57
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian besar disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Spectrum mikroorganisme penyebab pada neonates dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri gram negative seperti E. colli, Psedeumonas sp.. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah Terbagi atas gejala infeksi umum dan gejala gangguan respiratori. Salah satu gejala gangguan respiratori yaitu batuk, disertai produksi secret berlebih, sesak napas, retraksi dada, takipnea, dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak, suara napas melemah, dan ronki (Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI., 1985). Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara

Skripsi Nurse

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi Nurse

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang sebagian besar

disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian besar disebabkan oleh

hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Spectrum mikroorganisme penyebab pada neonates

dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri gram negative seperti E.

colli, Psedeumonas sp.. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak

bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah Terbagi

atas gejala infeksi umum dan gejala gangguan respiratori. Salah satu gejala

gangguan respiratori yaitu batuk, disertai produksi secret berlebih, sesak

napas, retraksi dada, takipnea, dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisis dapat

ditemukan tanda klinis seperti pekak, suara napas melemah, dan ronki (Staf

pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI., 1985).

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam

bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang

sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan

pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di

Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan

nomor 3 di Vietnam (PDPI, 2003). Laporan WHO (1999) menyebutkan bahwa

penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi

saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza (PDPI,2003). Pneumonia

merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun

(balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia lebih kurang

2,5 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia. Menurut survei

Page 2: Skripsi Nurse

kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dari 22,8% kematian balita di

indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia

(Pharmaceutical Care Untuk penyakit Infeksi saluran Pernapasan/DPKES RI,

2005). Laporan surveilans pneumonia di unit rawat inap RSUP NTB Tahun 2008-

2009, cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Berikut data tahunan

perkembangan pasien rawat inap pneumonia.

Tabel 1.1: Data perkembangan Kunjungan Pasien Pneumonia Rawat Inap Tahunan Di Ruang Dahlia RSUP NTB.

No Tahun Jumlah pasien rawat inap dengan pneumonia

1 2008 73 orang

2 2009 49 orang

Sumber: Bagian Rekam Medik RSUP NTB

Dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 31 juli 2010 di

ruang Dahlia didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1.2: Data Perkembangan Jumlah Pasien Januari 2010-Mei 2010 Di Bangsal Dahlia RSUP NTB.

Jumlah pasien pneumonia

Januari Februari Maret April Mei

15 Pasien 15 Pasien 26 Pasien 42 Pasien 12 Pasien

Total : 110 pasien

Rata-rata perbulan : 22 pasien

Sumber: Bagian Rekam Medik RSUP NTB

Mukus adalah penutup yang melindungi bagian dalam paru dan jalan napas.

Mukus menangkap debu dan kotoran dalam udara yang kita hirup dan membantu

mencegah iritasi paru. Bila ada infeksi atau iritasi lain, tubuh menghasilkan banyak

mukus tebal untuk membantu paru menghindari infeksi. Bila mukus yang terlalu

banyak dan kental menyumbat jalan napas, dan pernapasan menjadi lebih sulit

(Nastiti, 2010). Dari hasil studi pendahluan yang dilakukan pada 31 Juli 2010,

Page 3: Skripsi Nurse

didapatkan 5 dari 6 pasien dan atau keluarga mengeluhkan kesulitan mengeluarkan

sekret. Pengeluaran secret menjadi sangat penting oleh karena mikroorganisme

dan respon inflamasi yang terjadi akan merangsang pengeluaran proteolitik

sehingga dapat menghancurkan dinding saluran respiratori. Selain itu,

akumulasi secret intrabronkial dapat menginisiasi timbulnya infeksi (Nastiti,

2010).

Fisioterapi dada dalam hal ini merupakan tehnik untuk mengeluarkan

secret yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran

respiratori dan usaha bernapas sehingga pada akhirnya dapat terjadi

hiperinflasi dan atelektasis. sehingga dalam hal ini, fisioterapi dada tidak

hanya mencegah obstruksi, tetapi juga mencegah rusaknya saluran

respiratori.Serangkaian tindakan postural drainase membantu menghilangkan

kelebihan mukus kental dari paru ke dalam trakea yang dapat dibatukkan keluar

(Nastiti, 2010). Selain itu, Glover Mark, dkk., (2001) dalam bukunya yang

berjudul Lower Respiratory Tract Infections. Pharmacotherapy A

Pathophysiologic approach.5th ed.mengatakan bahwa salah satu terapi

pendukung pada pneumonia adalah fisioterapi dada untuk membantu

mengeluarkan sputum (Pharmaceutical Care Untuk penyakit Infeksi saluran

Pernapasan/DPKES RI, 2005).

Berdasarkan hal diatas, penulis ingin meneliti tentang “Efektivitas Pemberian

Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Anak Dengan Pneumonia Di

Bangsal Dahlia RSUP NTB“.

Page 4: Skripsi Nurse

1.2 RUMUSAN MASALAH

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui Bagaimanakan efektifitas

pemberian fisioterapi pada anak dengan pneumonia dengan pengeluaran

sekret?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui sejauh mana efektifitas pemberian fisioterapi dada

terhadap pengeluaran secret pada anak dengan pneumonia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Pengeluaran secret sebelum diberikan fisioterapi

dada.

2. Menganalisa efektifitas pemberian fisioterapi dada terhadap

pengeluaran sekret.

3. Mengidentifikasi pengeluaran sekret setelah diberikan fisioterapi

dada.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Teoritis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan

kontribusi dalam perkembangan ilmu baru dalam pemberian asuhan

keperawatan pada klien dengan Pneumonia.

Page 5: Skripsi Nurse

1.4.2 Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

bahan pertimbangan untuk alternatif pemberian asuhan

keperawatan pasien dengan peningkatan jumlah secret pada pasien

pneumonia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar,

acuan atau informasi untuk penelitian selanjutnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tindakan mandiri

bagi pasien dengan pneumonia.

Page 6: Skripsi Nurse

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 LANDASAN TEORI PNEUMONIA

2.1.1 Definisi

Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Staf pengajar ilmu

kesehatan anak FKUI, 1985).

2.1.2 Anatomi & Fisiologi

1. Anatomi

a. Perkembangan paru-paru fetus

System respirasi berasal dari median ventral divertikulum dari

“Foregut”, didalam perkembangannya akan menjadi system

tracheobronial; peristiwa ini terjadi kurang lebih pada pertengahan

minggu ke-4 dari kehidupan embrio. Ujung bawah dari ventrikulum

terbagi menjadi dua calon paru-paru, dari kedua calon paru-paru akan

terbentuk pula cabang bronchial dan lapisan epithel dari paru-[aru,

cabang menjadi bronchial kanan akan menjadi 3 cabang sedangkan

cabang bronikal kiri menjadi 2 cabang; jadi paru-paru kanan akan

menjadi 3 lobus dan paru-paru kiri menjadi 2 lobus. Tangkai median

dari diventrikulum akan menjadi trachea (Langman,1969). Pada

periode minggu ke-28 masa kehidupan fetus, paru-paru masih

meruupakan oragan glanduler tanpa rongga udara (Avery,1986).

b. Bronkus dan paru

Bronkus merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri.

Tempat percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih pendek,

lebar dan lebih dekat dengan trachea. Bronchus kanan bercabang

menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochus kiri terdiri dari :

lobus superior dan inferior.

Satu masalah paling penting pada seluruh bagian saluran

pernapasan adalah memelihara supaya saluran tetap terbuka agar udara

Page 7: Skripsi Nurse

tetap terbuka agar udara dapat keluar-masuk alveoli dengan mudah.

Untuk mempertahankan trakea agartidak kolaps, terdapat cincin

kartilsgo mutipel kira-kira 5/6 panjang trakea. Pada dinding bronkus,

terdapat lebih sedikit kartilago yang juga mempertahankan ragiditas

agar timbul gerakan paru untuk mengembang dan mengempis.

Gambar 2.1: Gambar Struktur System Respirasi ()

Di semua bagian trakea dan bronkus tidak terdapat tulang

rawan (kartilago), dindingnya terutama terbentuk dari otot polos.

Dinding bronkiolus juga hampir seluruhnya merupakan otot polos,

kecuali bronkiolus paling akhir, yang disebut bronkiolus respiratorius,

hanya mempunyai sedikit serat otot polos. Banyak penyakit obstruksi

paru adalah akibat dari penyempitan bronkus yang lebih kecil dan

bronkiolus, seringkkali karena kontraksi yang berlebihan dari otot

polos itu sendiri.

Gambar 2.2: Proyeksi Percabangan Bronkus hingga alveoli ().

Page 8: Skripsi Nurse

Ternyata, dalam keadaan sakit, bronkiolus yang lebih kecil

seringkali memainkan peran yang lebih besar dalam menentukan

pertahanan aliran udara oleh karena 2 hal berikut:

a. Karena ukurannya kecil, maka mereka lebih mudah

tersumbat.

b. Karena dindingnya memiliki otot polos dengan presentase

yang cukup besar, maka lebih mudah berkontriksi.

2. Kerja silia untuk membersihkan jalan napas.

Seluruh jalan napas dari hidung sampai bronkiolus terminalis,

dipertahankan oleh selapis mucus yang melapisi seluruhpermukaan.

Mucus ini disekresikan sebagian oleh sel goblet dalam epitel saluran

napas, dan sebagian lagi oleh kelenjar submukosa yang kecil. Selain untuk

mempertahankan kelembaban permukaan, mucus juga menangkap partikel

kecil dari udara inspirasi dan menahannya agar tidak dikeluarkan dari

saluran napas dengan cara sebagai berikut.

Seluruh permukaan saluran napas, baik dalam hidung maupun dalam

saluran napas bagian bawah sampai sejauh bronkiolus terminalis, dilapisi

oleh epitel besilia, dengna kira-kira 200 silia pada masing-masing sel

epitel. Silia ini terus menerus ”memukul” dengan kecepatan 10-20 kali per

detik dan arah kekuatan memukulnya mengarah ke faring. Dengan

demikian, silia dalam paru memukul kearah atas, sedagkan dalam hidung

memukul kearah bawah. Pukulan yang terus menerus menyebabkan mucus

ini mengalir lambat, pada kira-kira 1 cm/menit kearah faring. Kemudian

mucus dan partikel-partikel yang dijeratnya tertelan atau dibatukkan.

Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus,

sehingga benda asing dalam jumlah berapapun atau penyebab iritasi

lainnya akan menimbulkan reflek batuk.

Page 9: Skripsi Nurse

Gambar 2.3: Proses Pengeluaran Benda Asing Dari Dalam Saluran Napas Bagian Bawah Melalui Mekanisme Batuk.

2.1.3 Etiologi

Etiologi pneumonia pada neonates dan bayi kecil meliputi:

1. Streptococcus group B

2. E. Colli

3. Pseudomonas sp.

4. Klebsiella sp.s

Dinegara maju, pneumonia pada anak teerutama disebabkan oleh virus,

disamping bakteri, atau campuran bakteri dan virus.

Berikut daftar etiologi pneumonia pada anak dengan kelompok usia yang

bersumber dari data Negara maju.

Tabel 2.1 : Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di begara maju.

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir – 20 hari Bakteri Bakteri

E. colli Bacteri anaerob

Streptococcus group B Streptococcus group D

Lasteria monocytogenes Haemophillus inflluenzae

Streptococcus pneumonia

Ureplasma urealyticum

Virus

Page 10: Skripsi Nurse

Virus Sitomegalo

Virus Herpes Simpleks

3 minggu-3 bulan

Bakteri Bakteri

Chlamydia trachomalis Bordetella pertusis

Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenza tipe B

Virus Moraxella catharalis

virus adeno Staphylococcus aureus

Virus Influenza Ureaplasma urealyticum

Virus Paraintfluenza 1,2,3 Virus

Respiratory syncytial virus Virus sitomegalo

4 bulan – 5 tahun

Bakteri Bakteri

Chlamidia pneumonise Haemophilus influenza tipe B

Mycoplasma pneumoniae Monaxela catharalus

Streptococus pneumoniae Neissierna meningitides

Virus Staphylococcus aureus

Virus Adeno Virus

Virus Influenza Virus Varisella-Zooster

Virus parainfluenza

Virus Rino

Reseperatory syncytial virus

5 Tahun- remaja

Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumonise Haemophilus influrnze

Mycoplannsa pneumoniae Leginella sp

Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

Virus

Virus Adeno

Virus Epstein-Barr

Virus Influenza

Virus Rino

Respiratory Syncytal Virus

Virus Varisela-Zoster

Page 11: Skripsi Nurse

2.1.4 Klasifikasi

1. Pembagian anatomis

a. Pneumonia lobaris

b. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

c. Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)

2. Pembagian etiologis

a. Bakteria:

1) Diplococcus Pneumonia

2) Pneumococcus

3) Streptococcus hemolyticus

4) Streptococcus aureus

5) Hemophilus Influenza

6) Bacillus Friedlander

7) Mycobacterium tuberculosis

b. Virus

1) Respiratory syncytial virus

2) Virus influenza

3) Adenovirus

4) Virus sitomegalik

c. Mycoplasma pneumonia

d. Jamur:

1) Histoplasma capsulatum

2) Cryptococcus neoformans

3) Blastomyces dermatitides

4) Coccidiodes immitis

5) Aspergillus spedies

6) Candida albicans

e. Aspirasi:

1) Makanan korsen (bensin, minyak tanah)

2) Cairan amnion

3) Benda asing

f. Pneumonia hipostatik

g. Sindrom loeffler

Page 12: Skripsi Nurse

2.1.5 Tanda Dan Gejala

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada

berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagaiberikut:

1. Gejala infeksi umum, yaitu:

a. Demam

b. Sakit kepala

c. Gelisah

d. Malaise

e. Penurunan nafsu makan

f. Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare

g. Kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.

2. Gejala gangguan respiratori

a. Batuk, disertai produksi secret berlebih.

b. Sesak napas

c. Retraksi dada

d. Takipnea

e. Napas cuping hidung

f. Air hunger

g. Merintih

h. Sianosis

Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak,

suara napas melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonates dan bayi kecil,

gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada

perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

2.1.6 Patofisiologi

Pneumococccus masuk ke dalam paru melalui jalan pernapasan secara

percikan (‘droplet’). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium,

yaitu:

1. Stadium kongesti

Page 13: Skripsi Nurse

Kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat

eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil

dan makrofag.

2. Stadium hepatisasi merah

Lobul dan lobules yang terkena menjadi padat dan tidak

mengandung udara, warna menjadi merah dan perabaan seperti

hepar.

3. Stadium kelabu

Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat

kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin.

Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis

Pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongestif.

4. Stadium resolusi

Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan

leukosit mengalami nekrosis dan degeneratsi lemak. Fibrin

diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis

bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal

lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak

teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium khas ini

tidak terlihat.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Darah perifer lengkap

Pada Pneumonia virus dan juga pada Pneumonia Mikoplasma

umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat.

Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan leukositodis yang

berkisar antara 15.000-40.000 mm3, dengan predominan PMN.

Leukopenia (< 15.000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk.

Leukositosis hebat (>30.000/mm3) hamper selalu menunjukkan adanya

infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakterimia, dna resiko

terjadinya komplikasi lebih tinggi. Pad ainfeksi Chlamydia pneumonia

kadang-kadang ditemukan eosinofilia. Efusi pleura merupakan cairan

eksudat dengan sel PMN berkisar antara 300-100.000/mm3, protein >2,5

g/dl, dan glukosa relative lebih rendah dari pada glukosa darah. Kadang-

Page 14: Skripsi Nurse

kadang terdapat anemia ringan dan laju endapan darah (LED) yang

meningkat. Secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan

LED tidak dapt membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara

pasti.

2. C-Reactive Protein(CRP)

C-Reactive Protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh

hepatosit. Sebagai respons infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP

secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama interleukin (IL)-6, IL-1, dan

tumor necrosis factor (TNF). Meskipun fungsi pastinya belum diketahui,

CRP sangat mungkin berperan dalam opsonisasi mikrorganisme atau sel

yang rusak.

Secara klinis CRP dapat digunakan sebagai alat diagnostic untuk

membedakan antara fkator infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan baktri

superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi

bakteri profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan

bakteri superfisialis daripada bakteri profunda. C-Reactive Protein kadang-

kadang digunakan untuk evaluasi respon terapi antibiotic. Suatu penelitian

melaporkan bahwa CRP cukup sensitive, tidak hanya untuk diagnosis

empiema torasis, tetapi juga untuk memantau respons pengobatan.

3. Uji serologis

Uji seorlogis untuk mendeteksi antigen dan antibody pada insfeksi

bakteri tfipik mempunyai sensivitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosis

infeksi streptococcus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer

antibody seperti antistreptolisin O, streptocin, atau antiDnase B.

Peningkatan titer dapat juga berarti adnaya infeksi terdahulu. Untuk

konfirmasi diperlukan serum fase akut dan serum fase konvalesen (paired

sera).

Secara umum, uji serologis tidak terlalu bermanfaat dalam

mendiagnosis infeksi bakteri tipik. Akan tetapi,, untuk deteksi infeksi

bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta beberapa virus

seperti RSV, Sitomegali, campak, Parainfluenza 1,2,3, Influenza A dan B,,

Page 15: Skripsi Nurse

dan Adeno, peningkatan antibody IGM dan IgG dapat memngkonfirmasi

diagnosis.

4. Pemeriksaan mikrobiologis

Pemerikasaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anakt idak

rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk

pemeriksaan mikrobiologik specimen dapat berasal dari usapan tenggorok,

secret nasofaring, bilasan bronkus, darah pungsi pleura, atau aspirasi paru.

Diagnosis dikatakan definitive bila kuman ditemukan dari darah, cairan

pleura, atau aspirasi paru. Kecuali pad amasa neonates, kejadian

bakterimia sangat rendah sehingga kultur darah jarang yang positif. Pada

pneumonia anak besar dan remaja, specimen untuk pemeriksaan

mikrobioogik dapat berasal dari sputum, baik untuk peawrnaan gram

maupun untuk kultur. Specimen yang memenuhi syarat adalah sputum

yang mengandung lebih dari 25 leukosit dan kurang dari 40 epitel lapang

pada pemeriksaan mikroskopis denagn pembsaran kecil. Specimen dari

nasofaring untuk kultur maupun untuk detksi antigen bakteri kurang

bermanfaat karena tingginya prevalensi kolonisasi bakteri di nasofaring.

Ak rutin dianjurkan.

Kultrur darah darah jarang positif pada infeksi Mikoplasma dan

klamidia, oleh karena itu pemerikasaan tidak rutin di anjurkan.

Pemeriksaan PCR memerlukan laboratorium yang canggih, disamping

tidak selalu tersedia, hasil PCR positif pun tidak selalu menunjukkan

diagnosis pasti.

5. Pemeriksaan Rotgen thoraks

Kelainan foto Rotgen Thoraks pada pneumonia tidak selalu

berhubungan dengna ganbaran klinis. Kadang-kadang bercak-bercak sudah

ditemukan pada gambaran radiologis sebleum timbul gejala klinis. Akan

tetapi, resolusi infiltrate sering memerlukan waktu yang lebih lama setelah

gejala klinis menghilang. Pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi

ulangan foto rotgen toraks, penyakit memburuk, atau utuk tindak lanjut.

Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari:

Page 16: Skripsi Nurse

a) Infiltrate intertisial, ditandai dnegan peningkatan corakan

bronkovaskular, peribronchial cuffing dna hiperaerasi.

b) Infiltrate alveolar, merupakan konsolidasi paru dengna air

bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai sau lobus disebut

dengan pneumonia lobaris, atau terlihat sebagai lesi tunggal yang

biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbats yang idak terlalu

tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round

pneumonia.

c) Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada

kedua paru, berupa bercak-bercak infitrasi yang dapat meluas

hingga daaerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corak

peribronkial.

2.1.8 Diagnosa

Tanda bahaya pad anak berusia 2 bulan-5 tahun adalah tidak dapat

minum, kejang, kesadaran menurun, stidor, mengi, dan demam namun badan

terasa dingin.

Berikut ini adalah klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman tersebut:

1. Bayi dan anak berusia 2 bulan-5 tahun

a. Pneumonia berat

1) Bila ada sesak napas.

2) Harus dirawat dan diberikan anibiotik

b. Pneumonia

1) Bila tidak ada pneumonia

2) Ada napas cepat dengan laju napas:

a) >50 x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun.

b) >40x/menit untuk anak >1 tahun-5 tahun.

3) Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotic oral

c. Bukan pneumonia

1) Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas.

2) Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotic, hanya diberikan

pengobatan simptomatis seperti penurun panas.

2. Bayi berusia dibawah 2 bulan

Page 17: Skripsi Nurse

a. Pneumonia

1) Bila ada napas cepat (>60X/menit) atau sesak napas.

2) Harus dirawat dan diberikan antibiotic.

b. Bukan pneumonia

1) Tidak ada napas cepat dan sesak napas.

2) Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.

2.1.9 Penatalaksanaan

Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit. Dasar

tatalaksana pneumonia rawat-inap adalah:

1. Pengobatan kausal dengan antibiotic lini pertama (golongan beta-

laktam atau kloramfenikol), diberikan terus selama 7-10 hari pada

pasien pneumonia tanpa komplikasi. Pada bayi dan neonates antibiotic

spectrum luas (kombinasi beta-laktam/klavulanat dikombinasikan

dengan aminoglisid, atau sefalosporin generasi ketiga)

direkomendasikan oleh karena sering terjadi sepsis dan meningitis.

2. Tindakan suportif berupa:

a. Peberian cairan intravena

b. Terapi oksigen

c. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan asama basa, elektrolit

dan gula darah.

3. Antipiretik dan analgetik

4. Penanggulangan penyakit penyerta

Pada pneumonia rawat jalan dapat diberikan antibiotic lain secara oral

(amoksisilin atau kontrimoksazol), 2 kali sehari dengna dosis:

1. Amoksisilin 25 mg/kg BB

2. Kontrimoksazol 4 mg/kg BB TMP-20 mg/kgBB sulfametoksazol.

2.1.10 Komplikasi

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi:

1. Empiema torasis

2. Perikarditis purulente

3. Pnumotoraks

Page 18: Skripsi Nurse

4. Infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.

5. Ilten dkk (2003), melaporkan komplikasi miokarditis (tekanan sistolik

ventrikel kanan meningkat, keratin kinase meningkat, dan gagal

jantung.) yang cukup tinggi pada anak berusia 2-24 bulan.

2.2 LANDASAN TEORI FISIOTERAPI DADA

2.2.1 Definisi

Istilah fisioterapi dada digunakan untuk intervensi fisik dan mekanikal

yang berperan dalam penatalaksaan kelainan respiratori akut atau kronik.

Biasanya tindakan ini dilakukan terhadap pasien dengan keadaan sebagai

berikut:

1. Batuk kronik berulang

2. Penyakit paru yang menghasilkan banyak lendir kental/cair.

3. Penyakit penyempitan saluran respiratori.

Pada anak, fisioterapi dada dapat dilakukan setiap 8-12 jam,

bergantung pada kebutuhan anak. Waktu yang tepat untuk melakukan

fisioterapi dada adalah saat pagi hari, yaitu sebelum atau 45 menit sesudah

sarapan pagi dan pada malam hari menjelang tidur.

2.2.2 Indikasi

Secara umum fisioterapi dada diindikasikan pada semua penyakit yang

mengakibatkan timbulnya sekret yang berlebih sehingga timbul

komplikasi akumulasi sekre intrabronkial dan materi yang teraspirasi.

Fisioterapi dada juga dilakukan pada psien yang mengalami kegagalan

fungsi mukosiliar saluran respiratori dan reflex batuk.

Fisioterapi dada hanya dapat berperan pada kelainan bronchial dan

tidak memiliki peran pada kelainan yang sering terjadi pada alveolus,

interstinal, vascular dan penyakit yang mengenai pleura.

Fisioterapi dada dalam hal ini merupakan tehnik untuk mengeluarkan

secret yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran

respiratori dan usaha bernapas sehingga pada akhirnya dapat terjadi

hiperinflasi dan atelektasis. Mikroorganisme dan respon inflamasi yang

terjadi akan merangsang pengeluaran proteolitik sehingga dapat

Page 19: Skripsi Nurse

menghancurkan dinding saluran respiratori. Selain itu, akumulasi secret

intrabronkial dapat menginisiasi timbulnya infeksi sehingga dalam hal ini,

fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi, tetapi juga mencegah

rusaknya saluran respiratori.

2.2.3 Kontra Indikasi

1. Kelaina dinding dada: Fraktur iga, infeksi, neoplasma, riketsia.

2. Tension Pneumothoraks

3. Kelainan yang berhubungan dengna darah: kelainan pembekuan,

haemoptisis, perdarahan intrabronkial yang massif.

4. Aritmia jantung.

2.2.4 Tehnik Fisioterapi Dada

1. Postural Drainage

Draignase postural dilakukan berdasarka prisip bahwa

mobilisasi dan transport secret dipengaruhi olh grafitasi. Tehnik ini

dilakukan pada pasien yang memproduksi banyak sputum (pasien

fibrosis kistik, bronkiektasis, dan abses paru), pasien yang tidak dapat

membatukkan sputum dengan efektif (orang tua, orang dengan otot

yang lemah, dan orang yang baru dioperasi, sembuh dari suatu luka,

atau penyakit berat) serta dapat membantu memperbaiki ventilasi dna

perfusi.

Pasien diposisikan sedemikian rupa untuk dapat mengeluarkan

secret yang berasal dari lobus-lobus paru:

a. Pada orang dewasa, draignase postural dilakukan pada atas

dengan menggunakan meja yang dapat dirubah posisinya

serta bantal sebagai alat bantu. Pada orang dewasa, olahraga

pernafasan dapat digunakan sebagai metode tabahan.

b. Pada anak diposisikan pada pangkuan klinis. Pada anak-

anak, perkusi dada, vibrasi dan kompresi dada dapat

dilakukan bersama tehnik drainase postural.

Berikut gambaran posisi yang tepat untuk mengeluarkan secret

dari berbagai paru.

Page 20: Skripsi Nurse

Gambar 2. 4: Berbagai Posisi Tubuh Untuk Mengeluarkan Secret Dari

Berbagai Bagian Paru.

Yang perlu diperhatikan saat melakukan drainase postural

adalah respon anak saat tindakan dilakukan. Pada saat timbul tanda-

tanda kesulitan bernapas misalnya batuk, sianosias dan frekuansi napas

meningkat, posisikan anak ke keadaan yang nyaman.

Drainase postural tidak dapat digunkan untuk orang yang tidak

bisa melakukan posisi yang diperlukan, sedang dalam pengobatan

antikoagulan, muntah darah dalam beberapa hari terakhir, pernah patah

tulang iga atau tulang belakang, dan osteoporosis berat. Drainase

postural juga tidak dapat digunakan pada orang yang tidak dapat

memproduksi secret (karena hal ini terjadi, postural drainase dapat

menurunkan kadar oksigen darah).

2. Perkusi dada

Perkusi dada untuk membantu mobilisasi secret. Perkusi dada

merupakan perkusi manual yang dilakukan dengna telapak tangan yang

membentuk seperti ‘cup’ (merapatkan ibu jari dan keempat jari

lainnya) ( Gambar 2.3) kemudian secara cepat dilakukan gerakan fleksi

dan ekstensi sendi serta pergelangan tangan.

Page 21: Skripsi Nurse

Gambar 2.5: Posisi Tangan Saat Melakukan Perkusi (Nastiti N.

Raharjoe, 2008)

3. Vibrasi dada

Vibrasi dada juga bertujuan untuk memobilisasi secret. Vibrasi dada

dilakuakn dengan meletakkan tangann terapis pada dada pasien

kemudian menciptakan getaran dengan menggunakan tangna tersebut

pada saat ekspirasi. Teknik ini dapat dikombinasikan dengan teknik

kompresi dada.

Gambar 2. 6 : Posisi tangan saat melakukan vibrasi dada

4. Kompresi dada

Dengan bantuan dari ekspitasi yang dilakukanoleh pasien,

kompresi dada dilakuakn dengan tujuan untuk memobilisasi dan

transport secret. Pada orang dewasa, tepis menggunakan tangan yang

diletakkan pada sternum ataupun utlang iga bagian bawah sebelah

lateral. Pada anak, terapis dapat menggunakan satu ataupun dua tangan

pada saat fase ekspitasi.

5. Forced expiration tehnicue (FET)

Page 22: Skripsi Nurse

Pertama kali diperkenalkan di Inggris pada tahu 1970-an. Tehnik ini

banyak dipakai pada pasien fibrosis kistik tetapi dapat juga diterapkan

pada penyakit kronik lainnya dengna sekresi mucus yang berlebihan

pada saluran napas. Metode FET dantehnik pernapasan aktif

dikombinasikan dengan olahraga ekspansi toraks dan control

pernapasan.

Teknik:

Manuver ini dipergunakan untuk memobilisasi dan

mengalirkan secret dengan cara menciptakan suara “huff”. Suara

“huff” tercipta dengan menggunakan dinding dada dan otot abdominal

untuk mengeluarkan udara secara paksa, tidak sampai melukai, dengan

mulut terbuka. Seberapa dalam dan banyaknya sekre yang dapat di

keluarkan bergantung pada volume udara yang dikeluarkan. Metode ini

dilakukan saat pasien berada dalam posisi duduk ataupun terbalik

sesuai dengan gravitasi.

Taknik siklus pernapasan aktif dilakukan dengan urutan:

1. Kontrol pernapasan

2. Olahraga ekspansi toraks

3. Control pernapasan

4. Olahraga ekspansi toraks

5. FET (satu atau dua kali “huff”)

6. Control pernapasn.

Siklus ini dapat dilakukan berulang kali samoai semua secret yang

berlebihan tersebut dapat dikeluarkan.

6. Terapi sungkup ekspirasi tekanan positif (Positive expiratory Pressure,

PEP).

Terapi sungkup PEP digunakan dengan konsep yang sama dengan

bernapas dengan pernapasan pursed-lips. Metode ini berkembang di

Negara Denmark pada akhir tahun 1970 dan digunakan secara luas

kemudian. Pada dasarnya merupakan salah satu teknik fisioterapi dada

yang dapat digunakan oleh pasien sendiri sebagai terapi fibrosis kistik

Page 23: Skripsi Nurse

serta penyakit lain yang dapat mengeluarkan secret saluran respiratori

secara berlebihan.

Taknik:

Sungkup yang digunakan adalah sungkup yang sama denga yang

digunakan anestesioolog yang dihubungkan dengna katup satu arah.

Adaptor pipa endotrakeal untuk neonate dihubungkan ke katup bagian

luar yang berfungsi sebagai resistor ekspirasi. Terdapat bermacam-

macam resistor yang tesedia, bergantung pada variasi individual serta

perusahaan yang membuatnya.

Pasien menjalani terapi dengan posisi duduuk di atas kursi dengna

siku yang diistirahatkan pada lengan kursi dan sungkup di pasang

sampai menutupi mulut dan hidung dengna nyaman. Dengan

menggunakan pernapasan diagfragma, pasien melakukan inspirasi

dengan volume yang lebih besar dari pad volume tidal dan ekspansi

secara aktif. Resistor yang digunakan dipilih berdasarkan masing-

masing individu untuk menciptakan tekanan PEP antara 10-20 cmH2O

dan rasio inspirasi dibandingnnkan ekspirasi 1,3-1,4. Sebuah

manometer dihubungkan dengan katup bagian luar untuk memonitor

tekanan ekspirai yang dapat dilihat langsung oleh pasien sebagai

perbandingan. Sebnayak 10-20 siklus pernapasan yang harus dilakukan

dengan menggunakan stuff. Idealnya PEP dan “huff” dilakukan sampai

saluran respiratori bersih dari secret.

7. Terapi sungkup tekanan tinggi

Dikembangkan pertama kali di Austin pada awal 1980. Seperti teknik

sebelumnya, hanya saja dilengkapi dengan manometer untuk

memamtau tekanan tinggi. Terapi ini juga dilakukan dengan pasien

duduk di kursi dan diku yang diletakkan pada lengan kursi dengna

bahu didekatkan dengan leher untuk memaparkan apek paru. Pasien

melakukan pernapasan 8-10 siklus kemudian kapasitas total udara

pernapasan dalam mulut dikeluarkan secara paksa untuk melawan

stenosisyang terjadi. Mobilisasi secret terjadi melalui batuk yang

timbul saat rendahnya volume paru yang tersisa. Setelah sputum

Page 24: Skripsi Nurse

keluar, pasien mengulangi maneuver pernapasan sampai dirasa tidak

ada sisa sputum. Harus diperhatikan bahwa ekspansis secara paksa

tidak boleh dihentikan pada saat volume residu belum tercapai.

Tekanan ekspirasi yang tercapai berkisar antara 40-100 H2O.

2.2.5 Melakukan Drainase Postural

Tindakan drainase postural harus dilakukan ketika anak terjaga,

sebelum waktu tidur, dan kira-kira 1 ½ jam sebelum maan siang dan

makan malam. Tindakan tidak boleh dilakukan setelah makan karena

latihan dan batuk dapat menyebabkan anak muntah. Latihan harus selesai

30-45 menit sebelum makan, sehingga anak akan mempunyai kesempatan

untuk isirahat dan makan. Setiap sesi biasanya selesai 20-30 menit dan

terdiri dari empat sampai enam posisi (Donna L. Wong, 2003).

1. Alat dan bahan

a. Tempat tidur atau dipan pada ketinggian yang nyaman

b. Bantal 2 atau 3 buah

c. Tissu wajah

d. Sputum pot

2. Persiapan perawat

Memperkenalkan diri, maksud dan tujuan dari tindakan.

3. Persiapan Pasien (Hilmi M. Lubis 2005)

a. Longgarkan seluruh pakaian pasien, terutama daerah leher dan

punggung.

b. Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi

lengkap/jelas.

c. Periksa tekanan dara dan nadi

d. Perikas apakah pasien mempunyai reflelks batuk atau memerlukan

suction untuk mengeluarkan dahak.

4. Pelaksanaan (Donna L. Wong, 2003)

Page 25: Skripsi Nurse

a. Cuci tangan

b. Pilih area yang akan di drainase berdasarkan pengkajian semua

area paru, data klinis, dan chast x-ra.

c. Tempatkan anak pada posisi seperti gambar 2. 7:

d. Beri tahu anak untuk menarik napas dalam. Anak juga dapat

menggunakan botol tiup khusus, coba untuk menup gelembung.

Hal ini dapat membantu anak menarik napas dalam dan

menyebabkan anak batuk.

e. Tungkupkan tangan ditempat yang diberi tanda gelap.

f. Kemudian minta anak menarik napas dalam dan vibrasikan area

tersebut saat ia mengeluarkan udara. Ulangi sampai 3 kali

pernapasan. Bila anak teralu kecil untuk memahami bagaimana

bernapas dalam dan perlahan, vibrasi saja selama beberapa

pernapasan.

g. Beritahu anak untuk batuk, karena mungkin ia tidak dapat batuk

bila berbaring, bantu dia untuk duduk agar batuk dalam dapat

dilakukan dengan baik.

h. Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk setiap posisi yang berbeda (Gbr.

2.8-2.15).

i. Meskipun hanya satu sisi yang diperlihatkan di atas, tetapi ingatlah

bahwa prosedur tersebut harus diulangi untuk kedua sisi, sisi kanan

maupun kiri. Ingat: gunakan waktu kira-kira 20 sampai 30 menit

untuk setiap sesi. Perhatikan anak dengan cermat untuk adanya

tanda-tanda kelelahan. Drainase postural harus dihentikan sebelum

anak menjadi lelah. Tindakan ini dapat dilanjutkan setelah anak

beristirahat.

j. Evaluasi pengeluaran secret

k. Cuci tangan

l. Dokumentasikan

Page 26: Skripsi Nurse
Page 27: Skripsi Nurse

Gambar

Page 28: Skripsi Nurse

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan:

: Diteliti

Agen pneumonia:

1. Streptococcus group B2. E. Colli3. Pseudomonas sp.4. Klebsiella sp.s

GravitasiPemberian Fisioterapi

dada.

1. Gejala gangguan respiratoria. Batuk, disertai produksi secret

berlebih.

b. Sesak napasc. Retraksi ddadad. Takipneae. Napas cuping hidungf. Air hungerg. Merintihh. Sianosis

Pengeluaran sekret

a. Batuk, disertai produksi secret berlebih.

Page 29: Skripsi Nurse

: Tidak diteliti

: Ada hubungan

Fisioterapi adalah suatu cara untuk mengembalikan fungsi organ tubuh

dengan memakai tenaga alam (listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan

latihan), yang mana penggunaannya disesuaian dengan batas toleransi penderita,

sehingga didapatkan efek pengobatan (Krausen, F. H., 1985).

Fisioterapi dada ini, walaupun caranya kelihatan tidak istimewa, tetapi

sangat efektif dalam upaya mengeluarkan secret dan memperbaii ventilasi pada

pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi, tujuan pokok fisioterapi pada

penyakit paru adalah mengmbalikan dan memelihara fungsi otot-rsihkan secret

otot pernapasan dan membantu membersihkan secret dari bronkus dan untuk

mencegah penumpukan secret, memperbaii pergerakan dan aliran secret

(Soekarma, 1984).

3.2 Hipotesis Penelitian

HI : Pemberian fisioterapi dada efektif untuk membantu pengeluaran sekret pada

anak dengan pneumonia

H0: Pemberian fisioterapi dada tidak efektif untuk membantu pengeluaran sekret

pada anak dengan pneumonia

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Efektifitas pemberian fisioterapi dada

terhadap pengeluaran secret ().

.

Page 30: Skripsi Nurse

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Rancangan yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Pre-

Eksperiment Design dengan tidak melibatkan kelompok kontrol disamping

kelompok eksperimental. Dalam rancangan ini, dipilih jenis rancangan pre-

eksperiment dengan The One Group Pretest-Posttest Design. Desain The One

Group Pretest-Posttest Design merupakan sebuah desain, dimana satu kelompok

subjek pertama-tama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan perlakuan untuk

jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya

(Sumadi Suryabrata, 2003). Berikut skema dari desain penelitian ini:

T1 X T2

Keterangan

T1 = Pretest

X = Intervensi/treatment

T2 = Postest/Observasi (sesudah dilakukan teknik ROM)

Page 31: Skripsi Nurse

4.2 Kerangka Kerja

Gambar 4.1 : Kerangka Operasional Penelitian Efektifitas Fisioterapi

Dada Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Pasien Anak

Dengan Pneumonia Di Bangsal Dahlia RSUP NTB

Populasi: Pasien Pneumonia

Sampel:

Pasien anak dengan Pneumonia berat

Pemberian Fisioterapi dada

Post test: Observasi akhir Produksi sekret pasien

Analisis data: Uji T

Penyajian hasil

Kesimpulan dan desiminasi hasil

Pre test: Observasi awal produksi sekret pada

pasien

Incidental Sampling

Page 32: Skripsi Nurse

4.3 Populasi, Sampel, Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia;klien)

yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).

Populasi dari penelitian ini adalah semua penderita Pneumonia di

Bangsal Dahlia RSUP NTB yang memenuhi kriteria inkulsi.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari suatu

populasi (Dr. Muhamad Zainudin. Apt, 2000).

1) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti.

(Nursalam, 2008). Yaitu:

a) Penderita Pneumonia berat yang dirawat diruang

Dahlia, RSUP NTB.

b) Pasien Pneumonia dengan rentang usia - .

c) TTV dalam batas normal

d) Belum sarapan atau makan malam.

e) Orang tua pasien memberikan ijin menjadi responden.

2) Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi.

(Nursalam, 2003), yaitu:

a) Pasien dengnan Kelainan dinding dada: Fraktur iga, infeksi,

neoplasma, riketsia.

b) Pasien dengan Tension Pneumothoraks.

Page 33: Skripsi Nurse

c) Pasien yangmengalami kelainan yang berhubungan dengan

darah: kelainan pembekuan, haemoptisis, perdarahan

intrabronkial yang massif.

d) Pasien dengan Aritmia jantung.

e) Pasien tidak sadar

4.3.3 Besar sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan

sampel (Notoatmojo, 1993). Sampel yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi.

Besar sampel diambil dengan menggunakan proporsi tunggal

dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel.

N = Populasi.

d = Tingkat signifikan

Jadi, dari hasil perhitungan didapatkan besar sampel, yaitu: 21. Jumllah

ini hanya dijadikan sebagai estimasi. Maksudnya, ketika jumlah

sampel terpenuhi sebelum batas waktu penelitian berakhir, maka

penelitian boleh dihentikan.

N

n =

1 + N (d2)

Page 34: Skripsi Nurse

4.3.4 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari

populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008). Penelitian

ini menggunakan Incidental sampling. Tehnik sampling Incidental

sampling merupakan tehnik penentuan sampel, dimana tidak semua

individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk di tugaskan

menjadi anggota sampel (Sutrisno Hadi, MA., 2004 ).

4.4 Identifikasi Variabel

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah suatu stimulus aktivitas yang

dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada

dependen variabel. Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya

merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan

kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku. (Nursalam & Pariani,

2001). Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah

aktivitas fisioterapi dada.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel respon atau output. Variabel ini

akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel-variabel

Page 35: Skripsi Nurse

independen (Nursalam, 2008). Yang menjadi variabel dependen dalam

penelitian ini adalah pengeluaran sekret.

4.5 Definisi Operasional Variabel

Tabel 4.1 : Tabel Definisi Operasional Penelitian Efektifitas Pemberian Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Pasien Anak Dengan Pneumonia Di Bangsal Dahlia RSUP NTB.

NO VariabelDefinisi

operasionalParameter Alat Ukur Skala Skor

1 Independen: Fisioterapi dada

Suatu usaha yang dilakukan untuk mengeluarkan secret dari dalam paru atau trachea untuk mempertahankan fungsi-fungsi alat pernapasan.

2 Dependen: Pengeluaran Sekret

Suatu keadaan dimana paru atau trache terbebas dari secret baik sepenuhnya atau sebagian.

a. Pengeluaran secret.

b. Bunyi napas.

Lembar observasi:

Ordinal

4.6 Pengumpulan Dan Analisis Data

4.6.1 Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini adalah dengan lembar observasi yang terdiri atas 2 item

inti yang dinilai dalam evaluasi untuk menggambarkan efektivitas

pemberian fisioterapi dada ini, yaitu pengeluaran sekret dan suara

napas dari pasien.

4.6.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

1) Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Bangsal Dahlia RSUP NTB.

Page 36: Skripsi Nurse

2) Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober 2010 sampai dengan

November 2010.

4.6.3 Prosedur

Peneliti akan memperkenalkan identitas (diri dan institusi),

maksud dan tujuan, kemudian meminta persetujuan dari pasien.

Setelah mendapat persetujuan dari pasien, peneliti akan melakukan

kontrak waktu dengan pasien dan keluarga untuk melakukan observasi

awal mengenai perkembangan produksi sekret, dengan menggunakan

instrumen yang telah ditentukan. Setelah dilakukan observasi awal,

kemudian dilakukan kontrak waktu untuk pemberian perlakuan dan

kontrak waktu untuk observasi lanjutan setelah pemberian perlakuan.

Pemberian perlakuan dilakukan pada 2 alternatif waktu, yaitu 1

1/2 jam sebelum sarapan atau 1 1/2 jam sebelum makan malam.

4.6.4 Analisis Data

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

selanjutnya dilakukan tabulasi data dan analisa data dengan

menggunakan uji statistik ”T”.

Tahap-tahap analisa data antara lain:

1) Editing yaitu melihat apakah data sudah

terisi lengkap atau tidak lengkap.

Page 37: Skripsi Nurse

2) Coding yaitu mengklarifikasi jawaban

dari responden menurut macamnya dengan memberi

kode pada masing-masing jawaban menurut item pada

lembar observasi.

3) Analisa statistic.

Hasil jawaban atas pertanyaan kuesioner

diskoring dan kemudian dilihat bagaimana efektivitas

dari fisioterapoi dada terhadap pengeluaran sekret.

Derajat kemaknaan ditentukan p 0,05 yang artinya,

jika hasil perhitungan p 0,05 berarti H0 ditolak dan H1

diterima yaitu Pemberian fisioterapi dada efektif untuk

membantu pengeluaran sekret pada anak dengan

Pneumonia. Analisa ini menggunakan system

komputerisasi (SPSS).

4.7 Etik Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan subyek penelitian pada

pasien Pneumonia yang dirawat di ruangan Bangsal Dahlia RSUP NTB.

Untuk itu perlu di ajukan permohonan ijin penelitian pada pihak RSUP NTB

dengan tujuan Bangsal Dahlia. Setelah itu peneliti menemui subyek yang akan

dijadikan responden untuk menekankan masalah etik yang meliputi :

4.7.1 Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada setiap pasien

Pneumonia yang menjadi subyek penelitian dan memberikan

Page 38: Skripsi Nurse

penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian untuk

mengadakan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu akan dijelaskan

manfaat jika pasien bersedia menjadi subyek penelitian. Jika pasien

bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan sebagai

tanda bersedia, demikian juga dengan peneliti. Apabila responden tidak

bersedia menjadi responden maka peneliti akan tetap menghormati

hak-hak responden.

4.7.2 Tanpa nama (Anonimity)

Nama subyek tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan

data, dan untuk mengetahui keikutsertaannya peneliti hanya

menggunakan kode dalam bentuk nomor pada masing-masing lembar

pengumpulan data.

4.7.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah didapat oleh peneliti dari

responden akan dijamin kerahasiaannya. Hanya pada kelompok

tertentu saja yang akan peneliti sajikan utamanya dilaporkan pada hasil

riset.

4.8 Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian

(Burns & Grove,1991). Dalam penelitian ini, keterbatasan yang dihadapi

peneliti adalah:

1. Sampel yang digunakan terbatas pada pasien Pneumonia

yang rawat inap di Bangsal Dahlia RSUP NTB.

Page 39: Skripsi Nurse

2. Feasibility yaitu dalam melakukan penelitian adanya

pertimbangan mengenai keterbatasan waktu, dana, keahlian dan

pertimbangan lainnya.

Page 40: Skripsi Nurse

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Athur C. & Hall, Jhon E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Nastiti, at al. (2010). Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Badan Penerbit

IDA. Jakarta

Notoatmojo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 2. Rieneka Cipta: Jakarta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metoodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Nursalam & Pariani S. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. UD Sagung Seto: Jakarta

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Buku Kuliah 3: Ilmu Kesehatan

Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta

Wong, Dona L. ( 2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta

Zainudin, Muhamad. (2002). Metodologi Penelitian. Surabaya

Lubis, Helmi M.. (2005). Fisioterapi Pada Penyakit Paru Anak. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU.

http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf.

Tanggal 2 Agustus 2010. Jam 09.43.