Skripsi Probleem Posing

  • Upload
    iwad

  • View
    237

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    1/95

    MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

    MODEL PEMBELAJARANPROBLEM POSING TIPEPOST SOLUTION POSING

    DALAM KELOMPOK KECIL BERMEDIAKAN ALAT PERAGA DAN LKS

    MATERI POKOK KELILING DAN LUAS SEGIEMPAT KELAS VIIB

    SEMESTER 2 SMP NEGERI 5 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007

    SKRIPSI

    Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Disusun Oleh:

    Nama : Dwi Octorina Wulandari

    NIM : 4101403531

    Prodi : Pendidikan Matematika

    Jurusan: Matematika

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2007

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    2/95

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya

    yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

    Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

    yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dirujuk

    dalam skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

    Semarang, 27 Agustus 2007

    Dwi Octorina Wulandari

    NIM. 4101403531

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    3/95

    ABSTRAK

    Dwi Octorina Wulandari, 4101403531, 2007. Meningkatkan Aktivitasdan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Post

    Solution Posing Dalam Kelompok Kecil Bermediakan Alat Peraga dan LKS

    Materi Pokok Keliling dan Luas Segiempat Kelas VIIB Semester 2 SMPN 5

    Semarang.

    Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan

    cenderung ditakuti oleh siswa. Siswa di sekolah akan lebih mudah mempelajari

    sesuatu bila didasari pada apa yang diketahui siswa, karena untuk mempelajari

    suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang

    akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut. Minat

    belajar siswa kelas VIIB SMPN 5 Semarang khususnya materi pokok keliling dan

    luas segiempat masih dianggap rendah. Hal itu dapat diketahui dari rendahnyanilai ulangan harian, maupun nilai raport yakni rata-rata kurang dari 70. Kondisi

    tersebut terjadi karena siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal dan

    pemahaman terhadap materi pokok keliling dan luas segiempat, dalam proses

    pembelajaran matematika masih sering ditemui adanya kecenderungan guru

    meminimalkan keterlibatan siswa aktif. Dengan menggunakan model

    pembelajaran problem posing tipe post solution posing dalam kelompok kecil

    menjadi salah satu solusi. Sehingga diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa

    akan meningkat.

    Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi masalah yang

    menyebabkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok keliling dan luas

    segiempat masih rendah dan merencanakan tindakan yang harus dilakukan oleh

    guru yakni menerapkan model pembelajaran problem posing tipe post solution

    posing dalam kelompok kecil untuk mengatasi masalah tersebut. Sehingga

    aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Metode penelitian ini adalah

    metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Adapun yang

    menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIIB semester 2 SMPN 5 Semarang

    tahun pelajaran 2006/2007 yang berjumlah 44 siswa.

    Hasil penelitian yang dapat penulis sajikan adalah sebagai berikut. Pada

    siklus I aktivitas belajar siswa mencapai rata-rata 65%. Hasil tes yang

    dilaksanakan pada siklus I terdapat 31 anak dari 44 anak yang mendapat nilai 7,0

    ke atas (70,5%), dan 13 anak mendapatkan nilai di bawah 7,0 (29,5%), dengannilai rata-rata 7,21. Pada siklus II Aktivitas belajar siswa mencapai rata-rata

    87,5%. Pada siklus II siswa memperoleh nilai lebih dari 7,0 sebanyak 38 anak

    (86,36%) dan yang tidak tuntas belajar 6 anak (13,63%) dengan nilai rata-rata

    7,83, dengan demikian ada peningkatan 12,25% dari siklus I. Simpulan dari

    penelitian tindakan kelas ini adalah bahwa model pembelajaran problem posing

    tipe post solution posing dalam kelompok kecil dapat meningkatkan aktivitas dan

    hasil belajar siswa kelas VIIB semester 2 SMPN 5 Semarang tahun pelajaran

    2006/2007. Oleh karena itu guru disarankan untuk mengimplementasikan model

    pembelajaran problem posing tipe post solution posing dalam kelompok kecil

    pada materi pokok keliling dan luas segiempat serta materi pelajaran matematika

    yang lain yang sesuai dengan model pembelajaran tersebut.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    4/95

    LEMBAR PENGESAHAN

    SKRIPSI

    Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran

    Problem Posing Tipe Post Solution Posing Dalam Kelompok Kecil Bermediakan Alat

    Peraga Dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling Dan Luas Segiempat

    Kelas VIIB Semester 2 SMP Negeri 5 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007

    Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

    Pada:

    Hari : Senin

    Tanggal : 27 Agustus 2007

    Panitia Ujian

    Ketua, Sekretaris,

    Drs. Kasmadi Imam S, M.S Drs.Supriyono, M.Si

    NIP.130781011 NIP.130815345

    Pembimbing Utama, Ketua Penguji,

    Drs.Supriyono, M.Si Drs. M. Asikin H, M.Pd

    NIP. 130815345 NIP. 131568879

    Pembimbing Pendamping, Anggota penguji,

    Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom Drs.Supriyono, M.Si

    NIP. 132231407 NIP. 130815345

    Anggota penguji,

    Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom

    . NIP. 132231407

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    5/95

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO: Allah SWT akan selalu memberikan RahmatNYA kepada kita

    selagi kita selalu berusaha dan berdoa dan yakinlah bahwa Allah

    SWT akan menghargai apa yang sudah kita lakukan dengan kerja

    keras serta usaha yang tulus, ikhlas, dan jujur.

    Percayalah pada diri sendiri walau badai menerjang, jurang yang

    terjal menghalangi jalan kita badai pasti berlalu dan akan ada

    jalan keluar lain menuju sukses

    Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tetapi justru

    merupakan pelajaran yang terbaik untuk menuju kesuksesan

    Usaha dan doa dari manusia, nasib dan kehidupan manusia

    semua yang mengatur Allah SWT semuanya kita serahkan

    kepadaNYA

    PERSEMBAHAN:

    Karyaku ini akan ku persembahkan

    kepada:

    Syukur Alhamdulillah Allah SWT Ibuku yang memiliki semangat dan

    perjuangan yang begitu keras yang

    selalu mendoakan ina terima kasih

    Bapakku yang berjuang keras mencari nafkah dan yang selalu

    mendoakan ina terima kasih

    Kakakku ita yang baik dan cantikterima kasih

    Adekku sayang nanang terima kasih Mas Avif yang selalu memberikan

    dukungan, dan yang selalu

    memberikan motivasi thanks all

    Teman-temanku 8A Prl semua terimakasih

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    6/95

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    Rahmat serta HidayahNya kepada peneliti, sehingga dengan kekuatan dan

    kesehatan peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

    Peneliti menyadari keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak

    terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti

    menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak:

    1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.2. Drs. Kasmadi Imam S, M.S, Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri

    Semarang.

    3. Drs. Supriyono M.Si, Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas NegeriSemarang, serta pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan

    arahan kepada kami penyusun skripsi.

    4. Drs. M. Asikin M.Pd, Penguji utama yang telah memberikan bimbinganarahan kepada kami penyusun skripsi.

    5. Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom. Pembimbing skripsi yang telah memberikanbimbingan dan arahan kepada kami penyusun skripsi

    6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bimbingandan arahan serta bekal kepada peneliti dalam menyusun skripsi.

    7. Suharto, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Semarang yang telahmemberikan ijin untuk penelitian di sekolah tersebut.

    8. Tukiyem, S.Pd, selaku guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 5Semarang.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    7/95

    9. Rekan-rekan guru di SMP Negeri 5 Semarang yang telah membantuterlaksananya penelitian ini.

    10.Siswa-siswi kelas VIIB SMP Negeri5 Semarang yang telah membantukelancaran penelitian.

    11.Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan secara moral.12.Semua pihak yang telah membantu baik moral maupun materiil yang tidak

    dapat kami sebutkan satu persatu.

    Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda

    atas bantuan dan amal baiknya.

    Kami peneliti menyadari keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sehingga

    skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran

    yang membangun sangat kami harapkan.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca demi kebaikan di

    masa yang akan datang.

    Semarang, 27 Agustus 2007

    Peneliti,

    Dwi Octorina Wulandari

    NIM. 4101403531

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    8/95

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

    HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................ii

    ABSTRAK.............................................................................................................iii

    HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................v

    KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

    DAFTAR ISI.........................................................................................................viii

    DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah......................................................................1B. Permasalahan ......................................................................................4C. Tujuan .................................................................................................5D. Manfaat ..............................................................................................5E.

    Penegasan Istilah.................................................................................6

    F. Sistematika Skripsi...............................................................................7BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

    A. Landasan Teori....................................................................................9B. Kerangka Berfikir ...............................................................................50C. Hipotesis Tindakan .............................................................................52

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    9/95

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian ................................................................................53B. Subjek Penelitian.................................................................................53C. Prosedur Kerja Dalam Penelitian.........................................................53D. Sumber Data Dan Cara Pengambilan Data..........................................59E. Indikator Keberhasilan.........................................................................59

    BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil penelitian dan pembahasan siklus I ..........................................61B. Hasil penelitian dan pembahasan siklus II ..........................................68

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan ............................................................................................77B. Saran.....................................................................................................77

    DAFTAR PUSTAKA............................................................................................79

    LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................81

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    10/95

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran: Halaman:

    1. Daftar Nama Siswa Kelas VIIB Sebagai Subjek Penelitian....................... 812. Daftar Nama Kelompok.............................................................................. 823. Lembar Analisis Hasil Evaluasi Siklus I..................................................... 844. Lembar Analisis Hasil Evaluasi Siklus II.................................................... 865. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I............................................. 886. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II............................................ 917. Lembar Pengamatan Aktivitas Diskusi Kelompok Siklus I......................... 948. Lembar Pengamatan Aktivitas Diskusi Kelompok Siklus II........................ 979. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I............................................... 10010.Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II............................................. 10311.Angket Refleksi Siswa Siklus I.................................................................... 10612.Hasil Angket RefleksiSiswa siklus I............................................................ 10713.Angket Refleksi Siswa Siklus II.................................................................. 10914.Hasil Angket Refleksi Siswa Siklus II.......................................................... 11015.

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus I............................ 112

    16.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus I............................ 11917.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II............................................... 12818.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan Luas

    Persegipanjang.............................................................................................. 135

    19.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan Luas Persegi......... 137

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    11/95

    20.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan LuasJajargenjang.................................................................................................. 139

    21.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan Luas BelahKetupat......................................................................................................... 140

    22.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan Luas Layang-layang........................................................................................................... 142

    23.Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling dan LuasTrapesium.................................................................................................... 143

    24.Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I.................................................................. 14525.Soal-Soal Evaluasi Siklus I......................................................................... 14626.Kunci Jawaban Soal-Soal Evaluasi Siklus I................................................ 14927.Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II................................................................. 15928.Soal-Soal Evaluasi Siklus II........................................................................ 16029.Kunci Jawaban Soal-Soal Evaluasi Siklus II.............................................. 16330.Contoh Lembar Pengajuan Soal dan Jawaban Soal Siswa Kelas VIIB Siklus

    I................................................................................................................... 169

    31.Contoh Lembar Pengajuan Soal dan Jawaban Soal Siswa Kelas VIIB SiklusII.................................................................................................................. 176

    32.Gambar Foto Objek Penelitian.................................................................... 18333.Surat Usulan Dosen Pembimbing............................................................... 18634.Kartu Bimbingan DosenI dan Dosen II....................................................... 18735.Surat Permohonan Ijin Penelitian Dinas Pendidikan.................................. 19136.Surat Permohonan Ijin Penelitian Sekolah................................................ 192

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    12/95

    37.Surat Penetapan Ijin Penelitian Dinas Pendidikan..................................... 19338.Surat Penetapan Ijin penelitian sekolah..................................................... 194

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    13/95

    DAFTAR PUSTAKA

    Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press.

    Arsyad, Azhar. 2004. Media Pmbelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

    Bahri Djamah, Syaiful dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.

    Jakarta: PT Bina Aksara.

    Dimiyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

    Cipta.

    Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.

    Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

    Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT

    Rineka Cipta.

    Mudjiono dan Hasibuan. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT REMAJA

    ROSDAKARYA.

    Susilo, M. Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar.

    Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I.

    Semarang: UPT UNNES Press.

    Simangunson, Wilson dan Sukino. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VII.

    Jakarta: Erlangga.

    Sardiman, A.M. 2001.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada.

    Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

    Baru Algensindo.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    14/95

    Lembar Pengesahan

    Proposal ini telah disetujui pada:

    Hari :

    Tanggal :

    Semarang, Maret 2007

    Yang mengajukan,

    Dwi Octorina W.

    NIM.4101403531

    Mengetahui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs. Supriyono, M.Si Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom

    NIP.130815345 NIP.132231407

    Ketua Jurusan

    Drs. Supriyono, M.Si

    NIP.130815345

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    15/95

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang MasalahMatematika sebagai salah satu mata pelajaran yang berfungsi

    mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, dan menggunakan

    rumus matematika yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

    Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu, menjadi pendukung bagi

    keberadaan ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu siswa diharapkan

    memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, sehingga berguna

    bagi siswa dalam berkompetensi di masa depan.

    Matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan dan

    struktur-struktur) dan hubungannya diatur secara logika, matematika

    berkaitan dengan konsep abstrak, hal tersebut membuat siswa merasa

    kesulitan dalam mempelajarinya. Siswa lebih mudah mempelajari hal-hal

    yang bersifat kongkrit, sehingga muncul anggapan bahwa matematika

    merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan cenderung ditakuti

    siswa.

    Siswa di sekolah akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila

    belajar itu didasari pada apa yang diketahui siswa tersebut, karena untuk

    mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang

    lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi

    matematika tersebut. Siswa belajar bukan menghafal dan bukan pula

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    16/95

    2

    mengingat. Setelah pembelajaran diharapkan adanya perubahan pada

    siswa. Perubahan sebagai hasil dari pembelajaran seperti pengetahuan

    siswa dapat bertambah, perubahan pemahamannya, sikap dan tingkah

    lakunya, keterampilannya, kecakapan, dan kemampuannya.

    Dalam pembelajaran matematika diharapkan guru dapat

    menciptakan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan

    kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi

    interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam

    mempelajari matematika tersebut. Oleh karena itu sangat dibutuhkan

    strategi pembelajaran yang dapat membuat guru dan siswa menjadi aktif.

    Di SMP Negeri 5 Semarang, sarana dan prasarana untuk kegiatan

    pembelajaran sudah cukup tersedia, akan tetapi pada saat ini, minat belajar

    siswa kelas VII SMP khususnya pelajaran matematika pada materi pokok

    keliling dan luas segiempat masih dianggap rendah, hal ini dapat diketahui

    bahwa masih rendahnya nilai ulangan harian, maupun nilai raport, yaitu

    nilai rata-rata kurang dari 70. Kondisi tersebut terjadi karena dalam proses

    pembelajaran matematika masih sering ditemui adanya kecenderungan

    guru meminimalkan keterlibatan siswa, sehingga siswa mengalami

    kesulitan dalam menyelesaikan soal dan pemahaman terhadap materi

    pokok keliling dan luas segiempat. Peran guru dalam proses pembelajaran

    sangat dominan sehingga menyebabkan kecenderungan siswa lebih

    bersifat pasif. Hal tersebut meyebabkan siswa lebih banyak menunggu

    sajian dari guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan,

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    17/95

    3

    kemampuan, serta sikap aktif siswa tersebut. Siswa yang melakukan

    proses pembelajaran, sedangkan guru sebagai pemimpin dan sebagai

    fasilitator belajar yakni mengatur, mengorganisasi siswa, hal ini yang

    menyebabkan pembelajaran di kelas tidak dapat terlaksana dengan

    optimal. Saat ini yang dibutuhkan adalah siswa yang lebih aktif melakukan

    proses pembelajaran sehingga akan tercapai hasil yang optimal.

    Untuk menghilangkan rasa ketakutan pada pelajaran matematika

    dan anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, dapat

    ditempuh dengan penggunaan strategi mengajar dan pemilihan metode

    yang tepat. Dengan demikian akan dapat tercipta suatu komunikasi

    sehingga pembelajaran akan dapat efektif dan akan terwujud suatu proses

    yang menghubungkan siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang

    menyebabkan anak dapat berkembang dengan baik secara aktif dan

    penguasaan bahan ajar akan meningkat.

    Model pembelajaran problem posing merupakan salah satu

    pendekatan belajar non konvensional yang dalam proses kegiatannya

    membangun struktur kognitif siswa, siswa diberi kesempatan secara

    terbuka dan luas untuk mengembangkan kreativitas. Problem posing tipe

    post solution posing mengajarkan dan mewajibkan siswa dalam membuat

    soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru.

    Cara belajar sendiri biasanya sering menimbulkan kebosanan dan

    kejenuhan. Untuk mengatasinya dapat divariasikan dengan cara belajar

    bersama dengan teman yang paling dekat. Belajar bersama pada dasarnya

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    18/95

    4

    memecahkan persoalan sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Pikiran

    dari banyak orang biasaya lebih sempurna daripada satu orang. Diskusi

    atau belajar kelompok merupakan cara yang lebih baik dalam belajar

    bersama. Pembentukan kelompok-kelompok kecil bertujuan agar siswa

    dapat bekerja secara berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara

    bersama-sama, memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama serta

    meningkatkan keterlibatan emosional dan intelektual siswa dalam

    pembelajaran.

    Melalui penerapan model pembelajaran problem posing tipe post

    solution posing dengan pembentukan kelompok kecil, diharapkan dapat

    meningkatkan hasil belajar dengan peningkatan hasil nilai rata-rata

    minimal 7,0 khususnya pada materi pokok segiempat dan meningkatnya

    aktivitas belajar, sehingga dapat mendidik siswa untuk belajar mandiri.

    B. PermasalahanBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah

    yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

    1.

    Apakah melalui model pembelajaranproblem posing tipepost solution

    posing dalam kelompok kecil bermediakan alat peraga dan lembar

    kerja siswa (LKS) pokok bahasan keliling dan luas segiempat dapat

    meningkatkan aktivitas siswa kelas VIIB Semester II SMP Negeri 5

    Semarang?

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    19/95

    5

    2. Apakah melalui model pembelajaranproblem posing tipepost solutionposing dalam kelompok kecil bermediakan alat peraga dan lembar

    kerja siswa (LKS) pokok bahasan keliling dan luas segiempat dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB Semester II SMP Negeri

    5 Semarang?

    C. Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

    melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution posing

    dalam kelompok kecil bermediakan alat peraga dan lembar kerja siswa

    (LKS) pokok bahasan keliling dan luas segiempat dapat meningkatkan

    aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIB Semester II SMP Negeri 5

    Semarang.

    D. Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Bagi SiswaDapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat lebih aktif

    memiliki semangat dalam mengikuti pelajaran matematika serta dapat

    meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik

    dalam pembelajaran matematika maupun memecahkan masalah dalam

    kehidupan sehari-hari, dan dapat meningkatkan kemampuan siswa

    dalam memahami suatu konsep dalam pembelajaran.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    20/95

    6

    2. Bagi GuruGuru mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanaan

    pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem posing tipe

    post solution posing dalam kelompok kecil. Selain itu juga dapat

    meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan strategi

    pembelajaran yang bervariatif dan inovatif.

    3. Bagi SekolahDengan meningkatnya hasil belajar siswa, dapat menjadi acuan bagi

    sekolah dalam menentukan arah kebijakan untuk kemajuan sekolah

    dan sekolah yang menjadi objek dalam penelitian tindakan kelas akan

    memperoleh hasil pengembangan ilmu.

    4. Bagi PenelitiMendapat pengalaman dan dapat mengetahui hasil dari pelaksanaan

    pembelajaran problem posing tipe post solution posing dalam

    kelompok kecil.

    E. Penegasan Istilah1.

    Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh oleh siswa

    setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan perilaku yang harus

    dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model

    pembelajaran problem posing tipe post solution posing dalam

    kelompok kecil.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    21/95

    7

    2. MeningkatkanMeningkatkan adalah suatu usaha untuk menjadikan sesuatu menjadi

    lebih baik.

    3. Model pembelajaranproblem posing tipe post solution posingModel pembelajaranproblem posing adalah suatu model pembelajaran

    yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar

    soal atau berlatih soal secara mandiri. Sedangkan tipe post solution

    posing di mana siswa membuat soal yang sejenis , seperti yang dibuat

    oleh guru.

    4. Alat PeragaAlat peraga adalah alat bantu yang digunakan oleh pendidik dalam

    menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran sebagai penghubung

    untuk menjelaskan pengertian yang abstrak antara teori dengan

    kenyataan dalam kehidupan seharihari.

    F. Sistematika SkripsiSistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut.

    1.

    Bagian awal skripsi memuat tentang halaman judul,lembar pernyataan,

    abstrak, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar,

    daftar isi, dan daftar lampiran.

    2. Bagian isi skripsi terdiri dari 5 bab yang meliputi:a. Bab I : Pendahuluan

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    22/95

    8

    Berisi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan

    sistematika skripsi.

    b. Bab II : Landasan teori dan hipotesis tindakanBerisi landasan teori dan hipotesis tindakan, berisi uraian

    pendapat para ahli tentang masalahmasalah yang

    berhubungan dengan judul skripsi.

    c. Bab III : Metode PenelitianMeliputi lokasi penelitian, subjek penelitian, prosedur

    kerja dalam penelitian, sumber data dan cara pengambilan

    data dan indikator keberhasilan.

    d. Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasanMeliputi hasil setiap siklus I, dan siklus II beserta

    pembahasan hasil penelitian.

    e. Bab V : PenutupMeliputi simpulan dan saran.

    3. Bagian akhir skripsi berisi tentang daftar isi dan lampiranlampiranyang mendukung tersusunnya skripsi.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    23/95

    9

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    24/95

    9

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

    A. Landasan Teori1. Pengertian Belajar dan Mengajar

    Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku

    manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

    dikerjakan. Konsep belajar telah banyak didefinisikan oleh pakar

    psikologi antara lain:

    a. Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakanproses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena

    hasil belajar dari pengalaman.

    b. Morgan et.al. menyatakan bahwa belajar merupakan perubahanrelatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik dan

    pengalaman.

    c. Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahanindividu yang disebabkan oleh pengalaman.

    d.

    Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan

    disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama

    periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal

    dari proses pertumbuhan

    (Anni, 2004:2).

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    25/95

    10

    Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang

    belajar, maka responsnya akan lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak

    belajar maka responsnya akan menurun. Dalam belajar ditemukan

    adanya hal berikut.

    1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan responspeserta didik,

    2. respons peserta didik, dan3. konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.

    Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi

    tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons peserta didik yang

    baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons peserta didik

    yang tidak baik diberi teguran atau hukuman (Dimiyati dan

    Mudjiono, 2002:9).

    Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat

    dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk apa yang harus dilakukan

    seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan

    mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai

    pengajar. Belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses

    mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar

    adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui

    berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,

    memahami sesuatu (Sudjana, 2002:28).

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    26/95

    11

    Belajar yang terjadi pada individu merupakan perilaku

    kompleks, tindak interaksi antara peserta didik dan guru sangatlah

    dibutuhkan. Oleh karena itu dengan adanya interaksi, maka belajar

    dapat didinamiskan. Pendinamisasian belajar terjadi oleh peserta didik

    dan lingkungan belajar. Dinamika pembelajaran yang bersifat internal

    terkait dengan peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif,

    maupun psikomotorik. Sedangkan dinamika dari luar dapat berasal

    dari guru atau peserta didik di lingkungannya. Usaha guru dalam

    mendinamisasikan belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa

    menghadapi bahan belajar, menciptakan suasana belajar yang

    menyenangkan, mengoptimalkan media dan sumber belajar, dan

    memaksimalkan peran sebagai guru. Keterpaduan proses belajar siswa

    dengan proses pembelajaran guru dapat dioptimalkan, sehingga

    interaksi dalam pembelajaran tidak datang begitu saja dan tidak dapat

    tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan yang seksama. Pengaturan

    sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan variabel

    yang harus ada dalam proses pembelajaran tersebut sehingga

    memungkinkan terselenggaranya pembelajaran yang efektif (Sudjana,

    2002: 29).

    Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang

    memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri

    dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan

    instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    27/95

    12

    yang harus memainkan peran serta dalam hubungan sosial tertentu,

    jenis kegiatan yang dilaksanakan serta sarana dan prasarana belajar

    mengajar yang tersedia. Guru dalam mengajarkan suatu materi perlu

    memiliki strategi pembelajaran dan metode yang tepat. Strategi

    pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan siswa di dalam

    perwujudan kegiatan pembelajaran. Strategi dalam hal ini menunjuk

    kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru dan siswa

    dalam suatu pembelajaran. Metode mengajar adalah alat yang

    merupakan bagian dari perangkat, alat dan cara dalam pelaksanaan

    suatu strategi pembelajaran, karena strategi pembelajaran merupakan

    sarana dan alat untuk mencapai tujuan belajar, maka metode mengajar

    merupakan alat untuk mencapai tujuan belajar (Moedjiono dan

    Hasibuan, 2006:3).

    Dalam penelitian ini diharapkan proses pembelajaran antara

    guru dan siswa dapat berjalan lancar. Guru mengajar menciptakan

    suasana belajar yang menyenangkan, kreatif, dan memaksimalkan

    peran guru sehingga proses pembelajaran dapat optimal. Proses belajar

    siswa dapat maksimal apabila keterpaduan belajar mengajar antara

    guru dan siswa terlaksana. Usaha guru dalam mendinamisasikan

    belajar sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Apabila ada siswa

    yang gagal maupun berhasil dalam pembelajaran semuanya bergantung

    dari bagaimana usaha guru dan kesiapan siswa menerima interaksi dari

    guru.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    28/95

    13

    2. Pembelajaran MatematikaPembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan

    terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang

    beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta

    antara siswa dengan siswa. Pembelajaran matematika adalah suatu

    proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam

    mengajarkan matematika kepada para siswanya yang di dalamnya

    terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan

    terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa

    tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal

    antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa dalam mempelajari

    matematika tersebut.

    Guru dalam mengajarkan matematika perlu memiliki strategi

    pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran adalah perencanaan

    dan tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar

    kompetensi yang diharapkan tercapai. Strategi pembelajaran,

    khususnya dalam pembelajaran matematika, yang dikembangkan

    adalah bagaimana cara membuat siswa menjadi aktif. Strategi

    pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dikenal sebagai

    pembelajaran aktif. Selain itu, agar pembelajaran matematika dapat

    diserap secara baik oleh siswa maka perlu memilih satu atau beberapa

    metode yang dipandang tepat. Metode mengajar adalah cara mengajar

    yang dapat digunakan untuk mengajarkan tiap bahan pelajaran.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    29/95

    14

    Misalnya metode ceramah, metode ekspositori, metode tanya jawab,

    dan lain-lain. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka guru

    mata pelajaran matematika juga perlu memilih pendekatan

    pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran adalah suatu

    prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajarannya,

    yakni tercapainya kompetensi dasar yang diharapkan (Suyitno,

    2004:2).

    3. Hasil BelajarHasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

    siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspekaspek

    perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

    siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang

    konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa

    penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang

    harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar

    dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran

    merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau

    deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi.

    Perumusan tujuan pembelajaran itu, yakni hasil belajar yang

    diinginkan pada diri siswa. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk

    harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara

    menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri siswa yakni

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    30/95

    15

    pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri siswa setelah

    menyelesaikan pengalaman belajar (Anni, 2004:5).

    Tujuan belajar merupakan komponen yang sangat penting

    dalam belajar, karena tujuan menjadi pedoman bagi seluruh aktivitas

    belajar. Tujuan belajar harus dirumuskan dengan jelas karena tujuan

    yang efektif dan efisien akan memudahkan baik bagi guru atau siswa

    untuk mencapainya. Tujuan belajar juga dapat dipakai sebagai kriteria

    internal bagi siswa untuk menilai keberhasilan dalam belajar.

    Kegunaan tujuan belajar ialah untuk memandu guru menciptakan

    kondisi belajar yang menunjang pencapaian tujuan belajar itu sendiri.

    Tujuan belajar yaitu membentuk guru menyusun alat evaluasi yang

    digunakan untuk mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran

    berhasil atau gagal.

    Tujuan belajar yang lain sebagai berikut.

    a. Untuk mendapatkan pengetahuanHal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilihan

    pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai sesuatu yang

    tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat

    mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan

    pengetahuan. Sebaliknya kemampuan berpikir akan

    memperkaya pengetahuan.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    31/95

    16

    b. Penanaman konsep dan keterampilanPenanaman konsep atau merumuskan konsep, juga

    memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang

    dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

    Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis

    atau lisan, bukan kosakata atau tatabahasa, semua memerlukan

    banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian

    ketrampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan

    bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru cara

    berinteraksi.

    c. Pembentukan sikapDalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi

    peserta didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam

    pendekatannya, untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan

    motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi

    guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Dalam

    pembelajaran guru akan senantiasa diobservasi, dilihat

    didengar, dan ditiru semua perilakunya oleh peserta didik. Dari

    proses observasi mungkin juga menirukan perilaku guru,

    diharapkan terjadi proses internalisasi. Sehingga menumbuhkan

    proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian

    diamalkan (Sardiman, 2001:26-28).

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    32/95

    17

    Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor

    utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang

    dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri

    siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan

    siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di

    samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain,

    seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan

    belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Tujuan

    pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang

    yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif

    (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotorik

    (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak

    berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,

    bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak

    dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah.

    Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil

    belajar siswa, dari proses pembelajaran (Sudjana, 2002: 49).

    4.

    Ciri-Ciri Pembelajaran

    Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang

    kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh peserta

    didik sendiri. Peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak

    terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat peserta didik

    memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Ciri-ciri belajar

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    33/95

    18

    adalah perubahan perilaku akibat belajar yang tidak dimiliki oleh

    perubahan perilaku yang lain. Ciri-ciri interaksi pembelajaran, yaitu:

    a. Interaksi pembelajaran memiliki tujuan, yakni untuk membantupeserta didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang

    dimaksud interaksi pembelajaran itu sadar tujuan, dengan

    menempatkan peserta didik sebagai pusat perhatian. Peserta

    didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan

    pendukung.

    b. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan.Didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar

    dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan

    interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah

    sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan

    pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan

    membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.

    c. Interaksi pembelajaran ditandai dengan satu penggarapanmateri khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian

    rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang

    tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen

    yang lain, apalagi komponen peserta didik yang merupakan

    sentral. Materi harus sudah di desain dan disiapkan sebelum

    berlangsungnya interaksi pembelajaran.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    34/95

    19

    d. Ditandai dengan adanya aktivitas peserta didik. Sebagaikonsekuensi, bahwa peserta didik merupakan sentral, maka

    aktivitas siswa merupakan syarat mutlak baik berlangsungnya

    interaksi pembelajaran. Aktivitas peserta didik dalam hal ini,

    baik secara fisik maupun secara mental aktif, inilah yang sesuai

    dengan konsep pembelajaran aktif. Jadi tidak ada gunanya guru

    melakukan kegiatan interaksi pembelajaran kalau peserta didik

    hanya pasif saja. Sebab peserta didiklah yang belajar, maka

    merekalah yang harus melakukannya.

    e. Dalam interaksi pembelajaran, guru berperan sebagaipembimbing. Peranan guru sebagai pembimbing ini guru harus

    berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi

    proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai

    mediator dalam segala situasi proses pembelajaran, sehingga

    guru merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru

    tingkah lakunya oleh peserta didik. Guru akan memimpin

    terjadinya interaksi pembelajaran.

    f.

    Di dalam interaksi antara guru dan peserta didik dalam

    pembelajaran membutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi

    pembelajaran ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang

    diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati

    oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun

    pihak siswa. Mekanisme konkrit dari ketaatan pada ketentuan

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    35/95

    20

    atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur yang

    sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu

    indikator pelanggaran disiplin.

    g. Ada batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentudalam sistem berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi

    salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan

    diberi waktu tertentu, kapan tujuan harus sudah tercapai.

    (Sardiman, 2001:15-16).

    Strategi Pembelajaran sangat diperlukan dalam proses

    pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah rencana dan cara-cara

    membawakan pembelajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana

    dan segala tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

    Sistem lingkungan ada pembelajaran terdiri atas beberapa

    komponen termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan

    proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Komponen tersebut

    adalah:

    a. Tujuan pembelajaranb.

    Guru

    c. Peserta didikd. Materi pelajarane. Metode pembelajaranf. Media pembelajarang. Faktor administrasi dan finansial

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    36/95

    21

    Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran

    tergantung pada mutu masing-masing dan cara memprosesnya dalam

    pembelajaran (Gulo, 2002:7).

    5. Guru Dan Peserta DidikGuru dalam sistem dan proses pendidikan mana pun, tetap

    memegang peranan penting. Siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa

    bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik.

    Berkaitan dengan peran guru, peranan guru sebagai fasilitator belajar

    bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Maka guru

    berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi

    rencana-rencana yang operasional. Guru bertugas memberikan

    pengajaran di dalam sekolah. Ia menyampaikan pelajaran agar murid

    memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan.

    Selain itu guru juga berusaha agar terjadi perubahan sikap,

    keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya

    melalui pembelajaran (Hamalik, 2001:124).

    Kaitannya dengan implementasi kurikulum, maka guru perlu

    memperhatikan hal-hal berikut.

    a. Mengurangi metode ceramah,b. Memberikan tugas yang berbeda dari peserta didik,c. Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya,d. Bahan harus dimodifikasi dan diperkaya,

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    37/95

    22

    e. Jangan ragu untuk berhubungan dengan spesialis bila ada pesertadidik yang mempunyai kelainan,

    f. Gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian danmembuat laporan,

    g. Ingat peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama,h. Usahakan mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan

    setiap anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing pada

    tiap pelajaran, dan

    i. Usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan.(Susilo, 2007:180)

    Peserta didik merupakan pihak yang akan menerima dan

    memperoleh seperangkat kemampuan yang terumuskan dalam

    kurikulum berbasis kompetensi. Dalam hal ini, peserta didik perlu

    diposisikan sebagai subjek dari implementasi kurikulum, sehingga

    kurikulum bukan diperuntukkan bagi guru, akan tetapi diperuntukkan

    bagi peserta didik. Untuk itu peserta didik dituntut mampu

    berpartisipasi secara aktif dalam menjabarkan, mengembangkan dan

    mengimplementasikan aspek-aspek kurikulum yang mendukung bagi

    terbentuknya suatu profil lulusan sebagaimana terumus dalam

    kurikulum. Hal ini berarti bahwa setiap siswa dituntut memiliki

    kemampuan-kemampuan.

    a. Kreatif dan inovatif dalam belajar,b. Menciptakan suasana kompetitif dalam belajar,

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    38/95

    23

    c. Menghargai dan menghormati setiap warga sekolah,d. Mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan IPTEKS yang

    sedang terjadi di masyarakat untuk selanjutnya dibawa ke sekolah

    sebagai bahan masukan bagi peningkatan kualitas sekolah, dan

    e. Sense of belongingness terhadap berbagi program sekolah.(Susilo, 2007:190)

    Pengalaman dari kegiatan belajar menunjukkan aktivitas

    belajar yang perlu dilakukan oleh peserta didik dalam rangka mencapai

    penguasaan kemampuan dasar dan materi pelajaran. Berbagai alternatif

    pengalaman belajar dapat dipilih sesuai dengan jenis kompetensi serta

    kegiatan materi yang dipelajari. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang

    ingin dicapai, kegiatan atau pengalaman belajar peserta didik meliputi

    menghafal, menggunakan/mengaplikasikan, dan menemukan. Ditinjau

    dari dimensi materi yang perlu dihafal, diaplikasikan serta ditemukan

    adalah fakta, konsep, prinsip dan skill.

    Pengalaman belajar dapat dilakukan baik di dalam kelas

    maupun di luar kelas. Pengalaman belajar di dalam kelas dilaksanakan

    dengan jalan mengadakan interaksi antara peserta didik dengan sumber

    belajar sesuai dengan uraian materi pembelajaran yang telah

    dirumuskan (Susilo, 2007:132-133).

    6. Model PembelajaranProblem PosingProblem posing merupakan model pembelajaran yang

    mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    39/95

    24

    suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang

    mengacu pada penyelesaian soal tersebut.

    Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan

    soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi

    dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan

    dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya

    dari guru melainkan perlu belajar secara mandiri. Problem posing

    dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika. Silver dan

    Cai menulis bahwa Problem posing is central important in the

    discipline of mathematics and in the nature of mathematical thinking.

    Suryanto menjelaskan tentang problem posing adalah

    perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang

    ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat

    dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang rumit.

    (Pujiastuti, 2001:3)

    Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan

    di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan

    dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini

    dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.

    Model pembelajaran problem posing tipe post solution posing

    yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang

    sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    40/95

    25

    Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah

    suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk

    mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara

    mandiri.

    Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem

    posing adalah sebagai berikut.

    a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaanalat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

    b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang,

    dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.

    Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.

    d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswauntuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini,

    guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot

    soal yang diajukan oleh siswa.

    e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.(Suyitno, 2004:31-32).

    Silver dan Cai mnjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat

    diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni

    sebagai berikut.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    41/95

    26

    a. Presolution posingYaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan.

    Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan

    dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.

    b. Within solution posingyaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan

    soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan

    penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi,

    diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari

    sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.

    c. Post solution posingYaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal

    yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang

    sejenis.

    Dalam model pembelajaran pengajuan soal ( problem posing)

    siswa dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar

    matematika.

    Dengan demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran

    problem posing sebagai berikut.

    a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima ataumemperkaya konsep-konsep dasar.

    b. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuandalam belajar.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    42/95

    27

    c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang padadasarnya adalah pemecahan masalah.

    (Suyitno, 2003:7-8).

    Bagi siswa, pembelajaran problem posing merupakan

    keterampilan mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana

    diberikan suatu permasalahan dan siswa memecahkan masalah

    tersebut.

    Model pembelajaran problem posing (pengajuan soal) dapat

    dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang belum

    terpecahkan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya (Silver,

    Kilpatrick dan shlesinger), pemikiran English dalam menghasilkan

    pertanyaan baru dari masalah matematika yang diberikan dapat

    menjadi aktivias utama dalam mengajukan permasalahan.

    Guru matematika dalam rangka mengembangkan model

    pembelajaran problem posing (pengajuan soal) yang berkualitas dan

    terstruktur dalam pembelajaran matematika, dapat menerapkan prinsip-

    prinsip dasar berikut.

    1.

    Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan

    dari aktivitas siswa di dalam kelas.

    2. Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahanmasalah siswa

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    43/95

    28

    3. Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan memodifikasikan dan membentukulang

    karakteristik bahasa dan tugas.

    Menggunakan model pembelajaran problem posing dalam

    pembelajaran matematika dibutuhkan keterampilan sebagai berikut.

    1. Menggunakan strategi pengajuan soal untuk menginvestigasi danmemecahkan masalah yang diajukan.

    2. Memecahkan masalah dari situasi matematika dan kehidupansehari-hari.

    3. Menggunakan sebuah pendekatan yang tepat untuk mengemukakanmasalah pada situasi matematika.

    4. mengenali hubungan antara materi-materi yang berbeda dalammatematika.

    5. Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru.6. Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga

    masalah yang sederhana.

    7. Menggunakan penerapan subjek yang berbeda dalam mengajukanmasalah matematika.

    8. Kemampuan untuk menghasilkan pertanyaan untukmengembangkan strategi mengajukan masalah sebagai berikut.

    a. Bagaimana saya bisa menyelesaikan masalah ini?b. Dapatkah saya mengajukan pertanyaan yang lain?c. Seberapa banyak solusi yang dapat saya temukan?

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    44/95

    29

    Memunculkan pertanyaan baru dari masalah matematika yang

    diberikan dianggap menjadi aktivitas utama dalam mengajukan

    masalah sebagaimana dijelaskan oleh English sebagai berikut.

    1. Apakah gagasan penting dalam masalah ini?2. Dimana lagi kita dapat menemukan gagasan yang sama dengan hal

    ini?

    3. Dapatkah kita menggunakan informasi ini dalam satu cara yangberbeda untuk memecahkan suatu masalah?

    4. Apakah kita cukup memiliki informasi penting untuk memecahkanmasalah?

    5. Bagaimana jika kita tidak memberikan semua informasi ini untukmembuat sebuah masalah yang berbeda?

    6. Bagaimana mungkin kamu dapat merubah beberapa informasi ini?Akan menjadi apakah masalah tersebut kemudian?

    Rangkaian pertanyaan di atas menunjukkan apabila ada seorang

    guru yang tidak berpengalaman dalam mengajukan masalah dapat

    melakukan aktivitas bertanya tersebut.

    Strategi dalam pengajuan masalah dapat dilihat dari beberapa

    tinjauan literatur. Strategi ini dapat diterapkan dalam mengajukan

    masalah tertentu. Strategi tersebut mengemukakan bagaimana

    melihat atau menemukan masalah (Dillon). Krutetskii memanipulasi

    kondisi tertentu dan tujuan dari masalah yang diajukan sebelumnya.

    Hashimoto bertanya bagaimana jika, dan bagaimana jika tidak

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    45/95

    30

    Brown Walter. Mempertimbangkan hubungan yang baru dari masalah

    baru (Polya). Strategi lain dalam mengajukan sebuah pertanyaan

    adalah untuk melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan

    mengajukan sebuah pertanyaan yang mengikuti hubungan tersebut

    (Krutelskii). Cara melihat atau menemukan masalah sejenis dengan

    gabungan strategi dalam perumusan masalah (Kilpatrick). Strategi ini

    berada pada penemuan tingkatan masalah (Dillon). Masalah tersebut

    ditampilkan pada penguji coba atau orang lain yang mengajukan

    pertanyaan, yang perlu dilakukan penanya adalah menemukannya.

    Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan

    tujuan dari masalah yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan

    penggunaan analogi dalam menghasilkan masalah baru yang terkait

    (Kilpatrick). dalam studi ini, terdapat dua strategi berbeda yang

    dikembangkan sebagai berikut.

    1. Mengajukan pertanyaan mengenai masalah matematika darimasalah yang ada dalam buku pelajaran. Kilpatrick menjelaskan

    bahwa ada dua tahap dalam proses penyelesaian masalah selama

    masalah baru diciptakan. Penyelesaian masalah bisa dengan

    mengubah beberapa atau semua kondisi masalah untuk melihat

    masalah baru, apa yang mungkin dihasilkan dan setelah masalah

    diselesaikan. Penyelesaian masalah bisa dengan meninjau ulang

    bagaimana solusi dipengaruhi oleh berbagai macam permasalahan.

    Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    46/95

    31

    a. Memilih satu masalah dari buku pelajaran matematika ataubuku LKS matematika.

    b. Menentuan kondisi dari permasalahan yang diberikan dan halyang tidak diketahui.

    c. Mengubah kondisi masalah dalam dua cara yang berbedaPertama, tambahkan lagi beberapa kondisi atau kondisi baru

    pada masalah asli kemudian rumuskan satu pertanyaan baru.

    kedua, pindahkan kondisi dari masalah asli kemudian

    rumuskan pertanyaan baru.

    2. Mengajukan masalah matematika dari situasi yang belumterstruktur. Stoyanove menjelaskan situasi masalah yang belum

    terstrukstur sebagai situasi terbuka yang diberikan dan

    menggunakan format berikut.

    a. Masalah open-ended(penyelidikan matematis).b. Masalah yang sejenis dengan masalah yang diberikan.c. Masalah dengan solusi serupa.d. Masalah berkaitan dengan dalil khusus.e.

    Masalah yang berasal dari gambaran yang diberikan

    f. Masalah kata-kata.Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.

    a. Situasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan pada semuasiswa.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    47/95

    32

    b. Siswa diminta melengkapi situasi dari pandangan mereka untukmenyatakan masalahyang berasal dari situasi yang dibentuk.

    c. Masing-masing siswa telah melengkapi masalah dari situasitertentu untuk kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dari

    situasi tersebut

    d. Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan denganmasalah tersebut.

    (Abu-Elwan, 2007:2-5)

    Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk

    turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran problem

    posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak

    hanya menerima saja materi dariguru, melainkan siswa juga berusaha

    menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya

    menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan

    keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal

    sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran

    problem posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak

    dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri

    maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal

    tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan

    penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan penerapan

    model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar

    kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    48/95

    33

    7. Metode mengajar pembentukan kelompok-kelompok kecilMetode mengajar adalah suatu cara atau teknik mengajarkan

    topik-topik tertentu yang disusun secara sistematis dan logis. Bertitik

    tolak dari arti metode tersebut maka metode mengajar dapat diartikan

    juga sebagai cara mengajar yang digunakan untuk mencapai suatu

    tujuan pembelajaran.

    Metode mengajar yang penulis kemukakan dalam penelitian

    tindakan kelas ini adalah metode kerja kelompok dengan strategi

    pembentukan kelompok-kelompok kecil, yang didalamnya terdapat

    diskusi untuk memecahkan masalah. Adapun syarat agar dapat

    dikatakan sebagai diskusi kelompok kecil menurut Udin S.

    Winataputra, H, dkk, 1997 adalah:

    a. Melibatkan kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang,b. Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal, artinya

    semua anggota kelompok berkesempatan saling melihat,

    mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung,

    c. Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehinggaterjadi kerjasama untuk mencapainya, dan

    d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menujukepada tercapainya tujuan kelompok (Gulo, 2002:20).

    Lingkungan dalam belajar sebagai stimulus selalu memberikan

    rangsangan kepada manusia untuk menanggapinya dalam cara-cara

    tertentu. Kegiatan untuk menanggapi ini akan berlangsung secara

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    49/95

    34

    optimal jika didukung oleh motivasi yang kuat. Disinilah pembelajaran

    aktif berperan dalam strategi belajar mengajar. Indikator terhadap

    tinggi rendahnya kadar pembelajaran aktif dalam kegiatan

    pembelajaran adalah:

    a. Prakarsa peserta didik secara spontan dalam mengemukakanpendapat secara berani dalam pembelajaran,

    b. Keterikatan peserta didik pada tugas on the tasksebagai lawan darioff the task(kecenderungan menghindari tugas),

    c. Belajar dari pengalaman langsung (experiental learning),d. Kefasilitatoran guru dalam pembelajaran,e. Variasi bentuk dan alat pembelajaran, danf. Kualitas interaksi antar peserta didik, baik secara intelektual

    maupun secara sosial emosional (Gulo, 2002:125-126).

    8. Aktivitas Dalam BelajarBelajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku,

    jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

    Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat

    penting di dalam pembelajaran. Sebagai rasionalitasnya hal ini juga

    mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.

    Frobel mengatakan bahwa manusia sebagai pencipta. Dalam

    ajaran agama diakui bahwa manusia adalah sebagai pencipta yang

    kedua setelah Tuhan. Secara alami peserta didik memang ada

    dorongan untuk mencipta. Peserta didik adalah suatu organisme yang

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    50/95

    35

    berkembang dari dalam. Prinsip utama yang dikemukakan Frobel

    bahwa peserta didik harus bekerja sendiri untuk memberikan motivasi.

    Dalam dinamika kehidupan manusia, maka berpikir dan berbuat

    sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga

    dalam belajar sudah barang tentu tidak mungkin meninggalkan dua

    kegiatan itu, berpikir dan berbuat.

    Montessori juga menegaskan bahwa peserta didik mempunyai

    tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri.

    Pendidikan akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati

    bagaimana perkembangan peserta didiknya. Pernyataan Montessori ini

    memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di

    dalam pembentukan diri adalah peserta didik itu sendiri. Sedang

    pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan

    yang akan diperbuat oleh peserta didik.

    Dengan mengemukakan beberapa pandangan dari berbagai ahli

    di atas, jelas bahwa dalam pembelajaran, peserta didik harus aktif

    berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar diperlukan adanya

    aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan

    baik (Sardiman, 2001:93-95).

    Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan

    demikian sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.

    Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh peserta didik di

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    51/95

    36

    sekolah. Aktivitas peserta didik tidak cukup hanya mendengarkan dan

    mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah.

    Paul B. Dierich membuat suatu daftar yang berisi macam-

    macam kegiatan siswa digolongkan sebagai berikut.

    a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,memperhatikan gambar, mengamati algoritma penyelesaian soal,

    demonstrasi, percobaan pekerjaan orang lain.

    b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, membuat pertanyaan, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan

    wawancara, diskusi interupsi.

    c. Listening activities, seperti misalnya mendengarkan uraian,percakapan, diskusi, musik, pidato.

    d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,laporan angket, menyalin.

    e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,diagram.

    f. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuatkonstruksi model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

    g. Mental activities, sebagai contoh menanggap, mengingat,memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil

    keputusan.

    h. Emotional activities, seperti misalnya merasa bosan, gembira,bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2001).

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    52/95

    37

    Dari uraian di atas, tampak bahwa dalam pembelajaranproblem

    posing tipe post solution posing dalam kelompok kecil tetap

    dibutuhkan kehadiran guru, aktivitas siswa untuk membaca,

    memperhatikan gambar, mengamati algoritma penyelesaian soal, hal

    ini tampak pada visual activities. Diperlukan pula kemampuan

    membuat model-model pertanyaan dan memecahkan suatu soal yang

    didukung oleh pengawasan guru, hal ini tampak pada oral activities

    dan mental activities. Guru memberikan kesempatan bagi siswa

    beraktivitas dengan melakukan diskusi kelompok, hal ini tampak pada

    listening activities. Siswa diberikan kesempatan untuk menggunakan

    alat peraga agar penguasaan materi lebih optimal dan membuat siswa

    bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya aktivitas-

    aktivitas yang mendukung siswa, maka diharapkan keterampilan

    berpikir siswa akan meningkat.

    Tujuan pembelajaran terarah pada peningkatan kemampuan,

    baik dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik. Kegiatan

    pembelajaran tidak lagi sekadar menyampaikan dan menerima

    informasi, tetapi mengolah informasi sebagai masukan pada usaha

    peningkatan kemampuan.

    Kalau diperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi yang makin pesat pada waktu mendatang, maka rasanya

    tidak mungkin semua informasi dimasukkan ke dalam kurikulum

    sekolah untuk disampaikan kepada peserta didik. Peningkatan

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    53/95

    38

    kemampuan peserta didik untuk memproses informasi yang

    ditemukannya sangat dibutuhkan demi lancarnya pembelajaran.

    Strategi pembelajaran menitikberatkan pada usaha

    pengembangan keterampilan berpikir untuk memproses informasi yang

    berguna. Guru melihat peserta didiknya sebagai peneliti yang aktif

    terhadap lingkungan sekitarnya dan bukan penerima yang pasif

    terhadap stimulus yang diberikan cara mengajar seperti ini disebut

    dengan cara belajar siswa aktif (Gulo, 2002:71).

    9. Motivasi BelajarMotivasi adalah penting. Apabila terdapat dua anak yang

    memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang

    sama untuk mencapai tujuan, kinerja, dan hasil yang dicapai oleh anak

    yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak

    termotivasi. Hal ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan

    sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki

    motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri

    anak tersebut. Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor

    penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar.

    Secara historik guru selalu mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi

    selama proses belajar, sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih

    menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar, menurunkan kecemasan

    siswa, meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar. Pembelajaran

    yang diikuti oleh siswa yang termotivasi akan benar-benar

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    54/95

    39

    menyenangkan, terutama bagi guru. Siswa yang menyelesaikan

    pengalaman belajar dan menyelesaikan tugas belajar dengan perasaan

    termotivasi terhadap materi yang telah dipelajari, mereka akan lebih

    mungkin menggunakan materi yang telah dipelajari. Hal ini juga logis

    untuk mengasumsikan bahwa semakin anak memiliki pengalaman

    belajar yang termotivasi, maka semakin mungkin akan menjadi siswa

    sepanjang hayat. Walaupun motivasi merupakan prasyarat penting

    dalam belajar, namun agar aktivitas beajar itu terjadi pada diri anak,

    ada faktor lain seperti kemampuan dan kualitas pembelajaran yang

    harus diperhatikan pula. Terdapat enam faktor yang terkait dan

    memiliki dampak terhadap motivasi belajar siswa yaitu: (1) sikap, (2)

    kebutuhan, (3) rangsangan, (4) afeksi, (5) kompetensi, dan (6)

    penguatan (Anni, 2004:157).

    Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak

    di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

    menjamin kelangsungan dari pembelajaran dan yang memberikan arah

    pada pembelajaran sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek

    belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan karena pada

    umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan

    peserta didik untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis

    yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal

    penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa

    yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    55/95

    40

    melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar itu akan optimal kalau

    ada motivasi yang tepat.

    Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya.

    Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-

    cita. Kekuatan mental tersebut tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli

    psikologi pendidikan yang meyebut kekuatan mental mendorong

    terjadinya belajar sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang

    sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan

    perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi

    terkandung adanya kegiatan yang mengaktifkan, menggerakkan,

    menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar

    (Dimiyati dan Mudjiono, 2002:80).

    10.Media Sebagai Alat BantuAlat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh

    pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat

    bantu ini sering disebut alat peraga, karena berfungsi untuk

    membantu dan meragakan sesuatu dalam proses pendidikan/

    pengajaran.

    Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan

    yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui

    panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima

    sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pengertian/

    pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    56/95

    41

    dimaksudkan untuk mengarahkan indra sebanyak mungkin pada suatu

    objek, sehingga mempermudah persepsi (Notoatmodjo, 2003:71).

    Media sebagai alat bantu dalam pembelajaran adalah suatu

    kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena memang gurulah yang

    menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan

    pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada

    peserta didik. Guru sadar bahwa tanpa bentuan media, maka bahan

    pelajaran sukar untuk diterima dan dipahami oleh setiap peserta didik.

    Terutama pada pelajaran yang rumit dan kompleks.

    Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan peserta

    didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru

    bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya, hal ini tentu saja harus

    dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk

    menjelaskan suatu bahan dengan baik, sebagai solusinya adalah

    menggunakan media sebagai alat bantu pelajaran guru mencapai tujuan

    yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pembelajaran (Bahri

    Djamah dan Aswan Zain, 2002:15).

    Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

    dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan

    saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah

    belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang

    mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat

    pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Apabila proses belajar itu

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    57/95

    42

    diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah tidak lain ini

    dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara

    terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun

    sikap. Interaksi yang terjadi selama proses pelajaran tersebut

    dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas siswa,

    guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi

    pelajaran (buku modul, selebaran, majalah, rekaman vidio atau audio,

    dan sejenisnya) dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (

    proyektor, overhead, perekam pita audio dan vidio, radio, televisi,

    komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar dan lain-

    lain). Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat peraga yang

    murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi

    merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang

    diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia,

    guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan

    membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media

    tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan

    dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran.

    Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,

    materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

    mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam

    pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan

    media. Secara lebih khusus,pengertian media dalam pembelajaran

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    58/95

    43

    diartikan sebagai alat-alat grafis photografis atau elektropis untuk

    menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau

    verbal. Media berfungsi untuk instruksi dimana informasi yang

    terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak

    atau mental maupun dalam bentuk aktifitas yang nyata, sehingga

    pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara sistematis

    dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat

    menyiapkan instruksi yang efektif. Disamping menyenangkan, media

    pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang

    menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa (Arsyad,

    2005:15).

    Berdasarkan uraian di atas kegiatan pembelajaran khususnya

    model pembelajaran problem posing sangat dibutuhkan penggunaan

    alat peraga. Seorang guru bukan hanya dapat menguasai bahan ajar,

    tetapi mampu menyajikan suatu materi yang menarik dan membuat

    siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu

    untuk menjelaskan suatu bahan yang optimal kepada siswa dengan

    menggunakan alat peraga maka guru akan dapat mencapai tujuan

    pembelajaran yang telah dirancang. Selain itu keterampilan siswa akan

    meningkat dan sikap mental siswa akan meningkatkan aktivitas dalam

    pembelajaran.

    11.Materi Segiempata. Jajar genjang

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    59/95

    44

    Jajar genjang adalah suatu segi empat yang sisi-sisinya sepasang-

    sepasang sejajar.

    Jika K adalah keliling jajargenjang dengan panjang alas a dan

    panjang sisi yang lain b maka keliling jajargenjang adalah

    K = a + b + a + b = 2a + 2b = 2 (a + b)

    JikaL adalah luas jajargenjang dengan panjang alas a dan tinggi t

    maka luas jajargenjang:

    tinggialasLuas =

    taL =

    t b

    a

    b. Persegi panjangPersegi panjang adalah suatu jajar genjang yang satu sudutnya

    siku-siku.

    Keliling:

    Keliling persegi panjang adalah jumlah panjang sisi-sisi persegi

    panjang tersebut. Jika K adalah keliling persegi panjang dengan

    ukuran panjangp dan lebarl maka:

    K= 2p + 2l atau K=2(p + l)

    Luas:

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    60/95

    45

    Luas sebuah bangun datar adalah besar ukuran daerah

    tertutup suatu permukaan bangun datar, ukuran untuk luas adalah

    , atau satuan luas lainnya.222 ,, kmmcm

    Jika L adalah luas persegi panjang dengan panjang p dan

    lebar l. Berdasarkan gambar halaman 37, maka luas persegi

    panjang = lebarpanjang = lp dan dapat ditulis, sbb:

    lpL=

    p

    l (Persegi panjang)

    Contoh Soal:

    Tentukan keliling dan luas persegi panjang dengan panjang 10cm

    dan lebarnya 7cm.

    Jawab:

    Dipunyai: cmp 10=

    cml 7=

    Ditanyakan: K dan Lpersegi panjang?

    Selesaian:

    K= 2(p + l) = 2(10 + 7) = 2(17) =34 cm

    lpL =

    cmcm 710 =

    270cm=

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    61/95

    46

    c. PersegiPersegi adalah suatu segi empat yang semua sisinya sama panjang

    dan satu sudutnya siku-siku.

    Diketahui keliling persegi panjang adalah:

    K= 2(p + l)

    Jika Kadalah keliling persegi dengan panjang sisi s, maka keliling

    persegi :

    K= 2(s + s) = 2(2s) = 4s

    Jadi, keliling persegi adalah

    K = 4s

    Jika L adalah luas persegi sama dengan kuadrat panjang sisinya,

    luas persegi dapat ditulis, sbb: 2sL =

    s

    s

    Contoh Soal:

    Tentukan keliling dan luas persegi apabila panjang sisinya 17cm!

    Jawab:

    Dipunyai: cms 17=

    Ditanyakan: KdanL persegi?

    Selesaian:

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    62/95

    47

    K= 4s = 4(17) = 68

    2sL =

    2)17( cm=

    2289cmL =

    d. Belah KetupatBelah ketupat adalah jajar genjang yang dua sisinya yang berurutan

    sama panjang.

    Jika Kadalah keliling belah ketupat dengan panjang sisi s karena

    dari sifat belah ketupat diketahui bahwa panjang sisi belah ketupat

    adalah sama, maka keliling belah ketupat adalah:

    K= 2(s + s) = 2(2s) = 4s

    K= 4s

    Luas belah ketupat:

    1.Belah ketupat sebagai jajar genjang

    L adalah luas belah ketupat dengan panjang alas a dan tinggi t

    pada gambar luas belah ketupat adalah:

    tinggialasLuas =

    taL = t

    a

    2.Belah ketupat sebagai gabungan dua segitiga sama kaki yang

    kongruen, maka:

    Luas belah ketupat Luas ABC + Luas ADC

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    63/95

    48

    D

    L 22

    ODACOBAC +

    L 2

    )( ODOBAC +A O C

    L 2

    BDAC

    B

    karena AC dan BD keduanya merupakan diagonal belah ketupat,

    maka luas belah ketupat dirumuskan sebagai berikut:

    2

    21 diagonaldiagonalLuas

    =

    e. Layang-layangLayang-layang adalah segiempat dengan dua pasang sisi yang

    berdekatan sama panjang dan mempunyai sepasang sudut yang

    berhadapan sama besar.

    Jika diketahui K adalah keliling layang-layang, L adalah Luas

    layang-layang dengan sisi pendek layang-layang m dan sisi

    panjang layang-layang n, maka keliling layang-layang adalah:

    K= 2(m + n)

    Luas daerah layang-layang adalah :

    L Luas ABC + Luas ADC

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    64/95

    49

    L 22

    ODACOBAC +

    B

    L 2

    )( ODOBAC + A C

    L 2

    BDAC

    D

    karena AC dan BD keduanya merupakan diagonal layang-layang,

    maka luas layang-layang dirumuskan sebagai berikut:

    2

    21 diagonaldiagonalLuas

    =

    f. Trapesiumtrapesium adalah suatu segi empat yang memiliki tepat sepasang

    sisi yang sejajar.

    Jika pada gambar di bawah diketahui Kadalah keliling trapesium,

    L adalah Luas trapesium dengan panjang sisi AB adalah a ,

    panjang panjang sisi DC adalah b, panjang sisi AD adalah k1,

    panjang sisi BC adalah k2, dan tinggi t, maka keliling trapesium

    adalah:

    K = a + b + k1 +k2

    Luas trapesium:

    1. Trapesium yang disusun oleh 2 segitigaLuas trapesium:

    Luas belah ketupat

    Luas

    ABC + Luas

    ADC

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    65/95

    50

    L 22

    tbta + D b C

    L 2

    )( tba +k1 t k2

    A a B

    2. Jajargenjang yang dibentuk oleh 2 trapesiumLuas jajargenjang (a + b) x t

    Luas trapesium yang diarsir adalah separuh luas jajargenjang,

    maka dapat ditulis:

    L 2

    1luas jajargenjang b a

    tba + )(2

    1t

    a b

    2

    )( tba +

    berdasarkan uraian di atas, maka luas trapesium dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    L 2

    )( tba +

    (Simangunsong dan Sukino, 2004:321-322).

    B. Kerangka BerfikirKegiatan pembelajaran selama ini lebih didominasi oleh guru

    sedangkan saat ini dibutuhkan siswa yang berkompeten, dan siswa yang

    aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran memerlukan partisipasi aktif dari

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    66/95

    51

    peserta didik. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun

    makna atau pemahaman. Agar pembelajaran dapat optimal dan aktivitas

    siswa dapat meningkat diperlukan media yang membantu tercapainya

    tujuan pembelajaran. Alat peraga berfungsi untuk instruksi dimana

    informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa, sehingga

    membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan

    sikap. Materi keliling dan luas segiempat merupakan materi yang masih

    dianggap relatif sulit. Apalagi kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-

    soal jenis uraian, khususnya soal cerita yang berkaitan dengan keliling dan

    luas segiempat. Materi ini sangat menarik jika diajarkan dengan model

    pelajaran yang bervariatif, sehingga akan mengurangi kejenuhan siswa

    dalam mengikuti pelajaran. Kemampuan siswa tersebut akan tampak

    dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara berkelompok

    dan berdiskusi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.

    Kemampuan siswa dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk

    menjelaskan penyelesaian soal yang diajukan di depan kelas.

    Oleh karena itu, penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

    belajar siswa diharapkan dapat terwujud melalui model pembelajaran

    problem posing tipe post solution posing dalam kelompok kecil

    bermediakan alat peraga dan LKS dalam materi pokok keliling dan luas

    segiempat siswa kelas VIIB Semester II SMP Negeri 5 Semarang.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    67/95

    52

    C. Hipotesis TindakanBerdasarkan kerangka teori di atas, maka hipotesis tindakan pada

    penelitian ini sebagai berikut:

    Melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution

    posing dalam kelompok kecil bermediakan alat peraga dan lembar kerja

    siswa (LKS) dalam materi pokok keliling dan luas segiempat siswa kelas

    VIIB Semester II SMP Negeri 5 Semarang diharapkan dapat

    meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    68/95

    53

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi PenelitianPenelitian tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan aktivitas

    dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Posing

    Tipe Post Solution Posing Dalam Kelompok Kecil Bermediakan Alat

    Peraga Dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi Pokok Keliling Dan Luas

    Segiempat Kelas VIIB Semester II SMP Negeri 5 Semarang,

    dilaksanakan di SMP Negeri 5 Semarang.

    B. Subjek PenelitianSubjek yang diteliti adalah siswa kelas VIIB semester II SMP

    Negeri 5 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 sejumlah 44 siswa terdiri

    dari 17 laki-laki dan 28 perempuan.

    C. Prosedur Kerja Dalam PenelitianPenelitian tindakan kelas ini merupakan siklus yang dirancang

    dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu,

    perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

    Tahapan tersebut disusun dalam siklus dan setiap siklus dilaksanakan

    sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.

  • 8/14/2019 Skripsi Probleem Posing

    69/95

    54

    1. Siklus IDalam siklus 1 ada beberapa materi pokok yang akan diajarkan. Materi

    pokok yang diajarkan yaitu tentang keliling serta luas persegi panjang,

    pers