya.[11]
Adapun pokok-pokok pendidikan dalam surah Luqman ayat
12-19 , dalam garis besarnya terdiri dari lima aspek yaitu pendidikan
Aqidah, pendidikan berbakti ( ubudiyah), pendidikan kemasyarakatan
( sosial ), pendidikan mental dan pendidikan akhlak ( budi pekerti ).
[12] Isi nasihat itu adalah pesan-pesan pendidikan yang seharusnya
dicontoh oleh setiap orang tua muslim yang memikul tanggung jawab
pendidikan terhadap anak.[13] Ini adalah sebagai isyarat dari Allah
SWT supaya setiap ibu dan bapak dapat melaksanakan pula terhadap
anak-anak mereka sebagaimana yang telah dilakukan oleh Luqman.
[14] Dan pada ayat 13 sampai 19 terdapat nasihat-nasihat Luqman
kepada anaknya[15] yang sarat dengan nilai-nilai sebagai konsep
pendidikan agama yang harus diterapkan oleh orang tua kepada anak-
anaknya.
Sebagaimana Allah SWT telah menjadikan Luqman dan
anaknya sebagai contoh proses pendidikan agama dari orang tua
kepada anaknya dan contoh tersebut dikemukakan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada segenap
umatnya.[16]
1. Pendidikan Aqidah
: لقمان ﴿١٤-١٣﴾
Artinya : Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah SWT) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".13-14)[17]
a. Pengertian Pendidikan Aqidah
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada
orang yang mengambil keputusan, sedangkan pengertian aqidah
dalan agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan, bukan
perbuatan seperti aqidah dengan adanya Allah SWT dan
diutusnya para rasul,[18] Pendidikan aqidah terdiri dari
pengesaan Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya, dan
mensyukuri segala nikmat-Nya. Larangan menyekutukan Allah
SWT termuat dalam ayat 13 surat Luqman tersebut.[19]
Kewajiban orang tua muslim adalah memelihara akidah
mereka, jangan sampai dikotori oleh kepercayaan atau
keyakinan yang salah.” Janganlah menyekutuhkan Allah SWT
” Janganlah mengangkat Tuhan selain Allah SWT.[20] Karena
syirik adalah menyembah selain Allah SWT, padahal tidak ada
sesuatu pun yang boleh disembah selain Allah SWT.[21]
Al Quran mengilustrasikan pendidikan keimanan dalam
keluarga itu melalui kisah Luqman ketika mengajari anaknya,
Luqman tokoh sufistik yang memproritaskan pendidikan tauhid
kepada anaknya.[22]
Ajaran tauhid yang dalam surah Luqman adalahالتشرك
هللا setelah با itu kemudian diikuti dengan pengajaran-
pengajaran yang lain seperti akhlak yang dapat dipahami dari
firman Allah SWT dalam QS Luqman 18-19. [23]
� � � � �
� ١٩-١٧﴿لقمان ﴾
Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.( Q.S Luqman; 18-19) [24]
Pendidikan Aqidah ini bertujuan untuk liberasi
(membebaskan) manusia dari ketergantungan kepada selain
Allah SWT.[25] Setelah itu, baru orang tua dituntut untuk
menstransformasikan pendidikan akhlak kepada anak-
anaknya[26]. Menurut penjelasan al Qurtubi larangan berbuat
syirik ini sekaligus diikuti dengan alasannya, yaitu syirik
termasuk dosa yang amat besar.
Larangan ini dikuatkan melalui dua pernyataan, pertama
dimulai dengan melarang untuk syirik itu sendiri. Kedua,
menjelaskan bahaya syirik termasuk dosa besar. Karena zalim
menurut al Maraghi karena menempatkan sesuatu tidak
proporsional (yaitu menyetarakan sesuatu dengan Allah SWT )
Bertolak pada uraian di atas, maka jelas akan bahwa
permasalahan tauhid yang diprofilkan melalui pesan Luqman
kepada anaknya, dan sekaligus memerintahkannya. Pesan mulia
orang tua kepada anak ini terjadi karena sikap tulus orang tua
yang bijaksana terhadap nasib masa depan anaknya. Inilah
pesan secara emosional yang sangat menonjol sehingga perlu
dilakukan.[27]
Persoalan jangan menyerikatkan Allah SWT ( Syirik) itu,
yang dalam ajaran Islam masuk dalam bidang tauhid, aqidah,
adalah merupakan landasan pokok dalam kehidupan manusia.
Tidak heran apabila soal itu diletakkan pada nomor satu dalam
urutan rangkaian nasihat itu. Syirik adalah penyakit berat dan
sangat berbahaya.”[28] Syirik disebut kezhaliman yang besar
karena seorang meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, [29]
Seseorang tidak pantas melakukan ibadah kepada selain Allah
SWT Dia harus menyerahkan dirinya dan semua perbuatannya
hanya untuk Allah SWT. Seseorang harus hati-hati dari sifat
riya’ dalam amalnya.
Ibnu Rajab berkata :
“riya’ murni hampir tidak terjadi pada seorang mukmin dalam salat dan puasa. Akan tetapi riya’ terkadang terjadi pada shadaqah wajib, haji, dan perbuatan-perbuatan yang tampak. Ikhlas dalam perbuatan perbuatan yang sangat berat. Perbuatan riya’ akan menghancurkan pahala amal dan pelakunya berhak mendapat murka dan siksa Allah SWT .”[30]
Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia tidak
karena Allah SWT semata maka termasuk dari syirik dan akan
dikembalikan kepada pelakunya. Seorang mukmin tidak akan
berpaling kecuali kepada Allah SWT semata-mata. Orang
mukmin tidak boleh mengharap keberkahan dari kuburan,
meminyaki makam para wali, dan berdoa pada mereka selain
Allah SWT. Orang mukmin tidak boleh menyembelih selain
karena Allah SWT. Dia tidak boleh berbuat apapun yang
tampak maupun yang tidak, kecuali hanya untuk Allah SWT.
Ikhlas untuk Allah SWT adalah ruh segala ketaatan, kunci
agar segala kebaikan diterima di sisi-Nya serta pintu bagi
pertolongan dan taufiq Tuhan semesta alam. Sesuai dengan kadar
niat, keikhlasan dan kesungguhan terhadap Allah SWT dan
dalam mengingatkan berbagai kebaikan, sesuai kadar itu pula
pertolongan Allah SWT datang kepada seorang hambanya yang
beriman[31].
Arti ikhlas dalam soal tauhid ialah membersihkan diri dari
segala rupa syirik dalam hal menyembah Allah SWT. Tempat
ikhlas itu ialah di dalam hati. Maka perkataan berikhlas dalam
pembicaraan tauhid adalah ringkas dan pendek, tetapi
kandungannya adalah luas dan dalam[32]. Pendidikan keimanan
dalam perspektif Islam mestinya menjadi pendidikan prioritas
diutamakan dalam keluarga, Kenapa demikian? Pendidikan Islam
bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai abid-Nya yang
beriman dan bertakwa kepada-Nya. Rukun iman dalam
perspektif Islam juga terkait bagaimana manusia mesti
menghambakan dirinya kepada Allah SWT. Oleh karena itu,
Pendidikan yang utama dalam keluarga adalah bagaimana orang
tua memperkenalkan Tuhan, Aqidah Islamiah kepada anaknya.
2. Pendidikan Berbakti ( Ubudiyah )
a. Birrul walidain
� � � � � � �
� : لقمان ﴾ ١٦־١٤ ﴿
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu - bapanya; ibunya Telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. ( Q.S . Luqman : 14-16 )[33]
Salah satu ajaran Islam yang termasuk dalam bidang
kebaktian dan akhlak, yang diperintahkan kepada manusia
melaksanakannya, ialah berbuat baik dengan ibu dan bapak,
birrul walidain, kewajiban itu dirangkaikan dan disenafaskan
dengan perintah menyembah Allah SWT dan diletakkan
tempatnya pada nomor dua sesudah berbakti (ta’abbudi )
kepada Allah SWT pencipta alam semesta ini.[34] Wasiat bagi
anak untuk berbakti kepada kedua orangtuanya muncul
berulang-ulang dalam wasiat Rasulullah. Namun, wasiat buat
orang tua tentang anaknya sangat sedikit.[35]
Dalam konteks surah Luqman ayat 14, Allah SWT
menghendaki agar sang anak berbakti kepada kedua orang tua
mereka dan bersifat lemah lembut kepada keduanya, itu pun
masih jauh dari cukup bila dibandingkan dengan kepayahan dan
kelelahan orang tua dalam mengandung, membesarkan dan
mendidik sang anak hingga beranjak dewasa. Apakah
kandungan ayat di atas merupakan nasihat Luqman secara
langsung atau tidak?. Yang jelas ayat di atas menyatakan : Dan
kami wasiatkan, yakni berpesan dengan amat kokoh kepada
semua manusia.[36]
Semua manusia yang hidup di dunia ini berhutang budi
kepada orang tua. Dan kami perintahkan kepada manusia
( berbuat baik) kepada ke dua orang tua ibu bapak.[37] Oleh
karena itu anak berkewajiban menghormati dan menjalin
hubungan baik dengan ibu dan bapak.[38]
b. Mendirikan Salat
Firman Allah SWT
﴿ ١٧لقمان: ﴾ ….
Artinya : Hai anakku dirikan Salat... ( Q. S Luqman : 17 ) [39]
1) Makna Salat
Salat secara bahasa adalah ad-dua ( doa ). Secara syar’i salat
adalah perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan
takbir dan diakhiri salam.[40] Banyak sisi pendidikan dari
ayat di atas, yakni kerjakanlah salat dengan sempurna sesuai
dengan cara yang diridhai.[41] Tunaikan sembahyang dengan
cara yang bisa mendapatkan ridha Allah SWT. Sembahyang
yang diridhai oleh Allah SWT akan mampu mencegah kita
melakukan perbuatan keji dan mungkar.[42] Sementara itu
dalam Tafsir Muqatil bin Sulaiman mengartikan ayat di atas
dengan dimensi bittauhid[43] menurut pemahaman penulis
dengan tauhid.
Sesungguhnya, semua syariat langit menetapkan kewajiban
shalat sejak awal mula rasul dan nabi.[44] Islam memberikan
perhatian yang sangat besar terhadap masalah salat dan
memerintahkannya agar pemeluknya sungguh-sungguh
mendirikannya. Sebaliknya Islam memberikan peringatan
keras kepada mereka yang meninggalkan salat.[45]
Ruang lingkup syari’ah meliputi interaksi vertikal
seorang hamba dengan Allah SWT yang direalisasikan
melalui ibadah, dan interaksi horizontal yang dilakukan
dengan sesama manusia (muamalah). Dalam hal ibadah ini
Luqman mengajarkan salat kepada anaknya, lalu
diperintahkan untuk membiasakan sikap baik terhadap
keluarga terdekat.[46]
Dari uraian ini dapat dipahamkan, bahwa setelah
seseorang anak mempunyai landasan yang kuat dalam
kehidupan, maka Rasulullah mewajibkan kepada orang tua
untuk menyuruh anaknya mengerjakan salat apabila anak
mereka sudah besar, sebab salat mendekatkan diri (taqarrub )
kepada Tuhan pun dia dapat mencegah orang untuk
melakukan sebuah kejahatan.[47]
Hal ini dipertegas dalam hadits, menyatakan
الجهني عن معبد بن : : سبرة مرو نبىصم قال الصبىاقال
اذا عليها بلغبالصالة فاضربوه سنين عشر ابلغ واذ سنين سبع
﴿ يث الحد د داو ابو ]48﴾ [٤٩٤׃ رواه
Artinya : Dari Sabrah bin Ma`had Al Juhani RA dia berkata : Berkata nabi Muhammad SAW ” Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat apabila telah berumur 7 tahun, dan apabila telah berumur 10 tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya” ( HR Abu Daud no 494 ).[49]
Mengapa kita dituntut untuk memerintahkan anak yang
masih kecil untuk melakukan shalat?. Maksudnya, agar anak
itu terbiasa, sehingga ketika kelak sudah baligh, shalat itu
menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.[50]
Usaha untuk membina dan membimbing rumah tangga
haruslah ditingkatkan hubungan secara kontinu antara suami
dengan istri serta. Umpama selalu makan bersama, salat
berjamaah di rumah, saling duduk bersama sambil relex dan
minum-minum teh. Di mana banyak kesempatan terbuka
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan secara tidak
berlangsung tapi, kalau antara suami dan istri. Anak dengan
istri, suami dengan anak, jarang-jarang bertemu di rumah
sebab masing-masing sibuk sendiri-sendiri, maka tidaklah
diherankan kalau terjadi : satu ngidul satu ngulon, satu ke
timur, satu ke barat, akhirnya terpaksa….gigit jari.[51]
3. Pendidikan Kemasyarakatan ( Sosial )
� � � : ﴾ ١٧﴿لقمان
Artinya : Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar
( Luqman : 17 ) [52]
Allah SWT memerintahkan manusia agar taat dan mengikuti
perintah-Nya dan melarang mereka untuk durhaka, melakukan
kemaksiatan, atau melakukan hal-hal yang dilarang dan
diharamkan-Nya. [53]
a. Pengertian Pendidikan Kemasyarakatan
Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah
mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku
sosial yang utama, dasarnya kejiwaan yang mulia yang
bersumber pada akidah islamiah yang kekal dengan kesadaran
iman yang mendalam. Agar di tengah masyarakat nanti ia
mampu bergaul dan berperilaku sosial baik, memiliki
keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.
[54]
Di antara dasar sosial terpenting dalam membentuk
perangai dan mendidik kehidupan sosial anak, adalah
membiasakan anak sejak kecil untuk melakukan pengawasan
dan kritik sosial yang dapat membangun pergaulan dengan
setiap individu, meneladani atau memberi teladan yang baik,
memberi nasihat kepada setiap individu yang tampaknya
menyimpang dan menyeleweng.[55]
Seorang muslim dimintakan supaya turut membangun
masyarakat dan dilarang memperbuat kerusakan-kerusakan.
Seandainya seorang tidak mampu memperbuat kebajikan, atau
tidak bisa turut membangun atau menjauhkan kejahatan, maka
paling kurang dimintakan dari padanya jangan turut
memperluas dan menyebarluaskan kejahatan, apalagi
mempeloporinya.
Islam mewajibkan kepada setiap muslim dan muslimah
untuk melakukan amar maruf, nahi mungkar, yaitu mengajak
semua manusia mengerjakan kebaikan dan mencegah
mengerjakan kejahatan. Islam juga sudah mengatur tentang tata
cara melakukan nahi mungkar itu. Dalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa`id al Khudry Rasulullah
bersabda:
ص اهللا رسول سمعت قال عنه اهللا رضى الخدرى سعيد أبى عن
يستط : لم فإن بيده فليغيره منكرا منكم رأى من فبلسانه عيقول
يستط لم الحد عفاءن مسلم رواه اإليمان أضعف وذلك ﴿فبقلبه
]56﴾ [٤٩׃ يث
Artinya : Dari Abi Said Al Khudri r.a. telah berkata; Aku telah mendengar Rasulullah saw bersada: “Barangsiapa diantaramu melihat kemungkaran hendaklah ia mengubahnya ( mencegah ) dengan tangannya ( kekuasaan) jika ia tidak sanggup, maka dengan lidahnya (nasihat ), jika tidak sanggup juga, maka dengan hatinya ( merasa tidak senang dan tidak setuju, tinggalkan ! ) dan itu adalah selemah lemahnya iman “ ( Diriwayatkan oleh Imam Muslim no 49 ) [57]
Sementara itu menurut imam Al Ghazali
“ Amar ma`ruf nahi mungkar itu adalah suatu perkara yang sangat penting dalam agama, dan Allah SWT memang telah mengutus para nabi sebagai utusannya untuk amar ma`ruf nahi mungkar itu supaya umat manusia itu tidak melakukan kemaksiatan atau kemungkaran ( di dunia ini) “.[58]
Amar ma’ruf-menurut al-Maraghi terkait dengan perintah
kepada masyarakat untuk melakukan kebaikan secara optimal,
sebagai kunci menuju kesuksesan hidup. Sedangkan nahi
munkar yakni larangan kepada masyarakat berbuat maksiat
terhadap Allah SWT yang menyebabkan bencana kehidupan
dan siksa yang amat pedih di neraka.[59] Oleh karena itu,
sebagai mukmin kita wajib melaksanakan amar ma`ruf dan nahi
mungkar sebagai bukti ketaatan dan kecintaan kepada Allah
SWT, yaitu melaksanakan amal saleh dan membendung diri
dari tingkah laku tercela.
Dalam hadits tersebut juga dijelaskan tiga cara mencegah
kejahatan itu. Pertama, dirobah dengan tangan. Kedua, dirobah
dengan lisan Umpamanya dengan memberikan nasihat,
memberikan peringatan dan lain-lain sebagainya. Ketiga
dirobah dengan hati. Artinya, dalam hati tetap berontak.
Mengubah di sini maksudnya membasmi kemungkaran
itu dengan kekerasan kekuatan tangan atau lidah, atau kalau
dikhawatirkan akan lebih besar bahayanya, maka cukup
membenci dalam hati.[60] Para ulama berbeda pendapat dalam
tentang pelaksanaan hadist ini. Ada yang berpendapat bahwa
mengubah dengan tangan hanya bagi pengusaha atau orang
yang memiliki kekuasaan. Mengubah dengan lisan adalah peran
para ulama yang memahami agama dan dapat memberikan
penjelasan kepada lainnya dengan dalil. Mengubah dengan hati
diperuntukkan bagi seluruh manusia dan anggota masyarakat,
sehingga mereka tidak ikut melakukan kemungkaran.[61]
4. Pendidikan Mental
Salah satu kewajiban utama dan pertama dari orang tua
adalah membina mental, rohani dan ketakwaan anaknya, agar
mereka tumbuh, berkembang dan hidup sebagai insan yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT Yang Menciptakan.[62]
a. Definisi Sabar
Sabar berarti Al-Habsu ( mencegah, menghalangi,
memenjarahkan). Sabar juga bisa bermakna al jara’ah atau
keberanian [63] Sabar adalah menahan diri dari sesuatu yang
tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Imam Ghazali
sendiri dalam M. Quraisy Shihab mendefinisikan sabar sebagai
ketetapan hati dalam melaksanakan tuntunan agama
menghadapi rayuan nafsu.[64]
Hakikat sabar adalah kuatnya dorongan agama dalam
menghadapi dorongan hawa nafsu.[65] Dari makna menahan,
lahir makna konsisten / bertahan, karena yang bersabar
bertahan diri pada suatu sikap. Seseorang yang menahan
gejolak hatinya, dinamai bersabar{.66}Mengenai pembentukan
pendidikan mental, disebutkan dalam Al Quran surah Luqman
ayat 17 yang berbunyi
: لقمان ﴿١٧﴾
Artinya: Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah SWT).[67]
Artinya, hendaknya manusia bersabar terhadap cobaan
dan rasa berat dalam melaksanakan apa yang diperintahkan
khususnya dalam mendirikan shalat dan amar ma’ruf dan nahi
mungkar. [68]
Sikap sabar dan teguh hati mengarungi gelombang hidup,
terutama menghadapi musim pancaroba, adalah satu sikap
mental yang diperlukan untuk mencapai sukses dan
kemenangan dalam setiap usaha dan perjuangan. Keteguhan
hati dapat membentuk kemauan yang keras, membajakan cita-
cita, mengalirkan aktivitas dan dinamika, menghilangkan
semangat lesu dan pasifisme dan lain-lain sebagainya.
Menurut filsafat Islam sikap sabar ada lima macam, yaitu :
1) Sabar dalam beribadah (Ashsbru fil ibadah), ialah tekun mengendalikan diri melaksanakan syarat-syarat dan tata tertib ibadah.
2) Sabar ditimpa malapetaka atau musibah (Ashshabru indal mushibah), ialah teguh hati ketika mendapat musibah (cobaan ujian) baik yang berbentuk kemiskinan, kematian, kecelakaan, kejatuhan, diserang penyakit dan sebagainya.
3) Sabar terhadap kehidupan dunia (Ashshabru anid-dunya) ialah sabar terhadap tipu daya dunia, jangan sampai hati terpaut kepada kenikmatan hidup di dunia ini, jangan dijadikan tujuan, tetapi hanya sebagai alat untuk mempersiapkan diri mengahadapai kehidupan yang kekal.
4) Sabar terhadap ma’siat (Ashshabru anil ma’shiah) ialah mengendalikan diri supaya tidak berlaku ma’siat.
5) Sabar dalam perjuangan (Ashshabru fil jihad), ialah menyadari sepenuhnya bahwa setiap perjuangan mengalami masa naik dan turun, masa menang dan kalah.[69]
5. Pendidikan Akhlak .
� � � � � �
: لقمان ﴿١٩-١٨﴾
Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.( Luqman 18-19 ) [70]
Ayat ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun
berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran akidah,
diselingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta
didik tidak jenuh dengan materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan
bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.[71] Pada rangkaian ayat-ayat ini disuruh
supaya ibu dan bapak mendidik anak menjadi orang yang rendah
hati, jangan sombong, over-acting, dalam segala hal bersikap
sederhana, lemah lembut dalam pergaulan, jangan mengeluarkan
ucapan-ucapan yang kasar.[72]
Mendidik anak dengan baik dan benar dan mengajarinya
budi pekerti yang luhur merupakan tugas dan tanggung jawab yang
berada di puncak ayah dan ibu. Di lain pihak, adalah hak anak
untuk mendapatkan pendidikan yang benar tersebut. Anak sangat
memerlukan perhatian dan pengawasan ketat dari orangtuanya.
Karena itu, orang tua harus meluangkan waktu dan tenaga yang
lebih besar.[72]
Akhlak adalah bentuk kata jamak dari kata khuluq. Kata
khuluq mengandung arti “ budi Pekerti ” Budi pekerti itu sendiri
diartikan sebagai akal, alat bantu untuk menimbang baik buruk.
Kata ini juga diartikan tabiat, watak, perangai dan sebagainya.
Kata akhlak dalam bahasa Arab mengandung segi persamaan
makna dengan kata khalik dan makhluk.[74] Akhlak dalam ajaran
Islam tidak dapat disamakan dengan etika. Jika etika dibatasi pada
sopan santun antara sesama manusia serta hanya berkaitan dengan
tingkah laku lahiriah.[75]
Sementara itu Kart Bart melihat terminologi akhlak sama dengan
moral dan etika. Bart menyatakan sebagai berikut :
“ Etika ( dari etos ) adalah sebanding dengan moral (dari mos ) adalah sebanding dengan moral. Keduanya mengandung makna kefilsafatan karena mengandung adat kebiasaan ( sitten ). Kata sitten ini berasal dari bahasa Jerman kuno sittu yang menunjukkan arti Modda (modde) tingkah laku manusia, suatu konstruktansi (constancy, kelumintuan ) tingkah laku manusia. Karena itu etika dan
moral adalah filsafat atau disiplin ilmu tentang moda-moda tingkah laku manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia. [76]
Mempelajari etika bertujuan untuk mendapatkan konsep yang
sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia
dalam ruang lingkup dan waktu tertentu.[77] Akhlak dalam
kehidupan manusia dapat diumpamakan laksana kembang dalam
taman. Suatu taman walau bagaimanapun luas, lengkap, dan tetapi
tidak ada bunga-bunga yang tumbuh di dalamnya taman itu
kelihatan tidak semarak.
Analogi dengan itu, maka seseorang yang cantik, ganteng, pintar,
kaya, dan berpuluh-puluh kelebihan lainnya, tetapi jika tidak
mempunyai akhlak yang baik maka kelebihan-kelebihan tersebut
tidak bernilai. Baik dalam Al Qur’an maupun dalam hadits
dijumpai berpuluh-puluh ketentuan yang merupakan adab yang
harus diterapkan dalam pergaulan. Ada yang bersifat perintah ada
pula yang berbentuk larangan. Setiap ketentuan yang bersifat
larangan itu mengandung unsur-unsur yang dapat menciptakan
harmonis dalam antar hubungan itu.[78]
Oleh karena itu, Islam memuji akhlak yang baik, menyerukan
kaum muslimin membinanya, mengembangkannya di hati mereka.
Islam menegaskan bahwa bukti keimanan ialah jiwa yang baik,
dan bukti keislaman ialah akhlak yang baik.[79]
Rasulullah saw bersabda :
الل�ه� ول� س ر� أ�ل�ت س� ال� ق� ار�ي� ن�ص�� األ� ع�ان� م� س� ب�ن� الن�و�اس� ع�ن�
ن حس� ال�ب�ر! ال� ق� ف� �ث�م� اإل� و� ال�ب�ر� ع�ن� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه ل�ى ص�
لق� يث... ال�خ الحد مسلم ]80﴾ [٢١٨٣׃ ﴿رواه
Artinya : Dari Nawwas bin Sam`an Al Anshari r.a. katanya : Aku
pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang arti
kebaikan dan dosa. Sabda beliau, “ Kebaikan ialah akhlak
yang baik …(H.R. Muslim no 2183 ).[81]
Pendidikan akhlak tidak dapat dipahami secara terbatas hanya pada
pengajaran agama, karena perihal akhlak tidak cukup diukur hanya
dari seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal yang bersifat
kognitif atau pengetahuan tentang akhlak atau ajaran agama atau
ritus-ritus keagaman semata. Justru yang lebih penting seberapa
jauh tertanam nilai–nilai itu terwujud nyata dalam tingkah lakunya
sehari-hari, perwujudan nyata nilai-nilai tersebut dalam tingkah
laku sehari-hari melahirkan budi pekerti luhur atau akhlaqul
karimah (Moralitas yang terpuji) [82]
C. Dimensi Konsep Pendidikan Mendidik Anak Menurut Surah
Luqman Ayat 13 -19
Dan pada ayat 13 sampai 19 terdapat nasihat-nasihat Luqman kepada
anaknya[83] yang sarat dengan nilai-nilai sebagai konsep pendidikan
agama yang harus diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
[84] Dari referensi ini terlihat bahwa seluruh dimensi yang dikandung
dalam Al Quran memiliki misi dan implikasi kependidikan yang
bergaya impratif, motivatif dan persuatif dimanis sebagai suatu sistem
pendidikan yang utuh dan demokrasi lewat proses manusiawi. [85]
1. Dimensi Pendidikan Aqidah
١٣﴿لقمان﴾
Arti : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". ( Q. S Luqman : 13 )[86]
Sesungguhnya nasihat seperti ini tidak menggurui dan tidak
mengandung tuduhan. Karena orang tua tidak menginginkan
melainkan kebaikan, dan orang tua hanyalah sebagai nasihat bagi
anaknya. [87] Nasihat seorang ayah kepada anaknya bebas dari
segala syubhat dan jauh dari segala sangka. Sesunggunya perkara
tauhid dan larangan berbuat syirik merupakan perkara lama yang
selalu diserukan oleh orang-orang yang dianugrahkan hikmah oleh
Allah SWT di antara manusia.[88]
Dalam potongan ayat di atas (ya bunayya la tusyrik billah),
dapat dipahami bahwa sebagai orang tua, ajaran yang paling dasar
dan mesti ditanamkan pada seorang anak adalah ajaran ketauhidan.
Dengan kata lain, orang tua punya kewajiban untuk membimbing,
mendidik dan mengantarkan anaknya untuk senantiasa bertauhid
kepada Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.[89]
Pendidikan aqidah merupakan landasan pertama dalam
pembentukan karakteristik dan moral anak. Kewajiban orang tua
muslim adalah memelihara akidah mereka, jangan sampai dikotori
oleh kepercayaan atau keyakinan yang salah.” Janganlah
menyekutuhkan Allah SWT ” Janganlah mengangkat Tuhan selain
Allah SWT.[90]
Dengan pendidikan tauhid, anak-anak akan mempunyai
pegangan tidak akan kehilangan kompas dalam keadaan situasi
yang bagaimanapu baik, di waktu lapang maupun di waktu sempit.
Sebab mereka percaya sepenuhnya, bahwa segala sesuatu yang
ditemui dalam kehidupan ini, datangnya dari yang maha kuasa dan
akan kembali kepada-Nya pula
2. Dimensi Pendidikan berbakti ( Ubudiah )
Dimensi Pendidikan ibadah mencakup segala tindakan
dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Allah
SWT seperti shalat, maupun dengan sesama manusia.[91]
Termasuk akhlak yang diperintahkan kepada ibu dan bapak, (
birrul walidain ).[92] Hubungan kepada Allah SWT dalam bentuk
shalat ini dinyatakan oleh ayat 17 surat Luqman. Pada ayat ini
Allah SWT mengabadikan empat bentuk nasihat untuk penetapan
jiwa anaknya, yaitu :
a. Dirikanlah shalat;
b. Menyuruh berbuat yang baik (makruf);
c. Mencegah berbuat mungkar, dan
d. Bersabar atas segala musibah. Inilah empat modal hidup yang
diberikan Luqman kepada anaknya dan diharapkan menjadi
modal hidup bagi kita semua yang disampaikan Muhammad
SAW kepada umatnya.
Ayat ini mendidik manusia dengan pemantapan jiwa dengan
mendirikan shalat, diikuti sebagai pelopor untuk perbuatan makruf,
berani menegur yang salah, mencegah yang mungkar, dan bila
dalam melakukan itu semua terdapat rintangan, maka diperlukan
sifat sabar dan tabah. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk
yang diwajibkan oleh Allah SWT.
Dengan demikian ayat ini memberi indikasi bahwa salat
sebagai peneguh pribadi, amar makruf nahi mungkar dalam
hubungan masyarakat, dan sabar untuk mencapai apa yang dicita-
citakan.[93]
3. Dimensi Pendidikan Kemasyarakatan
Dimensi pendidikan sosial menurut surah Luqman setelah
anak dikenalkan konsep akhlak kepada Tuhannya melalui jalan
ibadah, dan berbakti kepada kedua orangtuanya, berikutnya
diajarkan padanya akhlak dalam konteks kemasyarakatan
mencakup etika pergaulan (bertemu), berbicara dan berjalan.[94]
Dalam bahasa yang lain, yaitu membiasakan anak-anak
sejak kecil untuk melaksanakan kewajiban amal ma`ruf nahi
mungkar.[95] Hendaklah kedua orang tua untuk mendidik anak-
anaknya agar membiasakan diri mengerjakan kebaikan baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk orang lain atau masyarakat. Agar
menjauhi perbuatan yang buruk, yang merugikan diri sendiri atau
merusak orang lain. [96]
Juga mengarahkan anak untuk senantiasa berdakwa yaitu
melalui amar ma`ruf nahi mungkar. Bersabar dalam berdakwa dan
berbuat kebaikan.[97] Mendidik sedemikian rupa sehingga anak-
anak betul-betul merasakan sebagai makhluk sosial yang gemar
melakukan usaha-usaha yang bersifat sosial.
Ahli-ahli sosiologi mengibaratkan masyarakat laksana suatu
rumah tangga. Setiap penghuni rumah tangga berkepentingan
supaya tempat tinggalnya itu menyenangkan hatinya, di mana dia
dapat menghayati hidup dan kehidupan dengan penuh nikmat.
Rumah tangga itu baginya mempunyai fungsi tempat berlindung di
waktu panas, tempat berteduh di kala hujan.[98]
Islam mengajarkan bahwa setiap individu mempunyai
tanggung jawab terhadap masyarakatnya, tanggung jawab untuk
menciptakan kebaikan-kebaikan, yang istilah sekarang dinamakan
pembangunan. Dalam Al Quran dipakai perkataan yang umum,
yaitu Ishlah. Artinya, mendamaikan, membetulkan.[99]
Tanggung jawab individu untuk membangun masyarakat itu
bukan saja turut berusaha menanamkan benih-benih kebaikan,
tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk menghilangkan
kerusakan dan kebinasaan, bahkan untuk memberantasnya.
4. Dimensi Pendidikan Mental
a. Dimensinya
Secara umum dimensi pendidikan kesabaran dapat dibagi
dalam dua bagian pokok: Pertama, sabar jasmani yaitu
kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-
perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh, seperti
sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang mengakibatkan
keletihan atau sabar dalam peperangan membela kebenaran.
Termasuk pula dalam kategori ini, sabar dalam menerima
cobaan-cobaan yang menimpa jasmani seperti penyakit,
penganiayaan dan semacamnya. Kedua sabar rohani
menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat
mengantar kepada kejelekan-kejelekan seperti sabar menahan
amarah atau menahan nafsu sexsual yang bukan pada
tempatnya.[100]
Adapun yang amat terpuji adalah orang-orang yang
sabar yakni tabah, menahan diri, dan berjuang dalam mengatasi
kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi,
penderitaan seperti penyakit atau cobaan, dan dalam
peperangan, yakni perang sedang berkecamuk. Mereka itulah
orang-orang yang benar dalam arti sesuai sikap, ucapan, dan
perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
b. Macam-Macam Sabar
Jika kita meneliti makna sabar, maka sabar dibagi
menjadi tiga bagian, sabar dalam taat kepad Allah SWT, Sabar
dalam meninggalkan maksiat, dan sabar menghadapi ujian dan
cobaan yang diberikan oleh Allah.[101] Sabar ialah menahan
diri terhadap apa yang dibencinya, atau sesuatu yang
dibencinya dengan ridha dan rela[102]. Sikap sabar
mencerminkan keimanan[103] dan kedudukan yang utama
dalam agama dan merupakan derajat utama bagi orang-orang
yang menempuh jalan menuju Allah SWT.[104]
5. Dimensi Pendidikan Akhlak
Dalam surat Luqman ayat 14-19, terdapat beberapa contoh dimensi
pendidikan akhlak yang diajarkan, yaitu
a. Akhlak terhadap orang tua,
b. Akhlak terhadap orang lain
c. Akhlak dalam penampilan diri.
Pendidikan akhlak tidak hanya dikemukakan secara teoritik,
melainkan disertai contoh-contoh konkrit untuk dihayati
maknanya. [105] Dalam bidang akhlak, dimensi pendidikan yang
mula-mula dilakukan adalah dengan memperkenalkan etika baik
terhadap kedua orang tua. Prinsip berbakti ini dengan cara
melakukan segala yang diperintahnya, dan menjauhi segala
larangannya selama dalam batas tidak melanggar syariat Islam.
[106]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam M. Quraish
Shihab, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadits-hadits Nabi SAW,
dan salah satunya yang paling populer adalah. [107]
صالح : : تمم أل بعثت إنما آهللاص رسول قال قال هريرة ابى عن
يث . الحد مسند فى بنحمبل احمد اإلمام ہاالخالق ٨٩٦١׃﴿ ﴾
Artinya: Dari Abi Hurairah berkata : Berkata Rasulullah SAW :
Aku hanya diutus menyempurnakan akhlak yang mulia
( H.R Imam Ahmad Bin Hambal no 8961) [108]
CATATAN AKHIR BAB III
1) Internet. id.wikipedia.org/wiki/Surah_Luqman - Tembolok - Mirip
2) M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Mishbah Vol 11, Jakarta : Lintera
Hati, 2002 hlm 107-108
3) Anonim, Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 9, Jakarta: PT Delta
Pamungkas, 2004, hlm 450
4) M. Quraisy Shihab, loc.cit. hlm 107-108
5) J V Barus, ( et Al ), Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru
Van Hoeve 2005, hlm, 123
6) Internet. id.wikipedia.org/wiki/Surah_Luqman - Tembolok - Mirip
7) Muhammad Ali Ash , loc.cit. hlm 372
8) Internet cari-pdf.com/pdf.php?q=asbab+nuzul+surah+lukman -
Tembolok
9) Samaun Bakry, op.cit., hlm 1
10) Arifuddin Arif, op.cit., hlm 38
11) M. Ishom El Saha dkk, Sketsa Al Quran. Jakarta : PT Listafariska
Putra, 2005 , hlm 386
12) Muhammad Yunan Nasution , Khutbah Jumat 6, Jakarta : Bulan
Bintan, 1977, hlm 153
13) Rusli Amin., Rumahku Surgaku ( sukses Membangun Keluarga
Islami ) : Jakarta : Al Mawardi , 2003 hlm 79
14) Anonim , 1990, hlm 652
15) Ibid 652
16) nternet, http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss/. loc.cit.
17) Anonim, loc.cit. 1990. hlm 654-655
18) Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsari, Intisari Aqidah Ahlus
Sunnah wal Jamaah, Jakarta Pustaka As-Syafi`I ,2006, hlm 33
19) Internet http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss ., loc.cit.
20) Rusli Amin. op. cit., hlm 80
21) Abdullah Al Ghamidi, Namanya Luqman Al Hakim, (Menguak
Jati Dirinya, Capaian Hikmahnya, Dan Kemukjizatan Wasiatnya
Yang Mengantar Kepada Makam Pendidikan Insan Kamil ),
Yogyakarta, Diva Press, 2008, hlm 114-115
22) Samaun Bakri. loc.cit. hlm 115
23) Ibid., hlm 116
24) Anonim ,op. cit. , 1990 hlm 655
25) Miftahul Huda, loc.cit.
26) Samaun Bakry, loc.cit. hlm 116
27) Miftahul Huda, loc.cit.
28) Nashir Ibn Musfir Az Zahrani, Indahnya Ibadah Haji, Jakarta :
Qisthi Press, 2004, hlm 78
29) Abdullah Al Ghamidi, loc.cit. hlm 114-115
30) Nashir Ibn Musfir Az Zahrani, loc.cit. hlm 78
31) Aris Munandar, http : // almanhaj.or.id artikel www.muslim.or.id
32) Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Islam
I ,Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 1998, hlm 162
33) Anonim. 1990. op.cit.,hlm 654-655
34) Muhammad Yunan Nasution, op.cit., hlm 221
35) Sayyid Quthb.. Tafsir Fi Zhilalil Quran di bawah naungan Al
Quran jilid 9 (Penerjemah. As`ad Yasin dkk ). Jakarta : Gema
Insani. 2005. hlm 174
36) M. Quraisy Shihab, loc. cit., hlm 129
37) Mohsen Qaraati, Seri Tafsir untuk Anak Muda Surah Luqman,
Jakarta : Al Huda 2005, hlm 59 Abdullah Al Ghamidi. op.cit., hlm
188
38) M. Quraisy Shihab, op. cit., hlm 132
39) Anonim, op. cit., 1990, .hlm 655
40) Abdullah Al Ghamidi. op.cit., hlm 188
41) Ahmad Mustafa Al Maraghi, op.cit., hlm 158
42) Teungku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy. op. cit. hlm 3210
43) Imam Abi Muqatil bin Sulaiman, loc.cit. hlm 21
44) Abdullah Al Ghamidi, op.cit., hlm 175
45) Ibid hlm 178
46) Miftahul Huda. Loc.cit.
47) Muhammad Yunan Nasution, loc.cit. hlm 179-180
48) Imam Al Hafidz Abi Daud Sulaiman ibn As Assistani, Sunan Abi
Daud juz 1 Bairut : Darul Fikry , 275 H, hlm 197
49) Muhammad Nashiruddin Al Bani. Shahih Sunan Abu Daud. Al
Makhtabah : Riyad 2003 hlm 198
50) Abdullah Zaki Al Kaaf, Kumpulan Khutbah Jum`at Pilihan,
Bandung : CV Pustaka Setia. 1999, hlm 394
51) Muhammad Yunan Nasotion,loc.cit. hlm 180
52) Anonim. op. cit., 1990, hlm 655
53) Abdullah Al Ghamidi, op.cit., hlm 230
54) Abdullah Nashih Ulwan. ( terj ). Pendidikan Anak dalam Islam
jilid 1, Jakarta : Pustaka Amani, 2002, hlm 435
55) Ibid., hlm 607
56) Imam Abi Husain Muslim bin Hajjad Al Quraisy Nasaburi, Sahih
Muslim hadits no 49, Bairut : Darul Fikry , 162-202 H hlm 29
57) Aminah Abdullah Dahlan, Hadits Arbain Annawiyah dengan
Tarjamah dalam Bahasa Indonesia, Bandung : PT Al Ma`arif
penerbit percetakan offset, 1981, hlm 48
58) Labib. MZ, Himpunan Khutbah Jumat Setahun, Surabaya :
Penerbit Usaha Jaya, 2005, hlm 116
59) Miftahul Huda, loc.cit.
60) Salim Bahresy, Tarjamah Riadhusshalihin I, Bandung, PT Al
Ma`arif, 1983, hlm 198
61) Abduhllah Al Ghamidi. op.cit., hlm216-217
62) Anonim, Majalah Bulanan Khutbah Jumat ( Menyiapkan
Generasi Qur`ani) bagian Selamatkan Mereka Dari Api Neraka no
124, Ikatan Masjid Indonesia, 1991, hlm 33
63) Abdullah Al Ghamidi., op. cit., hlm 233-234
64) M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah Volume 1, Jakarta Lintera
Hati, 2004, hlm 181
65) Imam Al Ghazali, 40 Prinsif Agama, Bandung :Pustaka Hidayah,
2006, hlm 189
66) M. Quraisy Shihab 2004, op.cit., hlm 137-138
67) Anonin., op.cit., hlm 655
68) Abdullah Al Ghamidi. op.cit., hlm 250
69) M. Ali Usman, Hadits Qudsi, Bandung : CV Diponegoro, 1975,
hlm 99
70) Anonim, 1990,op.cit., hlm 656
71) M. Quraisy Shihab, Vol II. op. cit., hlm 138-139
72) Muhammad Yunan Nasution, Khutbah Jumat, Jakarta : Bulan
Bintang, 1977, hlm 157
73) Iskandar, op.cit., hlm 41
74) Samaun Bakry, op. cit., hlm 117
75) Anonim, Himpunan Khutbah Jumat Masjid Agung Al- Falah
Jambi , 1423 H, hlm 12
76) Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta : PT Rineka
Cipta hlm 188
77) ibid hlm 188
78) Muhammad. Yunan Nasution. Khutbah Jum’at Jilid 2, Jakarta :
Bulan Bintang, 1973 hlm 155
79) Abu Bakar Jabir Al- Jazairi, Ensiklopedi Muslim Minhajul
Muslim, Jakarta : Darul Falah, 2000, hlm 217
80) Annawawi, Shahih Muslim bi syarah Annnawawi juz ke 16 Al
Matbaatul Mesiryah wa mattabiha,1924, hlm 110-111
81) Mak`mur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, Klang,
Slangor : Klang Book Center. 2004, hlm 201
82) Mukhtar dkk. Mengukir Prestasi, Menjadi Guru Propesional,
Jakarta : CV Misaka Galiza., 2001, hlm 93
83) Anonim, 1990 , hlm 652
84) Internet, http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss. loc.cit.
85) Arifuddin Arif, loc.cit. hlm 38
86) Anonim. 1990, hlm 654
87) Sayyid Quthb, loc.cit. hlm 174
88) Ibid hlm 174
89) www.darussholah.net/cetak.php?id=162 – loc.cit.
90) Rusli Amin. op. cit., hlm 80
91) Internet : http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss. loc.cit.
92) Muhammad Yunan Nasution,loc.cit. hlm 221
93) Internet http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss. loc.cit.
94) Miftahul Huda, loc.cit.
95) Abdullah Nashih Ulwan, loc.cit. hlm 607
96) Muhammad .Yunan Nasution. 1973 op.cit., hlm 241
97) Adnan Hasan Shahih Baharits,) Tanggung Jawab Ayah Terhadap
Anak Laki-Laki, Jakarta : Gema Insani Press ( 1996, hlm 80
98) M.Yunan Nasution. loc.cit. hlm 241
99) Muhammad Idris Abdurrauf. Op. cit., 342
100) M. Quraish Shihab, loc.cit. hlm 181
101) Abdullah Al Ghamidi. op.cit., hlm 235
102) Abu Bakr Jabir Al Jazairi, op.cit., hlm 220
103) Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, Surabaya : Gita
Media Press hlm 313
104) Ibid 315
105) Internet :
gurutrenggalek.blogspot.com/2009_12_01_archive.html
106) Miftahul Huda, loc.cit.
107) M. Quraish Shihab, Wawasan Al Quran, Bandung : Mizan, 1994,
hlm 253
108) Imam Ahmad bin Hambal, Al Musnab li Imam Ahmad bin
Hambal, Darul Fikry,164-241H. hlm 323
Diposkan oleh muhammad abduh di 02.44