Upload
putri-dwita-arman
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
1/100
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KELUARGA
DENGAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE (PSN DBD)
DI KELURAHAN KURANJI PADANG
Penelitian Keperawatan Komunitas
RAHMAWITA ARMAN
BP.1110322003
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
2/100
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KELUARGA
DENGAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE (PSN DBD)
DI KELURAHAN KURANJI PADANG
Penelitian Keperawatan Komunitas
RAHMAWITA ARMAN
BP.1110322003
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
3/100
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KELUARGA
DENGAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE (PSN DBD)
DI KELURAHAN KURANJI PADANG
Penelitian Keperawatan Komunitas
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
RAHMAWITA ARMAN
BP.1110322003
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
4/100
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
5/100
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
6/100
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat Nya
yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhlukNya, Salawat serta salam
dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan segala nikmat
dan hidayahNya, peneliti telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Hubungan Pengetahuan dan Motivasi keluarga dengan Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di
Kelurahan Kuranji Padang.
Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Ibu Fitra Yeni,
S.Kp, MA dan Ibu Ns. Trivini Valencia, S.Kep, M.Kep sebagai pembimbing
peneliti yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing peneliti
dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan
kepada Pembimbing Akademik, Ibu Vetty Priscilla, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, MPH
yang telah banyak memberi motivasi, nasehat dan bimbingan selama peneliti
mengikuti perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu
peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dachriyanus, Apt selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas.
2. Ibu Nelwati, S.Kp, MN selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
7/100
3. Lurah Kuranji dan Kepala Puskesmas Belimbing Padang yang telah
memberikan izin penelitian di wilayahnya.
4. Dewan penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan
skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah
memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peneliti selama perkuliahan.
6. Kedua orangtua (Idet, Iwek) dan Putri Dwita Arman calon S, Kom serta
keluarga yang selama ini selalu memberikan dukungan maksimal tak
terhingga dan do’a tulusnya kepada peneliti dalam seluruh tahapan proses
penyusunan skripsi ini.
7. My partner in crime Wilham Idris calon S.Kom yang selalu memberikan
semangat, dukungan, perhatian dalam segala hal, sahabat dari masa kecil
yang selalu menjadi tempat ternyaman (zelia, uni wira, bhubhu, zainatul, miss
friska, dan lainnya), sahabat (aniel, kirun, tekong, aguih, fiko dan opi) yang
selalu menemani dalam susah senangnya masa perkuliahan serta teman-teman
A 2011 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dalam semangat dan
kebersamaan selama penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan
demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya harapan peneliti semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Padang, Oktober 2015
Peneliti
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
8/100
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Dalam .................................................................... i
Halaman Prasyarat Gelar ................................................................... ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ...................................................... iii
Lembar Penetepan Panitia Penguji .................................................... iv
Kata pengantar.................................................................................... v
Daftar isi ............................................................................................ vii
Daftar Tabel........................................................................................ x
Daftar Bagan ..................................................................................... xi
Daftar Gambar.................................................................................... xii
Abstrak ................................................................................................ xiii
Abstract ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue ...................................................... 9
B. Pengetahuan ............................................................................ 19
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
9/100
C. Motivasi ................................................................................... 25.
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori ........................................................................ 30
B. Kerangka Konsep ...................................................................... 31
C. Hipotesis Penelitian .................................................................. 31
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 32
B. Populasi dan Sampel ................................................................ 32
C. Tempat dan Waktu ................................................................... 34
D. Variabel Penelitian ................................................................... 34
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 36
F. Etika Penelitian ......................................................................... 38
G. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 39
H. Analisis Data ............................................................................ 41
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian .................................................... 42
B. Karakteristik Responden .......................................................... 42
C. Analisis Univariat ..................................................................... 43
D. Analisis Bivariat ........................................................................ 45
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
10/100
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
11/100
Daftar Tabel
Tabel 4.1 Sampel Penelitian ............................................................... 34
Tabel 4.2 Definisi Operasional ........................................................... 35
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan ......................... 37
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Motivasi ............................... 37
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden ......................... 42
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Pengetahuan keluaga ............................. 43
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Motivasi Keluarga ................................. 44
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi Pelaksanaan PSN DBD .......................... 44
Tabel 5.5 Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Pelaksanaan PSN
DBD di Kelurahan Kuranji .................................................... 45
Tabel 5.6 Hubungan Motivasi Keluarga dengan Pelaksanaan PSN
DBD di Kelurahan Kuranji .................................................... 46
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
12/100
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
13/100
Daftar Gambar
Gambar 2.1 nyamuk Aedes Aegypti ..................................................... 11
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
14/100
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALASOktober 2015
Nama : RAHMAWITA ARMAN
No. BP : 1110322003
Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Keluarga dengan Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN DBD) di Kelurahan Kuranji Padang
ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan penyakit
menular yang endemik karena jumlah kasus dan penderita yang terus bertambah.
Kasus DBD semakin meningkat selama musim hujan karena semakin banyak
tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk vektor DBD. Pengetahuan dan
motivasi keluarga dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) sangat diperlukan agar upaya kesehatan yang meliputi
kegiatan 3M plus dapat menekan angka kejadian DBD dan menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan
pengetahuan dan motivasi keluarga dengan pelaksanaan PSN DBD. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 2-7 september 2015 menggunakan desain deskriptif
analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study dan pengambilan sampel
dengan Cluster random sampling dengan 256 responden. Hasil penelitian
menunjukkan lebih dari separuh memiliki pengetahuan yang baik, lebih dari
separuh memiliki motivasi tinggi dan sebagian besar responden melaksanakan
PSN DBD dengan baik. Terdapat hubungan pengetahuan (p=0,001) dan motivasi
(p=0,005) terhadap pelaksanaan PSN DBD. Diharapkan kepada keluarga untuk
semakin meningkatkan partisipasinya dalam PSN DBD dengan bergotong-royong
bersama sehingga terciptanya lingkungan yang bebas dari angka kejadian DBD.
Kata kunci : Pengetahuan, Motivasi, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD)Daftar pustaka : 46 (2005-2015)
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
15/100
UNDERGRADUATE NURSING PROGRAM
FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNI VERSITYOctober 2015
Name : RAHMAWITA ARMAN
Registere Number : 1110322003
The Relationship of Knowledge and Motivation of Family with I mplementation
of M osquito Nest Er adication of Dengue Hemorrhagic Fever
(MNE DHF) at Kuranji Vill age Padang
ABSTRACT
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) in Indonesia is an infectious disease that is
endemic because of the number of cases and patients who growing up. DHF cases
has increased during the rainy because the more availability of breeding sites for
DHF vector. Knowledge and motivation of the family in Mosquito Nest
Eradication of Dengue Hemorrhagic Fever (MNE DHF) is necessary for the
health effort that includes 3M plus can reduce the incidence of dengue and create
a clean and healthy environment. This study aims to determine the relationship of
knowledge and motivation of family with the implementation of MNE DHF. This
study was doing on 2-7 september 2015 with designed using analytic cross
sectional study and sampling method with cluster random sampling with 256
respondents. The results showed more than half have a good knowledge, more
than half have high motivation and the majority of respondents implementing
MNE DHF well. There is a correlation between knowledge (p = 0.001) and
motivation (p=0,005) on the implementation of MNE DHF. Expected to families
to increase the participation in the MNE DHF with social service together thus
creating an environment free from the incidence of dengue.
Keywords : Knowledge, motivation, Mosquito Nest Eradication of Dengue
Hemorrhagic Fever (MNE DHF)
Bibliography : 46 (2005-2015)
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
16/100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Badan kesehatan dunia (WHO) mendeklarasikan bahwa penyakit demam
berdarah dengue sebagai contoh penyakit yang dapat menimbulkan keadaan
darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian Internasional karena
gangguan dan menyebar endemik secara cepat (Naing dkk, 2011). Demam
berdarah dengue umumnya ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis dan
penyebarannya yang paling luas berada di wilayah afrika, asia tenggara, dan
amerika (Smith, 2012). Infeksi dari virus dengue meningkat selama lima dekade
terakhir dan penyakit ini sekarang menjadi penyakit endemik di 128 negara
(Dhimal dkk, 2014). Indonesia termasuk dalam salah satu negara yang endemik
demam berdarah dengue karena jumlah penderitanya yang terus bertambah dan
penyebarannya semakin luas (Sungkar dkk, 2010).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemmorhargic fever (DHF)
adalah penyakit infeksi akibat virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk terutama Aedes aegypti sebagai vektor penularan utama.
Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat
juga menyerang orang dewasa. WHO memperkirakan bahwa hampir 50 juta
penduduk dunia terinfeksi DBD setiap tahunnya (WHO, 2010).
Penyakit demam berdarah dengue yang ada di Indonesia erat kaitannya
dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
17/100
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
18/100
kelompok dan masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan DBD (Kemenkes
RI, 2010).
Masalah demam berdarah dengue belum menunjukkan adanya penurunan
kasus yang signifikan. Pelaksanan program pemberantasan DBD oleh masyarakat
berperan penting dalam upaya memutuskan rantai penularan dalam rangka
memberantas penyakit DBD dengan menjaga kebersihan lingkungannya karena
DBD merupakan salah satu penyakit menular yang berbasis lingkungan (Ayudhya
dkk, 2014). Perilaku individu dalam pemberantasan DBD akan menjadi lebih
terarah dan kuat apabila diikuti dengan pemahaman yang baik tentang DBD dan
dalam hal ini yaitu pengetahuan dan juga keinginan yang kuat (motivasi) untuk
membuat perubahan agar terciptanya derajat kesehatan yang lebih baik (Bahtiar,
2012).
Dalam pelaksanaan penanggulangan DBD yang efektif oleh keluarga sangat
diperlukan pengetahuan dan motivasi dari diri sendiri dan masing-masing anggota
keluarga. Pengetahuan didefinisikan sebagai kesan didalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan pancaindera. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan
yang tersusun secara baik seperti pendidikan formal dan informasi yang tidak
tersusun secara baik seperti membaca surat kabar, pembicaraan setiap hari dengan
teman dan keluarga, mendengarkan radio, melihat televisi dan berdasarkan
pengalaman diri (Suharti, 2010). Pengetahuan tentang DBD yaitu semua yang
mencakup tentang definisi DBD, tanda dan gejala, cara penularan, cara
pemberantasan DBD, dsb. Menurut penelitian Begonia dan Leodore (2013)
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
19/100
pengetahuan tentang DBD, vektor dan penyebarannya mempengaruhi perilaku
kesehatan masyarakat dalam aktifitas pengontrolan dan pencegahan DBD.
Kebutuhan akan terciptanya lingkungan yang bebas penyakit merupakan
tujuan dari setiap keluarga. Untuk mewujudkan hal tersebut maka pengetahuan
yang baik akan memotivasi keluarga untuk mencapai tujuannya dalam kesehatan
keluarga. Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan
(Suryabrata dalam Djaali, 2012). Motivasi tentang DBD yaitu keadaan yang
mendorong individu untuk melakukan suatu usaha pencegahan dan
pemberantasan sarang nyamuk DBD. Menurut penelitian suharti (2010) motivasi
sangat mempengaruhi individu dalam mencapai dan melaksanakan pemberantasan
DBD sehingga kurangnya motivasi seseorang atau keluarga terhadap
penanggulangan dan pencegahan DBD akan menyebabkan semakin besar
kemungkinan timbulnya penyakit tersebut.
Keberhasilan dari upaya kesehatan tergantung pada pemahaman dan
perubahan perilaku yang diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan motivasi
masyarakat dalam pengelolaannya (Notoatmodjo, 2012). Dengan demikian
diperlukan upaya pencegahan DBD yang melibatkan keluarga sebagai kesatuan
unit terkecil dari masyarakat sehingga dengan tingginya angka kesehatan keluarga
maka diharapkan semakin baik kesehatan keluarga tersebut (Friedman, 1998
dalam Manalu, 2009).
Upaya penanggulangan yang telah dilakukan oleh pemerintah yaitu berupa
abatisasi dan pengasapan (vogging ) untuk memutuskan mata rantai penyebaran
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
20/100
dan perkembangbiakan vektor DBD. Namun, masalah keterbatasan anggaran,
kurangnya SDM dan tingginya biaya maka upaya tersebut menjadi kurang
berkesinambungan sehingga salah satu bentuk kegiatan yang dianggap efektif,
efisien dan ekonomis dalam penanggulangan DBD yang melibatkan partisipasi
masyarakat dengan mudah dan tanpa biaya mahal yaitu dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) (Suharti, 2010).
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan salah satu usaha
pemberdayaan keluarga/masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraannya melalui
upaya menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat meliputi cara melakukan
kegiatan 3M plus yaitu Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering
dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, tempat penampungan air
minum, dan lain-lain; Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat penampungan
air seperti drum, kendi, dan sebagainya; dan Mengubur barang-barang bekas yang
dapat menampung air dan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular
DBD. Adapun yang dimaksud dengan plus adalah Mengganti air vas bunga,
tempat minum burung atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali;
Menggunakan obat penangkal gigitan nyamuk; Menggunakan kelambu saat tidur
siang; Memasang kawat kassa, upayakan pencahayaan dan ventilasi ruangan yang
memadai; Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam ruangan rumah;
Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, dan lain-lain (Depkes RI, 2015).
Tidak ada yang berubah dengan bionomik atau perilaku hidup nyamuk Ae
Aegypti sehingga teknologi pemberantasannya pun dari dulu tidak berubah.
Namun pada kenyataannya kasus DBD tetap saja ada tiap tahun dan menjadi
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
21/100
ancaman serius bagi keluarga dan masyarakat. Menurut penelitian (Naing dkk,
2011) Hampir semua responden pernah mendengar tentang DBD namun 50,5%
salah konsep bahwa Aedes hidup di air yang kotor dan menggigit pada senja hari.
Hanya 44,5% keluarga yang berperilaku memberantas DBD secara teratur.
Berdasarkan penelitian Suharti (2010) bahwa motivasi berhubungan signifikan
dengan perilaku kepala keluarga dalam melakukan pemberantasan DBD.
Temuan kasus DBD di Kota Padang dengan angka tertinggi berada di wilayah
kerja Puskesmas Belimbing dengan jumlah penderita DBD tertinggi pada tahun
2013 yaitu 127 orang dengan Kelurahan Kuranji sebagai kelurahan dengan jumlah
penderita DBD tertinggi di Kota Padang yaitu 71 orang. Angka tersebut jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan 2 kelurahan lainnya di wilayah Puskesmas Belimbing
yaitu Kelurahan Gunung Sarik dan Kelurahan Sungai Sapih dengan masing-
masingnya 32 dan 24 penderita DBD (Dinkes Padang, 2014).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 keluarga di wilayah
tersebut, didapatkan hasilnya 7 keluarga kurang mengetahui perkembangbiakan
nyamuk DBD dan waktu menggigitnya, 3 keluarga yang anggota keluarganya
pernah sebelumnya menderita DBD lebih mengetahui gejala DBD dari keluarga
lain. Hanya 5 keluarga yang mengatakan menutup tempat penampungan airnya. 3
keluarga melakukan kegiatan kebersihan lingkungan apabila sudah ada warga
yang terkena DBD dan apabila sudah disuruh oleh dinas setempat. Dan 2 keluarga
mengatakan membersihkan lingkungan sekitar apabila melihat tetangganya juga
melakukan hal tersebut.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
22/100
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka didapatkan rumusan
masalahnya yaitu Apakah ada Hubungan antara Pengetahuan dan Motivasi
Keluarga dengan Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) di Kelurahan Kuranji Padang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Pengetahuan dan Motivasi Keluarga dengan
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN DBD) di Kelurahan Kuranji Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan keluarga dalam pelaksanaan
PSN DBD di kelurahan kuranji Padang.
b. Mengetahui distribusi frekuensi motivasi keluarga dalam pelaksanaan
PSN DBD di kelurahan kuranji Padang.
c. Mengetahui distribusi frekuensi pelaksanan PSN DBD di kelurahan
kuranji Padang.
d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga dengan pelaksanaan
PSN DBD di kelurahan kuranji Padang.
e. Mengetahui hubungan antara motivasi keluarga dengan pelaksanaan PSN
DBD di kelurahan kuranji Padang.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
23/100
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat untuk pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan tambahan
informasi bagi tenaga kesehatan tentang hubungan pengetahuan dan
motivasi keluarga dengan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kelurahan Kuranji Padang.
Sehingga dapat membantu penyusunan perencanaan dan strategi yang
tepat agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan sehingga bisa menekan
angka kejadian tahunan DBD.
2. Manfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan
Sebagai referensi dalam bidang keperawatan, khususnya pada bidang
keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga mengenai pengetahuan
dan motivasi keluarga dalam pencegahan DBD serta meningkatkan
kewaspadaan dan peran serta dalam pencegahan penyakit melular seperti
DBD.
3. Manfaat bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan panduan bagi
warga di Kelurahan Kuranji dalam pelaksanaan pemberantasan sarang
nyamuk DBD agar meningkatkan pengetahuan dan motivasinya dalam
upaya pencegahan kejadian berulang demam berdarah dengue.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
24/100
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah
penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk ( Aedes aegypti atau Aedes albopictus) yang terinfeksi
virus dengue (Depkes RI, 2012).
Demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit
arbovirus (arthropod-borne viruses) yang artinya virus yang ditularkan melalui
gigitan artropoda, misalnya nyamuk, sengkerit atau lalat (Sumarmo, 2009). Virus
ini termasuk dalam genus Flavivirus dari famili Flaviviridae. Nyamuk yang
menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat
menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya)
(Widoyono, 2011).
2. Etiologi dan penularan
Di daerah endemis Indonesia vektor penyakit DBD utama yaitu Ae. aegypti
yang kepadatannya akan meningkat saat musim hujan, dimana banyak terdapat
genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.
Selain itu penyakit demam berdarah juga bisa ditularkan oleh nyamuk Ae.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
25/100
albopictus yang kurang berperan dalam penyebaran penyakit DBD dibanding
nyamuk Ae. aegypti. Hal ini karena nyamuk Ae. albopictus hidup dan
berkembangbiak di kebun atau semak-semak, sehingga lebih jarang kontak
dengan manusia dibandingkan nyamuk Ae. aegypti yang berada di dalam dan
sekitar rumah (Hadinegoro, 2005).
Virus dengue berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama
dalam kelenjer liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus
dengue akan dipindahkan bersama dengan air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia
virus dengue mengalami masa inkubasi selama 4-6 hari, virus tersebut sudah
mulai terdapat dalam darah penderita dan dalam masa ini, penderita tersebut
merupakan sumber penularan. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh
manusia dan berada dalam darah selama 1 minggu.
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan
sakit demam berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh
dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi
semuanya merupakan pembawa virus dengue selama 1 minggu, sehingga dapat
menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.
Sekali terinfeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidupnya (Sumarmo, 2009).
3. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti dewasa
Ae. aegypti dewasa berukuran kecil dengan warna dasar hitam. Probosis
bersisik hitam, palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih perak. Oksiput
bersisik lebar, berwarna putih terletak memanjang. Femur bersisik putih pada
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
26/100
permukaan posterior dan setengah basal anterior dan tengah bersisik putih
memanjang. Sayap berukuran 2,5-3,0 mm, bersisik hitam. (lihat gambar)
Gambar 2.1
Nyamuk Ae. aegypti betina suka bertelur di atas permukaan air pada dinding
bagian dalam tempat-tempat yang berisi sedikit air. Air harus jernih dan
terlindung dari cahaya matahari langsung . Tempat air yang dipilih adalah tempat
air di dalam dan dekat rumah. Larva Ae. aegypti umumnya ditemukan di drum,
tempayan, gentong atau bak mandi di rumah yang kurang diperhatikan
kebersihannya. Nyamuk Aedes sp menyukai tempat yang gelap, lembab, hingga
pada kain yang digantung dan biasanya menggigit di dalam rumah, kadang-
kadang di luar rumah, di tempat yang agak gelap (Sumarmo, 2009).
Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters), yaitu
menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan karena nyamuk Ae. aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu.
Keadaan ini sangat membantu Ae. aegypti dalam memindahkan virus dengue ke
beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita demam
dengue atau DBD di satu rumah (Sumarmo, 2009).
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
27/100
4. Patogenesis
Mekanisme sebenarnya tentang patogenesis, patofisiologi, hemodinamika dan
perubahan biokimia pada DBD hingga kini belum diketahui secara pasti, karena
sukarnya mendapatkan model binatang percobaan yang dapat digunakan untuk
menimbulkan gejala klinis demam berdarah dengue seperti pada manusia
(Rampengan, 2008).
Sebagian besar ahli masih menganut The Secondary Heterologous Infection
Hypothesis atau The Sequential Infection Hypothesis, yaitu bahwa demam
berdarah dengue yang dialami seseorang setelah terinfeksi dengan virus dengue
pertama kali kemudian mendapat infeksi ulangan dengan tipe virus dengue yang
berlainan, dalam waktu 6 bulan-5 tahun (Sumarmo, 2009).
Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan The Secondary Heterologous
Infection Hypothesis yaitu akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang
berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah,
respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari akan
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan
tinggi antibodi IgG anti dengue. Di samping itu, replikasi virus dengue terjadi
juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam
jumlah banyak.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
28/100
5. Manifestasi klinis
Menurut Depkes RI (2012), Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai
dengan tanda-tanda klinis berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab
yang jelas, panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi dan
pada hari ke-6 atau ke-7 panas turun mendadak.
b. Manifestasi perdarahan dengan uji torniquet/tes Rumpel Leede (+), mulai
dari petekie (+) dengan kriteria jumlah petekie ≥20, sampai perdarahan
spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah-hitam.
c. Pembesaran hati > 2 cm.
d. Akral dingin, nyeri otot, nyeri perut, gelisah, letargi, tidak sadar (DSS,
dengue shock syndrome).
Kriteria laboratoris penderita DBD :
a. Trombositopenia : Hasil pemeriksaan trombosit menurun hingga
100.000/mm3 (normal: 150.000-300.000 µL).
b. Hemokonsentrasi : Hematokrit meningkat sebanyak 20 % atau lebih
(normal: pria < 45, wanita
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
29/100
tanda bahaya ( Dengue Hemorrhagic Fever ) dan kriteria berat ( Dengue Shock
Syndrome).
Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal 2
gejala klinis yang positif dan 1 hasil laboratorium yang positif. Manifestasi klinis
untuk kriteria dengue berat penyakit DBD adalah terjadinya peningkatan
permeabilitas membran kapiler sehingga terjadi kebocoran cairan plasma yang
dapat menyebabkan DSS (dengue shock syndrome) dan akumulasi cairan dengan
distress pernafasan, perdarahan hebat serta gangguan organ seperti hepar,
gangguan kesadaran, dll ditandai oleh peningkatan hematokrit seiring dengan
penurunan jumlah trombosit yang cepat.
Kriteria diagnosis derajat DBD (WHO, 2010) :
a. Derajat I : Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan gejala
yang tidak spesifik serta berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari.
Manifestasi pendarahan dengan melakukan uji torniquet (+).
b. Derajat II : Gejala yang ada pada derajat I disertai perdarahan spontan.
Perdarahan bisa terjadi di kulit maupun tempat lain.
c. Derajat III : Derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut
nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit
lembab dan penderita gelisah.
d. Derajat IV : Derajat III ditambah syok berat dengan nadi yang tidak teraba
dan tekanan darah tidak terukur dapat disertai dengan penurunan
kesadaran, sianosis, dan asidosis.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
30/100
6. Pemberantasan Sarang Nyamuk
a. Tujuan
1) Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD.
2) Mencegah dan menanggulangi KLB.
3) Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN).
b. Strategi
1) Kewaspadaan dini
2) Penanggulangan KLB.
3) Peningkatan keterampilan petugas.
4) Penyuluhan.
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,
yaitu nyamuk aedes aegypti. Hingga saat ini pemberantasan sarang nyamuk
merupakan cara utama yang dilakukan untuk pemberantasan DBD, karena vaksin
untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia.
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu :
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat
dan modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia. PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
31/100
mencegah agar nyamuk tidak berkembang dan tidak dapat berkembang
biak. Pada dasarnya PSN ini dapat dilakukan dengan:
1) Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan,
ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain. Menguras bak
mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu
sekali. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur
agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.
2) Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan
tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada
tempat-tempat tersebut.
3) Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang
dapat menampung air hujan dan membersihkan semak di sekitar rumah.
4) Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya
seminggu sekali.
5) Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas
terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik
nyamuk, seperti sampah kaleng, botol pecah, dan ember plastik.
6) Menutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dengan
menggunakan tanah dan membalikkan tempat penampungan air yang tidak
digunakan.
7) Membersihkan air yang tergenang di atap rumah, pekarangan serta
membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-
sampah dari daun.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
32/100
b. Biologis
Pengendalian secara biologis adalah pengendalian perkembang biakan
nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti
memelihara ikan pemakan jentik contohnya ikan cupang pada kolam atau
menambahkannya dengan bakteri Bt H-14
c. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta
pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan
kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan:
1) Pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion
yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan Aedes
aegypti sampai batas tertentu. Bila ada wabah, fogging dilakukan
minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu di rumah penderita dan 100
meter sekelilingnya. Pada penyemprotan siklus pertama, semua
nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan
nyamuk-nyamuk lain akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-
nyamuk baru yang diantaranya akan menghisap darah penderita
viremia yang masih ada sehingga menimbulkan terjadinya penularan
kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan kedua agar
nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat
menularkan pada orang lain.
2) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
33/100
Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit
dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk temephos (abate) atau
altosoid 2-3 bulan sekali dengan takaran 1 gram abate untuk 10 liter air
atau 2,5 gram altosoid untuk 100 liter air. Abate dapat di peroleh/dibeli
di Puskesmas atau di apotek.
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD
adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan
istilah 3M plus yaitu dengan menutup tempat penampungan air, mengubur barang
bekas, menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali serta menimbun sampah-sampah dan lubang-lubang pohon yang
berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga
dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik-jentik nyamuk, memakai kawat kasa di jendela dan di ventilasi,
menggunakan kelambu saat tidur, Tidak membiasakan menggantung pakaian di
dalam kamar, menyemprot dengan obat anti nyamuk, menggunakan repellent
(lotion anti nyamuk), memasang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara
berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat.
Pengawasan kualitas lingkungan dalam bentuk kegiatan pengawasan
kebersihan lingkungan oleh masyarakat dengan tujuan untuk memberantas tempat
perindukan vektor demam berdarah yang ada di lingkungan rumah tangga masing-
masing keluarga, seperti : Pengawasan kebersihan lingkungan sekali seminggu,
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
34/100
pertemuan membahas masalah yang ditemui dalam kegiatan gotong-royong
membersihkan lingkungan dan menyiapkan laporan kebersihan lingkungan.
B. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
pancaindera. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan dapat dijelaskan sebagai pengenalan terhadap kenyataan yang
ada atau prinsip-prinsip yang diperoleh dengan pengalaman. Pengetahuan
seseorang terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai informasi dan berbagai
sumber. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan yang direncanakan dan tersusun
secara baik, maupun informasi yang tidak tersusun secara baik. Pengetahuan yang
direncanakan diperoleh melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan normal
sedangkan informasi yang tidak tersusun secara baik melalui membaca surat
kabar, membaca majalah, pembicaraan setiap hari dengan teman dan keluarga,
mendengarkan radio, melihat televisi dan berdasarkan pengalaman diri (Mantra
1993 dalam Suharti 2010).
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
35/100
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain / hal yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat kembali (recall ) sesuatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang akan diterima. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya. Contoh : Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda gejala awal
DBD atau mampu menyebutkan kepanjangan dari program 3M.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,dsb.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa keluarga harus menguras bak mandi
atau penampuangan air secara teratur.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
36/100
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
37/100
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Kholid (2014), pengetahuan seseorang dapat diperoleh dengan
beberapa cara, yaitu :
a. Cara tradisional atau non ilmiah
1) Cara coba salah (trial and eror )
Dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan,
dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan dicoba
dengan kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai aktifitas tanpa terlebih dulu
menguji atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan menarik kesimpulan dari pengalaman yang benar dengar
berpikir kritis dan logis.
4) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataan
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
38/100
khusus pada umum. Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulan
dari pernyataan umum ke khusus.
b. Cara modern atau ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuian pada saat ini
lebih sistematik,logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
penelitian.
4. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut
Notoadmodjo (2012) antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan perilaku positif yang diharapkan meningkat. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan digolongkan
atas : a) tamat SD, b) tamat SLTP, c) tamat SLTA, d) tamat Perguruan
Tinggi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin
tinggi tingkat pengetahuannya.
b. Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact ) sehingga
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
39/100
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
pengetahuan seseorang. Semakin banyak seseorang menerima informasi
mengenai suatu penyakit maka pengetahuannya mengenai penyakit
tersebut pun akan meningkat.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi kebiasaan dan tradisi yang dilakukan khususnya
dalam penerapan nilai-nilai di masyarakat untuk memperkuat
kepribadiannya. Misalnya orang yang berasal dari suku tertentu memiliki
kecenderungan untuk lebih bersikap peduli atau acuh.
d. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman bisa merupakan peristiwa yang pernah dialami
seseorang sehingga akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang
bersifat informal.
e. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi disini maksudnya adalah tingkat kemampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi tingkat sosial
ekonomi akan semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki karena
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
40/100
dengan tingkat sosial yang tinggi memungkinkannya untuk mempunyai
fasilitas-fasilitas yang mendukung seseorang mendapatkan infomasi dan
pengalaman yang lebih banyak.
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin yakni movore yang berarti
“menggerakkan”. Motivasi dalam bahasa Inggris disebut motive, yang berasal dari
kata motion artinya “gerakan” atau sesuatu yang bergerak. Dalam arti yang lebih
luas motivasi berarti rangsangan, dorongan, atau penggerak terjadinya suatu
tingkah laku. Motivasi adalah hasil proses-proses yang bersifat internal atau
eksternal bagi seorang individu yang menimbulkan sikap antusias dan persistensi
untuk mengikuti arah tindakan-tindakan tertentu (Winardi, 2011).
Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan
(Suryabrata dalam Djaali, 2012). Sementara Gates dkk mengemukakan bahwa
motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan pikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Adapun Greenberg
menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan
memantapkan perilaku arah dari suatu tujuan (Djaali, 2012).
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
41/100
2. Teori motivasi
Ada bermacam-macam teori motivasi, salah satu teori yang terkenal
kegunaannya untuk menjelaskan motivasi individu adalah yang dikembangkan
oleh Maslow (1970) dalam Slameto (2010) dimana Maslow percaya bahwa
tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan
tertentu. Kebutuhan-kebutuhan ini (yang memotivasi tingkah laku seseorang)
dibagi oleh Maslow dalam 5 tingkatan yaitu :
a. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi segera
seperti kebutuhan untuk makan, minum, berpakaian, dan bertempat
tinggal.
b. Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh
keselamatan, jaminan keamanan, atau perlindungan dari bahaya yang
mengancam kelangsungan hidup dan segala aspeknya.
c. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan seseorang untuk dicintai dan
mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
d. Kebutuhan harga diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh
penghormatan, pujian, penghargaan dan pengakuan.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk
memperoleh kebanggaan, kekaguman dan kemasyuran sebagai pribadi
yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
42/100
3. Macam-macam Motivasi
Ditinjau dari pihak yang menggerakkan, motivasi terbagi menjadi dua yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri. Biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi
kebutuhan sehingga manusia menjadi lebih puas. Dengan kata lain
motivasi yang berasal dari dalam diri yang didorong oleh faktor kepuasan
dan rasa ingin tahu. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu
sendiri tanpa adanya paksaan, dorongan dari orang lain, tetapi atas dasar
dari kemauan sendiri (Winardi, 2011).
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar yaitu
perangsang ataupun stimulus dari luar. Jenis motivasi ini timbul sebagai
akibat pengaruh dari luar individu, apakah adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian individu
bersedia untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan ditinjau dari asalnya, motivasi manusia dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu :
a. motivasi biogenetik yaitu motivasi yang berasal dari kebutuhan biologis
seperti minum, makan, istirahat dan kebutuhan seks.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
43/100
b. Motivasi sosiogenetik yaitu motivasi yang timbul karena kebutuhan
sosial, interaksi sosial dan pengaruh budaya, contoh keinginan untuk
bergaul, dihargai dan dipercaya.
c. Motivasi teogenetik yaitu motivasi untuk mengabdi kepada Sang
Pencipta, seperti adanya pengakuan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kegiatan beribadah dan perbuatan yang berdasarkan norma-norma.
4. Faktor yang mempengaruhi motivasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi menurut (Sudrajat 2008 dalam
Putri, 2012) yaitu :
a. Usia
Usia dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur maka tingkat
kemampuan, kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
menerima informasi. Akan tetapi faktor ini tidak mutlak sebagai tolak ukur
misalnya seorang yang berumur lebih tua belum tentu memiliki motivasi
lebih baik mengenai demam berdarah dibandingkan dengan seseorang
yang lebih muda.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap motivasi seseorang
dimana dalam pelaksanaan dan pengembangannya diperlukan kemampuan
fisik dan psikologis, kemampuan fisik dan psikologis perempuan dan laki-
laki berbeda.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
44/100
c. Tingkat pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin tinggi tingkat
motivasinya terhadap suatu pemecahan masalah.
d. Pekerjaan dan penghasilan
Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi dan
menunjang kebutuhan hidup. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman, pengetahuan dan motivasi baik secara
langsung dan tidak langsung. Begitu juga dengan tingkat penghasilan
seseorang karena dapat memotivasi individu untuk mendapatkan hasil
yang lebih dengan pekerjaan yang dilakukannya.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
45/100
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
Pengetahuan ialah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
pancaindera terdiri atas 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi (Notoadmodjo, 2012). Pengetahuan tentang DBD mencakup
didalamnya pengertian, cara penularan, tanda dan gejala, cara pemberantasan
DBD, dsb. Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan
(Djaali, 2012). Motivasi keluarga dalam pencegahan DBD yaitu berupa dorongan
untuk melakukan kegiatan dalam upaya pemberantasan dan mengurangi angka
kejadian DBD. Pengetahuan yang tinggi dalam pemberantasan sarang nyamuk
DBD tidak akan berarti apabila tidak diikuti dengan adanya motivasi untuk selalu
menjaga lingkungan sekitarnya dari nyamuk penyebab DBD.
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN
DBD) yaitu melakukan kegiatan 3M plus yang dilakukan oleh masing-masing
keluarga yaitu menguras dan menutup tempat penampungan air, mengubur barang
bekas, memelihara ikan pemakan jentik, memakai kelambu, menggunakan obat
nyamuk, dsb (Kemenkes RI, 2015). Kesehatan keluarga dapat dinilai dari perilaku
dalam kehidupannya yang didukung dengan pengetahuan dan motivasi yang baik
khususnya dalam melaksanakan kegiatan PSN DBD (Suharti, 2010).
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
46/100
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep
atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui suatu penelitian
(Notoadmodjo, 2010). Variabel bebas (independent variabel ) yaitu Pengetahuan
dan motivasi keluarga, variabel terikat (dependent variabel ) yaitu Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD).
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
C. Hipotesis
Ha 1 : Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di
Kelurahan Kuranji Padang.
Ha 2 : Ada hubungan antara motivasi keluarga dengan pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di
Kelurahan Kuranji Padang.
Pengetahuan
KeluargaPelaksanaan
Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD)Motivasi Keluarga
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
47/100
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif analitik yaitu penelitian yang dilakukan untuk menentukan adanya
hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya (Dahlan, 2014). Penelitian
ini menggunakan rancangan cross-sectional study yaitu suatu penelitian yang
semua variabelnya, baik variabel independen (Pengetahuan dan motivasi
keluarga) maupun dependen (pelaksanaan PSN DBD) diobservasi atau
dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang sama (Notoadmodjo, 2010).
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang
tinggal menetap di Kelurahan Kuranji Padang yaitu 8325 KK.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang memiliki ciri-ciri
tersendiri untuk diukur dan diselidiki (Notoadmodjo, 2010). Dalam pengambilan
sampel peneliti menggunakan metode Probability Sampling yaitu pengambilan
sampel yang didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan
(Notoatmodjo, 2010).
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
48/100
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus (Dahlan, 2014) :
()
() ()
Keterangan :
n = Besar sampel minimal
N = Besar populasi
Nilai standar untuk α 5% = 1,96
d = Sampling error (0,05)
P = Proporsi variabel yang diteliti (P = 0,78)
Perhitungan :
() ()()
() () ()()
Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 256 KK yang berada di Kelurahan Kuranji Kota Padang. Adapun
sampel dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
- Kepala keluarga atau salah satu anggota keluarga yang berumur 18
tahun keatas.
- Keluarga yang tinggal menetap minimal 6 bulan di wilayah penelitian.
- Keluarga yang bersedia menjadi responden dalam penelitian.
- Bisa membaca dan menulis.
b. Kriteria eksklusi
- Keluarga yang salah satu anggota keluarganya bekerja sebagai tenaga
kesehatan.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
49/100
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
50/100
variabel terikat (dependent variabel ) yaitu pelaksanaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD).
Tabel 4.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara
Ukur
Skala
Ukur
Hasil Ukur
Pengetahuan Ingatan dan
pemahaman
keluarga tentang
Pemberantasan
sarang nyamuk
meliputi Program,
Kegiatan tepat
yang dilakukan,
kegiatan
penunjang lain
yang berkaitan
Kuesioner Angket Ordinal Baik ≥ 76%
Cukup baik
56-75%
Kurang
50%
Kurang
Baik ≤50%
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
51/100
E. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data
dan informasi dari responden ialah menggunakan lembaran kuesioner yang
disusun secara terstruktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus
dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama
berupa data demografi responden yang meliputi inisial nama, usia, jenis kelamin,
pendidikan, informasi tentang DBD, dan riwayat DBD dalam keluarga.
Bagian kedua dari kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang terdiri dari 3
subbagian yaitu tingkat pengetahuan, motivasi dan pelaksanaan PSN oleh
keluarga. Tingkat pengetahuan terdiri dari 6 pertanyaan pilihan ganda dengan
penilaian jika jawaban benar mendapatkan nilai 1 dan jika jawaban salah maka
nilai 0. Bagian 2 terkait dengan motivasi keluarga dalam melakukan
pemberantasan DBD yang terdiri dari 10 item pertanyaan dan penilaiannya
menggunakan skala Likert. Penilaian untuk pernyataan positif yaitu : Sangat
setuju= 5, Setuju= 4, Ragu-ragu= 3, Tidak setuju=2 dan Sangat tidak setuju= 1.
Penilaian pernyataan negatif yaitu : Sangat tidak setuju= 5, Tidak setuju= 4, Ragu-
ragu= 3, Setuju= 2 dan Sangat setuju= 1. Bagian 3 berisi 18 pernyataan tentang
pelaksanaan PSN DBD dengan hasil apabila melakukan kegiatan mendapatkan
nilai 1 dan jika tidak melakukan mendapat nilai 0.
Kuesioner pengetahuan dan pelaksanaan PSN DBD diambil dari Knowledge,
Attitude and Practice studies (KAP) (Dhimal dkk, 2014) dimana kuesioner untuk
tingkat pengetahuan dikembangkan oleh peneliti dan kuesioner motivasi mengacu
pada penelitian sebelumnya (Putri, 2012). Kuesioner pengetahuan dan motivasi
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
52/100
dilakukan uji validitas dan reabilitas untuk menunjukkan kemampuan kuesioner
dalam mengukur apa yang seharusnya diukur Uji validitas yang digunakan adalah
uji korelasi Pearson Product Moment. Suatu indikator dikatakan valid jika r hasil
> r tabel. Nilai r untuk 30 responden dengan taraf kepercayaan 95% adalah 0,361.
Hasil uji validitas instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan
No. Item r hitung r tabel 5% (30) Keterangan1 0,390 0,361 Valid
2 0,596 0,361 Valid
3 0,407 0,361 Valid
4 0,506 0,361 Valid
5 0,391 0,361 Valid
6 0,199 0,361 Tidak Valid
7 0,595 0,361 Valid
Pertanyaan nomor 1,2,3,4,5,7 dinyatakan valid karena nilai r hitung > r
tabel, sedangkan pertanyaan nomor 6 tidak valid.
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Motivasi
No. Item r hitung r tabel 5% (30) Keterangan
1 0,443 0,361 Valid
2 0,505 0,361 Valid
3 0,394 0,361 Valid
4 0,513 0,361 Valid
5 0,467 0,361 Valid6 0,531 0,361 Valid
7 0,581 0,361 Valid
8 0,703 0,361 Valid
9 0.620 0,361 Valid
10 0,464 0,361 Valid
Semua pertanyaan pada kuesioner motivasi dinyatakan valid dan reliabel
karena nilai r hitung masing-masing pertanyaan > r tabel.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
53/100
Reliabilitas merupakan kehandalan dari alat ukur, sejauh mana hasil ukur
dapat dipercaya. Instrumen memiliki reliabilitas jika hasil pengukuran yang
diperoleh relatif sama setelah dilakukan beberapa kali pengukuran kepada subjek
yang sama. Kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai Alpha-Cronbach’s > r tabel
(0,361). Hasil uji reliabilitas kuesioner pengetahuan adalah 0,649 dan kuesioner
motivasi adalah 0,725. Semua kuesioner dinyatakan reliabel karena memiliki nilai
cronbach alpha > r tabel.
F. Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian keperawatan ini berhubungan langsung dengan
manusia sehingga etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus
diperhatikan menurut (Hidayat, 2008) sebagai berikut :
1. Informed consent
Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang ditentukan
kemudian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampaknya.
Responden yang setuju diberikan Informed consent sebelum mengisi
kuesioner penelitian. Namun jika responden tidak bersedia, peneliti
menghormati hak responden untuk menolak dan keluar dari penelitian
tanpa ada konsekuensi apapun.
2. Anomity (tanpa nama)
Peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden dan data yang
diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Penggunaan
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
54/100
subjek penelitian yaitu dengan mencantumkan initial responden pada
lembar kuesioner dan hanya menuliskan kode (P untuk pengetahuan, M
untuk motivasi dan PSN untuk pelaksanaan, dan sebagainya) pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan dari hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian sehingga tidak
merugikan pihak manapun.
G. Metode pengumpulan data
1. Cara Pengumpulan Data
a. Setelah proposal penelitian disetujui, peneliti mengurus perizinan
penelitian kepada Dinas kesehatan Kota Padang dengan tembusan
Puskesmas Belimbing, Kesbangpol dengan tembusan Camat
Kuranji dan Kelurahan Kuranji untuk melakukan penelitian di
wilayah tersebut.
b. Setelah mendapatkan izin kemudian peneliti menyebarkan
kuesioner secara acak kepada responden di masing-masing 4 RW
pada kelurahan tersebut sesuai dengan ketetapan jumlah sampel
penelitian.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
55/100
c. Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan mengenai
tujuan, manfaat serta hak responden sebelum kuesioner diberikan.
d. Calon responden yang setuju untuk menjadi responden diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan pada kuesioner.
e. Responden diberikan kesempatan bertanya, sepanjang tidak
mempengaruhi substansi jawaban.
f. Kuesioner yang telah diisi dikembalikan kepada peneliti dan
diperiksa kelengkapannya.
g. Semua kuesioner yang telah diisi dikumpulkan untuk seterusnya
untuk dilakukan pengolahan data.
2. Pengolahan Data
a. Menyunting data (data editing )
Proses penyuntingan data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan
pengisian, kesalahan pengisian, relevansi dan konsistensi pengisian
setiap jawaban kuesioner.
b. Mengkode data (data coding )
Proses mengklarifikasi dan memberikan kode kepada setiap variabel
yang telah dikumpulkan untuk memudahkan dalam pengelolaan data
lebih lanjut dengan mengacu pada kode yang tersusun.
c. Memasukkan data (data entry)
Proses memasukkan data responden ke dalam komputer untuk
dilakukan pengolahan dan analisis dalam program software komputer
SPSS berdasarkan klasifikasi masing-masing variabel.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
56/100
d. Membersihkan data (data cleaning )
Pengecekan kembali data yang telah masuk dalam sistem untuk
memastikan data tersebut tidak mengalami kesalahan, sehingga data
tersebut telah siap untuk diolah dan dianalisis (Notoatmodjo, 2010).
H. Analisis Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan masing masing
variabel yang diteliti berupa karakteristik responden yang terdiri dari
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat DBD, pernah
mendapatkan penkes sebelumnya. Distribusi frekuensi variabel
pengetahuan keluarga dalam pelaksanaan PSN DBD dan motivasi keluarga
dalam pelaksanaan PSN DBD dengan menggunakan nilai persentase
berdasarkan ketetapannya masing-masing.
2. Analisa bivariat
Analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui
hubungan antara variabel dependen dan independen dianalisis
menggunakan uji statistik chi-square. Batas kemaknaannya digunakan
nilai α = 0,05 dengan derajat kepercayaan 95%. Pada hasil pengolahan
data didapatkan p < 0,05 maka artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara kedua variabel. Analisis disajikan dalam bentuk tabel dan dilakukan
dengan bantuan program SPSS pada perangkat komputer.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
57/100
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuranji Padang yang berada wilayah
kerja Puskesmas Belimbing. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal
2 - 7 september 2015. Kuesioner terdiri dari 6 item pengetahuan, 10 item motivasi
dan 18 item pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. Kuesioner
dibagikan kepada 256 KK yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian.
B. Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan
Kuranji Padang 2015 (N= 256)
Karakteristik f %
UmurDewasa awal
Dewasa tengah
Dewasa akhir
33
51
172
12,9
19,9
67,2
Jenis Kelamin
Laki-laki 88 34,4
Perempuan 168 65,6
Tingkat Pendidikan
SD 13 5,1SMP 45 17,6
SMA 164 64,1
Perguruan tinggi (PT) 34 13,3
Penkes RespondenBelum pernah 169 66,0
Pernah 87 34,0
Riwayat DBD
Ada 94 36,7
Tidak ada 162 63,3
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
58/100
Dari tabel 5.1 dapat dilihat lebih dari separuh (67,2%) dari 256 responden
keluarga berada pada dewasa akhir, yaitu 36-60 tahun, lebih dari separuh (65,6%)
dari 256 responden adalah perempuan, lebih dari separuh (64,1%) dari 256
responden berada pada tingkat SMA, lebih dari separuh (66,0%) dari 256
responden mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan/pendidikan
kesehatan, lebih dari separuh (63,3%) dari 256 Responden anggota keluarganya
tidak memiliki riwayat DBD.
C. Analisis Univariat
1. Pengetahuan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di Kelurahan
Kuranji Padang 2015 (N= 256)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Baik 137 53,5
Cukup baik 68 26,6
Kurang 51 19,9
Total 256 100
Tabel 5.2 menggambarkan lebih dari separuh (53,5%) dari 256 responden
memiliki pengetahuan yang baik tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
DBD.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
59/100
2. Motivasi
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Keluarga dalamPemberantasan Sarang Nyamuk DBD di Kelurahan
Kuranji Padang 2015 (N= 256)
Motivasi Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Tinggi 142 55,5
Rendah 114 44,5
Total 256 100
Tabel 5.3 menggambarkan lebih dari separuh (55,5%) dari 256 responden
memiliki motivasi tinggi terhadap Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD.
3. Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk DBD di Kelurahan Kuranji Padang 2015 (N=256)
Pelaksanaan PSN DBD Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Baik 195 76,2
Kurang baik 61 23,8
Total 256 100
Tabel 5.4 menggambarkan sebagian besar (76,2%) dari 256 responden
melakukan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dengan baik.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
60/100
D. Analisis Bivariat
1. Hubungan pengetahuan keluarga dan pelaksanaan Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD
Tabel 5.5 Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di Kelurahan
Kuranji Padang 2015 (N= 256)
Pengetahuan Pelaksanaan PSN DBD Jumlah P Value
Baik Kurang baik
F % F % N %
Baik 117 85,4 20 14,6 137 100 0,001
Cukup baik 47 69,1 21 30,9 68 100
Kurang 31 60,8 20 39,2 51 100
Total 68 26,6 188 73,4 256 100
Tabel 5.5 menggambarkan diantara 137 keluarga dengan pengetahuan
baik sebagian besar (85,4%) diantaranya melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD dengan baik. Sebanyak 68 keluarga dengan pengetahuan
cukup baik, terdapatlebih dari separuh (69,1%) keluarga melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dengan baik. Sebanyak 51 keluarga
dengan pengetahuan kurang, terdapat lebih dari separuh (60,8%) keluarga
melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dengan baik nilai p value
yang diperoleh adalah 0,001 (p
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
61/100
2. Hubungan motivasi keluarga dan pelaksanaan Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD
Tabel 5.6 Hubungan Motivasi Keluarga dengan Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di Kelurahan
Kuranji Padang 2015 (N= 256)
Motivasi Pelaksanaan PSN DBD Jumlah P Value
Baik Kurang baik
f % f % N %
Tinggi 120 84,5 22 15,5 142 100 0,001
Rendah 75 65,8 39 34,2 114 100
Total 68 26,6 188 73,4 256 100
Tabel 5.6 menggambarkan diantara 142 keluarga dengan motivasi tinggi
terdapat sebagian besar (84,5%) diantaranya melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD dengan baik. Sebanyak 114 keluarga dengan motivasi
rendah, lebih dari separuh (65,8%) keluarga melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD dengan baik. Nilai p value yang diperoleh adalah 0,001
(p
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
62/100
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD
Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden
(53,5%) memiliki pengetahuan yang baik dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hidayah (2009) yang juga menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mempunyai pengetahuan yang baik (90,4%) terhadap
pencegahan DBD di Kelurahan Kramatpela Kebayoran Baru Jakarta
Selatan. Hasil penelitian lain yang sesuai yaitu penelitian Begonia &
Leodore (2013) di Philipina yang menyatakan Lebih dari setengah
responden memiliki pengetahuan yang baik (61,45%) terhadap
pelaksanaan pencegahan DBD.
Tingginya tingkat pengetahuan keluarga dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) salah satunya
dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Berdasarkan hasil
penelitian ini diketahui sebagian besar (97,1%) responden berpendidikan
Perguruan tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam
pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD, dimana
menurut Notoadmodjo (2012) tingkat pendidikan merupakan upaya untuk
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
63/100
memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif
yang diharapkan meningkat dimana semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang diikuti oleh semakin tingginya tingkat pengetahuan dan
pemahaman seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian Ayudhya, dkk
(2014) dimana tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan bahwa
semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula tingkat kepedulian
terhadap kesehatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh (73,4%)
mengetahui program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD berupa
3M plus, lebih dari separuh (69,5%) menjawab menutup rapat tempat
penampungan airnya, sebagian besar (79,3%) benar dalam cara menguras
bak mandi, lebih dari sepatuh (68%) langsung mengubur barang-barang
bekas yang tidak terpakai, lebih dari separuh (71,5%) menjawab
membersihkan air yang tergenang di rumahnya, dan sebagian besar
(91,0%) menjawab benar bahwa kain kasa dan kelambu dapat mengurangi
gigitan nyamuk.
Tingkat pengetahuan yang tinggi diharapkan keluarga mampu
mengenali dan mengidentifikasikan masalah kesehatan yang terjadi dalam
keluarga. Kesadaran akan tumbuh pada tiap anggota keluarga untuk
melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan terhadap DBD jika
keluarga sudah dapat mengenal masalah kesehatan yang berhubungan
dengan DBD (Wahid, 2006 dikutip dari Hidayah, 2009).
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
64/100
2. Distribusi Frekuensi Motivasi Keluarga dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden
(55,5%) memiliki motivasi tinggi dalam pelaksanaan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) DBD di Kelurahan Kuranji Padang. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Manalu (2009) yang menunjukkan bahwa
sebagian besar (96,5%) keluarga memiliki motivasi tinggi untuk
mencegah angka kejadian DBD daripada keluarga dengan motivasi
rendah di Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. Penelitian lain yang sesuai
Putri (2012) yang menunjukkan lebih dari separuh (53%) masyarakat
memiliki motivasi tinggi untuk mencegah angka kejadian DBD di RW 09
Kelurahan Pondok Cina Kecamatan Beji, Depok.
Menurut (gates dkk dikutip dari Djaali, 2012) motivasi adalah suatu
kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Motivasi dipengaruhi oleh
dorongan yang berasal dari diri individu sendiri dan pengaruh dari luar
individu. Menurut Sudrajat (2008, dikutip dari Putri, 2012) motivasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan.
Dilihat dari usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan, responden
dewasa awal lebih dari separuh (72,7%), cenderung memiliki motivasi
yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudrajat (2008) yaitu
motivasi meningkat umumnya pada usia produktif (20-36 tahun). Lebih
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
65/100
dari separuh (61,9%) responden perempuan memiliki motivasi tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri (2012) dimana
kecenderungan warga berjenis kelamin perempuan lebih memiliki
motivasi yang tinggi (61,9%) ketimbang warga laki-laki. Sebagian besar
responden (91,2%) yang berpendidikan Perguruan tinggi (PT) mempunyai
motivasi tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Manalu (2009) bahwa
tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan dan kemauan (motivasi)
untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Menurut Winardi (2011) mengemukakan bahwa motivasi berkaitan
dengan kebutuhan. Manusia selalu mempunyai kebutuhan yang selalu
diupayakannya untuk terpenuhi. Motivasi juga merupakan faktor
pendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan
tertentu yang merupakan suatu rangkaian proses yang terus menerus
dalam diri individu sehingga mampu menghadapi lingkungan sekitarnya.
Tingginya motivasi keluarga mengenai PSN DBD karena masalah
DBD merupakan masalah aktual yang selalu muncul setiap tahun dan
menjadi masalah lingkungan yang melibatkan seluruh anggota keluarga
dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam penanganannya, utamanya
musim penghujan dan pancaroba karena banyaknya tempat perindukan
bagi nyamuk vektor DBD sehingga menjadikan masyarakat lebih
waspada untuk tidak terjangkit penyakit DBD (Putri, 2012). Kesadaran
akan tumbuh pada tiap anggota keluarga untuk melakukan pemberantasan
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
66/100
sarang nyamuk DBD apabila keluarga sudah dapat mengenal masalah
kesehatan yang berhubungan dengan DBD (Hidayah, 2009).
3. Gambaran Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (76,2%)
responden melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) dengan baik. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Riyadi,dkk (2012) yang menunjukkan
bahwa lebih dari separuh (66,7%) responden melakukan tindakan dalam
PSN DBD dengan baik sedangkan kurang dari separuh (33,3%)
responden melakukan PSN DBD dengan kurang baik di Kelurahan
Ballaparang Kecamatan Rappocini Makassar.
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) yang dilakukan oleh keluarga meliputi kegiatan 3M
plus (Menguras dan membersihkan tempat penampungan air, menutup
rapat tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas dan yang
berpotensi menjadi tempat perindukan bagi nyamuk vektor DBD,
menggunakan lotion anti nyamuk, menggunakan kelambu dan kasa pada
jendela, memelihara ikan pemakan jentik, dan sebagainya).
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, Pelaksanaan PSN DBD yang
dilakukan oleh responden laki-laki dan perempuan lebih dari separuh
(73,9%) dan (77,4%) dilakukan dengan baik. Menurut Suharti (2010)
Perilaku yang baik untuk menjaga lingkungan yang sehat dan bersih dari
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
67/100
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
68/100
keluarga maupun masyarakat umum untuk ikut bertanggung jawab
terhadap kesehatan diri, keluarga maupun masyarakat dan lingkungan.
Menurut Sitio (2008) masih adanya keluarga yang melakukan PSN
DBD dengan kurang baik diharapkan program pemerintah berupa
penyuluhan kesehatan masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD
dengan 3M plus sangat tepat dan perlu dukungan luas dan partisipasi
nyata dari masyarakat dan keluarga khususnya dalam pelaksanaannya.
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Pengetahuan keluarga dan Pelaksanaan Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan keluarga
berhubungan signifikan dengan pelaksanaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD di Kelurhan Kuranji Padang, terbukti dengan nilai p
value yang diperoleh adalah 0,001 (p
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
69/100
Berdasarkan jawaban responden pada variabel pengetahuan tentang
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD didapatkan sebagian besar (85,4%)
responden keluarga yang memiliki pengetahuan baik melaksanakan PSN
DBD dengan baik, lebih dari setengah (69,1%) responden dengan
pengetahuan cukup baik melakukan PSN DBD dengan baik dan lebih
dari setengah (60,8%) responden dengan pengetahuan kurang
melaksanakan PSN DBD dengan baik.
Prosentase jawaban pada variabel pengetahuan membuktikan bahwa
hampir sebagian besar responden mengetahui cara pelaksanaan PSN
DBD. Hal ini berkaitan dengan pendapat Notoatmodjo (2012)
pengetahuan adalah hasil mengetahui dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan
formal maupun nonformal.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya cerna
seseorang terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin tinggi pula informasi yang dapat diserap
dan tingginya informasi yang diserap mempengaruhi tingkat
pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Orang yang berpendidikan
tinggi lebih besar kepeduliannya terhadap masalah kesehatan dan
peningkatan pendidikan akan meningkatkan partisipasi warga dalam
menjaga kesehatan (Sungkar dkk, 2010). Riyadi dkk (2012) meneliti
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
70/100
responden di Kelurahan Ballaparang yang memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi melakukan tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
DBD dengan baik.
Pengetahuan baik, cukup baik dan kurang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti sumber informasi dan faktor pendidikan serta
lingkungan. Semakin banyak orang mendapatkan informasi baik dari
lingkungan keluarga, lingkungan tetangga dari petugas kesehatan maupun
media cetak dan elektronik akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Keluarga yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai PSN
DBD akan mendorong dirinya dan mengajak anggota keluarga untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD di lingkungan rumah
(Kusumawardani, 2012).
Pengetahuan yang kurang baik namun pelaksanaan PSN DBD yang
baik dimungkinkan karena responden sebagian besar adalah perempuan
dan ibu rumah tangga yang memiliki kebiasaan yang baik dalam menjaga
kebersihan lingkungan rumahnya serta tanggap dalam masalah kesehatan
keluarganya. Begitu juga dengan responden yang memiliki pengetahuan
yang baik namun pelaksanaan PSN DBD kurang baik dimungkinkan
karena kurangnya kesadaran keluarga untuk menerapkan prinsip kesehatan
dalam upaya mencegah dan memberantas sarang nyamuk (Riyadi dkk,
2012).
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
71/100
2. Hubungan Motivasi keluarga dan Pelaksanaan Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa motivasi keluarga
berhubungan signifikan dengan pelaksanaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD di Kelurahan Kuranji Padang, terbukti dengan nilai p
value yang diperoleh adalah 0,001 (p t tabel. Hal ini terbukti motivasi responden
untuk memberantas penyebab penularan DBD cukup tinggi.
Menurut Winardi (2008 dikutip dari Manalu, 2009) Motivasi
berkaitan dengan kebutuhan. Manusia selalu mempunyai kebutuhan yang
diupayakan untuk dipenuhi. Motivasi juga merupakan faktor pendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan tertentu
(faktor pendorong). Motivasi sangat dipengaruhi oleh persepsi diri yang
dimiliki oleh seseorang dari suatu rangkaian proses yang terus menerus
dalam diri individu dalam menghadapi lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan jawaban responden pada variabel motivasi keluarga
dalam pelaksanaan PSN DBD sebagian besar (84,5%) yang memiliki
motivasi tinggi melakukan PSN DBD dengan baik, lebih dari setengah
(65,8%) yang memiliki motivasi rendah melaksanakan PSN DBD dengan
baik. Prosentase jawaban pada variabel motivasi membuktikan bahwa
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
72/100
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
73/100
Keluarga yang memiliki motivasi tinggi dalam pelaksanaan PSN
DBD diharapkan mampu memberikan contoh yang baik kepada keluarga
lain dan juga lingkungan sekitarnya yang masih memiliki kemauan
/motivasi rendah dalam melakukan PSN DBD agar dapat bersama
menciptakan lingkungan yang sehat bebas dari penyakit khususnya DBD
(Suharti, 2010).
C. Keterbatasan Penelitian
Melihat dari hasil penelitian diatas maka yang menjadi keterbatasan
dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner / angket, mengingat pelaksanaan Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) perlu diobservasi
langsung ke lapangan.
8/16/2019 SKRIPSI RAHMAWITA ARMAN 1110322003.pdf
74/100
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai hubungan
pengetahuan dan motivasi keluarga dalam pelaksanaan pemberantasan sarang
nyamuk demam berdarah dengue di Kelurahan Kuranji Padang dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat lebih dari separuh (53,5%) keluarga di Kelurahan Kuranji
Padang memiliki pengetahuan yang baik dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD.
2. Terdapat lebih dari separuh (55,5%) keluarga di Kelurahan Kuranji
Padang memiliki motivasi tinggi dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) DBD.
3. Terdapat sebagian bes