Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
FORMULASI SEDIAAN MASKER SHEET EKSTRAK DAUN
PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius) SEBAGAI
PELEMBAB ALAMI
SKRIPSI
Oleh :
RAUYANI
1501196112
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FORMULASI SEDIAAN MASKER SHEET EKSTRAK DAUN
PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius) SEBAGAI
PELEMBAB ALAMI
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memeroleh Gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Program Studi
S1 Farmasi Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia
Oleh :
RAUYANI
1501196112
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Masker Sheet Ekstrak Daun
Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)
Sebagai Pelembab Alami Nama Mahasiswa : RAUYANI
NIM : 1501196112
Minat Studi : S1 FARMASI
Medan, …………………….
Menyetujui
Komisi Pembimbing:
Pembimbing I
(Leny, S.Farm., M.Si., Apt)
Pembimbing II
(Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si., Apt.)
Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia
Dekan
(Darwin Syamsul. S.Si., M.Si., Apt)
NIDN : 0125096601
Telah diuji pada tanggal : September 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Leny, S.Farm., M.Si., Apt,
Anggota : 1. Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si., Apt.
2. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan Ini Saya Menyatakan Bahwa:
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing dan masukan tim
penguji.
3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karna karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Medan, September 2019
Yang membuat pernyataan,
Rauyani
1501196112
i
ABSTRAK
FORMULASI SEDIAAN MASKER SHEET EKSTRAK DAUN
PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius) SEBAGAI
PELEMBAB ALAMI
RAUYANI
NIM: 1501196112
Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan tumbuhan yang
banyak tumbuh di Asia Tenggara, tanaman ini memiliki aroma wangi yang khas
dan mempunyai kandungan kimia alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida, tanin,
dan polifenol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah daun
pandan wangi dapat diformulasi dalam sediaan masker sheet dengan mengetahui
kemampuan ekstrak daun pandan wangi dalam mengurangi penguapan air dari
kulit.
Sediaan masker sheet di buat dengan berbagai variasi konsentrasi yaitu
konsentrasi 0%, 3%, 5%, dan 7%. Sediaan masker sheet dibuat sebanyak 20 gram,
tiap konsentrasi dilakukan pengujian terhadap sediaan yang meliputi uji
homogenitas, uji pH, uji iritasi, uji organoleptis, uji stabilitas, dan uji kelembaban.
Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa ekstrak daun pandan wangi
dapat dibuat sebagai sediaan masker sheet dan memenuhi evaluasi fisik sediaan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen,
didapatkan pH pada rentang 6,0 – 7,0 yang relatif aman pada permukaan kulit
wajah. Sediaan tidak menimbulkan iritasi, dan sediaan yang dibuat cukup stabil.
Kemampuan sediaan dalam mengurangi penguapan air dari kulit semakin besar
dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang ditambahkan.
Kemampuan rata-rata penurunan penguapan air dari kulit terbesar adalah 40,2%.
Pada uji kelembaban bahwa konsentrasi ekstrak daun pandan wangi 7% sebagai
sediaan masker sheet pelembab alami yang sangat baik.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pandan wangi
dapat diformulasikan ke dalam sediaan masker sheet memiliki kemampuan dalam
mengurangi penguapan air dari kulit.
Kata Kunci : Pelembab, Masker sheet, Pandanus amaryllifolius
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah
melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Formulasi Sediaan Masker Sheet
Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) Sebagai Pelembab
Alami” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.kes, selaku pembina Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad, SE., S.Kom, M.M., M.Kes. Selaku Ketua Yayasan
Helvetia.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes selaku Wakil Rektor I Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
5. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi S1 Institut
Kesehatan Helvetia Medan dan sekaligus selaku dosen penguji III yang
telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
7. Leny, S.Farm., M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
8. Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing II
yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
9. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
pendidikan.
10. Teristimewa buat orang tua, Ayah dan Ibunda tercinta yang telah
memberikan dukungan baik dari segi moril, material dan Do’a sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Bagi teman-teman seperjuangan Program Studi Sarjana Farmasi yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sebagai upaya dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
mahasiswa Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Medan, September 2019
Penyusun
Rauyani
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama : Rauyani
Tempat/tanggal lahir : Punti, 31 Desember 1997
Agama : Islam
Anak ke : 4 dari 4 bersaudara
II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Muhammad Adam
Nama Ibu : Azizah
Alamat : Desa Punti Kec. Peureulak
III. RIWAYAT HIDUP PENDIDIKAN
1. Tahun 2003-2009 : SDN Keumuning
2. Tahun 2009-2012 : SMP Negeri 1 Peureulak
3. Tahun 2012-2015 : SMK Negeri Taman Fajar
4. Tahun 2015-2019 : S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PANITA PENGUJI
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN
ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 5 1.3. Hipotesis ........................................................................... 5 1.4. Tujuan Penelitian .............................................................. 5 1.5. Manfaat Penelitian ............................................................ 5 1.6. Kerangka Pikir ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7 2.1. Tanaman Daun Pandan Wangi ......................................... 7
2.1.1. Nama Daerah ........................................................ 7 2.1.2. Klasifikasi Tanaman Pandan Wangi .................... 7 2.1.3. Morfologi Tumbuhan Pandan Wangi ................... 8 2.1.4. Kandungan dan Manfaat Daun Pandan Wangi .... 9 2.1.5. Kandungan Kimia Daun Pandan Wangi .............. 9
2.2. Ekstraksi ........................................................................... 9 2.2.1. Mode Ekstraksi ..................................................... 10
2.3. Kulit ............................................................................... 12 2.3.1. Anatomi Kulit ....................................................... 12 2.3.2. Fisiologi Kulit ...................................................... 16 2.3.3. Kulit Kering .......................................................... 17
2.4. Kosmetik .......................................................................... 17 2.4.1. Penggolongan Kosmetik ...................................... 18 2.4.2. Pembagian Kosmetik ............................................ 19 2.4.3. Syarat Kosmetik Pelembab .................................. 19
2.5. Masker .............................................................................. 20 2.5.1. Jenis-jenis Masker ................................................ 20 2.5.2. Masker Sheet ........................................................ 22 2.5.3. Jenis-jenis lembaran masker ................................. 22 2.5.4. Essence ................................................................. 24
vi
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 25 3.1. Jenis Penelitian ................................................................. 25 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 25
3.2.1. Lokasi Penelitian ................................................... 25 3.2.2. Waktu penelitian ................................................... 25
3.3. Sampel Penelitian ............................................................. 25 3.4. Alat dan Bahan ................................................................. 25
3.4.1. Alat-alat yang digunakan ...................................... 25 3.4.2. Bahan yang digunakan ......................................... 26
3.5. Sukarelawan ..................................................................... 26 3.6. Prosedur Penelitian ........................................................... 26
3.6.1. Pengumpulan Sampel ........................................... 26 3.6.2. Pengolahan Sampel .............................................. 27 3.6.3. Karakteristik Sampel ............................................ 27 3.6.4. Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi ............. 29 3.6.5. Formula Standar ................................................... 29 3.6.6. Pembuatan Masker Sheet dari Ekstrak Daun
Pandan Wangi ..................................................... 30 3.6.7. Prosedur pembuatan essence masker sheet
ekstrak pandan wangi ........................................... 30 3.6.8. Proses Pengemasan .............................................. 31
3.7. Evaluasi Mutu Fisik Sediaan ............................................ 31 3.7.1. Pengujian Homogenitas ........................................ 31 3.7.2. Uji pH ................................................................... 31 3.7.3. Uji Iritasi .............................................................. 31 3.7.4. Uji organoleptis .................................................... 31 3.7.5. Uji stabilitas .......................................................... 32 3.7.6. Uji efektivitas kelembaban ................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 34
4.1. Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi ................ 34 4.2. Pengujian karakteristik kadar air, sari larut air/etanol,
abu total dan abu tidak larut asam pada simplisia ........... 34 4.3. Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Essence Masker
Sheet ............................................................................... 35 4.3.1. Hasil Pengujian Homogenitas .............................. 35 4.3.2. Hasil Pengukuran pH sediaan .............................. 36 4.3.3. Hasil iritasi terhadap sukarelawan ........................ 37 4.3.4. Hasil uji organoleptis sediaan yang telah dibuat .. 37 4.3.5. Hasil pengujian stabilitas ..................................... 38 4.3.6. Hasil pengujian kelembaban kulit ........................ 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 45
5.1. Kesimpulan .................................................................... 45 5.2. Saran ............................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 45 LAMPIRAN ............................................................................................ 48
vii
DAFTAR GAMBAR
Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Pikir ...................................................................... 6
Gambar 2.1. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) .................. 8
Gambar 2.2. Kulit ..................................................................................... 16
Gambar 4.1. Grafik Kadar Air (Moisture) .................................................... 40
viii
DAFTAR TABEL
Judul Halaman
Tabel 3.1. Formula Modifikasi Pembuatan Ekstrak Daun Pandan
Wangi ................................................................................... 30
Tabel 4.1. Pengujian Karakteristik kadar air, sari larut air/etanol, abu
total dan abu tidak larut asam pada simplisia .................... 34
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Homogenitas ............................................. 35
Tabel 4.3. Data hasil pengukuran pH sediaan setelah selesai dibuat ... 36
Tabel 4.4. Data hasil pengukuran pH rata-rata sediaan penyimpanan
selama 4 minggu ................................................................. 36
Tabel 4.5. Hasil Uji Iritasi terhadap Sukarelawan ............................... 37
Tabel 4.6. Hasil Organoleptis .............................................................. 38
Tabel 4.7. Data Pengamatan Kestabilan Sediaan Selama 4 minggu .... 38
Tabel 4.8. Pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan ...................................................................... 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
Lampiran 1. Pemeriksaan Rendemen Ekstrak Daun Panda Wangi ...... 48
Lampiran 2. Karakteristik Daun Pandan Wangi ................................... 49
Lampiran 3. Alat dan Bahan ................................................................. 54
Lampiran 4. Daun Pandan ..................................................................... 55
Lampiran 5. Serbuk simplisia, ekstrak simplisia dan ekstrak kental ..... 55
Lampiran 6. Formulasi Masker sheet .................................................... 58
Lampiran 7. Pengemasan Masker Sheet ............................................... 59
Lampiran 8. Uji Homogenitas ............................................................... 60
Lampiran 9. Uji pH ............................................................................... 61
Lampiran 10. Uji Iritasi ........................................................................... 62
Lampiran 11. Uji Stabilitas ..................................................................... 63
Lampiran 12. Uji Efektivitas Kelembaban ............................................. 64
Lampiran 13. Hasil Uji Efektivitas Kelembban ....................................... 65
Lampiran 14. Bagan alir pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi 67
Lampiran 15. Bagan Pembuatan Sediaan Ekstrak Daun Pandan Wangi
Sebagai Masker Sheet ....................................................... 68
Lampiran 16. Pengolahan SPSS .............................................................. 69
Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian dari Institut Kesehatan Helvetia
Medan ............................................................................... 77
Lampiran 18 Surat Selesai Penelitian ..................................................... 78
Lampiran 19. Surat Penelitian Karakteristik ........................................... 79
Lampiran 20 Lembar Pengajuan Judul Skripsi ...................................... 80
Lampiran 21. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing I ...................... 81
Lampiran 22. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing II .................... 82
Lampiran 23 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Proposal ............. 83
Lampiran 24. Lembar Bimbingan Skrpisi Pembimbing I ........................ 84
Lampiran 25. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing II ...................... 85
Lampiran 26 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi ............... 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu organ tubuh berada pada bagian luar tubuh
manusia yang selalu terpapar dengan lingkungan sekitar, dari mulai paparan sinar
matahari, suhu dan kelembaban udara, secara umum jenis kulit dibagi menjadi 3
berdasarkan pada kandungan air dan minyak, yaitu kulit normal, kering dan
berminyak. kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar
minyak rendah sampai normal, sedangkan kulit berminyak yang memiliki
kandungan air dan minyak tinggi (1). kulit kering mengandung kadar air kurang
atau rendah, hal tersebut tentunya mengganggu keseimbangan stuktur kulit
sehingga kelembaban kulit menurun dan menjadi kering (2).
Dengan meningkatnya usia, kulit mengalami penuaan dini yang
menyebabkan kelembaban kulit menurun dan menjadi kering. kulit kering adalah
kondisi lapisan kulit yang mengalami dehidrasi. kecenderungan kulit menjadi
lebih kering. umumnya terjadi dengan bertambahnya umur, sebab berkurangnya
asam amino tertentu dan asam lemak bebas di lapisan kulit (3). kelembapan kulit
adalah kondisi yang dipengaruhi oleh kadar air dalam kulit. apabila tingkat
kelembapan kulit rendah atau kadar air tidak kuat dapat menyebabkan kulit kering
atau xerosis cutis, kadar air dalam stratum corneum (SC) pada kulit normal kira-
kira sekitar 10% pada lapisan luar dan sekitar 30% pada lapisan lebih dalam.
Penurunan kadar air dalam SC sampai kurang dari 10% akan menyebabkan kulit
terlihat bersisik, kasar, dan kering (4).
2
Untuk mendapatkan jenis kulit yang lembab, halus dan sehat, maka
dibutuhkan sediaan kosmetik yang berperan sebagai pelembab (moisturizer) untuk
melindungi kulit dengan cara membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,
sehingga dapat mencegah penguapan air pada kulit serta menyebabkan kulit
menjadi lembab dan lembut (5). kosmetik adalah bahan atau campuran bahan
yang digunakan pada permukaan kulit manusia dengan maksud untuk
membersihkan, melembabkan, memelihara, menambah daya tarik dan mengubah
rupa dan tidak termasuk golongan obat Salah satu contoh kosmetik yang dapat
melindungi kulit wajah adalah masker (6).
Masker merupakan salah satu jenis kosmetik perawatan yang cukup dikenal
dan banyak digunakan. masker biasanya digunakan pada tahap akhir dalam
rangkaian perawatan kulit wajah. masker bekerja mendalam untuk mengangkat
sel-sel tanduk yang sudah mati pada kulit (7). Masker wajah memiliki
kemampuan melembutkan, membersihkan, melembabkan kulit, membuka pori-
pori tersumbat, dan membersihkan sisa kosmetik yang tidak bisa dihilangkan
menggunakan pembersih biasa (8).
Jenis-jenis sediaan masker yaitu tipe tear off, tipe wash-off dan tipe sheet.
Masker sheet (kertas) merupakan salah satu tren terbaru yang populer di Asia.
Dibandingkan dengan bentuk masker lain, masker kertas memiliki Treatment
oklusif Dressing (ODT) mekanisme yang memiliki baik penyerapan dan
penetralisi profil, kemasan yang efesien dan higienis (sekali pakai), dan tidak
perlu dibersihkan setelah pemakaian (9).
3
Masker sheet (kertas) umumnya terbuat dari bahan kertas, bio selulosa, dan
sebagainya, masker ini sangat cocok digunakan karena sangat praktis dibanding
sediaan masker lain masker kertas adalah lembaran kain berbentuk wajah yang
direndam dalam larutan nutrisi yang disebut cairan atau serum. Penggunaan
masker ini hanya membutuhkan waktu 15-20 menit saja (10). masker wajah
adalah produk wajah perawatan populer di kalangan konsumen, terutama yang
mengandung vitamin E sebagai anti-penuaan. Masker wajah mudah digunakan,
dan memiliki efek penetrasi lebih baik. Biocellulose adalah pengganti kapas
masker alami yang lebih ramah lingkungan dengan efek oklusi yang lebih tinggi
(11).
Bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai masker di antaranya adalah
daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) tumbuh di daerah tropis dan
merupakan tanaman perdu tahunan dengan tinggi 1–2 m. khasiat tanaman ini
adalah sebagai rempah-rempah, bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna
hijau pada masakan atau penganat dan bahan baku pembuatan minyak wangi.
Selain itu pandan juga digunakan sebagai obat tradisional untuk mencegah rambut
rontok, menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, mengobati lemah saraf
(neurastenia), tidak nafsu makan, rematik, sakit disertai gelisah (12).Warna yang
diperoleh dari daun pandan adalah hijau tua. Daun hijau mengandung klorofil,
fungsi klorofil pada tanaman adalah menyerap energi dari sinar matahari untuk
digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia tanaman dalam
mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air
dengan bantuan sinar matahari (13).
4
Pandan wangi ( Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tumbuhan
yang memiliki kandungan kimia, alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, vitamin C,
vitamin E, polifenol yang berfungsi sebagai zat antioksidan alami. Polifenol
merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan.
Aktivitas antioksidan dari senyawa phenolic berperan penting dalam penyerapan
dan penetralkan radikal bebas atau menguraikan peroksida. Antioksidan phenolic
biasanya digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada
kosmetik dan sediaan farmasi (14).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Adesukma Wardani
Gulo tahun (2018) formulasi sediaan lotion dari sari daun pandan wangi
(Pandanus amaryllifolius), dapat dimanfaatkan untuk mengangkat sel kulit mati
yang kusam, mencerahkan kulit, melembabkan kulit dan sebagai antioksidan.
Dengan menggunakan metode eksperimental dan melakukan pengambilan sari
daun pandan wangi, kemudian dilanjutkan pada formulasi sediaan lotion dari sari
daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius).
Berdasarkan dari latar belakang tersebut penulis tertarik membuat
formulasi sediaan masker sheet dari ekstrak daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius) sebagai pelembab alami, dengan konsentrasi 0%, 3%, 5%, dan 7%.
Pengujian terhadap sediaan yang dilakukan meliputi uji homogenitas, pH, iritasi,
organoleptis, stabilitas dan kelembaban.
5
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu:
a. Apakah ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dapat
diformulasikan dalam sedian masker sheet?
b. Apakah sediaan masker sheet ekstrak daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius) mampu melembabkan kulit?
1.3. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
a. Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dapat
diformulasikan ke dalam sediaan masker sheet.
b. Masker sheet ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius)
mampu melembabkan kulit.
1.4. Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius)
dapat diformulasikan dalam sediaan masker sheet.
b. Untuk mengetahui kemampuan masker sheet ekstrak daun pandan wangi
(Pandanus amaryllifolius) sebagai pelembab kulit.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
guna dari ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) yang dapat
dikembangkan menjadi sediaan kosmetik.
6
1.6. Kerangka pikir Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Ekstrak Etanol Daun
Pandan Wangi
(Pandanus
amaryllifolius)
Konsentrasi 3%, 5%,
7%
1. Kestabilan
sediaan
2. Iritasi
3. Efektivitas
sebagai
pelembab
1. - Organoleptis
- Homogenitas
- pH
2. Iritasi / eritema
pada kulit
3. Kadar air
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Daun Pandan Wangi
Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) adalah tanaman asli Indonesia
yang berasal dari Bangka dan tersebar luas di daerah Asia Tenggara. Budidaya
tanaman ini umumnya dilakukan di pekarangan rumah, di samping untuk
tumbuhnya tidak membutuhkan tanah yang luas juga memudahkan sewaktu
pemetikan karena daun pandan wangi sering dimanfaatkan sebagai pewangi dan
pemberi zat warna hijau pada makanan dan minuman. Bagi pecinta flavor dan zat
warna alami, daun pandan wangi merupakan salah satu alternatif yang aman untuk
dikonsumsi (15).
2.1.1 Nama Daerah
Jawa : pandan rampe, pandan seungit, atau pandan room
Sumatra : seuke bangu, seuke musang, pandan jau, pandan bebau,
pandan harum, pandan rempai, atau pandan musang
Maluku : kelamoni, ormonfoni, pondak, pondakim atau pudaka
Bali : pandan arrum
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Pandan Wangi
Kingdom : Plantae
Filum : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Pandanales
Famili : Pandaneceae
8
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb
Nama Lokal : Pandan Wangi(16).
2.1.3 Morfologi Tumbuhan Pandan Wangi
Tanaman ini mempunyai daun yang selalu hijau sepanjang tahun.
Memiliki tinggi 1-2 m, batangnya bulat dengan bekas duduk daun, bercabang,
tumbuh menjalar, akar tunjang menjalar disekitar pangkal batang dan cabang.
Daun tunggal, duduk dengan pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga
dengan bekas duduk dalam garis spiral. Helai daun berbentuk pita, tipis, licin,
ujung runcing, tapi rata bertulang sejajar, panjang 40-80cm, lebar sampai
5cm,berduri pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-ujungnya
berwarna hijau (17). Gambar daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)
9
2.1.4 Kandungan dan Manfaat Daun Pandan Wangi
Daun tumbuhan ini sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi,
dan pemberi warna hijau pada masakan. Selain itu juga berkhasiat untuk
menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, rambut rontok, lemah saraf tidak
nafsu makan, rematik, sakit disertai gelisah, serta pegal linu, dan sebagai
repelan nyamuk. Karakteristik aroma pandan berasal dari kandungan senyawa 2-
asetil-1-pirona. Selain itu daun pandan wangi juga memiliki glukosa dan fruktosa
yang bersifat humektan yang dapat bersifat menarik air dari udara. kandungan
karbohidrat dalam daun pandan banyak digunakan sebagai suplemen karbohidrat.
Daun pandan wangi juga digunakan sebagai antioksidan dalam pangan (16).
2.1.5 Kandungan Kimia Daun Pandan Wangi
Alkaloid, flavonoid, saponin, vitamin E, vitamin C, tanin, polifenol yang
berfungsi sebagai zat antioksidan. Zat antioksidan di dalam pandan dapat
diambil dengan metode ekstraksi pelarut dengan pelarut etanol. Digunakan etanol
sebagai pelarut karena harganya tergolong murah, mudah didapat, dan relatif lebih
aman penggunaannya untuk bahan pangan dibandingkan dengan pelarut organik
lainnya. Ekstrak daun pandan yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebagai
antioksidan alami (18).
2.2. Ekstraksi
Ekstraksi atau penyaringan merupakan proses pemisahan senyawa dari
matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai (19). Umumnya
ekstraksi dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat-zat yang berkhasiat
atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu. Simplisia (hewan/tumbuhan)
10
mengandung bermacam-macam zat atau senyawa tunggal dan sebagian
mengandung khasiat pengobatan. Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan atau
memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan dari
zat-zat yang tidak berfaedah, agar lebih mudah dipergunakan dan tujuan
pengobatannya lebih terjamin (20).
2.2.1. Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan cara :
A. Cara dingin
Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrakkan senyawa-
senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas
atau bersifat thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut :
1. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam
pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakaan atau degredasi metabolit
dapat diminimalisasi. Pada maserasi, terjadi proses keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel sehingga diperlukan
penggantian pelarut secara berulang. Kinetik adalah cara ekstraksi,
seperti maserasi yang dilakukan dengan pengadukan, sedangkan
digesti adalah cara maserasi yang dilakukan pada suhu yang lebih
tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-60 °C.
11
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia menggunakan pelarut yang
selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia hingga
senyawa tersari sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan
pelarut lebih banyak. Untuk meyakinkan perkolasi sudah sempurna,
perkolat dapat diuji adanya metabolit dengan pereaksi yang spesifik.
B. Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Agar hasil penyaringan lebih baik
atau sempurna, refluks umumnya dilakukan berulang-ulang (3-6 kali)
terhadap residu pertama. Cara ini memungkinkan terjadinya
penguraian senyawa yang tidak tahan panas.
2. Soxhletasi
Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik pada
suhu didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi, simplisia dan ekstrak
berada pada labu berbeda. Pemanasan mengakibatkan pelarut
menguap, dan uap masuk dalam labu pendingin. Hasil kondensasi
jatuh bagian simplisia sehingga ekstraksi berlangsung terus-menerus
dengan jumlah pelarut relatif konstan. Ekstraksi ini dikenal sebagai
ekstraksi sinambung.
12
3. Destilasi (penyulingan)
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari
senyawa yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses
pendinginan, senyawa dan uap air akan terkondensasi dan terpisah
menjadi destilat air dan senyawa yang diekstraksi. Cara ini umum
digunakan untuk menyari minyak atsiri dari tumbuhan.
4. Infusa
Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air, pada
suhu 96-98°C selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu 96°C
tercapai). Bejana infusa tercelup dalam tangas air. Cara ini sesuai
untuk simplisia yang bersifat lunak, seperti bunga dan daun.
5. Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa, hanya saja
waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya mencapai
titik didih air (21).
2.3. Kulit
2.3.1. Anatomi kulit
Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, dimana pada orang
dewasa beratnya kira-kira 8 pon, tidak termasuk lemak. Kulit berfungsi sebagai
pembatas terhadap serangan fisika dan kimia. Kulit berfungsi sebagai termostatik
dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh dari serangan
mikroorganisme, sinar ultraviolet dan berperan dalam mengatur tekanan darah
(22).
13
Kulit terdiri dari tiga lapisan yang masing-masing terdiri dari berbagai
jenis sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. ketiga lapisan tersebut
adalah epidermis, dermis, dan subkutis (23).
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar terutama terdiri dari epitel skuamosa
bertingkat.Sel-sel yang menyusunnya secara berkesinambungan dibentuk
oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar ketika didorong
oleh sel-sel baru kearah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan.
Lapisan luar mengandung keratin, protein bertanduk, hanya sedikit darinya
pada permukaan tubuh yang terpajan untuk terpakai dan terkikis, seperti
pada permukaan dalam lengan, paha dan lebih banyak lagi pada
permukaan ektensor, lapisan ini terutama tebal pada kaki(24). Lapisan ini
terdiri atas :
a. Stratum korneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolism, tidak berwarna dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu
jenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar(24). Pembentukan stratum
korneum merupakan fungsi yang sangat penting dari epidermis(25).
14
b. Stratum lucidum (lapisan jernih)
Berada tepat dibawah stratum korneum. Merupakan lapisan yang tipis,
jernih. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk polygonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut.
d. Stratum spinosum (lapisan malphigi)
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval.Setiap
sel berisi filament-filament kecil yang terdiri atas serabut protein.
e. Stratum germinativum (lapisan basal)
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel
melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin(24). Stratum
germinativum terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basofilik yang
terletak diatas lamina basalis pada batas antara epidermis dan dermis
(26).
2. Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa dan
elastin. Lapisan superficial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah
papilla kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan.
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf (24).
3. Subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri dari
lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan insulator
15
panas. Lapisan subkutis adalah tempat penyimpanan kalori. Dilapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan saluran getah bening
(24).
Proteksi tambahan diberikan oleh keasaman keringat dan adanya asam
lemak dalam sebum, yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
1. Sensasi
Kulit terdiri dari ujung saraf dan reseptor yang dapat mendeteksi stimulus
yang berhubungan dengan sentuhan, tekanan, temperatur, dan nyeri.
Sensasi raba, nyeri, perubahan suhu dan tekanan pada kulit dan jaringan
subkutan ditransmisikan melalui saraf sensorik menuju medulla spinalis
dan otak.
2. Regulasi suhu
Selama periode kelebihan produksi panas oleh tubuh, sekresi keringat dan
evaporasi melalui permukaan tubuh membantu menurunkan temperatur
tubuh.
3. Penyimpanan
Kulit bekerja sebagai tempat penyimpanan air dan lemak, yang dapat di
tarik berdasarkan kebutuhan.
4. Ekskresi
Produksi keringat oleh kelenjar keringat menghilangkan sisa-sisa
metabolisme dalam jumlah kecil seperti garam, air dan senyawa organik.
16
5. Sintesis vitamin D
Pajanan terhadap radiasi ultraviolet dapat mengkonversi molekul prekusor
(7 - dihidroksi kolesterol) dalam kulit menjadi vitamin D. Namun hal
tersebut tidak dapat menyediakan vitamin D secara keseluruhan bagi
tubuh, sehingga pemberian vitamin D secara sistemik masih diperlukan.
Gambar struktur kulit dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini:
Gambar 2.2 Kulit
2.3.2. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah (27) :
1. Proteksi
Kulit merupakan barrier fisik antara jaringan di bawahnya dan lingkungan
luar. Kulit memberikan perlindungan dari abrasi, dehidrasi, radiasi ultraviolet, dan
invasi mikroorganisme. Sebagian besar mikroorganisme mengalami kesulitan
untuk menembus kulit yang utuh tetapi dapat masuk melalui kulit yang luka dan
lecet. Selain proteksi yang diberikan oleh lapisan tanduk.
17
2.3.3. Kulit kering
Kulit kering dalam istilah medis adalah xerosis cutis. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan kulit kering yaitu :
1. Faktor resiko yang signifikan terkait kulit kering adalah usia tua dan jenis
kelamin wanita.
2. Prevalensi kulit kering di Indonesia adalah 50%-80% sedangkan pada
beberapa negara lain seperti Brazil, Australia, Turki, dan lain lain adalah
35%-70%. Pada divisi geriatric poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta tahun 2008-2013 kulit kering
termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak.
3. Kulit kering terjadi karena hilangnya atau berkurangnya kelembapan pada
stratum korneum dan menyebabkan peningkatan Trans Epidermal Water
Loss (TEWL). Gambaran klinisnya adalah kulit tampak kasar dengan
tekstur kulit lebih jelas serta tampak bersisik, disertai keluhan gatal. Jika
memberat, dapat pula tampak kemerahan dan terjadi fisura. Kulit kering
dapat diatasi dengan menggunakan pelembab (28).
2.4. Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetik tidak hanya
dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan
kecantikan. Produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki
18
maupun perempuan. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di
seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki (29).
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksud untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, dan organ genital bagian
luar) atau gigi dan bagian mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan atau melindungi
dan memelihara tubuh dalam kondisi baik (30).
2.4.1 Penggolongan Kosmetik
Kosmetik dapat digolongkan sebagai berikut : (31)
1. Preparat untuk bayi
2. Preparat untuk mandi
3. Preparat untuk mata
4. Preparat wangi-wangian
5. Preparat untuk rambut
6. Preparat untuk rias (make up)
7. Preparat untuk perawatan rambut
8. Preparat untuk kebersihan mulut
9. Preparat untuk kebersihan badan
10. Preparat untuk kuku
11. Preparat untukcukur
12. Preparat utnuk perawatan kulit
13. Preparat untuk proteksi sinar matahari
19
2.4.2 Pembagian Kosmetik
Sedangkan menurut Sub Bagian Kosmetika Medik Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin FKU/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
membagi kosmetika atas : (31).
1. Kosmetika pemeliharaan dan perawatan, terdiri atas :
a. Kosmetika pembersih (cleansing)
b. Kosmetika pelembab (moisturizing)
c. Kosmetika pelindung (protecting)
d. Kosmetika penipis (thining)
2. Kosmetika rias/dekoratif, terdiri atas :
a. Kosmetika rias kulit terutama wajah
b. Kosmetika rias rambut
c. Kosmetika rias kuku
d. Kosmetika rias bibir
e. Kosmetika rias mata
3. Kosmetika pewangi/parfum, terdiri atas :
a. Deodorant dan antiperspirant
b. After shave lotion
c. Parfum dan eau de toilette
2.4.3 Syarat kosmetik pelembab
Adapun syarat kosmetik pelembab adalah:
a. Nyaman dan mudah dipakai
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
20
c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur
d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban
kulit (29).
2.5. Masker
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive
Dressing Treatment (OTD) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi
perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehingga
membentuk ruang semi tertutup antara masker dan kulit untuk membantu
penyerapan obat (32).
Masker yang diaplikasikan pada wajah akan menyebabkan suhu kulit
wajah meningkat (±1°C) sehingga peredaran darah pada kulit meningkat,
mempercepat pembuangan sisa metabolisme kulit, meningkatkan kadar oksigen
pada kulit maka pori-pori secara perlahan membuka dan membantu penetrasi zat
aktif dalam essence ke dalam kulit. Penggunaan masker dapat meningkatkan
penyerapan zat aktif 5-50 kali dibanding produk kosmetik lain (32).
2.5.1 Jenis-jenis masker
Jenis-jenis masker adalah:
1. Tipe peel-off
Prinsip masker peel-off yaitu dengan memanfaatkan filming agent yang
melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan
film tipis. Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan
ikut terlepas bersama dengan lapisan film tersebut. Bahan yang digunakan:
polyvinyl pyrolidine (PVP), polyvinyl acetate (PVA), dan carboxy methyl
21
cellulose (CMC). Keuntungan dari tipe peel-off dapat dengan cepat
membersihkan poripori, memutihkan, dan membersihkan komedo.
Sedangkan kerugian tipe peel-off yaitu apabila daya lekat masker terlalu
kuat, pada saat dilepaskan atau ditarik dari permukaan kulit maka folikel
rambut akan ikut lepas bersama masker sehingga membuat pori kulit besar
dan menimbulkan iritasi kulit. Kandungan alkohol yang tinggi pada tipe
masker ini dapat menghilangkan kadar air.
2. Tipe wash-off
Tipe makser ini tidak membentuk film pada kulit, terbagi 2 jenis yaitu:
a. Tipe krim
Merupakan tipe krim emulsi minyak dalam air. Kegunaan utamanya
adalah untuk melembabkan kulit karena kandungan minyak tumbuhan
serta mampu melunakkan sel kulit mati dan komedo. adapun
Keuntungan dari tipe krim yaitu dapat digunakan pada semua bagian
kulit dan cocok digunakan untuk kulit yang berkeriput. Sedangkan
kerugian dari tipe krim yaitu penggunaan kurang praktis, perlu dicuci
dan penggunaan yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah
jerawat karena penimbunan minyak pada kulit.
b. Tipe mud pack
Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembabkan.
Bahan yang digunakan adalah kaolin, bentonite, lumpur alami, serbuk
kacang-kacangan, dan sebagainya. Adapun Keuntungan tipe mud pack
yaitu mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan
22
membersihkan sebum kulit yang telah mengeras. Sedangkan kerugian
tipe mud pack yaitu dapat terkontaminasi bakteri dan sulit untuk
dibersihkan.
3. Tipe gel
Merupakan gel transparan atau semi transparan yang dibuat menggunakan
polimer-polimer larut air, jadi sering ditambahkan humektan seperti
gliserin. adapun Keuntungan dari tipe gel yaitu cocok untuk kulit sensitif
sedangkan kerugian dari tipe gel yaitu penggunaan kurang praktis, perlu
dicuci dengan air.
4. Tipe sheet
Umumnya menggunakan bahan non woven yang diresapi dengan losion
atau essence. Adapun Keuntungan dari tipe sheet yaitu memberikan efek
dingin, melembapkan, merevitalisasi dan nyaman digunakan serta
pemakaiannya praktis.
2.5.2 Masker sheet
Masker sheet telah banyak digunakan di Asia Timur, lembaran masker
umumnya terbuat dari kain non woven, serat kertas, bioselulosa, dan sebagainya.
Masker sheet dapat meningkatkan efek melembabkan, memutihkan dan
antiaging, membersihkan dan mengangkat sel kulit mati (32).
2.5.3 Jenis-jenis lembaran masker
a. Tipe non woven
Menggunakan bahan tekstil seperti polypropylene, Bemliese fabric dan
viscose rayon.
23
Keuntungan: fleksibel, tidak mudah robek, bersifat hidrofil sehingga
mampu meresap essence, dan tidak meninggalkan sisa essence di dalam
kemasan.
Kerugian: penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan kulit kering.
b. Tipe serat Kertas (pulp)
Awalnya serat kertas marupakan bahan dasar pembuatan masker sheet, tet
api telah diganti dengan bahan non woven.
Keuntungan: tipis dan mampu melekat baik dengan kulit.
Kerugian: tingkat peresapan essence terbatas dan mudah robek Karena
tipis.
c. Tipe bioselulosa
Merupakan teknologi terbaru pembuatan masker sheet, menggunakan
selulosa alami dari hasil fermentasi mikroorganisme, dan tidak mengiritasi
kulit.
Keuntungan: sangat mampu melekat pada kulit sehingga tidak mudah
terlepas.
Kerugian: biaya pembuatan relatif lebih mahal.
d. Tipe charcoal
Menggunakan serbuk arang dari bamboo moso yang endemik di Taiwan
yang dicampurkan dengan bahan non woven dalam proses pembuatannya.
Keuntungan: fleksibel, mampu meresapi essence dengan baik, kandungan
serbuk arang dapat meningkatkan penyerapan essence ke dalamn kulit.
24
Kerugian: karena penambahan serbuk arang, biaya pembuatan lebih mahal
dibandingkan tipe non woven.
e. Tipe jeli
Dibuat dengan mencampurkan essence dan gelling agent, kemudian
dicetak dengan cetakan masker menghasilkan jeli yang transparan.
Keuntungan: penggunaannya lebih praktis dibanding tipe masker lainnya.
Kerugian: kemampuan penetrasi essence ke dalam kulit lebih kurang
dibandingkan jenis masker sheet lainnya. Masker sheet mempunyai sifat
menutup atau melekat yang baik sehingga meningkatkan efek
melembabkan, memutihkan serta anti-aging dari zat aktif(32).
2.5.4 Essence
Essence tersedia dalam beberapa tipe seperti losion, emulsi, krim, dan
minyak dengan teknologi pembuatan dan keistimewaan masing-masing. Alasan
yang membuat essence laku di pasaran adalah perubahan gaya hidup konsumen,
menyederhanakan rutinitas kosmetik harian mereka untuk menghemat waktu,
memiliki efek yang lebih baik, nyaman digunakan karena pengembangan desain
wadah, pengembangan fungsi bahan pelembab dan bahan farmasetik (33).
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Penelitian
meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak daun pandan wangi, formulasi
sediaan masker sheet, pemeriksaan kestabilan sediaan, uji iritasi, dan efektivitas
sebagai pelembab (34).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi penelitian
Tempat penelitian ini rencana akan dilakukan di laboratorium formulasi
farmasi Institut Helvetia Medan
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan April-Juni 2019
3.3. Sampel Penelitian
Bahan penelitian ini adalah daun pandan wangi yang terdapat di Peureulak
Aceh Timur
3.4. Alat dan Bahan
3.4.1 Alat-Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas
laboratorium, lumpang , stamfer, cawan porselin, objek gelas, batang pengaduk,
spatula, sudip, pot plastik, pipet tetes, penangas air, penyaring, timbangan analitis
26
(boeco),alat penyegel, masker sheet (beyond), ph meter (hanna instrument),dan
moisture checker.
3.4.2 Bahan Yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ekstrak daun
pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) gliserin, butilen glikon, xanthan gum,
nipagin,etanol 96% PEG-40 (minyak jarak terhidrogenasi),aquadest, parfum,
larutan dapar pH asam (4,01),larutan dapar pH netral (7,01), dan foilbag.
3.5. Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada iritasi pada kulit berjumlah 12
orang dengan kriteria sebagai berikut
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Sukarelawan adalah orang terdekat yang sering berada disekitar pengujian
sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi
pada kulit yang sedang diamati
3.6. Prosedur Penelitian
3.6.1 Pengumpulan Sampel
Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dipetik didaerah peureulak
aceh timur secara manual menggunakan tangan dengan kriteria daun berwarna
hijau, berukuran sedang, dan bersih.
27
3.6.2 Pengolahan sampel
Setelah sampel terkumpul 3 kg kemudian ditimbang dan dilakukan sortasi
basah meliputi pembersihan daun dari pengotor eksternal, kemudian tiriskan.
Daun pandan wangi kemudian dikeringkan dengan cara penjemuran tanpa terkena
matahari langsung (diangin-anginkan) kemudian ditimbang, dihaluskan dan
dilakukan ekstraksi.
3.6.3 Karakteristik simplisia
a. Penetapan kadar air
Simplisia ditimbang 5 g. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu
kering. Toluen jenuh air dimasukan lebih kurang 0,4 ml, ke dalam masing-
masing labu. Labu dipanaskan selama 15 menit. Setelah mendidih,
penyulingan diatur dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes per detik hingga
sebagian air tersuling. Setelah semua air tersuling tabung penerima
didinginkan hingga suhu kamar. Baca volume air setelah air dan toulen
memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam % .
b. Kadar abu total
Ditimbang sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang,
Masing-masing dimasukkan kedalam krus porselin yang telah dipijar dan
diratakan, kemudian dipijar perlahan-lahan, hingga diperoleh isi berupa
abu putih dengan berat yang konstan.
c. Kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total didihkan selama 5
menit dengan 25 ml asam klorida encer P. Bagian yang tidak larut dalam
28
asam dikumpulkan dan saring melalui kertas saring bebas abu. Kemudian
dicuci dengan air panas dan dipijarkan dalam krus hingga bobot tetap.
Kadar abu yang tidak larut asam ditimbang dan dihitung terhadap bahan
yang telah dikeringkan.
d. Kadar sari larut dalam air
Serbuk simplisia ditimbang 5 gram, masing-masing dimasukkan kedalam
erlenmeyer. Kemudian 100 ml air-kloroform ditambahkan kedalam
erlemeyer sambil diaduk berkali-kali selama 6 jam pertama dan dibiarkan
selama 18 jam. Lalu disaring dan 20 ml filtrat diuapkan hingga kering
dalam cawan porselen yang telah dipanaskan pada suhu 105oC dan ditara.
Residu dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap dan dihitung kadar
dalam % larut air.
e. Kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak 5 gram masing-masing dimasukan ke dalam erlemeyer dan
ditambahkan 100 ml etanol sambil diaduk berkali-kali selama 6 jam
pertama. Kemudian biarkan selama 18 jam. Penyaringan dilakukan dengan
cepat agar menghindari penguapan etanol, kemudian 20 ml filtrat diuapkan
hingga kering dalam cawan porselen yang telah dipanaskan 105oC dan
ditara. Residu dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap (35).
29
3.6.4 Pembuatan ekstrak daun pandan wangi
Proses pembuatan ekstrak daun pandan wangi adalah sebagai berikut :
Pada penelitian ini sampel daun pandan wangi diekstraksi menggunakan etanol
70%. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi, yaitu sebanyak 500
gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana, tuang dengan 75 bagian
etanol ditutup dengan alumunium foil, biarkan selama 5 hari, ampas dimaserasi
lagi. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari
cahaya selama 2 hari. kemudian dituangkan atau disaring. Kemudian filtrat yang
dihasilkan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental (35).
3.6.5 Formula Standar
Formula standar yang digunakan (36).
R/ Vitamin B3 1-5%
Vitamin B5 1-5%
PEG-40 Hydrogenated castor Oil 0,1%
Butylene glycol 5%
Glycerin 5%
Sodium Polyacrylate 0,2%
Metyl paraben 0,2%
Etanol 96% 3,0%
Parfum q.s
Aquadest 100%
30
3.6.6 Pembuatan Masker sheet dari Ekstrak Daun Pandan Wangi
Tabel 3.1. Formula Modifikasi Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi
No Bahan Konsentrasi (%)
Kontrol
Negatif
(g)
F1 (g) F2(g) F3 (g)
1 Ekstrak Daun Pandan Wangi - 3 5 7
2 Gliserin 5 5 5 5
3 Butilen Glikol 5 5 5 5
4 PEG-40 HydrogenatedCastor Oil 0,5 0,5 0,5 0,5
5 Xanthan Gum 0,3 0,3 0,3 0,3
6 Nipagin 0,18 0,18 0,18 0,18
7 Nipasol 0,02 0,02 0,02 0,02
8 Etanol 96% 3 3 3 3
9 Parfum q.s q.s q.s q.s
10 Aquadest 100 100 100 100
3.6.7 Prosedur pembuatan essence masker sheet ekstrak pandan wangi
Xanthan gum dilarutkan dengan aquadest dalam lumpang. Ditambahkan
dengan butilen glikol dan gliserin kemudian digerus hingga homogen (campuran
I). Nipagin dan nipasol dilarutkan dalam sebagian dalam air panas (campuran II).
Ekstrak daun pandan wangi dan PEG-40 hydrogenatedcastor oil dilarutkan
dengan sebagian aquadest (campuran III). Campuran II dicampurkan sedikit demi
sedikit kedalam campuran I hingga membentuk massa yang homogen kemudian
dicampurkan campuran III dan digerus hingga homogen. Ditambahkan etanol
96% dan tambahkan parfum kedalam campuran kemudian diaduk hingga
homogen.
3.6.8 Proses pengemasan
Dilipat masker sheet kosong sesuai ukuran kemasan dan dimasukkan ke
dalam foil bag. Ditimbang 20 gram essence dan dituang kedalam foil bag. disegel
kemasan foil bag dengan alat penyegel.
31
3.7. Evaluasi Mutu Fisik Sediaan
3.7.1 Pengujian Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
trasparan lain yang cocok, persiapan harus menunjukkan komposisi yang
homogen dan tidak ada butiran kasar terlihat (11).
3.7.2 Uji pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH
7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat menununjukkan harga pH
tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
tisu. Sampel dibuat dalam kosentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam air suling ad 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam
larutan uji tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka
yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (11).
3.7.3 Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan pada 12 suka relawan dengan teknik tes patch yaitu
dengan memakai kosmetik tersebut ditempat lain, misalnya dibagian lengan
bawah atau dibelakang daun telinga. Setelah dibiarkan 24-48 jam tidak terjadi
reaksi pada kulit (11).
3.7.4 Uji organoleptis
Pengujian fisik masker yang telah dibuat meliputi pengamatan perubahan
bau, warna, dan bentuk(11).
32
3.7.5 Uji stabilitas
Uji ini bertujuan untuk melihat kestabilan sediaan. Sebanyak 100 gram
formula masker dimasukkan kedalam pot plastik, pengamatan dalam bentuk
perubahan konsistensi, warna dan aroma pada saat persiapan selesai serta dalam
penyimpanan selama 1 bulan pada suhu kamar.
3.7.6 Uji Efektivitas kelembaban
Pengujian efektifitas kelembaban dilakukan terhadap 15 orang
sukarelawan dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing sukarelawan diberikan
kosentrasi sediaan masker sheet yang berbeda-beda, dan dilakukan selama 4
minggu dengan menerapkan masker seminggu sekali. setiap kelompok terdiri dari
3 suka relawan (11).
a. Kelompok I : 3 orang sukarelawan formula blanko (Kontrol Negatif)
b. Kelompok II : 3 orang masker sheet nuface (Kontrol Positif)
c. kelompok III : 3 orang sukarelawan formula 3% (F1)
d. kelompok IV : 3 orang sukarelawan formula 5% (F2)
e. kelompok V : 3 orang sukarelawan formula 7% (F3)
Setiap sukarelawan yang telah dikelompokkan terlebih dahulu diukur
kondisi kelembaban kulit awal atau sebelum perlakuan dengan menggunakan
perangkat moisture checker.
Cara pengukuran kadar air adalah :
1. Bersihkan permukaan kulit yang hendak diukur dengan tisu halus
2. Bersihkan bagian sensor pada moisture checker dengan menggunakan kain
lensa yang tersedia
33
3. Tekan tombol power dan moisture checker dan tunggu hingga menunjukkan
angka 00,0
4. Letakkan diatas permukaan kulit yang akan diukur. angka yang ditampilkan
pada alat merupakan presentase kadar air dalam kulit.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi
Daun pandan wangi sebanyak 3 kg dibersihkan kemudian dicuci,
dikeringkan, dan simplisia dihaluskan kemudian ditimbang, dan diperoleh
simplisia kering yang telah dihaluskan sebanyak 500 g serbuk simplisia daun
pandan wangi diekstraksi dan diperoleh ekstrak kental daun pandan wangi
sebanyak 85,31gram. Rendemen yang diperoleh yaitu 16,66%. Perhitungan
rendemen dapat dilihat pada lampiran 1.
4.2 Pengujian karakteristik kadar air, sari larut air/etanol, abu total dan
abu tidak larut asam pada simplisia.
Hasil penetapan kadar air, sari larut air/etanol, abu total dan abu tidak larut
asam pada simplisia daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pengujian Karakteristik kadar air, sari larut air/etanol, abu total dan
abu tidak larut asam pada simplisia
Pengujian Hasil Pernyaratan (MMI
edisi V
Kesimpulan
Kadar air 7,32% Tidak lebih dari 9% Memenuhi
persyaratan
Kadar sari larut air 19,21% Tidak kurang dari 7
%
Memenuhi
persyaratan
Kadar sari larut
etanol
10,70% Tidak kurang dari 6% Memenuhi
persyaratan
Kadar abu total 2,52% Tidak lebih dari 5% Memenuhi
persyaratan
Kadar abu tidak larut
asam
0,22% Tidak lebih dari 1% Memenuhi
persyaratan
35
4.3 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Essence Masker Sheet
Sediaan essence masker sheet dibuat dengan menggunakan formulasi
standar(11) . Formulasi standar ini dimodifikasi dengan penambahan ekstrak daun
pandan wangi sebagai bahan aktif. Konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang
digunakan adalah konsentrasi 3%, 5%, 7%.
4.3.1 Hasil Pengujian Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka
sediaan dapat dikatakan homongen.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Homogenitas
Sediaan Pengamatan homogenitas
F0 Homogen
F1 Homogen
F2 Homogen
F3 Homogen
Keterangan :
F0 : blanko ( tanpa ekstrak )
F1 : Essence ekstrak daun pandan wangi 3%
F2 : Essence ekstrak daun pandan wangi 5%
F3 : Essence ekstrak daun pandan wangi 7%
4.3.2 Hasil pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan diukur dengan pH meter dengan pengulangan
sebanyak tiga kali pengulangan selama 4 minggu. Persyaratan pH yang diizinkan
adalah 5-8 (11). Dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3
36
Tabel 4.3 Data hasil pengukuran pH sediaan setelah selesai dibuat
Formula pH
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-Rata
F0 6,5 6,6 6,5 6,5
F1 6,3 6,4 6,3 6,3
F2 6,2 6,1 6,2 6,2
F3 6,1 6,3 6,1 6,1
Pada Tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa blanko mempunyai pH 6,5, F1
mempunyai pH 6,3, F2 mempunyai pH 6,2, F3 mempunyai pH 6,1. Berdasarkan
hasil penentuan pH didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
etanol daun pandan wangi yang ditambahkan maka pH sediaan semakin
rendah dibandingkan dengan pH sediaan blanko.
Tabel 4.4 Data hasil pengukuran pH rata-rata sediaan penyimpanan selama 4
minggu.
Formula pH rata-rata selama 4 minggu
I II III IV
F0 6,5 6,5 6,5 6,5
F1 6,3 6,3 6,3 6,3
F2 6,2 6,2 6,2 6,2
F3 6,1 6,1 6,1 6,1
Keterangan :
F0 : blanko (tanpa ekstrak )
F1 : Essence ekstrak daun pandan wangi 3%
F2 : Essence ekstrak daun pandan wangi 5%
F3 : Essence ekstrak daun pandan wangi 7%
Setelah penyimpanan 4 minggu, dapat dilihat Tabel 4.3, pH yang
diperoleh tidak terjadi perubahan pada sediaan essence masker sheet dan berada
pada rentang 6,0 – 6,5 yang relatif aman pada permukaan kulit wajah. Standar
persyaratan pH untuk sediaan masker yaitu pH 5-8.
37
4.3.3 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Tabel 4.5. Hasil Uji Iritasi terhadap Sukarelawan
Formula Pengamatan Sukarelawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
F0 Kemerahan - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - -
F1 Kemerahan
Gatal-gatal
Bengkak
- - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - -
F2 Kemerahan
Gatal-gatal
Bengkak
- - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - -
F3 Kemerahan - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - -
Keterangan : + :Kemerahan
++ :Gatal
+++ :Bengkak
- :Tidak terjadi iritasi
Berdasarkan hasil uji iritasi terhadap sukarelawan yang dilakukan pada
sediaan masker sheet ekstrak daun pandan wangi dengan konsentrasi ekstrak yang
tertinggi yaitu 7% dapat dilihat pada Tabel 4.4
4.3.4 Hasil Uji Organoleptis Sediaan Yang Telah Dibuat
Uji organoleptis bertujuan untuk pengenalan awal terhadap masker sheet
dengan menggunakan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk, warna dan bau
(37). Hasil pemeriksaan terhadap sediaan masker sheet ekstrak daun pandan
wangi yang dilakukan pada 3 sediaan dari berbagai perbandingan dengan blanko
untuk melihat bentuk, bau dan warna. Dapat dilihat pada Tabel 4.6
38
Tabel 4.6. Hasil Organoleptis
Pengujian
Organoleptis
Formula
F0 F1 F2 F3
Aroma Pandan Pandan Pandan Pandan
Warna Putih Coklat muda Coklat muda Coklat tua
Tekstur Cairan Kental Cairan Kental Cairan Kental Cairan Kental
Keterangan:
F0 : Blanko (tanpa ekstrak)
F1 : Essence ekstrak daun pandan wangi 3%
F2 : Essence ekstrak daun pandan wangi 5%
F3 : Essence ekstrak daun pandan wangi 7%
4.3.5 Hasil Pengujian Stabilitas
Masing-masing formula disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-
parameter kestabilan sediaan meliputi bau, warna, selama 4 minggu. Rusak atau
tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan adanya perubahan bau dan
perubahan warna. Hasil evaluasi dan stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat
dalam Tabel 4.7.
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sediaan essence
masker sheet blanko, masker sheet dengan ekstrak daun pandan wangi konsentrasi
3%,5% dan 7% stabil selama penyimpanan 4 minggu.
Tabel 4.7 Data Pengamatan Kestabilan Sediaan Selama 4 minggu
No Formula
Setelah
Pembuatan
Pengamatan Selama 4 Minggu
1 2 3 4
Bau Warna Bau Warna Bau Warna Bau Warna Bau Warna
1 Blanko - - - - - - - - - -
2 F1 - - - - - - - - - -
3 F2 - - - - - - - - - -
4 F3 - - - - - - - - - -
Keterangan : Blanko :Blanko (tanpa ekstrak)
F1 : Essence ekstrak daun pandan wangi 3%
F2 : Essence ekstrak daun pandan wangi 5% F3 : Essence ekstrak daun pandan wangi 7%
+ : terjadi perubahan
39
- : Tidak terjadi perubahan
4.3.6 Hasil Pengujian Kelembaban Kulit
Hasil pengukuran kelembaban yang menunjukkan persentase peningkatan
kelembaban kulit pada sebelum pemakaian minggu ke-1 dan minggu ke-4 setelah
pemakaian, sukarelawan dibebaskan dari penggunaan produk topikal pada satu
hari selama 4 minggu yang dapat melembabkan kulit penggunaan nya. Kadar air
diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan alat moisture
checker hasil pengukuran data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel.4.8 Pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan
Kadar Air/ moisture
Formula Sukarelawan Kondisi Awal
Setelah 1 minggu
Setelah 2 minggu
Setelah 3 minggu
Setelah 4 minggu
F0 1 2 3
29,9 30,7 29,9
30,7 33,2 32,1
32,8 34,3 33,0
33,1 35,2 34,3
33,5 36,7 36,6
Rata-rata 30,1 32,0 33,3 34,2 35,6 F1 4
5 6
32,7 29,9 32,8
33,5 30,7 34,3
34,3 33,1 36,6
36,3 35,2 37,4
37,1 36,6 38,0
Rata-rata 31,8 32,8 34,6 36,3 37,2 F2 7
8 9
33,1 30,7 29,9
35,2 33,5 33,2
36,7 36,3 34,3
37,5 38,0 36,6
39,2 38,4 37,6
Rata-rata 31,2 33,9 35,7 37,3 38,4 F3 10
11 12
32,8 32,7 30,7
36,7 35,2 36,3
37,5 36,6 37,4
39,3 38,0 39,0
40,4 39,3 40,2
Rata-rata 32,0 36,0 37,1 38,7 39,9 F4 13
14 15
32,7 32,8 33,1
34,3 37,5 39,3
38,5 39,5 40,8
41,6 41,9 42,0
42,0 43,8 44,1
Rata-rata 32,8 37,0 39,6 41,8 43,3
Keterangan:
Dehidrasi 0-29: Normal 30-50: Hidrasi 51-100.
F0 : Blanko ( tanpa ekstrak daun pandan wangi)
F1 : masker sheet ekstrak daun pandan wangi 3%
F2 : masker sheet ekstrak daun pandan wangi 5%
40
F3 : masker sheet ekstrak daun pandan wangi 7%
F4 : Kontrol positif (nuface masker sheet)
Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan masker sheet dengan
bahan ekstrak daun pandan wangi untuk melembabkan kulit secara alami.
Pengujian masker dilakukan selama 4 minggu dan dihitung kelembaban pada
sebelum pemakaian. Dapat dilihat grafik pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa
perbedaan konsentrasi ekstrak daun pandan wangi mempengaruhi peningkatan
kadar air kulit wajah sukarelawan selama 4 minggu perawatan.
Gambar 4.1. Grafik Kadar Air (Moisture)
41
4.4 Pembahasan
4.4.1 Homogenitas
Pada sediaan masker wajah yang diformulasi tidak ditemukan adanya
butiran kasar dari berbagai konsentrasi. Dapat disimpulkan bahwa sediaan
masker adalah homogen (36). Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah pencampuran masing- masing komponen dalam pembuatan masker sheet
telah tercampur merata, hal tersebut untuk menjamin bahwa zat aktif yang
terkandung didalamnya telah terdistribusi secara merata (31).
4.4.2 pH
Uji pH diperoleh hasil bahwa blanko mempunyai pH 6,5, F1 mempunyai
pH 6,3, F2 mempunyai pH 6,2, F3 mempunyai pH 6,1. Berdasarkan hasil
penentuan pH didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol
daun pandan wangi yang ditambahkan maka pH sediaan semakin rendah
dibandingkan dengan pH sediaan blanko, yang relatif aman pada permukaan kulit
wajah. Standar persyaratan pH untuk sediaan masker yaitu pH 5-8. Kestabilan pH
merupakan salah satu parameter penting yang menentukan stabil atau tidaknya
suatu sediaan. Nilai pH tidak boleh teralu asam karena dapat menyebabkan iritasi
pada kulit sedangkan nilai pH terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik.
4.4.3 Iritasi
Uji iritasi terhadap sukarelawan yang dilakukan pada sediaan masker sheet
ekstrak daun pandan wangi dengan konsentrasi ekstrak yang tertinggi yaitu 7%
dapat dilihat pada Tabel 4.4 tidak terlihat adanya reaksi iritasi seperti kemerahan,
gatal, dan bengkak pada kulit oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa formula
42
masker sheet blanko, masker sheet konsentrasi ekstrak daun pandan wangi 3%,
5%, 7%, juga tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat dikatakan bahwa
keseluran sediaan masker sheet aman digunakan.
4.4.4 Organoleptis
Uji organoleptis bertujuan untuk pengenalan awal terhadap masker sheet
dengan menggunakan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk, warna dan bau
(37). Pada pengujian organoleptis sediaan masker sheet ekstrak daun pandan
wanggi semua formula berwarna coklat muda dan coklat tua dan bentuk cairan
kental serta berbau khas pandan, akan tetapi pada kekonsistensinya masing-
masing masker sheet berbeda-beda karena kosentrasi masker sheet berbeda
sehingga mempegaruhi bentuk dan keseragaman masker sheet. Dimana
konsentrasi warna yang paling pekat adalah konsentrasi (7%).
4.4.5 Stabilitas
Pengujiaan stabilitas disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-
parameter kestabilan sediaan meliputi bau, warna, selama 4 minggu. Rusak atau
tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan adanya perubahan bau dan
perubahan warna. Untuk mengatasi kerusakan yang ditimbulkan jamur atau
mikroba dapat ditambahkan pengawet. pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sediaan
essence masker sheet blanko, masker sheet dengan ekstrak daun pandan wangi
konsentrasi 3%,5% dan 7% stabil selama penyimpanan 4 minggu. Pada
penyimpanannya, semua sediaan essence tidak mengalami perubahan warna dan
bau. Pada sediaan essence ditambahkan nipagin 0,18% agar menghindari
terjadinya pertumbuhan mikroba atau jamur.
43
4.4.6 Efektivitas kelembaban
Pengujian masker dilakukan selama 4 minggu dan dihitung kelembaban
pada sebelum pemakaian. Uji kelembaban dilakukan pada wajah sukarelawan
selama seminggu sekali, pengujian kelembaban menggunakan alat moisture
checker. Sebelum melakukan uji kelembaban, sukarelawan diharuskan mengguji
iritasi terlebih dahulu, yaitu pada area dibelakang telingga. Pada uji kelembaban
konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yang semakin tinggi, semakin
meningkatkan kadar air (moisture) pada kulit. Sediaan masker sheet yang
menghasilkan efek terbesar yang meningkatkan kadar air kulit, terlihat pada
masker sheet ekstrak daun pandan wangi 7% (30,7% menjadi 40,2%), masker
sheet yang menghasilkan efek terkecil terlihat pada masker sheet blanko (29,9
menjadi 33,5), hal ini menunjukkan bahwa masker sheet ekstrak daun pandan
wangi 7% mampu meningkatkan kadar air dengan baik.
Daun pandan wangi merupakan sumber kaya alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin vit E, vit C, polifenol yang berfungsi sebagai zat antioksidan. Daun pandan
wangi mempunyai kandungan, senyawa flavonoid yang utamanya ditunjukkan
pada sifat antioksidannya yaitu memiliki kemampuan mengurangi pembentukan
radikal bebas. Daun pandan wangi mengandung zat antioksidan yang sangat
bagus untuk kesehatan kulit (37).
Daun pandan wangi juga memiliki glukosa dan fruktosa yang bersifat
humektan yang dapat mengikat air dari udara kedalam kulit, memperkuat, dan
perlindungan luar kulit (stratum corneum) sehingga mengurangi kehilangan air
pada kulit, Kelembaban kulit akan terjaga dan kulit tidak akan dehidrasi dan
44
menjadi kering. Kedua mekanisme tersebutlah yang dapat meningkatkan kadar air
dalam kulit seiring bertambahnya konsentrasi ekstrak daun pandan wangi (16).
4.4.7. Uji post Hoc Tets tukey
Dari tabel Post Hoc Tests Tukey HSD, pada kondisi awal tidak terdapat
perbedaan signifikan tiap antar kelompok perlakuan. Setelah pengamatan Minggu
1, terdapat perbedaan signifikan antara Formula 4 dengan Formula 0 dimana p
value 0,024 < 0,05. Pada pengamatan Minggu II, III dan IV terdapat perbedaan
signifikan antara kelompok perlakuan.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpilkan
bahwa:
1. Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dapat
diformulasikan sebagai masker sheet untuk melembabkan kulit secara
alami.
2. Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dari setiap formula
sediaan dapat melembabkan kulit dengan persentase yang berbeda.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk membuat bentuk sediaan
masker yang berbeda dengan menggunakan ekstrak daun pandan wangi dan
disarankan diuji aktivitas anti-aging.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Muliyawan,D.,dan suriana,N,(2013).A-Z tentang kosmetik.jakarta:PT Elex
media kompotindo.halaman 2. 2013.
2. Tricaesario, C, Widayati R.I., 2016, Efektifitas Krim Almond Oil 4%
Terhadap Tingkat Kelembaban Kulit, Jurnal Kedokteran Diponegoro.
3. Devianti S. Pengaruh Penggunaan Masker Brokoli (Brassica oleracea L.)
Terhadap Hasil Kelembapan Kulit Wajah Kering.
4. Tricaesario C, Widayati R. Efektivitas krim almond oil 4% terhadap tingkat
kelembaban kulit. J Kedokt Diponegoro. 2016;5(4):599–610.
5. Aryani R. Formulasi dan Uji stabilitas krim kombinasi alfa tokoferol asetat
dan etil Vitamin C Sebagai Pelembab Kulit. J Kesehat Bakti Tunas Husada.
2015;13(1):213–27.
6. Sriwidodo.,cermin dunia kedokteran.,. 1986.
7. Wahyuni W, Lullung A, Asriati DW. Formulasi Dan Peningkatan Mutu
Masker Wajah Dari Biji Kakao Non Fermentasi Dengan Penambahan
Rumput Laut. J Ind Has Perkeb. 2018;11(2):89.
8. Dechacare. 2011. Masker Wajah Alami dan Fungsinya.
http://www.dechacare.com/MaskerWajah-Alami-dari-Buah-I203.html.
Diakses tanggal 27 Mei 2011. 9 Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016.
2016;4(3):9–20.
9. Zahrina Firdausi,.Sri Dwiyanti, S.Pd. MP. Perbandingan Proporsi lidah
buaya dan bunga mawar terhadap hasil jadi masker kertas (Shett Mask).
2018;7:95–101.
10. Nasution R. Formulasi dan uji efek anti-aging sediaan masker sheet yang
mengandung putih telur,USU,. 2017;
11. Reveny J, Tanuwijaya J, Stanley M, Farmasi DT, Farmasi F, Tri J, et al.
Formulasi dan Evaluasi Anti-Penuaan Pengaruh Vitamin E di Biocellulose
Lembar Masker. 2017;10(1):322–30.
12. Abu muhammad. M. Kamus Pintar Obat Herbal.,. 2012.
13. Rahayu SE, Handayani S. Keanekaragaman Morfologi Dan Anatomi
Pandanus (Pandanaceae) Di Jawa Barat. Vis Vitalis. 2008;1(2):29–44.
14. Hindarso H, Margaretta S, Handayani SD, Indraswati N. Ekstraksi
Senyawa Phenolic Pandanus Amaryllifolius Roxb. Sebagai Antioksidan
Alami. Widya Tek. 2013;10(1):20–30.
15. Sri yadial chalid dan ZT. minuman pandan wangi(pandanus amaryllius
roxb.)sebagai minuman sehat,fakultas,sains dan teknologi,(UIN),2016.
16. Handoko Y. Formulasi Sediaan Krim Dari Ekstrak Etanol Daun Pandan
Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.) Sebagai Pelembab Kulit Alami.
Univ Sumatera Utara. 2015;
17. Sukandar D, Hermanto S, Mabrur AI. Aktivitas Anti Diabetes Ektrak Etil
Asetat Daun Pandan Wangi ( Pandanus amaryllifolius Roxb .).
2010;12(95).
18. Hamzah MH. Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Air dan Fraksi Eter
Kombinasi Ekstrak Metanol Daun Kopi (Coffea arabica) dan Ekstrak
Metanol Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) dengan Metode DPPH.
2015. 58 p.
47
19. Hanani E. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Keokteran E. 11
Buku. 2014.
20. Syamsuni HA. Ilmu resep. Jakarta: Penerbit Buku Keokteran, EGC; 2006.
21. Hanani E. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Keokteran, EGC;
2015.
22. Hidayati IW. ( Anredera cordifolia ( Ten .) Steenis ) Sebagai Penyembuh
Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci Isnaini Wahyu Hidayati K
100050082 Fakultas Farmasi. 2009;
23. Colocasia J, Schott L. Uji aktivitas ekstrak etanol umbi talas jepang (.
2015;
24. Mawarsari T, Kedokteran F, Ilmu DAN, Farmasi PS. No Title. 2015;
25. Yanhendri SWY. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi.
Cermin Dunia Kedokt. 2012;194(36):423–30.
26. Luviana LAI. Pengaruh pemberian getah tanaman patah tulang secara
topikal terhadap gambaran histopatologis dan ketebalan lapisan keratin
kulit. Pengaruh Pemberian Getah Tanam Patah Tulang Secara Top
Terhadap Gambaran Histopatologis Dan Ketebalan Lapisan Keratin Kulit.
2010;
27. Kusantati H, Prihatin PT, Wiana W. Tata Kecantikan Kulit. Direktorat
Pembin Sekol Menengah Kejuruan, Jakarta. 2008;
28. Sinulingga EH, Budiastuti A, Widodo A. Efektivitas Madu Dalam
Formulasi Pelembap Pada Kulit Kering. J Kedokt Diponegoro.
2018;7(1):146–57.
29. Putri KG. Formulasi Sediaan Losio Tangan Dan Badan Menggunakan Sari
Kentang (Solanun tuberosum L.) Sebagai Bahan Pelembab. 2013;
30. Musdalipah dkk. Formulasi Body Scrub Sari Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas L.) Varietas Ayamurasaki.
31. Wasitaatmadja SM. Penuntun lmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta; 1997.
32. Nasution R. Formulasi dan uji efek. Formulasi Dan Uji Efek Anti−Aging
Sediaan Masker Sheet Yang Mengandung Putih Telur. 2017;
33. Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Pertama. Amsterdam:
Elsevier Science. Halaman 354-355.
34. Supardi S. Metode Penelitian Untuk Mahasiswa Farmasi. Jakarta: CV.
Trans Info Media; 2014.
35. Farmakope indonesia Edisi ketiga. Dep Kesehatan Republik Indonesia
Jakarta 1979;
36. Surjanto, Reveny J, Tanuwijaya J, Tias A, Calson. Comparison of anti-
aging effect between vitamin B3 and provitamin B5 using skin analyzer. Int
J PharmTech Res. 2016;9(7):99–104.
37. Gulo AW. Formulasi Sediaan Lotion Dari Sari Daun Pandan Wangi
(Pandanus Amaryllifolius). 2018;
48
Lampiran 1. Pemeriksaan Rendemen Ekstrak Daun Panda Wangi
1. Perhitungan Rendemen Ekstrak daun pandan wangi
Diketahui : Berat serbuk simplisia = 500 gram
Berat ekstrak kental = 85,31gram
% Rendemen = Berat Ekstrak Kental x 100%
Berat Simplisia
= 85,31 gram x 100%
500 gram
=17,06%
49
Lampiran 2. Karakteristik Daun Pandan Wangi
50
Lampiran 2. (Lanjutan)
51
Lampiran 2. (Lanjutan)
52
Lampiran 2. (Lanjutan)
53
Lampiran 2. (Lanjutan)
54
Lampiran 3. Alat dan Bahan
Gambar 3.1. Alat dan Bahan Pembuatan masker sheet
Gambar 3.2. Alat Moistur cheker
55
Lampiran 4. Daun Pandan
Gambar 4.1. Daun Pandan Wangi Segar
Gambar 4.2. Daun Pandan Wangi yang telah dikeringkan
56
Lampiran 5. Serbuk Simplisia, Ekstrak Simplisia dan Ekstrak Kental
Gambar 5.1. Daun Pandan yang telah diblender
Gambar 5.2. Serbuk Simplisia
57
Lampiran 5. (Lanjutan)
Gambar 5.3. Maserasi Ekstrak Daun Pandan Wangi
Gambar 5.4. Ekstrak Kental
58
Lampiran 6. Formulasi Masker Sheet
Gambar 6.1. Formulasi masker sheet F0, F1, F2, F3
Gambar 6.2. Kontrol Positif
59
Lampiran 7. Pengemasan Masker Sheet
60
Lampiran 8. Uji Homogenitas
Gambar Hasil Uji Homogenitas F0, F1, F2, F3
61
Lampiran 9. Uji pH
Gambar Uji pH F0, F1, F2, F3 selama 4 minggu
62
Lampiran 10. Uji Iritasi
Gamb
ar uji
iritasi
F0, F1, F2, F3
63
Lampiran 11. Uji Stabilitas
Gambar. Uji Stabilitas selama 4 minggu
64
Lampiran 12. Uji Efektivitas Kelembaban
F0 F1
F2 F3
Kontrol Positif
65
Lampiran 13. Hasil Uji Efektivitas Kelembaban
1. Kondisi Awal
F0 F1
F2 F3
Kontrol positif
66
Kondisi setelah 4 minggu
F0 F1
F2 F3
Kontrol Positif
67
Lampiran 14. Bagan alir pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi
500 gram simplisia daun
pandan wangi
Filtrat 1 Residu
Filtrat II Residu
Ekstrak kental daun
pandan wangi
Dimasukkan kedalam 1 wadah kaca berisi 250 gram
Direndam dengan etanol 70% sebanyak 3750 ml selama 5 hari
Diaduk sesekali
Ditambahkan etanol 70% 1250 ml
Direndam selama 2 hari
Diaduk sesekali
Dipekatkan dengan alat rotary evaporator pada suhu 40oC
68
Lampiran 15. Bagan Pembuatan Sediaan Ekstrak Daun Pandan Wangi
Sebagai Masker Sheet
Diaduk hingga
homogen
Xanthan Gum
Campuran I
Ditambahkan dengan air sedikit
demi sedikit, digerus
Ditambahkan butilen glikol dan
gliserin
Digerus hingga homogen
Nipagin dan Nipasol
Larutan (nipagin dan nipasol)
Campuran II
Dicampurkan sedikit demi sedikit
larutan nipagin dan nipasol ke
dalam campuran 1
Digerus hingga homogen
Sediaan Ekstrak daun Pandan Wangi Masker Sheet
Ekstrak daun pandan
wangi
Campuran III
Dilarutkan
dengan PEG 40
Ditambahkan
aquadest
Diaduk hingga
homogen
Ditambahkan sedikit demi sedikit
campuran III ke dalam campuran II
Digerus hingga homogen
Ditambahkan etanol dan parfum
Digerus hingga homogen
69
Lampiran 16. Pengolahan SPSS
Oneway
Descriptives
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum Lower
Bound
Upper
Bound
Kondisi_Awal Formula
0
3 30.1667 .46188 .26667 29.0193 31.3140 29.90 30.70
Formula
1
3 31.8000 1.64621 .95044 27.7106 35.8894 29.90 32.80
Formula
2
3 31.2333 1.66533 .96148 27.0964 35.3702 29.90 33.10
Formula
3
3 32.0667 1.18462 .68394 29.1239 35.0094 30.70 32.80
Formula
4
3 32.8667 .20817 .12019 32.3496 33.3838 32.70 33.10
Total 15 31.6267 1.37398 .35476 30.8658 32.3875 29.90 33.10
Minggu_I Formula 0
3 32.0000 1.25300 .72342 28.8874 35.1126 30.70 33.20
Formula
1
3 32.8333 1.89033 1.09138 28.1375 37.5292 30.70 34.30
Formula
2
3 33.9667 1.07858 .62272 31.2873 36.6460 33.20 35.20
Formula
3
3 36.0667 .77675 .44845 34.1371 37.9962 35.20 36.70
Formula
4
3 37.0333 2.53246 1.46211 30.7424 43.3243 34.30 39.30
Total 15 34.3800 2.40511 .62100 33.0481 35.7119 30.70 39.30
Minggu_II Formula 0
3 33.3667 .81445 .47022 31.3435 35.3899 32.80 34.30
Formula
1
3 34.6667 1.77858 1.02686 30.2484 39.0849 33.10 36.60
Formula 2
3 35.7667 1.28582 .74237 32.5725 38.9608 34.30 36.70
Formula
3
3 37.1667 .49329 .28480 35.9413 38.3921 36.60 37.50
Formula
4
3 39.6000 1.15326 .66583 36.7352 42.4648 38.50 40.80
Total
15 36.1133 2.43747 .62935 34.7635 37.4632 32.80 40.80
Minggu_III Formula
0
3 34.2000 1.05357 .60828 31.5828 36.8172 33.10 35.20
Formula
1
3 36.3000 1.10000 .63509 33.5674 39.0326 35.20 37.40
Formula
2
3 37.3667 .70946 .40961 35.6043 39.1291 36.60 38.00
70
Formula
3
3 38.7667 .68069 .39299 37.0757 40.4576 38.00 39.30
Formula
4
3 41.8333 .20817 .12019 41.3162 42.3504 41.60 42.00
Total 15 37.6933 2.72933 .70471 36.1819 39.2048 33.10 42.00
Minggu_IV Formula
0
3 35.6000 1.81934 1.05040 31.0805 40.1195 33.50 36.70
Formula 1
3 37.2333 .70946 .40961 35.4709 38.9957 36.60 38.00
Formula
2
3 38.4000 .80000 .46188 36.4127 40.3873 37.60 39.20
Formula 3
3 39.9667 .58595 .33830 38.5111 41.4222 39.30 40.40
Formula
4
3 43.3000 1.13578 .65574 40.4786 46.1214 42.00 44.10
Total 15 38.9000 2.87129 .74136 37.3099 40.4901 33.50 44.10
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kondisi_Awal 4.136 4 10 .031
Minggu_I 1.448 4 10 .289
Minggu_II 1.310 4 10 .331
Minggu_III .935 4 10 .482
Minggu_IV 2.624 4 10 .098
71
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Kondisi_Awal Between Groups 12.143 4 3.036 2.125 .152
Within Groups 14.287 10 1.429
Total 26.429 14
Minggu_I Between Groups 54.337 4 13.584 5.098 .017
Within Groups 26.647 10 2.665
Total 80.984 14
Minggu_II Between Groups 69.071 4 17.268 12.241 .001
Within Groups 14.107 10 1.411
Total 83.177 14
Minggu_III Between Groups 97.629 4 24.407 36.648 .000
Within Groups 6.660 10 .666
Total 104.289 14
Minggu_IV Between Groups 103.247 4 25.812 21.203 .000
Within Groups 12.173 10 1.217
Total 115.420 14
72
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Tukey HSD
Dependent Variable
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kondisi_Awal Formula 0 Formula 1 -1.63333 .97593 .489 -4.8452 1.5785
Formula 2 -1.06667 .97593 .806 -4.2785 2.1452
Formula 3 -1.90000 .97593 .355 -5.1119 1.3119
Formula 4 -2.70000 .97593 .112 -5.9119 .5119
Formula 1 Formula 0 1.63333 .97593 .489 -1.5785 4.8452
Formula 2 .56667 .97593 .975 -2.6452 3.7785
Formula 3 -.26667 .97593 .999 -3.4785 2.9452
Formula 4 -1.06667 .97593 .806 -4.2785 2.1452
Formula 2 Formula 0 1.06667 .97593 .806 -2.1452 4.2785
Formula 1 -.56667 .97593 .975 -3.7785 2.6452
Formula 3 -.83333 .97593 .907 -4.0452 2.3785
Formula 4
-1.63333 .97593 .489 -4.8452 1.5785
Formula 3 Formula 0 1.90000 .97593 .355 -1.3119 5.1119
Formula 1 .26667 .97593 .999 -2.9452 3.4785
Formula 2 .83333 .97593 .907 -2.3785 4.0452
Formula 4 -.80000 .97593 .919 -4.0119 2.4119
Formula 4 Formula 0 2.70000 .97593 .112 -.5119 5.9119
Formula 1 1.06667 .97593 .806 -2.1452 4.2785
Formula 2 1.63333 .97593 .489 -1.5785 4.8452
Formula 3 .80000 .97593 .919 -2.4119 4.0119
Minggu_I Formula 0 Formula 1 -.83333 1.33283 .967 -5.2198 3.5531
Formula 2 -1.96667 1.33283 .598 -6.3531 2.4198
Formula 3 -4.06667 1.33283 .072 -8.4531 .3198
Formula 4 -5.03333* 1.33283 .024 -9.4198 -.6469
Formula 1 Formula 0 .83333 1.33283 .967 -3.5531 5.2198
Formula 2 -1.13333 1.33283 .908 -5.5198 3.2531
Formula 3 -3.23333 1.33283 .185 -7.6198 1.1531
Formula 4 -4.20000 1.33283 .062 -8.5865 .1865
Formula 2 Formula 0 1.96667 1.33283 .598 -2.4198 6.3531
Formula 1 1.13333 1.33283 .908 -3.2531 5.5198
Formula 3 -2.10000 1.33283 .542 -6.4865 2.2865
Formula 4 -3.06667 1.33283 .221 -7.4531 1.3198
Formula 3 Formula 0 4.06667 1.33283 .072 -.3198 8.4531
Formula 1 3.23333 1.33283 .185 -1.1531 7.6198
Formula 2 2.10000 1.33283 .542 -2.2865 6.4865
Formula 4 -.96667 1.33283 .946 -5.3531 3.4198
Formula 4 Formula 0 5.03333* 1.33283 .024 .6469 9.4198
73
Formula 1 4.20000 1.33283 .062 -.1865 8.5865
Formula 2 3.06667 1.33283 .221 -1.3198 7.4531
Formula 3 .96667 1.33283 .946 -3.4198 5.3531
Minggu_II Formula 0 Formula 1 -1.30000 .96977 .675 -4.4916 1.8916
Formula 2 -2.40000 .96977 .173 -5.5916 .7916
Formula 3 -3.80000* .96977 .019 -6.9916 -.6084
Formula 4 -6.23333* .96977 .001 -9.4249 -3.0418
Formula 1 Formula 0 1.30000 .96977 .675 -1.8916 4.4916
Formula 2 -1.10000 .96977 .786 -4.2916 2.0916
Formula 3 -2.50000 .96977 .148 -5.6916 .6916
Formula 4 -4.93333* .96977 .003 -8.1249 -1.7418
Formula 2 Formula 0 2.40000 .96977 .173 -.7916 5.5916
Formula 1 1.10000 .96977 .786 -2.0916 4.2916
Formula 3 -1.40000 .96977 .616 -4.5916 1.7916
Formula 4 -3.83333* .96977 .018 -7.0249 -.6418
Formula 3 Formula 0 3.80000* .96977 .019 .6084 6.9916
Formula 1 2.50000 .96977 .148 -.6916 5.6916
Formula 2 1.40000 .96977 .616 -1.7916 4.5916
Formula 4 -2.43333 .96977 .164 -5.6249 .7582
Formula 4 Formula 0 6.23333* .96977 .001 3.0418 9.4249
Formula 1 4.93333* .96977 .003 1.7418 8.1249
Formula 2 3.83333* .96977 .018 .6418 7.0249
Formula 3 2.43333 .96977 .164 -.7582 5.6249
Minggu_III Formula 0 Formula 1 -2.10000 .66633 .062 -4.2930 .0930
Formula 2 -3.16667* .66633 .005 -5.3596 -.9737
Formula 3 -4.56667* .66633 .000 -6.7596 -2.3737
Formula 4 -7.63333* .66633 .000 -9.8263 -5.4404
Formula 1 Formula 0 2.10000 .66633 .062 -.0930 4.2930
Formula 2 -1.06667 .66633 .528 -3.2596 1.1263
Formula 3 -2.46667* .66633 .026 -4.6596 -.2737
Formula 4 -5.53333* .66633 .000 -7.7263 -3.3404
Formula 2 Formula 0 3.16667* .66633 .005 .9737 5.3596
Formula 1 1.06667 .66633 .528 -1.1263 3.2596
Formula 3 -1.40000 .66633 .291 -3.5930 .7930
Formula 4
-4.46667* .66633 .000 -6.6596 -2.2737
Formula 3 Formula 0 4.56667* .66633 .000 2.3737 6.7596
Formula 1 2.46667* .66633 .026 .2737 4.6596
Formula 2 1.40000 .66633 .291 -.7930 3.5930
Formula 4 -3.06667* .66633 .007 -5.2596 -.8737
Formula 4 Formula 0 7.63333* .66633 .000 5.4404 9.8263
Formula 1 5.53333* .66633 .000 3.3404 7.7263
Formula 2 4.46667* .66633 .000 2.2737 6.6596
Formula 3 3.06667* .66633 .007 .8737 5.2596
Minggu_IV Formula 0 Formula 1 -1.63333 .90086 .417 -4.5982 1.3315
Formula 2 -2.80000 .90086 .066 -5.7648 .1648
74
Formula 3 -4.36667* .90086 .005 -7.3315 -1.4018
Formula 4 -7.70000* .90086 .000 -10.6648 -4.7352
Formula 1 Formula 0 1.63333 .90086 .417 -1.3315 4.5982
Formula 2 -1.16667 .90086 .700 -4.1315 1.7982
Formula 3 -2.73333 .90086 .074 -5.6982 .2315
Formula 4 -6.06667* .90086 .000 -9.0315 -3.1018
Formula 2 Formula 0 2.80000 .90086 .066 -.1648 5.7648
Formula 1 1.16667 .90086 .700 -1.7982 4.1315
Formula 3 -1.56667 .90086 .455 -4.5315 1.3982
Formula 4 -4.90000* .90086 .002 -7.8648 -1.9352
Formula 3 Formula 0 4.36667* .90086 .005 1.4018 7.3315
Formula 1 2.73333 .90086 .074 -.2315 5.6982
Formula 2 1.56667 .90086 .455 -1.3982 4.5315
Formula 4 -3.33333* .90086 .027 -6.2982 -.3685
Formula 4 Formula 0 7.70000* .90086 .000 4.7352 10.6648
Formula 1 6.06667* .90086 .000 3.1018 9.0315
Formula 2 4.90000* .90086 .002 1.9352 7.8648
Formula 3 3.33333* .90086 .027 .3685 6.2982
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Kondisi_Awal
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha =
0.05
1
Formula 0 3 30.1667
Formula 2 3 31.2333
Formula 1 3 31.8000
Formula 3 3 32.0667
Formula 4 3 32.8667
Sig. .112
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Minggu_I
75
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Formula 0 3 32.0000
Formula 1 3 32.8333 32.8333
Formula 2 3 33.9667 33.9667
Formula 3 3 36.0667 36.0667
Formula 4 3 37.0333
Sig. .072 .062
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Minggu_II
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Formula 0 3 33.3667
Formula 1 3 34.6667 34.6667
Formula 2 3 35.7667 35.7667
Formula 3 3 37.1667 37.1667
Formula 4 3 39.6000
Sig. .173 .148 .164
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
76
Minggu_III
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Formula 0 3 34.2000
Formula 1 3 36.3000 36.3000
Formula 2 3 37.3667 37.3667
Formula 3 3 38.7667
Formula 4 3 41.8333
Sig. .062 .528 .291 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Minggu_IV
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Formula 0 3 35.6000
Formula 1 3 37.2333 37.2333
Formula 2 3 38.4000 38.4000
Formula 3 3 39.9667
Formula 4 3 43.3000
Sig. .066 .074 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
77
Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian dari Institut Kesehatan Helvetia Medan
78
Lampiran 18. Surat Keterangan Selesai Penelitian
79
Lampiran 19. Surat Penelitian Karakteristik
80
Lampiran 20. Lembar Pengajuan Judul Skripsi
81
Lampiran 21. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing I
82
Lampiran 22. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing II
83
Lampiran 23. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Proposal
84
Lampiran 24. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing I
85
Lampiran 25. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing II
86
Lampiran 26. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi