101
i TARI KRETEK: PEWARISAN BENTUK, NILAI, DAN MAKNANYA SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Seni Tari oleh Joko Mulanto 2501914007 JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

  • Upload
    volien

  • View
    245

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

i

TARI KRETEK:

PEWARISAN BENTUK, NILAI, DAN MAKNANYA

SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Strata Satu (S1)

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Seni Tari

oleh

Joko Mulanto

2501914007

JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Agus Cahyono, M.Hum Prof. Dr. Jazuli, M.Hum

NIP. 19670906 199303 1 003 NIP. 19610704 198803 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sendratasik

Joko Wiyoso, S.Kar.,M.Hum

NIP. 196210041988021002

Page 3: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

pada:

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian Skripsi

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum (NIP. 19600803 198901 1001)______________

Ketua

Moh. Hasan Bisri, S.Sn., M.Sn (NIP. 19660109 199802 1001) ______________

Sekretaris

Dra. V. Eny Iryanti, M.Pd (NIP. 19580210 198601 2 001) ______________

Penguji I

Prof. Dr. Jazuli, M.Hum (NIP. 19610704 198803 1 003) ______________

Penguji II/Pembimbing II

Dr. Agus Cahyono, M.Hum (NIP. 19670906 199303 1 003) ______________

Penguji III/Pembimbing I

Page 4: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

Semarang,

Joko Mulanto

NIM. 2501914007

Page 5: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“The fact is that you are never too old to innovate”

(Vivek Wadhwa)

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Isteri dan anak-anakku tercinta,

terimakasih atas kasih dan doa,

pengorbanan, dukungan dan

perhatiannya.

Page 6: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

vi

SARI

Mulanto, Joko. 2015. Tari Kretek: Pewarisan Bentuk, Nilai, dan Maknanya.

Skripsi, Prodi Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari

dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

dengan pembimbing: (1) Dr. Agus Cahyono, M.Hum, (2) Prof. Dr. Jazuli,

M.Hum

Kata Kunci: Pewarisan, Tari Kretek, Bentuk, Nilai, Makna, Sanggar Seni Puring

Sari

Tari Kretek merupakan salah satu tarian khas yang lahir dari Kabupaten

Kudus. Tari Kretek diciptakan berdasarkan pada proses pembuatan rokok kretek.

Kegiatan produksi rokok kretek adalah salah satu bentuk mata pencarian pokok

kehidupan masyarakat Kabupaten Kudus, sehingga memiliki makna penting bagi

kehidupan dan kebudayaan masyarakat Kabupaten Kudus. Melihat kenyataan

tersebut, peneliti mempunyai keinginan untuk meneliti pola pewarisan Tari Kretek

dan bagaimana proses pewarisan itu terjadi sehingga terjaga kelestariannya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: hasilnya dapat

memberikan sumbangan pengetahuan sebagai masukan penelitian selanjutnya,

dapat menambah wawasan bagi yang belum mengenal Tari Kretek,

pengembangan dan pelestarian tari Kretek serta membantu Pemerintah Daerah

Kabupaten Kudus dalam upaya menginventarisir kesenian khas daerahnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memiliki sifat

deskritif. Lokasi penelitian adalah Sanggar Seni Puring Sari Kabupaten Kudus.

Sasaran yang diteliti adalah asal-usul Tari Kretek, bantuk penyajian Tari Kretek,

nilai dan makna tari Kretek serta pola dan proses pewarisannya. Pengumpulan

data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang

telah terkumpul dianalis dengan dua cara yaitu analisis intraestetik dan analisis

ekstraestetik.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pewarisan dalam tari

Kretek dilakukan melalui proses imitasi, identifikasi, dan sosialisasi dengan

dilaksanakan secara terprogram dan teratur di Sanggar Seni Puring Sari. Ada

beberapa tahapan mengenai proses pewarisan seni tari Kretek yakni proses

perkenalan, proses melihat, meniru, serta proses pelatihan dan pembinaan. Hal

tersebut sudah menjadi tradisi Sanggar Seni Puring Sari dalam mewariskan tari

Kretek, sebagai upaya pelestarian tari Kretek. Pewariasan tari Kretek dilakukan

oleh Sanggar Seni Puring sari bekerjasama dengan beberapa pihak, antara lain; 1)

Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus, 2) Dinas Pariwisata Kabupaten

KudusPewarisan, 3) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus,

dan 4) Djarum Fondation Bhakti Budaya. Pewarisan tari Kretek menyangkut 3

aspek budaya yaitu 1) pengetahuan, 2) sikap dan 3) ketrampilan. Aspek

pengetahuan menyangkup seluk beluk persoalan tata rias, tata busana, tata gerak

tari, dan makna atau isi unsur-unsur dalam tari Kretek misalnya nilai religiusitas

dan nilai pendidikan. Aspek sikap menyangkut maksud yang diharapkan dari tari

Kretek seperti etos kerja yang kuat, kerjasama dan kemandirian. Aspek

ketrampilan menyangkut kemampuan dalam meragakan gerak tari Kretek.

Page 7: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

vii

KATA PENGANTAR

Seraya memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan karuniaNya, bimbingan serta petunjukNya, akhirnya skripsi

dengan judul ”Tari Kretek: Pewarisan Bentuk, Nilai dan Maknanya” dapat

diselesaikan dengan baik, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di

Universitas Negeri Semarang.

Penuh ketulusan dan rasa sayang peneliti menyampaikan terimakasih yang

tidak terhingga kepada saudara-saudara yang dengan sabar dan tak henti-hentinya

mencurahkan seluruh doa dan kasih sayangnya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dan studi dengan lancar. Tersusun dan selesainya skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung, maka dengan kesederhanaan hati peneliti

mengaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan fasilitas selama melaksanakan perkuliahan.

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang yang telah member izin dalam pengumpulan

data yang diperlukan.

3. Joko Wiyoso, S.Kar., M.Hum., Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

kesempatan dan kemudahan dalam menyusun skripsi.

4. Bapak/Ibu dosen yang turut memberi semangat demi terarahnya proses

penelitian.

Page 8: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

viii

5. Dr. Agus Cahyono, M. Hum., Dosen pembimbing I yang telah memberi

arahan demi keberhasilan penyusunan laporan penelitian.

6. Prof. Dr. M. Jazuli, M.Hum., Dosen pembimbing II yang telah memberi

arahan demi keberhasilan penyusunan laporan penelitian

7. Ibu Endang Tony, Pimpinan Sanggar Seni Puring Sari Kabupaten Kudus

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan informasi mengenai

Tari Kretek.

8. Bapak Supriyanto, Penata iringan Tari Kretek yang telah memberikan

pengarahan, bimbingan dan informasi mengenai iringan Tari Kretek.

9. Teman-teman penari Tari Kretek yang telah memberikan informasi

mengenai Tari Kretek.

10. Keluarga besar SMA 1 Kudus yang telah mendorong dan memberikan

semangat sehingga terselesaikan skripsi ini.

11. Istri tercinta yang selalu mendukung dan berdoa sehingga terselesaikannya

skripsi ini.

12. Teman-teman Sendratasik 2014 atas persahabatan dan rasa kekeluargaan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih ada kekurangan

dan kesalahan, sehingga jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat peneliti harapkan demi sempurnanya penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para

pembaca pada umumnya.

Semarang, Juni 2015

Peneliti

Page 9: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………..… ii

PENGESAHAN KELULUSAN………………………………….…… iii

PERNYATAAN……………………………………………….…….… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................................... v

SARI........................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

DAFTAR ISI........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

1.4.1. Manfaat Teoretis ....................................................................... 4

1.4.2. Manfaat Praktis ......................................................................... 4

1.5. Sistematika Skripsi ....................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7

2.2 Landasan Teori ............................................................................ 10

Page 10: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

x

2.2.1 Pewarisan Budaya ..................................................................... 10

2.2.2 Proses Pewarisan Budaya .......................................................... 11

2.2.3 Sarana Pewarisan Budaya .......................................................... 13

2.2.4 Seni Tari ..................................................................................... 13

2.2.5 Bentuk Penyajian Tari ............................................................... 16

2.2.6 Nilai dan Makna ........................................................................ 30

2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian ............................................................... 43

3.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44

3.2.1. Observasi ................................................................................... 45

3.2.2. Wawancara ................................................................................ 47

3.2.3. Dokumentasi .............................................................................. 51

3.2.4. Sumber Data Penelitian .............................................................. 53

3.3. Teknik Analisis Data ................................................................. 54

3.4. Teknik Keabsahan Data ............................................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................... 61

4.1.1 Letak Geografis ......................................................................... 61

4.1.2 Batas Wilayah ............................................................................ 62

4.1.3 Topografi ................................................................................... 63

4.1.4 Iklim .......................................................................................... 64

4.1.5 Hidrografi ................................................................................. 64

Page 11: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

xi

4.1.6 Penduduk .................................................................................. 65

4.1.7 Pendidikan ................................................................................. 66

4.1.8 Agama ........................................................................................ 68

4.1.9 Mata Pencaharian ....................................................................... 69

4.1.10 Kesenian ..................................................................................... 70

4.1.11 Bahasa .................................................................................. 71

4.1.12 Sanggar Seni Puring Sari ........................................................... 73

4.1.12.1 Gambaran Umum Sanggar Seni Puring Sari .......................... 73

4.1.12.2 Kelembagaan Sanggar Seni Puring Sari ................................. 74

4.1.12.3 Peserta Didik Sanggar Seni Puring Sari .................................. 74

4.1.12.4 Prestasi Sanggar Seni Puring Sari ........................................... 75

4.2 Latar Balakang Tari Kretek ......................................................... 76

4.2.1 Eksplorasi Gerak ...................................................................... 82

4.2.2 Improvisasi Gerak .................................................................... 83

4.2.3 Komposisi Gerak ...................................................................... 86

4.3 Bentuk Penyajian Tari Kretek ..................................................... 86

4.3.1 Gerak Penari Wanita Tari Kretek ................................................ 86

4.3.2 Gerak Penari Mandor .................................................................. 97

4.3.3 Gerak Penari Pembawa Penjor .................................................... 98

4.3.4 Tema Tari Kretek ........................................................................ 99

4.3.5 Pola Lantai Tari Kretek ............................................................... 101

4.3.6 Iringan atau Karawitan Tari Kretek ............................................ 103

4.3.7 Busana Tari Kretek ..................................................................... 108

Page 12: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

xii

4.3.8 Rias Penari Tari Kretek ............................................................... 116

4.3.9 Panggung atau Tempat Pentas ...................................................... 117

4.3.10 Tata Lampu dan Tata Suara ........................................................... 117

4.4 Bentuk Tari Kretek ........................................................................ 118

4.4.1 Berdasarkan Bentuk Penyajian ...................................................... 118

4.4.2 Berdasarkan Bentuk Perkembangan .............................................. 119

4.5 Nilai Tari Kretek ............................................................................ 120

4.6 Makna Tari Kretek ........................................................................ 127

4.7 Pewarisan Tari Kretek ................................................................... 129

4.7.1 Faktor-Faktor Pendorong Perlunya Pewarisan Tari Kretek .......... 131

4.7.2 Upaya Pewarisan Tari Kretek di Sanggar Seni Puring Sari ........ 133

4.7.2.1 Kegiatan Belajar Mengajar Sangga Seni Puring Sari: Proses

Pewarisan Tari Kretek .................................................................. 135

4.7.2.2 Model Pengajaran Sanggar Puring Sari: Pola Pewarisan Tari

Kretek ........................................................................................... 136

4.7.3 Pewarisan Tari Kretek: Upaya Sanggar Bekerjasama dengan

Pihak Pemerintah Daerah ............................................................. 139

4.7.4 Pewarisan Tari Kretek: Upaya Sanggar Bekerjasama dengan

Pihak Dinas Pariwisata .................................................................. 140

4.7.5 Pewarisan Tari Kretek: Upaya Sanggar Seni Puring Sari

Bekerjasama dengan Pihak Sekolah ............................................. 140

4.7.6 Pewarisan Tari Kretek: Upaya Sanggar Bekerjasama dengan

Djarum Fondation Bhakti Budaya ................................................ 141

Page 13: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

xiii

4.8 Kendala Pewarisan Tari Kretek .................................................... 143

BAB V PENUTUP

5.1.Simpulan ..................................................................................... 147

5.2.Saran ........................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 150

GLOSARIUM ........................................................................................ 157

LAMPIRAN .......................................................................................... 165

Page 14: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Pose gerak gedheg .......................................................... 86

Gambar 2 : Pose gerak lembehan ...................................................... 86

Gambar 3 : Pose ayunan tampah ....................................................... 87

Gambar 4 : Pose ngiping ................................................................... 87

Gambar 5 : Pose Marut tembakau ..................................................... 88

Gambar 6 : Pose lumahan tangan ...................................................... 88

Gambar 7 : Pose gerak nggiling ....................................................... 89

Gambar 8 : Pose jalan putar egol pantat ........................................... 89

Gambar 9 : Pose Sembahan ............................................................... 90

Gambar 10 : Pose jalan tiga atau laku telu........................................... 90

Gambar 11 : Pose Kengseran .............................................................. 91

Gambar 12 : Pose Napak putar dengan double step ............................ 91

Gambar 13 : Pose Mbathil rokok …………………………………... 92

Gambar 14 : Pose langkah serong ...................................................... 92

Gambar 15 : Pose jalan mayuk ........................................................... 93

Gambar 16 : Pose badan giyul ............................................................ 93

Gambar 17 : Pose jalan ngracik putar ................................................ 94

Gambar 18 : Pose jalan tranjal (langkah patah-patah) ....................... 94

Gambar 19 : Pose hadap depan belakang ........................................... 95

Gambar 20 : Penari mandor ................................................................ 96

Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97

Page 15: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

xv

Gambar 22 : Pola lantai tari Kretek ..................................................... 100

Gambar 23 : Jidur ................................................................................ 101

Gambar 24 : Terbang ........................................................................... 102

Gambar 25 : Tata busana dan rias sebelum tahun 2000 ...................... 107

Gambar 26 : Baju kebaya biru ............................................................. 107

Gambar 27 : Celana kuning selutut warna kuning ............................... 108

Gambar 28 : Kain laseman .................................................................. 108

Gambar 29 : Kain laseman .................................................................. 109

Gambar 30 : Selendang tohwatu ......................................................... 109

Gambar 31 : Caping kalo .................................................................... 110

Gambar 32 : Gelung tekuk .................................................................. 110

Gambar 33 : Gelang lungwi ................................................................. 111

Gambar 34 : Bros Godhem .................................................................. 111

Gambar 35 : Kalung robyong sembilan .............................................. 112

Gambar 36 : Cundhuk dipo ................................................................. 112

Gambar 37 : Tampah .......................................................................... 113

Gambar 38 : Penari tari Kretek dengan busana khas Kudus .............. 114

Gambar 39 : Penari Kretek mengenakan kalung robyong .................. 121

Gambar 40 : Latihan di Sanggar Seni Puring Sari .............................. 132

Gambar 41 : Salah satu adegan film profil Kabupaten Kudus ........... 140

Page 16: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi .......... 164

Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Penelitian .................................... 165

Lampiran 3 : Surat Pernyataan Wawancara Endang Tony .................... 166

Lampiran 4 : Surat Pernyataan Wawancara Supriyadi S ....................... 167

Lampiran 5 : Surat Pernyataan Wawancara Aan Driasmara .................. 168

Lampiran 6 : Surat Pernyataan Wawancara Giyono .............................. 169

Lampiran 7 : Piagam Penghargaan The Best Instructure ...................... 170

Page 17: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

hanya 42.516 Ha yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kudus merupakan daerah

industri dan perdagangan, dimana sektor ini mampu menyerap banyak tenaga

kerja. Jiwa dan semangat wirausaha masyarakat diakui ulet, semboyan jigang

(ngaji dagang) yang dimiliki masyarakat mengungkapkan karakter dimana

disamping menjalankan usaha ekonomi juga mengutamakan mencari ilmu. Dalam

kemajuan usahanya, masyarakat Kudus sangat bergantung pada produksi rokok

atau sigaret kreteknya. Tercatat lebih dari 200 produsen rokok di Kabupaten

Kudus. Dan lebih dari 80% tenaga kerja produktif berkecimpung dalam produksi

rokok. Sangat pantaslah kalau Kabupaten Kudus disebut sebagai kota Kretek.

Kesenian rakyat (tradisi) tumbuh pada tingkatan bawah sebagai

perwujudan eksistensi dengan akses yang terbatas dan dicirikan dengan

kesederhanaan. Kehidupan sehari hari menjadi bahan dasar terwujudnya kesenian

ini. Tari Kretek sebagai bagian tari tradisional (kesenian rakyat) nampak

pertumbuhannya dari sebuah pola kehidupan masyarakat Kudus yang

menggantungkan kehidupannya dari perusahaan-perusahan rokok yang bertebaran

di Kudus. Rokok dan segala proses yang terjadi didalamnya adalah sebuah

dinamika kehidupan yang pantas diapresiasikan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Page 18: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

2

2

Parani (1984:48) bahwa kehidupan seni tari tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

kebudayaan dan lingkungan.

Tari kretek merupakan sebuah tari yang menceritakan para buruh rokok

yang sedang bekerja membuat rokok, mulai dari pemilihan tembakau hingga

rokok siap dipasarkan.Tarian dibawakan beberapa penari perempuan sebagai

representasi buruh mbatil dan penari lelaki sebagai representasi dari seorang

mandor. Buruh mbatil adalah buruh rokok yang kerjanya mengguntingi atau

merapikan ujung-ujung rokok. Sementara sang mandor adalah bos yang

mengawasi buruh rokok dan mempunyai kuasa untuk menyortir atau menyeleksi

rokok garapan buruh. Awalnya tari Kretek bernama tari Mbatil. Namun, karena

nama mbatil tidak begitu dikenal di masyarakat, digantilah dengan tari Kretek.

Tari Kretek merupakan tari kerakyatan yang masih tetap dibutuhkan

kehadirannya. Demikian halnya tari Kretek di Kudus, pada acara tertentu seperti

peresmian perkantoran atau gedung, pentas seni di sekolah, upacara peringatan

hari jadi baik hari jadi Kabupaten Kudus atau Hari jadi Bangsa Indonesia,

peringatan-peringatan hari besar dan sebagainya masih sering menggunakan tari

Kretek. Tari Kretek selain memiliki nilai penting sebagai salah satu sajian acara

dipelbagai acara juga memiliki nilai penting bagi Kabupaten Kudus sebagai ciri

khas Kabupaten Kudus yang hidup dan bergantung pada rokok. Selain itu,

mencirikan nilai-nilai keislaman dan semangat kerja yang kuat masyarakat Kudus.

Dengan kata lain, tari Kretek merupakan profil Kabupaten Kudus, yang

merepresentasikan keberadaan Kabupaten Kudus sebagai kota Kretek.

Page 19: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

3

3

Melihat pentingnya tari Kretek tersebut peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana tari Kretek dilestarikan dan diwariskan bagi generasi muda. Alasan

peneliti mengambil Sanggar Puring Sari sebagai lokasi penelitian karena Sanggar

Puring Sari adalah salah satu tempat awal tumbuhnya tari Kretek. Harapan

peneliti, setelah diadakan penelitian di lapangan nantinya banyak pihak tertarik

untuk ikut melestarikan, mengembangkan dan meneruskan pada generasi

berikutnya tari Kretek dan akhirnya tari Kretek menjadi salah satu tarian yang

sangat disayangi masyarakatnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat diuraikan untuk

membahas pewarisan bentuk, nilai dan makna tari Kretek dapat dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut: 1) bagaimana bentuk penyajian tari Kretek? 2) nilai

dan makna apakah yang terkandung dalam tari Kretek? 3) faktor-faktor apakah

yang mempengaruhi proses pewarisan bentuk, nilai dan makna tari Kretek di

Sanggar Seni Puring Sari Kabupaten Kudus?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: 1) mengetahui, mendeskripsikan, dan menjelaskan bentuk penyajian tari

Kretek, 2) mengetahui, mendiskripsikan, dan menjelaskan nilai dan makna tari

Kretek, 3) mengetahui, mendiskripsikan, dan menjelaskan proses pewarisan tari

Kretek di Sanggar Seni Puring Sari Kabupaten Kudus.

Page 20: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

4

4

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi ilmiah

bagi masyarakat dan mahasiswa jurusan sendratasik untuk penelitian-penelitian

ilmiah berikutnya. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan pengetahuan

tentang budaya bangsa dan ikut memperkaya khasanah perbendaraan kebudayaan

di tanah air yang dapat menjadi referensi dan acuan ilmiah bagi penelitian-

penelitian lain

Bagi pengamat seni, guru seni tari dan masyarakat yang peduli kesenian,

penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai bentuk, nilai, dan makna tari

Kretek serta proses pewarisan bentuk, nilai, dan nilai tari Kretek di Kabupaten

Kudus terutama di Sanggar Seni Puring Sari. Pengetahuan yang baik mengenai

bentuk, nilai, dan makna tari Kretek serta proses pewarisan bentuk, nilai, dan

makna tari Kretek dapat memberikan inspirasi dan kreatifitas dalam karya-

karyanya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai saran dan masukan kepada

pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Kudus dalam

pewarisan tari kretek khususnya dan kesenian tradisional umumnya. Hasil

penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat langkah dan

kebijakan yang berkaitan dengan pelestarian dan pewarisan kesenian tradisional.

Page 21: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

5

5

Bagi pelaku kesenian Kabupaten Kudus, hasil penelitian ini dapat

digunakan untuk memacu agar lebih kreatif mewariskan bentuk, nilai, dan makna

tari Kretek yang berakar dari kehidupan masyarakat Kudus. Hasil penelitian ini

dapat memberikan motivasi dan peluang pada seniman Kabupaten Kudus dalam

pewarisan tari Kretek.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan memahami jalan pikiran secara keseluruhan,

penyusunan skripsi ini terbagi dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi,

bagian akhir, lebih jelasnya rincian dari setiap bagian sebagai berikut :

Bagian Awal

Bagian Awal terdiri dari : Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Halaman

Motto dan Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Lampiran.

Bagian Isi

Bagian Isi terdiri dari lima bab, yaitu :

Bab I. Pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan skrispsi

Bab II Landasan Teori yang menjelaskan bentuk penyajian tari, bentuk tari, nilai

tari, tari sebagai ungkapan budaya dan pewarisan budaya.

Bab III Metodologi Penelitian yang berisikan tentang jenis dan pendekatan

penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data dan teknik pemeriksaan keabsahan data.

Page 22: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

6

6

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisikan gambaran Sanggar

Puring Sari, Tari Kretek, bentuk penyajian tari Kretek, nilai dan makna tari

kretek, proses pewarisan bentuk, nilai dan makna tari Kretek, dan

permasalah yang dihadapi dalam proses pewarisan bentuk, nilai, dan

makna tari Kretek.

Bab V Penutup yang berisikan simpulan seluruh pembahasan skripsi dan saran-

saran.

Bagian Akhir

Bagian Akhir penulisan skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.

Page 23: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.1 Tinjaun Pustaka

Penelitian sejenis yang mendukung penelitian pewarisan bentuk, nilai, dan

makna tari Krerek diantaranya:

1) Penelitian Dian Dwiyani Argha Dewi (1999) dengan judul Bentuk dan

Struktur Tari Kretek di Kabupaten Kudus. Penelitian Dian Dwiyani Argha

Dewi mengkaji tentang bentuk dan struktur tari Kretek yang menggambarkan

proses pembuatan rokok kretek. Latar belakang pembuatan rokok menjadi

salah satu latar belakang pembuatan tari Kretek selain permintaan Gubernur

Jawa Tengah (Soepardjo Rustam) yang menginginkan pertunjukkan khas

Kudus dalam peresmian museum Kretek. Keinginan Gubernur tersebut

ditanggapi baik oleh Kasie Kebudayaan yang saat itu dijabat oleh Bapak

Dwijo Sumono yang memerintahkan Sanggar Seni Puring Sari menciptakan

tarian khas Kudus. Endang Tony selaku pimpinan sanggar segera

merealisasikan perintah dari Bapak Dwijo Sumono dengan melakukan

beberapa langkah antara lain eksplorasi di pabrik Djarum selama 3 minggu

dan akhirnya menciptakan tari Mbathil yang kemudian hari diubah namanya

dengan tari Kretek. Penelitian ini membagi struktur bentuk penyajian tari

Kretek dalam tiga bagian. Bagian pertama merupakan proses persiapan para

pekerja rokok dalam proses pembuatan rokok Kretek yang terdiri dari proses

berangkat ke pabrik dan proses persiapan pembuatan rokok di pabrik. Bagian

Page 24: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

8

kedua merupakan proses pokok yang menceritakan proses pembuatan rokok

mulai mempersiapkan tembakau untuk dilinting, pelintingan, proses perapian

rokok yang disebut mbathil, sampai akhirnya dipak dalam kardus. Bagian

ketiga merupakan bagian akhir tarian, proses tersebut menggambarkan para

pekerja menjajakan rokok dalam tampah dan akhirnya pulang ke rumah.

2) Penelitian Ufin Nada (2009) dengan judul Perkembangan Tari Kretek di

Kabupaten Kudus 1986 – 2008. Penelitian perkembangan tari Kretek di

Kabupaten Kudus 1986-2008 mengkaji tentang latar belakang tari Kretek,

perkembangan bentuk penyajian tari Kretek baik dalam gerak, kostum, iringan

maupun dalam fungsinya. Latar belakang penciptaan tari Kretek berawal dari

peristiwa peresmian museum Kretek, dalam peresmian museum Kretek

Gubernur Jawa Tengah mengharapkan sajian khas kabupaten Kudus.

Permintaan Gubernur Jawa Tengah tersebut ditanggapi baik oleh Bapak Dwijo

Sumono (Kasie Kebudayaan) yang memerintahkan seniman Kudus untuk

menciptakan tari khas Kudus. Endang Tony selaku pimpinan Sanggar Seni

Puring Sari menyanggupi permintaan tersebut kemudian melakukan eksplorasi

di salah satu brak pabrik Djarum. Berawal dari itu diciptakannya tari mbathil

yang sekarang disebut tari Kretek. Perkembangan tari Kretek memiliki fase-

fase tertentu yang ditandai oleh beberapa kejadian sosial dan politik, salah satu

contohnya sebelum tahun 1998, dalam situasi politik dengan partai Golkal

dominan berkuasa, tari Kretek menyesuaikan kostum dengan warna khas

partai tertentu, setelah tahun 1998 terjadi krisis moneter dan juga terjadi

pergolakan dalam pemerintahan tari Kretek kurang diperhitungkan

Page 25: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

9

keberadaanya namun tetap berkembang dengan beberapa perubahan misalnya

kostum tidak lagi memakai warna kuning namun warna biru. Perkembangan

itu diikuti dengan perkembangan lain, misalnya penambahan penari mandor

dan penjor dalam proses pementasan tari Kretek, selain itu berbagai

penyempurnaan di dalam iringan tari Kretek yang memasukan beberapa alat

musik terutama yang bernuansa keIslaman.

3) Penelitian Riris Sartika Sari (2012) dengan judul Perkembangan Tari Kretek

Kudus. Penelitian tentang perkembangan tari Kretek mengkaji mengenai latar

belakang tari Kretek, bentuk penyajian tari Kretek, perkembangan tari Kretek

tahun 1986-2011, dan perkembangan fungsi tari Kretek tahun 1986-2008.

Latar belakang tari Kretek berawal dari munculnya tari Mbathil sebagai tari

rakyat. Pada pembukaan Museum Kretek tahun 1986 Gubernur Jawa Tengah

Supardjo Rustam menginginkan adanya kesenian khas Kudus maka

pemerintah daerah melimpahkan tugas tersebut kepada seniman Kudus yaitu

Endang Tony. Kemudian Endang Tony melakukan observasi ke berbagai

pabrik rokok di Kudus untuk menyusun gerakan tari yang menggambarkan

pembuatan rokok kretek. Setelah tari Mbathil terbentuk, Hartono selaku

Bupati Kudus mengubah nama tari Mbathil menjadi tari Kretek sesuai dengan

potensi kota Kudus sebagai kota penghasil rokok kretek. Bentuk penyajian tari

Kretek dimulai dari proses penggarapan yang terdiri dari eksplorasi,

improvisasi, dan komposisi gerak. Ragam gerak tari Kretek terdiri atas penari

putri yang menggambarkan proses pembuatan rokok kretek, gerak mandor

sebagai pengawas yang merespon gerak penari putri, serta penjor sebagai

Page 26: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

10

pembawa bendera atau umbul-umbul. Sedangkan iringan tari Kretek

menggunakan alat musik karawitan Jawa dan rebana. Bentuk gendhing

slendro sanga dengan menggunakan tembang Kinanthi. Perkembangan tari

Kretek dari tahun 1986-2011 meliputi perkembangan jenis tari, perkembangan

kostum penari, perkembangan gerakan, perkembangan iringan, perkembangan

jumlah penari, dan perkembangan event pementasan tari Kretek Kudus.

Perkembangan fungsi tari Kretek tahun 1986-2008 sebagai hiburan dan

tontonan kemudian berubah fungsi sebagai tari yang memperjelas identitas

daerah dan penggambaran Kota Kudus sebagai Kota Wali. Tahun 2008-2011

fungsi tari Kretek dijadikan sebagai sarana komunikasi, sebagai sarana

pendidikan, serta sebagai pariwisata budaya.

2.2 Landasan Teoritis

2.2.1 Pewarisan Budaya

Pewarisan budaya (transmission of cultur) yaitu proses mewarsikan

budaya (unsur-unsur budaya dari satu generasi ke generasi manusia atau

masyarakat berikutnya melalui proses pembudayaan (proses belajar budaya).

Sesuai dengan hakikat dan budaya sebagai pemilik bersama masyarakat maka

unsur-unsur kebudayaan itu memasyarakat dalam individu-individu warga

masyarakat dengan jalan diwariskan atau dibudayakan melalui proses belajar

budaya. Proses pewarisan budaya dilakukan melalui proses enkulturasi

(pembudayaan) dan proses sosialisasi (belajar atau mempelajari budaya).

Page 27: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

11

Menurut Rohidi (2000:28) dalam pengertian pewarisan kebudayaan

senantiasa terkandung tiga aspek penting, yaitu bahwa: 1) Kebudayaan dialihkan

dari satu generasi ke generasi lainnya, dalam hal ini kebudayaan dipandang

sebagai suatu warisan atau tradisi sosial. 2) Kebudayaan dipelajari, bukan

dialihkan dari keadaan jasmani manusia yang bersifat genetik. 3) Kebudayaan

dihayati dan dimiliki bersama para warga masyarakat pendukungnya.

Berkaitan dengan pewarisan yaitu pelestarian kesenian tradisional menurut

Sedyawati (2014:186) mengatakan bahwa: upaya pelestarian kesenian tradisional

ditujukan terutama untuk mempertahankan apa yang telah menjadi milik budaya

tertentu, maka upaya pengembangan yang bertujuan untuk lebih jauh membuat

tradisi yang bersangkutan tidak saja hidup melainkan juga tetap tumbuh.

Pelestarian dan pengembangan merupakan dua kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan atau berjalan sendiri-sendiri, sebab pelestarian artinya

mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada guna dilakukan pengembangan untuk

mempertahankan dalam berkembangnya zaman.

2.2.2 Proses Pewarisan Budaya

Kebudayaan adalah warisan sosial. Kebudayaan duturunkan dari generasi

ke generasi melalui proses pembelajaran, baik secara formal maupun secara

informal. Adapun pembelajaran formal itu umumnya dilakukan lewat program-

program pendidikan dalam berbagai lembaga pendidikan. Semua wujud

kebudayaan spiritual maupun material yang berupa system gagasan, ide-ide,

norma-norma, aktivitas-aktivitas berpola, serta berbagai benda hasil karya

manusia dikemas dalam pelajaran dan kurikulum yang disusun serta diberikan

Page 28: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

12

secara tematik. Proses pembelajaran informal diselenggarakan melalui proses

enkulturasi dan sosialisasi (Kodiran 2004 : 10).

Enkulturasi yaitu proses penerusan kebudayaan kepada individu yang

segera dimulai setelah lahir, yaitu pada saat kesadaran yang bersangkutan mulai

tumbuh dan berkembang. Proses Enkulturasi yakni pembudayaan seseorang

individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya terhadap

adat-istiadat, sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam

kebudayaannya. Dengan kata lain, enkulturasi adalah pewarisan budaya dengan

cara unsur-unsur budaya itu dibudayakan kepada individu-individu warga

masayarakat pendukung kebudayaan tersebut (Kodiran 2004 : 11).

Proses pewarisan kebudayaan yang dilakukan melalui proses sosialisasi

sangat erat berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungannya

dengan sistem sosial. Proses sosialisasi seorang individu dimulai dari masa kanak-

kanak hingga masa tuanya belajar terhadap nilai-nilai, norma-norma dan pola

tindakan orang lain atau masyarakat dalam berinteraksi sosial dengan segala

macam individu di sekitarnya yang memiliki beraneka macam status, peran dan

pranata sosial yang ada di dalam kehidupan di masyarakatnya, misalnya seorang

anak telah diajari cara bersikap dan sopan santun, berbicara yang sopan dan baik,

berlaku jujur, adil,berpakaian, cara makan dan minum sesuai dengan adat istiadat

dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Kodiran 2004 : 11). Dengan

meniru dan mempelajari berbagai pola-pola sikap dan prilaku orang lain

disekitarnya, maka individu tadi berusaha meniru kemudian terbentuk dalam

kepribadiannya. Demikian pula terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial yang

Page 29: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

13

berlaku dalam masyarakatnya yang setiap hari dipelajari dan ditemukannya maka

lama-kelamaan mempengaruhi sikap dan prilakunya.

Proses pewarisan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis seperti

diungkapkan oleh Tuti Artha dan Ahimsa (2004 : 54)

. . . warisan budaya dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan

pemiliknya, yakni 1) warisan yang merupakan milik pribadi, milik

seseorang individu, 2) warisan yang merupakan miliki keluarga luas atau

jenis kelompok kekerabatan yang lain, 3) warisan yang dinggap sebagai

milik suatu komunitas, masyarakat tertentu atau bangsa tertentu (negara).

2.2.3 Sarana Pewarisan Budaya

Proses pewarisan unsur-unsur budaya itu tentu saja mempunyai sarana

atau saluran-saluran dalam rangka pembudayaan kepada generasi muda oleh

generasi tuanya. Sarana saluran yang umum dijumpai dalam suatu masyarakat,

antara lain lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, lembaga pemerintahan,

perkumpulan, institusi resmi dan media massa. Terkait dengan pernyataan tersebut

C. Kluckhohn (dalam Poerwanto 2000 : 88) menyatakan bahwa:

… nilai-nilai budaya, merupakan tingkah laku yang harus dipelajari dan

disampaikan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Proses belajar

budaya ini lebih dikenal dengan sosialisasi atau enkulturasi atau disebut

pembudayaan, aktivitasnya dapat dilakukan melalui pembelajaran baik di

sekolah formal maupun di luar sekolah. Supaya dapat dimaknai secara

baik maka pembelajarannya harus mampu mengembangkan berbagai

sarana yang dapat diandalkan agar dapat berinteraksi dengan lingkunganya

sesuai dengan identitas alaminya.

2.2.4 Seni Tari

Kusudiharjo dalam (Robby 2005: 53) mendefinisikan tari adalah

keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan

berjiwa yang harmonis. Definisi tari menurut Jazuli (2001 : 7) adalah gerak yang

Page 30: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

14

indah, lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud

dan tujuan tari. Istilah seni tari pada mulanya berasal dari kata “Art” (latin) yang

bermakna “kemahiran”. Pangeran Soerjodiningrat mengatakan bahwa seni tari

adalah gerak seluruh tubuh disertai bunyian (gamelan) diatur menurut irama

lagunya, gending, ekspresi muka, disertai dengan isi dan makna tarianya (Jazuli

2002:45).

Sumandiyo Hadi seorang guru besar Fakultas Seni Pertunjukan ISI

Yogyakarta menjelaskan, „Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis

merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam masyarakat

yang penuh makna (meaning)‟ (2007:13). Tari adalah sebuah ungkapan,

pernyataan dan ekspresi dalam gerak yang memuat komentar-komentar realita

kehidupan yang dapat merasuk dibenak penonton setelah pertunjukan tari selesai.

Sebagai ekspresi, tari mampu menciptakan untaian gerak yang dapat membuat

kita menjadi lebih peka terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitar kita. Tari

dapat merupakan pengalaman yang sangat berguna untuk lebih memperkaya

peranan dan pertumbuhan seseorang, baik sebagai seniman maupun sebagai

penikmatnya.

Seni tari adalah salah satu cabang kesenian yang nilai keindahannya dapat

dinikmati melalui sebuah gerakan dan disusun menurut tema yang diinginkan.

Keindahan seni tari didasari oleh wirogo (keselarasan gerakan dari anggota

tubuh), wiromo (keselarasan dengan irama musik iringan), dan wiroso (penjiwaan

melalui ekspresi terhadap isi dan tema tarian). Seni tari tidak hanya terletak pada

Page 31: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

15

olah gerak tubuh, melainkan gerak anggota tubuh yang telah digarap/diolah agar

lebih indah dan terlihat harmonis (Jazuli 1994 : 119).

Materi dasar tari adalah gerak dan tubuh manusia sebagai media

ungkapnya. Dalam membawakan tarian diperlukan gerakan yang mendasar yaitu

gerak motorik dan gerak nonmotorik. Gerak motorik berupa berlari, berjalan,

melompat, berguling. Gerak nonmotorik berupa gerakan yang biasanya dilakukan

ditempat seperti mengangkat satu kaki, berjongkok, tiarap, dan membungkuk.

Gerak manipulatif yaitu gerak yang mengkoordinasikan beberapa anggota tubuh

dengan menggunakan properti tari seperti: piring, koda kepang, dan pita (Hartono

2012 : 68).

Menurut I Made Bandem (dalam Astini 2007 : 175) elemen dasar tari yaitu

gerak, ruang dan waktu. Gerak bisa ditafsirkan sebagai gerak tubuh, gerak mata,

tangan dan gerak kaki. Ruang menyangkut ruang tubuh seperti gerak agem serta

komposisinya, yang disebut sebagai ruang internal, sedangkan ruang eksternal

meliputi panggung dan lantai tempat pertunjukan. Waktu adalah yang

berhubungan dengan durasi gerakan, panjang pendeknya tarian dan ritme musik.

Dalam seni tari, gerak merupakan unsur penunjang yang paling besar

peranannya dalam seni tari. Dengan gerak terjadinya perubahan tempat,

perubahan posisi dari benda, tubuh penari atau sebagian dari tubuh. Semua gerak

melibatkan ruang dan waktu. Dalam ruang sesuatu yang bergerak menempuh

jarak tertentu, dan jarak dalam waktu tertentu ditentukan oleh kecepatan gerak.

Dalam tari semua gerak memerlukan tenaga dari penari itu sendiri Djelantik (2001

: 23).

Page 32: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

16

Penyajian suatu tarian sangat dipengaruhi oleh unsur dasar tari yaitu gerak,

di samping unsur dasar gerak seni tari juga mengandung unsur dasar lainnya yaitu

tempat pertunjukan, iringan musik, tata lampu, tata rias wajah dan busana, serta

tema. Unsur pendukung dalam seni tari sangatlah penting, agar tercipta

keharmonisan dan keselarasan dalam penyajiannya.Unsur-unsur tersebut meliputi;

iringan (dapat menghidupkan suasana dan menghayati isi tari), tata rias dan

busana (mendukung perwatakan atau karakter), panggung (tempat pementasan

yang tentunya berpengaruh pada penyajian tari), dan tata lampu (menciptakan

suasana dan pencahayaan yang mengandung makna). Makna dalam setiap judul

tarian tentunya tidak terlepas dari sebuah tema (Jazuli 2008:13).

2.2.5 Bentuk Penyajian Tari

Arti kata bentuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu rupa,wujud,

kemudaian diperkuat dengan teori bahwa arti kata bentuk mempunyai arti wujud

yang ditampilkan. Rocye (dalam Indriyanto 2010: 3) menjelaskan bahwa struktur

mengacu pada tata hubungan diantara bagian-bagian dari sebuah kebutuhan

keseluruhan. Dijelaskan pula bahwa morfologi berkaitan dengan bentuk,

sedangkan struktur berkaitan dengan saling keterkaitan dalam bentuk.

Bentuk adalah suatu media atau alat komunikasi untuk menyampaikan pesan

tertentu dari si pencipta kepada masyarakat penerima (Suwanda 1992: 5). Kata

bentuk menurut Smith (dalam Astini 2007 : 173) didefinisikan sebagai hasil

pernyataan berbagai macam elemen yang didapatkan melalui vitalitas estetis,

sehingga hanya dalam pengertian itulah elemen-elemen tersebut dihayati. Proses

pernyataan dimana bentuk dicapai disebut dengan komposisi.

Page 33: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

17

Prihatini (2008:195) berpendapat, bentuk dalam seni adalah wadah untuk

menuangkan isi yang ingin di sampaikan oleh seniman. Dalam seni pertunjukan

rakyat, bentuk dapat dilihat dan didengar oleh indera kita. Bentuk dalam seni

pertunjukan tersusun atas unsur-unsur seperti gerak, suara dan rupa. Bentuk seni

pertunjukan sebagai karya seniman, terlahir sebagai ungkapan lewat unsur-unsur

seperti yang telah disebutkan. Pada seni pertunjukan rakyat, wujud yang dapat

terlihat oleh gerak penari. Wujud yang lain adalah suara yang berupa musik dapat

didengar oleh indera telinga dan wujud rupa berupa busana dan rias yang dapat

dilihat oleh indera penglihatan. Demikian pula dalam tari, suatu tarian akan

menemukan bentuk seninya apabila pengalaman batin pencipta atau penari dapat

menyatu dengan pengalaman lahirnya. Sehingga tarian yang dipertunjukan atau

disajikan bisa menggetarkan perasaan penontonnya.

Jazuli (1994:4) mengungkapkan, sebuah tarian akan menemukan bentuk

seninya bila pengalaman batin pencipta atau piñata tari maupun penarinya dapat

menyatu dengan pengalaman lahirnya (ungkapannya), tari yang disajikan bisa

menggetarkan perasaan atau emosi penontonnya. Dengan kata lain, penonton

merasa terkesan setelah menikmati pertunjukan tari. Kehadiran bentuk tari akan

tampak pada desain gerak, pola kesinambungan gerak, yang ditunjang dengan

unsur-unsur pendukung tarinya serta kesesuaian dengan maksud dan tujuan

tarinya.

Tari sebagai bentuk seni merupakan salah satu santapan estetis manusia.

Keindahan dalam tari hadir demi kepuasan, kebahagiaan, dan harapan batin

manusia baik sebagai pencipta, peraga, maupun penikmatnya. Kehadiran tari di

Page 34: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

18

depan penikmat atau penonton bukan hanya menampilkan serangkaian gerak yang

tertata baik, rapi, dan indah semata, melainkan juga dilengkapi dengan pelbagai

tata rupa atau unsur-unsur lain yang dapat mendukung penampilannya. Dengan

demikian tari akan mempunyai daya tarik atau pesona guna membahagiakan

penonton yang menikmatinya (Jazuli 1994:9).

Menurut Jazuli (2001: 7) unsur pokok pembentukan tari adalah gerak,

ruang dan waktu. Jalinan ketiga unsur tersebut akan semakin terlihat jelas apabila

diperhatian dalam tarian kelompok. Didalam tarian kelompok keterkaiatan

struktur yang muncul bukanlah sekedar penari yag satu dengan penari yang

lainnya mampu mengkoordinasikan gerak sesuai dengan tempat yang telah

ditetapkan, melainkan penari juga harus mengikatkan dengan unsur

keruangannya. Secara kualitatif, ruang hanya diungkapkan dalam kaitannya

dengan kebutuhan seorang penari untuk memproyeksikan gagasan atau emosinya

dengan menggunakan tubuh secara unik (Jazuli 2001: 8-13).

Penyajian adalah penampilan pertunjukan dari awal hingga akhir.

Penyajian juga dapat diartikan sebagai tontonan sesuai dengan tampilan atau

penampilannya dari satu penyajian (Murgiyanto 1993: 22). Penyajian merupakan

proses yang menunjukkan suatu kesatuan atas beberapa komponen atau unsur

yang saling terkait. Bentuk penyajian adalah wujud fisik yang menunjukkan suatu

kesatuan integral yang terdiri atas beberapa komponen atau unsur yang saling

berkaitan dan dapat dilihat atau dinikmati secara fisual (Hadi 2003: 36).

Maksud bentuk penyajian adalah suatu wujud fisik yang menunjukan

sesuatu pertunjukan dalam hal ini tari, yang telah tersusun secara berurutan demi

Page 35: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

19

memberikan hasil yang memuaskan bagi penikmat, atau penonton. Ada beberapa

aspek yang mendukung dalam penyajian suatu pertunjukan, dalam hal ini tari

diantaranya adalah: gerak, tema, iringan, tata rias, tata busana, dan tempat pentas.

1) Gerak Tari

Gerak adalah angota badan manusia yang telah terbentuk, kemudian

digerakkan, gerak ini dapat sendiri-sendiri atau bersambungan dan bersama-sama

(Kussudiarjo, 2000: 11), sedangkan menurut Suwandi (2007: 94) mengatakan

bahwa gerak adalah serangkaian perpindahan atau perubahan dari angota tubuh

yang dapat dinikmati.

Djelantik (1999: 27) menjelaskan bahwa gerak merupakan unsur

penunjang yang paling besar perannya dalam seni tari. Dengan gerak terjadinya

perubahan tempat, perubahan posisi dari benda, tubuh penari atau sebagian dari

tubuh. Semua gerak melibatkan ruang dan waktu. Dalam ruang sesuatu yang

bergerak menempuh jarak tertentu, dan dalam waktu tertentu ditentukan oleh

kecepatan gerak.

Gerak sebagai elemen pokok atau unsur dominan dalam seni tari. Gerak

adalah pertanda hidup reaksi manusia terhadap kehidupan, situasi dan kondisi,

serta hubungan dengan manusia lainnya terungkap melalui gerak. Gerak disini

merupakan suatu gerak yang digayakan (stilasi), diubah (distorsi), diperhalus dan

dibuat lebih indah serta diiringi dengan irama-irama tertentu (Jazuli 1994: 8).

Jazuli (2008: 8) menjelaskan, didalam tenaga terkandung tenaga/energi

yang melibatkan ruang dan waktu, artinya gejala yang menimbulkan gerak adalah

tenaga, bergerak berarti memerlukan ruang dan membutuhkan waktu ketika

Page 36: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

20

proses gerak berlangsung. Gerak murni (pure movement) atau disebut gerak

wantah adalah gerak yang disusun dengan tujuan untuk mendapatkan bentuk

artistik (keindahan) dan tidak mempunyai maksud-maksud tertentu. Gerak

maknawi (gestur) atau disebut gerak tidak wantah atau gerak yang mengandung

arti atau maksud tertentu dan telah distilisasi (dari wantah menjadi tidak wantah)

Sugianto (2000: 48) menjelaskan bahwa gerak menurut karakteristiknya

dibagi menjadi dua, yaitu: 1) gerak feminin/ gerak perempuan. Gerak feminin

cenderung menggunakan volume yang menyudut atau menyempit. Gerakannya

cenderung menggunakan garis lengkung yang terkesan halus dan patah-patah

kecil-kecil yang terkesan lincah. 2) Gerak maskulin/ gerak laki-laki. Gerak

maskulin berlawanan sekali dengan feminin. Gerak maskulin cenderung

menggukanan volume gerak/ruang gerak yag lebih luas untuk menunjukkan

kegagahannya. Gerak yang dipakai patah-patah menyiku sehingga terkesan kuat

dan kokoh.

Tari berdasarkan bentuk geraknya menurut Jazuli (2008: 9) dibedakan

menjadi dua, yaitu: tari representasional dan tari non representasional. Tari

representasional adalah tari yang menggambarkan sesuatu dengan jelas (realistis),

tari representasional meskipun gerakannya cenderung realistik tetapi sudah

mengalami stilisasi, karena gerak tari bukanlah bahasa yang dapat dijelaska secara

harfiyah. Sedang tari non-representasional yaitu tari yang melukiskan sesuatu

secara simbolis, biasanya menggunakan gerak-gerak abstrak (tidak realistis).

Page 37: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

21

2) Tema

Tema merupakan isi keseluruhan suatu tarian yang diungkapkan dalam

bentuk gerak dari awal hingga akhir. Pengungkapan tema dalam suatu penyajian

tari dapat terlihat dari penggunaan tata rias wajah dan busana penari. Tema dapat

dimengerti sebagai pokok pikiran, gagasan utama, atau ide dasar, bisa merupakan

segi-segi kehidupan. Tema berbeda dengan motif, subyek atau topic. Meskipun

demikian tema dapat memberikan nama bagi motif, subyek atau topic. Tema juga

dapat dimengerti sebagai sesuatu yang menonjol dalam alur cerita (Jazuli 2001 :

114-115).

Menurut Jazuli (2008), tema tari dapat dikelompokkan menjadi: 1) Tari

Pantomim, artinya tari yang menirukan sebuah objek secara tepat. Objek tersebut

dapat berupa makhluk hidup, benda mati atau keadaan alam. Contoh: tari Kijang,

tari Kelinci, tari Kupu-kupu. Tari yang berkaitan dengan kehidupan manusia

adalah; tari Batik, tari Nelayan, yang berhubungan dengan keadaan alam adalah

tari Hujan; 2) Tari Erotik, yakni tarian yang berisi percintaan. Tari Pergaulan

umumnya termasuk kelompok ini. Contoh lain: Tari Koransih dari Jawa Tengah,

dan tari Oleg Tambulilingan dari Bali. Namun ada pula tari erotik yang ditarikan

tunggal seperti; Tari Gatotkaca Gandrung, Tari Gambiranom, keduanya dari Jawa

Tengah; 3) Tari Kepahlawanan, contohnya: Tari Seudati dari Aceh, tari Mandau

dari Kalimantan, tari Baris dari Bali dan tari Handaga-Bugis dari Jawa Tengah.

3) Pola Lantai

Menurut La Meri (dalam Hadi 2003 : 26) menyatakan bahwa pola lantai

(floor design) adalah garis-garis di lantai yang dilalui oleh seorang penari, atau

Page 38: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

22

garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari pasangan atau pun kelompok.

Secara garis besar ada dua pola garis dasar pada lantai yaitu garis lurus dan garis

lengkung. Garis lurus dapat dibuat ke berbagai arah yaitu ke arah depan, ke kanan,

ke kiri, ke belakang, atau serong. Garis lengkung dapat dibuat lengkung ke depan,

ke belakang, ke samping, dan serong. Dari dasar lengkung ini dapat pula dibuat

desain lengkung ular, lingkaran, angka delapan, juga spiral. Desain lantai yang

terbentuk dari garis dasar lurus dan lengkung bisa bermacam-macam bentuknya,

misalnya lingkaran, setengah lingkaran, diagonal, huruf V, atau bentuk lainnya

yang sangat bervariasi. Desain-desain tersebut memiliki makna-makna tertentu

sesuai dengan maksud seniman penciptanya.

4) Musik atau Iringan Tari

Musik dalam tari merupakan suatu patner yang tidak boleh ditinggalkan.

Tari dan musik merupakan pasangan yang satu dengan lainnya tak dapat

dipisahkan, karena keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu dari dorongan

atau naluri ritmis manusia. Pada mulanya manusia menggunakan suaranya dengan

teriakan, jeritan dan menangis guna mengungkapkan perasaanya, baik gembira,

sedih, takut dan sebagainya yang semuanya itu merupakan bentuk awal dari musik

(Jazuli 2001 : 114).

Pada dasarnya iringan tari dapat dibagi menjadi dua berntuk : 1) Iringan

Internal adalah iringan tari yang berasal dari penari sendiri. Seperti tarikan nafas,

suara yang dikeluarkan oleh penari (voice), efek dari gerakan-gerakan penari

berupa tepuk tangan, hentakan kaki dan bunyi-bunyian yang ditimbulkan dari

perhiasan. 2) Iringan Eksternal adalah iringan yang tidak berasal dari penari

Page 39: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

23

sendiri melainkan dari luar penari baik yang berupa nyanyian, gamelan, orkestrasi

musik dan sebagainya. Tentu saja iringan Eksternal ini harus dimainkan oleh

orang lain (Jazuli 2001: 114).

Fungsi musik dalam tari adalah sebagai aspek untuk mempertegas maksud

gerak, membentuk suasana tari dan memberi rangsangan estetis pada penari

selaras dengan ekspresi jiwa sesuai dengan maksud karya tari yang ditampilkan.

Musik sebagai pengiring tari ada keterkaitan antara keduanya, yaitu: musik

sebagai pengiring tari, musik sebagai pengikat tari, dan musik sebagai ilustrasi

tari. 1) Musik sebagai pengiring. Musik sebagai pengiring tari adalah musik yang

disajikan sedemikian rupa sehingga tari dalam hal ini sangat mendominir

musiknya. Penampilan dinamika musik sangat ditentukan oleh dinamika tarinya.

Musik menyesuaikan kebutuhan tarinya. 2) Musik sebagai pengikat tari. Musik

sebagai pengikat tari adalah musik yang dibuat sedemikian rupa sehingga

mengikat tariannya. Dalam hal ini tari selalu menyesuaikan dengan bentuk atau

pola musiknya. 3) Musik sebagai ilustrasi. Musik sebagai ilustrasi tari adalah

musik tari yang dalam penyajiannya hanya bersifat ilustratif atau hanya sebagai

penopang suasana tari. Musik dengan tari berjalan sendiri-sendiri tanpa ada ikatan

dan tidak ada ketergantungan namun bertemu dalam satu suasana (La Meri dalam

Hadi 2003 : 52).

Musik sebagai iringan hendaknya harus memenuhi tiga hal yaitu: melodi,

ritme, dan dramatik (La Meri dalam Hadi 2003 : 52). Ketiga aspek tersebut sangat

erat kaitannya dengan tubuh dan kepribadian manusia. Melodi didasari oleh nada,

pengertiannya adalah alur nada atau rangkaian nada-nada. Ritme adalah degupan

Page 40: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

24

dari musik yang sering ditandai oleh aksen atau tekanan yang diulang-ulang

secara teratur. Dramatik yaitu suara-suara yang dapat memberikan suasana-

suasana tertentu. Memilih iringan hendaknya senantiasa mempertimbangkan

Ritme, Suasana, Gaya, Bentuk dan inspirasi karena semuanya itu agar sesuai

dengan gerak atau bentuk tari yang akan di Iringi (Jazuli 2001 : 114).

5) Tata Busana

Semula pakaian yang dipakai oleh para penari adalah pakaian sehari-hari.

Namun dalam perkembangannya kemudian pakaian tari telah berkembang dengan

bentuk yang tersendiri, yaitu sesuai dengan kebutuhan tari tersebut. Kostum tari

yang baik tidak hanya berguna untuk menutup tubuh saja, tetapi yang dapat

mendukung desain keruangan di saat penari sedang menari. Selain itu Kostum tari

harus enak dipakai, tidak mengganggu gerak, sedap dan menarik dilihat penonton.

Menata kostum tari hendaknya dapat merangsang imaji agar membantu

keberhasilan suatu sajian tari. Dengan bahan yang murah dan mudah didapat,

kostum harus dapat mampu memberikan proyeksi terhadap penari sehingga dapat

merupakan bagian dari dirinya. Penataan kostum yang berhasil, mampu

memberikan nilai yang sama dengan pengatur tata lampu, tata pentas dan

penggarapan iringan (Jazuli 1994: 17).

Menurut Jazuli (2008:21) pada dasarnya busana dalam tari tidak menuntut

dari bahan yang baik apalagi mahal yang penting adalah bagaimana kita dapat

menata busana yang sesuai dengan tarinya. Fungsi tata busana tari adalah untuk

mendukung tema atau isi dan untuk mempertegas peran dalam suatu tarian.

Busana tari yang baik bukan hanya sekedar untuk menutup tubuh semata

Page 41: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

25

melainkan juga harus dapat mendukung desain ruang pada saat penari sedang

menari

Dalam tari Tradisi kita, kostum tari sering berupa pakaian khas dari daerah

sebagai ciri khas tari yang bersangkutan. Pada tari tradisi Jawa kita dapat

mengenal beberapa perincian kostum, seperti irah-irahan (penutup kepala),

kalung kace atau kalung lulur atau korset, celana panjang (celana panjang sebatas

lutut), sampor atau selendang, mekak atau kemben (penutup dada untuk putri) dan

sebagainya. Dari sekian banyak perlengkapan kostum, hanya sampur atau

selendang yang dapat membuat desain ke ruangan dan sekaligus dapat

memberikan aksen-aksen gerak tari, seperti seblak sampur atau kebyok sampor.

Menurut Jazuli, pada dasarnya busana dalam tari tidak menuntut dari

bahan yang baik apalagi mahal yang penting adalah bagaimana kita dapat menata

busana yang sesuai dengan tarinya. Fungsi tata busana tari adalah untuk

mendukung tema atau isi dan untuk mempertegas peran dalam suatu tarian.

Busana tari yang baik bukan hanya sekedar untuk menutup tubuh semata

melainkan juga harus dapat mendukung desain ruang pada saat penari sedang

menari (Jazuli 2008:21).

Dalam penataan dan penggunaan busana tari hendaknya

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Busana tari hendaknya enak

dipakai (etis) dan sedap dilihat oleh penonton. 2) Penggunaan busana selalu

mempertimbangkan isi atau tema tari sehingga bisa menghadirkan suatu kesatuan

keutuhan antara tari dan busananya. 3) Penataan busana hendaknya bisa

merangsang imajinasi penonton. 4) Desain busana harus memperhatikan bentuk-

Page 42: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

26

bentuk gerak tarinya agar tidak mengganggu gerakan penari. 5) Busana

hendaknya dapat memberi proyeksi kepada penarinya, sehingga busana itu dapat

merupakan bagian dari diri penari. 6) Keharmonisan dalam pemilihan atau

memadukan warna-warna sangat penting, terutama harus diperhatikan efeknya

terhadap tata cahaya (Jazuli 1995 : 91).

Dalam tari tradisi, busana tari sering mencerminkan identitas suatu daerah

yang sekaligus menunjuk suatu tari itu berasal. Dalam pemakaian warna busana,

tidak jarang suatu daerah tertentu senang dengan warna tertentu. Warna memiliki

arti simbolis bagi masyarakat yang memakainya, antara lain: 1) Warna merah

merupakan simbol keberanian dan agresif, biasa dipakai untuk menggambarkan

tokoh atau peranan raja yang sombong dan bengis. Namun sering juga

dipergunakan oleh seorang yang agresif dan pemberani,seperti kesatria yang

dinamis. 2) Warna biru merupakan simbol kesetiaan dan mempunyai kesan

ketentraman. Biasa dikenakan oleh tokoh atau peran yang berwatak setia. 3)

Warna kuning merupakan simbol keceriaan atau gembira. 4) Warna hitam

merupakan simbol kebijaksanaan atau kematangan jiwa. Biasa dipakai tokoh raja

yang agung dan bijak. 5) Warna putih merupakan simbol kesucian atau bersih.

Biasanya untuk menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak mementingkan duniawi

(Prayitno 1990 : 12).

6) Tata Rias

Rias bagi seorang penari senantiasa menjadi perhatian yang sangat

penting. Efek tata rias selain untuk merubah karakter pribadi menjadi karakter

tokoh yang diperankan atau untuk memperkuat ekspresi, juga merupakan hal yang

Page 43: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

27

paling peka dihadapan penonton., dan yang lebih utama untuk menambah

kecantikan sebagai daya tarik didalam penampilan. Tata rias dalam pertunjukan

tari merupakan suatu kegiatan mengubah bentuk penampilan wajah yang

disesuaikan dengan karakter tarian dengan menggunakan bantuan bahan dan alat

rias. Rias busana adalah ketrampilan untuk mengubah, melengkapi atau

membentuk sesuatu yang dipakai mulai rambut sampai ujung kaki (Lestari 1993:

16). Tata rias digunakan penari agar penampilannya di atas pentas dapat

memenuhi karekter dan identitas yang diinginkan.

Kiranya yang lebih penting untuk dimengerti adalah membedakan rias

untuk kebutuhan sehari-hari dengan rias untuk pertunjukan. Pemakaian rias untuk

harian tentu saja harus menyesuaikan keadaan dan suasana, yang cukup dengan

polesan dan garis-garis yang tipis. Namun lain halnya dengan rias untuk

pertunjukan yang biasanya dilihat dari jarak jauh dan untuk menguatkan karakter,

maka dibutuhkan rias yang lebih jelas yaitu dengan mempertebal garis-garis mata,

alis, bibir dan sebagainya, agar efek visual dapat terlihat secara jelas. Ketepatan

pemakaian rias akan sangat menguntungkan pemakaiannya didalam

mengekspresikan peranan serta menambah daya tarik penampilannya, tetapi

sebaliknya pemakaian rias yang sedikit keliru dapat berakibat fatal karena wajah

bisa tampak lucu serta tidak sesuai dengan peran yang sedang dilakukan, boleh

jadi dapat menghambat pengekspresian. Fungsi tata dalam penyajian tari untuk

mengubah karakter tokoh yang sedang dibawakan, sekaligus untuk memperkuat

ekspresi (Jazuli 1994 : 19). Fungsi rias adalah untuk mengubah karakter pribadi,

untuk memperkuat ekspresi dan menambah daya tarik penampilan seorang penari.

Page 44: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

28

Carson (dalam Indriyanto 2010: 22) menyebutkan beberapa kategori rias

yaitu: rias korektif (corrective make-up) rias karakter (caracter make-up), dan rias

fantasi (fantasy make-up). Rias korektif adalah rias yang mempertegas garis-garis

wajah tanpa mengubah karakter orangnya. Rias karakter adalah rias untuk

membetuk karakter tokoh tertentu. Rias fantasi adalah rias atas dasar fantasi

sesorang. Prinsip-prinsip rias menurut Jazuli (2008: 25) diantaranya sebagai

berikut: 1) Rias hendaknya mencerminkan karakter tokoh/peran. 2) Kerapian dan

kebersihan rias perlu diperhatikan. 3) Jelas garis-garis yang dikehendaki. 4)

Ketepatan pemakaian desain rias.

7) Tempat Pentas atau Panggung

Ruang tari adalah lantai tiga demensi yang didalamnya seorang penari

dapat menciptakan suatu imaji dramatis (Hadi 2003: 23). Lebih lanjut Hadi (2003:

27-35), mengemukakan macam-macam bentuk pentas yaitu bentuk proscenium

(penonton dapat melihat dari satu arah yaitu arah depan), bentuk terbuka atau

tapal kuda (penonton dapat melihat dari tiga sisi yaitu samping kanan, kiri, dan

depan), kemudian bentuk arena (penonton dapat melihat dari segala penjuru).

Dalam penataan panggung, khususnya berkaitan dengan back drop (latar

belakang panggung), panggung di terdiri dari beberapa jenis antara lain, panggung

bersifat netral, diskriptif, atmosfir atau penciptaan suasana, dan dekoratif.

Panggung bersifat netral maksudnya adalah untuk menetralisir warna-warna

busana penerinaya. Biasanya warna back drop adalah warna gelap dengan desain

rata. Panggung diskriptif adalah penggunaan tiruan latar belakang secara realitis

sesuai dengan adegan atau cerita yang sedang digambarkan. Panggung atmosfir

Page 45: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

29

adalah panggung untuk menciptakan suasan tertentu guna menunjang tari.

Panggung dekoratif adalah panggung yang sengaja dilengkapi dengan berbagai

hiasan untuk mendukung pertunjukan (Jazuli 2001 : 118).

Ruang merupakan unsur penunjang yang menentukan terwujudnya gerak

tari (Hadi 2003 : 23). Suatu pertunjukan selalu memerlukan tempat atau ruangan

guna menyelenggarakan pertunjukan tersebut. Ruangan dalam penyajian tari

disebut panggung. Panggung adalah arena pertunjukan yang biasanya merupakan

suatu tempat dimana tempat duduk penontonnya lebih rendah dari pada tempat

bermain (Lestari 1993: 3).

Pengertian panggung (stage) disini , yaitu tempat atau ruangan atau

gelanggang yang digunakan untuk pertunjukan atau pementasan. Dan telah kita

ketahui, bahwa seni tari adalah salah satu cabang seni yang termasuk pada rumpun

seni pertunjukan atau tontonan. Jadi jelas seni tari (tari-tarian pertujukkan) sangat

erat hubungannya dan membutuhkan sekali ruangan atau tempat untuk

penampilannya aau pertunjukannya. Dimana telah kita ketahui pula, ruang

(space) adalah salah satu unsur tari. Namun penataan panggung hendaknya tidak

mengalahkan nilai pertunjukannya (Murgiyanto 1983 : 105). Mengingat bahwa

suatu pergelaran tari sebagai tontonan melibatkan dua pihak, yaitu pihak penonton

dan pihak yang ditonton, maka tempat pertunjukan hendaknya dilengkapi dengan

sarana-sarana tertentu yang dapat menunjang pertunjukan. Seperti tata sinar, tata

suara, dan tata pentas (Padmodarmaya 1983 : 86-93).

Page 46: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

30

8) Tata Lampu

Tata lampu dikenal dalam kehidupan pentas kita, meskipun belum

sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara merata. Penggunaan tata lampu akan

sangat membantu kesuksesan suatu pertunjukan, tetapi tanpa pemahaman yang

jeli akan dapat berakibat sebaliknya. Penggunaan tata lampu tidak sekedar untuk

penerang saja, namun efek pencahayaan dari tata lampu harus diatur agar dapat

menciptakan suasana dan efek romantik suatu pertunjukan. Penataan lampu yang

berhasil dapat membantu menghadirkan penari ditengah-tengah lingkungan

dengan suasana yang selaras dengan isi tariannya. Penataan lampu bukanlah

sebagai penerangan semata, melainkan juga berfungsi untuk menciptakan suasana

atau efek dramatik dan memberi daya hidup pada sebuah pertunjukan tari, baik

secara langsung maupun tidak langsung (Jazuli 1994: 24-25).

9) Tata Suara

Tata suara merupakan jembatan komunikasi antara pertunjukan dengan

penonton, artinya penonton dapat mendengar dengan baik dan jelas iringan dan isi

yang mau dipertunjukan. Dalam tata suara yang perlu diperhatikan adalah

pembagian yang benar distribusi suara (spoot anjerphone) yang ada. Penataan

suara yang kurang baik dapat menghancurkan keseluruhan pertunjukan karena

mengakibatkan hubungan antar elemen tidak terkoordinasi secara baik (Jazuli

2001 : 120).

2.2.6 Nilai dan Makna

Nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap sesuatu hal yang

Page 47: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

31

dapat menjadi dasar penentu tingkah seseorang, sesuatu itu dianggap bernilai bagi

seseorang karena sesuatu itu menyenangkan (pleasant), memuaskan (satifasting),

menarik (interest), berguna (useful), menguntungkan (profitable), atau merupakan

satu keyakinan (bilief) (Daroeso dalam Kuswarsantyo 2011:107).

Pendapat lain dikemukakan oleh Mardiatmaja (dalam Kuswarsantyo

2011:107) bahwa nilai menunjukkan suatu sikap terhadap sesuatu yang dianggap

baik, dan merupakan kadar relasi positif yang terdapat pada inti suatu hal. Nilai

diberikan karena adanya suatu kualitas yang terdapat disekitar objek yang

meyebabkan orang menanggapinya sebagai suatu yang bernilai, menurut Dewey

pemberian nilai menyangkut tindakan akal untuk menghubungkan sarana dengan

tujuan (Katrof dalam Wulandari 2001: 40). Pemberian “Nilai” harus disertai

dengan akal secara aktif, sebagai suatu logika untuk menentukan kebenaran atau

kebaikan yang dianalisis melalui ilmu atau tanggapan-tanggapan yang didasarkan

fakta beserta tujuan-tujuan. Dalam pemberian tanggapan tentunya masing-masing

individu memiliki nilai pandangan yang berbeda-beda. Ini bisa saja terjadi karena

secara budaya, dasar-dasar nilai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya itu

menjadi acuan baik secara individual maupun sosial bagi anggota warga

masyarakat, dalam memenuhi kebutuhan akan keindahan (Hartoko 1984: 83).

Bastomi (2000 : 28) menyatakan bahwa nilai sering diasosiasikan dengan

etika tradisional yang ruang lingkupnya berkisar pada kesejajaran antara baik

dengan buruk. Sedangkan dilihat dari etimologi, nilai adalah harga, kadar, mutu,

sifat-sifat penting yang berguna bagi manusia. Apabila seseorang akan melakukan

perbuatannya akan merasa puas jika perbuatannya berdasarkan suatu pilihan nilai

Page 48: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

32

yang diyakini kebenarannya, kebaikannya, kemanfaatannya bagi diri sendiri

maupun orang lain.

Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek,

menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan,

atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.

Pendapat tersebut mengatakan, bahwa dalam kehidupan masyarakat nilai

merupakan sesuatu untuk memberikan tanggapan atas perilaku, tingkah laku, dan

segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat baik secara kelompok

maupun individu. Nilai yang muncul tersebut dapat bersifat positif apabila akan

berakibat baik, namun akan bersifat negatif jika berakibat buruk pada obyek yang

diberikan nilai (Sulaiman 1992: 19).

Menurut Mardiatmadja (1986:105), nilai menunjuk pada sikap orang

terhadap sesuatu hal yang baik. Nilai-nilai dapat saling berkaitan membentuk

suatu sistem dan antara yang satu dengan yang lain koheren dan mempengaruhi

segi kehidupan manusia. Dengan demikian, nilai-nilai berarti sesuatu yang

metafisis, meskipun berkaitan dengan kenyataan konkret. Nilai tidak dapat kita

lihat dalam bentuk fisik, sebab nilai adalah harga sesuatu hal yang harus dicari

dalam proses manusia menanggapi sikap manusia yang lain.

Nilai-nilai sudah ada dan terkandung dalam sesuatu, sehingga dengan

pendidikan membantu seseorang untuk dapat menyadari dengan mencari nilai-

nilai mendalam dan memahami kaitannya satu sama lain serta peranan dan

kegunaan bagi kehidupan. Ada hubungan antara bernilai dengan kebaikan

menurut Mardiatmadja (1986:105), nilai berkaitan dengan kebaikan yang ada

Page 49: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

33

dalam inti suatu hal. Jadi nilai merupakan kadar relasi positif antara sesuatu hal

dengan orang tertentu. Antara lain, nilai praktis, nilai sosial, nilai estetis, nilai

kultural/budaya, nilai religius, nilai susila/moral.

Kedua pendapat diatas berbicara masalah kebaikan, sikap dan norma-

norma yang merupakan penjabaran dari nilai, pendapat-pendapat tersebut tidak

dapat lepas dari kebudayaan seperti yang dikemukakan oleh Suminto (2000 : 5)

bahwa kebudayaan sebagai suatu konsep yang luas, yang di dalamnya tercakup

adanya sistem dari pranata nilai yang berlaku termasuk tradisi yang

mengisyaratkan makna pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah, adat istiadat dan

harta-harta cultural. Kebudayaan yang di dalamnya terdapat nilai perlu upaya

pelestarian. Melalui pendidikan akan menyadarkan kepentingan dalam nilai

budaya.

Merunut tulisan Donny Gahral Adian, penelitian kajian nilai terbagi

menjadi etika (filosofi) dan estetika. Filosofi tari berkenaan dengan bentuk

penyajian tari secara keseluruhan yang merupakan sistem nilai, ibarat payung

dikala hujan. Di balik sistem nilai dipastikan menghadirkan pesan tertentu oleh

koreografer. Untuk mengungkap pesan dilihat dari sudut pandang nilai sosial

Koentjaraningrat dimana sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi

bagi kelakuan manusia (dalam Alfan, 2013: 242). Segi keindahan diungkap

melalui sudut pandang De Witt H. Parker dalam teori bentuk estetik dimana tiap

pengalaman seni mengandung sensasi yang merupakan media ungkapan

berdasarkan asas kesatuan, tema, variasi, keseimbangan, perkembangan, dan tata

jenjang (dalam Alfan, 2013: 230-231).

Page 50: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

34

1) Nilai Pendidikan

Suyanto (2011:257), menyatakan bahwa seni menjadi media pendidikan

yang amat baik bagi kehidupan bermasyarakat dengan nilai-nilai yang dibawanya,

bahkan seni bermakna religius. Ia menyatakan bahwa:

… Kekuatan seni sebagai media pendidikan terletak pada nilai-nilai yang

dikandungnya. Nilai-nilai tersebut dapat bersifat eksplisit seperti pada

syair-syair lagu, dan bersifat implicit yaitu makna yang terkandung di

dalamnya. Ditinjau dari aspek apresiasi, kreasi, dan ekspresi, nilai-nilai

yang dapat dikembangkan melalui seni antara lain kasih sayang, empati,

tanggung jawab, kerjasama, disiplin, visioner, keadilan, dan keterbukaan,

serta ketekunan. Bahkan, melalui kesenian yang bersifat religious, yaitu

meningkatkan ketakwaan dan keimanan.

Kebudayaan yang memiliki unsur-unsur pendidikan salah satunya adalah

tari. Tari memiliki fungsi sebagai alat pendidikan anak (Danandjaya 2002 : 19-

22). Melalui tari, nilai-nilai pendidikan didapat dengan memahami, menghayati isi

dalam setiap gerakan tari. Jika dilihat dari nilai-nilai pendidikannya, maka tari

Kretek banyak mengandung pesan yang berisi tentang norma-norma dalam

tatanan kehidupan masyarakat.

2) Nilai Religius

Istilah religius membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama

memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu

kesatuan. Namun, sebenarnya keduanya mengarah pada makna yang berbeda.

Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan

hukum-hukum yang resmi. Religiositas, di pihak lain, melihat aspek yang dilubuk

hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas kedalaman pribadi manusia. Dengan

Page 51: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

35

demikian, religius bersifat mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang

tampak, formal, dan resmi (Nurgiyantoro 2012:326-327).

Moral religius menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani yang

dalam, harkat dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh manusia

(Nurgiyantoro, 2012:327). Agama sebagai alat wadah alamiah yang mengatur

pernyataan iman di forum terbuka atau dalam sistem sosial masyarakat dan

manifestasinya dapat disaksikan dalam bentuk khotbah-khotbah, doa-doa, dan

upacara-upacara.

Agama lebih menitikberatkan pada kelembagaan yang mengatur tata cara

penyembuhan manusia kepada penciptaannya dan mengarah pada aspek kuantitas,

sedangkan religius lebih menekankan pada kualitas manusia beragama. Agama

dan religiusitas merupakan kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi,

karena keduanya merupakan konsekuensi logis kehidupan manusia yang

diibaratkan selalu mempunyai dua kutub, yaitu kehidupan pribadi dan

kebersamaannya di tengah masyarakat (Pujiono 2006:15).

Konsep manusia dalam seni dihubungkan pada dua sifat yaitu psikologis

dan spiritual, sifat psikologis adalah sifat yang ada pada masing-masing jiwa

manusia, sedangkan sifat spiritual adalah sifat abstrak atau gaib bukan daya cipta

melainkan daya rasa yang berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan terhadap

sesuatu (Hadi 2000: 2).

Berdasarkan teori yang telah diuraikan oleh Hadi (2000: 2), dan pengertian

religius dapat ditarik kesimpulan bahwa spiritual dan religius didominasi oleh

kepercayaan dan keyakinan individu pada suatu hal. Kepercayaan merupakan

Page 52: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

36

suatu keyakinan terhadap sesuatu dari dalam diri manusia, kepercayaan lebih

mengacu pada hal-hal yang bersifat batin atau tidak nyata, namun diyakini

sepenuhnya dan terbukti kebenarannya. Kepercayaan inilah yang dinamakan

sebagai nilai spiritual atau nilai religius, walaupun nilai spiritual atau religius

lebih mengacu pada hal gaib atau hubungan kepercayaan pada sang Khalik.

Pengekspresian spiritual dapat diwujudkan melalui simbol gerak yang memiliki

makna dan arti sebagai wujud penghubung antara manusia dengan Tuhan Yang

Maha Esa dalam menyampaikan keinginannya.

3) Nilai Etika

Kehidupan manusia senantiasa diilhami suatu naluri untuk mencapai

tujuan hidup. Tujuan hidup yang didambakan adalah memperolah kebahagiaan

lahir dan batin. Sikap dan perilaku pada hakikatnya adalah merupakan

pencerminan kepribadian dan kesadaran moral dalam kehidupan masyarakat.

Interaksi manusia sebagai anggota masyarakat menunjukan adanya saling

membutuhkan, saling melengkapi, saling mengisi dan saling bertolak dari hal

tersebut. Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri-

solidaritas sejenis pada makhluk hidup untuk melestarikan kehidupannya,

kemudian pada manusia etika ini menjadi kesadaran sosial ,memberi rasa

tanggung jawab dan bila terpenuhi akan menjelma menjadi rasa bahagia

(Djelantik 1990 : 4).

4) Nilai Estetika

Estetika berasal dari kata Yunani aesthetica, yaitu hal-hal yang dapat

diserap oleh panca indra. Estetika adalah suatu jenis rasa atau pengalaman jiwa

Page 53: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

37

seseorang karena sublimasi ungkap dari seluruh medium yang ada pada suatu

karya secara utuh dari suatu karya seniman. Ada pendapat lain yang secara tegas

mendefisinikan arti kata estetika yaitu sebagai berikut : “Ilmu estetika adalah ilmu

yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan yang

mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan” (Djelantik 1990 :

58 ). Menurut John Hospers (dalam Ali 2011:2) estetika adalah renungan tentang

objek estetis atau karya seni, disamping itu juga membuat analisis mengenai

konsep-konsep yang digunakan dalam perenungan itu.

Bertolak dari pendapat di atas, David Hume (dalam Ali 2011:2)

menyimpulkan bahwa estetika tidak hanya membicarakan karya-karya seni yang

indah, tetapi juga membicarakan masalah cita rasa (taste) dan patokan dalam

membuat pertimbangan atau penilaian tentang nilai seni. Dari berbagai pendapat

para ahli, penulis dapat merumuskan bahwa estetis adalah suatu jenis rasa yang

timbul setelah panca indra menikmati suatu karya seni atau objek estetis.

Ruang lingkup estetika sebagai salah satu jenis persoalan filsafati pada

pokoknya berkenaan pada empat hal, yaitu nilai estetis, pengalaman estetis,

perilaku pencipta seni atau seniman, dan seni atau karya seni (Sahman 1993:3).

Adapun keempat hal dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Nilai estetis adalah

kemampuan dari suatu objek, dalam hal ini karya seni yang dapat menimbulkan

pengalaman obyek tersebut. 2) Pengalaman estetis berupa tanggapan dan

pengalaman seseorang dalam hubungannya dengan karya seni yaitu seniman,

penikmat atau penghayat seni. 3) Perilaku orang yang mencipta seni atau seniman,

yaitu mereka yang telah mampu mencipta sesuatu yang baru di dalam seni. 4)

Page 54: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

38

Seni atau karya seni yang berasal dari kata art, yang diartikan sebagai suatu

kemahiran dalam membuat barang-barang. Seni sebagai kegiatan manusia adalah

kegiatan orang mencipta seni atau karya seni.

The Liang Gie (1999 :6) berpendapat bahwa seni adalah suatu keindahan,

ada beberapa teori keindahan dalam seni, antara lain : 1) Teori Objektif yang

ditokohi oleh Plato, Hegel, Bernard berpendapat keindahan adalah sifat (kualitas)

yang telah melekat pada suatu benda. 2) Teori Subjektif yang di tokohi oleh

Henry Home. Edmund berpendapat keindahan adalah tanggapan dari dalam diri

seseorang, terhadap sebuah karya seni atau dengan istilah lain yaitu mengeluarkan

ikatan batin (perasaan) tehadap lahir. Berdasarkan teori subjektif di atas dapat

diperoleh kesimpulan, apabila seni berkaitan dengan kepercayaan yang ada pada

diri manusia.

Keindahan yang terdapat dalam kehidupan manusia mempunyai cakupan

yang cukup luas. Sesuai dengan permasalahan pada penelitian ini, maka perlu

adanya batasan dan klasifikasi secara jelas. Kata indah dalam penelitian ini erat

kaitannya dengan suatu bentuk seni yang merupakan hasil karya kreasi dan

ungkapan artistik manusia. Hubungan antara keindahan dalam suatu bentuk seni

ini tidak dapat terpisahkan. Ada suatu pendapat yang menyatakan bahwa, seni

adalah hasil karya manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah (Djelantik

1990 : 6).

Kartika (2007:8) mengungkapkan bahwa estetis merupakan nilai yang

berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan.

Apabila sesuatu benda disebut indah, sebutan itu tidak menunjuk kepada suatu ciri

Page 55: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

39

seperti umpamanya keseimbangan atau sebagai penilaian subyektif saja,

melainkan menyangkut ukuran-ukuran nilai yang bersangkutan dan ukuran-

ukuran nilai itu tidak mesti sama untuk masing-masing karya seni. Dari beberapa

pendapat para ahli, dapat dirumuskan bahwa nilai merupakan harga, kadar, mutu

dan sifat baik yang terdapat pada suatu benda serta memiliki manfaat bagi

manusia.

Djelantik (1999:4) memaparkan bahwa, pada umumnya apa yang kita

sebut indah dalam di dalam jiwa kita dapat menimbulkan rasa senang, rasa puas,

rasa aman, nyaman dan bahagia, dan bila perasaan itu sangat kuat, kita merasa

terpaku, terharu, terpesona, serta menimbulkan keinginan untuk mengalami

kembali perasaan itu, walaupun sudah dinikmati berkali-kali. Secara spesifik

keindahan dalam tari sebagaimana yang dikemukakan oleh Jazuli (2008:6) bahwa,

tari sebagai ekspresi seni menciptakan gerak yang dapat membuat manusia lebih

peka terhadap realita yang ada di sekitarnya. Dengan demikian gerak-gerak dalam

tari serta unsur pendukung lainnya telah dipertimbangan agar memiliki nilai

estetis yang berbobot.

Nilai estetis suatu tari tidak terlepas dari pola budaya lingkungan dimana

tari itu berasal. Jazuli (2008:116) menyatakan bahwa kriteria yang digunakan oleh

setiap daerah untuk menilai keindahan tari mengandung unsur-unsur wiraga,

wirama dan wirasa. Wiraga merupakan salah satu elemen baku yang secara visual

merupakan wujud gerak (gerak anggota badan). Wirama merupakan aspek ritme

berdasarkan irama gending atau instrumen pengiring yang disesuaikan dengan

Page 56: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

40

kebutuhan ritme gerak tari. Wirasa merupakan ekspresi penari yang disesuaikan

dengan maksud tarian.

5) Nilai Sosial

Dalam kamus sosiologi, ”social” adalah istilah yang berkenaan dengan

perilaku intepersonal, atau yang berkaitan dengan proses sosial. Istilah sosial

ditujukan pada pergaulan serta hubungan manusia dan kehidupan kelompok

manusia, terutama pada kehidupan dalam masyarakat yang teratur. Hubungan

antar manusia, terjalin dikarenakan saling membutuhkan untuk melangsungkan

kehidupan yang baik dan nyaman. Dengan adanya hubungan yang baik itulah,

akan terbentuk interaksi yang menimbulkan suatu kehidupan yang harmonis

apabila hubungan tersebut dapat dijaga dengan baik.

Dari kedua pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa nilai sosial

merupakan kesepakatan atau aturan-aturan, atupun juga sesuatu yang dimaknai

dalam kehidupan masyarakat. Sesuatu dapat dikatakan mempunyai nilai ketika

masyarakat masih menganggap bahwa sesuatu itu bermakna dan memiliki arti

bagi masyarakatnya. Dengan demikian nilai sosial diartikan sesuatu, apakah itu

seni, ilmu, barang, atau yang lain yang mempunyai makna, arti, atupun fungsi

bagi masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan tari Kretek, nilai sosial yang

terdapat dalam kesenian tersebut melekat dengan fungsi kesenian itu sendiri bagi

masyarakatnya. Tari Kretek dapat dikatakan memiliki nilai sosial apabila kesenian

itu sendiri masih memiliki fungsi dan makna bagi masyarakat pendukungnya.

Page 57: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

41

2.3 Kerangka Berpikir

Tari Kretek merupakan sebuah karya seni yang berakar dari pengalaman

hidup bersama dalam mengupayakan nafkah di sebuah pabrik rokok kretek. Tari

Kretek tercipta oleh banyak pihak yang berkecimpung dalam produksi rokok.

Pihak-pihak yang berperan berasal dari pemerintah yang diwakili oleh Gubernur

Jawa Tengah dan Kasie Kebudayaan Kabupaten Kudus saat itu sebagai penggagas

sekaligus pemangku kepentingan, pihak pencipta yang diwakili oleh Endang Tony

sebagai penata gerak, dan pihak produsen rokok yang diwakili oleh PT. Djarum

sebagai ladang dan medan gagasan penciptaan rokok.

Tari Kretek berkembang menjadi tarian khas Kudus menggambarkan

identitas Kabupaten Kudus yang mayoritas penduduknya hidup bergantung pada

produksi rokok dan memiliki keIslaman yang khas dengan dua walinya, Sunan

Kudus dan Sunan Muria. Keberadaan tari Kretek yang sangat penting bagi

Tari Kretek

Pemda Dinas

Pariwisata

Djarum

Fondation Sekolah

Sanggar Seni Puring

Sari

Pewarisan Tari

Kretek

Page 58: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

42

masyarakat Kudus menjadi miliki bersama dan layak dilestarikan, dipelajari serta

diwariskan kepada generasi berikutnya.

Proses pelestarian, pembelajaran dan pewarisan melibatkan berbagai unsur

masyarakat baik Sanggar Seni Puring Sari (Endang Tony) sebagai pencipta tari

Kretek maupun pemerintah daerah, PT. Djarum dan sekolah-sekolah. Sanggar

Seni Puring Sari mememiliki kepentingan pelestarian dan pewarisan tari Kretek

sebagai pencipta tari Kretek agar tari Kretek menjadi tari yang besar dan populer

dimasayarakat. Pemerintah daerah memiliki kepentingan pelestarian dan

pewarisan tari Kretek agar semakin meningkatkan pemahaman identitas

Kabupaten Kudus. PT. Djarum memiliki kepentingan pelestarian dan pewarisan

tari Kretek guna meningkatkan promosi rokok kretek. Berbagai kepentingan yang

ada mendorong kerjasama pelestarian dan pewarisan tari Kretek.

Page 59: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu

format deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam

penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu

penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau

kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat

1993:89).

Penelitian tentang pewarisan bentuk, nilai dan makna tari Kretek di

Sanggar Seni Puring Sari Kabupaten Kudus menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif mengharuskan peneliti

langsung berhadapan dengan responden untuk mengumpulkan data-data

informasi yang dibutuhkan, baik dari lokasi, individu atau kelompok penari

Kretek, bentuk penyajian tari Kretek, maupun peristiwa-peristiwa yang

terjadi saat melakukan penelitian. Setelah informasi dan data-data

terkumpul, peneliti mendiskripsikan data-data kemudian dioleh dalam tahap

analisis hasil pembahasan.

Sebagaimana yang dikemukankan Sukmadinata (2011 : 60)

menyebutkan bahwa:

Penelitian kualitatif (qualitative reseach) adalah suatu penelitian ang

ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena,

Page 60: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

44

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran

orang secara individual maupun kelompok.

Pendapat di atas sejalan menurut Tjetjep Rohendi Rohidi (2011 :

47) yang mengemukakan bahwa:

Penelitian seni, sebagaimana juga penelitian kualitatif, dilakukan

melalui keterlibatan di dalam lapangan atau situasi kehidupan yang

nyata secara mendalam dan atau yang memerlukan waktu yang

panjang. Peneliti seni harus mampu merasakan denyut dan getar-

getar seni yang dikajinya, dia tidak sekedar mengamati dengan cara

melihat dan mendengar saja. Dalam hal ini menjadi penting bagi

peneliti untuk terlibat penuh dalam situasi kehidupan seni, yaitu

situasi berlangsung secara normal, hal-halyang biasa dilakukan,

suasana yang mencerminkan kehidupan sehari-hari individu-

individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi.

Tugas utama peneliti seni dalam penelitian kualitatif adalah

menjelaskan secara teliti cara-cara orang yang berada dalam latar

tertentu, karya-karya atau hasil tindakannya, sehingga dapat

memahami, memperkirakan, mengambil langkah-langkah yang

diperlukan. Dengna kata lain, peneliti harus mengelola situasi

mereka sendiri dari hari ke hari.

Inti penelitian kualitatif dengan metode deskripsi ialah peneliti

melakukan kegiatan pengamatan lagsung dalam melihat peristiwa dan

momen apa saja yang penting pada saat penelitian. Peneliti tidak hanya

fokus mengamati peristiwa yang ada di sekitar, sehingga sumber data

terkumpul dengan baik, dan pada akhirnya dapat dideskripsikan juga dengan

baik.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini

peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh

Page 61: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

45

haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh

Sugiyono (2009:225) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil

observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara

observasi, dokumentasi, dan wawancara.

3.2.1 Observasi

Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang

dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau

obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut

diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi

partisipan, dan observasi nonpartisipan.

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang berlangsung (Sukmadinata 2011 : 220). Menurut Tjetjep

Rohendi Rohidi (2011 : 182) dalam bukunya yang berjudul Metodologi

Penelitian Seni, mengemukakan bahwa:

Metode observasi adalah metode yang digunakan untuk mengamati

sesuatu, seseorang, sesuatu lingkungan, atau situasi secara tajam

terinci, dan mencatatnya secara akurat dalam beberapa cara. Metode

observasi dalam penelitian seni dilaksanakan untuk memperoleh data

tentang karya seni, mengungkapkan gambaran sistematis mengenai

peristiwa kesenian, tingkah laku, dan berbagai perangkatnya

(medium dan teknik) pada tempat penelitian (studio, galeri, ruang

pamer, komunitas, dsb) yang dipilih untuk diteliti.

Page 62: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

46

Tjetjep Rohendi Rohidi (2011 : 184-189) juga mengemukakan

bahwa, “ . . . dalam observasi, terdapat setidak-tidaknya ada tiga macam

metode observasi yaitu, observasi biasa,observasi terkendali, dan observasi

terlibat”. Dibawah ini dijelaskan mengenai beberapa macam observasi,

diantaranya sebagai berikut:

1) Observasi Biasa

Peneliti yang menggunakan metode ini, tidak perlu terlibat dalam

hubungan emosi dengan pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya.

Penelitian ini juga tidak melakukan kontak atau komunikasi dengan

pelaku seni yang diamatinya, melainkan hanya mengumpulkan

informasi apa yang dilihat baik secara langsung oleh mata maupun

dibantu dengan alat dokumentasi.

2) Observasi Terkendali

Observasi terkendali ini sama dengan observasi biasa yaitu tidak perlu

terlibat dalam hubungan emosi dengan pelaku. Perbedaannya, pada

observasi terkendali para pelaku yang akan diamati dipilih dan kondisi-

kondisi yang ada dalan ruang atau tempat kegiatan dikendalikan oleh

peneliti.

3) Observasi Terlibat

Observasi ini bentuk khusus observasi yang menuntut keterlibatan

langsung pada dunia sosial yang dipilih untuk diteliti. Keterlibatan

peneliti dalam penelitian memberi peluang yang sangat baik untuk

Page 63: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

47

melihat, mendengar, dan mengalami realitas sebagaimana yang

dilakukan dan dirasakan oleh para pelaku, masyarakat serta kebudayaan

setempat.

Ketiga metode observasi diatas yang dikemukakan oleh Tjetjep

Rohendi Rohidi baik untuk dilakukakan, namun peneliti merasa cocok

dengan metode observasi yang ketiga yaitu observasi terlibat, karena dalam

penelitian yang dilakukan, peneliti ikut terlibat langsung dengan informan

atau pencipta tari Kretek, penari tari Kretek, dan kegiatan latihan di Sanggar

Seni Puring Sari Kabupaten Kudus untuk mengumpulkan data-data yang

dibutuhkan. Harapan peneliti mendapatkan data-data yang akurat mengenai

bentuk sajian tari Kretek baik gerak, iringan, kostum, maupun tata rias.

Observasi terlibat ini juga menjadi sarana menggali data-data tentang nilai-

nilai dan makna yang dihayati penari tari Kretek. Data lain yang diharapkan

diperoleh tentunya kendala-kendala serta usaha-usaha pewarisan tari Kretek.

3.2.2 Wawancara

Definisi wawancara dalam buku Metodologi Penelitian Seni, adalah

suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kejadian

yang oleh peneliti tidak dapat diamati sendiri secara langsung, baik karena

tindakan atau peristiwa yang terjadi di masa lampau, ataupun karena peneliti

tidak diperbolehkan hadir di tempat kejadian tersebut (Rohidi 2011 : 208).

”Interview atau sering juga disebut wawancara atau kuisioner lisan,

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

Page 64: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

48

informasi dari terwawancara (nara sumber)” (Arikunto 2006: 155). Pendapat

sejalan dengan Ratna (2010 : 222) dalam bukunya yang berjudul

Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-ilmu Humaniora Pada

Umumnya, mengatakan bahwa:

Wawancara (interview) adalah cara-cara untuk memperoleh data

dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu

dengan individu maupun individu dengan kelompok. Wawancara

melibatkan dua komponen, pewawancara yaitu peneliti itu sendiri

dan oerang yang diwawancarai.

Dua pendapat diatas, disimpulkan teknik pengumpulan

menggunakan wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

yang dapat digambarkan sebagai sebuah interaksi yang melibatkan antara

pewawancara (orang yang bertanya) dengan orang yang diwawancarai

(orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan), dengan maksud

mendapatkan informasi yang sah dan dapat dipercaya

Ada tiga jenis wawancara menurut Rohidi (2012 : 208-213) yaitu,

wawancara mendalam (percakapan bertujuan), wawancara etnografi, dan

wawancara tokoh. 1) Metode wawancara mendalam dapat dilakukan dengan

teknik yang bervariasi bergantung pada tingkat wawancara yang disusun

dan dirancang secara langsung dan bergantung pada jumlah subyek yang

diwawancarai yang akan menjawab pertanyaan yang diajukan. Wawancara

dapat berlangsung dari percakapan biasa atau pertanyaan singkat, hingga

yang bersifat formal, atau interaksi yang lebih lama. Wawancara formal

kadang-kadang dibutuhkan dalam penelitian untuk membakukakan topik

Page 65: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

49

wawancara dan pertanyaan umum. Aspek terpenting dari pendekatan

wawancara mendalam adalah informasi partisipan dapat diterima dan

dipandang sangat penting (Rohidi 2011 : 209). 2) Wawancara etnografis.

Arti penting wawancara etnografis dalam bidang seni dan pendidikan seni

terletak pada fokus keseniannya melalui perspektif subyek yang diteliti dan

melalui pertemuan atau kontak lansung. Ini semua dapat memberi gambaran

mengenai nuansa kesenian, dalam konteks kebudayaannya (Rohidi 2011 :

210). 3) Wawancara tokoh. Dalam wawancara tokoh ini, subyek tokoh

dipilih untuk wawancara berbasis keahlian mereka dalam bidang yang

diteliti. Wawancara tokoh memiliki banyak keuntungan. Informasi yang

bermakna atau penting dapat diperoleh dari informan tersebut karena posisi

yang mereka duduki dalam realitas sosial, organisasi seni, finansial, atau

administrasi.kelompok tokoh biasanya dapat memberikan seluruh

pandangannya mengenai sebuah karya seni, perkembangan gaya dan bentuk

seni, pemikiran dan tokoh-tokoh seni, organisasi seni, dan hubungannya

dengan organisasi lain (Rohidi 2011 : 212).

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan

utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam

penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi. Teknik sampling yang

digunakan oleh peneliti adalah purposive sample. Purposive sample adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2009:85).

Page 66: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

50

Menurut Arikunto (2010:183) pemilihan sampel secara purposive

pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi

sebagai berikut : 1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri,

sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok

populasi. 2) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan

subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada

populasi (key subjectis). 3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan

dengan cermat di dalam studi pendahuluan.

Seperti yang telah disebutkan bahwa pemilihan informan pertama

merupakan hal yang sangat utama sehingga harus dilakukan secara cermat,

karena penelitian ini mengkaji proses pelestarian, pengembangan dan

pewarisan tari Kretek di Sanggar Seni Puring Sari maka peneliti

memutuskan informan pertama atau informan kunci yang paling sesuai dan

tepat ialah Ibu Endang Tony selaku pemilik Sanggar Seni Puring Sari

sekaligus pencipta tari Kretek. Dari informan kunci ini selanjutnya diminta

untuk memberikan rekomendasi untuk memilih informan-informan

berikutnya, dengan catatan informan-informan tersebut merasakan dan

menilai kondisi lingkungan kerja sehingga terjadi sinkronisasi dan validasi

data yang didapatkan dari informan pertama.

Berdasarkan atas rekomendasi Ibu Endang Tony (pemilik Sanggar

Seni Puring Sari sekaligus pencipta tari Kretek), informan kunci yang

diambil peneliti sebanyak 5 orang. 5 orang tersebut terdiri dari Aan, 30

Page 67: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

51

tahun, selaku penari kesenian Kretek, Diah Pitarini, 34 tahun, selaku penari

kesenian Kretek, Ninik Noer Indah, 50 tahun, seniman Kabupaten Kudus,

Sudono, 60 tahun, seniman Kabupaten Kudus, Supriyadi, 50 tahun, selaku

penata musik tari Kretek. Data yang diharapkan dari informan yang berbasis

penari adalah pengetahuan tentang bentuk penyajian tari Kretek dan

penghayatan nilai tari Kretek serta upaya yang dilakukan dalam pewarisan

tari Kretek. Data yang diharapkan dari informan yang berbasis seniman

tentunya berkaitan berbagai pandangan tentang makna tari Kretek dalam

konteks masyarakat Kudus. Data mengenai bentuk sajian tari Kretek

khususnya iringan diharapkan diperoleh dari bapak Supriyadi selaku penata

musik tari Kretek.

Menghindari kehilangan informasi, peneliti meminta ijin kepada

informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan

wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas

gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik

penelitian.

3.2.3 Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono (2009 : 240) merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini

berupa gambar serta data-data mengenai Sanggar Seni Puring Sari dan tari

Kretek. Diharapkan dari dokumentasi yang ada, peneliti menemukan secara

Page 68: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

52

lengkap bentuk dan nilai tari Kretek. Selain itu, peniliti juga mengharapkan

data tentang pola dan proses pewarisan bentuk dan nilai tari Krerek.

Dokumentasi sendiri menurut Tjetjep Rohendi Rohidi (2011 : 195-

198) dalam buku Metodologi Penelitian Seni, dapat dilakukan dengan empat

cara yaitu teknik fotografi, video, audio, dan skets. Dalam penelitian ini

teknik pengemumpulan data dengan teknik dokumentasi menggunakan

teknik fotografi , teknik video, dan teknik audio untuk merekam hasil

gambar dan wawancara yang perlu direkam. Deskripsinya adalah sebagai

berikut:

1) Teknik Fotografi adalah teknologi yang menangkap dan menghasilkan

suatu gambaran statis, diam tak bergerak, tentang suatu objek, orang

atau pelaku, dan lingkungan yang mampu memberikan bukti kuat

mengenai suatu tampilan yang bermakna mengenai hal tertentu,

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian (Rohidi 2011:195).

2) Teknik Video adalah adalah teknik perekaman visual yang digunakan

untuk memperoleh, menyimpan, mengelola informasi visual, dan

menganalisis data visual. Teknik video merupakan piranti yang kuat

untuk menelaah peristiwa-peristiwa yang terjadi secara obyektif (Rohidi

2011 : 198).

3) Teknik Audio adalah teknik perekaman suara atau bunyi yang

digunakan untuk merekam informasi yang merefleksi tindakan dan

pikiran-pikiran yang diungkapkan secara spontan. Digunakan untuk

Page 69: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

53

membantu melengkapi uraian-uraian observasi dalam merekam tindakan

secara alamiah melengkapi jawaban yang tak sempat ditulis saat

wawancara dan observasi (Rohidi 2011 : 202) .

Dokumentasi yang digunakan peneliti menekankan pada

pengambilan foto kondisi Sanggar Seni Puring Sari, proses latihan tari

Kretek, proses pementasan tari Kretek, pelbagai perlengkapan pendukung

tari Kretek. Sedangkan audio tetap digunakan saat melakukan wawancara

dengan narasumber dari Sanggar Seni Puring Sari, pencipta tari Kretek,

penari tari Kretek dan Instansi Pemerintahan (Rohidi 2011 : 198).

3.2.4 Sumber Data dalam Penelitian

1) Data Primer

Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitian atau informan yang

berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari

responden secara langsung (Arikunto 2010 : 22). Peneliti menggunakan

data-data yang diperoleh dari informan kunci yang terdiri dari pencipta atau

penata tari Kretek, penata iringan tari Kretek, penari tari Kretek dan

seniman tari Kabupaten Kudus sebagai data primer.

2) Data Sekunder

Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan

data yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

Page 70: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

54

observasi yang dilakukan oleh peneliti serta dari studi pustaka. Dapat

dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis

seperti tabel, catatan, foto dan lain-lain (Arikunto 2010 : 22). Data-data

sekunder yang diperoleh peneliti dan digunakan untuk menyusun skripsi ini

adalah data dari dokumentasi baik yang didokumentasikan pribadi maupun

yang telah terdokumentasikan oleh informan-informan yang ada.

Dokumentasi lain yang berupa buku-buku pendukung, dokumen grafis

seperti tabel, catatan dan foto juga dipergunakan peneliti guna melengkapi

penelitian yang dilakukan.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara

sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan.

Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2009 : 334) yaitu proses

mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis

data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan data yang

diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi

hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,

selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat

disimpulkan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan data

Page 71: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

55

yang terkumpul. Bila hipotesis dapat dapat diterima maka berkembang

menjadi teori.

Dalam menganalisis data penelitian ini mengacu pada struktur

analisis data seni menurut Rohidi. Rohidi (2011 : 221) mengungkapkan,

data seni (bagi peneliti seni dan pendidik seni) menjadi sangat berguna

ketika kita perlu menyempurnakan, mengabsahkan, menjelaskan,

menerangkan, atau menafsirkan kembali data yang diperoleh dari latar yang

sama. Setelah seseorang meneliti telah melakukan pengumpulan data, hal

yang diperlukan dilakukannya adalah menganalisis dan menafsirkan data

tersebut. Dua tahap dalam menganalisis data penelitian seni yaitu, analisis

data intraestetik dan analisis data ekstraestetik. Keduanya saling berkaitan,

dan sekaligus juga menyeluruh (Rohidi 2011 : 241).

Bertalian dengan analisis data intraestetik, Ocvirk memberi

gambaran tentang karya seni visual, dan menunjukkan tiga komponen dasar

dari karya seni untuk dianalisis yaitu; 1) subyek, 2) nas (content), dan 3)

bentuk (form). Sementara dalam mengalisis data faktor ekstraestetik perlu

memperhatikan beberapa situasi antara lain; 1) latar alam, fisik yang

menjadi sumber daya lingkungan yang dapat dimanfaatkan, 2) konteks

sosial budaya tempat karya seni hadir, 3) orang-orang yang terlibat di

dalamnya, 4) perilaku atau tindakan orang-orang, dengan siapa mereka

berinteraksi, dan 5) hubungan yang berlangsung antar warga pada latar

penelitian (Rohidi 2012 : 243).

Page 72: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

56

Data penelitian tentang pewarisan bentuk, nilai, dan makna tari

Kretek, dianalisis data penelitiannya disesuaikan dengan dua tahap yang

telah dijelaskan diatas. Kedua tahap yang disebutkan di atas, analisis

intraestetik terkait dengan bentuk tari Kretek, nilai dan makna tari Kretek,

proses pewarisan tari Kretek, dan pencipta tari Kretek. Analisis ekstraestetik

berkaitan dengan faktor-faktor pendukung pewarisan tari Kretek, subyek

dan obyek penelitian dari hasil pengumpulan data.

3.4 Teknik Keabsahan Data

Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah

keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk atau

keterpercayaan terhadap hasil data penelitian.

Upaya untuk menjaga kredibiltas dalam penelitian menurut Miles

dan Huberman (2007 : 426 – 456) adalah melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Memeriksa Kerepresentatifan

Pemilihan informan sangat menentukan hasil penelitian. Informan yang

representatif memberikan data yang baik dan dapat dipercaya,

sebaliknya informan yang kurang representatif melemahkan data yang

diperoleh (Miles dan Huberman 2007 : 426).

2) Memerikasa Pengaruh Peneliti

Page 73: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

57

Keberadaan „orang luar‟ dari kelompok mempengaruhi „orang dalam‟ di

dalam kelompok, dan sebaliknya. Peneliti sebagai orang luar

mempengaruhi proses gerak orang dalam dan dapat mengacaukan

pengambilan data dan kesimpulan (Miles dan Huberman 2007 : 430).

3) Triangulasi

Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Miles dan Huberman (2007 : 434) mengungkapkan

bahwa, trigulasi dalam pengajuan kredibilitas adalah pengecekan data

dari berbagai sumber dengan cara, dan berbagai waktu. Triangulasi

adalah pengecekan berbagai sumber yang diperoleh dan triangulasi

diperoleh dari informasi yang peneliti dapat dari narasumber.

4) Memberi Bobot Pada Bukti

Data yang diperoleh dari lapangan merupakan data metah yang siap

disarikan, dilakukan pengurangan, pemilihan, dan ditranformasikan

dalam bentuk berbagai penyajian. Proses ini perlu pemilihan dan

pembobotan sehingga diperoleh informasi yang layak untuk dijadikan

data baku (Miles dan Huberman 2007 : 437).

5) Membuat Pertentangan

Cara yang selalu dipakai dan yang klasik dalam menguji kesimpulan

adalah dengan membuat kontrasatau perbandingan antara dua rangkaian

persoalan, atau dua orang, peranan, kegiatan yang diketahui berbeda

dalam berbagai hal (Miles dan Huberman 2007 : 440).

Page 74: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

58

6) Memeriksa Makna Segala Sesuatu yang di Luar

‟Orang luar‟ memiliki pandangan yang berbeda dengan ‟orang dalam‟

dalam menghadapi suatu masalah. Dalam penelitian, peneliti tidak boleh

meninggalkan hal-hal yang diluar hasil penelitiannya. Segala makna

yang di luar dapat menjadi pembanding dalam meneliti, makna yang

diluar dapat memperdalam hasil kesimpulan (Miles dan Huberman 2007

: 442-443).

7) Menggunakan Kasus Ekstrem

Hal-hal yang diluar penelitian kadang kala memiliki tipe-tipe tertentu

yang sangat berlawanan dengan data yang diperoleh. Hal itu dapat

digunakan untuk menguji kesimpulan awal penelitan yang ada (Miles

dan Huberman 2007 : 444).

8) Menyingkirkan Hubungan Palsu

Temuan data menjadi lebih sahih dan dapat lebih dipercaya jika

ditunjang oleh beberapa sumber yang mandiri dan tanpa hubungan yang

semu. Hubungan yang semu menimbulkan ketidakobyektifan data yang

diperoleh (Miles dan Huberman 2007 : 445-447).

9) Membuat Replika Temuan

Temuan data menjadi lebih sahih dan dapat lebih dipercaya jika

ditunjang oleh beberapa sumber yang mandiri dan tanpa hubungan yang

semu. Temuan data itu menjadi lebih terpecaya bila dipastikan dalam

Page 75: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

59

intrumen-intrumen yang diukur dalam ukuran-ukuran yang sama (Miles

dan Huberman 2007 : 447-449).

10) Mencari Penjelasan Tandingan

Mempertimbangkan bahwa mungkin ada penjelasan tandingan yang

bermanfaat bagi gejala yang sedang dipelajari oleh seorang dengan

seksama namun belum sepenuhnya belum terungkap, merupakan latihan

yang baik dalam mendisiplinkan diri dan menghindarkan kesombongan

(Miles dan Huberman 2007 : 449).

11) Memberi Bukti yang Negatif

Peneliti mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan

temuan data sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau

bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat

dipercaya. Miles dan Huberman (2007 : 452) mengungkapkan, kasus

negative adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil

penelitian hingga pada saat tertentu. Analisis negative bertujuan untuk

mencari data apakah ada yang bertentangan atau tidak, apabila tidak ada

data yang bertentangan dengan data diperoleh maka data yang telah

diperoleh dapat dipercaya.

12) Mendapat Umpan Balik Dari Informan

Umpan balik adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para

pemberi data berarti data tersebut sudah valid, tetapi apabila data yang

Page 76: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

60

ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh

pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi

data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah

temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data. Miles dan Huberman berpendapat bahwa, umpan balik

adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi

data. Tujuan umpan balik ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh

data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data

(Miles dan Huberman 2007 : 453-455).

Page 77: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

147

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan di atas, yang terbagi kedalam

beberapa sub bab tersebut, peneliti menarik beberapa simpulan mengenai pewarisan

tari Kretek, yang merupakan topik penelitian dalam penulisan skripsi ini. Tari Kretek

merupakan salah satu tarian khas yang lahir dari Kabupaten Kudus. Tari Kretek

diciptakan berdasarkan pada proses pembuatan rokok kretek. Kegiatan produksi

rokok kretek adalah salah satu bentuk mata pencarian pokok kehidupan masyarakat

Kabupaten Kudus, sehingga memiliki makna penting bagi kehidupan dan kebudayaan

masyarakat Kabupaten Kudus.

Sistem pewarisan dalam tari Kretek dilakukan melalui proses imitasi,

identifikasi, dan sosialisasi dengan dilaksanakan secara terprogram dan teratur di

Sanggar Seni Puring Sari. Ada beberapa tahapan mengenai proses pewarisan seni tari

Kretek yakni proses perkenalan, proses melihat, meniru, serta proses pelatihan dan

pembinaan. Hal tersebut sudah menjadi tradisi Sanggar Seni Puring Sari dalam

mewariskan tari Kretek, sebagai upaya pelestarian tari Kretek.

Pewarisan tari Kretek menyangkut 3 aspek budaya yaitu 1) pengetahuan, 2)

sikap dan 3) ketrampilan. Aspek pengetahuan menyangkup seluk beluk persoalan tata

rias, tata busana, tata gerak tari, dan makna atau isi unsur-unsur dalam tari Kretek

misalnya nilai religiusitas dan nilai pendidikan. Aspek sikap menyangkut maksud

yang diharapkan dari tari Kretek seperti etos kerja yang kuat, kerjasama dan

Page 78: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

148

kemandirian. Aspek ketrampilan menyangkut kemampuan dalam meragakan gerak

tari Kretek.

Proses pewarisan tari Kretek tidak seutuhnya berjalan mulus, ada kendala

yang selalu menjadi tantangan. Kendala dalam proses pewarisan tari Kretek antara

lain: 1) kesadaran masyakat yang lemah dalam melestarikan dan mengusahakan

pewarisan tari Kretek, 2) kurangnya pembelajaran kesenian dan rendahnya minat

untuk belajar kesenian, 3) inkonsistensi peraturan yang hanya menguntungkan bagi

kebudayaan dan kesenian yang menghasilkan banyak nilai ekonomi bagi pemerintah,

4) arus globalisasi yang mengerus kecintaan dan militansi terhadap kebudayaan

daerah, 5) kemajuan teknologi yang lebih memikat dibandingkan kegiatan kesenian,

6) orientasi ekonomi jangka pendek yang memandang bahwa penari tidak memiliki

jaminan untuk kehidupan yang layak, 7) keterbatasan biaya.

5.2 Saran

Pada kesempatan ini, peneliti ingin memberikan saran peduli terhadap

perkembangan dan pewarisan tari Kretek. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh

dalam penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu adanya kesadaran dari masyarakat dalam melestarikan Tari Kretek sehingga

tidak dijadikan sebagai kebutuhan hiburan saja, melainkan sebagai pelestarian

kesenian tradisional. Khususnya kepada generasi muda agar tidak memandang

sebelah mata terhadap kesenian tradisional, karena kesenian tradisional

merupakan milik bangsa kita yang harus dijaga, jangan sampai punah didesak

oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mungkin saja akan

mengikis nilai-nilai yang terkandung didalam seni tari Kretek.

Page 79: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

149

2 Kepada pihak pemerintah hendaknya turut menggali, membina, mengembangkan,

mengayomi, memberi bantuan finansial yang memadai, dan mempromosikan

kesenian tradisional tersebut agar tetap lestari dan mempunyai nilai-nilai yang

positif.

3 Kepada pihak Dinas Pariwisata dan Sanggar Seni Puring Sari hendaknya

menjaga serta menginvetarisasi berbagai hasil pengembangan dan prestasi

yang telah didapatkan agar memudahkan pendataan, pengembangan, dan

pewarisan tari Kretek

4 Skripsi Pewarisan Seni Tari Kretek ini, dijadikan sebagai salah satu sarana

untuk memperkaya kepustakaan Jurusan Sendratasik Universitas Negeri

Semarang

Page 80: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

150

DAFTAR PUSTAKA

Alfan, Muhammad. 2013. Pengantar Filsafat Nilai. Bandung: CV. Pustaka Setia

Ali, Matius. 2011. Estetika Pengantar Filsafat Seni. Jakarta: Sanggar Luxor

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Bina Aksara.

______, 2010 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta

Artha, Arwan Tuti dan Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2004. Jejak Masa Lalu: Sejuta

Warisan Budaya. Yogyakarta: Kunci Ilmu

Astini Siluh Made, Utina Usrek Tani. 2007, Tari Pendet Sebagai Tari Balih

Balihan. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni 3 (1): Hal.

175

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten

Kudus. 2014. Kudus Dalam Angka 2013/2014.Kudus: Bapeda dan BPS

Bastomi, Suwaji. 1988. Apresiasi Kesenian Tradisional. Semarang. IKIP Semarng

Press

_____, 2000. Seni Kriya Seni. Semarang: UNNES Press

Budiman. 1987. Rokok Kretek Lintas Sejarah dan Artinya Bagi Perkembangan

Bangsa dan Negara. Kudus: PT Djarum Kudus

Cahyati, Nur. 2000. Kajian bentuk perwujudan dan makna simbolis kesenian

tradisional. Skripsi pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Sendratasik

UNNES.

Cahyono, Agus. 2006. Pola Pewarisan Nilai-Nilai Kesenian Tayub. Harmonia

Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. 7 (1): 21-23

Danandjaja. 2002. Folklor Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti

Dewi, Dian Dwiyani Argha. 1999. Bentuk dan Struktur Tari Kretek di Kabupaten

Kudus. Dalam Skripsi Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta

Djelantik, A.A.M. 1990. Pengantar Dasara Ilmu Estetika Jilid I: Estetika

Instrumental. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Page 81: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

151

_____, 1992. Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid II: Falsafah Keindahan dan

Kesenian. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia

_____,1999 Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan

Indonesia

_____, 2001 Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI dan ARTI

Gie, The Liang. 1999. Garis Besar Estetika. Yogyakarta: Karya

Hadi, Sumandiyo. 2000. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Yayasan Untuk

Indonesia

_____, 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta. Elkaphi

_____, 2007. Sosiologi Tari: Sebuah Pengenalan Awal. Yogyakarta: Penerbit

Pustaka

_____, 2007. Kajian Tari: Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher

_____, 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Surabaya: Unesa

University Press

Hartoko, Dick. 1984. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Kanisius

Hartono. 2004. Seni Tari Sebagai Muatan Lokal: Sebagai Alternatif. Harmonia

Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni. 5 (1): 31-52

_____, 2012. Pembelajaran Tari Anak Usia Dini. Semarang: UNNES Press.

Haryono. Timbul. 2008. Seni Pertunjukan dan Seni Rupa dalam Perspektif

Arkeologi Seni. Surakarta: ISI Press.

Hidayat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari “Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni

Tari” Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri

Malang bekerjasama dengan Unit Pengembangan Profesi Tari

Humardani, 1983. Tari Tinjauan Dari Berbagai Segi. Jakarta: Pustaka Jaya

_____, 1985. Kumpulan Kertas Tentang Kesenian. Surakarta : Proyek ASTI.

Indriyanto, 2001. Kebangkitan Tari Rakyat Di Daerah Banyumas. Harmonia:

Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. 2 (2): 21-32

_____, 2010 Analisis Tari. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni UNNES.

Page 82: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

152

Jazuli. M. 1994. Demensi-Demensi Tari (Sebuah Kumpulan Karangan. Semarang:

IKIP Semarang Press

_____, 1994. Telaah Teori Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press

_____, 1995. Segi-Segi Artistik Dalam Pergelaran Seni. Media halaman 86 – 96.

Semarang: IKIP Semarang Press

_____, 2001. Paradigma Seni Pertunjukan Sebuah Wacana Seni Tari, Wayang,

dan Seniman. Yogyakarta: Lentera

_____, 2008. Pendidikan Seni Budaya . Suplemen Pembelajaran Seni. Semarang:

UNNES Press

_____, 2014. Sosiologi Seni; Pengantar dan Model Studi Seni Edisi 2.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Jacqueline, Smith. 2003. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktek Bagi Guru Tari di Indonesia, Seni dan Pendidikan Seni: Sebuah Bunga Rampai Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) UPI.

Kartika, Dharsono Sony. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains

_____, 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains

Kodiran. 2004 Pewarisan Budaya dan Kepribadian. Humaniora, 16 (1): 10-16

Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

_____, 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

_____, 1999. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: PT Grasindo.

Kusumastuti Eny. 2004. Pendidikan Seni Tari Pada Anak Usia Dini di Taman

Kanak-Kanak Tadika Puri Cabang Erlangga Semarang Sebagai Proses

Alih Budaya. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. 5 (1):

41-56

Page 83: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

153

Kussudiarjo, 2000. Bentuk Pertunjukan Musik RNB Di Astro cafe. Skripsi pada

Program Studi Pendidikan Seni Musik Jurusan Sendratasik Fakultas

Bahasa Dan Seni UNNES. Semarang

Kuswarsantyo. 2011. Memahami Nilai-Nilai Filosofis Joged Mataram Sebagai

Media Pembentuk Karater Anak. Yogyakarta: Universitas gajah Mada.

Langer, Susanne K. Trans, FX. Widayanto. 1988. Problematika Seni. Bandung:

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri

Bekerjasama dengan Penelitian Alumni

Lestari, Wahyu. 1993. Tekhnologi Rias Panggung. Semarang: IKIP.

_____, 1993 Analisis Stratifikasi Sosial Terhadap Gaya Berkesenian Remaja di

Kotamadya Semarang: Kasus Berkesenian Klasik-Tradisional, Kreasi

Baru, dan Pop Dalam Seni Tari. Laporan Penelitian. Proyek Operasi dan

Perawatan Fasilitas, Istitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang.

Lindsay. Jeniffer. 1991. Klasik Kits Kontemporer : Studi Tentang Seni

Pertunjukan Jawa. Yogyakarta : UGM Press.

Mardiatmadja. 1986. Hubungan Nilai dan Kebaikan. Jakarta: Sinar Harapan.

Merry, La Trans. Soedarsono. 1986. Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari

Karya. Jakarta: Direktorat Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Milles, Mathew B & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif : Buku

Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi

Rohidi. Jakarta : UI Press.

_____, 2007. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi.

Jakarta: Universitas Indonesia Press..

Moleong. J. Lexi. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya.

Murgiyanto. Sal. 1993. Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta

: PPBPK Depdikbud.

_____, 2003. Masalah Pendekatan Tari Pendidikan, Seni dan Pen-didikan Seni: Sebuah Bunga Rampai (Bandung: Pusat Pene-litian dan Pengembangan Pen-didikan Seni Tradisional (P4ST) UPI.

Nada, Ufin. 2009. Perkembangan Tari Kretek Di Kabupaten Kudus 1986 – 2008.

dalam Skripsi Institut Seni Indonesia Surakarta

Page 84: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

154

Padmodarmaya. 1983. Tata dan Teknik Pentas. Jakarta: Dirjen Pendidikan dan

Menengah

Poerwanto. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Prayitno, S.H. 1990. Pengantar Pendidikan Seni Tari SLTA Jilid 1. Yogyakarta:

Balai Pustaka.

Prihatini. 2008. Seni Pertunjukan Rakyat Kedu. Surakarta: ISI Press bekerja sama

dengan Cenderawasih

Purwadi. 2006. Seni Karawitan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka

Ratna, I Nyoman Khuta. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu-

ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rochman, Maman. 1993. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang:

IKIP semarang Press.

Rohidi, T.R. 1998. Pendekatan Sistem Sosial Budaya dalam Pendidikan.

Semarang: IKIP Press.

_____, 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STISI

_____, 2000. Ekspresi seni orang miskin. Jakarta: Balai Pustaka.

_____, 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara

Sahman, Humar. 1993. Estetika Telaah Sistematika dan Hietonik. Semarang: IKIP

Semarang Press

Sedyawati. Edi, 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan

_____, 1984. Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: Pustaka Jaya.

_____, 1992. Seni Sebagai Perantara Sosial. dalam majalah media FPBS IKIP

Semarang.

_____, 2014. Kebudayaan di Nusantara Dari Keris, Tor-tor, Sampai Industri

Budaya. Depok. Komunitas Bambu

Soedarsono. 1999. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa,

Bandung : MSPI

Page 85: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

155

_____, 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Sugianto, Dkk. 2000. Kerajinan Tangan dan Kesenian. Jakarta: Erlangga

Sukmadinata, N.S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

_____, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sutama, 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R &

D. Surakarta: Fairuz Media.

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penelitian.Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Sulaiman. 1992. Struktur Sosial dan Nilai Budaya Masyarakat Pedesaan.

Yogyakarta: APD

Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Sumaryanto, F. Totok. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Semarang :

Sendratasik UNNES.

_____, 2010. Metodologi Penelitian 2. Semarang: Jurusan Pendidikan

Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni UNNES, Kementerian Pendidikan

Nasional.

Suminto. 2000. Malam Tamansari. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia

Suparli. 1983. Tinjauan Seni. Surabaya : Asti Press.

Suwanda. 1992. Seni Pertunjukkan Musik Tradisional. Jakarta:Yudistira.

Suwandi. 2007. Bentuk dan Fungsi Kesenian Rodad di Desa Jati Lawang

Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Skripsi pada Program Studi

Pendidikan Seni Tari Jurusan Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni

UNNES. Semarang

Page 86: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

156

Suminto, A. Sayuti. 2004. Menguak Pendidikan Seni Kita: Bagaimana

Seharusnya. Imaji Jurnal Seni dan Pendidikan Seni. 2 (1) : 17-23

Suyanto. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik.

Yogyakarta: UNY Press

Yayasan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja. 2000 Bagong Kussudiardja: dari

Klasik hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Press

Yodeseputra. 1993. Pengantar Wawasan Seni Budaya. Jakarta : Depdikbud.

Wulandari, Retno. 2001. Kesenian Sampyong di Desa Pamiritan Kecamatan

Balapulang Kabupaten Tegal. Skripsi pada Program Studi Pendididkan

Seni Tari Jurusan Sendratasik Fakultas Seni dan Bahasa. UNNES

Page 87: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

157

GLOSARI

Aesthetica : hal-hal yang dapat diserap oleh panca indra

Art : dalam bahasa Latin berarti kemahiran

Back drop : latar belakang panggung

Background : latar belakang

Back light : lampu dari belakang

Badan giyul : salah satu gerak badan dalam tari

Badong : berbondong-bondong

Badongan : model pembelajaran secara bersama-sama

Balungan : beberapa alat musik gamelan Jawa yang fungsinya

hanya sebagai pendukung gendhing

Barongan : bentuk kepala tiruan binatang (harimau)

Beksan : tari

Beskap Kudusan : baju lengan panjangdengan leher berbentuk bulat

Bilief : keyakinan

Blangkon : sejenis penutup kepala untuk laki-laki dari Jawa

Blantik : makelar

Bonang barung : salah satu alat musik gamelan Jawa

Bonang penerus : salah satu alat musik gamelan Jawa

Bros godhem : perhiasan yang dipakai sebagai penghias baju depan

Buka luwur : iringan awal

Cakepan : kalimat dalam betuk tembang

Cantrik : murid dalam sebuah padepokan

Page 88: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

158

Caping calo : topi khas Kabupaten Kudus

Caracter make-up : rias karakter

Celana komprang : celana sebatas lutut

Cethik : tulang yang ada di pinggang

Corrective make-up : rias korektif

Cundhuk dipo : cundhuk berbentuk bulat dan berjumlah lima yang

dipasang di sanggul

Cundhuk gelang ece : hiasan yang dipakai di atas model rambut yang

mengambarkan lima rukun Islam

Cundhuk gelung : hiasan yang dipakai di atas model rambut

Demung : salah satu alat musik gamelan Jawa

Distorsi : diubah, dikurangi

Double step : salah satu gerak kaki dalam tari

Egol pantat : salah satu gerak pantat dalam tari

Fantasy make-up : rias fantasi

Floor design : pola lantai

Follow spot : lampu penari tunggal

Foot light : lampu dari bawah

Front light : lampu dari depan

Gambyong : salah satu jenis tari Jawa

Gedheg : salah satu gerak kepala

Gejug : salah satu gerak kaki dalam tari

Gelang lungwi : perhiasan yang dipergunakan pada pergelangan tangan

Page 89: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

159

Geleng : salah satu gerak kepala

Gendhing : musik khas Jawa

General light : lampu penerangan keseluruhan

Gerongan : nyanyian Jawa yang berupa tembang

Gestur : gerak maknawi

Giwang markis : perhiasan yang dipakai di telinga

Gong : salah satu alat musik gamelan Jawa

Halaqah : belajar bersama dengan cara berdiskusi

Hasta sawanda : pedoman penilaian tari gaya Surakarta

Imaji : bayangan, gambaran pikiran

Interest : menarik

Irah-irahan : penutup kepala

Iringan internal : iringan tari yang berasal dari penari sendiri

Iringan eksternal : iringan tari yang berasal dari luar penari

Jalan mayuk : salah satu gerak kaki dalam tari Kretek

Jalan ngracik putar : salah satu gerak kaki dalam tari Kretek

Jalan tranjal : salah satu gerak jalan patah-patah dalam tari Kretek

Jarik : kain panjang yang dipakai wanita Jawa

Jidur : salah satu jenis alat musik yang dipukul

Jigang : ngaji (membaca Al Quran) dan dagang salah satu

semboyang hidup masyarakat kudus

joged mataram : pedoman tari gaya Yogyakarta

Jomplangan : loncat samping kanan, angkat kaki dan sebaliknya

Page 90: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

160

Kalung susun songo : perhiasan yang dipakai di leher

Karawitan : jenis pagelaran musik Jawa

Kemben : penutup dada untuk perempuan

Kempul : salah satu alat musik gamelan Jawa

Kendhang : salah satu alat musik gamelan Jawa

Kengser : salah satu gerak kaki dalam tari

Kenong : salah satu alat musik gamelan Jawa

Kentongan : alat musik dari bambu yang digunakan saat ronda

Kinanthi : nama tembang Jawa

Klobot : kulit jagung yang sudah kering

Klotekan bambu : alat musik sejenis kentongan dari bambu yang

digunakan saat ronda

Konde ayu : salah satu model gelung dalam tradisi Jawa

Kromo inggil : tingkatan dalam bahasa Jawa paling tinggi

Kulit lulang : irisan kulit binatang yang dikeringkan

Laku telu : jalan tiga, salah satu gerak tari Kretek

Lalaran : belajar sendiri dengan cara menghafal

Lancaran : salah satu bentuk gendhing Jawa

Langkah serong : salah satu gerak kaki dalam tari

Laras : tangga nada dalam gendhing Jawa

Laseman : salah satu motif kain batik berasal dari daerah Lasem

Lembehan : salah satu gerak tangan dalam tari

Lumahan tangan : salah satu gerakan tangan dalam tari

Page 91: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

161

Lumaksana : salah satu gerak berjalan dalam tari

Lungwi : gelang khas masyarakat Kudus yang berbentuk lilitan,

dahulunya terbuat dari ayaman rumput yang digunakan

sebagai aksesoris pad tangan

Maju beksan : masuk ke tempat pementasan tari, maju untuk menari

Malang : salah satu gerak kaki dalam tari

Marut : menggiling halus

Mayuk : salah satu gerak badan dalam tari

Mbatil : memotong ujung rokok untuk dirapikan

Mboknem : ibumu

Mekak : penutup dada untuk perempuan

Melembar : menyusun beberapa kertas yang disiapkan untuk

dijadikan bahan pembuatan rokok

Mengleng : salah satu gerak kepala dalam tari

Menthang : salah satu gerak pergelangan tangan dalam tari

Menunduk : salah satu gerak kepala dalam tari

Mesam-mesem : senyum-senyum

Milahi : memisahkan tembakau yang baik dari yang tidak baik

Miring : merebahkan badan kesamping

Miwir : menampi

Mlumah : salah satu gerakan tangan

Mundur beksan : keluar dari tempat pementasan tari

Napak putar : salah satu gerak kaki dalam tari

Page 92: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

162

Napeni : memilih tembakau dengan cara mengayun-ayunkan

tampah ke atas dan ke bawah untuk membuang

tembakau yang jelek

Ndedeg : salah satu sikap badan dalam menari

Ngayak : memilih tembakau dengan cara memutar-mutar tampah

untuk membuang tembakau yang jelek

Ngepak : memasukkan rokok kedalam bungkus rokok dan kardus

besar

Ngepir : gerak menurun-menaikkan badan dalam menari

Ngiping : salah satu gerak tari

Ngoko : salah satu tingkat bahasa Jawa yang paling dasar

Nggiling : tembakau yang sudah diletakan diatas kertas diproses

dengan cara dilinting menggunakan mesin penggiling

Nginteri : pemilahan tembakau secara lebih teliti untuk

mendapatkan tembakau kualitas tinggi

Ngiping : gerak menghaluskan bahan rokok

Ngranyung : salah satu gerak tangan

Nyedak tah : mendekatlah

Nyekithing : salah satu gerak tangan

Nyunggi : membawa barang diatas kepala

Pathet : nama untuk menyebut suatu tangga nada dalam musik

Jawa

Pelog : salah satu jenis tangga nada musik Jawa

Page 93: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

163

Personal models : model personal

Pleasant : menyenangkan

Pocap : logat bahasa

Profitable : menguntungkan

Proscenium : panggung yang hanya memungkinkan penonton melihat

satu arah yaitu arah depan

Pure movement : gerak murni

Rajang : potong kecil-kecil atau tipis-tipis

Rebana : alat musik pukul untuk mengiringi lagu-lagu Islami

Robyong : kalung khas Kudus yang tersusun sembilan

Rokok kretek : rokok yang dibuat tanpa mengunakan gabus filter

Sampur : selendang untuk perlengkapan tari

Saron : salah satu alat musik gamelan Jawa

Satifasting : memuaskan

Selendang : kain panjang yang dipergunakan dalam pakaian Jawa

Sembahan : gerak penghormatan dalam tari Jawa

Side light : lampu dari samping

Slendro : salah satu jenis tangga nada musik Jawa

Slenthem : salah satu alat musik gamelan Jawa

Slepe : ikat pinggang yang dipakai penari Jawa

Social models : model sosial

Sorog : menyodorkan

Sorogan : pembelajaran secara individual

Page 94: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

164

Space : ruang

Spoot anjerphone : distribusi suara

Spot light : lampu khusus

Srisig : istilah lari dalam tari Jawa

Stage : panggung

Stilasi : digayakan

Sunggi : meletakan barang di atas kepala

Tampah : peralatan untuk menampi berbentuk bulat

Tanjak : posisi siap penari laki-laki

Taste : cita rasa

Terbang papat : alat musik yang digunakan dalam kesenian rebana

Terbang : salah satu alat musik untuk mengiringi lagu-lagu Islami

Tohwatu : selendang bergaris biru putih khas Kudus

Tolehan : salah satu gerak kepala dalam tari

Tong tek : alat musik dari bambu seperti kentongan

Transmisison of cultur : pewarisan budaya

Ulap-ulap : gerak yang menunjukkan sedang melihat sesuatu

Useful : berguna

Weton : sistem pembelajaran bersama-sama

Wirogo : keselarasan gerak anggota tubuh

Wiromo : keselarasan gerak dengan iringan atau musik

Wiroso : penjiwaan isi dan tema tarian melalui ekspresi

Yolah : boleh

Page 95: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

165

Page 96: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

166

Page 97: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

167

Page 98: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

168

Page 99: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

169

Page 100: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

170

Page 101: SKRIPSI - Selamat Datang -lib.unnes.ac.id/22009/1/2501914007-S.pdf · 2015-11-13 · Gambar 21 : Penari penjor menambah kemeriahan dalam pementasan 97 . xv Gambar 22 : Pola lantai

171