82
SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU) DALAM PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK 2018 DI KABUPATEN SINJAI HAMDAN 105610452712 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

SKRIPSI

PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU)

DALAM PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK 2018

DI KABUPATEN SINJAI

HAMDAN

105610452712

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

ii

PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU)

DALAM PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK 2018

DI KABUPATEN SINJAI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Adminstrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh

HAMDAN

Nomor Stambuk: 105610452712

P RO GR AM S T U D I IL MU A DMI N I S T R AS I NE GA R A

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Profesionalitas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

dalam Pelaksanaan Pilkada Serentak 2018 Di

Kabupaten Sinjai

Nama Mahasiswa : Hamdan

Nomor Stambuk : 105610452712

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si.

Pembimbing II

Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos., M.Si.

Diketahui Oleh:

Dekan,

Fisip Unismuh Makassar

Dr. Hj. Ihyani Malik S.Sos., M,Si.

NBM : 730727

Ketua Jurusan,

Ilmu Administrasi Negara

Nasrul Haq, S.Sos., MPA

NBM : 1067 436

Page 4: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

iv

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat keputusan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar,

Nomor: 082/FSP/A.4-II/II/41/2020.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) dalam program

Ilmu Adminstrasi Negara di Makassar pada hari Jumat tanggal 14 Februari 2020.

TIM PENILAI

Ketua

Dr. Hj. Ihyani Malik S.Sos., M,Si.

NBM : 730727

Sekretaris

Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si.

NBM : 1084366

PENGUJI

1. Dr. Jaelan Usman, M.Si. ( ....................................................... )

2. Drs. Ruskin Azikin, M.M. ( ....................................................... )

3. Dr. Muhammad Tahir, M.Si. ( ....................................................... )

4. Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos., M.Si. ( ....................................................... )

Page 5: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama Mahasiswa : Hamdan

Nomor Stambuk : 105610452712

Program Studi : Ilmu Adminstrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 23 September 2019

Yang Menyatakan

Hamdan

Page 6: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

vi

ABSTRAK

HAMDAN. 2020. Profesionalitas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam

Pelaksanaan Pilkada Serentak 2018 Di Kabupaten Sinjai (dibimbing oleh

Muhlis Madani dan Samsir Rahim).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profesionalitas Badan Pengawas

Pemilu di Kabupaten Sinjai dan faktor-faktor penghambat dan pendukung

profesionalitas Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam Pilkada

Serentak tahun 2018. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Pengawas

Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Sinjai. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan

tipe deskriptif, dimana data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara

dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini sebanyak 5 orang yang terdiri

dari ketua Bawaslu Kabupaten Sinjai, dua orang anggota Bawaslu Kabupaten

Sinjai dan satu orang anggota partai.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini disimpulkan bahwa

profesionalitas Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam Pilkada

Serentak tahun 2018 ditunjukkan dalam empat aspek. Pada aspek knowledge

(pengetahuan), Bawaslu Kabupaten Sinjai masih memiliki anggota dengan latar

belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan jabatan yang dipegangnya namun

adanya pengalaman-pengalaman anggota terkait kepemiluan menjadi penunjang

dalam memaksimalkan tugas Bawaslu. Pada aspek social responsibility (tanggung

jawab sosial) ditunjukkan dengan upaya pencegahan dan upaya penindakan

terhadap laporan atau temuan pelanggaran pilkada yang terjadi di lingkungan

masyarakat. Pada aspek self control (pengendalian diri/internal) ditunjukkan

dengan melakukan pembinaan terhadap anggota-anggota Bawaslu, melakukan

rapat-rapat koordinasi dan pengawasan secara berjenjang dari atas ke bawah. Pada

aspek community sanction (persetujuan masyarakat) ditunjukkan dengan adanya

kerja sama antara Bawaslu Kabupaten Sinjai dengan masyarakat setempat dalam

mengawasi tahapan pelaksanaan pilkada. Faktor penghambat profesionalitas

Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam Pilkada Serentak tahun 2018

adalah keterbatasan personil dalam menjalankan fungsi Bawaslu sebagai lembaga

pengawas pemilu. Adapun faktor pendukungnya yaitu adanya komisioner yang

memiliki pengalaman yang mumpuni terkait kepemiluan dan adanya partisipasi

masyarakat sehingga Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam memaksimalkan

kinerjanya.

Kata kunci: Profesionalitas, Bawaslu, Pilkada.

Page 7: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

vii

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang terindah dan teragung selain mengucapkan puji syukur

kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga skripsi

ini yang berjudul “Profesionalitas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam

Pelaksanaan Pilkada Serentak 2018 Di Kabupaten Sinjai” dapat diselesaikan oleh

penulis walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat

mengharapkan kepada pembaca yang budiman, agar dapat memberikan masukan

dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada

Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si. sebagai pembimbing I dan Bapak

Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos., M.Si. sebagai pembimbing II, yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis sejak pengusulan judul sampai kepada

penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Dr. H. Abdul Rahman Rahim,

S.E., M.M.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si.

3. Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Nasrulhaq, S.Sos., MPA yang telah

membina Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

Page 8: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

viii

4. Dosen Fisipol, Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak membantu penulis

selama menempuh pendidikan di kampus ini.

5. Pihak Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Sinjai yang telah membantu dalam

proses penelitian hingga selesai.

6. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta yang terhebat, Ayahanda Umar M

dan Ibunda Mutti yang selalu mendoakan dan memberi dukungan moral

maupun material.

7. Teman-teman kelas D angkatan 2012 Ilmu Administrasi Negara yang telah

banyak memberi saran, dukungan, dan motivasi kepada penulis.

Semoga bantuan semua pihak senantiasa mendapatkan pahala yang

berlipat ganda di sisi Allah SWT., Amin.

Makassar, 23 September 2019

Hamdan

Page 9: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ..................................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

A. Profesionalitas ....................................................................................... 6

B. Pengawasan Pemilihan Umum ............................................................ 13

C. Pemilihan Kepala Daerah .................................................................... 24

D. Kerangka Pikir..................................................................................... 33

E. Fokus Penelitian .................................................................................. 34

F. Deskripsi Fokus ................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 36

A. Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................... 36

B. Jenis dan Tipe Penelitian ..................................................................... 36

C. Sumber Data ........................................................................................ 36

D. Informan Penelitian ............................................................................. 37

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 38

Page 10: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

x

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 39

G. Teknik Pengabsahan Data ................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 41

B. Profesionalitas Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai

dalam Pilkada Serentak tahun 2018 .................................................... 50

C. Faktor-faktor penghambat dan pendukung profesionalitas

Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam Pilkada

Serentak tahun 2018 ............................................................................ 63

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 68

A. Kesimpulan.......................................................................................... 68

B. Saran .................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70

Page 11: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan Umum yang biasa disingkat Pemilu adalah sebuah sarana untuk

mewujudkan kehendak rakyat dalam pemerintahan dan oleh karena itu, pemilu

merupakan tuntutan kedaulatan rakyat. Pemilu secara langsung dijadikan sebagai

sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka mencapai

pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Siswo dkk (2014) mengemukakan bahwa pemilu merupakan proses politik yang

dinamis dan hanya bisa berjalan lancar dan tertib apabila dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 18 ayat 4 UUD 1945 dinyatakan bahwa “Gubernur, Bupati, dan

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten,

dan kota dipilih secara demokratis”. Asshiddiqie (2002) mengemukakan bahwa

pengertian dipilih secara demokratis tersebut bersifat luwes, sehingga mencakup

pengertian pemilihan kepala daerah langsung oleh rakyat ataupun oleh DPRD,

seperti yang sekarang dipraktekkan di provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia.

Pemilihan kepala daerah/wakil kepala daerah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu dan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka secara

normatif merupakan bagian dari kewenangan daerah untuk menyelenggarakannya.

Kondisi ini telah menimbulkan tarik menarik antara pemerintah dengan

pemerintah daerah, terutama dalam masalah pendanaan.

Page 12: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

2

Menurut Amirudin dan Bisri (2006: 23), pilkada langsung di Indonesia

sering dikatakan sebagai “lompatan demokrasi”. Pilkada langsung dipandang

sebagai alat demokrasi dimana rakyat diberikan kesempatan untuk memilih kepala

daerahnya secara langsung melalui mekanisme pemungutan suara. Pilkada

langsung sering pula dianggap sebagai ”pesta demokrasi rakyat” di mana rakyat

berhak untuk membuat apa saja, termasuk tindakan-tindakan anarki, baik atas

inisiatif sendiri maupun yang dimobilisasi oleh kandidat dan pendukungnya atau

karena dorongan partai politik sebagai pihak yang mengajukan kandidat tersebut.

Penguatan peran lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyelenggaraan

pemilukada sangatlah penting terutama dalam hal pengawasan. Pengawasan

menjadi salah satu komponen terpenting dalam penyelenggaraan, dan dapat

menentukan berhasil atau tidaknya sebuah pemilu. Dalam Undang-Undang No. 15

Tahun 2011 pada Pasal 1 Angka 23 dikemukakan pengertian pengawasan pemilu

yaitu sebagai kegiatan mengamati, mengkaji, memeriksa, dan menilai proses

penyelenggaraan pemilu sesuai peraturan perundang-undangan.

Pemilukada langsung dibebani harapan besar yaitu menciptakan sistem

politik yang lebih demokratis. Namun pada kenyataannya masih belum sesuai

dengan apa yang diharapkan, hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan sistem

kepartaian Indonesia yang masih sentralistik.

Keberadaan Bawaslu sangatlah penting dalam mengawasi pelaksanaan

penyelenggaraan pemilu agar sesuai dengan asas pemilu yang langsung, umum,

bebas, rahasia, jujur dan adil. Bawaslu memiliki fungsi dan peran strategis dalam

upaya untuk menciptakan penyelenggaraan pemilu yang demokratis.

Page 13: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

3

Kabupaten Sinjai adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi

Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Balangnipa. Balangnipa atau

Kota Sinjai. Kabupaten Sinjai mempunyai nilai historis tersendiri, dibanding

dengan kabupaten-kabupaten yang di Provinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari

beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu

Limpoe dan Kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe.

Watak dan karakter masyarakat tercermin dari sistem pemerintahan demokratis

dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara kerajaan-kerajaan

dibangun melalui landasan tatanan kesopanan Yakni Sipakatau yaitu Saling

menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui Menre‟ Tessirui

No‟ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah, mallilu

sipakainge yang bermakna bila khilaf saling mengingatkan.

Kabupaten Sinjai merupakan salah satu kabupaten yang mengadakan

pemilihan kepala daerah dalam hal ini pemilihan bupati pada tahun 2018. Dalam

mengemban peran menciptakan penyelenggaraan pemilu yang demokratis,

seluruh komponen dalam Bawaslu khususnya di Kabupaten Sinjai dituntut untuk

bekerja secara profesional.

Selama pelaksanaan pemilu berlangsung, ada sejumlah permasalahan, di

antaranya adalah masalah money politik. Seperti yang ditemukan di Pilkada

Sinjai, Provinsi Sulsel, politik uang yang dilakukan menggunakan baiat kitab suci

Alquran. Hal itu pun telah dilaporkan oleh warga setempat ke Badan Pengawas

Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Sinjai https://daerah. sindonews.com/read/

1316309/174/politik- uang – dengan – baiat – alquran – ditemukan - di-pilkada-

Page 14: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

4

sinjai-sulsel- 1529935031. Temuan ini menunjukkan perlunya profesionalitas

Bawaslu yang menangani pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam

pelaksanaan pilkada. Oleh karena itu, melalui kajian ini, penulis ingin mencoba

mendeskripsikan sejauhmana profesionalitas Bawaslu dalam penyelenggaraan

Pilkada Serentak di Kabupaten Sinjai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana profesionalitas Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai

dalam Pilkada Serentak tahun 2018?

2. Bagaimana faktor-faktor penghambat dan pendukung profesionalitas Badan

Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam Pilkada Serentak tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui profesionalitas Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten

Sinjai dalam Pilkada Serentak tahun 2018.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung profesionalitas

Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam Pilkada Serentak tahun

2018.

Page 15: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

5

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Secara teoretis/akademis, dapat memperkaya khasanah kepustakaan

kependidikan, khususnya mengenai profesionalitas Bawaslu kabupaten/kota

dalam Pilkada serentak.

2. Secara praktis, yaitu sebagai berikut:

a. Bermanfaat bagi peneliti untuk menembah wawasan dan pengetahuan

dalam membuat karya tulis ilmiah.

b. Sebagai perbandingan bagi penelitian yang serupa di masa yang akan

datang dan segala pemanfaatan dari tulisan ini.

Page 16: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profesionalitas

1. Pengertian Profesionalitas

Profesionalitas berasal dari kata “profesi” yang berarti bidang pekerjaan yg

dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu

(KBBI Edisi V, 2016). Secara etimologis profesi berasal dari bahasa latin

“proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan.

Mulyasa (2006: 25) mengemukakan bahwa profesi adalah sebuah

pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu

pengetahuan dan keahlian khusus. Sementara itu menurut Muhammad dalam

Yuwono (2011: 36), Profesi merupakan pekerjaan yang menetap pada bidang

tertentu yang didasarkan pada keahlian khusus dan dilakukan secara bertanggung

jawab, dengan tujuan memperoleh penghasilan. Kusnandar (2007: 18) juga

mengemukakan bahwa profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang

membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang

khusus di masyarakat.

Profesional adalah sifat dari suatu profesi, artinya suatu kumpulan

pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan atau standar operasional

pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing (Kusnandar, 2007). Sejalan

dengan itu Moenir (2002) mengemukakan bahwa profesional adalah sebutan bagi

seseorang yang mampu menguasai ilmu pengetahuannya secara mendalam,

mampu melakukan kreativitas dan inovasi atas bidang yang digelutinya. Mulyasa

Page 17: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

7

(2006: 45), “profesional adalah seseorang yang memiliki kompetensi dalam suatu

pekerjaan tertentu dan berkaitan dengan kepandaian khusus untuk

menjalankannya”. Profesional merupakan sikap yang mengacu pada peningkatan

kualitas profesi.

Menurut Mulyasa (2006: 25), profesionalitas adalah kondisi, arah, nilai,

tujuan, dan kualitas keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata

pencaharian seseorang. Profesionalitas sebagai komitmen para anggota suatu

profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus

mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan

sesuai dengan profesinya itu.

Moenir (2002: 21) mengemukakan bahwa: profesionalitas kerja

merupakan tolok ukur dalam menilai efektivitas dan efisiensi kinerja instansi

pemerintah dalam melaksanakan program kerjanya. Secara konseptual prosedur

diartikan sebagai langkah-langkah sejumlah instruksi logis untuk menuju pada

suatu proses yang dikehendaki. Profesionalitas kerja pegawai digunakan dalam

kebijakan pemerintah dalam upaya mewujudkan kinerja pelayanan publik di

lingkungan unit kerja.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

profesionalitas adalah kemampuan setiap anggota profesi dalam menjalankan

tugas-tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan profesi yang diembannya.

2. Unsur-Unsur Profesionalitas

Mulyasa (2006: 29) mengemukakan bahwa profesionalitas pada umumnya

berkaitan dengan pekerjaan, namun pada umumnya tidak semua pekerjaan adalah

Page 18: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

8

profesi, karena profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari

pekerjaan lainnya. Profesionalitas berkaitan dengan mutu, kualitas, dan tindak

tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional.

Lebih lanjut Mulyasa (2006:31) mengemukakan bahwa, beberapa faktor

yang mempengaruhi profesionalitas kerja adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan

Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis: Professional dapat

diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki

keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan

dalam praktik.

b. Pendidikan yang ekstensif

Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam

jenjang pendidikan tinggi

c. Pelatihan institusional

Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan

institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis

sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui

pengembangan profesional juga dipersyaratkan.

d. Otonomi kerja

Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka

agar terhindar adanya intervensi dari luar.

Page 19: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

9

e. Kode etik

Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan

prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. Kode etik profesi

adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas

dan dalam kehidupan sehari-hari.

Profesionalitas pegawai dalam bekerja menurut Sedarmayanti (2006:41),

memiliki cakupan yang sangat komples, pada awalnya, adalah kemampuan atau

karakteristik dasar yang dimiliki seseorang, tetapi dapat dikembangkan menjadi

lebih baik sesuai dengan kebutuhan. Beberapa komponen dasar kemampuan yang

dimiliki oleh seorang profesional adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan teknik

Kemampuan teknik dalam prakteknya adalah bersifat keterampilan dan

kemampuan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

b. Kemampuan manajerial

Kemampuan manajerial berkaitan dengan kemampuan manajerial dalam hal

perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan.

c. Kemampuan sosial

Kemampuan sosial adalah kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan

pihak lain.

d. Kemampuan strategi

Kemampuan strategi adalah kemampuan melihat jauh ke depan sehingga dapat

merumuskan berbagai kebijakan yang sifatnya strategis.

Page 20: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

10

e. Kemampuan etika

Kemampuan etika adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya dengan pertimbangan etika dan moral.

Menurut Robert G. Murdick dan Joel Ross (2005:31) kriteria sehingga

seseorang disebut profesional adalah memiliki:

a. knowledge (pengetahuan),

b. competent application (aplikasi kecakapan),

c. social resposibility (tanggung jawab sosial),

d. self control (pengendalian diri) dan

e. community sanction (persetujuan masyarakat)

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dinyatakan bahwa

profesionalitas seseorang dalam bekerja berkaitan erat dengan kemampuan teknik,

manajerial, sosial, strategi dan etika, yang saling berkaitan antara satu dengan

lainnya. Adapun indikator profesionalitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah: (1) knowledge (pengetahuan); (2) competent application (aplikasi

kecakapan); (3) social resposibility (tanggung jawab sosial); (4) self control

(pengendalian diri); dan (5) community sanction (persetujuan masyarakat).

3. Prinsip-Prinsip Profesionalitas

Beberapa prinsip yang dikembangkan dalam profesionalitas kerja menurut

Moenir (2002), adalah sebagai berikut:

Page 21: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

11

a. Mengatur Diri

Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur

tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi

yang dihormati, atau yang berkualifikasi paling tinggi.

b. Layanan publik

Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama

berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi

terhadap kesehatan masyarakat.

c. Status dan imbalan

Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan

imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal ini bisa dianggap sebagai

pengakuan terhadap layanan yang diberikan pada masyarakat.

d. Tanggung jawab

Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya yang

berdampak pada kehidupan orang lain atau masyarakat umumnya.

e. Keadilan

Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang

menjadi haknya.

f. Otonomi

Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri

kebebasan dalam menjalankan profesinya.

Page 22: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

12

4. Kode Etik dalam Profesionalitas

Handoko (2004:53) mengemukakan bahwa profesionalitas kerja pada

umumnya disertai dengan kode etik. Kode etik merupakan serangkaian etika yang

disepakati, bersifat mengikat dan menjadi pedoman tingkah laku bagi sekelompok

orang yang memiliki profesi tertentu agar mereka selalu professional dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Menurut Handoko (2004:55), pentingnya kode etik dalam profesionalitas

adalah agar setiap anggota profesi mampu melaksanakan hal-hal yang

menunjukkan profesionalitasnya dalam bekerja, yaitu sebagai berikut:

a. Menjunjung tinggi martabat profesi

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

d. Untuk meningkatkan mutu profesi.

e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

h. Menentukan baku standarnya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa kode etik

merupakan rangkaian sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh

seorang professional dalam melaksanakan pekerjaannya. Kode etik profesi

merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara

baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma

yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

Page 23: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

13

B. Pengawasan Pemilihan Umum

1. Pengertian Pengawasan

Menurut George R. Tery (2006:27), pengawasan sebagai mendeterminasi

apa yang telah dilaksanakan, artinya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila

perlu, dengan menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Donnelly dalam Maristo (2014)

mengelompokkan pengawasan menjadi 3 tipe pengawasan yaitu :

a. Pengawasan Pendahuluan (Preliminary Control)

Pengawasan pendahuluan (preliminary control), yakni pengawasan

yang terjadi sebelum kerja dilakukan. Dimana pengawasan pendahuluan bisa

menghilangkan penyimpangan penting pada kerja yang diinginkan, yang

dihasilkan sebelum penyimpangan tersebut terjadi. Pengawasan pendahuluan

juga mencakup segala upaya manajerial untuk memperbesar kemungkinan

hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang

direncanakan.

Memusatkan perhatian pada masalah mencegah timbulnya deviasi-

deviasi pada kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya yang digunakan

pada organisasi-organisasi. Sumber daya ini harus memenuhi syarat-syarat

pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur organisasi yang bersangkutan.

Diharapkan dengan manajemen akan menciptakan kebijakan dan prosedur

serta aturan yang ditujukan untuk menghilangkan perilaku yang menyebabkan

hasil kerja yang tidak diinginkan. Dengan demikian, maka kebijakan

merupakan pedoman yang baik untuk tindakan masa mendatang. Pengawasan

Page 24: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

14

pendahuluan meliputi; Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia,

Pengawasan pendahuluan bahan-bahan, Pengawasan pendahuluan modal dan

Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya financial. (Donnelly dan

Maristo, 2014).

b. Pengawasan Pada Saat Kerja Berlangsung (Concurrent Control)

Pengawasan pada saat kerja berlangsung (concurrent control) adalah

Pengawasan yang terjadi ketika pekerjaan dilaksanakan. Memonitor pekerjaan

yang berlangsung untuk memastikan bahwa sasaran telah dicapai. Concurrent

control terutama terdiri dari tindakan para supervisor yang mengarahkan

pekerjaan para bawahan mereka. Direction berhubungan dengan tindakan-

tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk. Mengajarkan kepada

para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode serta prosedur yang

tepat dan mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan

sebagaimana mestinya. (Donnelly dan Maristo, 2014)

c. Pengawasan Feed Back (Feed Back Control)

Pengawasan Feed Back (feed back control) yaitu pengawasan dengan

mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur

penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.

Pengawasan yang dipusatkan pada kinerja organisasional dimasa lalu.

Tindakan korektif ditujukan ke arah proses pembelian sumber daya atau

operasi aktual. Sifat kas dari metode pengawasan feed back (umpan balik)

adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai

Page 25: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

15

landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang. (Donnelly

dan Maristo, 2014: 13).

Pengawasan juga merupakan suatu cara agar tujuan dapat tercapai dengan

baik (Griffin, 2004:33). Biasanya teori pengawasan dalam manajemen dipakai

oleh banyak perusahaan-perusahaan untuk mencapai tujuannya. Dalam penelitian

ini konsep pengawasan digunakan bukan sebuah perusahaan tetapi sebuah

lembaga yang melakukan pengawasan pemilu yakni Bawaslu. Meskipun banyak

para ahli membangun teori pengawasan dalam perusahaan-perusahaan, namun

dalam hal ini pengawasan berlaku pada level teori untuk menganalisis penelitian

ini. Kemudian banyak para ahli yang mengungkapkan tentang pengawasan seperti

Mathis & Jackson (2006:63), yang menjelaskan bahwa pengawasan merupakan

cara untuk memantau kinerja agar tercapai tujuan organisasi.

Menurut Harahap (2001:35) bahwa pengawasan merupakan suatu cara

yang digunakan seorang atasan untuk mengawasi anak buahnya. Sama halnya

dengan Simbolon (2004:65), pengawasan merupakan hal penting dimana

pimpinan atau manajer ingin mengevaluasi hasil pekerjaan stafnya. Dessler

(2009:13), menyatakan juga bahwa pengawasan merupakan sebuah tindakan

untuk mengoreksi terhadap hal-hal yang dilakukan.

2. Pengawasan dalam Pemilu

Pengawasan menurut Handoko (1996) adalah suatu upaya yang dilakukan

oleh para manajer untuk menjaga agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

karyawan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan oleh organisasi atau

perusahaan. Sementara menurut Robbins & Coulter (2005) pengawasan sebagai

Page 26: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

16

proses pemantauan aktivitas organisasi untuk memastikan apakah aktivitas sesuai

dengan yang di rencanakan dan sebagai proses mengoreksi setiap penyimpangan

yang muncul.

a. Pengawasan Pemutakhiran Data Pemilih dan Penetapan Pemilih Tetap

Pada saat ini data kependudukan yang valid sangat penting, karena akan

berdampak besar pada berbagai aspek, misalnya pemutakhiran data pemilih.

Kapasitas sistem administrasi sebagai basis data yang ditampilkan berdasarkan

dari nomor induk kependudukan, usia, jenis kelamin, alamat untuk memenuhi

ketentuan mengenai pemilih dalam daftar pemilih pada pemilihan umum. Data

pemilih adalah faktor yang sangat penting bagi suksesnya pemilihan umum, hal

ini dikarenakan data pemilih yang akurat akan dapat mengantarkan hak politik

masyarakat dalam suatu wadah, yaitu pemilihan umum yang jurdil, luber dan

sehingga dapat terlibat aktif dalam pesta demokrasi yang di gelar di suatu daerah.

Tahapan dan proses yang harus dilalui oleh penyelenggara dalam

melaksanakan penyusunan daftar pemilih diatur dalam peraturan PKPU Nomor 9

Tahun 2013. Dalam upaya mewujudkan dan menghasilkan daftar pemilih yang

tepat, tidak terlepas dari peran serta masyarakat melalui sikap aktif dari

masyarakat terhadap pemutakhiran data pemilih. Masyarakat harus berani

mengambil sikap melaporkan kepada petugas, jika masyarakat tersebut tidak

termasuk dalam daftar pemilih, karena terdaftarnya masyarakat dalam daftar

pemilih sangat penting dalam menjaga tetap tingginya partisipasi masyarakat

dalam pemilihan umum.

Page 27: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

17

Menurut Mulyono dkk. (2013) Lembaga pemerintahan baik di tingkat

kabupaten/kota, kecamatan, desa dan kelurahan berperan besar dalam

pemutahiran data pemilih. Beberapa konsekuensi yang bisa menimbulkan data

pemilih menjadi kurang valid seperti berikut :

1) Meningkatnya jumlah masyarakat yang kehilangan hak pilihnya karena tidak

tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT)

2) Persiapan logistik yang kurang efektif dan efisien

3) Adanya protes dari masyarakat sehingga ada dugaan dalam masyarakat bahwa

KPU kurang profesional

4) Dapat menimbulkan anggapan bahwa ada pelanggaran sistematis

5) Membuka ruang penyalahgunaan hak pilih dan kecurangan dalam pemilu

6) Media massa akan memberitakan hal yang negatif

b. Pengawasan Alat Peraga Kampanye

Menurut Peraturan KPU No. 15 Tahun 2013, Pasal 1 ayat 22 menjelaskan

bahwa alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat

visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya yang dipasang untuk keperluan

kampanye pemilu yang bertujuan mengajak orang memilih peserta pemilu

dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu. Pada ayat 23 juga

dijelaskan bahwa bahan kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang

memuat visi, misi, program, simbol- simbol, atau tanda gambar yang disebar

untuk keperluan kampanye pemilu yang bertujuan mengajak orang memilih

Peserta Pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu.

Page 28: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

18

Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun 2013 tentang

Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota DPRD, DPD dan

DPRD, bahwa alat peraga kampanye tidak ditempatkan pada tempat ibadah,

rumah sakit atau tempat-tempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah,

lembaga pendidikan (gedung dan sekolah), jalan-jalan protokol, jalan bebas

hambatan, sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan.

c. Pengawasan Dana Kampanye

Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilu

Anggota DPR, DPD, DPRD, yang memiliki kewajiban untuk mengawasi dana

kampanye adalah BAWASLU. Pengawasan dana kampanye tidah hanya

mengawasi para peserta pemilu yang sudah melaporkan dananya ke KPU, tapi

juga harus meneliti dan melakukan investigasi kebenaran asal dan sumber dana

kampanye. Meskipun para penyumbang memiliki identitas yang jelas, peran

BAWASLU juga meneliti para penyumbang apakah memiliki kecakapan dari hal

finansial, atau hanya dipergunakan saja namanya.

d. Pengawasan Kampanye di Media Massa

Media sangat berperan penting dalam pelaksanaan pemilihan umum,

Dengan peran media, maka partai politik maupun politisi akan mendapat banyak

kebaikan selama mematuhi aturan kampanye, media juga berperan penting dalam

rangka mengawal jalannya pesta demokrasi.

Page 29: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

19

e. Pengawasan Politik Uang (Money Politic)

Penyelenggaraan pemilihan umum sangat berpotensial terjadi berbagai

pelanggaran, pelanggaran kode etik, administrasi, sengketa pemilu, tindak pidana,

maupun perselisihan hasil pemilu dan lain-lain. Karena itu peraturan perundang-

undangan yang ada dengan tegas mennyatakan adanya larangan dan sangsi

terhadap pelanggaran yang ada dengan cara penyelesaian hukum yang efektif.

Politik dan uang merupakan dua hal berbeda, namun tidak dapat dipisahkan. Saat

berpolitik orang membutuhkan uang dan dengan uang, orang dapat berpolitik.

Istilah politik uang yang dalam bahasa Inggris money politic. Hal ini merujuk

pada penggunaan uang untuk mempengaruhi keputusan tertentu entah dalam

Pemilu ataupun dalam hal lain yang berhubungan dengan keputusan-keputusan

penting.

Pengertian tersebut menjadikan uang sebagai alat untuk mempengaruhi

seseorang untuk menentukan keputusan. Tentu saja dengan kondisi ini maka dapat

dipastikan bahwa keputusan yang diambil tidak lagi berdasarkan baik tidaknya

keputusan tersebut bagi orang lain tetapi keuntungan yang didapat dari keputusan

tersebut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

penyelenggaraan pemilu yang menyebutkan pemilu adalah lembaga yang

menyelenggarakan pemilu yang terdiri dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan

Badan Pengawasan Pemilu (BAWASLU) sebagai satu kesatuan fungsi

penyelenggaraan pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan

Wakil, serta Gubernur dan Bupati/Walikota.

Page 30: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

20

f. Pengawasan Kampanye Hitam (Black Campaign)

Penyelenggaraan Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala Daerah,

dimana para calon peserta pemilu saling berkontestasi untuk meraih kemenangan

dan menjatuhkan lawan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan

kampanye hitam (black campaign). Kampanye hitam diyakini sebagai salah satu

metode yang efektif untuk menjatuhkan dan menghancurkan lawan. Permasalahan

kampanye hitam bukan hanya menjadikan lemahnya pengawasan standar moral

dan lemahnya aturan hukum, ditambah regulasi politik saat ini tidak mengatur

secara tegas.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum DPR, DPD, DPRD, yang dimaksud dengan kampanye adalah : kegiatan

peserta pemilihan umum untuk menyakinkan para pemilih dengan menawarkan

visi misi dan program peserta pemilu. Artinya dalam pelaksanaan pemilu (DPR,

DPD, DPRD, Presiden dan Wakil, serta Gubernur dan Bupati/Walikota) harus

dilakukan dengan cara yang lurus, bersih dan terang.

g. Pengawasan Pada Hari Pelaksanaan Pemungutan Dan Penghitungan Suara

Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara dalam pemilihan umum

termasuk pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah merupakan

salah satu tahapan penting, karena disinilah kesempatan bagi pemilih untuk dapat

memberikan hak suaranya. Potensi terjadinya pelanggaran yang dapat

mempengaruhi kredibilitas kinerja para penyelenggara dan pengawas pemilu

sangat dipertaruhkan. Peran pengawas pemilu sangat vital, karena salah satu

tugasnya adalah melakukan koreksi dengan menyampaikan saran perbaikan secara

Page 31: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

21

langsung dalam hal ditemukannya kesalahan, kelalaian dalam proses pemungutan

dan penghitungan suara. Peranan tersebut wajib dilakukan oleh pengawas pemilu

baik atas suatu perbuatan yang dilihat secara langsung maupun berdasarkan

masukan dari masyarakat. (Modul Bawaslu RI, 2014).

3. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dalam pasal 1

dijelaskan bahwa Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut Bawaslu

adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang mengawasi Penyelenggaraan Pemilu

di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bawaslu RI membawahi

Bawaslu Provinsi yakni badan yang mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di

wilayah provinsi. Selanjutnya Bawaslu Provinsi membawahi Bawaslu

Kabupaten/Kota yakni badan untuk mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di

wilayah kabupaten/kota. Bawaslu Kabupaten/Kota membawahi Panitia Pengawas

Pemilu Kecamatan yang selanjutnya disebut Panwaslu Kecamatan adalah panitia

yang dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota untuk mengawasi Penyelenggaraan

Pemilu di wilayah kecamatan atau nama lain. Selanjutnya Panwaslu Kecamatan

membawahi Panwaslu Kelurahan/Desa.

Tugas Bawaslu dalam pasal 93 UU No. 7 Tahun 2017 yaitu:

a. Menyusun standar tata laksana pengawasan Penyelenggaraan Pemilu untuk

pengawas Pemilu di setiap tingkatan;

b. Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:

1) Pelanggaran Pemilu; dan

2) Sengketa proses Pemilu;

Page 32: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

22

c. Mengawasi persiapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas:

1) Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu;

2) Perencanaan pengadaan logistik oleh KPU;

3) Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu; dan

4) Pelaksanaan persiapan lainnya dalam Penyelenggaraan Pemilu sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas:

1) Pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih sementara serta

daftar pemilih tetap;

2) Penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD kabupaten/kota;

3) Penetapan Peserta Pemilu;

4) Pencalonan sampai dengan penetapan Pasangan Calon, calon anggota

DPR, calon anggota DPD, dan calon anggota DPRD sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

5) Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;

6) Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;

7) Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu di

TPS;

8) Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat

hasil penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;

9) Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPK, KPU

Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU;

Page 33: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

23

10) Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan,

dan Pemilu susulan; dan

11) Penetapan hasil Pemilu;

e. Mencegah terjadinya praktik politik uang;

f. Mengawasi netralitas aparatur sipil negara, netralitas anggota Tentara

Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia;

g. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan, yang terdiri atas:

1) putusan DKPP;

2) putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu;

3) putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu

Kabupaten/Kota;

4) keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota; dan

5) keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas aparatur

sipil negara, netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas

anggota Kepolisian Republik Indonesia;

h. Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu kepada

DKPP;

i. Menyampaikan dugaan tindak pidana Pemilu kepada Gakkumdu;

j. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan

penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

k. Mengevaluasi pengawasan Pemilu;

l. Mengawasi pelaksanaan Peraturan KPU; dan

Page 34: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

24

m. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

C. Pemilihan Kepala Daerah

1. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau

seringkali disebut Pilkada atau Pemilukada, adalah bagian dari implementasi

demokrasi. Kepala Daerah adalah jabatan politik yang bertugas memimpin dan

menggerakkan lajunya roda pemerintahan. Terminologi jabatan publik artinya

kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan keputusan langsung dengan

kepentingan rakyat atau publik, berdampak kepada rakyat dan dirasakan. oleh

Karena itu Kepala Daerah harus dipilih oleh rakyat dan wajib mempertanggung

jawabkannya. Sedangkan makna jabatan politik adalah bahwa mekanisme

rekruitmen kepala daerah dilakukan secara politik yaitu melalui pemilihan yang

melibatkan elemen-elemen politik yaitu dengan menyeleksi rakyat terhadap tokoh

yang mencalonkan sebagai kepala daerah. Dalam kehidupan politik di daerah,

pilkada merupakan kegiatan yang nilainya sejajar dengan pemilihan legislative,

terbukti kepala daerah dan DPRD menjadi mitra

(Hadiawan, 2009).

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2016 Tentang Tahapan, Program, Dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Walikota dan

Wakil Walikota Tahun 2017 dalam pasal 1 dijelaskan bahwa Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil

Page 35: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

25

Walikota, selanjutnya disebut Pemilihan, adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di

wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota

secara langsung dan demokratis.

2. Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah

Undang Undang Dasar 1945 merupakan suatu perangkat peraturan yang

menentukan kekuasaan dan tanggung jawab dari berbagai alat kenegaraan,

Undang Undang Dasar 1945 juga menentukan batas batas berbagai pusat

kekuasaan itu dan memaparkan hubungan-hubungan diantara mereka (Budiardjo,

2013: 169). Materi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berada

dibawah Undang Undang Dasar 1945 tidak diperbolehkan bertentangan dengan

materi Undang-Undang Dasar 1945. Materi-materi tentang penyelenggaraan

pemerintahan, pemilihan umum maupun tentang penyelenggara pemilihan umum

yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 harus diterjemahkan kembali

dalam Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang (Perpu), dan sebagainya. Pasal pasal yang terdapat di

dalam Undang-Undang Dasar 1945 harus dijadikan rujukan utama dalam

pembuatan Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) dan sebagainya dan yang menjadi

Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah adalah:

a. Undang – Undang Dasar 1945

b. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Page 36: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

26

c. Undang Undang No 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan kedua atas Undang

Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang Undang

d. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016

Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tentang

Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil

Walikota Tahun 2017

e. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2016

Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9

Tahun 2015 Tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota.

3. Sistem Pemilihan Kepala Daerah

Sistem pemilu adalah seperangkat metode yang mengatur warga negara

untuk memilih para wakilnya yang akan duduk di lembaga legislatif dan

eksekutif. Menurut Asfar (2006) pentingnya sistem pemilu adalah sebagai berikut:

a. Sistem pemilihan mempunyai konsekuensi pada tingkat proporsionalitas hasil

pemilihan

b. Sistem pemilihan memengaruhi bentuk kabinet yang akan dibentuk

c. Sistem pemilihan membentuk sistem kepartaian, khusus berkaitan dengan

jumlah partai politik yang ada di dalam sistem kepartaian tersebut

Page 37: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

27

d. Sistem pemerintahan memengaruhi akuntabulitas pemerintahan, khususnya

akuntabilitas para wakil terhadap pemilihmya

e. Sistem pemilu mempunyai dampak pada tingkat kohesi partai politik

f. Sistem pemilihan berpengaruh terhadap bentuk dan tingkat partisipasi politik

warga

g. Sistem pemilihan adalah elemen demokrasi yang lebih mudah untuk

dimanipulasi dibandingkan dengan elemen demokrasi lainnya, oleh karena itu,

jika suatu negara bermaksud mengubah tampilan atau wajah demokrasinya.

Hal itu dapat dilakukan dengan mudah melalui perubahan sistem pemilunya

h. Sistem pemilihan juga dapat dimanipulasi melalui berbagai peraturan yang

tidak demokratis dalam tingkat pelaksanaannya.

Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang,

sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang

diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan

kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi

serta aspirasi masyarakat. Sekalipun demikian, disadari bahwa pemilihan umum

tidak merupakan satu satunya tolok ukur dan perlu dilengkapi dengan pengukuran

beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan, seperti partisipasi

dalam kegiatan partai, lobbying, dan sebagainya. Pemilihan terhadap jenis sistem

pilkada langsung selalu mempertimbangkan aspek “legitimasi” dan “efisiensi”,

yang selalu merupakan “trade off” (Pramusinto, 2004). Artinya, memilih sistem

yang legitimasi tinggi selalu mengandung konsekuensi sangat tidak efisien.

Page 38: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

28

Sebaliknya, kalau semata-mata mengutamakan efisiensi akan melahirkan hasil

pilkada yang legitimasinya rendah.

Sistem pemilihan kepala daerah memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap watak dan karakter persaingan calon kepala daerah. Yang dimaksud

karakter dan watak persaingan adalah ciri ciri dan kecenderungan yang menonjol

dari kompetisi dalam pilkada juga bisa dirancang untuk memperlancar perilaku

politik tertentu karena sistem pemilihan dapat dengan mudah dimanipulasi

(Prihatmoko, 2005: 26).

Sistem pilkada langsung memiliki ciri-ciri dan kecenderungan yang

menonjol dari jenis kompetisi yang dilakukan, oleh sebab itu pilkada langsung

seharusnya memperhitungkan dengan cermat kecenderungan tersebut dan faktor

yang mempengaruhinya. Untuk mengetahui kemungkinan penerapan sistem

pilkada langsung di Indonesia, perlu ditinjau berbagai jenis sistem pilkada

langsung, diantaranya (Prihatmoko, 2005: 116) :

a. First Past the Post System

First past the post system ini dikenal sebagai sistem yang sederhana dan

efesien. Calon kepala daerah yang memperoleh suara terbanyak otomatis

memenangkan pilkada dan menduduki kursi kepala daerah. Karenanya sistem ini

dikenal juga dengan sistem mayoritas sederhana (simple majority).

Konsekuensinya, calon kepala daerah dapat memenangkan pilkada walaupun

hanya meraih kurang dari separoh suara jumlah pemilih sehingga legitimasinya

sering dipersoalkan.

Page 39: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

29

f. Prefenterial Voting System atau Aprroval Voting System

Cara kerja Prefenterial Voting System atau Aprroval Voting System adalah

pemilih memberikan peringkat pertama, kedua, ketiga dan seterusnya terhadap

calon - calon Kepala Daerah yang ada pada saat pemilihan. Seorang calon akan

otomatis memenangkan pilkada langsung dan terpilih menjadi Kepala Daerah jika

perolehan suaranya mencapai peringkat pertama yang terbesar. Sistem ini dikenal

sebagai mengakomodasi sistem mayoritas sederhana (simple majority) namun

dapat membingungkan proses penghitungan suara di setiap tempat pemungutan

suara (TPS) sehingga penghitungan suara mungkin harus dilakukan secara

terpusat.

g. Two Round System atau Run-off system

Sesuai namanya, cara kerja sistem two round ini pemilihan dilakukan

dengan dua putaran (run-off) dengan catatan jika tidak ada calon yang

memperoleh mayoritas absolut (lebih dari 50 persen) dari keseluruhan suara

dalam pemilihan putaran pertama. Dua pasangan calon Kepala daerah dengan

perolehan suara terbanyak harus melalui putaran kedua beberapa waktu setelah

pemilihan putaran pertama. Lazimnya, jumlah suara minimum yang harus

diperoleh para calon pada pemilihan putaran pertama agar dapat ikut dalam

pemilihan putaran kedua bervariasi, dari 20 persen sampai 30 persen. Sistem ini

paling populer di negara – negara demokrasi presidensial.

h. Sistem Electoral Collage

Cara kerja sistem Electoral Collage adalah setiap daerah pemilihan

(kecamatan, dan gabungan kecamatan untuk Bupati/Walikota; kabupaten/kota dan

Page 40: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

30

gabungan kabupaten/kota untuk gubernur) diberi alokasi atau popot suara dewan

pemilih (Electoral Collage) sesuai dengan jumlah penduduk. Setelah pilkada,

keseluruhan jumlah suara yang diperoleh tiap calon di setiap daerah pemilihan

tersebut dihitung. Pemenang di setiap daerah pemilihan berhak memperoleh

keseluruhan suara Dewan Pemilih di daerah pemilihan yang bersangkutan. Calon

yang memperoleh suara dewan pemilih terbesar akan memenangkan pilkada

langsung. Umumnya, calon yang berhasil memenangkan suara di daerah-daerah

pemilihan dengan jumlah penduduk padat terpilih menjadi kepala daerah.

4. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah

Pemerintahan di daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan

pemerintah pusat sebagai konsekuensi Indonesia memakai sistem pemerintahan

presidensiil. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan tertinggi dalam Pasal 4

ayat (1) UUD 1945 mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kewajiban

pemerintahan untuk menuju tujuan negara Indonesia yang termaktub dalam

pembukaan UUD 1945 alinea IV. Karena tugas dan kewajiban presiden sangat

banyak, maka memerlukan bantuan dari pemerintah daerah, sebagai konsekuensi

bentuk negara kesatuan adanya pembagian wilayah Republik Indonesia menjadi

daerah besar (propinsi) dan daerah kecil (kabupaten/kota) seperti dalam pasal 18

UUD 1945 (Wijayanti & Satriawan, 2009: 157).

Pemilihan Kepala Derah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung oleh

masyarakat memiliki legitimasi yang lebih besar dibandingkan dengan pemilihan

oleh DPRD. Pilkada langsung dianggap sebagai kelanjutan cita cita reformasi

yang ingin mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat, sebab mandat yang

Page 41: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

31

diberikan langsung dianggap sebagai hak warga negara yang dijamin konstitusi

(Kumolo, 2015).

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang diselenggarakan

saat ini dimaksudkan untuk memperkuat otonomi daerah dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pelaksanaanya, harus tetap berpedoman

pada prinsip – prinsip pemberian otonomi daerah yang di atur di dalam Undang –

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut yakni:

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

demokrasi, keadilan, pemetaan serta potensi dan keanekaragaman daerah

b. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi

badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawas

maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintah daerah

c. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga

tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar –

daerah (Kumolo, 2015: 28).

Prihatmoko (2005: 210) mengemukakan bahwa kegiatan pilkada

dilaksanakan dalam 2 tahap, yakni masa persiapan dan tahap pelaksanaan.

Masing-masing tahapan dilakukan berbagai kegiatan yang merupakan proses

pilkada langsung, tahapan kegiatan pilkada ini tidak dapat melompat-lompat.

Kegiatan kegiatan dalam masa persiapan yakni Menurut pasal 5 Peraturan Komisi

Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang tentang tahapan, program dan

jadwal penyelenggaraan pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil

bupati dan/atau walikota dan wakil walikota tahun 2017 adalah:

Page 42: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

32

a. Perencanaan program dan anggaran

b. Penyusunan dan penandatanganan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)

c. Penyusunan dan pengesahan peraturan penyelenggaraan Pemilihan

d. Sosialisasi, penyuluhan atau bimbingan teknis

e. Pembentukan panitia pengawas PPK, PPS dan KPPS

f. Pembentukan dan pemdaftaran pemantau pemilihan

g. Pengolahan daftar Penduduk Potensial Pemilih (DP4)

h. Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih

Sementara itu, menurut pasal 6 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor

3 Tahun 2016 tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan

Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan

Wakil Walikota Tahun 2017. Tahapan Penyelenggaraan Pilkada adalah:

a. Penyerahan dan penelitian syarat dukungan pasangan calon perseorangan

b. Pendaftaran Pasangan Calon

c. Penyelesaian sengketa TUN Pemilihan

d. Kampanye

e. Pelaporan dan audit dana kampanye

f. Pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan dan perhitungan

suara

g. Pemungutan dan penghitungan suara

h. Rekapitulasi hasil penghitungan suara

i. Penetapan pasangan calon terpilih tanpa permohonan Perselisihan Hasil

Pemilihan (PHP)

Page 43: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

33

D. Kerangka Pikir

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak merupakan manifestasi

demokrasi di Indonesia yang bertujuan untuk menghasilkan kepala daerah-kepala

daerah yang berkualitas salah satunya di Kabupaten Sinjai. Harapan tersebut dapat

diwujudkan apabila tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pilkada di Kabupaten

Sinjai terlaksana dengan baik tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran baik itu dari

kandidat kepala daerah maupun dari tim sukses. Lembaga yang memiliki tugas

dalam memberikan pengawasan terhadap Pemilu di wilayah Kabupaten/Kota

adalah Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu).

Profesionalitas merupakan kemampuan untuk bertindak sesuai dengan

keahlian yang dimiliki atau bertindak secara profesional. Agar tugas dan tanggung

jawab Panwaslu dapat dilaksanakan secara optimal, maka diperlukan

profesionalitas setiap unsur yang terlibat didalamnya baik itu dari pimpinan

maupun anggota-anggotanya. Robert G. Murdick dan Joel Ross mengemukakan

kriteria profesional yaitu memiliki: (1) knowledge (pengetahuan); (2) social

responsibility (tanggung jawab sosial); (3) self control (pengendalian diri); dan (4)

community sanction (persetujuan masyarakat).

Berdasarkan uraian di atas, skema kerangka pikir dalam penelitian ini

digambarkan sebagai berikut.

Page 44: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

34

Bagan Kerangka Pikir

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah mengkaji sejauhmana profesionalitas Badan

Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam Pemilihan Bupati di Kabupaten

Sinjai tahun 2018.

F. Deskripsi Fokus

1. Profesionalitas Bawaslu Kabupaten Sinjai adalah kemampuan setiap unsur

dalam struktur organisasi Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam menjalankan

tugas-tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan jabatan yang diembannya

berdasarkan indikator (1) knowledge (pengetahuan); (2) social responsibility

(tanggung jawab sosial); (3) self control (pengendalian diri); dan (4)

community sanction (persetujuan masyarakat).

Pelaksanaan Pilkada Serentak

Di Kabupaten Sinjai

Profesionalitas Badan Pengawas

Pemilu (Panwaslu) Indikator profesionalitas menurut

Murdick & Ross (2005):

1. knowledge (pengetahuan);

2. social responsibility (tanggung jawab

sosial);

3. self control (pengendalian diri);

4. community sanction (persetujuan

masyarakat)

Faktor

Pendukung

Faktor

Penghambat

Pelaksanaan Pilkada Berjalan Sesuai Aturan

Page 45: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

35

2. Knowledge (pengetahuan) adalah sejauhmana anggota Bawaslu Kabupaten

Sinjai memahami tugas dan kewenangannya.

3. Social responsibility (tanggung jawab sosial) adalah sejauhmana anggota

Bawaslu Kabupaten Sinjai melibatkan atau menampung aspirasi masyarakat

dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya.

4. Self control (pengendalian diri) adalah upaya yang dilakukan oleh pimpinan

maupun anggota Bawaslu Kabupaten Sinjai untuk saling memberikan

bimbingan atau arahan dalam mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan

kewenangan Bawaslu Kabupaten Sinjai.

5. Community sanction (persetujuan masyarakat) adalah kemampuan anggota

panswaslu bersosialisasi dengan masyarakat.

6. Bawaslu Kabupaten Sinjai atau Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Sinjai

merupakan lembaga yang mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan

terhadap tahapan penyelenggaraan pemilu, di wilayah Kabupaten Sinjai.

7. Panwaslu atau Panitia Pengawas Pemilu merupakan lembaga yang bersifat ad

hoc dan dibentuk dengan masa jabatan sementara untuk kepentingan

pengawasan pemilu mulai dari tingkat kecamatan, kelurahan/desa, dan tingkat

TPS. Sementara Bawaslu, bersifat tetap dengan masa jabatan 5 tahun.

8. Pilkada atau pemilihan kepala daerah merupakan pemilihan langsung yang

dilakukan oleh rakyat dalam satu daerah baik itu di tingkat kabupaten/kota

maupun tingkat provinsi.

Page 46: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2

bulan. Lokasi penelitian ini dilakukan di kantor Badan Pengawas Pemilu

(Bawaslu) Kabupaten Sinjai. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sinjai

karena daerah tersebut termasuk salah satu Kabupaten yang mengikuti pemilukada

serentak 2018.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor (dalam

Moleong, 2000) penelitian kualitatif merupakan prosedur meneliti yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan profesionalitas panitia pengawas pemilu dalam melaksanakan

pilkada serentak di Kabupaten Sinjai.

C. Sumber Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data

yaitu data primer dan data sekunder.

Page 47: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

37

1. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung dari subjek

penelitian terkait variabel yang diteliti.

2. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan untuk menunjang data primer.

Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen pendukung

yang terkait dengan tempat penelitian.

D. Informan Penelitian

Pemilihan informan merupakan hal yang menjadi bahan pertimbangan

utama dalam penelitian kualitatif, sehingga harus dilakukan secara cermat, karena

penelitian ini mengkaji tentang profesionalitas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

Kabupaten Sinjai. Informan pertama atau informan kunci yang paling sesuai

adalah Ketua Bawaslu Kabupaten Sinjai. Berikut rincian informan dalam

penelitian ini.

Tabel 3.1. Informan Penelitian

No. Nama Inisial Jabatan Keterangan

1 A. Muh. Rusmin,

S.Pd. MR

Ketua Bawaslu Kabupaten

Sinjai 1 orang

2 Supriyadi, S.Sos. Su

Staf Bawaslu Divisi

Pengawasan dan Hubungan

Antar Lembaga

1 orang

3 Syamsidar, S.Pd. Sy Staf Bawaslu Divisi Hukum

dan Penindakan 1 orang

4 Alimuddin A Staf Bidang Keuangan 1 orang

5 Nur Alam, S.Ag. NA Ketua AMPG Partai Golkar 1 orang

Jumlah 5 orang

Page 48: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

38

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode wawancara dan

dokumentasi. Penjelasan lebih lanjut mengenai penggunaan kedua metode

tersebut dalam penelitian ini diuraikan berikut ini.

1. Metode Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap objek untuk

mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya

mengumpulkan data penelitian. Semua kegiatan, objek, serta kondisi penunjang

yang ada dapat diamati dan dicatat. Hal-hal yang dilakukan dalam observasi ini

adalah mengenai keadaan yang sebenamya terjadi di lokasi penelitian yang

berkaitan profesionalitas Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam

Pilkada Serentak tahun 2018.

2. Metode Wawancara

Wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara

pewawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara bertanya langsung

tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya (Yusuf, 2014).

Dalam hal ini pewawancara mengadakan percakapan sedemikian hingga pihak

yang diwawancarai bersedia terbuka memberikan keterangan yang dibutuhkan.

Instrumen yang dipakai dalam wawancara biasanya adalah daftar (yang disebut

pedoman wawancara) yang berisi garis-garis besar pertanyaan yang sudah

disiapkan sebelumnya, ataupun alat perekam audio ataupugn audio-visual.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis wawancara

mendalam (in-depth interviewing) yaitu jenis wawancara yang tidak terstruktur.

Page 49: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

39

Wawancara dilakukan dengan pertanyaan open-ended dan mengarah pada

kedalaman informasi dan tidak dilakukan secara formal terstruktur guna menggali

informasi mengenai profesionalitas Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam pilkada

serentak 2018.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang dapat diartikan sebagai

barang-barang yang tertulis atau tercetak. Sukmadinata (2013: 221), studi

dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi

digunakan untuk mengumpulkan data arsip terkait Bawaslu Kabupaten Sinjai, dan

informasi-informasi lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dimana

langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun

secara sistematis, kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang

lain. Tahapan analisis data kualitatif sebagai berikut:

1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada

dalam data.

2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang

berasal dari data.

3. Menuliskan „model‟ yang ditemukan.

4. Koding yang telah dilakukan.

Page 50: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

40

G. Teknik Pengabsahan Data

Validasi data sangat mendukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu

diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam

penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi

bennakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan

dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data

yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan

trianguiasi waktu.

1. Triangulasi Sumber dilakukan dengan cara mengecek pada data sumber lain

yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Triangulasi Metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan

menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau tidak

akuratnya.

3. Triangulasi waktu yang dilakukan disini dengan menguji kredibilitas data

yang dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi atau teknik lainnya dalam waktu dan situasi yang berbeda.

Page 51: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Bawaslu Kabupaten/Kota

Dalam sejarah pelaksanaan pemilu di Indonesia, istilah pengawasan

pemilu sebenarnya baru muncul pada era 1980-an. Pada pelaksanaan Pemilu yang

pertama kali dilaksanakan di Indonesia pada 1955 belum dikenal istilah

pengawasan Pemilu. Pada era tersebut terbangun trust di seluruh peserta dan

warga negara tentang penyelenggaraan Pemilu yang dimaksudkan untuk

membentuk lembaga parlemen yang saat itu disebut sebagai Konstituante.

Walaupun pertentangan ideologi pada saat itu cukup kuat, tetapi dapat

dikatakan sangat minim terjadi kecurangan dalam pelaksanaan tahapan, kalaupun

ada gesekan terjadi di luar wilayah pelaksanaan Pemilu. Gesekan yang muncul

merupakan konsekuensi logis pertarungan ideologi pada saat itu. Hingga saat ini

masih muncul keyakinan bahwa Pemilu 1955 merupakan Pemilu di Indonesia

yang paling ideal.

Kelembagaan Pengawas Pemilu baru muncul pada pelaksanaan Pemilu

1982, dengan nama Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu (Panwaslak Pemilu).

Pada saat itu sudah mulai muncul distrust terhadap pelaksanaan Pemilu yang

mulai dikooptasi oleh kekuatan rezim penguasa. Pembentukan Panwaslak Pemilu

pada Pemilu 1982 dilatari oleh protes-protes atas banyaknya pelanggaran dan

manipulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh para petugas pemilu pada

Pemilu 1971. Karena palanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada

Page 52: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

42

Pemilu 1977 jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas direspon pemerintah dan

DPR yang didominasi Golkar dan ABRI. Akhirnya muncullah gagasan

memperbaiki undang-undang yang bertujuan meningkatkan 'kualitas' Pemilu

1982. Demi memenuhi tuntutan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk

menempatkan wakil peserta pemilu ke dalam kepanitiaan pemilu. Selain itu,

pemerintah juga mengintroduksi adanya badan baru yang akan terlibat dalam

urusan pemilu untuk mendampingi Lembaga Pemilihan Umum (LPU).

Pada era reformasi, tuntutan pembentukan penyelenggara Pemilu yang

bersifat mandiri dan bebas dari kooptasi penguasa semakin menguat. Untuk itulah

dibentuk sebuah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat independen yang

diberi nama Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini dimaksudkan untuk

meminimalisasi campur tangan penguasa dalam pelaksanaan Pemilu mengingat

penyelenggara Pemilu sebelumnya, yakni LPU, merupakan bagian dari

Kementerian Dalam Negeri (sebelumnya Departemen Dalam Negeri). Di sisi lain

lembaga pengawas pemilu juga berubah nomenklatur dari Panwaslak Pemilu

menjadi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu).

Perubahan mendasar terkait dengan kelembagaan Pengawas Pemilu baru

dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003. Menurut UU ini

dalam pelaksanaan pengawasan Pemilu dibentuk sebuah lembaga adhoc terlepas

dari struktur KPU yang terdiri dari Panitia Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas

Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas

Pemilu Kecamatan. Selanjutnya kelembagaan pengawas Pemilu dikuatkan melalui

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu dengan

Page 53: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

43

dibentuknya sebuah lembaga tetap yang dinamakan Badan Pengawas Pemilu

(Bawaslu). Adapun aparatur Bawaslu dalam pelaksanaan pengawasan berada

sampai dengan tingkat kelurahan/desa dengan urutan Panitia Pengawas Pemilu

Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilu

Kecamatan, dan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) di tingkat kelurahan/desa.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, sebagian

kewenangan dalam pembentukan Pengawas Pemilu merupakan kewenangan dari

KPU. Namun selanjutnya berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap

judicial review yang dilakukan oleh Bawaslu terhadap Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2007, rekrutmen pengawas Pemilu sepenuhnya menjadi kewenangan dari

Bawaslu. Kewenangan utama dari Pengawas Pemilu menurut Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2007 adalah untuk mengawasi pelaksanaan tahapan pemilu,

menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi,

pelanggaran pidana pemilu, serta kode etik.

Dinamika kelembagaan pengawas Pemilu ternyata masih berjalan dengan

terbitnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu.

Secara kelembagaan pengawas Pemilu dikuatkan kembali dengan dibentuknya

lembaga tetap Pengawas Pemilu di tingkat provinsi dengan nama Badan

Pengawas Pemilu Provinsi (Bawaslu Provinsi). Selain itu pada bagian

kesekretariatan Bawaslu juga didukung oleh unit kesekretariatan eselon I dengan

nomenklatur Sekretariat Jenderal Bawaslu. Selain itu pada konteks kewenangan,

selain kewenangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun

Page 54: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

44

2007, Bawaslu berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 juga

memiliki kewenangan untuk menangani sengketa Pemilu.

Terbitnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, yang

kembali menguatkan kelembagaan ini dengan mengharuskan Pembentukan

Bawaslu Kabupaten/Kota Permanen paling lambat setahun sejak tanggal disahkan

Undang-undang ini pada 16 Agustus 2017, ditambah dengan kewenangan baru

untuk menindak serta memutuskan pelanggaran dan proses sengketa Pemilu.

2. Visi dan Misi Bawaslu Kabupaten/Kota

a. Visi

Terwujudnya Bawaslu sebagai Lembaga Pengawal Terpercaya dalam

Penyelenggaraan Pemilu Demokratis, Bermartabat, dan Berkualitas.

b. Misi

1) Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas pemilu yang kuat,

mandiri dan solid;

2) Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan efisien;

3) Memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen pengawasan

yang terstruktur, sistematis, dan integratif berbasis teknologi;

4) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta pemilu, serta

meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan pemilu partisipatif;

5) Meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas kinerja pengawasan

berupa pencegahan dan penindakan, serta penyelesaian sengketa secara

cepat, akurat dan transparan;

Page 55: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

45

6) Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan pemilu

baik bagi pihak dari dalam negeri maupun pihak dari luar negeri.

3. Struktur Organisasi Bawaslu Kabupaten Sinjai

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Bawaslu Kabupaten/Kota

4. Tugas dan Kewenangan Bawaslu Kabupaten Sinjai

Tugas Bawaslu Kabupaten Sinjai didasarkan pada pasal 101 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2017 yaitu sebagai berikut:

a. Melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah kabupaten/kota terhadap:

1) Pelanggaran Pemilu; dan

2) Sengketa proses Pemilu;

Ketua / Divisi Organisasi

dan SDM

Anggota / Divisi Pengawasan

dan Hubungan Antar Lembaga

Anggota / Divisi Hukum dan

Penindakan

Kepala Sekertariat Bendahara

Staf PNS Staf Non PNS

Page 56: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

46

b. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu wilayah

kabupaten/kota, yang terdiri atas:

1) Pemutakhiran data pemilih, penetapan daftar pemilih sementara dan daftar

pemilih tetap;

2) Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan

anggota DPRD kabupaten/kota;

3) Penetapan calon anggota DPRD kabupaten/kota;

4) Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;

5) Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;

6) Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu;

7) Pengawasan seluruh proses penghitungan suara di wilayah kerjanya;

8) Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat

hasil penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;

9) Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/kota dari

seluruh kecamatan;

10) Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan,

dan Pemilu susulan; dan

11) Proses penetapan hasil Pemilu anggota DPRD kabupaten/kota;

c. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah kabupaten/kota;

d. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan

kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini;

e. Mengawasi pelaksanaan putusanjkeputusan di wilayah kabupaten/kota, yang

terdiri atas:

Page 57: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

47

1) Putusan DKPP;

2) Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu;

3) Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu

Kabupaten/Kota;

4) Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota; dan

5) Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas semua

pihak yang dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana

diatur di dalam Undang-Undang ini;

f. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan

penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

g. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kabupaten/kota;

h. Mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah kabupaten/kota; dan

i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dalam melakukan pencegahan pelanggaran Pemilu dan pencegahan

sengketa proses Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 101, Bawaslu

Kabupaten/Kota bertugas:

a. Mengidentifikasi dan memetakan potensi pelanggaran Pemilu di wilayah

kabupaten/kota;

b. Mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan

mengevaluasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota;

Page 58: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

48

c. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan pemerintah daerah

terkait; dan

d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu di wilayah

kabupaten/kota.

Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 101 Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas:

a. Menyampaikan hasil pengawasan di wilayah kabupaten/kota kepada Bawaslu

melalui Bawaslu Provinsi atas dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara

Pemilu danjatau dugaan tindak pidana Pemilu di wilayah kabupaten/kota;

b. Menginvestigasi informasi awal atas dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah

kabupaten/kota;

c. Memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu di wilayah

kabupaten/kota;

d. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administrasi Pemilu; dan

e. Merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas pelanggaran Pemilu di

wilayah kabupaten/kota kepada Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi.

Dalam melakukan penindakan sengketa proses Pemilu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 101 Bawaslu Kabupaten/Kota bertugas:

a. Menerima permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah

kabupaten/kota;

b. Memveriflkasi secara formal dan materiel permohonan sengketa proses

Pemilu di wilayah kabupaten/kota;

c. Melakukan mediasi antarpihak yang bersengketa di wilayah kabupaten/kota;

Page 59: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

49

d. Melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu di wilayah

kabupaten/kota apabila mediasi belum menyelesaikan sengketa proses Pemilu;

dan

e. Memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota.

Dalam pasal 103 UU No. 7 Tahun 2017 dijelaskan mengenai wewenang

Bawaslu Kabupaten/Kota yaitu sebagai berikut:

a. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan

pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai Pemilu;

b. Memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah kabupatenjkota serta

merekomendasikan hasil pemeriksaan dan pengkajiannya kepada pihak-pihak

yang diatur dalam Undang-Undang ini;

c. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan memutus

penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayah kabupaten/kota;

d. Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil

pengawasan di wilayah kabupaten/kota terhadap netralitas semua pihak yang

dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini;

e. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Panwaslu

Kecamatan setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu Provinsi apabila

Panwaslu Kecamatan berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau akibat

lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Page 60: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

50

f. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam

rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran Pemilu dan sengketa proses

Pemilu di wilayah kabupaten/kota;

g. Membentuk Panwaslu Kecamatan dan mengangkat serta memberhentikan

anggota Panwaslu Kecamatan dengan memperhatikan masukan Bawaslu

Provinsi; dan

h. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

B. Profesionalitas Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam

Pilkada Serentak tahun 2018

1. Knowledge (pengetahuan)

Pengetahuan merupakan salah satu indikator untuk mengukur

profesionalitas Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam pelaksanaan Pilkada.

Pengetahuan dalam hal ini merupakan sejauhmana setiap elemen dalam Bawaslu

Kabupaten Sinjai mengetahui tugas dan kewenangannya masing-masing.

Informan MR selaku ketua Bawaslu Kabupaten Sinjai mengemukakan tugas

Bawaslu sebagaimana dalam hasil wawancara berikut.

Tugas Bawaslu Kabupaten Sinjai sebagaimana tercantum dalam pasal 101

UU No. 7 Tahun 2017 yaitu melakukan pencegahan dan penindakan

terhadap pelanggaran pemilu dan sengketa proses pemilu dalam wilayah

kabupaten. Kemudian mengawasi setiap tahapan penyelenggaraan pemilu

dalam wilayah kabupaten atau kota. Dalam pelaksanaan tugas tersebut

Bawaslu kabupaten membawahi Panwaslu yang berada di tingkat

kecamatan, desa dan pada tingkat TPS (Hasil wawancara MR, 23 Januari

2019).

Page 61: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

51

Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwa tugas utama bawaslu

Kabupaten Sinjai adalah melakukan pencegahan dan penindakan terhadap

pelanggaran pemilu dan sengketa proses pemilu serta mengawasi setiap tahapan

penyelenggaraan pemilu dalam wilayah kabupaten Sinjai. Dalam hal tersebut

Ketua Bawaslu Kabupaten Sinjai memahami tugas Bawaslu Kabupaten. Hal

tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh informan Su selaku Staf Bawaslu

Kabupaten Sinjai pada Divisi Pengawasan dan Hubungan Antar Lembaga dalam

hasil wawancara berikut.

Seperti yang telah diketahui pada Pilkada 2018 itu masih panwaslu tapi

sekarang telah berubah menjadi Bawaslu. Panwaslu itu bekerja dalam

mengawasi setiap tahapan dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di

2018. Adapun wewenangnya yaitu ketika terjadi pelanggaran, baik itu

temuan atau ada laporan, itu menjadi kewenangan kami untuk memproses

terkait dengan Pilkada pada tahun 2018 (Hasil wawancara Su, 30 Januari

2019).

Dari hasil wawancara dengan informan Su diketahui bahwa dalam pelaksanaan

Pilkada 2018, Bawaslu Kabupaten Sinjai masih berstatus sebagai Panwaslu.

Namun pada tahun 2019 berubah menjadi Bawaslu. Informan Su mengemukakan

bahwa Panwaslu yang dibawahi oleh Bawaslu bertugas mengawasi setiap tahapan

dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di 2018. Informan Su juga

mengemukakan kewenangan Bawaslu yaitu memproses laporan atau temuan

terkait Pilkada.

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu pada pasal

89 dijelaskan bahwa Panwaslu bersifat ad hoc dalam artian dibentuk dalam untuk

kepentingan pengawasan pemilu dengan masa jabatan sementara sedangkan

Bawaslu bersifat tetap dengan masa jabatan 5 tahun. Panwaslu terdiri dari

Page 62: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

52

Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu Luar Negeri dan

pengawas TPS. Dalam pelaksaan tugas keorganisasian, Bawaslu membawahi

Panwaslu.

Selanjutnya informan Sy selaku Staf Bawaslu Kabupaten Sinjai

mengemukakan bahwa:

Tugas Bawaslu Kabupaten adalah mengawasi untuk mengantisipasi

pelanggaran-pelanggaran (Hasil Wawancara Sy, tanggal 30 Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pengawasan yang dilakukan

Bawaslu dimaksudkan untuk mengantisipasi atau mencegah terjadinya

pelanggaran-pelanggaran dalam pemilu. Upaya antisipasi atau pencegahan

sebelum terjadinya pelanggaran-pelanggaran termasuk dalam kategori

pengawasan pendahuluan sebagaimana dikemukakan oleh Donnelly dalam

Maristo (2014) bahwa pengawasan pendahuluan (preliminary control), yakni

pengawasan yang terjadi sebelum kerja dilakukan. Dimana pengawasan

pendahuluan bisa menghilangkan penyimpangan penting pada kerja yang

diinginkan, yang dihasilkan sebelum penyimpangan tersebut terjadi.

Kualifikasi pendidikan yang disandang oleh para anggota Bawaslu dapat

dijadikan indikator keprofesionalan Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Informan MR selaku Ketua Bawaslu

Kabupaten Sinjai mengemukakan bahwa latar belakang pendidikan yang dimiliki

oleh anggota-anggota Bawaslu cukup beragam, sebagaimana dalam hasil

wawancara berikut.

Page 63: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

53

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota-anggota Bawaslu,

itu beragam, ada yang dari sarjana pendidikan, ekonomi, hukum. Semua

itu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan sehingga proses

perekrutan staf maupun komisioner Bawaslu sendiri mengacu kepada UU

No. 10 tahun 2019 tadi, dan UU No. 11 tahun 2015 terkait tentang

penyelenggara pemilu (Hasil wawancara MR, 23 Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan yang

dimiliki oleh anggota-anggota Bawaslu Kabupaten Sinjai cukup beragam dimana

ada yang memiliki latar belakang sarjana pendidikan, sarjana ekonomi, dan

sarjana hukum. Hasil wawancara tersebut sejalan dengan yang dikemukakan

informan Sy dalam hasil wawancara berikut.

Latar belakang pendidikan disini beragam, ada dari sarjana hukum

kemudian sarjana pendidikan juga ada (Hasil wawancara Sy, 30 Januari

2019).

Selanjutnya informan Su mengemukakan bahwa:

Di kabupaten itu ada tiga komisioner, pak ketua titelnya S.Pd, koordinator

divisi hukum dan penindakan itu juga berlatar belakang pendidikan, pada

divisi SDM itu sarjana ekonomi. Dalam hal ini bisa saja orang

beranggapan bahwa ini tidak sinkron, namun ketiga pimpinan kami, atau

komisioner kami di Bawaslu itu betul-betul kompeten dalam

melaksanakan tugasnya karena telah memiliki banyak pengalaman terkait

dengan kepemiluan. Saya rasa hal tersebut dapat menutupi

ketidaksinkronan dengan titel yang disandang atau latar belakang

pendidikannya, meskipun bukan orang hukum tapi berdasar dari

pengalaman-pengalaman tersebut Bawaslu jauh lebih siap dalam

mengatasi setiap permasalahan yang ada (Hasil wawancara Su, 30 Januari

2019).

Hasil wawancara di atas sejalan dengan informasi yang diungkapkan oleh

informan MR yang menunjukkan adanya keberagaman latar belakang pendidikan

yang dimiliki anggota-anggota Bawaslu. Akan tetapi informan Su menjelaskan

lebih lanjut bahwa latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota-anggota

Bawaslu Kabupaten Sinjai terkesan tidak sinkron dengan jabatannya, namun

Page 64: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

54

berkat adanya pengalaman yang dimiliki para pimpinan atau komisioner Bawaslu

Kabupaten Sinjai terkait kepemiluan, mereka tetap dapat menjalankan tugas dan

tanggungjawabnya dengan baik. Hal ini berarti bahwa meskipun terjadi

ketidaksinkronan antara jabatan dengan latar belakang pendidikan pada beberapa

anggotanya, Bawaslu Kabupaten Sinjai tetap dapat melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya dengan baik berkat adanya pengalaman-pengalaman yang

telah mereka lalui menyangkut pemilu.

Informan Su memang mengakui bahwa terdapat anggota Bawaslu

Kabupaten Sinjai yang jabatannya tidak sinkron dengan latar belakang

pendidikannya sebagaimana terungkap dalam hasil wawancara berikut.

Kalau untuk sekarang, personil kami yang di Bawaslu Kabupaten,

memang ada beberapa anggota jabatannya tidak sinkron dengan latar

belakang pendidikannya. Tetapi sekarang untuk staf, ada saya lihat surat

edaran dari Bawaslu terkait dengan penempatan-penempatan yang

disesuaikan dengan jurusannya masing-masing, seperti di divisi hukum

dan penindakan itu ditunjuk sarjana hukum, dan di divisi SDM itu harus

dari ITE. Tapi ini karena kami disini masih dalam proses dalam

merampungkan semua kelengkapan-kelengkapan kesekretaiaan akibat

peralihan dari Panwaslu menjadi Bawaslu (Hasil wawancara Su, 30

Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa ketidaksinkronan antara

jabatan dengan latar belakang pendidikan anggota Bawaslu disebabkan karena

Bawaslu Kabupaten Sinjai masih dalam masa peralihan dari Panwaslu menjadi

Bawaslu. Namun upaya penyesuaian antara jabatan dengan latar belakang jabatan

sedang dilakukan melalui surat edaran Bawaslu yang merekomendasikan

kesesuaian antara jabatan dengan latar belakang pendidikan untuk ke depannya.

Hasil wawancara di atas sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan

Sy dalam hasil wawancara berikut.

Page 65: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

55

Saat ini karena peralihan yang dulunya panwaslu sekarang menjadi

bawaslu. Karena sekarang sudah menjadi Bawaslu maka disesuaikan

jabatan dengan latar belakang pendidikannya (Hasil wawancara Sy, 30

Januari 2019).

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

pada aspek pengetahuan, Bawaslu Kabupaten Sinjai masih memiliki anggota

dengan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan jabatan yang

dipegangnya. Namun adanya pengalaman-pengalaman anggota terkait kepemiluan

menjadi penunjang sehingga mereka dapat melaksanakan tugas-tugas Bawaslu

secara maksimal.

2. Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial)

Pelaksanaan pilkada merupakan perwujudan demokrasi di tingkat daerah.

Melalui pilkada, masyarakat yang berada di daerah dapat menentukan

pemimpinnya secara mandiri tanpa adanya tekanan atau paksaan dari pihak

manapun. Bawaslu memiliki tanggung jawab dalam menjaga agar pelaksanaan

pilkada di daerah dapat berjalan sesuai asas pemilu yaitu langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil atau biasa disingkat dengan LUBER dan JURDIL.

Tanggung jawab Bawaslu tersebut sekaligus merupakan tanggung jawab yang

berdampak secara sosial karena apabila tanggung jawab tersebut dilaksanakan

dengan baik maka dapat terpilih pemimpin-pemimpin daerah sesuai dengan

aspirasi masyarakat yang berkontribusi dalam mewujudkan stabilitas kehidupan

sosial masyarakat.

Tanggung jawab Bawaslu dilaksanakan dengan melakukan pencegahan

dan penindakan terhadap temuan maupun laporan pelanggaran yang terjadi dalam

Page 66: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

56

pemilu. Bawaslu Kabupaten Sinjai telah melaksanakan tanggung jawabnya dalam

mengawasi pelaksanaan pilkada di Kabupaten Sinjai dengan menindaklanjuti

temuan dan laporan pelanggaran yang terjadi selama tahapan proses pilkada

sebagaimana diungkapkan informan MR selaku ketua Bawaslu Kabupaten Sinjai

dalam hasil wawancara berikut.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksaan pilkada yaitu: terkait

netralitas ASN. Pejabat dalam hal ini pejabat struktural misalnya kepala

desa, ada tiga kepala desa yang memang kami proses, dan tindak lanjutnya

itu sampai ke pengadilan dan divonis terbukti bersalah namun pidana yang

dijatuhkan adalah pidana hukuman percobaan. Nah kemudian terkait ASN,

jumlah ASN yang diproses akibat pelanggaran dalam pilkada serentak

yaitu sekitar 12 orang dan semua rekomendasi dari KSN itu sudah

ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah dalam hal penjatuhan sanksi, baik

itu sanksi ringan, sedang, maupun berat (Hasil wawancara MR, 23 Januari

2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Bawaslu Kabupaten Sinjai

menindaklanjuti laporan pelanggaran pilkada yang terjadi selama pelaksanaan

tahapan pilkada serentak 2018. Terdapat tiga kepala desa yang diproses Bawaslu

Kabupaten Sinjai, perkaranya sampai ke pengadilan dan divonis terbukti

melakukan pelanggaran. Bawaslu juga memproses pelanggaran pilkada yang

dilakukan oleh ASN dengan memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah

untuk ditindaklanjuti dengan pemberian sanksi. Dalam menindaklanjuti

pelanggaran pilkada, Bawaslu mengacu kepada UU No. 10 Tahun 2016 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana yang diungkapkan lebih

lanjut oleh informan MR sebagai berikut.

Tindakan yang kami lakukan untuk menindaklanjuti setiap permasalahan

yang ada tentu berdasar kepada ketentuan perundang-undangan khususnya

UU No. 10 tahun 2016 yang mengatur tentang pemilihan kepala daerah,

dan juga diatur oleh Perbawaslu yang memberikan kami petunjuk teknis

dalam menyelesaikan setiap permasalah yang ada, entah itu laporan,

Page 67: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

57

temuan, atau hal-hal lain yang terkait dengan pelanggaran-pelanggaran

dalam pilkada (Hasil wawancara MR, 23 Januari 2019).

Disamping menindaklanjuti laporan atau temuan pelanggaran selama

tahapan pelaksanaan pilkada, Bawaslu Kabupaten Sinjai juga melakukan upaya

pencegahan terjadinya pelanggaran pilkada dengan memberikan sosialisasi kepada

masyarakat sebagaimana diungkapkan informan MR berikut.

Dalam melaksanakan tugas di lapangan tentu ada kerja sama juga dengan

masyarakat dalam bentuk pengawasan partisipatif, baik itu kelompok

masyarakat di pelosok, maupun kelompok masyarakat dalam LSM, dan

kelompok masyarakat lainnya. Tujuannya adalah memberikan informasi

awal kepada masyarakat terkait pentingnya pengawasan dalam pilkada

sehingga bisa menjamin pelaksanaan pilkada berjalan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan sehingga menghasilkan proses demokrasi

yang berintegritas, bermartabat, dan melahirkan pemimpin yang betul-

betul lahir dari sebuah proses pemilihan yang fair, jujur, dan tidak terjadi

pelanggaran di dalamnya (Hasil wawancara MR, 23 Januari 2019).

Hasil wawancara yang diungkapkan oleh informan MR sejalan dengan yang

diungkapkan oleh informan Su selaku staf Bawaslu Divisi Pengawasan dan

Hubungan Antar Lembaga yang ditampilkan dalam hasil wawancara berikut.

Dalam melakukan pengawasan di lapangan, kami pasti bekerja sama

dengan masyarakat. Dan bukan Cuma masyarakat, kami sebagai pengawas

pemilu itu bekerja sama dengan semua pihak baik lembaga-lembaga yang

berada di tingkat desa atau kelurahan. Diketahui bersama bahwa kami

sebagai pengawas banyak hal yang kami awasi terkait dengan

penyelenggaraan pemilu termasuk misalnya keterlibatan ASN yang berada

di tingkat Desa (Hasil wawancara Su, 30 Januari 2019).

Upaya-upaya penindakan terhadap pelanggaran pilkada memang telah

dilaksanakan oleh Bawaslu Kabupaten Sinjai namun masih dianggap belum

maksimal oleh informan NA selaku ketua AMPG Partai Golkar dalam hasil

wawancara berikut.

Pengawasan yang diterima dari Bawaslu belum maksimal karena masih

ada peserta pemilu yang melakukan pelanggaran pemilu dan dari pihak

Page 68: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

58

Bawaslu tidak melakukan tindakan sesuai aturan yang berlaku contoh:

adanya kampanye di luar jadwal, adanya perusakan alat peraga kampanye,

dan adanya pemasangan alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan

petunjuk KPU (Hasil wawancara NA, 20 Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa masih ada kasus-kasus yang tidak

ditindaklanjuti oleh Bawaslu seperti adanya kampanye di luar jadwal, perusakan

alat peraga kampanye, dan pemasangan alat peraga kampanye yang tidak sesuai

aturan. Keterangan yang diungkapkan oleh informan NA yang merupakan

anggota Partai Golkar mengindikasikan bahwa elemen partai yang merupakan

partai pengusung salah satu calon yang berkontestasi dalam pilkada juga

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemilu. Robbins & Coulter (2005)

mengemukakan bahwa pengawasan sebagai proses pemantauan aktivitas

organisasi untuk memastikan apakah aktivitas sesuai dengan yang di rencanakan

dan sebagai proses mengoreksi setiap penyimpangan yang muncul.

Selanjutnya, informan Sy selaku staf Bawaslu Kabupaten Sinjai

menjelaskan terkait sosialisasi yang dilakukan Bawaslu dalam hasil wawancara

berikut.

Pengawas-pengawas kami biasanya bersosialisasi dengan masyarakat.

Tidak mungkin kan pengawas lapangan bisa mengontrol semua dalam satu

desa sehingga kami sosialisasi dengan masyarakat supaya timbul

kesadaran dari masyarakat agar tidak melakukan pelangggaran pemilu

karena akan dikenakan sanksi untuk melaporkan atau menginformasikan

apabila mereka menemukan pelanggaran pemilu (Hasil wawancara Sy, 30

Januari 2019).

Hasil wawancara dengan informan Sy di atas menunjukkan bahwa Bawaslu

Kabupaten Sinjai memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar timbul

kesadaran bagi masyarakat untuk melaporkan pelanggaran pilkada yang mereka

temui.

Page 69: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

59

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

tanggung jawab sosial ditunjukkan oleh Bawaslu Kabupaten Sinjai dengan upaya

pencegahan melalui sosialisasi kepada masyarakat dan upaya penindakan terhadap

laporan atau temuan pelanggaran pilkada yang terjadi di lingkungan masyarakat.

3. Self Control (Pengendalian Diri/Internal)

Pengendalian secara internal merupakan upaya suatu lembaga untuk

mengontrol anggota-anggotanya dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

sesuai dengan tujuan lembaga tersebut. Bawaslu Kabupaten Sinjai melakukan

upaya untuk mengontrol pelaksanaan tugas setiap anggota-anggotanya

sebagaimana diungkapkan oleh informan MR dalam hasil wawancara berikut.

Upaya yang dilakukan pimpinan dalam mengontrol anggota-anggota

Bawaslu dalam melaksanakan tugasnya yaitu melakukan pembinaan dalam

rangka teknis berdasarkan tugas dan kewenangan Bawaslu yang diatur

dalam UU. Disitu menjelaskan secara detail tentang bagaimana melakukan

pembinaan ke bawah terhadap Panwaslu di tingkat Kecamatan, sampai

pengawas yang berada di tingkat TPS. Dalam hal pembinaan yang kami

lakukan, tentu kami berdasar kepada Juknis yang ada dan dituangkan ke

dalam bentuk peraturan-peraturan yang kami berikan dalam bentuk

pelatihan bimbingan teknis terhadap pengawas-pengawas yang ada di

lapangan (Hasil wawancara MR, 23 Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pimpinan Bawaslu Kabupaten

Sinjai melakukan kontrol melalui pembinaan terhadap anggota-anggota Bawaslu

Kabupaten Sinjai mulai dari pengawas tingkat kecamatan sampai pengawas yang

berada di tingkat TPS. Pembinaan tersebut dilakukan dalam bentuk pelatihan

kepada pengawas-pengawas yang ada dilapangan agar dapat menjalankan

tugasnya dengan baik. Apabila tugas-tugas anggota Bawaslu dilaksanakan dengan

Page 70: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

60

baik, maka hal itu mengindikasikan bahwa anggota Bawaslu bekerja secara

profesional.

Informan Su juga mengemukakan tentang upaya kontrol yang dilakukan

oleh Pimpinan terhadap anggota-anggota Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam hasil

wawancara berikut.

Selama ini dari komisioner telah melaksanakan tugasnya dengan sangat

baik. Sebagaimana ditunjukkan bahwa kami hampir tiap bulan melakukan

rapat koordinasi baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat Kecamatan,

dan Kelurahan. Jadi kontrolnya itu gampang, kami dikontrol terus dalam

melakukan pekerjaan. Semua komisioner atau pempinan terlibat di dalam

melakukan pengawasan yang berarti bahwa kami sebagai staf dikontrol

secara langsung oleh komisioner (Hasil wawancara Su, 30 Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa upaya kontrol dilakukan melalui

rapat-rapat koordinasi antara pimpinan dan bawahan. Rapat-rapat koordinasi antar

elemen dalam suatu lembaga merupakan sarana untuk mengevaluasi kinerja setiap

elemen dalam lembaga tersebut. Demikian halnya dalam ruang lingkup Bawaslu

Kabupaten Sinjai dimana rapat koordinasi menjadi sarana bagi pimpinan untuk

mengontrol bawahan.

Evaluasi terhadap kinerja setiap elemen dalam struktur organisasi Bawaslu

merupakan pengawasan pada saat kerja berlangsung (concurrent control).

Menurut Donnelly dalam Maristo (2014), Pengawasan pada saat kerja

berlangsung (concurrent control) adalah pengawasan yang terjadi ketika

pekerjaan dilaksanakan yaitu memonitor pekerjaan yang berlangsung untuk

memastikan bahwa sasaran telah dicapai. Concurrent control terutama terdiri dari

tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.

Page 71: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

61

Informan Sy juga mengungkapkan upaya kontrol secara internal yang

dilakukan Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam hasil wawancara berikut.

Kita disini sebagai Bawaslu Kabupaten itu terdapat panwas kecamatan

yang ditempatkan di setiap kecamatan dan ada juga panwas yang

ditempatkan di setiap desa. Dalam pengawasannya itu, pengawas

kabupaten mengawasi anggota yang di kecamatan, yang di kecamatan

mengawasi panwas yang berada di desa, dan yang di desa itu mengawasi

yang ada di setiap TPS (Hasil wawancara Sy, 30 Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kontrol secara internal yang

dilakukan Bawaslu Kabupaten Sinjai yaitu melakukan pengawasan secara

berjenjang dari atas ke bawah dimana pengawas kabupaten mengawasi pengawas

di tingkat kecamatan, pengawas kecamatan mengawasi pengawas yang berada di

tingkat desa, dan pengawas desa mengawasi pengawas di tingkat TPS.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

upaya yang dilakukan Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam melakukan kontrol secara

internal yaitu: (1) melakukan pembinaan terhadap anggota-anggota Bawaslu

Kabupaten Sinjai mulai dari pengawas tingkat kecamatan sampai pengawas yang

berada di tingkat TPS, (2) melakukan rapat-rapat koordinasi antara pimpinan dan

bawahan, dan (3) pengawasan secara berjenjang dari atas ke bawah.

4. Community Sanction (Persetujuan Masyarakat)

Persetujuan masyarakat ditunjukkan dengan adanya kerja sama yang

terjalin antara pihak Bawaslu Kabupaten Sinjai dengan masyarakat dalam

melakukan pencegahan dan penindakan pelanggaran pilkada. Hal tersebut

diungkapkan oleh informan MR selaku ketua Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam

hasil wawancara berikut.

Page 72: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

62

Kalau koordinasi dan kerja sama dengan lembaga lain, tentu kami

menjalin kerja sama tersebut dalam bentuk kemitraan misalnya kegiatan

sosialisasi, bekerja sama dengan pihak kampus, masyakat, kelompok

masyarakat, tentunya dengan KPU sebagai pelaksana teknis dalam

kegiatan pilkada serentak (Hasil wawancara MR, 23 Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Bawaslu Kabupaten Sinjai

melakukan kerja sama dengan masyarakat dalam menjalan fungsinya sebagai

pengawas pemilu khususnya dalam pilkada serentak 2018. Kerja sama dengan

masyarakat merupakan wujud persetujuan masyarakat.

Hasil wawancara di atas sejalan dengan informasi yang diungkapkan oleh

informan Su dalam hasil wawancara berikut.

Dalam melakukan pengawasan di lapangan, kami pasti bekerja sama

dengan masyarakat. Dan bukan Cuma masyarakat, kami sebagai pengawas

pemilu itu bekerja sama dengan semua pihak baik lembaga-lembaga yang

berada di tingkat desa atau kelurahan (Hasil wawancara Su, 30 Januari

2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Bawaslu Kabupaten Sinjai juga

bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang berada di tingkat desa atau

kelurahan. Lembaga-lembaga dalam hal tersebut adalah aparat-aparat desa yang

mengisi struktur keorganisasian dalam pemerintahan desa/kelurahan. Kerja sama

tersebut tentunya berkontribusi dalam mengoptimalkan kinerja Bawaslu

Kabupaten Sinjai sekaligus dapat memberikan ruang kepada masyarakat untuk

memberikan feed back (umpan balik) terhadap apa yang telah dilaksanakan

Bawaslu Kabupaten Sinjai. Donnely dalam Marsito (2014) mengemukakan bahwa

pengawasan feed back (feed back control) yaitu pengawasan dengan mengukur

hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan

yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.

Page 73: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

63

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

profesionalitas Bawaslu Kabupaten Sinjai ditinjau dari aspek persetujuan

masyarakat ditunjukkan dengan adanya kerja sama antara Bawaslu Kabupaten

Sinjai dengan masyarakat setempat dalam mengawasi tahapan pelaksanaan

pilkada.

C. Faktor-faktor penghambat dan pendukung profesionalitas Badan

Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam Pilkada Serentak tahun

2018

1. Faktor Penghambat

Hambatan dalam hal ini merupakan situasi atau keadaan yang

mengakibatkan ketidaklancaran pelaksanaan fungsi Bawaslu Kabupaten Sinjai.

Hambatan yang dihadapi Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam menjalankan

fungsinya sebagai pengawas pemilu khususnya dalam pilkada serentak 2018

diungkapkan oleh informan Su dalam hasil wawancara sebagai berikut.

Kalau hambatan tetap ada, misalnya keterbatasan jumlah personil sehingga

masih ada pelanggaran-pelanggaran yang kurang atau sulit dipantau.

Namun hal itu tidak menjadi rintangan bagi kami untuk tidak bekerja lebih

baik lagi, artinya semua yang ada itu kami maksimalkan. Anggota-anggota

kami ada di tingkat kecamatan, ada di tingkat desa atau kelurahan, bahkan

di hari perhitungan ada anggota kami yang berada di TPS. Semua yang ada

tersebut kami maksimalkan kinerjanya. Saya rasa juga teman-teman di

Panwascam selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait yang berada

di wilayah masing-masing (Hasil wawancara Su, 30 Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa hambatan yang dialami Bawaslu

Kabupaten Sinjai dalam menjalankan fungsinya adalah adanya keterbatasan

jumlah personil sehingga masih terdapat pelangaran-pelanggaran pilkada yang

luput dari pantauan. Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan A

dalam hasil wawancara berikut.

Page 74: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

64

Kendala yang dihadapi disini yaitu jumlah personil kami yang belum

memadai sehingga ada saja pelanggaran pilkada yang sulit dan bahkan

tidak terdeteksi (Hasil wawancara A, 30 Januari 2019).

Keterbatasan personil Bawaslu berdampak pada tidak maksimalnya upaya

penindakan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam rangkaian

pelaksanaan pilkada di Kabupaten Sinjai. Adanya pelanggaran-pelangaran yang

luput dari tindak lanjut Bawaslu diungkapkan oleh informan NA selaku AMPG

Partai Golkar dalam hasil wawancara berikut.

Masih ada peserta pemilu yang melakukan pelanggaran pemilu, namun

pihak Bawaslu tidak menindaklanjuti sesuai aturan yang berlaku contoh:

adanya kampanye di luar jadwal, adanya perusakan alat peraga kampanye,

dan adanya pemasangan alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan

petunjuk KPU (Hasil wawancara NA, 20 Januari 2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa menurut informan NA terdapat

pelanggaran yang tidak ditindaklanjuti oleh Bawaslu antara lain adanya kampanye

di luar jadwal, adanya perusakan alat peraga kampanye, dan adanya pemasangan

alat peraga kampanye yang tidak sesuai aturan.

Pelanggaran terkait pelaksanaan kampanye dalam pemilu dijelaskan pada

bagian penjelasan pasal 315 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 bahwa tindak

pidana Pemilu mengenai pelaksanaan Kampanye Pemilu, antara lain tidak adil

terhadap Peserta Pemilu, mengubah jadwal yang menguntungkan salah satu

Peserta Pemilu dan merugikan peserta lain, melepas atau menyobek alat peraga

Kampanye Pemilu, merusak tempat Kampanye Pemilu, berbuat keonaran,

mengancam pelaksana dan/atau peserta Kampanye Pemilu.

Adanya pelanggaran-pelanggaran pemilu yang dikemukakan infoman NA

bukan berarti sepenuhnya tidak ditindaklanjuti oleh Bawaslu karena dalam

Page 75: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

65

keterangan sebelumnya yang diungkapkan oleh Bawaslu Kabupaten Sinjai bahwa

terdapat tiga kepala desa yang diproses Bawaslu Kabupaten Sinjai, perkaranya

sampai ke pengadilan dan divonis terbukti melakukan pelanggaran. Bawaslu juga

memproses pelanggaran pilkada yang dilakukan oleh ASN dengan memberikan

rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk ditindaklanjuti dengan pemberian

sanksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Bawaslu Kabupaten Sinjai telah

menindaklanjuti laporan atau temuan pelanggaran pemilu. Kalaupun memang

masih ada pelanggaran yang belum ditindaklanjuti, hal tersebut dapat dipahami

sebagai dampak adanya keterbatasan personil Bawaslu Kabupaten Sinjai untuk

memantau pelanggaran-pelanggaran yang terjadi secara keseluruhan.

Personil Bawaslu Kabupaten Sinjai yang masih terbatas disebabkan karena

Bawaslu Kabupaten Sinjai masih dalam masa peralihan dari Panwaslu menjadi

Bawaslu. Personil-personil masih dalam upaya penyeleksian untuk ditempatkan

sesuai dengan latar belakang pendidikannya sebagaimana dalam hasil wawancara

berikut.

Personil kami yang di Bawaslu Kabupaten, memang ada beberapa anggota

jabatannya tidak sinkron dengan latar belakang pendidikannya. Tetapi

sekarang untuk staf, ada saya lihat surat edaran dari Bawaslu terkait

dengan penempatan-penempatan yang disesuaikan dengan jurusannya

masing-masing, seperti di divisi hukum dan penindakan itu ditunjuk

sarjana hukum, dan di divisi SDM itu harus dari ITE. Tapi ini karena kami

disini masih dalam proses dalam merampungkan semua kelengkapan-

kelengkapan kesekretariatan akibat peralihan dari Panwaslu menjadi

Bawaslu (Hasil wawancara Su, 30 Januari 2019).

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa Bawaslu Kabupaten Sinjai sedang

dalam tahap perampungan kesekretariatan untuk melengkapi personil-personil

sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 76: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

66

Bawaslu sedang dalam proses melengkapi personil-personilnya sehingga dapat

menjalankan tugas dan kewajibannya secara maksimal untuk pelaksanaan pemilu

berikutnya.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor

penghambat profesionalitas Bawaslu Kabupaten Sinjai adalah keterbatasan

personil dalam menjalankan fungsi Bawaslu sebagai lembaga pengawas pemilu.

2. Faktor Pendukung

Faktor pendukung profesionalitas Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam

menjalankan fungsinya sebagai pengawas pemilu khususnya dalam pilkada

serentak 2018 diungkapkan oleh informan Su dalam hasil wawancara sebagai

berikut.

Ketiga pimpinan kami, atau komisioner kami di Bawaslu itu betul-betul

kompeten dalam melaksanakan tugasnya karena telah memiliki banyak

pengalaman terkait dengan kepemiluan. Saya rasa hal tersebut dapat

menutupi ketidaksinkronan dengan titel yang disandang atau latar

belakang pendidikannya, meskipun bukan orang hukum tapi berdasar dari

pengalaman-pengalaman tersebut Bawaslu jauh lebih siap dalam

mengatasi setiap permasalahan yang ada. (Hasil wawancara Su, 30 Januari

2019).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa faktor pendukung

profesionalitas Bawaslu Kabupaten Sinjai adalah adanya komisioner yang

memiliki pengalaman yang mumpuni terkait kepemiluan sehingga Bawaslu

Kabupaten Sinjai dalam memaksimalkan kinerjanya. Pengalaman yang mumpuni

tersebut menunjukkan bahwa komisioner-komisioner Bawaslu Kabupaten Sinjai

terlatih dalam mengatasi persoalan-persoalan kepemiluan. Adanya pengalaman

tersebut menjadi dasar bagi para komisioner dalam memberikan arahan dan

Page 77: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

67

pelatihan bagi anggota-anggota Bawaslu. Mulyasa (2006) mengemukakan bahwa

pelatihan institusional merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh

terhadap profesionalitas kerja. Dalam pelatihan institusional calon profesional

mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.

Partisipasi masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan pemilu juga

berkontribusi dalam mendukung Bawaslu Kabupaten Sinjai menjalan tugas dan

kewajibannya. Informan MR selaku ketua Bawaslu Kabupaten Sinjai

mengungkapkan bahwa:

Kami menjalin kerja sama tersebut dalam bentuk kemitraan misalnya

kegiatan sosialisasi, bekerja sama dengan pihak kampus, masyarakat,

kelompok masyarakat, tentunya dengan KPU sebagai pelaksana teknis

dalam kegiatan pilkada serentak (Hasil wawancara MR, 23 Januari 2019).

Adanya kerjasama dengan berbagai elemen dalam masyarakat dapat memberikan

kemudahan bagi Bawaslu Kabupaten Sinjai untuk melakukan fungsinya dalam

melakukan upaya pencegahan dan penindakan teradap berbagai pelanggaran yang

terjadi terkait pelaksanaan pilkada di Kabupaten Sinjai.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

faktor pendukung yang berkontribusi pada Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya yaitu adanya komisioner yang memiliki

pengalaman yang mumpuni terkait kepemiluan dan adanya partisipasi masyarakat

sehingga Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam memaksimalkan kinerjanya.

Page 78: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik beberapa

kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Profesionalitas Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten Sinjai dalam Pilkada

Serentak tahun 2018 ditunjukkan dalam empat aspek yaitu: pada aspek

knowledge (pengetahuan), Bawaslu Kabupaten Sinjai masih memiliki anggota

dengan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan jabatan yang

dipegangnya namun adanya pengalaman-pengalaman anggota terkait

kepemiluan menjadi penunjang sehingga mereka dapat melaksanakan tugas-

tugas Bawaslu secara maksimal, pada aspek social responsibility (tanggung

jawab sosial) ditunjukkan oleh Bawaslu Kabupaten Sinjai dengan upaya

pencegahan melalui sosialisasi kepada masyarakat dan upaya penindakan

terhadap laporan atau temuan pelanggaran pilkada yang terjadi di lingkungan

masyarakat, pada aspek self control (pengendalian diri/internal) ditunjukkan

dengan melakukan pembinaan terhadap anggota-anggota Bawaslu Kabupaten

Sinjai mulai dari pengawas tingkat kecamatan sampai pengawas yang berada

di tingkat TPS, melakukan rapat-rapat koordinasi dan pengawasan secara

berjenjang dari atas ke bawah, dan pada aspek community sanction

(persetujuan masyarakat) ditunjukkan dengan adanya kerja sama antara

Bawaslu Kabupaten Sinjai dengan masyarakat setempat dalam mengawasi

Page 79: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

69

tahapan pelaksanaan pilkada. Berdasarkan keempat aspek tersebut dapat

dikatakan bahwa Bawaslu Kabupaten Sinjai cukup profesional.

2. Faktor penghambat profesionalitas Badan Pengawas Pemilu di Kabupaten

Sinjai dalam Pilkada Serentak tahun 2018 adalah keterbatasan personil dalam

menjalankan fungsi Bawaslu sebagai lembaga pengawas pemilu. Adapun

faktor pendukungnya yaitu adanya komisioner yang memiliki pengalaman

yang mumpuni terkait kepemiluan dan adanya partisipasi masyarakat sehingga

Bawaslu Kabupaten Sinjai dalam memaksimalkan kinerjanya.

B. Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bawaslu Kabupaten Sinjai hendaknya terus berupaya memaksimalkan

profesionalitasnya sebagai lembaga yang diberikan wewenang dalam

melakukan pegawasan pemilu khususnya dalam menghadapi pilkada-pilkada

berikutnya.

2. Profesionalitas Bawaslu Kabupaten/Kota hendaknya dikaji dan diteliti lebih

lanjut dengan lokasi yang berbeda dengan penelitian ini.

3. Masyarakat hendaknya turut aktif dalam memberikan kontribusi bagi Bawaslu

agar upaya pencegahan dan penindakan pelanggaran dalam pelaksanaan

pilkada dapat dilaksanakan dengan baik.

Page 80: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

70

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin dan Zaini Bisri, 2006. Pilkada Langsung Problem dan Prospek. Jakarta:

Pustaka Pelajar.

Asfar, Muhammad. 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. Pusat Study

Demokrasi dan HAM (PusDeHAM). Surabaya.

Asshiddiqie, Jimly. 2002. Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan

Keempat. Pusat Studi Hukum Tata Negara UI.

Budiardjo, Miriam. 2013. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Prima Grafika.

Dessler, Gary.2003. Human Resource Management Tenth Edition. New Jersey

Prentice Hall.

Donnelly, Gibson, dan Ivancevich. 1996. Manajemen Edisi Sembilan Jilid 1. Alih

Bahasa: Zuhad Ichyaudin. Jakarta : Erlangga.

George R. Tery. 2006. Prinsip-Prinsip Management. Jakarta : Bumi Aksara.

Griffin, R. 2004. Manajemen. Terjemahan Gina Gania. Jakarta: Erlangga.

Hadiawan, Agus. 2009. Evaluasi Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Provinsi

Lampung (Studi di Kabupaten Lampung Selatan, Kota Metro dan Kota

BandarLampung), Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik

dan Pembangunan Universitas Lampung, Vol 3, No 7.

Handoko, Tani. H., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rajawali

Press.

Kumolo, Tjahjo. 2015. Politik Hukum Pilkada Serentak. Jakarta: Expose.

Kusnandar, Arif. 2007. Membudayakan Profesionalisme Kerja. Bandung: Tarsito.

Luki Sandra Amalia, Syamsuddin Haris, Sri nur yanti, Lili Romli, Devi

Darmawan. 2016. Evaluasi Pemilu Legislatif 2014: Analisi Proses dan

Hasil. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maristo, Yolly. 2014. Bawaslu dan Politik Uang (Money Politic) (Studi Tentang

Proses Pengawasan dan Hambatan-Hambatan BAWASLU dalam

Menangani Pelanggaran Pemilihan Gubernur Lampung 2014). Masters

thesis, Universitas Lampung.

Moenir, A.S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Modern. Bandung: Rosda

Karya.

Page 81: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

71

Mulyasa, 2006. Kinerja Pegawai dalam Organisasi Modern. Jakarta. Rajawali

Press.

Murdick, Robert G. & Ross Joel E. 2005. Sistem Informasi Untuk Manajemen

Modern. Jakarta: Erlangga.

Nurlaela. 2017. Kinerja Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Dalam

Pemilihan Kepala Daerah Kota Bontang Tahun 2015. eJournal Ilmu

Pemerintahan, Vol 5 (1): 315-328.

Pramusinto, Agus. 2004. Otonomi Daerah dan Pemilihan Kepala Daerah dalam

mencermati Hasil Pemilu 2004. Jakarta: Jurnal Analisis CSIS Vol. 33, No

2.

Prihatmoko, Joko J. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta:

Penerbit Pustaka Pelajar.

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2005. Management. 8th Edition. Prentice

Hall, New Jersey.

Sedarmayanti. 2006. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:

Penerbit Mandar Maju.

Simbolon, Maringan Masri. 2004. Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Siswo, D.B.Paranoan, Burhanuddin. 2014. Upaya Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan

Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Di Kabupaten Kutai

Kartanegara. eJournal Administrative Reform, Volume 2 (1).

Tery, George R. 2006. Prinsip-Prinsip Management. Jakarta : Bumi Aksara.

Yusuf, A. M. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Yuwono, Ismantoro Dwi. 2011. Memahami Berbagai Etika Profesi &

Pekerjaan.Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Situs

https://daerah.sindonews.com/read/1316309/174/politik-uang-dengan-baiat-

alquran-ditemukan-di-pilkada-sinjai-sulsel-1529935031, diakses tanggal 17

Desember 2018

Page 82: SKRIPSI PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS PEMILU …

72

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan KPU No 15 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan KPU nomor

1 tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota

DPR,DPRD,DPD.

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2018 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umum.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota.