Upload
yelius-jeye-wardane
View
89
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH PENDEKATAN DEDUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
GELOMBANG KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUKLINGGAU
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Rasmita
NIM 4105064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU2009/2010
1
2
PERSETUJUAN
PENGARUH PENDEKATAN DEDUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
GELOMBANGKELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2
LUBUKLINGGAU
Lubuklinggau, 30 Juni 2010
Penulis,Rasmita
NIM 4105064
Disetujui dan Disyahkan oleh
MengetahuiKetua Jurusan Pendidikan Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Rudi Hartoyo, M.Pd.
2
Pembimbing Utama
Apit Fathurohman, M.Si.
Pembimbing Pembantu
Surono,M.Pd.
3
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi oleh Rasmita 4105064Telah Dipertahankan Di depan Tim Penguji Dan Panitia Penguji
Pada Tanggal 17 Juli 2010
Panitia Penguji
Ketua : H.M.Lukman Nawawi, S.H.,M.Pd.
Sekretaris : Drs. J. Albert Barus, M.Pd.
Tim Penguji
Ketua : H. M. Lukman Nawawi, S.H.,M.Pd.
Anggota : 1. A. Budi Mulyanto, M.Pd.
2. Nelly Andriyani, M.Si
3. Supartono, S.Pd.
Mengetahui,Ketua STKIP-PGRI Lubuklinggau,
H.M.Lukman Nawi, S.H.,M.Pd.
3
4
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan karunia dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Deduktif dalam Pembelajaran
Fisika terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Gelombang Kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lubuklinggau”. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak yang telah
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini ;
1. Bapak Lukman Nawi, S.H., M.Pd. selaku ketua STKIP PGRI
Lubuklinggau.
2. Bapak Rudi Hartoyo, M.Pd. selaku Ketua Jurusan MIPA STKIP PGRI
Lubuklinggau.
3. Bapak A. Budi Mulyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika yang begitu sabar membimbing kami.
4. Bapak Apit Faturahman, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah
banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis, dengan
kesabaran dan rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Surono, M.Pd. selaku pembimbing pendamping yang telah
membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis dari awal hingga
selesainya skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah banyak
membantu penulis selam masa perkulihan.
4
5
7. Ibu H. Erlindah, M.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2
Lubuklinggau.
8. Ibu Muspida, S.Pd. Selaku guru pamong Fisika SPM Negeri 2
Lubuklinggau.
9. Ayahanda Sulaiman dan Ibunda Hadida tercinta, terima kasih atas kasih
sayang, pengorbanan (baik materi ataupun perasaannya) dan ketabahan
serta iringan doanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan
skripsi ini.
10. Keponakanku A. Zahra Tushita yang imut yang rela pontang-panting ikut
Bunda.
11. Kakak–kakakku Eli, Davis, Mini dan adik–adikku David, dan Kasrah
tersayang, yang selalu memberiku semangat dan keceriaan selama
menyelesaikan skripsi ini
12. Sahabatku Riska, Ice Trisnawati, Neny, Neli, Mini terima kasih atas
bantuannya dalam pembuatan skripsi ini
13. Almamaterku yang kubanggakan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, maka untuk itu kritik dan saran penulis harapkan. Namun penulis
tetap berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamulaikum Wr.Wb.
Lubuklinggau, Juni 2010
Penulis
5
6
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul pengaruh pendekatan deduktif dalam pembelajaran fisika terhadap hasil belajar siswa pada materi gelombang kelas VIII SMP Negeri 2 Lubukinggau, dengan rumusan masalah adakah pengaruh pendekatan deduktif terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok gelombang kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinghgau dan bagaimana keterlaksanaan pendekatan deduktif pada materi gelombang, adapun tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendekatan deduktif terhadap hasil belajar fisika siswa pada pokok materi gelombang kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau dan mengetahui keterlaksanaan pendekatan deduktif pada materi pokok gelombang. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau , dan yang menjadi sampel adalah kelas VIII.1 dengan jumlah 40 siswa dan VIII. 2 dengan jumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tes dalam bentuk essay dan observasi dalam bentuk lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pendekatan deduktif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni yaitu suatu metode yang melibatkan 2 kelas dimana satu kelas mendapat perlakuan pembelajaran yang disebut dengan kelas eksperimen dan satu kelas yang tidak mendapat perlakuan pembelajaran disebut dengan kelas kontrol. Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak digunakan analisis statistik uji-t, berdasarkan hasil analisis data dari dua kelas, ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan deduktif (kelas eksperimen) dan dengan tidak menggunakan pendekatan deduktif (kelas kontrol). Dengan menggunakan uji-t, derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 = 40 + 40 – 2 = 78, dan α = 0,05 didapat thitung > ttabel (4,12 > 1,66), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Maka dari hasil pengujian hipotesis dapat dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan “ada pengaruh pendekatan deduktif terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok gelombang kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau”, maka Ha dapat diterima.
Kata kunci : Pengaruh, Pendekatan deduktif, Metode, Belajar, Fisika
6
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………… v
HALAMAN PERNYATAAN..................................... ………………….. vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………… vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. x
ABSTRAK ………………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………. 1B. Rumusan Masalah …………………………………………. 3C. Tujuan ……………………………………………………… 4D. Manfaat …………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoristik 1. Pendekatan Pembelajaran ................................................. 6
2. Pendekatan Deduktif........ ................................................ 8 3. Kelebihan dan kelemahan pendekatan deduktif................ 10
3. Materi Pokok Gelombang..………………………………..124. Pendekatan Dasar Untuk Mengajar.... ............................... 165. Pembelajaran dengan Pendekatan Deduktif pada
Materi Gelombang.............................................................. 17B. Hasil Belajar.......................................................................... 18C. Hipotesis ............................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 21
A. Desain Penelitian .................................................................. 21B. Variabel Penelitian ............................................................. 21
7
8
C. Populasi dan Sampel ......................................................... 22D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………... 23E. Teknik Analisa Data ........................................................ 24F. Prosedur Penelitian………………………………………. 36G. Pelaksanaan Penelitian………………………………….... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 38
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian…………………………. 38B. Pengujian Hipotesis............................................................ 42C. Pembahasan....................................................................... 46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 49
1. Simpulan …………………………………………………. 492. Saran ……………………………………………………… 49
DAFTAR PUSTAKA
8
9
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang mungkin
terjadinya proses belajar pada diri sendiri. Sistem lingkungan ini terdiri dari
komponen-komponen yang saling mempengaruhi yakni tujuan instruksional
yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang harus
memainkan peran serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang
dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Dalam
belajar banyak siswa yang gagal memperoleh hasil sesuai dengan yang
diharapkan, ini dikarenakan hasil belajar yang dipengarahui oleh faktor
kecakapan dan ketangkasan serta pemahaman belajar siswa yang berbeda
setiap individu.
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang menggunakan metode
ilmiah dalam prosesnya. Pelajaran fisika adalah pelajaran yang mengajarkan
berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa,
sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat
dimengerti. Untuk dapat mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai
dengan kemampuan pemahaman konsep dasar yang ada pada pelajaran fisika.
Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam memahami tentang pelajaran
fisika sangat ditentukan oleh pemahaman konsep.
Rendahnya daya serap siswa dan banyaknya siswa yang kurang
berhasil dalam belajar fisika menunjukan bahwa adanya faktor yang belum
terlengkapi. Untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem
9
10
lingkungan tertentu pula, sehubungan dengan ini guru biasanya memilih salah
satu atau lebih strategi belajar mengajar. Ada beberapa dasar yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan strategi belajar antara lain : tujuan
belajar, pengetahuan guru dan siswa, struktur peristiwa belajar, peran guru dan
siswa dalam mengelola pesan, dan proses pengelola pesan.
Tidak semua konsep dapat dengan mudah menginformasikan kepada
siswa, oleh sebab itu perlu dipilih pendekatan atau metode yang tepat. Dengan
pemilihan pendekatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar yang optimal. “Dalam pendekatan atau metode tradisional guru
dianggap sebagai sumber ilmu, guru bertindak otoriter, guru mendominasi
kelas, sedangkan murid harus duduk rapi mendengarkan, meniru,
mencontohkan cara-cara guru menyelesaikan soal, murid bertindak pasif”,
Russeffendi (dalam Ruswanti, 2007:2).
Pada dasarnya tujuan dari proses belajar mengajar fisika itu agar
peserta didik dapat mencapai hasil belajar dengan baik. Untuk mencapai hasil
belajar yang baik, ada 2 faktor yang mempengaruhi yaitu : peserta didik
(siswa) dan pengajar (guru). Faktor siswa sangat ditentukan oleh sikap dan
minat siswa terhadap fisika. Sedangkan faktor guru sangat ditentukan oleh
strategi dalam proses belajar mengajar, yaitu meliputi pemilihan metode,
teknik dan pendekatan mengajar.
Dari data SMP Negeri 2, siswa yang mendapat nilai kurang dari
50 %. Hal ini berarti bahwa ketuntasan belajar belum tercapai, karena siswa
dikatakan tuntas perorangan apabila mendapat nilai 6,5 keatas. Dengan
pemilihan pendekatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
yang optimal. Salah satu pendekatan mengajar yang akan digunakan dalam
10
11
penelitian ini adalah pendekatan deduktif. Pendekatan ini berjalan dari yang
umum ke khusus, dari kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat
umum dan mengambil kesimpulan ke khusus proses penalaran kesimpulan
dari umum dan menarik kesimpulannya ke khusus, dari penjelasan materi ke
contoh-contoh soal, dari rumus yang diberikan guru kepada siswa selanjutnya
siswa diminta untuk menyelesaikan soal-soal yang relevan dengan bantuan
rumus yang telah diberikan oleh guru tersebut. Kelebihan dari pendekatan ini
adalah waktu yang diperlukan sangat singkat, cenderung mengaktifkan siswa
karena siswa masih dilibatkan dalam kegiatan belajar seperti mengambil
kesimpulan dari contoh-contoh yang diberikan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang : “Pengaruh Pendekatan Deduktif dalam
Pembelajaran Fisika terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Gelombang
Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lubuklinggau”.
B. Rumusan Masalah
1. Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
a. Adakah pengaruh pendekatan deduktif terhadap hasil belajar siswa pada
materi pokok gelombang?
b. Bagaimana keterlaksanaan pendekatan deduktif pada materi gelombang?
11
12
2. Batasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan supaya
gambaran penelitian ini jelas, terarah, dan dapat mencapai sasaran maka perlu
batasan sebagai berikut :
a. Materi yang diajarkan adalah materi tentang gelombang.
b. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi pada
aspek kognitif siswa yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dari tes
hasil belajar.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah dalam penelitian ini maka
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh pendekatan deduktif terhadap hasil
belajar siswa pada materi pokok gelombang.
2. Mengetahui keterlaksanaan pendekatan deduktif pada materi pokok
gelombang
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan keaktifan siswa, menumbuhkan rasa
kebersamaan siswa, dan tentunya peningkatan hasil belajar dan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan alternatif dalam pemilihan
pendekatan mengajar.
3. Bagi penulis, sebagai bekal dan tambahan pengalaman untuk mengajar
12
13
4. Bagi sekolah, menjadi bahan acuan dalam meningkatkan mutu pendidikan
sekolah.
13
14
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoretik
1. Pendekatan Pembelajaran
Menurut Winatapura (dalam Ruswanti), kata pendekatan ditinjauan
dari segi harfiah berarti hampiran, jalan, tindakan mendekati. Mengajar adalah
mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa,
sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa untuk melakukan belajar.
Dalam pembelajaran fisika dikenal dengan istilah-istilah pendekatan,
metode, teknik dan strategi pembelajaran. Menurut Suyitno, dkk (1997:22)
untuk membedakan istilah-istilah tersebut menjelaskan :
1. Pendekatan pembelajaran : arah atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh
guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat dari materi
yang diajarkan.
2. Metode mengajar adalah cara mengajar yang digunakan untuk mengajar
semua materi pembeljaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, inquiry
dan sebagainya.
3. Teknik mengajar adalah cara mengajar yang memerlukan bakat khusus.
4. Strategi pembelajaran adalah siasat yang dipandang tepat dalam
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Sedangkan menurut Suherman, dkk (2003:127), pendekatan
pembelajaran merupakan pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas
yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut
14
15
Akhmad Sudrajat (2008), pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Pendekatan mengajar merupakan tindakan yang dilakukan oleh
seorang guru, sehingga lingkungan yang ada disekitar siswa dapat mendorong
siswa untuk belajar. Pendekatan mengajar merupakan jalan yang digunakan
guru dalam pembelajaran untuk menciptakan suasana yang memungkinkan
siswa belajar. Pembelajaran dapat diartikan suatu kegiatan agar proses belajar
seseorang atau sekelompok orang dapat berlangsung. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Sadinan (1996:47) yang menyatakan bahwa :
“pembelajaran adalah aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dengan anak, sehingga sesuai dengan proses belajar mengajar
dimana seseorang dapat berbuat atau menghasilkan suatu perubahan yang ada
pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan”.
Djamarah (1996:43) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar
adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang
menciptakannya guna mengajarkan anak didik. Selanjutnya Sudjana (dalam
Djamarah, 1996:45) mengemukakan bahwa mengajar adalah proses
memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan
proses belajar. Keefektifan pengajaran diantaranya dipengaruhi oleh
kesesuaian penggunaan model dengan bentuk belajar yang ingin dimunculkan
pada diri siswa.
15
16
Dalam suatu pembelajaran guru harus bisa memilih dan menetapkan
metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Oleh karena itu guru harus menetapkan metode dan strategi
pembelajaran yang tepat. Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang
menyebabkan terjadinya proses belajar, sistem lingkungan ini terdiri dari
komponen- komponen yang saling mempengaruhi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
memerlukan berhasil tidaknya perancang pembelajaran yang dalam hal ini
guru dan siswa belajar bukan karena suatu metode, melainkan bagaimana cara
menerapkan dan menyampaikan suatu metode pembelajaran pada saat proses
belajar mengajar berlangsung. Guru yang efektif adalah guru yang mampu
membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
Guru juga harus memberikan pelajaran yang sebaik-baiknya pada
setiap proses belajar mengajar, khususnya dalam memilih metode yang sesuai
dengan kondisi masing-masing sekolah.
2. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah kesimpulan yang dianggapnya benar dan
sudah bersifat umum dan mengambil kesimpulan ke khusus proses penalaran
kesimpulan dari umum dan menarik kesimpulannya ke khusus. Pembelajaran
dengan pendekatan deduktif merupakan proses belajar mengajar dimana
seorang guru terlebih dahulu memberikan definisi serta rumus, memberikan
kebenaran rumus tersebut dan terakhir memberikan contoh soal yang
penyelesaiannya menggunakan rumus tersebut. Langkah selanjutnya siswa
diminta untuk menyelesaikan soal-soal yang relevan dengan bantuan rumus
16
17
yang telah diberikan. Pendekatan ini juga digunakan untuk mendapatkan
kesimpulan daripada rumus, prinsip, hukum, atau teorema yang diketahui.
Di kelas, pendekatan deduktif ini diberikan sejalan dengan metode
ceramah. Misalnya seorang guru akan menerangkan pengertian gelombang
diantaranya gelombang transversal dan gelombang longitudinal serta
menerangkan rumus hubungan antara frekuensi gelombang, periode
gelombang, panjang gelombang, dan cepat rambat gelombang. Siswa-siswa
menjadi mengerti soal-soal yang serupa dan cara menyelesaikan seperti yang
diberikan oleh gurunya. Cara menyelesaikan soal itu akan diingat oleh para
siswa untuk digunakan pula dimasa yang akan datang.
Prinsip-prinsip penggunaan strategi pengajaran secara deduktif :
a. Peringkat pemulaan, masalah, atau hipotesis harus dibedakan terlebih
dahulu.
b. Murid-murid harus dibimbing mengingat kembali rumus, generalisasi,
prinsip, teorema, atau teori agar membolehkan mereka menyelesaikan
masalah atau hipotesis yang telah dibedakan.
c. Generalisasi, prinsip, atau teori yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah atau membuktikan hipotesis haruslah diketahui serta telah
difahamkan secara mendalam.
d. Penggunaan pendekatan deduktif haruslah dilaksanakan mengikuti
prosedur dengan tepat.
e. Proses menyelesaikan masalah atau untuk membuktikan hipotesis tidak
terhadap kepada menggunakan satu generalisasi, prinsip, rumus, hukum,
atau teori yang telah dipelajari.
17
18
f. Guru sendiri tidak perlu menunjukkan cara menyelesaikan masalah atau
menguraikan cara membuktikan hipotesis, tetapi membimbing murid
aktifitas tanya jawab sehingga mereka menjalankan aktifitas penyelesaian
masalah sendiri. (dalam Akhmad Sudrajat)
3. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Deduktif
a Kelebihan pendekatan deduktif antara lain :
1. waktu yang diperlukan singkat dan benar-benar tidak ada yang
terbuang pelajaran yang diberikan berjalan efisien.
2. Cenderung mengaktifkan siswa karena siswa masih dilibatkan dalam
kegiatan belajar.
b. Kelemahan pendekatan deduktif antara lain :
1. Biasanya dirasakan sangat sulit bagi siswa untuk memahami suatu
rumus yang abstrak, bila tidak didahului contoh-contoh yang nyata
terlebih dahulu.
2. Deduktif ketat dikhawatirkan menyebabkan ingatan lebih penting
daripada pengertian. Kalau hal ini terjadi secara pedagogi, keadaan ini
benar-benar tidak dikehendaki, misalnya seorang siswa lupa suatu
rumus, ia tidak akan mengontruksikan kembali rumus itu.
Kelebihan dan kelemahan pendekatan pembelajaran lain dibandingkan
pendekatan deduktif adalah memberikan kemudahan bagi siswa dalam
mempelajari pelajaran fisika, serta melatih siswa berfikir kritis dan kreatif
dan waktu yang dibutuhkan lama. Serta sering digambarkan sebagai
pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
18
19
4. Langkah-langkah pembelajaran pendekatan deduktif
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan deduktif adalah
sebagai berikut :
1. Presentasi
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, yaitu cara untuk memperoleh
perhatian dari siswa.
b. Guru memjelaskan secara singkat kerangka dasar tentang materi yang
ada dalam gelombang yaitu : pengertian gelombang, gelombang
transversal dan gelombang longitudinal.
2. Penyajian materi pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar yang harus ditempuh dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan deduktif adalah :
a. Guru memberi gambaran materi yang akan disajikan yang
disesuaikan dengan konteks yang diajarkan dengan cara memberikan
contoh yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa.
b. Menyajikan materi dan melibatkan siswa dalam aktifitas belajar
3. Penguatan materi
a. Guru mengingatkan kembali materi yang diajarkan
b. Guru mengajukan masalah yang berkaitan materi yang diajarkan
c. Guru memintah siswa untuk menjelaskan kembali materi yang
sudah diajarkan.
d. Guru dan siswa menarik kesimpulan dari proses pembelajaran yang
dilakukan.
e. Guru memberi PR dari latihan yang belum dikerjakan.
19
20
5. Materi Pokok Gelombang
5.1. Pengertian Gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang terjadi karena
adanya sumber getaran. Pada perambatan gelombang yang merambat adalah
energi gelombang, sedangkan zat perantaranya tidak ikut merambat.
Perpindahan gelombang dari satu tempat ketempat lain dapat melalui zat
perantara (ruang hampa). Getaran pada gelombang yang melalui zat perantara
akan mengakibatkan partikel-partikel zat ke atas dan ke bawah atau ke kiri dan
ke kanan dari titik kesetimbangannya dan bergetar maju-mundur atau
mendekat-menjauh dari sumber gelombang melewati titik kesetimbangannya.
Pada saat batu jatuh ke air kolam, gelombang akan terbentuk.
Gelombang itu akan merambat dari pusat gangguan, terus melebar, dan
akhirnya akan menghilang. Pada saat gelombang merambat, ternyata materi
(air) tidak ikut merambat. (Kartono, 1991:72)
5.2. Gelombang Transversal dan Gelombang Longitudinal
5.2.1. Gelombang Transversal
Ketika tali itu diberi simpangan, tali akan bergetar dengan arah getaran
ke atas dan ke bawah. Pada tali timbul gelombang yang merambat tegak lurus
dengan arah getarannya bentuk gelombang tersebut dinamakan gelombang
transversal. Gelombang tranversal adalah gelombang yang arah rambatnya
tegak lurus terhadap arah getarnya, Contoh gelombang transversal adalah pada
permukaan air dan gelombang cahaya.
20
21
Gambar 2.1 : gelombang transversal pada tali (Kartono,1991: 73)
a. Frekuensi Gelombang (f)
Frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang terbentuk dalam
satu sekon. Gelombang memiliki frekuensi 1 Hz, artinya 1 gelombang
dihasilkan dalam 1 sekon, sedangkan gelombang yang memiliki frekuensi 2
Hz artinya 2 gelombang dihasilkan dalam 1 sekon.
f = 1 Hz f = 2 Hz
(a) (b)Gambar 2.2 a dan 2.2 b. Frekuensi gelombang (Kartono, 1991:74)
Jumlah gelombang yang terjadi setiap sekon tersebut disebut
frekuensi. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan :
(Kartono,1991: 74)
Keterangan :
= frekuensi (gelombang per detik atau hertz);
= jumlah gelombang
= waktu (sekon).
b. Periode Gelombang (T)
Periode gelombang adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh
satu gelombang. Periode gelombang menunjukkan berapa jumlah gelombang
21
1 sekon1 sekon
22
yang terjadi dalam waktu 1 sekon. Dengan demikian, maka dapat ditentukan
waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang. Selanjutnya
hubungan antara frekuensi ( ) dan periode (T) dapat ditulis dengan persamaan
:
(Suyitno, 2006:182)
Keterangan :
= periode (detik atau sekon)
= frekuensi
c. Panjang Gelombang ( )
Pada gelombang transversal terbentuk puncak gelombang dan lembah
gelombang. Panjang gelombang dilambangkan dengan ( ). Panjang
gelombang adalah panjang satu gelombang yang berbentuk dari satu bukit dan
satu lembah gelombang yaitu jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam
waktu satu periode.
b f
a c g (Suyitno, 2006:183) e i
d h
Gambar 2.3 : Panjang gelombang
Keterangan :
- Dasar gelombang : titik terendah pada gelombangan yaitu d dan h
- Puncak gelombang : titik tertinggi pada gelombangan yaitu b dan f
22
23
- Lembah gelombang : lengkungan c,d,e dan g,h,i.
- Bukit gelombang : lengkungan a,b,c dan e,f,g.
d. Cepat Rambat Gelombang (v)
Cepat rambat gelombang ialah jarak yang ditempuh oleh gelombang
setiap sekon. Jika jarak tempuhnya adalah s dan waktu yang diperlukan adalah
t, maka cepat rambat gelombang (v) dapat dinyatakan dengan persamaan :
(Kartono,1991: 75)
Keterangan :
v = cepat rambat (m/s2)
s = jarak (m)
t = waktu (sekon)
5.2.2. Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya
sejajar dengan arah getarannya. Pada gelombang longitudinal, satu gelombang
terdiri dari atas rapatan dan satu renggangan. Jadi Panjang gelombang pada
gelombang longitudinal adalah panjang satu gelombang yang berbentuk dari
satu rapatan dan satu renggangan.
23
24
(Suyitno, 2006:183)
5.3. Hubungan antara Panjang Gelombang, Frekuensi, Cepat Rambat,
dan Periode Gelombang
Gelombang merambat dari ujung yang satu ke ujung yang lain
memiliki kecepatan tertentu dan menempuh jarak tertentu dalam waktu
tertentu. Dalam SI, satuan jarak (s) adalah meter (m), satuan waktu t adalah
sekon (s), dan satuan cepat rambat (v) adalah m/s.
Hubungan antara frekuensi ( ), panjang gelombang ( ), dan cepat
rambat gelombang (v) dapat dituliskan dengan persamaan :
(Suyitno, 2006:185)
Karena , maka persamaan di atas juga dapat ditulis :
(Suyitno, 2006:185)
Keterangan :
= panjang gelombang (m)
= cepat rambat gelombang (m/s);
= frekuensi (Hz);
rapatan rapatan
renggangan renggangan
Gambar 2.4 Gelombang longitudinal
24
25
= periode (s).
6. Pendekatan Dasar Untuk Mengajar
Sebelum mengajar hendaklah diyakinkan bahwa siswa telah memiliki
prasyarat. Adapun pendekatan yang dapat dilakukan adalah :
a. Guru memaparkan tujuan dan manfaat yang akan dicapai dalam
mempelajari materi yang akan dipelajari.
b. Pemberian contoh harus sesuai dengan tahapan penyajian :
1. Tahapan penyajian untuk pertama kali : contoh harus sederhana dan
jelas sehingga sifat-sifat yang mendefinisikan konsep pada contoh
tersebut mudah dikenal.
2. Tahap latihan lanjut : pada tahap ini diberikan contoh-contoh yang
lebih rumit, ini berarti bahwa sifat-sifat yang mudah dikenal memuat
sifat yang dapat dipakai dalam mendefinisikan konsep tersebut.
3. Tahap post tes : siswa hendaknya dapat membedakan contoh-contoh
yang kebanyakan siswa sukar membedakannya. Perlu ditekankan
bahwa suatu pengajaran harus dikerjakan keseluruhnya dalam suatu
periode tertentu.
Untuk menyampaikan pemikiran tersebut seseorang menggunakan
kalimat-kalimat dan banyak sekali bentuk kalimat dalam kehidupan sehari-
hari, oleh karena itu perlu diajarkan dengan pendekatan yang tepat.
7. Pembelajaran dengan Pendekatan Deduktif Pada Materi Gelombang
25
26
Pembelajaran dapat diartikan suatu kegiatan agar proses belajar
seorang atau sekelompok orang dapat berlangsung. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sadinan (1996:47) yang menyatakan bahwa pembelajaran
adalah “Aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dengan proses belajar mengajar dimana seseorang dapat berbuat atau
menghasilkan suatu perubahan yang ada pada dirinya dalam pengetahuan
sikap dan keterampilannya”.
Pembelajaran fisika bertujuan antara lain agar siswa mampu
menerapkan fisika, akan tetapi penerapan tidak boleh hanya merupakan
penerapan rumus/teknik yang sudah diberitahukan. Agar siswa menerapkan
fisika secara bermakna, maka menerapkan fisika harus dipelajari melalui
penemuan kembali atau kontruksi kembali fisika. Strategi pembelajaran yang
berpusat pada siswa merupakan strategi yang perlu dikembangkan dan sesuai
dengan kurikulum yaitu mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Pendekatan deduktif adalah kesimpulan yang dianggapnya benar dan
sudah bersifat umum dan mengambil kesimpulan ke khusus proses penalaran
kesimpulan dari umum dan menarik kesimpulannya ke khusus. Pembelajaran
dengan pendekatan deduktif merupakan proses belajar mengajar dimana
seorang guru terlebih dahulu memberikan definisi serta rumus, memberikan
kebenaran rumus tersebut dan terakhir memberikan contoh soal yang
penyelesaiannya menggunakan rumus tersebut.
Dari pembelajaran fisika dengan pendekatan deduktif ini dapat
diharapkan pembelajaran fisika yang bermakna dan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran fisika. Di setiap kegiatan proses belajar mengajar
26
27
pendekatan ini diberikan sejalan dengan metode ceramah, guru sebagai
pemberi informasi dan siswa sebagai penerima.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah produk tingkah laku siswa yang dikehendaki yang
benar-benar terjadi (Subiyanto, 1990:201). Menurut Abdurrahman (1993:37),
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (1999:250-251), hasil belajar
merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari
sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud, sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan
saat terselesaikannya bahan pelajaran yang diajarkan.
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang dikerjakan
dan diusahakan sedangkan belajar adalah kegiatan manusia yang bersifat
manusiawi. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam proses
belajar.
Menurut Nasrun (dalam Djamarah:) menyatakan bahwa, prestasi
belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan
murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan
kepada siswa serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi tiga macam sebagai berikut :
27
28
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan
disekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
C. Hipotesis dan Kreteria Uji Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu
permasalahan penelitian. Berdasarkan pengertian hipotesis dan latar belakang
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :”Ada pengaruh
pendekatan deduktif terhadap hasil belajar siswa pada materi gelombang
kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau”.
Dengan kriteria pengujian hipotesis diperlakukan hipotesis nol (Ho)
dan hipotesis kerja (Ha) yaitu :
Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dengan
menggunakan pendekatan deduktif pada siswa VIII SMP Negeri 2
Lubuklinggau.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara hasil belajar dengan
menggunakan pendekatan deduktif pada siswa VIII SMP Negeri 2
Lubuklinggau.
Dalam penelitian ini menggunakan uji t dengan derajat kebebasan 5%,
dengan kriteria pengujian terima Ha jika thitung > t tabel dan Ho ditolak.
28
29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode yang
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari perlakuan yang
diberikan pada subjek selidik (Arikunto, 2006). Penulisan ini dilakukan
bereksperimen dimana satu kelas mendapatkan perlakuan pengajaran dengan
pendekatan deduktif, sedangkan satu kelas lagi mendapatkan perlakuan
pengajaran dengan tidak menggunakan pendekatan deduktif. Pada pokok
bahasan gelombang untuk kelas yang mendapatkan perlakuan pendekatan
deduktif disebut kelas eksperimen dan kelas yang mendapat perlakuan tidak
menggunakan pendekatan deduktif disebut kelas kontrol.
Desain penelitian yang digunakan berbentuk one group pretest-postest
design. Menurut Suryabrata (1983:41) dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1Desain Penelitian
Kelas Pre-Test Perlakuan Post-Test
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 - T2
Keterangan :
E : EksperimenK : KontrolT1 : Pretest T : PosttestX : Pembelajaran dengan pendekatan deduktif
29
30
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah diterapkan
pendekatan deduktif pada materi gelombang. Maka terdapat dua variabel,
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
penggunaan pendekatan deduktif atau variabel (X), sedangkan Variabel
terikatnya adalah hasil belajar fisika siswa atau variabel (Y).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:118).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Lubuklinggau Tahun Pelajar 2009/2010 semester II dapat dilihat pada Tabel
3.1 berikut :
Tabel 3.2Populasi Siswa
No KelasJenis Kelamin
JumlahLaki-laki Perempuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
VIII.1
VIII.2
VIII.3
VIII.4
VIII.5
VIII.6
VIII.7
VIII.8
VIII.9
20
21
22
22
22
20
20
21
21
20
19
20
19
20
20
20
20
19
40
40
42
41
42
40
40
41
40
Jumlah 191 177 366
Sumber : TU SMP N 2 Lubuklinggau, 2009/2010.
30
31
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dipilih (Arikunto,
1990:104) dari seluruh siswa kelas VIII dijadikan sebagai sampel penelitian.
Digunakan teknik ini karena setiap kelas dari seluruh subjek mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Suharsimi, Arikunto,
1998:120). Kemudian dari dua kelas yang dipilih diundi secara acak untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen
diberi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan deduktif, sedangkan
siswa kelas kontrol diberi pembelajaran dengan tidak menggunakan
pendekatan deduktif. Pada Tabel 3.3 berikut ini menjelaskan jumlah sampel
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel. 3.3Jumlah Sampel
Kelas Jumlah
Kelas Eksperimen VIII.1 40
Kelas Kontrol VIII.2 40
Jumlah 80
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan dua
instrumen yaitu lembar tes dan lembar observasi.
1. Teknik Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto
31
32
2002:127). Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes awal
dilaksanakan sebelum tindakan penelitian dan tes akhir setelah penelitian
dilakukan. Tes awal dilakukan pada bahan-bahan penting yang akan diajarkan
dan digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum tindakan.
Tes akhir digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan
pendekatan deduktif pada pelajaran fisika. Dalam penelitian ini tes berbentuk
uraian berjumlah 8 soal.
2. Teknik Observasi
Observasi adalah “suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang
dilakukan secara sistematik, dengan prosedur yang berstandar” (Arikunto,
2002:197). Observasi yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas guru
yang memuat daftar chek list keterlaksanaan model pembelajaran yang
dilaksanakan. Dalam lembar ini juga terdapat kolom keterangan
keterlaksanaan dan skor observasi terhadap kekurangan-kekurangan aktivitas
guru selama pembelajaran yang diamati oleh pengamat.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data tes hasil belajar siswa dan data lembar observasi guru. Data tes
hasil belajar didapat dengan memeriksa lembar tes siswa, kemudian dianalisis
untuk melihat tingkat pencapaian hasil belajar setelah diterapkan pendekatan
deduktif pada materi gelombang. Teknik analisis data dalam penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut :
32
33
1. Teknik analisis data tes hasil belajar
Teknik analisis data tes hasil belajar dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Menentukan nilai rata-rata dalam daftar distribusi frekuensi
(Sudjana, 2002:67)
Keterangan :
= Nilai rata-rata sampel
fi = Frekuensi
xi = Titik tengah nilai tes
b. Mencari simpangan baku dengan menggunakan rumus :
(Sudjana, 1996:93)
Keterangan :
= Rata-rata
= Nilai hasil pengamatan atau observasi
n = Jumlah semua observasi
S = Simpangan Baku
c. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data,
rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji kecocokan (Chi
kudrat) yaitu:
(Sugiyono, 2007:107)
Dengan :
= Harga chi-kuadrat yang dicari
33
34
= Frekuensi dari hasil observasi
= Frekuensi dari hasil estimasi
Selanjutnya hitung dibandingkan dengan tabel dengan derajat
kebebasan (dk) = k-1, dari data didapat pada (Lampiran B). Di mana k
adalah banyaknya kelas interval. Adapun kriteria pengujiannya Jika hitung <
tabel, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal, dalam hal
lainnya data tidak berdistribusi normal.
d. Uji Homogenitas
(Sudjana, 1996:249)
Keterangan :
= Varians Terbesar
= Varians Terkecil
Kriteria pengujiannya adalah F hitung < Ftabel , maka kedua kelompok
data mempunyai varians sama. Dari data yang didapat pada Lampiran B
menunjukkan bahwa varians kedua kelompok yang dibandingkan pada
tes awal dan tes akhir pada taraf kepercayaan = 5% adalah homogen
karena Fhitung < Ftabel.
e. Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan adalah uji t dengan rumus :
(Sudjana, 1996:243)
Keterangan :
34
35
t = Perbedaan rata-rata kedua sampel
= Nilai rata-rata kelompok eksperimen
= Nilai rata-rata kelompok kontrol
s1 = Varians kelompok eksperimen
s2 = Varians kelompok kontrol
n1 = Banyaknya sampel kelompok eksperimen
n2 = Banyaknya sampel kelompok eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan data pada (Lampiran B) kriteria
pengujian: Jika > tabelt maka tidak berbeda secara signifikan, artinya
tidak ada pengaruh yang berarti atau hipotesis ditolak jika > tabelt atau
tabelt < maka terdapat pengaruh yang signifikan.
2. Teknik analisis data observasi keterlaksanaan
Observasi dalam penelitian ini untuk mengetahui keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran pendekatan deduktif.
Observasi dalam penelitian ini dalam tiga fase yang terdiri dari masing-
masing aspek yang diamati.
Dari data perhitungan terdapat dalam Lampiran B, Pengolahan data
observasi yang diharapkan untuk keterlaksanaan pembelajaran
diperhitungkan dengan persentase pada tiap-tiap hasil yang diperoleh,
adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
35
36
Persentase keterlaksanaan pembelajaran pendekatan deduktif
digunakan interpretasi pada Tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran
No% Kategori
Keterlaksanaan PembelajaranInterpretasi
1 0 – 24,9 Sangat kurang
2 25 – 37,5 Kurang
3 36,6 – 62,5 Sedang
4 62,6 – 87,5 Baik
5 87,6 - 100 Sangat Baik
Mulyadi (dalam Nuh : 2007)
F. Pengujian Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan alat evaluasi yang kualitasnya baik, Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes
tersebut digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai
gelombang. Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian instrumen
tersebut di uji coba terlebih dahulu pada siswa soal tes yang diambil dari
materi gelombang. Uji coba instrumen dilaksanakan dikelas X MA Ittidahutul
Ulum yang diikuti 30 siswa. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Dengan
demikian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah diketahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Uji coba
instrumen tes hasil belajar dapat diuraikan sebagai berikut :
36
37
1. Validitas Tes
Suatu tes dikatakan valid jika tes tesebut mampu mengevaluasi dengan
tepat apa yang seharusnya dievaluasi. Untuk mengetahui validitas butir soal,
dihitung dengan korelasi product moment. Adapun rumus yang digunakan
adalah korelasi product moment dari pearson (Arikunto, 2000:225) sebagai
berikut :
Keterangan :
: Koefisien korelasi
X : Skor butir soal
Y : Skor soal
n : Banyak subyek
Interprestasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut terbagi dalam
kategori sebagai berikut :
tidak valid
validitas sangat rendah
validitas rendah
validitas sedang
validitas tinggi
validitas sangat tinggi
Untuk mengetahui keberartian dari koefisien validitas, digunakan uji t
seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (1996:380) dengan rumus sebagai
berikut:
37
38
Taraf nyata = , jika , maka hipotesis diterima (tidak
signifikan). Dalam hal ini hipotesis ditolak (signifikan), dengan kata lain butir
soal tersebut dikatakan valid.
Dari hasil perhitungan Lampiran A dapat diperoleh hasil analisis
validitas butir soal pada Tabel 3.5
Tabel 3.5Hasil Analisis Validitas Tes Hasil Belajar
No
Soalrxy Ket thitung ttabel Ket
1 0,33 Tidak Valid 1,85 2,05 Tidak Signifikan
2 0,58 Valid 3,77 2,05 Signifikan
3 0,50 Valid 3,06 2,05 Signifikan
4 0,58 Valid 3,77 2,05 Signifikan
5 0,33 Tidak Valid 1,85 2,05 Tidak Signifikan
6 0,55 Valid 3,48 2,05 Signifikan
7 0,54 Valid 3,32 2,05 Signifikan
8 0,65 Valid 4,53 2,05 Signifikan
9 0,44 Valid 2,60 2,05 Signifikan
10 0,54 Valid 3,40 2,05 Signifikan
2. Reliabelitas Tes
Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap
walaupun diberikan pada orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan
tempat yang berbeda pula.
38
39
Untuk mengetahui reliabelitas tes berbentuk uraian digunakan rumus
Alpa, yang dikemukakan oleh Suherman dan Sudjaya (1990:194) sebagai
berikut :
Keterangan :
= Reliabelitas instrumen
= Banyak butir soal
= Jumlah varians skor tiap butir soal
= Jumlah varians skor total
Interprestasi yang lebih rinci mengenai tersebut dibagi kedalam
kategori-kategori sebagai berikut: (Suherman dan Sukjaya, 1990:177)
0,20 Reliabelitas sangat rendah
0,20 0,40 Reliabelitas rendah
0,40 0,60 Reliabelitas sedang
0,60 0,80 Reliabelitas tinggi
0,80 1,00 Reliabelitas sangat tinggi
Setelah hasil data uji coba dianalisis Lampiran A, dengan
menggunakan rumus alpa diperoleh koefisien reliabelitas sebesar 0,58. Ini
berarti soal tes tersebut mempunyai derajat reliabelitas yang sedang, sehingga
dipercaya sebagai alat ukur.
39
40
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal tersebut dalam
memisahkan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
Besarnya daya pembeda tersebut juga dengan indeks deskriminasi (daya
pembeda). Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus
yang dikemukakan oleh Karnoto (1996:15) sebagai berikut :
Keterangan :
DP = Daya Pembeda
SA = Jumlah Skor Kelompok Atas
SB = Jumlah Skor Kelompok Bawah
Ii = Jumlah Skor Ideal salah satu kelompok (kelompok atas/bawah)
Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda yang digunakan menurut
Suherman dan Sudjaya (1990:202) sebagai berikut :
DP 0,20 sangat jelek
0,20 DP 0,40 jelek
0,40 DP 0,60 cukup
0,60 DP 0,80 baik
0,80 DP 1,00 sangat baik
Dari hasil perhitungan Lampiran A, dapat kemukakan rekapitulasi
hasil analisis daya pembeda tes penguasaan materi gelombang seperti pada
Tabel 3.6
Tabel 3.6
40
41
Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Hasil Belajar
NoSoal
∑ SkorK. Atas
∑ SkorK. Bawah
SkorIdeal
DP Ket
1 39 31 45 0,18 Jelek
2 61 35 75 0,35 Cukup
3 57 37 75 0,27 Cukup
4 58 43 75 0,2 Jelek
5 51 40 60 0,18 Jelek
6 75 55 90 0,22 Cukup
7 61 44 75 0,23 Cukup
8 45 34 45 0,24 Cukup
9 64 40 75 0,32 Cukup
10 78 44 90 0,38 Cukup
∑ 589 403 705 0,27 Cukup
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah kemampuan soal tersebut dalam
menjaring banyaknya siswa peserta tes yang dapat mengerjakan soal dengan
benar. Jika banyak siswa yang menjawab benar maka taraf kesukaran soal
rendah, sebaliknya jika sedikit siswa yang menjawab benar maka taraf
kesukaran tinggi. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar.
Untuk menghitung tingkat kesukaran (Tk) butir soal terbetuk essay,
digunakan rumus yang dikemukakan Karnoto (1996:16) sebagai berikut:
Keterangan :
Tk = Indeks tingkat kesukaran
SA= Jumlah skor kelompok atas
SB = Jumlah skor kelompok bawah
41
42
IA = Jumlah skor ideal kelompok atas
IB = Jumlah skor kelompok bawah
Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan seperti yang
dikemukakan oleh Suherman dan Sukjaya (1990:213) yaitu:
0,00 < Tk 0,30 sukar
0,30 < Tk 0,70 sedang
0,07 < Tk 1,00 mudah
Tk = 1,00 terlalu mudah
Dari hasil perhitungan Lampiran A, dapat dikemukakan hasil analisis
tingkat kesukaran tes penguasaan materi gelombang seperti pada Tabel 3.7
berikut :
Tabel 3.7Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
NoSoal
∑ SkorK. Atas
∑ SkorK. Bawah
∑ SkorIA + IB
TK Ket
1 39 31 90 0,78 Mudah
2 61 35 150 0,64 Sedang
3 57 37 150 0,63 Sedang
4 58 43 150 0,67 Sedang
5 51 40 120 0,76 Mudah
6 75 55 180 0,72 Mudah
7 61 44 150 0,70 Sedang
8 45 34 90 0,88 Mudah
9 64 40 150 0,69 Sedang
10 78 44 180 0,68 Sedang
∑ 589 403 1410 7,15 Sedang
42
43
Dari hasil perhitungan Lampiran A, dapat kemukakan rekapitulasi
hasil analisis uji coba tes hasil belajar penguasaan materi gelombang seperti
pada Tabel 3.8
Tabel 3.8Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar
No
SoalValiditas
Tingkat
KesukaranDaya Pembeda Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,33
0,58
0,50
0,58
0,33
0,55
0,54
0,65
0,44
0,54
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
0,78
0,64
0,62
0,67
0,75
0,72
0,7
0,87
0,69
0,68
Mudah
Sedang
Sedang
Sedang
Mudah
Mudah
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
0,18
0,35
0,27
0,20
0,18
0,22
0,23
0,24
0,32
0,38
Jelek
Cukup
Cukup
Jelek
Jelek
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Tidak Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Tidak Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
5. Validasi Instrumen Untuk Lembar Observasi Keterlaksanaan
Pendekatan Deduktif
Reliabel instrumen pengamat akan dihitung dengan teknik
interobserver agreement. Dua orang validator atau pengamat yaitu bapak Drs.
Rudy Hartoyo, M.Pd. dan bapak Surono, M.Pd menggunakan instrumen yang
sama untuk mengamati variabel yang sama. Kedua pengamat atau validator
tersebut diminta untuk menilai sesuai dengan instrumen pengamatan yang
diujicobakan.
43
44
Rumus yang akan digunakan untuk menghitung reliabilitas observasi
keterlaksanaan adalah:
Percent Agreement (R) = 100 Borich (dalam Mulyadi)
Keterangan :
A = Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat dengan
memberikan frekuensi tinggi.
B = Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat lain dengan
memberikan frekuensi rendah.
Adapun kriteria penilaian lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran pendekatan deduktif terdapat pada lampiran A. Dari hasil
perhitungan, dapat dikemukakan bahwa reliabelitas instrumen pengamat
diperoleh hasil dari validator A adalah bapak Drs. Rudy Hartoyo, M.Pd.
dengan skor 90 dan validator B adalah bapak Surono, M.Pd dengan skor 70,
maka hasil dari kedua validator tersebut adalah 87,5. Berdasarkan hasil
perhitungan reliabelitas instrumen untuk lembar observasi keterlaksanaan
pendekatan deduktif yang dinilai oleh kedua validator, maka keterlaksanaan
pendekatan deduktif dinyatakan cukup baik.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang telah dilaksanakan melalui beberapa tahap,
yaitu :
a. Tahap persiapan, meliputi pembuatan perangkat pembelajaran, pembuatan
instrumen, dan pertimbangan hasil uji coba.
44
45
b. Tahap pelaksanaan, terdiri dari : pemberian pretes, kegiatan pembelajaran
dan pemberian post-tes.
c. Tahap analisis data, meliputi : pengumpulan data, penskoran, analisis data
dan menarik kesimpulan.
G. Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan dilaksanaan di SMP Negeri 2 Lubuklinggau pada kelas
VIII1 dengan jumlah 40 siswa dan kelas VIII.2 dengan jumlah 40 siswa
semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini dimulai dari tanggal 19
April sampai dengan 1 Mei 2010. Pelaksanaan penelitian dimulai dari
pemberian tes awal (pre-test) kemudian melaksanakan pembelajaran dan
pemberian tes akhir (pos-test) terhadap pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan deduktif. Pre-test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal
seluruh siswa dalam penguasaan materi gelombang. Sedangkan pos-test
digunakan untuk mengetahui penguasaan materi gelombang yang merupakan
keberhasilan siswa setelah mengikuti proses dalam pembelajaran.
45
46
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian meliputi kemampuan awal, kemampuan
akhir, hasil keterlaksanan pembelajaran dengan pendekatan deduktif dan
pengujian hipotesis yang dapat dipaparkan secara sistematis sebagai berikut :
1. Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi
gelombang merupakan data penelitian yang diperoleh dari tes awal. Tes awal
berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada suatu materi
gelombang. Soal tes awal diambil dari materi gelombang dengan
menggunakan delapan buah soal berbentuk essay yang telah diketahui
validitas, reliabelitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Pelaksanaan
tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi
gelombang. Rata-rata hasil tes awal siswa pada Lampiran B dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku
Hasil Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas N Nilai rata-rata( ) Simpangan Baku (S)
Kontrol 40 13,88 4,17
Eksperimen 40 13,75 4,06
Dari Tabel 4.1, dapat dikemukakan bahwa hasil tes awal (pretest)
diperoleh nilai rata-rata untuk kelas kontrol adalah 13,88 dan simpangan baku
46
47
4,17, sedangkan nilai rata-rata untuk kelas eksperimen adalah 13,75 dan
simpangan bakunya adalah 4,06. Dari perhitungan hasil tes kemampuan awal
siswa untuk kelas kontrol dengan nilai rata-rata dan simpangan baku lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.
2. Kemampuan Akhir Siswa
Kemampuan siswa dalam penguasaan materi gelombang merupakan
hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajaran. Materi pembelajaran
adalah gelombang dengan sub materi pokok rumus-rumus frekuensi
gelombang, periode gelombang, panjang gelombang dan cepat rambat
gelombang. Dibandingkan dengan kemampuan awal siswa maka terdapat
peningkatan pada kemampuan akhir.
Dari perhitungan Lampiran B, diperoleh hasil rekapitulasi dengan nilai
rata-rata dan simpangan baku dari hasil tes akhir dapat dilihat pada Tabel 4.2.
sebagai berikut :
Tabel 4.2Rata-Rata ( ) dan Simpangan Baku (S)
Hasil Post-test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas N Nilai rata-rata( ) Simpangan Baku (S)
Kontrol 40 37,4 4,32
Eksperimen 40 42,25 4,39
Dari Tabel 4.2 dapat dikemukan bahwa hasil tes akhir (post-test)
diperoleh nilai rata-rata untuk kelas kontrol yaitu 37,4 dan simpangan baku
adalah 4,32, sedangkan nilai rata-rata untuk kelas eksperimen dengan nilai
42,25 dan simpangan baku 4,39.
47
48
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa nilai rata-rata
kemampuan akhir siswa untuk kelas eksperimen setelah mendapatkan
perlakuan atau pembelajaran pendekatan deduktif, maka nilai rata-rata dan
simpangan baku lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol tanpa
perlakuan atau pembelajaran pendekatan deduktif.
Hal ini dapat dilihat dari gambar grafik dibawah ini antara pre-tes dan
post-tes kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut :
Gambar 4.1 : Hasil Pre-tes dan Post-tes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Gambar di atas, dapat dilihat bahwa hasil tes kemampuan
awal siswa untuk kelas kontrol dengan nilai rata-rata dan simpangan baku
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Sedangkan hasil nilai
rata-rata kemampuan akhir siswa untuk kelas eksperimen setelah mendapatkan
perlakuan atau pembelajaran pendekatan deduktif, maka nilai rata-rata dan
48
49
simpangan baku lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol tanpa
perlakuan atau pembelajaran pendekatan deduktif.
3. Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Pendekatan Deduktif
Keterlaksanaan pembelajaran pendekatan deduktif telah dilaksanakan
dengan cukup baik oleh guru pada proses pembelajaran dalam kelas,
ditunjukkan dengan persentase keterlaksanaan prosedur pembelajaran yang
telah diobservasi oleh observer pada (lampiran D). Hasil pembelajaran yang
didapat selama proses pembelajaran pada Lampiran B dapat dilihat pada Tabel
4.3 berikut :
Tabel 4.3Persentase Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Pendekatan Deduktif
KelasPersentase
Keterlaksanaan (%) Interpresentasi
Ekperimen 80 baik
Kontrol 70 baik
Dari Tabel 4.3, dapat dikemukakan bahwa persentase keterlaksanaan
untuk kelas eksperimen dengan nilai 80 %, sedangkan kelas kontrol
mendapatkan nilai 70 %, makaketerlaksanaan pembelajaran dikategorikan
dengan interpresentasi baik.
Dalam penelitian ini, data observasi guru terhadap kegiatan
pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi guru. Dari
perhitungan hasil persentase observasi keterlaksanaan terhadap kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan deduktif didapat dari hasil
49
50
pengamatan, maka hasil observasi keterlaksanaan dilaksanakan sangat baik.
Dengan demikian kegiatan pembelajaran fisika dengan pendekatan deduktif
diharapkan dapat tercapai dengan baik.
B. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah ”Ada pengaruh
pendekatan deduktif terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
gelombang kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau”.
Seperti telah dijelaskan pada Bab III, sebelum menguji hipotesis
tersebut terlebih dahulu menguji normalitas data. Setelah itu menguji hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji-t yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan
statistik (Lampiran B) tentang uji normalitas data dengan daya taraf
kepercayaan α =0,05, jika < , maka data berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas data tes awal dan tes akhir pada Lampiran B dapat dilihat
pada Tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir
Kelas dk Kesimpulan
Kontrol :1. Tes Awal2. Tes Akhir
5,823,40
55
11,0711,07
NormalNormal
Eksperimen :1. Tes Awal2. Tes Akhir
9,7910,15
55
11,0711,07
NormalNormal
50
51
Berdasakan Tabel 4.4, dapat dikemukakan bahwa untuk kelas
eksperimen data tes awal yaitu 9,79 dan tes akhir yaitu 10,15,
sedangkan untuk kelas kontrol data tes awal yaitu 5,82 dan tes akhir
yaitu 3,40. Untuk ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji
(chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa pada taraf kepercayaan = 0,05
dan derajat kebebasan (dk) = 5, masing-masing untuk tes awal maupun tes
akhir kelas ekperimen dan kelas kontrol, karena lebih kecil daripada
, maka dapat dinyatakan berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan bertujuan untuk menguji tentang kesamaan
varians dan varians yang sama menunjukan varians yang homogen.
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik tentang homogenitas varians
dengan taraf kepercayaan = 0,05 jika Fhitung < Ftabel, maka varians kedua
kelompok homogen. Hasil uji homogenitas varians tes awal dan akhir kedua
kelompok pada Lampiran B dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir
F hitung dk Ftabel Kesimpulan
Tes Awal 1,06 (40;40) 1,69 Homogen
Tes Akhir 1,03 (40;40) 1,69 Homogen
Dari Tabel 4.5, dapat dikemukakan bahwa varians kedua kelompok
yang dibandingkan pada tes awal Fhitung = 1,06 dan tes akhir Fhitung = 1,03,
51
52
dengan taraf kepercayaan = 0,05 dan Ftabel = 1,69. Karena Fhitung < Ftabel ,
maka kedua varians tersebut dinyatakan homogen.
3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok
data tes awal adalah normal dan homogen begitu juga hasil tes akhir adalah
normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dan tes akhir dapat
dilihat pada Tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6Uji Kesamaan Rata-Rata Tes Awal Dan Tes Akhir
thitung dk ttabel Kesimpulan
Tes Awal - 0,141 78 1,66 thitung < ttabel Ho diterima
Tes Akhir 9,66 78 1,66 thitung > ttabel Ho ditolak
Pada Tabel 4.6, dapat dikemukakan bahwa hasil analisis uji-t
mengenai kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontol thitung = - 0,141, karena thitung < ttabel maka Ho
diterima. Sedangkan hasil tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol thitung =
9,66, karena thitung < ttabel maka Ho ditolak. Dengan nilai kepercayaan α = 0,05,
dk = 78 dan ttabel = 1,66.
Setelah diberikan pembelajaran yang berbeda untuk kelas eksperimen
dan kelas kontol terdapat peningkatan skor hasil belajar. Peningkatan hasil
belajar tersebut dianggap sebagai hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan
52
53
pendekatan deduktif sedangkan pada kelas kontrol tanpa diberikan
pembelajaran pendekatan deduktif.
Dengan kriteria pengujian hipotesis diperlakukan hipotesis nol (Ho)
dan hipotesis kerja (Ha) yaitu :
Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar dengan
menggunakan pendekatan deduktif pada siswa VIII SMP Negeri 2
Lubuklinggau.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara hasil belajar dengan
menggunakan pendekatan deduktif pada siswa VIII SMP Negeri 2
Lubuklinggau.
Berdasarkan skor hasil tes awal pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dan perhitungan hasil uji-t , maka nilai t tabel dengan derajat kebebasan
= n1 + n2 = 40 + 40 – 2 = 78, dan = 0,05, maka nilai t tabel = 1,66. Harga thitung
> t tabel (- 0,141 > 1,66), sedangkan hasil uji-t untuk tes akhir pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan nilai t tabel dengan derajat kebebasan = n1
+ n2 = 40 + 40 – 2 = 78, dan = 0,05, maka nilai t tabel = 1,66. Harga thitung > t
tabel (9,66> 1,66) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.
Dalam uji-t yang telah dilakukan pada α =0,05 dapat diambil
kesimpulan bahwa > . Hal ini berarti, hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan deduktif lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan deduktif pada materi gelombang. Dengan kata lain pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan deduktif sangat baik untuk diterapkan guna
meningkatan hasil belajar fisika siswa.
53
54
C. Pembahasan
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dikemukakan bahwa data hasil pre-test
(tes awal) skor rata-rata kelas kontrol 13,88 dan simpangan baku sebesar 4,17,
sedangkan kelas eksperimen 13,75 dan simpangan baku 4,06. Dari
perhitungan hasil tes kemampuan awal siswa untuk kelas kontrol dengan nilai
rata-rata dan simpangan baku ditunjukkan bahwa hasil kemampuan awal siswa
lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan awal siswa kelas eksperimen.
Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dikemukakan bahwa data hasil post-test
(tes akhir) bahwa skor rata-rata kelas kontrol 37,4 dan simpangan baku
sebesar 4,32, sedangkan kelas eksperimen 42,25 dan simpangan baku 4,39.
Dari perhitungan data hasil tes akhir (post-tes) terdapat perbedaan hasil belajar
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ini disebabkan dari perlakuan yang
diberikan pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan
pendekatan deduktif nilai rata-rata 42,25 dan simpangan baku 4,39. Pada kelas
kontrol yang diajarkan tanpa menggunakan pendekatan deduktif diperoleh
nilai rata-rata 37,4 dan simpangan baku 4,32. Dengan demikian rata-rata hasil
post-test kelas eksperimen diperoleh kemampuan akhir siswa lebih tinggi
dibandingkan dengan kemampuan akhir kelas kontrol.
Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dikemukakan bahwa (Chi Kuadrad)
kelas awal eksperimen yang ada pada Lampiran B, dapat dikemukakan bahwa
bila dk = 5 dan kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrad tabel ( ) adalah
11,070. Dari hasil uji normalitas tes awal kelas eksperimen didapat nilai Chi
Kuadrad hitung ( ) adalah 9,79. Jadi sesuai dengan ketentuan yang ada
54
55
bahwa bila (9,79) < (11,070) maka data tes awal kelas
eksperimen dinyatakan berdistribusi normal. Sedangkan untuk tes akhir kelas
eksperimen diketahui bahwa dk = 5 dan kesalahan 5%, maka harga Chi
Kuadrad tabel ( ) adalah 11,070. Dari hasil uji normalitas tes akhir kelas
eksperimen didapat nilai ( ) adalah 10,15. Karena (10,15) <
(11,070) maka data tes akhir kelas eksperimen dinyatakan
berdistribusi normal.
Dari hasil uji normalitas tes awal kelas kontrol didapat nilai ( )
adalah 5,82. Karena (5,82) < (11,070) maka data tes awal kelas
kontrol dinyatakan berdistribusi normal dan dk = 5 dan kesalahan 5%, maka
harga ( ) adalah 11,070. Dari hasil uji normalitas tes akhir kelas kontrol
didapat nilai ( ) adalah 3,40. Karena (3,40) < (11,070)
maka data tes akhir kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal.
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dikemukakan bahwa hasil uji
homogenitas varians dengan taraf kepercayaan α = 0,05 < , maka
varians kedua kelompok homogen. Hasil uji homogenitas varians tes awal
= 1,06 dan = 1,69 karena < , maka Ho diterima atau
homogen. Sedangkan hasil uji homogenitas varians tes akhir = 1,03 dan
= 1,69 karena < , maka Ho diterima atau homogen. Dari
hasil uji homogenitas di atas dapat disimpulkan bahwa < , kedua
varians dinyatakan homogen.
Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dikemukakan bahwa hasil uji-t, taraf
kepercayaan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 78, didapat (- 0,141)
55
56
> (1,66). Sedangkan untuk tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol
(9,66) > (1,66). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ”Ada
pengaruh pendekatan deduktif terhadap hasil belajar siswa yang mendapat
perlakuan pembelajaran lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang
tidak mendapat perlakuan pembelajaran”, maka uji-t dapat diterima.
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dikemukakan bahwa hasil observasi
diperoleh lembar keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan deduktif untuk kelas eksperimen dengan hasil 80 sedangkan untuk
kelas kontrol tanpa menggunakan pembelajaran pendekatan deduktif dengan
hasil 70, maka hasil perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran
dengan hasil 75 % dengan kriteria baik. Dengan demikian hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran pendekatan deduktif lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar siswa tanpa mengikuti pembelajaran pendekatan deduktif
pada materi gelombang. Dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan deduktif sangat baik untuk diterapkan guna meningkatkan hasil
belajar fisika.
BAB. VSIMPULAN DAN SARAN
56
57
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Adanya pengaruh pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
pendekatan deduktif secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Dari
hasil belajar fisika, siswa yang mendapat perlakuan dengan menggunakan
pendekatan deduktif lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang
tidak mendapat perlakuan dengan tidak menggunakan pendekatan deduktif
dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji-t, bahwa hasil belajar tes
awal untuk kelas eksperimen dan kelas kontol dengan thitung = - 0,141
dengan nilai kepercayaan α = 0,05, dk = 78 dan ttabel = 1,66, sedangkan
hasil tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol thitung = 9,66, karena thitung
< ttabel maka Ho diterima.
b. Hasil keterlaksanaan terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan deduktif diperoleh dari hasil pengamatan untuk kelas
eksperimen dengan persentase 80 sedangkan kelas kontrol dengan
persentase 70, maka hasil observasi keterlaksanaan dilaksanakan sangat
baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
disarankan :
1. Bagi guru fisika agar dapat memilih metode pembelajaran dengan
pendekatan deduktif untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.
2. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru harus benar-benar
memahami dan cermat untuk memilih metode yang sesuai dengan materi
57
58
yang diajarkan, satu diantaranya adalah pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan deduktif yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa secara mandiri dan aktif.
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrrahman. 1993. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rieka Cipta..
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah. 1996. Sterategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyanti, Mudjiono. 1999. Pendidikan Kesulitan Dalam Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Htt/ Sudrajat. 2008. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran.
Karnoto. 1996. Mengenal Analisis Tes (ANATES). Bandung : FIP IKIP Bandung.
Kartono. 1991. Fisika SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga..
Nuh. 2008. Uji Instrumen Keterlaksanaan Pembelajaran. Jakarta : Rajawali.
Ruswanti. 2007. Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Deduktif pada Materi pokok trigonometri kelas VIII SMP Negeri Megang Sakti. Lubuklinggau : PGRI.
Sadinan.1996. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta ; Rajawali.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suherman dkk. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar. Bandung : Wijaya Kusumah.
Suherman dan Sukjaya. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijaya Kusumah.
Suryabrata. 1983. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Tarsito.
Suyitno, dkk.1997. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Malang : IKIP Malang.
59
60
Kriteria Penilaian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Pendekatan Deduktif
A. Fase presentasi
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
B : Jika guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik, lancar dan
tegas.
C : Jika guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan kurang baik,
lancar dan tegas.
K : Jika guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Guru menyajikan secara singkat kerangka dasar tentang materi gelombang
yang diajarkan.
B : Jika guru menyajikan dan menjelaskan kerangkah dasar materi gelombang
C : Jika guru menyajikan dan menjelaskan materi secara singkat dengan
kurang baik.
K : Jika guru tidak menyajikan dan menjelaskan materi
3. Guru memberikan rangsangan kembali pengetahuan dan pengalaman siswa
yang diajarkan dengan cara memberikan contoh tentang gelombang.
B : Jika guru memberikan rangsangan kembali pengetahuan dan pengalaman
siswa yang diajarkan dengan cara memberikan contoh tentang
gelombang dengan baik.
C : Jika guru memberikan rangsangan pengetahuan dan pengalaman siswa
yang diajarkan tentang gelombang kurang baik.
60
61
K : Jika guru tidak memberikan rangsangan pengetahuan dan pengalaman
kepada siswa
B. Fase Pengembang Materi Pembelajaran
4. Guru dan siswa bersama-sama mengembangkan kerangka materi gelombang
dan dapat dimengerti oleh siswa terutama tentang gelombang.
B : Jika guru dan siswa bersama-sama mengembangkan kerangka deduktif
menjadi materi yang secara logis.
C : Jika guru dan siswa bersama-sama mengembangkan kerangka deduktif
menjadi materi kurang logis.
K : Jika guru dan siswa tidak mengembangkan kerangka pendekatan
deduktif menjadi materi yang logis.
5. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan di LKS.
B : Jika guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan dengan baik
dan benar.
C : Jika guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan kurang baik.
K : Jika guru tidak membimbing siswa dalam melakukan percobaan.
C. Fase penguatan
6. Guru mengadakan diskusi antar kelompok untuk membahas LKS yang telah
dikerjakan.
B : Jika guru mengadakan diskusi antar kelompok untuk membahas hasil
percobaan dengan baik dan benar.
C : Jika guru mengadakan diskusi antar kelompok untuk membahas hasil
percobaan kurang baik.
61
62
K : Jika guru tidak mengadakan diskusi antar kelompok untuk membahas hasil
percobaan.
g. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan berkomentar pada
materi gelombang.
B : Jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.
C : Jika guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.
K : Jika guru tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.
h. Guru melakukan klarifikasi dengan cara memberi informasi kedalam contoh
lain.
B : Jika guru melakukan klarifikasi dengan cara memberi informasi tentang
materi yang diajarkan dengan baik dan benar.
C : Jika guru kurang melakukan klarifikasi dengan cara memberi informasi
tentang materi yang diajarkan.
K : Jika guru tidak melakukan klarifikasi tentang materi yang diajarkan.
9. Guru membangkitkan kembali motivasi siswa untuk mengenbangkan materi
yang baru diterima dengan materi yang sudah diketahui sebelumnya
B :Jika guru membangkitkan kembali motivasi siswa untuk mengenbangkan
materi yang diajarkan dengan baik dan benar.
C : Jika guru kurang membangkitkan kembali motivasi siswa untuk
mengenbangkan materi yang diajarkan.
K : Jika guru tidak membangkitkan kembali motivasi siswa untuk
mengenbangkan materi yang diajarkan.
10. Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran
62
63
B : Jika guru membimbing siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran
dengan baik dan benar.
C : Jika guru membimbing siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran
kurang baik.
K : Jika guru tidak membimbing siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran.
63
64
PERHITUNGAN VALIDITAS UJI COBA
Butir soal no : 1
t hitung = rxy
t hitung = 0,33
t hitung = 0,33
t hitung = 0,33
t hitung =
t hitung =1,85
Butir soal no : 2
t hitung = rxy
t hitung = 0,58
t hitung = 0,58
t hitung = 0,58
64
65
t hitung =
t hitung = 3,77
validitas sedang
Butir soal no : 3
t hitung = rxy
t hitung = 0,50
t hitung = 0,50
t hitung = 0,50
t hitung =
t hitung = 3,06
Validitas sedang
Butir soal no : 4
t hitung = rxy
t hitung = 0,58
65
66
t hitung = 0,58
t hitung = 0,58
t hitung =
t hitung = 3,77
validitas sedang
Butir soal no : 5
t hitung = rxy
t hitung = 0,33
t hitung = 0,33
t hitung = 0,33
t hitung =
t hitung =1,85
Validitas rendah
Butir soal no : 6
t hitung = rxy
66
67
t hitung = 0,55
t hitung = 0,55
t hitung = 0,55
t hitung =
t hitung = 3,48
Validitas Sedang
Butir soal no : 7
t hitung = rxy
t hitung = 0,54
t hitung = 0,54
t hitung = 0,54
t hitung =
t hitung = 3,32
Validitas sedang
Butir soal no : 8
67
68
t hitung = rxy
t hitung = 0,65
t hitung = 0,65
t hitung = 0,65
t hitung =
t hitung = 4,53
Validitas tinggi
Butir soal no : 9
t hitung = rxy
t hitung = 0,44
t hitung = 0,44
t hitung = 0,44
t hitung =
t hitung = 2,60
validitas sedang
68
69
Butir soal no : 10
t hitung = rxy
t hitung = 0,54
t hitung = 0,54
t hitung = 0,54
t hitung =
t hitung = 3,40
validitas sedang
69
70
PERHITUNGAN RELIABELITAS TES UJI COBA
Varians tiap butir soal
= 0,48 = 1,98
70
71
= 1,77 = 1,11
= 1,12 = 1,25
71
72
= 1,53 = 0,16
= 1,67 = 2,40
0,48+1,98+1,77+1,11+1,12+1,25+1,53+0,16+1,67+2,40 = 13,46
Rumus Alpa :
reliabelitas sedang
PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA
72
73
Daya Pembeda Butir Soal No : 1 Daya Pembeda Butir Soal No : 2
(Jelek) (Cukup)
Daya Pembeda Butir Soal No : 3 Daya Pembeda Butir Soal No : 4
(Cukup) (Cukup)
Daya Pembeda Butir Soal No : 5 Daya Pembeda Butir Soal No : 6
(Jelek) (Cukup)
Daya Pembeda Butir Soal No : 7 Daya Pembeda Butir Soal No : 8
73
74
(Cukup) (Cukup)
Daya Pembeda Butir Soal No : 9 Daya Pembeda Butir Soal No : 10
(Cukup) (Cukup)
Daya Pembeda seluruh Butir Soal :
(Cukup)
NoSkor
K. AtasSkor
K. BawahSkor Ideal
(Ii)DP Ket
1.2.3.4.5.
3961575851
3135374340
4575757560
0,180,350,270,20,18
JelekCukupCukupJelekJelek
74
75
6.7.8.9.10.
7561456478
5544344044
9075457590
0,220,230,240,320,38
CukupCukupCukupCukupCukup
589 403 705 0,27 Cukup
PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN
1. 2.
75
76
(Sedang) (Mudah)
3. 4.
(Sedang) (Sedang)
5. 6.
(Mudah) (Mudah)
7. 8.
(Mudah) (Mudah)
9. 10.
76
77
(Sedang) ( Sedang)
PERHITUNGAN RELIABELITAS OBSERVASI KETERLAKSANAAN
Percent Agreement (R) = 100
A = 9 (Validator pakar 1)
B = 7 (Validator pakar 2)
Percent Agreement (R) = 100
77
78
Percent Agreement (R) = 100
Percent Agreement (R) = 100
Percent Agreement (R) = 100
Percent Agreement (R) = 100
Percent Agreement (R) = 87,5 (Baik)
PERHITUNGAN PERSENTASE KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Menentukan hasil persentase keterlaksanaan pada kelas eksperimen :
Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran =
= 80
2. Menentukan hasil persentase keterlaksanaan pada kelas eksperimen :
78
79
Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran =
= 70
Menentukan rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol :
Rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran =
=
= 75
79
80
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAANMENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN DEDUKTIF
Nama Peneliti : Rasmita
Kelas : Eksperimen
Keterangan : Berilah tanda centang pada lembar keterlaksanaan dan isi lembar skor oleh guru yang mengamati
Fase-fase
PembelajaranAspek yang diamati
Keterlaksanaan
Ya (√) Tidak (-)
Fase Pertama
(Persentasi)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran √
Guru menyajikan secara singkat kerangka dasar dan menjelaskan pengertian gelombang √
Guru memberikan rangsangan kembali pengetahuan dan pengalaman murid yang sudah ada
dan disesuaikan dengan konteks yang diajarkan dengan cara memberi beberapa contoh
tentang gelombang
√
Fase Kedua
(Pengembangan)
Guru dan murid bersama-sama mengembangkan kerangka materi gelombang dan dapat
dimengerti oleh murid, terutama tentang gelombang √
Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan √
Fase Ketiga Guru mengadakan diskusi antar kelompok untuk membahas LKS yang telah dikerjakan √
80
81
(Penguatan)
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan berkomentar pada materi
gelombang√
Guru melakukan penjelasan dengan cara memberikan informasi baru dengan
mengaplikasikan materi tersebut kedalam contoh lain-
Guru membangkitkan kembali motivasi siswa untuk mengenbangkan materi yang baru
diterima dengan materi yang sudah diketahui sebelumnya√
Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran √
Jumlah 8
Pengamat,
(Muspida, S.Pd.)
81
82
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAANMENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN DEDUKTIF
Nama Peneliti : RasmitaKelas : KontrolKeterangan : Berilah tanda centang pada lembar keterlaksanaan dan isi lembar skor oleh guru yang mengamati
Fase-fase
PembelajaranAspek yang diamati
Keterlaksanaan
Ya (√) Tidak (-)
Fase Pertama
(Persentasi)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran√
Guru menyajikan secara singkat kerangka dasar dan menjelaskan pengertian gelombang√
Guru memberikan rangsangan kembali pengetahuan dan pengalaman murid yang sudah ada
dan disesuaikan dengan konteks yang diajarkan dengan cara memberi beberapa contoh tentang
gelombang
√
Fase Kedua
(Pengembangan)
Guru dan murid bersama mengembangkan kerangka materi gelombang dan dapat dimengerti
oleh murid, terutama tentang gelombang -
Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan√
82
83
Fase Ketiga
(Penguatan)
Guru mengadakan diskusi antar kelompok untuk membahas LKS yang telah dikerjakan
√
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan berkomentar pada materi
gelombang√
Guru melakukan penjelasan dengan cara memberikan informasi baru dengan mengaplikasikan
materi tersebut kedalam contoh lain-
Guru membangkitkan kembali motivasi siswa untuk mengenbangkan materi yang baru
diterima dengan materi yang sudah diketahui sebelumnya√
Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran√
Jumlah7
Pengamat,
( Muspida, S.Pd.)
83
84
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAANMENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN DEDUKTIF
Nama Peneliti : RasmitaNama Pakar : Drs. Rudy Hartoyo, M.Pd..
No Aspek yang diamati SkorSaran
A.
.
Kesesuian Pembelajaran Pendekatan Deduktif
Kegiatan Guru 1 2 3
1. Fase Pertama (presentasi)
2. Fase Kedua (Pengembangan materi pembelajaran)
3. Fase Ketiga (Penguatan Materi Pembelajaran)
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran- Guru menyajikan secara singkat kerangka dasar dan
menjelaskan pengertian gelombang- Guru memberikan rangsangan kembali pengetahuan dan
pengalaman murid yang sudah yang diajarkan dengan cara memberi beberapa contoh tentang gelombang.
- Guru dan murid bersama mengembangkan kerangka materi gelombang dan dapat dimengerti oleh murid, terutama tentang gelombang
- Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan di LKS
- Guru mengadakan diskusi antar kelompok untuk membahas LKS yang telah dikerjakan
- Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan berkomentar pada materi gelombang
√
√√
√
√
√
√
Tingkatkan komunika dengan siswa
84
85
- Guru melakukan penjelasan dengan cara memberi informasi baru dan mengaplikasikan materi tersebut kedalam contoh lain
- Guru membangkitkan kembali motivasi siswa untuk mengenbangkan materi yang baru diterima dengan materi yang sudah diketahui sebelumnya
- Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran.
√
√
√
B. Format Penilaian 1 9
Keterangan : Isi skor dan tulis saran pada kolom.
Validator Pakar 1,
Drs. Rudy Hartoyo, M.Pd.
Skor 1: kurangSkor 2 : cukupSkor 3 : Baik
85
86
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAANMENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN DEDUKTIF
Nama Peneliti : RasmitaNama Pakar : Surono, M.Pd.
No Aspek yang diamati SkorSaran
A. Kesesuian Pembelajaran Pendekatan Deduktif
Kegiatan Guru 1 2 3
1. Fase Pertama (presentasi)
2. Fase Kedua (Pengembangan materi pembelajaran)
3. Fase Ketiga (Penguatan Materi Pembelajaran)
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran- Guru menyajikan secara singkat kerangka dasar dan
menjelaskan pengertian gelombang- Guru memberikan rangsangan kembali pengetahuan dan
pengalaman murid yang sudah yang diajarkan dengan cara memberi beberapa contoh tentang gelombang.
- Guru dan murid bersama mengembangkan kerangka materi gelombang dan dapat dimengerti oleh murid, terutama tentang gelombang
- Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan di LKS
- Guru mengadakan diskusi antar kelompok untuk membahas LKS yang telah dikerjakan
- Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan berkomentar pada materi gelombang
- Guru melakukan penjelasan dengan cara memberi
√
√
√
√
√
√
√
√
Tingkatkan lagi dalam menyampaikan materi Aktifkan motivasi siswa untuk dalam belajar
Tingkatkan kebersamaan dengan siswa
86
87
--- informasi baru serta mengaplikasikan materi tersebut
kedalam contoh lain- Guru membangkitkan kembali motivasi siswa untuk
mengenbangkan materi yang baru diterima dengan materi yang sudah diketahui sebelumnya
- Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran.
√
√
B. Format Penilaian 3 7Keterangan : Isi skor dan tulis saran pada kolom.
Skor 1 : Kurang Validator Pakar 2,
Skor 2 : Cukup
Skor 3 : Baik
Surono, M.Pd.
87
88
88
89
PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU
TES AWAL KELAS EKSPERIMEN
Sebelum menentukan rata-rata dan simpangan baku, terlebih dahulu
mencari panjang kelas interval :
Banyak sampel (n1) = 40
Data tertinggi = 21
Data terendah = 7
Rentang = Data tertinggi – Data terendah
= 21– 7
= 14
Banyak kelas ditentukan dengan menggunakan rumus sturges :
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,602059991)
= 1 + 5,286797971
= 6,286797971 (dibulatkan menjadi 6)
Dengan demikian banyak kelas ada 6 dan dapat menentukan panjang kelas
interval dengan rumus sebagai berikut :
Panjang Kelas (P) =
=
= 2,33 (dibulatkan menjadi 2)
Untuk perhitungan rata-rata dan varians diperlukan tabel sebagai berikut :
PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU
TES AWAL KELAS EKSPERIMEN
89
90
Kelas Interval
fi xi fi . xi xi - (xi - )2 fi (xi - )2
6 - 8 5 7 35 - 6,65 44,22 221,11
9 - 11 7 10 70 - 3,65 13,32 93,258
12 – 14 9 13 117 - 0,65 0,42 3,78
15 - 17 13 16 208 2,35 5,52 71,793
18 - 20 4 19 76 5,35 28,62 114,48
21 - 23 2 22 44 8,35 69,72 139,44
Jumlah 40 85 550 5,1 161,82 643,861
Rata-rata ( ) = 13,75
Simpangan Baku (s) = 4,06
= =
= 13,75 =
=
= 4,06
PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU
TES AWAL KELAS KONTROL
90
91
Sebelum menentukan rata-rata dan simpangan baku, terlebih dahulu
mencari panjang kelas interval :
Banyak sampel (n1) = 40
Data tertinggi = 20
Data terendah = 6
Rentang = Data tertinggi – Data terendah
= 20 – 6
= 14
Banyak kelas ditentukan dengan menggunakan rumus sturges :
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,602059991)
= 1 + 5,286797971
= 6,286797971 (dibulatkan menjadi 6)
Dengan demikian banyak kelas ada 6 dan dapat menentukan panjang kelas
interval dengan rumus sebagai berikut :
Panjang Kelas (P) =
=
= 2,3 (dibulatkan menjadi 2)
Untuk perhitungan rata-rata dan varians diperlukan tabel sebagai berikut :
PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU
TES AWAL KELAS KONTROL
Kelas Interval
fi xi fi . xi xi - (xi - )2 fi (xi - )2
5 - 7 3 6 18 - 7,88 62,09 186,28
91
92
8 - 10 6 9 54 - 4,88 23,81 142,86
11 - 13 8 12 96 - 1,88 3,53 28,24
14 - 16 13 15 195 1,12 1,25 16,25
17 -19 6 18 108 4,12 16,97 101,82
20 - 22 4 21 84 7,12 50,69 202,76
Jumlah 40 81 555 - 2,28 158,37 678,38
Rata-rata ( ) = 13,88
Simpangan Baku (s) = 4,17
= =
= 13,875 =
=
= 4,17
PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU
TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN
Untuk menentukan rata-rata dan simpangan baku suatu hasil tes belajar
maka diperlukan perhitungan rentang dan panjang kelas sebagai berikut :
92
93
Banyak sampel (n1) = 40
Data tertinggi = 48
Data terendah = 35
Rentang = Data tertinggi – Data terendah
= 48 – 35
= 13
Banyak kelas ditentukan dengan menggunakan rumus sturges :
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,602059991)
= 1 + 5,286797971
= 6,286797971 (dibulatkan menjadi 6)
Dengan demikian banyak kelas ada 6 dan dapat menentukan panjang kelas
interval dengan rumus sebagai berikut :
Panjang Kelas (P) =
=
= 2,1 (dibulatkan menjadi 2)
Untuk perhitungan rata-rata dan varians diperlukan tabel sebagai berikut :
PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU
TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN
Kelas Interval
fi xi fi . xi xi - (xi - )2 fi (xi - )2
33 - 35 3 34 102 - 8,25 68,06 204,18
36 - 38 6 37 222 - 5,25 27,56 165,36
39 – 41 8 40 320 - 2,25 5,06 40,48
42 - 44 8 43 344 0,75 0,56 4,48
45 - 47 11 46 506 3,75 14,06 154,66
93
94
48 - 50 4 49 196 6,75 45,56 182,24
Jumlah 40 207,5 1690 - 10,5 182,05 746,92
Rata-rata ( ) = 42,25
Simpangan Baku (s) = 4,38
= =
= 42,25 =
=
= 4,38
PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU
TES AKHIR KELAS KONTROL
Untuk menentukan rata-rata dan simpangan baku suatu hasil tes belajar
maka diperlukan perhitungan rentang dan panjang kelas sebagai berikut :
Banyak sampel (n1) = 40
Data tertinggi = 44
Data terendah = 30
Rentang = Data tertinggi – Data terendah
= 44 – 30
94
95
= 14
Banyak kelas ditentukan dengan menggunakan rumus sturges :
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,602059991)
= 1 + 5,286797971
= 6,286797971 (dibulatkan menjadi 6)
Dengan demikian banyak kelas ada 6 dan dapat menentukan panjang kelas
interval dengan rumus sebagai berikut :
Panjang Kelas (P) =
=
= 2,3 (dibulatkan menjadi 2)
Untuk perhitungan rata-rata dan varians diperlukan tabel sebagai berikut :
PERHITUNGAN RATA-RATA DAN SIMPANGAN BAKU
TES AKHIR KELAS KONTROL
Kelas Interval
fi xi fi . xi xi - (xi - )2 fi (xi - )2
28 - 30 3 29 87 - 8,4 70,56 211,68
31 - 33 5 32 128 - 5,4 29,16 145,8
34 - 36 9 35 350 - 2,4 5,76 51,84
37 - 39 8 38 304 0,6 0,36 2,88
40 - 42 11 41 451 3,6 12,96 142,56
43 - 45 4 44 176 6,6 43,56 174,24
Jumlah 40 219 1496 729
Rata-rata ( ) = 37,4
Simpangan Baku (s) = 4,32
95
96
= =
= 37,25 =
=
= 4,21
96
97
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS TES AWAL KELAS EKSPERIMEN
Kelas Interval
Batas Kelas xi - L ( )2
5,5 - 8,25 - 2,03 0,4783
6 - 8 0,0768 5 3,072 1,928 3,7172 1,2100
8,5 - 5,25 - 1,29 0,4015
9 - 11 0,1927 7 7,708 - 0,708 0,5013 0,0650
11,5 - 2,25 - 0,55 0,2088
12 - 14 0,2802 9 11,208 - 2,208 4,875 0,4350
14,5 0,75 0,18 0,0714
15 -17 0,2472 13 9,888 3,112 9,685 0,9794
17,5 3,75 0,92 0,3186
18 -20 0,1329 4 5,316 - 1,316 1,731 0,3258
20,5 6,75 1,66 0,4515
21 - 23 0,2597 2 10.388 - 8,388 70,359 6,7731
23,5 9,75 2,40 0,1918
Jumlah 40 9,7883
97
98
9,7883 < 11,07
Kesimpulan : Data berdistribusi Normal
98
99
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS TES AKHIR KELAS EKSPERIMEN
Kelas Interval
Batas Kelas xi - L ( )2
32,5 - 9,75 - 2,22 0,4868
33 - 35 0,0486 3 1,944 1,056 1,115 0,5736
35,5 - 6,75 - 1,54 0,4382
36 - 38 0,1304 6 5,216 0,784 0,615 0,1178
38,5 - 3,75 - 0,87 0,3078
39 - 41 0,3753 8 15,012 - 7,012 49,1681 3,2753
41,5 - 0,75 0,17 0,0675
42 - 44 0,0879 8 3,516 4,484 20,106 5,7185
44,5 1,75 0,40 0,1554
45 - 47 0,2295 11 9,18 1,82 3,3124 0,3608
47,5 5,25 1,20 0,3849
48 - 50 0,085 4 3,4 0,6 0,36 0,1059
50,5 8,25 1,88 0,4699
Jumlah 40 10,1519
99
100
10,15 < 11,07Kesimpulan : Data berdistribusi Normal
UJI NORMALITAS TES AWAL KELAS KONTROL
100
101
Kelas
Interval
Batas
Kelasxi - L ( )2
4,5 - 9,38 - 2,25 0,4878
5 – 7 0,0508 3 2,032 0,968 0,9370 0,4611
7,5 - 6,38 - 1,53 0,4370
8 - 10 0,1460 6 5,84 0,16 0,0256 0,0044
10,5 - 3,38 - 0,81 0,2910
11 - 13 0,3269 8 13,076 - 5,076 25,766 1,9705
13,5 - 0,38 0,09 0,0359
14 - 16 0,1965 13 7,86 5,14 26,4196 3,3613
16,5 2,62 0,63 0,2324
17 - 19 0,1791 7 7,164 - 0,164 0,0290 0,0038
19,5 5,62 1,35 0,4115
20 - 22 0,0693 3 2,772 0,228 0,0520 0,0188
22,5 8,62 2,07 0,4808
Jumlah 40 5,8199
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS TES AKHIR KELAS KONTROL
101
102
Kelas
Interval
Batas
Kelasxi - L ( )2
27,5 - 9,9 - 2,29 0,4890
28 - 30 0,0406 3 1,624 1,376 1,89338 1,1659
30,5 - 7,06 - 1,63 0,4484
31 - 33 0,1325 5 5,3 - 0,3 0,09 0,0170
33,5 - 3,9 - 0,90 0,3159
34 - 36 0,2327 9 9,308 - 0,308 0,09486 0,0102
36,5 - 0,9 - 0,21 0,0832
37 -39 0,2711 8 10,844 - 2,844 8,0883 0,7459
39,5 2,1 0,49 0,1879
40 - 42 0,1931 11 7,724 3,276 10,7318 1,3895
42,5 5,1 1,18 0,3810
43 - 45 0,0878 4 3,512 0,488 0,2381 0,0678
45,5 8,1 1,88 0,4699
Jumlah 40 3,3963
102
103
3,01 < 11,07
Kesimpulan : Data berdistribusi Normal
3,40 < 11,07
Kesimpulan : Data berdistribusi Normal
103
104
104