201
SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH AKIBAT BANGUNAN KRIB BENTUK T TIPE PERMEABEL (STUDI EXPERIMENTAL) Oleh : M. JIHAD DWIYANTO MUH. NUR LIL ALAM 105 81 2450 15 105 81 2345 15 PROGRAM STUDI TEKNIK PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019-2020

SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

SKRIPSI

STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH AKIBAT BANGUNAN KRIB BENTUK T TIPE PERMEABEL

(STUDI EXPERIMENTAL)

Oleh :

M. JIHAD DWIYANTO MUH. NUR LIL ALAM 105 81 2450 15 105 81 2345 15

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019-2020

Page 2: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

ii

Page 3: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

iii

Page 4: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga dapat menyusun hasil penelitian

sebagai tugas akhir ini, dan dapat kami selesaikan dengan baik.

Hasil Penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik

yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan program studi pada

Jurusan Sipil Pengairan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Makassar. Adapun judul tugas akhir kami adalah “Studi Perubahan Bentuk

Dasar Saluran Tanah Akibat Bangunan Krib Bentuk T Tipe Permeabel”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan hasil

penelitian ini masih terdapat kekurangan – kekurangan, hal ini disebabkan

karena penulis sebagai manusia biasa tidak lepas dari kesalahan dan

kukurangan baik itu ditinjau dari segi teknis penulisan maupun dari

perhitungan – perhitungan. Oleh karena itu, penulis menerima dengan

sangat ikhlas dengan senang hati segala koreksi serta perbaikan guna

penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat.

Hasil penelitian ini sebagai tugas akhir dapat terwujut berkat adanya

bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

Page 5: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

v

dengan segala ketulusan dan kerendahan hari, kami mengucapkan

terimakasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar – besarnya atas segala limpahan kasih sayang, do’a serta

pengorbanannya terutama dalam bentuk materi untuk menyelesaikan

kuliah kami.

2. Bapak Ir. Hamzah Ali Imran, S.T.,M.T.,IPM sebagai Dekan Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak A. Makbul Syamsul, S.T.,M.T.,IPM sebagai Ketua Prodi T.

Pengairan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Eng. Ir. H. Farouk Maricar, M.T selaku Pembimbing I dan

Bapak Amrullah Mansida, S.T.,M.T.,IPM selaku Pembimbing II, yang

banyak meluangkan waktu dalam membimbing kami.

5. Bapak dan Ibu dosen serta para staf pegawai di Fakultas Teknik atas

segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama

mengikuti proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah

Makassar.

6. Saudara – saudaraku serta rekan – rekan mahasiswa Fakultas Teknik

terkhusus angkatan REAKSI 2015 yang dengan persaudaraannya

banyak membantu dalam menyelesaikan proposal tugas akhir ini.

Page 6: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

vi

Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang berlipat

ganda di sisi Allah SWT dan proposal tugas akhir yang sederhana ini dapat

bermanfaat bagi penulis, rekan – rekan, masyarakat serta bangsa dan

Negara. Amin.

“Billahi Fii Sabill Haq Fastabiqul Khaerat”.

Makassar, .....................2019

Penulis

Page 7: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

vii

STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH AKIBAT BANGUNAN KRIB BENTUK T TIPE PERMEABEL (STUDI

EXPERIMENTAL)

M. Jihad Dwiyanto(1) dan Muh. Nur Lil Alam(2)

1) Program Studi Teknik Pengairan Universitas Muhammadiyah Makassar, [email protected]

2) Program Studi Teknik Pengairan Universitas Muhammadiyah Makassar, [email protected]

Abstrak

Studi perubahan bentuk dasar saluran tanah akibat bangunan krib bentuk T tipe Permeabel di bimbing oleh Farouk Maricar dan Amrullah Mansida. Sedimentasi terjadi akibat adanya perubahan kecepatan terutama perubahan kecepatan yang terjadi diantara dua bangunan krib dimana terjadi penurunan kecepatan dan adanya pusaran air akibat perubahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik aliran yang terjadi di daerah krib bentuk T tipe permeabel dan menganalisis pengaruh variasi jarak dan kerapatan pada formasi pilar krib bentuk T tipe permeabel terhadap perubahan bentuk dasar saluran. Penelitian ini dilakukan dengan 3 variasi jarak yaitu jarak 0,3 m, 0,5 m dan 0,75 m dan dengan 3 variasi kerapatan yaitu kerapatan 0,005 m, 0,01 m dan 0,015 m. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik aliran yang terjadi berdasarkan bilangan Froude adalah dominan super kritis pada Q1, Q2 dan Q3, namun pada Q3 jarak 0,30 m kondisi alirannya adalah sub-kritis. Sedangkan kondisi aliran berdasarkan bilangan Reynold adalah turbulen baik pada Q1, Q2 maupun Q3 dan bila jarak relatif rapat maka pola gerusan cenderung pada ujung krib sebaliknya jika jarak relatif renggang maka pola gerusannya menjadi divergen atau menyebar. Selanjutnya untuk kerapatan semakin rapat kaki-kaki krib maka down flow menjadi kuat sebaliknya jika kerapatan kaki-kaki krib renggang maka down flow menjadi berkurang. Dengan volume gerusan debit 1 (Vg, Q1) sebesar 0,0089 m3, volume gerusan debit 2 (Vg, Q2) sebesar 0,0153 m3, dan volume gerusan debit 3 (Vg, Q3) sebesar 0,0225 m3.

kata kunci : sungai, permeabel, jenis aliran, krib bentuk T

Abstract

Study the basic shape changes due to land lines T-type shape crib building Permeable guided by Farouk Maricar and Amrullah Mansida. Sedimentasi occur due to changes in speed, especially a change of pace that took place between two buildings crib where a decline in the speed and the whirlpool as a result of these changes. This research aims toanalyze the flow characteristics that occur in the form of T-type permeable crib and analyze the effect of variations in the distance and the density the formation of T-type pillar shape permeable cribto change the basic shape of the channel. This research was conducted with 3 variations within the distance of 0.3 m, 0.5 m and 0.75 m and with three variations density that is a density of 0.005 m, 0.01 m and 0,015 m. The results showed thatflow characteristics that occur based on the Froude number is the dominant super critical in Q1, Q2 and Q3, but at a distance of 0.30 m Q3 flow condition is sub-critical. While the condition of streams based on the Reynolds number is turbulent both in Q1, Q2 and Q3, and when the relative distance meeting then scour patterns tend to be on the end of the crib otherwise if the relative distance tenuous then gerusannya pattern becomes divergent or spread. Furthermore, to the density the closer the legs of the crib then down flow becomes stronger conversely if the density of the legs crib tenuous then down flow is reduced. With the volume of discharge scouring 1 (Vg, Q1) of 0.0089 m3, volume flow scours 2 (Vg, Q2) of 0.0153 m3, and the volume of discharge scour 3 (Vg, Q3) of 0.0225 m3.

keywords : river, permeable, genres, crib form T

Page 8: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ x

DAFTAR PERSAMAAN .................................................................... xvii

DAFTAR TABEL ................................................................................ xviii

DAFTAR NOTASI SINGKATAN ..................................................... xx

BAB. I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5

E. Batasan Masalah ..................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 7

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 8

A. Sungai ..................................................................................... 8

a. Definisi Sungai ................................................................. 8

b. Morfologi Sungai .............................................................. 9

c. Bentuk-bentuk Sungai ...................................................... 10

B. Hidrolika Sungai ..................................................................... 11

Page 9: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

ix

1. Sifat-sifat Aliran ............................................................... 12

2. Regime Aliran .................................................................. 18

3. Kecepatan Aliran .............................................................. 19

4. Debit Aliran ...................................................................... 20

C. Distribusi Ukuran Butir ........................................................... 23

D. Gerusan Sungai ....................................................................... 23

E. Bangunan Krib ........................................................................ 27

1. Definisi Krib ..................................................................... 27

2. Konstruksi Krib ................................................................ 30

3. Tipe-tipe Krib ................................................................... 33

4. Fungsi Krib ....................................................................... 35

5. Perencanaan Krib .............................................................. 36

6. Formasi Krib ..................................................................... 37

7. Dimensi Krib .................................................................... 38

F. Matriks Penelitian Terdahulu .................................................. 42

BAB. III METODE PENELITIAN .................................................... 47

A. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................. 47

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data ........................................... 47

C. Alat dan Bahan ........................................................................ 48

1. Alat ................................................................................... 48

2. Bahan ................................................................................ 48

D. Variabel Penelitian .................................................................. 49

Page 10: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

x

E. Tahapan Penelitian .................................................................. 49

1. Persiapan .......................................................................... 49

2. Perancangan Alat Uji Skala Laboratorium ....................... 49

3. Pembuatan Alat Uji Skala Laboratorium .......................... 52

4. Pelaksanaan Percobaan Pendahuluan (running awal) ....... 52

5. Pengambilan Data ............................................................. 53

F. Bagan Alur Penelitian ............................................................. 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 58

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................. 58

B. Analisis Data ........................................................................... 59

C. Perhitungan Karakteristik Aliran ............................................ 59

1. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Bilangan Froude (Fr) ....................................................................... 65

2. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Bilangan Froude (Fr) ....................................................................... 66

3. Analisis Pengaruh Kerapatan Pilar (a) Terhadap Bilangan Froude (Fr) ....................................................................... 67

4. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Bilangan Reynold (Re) ..................................................................... 69

5. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Bilangan Reynold (Re) ..................................................................... 70

6. Analisis Pengaruh Kerapatan Pilar (a) Dengan Bilangan Reynold (Re) ..................................................................... 71

7. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Volume Gerusan (Vg) .................................................................... 73

Page 11: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xi

8. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Volume Gerusan (Vg) .................................................................... 74

9. Analisis Pengaruh Kecepatan (V) Terhadap Volume Gerusan (Vg) .................................................................... 75

10. Analisis Pengaruh Kerapatan Pilar (a) Terhadap Volume Gerusan (Vg) .................................................................... 76

11. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Kecepatan Aliran (V) ......................................................................... 77

12. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Kecepatan Aliran (V) ......................................................................... 78

13. Analisis Pengaruh Kerapatan Pilar (a) Terhadap Kecepatan Aliran (V) ........................................................ 79

14. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Tinggi Muka Air (h) ..................................................................... 81

15. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Tinggi Muka Air (h) ..................................................................... 82

16. Analisis Perhitungan Persentase Volume Gerusan ........... 84

17. Pembahasan Hasil Analisis .............................................. 85

D. Kontur Pola Gerusan pada Krib Bentuk T Tipe Permeabel ..... 89

1. Kontur Pola Gerusan pada Debit Pertama (Q1) ................ 89

2. Kesimpulan Pola Gerusan Pada Debit Pertama (Q1) ........ 99

3. Kontur Pola Gerusan pada Debit Kedua (Q2) ................... 100

4. Kesimpulan Pola Gerusan Pada Debit Pertama (Q2) ........ 110

5. Kontur Pola Gerusan pada Debit Ketiga (Q3) .................. 111

6. Kesimpulan Pola Gerusan Pada Debit Pertama (Q3) ........ 121

E. Pembahasan Pola Gerusan Pada Krib ..................................... 122

Page 12: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xii

BAB V PENUTUP ................................................................................ 128

A. Kesimpulan ............................................................................. 128

B. Saran ....................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 130

Lampiran 1. Data Debit dan Data Hasil Penelitian Running Kosong Tanpa Krib ........................................................ 134

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian Running Dengan Krib Bentuk T Tipe Permeabel Pada Q1 ............................................. 135

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian Running Dengan Krib T Tipe Permeabel Pada Q2 ............................................. 136

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian Running Dengan Krib T Tipe Permeabel Pada Q3 ............................................. 137

Lampiran 5. Data Grid ........................................................................ 138

Lampiran 6. Analisa Data ................................................................... 168

Lampiran 7. Analisa Saringan............................................................. 170

Lampiran 8. Grafik Analisa Saringan ................................................. 171

Lampiran 9. Dokumentasi ................................................................... 172

Page 13: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 1. Sistem proses pembentukan dasar sungai/morfologi sungai (Mangelsdorf & Scheurmann, 1980) ......................... 10

Gambar 2. Bentuk – bentuk sungai buatan maupun alamiah

(Bambang Hardianto dkk, 2014) .......................................... 11

Gambar 3. Aliran seragam (Bambang triatmodjo, 2015 dalam buku HIDROLIKA II) .................................................................. 12

Gambar 4. Aliran tak seragam (Bambang triatmodjo, 2015 dalam

buku HIDROLIKA II) ......................................................... 13

Gambar 5. Aliran Laminer (Bambang triatmodjo, 2015 dalam buku HIDROLIKA II) ................................................................... 14

Gambar 6. Aliran Turbulent (Bambang triatmodjo, 2015 dalam

buku HIDROLIKA II) .......................................................... 15

Gambar 7. Pola penjalaran gelombang di saluran terbuka (Bambang Triatmodjo, 1993) ................................................................. 18

Gambar 8. Sekat ukur Thompson atau v-notch (Bambang

Triatmodjo, 2015) ................................................................. 21

Gambar 9. Mekanisme aliran akibat pola aliran air di sekitar pilar (Sumber: Miller, 2003) ......................................................... 25

Gambar 10. Typikal potongan krib permeable di bangladesh (diambil

alam dan Faruque, 1986) ...................................................... 28

Gambar 11. Krib permeable (diambil Jansen et. Al. 1979) ...................... 28

Gambar 12. Perencanaan bentuk tampilan krib (oleh Nadeau et. al, 1971) .................................................................................... 30

Page 14: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xiv

Gambar 13. Krib lurus dengan kepala dermaga (oleh Nadeau et. al, 1971) .................................................................................... 30

Gambar 14. Konstruksi krib tiang pancang (Suyono Sosrodarsono, 2008) .................................................................................... 31

Gambar 15. Konstruksi krib rangka (a) krib rangka pyramid (ukuran

kecil) dan (b) krib rangka besar (Suyono Sosrodarsono, 2008) .................................................................................... 31

Gambar 16. Konstruksi Krib Blok Beton (a) Tampak Samping (b)

Tampak Atas (c) Tampak Samping (Suyono Sosrodarsono, 2008) ............................................................. 32

Gambar 17. Krib permeabel (Sosrodarsono, 173) .................................... 34

Gambar 18. Formasi krib (Jeni Paresa, 2015) .......................................... 37

Gambar 19. Hubungan antara tinggi krib dan kedalaman air sungai

disaat terjadinya banjir (Suyono Sosrodarsono, 2008) .......... 38

Gambar 20. Denah saluran skala 1 : 100 ................................................. 50

Gambar 21. Potongan memanjang saluran skala 1 : 100 .......................... 50

Gambar 22. Potongan melintang saluran skala 1 : 100 ............................. 50

Gambar 23. Variasi jarak krib skala 1 : 100 ............................................. 51

Gambar 24. (a) Diameter 0,012 m kerapatan pilar 0,005 m, (b) Diameter 0,012 m kerapatan pilar 0,01 m, (c) Diameter 0,012 m kerapatan pilar 0,015 m .......................................... 51

Gambar 25. Bentuk bangunan krib skala 1 : 100 ..................................... 51

Gambar 26. Bagan alur penelitian ............................................................ 57

Gambar 27. Pengaruh debit (Q) terhadap bilangan Froude (Fr) ............... 65

Gambar 28. Pengaruh jarak (L) terhadap bilangan Froude (Fr) ............... 66

Page 15: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xv

Gambar 29. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap bilangan Froude (Fr) pada Q1 ......................................................................... 68

Gambar 30. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap bilangan Froude

(Fr) pada Q2 ......................................................................... 68

Gambar 31. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap bilangan Froude (Fr) pada Q3 ......................................................................... 68

Gambar 32. Pengaruh debit (Q) terhadap bilangan Reynold (Re)............. 70

Gambar 33. Pengaruh jarak (L) terhadap bilangan Reynold (Re) ............. 71

Gambar 34. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap bilangan Reynold

(Re) pada Q1 ........................................................................ 72

Gambar 35. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap bilangan Reynold (Re) pada Q2 ........................................................................ 72

Gambar 36. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap bilangan Reynold

(Re) pada Q3 ........................................................................ 73

Gambar 37. Pengaruh debit (Q) terhadap volume gerusan (Vg) .............. 74

Gambar 38. Pengaruh jarak (L) terhadap volume gerusan (Vg) ............... 75

Gambar 39. Pengaruh kecepatan (V) terhadap volume gerusan (Vg) ....... 76

Gambar 40. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap volume gerusan (Vg) ......................................................................... 77

Gambar 41. Pengaruh debit (Q) terhadap kecepatan aliran (V) ................ 78

Gambar 42. Pengaruh jarak (L) terhadap kecepatan aliran (V) ................ 79

Gambar 43. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap kecepatan (V)

pada Q1 ................................................................................ 80

Gambar 44. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap kecepatan (V) pada Q2 ................................................................................ 80

Page 16: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xvi

Gambar 45. Pengaruh kerapatan pilar (a) terhadap kecepatan (V) pada Q3 ................................................................................ 81

Gambar 46. Pengaruh debit (Q) terhadap tinggi muka air (h) .................. 82

Gambar 47. Pengaruh jarak (L) terhadap tinggi muka air (h) ................... 83

Gambar 48. (a). 2D pola gerusan tanpa krib, (b). 3D pola gerusan

tanpa krib, (c). Vector pola gerusan tanpa krib ..................... 89

Gambar 49. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m ........................................................ 90

Gambar 50. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar

0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m .......................................................... 91

Gambar 51. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar

0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m ........................................................ 92

Gambar 52. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar

0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m ........................................................ 93

Gambar 53. (a). 2D pola gerusan debit Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar

0,01 m, (b). 3D pola gerusan debit Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan debit Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m ....................................... 94

Gambar 54. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015

m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m .......................................................... 95

Page 17: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xvii

Gambar 55. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m .......................................................... 96

Gambar 56. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar

0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m .......................................................... 97

Gambar 57. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar

0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m ........................................................ 98

Gambar 58. (a). 2D pola gerusan tanpa krib, (b). 3D pola gerusan

tanpa krib, (c). Vector pola gerusan tanpa krib ..................... 100

Gambar 59. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m ........................................................ 101

Gambar 60. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan 0,01 m,

(b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan 0,01 m ........................................................................................... 102

Gambar 61. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar

0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m ........................................................ 103

Gambar 62. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar

0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m ........................................................ 104

Page 18: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xviii

Gambar 63. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m .......................................................... 105

Gambar 64. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar

0,015 cm, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 cm, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 cm .................................. 106

Gambar 65. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar

0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m ........................................................ 107

Gambar 66. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar

0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m .......................................................... 108

Gambar 67. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar

0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m ........................................................ 109

Gambar 68. (a). 2D pola gerusan tanpa krib, (b). 3D pola gerusan

tanpa krib, (c). Vector pola gerusan tanpa krib ..................... 111

Gambar 69. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,30 cm kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,30 cm kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,30 cm kerapatan pilar 0,005 m .................................. 112

Gambar 70. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar

0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m .......................................................... 113

Page 19: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xix

Gambar 71. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m ........................................................ 114

Gambar 72. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar

0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m ........................................................ 115

Gambar 73. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar

0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m .......................................................... 116

Gambar 74. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar

0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m ........................................................ 117

Gambar 75. (a). 2D pola gerusann Q3 jarak 0,75 m kerapatan 0,005

m, (b). 3D pola gerusann Q3 jarak 0,75 m kerapatan 0,005 m, (c). Vector pola gerusann Q3 jarak 0,75 m kerapatan 0,005 m ................................................................ 118

Gambar 76. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01

m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m............................................................................. 119

Gambar 77. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015

m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m .......................................................... 120

Page 20: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xx

DAFTAR PERSAMAAN

Nomor Persamaan Halaman

Persamaan 1. Menghitung bilangan Reynold (Re) ................................... 16 Persamaan 2. Menghitung Kekentalan Kinetik ........................................ 16

Persamaan 3. Menghitung nilai viskositas ............................................... 17

Persamaan 4. Menghitung bilangan Froude ............................................ 17

Persamaan 5. Menghitung debit .............................................................. 20

Persamaan 6. Menghitung lebar muka air ................................................ 21

Persamaan 7. Menghitung panjang pias ................................................... 21

Persamaan 8. Menghitung luas pias ......................................................... 21

Persamaan 9. Menghitung kecepatan aliran ............................................. 22

Persamaan 10. Menghitung debit aliran di pias ....................................... 22

Persamaan 11. Menghitung koefisien debit persamaan 1 ......................... 22

Persamaan 12. Menghitung koefisien debit persamaan 2 ......................... 22

Persamaan 13. Menghitung koefisien debit persamaan 3 ......................... 22

Persamaan 14. Menghitung koefisien debit persamaan 4 ......................... 22

Persamaan 15. Menghitung koefisien debit persamaan 5 ......................... 22

Persamaan 16. Menghitung Jarak antara masing-masing krib .................. 40

Persamaan 17. Menghitung koefisien Chezy ............................................ 41

Page 21: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xxi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Ukuran Butir tanah menurut ASTM. ..................... 23 Tabel 2. Tabel Bazin untuk Koefisien yang Tergantung pada

Kekasaran Dinding. ................................................................. 41 Tabel 3. Matriks Penelitian Terdahulu. ................................................... 42 Tabel 4. Matriks Kebutuhan Data Penelitian. ........................................ 54

Tabel 5. Perhitungan debit aliran untuk tinggi bukaan pintu thompson .. 59

Tabel 6. Perhitungan bilangan Froude (Fr) tanpa krib bentuk T tipe

permeabel .................................................................................. 59

Tabel 7. Perhitungan bilangan Froude (Fr) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q1 ................................................................... 60

Tabel 8. Perhitungan bilangan Froude (Fr) dengan krib bentuk T tipe

permeabel pada Q2 ................................................................... 60

Tabel 9. Perhitungan bilangan Froude (Fr) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q3 ................................................................... 61

Tabel 10. Perhitungan bilangan Reynold (Re) tanpa krib bentuk T tipe

permeabel .................................................................................. 61

Tabel 11. Perhitungan bilangan Reynold (Re) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q1 ............................................................ 62

Tabel 12. Perhitungan bilangan Reynold (Re) dengan krib bentuk T

tipe permeabel pada Q2 ............................................................ 62

Tabel 13. Perhitungan bilangan Reynold (Re) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q3 ............................................................ 63

Page 22: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xxii

Tabel 14. Rekapitulasi perhitungan bilangan Froude dan bilangan Reynold ..................................................................................... 63

Tabel 15. Rekapitulasi debit (Q) dengan bilangan Froude (Fr) ................ 65

Tabel 16. Rekapitulasi jarak (L) dengan bilangan Froude (Fr) ................. 66

Tabel 17. Rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan bilangan Froude (Fr) .. 67

Tabel 18. Rekapitulasi debit (Q) dengan bilangan Reynold (Re) .............. 69

Tabel 19. Rekapitulasi jarak (L) dengan bilangan Reynold (Re) ............... 70

Tabel 20. Rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan bilangan Reynold

(Re) ........................................................................................... 71

Tabel 21. Rekapitulasi debit (Q) dengan volume gerusan (Vg) ................ 73

Tabel 22. Rekapitulasi variasi jarak (L) dengan volume gerusan (Vg) ..... 74

Tabel 23. Rekapitulasi kecepatan (V) dengan volume gerusan (Vg) ........ 75

Tabel 24. Rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan volume gerusan (Vg) .. 76

Tabel 25. Rekapitulasi debit (Q) dengan kecepatan aliran (Vg)................ 77

Tabel 26. Rekapitulasi jarak (L) dengan kecepatan aliran (V) .................. 78

Tabel 27. Rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan kecepatan aliran (V) ... 79

Tabel 28. Rekapitulasi debit (Q) dengan tinggi muka air (h) .................... 81

Tabel 29. Rekapitulasi jarak (L) dengan tinggi muka air (h) .................... 82

Tabel 30. Rekapitulasi perhitungan persentase volume gerusan (Vg) ....... 81

Page 23: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

xxiii

DAFTAR NOTASI SINGKATAN

Re = Angka Reynold u = Karakteristik Kecepatan Airan L = Panjang Karakteristik v = Kekentalan Kinematik µ = Kekentalan dinamik = Kerapatan air Fr = Bilangan Froude V = Kecepatan Aliran g = Percepatan Gravitasi y = Kedalaman Aliran Q = Debit Aliran A = Luas Penampang = Sudut V- Notch (Thompson = 90o) Cd = Koefisien Thompson (Cd = 0,6) = Parameter Empiris C = Koefisien Chezy H = Kedalaman air R = Jari-jari Hidrolis = Koefisien yang tergantung pada kekasaran dinding

T = Suhu Air t = Waktu dk = Diameter Krib a = Kerapatan Krib h = Krtinggian Aliran Gd = Gerusan Dasar Vg = Volume Gerusan

Page 24: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH
Page 25: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki sangat banyak sungai dan anak-anak sungai yang

memiliki potensi untuk menyediakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

untuk pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat. Saat ini Indonesia

memiliki sedikitnya 5.950 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5

ribu sungai utama panjang totalnya mencapai 94.537 km dengan luas

Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km². Selain mempunyai

fungsi hidrologis, sungai juga memiliki peran penting dalam menjaga

keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, dan lainnya.

Sungai merupakan suatu unsur alam yang sangat berperan dalam

membentuk corak kehidupan suatu masyarakat. Saat ini sebagian daerah

aliran sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari aliran

yang terjadi pada sungai yang biasanya disertai pula dengan proses

penggerusan/erosi dan endapan/deposisi (Andi Abd. Rahim, 2017).

Gerusan adalah fenomena alam yang terjadi karena erosi terhadap

aliran air pada dasar dan tebing saluran alluvial atau proses menurunnya

atau semakin dalamnya dasar sungai di bawah elevasi permukaan alami

Page 26: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

2

(datum) karena interaksi antara aliran dengan material dasar sungai

(Hoffmans and Verheij, 1997).

Penambahan gerusan akan terjadi dimana ada perubahan setempat dari

geometri sungai seperti karakteristik tanah dasar setempat dan adanya

halangan pada aliran sungai berupa bangunan sungai. Adanya halangan

tersebut akan menyebabkan perubahan pola aliran yang mengakibatkan

terjadinya gerusan lokal disekitar bangunan tersebut. Perubahan pola aliran

terjadi karena adanya halangan pada aliran sungai tersebut berupa bangunan

sungai seperti pilar dan abutmen jembatan, krib sungai, pintu air dan

sebagainya. Bangunan semacam ini dipandang dapat merubah geometri alur

dan pola aliran yang selanjutnya diikuti gerusan lokal disekitar bangunan

(Legono, 1990).

Penggunan metode krib dalam pengaturan aliran, mencegah gerusan

tebing dan dapat mengendapkan sedimen di sekitar krib. Krib vegetasi

sangat baik pada ketahanan aliran, kaku dan fleksibel dalam peredam

energi. Krib juga banyak digunakan untuk mempertahankan morfologi

dasar sungai dalam rangka kegiatan-kegiatan persungaian. Alexader N.

Sukhodolov dkk, dalam penelitiannya 2016, dengan kesimpulan utamanya

adalah:

a). Penggunaan krib vegetasi sangat signifikan mengurangi besarnya

kecepatan aliran.

Page 27: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

3

b). menyebabkan dinamika lapisan geser pada muka tanah, aliran utama

dan tanah.

c). Dinamika aliran krib bervegetasi dapat dimodelkan dan cukup baik

untuk dikembangkan hubungan analitis pada ukuran yang terbatas.

Bangunan krib ternyata memicu fenomena aliran turbulen, hal ini

terkait dengan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli sebelumnya

bahwa karakter aliran turbulensi telah lama dipelajari oleh para ilmuwan

dan insinyur. Sudah Leonardo da Vinci melihat pusaran air khas karena

turbulensi dalam buku Tennekes dan Lumley (1972). Fenomena aliran

turbulen oleh Wolfgang Rodi, 2017, bahwa aliran gaya turbulen dapat

menyebabkan gerusan pada tebing ataupun dasar sungai. Aliran turbulen

sangat dinamik sehingga diperlukan pemahaman karakteristik aliran

turbulen menjadi focus utama, sehingga dapat menyebabkan terjadi

gesekan. Akibat gesekan ini menjadi penyebab terjadinya pengikisan

saluran. melakukan penyelidikan distribusi kecepatan aliran turbulen

dengan menggunakan karang sebagai struktur aliran turbulen dengan

menggunakan particle image velocity (PIV) dan The large-eddy simulation

(LES) untuk menggambarkan fenomena karakter kecepatan aliran turbulen.

(Amrullah Mansida, 2019)

Metode yang paling umum digunakan untuk mengendalikan atau

mencegah gerusan adalah membuat riprap yakni dengan menempatkan

batuan di dasar sungai di sekitar krib atau menempatkan batuan ke dalam

Page 28: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

4

lubang gerusan di sekitar pilar jembatan (Chiew, 1994). Beberapa metode

lain yang diusulkan oleh Graf (1998) diantaranya adalah dengan membuat

pondasi blok pada dasar pilar yang ditempatkan di bawah dasar saluran

yang efektif untuk meniadakan aliran vertikal ke bawah.

Bangunan pengamanan belokan saluran atau sungai, pada umumnya

berupa bangunan krib yang berfungsi untuk mengarahkan arus atau

berfungsi untuk memperbaiki Peningkatan kecepatan aliran pada saat

memasuki daerah belokan sungai dan kemampuan krib dalam mengatur,

mengubah arah aliran serta memperlambat kecepatan aliran pada daerah

yang kegagalan konstruksi krib dapat disebabkan oleh adanya arus air yang

masih cukup kuat di sekitar krib, sehingga menimbulkan gerusan dasar di

sekitar krib (Muh. Syafaat dan Sri Kurniawati Nur, 2019).

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis melakukan penelitian

yang berjudul “Studi Perubahan Bentuk Dasar Saluran Tanah Akibat

Bangunan Krib Bentuk T Tipe Permeabel”. Dengan adanya penelitian

ini diharapkan mampu mengetahui perubahan pola aliran, begitu pula

dengan perubahan dasar saluran dengan menggunakan krib bentuk T tipe

permeabel.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut :

Page 29: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

5

1). Bagaimana karakteristik aliran yang terjadi di daerah krib bentuk T tipe

permeabel ?

2). Bagaimana pengaruh variasi jarak dan kerapatan pada formasi pilar

krib bentuk T tipe permeabel terhadap perubahan bentuk dasar saluran

?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1). Untuk menganalisis karakteristik aliran yang terjadi di daerah krib

bentuk T tipe permeabel.

2). Untuk menganalisis pengaruh variasi jarak dan kerapatan pada formasi

pilar krib bentuk T tipe permeabel terhadap perubahan bentuk dasar

saluran.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya

sebagai berikut :

1). Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu syarat dalam

mencapai gelar Strata 1 (S1) Jurusan Teknik Sipil Pengairan Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 30: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

6

2). Dapat menambah pengetahuan mengenai perubahan bentuk dasar

saluran tanah akibat bangunan krib bentuk T tipe permeabel.

3). Dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai

perubahan bentuk dasar saluran tanah akibat bangunan krib bentuk T.

E. Batasan Masalah

Berdasarkan pada fasilitas serta keadaan yang ada, maka untuk

mencapai sasaran yang diinginkan penulis cukup membatasi ruang lingkup

penelitian ini pada:

1). Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Sipil Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2). Fluida yang digunakan merupakan air tawar, salinitas dan pengaruh

material lain tidak dikaji.

3). Jenis krib yang digunakan adalah krib permeabel bentuk T.

4). Sedimentasi dan penggerusan tebing tidak dibahas.

5). Faktor kekasaran dinding dan dasar saluran tidak dibahas.

6). Penentuan debit berdasarkan bukaan pintu.

7). Bukaan pintu berdasarkan kapasitas pompa yang digunakan.

8). Pengambilan data dilakukan pada saat aliran dalam keadaan konstan.

9). Untuk mengembalikan kondisi tanah pada saluran, setelah running tanah

yang basah dikeluarkan dan diganti dengan tanah kering.

Page 31: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

7

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan proposal tugas akhir ini dapat diuraikan

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN merupakan pendahuluan yang berisikan

penjelasan umum mengenai materi pembahasan yakni latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam bab ini terdapat kajian

literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dikaji dalam

penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN pada bab ini berisi

pemaparan mengenai lokasi penelitian, pengumpulan data, manfaat

penelitian, prosedur penelitian, dan analisis penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN yang berisi tentang hasil

penelitian yang menguraikan tentang Studi perubahan bentuk dasar saluran

tanah akibat bangunan krib bentuk T tipe permeabel

BAB V PENUTUP yang berisi tentang kesimpulan dari penelitian

yang telah dilakukan, serta saran untuk pengembangan penelitian

selenjutnya.

Page 32: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sungai

a. Definisi Sungai

Sungai merupakan salah satu wadah tempat berkumpulnya air dari

suatu kawasan. Air permukaan atau air limpasan mengalir secara grafitasi

menuju tempat yang lebih rendah. Kualitas air sungai disuatu daerah sangat

dipengaruhi oleh aktifitas manusia, khususnya yang berada di sekitar sungai

(Asdak, C.,1995).

Sedangkan menurut (Joerson Loebis, dkk,1993) sungai merupakan

jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah,

mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar dibagian hilir. Air

hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian

kecil menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk alur-alur kecil,

kemudian menjadi alur-alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu

alur besar atau utama. Saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir

dengan muka air bebas. Pada semua titik di sepanjang saluran, tekanan di

permukaan air adalah sama, yang biasanya tekanan atmosfir (Bambang

Triatmodjo, 2008:103).

Page 33: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

9

Oleh karena aliran melalui saluran terbuka harus memiliki muka air

bebas, maka aliran biasannya berhubungan dengan zat cair dan umumnya

adalah air. Pada saluran terbuka, misalnya sungai (saluran alam), variabel

aliran sangat tidak teratur terhadap ruang maupun waktu. Variabel tersebut

adalah tampang lintang saluran, kekerasan, kemiringan dasar, belokan,

debit aliran, dan sebagainya (Bambang Triatmodjo, 1996:103).

b. Morfologi Sungai

Sungai sebagai saluran terbuka akan sangat leluasa dalam

menyesuaikan bentuk morfologi, sebagai reaksi oleh adanya perubahan

kondisi hidrolik dari aliran. Morfologi sungai adalah ilmu pengetahuan

yang mempelajari tentang geometri, jenis, sifat dan perilaku sungai dengan

segala aspek perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu, dengan

demikian menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang sering

berkaitan (SNI 2400.1:2016).

Morfologi sungai merupakan hal yang menyangkut kondisi fisik

sungai tentang geometri, jenis, sifat, dan perilaku sungai dengan segala

aspek perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu, dengan demikian

menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang saling berkaitan

antara satu dengan yang lainnya (Amrullah Mansida, 2017).

Morfologi sungai sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor di

antaranya, kondisi aliran, proses angkutan sedimen, kondisi lingkungan,

Page 34: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

10

serta aktivitas manusia di sekitarnya. Proses geomorfologi utama yang

sering terjadi di sungai adalah erosi, longsor tebing, dan sedimentasi. Air

yang mengalir di sungai sebagai fungsi dari gaya gravitasi merupakan

sarana transportasi material yang longsor dan atau tererosi pada daerah hulu

sungai, kemudian tersedimentasi pada daerah yang lebih rendah (Amrullah

Mansida, 2017).

Erosi adalah kombinasi proses pengikisan, pengangkutan, dan

pemindahan materi lapukan batuan, kemudian dibawa ke tempat lain oleh

tenaga pengangkut. Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang

berasal dari tempat lain (Dibyosaputro, 1997).

Gambar 1. Sistem proses pembentukan dasar sungai/morfologi sungai

(Mangelsdorf & Scheurmann, 1980)

c. Bentuk-bentuk Sungai

Bentuk – bentuk sungai dalam Bambang Hardianto, dkk. (2014) baik

buatan maupun alamiah, yang dapat kita jumpai di perlihatkan pada gambar

berikut.

Page 35: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

11

Gambar 2. Bentuk – bentuk sungai buatan maupun alamiah (Bambang

Hardianto dkk, 2014)

B. Hidrolika Sungai

Menurut asalnya saluran dapat digolongkan menjadi saluran alam

(natural) dan saluran buatan (artificia). Saluran alam meliputi semua alur

air yang terdapat secara alamiah di bumi, mulai dari anak selokan kecil di

pegunungan, selokan kecil, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai ke

muara sungai. Aliran air di bawah tanah dengan permukaan bebas juga

dianggap sebagai saluran terbuka alamiah (Ven Te Chow, 1992).

Sifat-sifat hidrolik saluran alam biasanya sangat tidak menentu.

Dalam beberapa hal dapat dibuat anggapan pendekatan yang cukup sesuai

dengan pengamatan dan pengalaman sesungguhnya sedemikian rupa,

sehingga persyaratan aliran pada saluran ini dapat diterima untuk

menyelesaikan analisa hidrolika teoritis. Studi selanjutnya tentang perilaku

aliran pada saluran alam memerlukan pengetahuan dalam bidang lain,

seperti hidrologi, geomorfologi, angkutan sedimen dan sebagainya. Hal ini

Page 36: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

12

merupakan ilmu tersendiri yang disebut hidrolika sungai. (Bambang

Triatmodjo, 2015).

1. Sifat-sifat Aliran

a. Aliran Seragam (Uniform flow) dan Aliran Tak Seragam (Non Uniform

flow)

Aliran seragam adalah aliran yang bilamana kedalaman aliran

sama pada setiap penampang saluran yang tidak berubah menurut tempat.

Aliran seragam merupakan aliran dimana debit (Q), kedalaman (y), luas

basah (A), dan kecepatan (v), tidak berubah sepanjang saluran tertentu (x).

Pada aliran ini kecepatan aliran di sepanjang saluran adalah tetap, dalam hal

kecepatan aliran tidak bergantung pada tempat atau tidak berubah menurut

tempatnya. Contohnya seperti saluran drainase (Bambang Triatmodjo,

2015).

Gambar 3. Aliran seragam (Bambang triatmodjo, 2015 dalam buku

HIDROLIKA II)

Page 37: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

13

Gambar 4. Aliran tak seragam (Bambang triatmodjo, 2015 dalam buku

HIDROLIKA II)

Aliran tak seragam terbagi menjadi dua yaitu aliran berubah lambat

laun/berubah beraturan (gradually varied flow) dan aliran berubah dengan

cepat (rapidly varied flow).

Aliran disebut berubah beraturan apabila perubahan kecepatan terjadi

secara lambat laun dalam jarak yang panjang, sedangkan aliran disebut

berubah dengan cepat apabila perubahan terjadi pada jarak yang pendek.

Aliran berubah beraturan jika parameter hidrolik (kecepatan, tampang

basah) berubah secara progresif dari satu tampang ke tampang yang lain.

Apabila diujung hilir saluran terdapat bendung maka akan terjadi profil

muka air pembendungan dimana kecepatan aliran akan berkurang

(diperlambat), sedangkan apabila terdapat terjunan maka profil aliran akan

menurun dan kecepatan akan bertambah (dipercepat).

Page 38: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

14

Sedangkan aliran berubah dengan cepat jika parameter hidrolik

berubahsecara mendadak (saluran transisi), loncat air, terjunan, aliran

melalui bangunan pelimpah dan pintu air (Bambang Triatmodjo, 2015).

b. Aliran Laminer dan Turbulen

Aliran laminer adalah dimana jika air mengalir dengan lambat partikel

akan bergerak ke dalam arah paralel terhadap saluran (Amrullah Mansida,

2017).

Gambar 5. Aliran Laminer (Bambang triatmodjo, 2015 dalam buku

HIDROLIKA II)

Aliran laminer terjadi apabila partikel-partikel zat cair bergerak teratur

dengan membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan.

Aliran laminer terjadi apabila kecepatan aliran rendah, ukuran saluran

sangat kecil dan zat cair mempunyai kekentalan besar (Bambang

Triatmodjo, 2015).

Karekteristik aliran laminer yaitu fluida bergerak mengikuti garis

lurus, kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya tinggi dan lintasan gerak

fluida teratur antara satu dengan yang lain. Berbeda dengan aliran laminer,

aliran turbulen tidak mempunyai garis-aris arus yang halus dan sejajar sama

sekali. Pada aliran turbulen, partikel-partikel zat cair bergerak tidak teratur

Page 39: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

15

dan garis lintasannya saling berpotongan. Aliran turbulen terjadi apabila

kecepatan aliran besar, saluran besar dan zat cair mempunyai kekentalan

kecil. Aliran disungai, saluran irigasi/drainasi, dan di laut adalah contoh

dari aliran turbulen (Bambang Triatmodjo, 2015).

Gambar 6. Aliran Turbulent (Bambang triatmodjo, 2015 dalam buku HIDROLIKA II)

Karakteristik aliran turbulen jika kecepatan aliran berbeda pada bagian

atas, tengah, bawah, depan dan belakang dalam saluran, sebagai akibat

adanya perubahan friksi, yang mengakibatkan perubahan gradian

kecepatan. Kecepatan maksimum pada aliran turbulen umumnya terjadi

pada kedalaman 1/3 dari permukaan air terhadap kedalaman sungai

(Amrullah Mansida, 2017).

Pada umunya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen,

karena kecepatan aliran dan kekasaran tebing relatif besar. Aliran melalui

saluran terbuka akan turbulen apabila angka Reynold (Re) > 1.000, dan

laminer apabila Re > 500. Dalam hal ini panjang karakteristik yang ada

pada angka Reynold adalah jari-jari hidraulis, yang didefinisikan sebagai

perbandingan antara luas tampang basah dan keliling basah (Bambang

Triatmodjo, 2008:104). Angka Reynold adalah ukuran dari rasio gaya

Page 40: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

16

inersia pada suatu elemen fluida terhadap gaya viskositas elemen. Angka ini

dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

............................................................................................. ( 1 )

(Sumber : Buku Hidraulika Terapan, Robert J. Kodoatie, 2009)

Dimana :

Re : Angka Reynold

u : Karakteristik kecepatan aliran, biasanya diambil dari kecepatan

rata-rata (m/det)

: Panjang karakteristik (m)

: Kekentalan kinematik (m2/detik) atau (m2/d)

Beberapa penelitian disimpulkan bahwa bilangan Reynold untuk

saluran terbuka adalah:

R< 500 = Aliran laminer

500<R<12,500 = Aliran transisi

R>12,500 = Aliran turbulen

Dimana kekentalan kinematik didefinisikan sebagai :

v =

.................................................................................................... ( 2 )

(Sumber : Buku Hidraulika Terapan, Robert J. Kodoatie, 2009)

Dimana :

µ : Kekentalan dinamik dengan satuan kg/m.d

: Kerapatan air dengan satuan kg/m3

Page 41: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

17

Untuk air, perubahan kekentalan kinematik terhadap temperatur dapat

diperkirakan dengan persamaan berikut ini :

v =

= [ 2]10-6 ............. ( 3 )

(Sumber : Buku Hidraulika Terapan, Robert J. Kodoatie, 2009)

c. Aliran kritis, subkritis, dan superkritis

Berdasarkan pengaruh gaya tarik bumi aliran dibedakan menjadi

aliran sub kritis, kritis, dan super kritis. Ketiga aliran ini dapat diketahui

melalui nilai bilangan froude (Fr).

√ ...................................................................................... ( 4 )

(Sumber : Buku Hidraulika Terapan, Robert J. Kodoatie, 2009)

Dimana:

Fr = Bilangan Froude

V = Kecepatan aliran (m/dt)

g = Percepatan gravitasi (m/dt)

y = Kedalaman aliran (m)

1. Aliran Kritis (Critical Flow )

Aliran kritis terjadi bilamana kecepatan aliran sama dengan kecepatan

rambat gelombang. Pada kondisi ini bilangan Froude Fr = 1.

Page 42: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

18

2. Aliran Subkritis (Subcritical Flow )

Aliran subkritis dipengaruhi oleh kondisi hilir, dengan kata lain

keadaan di hilir akan mempengaruhi aliran di sebelah hulu. Pada kondisi ini

bilangan Froude Fr < 1.

3. Aliran Superkritis (Supercritical Flow )

Apabila kecepatan aliran cukup besar sehingga gangguan yang terjadi

tidak menjalar ke hulu (semua riak yang ditimbulkan dari suatu gangguan

adalah mengikuti arah arus) maka aliran adalah superkritis. Dalam hal ini

kondisi di hulu akan mempengaruhi aliran di sebelah hilir. Pada kondisi ini

bilangan Froude Fr >1.

Gambar 7. Pola penjalaran gelombang di saluran terbuka (Bambang

Triatmodjo, 1993) 2. Regime Aliran

Regime aliran yang mungkin terjadi pada saluran terbuka (Andi Abd.

Rahim, 2017) adalah sebagai berikut:

Page 43: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

19

a). Subkritis-Laminer

Apabila nilai biangan Froude lebih kecil daripada satu dan nilai

bilangan Reynold berada pada rentang laminer.

b). Superkritis-Laminer

Apabila nilai bilangan Froude lebih besar daripada satu dan nilai

bilangan Reynold berada pada rentang laminer.

c). Superkritis-Tubulen

Apabila nilai bilangan Froude lebih besar daripada satu dan nilai

bilangan Reynold berada pada rentang laminer.

d). Subkritis-Turbulen

Apabila nilai bilangan Froude lebih kecil daripada satu dan nilai

bilangan Reynold berada pada rentang turbulen.

3. Kecepatan Aliran

Karakteristik kecepatan aliran di sungai tidak jauh berbeda dengan

karakteristik kecepatan aliran disuatu saluran. Distribusi aliran secara

vertikal adalah parabola pepat, karena aliran di sungai pada umumnya

adalah turbulen seperti halnya di saluran. Kecepatan di dekat permukaan

adalah maksimum dan kecepatan di dasar sungai adalah 0 atau mendekati 0.

Pada sungai yang masih alamiah, distribusi kecepatan arah horizontal tidak

teratur (Amrullah Mansida, 2017).

Kecepatan aliran mempunyai tiga komponen arah menurut koordinat

Kartesius. Namun, komponen arah vertikal dan lateral biasanya kecil dan

Page 44: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

20

dapat diabaikan sehingga, hanya kecepatan aliran yang searah dengan arah

aliran yang diperhitungkan (Chow 1959).

Kecepatan maksimum umumnya terjadi pada jarak 0,05 sampai 0,25

dikalikan kedalaman airnya dihitung dari permukaan air. Namun pada

sungai yang sangat lebar dengan kedalaman dangkal (shallow), kecepatan

maksimum terjadi pada permukaan air. Makin sempit saluran kecepatan

maximumnya makin dalam. Kekasaran dasar saluran juga mempengaruhi

distribusi kecepatan (Chow 1959).

4. Debit Aliran

Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang

melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Dalam

hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah, tinggi permukaan air sungai

yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Dalam sistem satuan SI

besarya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/det) (Chay

Asdak, 2014). Pengukuran debir aliran dilapangan pada dasarnya dapat

dilakukan melalui empat kategori (Gordon et al, 1992):

1) Pengukuran volume air sungai.

2) Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan

menentukan luas penampang melintang sungai dan menggunakan

rumus:

Q = V. A ............................................................................................ ( 5 )

(Sumber : Chow, V.T. 1997:5)

Page 45: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

21

Dimana:

Q = Debit aliran (m3/det)

V = Kecepatan aliran (m/det)

A = Luas penampang (m2)

3) Mengukur debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang

dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).

4) Pengukuran debit dengan dengan membuat bangunan pengukur seperti

weir (aliran air lambat) atau flume (aliran air cepat).

Gambar 8. Sekat ukur thompson atau v-notch (Bambang Triatmodjo, 2015)

Dari gambar tersebut, lebar muka air adalah :

B = 2 H tg

........................................................................................... ( 6 )

Dipandang suatu pias setebal dh pada jarak h dari muka air. Panjang

pias tersebut adalah :

b = 2 (H-h) tg

..................................................................................... ( 7 )

Luas pias :

dA = 2(H-h) tg

dh ............................................................................... ( 8 )

Page 46: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

22

Seperti didalam penurunan rumus aliran melalui peluap segitiga,

kecepatan air melalui pias :

V = √ ............................................................................................. ( 9 )

Debit aliran melalui pias :

dQ = Cd 2(H-h) tg

dh √ ............................................................. ( 10 )

Integrasi persamaan tersebut untuk mendapatkan debit aliran melalui

peluap:

Q = 2 Cd tg

√ ∫

h1/2 dh .................................................. ( 11 )

Q = 2 Cd tg

√ ∫

h1/2 – h3/2 dh ................................................... ( 12 )

Q = 2 Cd tg

√ *

+

............................................ ( 13 )

Q = 2 Cd tg

√ (

) ................................................. ( 14 )

√ .................................................................... ( 15 )

Dimana:

Q = Debit aliran (m3/det)

y = Kedalaman air pada bak pengukur debit (m)

= Sudut V- Notch (Thompson = 90o)

Cd = Koefisien Thompson

g = Percepatan gravitasi (9,8 m/det2)

Page 47: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

23

C. Distribusi Ukuran Butir

Klasifikasi ukuran butir tanah dibedakan menjadi kolodial (collodial),

lempung (clay), lanau (silt), pasir (sand). Menurut ASTM ( American

Stanadart Testing And Material) klasifikasi berdasar ukuran butir tanah

dapat disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Ukuran Butir tanah menurut ASTM

Klasifikasi Ukuran Butir Tanah Diameter Butir (mm)

Butir

Kolodial < 0,0006

Lempung 0,0006 - 0,0020

Lanau Lanau Halus

Lanau Sedang Lanau Kasar

0,0020 – 0,0060 0,0060 – 0,0200 0,0200 – 0,0600

Pasir Pasir Halus

Pasir Sedang Pasir Kasar

0,0600 – 0,2000 0,2000 – 0,6000 0,6000 – 2,0000

Sumber : Mekanika Tanah E. Sutarman D. Gerusan Sungai

Gerusan adalah fenomena alam yang disebabkan oleh aliran air yang

biasanya terjadi pada dasar sungai yang terdiri dari material alluvial namun

terkadang dapat juga terjadi pada dasar sungai yang keras. Pengalaman

menunjukkan bahwa gerusan dapat menyebabkan terkikisnya tanah di

sekitar fondasi dari sebuah bangunan pada aliran air. Gerusan biasanya

Page 48: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

24

terjadi sebagai bagian dari perubahan morfologi dari sungai dan perubahan

akibat bangunan buatan manusia (Ariyanto, 2010).

Gerusan merupakan proses alam yang mengakibatkan kerusakan pada

struktur bangunan didaerah aliran air. Penambahan gerusan akan terjadi

dimana ada perubahan setempat dari geometri sungai seperti karakteristik

tanah dasar setempat dan adanya halangan pada alir sungai berupa

bangunan sungai. Adanya halangan tersebut akan menyebabkan perubahan

pola aliran yang mengakibatkan terjadinya gerusan lokal disekitar bangunan

tersebut. Perubahan pola aliran terjadi karena adanya halangan pada aliran

sungai tersebut berupa bangunan sungai seperti pilar dan abutmen

jembatan, krib sungai, pintu air dan sebagainya. Bangunan semacam ini

dipandang dapat merubah geometri alur dan pola aliran yang selanjutnya

diikuti gerusan lokal disekitar bangunan (Legono, 1990).

Menurut Miller (2003), jika struktur ditempatkan pada suatu arus air,

aliran air di sekitar struktur tersebut akan berubah, dan gradient kecepatan

vertikal (vertical velocity gradient) pada ujung permukaan struktur tersebut.

Gradient tekanan (pressure gradient) ini merupakan hasil dari aliran bawah

yang membentur bed. Pada dasar struktur, aliran bawah ini membentuk

pusaran yang pada akhirnya menyapu sekeliling danbagian bawah struktur

menyapu dengan memenuhi seluruh aliran. Hal ini dinamakan pusaran tapal

kuda (horseshoe vortex), karena dilihat dari atas bentuk pusaran ini mirip

tapal kuda.

Page 49: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

25

Pada permukaan air, interaksi aliran dan struktur membentuk busur

imbak (bow wave) yang di sebut gulungan permukaan (surface roller). Pada

saat terjadi pemisahan aliran pada struktur bagian dalam mengalami wake

vortices (Miller, 2003).

Gambar 9. Mekanisme aliran akibat pola aliran air di sekitar pilar

(Sumber: Miller, 2003)

Menurut Legono (1990), gerusan dibedakan menjadi:

a. Gerusan umum di alur sungai

Gerusan ini tidak berkaitan sama sekali dengan terdapat atau tidaknya

bangunan sungai. Gerusan ini disebabkan oleh energi dari aliran sungai.

b. Gerusan terlokalisir di alur sungai

Terjadi karena penyempitan alur sungai, sehingga aliran menjadi lebih

terpusat.

c. Gerusan lokal disekitar bangunan

Terjadi karena pola aliran local disekitar bangunan sungai.

Page 50: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

26

Proses terjadinya gerusan ditandai dengan berpindahnya sedimen yang

menutupi pilar jembatan serta erosi dasar sungai yang terjadi akan

mengikuti pola aliran. Proses terus berlanjut dan lubang gerusan akan

semakin berkembang, semakin lama semakin besar dengan mencapai

kedalaman tertentu (maksimum) (Legono, 1990).

Menurut Miller (2003) menjelaskan tahap-tahap gerusan yang terjadi

antara lain sebagai berikut :

a. Peningkatan aliran yang terjadi pada saat perubahan garis aliran

di sekeliling pilar.

b. Pemisahan aliran dan peningkatan pusaran tapal kuda yang lebih

intensif sehingga menyebabkan pembesaran lubang gerusan.

c. Longsor/turunnya material disekitar lubang gerusan pada saat lubang

cukup besar setelah terkena pusaran tapal kuda.

Menurut Miller (2003) membedakan gerusan dalam empat tahap :

a. Gerusan di sisi (kanan dan kiri) pilar yang disebabkan kekuatan tarikan

dari arus utama (main flow).

b. Gerusan di depan pilar yang diakibatkan pusaran tapal kuda

(horseshoe vortex).

c. Pembesaran gerusan oleh pusaran stabil yang mengalir melewati pilar.

d. Periode reduksi gerusan selama penurunan kapasitas transpor

di lubanggerusan.

Page 51: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

27

Menurut (Breusers dan Raudkivi, 1991), proses gerusan dimulai pada

saat partikel yang terbawa bergerak mengikuti pola aliran dari bagian hulu

kebagian hilir saluran. Pada kecepatan tinggi, partikel yang terbawa akan

semakin banyak dan lubang gerusan akan semakin besar baik ukuran

maupun kedalamanya. Kedalaman gerusan maksimum akan tercapai pada

saat kecepatan aliran mencapai kecepatan kritik.

E. Bangunan Krib

1. Defenisi Krib

Salah satu metode untuk melindungi tebing sungai adalah dengan

menggunakan bangunan krib yang berfungsi untuk mengarahkan aliran dan

menghindarkan kuat arus dari sepanjang tepi sungai, termasuk pada belokan

sungai perlindungan semacam ini merupakan perlindungan tak langsung

(M. Haris, 2013).

Krib diklasifikasikan menurut metode dan bahan konstruksi, yaitu

permeabel atau impermeabel. Istilah permeabel dan impermeabel cukup

jelas dan dibedakan oleh kemampuan bahan konstruksi untuk

mentransmisikan aliran. Krib permeabel saat ini sementara bersifat kedap

(padat) dan krib membelokkan arus. Krib permeable paling sering dibuat

dari tumpukan, bambu atau kayu sementara batu, gravel atau bronjong

digunakan untuk membuat krib untuk impermeabel. Krib permeabel yang

Page 52: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

28

paling efektif di sungai alluvial dengan beban arus yang cukup (M. Haris,

2013).

Gambar 10. Typikal potongan krib permeable di bangladesh (diambil alam

dan Faruque, 1986)

Gambar 11. Krib permeable (diambil Jansen et. Al. 1979)

Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai ke arah

tengah guna mengatur arus sungai (Suyono Sosrodarsono,dkk, 2008)

adapun fungsi krib adalah sebagai berikut:

a). Mengatur arah arus sungai.

b). Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai,

mempercepat sedimentasi dan menjamin keamanan tanggul atau tebing

sungai terhadap gerusan.

Page 53: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

29

c). Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai.

d). Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan.

Krib dapat diklasifikasikan lebih lanjut sesuai dengan penampilannya

untuk perencanaaan. Di antara jenis yang diilustrasikan dalam Gambar 12

dan 13 :

1. Straight Krib diatur pada beberapa sudut α dari tepi dan memiliki hulu

untuk memberikan volume tambahan dan area untuk perlindungan

gerusan di ujung luar.

2. T-head Krib memiliki betis lurus dengan baling-baling panduan persegi

panjang di ujung luar. Sudut α di tampungan biasanya 900 .

3. L-head Krib atau wing atau trail krib memiliki endapan sedimen yang

lebih besar di antara krib, kurang gerusan di hulu, memberikan

perlindungan yang lebih besar ke tebing dan lebih efektif dalam

penyaluran untuk navigasi ketika panjangnya menutup 45 hingga 65 %

dari celah di antara krib.

4. Krib bentuk hocky memiliki lubang gerusan yang lebih luas di area dari

pada krib bentuk-T dan tampaknya tidak memiliki keunggulan

dibandingkan bentuk lainnya ( Richardsor et al., 1975 ).

5. Krib lurus dengan hulu dermaga dirancang dan dieksekusi untuk

menggali dan menstabilkan kolam buatan untuk ikan salmon dan tur

migrasi dan memancing (Nadeau et al., 1971).

Page 54: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

30

Gambar 12. Perencanaan bentuk tampilan krib (oleh Nadeau et. al, 1971)

Gambar 13. Krib lurus dengan kepala dermaga (oleh Nadeau et. al, 1971) 2. Konstruksi Krib

a). Krib tiang pancang dapat digunakan baik untuk krib memanjang

maupun krib melintang. Konstruksinya sangat sederhana dan dapat

meningkatkan proses pengendapan serta sangat cocok untuk sungai

tidak berarus deras (Suyono Sosrodarsono, 2008).

Page 55: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

31

Gambar 14. Konstruksi krib tiang pancang (Suyono Sosrodarsono, 2008)

b). Krib rangka adalah krib yang cocok untuk sungai-sungai yang dasarnya

terdiri dari lapisan batu atau krikil yang sulit dipancang dan krib rangka

ini mempunyai kemampuan bertahan yang lebih besar terhadap arus

sungai dibandingkan dengan krib tiang pancang (Suyono Sosrodarsono,

2008).

(a) (b)

Gambar 15. Konstruksi krib rangka (a) krib rangka pyramid (ukuran kecil) dan (b) krib rangka besar (Suyono Sosrodarsono, 2008).

Page 56: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

32

c). Krib blok beton mempunyai kekuatan yang baik dan awet serta sangat

fleksibel dan umumnya dibangun pada bagian sungai yang arusnya

deras. Bentuk dan denah krib serta berat masing-masing blok beton

sangat bervariasi tergantung dari kondisi setempat antara lain dimensi

serta kemiringan sungai dan penetapannya didasarkan pada contoh-

contoh yang sudah ada atau pengalaman-pengalaman pada krib-krib

sejenis yang pernah dibangun (Suyono Sosrodarsono, 2008).

(a) (b)

(c)

Gambar 16. Konstruksi Krib Blok Beton (a) Tampak Samping (b) Tampak Atas (c) Tampak Samping (Suyono Sosrodarsono, 2008).

Page 57: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

33

Krib harus dibuat secara benar karena bangunan air ini secara aktif

mengatur arah arus sungai dan mempunyai efek positif. Sebaliknya, apabila

krib dibangun secara kurang semestinya, maka tebing di seberangnya dan

bagian sungai sebelah hilir akan mengalami kerusakan. Selain itu,

Kegagalan konstruksi krib dapat disebabkan oleh adanya arus air yang

masih cukup kuat disekitar krib, shingga menimbulkan gerusan dasar atau

tebing disekitar krib.

3. Tipe-Tipe Krib

Secara garis besarnya terdapat 3 tipe konstruksi krib yaitu: tipe

permeabel (permeabel type) dimana air sungai dapat mengalir melalui krib

tersebut, tipe impermeable (impermeabel type) dimana air sungai tidak

dapat mengalir melalui krib tersebut dan tipe semi-permeabel (combined of

both the permeabel type and the impermeabel type). Berdasarkan

formasinya, krib dapat diklasifikasikan ke dalam 2 tipe, yaitu tipe silang

(transversal type) dan tipe memanjang (longitudinal type) (suyono

Sosrodarsono, 1985).

a. Krib permeabel

Pada tipe permeabel, air dapat mengalir melalui krib. Bangunan ini

akan melindungi tebing terhadap gerusan arus sungai dengan cara meredam

energy yang terkandung dalam aliran sepanjang tebing sungai dan

bersamaan dengan itu mengendapkan sendimen yang terkandung dalam

aliran. Krib permeabel terbagi dalam beberapa jenis, antara lain jenis tiang

Page 58: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

34

pancang, rangka pyramid, dan jenis rangka kotak. Krib permeable disebut

juga dengan krib lolos air. Krib lolos air adalah krib yang diantara bagian-

bagian konstruksinya dapat dilewati aliran, sehingga kecepatannya akan

berkurang karena terjadinya gesekan dengan bagian konstruksi krib tersebut

dan memungkinkan adanya endapan angkutan muatan di tempat ini.

Gambar 17. Krib permeabel (Sosrodarsono, 173)

b. Krib impermeabel

Krib dengan konstruksi tipe impermeable disebut juga krib padat atau

krib tidak lolos air, sebab air sungai tidak dapat mengalir melalui tubuh

krib. Bangunan ini digunakan untuk membelokkan arah arus sungai dan

karenanya sering terjadi gerusan yang cukup dalam di depan ujung krib atau

bagian sungai di sebelah hilirnya. Untuk mencegah gerusan, di

pertimbangkan penempatan pelindung dengan konstruksi fleksibel seperti

matras atau hamparan pelindung batu sebagai pelengkap dari krib padat.

Dari segi konstruksi, terdapat beberapa jenis krib impermeabel misalnya

brojong kawat, matras dan pasangan batu.

Page 59: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

35

c. Krib semi-permeabel

Krib semi-permeabel ini berfungsi ganda yaitu sebagai krib permeabel

dan krib padat. Biasanya bagian yang padat terletak disebelah bawah dan

berfungsi pula sebagai pondasi, sedang bagian atasnya merupakan

konstuksi yang permeabel disesuaikan dengan fungsi dan kondisi setempat.

d. Krib-krib silang dan memanjang

Krib yang formasinya tegak lurus atau hampir tegak lurus arah arus

sungai dapat merintangi arus tersebut dan dinamakan krib melintang

(transversal dyke), sedang krib yang formasinya hampir sejajar arah arus

sungai disebut krib memanjang (longitudinal dyke).

4. Fungsi Krib

Krib dibangun untuk merubah arah arus sungai sehingga arah arus

utama akan bergeser menjauhi tepi tikungan luar sungai, dengan demikian

juga akan mengurangi kecepatan aliran pada tebing sungai dan kaki tanggul

dan berguna untuk melindungi bahaya gerusan pada tebing sungai serta

agar terjadi endapan pada tebing sungai tersebut atau dengan kata lain krib

tersebut berfungsi sebagai pengarah arus sungai, mengurai kecepatan aliran

di sepanjang tebing sungai dan mempercepat sedimentasi. Disamping itu

juga berfungsi untuk memperbaiki maupun mengatur lebar palung sungai

dan kedalaman air yang dibutuhkan serta melindungi bangunan

pengambilan yang membutuhkan konsentrasi aliran air (M. Haris,2013).

Page 60: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

36

5. Perencanaan Krib

Dalam mempersiapkan perencanaan (planning) Krib, maka denah

bentuk memanjang, debit air sungai, kecepatan arus sungai, bahan-bahan

dasar sungai haruslah disurvei, dipelajari dan ditelaah secara mendalam dan

tipe krib serta metode pembuatannya ditetapkan secara empiris dengan

memperhatikan pengalaman-pengalaman pada krib-krib yang telah

dibangun diwaktu-waktu yang lalu.

Secara umum, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses

perencanaan krib-krib adalah sebagai berikut (Suyono Sosrodarsono,dkk,

2008):

a. Mengingat metode pembuatan krib-krib sangat tergantung dari resim

sungainya perlu diperoleh data mengenai pengalaman pembuatan krib

pada sungai yang sama atau yang hampir sama, kemudahan

pelaksanaanya dan besarnya pembiayaan.

b. Pada sungai-sungai yang terlalu lebar dan untuk mengurangi turbulensi

aliran, maka permukaan air sungai normalnya harus dinaikkan

sedemikian rupa dengan krib yang panjang, akan tetapi panjangnya

harus dibatasi secukupnya, karena krib yang terlalu panjang disamping

biaya pembangunannya lebih tinggi, pemeliharannya akan lebih mahal

dan lebih sulit.

c. Jika krib yang akan dibangun antara lain untuk melindungi tebing

sungai terhadap pukulan air, maka panjang krib sepanjang ini harus

Page 61: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

37

dibatasi, karena krib yang terlalu panjang akan menyebabkan timbulnya

pukulan air pada tebing sungai disebelahnya.

d. Krib-krib tidak dapat berfungsi dengan baik pada sungai-sungai yang

kecil atau yang sempit alurnya.

e. Apabila pembuatan krib-krib yang dimaksudkan untuk menaikan

permukaan normal air sungai, maka perlu dipertimbangkan

kapasitasnya disaat terjadinya debit yang lebih besar atau debit banjir

dan juga pertimbangan mengenai trase serta kapasitas alur sungai, guna

mempertahankan stabilitas sungai secara keseluruhan.

6. Formasi Krib

Terdapat 3 macam formasi krib yang umum diterapkan yaitu tegak

lurus arus, condong kearah hulu dan condong ke arah hilir.

Gambar 18. Formasi krib (Jeni Paresa, 2015)

Page 62: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

38

7. Dimensi Krib

a. Penetapan Tinggi Krib ( T )

Umumnya akan lebih menguntungkan apabila elevasi mercu krib

dapat dibuat serendah mungkin ditinjau dari stabilitas bangunan terhadap

gaya yang mempengaruhinya sebaiknya elavasi mercu dibuat 0.50 – 1.00

meter diatas elavasi rata-rata permukaan air rendah.Dari hasil pengamatan

tinggi berbagai jenis krib yang telah dibangun dan berfungsi dengan baik,

diperoleh angka perbandingan antara tinggi krib dan kedalaman air banjir

(hg/h) sebesar 0,20 – 0,30 (Suyono Sosrodarsono, 2008).

Gambar 19. Hubungan antara tinggi krib dan kedalaman air sungai disaat

terjadinya banjir (Suyono Sosrodarsono, 2008). b. Panjang Krib (Lb)

Selain menggunakan rumus empiris penentuan panjang krib dapat

ditetapkan secara empiris, hanya dengan perkiraan semata – mata dan

didasarkan pada pengamatan data – data sungai yang bersangkutan.

Umumnya krib yang terlalu panjang akan berakibat kurang baik terhadap

kestabilan sungai.

Page 63: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

39

Ditetapkan secara empiris dimana panjang bangunan krib dibuat dari

tebing sungai kearah tengah sungai. Berdasarka hasil survei dan

pengamatan antara panjang krib dan lebar sungai umunya lebih kecil dari

10% yang didasarkan pada pengamatan data sungai yang besangkutan

antara lain situasi sungai, lebar sungai, kemiringan sungai, debit banjir,

kedalamann air, debit normal, transportasi sedimen dan kondisi sekliling

sungai. Krib memanjang adalah krib yang ditempatkan hampir sejajar

dengan arah arus sungai dan biasanya digunakan untuk melindungi tebing

alur sungai dan mengatur arah arus sungai agar alur sungai tidak mudah

berpindah-pindah (Suyono Sosrodarsono, 2008).

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan panjang krib

adalah:

a). Keadaan dan posisi tebing sungai yang ada dan tebing yang

dikehendaki serta lebar sungai dan jarak antar krib yang dikehendaki.

b). Jika L= panjang krib dan B= lebar sungai, maka L/B pada umumnya ±

10%.

c). Panjang krib untuk pengarah arus tentukan sedemikian rupa sehingga

didapatkan pola aliran baru sesuai dengan yang diharapkan; umumnya

krib yang terlalu panjang akan berakibat kurang baik terhadap

kestabilan sungai, sehingga harus ditentukan dengan sangat hati-hati.

Page 64: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

40

d). Perbandingan panjang krib dan jarak krib dibuat sedemikian rupa

sehingga kecepatan arus di tepi tebing cukup aman untuk kestabilan

tebing.

e). Untuk krib yang berfungsi memperdalam alur bagi navigasi, panjang

krib ditentukan oleh factor lebar dan kedalaman alur yang diperlukan

untuk navigasi, material sedimen dan sifat aliran sungai.

c. Jarak antar Krib (L)

Jarak antara krib ditetapkan secara empiris yang didasarkan pada

pengamatan data sungai yang bersangkutan antara lain situasi sungai, lebar

sungai, kemiringan sungai, debit banjir, kedalaman air, debit normal,

transportasi sedimen dan kondisi sekeliling sungai. Secara empiris

(Ernawan 2007), penentuan jarak antara masing-masing krib adalah:

................................................................................................ (16)

(Sumber : Ernawan 2007)

Dimana:

L = Jarak antar krib (m)

= Parameter empiris (

C = Koefisien Chezy

H = Kedalaman air rerata (m)

g = Percepatan gravitasi, m/det2 (

Page 65: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

41

Untuk menentukan koefisien Chezy dapat menggunakan rumus bazin

dimana koefisien Chezy berdasarkan Bazin (1869), adalah fungsi dari jari-

jari hidraulis (R) dan berat jenis fluida (

............................................................................................ ( 17 )

(Sumber : Bazin, 1869)

Dimana :

R = Jari-jari hidrolis

= Koefisien yang tergantung pada kekasaran dinding

Tabel 2. Tabel Bazin untuk Koefisien yang Tergantung pada Kekasaran

Dinding Jenis Dinding

Dinding sangat halus (semen) 0,06

Dinding halus (papan,batu,bata) 0,16

Dinding batu pecah 0,46

Dinding tanah sangat teratur 0,85

Saluran tanah dengan kondisi biasa 1,30

Saluran tanah dengan dasar batu pecah dan tebing rumput

1,75

Sumber : V. Sunghono kh, 1995

Page 66: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

42

F. Matriks Penelitian Terdahulu

Tabel 3. Matriks Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Ayu Marlina Humairah,

Analisis Hidrolika Bangunan Krib Permeabel pada

Saluran Tanah(Uji Model

Laboratorium), 2014.

Pemodelan sungai di laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika dengan ukuran panjang bak saluran 1200 cm, lebar 300 cm dan tinggi 50 cm, model saluran berbentuk trapesium dengan lebar bawah 10 cm, model saluran mempunyai 1 tikungan sudut 90o, terdapat 5 buah krib permeabel (krib lolos air) pada tikungan, air tidak bersedimen (clear water) dan saluran tidak bercabang. Pengamatan dilakukan sebanyak 9 kali simulasi berdasarkan variasi sudut pemasangan krib permeabel 45O, 90O dan 135o selama 1 jam, 2,5 jam dan 4 jam.

Dari grafik, angka froude yang paling Maksimum terjadi pada sudut pemasangan krib permeable 45˚ ke arah hulu aliran. Sedangakan dari sudut pemasangan krib permeabel krib 90˚ lebih baik karena kedalaman gerusal libih kecil dibandingkan dengan sudut pemasangan krib 45˚ dan 135˚.

Pada penelitian ini memiliki persamaan yang terletak pada penggunaan bangunan krib tipe permeabel.

1. 2.

Dengan perbedaan yaitu : 1. Tidak memiliki sudut dan tikungan. 2. Ukuran saluran 200 cm dan tinggi 40 cm. 3. Bentuk saluran berbentuk persegi. 4. Memiliki variasi jarak dan kerapatan.

2.

A. Abd. Rahman, Pengaruh Jarak

Antar Krib Terhadap

Karakteristik Aliran Pada

Model Saluran, 2017.

Kecepatan aliran diukur pada tiap-tiap penampang, di depan dan di belakang model sejumlah 6 penampang dengan 3 titik peninjauan. Penamaan model adalah M-1 (Model 1 dengan jarak antar krib 20 cm), M-2 (Model 2 dengan jarak antar krib 40 cm), dan M-3 (Model 3 dengan jarak antar krib 80 cm).

Berdasarkan grafik angka froude dapat diketahui bahwa tipe aliran yang terjadi pada penampang sebelum dan setelah pemasangan krib baik model M-1, M-2,maupun M-3 adalah subkritis (Fr<1). Sedangkan pada grafik Reynolds dapat diketahui bahwa tipe aliran

1. Pada penelitian ini memiliki persamaan yang terletak pada variabel bebas yang berfokus pada variasi jarak krib dan membahas tentang karakteristik aliran.

Dengan perbedaan Memiliki variasi jarak yang berbeda pada 2 titik.

Page 67: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

43

No. Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

yang terjadi baik sebelum pema sangan model krib maupun model krib M-1, M-2, maupun M-3 adalah turbulen (Re>4000

3. Jeni Paresa, Studi Pengaruh Krib Hulu Tipe Impermeabel

pada Gerusan di Belokan Sungai

(Studi Kasus Panjang Krib

1/10, 1/5 dan 1/3 Lebar Sungai),

2015.

Rangkaian simulasi yang dilakukan dalam penelitian gerusan di belokan sungai diklasifikasikan dalam 2 kelompok parameter yaitu parameter simulasi dan parameter amatan. Parameter simulasi terdiri dari 3 variasi debit (Q), 3 panjang krib (L) yaitu 1/10 lebar sungai, 1/5 lebar sungai dan 1/3 lebar sungai serta 3 waktu pengaliran (t) yaitu 600 detik, 1200 detik dan 1800 detik.. Sedangkan parameter amatan adalah adanya perubahan gerusan yang terjadi.

Dari grafik pengaruh pada waktu pengaliran t = 1800 detik terjadi volume gerusan maksimun pada kondisi tanpa krib (Lo) = 0.0462 m3 dan volume gerusan minimum terjadi pada L2= 0,0306 m3. Pada Q1 = 0,0185 m3/det pada Q2= 0,0161 maksimun pada kondisi tanpa krib (lo)= 0.0586 m3 dan volume grusan minimum terjadih pada L1 =0,0460 m3. Setelah debit menjadi Q3= 0,0185 m3/det didapat volume gerusan maksimun pada kondisi tanpa krib (lo)= 0.0555 m3 dan volume gerusan minimum terjadi pada L1 = 0,0177 m3

Pada penelitian ini memiliki persamaan yaitu membahas tentang gerusan disekitar bangunan krib.

Dengan perbedaan

penelitian ini dilakukan

pada daerah aliran yang

lurus bukan pada belokan

saluran.

Tabel 3. “Lanjutan” Matriks Penelitian Terdahulu

Page 68: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

44

No. Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

4. Ahmad Zikri Mudjiato Rinaldi, Model

Laboratorium Pola Aliran Pada Krib Permeabel

Terhadap Variasi Jarak Antar Krib Dan Debit Aliran

Di Sungai Berbelok, 2016.

Tahapan penelitian ini meliputi studi literatur, tahapan persiapan hingga kegiatan laboratorium. Tahapan kegiatan laboratorium yang dilakukan pada penelitian ini yaitu : 1. Pemodelan geometric saluran 2. Pemodelan struktur krib 3. Variasi pengujian 4. Proses pengumpulan data

Variasi jarak antar krib dengan menggunakan nilai debit yang sama maka akan menghasilkan kecepatan aliran yang sama pula. Dari perhitungan diperoleh kecepatan maksimum (Vmaks) sebesar 0.35736 m/detik dengan debit 0.0056 m³/detik pada sisi luar belokan badan sungai dan kecepatan minimum (Vmin) sebesar 0.2248 m/detik dan dengan debit sebesar 0.00134 m³/detik pada ujung krib permeable terakhir. Kecepatan aliran yang terjadi saat mendekati krib perlahan mulai berkurang dan terus terjadi pada krib selanjutnya, sehingga kecepatan aliran minimum pada sungai berada pada krib bagian ujung

Pada penelitian ini memiliki persamaan yang berfokus pada variasi jarak krib.

Dengan perbedaan pada metode penelitian dan pengambilan data.

5. Suharjoko, Methode Aplikasi

Bangunan Krib Sebagai

Pelindung Terhadap Bahaya

Tahap pertama dilakukan running model terhadap berbagai kasus dan dilanjutkan analisa terhadap setiap hasil running model yang dihasilkan yakni melakukan penilaian terhadap besaran parameter yang dihasilkan. Tahap kedua melakukan analisa non-dimensi terhadap parameter penentu

Bahwa dari tiga alternatif model tersebut secara umum dapat dikatakan Model 1 yaitu Krib dengan sudut α = 90o merupakan pilihan yang paling baik dibanding dengan model lain yang telah diajukan. Oleh karena itu

Pada penelitian ini memiliki persamaan yaitu analisa terhadap setiap hasil running model yang dihasilkan yakni melakukan penilaian terhadap besaran parameter yang dihasilkan dan disarankan bangunan krib

Dengan perbedaan penulis tidak membahas mengenai sudut pada saluran atau sungai.

Tabel 3. “Lanjutan” Matriks Penelitian Terdahulu

Page 69: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

45

No. Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

Erosi Tebing Sungai, 2008.

untuk mendapatkan hubungan antar parameter tersebut. Tahap ketiga menghitung terhadap nilai parameter yang dihasilkan untuk mendapatkan hubungan antar parameter model dan kasus. Tahap keempat melakukan analisa untuk mendapatkan hubungan antar parameter tersebut.

disarankan dipilih bangunan krib tegak lurus dengan arah aliran.

tegak lurus dengan arah aliran.

6. Amrullah Mansida,

Studi Eksperiment

Pengaruh Aliran Turbulen Pada

Saluran Tikungan Akibat

Struktur Vegetasi Krib

Type Permeabel, 2019.

Pengujian dilakukan dengan eksperimen laboratorium pada observasi dibawah kondisi buatan (artificial condition), untuk menyelidiki hubungan antara variabel memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dengan control pembanding. Material krib permeabel digunakan adalah bamboo dan data yang diperlukan kecepatan aliran dan volume gerusan pada variasi debit pada sudut tikungan saluran 600. Pendekatan digunakan untuk mengetahui aliran turbulen dengan angka bilangan Raynolds (Re) dan bilangan Froude (Fr) dan menggunakan shofware surfer untuk menggambarkan pola kontur gerusan.

Hasil menunjukkan pengujian bahwa peningkatan debit berbanding lurus dengan kecepatan aliran dan aliran turbulen sebagai energi aliran untuk menggerus tebing tikungan saluran relative lebih tinggi. Fungsi krib sebagai pengatur aliran dan pencegahan gerusan digambarkan pada hasil pengamatan tikungan saluran dengan struktur krib dan tanpa krib dapat meningkatkan nilai aliran turbulen jarak antara krib yang lebih jauh 0.35 m sekitar 09.28% s.d 15.59%.

Pada penelitian ini memiliki persamaan yaitu Pengujian dilakukan dengan eksperimen laboratorium pada observasi dibawah kondisi buatan (artificial condition), dan menggunakan shofware surfer untuk menggambarkan pola kontur gerusan.

Dengan perbedaan penulis tidak membahas mengenai sudut pada saluran atau sungai.

Tabel 3. “Lanjutan” Matriks Penelitian Terdahulu

Page 70: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

46

No. Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

7. Farouk Maricar, Pengaruh Jarak

Antar Krib Terhadap

Karakteristik Aliran Pada

Model Saluran, 2010.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen di laboratorium, dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh sipeneliti dengan menggunakan skala model. Parameter yang diteliti adalah kecepatan aliran (v), dan tinggi permukaan air (h). Pada penelitian ini kami hanya menggunakan satu sumber data, yakni data primer. Data primer adalah yaitu, data yang diperoleh langsung dari pengamatan di laboratorium.

Pembacaan kecepatan aliran dilakukan dengan metode menggunakan current meter. Pengukuran dengan menggunakan current meter dilakukan dengan meletakkan pembaca current meter pada aliran air. Selanjutnya akan dibaca pada bacaan current meter untuk mengetahui data kecepatan aliran.

Pada penelitian ini memiliki persamaan yaitu Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen di laboratorium, menggunakan satu sumber data, yakni data primer. Data primer adalah yaitu, data yang diperoleh langsung dari pengamatan di laboratorium.

Perbedaannya iyalah pada variasi jarak krib. Penulis megggunakan jarak 20 cm, 30 cm dan 60 cm.

8. Bambang Sujatmoko, Pengaruh Struktur

Bangunan Krib Terhadap

Sedimentasi dan Erosi di Sekitar Krib di Sungai

Model matematis 2-DH yang di gunakan merupakan produk BOSS International yang dikenal dengan nama Surface water Modeling System (SMS). Penelitian ini ditujukan pada perubahan dasar saluran kearah dua dimensi horizontal.

Hasil simulasi pengaruh pemasangan krib terhadap gerusan menunjukkan bahwa perubahan daerah gerusan untuk krib dibagian hulu pada variasi jarak sama cenderung semakin berkurang seiring dengan bertambahnya permeabilitas krib.

Kesamaannya adalah membahas mengenai pola gerusan dan variasi jarak.

Perbedaannya iyalah tidak meneliti mengenai kerapatan antara kaki-kaki krib.

Tabel 3. “Lanjutan” Matriks Penelitian Terdahulu

Page 71: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di depan Laboratorium Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Makassar, penelitian dilakukan dalam waktu

bulan November 2019 sampai Desember 2019.

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium.

Menurut Moh. Nasir, Ph.D (1988) observasi dibawah kondisi buatan

(artificial condition), dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti

dengan mengacu pada literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian

tersebut, serta adanya kontrol dengan tujuan untuk menyelidiki ada

tidaknya hubungan sebab akibat tersebut dengan memberikan perlakuan-

perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyelidiki

kontrol untuk pembanding.

Pada penelitian ini akan menggunakan dua sumber data, yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari uji simulasi fisik

di laboratorium.

Page 72: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

48

2. Data sekunder data yang diperoleh dari literatur dan hasil penelitian

yang sudah ada, baik yang telah dilakukan di laboratorium maupun

dilakukan di tempat yang berkaitan dengan penelitian perubahan bentuk

dasar saluran akibat bangunan krib bentuk T tipe permeabel.

C. Alat dan Bahan

Secara umum, alat dan bahan yang digunakan dalam penunjang

penelitian ini terdiri dari:

1. Alat

a. Model saluran terbuka

b. Bak penampungan air

c. Pompa sentrifugal

d. Meter

e. Mistar

f. Kamera digital untuk pengambilan

dokumentasi

g. Alat tulis dan tabel data

2. Bahan

a. kayu c. Tanah Timbunan

b. Air tawar d. Kawat Pengikat

h. Gergaji

i. Paku

j. Tali

k. Patok

l. Ember

m. Parang

n. Skop

o. Linggis

p. Selang plastik

q. Flow Watch

r. Stopwatch

s. Palu

t. Laptop untuk

mengolah data

u.

Page 73: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

49

D. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain

diantaranya adalah Debit Aliran (Q), Luas Penampang Saluran (A),

Panjang Krib (Lb), dan Jarak Krib (L).

2. Variabel Terikat adalah Variabel yang dipengaruhi variabel lain seperti

Kecepatan Aliran (V), Kedalaman Aliran (Y) dan Volume Gerusan

(Vg).

E. Tahapan Penelitian

1. Persiapan Adapun kegiatan persiapan yang kami lakukan dalam penelitian ini

adalah melakukan kegiatan pembersihan pada area yang akan dibangun

saluran dan mempersiapkan data-data perancangan maupun alat dan bahan

yang dibutuhkan.

2. Perancangan Alat Uji Skala Laboratorium Parameter Pengamatan :

a. Jumlah krib yang digunakan dalam penelitian ini bervariasi yaitu pada

jarak 0,30 m menggunakan 6 krib, pada jarak 0,50 m menggunakan 4

krib dan pada jarak 0,75 m menggunakan 3 krib.

Page 74: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

50

b. Ukuran alat uji skala kecil (laboratorium) yang digunakan adalah

berbahan kayu dengan panjang 0,12 m dan lebar 0,10 m adapun

diameter yang digunakan adalah 0,012 m.

c. Kerapatan pilar krib yang digunakan dalam penelitian ini bervariasi

yaitu kerapatan 0,005 m, 0,01 m dan 0,015 m.

Adapun bentuk perancangan alat uji skala kecil (laboratorium) yang

kami lakukan dalam penelitian ini yaitu :

Gambar 20. Denah saluran skala 1 : 100

Gambar 21. Potongan memanjang saluran (B-B) skala 1 : 100

Gambar 22. Potongan melintang saluran (A-A) skala 1 : 100

Page 75: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

51

Gambar 23. Variasi jarak krib skala 1:100

Gambar 24. (a) Diameter 0,012 m kerapatan pilar 0,005 m, (b) Diameter

0,012 m kerapatan pilar 0,01 m, (c) Diameter 0,012 m kerapatan pilar 0,015 m

Gambar 25. Bentuk bangunan krib skala 1:100

Page 76: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

52

3. Pembuatan Alat Uji Skala Laboratorium

Adapun tahap-tahap pembuatan model yaitu sebagai berikut:

a. Pembuatan model saluran

Pembuatan dimensi saluran dengan bentuk persegi dengan dimensi

saluran yaitu b = 0,30 m dan h = 0,40 m.

b. Pembuatan model krib.

1) Krib menggunakan kayu dengan diameter 0,012 m.

2) Tinggi krib (h) = 0,25 m.

3) Kerapatan pilar krib yang digunakan pada saat penelitian ada tiga jenis

kerapatan pilar yaitu 0,005 m, 0,01 m, dan 0,015 m.

4) Panjang krib (Lb) = 0,12 m.

5) Jarak antar krib dibuat dengan tiga variasi jarak yaitu 0,30 m, 0,50 m,

dan 0,75 m.

4. Pelaksanaan Percobaan Pendahuluan (running awal)

Percobaan pendahuluan ini dilakukan setelah semua komponen model

telah selesai semua dipasang dan dibuat. Selanjutnya percobaan

pendahuluan dilaksanakan mengecek dan memvalidasi peralatan dan bahan

yang akan menjadi variabel penelitian nantinya. Percobaan pendahuluan ini

menjadi dasar untuk memilih variabel bebas tertentu seperti penentuan debit

(Q) dengan rencana menggunakan variasi debit sejumlah tiga yaitu Q1, Q2

dan Q3, sebagai barometer dalam pengambilan data.

Page 77: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

53

5. Pengambilan Data

Pengujian pengambilan data dilakukan setelah dilakukan sesuai

dengan kebutuhan data dengan merujuk kepada rumusan penelitian untuk

dapat menjawab tujuan penelitian, sehingga variasi dan data yang

diperlukan antara lain :

a) Debit aliran (Q, cm3/dt )

b) Diameter krib (dk, mm)

c) Jarak krib (L, cm)

d) Waktu (t, detik)

e) Kerapatan krib (a, mm)

f) Kecepatan Aliran (V, cm/dtk)

g) Ketinggian Aliran (h, cm)

h) Gerusan Dasar (gd, cm2)

i) Suhu Air (T, oC)

Page 78: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

54

Tabel 4. Matriks Kebutuhan Data Penelitian

Page 79: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

55

Tabel 4. “Lanjutan” Matriks Kebutuhan Data Penelitian

Page 80: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

56

Tabel 4. “Lanjutan” Matriks Kebutuhan Data Penelitian

Page 81: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

57

F. Bagan Alur Penelitian

Gambar 26. Bagan alur penelitian

Analisis Data/Pembahasan: Jarak (L) dan kerapatan krib (a)

Varibel Bebas: 1.Debit Aliran (Q) 2.Bentuk Penampang Saluran (A) 3.Jarak Krib (L) 4.Kerapatan (a) 5.Diameter krib (dk)

Varibel Terikat: 1.Volume Gerusan (Vg) 2. Kecepatan aliran (V) 3. Ketinggian aliran (h)

Pengambilan Data

Pembuatan Model

Studi Literatur

Perancangan Model

Tidak

Y

a

Mulai

Selesai

Validasi Kecukupann Data

Page 82: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

58

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa seberapa besar

pengaruh variasi jarak krib bentuk T tipe permeabel terhadap perubahan

bentuk dasar saluran serta menganalisa pengaruh kerapatan pilar pada

formasi krib bentuk T tipe permeabel terhadap perubahan bentuk dasar

saluran, data tersebut di dapatkan dengan cara sebagai berikut:

1. Jarak krib bentuk T tipe permeabel, divariasikan dengan tiga jarak yaitu

0,30 m, 0,50 m dan 0,75 m.

2. Kerapatan pilar krib, divariasikan dengan tiga kerapatan yaitu 0,005 m,

0,01 m dan 0,015 m.

3. Debit pengaliran menggunakan tiga variasi yaitu Q1 (bukaan 6), Q2

(bukaan 9) dan Q3 (bukaan 12) dalam waktu 3 menit (180 detik).

4. Kecepatan aliran (V), didapatkan dengan menggunakan Flow Watch di

hulu (sebelum krib), tengah (daerah krib) dan hilir (sesudah krib).

5. Volume gerusan (Vg), dihitung menggunakan rumus luasan sesuai

dengan bentuk terjadinya gerusan di daerah pemasangan krib.

6. Pola kontur, diambil dari data tofografi menggunakan grid (interval 5

cm).

Page 83: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

59

B. Analisis Data

Adapun hasil penelitian debit aliran untuk tinggi bukaan pintu

thompson dari pengamatan di laboratorium adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Perhitungan debit aliran untuk tinggi bukaan pintu Thompson

No. Tinggi Bukaan Pintu (h)

Koesfisien Debit

Debit Thompson (Q)

(m) (Cd) m³/det

1 0,06 3,58 0,0121

2 0,09 1,44 0,0134

3 0,12 0.85 0,0161

C. Perhitungan Karakteristik Aliran

Untuk menentukan Bilangan Froude dan bilangan Reynold dapat

dilihat pada tabel – tabel berikut :

Tabel 6. Perhitungan bilangan Froude (Fr) tanpa krib bentuk T tipe permeabel

Debit Ked.

Rata-rata, h (m)

Lebar Dasar

Saluran, b (m)

Kec. Aliran, V (m/s)

Luas Penampang,

A (m2)

Keliling Basah P (m)

Jari-jari Hidraulik,

R (m)

Bil.

Froude (Fr) Ket.

Q1:

0,0121 0,0410 0,3 2,2 0,0123 0,0246 0,5 3,5215 SUPER KRITIS

Q2:

0,0134 0,0533 0,3 1,6 0,0160 0,0320 0,5 2,2120 SUPER KRITIS

Q3:

0,0161 0,0710 0,3 1,3 0,0213 0,0426 0,5 1,5177 SUPER KRITIS

Page 84: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

60

Tabel 7. Perhitungan bilangan Froude (Fr) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q1

Debit, Q (m3/dtk)

Jarak, L (m)

Kerapatan, a (m)

Ked. Rata-rata,

h (m)

Lebar Dasar Saluran,

b (m)

Kec. Aliran, V (m/s)

Luas Penampang

A (m2)

Kel. Basah P (m)

Jari-jari Hidraulik

R (m)

Bilangan Froude Tanpa Krib

(Fr)

Bilangan Froude Dengan Krib

(Fr)

Selisih Bilangan Froude

(Fr)

Karakteristik Aliran

Q1: 0.0121

0.30

0.005 0.0573 0.3 1.6 0.0172 0.0344 0.5 3.5215 2.1334 1.3880 SUPER KRITIS

0.010 0.0473 0.3 1.9 0.0142 0.0284 0.5 3.5215 2.7394 0.7821 SUPER KRITIS

0.015 0.0490 0.3 1.8 0.0147 0.0294 0.5 3.5215 2.5481 0.9734 SUPER KRITIS

0.50

0.005 0.0523 0.3 1.8 0.0157 0.0314 0.5 3.5215 2.5122 1.0093 SUPER KRITIS

0.010 0.0473 0.3 2.1 0.0142 0.0284 0.5 3.5215 3.1307 0.3908 SUPER KRITIS

0.015 0.0457 0.3 2.0 0.0137 0.0274 0.5 3.5215 2.9383 0.5832 SUPER KRITIS

0.75

0.005 0.0473 0.3 2.0 0.0142 0.0284 0.5 3.5215 2.8861 0.6354 SUPER KRITIS

0.010 0.0440 0.3 2.2 0.0132 0.0264 0.5 3.5215 3.3993 0.1222 SUPER KRITIS

0.015 0.0457 0.3 2.1 0.0137 0.0274 0.5 3.5215 3.1375 0.3840 SUPER KRITIS

Tabel 8. Perhitungan bilangan Froude (Fr) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q2

Debit, Q (m3/dtk)

Jarak, L (m)

Kerapatan, a (m)

Ked. Rata-rata,

h (m)

Lebar Dasar Saluran,

b (m)

Kec. Aliran, V (m/s)

Luas Penampang

A (m2)

Kel. Basah P (m)

Jari-jari Hidraulik

R (m)

Bilangan Froude Tanpa Krib

(Fr)

Bilangan Froude Dengan Krib

(Fr)

Selisih Bilangan Froude

(Fr)

Karakteristik Aliran

Q2: 0.0134

0.30

0.005 0.0633 0.3 0.9 0.0190 0.038 0.5 2.2120 1.1418 1.0702 SUPER KRITIS

0.010 0.0533 0.3 1.2 0.0160 0.032 0.5 2.2120 1.6590 0.5530 SUPER KRITIS

0.015 0.0550 0.3 1.1 0.0165 0.033 0.5 2.2120 1.4975 0.7145 SUPER KRITIS

0.50

0.005 0.0583 0.3 1.1 0.0175 0.035 0.5 2.2120 1.4982 0.7138 SUPER KRITIS

0.010 0.0533 0.3 1.4 0.0160 0.032 0.5 2.2120 1.8894 0.3226 SUPER KRITIS

0.015 0.0517 0.3 1.2 0.0155 0.031 0.5 2.2120 1.6855 0.5265 SUPER KRITIS

0.75

0.005 0.0533 0.3 1.3 0.0160 0.032 0.5 2.2120 1.7512 0.4608 SUPER KRITIS

0.010 0.0500 0.3 1.5 0.0150 0.03 0.5 2.2120 2.1418 0.0702 SUPER KRITIS

0.015 0.0517 0.3 1.4 0.0155 0.031 0.5 2.2120 1.9197 0.2924 SUPER KRITIS

Page 85: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

61

Tabel 9. Perhitungan bilangan Froude (Fr) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q3

Debit, Q (m3/dtk)

Jarak, L (m)

Kerapatan, a (m)

Ked. Rata-rata,

h (m)

Lebar Dasar Saluran,

b (m)

Kec. Aliran, V (m/s)

Luas Penampang

A (m2)

Kel. Basah P (m)

Jari-jari Hidraulik

R (m)

Bilangan Froude Tanpa Krib

(Fr)

Bilangan Froude Dengan Krib

(Fr)

Selisih Bilangan Froude

(Fr)

Karakteristik Aliran

Q3: 0.0161

0.30

0.005 0.0933 0.3 0.7 0.0280 0.056 0.5 1.5177 0.7316 0.7862 SUB-KRITIS

0.010 0.0833 0.3 0.9 0.0250 0.05 0.5 1.5177 0.9954 0.5223 SUB-KRITIS

0.015 0.0850 0.3 0.8 0.0255 0.051 0.5 1.5177 0.8761 0.6417 SUB-KRITIS

0.50

0.005 0.0883 0.3 0.8 0.0265 0.053 0.5 1.5177 0.8952 0.6225 SUB-KRITIS

0.010 0.0833 0.3 1.1 0.0250 0.05 0.5 1.5177 1.1797 0.3380 SUPER KRITIS

0.015 0.0817 0.3 0.9 0.0245 0.049 0.5 1.5177 1.0055 0.5122 SUPER KRITIS

0.75

0.005 0.0833 0.3 1.0 0.0250 0.05 0.5 1.5177 1.0691 0.4486 SUPER KRITIS

0.010 0.0800 0.3 1.2 0.0240 0.048 0.5 1.5177 1.3546 0.1632 SUPER KRITIS

0.015 0.0817 0.3 1.1 0.0245 0.049 0.5 1.5177 1.1917 0.3260 SUPER KRITIS

Tabel 10. Perhitungan bilangan Reynold (Re) tanpa krib bentuk T tipe permeabel

Debit, Q (m3/dtk)

Kedalaman Rata-rata,

h (m)

Lebar Dasar Saluran,

b (m)

Kecepatan Aliran, V (m/s)

Luas Penampang,

A (m2)

Keliling Basah, P (m)

Jari-jari Hidraulik,

R (m)

Suhu (°C)

Viskositas (m2/s)

Bilangan Reynold

(Re) Pola Aliran

Q1: 0.0121 0.0410 0.3 2.2 0.0123 0.3820 0.0322 29.3 0.000000836 1020324.74 Turbulen

Q2: 0.0134 0.0533 0.3 1.6 0.0160 0.4067 0.0393 30.0 0.000000828 785829.31 Turbulen

Q3: 0.0161 0.0710 0.3 1.3 0.0213 0.4420 0.0482 29.1 0.000000838 668026.26 Turbulen

Page 86: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

62

Tabel 11. Perhitungan bilangan Reynold (Re) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q1

Debit, Q (m3/dtk)

Jarak, L ( m)

Kerapatan, a (m)

Ked. Rata-rata,

h (m)

Lebar Dasar Saluran,

b (m)

Kec. Aliran, V (m/s)

Luas Penampang,

A (m2)

Kel. Basah, P (m)

Jari-jari Hidraulik,

R (m)

Suhu (°C)

Viskositas (m2/s)

Bil. Reynold Tanpa Krib

(Re)

Bil. Reynold Dengan Krib

(Re)

Selisih Bil. Reynold

(Fr)

Pola Aliran

Q1: 0.0121

0.30

0.005 0.0573 0.3 1.6 0.0172 0.4147 0.041 29.0 0.000000839 1020324.74 790893.83 229430.92 Turbulen

0.010 0.0473 0.3 1.9 0.0142 0.3947 0.036 28.4 0.000000847 1020324.74 869657.97 150666.78 Turbulen

0.015 0.0490 0.3 1.8 0.0147 0.3980 0.037 28.4 0.000000847 1020324.74 830438.96 189885.78 Turbulen

0.50

0.005 0.0523 0.3 1.8 0.0157 0.4047 0.039 28.4 0.000000846 1020324.74 860712.42 159612.32 Turbulen

0.010 0.0473 0.3 2.1 0.0142 0.3947 0.036 28.2 0.000000849 1020324.74 991371.97 28952.78 Turbulen

0.015 0.0457 0.3 2.0 0.0137 0.3913 0.035 28.3 0.000000848 1020324.74 908049.29 112275.45 Turbulen

0.75

0.005 0.0473 0.3 2.0 0.0142 0.3947 0.036 28.8 0.000000842 1020324.74 922155.77 98168.97 Turbulen

0.010 0.0440 0.3 2.2 0.0132 0.3880 0.034 28.1 0.000000851 1020324.74 1018738.10 1586.64 Turbulen

0.015 0.0457 0.3 2.1 0.0137 0.3913 0.035 28.4 0.000000847 1020324.74 970590.79 49733.95 Turbulen

Tabel 12. Perhitungan bilangan Reynold (Re) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q2

Debit, Q (m3/dtk)

Jarak, L ( m)

Kerapatan, a (m)

Ked. Rata-rata,

h (m)

Lebar Dasar Saluran,

b (m)

Kec. Aliran, V (m/s)

Luas Penampang,

A (m2)

Kel. Basah, P (m)

Jari-jari Hidraulik,

R (m)

Suhu (°C)

Viskositas (m2/s)

Bil. Reynold Tanpa Krib

(Re)

Bil. Reynold Dengan Krib

(Re)

Selisih Bil. Reynold

(Fr)

Pola Aliran

Q2: 0.0134

0.30

0.005 0.0633 0.3 0.9 0.0190 0.4267 0.045 29.0 0.000000839 785829.31 457535.03 328294.28 Turbulen

0.010 0.0533 0.3 1.2 0.0160 0.4067 0.039 28.1 0.000000850 785829.31 574012.24 211817.07 Turbulen

0.015 0.0550 0.3 1.1 0.0165 0.4100 0.040 28.6 0.000000844 785829.31 534250.81 251578.50 Turbulen

0.50

0.005 0.0583 0.3 1.1 0.0175 0.4167 0.042 28.8 0.000000842 785829.31 561034.42 224794.89 Turbulen

0.010 0.0533 0.3 1.4 0.0160 0.4067 0.039 28.1 0.000000851 785829.31 653398.98 132430.32 Turbulen

0.015 0.0517 0.3 1.2 0.0155 0.4033 0.038 28.4 0.000000847 785829.31 571630.50 214198.81 Turbulen

0.75

0.005 0.0533 0.3 1.3 0.0160 0.4067 0.039 28.5 0.000000846 785829.31 608984.85 176844.45 Turbulen

0.010 0.0500 0.3 1.5 0.0150 0.4000 0.038 28.4 0.000000846 785829.31 708988.82 76840.49 Turbulen

0.015 0.0517 0.3 1.4 0.0155 0.4033 0.038 28.1 0.000000850 785829.31 648377.67 137451.64 Turbulen

Page 87: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

63

Tabel 13. Perhitungan bilangan Reynold (Re) dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q3

Debit, Q (m3/dtk)

Jarak, L ( m)

Kerapatan, a (m)

Ked. Rata-rata,

h (m)

Lebar Dasar Saluran,

b (m)

Kec. Aliran, V (m/s)

Luas Penampang,

A (m2)

Kel. Basah, P (m)

Jari-jari Hidraulik,

R (m)

Suhu (°C)

Viskositas (m2/s)

Bil. Reynold Tanpa Krib

(Re)

Bil. Reynold Dengan Krib

(Re)

Selisih Bil. Reynold

(Fr)

Pola Aliran

Q3: 0.0161

0.30

0.005 0.0933 0.3 0.7 0.0280 0.4867 0.058 28.6 0.000000845 668026.26 403351.36 264674.91 Turbulen

0.010 0.0833 0.3 0.9 0.0250 0.4667 0.054 28.3 0.000000848 668026.26 495542.74 172483.53 Turbulen

0.015 0.0850 0.3 0.8 0.0255 0.4700 0.054 28.2 0.000000849 668026.26 442726.29 225299.98 Turbulen

0.50

0.005 0.0883 0.3 0.8 0.0265 0.4767 0.056 29.2 0.000000837 668026.26 474405.33 193620.93 Turbulen

0.010 0.0833 0.3 1.1 0.0250 0.4667 0.054 28.2 0.000000849 668026.26 586414.97 81611.29 Turbulen

0.015 0.0817 0.3 0.9 0.0245 0.4633 0.053 28.5 0.000000846 668026.26 492993.99 175032.27 Turbulen

0.75

0.005 0.0833 0.3 1.0 0.0250 0.4667 0.054 28.5 0.000000845 668026.26 533853.35 134172.91 Turbulen

0.010 0.0800 0.3 1.2 0.0240 0.4600 0.052 28.1 0.000000851 668026.26 648957.65 19068.62 Turbulen

0.015 0.0817 0.3 1.1 0.0245 0.4633 0.053 28.5 0.000000846 668026.26 584289.18 83737.09 Turbulen

Tabel 14. Rekapitulasi perhitungan bilangan Froude dan bilangan Reynold

Debit, Q (m3/dtk)

Tanpa Krib

Jarak, L (m)

Kerapatan, a (m)

Dengan Krib

Bilangan Froude (Fr) Bilangan Reynold (Re) Bilangan Froude (Fr) Bilangan Reynold (Re)

Daerah Krib

Karakteristik Aliran

Daerah Krib

Pola Aliran Daerah

Krib Karakteristik

Aliran Daerah

Krib Pola Aliran

Q1: 0.0121

3.5215 Super Kritis 1020324.74 Turbulen

0.30

0.005 2.1334 Super Kritis 790893.83 Turbulen

3.5215 Super Kritis 1020324.74 Turbulen 0.010 2.7394 Super Kritis 869657.97 Turbulen

3.5215 Super Kritis 1020324.74 Turbulen 0.015 2.5481 Super Kritis 830438.96 Turbulen

3.5215 Super Kritis 1020324.74 Turbulen

0.50

0.005 2.5122 Super Kritis 860712.42 Turbulen

3.5215 Super Kritis 1020324.74 Turbulen 0.010 3.1307 Super Kritis 991371.97 Turbulen

3.5215 Super Kritis 1020324.74 Turbulen 0.015 2.9383 Super Kritis 908049.29 Turbulen

Page 88: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

64

Tabel 14. “Lanjutan” Rekapitulasi perhitungan bilangan Froude dan bilangan Reynold

Debit, Q (m3/dtk)

Tanpa Krib

Jarak, L (m)

Kerapatan, a (m)

Dengan Krib

Bilangan Froude (Fr) Bilangan Reynold (Re) Bilangan Froude (Fr) Bilangan Reynold (Re)

Daerah Krib

Karakteristik Aliran

Daerah Krib

Pola Aliran Daerah

Krib Karakteristik

Aliran Daerah

Krib Pola Aliran

Q1: 0.0121

3.5215 Super Kritis 1020324.74 Turbulen

0.75

0.005 2.8861 Super Kritis 922155.77 Turbulen

3.5215 Super Kritis 1020324.74 Turbulen 0.010 3.3993 Super Kritis 1018738.10 Turbulen

3.5215 Super Kritis 1020324.74 Turbulen 0.015 3.1375 Super Kritis 970590.79 Turbulen

Q2: 0.0134

2.2120 Super Kritis 785829.31 Turbulen

0.30

0.005 1.1418 Super Kritis 457535.03 Turbulen

2.2120 Super Kritis 785829.31 Turbulen 0.010 1.6590 Super Kritis 574012.24 Turbulen

2.2120 Super Kritis 785829.31 Turbulen 0.015 1.4975 Super Kritis 534250.81 Turbulen

2.2120 Super Kritis 785829.31 Turbulen

0.50

0.005 1.4982 Super Kritis 561034.42 Turbulen

2.2120 Super Kritis 785829.31 Turbulen 0.010 1.8894 Super Kritis 653398.98 Turbulen

2.2120 Super Kritis 785829.31 Turbulen 0.015 1.6855 Super Kritis 571630.50 Turbulen

2.2120 Super Kritis 785829.31 Turbulen

0.75

0.005 1.7512 Super Kritis 608984.85 Turbulen

2.2120 Super Kritis 785829.31 Turbulen 0.010 2.1418 Super Kritis 708988.82 Turbulen

2.2120 Super Kritis 785829.31 Turbulen 0.015 1.9197 Super Kritis 648377.67 Turbulen

Q3: 0.0161

1.5177 Super Kritis 668026.26 Turbulen

0.30

0.005 0.7316 Sub-Kritis 403351.36 Turbulen

1.5177 Super Kritis 668026.26 Turbulen 0.010 0.9954 Sub-Kritis 495542.74 Turbulen

1.5177 Super Kritis 668026.26 Turbulen 0.015 0.8761 Sub-Kritis 442726.29 Turbulen

1.5177 Super Kritis 668026.26 Turbulen

0.50

0.005 0.8952 Sub-Kritis 474405.33 Turbulen

1.5177 Super Kritis 668026.26 Turbulen 0.010 1.1797 Super Kritis 586414.97 Turbulen

1.5177 Super Kritis 668026.26 Turbulen 0.015 1.0055 Super Kritis 492993.99 Turbulen

1.5177 Super Kritis 668026.26 Turbulen

0.75

0.005 1.0691 Super Kritis 533853.35 Turbulen

1.5177 Super Kritis 668026.26 Turbulen 0.010 1.3546 Super Kritis 648957.65 Turbulen

1.5177 Super Kritis 668026.26 Turbulen 0.015 1.1917 Super Kritis 584289.18 Turbulen

Page 89: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

65

Pada tabel (7, 8 dan 9) untuk pemasangan krib permeabel yang efektif

yaitu dengan jarak 0,30 m pada kerapatan pilar 0,005 m. Penurunan

bilangan Froude (Fr) yang terbesar yaitu pada debit 0,0121 m³/det (Q1)

dengan nilai bilangan Froude (Fr) sebesar 3,3993, sedangkan penurunan

bilangan Froude (Fr) terendah yaitu pada debit 0,0161 m³/det (Q3) dengan

nilai bilangan Froude (Fr) sebesar 0,7316 dengan karakteristik aliran super

kritis pada Q1 dan Q2, sedangkan pada Q3 mengalami aliran sub-kritis.

1. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Bilangan Froude (Fr)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 15. Rekapitulasi debit (Q) dengan bilangan Froude (Fr) Running Tanpa Krib Running Dengan Krib

Bil.Froude (Fr)

Debit, Q (m3/dkt) Bil.Froude (Fr)

Debit, Q (m3/dkt)

0.0121 0.0134 0.0161 0.0121 0.0134 0.0161

Daerah Krib 3.5215 2.2120 1.5177 Daerah Krib 2.8250 1.6871 1.0332

Gambar 27. Pengaruh debit (Q) terhadap bilangan Froude (Fr)

Page 90: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

66

Berdasarkan gambar 27, dapat dilihat bahwa dengan adanya krib

bentuk T tipe permeabel dapat menurunkan angka bilangan Froude (Fr)

hingga 1,7059.

2. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Bilangan Froude (Fr)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 16. Rekapitulasi jarak (L) dengan bilangan Froude (Fr)

Bil.Froude (Fr)

Q1 Jarak, L (m) Q2 Jarak, L (m) Q3 Jarak, L (m)

0.30 0.50 0.75 0.30 0.50 0.75 0.30 0.50 0.75

Daerah Krib 2.4736 2.8604 3.1410 1.4328 1.6911 1.9375 0.8677 1.0268 1.2051

Gambar 28. Pengaruh jarak (L) terhadap bilangan Froude (Fr)

Pada gambar 28 dapat di lihat bahwa dengan adanya pemasangan krib

permeabel pada saluran mempengaruhi bilangan Froude yang sebelumnya

besar pada running tanpa krib menjadi lebih kecil. Dimana bilangan Froude

yang terendah terjadi pada aliran dengan pemasangan krib permeabel Q3

Page 91: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

67

jarak 0,30 m yaitu 0,8677 < 1 (aliran sub-kritis), dan bilangan tertinggi

terjadi pada aliran dengan pemasangan krib permeabel Q1 jarak 0,75 m

yaitu 3,1410 < 1 (aliran super kritis). Jarak efektif untuk mengurangi angka

bilangan Froude adalah jarak 0,30 m.

3. Analisis Pengaruh Kerapatan (a) Terhadap Bilangan Froude (Fr)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 17. Rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan bilangan Froude (Fr)

Running Dengan Krib Q1

Bil.Froude (Fr)

Kerapatan, a (m) L 0.30 Kerapatan, a (m) L 0.50 Kerapatan, a (m) L 0.75

0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015

Daerah Krib 2.1334 2.7394 2.5481 2.5122 3.1307 2.9383 2.8861 3.3993 3.1375

Running Dengan Krib Q2

Bil.Froude (Fr)

Kerapatan, a (m) L 0.30 Kerapatan, a (m) L 0.50 Kerapatan, a (m) L 0.75

0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015

Daerah Krib 1.1418 1.6590 1.4975 1.4982 1.8894 1.6855 1.7512 2.1418 1.9197

Running Dengan Krib Q3

Bil.Froude (Fr)

Kerapatan, a (m) L 0.30 Kerapatan, a (m) L 0.50 Kerapatan, a (m) L 0.75

0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015

Daerah Krib 0.7316 0.9954 0.8761 0.8952 1.1797 1.0055 1.0691 1.3546 1.1917

Page 92: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

68

Gambar 29. Pengaruh kerapatan (a) terhadap bilangan Froude (Fr) pada Q1

Gambar 30. Pengaruh kerapatan (a) terhadap bilangan Froude (Fr) pada Q2

Gambar 31. Pengaruh kerapatan (a) terhadap bilangan Froude (Fr) pada Q3

Page 93: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

69

Pada gambar (29, 30 dan 31) dapat di lihat bahwa terjadi penurunan

bilangan Froude. Dimana bilangan Froude yang terendah terjadi pada

aliran dengan pemasangan krib permeabel Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar

0,005 m yaitu 0,7316 < 1 (aliran subkritis), dan bilangan tertinggi terjadi

pada aliran dengan pemasangan krib permeabel Q1 jarak 0,75 m kerapatan

pilar 0,010 m yaitu 3,3993 < 1 (aliran super kritis).

Pada tabel (11, 12 dan 13) untuk pemasangan krib permeabel yang

efektif yaitu dengan jarak 0,30 cm pada kerapatan pilar 0,005 m. Penurunan

bilangan Reynold (Re) yang tertinggi yaitu pada debit 0,0121 m³/det (Q1)

dengan nilai bilangan Reynold (Re) sebesar 1018738.10, sedangkan

penurunan bilangan Reynold (Re) terendah yaitu pada debit 0,0161 m³/det

(Q3) dengan nilai bilangan Reynold (Re) sebesar 403351,36 dengan

karakteristik aliran yang dominan turbulen.

4. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Bilangan Reynold (Re)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 18. Rekapitulasi debit (Q) dengan bilangan Reynold (Re) Running Tanpa Krib Running Dengan Krib

Reynold (Re)

Debit, Q (m3/dkt) Reynold

(Re)

Debit, Q (m3/dkt)

0.0121 0.0134 0.0161 0.0121 0.0134 0.0161

Daerah Krib

1020324.7434

785829.3076

668026.2648

Daerah Krib

906956.5676

590912.5908

518059.4294

Page 94: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

70

Gambar 32. Pengaruh debit (Q) terhadap bilangan Reynold (Re)

Pada gambar 32 menunjukan bahwa semakin besar debit yang di

alirkan maka semakin kecil bilangan Reynold (Re). Ini disebabkan karena

semakin besar debit yang dikeluarkan menyebabkan kecepatan aliran

semakin lambat, sebaliknya semakin kecil debit yang dikeluarkan

menyebabkan kecepatan aliran semakin cepat.

5. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Bilangan Reynold (Re)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 19. Rekapitulasi jarak (L) dengan bilangan Reynold (Re)

Reynold

(Re)

Q1 Jarak, L (m) Q2 Jarak, L (m) Q3 Jarak, L (m)

0.30 0.50 0.75 0.30 0.50 0.75 0.30 0.50 0.75

Daerah Krib

830330.2521

920044.5608

970494.8900

521932.6921

595354.6338

655450.4466

447206.7949

517938.1012

589033.3920

Page 95: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

71

Gambar 33. Pengaruh jarak (L) terhadap bilangan Reynold (Re)

Pada gambar 33 dapat di lihat bahwa terjadi penurunan bilangan

Reynold yang sebelumnya besar menjadi lebih kecil. Dimana bilangan

Reynold yang terendah terjadi pada Q3 dengan pemasangan krib permeabel

jarak 0,30 m yaitu 447206.7949 > 12.500 (aliran turbulen), dan bilangan

Reynold tertinggi terjadi pada Q1 dengan pemasangan krib permeabel jarak

0,75 m yaitu 970494.8900 > 12.500 (aliran turbulen).

6. Analisis Pengaruh Kerapatan (a) Dengan Bilangan Reynold (Re)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 20. Rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan bilangan Reynold (Re) Running Dengan Krib Q1

Reynold

(Re)

Kerapatan, a (m) L 0.30 Kerapatan, a (m) L 0.50 Kerapatan, a (m) L 0.75

0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015

Daerah Krib

790893.8282

869657.9662

830438.9618

860712.4245

991371.9659

908049.2921

922155.7746

1018738.1034

970590.7919

Page 96: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

72

Tabel 20. “Lanjutan” rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan bilangan Reynold (Re)

Running Dengan Krib Q2

Reynold

(Re)

Kerapatan, a (m) L 0.30 Kerapatan, a (m) L 0.50 Kerapatan, a (m) L 0.75

0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015

Daerah Krib

457535.0300

574012.2389

534250.8074

561034.4197

653398.9836

571630.4980

608984.8543

708988.8176

648377.6678

Running Dengan Krib Q3

Reynold

(Re)

Kerapatan, a (m) L 0.30 Kerapatan, a (m) L 0.50 Kerapatan, a (m) L 0.75

0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015 0.005 0.010 0.015

Daerah

Krib

403351.3578

495542.7373

442726.2897

474405.3346

586414.9746

492993.9944

533853.3503

648957.6470

584289.1786

Gambar 34. Pengaruh kerapatan (a) terhadap bilangan Reynold (Re) pada Q1

Gambar 35. Pengaruh kerapatan (a) terhadap bilangan Reynold (Re) pada Q2

Page 97: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

73

Gambar 36. Pengaruh kerapatan (a) terhadap bilangan Reynold (Re) pada Q3

Pada gambar (34, 35 dan 36) dapat di lihat bahwa bilangan Reynold

yang terendah terjadi pada aliran dengan pemasangan krib permeabel Q3

jarak 0,30 m kerapatan 0,005 m yaitu 403351.3578 < 12.500 (aliran

turbulen), dan bilangan tertinggi terjadi pada aliran dengan pemasangan

krib permeabel Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,010 m yaitu

1018738.1034 < 12.500 (aliran turbulen). Jarak efektif untuk mengurangi

angka bilangan Reynold adalah jarak 0,30 m.

7. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Volume Gerusan (Vg)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 21. Rekapitulasi debit (Q) dengan volume gerusan (Vg)

Debit Q (m3/dkt) Tanpa Krib Dengan Krib

V.Gerusan (m3) V. Gerusan (m3)

Q1: 0.0121 0.0237 0.0089

Q2 : 0.0134 0.0329 0.0153

Q3: 0.0161 0.0501 0.0225

Page 98: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

74

Gambar 37. Pengaruh debit (Q) terhadap volume gerusan (Vg)

Pada gambar 37 menunjukan bahwa semakin tinggi debit aliran yang

terjadi maka akan semakin besar volume gerusan pada dasar saluran. Ini

disebabkan karena semakin tinggi debit aliran yang terjadi sehingga dapat

mempercepat laju gerusan pada dasar saluran.

8. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Volume Gerusan (Vg)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 22. Rekapitulasi variasi jarak (L) dengan volume gerusan (Vg)

Running Dengan Krib

Jarak, L (m)

Volume Gerusan, Vg (m3)

Q1 Q2 Q3

0.30 0.0073 0.0137 0.0209

0.50 0.0085 0.0149 0.0221

0.75 0.0109 0.0173 0.0245

Page 99: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

75

Gambar 38. Pengaruh jarak (L) terhadap volume gerusan (Vg)

Pada gambar 38 menunjukan bahwa semakin besar/jauh jarak krib

maka semakin besar volume gerusan pada dasar saluran. Ini disebabkan

karena kurangnya bangunan krib yang menghambat laju gerusan pada dasar

saluran.

9. Analisis Pengaruh Kecepatan (V) Terhadap Volume Gerusan (Vg)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 23. Rekapitulasi kecepatan (V) dengan volume gerusan (Vg)

J a r a k

Running Tanpa Krib Running Dengan Krib

Kec. V (m/s)

V. Gerusan, Vg (m3)

Kecepatan, V (m/s) Vol. Gerusan, Vg (m3)

Q1 Q2 Q3 Q1 Q2 Q3

0.30 2.8000 0.0237 2.5148 1.8259 1.3370 0.0073 0.0137 0.0209

0.50 2.1333 0.0329 2.6778 1.9593 1.4593 0.0149 0.0149 0.0221

0.75 1.6556 0.0501 2.7667 2.0333 1.5333 0.0173 0.0173 0.0245

Page 100: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

76

Gambar 39. Pengaruh kecepatan (V) terhadap volume gerusan (Vg)

Pada gambar 39 menunjukan bahwa semakin cepat aliran yang terjadi

maka dapat mempercepat pengikisan yang terjadi pada dasar saluran. Hal

ini disebabkan karena kecepatan dapat mempengaruhi laju gerusan pada

dasar saluran. Kecepatan aliran yang terbesar terjadi pada Q1 sebesar

2,7667 m/s.

10. Analisis Pengaruh Kerapatan (a) Terhadap Volume Gerusan (Vg)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 24. Rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan volume gerusan (Vg) Running Tanpa Krib Running Dengan Krib

Volume Gerusan, Vg (m3)

Kerapatan, a (m)

Vol. Gerusan, Vg (m3)

Q1 Q2 Q3

0.0237 0.005 0.0076 0.0140 0.0212

0.0329 0.01 0.0103 0.0165 0.0239

0.0501 0.015 0.0088 0.0152 0.0224

Page 101: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

77

Gambar 40. Pengaruh kerapatan (a) terhadap volume gerusan (Vg)

Pada gambar 40 menunjukan bahwa gerusan terparah terjadi pada

kerapatan 0.01 m. Ini disebabkan karena kecepatan aliran yang terpecah

pada kaki krib menyebapkan efek seperti selang air yang di tekan

(menyembur) sehingga terjadi gerusan di dasar saluran yang berada pada

belakang krib dengan cepat.

11. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Kecepatan Aliran (V)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 25. Rekapitulasi debit (Q) dengan kecepatan aliran (V)

Running Tanpa Krib Running Dengan Krib

Kecepatan, V (m/s)

Debit, Q (m3/dkt) Kecepatan,

V (m/s)

Debit, Q (m3/dkt)

0.0121 0.0134 0.0161 0.0121 0.0134 0.0161

Daerah Krib 2.2 1.6 1.3 Daerah Krib 2.0 1.5 0.9

Page 102: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

78

Gambar 41. Pengaruh debit (Q) terhadap kecepatan aliran (V)

Pada gambar 41 menunjukan bahwa semakin besar debit yang terjadi

maka kecepatan alirannya kecil. Ini disebabkan karena semakin besar

bukaan pintu thompson maka tekanan air akan berkurang tetapi debit yang

dikeluarkan besar.

12. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Kecepatan Aliran (V)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 26. Rekapitulasi jarak (L) dengan kecepatan aliran (V)

Running Dengan Krib

Kecepatan, V (m/s)

Q1 Jarak, L (m) Q2 Jarak, L (m) Q3 Jarak, L (m)

0.3 0.5 0.75 0.3 0.5 0.75 0.3 0.5 0.75

Daerah Krib 1.7 2.0 2.1 1.1 1.2 1.4 0.8 0.9 1.1

Page 103: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

79

Gambar 42. Pengaruh jarak (L) terhadap kecepatan aliran (V)

Pada gambar 42 menunjukan bahwa semakin rapat jarak antar krib

maka kecepatan alirannya berkurang. Ini disebabkan karena salah satu

fungsi krib adalah sebagai peredam energi.

13. Analisis Pengaruh Kerapatan (a) Terhadap Kecepatan Aliran (V)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 27. Rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan kecepatan aliran (V)

Running Dengan Krib Q1

Kecepatan, V (m/s)

Kerapatan, a (m) L 30 Kerapatan, a (m) L 50 Kerapatan, a (m) L 75

0.005 0.01 0.015 0.005 0.01 0.015 0.005 0.01 0.015

Daerah Krib 1.6 1.9 1.8 1.8 2.1 2.0 2.0 2.2 2.1

Running Dengan Krib Q2

Kecepatan, V (m/s)

Kerapatan, a (m) L 30 Kerapatan, a (m) L 50 Kerapatan, a (m) L 75

0.005 0.01 0.015 0.005 0.01 0.015 0.005 0.01 0.015

Daerah Krib 0.9 1.2 1.1 1.1 1.4 1.2 1.3 1.5 1.4

Page 104: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

80

Tabel 27. “Lanjutan” Rekapitulasi kerapatan pilar (a) dengan kecepatan Aliran (V)

Running Dengan Krib Q3

Kecepatan, V (m/s)

Kerapatan, a (m) L 30 Kerapatan, a (m) L 50 Kerapatan, a (m) L 75

0.005 0.01 0.015 0.005 0.01 0.015 0.005 0.01 0.015

Daerah Krib 0.7 0.9 0.8 0.8 1.1 0.9 1.0 1.2 1.1

Gambar 43. Pengaruh kerapatan (a) terhadap kecepatan (V) pada Q1

Gambar 44. Pengaruh kerapatan (a) terhadap kecepatan (V) pada Q2

Page 105: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

81

Gambar 45. Pengaruh kerapatan (a) terhadap kecepatan (V) pada Q3

Pada gambar (43, 44 dan 45) menunjukan bahwa aliran tercepat

terjadi pada Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m sebesar 2,2 m/s dan

aliran terlambat terjadi pada Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m

sebesar 0,7 m/s.

14. Analisis Pengaruh Debit (Q) Terhadap Tinggi Muka Air (h)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 28. Rekapitulasi debit (Q) dengan tinggi muka air (h)

Running Tanpa Krib Running Dengan Krib

T.Muka Air, h (cm)

Debit, Q (m3/dkt) T.Muka Air,

h (cm)

Debit, Q (m3/dkt)

0.0121 0.0134 0.0161 0.0121 0.0134 0.0161

Daerah Krib 0.041 0.053 0.071 Daerah Krib 0.048 0.054 0.084

Page 106: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

82

Gambar 46. Pengaruh debit (Q) terhadap tinggi muka air (h)

Pada gambar 46 menunjukan bahwa dengan adanya bangunan krib

tinggi muka air menjadi lebih tinggi dari pada saat running kosong tanpa

krib hal ini disebapkan karena dengan adanya bangunan krib menyebapkan

luas penampang basah menjadi berkurang.

15. Analisis Pengaruh Jarak (L) Terhadap Tinggi Muka Air (h)

Berdasarkan tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

tabel dan grafik sebagai berikut :

Tabel 29. Rekapitulasi jarak (L) dengan tinggi muka air (h)

Running Dengan Krib

T.Muka Air, h (cm)

Q1 Jarak L (cm) Q2 Jarak, L (cm) Q3 Jarak, L (cm)

0.30 0.50 0.75 0.30 0.50 0.75 0.30 0.50 0.75

Daerah Krib 0.051 0.048 0.046 0.057 0.054 0.052 0.087 0.084 0.082

Page 107: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

83

Gambar 47. Pengaruh jarak (L) terhadap tinggi muka air (h)

Pada gambar 47 menunjukan bahwa semakin rapat jarak antar krib

maka tinggi muka air akan meningkat/naik. Ini disebabkan karena pada saat

air dialirkan krib yang terpasang pada saluran akan berfungsi sebagai

pengatur aliran juga sebagai normalisasi dasar saluran, karena jaraknya

yang begitu rapat maka pola aliran seakan tertahan sehingga mengalirkan

arus ke daerah yang tidak terdapat krib.

Page 108: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

84

16. Analisis Perhitungan Persentase Volume Gerusan

Berdasarka tabel hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dibuat

rekapitulasi perhitungan persentase volume gerusan sebagai berikut:

Tabel 30. Rekapitulasi perhitungan persentase volume gerusan (Vg)

Debit, Q

(m3/dtk)

Jarak, L (m)

Kerapatan, a (m)

Volume Gerusan, Vg (m3)

Selisih Volume Gerusan

Krib, Vg (m3)

Persentase Volume Gerusan

(%)

Rata-Rata Tanpa

Krib Dengan

Krib

Q1: 0.0121

0.3

0.005 0.0237 0.0060 0.0177 75%

69% 0.010 0.0237 0.0087 0.0151 63%

0.015 0.0237 0.0072 0.0165 70%

0.5

0.005 0.0237 0.0072 0.0165 70%

64% 0.010 0.0237 0.0099 0.0139 58%

0.015 0.0237 0.0084 0.0153 65%

0.75

0.005 0.0237 0.0096 0.0141 60%

54% 0.010 0.0237 0.0123 0.0115 48%

0.015 0.0237 0.0108 0.0129 54%

Q2: 0.0134

0.3

0.005 0.0329 0.0124 0.0205 62%

58% 0.010 0.0329 0.0151 0.0179 54%

0.015 0.0329 0.0136 0.0193 59%

0.5

0.005 0.0329 0.0136 0.0193 59%

55% 0.010 0.0329 0.0163 0.0167 51%

0.015 0.0329 0.0148 0.0181 55%

0.75

0.005 0.0329 0.0160 0.0169 51%

48% 0.010 0.0329 0.0187 0.0143 43%

0.015 0.0329 0.0172 0.0157 48%

Q3: 0.0161

0.3

0.005 0.0501 0.0196 0.0305 61%

58% 0.010 0.0501 0.0223 0.0279 56%

0.015 0.0501 0.0208 0.0293 59%

0.5

0.005 0.0501 0.0208 0.0293 59%

56% 0.010 0.0501 0.0235 0.0267 53%

0.015 0.0501 0.0220 0.0281 56%

0.75

0.005 0.0501 0.0232 0.0269 54%

51% 0.010 0.0501 0.0259 0.0243 48%

0.015 0.0501 0.0244 0.0257 51%

Page 109: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

85

Berdasarkan tabel 30 disimpulkan bahwa persentase diantara ketiga

variasi jarak krib bentuk T tipe permeabel diperoleh hasil persentase

penanggulangan volume gerusan paling besar dan baik dengan variasi jarak

0,30 m dengan persentase Q1 sebesar 69 %, Q2 sebesar 58 % dan Q3

sebesar 58 %.

17. Pembahasan Hasil Analisis

Proses pengambilan data kecepatan aliran dilakukan pada tiga titik

pengamatan yaitu pada hulu, tengah dan hilir. Kecepatan aliran diukur

dengan menggunakan Flow watch. Flow watch memberikan data kecepatan

secara otomatis terhadap aliran pada saluran untuk titik pengamatan yang

ditentukan. Kecepatan aliran rata-rata yang terjadi disajikan pada lampiran

1 sd. 4.

Kecepatan aliran yang terjadi pada saluran mengalami perubahan pada

sepanjang area penelitian, pada bagian hulu saluran, tengah saluran dan hilir

saluran. Kecepatan aliran sebelum memasuki daerah tengah (transisi)

mengalami peningkatan dan pada saat berada di daerah tengah saluran

(dimana tempat krib dipasang) kecepatan aliran menurun dan selepas

daerah tengah saluran kecepatan alirannya bertambah. Hal ini di akibatkan

karena adanya bangunan krib yang menahan laju aliran dari hulu.

Besar debit aliran yang terjadi dihitung dengan menggunakan

persamaan hubungan antara volume tampungan dan waktu.

Page 110: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

86

Dari hasil uji yang dilakukan pada perhitungan bilangan Froude (Fr)

karakteristik aliran yang didapat rata-rata mengalami aliran super kritis

karena memiliki nilai bilangan Froude yang lebih besar dari 1, hal ini di

akibatkan karena masih memiliki kecepatan aliran yang besar. Sedangkan

pada perhitungan bilangan Reynold (Re) pola aliran yang terjadi pada dasar

saluran ialah aliran turbulen karena pada saat arus sungai memasuki daerah

krib, arus aliran masih kuat sehingga membuat bilangan Reynold (Re)

tinggi.

Pada penelitian ini menggunakan tiga variasi debit dimana nilai Q1 =

0,0121 m3/dtk, Q2 = 0,0134 m3/dtk dan Q3 = 0,0161 m3/dtk. Saat running

kosong tanpa krib angka bilangan Froude (Fr) dan Reynold (Re) sangatlah

tinggi, dengan dipasangnya bangunan krib bentuk T tipe permeabel pada

saluran terbukti dapat menurunkan angka bilangan Froude (Fr) dan Reynold

(Re) menjadi lebih kecil, hal ini di sebabkan karena krib bentuk T tipe

permeabel berfungsi sebagai peredam energy sehingga arus dari hulu yang

awalnya deras setelah memasuki daerah krib kecepatannya menjadi

berkurang.

Pada saat dilakukan pengaliran didapatkan kecepatan aliran pada krib

bagian depan sangat tinggi karena merupakan daerah transisi dan

karakteristik alirannya merupakan aliran super kritis dan kecepatan

berangsur melambat saat memasuki krib selanjutnya. Pada saat running

kosong tanpa adanya krib bilangan Froude dan angka Reynold sangat

Page 111: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

87

tinggi, setelah running dengan krib bilangan Froude dan angka Reynold

menurun. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan adanya krib dapat mengurai

kecepatan aliran. Menurut (M. Haris, 2013) krib berfungsi untuk

memperbaiki maupun mengatur lebar palung sungai dan kedalaman air

yang dibutuhkan serta melindungi bangunan pengambilan yang

membutuhkan konsentrasi aliran air.

Debit sangat berpengaruh terhadap seberapa besar gerusan yang

terjadi. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa semakin besar debit

aliran maka kedalaman gerusan yang dihasilkan akan semakin besar hal ini

sejalan dengan yang dikatakan oleh Charbert & Engeldiger (1956) dalam

Breusers & Reudkivi (1991). Kecepatan aliran ikut andil dalam hal

tergerusnya dasar saluran karena semakin cepat aliran yang terjadi pada

saluran maka angkutan material dasar saluran atau sedimen akan menjadi

besar sebaliknya apabila kecepatan aliran lambat maka angkutan material

dasar salurannya akan menurun.

Berdasarkan hasil analisa didapatkan hasil bahwa dengan adanya

pemasangan bangunan krib pada dasar saluran dapat meninggikan tinggi

muka air, hal ini disebapkan karena kecepatan aliran yang berada pada

daerah krib menjadi tertahan sehingga tinggi muka air pada daerah krib

tersebut menjadi naik.

Dari hasil uji yang dilakukan dengan menggunakan variasi jarak

dimana variasi jarak yang digunakan yaitu jarak 0,30 m, 0,50 m dan 0,75 m.

Page 112: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

88

Karakteristik dan pola aliran pada setiap variasi jarak sangatlah berbeda

dimana pada saat running dengan menggunakan variasi jarak 0,30 m

kecepatan aliran yang terjadi pada daerah krib sangatlah rendah

dibandingkan dengan variasi jarak 0,50 m dan 0,75 m, atau dengan kata lain

apabila jarak antara krib saling berjauhan maka kecepatan aliran makin

kencang/deras karena kurangnya bangunan krib yang mengatur arus aliran

pada saluran. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap volume gerusan pada

dasar saluran dimana pada saat pengaliran terjadi gerusan yang lebih besar

pada jarak yang lebih renggang karena arus yang masih terlalu kuat dan

kurangnya bangunan krib yang mengatur arus.

Hasil dari variasi kerapatan menunjukkan bahwa pada kerapatan pilar

0,005 m perilaku aliran pada saat menabrak krib arus seolah tertahan dan

mengalihkan arus ke daerah yang tidak terdapat krib. Hal yang berbeda

terjadi pada kerapatan pilar 0,01 m, perilaku alirannya seolah menyembur

pada sela-sela krib. Efek seperti ini hampir sama seperti selang air yang

ujungnya ditahan sehingga menimbulkan efek semburan, dari fenomena

inilah yang menyebapkan mengapa volume gerusan (Vg) terbesar terjadi

pada kerapatan tersebut. Sedangkan pada kerapatan pilar 0,015 m perilaku

aliran tidak menimbulkan efek semburan karena jarak antara kaki-kaki krib

sangat renggang sehingga memudahkan air untuk lewat.

Page 113: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

89

D. Data Hasil Kontur Pola Gerusan Krib Bentuk T Tipe Permeabel

1). Pola Gerusan Pada Debit Pertama (Q1)

Adapun uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut.

a). Pola gerusan tanpa krib pada Q1

(a)

(b)

(c)

Gambar 48. (a). 2D pola gerusan tanpa krib, (b). 3D pola gerusan tanpa krib, (c). Vector pola gerusan tanpa krib

Page 114: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

90

b). Pola gerusan dengan krib jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 49. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m

Page 115: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

91

c). Pola gerusan dengan krib jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 50. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m

Page 116: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

92

d). Pola gerusan dengan krib jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 51. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m

Page 117: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

93

e). Pola gerusan dengan krib jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 52. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m

Page 118: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

94

f). Pola gerusan dengan krib jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 53. (a). 2D pola gerusan debit Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan debit Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan debit Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m

Page 119: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

95

g). Pola gerusan dengan krib jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 54. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m

Page 120: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

96

h). Pola gerusan dengan krib jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 55. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m

Page 121: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

97

i). Pola gerusan dengan krib jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 56. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m

Page 122: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

98

j). Pola gerusan dengan krib jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 57. (a). 2D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q1 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m

Page 123: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

99

2). Kesimpulan Pola Gerusan Pada Debit Pertama (Q1)

Pada penelitian ini jarak antar krib dibuat bervariasi yaitu jarak 0,3 m,

0,5 m dan 0,75 m dan kerapatan pilar yang digunakan dibuat bervariasi pula

yaitu 0,005 m, 0,01 m dan 0,015 m dengan tiga debit pengaliran.

Berikut diperlihatkan hasil penelitian dalam bentuk gambar pola

gerusan saluran setelah di lakukan pengaliran pada Q1.

Berdasarkan hasil gambar 48, 49, 50 dan 51 dapat dilihat pada krib

pertama dan kedua terjadi gerusan di pilar krib hal ini dikarenakan kedua

pilar tersebut berfungsi sebagai pengatur arus dan pada krib ke tiga, empat,

lima dan enam rata-rata terjadi sedimentasi pada daerah tersebut.

Perbandingan pola gerusan terhadap ketiga variasi kerapatan tersebut yang

paling banyak tergerus adalah pada kerapatan pilar 0,01m.

Berdasarkan hasil gambar 52, 53 dan 54 dapat dilihat rata-rata krib

mengalami gerusan pada pilarnya dan terjadi pengendapan sedimen pada

bagian depan krib. Perbandingan pola gerusan yang efektif untuk mencegah

gerusan adalah kerapatan pilar 0,005 m.

Berdasarkan hasil gambar 55, 56 dan 57 dilihat gerusan terparah

terjadi pada jarak 10-60 cm, karena pada daerah tersebut merupakan daerah

transisi dan terjadi sedimentasi didaerah krib ke dua dan tiga. Perubahan

dasar saluran yang signifikan terjadi pada kerapatan pilar 0,01 m, 0,015 m

dan 0,005 m.

Page 124: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

100

3). Pola Gerusan Pada Debit Kedua (Q2)

Adapun uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut.

a). Pola gerusan tanpa krib

(a)

(b)

(c)

Gambar 58. (a). 2D pola gerusan tanpa krib, (b). 3D pola gerusan tanpa krib, (c). Vector pola gerusan tanpa krib

Page 125: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

101

b). Pola gerusan dengan krib jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 59. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,005 m

Page 126: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

102

c). Pola gerusan dengan krib jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 60. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m

Page 127: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

103

d). Pola gerusan dengan krib jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 61. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m

Page 128: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

104

e). Pola gerusan dengan krib jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 62. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m

Page 129: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

105

f). Pola gerusan dengan krib jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 63. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m

Page 130: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

106

g). Pola gerusan dengan krib jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 cm

(a)

(b)

(c)

Gambar 64. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 cm, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 cm, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 cm

Page 131: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

107

h). Pola gerusan dengan krib jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 65. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m

Page 132: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

108

i). Pola gerusan dengan krib jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 66. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m

Page 133: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

109

j). Pola gerusan dengan krib jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 67. (a). 2D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q2 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m

Page 134: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

110

4). Kesimpulan Pola Gerusan Pada Debit Kedua (Q2)

Berikut diperlihatkan hasil penelitian dalam bentuk gambar pola

gerusan saluran setelah di lakukan pengaliran pada Q2.

Berdasarkan hasil gambar 58, 59 , 60 dan 61 dapat dilihat pada krib

pertama dan kedua terjadi gerusan pada pilar krib hal ini dikarenakan kedua

pilar tersebut berfungsi sebagai pengatur arus dan pada krib ke tiga, empat,

lima dan enam rata-rata terjadi sedimentasi pada daerah tersebut.

Perbandingan pola gerusan terhadap ketiga variasi kerapatan tersebut yang

paling banyak tergerus adalah pada kerapatan pilar 0,01 m hal ini bisa

dilihat pada tampak atas kontur.

Berdasarkan hasil gambar 62, 63 dan 64 dapat dilihat krib pertama

mengalami gerusan pada pilarnya karena pilar pertama berfungsi sebagai

pengatur arus sehingga mengurangi pengikisan yang terjadi pada dinding

saluran. Perubahan dasar saluran yang signifikan terjadi pada kerapatan

pilar 0,01 m, 0,015 m dan 0,005 m.

Berdasarkan hasil gambar 65, 66 dan 67 dilihat gerusan terparah

terjadi pada jarak 0-80 cm, karena pada daerah tersebut merupakan daerah

transisi dan terjadi sedimentasi didaerah krib ke dua dan tiga. Perubahan

dasar saluran yang signifikan terjadi pada kerapatan pilar 0,01 m, 0,015 m

dan 0,005 m. Perbandingan pola gerusan terhadap ketiga variasi kerapatan

tersebut yang paling banyak mengalami gerusan adalah pada kerapatan 0,01

m.

Page 135: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

111

5). Pola Gerusan Pada Debit Ketiga (Q3)

Adapun uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut.

a). Pola gerusan tanpa krib

(a)

(b)

(c)

Gambar 68. (a). 2D pola gerusan tanpa krib, (b). 3D pola gerusan tanpa krib, (c). Vector pola gerusan tanpa krib

Page 136: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

112

b). Pola gerusan dengan krib jarak 0,30 cm kerapatan pilar 0,005 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 69. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,30 cm kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,30 cm kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,30 cm kerapatan pilar 0,005 m

Page 137: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

113

c). Pola gerusan dengan krib jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 70. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,01 m

Page 138: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

114

d). Pola gerusan dengan krib jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015

(a)

(b)

(c)

Gambar 71. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,30 m kerapatan pilar 0,015 m

Page 139: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

115

e). Pola gerusan dengan krib jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 72. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,005 m

Page 140: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

116

f). Pola gerusan dengan krib jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 73. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,01 m

Page 141: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

117

g). Pola gerusan dengan krib jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 74. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,50 m kerapatan pilar 0,015 m

Page 142: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

118

h). Pola gerusan dengan krib jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 75. (a). 2D pola gerusann Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m, (b). 3D pola gerusann Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m, (c). Vector pola gerusann Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,005 m

Page 143: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

119

i). Pola gerusan dengan krib jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 76. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,01 m

Page 144: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

120

j). Pola gerusan dengan krib jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m

(a)

(b)

(c)

Gambar 77. (a). 2D pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m, (b). 3D pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m, (c). Vector pola gerusan Q3 jarak 0,75 m kerapatan pilar 0,015 m

Page 145: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

121

6). Kesimpulan Pola Gerusan Pada Debit Ketiga (Q3)

Berikut diperlihatkan hasil penelitian dalam bentuk gambar pola

gerusan saluran setelah di lakukan pengaliran pada Q3.

Berdasarkan hasil gambar 68, 69, 70 dan 71 dapat dilihat terjadi

gerusan pada krib kedua, hal ini diakibatkan karena adanya loncatan air

yang terjadi dan karena arusnya yang deras maka terjadi proses sedimentasi

pada krib 4, 5 dan 6. Perbandingan pola gerusan terhadap ketiga variasi

kerapatan tersebut yang paling banyak tergerus adalah pada kerapatan pilar

0,01 m (seperti pada kontur).

Berdasarkan hasil gambar 72, 73 dan 74 dapat dilihat gerusannya

terjadi pada jarak 10-90 cm hal ini diakibatkan karena adanya loncatan air

pada daerah transisi saluran sehingga daerah yang berada dibelakang krib

pertama menjadi tergerus. Kerapatan pilar yang efektif adalah 0,005 m.

Berdasarkan hasil gambar 74, 75 dan 76 dilihat gerusan terparah

terjadi pada jarak 0-70 cm, karena pada daerah tersebut merupakan daerah

transisi sehingga menyebapkan daerah dibelakang krib pertama menjadi

tergerus dan terjadi sedimentasi didaerah krib ke dua dan tiga. Perubahan

dasar saluran yang signifikan terjadi pada kerapatan pilar 0,01 m, 0,015 m

dan 0,005 m. Perbandingan pola gerusan terhadap ketiga variasi kerapatan

tersebut yang paling banyak mengalami gerusan adalah pada kerapatan pilar

0,01 m seperti yang terlihat pada tampak atas kontur.

Page 146: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

122

E. Pembahasan Pola Gerusan Pada Krib

Proses pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini

dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu kontur tanpa alat uji, kontur dengan krib

pada jarak 0,3 m, kontur dengan krib pada jarak 0,5 m dan terakhir kontur

dengan krib jarak 0,75 m, pengujian dilakukan selama 180 detik. Dan

kemudian data kontur diambil menggunakan grid dengan interval 0,05 m.

Penggambaran bentuk dasar saluran menggunakan program surfer 15

dengan memasukkan data XYZ.

Pada penelitian ini menggunakan tiga variasi debit dimana nilai Q1 =

0,0121 m3/dtk, Q2 = 0,0134 m3/dtk dan Q3 = 0,0161 m3/dtk. Saat running

kosong tanpa krib angka bilangan Froude (Fr) dan Reynold (Re) sangatlah

tinggi, dengan dipasangnya bangunan krib bentuk T tipe permeabel pada

saluran terbukti dapat menurunkan angka bilangan Froude (Fr) dan Reynold

(Re) menjadi lebih kecil, hal ini di sebabkan karena krib bentuk T tipe

permeabel berfungsi sebagai peredam energy sehingga arus dari hulu yang

awalnya deras setelah memasuki daerah krib kecepatannya menjadi

berkurang.

Karakteristik aliran yang digunakan ditinjau berdasarkan bilangan

Froude dan Reynold yang diperoleh dari hasil analisis. Kemudian dari data

tersebut ditentukan regime aliran yang terjadi. Sebagai contoh, dimana

bilangan Froude pada penampang saluran tanpa pemasangan krib yang

Page 147: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

123

didapatkan adalah sebesar 3.5215 (tabel 6), karena bilangan Froude-nya

lebih besar dari 1(Fr>1) maka tipe alirannya adalah super kritis, sedangkan

angka Reynold adalah sebesar 1020324.74 (tabel 10), karena angka Reynold

pada percobaan tanpa alat uji ini adalah lebih dari 4000 (Re>4000), maka

tipe alirannya adalah aliran turbulen. Pada Q3 jarak 0,3 m di dapatkan

karakteristik alirannya adalah Sub-kritis hal ini di sebapkan karena angka

Froude-nya lebih kecil dari 1 (Fr<1).

Selanjutnya hasil perhitungan bilangan Froude dan Reynold pada tiap-

tiap penampang dan alat uji disajikan dalam bentuk tabel. Dan dalam

pembahasan selanjutnya akan disajikan dalam bentuk gambar.

Pada saat running kosong terjadi gerusan yang sangat dalam pada

sebelah kanan saluran yang disebapkan karena adanya faktor kekasaran

dinding dan kemiringan saluran yang condong pada sebelah kanan saluran

dengan kemiringan empat derajat sehingga arus dari hulu cenderung

mengarah pada sebelah kanan saluran.

Perubahan besaran kuantitatif gerusan yang terjadi dianalisa dengan

melakukan analisa parameter tak berdimensi antara besar gerusan max

awal dengan gerusan yang terjadi akibat adanya variasi krib. Pengaruh

variasi pemasangan variasi jarak krib terhadap volume gerusan (Vg)

disajikan dalam gambar 38. Sedangkan pengaruh kerapatan terhadap

volume gerusan (Vg) disajikan dalam gambar 40.

Page 148: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

124

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu (Jurnal Bambang Sujadmoko,

2014) mengatakan bahwa pola sedimentasi terjadi akibat adanya perubahan

kecepatan terutama perubahan kecepatan yang terjadi diantara dua

bangunan krib dimana terjadi penurunan kecepatan dan adanya pusaran air

akibat perubahan tersebut. Perubahan kecepatan antara bangunan krib

menyebabkan kecepatan untuk mengangkut material/butiran sedimen

menjadi lebih kecil daripada kecepatan minimum angkutan butiran,

sehingga butiran sedimen tertinggal di lokasi tersebut. Hal tersebut

berbanding lurus dengan hasil penelitian ini dimana pada krib bagian depan

terjadi gerusan pada pilar krib karena merupakan daerah transisi sehingga

arus masih sangat kuat saat menghantam krib, oleh karena itu krib tersebut

berfungsi sebagai pengatur arus. Sedangkan pada krib bagian belakang

terjadi sedimentasi karena kecepatan aliran yang terjadi saat mendekati krib

perlahan mulai berkurang dan terus terjadi pada krib selanjutnya sehingga

menyebabkan kecepatan untuk mengangkut sedimen menjadi berkurang

daripada kecepatan minimum angkutan butiran.

Pada saat running tanpa menggunakan alat uji, pola aliran mengarah

kebagian luar segmen yang dapat mengakibatkan terjadinya gerusan seperti

pada gambar 48. Pada saat penempatan alat uji, terjadi perubahan pola

aliran yang beralih ke bagian tengah segmen yang di akibatkan oleh jenis

krib yang berfungsi untuk mengarahkan aliran ke tengah sehingga tebing

pada luar segmen aman terhadap gerusan baik pada Q1, Q2 dan Q3. Hal ini

Page 149: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

125

berbanding lurus dengan penelitian sebelumnya (Jurnal Ahmad Syarif Sukri

dan Riswal K, 2018).

Ranga Raju (1986) menjelaskan suatu saluran terbuka yang

mempunyai sedimen lepas (loose sediment) diatur pada kemiringan tertentu

dimana tertentu dimana aliran seragam terjadi pada debit yang berbeda.

Sebagai akibatnya, pada debit yang rendah ketika kedalaman dan tegangan

geser kecil, partikel sedimen akan berhenti dan aliran itu sama dengan yang

ada batasan kukuh. Apabila debit secara berangsur bertambah, suatu tahap

dicapai apabila sedikit partikel pada dasar yang bergerak secara terputus-

putus. Keadaan ini dapat dinamakan keadaan kritis (criticalcondition)

keadaan gerak awal (incipent motion condition).

Chabert & Engeldinger (1956) dalam Breuser & Reudkivi (1991),

proses gerusan dimulai pada saat partikel yang terbawa bergerak mengikuti

pola aliran dari bagian hulu ke bagian hilir saluran. Pada kecepatan tinggi,

partikael yang terbawa akan semakin banyak dan lubang gerusan akan

semakin besar baik ukuran maupun kedalamannya. Bahkan kedalaman

gerusan maksimum akan tercapai pada saat kecepatan aliran mencapai

kecepatan kritik.

Proses penggerusan memiliki kesamaan antara gerusan tanpa banguan

krib maupun dengan krib yaitu pada menit pertama terjadi gerusan yang

cukup besar disekitar krib bagian depan. Setelah aliran menjadi konstan

maka gerusan yang ada di sekitar krib bagian depan akan semakin kecil dan

Page 150: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

126

perlahan mendekati kestabilan. Gambar kontur diatas menunjukkan bahwa

yang dikatakan oleh (Breusers & Reudkivi, 1991) kecepatan gerusan relatif

tetap meskipun terjadi peningkatan kecepatan yang berhubungan dengan

transportasi sedimen, baik yang masuk maupun yang keluar lubang gerusan.

Pola gerusan pada daerah krib terjadi karena adanya arus dari hulu

yang terhalang oleh bangunan krib. Hal ini menyebapkan terjadinya

pusaran yang terjadi akibat bangunan yang membentur bagian depan krib

sehingga menimbulkan gaya tekan pada bagian depan krib. Gaya tersebut

menghasilkan aliran bawah (down flow) yang mengikis dasar saluran, aliran

bawah ini membentuk pusaran sehingga menggerus daerah sekitar krib dan

menyebapkan terjadinya gerusan lokal (local scour).

Meterial dinding saluran yang digunakan yakni pasangan batu yang

memungkinkan pola aliran menjadi menyebar. Pada saat aliran memasuki

area pemasangan krib yang memiliki dasar saluran tanah terjadi gerusan

yang cukup parah pada jarak 0,1 – 0,6 m, hal ini disebapkan karena pada

jarak tersebut merupakan daerah transisi dari hulu saluran ke tengah saluran

sehingga terjadi loncatan air padadaerah tersebut.

Fenomena yang terjadi pada krib dengan kerapatan pilar 0,005 m

perilaku aliran seolah tertahan karena kaki-kaki krib memiliki space yang

sangat sempit sehingga air susah untuk lewat dan mengalihkan aliran ke

daerah yang tidak terdapat krib. Pada kerapatan pilar 0,01 m perilaku aliran

pada saat menabrak krib seolah menyembur dan terjadi gerusan lokal pada

Page 151: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

127

kaki krib, hal tersebutlah yang memicu mengapa volume gerusan (Vg)

terbesar terjadi pada kerapatan tersebut. Sedangkan pada kerapatan pilar

0,015 m perilaku aliran leluasa melewati kaki krib karena jaraknya lebih

renggang.

Rata- rata pada setiap variasi jarak, gerusan terjadi pada krib bagian

depan yang merupakan daerah transisi karena arus pada saat memasuki

daerah krib masih sangat deras sehingga krib bagian depan berfungsi

sebagai pengatur aliran, sedangkan krib bagian belakang terjadi sedimentasi

karena kecepatan aliran berkurang.

Semakin besar debit aliran yang ada maka kedalaman gerusan yang

dihasilkan akan semakin besar, keadaan tersebut menandakan bahwa

semakin besarnya kecepatan dan tegangan geser pada dasar saluran.

Menurut Charbert & Engeldiger (1956) dalam Breusers & Reudkivi (1991),

kedalaman gerusan maksimum diperoleh pada kecepatan aliran yang

mendekati kecepatan aliran kritik, sedangkan gerusan dimulai pada saat

kira-kira setengah kecepatan kritis.

Vector pola gerusan yang diperlihatkan pada gambar 48-77 merupakan

suatu proses dimana terbentuknya suatu dasar saluran yang dipengaruhi

oleh suatu arah aliran. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa aliran pada

saat memasuki daerah pemasangan krib terkonsentrasi pada ujung krib yang

mengakibatkan munculnya pusaran air sehingga mengakibatkan gerusan

yang cukup dalam pada daerah tersebut.

Page 152: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

128

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada pada bab

sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1). Karakteristik aliran yang terjadi berdasarkan bilangan Froude adalah

dominan super kritis pada Q1, Q2 dan Q3, namun pada Q3 jarak 0,30 m

kondisi alirannya adalah sub-kritis. Sedangkan kondisi aliran

berdasarkan bilangan Reynold adalah turbulen baik pada Q1, Q2

maupun Q3.

2). Bila jarak relatif rapat maka pola gerusan cenderung pada ujung krib

sebaliknya jika jarak relatif renggang maka pola gerusannya menjadi

divergen atau menyebar. Selanjutnya untuk kerapatan semakin rapat

kaki-kaki krib maka down flow menjadi kuat sebaliknya jika kerapatan

kaki-kaki krib renggang maka down flow menjadi berkurang. Dengan

volume gerusan debit 1 (Vg, Q1) sebesar 0,0089 m3, volume gerusan

debit 2 (Vg, Q2) sebesar 0,0153 m3, dan volume gerusan debit 3 (Vg,

Q3) sebesar 0,0225 m3.

Page 153: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

129

B. Saran

Dari pengamatan di dalam penelitian ini penulis memberikan saran –

saran untuk penelitian lebih lanjut, yaitu :

1). Pada penelitian selanjutnya dilakukan pada bentuk penampang

trapesium dengan bentuk krib yang berbeda.

2). Variasi jarak dan kerapatan pada formasi krib yang digunakan masih

terbatas yaitu (3 variasi).

3). Diharapkan untuk selanjutnya penelitian dilakukan pada bagian kelokan

sungai.

4). Kepadatan material harus dijaga kestabilannya agar didapatkan data

yang lebih akurat.

5). Perlu juga dilanjutkan dengan mengkaji perlindungan gerusan pada area

bangunan krib permeabel.

6). Diharapkan penelitian ini menjadi bahan acuan atau pedoman bagi

penelitian selanjutnya.

Page 154: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

130

DAFTAR PUSTAKA

[ASTM] American Society For Testing Material. 2008a. ASTM D 04442-07: Standard Test Methods for Direct Moisture Content Measurement of Wood and Wood-Base Materials. 2008 Annual Book of ASTM Standard. Baltimore, MD. USA.

Ahmad Syarif S. Dan Riswal K, 2018. Pengaruh Bentuk Krib Tipe Tiang

Terhadap Pola Aliran. Universitas Hasanuddin. Makassar Alam dan Faruque, 1986. Typikal Potongan Krib Permeabel di Bangladesh. Ariyanto A., 2010, Analisis Bentuk Pilar Jembatan Terhadap Potensi

Gerusan Lokal, Jurnal, Jurusan Teknik Sipil, UPP, Riau. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Asdak, Chay. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Breuser,H.N.C., Raudkivi,A.J.,1991,”Scouring”, IHR Hydraulic Structure

Design Mannual,A.A. Balkema,Rotterdam. Chiew,Y.M.,1994,”Riprap Protection Around A Bridge Piers”, Ninth

Congres of the Asian and Pasific Division of the International Association for Hydraulic Research IAHR, 3- 10.

Chow, Ven Te, 1992, Hidrolika Saluran Terbuka, Jakarta : Erlangga. Gordon, N. D, T. A. McMahon, and B. L. Finlayson, 1992. Dissecting Data

with a Statistical Scope. In: Stream Hydrology: An Introduction for Ecologists. John Wiley & Sons, NewYork.

Graf, W.H., 1998, Fluvial Hydraulics, John Wiley & Sons, New York. Hardianto Bambang, dkk. 2014. Open Channel, Closed Conduit, dan Tipe –

tipe Aliran (Makalah). Universitas Islam Malang. Malang. Haris M. 2013.Studi Pola Aliran pada Krib Impermeabel di Tikungan

Sungai (Skripsi), Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar.

Page 155: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

131

Hoffmans, G.J.C.M. and Verheij, 1997, ScourManual, A.A. Balkema,

Rotterdam. Jansen et. Al. 1979. Gambar Krib Permeabel. Kh, V Sunggono. 1995. Buku Teknik Sipil. Bandung: Nova. Kodatie Robert J, 2009. Hidrolika Terapan Aliran pada Saluran Terbuka

dan Pipa. Edisi Revisi, Penerbit Andi. Yogyakarta . Legono, D. ,1990, ”Gerusan pada Bangunan Sungai”, PAU Ilmu-ilmu

Teknik UGM, Yogyakarta. Loebis, Joesron, dkk. 1993. Hidrologi Sungai.Yayasan Badan Penerbit

Pekerjaan Umum. Jakarta. Mangelsdorf, J., dan K. Scheurmann. 1980. Flussmorphologie. Miinchen.:

R. Olden-bourg. Mansida Amrullah, 2017. Buku Bahan Ajar Morfologi Sungai. Universitas

Muhammadiyah Makassar. Makassar. Mansida Amrullah, 2015. Buku Bahan Ajar Teknik Sungai. Universitas

Muhammadiyah Makassar. Makassar. Mansida Amrullah. 2019. Studi Eksperiment Pengaruh Aliran Turbulen

Pada Saluran Tikungan Akibat Struktur Vegetasi Krib Tipe Permeabel (Jurnal). Universitas Muhammadiyah. Makassar.

Maricar Farouk 2010. Pengaruh Jarak Antar Krib Terhadap Karakteristik

Aliran Pada Model Saluran (Jurnal). Universitas Hasanuddin. Makassar.

Marlina H Ayu, 2014. Studi Analisis Hidrolika Bangunan Krib Permeabel

Pada Saluran Tanah (Jurnal),Universitas Sriwijaya. Palembang. Miller, W. 2003. Model For The Time Rate Of Local Sediment Scour At A

Cylb indrical Structure. Disertasi. Florida : PPS Universitas Florida. Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Page 156: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

132

Paresa Jeni, 2015. Studi Pengaruh Krib Hulu Tipe Impermeabel pada Gerusan di Belokan Sungai (Studi Kasus Panjang Krib 1/10, 1/5 dan 1/3 Lebar Sungai), Universitas Musamus. Merauke.

Paresa Jeni, 2015. Studi Pngaruh Krib Hulu Tipe Impermeabel pada

Gerusan di Belokan Sungai (Studi Kasus Panjang Krib 1/10, 1/5 dan 1/3 Lebar Sungai (Jurnal). Universitas Musamus. Merauke.

Rahim A. A. 2017. Pengaruh Jarak Antar Krib Terhadap Karakteristik

Aliran Pada Model Saluran. Universitas Hasanuddin. Makassar. Rangga, Raju., KG (1986). Aliran Melalui Saluran Terbuka. Jakarta :

Erlangga. Rinaldi Mudjiato A. Z, 2016. Model Laboratorium Pola Aliran Pada Krib

Permeable Terhadap Variasi Jarak Antar Krib Dan Debit Aliran Di Sungai Berbelok (Jurnal), Universitas Riau. Pekan Baru.

Setyono Ernawan, 2007. Krib Impermeabel sebagai Pelindung pada

Belokan Sungai (Kasus Belokan Sungai Brantas di Depan Lab. Sipil UMM) (Jurnal), Univrsitas Muhammadiyah Malang. Malang.

SNI 2400.1:2016. Tata cara perencanaan krib di sungai. Jakarta: BSNI. Sosrodarsono D, Takeda K. 1983. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT

Pradnya Paramitra. Sosrodarsono Suyono.Masateru Tominang; penerjemah, Ir M. Yusuf Gayo,

dkk, 2008. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta.

Sosrodarsono, S. Dan Tominaga, M. 1985. Perbaikan dan Pengaturan

Sungai. Terjemahan oleh Gayo, M. Y. Jakarta: Pradnya Paramita. Suharjoko, 2008. Metode Aplikasi Bangunan Krib Sebagai Pelindung

terhadap Bahaya Erosi Tebing Sungai (Jurnal). Institut Teknologi Surabaya. Surabaya.

Sujatmoko Bambang, 2014. Pengaruh Struktur Bangunan Krib Terhadap

Sedimentasi dan Erosi Disekitar Krib di Sungai (Jurnal). Universitas Riau

Page 157: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

133

Suprapto Dibyosaputro. 1997. Geomorfologi Dasar (Handout). Fakultas Geografi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sutarman, E. 2013. Konsep & Aplikasi Mekanika Tanah, Andi, Yogyakarta. Syafaat M. Dan Nur S. K. 2019. Pengaruh Krib Kayu Tipe Impermeabel

Terhadap Gerusan Dibelokan Tebing Sungai. Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar.

Te Chow, Ven.1959 .”Open-Channel Hydraulics International Student

Editio”.Tokyo:McGrawHill Kogakusha Book Company, Inc. Tennekes, H. dan J.L. Lumley, 1972. A First Course In Turbulence.

Massachusets: MIT Press. Triatmadjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Yogjakarta. Beta Offise. Triatmodjo Bambang, 2015. Hidrolika I , Penerbit Univrsitas Penerbit

Gadjah Mada. Yogyakarta. Triatmodjo Bambang, 2015. Hidrolika II , Penerbit Univrsitas Penerbit

Gadjah Mada. Yogyakarta. Triatmodjo Bambang, 1996, Hidraulika I, Beta Offset, Yogyakarta. Triatmodjo Bambang, 1996, Hidraulika II, Beta Offset, Yogyakarta. Triatmodjo Bambang,1993, Hidraulika I, Beta Ofset, Yogyakarja. Triatmodjo Bambang,1993, Hidraulika II, Beta Ofset, Yogyakarja. Ven Te Chow, Ph.D.,1997, Hidrolika Saluran Terbuka (Open-Channel

Hydrolics), University O Illinois, ahli bahasa Ir.E.V. Nensi Rosalina,M.Eng.Penerbit Erlangga.

Page 158: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

134

Lampiran 1

Data Debit variasi bukaan

pintu thompson (cm) Variasi Debit,

Q (m3/dtk) Volume Wadah

(m3) Waktu, t (detik)

Debit pintu Thompson, Q (m3/dtk)

Nilai koefisien thompson (Cd)

6 Q1

0.01 0.82 0.0122 3.6141 0.01 0.88 0.0114 3.3677 0.01 0.79 0.0127 3.7513

∑ 0.01 0.83 0.0121 3.5777

9 Q2

0.01 0.72 0.0139 1.4936 0.01 0.77 0.0130 1.3966 0.01 0.75 0.0133 1.4339

∑ 0.01 0.75 0.0134 1.4414

12 Q3

0.01 0.56 0.0179 0.9355 0.01 0.68 0.0147 0.7704 0.01 0.63 0.0159 0.8315

∑ 0.01 0.62 0.0161 0.8458

Data hasil penelitian running kosong tanpa krib

Jenis Tanah

Waktu, T (dtk)

Bukaan Pintu, (cm)

Debit, Q (m³/det)

Kecepatan, V (m/s) Tinggi Muka Air, h (cm) Suhu °C Volume Gerusan

m³ Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir Hulu Tengah Hilir

Tanah Sungai Maros

180

6 0.0121

3.4 2.2 2.7 3.3 4.2 3.6 29.2 28.9 29 0.0232 3.4 2.3 2.8 3.2 4 3.5 29.4 29 29.5 0.0240 3.5 2.2 2.7 3.4 4.1 3.5 29.1 29.9 29 0.0240

∑ 3.4 2.2 2.7 3.3 4.1 3.5 29.2 29.3 29.2 0.0237

9 0.0134

2.6 1.6 2.1 4.2 5.5 4.6 30.1 30 29.8 0.0328 2.7 1.5 2.1 4.2 5.2 4.4 30.4 30.1 30.2 0.0324 2.6 1.7 2.3 4.4 5.3 4.3 30.2 29.9 30.1 0.0336

∑ 2.6 1.6 2.2 4.3 5.3 4.4 30.2 30 30.0 0.0329

12 0.0161

2.3 1.3 1.5 5.2 7.2 5.5 29.9 29.2 29.5 0.0496 2.2 1.2 1.5 5.2 7 5.1 29.2 29 29.3 0.0500 2.2 1.3 1.4 5.3 7.1 5.3 29.4 29.1 29.4 0.0508

∑ 2.2 1.3 1.5 5.2 7.1 5.3 29.5 29.1 29.4 0.0501

Page 159: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

135

Lampiran 2

Data hasil penelitian running dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q1

No.

Jenis Tanah

Diameter dk

(cm)

Bukaan Pintu (cm)

Debit (Q)

m3/dtk

Waktu (t)

detik

Jarak L

(cm)

Kerapatan

a (cm)

Kecepatan (V) m/s Tinggi Muka Air (h)

cm Suhu (°C) Volume Gerusan

Dengan Krib (Vg, m3)

Volume Gerusan

Tanpa Krib (Vg, m3)

Selisih Volume Gerusan

(m3)

Pers, Gerusan

(%) Hulu

Tengah

Hilir

Hulu

Tengah

Hilir

Hulu

Tengah

Hilir

1

Tanah Sungai Maros

1.2 6 0.0121 180

30

0.5 3.6 1.7 2.3 2.3 5.4 3.5 28.3 28.4 28.2 0.0064 0.0232 0.0168 72% 3.4 1.5 2.1 2.8 5.9 3 31.6 30.2 29.2 0.0056 0.0240 0.0184 77% 3.5 1.6 2.3 2.3 5.9 3.5 28.4 28.5 28.5 0.0060 0.0240 0.0180 75%

∑ 3.5 1.6 2.2 2.5 5.7 3.3 29.4 29.0 28.6 0.0060 0.0237 0.0177 75%

1 3.4 1.9 2.4 2.8 4.4 3.5 28.1 28.5 28.5 0.0088 0.0232 0.0144 62% 3.5 1.8 2.3 2.3 5.4 3.5 27.6 28.1 27.9 0.0084 0.0240 0.0156 65% 3.6 1.9 2.4 2.3 4.4 3.5 27.9 28.5 28.5 0.0088 0.0240 0.0152 63%

∑ 3.5 1.9 2.4 2.5 4.7 3.5 27.9 28.4 28.3 0.0087 0.0237 0.0151 63%

1.5 3.5 1.8 2.3 2.8 5.4 3.5 27.8 28.2 28.4 0.0076 0.0232 0.0156 67% 3.5 1.7 2.2 2.3 4.9 3.5 28.9 28.8 28.8 0.0068 0.0240 0.0172 72% 3.5 1.8 2.4 2.8 4.4 2.5 27.6 28.2 28.5 0.0072 0.0240 0.0168 70%

∑ 3.5 1.8 2.3 2.6 4.9 3.2 28.1 28.4 28.6 0.0072 0.0237 0.0165 70%

50

0.5 3.4 1.7 2.3 2.8 5.9 3.5 28.7 28.7 28.7 0.0076 0.0232 0.0156 67% 3.6 1.9 2.6 2.3 4.4 3 28.5 28.5 28.6 0.0068 0.0240 0.0172 72% 3.6 1.8 2.4 2.3 5.4 3.5 28.6 28.1 28.3 0.0072 0.0240 0.0168 70%

∑ 3.5 1.8 2.4 2.5 5.2 3.3 28.6 28.4 28.5 0.0072 0.0237 0.0165 70%

1 3.6 2 2.5 2.3 4.4 3.5 28 28.2 28 0.0100 0.0232 0.0132 57% 3.3 2.1 2.6 2.3 4.9 2.5 27.2 28.3 28.4 0.0096 0.0240 0.0144 60% 3.5 2.3 2.8 2.8 4.9 3 28.1 28.1 28.1 0.0100 0.0240 0.0140 58%

∑ 3.5 2.1 2.6 2.5 4.7 3.0 27.8 28.2 28.2 0.0099 0.0237 0.0139 58%

1.5 3.7 1.9 2.4 2.3 4.4 2.5 28.4 28.4 28.5 0.0088 0.0232 0.0144 62% 3.5 2 2.5 2.8 4.9 3 27.5 28 28.3 0.0080 0.0240 0.0160 67% 3.8 2 2.5 2.3 4.4 2.5 28.5 28.6 28.6 0.0084 0.0240 0.0156 65%

∑ 3.7 2.0 2.5 2.5 4.6 2.7 28.1 28.3 28.5 0.0084 0.0237 0.0153 65%

75

0.5 3.5 2 2.6 2.3 4.4 2.5 28.4 28.5 28.6 0.0100 0.0232 0.0132 57% 3.7 2 2.6 2.3 4.4 2.5 29.4 29 28.9 0.0092 0.0240 0.0148 62% 3.6 1.9 2.5 2.3 5.4 2.5 28.8 28.9 28.8 0.0096 0.0240 0.0144 60%

∑ 3.6 2.0 2.6 2.3 4.7 2.5 28.9 28.8 28.8 0.0096 0.0237 0.0141 60%

1 3.4 2.2 2.9 2.3 3.9 1.5 28 28.2 28.2 0.0124 0.0232 0.0108 47% 3.7 2.3 2.8 2.3 4.4 1.5 27.3 28 28 0.0120 0.0240 0.0120 50% 3.3 2.2 2.7 2.3 4.9 1.5 27.8 28.1 28.2 0.0124 0.0240 0.0116 48%

∑ 3.5 2.2 2.8 2.3 4.4 1.5 27.7 28.1 28.1 0.0123 0.0237 0.0115 48%

1.5 3.7 2.1 2.5 2.3 4.4 2.5 28.3 28.5 28.5 0.0112 0.0232 0.0120 52% 3.7 2.2 2.6 2.3 4.9 1.5 28 28.3 28.4 0.0104 0.0240 0.0136 57% 3.6 2 2.4 2.3 4.4 2.5 28.2 28.4 28.5 0.0108 0.0240 0.0132 55%

∑ 3.7 2.1 2.5 2.3 4.6 2.2 28.2 28.4 28.5 0.0108 0.0237 0.0129 54%

Page 160: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

136

Lampiran 3

Data hasil penelitian running dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q2 No.

Jenis Tanah

Diameter

dk (cm)

Bukaan Pintu (cm)

Debit (Q)

m3/dtk

Waktu (t)

detik

Jarak L (cm)

Kerapatan

a (cm)

Kecepatan (V) m/s Tinggi Muka Air (h) cm Suhu (°C) Volume Gerusan Dengan Krib (Vg,

m3)

Volume Gerusan Tanpa krib (Vg,

m3)

Selisih Volume

Gerusan (m3)

Pers, Gerusan

(%) Hulu

Tengah

Hilir

Hulu

Tengah Hili

r Hulu

Tengah

Hilir

2 Tanah Sungai Maros

1.2 9 0.0134 180

30

0.5 2.8 1 1.7 4 6 5 31.6 30.2 29.2 0.0128 0.0328 0.0200 61% 2.6 0.8 1.5 3.5 6.5 4.5 28.7 28.7 28.7 0.0120 0.0324 0.0204 63% 2.7 0.9 1.7 4 6.5 5 28.6 28.1 28.3 0.0124 0.0336 0.0212 63%

∑ 2.7 0.9 1.6 3.8 6.3 4.8 29.6 29.0 28.7 0.0124 0.0329 0.0205 62%

1 2.6 1.2 1.8 3.5 5 5 27.6 28.1 27.9 0.0152 0.0328 0.0176 54% 2.7 1.1 1.7 4 6 5 28 28.2 28 0.0148 0.0324 0.0176 54% 2.8 1.3 1.9 4 5 5 28.1 28.1 28.1 0.0152 0.0336 0.0184 55%

∑ 2.7 1.2 1.8 3.8 5.3 5.0 27.9 28.1 28.0 0.0151 0.0329 0.0179 54%

1.5 2.7 1.1 1.7 3.5 6 5 28.9 28.8 28.8 0.014 0.0328 0.0188 57% 2.7 1 1.6 4 5.5 5 28.4 28.4 28.5 0.0132 0.0324 0.0192 59% 2.7 1.2 1.8 3.5 5 4 28.5 28.6 28.6 0.0136 0.0336 0.0200 60%

∑ 2.7 1.1 1.7 3.7 5.5 4.7 28.6 28.6 28.6 0.0136 0.0329 0.0193 59%

50

0.5 2.6 1 1.7 3.5 6.5 5 29.4 29 28.9 0.0140 0.0328 0.0188 57% 2.8 1.3 2 3 5 4.5 28.8 28.9 28.8 0.0132 0.0324 0.0192 59% 2.8 1.1 1.8 3 6 5 28.4 28.5 28.6 0.0136 0.0336 0.0200 60%

∑ 2.7 1.1 1.8 3.2 5.8 4.8 28.9 28.8 28.8 0.0136 0.0329 0.0193 59%

1 2.8 1.3 1.9 3 5 5 27.3 28 28 0.0164 0.0328 0.0164 50% 2.5 1.4 2 4 5.5 4 27.8 28.1 28.2 0.0160 0.0324 0.0164 51% 2.7 1.4 2 3.5 5.5 4.5 28 28.2 28.2 0.0164 0.0336 0.0172 51%

∑ 2.7 1.4 2.0 3.5 5.3 4.5 27.7 28.1 28.1 0.0163 0.0329 0.0167 51%

1.5 2.9 1.1 1.8 3 5 4 28 28.3 28.4 0.0152 0.0328 0.0176 54% 2.7 1.2 1.9 3.5 5.5 4.5 28.2 28.4 28.5 0.0144 0.0324 0.0180 56% 3 1.3 1.9 4 5 4 28.3 28.5 28.5 0.0148 0.0336 0.0188 56%

∑ 2.9 1.2 1.9 3.5 5.2 4.2 28.2 28.4 28.5 0.0148 0.0329 0.0181 55%

75

0.5 2.7 1.3 1.9 4 5 4 28.5 28.5 28.6 0.0164 0.0328 0.0164 50% 2.9 1.3 1.9 3 5 4 28.4 28.5 28.5 0.0156 0.0324 0.0168 52% 2.8 1.2 1.9 4 6 4 28.3 28.4 28.2 0.0160 0.0336 0.0176 52%

∑ 2.8 1.3 1.9 3.7 5.3 4.0 28.4 28.5 28.4 0.0160 0.0329 0.0169 51%

1 2.6 1.5 2 3 4.5 3 27.2 28.3 28.4 0.0188 0.0328 0.0140 43% 2.9 1.5 2 4 5 3 27.9 28.5 28.5 0.0184 0.0324 0.0140 43% 2.5 1.5 2.1 3 5.5 3 28.1 28.5 28.5 0.0188 0.0336 0.0148 44%

∑ 2.7 1.5 2.0 3.3 5.0 3.0 27.7 28.4 28.5 0.0187 0.0329 0.0143 43%

1.5 2.9 1.4 1.9 3 5 4 27.5 28 28.3 0.0176 0.0328 0.0152 46% 2.9 1.4 2 4 5.5 3 27.6 28.2 28.5 0.0168 0.0324 0.0156 48% 2.8 1.3 1.8 3 5 4 27.8 28.2 28.4 0.0172 0.0336 0.0164 49%

∑ 2.9 1.4 1.9 3.3 5.2 3.7 27.6 28.1 28.4 0.0172 0.0329 0.0157 48%

Page 161: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

137

Lampiran 4

Data hasil penelitian running dengan krib bentuk T tipe permeabel pada Q3 No.

Jenis Tanah

Diameter

dk (cm)

Bukaan Pintu (cm)

Debit (Q)

m3/dtk

Waktu (t)

detik

Jarak L

(cm)

Kerapatan

a (cm)

Kecepatan (V) m/s Tinggi Muka Air (h) cm Suhu (°C) Volume Gerusan Dengan Krib (Vg,

m3)

Volume Gerusan Tanpa Krib (Vg,

m3)

Selisih Volume

Gerusan (m3)

Persentase Gerusan

(%) Hulu

Tengah

Hilir

Hulu

Tengah

Hilir

Hulu

Tengah

Hilir

3

Tanah Sungai Maros

1.2 12 0.0161 180

30

0.5 2.2 0.7 1.1 5.2 9 6.5 28.5 28.5 28.6 0.0200 0.0496 0.0296 60% 2 0.6 0.9 4.7 9.5 6 28.7 28.7 28.7 0.0192 0.0500 0.0308 62%

2.1 0.8 1.1 5.2 9.5 6.5 28.4 28.5 28.5 0.0196 0.0508 0.0312 61% ∑ 2.1 0.7 1.0 5.0 9.3 6.3 28.5 28.6 28.6 0.0196 0.0501 0.0305 61%

1 2 0.9 1.2 4.7 8 6.5 27.2 28.3 28.4 0.0224 0.0496 0.0272 55%

2.1 0.8 1.1 5.2 9 6.5 28 28.2 28 0.0220 0.0500 0.0280 56% 2.2 1 1.3 5.2 8 6.5 27.9 28.5 28.5 0.0224 0.0508 0.0284 56%

∑ 2.1 0.9 1.2 5.0 8.3 6.5 27.7 28.3 28.3 0.0223 0.0501 0.0279 56%

1.5 2.1 0.8 1.1 4.7 9 6.5 27.5 28 28.3 0.0212 0.0496 0.0284 57% 2.1 0.7 1 5.2 8.5 6.5 28.4 28.4 28.5 0.0204 0.0500 0.0296 59% 2.1 0.9 1.2 4.7 8 5.5 27.6 28.2 28.5 0.0208 0.0508 0.0300 59%

∑ 2.1 0.8 1.1 4.9 8.5 6.2 27.8 28.2 28.4 0.0208 0.0501 0.0293 59%

50

0.5 2 0.7 1.1 4.7 9.5 6.5 31.6 30.2 29.2 0.0212 0.0496 0.0284 57%

2.2 1 1.4 4.2 8 6 28.3 28.4 28.2 0.0204 0.0500 0.0296 59% 2.2 0.8 1.2 4.2 9 6.5 28.8 28.9 28.8 0.0208 0.0508 0.0300 59%

∑ 2.1 0.8 1.2 4.4 8.8 6.3 29.6 29.2 28.7 0.0208 0.0501 0.0293 59%

1 2.2 1 1.3 4.2 8 6.5 27.6 28.1 27.9 0.0236 0.0496 0.0260 52% 1.9 1.1 1.4 5.2 8.5 5.5 28.1 28.5 28.5 0.0232 0.0500 0.0268 54% 2.1 1.1 1.4 4.7 8.5 6 27.8 28.1 28.2 0.0236 0.0508 0.0272 54%

∑ 2.1 1.1 1.4 4.7 8.3 6.0 27.8 28.2 28.2 0.0235 0.0501 0.0267 53%

1.5 2.3 0.8 1.2 4.2 8 5.5 28.9 28.8 28.8 0.0224 0.0496 0.0272 55% 2.1 0.9 1.3 4.7 8.5 6 27.8 28.2 28.4 0.0216 0.0500 0.0284 57% 2.4 1 1.3 5.2 8 5.5 28.2 28.4 28.5 0.0220 0.0508 0.0288 57%

∑ 2.3 0.9 1.3 4.7 8.2 5.7 28.3 28.5 28.6 0.0220 0.0501 0.0281 56%

75

0.5 2.1 1 1.3 5.2 8 5.5 29.4 29 28.9 0.0236 0.0496 0.0260 52% 2.3 1 1.3 4.2 8 5.5 28.4 28.5 28.6 0.0228 0.0500 0.0272 54% 2.2 0.9 1.3 5.2 9 5.5 28.6 28.1 28.3 0.0232 0.0508 0.0276 54%

∑ 2.2 1.0 1.3 4.9 8.3 5.5 28.8 28.5 28.6 0.0232 0.0501 0.0269 54%

1 2 1.2 1.4 4.2 7.5 4.5 27.3 28 28 0.0260 0.0496 0.0236 48%

2.3 1.2 1.4 5.2 8 4.5 28 28.2 28.2 0.0256 0.0500 0.0244 49% 1.9 1.2 1.5 4.2 8.5 4.5 28.1 28.1 28.1 0.0260 0.0508 0.0248 49%

∑ 2.1 1.2 1.4 4.5 8.0 4.5 27.8 28.1 28.1 0.0259 0.0501 0.0243 48%

1.5 2.3 1.1 1.3 4.2 8 5.5 28 28.3 28.4 0.0248 0.0496 0.0248 50% 2.3 1.1 1.4 5.2 8.5 4.5 28.3 28.5 28.5 0.0240 0.0500 0.0260 52% 2.2 1 1.2 4.2 8 5.5 28.5 28.6 28.6 0.0244 0.0508 0.0264 52%

∑ 2.3 1.1 1.3 4.5 8.2 5.2 28.3 28.5 28.5 0.0244 0.0501 0.0257 51%

Page 162: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

138

Lampiran 5 Data Grid

“Tanah Maros” Running kosong bukaan 6 cm

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 33 33 35 35 35 37 37 38,5 37,5 35 33 32,5 32,5 33 33 33 33 34 34 35

5 34 33 35 35 36 40 40 40 37 35 33 33 33 33 33 33 33 34 34 31

10 33 32 36 37 37 38 38 39 39 38 35 34 34 33 33 32,5 32,5 30 31 33

15 34,5 32 36 37 37 38,5 39 39 39 38 35 34 34 33 33 33 33 31 30 30

20 35 37,5 37 39 40 39 40 40 40 38,5 37 32 32 32 32 30 30 31 30 30

25 35 37,5 37 39 39,5 39,5 39 40 40 38,5 36 32,5 32,5 30 30 30 30 31 31 31

30 35 36 36 36,5 36,5 37 37 35 35 34 33 32 32 31 33 32,5 32,5 33 33 33

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

35 33 33 34 34 33 33 33 33 33 33 35 35 33 33 33 33 33 33 32 32

33 32,5 32,5 33 33 33 33 32,5 32,5 32 32 34 34 33 33 33 33 33 33 32 32

31 30 30 30 30 30 30,5 31 31 31 31 32 32 32 32 32 32 32 32 31 31

30 30 30 30 30 30,5 30 30 30 31 31 32 32 32 32 32 32 32 32 31 31

30 30 30 30 30 30 30,5 31 31 31 31 31 31 32 32 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5

31 31 31 30 30 30 31 33 33 32 32 32 32 32,5 32 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5

33 32 32 33 33 34 34 33 33 32,5 32,5 33 33 32,5 32,5 31 31 32 32 32 32

Page 163: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

139

“Tanah Maros” Running kosong bukaan 9 cm

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 32 32 34 36 38 39 40 41 41 41 42 42 40 40 37 36,5 35 35 33 31

5 32,5 32 33 36 37 39 40 40,5 42,5 44,5 43 43 42 42 36 36 34,5 34 33 32

10 32,5 33 35 36 38 39 40,5 41 43 44 43 43 42,5 42 37 37 35 34 33 33

15 32,5 34,5 36 37,5 38,5 39 41,5 42 43 44 42,5 41 38,5 38,5 37 36,5 35 36 34 34

20 32 35 36 37 38 39 41,5 42 43 44 42 40 38 38,5 37 37 36 34,5 33,5 34

25 32,5 36 36 35,5 36 39 39 40 40,5 41 40 40 38 39 36 36,5 35,5 35,5 32,5 33

30 36 36 34 35 34 39 39 39 40 40 39 40 38 38 35,5 37 35 35,5 33 32

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31 31 32,5 32 32,5 32,5 32 32 34 34 34 33,5 33 32,5 32 31,5 32 32 31 31 30

31 31 32 32,5 31,5 31,5 31,5 31,5 32 32 31,5 32,5 32 331,5 31 31 31,5 32 32 31 31

32 32 33 32,5 32 32,5 32 32 32 30,5 31,5 32,5 31 31 31 31,5 31 31,5 31,5 31,5 31

33 33 34 32,5 32,5 32,5 32 32 30,5 30 31,5 31,5 31,5 32 31,5 31,5 32 32 31,5 31,5 31,5

32 33 32 32,5 33 32,5 32,5 32 32 31,5 31,5 31 32 32 32 31,5 31,5 32 31,5 31 31,5

32 33 31,5 32 31,5 31,5 30,5 31,5 31,5 31,5 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 31

31 32 32,5 31 32 31 31,5 32 32,5 32,5 33 31 32 32,5 32,5 33,5 33,5 33 32 32 31

Page 164: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

140

“Tanah Maros” Running kosong bukaan 12 cm

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 32 34 35 34 37 39 41,5 41 41 41 41 41 43 44,5 44,5 43,5 42,5 40 40 41

5 33 34 34,5 34 36 41 41 41 41 44 44 44,5 44,5 44 44 43 42 40 40 41

10 34 34 34,5 34,5 36 39 41 39 43 44 45 45 44 43,5 43 42 43 44 44 41

15 34 34 34 34,5 36 39 41 40 43 44 45 45 44,5 43 43,5 41,5 42 44 44 44

20 33 33 33 33 35 36 39 40 41,5 41 41 46 44,5 44 43 42 41,5 41 42 43,5

25 31,5 32 33 33,5 34 36 39 40 41 41 41 44 44 44 43 42,5 42,5 41 42 43

30 31 32 32 33 33,5 36 36 37,5 36 41 41 42 42 43,5 43,5 42 42 41 41,5 39

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

38,5 36 36 34 34 33,5 33,5 33 33 33 33 35 35 34 34 33 33 33,5 34 33,5 33

39 38 38 34,5 34,5 35 35 34 34 33 33,5 35 34 34 34 33 33,5 32 33,5 34 33,5

41 40 40 40 39,5 38 38 37 37 37,5 37 35,5 35 34,5 35 34 34 33,5 33 31 31

44 41,5 41,5 40 40 38 38,5 38 38 37 38,5 36 36 34,5 35 33,5 34 33 33 32 31

43,5 43 43 40 40 40 40 39 39 39 39 36 36 35 35 33 34 34 35 32 30,5

43 41 41 40 40 40 40 39 39 39 39 36 36 35,5 35,5 34 34,5 33,5 33 32,5 31

39 39 39 39 39 40 40 39 39 38,5 38 35 35 35 34,5 33,5 34 33 33 32,5 30,5

Page 165: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

141

“Tanah Maros” Bukaan 6 cm jarak 30 kerapatan 0,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 32 30 30 31 30,5 33 33 35 34 34 32 32 31,5 30,5 31 31 31 30 30 31,5

5 30 34 30,5 30,5 31 32 32 32 32 32 31,5 32 31,5 30,5 31 31 30,5 30 30 32

10 30 30 32 30 31 33 32 32,5 32,5 32 32,5 32 31 30 31 30 30 31 31 32

15 32,5 33 33,5 33,5 33 33 32 33 32,5 33 32 31 32 31 31 30,5 30,5 30,5 31 31

20 32 33 33,5 34 31 33,5 33 33 33 33,5 32 32 32 31 31 31 30,5 30,5 30,5 31

25 32 31 33 33 34 33,5 34,5 34 33,5 33,5 32 32 32 31 31 31,5 31,5 31 31 30

30 31,5 31,5 32,5 32,5 33,5 34 35 34 34 33,5 32 32 31 31 31 30 31 30,5 30 30

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31,5 31,5 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31,5 31,5 31 31 31 31 31 30,5 30 30,5

32 31 31 31,5 31 32 32 30,5 30,5 31 31 -32 32 31,5 31,5 30,5 30,5 30,5 30,5 31 31

32 31,5 31,5 31,5 31,5 31 31 31 31 31 31,5 32,5 32,5 31,5 32 31,5 31 31 31 31 32

31 31 31 32 31,5 32 31,5 30,5 30,5 30,5 31,5 31,5 32 31,5 32 31,5 31 30,5 31 31 30,5

31 31 31,5 31,5 32 32 31 30,5 30,5 30,5 31 31,5 32 32 32,5 31,5 31 30,5 31 31 31,5

30 31 31 32 31,5 32 31 30,5 30,5 30,5 31 32 32 31,5 32 31,5 32 30,5 30,5 31 31,5

30 30 31 31,5 31 30 30,5 30,5 30,5 30 30 30 30 30,5 31 32,5 32 31 30,5 31 32,5

Page 166: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

142

“Tanah Maros” Bukaan 6 cm jarak 30 kerapatan 1

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31,5 33 33,5 34 34 34 34,5 32 31,5 31,5 32 31 31 31 30 30,5 30,5 30 30

5 31 30 34 33 34,5 34,5 34 34,5 33 32 33 32 33 31 31,5 31 30,5 31 31 30

10 31,5 31 34 35 35 35 34,5 35 36 36 34,5 35 33 32 32 32 31 31 31 31

15 31,5 32 34 34 35,5 36,5 35 36,5 35 36 36 36,5 34,5 33 32,5 32,5 32 32 32 33

20 32 32 33 34 36 37 36 38 37,5 36 36 36 33,5 33,5 33 33 32,5 33,5 33 34

25 32 31,5 33,5 34 35,5 36 36 36,5 37,5 37 36 36 33 34 33,5 33,5 33,5 34 33,5 33

30 31,5 31,5 33 34 36 36 35 35 36 35 34 36 33 34 33,5 34 34 34,5 34 34

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31 30 31 30 30 30 31 31 31 30,5 31 33 33 32 32 31,5 31,5 31,5 33 30,5 -31

32 31 30 30 29,5 30 31 31 31 31 30,5 32 31,5 32 32 31,5 31,5 31,5 33 31 32,5

31 31 31 31 30 30 32,5 33 30 31,5 32,5 33 32 32 32,5 32 32 31 32,5 31,5 32

33 33 32 33 32 32 33 33 32,5 33 32,5 32,5 32,5 33 33 33 32,5 32 33 32 33

33 33 34 33 32,5 32,5 32 32,5 33 32,5 33 32,5 33 31,5 32 32,5 33,5 32 31,5 32 33,5

33 32 33 32 32 33 34 34 34,5 33 33 33 33 32,5 32,5 33 34 33,5 32 32,5 33,5

32 32 32 33 32 32 33 33,5 33 33 33 33 31 32,5 33,5 32 34,5 34 32,5 33 33

Page 167: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

143

“Tanah Maros” Bukaan 6 cm jarak 30 kerapatan 1,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 36 36 36 35 34,5 33 33 32,5 31 30 30 30 30 31,5 30 32 30 30 31

5 32 32 35 34,5 34 34 32 33,5 32 31 31 30 30,5 30,5 32 31,5 32 31 29 30

10 32 36 35 35 37 35 35 35 33 33 32 32 30 31 32 31,5 32 32 30 30

15 32 33 35 36 35 36 35,5 37 34 34 34 33,5 33 32 33 31 31 32 31 32,5

20 31 33 35 35 37 38 39 38 35 34,5 33 33 33,5 32 32,5 33 31 31,5 31,5 32,5

25 33 34 35,5 35 35,5 37 38,5 38 35 33 33 32 33 32 33 33 33 32,5 31 32

30 31 31,5 33 33 33 33 33 32 32 31 32 33 33,5 34 34 34 33 32,5 32 32

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200 33 30 30,5 31 30 30,5 30,5 30 30 29,5 29,5 31,5 31,5 31 32,5 31 31 31 31 31 31

32 31 31 30,5 29,5 29,5 29,5 30 30 30 30 31,5 32 30,5 31,5 31,5 31,5 31 31 31,5 31,5

33 31 31 30 30 31 32 31 30,5 31 31,5 32 32,5 32 32,5 32,5 32,5 32,5 32 31,5 31,5

32 32 32 30,5 30 30,5 31 31 30,5 31 31 33 33 32,5 32 31,5 32 31,5 32,5 33 33

32 31 32 30 31 31 31 31 31 31,5 32 33 33 33 32 33 33 32,5 33 32,5 33

33 33 33 31,5 32 31 31 32 32 32 32,5 32,5 32,5 32,5 34 32,5 32,5 33,5 34 32,5 33,5

34 33 33 33 31 30,5 31 31,5 31,5 32,5 32,5 33 33 33,5 33,5 33,5 33 33 33 33,5 33

Page 168: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

144

“Tanah Maros” Bukaan 6 cm jarak 50 kerapatan 0,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 30 32 32 31,5 31,5 31 30,5 32,5 31,5 30,5 31 33 32,5 31 31,5 31 31 30,5 31

5 31 31,5 32 33 32 32,5 31 30,5 31 31 31 31,5 32 32 30,5 31,5 31 31,5 31 31

10 32 32 32,5 33,5 33 34,5 32,5 31 32,5 32,5 33 33 34 33,5 32 33 32 32 32 32,5

15 33 32 33 33,5 34,5 34 33 33 33 34,5 34,5 34 35 34 34 34 33 33,5 32,5 32,5

20 30,5 31 32 32 33 35,5 35 34,5 35,5 35 34 34 34 34,5 35 34,5 34 33 33 33

25 30 30 31,5 32 33,5 33 36,5 35,5 34,5 34 33,5 33,5 34 32,5 34 34 32 32 32 32

30 31 31 31 32 33 32,5 33 33 33,5 33,5 33 32 33 32 32 32 32 31,5 32 32

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

32 31,5 32 31 30,5 31 31 30 30 30 30 30 32 31 30 31 31 31 31 31 30,5

32 32 31 31,5 31 32 32 31 31 31 31 30 32 31 31 31 32 31 32 31,5 32

33 33,5 32,5 32 33 33 32,5 32 32 32 32 31 33 32 32 32 33 32,5 33 33 32

33 33 33 33 32 33 33 33 33 32 32,5 33 33 33 33 33 33,5 33 32,5 33 33

33 32,5 32 32,5 32 33 33 33 33 33 33 33 33 34 34 33 33 33 33 32,5 32,5

32,5 32 31,5 31 32,5 33 32 32 33 32,5 32,5 32 33 33 34 33,5 33,5 33,5 33 32 33

33 33 32 32 33 32 32 32 32 32,5 32,5 32 33 32 34 32,5 33 32 32,5 33,5 33

Page 169: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

145

“Tanah Maros” Bukaan 6 cm jarak 50 kerapatan 1

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31 33,5 34 35 35 34 35 33 33 32,5 32 32,5 32 32 32 33 32,5 31 31,5

5 31 30 34 35 36 35 35,5 36 34 33 32 33 33 32 32 32 32 32 32 31

10 32 31 35 36 36 36,5 36 36,5 35,5 35,5 34 34 34 33 33 33 32 32 33 32

15 32,5 32 34 35 36 37 37,5 37 36 36 35 35 35 35 34 33,5 33 33 33 33,5

20 32 32 34 35 37 38,5 38 38 37 36,5 35,5 36 35 34 34 34 34 34 34 32

25 32 32 34 35,5 37,5 38 39 38 37 37 36 34,5 34,5 34,5 34 34 34 35 33,5 32

30 32 32 34 35 37 37 36 36 35 35 33 33,5 34 34 33 34 33 34 31 32

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31,5 32 32,5 32,5 32 31,5 31 32 32 32 32 32 33 32 32 32 32 30,5 31,5 32 32

31 31 32,5 33 31,5 32 31,5 33 33 32,5 32 32 33,5 32 32 32 32 31 31 32 32

31 32 32,5 32 32 32 32 34 34 33 33 33,5 34 32 32 32 32 32 32 32 32

32,5 33 31,5 32 31,5 32 32,5 34 34 33 34 34,5 33 33 32 33 33 32 32 32,5 33

33 33 32,5 32 32 32 33 34 35 34 32 34 32 33 32 33,5 33,5 31,5 33 32,5 33

32 32 32 32 32 32 33 35 36 34 34 32 32 33 32 34 34 32 33 33 33,5

31,5 32,5 33 32 32 32,5 32 32 32 33 33 32 33 32 33 33 33 32 33 33 33

Page 170: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

146

“Tanah Maros” Bukaan 6 cm jarak 50 kerapatan 1,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31 34,5 33,5 34 34,5 34 34 32 32 32 31,5 31 30 30 30 30 30 30,5 30

5 30,5 32 34 34,5 34 34,5 35 35,5 33 33 33 32,5 31,5 31 30 30 30 30,5 30,5 30,5

10 31 33,5 34 35,5 34,5 35,5 35,5 36 34,5 34 34 33 32 32 30 30 30 31 30 30

15 33 31,5 34,5 35 35 36 36 36,5 35,5 34,5 34,5 34 33 31 31,5 31 30 31,5 30,5 31

20 32 32 34,5 35,5 35,5 37,5 37 37,5 36 36 35 34 32 31 31,5 32 30,5 31 30 31,5

25 32 33,5 35,5 36 36 36 38,5 38,5 37 35,5 34,5 33 32 32,5 31 32 31 31 30,5 32,5

30 33,5 34 34,5 35 36,5 37 35 34 34 36 34,5 33 32 33 36,5 32,5 31 32 31,5 32,5

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

30 30 30,5 30 30 30 30 30 30,5 30 31 31 31 32 31 31 31,5 31,5 31,5 31 31

30 30 31 30,5 30,5 30 30,5 30 30,5 30,5 32 31 32 31,5 32 32 31 31 31,5 31,5 31

30 30 31,5 30,5 30,5 30 30 30,5 31 30,5 32,5 31,5 33 32,5 32,5 33 33 32 32 32 32

30 30,5 32 31 31 30,5 30 31 31 31 32 31 32,5 33 32 32 32 32 33 32,5 33

30,5 31,5 32 31,5 31,5 31 31,5 31,5 31 31 31,5 32 32 33,5 33 33 33 33 34 33 34

31 32 32 32 32 32 32 32,5 32 32 32 33 33 34 33,5 34 34 34 34 34 33,5

31,5 31,5 32 33 33 32 32,5 32,5 32 32 32,5 33 32,5 34 34,5 34 34 32 35 34 33

Page 171: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

147

“Tanah Maros” Bukaan 6 cm jarak 75 kerapatan 0,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 30 31 32 31 30 30 31 32 32 30 30 31 31 31 30 31 31 31 31

5 31,5 31,5 32,5 33 31 30,5 31 31 30,5 31 32 32 30,5 30 31 31 32 32 32 31,5

10 32 33 34 35,5 35 34 35 36 34 33 33 33 32 32 31,5 32 33 33 33 31

15 33 33 34 34,5 31,5 37 37 36 35,5 34,5 33,5 34 32,5 33,5 33 32 33 33 30,5 32

20 30,5 31 33 34 35,5 36 37 35 34 32 34 32,5 33 32 31 31,5 32,5 32 33 32

25 30,5 31 32,5 33,5 34,5 33,5 36 34,5 34 33 32 31 31,5 31 32 32 32,5 32 32 32

30 31 31 32 33 32,5 33 31 32 32 32 31 31,5 30 30 31 32 30 31 32 31

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 30 31 32 31 30 30 31 32 32 30 30 31 31 31 30 31 31 31 31

5 31,5 31,5 32,5 33 31 30,5 31 31 30,5 31 32 32 30,5 30 31 31 32 32 32 31,5

10 32 33 34 35,5 35 34 35 36 34 33 33 33 32 32 31,5 32 33 33 33 31

15 33 33 34 34,5 31,5 37 37 36 35,5 34,5 33,5 34 32,5 33,5 33 32 33 33 30,5 32

20 30,5 31 33 34 35,5 36 37 35 34 32 34 32,5 33 32 31 31,5 32,5 32 33 32

25 30,5 31 32,5 33,5 34,5 33,5 36 34,5 34 33 32 31 31,5 31 32 32 32,5 32 32 32

30 31 31 32 33 32,5 33 31 32 32 32 31 31,5 30 30 31 32 30 31 32 31

Page 172: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

148

“Tanah Maros” Bukaan 6 cm jarak 75 kerapatan 1

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 31 32 35 35 35,5 35 34 37 34 32,5 32 32,5 31 30 30 31 32 31 32 30

5 31 33 35 36 35,5 38 35 37 37 34 33 33 31,5 32 31,5 31 31 32 31 31,5

10 33,5 34 36 36 39 40 40 39 38 36 34 34 33 33 32 32 33 32 30 31

15 32 33 34 35 38 40 39,5 39 37,5 36 34 35 35 35 34 33 33 33 32 33

20 33 33 35 35 39 40 40 40 39 38 37 35,5 34 34 33 33 31,5 32 32 31,5

25 33,5 34 35 37 39 38 39 40 37,5 36,5 36 36,5 36 34 32,5 32 31 31,5 31 32

30 34 33,5 34 37 37 37 36 37 35 35 34 35 35 32 32 31,5 30 31 31 31

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

30 30,5 31 31 30 31 31 30 32 33 32 34 35 35 31 31 31 31 31,5 30 32

30 30 30 31 30 31 31 31 31 32,5 32 35 34 34 32 32 32 32 31,5 31 31

31 31 32 33 32 32 33 32 32 33 32 34 33 33 32 32 32 32 31,5 30 32

32 32 32 32,5 32 33 33 32 32 33 33 32 32 32 32 32 32 31,5 31,5 31 30

32 32 32 32 33 32,5 33 33 33 34 34 33 32,5 32 32 32 32 32 31 30 30

31,5 31,5 31 32,5 32,5 32,5 33 33 32 34 34 33,5 32,5 32 32 34 34 32 32 30 30

30 32 31,5 32 33 32,5 33 33 33 33 34 34 32,5 33,5 33 34 34 32 32 31 31

Page 173: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

149

“Tanah Maros” Bukaan 6 cm jarak 75 kerapatan 1,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 32 34 35 34 34,5 34 34 33 32 31 31 31,5 31,5 30,5 33 32,5 31,5 32,5 31

5 31 31,5 34 35,5 35,5 36,5 35 35 33 33 32,5 32 32 31 31,5 32 31 31 31 31

10 31,5 33 35 35,5 36 37 36 36,5 36 36 35 34 32,5 32 32,5 32 31,5 31,5 31 31

15 33,5 33 36 36 39 40 39 39,5 39 37,5 36 35,5 33 32 33 33 31 32 31 32

20 33 34,5 37 33,5 38 40 39,5 40 39 38 36 35,5 33 33,5 34 33 32 31 32 31

25 34 36 30,5 36 39 39 39,5 39 37,5 37 36,5 36 32,5 31,5 35 32 31 32 32 32,5

30 36 36 36 36 38 37 36,5 35,5 35,5 35 37,5 34 33 32 33,5 32,5 33 33 32,5 31,5

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

30,5 31,5 32 32 32 31,5 32 31 32 32 32 31 31 32,5 33 31 30,5 30,5 -31 31 31

31 32 31 31 31,5 31 31 31 31 31,5 31 31,5 32 32 32 31 31 31,5 31,5 31 31

31 31 32,5 31 31 31 30,5 32,5 31,5 31,5 31 31,5 33 32 32 30,5 30,5 31,5 31 31,5 31,5

31,5 32 31 31,5 32 32 31,5 32 32 32 31,5 31,5 32 32 32 31 30,5 31,5 31 31 31,5

31 33 32 32 31 31,5 31,5 32 31,5 31,5 32 32 32 33 32,5 31 31 31 32 32,5 32,5

32 33,5 31,5 32 31 31 33,5 34,5 33,5 33 33 33 33 33 33 33 32 32 31 33,5 33,5

32 31 31 33 33 33 33 33,5 33 33 34,5 33,5 32,5 34 34 34 34 34,5 31 34,5 33,5

Page 174: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

150

“Tanah Maros” Bukaan 9 cm jarak 30 kerapatan 0,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 31 30 30 31 30,5 32 31,5 31 31 31 32 32 31,5 31,5 31,5 31 31 31,5 30,5 30,5

5 30 31,5 30,5 30,5 31 32 32 32 32 32 31,5 32 31,5 31,5 31 31 31 31 30 31

10 30 30 31 31 31 33 32 32,5 32,5 32 32,5 32 31 31 31,5 30,5 31 31 31 31

15 31 31,5 31 32 32 33 32 32 32,5 33 32 31,5 32 31 31 30,5 30,5 30,5 31 31

20 31,5 31,5 32 33 31 33,5 33 33 33 33,5 32 32 32 31 31,5 31 30,5 30,5 30,5 31,5

25 31 31 32 32 32 33,5 33,5 33 33,5 32,5 32 32 32 31 31 31,5 31,5 31 31 31,5

30 31 31,5 32,5 31,5 31,5 32 32 32 32,5 32,5 32 32 31,5 31 31,5 31 31 31 30,5 30,5

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31,5 31,5 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31,5 31,5 31 31 31 31 31 30,5 30 30,5

32 31 31 31,5 31 32 32 30,5 31 31 31 32 32 31,5 31,5 30,5 31,5 31 30,5 31 31

32 31,5 31,5 31,5 31,5 31 31 31 31 31 31,5 32,5 32,5 31,5 32 31,5 31 31 31 31 32

31 31 31 32 31,5 32 31,5 30,5 30,5 30,5 31,5 31,5 32 31,5 32 31,5 31 31 31 31 30,5

31 31 31,5 31,5 32 32 31 30,5 31,5 31,5 31 31,5 32 32 32,5 31,5 31 31 31 31 31,5

30,5 31 31 31 31,5 32 31 30,5 31 30,5 31 32 32 31,5 32 31,5 32 31 30,5 31 31,5

30,5 31,5 31 31 31 31 31 30,5 31 30,5 30,5 31 31 31 31 31 31 31 30,5 31 32,5

Page 175: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

151

“Tanah Maros” Bukaan 9 cm jarak 30 kerapatan 1

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31,5 32 33,5 32,5 33 33 34,5 32 31,5 31,5 32 31 31 31 30 30,5 30,5 30 30

5 31 30 33 33 33 34,5 34 34 33 32 32 32 32 31 31,5 31 30,5 31 31 30

10 31,5 31 33,5 33,5 33 34 34,5 35 34 34 33,5 34 33 32 32 32 31 31 31 31

15 31,5 32 34 33 34 35 34,5 35,5 35 35 35 33 33 33 32,5 32,5 32 32 32 33

20 32 32 33 32 35 35 35 36 36 35,5 34 34,5 34 33,5 33 33 32,5 33,5 33 34

25 32 31,5 33,5 34 35,5 36 36 36,5 36 36 34 35 33 34 33,5 33,5 33,5 34 33,5 33

30 31,5 31,5 33 33 34 33 34 35 33 35 33 33 33 34 33,5 34 34 34,5 34 34

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31 30 31 30 30 30 31 31 31 30,5 31 33 33 32 32 31,5 31,5 31,5 33 30,5 31

32 31 30 30 29,5 30 31 31 31 31 30,5 32 31,5 32 32 31,5 31,5 31,5 33 31 32,5

31 31 31 31 30 30 32,5 33 30 31,5 32,5 33 32 32 32,5 32 32 31 32,5 31,5 32

33 33 32 33 32 32 33 33 32,5 33 32,5 32,5 32,5 33 33 33 32,5 32 33 32 33

33 33 34 33 32,5 32,5 32 32,5 33 32,5 33 32,5 33 31,5 32 32,5 33,5 32 31,5 32 33,5

33 32 33 32 32 33 34 34 34,5 33 33 33 33 32,5 32,5 33 34 33,5 32 32,5 33,5

32 32 32 33 32 32 33 33,5 33 33 33 33 32 32,5 33,5 32 34,5 34 32,5 33 33

Page 176: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

152

“Tanah Maros” Bukaan 9 cm jarak 30 kerapatan 1,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 32 33 33 32 33 33 33 32,5 31 30 30 30 30 31,5 30 32 30 30 31

5 32 32 33 34,5 33 34 32 33,5 32 31 31 30 30,5 30,5 32 31,5 32 31 30,5 30

10 32 32 34 33 34 35 32,5 33 33 33 32 32 30 31 32 31,5 32 32 30 30

15 32 33 35 34 35 36 33,5 34 34 32 32 33,5 31 32 33 31 31,5 32 31 31,5

20 31 33 34,5 35 35,5 36,5 35,5 35 35 33 33 33 32 32 32,5 32 31,5 31,5 31,5 31,5

25 33 33,5 35,5 35 35,5 36 34 35,5 35 33 33 32 33 32 33 33 33 32,5 31 32

30 31 32 33 33,5 33,5 33 33 33 32 31 32 33 33,5 33 34 33,5 33 32,5 32 32

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

33 30 30,5 31 30 30,5 30,5 30 30 30,5 30,5 31,5 31,5 31 32,5 31 31 31 31 31 31

32 31 31 30,5 30 30,5 31 30 30 30 30 31,5 32 30,5 31,5 31,5 31,5 31 31 31,5 31,5

33 31 31 30 30 31 32 31 30,5 31 31,5 32 32,5 32 32,5 32,5 32,5 32,5 32 31,5 31,5

32 32 32 30,5 30 30,5 31 31 30,5 31 31 33 33 32,5 32 31,5 32 31,5 32,5 33 33

32 31 32 30 31 31 31 31 31 31,5 32 33 33 33 33 33 33 32,5 33 32,5 33

33 32 33 31,5 32 31 31 32 32 32 32,5 32,5 32,5 32,5 34 32,5 32,5 33,5 34 32,5 33,5

32 33 33 33 31 30,5 31 31,5 31,5 32,5 32,5 33 33 33,5 33,5 33,5 33 33 33 33,5 33

Page 177: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

153

“Tanah Maros” Bukaan 9 cm jarak 50 kerapatan 0,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 31,5 31,5 32,5 32 32 32 32 32 33 32,5 32,5 32,5 32 32,5 33 32 32,5 32,5 32 32,5

5 31,5 32 34 33 33,5 32,5 32 32,5 32,5 32 32,5 32,5 32 33 31,5 32 32 32 31,5 31

10 32 33 33 35 34 33 33 33 33,5 32,5 33,5 33 33 33,5 32 33,5 32 32 32 32,5

15 33 33,5 34 33,5 35 34,5 34,5 33,5 34 33,5 34 33,5 33,5 34 33 34 32,5 33,5 32,5 33,5

20 32,5 33 33 32 36 35 35,5 34,5 35 34,5 33 34 34 34,5 33,5 34 33,5 33 33 33

25 32 32 32 32 33,5 33 36,5 35 34,5 34 33,5 33,5 33 32,5 34 33 32 32 32 32

30 32 31,5 32,5 32 32,5 32,5 32,5 33 33,5 33,5 33 33 33 33 33 32 32 32,5 32 32

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

32 33 32 32,5 32,5 32,5 32 31 32 32 32 32 32,5 32 32,5 32 32 32 32 32 32

33 31,5 32 31 31 32 32,5 32,5 31,5 32 31 32 32 31 32 31,5 31 31 31,5 31 31,5

34,5 32 33 32,5 31,5 32,5 33 32 32 32,5 32 32,5 33 32,5 32,5 33 31,5 31 31 31,5 32

33,5 33 33 33,5 33 33 33,5 35 32,5 32 33 33,5 34,5 33 32,5 32 32,5 32 32 32 33

33 32,5 34 34 32 34 33 34 34,5 33 33 31 33,5 34 33 32,5 33 33 33,5 32 33

32,5 32 31,5 32 32,5 33 32 33 33 34 33,5 32 33 34,5 34 33 34 33 32,5 32,5 32

33 33 32 32,5 33 32,5 32 32 32,5 33 32,5 32 33 33 33 32,5 33 33,5 33 33 33,5

Page 178: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

154

“Tanah Maros” Bukaan 9 cm jarak 50 kerapatan 1

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31 32,5 32 33 33 32 34 33 32 32,5 32 32,5 32 32 32 33 32,5 31 31,5

5 31 30,5 33 33,5 33,5 34 33,5 33 32 33 32 33 33 32 32 32 32 32 32 31

10 32 31 33,5 34 34,5 35,5 34 33 33 34,5 32 34 34 33 33 33 32 32 33 32

15 32,5 32 33 34 35 36 35 34,5 34 35 33 35 35 35 33,5 33,5 33 33 33 33,5

20 32 32 34 35 35 34,5 36,5 35,5 35,5 34 34,5 34 35 34 34 34 34 34 34 32

25 32 32 34 35,5 36 34 35 35 34 33 35 34,5 34,5 34,5 34 34 34 35 33,5 32

30 32 32 34 34 34 33 35 34 33,5 33,5 33,5 33,5 34 33,5 33 34 33 34 31 32

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31,5 32 32,5 32,5 32 31,5 31 32 32 32 32 32 32,5 32 32 32 32 30,5 31,5 32 32

31 31 32,5 33 31,5 32 31,5 33 33 32,5 32 32 33 32 32 32 32 31 31 32 32

31 32 32,5 32 32 32 32 33 33,5 33 33 33 34 32 32 32 32 32 32 32 32

32,5 33 31,5 32 31,5 32 32,5 34 34 33 34 34 33 33 32 33 33 32 32 32,5 33

33 33 32,5 32 32 32 32 33,5 33,5 34 33 34,5 32 33 32 33,5 33,5 31,5 33 32,5 33

32 32 32 32 32 32 33 34 34 33,5 32,5 33 32 33 32 34 34 32 33 33 33,5

31,5 32,5 33 32 32 32,5 32 32 32 33 33 32 33 32 33 33 33 32 33 33 33

Page 179: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

155

“Tanah Maros” Bukaan 9 cm jarak 50 kerapatan 1,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31 34,5 33 32,5 33 33 34 33,5 32 31 31 31 30 30 30 30 30 30,5 30

5 30,5 32 33 34 33 33 33,5 35 33 33 32 32,5 31,5 31 30 30 30 30,5 30,5 30,5

10 31 33,5 33 34,5 33 34 34 35,5 33 34 33,5 33 32 32 30 30 30 31 30 30

15 31,5 32 34,5 35 34 34,5 34 36 34 35 34,5 34 33 31 31,5 31 30 31,5 30,5 31

20 32 32 35 35,5 35 35 34,5 34,5 34 33,5 35 34 32 31 31,5 32 30,5 31 30 31,5

25 32 33 35 34,5 35,5 33,5 35 35 35 34 34,5 33 32 32,5 31 32 31 31 30,5 32,5

30 33 34,5 34,5 33 34,5 34 35 34 35,5 33 33 33 32 33 36,5 32,5 31 32 31,5 32,5

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

30 30 30,5 30 30 30 30 30 30,5 30 31 31 31 32 31 32 31,5 31,5 31,5 31 31

30 30 31 30,5 30,5 30 30,5 30 30,5 30,5 30 31 32 31,5 32 32 31 31 31,5 31,5 31

30 30 31,5 30,5 30,5 30 30 30,5 31 31 30,5 31,5 32 32,5 32,5 33 31,5 32 32 32 31,5

30 30,5 32 31 31 30,5 30 31 31 31,5 30 31 33 33 32 32 32,5 32 32,5 32,5 32

30,5 31,5 32 31,5 31,5 31 31,5 31,5 31 31 31 32 32,5 32,5 33 32,5 34 33 33 33 32

31 32 32 32 32 32 32 32,5 32 32 32 33 33 32 32 34 33 33,5 33,5 34 33,5

31,5 31,5 32 33 33 32 32,5 32,5 32 32 32,5 33 32,5 33 33 33 33 32 33 33,5 33

Page 180: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

156

“Tanah Maros” Bukaan 9 cm jarak 75 kerapatan 0,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31 32 32 31 30 30 31 32 32 31 30 31 31 31 30 31 31 31 31

5 31,5 31,5 32,5 33 32,5 30,5 31 31 31,5 31 32 32 31,5 31 31 31 32 32 32 31,5

10 32 32 33 33 33 32 33 33 32 32,5 33 33 32 32 31,5 32 33 33 33 31

15 32 33 34 34,5 32 33,5 34 34 33,5 34 33,5 34 32,5 33,5 33 32 33 33 30,5 32

20 31 32 33 34 33 35 34 33,5 34 32 34 32,5 33 32 32,5 31,5 32,5 32 33 32

25 31 32 32,5 33,5 34,5 34 35,5 34,5 34 33 32 32 31,5 32 32 32 32,5 32 32 32

30 31 32 32 33 32,5 33 32 32 32 32 31 31,5 32 32,5 31 32 32,5 32,5 32 31

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31 31 30 30,5 31 31,5 30 30 30 30 30 31,5 32 31 31,5 30,5 31,5 33 31,5 31,5 32

31,5 31 30 30 31 31 30,5 30,5 30 30 30 32 31 30 30 30,5 30,5 31 30,5 31 31

32 31 30,5 31 31 31 31,5 31 31 30 31,5 33 32 31 31 31 31,5 32 32 31 31

33 32 32 31,5 31,5 31 32 32 31 31 31,5 31,5 32,5 30,5 31,5 30,5 32 33 33 32 32

32 32 31,5 31,5 31,5 31,5 32 32 31 31,5 31,5 32 33 31 32 32 33 32,5 31,5 32 32

31,5 32 32 32 32 31 32 31,5 31,5 32,5 31,5 32 32 32 32,5 32,5 32,5 32 31 32 32,5

31 31,5 32 32 32 32 32 31,5 32 32,5 32 32,5 32 32 32 33 31,5 33 32 32,5 32,5

Page 181: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

157

“Tanah Maros” Bukaan 9 cm jarak 75 kerapatan 1

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 31 32 33 33 33 33 33 33 33 32,5 32 32,5 32 32 30 32 32 31 32 30

5 31 32 32 32 32,5 33 33 34 33 33 33 33 32 32 31,5 31 31 32 31 31,5

10 31,5 33 32 34 34 34,5 34 34 34,5 33 34 34 33 33 32 32 32 32 30 31

15 32 32,5 33,5 33,5 33 35 34,5 33,5 34 34 34 35 33,5 35 34 33 33 33 32 33

20 32 33 34 35 34,5 35 35 33 35 35,5 35 35,5 34 34 33 33 31,5 32 32 31,5

25 32,5 34 34 35 35 34 35,5 34 33,5 34 34,5 34,5 35 34 33 32 31 31,5 31 32

30 33 33,5 33 34 34 33 34 35 34 33 34 35 35 32 32,5 31,5 32,5 31 31 32,5

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

30,5 30,5 31 31 31 31 31 30 32 33 32 33 33 32,5 32 31 31 31 31,5 32 32

31 30 31,5 31 31 31 31 31 31 32,5 32 33 34 34 32 32 32 32 31,5 31 31

31 31 32 33 32 32 33 32 32 33 32 34 33 33 32 32 32 32 31,5 32 32

32 32 32 32,5 32 33 33 32 32 33 33 32,5 32 32 32 32 32 31,5 31,5 31 32

32 32 32 32 33 32,5 33 33 33 34 34 33 32,5 32 32 32 32 32 31 32 32,5

31,5 31,5 31 32,5 32,5 32,5 33 33 32 34 34 33,5 32,5 32 32 34 34 32 32 32,5 32,5

32 32 31,5 32 33 32,5 33 33 33 33 34 34 32,5 33,5 33 34 34 32 32 31,5 31

Page 182: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

158

“Tanah Maros” Bukaan 9 cm jarak 75 kerapatan 1,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 32 32 33 33 33 32,5 33 33 32 31 31 31,5 31,5 30,5 33 32,5 31,5 32,5 31

5 31 31,5 33 32,5 32,5 32,5 34 32,5 32,5 33 32,5 32 32 31 31,5 32 31 31 31 31

10 31,5 32 32,5 32 33 33 33 33 33 33 33 34 32,5 32 32,5 32 31,5 31,5 31 31

15 32,5 33 33,5 33 33 34,5 33,5 34,5 33 34 33,5 35,5 33 32 33 33 31 32 31 32

20 32 32,5 34 34,5 34 35 34 35 34,5 35 34,5 35 33 33,5 34 33 32 31 32 31

25 33 33 32 34,5 35 34 35 35 35,5 34,5 35 34,5 32,5 31,5 35 32 31 32 32 32,5

30 33,5 34 33,5 35 34,5 33 33,5 34 33,5 35 33,5 34 33 32 33,5 32,5 33 33 32,5 31,5

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

30,5 31,5 32 32 32 31,5 32 31 32 32 32 31 31 32,5 33 31 30,5 30,5 31 31 31

31 32 31 31 31,5 31 31 31 31 31,5 31 31,5 32 32 32 31 31 31,5 31,5 31 31

31 31 32,5 31 31 31 30,5 32,5 31,5 31,5 31 31,5 33 32 32 30,5 30,5 31,5 31 31,5 31,5

31,5 32 31 31,5 32 32 31,5 32 32 32 31,5 31,5 32 32 32 31 30,5 31,5 31 31 31,5

31 33 32 32 31 31,5 31,5 32 31,5 31,5 32 32 32 33 32,5 31 31 31 32 32,5 32,5

32 33,5 31,5 32 31 31 33,5 34,5 33,5 33 33 33 33 33 33 33 32 32 31 33,5 33,5

32 31 31 33 33 33 33 33,5 33 33 34,5 33,5 32,5 34 34 34 34 34,5 31 34,5 33,5

Page 183: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

159

“Tanah Maros” Bukaan 12 cm jarak 30 kerapatan 0,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 31,5 31,5 31 31 32 32 31,5 32 31 32 32 32 31,5 31,5 31,5 31 31 31,5 31 31

5 31 31,5 31 31,5 32,5 32 32 33 32 32,5 31,5 32 31,5 31,5 31 31,5 31 32 31,5 31

10 31 31 31,5 31,5 32 33 32,5 33,5 33 33 32,5 32 31,5 32 32 31,5 32 31,5 32 32

15 32 32 32 32 32 33 33 34 34 33 32,5 31,5 32 32 32 32 31,5 31,5 32 31,5

20 32,5 32,5 32 33 33 34 33 33,5 33 34 32 32 32,5 32,5 32 32 31,5 31,5 31,5 31,5

25 32,5 32 32,5 32 32,5 33,5 34 33 33,5 33 33 32 32,5 32,5 32,5 31,5 32 32,5 31 32

30 32 31,5 31,5 32,5 32 32 33,5 32,5 32,5 32,5 32 32 32 31,5 32 32 32,5 32 31 31,5

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31,5 31,5 31 32 31 31 31 31,5 31 31 31 31,5 31,5 31 31 31 31 31 31,5 31,5 31,1

32 32 31 32 31 32 32 31,5 31 31 31 32 32 31,5 31,5 30,5 31,5 31,5 31,5 31 31

32 31,5 31,5 32,5 31,5 31,5 31,5 32 31,5 32 31,5 32,5 32,5 31,5 32 31,5 31 31,5 32 31 32

32,5 32 32 32 32 32 32 32 32 32 31,5 31,5 32 31,5 32 31,5 31 32 32 31,5 32

32,5 32 32 31,5 32 32,5 32,5 32,5 32 32,5 32 31,5 32 32 32,5 31,5 31 31,5 31 32 31,5

31,5 32,5 32,5 31,5 32,5 32 31,5 31,5 32,5 33 31 32 32 31,5 32 31,5 32 31 31,5 31,5 31,5

31 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31 31 31 31 31 31 31 32 31 32,5

Page 184: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

160

“Tanah Maros” Bukaan 12 cm jarak 30 kerapatan 1

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31,5 32 33,5 32,5 33 33 34,5 33 31,5 31,5 32 31 31 32,5 32 31,5 31 31,5 31

5 31 30 33 33 33 34,5 34 34 34 32 32 33 32 32 33 32 32 31 31,5 31

10 31,5 31 33,5 33,5 33 34 34,5 35 35 35 34 35 33,5 33 33 33 32 32,5 32 32

15 31,5 32 34 33 34 35 34,5 35,5 35,5 36 35,5 34 35 34 33,5 34 33 33,5 33 33

20 32 32 33 32 35 35 35 36 36 35,5 36 34,5 34,5 35 33 33 34 34 33,5 34

25 32 31,5 33,5 34 35,5 36 36 36,5 36 36 34,5 35 33,5 34 33,5 33,5 33,5 34 33,5 33

30 31,5 31,5 33 33 34 33 34 35 34,5 35 33 33 33 34 33,5 34 34 34,5 34 34

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

32 32 31 31,5 31,5 31,5 31 31 31 30,5 31 33 33 32 32 31,5 31,5 31,5 33 30,5 31

32 31,5 31 31 32 31,5 31 31 31 31 30,5 32 31,5 32 32 31,5 31,5 31,5 33 31 32,5

31,5 31 31 32 32 32 32,5 33 30 31,5 32,5 33 32 32 32,5 32 32 31 32,5 31,5 32

33 33 32 33 32 32 33 33 32,5 33 32,5 32,5 32,5 33 33 33 32,5 32 33 32 33

33 33 34 33 33 32,5 32 32,5 33 32,5 33 32,5 33 31,5 32 32,5 33,5 32 31,5 32 33,5

33 32 33 32 32 33 34 34 34,5 33 33 33 33 32,5 32,5 33 34 33,5 32 32,5 33,5

32 32 32 33 32 32 33 33,5 33 33 33 33 32,5 32,5 33,5 32 34,5 34 32,5 33 33

Page 185: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

161

“Tanah Maros” Bukaan 12 cm jarak 30 kerapatan 1,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 32 32 33 32 33 33 33 32,5 32,5 33 33 32,5 32 32 33 32 31,5 31 31

5 32 32 32 34,5 33 34 32 33,5 32 33 32 32,5 33 32 32 32,5 32 31 31,5 30,5

10 32 32 32 33 34 35 33 34 33,5 33 33 32 33 32,5 33 32,5 33,5 32 32 30,5

15 32 33 33 34 35 36 33,5 34 34 34 34,5 33,5 34 33,5 33 33 33 33 31 31,5

20 31 33 33 35 35,5 36,5 35,5 35 35 35,5 33 34 32,5 33 33,5 34 32,5 32,5 32,5 32

25 33 33,5 33,5 35 35,5 36 34 35,5 35 33,5 35 35 33 34 33 33,5 33 34 33 33

30 31 32 32 33,5 33,5 33 33 33 32 32,5 33,5 33,5 33,5 33 34 33,5 33 33,5 33 34

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

33 31,5 30,5 31 30 31 31,5 31 30 31 31 32 31,5 31 32,5 31 31 31 31 31 31

32 31 31 30,5 31 31 31 31,5 30,5 32 31 31,5 32 30,5 31,5 31,5 31,5 31 31 31,5 31,5

33 31 31 30 31,5 32 32 31 31 31 31,5 32,5 32,5 32 32,5 32,5 32,5 32,5 32 31,5 31,5

32 32 32 31 32 33,5 32 32 31,5 32 32,5 33 33 32,5 32 31,5 32 31,5 32,5 33 33

33,5 33 33 32,5 33 35 33 33 32 33 34 34 33 33 33 33 33 32,5 33 32,5 33

34 32,5 33 -33 34 34,5 34 32 32 32 33,5 33,5 32,5 32,5 34 32,5 32,5 33,5 34 32,5 33,5

33 33 34 33 33,5 33 33,5 32,5 33,5 33 32,5 32,5 33 33,5 33,5 33,5 33 33 33 33,5 33

Page 186: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

162

“Tanah Maros” Bukaan 12 cm jarak 50 kerapatan 0,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 30 32 32 33 33 33 -33 32,5 33 32 31 33 32,5 31 31,5 31 31 30,5 31

5 31 31,5 32 33 33 33 33 33,5 33 32 31,5 31,5 32 32 30,5 31,5 31 31,5 31 31

10 32 32 32,5 33,5 34 34,5 34 33 33,5 32,5 33 32 33,5 33 32 32 32 32 32 32,5

15 33 32 33 33,5 35 35 34 34 34 34,5 33 34 34 34 32 32,5 33 33,5 32,5 32,5

20 30,5 31 32 32 36 36 35 34,5 34 35 34 33 34 33 33,5 33 34 33 33 33

25 30 30 31,5 32 34,5 34,5 36 35 35 34 33,5 33,5 33 32,5 34 34 32 32 32 32

30 31 31 31 32 33,5 33 34,5 33 33,5 33,5 33 32 32,5 32 32 32,5 32 31,5 32 32

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

32 31,5 32 31 30,5 31 31 30 30 30 30 30 32 31 31 31 31 31 31 31 30,5

32 32 31 31,5 31 32 32 31 31 31 31 30 32 31 31 31 32 31 32 31,5 32

33 33,5 32,5 32 33 33 32,5 32 32 32 32 31 33 32 32 32 33 32,5 33 33 32

33 33 33 33 32 33 33 33 33 32 32,5 33 33 33 33 33 33,5 33 32,5 33 33

33 32,5 32 32,5 32 33 33 33 33 33 33 33 33 34 34 33 33 33 33 32,5 32,5

32,5 32 31,5 31 32,5 33 32 32 33 32,5 32,5 32 33 33 33 33,5 33,5 33,5 33 32 33

33 33 32 32 33 32 32 32 32 32,5 32,5 32 33 32 32 32,5 33 32 32,5 33,5 33

Page 187: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

163

“Tanah Maros” Bukaan 12 cm jarak 50 kerapatan 1

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31 32,5 33 33 33 32 34 33 32 32,5 32 32,5 33 32 32 33 32,5 31 31,5

5 31 30,5 33 33,5 33,5 34 33,5 33,5 33,5 33 33 33 33 32,5 33 32 32 32 32 31

10 32 31 33,5 33 34,5 35,5 34 34 34 34,5 33 34 34 33 34 33 32 32 33 32

15 32,5 32 -34 34,5 35 36 35,5 35 34 35 34 35,5 35,5 35 33,5 33,5 33 33 32,5 33

20 32 32 35 35,5 35 35 36,5 35,5 35,5 36 34,5 34,5 35 34 34 34 34 34 34 32

25 32 32 35,5 36 36 34 36 36 36 34,5 35 36 36 34,5 35 34 34 35 33,5 32

30 32 32 34 34,5 34 33 35 36,5 35 33,5 35 35 34,5 35 34,5 34 33 34 31 32

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31,5 32 32,5 32,5 31,5 31,5 31 32 32 32 32 32 32,5 32 32 32 32 30,5 31,5 32 32

31 31 31,5 33 31,5 32 32 33 33 32,5 32 32 33 31,5 32 32 32 31 31 32 32

31 32 32 32 32 31,5 32 32,5 32,5 31,5 33 33 33,5 32 32 32 32 32 32 32 32

32,5 33 31,5 32 31,5 32 32,5 33 33 32,5 33,5 34 32,5 33 32 33 33 32 32 32,5 33

33 32,5 32,5 32 32 32,5 32 33,5 33,5 33 33 33 31 32,5 32 33,5 33,5 31,5 33 32,5 33

32 32 32 33 32 32 33 32,5 34 33,5 32,5 32,5 32 33 32 34 34 32 33 33 33,5

31,5 32,5 33 32 32 32,5 32 32 32 33 33 33 33 32 33 33 33 32 33 33 33

Page 188: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

164

“Tanah Maros” Bukaan 12 cm jarak 50 kerapatan 1,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 31 34,5 33 32,5 33 33 34 33,5 32 31 31 30,5 30 30 30 31 30,5 30,5 31

5 30,5 32 33 34 33 33 33,5 35 33 33 32 32,5 31 31 30,5 30,5 31 31 31 31

10 31 33,5 33 34,5 33 34 34 35,5 33 34 33,5 33 31,5 32 31 31 32 31 31 31,5

15 31,5 32 34,5 35 34 34,5 34 36 34 35 34,5 34 32 31 31,5 31 31,5 31,5 32 32

20 32 32 35 35,5 35 35 34,5 34,5 34 33,5 35 34 32 32 31,5 32 31 32 32,5 32

25 32 33 35 34,5 35,5 33,5 35 35 35 34 34,5 33 32 32,5 31 32 32 32 32 32,5

30 33 34,5 34,5 33 34,5 34 35 34 35,5 33 33 33 32 33 33 32,5 32 32,5 33 32,5

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

30 31 32 32 31 32 31 32 31,5 30 31 31 31 32 31 32 31,5 31,5 31,5 31 31

31 31,5 31 32 31 32 31 32 31,5 30,5 30 31 32 31,5 32 32 31 31 31,5 31,5 31

31 31,5 31 33 31,5 33 31,5 31,5 32 31 30,5 31,5 32 32,5 32,5 33 31,5 32 32 32 31,5

32 32 32 32,5 31 32,5 32 31 32 31,5 30 31 33 33 32 32 32,5 32 32,5 32,5 32

32,5 32 32 32 32 31 31,5 32 33 31 31 32 32,5 32,5 33 32,5 34 33 33 33 32

31 32 32 33 32 32 32 32,5 32 32 32 33 33 32 32 34 33 33,5 33,5 34 33,5

31,5 31,5 32,5 33 33 32 32,5 32,5 32 32 32,5 33 32,5 33 33 33 33 32 33 33,5 33

Page 189: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

165

“Tanah Maros” Bukaan 12 cm jarak 75 kerapatan 0,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 31 31 32 32 33 32 33 33 32,5 32 31 31 32,5 32 33 32 31 31 31 31

5 31,5 31,5 33 33 34 33 33,5 32 33 33 32 32 33 32 32 31 32 32 32 31,5

10 32 32 34 34 33 34 33 33,5 33 32,5 33 33 33 33,5 33 32 33 33 33 31

15 32 33 34 34,5 33,5 34,5 35 34 33,5 34 34,5 34,5 32,5 34 34 32 33 33 30,5 32

20 31 32 35 35 35 35 35 35 34,5 34 34 35 35 34 35 33 32,5 32 33 32

25 32 32 34,5 34,5 34,5 34 35,5 36 35 35 35 34 34 35 34 32 32,5 32 32 32

30 31 32 33 35 35 34,5 34 34,5 35,5 36 33,5 33 33 33 33,5 32 32,5 32,5 32 31

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

31 31 30 30,5 31 31,5 30 30 30 30 30 31,5 32 31 31,5 30,5 31,5 33 31,5 31,5 32

31,5 31 30 30 31 31 30,5 30,5 30 30 30 32 31 30 30 30,5 30,5 31 30,5 31 31

32 31 30,5 31 31 31 31,5 31 31 30 31,5 33 32 31 31 31 31,5 32 32 31 31

33 32 32 31,5 31,5 31 32 32 31 31 31,5 31,5 32,5 30,5 31,5 30,5 32 33 33 32 32

32 32 31,5 31,5 31,5 31,5 32 32 31 31,5 31,5 32 33 31 32 32 33 32,5 31,5 32 32

31,5 32 32 32 32 31 32 31,5 31,5 32,5 31,5 32 32 32 32,5 32,5 32,5 32 31 32 32,5

31 31,5 32 32 32 32 32 31,5 32 32,5 32 32,5 32 32 32 33 31,5 33 32 32,5 32,5

Page 190: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

166

“Tanah Maros” Bukaan 12 cm jarak 75 kerapatan 1

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 31 32 33 33,5 33 33 33 33 33 32,5 32 32,5 32 31,5 32 32,5 32 31 32 31,5

5 31 33 34,5 33 33 34 32,5 32,5 32 33 33 33 32,5 32 32 32 31 32 31 31,5

10 31,5 33,5 35 32,5 34,5 34,5 33 33 33,5 33,5 34 34 33 33 32,5 32 33 32 31,5 32

15 32 33 34 34 34 35 34 34,5 34 34,5 34 34 33 33 34 -33 33 33 32 33

20 33 33 35 35 35 33,5 33,5 33 35 34 35 35 34 34 33 33 32 32 32 32,5

25 33,5 32,5 33,5 35 33,5 34 35 34 34,5 35 34,5 35,5 35 34 32,5 32 31 32,5 31 32

30 33 33,5 34 35,5 34 34 34 34,5 35 35 34 34 34,5 32 32 33,5 32 33 32,5 31

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

32 31,5 32 32 32 31 32 32 32 33 32 33,5 33 33 31 31 31 31 32 31,5 32

32 31 31 32,5 32,5 31,5 31,5 31 31 32,5 32 32 34 33 32 32 32 32 31,5 31 31

32,5 31 32 33 32 32 33 32 32 33 32 33 32 33,5 32 32 32 32 32 30 32

32 32 32 32,5 32 33 33 32 32 33 33 32 32 32 32 32 32 31,5 31,5 31 32

32 32 32 32 33 32,5 33 33 33 34 33,5 33 32,5 32 32 32 32 32 31 32 32,5

32,5 33 32,5 32,5 32,5 33 33 33 32 34 34 33,5 32,5 32 32 34 34 32 32 32,5 33

33 32 33 32 33 32,5 33 33 33 33 34 34 32,5 33,5 33 33 34 32 32 31 31

Page 191: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

167

“Tanah Maros” Bukaan 12 cm jarak 75 kerapatan 1,5

x/y 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95

0 30 32 33 33 33 33 32,5 33 33 32 31 31 31,5 31,5 30,5 33 32,5 31,5 32,5 31

5 31 31,5 33 34,5 34,5 32,5 34 32,5 33 33 32,5 32 32 31 31,5 32 31 31 31 31

10 31,5 32 34,5 35,5 34 34,5 34,5 33 34 34 34 34 32,5 32 32,5 32 31,5 31,5 31 31

15 32,5 33 36 35 35 35 35 34,5 35,5 34 33,5 35,5 33 32 33 33 31 32 31 32

20 33 34 35,5 33,5 36 34 36 35 35 35 34,5 35 33 33,5 34 33 32 31 32 31

25 34 35 31,5 34,5 35 33,5 36,5 35 34 34,5 35 34,5 32,5 31,5 35 32 31 32 32 32,5

30 33,5 34 34 35 34,5 35 34,5 34 33,5 35 35 34 33 32 33,5 32,5 33 33 32,5 31,5

100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 195 200

30,5 31,5 32 32 32 31,5 32 31 32 32 32 31 31 32,5 33 31 30,5 30,5 31 31 31

31 32 31 31 31,5 31 31 31 31 31,5 31 31,5 32 32 32 31 31 31,5 31,5 31 31

31 31 32,5 31 31 31 30,5 32,5 31,5 31,5 31 31,5 33 32 32 30,5 30,5 31,5 31 31,5 31,5

31,5 32 31 31,5 32 32 31,5 32 32 32 31,5 31,5 32 32 32 31 30,5 31,5 31 31 31,5

31 33 32 32 31 31,5 31,5 32 31,5 31,5 32 32 32 33 32,5 31 31 31 32 32,5 32,5

32 33,5 31,5 32 31 31 33,5 34,5 33,5 33 33 33 33 33 33 33 32 32 31 33,5 33,5

32 31 31 33 33 33 33 33,5 33 33 34,5 33,5 32,5 34 34 34 34 34,5 31 34,5 33,5

Page 192: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

168

Lampiran 6

Analisa Data

Adapun data hasil penelitian dari hasil pengamatan di laboratorium

adalah sebagai berikut :

Perhitungan debit aliran (Q) pada bukaan pintu 6 cm:

Dimana : V = 10 liter = 0,01 m3, T = 0,82 Detik

Rumus : Q =

Q =

= 0,0122 m3/dtk

Perhitungan koefisien Thompson (Cd) pada bukaan pintu 6 cm:

Rumus : Cd =

Cd =

Cd = 3,6141

Perhitungan luas penampang (A) :

Rumus : A = h x b A = 0,0330 x 0,3 = 0,0099 m2

Perhitungan keliling basah (p) :

Rumus : p = b x (2 x h) p = 0,3 x (2 x 0,0330) = 0,0198 m

Perhitungan jari-jari hidraulik (R) :

Rumus : R = A / p R = 0,0099 / 0,0198 = 0,5 m

Perhitungan bilangan Froude (Fr) :

Rumus : Fr = V / g x h Fr = 3,4 / 9,81 x 0,0330 = 6,0343

Page 193: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

169

Perhitungan viskositas :

Rumus : (1,14 – 0,031 x ( C-15) + 0,00068 x ( C-15)2) x 10-6

(1,14–0,031x(29,2-15)+0,00068x(29,2-15)2)x10-6

= 0,000000837 m2/s

Perhitungan bilangan Reynold (Re) :

Rumus : Re = (V x P) / Viskositas

Re = (3,4 x 0,3660) / 0,000000837 = 1502164,27

Page 194: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

170

Lampiran 7

Proyek : Praktikum Pengujian Analisa Saringan

Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil

Universitas Muhammadiyah Makassar

Tanggal Percobaan : 30 Desember 2019

Bahan : Tanah Sungai Maros

Nama : Muh. Nur Lil Alam dan M. Jihad Dwianto

Asisten Lab : Muhammad Yusuf Syarif, S.T.

ANALISA SARINGAN

Sampel ( Tanah Sungai Maros )

Saringan No.

Diameter (mm)

Berat Tertahan (gram)

Berat Kumulatif

(gram)

Persen (%)

Tertahan Lolos

4 4,75 38 38 3,8 96,2

8 2,36 60 98 6,0 90,2

16 1,18 87 185 8,7 81,5

40 0,425 108 293 10,8 70,7

50 0,3 208 501 20,8 49,9

100 0,15 378 879 37,8 12,1

200 0,075 52 931 5,2 6,9

pan tertutup 69 1000 6,9 0,0

Jumlah 1000

100

Page 195: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

171

Lampiran 8

GRAFIK ANALISA SARINGAN

Page 196: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

172

Lampiran 9

Dokumentasi

Pembersihan Lokasi Penelitian

Proses Pembuatan Saluran

Page 197: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

173

Proses Penimbangan Sampel Tanah Proses Penyaringan Sampel Tanah

Kerapatan 0,5 cm Kerapatan 1 cm Kerapatan 1,5 cm

Proses Penimbunan Material Tanah Timbunan

Page 198: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

174

Proses Pemasangan Krib

Variasi Jarak 30 cm

Variasi Jarak 50 cm

Variasi Jarak 75 cm

Page 199: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

175

Proses Pengaliran (Running)

Page 200: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

176

Proses Pengambilan Data

Page 201: SKRIPSI STUDI PERUBAHAN BENTUK DASAR SALURAN TANAH

177

Kondisi Dasar Saluran Setelah Pengaliran

Proses Penyatatan Kontur