Upload
vudiep
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH KONSEP “SEE THROUGH” TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK ROTI BREADTALK
DI SOLO GRAND MALL SURAKARTA
TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
ANTAR OKTAVIANTO
K7407047
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH KONSEP “SEE THROUGH” TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK ROTI BREADTALK
DI SOLO GRAND MALL SURAKARTA
TAHUN 2011
Oleh:
ANTAR OKTAVIANTO
K7407047
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Antar Oktavianto.K7407047. PENGARUH KONSEP “SEE THROUGH”
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK ROTI
BREADTALK DI SOLO GRAND MALL SURAKARTA TAHUN 2011,
Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret, Juli. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Ada tidaknya pengaruh
konsep“See Through”secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen
produk roti Breadtalkdi Solo Grand Mall Surakarta, (2) Ada tidaknya pengaruh
konsep“See Through”secara parsial terhadap keputusan pembelian konsumen
produk roti Breadtalk di Solo Grand Mall Surakarta.
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif
kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Populasi penelitian
ini adalah seluruh pembeli gerai roti BreadTalk di Solo Grand Mall Surakarta
pada tahun 2011. Pada penelitian ini besarnya jumlah sampel ditentukan sebanyak
60 responden. Try out yang dilakukan terhadap 30 responden di dalam populasi,
dengan hasil valid dan reliabel. Adapun teknis analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) adanya
pengaruh konsep “See Through” terhadap keputusan pembelian konsumen. Hal
ini tercermin dar ihasil uji F diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Karena
nilai probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel konsep “See Through” yang terdiri dari
:entertainment, educationdan sanitation and hygieneberpengaruh secara bersama-
sama terhadap keputusan pembelian.(2) hasilperhitungan data untuk variable
entertainment memiliki tingkat signifikansi 0,000,variable education memiliki
tingkat signifikansi 0,000, variable sanitation and hygiene memiliki tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas(entertainment, education dan
sanitation and hygiene)lebih kecil dari 0,05maka dapat dikemukakan bahwa
variabel(entertainment, educationdan sanitation and hygiene)berpengaruh secara
parsial terhadap keputusan pembelian konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
AntarOktavianto.K7407047. INFLUENCE OF“SEE THROUGH”
CONCEPTON BREADTALK BAKERY PRODUCTS CONSUMER
PURCHASING DECISIONS INSOLO GRAND MALL SURAKARTA IN
2011,Thesis.Surakarta: Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, July.2011.
The purpose of this study was to determine (1) thepresence or absence of
simultaneous influence of“See Through” concept on BreadTalk bakery products
consumer purchasing decisions inSolo Grand Mall Surakarta,(2)there are at least
partially the influence of“See Through” concepton BreadTalk bakery products
consumer purchasing decisions inSolo Grand Mall Surakarta.
This type of research conducted by the authors isquantitative descriptive
study with data collection techniques in the form of questionnaires.The population
of this study areall BreadTalk bakery product buyers in Solo Grand Mall
Surakarta in 2011.In this study, the large number of samples were determined by
60 respondents. Try outs are conducted on 30 respondents in the population, with
valid and reliable results. The technical analysis of the data used is the technique
of multiple linear regression analysis.
Based on the results of this study concluded that (1) the influence of“See
Through” concepton consumer purchasing decisions.This is reflected in theacylh
obtained F test probability value of 0.000.Because the probability value (0.000) is
smaller than 0.05, then Ho is rejected, so it can be concluded that variable“See
Through” concept that consists of:entertainment, education and sanitation and
hygienejointly influential on purchasing decisions. (2) the calculation of data
toentertainmentvariable has a significance level of 0,000, education variable have
a significance level of 0,000, sanitation and hygiene variables have a significance
level of 0,000.Therefore, the probability(entertainment, education and sanitation
and hygiene)is smaller than 0.05, it can be argued that the variable(entertainment,
education and sanitation and hygiene)is partially an effect on consumer
purchasing decisions.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin banyaknya bisnis baru yang muncul menyebabkan tantangan
persaingan di dalam dunia bisnis pada era globalisasi saat ini semakin ketat. Oleh
karena semakin ketatnya persaingan di dalam dunia usaha ini, para pengusaha
harus mulai memikirkan suatu perbedaan dalam usahanya di mana perbedaan
tersebut diharapkan dapat menjadi pilihan yang tepat untuk bertahan dan
berkembang dalam dunia bisnis, dengan kata lain semakin banyak munculnya
bisnis baru, semakin ketat pula persaingan yang ada sehingga hal ini memancing
para pengusaha untuk selalu bersaing mencari peluang bisnis yang tepat dan
mereka berlomba-lomba untuk menjadikan produk mereka yang terdepan.
Sangat sulit untuk membangun sebuah usaha terutama untuk
mempertahankan dan mengembangkannya (Sarosa, 2004) dan untuk menjadi yang
terdepan, para pengusaha harus memberikan tindakan yang tepat dalam dunia
pemasaran atau dengan kata lain agar dapat mempertahankan dan
mengembangkan sebuah usaha diperlukan suatu usaha pemasaran yang baik,
seperti yang dijelaskan oleh Kartajaya (2003), bahwa di dalam dunia persaingan
yang semakin ketat, dua hal yang seharusnya menjadi prioritas para pengusaha
adalah kegiatan pemasaran yang tepat dan kualitas produk yang baik. Demikian
pula yang diungkapkan oleh Sarosa (2004), bahwa untuk mempertahankan dan
mengembangkan usaha sudah selayaknya apabila para pengusaha mulai
memikirkan cara pemasaran yang tepat karena bidang pemasaran mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut, hanya orang-orang yang membangun
sebuah usaha dengan menciptakan suatu sistem yang ideal yang dapat berhasil
dalam persaingan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Berikut data nama dan alamat toko/gerai roti di kota Surakarta:
Tabel 1. Nama dan Alamat Toko/Gerai Roti di Surakarta
No NamaToko/Gerai Roti Alamat
1 Aira Jl. Sangihe 5 Kepatihan Solo
2 Amdon Jl. BrigjendSlametRiyadi 90 Solo
3 ApemDudy Jl. Sidoluhur 40 Solo
4 Asia Bakery Jl. BrigjendSlametRiyadi 68 Solo
5 Bakpau Chick Yen Jl. BrigjendSlametRiyadi 400 Solo
6 Blessing Cake Jl. YosSudarso 374 Solo
7 BreadTalk Jl. SlametRiyadi 273 Solo
8 Dika Bakery Jl. UripSumoharjo no. 117 Solo
9 Dunkin Donuts Jl. A. YaniPabelan Km. 5 Solo
10 Jco Donuts and Coffee Jl. BrigjendSlametRiyadi 451-455 Solo
11 Kharisma Jl. Mertodraman no. 35 Solo
12 Lars Bakery Jl. Honggowongso no. 34 Solo
13 Latansa Jl. Imam Bonjol 17 Keprabon Solo
14 Merisa Bakery Jl. Gajah Mada no. 88 Solo
15 MerlionResto and Bakery Jl. Honggowongso 11 Solo
16 Orion Toko Roti Jl. UripSumoharjo 80 Solo
17 Papa Ron's Pizza Jl. GatotSubroto 222 Solo
18 PrestasiToko Jl. GatotSubroto 229 Solo
19 Primadona Bakery Jl. Gajah Mada 88 Solo
20 PrismaToko Jl. Kapt. Mulyadi 71 Solo
21 Riso Brando (De Cafe Tentrem) Jl. Fajar Indah UtamaRuko no.7 Fajar
Indah Solo
22 Roti Kecil Jl. RM. Said 145 Solo
23 Shanaz Brownies Solo Square Solo
24 Solo Bakery Jl. Gajah Mada no. 49 Solo
25 Toko roti Ganep Jl. SutanSyahrir 176 Tambaksegaran Solo
57123
26 VariaAbon Solo Jl. SutanSyahrir 168 Solo
27 Winna Cake Decoration Jl. SutanSyahrir 15-117 Solo
28 Wonder Bakery Solo Jl. Gajah Mada 132 A Solo
Sumber: http://www.bisnissolo.cobisniskulinertoko-roti2.html
Data di atas menggambarkan banyaknya usaha bisnis yang bergerak di
bidang makanan khususnya roti di kota Surakarta. Keadaan tersebut
mengharuskan setiap usaha untuk dapat bersaing agar tetap berjalan. Toko/gerai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang mampu bersaing adalah toko/gerai yang mampu mempertahankan ataupun
meningkatkan jumlah keputusan pembelian konsumen. Hal ini menyebabkan
munculnya berbagai konsep penjualan yang diterapkan pada masing-masing toko
roti di Surakarta.
Jhony Andrean seorang hairdresser terkenal di Indonesia membuka
BreadTalk di Indonesia, sebuah usaha dengan sistem waralaba yang berasal dari
Negara Singapura. BreadTalk merupakan sebuah toko roti yang telahmempunyai
sistem yang tepat dan kuat, baik dari segi produksi dan sumber daya manusia. Hal
ini nampak pada kualitas rotinya yang berkualitas baik dan pelayanan staffnya
yang ramah serta kreativitas untuk melayani tamu (Agung 2004: 74), BreadTalk
menciptakan suatu image yang kuat melalui pembakuan standar layanan dan
sistem prosedur yang dibakukan dari satu lokasi ke lokasi lain yang dibuktikan
melalui positioning konsep “fresh fromthe oven”. Toko roti ini dibuka pertama
kali di Jakarta pada tahun 2003 di Mall Kelapa Gading yang kesuksesannya
meneruskan kesuksesan di beberapa gerai berikutnya di Indonesia termasuk di
Surakarta pada tahun 2006 di Solo Grand Mall. Usaha BreadTalk untuk
menawarkan roti dengan harga yang terjangkau dan berkualitas membuat toko roti
asal Singapura ini selalu ramai di setiap gerainya terutama pada hari Sabtu dan
Minggu seperti yang terjadi di salah satu gerainya, BreadTalk di Solo Grand Mall
Surakarta. Pengunjung rela mengantri panjang untuk mendapatkan roti yang
diinginkan.
Dibalik kualitas dan layanan yang membawanya pada kesuksesan yang
luar biasa seharusnya ada sesuatu yang membuat perbedaaan antara BreadTalk
dengan toko roti lainnya karena tidak semua toko roti yang menerapkan standar
kualitas dan layanan yang baik dapat menarik customer yang banyak jumlahnya,
bahkan orang rela mengantri panjang untuk dapat memiliki rotinya.
Penerapan konsep “See Through” sebagai usaha pemasaran mungkin
merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan keputusan pembelian
konsumen BreadTalk. Membentuk antrian panjang selama berbulan-bulan
tidaklah susah bagi BreadTalk karena harganya yang relatif terjangkau kemudian
ditambah positioning konsep “ fresh from the oven ” dan dibuktikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
konsep “SeeThrough” dimana pengunjung bisa melihat langsung baker-nya
(Agung 2004: 74).
Dengan melihat fenomena yang terjadi di atas penulis tertarik untuk
mengetahui dan menganalisis lebih jauh apakah keputusan pembelian konsumen
produk roti BreadTalk di Solo Grand Mall Surakarta dipengaruhi oleh konsep
“SeeThrough” dengan variabel Entertainment dan Education menurut Pine dan
Gilmore (1999) serta variabel Sanitation and Hygiene menurut Gannaway (2001).
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas maka penulis bermaksud
untuk melakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan konsep “See Through”
yang dilakukan dalam usaha pemasaran. Penelitian tersebut tertuang dalam
judul:“Pengaruh Konsep “See Through” Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Produk Roti BreadTalk Di Solo Grand Mall Surakarta Tahun
2011”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah konsep “See Through”memiliki pengaruh secara simultan
terhadap keputusan pembelian produk roti Breadtalk di Solo Grand Mall
Surakarta?
2. Apakah konsep “See Through”memiliki pengaruh secara parsial terhadap
keputusan pembelian produk roti Breadtalk di Solo Grand Mall Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah konsep “See Through”memiliki pengaruh
secara simultan terhadap keputusan pembelian produk roti Breadtalk di
Solo Grand Mall Surakarta.
2. Untuk mengetahui apakah konsep “See Through”memiliki pengaruh
secara parsial terhadap keputusan pembelian produk roti Breadtalk di Solo
Grand Mall Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran agar dapat menambah
pengetahuan dalam mata kuliah Perilaku Konsumen tentang perilaku
keputusan pembelian konsumen.
b. Dapat memberikan pengetahuan tentang Konsep “See Through” yang
berkaitan dengan mata kuliah Manajemen Pemasaran.
c. Dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada serta sebagai landasan untuk pengadaan penelitian
lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen perusahaan
dalam mengevaluasi hasil penerapan konsep “See Through” yang telah
digunakan selama ini, apakah benar konsep tersebut dapat menarik
keputusan pembelian konsumen terhadap produk roti mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori dalam suatu penelitian berisi pengkajian terhadap
pengetahuan ilmiah yang sudah ada. Pengkajian dapat berbentuk asumsi dan
konsep dalam lingkup studi yang akan diteliti.
A. Tinjauan Pustaka
Dalam pengkajian variabel-variabel penelitian diperlukan teori-teori yang
relevan dimana teori-teori tersebut dikaji dalam tinjauan pustaka.Tinjauan pustaka
pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan tentang konsep-
konsep, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang relevan dengan permasalahan.
Dilihat dari penelitian ini maka tinjauan pustaka yang dikaji adalah sebagai
berikut:
1. Tinjauan Tentang Pemasaran
a. PengertianPemasaran
Di era globalisasi sekarang ini pemasaran memberikan kontribusi sangat
besar terhadap perkembangan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan setiap
kegiatan bisnis tidak lepas dengan pemasaran, yang merupakan proses sosial
manajerial mulai dari merencanakan sampai dengan mendistribusikan produk
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, seperti yang dijelaskan
oleh Kotler (1997:9), “pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan, dan pertukaran produk serta dengan pihak lain.”
Menurut William J Stanton yang dikutip oleh Basu Swastha dan Irawan
(2001: 5), “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada
pembeli yang ada maupun pembeli potensial”.
Berdasarkan dua definisi di atas dapat dikatakan bahwa pemasaran
merupakan proses dan manajerial atas kegiatan bisnis mulai dari merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
memuaskan kebutuhan dan keinginan, baik kepada pembeli yang ada maupun
kepada pembeli potensial. Hal ini berarti pemasaran bukan hanya sekedar menjual
barang dan jasa kepada konsumen, tetapi suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen agar konsumen puas.
Pemasaran berawal atau berangkat dari adanya kebutuhan dan keinginan
konsumen.Ada perbedaan makna antara kebutuhan dan keinginan. Kotler (1997:
9) memberikan pernyataan bahwa, “A human need is a state of deprivation of
some basic satisfaction dan wants are desires for specific satisfiers of
needs.”Maksudnya, kebutuhan manusia (need) adalah suatu keadaan di mana
manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar, sedangkan keinginan manusia
(wants) adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa keinginan manusia (wants) sudah menunjukkan sesuatu
yang lebih nyata atau lebih spesifik daripada kebutuhan (needs). Misal, orang
butuh makan tetapi ingin hamburger, ayam goreng, soto; butuh pakaian tetapi
ingin jas, kaos, kemeja; butuh komunikasi tetapi ingin handphone, telepon; butuh
alat transportasi tetapi ingin motor, mobil, kereta. Dalam realitasnya, kebutuhan
manusia jumlahnya sedikit, tetapi keinginan manusia jumlahnya banyak.
b. PengertianKonsepPemasaran
Dalam pelaksanaan kegiatan pemasaran, perusahaan harus berlandaskan
pada suatu konsep pemasaran. Konsep pemasaran mendorong perusahaan untuk
memberikan kepuasan kepada para konsumen melalui produk dan pelayanan yang
ditawarkan.
Konsep pemasaran merupakan kunci untuk mencapai tujuan organisasi
terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan
kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para
pesaing.(Philip Kotler: 2001)
Philip Kotler dan Gary Armstrong (2004: 7) juga menyatakan bahwa
“Konsep pokok pemasaran adalah kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk;
utilitas; nilai dan kepuasan; pertukaran/transaksi dan hubungan; pasar”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Produkda
njasa
Nilai,
kepuasanda
nkualitas
Kebutuhan,
keinginnand
anpermintaa
n
Pertukaran,
trasaksidanrel
asional
Pertukaran,
transaksidanr
elasional
Konsep-konsep tersebut diperjelas dalam gambar berikut:
Konsep –konsep Pemasaran Inti
Gambar 1. Konsep-konsep Pemasaran Inti.
Sumber: Philip Kotler, Gary Armstrong (2004: 7)
Gambar di atas menunjukkan bahwa konsep dasar pemasaran saling
terkait, dengan tiap konsep diciptakan diatas sebelumnya. Berdasarkan pendapat
para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran memandang
keberlangsungan hidup perusahaan banyak dipengaruhi oleh tingkat kepuasan
konsumen. Kepuasan konsumen ini menentukan pembelian ulang yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.
c. FungsiPemasaran
Menurut Hendri Ma’ruf (2005: 3), pemasaran mempunyai fungsi untuk
“mewujudkan sasaran perusahaan.” Adapun cara-caranya yaitu sebagai berikut:
1) menetapkan basis pelanggan (customer base) secara strategis, rasional,
dan lengkap dengan informasinya;
2) mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan calon pelanggan yang
sekarang dan yang akan datang;
3) menciptakan produk yang akan dapat memenuhi kebutuhan palanggan
dengan pas dan menguntungkan dan yang mampu membedakan
perusahaan dari pesaingnya;
4) mengkomunikasikan dan “mengantarkan” produk tersebut kepada pasar
sasaran (target market);
Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5) memimpin seluruh personel perusahaan untuk menjadi sekumpulan
tenaga kerja yang disiplin, profesional, dan berpengetahuan serta punya
dedikasi bagi nilai dan sasaran perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pemasaran
adalah terlaksananya tujuan/sasaran perusahaan melalui beberapa cara. Cara-cara
tersebut di atas dilakukan oleh perusahaan secara simultan.
d. PengertianManajemenPemasaran
Untuk mencapai tujuan pemasaran diperlukan rangkaian kegiatan yang
merupakan suatu proses dengan tujuan menimbulkan pertukaran barang/jasa yang
saling menguntungkan antara pihak perusahaan dengan pihak konsumen. Kegiatan
yang dimaksud adalah manajemen pemasaran.
Philip Kotler (2002: 14) berpendapat, “Manajemen pemasaran adalah
proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi dan
distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang
memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.
Berdasarkan definisi di atas, maka jelas bahwa tugas manajemen
perusahaan dimulai dari menganalisis, merencanakan, melaksanakan hingga
mengawasi kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Semua kegiatan
manajemen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dan dalam upaya mendapatkan laba bagi kelangsungan hidup
perusahaan.
e. BauranPemasaran(MarketingMix)
Menurut Hendri Ma’ruf (2005) bahwaperangkat variabel-variabel
pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan
tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran (target market). Menurut Rambat
Lupiyoadi (2001) bauran pemasaran produk barang mencakup 4P yaitu: product,
price, place, dan promotion, sedangkan untuk jasa ditambah 3 unsur lagi yaitu:
people, process, dan costumer service. Penambahan ketiga hal tersebut karena
adanya keterkaitan dengan sifat jasa yaitu intangibility, inseparability,
perishability, dan variability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Jadi unsur-unsur bauran pemasaran produk adalah sebagai berikut:
1) Produk (Product)
Produk merupakan keseluruhan konsep obyek yang memberikan
sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Dalam pembelian produk,
konsumen tidak hanya membeli fisik itu saja, tetapi membeli benefit dan
value dari produk tersebut. Keputusan-keputusan tentang produk ini meliputi
penentuan bentuk penawaran secara fisik, merk, pembungkus, garansi dan
servis sesudah penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah
menganalisa kebutuhan dan keinginan pasamya. Jika masalah ini telah
diselesaikan, maka keputusan-keputusan tentang, harga, distribusi dan
promosi dapat diambil.
2) Harga (Price)
Definisi harga menurut Basu Swastha dan Irawan (2001: 241) adalah
“Jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya".
Harga juga dapat dipandang sebagai pertukaran uang untuk sesuatu. Sesuatu
itu dapat berupa produk fisik dalam berbagai tahap penyelesaiannya dan atau
tanpa pelayanan dukungan atau tanpa jaminan mutu dan sebagainya, atau
dapat juga berupa jasa murni. Penetapan harga yang tepat akan
mempengaruhi kesuksesan perusahaan tersebut dalam memasarkan produk.
Harga. merupakan satu-satunya unsur dalam marketing mix yang memberikan
pemasukan bagi perusahaan.
Pada setiap barang atau jasa yang ditawarkan, maka bagian pemasaran
berhak menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam penetapan harga tersebut antara lain biaya,
keuntungan, praktek saingan, dan perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan
harga ini menyangkut pula penetapan jumlah potongan, mark-up, dan
sebagainya.
Harga memainkan peranan penting dalam bauran pemasaran, karena
penetapan harga memberikan penghasilan bisnis. Keputusan penetapan harga
sangat menentukan nilai bagi pelanggan dan memainkan peranan penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dalam pembentukan citra bagi produk tersebut serta memainkan keputusan
konsumen untuk membeli.
3) Tempat (Place)/Distribusi
Apabila faktor produk dan harga dari produk sudah ditetapkan dengan
baik tahap selanjutnya adalah keputusan tentang distribusi. Ada tiga aspek
pokok yang berkaitan dengan keputusan-keputusan tentang distribusi
(tempat/lokasi). Aspek tersebut adalah:
a) Sistem transportasi perusahaan
Termasuk dalam sistem pengangkutan antara lain keputusan
tentang pemilihan alat transportasi, penentuan jadwal pengiriman,
penentuan rute yang harus ditempuh dan seterusnya.
b) Sistem penyimpanan.
Sistem penyimpanan mencakup penentuan letak gudang, jenis
peralatan yang dipakai untuk menangani material maupun peralatan
lainnya.
c) Pemilihan saluran distribusi.
Pemilihan saluran distribusi menyangkut keputusan-keputusan
tentang penyalur (pedagang besar, pengecer, agen, makelar) dan
bagaimana menjalin kerjasama yang baik dengan penyalur tersebut.
Tempat menurut Philip Kotler (2001) “mencakup aktivitas
perusahaan untuk menyediakan produk bagi konsumen sasaran”. Aktifitas
perusahaan ini untuk memudahkan konsumen dalam mencari produk yang
diinginkan.
4) Promosi (Promotion)
Promosi menurut Basu Swastha dan Irawan (2001) adalah:
a) Arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran.
b) Semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong
permintaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Promosi juga merupakan sarana untuk menarik dan
mempertahankan konsumen. Jenis-jenis sarana promosi yang dapat
digunakan perusahaan dalam dalam mempromosikan produknya yaitu:
a) Periklanan (Advertising)
Peran periklanan dalam pemasaran adalah untuk menambah
pengetahuan konsumen terhadap produk, untuk membujuk konsumen
supaya membeli dan mendeferensiasikan produk dari penawaran-
penawaran produk lainnya. Periklanan ini dapat dilakukan dengan
pemasangan spanduk, penyebaran brosur, promosi melalui televisi,
majalah, radio, dan koran.
b) Penjualan personal (Personal selling)
Penjulan personal memiliki peranan penting dalam pemasaran
karena kebanyakan konsumen kurang memiliki pengetahuan yang cukup
terhadap produk. Dengan adanya penjulan personal, maka sales dapat
meyakinkan calon konsumen untuk membeli produk.
c) Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan yang sering dilakukan oleh perusahaan antara
lain: memberi hadiah kalender yang dikeluarkan oleh perusahaan,
gantungan kunci, alat tulis yang kesemuanya dengan simbol perusahaan
yang bersangkutan.Promosi penjualan juga dapat berupa pengadaan
voucher belanja, undian berhadiah, obral ataupun program diskon produk.
d) Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Hubungan masyarakat merupakan upaya terencana dan
berkesinambungan untuk membentuk dan mempertahankan good will
antara suatu organisasi dengan publiknya. Bentuk-bentuk hubungan
masyarakatyang dapat dilakukan adalah konferensi pers, seminar, dan
sponsorship.
e) Komunikasi dari Mulut ke Mulut (Word of Mouth/WOM)
Word of mouth memainkan peranan penting dalam promosi.
Konsumen pengguna produk biasanya akan menginformasikan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
calon konsumen/ konsumen produk lain tentang pengalaman mereka, baik
mengenai keunggulan atau kelemahan produk yang mereka gunakan.
2. Tinjauan Tentang ExperientialMarketing
a. PengertianExperientialMarketing
Schmitt (1999), mengemukakan Experiential Marketing merupakansuatu
konsep pemasaran yang berusaha mengkomunikasikan produk yangdijual dengan
menarik perhatian konsumen, menyentuh hati untukmenanamkan kesan yang baik
ke dalam hati dan pikiran konsumen mengenaiproduk yang dijual.Usaha
pemasaran ini berusaha untuk menanamkan merekke dalam masyarakat (Branding
Image) dengan mengikutsertakan hal-halyang berbau seni.
Menurut Chiesel (2003), seperti dikutip oleh Gautier
(2003:10),mengungkapkan bahwa Experiential Marketing bukan berbicara
mengenaipenggunaan media pemasaran baru ataupun lama yang dipakai
suatuperusahaan melainkan mengenai suatu perusahaan membuat
mediapemasarannya sendiri, bagaimana mengkomunikasikan pengalaman unik
darimerek mereka. Hal ini tidak mudah.Akan tetapi melalui keterampilan
(skill),perilaku staff serta penanaman imajinasi yang benar hal ini menjadi
mungkin.
Menurut Pine dan Gilmore, (1999) pada saat seseorang membeli suatu
layanan jasa, sebenarnya dia membeli suatu paket kegiatan yang tidak nampak
dan hanya bisa dirasakan.Akan tetapi, pada saat seseorang membeli suatu
pengalaman, dia membayar sesuatu untuk menghabiskan waktu merasakan suatu
paket kenangan yang diberikan suatu perusahaan.Kegiatan ini sebenarnya untuk
mengikat seseorang ke dalam pendekatan individual.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa “SeeThrough”
merupakan konsep pemasaran Open Kitchen yang berusaha mengkomunikasikan
produk yang dijual melalui kegiatan yang menampilkan suatu atraksi dari skill
maupun attitude staff guna menanamkan Brand Image kepada konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b. Variabel-variabelExperientialMarketing
Pine dan Gilmore (1999), mengklasifikasikan Experiential Marketingke
dalam empat variabel, yaitu Entertainment, Education, Aesthetic, danEscapist.
Penjelasan dari keempat variabel tersebutadalah:
1) Entertaintment (Hiburan)
Suatu konsep yang memberikan hiburan kepada pengunjung
melaluipenampilan skill dari staf.
2) Education (Pembelajaran)
Suatu konsep yang memberikan pelajaran kepada pengunjung
bagaimanasuatu produk dibuat.
3) Aesthetic
Studitentangperasaan, konsepdanpenilaianyang
timbuldariapresiasikitaterhadapseniataukelasyang lebih
luasdianggapobyekyang bergerak, atau cantik, atauagung. Suatu konsep
yang menanamkan perasaan bahwa seseorang sedang beradadi tempat
pengolahan.
4) Escapist
Suatu konsep yang memberikan perasaan ikut melakukan atau
membuatproduk.
Sedangkan Gannaway (2001), membedakan Experiential
Marketingmenjadi empat variabel yaitu:
Tinjauan lain mengenai variabel experiential marketing
1) Entertaintment
Experiential Marketing memberikan hiburan kepada pengunjung
melalui penampilan skill dari staf.
2) Education
Experiential Marketing memberikan pelajaran kepada pengunjung
bagaimana sutu produk dibuat.
3) Trial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Experiential Marketing mengajak konsumen untuk mencoba
membuat sebuah produk
4) Conversation
Yang dimaksud conversationmenurut Gordon
Pask(1995)adalahkomunikasiantaraduaorang atau lebih.
Conversationadalahbentukidealkomunikasidalam beberapahal,
karenamembiarkanorang-orangdenganpandangan yangberbedauntuk
mengenal topikyang ingin disampaikan terhadap orang lain.
Untuksuatu conversationyang berhasil, haruslah diberikan secara tepat
kepada penerima. Sebuahconversationyang berhasil dilihat dari
jumlah respon atau tanggapan yang diterima konsumen. Agar hal
inidapat terjadi, mereka
yangterlibatdalamconversationharusmenemukansudut pandang yang
sama dalam sebuah topik yang disampaikan. Topik yang disampaikan
ini dapatdilakukan dengan memasukkan aspekkehidupanmerekake
dalamtopik yang disampaikan. Conversation dalam Experiential
Marketing mencakup:
a) Mengkomunikasikan produk yang sedang dibuat
b) Mengkomunikasikancara pembuatan produk
c) Mengkomunikasikanbahan apa saja yang digunakan dalam
pembuatan produk
d) Kebersihanyang ingin ditampilkan
3. Tinjauan Tentang Konsep“SeeThrough”
a. PengertianKonsep“SeeThrough”
Agung (2004: 74), mengungkapkan bahwa “See Through” merupakan
istilah di mana suatu keadaan yang menjelaskan bahwapengunjung dapat melihat
langsung proses produksi.Secara harafiah, sebenarnya konsep “See Through”
mempunyai artisebagai Open Kitchen yang dapat menampilkan atraksi menarik
bagipengunjung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Sedangkan menurut Manopol & Handayani (2004), konsep pemasaran
Open Kitchen yang menampilkan bagaimana suatu produk dibuat inimerupakan
salah satu aplikasi dari Experiential Marketing. Melaluikonsep “See Through”,
konsumen dapat melihat proses pembuatan secaralangsung sehingga dapat
meyakinkan konsumen bahwa produk yang dibuatbenar-benar sesuai dengan
harapan konsumen.
b. Elemen-ElemenDalamKonsep“SeeThrough”
Pine dan Gilmore (1999), mengklasifikasikan Experiential Marketingke
dalam empat variabel, yaitu entertainment, education, aesthetic, danescapist
sedangkan Gannaway (2001), membedakan Experiential Marketing menjadi
empat variabel, yaituentertainment, education, trial dan conversation. Oleh
karena keadaan yang ingin ditunjukkan oleh variabel Escapist dan Aesthetic
menurut Pine and Gilmore (1999) serta Trial menurutGannnaway (2000) dirasa
kurang memungkinkan untuk diteliti di dalampenelitian ini, maka di dalam
penelitian ini hanya akan menggunakan variabel Entertainment, Education
menurut Pine dan Gilmore (1999) serta variabel Conversation menurut Gannaway
(2000) dengan mengambil salah satuunsurnya yaitu variabel Sanitation and
Hygiene.
1) Entertainment
Berdasarkan Pine dan Gilmore (1999), kata entertainment di
dalamexperiential marketing sebenarnya mengandung arti suatu bentuk
partisipasiyang bersifat pasif maupun aktif dalam suatu acara tertentu;
yang mempunyaiaspek seni di dalamnya. Secara otomatis, entertainment
akan membentuksuatu pengalaman bagi yang melihat dan yang
merasakannya. Oleh karena itu,entertainment adalah suatu bentuk hiburan
yang dapat berupa pertunjukangambar, suasana, dekorasi, maupun atraksi
di dalam suatu acara tertentu atau kondisi tertentu.Dengan
mengaplikasikan ide ini secara menyeluruh, suatu perusahaan yang
mengambil suatu aspek seni di dalam perjalanan perusahaannya tidak
seharusnya mengesampingkan arti seni itu sendiri; misalnya, Hard Rock
Cafe yang menjalin kerjasama dengan para bintang rocknya. Di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
situasi ini, Hard Rock Cafe tidak akan mungkin meninggalkan aspek seni
musiknya karena musik merupakan konsep dari kafe tersebut (Petkus,
2002: 49).Entertainment yang dimungkinkan ada dalam suatu kafe
ataupun toko mencakup beberapa hal yakni (Pine dan Gilmore: 1999) :
(a) Skill show
A skill is the learned capacity to carry out pre-determined
results often with the minimum outlay of time, energy, or both. Skills
can often be divided into domain-general and domain-specific skills.
For example, in the domain of work, some general skills would
include time management, teamwork and leadership, self motivation
and others, whereas domain-specific skills would be useful only for a
certain job. Skill usually requires certain environmental stimuli and
situations to assess the level of skill being shown and used.
(b) Fresh from the oven
If something is fresh from the oven, it is very new
(c) Self-service
Self service is the practice of serving oneself, usually when
purchasing items. Common examples include many gas stations,
where the customer pumps their own gas rather than have an
attendant do it (full service is required by law in New Jersey and
Oregon but is the exception rather than the rule elsewhere).
Automatic Teller Machines (ATMs) in the banking world have also
revolutionized how people withdraw and deposit funds; most
American stores, where the customer uses a shopping cart in the
store, placing the items they want to buy into the cart and then
proceeding to the checkout counter/aisles; or at buffet-style
restaurants, where the customer serves their own plate of food from a
large, central selection.
(d) Grooming
Grooming in humans typically includes bathroom activities
such as primping: washing and cleaning the hair, combing it to
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
extract tangles, and styling. It can also include cosmetic care of the
body, such as shaving. Another suitable alternative to shaving is
beard grooming. Growing and maintaining requires less effort than
being shaven.
2) Education
Yang dimaksud education menurut Pine dan Gilmore (1999)
adalahsuatu bentuk partisipasi aktif apabila seseorang ikut di dalam
prosespelaksanaannya dan akan bersifat pasif, yaitu seakan-akan sedang
melakukansendiri suatu proses yang dilihat. Sebenarnya, education juga
mengandungaspek escapist hanya saja education lebih memberikan suatu
bentukpembelajaran dari pengalaman individu; bahkan untuk
meningkatkanketerampilan dan sosialisasi bagi seseorang yang secara aktif
ikut di dalamproses tersebut.
Seni dapat melibatkan diri dalam aspek pembelajaran
(educational)seperti halnya seorang dosen mengajarkan bagaimana cara
atau teknik yangbaik untuk mendapatkan nilai yang baik, ataupun dalam
teknik belajar khususuntuk materi khusus (di luar kurikulum) sehingga
seni seringkali dinilai sangatbaik untuk membantu perkembangan aspek
edukasi.
Dengan menerapkan aspek edukasi ke dalam suatu perusahaan
yangmenerapkan aspek seni; dengan mudah perusahaan tersebut
dapatmenjembatani penontonnya untuk lebih masuk ke dalam aspek
seniperusahaan itu sendiri; dan dari sebab itu pula, penontonnya dapat
menjadikonsumen yang loyal karena mereka kembali untuk belajar lebih
dalam lagi(Pine dan Gilmore: 1999).
Education yang ada dalam perusahaan rotimencakup beberapa hal
yakni (Eko Saputro: 2009) :
a) Teknik pembuatan roti (sebelum roti dipanggang ke dalam oven)
Didalam pembuatan roti dikenal beberapa teknik, masing-
masing teknik digunakan untuk jenis produk yang berbeda, atau untuk
penggunaan bahan dan resep yang berbeda dari suatu produk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Teknik tersebut diantaranya :
(1) Rub in Method
Teknik ini merupakan yang paling kuno, tetapi masih
sering digunakan pada saat ini.
Didalam teknik ini pengembangan dari produk dibantu
dengan penggunaan atau penambahan baking soda/ baking
powder.
Tepung dan baking soda disaring bersama-sama ( biasa
juga disebut dengan tepung self raisin), kemudian lemak
dicampur sampai menjadi butiran-butiran halus.
Dari butiran-butiran ini dibuat sumur-sumuran,
pencampuran dimulai dari tengah. Jika terdapat buah-buahan
yang harus dicampur, maka buah tersebut dicampur paling akhir.
Cara lain dari teknik ini adalah lemak dan tepung dalam
jumlah yang sama dikocok terlebih dahulu sampai halus,
tambahkan cairan dan terakhir campurkan sisa tepung. Kedua cara
diatas digunakan untuk membuat adonan pie, tetapi untuk adonan
manis dapat digunakan cara lain yaitu, pertama gula dan lemak
dikocok sampai halus lalu tambahkan telur, dan campurkan
tepungnya, zat pewangi dan cairan dapat dicampurkan pada tahap
akhir.
(2) Sugar Batter Method
Digunakan untuk pembuatan roti yang berkualitas baik
dan mempunyai proporsi lemak, gula dan telur yang tinggi
berbanding dengan berat tepung. Secara komersil teknik ini
banyak digunakan karena pengerjaanya lebih mudah, proses
pembuatan roti dengan cara ini dapat dilakukan dengan satu kali
pengerjaan. Lemak dan gula dikocok terlebih dahulu sampai
gulanya larut, pengembangan terjadi selama proses pengocokan
ini, telur dimasukkan sedikit demi sedikit agar pengembangan
tidak terganggu dan akhirnya pecah merusak adonan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Masukkan cairan lain dan tepung, jika menggunakan
buah-buahan masukkan pada saat akhir pengocokan.
(3) Flour Batter Method
Teknik ini digunakan untuk setiap jenis produk dengan
setiap kualitas. Pengembangan dari adonan sangat tergantung dari
baik buruknya pengocokan campuran lemak, tepung dan telur.
Pengembangan dapat dibantu dengan tambahan sedikit
baking soda/powder.
Lemak dan tepung dalam jumlah yang sama dikocok
setengah mengembang, lalu dengan cara yang sangat hati-hati
dicampurkan dengan campuran tepung dan lemak.
Jika ada kelebihan gula dilarutkan kedalam cairan dan
pewangi. Jika ada tambahan buah-buahan, dicampurkan pada
tahap akhir pencampuran.
Teknik ini memerlukan pengerjaan yang sangat hati-hati
dan juga lebih banyak memerlukan peralatan, tetapi akan sangat
cocok untuk memproduksi roti dalam jumlah yang sangat besar
dan dengan kualitas yang murah.
(4) Blending Method
Teknik ini digunakan untuk pembuatan roti yang
menggunakan lemak dan tepung special. Pengerjaannya dilakukan
dalam tiga tahap :
Tahap pertama tepung disaring dengan sisa bahan kering
lainnya lalu dicampurkan dengan lemak sampai terjadi butiran-
butiran halus, lalu masukkan air perlahan-lahan hingga butiran-
butiran halus berubah menjadi campuran yang halus, terakhir
masukkan telur sedikit demi sedikit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Agar adonan tidak mengeras selama pembakaran maka
gunakan mesin dengan kecepatan rendah selama pembuatan
adonan
b) Teknik pemanggangan adonan roti
Temperatur yang digunakan untuk memanggang roti sangat
tergantung dari besar kecilnya dan jenis adonan yang akan dibakar,
selain itu kandungan gulapun dapat mempengaruhi temperature dari
panas yang diperlukan
Volume adonan bertambah dalam waktu 5 - 6 menit pertama
didalam oven, karena suhu adonan pada saat itu belum mencapai
63ºC. dimana yeast masih dapat aktif bereaksi dan membentuk gas.
Setelah suhu adonan lewat dari 63°C, yeast mati dan adonan berhenti
mengembang, pengulitan dan penggulaian daripada zat gula yang ada
pada lapisan atas dari adonan akan terjadi.
Dalam suhu inipun (62 - 82°C) denaturasi dari protein dan
gelatinisasi dari kanji terjadi. Untuk menghasilkan remah yang kukuh,
maka panas didalam adonan harus mencapai 77°C minimum.
Penguapan air dari adonan kira-kira 8-10 % dari berat total adonan.
c) Teknik memotong dan menghias roti (setelah roti dipanggang ke
dalam oven)
Teknik menghias setelah dioven antara lain adalah hiasan
dengan gula icing, permen dan celup cokelat. Hias kue sesaat sebelum
disajikan agar bentuknya tetap indah dan menggiurkan.
3) Sanitation and Hygiene
Makanan penting baik untuk pertumbuhan maupun
kesehatan.Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk membangun dan mengganti jaringan, untuk bekerja dan untuk
memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit.Akan tetapi, penyakit juga
dapat terjadi akibat kandungan yang ada dalam makanan.Oleh karena itu,
hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan makanan harus diperhatikan.
Menurut Widyati dan Yuliarsih (2004), bangunan atau ruang penyiapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
makanan harus dibangun dan ditempatkan di daerah yang bebas dari bau
yang tidak sedap, asap dan debu, jauh dari tempat pembuangan sampah.
Selain itu lingkungan kerja harus memiliki pencahayaan yang baik,
ventilasi yang baik dan rapi karena ini akan mendorong praktik kerja yang
baik dan meningkatkan keamanan makanan. Mikroorganisme dapat
tumbuh dalam setiap remah atau partikel sisa makanan pada permukaan-
kontak makanan atau berada pada dalam celah dan ini dapat bertindak
sebagai sumber kontaminasi.
a) Pengertian sanitasi
Yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia (Widyati dan Yuliarsih, 2002).
Menurut Widyati dan Yuliarsih (2002), ada enam prinsip utama
(The Six Priciples of Food Sanitation) yang perlu diketahui dalam
membahas sanitasi makanan adalah:
(1) Cara penyimpanan bahan makanan
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung
dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera
diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan makanan RS
perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan
yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya
dapat terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat higiene
sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
(a) Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang
bersih dan memenuhi syarat
(b) Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah
diambil, tidak memberi kesempatan serangga atau tikus untuk
bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang
mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin
(2) Cara pengolahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya
kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan
yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan
sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing
practice)
(3) Tempat pengolahan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana
makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur.
Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan
makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya
harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus
memenuhi persyaratan sanitasi.
(4) Tenaga pengelolaan makanan
Tenaga pengelolaan makanan adalah orang yang secara
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari
tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai
penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari tenaga
pengelolaan makanan sangatlah besar peranannya. tenaga
pengelolaan makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan
penyakit. Oleh sebab itu tenaga pengelolaan makanan harus selalu
dalam keadan sehat dan terampil.
(5) Cara pengangkutan makanan
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat
penyajian atau penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak
terjadi kontaminasi baik dari serangga, debu maupun bakteri.
Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau
bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya
dalam keadaan panas 60 C atau tetap dingi 4 C.
(6) Cara penyajian makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah
agar makanan tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang
digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang
menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan
kebersihan pakaiannya.
Diterangkan lebih lanjut oleh Widyati dan Yuliarsih
(2002),bahwapada bagian dapur yang perlu diawasi tentang sanitasinya
adalah tempat-tempatdi mana makanan itu diolah, yaitu:
(1) Tempat mengolah makanan
(2) Tempat mempersiapkan segala jenis makanan yang memerlukan
carapenjamahan yang baik
(3) Tempat bekerja karyawan (cook) atau para food handlers yang
perlu mendapatkan pengawasan khusus tentang kesehatan fisiknya
maupun mental serta keadaan kebersihan individunya
(4) Tempat alat-alat pengolahan makanan, alat makan, dan minum
serta fasilitas lainnya yang memegang peranan penting sebagai
media penularan penyakit atau keracunan makanan
b) Pengertian higiene
Yang dimaksud dengan higiene adalah suatu pencegahan
penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan
atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada
(Widyati dan Yuliarsih, 2002).
Makanan matang harus disimpan dengan baik, terpisah dari
makanan mentah untuk mengurangi resiko kontaminasi
silang.Menyentuh makanan matang dengan tangan telanjang harus
dihindari bilamana mungkin, karena tangan yang bersih sekalipun
dapat membawa mikroorganisme patogen.Rambut harus ditutupi
setidaknya diikat saat bekerja di dapur.Rambut dalam makanan tidak
hanya menunjukkan pengabaian estetika tetapi juga menjadi sumber
patogen.(Widyati dan Yuliarsih, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dalam undang-undang No. 11 tahun 1963 tentang Higiene
untuk usaha-usaha umum disebutkan sebagai berikut:
(1) Higiene ialah segala usaha untuk memelihara dan mempertinggi
derajat kesehatan.
(2) Usaha-usaha bagi umum ialah usaha-usaha yang dilakukan oleh
badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan yang
mengahasilkan sesuatu untuk atau yang langsung dapat
dipergunakan oleh umum.
4. Tinjauan Tentang Perilaku Konsumen
a. PengertianPerilakuKonsumen
Setiap perusahaan dalam membuat suatu produk pasti akan disesuaikan
dengan kebutuhan atau permintaan kelompok konsumen. Pengetahuan pemasaran
mengenai perilaku konsumen akan sangat membantu dalam meningkatkan daya
saing perusahaan. Basu Swastha dan T. Hani Handoko (1997:10) rnengemukakan
bahwa: "Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-
barang dan jasa-jasa. Termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut".
Dari arti perilaku konsumen tersebut ada dua elemen penting yaitu proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang semua ini melibatkan individu
dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa. Bila konsumen
melakukan pembelian bukan hanya merupakan tindakan-tindakan saja,
melainkan terdiri dari beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang jenis
produk, bentuk, merk, jumlah, penjual, dan waktu pembayarannya.Hal ini
dipengaruhi oleh kebiasaan membeli dari para konsumennya.
Menurut Philip Kotler (1999:222) dalam memahami perilaku konsumen
para manajer harus semakin tergantung pada riset konsumen untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan kunci berikut tentang setiap pasar yaitu:
Siapa yang membentuk pasar ? Penduduk
Apa yang dibeli pasar ? Objek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Mengapa pasar membeli ? Tujuan Siapa yang ikut dalam pembelian ? Organisasi Bagaimana pasar membeli ? Operasi Kapan pasar membeli ? Peristiwa Dimana pasar membeli ? Tempatpenjualan
1) Siapa yang membentuk pasar
Dalam pasar konsumen terdiri dari seluruh individu dan rumah tangga
yang membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi konsumen.
2) Apa yang dibeli pasar
Pasar konsumen adalah pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewakan
individu-individu dan rumah tangga untuk digunakan sendiri.
3) Mengapa pasar membeli
Konsumen membeli sesuatu karena ingin memuaskan kebutuhan dan
keinginannya. Timbulnya keinginan dan kebutuhan tersebut disebabkan oleh
beberapa factor seperti factor sosial, factor ekonomi, factor psikologi, dan
sebagainya.
4) Siapa yang ikut serta dalam pembelian
Salah satu tugas pokok bagian pemasaran adalah menentukan siapa yang
mengambil keputusan untuk membeli barang dan jasa.Meskipun ada yang
ikut serta dalam pembelian
c. ModelPerilakuKonsumen
Alasan mengapa seseorang membeli jasa tertentu atau membeli
padaperusahaan jasa tertentu merupakan faktor yang sangat penting bagi
perusahaan atau organisasi jasa dalam menentukan desain produk jasa, saluran
distribusi , harga, dan program promosi yang efektif dan beberapa aspek lain dari
program pemasaran perusahaan atau organisasi jasa tersebut. Perilaku konsumen
jasa tidak berbeda denga perilaku konsumen barang karena pembeli atau
pengguna barang dan jasa hanya merupakan suatu sasaran untuk memenuhi
kebutuhan.Titik tolak untuk memahami perilaku konsumen jasa adalah model
rangsangan jawaban.
Perilaku konsumen jasa dapat digambarkan dalam model rangsangan
jawaban (stimulus-respon)dalam gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 2. Model Perilaku Konsumen(Engel: l995)
Dari berbagai informasi yang diperoleh, selanjutnya di proses untuk
mendapatkan keputusan atau pertimbangan nilai akan suatu produk, dan akan
menghasilkan beberapaatribut yang akan muncul, setelah itu baru di beri bobot
dari berbagai alternatif. Ada 2 (dua) faktor yang dapat mempengaruhi maksud
pembelian dan keputusan pembelian yaitu:
1. Pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sampai di mana pendirian
orang lain dapat mengurangi altematif yang disukai seseorang tergantung
pada dua hal yaitu (1) intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap
alternatif yang disukai konsumen, (2) motivasi konsumen untuk menuruti
keinginan orang lain.
2. Kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi. Konsumen membentuk
suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan
keluarga, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diinginkan.
Setelah konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian juga
mempunyai perilaku yang perlu diamati yaitu apakah konsumen tersebut merasa
puas akan manfaat barang atau merasa tidak puas akan manfaat barang.
Sedangkan menurut Philip Kotler(1994), model perilaku konsumen
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Rangsangan dari luar Kotak Hitam Pembeli Keputusan
Pemasaran Lingkungan Ciri-ciri Proses kepu- Pembeli
Produk Perekonomian pembeli tusan pembeli Memilih merek
Harga Teknologi Budaya Masalah Memilih produk
Tempat Politik Sosial Pencarian Memilih penjual
Promosi Budaya Pribadi Informasi Menentukan
Psikologi Evaluasi saat pembelian
Perilaku Jumlah
Konsumen pembelian
Gambar 3. Model Perilaku Konsumen (Philip Kotler: 1997)
Gambar tersebut memperlihatkan pemasaran dan lingkungan sebagai suatu
rangsangan yang mempengaruhi konsumen, yang pada akhirnya menghasilkan
jawaban tertentu. Konsumen membeli suatu produk karena adanya penjualan yaitu
produk, harga, tempat dan promosi, juga karena adanya perangsang lainnya yang
berasal dari aspek ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Kedua perangsang
tersebut berhubungan dengan karakteristik dari pembeli yang dipengaruhi oleh
budaya, sosial, karakteristik pribadi dan psikologis.
Selanjutnya konsumen akan melangkah pada proses keputusan pembelian
yang berupa serangkaian aktivitas yang meliputi pengenalan masalah, pencarian
informasi tentang produk yang akan dibeli, evaluasi, keputusan dan perilaku
setelah pembelian. Akhirnya konsumen mengambil keputusan pembelian,
pengambilan keputusan pembelian yang meliputi pemilihan produk, pemilihan
merek, pemilihan penjual, penentuan saat pembelian dan jumlah pembelian.
Dari kedua model perilaku konsumen di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa model perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal di antaranya
adalah bauran dari pemesaran(produk, harga, promosi dan distribusi) dan faktor
lingkungan. Setelah faktor-faktor tersebut merangsang konsumen maka akan
menimbulkan suatu stimulus bagi konsumen berdasarkan ciri-ciri dari konsumen
dan selanjutnya masuk dalam proses pembelian konsumen, pada akhirnya
terjadilah suatu keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
6. Tinjauan Tentang Keputusan Pembelian
a. ProsesKeputusanPembelian
Basu Swastha dan T. Hani Handoko (1997: 13) mengemukakan pendapat
mengenai lima peran individu dalam sebuah keputusan membeli, yaitu:
1) Pengambilan inisiatif (initiator:individu yang mempunyai inisiatif
pembelian barang tertentu atau yang mempunyai kebutuhan atau
keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri.
2) Orang yang mempengaruhi (influencer) :individu yang mempengaruhi
keputusan untuk membeli baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
3) Pembuat keputusan (decider) :individu yang memutuskan apakah akan
membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan
dan dimana membelinya.
4) Pembeli (buyer):individu yang melakukan pembelian yang sebenarnya. 5) Pemakai (user):individu yang menikmati atau memakai produk atau jasa
yang dibeli.
Sebuah perusahaan perlu mengenai peranan tersebut karena semua peranan
mengandung implikasi guna merancang produk, menentukan pesan dan
mengalokasikan biaya anggaran promosi serta membuat program pemasaran
yang sesuai dengan pembeli.
b. JenisPerilakuPembelian
1) Perilaku pembelian kompleks
Para konsumen mempunyai perilaku pembelian kompleks ketika mereka
terlibat dalam pembelian produk yang mahal, jarang dibeli, berisiko,
mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi dan menyadari adanya perbedaan
nyata antara berbagai merek.Pemasar perlu mengembangkan strategi-strategi
yang membantu pembeli dalam mempelajari atribut produk, kedudukan
merek perusahaan yang tinggi, menjelaskan manfaat merek tersebut,
keistimewaan produk dan memotivasi personil penjual serta kenalan
pembeli untuk mempengaruhi pilihan mereka.
2) Perilaku pembelian untuk kebiasaan
Disini keterlibatan konsumen rendah dan tidak ada perbedaan merek yang
signifikan.
1) Perilaku pembelian yang mengurangi ketidaksesuaian
Konsumen sangat terlibat dalam pembelian tetapi tidak melihat banyak
perbedaan dalam merek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Perilaku pembelian yang mencari informasi
Keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan merek bersifat
nyata. Konsumen banyak melakukan peralihan merek dengan alasan variasi
dan bukan karena ketidakpuasan.
c.TahapanDalamProsesKeputusanMembeli
Keputusan pembelian konsumen merupakan realisasi dari minat pembelian
konsumen atassuatu produk (Swastha Basu, 2000). Dalam kajian mengenai
realisasi pembelian tersebut, realisasi pembelian akan menjadi kenyataan jika
konsumen mempunyai motivasi yang cukup kuat berkaitan dengan minat
pembelian konsumen. Dalam realisasi keputusan pembelian tersebut konsumen
bersangkutan merasakan bahwa pilihan yang ditetapkan merupakan pilihan yang
terbaik diantara pilihan yang ada.Keputusan pembelian konsumen tidak terlepas
dari tahap-tahap keputusan pembelian.
Menurut Levi dan Weitz (2001: 142), proses dari sebuah
keputusanpembelian dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Gambar 4.Model Proses keputusan Lima Tahap (Levi dan Weitz:2001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Berdasarkan kajian tersebut terlihat bahwa masing-masing tahap dari
keputusan pembelian konsumen mempunyai pengaruh terhadap realisasi
keputusan pembelian konsumen.
1) Pengenalan kebutuhan (need recognition). Pengenalan kebutuhan ini
adalah pengenalan terhadap produk-produk yang dibutuhkan oleh
konsumen. Dalam hal ini berarti konsumen telah merencanakan untuk
mendapatkan produk bersangkutan.
2) Mencari informasi tentang produk (search for information about
merchandise). Pencarian informasi ini dilakukan dengan menggunakan
spesifikasi barang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh konsumen. Barang-
barang akan dipilih berdasarkan pada kebutuhan konsumen bersangkutan.
Disamping itu, pada tahap ini, konsumen juga akan memilih toko yang
menyediakan produk yang dibutuhkan.
a) Mencari informasi tentang retailer (search for information about
retailer).Pencarian ini dialamatkan untuk mendapatkan produk
yang dibutuhkan. Semua informasi tentang retailer yang
menyediakan produk ini akan dikumpulkan oleh konsumen.
b) Memilih retailer (select a retailer). Pada tahap ini, konsumen akan
banyak membandingkan antara retailer satu dengan retailer lainnya
dihadapkan pada ketersediaan produk yang dibutuhkan.
c) Visit store or internet site or look through catalog. Konsumen akan
mengunjungi secara langsung toko atau tempat yang menjual
produk bersangkutan, atau bisa juga dengan mengunjungi situs
belanjaan di internet.
3) Evaluasi produk (evaluate merchandise). Evaluasi ini untuk
membandingkan diantara produk-produk yang bisa didapatkan sesuai
dengan kebutuhan. Berbagai keuntungan maupun manfaat yang bisa
diperoleh menjadi dasar untuk melakukan evaluasi atas produk
bersangkutan.
4) Pemilihan produk (select merchandise). Diantara sekian produk yang
dipertimbangkan, akan dipilih sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang telah ditetapkan. Pemilihan ini diarahkan agar produk yang dipilih
memang benar-benar produk yang terbaik.
5) Pembelian produk (purchase merchandise). Setelah produk dipilih, maka
produk bersangkutan dibeli. Pembelian ini adalah hasil serangkaian
pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan ketika berhadapan
dengan produk dan evaluasi kebutuhan seperti yang telah disebutkan.
6) Evaluasi paska pembelian (postpurchase merchandise). Evaluasi terhadap
pembelian juga dilakukan, evaluasi ini merupakan tolak ukur untuk
menilai realitas produk yang dirasakan dengan harapan konsumen atas
produk bersangkutan.
7) Pemilihan kembali retailer (search for information about merchandise).
Berdasarkan hasil evaluasi atas pembelian yang dilakukan, maka
konsumenakan mempertimbangkan kembali untuk membeli atau tidak
membeli pada sebuah retail. Dalam hal ini, evaluasi paska pembelian
berpengaruh terhadap pencarian retail untuk pembelian lebih lanjut.
7. PenerapanKonsep“See Through”PadaPerusahaan
Konsep “See Through” yang diterapkan pada gerai Breadtalk di Solo
Grand Mall Surakartamemiliki perbedaan konsep pemasaran dengan perusahaan
lain yang bergerak di bidang bakery. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut sebagai berikut :
1) Entertainment
Sebagai indikator empirik dari variabel entertainmentadalah skill
show dimana menampilkan ketangkasan karyawan BreadTalk dalam
membuat roti; penampilan roti; fresh from the oven (produk rotinya yang
dapat dipilih sendiri langsung setelah melalui proses pemanggangan); self-
service (dimana pengunjung dapat mengambil sendiri roti yang
diinginkan); dangrooming (penampilan karyawan).
2) Education
Sebagai indikator empirik dari variabel education adalah teknik
pembuatan roti sebelum roti dipanggang ke dalam oven, teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pemanggangan adonan, dan teknik memotong dan pemberian garnish
(setelah roti dipanggang ke dalam oven).
3) Sanitation and hygiene
Indikator empirik dari variabel sanitation and hygiene adalah
sanitasi ruang dapur, santasi alat dapur, sanitasi tempat penyajian roti,
kebersihan badan karyawan, kebersihan pakaian karyawan dan kerapian
pakaian karyawan.
B. HasilPenelitianyangRelevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis
lakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Mike dan Ima Kusumawati (2007) Dalam penelitiannya yang berjudul
Analisa Pengaruh Brand Equity Terhadap Loyalitas Konsumen BreadTalk
Pakuwon Trade Center Ditinjau Dari Product, Image, dan Visual, pada
bagian simpulan penelitian diungkapkan bahwa : adanya keterkaitan antara
visual yang diterapkan BreadTalk melalui konsep “See Through”
dengankegiatan belanja konsumen. Hal ini berarti apabila seorang
konsumen telah merasa bahwa visual suatu gerai itu bagus dan sesuai
dengankeinginanmaka konsumen akan merasa tertarik atas tampilan dari
toko yang berupa penampilan produk dan karyawannya, kemudahan dalam
melakukan belanja dan juga adanya loyalitas dari konsumen terhadap toko
atau gerai berupa kesetiaan pelanggan atau konsumen yang selalu
melakukan pembelian di toko tersebut dan tidak akan beralih ke toko atau
gerai yang lain maka akan mempengaruhi kegiatan belanja yang positif .
Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan timbal-balik antara
Product, Image, dan Visualterhadap kegiatan belanja konsumen di
BreadTalk Pakuwon Trade Center, Surabaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. KerangkaBerpikir
Berdirinya Breadtalk di Solo Grand Mall Surakarta secara kasat mata
terlihat sebagai salah satu ikon terpenting dari Solo Grand Mall Surakarta karena
kondisinya yang ramai dikunjungi oleh banyak konsumen. Dalam menjalankan
operasionalnya, BreadTalk menggunakan konsep “See Through” yang secara
harafiah didefinisikan sebagai“Open Kitchen”, yaitu suatu konsep pemasaran di
mana perusahaan ingin memberikan suatu pengalaman kepada para konsumennya
dengan cara memperlihatkan proses pembuatan produk-produk yang hendak
dijual.
Konsep “See Through” akan dijelaskan ke dalam tiga variabel, yaitu
variabel entertainment, variabel education dan variabel sanitation and hygiene.
Variabel entertainment dan education yang akan digunakan di dalam penelitian
ini akan berdasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Pine dan Gilmore
(1999), sedangkan variabel sanitation and hygiene akan didasarkan pada
pendapat Gannaway (2000). Sebagai indikator empirik dari variabel
entertainmentadalah skill show dimana menampilkan ketangkasan karyawan
BreadTalk dalam membuat roti; penampilan roti; fresh from the oven (produk
rotinya yang dapat dipilih sendiri langsung setelah melalui proses
pemanggangan); self-service (dimana pengunjung dapat mengambil sendiri roti
yang diinginkan); dan grooming (penampilan karyawan). Kemudian sebagai
indikator empirik dari variabel education adalah teknik pembuatan roti sebelum
roti dipanggang ke dalam oven, teknik pemanggangan adonan, dan teknik
memotong dan pemberian garnish (setelah roti dipanggang ke dalam oven).
Sedangkan sebagai indikator empirik dari variabel sanitation and hygiene adalah
sanitasi ruang dapur, santasi alat dapur, sanitasi tempat penyajian roti, kebersihan
badan karyawan, kebersihan pakaian karyawan dan kerapian pakaian karyawan.
Dengan permasalahan tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian
ini dapat dituangkan kedalam bagan yang saling berhubungan atau dapat
digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 5. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 67) “hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data yang terkumpul”.
Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Diduga konsep “See Through”berpengaruh secara simultan terhadap
keputusan pembelian roti Breadtalk di Solo Grand Mall Surakarta.
2. Diduga konsep “See Through”berpengaruh secara parsialterhadap
keputusan pembelian roti Breadtalk di Solo Grand Mall Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat menunjukkan hal penting dalam suatu penelitian sebab di tempat
penelitian inilah diperoleh data, informasi, keterangan dan hal-hal yang diperlukan
sehubungan dengan kepentingan penelitian. Dalam penelitian ini mengambil
lokasi di gerai BreadTalk Solo Grand Mall Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan
penelitian yang direncanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Juni
2011.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002: 108) mengemukakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2001:72) “Sampel
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari ,
kemudian ditarik kesimpulan. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi subyek penelitian. Populasi
dalam penelitian ini merupakan populasi infinit atau populasi yang tidak diketahui
jumlah populasinya secara pasti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pembeligerai BreadTalk di Solo Grand Mall Surakarta pada tahun 2011.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2006: 56) menjelaskan bahwa ”Sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Sedangkan Duwi Priyatno (2010: 8) memberi pengertian bahwa “Sampel adalah
bagian dari populasi yang akan diteliti”. Jadi dapat disimpulkan sampel adalah
sebagian atau populasi yang diteliti. Dalam pengambilan sampel penelitian harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
berhati-hati dan memenuhi aturan pemilihan sampel. Namun demikian, physical
evidence yang diciptakan oleh suatu perusahaan cafe tidak semata-mata
ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,
rancangan penelitian, dan pelaksanaan serta pengolahannya.
Menentukan besarnya sampel adalah salah satu masalah penyelidikan
yang pelik, karena sulit merumuskan keriteria bagi sifat representatif dan
kewajaran yang ditentukan sebagai syarat sampel. Sifat representatif penting
sebagai syarat sampel sebab data atau kesimpulan diperoleh dari sampel yang
terbatas itu digunakan sebagai dasar untuk meramalkan sesuatu didalam populasi
dan merupakan kesimpulan penelitian.
Menurut Joseph F. Hair (1998: 166) penentuan besarnya sampel untuk
populasi infinit atau populasi yang tidak diketahui jumlahnya secara pasti untuk
penelitian dengan analisis regresi berganda berikut ini :
In addition to its role in determining statistical power, sample also affects
the generalizability of results by the ratio of observations to independent
variables. A general rule is that the ratio should never fall below 5 to 1,
meaning that there should be five observations for each independent
variable in the variate. As this ratio fall below 5 to 1, the researcher
encounters the risk of “overfitting” the variate to the sample, making results
too specific to the sample and thus lacking generalizability. Although the
minimum ratio is 5 to 1, desired level is between 15 to 20 observations for
each independent variable. When this level is reached, the result should be
generalized if the sample is representative. However, if a stepwise
procedure is employed, the recommended level increases to 50 to 1. In cases
for which the available sample does not meet these criteria, the researcher
should be certain to validate the generalizability of the results.
Berdasarkan kutipan di atas penentuan besarnya sampel dapat dilakukan
dengan cara mengalikan jumlah variabel bebas dengan tingkatan perkalian 15
sampai 20. Atas dasar inilah maka jumlah sampel yang akan digunakan sebesar:
N = 20 x jumlah variabel bebas
N = 20 x 3
N = 60
Maka jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak
60 sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. TeknikSampling
Teknik sampling adalah cara yang digunakan dalam pengambilan sampel.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel kuota (quota
sampling) dengan cara accidental sampling. Teknik quota sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang dilakukan dengan tidak mendasarkan diri pada strata
atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan.
Menurut Kuncoro (2003), teknik accidental sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang mempunyai prinsip setiap elemen dalam populasi dapat
dipilih menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat tersebut dapat
berupa waktu, tempat, dan lain-lain.
Dalam mengumpulkan data, peneliti menemui subyek yang memenuhi
persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut
selama masih dalam populasi. Biasanya yang ditemui adalah subjek yang mudah
dijumpai, sehingga pengumpulan datanya mudah. Hal yang penting untuk
diperhatikan di sini adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan
D. C.Teknik Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 222) menyatakan bahwa “Teknik
pengumpulan data adalah bagaimana peneliti menemukan metode setepat-
tepatnya untuk memperoleh data kemudian disusul dengan alat pembantunya yaitu
“instrumen”. Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian harus tepat karena
akan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Dalam sebuah penelitian diperlukan
data yang obyektif karena data merupakan suatu hal yang sangat mendasar yang
akan menentukan hasil penelitian. Apabila keliru dalam meneliti teknik
pengumpulan datanya maka mengakibatkan hasil penelitian tidak tepat.
1. Jenis dan Sumber Data
a. JenisData
Sebelum menginjak pada bagaimana peneliti memperoleh data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian, peneliti harus menentukan jenis data terlebih dahulu.
Dalam setiap penelitian, jenis data yang dibutuhkan sangat tergantung pada tujuan
penelitiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Menurut Dwi Priyatno (2008) mengelompokkan jenis data menjadi dua,
yang pertama adalah data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk
bukan angka, tetapi berbentuk kata, kalimat, gambar atau bagan. Data yang kedua
adalah data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan jenis data kuantitatif.
b. SumberData
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 129) menyatakan bahwa “Sumber
data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Penelitian
tidak mungkin diselenggarakan di sembarang tempat, melainkan di tempat yang
sudah ditentukan.
Menurut Sugiyono (2009: 137) mengatakan bahwa “Data primer adalah
data yang langsung diberikan kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder
adalah data yang tidak langsung diberikan kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumentasi”. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh langsung dari konsumen selaku responden melalui daftar pertanyaan
yang berupa angket, untuk memperoleh data mengenai keputusan
pembeliankonsumen atas konsep “See Through” yang diterapkan oleh gerai
BreadTalk di Solo Grand Mall Surakarta. Data sekunder diperoleh dari gerai
BreadTalk di Solo Grand Mall Surakarta berupa dokumen-dokumen jumlah rata-
rata pengunjung per-hari.
2. Metode Pengumpulan Data
Di dalam kegiatan penelitian, cara memperoleh data dikenal sebagai
metode atau teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket atau kuesioner.
a. PengertianAngketatauKuesioner
Menurut Sugiyono (2009: 142) mengatakan bahwa “Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.
Sedangkan menurut Rosady Ruslan (2008: 23) berpendapat bahwa “Kuesioner
adalah teknik pengumpulan data dengan metode survei yang menggunakan
pertanyaan kepada subyek penelitian secara tertulis”. Dari pengertian di atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
b. Macam-macamAngketatauKuesioner
Kuesioner atau angket dapat dibedakan atas jenis tergantung dari sudut
pandangnya, menurut Suharsimi Arikunto (2006) angket dibedakan atas:
1) Dipandang dari cara menjawab
a) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimat sendiri.
b) Kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
2) Dipandang dari jawaban yang diberikan
a) Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya.
b) Kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang
responden.
3) Dipandang dari bentuknya
a) Kuesioner pilihan ganda sama dengan kuesioner tertutup.
b) Kuesioner lisan sama dengan kuesioner terbuka.
c) Check list () yaitu sebuah daftar dan responden tinggal membutuhkan
tanda check pada kolom yang sesuai.
d) Ratingscale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai
dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
Dalam penelitian ini, kuesioner yang peneliti gunakan yaitu kuesioner
bentuk langsung tertutup dengan model rating scale. Sedangkan skala penilaian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Menurut Sugiyono
(2009: 92) mengatakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial”.
Menurut Sekaran (2003: 191) jawaban setiap instrumen yang menggunakan data
Likert mempunyai gradasi penilaian sebagai berikut:
1. Sangat setuju
2. Setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Ragu-ragu
4. Tidak setuju
5. Sangat tidak setuju
Dalam penyusunan angket ini alternatif jawaban ragu-ragu dapat
dihilangkan karena alternatif jawaban tersebut menpunyai arti ganda dan dapat
menimbulkan kecenderungan responden untuk memilih alternatif jawaban
tersebut. Hal ini sesuai pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 214) yang
menyatakan bahwa
Jika pembaca berpendapat bahwa ada kelemahan lima alternatif, karena
responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah (karena dirasa
paling aman dan paling gampang karena hampir tidak berpikir) dan alasan
itu memang ada benarnya. Maka memang disarankan alternatif pilihannya
hanya empat saja. Alternatif “Sangat Setuju” dan “Setuju” ada di posisi
kubu awal (atau akhir) sedang dua pilihan lain yaitu “Tidak Setuju” dan
“Sangat Tidak Setuju” di sisi kubu akhir (atau awal). Dalam hal ini dapat
kita pahami karena “Sangat Setuju” dan “Setuju” sebetulnya berada pada
sisi “Setuju”, tetapi dengan gradasi yang menyangatkan. Demikian juga
dengan pilihan “Sangat Tidak Setuju” yang pada dasarnya adalah “Tidak
Setuju”.
Berdasarkan pendapat di atas maka setiap instrument mempunyai empat
alternatif jawaban. Pengukuran konsep “See Through” yang diterapkan dan
keputusan pembelian digunakan model skala likert dengan operasional
pengukurannya sebagai berikut:
1) Untuk mengukur konsep“See Through” yang diterapkan
SS: Sangat Setuju bobot 4, sangat baik bagi konsumen.
S : Setuju bobot 3, baik bagi konsumen.
TS:TidakSetuju bobot 2, tidak baik bagi konsumen
STS : Sangat Tidak Setuju bobot 1,sangat tidak baik bagi konsumen
2) Untuk mengukur keputusan pembelian
SS : Sangat Setuju bobot 4
S : Setuju bobot 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
TS : TidakSetuju bobot 2
STS : Sangat Tidak Setuju bobot 1
c. Syarat-syaratPenulisanKuesioneryangBaik
Menurut Yulius Slamet (2006) syarat-syarat penulisan kuesioner yang baik
yaitu:
1) Beri judul penelitian pada sampul kuesioner.
2) Tunjukkan surat keterangan dan surat ijin.
3) Singkirkan pertanyaan yang peka yang tidak perlu.
4) Buatlah kesan bahwa responden itu adalah “orang penting”.
5) Peneliti bermaksud memperoleh kenyataan.
6) Jawaban yang diinginkan peneliti adalah apa yang dirasakan responden
dan pendapat responden.
7) Berikan penjelasan dan contoh atau memperdalam maksud pertanyaan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160) mengatakan bahwa “Instrumen
yang baik harus memenuhi dua syarat yang penting yaitu valid dan reliabel”.
Untuk lebih jelasnya akan peneliti jabarkan sebagai berikut:
a) Validitas
Validitas instrumen penelitian berhubungan dengan kesesuaian dan
kecermatan fungsi dari alat ukur yang akan digunakan. Validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin
diukur secara tepat. Suatu instrumen yang valid atau sahih memiliki
validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai
validitas yang rendah. Uji validitas angket atau uji kesahihan butir angket
menggunakan metode Corrected Item-Total Correlation.
Untuk mengukur ketepatan butir-butir pertanyaan angket tersebut
dalam penelitian ini digunakan teknik uji validitas dengan program SPSS
dengan metode Corrected Item-Total Correlation. Menurut Dwi Priyatno
(2008), kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut:
- Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen
atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan valid).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
- Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen
atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor
total (dinyatakan tidak valid).
Uji coba kuesioner ini dilakukan terhadap 30 orang responden
yang diambil secara acak didalam populasi yang diteliti. Dari uji coba
kuesioner ini diketahui bahwa dari 44 item soal dapat dinyatakan valid.
b) Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur.
Alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
pengukuran tersebut diulang. Angket dikatakan reliabel jika dapat
memberikan hasil relatif sama pada saat dilakukan pengukuran kembali
pada obyek yang berlainan pada waktu yang berbeda atau memberikan
hasil yang tetap/ajeg.
Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Menurut
Dwi Priyatno (2008: 26) menyatakan bahwa “Suatu instrumen dapat
dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari
0,6”.
Uji coba kuesioner ini dilakukan terhadap 30 orang responden
yang diambil secara acak didalam populasi yang diteliti. Dari uji coba
kuesioner ini diketahui bahwa dari 44 item soal dapat dikatakan reliabel.
.
D. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
pengaruh konsep “See Through” yang terdiri dari 3 elemen yaitu entertainment,
education dan sanitation and hygiene yang diterapkanpada BreadTalk di Solo
Grand MallSurakarta tahun 2011 terhadap keputusan pembelian yang dilakukan
oleh pengunjung di BreadTalk di Solo Grand Mall Surakarta tahun 2011, maka
rancangan penelitian disusun sebagai berikut :
Atribut konsep “See Through”pada BreadTalk di Solo Grand Mall
Surakarta adalah atribut X merupakan penerapan dari konsep “See Through” dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
atribut Y merupakan keputusan pembelian. Keputusan pembelian yaitu suatu
keadaan dimana seorang konsumen memutuskan untuk melakukan penggunaan
atas barang/jasa guna memenuhi kebutuhan. Pola dari keputusan pelanggan untuk
membeli suatu barang dimunculkan oleh motivasi yang diuraikan menjadi needs,
wants dan demands. Dimensi konsep “See Through” terdiri dari 3 elemen yaitu
:Entertainment adalah suatu bentuk hiburan yang berupa pertunjukan gambar,
suasana, dekorasi, maupun atraksi di dalam suatu acara tertentu atau kondisi
tertentu. Dalam hal ini mencakup segala sesuatu yang dapat dilihat oleh konsumen
baik dari segi pelayan, tempat dan pembuatan roti di BreadTalk di Solo Grand
Mall Surakarta. Education adalah pengetahuan yang diperoleh konsumen
mengenai tehnik pembuatan roti yang dapat diperoleh konsumen saat
mengunjungi gerai BreadTalk di Solo Grand Mall Surakarta. Elemen dari konsep
“See Through” selanjutnya adalahsanitation and hygieneyang dilakukan oleh
perusahaan BreadTalk. Sanitation hygiene meliputi segala sesuatu yang berkaitan
dengan sanitasi serta kebersihan gerai BreadTalk yang nantinya akan
memunculkan purchase decision making.
Untuk menentukan pengaruh konsep “See Through” pada gerai BreadTalk
Solo Grand Mall Surakartaterhadap keputusan pembelian pengunjung dilakukan
dengan melihat pengaruh konsep “See Through”yang diterapkan oleh gerai
BreadTalk Solo Grand Mall Surakartaterhadap keputusan pembelian pelanggan
dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengolah data hasil penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik
karena data yang diambil peneliti merupakan data kuantitatif. Sedangkan teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear berganda.
Suharsimi Arikunto (2006: 295) menyatakan ”Regresi berganda (multiple
regression) adalah suatu peluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari
satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sehingga regresi ganda merupakan analisis tentang hubungan antara satu
dependent variable dengan dua atau lebih independent variable.
Ada pun beberapa persyaratan yang harus diuji kebenarannya sebelum
melakukan analisis data adalah:
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah antara variabel
pengganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi. Untuk
mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan
pendekatan D-W (Durbin Watson). Menurut Singgih Santoso (2001) kriteria
autokorelasi ada 3, yaitu:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada
autokorelasi.
3) Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
b. Multikolinearitas
Multikolinieritas digunakan untuk menguji suatu model apakah terjadi
hubungan yang sempurna atau hampir sempurna antara variabel bebas, sehingga
sulit untuk memisahkan pengaruh antara variabel-variabel itu secara individu
terhadap variabel terikat. Pengujian ini untuk mengetahui apakah antar variabel
bebas dalam persamaan regresi tersebut tidak saling berkorelasi. Untuk
mendeteksi multikolinieritas adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF), di mana menurut Singgih Santoso (2001: 206)
“Pedoman suatu model yang baik adalah: Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1
dan angka TOLERANCE mendekati 1, maka model regresi diindikasikan tidak
terdapat multikolinearitas”.
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel
pengganggu dalam persamaan regresi mempunyai varian yang sama atau tidak.
Untuk mengetahui terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Regression Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted
Value. Menurut Singgih Santoso (2001:210) menetapkan dasar pengambilan
keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heterokedastisitas.
d. Normalitas
Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data akan dianalisis
berbentuk sebaran normal atau tidak. Dalam penelitian ini, data untuk setiap
variabel diuji normalitasnya. Deteksi normalitas dapat diketahui dengan melihat
penyebaran data pada sumbu diagonal pada suatu grafik. Menurut Singgih
Santoso (2001) menetapkan dasar pengambilan keputusan yang digunakan
sebagai berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
garis diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
e. UjiLinieritas
Uji Linieritas digunakan untuk mendeteksi adanya hubungan linier
antara variabel X dan Y yang bisa dilakukan, sebagai berikut :
1) Plot antara residu (e) versus Y-topi
Jikaplot yang bersangkutanmenggambarkansuatuscatterdiagram
(diagram pencar)
dalamartitidakberpolamakadapatdikatakantidakterjadimispesifikasi pada
fungsiregresi, halinibarartibahwahubungan antara variabal X dan Y adalah
linier.
2) Plot antara variabel X versus Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Jikaplotmenggambarkangarislurusmakaasumsipertamainitelahterpe
nuhi.
3) Plot antara residu versus X
Jika plot menggambarkan diagram pencar maka linieritas ini sudah
terpenuhi.
(Siswandari, 2000:28)
2. Uji Hipotesis
a. MenghitungPersamaanGarisRegresiLinierGanda
Analisis Regresi Linear Berganda adalah hubungan secara linier antara dua
atau lebih variabel independen (X1, X2,...Xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan
positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila
nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Persamaan regresi
linear bergandanya dituliskan:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3(Sudjana, 2002)
Keterangan :
Y = Keputusan Pembelian.
X1 = ElemenEntertainment.
X2 = ElemenEducation.
X3 = Elemen Sanitation and Hygiene.
a = Bilangan konstanta.
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui variabel bebas secara bersama-sama
mempunyai berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Atau untuk
mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel
terikat atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
populasi. Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% atau 0,05 (Duwi Priyatno,
2008:82).
Hasil uji F dilihat dalam tabel ANOVA dalam kolom sig, jika
probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan model regresi
bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat. Atau jika nilai signifikansi > 0,05
maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara
variabel bebas terhadap variabel terikat.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel.
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig (significance). Jika
probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Atau jika probabilitas
nilai t atau signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
d. KoefisienDeterminasi (AdjustedRSquare)
Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau presentase total variasi
dalam variabel terikat yang diterangkan variabel bebas secara bersama-sama.
Menggunakan Adjusted R Square karena dalam regresi ini menggunakan lebih
dari dua variabel bebas.
Hasil perhitungan Adjusted R2 dapat dilihat pada output Model Summary.
Pada kolom Adjusted R2 dapat diketahui berapa prosentase yang dapat dijelaskan
oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Dan sisanya dipengaruhi
atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Konsep “SeeThrough” Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Produk Roti BreadTalk Solo Grand Mall
Surakarta Tahun 2011” ini menggunakan tiga variabel bebas dan satu variabel
terikat. Empat variabel bebas tersebut yaitu Entertainment, Education
danSanitation and Hygiene.Satu variabel terikatnya adalah Keputusan Pembelian
Konsumen. Berdasarkan data induk penelitian penyebaran angket kepada
konsumen yang telah melakukan transaksi pembelian digerai BreadTalk Solo
Grand Mall Surakarta, maka variabel entertainment(X1), variabel education(X2),
Sanitation and Hygiene(X3)dan variabel keputusan pembelian konsumen (Y),
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Deskripsi Data Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Entertainment (X1) 60 17 41 32,01 5,022
Education (X2) 60 9 24 19,78 2,525
Sanitation and Hygiene (X3) 60 18 48 40,25 5,681
Keputusan Pembelian
Konsumen (Y)
60 32 60 50,35 5,972
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Deskripsi data di atas menunjukkan jumlah responden dalam penelitian
ini adalah 60 konsumen dari seluruh populasi. Berdasarkan deskripsi data di atas
dapat diketahui skor variabel entertainment diperoleh skor minimum 17, skor
maksimum 41, rata-rata 32,01 dan standar deviasi 5,022. Variabel education
diperoleh skor minimum 9, skor maksimum 24, rata-rata 19,78 dan standar deviasi
2,525. Variabel sanitation and hygiene diperoleh skor minimum 18, skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
maksimum 48, rata-rata 40,25 dan standar deviasi 5,681. Variabel keputusan
pembelian konsumen diperoleh nilaiminimum 32, nilai maksimum 60, nilai rata-
rata50,35 dan standar deviasi 5,972.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data yang akan digunakan untuk
analisis statistik dengan teknik regresi ganda harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. UjiNormalitas
Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan
dianalisis berbentuk sebaran normal atau tidak. Deteksi normalitas dapat diketahui
dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal pada suatu grafik.Jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas bisa dilihat dalam
gambar berikut:
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 6.Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar tersebut menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolineritas dilakukan untuk melihat apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Cara
mendeteksinya adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation
Factor (VIF), dimana menurut Santoso (2001) pada umumnya jika nilai VIF lebih
besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas
dengan variabel lainnya.
Tabel 3. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Entertainment .799 1.251
Education .698 1.433
Sanitation and Hygiene .709 1.411
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan uji multikolinieritas di atas diperoleh hasil sebagai berikut,
diketahui koefisien VIF untuk entertainment adalah 1,251.Koefisien VIF untuk
education adalah 1,433.Koefisien VIF untuk sanitation and hygiene adalah
1,411.Karena nilai VIF masing-masing variabel tidak lebih dari 5 maka model
regresi bebas dari masalah multikolinearitas.
3. UjiHeteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Hasil pengujian heterokedastisistas dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Gambar 7.ScatterplotRegression Studentised Residual
Berdasarkan gambar di atas, terlihat titik menyebar secara acak, tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat
heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
4. UjiAutokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah variabel
pengganggu dari masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi.Hasil uji
autokorelasi dalam penelitian ini bisa dilihat dalam tabel berikut:
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .816a .666 .648 2.554 1.341
a. Predictors: (Constant), Sanitation and Hygiene, Entertainment, Education
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Tabel 4. Uji Autokorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan uji autokorelasi di atas diperoleh hasil angka D-W sebesar
1,341.Nilai D-W terletak diantara -2 sampai 2 (-2 < 1,341< 2), dengan demikian
model regresi terbebas dari masalah autokorelasi.
5. UjiLinieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linier atau tidak. Hasil uji linieritas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Entertainment(X1)denganKeputusanPembelianKonsumen
Gambar 8. plot variabel entertainment dengan keputusan pembelian
Sumber : data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan plot antara variabel entertainment (X1) dengan variabel
keputusan pembelian konsumen (Y) di atas dapat dilihat bahwa plot
menggambarkan garis lurus, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi linieritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Education(X2)denganKeputusanPembelianKonsumen
Gambar 9. plot variabel education dengan keputusan pembelian
Sumber : data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan plot antara variabel education (X2) dengan variabel keputusan
pembelian konsumen (Y) di atas dapat dilihat bahwa plot menggambarkan
garis lurus, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
linieritas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
c. SanitationandHygiene(X3)denganKeputusanPembelianKonsumen
Gambar 10. plot variabel Sanitation and Hygiene dengan keputusan pembelian
Sumber : data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan plot antara variabel sanitation and hygiene (X3) dengan
variabel keputusan pembelian konsumen (Y) di atas dapat dilihat bahwa plot
menggambarkan garis lurus, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi linieritas.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan
yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis akan diterima apabila
hasil penelitian dapat mendukung pernyataan hipotesis dan sebaliknya akan
ditolak apabila hasil penelitian tidak mendukung pernyataan hipotesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
1. AnalisisRegresiBerganda
Setelah diolah dengan menggunakan softwareSPSS 17.0 for windows
diperoleh nilai koefisien regresi sebagai berikut:
Tabel 5. Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 22.329 2.994 7.458 .000
Entertainment .522 .076 .594 6.885 .000
Education .342 .153 .207 2.241 .029
Sanitation and
Hygiene
.162 .074 .200 2.185 .033
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: data primer yang diolah (2011)
Berdasarkan tabel coefficients tersebut, maka persamaan regresi yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Y= 22.329 + 0,522 X1 + 0,342 X2 + 0,162 X3
Keterangan
Y : Keputusan Pembelian
X1 : Entertainment
X2 : Education
X3 : Sanitation and Hygiene
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a. Konstanta / intersep sebesar 22,329 secara matematis menyatakanbahwa jika
nilai variabel bebas X1, X2 dan X3 sama dengan nol maka nilai Y adalah
22,329. Dalam penelitian ini variabel bebas X1, X2 dan X3 tidak mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sama dengan nol dan nilainya tidak mungkin negatif. Damodar Gujarati
(2006) mengatakan bahwa nilai intersep atau konstanta tidak selalu berarti
karena seringkali jangkauan nilai variabel bebas tidak memasukkan nol
sebagai salah satu nilai yang diamati.
b. Koefisien regresi variabel entertainment (X1) sebesar 0,522 artinya
entertainment mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel keputusan
pembelian. Sedangkan koefisien 0,522 berarti bahwa peningkatan satu unit
variabel entertainment dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan
menyebabkan kenaikan keputusan pembelian sebesar 0,522 unit.
c. Koefisien regresi variable education (X2) sebesar 0,342 artinya
educationmempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel keputusan
pembelian. Sedangkan koefisien 0,342 berarti bahwa peningkatan satu unit
variabel education dengan asumsi variabel bebas lain konstanakan
menyebabkan kenaikan keputusan pembelian sebesar 0,342 unit.
d. Koefisien regresi variabel sanitation and hygiene (X3) sebesar 0,162 artinya
sanitation and hygienemempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel
keputusan pembelian. Sedangkan koefisien 0,162 berarti bahwa peningkatan
satu unit variabel sanitation and hygienedengan asumsi variabel bebas lain
konstan akan menyebabkan kenaikan keputusan pembelian sebesar 0,162 unit.
Variabel sanitation and hygiene memiliki nilai koefisien terbesar
dibanding dengan variabel bebas lainnya, sehingga variabel sanitation and
hygiene(X3) memiliki pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian(Y).
Tabel 6.Model Summary
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .816a .666 .648 2.554 1.341
a. Predictors: (Constant), Sanitation and Hygiene, Entertainment, Education
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: data primer yang diolah (2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan hasil perhitungan pada model summary diperoleh angka
Adjusted Rsquare adalah sebesar 0,648. Hal ini berarti 64,8% keputusan
pembelian konsumendapat dijelaskan oleh ketiga variabel tersebut. Sedangkan
sisanya (100% - 64,8% = 35,2%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
2. UjiF
Uji F digunakan untuk mengetahui variabel bebas secara bersama-sama
mempunyai berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
a. Hipotesis
Ho:tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabelkonsep “See
Through”secarabersama-samaterhadapkeputusan pembelian konsumen di
Gerai Roti BreadTalk Solo Grand Mall Surakarta.
Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel konsep “See
Through”secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen
di Gerai Roti BreadTalk Solo Grand Mall Surakarta.
b. Kriteria Pengujian
Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05
c. Nilai Probabilitas
Tabel 7. ANOVA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 729.031 3 243.010 37.268 .000a
Residual 365.152 56 6.521
Total 1094.183 59
a. Predictors: (Constant), Sanitation and Hygiene, Entertainment, Education
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: data primer yang diolah (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berdasarkan tabel ANOVA di atas bisa dilihat bahwa nilai
probabilitas dalam kolom Sig. adalah 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari
0,05. Maka bisa disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variable konsep“See
Through” yang terdiri dari tiga sub variabel yaitu entertainment (X1),
education (X2) dansanitation and hygiene (X3) terhadap keputusan pembelian
(Y).
3. Ujit
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel.
a. Hipotesis
Ho: tidak ada pengaruh antara variabel bebas secara parsial terhadap
variabel terikat.
Ha : ada pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
b. Kriteria Pengujian
Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05
c. Nilai Probabilitas
Tabel 8.Coefficients
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 22.329 2.994 7.458 .000
Entertainment .522 .076 .594 6.885 .000
Education .342 .153 .207 2.241 .029
Sanitation and
Hygiene
.162 .074 .200 2.185 .033
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber: data primer yang diolah (2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
1) Nilai probabilitas entertainment (X1) adalah 0,000. Nilai probabilitas ini
lebih kecil dari 0,05maka Ho ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial antara variabel entertainment(X1) terhadap
variabel keputusan pembelian (Y).
2) Nilai probabilitas education (X2) adalah 0,029. Nilai probabilitas ini lebih
kecil dari 0,05maka Ho ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial antara variabel education(X2) terhadap variabel
keputusan pembelian (Y).
3) Nilai probabilitas sanitation and hygiene(X3) adalah 0,033. Nilai
probabilitas ini lebih kecil dari 0,05maka Ho ditolak, sehingga terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel sanitation and
hygiene(X3) terhadap variabel keputusan pembelian (Y).
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data dalam penelitian ini melalui SPSS, hasil
pengolahan data membuktikan bahwa seluruh variabel yang ada di dalam konsep
“SeeThrough”yang terdiri atastiga variabel yaitu entertainment, education
dansanitation and hygieneberpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan
pembelian konsumen produk roti BreadTalk Solo Grand Mall Surakarta tahun
2011Berikut menunjukkan seberapa besar pengaruh masing-masing variabel
dalam konsep “SeeThrough” terhadap keputusan pembeliankonsumen produk roti
BreadTalk Solo Grand Mall Surakarta yaitu entertainment berpengaruh sebesar
0,522, education sebesar 0,342 dansanitation and hygiene berpengaruh sebesar
0,162.
Hasil uji F diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000; karena nilai
probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga disimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel
konsep“See Through” yang terdiri dari tiga sub variabel yaitu entertainment,
education dansanitation and hygiene terhadap keputusan pembelian.
Hasil uji t diperoleh nilai probabilitas untuk ketiga variabel adalah;
entertainment sebesar 0,000, education 0,029 dan sanitation and hygiene sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
0,033. Karena nilai probabilitas ketiga variabel lebih kecil dari 0,05 maka Ho
ditolak, sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama antara variable entertainment, education dansanitation and
hygiene terhadap keputusan pembelian.
Entertainment memberikan pengaruh sebesar 0,522 terhadap keputusan
pembelian. Peningkatan unit pada setiap indikator pada variabel
entertainmentakan menyebabkan kenaikan unit keputusan pembelian. Sebaliknya
penurunan unit pada setiap indikator pada variabelentertainmentakan
menyebabkan penurunan unit keputusan pembelian. Entertainment dapat
ditingkatkan dengan penerapan skill show, fresh from the oven, self service,
grooming dan menampilkan roti dengan menarik.Oleh karena itu, penerapan
entertainment sesuai dengan indikator-indikator tersebut berpengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen.
Education memberikan pengaruh sebesar 0,342 terhadap keputusan
pembelian. Peningkatan unit pada setiap indikator pada variabel education akan
menyebabkan kenaikan unit keputusan pembelian. Sebaliknya penurunan unit
pada setiap indikator pada variabel education akan menyebabkan penurunan unit
keputusan pembelian. Education dapat ditingkatkan dengan menampilkan teknik
pembuatan roti sebelum dan sesudah roti dipanggang serta saat roti tersebut
dipanggang. Oleh karena itu, penerapan education sesuai dengan indikator-
indikator tersebut berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.
Sanitation and hygiene memberikan pengaruh sebesar 0,162 terhadap
keputusan pembelian. Peningkatan unit pada setiap indikator pada variabel
sanitation and hygiene akan menyebabkan kenaikan unit keputusan pembelian.
Sebaliknya penurunan unit pada setiap indikator pada variabel sanitation and
hygiene akan menyebabkan penurunan unit keputusan pembelian. Sanitation and
hygiene dapat ditingkatkan dengan menerapkan sanitasi ruang dapur, alat dapur,
tempat penyajian roti, pengangkutan makanan, pengolahan roti dan kebersihan
karyawan. Oleh karena itu, penerapan sanitation and hygiene sesuai dengan
indikator-indikator tersebut berpengaruh terhadap keputusan pembelian
konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Keempat variabel diatas secara parsial menunjukkankeputusan pembelian
konsumen = 22,329; entertainment = 0,522; education = 0,342 dan sanitation and
hygiene = 0,162. Nilai koefisien regresi masing-masing variable tersebut
menunjukkan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen.
Berdasarkan hasil nilai koefisien regresi tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh
terbesar dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen (Y) adalah
variabel entertainment sebesar 0,522.
Variabel konsep “See Through”berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian produk roti BreadTalk di Solo Grand Mall Surakarta tahun
2011 baik secara simultan maupun parsial.
Berdasarkan hasil dari kedua penelitian tersebut, maka dapat diketahui
bahwa variabel konsep “See Through” sangat menentukan keputusan pembelian
konsumenproduk roti BreadTalk. Semakin baik konsep “See Through” yang
diterapkan maka akan semakin tinggi keputusan pembelian konsumenproduk roti
BreadTalk. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya konsep “See Through”
maka semakin meningkatnya keputusan pembelian konsumen produk roti
BreadTalk. Semakin keputusan pembelian konsumenproduk roti BreadTalk, maka
akan semakin besar peluang BreadTalk solo Grand Mall Surakarta untuk
meningkatkan penjualan produk perusahaan. Hal inilah yang diharapkan oleh
perusahaan-perusahaan dalam melaksanakan konsep “See Through”. Oleh karena
itu, diharapkan manajemen pemasaran perusahaan khususnya gerai BreadTalk
Solo Grand Mall Surakarta lebih mengoptimalkan konsep “See Through”,
denganmelakukan evaluasi serta perbaikan untuk meningkatkan keputusan
pembelian konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis tentang “Pengaruh Konsep
“See Through” Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Produk Roti
BreadTalk di Solo Grand Mall Surakarta” adalah sebagai berikut : dari semua
variabel bebas yang telah diteliti, ternyata semua variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat. Adapun variabel bebas diantaranya; entertainment(X1),
education(X2) dan sanitation and hygiene (X3) serta variabel terikat yang
dipengaruhi adalah keputusan pembelian konsumen (Y). Untuk variabel
entertainment (X1) diwakili oleh 5 indikator diantaranya : skill show, penampilan
roti, fresh from the oven, self-service dan grooming; variabel education(X2)
diwakili oleh 3 indikator diantaranya : teknik pembuatan roti (sebelum roti
dipanggang ke dalam oven), teknik pemanggangan adonan roti dan teknik
memotong dan menghias roti (setelah roti dipanggang ke dalam oven); variabel
sanitation and hygiene(X3)diwakili oleh 6 indikator diantaranya : sanitasi ruang
dapur,sanitasi alat dapur,sanitasi tempat penyajian roti, kebersihan karyawan,
sanitasi pengangkutan makanan dansanitasi pengolahan roti.
Melalui analisis regresi linier berganda dapat dilihat bahwa dari ketiga
variabel bebas, variabel yang mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap
keputusan pembelian yaitu variabel entertainment (X1).Serta dapat dilihat bahwa
dari ketiga variabel bebas, variabel yang mempunyai pengaruh yang paling lemah
terhadap keputusan pembelian yaitu variabel sanitation and hygiene (X3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
B. Implikasi
Implikasi yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan skill show oleh karyawan, roti yang selau fresh from the oven,
penerapan self service untuk konsumen, penampilan roti yang unik dan
menarik serta grooming karyawan berpengaruh besar terhadap keputusan
pembelian konsumen karena akan menarik konsumen untuk mendatangi
gerai. Maka selayaknya manajemen gerai BreadTalk Solo Grand Mall
Surakartaharus mampu melaksanakan pertunjukan ketangkasan karyawan
(skill show); menyajikan roti sesegera mungkin setelah roti dibuat (fresh from
the oven); membiarkan konsumen untuk memilih sendiri roti yang akan dibeli
(self service);penampilan karyawan yang senatiasa menarik(grooming); dan
menyajikan roti yang unik dan menarik di dalam gerai, sehingga akan
menarik minat konsumen untukmengunjungi gerai dan pada akhirnya akan
melakukan keputusan pembelian.
2. Pelaksanaanteknik pembuatan roti (sebelum roti dipanggang ke dalam oven),
teknik pemanggangan adonan roti danteknik memotong dan menghias roti
(setelah roti dipanggang ke dalam oven)yang benarberpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen.Karyawan gerai BreadTalk Solo
Grand Mall Surakartaharus melaksanakan teknik pembuatan dan
pemanggangan roti dengan benar dan semenarik mungkin, karena akan
memberikan pengetahuan baru yang menarik bagi konsumen mengenai
pembuatan roti BreadTalksehingga memicu terjadinya keputusan pembelian
konsumen.
3. Penerapan sanitasi ruang dapur,sanitasi alat dapur, sanitasi tempat penyajian
roti,kebersihan karyawan, sanitasi pengangkutan makanan dansanitasi
pengolahan roti yang tepat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
keputusan pembelian konsumen. Maka gerai BreadTalk Solo Grand Mall
Surakarta dalam penerapan sanitasi ruang dapur,sanitasi alat dapur, sanitasi
tempat penyajian roti,kebersihan karyawan, sanitasi pengangkutan makanan
dan sanitasi pengolahan rotiharuslah selalu dilakukankarena akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
menimbulkan rasa percaya,aman dan nyaman bagi konsumen dalam
melaksanakan keputusan pembelian.
C. Saran
Setelah menyimpulkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran-saran
kepada Gerai BreadTalk Solo Grand Mall Surakarta sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada responden, skor untuk X,
variabel yang paling rendah adalah variabel education. Maka dari itu
hendaknya manajemen gerai BreadTalk Solo Grand Mall Surakarta melihat
kembali pelaksanaan proses pengolahan baik sebelum maupun sesudah roti
dipanggang dan saat roti tersebut dipanggang. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengevaluasi karyawan dalam tugas tersebut dan mengecek letak dapur yang
digunakan untuk proses-proses tersebut apakah sudah terlihat konsumen.
Sehingga variabel education dalam konsep “See Through” yang diterapkan
oleh perusahaan dapat berfungsi sebagai bentuk pengetahuan yang baru
kepada konsumen dan memicu terjadinya keputusan pembelian.
2. Berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada responden, skor untuk X1,
indikator yang paling rendah adalah grooming.Maka dari itu hendaknya
manajemen gerai BreadTalk Solo Grand Mall Surakarta meninjau kembali
penerapan grooming oleh karyawan diantaranya dengan melakukan
pengecekan kerapian dan kebersihan pakaian karyawan pada jam-jam tertentu
saat karyawan bekerja. Dalam hal pemakaian seragam para karyawan harus
selalu rapi dan bersih, sehingga muncul citra profesionalisme karyawan
BreadTalk di mata konsumen.
3. Berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada responden, skor untukX2,
indikator yang perlu ditingkatkan adalah teknik pemanggangan roti. Maka
dari itu hendaknya manajemen menciptakan ruangan dapur baru yang
memungkinkan bagi konsumen untuk dapat melihat teknik pemanggangan
roti tanpa mengganggu jalannya proses pemanggangan itu sendiri, sehingga
konsumen dapat melihat secara langsung dan jelas teknik pembuatan roti dari
awal sampai akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
4. Berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada responden, skor untuk X3,
indikator yang perlu ditingkatkan adalah sanitasi pengolahan roti. Maka dari
itu hendaknya manajemen gerai benar-benar menggunakan peralatan yang
bersih dalam pembuatan roti dan menunjukkan kegiatan tersebut kepada
konsumen, misalnya dengan melakukan pengolahan roti di dapur atau tempat
yang dapat terlihat oleh konsumen yang berkunjung ke gerai BreadTalk Solo
Grand Mall Surakarta.