98
SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT PENGANUT WETU TELU BAYAN LOMBOK UTARA Oleh: Laohil Bahriah NIM. 160204016 JURUSAN ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MATARAM MATARAM 2020

SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

SKRIPSI

METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT

PENGANUT WETU TELU BAYAN LOMBOK UTARA

Oleh:

Laohil Bahriah NIM. 160204016

JURUSAN ILMU FALAK

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MATARAM

MATARAM

2020

Page 2: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

SKRIPSI

METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT

PENGANUT WETU TELU BAYAN LOMBOK UTARA

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram

untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Laohil Bahriah NIM. 160204016

JURUSAN ILMU FALAK

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MATARAM

MATARAM

2020

Page 3: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

ii

Page 4: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

iii

Page 5: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

v

Page 6: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

vi

HALAMAN MOTTO

ا ل ا سألك ستج ا د ۖ ف ا د ف ۖ أج د ال

ش ا ل ل

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, maka

(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan

permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka

hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah

mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam

kebenaran.1

1Humaira, Al-Quran Tajwid Dan Terjemahan Tafsir, (Jakarta, Gramedia Printing), hlm.

28

Page 7: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan Skripai ini untuk Orang Tua-ku yang selalu setia

berdoa untuk kesuksesan-ku terutama Inaq-ku Murniati dan Bapak-

ku yang rela menjadi TKI demi anak-anaknya H.Hamsiah. Tak lupa

saya berterimakasih kepada teman seperjuangan-ku Khurriyatun

Toyyibah beserta keluarga yang telah memberikan fasilitas demi

kelancaran penenlitian skripsi ini, semua shabat IFASTRO angkatan

16 yang selalu saling memberi semangat satu sama lain, dan semua

guru dan dosen-ku yang setia membimbing sampai di titik ini.”

Page 8: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan

shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga

kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaikan skripsi ini tidak akan

sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.

1. Hj. Ani Wafiroh, M. Ag sebagai Pembimbing I dan Dr. Arino Bemi Sado,

S.Ag., M.H sebagai Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi,

dan koreksi mendetail, terusmenerus, dan tanpa bosan di tengah

kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang

dan cepat selesai;

2. Drs. H. Muktamar, M.H sebagai Penguji I dan Ahmad Saiful Haq Muhatadi,

M.S.I sebagai Penguji II yang telah memberikan saran konstruktif bagi

penyempurnaan skripsi ini;

3. Muhammad Harfin Zuhdi, MA sebagai ketua jurusan;

4. Dr. H. Musawar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi

Page 9: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

ix

5. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah

memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan

dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

6. dan seterusnya.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang

berlipat-ganda dari Allah swt.dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi

semesta. Amin.

Mataram, 1 Juli 2020

Penulis,

Laohil Bahriah

Page 10: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

x

DAFTAR ISI

HALAM AN SAMPUL ……………………………………………………… i

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………….. ii

NOTA DINAS PEMBIMBING ……………………………………………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI …………………………………… iv

PENGESAHAN…………………………………………………………….. v

HALAM AN MOTTO………………………………………………………. vi

HALAM AN PERSEMBAHAN……………………………………………. vii

KATA PENGANTAR……………………………………………………… viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… x

ABSTRAK …………………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….. 5

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ……………………….. 6

E. Kajian Pustaka ………………………………………………… 6

F. Kerangka Teori ………………………………………………… 12

G. Metode Penelitian ……………………………………………… 20

H. Sistematika Pembahasan………………………………………… 23

BAB II AwalWaktu Shalat Wetu Telu Bayan Lombok Utara……………… 25

A. Profil DesaBayan……………………………………………… 25

Page 11: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

xi

1. Sejarah Desa Bayan……………………………………...…… 25

2. Awal Munculnya Penganut Wetu Telu…………………..….. 29

3. Arti dan Makna Wetu Telu…………………………………… 32

4. Kegiatan-kegiatan Penganut Wetu Telu……………………..... 33

B. Metode Penentuan Awal Waktu Shalat Wetu Telu Bayan Telu…. 40

1. Waktu Zuhur…………………………………………………. 42

2. Waktu Ashar…………………………………………………. 42

3. Waktu Magrib………………………………………………… 43

4. Waktu Isya…………………………………………………… 43

5. Imsak…………………………………………………………. 43

6. Waktu Subuh…………………….……………………………. 43

BAB III Analisis Awal Waktu Shalat Wetu Telu Bayan Lombok Utara…… .. 45

A. Analisis Metode Penentuan Awal Waktu Shalat Wetu Telu Bayan.. 45

B. AnalisisisAkurasi Awal Waktu Shalat Penganut Wetu Telu Bayan…51

BAB IV PENUTUP ………………………………………………………… 74

A. Kesimpulan …………………………….……………………….…. 74

B. Saran …………………………………..……………………………. 75

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………… 80

Page 12: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

xii

METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT

PENGANUT WETU TELU BAYAN LOMBOK UTARA

Oleh:

Laohil Bahriah NIM: 160204016

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan penulis terhadap masyarakat Bayan yang di kenal dengan nama penganut wetu telu, tempat pertamakali masuknya agama Islam, yang peraktik ibadahnya masih di pengaruhi oleh kebiasaan dan adat istiadat setempat. Dalam menentukan awal bulan mereka mempunyai hitungan khusus yang di bantu oleh huruf Abjadi. Tujuan Penelitian ini dilakukan adalah (1) Untuk mengetahui metode yang digunakan penganut Wetu Telu Bayan Lombok Utara dalam menentukan awal waktu shalatnya. (2) Untuk mengetahui akurasi metode penentuan awal waktu shalat penganut Wetu Telu Bayan Lombok Utara.

Jenis dalam penelitian ini menggunakan penelitian Lapangan dengan pendekatan Kualitatif.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi, wawancara lansung, dan dokumentasi.Sedangkan metode analisis yang digunakan analisis kualitatif non statistic.

Hasil penenlitian menunjukkan bahwa masyarakat wetu telu Bayan dalam menentukan waktu shalat menggunakan cara-cara tertentu yaitu:meperhatikan terbit terbenam matahari dan penanda suara burung yang sudah di konfers ke jam seperti halnya Zuhur pada pukul 01:00 siang hari, ashar pukul 04:00 Sore hari, magrib pukul 7 malam hari, isya pukul 7:30 malam hari, daan Subuh pada pukul 5 dini hari.Menurut Astronomi penentuan waktu shalat wetu telu kurang akurat, karna ada selisih beberapa menit bahkan melebihi satu jam, diantaranya pada tanggal satu Maret (a) waktu shalat zuhur lebih lambat 32 menit (b) waktu shalat ashar lebih cepat 32 menit (c) waktu shalat magrib lebih cepat 36 menit (d) waktu shalat Isya lebih cepat 1 jam 16 menit karna metode penganut telu perpatokan pada selisih 30 menit setelah shalat magrib (e) dan waktu shalat subuh lebih cepat 2 menit dari yang seharusnya. Dan pada tanggal 17 Juni (a) waktu shalat zuhur lebih lambat 44 menit (b) waktu shalat ashar lebih cepat 37 menit (c) waktu shalat magrib lebih cepat 7 menit (d) waktu shalat Isya lebih cepat 51 menit karna metode penganut telu perpatokan pada selisih 30 menit setelah shalat magrib (e) dan waktu shalat subuh lebih cepat 4 menit dari yang seharusnyaOleh karna itu perlu adanya kalibrasi waktu shalat sesuai dengan Ilmu Falak yang merupakan bagian dari Astronomi.

Kata Konci :Penganut Wetu Telu, Metode, Waktu Shalat.

Page 13: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua. Keutamaan yang

didapatkan dari kewajiban shalat yang merupakan perintah secara langsung

dari Allah swt kepada manusia (Nabi Muhammad saw) tanpa perantara

Malaikat Jibril. Sekaligus shalat itu merefleksikan keimanan seorang hamba,

karena dalam pelaksanaannya meliputi ucapan dengan lisan, perbuatan dengan

anggota badan dan keyakinan dalam hati.

Pada umumnya umat Muslim mengetahui bahwa kewajiban

melaksanakan shalat ada lima waktu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT,

dengan waktu-waktu yang telah ditetapkan seperti halnya shalat subuh, zuhur,

asahar, magrib, dan Isya.2Waktu shalat merupakan salah satu syarat sah-nya

shalat, jika shalat dilaksanakan sebelum masuk waktu shalat maka shalat yang

dikerjakan pada saat itu tidak sah dan merupakan pekerjaan yang sia-

sia3.Sesuai dengan firman Allah di ayat Al-Quran surat An-Nisa‟ ayat 103:

2 Muhammad Hadi Bashori ,Pengantar Ilmu Falak, (Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar,

2015), hlm. 153. 3 Ahmad Fadholi, Ilmu Falak Dasar, (Semarang, El-Wafa, 2017), hlm. 138.

Page 14: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

2

Artinya:“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan solat(mu), inggatlah Allah ketika kamu dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah solat itu (sebagaimana biasa).Sesungguhnya solat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman”.4

Pada zaman sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi berlansung sangat pesat diiringi dengan peradaban yang semakin

maju, maka metode untuk menentukan waktu shalat perlu diperhitungkan

dengan cermat dan teliti. Dalam perhitungan Ilmu Falak, penentuan waktu

shalat ditetapkan berdasarkan garis edar matahari, posisi matahari, matahari

terbit (sunrise), matahari melintas meridian (culmination), matahari terbenam

(sunset), akhir senja (evening twilight), fajar (morning twilight)5, koordinat

lintang tempat (Lt), koordinat bujur tempat (Bt), memperhitungkan zona

waktu tempat peneliti, ketinggian lokasi, dan equation of time.6Bukan hanya

sekedar mencari data yang mempengaruhi waktu shalat, namun kemajun ini

didukung juga dengan semakin banyaknya alat-alat, program-program, bahkan

aplikasi yang sangat canggih yang digunakan pada saat ini untuk menentukan

waktu shalat.Kemajuan ini cukup membantu masyarakat untuk melaksanakan

ibadah shalat tanpa harus menggunakan metode lama (Bayangan benda).

Pandangan ini berbeda jika dilihat dari penganut Wetu Telu Bayan

Lombok Utara, sebagian komonitas dari penganut Wetu Telu masih

menentukan waktu shalat menggunakan metode melihat bayangan benda

4Humaira, Al-Quran Tajwid Dan Terjemahan Tafsir, (Jakarta, Gramedia Printing), hlm.

95. 5 Ahmad Fadholi, Ilmu Falak Dasar, (Semarang, El-Wafa, 2017), hlm. 138. 6 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, hlm. 138.

Page 15: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

3

terhadap matahari dan bunyi burung yang sudah dikonversi ke jam. Seperti

halnya penganut Wetu Telu dalam menentukan waktu shalat subuh

menggunakan pedoman suara burung koak-kaok, kecuali waktu shalat ashar,

dan zuhur.Penganut ini menggunakan bayangan matahari sebagaimana yang

telah dipedomani oleh umat Islam pada umumnya.

Burung Koak-Kaok berbunyi pada pukul empat pagi, maka ini menjadi

tolak ukur masuknya waktu shalat subuh bagi penganut Wetu Telu.Untuk

penentuan waktu zuhur langkah yang dilakukan adalah dengan melihat

bayangan benda yang berada di bawah sinar matahari, jika memang bayangan

dari benda tersebut sudah berada di sebelah timur maka ini menjadi pertanda

masuknya awal waktu. Pertanda waktu ashar adalah dengan melihat kembali

bayangan benda, jika Bayangan benda sudah mencapai panjang yang sama

dengan benda tersebut maka sudah bisa dikatakan masuk awal waktu shalat.

Untuk waktu Shalat Magrib pada umumnya memiliki tanda dengan

munculnya mega merah di belahan langit barat, demikian pula untuk penganut

Wetu Telu meyakini yang serupa, namun lain halnya dengan metode

penentuan awal waktu Shalat Isya yang menurut penganut ini sangatlah

gampang untuk mengetahui waktunya, yakni seketika setelah beranjaknya dari

aktifitas makan malam yang dilakukan setelah Shalat Magrib maka masuklah

waktu Shalat Isya. Metode ini diyakini oleh penganut Wetu Telu untuk

menentukan waktu shalat karenakan kemajuan zaman yang sudah canggih

penganut ini mulai berbenah untuk menentukan waktu shalat dengan patokan

jam yang sudah dikonversi menggunakan metode awal. Sehingga di saat cuaca

Page 16: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

4

yang tidak memungkinkan untuk melakukan pengukuran bayangan penganut

Wetu Telu hanya perlu melihat jam yang sudah mereka patok.7

Jika benar demikian, maka ada hal yang berbeda dengan penentuan

awal waktu shalat penganut Wetu Telu Bayan Lombok Utara yang masih

menggunakan metode lama tanpa memperhatikan peredaran matahari harian

maupun peredaran matahari tahunan.Perbedaan metode yang digunakan

penganut Wetu Telu dari pedoman adalah metode penentuan waktu shalat

subuh dan shalat Isya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa ibadah shalat tidak akan

terlepas dengan masalah waktu. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang

diatas peneliti tertarik untuk melakuka penelitian lebih lanjut mengenai

“Metode Penentapan Awal Waktu Shalat Penganut Wetu Telu Bayan

Lombok Utara”.Judul ini diangkat oleh peneliti karena dianggap layak dan

sesuai berdasarkan syarat layaknya sebuah judul untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka dapat diambil rumusan

masalah oleh peneliti sebagai berikut :

1. Bagaimana metode penentuan awal waktu shalat penganut Wetu Telu

Bayan Lombok Utara ?

2. Bagaiaman akurasi metode penentuan awal waktu shalat Wetu Telu Bayan

Lombok Utara ?

7Observasiawal, tanggal 13 April 2019.

Page 17: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dipaparkan di atas tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui metode penentuan yang digunakan penganut Wetu

Telu Bayan Lombok Utara dalam menentukan awal waktu shalatnya.

b. Untuk mengetahui akurasi metode penentuan awal waktu shalat

penganut Wetu Telu Bayan Lombok Utara.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan didapatkan dari hasil penelitian ini sebagai

berikut:

a. Secara teoritis

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat

menambah pengetahuan tentang keberagaman aliran agama yang ada

di Lombok dan metode penentuan awal waktu shalat sebagai khazanah

keilmuaan pada bidang ilmu falak.

b. Secara praktis

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

masukan bagi penganut Wetu Telu dalam mempertimbangkan

penentuan awal waktu shalat yang telah mereka anut selama ini, agar

lebih tepat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan terlebih lagi sesuai

dengan syariat Islam dalam menjalankan shalat di waktu-waktu yang

seharusnya.

Page 18: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran bagi pembaca dalam

memahami Skripsi ini, peneliti melakukan pembatasan terhadap letak

penelitian, berhubung adanya penganut Wetu Telu di daerah Lombok yang

lain dan menfokuskan penelitian pada metode penentuan waktu shalat yang

digunakan oleh penganut Wetu Telu di daerah Bayan Lombok Utara.

Dikarenakan sudah banyak penenliti yang mengkaji mengenai Penganut Watu

Telu namun di dalam aspek sejarah.

Penelitian ini melibatkan tokoh-tokoh masyarakat Bayan. Penelitian ini

berlokasi di BayanKabupaten Lombok Utara pada masyarakat yang mengaku

sebagai Penganut Wetu Telu.

E. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu referensi peneliti dalam

melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan.Dari penelitian

terdahulu peneliti menemukan beberapa penelitian yang mempunyai kesamaan

dan perbedaan dalam mengkaji waktu shalat. Berikut beberapa judul skripsi

dan jurnal yang terkait:

1. Zulfadli dengan judul “Penentuan Awal Waktu Shalat Di Kabupaten

Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan (Perspektif Syar‟i Dan Ilmu

Page 19: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

7

Falaq)”.8Di dalam skripsi ini peneliti menunjukkan bahwa awal waktu

shalat perspektif syar‟i dan ilmu falak, yakni awal waktu shalat zuhur

dimulai sejak tergelincirnya mataharisekitar 2 setelah lewat tengah hari.

Awal waktu shalat ashar dimulai saat panjang Bayangan suatu benda sama

dengan panjang benda itu sendiri pada saat matahari berkulminasi, dalam

ilmu falak waktu shalat ashar dinyatakan sebagai keadaan tinggi matahari

sama dengan jarak zenith titik pusat matahari pada waktu berkulminasi

ditambah bilangan satu (cotan h = tan Zm +1). Awal waktu shalat magrib

dimulai sejak matahari terbenam yang menghasilkan cahaya kemerah-

merahan di langit pada saat matahari berada -2 (bawah ufuk). Awal waktu

shalat Isya di mulai sejak hilangnya megah merah, posisi matahari kala itu

adalah -18 . Sedangkan awal waktu shalat subuh dimulai sejak terbit fajar

shadiq (-20 ). Batasan dari waktu shalat adalah sampai masuknya waktu

shalat setelahnya.

Persamaan dari skripsi ini adalah peneliti sama-sama mengkaji

mengenai waktu shalat, sedangkan perbedaannya ialah tempat penelitian

yang digunakan oleh kedua penulis dan dalam skripsi ini peneliti melihat

waktu shalat dari sudut pandang Syari dan Ilmu Falak yang terjadi di

Bulukumba, sedangkan saya sebagai penenliti selanjutnya melakukan

penenlitian metode waktu shalat yang digunakan oleh penganut wetu

teluBayan.

8 Zulfadli, “Penentuan Awal Waktu Shalat Di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi

Selatan (Perspektif Syar‟i Dan Ilmu Falaq)” (Skripsi UIN Alauddin Makasar, Jurusan Perbandingan Mazhab, 2014).

Page 20: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

8

2. Alfiyatur Rifqiyah dengan judul skripsi “Studi Analisis Penentuan Awal

Waktu Shalat Di Dukuh Teman Sari, Desa Carangejo, Kecamatan

Sampung, Kabupaten Ponogoro”.9Tema besar dari skripsi ini adalah

masyarakat Dukuh Teman Sari, Desa Carangejo, Kecamatan Sampung,

Kabupaten Ponogoro menggunakan jam bencet sebagai alat menentukan

awal waktu shalat.

Namun nyatanya penenliti menenemukan hasil praktik di lapangan

warga Dukun Tamansari penggunaan jam bencet hanya digunakan untuk

penentuan awal waktu shalat zuhur saja dan selanjutnya untuk waktu

shalat ashar mereka menggunakan jadwal waktu shalat dan lansung

melihat jam yang dicocokan dengan jam bencet pada saat matahari

berkulminasi, dan untuk waktu shalat selanjutnya menggunakan jadwal

shalat yang ada.

Perbedaan dengan penelitian terletak di tempat dan metode

penelitian yang digunakan, di skripsi tersebut dijelaskan jam bencet

sebagai penentu waktu shalat, sedangkan penulis dalam skripsi ini

mengkaji mengenai metode Penganut Wetu Telu Bayan Lombok

Utara.Persamaan kedua penelitian ini adalah sama-sama mengkaji waktu

shalat.

9 Alfiyatur Rifqiyah dengan judul skripsi “Studi Analisis Penentuan Awal Waktu Shalat

Du Dukuh Teman Sari, Desa Carangejo, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponogoro” (Sekripsi, Jurusan Ahwal Syakhsiyyah Fakultas Syari‟ah IAIN Ponorogo, th 2017)

Page 21: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

9

3. Alimuddin dengan judul “Perspektif Syar‟i Dan Sains Awal Waktu

Shalat”.10 Di dalam jurnal tersebut dapat ditarik kesimpulan dari dua sub

permasalahan tulisan ini adalah sebagai berikut: Menurut Syara‟ dan

menurut Ilmu Astronomi. Menurut Syara‟ waktu shalat zuhur, adalah

ketika matahri tergelincir, sedang waktu shalat ashar, apabila Bayang-

bayang suatu benda samapanjang dengan bendanya. Sementara waktu

shalat magrib adalah ketika matahari telah terbenam sampai megah merah

belum hilang atau selama megah merah masih ada. Adapun waktu shalat

Isya, yakni mulai ketika hilang megah merah sampai terbit fajar, pada

riwayat lain hingga tengah malam atau seperdua malam, dan untuk waktu

shalat subuh, adalah apabila terbit fajar.

Selanjutnya, menurut Astronomi, awal waktu zuhur dirumuskan

sejak seluruh piringan matahari meninggalkan meridian.Awal waktu shalat

ashar dinyatakan sebagai keadaan tinggi matahari atau dirumuskan dengan

jarak zenith titik pusat matahari pada waktu berkulminasi ditambah

bilangan satu.Sedangkan waktu shalat magrib berarti saat terbenam

matahari (ghurub) dengsan posisi matahari -1 .Awal waktu shalat Isya

ditandai dengan memudarnya cahaya merah (asy-syafaq al-ahmar)

dibagian langit barat, tinggi matahari pada saat itu adalah 18 di bawah

ufuk (horizon). Adapun awal waktu shalat subuh dipahami sejak terbit

fajar shadik, pendapat lain mengatakan bahwa terbitnya fajar shodiq

dimulai pada saat posisi matahari 20 di bawah ufuk.

10 Alimuddin, “Perspektif Syar‟i Dan Sains Awal Waktu Shalat “, Al-Daulah, Vol. 1 / No. 1 / Desember 2012, hlm. 120

Page 22: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

10

Perbedaannya dengan penelitian ini adalah jurnal ini mengkaji

perbandingan waktu shalat dalam persefektif syar‟i dan Sains sedangkan

skripsi ini membahas metode penentuan waktu shalat penganut Wetu Telu

yang berada di Bayan, dan persamaannya yaitu kedua peneliti sama-sama

mengkaji waktu shalat.

4. Dahlia Haliah Ma‟u dengan judul “Waktu Salat Pemaknaan Syar‟i Ke

Dalam Kaidah Astronomi”11. Kesimpulan dari jurnal ini adalah waktu

salat tersebut ditentukan berdasarkan fenomena posisi matahari. Dengan

ini, kemudian diciptakan sebuah rumus secara astronomis terhadap

masing-masing awal waktu salat. Waktu Zuhur dirumuskan dengan 12-e.

Waktu Ashar cotg ha = tg (Zm+1). Waktu Magrib dimulai ketika posisi

matahari -1º. Waktu Isya dimulai ketika posisi matahari -18º, dan waktu

Subuh ketika posisi matahari -18º sampai -20º.

Selanjutnya, terdapat kaitan antara landasan syar‟i dan astronomi

tentang penentuan awal waktu salat.Akan tetapi, untuk waktu zuhur dan

Ashar, perlu dilakukan pengkajian ulang. Untuk waktu Zuhur rumus (12-

e) tidak sesuai dengan ketentuan syar‟i, 12-e adalah ketika matahari

berkulminasi. Sedangkan, saat berkulminasi diharamkan untuk

shalat.Untuk menghindari kejadian tersebut perlu kiranya melakukan

penambahan waktu ihtiyat minimal empat menit. Rumus ketinggian

matahari waktu Ashar tidak hanya dirumuskan dengan cotg ha = tg

11 Dahlia Haliah Ma‟u, “Waktu Salat Pemaknaan Syar‟i Ke Dalam Kaidah Astronomi”,

Istinbat Vol. 14, No. 2, Desember 2015, hlm. 269.

Page 23: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

11

(Zm+1). Akan tetapi, dirumuskan juga dengan cotg ha = tg (Zm+2), agar

sesuai dengan petunjuk syar‟i.

Perbedaanya adalah dalam jurnal ini penenliti memaparkan waktu

salat dalam pemakanaan syar‟i dan ilmu Astronomi dalam bentuk rumus-

rumus tertentu, otomatis dalam jurnal ini membahas kaitan waktu shalat

menurut syar‟i dengan ilmu astronomi, sedangkan dalam skripsi peneliti

mengkaji mengenai metode penentapan waktu shalat penganut Wetu Telu

Bayan Lombok Utara. Persamaanya ialah kedua peneliti ini mengkaji

mengenai waktu shalat.

5. Siti Raihanun dengan judul skripsi “Pelaksanaan Sholat Wetu Telu Suku

Sasak Di Lombok” 12. Kesimpulan dari skripsi ini adalah pelakasanaan

shalat wetu telu di lombok Desa Narmada terjadi karna adanya penyebaran

dua aliran dari barat dan timur. Ajaran wetu telu awalnya berasal dari

Bayan dan sampai saat ini siapa yang memberi nama wetu telu masih

menjadi misteri. Munculnya wetu telu dikarnakan para wali yang

meninggalkan pulau Lombok sebelum menyelesaikan dakwahnya tanpa

alasan yang jelas. Ada berbagai macam peraktik adat yang dilakukan oleh

penganut ini yang sama bentuk ibadahnya melalui shalat lima.

Dalam bahasa Indonesia wetu telu diartikan waktu telu, aliran yang

melaksanakan shalat hanya tiga kali dalam sehari semalam, yaitu shalat

pada siang hari (Zuhur), Sore hari (Ashar), dan matahari terbenam

12 Siti Raihanundengan judul skripsi “Pelaksanaan Sholat Wetu Telu Suku Sasak Di

Lombok” (Sekripsi, Program Studi Perbandingan Madzhab Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,2016)

Page 24: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

12

(Magrib). Ini terjadi karna belum tuntasnya para mubalik menyebarkan

ajaran Islam di Lombok.

Mayoritas dari para informal yang beralih ajaran dari wetu telu ke

wektu lima disebabkan gencarnya para da‟i menyebarkan ajaran agama

Islam yang biasa di sebut dengan waktu lima. Sehingga jika

dipresentasikan jumlah penganut Wetu Telu di Desa Narmada yang masih

bertahan sekitar 2%.

Perbedaanya adalah objek dan tempat yang penelitian, yang skripsi

Siti Raihanun membahas tata cara pelaksanaan shalat penganut Wetu Telu

yang ada Di Narmada, sedangkan peneliti dalam skripsi ini mengambil

objek penenlitian metode penentuan waktu shalat yang digunakan oleh

penganut wetu telu yang berada di Bayan. Persamaanya dari kedua karya

ilmiah ini adalah sama-sama meneliti penganut wetu telu yang ada di

Pulau Lombok.

F. Kerangka Teori

1. Waktu Shalat

Perintah melaksanakan shalat dan beberapa tanda awal waktu

shalat yang telah disebutkan dalam Al-quran secara umum, salah satunya

dalam Q.S Yaha [20] ayat 130 yang berbunyi:

ل س ل الش ك ح ح ف ص ل سح غ ل فس ء ال ك ت ض آ اف ال ل أ

Artinya : “Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih

Page 25: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

13

pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.13

Pembagian waktu-waktu shalat tidak dijelaskan secara rinci dalam

al-Qur‟an tetapi diperjelas didalam hadis-hadis Nabi.Dari hadis-hadis

tentang waktu shalat, ulama fiqh mengeluarkan hukum mengenai awal

waktu shalat dan batasan waktu shalat yang kita kenal sekarang ini. Para

ulama fiqh memberikan metode yang mereka asumsikan berlandaskan dari

hadis-hadis sahih. Ada sebagaian ulama mengasumsikan bahwa cara

menentukan waktu shalat adalah dengan cara melihat secara lansung

tanda-tanda alam sebagaimana yang dijelaskan didalam hadis-hadis sahih,

seperti melihat Bayangan benda yang tegak lurus, atau dengan cara

memperhitungkan posisi matahari.14

Jadi waktu shalat adalah waktu yang telah ditentukan oleh Allah

swt untuk menegakkan ibadah shalat dengan batas waktu tertentu. Adapun

yang dimaksud dengan waktu shalat adalah sebagaimana yang telah

diketahui oleh masyarakat luas, yaitu waktu-waktu shalat lima waktu,

13Humaira, Al-Quran Tajwid Dan Terjemahan Tafsir, (Jakarta, Gramedia Printing), hlm.

120

14 Kementrian Agama, Ilmu Falak Praktis, cetakan ke-1, (Jakarta: Sub Direktur Pembinaan Syariah Dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam & Pembinaan Syariah Durektorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Republik Indonesia , 2013), hlm. 80.

Page 26: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

14

yakni15 waktu shalat zuhur pada saat matahari sudah tergelincir kearah

barat, shalat ashar pada saat Bayangan benda sama panjang dengan

bendanya, shalat magrib pada saat mega merah, shalat Isya ketika mega

merah telah menghilang, dan shalat subuh pada saat terbitnya fajar. Untuk

wilayah kutub hendaklah mengikuti waktu shalat daerah terdekat.

2. Posisi dan Bayangan Matahari

Matahari adalah sebuah bintang yang bersinar, matahari

merupakan pusat tata surya yang ada di galaksi bimasakti.Matahari

bersinar setiap hari, terbit dari ufuk Timur dan tenggelam di ufuk

Barat.Pada pagi hari posisi matahari berada di atas ufuk, sedangakan di

malam hari matahari berada di bawah ufuk.Fenomena ini terjadi setiap hari

dan dapat dipelajari oleh manusia.Jika diperhatika, waktu terbit dan

tenggelam matahari setiap harinya memiliki selisih waktu meskipun

sedikit, demikian pula posisi matahari pada saat terbit dan terbenam.

Dari keterangan tersebut, matahari sebagai sumber kehidupan

memiliki manfaat dan fungsi yang sangat besar bagi mahluk hidup

khususnya ummat manusia.Salah satu manfaatnya adalah sebagai

pedoman atau tolak ukur dalam penentuan awal waktu shalat dan akhir

waktu shalat.16 Dengan cara memperhatikan bayangan yang dibentuk oleh

sinar matahari dikala siang hari, dan memperhatikan penampakan cahaya

yang dibentuk pada saat tenggelam dan terbitnya matahari.

15 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori Dan Praktik: Perhitungan Arah Kiblat,

Waktu Shalat, Awal Bulan, Dan Gerhana, Cetakan ke-1 (Yogyakarta, Buana Pustaka, 2004), hlm. 57.

16 Zulfadli, Penentuan Awal Waktu Shalat Di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan (Perspektif Syar’i Dan Ilmu Falaq) hlm. 15.

Page 27: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

15

Adapun posisi dan bayangan matahari untuk setiap perhitungan

masing-masing waktu shalat, diantaranya adalah sebagai mana yang akan

dibahas di bawah ini:

a. Waktu zuhur

Secara ilmu astronomi waktu zuhur adalah ketika matahari

telah melewati garis tengah, artinya adalah matahari pada kala itu telah

meninggalkan meridian.Pada saat titik pusat matahari bergerak

beranjak dari meridian atau pada saat Bayangan suatu benda lebih

condong ke arah timur, dan sudut yang dihasilkan bukan lagi

90°.sedangkan tinggi matahari adalah jarak yang dihitung dari ufuk

sampai dengan matahari pada posisi tertinggi jarak zenit matahari +

tinggi kulminasi adalah jarak dari ufuk samapai zenit (90°). Dengan

demikian dapat ditarik rumus Tinggi Matahari = 90° - zm17.

Sedangkan cara mencari zm adalah Deklinasi dikurangi dengan

Lintang tempat.18

Pada saat matahari berada di meridian tinggi matahari (h)

adalah 0, pada dAsharnya waktu pada kala itu menunjukan puluk 12.

Ketika matahari berada di meridian maka dirumuskan dengan MP = 12

– Sudut waktu (e), maka pada saat itulah di tetapkan sebagai awl waktu

zuhur menurut waktu pertengahan dan waktu ini pulalah yang

17 Ahmad Fadholi ,Ilmu Falak …..…., hlm, 148. 18Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak……., hlm. 84.

Page 28: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

16

ditetapkan sebagai pangkal pwrhitungan awal waktu shalat

selanjutnya.19

Menurut salah satu tokoh ilmu falak Thomas Djamaluddin,

waktu Zuhur adalah ketika matahari telah meninggalkan garis tengah

langit, diperkirakan dua menit setelah kejadian itu. Waktu tengah hari

dapat dicari dengan cara waktu terbit sampai terbenam matahari di

bagi dua.20

Jadi pada awal waktu zuhur, sebuah tongkat yang tegak lurus

akan membuat Bayang-bayang yang panjangnya yang ditentukan oleh

tinggi matahari sewaktu berkulminasi. Semakin tinggi kedudukan

matahari makin pendek bayang-bayang, dan semakin rendah

kedudukan matahari maka semakin panjang bayang-bayang benda

tersebut.21Menurut Zhahir riwayat dalam mazhab Abu Hanifah, akhir

waktu zuhur adalah ketika bayang-bayang suatu benda menjadi dua

kali lipat panjangnya dari panjang benda yang sebenarnya, ini

merupakan awal masuknya waktu Shalat Ashar.22

b. Waktu Ashar

Jika matahari sedang berkulminasi, bayang-bayang sebuah

benda terpancang tegak lurus di atas tanah, mempunyai panjang

19 Ahmad Fadholi ,Ilmu Falak ………, hlm, 149. 20Dahlia Haliah Ma‟u Waktu Salat: “Pemaknaan Syar’i Ke Dalam Kaidah Astronomi”,

hlm. 272-273. 21 Saadoe‟ddin Djambek ,Shalat Dan Puasa Di Daerah Kutub, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), hlm. 9. 22 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu 1, (Depok: Gema Insani, 2014) , hlm.

552.

Page 29: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

17

tertentu.23 Bila matahari berjalan menjauh dari titik tengah (berjalan

kearah barat), ujung bayanganakan membentuk bayangan di sebelah

Timur dan seiring perjalanan matahari bayangan benda akan semakin

memanjang sampai titik sepanjang sama dengan panjang benda

tersebut, begitu pula ketika matahari berjalan kearah Timur, maka

dikatakan masuklah waktu Ashar.24 Badan Hisab dan Rukyat

Departemen Agama RI menggunakan rumus bayangan waktu Ashar =

bayangan waktu zuhur + panjang benda,25 atau berdasarkan ketentuan

ini maka h (tinggi) matahari pada waktu ashar dapat dihitung dengan

rumus : cotan h = tan Zm + 126

c. Waktu Magrib

Terbenamnya matahari (sunset) adalah sebagai pertanda

masuknya awal waktu shalat magrib ialah ketika seluruh piringan

matahari sudah berada dibawah ufuk.Piringan matahari berdiameter

sekita 32 menit busur, sehingga jari-jarinya adalah 16 menit busur.

Ketika matahari tenggelam,langit tidak serta merta akan tanpak gelap,

dikarenakan atmosfer bumi yang membiaskan cahaya matahari.

Sehingga membutuhkan waktu yang lama, supaya tidak ada lagi

cahaya matahari yang akan dibiaskan.27

23Abd. Rachim, Ilmu Falak (Yogyakarta: Liberty, 1963) , hlm. 24. 24Muhammad Hadi Bshori……, hlm. 157. 25 SusiknanAzhari, EnsiklopediaHisabRukyat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.

229. 26 Ahmad Musonnif Ilmu Falak…., hlm. 72. 27Ahmad Fadholi Ilmu Falak Dasar…. hlm. 152.

Page 30: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

18

Matahari bisa dikatakan terbenam jika piringan atas matahari

terhimpit oleh ufuk mar‟i. pada saat itu titik pusak matahari berjarak

sepanjang semi diameter (SD) Matahari sebesar 32 menit busur, maka

jarak dari ufuk ke titik pusat pada saat itu adalah 1/2x 32‟ =

16‟.28Selanjutnya karena adanya fenomena reflaksi atau pembiasan

cahaya, maka saat piringan matahari sudah berada di bawah ufuk, dam

tampak di langit barat ada cahaya kemerah-merahan namun yang

sebenarnya kedudukan matahari sudah berada dibawah ufuk.

Waktu magrib diformulasikan dengan menambah jarak titik

pusat matahari, atau yang biasa disebut dengan semi diameter

matahari. Di antara beberapa faktor yang mempengaruhi ketinggian

pada waktu magrib sebagai berikut:

1) Refraksi

2) Semidiameter

3) Dip29

d. Waktu Isya

Waktu Isya dimulai ketika mega merah di langit barat sudah

tidak tampak, yaitu tanda masuknya gelap malam.30Keadaan ini terjadi

ketika matahari sudah jauh berada di bawah ufuk sehingga cahaya

matahari sudah tidak ada lagi yang dibiaskan oleh atmosfer bumi.

Altitude matahari menurut ilmu falak pada waktu Isya sekitar 16°, 17°

28 Ahmad Musonnif Ilmu Falak….., hlm. 73. 29Ahmad Fadholi Ilmu Falak …….. hlm. 153 30 Susiknan Azhari, M.A, Ilmu Falak Pejumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern,

(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2011), hlm. 68.

Page 31: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

19

dan 18° di bawah ufuk.31Menurut Saadoe‟ddin Djambek awal waktu

Isya ditandai dengan hilangnya syafaq atau warna merah di langit

bagian Barat.Keadaan demikian terjadi ketika posisi matahari berada

belasan derajat di bawah ufuk, dan Saadoe‟ddin Djambek berpatokan

pada 18° di bawah ufuk.32

e. Waktu subuh

Waktu subuh dimulali dengan mulai tampaknya fajar di atas

ufuk di langit Timur dan berakhir sampai terbitnya matahari.33Dalam

ilmu falak, saat tampaknya fajar diasumsikan dengan posisi matahari

di 20° bawah ufuk,34 munculnya fajar shodiq ditandai dengan mulai

pudarnya cahaya-cahaya bintang.35

Di Indonesia, pada umumnya awal waktu subuh dimulai pada

saat kedudukan matahari sudaah berada 20° di bawah ufuk. Acuan ini

merupakan acuan resmi yang digunakan olek kementrian agama RI.36

Dalam ilmu astronomi, waktu sebelum matahari terbit dibagi menjadi

tiga, yakni civil twiiiilight (matahari berada 06° dibawah ufuk),

nautical twilight (matahari berada 12° di bawah ufuk), dan

astronomical twilight (matahari berada 18° di bawah ufuk).37

31Ahmad Fadholi, Ilmu Falak ……., hlm. 156. 32 Dahlia Haliah Ma‟u ,Waktu Salat:……….., hlm. 277-278. 33 Saadoe‟ddin Djambek ,Shalat Dan Puasa Di Daerah Kutub , hlm. 8. 34 Ahmad Fadholi ,Ilmu Falak ……….., hlm. 158. 35 Ahmad Musonnif ,Ilmu Falak……..hlm. 64. 36Ahmad Fadholi, Ilmu Falak…………., hlm. 158. 37 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu……..,hlm.160-161.

Page 32: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

20

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, sebab data yang akan digunakan penelitian adalah

hasil dari wawancara kepada objek penelitian dalam bentuk tanya jawab.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran penulis dalam hal penelitian sanggatlah berpengaruh.

Dalam penelitian ini penulis berperan sebagai pengamat partisipan.

Penenliti akan mengamati dan mencermati setiap pandangan yang

disampaikan oleh tokoh-tokoh masyarakat (pengulu) Bayan mengenai

metode penentuan waktu shalat penganut Wetu Telu Bayan dan peneliti

juga berpartisipasi dalam menghitung waktu shalat dengan di Lintang dan

Bujur Bayan Lombok Utara, serta membandingkan hasil hitungan penulis

dengan metode waktu shalat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh

masyarakat yang ada di Bayan.

3. Lokasi Penenlitian

Lokasi penelitian ini bertempat di kawasan Masjid Kuno Bayan

Lombok Utara, sebab di kawasan tersebut masih ada para tokoh-tokoh

masyarakat yang mengakui bahwa di kawasan masjid kuno adalah

penganut Wetu Telu.

Page 33: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

21

4. Sumber Dan Jenis Data

a. Sumber Data Perimer

Data perimer ini merupakan data yang berasal dari sumber data

yang dikumpulkan secara lansung ke objek penelitian. Sumber-sumber

perimer yang mendasari penelitian ini dikumpulkan dengan cara

melakukan wawancara ke Bayan dan bertemu langsung dengan tokoh-

tokoh masyarakat (pengulu).

b. Sumber Data Skunder

Data skunder yang menjadi pendukung penelitian ini diperoleh

dari beberapa sumber penelitin, buku-buku falak, skripsi terdahulu, dan

jurnal-jurnal yang terkait.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi (pengamatan)

Dalam penelitian ini peneliti menggunkan observasi sebagai

salah satu metode untuk mengumpulkan data, karena pada dasarnya

suatu objek untuk menemukan kebenaranyya haruslah peneliti

menggunakan observasi waktu shalat penganut Wetu Telu, dan

observasi metode penentuan waktu shalat penganut Wetu Telu.Dalam

observasi ini peneliti melakukan pengamatan terhadap waktu-waktu

shalat penganut Wetu Telu Bayan, terutama waktu shalat yang berbeda

dengan waktu shalat pada umumnya yaitu waktu shalat Isya‟ dan

Subuh.

Page 34: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

22

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orange atau lebih

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

ditarik kesimpulan guna kebutuhan data dalam penelitian.38Wawancara

dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada seseorang yang

menjadi sumber informasi kemudian informan menjawab apa yang

dilontarkan oleh peneliti.

Jenis wawancara yang digunakan peneliti disini adalah

wawancara tidak terstuktur.Karena peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Pedoman yang digunakan

hanya garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu cara peneliti untuk

mengumpulkan data yang tidak didapatkan dalam observasi dan

wawancara. Seperti mengumpulkan menuskrip, kitab-kitab kuno,

rekaman audio, foto, dan video.

6. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan penulis dalam hal ini yakni analisis

data.Analisis data adalah analisis kualitatif non statistik. Hal ini

dikarnakan pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan

38 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, ( CV. Pustaka Setia, Bandung, 2008), hlm.

190.

Page 35: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

23

kualitatif sehingga data yang didapatkan akan disajikan dalam bentuk

verbal bukan angka dan dijelaskan dalam bentuk diskripsi.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data, maka penulis melakukan

verifikasi dengan mencocokan keriteria tingkat akurasi waktu shalat

sebagaimana yang telah dijelaskan oleh penulis di dalam kerangka teori.

H. Sistematika pembahasan

Secara garis besar penulisan penelitian kualitatif tersistematikan dalam

empat bab, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup, telaah pustaka,

krangka teori, metode penelitian, dan sistematik pembahasan.

Bab II Waktu Shalat Penganut Wetu Telu Bayan Lombok Utara,

meliputi profil DesaBayan, dan metode penentuan waktu shalat Wetu Telu

Bayan.

Bab III Analisis Waktu Shalat Wetu Telu Bayan.Bab ini meliputi

analisis metode penentuan waktu shalat penganut Wetu Telu Bayan Lombok

Utara dan Analisis akurasi metode penentuan awal waktu shalat Wetu Telu

Bayan Lombok Utara.

Bab IV, Penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran dalam

melaksanakan penelitian. Sub-sub kesimpulan adalah berupa ringkasan hasil

penelitian. Sedangkan sub-sub sarana-sarana lebih terfokus kepada sarana

Page 36: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

24

yang ditunjukan bagi penulis dan bagi siapa yang terlibat dan yang terkait

dengan peroses penenlitian ini.

Page 37: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

25

BAB II

AWAL WAKTU SHALAT WETU TELU BAYAN

LOMBOK UTARA

A. Profil DesaBayan

1. Sejarah Desa Bayan

Desan Bayan merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten

Lombok Utara, Provensi Nusa Tenggara Barat yang memiliki Lintang -

8.2665617 LS dan Bujur 116.4276507 BT. Desa Bayan merupakan salah

satu desa yang berada di Kecamatan Bayanyang berjumlah 22 dusun. Desa

ini dihuni oleh orang-orang asli Suku Sasak yang hampir keseluruhan

menganut agama Islam yang sering di panggil dengan “IslamWetu

Telu”.Desa terletak di wilayah seluas 1.783ha/m2dengan batas batas-batas:

Sebelah Utara : Desa Karang Bajo

Sebelah Selatan : Kawasan Hutan Taman Nasional

Sebelah Timur : Desa Loloan

Sebelah Barat : Desa Senaru

Yang dihuni oleh 2.831orangdengan berbagai macam provesi.39

Jarak Bayan dengan pusat kota adalah 80 Km yang akan menempuh

perjalanan kurang lebih 3jam lamanya.

Pada zaman dahulu pada tahun 1150 M Bayan merupakan sebuah

kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Datu

Bayanbergelar Susuhunan Ratu Mas Bayan Agung.Menurut sejarah Datu

39 Profil Bayan Desember 2019.

Page 38: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

26

Bayan memiliki 17 saudara dari pernikahan raja sebelumnya bersama

ratu dan para selir.Para saudara Datu Bayan tersebar di seluruh wilayah

Lombok sehinggaberanak pinak.40

Menurut Pemangku Adat setempat Islam pertama kali masuk ke

pulau Lombok pada abad ke 14 oleh Mutrining Jagat dan disusul oleh para

wali yang berasal dari Jawa yaitu Sunan Prapen dan Sunan Giri pada abad

ke 16. Pusat ajaran syariat islam pada waktu itu adalah disebuah Santren

(Musolla) kecil yang dibangun sebelum adanya masjid Kuno yang dikenal

sekarang.41Para Ulama pada awalnya adalah seorang pedangan yang

singgah di Pelabuhan Carik42.Dengan demikian Islam pun mulai diterima

oleh pribumi dan kerajaan Bayan sebagi agama.

Nama Bayan berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti

“Penerang”nama tersebut terambil dari kata Bayân yang ada dalam kitab

suci al-quran surat Ali-Imrân (3):138 yang berarti “Penerang”. Tampaknya

kata Bayan, dipakai untuk menamai tempat itu dengan harapan agar dapat

memberikan penerangan (melalui ajaran-ajaran Islam) bagi kehidupan

komunitas masyarakat di sana43, dan bersamaan dengan itu bagi raja dan

keluarga raja yang saat itu memeluk agama Islam diberi gelar Raden

kepada laki-laki sedangkan bagi perempuan diberi gelar Dende(Denda)

40Arsip Sejarah Bayan tahun 2013, hlm. 1. 41 Wawancara bersama Pengulu agama: Amaq Riajim di tempat kediamannya salah satu

rumah adat di desa Bayan, pada hari hari Sabtu 16 April 2019 pukul 10:00 Wita. 42 Raden Sawinggih, Ranandi, Fawaizul Umam, Iwan Tanjung Sutarna, Hendriardi,

Yusuf Tantowi, Dari Bayan Untuk Indonesia Iklusif, (Solidaritas Masyarakat Untuk Transparasi (SOMASI) NTB, Mataram, 2016). hlm. 21.

43 Zaki Yamani Athhar, “Kearifan Lokal dalam Ajaran Islam Wetu Telu di Lombok” , (Ulumuna, Volume IX Edisi 15 Nomor 1 Januari-Juni 2005). hlm. 3.

Page 39: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

27

yang merupakan nama panggilan untuk para wanita kerajaan saat itu,

pemberian gelar ini bertujuan untuk menghargai keturunan-keturunan

kerajaan yang telah memeluk agama Islam, dan guna membedaakan

keturunan-keturuna kerajaan yang belum memeluk agama Islam sama

seperti halnya pada kerajaan yang ada di Pulau Jawa Dwipa karna

pembawa siar Islam ke Bayan adalah orang jawa. 44

Sementara itu tidak sedikit pula para anggota keluarga raja pada

kala itu tidak menerim Islam sebagai agamasehingga pergi mengasingkan

diri ke derah-daerah pegunungan dan lebih memilih mempertahankan

agama nenek moyang seperti dinamisme, animise, dan Bodha. Sebagian

kalangan mempercayai bahwa para masyarakat yang menganut agama

Bodha di wilayah pegunungan sebelah utara sampai di daerah Sekotong

Lombok Barat merupakan keturunan raja yang mengasingkan diri pada

zaman dahulu.45

Nama lain dari Gumi Bayan adalah Gumi Nina atau Gumi

Perempuan yang bermakna Gumi dengan kasih sayang yang berwatakkan

perilaku dan harmonisasi penghuninya dalam membina hubungan antara

sesama mahluk hidup dan maha pencipta. Gumi Nina menggambarkan

perilaku masyarakatnya yang mendepankan sifat keibu-ibuan, kasih

sayang, lemah lembut perilaku tuturkata penghuninya dalam bergaul

maupun dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Gumi Nina merupakan

bumi perempuan yang juga digambarkan sebagai sosok yang

44Ibid, 45Ibid, Arsip Sejarah Bayan.hlm. 1.

Page 40: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

28

akanmelawan, marah apabila anak-anaknya terancam atau diganggu

ketentramannya.46

Gumi Bayan sangat terkenal dengan adat istiadat yang masih

terpelihara baik yang disimbolkan dengan sebuah masjid kuno dengan

artitektur yang menggambarkan perkembangan Islam di Lombok,

didukung dengan cerita-cerita para tetua tentang warisan Islam lainnya

seperti kitab-kitab, naskah lontar kuno, dan bukti lainnya. Selain Masjid

Kuno yang menjadi ciri khas dari tempat ini adalah Penganut ajaran Wetu

Telu.

Gambar.1. Masjid Kuno Bayan

46Ibid, hlm. 02

Page 41: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

29

2. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Desa Bayan.

Desa Bayan merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten

Lombok Utara, dan menjadi tempat pertama penyebaran agama Islam

yang ada di Pulau Lombok.Masyarakat Bayan memeluk agama Islam yang

di kenal dengan Wetu Telu. Meskipun perkembangan zaman yang

semakin canggih namun adat dan tradisi masyarakatnya tidak luntur dan

tidak terpengaruh, sehingga antara agama dan tradisi di satupadukan oleh

penganutnya. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota wetu telu

akan diberikan hukuman/denda berdasarkan kesalahan yang dilakukan,

dan akan dilakukan sidang bersama para tokoh untuk mendapatkan

kesepakatan bersama. Hal yang serupa juga dilakukan dalam pembagian

warisan.47

Mengenai kondisi sosial masyarakat di Desa Bayan, mereka

menjunjung tinggi nilai agama dan tradisi yang ada.Contohnya dalam hal

melaksanakanpenyambutan awal bulan puasa yang melakanakan ritual

sebulan sebelum jatuhnya bulan puasa yang dipusatkan di Masjid Kuno,

dan cara berpakaian tuak lokak yang harus menggunakan sarung bagi laki-

laki, dan menggunakan kain lepas bagi perempuan. Dalam hal keseharian

masyarakat Bayan sopan santun dalam bertetangga, juga terjalin hubungan

yang baik yaitu rukun dan tolong menolong dalam bertetangga.Sopan

santun antara yang muda dengan yang sudah tua.

47Kesimpulan dari Wawancara bersama Raden Wiktu Ksuma (Ketua Asosiasi Adat

Bayan) di rumah kediamannya pada hari 25Februari 2020 pukul 14:30 Wita.

Page 42: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

30

Identifikasi wetu telu yang lebih mendekati agama tradisional, dan

waktu lima yang digolongkan sebagai Agama Samawi bukanlah

merupakan pemisah total antara keduanya. Ada ajaran-ajaran waktu lima

yang dipraktikkan pula oleh penganut wetu telu, sepertihalnya berdoa

menggunakan bahasa Arab yang diambil dari ayat suci Al-quran,48

melaksanakan shalat sebagai mana mestinya, berpuasa di bulan suci

Ramadhan satu bulan penuh, dan amalan-amalan lainnya.

Namun ada yang berbeda di Desa Bayan dalam merayakan hari

besar Islam dirangkai dengan adat istiadat yang menjadi ciri khas Desa

Bayan yang dikenal dengan adat wetu telu, seperti zikiran, masak bersama,

melakukan gasap kubur (pembersihan makam) sekitar masijd kuno, dan

diakhiri dengan makan bersama yang diikuti oleh seluruh masyarakat

Bayan, bukan sekedar itu tradisi yang terkenal adalah tradisi bubur putek

(putih)bubur bireng (hitam) yang melambangkan perbedaan gender (jenis

kelamin).Biasanya yang menjadi pemimpin disetiap acara agama adalah

Pengulu sekaligus menjadi imam shalat di Masjid Kuno.Masjid Kuno di

buka hanya pada Bulan Ramdhan dan hanya orang tertentu (pengulu/kiai)

yang boleh shalat di masjid.Selain itu, masyarakat melaksanakan shalat

berjamaah di masjid-masjid yang ada di setiap dusun yang dipimpin oleh

ustaz setempat. Untuk menandakan masuk waktu shalat di masjid kuno

akan ditandai dengan pemukulan beduk yang dilakukan oleh pengurus

masjid barulah azan akan dikumandangkan oleh Modin (muazin).

48 MuhammadHarfin Zuhdi, Islam Wetu Telu Di Bayan Lombok: Dialektika Islam Dan

Budaya Lokal, (IAIN Mataram). hlm. 3.

Page 43: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

31

Dalam pelaksanaan shalat para pengulu memperlihatkan ciri khas

dalam membentuk shap shalat. Para pengulu sejajar dengan imam dan

akan disesuaikan dengan tingkatan masing-masing, Kiai Santri (santri dari

pengulu) berdiri di debelah imam, Kiai Raden berjajar di sebelah kiri

imam, dan untuk Kiai biasa yang memiliki tingkatan terendah berbaris di

paling belakang.49

Membahas mengenai shalat, wetu telu memiliki cara tersendiri

dalam menentukan waktu shalat dan hanya orang tertentu yang bisa

melakukan itu.Cara yang mereka gunakan adalah memanfaatkan bayangan

matahari dan suara-suara binatang sama seperti yang dilakukan oleh

orang-orangterdahulu seblummengenal jam. Namun karna kemajuan

teknologi dan masyarakat Bayan mengerti akan hal itu maka mereka mulai

menentukan waktu shalat menggunakan jam yang telah di sesuaikan

dengan metode awal.

Selain itu wetu telu sendiri memiliki kitab khusus yang ditulis di

sebuah buku dan lontar yang berisikan yang harus dilakukan oleh

penganutnya seperti syariat-syariat Islam, tata cara berhubungan dengan

sang maha pencipta, berhubungan dengan sesama, berhubungan dengan

alam, cara memuliakan arwah nenek moyang yang telah tiada, aturan adat

istiadat yang harus dilakukan oleh penganutnya, dan masih banyak lagi.

Kitab ini hanya dapat dibuka dan dibaca oleh pengulu yang disaksiakan

49 Rasmianto, Interrelasi Kiai, Penghulu dan Pemangku Adat dalam Tradisi Islam Wetu

Telu di Lombpk (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, el-Harkah, vol. 11, no.2, th 2009). hlm. 143

Page 44: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

32

oleh warga setempat hanya delapan tahun sekali, yang dirangkai dengan

renopasi masjid kuno dan makam keramat sekitar masjid.

3. Arti Dan Makna Wetu Telu

Penyebutan Wetu Telu sudah bukan hal yang asing lagi, namun

banyak dari kalangan luar Wetu Telu (Wetu Lima) yang mengartikan

Wetu telu sebagai waktu Tiga, dan mengkaitkanya kedalam ibadahyang

dilakukan oleh penganut tersebut.Seperti halnya dalam melaksanakan

shalat, dan melaksanakan Rukun Islam. Ada beberapa pendapat arti dari

Wetu Telu:

a. Istilah Wetu Telu berasala dari dua kata “Wetu” dan “Telu”. Jika di

lihat dari segi terciptanya mahluk hidup Wetu Telu diartikan sebagai

tiga tata cara munculnya mahluk hidup. Dalam pemahan tersebut

penganut Wetu Telu mempercayai mahluk hidup di atas muka bumi ini

terbut melalui tiga cara, yaitu (1) menganak (melahirkan), (2) mentelok

(bertelur), (3) tioq (tumbuh). Peroses melahirkan unntuk kemunculan

mahluk hidup yang termasuk golongan mamalia (menyusui) termasuk

manusia, untuk proses bertelur diyakini sebagai proses kemunculan

dari hewan bertelur sepertihalnya ungags, dan terakhir tumbuh diyakini

sebagai peroses terbentuknya tumbuh-tumbahan yang ada dimuka

bumi.

b. Wetu telu sering diartikan sebagai waktu tiga, yang dikaitkan ke

ibadah. Shalat yang hanya dilakukan sebanyak tiga waktu sehari

Page 45: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

33

semalam, dan dalam menjalankan Rukun Islam penganut ini tidak

melaksanakan rukun zakat, dan rukun hajji.

c. Menurut salah satu pengulu Amaq Riajim menyatakan “wetu telu sesungguhnya adalah gambaran tahap-tahap kehidupan manusia yang berasal dari kehidupan di dalam kandungan awal mula diciptakan manusia, kehidupan kedua di atas muka bumi untuk mencari pahala guna sebagai bekal, kehidupan ke tiga yakni alam akhhirat, ini adalah tempat dibalasnya semua amal manusia di muka bumi.”50

d. Keharusan setiap mahluk hidup untuk mempunyai hubungan yang baik

dengan sang maha pencipta, sesama manusia, dan Alam. Karena

dengan ini semua hidup pasti akan menjadi tentram dan damai.51

e. Dalam membentuk suatu syariat penganut wetu selalu berlandaskan

pada Al -Qur‟an, Hadis, dan ijtima‟ para ulama.

f. Wetu telu juga melambangkan ketergantungan mahluk hidup satu

sama lain (mahluk sosial). Dalam hal ini ia membagi alam semesta ini

dalam berbagai bagian yaitu dunia, matahari, bulan, bintang, dan

planet yang lain, sedangakan manusia dan mahluk hidup yang lain

hany bagian terkecil dari jagat raya.52 Tanpa sebuah kekuatan Tuhan

yang maha kuasa segala elmen selalu dalam keadaan seimbang.

g. Wetu telu adalah suku sasak pemeluk agama Islam yang memadukan

ibadah dengan adat istiadat yang ada.

4. Kegiatan-kegiatan penganut wetu telu Bayan

Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki adat-istiadat yang

berbeda-beda dan kegiatan masyarakat yang beragam. Begitu pula dengan

50 Wawancara bersama Pengulu agama: Amaq Riajim di tempat kediamannya salah satu

rumah adat di desa Bayan, pada hari hari senin 24 Februari 2020 pukul 11:00 Wita 51Ibid 52 Erni Budiwanti, Islam Sasak……, hlm. 137

Page 46: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

34

kegiatan adat yang dilakukan oleh penganut Wetu Telu Bayan yang

mayoritasnya sebelum Islam datang ke Lombok masyarakat menganut

animisme, dinamisme, Bodha, dan Hindu, sehingga ketika Islam masuk ke

Lombok, adat yang sudah berakar di masyarakat tidak dapat ditinggalkan

dengan begitu saja, antara urusan ibadah dan adat istiadat berjalan senada

tanpa meninggalkan satu dengan yang lainnya. Adapun kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh penganut wetu telu Bayan sebagai berikut:

a. Ritual pada hari-hari besar Islam

Seperti halnya masyarakat umum masyarakat wetu telu

Bayan juga memeperingati berbagai hari-hari besar Islam.Perbedaan

utama yang terletak dalam upacara ini adalah terletak pada sifat

upacara, waktu, dan tempat mereka melaksanakan peringatan hari

besar Islam. Untuk masyarakat umum (waktu lima) mengiuti waktu

yang telah ditentukan oleh departemen agama sedangkan untuk

penganut Wetu Telu mempunyai perhitungan sendiri yang disebut

naptu.Perhitungan ini hanya bisa dilakukan oleh golongan tertentu

bukan seluruh penganut wetu telu. Beberapa kegiatan yang

dilakukan sebagai berikut:

1) Roah Wuluan dan Sampet Jum’atyang jatuh sebulan sebelum

Bulan Ramadhan. Upacara ini dimaksud guna untuk menyambut

tibanya bulan puasa. Biasanya Roah Wuluan dilaksanakan pada

hari pertama bulan Sya‟ban sedangkan sampat jum’at

dilaksanakan pada jumat terakhir pada bulan Sya‟ban. Tempat

Page 47: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

35

penyelenggaraan Roah Wulan dan Sampat Jumat di rumah para

pemuka adat utama seperti rumah Penghulu, Pemangku, Lebai,

dan Ketip. 53

2) Maleman qunut dan maleman likuraanpada malam keenam belas

Ramadhan penganut Wetu Telu malaksanakan peringatan malam

qunut yang menandai keberhasilan melewati setengan bulan.

Tarawih dikalangan Wetu Telu dihadiri oleh para Kiai saja dan

dilaksanakan di Masjid Kuno yang ada di Desa Bayan. Bagi

kalangan pemangku dan rakyat biasa melaksanakan shalat di

masjid biasa.Setelah mencapai malam ke 21 akan dirayakan

malam malam ganjil dengan cara masing-masing pemuka adat

bergiliran membawa Ancak ke Masjid Kuno. Sedangkan pada

malam genap para tokoh adat membawa Sampak yang berisikan

makanan-makanan manis yang terbuat dari ketan, santan, dan

gula merah untuk mereka yang melaksanankan shalat terawih di

masjid kuno. 54

3) Malam Pitrah dan Lebaran Tinggi (beloq). Sama sepertihalnya

masyarakat penganut wetu lima, penganut wetu telu juga

membayar zakat pitrah sebelum shalat Ide dilaksanakan. Mereka

membayar pitrah dalam bentuk bahan makanan pokok dan buah-

buahan, seperti padi dan gandum, ubi kayu, ubi jalar, jagnung,

rempah-rempah, kacang-kacangan, arak (terbuat dari beras

53Ibid. hlm. 156. 54Ibid. hlm. 161-162

Page 48: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

36

ketan), pisang, manga, kelapa, daun pisang, lekesan, uang tunai

dan kepeng bolong (uang logam cina).55 Dan akan dikumpulkan

menjadi satu di masjid kuno, dan untuk keesokan harinya barulah

melaksanakan shalat ide. Seluruh kiai hadir dalam acara ini

danmelaksanakan beberapa ritual yang sudah dilakukan sejak

nenek moyang seperti makan bersama di Masjid kuno.

4) Lebaran Topatadalah acara yang akan dilaksanakan seminggu

setelah lebaran tinggi di masjid kuno. Dalam perayaan ini seluruh

Kiai dengan dipimpin penghulu melakukan sembahyangQulhu

satak atau shalat empat rekaat dalam setiap rakaat membaca

surat al-ikhlas sebanyak seratus kali. Lebaran akan berakhir

dengan makan ketupat bersama di Masjid kuno.56

5) Lebaran pendek biasa disebut dengan lebaran Hajji biasa

dilaksanakan 2 bulan setelah lebaran tinggi. Peristiwa ini ditandai

dengan sejumlah upacara. Mula-mula Kiai menggosap dimakam

leluhur yang ada di halaman majid. Tujuan acara ini adalah

memohon kepada arwah leluhur untuk mendapatkan berkah.

Keesokan paginya seluruh Kiai yang dipimpin oleh Penghulu

melaksanakan shalat ide di masjid kuno. Seperti halnya upacara

yang lain selalu diakhiri dengan acara makan bersama, dan

penyembelihan seekor kambing hitam.57

55Ibid. hlm. 164 56 Muhammad Harfin Zuhdi, “Islam Wetu Telu Di Bayan Lombok: Dialektika Islam Dan

Budaya Lokal” .hlm. 9 57Ibid. hlm. 10

Page 49: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

37

6) Pada tanggal 10 Muharram dan 8 Safar, orang Bayan

melansungkan selametan bubur Puteq (putih)dan selamatan

bubur abang (merah). Acara bubur puteq disimbolkan dengan

terciptanya manusia dan beranak pinak. Bubur Petak

melambangkan air mani yang berasal dari alat kelamin laki-laki,

sedangkan Bububur Abang melangbangkan darah haid yang

berasal dari reproduksi perempuan. Orang Bayan memepercayai

bahwa Allah menciptakan adam (laki-laki) terlebih dahulu dari

pada menciptakan Hawa (perempuan) itu penyebanya upacara

Bubur puteq dilaksanakan terlebih dahulu dari pada upacara

bubur Abang.58

b. Ritual perihal individual

1) Gawe Urip

a) Saat bayi dilahirkan dengan bantuan belian (dukun beranak)

bayi akan ditaruh disebuah tempat yang dibawahnya ada

arang yang telah dinyalakan guna untuk memberi rasa hangat

kepada bayi. Setelah pusar bayi mengering dan jatuh dengan

sendirinya maka belian akan melakukan ritual buang abu dari

semua hasil pembakan arang, sedangkan orang tua bayi akan

mengumumkan nama baru untuk sang bayi.59

b) Ngurisang (Pemotongan Rambut) merupakan upacara

pemotongan rambut yang dilakukan untuk anak yang sudah

58 Erni Budiwanti, Islam sasak……, hlm. 176 59Ibid, hlm. 184

Page 50: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

38

menginjak usia 1-7 tahun. Ngurisan dianggap penting karena

setelah ini anak akan disebut sebagai orang muslim lawan

dari kata Bodha.60

c) Ngitanan (Khitan)

Ngitanan yaitu sebuah ritual pengislaman pada anak

laki-laki yang menginjak usia 3-10 tahun.61Orang yang dapat

melakukan ngitanan yang khusus yang memiliki keahlian

turun-temurun.

d) Merosok (Meratakan Gigi)

Merosok adalah upacara yang akan dilakukan oleh

setiap penganut wetu telu yang akan melalui masa peralihan

dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam upacara ini

pengaku sendiri yang akan menghaluskan gigi bagian depan

anak.62

e) Merari (Mencuri gadis) dan Metikah (Perkawinan)

Merarik adalah kejadian laki-laki yang membawa lari

anak gadis dengan niat untuk menikahinya. Upacara ini akan

dinyatakan berhasil setalah kedua calon pengantin melakukan

persembunyian di rumah salah satu rumah kerabat dari

60Ibid, hlm. 186 61Ibid, hlm. 189 62Ibid, hlm. 191

Page 51: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

39

mempelai cowok. Setelah melewati berbagai tahap setelah

merarik barulah beranjak ke upacara akad nikah.63

2) Gawe Pati (Ritual Kematian dan Pasca Kematian)

Orang Bayan menjalani berbagai ritual yang panjang dan

rumit untuk orang yang sudah mati dari persiapan pemakaman,

hari pertama, hari ketiga (nelung), hari kelima, hari ketujuh

(mituk), hari kesembilan (nyiwak), hari empat puluh, hari

keseratus (nytus), hingga hari keseribu (nyeribu). Sejak malam

pertama hingga malam kesembilan akan ada acara zikiran,

namun akan ada acara yang lebih khusus disetiap malam ganjil

yakni membuatan ancang yang di lakukan tua Lokak (orang tua)

yang ada di komplek perumahan almarhum.64

c. Upacara siklus tanam padi

Masyarakat wetu telu Bayan mengenal tiga ritual sehubungan

pertumbuhan padi, yang masing-masing ritual dirayakan dengan

pesta besar-besaran yakni:

1) Ngaji mukam turun bibit yang dilaksanakan pada musim

tanam.

2) Ngaji makam tunas setanba yang dilakukan saat pemupukan

padi. Maksud dari ritual ini dalah untuk menghindari segala

penyakit yang dapat merusan panen.

63 Wawancara bersama Kepala Desa Bayan, Bapak Satradi di Kantor Desa pada hari

Jumat 21 Februari 2020 pukul 14:00 Wita 64 Ibid

Page 52: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

40

3) Ngaji makam ngaturang ulak kaya pada saat panen. Upacara

syukuran yang akan dilakukan apun hasil panennya. 65

B. Metode Penentuan Awal Waktu Shalat Wetu Telu Bayan.

Waktu merupakan hal yang selalu menjadi patokan setiap orang

untuk memeluai dan mengakhiri segala aktifitas, tanpa mengetahui waktu

setiap orang akan mengalamikesulit untuk melaksanakan rutinitas sehari-

hari termasuk dalam hal ibadah. Waktu biasa dibagi dalam dua bagian

yaitu waktu siang untuk mencari nafkah dan waktu malam untuk

beristirahat.

Islam wetu telu sejak awal sudah banyak memberikan tanda tanya

bagi kalangan muslim pada umumnya, hal ini dikarenakan praktik-praktik

ibadah yang bercampur dengan ritual-ritual ibadah. Tidak terlepas pula

dari penentuan awal bulan Qomariah dan metode penentuan waktu Shalat

yang mereka gunakan.Pusat ibadah yang dilakukan oleh penganut ini

berada di masjid kuno, namun tidak sembarang orang yang boleh

memasuki masjid terlebih lagi bagi kaum wanita karna diyakini darah haid

yang dimiliki oleh perempuan bisa saja mengotori msajid yang suci.

Semenjak masuknya Islam ke Lombok yang dibawa oleh para

mubalik, mereka mengajarkan cara menentukan waktu shalat sesuai

dengan Al-quran dan Al-hadis yang ada. Metode penenetuan awal waktu

shalat penganut Wetu Telu terbilang masih sederhana. Sesuai dengan

pengakuan salah satu Penghulu Amaq Riajim “untu penganut wetu telu

65Ibid

Page 53: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

41

sendiri kami menentukan masuknya awal waktu shalat dengan cara

melihat Bayangan matahari, tenggelamnya matahari, dan mendengarkan

suara hewan (burung Koak-Kaok/ayam)”66. Penggunaan cahaya matahari

dalam hal ini hanya dapat digunakan ketika matahari sedang dalam

keadaan cerah dengan memanfaatkan bayangan benda/tongkat yang lurus

dengan memperhitungkan panjang dari benda tersebut. Seiring berjalannya

zaman dan teknologi wetu telu mulai memanfaatkan jam sebagai penentu

waktu dengan cara mengonfersi motode awal yg mereka gunakan.

Mengenai metode penentuan waktu shalat penganut wetu telu

Bayan hal yang berbeda dipaparkan oleh Raden Anggria Kusuma

(Pemangku Adat) Bayan “Kami tidak pernah melakukan shalat yang

berbeda dengan muslim yang lain, kami melaksanakan shalat di waktu

yang telah ditentukan karna setiap ada suara Azan di Masjid barulah kami

melaksanakan shalat”67. Kesimpulan yang peneliti dapat ambil dari

narasumber ini adalah metode penentuan waktu shalat untuk penganut

wetu telu tidak ada metode khusus. Namun, di saat peneliti menanyakan

“pernahkan narasumber melihat atau mendapatkan jadwal waktu shalat

yang di keluarkan oleh Kementrian Agama ?”, dan narasumber menjawab

“kami tidak pernah sama sekali melihat kalender maupun jadwal waktu

shalat kementrian Agama, kami hanya menuruti azan di masjid.”Ujarnya.

66 Wawancara bersama Pengulu agama: Amaq Riajim di tempat kediamannya salah satu

rumah adat di desa Bayan, pada hari hari senin 24 Februari 2020 pukul 11:00 Wita 67 Wawancara bersana Raden Anggria Kusuma (Pemangku Adat) di rumah kediaman

beliau pada hari Senin, 24 Februari 2020 Pukul 17:00 Wita

Page 54: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

42

Adapun keriteria masuknya waktu shalat menurut penganut wetu

telu sebagai berikut:

1. Waktu Zuhur

Awal waktu shalat dirumuskan setelah tengah hari. Sesuai

dengan pengakuan Pengulu Wetu Telu, pertanda masuknya waktu

zuhur ketika bayangan dari tongkat sudah berada di sebelah timur

walupun hanya sedikit dan telah dikonfersi ke jam diperkirakan pada

jam satu siang hari68. Dalam hal ini dapat dibenarkan karna di dalam

Ilmu Astronomi, Zuhur ialah ketika matahari sudah meninggalkan

meridian.

2. Waktu Ashar

Awal waktu shalat Ashar ditandai dengan panjang bayangan

telah mencapai lebih dari setengah panjang benda, di perkirakan pada

jam 04:00 sore hari.69

3. Waktu Magrib

Awal waktu shalat magrib ditandai dengan terbenamnya

matahari disebelah barat, sehingga langit sudah mulai tampak gelap,

dan meninggalkan cahaya merah di langit Barat diperkirakan pada

jam 06:00-07:00 malam hari.70

68 Wawancara bersama Pengulu agama: Amaq Riajim di tempat kediamannya salah satu

rumah adat di desa Bayan, pada hari hari senin 24 Februari 2020 pukul 11:00 Wita 69Ibid 70Ibid

Page 55: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

43

4. Waktu Isya

Waktu shalat Isya dimulai setelah semua aktifitas ba‟da

magrip terselesaikan, seperti sunnah ba‟da magrib dan makan malam.

Diperkirakan memakan waktu 30 menit sampai dengan 1 jam lamanya.

Sehingga shalat Isya dapat dilaksanakan 30 menit sampai 1 jam setelah

shalat magrib dan langit tampak jauh lebih gelap dibandingkan dengan

waktu magrib. Jam menunjukkan pada pukul 07:30 malam hari.71

5. Waktu Imsak

Untuk waktu imask (batas mekan minum untuk ibadah puasa)

dibataskan sampai jam 4, karna ditakutkan bisa membatalkan puasa.72

6. Waktu Subuh

Untuk menentukan waktu subuh mempunyai metode khusus

yakni dengan cara mendengarkan suara burung Koak-Kaok ataupun

suara ayam berkokok pertama73, karena filling dari hewan dipercayai

lebih kuat dari manusia. Karena pada saat itu dipercaya merupakan

waktu turunnya malikat ke muka bumi.

Berdasarkan hasil data yang ditemukan di lapang dalam penentuan

awal waktu shalat terdapat sedikit perbedaan, yang paling siknipikan

adalah pada penentuan awal waktu shalat Isya, imsak, dan subuh.

Seharusnya awal waktu shalat Isya di tandakan dengan hilangnya mega

71Ibid 72 Hasil Wawan cara bersama Amaq Riajim dan Raden Wiktu Kusuma di rumah

kediaman narasumber masing pada hari Senin 24 Februari Pukul 11:00 dan 14:30 Wita. 73 Wawancara bersama Pengulu agama: Amaq Riajim di tempat kediamannya salah satu

rumah adat d i desa Bayan, pada hari hari senin 24 Februari 2020 pukul 11:00 Wita.

Page 56: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

44

merah di langit barat, imsak dihitung mudur 10 menit sebelum subuh, dan

untuk waktu subuh masuk ketika fajar sadiq di langit Timur.

Namun ada sedikit keganjalan yang peneliti dapatkan di lapangan,

dari sekian banyak wawancara yang penenliti lakukan masyarakat wetu

telu mengaku tidak pernah menerima ataupun melihat kalender beseta

jadwal waktu shalat yang diterbitkan oleh Kementrian Agama.Dari salah

salah satu masjid yang ada di Desa Bayan selain masjid kuno peneliti

menemukan sebuah kalender beserta jadwal waktu shalat yang diterbitkan

oleh eLKISI Pondok Pesantren Islamic Center Surabaya. Selama peneliti

mencoba membuktikan semua teori yang disampaikan oleh pengulu,

peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa azan yang dikumandangkan di

masjid selain masjid kuno berhubung masjid kuno hanya digunakan pada

saat bulan puasa dan acara agama tertentu, waktu azan shalat lima waktu

mengikuti jadwal waktu shalat yang ada tersedia di masjid seperti yang

telah diterangkan di atas.

Page 57: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

45

BAB III

ANALISIS AWAL WAKTU SHALAT WETU TELU

BAYAN LOMBOK UTARA

A. Analisisi Metode Penentuan Awal Waktu Shalat Wetu TeluBayan

Memperhatikan bayangan suatu benda dan menggunakan suara

hewan sebagai penentu waktu (khususnya waktu shalat), ini merupakan

hal yang dilakukan oleh orang-orang pada zaman dahulu yang belum

mengenal jam lebih-lebih ilmu teknologi lainnya.Namun sekarang seiring

dengan perkembangan zaman, untuk mengetahui waktu shalat banyak hal

yang harus di perhatikan dari posisi matahari pada waktu-waktu shalat,

tinggi tempat, gerak harian matahari, perata waktu, dan ikhtiyat (kehati-

hatian).Di zaman era digital saat ini sudah banyak sekali tersedia program

maupun aplikasi android mengenai jadwal waktu shalat.

Adanya pergantian malam dan siang, membutuhkan waktu selama

24 jam yang di sebut sebagai satu hari, dari terbeamnya matahari sampai

dengan terbenam lagi. Selama 24 jam terdapat 5 waktu wajib shalat yang

ditunjukan oleh Al-Quran maupun hadis Nabi saw yaitu subuh, zuhur,

ashar, magrib, dan Isya.

Namun dalam kenyataan yang ada tidak setiap hari antara malam

dan siang itu waktunya sama panjang. Pada setengah tahun pertama,

matahari lebih banyak berada di bumi bagian utara, dan setengah tahun

berikutnya matahari lebih banyak menerangi bagian selatan namun dalam

kenyataan yang ada tidak setiap hari antara malam dan siang itu waktunya

Page 58: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

46

sama panjang. Pada setengah tahun pertama, matahari lebih banyak berada

di bumi bagian utara, dan setengah tahun berikutnya matahari lebih banyak

menerangi bagian selatan.74

Hal tersebut dikarenakan akibat kemiringan sumbu bumi terhadap

ekliptika, maka panjang siang dan malam hari tidak selalu sama. Pada

tanggal 21 juni matahari berada di garis 231 2° Lintang Utara maka

belahan bumi bagian utara mengalami siang lebih panjang dan belahan

bumi bagian selatan mengalami siang lebih pendek. Sebaliknya pada

tanggal 22 Desember matahari berada digaris 231 2° Lintang Selatan

menyebabkan belahan bumi bagian selatan mengalami siang lebih

panjang.75 Hal ini menunjukan bahwa antara lamanya waktu malam dan

siang setiap harinya tidak sama dan posisi matahari hari ini dan hari

berikutnya tidak pada jam yang sama pula.

74 Hadi Bashori,Pengantar Ilmu ……hlm. 67. 75 Ahmad Izzan, Studi Ilmu Falak, Tangerang: Shuhuf Media Insani 2013). hlm 50.

Page 59: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

47

Gambar.2 Posisi Matahari Pada Waktu Shalat76

Namun metode yang digunakan penganut wetu telu yang sudah

mematok jam yang tetap untuk posisi matahari di waktu shalat merupakan

kekeliruan. Meskipun pada jam sudah di patok tersebut sudah dinyatakan

masuknya waktu shalatuntuk daerah derah Bayan. Menurut Watu Telu

Bayan zuhur didefinisikan terjadi setiap Bayangan suatu benda sudah

berada di sebelah timur dan di patok pada jam 1 siang untuk setiap

harinya.

Waktu zuhur dimulai saat seluruh piringan matahari meninggalkan

meridian langit. Karena sudut waktu dihitung dari meridian, maka ketika

matahari berada di meridian tentunya memiliki sudut 0 dan membentuk

sudut 90 . Pada posisi ini di sebut dengan waktu hakiki yang menunjukan

pukul 12 siang, kadang lebih dan kadang kurang tergantung equation of

time (e) (perata waktu) harian.

Ketika matahari tepat mencapai titik kulminasi di suatu tempat

maka di tempat itu didefisinikan sebagai pukul 12.00 waktu daerah.Namun

pada kenyataanya belum tentu kulminasi matahari terjadi pada pukul

12.00.namun untu mendapatkan bayangan di sebelah timur sesuai dengan

metode penganut wetu telu harus menunggu beberapa saat lagi untuk

mendapatkan bayangan. Sehingga merekapun mematoknya dengan jam 1

siang untuk waktu shalat zuhur. Dalam ilmu astronomi zuhur di artikan

76https://ceriteracintabalqis.blogspot.com/2014/09/waktu-haram-solat.html, Pada Kamis,

26-03-2020 Pukul 09:54 Wita.

Page 60: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

48

ketika matahari sudah tergelincir ke arah barat tanpa mematok jam

tertentu.

Sedangkan untuk waktu ashar menurut penganut wetu telu adalah

ketika bayangan matahari sudah melewati setengah dari panjang benda.

Berhubung sudah adanya jam menurut penganut wetu telu penomena ini

terjadi pada pukul 5:00 sore hari. Secara teorotis berakhirnya waktu zuhur

menandakan masuknya waktu ashar, yaitu ketika panjangan bayangan

suatau benda sama dengan panjang benda itu sendiri. Ketika ditinjau dari

Hadis waktu shalat ashar diartikan sebagai bayangan benda satu kali

panjang benda dan dua kali panjang benda, sesuai dengan hadis berikut:

ض ل أ ال ص ه ج ه ه ل ل فص فص ال س ل السَ ف ج ء ج

ء ال س ث ج الت الش ل فص فصل ح ص ص ف الء ل كل ش ل ح ص غ ف ء ال فص فصل ث ث ج

غ ل فص فصل ح ال ء ف ش ء ال س ث ج ت الش ج ل فص فصل ال ج ف ء ال ء ح غ الش ث ج ش ج ال

ج ح ل س ح ال ء الغ ل ف ل ال ث جث ث فص ء ل كل ش ص فصل ال ح ص ء ال ج

ث ء ل كل ش ص ح ص ل فص فص ال ث ج فغ ء صف ال ء ح ش ء ال ل ج ا ل اح ت

ل فص فص ل ف ث ال ل ث ل أ ء ح ال ء ح ج ش الل أس ج ث ل فص فص ال اً ف ت ال ج

( الت س ال ا اح ت (

Artinya:“Dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya jabril datang kepada Nabi Muhammad SAW lalu berkata kepadanya: bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi pun melaksanakan shalat Zuhur pada saat matahari telah tergelicir. Kemudian datang pula Jibril kepada Nabi pada waktu Ashar, lalu berkata: bangunlah lalu bershalatlah, maka Nabi melakukan shalat Ashar pada saat Bayangan matahari sama dengan panjang bendanya. Kemudian Jibril datang pula kepada Nabi pada waktu Magrib, lalu berkata: bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi melakukan

Page 61: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

49

shalat Magrib, pada saat matahari telah terbenam. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu Isya’ serta berkata: bangunlah dan bershalatlah, maka nabi melakukan shalat Isya’, pada saat mega merah telah hilang. Kemudian datang pula Jibril pada waktu Subuh, lalu berkata: bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi melakukan shalat Subuh pada saat fajar Shadiq telah terbit. Pada keesokan harinya Jibril datang lagi untuk waktu Zuhur, Jibril berkata: bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi melakukan shalat Zuhur pada saat Bayangan yang berdiri telah menjadi panjang. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu Ashar pada saat Bayangan matahari dua kali panjang dirinya. Kemudian datang lagi Jibril pada waktu Magrib dengan waktu yang sama seperti waktu magrib di hari yang sebelumnya. Kemudian datang lagi Jibril pada waktu Isya’, ketika telah berlalu separuh malam, atau sepertiga malam, maka Nabi pun melakukan shalat Isya’, kemudian datang lagi Jibril diwaktu telah terbit fajar, lalu berkata: bangunlah dan bershalatlah, maka Nabi bershalat subuh. Sesudah itu malikat Jibril berkata: Waktu-waktu diantara kedua waktu ini, itulah waktu shalat. (Imam.Ahmad, An-Nasa’I dan At-Tirmidzi)”.77

Dengan demikian di bandingkan dengan metode yang ada di wetu

telu waktu shalat mereka akan lebih dulu dari yang seharusnya karna

kreteria yang mereka gunakan adala setengah kali bayangan benda.

Selanjutnya untuk awal waktu shalat magrib dan Isya,

penentuannya tidak mengunakan bayangan benda lagi dikarnakan matahari

sudah tenggelam. Dengan tenggelamnya matahari menjadi penanda awal

masuknya waktu magrib berkisar pada jam 18:00 Wita dan selang 30

menit barulah masuk awal waktu shalat Isya. Jeda 30 menit yang ada

diantara magrib dan Isya diukur dari selesainya melakukan rutunitas

sunnah ba‟da magrib dan rutinitas makan malam. Metode ini adalah

metode yang paling sederhana yang dilakukan oleh penganut wetu

77Abi Abdurrahman Ahmad Su‟yban an-Nasai, (Sunan An-nasai, Bairut: Dar Ihya

Thurath al Araby). Hlm. 92

Page 62: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

50

telu.Namun didalam ilmu astronomi matahari tenggelam ditafsirkan

dengan tenggelamnya seluruh piringan matahari ke bawah ufuk sehingga

meninggalkan mega merah di langit barat, fenomena ini terjadi karna

pembiasan cahaya matahari di Atmosfer bumi, sehingga sisa cahaya

matahari yang belum hilang berubah menjadi warna merah.

Untukawal waktu Isya dalam hadis diatas disebut hilangnya mega

merah atau separuh malam, maka keadaan di langit kala itu gelap

sempurna.Dalam ilmu falak fenomena ini di kenal dengan sebagai akhir

senja dengan posisi matahari 18 derajat di bawah ufuk, yaitu senja

pertanda masuknya waktu magrib.Batas dari waktu Isya itu sendiri adalah

sampai masuknya waktu subuh..

Kemudian awal waktu subuh bagi penganut wetu telu adalah

mendengarkan suara burung atau ayam yang berbunyi di pagi hari, karna

dipercaya pada waktu itu para hewan mempunyai insting yang lebih kuat

dari pada manusia mengenaia akan terbitnya fajar dan batasnya adalah

terbitnya matahari, fenomena ini dikisarkan terjadi pada pukul 05:00 dini

hari.

Di Indonesia pada umunya shalat subuh dimulai pada saat matahari

diposisi 20 dibawah ufuk ditandai dengan terbitnya fajar shodiq disebelah

langit timur, posisi matahari terbit.Dapat di pastikan fenomena langit ini

tidak selamanya terjadi pada jam 05:00 dan batas dari waktu subuh adalah

terbitnya matahri.

Page 63: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

51

Mengenai batas waktu shalat wetu telu mempercayai waktu shalat

dibatasi oleh waktu shalat setelahnya, kecuali subuh yang memiliki batas

sampai terbitnya matahari yang di patok pada jam 6 pagi. Namun berbeda

dengan kandungan dalam sebuah hadis yang membahas mengenai batas

waktu shalat yang berbunyi:

س ل ه ص ه س ت ه أ ل ا ال س ت ال ح الش ل ل ل ال جل ك ك ص غ ال ت صَ ال س ل تص الش ص ت ال

ل صف ال ل ء ش ت صَ ال غ الش س ل اْح ا ت صَ الص س ( ل ت الش ج ال

( سArtinya“Sesungguhnya Nabi saw bersabda: waktu dhuhur apabila tergelincir matahari sampai bayang-bayang seseorang sama panjangnya, yaitu selama belum datang waktu ashar. Waktu ashar selama matahari belum menguning.Waktu shalat magrib selama mega merah belum terbenam.Waktu shalatisya sampai tengah malam yang pertengahan.Waktu shalat subuh mulai terbit fajar sampai selama matahari belum terbit.”78

B. Analisisi Akurasi Awal Waktu Shalat Penganut Wetu Telu Bayan

Perhitungan dalam ilmu falak memiliki nama lain dari kata Hisab,

yaitu Ilmu Calculus yang mempelajari mengenai hitung-hitungan dengan

data tertertu untuk mencarai penomena alam yang menimbukan sebuah

ibadah seperti hisab awal waktu shalat, hisab awal bulan, arak kiblat dan

hisab gerhana.

Perjalanan matahari dari ufuk Timurkearah ufuk Barat selalu

mencapai titik kulminasi yang di sebut dengan tengah hari,karna memang

terjadi batas seperdua dari siang hari.titik tempuh yang dilalui oleh

78Imam Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Shohih Muslim, (Beirut- Libanon: Dar Al-Kutub Al-Alamiyah, 1971).hlm. 427

Page 64: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

52

matahari dari titik kulminasi terbagi menjadi 2 kali 12 jam.Dengan

demikian kulminasi adalah titik tertinggi posisi matahari dalam perjalanan

hariannya.Lingkaran perjalanan matahari dibagi menjadi dua bagian yaitu

bagian busur siang yang berada di atas ufuk dan busur malam yang ada di

bawah ufuk.79

Perjalanan harian matahari dari timur ke barat bukanlah gerak

hakiki, melainkan karna perputaran bumi pada porosnya (rotasi) dari arah

barat ke timur yang menghabiskan waktu selama 24 jam.Hal ini

mempengaruhi perbedaan waktu tenggelam dan terbitmatahari di muka

bumi.Di samping itu, rotasi juga mengakibatkan tempat-temapt di muka

bumi mengali perbedaan waktu sekitar 1 jam untuk setiap 15 bujur atau

setara dengan 4 menit untuk setiap 1 bujur.80

Untuk mengetahui akurasi waktu shalat wetu telu sesuai dengan

metode penentuan waktu sahalat yang mereka gunakan, penenliti akan

membandingkan dengan hisab waktu shalat menurut ilmu falak.

79Tolha Hasyim Fanani dengan judul skripsi “Metode Penentuan Waktu Shalat di Masjid-

Masjid Kabupaten Malang” (Sekripsi, Jurusan Al-Ahwal Al-Shakhshiyyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2011).hlm. 34.

80Ibid,

Page 65: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

53

Gambar.3. Tabel Ephemeris Hisab Rukyat 202081

1. Zuhur

a. Waktu shalat zuhur menurut Wetu telu pada jam 13:00 sesuai

dengan perkiraan yang telah mereka lakukan.

b. Hisab waktu sahalat Zuhur menurut Ilmu Falak

1) Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59,62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39,5

81Kementrisn Agama RI, (Ephemeris Hisab Rukyat 2020, Jakarta, 2020).hlm. 91

Page 66: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

54

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25 39,5 )/15

KWD = 0 14 17.37

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun 2020

tanggal satu Maret 2020 pada jam 04.00 GMT

Equation of time (e) -0 12 18

2) Rumus Yang digunakan

Rumus Awal Waktu zuhur = 12 – e + KWD + i

Prosedur Perhitungan dan Hasilnya

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 12 : 18 -

12 : 12 : 18

KWD = 00 : 14 : 17.37+

12 : 26 : 35.37

Ikhtiyat = 00 : 01 : 24.63 +

12 : 28 : 00 WITA

Jadi awal waktu shalat zuhur Desa Bayan tanggal 1 Maret 2020

menurut Ilmu Falak adalah Jam 12:28 WITA. Setelah

melakukan hitungan peneliti mendapatkan perbedaan antara

kedua waktu shalat tersebut, (13:00 – 12:28 = 00:32) selisih

yang didapat adalah 32 menit yang disimpulkan dengan waktu

shalat wetu telu lebih lambat 32 menit dari yang seharusnya.

Page 67: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

55

2. Ashar

a. Waktu shalat ashar menurut wetu telu adalah pukul 15:00

b. Hisab waktu sahalat ashar menurut Ilmu Falak

1) Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59.62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39.5

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25

39,5 ) : 15

KWD = 0 14 17.37

Ketinggian matahari (h) : Ashar = tan (φ – δ) + 1

Cotan h = tan ([-8 15 59.62 - [-7 22 49 ) + 1

Cotan h = tan0 53 10.62 + 1

Cotan h = 0.015469796 + 1

Cotan h = 1.015469796

Tan h = 1: 1.015469796

Tan h = 0.984765872

h = 44 33 36.84

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun

2020 tanggal satu Maret 2020 pada 7 GMT

Deklinasi Matahari (δ)-7 22 49

Equation of time (e) -0 12 16

Page 68: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

56

2) Rumus Yang digunakan

Rumus Sudut Waktu

Rumus Awal Waktu Ashar = 12 – e + t/15 + KWD

+ i

3) Hasil Hitung

Cos t = - tan -8 15 59.62 x tan -7 22 49 + sin

44 33 36.84 : cos -8 15 59.62 : cos -7

22 49

Cos t = 0.696129805

t = 45 52 57.66

t/15 = 45 52 57.66 : 15

= 3 03 31. 84

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 12 : 16 -

12 : 12 : 16

t/15 = 03 :03 :31.84 +

15 : 15 : 47.84LMT

KWD =00 : 14 : 17.37 +

15: 30 :5.21

Ikhtiyat= 00 : 01 : 54.79+

15: 32 : 00 WITA.

Page 69: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

57

Jadi awal waktu shalat ashar Desa Bayan Tanggal 1 Maret

2020 Jam 15:32WITA. Setelah melakukan hitungan peneliti

mendapatkan perbedaan antara kedua waktu shalat tersebut,

(15:00 – 15:32 = 00:32) selisih yang didapat adalah 32 menit

yang disimpulkan dengan waktu shalat wetu telu lebih cepat 32

menit dari yang seharusnya.

3. Magrib

a. Waktu shalat magrib menurut wetu telu adalah pukul 18:00

b. Hisab waktu sahalat Magrib menurut Ilmu Falak

Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59,62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39,5

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25

39,5 ) : 15

KWD = 0 14 17.37

h magrib = -1 57

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun 2020

tanggal satu Maret 2020 pada jam 10 GMT

Deklinasi Matahari (δ) -7 19 58

Equation of time (e) -0 12 15

Rumus Yang digunakan

Rumus Sudut Waktu

Page 70: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

58

Rumus Awal Waktu Magrib = 12 – e + t/15 +

KWD + i

Hasil hitungan

Cos t = - tan -8 15 59.62 x tan -7 19 58 + sin –

1 : cos -8 15 59.62 : cos -7 19 58

Cos t = -0.036477402

t = 92 5 25.67

t/15 = 92 5 25.67 : 15

= 6 8 21. 71

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 12 : 15 -

12 : 12 : 15

t/15 =06 : 08 : 21.71+

18 : 20 : 36.71LMT

KWD =00 : 14 : 17.37 +

18 : 34 : 54.08

Ikhtiyat= 00 : 01 : 5.92+

= 18 : 36 : 00 WITA

Jadi awal waktu shalat magrib Desa Bayan Tanggal 1 Maret 2020

Jam18:36WITA. Setelah melakukan hitungan peneliti mendapatkan

perbedaan antara kedua waktu shalat tersebut, (18:00 – 18:36 = 00:36)

selisih yang didapat adalah 36 menit yang disimpulkan dengan waktu

shalat wetu telu lebih cepat 36 menit dari yang seharusnya.

Page 71: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

59

4. Isya

a. Waktu shalat Isya menurut wetu telu adalah 30 menit

setelah melakukan shalat magrib artinya 18:00 + 00:30 =

18:30 Wita.

b. Hisab waktu sahalat Isya menurut Ilmu Falak

Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59,62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39,5

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25

39,5 ) : 15

KWD = 0 14 17.37

h Isha = -18 57

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun 2020

tanggal satu Maret 2020 pada jam 11 GMT

Deklinasi Matahari (δ) -7 19 01

Equation of time (e) -0 12 14

Rumus Yang digunakan

Rumus Sudut Waktu

Rumus Awal Waktu zuhur = 12 – e + t/15 + KWD

+ i

Page 72: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

60

Hasil Hitung

Cos t = - tan -8 15 59.62 x tan -7 19 01 + sin –

18 : cos -8 15 59.62 : cos -7 19 01

Cos t = -0.333480634

t = 109 28 48.6

t/15 = 109 28 48.6 : 15

= 7 17 55.24

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 12 : 14 -

12 : 12 : 14

t/15 =07 : 17 : 55.24+

19 : 30 : 09.24LMT

KWD = 00 : 14 : 17.37 +

09: 44 : 26.61

Ikhtiyat= 00 : 01 : 33.39+

= 19 : 46 : 00 WITA

Jadi Awal Waktu Shalat Isya Desa Bayan Tanggal 1 Maret 2020

Jam19:46Wita. Setelah melakukan hitungan peneliti mendapatkan

perbedaan antara kedua waktu shalat tersebut, (18:30 – 19:46 = 01:16)

selisih yang didapat adalah 1 jam 16 menit yang disimpulkan dengan

waktu shalat wetu telu terlalu cepat 1 jam 16 menit dari yang

seharusnya.

Page 73: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

61

5. Subuh

a. Waktu shalat subuh menurut wetu telu adalah pukul 05:00

Wita saat suara burung/ayam telah terdengar.

b. Hisab waktu sahalat Subuh menurut Ilmu Falak

Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59,62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39,5

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25

39,5 ) : 15

KWD = 0 14 17.37

h subuh = -20 57

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun 2020

tanggal satu Maret 2020 21 GMT

Deklinasi Matahari (δ) -7 09 28

Equation of time (e) -0 12 09

Rumus Yang digunakan

Rumus Sudut Waktu

Rumus Awal Waktu zuhur = 12 – e + t/15 + KWD

+ i

Page 74: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

62

Hasil Hitungan

Cos t = - tan -8 15 59.62 x tan -7 09 28 + sin –

20 : cos -8 15 59.62 : cos -7 09 28

Cos t = -0.36657107

t = 111 30 15.4

t/15 = 111 30 15.4 : 15

= 7 26 1.03

Hasil Hitung

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 12 : 09 -

12 : 12 : 09

t/15 = 07 : 26 : 1.03 -

4 :46 : 7.97LMT

KWD = 00 : 14 : 17.37 +

05: 00 :25.34

Ikhtiyat= 00 : 01 : 34.66 +

= 05 :02 : 00 WITA

Jadi awal waktu shalat subuhDesa Bayan Tanggal 1 Maret

2020 Jam 05:02WITA. Setelah melakukan hitungan peneliti

mendapatkan perbedaan antara kedua waktu shalat tersebut,

(05:00 – 05:02 = 00:02) selisih yang didapat adalah 2 menit

yang disimpulkan dengan waktu shalat wetu telu lebih cepat 2

menit dari yang seharusnya.

Page 75: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

63

1. Zuhur

a. Waktu shalat zuhur menurut Wetu telu pada jam 13:00 sesuai

dengan perkiraan yang telah mereka lakukan.

b. Hisab waktu sahalat Zuhur menurut Ilmu Falak

1) Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59,62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39,5

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25

39,5 )/15

KWD = 0 14 17.37

Page 76: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

64

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun 2020

tanggal 17 Juni 2020 pada jam 04.00 GMT

Equation of time (e) -0 0 58

3) Rumus Yang digunakan

Rumus Awal Waktu zuhur = 12 – e + KWD + i

Prosedur Perhitungan dan Hasilnya

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 00 : 58 -

12 : 00 : 58

KWD = 00 : 14 : 17.37 +

12 : 15 : 15.37

Ikhtiyat = 00 : 01 : 44.63 +

12 : 16 : 00 WITA

Jadi awal waktu shalat zuhur Desa Bayan tanggal 17 Juni 2020

menurut Ilmu Falak adalah Jam 12:16 WITA. Setelah

melakukan hitungan peneliti mendapatkan perbedaan antara

kedua waktu shalat tersebut, (13:00 – 12:16 = 00:44) selisih

yang didapat adalah 44 menit yang disimpulkan dengan waktu

shalat wetu telu lebih lambat 44 menit dari yang seharusnya.

Page 77: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

65

2) Ashar

a. Waktu shalat ashar menurut wetu telu adalah pukul 15:00

b. Hisab waktu sahalat ashar menurut Ilmu Falak

1) Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59.62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39.5

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25

39,5 ) : 15

KWD = 0 14 17.37

Ketinggian matahari (h) : Ashar = tan (φ – δ) + 1

Cotan h = tan ([-8 15 59.62 - [23 23 29 ) + 1

Cotan h = tan31 39 28.62 + 1

Cotan h = 0.616599189 + 1

Cotan h = 1.616599189

Tan h = 1: 1.616599189

Tan h = 0.618582519

h = 31 44 24.76

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun

2020 tanggal 17 Juni 2020 pada 7 GMT

Deklinasi Matahari (δ) 23 23 29

Equation of time (e) -0 0 60

Page 78: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

66

4) Rumus Yang digunakan

Rumus Sudut Waktu

Rumus Awal Waktu Ashar = 12 – e + t/15 + KWD

+ i

5) Hasil Hitung

Cos t = - tan -8 15 59.62 x tan 23 23 29 + sin

31 44 24.76 : cos -8 15 59.62 : cos 23

23 29

Cos t = 0.642039263

t = 50 3 21.42

t/15 = 50 3 21.42 : 15

= 3 20 13. 43

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 00 : 60 -

12 : 00 : 60

t/15 = 03 :20 :13.43 +

15 : 21 : 13.43LMT

KWD =00 : 14 : 17.37 +

15: 35 :30.8

Ikhtiyat = 00 : 01 : 29.2+

15: 37 : 00 WITA.

Page 79: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

67

Jadi awal waktu shalat ashar Desa Bayan Tanggal 17 Juni 2020

Jam 15:37WITA. Setelah melakukan hitungan peneliti

mendapatkan perbedaan antara kedua waktu shalat tersebut,

(15:00 – 15:37 = 00:37) selisih yang didapat adalah 37 menit

yang disimpulkan dengan waktu shalat wetu telu lebih cepat 37

menit dari yang seharusnya.

3) Magrib

a. Waktu shalat magrib menurut wetu telu adalah pukul 18:00

b. Hisab waktu sahalat Magrib menurut Ilmu Falak

Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59,62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39,5

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25

39,5 ) : 15

KWD = 0 14 17.37

h magrib = -1 57

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun 2020

tanggal 17 Juni 2020 pada jam 10 GMT

Deklinasi Matahari (δ) 23 23 40

Equation of time (e) -0 1 1

Rumus Yang digunakan

Rumus Sudut Waktu

Page 80: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

68

Rumus Awal Waktu Magrib = 12 – e + t/15 +

KWD + i

Hasil hitungan

Cos t = - tan -8 15 59.62 x tan 23 23 40 + sin –

1 : cos -8 15 59.62 : cos 23 23 40

Cos t = 0.04407005

t = 87 28 26.92

t/15 = 87 28 26.92 : 15

= 5 49 53. 8

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 01 : 01 -

12 : 01 : 01

t/15 =05 : 49 : 53.8+

17 : 50 : 54.8LMT

KWD =00 : 14 : 17.37 +

18 : 05 : 12.17

Ikhtiyat = 00 : 01 : 47.83+

= 18 : 07 : 00 WITA

Jadi awal waktu shalat magrib Desa Bayan Tanggal 17 Juni 2020

Jam18:07WITA. Setelah melakukan hitungan peneliti mendapatkan

perbedaan antara kedua waktu shalat tersebut, (18:00 – 18:07 = 00:07)

selisih yang didapat adalah 7 menit yang disimpulkan dengan waktu

shalat wetu telu lebih cepat 7 menit dari yang seharusnya.

Page 81: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

69

4) Isya

a. Waktu shalat Isya menurut wetu telu adalah 30 menit

setelah melakukan shalat magrib artinya 18:00 + 00:30 =

18:30 Wita.

b. Hisab waktu sahalat Isya menurut Ilmu Falak

Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59,62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39,5

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25

39,5 ) : 15

KWD = 0 14 17.37

h Isha = -18 57

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun 2020

tanggal 17 Juni 2020 pada jam 11 GMT

Deklinasi Matahari (δ) 23 23 44

Equation of time (e) -0 1 02

Rumus Yang digunakan

Rumus Sudut Waktu

Rumus Awal Waktu zuhur = 12 – e + t/15 + KWD

+ i

Page 82: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

70

Hasil Hitung

Cos t = - tan -8 15 59.62 x tan 23 23 44 + sin –

18 : cos -8 15 59.62 : cos 23 23 44

Cos t = -0.277375136

t = 106 6 12.98

t/15 = 106 6 12.98 : 15

= 7 4 24.87

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 01 : 02 -

12 : 01 : 02

t/15 =07 : 04 : 24.87+

19 : 05 : 26.87LMT

KWD = 00 : 14 : 17.37 +

09 : 19 : 44.24

Ikhtiyat = 00 : 01 : 15.76+

= 19 : 21 : 00 WITA

Jadi Awal Waktu Shalat Isya Desa Bayan Tanggal 17 Juni 2020

Jam19:21 Wita. Setelah melakukan hitungan peneliti mendapatkan

perbedaan antara kedua waktu shalat tersebut, (18:30 – 19:21 = 00:51)

selisih yang didapat adalah 51 menit yang disimpulkan dengan waktu

shalat wetu telu terlalu cepat 51 menit dari yang seharusnya.

Page 83: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

71

5) Subuh

a. Waktu shalat subuh menurut wetu telu adalah pukul 05:00

Wita saat suara burung/ayam telah terdengar.

b. Hisab waktu sahalat Subuh menurut Ilmu Falak

Data yang dibutuhkan:

Lintang Bayan (φ) = -8 15 59,62

Bujur Bayan (λ) = 116 25 39,5

Koreksi Waktu Daerah (KWD) = (120 - 116 25

39,5 ) : 15

KWD = 0 14 17.37

h subuh = -20 57

Data dari Buku Ephimeris Hisab Rukyat Tahun 2020

tanggal satu Maret 2020 21 GMT

Deklinasi Matahari (δ) 23 24 17

Equation of time (e) -0 1 07

Rumus Yang digunakan

Rumus Sudut Waktu

Rumus Awal Waktu zuhur = 12 – e + t/15 + KWD

+ i

Page 84: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

72

Hasil Hitungan

Cos t = - tan -8 15 59.62 x tan 23 24 17 + sin –

20 : cos -8 15 59.62 : cos 23 24 17

Cos t = -0.313710706

t = 108 16 58.7

t/15 = 108 16 58.7 : 15

= 7 13 7.92

Hasil Hitung

Kulminasi = 12 : 00 : 00

Equation of Time = -00 : 01 : 07 -

12 : 01 : 07

t/15 = 07 : 13 : 7.92 -

4 : 47 : 59.08LMT

KWD = 00 : 14 : 17.37 +

05: 02 :16.45

Ikhtiyat= 00 : 01 : 43.63+

= 05 : 04 : 00 WITA

Jadi awal waktu shalat subuh Desa Bayan Tanggal 17 Juni

2020 Jam 05:04WITA. Setelah melakukan hitungan peneliti

mendapatkan perbedaan antara kedua waktu shalat tersebut,

(05:00 – 05:04 = 00:04) selisih yang didapat adalah 4 menit

yang disimpulkan dengan waktu shalat wetu telu lebih cepat 4

menit dari yang seharusnya.

Page 85: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

73

Kesimpulannya peneliti pernah beranggapan bahwa perbedaan waktu

shalat yang signifikan terdapat diwaktu shalat isya dan subuh karna

memiliki metode yang sangat berbeda dengan yang sudah ada, namun

setelah melakukan tahap-tahap penelitian sampai akhirnya peneliti

menemukan perbedaan dilima waktu shalat yang sangat jauh dari jadwal

yang seharusnya.Rata-rata jadwal shalat wetu telu jatuh sebelum

masuknya waktu shalat, ini menandakan sebuah kesalahan dalam

menentukan waktu shalat karna waktu shalat yang dilakukan sebelum

waktunya adalah ibadah yang sia-sia.

Page 86: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

74

BAB IV

PENUTUP

Peneliti Bersyukur kepada Allah Swt, atas segala kuasa dan

pertolongannya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitiannya

dalam tepat waktu.

A. Kesimpulan

Dari sekian banyak pembahasan yang telah dipaparkan oleh

peneliti, akhirnya peneliti dapat menyimpulkan beberapa poin dari

skripsi ini, sebagai berikut:

1. Dengan seiring kemajuan zaman dan teknologi yang semakin

canggih, terjadilah peradaban/pergeseran budaya di Bayan Lombok

Utara, meskipun tidak semua adat dapat tersinggirkan oleh zaman.

Khususnya dalam peentuan awal waktu shalat terjadi pergeseran

budaya yang pada mulanya di zaman dahulu melihat bayangan

matahari, terbit terbenam matahari, dan penanda suara burung, pada

akhirnya dengan kemunculan jam penganut ini sudah mulai

bertransformasi guna mempermudah dalam beribadah. Namun

meskipun demikian penganut ini tidak melepas serta merta adat yang

mereka anut, tetapi lebih condong menggunakan patokan jam karna

beberapa faktor penghambat umtuk melihat penanda awal waktu

shalat. Waktu Zuhurdipatok pada pukul 01:00 siang hari, waktu

Ashar pada pukul 04:00 sore hari, waktu Magribpada pukul 07:00

Page 87: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

75

malam hari, waktu Isya pada pukul 7:30 malam hari dan waktu

Subuh pada pukul 05:00 dini hari.

2. Akurasi waktu shalat penganut wetu telu dengan mengikuti metode

penentuan waktu shalatnya ternyata peneliti menemukan beberapa

selisih yang kebanyakan waktu shalat wetu telu lebih cepat dari yang

biasa. Selain karna metode yang digunakan berbeda wetu telu juga

tidak mengenal gerak semu harian matahari sehingga mereka

menggunakan satu jadwal waktu shalat untuk digunakan setiap

harinya. Peneliti mendapat selisih waktu zuhur lambat 32 menit, ashar

lebih cepat 32 menit dari yang seharusnya, magrib lebih cepat 36

manit dari yang seharusnya, Isya lebih cepat 1 jam 16 menit dari

yang seharusnya, dan subuh wetu telu lebih cepat 2 menit dari yang

seharusnya untuk bulan 1 Maret 2020 dengan posisi berada di sebelah

Selatan. Sedangkan jadwal waktu shalat pada tanggal 17 Juni dengan

posisi matahari di sebelah selatan memiliki beberapa selisih antara

lain pada waktu shalatzuhur lambat 44 menit, ashar lebih cepat 37

menit dari yang seharusnya, magrib lebih cepat 7 manit dari yang

seharusnya, Isya lebih cepat 51 menit dari yang seharusnya, dan

subuh wetu telu lebih cepat 4 menit dari yang seharusnya.

Page 88: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

76

B. Saran-Saran

1. Untuk Pemerintah

Sebagai Pemerintah, khususnya Kementerian Agama Provinsi

Nusa Tenggara Baratsebagai instansi yang mengeluarkan jadwal

waktu shalat dan kalender yang resmi, harus melakukan sosialisasi

terutama ke daerah-daerah yang memang memiliki lokasi yang jauh

dari pusat kota. Terutama di Desa Bayan yang menurut kesaksian

berapa narasumber yang tidak pernah tau menau dengan jadwal waktu

shalat yang di terbitkan oleh pemerintah.Permasalahan ini bisa saja

memicu penganut wetu telu tetap menggunakan metode yang mereka

yakini.

2. Tokoh Adat dan Agama

Untuk para tokkoh yang ada di Bayan, mestinya mulai

melakukan pembenahan dalam metode yang digunakan sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan. Supaya apa yang dilakukakan akan

selaras dengan ilmu ilmiah, terutama dalam penentuan awal waktu

shalat, ibadah yang sangat penting untuk dilakukan pada waktu yang

sudah ditentukan.

3. Masyarakat Umum

Untuk masyarakat supaya memperhatikan waktu-waktu ibadah

yang sesuai dengan ketetnntuan.Memanfaatkan teknologi secara

maxsimal guna mempermudah dalam melakukan ibadah apapun.

Page 89: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

77

DAFTAR PUSTAKA Alimuddin, “Perspektif Syar‟i Dan Sains Awal Waktu Shalat “, al-daulah, Vol. 1

/ No. 1 / Desember 2012. Arsip Desa Sejarah Bayan tahun 2013 Athhar, Zaki Yamani, “Kearifan Lokal dalam Ajaran Islam Wetu Telu di

Lombok” ,Ulumuna, Vol. IX Edisi 15 Nomor 1 Januari-Juni 2005.

Azhari, Susiknan.“Ilmu Falak Pejumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern.” Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2011.

Azhari, Susiknan. Ensiklopedia Hisab Rukyat,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012

Az-Zuhaili, Wahbah. “Fiqh Islam Wa Adillatuhu 1”. Kota Depok: Gema Insani,

2014. Bashori, Muhammad Hadi. “Pengantar Ilmu Falak.” Jakarta Timur: Pustaka Al-

Kautsar, 2015. Budiwanti Erni, “Islam Sasak Wetu Telu Vs Waktu Lima”, LKIS, Yogyakarta,

200.

Djambek, Saadoe‟ddin, “Shalat Dan Puasa Di Daerah Kutub”, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Fadholi, Ahmad. “Ilmu Falak Dashar”. Semarang: El-Wafa, 2017. Fanani, Tolha Hasyim dengan judul skripsi “Metode Penentuan Waktu Shalat di

Masjid-Masjid Kabupaten Malang”, Sekripsi,Jurusan Al-Ahwal Al-Shakhshiyyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2011.

https://ceriteracintabalqis.blogspot.com/2014/09/waktu-haram-solat.html Imam Abi Husain Muslim bin Hajjaj, (Shohih Muslim, Beirut- Libanon: Dar Al-

Kutub Al-Alamiyah, 1971). Izzuddin, Ahmad.“Ilmu Falak Praktis.” Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012. Kementrian Agama RI, “Ilmu Falak Praktis”, cetakan ke-1, Jakarta: Sub Direktur

Pembinaan Syariah Dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam& Pembinaan Syariah Durektorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Republik Indonesia.

Kementrisn Agama RI, Ephemeris Hisab Rukyat 2020, Jakarta, 2020

Page 90: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

78

Khazin, Muhyiddin.“Ilmu Falak dalam Teori Dan Praktik: Perhitungan Arah Kiblat, Waktu Shalat, Awal Bulan, Dan Gerhana,” Cetakan ke-1.Yogyakarta, Buana Pustaka, 2004.

Ma‟u Dahlia Haliah, “Waktu Salat: Pemaknaan Syar‟i Ke Dalam Kaidah

Astronomi”, Istinbat Vol. 14, No. 2 Desember 2015. Profil Bayan Desember 2019 Rachim, Abd.„Ilmu Falak.‟Yogyakarta: Liberty, 1963. RaihanunSiti dengan judul skripsi “Pelaksanaan Sholat Wetu Telu Suku Sasak Di

Lombok” Sekripsi, Program Studi Perbandingan Madzhab Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,2016.

Rasmianto, “Interrelasi Kiai, Penghulu dan Pemangku Adat dalam Tradisi Islam

Wetu Telu di Lombok” UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, el-Harkah, vol. 11, no.2, th 2009.

Rifqiyah, Alfiyatur. “Studi Analisis Penentuan Awal Waktu Shalat Du Dukuh

Teman Sari, Desa Carangejo, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponogoro” Jurusan Ahwal Syakhsiyyah Fakultas Syari‟ah IAIN Ponorogo, th 2017.

Saebani, Beni Ahmad. “Metode Penelitian”.Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2008.

Sawinggih Raden, Ranandi, Fawaizul Umam, Iwan Tanjung Sutarna, Hendriardi,

Yusuf Tantowi.“Dari Bayan Untuk Indonesia Iklusif,” Solidaritas Masyarakat Untuk Transparasi (SOMASI) NTB, Mataram, 2016.

An-Nasai, Abi Abdurrahman AhmadSu‟yban an-Nasai. “Sunan An-nasai”, Bairut:

Dar Ihya Thurath al Araby.

Yamani Athhar Zaki, “Kearifan Lokal Dalam Ajaran Islam Wetu Telu Di

Lombok”, Ulumuna, Volume IX Edisi 15 Nomor 1 Januari-Juni 2005.

Zuhdi.Muhammad Harfin, “Islam Wetu Telu Di Bayan Lombok: Dialektika Islam

Dan Budaya Lokal” IAIN Mataram. _______________________ “Islam Wetu Telu (Dialektika Hukum Islam dengan

Tradisi Lokal”, Istinbath, vol. 13, No.2, Desember 2014)

Zulfadli, “Penentuan Awal Waktu Shalat Di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan (Perspektif Syar‟i Dan Ilmu Falaq)” skripsi UIN Alauddin MakAshar, jurusan perbandingan mazhab, 2014.

Page 91: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

79

DAFTAR WAWANCARA

Wawancara bersama Kepala Desa Bayan, Bapak Satradi di Kantor Desa pada hari Jumat 21 Februari 2020 pukul 14:00 Wita .

Wawancara bersama Pengulu agama: Amaq Riajim ditempat kediamannya salah

satu rumah adat di Desa Bayan, pada hari hari senin 24 Februari 2020. Wawancara bersama Raden Wiktu Ksuma (Ketua Asosiasi Adat Bayan) di rumah

kediamannya pada hari 25 Februari 2020 pukul 14:30 Wita.

Wawancara bersana Raden Anggria Kusuma (Pemangku Adat) di rumah kediaman beliau pada hari Senin, 24 Februari 2020 Pukul 17:00 Wita.

Page 92: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

80

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DRAF WAWANCARA

1. SEJARAH DARI WEKTU TELU DI LOMBOK

2. PERBEDAANNYA WETU TELU DENGAN WAKTU LIMA

3. METODE SHALAT WETU TELU DAN TATACARANYA

Gambar.3. Peroses Wawancara Bersama Pengulu AgamaBayan

Page 93: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

81

Gambar. 4. Foto bersama Pengulu AgamaBayan

Gambar.5. Proses Wawancara Bersama Kepala Desa Sekaligus Sebagai

Amaq Lokak

Page 94: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

82

Gambar. 6. Peroses Wawancara Bersama Pemangku Adat Bayan

Gambar. 7. Proses Wawancara bersama Pemangku Adat Yang

Bertanggung Jawab Di Bidang Kehutanan Dan Perairan

Page 95: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

83

Gambar. 8. Minuskrip Metode Penentuan Waktu Shalat Penganut Wetu

Telu.

Gambar. 9 Observasi Awal Sebelum Penyusunan Propasal bersama

Keluarga IFASTRO Angkatan 16

Page 96: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

84

Gambar 10. Proses Wawancara Pada Saat Observasi Awal Terhadap Keberadaan

Wetu Telu

Gambar 11. Proses Wawancara Pada Saat Observasi Awal Terhadap Keberadaan

Wetu Telu

Page 97: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

85

Page 98: SKRIPSI METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT …

86