Skripsi Olivia

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh berkat dan kasih-Nya sehingga skripsi ini bisa selesai di buat, skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan akademik dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado. Skripsi ini berjudul Produksi Hijauan Pakan Dan Daya Tampung Ternak Sapi di Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara dan penelitian ini membahas tentang produksi Hijauan dan daya tampung ternak sapi, khusus di bawah pertanaman kelapa di Kecamatan Airmadidi dan menggunakan metode Survei. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan dan arahan dari banyak pihak yang membantu sejak proposal penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Ir. Rustandi. Msi, sebagai ketua pembimbing dan Ir. S, S Malalantang .MP, Ir. Nurhalan Bawole. Msi sebagai anggota yang dengan penuh kesabaran memberi bimbingan, meluangkan waktu, serta memberikan banyak petunjuk demi tersusunnya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada pemerintah Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara serta seluruh masyarakat Kecamatan airmadidi yang telah membantu penulis sewaktu mengadakan penelitian ini. Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis denagn penuh cinta mengucapkan terima kasih kepada Papi dan Mami yang dengan penuh kasih dan sayang mengasuh mendidik membiayai serta mendoakan penulis dalam studi. Terimakasih juga buat kakak ku tercinta Steve, Rio, Fernandes, yang sangat banyak membatu penulis memberi motivasi juga membatu lewat materi dan juga Doa. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dalam

pengambilan kebijakan untuk pengembangan ternak, bagi kita semua khususnya dibidang peternakan. Kiranya Tuhan selalu menyertai kita semua.

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam usaha meningkatkan produksi ternak terdapat hubungan antara tanah, hijauan pakan dan ternak. Kebutuhan dan penyediaan hijauan pakan untuk meningkatkan produksi ternak khususnya produksi ternak ruminansia sulit untuk dicapai tanpa memikirkan penyediaan hijauan pakan yang kontinyu baik kualitas dan kuantitasnya. Konsep pertanian terpadu, yang melibatkan tanaman dan ternak telah diterapkan di Indonesia sejak lama sebagaimana terjadi di negara-negara Asia Tenggara. Awal pengembangan konsep pertanian terpadu dimulai dengan sistem pertanian yang melakukan pertanaman kombinasi beberapa jenis tanaman dalam satu lahan yang sama (multiple cropping). Selanjutnya berkembang lagi dengan memasukkan komponen ternak dalam sistim usahatani yang dikenal dengan sistim usaha tani (farming system) dan terakhir sistem integrasi tanaman-ternak (crop livestock system). Dalam perkembangannya selanjutnya, ternak tidak hanya dapat diintegrasikan dengan tanaman pangan akan tetapi dapat diintegrasikan dengan tanaman lain seperti tanaman perkebunan. Dalam sistem integrasi ternak dan tanaman perkebunan, pada prinsipnya teknologi yang di introduksikan mencakup teknologi pengolahan limbah tanaman perkebunan untuk pakan ternak dan pengelolaan kotoran ternak untuk pupuk organik. Inovasi teknologi yang dapat dikembangkan dalam integrasi ternak ruminansia tanaman kelapa selain dari pemanfaatan hasil ikutan industri pengolahan kelapa (ampas basah, pelepah kelapa dan bungkil kelapa) sebagai pakan ternak, pemanfaatan lahan di bawah pohon sangat potensial untuk pengembangan tanaman hijauan pakan dan padang pengembalaan ternak. Pemanfaatan lahan di bawah tegakan pohon kelapa melalui introduksi beberapa jenis rumput unggul dengan pola tanaman campuran dengan leguminosa herba dapat beradaptasi baik dan memberikan

2

respon positif terhadap peningkatan produktivitas bahan segar. Tanaman campuran rumput unggul Panicum maximum dan leguminosa Centrocema pubecens memberikan produksi bahan segar 24 ton/ha dan 0,5 ton/ha Pengembangan ternak sapi diantara kelapa tidak mengakibatkan pengaruh buruk terhadap produksi kelapa dan sebaliknya berpengaruh positif. Bila sapi dipelihara antara kelapa secara berkesinambungn dapat memberikan 73 kg kotoran padat dan 34 kg kotoran cair yang sebanding dengan 3 kg pupuk NPK/pohon/tahun. Pengaruh bahan oraganik kotoran sapi terhadap kenaikan produksi akan terlihat setahun setelah tahun ke-4 sebesar 15,3-17,5%. Dalam pengujian daya tampung ternak kambing dengan kemampuan produktivitas hijauan dalam 1 ha areal tanaman kelapa dengan pola 0,2 ha ditanam rumput raja dan 400 patok pohon gamal sebagai pagar dan 0,6 ha tanaman jagung dengan skala pemeliharaan kambing 8 ekor memberikan pertambahan bobot badan harian sebesar 29 gr dan produksi pupuk kandang sekitar 0,5 kg/ekor/hari (Luthan, Fauzi., 2010) I Made (2006),menyatakan pada musim hujan ketersediaan pakan hijauan meningkat, dan menurun pada musim kemarau, sehingga persediaan (ketersediaan dan stabilitas penyediaan) pada musim hujan lebih banyak dari pada musim kemarau, bahwa produktivitas padang penggembalaan selain di tentukkan oleh faktor tanah, iklim juga ditentukan oleh jenis hijauan pakan dan tatalaksana pengembalaan. Kepadatan ternak yang optimal pada suatu padang pengembalaan memerlukan suatu ratio antara jumlah ternak yang digembalakan dengan jumlah hijauan yang tersedia serta kemampuan daya tumbuh kembali dari hijauan. Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara mempunyai luas wilayah dengan luas 6638 Ha, yang terbagi atas 3desa dan 6 kelurahan yang memiliki populasi ternak sapi sebanyak 604 ekor. Dengan luas areal perkebunan kelapa sebesar 480 Ha, Bila dilihat dengan ketersedian luas lahan maka Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara sangat berpotensi sebagai areal padang penggembalaan ternak sapi sebagai usaha peternakan untuk dikembangkan, dilihat dari segi lahan

3

dan pasar karena letaknya di antara kota Manado dan Bitung yang merupakan pusat perekonomian Sulawesi Utara. Tabel 1. Luas dan jumlah poulasi ternak sapi di Kecamatan Airmadidi. No. Desa Luas (Ha) Populasi ternak Sapi (ekor) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sukur Sarongsong II Sarongsong I Airmadidi Atas Airmadidi Bawah Rap-Rap Sawangan Sampiri Tanggari Jumlah Sumber : data statistik Kecamatan Airmadidi (2009) 1.2. Rumusan Masalah Kecamatan Airmadidi kabupaten Minahasa Utara mempunyai populasi ternak sapi yang cukup banyak,tapi permasalahannya. 1. Belum didukung oleh ketersediaan hijauan pakan dan pengaturan dan pemanfaatannya oleh para peternak sehingga dapat menjamin kontinyuitas produksi sepanjang tahun. 2. Belum adanya informasi ilmiah tentang produksi hijauan pakan dan daya tampung ternak sapi di kecamatan Airmadidi, Minahasa utara 1.3. Tujuan Penelitian 1270 377 70 825 82 273 1128 1268 705 60 45 12 117 84 25 114 121 26 604

4

Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: Untuk mengetahui produksi hijauan pakan dan daya tampung ternak di bawah pertanaman kelapa di Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan untuk pengembangan ternak, sapi di kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. 2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi mahasiswa maupun masyarakat umum khususnya di Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. 3. Salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Usaha Peternakan pengembangan sektor peternakan dihadapkan pada persaingan pasar yang semakin terbuka akibat perkembangan globalisasi perekonomian dunia. Salah satu sumber gizi protein hewani adalah daging ternak sapi dalam konsep keunggulan komparatif dinamik, kemajuan teknologi diharapkan dapat meningkatkan kualitas produknya (Kaunang, 2006). Dari data file Ditjen Peternakan dalam Kaunang, (2006) bahwa cepatnya pertumbuhan impor daging sapi, menunjukkan bahwa pertumbuhan daging sapi domestik tidak mampu mengikuti pertumbuhan permintaan. Dengan kata lain ada kecenderungan yang kuat bahwa pengadaan daging sapi di Indonesia makin tergantung pada pasar impor. Tangahu (2010) menyatakan, dengan adanya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat telah merubah pola konsumsi masyarakat dari kuantitas (bahan pokok tinggi karbohidrat) menjadi kualitas (bahan pokok tinggi protein). Bila kita cermati data statistik) nasional, konsumsi makanan yang mengandung protein mengalami peningkatan yang ditandai oleh meningkatnya jumlah pemotongan dan konsumsi daging secara nasional. Berdasarkan data Dirjen Peternakan konsumsi daging sapi nasional pada tahun yang sama hanya mencapai 339.478,53 ton setara dengan 1,14 juta ekor sapi, sehingga masih terdapat kekurangan 159 ribu ton yang harus dipenuhi dari impor. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang pasar bagi peternak dan pengusaha untuk mengembangkan bisnis sapi potong, dimana Indonesia masih merupakan pasar potensial. Pangsa pasar daging sapi, masih didominasi oleh daerah-daerah padat penduduk seperti: Jawa Barat, DKI, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali (70%) serta sebagian sisanya adalah Sumatera (16%), Kalimanatan (7,5%) Sulawesi (4,5%), Maluku dan lain-lain (2%). Dengan demikian Sulawesi masih merupakan pasar domestik yang potensial untuk sapi

6

potong, namun produksinya jauh dari kebutuhan konsumsi masyarakat (Tangahu, 2010). Menurut Susetyo (1980) bahwa hijauan yang berupa rumput dan leguminosa mempunyai peranan yang istimewa dalam menunjang pembangunan peternakan di Indonesia karena terdapat dimana-mana dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh hewan-hewan. Selanjutnya hijauan yang diberikan pada ternak ruminansia terutama sebagai sumber energi dalam memenuhi kebutuhan pokok, pertumbuhan dan produksi. I Made (2006) menyatakan padang penggembalaan tropik biasanya menghasilkan hijauan yang melimpah dimusim hujan sesudah itu tunas tanaman dan biji tumbuh dan berkembang baik dan cepat. Tanaman hijauan muda dimakan ternak dalam jumlah yang banyak dan daya cernanya lebih tinggi dibanding tanaman hijauan yang tua. Kadar protein kasar beberapa tanaman padang penggembalaan alam dapat mencapai 8-10% (dari bahan kering), sehingga pada musim hujan ternak dapat menghasilkan produksi ternak yang berarti. Tipe rumput belukar mendominasi padang penggembalaan, pada musim hujan batang cepat bertambah panjang dan saat berbunga terjadi sebelum musim kemarau tiba. Bila kematangan fisiologi tanaman terjadi, maka ratio daun: batang berkurang dan akibatnya nilai makanan hijauan berkurang. Tanaman dengan nyata akan berkurang kandungan protein, mineral, dan karbohidrat yang mudah larut dengan meningkatnya umur tanaman, sedangkan kadar serat kasar dan lignin bertambah, perubahan-perubahan ini mengurangi palatabilitas dan jumlah yang dikonsumsi mengakibatkan berkurangnya konsumsi energi dan protein oleh ternak. Pakan bagi ternak merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan dan produksi ternak. Dengan adanya pakan, tubuh ternak akan mampu bertahan hidup dan kesehatannya terjamin serta sifat-sifat genetik yang dimiliki serta kecepatan tumbuh, persentase karkas tinggi, proporsi tubuh dan lain-lain bisa terwujud. Smith dan Susanto (1988) menyatakan bahwa

7

idealnya makanan harus tersedia untuk ternak sapi secara tidak terbatas pemberian hijauan yang berkualitas pada ternak sapi dewasa berkisar antara 20-40 kg/ekor/hari, sedangkan bila diberi rumput lapangan harus lebih tinggi yaitu sekitar 50 kg/ekor/hari, dan harus di tambahkan dengan makanan penguat sesuai dengan berat badan ternak sapi (Williamson dan Payne, 1970) dalam (kapantow,2010). Dikatakan pula setiap satuan ternak (ST) sapi membutuhkan bahan kering 6, 29 kg/ekor/hari. Selanjutnya menurut Sudono (1982) bahwa jumlah pemberian makanan penguat pada sapi dewasa adalah 1,0 % dari berat badannya, tetapi dapat dikurangi sampai 0,8 %. Jumlah makanan penguat yang dapat diberikan pada ternak sapi dewasa adalah antara 2-4 kg/ekor/hari dan pemberian dilakukan 2 kali sehari yaitu waktu pagi dan sore hari (Whitman, 1974). Produktivitas suatu padang rumput ditentukan oleh faktor tanah (kesuburan fisik dan kimia), iklim (radiasi, panjang penyinaran,temperatur, curah hujan),jenis hijauan pakan dan tatalaksana. Tujuan tatalaksana yaitu untuk menjamin kontinyuitas produksi sepanjang tahun, juga mempertahankan efisiensi penggunaan produksi. Unsur tatalaksana padang penggembalaan, maupun hijauan potongan antara lain meliputi pengolahan tanah, pemupukan, pembarantasan gulma dan pengaturan defoliasi yang sesuai dengan daya tumbuh kembali hijauan. Tatalaksana pengembalaan yang baik memerlukan periode istirahat yang memberikan kesempatan agar tanaman pakan tersebut dapat bertumbuh kembali setelah pengembalaan termasuk pengaturan yang cermat dalam hal jumlah yang digembalakan dengan memperhitungkan proper use factor, dimana besarnya ini antara lain dipengaruhi oleh keadaan lapangan, topogarfi, iklim dan musim. Pada dasarnya makin besar kemungkinan terjadinya erosi proper use factor makin kecil yaitu berturut-turut 2630%, 40-45% dan 60-70%. Faktor periode istirahat yang panjangnya sangat tergantung pada musim di mana pada negara-negara tropik panjangnya periode istirahat antara 10-14 minggu. Usaha padang penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan kapasitas

8

tampung (carrying capacity). Tujuan utama dalam pembuatan padang penggembalaan adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang berkualitas, efisien dan tersedia secara kontinyu sepanjang tahun, disamping itu sebagai media intensifikasi kawin alam (Marhadi, 2009). Carrying Capacity (CC) adalah kemampuan untuk menampung ternak per unit per satuan luas sehingga memberikan hasil yang optimum atau daya tampung padang penggembalaan untuk mencukupi kebutuhan pakan hijauan yang dihitung dalam animal unit (AU) (Winarto, 2009). Perhitungan mengenai kapasitas tampung (Carrying Capacity) suatu lahan terhadap jumlah ternak yang dipelihara adalah berdasarkan pada produksi hijauan makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan norma Satuan Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi. Daya tampung ternak sapi di Timor Sulawesi Selatan, dan Sumba berturut-turut 0,7-4,6 Ha/ST, 0,8-33,3 /ST dan 0,4-5,2 Ha/ST. Berdasarkan kemampuan dan kesukaan ternak terhadap hijauan maka areal penggembalaan di Kecamatan Laloyan Kabupaten Bolaang Mongondow dapat menampung ternak sapi sekitar 1,2-1,7 ST/Ha/tahun, Satuan Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi. Disamping itu untuk menghitung kapasitas tampung lahan padang penggembalaan perlu memperhatikan periode merumput ternak, periode istirahat, konsumsi HMT per hari dan produksi HMT per hektar. a.) Satuan Ternak Satuan Ternak (ST) adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi.

Norma/standar kebutuhan hijauan makanan ternak berdasarkan Satuan Ternak adalah sebaga berikut : 1. Ternak dewasa (1 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 35 kg/ekor/hari. 2. Ternak muda (0,50 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 15 17,5 kg/ekor/hari. 3. Anak ternak (0,25 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 7,5 9 kg/ekor/hari.

9

b) Proper Use Factor (PUF) PUF adalah faktor yang harus diperhitungkan untuk menjamin pertumbuhan kembali hijauan makanan ternak. Faktor tersebut yaitu lingkungan, jenis ternak, jenis tanaman, tipe iklim dan keadaan musim. Penggolongan nilai PUF untuk padang penggembalaan adalah: 1. Ringan : 25 30 % 2. Sedang : 40 45 % 3. Berat : 60 70 %

Pada umumnya kelas tanah yang dialokasikan untuk peternakan termasuk golongan sedang dan ringan. Kepadatan ternak yang tidak memperhatikan Carring Capacity akan menghambat pertumbuhan hijauan yang disukai, sehingga populasi hijauan yang berproduksi baik akan menurun kemampuan produksinya, karena tidak mendapat kesempatan untuk bertumbuh kembali oleh karena itu pasokan untuk menunjang pengelolaan ternak sebagian besar dapat diperoleh dari sisa hasil pertanian tanaman (Luthan, 2010).

2.2 Hambatan Produksi Hijauan Pakan Di Bawah Pertanaman Kelapa Pada temperatur yang tinggi seperti di Indonesia, merupakan salah faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya feed intake dan periode perumputan yang singkat, terutama yang dialami oleh sapi-sapi yang didatangkan dari daerah temperate. Dari beberapa studi yang dilakukan di Australia memberikan gambaran bahwa jenis ternak sapi jersey dan holstein akan turun konsumsinya dari total nutrisi dapat dicerna pada temperatur 24 - 27 derajat celcius. Sedangkan pada sapi zebu pada temperatur 32-35 derajat celsius. Temperatur berpengaruh terhadap produksi peternakan, dimana penurunan intake pakan akan menurunkan pertambahan berat badan dengan perkataan lain akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai berat potong yang ideal. Pengaruh tempertaur tersebut akan menurun apabila ternak merumput dibawah pohon

10

kelapa. Suatu studi memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan sebesar 6 derajat C antara dibawah pohon kelapa dengan diluar kebun kelapa, pada waktu jam 09.00 - 13.00 pagi. Selanjutnya dari penelitian yang sama memperlihatkan bahwa intensitas sinar matahari juga lebih rendah sekitar 50 % pada sore hari dan 60 % pada siang hari dibawah pohon kelapa dibandingkan dengan diluar kebun kelapa. Faktor utama sebagai penghambat pertumbuhan tanaman hijauan pakan dibawah pertanaman kelapa adalah rendahnya sinar matahari yang masuk kebawah kebun kelapa, walaupun diberikan pemupukan yang seimbang. Tingkat intensitas sinar matahari masuk kebawah kebun kelapa bervariasi antara satu kebun dengan kebun lainnya tergantung pada umur tanaman, jarak tanam, sistem penanaman, tingkat kesuburan tanah. Pada umur tanaman masih muda (sampai umur kelapa 20 tahun), banyak sinar matahari yang dapat masuk kebawah tanaman kelapa dan seiring dengan penambahan umur kelapa tersebut cendrung pula menurunkan masuknya sinar matahai kebawah kebun kelapa. Dengan pengertian setelah umur kelapa lebih dari 20 tahun, maka telah sesuai untuk pengembangan tanaman hijauan pakan terutama dengan memilih jenis-jenis yang tahan terhadap naungan. Pada hal di lokasi proyek PUTKATI khususnya di Sulawesi Utara umur kelapa telah melebihi dari 30 Tahun. Hal lain yang sering terlihat dari pengusahaan tanah dibawah pohon kelapa adalah dengan menanaminya dengan tanaman pangan yang berumur pendek seperti kancang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, jagung, Padi Gogo dll. Upaya menambahkan komoditi peternakan dimaksud bukan mengganti tanaman tersebut tetapi pada kondisi yang tersebut perlu upaya pemanfaatan limbah tersebut sebagai pakan. Tujuan yang hendak dicapai adalah peningkatan pendapatan petani dari sebidang lahan yang dikuasi dan dikelola oleh petani peserta proyek.(Hasnudi, 2004)

11

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara pada tiga Desa dari 9 Desa dan Kelurahan yaitu Sampiri, Sawangan, dan Airmadidi Atas. Pada tanggal 5 juni - 5 juli 2011 3. 2. Materi Penelitian a. Materi : Materi Responden / Peternak Hijauan Pakan b. Alat yang digunakan: Alat Tulis Menulis Timbangan Bingkai cuplikan dengan luas 1 m2 Meteran Pisau / Gunting rumput Karung plastik dan tas plastik

3. 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei serta observasi langsung di lokasi yang lazim digunakan sebagai tempat pengembalaan ternak. Penentuan lokasi pengambilan sampel digunakan cara Purposive Sampling diambil 25 % dari jumlah desa yang ada di Kecamatan Airmadidi. Jumlah desa yang ada di Kecamatan Airmadidi yaitu 3 Desa dan 6 Kelurahan dan 3 Desa dipilih sebagai desa sampel. Selanjutnya dalam menganalisa komposisi botanis, ketersediaan produksi rumput dan daya tampung ternak maka di setiap desa sampel pada areal pengembalaan terbuka digunakan petak-petak cuplikan (Reksohadiprodjo, 1985; Hall

12

dkk, 1964), sedangkan untuk memperoleh informasi berupa pemilikan ternak sapi, areal pengembalaan, cara pemeliharaan dan lain-lain dari masing-masing Desa akan di ambil Responden dan akan di ambil data statistik Desa. 3 .4. Variabel yang diamati dalam penelitian. 1. Keadaan umum wilayah Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. 2. Produksi hijauan pakan di bawah pertanaman kelapa. 3. 5. Prosedur Penelitian Mengumpulkan data sekunder diperoleh dengan wawancara responden dan pemerintah setempat dan instansi terkait,serta pengamatan langsung pada lokasi peternakan ternak besar. Reksohadiprodjo (1985), Untuk pengambilan data primer dengan

menginventarisasi jenis-jenis hijauan, komposisi botanis dan pengukuran produksi padang rumput setiap 1 hektar di tententukan yaitu didasarkan pada bobot cuplikan seluas 1 m2 yang diambil dan dipotong 5 cm diatas permukaan tanah. Pengambilan cuplikan pertama ditentukan secara acak kemudian petak cuplikan kedua diambil pada jarak lurus 10 langkah kekanan. Kedua cuplikan ini membentuk satu cluster (kutipan) cluster-cluter selanjutnya di ambil pada jarak lurus 125 meter dari cluster sebelumnya. Dalam 1 hektar diambil 10 cuplikan atau 5 cluster hijauan yang ada pada tiap cuplikan ditimbang setelah di identifikasikan dengan menimbang kembali jenis-jenis hijauan yang ada secara terpisah menurut kelompok rumput, legumenosa dan gulma. Selanjutnya produksi padang rumput di tentukan dengan: Luas areal pengembalaan X produksi komulatif hijauan pakan Jumlah hari dalam setahun (350 hari) -

13

-

Untuk menetukan daya tampung didasarkan atas kebutuhan bahan yaitu setiap satuan ternak sapi membutuhkan 6,29 kg/hari dan dihitung dengan rumus: Produksi potensial hijauan pakan X Jumlah unit Ternak Konsumsi keseluruhan unit ternak Luas Areal Pengembalaan

3. 6. Hipotesis. Produksi hijauan pakan di bawah pertanaman pohon kelapa di Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara mencukupi kebutuhan ternak sapi.

BAB IV

14

HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara 4. 1.1. Deskripsi Umum Wilayah Kecamatan Airmadidi adalah bagian dari Kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara yang terdiri dari 9 Kecamatan yang ada. Kecamatan Airmadidi yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Minahasa Utara dan sebagai pusat pemerintahan kabupaten. Luas wilayah Kecamatan Airmadidi 6638 Ha. Batas-batas wilayah Kecamatan Airmadidi: Utara Timur Selatan Barat : berbatasan dengan Kecamatan Dimembe : berbatasan dengan Kecamatan Kauditan : berbatasan dengan Kabupaten Minahasa : berbatasan dengan Kecamatan Kalawat Karakteristik lahan di Kecamatan Airmadidi yang dapat memenuhi syarat dalam usaha pertanian serta menjamin kontinuitas produksi hijauan secara potensial dapat dilihat dari : a. Tingkat keasaman tanah atau PH adalah 6,5 - 7,0 b. Kemiringan tanah terdiri dari sebagian berbukit dan sebagian bergelombang. c. Ketinggian tempat (altitude) antara 100 700 m dan hal ini tidak membatasi dalam pemilihan sistem produksi yang akan dikembangkan. d. Curah hujan berdasarkan data curah hujan yang ada, maka dapat di ambil kesimpulan untuk penetuan pola tanam, pemilihan komoditas, dan mengetahui ketersediaan air sepanajang tahun. Keadaan topografi wilayah sebagian besar merupakan dataran dan perbukitan pada ketinggian sekitar 0 650 m tinggi dari permukaan laut, kecuali wilayah sekitar gunung Kelabat yang mencapai 1,995 m tinggi dari permukaan laut. Karakter

topografi wilayah dikategorikan datar, dan bergelombang. Tipe iklim di daerah ini

15

adalah beriklim basah, dengan musim kemarau pada bulan-bulan Mei - oktober dan musim hujan pada bulan November- maret.(BPP, kec Airmadidi, 2007) Dari gambaran topografi dan iklim ini menujukan kondisi daerah ini merupakan wilayah yang subur dan potensial untuk dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan dan dari sisi pewilayahan Kecamatan Airamadidi adalah strategis, karena berada diantara dua kota utama yaitu Kota Manado dan Kota Bitung. 4.1.2. Keadaan Penduduk di Kecamatan Airmadidi Sumber daya manusia adalah hal yang paling utama dalam meningkatakan perekonomian karena segala usaha untuk memajukan perekomian tersebut di kelola oleh manusia. Untuk mendapatkan produksi yang baik, pengelolaan yang baik sangatlah tergantung pada manusia itu sendiri. Kecamatan Airmadidi dengan jumlah penduduk sebanyak 17.678 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 8.811 jiwa dan perempuan 8.867 jiwa.dan umumnya mata pencarian di wilayah Kecamatan Airmadidi adalah petani peternak Tabel .2. Jumlah Penduduk Dan Luas Areal Perkebunan Kelapa No. Desa Jumlah Luas areal penduduk perkebunan kelapa (Orang) (ha) 1. Sukur 2271 620 2. Sarongsong II 1454 292 3. Sarongsong I 3302 4. Airmadidi Atas 3848 479 5. Airmadidi Bawah 1835 300 6. Rap-Rap 828 117 7. Sawangan 2408 505 8. Sampiri 1052 708 9. Tanggari 1475 270 Jumlah 17.678 3.291 Sumber: data statistic Desa 2009

4.1.3. Usaha Pemeliharaan Ternak

16

Umumnya cara pemeliharaan para peternak sapi di Kecamatan Airmadidi masih tradisional, dalam usaha pemeliharaan tersebut umumnya tanpa dilandasi dengan ilmu pengetahuan. Para peternak kurang mengenal apa yang disebut breeding, feeding dan management serta keterbatasan modal. Mereka banyak menyerahkan pada alam dan jenis pakan yang diberikan lebih banyak berupa hijauan. Hanya sebagian kecil mempunyai kebun rumput itu pun dalam luasan yang relatif sempit. Peternak memberi pakan hijauan dengan cara memindahkan dua kali sehari yaitu sekitar jam 7.30 dan jam 13.00. kadang-kadang memberikan hasil ikutan pertanian seperti daun jagung, sedangkan konsentrat hampir tidak pernah, bahkan peternak tidak mengenal konsentrat. Situasi ini memberikan konsekuensi, kebutuhan kuantitas dan kualitas hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh ternak sapi tidak dapat dipenuhi, sehingga mengakibatkan kualitas ternak sapi di Kecamatan Airmadidi tidak maksimal, dengan luasnya lahan tidak digunakan secara optimal, karena penggunaan lahan mencerminkan kemampuan peternak dalam menyediakan pakan hijauan untuk ternaknya. Proses pembibitan ternak sapi atau proses reproduksi di Kecamatan Airmadidi terjadi secara alamiah. Ada beberapa ternak pejantan yang khusus disewakan, pembayarannya bervariasi antara Rp.25.000, sampai Rp.100.000. Pada umumnya peternak lebih suka membeli bibit dari sesama peternak karena sudah mengetahui asal induknya, juga tidak memerlukan biaya transportasi. Pemahaman peternak dengan sentuhan teknologi seperti inseminasi buatan (IB) sangat minim dan pengobatan biasanya dilakukan sendiri atau oleh petugas kesehatan ternak, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa Utara, tetapi distribusi dan ketersediaan obat tidak memadai, karena tidak terdapat stock obat di kecamatan bahkan setiap desa pun tidak ada. Namun untungnya di beberapa tempat peternak sudah mengenal vitamin untuk ternak yang sakit yang berupa jamu ternak yang di beli di toko-toko obat.

17

4.2. Produksi Hijauan Pakan Di Bawah Pertanaman Kelapa Gambar 1: Ternak sapi dan hijauan pakan di bawah pertanaman kelapa

Jenis hijauan yang terdapat di lokasi penelitian adalah Axonopus conppresus,brachiria mutica, paspalum dilatatum, panicum muticum, Imperata cylindrica (alang-alang), Stenotaphrum secundatum dan Leguminosa seperti Centrosema pubescens, desdodium intortum, Leucaena glauca, (lamtoro) , Pueraria phaseoloides (kudzu) Macroptilium atropurpureum (siratro) dan. Pennisetum purpureum (rumput gajah).4.2. Sampel Hijauan

Hasil penelitian dalam pengambilan sampel hijauan di tiga desa yaitu Desa Sawangan, Desa Sampiri, dan Kelurahan Airmadidi atas. Diambil 10 cuplikan atau 5 cluster hijauan di bawah pertanaman kelapa tiap desa dan tiap cuplikan ditimbang setelah di identifikasikan dengan menimbang kembali jenis-jenis hijauan yang ada secara terpisah menurut kelompok rumput, legumenosa dan gulma. data yang diperoleh adalah:

18

Tabel 3. Sampel Hijauan di Bawah Pertanaman Kelapa Desa 1 Sawangan 315 Sampiri 150 Airmadidi 240 2 3 4 5 cuplikan/gram 6 7 8 9 10 Total

210 214 250 260 173 118 155 246 204 2.145 110 301 274 215 194 223 210 114 130 1.921 205 246 234 260 185 135 190 120 170 1.985

Tabel 4. Produksi hijauan di bawah Pertanaman Kelapa, di tiga desa di Kecamatan Airmadidi Tempat Berat Segar (g) Pengambilan Sampel Awal Rumput Legum Weeds Sawangan Sampiri Airmadidi Atas 2.145 1.921 1.985 1.743 1.495 1.560 305 270 214 97 156 211

Tabel 5. Produksi Berat Segar Dan Bahan Kering Hijauan Tempat Pengambilan Sampel Sawangan Sampiri Airmadidi Atas Total Berat Segar (gram/m2) Rumput 1.743 1.495 1.560 4.798 47.980 Legum 305 270 214 789 (kg/ha) 7.890 Bahan Kering Rumput 685 598 624 1.907 19.070 Legum 183 108 84,4 375,4 3.7540

19

Tabel 6. Produksi Komulatif Berat Segar Hijauan Pakan Hijauan pakan Rumput Legume Total (1x pemotongan) Total (4x pemotongan) Berat Segar kg/ha 47.980 7.890 54.890 219.560 kg/ha/tahun

1) Produksi Potensial Hijauan Pakan = 3.291x 219.560 = 722.571.960 350 hari = 2.064.491.30 kg/hari

2) Perhitungan Rasio Ternak Dan Konsumsi Ternak Konversi ke satuan ternak Jumlah ternak sapi : 604 ekor Rasio ternak sapi dewasa dan anak sapi dari hasil survey 30 : 10 atau 3 : 1 = 1/3x 604 = 201 anak sapi atau 201/2 = 100,5 AU Sapi dewasa =604-201= 403 AU dan keseluruhan 100,5 AU+ 403 AU =503,5 AU 3) Kebutuhan Ternak Pada Hijauan Per Hari Adalah 10% Dari Berat Badan: Pada berat badan 275 kg adalah : Pada berat badan 300 kg adalah :

Jumlah konsumsi keseluruhan unit ternak : = 503.5 AU x 27.5 kg/ekor/hari = 13.846.3 kg/hari = 503.5 AU x 300 kg/ekor/hari = 15.159 kg/hari

4) Daya tampung ternak di bawah pertanaman kelapa di Kecamatan Airmadidi. Daya tampung ternak potensial dengan konsumsi 27.5 kg/AU/hari

20

Produksi hijauan pakan = 2.064.491.30 kg/hari Konsumsi keseluruhan unit ternak = 13.846.3 kg/hari Daya tampung

= 14,9 kali

= 14,9 x 503,5 =

= 2.27 AU/ha/tahun

Jumlah ternak yang bisa di tambahkan = 7.502 - 503,5 AU = 6.998.5 Daya tampung ternak potensial dengan konsumsi 30 kg/au/hari Produksi hijauan pakan = 2.064.491.30 kg/hari Konsumsi keseluruhan unit ternak = 15.159 kg/hari Daya tampung

= 13.6 kali

= 13.6 x 503,5 =

= 2.08 AU/ha/tahun 503,5 AU = 7.343.5

Jumlah ternak yang bisa di tambahkan = 7.847 -

Rata-rata daya tampung dan jumlah ternak yang bisa ditambahkan dengan berat badan 275 sampai 300kg/AU di bawah pertanaman kelapa di Kecamatan Airmadidi Daya tampung ternak

Ternak yang bisa ditambahkan

21

BAB V 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa produksi hijauan pakan di bawah pertanaman kelapa di Kecamatan Airmadidi dengan produksi komulatif hijauan

pakan adalah 219.560 kg/ha/tahun dan produksi potensial hijauan pakan adalah 2.064.491.30 kg/hari dengan luas areal perkebunan kelapa 3,291 ha. Daya tampung potensial di bawah pertanaman kelapa dengan konsumsi 27,5 k/AU/hari adalah 2,27 AU/ha/tahun, pada konsumsi 300 kg/AU/tahun adalah 208 AU/ha/tahun atau rata-rata daya tampung di bawah pertanaman kelapa di kecamatan Airmadidi Adalah 2,179 AU/ha/tahun dan ternak yang bisa ditambahkan adalah 7,171 AU/ha/tahun.

22

DAFTAR PUSTAKA Anonimous., 2007 Monografi Wilayah Kecamatan. Kecamatan Airmadidi, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. Anonimous., 2009 Data satatistik desa kecamatan Airmadidi. Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. Anonimous., 2009 Pedoman Teknis Perluasan Areal Padang Penggembalaan. Jakarta, Direktorat Perluasan Areal, Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan Dan Air. Departemen Pertanian Jakarta. Anonimous., 2010 Pembibitan Dan Penggemukan Sapi Potong. http://www. BKPMD Provinsi Kalimantan Selatan. Anonimous., 2010 Pemeliharaan sapi di bawah pohon kelapa. Jakarta, Kementerian

Pertanian Indonesia.Anonimous, Artikel., 2005 Hijauan Pakan Ternak (Rumput Gajah). http://www. Manglayang Farm Online/htm. Hasnudi.2004 , Pokok-Pokok Pemikiran Bidang Peternakan http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-hasnudi.pdf .U niversitas Sumatera Utara kapantow, J., 2010 Skripsi: Produksi Hijauan Pakan Dan Daya Tampung Ternak Sapi Di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. Manado, Fakultas Peternakan Unsrat Manado. Kaunang, C. L., 2006 Kajian Pengembangan Ternak Potensial Sapi Di Kabupaten Minahasa Utara. Laporan Penelitian. Manado, Fakultas Peternakan Unsrat Manado. Luthan, Fauzi., 2010 Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak Sapi dan Tanaman. Jakarta, Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Peternakan Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. Reksohadiprodjo, S. 1981. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Yokyakarta, Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta. Smith, J. B., Susanto, M., 1988 Pemeliharaan Pembiakan Dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis.Jakarta, UI Press Jakarta.

23

Susetyo, S., 1980 Padang pengembalaan Agrostologi. Bogor, Depertemen Ilmu Makanan Ternak IPB Bogor. Tangahu, Yudi, M., 2010 Potensi Dan Peluang Industri Sapi Potong Masa Depan. Palu, Universitas Taduloka Palu. Whitman., 1974 Pakan Ternak Sapi. http:// Pusvetma.com. Williamson. G., W. J. A. Payne, 1970 An Introduction to Animal Husbandry. 2nd Eds. Printet In Great Brition Spootiswoode Balantyne Co. Ltd London.

24