Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PROGRAM PENYULUH PERTANIAN
LAPANGAN DI WILAYAH KERJA BALAI PENYULUHAN
PERTANIAN (WKBPP) KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN
NAGAN RAYA
SKRIPSI
Oleh :
EDI SYAHPUTRA NPM. 07C10404026
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang paling penting. Karena dengan semakin
bertambahnya penduduk Indonesia maka akan semakin meningkat pula kebutuhan
akan pangan. Sehingga sektor pertanian melakukan usaha-usaha untuk
meningkatkan produksi pangan dengan jalan intensifikasi, deversifikasi dan
ekstensifikasi. Dalam pelaksanaannya petani memegang peran penting agar
pembangunan pertanian lebih cepat berhasil, maka dari itu penyuluh pertanian
sangat penting untuk mendorong dan menggerakkan petani-petani untuk
melakukan usahataninya agar lebih efektif dan efisien. Penyuluh pertanian
merupakan ujung tombak dari semua kegiatan penyuluhan.
Dengan penyuluhan yang baik dan mudah dipahami oleh petani maka
transformasi ilmu yang diberikan dapat diterapkan oleh petani dalam
usahataninya. Tapi kenyataannya, penyuluh pertanian kurang diperhatikan
keberadaannya di daerah daerah pedesaan.
Hal ini dapat dilihat dengan semakin menurunnya produksi pertanian dan
beralihnya penduduk pedesaan dari bertani ke sektor industri juga kurangnya
perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian. Sehingga kesejahteraan petani
kurang diperhatikan. Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu menetapkan Pepres
No. 7/2005. Tentang RPJMN 2008 – 20011 sebagai Komite Politik Pembangunan
Jangka Menengah dimana pada bab 19 terdapat Revitalisasi Pertanian.
Revitalisasi pertanian dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian
1
2
sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di pedesaan dan mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional.
Penyuluhan merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum yang secara inheren didalamnya
terkandung maksud untuk memenuhi hak azasi setiap warga negara. Dalam ruang
lingkup pembangunan pertanian, peranan penyuluhan mempunyai posisi yang
penting. System penyuluhan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi
kebutuhan pangan, papan dan sandang serta bahan baku industri. Memperluas
lapangan kerja dan usaha, serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat khususnya petani. Dengan pelaksanaan system penyuluhan yang baik,
terpola, tersusun, dan tepat, serta akurat, diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang produktif berupa peningkatan indikator – indikator dalam sektor pertanian
pada umumnya, dan sub sektor pertanian tanaman pangan, hortikulutra,
perikanan/peternakan dan kehutanan, pada khususnya.
Balai penyuluh pertanian (BPP) yang melaksanakan Program penyuluhan
pertanian kususnya tanaman padi sawah, Berdasarkan survei awal BPP telah
Melaksanakan beberapa program penyuluhan kepada petani , dengan banyaknya
program yang telah dilaksanakan, Oleh karena itu peneliti tertarik memilih judul
Analisis Efektifitas Program Penyuluhan Pertanian Di Balai Penyuluh Pertanian
(BPP) Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, menjelaskan beberapa hasil
kinerja yang telah dicapai oleh BPP Kecamatan Beutong Khususnya.
3
1.2. Rumusan Masalah
Peneliti perlu melakukan evaluasi apakah program Penyuluhan pertanian
yang telah berjalan, efektif dalam mencapai tujuan dalam program tersebut atau
tidak. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana perilaku Petani yang menjadi
binaan BPP terhadap program penyuluhan yang dijalankan BPP. Oleh karena itu,
perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas Program Penyuluhan Pertanian pada BPP
berdasarkan ketercapaian tujuan program, realisasi program, serta
kesesuaian program dengan harapan Petani binaan Kecamatan Beutong ?
2. Bagaimana karakteristik petani binaan dalam program penyuluhan
pertanian di kecamatan beutong ?
3. Apakah karakteristik Petani Binaan BPP ada hubungannya dengan
efektivitas program Program Penyuluhan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah,
1. Mengetahui karakteristik umum Petani Binaan dalam Program
Penyuluhan Peratanian BPP Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
2. Menganalisis efektivitas Program Penyuluhan Pertanian pada Petani
Binaan di Kecamatan Beutong.
3. Menganalisis hubungan karakteristik Petani binaan dengan efektivitas
Program Penyuluhan Pertanian.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ii adalah,
4
1. Bagi peneliti, sebagai tugas akhir dan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar.
2. Bagi BPP, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan
program penyuluhan Pertanian Lapangan agar dapat mencapai tujuan
Program penyuluhan Pertanian.
3. Bagi pihak akademis dan petani sebagai informasi dan dapat membantu
peneliti lain yang terkait serta menambah wawasan.
1.5. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
H0 : Tidak ada hubungan yang nyata antara dua variabel
H1 : Terdapat hubungan yang nyata antara dua variabel
Taraf kepercayaan yang digunakan dalam uji signifikansi adalah 5%. Sedangkan
yang menjadi dasar pengambilan keputusan signifikan atau tidaknya hubungan
kedua variabel adalah:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi Efektivitas Program
Weiss (1972) menyatakan bahwa evaluasi merupakan kata yang elastis
yang mewakili penilaian terhadap banyak hal. Program sosial dirancang untuk
mengembangkan banyak orang. Program bisa memberikan perubahan pada
pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku individu. Dengan kriteria tertentu,
penelitian mengenai evaluasi program akan menggambarkan kesimpulan
mengenai keefektifan, manfaat, dan kesuksesan program yang diteliti. Untuk
mengukur efektivitas suatu program, pengukuran dilakukan berdasarkan
kesesuaian efek program dengan tujuan dari program tersebut. Weiss (1972) telah
mengidentifikasikan beberapa jenis manfaat evaluasi keberhasilan program dalam
pembuatan keputusan, diantaranya :
1. Untuk melanjutkan atau menghentikan program (continue or discontinue)
2. Untuk pengembangan prosedur dan pelaksanaan (to improve)
3. Untuk menambah atau mengurangi strategi dan teknik program spesifik
(add or drop)
4. Untuk memulai program serupa di lain tempat (to institute)
5. Untuk mengalokasikan sumberdaya di antara program tandingan (to
allocate)
6. Untuk menerima atau menolak pendekatan program atau teori (accept or
reject)
Dalam evaluasi efektivitas program, yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Temukan tujuan program
5
6
2. Ubah tujuan program ke dalam bentuk indikator yang dapat diukur pada
ketercapaian tujuan
3. Kumpulkan data mengenai indikator pada partisipan atau peserta program
4. Bandingkan data dari peserta program dengan kriteria tujuan. Variabel
input penelitian terdiri dari tujuan, prinsip, metode, peserta, lamanya
berpartisipasi, lokasi, dan manajemen. Karakteristik partisipan juga dapat
diklasifikasikan sebagai variabel input. Karakteristik peserta itu
diantaranya seperti, usia, jenis kelamin, status ekonomi, sikap, motivasi
menjadi partisipan, harapan terhadap program, dan lain- lain. Variabel
operasional yang merupakan program itu sendiri
2.2. Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan dalam arti umum merupakan suatu ilmu sosial yang
mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan masyarakat agar
dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang diharapkan sesuai
dengan pola atau rencananya. Menurut Samsudin (1980 ) penyuluhan pertanian
adalah suatu pendidikan yang bersifat non formal atau sistem persekolahan yang
biasa dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan
sambil orang itu mengerjakan sendiri jadi belajar dengan mengerjakan sendiri.
Pada saat ini keadaan penyuluh pertanian sangat diperlukan sekali
keberadaannya. Untuk kondisi ideal atau yang sesuai penyuluh pertanian adalah:
(a) Terselenggarannya penyuluh pertanian sesuai dengan undang-undang dan
peraturan pelaksananya.
7
(b) Terbentuknya kelembagaan penyuluh pertanian dari pusat sampai daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(c) Terpenuhinya kebutuhan tenaga penyuluh pertanian yang profesional dari
pusat sampai daerah.
(d) Meningkatnya kemandirian dan keswadayaan petani dan keluarganya.
(e) Tercapainya ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing dan peningkatan
pendapatan serta kesejahteraan petani.
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup
panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan
bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk
kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan
dilandadi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara
praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknolog-
teknologi yang lebih maju dilain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi
pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi
maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai
produsen primer (Margono. S, 2003).
2.3. Peran Penyuluhan Pertanian
Penyuluh menurut Roger (1983) diartikan sebagai seorang yang atas nama
pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk
mengadopsi inovasi. Peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk
menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda
8
dan teknik-teknik tertentu sampai mereka (sasaran penyuluhan) itu dengan
kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan.
Peran penyuluh menurut Mosher (1968) mengungkapkan bahwa setiap penyuluh
pertanian harus mampu melaksanakan peran ganda seperti :
1. Guru, yang berperan untuk mengubah perilaku (sikap, pengetahuan dan
ketrampilan) masyarakat sasarannya.
2. Penganalisaan, yang selalu melakukan pengamatan terhadap keadaan
(sumberdaya alam, perilaku masyarakat, kemampuan dana dan
kelembagaan yang ada dan masalah masalah serta kebutuhan-kebutuhan
masyarakat sasaran dan melakukan analisis tentang alternatif pemecahan
masalah atau penentuan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
3. Penasehat, untuk memilih alternatif perubahan yang paling tepat yang
secara teknis dapat dilaksanakan secara ekonomi menguntungkan dan
dapat diterima oleh nilai-nilai sosial budaya setempat.
4. Organisator, yang harus mampu menjalin hubungan baik dengan segenap
lapisan masyarakat (terutama tokoh masyarakat), mampu berinisatif bagi
terciptanya perubahan-perubahan serta dapat memobilisasi sumberdaya,
mengarahkan dan membina kegiatan-kegiatan maupun mengembangkan
kelembagaan-kelembagaan yang efektif untuk melaksanakan perubahan-
perubahan yang direncana.
Peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi
dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik
tertentu sampai sasaran penyuluhan itu dengan kesadaran dan kemampuannya
9
sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan. Akan tetapi, dalam
pengembangannya, peran penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi
menyampaikan iinovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi, ia harus mampu menjadi
jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang
diwakilinya dengan masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan
balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang
bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau
posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik
(Mardikanto. T, 1993).
Dengan adanya jalinan keterkaitan antara penyuluh pertanian dengan
petani maka pada suatu saat nanti didalam menghadapi masala-masalah
penyuluhan tidak tergantung kepada program dari pemerintah semata-mata tetapi
merupakan kemandirian petani itu sendiri. Dengan adanya suatu program yang
direncanakan oleh petani dan terjaminnya dukungan operasional dari aparatur-
aparatur penyuluhan pertanian, penyediaan sarana produksi, pemasaran,
pengolahan hasil, permodalan maka dengan demikian produktivitas usaha tani
terus menerus meningkat dan permintaan pasar terpenuhi dengan kata lain mampu
memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang melintas dihadapannya
(Suryadi.A,1995).
2.4. Program Penyuluhan
Program penyuluhan yang baik sebaiknya dilakukan berdasarkan
kebutuhan masyarakat yang ada di daerah tersebut (sistem bottom up). Pemerintah
10
harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat lalu kemudian
menentukan program apa yang cocok dilakukan di daerah tersebut. Untuk
mengetahui keberhasilan program penyuluhan, maka diperlukan penelitian secara
ilmiah.
Ada beberapa kegunaan evaluasi dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu
sebagai berikut:
1. Kegunaan bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri, yakni:
a. Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang telah dicapai.
b. Untuk mencari bukti apakah sekuruh kegiatan telah dilaksanakan seperti
yang direncanakan.
c. Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai yang berkaitan
dengan tujuan yang diinginkan.
d. Untuk mengukur efektifitas dan efesiensi sistem kerja dan metoda-
metoda penyuluhan yang telah dilaksanakan.
e. Untuk menarik simpati aparat dan warga masyarakat bahwa program
tersebut memang mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga
diharapkan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan
berikutnya.
2. Kegunaan bagi aparat penyuluhan, yakni meliputi:
a) Penyuluh merasa diperhatikan dan tidak dilupakan, sehingga
memberikan kepuasan psikologis yang akan mendorong aktivitas
penyuluhannya di masa mendatang.
11
b) Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian
terhadap aktivitas atau mutu kegiatan penyuluhan itu sendiri, sehingga
berpengaruh dalam menentukan masa depan bagi pengenbangan karier
penyuluh yang bersangkutan.
c) Dengan adanya evaluasi maka penyuluh akan selalu mawas diri dan
berusaha agar kegiatannya berjalan dengan baik sehingga membiasakan
diri untuk selalu rajin, tekun dan bertanggung jawab.
3 Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yakni meliputi:
a) Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta
dan bukan didasarkan kepada asumsi atau praduga semata.
b) Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang
telah ditetapkan.
c) Memperolah peningkatan pengetahuan dan keterampilan. (Mardikanto.T,
1993).
Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan
cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur.
Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang
diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih kriteria yang
terbaik dalam mencapai tujuan. Rencana kerja adalah pernyataan tertulis yang
memuat secara lengkap tentang apa, mengapa, bagiamana, siapa, bilamana,
dimana, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
(Mardikanto dan Sutarni, 1990).
12
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat
Penelitian ini direncanakan pelaksanaannya pada bulan agustus sampai
dengan September 2013, di wilayah kerja balai penyuluhan pertanian (WKBPP)
berdasarkan administratif terletak di Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
3.2. Metode Penelitian
Penelitian yang direncanakan dapat dikatagorikan kedalam penelitian
explenatory atau Penelitian penjelasan. Menurut Masri Singarimbun (1982),
penelitian penjelasan yaitu penelitian yang menyoroti hubungan variabel-variabel
penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan. Oleh karena itu penelitian
ini juga dinamakan penelitian hipotesa. Walaupun dalam uraian mengandung
diskripsi, tetapi lebih sebagian rasional fokusnya terletak pada penjelasan
hubungan variabel.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan, sbb:
a Kuisioner
Pengumpulan data dari responden dilakukan dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan secara tertulis.
b Observasi
Pengambilan data dengan cara mengamati para penyuluh pertanian lapangan
saat melaksanakan tugasnya.
12
13
c, Wawancara
Pengumpulan data dengan cara mengajukan bebrapa pertanyaan secara
lisan kepada responden berupa interviu guide.
d. Okumentasi
Pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis (dukumen-dokumen) yang
berhubungan dengan objek penelitian.
3.4. Populasi Dan Sampel Penelitian
Teknik penentuan responden dilakukan dengan cara gugus
bertahap ganda (multi stage cluster random sampling) yaitu suatu teknik
dengan model pengelompokan secara bertahap. Sehingga dalam setiap
kelompok yang terkecil, dilakukan penarikan responden secara acak sederhana,
sebanyak menurut proposionalnya.
Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tahap pertama, populasi dibagi menjadi kluster wilayah desa yang terdapat
kelompok tani kelas madya.
2. Tahap kedua, mengambil sampel kelompok tani kelas madya sebanyak 10 %
dari 54 kelompok yaitu sejumlah 5 kelompok tani.
3. Tahap ketiga jumlah anggota kelompok tani induk dari kelas lanjut dan
pemula yaitu 384 anggota di ambil 10% yaitu 38,4 populasi. Dan jumlah
sampel kelompok dari masing-masing kelompok tani dan jumlah seluruh
anggota dari masing-masing kelompok tani sebanyak 39 responden.
Sedangkan penentuan jumlah responden dari masing-masing kelompok tani
menurut Sugiono (1995). ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
14
)(nN
nN k
i
Dimana :
Ni = jumlah responden masing-masing kelompok tani
nk = jumlah sampel dari masing-masing kelompok tani
N = jumlah keseluruhan populasi dan anggota kelompok tani
n = jumlah sampel kelompok tani yaitu 39 responden.
Tabel. 3.1 Daftar jumlah populasi dan penentuan responden
No
.
Desa Kelompok Tani Kelas Jumlah
Populasi
Jumlah
Responden
1. Blang Seumot Mangat Meurata Induk 86 9
2. Ujong Blang Teuluk Beutong Induk 76 8 3. Meunasah Dayah Tanoh Peut Sago Induk 70 7 4.
5.
Pante Ara
MeunasahTeugoh
Tamita Beuna
Ci Tarasa
Induk
Induk
72
80
7
8
Jumlah 384 39
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data BPP Beutong jumlah
Kelompok Tani yang masih aktif hingga Desember 2012 sebanyak 54 kelompok
Jumlah responden yang diambil adalah 10 persen (%) (5 kelompok) dari seluruh
kelompok tani binaan, jumlah total populasi 384 kemudian diambil 10 persen (%)
yaitu 38,4 Polpulasi anggota kelompok, maka jumlah keseluruhan responden
dengan hitungan formula diatas adalah 39 responden dari seluruh kelompok tani
yang ada di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya
15
3.5. Variabel Yang Diamati
3.5.1. Klasifikasi variabel
1. Variabel Dependen
Efektifitas program penyuluhan
2. Variabel Independen
- Pelatihan
- Percontohan (Demplot)
- Pedampingan
- Evaluasi
3.6. Analisis Data
Data yang peroleh dari lapangan diolah dan ditabulasikan dalam bentuk
tabel baris sesuai dengan kebutuhan analisis, model analisis yang digunakan
adalah regresi linear berganda (Sudjana, 1996 )
Y= a+b1X1+X2+X3+X4+..............Xn
Dimana:
Y = Efektivitas program Penyuluhan Pertanian
A = Konstanta
X1 = Pelatihan
X2 = Percontohan
X3 = Pedampingan
X4 = Evaluasi
16
3.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang disebarkan, terlebih dahulu dilakukan suatu pengujian
kuesioner yaitu uji validitas dan reliabilitas.
Menurut Jogiyanto (2008), Uji Validitas menunjukkan bahwa suatu
pengujian benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Adapun rumus dari
korelasi product moment yaitu sebagai berikut :
𝑟 =n ∑XY −(∑X ∑Y )
𝑛∑ 𝑋2 −∑𝑋 2 (𝑛∑ 𝑌2− ∑𝑌 2
Keterangan :
N = Jumlah Responden
X = Skor masing-masing pernyataan dari tiap responden
Y = Skor total semua pernyataan dari tiap responden
Selanjutnya dilakukan Uji reliabilitas menunjukkan tingkat seberapa besar
suatu pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten yang besarnya ditunjukkan
oleh nilai koefisien reliabilitas. Teknik uji realibilitas yang digunakan yaitu teknik
Cronbach’s Alpha. Rumus pengujian realibilitas dengan
menggunakan teknik Cronbach’s Alpha adalah :
𝑎 = 𝑘
𝑘 − 1 1 −
∑𝜎𝑏²
𝜎𝑡²
Keterangan : a = Reliabilitas instrument (Cronbach’s coefficient alpha)
k = Banyak butir pertanyaan
∑σb² = Jumlah ragam butir
σt² = Ragam total
17
3.6.2. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengubah data kualitatif menjadi data
kuantitatif. Skala ini mengukur tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan responden
terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Dalam skala
Likert, kemungkinan jawaban tidak hanya “setuju” dan “tidak setuju”, tetapi dapat
dibuat dengan banyak kemungkinan. Dengan menggunakan Skala Likert
(Umar,2005) peneliti dapat memberi skor pada setiap jawaban responden sesuai
dengan bobot yang telah ditentukan dalam Skala Likert. Pembobotan nilai
jawaban dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Bobot nilai jawaban responden
Bobot Keterangan
1 Sangat tidak setuju/ Sangat tidak penting 2
3
Tidak setuju/ Tidak penting
Cukup setuju/Cukup Penting
4 Setuju/ Penting 5 Sangat setuju/ Sangat penting
3.6.3. Analisis Diskriptif
Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui
karakteristik umum dari petani Binaan Kecamatan Beutong, dan efektivitas
program penyuluhan. Data mengenai karakteristik responden tersebut akan
diperoleh melaui kuesioner dan kemudian diklasifikasi dalam bentuk tabel (Umar,
2005). Data-data tersebut kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah
responden dengan rumus sebagai berikut :
P =𝑓𝑖
∑𝑓𝑖100%
18
Dimana :
P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu
ƒi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu
∑ƒi = Total jawaban
Persentase terbesar yang diperoleh untuk masing-masing kategori
merupakan jawaban yang paling dominan. Karakteristik responden yang akan
diidentifikasi diantaranya, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis usaha, dan
lama bertani.
3.6.4. Tabulasi Silang (Crosstabs)
Menurut (Siegel, 1992). Tabulasi silang adalah prosedur yang menyajikan
deskripsi data dalam bentuk baris dan kolom. Tabulasi silang digunakan untuk
melakukan analisis hubungan di antara baris dan kolom. Data yang digunakan
untuk analisis ini adalah data yang berskala ordinal dan nominal. Pengambilan
keputusan pada tabulasi silang dilakukan berdasarkan perbandingan antara uji chi-
square dengan tabel chi-square. Bila nilai hasil hitung chi-square kurang dari atau
sama dengan tabel chi-square maka hipotesis diterima. Bila chisquared test
menampilkan hasil kurang dari atau sama dengan 0,05, maka artinya ada
hubungan antara baris dan kolom.
3.6.5. Importance Performance Analysis (IPA)
Importance Performace Analysis (IPA) adalah sebuah metode untuk
memetakan tingkat kepentingan atas kinerja tertentu dari sebuah produk.
kemudian tingkat kepentingan tersebut dipetakan dalam diagram kartesius yang
19
disebut Matriks IPA. Matriks IPA terdiri dari empat kuadran yang masing-masing
menjelaskan keadaan yang berbeda. Keadaan keadaan tersebut yaitu
1. Kuadran I (attribut estoimprove).
Kuadran ini memuat atribut yang dianggap penting oleh mitra binaan tapi
kinerja atribut tersebut kurang dari apa yang diharapkan. Atribut yang
termasuk di kuadran ini harus ditingkatkan.
2. Kuadran II (maintain performance). Kuadran ini membuat atribut yang
dianggap penting oleh mitra binaan dan pelaksanaannya dianggap sudah
sesuai harapan. Atribut di kuadran ini harus dipertahankan.
3. Kuadran III (attributes to maintain). Kuadran ini memuat atribut yang
dianggap kurang penting oleh mitra binaan dan kinerja atribut tersebut
kurang dari apa yang diharapkan. Peningkatan atribut yang masuk ke
kuadran ini perlu dipertimbangkan karena tidak terlalu berpengaruh
terhadap mitra binaan.
4. Kuadran IV (attributes to de-emphasize). Kuadran ini memuat atribut yang
dianggap kurang penting oleh mitra binaan sedangkan kinerja perusahaan
pada atribut ini terlalu tinggi sehingga dianggap berlebihan. Harus
dilakukan efisiensi pada atribut di kuadran ini sehingga bisa menghemat
biaya.
Rumus yang digunakan dalam IPA adalah sebagai berikut:
𝑇𝑘𝑖 =𝑥𝑖
𝑦𝑖 𝑥 100%
Keterangan :
20
TKi = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor penilaian tingkat kinerja/kepuasan
Yi = Skor penilaian kepentingan
(Siegel, 1992).
3.6.6. Analisis Korelasi (Rank Spearman)
Adapun metode statistika yang digunakan adalah dengan menggunakan
teknik korelasi Rank Spearman. Korelasi ini digunakan untuk mengukur tingkat
keeratan hubungan antara variabel satu dengan lainnya. Khususnya data interval
yaitu data yang mempunyai skala pengukuran yang berjenjang. Rumus korelasi
Rank Spearman (Siegel, 1992):
r s = 1 −6 di ²
𝑛
𝑖−1
𝑁³ −𝑁
Keterangan:
rs = Koefisien korelasi
N = Jumlah sampel penelitian
di = Selisih antara rank X dan rank Y pada responden ke- i
Apabila dalam perhitungan ditemukan angka kembar, maka menggunakan rumus:
𝑟𝑠 =∑𝑥2 +∑𝑦2 − ∑𝑑𝑖²
∑𝑥² 2 ∑𝑦²
Keterangan:
rs = Koefisien korelasi
N = Jumlah sampel penelitian
di = Selisih antara rank X dan rank Y pada responden ke- i
Melalui program SPSS 17.00 for Windows maka kita tidak perlu
melakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus di atas.
21
Komputer akan mengeluarkan output hasil pengolahan dan kita dapat langsung
menganalisis serta mengambil keputusan dari output tersebut. Hal yang dapat
dianalisis dari output tersebut dengan melihat nilai korelasi (nilai rs) dan nilai
probabilitasnya.
rs = 1 Hubungan X dan Y sempurna positif (mendekati 1, hubungan kuat
dan positif)
rs = 1 Hubungan X dan Y sempurna negatif
rs = 0 Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan
Mengetahui keeratan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya,
koefisien korelasi yang diperoleh kemudian diinterprestasikan melalui pedoman
yang tertera pada tabel 3.3.
Tabel 3.3. interprestasi koefesien korelasi
Interval koefesien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,00 Sangat Kuat
Untuk menguji tingkat signifikasi rs digunakan uji t dengan tingkat
kepercayaan 95 %. Menurut Siegel (1997) digunakan rumus, sebagai berikut :
2rs1
2Nrst
Keterangan :
t = tingkat signifikasi
rs = koefisien rank spearman
N = Jumlah sampel
22
Kriteria pengambilan keputusan :
1. Jika t hitung > t tabel ( = 0,05), maka Ho ditolak yang berarti ada
hubungan signifikan antara Efektivitas Program Penyuluhan Pertanian
terhadap keberhasilan Program Pennyuluhan Pertanian Di Wilayah Kerja
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
2. Jika t hitung < t tabel ( = 0,05), maka Ho diterima yang berarti tidak ada
hubungan signifikan antara Efektivitas Program Penyuluhan Pertanian
terhadap keberhasilan Program Pennyuluhan Pertanian Di Wilayah Kerja
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik responden
Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 39 orang
petani yang ada diwilayah kerja balai penyuluhan pertanian Kecamatan Beutong.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, Seluruh responden menjadi
petani dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan tambahan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, dan ingin mengembangkan usaha yang mereka jalankan.
Petani yang hampir seluruhnya telah berkeluarga ( berstatus menikah) ini sebagian
besar memperoleh informasi mengenai penyuluhan pertanian melalui
rekomendasi teman dan melalui pihak pemerintah langsung.
Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
adalah, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jenis usaha dan lama bertani
dengan binaan penyuluhan. Petani Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan raya
memiliki karakteristik sebagai berikut, :
1. Jenis Kelamin
Gambar 1. Jenis kelamin responden
Jenis Kelamin
laki-laki
Wanita
55% 45%
23
3
24
Petani Kecamatan Beutong yang bersedia menjadi responden penelitian
berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 21 orang responden (55%) berjenis kelamin
laki- laki dan 18 orang sisanya (45%) berjenis kelamin perempuan.
2. Usia
Gambar 2. Usia responden
Sebagian besar responden memiliki usia lebih dari 40 tahun yaitu
sebanyak 25 orang (64%) . Sisanya adalah 7 orang (18%) berusia 31-40 tahun, 6
orang berusia 24-30 tahun (15%) dan 1 orang berusia 17-23 tahun (3%).
3. Pendidikan
Gambar 3. Pendidikan responden
Usia
17-23 tahun
24-30 tahun
31-40 tahun
>40 tahun
Pendididkan
SD/SMP
SMA/SMK
D3
S1
S2
64 %
18 %
15%
3%
28%
49%
10%
13%
25
Berdasarkan Tingkat pendidikan responden, yang paling dominan adalah
Kelompok tani dengan tingkat pendidikan terakhir pada jenjang SMU/SMK
sebanyak 19 orang (49%). Selanjutnya terdapat 10 orang Kelompok tani dengan
pendidikan terakhir pada jenjang SD/SMP (28%) dan sisanya 1 0rang dengan
pendidikan S2 (. Karena itu, Kelompok tani perlu untuk dibina melalui kegiatan
Penyuluhan Pertanian agar mampu mengembangkan usaha yang dimiliki. Sisanya
adalah 4 orang dengan pendidikan S1 (10%), 5 orang dengan pendidikan D3
(13%).
4.2. Efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Kegiatan Penyuluhan pertanian dilaksanakan dalam beberapa jenis
kegiatan, yaitu kegiatan Pelatihan, Percontohan, Perdampingan dan evaluasi.
Weiss (1972) menyatakan bahwa untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan
dilakukan berdasarkan kesesuaian efek kegiatan dengan tujuan dari kegiatan
tersebut. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan pengukuran efektivitas
Kegiatan Penyuluhan berdasarkan ketercapaian tujuan dari kegiatan Penyuluhan
yang dilaksanakan pada Kelompok tani Kecamatan Beutong.
1. Realisasi Kegiatan Penyuluhan
Terlebih dahulu peneliti menyajikan data realisasi Kegiatan Penyuluhan
Pertanian dengan melihat Kegiatan yang diperoleh Kelompok tani melalui
Kegiatan Penyuluhan. Data ini disajikan untuk melihat apakah Pemerintah
memberikan kegiaatan-kegiatan ini kepada Kelompok Tani. Data dapat dilihat
pada Tabel 4.1. berikut,
26
Tabel 4.1. kegiatan Penyuluhan yang Di peroleh kelompok tani Kegiatan Skor rataan Urutan peringkat Keterangan
Pelatihan 3,59 1 Efektif
Percontohan 2,88 3 Tidak Efektif
Perdampingan 2,72 4 Tidak Efektif
Evaluasi 3,13 2 Cukup Efektif
Sumber data primer diolah 2013
Hasil menunjukkan bahwa Kegiatan yang paling efektif dalam realisasinya
terhadap seluruh responden adalah kegiatan Pelatihan karena memiliki skor rataan
terbesar yaitu 3,59 (dari skala maksimal 5,00) dengan predikat Efektif. Hal
tersebut terjadi karena berdasarkan keterangan yang diperoleh dari responden,
responden merasa antusias untuk ikut serta dalam Pelatihan yang ditawarkan
Pemerintah karena ingin menambah wawasan yang dimiliki, selain itu waktu
pelaksanaan pelatihan yang tidak terlalu lama juga mempermudah responden
untuk menghadiri pelatihan tanpa harus meninggalkan usaha terlalu lama. Dan
berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak PPL BPP Kecamatan Beutong,
Kegiatan Pelatihan memang diadakan minimal satu tahun sekali dan materi yang
diberikan bisa disesuaikan dengan keinginan dari Kelompok tani.
Kegiatan yang memiliki skor rataan paling rendah adalah Kegiatan
Perdampingan dengan nilai skor rataan sebesar 2,72 (Tidak Efektif). Pemerintah
cukup sering mengadakan kegiatan Kompetisi bagi Kelompok tani sebagai
Kegiatan perdampingan, namun beberapa Kelompok tani kesulitan untuk
mengikuti kegiatan karena mereka sibuk untuk mengurus usaha masing-masing
terkait waktu kegiatan yang cukup lama yaitu selama 1 minggu, dan lokasi
kegiatan yang diadakan cukup jauh dari Kelompok tani. Pemerintah juga telah
27
mempertimbangkan hal tersebut sehingga Pemerintah lebih meprioritaskan usaha
Kelompok tani yang memang memungkinkan untuk mengikuti kegiatan.
Pemerintah perlu mengetahui perilaku Kelompok tani agar pelaksanaan
Kegiatan Penyuluhan Pertanian bersama Kelompok tani bisa menjadi lebih efektif
di masa yang akan datang untuk tercapainya tujuan Pemerintah di dalam Kegiatan
Penyuluhan Pertanian ini. Untuk itu peneliti menyajikan data mengenai Kegiatan
Penyuluhan Pertanian yang dipentingkan Kelompok tani. Melalui data ini kita
dapat mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang lebih dipentingkan oleh
Kelompok tani Pemerintah di dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Selain itu,
peneliti juga dapat melihat apakah kegiatan yang diperoleh responden saat ini
sesuai dengan yang dipentingkan oleh responden. Data dapat dilihat dalam Tabel
4.2. berikut,
Tabel 4.2.Kegiatan penyuluhan yang dipentingkan Kelompok tani
Kegiatan Skor rataan Urutan peringkat Keterangan
Pelatihan 3,25 2 CukupPenting
Percontohan 3,05 3 Cukup Penting
Perdampingan 2,98 4 Cukup Penting
Evaluasi 3,55 1 Penting
Sumber: Data primer diolah 2013
Hasil menunjukkan bahwa Kegiatan yang paling dipentingkan
Kelompok Tani adalah Kegiatan Evaluasi karena memiliki skor rataan tertinggi
yaitu 3,55 (dari skala maksimal 5,00) dengan predikat Penting. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari responden, hampir seluruh responden yang menjadi
Kelompok Tani dengan tujuan ingin memperoleh hasil penyuluhan yang lebih
baik dari Evaluasi, disamping tujuan untuk mengembangkan Ilmu. Karena itu
responden menganggap bahwa Kegiatan Evauasi penting. Kemudian untuk
28
kegiatan yang memiliki skor rataan paling rendah adalah Kegiatan Perdampingan
dengan nilai skor rataan sebesar 2,99 ( cukup Penting). Beberapa responden
menganggap bahwa usaha yang mereka jalankan seperti membajak tidak
memerlukan pedampingan seperti yang diberikan Balai penyuluhan Pertanian
Kecamatan Beutong. Responden menganggap Pedampingan tidak akan
mempengaruhi tingkat produksi pada usahatani mereka.
Bila dibandingkan antara Kegiatan Penyuluhan yang diperoleh dan yang
dipentingkan responden sebagai Kelompok Tani terlihat adanya perbedaan pada
kedua kategori tersebut. Dalam realisasi kegiatan bila diurutkan, yang paling
efektif diperoleh responden adalah kegiatan Pelatihan, kemudian kegiatan
Evaluasi, kegiatan percontohan dan yang terakhir adalah kegiatan perdampingan.
Sedangkan, untuk kegiatan yang dipentingkan responden dalam pelaksanaan
Kegiatan Penyuluhan , bila diurutkan, yang paling dipentingkan responden adalah
kegiatan Evaluasi, kemudian kegiatan pelatihan, percontohan, dan yang terakhir
adalah kegiatan perdampingan. Terdapat perbedaan antara kegiatan pada
peringkat 1 dan 2 pada kedua kategori tersebut , Kegiatan pelatihan menempati
urutan atau peringkat pertama pada kategori kegiatan Penyuluhan yang diperoleh
responden, sedangkan untuk kegiatan Evaluasi menempati urutan atau peringkat
kedua, sedangkan untuk kategori kegiatan Penyuluhan yang dipentingkan
responden terjadi keadaan yang sebaliknya, yaitu kegiatan Evaluasi terdapat pada
urutan atau peringkat pertama, sedangkan kegiatan pelatihan pada peringkat
kedua.
29
Berdasarkan keadaan dilapangan, perbedaan ini terjadi karena pada
kegiatan Evaluasi, tingginya harapan responden untuk mendapatkan tambahan
dan perbaikan kinerja stake holder sedangkan pada realisasinya tidak semua
responden dapat dipenuhi harapannya, karena Pemerintah memiliki pertimbangan
tertentu untuk Kegiatan pertanian yang diberikan pada responden dengan
menyesuaikannya dengan nilai loyalitas Kelompok tani dan kemampuan
responden untuk mengembangkan usaha pertaniannya tersebut, agar tidak
menyulitkan responden itu sendiri dimasa yang akan datang.
3. Ketercapaian tujuan Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Penilaian efektivitas Kegiatan Penyuluhan Pertanian berdasarkan
ketercapaian tujuan pada Kegiatan Penyuluhan Pertanian yang dirasakan oleh
responden dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut,
Tabel 4.3. Kegiatan penyuluhan pertanian dan ketercapaian tujuan
Kegiatan Penyuluhan Pertanian Skor Rataan Keterangan
Pelatihan
Pengetahuan 3,21 Cukup Efektif
Kemampuan 2,79 Cukup Efektif
Materi 3,18 Cukup Efaktif
Rata-rata 3.06 Cukup Efektif
Percontohan:
Saran dan arahan 3,15 Cukup Efektif
Mengikuti kegiatan 3,28 Cukup Efektif
Rata-rata 3,21 Cukup Efaktif
Perdampingan
Saran dan arahan 2,82 Cukup Efaktif
Tertarik 2,67 Cukup Efaktif
Rata-rata 2.75 Cukup Efaktif
Evaluasi
Saran dan arahan 3,33 Cukup Efektif
Mengikuti kegiatan 3,38 Cukup Efaktif
Rata-rata 3.36 Cukup Efektif
Perkembangan Kegiatan
Produksi 3,00 Cukup Efektif
Laba 3,08 Cukup efektif
Rata-rata 3.04 Cukup efektif
Secara Keseluruhan 3,09 Cukup efektif
Sumber: Data Primer diolah 2013
30
Hasil menunjukkan bahwa Kegiatan penyuluhan berdasarkan hasil
ketercapaian tujuan kegiatan yang dirasakan responden diatas memiliki skor
rataan sebesar 3,09 yang artinya tujuan kegiatan penyuluhan tercapai secara cukup
efektif. Maka terdapat beberapa penjelasan mengenai hasil tersebut, yaitu :
a. Kegiatan Pelatihan
Kegiatan Pelatihan pada penelitian ini terdiri dari tiga atribut yaitu,
pertama, atribut Pengetahuan yang artinya meningkatnya pengetahuan yang
dirasakan responden setelah mengikuti kegiatan pada kegiatan Pelatihan. Atribut
ini memiliki skor rataan tertinggi dalam kegiatan pelatihan yaitu 3,21 ( cukup
Efektif). Artinya responden merasakan adanya peningkatan dari pengetahuan dan
wawasan yang mereka miliki sebelumnya setelah mengikuti kegiatan dalam
kegiatan pelatihan. Misalnya, pada pelatihan Manajemen usahatani dan
Pemberantasan hama dengan cara sederhana responden merasa memperoleh
pengetahuan baru mengenai tips dan trik dalam dunia usaha serta cara pembukuan
sederhana dalam keuangan usaha mereka yang sebelumnya tidak mereka ketahui,
dan bagi responden yang telah berpendidikan tinggi, mereka merasa dengan
pelatihan dapat me-refresh pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Maka, tujuan
pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan Kelompok Tani melalui kegiatan
Pelatihan dapat dikatakan telah tercapai dengan efektif.
Kedua, atribut Kemampuan yang artinya meningkatnya kemampuan
Kelompok Tani dalam menjalankan usahanya setelah mengikuti kegiatan
pelatihan. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 2,79 (Efektif). Artinya,
responden merasakan adanya peningkatan kemampuan mereka dalam
31
menjalankan usaha dilihat dari kemampuan responden dalam menerapkan ilmu
yang diperoleh dari pelatihan pada usaha masing-masing responden. Misalnya,
responden dapat menyiasati usaha mereka agar dapat meningkatkan produksisi
berdasarkan masukan tips yang diberikan dalam pelatihan. Maka, tujuan
pemerintah untuk meningkatkan kemampuan responden dalam menjalankan
usahatani dapat dikatakan telah tercapai dengan efektif.
Ketiga, atribut Materi yang artinya kesesuaian materi pelatihan yang
diberikan dengan usaha yang dijalankan Kelompok Tani. Atribut ini memiliki
skor rataan sebesar 3,18 (cukup Efektif). Artinya responden merasa bahwa isi
materi yang mereka terima dalam pelatihan telah sesuai dengan usaha yang
dijalankan karena memungkinkan responden untuk menerapkan materi tersebut
dalam usaha mereka. Misalnya pada pelatihan Manajemen tani dan perhitungan
biaya produksisi, kedua materi tersebut sesuai dan memungkinkan responden
untuk menerapkannya pada usaha mereka.
Ketiga atribut ditentukan berdasarkan tujuan dari kegiatan pelatihan.
Berdasarkan skor rataan Kegiatan Pelatihan secara keseluruhan, ketercapaian
tujuan kegiatan pelatihan memiliki skor rataan sebesar 3,06 (cukup Efektif).
Artinnya tujuan pemerintah di dalam kegiatan Pelatihan dapat dikatakan telah
tercapai dengan efektif.
b. Kegiatan Percontohan
Kegiatan Percontohan dalam penelitian ini terdiri dari dua atribut yaitu,
pertama, atribut saran dan arahan yang artinya memberikan saran dan arahan
kepada petani untuk melakukan usahataninya dan membantu mengatasi kendala
32
usaha Kelompok Tani. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 3,15 (cukup
Efektif). Artinya responden pernah mendapatkan simpati serta inspirasi dari
percontohan yang di buat oleh pembina yaitu pihak pemerintah (supervisor
Kegiatan Penyuluhan) dibantu dengan pihak lain yang bekerjasama dengan
pemerintah. Maka, tujuan pemerintah untuk memberikan saran dan arahan dalam
membantu mitra mengatasi kendala usahanya, dapat dikatakan efektif.
Kedua, atribut mengikuti kegiatan yang artinya Kelompok Tani mengikuti
kegiatan percontohan dalam melaksanakan usahatani dengan lahan- lahan
percontohan. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 3,28 (cukup Efektif).
Artinya responden sangat termotivasi dengan demplot yang buat oleh pihak
pemerintah. Berdasarkan informasi dari responden Maka, tujuan pemerintah untuk
membuat Kelompok Tani termotivasi dalam berusahatani dapat dikatakan cukup
efektif.
Berdasarkan skor rataan Kegiatan Percontohan secara keseluruhan,
ketercapaian tujuan kegiatan Percontohan memiliki skor rataan sebesar 3,21
(cukup Efektif). Artinnya tujuan pemerintah di dalam kegiatan Percontohan secara
keseluruhan dapat dikatakan telah tercapai dengan efektif.
c. Kegiatan Perdampingan
Kegiatan Perdampingan dalam penelitian ini terdiri dari dua atribut,
yaitu pertama, atribut saran dan arahan yang artinya adalah memberikan arahan
dan saran perdampingan kepada Kelompok Tani. Atribut ini memiliki skor rataan
sebesar 2,82 (Efektif). Artinya responden setuju bahwa pemerintah telah
memfasilitasi mereka dalam perdampingan. Misalnya, responden memberikan
33
kesempatan untuk PPL turun kesawah bersama petani. Selain itu, pihak
pemerintah juga membantu mendampingi Kelompok Tani kepada Kelompok Tani
lainnya. Maka, dengan penjelasan tadi, tujuan Pemerintah untuk memberikan
fasilitas perdampingan kepada Kelompok Tani dapat dikatakan efektif.
Kedua, atribut mengikuti kegiatan yang artinya renponden mengikuti
kegiatan perdampingan dalam mnejlankan usaha tani. Atribut ini memiliki skor
rataan yang paling rendah diantara atrubut lain dalam kegiatan penyuluhan, yaitu
sebesar 2,67 (cukup Efektif). Artinya responden setuju bahwa mereka merasa
cukup terbantu dengan adanya kegiatan perdampingan, responden dapat
mengelola usahatani dengan didampingi pendamping lapangan atau PPL,
sehingga kelompok dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk belajar lebih
terampil dalam usaha tani.
Berdasarkan skor rataan Kegiatan Perdampingan secara keseluruhan,
ketercapaian tujuan kegiatan Perdampingan memiliki skor rataan sebesar 2,75
(cukup Efektif). Artinnya tujuan pemerintah di dalam kegiatan Perdampingan
secara keseluruhan dapat dikatakan telah tercapai dengan efektif.
d. kegiatan Evaluasi
Kegiatan Evaluasi dalam penelitian ini terdiri dari dua atribut, yaitu
pertama, atribut saran dan arahan yang artinya adalah keseriusan petani dalam
menerima bantuan untuk menjalankan usahatani. Atribut ini memiliki skor rataan
sebesar 3,33 (cukup Efektif). Artinya responden benar-benar merasakan bantuan
yang dialokasikan melalui Kegiatan Penyuluhan untuk keperluan usaha Kelompok
Tani. Berdasarkan informasi dari responden, mereka memang memiliki tujuan
34
untuk meningkatkan produksi usahatani yang dijalankan, karena itu responden
memanfaatkan bantuan yang di berikan oleh pemerintah untuk peningkatan
prooduksi. Misalnya, kegiatan SLPTT, SRI, Optimasi lahan dll. Maka, dengan
penjelasan tersebut tujuan Pemerintah Nagan Raya agar evaluasi pelaksaan
kegiatan benar-benar dijalankan Kelompok Tani untuk peningkatan produksisi
dapat dikatakan sangat efektif.
Kedua, atribut mengikuti kegiatan yang artinya adalah responden dapat
mengembalikan biaya input dalam bentuk produksi padi atau gabah permusim
tanamnya sesuai dengan harapan pemerintah. Atribut ini memiliki skor rataan
tertinggi dari seluruh atribut dalam Evaluasi yaitu sebesar 3,38 (cukup efektif).
Artinya responden sangat setuju pertanggung jawaban Kelompok Tani terhadap
produksisi dilakukan tiap musim panen untuk mengetahui peningkatan produksi.
Hal ini dapat terlihat dari tidak adanya responden yang mengalami gagal panen.
Dengan demikian maka tujuan pemerintah untuk memberikan evaluasi kegiatan
penyuluhan yang sesuai dengan kemampuan Kelompok Tani dapat dikatakan
cukup efektif.
Berdasarkan skor rataan Kegiatan Evaluasi secara keseluruhan,
ketercapaian tujuan kegiatan Evaluasi memiliki skor rataan sebesar 3,36 (cukup
Efektif) dan skor tersebut merupakan skor rataan tertinggi diantara seluruh
kegiatan pada Kegiatan Penyuluhan. Artinnya tujuan pemerintah di dalam
kegiatan Evaluasi secara keseluruhan dapat dikatakan telah tercapai dengan cukup
efektif.
35
e. Perkembangan Kelompok Tani
Pemerintah Nagan Raya dalam Kegiatan Penyuluhan ingin membantu
Kelompok Tani dalam mengembangkan usaha yang dijalankan Kelompok Tani
karena hal ini merupakan tujuan dari kegiatan penyuluhan pemerintah. Untuk itu
peneliti juga memasukkan variabel Perkembangan dalam menganalisis efektivitas
kegiatan penyuluhan pertanian Pemerintah Kabupaten Nagan Raya.
Pada variabel Perkembangan, terdiri dari dua atribut yang ditentukan
berdasarkan atribut yang digunakan dalam penelitian serupa oleh Prisilla (2008).
Atribut tersebut diantaranya, pertama, atribut Produksi yang artinya adalah
adanya peningkatan produksi Kelompok Tani seperti jenis produksi atau variasi
produksi. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 3,00 (cukup Efektif). Artinya
rata-rata responden mengalami peningkatan dari segi produksi. Setelah adanya
kegiatan-kegiatan penyuluhan, responden setuju bahwa mereka bisa memproduksi
yang lebih bervariasi untuk mencapai ketahanan pangan secara global . Misalnya
padi ketan hitam yang sebelumnya hanya di tanam lebih sedikit, kini bisa
memperbanyak variasi produksinya dengan beragam padi ketan.
Kedua, atribut Laba petani yang artinya adanya peningkatan keuntungan
usaha Kelompok Tani. Atribut ini memiliki skor rataan sebesar 3,08 (cukup
Efektif). Artinya rata-rata responden setuju bahwa mereka mengalami
peningkatan keuntungan bersih usaha setelah mengikuti kegiatan-kegiatan
penyuluhan. Hal ini terlihat dari perbandingan pendapatan bersih rata-rata
permusim panen dari usaha tani responden antara saat sebelum adanya kegiatan
penyuluhan dan saat ini.
36
Secara keseluruhan, perkembangan Kelompok Tani memiliki skor rataan
sebesar 3.04 (cukup Efektif). Maka dengan penjelasan pada masing-masing
atribut sebelumnya, tujuan pemerintah untuk membantu petani dalam
mengembangkan usaha dapat dikatakan sangat efektif.
4.3. Penilaian Tingkat Kepentingan terhadap Efektivitas Kegiatan
Penyuluhan Pemerintah Nagan Raya
\Importance and Performance Analysis (IPA) adalah salah satu cara
yang dapat menggambarkan tingkat kesesuaian antara Kepentingan (Harapan)
dengan kinerja dari atribut- atribut yang dimiliki pemerintah. Berdasarkan hasil
analisis deskriptif mengenai kegiatan penyuluhan yang dipentingkan Kelompok
Tani dan efektivitas kegiatan penyuluhan, nilai atribut dapat dibandingkan untuk
mengetahui tingkat kesesuaian efektivitas kegiatan dengan kepentingan
Kelompok Tani seperti pada tabel 4.4 berikut,
Tabel 4.4 Penilaian Tingkat Kepentingan terhadap Efektivitas Kegiatan
Penyuluhan
Atribut Kepentingan (Y) Efektivitas (X) Tingkat
Kesesuaian (%) Pelatihan 3,25 3,16 97,14
Percontohan 3,05 3,03 99,20
Perdampingan 2,99 2,73 91,34
Evaluasi 3,55 3,25 91,45
Rataan 3,21 3.04 94,78
Sumber: Data Primer diolah 2013
Langkah berikutnya adalah menentukan koordinat garis pembagi dalam
matriks IPA dengan melihat rataan efektivitas sebagai koordinat X (3,04) dan
rataan kepentingan sebagai koordinat Y (3,21) dalam sebagai titik yang
menentukan garis pembagi dalam matriks IPA. Setelah terlihat garis pembagi
37
dalam matriks IPA, maka terlihat empat buah kuadran yang merupakan gambaran
evaluasi dari masing-masing atribut.
Nilai total dari atribut tingkat kepentingan dan tingkat efektivitas kegiatan
penyuluhan dipetakan dalam sebuah diagram kartesius menunjukkan bahwa
atribut tersebar pada Kuadran II dan III. Kuadran II menunjukkan atribut yang
dianggap penting dan telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh pemerintah
sesuai dengan harapan responden/petani. Atribut yang berada pada kuadran ini
sebaiknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi.
.Atribut yang terdapat pada kuadran ini antara lain atribut 1 (Pelatihan),
dan atribut 4 (Evaluasi). Dilihat dari tingkat kesesuaian, menunjukkan bahwa
kesesuaian efektivitas kegiatan pelatihan dan evaluasi dengan harapan kelompok
tani termasuk tinggi.
Kuadran III menunjukkan atribut yang dinilai kurang penting dan dinilai
kurang maksimal efektivitasnya sehingga atribut-atribut di kuadran ini sebaiknya
dipertimbangkan apakah ditingkatkan atau tidak. Atribut yang ada pada kuadran ini
antara lain atribut 2 (Percontohan), dan atribut 3 (Perdampingan). Yang menjadi titik
ekstrim dalam kuadran ini adalah atribut 3 (Perdampingan). Hal ini berarti kelompok
tani menganggap bahwa kegiatan perdampingan dinilai belum penting dan
pelaksanaannya belum sesuai harapan mereka.
Berdasarkan informasi dari responden, mereka akan mengikuti kegiatan
perdampingan bila lokasi kegiatan seperti pameran di adakan di dalam kota. Mereka
merasa bahwa bila bisnis mereka ditinggalkan untuk mengikuti kegiatan
perdampingan maka usaha mereka akan rugi. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah
38
memberikan pemahaman mengenai peran penting kegiatan perdampingan terhadap
usaha mitra agar pelaksanaan kegiatan perdampingan dapat ditingkatkan.
4.4. Hubungan Karakteristik Responden dengan Efektivitas Kegiatan
Penyuluhan Pemerintah Nagan Raya
Dalam penelitian ini juga dilakukan uji Tabilasi silang (crosstabs), yaitu suatu
pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah efektifitas kegiatan penyuluhan
Pemerintah Nagan Raya yang terdiri dari kegiatan pelatihan, pecontohan,
pedampingan dan evaluasi berhubungan dengan karakteristik dari responden sebagai
kelompok tani pemerintah yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, jenis
usaha dan lama bermitra.
Berdasarkan hasil uji Crosstabs antara kegiatan penyuluhan yang diperoleh
dengan karakteristik kelompok tani yang dilakukan pada 39 responden penelitian,
diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik Lama
bermitra dengan kegiatan Evaluasi dengan asymp.sig = 0,020 yang lebih kecil dari
sig. 0,05 yang artinya tolak H0 dengan hasil tabulasi silang yang dapat dilihat pada
Tabel 4.5 berikut,
Tabel 4.5. Tabulasi silang karakteristik lama bermitra dengan realisasi kegiatan
Evaluasi
Lama_bertani Evaluasi kegiatan penyuluhan
Total Tidak efektif efektif Sangat efektif
> 5Tahun 0 1 1 2 0-1 Tahun 2 9 2 13 1-3 tahun 0 15 6 21 3-5 tahun 2 1 0 3
Total 4 26 9 39
Sumber: Data Primer diolah 2013
Kegiatan evaluasi dalam pelaksanaannya memang memberi pilihan pada
petani untuk jangka waktu pertanggung jawaban produksi selama maksimal 1
39
tahun atau dua kali panen karena untuk wilayah kabupaten nagan raya masih IP
200, dengan demikian produksi yang harus dievaluasi kelompok tani tiap musim
panen. Dapat disimpulkan bahwa bila semakin lama jangka waktu yang dipilih
kelompok tani untuk Evaluasi, maka efektivitas kegiatan evaluasi semakin
meningkat
4.5. Loyalitas Kelompok tani Pemerintah Nagan Raya
Sebelum menganalisis hubungan antara efektivitas kegiatan penyuluhan
dengan loyalitas, terlebih dahulu peneliti menjelaskan mengenai Loyalitas dari
responden sebagai kelompok tani Pemerintah Nagan Raya. Data mengenai loyalitas
responden dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut,
Tabel 4.6 Loyalitas kelompok tani kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya
Loyalitas kelompok tani
Atribut Skor rataan Keterangan
Kepuasan 3,54 Setuju
Tetap 3,03 Cukup Setuju
Lagi 2,85 Cukup Setuju
Rekomendasi 2,69 Cukup Setuju
Secara keseluruhan 3,03 Cukup Setuju
Sumber: Data Primer diolah 2013
Dalam penelitian ini loyalitas terdiri dari empat atribut, pertama, atribut
Kepuasan yang artinya Kelompok tani merasa puas terhadap Kegiatan penyuluhan
yang dijalankan bersama Pemerintah Nagan Raya. Atribut ini memiliki skor
rataan sebesar 3,54 (dari skor max. 5,00). Artinya responden setuju bahwa
mereka puas dengan Kegiatan penyuluhan pada Pemerintah Nagan Raya.
Berdasarkan informasi dari responden, Mereka merasa puas karena apa yang
mereka inginkan dalam kegiatan penyuluhan telah terpenuhi dan mereka rata-rata
tidak pernah mengajukan keluhan apapun mengenai kegiatan penyuluhan ini.
40
Kedua, atribut Tetap yang artinya kelompok tani tetap memilih Kegiatan
penyuluhan dengan Pemerintah Nagan Raya dari pada mandiri. Atribut ini
memiliki skor rataan sebesar 3,03. Artinya responden Cukup setuju bahwa mereka
akan tetap memilih kegiatan penyuluhan dari pada tidak mengikuti kegiatan
penyuluhan.
Ketiga, atribut Lagi yang artinya responden tertarik untuk bekerjasama
lagi dengan Pemerintah Nagan Raya dan tertarik menggunakan metode yang
dianjurkan oleh pemerintah. Atribut ini memiliki skor rataan 2,85. Artinya
responden cukup setuju bahwa mereka tertarik untuk bekerjasama lagi dan
menggunakan kegiatan penyuluhan sebagai pendukung usaha mereka. Misalnya
untuk mengikuti Kegiatan Penyuluhan periode 2.
Keempat, atribut Rekomendasi yang artinya adalah responden
merekomendasikan Kegiatan Penyuluhan Pemerintah kepada petani lain. Atribut
ini memiliki skor rataan sebesar 2,69. Artinya rata-rata responden cukup setuju
bahwa mereka telah merekomendasikan Kegiatan penyuluhan seperti kepada
rekan atau keluarga mereka.
Secara keseluruhan, Loyalitas kelompok tani memiliki skor sebesar 3,03
sehingga dapat dikatakan responden cukup setuju bahwa mereka loyal terhadap
kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian .
4.6. Hubungan Antara Ekeftivitas Kegiatan Penyuluhan dengan Loyalitas
Kelompok tani
Kegiatan Penyuluhan Pemerintah Nagan Raya memiliki tujuan agar melalui
kegiatan penyuluhan ini juga kelompok tani dapat bersikap loyal terhadap
41
pemerintah. Untuk itu peneliti menganalisis apakah efektivitas kegiatan penyuluhan
ini berhubungan dengan loyalitas kelompok tani terhadap pemerintah atau tidak.
Peneliti melakukan analisis tersebut dengan metode uji korelasi Rank Spearman.
Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut,
Tabel 4.7. Hasil uji korelasi rank spearman antara kegiatan penyuluhan dengan
loyalitas kelompok tani
Efektifitas Hub.dengan loyalitas
Koefesien korelasi Sig.
Pelatihan 0,631 0,000
Percontohan 0,577 0,000
Pengawasan 0,584 0,000
Evaluasi 0,366 0,020
Perkembangan 0,421 0,007
(Korelasi Secara Keseluruhan)
Kegiatan Penyuluhan 0,424 0,006
Sumber : Data Primer diolah 2013
H0 : Tidak ada hubungan yang nyata antara dua variabel
H1 : Terdapat hubungan yang nyata antara dua variabel
Berdasarkan hasil korelasi diatas dapat dilihat bahwa,
1. Efektivitas kegiatan pelatihan memiliki hubungan dengan loyalitas kelompok
tani dengan koefisien korelasi sebesar 0,631 yang artinya tingkat kore lasinya
termasuk dalam kategori Kuat. Korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%
karena memiliki nilai-p = 0,000 (nilai-p < 0,05). Sehingga semakin tinggi
efektivitas Kegiatan pelatihan maka kelompok tani akan semakin loyal.
2. Efektivitas kegiatan percontohan memiliki hubungan dengan loyalitas
kelompok tani dengan koefisien korelasi sebesar 0,577 yang artinya tingkat
korelasinya termasuk dalam kategori sedang. Korelasi ini signifikan pada
taraf nyata 5% karena memiliki nilai-p = 0,000 (nilai-p < 0,05). Maka,
terdapat hubungan linier yang positif antara efektivitas kegiatan dengan
42
loyalitas kelompok tani (tolak H0 ) Dengan demikian semakin tinggi
efektifitas kegiatan pecontohan maka semakin tinggi pula loyalitas kelompok
tani.
3. Efektivitas kegiatan perdampingan memiliki hubungan dengan loyalitas
kelompok tani dengan koefisien korelasi sebesar 0,584 yang artinya tingkat
korelasinya termasuk dalam kategori Sedang. Korelasi ini signifikan pada
taraf nyata 5% dengan nilai-p = 0,000 (nilai-p < 0,05). Maka kedua peubah
memiliki hubungan linier yang positif (semakin tinggi efektivitas kegiatan
perdampingan maka semakin tinggi pula loyalitas kelompok tani).
4. Efektivitas kegiatan evaluasi memiliki hubungan dengan loyalitas kelompok
tani dengan koefisien korelasi sebesar 0,366 yang termasuk dalam kategori
tingkat korelasi rendah. Korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5% dengan
nilai-p = 0,020 (nilai-p < 0,05). Maka dapat dikatakan efektivitas kegiatan
evaluasi dan loyalitas kelompok tani memiliki hubungan linier yang positif
( semakin tinggi efektivitas kegiatan evaluasimaka semakin tinggi pula
loyalitas kelompok tani).
5. Efektivitas perkembangan pada kelompok tani terlihat memiliki hubungan
dengan loyalitas kelompok tani. Nilai koefisien korelasinya sebesar 0,421
yang termasuk dalam kategori tingkat korelasi sedang. Korelasi juga
signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai-p = 0,007 (nilai-p < 0,05). Maka,
dapat dilatakan kedua peubah memiliki hubungan linier yang positif (semakin
tinggi efektivitas perkembangan usaha yang dirasakan kelompok tani maka
semakin tinggi pula loyalitas kelompok tani terhadap pemerintah).
43
Berdasarkan Hasil uji korelasi secara keseluruhan terhadap efektivitas
kegiatan penyuluhan, dapat dilihat bahwa efektivitas kegiatan penyuluhan
memiliki hubungan dengan loyalitas kelompok tani. Nilai koefisien korelasi
antara kedua peubah sebesar 0,424 yang termasuk dalam kategori tingkat
korelasi yang sedang. Korelasi ini signifikan terhadap taraf nyata 5% dengan
nilai-p = 0,006 (nilai-p < 0,05). Maka, dalam Kegiatan Penyuluhan, terdapat
hubungan linier yang positif antara efektivitas kegiatan penyuluhan dengan
loyalitas kelompok tani. Artinya semakin tinggi efektivitas kegiatan
penyuluhan yang dilaksanakan pemerintah maka akan semakin tinggi pula
loyalitas dari kelompok tani mereka.
4.8. Implikasi Manajerial
Kegiatan penyuluhan merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah
terhadap komunitas dan petani. Dalam pelaksanaannya kegiatan penyuluhan
memerlukan alokasi sumberdaya pemerintah baik finansial maupun sumberdaya
manusia. Penyelenggara kegiatan bertanggung jawab dalam menciptakan
efektivitas Kegiatan penyuluhan demi tercapainya tujuan pemerintah.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas kegiatan penyuluhan
di Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan penyuluhan pertanian dapat dikatakan cukup efektif dan memiliki tingkat
kesesuaian yang tinggi dengan harapan kelompok tani. Kegiatan Penyuluhan ini
juga ternyata memang berhubungan dengan loyalitas kelompok tani. Pelatihan
kelompok tani merupakan atribut yang paling berhubungan dengan loyalitas
kelompok tani dibandingkan dengan atribut lainnya. Kegiatan Penyuluhan yang
44
memiliki skor efektivitas paling tinggi adalah Evaluasi, sedangkan kegiatan yang
memiliki skor efektivitas terendah adalah Kegiatan Perdampingan. Selain itu,
terdapat gap (perbedaan) antara efektivitas kegiatan dengan kegiatan-kegiatan
yang dipentingkan kelompok tani berdasarkan hasil Importance Performance
Analysis (IPA). Dengan mengetahui hasil tersebut, perlu diadakan penyesuaian-
penyesuaian dalam kegiatan penyuluhan.
Berdasarkan hasil uji IPA didukung teori Weiss (1972) mengenai tindak lanjut
evaluasi efektivitas kegiatan yang dapat bermanfaat dalam pengambilan
keputusan, penyesuaian yang dapat direkomendasikan diantaranya adalah sebagai
berikut,
a. Pada uji IPA kegiatan pelatihan dan evaluasi berada pada daerah kuadran
II yang artinya memiliki kepentingan yang tinggi dan efektivitas yang
sesuai dengan harapan kelompok tani. Maka berdasarkan teori, kegiatan
tersebut harus dipertahankan dan dapat ditingkatkan. Pemerintah perlu
mempertahankan kegiatan Evaluasi untuk peningkatan loyalitas kelompok
tani. Untuk kegiatan pelatihan, berdasarkan hasil uji korelasi pelatihan
memiliki hubungan yang kuat dengan loyalitas kelompok tani untuk itu,
pihak pemerintah dapat memberikan materi baru yang sesuai serta lebih
mudah untuk diaplikasikan agar efektivitasnya dapat ditingkatkan.
b. Kegiatan percontohan dan perdampingan berada pada kuadran III pada
diagram IPA, artinya kedua kegiatan kurang dipentingkan oleh kelompok
tani dan efektivitas kegiatan tersebut kurang sesuai dengan harapan
kelompok tani. Berdasarkan informasi dari responden, rata-rata mereka
45
akan mengikuti kegiatan perdampingan bila PPL dapat memberi solusi
masalah yang dihadapi petani. Oleh Kerana itu pemerintah khususnya
dinas terkait perlu meningkatkan kapasitas sumber daya Manusia yang
dapat mengatasi masalah yang dihadapi petani.
c. Pemerintah mengarahkan Kelompok tani untuk berkembang ke tahap lebih
baik, berdasarkan hasil penelitian pada kelompok tani memiliki harapan
tinggi untuk kegiatan Evaluasi.
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5,1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai efektivitas program penyuluhan
pertanian di Kecamatan Beutong dengan Kelompok tani, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut,
a. Karakteristik umum petani yang menjadi anggota kelompok tani memiliki proporsi
yang sama antara perempuan dan laki- laki, dengan usia lebih dari 40 tahun, pendidikan
terakhir SMU/SMK, Jenis usahatani yang dijalankan adalah padi sawah, dan Lama
berusahatani antara 1-5 tahun.
b. Efektivitas Program Penyuluhan pertanian di Kecamatan Beutong, dari segi realisasi
program yang paling efektif diperoleh petani adalah kegiatan pelatihan. Dari segi
ketercapaian tujuan, secara keseluruhan kegiatan penyuluhan dapat dikatakan efektif.
Dan program yang paling tinggi efektivitasnya adalah kegiatan evaluasi kelompok tani.
c. Berdasarkan hasil Tabulasi silang (Cross tab) terdapat hubungan yang signifikan antara
karakteristik Lama bertani dengan efektivitas kegiatan evaluasi .
d. Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman terdapat hubungan linier yang positif
antara efektivitas program penyuluhan dengan loyalitas petani terhadap dinas pertanian,
sehingga semakin efektif program penyuluhan maka petani semakin loyal. Variabel
yang paling kuat hubungannya dengan loyalitas adalah kegiatan Pelatihan petani.
47
5.2. Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, diantaranya :
a. Pemerintah perlu mempertahankan atau mengevaluasi kegiatan penyuluhan untuk
mempertahankan loyalitas petani.
b. Pemerintah dapat memberikan arahan yang sesuai serta lebih mudah untuk
diaplikasikan agar efektivitasnya dapat ditingkatkan.
c. Pemerintah memberikan pemahaman mengenai peran penting kegiatan percontohan
terhadap usaha tani agar pelaksanaan kegiatan percontohan dapat ditingkatkan
d. Pihak dinas pertanian Kabupaten Nagan Raya diharapkan membentuk tim
monitoring khusus untuk memantau dan mendampingi petani secara terjadwal agar
petani lebih terarah.
48
DAFTAR PUSTAKA
E.M. Rogers, 1983. Diffusion of Innovation, Free Press, New York,.
HM, Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Margono. 2003. Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Mosher, AT. 1968. Menggerakkan dan Membangun Pertanian.Gramedia. Jakarta:
Yasaguna.
Mardikanto, 1993, Strategi Komunikasi Pembangunan, Balai Pustaka, Jakarta:
Sugiono. 1998 metode penelitian administrasi. Edisi Keempat. Bandung.
Alfabeta.
Singarimbun. M .1982 . Metode Penelitian, Chalia Indonesia Jakarta.
Siegel, Blackwell, Miniard. 1992. Perilaku Konsumen. Binaputra Aksara, Jakarta
Samsuddin, 1980. Ilmu Penyuluhan Pembangunan. PT Indah Utama, Jakarta.
Suryadi,1995, Efektifitas Program.bhakti Jaya, Jakarta
Sudjana,1996, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Tarsito, Bandung
Umar, H. 2005. Metode Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Pricilla,2008, effectiveness of medial-wedge. http//onlinelibrary.wiley.com
Weiss, 1972, Defines avaluation research,methods for assessing program
effectiveness, Toronto, Englewood Cliff.