52
i SKRINING RESIDU ANTIBIOTIKA PADA HATI AYAM POTONG (Broiler) DI EMPAT PASAR TRADISIONAL KOTA MAKASSAR SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

  • Upload
    voanh

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

i

SKRINING RESIDU ANTIBIOTIKA PADA HATI AYAM POTONG (Broiler)

DI EMPAT PASAR TRADISIONAL KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

PUTRI JELITA

O 111 13 312

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

ii

PERNYATAAN KEASLIAAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Putri Jelita

NIM : O111 13 312

Program Studi : Kedokteran Hewan

Fakultas : Kedokteran

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Karya skripsi saya adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab hasil dan

pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan dikenakan

sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, 14 September 2017

Putri Jelita

Page 3: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

iii

ABSTRAK

PUTRI JELITA. Skrining residu antibiotika pada hati ayam potong(broiler) di empat pasar

tradisional Kota Makassar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc dan

Prof.Dr.M. Natsir Djide, MS.,Apt.

Residu antibiotika terjadi akibat penggunaan antibiotika untuk control atau mengobati penyakit

infeksi tidak memperhatikan waktu henti obat, penggunaan antibiotika yang melebihi dosis yang

dianjurkan, penggunaan antibiotika sebagai feed additive dalam pakan hewan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui adanya residu antibiotika pada hati ayam potong (broiler) yang

dijual di empat pasar tradisional Kota Makassar. Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan

sampel hati ayam di PasarPa’baeng-baeng, Pasar Daya, Pasar Terong, dan Pasar Sambung jawa.

Sampel yang digunakan sebanyak 24 sampel. Penelitian ini dilakukan dengan metode bioassay.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua sampel negatif mengandung residu antibiotika.

Kata Kunci: Residu Antibotila, Ayam potong (boiler), Hati, Pasar Pa’baeng-baeng,

Pasar Daya, Pasar Terong, Pasar Sambung jawa, bioassay.

Page 4: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

iv

ABSTRACT

PUTRI JELITA. Screening of residue antibiotics in chicken liver pieces (broiler) in the four

traditional markets Makassar. Supervised by Prof. Dr. DVM.Lucia Muslims, M.Sc and Prof.

Dr. M. Natsir Djide, MS., Apt.

Antibiotic residues result from the use of antibiotics to control or treat infectious diseases do not

pay attention to the time stopping the drug, the use of antibiotics which exceed the recommended

dose, the use of antibiotics as a feed additive in animal feed. This study aimed to determine the

presence of residues of antibiotics in chicken liver pieces (broiler ) sold in the four traditional

markets Makassar. Chicken liver samples obtained from sampling at the Market Pa'baeng

chicken liver-Baeng, Power Market, Market eggplant, and Java Connect Market. The samples

used were 24 samples. This research was conducted by the bioassay method. The results of this

study indicate that all samples tested negative for antibiotic residues.

Keywords: Residue Antibotila, chicken pieces (boiler), Liver, Market Pa'baeng-Baeng,

Power Market, Market Eggplant, Java Connect Market, bioassay.

Page 5: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

v

SKRINING RESIDU ANTIBIOTIKA PADA HATI AYAM POTONG (Broiler)

DI EMPAT PASAR TRADISIONAL KOTA MAKASSAR

PUTRI JELITA

O111 13 312

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Program Studi Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 6: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

vi

Page 7: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

vii

Page 8: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

viii

Page 9: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmatnya. Shalawat serta salam penulis ucapkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Skrining

residu antibiotika pada hati ayam potong (broiler) di empat pasar tradisional Kota Makassar”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

2. Ibu Prof. Dr. drh. Lucia Muslimin, M.Sc selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasihat yang sangat berarti

kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Prof. Dr. M. Natsir Djide, MS.,Apt. selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran sangat berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi.

4. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda

Mamurah, SE dan Ibunda Cerahwati, SE yang telah mendoakan, merawat, mendidik,

memberikan motivasi yang sangat luar biasa serta kasih sayang yang tiada hentinya

terhadap penulis, serta pengertian orang tua selama penulis melakukan penelitian ini.

5. Kakak saya Muh. Reza Zulfikar, Rezky Dwi Utami dan adik saya Mega Wahyuni

Rusli yang juga tempat bertukar pikiran.

6. Bapak Markus yang senantiasa memberikan bantuan dalam penelitian ini.

7. Teman-teman seperjuangan JuliyantiHara Jufri, Ridha Nurfalah abwah, Farahillah

Nur Aliah, , Nurul Fajriani, Andi Aby Huraerah, Hilman Nihaya, Try Putra serta

Arung Erza Rahman yang telah memberikan banyak bantuan, dorongan, dan

membantu dalam penyusunan skripsi ini, semoga kita semua menjadi makhluk mulia

dunia akhirat, dapat mengamalkan ilmu yang kita dapat di jalan Allah SWT.

8. Teman-teman SMA Adhinda, Armitha yang selalu meberikan semangat kepada

penulis.

9. Kakanda Iqbal dan kakanda Hap yang selalu menemani dan membantu selama proses

penelitian berlangung.

10. Shihlin girls Kikey Arsyad dan Nurhalisa yang selalu memberikan semangat kepada

penulis.

11. Kakanda Pute, Nanda dan Vera yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

12. Teman seangkatan ‘O13REV’ yang telah menjadi teman seperjuangan dari awal

masuk menjadi mahasiswa Kedokteran Hewan, terimakasih penulis ucapkan atas

dukungan dan bantuannya.

13. Seluruh staff dosen dan tatausaha Program Studi Kedokteran Hewan Universitas

Hasanuddin yang telah banyak membantu kelancaran skripsi.

14. Dan penghargaan setinggi – tingginya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

Page 10: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

x

Semoga dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini dapat menambah pengetahuan kita

semua. Sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah dan kesalahan pasti datangnya

dari penulis. Karna itu tidak menutup kemungkinan jika dalam penulisan Skripsi ini terdapat

banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi

kesempurnaan Skripsi ini dan akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga

skripsi ini dapat memberikan wawasan ilmu yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memerlukannya serta darma bakti penulis tertercinta.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Makassar, September 2017

Page 11: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...................................................................................ii

ABSTRAK.....................................................................................................................................iii

ABSTRACT...................................................................................................................................iv

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................v

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI........................................................................................vi

KATA PENGANTAR...................................................................................................................vii

DAFTAS ISI...................................................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................xi

DAFTAR TABEL...........................................................................................................................xi

1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Manfaat Penelitian 2

1.5. Hipotesis 2

1.6. Keaslian Penelitian 2

2. TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Antibiotika 3

2.2 Mekanisme Kerja 3

2.3 Ampisilin 4

2.4 Tetrasiklin 5

2.5 Penggunaan Antibiotika di Peternakan 5

2.6 Penggunaan Antibiotika dalam Pakan 6

2.7 Penggunaan Antibiotika dalam Air Minum 7

2.8 Residu Antibiotika 8

2.8.1 Reaksi Alergi 9

2.8.2 Toksisitas 9

2.8.3 Mempengaruhi Flora Usus 9

2.8.4 Respon Imun 10

2.8.5 Resistensi Terhadap Mikroorganisme 10

2.8.6 Pengaruh Terhadap Lingkungan 11

2.8.7 Ekonomi 11

2.9 Batas Toleransi Residu Antibiotika 11

3. METODOLOGI PENELITIAN 15

3.1.Waktu dan Tempat Penelitian 15

Page 12: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

xii

3.2. Jenis Penelitian 15

3.3. Sampel Penelitian 15

3.3.1. Cara Pengambilan Sampel 15

3.3.2. Perhitungan Besar Sampel 15

3.4.Alat dan Bahan Penelitian 16

3.4.1. Alat Penelitian 16

3.4.2. Bahan Penelitian 16

3.5. Metode Penelitian 16

3.5.1. Sterilisasi Alat 16

3.5.2. Kultur Bakteri 16

3.5.2.1.Staphylococcus aureus 16

3.5.2.2.Escherichia coli 16

3.5.3. Pewarnaan Gram 17

3.5.4. Uji Antibiotika Novobiosin 17

3.5.5. Pengolahan Sampel 17

3.5.6. Pembuatan Media MHA 17

3.5.7. Pelaksanaaan Pengujian 18

3.5.8. Pengukuran Zona Hambat 18

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19

4.1. Staphylococcus aureus 19

4.1.1. Pembuatan Media MSA 19

4.1.2. UjiStaphylococcus aureus pada Media MSA 19

4.1.3. Uji Perwarnaan Gram 20

4.1.4. Uji Novobiosin 21

4.2. Escherichia coli 22

4.2.1. Pembuatan Media EMBA 22

4.2.2. Uji Escherichia coli pada Media EMBA 22

4.2.3. Uji Pewarnaan Gram 23

4.3. Pengolahan Sampel 23

4.4. Pembuatan Media MHA 24

4.5. Skrining Residu Antibiotika pada Hati Ayam Potong (broiler) 24

5. KESIMPULAN DAN SARAN 30

5.1. Kesimpulan 30

5.2. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 34

RIWAYAT HIDUP 39

Page 13: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Tahap Resistensi 11

2. Gambar 2. Staphylococcus aureus pada media MSA 20

3. Gambar 3. Pengamatan Staphylococcus aureus pada Mikroskop 20

4. Gambar 4. Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik Novobiosin 21

5. Gambar 5. Escherichia coli pada Media EMBA 22

6. Gambar 6. Hasil Pewarnaan Gram Escherichia coli 23

7. Gambar 7. Hasil skrining residu antibiotika pada Pasar A 24

8. Gambar 8. Hasil skrining residu antibiotika pada Pasar B 25

9. Gambar 9. Hasil skrining residu antibiotika pada Pasar C 26

10. Gambar 10. Hasil skrining residu antibiotika pada Pasar D 27

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Anitibiotika sebagai Imbuhan Pakan Ayam Pedaging 7

2. Tabel 2. Data Residu Obat Hewan pada Produk Daging dan Hati Ayam 12

3. Tabel 3. Spesifikasi Persyaratan Mutu Batas Maksimum Residu dalam

Bahan Makanan Asal Hewan dalam Satuan (mg/kg) 13

4. Tabel 4. Waktu Henti beberapa Obat 14

5. Tabel 5. Diameter zona bening hasil skrining residu antibiotika pada Pasar A 25

6. Tabel 6. Diameter zona bening hasil skrining residu antibiotika pada Pasar B 26

7. Tabel 7. Diameter zona bening hasil skrining residu antibiotika pada Pasar C 27

8. Tabel 8. Diameter zona bening hasil skrining residu antibiotika pada Pasar D 28

Page 14: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

xiv

Page 15: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein hewani

tinggi dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat (Focosi, 2015). Kontribusi terbesar

dalam penyediaan daging secara Nasional umumnya berasal dari ternak unggas dan sapi potong.

Produksi daging sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 rata-rata sekitar 59,96% berasal

dari ternak unggas dan 21,29% berasal dari ternak sapi potong (Kartasudjana dan Suprijatna,

2016).

Masalah keamanan pangan menjadi topik yang cukup mendapat perhatian saat ini

(Hermawati, 2017). Berbagai penelitian telah dilakukan dalam rangka peningkatan keamanan

pangan, salah satunya adalah penggunaan antibiotika untuk pengobatan penyakit dan pemacu

pertumbuhan. Kebutuhan antibiotika untuk pakan dan pengobatan tahun 2001 sebesar 502,27

ton, kemudian meningkat menjadi 5.574,16 ton pada tahun 2005. Dengan meningkatnya

penggunaan antibiotika tersebut, maka meningkat pula manfaat dan resiko yang mungkin

ditimbulkan. Resiko ini berupa residu antibiotika pada hasil-hasil ternak (daging, susu dan telur)

akibat penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dengan dosis atau tidak memperhatikan waktu

henti obat (withdrawal time) (Distannak, 2016).

Menurut Bahri et al. (2015) hampir semua pabrik pakan menambahkan antibiotika ke

dalam pakan komersial, sehingga sebagian besar pakan komersial yang beredar di Indonesia

mengandung antibiotika. Penggunaan antibiotika yang kurang tepat ini dimungkinkan berkaitan

dengan pola pemasaran obat hewan di lapangan, dimana 30,80% peternak ayam pedaging skala

kecil yang tidak mempunyai dokter hewan untuk mengawasinya, mendapat obat langsung dari

distributor sehingga dikhawatirkan penggunaan obat-obatan tersebut tidak mengikuti aturan yang

benar, selain itu peternak kurang memahami waktu henti suatu obat sehingga mengakibatkan

munculnya residu pada produk ternak (Peter et al., 2012 ; Bahri et al., 2015).

Keberadaan residu antibiotika dalam bahan pangan asal hewan, dari aspek kesehatan

masyarakat veteriner perlu mendapat perhatian, bahaya yang dapat ditimbulkannya terhadap

kesehatan konsumen, seperti reaksi hipersensitifitas mulai dari yang ringan sampai parah,

keracunan dan yang terpenting adalah peningkatan resistensi beberapa mikroorganisme patogen

yang akan menimbulkan masalah besar dalam bidang kesehatan manusia maupun hewan

(Phillips et al., 2014). Secara ekonomi dampak yang ditimbulkan dari adanya residu dalam

pangan asal hewan, menyebabkan kerugian ekonomi berupa penolakan produk terutama bila

produk tersebut di ekspor ke negara yang konsisten dan serius dalam menerapkan sistem

keamanan pangan (Crawford dan Franco, 2014).

Berdasarkan uraian di atas mengenai besarnya dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan

antibiotika yang tidak sesuai dengan standar, maka peneliti mencoba melakukan penelitian

mengenai skrining residu antibiotika pada hati ayam potong (broiler) di empat pasar tradisional

Kota Makassar.

Page 16: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

2

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah masih terdapat residu antibiotika

pada hati ayam potong (broiler) di empat pasar tradisional Kota Makassar.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui adanya residu antibiotika pada hati

ayam potong (broiler) di empat pasar tradisional Kota Makassar.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi

bahan informasi serta pembanding bagi penelitian-penelitian berikutnya.

1.4.2 Manfaat Aplikasi :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi instansi terkait

dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan khususnya pemerintah Kota Makassar

untuk menentukan regulasi dalam rangka meningkatkan pengawasan terhadap

penggunaan antibiotika pada peternakan ayam.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para peternak khususnya

mitra sehingga mampu menggunakan antibiotika sesuai dengan dosis yang telah

ditetapkan.

1.5 Hipotesis

Ditemukannya residu antibiotika pada hati ayam potong (broiler) di empat pasar

tradisional Kota Makassar.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai skrining antibiotika pada hati ayam potong (broiler) di empat pasar

tradisional Kota Makassar, yaitu Pasar Pa’baeng-baeng, Pasar Daya, Pasar Terong, Pasar

Sambung jawa belum pernah dilakukan. Martaleni (2007) pernah melaporkan identifikasi residu

anibiotika pada karkas, organ dan kaki ayam pedaging yang diperoleh dari pasar tradisional

Kabupaten Tangerang. Persamaan penelitian Martaleni (2007) dengan penelitian ini ialah

mengidentifikasi residu antibiotika. Perbedaannya penelitian ini terkhusus di hati ayam potong

(broiler), perbedaan mikroorganisme uji dan lokasi penelitian yang berbeda.

Page 17: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antibiotika

Antibiotika adalah senyawa berat dengan molekul rendah yang membunuh atau

menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika dihasilkan oleh mikroorganisme,

khususnya Streptomyces spp. dan jamur (Sanjaya, 2016). Penggunaan antibiotika untuk terapi

infeksi pada manusia dan hewan harus memenuhi sejumlah kriteria. Penggunaan obat-obatan

terutama antibiotika dalam bidang peternakan tidak dapat dihindari, karena kesehatan ternak

yang harus selalu terjaga sehingga dapat berproduksi secara optimal, namun penggunaan

antibiotik untuk mengatasi penyakit infeksi harus didasarkan pada identifikasi bakteri yang

menyebabkan infeksi, disertai hasil uji kepekaan dari bakteri yang bersangkutan, sehingga akan

diperoleh hasil yang maksimal (Murdiati, 2017).

Antibiotika dapat dikelompokkan berdasarkan struktur dari antibiotika tersebut ataupun

berdasarkan target kerjanya pada sel, yaitu broad spectrum mempunyai kemampuan membunuh

mikroorganisme dari berbagai spesies sedangkan narrow spectrum hanya mampu membunuh

mikroorganisme secara spesifik (Benzoen et al., 2010). Antibiotika harus membunuh atau

menghambat pertumbuhan bakteri dari tipe yang berbeda. Antibiotika broad spectrum berguna

karena adanya gejala (simptom) yang sama yang disebabkan oleh bakteri dari spesies yang

berbeda dan dari gejala yang muncul tidak mungkin menunggu isolasi, identifikasi organisme

penyebab sebelum terapi dimulai (Nhiem, 2015; Salyers dan Whitt, 2015).

Antibiotika broad spectrum mempunyai kekurangan, tidak hanya menyerang bakteri

pathogen tetapi juga mengurangi jumlah mikroflora usus (Focosi, 2015). Setiap antibiotika harus

mampu mencapai bagian tubuh dimana terjadinya infeksi. Beberapa antibiotika tidak diabsorpsi

oleh saluran pencernaan, sementara masuk ke aliran darah tetapi tidak melintasi barrier darah

otak dalam cairan spinal dan tidak masuk dalam sel fagosit (Phillips et al., 2014; Focosi, 2015).

Munculnya fenomena resistensi antibiotika pada bakteri patogen sangat berbahaya. Hal ini

diduga dapat mengakibatkan terjadinya perpindahan sifat resistensi antibiotika bakteri dari ayam

dan telur ke manusia dan lingkungan (Kusumaningsih, 2017). Adanya resistensi antibiotika

bakteri pada ternak dan manusia dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri (Phillips et al., 2014; Bahri et al., 2015).

2.2 Mekanisme kerja

Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,

antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai

metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan

karena cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang

tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Menurut Prescott dan Baggot (2017) dan Mutchler (2010), mekanisme kerja antibitotika

dibagi dalam lima kategori, yaitu:

1. Menghambat metabolisme sel, seperti sulfonamide dan trimethoprim.

2. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan

tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, seperti fenicillin, vankomisin, dan

sefalosporin.

Page 18: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

4

3. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan

pembentukannya hingga bersifat permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel keluar,

seperti polimiksin.

4. Menghambat sintesa protein sel dengan melekatkan diri ke ribosom akibatnya sel

terbentuknya tidak sempurna, seperti tetrasiklin, kloramfenikol, streptomosin, dan

aminoglikosida.

5. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA ) akibatnya sel tidak dapat

berkembang seperti rifampisin.

Antibiotika memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung)

atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada kondisi bakteriostasis, mekanisme

pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi biasanya akan merusak

mikroorganisme (Jawetz, 2016).

Dinding sel bakteri terdiri atas jaringan makromolekuler yang disebut peptidoglikan.

Penisilin dan beberapa antibiotik lainnya mencegah sintesis peptidoglikan yang utuh sehingga

dinding sel akan melemah dan akibatnya sel bakteri akan mengalami lisis (Focosi, 2015).

Perbedaan dalam struktur ribosom akan mempengaruhi toksisitas selektif antibiotik yang akan

mempengaruhi sintesis protein (Adam, 2012).

2.3 Ampisilin

Antibiotika ampisilin merupakan suatu aminopenisillin semi-sintetik, antibiotik spektrum

luas yang telah ditingkatkan aktifitasnya terhadap bakteri gram negatif, anaerob maupun aerob.

Antibiotik ini peka terhadap enzim b-laktamase yang diproduksi oleh beberapa bakteri seperti

Stahylococcus aureus (Adam, 2012). Penggunannya untuk bermacam-macam infeksi saluran

nafas, saluran pencernaan, respirasi, kulit dan urogenital (Chalker et al., 2010). Ampisilin

tersedia dalam bentuk serbuk, tablet, krim dan parenteral injeksi. Dengan sediaan: kapsul 250

mg, 500 mg, tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg vial (ampisillin sodium), 20-40 mg/kg PO q 8 jam,

10-20 mg/kg IV, IM, Sc q 6-8 jam (ampisillin sodium). Ampisilin diabsorbsi 50% lebih besar

dibanding amoxisilline. Antibiotika Ampisilin termasuk dalam semisintetik penisillin. Ampisilin

dalam bentuk asam bebas sebagai serbuk kristal putih yang larut air. Konsentrasi dalam serum

memuncak diperoleh kurang lebih 2 jam setelah pemberian. Didistribusikan ke seluruh jaringan

tubuh dan terkonsentrasi di hati dan ginjal dan diekskresikan lewat urin (Phillips et al., 2014).

Organ sasaran yaitu alat perkencingan, alat pernafasan, gastrointestinal (Focosi, 2015).

Pemberian parenteral, interval 24 jam, tetapi pada stadium infeksi sangat akut dapat diberikan 2

kali sehari. Ampisilin diberikan sebanyak 0,2 cc, untuk menangani adanya infeksi sekunder pada

gastritis. Mekanisme kerjanya sebagai antibiotik β-laktamase yang menghambat sintesa dinding

sel bakteri dengan menghambat kerja enzim transpeptidase dan disirkulasi di enterohepatik

(Nhiem, 2015).

Page 19: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

5

2.4 Tetrasiklin

Telah banyak antibiotika yang dipergunakan untuk mengobati penyakit infeksi, baik yang

dibuat secara alami ataupun dari hasil sintesa dan banyak pula yang diproduksi dalam suatu

industri. Pengobatan dengan antibiotika pada ternak diharapkan dapat mengurangi resiko

kematian, menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan, baik ke manusia maupun ternak

lainnya, terlebih lagi apabila ternak ada dalam kelompok dengan jumlah besar sehingga

penularan penyakit infeksi mudah terjadi (Doyle, 2015). Penggunaan antibiotika yang dapat

memberikan hasil penyembuhan yang cepat sangat diperlukan, karena ternak diharapkan cepat

kembali berproduksi secara optimal sehingga kerugian ekonomi yang besar dapat dihindari.

Tetrasiklin digunakan pada unggas biasanya untuk pengobatan Chromic Respiratory Disease

(CRD) atau ngorok, airsacculitis, hexamitiasis dan bleucomb, sinusitis dan sinivovitis dengan

dosis 200-400 mg/galon air minum, sedangkan untuk pencegahan CRD diberikan dosis 100-200

mg/galon air minum. Tetrasiklin juga digunakan sebagai pemacu pertumbuhan (antibiotic

growth promotors/AGP) (Naim, 2012).

2.5 Penggunaan Antibiotika di Peternakan

Antibiotika digunakan untuk hewan sebagaimana digunakan pada manusia yaitu untuk

mencegah dan mengobati infeksi. Manfaat pengobatan dengan antibiotika antara lain membasmi

agen penyakit (Butaye et al., 2013), menyelamatkan hewan dari kematian, mengembalikan

kondisi hewan untuk berproduksi kembali dalam waktu yang relatif singkat,

mengurangi/menghilangkan penderitaan hewan dan mencegah penyebaran mikroorganisme ke

alam sekitarnya yang dapat mengancam kesehatan hewan dan manusia (Adam, 2012).

Penemuan antibiotika membawa dampak besar bagi kesehatan manusia dan ternak.

Seiring dengan berhasilnya pengobatan dengan menggunakan antibiotika, maka produksinya

semakin meningkat (Phillips et al., 2014). Pada industri peternakan pemberian antibiotika selain

untuk pencegahan dan pengobatan penyakit juga digunakan sebagai imbuhan pakan (feed

additive) untuk memacu pertumbuhan (growth promoter), meningkatkan produksi dan

meningkatkan efisiensi penggunaan pakan (Bahri et al., 2015).

Di Eropa ada beberapa antibiotika yang diperbolehkan digunakan sebagai imbuhan pakan

seperti olaquinodik, basitrasin, flavomisin, monensin, salinomisin, tilosin, virginiamisin,

avoprasin, dan avilamisin. Sejak tahun 2009, antibiotika olaquinodik, basitrasin, tilosin, dan

virginiamisin sudah dilarang digunakan sebagai imbuhan pakan (Butaye et al., 2013).

Berdasarkan Feed Additive Compendium, ada beberapa antibiotika yang direkomendasikan

digunakan sebagai imbuhan pakan pada pakan unggas dan hewan lain, seperti penisilin,

basitrasin, streptomisin, eritromisin, tilosin, neomisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin,

linkomisin, spiramisin, dan virginiamisin (Andriyanto, 2010).

Pemanfaatan antibiotika sebagai imbuhan pakan ternak juga banyak digunakan di

Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor

menunjukkan bahwa 71,43% (5/7) pabrik pakan di Kabupaten Bogor, Cianjur, Tangerang,

Bekasi dan Sukabumi memberikan tambahan antibiotika golongan tetrasiklin dan sulfonamida

pada produk pakan ayam (Bahri et al., 2015). Berdasarkan pengamatan di lapangan, antibiotika

yang lazim digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit antara lain streptomisin,

Page 20: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

6

kloramfenikol, doksisiklin, tetrasiklin, eritromisin, neomisin, tilosin, siprofloksasin,

enrofloksasin, dan golongan sulfonamida.Antibiotika ini diberikan dalam air minum pada ayam

yang menunjukkan gejala sakit atau setelah vaksinasi (Kusumaningsih, 2017).

Beberapa peneliti melaporkan bahwa dibutuhkan antibiotika dalam jumlah banyak untuk

pengobatan, pencegahan dan sebagai pemacu pertumbuhan pada ternak penghasil daging. Pada

tahun 2001 dilaporkan bahwa, di Amerika Serikat setiap tahun membutuhkan sebanyak 900 ton

antibiotika untuk pengobatan dan sebanyak 11.200 ton antibiotika untuk non pengobatan pada

hewan, dengan peningkatan daging ternak sebesar 40% (Phillips et al., 2014). Kebutuhan

antibiotika untuk pakan dan pengobatan tahun 2001 sebesar 502,27 ton, kemudian meningkat

menjadi 5.574,16 ton pada tahun 2005 hal ini diiringi dengan peningkatan jumlah ternak

khususnya ayam sebanyak 27% atau sekitar 250.000 ekor ayam (Distannak, 2016).

2.6 Penggunaan Antibiotika dalam Pakan

Amerika Serikat telah melakukan penelitian dimana pakan ayam diberikan produk

fermentasi tetrasiklin yang menghasilkan pertumbuhan sangat cepat pada tubuh ayam

dibandingkan dengan yang tidak diberikan produk fermentasi tersebut, hal ini kemudian diikuti

negara lainnya (Phillips et al., 2014 dan PIC, 2016). Berbagai penelitian mengenai penggunaan

antibiotika dalam pakan dengan dosis subterapeutika yang berpengaruh terhadap penurunan

biaya produksi daging, telur dan susu. Anthony (2017) menyebutkan penggunaan antibiotika

pada dosis subterapeutika melalui pakan atau air minum berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan,

mempengaruhi metabolisme seperti tetrasiklin mempengaruhi ekskresi nitrogen dan air,

effisiensi nutrisi dengan menekan bakteri intestin yang bersaing dengan host menggunakan

nutrisi dan mencegah penyakit. Hewan yang diberikan antibiotika secara rutin, struktur dinding

usus lebih tipis dan lebih besar daya absorpsinya, ini yang mengakibatkan antibiotika dapat

memperbaiki dan meningkatkan produksi daging sapi, domba, unggas dan babi.

Jenis antibiotika, penggunaan dan tujuannya yang direkomendasikan oleh pemerintah

seperti tabel dibawah ini :

Page 21: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

7

Tabel 1. Antibiotika sebagai Imbuhan Pakan Ayam Pedaging

No Jenis antibiotika /Ton Pakan Tujuan

1 Avilamisina 2,5g - 15g Perangsang pertumbuhan

2 Avoparsina 7,5g - 15g Perangsang pertumbuhan

3 Bacitrasin zink 50g Perangsang pertumbuhan

4 Enramisina 5g - 10g Perangsang pertumbuhan

5 Flavomycin (Bambermisin) 2,5g Perangsang pertumbuhan

6 Kitasamisin 5g - 15g Perangsang pertumbuhan

7 Kolistin sulfate 2g - 20g Perangsang pertumbuhan

8 Lasalosid 2g Koksidiostat

9 Maduramisina 5g Koksidioatat

10 Lincomisin HCl 2,2g - 4,4g Perangsang pertumbuhan

11 Monensin natrium 70g - 90g Koksidiostat

12 Narasina 60g - 80g Koksidiostat

13 Salinomisin (Na) 60g Koksidiostat

14 Spiramisin (embonate) 5g - 20g Perangsang pertumbuhan

15 Virginiamisin 5g - 15g Perangsang pertumbuhan

Sumber : Campbell, 2016.

2.7 Penggunaan Antibiotika dalam Air Minum

Meningkatnya permintaan akan komoditi hewan telah menyebabkan dilakukannya

intensifikasi usaha peternakan yaitu dimana hewan dipelihara dalam skala besar. Adanya

kecendrungan untuk memilih cara beternak secara intensif telah menyebabkan mudahnya

penularan dari kelompok hewan yang satu ke hewan yang lain, sehingga semakin intensif usaha

peternakan maka semakin meningkat pula pemakaian antibiotika untuk mengatasi infeksi yang

sering timbul. Pengobatan massal melalui air minum dalam peternakan unggas berskala besar

merupakan cara terapi yang paling baik, diharapkan pengobatan (terapi) yang cepat dan efektif

serta dapat diikuti dengan pemberian obat melalui pakan. Hal ini disebabkan karena pengobatan

melalui cara parenteral (intramuskuler, subkutan dan intravena) tidak mungkin dilakukan untuk

pengobatan massal dalam peternakan berskala besar (Purvis, 2013 dan PIC, 2016). Hasil

pengamatan beberapa peneliti di lapangan menunjukkan bahwa setelah dilakukan vaksinasi, akan

diikuti dengan pemberian antibiotik melalui air minum selama 3 - 4 hari. Apabila ayam-ayam

tersebut menunjukkan tanda-tanda sakit, pemberian antibiotika dilanjutkan sampai delapan hari,

bahkan terkadang sampai sembuh (Bahri et al., 2015).

Berbagai jenis antibiotika di beberapa negara, termasuk golongan tetrasiklin, neomisin,

basitrasin, dan preparat sulfa diizinkan untuk diberikan secara berkala pada peternakan ayam.

Pemberian gentamisin dan spektinomisin melalui injeksi pada ayam bibit dapat mencegah infeksi

Salmonella enteritidis dari induk ayam ke telur yang akan ditetaskan (Kusumaningsih, 2017).

Menurut Lukman (2014) khlortetrasiklin, doksisiklin dan oksitetrasiklin merupakan antibiotika

yang paling banyak digunakan untuk pengobatan dan golongan ini tidak diizinkan diberikan

melalui pakan ternak di Indonesia. Derivat penisilin (antibiotika beta-laktam) secara luas

digunakan pada sapi, babi dan unggas untuk mengobati infeksi dan ditambahkan ke dalam pakan

Page 22: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

8

atau air minum untuk mencegah beberapa penyakit. Penisilin biasanya cepat hilang dalam darah

melalui ginjal dan keluar melalui urin (Nhiem, 2015).

2.8 Residu Antibiotika

Residu adalah senyawa asal dan atau metabolitnya yang terdapat dalam jaringan produk

hewani dan termasuk residu hasil uraian lainnya dari obat tersebut. Semua cara pemberian

antibiotika dapat menyebabkan terjadinya residu dalam pangan asal hewan seperti, daging susu

dan telur (Phillips et al., 2014). Perhatian besar telah diperlihatkan selama 40 tahun mengenai

adanya residu antibiotika pada daging ayam di Amerika Serikat. Menurut Adam (2012) residu

antibiotika terjadi akibat penggunaan antibiotika untuk kontrol atau mengobati penyakit infeksi

tidak memperhatikan waktu henti obat, penggunaan antibiotika yang melebihi dosis yang

dianjurkan, penggunaan antibiotika sebagai feed additive dalam pakan hewan.

Pada pangan asal hewan residu meliputi senyawa asal yang tidak berubah (nonaltered

parent drug), metabolit dan atau konjugat lain. Beberapa metabolit obat diketahui bersifat kurang

atau tidak toksik dibandingkan senyawa asalnya, namun beberapa diketahui lebih toksik

(Phillips, 2014 dan Bahri et al., 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi obat dalam

tubuh (fase farmakokinetika), yaitu perfusi darah melalui jaringan, kadar gradien, pH dan ikatan

zat dengan makromolekul, partisi ke dalam lemak, transpor aktif, barrier (sawar) dan ikatan obat

dengan protein plasma atau jaringan (Anief, 2013 dan Adam, 2012).

Secara umum fase farmakokinetik obat dipengaruhi oleh keragaman dalam satu spesies,

perbedaan spesies, interaksi antar obat, faktor-faktor biofarmasetik, keberadaan kinetika non

linear dan penyakit. Pakan yang mengandung antibiotika akan berinteraksi dengan jaringan

(organ) dalam tubuh ternak, meskipun dalam jumlah yang kecil pengaruh yang ditimbulkan tidak

secara langsung tetapi akan berefek kronis dan tetap berada dalam tubuh ternak (Adam, 2012).

Senyawa induk dan metabolitnya sebagian akan dikeluarkan dari tubuh melalui air seni dan

feses, tetapi sebagian lagi akan tetap tersimpan di dalam jaringan (organ tubuh) yang disebut

sebagai residu (Bahri et al, 2015).

Antibiotika yang paling sering dideteksi dalam daging, yaitu penisilin (termasuk

ampisilin), tetrasiklin (termasuk khlortetrasiklin dan oksitetrasiklin), sulfonamida (termasuk

sulfadimethoksin, sulfamethazin dan sulfamethoksazol), gentamisin dan streptomisin (Phillips et

al., 2014). Residu dari semua jenis obat hewan paling tinggi terdapat dihati dan ginjal

dibandingkan pada jaringan otot. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar residu beberapa

antibiotika berbeda pada jaringan berbeda dalam tubuh ayam. Secara farmakokinetik dapat

dijelaskan mengenai metabolisme dan distribusi jenis obat pada hewan yang berbeda, pada fase

ini juga dapat diperkirakan waktu henti obat untuk menghilangkan kadar obat pada jaringan yang

berbeda (Adam, 2012). Menurut Anthony (2017), dampak negatif keberadaan residu antibiotika,

yaitu reaksi alergi, toksisitas, mempengaruhi flora usus, respon immun, resistensi terhadap

mikroorganisme, pengaruh terhadap lingkungan dan ekonomi.

2.8.1 Reaksi Alergi

Alergi atau intoleransi adalah reaksi abnormal yang berhubungan dengan substansi alami

yang tidak membahayakan banyak individu. Reaksinya meliputi urtikaria pada membran mukosa

dan kulit, bintik ruam dan pengelupasan kulit (Anthony, 2017). Menurut Nhiem (2015) tidak ada

bukti bahwa dengan terpapar residu penisilin dalam pangan menyebabkan peka terhadap

Page 23: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

9

penisilin, tetapi ada beberapa kasus pada manusia diketahui sensitif penisilin menderita reaksi

alergi ketika terekspos pangan yang mengandung residu penisilin. Dosis 10 IU (0,6 μg) dapat

menyebabkan reaksi alergi pada individu yang sensitif. Sedikit 0,01 IU/ml penisilin dalam susu

menyebabkan reaksi alergi pada individu yang sangat sensitif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa residu penisilin dalam ginjal dan hati (uji HPLC) kira-kira 100 kali lebih tinggi

dibandingkan dalam otot. Reaksi alergi menurut penelitian ini merupakan faktor yang

menentukan untuk keamanan evaluasi residu. Secara keseluruhan prevalensi alergi penisilin pada

populasi yang berbeda kira-kira 3 – 10% (Anthony, 2017).

2.8.2 Toksisitas

Antibiotika dapat mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung antibiotika memiliki sifat toksik bagi manusia, sebagai contoh

khloramphenikol memiliki efek samping yang cukup serius, yaitu penekanan aktivitas sumsum

tulang yang berakibat gangguan pembentukan sel-sel darah merah. Kondisi ini dapat

menyebabkan aplastic anemia yang secara potensial berakibat fatal (Naim, 2012). Pada aspek

alergi dengan melimpahnya antibiotika baik dikalangan medis maupun ditoko-toko sampai kaki

lima tidak diragukan lagi menyebabkan terjadinya perubahan respon terhadap suatu substansi

tertentu. Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan kepekaan yang disebut hipersensitivitas

(Nhiem, 2015).

2.8.3 Mempengaruhi Flora Usus

Sebagai hasil penggunaan antibiotika yang panjang, perkembangan yang tidak

menyenangkan bakteri dalam saluran pencernaan merupakan masalah pada manusia dan hewan

(Anthony, 2017). Penggunaan antibiotika tidak hanya menyebabkan resistensi pada bakteri

patogen yang sedang ditangani tetapi juga pada mikroorganisme lain yang ada dalam saluran

pencernaan. Kemungkinan lain adalah adanya gangguan terhadap flora normal yang ada pada

saluran pencernaan manusia karena adanya residu antibiotika pada makanan (Mazell dan Davies,

2010). Semakin panjang waktu bakteri terpapar dengan antibiotika maka akan semakin tinggi

kesempatan terjadinya mutasi, sehingga menimbulkan strain yang kurang sensitif terhadap

antibiotika tersebut.

2.8.4 Respon Imun

Berbagai penelitian dilaporkan bahwa antibiotika tidak hanya bekerja sebagai bakterisid

tetapi juga mengatur fungsi dari sel imun (Naim, 2012). Pengaruh antibiotika pada respon

immun terjadi secara langsung pada sel imun kompeten atau secara tidak langsung dengan

merubah struktur atau metabolit dari organisme menyebabkan terjadinya konsentrasi hambat sub

minimal terhadap bakteri (subMIC) (Anthony, 2017).

2.8.5 Resistensi Terhadap Mikroorganisme

Menurut Naim (2012) masalah resistensi bakteri terhadap antibiotika telah dapat

dipecahkan dengan penemuan antibiotika golongan baru seperti, aminoglikosida, makrolida dan

glikopeptida, juga dengan modifikasi kimiawi dari antibiotika yang sudah ada tetapi tidak ada

jaminan pengembangan antibiotika baru dapat mencegah kemampuan bakteri patogen untuk

menjadi resisten. Masalah resistensi mikroba terhadap antibiotika bukanlah masalah yang baru,

sejak tahun 1963, WHO (2017) telah mengadakan pertemuan tentang aspek kesehatan

masyarakat dari penggunaan antibiotika dalam makanan dan bahan makanan (Bahri et al, 2015).

Page 24: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

10

Penggunaan antibiotika pada pakan hewan sebagai pemacu pertumbuhan telah

mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang resisten terhadap antibiotika yang umum digunakan

untuk terapi. Sebelum tahun 1984 di Eropa Salmonella dublin masih peka terhadap antibiotika

khloramfenikol (Barber et al, 2013). Resistensi kolonisasi merupakan istilah yang

menggambarkan imunitas alami yang diperoleh manusia melalui keberadaan flora normal dalam

saluran pencernaan sehingga manusia akan terlindungi dari kolonisasi/infeksi oleh

mikroorganisme dari luar tubuh. Ini merupakan konsep penting bagi kesehatan manusia karena

pencegahan kolonisasi oleh mikroba patogen seperti salmonella atau oleh mikroba resisten

adalah kunci untuk meminimalkan resiko hidup dalam lingkungan yang terkontaminasi oleh

mikroorganisme patogen (Naim, 2012).

Menurut Charles et al. (2011), antibiotika tidak digunakan pada seluruh peternakan dan

resistensi antibiotika terjadi di peternakan yang tidak menggunakan antibiotika. Bahan baku

protein yang berasal dari hewan yang terkandung dalam pakan unggas berpotensi sebagai

penyimpan sumber resistensi bakteri terhadap antibiotika. Resistensi diakibatkan oleh mikroba

mensintesis enzim yaitu resistensi mikroba terhadap penisilin. Dimana mikroba tersebut

menghasilkan enzim penisilinase yang mampu memecah cincin beta-laktam penisilin menjadi

penicilloic acid yang tidak aktif. Demikian pula pada sefalosporin yang didegradasi oleh beta

laktamase (Salyers dan Whitt, 2015). Banyak bakteri mampu memproduksi beta-laktamase,

seperti bakteri gram positif dan negatif, dimana enzim ini mempunyai peranan yang besar dalam

menyebabkan resistensi bakteri gram positif terhadap penisilin dan sefalosporin (Jelena et al,

2016).

Gambar 1. Tahap resistensi (Sumber : Focosi, 2015)

Antibiotic use in animals

Development of resistant animal bacterial strain

Survival through food processing/handling

Survival through food preparation

Resistance transfer to human Colonization in human

Disease Treatment failure

Hurdles for transfer

Hurdles for transfer

2.8.6 Pengaruh Terhadap Lingkungan

Pemberian antibiotika secara oral seperti, tetrasiklin yang tingkat absorpsinya tidak

sempurna dan sebagian besar diekskresi secara utuh (Bahri et al, 2015). Pengaruh resistensi

terhadap organisme yang terdapat di lingkungan termasuk Escheria coli sebagian besar tidak

diketahui (Charles et al., 2011).

Treatment failure

STEPS FOR RESISTANCE TRANSFER

Antibiotic use in animals

Development of resistant animal bacterial

strain

Survival through food processing/handling

Survival through food preparation

Resistance transfer to human

Colonization in human

Disease

Hurdl

es for

transfe

r

Hurdl

es for

transf

er

Page 25: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

11

2.8.7 Ekonomi

Adanya laporan mengenai residu antibiotika dalam susu menimbulkan masalah di

industri perusahaan susu. Residu antibiotika menghambat dan tidak sempurnanya produksi asam

oleh bakteri starter kultur yang digunakan untuk menghasilkan produk seperti keju. Hal ini

mengakibatkan kehilangan ekonomi karena meningkatnya biaya penjualan susu dan masalah

kesehatan bagi konsumen (Anthony, 2017). Pada tahun 2001 terjadi penolakan udang yang

berasal dari Asia karena terdapat residu khloramfenikol. Residu antibiotika ini menyebabkan

terjadinya penekanan pada sumsum tulang sehingga mengganggu pembentukan sel darah merah,

hal ini menimbulkan aplastik anemi. Adanya residu antibiotika pada produk pangan asal hewan

sudah tentu menjadi masalah Internasional, oleh karena dapat menimbulkan gangguan bagi

kesehatan konsumen yang mengkonsumsi produk hewan yang mengandung atau tercemar residu

(Naim, 2012).

2.9 Batas Toleransi Residu Antibiotik

Keamanan pangan asal ternak berkaitan erat dengan pengawasan pemakaian antibiotika

dan obat hewan yang tergolong obat keras perlu memperhatikan waktu henti sehingga

diharapkan residu tidak ditemukan lagi atau berada di bawah Batas Maksimum Residu (BMR).

Beberapa data residu antibiotika pada produk daging dan hati ayam serta batas maksimum residu

dalam bahan makanan asal hewan di Indonesia dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.

Page 26: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

12

Tabel 2. Data Residu Obat Hewan pada Produk Daging dan Hati Ayam

No Macam produk

ternak

Jumlah

sampel %positif Macam residu Ket.

1 Daging ayam 190 0 Antibiotika 1

190 26,3 Antibakteri,sintetik,koksid 1

60 13,2 Antibiotika 2

221 0 Antibiotika 3

2 Hati ayam 190 10,0 Antibiotika 1

190 21,05 Antibakteri,sintetik,koksid 1

40 82,5 Antibiotika 2

221 50,0 Antibiotika 3

57 78,9 Antibiotika 4

57 73,7 Antibiotika 4

57 66,7 Antibiotika 4

57 63,1 Antibiotika 4

24 58,3 Antibiotika 5

24 54,1 Antibakteri,sintetik,koksid 5

24 62,5 Antibakteri,sintetik,koksid 5

24 12,5 Antibiotika 5

24 8,3 Antibiotika 5

24 66,7 Antibakteri,sintetik,koksid 5

24 4,16 Antibakteri,sintetik,koksid 5

Keterangan : 1. BPMSOH, 2. Hartati dkk., 3. PPPF, 4. Balitvet, 2000, 5.Balitvet, 2001.

Sumber : Bahri (2015)

Page 27: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

13

Tabel 3. Spesifikasi Persyaratan Mutu Batas Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal

Hewan dalam Satuan (mg/kg)

No. Jenis Residu dan Metabolit Hati Telur Susu

1 Amoksilin 0,01 0,0,1 0,01

2 Ampisilin 0,01 0,01 0,01

3 Ampramisin 0,1 0,1 0,1

4 Atrzine 0,02 0 0

5 Avorpasin 0,2 0 0

6 Basitrasin 0,5 0 0,5

7 Benzilpenisilin 0,05 0,0015 0,01

8 Carbomisin 0 0 0

9 Carboxine 0,1 0 0

10 Clindamisin 0,01 0,01 0

11 Diklosasilin 0,3 0,03 0

12 Doksisiklin 0,1 0,05 0,05

13 Enrofloksasin 0,01 0 0,01

14 Eritromisin 0,1 0,1 0,1

15 Fradiomisin 0,25 0,15 0

16 Gentamisin 0,1 0,1 0,1

17 Hygromisin 0,3 0,3 0

18 Kitasamisin 0,2 0 0,2

19 Kloksasilin 0,01 0 0

20 Klotetrasiklin 0,1 0,01 0,05

21 Linkomisin 0,1 0,1 0,2

22 Maduramisin 0,05 0,05 0

23 Monensin 0,2 0,2 0,2

24 Neomisin 0,05 0 0,01

25 Norfloxacin 0,01 0 0

26 Novobiosin 1 0,1 1

27 Oleandomisin 0,15 0 0,15

28 Penisilin 0,1 0 0,1

29 Polimiksin B 0,1 0 0

30 Profrularin 0,02 0 0

31 Spektinomisin 0,4 0,4 4

32 Spiramisin 0,05 0,05 0,05

33 Streptomisin 0,1 0 0,1

34 Tetrasiklin 0,04 0,05 0,05

35 Tilosin 0,2 0,1 0

Sumber : Von borell, 2011.

Page 28: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

14

Pemakaian antibiotika dan obat hewan lainnnya dalam bidang peternakan perlu

dierhatikan waktu henti obat (withdrawal time) dari antibiotika yang bersangkutan. Waktu henti

obat adalah kurun waktu dari saat pemberian obat terakhir hingga ternak boleh dipotong atau

produknya boleh dikonsumsi. Berikut ini beberapa data waktu henti obat (withdrawal time) dari

beberapa obat hewan.

Tabel 4. Waktu henti beberapa obat

Jenis Hewan Cara Pemakaian

Waktu henti

(Hari)

Ampisilin Ayam Injeksi 5

Sapi Injeksi 6

Amprolium Sapi Oral 1

Dihidrostreptomisin Babi Injeksi 30

Sapi Injeksi 30

Enthromisin Babi Injeksi 7

Sapi Injeksi 14

Furazolidon Ayam Oral 5

Babi Oral 5

Karbadoks Babi Oral 70

Khlortetrasiklin Ayam Injeksi 15

Monensin Ayam Oral 3

Nitrofurazon Ayam Oral 5

Babi Oral 5

Penisilin G Ayam Injeksi 5

Babi Injeksi 5

Oksitetrasiklin Ayam Injeksi 15

Penisilin streptomisin Babi Injeksi 30

Sapi Injeksi 30

Preparat sulforiamida Sapi Oral 7

Tetrasiklin Sapi Oral 5

Thiobendazol Sapi Oral 3

Tilosina Babi Oral 2

Streptomisin Ayam Oral 4

Sapi Oral 2

Sumber : Murdiati, 2017

Page 29: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

15

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret sampai April 2017. Tempat pengambilan

sampel hati ayam di empat pasar tradisional kota Makassar (Pasar Pa’baeng-baeng, Pasar Daya,

Pasar Terong, dan Pasar Sambung jawa), dan penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Kedokteran Hewan Unhas.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, cara kerja eksiremental dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan metode bioassay.

3.3 Sampel Penelitian

3.3.1 Cara Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan metode simple random sampling.

3.3.2 Perhitungan Besar Sampel

Sampel keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 sampel hati. Dimana 24

sampel hati tersebut dibagi dalam 4 lokasi pengambilan, masing-masing lokasi pengambilan terdiri

dari 6 sampel hati. Perhitungan besar sampel dihitung dengan rumus Federer sebagai berikut

(Nathasa, 2007) :

(t-1) (n-1) ≥ 15

(4-1) (n-1) ≥ 15

3n-3 ≥ 15

3n ≥ 18

n ≥ 6

Keterangan :

t : Jumlah kelompok uji n : Besar sampel per kelompok

Besar sampel ideal menurut hitungan rumus Federer diatas adalah 6 sampel hati atau lebih.

Dengan demikian jumlah sampel hati semua kelompok uji secara keseluruhan adalah 24 sampel.

Page 30: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

16

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lemari pendingin, timbangan analitik,

cawan petri (diameter 10 cm dan diameter 6 cm), autoclave, inkubator, mikroskop, pinset, jarum

ose, gelas ukur, magnetic stirrer, tabung reaksi, bunsen, pH meter digital, erlenmeyer,

aluminium foil, slide glass, mortar, mikro pipet, dan vortex shaker.

3.4.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 sampel hati ayam, disk novobiosin

5ug (Oxoid), disk antibiotika ampisilin 10 ug (Oxoid), MSA (Manitol Salt Agar), EMBA (Eosin

Methylene Blue Agar), crystal violet, lugol, immersion oil, alkohol 96%, fuchin alkali / safranin,

NaCl, disk antibiotika tetrasiklin 30 ug (Oxoid), air suling steril, media MHA (Mueller Hinton

Agar), blank disk, biakan mikroba uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

3.5 Metode Penelitian

3.5.1 Sterilisasi Alat

Seluruh alat yang akan digunakan disterilisasi didalam autoclave pada suhu 121°C yang

sebelumnya dicuci bersih, selanjutnya autoclave dibuka setelah suhu turun menjadi ≤ 50°C. Alat

dikeringkan dan dibungkus lalu disimpan pada inkubator yang bersuhu 37°C.

3.5.2 Kultur Bakteri

Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak dan meremajakan bakteri.

3.5.2.1 Staphylococcus aureus

Koleksi biakan murni bakteri Staphylococcus aureus diinokulasi dengan cara

ditumbuhkan kembali pada media MSA (Manitol Salt Agar) menggunakan ose di dalam cawan

petri. Setelah itu cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam.

3.5.2.2 Escherichia coli

Koleksi biakan murni bakteri Escherichia coli diinokulasi dengan cara ditumbuhkan

kembali dengan media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) yang diusap jarum ose ke dalam

cawan petri. Setelah itu cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24

jam.

3.5.3 Pewarnaan Gram

• Sediakan slide glass kemudian di fiksasi di atas api bunsen

• Beri label pada bagian atas slide glass

• Pijarkan jarum ose dan diambil bakteri dari media dengan cara aseptik lalu diratakan di

atas slide glass

• Teteskan larutan zat warna crystal violet sebanyak 1 atau 2 tetes

Page 31: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

17

• Keringkan selama 3-5 menit

• Cuci dengan air mengalir

• Keringkan slide glass dengan cara dianginkan

• Tetesi dengan lugol dan diamkan selama 2 menit

• Cuci dengan air mengalir

• Keringkan slide glass dengan cara dianginkan

• Tetesi dengan alkohol 96% dan diamkan selama 20 detik

• Teteskan larutan fuchin alkali dan diamkan selama 2 menit

• Cuci dengan air mengalir

• Keringkan slide glass dengan cara dianginkan

• Selanjutnya slide glass ditetesi immersion oil lalu diamati di bawah mikroskop bentuk

dari bakteri uji

3.5.4 Uji Antibiotik Novobiosin

Uji antibiotik novobiosin dilakukan dengan cara 1 ose suspensi bakteri Staphylococcus

aureus ditanam pada media Muller Hinton kemudian diletakkan disk novobiosin 5 µg diatas

media Muller Hinton, diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Adanya daerah bening disekitar

disk menunjukkan hasil positif.

3.5.5 Pengolahan Sampel

Sampel hati ayam ditimbang sebanyak 10 gram, selanjutnya potong kecil-kecil lalu

dihaluskan menggunakan mortar kemudian sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan air suling steril sebanyak 20 ml ke dalam tabung reaksi. Erlenmeyer ditutup

menggunakan aluminium foil, selanjutnya dihomogenkan dengan menggunakan alat vortex

shaker selama 1 menit, supernatan diambil dan siap digunakan sebagai larutan uji.

3.5.6 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Pembuatan media Mueller Hinton Agar dengan menimbang 12,8 gram serbuk Mueller

Hinton Agar dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan air suling steril 450 ml, erlemeyer

diaduk menggunakan magnetic stirer agar larutan homogen, selanjutnya pH larutan diukur

menggunakan pH meter digital, sampai pH mencapai 7,0 (netral). Tabung erlenmeyer ditutup

dengan aluminium foil dan dimasukkan kedalam autoclave. Autoclave ditutup rapat dan

dinaikkan suhunya hingga 121oC selama ±45 menit selanjutnya autoclave dimatikan, ditunggu

hingga suhu mencapai suhu kamar. Autoclave dibuka dan tabung erlemeyer dikeluarkan dari

autoclave, media Mueller Hinton Agar dituang kedalam 8 cawan petri yang masing-masing

berisi 50 ml. Media Mueller Hinton Agar dibiarkan memadat dan dingin hingga siap untuk

menumbuhkan bakteri.

3.5.7 Pelaksanaan Pengujian

Pengujian dengan cara 1 ose biakan murni bakteri Escherichia coli diinokulasikan ke

dalam 2 ml NaCl pada tabung reaksi hingga memenuhi standar kekeruhan konsentrasi 0,5 Mc

Farland yang kemudian diusap ke dalam 4 cawan petri besar yang telah berisi media Mueller

Hinton Agar (MHA). Blank disk dicelupkan ke dalam larutan uji lalu diletakkan di cawan petri.

Satu cawan petri dibagi menjadi delapan bagian, enam bagian untuk sampel uji dan dua bagian

Page 32: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

18

untuk kontrol positif dan kontrol negatif. Biakan tersebut diinkubasikan ke dalam inkubator

dengan suhu 37 ºC selama 24 jam.

Pengujian dengan cara 1 ose biakan murni bakteri Staphylococcus aureus diinokulasikan

ke dalam 2 ml NaCl pada tabung reaksi hingga memenuhi standar kekeruhan konsentrasi 0,5

Mc Farland yang kemudian diusap ke dalam 4 cawan petri besar yang telah berisi media

Mueller Hinton Agar (MHA). Blank disk dicelupkan ke dalam larutan uji lalu diletakkan di

cawan petri. Satu cawan petri dibagi menjadi delapan bagian, enam bagian untuk sampel uji dan

dua bagian untuk kontrol positif dan kontrol negatif. Biakan tersebut diinkubasikan ke dalam

inkubator dengan suhu 37 ºC selama 24 jam.

Kontrol positif yang digunakan ialah disk antibiotik tetrasiklin sedangkan kontrol negatif

ialah blank disk yang dicelupkan kedalam pelarut sampel yaitu air suling steril, untuk cawan

petri besar yang berisi inokulasi bakteri Escherichia coli. Kontrol positif yang digunakan ialah

disk antibiotik ampisilin sedangkan kontrol negatif ialah blank disk yang dicelupkan kedalam

pelarut sampel yaitu air suling steril, untuk cawan petri besar yang berisi inokulasi bakteri

Staphylococcus aureus. Pengujian sampel dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan. Setelah itu

hasil uji ditentukan dengan menggunakan jangka sorong/kaliper.

3.5.8 Pengukuran Zona Hambat

Daya hambat diketahui berdasarkan adanya diameter zona inhibisi (zona bening atau

daerah jernih tanpa pertumbuhan mikroorganisme) yang terbentuk. Apabila terdapat zona

inhibisi maka sampel uji dinyatakan mengandung residu antibiotika, jika tidak terdapat zona

inhibisi maka sampel uji dinyatakan tidak mengandung residu antibiotika.

Page 33: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

19

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan hati ayam potong (boiler) yang berasal dari Pasar Pa’baeng-

baeng, Pasar Daya, Pasar Terong, dan Pasar Sambung jawa. Bakteri yang digunakan ialah

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Sampel selanjutnya diteliti menggunakan metode

bioassay, uji ini digunakan karena memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, teknik pengerjaan

yang relatif sederhana, serta ekonomis jika sampel yang diuji dalam jumlah yang banyak.

4.1 Staphylococcus aureus

4.1.1 Pembuatan Media Manitol Salt Agar (MSA)

Pembuatan media Manitol Salt Agar dengan menimbang 8,3 gram serbuk Manitol Salt

Agar dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan air suling steril 75 ml, erlemeyer diaduk

menggunakan magnetic stirer agar larutan homogen, selanjutnya pH larutan diukur

menggunakan pH meter digital, sampai pH mencapai 7,0 (netral). Tabung erlenmeyer ditutup

dengan aluminium foil dan dimasukkan kedalam autoclave. Autoclave ditutup rapat dan

dinaikkan suhunya hingga 121oC selama ±45 menit selanjutnya autoclave dimatikan, ditunggu

hingga suhu mencapai suhu kamar. Autoclave dibuka dan tabung erlemeyer dikeluarkan dari

autoclave, media Manitol Salt Agar dituang kedalam 3 cawan petri yang masing-masing berisi

25 ml. Media Manitol Salt Agar dibiarkan memadat dan dingin hingga siap untuk menumbuhkan

bakteri.

4.1.2 Uji Staphylococcus aureus pada media Mannitol Salt Agar (MSA)

Uji pada media Mannitol Salt Agar (MSA), merupakan uji yang dilakukan untuk

mengetahui kemampuan memfermentasi mannitol pada Staphylococcus aureus. Hasil positif

ditunjukkan Staphylococcus aureus pada media Mannitol Salt Agar (MSA) dengan adanya

pertumbuhan koloni berwarna putih kekuningan karena kemampuan memfermentasi mannitol,

yaitu fenol acid yang dihasilkan, menyebabkan perubahan phenol red pada agar yang berubah

dari merah menjadi berwarna kuning (Anggorodi, 2014). Media MSA mengandung konsentrasi

garam NaCl yang tinggi (7.5-10%). MSA menjadi media selektif diferenssial untuk pertumbuhan

Staphylococcus aureus. Hal ini dikarenakan Staphylococcus aureus mampu bertahan dan tumbuh

dalam media dengan konsentrasi garam yang cukup tinggi.

Gambar 2 Staphylococcus aureus pada media Mannitol Salt Agar (MSA)

Page 34: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

20

Kandungan Natrium Chlorida (NaCl) yang tinggi pada media MSA

membuat bakteri lain tidak dapat bertahan pada kondisi demikian, sehingga jika bakteri

Staphylococcus aureus dapat menghasilkan enzim koagulase dan mampu memfermentasikan

manitol pada MSA maka dapat disimpulkan bahwa bakteri tersebut adalah Staphylococcus

aureus (Sari, 2013).

4.1.3 Uji Pewarnaan Gram

Kemudian selanjutnya dilakukan uji pewarnaan gram yang bertujuan untuk mengamati

morfologi dan mengetahui kemurnian sel bakteri. Hasil dari uji pewarnaan gram bakteri pada

media Mannitol Salt Agar (MSA) menunjukkan ciri-ciri positif bakteri Staphylococcus aureus.

Gambar 3 Pengamatan Staphylococcus aureus pada Mikroskop

Hasil dari uji pewarnaan gram bakteri pada media Mannitol Salt Agar menunjukkan

ciri-ciri positif bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram

positif dan begerombol bulat seperti anggur yang menghasilkan warna ungu pada pewarnaan

gram. Warna ungu disebabkan karena bakteri mempertahankan warna pertama, yaitu gentian

violet dikarenakan dinding sel bakteri terdiri dari lapisan peptidoglikan yang tebal. Hal ini

menyebabkan aktivitas yang tinggi terhadap kristal violet dan ion. Oleh karena itu, terbentuknya

senyawa yang sukar larut dalam alkohol sehingga tetap memegang kuat zat utama yaitu warna

ungu atau biru kristal violet (Campbell, 2016).

4.1.4 Uji Novobiosin

Pada sampel bakteri Staphylococcus aureus dengan uji antibiotik novobiosin didapatkan

hasil berupa terbentuknya zona bening pada media Muller Hinton Agar (MHA) yang telah

diinokulasi dengan bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini menunjukan Staphylococcus aureus

sensitif atau tidak resisten terhadap disc novobiocin 5µg.

Page 35: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

21

(a) (b)

Gambar 4 Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik Novobiosin

(a)Sebelum Diinkubasi (b)Setelah Diinkubasi

Dinding sel bakteri mengandung polimer kompleks peptidoglikan yang terdiri dari

polisakarida dan polipeptida dengan banyak hubungan silang. Lapisan peptidoglikan dinding sel

bakteri gram positif lebih tebal daripada bakteri gram negatif. Kerusakan pada dinding sel seperti

akibat terkena enzim lisozim atau inhibisi pada pembentukan dinding sel dapat menyebabkan sel

menjadi lisis. Salah satu agen antimikroba atau antibiotik yang bekerja dengan inhibisi sintesis

dinding sel adalah novobiosin. Novobiosin menghambat langkah awal dari sintesis peptidoglikan

sehingga mengganggu fungsi biosintetik membran sel dan juga bekerja dengan cara menghambat

sintesis DNA dan asam trikholat pada selaput sel bakteri (Jawetz et al., 2010).

4.2 Escherichia coli

4.2.1 Pembuatan Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

Pembuatan media Eosin Methylene Blue Agar dengan menimbang 28,12 gram serbuk

Eosin Methylene Blue Agar dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan air suling steril 75 ml,

erlemeyer diaduk menggunakan magnetic stirer agar larutan homogen, selanjutnya pH larutan

diukur menggunakan pH meter digital, sampai pH mencapai 7,0 (netral). Tabung erlenmeyer

ditutup dengan aluminium foil dan dimasukkan kedalam autoclave. Autoclave ditutup rapat dan

dinaikkan suhunya hingga 121oC selama ±45 menit selanjutnya autoclave dimatikan, ditunggu

hingga suhu mencapai suhu kamar. Autoclave dibuka dan tabung erlemeyer dikeluarkan dari

autoclave, media Eosin Methylene Blue Agar dituang kedalam 3 cawan petri yang masing-

masing berisi 25 ml. Media Eosin Methylene Blue Agar dibiarkan memadat dan dingin hingga

siap untuk menumbuhkan bakteri.

4.2.2 Uji Escherichia coli pada media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

Eosin Methylene Blue Agar adalah media selektif dan media diferensial. Media ini

mengandung eosin dan metilen biru yang menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, maka

media ini dipilih untuk bakteri Gram negatif. Eosin Methylene Blue Agar juga mengandung

Page 36: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

22

karbohidrat laktosa, dengan adanya karbohidrat laktosa bakteri Gram negatif terdiferensiasi

berdasarkan pada kemampuan mereka untuk memfermentasi laktosa. Warna media sebelum

pemupukan bakteri berwarna merah keunguan. Perubahan warna hijau metalik pada media Eosin

Methylene Blue Agar karena Escherichia coli dapat memfermentasi laktosa yang mengakibatkan

peningkatan kadar asam dalam media. Kadar asam yang tinggi dapat mengendapkan methylen

blue dalam media Eosin Methylene Blue Agar sehingga ketika terjadi perubahan warna metalik

maka dapat disimpulkan bahwa bakteri tersebut adalah Escherichia coli (Campbell, 2016).

Gambar 5 Escherichia coli pada media Eosin Methylene Blue Agar

4.2.3 Uji Pewarnaan Gram

Kemudian selanjutnya dilakukan uji pewarnaan gram yang bertujuan untuk mengamati

morfologi dan mengetahui kemurnian sel bakteri. Hasil dari uji pewarnaan gram bakteri pada

media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) menunjukkan ciri-ciri positif bakteri Escherichia

coli.

Gambar 6 Pengamatan Escherichia coli pada Mikroskop

Page 37: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

23

Hasil dari uji pewarnaan gram bakteri pada media Eosin Methylene Blue Agar

menunjukkan ciri-ciri positif bakteri Escherichia coli. Escherichia coli merupakan bakteri Gram

negatif berbentuk batang pendek dan menghasilkan warna merah muda pada pewarnaan gram.

Warna merah muda disebabkan karena bakteri tidak mempertahankan warna pertama, yaitu

gentian violet dikarenakan dinding sel bakteri terdiri dari lapisan peptidoglikan yang tipis (Sari,

2013).

4.3 Pengolahan sampel

Sampel hati ayam potong (boiler) ditimbang 10,0 gram kemudian setelah itu digerus

menggunakan mortar. Sampel yang sudah digerus selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung

reaksi kemudian di campurkan 20 ml air suling steril, tutup tabung reaksi menggunakan

aluminium foil. Sampel dihomogenkan menggunakan fortex shaker selama 1 menit, setelah

homogen larutan akan berubah warna menjadi merah.

4.4 Pembuatan Media MHA

Pada penelitian ini digunakan media Mueller Hinton Agar (MHA). Menurut Youssef et al

(2013), media MHA dipilih karena media ini telah direkomendasikan oleh FDA dan WHO untuk

tes antibakteri terutama bakteri aerob dan bakteri fakultatif anaerob untuk makanan dan materi

klinis. Media agar ini juga telah terbukti memberikan hasil yang baik dan reprodusibel

(reproducibility). Media agar ini mengandung sulfonamida, trimethoprim, dan inhibitor

tetrasiklin yang rendah serta memberikan pertumbuhan pathogen yang baik (Revolledo et al,

2016).

4.5 Skrining Residu Antibiotika pada Hati Ayam Potong (boiler)

Sasaran utama dari penelitian ini ialah untuk mengetahui residu antibiotika pada hati

ayam potong (boiler) di empat pasar tradisional kota Makassar, hasil uji deteksi residu

antibiotika yang dianalisis menggunakan metode bioassay. Uji ini digunakan karena memiliki

sensitivitas yang cukup tinggi, teknik pengerjaan yang relatif sederhana, serta ekonomis jika

sampel yang diuji dalam jumlah yang besar.

Page 38: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

24

(a) (b)

Gambar 7 Hasil skrining residu antibiotika pada Pasar A

(a) Escherichia coli pada media MHA (b) Staphylococcus aureus pada media MHA

Tabel 5 Diameter zona bening hasil skrining residu antibiotika pada Pasar A

Replikasi Staphylococcus aureus pada media MHA

Kontrol Sampel

Positif (disk

ampisilin)

Negatif (disk

air suling)

1 2 3 4 5 6

1 16,34 mm - - - - - - -

2 16,25 mm - - - - - - -

Rata-rata 16,295 mm - - - - - - -

Replikasi Escherichia coli pada media MHA

Kontrol Sampel

Positif (disk

tetrasiklin)

Negatif

(disk air

suling)

1 2 3 4 5 6

1 20,12 mm - - - - - - -

2 20,35 mm - - - - - - -

Rata-rata 20,235 mm - - - - - - -

Page 39: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

25

(a) (b)

Gambar 8 Hasil skrining residu antibiotika pada Pasar B

(a) Escherichia coli pada media MHA (b) Staphylococcus aureus pada media MHA

Tabel 6 Diameter zona bening hasil skrining residu antibiotika pada Pasar B

Replikasi Staphylococcus aureus pada media MHA

Kontrol Sampel

Positif (disk

ampisilin)

Negatif

(disk air

suling)

1 2 3 4 5 6

1 16,32 mm - - - - - - -

2 16,15 mm - - - - - - -

Rata-rata 16,235 mm - - - - - - -

Replikasi Escherichia coli pada media MHA

Kontrol Sampel

Positif (disk

tetrasiklin)

Negatif (disk

air suling)

1 2 3 4 5 6

1 20,16 mm - - - - - - -

2 20,37 mm - - - - - - -

Rata-rata 20,265 mm - - - - - - -

Page 40: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

26

(a) (b)

Gambar 9 Hasil skrining residu antibiotika pada Pasar C

(a) Staphylococcus aureus pada media MHA (b) Escherichia coli pada media MHA

Tabel 7 Diameter zona bening hasil skrining residu antibiotika pada Pasar C

Replikasi Staphylococcus aureus pada media MHA

Kontrol Sampel

Positif (disk

ampisilin)

Negatif (disk

air suling)

1 2 3 4 5 6

1 16,42 mm - - - - - - -

2 16,39 mm - - - - - - -

Rata-rata 16,405 mm - - - - - - -

Replikasi Escherichia coli pada media MHA

Kontrol Sampel

Positif (disk

tetrasiklin)

Negatif (disk

air suling)

1 2 3 4 5 6

1 20,21 mm - - - - - - -

2 20,33 mm - - - - - - -

Rata-rata 20,27 mm - - - - - - -

Page 41: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

27

(a) (b)

Gambar 10 Hasil skrining residu antibiotika pada Pasar D

(a) Escherichia coli pada media MHA (b) Staphylococcus aureus pada media MHA

Tabel 8 Diameter zona bening hasil skrining residu antibiotika pada Pasar D

Replikasi Staphylococcus aureus pada media MHA

Kontrol Sampel

Positif (disk

ampisilin)

Negatif

(disk air

suling)

1 2 3 4 5 6

1 16,41 mm - - - - - - -

2 16,28 mm - - - - - - -

Rata-rata 16,345 mm - - - - - - -

Replikasi Escherichia coli pada media MHA

Kontrol Sampel

Positif (disk

tetrasiklin)

Negatif (disk

air suling)

1 2 3 4 5 6

1 20,12 mm - - - - - - -

2 20,35 mm - - - - - - -

Rata-rata 20,235. mm - - - - - - -

Dari tabel 5,6,7, dan 8 dapat dilihat bahwa tidak ada residu antibiotika pada hati ayam

yang diambil dari empat pasar tradisional Kota Makassar. Hal ini ditandai dengan tidak

terbentuknya zona bening atau daerah hambatan pada uji cakram. Ini menunjukkan bahwa semua

sampel tersebut tidak mengandung residu antibiotika. Hal tersebut kemungkinan disebabkan

karena ayam tidak diberi antibiotika selama masa pemeliharaannya, karena kemungkinan tidak

ada kasus penyakit yang menyerang ayam yang dipelihara peternak. Menurut Steele dan Beran

Page 42: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

28

(2014) pemakaian antibiotika sangat diperlukan dalam peternakan ayam karena peternak merasa

yakin bahwa penyakit dapat dikendalikan secara baik dan produksi dapat ditingkatkan.

Sampel tidak mengandung antibiotika kemungkinan juga disebabkan karena waktu henti

obat (withdrawal time) telah diperhatikan dan dipatuhi oleh peternak sehingga pada saat ternak

dipotong tidak mengandung residu dalam jaringan ternak tersebut. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sanjaya (2016) yang menyatakan bahwa antibiotika dapat ditemukan pada hasil ternak

jika hasil ternak tersebut dipanen sebelum masa waktu henti obat (withdrawal time) habis pada

hewan yang diobati atau karena antibiotika dalam pakan. Hal ini didukung oleh Anggorodi

(2014) yang menyatakan bahwa penghentian pemberian antibiotika beberapa hari sebelum

hewan disembelih akan menghilangkan tertimbunnya antibiotika dalam jaringan.

Lamanya waktu yang diperlukan sejak pemberian obat (antibiotika) dihentikan

(pemberian obat terakhir) sampai dengan kadar residu obat di dalam jaringan (produk) hewan

mencapai dibawah batas toleransi untuk dikonsumsi manusia yang dinyatakan sebagai waktu

henti obat (withdrawal time). Waktu henti satu antibiotika tidak sama dengan antibiotika yang

lainnya, tergantung juga dari jenis ternak dan cara pemberian antibiotika. Waktu henti dari suatu

obat termasuk antibiotika sangat dipengaruhi oleh proses absorbsi, distribusi dan eliminasi dari

obat yang bersangkutan. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain umur, jenis

hewan, status kesehatan, nutrisi hewan, serta sifat kimia dan fisika dari obat seperti berat

molekul, kelarutan dalam air maupun dalam lemak serta ikatannya dengan protein tubuh.

Ayam potong (broiler )merupakan termasuk hewan berdarah panas (endotermik) yang

suhu tubuhnya diatur suatu batasan yang sesuai. Ayam dapat bereproduksi secara optimum bila

faktor-faktor internal dan eksternal berada dalam batasan-batasan yang normal sesuai dengan

kebutuhan hidupnya. Suhu lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi produktivitas ayam. Suhu panas pada suatu lingkungan pemeliharaan ayam telah

menjadi salah satu perhatian utama karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat

peningkatan kematian dan penurunan produktivitas. Keadaan suhu yang relatif tinggi pada suatu

lingkungan pemeliharaan menyebabkan terjadinya cekaman panas (Von Borell, 2011). Ayam

potong (broiler) memiliki respon terhadap cekaman panas yaitu menimbulkan stress hingga

menyebabkan kematian karenanya penggunaan antibiotika ditambahkan kedalam ransum pakan

ayam maupun pada air minum. Status biologis ternak yang berbeda (grower dan layer) akan

memberikan respon stress yang berbeda, hal ini terkait dengan aktifitas biologisnya dalam

memacu metabolisme untuk kepentingan pertumbuhan dan menjaga metabolisme tubuh

(Mahmoud et al., 2010).

Kebijakan pemerintah terhadap pangan asal hewan dalam bentuk pengawasan dan

pembinaan terhadap keamanan produk daging, susu dan telur terus ditingkatkan. Dalam

pelaksanan operasionalnya pemberian sertifikat nomor kontrol veteriner kepada unit usaha

pangan asal hewan, penerapan Good Farming Practise (GFP) dan Hazard Analysis Critical

Control Point (HACCP), program monitoring dan surveillance residu serta pengembangan

pengawas kesmavet. Sistem HACCP merupakan sistem jaminan yang berdasarkan pada

kesadaran dan perhatian bahwa bahaya dapat timbul pada berbagai titik atau tahapan produksi,

akan tetapi dapat dilakukan pengendalian pencegahan bahaya-bahaya tersebut. Menurut Bahri et

al. (2015) keamanan pangan berkaitan erat dengan rantai penyediaan pangan terutama proses pra

produksi. Faktor pakan, penyakit hewan dan penggunaan obat hewan memegang peran penting.

Untuk itu penerapan HACCP pada setiap mata rantai penyediaan pangan asal hewan akan dapat

menjamin produk yang dihasilkan. Tuntutan konsumen terhadap pangan asal hewan yang sehat,

aman dan terbebas dari residu antibiotika semakin meningkat. Upaya yang dilakukan untuk

Page 43: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

29

menghilangkan residu antibiotika antara lain penggunaan alternatif pengganti antibiotika seperti

probiotik dan prebiotik, imunomodulator, asam-asam organik, minyak essential, herbal dan

enzim.

Page 44: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

30

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian

ini ialah hati ayam pedaging (broiler) yang diambil dari empar pasar tradisional di kota Makassar

tidak mengandung residu antibiotika.

5.2 Saran

Berdasarkan hasi peneletian yang sudah di laksanakan, maka diajukan beberapa saran. Perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai residu antibiotika yang dilakukan pada musim hujan

serta lebih intensifnya sosialisasi tentang keamanan pangan produk pascapanen bidang

peternakan kepada konsumen.

Page 45: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

31

DAFTAR PUSTAKA

Adam R. 2012. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. IOWA State University Press/Ames.

USA.

Andriyanto. 2010. Pengaruh penambahan bio adenosin triphospat terhadap profil kinetik dan

efektivitas enrofloksasin dalam mengatasi Coxiella burneti [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Anggorodi, R. 2014. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Anief M. 2013. Farmasetika. Penerbit Gajah Mada University.Yogyakarta. Anthony T. 2017. Food Poisoning. Departement of Biochemistry Colorado Estate University.

New York.

Bahri S, Masbulan E dan Kusumaningsih A. 2015. Proses Praproduksi sebagai Faktor Penting

dalam Menghasilkan Produk Ternak yang Aman untuk Manusia. Jurnal Litbang Pertanian

24 (1).

Barber DA, Miller GY, McS Namara PE. 2013. Models of Antimicrobial Resistance and

Foodborne Illness: Examining Assumption and Practical Applications. J. Food Prot.

66(4):700-709.

Benzoen A, Haren WV, Hanekamp JC. 2010. Emergence of a Debate : AGPs and Public Health.

Heidelberg Appleal Nederland Foundation. Amsterdam. Pp:1-49, 110-153.

http://Cmr.asm.org/ [Maret, 2017].

Butaye P, Devriese A, Haesebrouck F. 2013. Antimicrobial Growth Promotors Used in Animal

Feed: Effects of Less Well Known Antibiotics on Gram- Positive Bacteria. Clinical

Microbiology Reviews. 16(2):175-188.

Chalker AF, Ingraham KA, Lunsford RD, Bryant AP, Bryant J, Wallis NG, Broskey JP, Perason

SC, Holmes DJ. 2010. The Gene, Which Determines Bacitracin Susceptibility in

Streptocccus pneumonie and Staphylococcus aureus, is also Required for Virulence.

Microbiology. 146:1547-1553.

Charles LH, David GW, John JM, Cesar M, Christine L, Charlene H. 2011. Characterization of

Antibiotic-Resistant Bacteria in Rendered Animal Products. Avian Diseases. 45:953-961.

Campbell. 2016. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga.hlm: 108. Jakarta (ID).

Crawford L dan Franco DA. 2014. Animal Drug and Human Health. Technomic Publishing Co.

Inc. USA.

[Distannak]Dinas Pertanian dan Peternakan. 2016. Laporan Tahunan 2006 Distannak Kabupaten

Tangerang.

Doyle ME. 2015. Veterinary Drug Residues in Processed Meats – Potential Health

Risk.University of Wisconsin-Madison.http://wisc/edu/fri/ [Desember, 2016].

Focosi D. 2015. Antimicrobial for Bacteria. http://focosi.altervista.org/ [Desember, 2016].

Hermawati D. 2017. Tesis Residu Antibiotik Dalam Ayam Pedaging Yang Diberi Dosis

Spiramisina. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor

Jawetz, E., J.L. Melnick, and E.A. Adelberg. 2010. Review of medical microbiology. Lange

Medical Publications. Los Altos. California.

Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 2016. Mikrobiologi. Edisi XVI. EGC Penerbit Buku

Kedokteran. Jakarta.

[Indeks Obat Hewan Indonesia] IOHI.2015. Indeks Obat Hewan Indonesia. Assosiasi Obat

Hewan Indonesia dan Ditjen Bina Produksi Peternakan. Jakarta.

Page 46: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

32

Jelena P, Baltic M, Cupic V, Stefanovic S, Dragica S. 2016. Residues of enrofloxacin and its

metabolite ciprofloxacin in broiler chicken. Acta Vet (Beograd). 56:497-506. Kartasudjana R dan Suprijatna E. 2016. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kusumaningsih A. 2017. Disertasi Profil dan Gen Resistensi Antimikroba Salmonella enteritidis

Asal Ayam, Telur dan Manusia. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Lukman, DW. 2014. Periode Residu Doksisiklin pada Daging dan Jeroan Broiler serta Pengaruh

Pemanasan terhadap Kandungan Residunya. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Mahmoud, K.Z., , S. M. Gharaibeh, Hana A. Zakaria and Amer M. Qatramiz, 2010. Garlic

(Allium sativum) Supplementation: Influence on Egg Production, Quality, and Yolk

Cholesterol Level in Layer Hens. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 23, 1503 – 1509.

Mazell D dan Davies J. 2010. Antibiotic Resistance in Microbes. Cell.Mol Life Sci.

Murdiati TB. 2017. Pemakaian antibiotik dalam usaha peternakan. Wartazoa.6:18-21. Mutchler E. 2010. Dinamika Obat. Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi Edisi Ke-5. Penerbit

ITB. Bandung.

Naim R. 2012. Antibiotik dan Resistensi Mikroba. Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Nathasa, F. 2017. “Pemberian Estrogen Menghambat Proses Penuaan Ovarium Pada

Mencit”(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Nhiem DV. 2015. Analysis of Tetracycline Residues in Marketed Pork in Hanoi, Vietnam.

Master of Science in Veterinary Public Health. Chiang Mai University and Freie University

Berlin.

Peter TL, Fulton RM, Roberson DK Dan Orth MW. 2012. Effect Of Antibiotics On In Vitro And

In Vivo Avian Cartilage Degradation. Avian Diseases 46:75-86.

Phillips I, Casewell M, Cox T, Groot B, Friis C, Jones R, Nightingale C, Preston R and Waddell

J. 2014. Does the Use of Antibiotics in Food Animals Pose A Risk to Human Health.

Journal Of Antimicrobial Chemotherapy. 53;28-52. http://www.oxfordjournals.org/faq

[Desember, 2016].

[PIC] Poultry Industry Council. 2016. Water Medications. Compendium Article Series.

http://poultryindustrycouncil/ [Desember, 2016].

Prescott JF, Baggot JD. 2017. Antimicrobial Therapy in Veterinary Medicine. IOWA State

University Press/Ames. USA.

Purvis A. 2013. Meat Bacteria Can Breed Deadly Superbugs In Humans. http://www.rense.com/

[Maret, 2017].

Revolledo L, Ferreira AJP, Mead GC. 2016. Prospects in Salmonella Control:Competitive

Exclusion, Probiotics, and Enhancement of Avian Intestinal Immunity. J. Appl. Poult.

Sanjaya, A.W. 2016. Bahan dan antibiotika di dalam susu. Makalah disampaikan pada Kursus

singkat pengendalian mutu dalam industry susu, tanggal 22 April sampai 3 Mei 2016 di

Faklutas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.

Salyers AA, Whitt DD. 2015. Bacterial Pathogenesis A Molecular. Apprwoach. ASM. Press.

Wassington DC.

[SNI] Standard Nasional Indonesia. 2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Batas

Maksimum Residu Dalam Bahan Makanan Asal Hewan. SNI 01- 6366-2000. Dewan

Standardisasi Nasional.

Sari, R. W. 2013. Pengaruh Pemberian Gerusan Daun Sirih Hitam, Gerusan

Daun Sirih Jawa dan Oksitetrasiklin Secara Topikal Terhadap Lama dan

Waktu Kesembuhan Luka Infeksi Staphylococcus aureus pada Tikus Putih

(Skripsi). Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Page 47: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

33

Steele, J.H. dan G.W. Beran. 2014. Perspectives in the Uses of antibiotic and Sulfonamides in

Handbook Series in Zoonoses. C.R.C. Press, Inc. Boca Raton, Florida.

Von Borell, E.H. 2011. The biology of stress and its application to livestock housing and

transportation assessment. J. Anim Sci. 79, E260-E267.

WHO. 2017. Antibiotic Usage and Antimicrobial Resistance in Indonesia. Airlangga University

Press. Surabaya.

Youssef MH, Cuollo CJ, Free SM, Scott GC. 2013. The Influence of a Feed Additive Level of

Virginiamycin on The Course of an Experimentally Induced Salmonella typhimurium

Infection in Broilers. Poult. Sci. 62:30-37.

Page 48: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

34

LAMPIRAN

PENGOLAHAN SAMPEL

Menghitung berat sampel hati ayam 10 gram

Sampel hati ayam yang sudah ditimbang

Page 49: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

35

Sampel hati ayam digerus

Sampel hati ayam setelah digerus

Sampel hati ayam 10 gram ditambahkan air suling steril 20 ml

Page 50: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

36

Sampel hati ayam dan air suling steril dihomogenkan menggunakan vortex shaker

PEMBUATAN MEDIA MHA

MHA ditimbang 7,8 gram

MHA dimasukkan ke dalam tabung erlemeyer

Page 51: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

37

MHA dicampurkan air suling steril lalu setelahnya ditutup alumunium foil

MHA dituang kedalam cawan petri besar

SKRINING RESIDU ANTIBIOTIKA PADA HATI AYAM POTONG

Pengambilan koloni bakteri uji

Page 52: SKRIPSI PUTRI JELITA O 111 13 312 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Sampel hati ayam diperoleh dari pengambilan sampel hati

38

Proses Swab bakteri uji ke MHA

Blank disk ditiriskan sebelum di masukkan ke dalam cawan petri besar

Setelah 24 jam pengukuran zona hambat menggunakan kaliper/jangka sorong.