Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN KEHAMILAN BERBASIS
BUDAYA MADURA
(di Wilayah Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan)
Disusun oleh:
RONI WIJAYA 133210045
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA” JOMBANG
2017
i
PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN KEHAMILAN BERBASIS
BUDAYA MADURA
(Di Wilayah Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program S1 Keperawatan Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
RONI WIJAYA
133210045
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG 2017
ii
iii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN
KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA (Di
Wilayah Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten
Pamekasan)
Nama Mahasiswa : RONI WIJAYA
Nim : 133210045
TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING
PADA TANGGAL:
Muarrofah, S.Kep.Ns.,M.Kes Dwi Prasetyaningati.,S.Kep.Ns., M.Kep
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Mengetahui,
Ketua STIKes ICMe Ketua Program Studi
H. Bambang Tutuko, S.H., S.Kep.Ns., M.H Inayatur Rosyidah S.Kep.Ns., M.Kep
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diajukan oleh:
Nama mahasiswa : RONI WIJAYA
NIM : 133210045
Program studi : S1 Keperawatan
Judul : PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN
KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA (Di
Wilayah Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten
Pamekasan)
Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan dewan penguji dan diterima
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1
Keperawatan
Komisi Dewan Penguji
Ketua dewan penguji : Hidayatun Nufus S,ST., M.Kes. ( )
Penguji I : Muarrofah, S.Kep.Ns., M.Kes. ( )
Penguji II : Dwi Prasetyaningati.,S.Kep.Ns., M.Kep.( )
Ditetapkan di
Pada tanggal
: JOMBANG
: Juli 2017
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Pamekasan 25 Maret 1994, peneliti merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sunarto Santoso dan Ibu
Mablubah.
Pada tahun 2007 peneliti lulus dari SDN Geladak Anyar 4 Pamekasan,
pada tahun 2010 peneliti lulus dari SMPN 6 Pamekasan, pada tahun 2013 peneliti
lulus dari SMAN 6 Pamekasan, dan pada tahun 2013 peneliti lulus seleksi masuk
STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur PMDK. Peneliti
memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada
di STIKes “ICMe” Jombang.
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.
Jombang, Juli 2017
Roni Wijaya
vi
MOTTO
Kita menilai diri kita sendiri dari segala sesuatu yang kita rasa mampu kita
lakukan, sedangkan orang lain menilai kita dari apa yang telah kita lakukan.
vii
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah ku ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta
hidayah-NYA yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai dengan yang di jadwalkan. Dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan.
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta, motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah
jemu mendo'akan, menyayangiku dan mendukungku selama ini, atas
semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah
cukup ku membalas cinta Bapak dan Ibu padaku.
2. Untuk Adikku tersayang Indra Pramayuda dan Hendri Pramayudi yang
selalu menemaniku
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan secara tepat
skripsi dengan judul “Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan
Berbasis Budaya Madura (Di Puskesmas Pegantenan Kecamatan Pegantenan
Kabupaten Madura)” ini dengan baik tanpa adanya halangan apapun. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan program S1
Keperawatan di STIKes ICMe Jombang.
Terima kasih penulis sampaikan kepada: H. Bambang Tutuko, S.H.,
S.Kep.Ns., M.H selaku Ketua STIKes ICMe Jombang; Inayatur Rosyidah.
S.Kep.Ns., M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan STIKes ICMe Jombang;
Hidayatun Nufus, SsiT., M.Kes selaku dewan penguji Hj. Muarrofah,
S.Kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing satu yang telah memberikan motivasi,
dukungan serta ketelatenan dalam memberikan bimbingan, koreksi, dan saran
kepada peneliti; Dwi Prasetyaningati,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing dua
yang telah memberikan motivasi, sabar dan teliti dalam proses bimbingan serta
memberikan koreksi dan saran kepada peneliti.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan selama penyusunan
proposal ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk menyempurnakan proposal ini
Jombang, Juli 2017
Penulis
ix
ABSTRAK
PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA
(Studi Kualitatif di Desa Pegantenan Kabupaten Pamekasan )
Oleh : Roni Wijaya
Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti – nantikan,
tetapi juga dapat menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan. Bagi masyarakat
Madura mitos sudah diyakini kebenarannya, Kadang kala kepercayaan tersebut
bertentangan dengan nilai-nilai medis modern, sehingga mengakibatkan
permasalahan kesehatan pada ibu hamil pada masa kehamilan. Tujuan dari
penelitian ini yaitu mengetahui pengalaman ibu hamil dalam perawatan kehamilan
berbasis budaya Madura.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis survei, Metode
kualitatif dengan jenis survei lebih mengutamakan untuk mengamati fenomena
alam atau sosial yang terjad didasarkan pada perspektif dan pengalaman yang
diteliti. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan wawancara
mendalam. Teknik analisa data pengumpulan data, reduksi data, penyajian data
dan simpulan.
Kesimpulan pada penelitian Masyarakat desa mayoritas lebih mempercayai
dukun beranak untuk memeriksakan kehamilan dari pada bidan desa. Ada mitos
yang dipercaya dan tidak ada mitos yang dipercaya, seperti tidak boleh melilitkan
handuk dileher, jika hal tersebut dilakukan maka dipercaya tali pusar akan melilit
bayi yang akan membahayakan bayi yang ada didalam kandungan. Sebagian besar
masyarakat desa Pegantenan meyakini bahwa jika tidak mengikuti semua proses
ritual kehamilan akan mendatangkan musibah yang menimpa ibu dan bayi
didalam kandungan, ritual merupakan salah satu kebiasaan yang masih sangat erat
dalam kebudayaan Madura. Sebagian besar masyarakat desa Pegantenan meyakini
bahwa jika tidak mengikuti semua proses ritual kehamilan akan mendatangkan
musibah yang menimpa ibu dan bayi didalam kandungan, ritual merupakan salah
satu kebiasaan yang masih sangat erat dalam kebudayaan Madura.
Kata kunci : Budaya Madura, Pengalaman, Perawatan Kehamilan.
x
ABSTACT
THE TREATMENT OF PREGNANT WOMEN EXPERIENCE PREGNANCY- BASED CULTURE OF MADURA
(Qualitative Study in the village of Pegantenan Pamekasan)
By: Roni Wijaya
Pregnancy is a time of fun and highly anticipated – look forward to, but it can also
be a time of anxiety and concern. Low level of public awareness about the health of
expectant mothers become factors determining maternal mortality (DMM) and infant
mortality (IM). The goal of the research is to know the experiences of pregnant women in
the treatment of pregnancy-based culture of Madura.
The research uses qualitative methods with types of surveys, qualitative Method
with the type of the survey prefer to observe natural phenomena or social terjad based on
the experience and perspective are examined. Method of data collection in this research
with in-depth interviews. Data analysis techniques of data collection, data reduction, the
presentation of data and conclusions.
The Conclusions of research mother’s experience while pregnant in the treatment
of pregnancy in Madura, are there any myths in treating pregnancy in madura, based on experience of What the risks are if you don't follow all the rituals of pregnancy according
to Madura culture, what are the risks of not following the process of cultural rituals associated with madura pregnancy, how to experience mother related what should and
should not do while pregnant mothers according to the rules of the culture of Madura , If the pressure of the emotions (anxiety, cry or angry) what does the mother while pregnant,
during pregnancy, if the mother often pijet, what there are special activities each month during pregnancy, according to the culture of Madura. Level of knowledge about the care
of pregnant women at risk of pregnancy could endanger the mother and the baby in the womb, it is hoped the presence of the granting of additional information about the
importance of the maintenance of pregnancy.
Key words: culture Maintenance experience, Madura, pregnancy.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ............................................................................................ i
SAMPUL DALAM ........................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan penelitian ................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep kehamilan .................................................................................. 7
2.1.1 Pengertian kehamilan .................................................................... 7
2.1.2 Periode masa kehamilan ................................................................ 8
2.1.3 Perubahan Psikologis dalam Kehamilan ....................................... 11
2.1.4 Kebutuhan psikologis ibu hamil ................................................... 14
2.1.5 Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil ................................................. 16
2.2 Konsep asuhan kehamilan ...................................................................... 20
2.2.1 Pengertian ...................................................................................... 20
2.2.2 Tujuan asuhan kehamilan ............................................................. 20
xii
2.2.3 Standar asuhan kehamilan ............................................................ 21
2.2.4 Pelaksanaan asuhan kehamilan .................................................... 24
2.2.5 Faktor-faktor yang mepengaruhi kesehatan ibu hamil ................. 25
2.3 Kebudayaan ........................................................................................... 29
2.3.1 Pengertian Kebudayaan ................................................................. 29
2.3.2 Tradisi selama kehamilan .............................................................. 31
2.3.3 Budaya Madura dalam Perawatan Kehamilan .............................. 35
2.3.4 Tindakan Ibu Hamil dalam Pengalaman Perawatan Kehamilan
di Madura ...................................................................................... 35
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................ 37
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 38
4.2 Rancangan Penelitian ............................................................................. 38
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 38
4.4 Subyek Penelitian ................................................................................... 39
4.5 Definisi Operasional ............................................................................... 40
4.6 Instrumen Penelitian Dan Pengumpulan Data ........................................ 40
4.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ..................................................... 41
4.8 Etika Penelitian ....................................................................................... 42
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik informan ............................................................................ 45
5.2 Hasil Penelitian ....................................................................................... 47
5.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 62
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 74
6.2 Saran ....................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi operasional.................................................................................... 40
Tabel 5.1 Karakteristik informan utama................................................................... 46
Tabel 5.2 Karakteristik informan pendukung ......................................................... 46
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengalaman Ibu Hamil Dalam
Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura 37
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Pernyataan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Kuesioner Data Demografi
Lampiran 3 : Lembar Pertanyaan
Lampiran 4 : Percakapan dengan responden
Lampiran 5 : Dokumentasi penelitian
Lampiran 6 : Lembar Pernyataan Dari Perpustakaan
Lampiran 7 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 8 : Surat balasan dari Puskesmas Pegantenan
Lampiran 9 : Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 10 : Lembar Pernyataan Bebas Plagiasi
xvi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
1. Daftar Lambang
X : Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi
skor T
X : Mean skor kelompok
N : Jumlah populasi
%: Presentase
< : Lebih kecil
> : Lebih besar
2. Daftar Singkatan
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
ICME : Insan Cendekia Medika
Promkes : Promosi kesehatan
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
Dinkes : Dinas kesehatan
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Dkk : Dan kawan-kawan
AKI : Angka kematian ibu
AKB : Angka kematian bayi
HIV : Human Immunodeficiency Virus
WHO : World Health Organization
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti – nantikan,
tetapi juga dapat menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan. Rendahnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentuan angka kematian
Ibu (AKI) atau Angka Kematian Bayi (AKB). Masih banyak faktor lain yang juga
cukup penting. Pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang
pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat, nilai budaya.
Madura pada umumnya masih percaya pada mitos, yang berkaitan dengan ibu
hamil dan perawatan pada masa kehamilan. Bagi masyarakat Madura mitos sudah
diyakini kebenarannya karena beberapa bukti yang terjadi. Masyarakat akan
melakukan apa saja dengan harapan keselamatan pada ibu dan bayinya. Kadang
kala kepercayaan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan medis
modern, sehingga mengakibatkan permasalahan kesehatan pada ibu hamil pada
masa kehamilan (Pradhaksa, 2017).
Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Pamekasan Tahun 2014, Pencakupan
Kunjungan ibu hamil (K1) di Kabupaten Pamekasan Tahun 2014 sebesar 98.5%
dan kunjungan K4 sebesar 87.81%. Pencapaian K4 ini belum bisa mencapai target
yang ditentukan oleh SPM maupun MDG‟s yaitu sebesar 95%. Masih belum
tercapainya target K4 disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan selama hamil ke bidan maupun dokter.
1
2
Profil Kesehatan Kabupaten Pamekasan Tahun 2014 menunjukkan bahwa
jumlah kematian ibu di Kabupaten Pamekasan tahun 2014 sebanyak 13 ibu per
13.610 kelahiran hidup atau sebesar 95.52 per 100.000 kelahiran hidup dan masih
berada di bawah target MDG‟s 2015 sebanyak 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu di Indonesia mengalami peningkatan dari 5 periode
sebelumnya yaitu pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Hal ini jauh dari harapan yaitu sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
Penelitian Devi, dkk (2009) membuktikan bahwa Health Education
merupakan salah satu kegiatan yang tepat guna dalam upaya penurunan angka
kematian ibu hamil yaitu “Modifikasi Model Community Development”.
Berdasarkan penelitian tersebut, terungkap alasan ibu hamil di Madura lebih
memilih melahirkan pada dukun beranak karena latar belakang budaya yang
menyatakan bahwa bila ibu hamil melakukan persalinan pada bidan, maka
persalinannya dianggap sulit. Selain karena latar belakang budaya alasan lain yang
menyebabkan ibu hamil tidak melakukan persalinan pada bidan yaitu karena biaya
persalinan bidan mahal, takut operasi, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kegiatan Health Education merupakan salah satu solusi yang tepat guna
untuk mengendalikan angka kematian Ibu dan anak, oleh karena itu diperlukan
suatu upaya yang melibatkan semua pihak petugas kesehatan, tokoh masyarakat,
dan masyarakat terutama para ibu hamil untuk terus menerus menumbuhkan
…….
3
kesadaran pada pribadi masing – masing untuk mengoptimalkan pemeriksaan dan
perawatan kehamilan ke petugas pelayanan kesehatan (Haryanto, 2010).
Membicarakan mengenai mitos dan fakta seputar kehamilan memang tidak
akan pernah ada habisnya. Mitos telah menjadi adat istiadat yang bersifat turun
temurun dari orang tua kita terdahulu, menjadi suatu hal yang biasa dan sangat
mereka yakini. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan
budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-
akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan,
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu
dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu
selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa
setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil
dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan terhadap
beberapa makanan tertentu (Susmiati, 2011). Mitos-mitos semacam itu masih
berlaku pada zaman modern sekarang ini, bahkan beberapa tenaga kesehatan
sendiri masih mempraktikkannya. Hal itu membuktikan mitos-mitos yang terdapat
di masyarakat masih memiliki peran yang berarti untuk kelancaran proses
kehamilan dan persalinan (Khuzaiyah, 2010). Mitos kehamilan yang terjadi pada
ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai faktor yang melingkupi setiap ibu hamil
diantaranya adalah faktor pengetahuan. Faktor pengetahuan memegang peranan
penting bagi ibu hamil dalam membentuk pola fikir dalam hal kepercayaan
terhadap mitos. Semakin tinggi pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang maka
kepercayaan terhadap mitos makin diabaikan. Faktor keluarga juga berperan
dalam kepercayaan terhadap mitos. Artinya bila pasangan suami istri tinggal
…….
4
bersama dengan orang tuanya maka banyak pantangan yang mesti mereka taati.
Sebaliknya bila suami istri tinggal terpisah dengan orang tuanya mereka
cenderung tidak mengikuti mitos tersebut. Alasannya karena tidak ada yang
melarang dan mengingatkan. Selain itu faktor lingkungan hidup juga berpengaruh
terhadap kepercayaan terhadap mitos. Maknanya, bagi masyarakat yang hidup
didaerah yang dekat dengan pusat pelayanan kesehatan, mereka relatif lebih
mudah melakukan interaksi dengan berbagai pengetahuan yang bersumber dari
kesehatan modern (Barthes, 2007).
Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang "Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya
Madura".
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan
petanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan Berbasis
Budaya Madura?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengalaman ibu hamil dalam perawatan pada kehamilan
berbasis budaya Madura.
…….
5
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengalaman ibu selama hamil dalam perawatan kehamilan
di madura?
2. Mengetahui apa ada mitos-mitos dalam merawat kehamilan di madura,
jika ada coba ibu ceritakan pengalamannya?
3. Mengetahui resikonya jika tidak mengikuti semua ritual kehamilan
menurut budaya madura?
4. Apa resikonya tidak mengikuti proses ritual budaya madura terkait
dengan kehamilan?
5. Mengetahui pengalaman ibu terkait apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan ibu selama hamil menurut aturan budaya madura?
6. Mengetahui cara mengatasi stres berdasarkan kebiasaan bijak
7. Mengetahui kebiasaan bijak selama kehamilan
8. Mengetahui kegiatan khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara Teoritis
Dapat digunakan sebagai kerangka dalam membangun ilmu keperawatan
maternitas, yang berhubungan dengan,Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan
Kehamilan Berbasis Budaya Madura.
…….
6
1.4.2 Secara Praktis
1. Bagi tempat penelitian
Dapat menjadi masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang mitos-mitos selama kehamilan .
2. Bagi petugas kesehatan
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam melaksanakan pelayanan
dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil tentang mitos-mitos
selama kehamilan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman
tentang mitos-mitos selama kehamilan.
…….
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep kehamilan
2.1.1 Pengertian kehamilan
Kehamilan (pregnancy) di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitungdari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau sepuluh bulan lunar atau 90 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimister, dimana
trimister kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimiter kedua 15 minggu (minggu
ke 13 hingga ke 27), dan trimister ke tiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40)
(Prawirohardjo, 2009).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan bersalin. Federasi Obstetri
Ginekologi Internasional mendefenisikan kehamilan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9
bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua dalam 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-
27), dan trimester ketiga dalam 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Prawirohardjo, 2009). (Solihah, 2011) mengatakan, secara medis kehamilan
dimulai dari proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa dari pihak pria.
7
8
Sel telur yang dibuahi akan berkembang jadi bakal embrio yang kemudian akan
menjalani pembelahan sampai 78 sel. Bakal janin ini lalu akan menempel di
selaput lendir rahim, yang terletak di rongga rahim. Kehamilan disimpulkan
sebagai masa dimana wanita membawa embrio dalam tubuhnya yang diawali
dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian
bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh
yang membuat terjadinya proses konsepsi dan inplantasi sampai lahirnya janin.
2.1.2 Periode masa kehamilan
Dalam siklus kehamilan terbagi menjadi tiga periode/ triwulan sebagai
berikut:
1. Kehamilan trimester pertama (1-3 bulan). Awal kehamilan atau masa
trimester pertama merupakan saat yang rawan bagi perkembangan janin,
karena biasanya banyak wanita tidak menduga kalau dirinya sedang hamil.
Kehamilan baru diketahui ketika usia janin sudah menginjak waktu lebih
dari satu bulan. Sementara itu, jika mereka tidak sadar sedang hamil,
mereka akan mengkonsumsi berbagai macam makanan serta obat yang bisa
merusak perkembangan bayi dalam kandungan, karena itulah janin pada
umur 1-3 bulan ini sangat rentan keguguran.
Saat masa subur, jika sel telur dibuahi maka akan terjadi
penempelan sel telur yang berbentuk semacam bola pada dinding rahim
calon ibu. Masa ini adalah masa rawan, karena janin masih berupa cikal
bakal. Jika Janin selamat, maka bola sel telur itu akan terus berkembang.
Perkembangan sel telur ini akan membentuk seperti udang yang masih
berukuran kecil. Sel telur berbentuk udang kecil ini akan semakin
…….
9
berkembang saat memasuki usia kehamilan dua bulan yang disertai dengan
penyusunan organ vital jantung serta susunan saraf pusat sejak kehamilan
bulan pertama. Bentuk udang akan semakin menyerupai bayi pada
pertengahan bulan kedua, dan disertai dengan terbentuknya wajah bayi serta
membesarnya ukuran kepala. Tanda-tanda kehidupan akan muncul dimulai
dengan berfungsinya jantung yang ditandai dengan detakan lembut. Selain
itu organ lain seperti bagian tangan serta kaki jug mulai terbetuk, seiring
dengan terlihat jelasnya tali pusat serta munculnya otot-otot. Pertumbuhan
semakin sempurna pada bulan ketiga dimana jantung sudah mencapai
bentuk yang sempurna.
Selain jantung, organ-organ lain juga ikut sempurna seperti kaki
serta tangan. Bulan ketiga juga mulai terbentuk organ baru seperti telinga,
pemisahan jari-jari tangan serta kaki yang mengikuti pembentukan kaki
serta tangan lainnya. Sementara organ-organ vital lainnya baru akan
terbentuk pada akhir bulan ketiga dan akan semakin sempurna pada bulan
keempat, karena perkembangannya sudah mulai sempurna.
2. Kehamilan trimester kedua (4-6 bulan). USG baru mulai bisa
memperlihatkan bentuk bayi dalam kandungan pada umur tiga bulan namun
itu baru gambaran kasar bayi. Memasuki bulan keempat, perkembangan
janin akan memasuki trimester kedua. Janin akan mulai bergerak yaitu pada
bulan keempat, tepatnya sekitar minggu ketiga belas. Hal ini terjadi karena
hormon pada bayi mulai aktif sehingga mereka sudah mulai bisa bereaksi
dengan situasi di dalam kandungan. Perkembangan bagian tangan dan kaki
mulai diikuti dengan tumbuhnya kuku serta rambut-rambut halus. Rambut
…….
10
halus ini akan semakin menebal pada usia empat bulan, yang menyebabkan
sempurnanya bentuk alis, bulu mata serta rambut. Kulit juga mulai
berkembang pada periode ini, yang dimulai dengan kulit yang sangat tipis.
Begitu pula dengan panca indera yang lainnya seperti mata, hidung, telinga
ataupun mulut, sehingga pada bulan keempat ini, wajah mulai terbentuk
pada janin. Pada umur tiga bulan, bayi akan seukuran empat inci dan
bertambah satu inci pada bulan setelahnya.
Sementara untuk berat, pada umur empat bulan baru mencapai 45
gram tapi akan meningkat drastis setelah bulan keempat yaitu sampai 160
gram. Benar-benar perkembangan yang pesat. Jika hamil dengan umur lima
bulan, maka siap-siaplah untuk merasakan tendangan lembut pada perut.
Penyebabnya, hormon yang mulai aktif sehingga memicu aktivitas bayi.
Yang paling penting, pada umur lima bulan bayi akan mulai membentuk
selaput putih yang melapisi tubuh serta kulitnya yang kemudian kita kenal
dengan ari-ari. Berat badan bayi semakin bertambah pada bulan ini hingga
mencapai 650 gram dengan panjang sekitar 12 inci. Gerakan akan semakin
terasa karena pada umur enam bulan ini bayi mulai berubah posisi. Untuk
merangsang pertumbuhan janin supaya berkembang dengan baik ,maka
mulai umur enam bulan ini, disiapkan musik-musik lembut karena bayi
sudah mulai bisa mendengar.
3. Kehamilan trimester ketiga (7-9 bulan). Setelah usia janin memasuki
trimester pertama dan kedua, sisanya adalah menunggu kelahiran yang
biasanya terjadi pada trimester ketiga. Pada trimester ini yang dimulai
dengan bulan ketujuh, maka akan mulai disibukan dengan pemeriksaan dan
…….
11
persiapan kelahiran bayi. Beberapa proses penyempurnaan perkembangan
janin terjadi pada bulan-bulan ini, dimulai pada bulan ketujuh yaitu sistem
sarafnya yang mulai bekerja serta otak yang berkembang dengan sangat
cepat dari waktu ke waktu. Bayi dalam kandungan juga mulai bisa
membuka dan menutup kelopak mata pada trimester akhir ini khususnya
pada bulan kedelapan.
Masa ini adalah masa saat seorang ibu bisa memperhatikan dengan
jelas pergerakan sang bayi, bersama tendangan-tendangannya. Trimester
akhir ini, bayi sudah benar-benar berkembang, baik dalam kelengkapan
serta fungsi organ-organ tubuh ataupun penambahan berat badannya. Bayi
juga sudah mulai bisa mengambil sesuatu dan menahannya, sementara
dilain pihak janin juga sudah memiliki reflek menghisap yang baik sebagai
bekalnya menyusu saat lahir nanti. Calon bayi juga sudah siap dilahirkan
mulai bulan delapan, dimana paru-parunya telah sepenuhnya berkembang,
sistem kekebalan tubuh berfungsi, otaknya sedang bekerja dan beratnya
sudah mencapai 2,3 kilogram atau lebih besar tergantung gennya. Lidah
bayi juga sudah mulai mengecap rasa, entah itu rasa asam ataupun manis.
Idealnya bayi akan lahir pada umur delapan sampai sembilan bulan, saat ia
sudah mencapai pertumbuhan yang cukup dan fisiknya telah tumbuh dengan
sempurna. Sangat penting untuk menyadari semua perubahan yang terjadi
dengan bayi dalam tubuh.
Ketika otaknya sedang berkembang, sangatlah penting bagi ibu
untuk melatih diri agar mendapatkan nutrisi yang baik dan mengkosumsi
vitamin prenatal setiap hari, sesuai dengan saran dokter. Istirahat yang
…….
12
cukup dan menjaga diri sendiri terutama jauh dari rokok, alkohol serta obat-
obatan karena bisa menyebabkan kerusakan yang signifikan pada bayi.
2.1.3 Perubahan Psikologis dalam Kehamilan
Kehamilan dari sudut psikologi merupakan peristiwa yang membahagiakan
bagi seluruh anggota keluarga, sementara diantara anggota dalam keluarga
tersebut ada anggota yang disamping merasa bahagia juga mengalami kegelisahan
dan kecemasan, bahkan dapat mengalami depresi. Anggota keluarga yang
dimaksud adalah si calon ibu. Sejak saat hamil pada umumnya ibu hamil sudah
mengalami kegelisahan dan kecemasan tentang kehamilannya Niven (1992).
Kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan merupakan kejadian yang tidak
terelakkan, merupakan fenomena yang hampir selalu menyertai kehamilan,
merupakan bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan
fisik dan psikologis mendasar yang terjadi selama kehamilan. Selanjutnya
timbulnya kecemasan dan kegelisahan tersebut mengawali terjadinya perubahan
psikologis berupa peningkatan sensitivitas nyeri, dimana nilai ambang nyeri
menurun, artinya dengan stimuli kecil saja wanita hamil sudah merasakan nyeri.
Semakin tinggi tingkat kecemasan, semakin rendah nilai ambang nyeri,
menyebabkan semakin berat nyeri yang dipersepsi Reeder (1997). Begitu beratnya
asumsi masyarakat terhadap kecemasan dan nyeri kehamilan serta persalinan
sehingga mempengaruhi budaya lokal, antara lain timbulnya tradisi upacara
„tingkepan‟ atau „mitoni‟ (peringatan 7 bulan kehamilan) dalam masyarakat etnis
Jawa. Menurut tradisi tersebut upacara itu dimaksudkan sebagai tolak bala demi
keselamatan dan kesehatan ibu dan bayinya selama kehamilan, saat kelahiran dan
sesudahnya. ibu hamil yang mengalami kecemasan tetapi mendapat dukungan
…….
13
emosional dan fisik dari suaminya sebagaimana yang diharapkan, akan kecil
kemungkinannya mengalami komplikasi psikologis akibat kehamilan.
Hasil studi tentang psikologi kehamilan membuktikan bahwa fenomena
kecemasan yang berhubungan dengan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang merupakan beban ekstra yang dapat berasal dari dalam tubuh sendiri
maupun dari kejadian diluar tubuh. Apabila ibu hamil tidak mampu beradaptasi
dengan beban ekstra tersebut, akan mengalami kecemasan (Notosoedirdjo, 1996).
Selain itu adanya perubahan hormonal ini menyebabkan emosi perempuan
selama kehamilan cenderung berubah-ubah, sehingga tanpa ada sebab yang jelas
seorang wanita hamil merasa sedih, mudah tersinggung, marah atau justru
sebaliknya merasa sangat bahagia. Kartono (1992) mengatakan bahwa semakin
bertambah beratnya beban kandungan dan bertambah banyaknya rasa tidak
nyaman secara fisik, maka kondisi psikologis ibu hamil juga ikut terganggu,
sehingga dapat mengalami kecemasan. Hal tersebut juga didukung hasil penelitian
Darmayanti (2003) yang menunjukkan bahwa 80% ibu hamil mengalami rasa
khawatir, was-was, gelisah, takut dan cemas dalam menghadapi kehamilannya.
Perasaan-perasaan yang muncul antara lain berkaitan dengan keadaan janin yang
dikandung, ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi persalinannya, serta
perubahan fisik dan psikis yang terjadi.
Penyebab kecemasan pada masa kehamilan terutama pada kehamilan
trimester ketiga dalam hal ini contohnya seperti rasa cemas dan takut mati, trauma
kelahiran, perasaan bersalah atau berdosa dan ketakutan riil seperti ketakutan
bayinya lahir cacat. Pada saat yang sama, ibu hamil juga merasakan kegelisahan
mengenai kelahiran bayinya dan permulaan dari fase baru dalam hidupnya.
…….
14
Perasaan cemas ibu hamil trimester ketiga dalam memikirkan proses melahirkan
serta kondisi bayi yang akan dilahirkan tidak hanya berlangsung pada kehamilan
pertamanya, tetapi juga pada kehamilan-kehamilan berikutnya. Walaupun mereka
telah mempunyai pengalaman dalam menghadapi persalinan tetapi rasa cemas
tetap akan ada Ambarwati (2004). Ibu hamil yang mengalami rasa cemas
berlebihan akan berdampak buruk sehingga dapat memicu terjadinya rangsangan
kontraksi atau sebaliknya tidak ada kontraksi yang bisa menyebabkan perdarahan
saat persalinan sehingga dapat menyebabkan kematian bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat.
2.1.4 Kebutuhan psikologis ibu hamil
Kecemasan yang dialami oleh ibu hamil sampai menjelang masa persalinan
selain karena faktor fisik dan psikologis juga kemungkinan disebabkan oleh
faktor-faktor lain seperti faktor sosial. Faktor sosial yang dapat menyebabkan
kecemasan tersebut seperti pengalaman melahirkan, dukungan sosial, hubungan
suami istri dan keluarganya Pitt (1994). Untuk menurunkan rasa cemas tersebut
ibu hamil sangat memerlukan suatu dukungan antara lain :
1. Support Keluarga. Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga
yang dapat diikuti dengan stres dan kecemasan. Perubahan dan adaptasi
selama kehamilan, tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi seluruh anggota
keluarga. Oleh karena itu, selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus
terlibat terutama suami. Dukungan dan kasih sayang dapat memberikan
perasaan nyaman dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan
kehamilannya.
…….
15
2. Dukungan Suami. Dukungan dan peran serta suami selama kehamilan
meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan bahkan dapat memicu produksi ASI. Tugas suami yaitu
memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga
istri mengkonsultasikan setiap masalah yang dialaminya selama
3. Dukungan Keluarga. Keluarga harus menjadi bagian dalam mempersiapkan
pasangan menjadi orang tua. Dukungan keluarga dapat berbentuk: orang tua
kandung maupun mertua mendukung kehamilan ini, orang tua kandung
maupun mertua sering berkunjung, seluruh keluarga mendoakan
keselamatan ibu dan bayi, serta menyelenggarakan ritual adat istiadat.
4. Dukungan Lingkungan. Dukungan lingkungan dapat berupa doa bersama
untuk keselamatan ibu dan bayi, membicarakan dan menasehati tentang
pengalaman hamil dan melahirkan, kesediaan untuk mengantarkan ibu
periksa, menunggui ibu ketika melahirkan dan mereka dapat menjadi seperti
saudara ibu hamil.
5. Support Tenaga Kesehatan. Tenaga kesehatan khususnya bidan sangat
berperan dalam memberikan dukungan pada ibu hamil. Bidan sebagai
tempat mencurahkan segala isi hati dan kesulitannya dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan. Tenaga kesehatan harus mampu mengenali
keadaan yang terjadi disekitar ibu hamil. Hubungan yang baik, saling
mempercayai dapat memudahkan bidan/ kehamilan. Penelitian yang dimuat
dalam artikel ”What Your Partner Might Need From You During
Pregnancy” terbitan Allina Hospitals dan Clinics (2001), Amerika Serikat,
mengatakan keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI
…….
16
untuk bayinya kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan
keterlibatan suami dalam masa kehamilan. Contoh dukungan suami selama
kehamilan antara lain: mengajak istri jalan-jalan ringan, menemani istri
memeriksakan kehamilannya, tidak membuat masalah dalam
berkomunikasi. tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Peran bidan dalam memberikan dukungan antara lain: melalui kelas
antenatal, memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang bermasalah
untuk konsultasi, meyakinkan bahwa ibu dapat menghadapi perubahan
selama kehamilan, membagi pengalaman yang pernah dirasakan sendiri dan
memutuskan apa yang harus diberitahukan pada ibu dalam menghadapi
kehamilannya.
6. Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan. Ketidaknyamanan fisik
maupun psikologis dapat terjadi pada ibu selama kehamilan. Kerjasama
bidan dengan keluarga sangat diharapkan agar dapat memberikan perhatian
dan mengatasi masalah yang terjadi selama kehamilan. Dukungan dari
suami, keluarga yang lain dan tenaga kesehatan dapat memberikan perasaan
aman dan nyaman selama kehamilan.
2.1.5 Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil
Dalam masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode yaitu bulan ke 1 sampai
3 disebut trimester satu. Bulan selanjutnya yaitu 4-6 trimester dua. Bulan ke 7
sampai kelahiran bayi disebut trimester tiga. Dalam setiap trimester memiliki
pertumbuhan bayi yang berbeda sehingga nutrisi yang dibutuhkan berbeda
Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi sesuai trimester kehamilan.
…….
17
1. Trimester satu. Minggu pertama sampai minggu ke dua belas adalah
perkembangan janin untuk kelengkapan organ penting. Nutrisi yang
dibutuhkan berupa kalori yang lebih. Pertumbuhan janin memerlukan
asupan kalori yang sesuai sehingga terbentuk cepat. Asupan kalori kadang
terganggu karena adanya mual dan muntah yang pada umumnya dialami
pada trimester pertama. Karbokidrat yang dibutuhkan sebanyak 2000 kilo
kalori yang bisa didapat dari nasi, roti, gantum dan sereal dll. Kalsium juga
memiliki peranan dalam pembentukan tulang rangka janin yang didapat
dari: susu, yogurt dan jenis makana lain yang mengandung protein untuk
pertumbuhan sel otak.Vitamin A, B1, B2, B3 dan B6 sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang janin, selain itu vitamin B12 dalam pembentukan
sel darah.
2. Trtimester dua. Pada trimester ini memiliki kemampuan perkembangan
yang sangat pesat, sehingga harus diimbangi dengan asupan nutrisi. Pada
awal trimester kedua asupan kalori memang masih perlu ditingkatkan
mengingat banyaknya organ yang akan terbentuk. Jangan lupa asupan zat
besi dan vitaminC dalam mengoptimalkan pembentukan sel darah merah
dalam mendukung jantung dan system peredaran darah janin yang sedang
berkembang pada minggu ke 17. Asam lemak omega 3 dibutuhkan untuk
pembentukan otak janin diakhir trimester dua. Hindari asupan yang
mengandung kafein yang tinggi, kopi dan teh karena kafein beresiko
mengganggu perkembangan system saraf pusat. Ibu hamil perlu menambah
asupan makanan dengan 300 kalori/hari. Pilih makanan yang banyak
mengandung serat seperti sayuran hijau dan buah-buahan. Banyak minum 8-
…….
18
10 gelas/hari untuk menghindari sembelit dan wasir yang banyak diderita
oleh ibu hamil.
3. Trimester tiga. Untuk mempersiapkan kelahiran bayi, ibu hamil
membutuhkan bekal energi yang memadai. Selain untuk mengatasi beban
yang bertambah beratnjuga untuk cadangan energi dalam persalinan
nantinya. Gizi seimbang tidak boleh dikesampingkan oleh ibu hamil baik
secara kuantitas dan kwalitasnya. Pertumbuhan otak janin akan terjadi cepat
sekali pada dua bulan terakhir menjelang persalinan oleh karena itu jaga
jangan sampai ibu hamil kekurangan nutrisi yang berkwalitas tinggi.
Kebutuhan ibu hamil akan nutrisi lebih tinggi dibandingkan saat sebelum
hamil dan kebutuhan tersebut semakin bertambah pada saat ibu menyusui
bayinya. Kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat
diukur berdasarkan kenaikan berat badannya. Fase pemenuhan gizi ibu dan
bayi yang paling efektif harus dimulai sebelum masa kehamilan dan
kemudian berfokus pada 12 minggu pertama masa kehamilan. (Wibowo,
2012 dalam Sulistiyanti, 2013). Kebutuhan energi dan zat gizi pada tubuh
akan meningkat karena kondisi kehamilan mengakibatkan terjadinya
peningkatan metabolisme energi pada ibu hamil. Pada dasarnya semua zat
gizi memerlukan tambahan ketika seseorang mengalami kondisi hamil.
Namun kekurangan energi dari protein dan beberapa mineral seperti zat besi
dan kalsium seringkali terjadi pada ibu hamil. Kekurangan energi kronik
yang diderita oleh ibu hamil mempunyai resiko yang tinggi dan komplikasi
pada kehamilan. Resiko dan komplikasi meliputi anemia, pendarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena penyakit
…….
19
infeksi (Lubis, 2003). Hal yang sama dikatakan oleh Praditama (2010) yang
mengutip Soedarmo (1977) mengatakan bahwa pada wanita hamil, terdapat
pertumbuhan janin dan jaringan pada wanita terhubung dengan keperluan
pertumbuhan janin tersebut. Sehingga wanita hamil memerlukan tambahan
kalori di atas keadaan normal biasanya. Namun, adanya kepercayaan dalam
budaya dapat berhubungan dengan kebiasaan makan, kebiasaan
mempertahankan kesehatan, kebiasaan sakit, serta gaya hidup (Mubarak,
2007 dalam Sulistiyanti (2013).
Menurut Simanjuntak (2005), setiap trimester kebutuhan ibu akan makanan
berbeda – beda. Pada kehamilan trimester pertama umumnya timbul keluhan
seperti rasa mual, ingin muntah, pusing-pusing, selera makan berkurang, tetapi ibu
hamil harus tetap makan, dan untuk menghindari rasa mual dan muntah posi
makanan kecil akan tetapi frekuensi makan sering. Pada trimester kedua mulai
dibutuhkan tambahan kalori untuk pertumbuhan serta perkembangan janin serta
untuk mempertahankan kesehatan si ibu. Hendaknya lebih banyak memakan
bahan makanan sumber protein. Bahan makanan sumber protein adalah ikan,
daging, telur, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan lain -
lain. Pada trimester ketiga, pada saat ini nafsu makan sudah baik sekali cenderung
untuk merasa lapar terus menerus sehingga perlu diperhatikan agar tidak terjadi
kegemukan.
Praditama (2010) yang mengutip pendapat Foster & Anderson (2006),
terdapat pantangan ataupun mitos-mitos pada masyarakat selama masa kehamilan
yang dapat merugikan ibu hamil. Pantangan terhadap makanan tentu akan
merugikan apabila berbeda dengan tinjauan medis. Dalam pantangan agama,
…….
20
tahayul, dan kepercayaan tentang kesehatan, terdapat bahan makanan bergizi yang
tidak boleh dimakan. Makanan merupakan konstruksi sosial yang dibangun oleh
masyarakat melalui budaya setempat. Bukan hanya masalah gizi yang terdapat
dalam makanan, namun juga persoalan tentang budaya yang meliputi ketersediaan
makan, kebiasaan makan, pantangan makan dan pengambilan keputusan.
2.2 Konsep asuhan kehamilan
2.2.1 Pengertian
Asuhan Kehamilan adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan
memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan
upaya koreksi terhadap penyimpangan yangditemukan selama kehamilan Yulifah
( 2009).
Asuhan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan Depkes RI (2010). Asuhan kehamilan
merupakan suatu program berkesinambungan selama kehamilan, persalinan,
kelahiran dan nifas yang terdiri atas edukasi, screening, deteksi dini, pencegahan,
pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan
nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan baik (Sosroatmodjo, 2010).
2.2.2 Tujuan asuhan kehamilan
Mansjoer (2005) menyatakan bahwa tujuan asuhan kehamilan adalah
memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi; meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan bayi; mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
…….
21
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan; mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin; mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif; mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Tujuan asuhan kehamilan meliputi; mempromosikan dan menjaga kesehatan
fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan
proses kelahiran bayi; mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis,
bedah, atau obstetri selama kehamilan; mengembangkan persiapan persalinan
serta kesiapan menghadapi komplikasi; membantu menyiapkan ibu untuk
menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara
fisik, psikologis dan sosial (Kusniyati, 2009)
2.2.3 Standar asuhan kehamilan
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan,
pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan
atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu
wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi,
serta KB pasca persalinan (Depkes RI, 2010). Pelayanan asuhan kehamilan yang
diberikan petugas kesehatan yang profesional pada ibu hamil sesuai dengan
…….
22
standar antenatal care yang telah ditetapkan dengan standar minimal “7T”,
meliputi :
1. Timbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan. Total pertambahan
berat badan pada kehamilan yang normal adalah 11,5 - 16 kg. Adapun tinggi
badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang
baik untuk ibu hamil yaitu >145 cm (Yeyeh, 2009).
2. Ukur Tekanan Darah. Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui
perbandingan nilai dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang
adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan
dapat mengindikasi potensi hipertensi (Yeyeh, 2009).
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri. Apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu
pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24
minggu memakai pengukuran Mc. Donald yaitu dengan cara mengukur
tinggi fundus uteri memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian
ditentukan sesuai rumusnya (Depkes RI, 2007).
4. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap , untuk mencegah
supaya bayi tidak terjkena penyakit Tetanus (Tetanus neonaturum).
Pemberian immunisasi TT pada kehamilan pada umumnya 2 kali saja.
Immunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu dan untuk
immunisasi ke dua diberikan 4 minggu kemudian, akan tetapi untuk
memaksimalkan perlindungan maka dibuat jadwal pemberian immunisasi
pada ibu ( Prawirdjohardjo, 2005).
…….
23
5. Zat Besi pada ibu hamil. Fe merupakan zat nutrisi yang gunanya untuk
mencegah defisiensi zat besi, bukan menaikkan kadar haemoglobin.Wanita
hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 60/hr.Kebutuhan hanya meningkat
secara signifikan pada trimester dua, karena absorsi usus yang tinggi. Fe
diberikan 1 kali/hr setelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak 90 tablet
selama kehamilan.Tablet Fe sebaiknya tidak diminum dengan the atau kopi,
karena akan mengganggu penyerapan.jika ditemukan anemia diberikan 2-3
tablet/hr.Selain itu untuk memastikannya dilakukan pemeriksaan
Haemoglobin ( Hb) yang dilakukan 2 kali selama kehamilan yaitu: pada saat
kunjungan awal dan pada usia kehamilan 28 minggu atau jika ada
ditemukan tanda-tanda anemia (Dep Kes RI, 2006).
6. Tes terhadap penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual (PMS)
merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran kemih dan reproduksi. Ibu
hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap Penyakit Menular
Seksual (PMS). Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk
mengetahui etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyakit menular
seksual yang diderita ibu hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat
menimbulkan morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang
dikandung/dilahirkan (Yulifah,dkk, 2009).
7. Temu wicara. Dalam rangka persiapan rujukan Temu wicara ditujukan
untuk ibu hamil dengan masalah kesehatan atau komplikasi yang
membutuhkan rujukan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan konsultasi
atau melakukan kejasama penanganan (Yulifah,dkk, 2009). dalam program
…….
24
kesehatan ibu dan anak melalui pendekatan tim kesehatan menyebutkan
bahwa kebijakan pelayanan antenatal merupakan kebijakan umum dalam
memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pada jenjang
pelayanan yaitu : meningkatkan peran serta masyarakat (suami, keluarga,
dan kader) dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan antenatal dan
pencegahan resiko tinggi melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan
kesehatan, meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun
peralatan fasilitas pelayanan antenatal, melakukan pemeriksaan kehamilan
minimal 4 kali yaitu pada triwulan pertama 1 kali, triwulan kedua 1 kali, dan
pada triwulan ketiga 2 kali, serta meningkatkan system rujukan kehamilan
resiko tinggi (Depkes, 2007).
2.2.4 Pelaksanaan asuhan kehamilan
Pelaksanaan asuhan kehamilan/ANC dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali
pada trimester satu, 1 kali pada trimester dua dan 2 kali pada trimister tiga.
Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan
di sesuaikan menurut kebutuhan masing-masing. Ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan dikatakan teratur jika melakukan pemeriksaan kehami lan
≥4k ali kunjungan, kurang teratur jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan
dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali
kunjungan (WHO, 2006).
Kunjungan ibu hamil atau kontak ibu hamil merupakan kunjungan dengan
tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan perawatan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan. Kunjungan antenatal care tidak hanya mengandung arti
bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak
…….
25
tenaga kesehatan (di posyandu, polindes/poskesdes, kunjungan rumah) dengan ibu
hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar (Meilani,dkk, 2009).
Kunjungan ANC yang dimaksud adalah:
1. K-1 (Kunjungan Pertama) adalah kunjungan/ kontak pertama ibu hamil
dengan petugas kesehatan pada trimester pertama selama masa kehamilan
yang dimaksudkan untuk diagnosis kehamilan. National Institute Clinical
Excellence /NICE, (2008) merekomendasikan agar kunjungan antenatal
pertama dilakukan pada usia kehamilan 10 minggu.
2. K-2 (Kunjungan Kedua) adalah kunjungan/ kontak kedua ibu hamil dengan
petugas kesehatan pada trimester kedua selama masa kehamilan.
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan atau cacat bawaan.
3. kesehatan pada trimester ketiga pada masa kehamilan. Pemeriksaan
terutama menilai resiko kehamilan juga melihat aktivitas janin dan
pertumbuhan secara klinis.
4. K-4 (Kunjungan keempat) adalah kunjungan/ kontak keempat ibu hamil
dengan petugas kesehatan pada trimester ke tiga selama masa kehamilan
pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian kesejahteraan janin dan
fungsi plasenta serta persiapan persalinan (Rukiah dan Yulianti, 2014).
2.2.5 Faktor-faktor yang mepengaruhi kesehatan ibu hamil
Menurut Sulistyawati (2009) faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan
kehamilan pada ibu hamil yaitu :
1. Faktor fisik
a. Status Kesehatan
Kehamilan pada usia tua
…….
26
Segi negatif kehamilan di usia tua.
b. kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari usia 35 tahun akan
sangan menentukan proses kelahirannya. Hal ini pun turut
memengaruhi kondisi janin.
c. pada proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah
menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada wanita dengan usia
reproduksi sehat (25 – 30 tahun)
Segi Positif hamil di usia tua
a. Kepuasan Peran Sebagai Ibu.
b. Merasa Lebih siap.
c. Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik.
d. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan.
e. Mampu mengambil keputusan
f. Karier baik, status ekonomi lebih baik.
g. Perkembangan intelektual anak lebih tinggi
h. Periode Menyusui lebih lama.
i. Toleransi pada kelahiran lebih besar
d. Kehamilan Multiple
Pada kasus kehamilan multiple (kehamilan lebih dari satu janin)
biasanya kondisi ibu lemah. Inii disebabkan oleh adanya beban ganda
yang harus ditanggung, baik dari pemenuhan nutrisi, oksigen, dan lain-
lain. Biasanya kehamilan multiple mengindikasikan adanya beberapa
penyulit pada proses persalinannya, sehingga persalinan operatif (sectio
caesarla – SC) lebih dipertimbangkan.
…….
27
e. Kehamilan dengan HIV
Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan menjadi
sangat rentan terhadap penularan selama proses kehamilannya. Virus
HIV kemungkinan besar akan ditransfer melalui plasenta ke dalam
tubuh bayi.
f. Status Gizi
Selama proses kehamilan, bayi sangat membutuhkan zat – zat penting
yang hanya dapat dipenuhi dari ibu, penting bagi bidan untuk
memberikan informasi ini kepada ibu karena terkadang pasien kurang
memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsinya. Biasanya
masyarakat di era sekarang ini lebih mementingkan selera dengan
mengabaikan kualitas makanan yang dikonsumsinya.
g. Gaya Hidup
Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat
sekarang, ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan
kesehatan seorang wanita hamil. Misalnya kebiasaan bergadang,
bepergian jauh dengan berkendara motor, dan lain – lain. Gaya hidup
ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya karena
kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi.
h. Perokok / Alkoholik
Ibu hamil yang merokok akan merugikan dirinya dan bayinya. Bayi
akan kekurangan oksigen dan racun yang dihisap melalui rokok dapat
ditransfer lewat plasenta kedalam tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan
…….
28
merokok berat kita harus waspada akan resiko keguguran, kelahiran
prematur, bahkan kematian janin.
i. Hamil di Luar nikah / kehamilan yang tidak di harapkan
Jika kehamilan tidak di harapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat
membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan dari ibu untuk
melakukan haal – hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan
bayinya.
2. Faktor psikologis
a. Stresor Internal dan Eksternal.
1) Stresor Internal meliputi faktor – faktor pemicu stres ibu hamil
yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologis yang
ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan
bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir.
2) Stresor Eksternal yaitu pemicu stres yang berasal dari luar,
bentuknya sangat bervariasi.
3. Faktor lingkungan, sosial budaya dan ekonomi
a. Kebiasaan dan Adat Istiadat.
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu
hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan
bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan lokal” yang sudah
berlaku di daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat
melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan
tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media efektif.
Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya
…….
29
kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika
menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk
terhadap kesehatan, tidak ada salahnya memberikan respon yang positif
dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat
b. Fasilitas Kesehatan.
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan
kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap
kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah
antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat
menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka
kesehatan ibu (AKI).
c. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi
keselamatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan
tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan
kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan
meningkat karena nutrisi yang di dapatkan berkualitas, selain itu ibu
tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan
pemenuhan kebutuhan sehari – hari setelah bayi lahir.
2.3 Kebudayaan
2.3.1 Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari (Bahasa Sansakerta) buddhayah yang
merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan
diartikan sebagai hal – hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. E.B Tylor
…….
30
mendifinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan
serta kehabisan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat
dengan kata lain, kebudayaan mencangkup semua yang di dapatkan atau di
pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala
sesuatu yang di pelajari dari pola – pola prilaku yang normativ. Artinya,
mencangkup segala cara – cara atau pola – pola berfikir, meresahkan, dan
bertindak (Soekarto, 2006)
Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari berbagai suku. Salah
satunya adalah suku jawa. Perbedaan suku akan menyebakbkan perbedaan dalam
adat istiadat yang dilakukannya, pengaruh sosial budaya dalam masyarakat
memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi
tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda
bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan
dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak
positif dan negatif. Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat
hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana
dapat bertahan denngan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
Kebudayaan atau culture dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tetapi juga membantu masyarakatt mengerti tentang proses terjadinya
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang di anut
hubungannya dengan kesehatan (Indriyani, 2014)
…….
31
2.3.2 Tradisi selama kehamilan
Anak adalah rezeki yang sangat berharga bagi setiap pasangan suami istri,
tidak terkecuali masyarakat Madura. Oleh karena itu, perawatan sejak hamil pun
sudah diperhatikan. Ketika mengetahui bahwa si ibu hamil, maka seluruh anggota
keluarga akan memberikan perhatian lebih kepadanya. Lalu, mulai diadakan
selametan, anjuran, serta pantangan pantangan bagi ibu hamil tang semuanya
bertujuan agar bayinya selamat, tanpa tahu apakah hal tersebut secara medis
modern baik atau malah buruk bagi kesehatan ibu dan janinnya. Mereka juga
memeriksakan kandungan dengan cara memanggil dukun bayi atau pergi ke bidan
di Polindes. Dukun bayi bertugas memijat ibu, termasuk juga perutnya, agar posisi
bayi tidak sungsang ketika proses persalinan. Sementara tenaga bidan dibutuhkan
untuk memeriksakan kandungan secara medis dan pemberian vitamin (Widyasari,
dkk. 2012). Tradisi perawatan kehamilan dari sisi spiritual juga dilakukan dalam
bentuk ritual selametan yang bertujuan agar calon jabang bayi sehat dan selamat.
Bentuk selametan ini biasanya berupa acara pengajian dan doa bersama yang
biasanya dipimpin oleh kiai dengan mengundang tetangga serta kerabat dekat.
Selametan ini dilaksanakan pada usia kehamilan 4 dan 7 bulan. Hal ini dilakukan
karena mereka meyakini bahwa roh mulai ditiupkan pada bayi saat kehamilan 4
bulan. Sementara itu, selametan pada usia kandungan 7 bulan, biasa disebut
dengan pelet betteng (pijat perut), dilakukan dalam rangka persiapan persalinan
agar lancar dan selamat. Pada waktu ritual ini Ibu hamil dipijat bagian perutnya
oleh dukun bayi sementara Kiai dan beberapa tetangga mengaji dan berdoa
bersama. Setelah itu Ibu dimandikan di halaman rumah dengan cara setiap anggota
keluarga dan tetangga yang hadir menyiramkan air yang sudah dicampur
…….
32
dengan bunga ke atas kepala Ibu tersebut. Kemudian Si Ibu menginjak telur dan
memberikan ayam yang digendongnya kepada dukun bayi (Widyasari, dkk.,
2012).
Beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil antara lain
tidak boleh mengonsumsi makanan yang pedas agar nantinya wajah bayi tidak
merah dan kotoran tidak sering menempel di mata bayi. Makanan pantang lainnya
adalah daging kambing, nanas, semangka, dan beberapa jenis makanan yang
terasa panas di dalam perut. Sementara kebiasaan yang tidak boleh dilakukan
adalah duduk di depan pintu, memberikan makanan kepada seseorang yang
sedang berada di luar pagar rumah. Apabila hal ini dilakukan, maka dikhawatirkan
proses persalinan nanti menjadi sulit. Kebiasaan lain yang harus dihindari adalah
melilitkan handuk atau kerudung ke leher karena biasanya jika hal ini dilakukan
akan menyebabkan tali pusat melilit leher bayi ketika proses kelahiran. Minuman
yang dianjurkan adalah air kelapa yang kelapanya diberikan oleh kiai ketika acara
7 bulanan (pelet beteng) agar air ketubannya bersih dan bayi yang dilahirkan juga
bersih kulitnya, lebat rambutnya, dan bening matanya serta persalinan nanti
berlangsung lancar dan rahim terasa licin. Ini sudah menjadi kepercayaan turun-
temurun dari nenek moyang terdahulu. Sebagai masyarakat agamis, doa dan
bacaan Alquran oleh orang tua yang ditujukan untuk keselamatan bayinya juga
dilakukan. Tradisi membacaSurat Yusuf dan Maryam dalam Alquran sering
dilakukan oleh orang tua calon bayi. Tujuannya adalah agar proses persalinan
lancar serta anak yang dilahirkan kelak menjadi anak yang sholeh dan tampan
seperti Nabi Yusuf atau cantik dan sholehah seperti Maryam.
…….
33
Tradisi Selama Persalinan dan Masa Menyusui Sebagian besar masyarakat
desa percaya bahwa tempat seseorang dilahirkan akan menjadi tempat yang
barokah dan dipenuhi rezeki. Misalnya, jika persalinan terjadi secara tidak sengaja
di atas kendaraan seperti angkot, maka angkot tersebut akan menjadi angkot yang
barokah dan sopirnya mendapatkan rezeki yang melimpah. Seandainya bersalin di
rumah, maka rumah tersebut akan menjadi tempat yang selalu dipenuhi rezeki.
Oleh karena itu, bagi mereka, jika memungkinkan, persalinan lebih baik dilakukan
di rumah sendiri daripada di Polindes atau fasilitas kesehatan yang lain
(Widyasari, dkk., 2012).
Ketika ibu sudah mulai merasa kesakitan karena mendekati persalinan, ibu
diberi jamu berupa satu siung bawang putih dan beberapa helai daun jrangoh.
Jamu ini berkhasiat untuk menghilangk an rasa sakit dan mempercepat proses
persalinan jika memang sudah waktunya (Widyasari, dkk., 2012). Orang-orang
yang biasanya ada di samping ibu ketika proses persalinan adalah suami, ibu dari
si ibu hamil, dan mertua si ibu hamil. Namun, ada beberapa kejadian sang suami
tidak dapat mendampingi istri karena sedang berada di luar kota untuk bekerja.
Saat bayi sudah dilahirkan, yang mengazani adalah si ayah, namun jika ayah tidak
ada maka kakek atau paman si bayi yang melakukannya. Jika bayi dilahirkan tidak
di rumah (di Polindes misalnya), maka ketika pulang bayi digendong oleh
neneknya sambil membawa sebatang lidi yang bertujuan untuk mengusir setan di
jalan. Hal yang sama juga dilakukan oleh si ibu yang biasanya naik sepeda motor
dengan suaminya. Bayi yang masih belum berusia satu hari, dalam kondisi
dibedong, biasanya segera disuapi madu atau degan (kelapa muda) agar
…….
34
tenggorokannya agama, mengambil bolpoin berarti kelak anak tersebut akan
menjadi orang pintar, dan seterusnya.
Upacara adat atau acara selametan merupakan suatu bentuk dukungan
psikologis, fisik, dan sosial yang luar biasa dan diwariskan secara turun-temurun.
Di dalamnya juga terkandung nilai-nilai spiritual yang disesuaikan dengan agama
masing-masing. Upacara adat bagi ibu hamil juga akan memberi rasa percaya diri,
menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu,
mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan,
meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai (Tari, 2011).
Hari-hari selanjutnya, bayi tidak hanya minum ASI, tetapi setiap pagi dan
sore disuapi pisang yang dicampur dengan nasi tim. Menurut keterangan seorang
ibu yang memiliki bayi, jika tidak diberi makanan pendamping ASI, bayinya akan
rewel, suka menangis karena lapar sehingga mengganggu si ibu ketika bekerja di
sawah maupun di dapur. Ada dua cara untuk menyuapkan makanan, yaitu dengan
menggunakan sendok dan menggunakan cara tradisional. Cara tradisional, yaitu
bayi diikat di atas kaki penyuap yang berselonjor, kemudian disuapi dengan
tangan tanpa memedulikan bayi menangis meronta. Masyarakat beranggapan
bahwa cara ini dilakukan untuk membuat bayi kenyang, bukan bermaksud untuk
menyakiti bayi. Ada beberapa pantangan untuk ibu ketika sedang dalam masa
menyusui bayi, di antaranya adalah ibu tidak diperkenankan mengonsumsi ikan
laut karena dikhawatirkan ASI-nya akan berbau amis, tidak boleh mengonsumsi
cabai terlalu banyak karena membuat ASI-nya terasa pedas dan menyebabkan
mata bayi kotor dan memerah. Pantangan lainnya yaitu tidak melakukan
hubungan seksual terlalu sering agar ASI tidak panas dan membuat bayi kurang
…….
35
menyukainya. Sementara ramuan untuk memperlancar ASI terbuat dari air hangat
hasil rendaman abu bekas pembakaran tungku, abu biasa (tanah), dan asam jawa.
Ramuan ini biasa disebut dengan pejje. Mayoritas masyarakat meyakini dan
percaya bahwa ramuan ini benar-benar bisa memperlancar ASI (Widyasari, dkk.,
2012).
2.3.3 Budaya Madura dalam Perawatan Kehamilan
Pengaruh budaya atau adat istiadat yang terdapat di lingkungan madura
cukup kuat seperti adanya mitos seputar kehamilan dan persalinan. Ini
dikarenakan pendidikan yang rendah dan budaya generasi sebelumnya serta
kepatuhan terhadap anjuran orang tua. Adanya pengaruh budaya (mitos) seputar
kehamilan yang cukup kuat mengakibatkan sebagian besar orang madura lebih
mempercayai budaya tersebutr daripada anjuran tenaga kesehatan (dokter dan
bidan). ,mereka tetap melakukan pemeriksaan kehamilan ke dukun karena
menganggap bahwa dukun lebih mengerti posisi bayi dalam kandungan dan dapat
melakukan pemijatan perut yang mempermudah saat persalinan.
2.3.4 Tindakan Ibu Hamil dalam Pengalaman Perawatan Kehamilan di
Madura
Dalam mempersepsikan tindakan apa yang akan di ambil atau memutuskan
suatu hal yang terkait pemeriksaan kehamilan, masyarakat madura menyatakan
akan berembuk atau berdiskusi dahulu dengan orang lain terutama pihak keluarga
(suami, orang tua, mertua, tante, saudara), tetangga bahkan bersama kepala dusun
mayoritas masyarakat madura telah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin tiap
bulan ke pelayanan kesehatan terutama posyandu. Ini direncanakan pada
pelayanan kesehatan seperti posyandu masyarakat madura cenderung ingin
…….
36
mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) berupa 1 bungkus Mie dan 2
buutir telur dan pelayan antenatal gratis. Apabila suatu saat terjadi gangguan
kesehatan pada kehamilannya maka sebagian masyarakat madura akan langsung
memeriksakan kehamilannya ke bidan baik polindes maupun bidan praktek
swasta. Namun, ada juga masyarakat madura yang menahan dulu rasa sakitnya,
ketika sudah agak parah dan tidak kuat lagi menahannya barulah akan dibawa ke
bidan atau dokter.
Menurut Muskibin (2007) tujuan pemerikasaan kehamilan yaitu :
1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan Nifas serta
mengusahakan bayi yang di lahirkan sehat
2. Membantu kemungkinan adanya resiko – resiko kehamilan, dan
merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan resiko
tinggi.
3. Menurunkan morbiditas mortilitas ibu dan perinatal keterikatan mereka
pada adat kebiasaan atau mitos seputar kehamilan dan persalinan cukup
besar sehingga mereka lebih mempercayai perkataan dukun dari pada
petugas kesehatan.
…….
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep merupakan model yang digunakan untuk menyusun
teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap
penting untuk masalah (Hidayat, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil :
1. Faktor Fisik
2. Faktor Psikologis
3. Faktor Lingkungan - Perawatan Ibu hamil
(Sosial Budaya)
- Perawatan kehamilan berbasis budaya
4. Faktor Ekonomi
Kesehatan Ibu Hamil
= Yang Diteliti
= Yang Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan
Kehamilan Berbasis Budaya Madura.
37
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Survei. Penelitian Survei merupakan
penelitian yang tidak melakukan intervensi atau perlakuan terhadap variabel,
hanya mengamati fenomena alam atau sosial yang terjadi, atau mencari hubungan
fenomena tersebut dengan variabel – variabel yang lain (Notoatmojo,2010)
4.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif
adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan atau area populasi
tertentu yang bersifat factual secara objektif, sistematis dan akurat
(Sulistyaningsih,2011).
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memotret fenomena individual,
situasi, kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian dan akurat.
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
4.3.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2017 sampai dengan Mei
2017. 4.3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pegantenan Kecamatan Pegantenan
Kabupaten Pamekasan.
38
39
4.4 Subyek Penelitian
Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, karena
penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi social
dan hasil kajian tidak akan di berlakukan kepopulasi, tetapi ditransfer
ketempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi
social pada kasus yang dipelajari. Menurut Sugiyono (2009) mengungkapkan
bahwa pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi
dinamakan sosial situation dan terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place),
pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
dinamakan narasumber, partisipan dan informan dalam penelitian. Selain itu
sampel bukan disebut sampel statistic melainkan sampel teoritis, karena
mempunyai tujuan peneliti kualitatif adalah untuk menghasilkan teori,
penentuan dilakukan saat peneliti memasuki lapangan dan selama penelitian
berlangsung. Subyek penelitian ini terdiri dari :
a. Informan Utama : Ibu Hamil.
b. Informan Triangulasi : 1. Bidan Desa
2. Tokoh Masyarakat.
…….
40
4.5 Definisi Operasional
Variabel DefinisiOperasional Parameter Instrumen
Pengalaman Suatu pandangan dan 1. Mitos terkait Wawancar
perawatan kepercayaan yang pengalaman ibu hamil (Tape,
kehamilan dimiliki oleh budaya madura Recorder,
individu maupun 2. Risiko jika tidak Lembar
masyarakat tentang mengutamakan budaya Wawancara
pandangan madura selama kehamilan ).
perawatan kehamilan 3. Kegiatan khusus dan
berbasis budaya kebiasaan bijak selama
Madura sehingga kehamilan
menjadi budaya 4. Cara mengatasi stress
hingga sampai kini. pada kehamilan
berdasarkan budaya
madura
5. Pengetahuan ibu tentang
perawatan kehamilan
4.6 Instrumen Penelitian Dan Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument utama dalam
penelitian, dimana peneliti sekaligus sebagai perencana yang menetapkan fokus,
memilih informan, dan menganalisis data dilapangan yang alami tanpa di buat-
buat. Sudarwin (2002) menyatakan bahwa peneliti sebagai instrument dalam
penelitian kualitatif mengandung arti bahwa peneliti melakukan kerja lapangan
secara langsung dan bersama beraktivitas dengan orang yang diteliti guna untuk
mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Selain itu peneliti juga dibantu dengan panduan observasi dan
panduan wawancara hal tersebut dilakukan untuk mempertajam serta melengkapi
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding
terhadap data itu (Lesi J. Moleong, 2009). Norma K. Denkin mendenfinisikan
…….
41
triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi metode yang di pakai untuk
mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang
berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:
(1) triangulasi metode.
(2) triangulasi antar peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok).
(3) triangulasi sumber data, dan.
(4) triangulasi teori (Mudjia Raharjo, 2012).
Adapun desain triangulasi dalam penelitian ini seperti pada gambar berikut:
Data/dokumen
Situasi lapangan Informan I
Informan III, dst Informan II
4.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Sugiyono (2006) menyatakan bahwa analisa data merupakan proses mencari
dan menyusun data secaras istematis yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori,
menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Analisa data dalam
penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama
dilapangan, dan setelah di lapangan.
…….
42
Langkah dalam analisa data menurut Milles Matthew dan Michael Huberman
(1992), yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan data yaitu mengemukakan semua hasil analisa data dalam
penelitian kualitatif yang sudah dilakukan.
2. Reduksi data (Data Reduction) suatu proses pemilihan, pemusatan,
perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
mencul dari catatan lapangan, sehingga data tersebut memberikan gambaran
yang lebih jelas tentang hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. Penyajian data (Data Display) yaitu kumpulan informasi tersusun
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam uraian
singkat, bagan, tabel, grafik, dan sejenisnya. Dengan begitu data akan
terorganisasikan dan mudah dipahami.
4. Simpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing) yaitu peneliti membuat
kesimpulan berdasarkan data yang sudah di proses melalui reduksi dan
display data. Penarikan kesimpulan bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti yang mendukung untuk tahap selanjutnya. Apa
bila kesimpulan dikemukakan diawal dan didukung dengan bukti-bukti yang
valit serta konsisten saat penelitian kembali kelapangan mengumpulakan
data maka kesimpulannya kredibel.
Adapun langkah yang ditempuh oleh peneliti dengan menggunakan
…….
43
Analisis kualitatif model interaksi adalah sebagai berikut:
1. Mengobservasi pengalaman perawatan ibu hamil berbasis budaya madura.
2. Melakukan wawancara dengan ibu hamil sesuai pedoman wawancara yang
telah dibuat.
3. Melakukan wawancara dengan ibu hamil terkait pengalaman perawatan
kehamilan berbasis budaya Madura dengan pedoman wawancara yang telah
dibuat.
4. Mengkategorikan catatan-catatan yang diambil dari sumber data lalu
mengklarifikasi kedalam kategori yang sama.
5. Mengkategorikan kategori yang telah disusun dan dihubungkan dengan
kategori lainnya sehingga hasilnya akan diperoleh susunan yang sistematis
dan berhungan satu sama lainnya.
6. Menela ahrelevansi data dengan cara mengkaji susunan pembicara yang
sistematik dan relevansinya serta tujuan penelitian.
7. Melengkapi data dengan cara mengkaji isi data baik berupa hasil observasi
dan hasil wawancara serta hasil dokumentasi dilapangan.
8. Menyusun laporan.
4.8 Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan
dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, penelitian dilakukan dengan
menggunakan etika sebagai berikut (Nursalam, 2008) sebagai berikut:
1. Memberikan Informed Consent
Lembar persetujuan diedarkan kepada responden sebelum penelitian
dilaksanakan terlebih dahulu responden mengetahui maksud dan tujuan
…….
44
penelitian serta dampak yang akan terjadi selama pengumpulan data. Jika
responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut, bila tidak bersedia maka peneliti harus tetap menghormati hak-
hak responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Dalam menjaga kerahasiaan identitas responden penelititi dan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data dan cukup
memberikan kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan kerahasiaan dari
responden dijamin peneliti
…….
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang
permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab 1, yaitu Pengalaman Ibu Hamil
dalam Perawatan Kehamilan berbasis Budaya Madura.
Hasil Penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam
(indept-interviw)dengan informan sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi
langsung dilapangan yang kemudian peneliti analisis. Analisis ini sendiri berfokus
pada stigma masyarakat yang dikaitkan dengan dengan beberapa unsur atau
identifikasi masalah.Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat, peneliti mencari
informasi-informasi tambahan dengan melakukan wawancara mendalam dengan
informan untuk lebih mengetahui bagaimana Pengalaman Ibu Hamil dalam
Perawatan Kehamilan berbasis Budaya Madura.
Penelitian kualitatif ini merupakan prosedur penelitian yang pada
umumnya akan menjelaskan dan memberikan pemahaman dan interpretasi tentang
berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk.
5.1 Karakteristik informan
Informan dalam penelitian ini secara rinci adalah masyarakat
desa.Sebanyak 4 informan dalam penelitian ini yang sesuai dengan kriterian
inklusi dalam penelitian dan sebagai sumber informasi untuk mencapai saturasi
data sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Karakteristik partisipan
selanjutnya disajikan dalam tabel berikut ini:
45
46
Tabel 5.1 Karakteristik informan utama
Kategori Kode
Umur Usia
Pendidikan Pekerjaan
responden kehamilan
I1 Ny. R 35 Tahun 8 Bulan SMP Petani
I2 Ny. N 16 Tahun 4 Bulan SMA IbuRumah Tangga
I3 Ny. T 20 Tahun 7 Bulan SMA Petani
I4 Ny. W 56 Tahun 8 Bulan SD Pedagang
Sumber : Data Primer, 2017
Tabel 5.2 Karakteristik informan pendukung
Kategori Kode
Umur Pendidikan Pekerjaan
responden
I5 Ny. D 20 Tahun SMA Carek (Sekertaris Desa)
I6 Ny.A 34 Tahun S1 Bidan Desa
Sumber : Data Primer, 2017
Karakteristik lebih lanjut dari informantersebut, diantaranya informan satu
(I1), informan saat ini sedang hamil anak ketiga, saat dilakukan kontak
wawancara, informan tersebut awalnya menolak tetapi setelah dijelaskan maksud
dan tujuan wawancara akhirnya informan mau untuk dilakukan wawancara
dirumahnya. Pada saat proses wawancara berlangsung informan menyampaikan
semua informasi yang diperlukan, gambaran umum informan rapi, informan
dengan baik menyampaikan informasi.
Informan yang kedua (I2), informan saat ini sedang hamil anak pertama,
informan sangat komunikatif, informan ini sangat terbuka serta sangat tegas
menceritakan dan menjawab semua pertanyaan dari peneliti, informan tersebut
menceritakan dengan baik tentang apa yang ditanyakan oleh peneliti.
Informan ketiga (I3), informan saat ini sedang hamil anak kedua,
gambaran umum informan tampak rapi, saat wawancara informan sedikit
canggung namun pada akhirnya saat dilakukan wawancara suasana menjadi baik,
saat proses wawancara berlangsung dirumah disuguhkan makanan dan minuman,
…….
47
informan duduk disebelah peneliti pada saat wawancara informan sering
menundukkan wajahnya.
Informan yang keempat (I4), informan saat ini sedang hamil anak kelima,
gambaran umum informan tampak rapi, saat dilakukan wawancara informan
menyambut peneliti dengan baik dan sopan, saat wawancara berlangsung
informan menjawab pertanyaan dengan baik, lantang dan tegas,informan tampak
sering menunjukkan wajah saat menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti.
Informan yang kelima (I5), yaitu ibu sekertaris desa (CAREK), beliau
sudah dua tahun menjabat menjadi sekertaris desa, gambaran umum informan
sangat komunikatif informan ini sangat terbuka serta tegas saat menceritakan dan
menjawab semua pertanyaan dari peneliti, saatproses wawancara berlangsung
menggunakan telefon seluler. Informan menjawab pertanyaan peneliti dengan
baik.
Informan yang keenam (I6),yaitu bidan desa pegantenan, beliau sudah tiga
tahun menjadi bidan di desa pegantenan. Saat proses wawamcara, berlangsung
menggunakan telefon seluler. Informan dalam proses waktu kerja. Saat dilakukan
wawancara informan menjawab pertanyaan dengan suara tegas, wawancara ini
berlangsung dengan baik.
5.2 Hasil Penelitian
Data yang terkumpul dari informan atas pertanyaan-pertanyaan yang
peneliti ajukan di tulis selengkap-lengkapnya sesuai dengan hasil rekaman dan
hasil catatan terlampir. Adapun hasil penelitian dari keempat (4) informan untuk
…….
48
satu (1) tujuan yaitu mengevaluasi Pengalaman Ibu Hamil dalam Perawatan
Kehamilan berbasis Budaya Madura.
5.2.1 Mengevaluasi stigma masyarakat Desa Pegantenan Tentang Pengalaman Ibu
Hamil dalam Perawatan Kehamilan berbasis Budaya Madura.
Tema 1 :Pengalaman Ibu Selama Hamil dalam perawatan kehamilan di
Madura.
Dalam penelitan ini bertujuan untuk mendapatkan evaluasi stigma
masyarakat Desa Pegantenan tentang Pengalaman Perawatan Kehamilan
yang dimiliki semua informan. Hasil wawancara dengan informan
didapatkan stigma masyarakat tentang pengalaman ibu selama hamil dalam
perawatan kehamilan di Madura, pada respon masyarakat Pengalaman ibu
hamil dalam perawatan berbasis budaya Madura di bedakan menjadi 2 sub
tema yaitu Mengunjungi Dukun Beranak dan Mengunjungi Bidan Desa.
Pada respon masyarakat didapatkan bahwa masyarakat merespon merasa
Lebih Sering pergi ke Dukun Beranak untuk memeriksa kehamilannya.
Adapun tema, sub tema dan kategorinya tersebut dapat lihat berdasarkan
kutipan wawancara berikut.
P1 : Pangalaman kauleh selama hamil sanyatanah depadeh sareng
lumranah oreng hamil,gi entar ka Dhukon kaangguy ngecek posisi beji‟. (pengalaman saya selama hamil sama seperti orang hamil biasanya, iya pergi ke dukun beranak untuk mengecek posisi bayi)
P3 : saben areh senin apareksah dha‟ dhukon kaangguy ngecek posisi beji‟.tor sabulen sekali apareksah dha‟ bu bidan (setiap hari senin periksa ke dukun untuk mengecek posisi bayi
dan sebulan sekali priksa ke bu bidan) P4 :apareksah pak, dha‟ dhukon beranak, dha‟ bu bidan, keng manabi
kauleh pribadi lebih seggut apareksah dha‟ dhukon (periksa pak, ke dukun beranak, ke bu bidan, tapi kalau saya pribadi lebih sering periksa ke dukun)
…….
49
Kemudian sub tema yang selanjutnya yaitu lebih dominan
mengunjungi bidan desa. lebih dominan mengunjungi bidan desa didukung
oleh ungkapan partisipan sebagai berikut:
P2 :gi entar ka bu bidan ben bulen pak apareksah
(pergi ke bidan desa setiap bulan pak, periksa)
Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan informan pendukung
(triangulasi),pendapat tersebut didukung berdasarkan kutipan wawancara
berikut ini:
P5: kalau ibu hamil yang ada di desa saya mayoritas masih percaya
kepada dukun beranak, penyebabnya mungkin karena memeriksakan
kehamilan kepada dukun beranak sudah menjadi tradisi sejak dulu
walaupun memeriksakan kehamilan kebidan desa lebih akurat.
P6: kalau di Madura khususnya di desa Pegantenan ini ya Rata – rata
memang lebih percaya kepada dukun beranak dibandingkan kepada
tenaga ahli kesehatan seperti saya, dukun beranak dipercaya lebih
bisa mengatur posisi bayi di dalam kandungan, padahal dukun
beranak itu hanya ,mengira – ngira Cuma menggunakan filling, yang
sebenarnya bisa membahayakan bayi yang ada di dalam kandungan.
Secara lebih rinci analisis hasil tema 1 dapat dilihat dengan jelas pada
skema 5.2.1 berikut ini:
Tujuan
Mengevaluasi
Pengalaman Ibu hamil dalam perawatan
kehamilan berbasis
budaya Madura
Tema 1
Pengalaman ibu selama hamil dalam perawatan kehamilan di Madura.
SubTema
Mendatangi
Dukun Beranak
Mendatangi Bidan Desa
Skema 5.2 Tema 1 :Pengalaman ibu selama hamil dalam perawatan kehamilan di Madura
…….
50
Tema 2 :Mitos – mitos dalam merawat kehamilan di Madura.
Stigma masyarakat Desa Pegantenan tentang Perawatan Kehamilan
Berbasis Budaya Madura memperoleh 1 tema yaitu Mitos – mitos dalam
merawat kehamilan di Madurayang terdiri dari 2 sub tema yaitu Ada Mitos
yang dipercaya dan tidak ada Ada Mitos yang dipercaya. Ke dua sub tema
tersebut dapat didukung oleh pendapat informan berikut ini:
Mitos – mitos dalam merawat kehamilan di Madura terdiri dari
sub tema Ada Mitos yang dipercaya. Hal ini didukung oleh pernyataan
partisipan berikut :
P1 :Manabi Mitos se eyakini kauleh akadhi tak olle ale „ leaghianduk neng le‟er.cekpon oreng madureh mon ale‟leagi anduk e le‟er
epartajeh deggik tontonannah ana‟en ale‟le ka beji‟ se bisa
abahaya aghi beji‟ edelem kandungan. (kalau mitos yang saya yakini seperti tidak boleh melilitkan handuk
di leher, menurut orang Madura kalau melilitkan handuk di leher
dipercaya tali pusar bayi akan melilit ke bayi yang bisa
membahayakan bayi di dalam kandungan) P4 :manabi se eyakini keluarga kauleh akadhi tak olle ngetok obu‟,
tak olle makoh, tor tak olle tojuk e beng labeng. (kalau yang diyakini keluarga saya seperti tidak boleh memotong
rambut, tidak boleh memaku, dan tidak boleh duduk di pintu) P3 :tak olle ngetok obu‟ ebektoh ngandung, beji‟ se bedeh e delem
kandungan bisah tacekek. (tidak boleh memotong rambut ketika hamil, bayi di dalam
kandungan bisa tercekik)
Selain dari pada sub tema tersebut hasil kutipan wawancara yang
menunjukkan sub tema masyarakat ada yang tidak percaya adanya
Mitos,yang terlihat dalam kutipan wawancara berikut:
P2 :sobung pak, kaluarga kauleh tak partajeh de‟ mitos – mitos gepanikah.
(tidak ada pak, keluarga saya tidak percaya kepada mitos – mitos
seperti itu)
…….
51
Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan informan pendukung
(triangulasi),pendapat tersebut didukung berdasarkan kutipan wawancara
berikut:
P5: kalau dimadura apa lagi di desa saya ya pasti ada dan mitos-mitos itu
masih sangat diyakini oleh masyarakat asli desa pegantenan.
P6 : selama saya menangani ibu hamil disini memang banyak ibu hamil
yang menanyakan hal terkait mitos – mitos yang diyakini oleh
keluarganya, seperti tidak boleh duduk di pintu, padahal menurut
ilmu kesehatan itu tidak ada hubungannya, tapi ya mau gimana lagi,
saya juga tidak bisa melarang soalnya itu sudah menjadi tradisi
budaya madura dan sudah ada sejak nenek moyang mereka.
Secara lebih rinci analisis hasil tema 2 dapat dilihat dengan jelas
pada skema 5.2.2 berikut ini:
Tujuan Tema 2 Sub Tema
Mengevaluasi Ada Mitos
Pengalaman Ibu
Mitos – mitos
hamil dalam
perawatan dalam merawat
kehamilan kehamilan di
berbasis budaya
Madura
Tidak Ada Mitos
Madura
Skema 5.2 Tema 2 :Mitos – mitos dalam merawat kehamilan di Madura
Tema 3 :Resiko jika Tidak mengikuti Semua Ritual kehamilan menurut
budaya Madura.
Dalam masyarakat terhadap Stigma masyarakat Desa Pegantenan
tentang Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura memiliki 1 tema
yaitu Resiko jika Tidak mengikuti Semua Ritual kehamilan menurut
…….
52
budaya Madura dibedakan menjadi sub tema Akan Mendatangkan
Musibah. Adapun respon masyarakat tersebut dapat dilihat berdasarkan
kutipan wawancara berikut:
P1 : Manabi tak noro‟en ritual se bedeh eyakini madeteng musibe se
bisah nempa beji‟ tor ebunah, polanah ritual gepanikah kan
ampon bedeh sebelum kauleh lahir, akadih ritual 4 bulenan tor 7
bulenan. (kalau tidak mengikuti ritual yang ada diyakini akan mendatangkan musibah yang bisa menimpa bayi dan ibunya,
karena ritual sudah ada sebelum saya lahir, seperti ritual empat
bulanan dan 7 bulanan) P2 : sebenderah menurut kauleh tadek resikonah,keng polanah pon
eyakinih tor deddih tradisi (sebenarnya menurut saya tidak ada resiko, hanya saja sudah diyakini oleh masyarakat dan sudah menjadi tradisi)
P3 : manabi tak ngikudi ritual gi takok bedeh masalah se terjadi dha‟ ka kandungan kauleh, deddih gi kauleh paggun noro‟en tradisi se
bedeh. (kalau tidak mengikuti ritual saya takut ada masalah yang akan
terjadi pada kandungan saya, jadi saya pasti mengikuti tradisi yang ada)
P4 : sabenderrah resikonah gi takok ekasangkal pak, soalah ritual gepanikah pon kadung eyakini secara turun temurun.
(sebenarnya resikonya ya takut mendatangkan musibah pak,
soalnya ritual itu sudah diyakini secara turun temurun)
Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan informan pendukung
(triangulasi),pendapat tersebut didukung berdasarkan kutipan wawancara
berikut.
P5: ya pasti ada, jika tidak mengikuti semua proses ritual yang ada,
maka diyakini akan mendatangkan musibah kepada ibu dan bayi
yang ada didalam kandungan.
P6 : sebenarnya menurut saya tidak ada resikonya, ritual itu hanya
tradisi yang ada disini.Jadi mau tidak mau semua warga pasti
mengikuti semua ritualnya.
…….
53
Secara lebih rinci analisis hasil tema 3 dapat dilihat dengan jelas pada
skema 5.2.3 berikut ini:
Tujuan Tema 3 Sub Tema
Akan
Mengevaluasi Resiko jika
Pengalaman Ibu
Mendatangkan
Tidak mengikuti
hamil dalam
Musibah
Semua Ritual
perawatan
kehamilan
kehamilan
menurut budaya
berbasis budaya
Madura.
Madura
Skema 5.2 Tema 3 :Resiko jika Tidak mengikuti Semua Ritual kehamilan menurut budaya Madura.
Tema 4: Resiko jika tidak mengikuti proses ritual budaya Madura terkait
dengan kehamilan.
Dalam penelitian ini terhadap Stigma masyarakat Desa Pegantenan
tentang Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura memiliki 1 tema
yaitu Resiko jika Tidak mengikuti Proses Ritual kehamilan menurut
budaya Madura. dibedakan menjadi sub tema Ritual yang dijalani akan
percuma dan tidak terjadi apa-apa.Adapun respon masyarakat tersebut
dapat dilihat berdasarkan kutipan wawancara berikut:
P1 : manabi tak noro‟en proses deri ritual genikah kadeng deddih
sangkalah de‟ oreng binik se hamil,polanah proses ritual
gepanikah eyakini bisah muang sangkal / bek jubeen oreng
ngandung. ( kalau tidak mengikuti proses dari ritual itu kadang menjadi
kutukan kepada perempuan yang hamil, karena proses ritual itu
diyakini bisa membuang kejelekan orang hamil) P4 : manabi tak ngikudi tadek gunanah pak ritual se selama ini
elakonih kauleh
…….
54
(kalau tidak mengikuti berarti tidak ada gunanya pak ritual yang selama ini saya lakukan)
P3 : manabi tak ngikudi proses se bedeh gi tak kerah sampornah ritual se ejeleni kauleh. (kalau tidak mengikuti proses yang ada ritual yang selama ini dilakukan tidak akan sempurna)
Sub tema selanjutnya adalah ada yang meyakini bahwa tidak akan
terjadi apa- apa. Hal itu sesuai dengan pendapat informan sebagai berikut:
P2 : menurut kauleh manabi tak noro‟en proses ritual se bedeh tadek resikonah, tor tak kerah bedeh panapah, paleng gun ekacaca
sareng tatanggeh (menurut saya kalau tidak mengikuti proses ritual yang ada
tidak ada resikonya, dan tidak aka ada apa – apa, mungkin Cuma jadi pembicaraan tetangga sekitar)
Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan informan pendukung
(triangulasi),pendapat tersebut didukung berdasarkan kutipan wawancara
berikut:
P5: tidak ada, asalkan proses yang tidak dijalani bukan merupakan
ritual inti dari semua ritual yang dijalani.
P6 :sebenarnya menurut saya sama halnya seperti pertanyaan
sebelumnya, tidak ada resikonya, proses maupun semua ritual itu
hanya tradisi yang ada disini.jadi mau tidak mau semua warga
pasti mengikuti semua ritualnya.
…….
55
Secara lebih rinci analisis hasil tema 4 dapat dilihat dengan jelas pada skema
5.2.4 berikut in:
Tujuan Tema 4 Sub Tema
Resiko yang
Mengevaluasi dijalani akan
Pengalaman Resiko jika
percuma
Ibu hamil
tidak mengikuti
dalam
proses ritual
perawatan
budaya Madura
kehamilan
terkait dengan Tidak terjadi apa-
berbasis
kehamilan.
apa
budaya
Madura
5.2 Tema 4 :Resiko jika tidak mengikuti proses ritual budaya Madura terkait dengan kehamilan.
Tema 5 :Pengalaman Ibu terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
ibu selama hamil menurut aturan budaya Madura
Dalam penelitian ini terdapat Stigma masyarakat Desa Pegantenan
tentang Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura peneliti
memperoleh 1 tema yaitu Pengalaman Ibu terkait apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan ibu selama hamil menurut aturan budaya Madura terdiri
dari 2 sub tema yaituberkaitan dengan kesehatan, dan berkaitan dengan
mitos.
…….
56
Kedua sub tema tersebut akan didukung oleh pendapat informan
berikut ini:
P1 : se olle tor tak olle elakonih selama hamil paneka akadhi tak olle mateen hewan, akadhi katak otabe olar. ( yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama hamil yaitu seperti tidak boleh membunuh hewan, seperti katak atau ular)
P3 : se olle tor tak olle elakonih enggi paneka eyanjur aghi nginom
aing nyior, makle beji‟ se ekandung akolek pote tor
berse,ngakan kacang, tor tak olle ngakan kakanan se ekagebey
deri kolek,polanah bisa matebel beddenah aing ketuban ( yang boleh dan tidak boleh dilakukan yaitu dianjurkan
meminum air kelapa, supaya bayi yang ada di dalam
kandungan berkulit putih dan bersih, memakan kacang, dan
tidak boleh makan makanan yang terbuat dari kulit, karena bisa mempertebal tempat air ketuban.
P4 : gi tak olle alakoh berre‟, tak olle tengateng, tak olle mateen hewan selama ngandung. (tidak boleh kerja berat, tidak boleh mengangkat berat, dan tidak boleh membunuh hewan selama hamil)
Kemudian sub tema selanjutnya adalah berkaitan dengan
kesehatan. Dengan diungkapkan oleh informan berikut:
P2 : se olle maso tak olle elakonih akadhi tak olle alakoh berre‟. Tor eyanjur aghi ngepel makle magempang bektonah lahir. ( yang boleh dan tidak boleh dilakukan seperti tidak boleh bekerja berat, dan di anjurkan mengepel supaya mempermudah
ketika lahir)
Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan informan pendukung
(triangulasi),pendapat tersebut didukung berdasarkan kutipan wawancara
berikut:
P5: kalau yang masih sangat diayakini perihan apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan ibu selama hamil seperti membunuh hewan.
Dipercaya anak yg dilahirkan akan lahir cacat karena dikutuk oleh
hewan yang telah dibunuh.
P6 : yang boleh dan tidak boleh dilakukan ya sama seperti sewajarnya
pak, seperti tidak boleh kerja berat, tidak boleh banyak
pikiran,soalnya itu bisa membahayakan bayi dan ibu hamil, kalau
yang di anjurkan ya meminum vitamin khusus ibu hamil agar bisa
meningkatkan kondisi kesehatan ibu dan bayi.
…….
57
Secara lebih rinci analisis hasil tema 5 dapat dilihat dengan jelas
pada skema 5.2.5 berikut ini:
Tujuan Tema 5 Sub Tema
Rasa empati
Mengevaluasi
Pengalaman Ibu
Pengalaman Ibu terkait apa yang boleh
hamil dalam
dan tidak boleh
perawatan
dilakukan ibu selama
kehamilan
Dikucilkan
hamil menurut aturan
berbasis budaya
budaya Madura
Madura
Skema 5.2 Tema 5 :Pengalaman Ibu terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ibu selama hamil menurut aturan budaya Madura.
Tema 6 :Jika terjadi tekanan Emosi, apa yang dilakukan Ibu selama hamil
DalamStigma masyarakat Desa Pegantenan tentang Perawatan
Kehamilan Berbasis Budaya Madurapeneliti memperoleh 1 tema Jika
terjadi tekanan Emosi, apa yang dilakukan Ibu selama hamil yang terdiri
dari sub tema yaitu melampiaskan tekanan emosi dan diam. Pernyataan
kategori melampiaskan tekanan emosi dapat dilihat berdasarkan hasil
wawancara dari informan berikut ini
P1 : manabi teppaan emosi biasanah kauleh nganceng labeng, nangis e delem kamar. (kalau sedang emosi biasanya saya mengunci pintu, nangis di dalam kamar)
P2 : manabi teppaan emosi biasanah kauleh nangis ,tor egibeh tedung. (kalau sedang emosi biasanya saya nangis, dan dibawa tidur)
P4 : manabi teppaen emosi biasanah kauleh agigir karebbeh dibik, soalah kauleh tak bisah ngontrol emosi manabi teppaen peggel. (kalau sedang emosi biasanya saya marah – marah, soalnya
saya tidak bisa mengontrol emosi saya ketika sedang emosi)
…….
58
Selain dari pada sub tema tersebut hasil kutipan wawancara yang
menunjukkan sub tema diam ketika terjadi tekanan emosi, yang terlihat
dalam kutipan wawancara informan berikut ini:
P3 : manabi teppa‟en emosi gi ependem e dhelem ateh pak, deggik
pon elang dibik emosinah (kalau sedang emosi ya di pendam di dalam hati pak, nanti juga hilang sendiri emosinya)
Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan informan pendukung
(triangulasi),pendapat tersebut didukung berdasarkan kutipan wawancara
berikut:
P5: perbanyak istifar, tingkatkan kesabaran dan kontrol emosi. Itu yang
sangat penting yang harus dilakukan ibu hamil menurut pendapat
saya.
P6:itu yang memang sering terjadi, soalnya kondisi psikis ibu hamil
sangat berpengaruh dan sangat berdampak pada bayi yang ada di
dalam kandungan, maka dari itu ibu hamil disarankan untuk
bersabar, tidak boleh sering emosi, dan selalu menjaga kesehatan.
Secara lebih rinci analisis hasil tema 6 dapat dilihat dengan jelas
pada skema 5.2.6 berikut ini:
Tujuan Tema 6 Sub Tema
Jika terjadi Melampiaskan
Mengevaluasi
tekanan Emosi,
tekanan emosi
Pengalaman Ibu
apa yang
hamil dalam
dilakukan Ibu
perawatan
Diam
kehamilan selama hamil
berbasis budaya
Madura
Skema 5.2 Tema 6 :Jika terjadi tekanan Emosi, apa yang dilakukan Ibu selama hamil
…….
59
Tema 7 :Apakah Ibu Hamil sering Pijat selama Kehamilan
Stigma Stigma masyarakat Desa Pegantenan tentang Perawatan
Kehamilan Berbasis Budaya Madura digambarkan informan dengan tema
yaitu Apakah Ibu Hamil sering Pijat selama Kehamilan dibedakan menjadi
2 sub tema yaitu Sering (Pernah) dan Tidak Pernah.
Pada sub tema tersebut hasil kutipan wawancara yang
menunjukkan sub tema Sering (Pernah), yang terlihat dalam kutipan
wawancara berikut:
P1 : enggi sering, biasanah kauleh apelet dukaleh sebulen, kaangguy ngecek posisi beji‟ e delem kandungan (iya sering, biasanya saya pijat dua kali sebulan, untuk mengecek posisi bayi di dalam kandungan)
P3 : enggi pernah keng tak sering pak, selama hamil gi dukaleh pak kauleh apelet. (iya pernah tapi tidak sering pak, selama hamil ya dua kali pak saya pijat)
P4 : enggi sering pak, biasanah saben bulen kauleh apelet dha‟ dhukon kandungan (iya sering pak, biasanya setiap bulan saya pijat ke dukun beranak)
Selain dari pada sub tema tersebut hasil kutipan wawancara yang
menunjukkan sub tema tentang Tidak pernah pijat tersebut terlihat
berdasarkan wawancara berikut:
P2 : bhunten, soallah sareng bu bidan tak eyanjur aghi apelet soallah bisah abahaya aghi baji‟ e delem kandungan ( tidak, soalnya sama bu bidan tidak di anjurkan untuk pijat soalnya bisa membahayakan bayi di dalam kandungan)
…….
60
Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan informan pendukung
(triangulasi),pendapat tersebut didukung berdasarkan kutipan wawancara
berikut
P5: tradisi pijat kandungan bisa memperbaiki posisi janin yang ada
didalam kandungan. Pijat kandungan juga diyakini bisa
mempermudah keluarnya janin atau bayi ketika proses lahiran.
P6:pijat kandungan pada dasarnya bias membahayakan bayi yang ada
didalam kandungan, karena jika dukun beranak salah menekan
bagian perut itu bias menyebabkan kecacatan bagi bayi yang ada
didalam kandungan. kalau ada orang yang memeriksakan
kehamilan kepada saya, memang tidak saya anjurkan untuk pijat
kandungan, soalnya di dalam ilmu medis tidak ada yang namanya
pijat kandungan, yang ada yaitu USG.
Secara lebih rinci analisis hasil tema 7 dapat dilihat dengan jelas
pada skema 5.2.7 berikut ini:
Tujuan Tema 7 Sub Tema
Sering
Mengevaluasi
Apakah Ibu Hamil
(Pernah)
Pengalaman
sering Pijat selama
Ibu hamil
dalam Kehamilan
perawatan
Tidak Pernah
kehamilan
berbasis
budaya Madura
Tema 8: Kegiatan Khusus setiap bulan selama kehamilan.
Dalam Stigma masyarakat Desa Pegantenan tentang Perawatan Kehamilan
Berbasis Budaya Madura peneliti memperoleh 1 tema Kegiatan Khusus
setiap bulan selama kehamilanyang terdiri dari sub tema yaitu Ada
…….
61
kegiatan khusus dan tidak ada kegiatan khusus. Pernyataan kategori Tidak
Ada kegiatan khususdapat dilihat berdasarkan hasil wawancara dari
informan berikut ini :
P2 : tadek pak,gi pon depadeh sareng lumranah oreng ngandung (
tidak ada pak, ya sama saja seperti lumrahnya orang hamil) P3 : tadek pak,gi depadeh sareng lumranah pak.
( tidak ada pak, ya sama saja seperti biasanya) P4 : tadek pak manabi se khusus,gi pon depadeh sareng lumranah
oreng ngandung biasanah. (tidak ada pak kalau yang khusus, ya sama saja seperti orang hamil biasanya)
Selain dari pada sub tema tersebut hasil kutipan wawancara yang
menunjukkan sub tema Ada kegiatan khusus, yang terlihat dalam kutipan
wawancara informan berikut ini:
P1 :Kegiatan khusus se elakonih kauleh akadhi segut ngeding aghi lagu nasyid islami. Naleen sabbuk e attas tabuk sopajeh bejhi‟
tak nyorsor ka attas. (kegiatan khusus yang dikerjakan saya seperti sering
mendengarkan lagu nasyid islami, mengikat sabuk di atas perut supaya bayi tidak naik ke atas)
Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan informan pendukung
(Triangulasi), pendapat tersebut didukung berdasarkan kutipan
wawancara:
P5: kalau yang khusus menurut saya tidak ada, cukup perbanyak
istirahat, menjaga pola makan dan memeriksakan kehamilan.
P6 : kalau kegiatan khusus ya tidak ada, ya hanya harus menjaga pola
makan, kesehatan, dan jangan lupa memeriksakan kehamilannya
sesuai saran dari bidan desa.
…….
62
Secara lebih rinci analisis hasil tema 8 dapat dilihat dengan jelas
pada skema 5.2.8 berikut ini:
Tujuan Tema 8 Sub Tema
Tidak ada
Mengevaluasi
Kegiatan Khusus kegiatan
Pengalaman
khusus
setiap bulan
Ibu hamil
selama
dalam
kehamilan
perawatan Ada
kehamilan
kegiatan
berbasis
khusus
budaya
Madura
Skema 5.2 Tema 8 :Kegiatan Khusus setiap bulan selama kehamilan
5.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Analisis pada data penelitian adalah analisis pada data dengan tujuan
mengevaluasi Stigma masyarakat Desa Pegantenan tentang Perawatan Kehamilan
Berbasis Budaya Madurayang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan 4
orang informan dan 2 informan pendukung. Berdasarkan dengan draf wawancara
yang telah dibuat oleh peneliti. Berdasarkan wawancara mendalam dengan
narasumber atau informan, maka dapat menganalisis tentang Stigma masyarakat
Desa Pegantenan tentang Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura dengan
panduan 1 tujuan khusus yaitu mengevaluasi Stigma masyarakat Desa Pegantenan
tentang Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura sehingga peneliti
mendapatkan 8 tema penelitian yng didapatkan meliputi:
…….
63
1. Bagaimana Pengalaman Ibu Selama Hamil dalam perawatan kehamilan di
Madura?
2. Apakah ada mitos – mitos dalam merawat kehamilan di Madura, jika ada
coba ibu ceritakan pengalamannya?
3. Berdasarkan pengalaman, Apa resikonya jika tidak mengikuti semua ritual
kehamilan menurut budaya Madura ?
4. Apa resikonya tidak mengikuti proses ritual budaya Madura terkait dengan
kehamilan?
5. Bagaimana pengalaman ibu terkait apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan ibu selama hamil menurut aturan budaya Madura ?
6. Jika terjadi tekanan emosi (cemas, nangis atau marah )apa yang dilakukan
ibu selama hamil ?
7. Selama kehamilan, apakah ibu sering pijet?
8. Apa ada kegiatan khusus setiap bulan selama kehamilan menurut budaya
Madura?
Dari 8 hasil tema yang di dapatkan berikut penjabarannya dari masing-
masing tema meliputi:
Tema Pertama pengalaman ibu selama hamil dalam perawatan kehamilan
di madura, dari keempat informan di dapat stigma masyarakat pegantenan tentang
perawatan kehamilan berbasis budaya madura, dari keempat informan, ada tiga
informan yaitu P1, P3, dan P4 yang berpendapat lebih percaya untuk mendatangi
dukun beranak dibandingkan bidan desa, ibu hamil berpendapat bahwa
mendatangi dukun beranak dinilai lebih akurat dalam mengecek posisi bayi
…….
64
didalam kandungan. Sedangkan P2 sudah mulai percaya untuk memeriksakan
kehamilannya kepada bidan desa.
Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa masyarakat desa mayoritas
lebih mempercayai dukun beranak untuk memeriksakan kehamilannya daripada
bidan desa, dukun beranak lebih bisa mengecek posisi bayi di dalam kandungan,
dukun beranak merupakan orang yang cukup dikenal di desa, dianggap sebagai
orang tua yang dapat dipercayai dan sangat besar pengaruhnya pada keluarga yang
mereka tolong. Hal tersebut dibenarkan oleh tokoh masyarakat dan bidan desa
bahwa masyarakat pegantenan lebih banyak pergi ke dukun beranak dibanding
bidan desa, dukun beranak diyakini bisa mempermudah ibu ketika akan
melahirkan, dan lebih tepat ketika mengecek dan meruba posisi bayi yang ada di
dalam kandungan.
Berdasarkan skema 5.2.1 yang telah dijelaskan oleh peneliti dan
berdasarkan analisa yang di dapatkan , maka tema dari pembahasan tersebut
adalah pengalaman ibu selama hamil dalam perawatan kehamilan di Madura.
Dalam hal ini yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih
percaya terhadap dukun beranak walaupun sudah ada yang mulai percaya kepada
bidan desa hal ini disebabkan karena pendidikan yang rendah dan kepercayaan
terhadap kebiasaan jaman dulu masih kuat.
Menurut Widyasari, dkk (2006) dukun bayi bertugas memijat ibu,
termasuk juga perutnya, agar posisi bayi tidak sungsang ketika proses persalinan.
Sementara tenaga bidan dibuuhkan untuk memeriksakan kandungan secara medis
dan pemberian vitamin.
…….
65
Tema kedua mitos – mitos dalam merawat kehamilan di Madura, dari
keempat informan didapat stigma masyarakat pegantenan tentang mitos – mitos
dalam merawat kehamilan berbasis budaya madura yang terdiri dari 2 sub tema
yaitu ada mitos yang dipercaya dan tidak ada mitos yang dipercaya, dari keempat
informan, ada tiga informan yang masih mempercayai adanya mitos- mitos dalm
merawat kehamilan di Madura, yaitu P1, P3, dan P4. Adapun pernyataan
masyarakat bahwa ada mitos yang dipercaya, seperti tidak boleh melilitkan
handuk di leher, jika hal tersebut dilakukan maka dipercaya tali pusar akan melilit
bayi yang akan membahayakan bayi yang ada di dalam kandungan. Sedangkan P2
tidak percaya kepada mitos – mitos dalam perawatan kehamilan.
Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa masyarakat desa pegantenan
masih percaya pada mitos – mitos seputar kehamilan, mitos tersebut sudah ada
sejak nenek moyang mereka, mitos yang dipercaya oleh masyarakat desa
pegantenan seperti tidak boleh melilitkan handuk di leher dipercaya tali pusar bayi
akan melilit pada bayi, tidak boleh memoong rambut dipercaya rambut yang
dipotong akan tertelan oleh bayi, tidak boleh duduk di depan pintu dipercaya akan
mendatangkan sial kepada ibu dan bayi. Hal tersebut dibenarkan oleh tokoh
masyarakat, bahwa masyarakat madura khususnya di desa pegantenan mitos –
mitos seputar kehamilan itu ada dan sangat diyakini oleh masyarakat asli desa
pegantenan.
Berdasarkan skema 5.2.2 yang telah dijelaskan oleh peneliti dan
berdasarkan analisa yang di dapatkan, maka tema dari pembahasan tersebut adalah
mitos – mitos dalam merawat kehamilan berbasis budaya madura. Dalam hal ini
sebenarnya mitos – mitos dalam perawatan di madura belum bisa dibuktikan
…….
66
kebenarannya secara ilmiah dan cenderung mengarah ke hal yang tidak masuk
akal, walaupun ada sebagian mitos yang memang terjadi dalam kehidupan nyata.
Praditama (2010) yang mengutip pendapat foosper dan anderson (2006)
terdapat tantangan ataupun mitos – mitos pada masyarakat selama masa
kehamilan yang dapat merugikan ibu hamil.
Tema ketiga Resiko jika tidak mengikuti semua ritual kehamilan menurut
budaya madura, dari keempat informan, ada tiga informan yaitu P1, P3 dan P4
yang berpedapat jika tidak mengikui semua ritual akan mendatangkan musibah
musibah bagi ibu dan bayi yang ada di dalam kandungan, Ritual yang djalani
seperti ritual empat bulanan. Sedangkan P2 berpendapat bahwa tiidak ada resiko
jika tidk mengikuti semua ritual kehamilan, hanya saja karena ritual tersebut
sudah menjadi tradisi di desa Peganenan.
Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa sebagian besar masyarakat
desa pegantenan meyakini bahwa jika tidak mengikuti semua proses ritual
kehamilan akan mendatangkan musibah yang menimpa ibu dan bayi di dalam
kandungan, ritual merupakan salah satu kebiasaan yang masih sangat erat dalam
kebudayaan madura, hal tersbut dibenarkan oleh tokoh masyarakat bahwa di desa
pagentenan ritual seputar kehamilan itu ada, dan jika tidak mengikuti semua
proses ritual yang ada maka diyakini akan mendatangkan musibah kepada ibu dan
bayi yang ada di dalam kandungan.
Berdasarkan tema 5.2.3 yang telah dijelaskan oleh peneliti dan
berdasarkan analisa yang didapatkan, maka tema dari pembahasan tersebut adalah
resiko jika tidak mengikuti semua proses ritual kehamilan menurut budaya
madura. Ibu hamil di madura khususnya desa pegantenan masih sangat yakin
…….
67
kepada ritual yang harus mereka jalani ketika sedang hamil, mereka meyakini
bahwa jika tidak mengikuti semua ritual kehamilan akan terjadi masalah yyang
menimpa i bu dan bayi, ritual tersebut seperti tradisi empat bulanan dan tuju
bulanan, tradisi tujuh bulanan atau yang dikenal dengan nama pelet bettang adalah
sebuah acara ritual orang hamil yang masih sangat dipercaya oleh orang maudura
Tari (2011) mengatakan bahwa upacara adat / tradisi adat bagi ibu hamil
juga akan memberi rasa percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi
perubahan peran menjadi seorang ibu, mengubah cara pandang ibu terhadap
perubahan tubuh selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan persaan
dihargai.
Tema keempat Resiko jika tidak mengikuti proses ritual kehamilan
menurut budaya madura, dari keempat informan, ada tiga informan yaitu P1, P3
dan P4 yang berpedapat jika tidak mengikuti proses ritual maka ritual yang selama
ini dijalani akan percuma. Sedangkan P2 berpendapat bahwa tidak ada resiko jika
tidak mengikuti proses ritual kehamilan, hanya saja akan menjadi bahan
pembicaraan orang di desa Pegantenan.
Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa sebagian besar masyarakat
desa pegantenan meyakini bahwa jika tidak mengikuti proses ritual maka ritual
yang selama ini dijalani akan percuma, karena proses ritual diyakini bisa
membuang kejelekan dan bisa mendatangkan keselamatan bagi bayi. ritual
merupakan salah satu kebiasaan yang masih sangat erat dalam kebudayaan
madura,
Berdasarkan tema 5.2.4 yang telah dijelaskan oleh peneliti dan
berdasarkan analisa yang di dapatkan, maka tema dari pembahasan tersebut adalah
…….
68
resiko jika tidak mengikuti proses ritual kehamilan menurut budaya madura. Ibu
hamil di madura khususnya desa pegantenan masih sangat yakin kepada ritual
yang harus mereka jalani ketika sedang hamil, mereka meyakini bahwa jika tidak
mengikuti proses ritual kehamilan akan mendatangkan musibah yang akan
menimpa ibu dan bayi yang ada di dalam kandungan. Sebenarnya tidak akan
terjadi apa – apa hanya saja karena ritual tersebut sudah ada secara turun
temuruun dari nenek moyang mereka.
Indriyani (2014) mengatakan bahwa Hubungan antara budaya , ritual dan
kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu
masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan denngan cara pengobatan tertentu
sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau tradisi dapat membentuk
kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat
tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan
untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tetapi juga membantu masyarakatt
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan
keyakinan atau budaya yang di anut hubungannya dengan kesehatan.
Tema kelima yaitu pengalaman ibu terkait apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan ibu selama hamil menurut aturan budaya madura yang terdiri dari 2 sub
tema yaitu berkaitan dengan kesehatan dan berkaitan dengan mitos, dari keempat
informan, ada tiga informan yaitu P1, P3 dan P4 berpendapat bahwa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil berkaitan dengan mitos – mitos yang ada
di desa pegantenan, seperti membunuh hewn, ada pantangan memakan makanan
tertentu, jika hal tersebut dilakukan dipercaya akan membahayakan bayi yang ada
di dalam kandungan. Sedangkan P2 berpendapat yang boleh dan tidak boleh
…….
69
dilakukan oleh ibu hamil berkaitan dengan kesehatan seperti tidak boleh bekerja
berat.
Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa masyarakat desa mayoritas
lebih mempercayai hal hal yang berkaitan dengan mitos perihal apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan ibu selama hamil menurut aturan budaya madura,
walaupun hal itu belum terbukti secara medis, penyebab besarnya kepercaaan
masyarakat perihal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dikarenakan karena
hal tersebut sudah ada turun menurun dari nenek moyang mereka yang kemudian
diturunkan kepada keluarganya, Hal tersebut dibenarkan oleh tokoh masyarakat
bahwa masyarakat pegantenan masih yakin terhadap mitos tentang apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan ibu selama hamil, seperti membunuh hewan, dipercaya
bayi yag dilahirkan akan cacat karena dikutuk oleh hwan yang telah dibunuh;
Berdasarkan skema 5.2.5 yang telah dijelaskan oleh peneliti dan
berdasarkan analisa yang di dapatkan, maka tema dari pembahasan tersebut adalah
pengalaman ibu terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ibu selama
hamil. Dalam hal ini yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih
yakin kepada hal yang berhubungan dengan mitos terkait apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan ibu selama hamil disebabkan karena pendidikan yang
rendah dan kepercayaan terhadap kebiasaan jaman dulu masih kuat dan hal
tersebut memang sudah diwariskan secara turun menurun.
Menurut Praditma (2010) yang mengutip pendapat Foster & Anderson
(2006), terdapat pantangan ataupun mitos pada masyarakat selama masa
kehamilan yang dapat merugikan ibu hamil, pantangan terhadap makanan tertentu
…….
70
akan merugikan apabila berbeda dengan tinjaua medis, dalam pantangan agama,
tahayul, dan kepercayaan tentang kesehatan.
Tema ke enam jika terjadi tekanan emosi apa yang dilakukan ibu selama
hamil, dari keempat informan didapat stigma masyarakat pegantenan tentang apa
yang dilakkan ibu selama hamil jika terjadi tekann emosi, dari keempat informan,
ada tiga informan yaitu P1,P2, dan P4 yang berpendapat bahwa ketika terjadi
tekanan emosi selama kehamilan akan melampiaskan tekanan emosinya yaitu
dengan mengunci pintu, menangis, dan ada juga yang marah marah sendiri ketika
sedang emosi, sedangkan P3 lebih memilih memendam sendiri dan lebih memilih
ntuk diam ketika sedang terjadi tekanan emosi.
Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa masyarakat desa pegantenan
mengutarakan hal yang sama tapi dalam maksud yang berbeda, adapun gambaran
ketika sedang mengalami tekanan emosi yaitu melampiaskan perasaan mereka
sehingga apa yang ada di dalam hati mereka bisa hilang,
Berdasakan skema 5.2.6 yang telah dijelaskan oleh peneliti dan bedasarkan
analisa yang di daptkan, maka tema dari pembahasan tersebut adalah jika terjadi
tekanan emosi, apa yang dilakukan ibu selama hamil. Dalam hal ini yang
menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat lebih sering melampiaskan emosi
yang ada dari pada dipendam, walaupun ada sebagian masyarakat yang
memendam emosi yang dirasakannya di dalam hati.
Menurut Darmayanti (2003) menunjukkan bahwa 80% ibu hamil
mengalami rsa khawatir, was-was, gelisah, takut, dan cemas dalam menghadapi
kehamilannya.
…….
71
Tema ke tujuh yaitu apakah ibu hamil sering pijat selama kehamilannya,
dari keempat informan di dapat stigma masyarakat pegantenan tentang apakah ibu
hamil sering pijat selama kehamilan, dari keempat informan, ada tiga informan
yaitu P1,P3, dan P4 yang sering pijat kepada dukun beranak untuk menjaga
kehamilannya. Sedangkan P2 lebih memilih untuk melakukan perawatan
kehamilan ke bidan desa.
Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa masyarakat desa mayoritas
lebih percaya untuk melakukan pijat untuk merawat kehamilannya daripada
melakukan perawatan ke bidan desa, pemijatan terhadap ibu hamil biasanya
dilakukan oleh dukun bayi yang ada di desa mereka, pemijatan dipercaya bisa
mengatur posisi bayi yang ada di dalam kandungan, dan dipercaya bisa mengatur
posisi bayi yang ada di dalam kandungan, dan dipercaya dengan pemijatan
tersebut bisa mempermudah sang ibu ketika melahirkan. Hal tersebut dibenarkan
oleh tokoh masyarakat bahwa tradisi pijat kandungan bisa memperbaiki posisi
janinyang ada di dalam kandungan, pijat kandungan diyakini bisa mempermudah
ibu saat melahirkan.
Berdasarkan skema 5.2.7 yang telah dijelaskan oleh peneliti dan
berdasarkan analisa yang di dapatkan, maka tema dari pembahasan tersebut adalah
apakah ibu hamil sering pijat selama kehamilannya, dalam hal ini yang
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat lebih mempercayai perawatan
kehamilannya dengan pijat kandungan, mereka mempercayai pemijatan dapat
mempermudah saat mereka melahirkan, tetapi ada juga yang lebih memilih
memeriksakan kehamilannya kepada bidan desa karena dianggap lebih akurat.
…….
72
Menurut taufik jamaan dokter ahli kandungan dan kehamilan daari RSIA
Bunda, Menteng, pijatan tersebut justu meningkatkan resiko bayi terlilit atau tal
pusar terpilin akibat gerakan putaran bayi yang tidak terpantau. Sebaiknya ibu
tetap aktif bergerak dan rajin kontrol sehingga kondisi janin bisa terus terpantau.
Tema kedelapan apa ada kegiatan khusus setiap bulan selama kehamilan
menurut budaya madura, dari keempat informan di dapat stigma masyarakat
pegantenan tentang apa ada kegiatan khusus setiap bulan selama kehamilan
menurut budaya madura, dari keempat informan, ada tiga informan yaitu P2, P3,
dan P4 yang berpendapat bahwa masyarakat tidak mempunyai kegiatan khusus
setiap bulan dalam merawat kehamilannya, ibu hamil berpendapat bahwa kegiatan
yang dilakukan ibu hamil selama kehamilannya sama saja seperti kegiatan ibu
hamil pada umumnya. Sedangkan P1 masih mempunyai kegiatan khusus setiap
bulan seperti sering mendengarkan lagu nasyid islami dan mengikat sabuk di atas
perut.
Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa msyarakat tidak mempunyai
kegiatan khusus dalam merawat kehamilannya, mereka merawat kehamilannya
sama seperti orang hamil pada biasanya, Hal tersebut dibenarkan oleh tokoh
masyarakat dan bidan desa bahwa masyarakat tidak mempunyai kegiatan khusus
dalam merawat kehamilannya, cukup perbanyak istirahat, dan menjaga pola
makan sama seperti ibu hamil pada umumnya.
Berdasarkan tema 5.2.8 yang telah dijelaskan oleh peneliti dan
berdasarkan analisa yang di dapatkan, maka tema dari pembahasan tersebut adalah
kegiatan khusus yang dilakukan ibu hamil setiap bulan selama kehamilan. Dalam
hal ini yang menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan ibu hamil selama
…….
73
kehamilan sama seperti ibu hamil pada umumnya, tidak ada kegiatan khusus,
walaupun memang ada sebagian masyarakat yang mempunyai kegiatan khusus
seperti sering mendengarkan lagu nasyid islami dan memakai sabuk di atas perut.
…….
BAB 6
PENUTUP
Bab ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,
yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran yang berkenaan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan.
6.1 Kesimpulan
1. Masyarakat desa mayoritas lebih mempercayai dukun beranak untuk
memeriksakan kehamilan dari pada bidan desa.
2. Ada mitos yang dipercaya dan tidak ada mitos yang dipercaya, seperti tidak
boleh melilitkan handuk dileher, jika hal tersebut dilakukan maka dipercaya
tali pusar akan melilit bayi yang akan membahayakan bayi yang ada didalam
kandungan.
3. Sebagian besar masyarakat desa Pegantenan meyakini bahwa jika tidak
mengikuti semua proses ritual kehamilan akan mendatangkan musibah yang
menimpa ibu dan bayi didalam kandungan, ritual merupakan salah satu
kebiasaan yang masih sangat erat dalam kebudayaan Madura.
4. Sebagian besar masyarakat desa Pegantenan meyakini bahwa jika tidak
mengikuti proses ritual maka ritual yang selama ini dijalani akan percuma,
karena proses ritual diyakini bahwa bisa membuang kejelekan dan bisa
mendatangkan keselamatan bagi bayi.
5. Sebagian besar masyarakat masih yakin kepada hal yang berhubungan dengan
mitos terkait dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakuan ibu
selama hamil disebabkan karena pendidikan yang rendah dan kepercayaan
74
75
terhadap kebiasaan jaman dulu masih kuat dan hal tersebut memang sudah
diwariskan secara turun temurun.
6. Mayoritas masyarakat lebih sering melampiaskan emosi yang ada dari pada
dipendam, walaupun ada sebagian masyarakat yang memendam emosi yang
dirasakannya didalam hati.
7. Masyarakat desa mayoritas lebih percaya untuk melakukan pijat untuk merawat
kehamilan dari pada melakukan perawatan kebidan desa.
8. Masyarakat tidak mempunyai kegiatan khusus dalam merawat kehamilannya,
mereka merawat kehamilannya sama seperti orang hamil pada biasanya.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka dapat disarankan sebagai
berikut:
1. Bagi perawat
Diharapkan perawat dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
pentingnya memeriksakan kehamilan pada tenaga ahli kesehatan sehingga
pola pikir masyarakat bisa lebih luas dan lebih baik lagi kedepannya.
2. Bagi institusi pendidikan (STIKES ICME JOMBANG)
Diharapkan bisa menjadi bahan acuan dalam pembelajaran aviden based
khususnya terhadap stigma tentang perawatan Kehamilan Berbasis budaya
Madura, serta sebagai acuan bagi para dosen, dan mahasiswa sebagai literatur
dan pengabdian masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang
pentingnya memeriksakan kehamilan kepada tenaga ahli kesehatan.
…….
76
3. Bagi masyarakat
Di harapkan masyarakat dapat mengetahui informasi seputar pentingnya
memeriksakan perawatan kehamilan pada tenaga ahli kesehatan, agar dapat
mengurangi tingkat kematian ibu dan anak.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan penelitian tentang
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi stigma masyarakat lebih
percaya terhadap dukun bayi dibanding tenaga ahli kesehatan.
…….
DAFTAR PUSTKA
Ambarwati, E.Retna & Wulandari, Diah. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press
Damayanti R.S. 2003. Childhood obesity : evaluation and management. Surabaya : ISSN
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Pamekasan. Jakarta
Indriani, D.,& Asmuji. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas : Upaya promotif dan preventif dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Kusmiyati, Yani dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya
Lubis, Zulhaida. 2003, Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruh Terhadap Bayi yang dilahirkan.
Mansjoer, A., dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jogjakarta : Fitramaya
Notoatmodjo. 2010. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologipenelitian keperawatan.
Jakarta
Prawirahardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BP-SP
Rukiyah, ai yeyeh dkk. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : Trans Info Media
Sholihah, L. 2011. Panduan Lengkap Hamil Sehat. Yogyakarta : Diva Pres
Simanjuktak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakartan: FE UI
Sudarwin. 2002. Menjadi penelitian kualitatif. Bandung : Cv. Pustaka Setia
Sugiono. 2011. Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sulistyawati, Ari.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jogjakarta :
Andi Offset.
Yulifah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
…..
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Roni Wijaya (133210045) adalah mahasiswa S1
Keperawatan STIKes ICMe Jombang. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
tentang “Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya
Madura”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di program studi S1 Keperawatan STIKes ICMe Jombang.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian. Selanjutnya, saya mohon kesediaan ibu dalam
tandatangan lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga ibu bebas
untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada saksi apapun. Identitas pribadi ibu
dan semua informasi yang ibu berikan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
keperluan penelitian ini.
Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian.
Pamekasan,
Peneliti Responden
(Roni Wijaya) ( )
……
April 2017
Lampiran 2
KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Judul : Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan Berbasis
Budaya Madura
Petunjuk pengisian
1. Semua pertanyaan harus dijawab.
2. Setiap jawaban dijawab sesuai pengetahuan dan pengalaman ibu.
Hari dan Tanggal :
1. Nama/Inisial :
2. Alamat :
3. Usia :
4. Agama :
5. Jumlah Anak :
6. Pendidikan :
……
Lampiran 3
LEMBAR PERTANYAAN
1. Bagaimana pengalaman ibu selama hamil dalam perawatan kehamilan di
madura?
2. Apakah ada mitos-mitos dalam merawat kehamilan di madura, jika ada coba
ibu ceritakan pengalamannya?
3. Berdasarkan pengalaman, Apa resikonya jika tidak mengikuti semua ritual
kehamilan menurut budaya madura?
4. Apa resikonya tidak mengikuti proses ritual budaya madura terkait dengan
kehamilan?
5. Bagaimana pengalaman ibu terkait apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan ibu selama hamil menurut aturan budaya madura?
6. Jika terjadi tekanan emosi (cemas,nangis,atau marah) apa yang dilakukan
ibu selama hamil?
7. Selama kehamilan, apakah ibu sering pijet?
8. Apa ada kegiatan khusus setiap bulan selama kehamilan menurut budaya
madura?
……
Lampiran 4
LAMPIRAN TERKAIT PERCAKAPAN
1. Pengalaman kauleh selama hamil sanyatanah kauleh gi depadeh
sareng lumranah oreng hamil, gi entar ka dukon, kaangguy ngecek
posisi beji‟ sebedeh e kandungan
2. Enggi pasteh bedeh, manabi metos seeyakini kauleh akadhi tak olle ale‟
le‟agih anduk neng e le‟er cekpon oreng madureh mon ale‟leagih anduk
ka le‟er epartajeh deggik tontonannah anak en ale‟le‟ ka beji‟ se bisa
abahaya aghi beji‟ e dalem kandungan.
3. Manabi tak noro‟en ritual se bedeh, eyakini madateng musibe se bisah
nempa beji‟ tor ebunah. Polanah ritual paneka kan ampon bedeh sebelum
kauleh lahir.
4. Manabi tak noro‟en proses deri ritual gepanikah. Kadeng deddih sangkalah
da‟ oreng binik se hamil polanah proses ritual eyakini bisa muang sangkal
e be‟ jube‟en oreng ngandung.
5. Se olle tor tak olle elakonih selama hamil paneka akadhi tak olle
mate‟en hewan akadhi katak otabe olar tapeh eyanjur aghi asapoan
ngangguy posapoh lenteh.
6. Manabi teppaan emosi biasanah kauleh nganceng labeng ekamar nangis e
dalem kamar.
7. Enggi sering, biasanah kauleh apelet 2X sabulen. Kaangguy ngecek posisi
beji‟ se bedeh e kandungan.
8. Kegiatan khusus se elakonih kauleh akadhi segut ngeding aghi lagu
Nasyid Islami. Nale‟en sabbuk e atas tabuk sopajeh beji‟ tak nyosor ka
atas.
……
Lampiran 5
Responden 2
1. Pangalaman kaule gi entar ka bu bidan bhen bulen pak. Apareka.
2. Sobung pa. Keluarga kaule tak partajeh ka mitos-mitos gepanekah pak
3. Sabederreh menurut kauleh tadek resikonah, keng gun polanah pon deddi
tradisi kassah.
4. Menurut kauleh manbi mon tak noro‟en prose ritual se bedeh tadek
resikonah tor tak kerah bedeh panapah, paleng gun ekacaca sereng
tatanggeh.
5. Se olle tor tak olle ekalakonin, akdih tak olle alakor se rek berrek, tor
eyanjuragin ngeppel makle magempang bekto lahir.
6. Manabi teppa‟an emosi biasanah kaule nangis, tor egibeh tedung.
7. Bunten, soallah sereng bu bidan tak eyanjuragin apecet soallah bisa
abahaya‟agin beji‟ edelem kandungan.
8. Tadek se khusus pak, gi pon depadeh sareng lumranah oreng ngandung.
……
Lampiran 6
Responden 3 ( Ny. C )
1. Pengalaman kauleh selama hamil gi saben areh senin apareksah dha‟
dukon kaangguy ngecek posisi beji‟ tor sabulen sekalean apareksah dha‟
bu bidan.
2. Enggi bedeh pak akadhi tak olle ngetok obu‟ ebhektoh ngandung epartajeh
manabi ngetok obu‟ ebhekto hamil beji‟ se bedeh e dalem kandungan
bisah bacekek.
3. Manabi tak ngikudi ritual gi takok bedeh masalah se terjadi dha‟ ka
kandungan kauleh, dhaddih gi kauleh paggun noro‟en tradisi se bedeh.
4. Se olle tor tak olle elakonih enggi panekah, eyanjur aghi nginom nyior,
makle beji‟ se ekandung akolek pole tor berse, ngakan kacang, tor tak olle
ngakanan makanan se ekagebey den kolek polanah bisah matebel
beddenah aing ketuban.
5. Manabi teppa‟en emosi gi ependem e dhalem ateh pak, deggik pon elang
dibik emosinah pak.
6. Enggi pernah keng tak sering pak, selama hamil gi dukaleh pak kauleh
apelet.
7. Tadek pak, gi pon depadeh sareng lumranah pak.
……
Lampiran 7
Responden 4 ( Ny. D )
1. Pengalamanah gi apareksah pak, dha‟ dhukon beranak, dha‟ bu bidan,
keng manabi kauleh pribadi lebih seggut apareksah dha‟ dhukon.
2. Pasti bedeh pak, manabi seeyakini keluarga kauleh gi akadhi tak olle
ngetok obu‟, tak olle makoh, tot tak olle tojuk e beng labeng pak.
3. Sebendereh gi resikonah takok ekasangkal pak, soallah ritual ge panikah ta
kadung eyakini secara turun-temurun.
4. Manabi tak ngekudi tadek gunanah pak ritual selse selama ini ejelenih.
5. Se olle tor tak olle elakonih gi padeh so lumranah pak, gi tak olle alakoh
berre‟, tak olle leng ngaleng, tor eyanjur aghi segul esapoan etanian pak.
6. Manabi teppa‟en emosi biasanah kauleh agigir karebbeh dibik, seolah
kauleh tak bisah ngotrol emosi manabi teppa‟en peggel.
7. Enggi sering pak, biasana saben kauleh apelet dha‟ dukon kandungan.
8. Tadek pak manabi se khusus gi pon depadeh pak sareng oreng ngandung.
……
Lampiran 5
FOTO PENELITIAN
……
Lampiran 6
……
Lampiran 7
Lampiran 8
……
Lampiran 9
……
……
……
Lampiran 10
……