Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
PENGARUH KETIDAKPUASAN PENGATURAN JAM KERJA
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
DI MALL GTC MAKASSAR
KARTINI
1O5720 3502 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
ii
SKRIPSI
PENGARUH KETIDAKPUASAN PENGATURAN JAM KERJA
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
DI MALL GTC MAKASSAR
KARTINI
1O5720 3502 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bekerja adalah aktivitas yang harus dilakukan manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi kerja yang ada kadang-kadang hanya
dapat memenuhi sebagian kecil kebutuhan terutama kebutuhan fisik saja. Bahkan
tidak jarang terjadi konflik antara pemenuhan kebutuhan fisik dengan pemenuhan
kebutuhan sosial dan spiritual. Untuk mengurangi ketakselarasan tersebut, upaya
yang harus dilakukan adalah dengan merancang sistem kerja sesuai dengan
aktifitas sosial dan spiritual komunitas tersebut.
Menurut Candra (2012), beberapa butik di daerah Jakarta dan sekitarnya
melakukan evaluasi jam kerja yaitu sebagian besar (85%) menerapkan jam kerja
pukul 08.00-12.00, istirahat 12.00-13.00, dilanjutkan pukul 13.00-17.00. Sisanya
(15%) menerapkan beberapa jam kerja lain diantaranya pukul 07.00-16.00
(istirahat 12.00-13.00), sistem kerja shift (pagi, siang, malam), dan sebagainya.
Morfologi pekerja dianalisa meliputi agama, posisi relatif rumah dan
kantor.Komunitas terbesar didominasi komunitas muslim dengan suku bangsa
Jawa, Sunda, Madura, Padang, Batak, Bali, dan lainya. Dengan membandingkan
dan menganalisa ritme biologi, ritme sosial dan ritme spiritual, diusulkan
pengaturan jam kerja baru yaitu sistem shift terbatas, yaitu sebagian besar bekerja
pukul 07.00-16.00, sebagian yang lain bisa memilih pukul 06.00– 15.00, 08.00-
17.00, atau pukul 09.00-18.00. Shift tengah dapat dilakukan dengan
1
2
memperhitungkan kesulitan teknik presensi, misalnya pukul 07.30-16.30.
Pengaruh positif yang ditimbulkan antara lain beban lalu lintas yang tersebar,
aktifitas sosial dan spiritual lebih terpenuhi, efektifitas dan efisiensi energi, dan
mengurangi beban moral (stress) pekerja.
Pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama untuk
kerja fisik yang berat yaitu dengan jam kerja selama 8 (delapan) jam/hari
diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat dihindarkan,
perlu diusahakan group kerja baru atau perbanyakkan kerja shift. Untuk pekerjaan
lembur sebaiknya ditiadakan, karena dapat menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja serta meningkatnya angka kecelakaan kerja dan sakit.
Setiap organisasi berkepentingan terhadap kinerja terbaik yang mampu
dihasilkan oleh rangkaian sistem yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakansalah satu faktor kunci untuk
mendapatkan kinerja terbaik, karena selain menangani masalahketerampilan dan
keahlian, manajemen SDM juga berkewajiban dalam mengatur pembagian jam
kerja pada setiap karyawan.
Pembagian jam kerja karyawan yang baik akan berdampak besar bagi
kinerja karyawan tersebut. Perusahaan perlu mengkaji tentang pembagian-
pembagian jam kerja pada setiap karyawan karena apabila pembagian kerja
karyawan yang tidak baik maka hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpuasan
karyawan tersebut yang tentunya akan berdampak bagi kinerja karyawan tersebut.
3
Ketidakpuasan pengaturan jam kerja pegawai merupakan sikap karyawan
yang tidak puas dengan pembagian jam kerja yang dilakukan oleh suatu
perusahaan. Masalah-masalah yang muncul apabila adanya ketidak puasan
pengaturan jam kerjayaitu tercermin dari moral kerja, ketidakdisiplinan, dan tidak
adanya prestasi kerja. Ketidakpuasan pengaturan jam kerja sangat mempengaruhi
tingkat kinerja karyawan tersebut.
Penerapkan pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik
akan membuat karyawan merasa lebih nyaman dan tentunya karyawan tersebut
akan memberikan kinerja yang baik. Dengan kinerja karyawan yang baik maka
perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul: ‘’Pengaruh Ketidakpuasan Pengaturan Jam
KerjaTerhadap Kinerja Karyawan di Mall GTC Makassar’’.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang ditemukan yaitu : „‟Apakah ketidakpuasan pengaturan jam
kerja berpengaruh terhadapkinerja karyawan di Mall GTC Makassar?‟‟
4
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengaruh Ketidakpuasan Pengaturan Jam
KerjaTerhadap Kinerja Karyawan di Mall GTC Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada perusahaan mengenai pengaturan jam
kerja karyawan yang baik dan tepat agar karyawan dapat memberikan
kinerja yang baik bagi perusahaan tersebut.
2. Sebagai acuan dan bahan pustaka bagi pihak yang melakukan penelitian
lanjutan pada objek yang sama.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
Menurut Martoyo (2000:142), kepuasan kerja (job satisfaction) adalah
keadaan emosional karyawan yangterjadi maupun tidak terjadi titik temu antara
nilai balas jasa kerja karyawan danperusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai
balas jasa yang memang diinginkanoleh karyawan yang bersangkutan..
Gibson (2000:106) menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki
para pekerja tentang pekerjaan mereka. Hal itu merupakan hasil dari persepsi
mereka tentang pekerjaan.
Menurut Luthas (2006),29 kepuasan kerja didefinisikan sebagai keadaan
yang menyenangkan atau emosi positif yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan
atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja dihasilkan dari persepsi
karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka menyediakan hal yang
dipandang penting. Lima aspek kepuasan kerja diukur dengan Job Descriptive
Index (JDI) yaitu pekerjaan itu sendiri (berhubungan dengan tanggung jawab,
minat dan pertumbuhan); kualitas supervisi (terkait dengan bantuan teknis dan
dukungan sosial); hubungan dengan rekan kerja (berkaitan dengan harmoni sosial
dan respek); kesempatan promosi (terkait dengan kesempatan untuk
pengembangan lebih jauh); dan pembayaran (yang terkait dengan pembayaran
yang memadai dan persepsi keadilan).
5
6
Menurut Handoko (2001:193) ketidakpuasan kerja adalah keadaan
emosional yang tidak menyenangkan atau tidak mengenankan dengan mana para
karyawan memandang pekerjaan mereka.
Menurut Robbins (2009) ketidakpuasan dalam pekerjaan adalah
ketidakpuasan kerja yang tidak dapat dinikmati dalam pekerjaan dengan tidak
memperoleh pujian hasil kerja, pembagian jam kerja, penempatan, perlakuan,
peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan
sikap karyawan terhadap pekerjaan yang didasarkan pada evaluasi terhadap aspek-
aspek yang berbeda bagi pekerja. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya tersebut
mengambarkan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau tidak
menyenangkan dalam pekerjaan dan harapan-harapan mengenai pengalaman
mendatang. Sedangkan, ketidakpuasan kerja adalah suatu keadaan yang tidak
sesuai dengan keinginan seorangkaryawan yang berhubungan dengan pembagian
jam kerja, penempatan dan suasana lingkungan pekerjaan.
B. Teori-teori MengenaiKepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
a. Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)
Kepuasan atau ketidak puasan yang dirasakan oleh individu merupakan
hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri
terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang
menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut bila
perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang
7
diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh
individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan
apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.
b. Teori Keadilan (Equity Theory)
Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia
merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau
inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan
dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupunditempat lain.
c. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidak puasan merupakan
bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators dan hygiene factors.
Pada teori ini ketidak puasan dihubungkan dengan kondisi disekitar pekerjaan
(seperti kondisi kerja, upah, keamanan, kualitas, pengawasan dan hubungan
dengan orang lain) dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. karena faktor
mencegah reaksi negatif dinamakan sebagai hygiene atau maintainance factors.
d. Value Theory
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil
pekerjaan diterima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima
hasil, akan semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini
adalah perbedaan antara aspek pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan
seseorang. Semakiin besar perbedaan, semakin rendah kepuasan orang.
8
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan dan ketidak puasan
kerja yaitu sebagai berikut:
a. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
1. Kerja yang secara mental menantang
Kebanyakan Karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka
kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan
menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka
mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang.
Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu
banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi
tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan
kepuasan.
2. Ganjaran yang pantas
Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang
mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan mereka.
Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar
akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang.
Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja
dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut
atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan
dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan
9
bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi
keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik
promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu
individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam
cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari
pekerjaan mereka.
3. Kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi
maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan
bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau
merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain
seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
4. Rekan kerja yang mendukung
Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang
berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi
kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah
dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat.
5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan
sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa
mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan
dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk
10
berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian
yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
b. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Ketidakpuasan Kerja
1. Faktor phisikologie, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, sikap terhadap
kerja, bakat, dan keterampilan;
2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial
baik sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda
jenis pekerjaannya;
3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi. Jenis pekerjaan,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruangan, suhu penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan,
umur, dan sebagainya;
4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan
serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji,
jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan,
promosi, dan sebagainya.
Persoalannya adalah bagaimanakah pengaruh faktor ketidakpuasan, yaitu:
gaji, kepemimpinan, sikap rekan sekerja dan ketidakpuasan pengaturan jam kerja
terhadap kinerja karyawan yang terjadi di perusahaan - perusahaan. Oleh karena
itu, diperlukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
ketidakpuasan kerja itu pengaruhnya terhadap kinerja karyawannya. Salah satu
11
sasaran penting dalam manajemen sumberdaya manusia pada suatu organisasi
adalah terciptanya kepuasan kerja anggota organisasi yang bersangkutan.
D. Cara Mencegah dan Mengatasi Ketidak Puasan Kerja
Masalah-masalah yang dihadapi karyawan pada dasarnya lebih disebabkan
faktor eksternal maka pendekatannya adalah pada sistem manajemen. Untuk itu,
yang dapat dilakukan perusahaan antara lain dengan pendekatan-pendekatan
umum:
a. Mengadakan pengkajian mendalam apa saja faktor-faktor eksternal
karyawan yang mempengaruhi kepuasan kerja, motivasi kerja, dan
kinerja.
b. Melakukan pengkajian tentang pembagian jam kerja pada setiap
karyawan.
c. Melakukan kajian kekuatan dan kelemahan perusahaan dilihat dari
penerapan sistem manajemen sumberdaya manusia kaitannya dengan
strategi bisnis termasuk dalam hal analisis pekerjaan dan beban kerja
karyawan.
d. Melakukan perbaikan fungsi-fungsi MSDM mulai dari fungsi
rekruitmen dan seleksi karyawan, program orientasi, manajemen
pelatihan dan pengembangan, penempatan karyawan, manajemen
kompensasi, dan manajemen karir.
e. Mengefektifkan keterkaitan strategi bisnis secara sinergis dengan
strategi-strategi lainnya seperti strategi SDM, strategi finansial, strategi
12
produksi, strategi pemasaran, dan strategi informasi sebagai suatu
kesatuan yang utuh.
f. Melakukan reposisi gaya kepemimpinan yang dinilai tepat diterapkan
di perusahaan.
Sementara itu strategi yang dapat dilakukan dalam menghadapi karyawan
bermasalah antara lain dengan pendekatan-pendekatan umum:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi terjadinya
karyawan bermasalah misalnya terhadap karyawan yang malas, tidak
disiplin, sangat sensitif, temparamental, dan sangat egoistis
b. Melakukan sosialisasi dan internalisasi budaya organisasi atau
korporat, budaya kerja, dan budaya mutu kerja secara intensif; kalau
diperlukan diperlukan tindakan penegakan kedisiplian dan koreksi
yang bergantung pada derajat masalahnya.
c. Melakukan pelatihan dan pengembangan khususnya yang menyangkut
softskills disertai dengan bimbingan dan konseling kepada karyawan
khususnya oleh manajer dan karyawan senior yang berwibawa.
d. Menerapkan sistem imbalan yang menarik kepada karyawan
berprestasi dan hukuman kepada yang berkinerja dibawah standar
secara obyektif, tegas dan tidak diskriminasi.
e. Mengembangkan sistem umpan balik tentang proses dan kinerja
perusahaan berikut masalah-masalah yang dihadapi perusahaan dan
karyawan dalam membangun suasana pembelajaran yang dinamis dan
13
merata di semua karyawan; baik dilakukan secara formal maupun
informal.
f. Mengembangkan tim kerja yang solid dan dinamis dengan
kepemimpinan yang berorientasi membangun motivasi dan
transformasional.
Contohnya di suatu kantor yang bisa dikatakan kantor tersebut belum
memiliki aturan-aturan yang ada untuk menunjang pekerjaan para karyawannya
sehingga kantor tersebut sering sekali ditinggalkan oleh para karyawannya.
Karyawan disana sering mengalami ketidakpuasan dalam bekerja. Mereka merasa
jenuh dengan pekerjaannya dan situasi di kantor tersebut.
Pekerjaan dan situasi di kantor tersebut cenderung monoton, tidak ada
perubahan atau tantangan yang baru dalam setiap pekerjaannya. Mereka pun
merasa pekerjaan dan penghasilan yang mereka dapat tidak seimbang. Akhirnya
income yang didapat juga kurang memuaskan karena produktivitas karyawan
yang tidak maksimal. Kantor ini mungkin masih jauh untuk disebut kantor yang
qualified untuk menjadi kantor yang baik.
E. Undang-Undang mengenai Jam Kerja
Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan
siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta
diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
14
khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003
mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja.
Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas
disebutkan diatas yaitu:
a. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6
hari kerja dalam 1 minggu; atau
b. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5
hari kerja dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja
yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari
ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai
waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur. Akan tetapi,
ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu seperti misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai, sopir
angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau
penebangan hutan.
Ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu yang harus dijalankan terus-
menerus, termasuk pada hari libur resmi (Pasal 85 ayat 2 UU No.13/2003).
Pekerjaan yang terus-menerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No.
Kep-233/Men/2003 Tahun 2003 tentang jenis dan sifat pekerjaan yang dijalankan
secara terus menerus. Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan
terus-menerus ini dijalankan dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift.
15
F. Undang-undang Mengenai Pembagian Shift
Pengaturan jam kerja dalam sistem shift diatur dalam UU No.13/2003
dengan pasal-pasal sebagai berikut : Jika jam kerja di lingkungan suatu
perusahaan atau badan hukum lainnya (selanjutnya disebut “perusahaan”)
ditentukan 3 (tiga) shift, pembagian setiap shift adalah maksimum 8 jam per-hari,
termasuk istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 2 huruf a UU No.13/2003)
a. Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh
lebih dari 40 jam per minggu (Pasal 77 ayat 2 UU No.13/2003).
b. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam/hari
per-shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40 jam per
minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat perintah (tertulis) dari
pimpinan (management) perusahaan yang diperhitungkan sebagai
waktu kerja lembur (Pasal 78 ayat 2 UU No.13/2003).
G. Undang-undang mengenaiWaktu Kerja Lembur
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk
6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan
40 jam dalam seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau
pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan
Menteri No.102/MEN/VI/2004). Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan
paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan
atau hari libur resmi.
16
Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara
menghitung upah sejam adalah 1/173 upah sebulan. Berdasarkan ketentuan yang
tertuang dalam Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004.
Tabel 2.1
Rumus Perhitungan Upah Lembur
PERHITUNGAN UPAH LEMBUR PADA HARI KERJA
Jam
Lembur
Rumus Keterangan
Jam
Pertama
1,5 X
1/173 x
Upah
Sebulan
Upah Sebulan adalah 100% Upah bila upah yang
berlaku di perusahaan terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap.
Jam Ke-
2 & 3
2 X 1/173
x Upah
Sebulan
Atau 75% Upah bila Upah yang berlaku di
perusahaan terdiri dari upah pokok, tunjangan
tetap dan tunjangan tidak tetap. Dengan ketentuan
Upah sebulan tidak boleh lebih rendah dari upah
minimum
H. Respon Terhadap Ketidakpuasan Kerja
Dalam suatu organisasi ketidakpuasan kerja dapat ditunjukan melalui
berbagai cara. Robins dan Judge (2009) menerangkan ada 4 respon yang berbeda
satu sama lain dalam 2 dimensi yaitu konstruktif/destruktif dan aktif/pasif, dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Exit,Ketidakpuasan ditunjukkan melalui perilaku diarahkan pada
meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi baru atau
17
mengundurkan diri.
b. Voice, Ketidakpuasan ditunjukkan melalui usaha secara aktif dan
konstruktif untuk memperbaiki keadaan, termasuk menyarankan
perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan berbagai bentuk
aktivitas perserikatan.
c. Loyalty, Ketidakpuasan ditunjukkan secara pasif, tetapi optimistik dengan
menunggu kondisi untuk memperbaiki, termasuk dengan berbicara bagi
organisasi dihadapan kritik eksternal dan mempercayai organisasi dan
manajemen melakukan hal yang benar.
d. Neglect, Ketidakpuasan ditunjukkan melalui tindakan secara pasif
membiarkan kondisi semakin buruk, termasuk kemangkiran atau
keterlambatan secara kronis, mengurangi usaha, dan meningkatkan
tingkat kesalahan.
I. Pengertian Kinerja
Pengertian Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh
seorang pegawai diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
pendapat para ahli mengenai pengertian kinerja, sebagai berikut :
Menurut Mangkunegara (2007:67) mengemukakan bahwa:”Kinerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”
18
Menurut Sedarmayanti (2004:260) mengungkapkan bahwa :“Kinerja
merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja,
sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil
kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur
(dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).”
Menurut Wibowo (2010:7) mengemukakan bahwa :“Kinerja adalah
tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.”
Menurut Gilbert (1997),mengemukakan bahwa : “Kinerja adalah apa yang
dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengantugas dan fungsinya.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai sesuai
dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun waktu
tertentudimana hasil kerja tersebut dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan
dapat diukur.
J. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Tinggi rendahnya kinerja seorang pegawai tentunya ditentukan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhinya baik secara langsung ataupun tidak
langsung.
Menurut Mangkunegara (2007:67) menyatakan bahwa:“Faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor
motivasi (motivation).
19
a. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai yang
memiliki IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia
akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu,
pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the
right man on the right place, the right man on the right job).
b. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi
kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah
untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).Sikap mental merupakan kondisi
mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja
secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap
secara psikofisik (sikap secara mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya seorang
pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan
target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan menciptakan
situasi kerja.
Menurut Davis dalam Mangkunegara (2007:67) dirumuskan bahwa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah :
Human Performance = Ability + Motivation
Motivation = Attitude + Situation
Ability = Knowledge + Skill
20
Menurut Timple yang dikutipoleh Mangkunegara (2005:15) faktor-faktor
kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal :“Faktor internal yaitu
faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari
lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan
atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kinerja dapat bersumber dari dalam individu pegawai maupun dari luar individu.
Tinggal bagaimana kebijakan organisasi mampu menyelaraskan antara faktor-
faktor tersebut.
K. Kerangka Pikir
Dalam memperkerjakan seorang karyawan, pimpinan harus membuat pola
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik bagi karyawannya agar
karyawan tersebut dapat memberikan kinerja yang baik. Dengan kinerja yang baik
dapat memberikan kontribusi yang baik bagi mall tersebut.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
MALL GTC MAKASSAR
PENGATURAN JAM KERJA
KINERJA KARYAWAN
21
L. Hipotesis
Dari apa yang dikemukakan diatas, maka penulis mengambil keputusan
hipotesis yaitu:‟‟ Di duga ada pengaruh ketidakpuasan pengaturan jam kerja
terhadap kinerja karyawan di Mall GTC Makassar.‟‟
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Mall GTC Makassar yang berlokasi di
Tanjung Bunga. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini diperkirakan
selama satu bulan.
B. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian maka dilakukan
dengan cara wawancara yang dibantu dengan instrumen penelitian yaitu kuesioner
yang diberikan kepada responden, pengamatan langsung, serta studi kepustakaan.
Metode pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan kepada pihak yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Untuk menilai tanggapan responden maka penulis menggunaka skala
likert dalam Suyigono (2007:132) yaitu dengan menghitung bobot setiap
pertanyaan. Nilai tersebut kemudian kemudian akan dijadikan variabel penilaian.
Bobot jawaban responden diberi nilai rinci sebagai berikut:
a. Sangat setuju diberi bobot 5
b. Setuju diberi bobot 4
c. Ragu-ragu diberi bobot 3
d. Tidak setuju diberi bobot 2
e. Sangat Tidak Setuju diberi bobot 1
22
23
Metode kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan
mengutip pendapat dari berbagai sumber seperti buku, internet, skripsi, laporan
atau dokumen perusahaan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti.
Materi wawancara dan kuesioner meliputi pertanyaan-pertanyaan yang
berkenaan dengan keadaan perusahaan yang berkaitan dengan ketidakpuasan
pengaturan jam kerja dengan kinerja karyawan. Selain itu dilakukan pula
pengamatan secara langsung terhadap aktivitas keseharian, lingkungan dan sarana
kerja yang berhubungan dengan penulisan ini.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Agar penelitian mendapatkan hasil yang maksimal maka jenis data yang
digunakan adalah:
a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi baik
lisan maupun tulisan. Data diperoleh dari wawancara, observasi, dan
kepustakaan.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka- angka
yang dapat dihitung. Data ini diperoleh dari kuesioner yang akan
dibagikan dan berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan penulis dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu :
24
a. Data Primer yaitu data diperoleh secara langsung dari instansi yang
diteliti, melalui pengamatan dan pembagian kuesioner. Data yang
dikumpulkan bersifat kualitatif berupa data mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan ketidakpuasan pengaturan jam kerja terhadap
kinerja karyawan.
b. Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh penulis dari
dokumen-dokumen yang ada di instansi tersebut, dari hasil
penelitian kepustakaan, dan dari instansi lainnya yang terkait. Data
ini berupa gambaran umum perusahaan, misalnya sejarah berdirinya,
struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Manurut Sugiyono (2004:55) bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Adapun
populasinya adalah karyawan pada Mall GTC Makassar yang berjumlah 500
orang karyawan.
2. Sampel
Untuk menentukan jumlah Sampel dari jumlah populasi tersebut
maka digunakan rumus slovin menurut Umar (2003:134) yaitu:
25
Dimana :
n =Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e =Persentase kesalahan dalam penentuan jumlah sampel
yang dapat diterima dalam hal ini sebesar 15%
Dari rumus tersebut maka perhitungan sebagai berikut:
n = 40
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 karyawan.
E. Definisi Operasional
Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang
memberikan penjelasan atau keterangan tentang variabel-variabel operasional
sehingga dapat diamati atau diukur. Definisi operasional yang akan dijelaskan
penulis adalah ketidakpuasan pengaturan jam kerja karyawan dan kinerja
karyawan.
a. Variabel independent, Ketidakpuasan Pengaturan Jam Kerja (X) yang
menunjukkan pada presepsi karyawan tentang pembagian jam kerja
yang ditetapkan perusahaan kepada karyawan tersebut.
26
b. Variabel dependent Y (Kinerja Karyawan) yang menunjukkan pada
suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan diartikan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Subvariabel Indikator
Ketidakpuas
an Kerja
Jam Kerja
1. Pola pengaturan jam kerja sudah baik .
2. Pembagian jam kerja pada setiap karyawan baik.
3. Jam masuk kerja sudah sesuai
4. Pembagian shift kerja sudah adil
5. Jam pulang kerja sudah sesaui
Kinerja
Karyawan
Kualitas Kerja
1. Saya mengerjakan suatu pekerjaan dengan penuh
perhitungan.
2. Skill yang saya miliki sesuai dengan pekerjaan
yang saya kerjakan.
3. Saya mengerjakan suatu pekerjaan dengan
cekatan.
Kuantitas Kerja
1. Tingkat pencapaian volume penjualan yang saya
hasilkan telah sesuai dengan harapan perusahaan.
2. Perusahaan menetapkan target penjualan dengan
penuh perhitungan.
Pengetahuan
1. Dengan pengetahuan yang saya miliki, saya
mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik.
2. Dengan pengetahuan yang saya miliki, saya
dapat menguasai bidang tugas departemen lain.
3. Dengan pengetahuan yang saya miliki, saya
lebih menguasai bidang tugas yang saya kerjakan
Keandalan
1. Saya handal dalam melaksanakan prosedur kerja
2. Saya mencari cari lain ketika saya mengalami
kebuntuan kerja.
3. Saya taat terhadap semua aturan dan prosedur
kerja yang ditetapkan dalam suatu pekerjaan.
27
F. Metode Analisis
1. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengola data. Analisis regresi
sederhana digunakan dalam menghitung seberapa besar pengaruh variabel
dependen terhadap independent. Adapun rumus analisis regresi sederhana
menurut (Algifari, 2000:62) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
X = variabel independent (Ketidakpuasan Pengaturan Jam Kerja)
Y = variabel dependent (Kinerja Karyawan)
a = konstanta, perpotongan garis pada sumbu Y
b = koefisien regresi
2. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat
digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel.
Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan.
Besarnya persentase pengaruh semua variabel independent terhadap nilai
variabel dependen dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R2)
persamaan regresi. Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1,
semakin mendekati 0 besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan
Y = a + bX
28
regresi, semakin kecil pula pengaruh semua variabel independent terhadap nilai
variabel dependent. Sebaliknya, Semakin mendekati 1 besarnya koefisien
determinasi (R2) suatu persamaan regresi, Semakin besar pula pengaruh semua
variabel independent terhadap variabel dependent.
29
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Mall GTC Makassar
Mall GTC merupakan mal terbesar ketiga di Makassar. Mall ini didirikan
pada tahun 2003, dengan lokasi yang strategis didekat Pantai Tanjung Bunga.
Mall ini terdiri dari 3 lantai dengan penyewa-penyewa yang sudah terkenal
sebagai perusahaan besar baik skala nasional maupun internasional antara lain
Gramedia, Matahari, Hypermart dan masih banyak lagi.
Mall GTC merupakan family mall yang berkonsep untuk menyediakan
seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat.Mall GTC Makassar berada di
Kota Mandiri Tanjung Bunga, kawasan hunian dan bisnis terpadu seluas 1.000
hektar di kawasan pantai timur Kota Makassar. Mall tiga lantai dengan panjang
sekitar 300 meter ini pembangunannya dikerjakan PT Waskita Karya (persero)
pada tahun 2003. Yang jadi tenant utama di GTC Makassar adalah Hypermaket
dan saudara dekatnya, Matahari Department Store. Tenant 'nasional' lain yang
juga hadir adalah KFC dan A&W.
Kata GTC pada Mall GTC Makassar itu kependekan dari Graha Tata
Cemerlang. Your Village Mall sebagai pengelola pun mengartikannya begitu.
Nama lengkapnya adalah PT Graha Tata Cemerlang Makassar, anak perusahaan
PT Lippo Karawaci Tbk yang berdiri pada tahun 2002.
29
30
B. Visi dan Misi Mall GTC Makassar
1. Visi Mall GTC Makassar
Menyediakan produk bermutu tinggi dan memberikan kepuasaan yang
maksimal untuk pelanggan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
disekitarnya.
2. Misi Mall GTC Makassar
Menjadikan Mall GTC Makassar sebagai mall terbaik yang ada di
Makassar dan menjadikan Mall GTC Makassar sebagaifamily mall yang
berkonsep untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat.
C. Struktur Organisasi Mall GTC Makassar
Gambar 4.1. Sruktur Organisasi Mall GTC Makassar
Dewan Komisaris
Direktur Utama/ CEO
General
Manager
Deputy
Manager
Buliding
Servicer
Manager
Manager
Financial
Marketing
Manager
HRD/GA
Manager
Supervisor
General Affair
Management
Representative
Representative
Unit Manager
Supervisor
Purchasing Supervisor
Purchasing
Supervisor Keuangan
Rental
Supervisor
Finacial
Supervisor
Marketing
Supervisor
HRD & GA
31
D. Uraian Tugas pada Mall GTC Makassar
Pembagian uraian tugas dan tanggung jawab pada Mall GTC
Makassaradalah sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Mall sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal melakukan
pengawasan atas kebijakan pengurusan,jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai mall maupun usaha dalam mall tersebut, dan memberi nasehat kepada
Direksi. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian,
dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberikan
nasehat kepada Direksi untuk kepentingan mall dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan. Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung
jawab secara pribadi atas kerugian mall, apabila yang bersangkutan bersalah atau
lalai menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota
Dewan Komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas,
berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114
ayat (3) UUPT). Namun, Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan
atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 114 ayat (3) UUPT apabila
dapat membuktikan:
1. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian
untuk kepentingan mall dan sesuai dengan maksud dan tujuan mall;
32
2. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan
kerugian; dan
3. Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul
atau berlanjutnya kerugian tersebut.
2. Direktur Utama/CEO
Tugas seorang CEO (chief executive officer; Amerika Serikat) atau MD
(managing director) ditetapkan oleh dewan direktur atau otoritas organisasi lain,
tergantung struktur hukum organisasi. Tugas mereka bisa luas atau terbatas dan
biasanya diutamakan dalam delegasi otoritas formal.
Umumnya, CEO/MD bertugas sebagai seorang komunikator, pengambil
keputusan, pemimpin, pengelola (manajer), dan eksekutor. Peran komunikator
melibatkan pers dan seisi dunia luar, serta manajemen dan karyawan organisasi;
peran pengambil keputusan mencakup keputusan tingkat tinggi terkait kebijakan
dan strategi. Sebagai pemimpin, CEO/MD memberi saran kepada dewan direktur,
memotivasi karyawan, dan menggerakkan perubahan dalam organisasi. Sebagai
manajer, CEO/MD mengawasi operasi organisasi setiap hari, bulan, dan
tahun.Pada umumnya direktur memiliki tugas antara lain:
1. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan
perusahaan.
2. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala
bagian (manajer).
3. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan.
33
4. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja
perusahaan.
Tanggung jawab dari direktur kepada pihak ketiga dan hukum ditentukan
dari jenis perusahaan yang didirikan (Firma, Persekutuan Komanditer (CV), atau
Perseroan Terbatas (PT)).
3. General Manager
Fungsi, wewenang dan tanggungjawab General Manager adalah sebagai
pemimpin utama dalam mall yang bertugas memberikan arahan serta mengawasi
pelaksanaan seluruh kegiatan dilapangan baik menyangkut operasional mall itu
sendiri maupun sistem pelaporan dan hal-hal administrative lainnya sekaligus
sebagai pengambil keputusan. General Manager bertanggungjawab kepada pihak
pemegang saham Mall GTC Makassar.
4. Deputy Manager
a. Merencanakan langkah strategis cabang, mengatur penjadwalan kunjungan
dan target sales untuk pencapaian target penjualan secara maksimal
b. Memonitor dan mengevaluasi pencapaian target penjualan secara
berkelanjutan
c. Memantau tugas penagihan kolektor dan tempo pembayaran customer
d. Mereview dan memastikan kesiapan sales order untuk proses pengiriman
barang
e. Berkoordinasi dengan pusat dan cabang lain untuk penentuan wilayah
penjualan dan koordinasi target penjualan
34
f. Memonitor dan mengevaluasi pasar dan kompetitor untuk melihat
kedudukan cabang dengan pasar sejenis di area yang sama, menganalisa
kebutuhan pasar untuk menyusun dan mengusulkan strategi penjualan
5. Building Services Manager
a. Menetapakan visi buiding management dengan berorientasi pada misi
perusahaan/induk.
b. Membuat planning,budgeting dan program tahunan
c. Melakukan supervise total atas seluruh fungsi organisasi.
d. Membuat laporan rutin dan insidentil.
6. Manager Financial
a. Mencatat transaksi keuangan setiap hari.
b. Membuat laporan keuangan setiap bulan dan setiap tahun, kemudian di
sampaikan kepada pimpinan mall.
7. Marketing Manager
Bagian ini adalah divisi yang khusus mengkonsentrasikan diri pada bidang
pemasaran dan penjualan yang mana tugas dan tanggungjawabnya adalah
melakukan kontrak dengan para relasi yang sudah lama dan akan menggunakan
jasa mall. Memastikan penjualan memenuhi target, menggiatkan program
promosi. Juga bertanggungjawab dalam mempertahankan hubungan dengan para
pelanggan. Mengatur pelaksanaan proses pemasaran seperti iklan, dan penawaran
serta menciptakan hubungan-hubungan baru. Mengorganisasi pelaksanaan even
tertentu di mall dan melakukan evaluasi terhadap performa produk yang dimiliki
oleh mall.
35
8. HRD/GA Manager
Human Resources Departement merupakan bagian yang
bertanggungjawab dalam hal ini seperti pelatihan karyawan, bagian administrasi
yang bertanggungjawab atas segala urusan yang berhubungan dengan tata
administrasi mall, dan bertanggungjawab terhadap keseluruhan keamanan mall.
Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting pada mall karena merupakan
bagian pengembangan karyawan pada mall.
9. Supervisor General Affair
a. Membuat rencana kerja dan pemeliharaan dan penugasan bersama – sama
chief.
b. Mengatur dan mengkoordinir pekerja harian sesuai dengan bidangnya.
c. Mengatur penggunaan peralatan dan bahan.
d. Membuat laporan kepada chief secara rutin.
10. Management Representative
Pada dasarnya, seorang MR bertanggung jawab atas pelaksanaan 6 (enam)
prosedur wajib yang meliputi prosedur pengendalian dokumen, prosedur
pengendalian rekaman mutu, prosedur pengendalian produk tidak sesuai, prosedur
tindakan perbaikan, prosedur tindakan pencegahan, dan prosedur audit internal.
Berikut kami sajikan tugas dan tanggung jawab Management
Representative :
a. Berkoordinasi dengan Badan Sertifikasi
b. Mewakili manajemen selama sertifikasi dan audit surveillance
c. Mempromosikan kesadaran tentang persyaratan pelanggan
36
d. Menyiapkan dan merevisi dokumen SMM (Manual yaitu Kualitas,
Prosedur sistem mutu dan dokumentasi lainnya).
e. Memastikan kepatuhan semua fungsi sesuai standar ISO 9001:2000.
f. Mempersiapkan tinjauan manajemen jadwal pertemuan dan melakukan
rapat Management Review
g. Mempersiapkan jadwal audit, melakukan audit internal menyiapkan
laporan audit, menulis laporan ketidaksesuaian.
h. Berkomunikasi dengan Top Management pada isu-isu
kualitas/ketidaksesuaian dan laporan audit
i. Mengukur dan mengawasi kinerja proses.
j. Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan.
k. Membuat ISO/kesadaran kualitas untuk rekan dengan pelatihan
internal.
l. Review Kebijakan mutu secara berkala
m. Waktu ke waktu meninjau semua fungsi, untuk memeriksa
pelaksanaan yang efektif dari sistem Manajemen Mutu.
Pada praktek di lapangan, penunjukkan management representative harus
dilengkapi dengan surat penunjukan resmi (Surat Keputusan, Surat Penunjukkan
Kerja) dari top manajemen sebagai dasar pemberian wewenang kepada
management representative agar dihormati oleh anggota organisasi yang lainnya.
Untuk efektifitas penerapan, sebaiknya management representative adalah orang
yang paling memahami keseluruhan proses dan paling disegani oleh para
37
karyawan di perusahaan. Ini untuk memastikan komunikasi berjalan lancar dan
saran perbaikan didengar dan dilaksanakan.
11. Unit Manager
a. Bertugas memimpin sebuah unit atau cabang
b. Bertanggungjawab terhadap seluruh proses aktivitas operasional:
mengelola budget, bertanggungjawab terhadap infrastruktur dan perawatan
serta bertanggungjawab terhadap pembuatan serta pengiriman laporan
cabang.
c. Bertanggungjawab terhadap pengambilan dan rekomendasi keputusan.
d. Memonitor dan mensupervisi team marketing dalam pengajuan aplikasi,
pencapaian target.
e. Membangun jaringan bersama komunitas setempat terhadap perusahaan.
12. Supervisor Keuangan Rental
a. Melakukan pengaturan administrasi keuangan perusahaan
b. Menyusun dan membuat laporan keuangan perusahaan
c. Menyusun dan membuat laporan perpajakan perusahaan
d. Menyusun dan membuat anggaran pengeluaran perusahaan secara periodik
(bulanan atau tahunan).
38
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan dari tanggal 19 Agustus sampai 27 Agustus 2015
dengan jumlah responden sebanyak 40 orang di Mall GTC Makassar yang
mengalami pengaruh ketidakpuasan pengaturan jam kerja terhadap kinerja
karyawan. Dengan menggunakan ata primer berupa ata identitas responden dari
hasil wawancara selama 8 hari. Setelah dilakukan pengolahan data, hasil
penelitian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi sebagai berikut:
1. Identitas Resioner
Pada tahap ini dilakukan analisis distribusi frekuensi presentase variabel
yang merupakan pengelompokan umum responden yaitu: usia, gaji, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, nama toko seperti tampak pada tabel-tabel berikut ini:
B. Pembahasan
1. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong
dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya.
Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti
upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain,
penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang
38
39
berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan,
kemampuan dan pendidikan (Wexley dan Yukl, 2012).
Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap
pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya (Hidayat
Taufik Noor,2012).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu
keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar
tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan
bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur
ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan
hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain,
baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi (Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada
tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama
bekerja.
40
5. Gaji/Upah (Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai
yang dianggap layak atau tidak (Levi,2002).
Ketidakpuasan kerja
Ketidakpuasan kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara
misalnya selain dengan meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkan,
mencuri barang milik perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung
jawab pekerjaan mereka dan lainnya (Robbin,2000).
Seorang individu akan merasa puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya
merupakan sesuatu yang bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia
mempersiapkan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-
keinginannya dengan hasil keluarannya yang didapatnya(locke,2000).
Hasil penelitian yang dilakukan di MALL GTC Makassar diketahui bahwa
sebagian besar Karyawan laki-laki dan perempuan yaitu sebanyak 40 orang
(100,0%). Responden sebagian kecil jenis kelamin laki-laki dengan status
kepuasan 1 orang (2,5%). Dengan jenis kelamin perempuan 39 orang (97,5%)
dengan status ketidakpuasan kerja.
Hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang berusia antara 18-30
tahun dan 31-38 tahun yaitu sebanyak 40 orang (100,0%). Responden sebagian
besar 34 orang (8,5%) tertinggi , sedangkan terendah 6 orang (1,5%).
2. Pengaturan jam kerja
Jam kerja merupakan bagian dari kondisi kerja yang menjadi salah satu
indikator dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan (Munandar, 2001).
41
Mengkategorikan tiga jenis sistem shift kerja, yaitu shift permanen, sistem
rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat. Dalam hal sistem shift rotasi,
pengertian shift kerja adalah kerja yang dibagi secara bergilir dalam waktu 24
jam. Pekerja yang terlibat dalam sistem shift rotasi akan berubah-ubah waktu
kerjanya, pagi, sore dan malam hari, sesuai dengan sistem kerja shift rotasi yang
ditentukan. Di Indonesia, sistem shift yang banyak digunakan adalah sistem shift
dengan pengaturan jam kerja secara bergilir mengikuti pola 5-5-5 yaitu lima hari
shift pagi (08.00-16.00), lima hari shift sore (16.00-24.00) dan lima hari shift
malam (24.00-08.00) diikuti dengan dua hari libur pada setiap akhir shift (Kyla,
2008).
Hasil Penelitian diperolah bahwa responden bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 19
(47,5%) yang tidak setuju.
Bahwa dari responden menurut kelompok usia 18-30 tahun tidak setuju
sebesar 15 (37,5%) sedangkan kelompok usia 31-38 tahun terdapat 5 (12,5%)
yang kurang setuju.
Sistem kerja shift rotasi ada yang bersifat lambat, ada yang bersifat cepat.
Dalam sistem kerja shift rotasi yang bersifat lambat, pertukaran shift berlangsung
setiap bulan atau setiap minggu, misalnya seminggu kerja malam, seminggu kerja
sore dan seminggu kerja pagi. Sedangkan dalam sistem kerja shift rotasi yang
cepat, pertukaran shift terjadi setiap satu, dua, atau tiga hari (Adnan, 2002).
42
Aspek – aspek yang dipengaruhi adanya shift kerja
1. Aspek Fisiologis
Masalah utama dari sisi faal tubuh terhadap penggunaan shift kerja adalah
circardian rhythm individu yang sulit dirubah. Circadian rhythm, yaitu proses-
proses yang saling berhubungan yang dialami tubuh untuk menyesuaikan dengan
perubahan waktu selama 24 jam (Tayyari dan Smith, 1997). Temperatur tubuh
mempunyai pola normal seperti pola sinusoidal, maksimum sekitar pukul 4 sore
dan minimun pada sekitar pukul 4 pagi. Pola yang sama juga diikuti oleh
mekanisme internal tubuh yang lain, seperti jantung, pernapasan, hormon,
pencernaan, dsb. Seseorang yang berganti shift membutuhkan waktu penyesuaian
agar pola sinusoidal berubah mengikuti irama kerja yang bersangkutan. Hal ini
bisa jadi membutuhkan waktu tidak cukup seminggu. Namun pola tersebut tidak
berubah total, sehingga tetap tidak mungkin melakukan adaptasi 100%.
2. Aspek Psikologis
Stress akibat shift kerja akan menyebabkan kelelahan (fatique) yang dapat
menyebabkan gangguan psikis pada pekerja, seperti ketidakpuasan dan iritasi.
Tingkat kecelakaan dapat meningkat dengan meningkatnya stres, fatique, dan
ketidakpuasan akibat shift kerja ini.
3. Aspek Kinerja
Dari beberapa penelitian baik di Amerika maupun Eropa, shift kerja
memiliki pengaruh pada kinerja pekerja (Tayyari &Smith, 1997). Kinerja pekerja,
termasuk tingkat kesalahan, ketelitian dan tingkat kecelakaan, lebih baik pada
43
waktu siang hari dari pada malam hari, sehingga dalam menentukan shift kerja
harus diperhatikan kombinasi dari tipe pekerjaan, sistem shift dan tipe pekerja.
4. Domestik dan Sosial
Shift kerja akan berpengaruh negative terhadap hubungan keluarga seperti
tingkat berkumpulnya anggota keluarga dan sering berakibat pada konflik
keluarga. Secara sosial, shift kerja juga akan mempengaruhi sosialisasi pekerja
karena interaksinya terhadap lingkungan menjadi terganggu. Karena aktivitas
keluarga dan sosial biasanya dilakukan pada sore hari atau pada akhir pekan,
karyawan yang bekerja shift malam biasanya akan kehilangan waktu-waktu ini
(Learner‟s Dictionary 2005).
3. Kinerja Karyawan
Pengaruh dari kerja shift pada kinerja karyawan dapat diringkas sebagai
berikut.
1. Secara umum, kinerja kerja shift dipengaruhi oleh kombinasi dari
faktor-faktor berikut:
Tipe pekerjaan. Pekerjaaan yang menuntut secara mental (seperti inspeksi
dan kontrol kualitas) memerlukan kesabaran dan kehati-hatian. Pekerja
shift mungkin akan kekurangan dua hal tersebut.
Tipe sistem shift. Gangguan irama tubuh (circadian rhythms) dapat
menimbulkan kerugian terhadap kemampuan fisik dan mental pekerja
shift, khususnya ketika perubahan shift kerja dan shift malam.
44
Tipe pekerja. Untuk contoh, pekerja yang telah berusia tua memiliki
kemampuan yang minimal untuk menstabilkan irama tubuh ketika
perubahan shift kerja.
2. Kinerja shift malam yang rendah dapat dikaitkan dengan:
Ritme tubuh yang terganggu
Adaptasi yang lambat terhadap kerja shift malam
Pekerja lebih produktif pada shift siang daripada shift malam
Pekerja membuat sedikit kesalahan dan kecelakaan pada shift siang
daripada shift malam (Tayari F and Smith J.L, 2000).
Hambatan dalam pekerjaan akuntansi ada yang bersumber
darifaktor internal dan eksternal.
1. Hambatan-hambatan eksternal
Yang saya maksudkan dengan “eksternal” dalam hal ini adalah
sesuatu yang berada di luar departemen akuntansi (accounting), misalnya
Orang;
Department lain;
Perusahaan lain (vendor dan pelanggan/klien);
Institusi keuangan (bank misalnya);
Institusi non-keuangan (kantor Jamsostek misalnya); dan
Kantor pemerintah (kantor pajak misalnya)
Interupsi atau gangguan dari luar, dengan intensitas yang paling rendah
sekalipun, cukup untuk membuat pekerjaan menjadi runyam. Karena pekerjaan
45
akuntansi membutuhkan fokus yang ekstra tinggi, samasekali tak bisa disambi
(multi-tasking).
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa responden yang bahwa dari 1
responden yang berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan
perempuan terdapat 22 (5,5%) yang setuju.
Bahwa dari responden menurut kelompok usia 18-30 tahun tidak setuju
sebesar 19 (47,5%) sedangkan kelompok usia 31-38 tahun terdapat 4 (0,1%) yang
setuju.
Tabel 5.1
Pengelompokkan Responden berdasarkan jenis kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
NO Jenis Kelamin (N=40) % (100,0%)
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
1
39
2,5
97,5
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.1 pengelompokkan menurut jenis kelamin yang terdiri
dari 40 responden (100,0%). Pengelompokkan jenis kelamin Perempuan yang
tertinggi 39 orang ( 97,5%). Dan yang terendah Laki-laki adalah 1 orang ( 2,5%).
46
Tabel 5.2
Pengelompokkan Responden Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
NO Usia (N=40) % (100,0%)
1.
2.
18-30 tahun
31-38 tahun
34
6
8,5
1,5
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.2 pengelompokkan menurut usia yang terdiri dari 40
responden (100,0%). Pengelompokkan usia 18-30 tahun yang tertinggi 34 orang
(8,5%). Dan yang terendah usia 31-38 tahun adalah 6 orang (1,5%)
Tabel 5.3
Pengelompokkan Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
NO Pendidikan terakhir (N=40) % (100,0%)
1.
2. 3.
SMP
SMK
SMA
11
5
22
27,5
12,5
5,5
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.3 pengelompokkan menurut Pendidikan terakhir yang
terdiri dari 40 responden (100,0%). Pengelompokkan menurut pendidikan terakhir
SMA yang tertinggi 22 orang (5,5%). Dan yang terendah SMK adalah 5 orang
(12,5%)
47
Tabel 5.4
Pengelompokkan Responden Berdasarkan Nama Toko
Di Mall GTC Makassar
NO Nama Toko (N=40) % (100,0%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Siantano
Aksesoris
Butik Moncherry
Jodis
Pornigs
Sandal II
Sweet Collection
Kencana Ungu
MT. Montag
Indo Bags
Hypernart
Prima Musik
Kantor Mall GTC Makassar
JZ Boutique
Besi Putih
Istana Sprei
Shuga
Renori Shop
AW
Herbal
Brand Arnet MDS GTC
377 Matahari
Glamz
Batik AS-Salam
MM Bag Collection
Loly by
Orchard Shop(Bundu)
Teh Poci
Sandal
Xanga Xasi
TVS Motor
D Swish Butik
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
3
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2,5
2,5
2,5
5,1
5,1
5,1
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
5,1
2,5
2,5
2,5
5,1
2,5
7,5
7,5
5,1
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
Sumber: Data Primer, 2015
48
Berdasarkan tabel 5.4 pengelompokkan menurut Nama Toko yang terdiri
dari 40 responden (100,0%). Pengelompokkan menurut Nama Toko Brand Arnet
MDS GTC yang tertinggi 3 orang (7,5%). Dan yang terendah Sebanyak 24 Toko
adalah 1 orang/ Toko (2,5%).
Tabel 5.5
Pengelompokkan Responden Berdasarkan Gaji Karyawan
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
NO Gaji Karyawan (N=40) % (100,0%)
1.
2.
700.000-1.000.000
1.100.000-2.500.000
20
20
50,0
50,0
Jumlah 1.800.000-3.500.00 40 100,0 %
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.5 pengelompokkan menurut Gaji Karyawan yang
terdiri dari 40 responden (100,0%). Pengelompokkan menurut Gaji Karyawan
700.000-1.000.000 sebanyak 20 orang (5%). Dan yang Gaji Karyawan 1.100.000-
2.500.00 Sebanyak 20 orang adalah 20 orang (5%).
2. Deskripsi Variabel Penelitian
Analisis Bivariat dilakukan adanya hubungan antara jenis kelamin,
pendidikan terakhir, usia, nama toko, gaji karyawan dengan pengaruh
ketidakpuasan pengaturan jam kerja terhadap kinerja karyawan pada di MALL
GTC Makassar.
49
Tabel 5.6
Analisis Responden Mengenai Pengaturan Jam Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis Kelamin
Pola jam kerja baik
N
% S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 20 2 15 0 2 39 97,5
Total 21 2 15 0 2 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang berjenis
kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 20 (5%)
yang setuju.
Tabel 5.7
Analisis Responden Mengenai Pengaturan Jam Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis Kelamin
Pembagian jam kerja baik
N
% S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 11 3 19 0 2 39 97,5
Total 12 3 19 0 2 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang berjenis
kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 19 (47,5%)
yang tidak setuju.
50
Tabel 5.8
Analisis Responden Mengenai Pengaturan Jam Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Jam masuk kerja yang sesuai
N
% S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 16 `1 13 0 9 39 97,5
Total 17 1 13 0 9 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang berjenis
kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 16 (4%)
yang setuju.
Tabel 5.9
Analisis Responden Mengenai Pengaturan Jam Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Pembagian shift kerja
N
% S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 5 3` 22 0 9 39 97,5
Total 6 3 22 0 9 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang berjenis
kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5 %) sedangkan perempuan terdapat 22 (55%)
yang setuju.
51
Tabel 5.10
Analisis Responden mengenai pengaturan jam kerja berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Jam pulang kerja
N
% S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 1 2 0 ,5
Perempuan 16 2` 17 0 3 38 95,0
Total 17 2 17 0 4 40 95,5
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari responden yang berjenis
kelamin laki-laki setuju sebesar (0,5%) sedangkan perempuan terdapat 17
(42,5 %) yang setuju.
Tabel 5.11
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Mengerjakan suatu pekerjaan dengan
penuh perhitungan.
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 22 11 6 0 0 39 97,5
Total 23 11 6 0 0 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 22
(5,5%) yang setuju.
52
Tabel 5.12
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Skill yang dimiliki sesuai dengan
pekerjaan yang diberikan.
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 20 0 10 0 9 39 97,5
Total 21 0 10 0 9 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 20
(5%) yang setuju.
Tabel 5.13
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Mengerjakan suatu pekerjaan dengan
cekatan
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 0 0 1 0 0 1 2,5
Perempuan 29 0 8 0 2 39 97,5
Total 29 0 9 0 2 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 29
(72,5%) yang setuju.
53
Tabel 5.14
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis Kelamin
Tingkat pencapaian volume
Penjualan yang hasilkan
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 0 0 1 0 0 1 2,5
Perempuan 22 2 14 0 1 39 97,5
Total 22 2 14 0 1 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 22
(5,5%) yang setuju.
Tabel 5.15
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Perusahaan menetapkan target
penjualan dengan penuh perhitungan
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 0 0 1 0 0 1 2,5
Perempuan 16 0 12 0 11 39 97,5
Total 16 0 13 0 11 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.15 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 16
(4%) yang setuju.
54
Tabel 5.16
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis Kelamin
Pengetahuan yang di miliki mampu
melaksanakan pekerjaan dengan baik.
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 34 2 1 0 2 39 97,5
Total 35 2 1 0 2 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.16 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 34
(8,5%) yang setuju.
Tabel 5.17
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis Kelamin
Pengetahuan yang dimiliki dapat
menguasai bidang tugas departemen lain.
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 30 2 2 0 5 39 97,5
Total 31 2 2 0 5 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 30
(7,5%) yang setuju.
55
Tabel 5.18
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Pengetahuan yang dimiliki lebih
menguasai berbagai bidang pekerjaan.
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 31 1 4 0 3 39 97,5
Total 32 1 4 0 3 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.18 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 31
(77,5%) yang setuju.
Tabel 5.19
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Handal dalam melaksanakan prosedur
kerja
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 33 1 3 0 2 39 97,5
Total 34 1 3 0 2 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.19 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 33
(82,5%) yang setuju.
56
Tabel 5.20
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Mencari cara lain ketika mengalami
kebutuhan kerja.
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 14 1 15 3 6 39 97,5
Total 15 1 15 3 6 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.20 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 15
(37,5%) yang tidak setuju.
Tabel 5.21
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Jenis
Kelamin
Taat terhadap semua aturan dan prosedur
kerja yang di tetapkan dalam suatu
pekerjaan.
N
%
S SS TS STS KS
Laki-laki 1 0 0 0 0 1 2,5
Perempuan 30 2 2 2 3 39 97,5
Total 31 2 2 2 3 40 100.0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.21 menunjukkan bahwa dari 1 responden yang
berjenis kelamin laki-laki setuju sebesar (2,5%) sedangkan perempuan terdapat 30
(7,5%) yang setuju.
57
Tabel 5.22
Analisis Responden Mengenai Pengaturan Jam Kerja Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Pola jam kerja baik
N
% S SS TS STS KS
18-30 Tahun 10 0 19 0 4 33 82,5
31- 38 Tahun 4 1 2 0 0 7 17,5
Total 14 1 21 0 4 40
100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.22 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun tidak setuju sebesar 19 (47,5%) sedangkan kelompok
usia 31-38 tahun terdapat 4 (0,1%) yang setuju.
Tabel 5.23
Analisis Responden Mengenai Pengaturan Jam Kerja Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Pembagian jam kerja baik
N
% S SS TS STS KS
18-30 Tahun 10 2 15 0 2 29 72,5
31-38 Tahun 3 1 2 0 5 11 27,5
Total 13 3 17 0 7 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.23 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun tidak setuju sebesar 15 (37,5%) sedangkan kelompok
usia 31-38 tahun terdapat 5 (12,5%) yang kurang setuju.
58
Tabel 5.24
Analisis Responden Mengenai Pengaturan Jam Kerja Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Jam masuk kerja yang sesuai
N
% S SS TS STS KS
18-30 Tahun 18 0 6 0 3 27 67,5
31-38 Tahun 4 1 6 0 2 13 32,5
Total 22 1 12 0 5 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.24 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 18 (4,5%) sedangkan kelompok usia
31-38 tahun terdapat 6 (1,5%) yang tidak setuju.
Tabel 5.25
Analisis Responden Mengenai Pengaturan Jam Kerja Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Pembagian shift kerja
N
% S SS TS STS KS
18-30 Tahun 12 1 20 0 0 23 57,5
31-38 Tahun 3 1 2 10 1 17 42,5
Total 15 2 22 10 1 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.25 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun tidak setuju sebesar 20 (5%) sedangkan kelompok
usia 31-38 tahun terdapat 10 (2,5%) yang sangat tidak setuju.
59
Tabel 5.26
Analisis Responden mengenai pengaturan jam kerja berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Jam pulang kerja
N
% S SS TS STS KS
18-30 Tahun 10 0 13 1 1 25 62,5
31-38 Tahun 4 1 9 0 1 15 37,5
Total 14 1 22 1 2 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.26 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun tidak setuju sebesar 13 (32,5%) sedangkan kelompok
usia 31-38 tahun terdapat 9 (22,5%) yang tidak setuju.
Tabel 5.27
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Mengerjakan suatu pekerjaan dengan
penuh perhitungan.
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 19 2 7 0 1 29 72,5
31-38 Tahun 5 1 3 2 0 11 27,5
Total 24 3 10 2 1 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.27 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 19 (47,5%) sedangkan kelompok usia
31-38 tahun terdapat 5 (12,5%) yang setuju.
60
Tabel 5.28
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Skill yang dimiliki sesuai dengan
pekerjaan yang diberikan.
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 20 1 5 0 5 31 77,5
31-38 Tahun 6 0 1 2 0 9 22,5
Total 26 1 6 2 5 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.28 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 20 (5%) sedangkan kelompok usia 31-
38 tahun terdapat 6 (1,5%) yang setuju.
Tabel 5.29
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Mengerjakan suatu pekerjaan dengan
cekatan.
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 24 0 1 0 2 27 67,5
31-38 Tahun 7 4 0 2 0 13 32,5
Total 31 4 1 2 2 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.29 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 24 (6%) sedangkan kelompok usia 31-
38 tahun terdapat 7 (17,5%) yang setuju.
61
Tabel 5.30
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Tingkat pencapaian volume
Penjualan yang hasilkan
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 15 1 11 0 0 27 67,5
31-38 Tahun 6 0 3 0 4 13 32,5
Total 21 1 14 0 4 40 100,0
Sumber: Data Primer, 201
Berdasarkan tabel 5.30 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia18-30 tahun setuju sebesar 15(37,5%) sedangkan kelompok usia
31-38 tahun terdapat 6(1,5%) yang setuju.
Tabel 5.31
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Perusahaan menetapkan target penjualan
dengan penuh perhitungan.
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 19 3 3 0 2 27 67,5
31-38 Tahun 7 1 2 0 3 13 32,5
Total 26 4 5 0 5 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.31 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 19(47,5%)sedangkan kelompok usia
31-38 tahun terdapat 7(17,5%) yang setuju.
62
Tabel 5.32
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Pengetahuan yang di miliki mampu
melaksanakan pekerjaan dengan baik.
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 25 2 0 0 0 27 67,5
31-38 Tahun 10 3 0 0 0 13 32,5
Total 35 5 0 0 0 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.32 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 25(62,5%)sedangkan kelompok usia
31-38 tahun terdapat 10(2,5%) yang setuju.
Tabel 5.33
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Pengetahuan yang dimiliki dapat
menguasai bidang tugas departemen
lain.
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 12 3 16 0 0 31 77,5
31-38 Tahun 7 1 1 0 0 9 22,5
Total 19 4 17 0 0 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.33 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 16(4%) sedangkan kelompok usia 31-
38 tahun terdapat 7(17,5%) yang setuju.
63
Tabel 5.34
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Pengetahuan yang dimiliki lebih
menguasai berbagai bidang pekerjaan.
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 14 5 0 0 2 21 52,5
31-38 Tahun 15 4 0 0 0 19 47,5
Total 29 9 0 0 2 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.34 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 14(3,5%) sedangkan kelompok usia 31-
38 tahun terdapat 15(37,5%) yang setuju.
Tabel 5.35
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Handal dalam melaksanakan prosedur
kerja
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 24 0 0 0 3 27 67,5
31-38 Tahun 10 3 0 0 0 13 32,5
Total 34 3 0 0 3 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.35 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 24(6%) sedangkan kelompok usia 31-
38 tahun terdapat 10(2,5%)yang setuju.
64
Tabel 5.36
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Mencari cara lain ketika mengalami
kebutuhan kerja.
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 17 5 0 0 5 27 67,5
31-38 Tahun 11 0 2 0 0 13 32,5
Total 28 5 2 0 5 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.36 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 17(42,5%)sedangkan kelompok usia
31-38 tahun terdapat 11(27,5%) yang setuju.
Tabel 5.37
Analisis Responden Mengenai Kinerja Karyawan Berdasarkan Usia
Di Mall GTC Makassar Tahun 2015
Usia
Taat terhadap semua aturan dan prosedur
kerja yang di tetapkan dalam suatu
pekerjaan.
N
%
S SS TS STS KS
18-30 Tahun 19 7 1 0 0 27 67,5
31-38 Tahun 10 0 2 0 1 13 32,5
Total 29 7 3 0 1 40 100,0
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 5.37 menunjukkan bahwa dari responden menurut
kelompok usia 18-30 tahun setuju sebesar 19(47,5%) sedangkan kelompok usia
31-38 tahun terdapat 10 (12,5%) yang setuju.
65
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh ketidakpuasan pengaturan
jam kerja terhadap kinerja karyawan di Mall GTC Makassar maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik yang megalami ketidakpuasan pengaturan jam kerja
sebanyak 40 orang (100,0%).
2. Ada hubungan antara pengaturan jam kerja dengan ketidakpuasaan
pengaturan jam kerja pada karyawan Mall GTC Makassar.
3. Ada hubungan antara kinerja karyawan dengan ketidakpuasan
pengaturan jam kerja pada karyawan Mall GTC Makassar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian mengenai pengaruh ketidakpuasan jam
kerja dengan pengaruh jam kerja dengan kinerja karyawan pada Mall GTC
Makassar maka penelitian memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kepuasan kerja diperusahaan tersebut.
2. Agar gaji/upah yang diterima harus sesuai jam kerja.
3. Memberikan tunjangan kesehatan kepada karyawan.
4. Memberikan bonus atau insentif pada karyawan yang berprestasi
berupa gaji tambahan atau penghargaan.
65
66
DAFTAR PUSTAKA
Gibson. 2000. Organisasi Perilaku, Struktur Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Gilbert. 1996. Manajemen. Jilid I. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Prenhallindo.
Handoko, Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE
Hasibuan, M. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Luthas, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi 10. Yogyakarta: Andi.
Mangkunegara, Anwar Prabu AA. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Martoyo, Susilo. 2003. Audit Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Mathis, L.Robet., Jakson, H. John. 2006. Human Resources Management,
Manajemen SDM. Jakarta : Salemba.
Robbins, S.P., and T.A. Judge. 2009. Organizational Behavior. Pearson Prentice
Hall. United State Of America. New York.
Sedamaryanti. 2004. Pengembangan Kepribadian Pegawai. Bandung: Mandar
Maju.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabeta
Surya, Dharma. 2005. Manajemen kinerja, Falsafah Teori dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Umar, Husein, 2001. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Wiryanto LG. 2003. Manajemen Kepegawaian. Yogyakarta: Kasinius.
66
67
Noor , Hidayat Taufik , lingkungan kemampuannya , 2012
Wexley dan Yukl , kemampuan dan pendidikan , 2009
.
Levi, “Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap
layak “ 2012
Robbin , Ketidakpuasan kerja ,2000
Adnan , Sistem kerja shift rotasi, 2002.
Tayyari and smith , dalam bukunya ,circadian rhythm , “menyesuaikan perubahan
waktu selama 24 jam , 1997,2000
Learner‟s , dictionary ,“sosialisasi pekerja karena interaksi lingkungan terganggu ,
2005
Munandar , “indikator dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan” , 2001
68
LAMPIRAN
PENGARUH KETIDAKPUASAN PENGATURAN JAM KERJA
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
DI MALL GTC MAKASSAR
A. Faktor Penyebabnya
1. Kurangnya karyawan yang dipekerjakan
2. Kurangnya pengunjung datang berbelanja
3. Kurangnya tenant terisi
4. Tidak lengkapnya barang jual
5. Kurangnya perhatian manajemen perusahaan pada karyawan
6. Adanya perbedaan pengaturan jam kerja terhadap karyawan pada
perusahaan yang memiliki beberapa tenant ditempat lain
7. Jam kerja tidak sesuai dengan gaji karyawan
8. Adanya sebagian perusahaan tidak memberikan off pada karyawan
9. Sebagian karyawan tidak mendapat baju seragam kerja.
10.Tidak sadarnya orang Indonesia di jadikan karyawan oleh orang cina
karena factor ekonomi Indonesia.
11.Tidak sadarnya orang Indonesia di jadikan karyawan oleh orang cina
di negara sendiri.
69
RUMUSAN PERHITUNGAN
1).n=40 n =162.34
N=100,0 % 11).500:1.144.001
e=15 % n=43,71
12).500:70.001
1).26.500.000:21.785,00 n=714,28
13).500:310.001
n=1.216.43 n=161,29
2).500:63.001
n=79,364
3).500:684.001
n=7,31
4).500:994.501
n=50,28
5).500:1.782.001
n=28,06
6).500:1.156.001
n=43,25
7).500:759.001
n=65,88
8).500:945.001
n=52,91
9).500:261.001
n=191,57
10).500:308.001