Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PERUBAHAN TINGKAT KEMAMPUAN KELUARGA
DALAM PERAWATAN HALUSINASI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GEGER
KABUPATEN MADIUN
Oleh :
TRI WULANDARI
NIM : 201402106
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PERUBAHAN TINGKAT KEMAMPUAN KELUARGA
DALAM PERAWATAN HALUSINASI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GEGER
KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
TRI WULANDARI
NIM : 201402106
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan hidayahnya dari Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan
dengan penuh perjuangan dan iringan doa. Oleh karena itu skripsi ini
dipersembahkan penulis untuk keluarga yang mempunyai anggota keluarga
dengan masalah gangguan kejiwaan, khususnya halusinasi untuk meningkatkan
kemampuannya dalam memberikan perawatan. Penulis juga mempersembahkan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan
Tingkat Kemampuan Keluarga dalam Perawatan Halusinasi di Wilayah Kerja
Puskesmas Geger Kabupaten Madiun” antara lain :
1. Kedua orang tua yang luar biasa mengiringi proses pembuatan skripsi ini
yaitu sang pemimpin dalam keluarga bapak Sokini serta seorang wanita
terindah yang diberikan dalam hidup saya Ibu Sutini.
2. Saudara – saudara tercinta yang selalu memberikan doa dan motivasi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Untuk dosen tercinta yang membimbing bu Dian Anisia W, S.Kep.,Ns.,
M.Kep selaku pembimbing 1 yang membimbing dengan penuh ketelatenan
dan kesabaran.
4. Bapak Kuswanto, S.Kep.,Ns, M.Kes selaku pembimbing 2 yang dengan
sabar dalam membimbing dan memberikan motivasi yang begitu besar
5. Untuk Pak Joon Suwarno E.S dan untuk para sahabat-sahabat yang telah
bersama selama 4 tahun mengarungi perjuangan kuliah Kelas A dan B
Keperawatan Angkatan 2014. Terima Kasih banyak semuanya.
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Tri Wulandari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Ngawi, 13 Desember 1995
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus Dari Pendidikan TK Dharma Wanita Persatuan Tempuran Tahun
2002
2. Lulus Dari Sekolah Dasar Negeri Tempuran 5 Paron Tahun 2008
3. Lulus Dari Madrasah Tsanawiyah Negeri Paron Tahun 2011
4. Lulus Dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ngawi Tahun 2014
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-
sekarang
viii
ABSTRAK
Tri Wulandari
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PERUBAHAN TINGKAT KEMAMPUAN KELUARGA DALAM
PERAWATAN HALUSINASI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GEGER KABUPATEN MADIUN
161 Halaman + 13 Tabel + 3 Gambar + 18 Lampiran
Gangguan jiwa di era globalisasi dan persaingan seperti saat ini semakin
meningkat. Menurut WHO (2016) 25% dari penduduk dunia pernah mengalami
masalah kesehatan jiwa. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa,
dimana klien tidak mampu berkomunikasi, memecahkan masalah, merawat
dirinya sendiri, sikap curiga dan bermusuhan. Jika kondisi dibiarkan klien akan
berperilaku kekerasan, bahkan membunuh orang lain. Untuk itu keluarga
memiliki peran yang penting dalam perawatannya. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat
kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas
Geger Kabupaten Madiun.
Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperimen dengan rancangan
non equavalent control group design. Sampel penelitian berjumlah 36 keluarga,
18 anak untuk sampel kelompok eksperimen dan 18 keluarga untuk sampel
kelompok kontrol dengan teknik sampling Proportional stratified random
sampling dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data
menggunakan Uji Statistik Mann Whitney U Test.
Hasil penelitian dengan uji Mann Whitney diperoleh nilai P = 0.000, Karena
nilai value = <0.05 maka Ha diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan
antara pemberian pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat kemampuan
keluarga dalam perawatan halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun.
Diharapkan keluarga mempertahankan kemampuannya dalam perawatan
halusinasi dan petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan tentang cara
perawatan halusinasi yang benar secara periodik kepada keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dalam perawatan.
Kata kunci : Pendidikan kesehatan, tingkat kemampuan, halusinasi
ix
ABSTRACT
Tri Wulandari
INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION TO CHANGE ABILITY OF
FAMILY IN HALUSINATION CARE IN THE WORKING PUSKESMAS
GEGER REGENCY OF MADIUN
161 Pages + 13 Tables + 3 Pictures + 18 enclosures
Background : Mental disorders in the era of globalization and competition as it is
now increasing. According to WHO (2016) 25% of the world's population has
experienced mental health problems. Hallucinations are one of the symptoms of
mental disorder, where clients are unable to communicate, solve problems, take
care of themselves, suspicious and hostile. If the condition is left the client will
behave violently, even kill others. For that the family has an important role in its
care. The purpose of this study to determine the effect of health education on the
family's ability in the treatment of hallucinations in the working area of Geger
Health Center of Madiun Regency.
The methods of this research : The design of this research method using Quasy
Experimental Non Equavalent With Control Group Design. The samples in this
research were 36 families, 18 families for the experimental group and 18 families
for the control group. Sampling techniques in the research with Proportional
stratified random sampling and the measuring instruments using questionnaires.
The Result : The result of research with Mann Whitney test obtained value P =
0.000, Because value value = <0.05 then Ha accepted, meaning there is significant
influence between giving of health education to change of family ability level in
hallucination treatment at Working Area of Geger Public Health Center of
Madiun Regency.
Analysis : Analysis using Mann Whitney U Test Statistics is significant influence
between giving of health education to change of family ability level in
hallucination treatment.
Discuss dan Coclusion : Expected ability of family maintain behaviorin
hallucinatory treatment to provide health education workers period with proper
ways of correcting hallucinations to families to improve knowledge and improve
careers.
Keywords: Health education, ability level, hallucination
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam .................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................ iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Persembahan ......................................................................................... v
Halaman Pernyataan ........................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................... viii
Abstract .............................................................................................................. ix
Daftar Isi ............................................................................................................. x
Daftar Tabel ........................................................................................................ xii
Daftar Gambar .................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ................................................................................................. xiv
Daftar Singkatan ................................................................................................. xv
Daftar Istilah ....................................................................................................... xvi
Kata Pengantar ................................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan ................................................. 10
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan ...................................................... 11
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan ...................... 11
2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan ...................................................... 12
2.1.5 Media Pendidikan Kesehatan ......................................................... 14
2.1.6 Perencanaan Pendidikan Kesehatan ............................................... 18
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga ...................................................................... 21
2.2.2 Ciri Keluarga ................................................................................. 21
2.2.3 Tipe Keluarga ............................................................................... 22
2.2.4 Struktur Keluarga .......................................................................... 24
2.2.5 Fungsi Keluarga ............................................................................ 26
2.2.6 Tugas Keluarga ............................................................................. 28
2.2.7 Peran Keluarga .............................................................................. 28
2.2.8 Kemampuan Keluarga .................................................................. 30
2.2.9 Faktor yang Mempengaruhi Keluarga .......................................... 33
2.3 Konsep Halusinasi
2.3.1 Pengertian Halusinasi ....................................................................34
2.3.2 Etiologi Halusinasi .........................................................................35
xi
2.3.3 Jenis Halusinasi ..............................................................................37
2.3.4 Tahap Halusinasi ........................................................................... 37
2.3.5 Tanda Gejala Halusinasi ............................................................... 39
2.3.6 Rentang neurobiologi Halusinasi ................................................... 39
2.3.7 Manifestasi Klinis Halusinasi ........................................................ 42
2.3.8 Peran Keluarga dalam Perawatan Halusinasi ................................ 47
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual.................................................................................48
3.2 Hipotesa Penelitian ....................................................................................49
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .......................................................................................50
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi ..........................................................................................51
4.2.2 Sampel ...........................................................................................51
4.2.3 Kriteria Sampel ..............................................................................53
4.3 Teknik Sampling ........................................................................................54
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................................56
4.5 Variabel dan Definisi Operasional ............................................................57
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................................58
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................60
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................61
4.9 Pengolahan dan Analisa Data ...................................................................62
4.10 Etika Penelitian ..........................................................................................67
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ...................................................70
5.2 Hasil Penelitian .........................................................................................71
5.3 Pembahasan ..............................................................................................89
5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................96
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...............................................................................................97
6.2 Saran .........................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................99
Lampiran-lampiran ..............................................................................................103
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Tahap Pendidikan Kesehatan.............................................. 19
Tabel 2.2 Tahap Halusinasi................................................................. 38
Tabel 4.1 Skema/Rancangan Penelitian............................................. 50
Tabel 4.2 Data Halusinasi............................................................. 55
Tabel 4.4 Definisi Operasional........................................................... 57
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas............................................................ 59
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas........................................................... 59
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia..........................................................
72
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin............................................
72
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
berdasarkan pendidikan.....................................................
73
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Status Pekerjaan.............................................
73
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Status Hubungan Dengan Penderita...............
74
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Rutinitas Minum Obat...................................
74
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Kekambuhan Bulanan...................................
75
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Jumlah Di Rawat............................................
75
Tabel
Tabel
5.9
5.10
Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Pada
Kelompok Kontrol Dalam Perawatan Halusinasi Sebelum
Dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan................
Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Dalam
Perawatan Halusinasi Pada Kelompok Kontrol Sebelum
Dan Sesudah Berdasarkan 5 Komponen Kemampuan........
76
78
Tabel 5.11 Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Pada
Kelompok Eksperimen Dalam Perawatan Halusinasi
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan..
83
Tabel 5.12 Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Dalam
Perawatan Halusinasi Pada Kelompok Kontrol Sebelum
Dan Sesudah Berdasarkan 5 Komponen Kemampuan........
85
Tabel 5.13 Hasil Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Dalam
Perawatan Halusinasi......................................................
88
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman Gambar 2.3 Respon Neurobiologi ......................................................... 41
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................. 48
Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian ................................................. 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Surat Izin Pengambilan Data Dinkes ........... 103
Lampiran 2 Permohonan Surat Izin Pengambilan Data Puskesmas ..... 104
Lampiran 3 Lembar Izin Penelitian ...................................................... 105
Lampiran 4 Lembar Selesai Penelitian ................................................. 106
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden ........................ 107
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .......................... 108
Lampiran 7 Lembar Kisi-Kisi Kuesioner.............................................. 110
Lampiran 8 Lembar Kuesioner Responden .......................................... 111
Lampiran 9 Lembar Satuan Acara Penyuluhan .................................... 115
Lampiran 10 Lembar Leaflet .................................................................. 126
Lampiran 11 Lembar Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ..................... 128
Lampiran 12 Lembar Tabulasi Data ....................................................... 135
Lampiran 13 Lembar Hasil Uji Normalitas Data .................................... 147
Lampiran 14 Lembar Pengolahan Data .................................................. 151
Lampiran 15 Lembar Tabulasi Perubahan .............................................. 154
Lampiran 16 Lembar Jadwal Kegiatan ................................................... 156
Lampiran 17 Lembar Konsultasi............................................................. 157
Lampiran 18 Foto Proses Penelitian ....................................................... 160
xv
DAFTAR SINGKATAN
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BAKESBANGPOL : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
DINKES : Dinas Kesehatan
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
WC : Water Closed
WHO : World Health Organization
xvi
DAFTAR ISTILAH
Ability : Kemampuan
Afektif : Perasaan
Analysis : Analisis
Anonimity : Tanpa nama
Application : Aplikasi
Audio Aids : Alat bantu dengar
Audio Visual Aids : Alat bantu lihat-dengar
Autonomy : Bebas
Bill Board : Media papan
Bivariate : Menguji 2 variabel
Booklet : Pesan dalam bentuk gambar/tulisan
Brain Storming : Menghindari kritik
Caregiver : Pemberi perawatan
Cerebellum : Otak kecil
Coding : Pengkodean
Cohibing Couple : Dua/satu pasangan yang tidak tinggal
bersama
Commuter Married : Suami istri karier tinggal terpisah
Comunal : Satu rumah untuk dua/lebih pasangan
monogamy
Comprehension : Memahami
Confidentiality : Kerahasiaan
Dependent : Bebas
Drop Out : Keluar
Dual Carrier : Suami istri berkarier tanpa anak
Dyadic Nuclear : Suami istri berumur dan tidak
mempunyai anak
Editing : Penyuntingan data
Enabling Factor : Pemungkin
Evaluation : Evaluasi
Extended family : Keluarga inti ditambah sanak saudara
Film Strip : Putaran Film
Flash Card : Kertas/kartu bergambar 25x30 cm
Flyer : Selebaran
Frontal : Depan
Group Marriage : Satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunan
Homicide : Membunuh orang lain
Inclusiveness : Keterbukaan
Independent T test : Terikat 2 sampel bebas
Inform Consent : Lembar persetujuan
Input : Sasaran
Institusional Anak/orang dewasa tinggal di panti
Johari Window : Peserta kesempatan mengolah informasi
xvii
Justice : Keadilan
Know : Tahu
Kognitif : Pengetahuan
Leaflet : Poster mini
Make Up : Dandan
Mann Whitney : Uji non parametris yang digunakan untuk
mengetahui perbedaan median 2
kelompok bebas apabila skala data
variabel terikatnya ordinal atau
interval/ratio tetapi tidak berdistribusi
normal
Matrilineal : Keluarga sedarah ibu
Matrilokal : Suami istri tinggal bersama sedarah istri
Middle Age : Usia pertengahan
Non Equivalent : Satu grup/tidak ada pembanding
Output : Harapan
Paired T Test : Analisis pre post pada 2 subjek yang
sama
Patrilineal : Keluarga sedarah ayah
Patrilokal : Suami istri tinggal bersama sedarah
suami
Post Mortem : Otopsi
Predisposing : Pemudah
Preventif : Pencegahan
Proportional : Proporsi
Psikomotorik : Perilaku
Quasy : Semu
Recall : Mengingat kembali
Reconstituted Nuclear : Pembentukan baru dari keluarga inti
Reinforcing : Penguat
Respect For Human Dignity : Menghormati harkat dan martabat
manusia
Rubrik : Tulisan surat kabar, poster/foto
Sampling : Teknik pengambilan sampel
Scoring : Penilaian
Slide : Layar
Single Adult : Wanita atau pria dewasa tinggal sendiri
tidak ada keinginan menikah
Single Parent : Satu orang karena perceraian/kematian
pasangan
Stratified : Tingkatan/strata
Suicide : Bunuh diri
Synthesis : Sintesis
Tabulating : Tabel data
Temporal : Samping
xviii
Three generation : Tiga keluarga/lebih tinggal dalam satu
rumah
Tradisional Nuclear : Keluarga inti
Univariate : Menguji 1 variabel
Unmarried Parent and Child : Ibu dan anak dengan perkawinan tidak
dikehendaki
Visual Aid : Alat bantu lihat
Wilcoxon Rank Test : Uji non parametris, sifat data berasal dari
ordinal, data berpasangan
xix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat
Kemampuan Keluarga Dalam Perawatan Halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas
Geger Kabupaten Madiun” dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas
dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun yang telah memberikan izin
pencarian data awal.
2. Kepala Puskesmas Geger Kabupaten Madiun yang memberikan izin
penelitian di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
3. Kepala Desa yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan
penelitian.
4. Zainal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKes Bhakti Husada
Mulia Madiun, yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
5. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulai Madiun yang telah memberikan
kesempatan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dian Anisia W, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh ketelatenan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
xx
7. Bapak Kuswanto, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang
selalu membimbing dengan penuh kesabaran sehinggga skripsi ini dapat
terselesaikan.
8. Aris Hartono, S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua dewan penguji dalam skripsi
ini.
9. Kedua Orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberi dorongan dan
semangat tanpa henti.
10. Teman-teman Angkatan 2014 yang telah memberi dorongan dan bantuan
berupa apapun dalam penyusunan tugas skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin
Wassalamualaikum Wr.Wb
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa di era globalisasi dan persaingan bebas seperti sekarang ini
cenderung meningkat dan menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia. Menurut WHO (2016) prevalensi masalah kesehatan jiwa saat
ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan
jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat. Dalam penelitian Yosep (2011)
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Di Indonesia sendiri pada tahun 2013 jumlah gangguan jiwa berat
terdapat 1,7 juta pasien dan gangguan jiwa ringan terdapat 19 juta pasien. Di Jawa
Timur menunjukkan 83.612 dari 38.005.413 jiwa mengalami gangguan jiwa
(Balitbang, 2013). Sedangkan data Dinas Kesehatan pada tahun 2013, 2014 dan
2015 berturut-turut mengalami peningkatan, tahun 2013 sebanyak 1.408 orang,
tahun 2014 sebanyak 1.869 orang dan tahun 2015 sebanyak 2.195 orang
mengalami gangguan jiwa (Dinkes Kab. Madiun, 2016).
Di Indonesia gangguan jiwa terbagi menjadi 7 masalah keperawatan utama
yaitu perilaku kekerasan, menarik diri/isolasi sosial, waham, resiko bunuh diri,
defisit perawatan diri, harga diri rendah dan halusinasi. Menurut perawat di
Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di ruang
kelas III rata-rata angka halusinasi mencapai 46,7% setiap bulannya (Mamnu‟ah,
2010). Tingginya angka penderita gangguan jiwa yang mengalami gangguan
2
halusinasi apabila tidak ditangani dengan baik akan berakibat buruk bagi klien
sendiri, keluarga, orang lain dan lingkungan.
Halusinasi merupakan salah satu tanda dan gejala yang paling sering
dijumpai pada orang dengan gangguan jiwa. Halusinasi terjadi karena adanya
perubahan persepsi sensori berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan yang mana penderita tidak dapat membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) terhadap lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati dan Hartono, 2010). Tanda gejala
yang diperlihatkan klien dengan halusinasi yaitu klien tidak dapat memusatkan
perhatian/kurangnya konsentrasi, selalu berubah respon dari rangsangan, gelisah,
ketakutan, wajah tegang, perubahan sensori akut, mudah tersinggung, disorientasi,
ketidakmampuan memecahkan masalah, sikap curiga dan bermusuhan,
menyalahkan diri sendiri/orang lain serta perubahan pola perilaku (Yusnipah,
2012).
Chaery (2009) menyatakan bahwa dampak yang dapat ditimbulkan oleh
klien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Klien akan
mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini
pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide),
bahkan merusak lingkungan. Selain itu halusinasi juga akan berimbas pada
keluarganya, peningkatan beban keluarga klien dengan halusinasi tidak dapat
bekerja dan bergantung kepada keluarga, dampak pada psikologis keluarga
terutama stress, hilangnya waktu produktif keluarga klien dapat mengakibatkan
keadaan yang sangat membahayakan seperti berisiko menimbulkan perilaku
3
kekerasan dan lainnya. Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi
perlu penanganan yang tepat baik dari pelayanan kesehatan, masyarakat maupun
keluarga (Maramis, 2006).
Menurut Keliat dan Akemat (2010) pada proses penanganan halusinasi ada
beberapa hal yang harus diketahui, antara lain membina hubungan saling percaya
dengan pasien, dapat dilakukan dengan cara berkenalan dengan pasien dan
menunjukkan sikap empati kepada pasien. Kemudian dengan mengetahui jenis
halusinasinya, dilihat dari data objektif dan data subjektif yang didapat dari klien
halusinasi. Selain dengan mengetahui jenis halusinasinya kita harus mengetahui
waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi. Keluarga membantu klien
mengontrol halusinasi dengan empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi, yaitu : menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan
orang lain, melakukan aktivitas terjadwal dan minum obat secara teratur.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya
dengan seseorang, tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan
antar individu. Dimana keluarga yang akan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga itu sendiri dan masyarakat yang lebih luas secara afektif,
sosialisasi, maupun ekonomi. Keluarga perlu memahami kebutuhan klien, karena
keluarga sebagai pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada
klien. Keluarga harus memiliki 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
untuk meningkatkan kemampuannya (Bloom, 1956 dalam Potter dan Perry,
2009).
4
Hasil penelitian Sulisnadewi (2012), dengan judul “Pendidikan kesehatan
keluarga efektif meningkatkan kemampuan ibu dalam merawat anak diare”. Pada
penelitian tesebut menyatakan bahwa ibu yang mendapatkan pendidikan
kesehatan perawatan anak dengan diare berpeluang sebesar 4,667 kali mampu
merawat anak diare dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan pendidikan
kesehatan. Sedangkan hasil penelitian Wira dengan judul “Pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap kemampuan peran keluarga dalam merawat pasien tb paru di
Wilayah kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember” menunjukkan adanya
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan peran keluarga dalam
merawat pasien Tb Paru di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten
Jember. Oleh karena itu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
salah satunya adalah pemberian pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh promosi kesehatan. Dengan adanya
pendidikan kesehatan tentang halusinasi di harapkan keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan halusinasi memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang informasi yang menyangkut dengan halusinasi sehingga
keluarga memiliki kemampuan yang baik dalam menangani dan merawat anggota
keluarga dengan halusinasi dan bagi klien yang dirawat mendapatkan perawatan
yang optimal yang diberikan oleh keluarga terutama dalam mengontrol
halusinasinya (Keliat, 2011).
5
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Geger terdapat 272
orang penderita gangguan jiwa yang tersebar dalam 10 desa. Masalah yang
banyak terjadi pada penderita dengan gangguan jiwa yaitu halusinasi, dalam
catatan kunjungan terakhir terdapat 77 orang rata-rata mengalami halusinasi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti didapatkan terhadap 5
keluarga yang merawat klien dengan gangguan jiwa tentang cara merawat
didapatkan 4 keluarga hanya membentak dan membiarkan klien ketika kambuh.
Dalam studi pendahuluan peneliti menanyakan pemberian pendidikan kesehatan
cara merawat halusinasi yang benar, keluarga mengatakan sudah pernah diberikan
pendidikan kesehatan. Setelah diberikan pendidikan kesehatan oleh fasilitas
kesehatan kebanyakan dari mereka melakukan tetapi mereka merasa bosan dan
terkadang lupa, untuk itu ingatan mereka harus di ulang (di recall).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pendidikan kesehatan terhadap perubahan kemampuan keluarga
dalam perawatan halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti menyusun rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu: “Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap perubahan tingkat kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi di
Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun?”
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap perubahan tingkat kemampuan keluarga dalam perawatan
halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi perubahan tingkat kemampuan keluarga dalam
perawatan halusinasi pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun.
2. Untuk mengidentifikasi perubahan tingkat kemampuan keluarga dalam
perawatan halusinasi pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun.
3. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan
tingkat kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi di Wilayah kerja
Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan ilmu keperawatan jiwa terkait perawatan halusinasi pada
keluarga dengan gangguan jiwa.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai kesehatan jiwa yang
banyak terjadi pada masyarakat di daerah Madiun dan sekitarnya, sehingga
peneliti tertarik untuk membantu masyarakat dalam mencari solusi dari
permasalahan perawatan gangguan jiwa.
2. Bagi Keluarga
Diharapkan dengan adanya penelitian dapat memberikan manfaat informasi
dalam perawatan anggota keluarga menderita gangguan jiwa terutama
halusinasi.
3. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
dalam kaderisasi atau posbindu kesehatan jiwa.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini menjadi evidence based kesehatan jiwa untuk
mengembangkan teori dan meningkatkan pengetahuan bagi pembaca
tentang pentingnya pendidikan kesehatan terhadap kemampuan keluarga
dalam perawatan halusinasi.
5. Bagi Peneliti yang selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai dasar bagi penelitian
selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
8
1.5 Penelitian Sebelumnya
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yobi Wira Rahman (2016). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan terhadap Kemampuan Peran Keluarga dalam
Merawat Pasien Tb Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten
Jember. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
Pre-eksperimental dengan one group pretest-postest design. Populasi
penelitian ini sebanyak 32 responden. Variabel Data dianalisa secara
univariat dan bivariat dengan menggunakan Uji t test dependen (paired test)
dengan tingkat kemaknaan p < α (0,05). Hasil penelitian menunjukkan
adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan peran keluarga
dalam merawat pasien Tb Paru, dengan nilai p= 0,000 yang berarti p < α
(0,05). Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata sebelum dan sesudah
pendidikan kesehatan -14.813, standar deviasi 5,772, dengan nilai p value
0,000 yang berarti p < α (0,05). Maka ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap kemampuan peran keluarga dalam merawat pasien Tb Paru di
wilayah kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Kompyang Sulisnadewi (2012).
Efektifitas Pendidikan Kesehatan Keluarga terhadap Peningkatan
Kemampuan Ibu Dalam Merawat Anak Diare di RSUP Sanglah dan RSUD
Wangaya Denpasar. Penelitian dengan metode Quasy-eksperimental dengan
posttest only group design. Sampel penelitian ini sebanyak 62 responden di
dua rumah sakit di Denpasar. Hasil posttest menggambarkan skor
pengetahuan, sikap dan keterampilan masing-masing kelompok berbeda
9
penelitian menunjukkan bahwa Pemberian Pendidikan Kesehatan Efektif
Meningkatkan Kemampuan Ibu Dalam Merawat Anak Diare di RSUP
Sanglah dan RSUD Wangaya Denpasar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rismayanti (2017). Rancangan penelitian
yang digunakan pada penelitian ini adalah desain pra-eksperimental dengan
one-group pre-test and post-test design, dengan cara melakukan kunjungan
rumah untuk mendapatkan pengaruh yang bermakna dari pendidikan
kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang perawatan
pasien dengan masalah gangguan persepsi halusinasi di RSKD Prov. Sul-Sel
selama 1 bulan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang
diambil berdasarkan metode total sampling. Penelitian menggunakan uji
Wilcoxon dan data dianalisis dengan menggunakan SPSS 16. Pengetahuan
keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
halusinasi dengar di wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya Makassar
sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dan setelah diberikan
(posttest) mengalami peningkatan. Didapatkan nilai p=0,011 yang berarti
ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan
keluarga tentang perawatan pasien dengan masalah gangguan halusinasi
pendengaran di RSKD Prov Sul-Sel.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan
pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan
dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh
sasaran dari promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Pendidikan kesehatan termasuk dalam bentuk kegiatan dan pelayanan
keperawatan yang dapat dilakukan di rumah sakit ataupun diluar rumah sakit (non
klinik) seperti tempat ibadah, pusat kesehatan ibu dan anak, tempat pelayanan
public, tempat penampungan, organisasi pemeliharaan kesehatan, organisasi
masyarakat, sekolah, panti wredha, dan unit kesehatan yang bergerak lainnya
(Nursalam, 2008). Pendidikan kesehatan untuk mengembangkan dan
menyediakan arahan dan pengalaman belajar untuk memfasilitasi adaptasi
terhadap perilaku kodusif kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas. Dimana strategi pendidikan kesehatan jiwa dengan menguatkan
individu atau kelompok melalui pembangunan kompetensi atau ketahanan. Hal ini
11
didasarkan pada pengetahuan bahwa banyak respon maladaptif merupakan hasil
dari kurangnya kompetensi, yaitu kurangnya kontrol terhadap kehidupan
seseorang dan hasilnya adalah penurunan harga diri (Stuart, 2016).
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan menurut Effendy (2009) adalah
4. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
5. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik mental dan sosial sehingga
dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan.
6. Menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku
perseorangan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat
mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi
baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang
didapatnya.
12
2. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru.
3. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat
sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
4. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-
orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat
dengan penyampai informasi.
5. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan.
2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Subargus (2011), metode dalam pendidikan kesehatan yaitu:
1. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu teknik untuk saling bertukar pendapat
dan ide secara tatap muka antar anggota/peserta yang terdiri dari 5-20
peserta.
Ciri-ciri metode ini:
a. Memungkinkan interaksi dan saling merangsang peserta.
13
b. Mengharuskan semua peserta untuk berpartisipasi dan mempersiapkan
diri dengan pendapat, ide, serta fakta.
c. Menjadikan peserta berfikir secara kelompok dan merasakan adanya
kedudukan yang sama (demokratis).
2. Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara dimana kita menerangkan atau menjelaskan
suatu pengertian/ pesan secara lisan, disertai dengan tanya jawab atau
diskusi, kepada sekelompok pendengar serta dibantu oleh beberapa alat-alat
peraga yang diperlukan.
Ciri-ciri :
a. Ada sekelompok pendengar yang sudah dipersiapkan.
b. Ada suatu ide/pengertian/pesan yang akan disampaikan lisan.
c. Ada kesempatan bertanya bagi pendengar, yang harus dijawab oleh
penceramah.
3. Dialogue
Suatu diskusi yang dilakukan di depan sekelompok pendengar oleh dua
orang yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang topik yang
dibicarakan, dan apabila kedua orang itu mampu berkomunikasi dengan
jelas di depan pendengarnya.
4. Diskusi panel
Suatu pembicaraan yang dilakukan oleh beberapa orang yang dipilih 3-6
orang dibawah arahan seorang moderator, didepan sekumpulan pendengar.
14
Bentuk diskusinya adalah berupa pembicaraan atau penyajian singkat
dengan pembicaraan.
5. Brain storming
Suatu pemecahan masalah untuk merangsang timbulnya pendapat maupun
saran sebanyak-banyaknya dalam pemecahan masalah dengan menghindari
timbulnya kritik dan penilaian diri serta mengembangkan masalah secara
kreatif.
6. Johari Window
Suatu pengalaman dalam pembukaan diri dan umpan balik dimana peserta
mendapat kesempatan untuk mengolah informasi tentang diri mereka
berdasarkan azas keterbukaan dan umpan balik.
2.1.5 Media Pendidikan Kesehatan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-alat
bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) :
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.
4. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang
diterima oran lain.
5. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan.
6. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat.
7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami,
dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
15
8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoatmodjo, 2012) :
1. Berdasarkan stimulasi indra
a. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indra penglihatan.
b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran.
c. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids).
2. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya
a. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.
b. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan –
bahan setempat.
3. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan
a. Media Cetak
1) Leaflet/pamflet
Merupakan poster mini dengan pesan-pesan yang lebih banyak dan
informative melalui selembar yang dilipat dan berisi beberapa
halaman. Keuntungan menggunakan media ini antara lain : dapat
disimpan lama, jangkauan lebih jauh karena selembar dapat dibaca
oleh beberapa orang. Sementara itu ada beberapa kelemahan dari
leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak
16
tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika
sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses
penggandaan yang baik (Subargus, 2011).
2) Booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dalam bentuk tulisan maupun gambar. Booklet sebagai
saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya pendukungnya untuk
menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan isi materi yang
akan disampaikan.
Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan
adalah :
a) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
b) Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.
c) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan
cepat.
d) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-
pesan yang diterima kepada orang lain.
e) Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
f) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.
g) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami
dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
h) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
17
3) Flyer
Selebaran (flyer) berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak berlipat..
biasanya disebarkan melalui udara (Nursalam, 2008).
4) Flash Card
Flash Card adalah sejumlah kertas/kartu bergambar, biasanya
dengan ukuran 25x 30 cm, untuk menyampaikan sesuatu masalah
tertentu. Bagian depan kartu adalah gambar-gambar untuk dilihat
oleh sasaran, sedangkan bagian belakang adalah tulisan-tulisan
yang berisi pesan/keterangan yang harus dibacakan oleh yang
menggunakan (Nursalam, 2008).
5) Rubric : tulisan – tulisan surat kabar, poster, dan foto.
b. Media Elektronik
1) Video dan film strip
Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat
memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata
dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan
perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting dapat
diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan
yang gelap. Sementara kelemahan media ini yaitu memerlukan
sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu adanya
kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli
profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik
18
maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya (Subargus,
2011).
2) Slide
Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita
walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif
besar, dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup
ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan kelemahannya
memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah rusak
dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap (Subargus, 2011).
c. Media Papan (Bill Board)
Papan/bill board yang dipasang ditempat-tempat umum dapat dipakai
diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media
papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran
yang ditempel pada kendaraan umum seperti bus, taksi, dan kendaraan
umum lain (Subargus, 2011).
2.1.6 Perencanaan Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Perencanaan kegiatan merupakan penentu dan sekaligus pemberi arah
terhadap tujuan pendidikan kesehatan yang ingin dicapai. Menurut Notoatmodjo
(2010) sebelum dilakukan pendidikan kesehatan, perlu disusun rencana kegiatan
dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengenal masalah, masyarakat dan wilayah
Untuk menyusun perencanaan pendidikan kesehatan langkah pertama
adalah mengumpulkan data atau keterangan tentang beberapa hal. Data yang
19
dikumpulkan berupa data primer (data langsung dikumpulkan sendiri dari
realitas kehidupan masyarakat) ataupun data sekunder yakni data yang
didapat dari hasil yang dikumpulkan orang lain atau suatu instansi (Kantor
kecamatan, Kelurahan, atau sektor lainnya).
2. Menentukan prioritas masalah
Prioritas masalah dalam pendidikan/penyuluhan/promosi kesehatan harus
sejalan dengan prioritas masalah yang ditentukan oleh program kesehatan
yang ditunjang. Jangan menentukan prioritas sendiri, karena hal ini akan
menyebabkan program berjalan sendiri.
3. Menentukan tujuan masalah
Secara sederhana tahap pendidikan kesehatan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tahap Pendidikan Kesehatan
Pendidikan
kesehatan
masyarakat
Individu/kelompok
sasaran
Hasil antara,
perubahan
(peningkatan)
Pengetahuan
Sikap
Norma/nilai
Perilaku
sehat
Status
kesehatan
Sumber : Notoatmodjo, S (2010)
4. Menentukan sasaran pendidikan kesehatan
Sasaran adalah individu atau kelompok. Dalam menentukan sasaran,
menyangkut juga soal strategi pendidikan kesehatan.
5. Menentukan isi pendidikan kesehatan
Materi yang disampaikan disesuaikan tujuan yang ingin dicapai. Isi
pendidikan kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah
dipahami oleh sasaran. Bila perlu isi pesan dibuat dengan menggunakan
gambar dan bahasa setempat.
20
6. Menentukan metode
Dalam menentukan yang akan digunakan pendidikan kesehatan, harus
dipertimbangkan tentang aspek yang akan di capai. Bila mencakup aspek
pengetahuan maka yang dilakukan dengan cara penyuluhan langsung,
pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dan lain-lain. Untuk aspek
sikap, maka kita perlu memberikan contoh yang lebih konkret yang dapat
menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan
memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film atau video. Bila
untuk mengembangkan kemampuan keterampilan tertentu maka sasaran
harus diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.
7. Menentukan media
Teori pendidikan mengatakan bahwa belajar yang paling mudah adalah
dengan menggunakan media, oleh karena itu hampir semua program
pendidikan kesehatan selalu menggunakan berbagai media. Media yang
dipilih harus tergantung pada jenis sasarannya, tingkat pendidikan sasaran,
aspek yang ingin dicapai, metode yang di gunakan dan sumber yang ada.
8. Menyusun Rencana Evaluasi
Pada tahap ini di jabarkan kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan
dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi dan siapa yang
akan melaksanakan evaluasi tersebut.
9. Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Merupakan penjabaran dari waktu, tempat dan pelaksanaan yang biasanya
disajikan dalam bentuk gan chart.
21
2.2 Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga sebagai sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri
atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait
dengan hubungan darah, hukum ataupun tidak, namun berfungsi sedemikian rupa
sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluaga (Whall, 1986 dalam
Friedman, 2010). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial
dari tiap anggota keluarga. Secara dinamis individu yang membentuk sebuah
keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari kelompok masyarakat yang
paling dasar, tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan antar
individu (Friedman, 2010 dalam Suwardiman, 2011).
2.2.2 Ciri – ciri Keluarga
Menurut Ali (2010) ciri-ciri keluarga di Indonesia adalah:
1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh semangat
kegotongroyongan.
2. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran
yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar.
3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang dominan
dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui musyawarah dan
mufakat.
22
4. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan, keluarga
di pedesaan masih bersifat tradisional, sederhana, saling menghormati satu
sama lain dan sedikit sulit menerima inovasi baru.
2.2.3 Tipe Keluarga
Menurut Mubarak (2010) bentuk keluarga sebagai berikut:
1. Tradisional nuclear
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2. Extended family
Extended family dalah keluarga inti yang ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan stu rumah tangga dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama atau hasil perkawinan baru.
Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
4. Middle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja dirumah,
anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti
karier.
23
5. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah
satu bekerja diluar rumah.
6. Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal dirumah/di luar rumah.
7. Dual carrier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married
Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9. Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk menikah.
10. Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10. Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
11. Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
24
12. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
13. Unmaried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
14. Cohibing Couple
Dua orang/satu pasangan yang tidak tinggal bersama tanpa pernikahan.
2.2.4 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Mubarak (2010) terdiri atas bermacam-macam,
diantaranya adalah
1. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
3. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
25
4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami istri.
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu
keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam
struktur keluarga menurut Mubarak (2010) adalah:
1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila: Jujur, terbuka,
melibatkan emosi konflik selesai dan ada hirarki kekuatan, komunikasi
keluarga bagi pengirim: memberikan pesan, memberikan umpan balik, dan
valid.
2. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkain perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal
atau informal.
3. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
26
4. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah system ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku
yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
2.2.5 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga secara umum didefinisikan sebagai hasil akhir atau akibat
dari struktur keluarga. Sedangkan fungsi dasar keluarga adalah untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarga itu sendiri dan masyarakat yang lebih luas. Tujuan
terpenting yang perlu dipenuhi keluarga adalah menghasilkan anggota baru
(fungsi reproduksi) dan melatih individu tersebut menjadi bagian dari anggota
masyarakat (fungsi sosialisasi).Fungsi keluarga menjadi suatu perhatian ketika
kita akan membahas bagaimana kebutuhan dukungan yang dipersepsikan oleh
keluarga dengan beban keluarga yang mengalami halusinasi.
Adapun fungsi keluarga meliputi :
1. Fungsi afektif, kebahagiaan keluarga diukur oleh kekuatan cinta keluarga.
Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang anggota keluarganya
karena respon kasih sayang satu anggota keluarga ke anggota keluarga
lainnya memberikan dasar penghargaan terhadap kehidupan keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga yaitu : memiliki saling asuh,
keseimbangan saling menghargai, pertalian dan identifikasi, keterpisahan
dan kepaduan.
27
2. Fungsi sosialisasi, sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal
dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan
dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik klien halusinasi tentang cara
menjalankan fungsi adaptif dalam lingkungan masyarakat, sehingga klien
yang mengalami halusinasi merasa diterima oleh lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi, salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin
kontinuitas antar generasi keluarga dan masyarakat, yaitu menyediakan
anggota baru untuk masyarakat.
4. Fungsi ekonomi, fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan
sumber daya yang cukup, ruang, dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan.
Termasuk ke dalam fungsi ekonomi yaitu :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang (pendidikan, dan jaminan hari tua).
5. Fungsi perawatan kesehatan, fungsi peningkatan status kesehatan pada klien
dengan halusinasi dipenuhi oleh keluarga yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap
munculnya bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga
28
yang paling relevan bagi perawat keluarga (caregivers)(Friedman, 1988,
dalam Mubarak, 2010).
2.2.6 Tugas Keluarga
Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan (Friedman, 2010) yang
meliputi :
1. Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan keluarga klien
dengan halusinasi, keluarga perlu mengetahui peneyebab tanda-tanda klien
kambuh.
2. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan
keperawatan yang tepat dalam mengatasi anggota keluarga dengan
halusinasi, menanyakan kepada orang yang lebih tahu.
3. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan merawat
anggota keluarga dengan riwayat halusinasi.
4. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
berada di masyarakat.
5. Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan.
2.2.7 Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem peran didasarkan
pada harapan yang menerangkan apa yang harus individu lakukan dalam situasi
tertentu. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam maupun dari luar
dan bersifat stabil (Mubarak, 2010).
29
Macam peran dalam keluarga :
1. Peran formal keluarga
Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya, ada peran
yang membutuhkan keteramilan dan kemampuan tertentu. Peran fomal yang
standar terdapat dalam keluarga (pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang
perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer keuangan, dan tukang
masak). Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang memenuhi
peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota
keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda (Nye
dan Gecas, 1976 dalam Mubarak, 2010)
2. Peran informal keluarga
Peran ini untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu untuk
menjaga keseimbangan dalam keluarganya yang didasarkan pada personalitas
atau kepribadian anggota keluarga secara individual Satir (1967) dalam
Mubarak (2010) yaitu :
a. Pendorong : kegiatan mendorong, memuji, setuju dengan, dan menerima
kontribusi dari orang lain.
b. Pendamai : apabila ada konflik dalam keluarga maka konflik diselesaikan
dengan jalan musyawarah atau damai.
c. Pencari nafkah : peran yang dijalankan oleh orang tua untuk memenuhi
kebutuhan, baik material maupun mnonmaterial anggota keluarganya.
d. Perawat keluarga : merawat keluarga yang sakit.
30
e. Penghubung keluarga : biasanya ibu mengirim dan memonitor
komunikasi dalam keluarga.
2.2.8 Kemampuan Keluarga
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, bisa atau sanggup
dalam melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan.Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Stephen P. & Timonthy, 2009).
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu keahlian
dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Ketiga
domain tersebut lebih dikenal pengetahuan, sikap, dan praktik.
1. Kemampuan Kognitif/Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting karena
digunakan untuk menerima informasi baru dan mengingat informasi tersebut. Saat
keluarga diberikan informasi baru, maka keluarga tersebut akan membentuk
tindakan keluarga yang merujuk pada pikiran rasional, mempelajari fakta,
mengambil keputusan dan mengembangkan pikiran (Craven, 2006). Caregiver
dengan klien halusinasi diperlukan pengetahuan yang tinggi untuk memberikan
pemahaman dan keyakinan tentang perawatan dan meningkatkan motivasi klien
agar klien dapat menjalani rehabilitasi dan mengurangi gejala yang ditimbulkan
dan klien akan dapat hidup dan berfungsi untuk orang sekitarnya serta lingkungan.
Apabila keluarga diberi pendidikan kesehatan oleh promosi kesehatan, keluarga
dapat menerapkan pengetahuannya dalam merawat klien dengan gangguan jiwa.
31
Tingkat Pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan
Kholid (2014) yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
32
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2. Afektif
Afektif adalah perpaduan antara perasaan atau ekspresi dan penerimaan
sikap, opini dan nilai (Potter and Perry, 2009). Setiap individu mempunyai
karakteristik perilaku yang kompleks (Krathwohl,dkk, 1964, dalam Potter and
Perry, 2009). Sikap atau afektif merupakan reaksi/respon yang masih tertutup dari
keluarga terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Afektif terdiri dari
penerimaan, respon, nilai, organisasi dan karakter (Potter and Perry, 2009).
Afektif dapat berupa perubahan keyakinan, sikap, nilai, sensitivitas, situasi emosi,
dan lebih sulit untuk diukur (Craven, 2006). Caregiver klien gangguan jiwa akan
merasakan, menerima dan mampu mengekspresikan keinginan atau perasaan yang
dirasakan oleh klien. Caregiver dapat merubah keyakinan terhadap diri sendiri dan
33
mempunyai sikap yang baik terhadap klien. Klien akan menjadi patuh bukan
karena dari orang lain melainkan kepentingan dan keyakinan diri yang kuat.
3. Kemampuan Psikomotorik
Psikomotor termasuk integrasi kemampuan mental dan muskulo, seperti
kemampuan untuk berjalan dan makan (Potter and Perry, 2009). Psikomotor atau
kemampuan praktek merujuk pada pergerakan muskuler yang merupakan hasil
dari koordinasi pengetahuan dan menunjukkan penguasaan terhadap suatu tugas
atau keterampilan (Craven, 2006). Caregiver pada klien gangguan jiwa dapat
melakukan tindakan keperawatan dengan cara mengantar ke tempat pelayanan
kesehatan saat klien terjadi kekambuhan. Caregiver juga dapat membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya.
2.2.9 Faktor yang mempengaruhi Kemampuan
Kemampuan keluarga memberikan perawatan kepada klien dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012), faktor
yang mempengaruhi kesehatan meliputi :
1. Predisposing factor/faktor predisposisi/pemudah
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, faktor pendidikan, usia,
jenis kelamin, pekerjaan juga mempengaruhi kemampuan seseorang.
2. Enabling factor(pemungkin)
Mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit,
34
puskesmas, poliklinik, posyandu, posbindu, pos obat desa, dokter atau bidan
praktek swasta. Faktor ini pada dasarnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan
3. Reinforcing factor (penguat)
Dukungan keluarga, sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), para petugas kesehatan yang ada di masyarakat. Termasuk
undang-undang, peraturan-peraturan baik di pusat maupun di daerah yang
terkait dengan kesehatan. Keberadaan meerka sangat dibutuhkan keluarga
untuk membantu klien dan anggota keluarga lainnya dalam meningkatkan
status kesehatan, seperti Jaminan kesehatan yang dapat digunakan klien
dalam berobat.
2.3 Konsep Halusinasi
2.3.1 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal maupun rangsangan eksternal. Klien memberi pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata, misalnya klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Kusumawati, F dan Hartono,Y 2010).
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman. Pasien gangguan jiwa
yang mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu manifestasi
yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan
35
pemenuhan kehidupan sehari-hari. Halusinasi adalah terganggunya persepsi
sensori seseorang, di mana tidak terdapat stimulus (Yosep, 2011).
2.3.2 Etiologi Halusinasi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis: Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah
frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung
oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
36
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti
: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam)
dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2012).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stresor.
37
2.3.3 Jenis halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut ( Keliat, 2011) sebagai berikut:
1. Halusinasi pendengaran: mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang
jelas ataupun yang jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti
mengajak berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan
sesuatu yang berbahaya, marah-marah tanpa sebab, mencondongkan telinga
ke arah tertentu dan meutup telinga.
2. Halusinasi penglihatan: stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya,
gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks, klien menunjuk ke arah
tertentu, ketakutan pada objek yang tidak jelas, bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan, melihat hatu/monster, dan bentuk
geometris lainnya.
3. Halusinasi penciuman/penghidu : menghidu seperti sedang membau bau-
bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau yang lain. Ini
sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang,atau dimensia.
4. Halusinasi perabaan: klien menggaruk-garuk permukaan kulit, mengatakan
ada serangga dopermukaan kulit, merasa seperti tersengat listrik.
5. Halusinasi pengecapan: klien sering meludah, muntah, merasakan seperti
mengecap darah,urine seperti feses, atau yang lainnya.
2.3.4 Tahap Halusinasi
Menurut tim kesehatan jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
tahap-tahap halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan oleh klien
yang mengalami halusinasi adalah :
38
Tabel 2.2 Tahap Halusinasi
Level Karakteristik Halusinasi Perilaku Klien
TAHAP 1
Memberi nyaman
tingkat ansietas
sedang secara
umum halusinasi
merupakan suatu
kesenangan.
Mengalami ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan ketakutan.
Mencoba berfokus pada pikiran yang
dapat meghilangkan ansietas.
Pikiran dan pengalaman sensori
masih dalam kontrol kesadaran
Tersenyum atau tertawa
sendiri
Menggerakkan bibir tanpa
suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Diam dan berkonsentrasi
TAHAP 2
Menyalahkan.
Tingkat kecemasan
berat secara umum
halusinasi
menyebabkan
rasa antipati
Pengalaman sensori yang menakutkan
Merasa dilecehkan oleh pengalaman
sensori tersebut
Mulai merasa kehilangan control
Menarik diri dari orang lain
Terjadinya peningkatan
denyut jantung,
pernapasan dan tekanan
darah
Perhatian dengan
lingkungan berkurang
Konsentrasi dengan
lingkungan berkurang
Konsentrasi terhadap
pengalaman sensorinya
Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas.
Tahap III
Mengontrol tingkat
kecemasan berat
pengalaman sensori
(halusinasi) tidak
dapat ditolak
Klien menyerah dan menerima
pengalaman sensorinya (halusinasi)
Isi halusinasi menjadi atraktil
Kesepian bila pengalaman sensori
berakhir
Perintah halusinasi ditaati
Sulit berhubungan dengan
orang lain
Perhatian dengan
lingkungan kurang atau
hanya beberapa detik
Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
tampak tremor dan
berkeringat
TAHAP IV
Menguasai tingkat
kecemasan, panik
secara umum,
diatur dan
dipengaruhi oleh
halusinasi
Pengalaman sensori menjadi
mengancam.
Halusinasi dapat berlangsung selama
beberapa jam atau hari
Perilaku panik
Potensial untuk bunuh diri
atau membunuh
Tindakan kekerasan agitasi,
menarik atau katatonik
Tidak mampu merespon
terhadap lingkungan
Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu
orang
Sumber : Keliat (2010)
39
2.3.5 Tanda dan Gejala Halusinasi
Klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi dapat memperlihatkan
berbagai manifestasi klinis yang bisa diamati dalam perilaku mereka sehari-hari.
Menurut Kusumawati (2010), tanda dan gejala halusinasi meliputi : Tidak dapat
memusatkan perhatian/kurangnya konsentrasi, selalu berubah respon dari
rangsangan, gelisah, ketakutan, wajah tegang, perubahan sensori akut, mudah
tersinggung, disorientasi waktu, tempat, dan orang, ketidakmampuan penderita
dalam memecahkan masalah, serta perubahan pola perilaku, sikap curiga dan
bermusuhan, menyalahkan diri sendiri/orang lain. Bicara dan tertawa sendiri,
mengatakan melihat dan mendengar sesuatu padahal objek sebenarnya tidak ada,
menarik diri, mondar-mandir, dan mengganggu lingkungan juga sering ditemui
pada pasien dengan halusinasi. Individu terkadang sulit untuk berpikir dan sulit
mengambil keputusan. Banyak dari mereka yang justru mengganggu lingkungan
karena perilakunya itu. Hal tersebut sebenarnya dapat dicegah apabila keluarga
mengetahui tanda dan gejala awal dari halusinasi (Yusnipah, 2012).
2.3.6 Rentang Neurobiologi Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham merupakan
gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan dari respons
neurobiologi. Oleh karenanya secara keseluruhan, rentang respons halusinasi
mengikuti kaidah rentang respons neurobiologi. Rentang respons neurobilogi
yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial
yang harmonis. Rentang respons yang paling maladaptif dalah adanya waham,
halusinasi, isolasi sosial, dan menarik diri.
40
Berikut adalah gambaran rentang respons neurobiologi Keliat (2011)
Adaptif Maladaptif
Keterangan gambar :
Gambar 2.3 Rentang Neurobiologi
Proses terjadinya halusinasi
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarahkan pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2. Respon psikososial meliputi
a. Proses pikiran terganggu adalah proses yang menimbulkan gangguan.
Pikiran Logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten dengan
pengalaman
Perilaku cocok
Hubungan sosial harmonis
Kadang proses pikir tidak
terganggu
Ilusi
Emosi tidak stabil
Perilaku tidak biasa
Menarik diri
Gangguan proses berfikir/
waham
Halusinasi
Kesukaran proses emosi
Perilaku tidak terorganisasi
Isolasi sosial
41
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indra.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindari intraksi dengan orang
lain.
3. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif ini meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada
c. Kerusakan proses emosi adalah sesuatu yang timbul dari hati
d. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam.
42
2.3.7 Manifestasi Klinis Halusinasi
Menurut Kusumawati, F dan Hartono, Y (2010) manifestasi klinik pada gangguan
persepsi sensori halusinasi adapun perilaku yang dapat teramati adalah sebagai
berikut:
1. Halusinasi penglihatan
a. Melirik mata kekiri dan kekanan seperti mencari siapa atau apa yang
sedang dibicarakan
b. Mendengar dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel
c. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang
tidak tampak
d. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
2. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
a. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakuti oleh orang lain,
benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
b. Tiba- tiba berlari keruangan lain.
3. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat diamati pada klien gangguan halusinasi penciuman
adalah
a. Hidung yang dikerutkan seperti, mencium bau yang tidak enak
b. Mencium bau tubuh
43
c. Mencium bau udara ketika sedang berjalan kearah orang lain
d. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau
darah
e. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan
memadamkan api.
4. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan
halusinasi peraba adalah:
a. Meludahkan makanan atau minuman
b. Menolak untuk makan, minum atau minum obat
c. Tiba-tiba meninggalkan meja makan
2.3.8 Peran Keluarga dalam Perawatan Halusinasi
Menurut Keliat (2011), peran keluarga dalam perawatan halusinasi meliputi:
1. Membantu mengenal halusinasi
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
Hubungan saling percaya dengan memfasilitasi klien agar merasa
nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya agar informasi
tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara
komprehensif. Keluarga harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang
tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan
halusinasinya. Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien
walaupun pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan.
b. Mendiskusikan kapan muncul dan situasi penyebab halusinasi.
44
Membantu klien mengenali halusinasi mengenai isi halusinasi, waktu,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah klien
menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus
diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa
dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi.
c. Meningkatkan kontak dengan realita
1) Bicara dengan pasien secara sering dan singkat
2) Ajak bicara pasien jika tampak pasien sedang berhalusinasi
3) Buat jadwal sehari-hari untuk menghindari kesendirian
4) Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi
d. Membantu penurunan kecemasan dan ketakutan
1) Temani pasien, cegah isolasi dan menarik diri
2) Terima halusinasi pasien tanpa mendukung dan menyalahkan.
Misalnya : “Saya percaya anda mendengar, tetapi saya sendiri
tidak mendengar”.
3) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan
4) Tetap hangat, empati dan lemah lembut
e. Mencegah pasien melukai dirinya sendiri dan orang lain
1) Melakukan perlindungan
2) Kontak sering dengan personal
f. Tingkatkan harga diri
1) Identifikasi kemampuan pasien dan beri kegiatan yang sesuai
45
2) Beri kesempatan dan beri pujian atas kegiatan yang pasien lakukan
3) Dorong supaya pasien melakukan kegiatan yang positif.
2. Keluarga melatih klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
a. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
Menghardik yaitu upaya mengendalikan halusinasi dengan cara
menolak halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk mengatakan, ”pergi
pergi...kamu palsu...kamu tidak nyata...aku tidak mau dengar...aku tidak
mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap
saat.
b. Berinteraksi dengan klien saat halusinasinya kambuh
Dengan bercakap-cakap dengan klien, maka klien akan terjadi teknik
distraksi, fokus perhatian klien saat terjadi halusinasi beralih
kepercakapan.
c. Mengajak klien beraktivitas dengan menyusunkan kegiatan harian
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien dilatih menyusun rencana kegiatan dari
pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan
yang bermanfaat seperti memasak, makan bersama, mencuci piring,
menyapu lantai, dan aktivitas lainnya. Keluarga harus selalu memonitor
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu
lagi untuk melamun tak terarah.
46
d. Menggunakan obat
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk
itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana obat dapat mengatasi
halusinasi, pemberian obat kepada klien harus patuh dan teratur untuk
menjalankan pengobatan yang optimal.
3. Pemenuhan ADL
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari klien (Fitria, 2009)
yang meliputi :
a. Kebersihan diri : memandikan klien dan melakukan perawatan kulit,
perawatan kuku dan kaki, perawatan mulut, perawatan rambut,
perawatan mata, telinga dan hidung dan perawatan alat kelamin (Fitria,
2009)
b. Toileting : melepaskan dan memakaikan kembali pakaian untuk
toileting, membersihkan klien setelah BAB/ BAK dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil (Fitria, 2009).
c. Berhias : mengambil pakaian, memakaikan pakaian, mengancing baju
dan celana, menggunakan kaos kaki, menggunakan alat tambahan,
memberikan penampilan pada yang memuaskan, dan mengenakan
sepatu secara tepat sesuai dengan iklim dan kondisi sosial. Dan seluruh
kegiatan ini tergantung pada kesukaan dan budaya seseorang, klien
wanita memakai make up, mencukur bulu ketiak dan alis merupakan
bagian yang penting dari kerapian. Sedangkan untuk pria mencukur
47
merupakan sesuatu yang penting sekali bagi penampilan dan harga diri
mereka (Fitria, 2009).
d. Makan dan minum : mempersiapkan makanan, perkakas makanan dan
minuman, mengajarkan berdoa sebelum makan dan sesudah makan
(Fitria, 2009).
4. Keluarga memodifikasi lingkungan rumah
Memanipulasi dan memodifikasi lingkungan akan berpengaruh positif
terhadap proses penyembuhan seperti membersihkan rumah, menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman dengan ruang yang mudah dijangkau klien
baik ruang makan, kamar mandi ataupun WC, memberikan perhatian selama 24
jam, menghindarkan alat-alat yang menyebakan pencideraan diri yang
menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka, meminta klien berpartisipasi melakukan
kegiatan membereskan kamarnya sendiri (Stuart, 2007).
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Keluarga memutuskan tindakan yang tepat bagi klien yang sakit. Keluarga
mengajak anggota keluarga lain berdiskusi bersama dalam menentukan tempat
pengobatan yang tepat untuk klien.Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan mengunjungi balai kesehatan jiwa,
puskesmas, maupun rumah sakit. Keluarga datang ke pelayanan saat obat pasien
habis ataupun klien yang mengalami gangguan jiwa kambuh dan keluarga tidak
mampu menanganinya (Stuart, 2007).
48
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan:
: Tidak diteliti : Berpengaruh
: Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Tentang Perubahan Kemampuan
Keluarga Dalam Perawatan Halusinasi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Geger.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan
dalam kesehatan
1. Predisposing factor
Pengetahuan, sikap, tradisi dan
kepercayaan masyarakat
2. Enabling factor(pemungkin)
Ketersediaan fasilitas dan sarana
kesehatan
3. Reinforcing factor (penguat)
Dukungan keluarga dan petugas
kesehatan
Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
Kesehatan (Saragih, 2010) yaitu :
1. Tingkat Pendidikan
2. Tingkat Sosial Ekonomi
3. Adat Istiadat
4. Kepercayaan Masyarakat
5. Ketersediaan waktu di masyarakat
Pendidikan Kesehatan Keluarga
Halusinasi
1. Mengenal halusinasi
2. Mengontrol halusinasi
3. Pemenuhan ADL
4. Memodifikasi lingkungan
5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Kemampuan
Keluarga
Perawatan
Halusinasi
49
Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan faktor yang mempengaruhi kemampuan
dalam kesehatan meliputi predisposing factor (pengetahuan, sikap, tradisi dan
kepercayaan masyarakat), enabling factor(pemungkin) ketersediaan fasilitas dan
sarana kesehatan, reinforcing factor (penguat) berupa dukungan keluarga dan
petugas kesehatan. Pendidikan yang akan diberikan kepada keluarga meliputi
mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi, pemenuhan ADL, memodifikasi
lingkungan rumah, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Di dalam
pendidikan ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi meliputi tingkat
pendidikan, sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, ketersediaan
waktu di masyarakat. Jadi perlu kita memahami akan hal tersebut. Dimana
keluarga yang diberi pendidikan kesehatan itu mempunyai kemampuan baik
secara kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian maka hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat
kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi.
50
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian Quasy eksperimental. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Non Equavalent Control Group Design, dimana pada penelitian ini
membandingkan hasil intervensi program pendidikan kesehatan pada kelompok
eksperimen yang sampelnya di observasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan
kemudian setelah diberikan perlakuan sampel tersebut diobservasi kembali
dengan kelompok kontrol yang sampelnya diobservasi sebelum dan sesudah tanpa
diberikan perlakuan.
Bentuk rancangan ini sebagai berikut :
Tabel 4.1 Skema Penelitian Non Equavalent Control Group Design
Subyek Pra Perlakuan Pasca-tes
P O1 X O2
K O1 - O2
Keterangan :
P : Perlakuan
K : Kontrol
O1 : Pengukuran awal sebelum dilakukan perlakuan (pre test)
X : Perlakuan (Pendidikan kesehatan)
O2 : Pengukuran kedua setelah dilakukan perlakuan (post test)
- : Tidak diberi perlakuan
51
Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan
tujuan serta inform consent. Responden yang terpilih diminta untuk mengisi
kuesioner pretest tentang kemampuan keluarga merawat halusinasi. Setelah
mendapatkan persetujuan dari responden peneliti membagikan kuesioner pada
responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner serta tiap item pernyataan
pada kuesioner. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan
kepada peneliti untuk pengolahan data. Setelah pengisian kuesioner selesai,
responden diberikan pendidikan kesehatan mengenai cara merawat anggota
keluarga dengan halusinasi. Setelah pendidikan kesehatan selesai, peneliti
melakukan observasi kepada responden tentang cara merawat anggota keluarga
halusinasi dan dua minggu setelah diberikan pendidikan kesehatan peneliti
memberikan kuesioner kemampuan keluarga untuk posttest.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang memiliki anggota
keluarga dengan masalah halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun. Angka halusinasi yang 3 bulan terakhir pada bulan Oktober
74 orang, November 79 orang, dan Desember 77 orang. Rata – rata angka
kejadian halusinasi 3 bulan terakhir 77 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian keluarga dengan anggota
keluarga yang mengalami halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun.
52
Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini dihitung dengan rumus besar
sampel menggunakan rumus Federer ditentukan berdasarkan total kelompok (t)
yang digunakan dalam penelitian sehingga t = 2 kelompok (Suyanto, 2011) maka
besar sampel yang digunakan :
(t – 1) (n – 1) ≥ 15
(2 – 1) (n – 1) ≥ 15
1 (n – 1) ≥ 15
(n - 1) ≥ 15/1
n – 1 ≥ 15
n ≥ 16
n = jumlah pengulangan
t = jumlah pengelompokan
Sehingga dengan menggunakan rumus diatas maka besar sampel yang
diperlukan untuk masing-masing kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
adalah n = 16 responden.
Untuk menghindari Drop Out dalam penelitian, maka perlu penambahan
jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan rumus berikut :
n‟ =
=
=
= 17,7
= 18
53
Keterangan :
n‟ = ukuran sampel mengantisipasi drop out
n = ukuran sampel asli
1 – f = perkiraan proporsi Drop Out, yang diperkirakan 10% (f = 0,1)
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel akhir yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah 18 responden.
4.2.3 Kriteria Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias
hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel kontrol ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013).
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
2. Keluarga yang bersedia menjadi responden
3. Keluarga yang merawat klien
4. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan halusinasi di Wilayah
kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun
5. Keluarga yang dapat membaca dan memahami pertanyaan yang
diberikan
6. Keluarga yang berumur 17 - 65 tahun
7. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan halusinasi yang ada
di rumah saat akan diberi pendidikan kesehatan
54
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini, yaitu :
a. Keluarga klien yang tidak ada dirumah pada saat akan diberi
pendidikan kesehatan
b. Keluarga yang pindah tempat tinggal
c. Keluarga yang membatalkan
d. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan halusinasi yang
mengikuti kunjungan pengobatan jiwa.
4.3 Tehnik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik sampling Proportional Stratified
Random Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan pada populasi yang
mempunyai anggota atau unsur yang heterogen. Besaran sampel pada masing-
masing desa diambil secara proporsional untuk memperoleh jumlah sampel yang
bisa mewakili populasi di setiap desa secara sebanding untuk representative.
Dimana penetapan sampel dipilih dengan prosentase pada masing-masing desa,
untuk prosentase terbanyak pengambilan sampel juga banyak.
55
Tabel 4.2 Data Halusinasi
No Desa Populasi Presentase (%) Sampel
1. Banaran 4 5,19 2
2. Purworejo 11 14,28 5
3. Geger 8 10,38 4
4. Slambur 2 2,59 1
5. Klorogan 4 5,19 2
6. Sareng 8 10,38 4
7. Jatisari 12 15,58 6
8. Uteran 9 11,68 4
9. Pagotan 12 15,58 5
10. Sumberejo 7 9,09 3
Total 36
Sumber : Data Kunjungan ODGJ Halusinasi Wilayah Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun (2017)
Cara pengambilan sampel secara stratified adalah :
a. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 77 orang.
b. Berdasarkan perhitungan statistik, sampel yang diikutkan sebanyak 36
orang keluarga dengan anggota keluarga dengan masalah halusinasi.
c. Populasi pada masing-masing desa di sendirikan, dibuat penomoran
sesuai kode yang telah ditentukan.
d. Dari masing-masing dilakukan pengkopyokan, awalnya pengkopyokan
untuk kelompok kontrol, besarnya sampel sesuai dengan presentase dari
masing-masing desa selanjutnya pemilihan kelompok eksperimen.
e. Semakin besar prosentase maka sampel yang akan diambil dari masing-
masing semakin banyak.
f. Setelah semua responden terpilih 18 sebagai kelompok kontrol dan 18
sebagai kelompok eksperimen, peneliti membuat pengkodean angka 1-
36 dimana kode 1-18 untuk kelompok kontrol dan 19-36 sebagai
kelompok eksperimen.
56
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian Tentang Perbedaan Perubahan
Kemampuan Keluarga Dalam Perawatan Halusinasi di Wilayah
kerja Puskesmas Geger.
Populasi
Seluruh keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami halusinasi yang berjumlah 77
keluarga di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun
Sampel
Sebagian keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami halusinasi yang berjumlah 36
keluarga di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun
Teknik Sampling
Stratified Random sampling
Desain Penelitian
Quasy eksperimental (Non Equivalen pre- post test design)
Pengumpulan Data
Kuesioner
Kelompok Eksperimen
Pretest
Intervensi
Posttest
Kelompok Kontrol
Pretest
Tanpa Intervensi
Posttest
Pengolahan Data
Editing, Coding, Entry, Cleaning, Tabulating
Analisis
Wilcoxon Rank Test dan Mann
Whitney U Test
Hasil dan Kesimpulan
57
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
Macam jenis variabel meliputi independen dan dependen (Nursalam, 2008
dalam Nursalam, 2016) :
1. Variabel independen (Variabel bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan tentang
perawatan halusinasi.
2. Variabel dependen (Variabel terikat)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan keluarga dalam
perawatan halusinasi.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional secara rinci dapat dilihat dalam definisi operasional
penelitian yang digambarkan
Tabel 4.4 Definisi Operasional Variabel dibawah ini:
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Cara Ukur Alat
Ukur
Skala
Data Skor
Independent
Pendidikan
Kesehatan
Peneliti
memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang cara
perawatan
halusinasi
kepada
keluarga
selama 30
menit.
Pelaksanaan
pendidikan
kesehatan
dilakukan
dengan
metode
Memberikan
pendidikan
kesehatan pada
keluarga cara
merawat halusinasi
Pengertian
Halusinasi
Etiologi
Jenis
Tahap
Tanda Gejala
Manifestasi Klinik
Perawatan
Halusinasi
Responden
diberi
pendidikan
kesehatan
tentang
perawatan
halusinasi
Leaflet Nominal Dilakukan
(2)
Tidak
Dilakukan
(1)
58
4.6 Instrumen Penelitian
Dalam penyusunan instrumen penelitian terdapat uraian dalam
pengumpulan data, yaitu validitas dan reliabilitas. Uji Validitas instrumen
penelitian berupa kuesioner kemampuan keluarga yang dimodifikasi dari Budi A.
Keliat yang diukur berdasarkan psikomotorik/perilaku keluarga dalam perawatan
halusinasi yang terdiri dari 20 pernyataan tertutup. Uji validitas instrumen
penelitian ini berupa kuesioner psikomotorik/perilaku keluarga terhadap
kemampuan dalam perawatan halusinasi yang dilakukan di Wilayah Puskesmas
Geger Kabupaten Madiun pada Februari 2018 sebanyak 20 keluarga dengan
masalah perawatan halusinasi. Metode yang digunakan pada pengujian validitas
instrumen menggunakan pendekatan korelasi pearson product moment dengan
demonstrasi
dan
pemberian
leaflet
kepada
responden
Dependent
Kemampuan
keluarga
Kemampuan
yang
dimiliki
keluarga
dalam
perawatan
halusinasi.
Kemampuan
keluarga
Mengenali
halusinasi
Mengontrol
halusinasi
Pemenuhan
ADL
Memodifikasi
lingkungan
rumah
Memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
Responden
mengisi
lembar
kuesioner
pretest dan
posttest
tentang
kemampuan
keluarga
dalam
perawatan
halusinasi
yang
berjumlah 20
pernyataan
yang
dilakukan 3
minggu
setelah
diberikan
pendidikan
kesehatan
Kuesio
ner
Ordinal
4.
Kemampuan
perawatan
halusinasi
dalam
kategori
sebagai
berikut:
x≥60 Baik
40≤ x<60
Cukup
x<60
Kurang
59
menggunakan software SPSS 16. Hasil uji validitas pada kuesioner kemampuan
keluarga dalam perawatan halusinasi ini seluruh pernyataan dinyatakan valid.
Ketentuan kevalidan instrumen dengan melihat hasil perhitungan r hitung.
Apabila r hitung > r tabel (0,378) maka pernyataan tersebut valid pada N 20 atau
pada taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2010).
Tabel 4.5 Hasil uji validitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Geger Kabupaten Madiun menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan software
SPSS 16. Hasil uji menunjukkan nilai Alpha 0,960, nilai r tabel N 20 adalah 0,378
pada taraf signifikansi 5%, kesimpulannya Alpha 0,960 > r tabel 0,378 artinya
item item pernyataan dikatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat pengumpul
data penelitian. Teori lain menyebutkan suatu variabel dikatakan reliabel juka
memberikan nilai Alpha Cronbach >0,60 (Hidayat, 2007).
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.960 20
60
Penilaian Kemampuan
1. Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ+1.ϭ)
x ≥ (50+1.10) = jadi x ≥ 60
2. Cukup : jika skor jawaban (µ-1+0.ϭ) ≤x<(µ+1.ϭ)
(50-10) ≤ x < (50+10) jadi 40≤ x < 60
3. Kurang : jika skor jawaban x < (µ-1.ϭ)
x < (50-10) jadi x < 40
Dengan ketentuan :
µ = ½ (Xmaks+Xmin)xtotal item pertanyaan
=½ (4+1)x20
=50
Ϭ =1/6 (Imaks-Imin)
=1/6 (80-20)
=10
Xmaks = skor tertinggi pada item pernyataan (4)
Xmin = skor terendah pada item pernyataan (1)
Imaks = jumlah total skor tertinggi (80)
Imin = jumlah total skor terendah (20)
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun. Penelitian dilakukan pada Desember 2017 sampai April 2018.
61
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Beberapa langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan
data adalah sebagai berikut :
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKes Bhakti
Husada Mulia Madiun untuk ditujukan kepada Bakesbangpol Kabupaten
Madiun.
2. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Bakesbangpol, surat ijin
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, Kepala
Puskesmas Geger Kabupaten Madiun dan 10 Kepala Desa Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun.
3. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan
tujuan serta inform consent.
4. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden peeliti membagikan
kuesioner pada responden dan menjelaskan cara pengisian kuesiner serta
tiap item pertanyaan pada kuesioner kemampuan keluarga dalam perawatan
halusinasi.
5. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada
peneliti untuk pengolahan data.
6. Setelah pengisian kuesioner selesai, peneliti memberikan intervensi kepada
kelompok perlakuan berupa pendidikan kesehatan selama 30 menit
mengenai halusinasi dan cara perawatannya yang meliputi mengenali
halusinasi, mengontrol halusinasi, pemenuhan ADL, memodifikasi
lingkungan rumah, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
62
7. Setelah pendidikan kesehatan selesai, responden diobservasi dan 3 minggu
setelah pendidikan kesehatan diberi kuesioner untuk post test berupa
pertanyaan yang sama menilai kemampuan keluarga.
8. Kuesioner yang telah diisi lengkap selanjutnya diserahkan kepada peneliti
untuk pengolahan data.
4.9 Pengolahan Data dan Analisis Data
4.9.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan
dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di tabulasi dan
dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti.
Langkah-langkah pengolahan data (Notoatmodjo, 2012) meliputi :
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat kembali apakah
isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai upaya
menjaga kualitas data agar dapat di proses lebih lanjut. Pada saat melakukan
penelitian, apabila ada soal yang belum diisi oleh responden maka responden
diminta untuk mengisi kembali.
2. Coding
Coding atau pengkodean yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat
menjadi bentuk angka. Pada penelitian ini diberikan kode antara lain yaitu :
a. Umur
17-20 tahun : 1
21-27 tahun : 2
63
28-32 tahun : 3
33-39 tahun : 4
40-65 tahun : 5
b. Jenis kelamin
Laki –laki : 1
Perempuan : 2
c. Pendidikan
Tidak sekolah : 1
SD : 2
SMP : 3
SMA/SMK : 4
Diploma/Sarjana : 5
d. Pekerjaan
Tidak bekerja : 1
Pedagang : 2
Petani : 3
Pegawai negeri : 4
Swasta : 5
TNI/Polri : 6
e. Hubungan dengan klien
Orang tua : 1
Suami/istri : 2
Anak : 3
64
Saudara : 4
Bukan Keluarga Inti : 5
f. Rutinitas Minum Obat
Rutin minum obat : 1
Tidak rutin minum obat : 2
g. Jumlah kekambuhan halusinasi dalam 1 bulan
1-3 kali : 1
> 3 kali : 2
h. Jumlah di rawat
Belum Pernah : 1
1-3 kali : 2
> 3 kali : 3
i. Kelompok
Kontrol : 1
Perlakuan : 2
j. Data
Pretest : 1
Posttest : 2
k. Pertanyaan : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20
65
3. Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau data komputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi.
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
5. Tabulating
Tabel yang akan ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang sesuai
dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
4.9.2 Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat digunakan untuk melihat
distribusi frekuensi karakteristik responden dari data demografi (umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien yang sakit, rutinitas
minum obat, jumlah kekambuhan, jumlah dirawat), variabel dependen, dan
variabel independen. Dalam analisis univariat ini yaitu untuk mengidentifikasi
perubahan tingkat kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dan untuk
mengidentifikasi perubahan tingkat kemampuan keluarga dalam perawatan
66
halusinasi pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
2. Analisa bivariate
Metode analisis statistik ini untuk mengetahui korelasi pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap perubahan tingkat kemampuan keluarga dalam perawatan
halusinasi dengan uji Wilcoxon Rank Test yang termasuk non parametrictest,
sebagai uji alternatif dari paired t-test (karena data tidak berdistribusi normal), uji
ini untuk menguji perbedaan rank skor pada dua kelompok sampel yang
berpasangan yaitu pretest dan posttest. Untuk mengetahui besarnya perbedaan
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan uji Mann Whitney U
Test yang termasuk non parametric test, sebagai uji alternatif dari independent t-
test (data tidak berdistribusi normal). Uji Mann Whitney digunakan untuk uji beda
2 kelompok. Uji Mann Whitney memiliki asumsi atau syarat yang harus dipenuhi,
yaitu :
1. Skala data variabel terikat ordinal
2. Berasal dari 2 kelompok yang tidak berpasangan
3. Data tidak berdistribusi normal
4. Homogen/sejenis
Uji homogenitas menggunakan metode levene‟s. Dimana didapatkan hasil
nilai yang didapatkan > 0,05 maka data dikatakan homogen.
Hasil analisa disimpulkan sevagai berikut:
1. Menolak Ho (menerima Ha) bila diperoleh nilai p < 0,05
2. Menerima Ho (menolak Ha) bila diperoleh nilai p < 0,05
67
Perhitungan uji statistik menggunakan perhitungan dengan system komputerisasi
SPSS 16.0
4.10 Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi
isu sentral yang berkembang saat ini. Peneliti harus memahami prinsip-prinsip
etika penelitian. Apabila hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar
hak-hak (otonomi) manusia yang kebetulan sebagai klien. Subjek harus menurut
semua anjuran yang diberikan (Nursalam, 2016).
Dalam melakukan penelitian ini , masalah etika meliputi :
1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)
Responden diberi informasi tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan, responden mempunyai hak untuk berpartisipasi atau menolak
(Nursalam, 2013).
2. Tanpa nama (Anonimity)
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan
data (kuesioner) yang diisi responden. Lembar diisi kode dalam bentuk
angka pada masing-masing pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap subyek mempunyai hak-hak dasar termasuk privasi dan kebebasan
dalam memberikan informasi. Subyek berhak untuk tidak memberikan apa
yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas
68
subyek. Peneliti seyogyanya cukup menggunakan coding sebagai pengganti
identitas responden.
4. Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an Inclusiveness)
Menurut peneliti di dalam hal ini menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan
jender, agama, etnis, dan sebagainya serta perlunya prinsip keterbukaan dan
adil pada kelompok. Keadilan dalam penelitian ini pada setiap calon
responden, sama-sama diberi intervensi pemberian pendidikan kesehatan
selama 30 menit mengenai perawatan halusinasi pada masing-masing
responden. Perlakuan peneliti dengan memberikan leaflet dan pendidikan
kesehatan tentang perawatan halusinasi kepada responden yang tidak
menjadi sampel setelah dilakukan pemberian kuesioner pre post test.
69
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat kemampuan keluarga
dalam perawatan halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 02 Maret 2018-24 Maret 2018
dengan jumlah responden sebanyak 36 orang dari keluarga dengan masalah
halusinasi. Dimana 18 responden menjadi kelompok perlakuan dan 18 responden
menjadi kelompok kontrol. Dimana untuk penentuannya diambil sesuai dengan
presentase halusinasi yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun.
Minggu pertama tanggal 02-06 Maret 2018 peneliti melakukan pretest pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, kemudian memberikan pendidikan
kesehatan untuk kelompok perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan. Kemudian tanggal 12-14 Maret 2018 kelompok perlakuan di lakukan
observasi menanyakan terkait kemampuan reponden dalam perawatan anggota
keluarga dengan masalah halusinasi dan peneliti mengingatkan kembali terkait
cara perawatan halusinasi (recall). Selanjutnya pada tanggal 20-24 Maret 2018
responden diberi kuesioner untuk post test berupa pertanyaan yang sama untuk
melihat perubahan kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Data hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu: data umum dan data
khusus. Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden
70
berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien,
rutinitas minum obat, jumlah kekambuhan halusinasi dalam 1 bulan, jumlah di
rawat, sedangkan data khususnya menyajikan hasil perubahan kemampuan
keluarga dalam perawatan halusinasi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan pada kelompok perlakuan dan hasil uji statistik Mann Whitney untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan kemampuan
keluarga dalam perawatan halusinasi.
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun yang mencakup sepuluh desa, yaitu Desa Banaran, Desa Klorogan, Desa
Sumberejo, Desa Jatisari, Desa Uteran, Desa Pagotan, Desa Purworejo, Desa
Slambur, Desa Geger, dan Desa Sareng. Batas-batas Wilayah Puskesmas Geger
sebelah utara Kecamatan Kaibon, sebelah timur Kecamatan Dagangan, sebelah
selatan Kecamatan Bangunsari dan sebelah barat Kecamatan Kebonsari. Jumlah
penderita halusinasi sebanyak 77 orang. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil
tempat penelitian di 10 desa yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun.
Setiap tiga bulan sekali puskesmas mengadakan kunjungan di masing-
masing desa yaitu dengan memberikan injeksi dan pemberian obat oral untuk
mengurangi halusinasinya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
kunjungan yang dilakukan setiap 3 bulan puskesmas, pihak puskesmas
memberikan penjelasan kepada keluarga saat keluarga menanyakan terkait
penatalaksaan halusinasi tetapi pengetahuan yang diberikan belum terstruktur
71
seperti pemberian pendidikan kesehatan. Peneliti juga menanyakan sudahkah
diberikan pemberian pendidikan kesehatan cara merawat halusinasi yang benar,
keluarga mengatakan sudah pernah diberikan pendidikan kesehatan. Setelah
diberikan pendidikan kesehatan oleh fasilitas kesehatan kebanyakan dari mereka
melakukan tetapi mereka merasa bosan dan terkadang lupa, untuk itu ingatan
mereka harus di ulang. Jadi peneliti ingin memberikan pendidikan kesehatan
terkait perawatan halusinasi yang benar.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden berdasarkan
sebaran populasi, karakteristik responden berdasarkan usia, karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin, karakteristik responden berdasarkan
pendidikan, karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, karakteristik
responden berdasarkan hubungan dengan klien yang sakit, karakteristik responden
berdasarkan rutinitas minum obat, karakteristik responden berdasarkan
kekambuhan halusinasi dalam 1 bulan, karakteristik responden berdasarkan
jumlah di rawat.
72
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun Maret
2018
Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
21-27 Tahun 2 5,6
28-32 Tahun 2 5,6
33-39 Tahun 5 13,9
40-65 Tahun 27 75,0
Total 36 100
(Sumber : Data primer hasil penelitian bulan maret 2018)
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar usia responden
adalah usia 40-65 tahun sebanyak 27 responden (75,0%) dan paling sedikit adalah
usia 21-27 tahun dan 28-32 tahun masing-masing 2 responden (5,6%).
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun
Maret 2018
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
Laki-laki 12 33,3
Perempuan 24 66,7
Total 36 100
(Sumber : Data primer hasil penelitian bulan maret 2018)
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden laki-
laki sebanyak 12 responden (33,3%) dan jenis kelamin responden perempuan
sebanyak 24 responden (66,7%).
73
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun Maret 2018
Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 8 22,2
SMP 13 36,1
SLTA 14 38,9
Diploma/Sarjana 1 2,8
Total 36 100
(Sumber : Data primer hasil penelitian bulan maret 2018)
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa pendidikan responden
terbanyak adalah SLTA sebanyak 14 responden (38,9%) dan paling sedikit adalah
Diploma/sarjana sebanyak 1 responden (2,8%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun Maret 2018
Pekerjaan Frekuensi Persentase
Tidak Bekerja 21 58,3
Pedagang 2 5,6
Petani 10 27,8
Wirawasta 3 8,3
Total 36 100
(Sumber : Data primer hasil penelitian bulan maret 2018)
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
tidak bekerja sebanyak 21 responden (58,3%) dan paling sedikit adalah pedagang
sebanyak 2 responden (5,6%).
74
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Hubungan Dengan Penderita
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Hubungan Dengan Penderita Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun Maret 2018
Hubungan dgn Penderita Frekuensi Persentase
Orang Tua 17 47,2
Suami/Istri 3 8,3
Anak 11 30,6
Saudara 5 13,9
Total 36 100
(Sumber : Data primer hasil penelitian bulan maret 2018)
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
dirawat orang tua sebanyak 17 responden (47,2%) dan paling sedikit dirawat oleh
suami atau istrinya sebanyak 3 responden (8,3%).
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Rutinitas Minum Obat
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Rutinitas Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun Pada Tanggal 02 Maret 2018-23 Maret 2018
Rutinitas Minum Obat Frekuensi Persentase (%)
Rutin 9 25,0
Tidak Rutin 27 75,0
Total 36 100
(Sumber : Data primer hasil penelitian bulan maret 2018)
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
tidak rutin dalam minum obat sebanyak 27 responden (75,0%) dan yang rutin
dalam minum obat sebanyak 9 responden (25,0%).
75
7. Distribusi Kekambuhan Bulanan
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kekambuhan Bulanan Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun Maret 2018
Kekambuhan Bulanan Frekuensi Persentase (%)
1-3 Kali 11 30,6
> 3 Kali 25 69,4
Total 36 100
(Sumber : Data primer hasil penelitian bulan maret 2018)
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengatakan kekambuhan anggota keluarga yang sakit lebih dari 3 kali sebanyak
25 penderita (75,0%) dan yang mengalami kekambuhan 1 sampai 3 kali sebanyak
11 responden (25,0%).
8. Distribusi Jumlah Di Rawat
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jumlah Dirawat Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun Maret 2018
Jumlah di Rawat Frekuensi Persentase (%)
Belum Pernah 15 41,7
1-3 Kali 13 36,1
>3 Kali 8 22,2
Total 36 100
(Sumber : Data primer hasil penelitian bulan maret 2018)
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengatakan anggota keluarga yang sakit belum pernah di rawat sebanyak 15
responden (41,7%) dan yang dirawat lebih dari 3 kali sebanyak 8 responden
(22,2%).
76
5.2.2 Data Khusus
Data khusus menyajikan data hasil pretest dan posttest kemampuan keluarga
dalam perawatan halusinasi pada kelompok kontrol, data hasil pretest dan posttest
kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi pada kelompok eksperimen dan
hasil statistik Wilcoxon Rank Test dan Mann Whitney U test.
1. Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Dalam Perawatan
Halusinasi Pada Kelompok Kontrol Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Pendidikan Kesehatan.
Tabel 5.9 Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Dalam Perawatan
Halusinasi Pada Kelompok Kontrol Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Pendidikan Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kab. Madiun
Kemampuan
Keluarga
dalam
Perawatan
Halusinasi
Sebelum Sesudah
P
value
Kontrol Frekuensi Persentas
e
Frekuensi Persentase 0,366
Baik > 60 0 0 0 0
Cukup (40-
60)
6 33,33 6 33,33
Kurang < 40 12 66,67 12 66,67
Total 18 100 18 100
(Sumber : Data Primer Hasil Penelitian Bulan Maret 2018)
Berdasarkan tabel 5.9 hasil penelitian dapat diketahui bahwa
kemampuan keluarga kelompok kontrol dalam perawatan halusinasi
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar
responden berkemampuan kurang sebanyak 66,67% responden dan
responden yang berkemampuan cukup sebanyak 33,33% responden.
77
Hasil penelitian berdasarkan lima komponen kemampuan keluarga
dalam perawatan halusinasi yaitu mengenali halusinasi, mengontrol
halusinasi, memanfaatkan palayanan, pemenuhan ADL, dan memodifikasi
lingkungan keluarga mengalami peningkatan. Ini ditunjukkan pada beberapa
item pernyataan. Kemampuan keluarga dalam menemani anggota keluarga
dengan masalah halusinasi pada kelompok kontrol yang awalnya 100%
responden memilih jawaban kadang-kadang menurun menjadi 94,59%
responden yang memilih kadang-kadang. Keluarga memantau lingkungan
sekitar anggota keluarga dengan masalah halusinasi dan menjauhkan
barang-barang tajam yang dapat melukai dirinya atau orang lain yang
awalnya keluarga memilih jawaban kadang-kadang sebanyak 61,1%
meningkat menjadi 83,3% keluarga memilih jawaban kadang-kadang.
Keluarga tidak membiarkan anggota keluarga dengan masalah halusinasi di
kamar sendirian sebanyak 77,7% keluarga memilih jawaban kadang-kadang
Saya membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat dipenuhi
oleh anggota keluarga dengan masalah halusinasi secara mandiri, keluarga
mengingatkan anggota keluarga yang mengalami halusinasi, cara
menghardik halusinasinya muncul sebanyak 72,2% keluarga memilih
jawaban tidak pernah.
78
Tabel 5.10 Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Dalam
Perawatan Halusinasi Pada Kelompok Kontrol Sebelum Dan Sesudah
Berdasarkan 5 Komponen Kemampuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger
Kab. Madiun
Komponen Soal Pernyataan Hasil
Sebelum Sesudah
1 1 Saya
menemani
anggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi
dan tidak
membiarkan
dia sendiri
100% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
94,59% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
3 Saya
menyokong/
meminta
anggota
keluarga saya
yang
mengalami
halusinasinya
untuk
menceritakan
baik suara,
yang dia lihat
atau sesuatu
yang tidak
enak kepada
saya.
61,1 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
61,1 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
4 Saya
mendengarka
n ungkapan
anggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi
terhadap
halusinasi
yang
dirasakan
61,1 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
61,1 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
5 Saya
menemani
66,6 % keluarga
memilih jawaban
66,6 % keluarga
memilih jawaban
79
anggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi
saat dia
merasa
takut/cemas
kadang-kadang kadang-kadang
2 2 Saya
mengingatka
n anggota
keluarga
yang
mengalami
halusinasi,
cara
menghardik
halusinasinya
muncul
83,33% keluarga
memilih jawaban
tidak pernah
72,2 % keluarga
memilih jawaban
tidak pernah
7 Saya
mengajak
klien
beraktivitas
dengan
menyusunkan
kegiatan
harian
88,8 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
88,8 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
8 Saya
mengajak
anggota
keluarga
bercakap-
cakap ketika
anggota
keluarga saya
mengalami
halusinasi.
55,5% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
55,5% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
9 Saya tidak
membiarkan
anggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi di
kamar
sendirian
72,2 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
77,7 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
80
10 Saya selalu
memotivasi
anggota
keluaga
dengan
masalah
halusinasi
untuk
berhubungan
sosial dengan
orang lain.
61,1 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
61,1 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
15 Saya
menyarankan
anggota
keluarga
penderita
halusinasi
untuk
melakukan
kegiatan/peke
rjaan rumah
yang ringan
dalam batas
kemampuan
aggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi.
72,2 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
77,7 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
16 Saya
mengingatka
n anggota
keluarga
yang
mempunyai
masalah
halusinasi
untuk minum
obat secara
rutin.
88,8 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
88,8 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
18 Saya
mengingatka
n anggota
keluarga
dengan
masalah
66,6 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
66,6 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
81
halusinasi
untuk
mencuci
piring,
menyapu
lantai, dan
makan
bersama
20 Saya
mengingatka
n anggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi
untuk
berkomunika
si dengan
orang yang
ada di
lingkungan
sekitar
94,4 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
94,4 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
3 6 Saya
mengajak
keluarga
berdiskusi
bersama
dalam
menentukan
tempat
pengobatan
yang tepat
untuk
anggota
keluarga
yang
menderita
halusinasi
83,3 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
83,3 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
19 Saya
mengambil
obat
dipuskesmas,
rumah sakit
umum,
rumah sakit
jiwa bila obat
50 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
55, 5% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
82
anggota
keluarga
yang
mengalami
halusinasi
habis.
4 11 Saya
mengingatka
n anggota
keluarga
dengan
halusinasi
merawat
dirinya.
77,7% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
83,3 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
12 Saya
mempersiapk
an makanan
dan minum
anggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi
dan
mengajarkan
cara makan.
55,5% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
55,5% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
13 Saya
mengajarkan
anggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi
berdoa
terlebih
dahulu
sebelum
makan dan
sesudah
makan.
72,2 % keluarga
memilih jawaban
tidak pernah
72,2 % keluarga
memilih jawaban
tidak pernah
14 Saya
membantu
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari
yang tidak
88,8 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
94,4 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
83
dapat
dipenuhi oleh
anggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi
secara
mandiri.
5 17 Saya
memantau
lingkungan
sekitar
anggota
keluarga
dengan
masalah
halusinasi
dan
menjauhkan
barang-
barang tajam
yang dapat
melukai
dirinya atau
orang lain.
61,1 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
83,3 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
2. Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Dalam Perawatan
Halusinasi Pada Kelompok Eksperimen Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Pendidikan Kesehatan.
Tabel 5.11 Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Dalam Perawatan
Halusinasi Pada Kelompok Eksperimen Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Pendidikan Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kab. Madiun
Kemampuan
Keluarga
dalam
Perawatan
Halusinasi
Sebelum Sesudah P
value
Eksperimen Frekuens
i
Persentase Frekuens
i
Persentase 0,000
Baik > 60 0 0 3 16,67
Cukup (40-60) 9 50 15 83,33
Kurang < 40 9 50 0 0
Total 18 100 18 100
(Sumber : Data Primer Hasil Penelitian Bulan Maret 2018)
84
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa kemampuan keluarga
kelompok eksperimen dalam perawatan halusinasi sebelum diberikan
pendidikan kesehatan responden berkemampuan cukup sebanyak 9
responden (50%) dan responden yang berkemampuan kurang sebanyak 9
responden (50%). Sedangkan pada kelompok eksperimen sesudah diberikan
pendidikan kesehatan hasil posttest kemampuan responden dalam perawatan
halusinasi sebagian besar berkemampuan cukup yaitu sebanyak 15
responden (83,33%) sedangkan kemampuan responden yang baik sebanyak
3 responden (16,67%).
Hasil penelitian berdasarkan lima komponen kemampuan keluarga
dalam perawatan halusinasi yaitu mengenali halusinasi, mengontrol
halusinasi, memanfaatkan palayanan, pemenuhan ADL, dan memodifikasi
lingkungan keluarga mengalami peningkatan. Ini ditunjukkan pada beberapa
item pernyataan. Kemampuan keluarga dalam membantu anggota dengan
masalah halusinasi dalam menghardik halusinasi yang muncul yang
awalnya 72,2% keluarga memilih jawaban kadang-kadang setelah diberikan
pendidikan kesehatan kemampuan keluarga meningkat menjadi 72,2%
memilih jawaban sering. Keluarga juga mengingatkan anggota keluarga
dengan masalah halusinasi bercakap-cakap didapatkan responden yang
awalnya 88,8% memilih jawaban kadang-kadang menjadi 72,2% keluarga
memilih jawaban sering. Selain itu keluarga juga mengingatkan anggota
keluarga dengan masalah halusinasi untukberkomunikasi dengan orang yang
ada di lingkungan sekitar awalnya 88,8% keluarga memilih jawaban
85
kadang-kadang menjadi 66,6% keluarga memilih jawaban sering.
Tabel 5.12 Hasil Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga Dalam
Perawatan Halusinasi Pada Kelompok Eksperimen Sebelum Dan Sesudah
Berdasarkan 5 Komponen Kemampuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Geger
Kab. Madiun
Komponen Soal Pernyataan Hasil
Sebelum Sesudah
1 1 Saya menemani anggota
keluarga dengan masalah
halusinasi dan tidak
membiarkan dia sendiri
94,59% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
50,0%
keluarga
memilih
jawaban
sering
3 Saya
menyokong/meminta
anggota keluarga saya
yang mengalami
halusinasinya untuk
menceritakan baik suara,
yang dia lihat atau sesuatu
yang tidak enak kepada
saya.
77,7 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
66,6%
keluarga
memilih
jawaban
sering
4 Saya mendengarkan
ungkapan anggota
keluarga dengan masalah
halusinasi terhadap
halusinasi yang dirasakan
88,8 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
55,5%
keluarga
memilih
jawaban
sering
5 Saya menemani anggota
keluarga dengan masalah
halusinasi saat dia merasa
takut/cemas
88,8 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
50,0%
keluarga
memilih
jawaban
sering
2 2 Saya mengingatkan
anggota keluarga yang
mengalami halusinasi,
cara menghardik
halusinasinya muncul
72,2% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
72,2 %
keluarga
memilih
jawaban
sering
7 Saya mengajak klien
beraktivitas dengan
menyusunkan kegiatan
harian
83,3 % keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
50,0%
keluarga
memilih
jawaban
kadang-
kadang
8 Saya mengajak anggota
keluarga bercakap-cakap
ketika anggota keluarga
88,8% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
72,2%
keluarga
memilih
86
saya mengalami
halusinasi.
jawaban
sering
9 Saya tidak membiarkan
anggota keluarga dengan
masalah halusinasi di
kamar sendirian
83,3% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
55,5%
keluarga
memilih
jawaban
sering
10 Saya selalu memotivasi
anggota keluaga dengan
masalah halusinasi untuk
berhubungan sosial
dengan orang lain.
72,2% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
44,4%
keluarga
memilih
jawaban
sering
15 Saya menyarankan
anggota keluarga
penderita halusinasi untuk
melakukan
kegiatan/pekerjaan rumah
yang ringan dalam batas
kemampuan aggota
keluarga dengan masalah
halusinasi.
77,7% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
55,5%
keluarga
memilih
jawaban
sering
16 Saya mengingatkan
anggota keluarga yang
mempunyai masalah
halusinasi untuk minum
obat secara rutin.
94,59% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
44,4%
keluarga
memilih
jawaban
sering
18 Saya mengingatkan
anggota keluarga dengan
masalah halusinasi untuk
mencuci piring, menyapu
lantai, dan makan bersama
72,2% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
44,4%
keluarga
memilih
jawaban
sering
20 Saya mengingatkan
anggota keluarga dengan
masalah halusinasi untuk
berkomunikasi dengan
orang yang ada di
lingkungan sekitar
88,8% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
66,6%
keluarga
memilih
jawaban
sering
3 6 Saya mengajak keluarga
berdiskusi bersama dalam
menentukan tempat
pengobatan yang tepat
untuk anggota keluarga
yang menderita halusinasi
72,2% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
61,1%
keluarga
memilih
jawaban
sering
19 Saya mengambil obat
dipuskesmas, rumah sakit
umum, rumah sakit jiwa
100,0% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
55,5%
keluarga
memilih
87
bila obat anggota keluarga
yang mengalami
halusinasi habis.
jawaban
sering
4 11 Saya mengingatkan
anggota keluarga dengan
halusinasi merawat
dirinya.
66,6% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
50,0%
keluarga
memilih
jawaban
sering
12 Saya mempersiapkan
makanan dan minum
anggota keluarga dengan
masalah halusinasi dan
mengajarkan cara makan.
72,2% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
44,4%
keluarga
memilih
jawaban
sering
13 Saya mengajarkan
anggota keluarga dengan
masalah halusinasi berdoa
terlebih dahulu sebelum
makan dan sesudah
makan.
72,2% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
55,5%
keluarga
memilih
jawaban
sering
14 Saya membantu
memenuhi kebutuhan
sehari-hari yang tidak
dapat dipenuhi oleh
anggota keluarga dengan
masalah halusinasi secara
mandiri.
94,59% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
38,8%
keluarga
memilih
jawaban
selalu
5 17 Saya memantau
lingkungan sekitar
anggota keluarga dengan
masalah halusinasi dan
menjauhkan barang-
barang tajam yang dapat
melukai dirinya atau
orang lain.
72,2% keluarga
memilih jawaban
kadang-kadang
44,4%
keluarga
memilih
jawaban
selalu
88
3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Kemampuan
Keluarga Dalam Perawatan Halusinasi.
Tabel 5.13 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat
Kemampuan Keluarga Dalam Perawatan Halusinasi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Geger Kab. Madiun
Kemampuan keluarga
dalam perawatan
halusinasi
N Kemampuan
keluarga
(Presentase)
Mean
Posttest
P value
(Mann
Whitney)
Kontrol 0.000
Baik > 60 0 0 9.53
Cukup (40-60) 6 33,33
Kurang < 40 12 66,67
Eksperimen
Baik > 60 3 16,67 27.47
Cukup (40-60) 15 83,33
Kurang < 40 0 0
N 36 100
(Sumber : Data primer hasil penelitian bulan maret 2018)
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata nilai kemampuan
keluarga dalam perawatan halusinasi pada kelompok kontrol sebagian besar
berkemampuan kurang sebanyak 66,67% responden dengan nilai Mean
posttest sebesar 9.53 dan nilai kemampuan keluarga dalam perawatan
halusinasi pada kelompok eksperimen sebagian besar berkemampuan cukup
sebagian besar berkemampuan cukup sebanyak 83,33% responden dengan
Mean posttest kelompok eksperimen 27.47. Hasil uji statistik posttest dua
kelompok menggunakan Mann Whitney diperoleh nilai P = 0,000 karena
nilai P > 0,05 maka ada perbedaan hasil kemampuan keluarga dua
kelompok dalam perawatan halusinasi pada posttest di Wilayah Kerja
Puskesmas Geger Kabupaten Madiun. Perbedaan pada kedua kelompok
setelah diberikan pendidikan kesehatan sangat banyak yang artinya
89
pendidikan kesehatan sangat mempengaruhi kemampuan keluarga dalam
perawatan halusinasi sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, sehingga
kemampuan keluarga meningkat dan semakin baik.
5.3 Pembahasan
Berikut pembahasan hasil dari perhitungan masing-masing variabel dan ada
tidaknya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat kemampuan
keluarga dalam perawatan halusinasi.
5.3.1 Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga dalam Perawatan
Halusinasi pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Pendidikan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 18 responden kelompok kontrol di
Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun sebelum dan sesudah
didapatkan tingkat kemampuan keluarga sama yaitu setengah dari masing-masing
berkemampuan kurang dan cukup yaitu sebanyak 9 responden (50%)
berkemampuan kurang dan sebanyak 9 responden (50%) berkemampuan cukup.
Kemampuan keluarga yang kurang dalam pengetahuannya dalam perawatan
halusinasi, selain itu kurangnya kesadaran dan motivasi keluarga akan pentingnya
pemenuhan kebutuhan anggota keluarga dengan masalah halusinasi.
Dari hasil penelitian didapatkan kemampuan keluarga dalam perawatan
halusinasi pada kelompok kontrol tidak ada perubahan tingkat kemampuan karena
kelompok kontrol tidak mendapatkan pendidikan kesehatan, hanya beberapa saja
yang berubah tetapi hanya dari nilainya saja. Pada kelompok kontrol ada 5
keluarga yang mengalami penurunan kemampuan, 3 orang terjadi peningkatan
90
kemampuan dan 10 keluarga masih sama kemampuannya pada posttest. Dari
analisa kuesioner item “Saya menemani keluarga dengan masalah halusinasi dan
tidak membiarkan sendiri” hasil wawancara didapatkan keluarga kurang adanya
waktu dikarenakan keluarga harus bekerja, dan kebanyakan dari mereka hidup
berdua saja sehingga keluarga harus meninggalkan anggota dengan masalah
halusinasi di rumah. Pada item “ saya memantau lingkungan sekitar anggota
keluarga dengan masalah halusinasi dan menjauhkan barang-barang tajam yang
dapat melukai dirinya atau orang lain” meningkat lebih baik. Hasil wawancara
didapatkan ada anggota keluarga dengan masalah halusinasi mencoba untuk
menyakiti anggota keluarganya dan menghadang orang-orang yang lewat di depan
rumahnya. Jadi keluarga menaruh barang-baran tajam jauh dari jangkauan
penderita halusinasi. Sedangkan pada item “Saya membantu memenuhi kebutuhan
sehari-hari yang tidak dapat dipenuhi oleh anggota keluarga dengan masalah
halusinasi secara mandiri” hasil wawancara didapatkan keluarga membantu
anggota keluarga yang mengalami halusinasi seperti mengambilkan makanan,
minuman, memandikan dan membantu berhias diri.
Penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian dari Sulisnadewi (2012) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pendidikan kesehatan keluarga efektif meningkatkan
kemampuan ibu dalam merawat anak diare” bahwa pada kelompok kontrol hanya
19,4% ibu yang mampu merawat anak dengan diare setelah dilakukan pendidikan
kesehatan. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Mardhiah dengan judul
“Pendidikan kesehatan terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam
merawat hipertensi” pada kelompok pretest hanya 20,8% keluarga mampu
91
merawat lansia dengan hipertensi. Ini menunjukkan keluarga pada belum
memiliki kemampuan keluarga dalam merawat hipertensi.
Kemampuan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan praktek dimana
pengetahuan untuk meningkatkan informasi terkait bagaimana tindakan keluarga
dalam mengambil keputusan dan mengembangkan pikirannya serta memahami
tentang cara perawatan halusinasi yang benar (Craven, 2006). Pengetahuan yang
kurang akan berdampak pada kemampuan yang kurang (Wawan, 2011).
Kemampuan baik yang harus dimiliki keluarga yaitu mau menerima praktik
perawatan halusinasi mulai dari hal sederhana tentang mengontrol halusinasi yang
dilakukan dengan benar.
Naik turunnya hasil nilai kuesioner didapatkan penurunan pada kemampuan
keluarga dalam mengingatkan anggota keluarga dengan masalah halusinasi dalam
perawatan dirinya dan keluarga tidak mengambilkan obat, Hasil wawancara
didapatkan keluarga bosan dan kadang mereka sibuk sendiri sehingga tidak
mengingatkan anggota keluarganya dan keluarga tidak mempunyai transportasi
untuk mengambil obat di fasilitas kesehatan.
5.3.2 Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga dalam Perawatan
Halusinasi pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Sesudah di
Lakukan Pendidikan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun
Berdasarkan tabel 5.10 penelitian terhadap 18 responden pada kelompok
eksperimen kemampuan keluarga sebelum diberikan pendidikan kesehatan
didapatkan tingkat kemampuan keluarga sebanyak 9 responden (50%)
berkemampuan cukup dan 9 responden (50%) berkemampuan kurang sedangkan
92
setelah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan tingkat kemampuan keluarga
sebanyak 3 responden (16,67%) berkemampuan baik dan 15 responden (83,33%)
berkemampuan cukup. Sehingga terlihat bahwa ada perbedaan bermakna tingkat
kemampuan keluarga sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok eksperimen.
Dari analisa kuesioner didapatkan hasil dari pernyataan kemampuan
keluarga meningkat dalam membantu anggota keluarga dalam mengontrol
halusinasi, dari item pernyataan “Saya mengingatkan anggota keluarga yang
mengalami halusinasi, cara menghardik halusinasinya muncul dengan mengatakan
pergi-pergi kamu palsu kamu tidak nyata saya tidak mau dengar” didapatkan
sebagian besar responden memilih jawaban tidak pernah sebanyak 13 responden
(72,3%), jawaban kadang-kadang sejumlah 4 responden (22,2%) serta jawaban
sering hanya 1 responden (5,5%). Pada kebanyakan keluarga saat wawancara
mereka tidak tahu cara menghardik halusinasi, jadi mereka hanya membiarkan.
Hasil penelitian Nugroho (2013) bahwa setelah diberikan terapi menghardik
responden mengalami penurunan intensitas halusinasi. Ini juga sejalan dengan
Widuri (2016) halusinasi menurun setelah diberikan teknik mengontrol halusinasi.
Item pernyataan “Saya mengajak anggota keluarga bercakap-cakap ketika
anggota keluarga saya mengalami halusinasi” hasil didapatkan sebagian besar
responden memilih jawaban kadang-kadang sebanyak 16 responden (88,9%) dan
jawaban sering hanya 2 responden (11,1%). Sedangkan item pernyataan “Saya
mengingatkan anggota keluarga dengan masalah halusinasi untuk berkomunikasi
dengan orang yang ada di lingkungan sekitar” hasil didapatkan sebagian besar
93
responden memilih jawaban kadang-kadang sebanyak 16 responden (88,9%) dan
jawaban tidak pernah hanya 2 responden (11,1%). Ini sejalan dengan pendapat
Dermawan dan Rusdi (2013) bahwa bercakap-cakap dengan orang lain merupakan
cara efektif untuk mengontrol halusinasinya karena dengan bercakap-cakap
dengan orang lain perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan.
Penelitian ini di dukung penelitian dari Sulisnadewi (2012) dalam
penelitiannya yang berjudul “Pendidikan kesehatan keluarga efektif meningkatkan
kemampuan ibu dalam merawat anak diare” bahwa pada kelompok eksperimen
90,3% ibu yang mampu merawat anak dengan diare setelah dilakukan pendidikan
kesehatan. yang mendapatkan pendidikan kesehatan berpeluang sebesar 4,667 kali
mampu merawat dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan pendidikan
kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wira dengan judul
“Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan peran keluarga dalam
merawat pasien tb paru di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten
Jember” menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
kemampuan peran keluarga dalam merawat pasien Tb Paru di wilayah kerja
Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember.
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan. Sama halnya dengan proses
pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama yaitu terjadinya perubahan
kemampuan yang dipengaruhi banyak faktor diantaranya sasaran pendidikan,
94
pelaku pendidikan, proses pendidikan dan perubahan kemampuan yang
diharapkan (Darmawan, 2008). Peneliti menggunakan media pemberian leaflet
dan ceramah mengenai halusinasi dan cara perawatannya agar dalam proses
pemberian materi lebih jelas, mudah dipahami, dan saat keluarga lupa dapat di
baca kembali. Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk menjadikan
perubahan kemampuan keluarga dengan meningkatkan kesadaran keluarga dalam
perawatan halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger.
Harapan peneliti setelah diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar
kemampuan keluarga meningkat menjadi baik. Namun dari hasil penelitian
didapatkan kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi pada kelompok
eksperimen yang sebagian besar masih berkemampuan cukup. Hasil pengamatan
peneliti didapatkan bahwa keluarga mengingatkan anggota keluarga dengan
masalah halusinasi untuk menghardik halusinasi, keluarga mengajak anggota
keluarga untuk bercakap-cakap, dan keluarga mengingatkan komunikasi dengan
orang yang ada di lingkungan sekitar. Ini sejalan dengan pendapat Muhith (2015)
dalam mengontrol halusinasi ada 4 cara yaitu dengan menghardik halusinasi,
mengkonsumsi obat, bercakap-cakap dan melakukan aktifitas terjadwal.
5.3.3 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat
kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi di Wilayah kerja
Puskesmas Geger Kabupaten Madiun
Hasil uji statistik dengan Mann Whitney U Test untuk menguji kemampuan
keluarga sesudah dilakukan pendidikan kesehatan diperoleh nilai p =0,000 karena
nilai p < 0,05, Ho ditolak dan Ha diterima, dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh kemampuan keluarga dalam perawatan sebelum dan sesudah dilakukan
95
pendidikan kesehatan halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun. Hal ini di dukung hasil mean rank posttest dua kelompok yaitu sebesar
17,94. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan hasil kemampuan keluarga
dalam perawatan halusinasi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen di
Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
Avrianto (2014) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan sebagai proses
perubahan yang tidak mudah. Bukan semata penambahan pengetahuannya saja
tetapi keluarga diharapkan memiliki keterampilan sekaligus sikap mantap dalam
merawat anggota keluarga dengan halusinasi. Namun dalam mewujudkan semua
itu perlu adanya faktor pendukung (support) atau kondisi yang memungkinkan
lainnya seperti adanya fasilitas dan dukungan semua pihak. Setelah dilakukan
intervensi pendidikan kesehatan selama 3 minggu dalam pengamatan peneliti saat
posttest penderita dengan masalah halusinasi didapatkan keluarga mengatakan
halusinasi pada malam hari sudah mulai berkurang, saat bercakap-cakap penderita
mau menjawab saat diajak bicara, penderita dengan masalah haluinasi mulai
kooperatif, ekspresi wajah bersahabat, klien mau berjabat tangan, dan penderita
mau berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan sekitar, penderita mau
minum obat, anggota keluarga dengan masalah halusinasi sebagian besar mau
melakukan aktifitas sehari-hari seperti mencabuti rumput, menyapu, mencuci
piring, memasak, bekerja dan aktifitas lainnya.
Hasil penelitian setelah dilakukan pendidikan kesehatan kemampuan
keluarga sudah lebih baik. Kaitannya dengan hal yang ada diatas peneliti
berpendapat dengan mengajarkan cara mengahrdik halusinasi dan bercakap-cakap
96
akan menurunkan tingkat kejadian halusinasi mengontrol. Pendidikan kesehatan
sangat penting diberikan dalam pelayanan kesehatan secara periodik tentang cara
mengontrol halusinasi dan peratan halusinasi kepada keluarga ataupun penderita
halusinasi. Pelayanan kesehatan dapat membentuk kaderisasi di masing-masing
posyandu di setiap desa. Kader dapat mengagendakan pemberian pendidikan
kesehatan setiap 1 bulan sekali di setiap desa agar hasilnya optimal.
5.4 Keterbatasan Penelitian
1. Pada waktu pemberian pendidikan kesehatan ada keluarga yang kurang
maksimal dalam mendengarkan dan memperhatikan materi yang diberikan
sehingga tidak kooperatif.
2. Dalam pemberian pendidikan kesehatan ada responden yang menyambi
mengupasi jagung, sehingga pengetahuan serta kemampuan yang didapat
oleh responden kurang maksimal.
3. Tidak semua anggota keluarga berada di rumah, hanya ada 1 orang saja,
karena sebagian dari anggota keluarga lain bekerja.
97
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perubahan kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di
Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun tetapi hanya pada
nilainya saja, tidak ada perubahan tingkat kemampuan. Sebagian besar
responden mempunyai kemampuan yang kurang.
2. Ada perubahan tingkat kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi
pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun. Sebagian
besar responden mempunyai kemampuan yang cukup.
3. Ada pengaruh dan perubahan hasil pretest dan posttest setelah diberikan
pendidikan kesehatan terhadap tingkat kemampuan keluarga dalam
perawatan halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun
dengan hasil analisis statistik dengan Mann Whitney U Test didapatkan p
value (0,000<0,05).
98
6.2 Saran
1. Bagi Keluarga
Pemberian pendidikan kesehatan keluarga dapat dijadikan informasi,
meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengaplikasian serta
meningkatkan kemampuan keluarga dalam perawatan anggota keluarga
menderita gangguan jiwa terutama halusinasi. Keluarga memberi dukungan
dan perhatian lebih optimal.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Keterlibatan pelayanan kesehatan dalam menggalakkan pendidikan
kesehatan jiwa dan kaderisasi di masing-masing posyandu di setiap desa
secara periodik setiap 1 bulan sekali tentang cara perawatan yang benar
dengan memberi leaflet akan menjadikan hasil yang optimal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah pustaka mengenai perawatan halusinasi yang benar dan
dijadikan sumber dalam penelitian mahasiswa, pengembangan teori dan
meningkatkan pengetahuan bagi pembaca tentang pentingnya pendidikan
kesehatan terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi.
4. Bagi Peneliti yang selanjutnya
Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perawatan halusinasi
dengan menggunakan metode yang lain dengan jangka waktu yang lebih
lama untuk meningkatkan kemampuan keluarga.
99
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Avrianto, D. 2014. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan Petani Paprika di Desa Kumbo Pasuruan Terkait Penggunaan
Alat Pelindung Diri dari Bahaya Pestisida. Jakarta: Skripsi Universitas
Islam Indonesia
Balitbang, Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI
Caplan, R. 1996. Clinical Approach. Buterworth Heinemann : Boston
Chaery I. 2009. TAK: Persepsi Sensori. Online. Http://www.schizophrenia.com/
[12 Desember 2017]
Dinkes Madiun. 2016. Data Orang dengan Gangguan Jiwa Tahun 2016.
Craven,R.F. & Himle,C.J. 2006. Fundamental of nursing, human and function.
(5th
,ed). Lippincott;Williams & Wilkins.
Darmawan, et. al. 2008. Gambaran Faktor yang berhubungan dengan tingginya
diare pada balita di kelurahan Krian, Kecamatan Krian, Kabupaten
Sidoarjo (Studi Kasus). Diunduh pada 28 Maret 2018 dari akses
http://www.fk.uwks.ac.id
Effendy, O. U. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP): Untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Friedman, M.M., et al. 2010. Keperawatan keluarga : Riset, teori dan
praktik, Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
100
Keliat, B. A. dkk. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC.
. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta : EGC.
. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Kholid, A. 2014. Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media,
dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Kusumawati, F. 2010. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC.
dan Yudi, H. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Mamnu‟ah, .2010. Stres dan Strategi Koping Anggota Keluarga Merawat yang
Mengalami Halusinasi.Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta :
Stikes „Aisyiyah Yogyakarta.
Maramis, W. F. 2006. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press.
Mubarak, W. I., dkk.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep DanAplikasi.
Jakarta : Salemba medika.
. 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba medika.
Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta
: Penerbit ANDI
Nasehudin,.T.S., Gozali,N. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Pustaka Setia.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rinerika
Cipta.
. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nugroho, A. 2013. Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Dengar Pada Pasien Skizofrenia di RSJD Dr.
Aminogondhohutomo Semarang. Skripsi. Stikes Telogorejo
101
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
. 2013. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1
Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Puspa, S. 2009. Mengenali Dunia Kerja. Jakarta : Salemba
Saragih, F,.S. 2010. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu
Tentang Makanan Sehat dan Gizi Seimbang di Desa Merek Raya
Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Tahun 2010. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara ( USU )
Stephen P. Robbins dan Timonthy A. Judge. 2009. Perilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba
Stuart, G. W. dan Laraia, M. T. 2007. Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. St. Louis: Mousby.
, dkk. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Penerbit: Elsevier.
Subargus, A. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sulisnadewi, N 2012. Pendidikan kesehatan keluarga efektif meningkatkan
kemampuan ibu dalam merawat anak diare. Skripsi : Universitas
Indonesia
Suwardiman. 2011. Hubungan antara dukungan keluarga dengan beban keluarga
untuk mengikuti regimen teraupetik pada keluarga klien halusinasi RSUD
Serang. Tesis Jakarta,FIK. Tidak dipublikasikan.
Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan.Yogjakarta:
Nuha Medika.
Wawan, D. 2011. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika
102
WHO. 2016. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat. [Diakses 12
Desember 2017]
Widuri, N. Upaya Penurunan Intensitas Halusinasi dengan Cara Mengontrol
Halusinasi di RSJD Arif Zainudin Surakarta. Skripsi : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Wira, Y. R. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan peran keluarga
dalam merawat pasien tb paru di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji
Kabupaten Jember. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Jember.
Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: Penerbit Refika Aditama.
Yusnipah, Y. 2012. Tingkat Pengetahuan Keluarga dalam Merawat Pasien
Halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.
103
Lampiran 1
104
Lampiran 2
Lampiran 3
105
Lampiran 4
106
Lampiran 5
107
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Tri Wulandari
NIM : 201402106
Bermaksud melakukan penelitian tentang berjudul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan terhadap Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga dalam Perawatan
Halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun”. Sehubungan
dengan ini, saya mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden
dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan
sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan
penelitian. Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.
Lampiran 6
Madiun, Maret 2018
Peneliti
Tri Wulandari
201402106
108
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Tri Wulandari mengenai berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
terhadap Perubahan Tingkat Kemampuan Keluarga dalam Perawatan Halusinasi
di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun”. Saya mengetahui bahwa
informasi yang akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan
keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan
dengan sebenar-benarnya. Demikian penyataan ini saya buat untuk dipergunakan
sesuai keperluan.
Madiun, Maret 2018
Responden
109
Lampiran 7
KISI-KISI KUISIONER
Kemampuan Keluarga
No Uraian Nomor soal
1 Mengenali Halusinasi 1, 3, 4, 5
2 Mengontrol halusinasi 2, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 18, 20
3 Memanfaatkan pelayanan 6, 19
4 Pemenuhan ADL 11, 12, 13, 14
5 Memodifikasi lingkungan 17
110
Lampiran 8
KUESIONER
KEMAMPUAN KELUARGA
Tanggal wawancara :
Nama pewawancara :
No responden :
A. Identitas Responden
Jawablah beberapa pertanyaan ini sebagai identitas diri anda, yaitu sebagai
berikut:
1. Inisial nama :
2. Umur :
18-20 tahun 21-27 tahun 28-32 tahun
33-39 tahun 40-65 tahun
3. Jenis Kelamin :
laki-laki Perempuan
4. Pendidikan :
Tidak sekolah SD SMP SLTA Diploma/Sarjana
5. Pekerjaan :
Tidak bekerja Pedagang Petani PegawaiNegeri
Wiraswasta TNI/POLRI Lain-lain
6. Hubungan dengan Klien yang sakit :
Orangtua Suami/istri Anak Saudara Bukan Keluarga inti
7. Rutinitas Minum Obat :
Rutin Minum Obat Tidak rutin minum obat
8. Jumlah Kekambuhan Halusinasi dalam 1 bulan :
1-3 kali >3 kali
9. Jumlah di rawat :
Belum pernah 1-3 kali > 3 kali
111
B. Petunjuk Pengisian Angket
1. Isilah angket dengan jujur sesuai dengan apa yang paling anda rasakan saat ini.
Apapun jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya.
2. Berilah tanda (√) pada salah satu kolom yang menurut anda cocok atau anda
setuju dengan pernyataan tersebut.
3. Untuk kerjasama dan perhatianya, peneliti mengucapkan terimakasih
Keterangan :
112
No Pernyataan SL SR K TP
1.
Saya menemani anggota keluarga dengan masalah
halusinasi dan tidak membiarkan dia sendiri
2. Saya mengingatkan anggota keluarga yang
mengalami halusinasi, cara menghardik halusinasi
nya muncul dengan mengatakan pergi pergi...kamu
palsu...kamu tidak nyata...saya tidak mau dengar
3. Saya menyokong/meminta anggota keluarga saya
yang mengalami halusinasinya untuk menceritakan
baik suara, yang dia lihat atau sesuatu yang tidak
enak kepada saya.
4. Saya mendengarkan ungkapan anggota keluarga
dengan masalah halusinasi terhadap halusinasi yang
dirasakan
5. Saya menemani anggota keluarga dengan masalah
halusinasi saat dia merasa takut/cemas
6. Saya mengajak keluarga berdiskusi bersama dalam
menentukan tempat pengobatan yang tepat untuk
anggota keluarga yang menderita halusinasi
7. Saya mengajak klien beraktivitas dengan
menyusunkan kegiatan harian
8. Saya mengajak anggota keluarga bercakap-cakap
ketika anggota keluarga saya mengalami halusinasi.
9. Saya tidak membiarkan anggota keluarga dengan
masalah halusinasi di kamar sendirian
10. Saya selalu memotivasi anggota keluaga dengan
masalah halusinasi untuk berhubungan sosial
dengan orang lain.
11. Saya mengingatkan anggota keluarga dengan
halusinasi merawat dirinya.
12. Saya mempersiapkan makanan dan minum anggota
keluarga dengan masalah halusinasi dan
mengajarkan cara makan.
13. Saya mengajarkan anggota keluarga dengan
masalah halusinasi berdoa terlebih dahulu sebelum
makan dan sesudah makan.
14. Saya membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari
yang tidak dapat dipenuhi oleh anggota keluarga
dengan masalah halusinasi secara mandiri.
15. Saya menyarankan anggota keluarga penderita
halusinasi untuk melakukan kegiatan/pekerjaan
rumah yang ringan dalam batas kemampuan aggota
keluarga dengan masalah halusinasi.
16. Saya mengingatkan anggota keluarga yang
mempunyai masalah halusinasi untuk minum obat
113
secara rutin.
17. Saya memantau lingkungan sekitar anggota
keluarga dengan masalah halusinasi dan
menjauhkan barang-barang tajam yang dapat
melukai dirinya atau orang lain.
18. Saya mengingatkan anggota keluarga dengan
masalah halusinasi untuk mencuci piring, menyapu
lantai, dan makan bersama
19. Saya mengambil obat dipuskesmas, rumah sakit
umum, rumah sakit jiwa bila obat anggota keluarga
yang mengalami halusinasi habis.
20. Saya mengingatkan anggota keluarga dengan
masalah halusinasi untuk berkomunikasi dengan
orang yang ada di lingkungan sekitar
Keterangan:
SL : Selalu (setiap hari perawatan)
SR : Sering (dari 7 hari perawatan, saya melakukan tindakan perawatan 4-6
hari)
K : Kadang-kadang (dari 7 hari perawatan, saya melakukan tindakan
perawatan 1-3 hari)
TP : Tidak pernah melakukan
114
Lampiran 9
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN HALUSINASI
Topik : Perawatan Halusinasi
Sub Topik : Pengertian, penyebab, tanda gejala, jenis, dan
cara perawatan
Sasaran : Keluarga dengan anggota keluarga halusinasi di
Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun
Hari / Tanggal : 02-06 Maret 2018
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Responden dengan anggota keluarga
masalah halusinasi di Wilayah Puskesmas Geger,
Kab. Madiun
Penyuluh : Tri Wulandari
1. Analisa Data
1.1 Latar Belakang
Prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk
dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan
jiwa berat (WHO 2016). Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi. Berdasarkan
hasil pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan
kasus halusinasi. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Geger
115
terdapat 272 orang penderita gangguan jiwa yang tersebar dalam 10 desa. Masalah
yang banyak dirasakan penderita dengan gangguan jiwa yaitu halusinasi, dalam
catatan kunujungan terakhir terdapat 77 orang rata-rata pernah mengalami
halusinasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
terhadap 5 keluarga yang merawat klien dengan gangguan jiwa tentang cara
merawat didapatkan 4 keluarga hanya membentak dan membiarkan klien ketika
kambuh.
Upaya meningkatkan kemampuan Keluarga dalam perawatan halusinasi ini
yaitu dengan dilakukanya pendidikan kesehatan.
1.2 Kebutuhan Keluarga
Keluarga dengan masalah halusinasi membutuhkan pendidikan kesehatan
tentang cara merawat anggota keluarga dengan masalah halusinasi sebagai upaya
meningkatkan kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi. Pendidikan
kesehatan ini akan menambah pengetahuan dan merubah perilaku keluarga dalam
perawatan anggota yang mengalami halusinasi.
1.3 Karakeristik Keluarga
1. Kemampuan : keluarga dengan masalah halusinasi
2. Sosial : interaksi dengan lingkungan sosial terganggu
1.4 Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum : setelah mengikuti pendidikan kesehatan, para keluarga
dengan gangguan halusinasi mampu memahami dan meningkatkan
kemampuan keluarga dalam perawatan halusinasi.
116
2. Tujuan Khusus : setelah mengikuti pendidikan keluarga selama 2 x 30
menit , para keluarga dengan anggota keluarga yang mempunyai masalah
halusinasi mampu memahami dan meningkatkan kemampuannya dalam
perawatan halusinasi.
a. Menyebutkan pengertian halusinasi
b. Menyebutkan etiologi/penyebab terjadinya halusinasi
c. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
d. Menyebutkan jenis halusinasi
e. Menjelaskan cara perawatan halusinasi
1.6 Materi (terlampir)
1. Menyebutkan pengertian halusinasi
2. Menyebutkan etiologi/penyebab terjadinya halusinasi
3. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
4. Menyebutkan jenis halusinasi
5. Menjelaskan cara perawatan halusinasi
1.7 Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
1.8 Media dan Alat Pengajaran
1. Leaflet
117
1.9 Kegiatan Penyuluhan
N
o
Waktu Kegiatan pendidikan kesehatan Kegiatan
peserta
1 Pembukaan 1
menit
1. Memberikan salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Menyebutkan tema materi
penyuluhan
1. Menjawab
salam
2. Mendengarka
n dan
memperhatika
n
2 Inti 25 menit 1. Mengisi kuesioner untuk pretest
kemampuan keluarga pada masing-
masing kelompok
2. Menjelaskan materi perawatan
halusinasi (untuk kelompok
eksperimen
a. Pengertian
b. Etiologi/penyebab
c. Jenis
d. Tanda gejala
e. Peran keluarga
1. Menjawab
pertanyaan
penyuluh
2. Mendengarka
n dan
memperhatika
n materi yang
diberikan
3. bertanya pada
penyuluh bila
masih ada
yang kurang
jelas
4. Ikut
berpartisipasi
aktif dalam
demontrasi
118
3 Evaluasi 3 menit
3
m
e
n
i
t
1. Meminta keluarga untuk menjawab
pertanyaan penyuluh
2. memberikan reward jika menjawab
benar dan membetulkan jika masih
ada kekurangan
Menyebutkan dan
menjelaskan
jawaban
4 Penutup 1 menit Mengucapka n terima kasih dan
salam
Memperhatikan
dan enjawab
salam
1.10 Referensi
Lampiran Materi SAP Pendidikan Kesehatan Perawatan Halusinasi
1. Konsep Halusinasi
1.1 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan dalam maupun rangsangan luar. Gejala gangguan jiwa yaitu klien
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penciuman (Kusumawati, F dan Hartono,Y 2010).
1.2 Etiologi Halusinasi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis : Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
119
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon,
kondisi psikologis klien, penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien, hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.
3. Sosial Budaya
Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.
4. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.
1.3 Jenis halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut ( Kusumawati, 2010) sebagai berikut:
6. Halusinasi pendengaran: mendengarkan suara atau kebisingan yang
kurang jelas ataupun yang jelas
7. Halusinasi penglihatan: stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya,
gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks
8. Halusinasi penciuman/penghidu : menghidu seperti sedang membau bau-
bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau yang lain.
9. Halusinasi perabaan: merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
10. Halusinasi pengecapan: klien sering meludah, muntah, merasa mengecap
rasa seperti darah,urine seperti feses, atau yang lainnya
120
1.4 Tanda dan Gejala
Menurut Kusumawati (2010), tanda dan gejala halusinasi meliputi : Tidak
dapat memusatkan perhatian, gelisah, ketakutan, wajah tegang, mudah
tersinggung, disorientasi waktu, tempat, dan orang, ketidakmampuan penderita
dalam memecahkan masalah, serta perubahan pola perilaku, sikap curiga dan
bermusuhan, menyalahkan diri sendiri/orang lain, bicara dan tertawa sendiri,
pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal, keluyuran, dan tidak mampu
mengurus dirinya sendiri (Yusnipah, 2012).
1.5 Peran Keluarga dalam Perawatan Halusinasi
Menurut Keliat (2011), peran keluarga dalam perawatan halusinasi meliputi :
1. Membantu mengenal halusinasi
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
Hubungan saling percaya dengan memfasilitasi klien agar merasa
nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya agar informasi tentang
halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara komprehensif.
Keluarga harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif
mendengar ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya. Hindarkan
menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun pengalaman halusinasi
yang diceritakan aneh dan menggelikan.
b. Mendiskusikan kapan muncul dan situasi yang menyebabkan halusinasi.
Membantu klien mengenali halusinasi mengenai isi halusinasi, waktu,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan munculnya
121
halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah klien
menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus
diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa
dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi.
c. Meningkatkan kontak dengan realita
5) Bicara dengan pasien secara sering dan singkat
6) Ajak bicara pasien jika tampak pasien sedang berhalusinasi
7) Buat jadwal sehari-hari untuk menghindari kesendirian
8) Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi
d. Membantu penurunan kecemasan dan ketakutan
5) Temani pasien, cegah isolasi dan menarik diri
6) Terima halusinasi pasien tanpa mendukung dan menyalahkan.
Misalnya : “Saya percaya anda mendengar, tetapi saya sendiri tidak
mendengar”.
7) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan
8) Tetap hangat, empati dan lemah lembut
e. Mencegah pasien melukai dirinya sendiri dan orang lain
3) Melakukan perlindungan
4) Kontak sering dengan personal
f. Tingkatkan harga diri
4) Identifikasi kemampuan pasien dan beri kegiatan yang sesuai
5) Beri kesempatan dan beri pujian atas kegiatan yang pasien lakukan
6) Dorong supaya pasien melakukan kegiatan yang positif.
122
2. Keluarga melatih klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
a. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
Menghardik yaitu upaya mengendalikan halusinasi dengan cara menolak
halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk mengatakan, ”pergi pergi...kamu
palsu...kamu tidak nyata...aku tidak mau dengar...aku tidak mau lihat”. Ini
dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat.
b. Berinteraksi dengan klien saat halusinasinya kambuh
Dengan bercakap-cakap dengan klien, maka klien akan terjadi teknik
distraksi, fokus perhatian klien saat terjadi halusinasi beralih ke percakapan.
c. Mengajak klien beraktivitas dengan menyusunkan kegiatan harian
Halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi
sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang
bermanfaat seperti memasak, makan bersama, mencuci piring, menyapu
lantai, dan aktivitas lainnya. Keluarga harus selalu memonitor pelaksanaan
kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk
melamun tak terarah.
d. Menggunakan obat
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu,
klien perlu diberi penjelasan bagaimana obat dapat mengatasi halusinasi,
pemberian obat kepada klien harus patuh dan teratur untuk menjalankan
123
pengobatan yang optimal.
3. Pemenuhan ADL
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari klien (Fitria, 2009) yang
meliputi :
a. Kebersihan diri : memandikan klien dan melakukan perawatan kulit,
perawatan kuku dan kaki, perawatan mulut, perawatan rambut, perawatan
mata, telinga dan hidung dan perawatan alat kelamin (Fitria, 2009)
b. Toileting : melepaskan dan memakaikan kembali pakaian untuk toileting,
membersihkan klien setelah BAB/ BAK dengan tepat, dan menyiram
toilet atau kamar kecil (Fitria, 2009).
c. Berhias : mengambil pakaian, memakaikan pakaian, mengancing baju
dan celana, menggunakan kaos kaki, menggunakan alat tambahan,
memberikan penampilan pada yang memuaskan, dan mengenakan sepatu
secara tepat sesuai dengan iklim dan kondisi sosial. Dan seluruh kegiatan
ini tergantung pada kesukaan dan budaya seseorang, klien wanita
memakai make up, mencukur bulu ketiak dan alis merupakan bagian
yang penting dari kerapian. Sedangkan untuk pria mencukur merupakan
sesuatu yang penting sekali bagi penampilan dan harga diri mereka
(Fitria, 2009).
d. Makan dan minum : mempersiapkan makanan, perkakas makanan dan
minuman, mengajarkan berdoa sebelum makan dan sesudah makan
(Fitria, 2009).
124
4. Keluarga memodifikasi lingkungan rumah
Memodifikasi lingkungan akan berpengaruh positif terhadap proses
penyembuhan seperti membersihkan rumah, menciptakan lingkungan yang
aman dan nyaman dengan ruang yang mudah dijangkau klien baik ruang
makan, kamar mandi ataupun WC, memberikan perhatian selama 24 jam,
menghindarkan alat-alat yang menyebakan pencideraan diri yang
menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka, meminta klien berpartisipasi
melakukan kegiatan membereskan kamarnya sendiri (Stuart, 2007).
5. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Keluarga mengajak anggota keluarga lain berdiskusi bersama dalam
menentukan tempat pengobatan yang tepat untuk klien.Keluarga
mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang
diperoleh dari fasilitas kesehatan, memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
mengunjungi balai kesehatan jiwa, puskesmas, maupun rumah sakit.
Keluarga datang ke pelayanan saat obat pasien habis ataupun klien yang
mengalami gangguan jiwa kambuh dan keluarga tidak mampu
menanganinya (Stuart, 2007).
126
Lampiran 10
127
128
Lampiran 11
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
SPSS 16
Correlations
Soal1 Soal2 Soal3 Soal4 Soal5 soal6 soal7 soal8 soal9 soal10 soal11 soal12 soal13 soal14 soal15 soal16 soal17 soal18 soal19 soal20
Soal1 Pearson
Correlation 1 .745** .767** .767** .724** .373 .789** .779** .667** .663** .800** .324 .768** .507* .549* .631** .497* .396 .552* .789**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .105 .000 .000 .001 .001 .000 .164 .000 .023 .012 .003 .026 .084 .012 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal2 Pearson
Correlation .745** 1 .666** .585** .647** .167 .828** .735** .631** .563** .615** .435 .750** .432 .563** .487* .400 .513* .247 .828**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .007 .002 .482 .000 .000 .003 .010 .004 .056 .000 .057 .010 .029 .081 .021 .294 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal3 Pearson
Correlation .767** .666** 1 .937** .800** .499* .595** .875** .586** .765** .836** .342 .781** .595** .443 .746** .664** .330 .822** .595**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .025 .006 .000 .007 .000 .000 .140 .000 .006 .051 .000 .001 .155 .000 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
129
Soal4 Pearson Correlation
.767** .585** .937** 1 .655** .499* .595** .743** .677** .765** .836** .266 .781** .595** .523* .746** .734** .330 .822** .595**
Sig. (2-tailed) .000 .007 .000 .002 .025 .006 .000 .001 .000 .000 .257 .000 .006 .018 .000 .000 .155 .000 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Soal5 Pearson
Correlation .724** .647** .800** .655** 1 .241 .649** .832** .620** .830** .706** .435 .698** .681** .184 .740** .480* .336 .685** .649**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 .002 .307 .002 .000 .004 .000 .001 .055 .001 .001 .436 .000 .032 .147 .001 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal6 Pearson
Correlation .373 .167 .499* .499* .241 1 .234 .355 .075 .333 .510* .189 .284 .141 .067 .301 .289 -.182 .569** .234
Sig. (2-tailed) .105 .482 .025 .025 .307 .320 .124 .754 .151 .022 .426 .226 .554 .780 .198 .216 .442 .009 .320
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal7 Pearson Correlation
.789** .828** .595** .595** .649** .234 1 .607** .821** .704** .738** .610** .754** .545* .416 .684** .561* .249 .347 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .006 .002 .320 .005 .000 .001 .000 .004 .000 .013 .068 .001 .010 .291 .134 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal8 Pearson
Correlation .779** .735** .875** .743** .832** .355 .607** 1 .535* .695** .723** .356 .662** .548* .444* .567** .473* .328 .576** .607**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .124 .005 .015 .001 .000 .124 .001 .012 .050 .009 .035 .158 .008 .005
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
130
soal9 Pearson Correlation
.667** .631** .586** .677** .620** .075 .821** .535* 1 .824** .700** .324 .747** .579** .480* .631** .596** .229 .467* .821**
Sig. (2-tailed) .001 .003 .007 .001 .004 .754 .000 .015 .000 .001 .164 .000 .007 .032 .003 .006 .331 .038 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
S
,MMoal10
Pearson
Correlation .663** .563** .765** .765** .830** .333 .704** .695** .824** 1 .825** .385 .685** .668** .286 .767** .620** .167 .720** .704**
Sig. (2-tailed) .001 .010 .000 .000 .000 .151 .001 .001 .000 .000 .093 .001 .001 .222 .000 .004 .481 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal11 Pearson
Correlation .800** .615** .836** .836** .706** .510* .738** .723** .700** .825** 1 .526* .770** .659** .379 .727** .678** .142 .705** .738**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .001 .022 .000 .000 .001 .000 .017 .000 .002 .099 .000 .001 .549 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal12 Pearson Correlation
.324 .435 .342 .266 .435 .189 .610** .356 .324 .385 .526* 1 .410 .711** -.096 .628** .502* -.088 .250 .610**
Sig. (2-tailed) .164 .056 .140 .257 .055 .426 .004 .124 .164 .093 .017 .073 .000 .686 .003 .024 .713 .287 .004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal13 Pearson
Correlation .768** .750** .781** .781** .698** .284 .754** .662** .747** .685** .770** .410 1 .652** .492* .750** .712** .449* .663** .754**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .226 .000 .001 .000 .001 .000 .073 .002 .027 .000 .000 .047 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
131
soal14 Pearson Correlation
.507* .432 .595** .595** .681** .141 .545* .548* .579** .668** .659** .711** .652** 1 .237 .756** .561* .314 .640** .545*
Sig. (2-tailed) .023 .057 .006 .006 .001 .554 .013 .012 .007 .001 .002 .000 .002 .315 .000 .010 .178 .002 .013
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal15 Pearson
Correlation .549* .563** .443 .523* .184 .067 .416 .444* .480* .286 .379 -.096 .492* .237 1 .153 .177 .539* .190 .416
Sig. (2-tailed) .012 .010 .051 .018 .436 .780 .068 .050 .032 .222 .099 .686 .027 .315 .518 .455 .014 .423 .068
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal16 Pearson
Correlation .631** .487* .746** .746** .740** .301 .684** .567** .631** .767** .727** .628** .750** .756** .153 1 .844** .140 .779** .684**
Sig. (2-tailed) .003 .029 .000 .000 .000 .198 .001 .009 .003 .000 .000 .003 .000 .000 .518 .000 .557 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal17 Pearson Correlation
.497* .400 .664** .734** .480* .289 .561* .473* .596** .620** .678** .502* .712** .561* .177 .844** 1 -.081 .625** .561*
Sig. (2-tailed) .026 .081 .001 .000 .032 .216 .010 .035 .006 .004 .001 .024 .000 .010 .455 .000 .735 .003 .010
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal18 Pearson
Correlation .396 .513* .330 .330 .336 -.182 .249 .328 .229 .167 .142 -.088 .449* .314 .539* .140 -.081 1 .173 .249
Sig. (2-tailed) .084 .021 .155 .155 .147 .442 .291 .158 .331 .481 .549 .713 .047 .178 .014 .557 .735 .466 .291
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
132
soal19 Pearson Correlation
.552* .247 .822** .822** .685** .569** .347 .576** .467* .720** .705** .250 .663** .640** .190 .779** .625** .173 1 .347
Sig. (2-tailed) .012 .294 .000 .000 .001 .009 .134 .008 .038 .000 .001 .287 .001 .002 .423 .000 .003 .466 .134
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
soal20 Pearson
Correlation .789** .828** .595** .595** .649** .234 1.000** .607** .821** .704** .738** .610** .754** .545* .416 .684** .561* .249 .347 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .006 .002 .320 .000 .005 .000 .001 .000 .004 .000 .013 .068 .001 .010 .291 .134
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
133
Hasil Uji Validitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's
Alpha N of Items
.960 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Soal1 37.7500 108.724 .839 .957
Soal2 38.6000 108.884 .732 .958
Soal3 38.1000 102.832 .904 .955
Soal4 38.1000 103.147 .885 .956
Soal5 37.8500 106.345 .816 .957
soal6 38.1000 115.568 .378 .962
soal7 37.8000 111.432 .803 .958
134
soal8 38.0000 105.158 .804 .957
soal9 37.9500 109.734 .760 .958
soal10 37.7500 107.250 .846 .956
soal11 37.5500 107.734 .893 .956
soal12 37.3500 112.029 .480 .961
soal13 38.4000 106.042 .878 .956
soal14 37.4500 109.524 .727 .958
soal15 37.7500 113.355 .423 .962
soal16 37.6000 107.411 .837 .957
soal17 37.3500 107.608 .702 .958
soal18 37.8000 117.537 .310 .962
soal19 38.1000 105.042 .725 .959
soal20 37.8000 111.432 .803 .958
135
Lampiran 12
TABULASI DATA
DATA PRETEST RESPONDEN KELOMPOK KONTROL
No U Jen.
Kel
Pendidi
kan Pekerjaan
Hub. Dgn
Klien
Rutinitas
Minum
Obat
Juml.
Kambu
han
Juml.
Di
Rawat
Skor Pernyataan Kemampuan Keluarga
Total
Skor Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 65 L SD Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali >3 Kali 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 41 Cukup
2 53 L SMP Petani Suami
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 40 Cukup
3 34 P SMP Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 32 Kurang
4 38 P SLTA Tidak
Bekerja Saudara
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 2 2 2 1 3 2 2 3 1 2 2 3 1 2 1 2 2 2 1 2 38 Kurang
5 49 L SD Petani Suami
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 32 Kurang
136
6 24 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 3 1 3 3 2 2 2 1 2 39 Kurang
7 32 P SLTA Tidak
Bekerja Saudara
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 46 Cukup
8 60 P SD Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 1 2 33 Kurang
9 40 P SLTA Tidak
Bekerja Saudara
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali > 3
Kali 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 35 Kurang
10 61 L SD Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 4 1 2 34 Kurang
11 64 P SD Tidak
Bekerja Saudara
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 33 Kurang
12 58 P SLTA Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali > 3
Kali 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 2 40 Cukup
13 32 P SMP Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 37 Kurang
14 40 P SMP Wiraswas
ta Saudara
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 36 Kurang
137
15 48 P SMP Tidak
Bekerja Istri
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 39 Kurang
16 60 L SMP Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 kali Belum
Pernah 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 36 Kurang
17 42 P SMP Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 3 3 2 2 41 Cukup
18 39 P SD Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 42 Cukup
138
TABULASI DATA
DATA PRETEST RESPONDEN KELOMPOK EKSPERIMEN
No U Jen.
Kel
Pendidi
kan Pekerjaan
Hub. Dgn
Klien
Rutinitas
Minum
Obat
Juml.
Kambu
han
Juml.
Di
Rawat
Skor Pernyataan Kemampuan Keluarga
Total
Skor Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 63 P SMP Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali >3 Kali 2 1 1 3 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 36 Kurang
2 34 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 Kurang
3 60 P SMP Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 41 Cukup
4 46 L SLTA Wiraswas
ta
Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali >3 Kali 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 Kurang
5 50 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 40 Cukup
6 64 L SD Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 38 Kurang
139
7 28 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 36 Kurang
8 65 L SLTA Petani Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali >3 Kali 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 2 2 2 54 Cukup
9 60 P SMP Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 38 Kurang
10 48 P SLTA Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 40 Cukup
11 38 L DIPLO
MA
Wiraswas
ta Anak
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 41 Cukup
12 60 L SLTA Petani Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 32 Kurang
13 58 P SMP Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 40 Cukup
14 42 P SLTA Pedagang Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
Belum
Pernah 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 42 Cukup
15 24 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 36 Kurang
140
16 61 P SMP Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali >3 Kali 2 1 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 40 Cukup
17 40 L SD Petani Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 39 Kurang
18 58 L SMP Pedagang Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 42 Cukup
141
TABULASI DATA
DATA POSTTEST RESPONDEN KELOMPOK KONTROL
No U Jen.
Kel
Pendidi
kan Pekerjaan
Hub. Dgn
Klien
Rutinitas
Minum
Obat
Juml.
Kambu
han
Juml.
Di
Rawat
Skor Pernyataan Kemampuan Keluarga
Total
Skor Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 65 L SD Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali >3 Kali 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 40 Cukup
2 53 L SMP Petani Suami
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 40 Cukup
3 34 P SMP Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 32 Kurang
4 38 P SLTA Tidak
Bekerja Saudara
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 2 2 2 1 3 2 2 3 1 2 2 3 1 2 1 2 2 2 1 2 38 Kurang
5 49 L SD Petani Suami
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 33 Kurang
6 24 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 36 Kurang
142
7 32 P SLTA Tidak
Bekerja Saudara
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 46 Cukup
8 60 P SD Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 1 2 32 Kurang
9 40 P SLTA Tidak
Bekerja Saudara
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali > 3
Kali 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 36 Kurang
10 61 L SD Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 4 1 2 34 Kurang
11 64 P SD Tidak
Bekerja Saudara
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 34 Kurang
12 58 P SLTA Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali > 3
Kali 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 2 40 Cukup
13 32 P SMP Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 37 Kurang
14 40 P SMP Wiraswas
ta Saudara
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 36 Kurang
15 48 P SMP Tidak
Bekerja Istri
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 38 Kurang
143
16 60 L SMP Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 kali Belum
Pernah 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 36 Kurang
17 42 P SMP Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 3 3 2 2 41 Cukup
18 39 P SD Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 41 Cukup
144
TABULASI DATA
DATA POSTTEST RESPONDEN KELOMPOK EKSPERIMEN
No U Jen.
Kel
Pendidi
kan Pekerjaan
Hub. Dgn
Klien
Rutinitas
Minum
Obat
Juml.
Kambu
han
Juml.
Di
Rawat
Skor Pernyataan Kemampuan Keluarga
Total
Skor Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 63 P SMP Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali >3 Kali 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 4 3 2 3 2 2 4 2 2 2 51 Cukup
2 34 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 4 2 3 3 52 Cukup
3 60 P SMP Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 50 Cukup
4 46 L SLTA Wiraswas
ta
Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali >3 Kali 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 55 Cukup
5 50 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 2 4 3 61 Baik
6 64 L SD Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 50 Cukup
145
7 28 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 48 Cukup
8 65 L SLTA Petani Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali >3 Kali 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 66 Baik
9 60 P SMP Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 50 Cukup
10 48 P SLTA Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 56 Cukup
11 38 L DIPLO
MA
Wiraswas
ta Anak
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 3 2 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 52 Cukup
12 60 L SLTA Petani Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 46 Cukup
13 58 P SMP Petani Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 3 2 2 3 2 3 2 3 4 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 52 Cukup
14 42 P SLTA Pedagang Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
Belum
Pernah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 61 Baik
15 24 P SLTA Tidak
Bekerja Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali 1-3
Kali 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2 3 3 2 4 3 3 3 51 Cukup
146
16 61 P SMP Tidak
Bekerja
Orang
Tua
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali >3 Kali 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 4 3 2 2 3 3 3 2 3 52 Cukup
17 40 L SD Petani Anak
Tidak Rutin
Minum
Obat
>3 Kali Belum
Pernah 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 4 3 2 51 Cukup
18 58 L SMP Pedagang Orang
Tua
Rutin
Minum
Obat
1-3
Kali
1-3
Kali 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 4 3 2 3 52 Cukup
147
Lampiran 13
Hasil Uji Normalitas Data
SPSS 16
Kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kontrol_Pretest 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Kontrol_Posttes
t 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Kontrol_Pretest Mean 37.44 .919
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 35.51
Upper Bound 39.38
5% Trimmed Mean 37.27
Median 37.50
Variance 15.203
Std. Deviation 3.899
Minimum 32
Maximum 46
Range 14
Interquartile Range 6
Skewness .326 .536
Kurtosis -.374 1.038
Kontrol_Posttes
t
Mean 37.22 .865
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 35.40
Upper Bound 39.05
5% Trimmed Mean 37.02
Median 36.50
Variance 13.477
Std. Deviation 3.671
148
Minimum 32
Maximum 46
Range 14
Interquartile Range 6
Skewness .555 .536
Kurtosis .335 1.038
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kontrol_Pretest .099 18 .200* .957 18 .538
Kontrol_Posttes
t .130 18 .200
* .948 18 .398
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
Eksperimen
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Eks_Pre_Pendkes 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Eks_Post_Pendkes 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Eks_Pre_Pendkes Mean 39.50 1.039
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 37.31
Upper Bound 41.69
5% Trimmed Mean 39.11
Median 39.50
Variance 19.441
Std. Deviation 4.409
Minimum 32
Maximum 54
149
Range 22
Interquartile Range 4
Skewness 1.948 .536
Kurtosis 7.017 1.038
Eks_Post_Pendkes Mean 53.11 1.182
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 50.62
Upper Bound 55.61
5% Trimmed Mean 52.79
Median 52.00
Variance 25.163
Std. Deviation 5.016
Minimum 46
Maximum 66
Range 20
Interquartile Range 5
Skewness 1.329 .536
Kurtosis 1.552 1.038
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Eks_Pre_Pendkes .230 18 .013 .798 18 .001
Eks_Post_Pendkes .310 18 .000 .850 18 .008
a. Lilliefors Significance Correction
150
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Pretest .285 1 34 .597
Posttest .605 1 34 .442
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Pretest Between
Groups 38.028 1 38.028 2.195 .148
Within Groups 588.944 34 17.322
Total 626.972 35
Posttest Between
Groups 2336.111 1 2336.111 118.588 .000
Within Groups 669.778 34 19.699
Total 3005.889 35
151
Lampiran 14
Pengolahan Data
SPSS 16
Wilcoxon Signed Ranks Test Kelompok Kontrol
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Kontrol_Pretest 18 37.44 3.899 32 46
Kontrol_Posttes
t 18 37.22 3.671 32 46
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Kontrol_Posttest -
Kontrol_Pretest
Negative Ranks 5a 4.80 24.00
Positive Ranks 3b 4.00 12.00
Ties 10c
Total 18
a. Kontrol_Posttest < Kontrol_Pretest
b. Kontrol_Posttest > Kontrol_Pretest
c. Kontrol_Posttest = Kontrol_Pretest
Test Statisticsb
Kontrol_Postt
est -
Kontrol_Prete
st
Z -.905a
Asymp. Sig. (2-
tailed) .366
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
152
Wilcoxon Signed Ranks Test Kelompok Eksperimen
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Eks_Pre_Pendkes 18 39.50 4.409 32 54
Eks_Post_Pendkes 18 53.11 5.016 46 66
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Eks_Post_Pendkes -
Eks_Pre_Pendkes
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 18b 9.50 171.00
Ties 0c
Total 18
a. Eks_Post_Pendkes < Eks_Pre_Pendkes
b. Eks_Post_Pendkes > Eks_Pre_Pendkes
c. Eks_Post_Pendkes = Eks_Pre_Pendkes
Test Statisticsb
Eks_Post_Pen
dkes -
Eks_Pre_Pen
dkes
Z -3.749a
Asymp. Sig. (2-
tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
153
Mann Whitney Test Posttest
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation
Minimu
m
Maximu
m
posttest 36 45.0556 9.26728 32.00 66.00
kelompo
k 36 1.5000 .50709 1.00 2.00
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest Eksperimen 18 27.47 494.50
Kontrol 18 9.53 171.50
Total 36
Test Statisticsb
Posttest
Mann-Whitney U .500
Wilcoxon W 171.500
Z -5.126
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .000
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
154
Lampiran 15
HASIL TABULASI DATA PERUBAHAN PADA KELOMPOK KONTROL
SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENDIDIKAN KESEHATAN
No Responden Kelompok
kontrol
Pre Post Perubahan
1 41 40 -1
2 40 40 0
3 32 32 0
4 38 38 0
5 32 33 0
6 39 36 -3
7 46 46 0
8 33 32 -1
9 35 36 0
10 34 34 0
11 33 34 0
12 40 40 0
13 37 37 0
14 36 36 0
15 39 38 -1
16 36 36 0
17 41 41 0
18 42 41 -2
Rata-Rata 37,44 37,22 -0,44
Nilai Maksimum 46 46 0
Nilai Minimun 32 32 -3
Standart Deviasi 3,899 3,671 0,855
155
HASIL TABULASI DATA PERUBAHAN PADA KELOMPOK
EKSPERIMEN SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENDIDIKAN
KESEHATAN
No Responden Kelompok
Eksperimen
Pre Post Perubahan
1 36 51 15
2 38 52 14
3 41 50 9
4 38 55 17
5 40 61 21
6 38 50 12
7 36 48 12
8 54 66 12
9 38 50 12
10 40 56 16
11 41 52 11
12 32 46 14
13 40 52 12
14 42 61 19
15 36 51 15
16 40 52 12
17 39 51 12
18 42 52 10
Rata-Rata 39,50 53,11 13,61
Nilai Maksimum 54 66 21
Nilai Minimun 32 46 9
Standart Deviasi 4,409 5,016 3.108
156
Lampiran 16
JADWAL KEGIATAN
Bulan
No Kegiatan Desember 2017 Januari 2018 Februari 2018 Maret 2018 April 2018
1. Pembuatan dan
Konsultasi Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Bimbingan
Proposal
4. Ujian
Proposal
5. Revisi
Proposal
6. Pengambilan
Data
7. Penyusunan dan
Konsultasi Skripsi
8. Ujian
Skripsi
157
Lampiran 17
LEMBAR KONSULTASI
158
159
160
Lampiran 18
FOTO PROSES PENELITIAN
161