Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
UJI SENSITIVITAS SKOR RISKESDAS CORONARY HEART DISEASE
TERHADAP RASIO LDL/HDL PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUD
KABUPATEN PANGKEP
HERAWATI N.
K211 09 310
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
RINGKASAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
JURUSAN ILMU GIZI
MAKASSAR, APRIL 2013
HERAWATI N.
UJI SENSITIVITAS SKOR RISKESDAS CORONARY HEART DISEASE
TERHADAP RASIO LDL/HDL PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUD
KAB. PANGKEP
( xiv + 86 Halaman + 24 Tabel + 11 Lampiran )
Penyakit Jantung Koroner ( PJK ) adalah penyakit jantung yang
disebabkan oleh karena penyempitan pembuluh darah koroner, biasanya
penyempitan ini disebabkan oleh proses aterosklerosis.. Sumbatan dipembuluh
darah koroner terjadi secara pelan-pelan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
risiko antara lain: merokok, DM, hiperkolesterolemia, hipertensi, kurang olahraga,
stress mental, kegemukan, sejarah keluarga, gender, umur, dan genetik. Saat ini
telah banyak skrining untuk mendeteksi PJK secara dini, namun tak satupun dari
alat skrining tersebut yang tidak berbasis laboratorium. Telah ditemukan suatu
alat skirining PJK yang murah, efektif, efisien, dan tidak berbasis laboratorium
yang diberi nama Skor Riskesdas Coronary Heart Disease (CHD).
Penelitian ini untuk mengetahui besar sensitivisitas variabel prediktor
Riskesdas CHD yaitu umur, jenis kelamin, tekanan darah, status merokok, lingkar
perut dan skor Riskesdas CHD terhadap rasio LDL/HDL. Jenis penelitian yang
digunakan adalah uji diagnostik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan yang memiliki factor risiko PJK di
dalam masyarakat Kab. Pangkep dalam kurung waktu satu tahun terakhir.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Teknik Penarikan Sampel ”Total
sampling” dan diperoleh 70 sampel. Pengolahan data menggunakan komputer
program SPSS dan analisis data pada penelitian ini adalah univariat dan bivariat.
Hasil penelitian dengan nilai sensitivitas dari variabel prediktor Riskesdas
CHD yaitu umur sebesar 92,8% (P=0,001), jenis kelamin sebesar 52,3% (P=0,17),
tekanan darah sebesar 85,7% (P=0,03),obesitas sentral sebesar 88,1% (P=0,01),
status merokok sebesar 38,1% (P=0,61) dan untuk variabel Skor Riskesdas
Coronary Heart Disease yaitu sebesar 83,3% (P=0,03) yang berarti skor tersebut
cukup baik digunakan sebagai skrining untuk deteksi dini penyakit jantung
koroner.
Disarankan agar penelitian ini lebih banyak direplikasi di rumah sakit dan
wilayah yang berbeda untuk lebih menambah kevalidasian skor tersebut. Dan agar
bisa di aplikasikan di unit kesehatan dasar seperti Puskesmas sebagai skrining dini
Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Jumlah Pustaka : 37 ( 2002 – 2011 )
Kata Kunci : rasio LDL/HDL, skor Riskesdas, sensitivisitas, , umur, jenis kelamin,
lingkar perut, hipertensi, rokok.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih melimpahkan
kesehatan serta kemampuan berpikir kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini. Alhamdulillahirabbil’alamin, akhirnya penulisan skripsi, dengan judul ”Uji
Sensitivitas Skor Riskesdas Coronary Heart Disease terhadap Rasio
LDL/HDL pada Pasien Rawat Jalan RSUD Kabupaten Pangkep” dapat
terselesaikan, guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Penyusunan skripsi ini bukanlah hasil kerja keras penulis semata. Bantuan
dari berbagai pihak merupakan kontribusi yang sangat berarti bagi penulis, untuk
itu dengan segala rasa hormat, cinta dan penghargaan yang setulus-tulusnya
penulis haturkan kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Nadi Nure’ dan
Ibunda Hj. Saodah yang dengan segala kasih sayang, kesabaran, pengorbanan,
dorongan, kepercayaan dan dukungan moral dan materil selama ini serta do’a
dalam sujud yang senantiasa menyertai setiap langkah penulis. Semoga Allah
selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada kalian hingga akhirat kelak.
Pada kesempatan ini, perkenankan pula kami mengucapkan penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr.dr. Citrakesumasari, M.Kes selaku Pembimbing I serta selaku Penasehat
Akademi. dan dr. Devintha Virani selaku Pembimbing II. Atas segala waktu,
tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Wahiduddin, SKM., M.Kes selaku penguji dari jurusan Epidemiologi, dan
Abdul Salam, SKM., M.Kes selaku penguji dari program studi Ilmu Gizi
yang telah memberikan masukan serta saran/ kritik untuk perbaikan hasil
penelitian ini.
3. Dr. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes selaku Ketua Program studi Ilmu GIZI dan
juga selaku Penguji dari program studi Ilmu Gizi yang juga telah
memberikan masukan, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen FKM UNHAS yang telah memberikan bimbingan dan
ilmu pengetahuan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan, tekhusus
kepada Bapak dan Ibu dosen Program studi Ilmu Gizi.
5. Seluruh staf akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat serta staf akademik
Program studi Ilmu Gizi atas kerjasamanya selama ini.
6. Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkep, Direktur RSUD Pangkep serta para
staf yang telah bersedia menerima dan membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
7. Sahabat Penulis Donna, Ullya, dan Lisa. Yang tetap setia menemani penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Teman – teman satu Bimbingan dan Teman Se-
Tema PJK yaitu Saudara Ahmad Fitrawan terima kasih karena telah banyak
mengajarkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan di FKM Unhas, terkhusus teman – teman Gizi
2009 yang tak bisa disebutkan Satu-Persatu.
9. Teman – teman Posko KKN di Pallengu (Pallengers) Ka’ lutfih, Reni,
Baim, Tri, Dian, Fhya, Rizky, Ka’ odha dan Grace, terima kasih karena
sudah menjadi teman, sahabat, saudara serta keluarga baru buatku.
10. Kakak satu-satunya Irwan S.Kom yang juga banyak membantu saat
penelitian berlangsung.
11. Kepada Imam Mujahid yang senantiasa memberikan hiburan dikala sedih,
dorongan dan semangat kepada penulis selama menjalani penelitian.
12. Terima Kasih juga buat seseorang yang sudah rela mengorbankan waktu dan
tenaganya untuk membantu penulis pada saat di Pangkep.
13. Terima kasih kepada semua pihak baik keluarga, teman, sahabat yang tidak
sempat penulis sebutkan namanya yang telah banyak memberikan bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Hasil
penelitian ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Terakhir, penulis memohon maaf jika selama penyusunan dan
penyelesaian hasil penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Segala
yang benar datangnya dari Allah dan yang salaha dalah kekhilafan penulis
sebagai manusia biasa dengan keterbatasan, kelemahan dan kekurangan.
Demikian, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.
Makassar, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN…………………………………
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….
RINGKASAN……………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...
A. Latar Belakang………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………...…………………………………………...
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………...
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….
A. Tinjauan Umum tentang PJK…………………………………………
B. Tinjauan Umum tentang Instrumen Prediksi PJK……………………
C. Tinjauan Umum tentang Profil Lipid………………………………...
D. Tinjauan Umum tentang Uji Diagnostik…………………………......
E. Kerangka Teori.....................................……………………………….
F. Kerangka Konsep.................................…….…………………………
i
ii
iii
iv
v
viii
x
xiii
xiv
1
1
4
5
6
7
7
19
26
33
41
42
G. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif…………...………………
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….
A. Jenis Penelitian…………………………………………………………
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian………………………………………….
C. Populasi Dan Sampel…………………………………………………..
D. Instrumen Penelitian……………………………………………………
E. Alur Penelitian………………………………………………………….
F. Pengumpulan Data ……………………………………………………..
G. Pegolahan dan Penyajian Data…………………………………………
H. Analisis Data……………………………………………………………
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….
A. Hasil Penelitian…………………………………………………………
B. Pembahasan…………………………………………………………….
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
LAMPIRAN……………………………………………………………………….
43
46
46
46
46
48
49
49
50
50
51
51
64
81
81
82
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
4.1
4.2
4.3
Judul
Faktor – faktor risiko Penyakit Jantung Koroner………….......
Hubungan antara umur dan Kolesterol………………………...
Skor Framingham……………………………………………...
Skor Jakarta Kardiovaskuler…………………………………..
Skor Darmawan……………………………………………….
Skor Riskesdas CHD…………………………………………..
Klasifikasi Nilai Kadar Kolesterol…………………………….
Klasifikasi Nilai Kadar LDL…………………………………..
Klasifikasi Nilai Kadar HDL………………………………….
Klasifikasi Nilai Kadar Kolesterol …………………………..
Hubungan antara hasil uji diagnostic dengan kejadian
penyakit………………………………………………………..
Distribusi karakteristik responden penyakit jantung koroner Di
RSUD Kab. Pangkep……………………………………….
Distribusi status kesehatan responden penyakit jantung koroner
Di RSUD Kab. Pangkep……………………………
Distribusi variable prediktor merokok responden penyakit
jantung koroner Di RSUD Kab. Pangkep……………….........
Halaman
14
18
19
22
23
24
29
29
30
31
40
53
54
55
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
Distribusi skor riskesdas CHD responden penyakit jantung
koroner Di RSUD Kab. Pangkep…………….....................….
Distribusi variabel prediktor umur responden penyakit jantung
koroner terhadap jenis kelaminDi RSUD Kab.
Pangkep……..…..........................................................................
Distribusi variabel prediktor jenis kelamin responden penyakit
jantung koroner terhadap status merokok Di RSUD Kab.
Pangkep………………………...................................................
Distribusi variabel prediktor lingkar perut responden penyakit
jantung koroner terhadap status gizi Di RSUD Kab.
Pangkep………………………....................................................
Distribusi variabel prediktor umur responden penyakit jantung
koroner terhadap rasio LDL/HDL Di RSUD Kab. Pangkep......
Distribusi variabel prediktor jenis kelamin responden penyakit
jantung koroner terhadap rasio LDL/HDL Di RSUD Kab.
Pangkep.....................................................................................
Distribusi variabel prediktor tekanan darah responden penyakit
jantung koroner terhadap rasio LDL/HDL Di RSUD Kab.
Pangkep.......................................................................................
Distribusi variabel prediktor lingkar perut responden penyakit
jantung koroner terhadap rasio LDL/HDL Di RSUD Kab.
Pangkep.............................................................................
55
56
56
57
57
58
60
61
4.12
4.13
Distribusi variabel prediktor kebiasaan merokok responden
penyakit jantung koroner terhadap rasio LDL/HDL Di RSUD
Kab. Pangkep.............................................................................
Distribusi skor Riskesdas Coronary Heart Disease (CHD)
Responden terhadap rasio LDL/HDL Di RSUD Kab.
Pangkep.............................................................................
62
63
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1
2.2
Judul
Skor Reynold…………………………………...………….......
Qrisk………………………………….………………………...
Halaman
20
21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Judul
Dokumentasi Penelitian
Kuesioner Penelitian
Output Distribusi Frequensi Responden
Output hasil analisis Crosstabs dan chisquare
Surat izin penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Surat izin penelitian dari kantor kesbang dan linmas
Kabupaten Pangkep
Surat keterangan selesai penelitian dari RSUD Kabupaten
Pangkep
Surat keterangan selesai penelitian dari kantor kesbang dan
linmas Kabupaten Pangkep
Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang termasuk bagian dari penyakit
kardiovaskular, merupakan penyakit yang menjadi “wabah”di dunia modern
saat ini. Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO). September 2009,
menyebutkan bahwa penyakit tersebut merupakan penyebab kematian pertama
sampai saat ini. Pada tahun 2004, diperkirakan 17,1 juta orang meninggal
yang disebabkan karena PJK. Angka ini merupakan 29% dari penyebab
kematian global, dengan perincian 7,2 juta orang meninggal karena PJK dan
5,7 juta orang meninggal karena stroke ( Yahya, 2010 ).
Kasus penyakit tidak menular makin meningkat di mana hampir 60%
menyebabkan kematian di dunia, dan merupakan 43% dari beban penyakit di
dunia (global burden diseases). Diperkirakan pada tahun 2020 kasus penyakit
tidak menular akan lebih meningkat lagi menjadi 73% penyebab kematian dan
merupakan 60% dari global burden diseases. Penyakit tidak menular erat
kaitannya dengan gaya hidup tidak aktif, pola hidup tidak sehat dan merokok
(WHO, 2006).
CVD meliputi; PJK (CHD, coronary heart disease; CAD, coronary
artery disease; IHD, Ischemic Heart Disease), penyakit stroke
(cerebrovascular disease) dan penyakit arteri perifer (PAD, peripheral
arterial disease). Proporsi terbesar dalam CVD adalah PJK yaitu 69,8%,
kemudian diikuti stroke (21,476%) dan PAD (8,699%) (Luepker, 2002),
sementara Global Mortality 2020 dan Disability adjusted life year 2020
menempatkan PJK sebagai peringkat pertama (Genest, 2007), maka upaya
pencegahan atau mengurangi kematian karena CVD melalui pengendalian
faktor risiko (FR) PJK terasa penting (Citrakesumasari, 2009).
Berdasarkan hasil dari Riskesdas 2007, prevalensi penyakit jantung
secara Nasional yaitu sebanyak 0,9 % yang di diagnosa oleh tenaga kesehatan
dan 7,2 dengan diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala. Sedangkan
untuk prevalensi penyakit jantung untuk wilayah Sulawesi Selatan yaitu
sebanyak 0,8 % yang di diagnosa oleh tenaga kesehatan dan 9,4 dengan
diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala (Riskesdas, 2007).
Prevalensi suspek PJK di Sulawesi Selatan yaitu 0.87 % dan termasuk
dalam katergori sedang dengan faktor risiko berdasarkan Skor Jakarta
Kardiovaskuler termasuk dalam kategori sedang (Citrakesumasari , 2009).
Profil Kesehatan untuk Kabupaten Pangkep tahun 2008 menunjukkan
bahwa penyakit jantung merupakan 10 penyakit penyebab kematian di
Kabupaten Pangkep. Pada tahun 2007 penyakit jantung menempati urutan ke-
4 (5%) dan pada tahun 2008 urutan untuk penyakit jantung naik menjadi
urutan ke-2 (7,5%) (Dinkes Pangkep, 2008)
Kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Pangkep cukup tinggi,
tercatat jumlah kunjungan pasien pada poli jantung pada tahun 2011 sebesar
725 orang dan pada tahun 2012 sebanyak 410 pasien.
Jumlah kasus tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kebiasaan makan dan pola hidup masyarakat dan perilaku masyarakat yang
cenderung mengalami pergeseran misalnya merokok, minum alkohol, makan
makanan berlemak, stress dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor-faktor tersebut
dapat berisiko terhadap penyakit jantung koroner.
Penelitian tentang faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
PJK sudah banyak dilakukan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri.
Penelitian di dalam negeri, misalnya cara mengenal faktor risiko seperti yang
dikemukakan Dede Kusmana (bagian kardiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia) yaitu lewat Skor Kardiovaskuler Jakarta. Dengan
mengukur faktor risiko berdasarkan jenis kelamin, usia, tekanan darah, indeks
massa tubuh, kebiasaan merokok, ada tidaknya diabetes serta tingkat aktivitas
fisik, seseorang bisa mengetahui risiko ternkena PJK pada masyarakat di
Jakarta. Penelitian luar negeri dalam kajian yang sama yang dilakukan oleh
Framingham Heart Study Prediction Score Sheets dengan mengukur faktor
risiko berdasarkan usia, kadar kolesterol darah (HDL and LDL cholesterol),
tekanan darah kebiasaan merokok dan adanya penyakit diabetes mellitus, juga
untuk mengestimasi risiko PJK pada laki-laki dan wanita (Supriyono, 2008)
Terdapat 5 variabel penentuan prediksi PJK tanpa laboratorium yaitu
umur, gender, rokok, obesitas, dan hipertensi untuk memudahkan dan
mengifisienkan kita agar dapat mengenal faktor risiko PJK tanpa berbasis
laboratorium (Citrakesumasari, 2009).
Prediktor PJK dengan menggunakan Skor Riskesdas CHD merupakan
predictor yang sangat mudah, murah dan efisien. Akan tetapi predictor
tersebut masih baru dan perlu dilakukan uji untuk penggunaanya mengingat
predictor tersebut terlahir dari data sekunder ( Riskesdas 2007). Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan sensitivitas skor Riskesdar CHD
sebanyak 72,4% ( R.S Plamonia Makassar) dan 76,1% ( R.S Wahidin
Sudirohusodo Makassar).
Dalam penelitian Hartini ( 2010 ), memperlihatkan bahwa dari
karakteristik pasien yang dijadikan sampel bisa dkelompokkan kedalam skor
Riskesdas CV positif (≥3 variabel prediktor) dan negatif (<3 variabel
prediktor).
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian Uji Sensitivitas skor riskesdas coronary heart
disease dengan profil lipid ( Rasio LDL/HDL) pada pasien rawat jalan RSUD
Kabupaten Pangkep.
B. Rumusan Masalah
Berapa besar sensitivitas model prediksi PJK berbasis masyarakat jika
diterapkan pada pasien jantung ( Rasio LDL/HDL) di RSUD Kabupaten
Pangkep ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menghitung besar sensitivitas model prediksi PJK berbasis
masyarakat terhadap rasio LDL/HDL pasien rawat jalan di RSUD
Kabupaten Pangkep.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menghitung besar sensitivitas faktor prediktor Riskesdas CHD
yaitu umur dengan Rasio LDL/HDL pasien rawat jalan RSUD
Kabupaten Pangkep.
b. Untuk menghitung besar sensitivitas faktor prediktor Riskesdas CHD
yaitu Jenis Kelamin (Gender) terhadap Rasio LDL/HDL pasien rawat
jalan RSUD Kabupaten Pangkep.
c. Untuk menghitung besar sensitivitas faktor prediktor Riskesdas CHD
yaitu Tekanan Darah terhadap Rasio LDL/HDL pasien rawat jalan
RSUD Kabupaten Pangkep.
d. Untuk menghitung besar sensitivitas faktor prediktor Riskesdas CHD
yaitu Obesitas Sentra terhadap Rasio LDL/HDL pasien rawat jalan
RSUD Kabupaten Pangkep.
e. Untuk menghitung besar sensitivitas faktor prediktor Riskesdas CHD
yaitu merokok terhadap Rasio LDL/HDL pasien rawat jalan RSUD
Kabupaten Pangkep.
f. Untuk menghitung besar sessitivitas Skor Riskesdas CHD terhadap
Rasio LDL/HDL pasien rawat jalan RSUD Kabupaten Pangkep.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai tambahan ilmu dalam mata kuliah epidemiologi dan Gizi
Kesehatan Masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Sebagai instrumen prediktor sederhana yang bisa digunakan dalam
mengendalikan faktor resiko Penyakit Jantung Koroner.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Jantung Koroner
1. Definisi Penyakit Jantung Koroner
a. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner ( PJK ) adalah penyakit jantung yang
disebabkan oleh karena penyempitan pembuluh darah koroner, biasanya
penyempitan ini disebabkan oleh proses aterosklerosis. Gejala PJK
bervariasi dari tanpa gejala sampai kematian jantung mendadak, gejala
yang paling banyak ditemui adalah rasa sakit yang spesifik di dada sebelah
kiri dan menjalar ketangan sampai jari kelingking. Sumbatan dipembuluh
darah koroner terjadi secara pelan-pelan dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor risiko antara lain: merokok, DM, hiperkolesterolemia, hipertensi,
kurang olahraga, stress mental, kegemukan, sejarah keluarga, gender,
umur, dan genetik. Dari faktor tersebut, ternyata faktor asupan makanan
menjadi sangat penting karena sekaligus mempengaruhi beberapa faktor
risiko yang ada, terutama faktor asupan lemak (Supari, 2002).
Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit yang disebabkan oleh
kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner akibat
arterosklerosis yang merupakan proses degeneratif (Santoso & Setiawan,
2005).
b. Anatomi
Jantung memiliki sebutan lain yaitu kardio, maka sering kali kita
mendengar istilah kardiovaskular. Kardivaskular adalah sistem pompa dan
saluran-salurannya ( sampai ukuran mikro). Sistem ini membawa makanan
serta oksigen dalam darah ke seluruh sel tubuh, selain itu juga membawa
sampah-sampah buangan dari sel-sel untuk dibuang ke luar tubuh (Russel,
2011).
Letak jantung di bagian tengah kea rah kiri dari rongga dada pada
daerah yang disebut mediastinum. Ukuran jantung kira-kira sebesar
kepalan tangan dengan berat kurang dari 1 pon. Berwarna abu-abu
kemerahan dan terutama terdiri dari otot-otot yang disebut miokardium.
Jantung memiliki rongga serta dibagi menjadi sisi kiri dan sisi kanan.
Setiap sisi terdiri dari dua ruang, bagian atas dikenal sebagai serambi dan
bagian bawah disebut bilik. Seperti bagian tubuh yang lain, jantung
memperoleh nutrisi makanan ( seperti glukosa dan oksigen ) melalui
system arteri yang dikenal sebagai coroner (Russel, 2011)
Jantung beratnya hanya seperdua ratus ( 0,5%) dari berat tubuh,
tetapi memerlukan sekitar 5 %nya dari darah yang mengalir dalam tubuh.
Ini berarti jantung memerlukan zat makanan sebanyak 10 kali lipat dari
organ tubuh yang lain. Organ jantung menyerap hampir 80% dari oksigen
darah yang mengalirinya dibandingkan dengan 30 % oleh organ tubuh
lainnya (Bajry,2008).
c. Etiologi
PJK terjadi karena penyempitan/ penyumbatan pembuluh darah
koroner yang berfungsi mendistribusikan darah dan oksigen ke otot
jantung. Penyumbatan (plak aterosklerosis) disebabkan tertumpuknya
endapan lemak (terutama kolesterol LDL), sel-sel otot polos pembuluh
darah dan matriks ekstraseluler lainnya di sepanjang dinding arteri sebagai
hasil proses yang berlangsung bertahun-tahun. Jika aliran darah berkurang
secara bermakna, maka penderita perlu segera mendapat tindakan medis.
PJK disebabkan karena pengapuran atau pengerasan, penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah jantung (Koroner) yaitu pembuluh darah
khusus yang mengaliri darah dan memberi makan kepada otot jantung
(Karyadi, 2006).
Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh proses
ateroklerosis yang merupakan suatu kelainan degenarativ, meskipun
dipengaruhi oleh banyak faktor. Karena akelainan degenarativ, maka
dengan usia harapan hidup Indonesia yang makin bertambah, jelas bahwa
insidensinya akan makin meningkat. Selain itu seringnya ia menyebabkan
kematian mendadak dan menyerang usia yang amat produktif maka PJK
menjadi suatu penyakit yang penting ( Paliati, 2003 )
d. Patofisiologi
PJK terjadi bila ada timbunan (plak) yang mengandung lipoprotein,
kolestrol, sisa-sisa jaringan, dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukaan bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima
menjadi kasar, dan trombosit tertarik ke daerah yang kasar, membentuk
gumpalan. Bila plak cukup besar untuk menyumbat aliran darah, jaringan
akan kekurangan oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan daerah
infark. PJK menunjukkan gejala jika terjadi infark miokard (MI) atau bila
terjadi iskemia miokard seperti angina pectoris (Moore, 2005).
Dengan mengamati berbagai aspek yang berhubungan infark
miokard dapat ditangani sehingga terhindar dari komplikasi yang buruk.
Berbagai jenis pengobatan telah dikembangkan saat ini, hanya
penggunaannya perlu diperhatikan sesuai dengan subset klinik yang
dihadapi. Penggunaan obat-obat serta penanganan medis yang ada saat ini
diharapkan dapat memperpanjang umur penderita PJK (Moore, 2005).
Aterosklerosis atau proses pengapuran dan penimbunan elemen-
elemen kolesterol tidak jarang sudah mulai terjadi pada usia masih sangat
muda. Proses mengerasnya pembuluh darah merupakan suatu proses yang
berjalan diam-diam, perlahan-lahan, namun pasti (Khomsan, 2003).
Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama
mengenai lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran
besar dan sedang serta merupakan kelainan yang mendasari penyakit
jantung iskemik. Lesi aterosklerosis diklasifikasikan atas 3 tahap secara
morfologik: bercak perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi.
Sebelum terjadinya bercak perlemakan sudah ada gel-gel busa. Bercak
perlemakan sudah bisa ditemukan pada usia 10 tahun dan meningkat
kekerapannya pada usia 30 tahun. Flak fibrosa adalah bentuk lesi yang
khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang. Lesi terkomplikasi
adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh peningkatan
nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau diquamasi permukaan
endotel diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat
mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah (Anwar, 2004).
Faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada
dinding pembuluh darah dan beberapa tiorial (Anwar, 2004):
1) Adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel
2) Gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik)
3) Gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein
4) Perubahan permeabilitas endotel
e. Gejala
PJK biasanya diawali dengan angina pektoris. Angina pektoris
adalah nyeri di dada atau perasaan tidak nyaman di dada sebelah kiri yang
disertai rasa terbakar, sesak, panas dan dingin yang diakibatkan kurangnya
aliran darah yang ke otot jantung (iskemia miokard). Lokasi nyeri biasanya
di daerah belakang sternum (tulang tengah dada) yang kemudian
menyebar ke lengan kiri sampai di kelingking, atau terkadang menyebar ke
leher atau ulu hati. Angina pektoris timbul apabila aktivitas jantung
meningkat. Misalnya melakukan aktivitas fisik, stres emosional, cuaca
dingin, atau setelah makan terlalu kenyang. Keluhan ini timbul akibat
ketidakseimbangan antara kemempuan suplai oksigen oleh pembuluh
darah koroner yang sudah mengalami penyempitan dengan kebutuhan
oksigen yang meningkat sehingga terjadi kekurangan oksigen (iskemia)
pada otot jantung yang ditandai dengan keluhan nyeri didada. (Kabo,
2008).
f. Diagnosis
Beberapa diagnosis terhadap penyakit jantung dianataranya sebagai
berikut (Muhammad, 2009) :
1) Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiografi merupakan suatu penarikan listrik terhadap otot
jantung yang dibuat dengan menempelkan kawat pada anggota badan
dan dada bagian depan. EKG merupakan alat bantu yang sangat
berharga dalam unit peralatan jantung tersebut.Irama yang tidak wajar
dapat dideteksi dan ditanggulangi sebelu menjadi ancaman bagi nyawa
2) Pemeriksaan darah
Enzim-enzim kardiak adalah protein yang dilepaskan kedalam
darah oleh otot jantung yang mati. Enzim kardiak ini adalah creative
phosphokinase (CPK), sub fraksi khusus dari dari CPK ,enzim ini
secara khas meninggi dalam darah untuk enzim-enzim yang dilakukan
melalui periode waktu dari 24 jam adalah bermanfaat tidak hanya
dalam mengkonfirmasi diagnosis serangan jantung, namun perubahan
dalam tingkat-tingkat melalui juga berkorelasi dengan jumlah dari otot
jantung yang telah mati.
3) Ekokardiogram
Ekokardiogram akan menggambarkan berkurangnya pergerakan
sebagian dari dinding vertikel kiri (ruang jantung yang memompa
darah keseruluh tubuh) yang merupakan petunjuk adanya kerusakan
karena serangan jantung. Oleh karena itu, ekokardiogram akan
memperlihatkan adanya kerusakan tersebut sehingga dapat
memberikan kepastian positif dan negative adanya serangan jantung
tersebut pada seorang penderita.
4) Electrocardiogram
Electrocardiogram (ECG) perekaman dari aktivitas electric
jantung. Kelainan dalam aktivitas elektrik biasanya terjadi dengan
serangan-serangan jantung yang dapat mengidentifikasi daerah dari
otot jantung yang kekurangan oksigen dan daerah otot yang telah mati.
5) Radionuclid Imaging
Penggambaran dengan radionuklida bisa menunjukkan
berkurangnya aliran darah kesalah satu bagian otot jantung,yang
merupakan petunjuk adanya jaringan perut (jaringan yang mati)akibat
serangan jantung, sperti tampak pada ekokardiogram yang
menggambarkan berkurangnya pergerakan sebagian dari dinding
ventrikel kiri,dapat dideteksi adanya dengan kondisi aliran darah
sehingga gejala-gejala yang dirasakan, pemeriksaan ini dipastikan
kebenarannya
2. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
Klasifikasi Faktor Risiko Berdasarkan Tradisional, Modified, dan
Metabolik adalah (Citrakesumasari, 2009)
Tabel 2. 1.
Faktor-faktor risiko Penyakit Jantung Koroner
Tradisional
1. Genetik
2. Usia
3. Gender
4. Rokok
5. Dislipidemia
6. Hipertensi
7. Diabetes Melitus
8. Obesitas
9. Sedenterial
10. Stres
Non-tradisional
1. Hiperhomosistein
2. Lipoprotein (a)
3. Hiperfibrinogenemia
4. Infeksi/inflamasi
5. Hiperkoagulasi
Modified
1. Rokok
2. Dislipidemia
3. Hipertensi
4. Diabetes Melitus
5. Obesitas
6. Sedentarial
7. Stres
Non-Modified
1. Genetik
2. Usia
3. Gender
Metabolik
1. dislipidemia
2. hipertensi
3. diabetes melitus
4. obesitas
5. hiperhomosisteinemia
6. lipoprotein (a)
7. hiperkoagulasi
8. hiperfibrinogenemia
Non-Metabolik
1. genetik
2. usia
3. gender
4. rokok
5. infeksi/inflamasi
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk
terjadinya PJK Penelitian di berbagai tempat di Indonesia (1978)
mendapatkan prevalensi hipertensi untuk Indonesia berkisar antara 6-15%,
sedangkan di negara-negara maju seperti misalnya Amerika National
Health Survey menemukan frekuensi yang lebih tinggi yaitu mencapai 15-
20%. Lebih kurang 60% penderita hipertensi tidak terdeteksi, 20% dapat
diketahui tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik, sedangkan
hanya 20% dapat diobati dengan baik.
Perubahan hipertensi khususnya yang terjadi pada penyakit
jantung disebabkan karena :
1) Meningkatnya tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk
jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (faktor
miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi.
2) Mempercepat timbulnya aterosklerosis.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal
ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard
infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibandingkan
orang normal.
3) Tekanan darah gistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Kejadiannya PJK pada hipertensi sering ditemukan dan secara
langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah sitolik.
b. Merokok
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor
risiko utama PJK di samping hipetensi dan hiperkoiesterolemi. Orang yang
merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek
dua faktor utama risiko lainnya. katekolamin dan menurunnya konsumsi
02 akibat inhalasi CO atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan
tahikardi, vasokonstruksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding
pembuluh darah dan merubah 5-10% Hb menjadi carboksi-Hb.
Di samping itu rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol
tetapi mekanismenya belum jelas. Makin banyak jumlah rokok yang
diisap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok
penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki-laki
perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV hiperlipidemi dan
hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal pada diabetes
disertai obesitas dan hipertensi ; sehingga orang yang perokok cenderung
lebih mudah terjadi proses aterosklerosis daripada yg bukan perokok.
Apabila berhenti merokok penurunan risiko PJK akan berkurang
50% pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali
seperti yang tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun. Dall &
Peto 1976 mendapatkan risiko infark akan turun 50% dalam waktu 5 tahun
setelah berhenti merokok
c. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh >19% pada laki-laki
dan > 21% pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama
dengan hipertensi, DM dan hipertrigliserdemi. Obesitas juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko PJK akan
jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal. Penderita yang
gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kadar
kolesterolnya dengan mengurangi BB melalui diet ataupun menambah
exercise.
d. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian
akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-
44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan
hubungan enters umur dan kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total
akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di Amerika Serikat kadar
kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur
20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai umur 50
tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar
kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60tahun) lebih rendah
daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar
kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi
daripada laki-laki.
Tabel 2.2
Hubungan antara umur dan kolesterol
Jenis
kelamin Profil lipid
Umur
< 30 30 – 39 40 – 49 50 – 59 >60
♂
Kolesterol
HDL
LDL
% body fat
179
43
136
18.1
191
42
149
22.0
205
43
162
23.5
208
43
165
23.8
208
44
164
23.0
♀
Kolesterol
HDL
LDL
% body fat
179
53
126
26
186
57
129
26
194
58
136
27
219
60
159
30
221
62
159
29
Sumber : Cooper 2000
e. Jenis kelamin
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan
pada 1 dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki
mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar daripada perempuan. Pada
beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan
akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar
kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka
kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan
dimana ketinggalan waktu l0 tahun kebelakang ini , akan tetapi setelah
menopause hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki.
B. Tinjauan Umum Tentang Intrumen Prediksi Penyakit JantungKoroner
Tabel 2.3
Skor Framingham
(sumber : Wilson, 1998)
Nilai Skor Framingham
Faktor Risiko
Nilai Skor
Laki-laki Perempuan
Umur
<35
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
-9
-4
0
3
6
7
8
8
8
Total kolestrol(mg/dl)
<160
169-199
200-239
240-279
≥260
-3
0
1
2
3
-2
0
1
2
3
HDL kolestrol
≥60
50-59
45-49
35-44
<35
-2
0
1
2
3
-3
0
1
2
3
Diabetes
Tidak
Ya
0
2
0
4
Merokok
Ya
Tidak
0
2
0
2
Skor Framingham digunakan untuk memprediksi risiko penyakit
kardiovaskular pada populasi secara luas. Skor ini meliputi umur, sex, kebiasan
merokok, tekanan darah dan kolesterol total serta mengestimasi risiko penyakit
koroner dengan membuat stratifikasi individual menjadi 3 kategori risiko : rendah
(<10% risiko pada kejadian dalam 10 tahun), menegah (10% - 20%), dan tinggi
(>20%). Meskipun skor Framingham dapat digunakan pada populasi secara luas
untuk penentuan prognosis dan intervensi, namun terdapat beberapa kekurangan,
misalnya nilai skor risiko ini informasi yang kurang jelas bagi pasien usia muda,
perempuan dan pasien dengan penyakit inflamasi. ( Citrakesumasari, 2009 ).
Gambar 2.1
Skor Reynold
(sumber: www. reynoldsriskscore.org dalam Citrakesumasari)
Skor Reynolds Risk dirancang untuk memprediksi risiko terkena serangan
jantung di masa depan, stroke, atau penyakit jantung lainnya utama dalam 10
tahun mendatang. Selain usia, tekanan darah, kadar kolesterol dan aktivitas
merokok, Reynolds Risk Skor menggunakan informasi dari dua faktor risiko lain,
tes darah yang disebut hsCRP (ukuran peradangan) dan apakah atau tidak salah
satu dari orang tua Anda memiliki serangan jantung sebelum mereka mencapai
usia 60 (ukuran risiko genetik).
Gambar 2.2
QRISK
QRISK adalah skor risiko yang dirancang untuk mengidentifikasi orang
yang beresiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular baru (CVD) sehingga dapat
digunakan secara lebih rinci untuk mengurangi risiko terserang CVD. QRISK
memperkirakan seseorang akan risiko CVD selama 10 tahun ke depan. Maksud
dari 10 tahun risiko penyakit kardiovaskuler berarti risiko penyakit kardiovaskuler
seseorang berkembang selama sepuluh tahun berikutnya.
Jika seseorang memiliki QRISK skor dari 20% maka dalam 100 orang, rata-
rata 20 orang akan terkena penyakit jantung selama 10 tahun ke depan. Atau
dengan kata lain, mereka memiliki 'satu dari lima' kemungkinan penyakit
kardiovaskuler didapatkan pada 10 tahun ke depan.
Tabel 2.4
Skor Jakarta Kardiovaskuler
(Sumber:Dede Kusmana dalam Citrakesumasari, 2009)
Nilai Skor Kardiovaskular Jakarta
Faktor risiko Nilai skor
Jenis kelamin
Perempuan 0
Laki-laki 1
Umur
25-34 -4
35-39 -3
40-44 -2
45-49 0
50-54 1
55-59 2
60-64 3
Tekanan darah*
Normal tinggi 0
Hipertensi Tingkat-1 1
Hipertensi Tingkat-2 2
Hipertensi Tingkat-3 3
Indeks massa tubuh (kg/m²)
13,79-25,99 0
26,00-29,99 1
30,00-35,58 2
Merokok
Tidak 0
Bekas perokok 3
Merokok 4
Diabetes
Tidak 0
Ya 2
Aktivitas fisik
Tidak ada 2
Ringan 1
Sedang 0
Berat -3
Tabel 2.5 Skor Darmawan
Skor Risiko Penyakit Jantung Koroner
Nama : ...........................................
Umur : .......................tahun
Jenis Kelamin : wanita/pria
Alamat : ..........................................
No
Variabel
Kategori (K)
Skor
K x Skor
1 Umur (tahun)
< 65
≥ 65
0
1
21
2 Lingkar pinggang (cm)
< 80 (♀); < 89 (♂)
≥ 80 (♀); ≥ 89 (♂)
0
1
7
3 Kolestero HDL (mg%)
≥ 45 (♀); ≥ 41 (♂)
< 45 (♀); < 41 (♂)
0
1
-1
4 Gula darah puasa (mg%)
< 120
≥ 120
0
1
16
5 Trigliserida (mg%)
< 90
≥ 90
0
1
19
TOTAL
Keterangan :
a. Bila anda mempunyai total skor ≥ 40, maka anda mempunyai risiko tinggi
untuk PJK
b. Bila anda mempunyai total skor < 40, maka anda akan mempunyai risiko
rendah untuk PJK .
(Sumber: Darmawan dalam Citrakesumasari 2009)
1. Skor Riskesdas CV
Tabel 2.6
Skor Riskesdas CV
Faktor Risiko Nilai skor
Jenis kelamin
Perempuan 0
Laki-laki 1
Umur
<40 Tahun 0
≥ 40 Tahun 1
Tekanan darah*
Tidak Berisiko 0
Berisiko 1
Lpi*
Tidak Berisiko 0
Berisiko 1
Merokok
Tidak 0
Merokok 1
SKOR (0-5)
Jika individu atau masyarakat memiliki 3 dari 5 FR PJK maka
diprediksi sebagai Suspek PJK. Dengan memodifikasi skor Jakarta CV dan
memperhatikan FR PJK yang berhubungan bermakna dengan suspek PJK,
serta kemudahan operasionalnya di lapangan dan tidak berbasis
laboratorium, maka ditetapkan 5 (lima variabel) yamg menjadi prediktor
suspek PJK dalam Skor Riskesdas CV (Citrakesumasari, 2009).
Penemuan skor dilakukan dengan mencari cut off point dari variabel
lingkar perut (Lpi) pada laki-laki 83 cm dan pada perempuan 82 cm,
sementara cut off point untuk tekanan darah sistolik 129,5 mmHg dan
diastolik 87,5 mmHg, dan tiga variabel lainnya yaitu umur, gender, status
merokok memakai kriteria berisiko (umur ≥ 40 tahun, laki-laki, merokok)
dan masing-masing risiko memiliki angka 1. Dari beberapa cut off poin
yang ada, LP pada perempuan di dalam penelitian ini ditemukan lebih tinggi
dibanding kriteria WHO dan Asia Pasifik (≥80 cm) tetapi lebih rendah dari
cut off poin Eropa (≥88 cm). Pada Darmawan (2007) menemukan cut poin
pada perempuan sebesar 80 cm dan pada laki-laki 89 cm dan menemukan
hubungan yang kuat dari TNF α juga pada IMT ≥ 27,5 kg/m2
terhadap
kejadian resistensi insulin dengan OR 5,50. Makin tua umur maka resistensi
insulin meningkat. Secara independen, semua ukuran obesitas dapat
memprediksi terjadinya diabetes mellitus tipe 2 yang akhirnya akan
menyebabkan PJK. Cut off poin tekanan darah sistolik (129,5 mmHg) dan
diastolik (87,5 mmHg) angka ini lebih rendah dibanding klasifikasi JNC
yakni sistolik sebesar 140–159 mmHg dan diastolik sebesar 90–99 mmHg
(Citrakesumasari, 2009).
Dari beberapa studi karakteristik cut off poin tekanan darah sistolik
PJK berbeda-beda menurut diantaranya British Heart Regional Study
sistolik subjek PKJ sebesar 131-157 mmHg, menurut Caerphilly Heart
Study sebesar 126-150 mmHg, menurut Frammingham Heart Study sebesar
120-140 mmHg, menurut Speedwal Heart Study sebesar 124-153 mmHg,
menurut Study White Hall 2 sebesar 112-129 mmHg (Citrakesumasari,
2009).
Setelah lima variabel tersebut disimulasi, ternyata kemaknaannya
terhadap suspek PJK akan tidak berhubungan secara bermakna pada dua
variabel prediktor. Dan setelah model ini di uji kekuatan modelnya ternyata
hampir sama dengan skor Jakarta Kardiovaskuler dan skoring di Jakarta
Kardiovaskuler berhubungan bermakna dengan skoring pada Riskesdas
CHD, artinya menggunakan skoring variabel dengan menggunakan
Riskesdas skor akan sama jika menggunakan Jakarta Kardiovaskuler
(Citrakesumasari, 2009).
C. Tinjauan Umum mengenai Profil lipid
Lipid merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih
berkerabat karena sifat fisiknya dibandingkan sifat fisiknya. Kelompok ini
mempunyai sifat umum, yaitu relatif tidak dapat larut dalam air dan larut di
dalam larutan nonpolar, seperti eter, kloroform, serta benzena. Kelompok lipid
mencakup lemak, minyak, malam, dan senyawa-senyawa lain yang
berhubungan (Murray, 2003).
Lipid merupakan konstituen diet penting bukan hanya karena nilai
energinya yang tinggi melainkan juga karena adanya vitamin larut lemak dan
asam lemak esensial di dalam lemak makanan yang alami (Murray, 2003).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan kardiovaskuler.
Penyebab utama Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah hiperlipidemia atau
hiperproteinemia, yang merupakan akibat gangguan transportasi lipid atau
lemak tubuh. PJK diawali dengan terjadinya aterosklerosis, yaitu suatu kondisi
penyakit yang disebabkan oleh adanya penyumbatan karena terjadi penebalan
dan pengerasan dinding arteri bagian dalam. Aterosklerosis merupakan
gabungan dari berbagai proses yang bersifat fisik, biologis dan kimia yang
sangat kompleks, baik dalam hal urutan kejadiannya maupun interaksi
selulernya. Terdapat beberapa jenis lipid di dalam darah, tetapi yang dikenal
secara umum adalah kolesterol dan trigliserida. Sebenarnya lipid penting untuk
berfungsinya sel dan digunakan sebagai energi, pelindung organ penting,
pembentuk sel, sintesis berbagai hormon, dll., tetapi bila kadar lipid melampaui
batas yaitu pada keadaan hiperlipidemia, hal-hal yang tidak diinginkan akan
timbul, diantaranya Penyakit Jantung Koroner. Lipid bersifat tidak larut dalam
air, oleh sebab itu memerlukan pengangkut khusus untuk dapat mengalir
bersama serum darah ke seluruh tubuh. Lipid akan diikatkan pada protein agar
dapat larut dan dapat diangkut dari tempat yang satu ke tempat yang lain di
dalam tubuh. Ikatan tersebut disebut lipoprotein (Shanty, 2009).
1. Klasifikasi Lipid
Klasifikasi lipid terpenting dalam ilmu gizi menurut komposisi kimia
dapat dilakukan sebagai berikut (Bloor dalam Almatsier, 2006):
a) Lipid Sederhana:
1. Lemak Netral: Monogliserida, digliserida dan trigliserida (ester
asam lemak dengan gliserol)
2. Ester asam lemak dengan alkohol berberat molekul tinggi: Malam,
ester sterol, ester nonsterol, ester vitamin A dan ester vitamin D.
b) Lipid Majemuk (compound lipid):
1. Fosfolipid
2. Lipoprotein
c) Lipid Turunan (derivat lipid):
1. Asam lemak
2. Sterol: kolesterol dan ergosterol, hormon steroid, vitamin D, garam
empedu.
3. Lain-lain: karotenoid dan vitamin A, vitamin E, vitamin K.
2. Lipoprotein Plasma
Disamping asam lemak bebas, ada empat kelompok utama lipoprotein
plasma yang telah diidentifikasi. Keempat kelompok lipoprotein ini
mempunyai makna yang penting secara fisiologis dan untuk diagnosis
klinis. Keempat kelompok ini adalah (1) kilomikron yang berasal dari
penyerapan triasilgliserol di usus. (2) lipoprotein dengan densitas yang
sangat rendah atau very low density lipoprotein (VLDL atau pre-β-
lipoprotein) yang berasal dari hati untuk mengeluarkan triasilgliserol. (3)
lipoprotein dengan densitas rendah atau low density lipoprotein (LDL atau
β-lipoprotein) yang memperlihatkan tahap akhir di dalam katabolisme
VLDL. Dan (4) lipoprotein dengan densitas tinggi atau high density
lipoprotein (HDL atau α-lipoprotein) yang terlibat di dalam metabolisme
VLDL dan kilomikron serta pengangkutan kolesterol. Trigliserol
merupakan unsur lipid yang dominan pada kilomikron dan VLDL,
sedangkan kolesterol dan fosfolipid masing-masing dominan pada LDL
dan HDL (Murray, dkk., 2003).
a. Kolesterol total
Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya adalah (200 mg/dl,
bila) 200 mg/dl berarti risiko untuk terjadinya PJK meningkat.
Tabel 2.7
Klasifikasi Nilai Kadar Kolesterol
Kadar Kolesterol
Normal Agak tinggi (Pertengahan) Tinggi
<200 mg/dl 200 – 239 mg/dl 240 mg/dl
Bila kadar kolesterol darah berkisar antara 200-239 mg/dl, tetapi
tidak ada faktor risiko PJK lainnya, maka biasanya tidak perlu
penanggulangan yang serius. Akan tetapi bila dengan kadar tersebut
didapatkan PJK atau 2 faktor risiko PJK lainnya, maka perlu
pengobatan yang intensif seperti halnya penderita dengan kadar
kolesterol yang tinggi atau >240 mg/dl ( Anwar, 2004).
b. LDL kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis
kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol);
karena kadar LDL kolesterol yang meninggi akan menyebabkan
penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat
sebagai petunjuk untuk mengetahui risiko PJK daripada kadar
kolesterol total saja ( Anwar, 2004).
Tabel 2.8
Klasifikasi Nilai Kadar LDL
Kadar LDL
Normal Agak tinggi (Pertengahan) Tinggi
< 130 mg/dl 130- 159 mg/dl > 160 mg/dl
Kadar LDL kolesterol > 130 mg/dl akan meningkatkan risiko
terjadinya PJK. Kadar LDL kolesterol yang tinggi ini dapat diturunkan
dengan diet ( Anwar, 2004).
c. HDL
HDL (High Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol
yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol); karena
mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk
dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau
mencegah terjadinya proses aterosklerosis ( Anwar, 2004).
Tabel 2.9
Klasifikasi Nilai Kadar HDL
Kadar HDL
Normal Agak tinggi (Pertengahan) Tinggi
> 45 mg/dl 35 – 45 mg/dl < 35 mg/dl
Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar
kemungkinan terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan
dengan mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti
merokok ( Anwar, 2004).
d. Kadar trigliserid
Trigliserid merupakan lemak di dalamtubuh yang terdiri dari 3
jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak
tidak jenuh ganda. Kadar trigliserid yang tinggi merupakan faktor
risiko untuk terjadinya PJK ( Anwar, 2004).
Tabel 2.10
Klasifikasi Nilai Kadar Kolesterol
Kadar Kolesterol
Normal Agak tinggi (Pertengahan) Tinggi
> 150 mg/dl 150 – 250 mg/dl > 500 mg/dl
Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaansebagai berikut yaitu
bila kadar kolesterol total > 200 mg/dl, ada PJK,ada keluarga yang
menderita PJK <55 tahun, ada riwayatkeluarga dengan kadar
trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas. Pengukuran
kadar trigliserid kadang-kadang diperlukan untuk menghitung kadar
LDL kolesterol, karena pemeriksaan laboratorium biasanya langsung
dapat mengukur kolesterol total ( Anwar, 2004).
e. Rasio LDL/HDL
Perbedaan antara HDL dan LDL pada dasarnya ditentukan
oleh ke mana kolesterol itu akan pergi. Sejumlah penelitian
pendukung telah memperlihatkan bahwa kadar HDL yang lebih
rendah dari pada normal dan LDL yang lebih tinggi dari kadar normal
berkaitan dengan risisko serangan jantung yang lebih besar. Hal ini
biasanya dijelaskan dalam perbandingan LDL/HDL; perbandingan
LDL/HDL yang tinggi adalah salah satu faktor risiko bagi PJK dan
aterosklerosis, dan perbandingan yang rendah dianggap sebagi faktor
pelindung (D ‘Adamo, 2007).
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Silalahi (2002),
dimana rasio LDL/HDL merupakan peramal dan faktor risiko PJK
yang lebih relevan dibanding faktor risiko lainya seperti kadar
kolesterol total yang tinggi. Makin tinggi rasio LDL/HDL diatas nilai
4 makin besar risiko PJK.
3. Metabolisme Lipid
Lipid di dalam makanan yang diwakili terutama oleh trisailgliserol,
akan membentuk senyawa monoasilgliserol dan asam lemak setelah
dicerna senyawa-senyawa ini digabung kembali di dalam usus,
dikombinasikan dengan protein, dan mula-mula disekresikan ke dalam
sistem limfatik serta kemudian ke dalam sirkulasi darah sebagi lipoprotein
yang disebut kilomikron. Semua produk pencernaan yang bersifat
hidrofobik dan larut lemak (misalnya kolesterol) akan membentuk
lipoprotein, yang memudahkan pengangkutannya di dalam jaringan tubuh
dalam plasma darah. Kilomikron triasilgliserol tidak langsung diambil oleh
hati, akan tetapi dimetabolisasi oleh jaringan ekstrahepatik yang
mempunyai enzim lipoprotein lipase, enzim lipoprotein lipase akan
menghidrolisis triasilgliserol dengan melepaskan asam lemak, yang
kemudian disatukan ke dalam lipid jaringan atau dioksidasi sebagai bahan
bakar. Sumber utama lain asam lemak rantai panjang adalah sintesis
(lipogenesis) dari karbohidrat, terutama di dalam jaringan adiposa dan hati
(Murray, 2003).
Ada beberapa jenis lipoprotein yaitu LDL (Low Density Lipoprotein),
HDL (High Density Lipoprotein), VLDL (Very Low Density Lipoprotein),
dan kilomikron. LDL berfungsi mengedarkan kolesterol ke sel-sel
jaringan. Dengan semakin tingginya kadar LDL, semakin banyak
tumpukan (endapan) kolesterol dalam dinding pembuluh darah, sehingga
kemungkinan terjadi aterosklerosis semakin besar. Kolesterol LDL disebut
juga bad cholesterol. Sebaliknya lipoprotein HDL yang disebut sebagai
good cholesterol, bertugas mengangkut kolesterol dari jaringan dan
dinding pembuluh darah ke hati untuk di metabolism (Shanty, 2009).
D. Tinjauan Umum tentang Uji Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit, selain dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dibutuhkan pula pemeriksaan penunjang,
seperti pemeriksaan laboratorium, patologi anatomi, radiologi,
elektrokardiogram, dan USG. Agar dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis, mendeteksi atau memprediksi penyakit pada
sekelompok orang yang tampak sehat, tetapi mempunyai risiko terkena suatu
penyakit tertentu (population at risk) maka alat uji tersebut harus memiliki
tingkat akurasi yang tinggi hingga dapat diandalkan. Untuk memperoleh alat
uji yang dimaksud dapat dilakukan uji tunggal seperti sensitivitas (Fauziah,
2005).
Uji diagnostik adalah uji yang digunakan untuk membantu penentuan
diagnosis pasien dalam keadaan ketidakpastian. Penentuan diagnosis pasien
sendiri seringkali baru dapat dilakukan setelah melalui berbagai uji diagnostic.
Walaupun ada yang mengartikan “uji diagnostik” sebagai pemeriksaan yang di
lakukan di laboratorium, dalam pengertian epidemiologi klinik. Prinsip-prinsip
uji diagnostic berlaku bagi seluruh informasi klinis yang diperoleh melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang lainnya
(Fauziah, 2005).
Tidak ada uji diagnostik yang sempurna, dalam arti bahwa jika hasil
ujinya positif, subjek yang mengalami uji pasti menderita penyakit yang
diperiksa, sebaliknya jika hasil ujinya negativ, subjek yang bersangkutan pasti
bebas dari penyakit yang diperiksa ( Fauziah, 2005 ).
1. Keunggulan
Faktor kekuatan suatu diagnostik merupakan latar belakang utama
peneltian diagnostik. Pemeriksaan yang baru sebaiknya mempunyai nilai
diagnostik yang lebih baik dari pemeriksaan yang telah ada. Apabila
pemeriksaan yang baru tidak lebih baik dari pemeriksaan yang telah tersedia,
maka pemeriksaan yang baru paling tidak mempunyai nilai diagnostik yang
sama dengan pemeriksaan yang telah ada disertai dengan keunggulan (Dahlan,
2009)
Adapun keunggulan dari uji diagnostik menurut Dahlan (2009) yaitu :
a) Pemeriksaan yang telah tersedia memerlukan prosedur invasif sehingga
diperlukan alat yang lebih tidak invasif.
b) Pemeriksaan yang telah tersedia lebih berisiko sehingga diperlukan alat
yang lebih tidak berisiko.
c) Pemeriksaan yang tersedia memerlukan keahlian khusus sehingga
diperlukan pemeriksaan lain yang tidak memerlukan keahlian khusus.
d) Pemeriksaan yang tersedia harganya mahal sehingga diperlukan
pemeriksaan yang lebih murah.
e) Pemeriksaan yang telah tersedia hasilnya membutuhkan waktu yang lama
sehingga diperlukan pemeriksaan yang dapat memberikan hasil dengan
waktu yang lebih cepat.
f) Pemeriksaan yang telah tersedia aksesnya lebih sulit sehingga diperlukan
pemeriksaan yang lebih mudah diakses.
g) Pemeriksaan yang telah tersedia rumit sehingga diperlukan pemeriksaan
yang lebih sederhana.
h) Pemeriksaan yang tersedia hanya dapat mendeteksi penyakit pada tahap
lanjut sehingga diperlukan pemeriksaan yang dapat mendeteksi penyakit
lebih awal (early diagnosis).
2. Tujuan
Pengembangan suatu uji diagnostik dilakukan untuk beberapa tujuan
sebagai berikut ( Sastroasmoro, 1995):
a) Untuk menegakkan diagnosis penyakit atau menyingkirkan suatu penyakit.
Untuk keperluan ini, uji diagnostik haruslah sensitif. Sehingga bila
didapatkan hasil normal maka dapat digunakan untuk menyingkirkan
adanya suatu penyakit. Selain itu, juga harus spesifik, sehingga bila
hasilnya abnormal dapat digunkana untuk menetukan adanya penyakit.
b) Untuk keperluan srining. Skrining dilakukan untuk mencari subyek yang
asimtmatik, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan agar diagnosis
dini dapat ditegakkan.
c) Untuk pengobatan pasien. Sehubungan dengan kepentingan ini,
reprodusibilitas suatu uji diagnostik sangat penting, artinya bila suatu uji
dilakukan terhadap subyek yang sama pada waktu yang sama haruslah
memberi hasil yang sama pula.
d) Untuk studi epidemiologik. Suatu uji diagnostik yang memberikan hasil
positif (ada penyakit) atau negatif (tidak ada penyakit) sering dipakai
dalam survai untuk menetukan prevalensi suatu penyakit. Dalam studi
kohort, uji diagnostik dapat dikatakan sebagai alat untuk menetukan
tejadinya penyakit atau efek tertentu hingga dapat dihitung prevalensinya.
Kedua hal tersebut sering mempunyai nilai penting dalam kesehatan
masyarakat untuk menetukan kebijakan, misalnya apakah perlu intervensi
tertentu untuk mencegah atau menanggulangi suatu penyakit.
3. Desain
Dari segi desain, terdapat dua kesalahan yang sering terjadi pada uji
diagnostik. Pertama, menemukan desain uji diagnostik sebagai desain
kohort/prospektif. Kedua, menggunakan desain kasus control (case control)
untuk penelitian diagnostik. Kesalahan pertama disebabkan karena persepsi
bahwa rangkaian pemeriksaan diagnostik dilakukan pada waktu yang berbeda
sehingga dinamakan sebagai desain kohort. Pendapat ini dapat diluruskan
dengan dua cara. Pertama, seandainya persepsi tersebut benar, maka tidak aka
nada penelitian dengan desain cross sectional karena tidak ada data-data yang
benar-benar diambil pada waktu yang sama. Kedua, yang dimaksud dengan
waktu yang sama pada penelitian cross sectional adalah “satu unit waktu”.
Unit waktu bisa saja detik, menit, jam, hari, bahkan bulan (Dahlan,2009).
Terdapat beberapa penelitian yang melakukan uji diagnostik dengan
desain kasus control ( case control ). Dimana kelompok kasus adalah subyek
yang sudah diketahui menderita penyakit sementara kelompok control adalah
pasien yang sehat. Desain penelitian seperti ini tidak tepat karena melanggar
asas bahwa pasien yang masuk ke dalam penelitian adalah pasien yang diduga
menderita penyakit. Selain itu, desain kasus control untuk penelitian
diagnostic tidak dapat diterima secara logis. Pasien yang sudah diketahui
mempunyai penyakit tidak perlu lagi diperiksa untuk penegakan diagnosis.
Begitu juga pasien yang sudah diketahui sehat tidak perlu lagi diperiksa untuk
menegakkan diagnosis (Dahlan,2009).
4. Baku Emas ( Gold Standard ) atau Reference Standard
Dalam penelitian diagnostik, sangat diperlukan baku emas atau
reference standard karena baku emas merupakan suatu hasil pemeriksaan
yang dijadikan sebagai rujukan akhir dimana digunakan untuk menetukan
pasien tersebut menderita penyakit atau tidak. Jika hasil pemeriksaan baku
emas positif, maka kita harus menerima bahwa hasil pemeriksaan itu positif,
begitupun sebaliknya jika hasil pemeriksaannya negatif, makan kita juga
harus menerima bahwa hasil pemeriksaan adalah negatif (Dahlan,2009).
Baku emas juga sering kali tidak ditemukan pada suatu hasil
pemeriksaan. Pada kasus seperti ini dibutuhkan seorang peneliti yang lebih
kreatif untuk menetukannya, sehingga jalan yang biasa digunakan yaitu
kelompok panel ahli, atau hasil pemeriksaan menderita penyakit atau tidak
ditentukan oleh keputusan tim penilai (Dahlan,2009).
Baku emas harus independen terhadap hasil pemeriksan indeks.
Artinya, tidak boleh ada komponen indeks. Jika pada suatu penelitian baku
emas-nya adalah hasil pemeriksaan gula darah, maka pada indeks tidak boleh
ada pemeriksaan gula darah (Dahlan,2009).
5. Indeks
Dalam penelitian diagnostik, pemeriksaan diagnostic yang sedang
diteliti dinamakan sebagai indeks. Syarat dari sebuah indeks adalah
mempunyai nilai diagnostic yang lebih rendah daripada baku emas, bukan
salah satu komponen dari baku emas, dan mempunyai kelebihan relatif
terhadap indeks lain atau terhadap baku emas. Kelebihan relatif tersebut
dilihat dari segi nilai diagnostik, kemudahan, kemampu-laksanaan, kecepatan
atau harga (Dahlan,2009).
6. Pengukuran pada Penelitian Diagnostik
Pada penelitian diagnostik, pengukuran sebaiknya dilakukan secara
tersamar (blinding). Tujuan blinding adalah menghindari bias pengukuran.
Metode blinding bukan hanya digunakan pada penelitian diagnostic saja, akan
tetapi berlaku juga untuk penelitian uji klinis ( Dahlan, 2009).
Kualitas suatu uji diagnostik dinilai dengan dua parameter, yaitu
sensitivitas dan spesifisitas. Kedua parameter ini memeiliki nilai yang konstan,
yaitu (diharapkan) bernilai sama dimanapun uji dilakukan. Selain itu ada pula
kuantitas yang dinamakan nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif.
Kedua kuantitas terakhir memiliki nilai yang berbeda jika uji dilakukan di
tempat-tempat dengan prevalensi penyakit tidak sama ( Fauziah, 2005).
Sensitivitas adalah kemampuan suatu uji untuk mengidentifikasi
dengan benar mereka yang terkena penyakit. Presentase mereka yang terkena
penyakit dan terbukti terkena penyakit seperti yang diperlihatkan melalui uji.
Sensitivitas memperlihatkan proporsi orang yang benar-benar sakit dalam
suatu populasi yang menjalani skrining dan yang teridentifikasi secara tepat
terkena penyakit melalui tes skrining ( Widyastuti, 2005).
Spesifisitas adalah kemampuan suatu uji untuk mengidentifikasi
dengan benar persentase mereka yang tidak terkena penyakit. Orang yang
tidak terkena penyakit dan terbukti tidak terkena penyakit seperti yang
ditunjukkan melalui suatu uji. Spesifisitas menunjukkan proporsi orang yang
tidak terkena penyakit dalam populasi yang menjalani skrining.
Disebut positif palsu jika tes skrining memeprlihatkan individu terkena
penyakit, tetapi sebenarnya dia tidak terkena penyakit. Tes itu keliru dalam
mengindikasikan bahwa seorang terkena penyakit sementara pada
kenyataannya dia sehat dan tidak berpenyakit. (Widyastuti, 2005).
Negatif palsu adalah kebalikan dari postif palsu. Negatif palsu adalah
ketika uji skrining mengatakan bahwa seseorang tidak terkena penyakit, tetapi
pada kenyataannnya orang itu terkena penyakit. Tes telah keliru dalam
mengindikasikan bahwa seorang sehat sementara dia sakit atau terkena
penyakit. (Widyastuti, 2005).
Dikatakan positif benar jika uji mengatakan seorang terkena penyakit
dan orang itu memang benar terkena penyakit. Negative benar adalah jika uji
menyatakan seseorang sehat dan tidak terkena penyakit sementara pada
kenyataannya memang sehat dan bebas dari penyakit. Dari setiap program
skrining, setiap orang diklasifikasikan sebagai negatif (mereka yang tidak
terkena penyakit) atau positif (mereka yang terkena penyakit). Akan tetapi,
karena sensitivitas suatu uji seringkali kurang dari 100%, negatif palsu dan
positif palsu akan terjadi (Widyastuti, 2005).
Tabel 2.11
Hubungan antara hasil uji diagnostik dengan kejadian penyakit
Baku Emas
n Positif Negatif
Indeks Positif a b a + b
Negatif c d c + d
n a + c b + d
Sumber : Dahlan, 2009
Sensitivitas = orang dengan penyakit yang terdeteksi melalui tes uji
a
= X 100
a + c
Spesifisitas = orang tanpa penyakit yang dengan benar dinyatakan tidak
terkena penyakit melalui uji
d
= X 100
b + d
Nilai duga negatif = orang dengan penyakit yang tidak terdeteksi uji
d
= X 100
c + d
Nilai duga positif = orang tanpa penyakit yang saat uji keliru dinyatakan
terkena penyakit
a
= X 100
a + b
E. KERANGKA TEORI
Determinan Blum
IV. Faktor
Lingkungan
III. Faktor
Perilaku
Masyarakat
II. Faktor Health
System
I. Faktor
Herediter/Genetik
V. Faktor Pengendalian
Penyakit
Pencegahan dan Penanggulangan
FR melalui skrining
instrumen
Uji Validasi
Uji Reabilitas
Uji Diagnostik
Sensitivitas
Spesifisitas
NDP
NDN
RKP
RKN
Akurasi
Sehat Sakit
Mati Terhambatnya
Pertumbuhan
Tak Adekuat
Pengobatan
Kegagalan Pengobatan
Diadaptasi dari Nasry (2008), Dahlan (2009), dan Riyadi ( 2011)
F. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan hasil uraian kerangka teori yang telah dikemukakan di atas,
maka disusunlah kerangka konsep seperti di bawah ini :
Rasio LDL/HDL
Skor Riskesdas CHD : Umur
Jenis Kelamin
Tekanan Darah
Lingkar Perut
Status Merokok
1. Skor Fermingham
CVD
2. Skor Reynold
3. Q-Risk
4. Skor Jakarta CVD
5. Skor Darmawan
Ket : : Variabel Independen
: Variabel Dependen
----------- : Variabel yang Tidak Diteliti
: Variabel yang Diteliti
G. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Penyakit Jantung Koroner
Definisi Operasional:
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah hasil diagnosis oleh dokter
yang tertera dalam rekam medik sebagai pasien penyakit jantung
koroner.
2. Gender
Definisi Operasional:
Gender adalah jenis kelamin dibedakan secara fisik antara laki-laki
dan perempuan yang tertera dalam rekam medik pasien.
Kriteria Objektif:
- Berisiko = Laki-laki
- Kurang Berisiko = Perempuan
3. Umur
Definisi Operasional:
Umur ditentukan dalam tahun berdasarkan yang tertera dalam rekam
medik pasien.
Kriteria Objektif:
- Berisiko = jika berumur ≥ 40 tahun
- Kurang berisiko = jika berumur < 40 tahun
4. Merokok
Definisi Operasional:
Merokok adalah kebiasaan pasien tersebut merokok atau tidak yang
diketahui berdasarkan hasil pertanyaan.
Kriteria Objektif:
- Berisiko = jika merokok dalam 2 tahun terakhir.
- Kurang Berisiko = jika tidak merokok
5. Lingkar Perut
Definisi Operasional:
Lingkar perut adalah kegemukan yang ditentukan berdasarkan
pengukuran lingkar perut oleh peneliti.
Kriteria Objektif:
- Obesitas sentral = lingkar perut pada wanita 82cm dan laki-laki
83 cm
- Normal = lingkar perut pada wanita < 82cm dan laki-laki <83 cm
6. Tekanan darah
Definisi Operasional:
Hipertensi adalah tekanan darah pasien yang ditentukan berdasarkan
hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik yang tertera pada
rekam medik.
Kriteria Objektif:
- Menderita hipertensi = ukuran sistolik ≥ 130 mmHg dan diastolik
≥ 90 mmHg.
- Normal = ukuran sistolik < 130 mmHg atau diastolik < 90 mmHg.
7. Skor Riskesdas CV
Definisi Operasional:
Skor Riskesdas CHD adalah hasil pemerikaan lima variable yang
menjadi predictor PJK dalam skor Riskesdas CHD yaitu umur ≥ 40
tahun, jenis kelamin laki-laki , merokok sebulan terakhir, hipertensi,
dan obesitas sentra.
Kriteria Objektif:
- Positif = jika memiliki ≥ 3 variabel predictor
- Negatif = jika memiliki < 3 variabel predictor
8. Rasio LDL/HDL
Definisi Operasional
Rasio LDL/HDL adalah hasil pemeriksaan lipid darah pasien yaitu
LDL dan HDL yang telah dicatat dalam rekam medik.
Kriteria Objektif
- Rasio LDL/HDL
Kategori:
1. Normal : ≤ 4
2. Tidak normal : > 4 (PERKENI, 2004)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik dengan
menggunakan desain cross sectional untuk mengetahui besar sensitivitas
faktor prediktor Riskesdas CHD dan Skor Riskesdas CHD terhadap Rasio
Lipid (LDL/HDL) pada pasien rawat jalan RSUD Kabupaten Pangkep
B. Lokasi Dan Waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pangkep, dengan
alasan karena angka kejadian PJK yang tinggi di RSUD Kabupaten
Pangkep.
2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret-april 2013.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien rawat jalan yang memiliki
hasil pemeriksaan LDL dan HDL serta memiliki faktor risiko PJK di
dalam Masyarakat Kabupaten Pangkep dalam waktu satu tahun terakhir.
2. Sampel
46
Sampel dalam penelitian ini pasien rawat jalan yang pernah
berkunjung dibagian poli jantung dan terdiagnosis menderita PJK oleh
dokter serta bersedia untuk diwawancarai.
a. Kriteria Inklusi :
Masyarakat Kabupaten Pangkep yang merupakan pasien baru
(Baru didiagnosa) dan pasien lama (didiagnosa berdasarkan rekam
medik) PJK.
Memiliki hasil pemeriksaan HDL dan LDL.
Bermukim di kecamatan daratan ( pulau utama).
Bersedia untuk dilakukan pengukuran dan siap diwawancarai
b. Kriteria Esklusi :
Pasien dalam perawatan intensif.
Tidak memiliki hasil pemeriksaan HDL dan LDL
Tidak bermukim di kecamatan daratan ( pulau Utama )
3. Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan total
sampling . Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 pasien.
Keterangan Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut ( Dahlan, 2009 ):
n = Jumlah sampel
Zα2PQ
n =
d2
Zα = Nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan
yaitu 95%=1,96
p = sinsitivitas uji diagnostik dari pustaka yaitu 76 %
q = (1-P)
d = besar penyimpangan sebesar 10% (0,1)
Perhitungan besar sampel adalah sebagai berikut :
D. Instrumen Penelitian
1. Data rekam medik pasien PJK
2. Lembar kuesioner
3. Pita Circumference, Timbangan dan Microtoice
4. Alat Tulis Menulis
1,962.0,76.(1-0,76)
n = (0,1)
2
3.8416.0,76.0,24
n =
0,01
0,70
n =
0,01
n = 70
E. Alur Penelitian
F. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Pengumpulan data primer yang menyangkut variabel yang diteliti
diperoleh melalui wawancara dan pengukuran antropomerti ( Berat
Badan, Tinggi Badan, dan Lingkar Perut) secara langsung.
2. Data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data
laboratorium pasien berupa data hasil pemeriksaan HDL, LDL, dan
Tekanan darah pasien rawat jalan.
Data rekam medik pasien PJK
Pasien Lama Pasien Baru
Lembar Kuesioner, Pengukuran Antropometri
Pengolahan Data
Pelaporan
G. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh diolah dengan program SPSS (Software
Statistical Package for Sosial Science).
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan narasi untuk
membahas hasil penelitian.
H. Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga
menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel penelitian.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dalam
bentuk tabulasi silang (crosstab) dengan menggunakan program SPSS.
Kemudian setelah diperoleh tabel tabulasi silang antara variabel
prediktor skor Riskesdas Coronary Heart Disease terhadap rasio
LDL/HDL lalu dilanjutkan dengan menghitung persentase sensitivitas
Sensitivitas (Se)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep.
Responden didapatkan di bagian Poliklinik Interna. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2013. Pegumpulan data pada
penelitian ini dilakukan secara primer dimana peneliti bertemu dan melakukan
wawancara langsung kepada para responden dengan menggunakan kuesioner.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung di rumah responden,
dibantu dengan data sekunder yakni buku rekam medis responden yang
merupakan keterangan diagnosa penyakit, hasil pemeriksaan laboratorium,
serta keterangan lain yang dapat menambah data – data yang diperlukan.
Pada penelitian ini diperoleh 70 responden. Dimana, Responden dalam
penelitian ini adalah pasien rawat jalan dalam kurung waktu 1 tahun terakhir.
Setelah dilakukan pengolahan data, maka hasil penelitian dapat
disajikan dan dianalisis secara deskriptif dengan tabel distribusi frekuensi
yang disertai dengan narasi sebagai berikut :
1. Gambaran Umum Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep merupakan Rumah Sakit
Umum milik Pemerintah Daerah bertipe kelas C yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan spesialistik dasar.
Misi dari RSUD Pangkep itu sendiri adalah memberikan pelayanan
yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Adapun tugas yang harus
dilaksanakan yaitu melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan
berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan
yang dilaksanankan secara serasi dan terpadu dengan upaya meningkatkan
dan mencegah serta melaksanakan upaya rujukan.
Pelaksanaan Tugas dan Fungsi RSUD Kabupaten Pangkep
dilaksanakan oleh pegawai yang terdiri dari :
a. Pegawai yang dipekerjakan.
b. Pegawai yang diperbantukan
c. Pegawai Kontrak
Pelayanan kesehatan masyarakat di RSUD. Kabupaten Pangkep
meliputi :
a. Pelayanan medis
b. Rehabilitasi medis
c. Usaha pencegahan penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan
d. Usaha perawatan
e. Pelayanan sistem rujukan
f. Usaha pendidikan dan latihan medis/paramedis
g. Usaha penelitian dan pengembangan
2. Karakteristik Umum Responden
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Responden Penyakit Jantung Koroner Di RSUD
Kab. Pangkep
Karakteristik
PJK
n %
Umur
< 40
≥ 40
12
58
17,1
82,9
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
32
38
45,7
54,3
Jenis Pekerjaan
Pensiunan
Pegawai swasta
Pedagang
Petani
Wiraswasta
PNS
IRT
1
2
2
5
12
22
26
1,4
2,9
2,9
7,1
17,1
31,4
37,1
Tingkat Pendidikan
S2
SD
S1
SMP
D3
SMA
1
2
3
14
17
33
1,4
2,9
4,3
20,0
24,3
47,1
Sumber : Data Sekunder, 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa berdasarkan kelompok umur,
yang menderita Penyakit Jantung Koroner sebagian besar berada pada
kelompok umur ≥ 40 sebanyak 54 responden (82,9 %), dimana kelompok
umur tersebut merupakan kelompok umur yang dikategorikan beresiko.
Berdasarkan kelompok jenis kelamin, yang menderita Penyakit Jantung
Koroner sebagian besar berada pada jenis kelamin perempuan yaitu
sebesar 54,3 % atau sebanyak 38 responden. Untuk kelompok jenis
pekerjaan responden, yang menderita Penyakit Jantung Koroner sebagian
besar adalah IRT yaitu sebesar 37.1 %. Berdasarkan tingkat pendidikan
responden, yang menderita Penyakit Jantung Koroner sebagian besar
adalah dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebesar 47.1 %.
Tabel 4.2
Distribusi Status Kesehatan Responden Penyakit Jantung Koroner Di
RSUD Kab. Pangkep
Status Kesehatan PJK
n %
LDL
Normal
Tidak Normal
32
38
45.7
54.3
HDL
Normal
Tidak Normal
17
53
24.3
75.7
Rasio LDL/HDL
Normal
Tidak Normal
28
42
40
60
Lingkar Perut
Normal
Obesitas Sental
15
55
21,4
78,6
Tekanan Darah
Normal
Hipertensi
16
54
22,9
77,1
Status Gizi (IMT)
Underweight
Overweight
Obes I
Normal
2
7
23
38
2,9
10,0
32,9
54,3
Sumber : Data Sekunder, 2013
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa untuk responden
dengan hasil pemeriksaan LDL yang tidak normal ditemukan sebanyak
54,3 % dan Untuk Hasil Pemeriksaan HDL sebanyak 75,7 %. Sementara
untuk hasil Rasio LDL/HDL yaitu sebanyak 60 % yang nilai Rasio
LDL/HDLnya ≥ 4. Berdasarkan status gizi, dalam hal ini pengukuran
lingkar perut, yang menderita Penyakit Jantung Koroner sebagian besar
adalah yang termasuk golongan obesitas sentral yaitu sebesar 78,6 %.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah didapatkan sebanyak 77,1 %
yang menderita hipetensi dan normal sebanyak 22,9 %. Untuk status Gizi
dalam hal ini IMT, persentase penderita penyakit jantung koroner
ditemukan paling tinggi pada responden dengan status gizi normal sebesar
54,3%.
Tabel 4.3
Distribusi variabel prediktor rokok Responden Penyakit Jantung Koroner
RSUD Kab. Pangkep
Status Merokok PJK
n %
Merokok
Tidak merokok
25
45
35,7
64,3
Total 70 100
Sumber : Data Primer, 2013
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 35,7 % responden merokok
dan 64,3 % yang tidak merokok.
Tabel 4.4
Distribusi Skor Riskesdas CHD Responden Penyakit Jantung Koroner Di
RSUD Kab. Pangkep
Skor Riskesdas CHD PJK
n %
Positif
Negatif
52
18
74,3
25,7
Total 70 100
Sumber : Data Primer, 2013
Dari hasil perhitungan skor riskesdas diperoleh bahwa sebanyak
74,3 % responden yang memiliki skor positif dan sebanyak 25,7 % yang
memiliki skor negatif.
Tabel 4.5
Distribusi variabel prediktor umur Responden Penyakit Jantung
koroner terhadap jenis kelamin Di RSUD Kab. Pangkep
Umur
Jenis kelamin
n % Beresiko Tidak beresiko
n % n %
Berisiko 27 51,9 25 48,1 52 82,9
Kurang
Berisiko 8 44,4 10 55,6 18 17,1
Total 35 50,0 35 50,0 70 100
Sumber : data primer,2013
Berdasarkan Tabel 4.5, diperoleh hasil bahwa untuk umur yang
tidak beresiko sebesar 55,6 % terhadap jenis kelamin yang tidak beresiko.
Tabel 4.6
Distribusi variabel prediktor jenis kelamin Responden Penyakit
Jantung koroner terhadap setatus merokok Di RSUD Kab. Pangkep
Jenis
kelamin
Status merokok
n % Beresiko Tidak beresiko
n % n %
Berisiko 25 71,4 10 28,6 35 50,0
Kurang
Berisiko 0 0 35 100,0 35 50,0
Total 25 35,7 45 64,3 70 100
Sumber : data primer,2013
Berdasarkan Tabel 4.6, diperoleh hasil bahwa untuk jenis kelamin
yang kurang beresiko sebesar 100 % terhadap status merokok yang tidak
beresiko.
Tabel 4.7
Distribusi variabel prediktor lingkar perut Responden Penyakit
Jantung koroner terhadap setatus gizi Di RSUD Kab. Pangkep
Lingkar
perut
Status Gizi
n % underweight Normal overweight Obes I
n % n % n % n %
Obesitas
sentral 1 1,8 28 50,9 6 10,9 20 36,4 55 78,6
Normal 1 6,7 10 66,7 1 6,7 3 20,0 15 21,4
Total 2 2,9 38 54,3 7 10,0 23 32,9 70 100
Sumber : data primer,2013
Berdasarkan Tabel 4.7, diperoleh hasil untuk responden dengan status
lingkar perut sebanyak 47,3 % obesitas sentral yang memiliki status gizi
(IMT) di atas normal.
3. Sensitivitas variabel prediktor Skor Riskesdas Coronary Heart Disease
terhadap Rasio LDL/HDL
a. Sensitivitas variabel prediktor umur terhadap Rasio LDL/HDL
Tabel 4.8
Distribusi variabel prediktor umur Responden Penyakit Jantung
koroner terhadap rasio LDL/HDL Di RSUD Kab. Pangkep
Umur
Rasio LDL/HDL
n % % Se P Tidak Normal Normal
n % n %
Berisiko 39 67,2 20 32,8 58 82,9
92,8
Kurang
Berisiko 3 25,0 8 75,0 12 17,1
0,010
Total 42 60,0 28 40,0 70 100
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat diketahui bahwa sebanyak 67,2 %
responden dengan umur berisiko memiliki rasio LDL/HDL tidak
normal, dan untuk responden dengan umur yang kurang berisiko
dengan rasio LDL/HDL tidak normal yaitu sebesar 25,0 %. Hasil uji
dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p value adalah
39
Se = X 100
39 + 3
= 92,8 %
8
Sp = X 100
20 + 8
= 28,5 %
8
NND = X 100
3 + 8
= 66,6 %
39
NDP = X 100
39 + 20
= 67,2 %
0,010 lebih kecil dari α (0,05). Berarti ada hubungan antara variabel
prediktor umur dengan rasio LDL/HDL.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh besar sensitivitas
variabel prediktor umur terhadap rasio LDL/HDL yaitu sebesar
92,8%, spesifisitas sebesar 28,5%, nilai duga negatif sebesar 66,6%
dan nilai duga positif sebesar 67,2%
b. Sensitivitas variabel prediktor jenis kelamin terhadap Rasio
LDL/HDL
Tabel 4.9
Distribusi variabel prediktor jenis kelamin Responden Penyakit
Jantung koroner terhadap rasio LDL/HDL Di RSUD Kab. Pangkep
Jenis
Kela
min
Rasio LDL/HDL
n % %
Se P Tidak Normal Normal
n % n %
Berisi
ko 22 68,8 10 31,2 32 45,7
52,
3
0,1
70
Kura
ng
berisi
ko
20 52,6 18 47,4 38 54,3
Total 42 60,0 28 40,0 70 100
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui bahwa sebanyak 68,8 %
responden dengan jenis kelamin yang beresiko yaitu jenis kelamin
laki-laki memiliki rasio LDL/HDL tidak normal, sedangkan untuk
22
Se = X 100
22 + 20
= 52,3 %
18
Sp = X 100
10 + 18
= 64,2 %
18
NDN = X 100
20 + 18
= 47,4 %
22
NDP = X 100
22 + 10
= 68,7 %
responden dengan jenis kelamin kurang beresiko, dalam hal ini yaitu
perempuan sebesar orang 52,6 % memiliki rasio LDL/HDL tidak
normal.
Hasil uji dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p
value adalah 0,170 lebih besar dari α (0,05). Berarti tidak ada
hubungan antara variabel prediktor jenis kelamin dengan rasio
LDL/HDL.
Berdasarkan perhitungan sensitivitas diperoleh bahwa
sensitivitas variabel jenis kelamin terhadap rasio LDL/HDL yaitu
52,3%, spesifisitas sebesar 64,2%, nilai duga negatif sebesar 47,4%
dan nilai duga positif sebesar 68,7%
c. Sensitivitas variabel prediktor tekanan darah terhadap Rasio
LDL/HDL
Tabel 4.10
Distribusi variabel prediktor tekanan darah Responden Penyakit
Jantung Koroner terhadap rasio LDL/HDL di RSUD Kab. Pangkep
Tekanan
darah
Rasio LDL/HDL
n % %
Se p Tidak Normal Normal
n % n %
Hipertens
i
36 66,7 18 33.3 54 77,1
85,
7
0,0
36 Normal 6 37,5 10 62.5 16 22,9
Total 42 60,0 28 40,0 70 100
Sumber : Data Primer, 2013
36
Se = X 100
36 + 6
= 85,7%
10
Sp = X 100
18 + 10
= 71,4%
Berdasarkan tabel 4.10, dapat diketahui bahwa sebanyak 66,7 %
responden yang hipertensi yang memiliki rasio LDL/HDL tidak
normal, sedangkan untuk responden dengan tekanan darah yang
normal sebesar 37,5 % memiliki rasio LDL/HDL tidak normal.
Hasil uji dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p
value adalah 0,036 lebih kecil dari α (0,05). Yang menandakan ada
hubungan antara variabel prediktor tekanan darah dengan rasio
LDL/HDL.
Berdasarkan perhitungan % sensitivitas diperoleh bahwa
sensitivitas variabel prediktor tekanan darah terhadap rasio LDL/HDL
yaitu 85,7 %. spesifisitas sebesar 71,4%, nilai duga negatif sebesar
62,5% dan nilai duga positif sebesar 66,6%
d. Sensitivitas variabel prediktor Obesitas Sental terhadap Rasio
LDL/HDL
Tabel 4.11
Distribusi variabel prediktor lingkar perut Responden Penyakit Jantung
Koroner terhadap rasio LDL/HDL di RSUD Kab. Pangkep
Lingkar
perut
Rasio LDL/HDL
n % %
Se P
Tidak
Normal
Normal
n % n %
Obesitas
Sentral
37 67,3 18 32,7 55 78,6
88,
1
0,0
17 Normal 5 33,3 10 66,7 15 21,4
Total 42 60,0 28 40,0 70 100
Sumber : Data Primer, 2013
10
NDN = X 100
6 + 10
= 62,5%
36
NDP = X 100
36 + 18
= 66,6%
Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui bahwa sebanyak 67,3 %
responden dengan lingkar perut yang beresiko atau yang merupakan
obesitas sentral dan memiliki rasio LDL/HDL tidak normal, sedangkan
untuk responden dengan lingkar perut yang kurang beresiko atau
normal sebesar 33,3 % memiliki rasio LDL/HDL tidak normal.
Hasil uji dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p
value adalah 0,017 lebih kecil dari α (0,05). Berarti ada hubungan
antara variabel prediktor lingkar perut dengan rasio LDL/HDL.
Berdasarkan perhitungan % sensitivitas diperoleh bahwa
sensitivitas variabel prediktor lingkar perut terhadap rasio LDL/HDL
yaitu 88,1%, spesifisitas sebesar 71,4%, nilai duga negatif sebesar
66,6% dan nilai duga positif sebesar 67,2%
37
Se = X 100
37 + 5
= 88,1%
10
Sp = X 100
18 + 10
= 71,4 %
10
NDN = X 100
5 + 10
= 66,6%
37
NDP = X 100
37 + 18
= 67,2%
e. Sensitifitas variabel prediktor merokok terhadap Rasio
LDL/HDL
Tabel 4.12
Distribusi variabel prediktor merokok Responden Penyakit Jantung
Koroner terhadap rasio LDL/HDL di RSUD Kab. Pangkep
Status
Merokok
Rasio LDL/HDL
n % %
Se P
Tidak
Normal
Normal
n % n %
Berisiko 16 64,0 9 36,0 25 35,7
38,
1
0,6
1
Kurang
berisiko
26 57,8 19 42,2 45 64,3
Total 42 60,0 28 40,0 70 100
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 4.12, dapat diketahui bahwa sebanyak 64,0 %
responden dengan status merokok yang beresiko dengan rasio
LDL/HDL tidak normal, sedangkan untuk responden dengan status
merokok kurang beresiko sebesar 57,8 % memiliki rasio LDL/HDL
tidak normal.
Hasil uji dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p
value adalah 0,61 lebih besar dari α (0,05). Berarti tidak ada hubungan
antara variabel prediktor merokok dengan rasio LDL/HDL.
16
Se = X 100
16 + 26
= 38,1 %
19
Sp = X 100
9 + 19
= 67,8%
19
NDN = X 100
26 + 19
= 42,2%
16
NDP = X 100
16 + 9
= 64%
Berdasarkan perhitungan % sensitivitas diperoleh bahwa
sensitivitas variabel prediktor status merokok terhadap rasio LDL/HDL
yaitu 38,1 %, spesifisitas sebesar 67,8%, nilai duga negatif sebesar
42,2% dan nilai duga positif sebesar 64 %
f. Sensitifitas Skor Riskesdas Coronary Heart Disease (CHD)
terhadap Rasio LDL/HDL
Tabel 4.13
Distribusi Skor Riskesdas Coronary Heart Disease (CHD) Responden
terhadap rasio LDL/HDL di RSUD Kab. Pangkep
Skor
Riskesdas
CHD
Rasio LDL/HDL
n %
%
S
e
P Tidak Normal Normal
n % n %
Positif 35 67,3 17 32,7 52 74,3 8
3,
3
0,
0
3
Negatif 7 38,9 11 61,1 18 25,7
Total 42 60,0 28 40,0 70 100
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 4.13, dapat diketahui bahwa sebanyak 67,3 %
responden dengan skor riskesdas CHD yang beresiko yaitu yang
memiliki ≥ 3 variabel prediktor dan memiliki ratio LDL/HDL tidak
normal, sedangkan untuk responden dengan skor riskesdas CHD
kurang beresiko yaitu < 3 variabel prediktor sebesar 38,9 % memiliki
rasio LDL/HDL tidak normal.
35
Se = X 100
35 + 7
= 83,3 %
11
Sp = X 100
17 + 11
= 39,3 %
11
NDN = X 100
7 + 11
= 61,1 %
35
NDP = X 100
35 + 17
= 67,3 %
Hasil uji dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p
value adalah 0,03 lebih kecil dari α (0,05). Berarti ada hubungan
antara Skor Riskesdas CHD dengan rasio LDL/HDL. Berdasarkan
perhitungan % sensitivitas diperoleh bahwa sensitivitas variabel
prediktor skor riskesdas CHD terhadap rasio LDL/HDL yaitu 83,3 %,
spesifisitas sebesar 39,3%, nilai duga negatif sebesar 61,1% dan nilai
duga positif sebesar 67,3%
B. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian tentang sensitivitas skor riskesdas
coronary heart disease terhadap rasio LDL/HDL pasien PJK pada unit rawat
jalan Poliklinik Interna RSUD Kabupaten Pangkep. Penelitian ini bertujuan
Untuk menghitung besar sensitivitas dari semua faktor prediktor Riskesdas
Coronary Heart Disease dan skor Riskesdas Coronary Heart Disease
terhadap rasio LDL/HDL pada pasien rawat jalan RSUD Kabupaten
Pangkep. Dimana variabel prediktor tersebut terdiri dari 5 yaitu jenis
kelamin, umur, status merokok, lingkar perut, dan tekanan darah. Adapun
pembahasan untuk masing-masing variabel independen berdasarkan hasil
analisis data yang telah dilakukan selengkapnya sebagai berikut.
1. Gambaran Analisis Univariat Karakterisitik Responden
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi kejadian penyakit jantung
koroner berdasarkan kelompok umur lebih banyak terdapat pada kelompok
umur > 40 tahun yaitu sebayak 82,9 %. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Tenriana (2010), yang menemukan bahwa kejadian penyakit
jantung koroner banyak terjadi pada umur diatas 40 tahun dibanding dengan
umur kurang dari 40 tahun. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Malik, yang menemukan bahwa penderita PJK
terbanyak daam kelompok kasus pada rentang usia 50-59 tahun yakni 35,3%
dan untuk kelompok kontrol, responden terbanyak pada rentang usia 40-49
tahun sebanyak 35,3 %.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien PJK yang
pernah berkunjung di bagian poli interna yaitu perempuan dengan persentase
54,3 % dan selebihnya yaitu laki-laki dengan presentase 45,7 %. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tenriana (2010), yang
melakukan uji sensitivitas skor riskesdas terhadap rasio LDL/HDL di RSUP
Wahidin Sudirohusodo yang menunjukkan hasil bahwa untuk kategori jenis
kelamin pada responden Penyakit Jantung Koroner, perempuanlah yang
memiliki persentase tertinggi (54.8%). Juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hariadi (2005) bahwa prevalensi penyakit jantung koroner
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan perempuan lebih banyak menderita
penyakit jantung koroner dari pada laki-laki, meskipun persentase penyakit
jantung koroner pada kedua jenis kelamin tersebut hampir sama.
Namun Berdasarkan teori bahwa ditakdirkan sebagai laki-laki sudah
merupakan risiko alami tersendiri untuk penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskuler), karena seorang laki-laki memiliki risiko
yanglebih tinggi (dalam periode tertentu) daripada perempuan. Risiko
laki-laki untuk terkena penyakit di atas melampaui risiko pada
perempuan setelah usia remaja dan terus demikian sampai usia sekitar
60 tahun. Pada rentang usia tersebut laki-laki memiliki 2-3 kali lipat
kemungkinan menderita penyakit di atas dibanding perempuan.
Sekitar usia 50 tahun ke atas perempuan dan laki-laki dapat berisiko
sama (citrakesumasari, 2009).
Risiko perempuan menanjak disebabkan terutama oleh terjadinya
perubahan di dalam tubuh perempuan yang berkaitan dengan meno-
pause. Selama tahun-tahun premenopause, estrogen kelihatan nya
melindungi perempuan dari penyakit di atas. Estrogen dipercaya bisa
mencegah terbentuknya plak pada arteri dengan menaikkan kadar HDL
dan menurunkan kadar LDL. Setelah menopause, tingkat kadar
estrogen pada perempuan menurun. Karena itu perempuan sesudah
menopause memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding sebelum
menopause. Dengan demikian estrogen bagi perempuan dianggap
sebagai proteksi terhadap penyakit tersebut di atas.
Perbedaan yang besar antara laki-laki dan perempuan menyangkut
usia di mana risiko penyakit di atas mulai menanjak. Risiko pada
perempuan relatif rendah dibanding laki-laki sampai usia menopause, di
mana risiko serangan jantung naik perlahan-lahan sampai risikonya sama
dengan laki-laki pada usia sekitar 50 tahun. Sebab-sebab dari
meningkatnyaa risiko ini amat kompleks dan tidak sepenuhnya sudah
diketahui. Pada perempuan hormon estrogen dianggap memiliki proteksi
terhadap penyakit kardiovaskuler. Dalam hal mi estrogen meningkatkan
kadar HDL dan merendahkan LDL pada pcrempuan. Jadi meskipun
angka total kolesterol relatif tinggi, seorang perempuan memiliki
tingkat proteksi lebih balk dibanding seorang laki-laki dengan kadar
total kolesterol yang sama. Namun demikian setelah menopause produksi
estrogen secara drastis berkurang (Kabo, 2008).
Pada distribusi berdasarkan kelompok pekerjaan yang banyak
menderita penyakit jantung koroner adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu
sebesar 37,1 %. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Malik dan Kusumarini dimana hasil penelitian keduanya menujukkan
bahwa kebanyakan yang menderita PJK adalah Ibu Rumah Tangga. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
intensitas aktivitas yang ringan.
Penelitian ini juga berdasarkan Riskesdas 2007 bahwa hampir
separuh penduduk Sulawesi Selatan kurang melakukan aktifitas fisik.
Menurut jenis kelamin, kurang aktifitas fisik lebih banyak pada perempuan
(57,2%) dibanding laki-laki (39,7%). Hal ini kemungkinan karena
sebagian besar responden adalah mereka yang telah berusia lanjut
sehingga mereka sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas yang agak
berat.
Dengan bertambahnya umur, tubuh kita akan kurang efisien untuk
mengambil oksigen kedalam sistem dan untuk mengangkutnya ke sel.
Tetapi latihan fisik yang teratur dapat mengurangi dampak tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang melakukan latihan secara
teratur berkurang 5% kapasitasnya setiap 10 tahun, sedangkan mereka
yang tidak aktif berkurang sebesar 9 %. Jadi, bila seseorang kurang gerak
(sedentary), ia akan kehilangan dua kali lipat lebih besar dibandingkan
dengan mereka yang latihan secara teratur ( Suparto, 2000 ).
Dari hasil penelitian distribusi responden penyakit jantung koroner
menurut tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa responden dengan
tingkat pendidikan SMA sebesar 47,1 % memiliki persentase tertinggi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyani yang
mendapatkan hasil bahwa dari 100 (75.2%) responden memiliki tingkat
pendidikan tinggi (SMA/PT) dan 33 (24.8) responden memiliki tingkat
pendidikan rendah (SD/SMP).
Juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tommy 2008,
terdapat sebanyak 24,8 % pasien memiliki tingkat pendidikan akhir yaitu
SMA. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang juga
mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan
yang lebih tinggi maka diharapkan pengetahuan dan informasi yang
dimiliki tentang gizi khususnya konsumsi makanan menjadi lebih baik.
Sering masalah gizi timbul dikarenakan ketidaktahuan responden dan
kurangnya informasi mengenai gizi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden dengan status gizi
obesitas yaitu 32,9 %, overweight 10,0 %, normal 54,3 %, dan
underweight 2,9 % kebanyakan responden memang dari dulu sudah
gemuk sampai sekarang. Selain itu juga diperoleh hasil untuk responden
dengan status lingkar perut obesitas sentral sebanyak 47,3 % yang
memiliki status gizi (IMT) di atas normal. Peningkatan berat badan dengan
indeks massa tubuh lebih dari 30kg/m2 meningkatkan risiko PJK 4 kali
lipat, baik pada laki-laki ataupun perempuan (Wira Gotera, 2006). Hal ini
sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Sari (2010), di unit rawat inap
rsup dr. wahidin sudirohusodo, yang menujukkan bahwa persentase
responden PJK kebanyakan pada mereka yang status gizinya dalam
kategori normal.
Penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Henry RR, dimana didapatkan sekitar 60% dari mereka yang obesitas
menderita diabetes mellitus, sehingga ditarik sebuah kesimpulan semakin
besar indeks massa tubuh (IMT) semakin besar risiko menderita penyakit
DM yang disertai dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner.
Dari hasil penelitian distribusi responden penyakit jantung koroner
menurut hasil pemeriksaan LDL dan HDL menunjukkan sebagian besar
berada dalam kategori tidak normal yaitu sebanyak 66,7 % responden
dengan hasil pemeriksaan LDL yang tidak normal sedangkan untuk hasil
pemeriksaan HDL yaitu sebanyak 37,5 % responden yang memeiliki HDL
tidak normal, hasil pemeriksaan LDL dan HDL ini dilihat dibuku rekam
medik responden saat pertama didianosa PJK. Banyaknya responden yang
memiliki hasil pemeriksaan LDL dan HDL yang tidak normal ini akan
memicu timbulnya penyakit jantung koroner.
Kemungkinan timbulnya aterosklerosis biasanya berkaitan dengan
kadar lemak dalam darah ( terutama kolesterol ) meningkat maka risiko
untuk aterosklerosis akan meningkat pula. Berbagai penelitian menyokong
hubungan antara kolesterol dengan atresklerosis ( Tenriana, 2010)
Dari hasil penelitian menggunakan analisis univariat diperoleh
bahwa responden penyakit jantung koroner dengan hipertensi yaitu
sebanyak orang atau sekitar 68,6 %. Hasil pemeriksaan tekanan darah ini
dilihat dibuku rekam medik pasien saat pertama didiagnosa penyakit
jantung koroner. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Framingham juga mendapatkan hubungan antara PJK dan Tekanan darah
diastolik. Kejadian miokard infark 2x lebih besar pada kelompok tekanan
darah diastolik 90-104 mmHg dibandingkan Tekanan darah diastolik 85
mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik 105 mmHg 4x lebih besar
(Anwar, 2004).
Penelitian stewart 1979 & 1982 juga memperkuat hubungan antara
kenaikan takanan darah diastolik dengan resikomendapat miokard
infark.Apabila Hipertensisistolik dari Diastolik terjadi bersamaan maka
akan menunjukkan resiko yang paling besar dibandingkan penderita yang
tekanan darahnya normal atau Hipertensi Sistolik saja. Lichenster juga
melaporkan bahwa kematian PJK lebih berkolerasi dengan Tekanan darah
sistolik diastolic dibandingkan Tekanan darah Diastolik saja (Anwar,
2004).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden dengan status
kebiasaan merokok yaitu sebanyak 35,7 % yang lebih sedikit
dibandingkan dengan responden yang tidak merokok yaitu sekitar 64,3 %.
Hal ini diakibatkan persentase pada sampel lebih banyak berjenis kelamin
perempuan, dan juga ditemukan sebagian dari responden laki-laki yang
tidak merokok. Saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu
factor resiko utama PJK di samping hipertensi dan hiperkoisterolemi.
Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau
memperkuat efek dua faktor utama risiko lainnya, katekolamin dan
menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO atau dengan perkataan lain
dapat menyebalkan tahikardi, vasokonstruksi pembuluh darah, merubah
permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10% Hb menjadi
careboksi-Hb.
Responden masih sulit mengubah kebiasaannya merokok sehingga
masih didapatkan responden yang sudah mengetahui dirinya PJK tetapi
masih merokok.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa untuk responden dengan
status obesitas sentra sebesar 78,6 %. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Anggreani (2009) tentang gambaran obesitas sentra
pada penderita penyakit jantung coroner di Poli Jantung RSUD dr
Hardjono Ponorogo tahun 2010 yang menyimpulkan bahwa dari 50
responden terdapat 72 % obesitas sentral dan 28 % yang tidak obesitas
sentral. Juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryani yang
menyimpulkan bahwa prevalensi obesitas sentra pada subyek dengan PJK
usia lanjut didapatkan sangat tinggi yaitu 51,1%. Prevalensi obesitas
sentral pada populasi pedesaan jauh lebih meningkat dibandingkan dengan
perkotaan. Masih tingginya prevalensi obesitas sental pada lanjut usia akan
membawa konsekuensi peningkatan risiko terjadinya PJK.
Pengukuran lingkar perut ini dilakukan saat kunjungan di rumah
responden, dan rata-rata responden memang sudah memiliki lingkar perut
yang besar dari dulu Atau bias dikatakan responden memang dari dulu
sudah gemuk hingga sekarang.
Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 74,3 % responden dengan
variable skor Riskesdas CHD yang tidak normal sedangkan yang negative
sebanyak 25,7 % . Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hartini (2010) di Cardiac Center RSUP Wahidin Sudirohusodo yang
memperoleh hasil sebesar 75,3 % responden yang memilik skor Riskesdas
CHD ≥ 3.
2. Gambaran sensitivitas varibel prediktor Skor Riskesdas Coronary
heart disease terhadap rasio LDL/HDL
a. Variabel prediktor umur terhadap rasio LDL/HDL
Telah dibuktikan bahwa ada hubungan antara umur dengan kematian
akbiat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-
44 tahun dan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Didapatkan
juga hubungan antara enters umur dan kadar kolesterol yaitu kadar
kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur.
Berdasarkan hasil penelitian dengan tabulasi silang antara umur
dengan rasio LDL/HDL diperoleh sebesar 67,2 % responden yang beresiko
memiliki rasio LDL/HDL yang tidak normal dan sebesar 25,0 %
responden yang kurang beresiko memeliki rasio LDL/HDL tidak normal.
Dan berdasarkan hasil perhitungan besar sensitivitas prediktor umur
terhadap rasio LDL/HDL diperoleh hasil sebesar 92,8 %. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa prediktor umur ini sensitiv terhadap rasio LDL/HDL.
Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat pada
umur 20 tahun, pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun.
Pada perempuan sebelum menopause (45-60) tahun lebih rendah
dibandingkan laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar
kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.
Beberapa penelitian juga mengungkapkan, peningkatan kadar kolesterol
terutama kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL mempunyai
hubungan dengan meningkatnya risiko PJK pada lansia usia ≥65 tahun
(Tenriana, 2010).
b. Variabel prediktor jenis kelamin terhadap rasio LDL/HDL
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan
pada 1 dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki
mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar daripada perempuan. Pada
beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan
akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar
kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka
kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan
dimana ketinggalan waktu l0 tahun kebelakang ini. akan tetapi setelah
menopause hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki.
Berdasarkan hasil penelitian tabulasi silang diperoleh hasil bahwa
untuk jenis kelamin yang beresiko dengan rasio LDL/HDL tidak normal
memiliki persentase yang lebih besar yaitu 68,8 % sedangkan untuk jenis
kelamin yang tidak beresiko dengan rasio LDL/HDL tidak normal yaitu
sebesar 52,6 %. Untuk besar sentivitas variable prediktor jenis kelamin
terhadap rasio LDL/HDL diperoleh hasil sebesar 52,3 % yang berarti
prediktor jenis kelamin kurang sensitiv terhadap rasio LDL/HDL hal ini
disebabkan karena pada penelitian ini kebanyakan responden yang
didapatkan yaitu dengan jenis kelamin perempuan.
Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai meningkat pada
umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun.
Pada perempuan sebelum menopause (45-60) tahun lebih rendah
dibandingkan laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar
kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairani (2005) diperoleh
profil lipid menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa lansia wanita
mempunyai kadar kolesterol total ≥240 mg/dl, LDL kolesterol ≥160 mg/dl
lebih besar dibandingkan pria, sedangkan pria mempunyai kadar HDL-
kolesterol <40 mg/dl lebih besar dibandingkan wanita.
c. Variabel prediktor lingkat perut terhadap rasio LDL/HDL
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh >19% pada laki-laki
dan > 21% pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama
dengan hipertensi, DM dan hipertrigliserdemi. Obesitas juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko PJK akan
jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal. Penderita yang
gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kadar
kolesterolnya dengan mengurangi BB melalui diet ataupun menambah
exercise.
Lingkar perut sebagai salah satu indeks distribusi lemak tubuh bagian
atas mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu dengan
risiko terkena penyakit metabolic yang erat kaitannya dengan terjadinya
atreosklerosis, dimana aterosklerosis berhubungan erat dengan
peningkatan kadar LDL plasma (Anggreani, 2009).
Dari hasil penelitian dengan tabulasi silang antara prediktor lingkar
perut dengan rasio LDL/HDL diperoleh bahwa responden dengan obesitas
sentral terhadap rasio LDL/HDL tidak normal lebih banyak yaitu 67,3 %
jika dibandingkan dengan responden yang normal terhadap rasio
LDL/HDL tidak normal yaitu sekitar 33,3 %. Untuk besar sensitivitas
diperoleh hasil sebesar 88,1 % .
Hal ini disebabkan oleh pengukuran lingkar perut sangat erat
hubungannya dengan abnormalitas lipid darah yang menjadi indikasi
adanya akumulasi lemak dalam tubuh. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Septina dkk (2010) yang menunjukkan bahwa rasio
lingkar perut lingkar pinggang terhadap profil lipid memiliki sensitivitas
yang baik (84.6%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wira Gotera
(2006) yang mendapatkan bahwa dari responden obesitas sentral
mempunyai rerata kolestrol LDL yang meningkat dan kolestrol HDL yang
menurun, yang berarti bahwa rasio LDL/HDL nya tinggi dan jika
dikategorikan termasuk dalam kategori positif.
d. Variabel prediktor tekanan darah terhadap rasio LDL/HDL
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko besar untuk
PJK. Penelitian terhadap suatu populasi secara konsisten menunjukkan
bahwa kenaikan tekanan darah merupakan petunjuk kuat tentang
kemungkinan PJK dalam populasi tersebut. Sebuah studi yang melibatkan
18.000 pegawai negeri pria di London selama tahun tujuh puluhan
menunjukkan bahwa dua per tiga kematian akibat PJK terjadi pada mereka
yang mempunyai tekanan darah tinggi.
Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan
kerusa kan system pembuluh darah arteri, dengan perlahan-lahan arteri
tersebut mengalami proses pergeseran. Pergeseran pembuluh darah
tersebut juga disebabkan oleh meningkatnya kadar kolesterol dalam darah,
proses ini menyempitkan lumen (ruang/rongga) yang terdapat dalam
pembuluh darah sehinga aliran darah menjadi terhalang
Berdasarkan hasil penelitian tabulasi silang diperoleh hasil bahwa
untuk prediktor tekanan darah diperoleh responden yang hipertensi
terhadap rasio LDL/HDL tidak normal memiliki persentase sebesar 66,7 %
sedangkan untuk responden dengan status tekanan darah normal terhadap
rasio LDL/HDL tidak normal yaitu sebesar 37,5 %. Untuk besar sentivitas
variabel prediktor tekanan darah terhadap rasio LDL/HDL diperoleh hasil
sebesar 85,7 %.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairani (2005) menemukan
bahwa pada lansia dengan tekanan darah yang tidak normal (hipertensi),
risiko terjadinya kadar kolesterol LDL tinggi yaitu besarnya 1.38 (95% CI
1.15-1.66) kali, dan lansia wanita lebih berisiko daripada lansia laki-laki.
Sedangkan untuk risiko terjadinya kadar HDL yang rendah yaitu sebesar
0.55 kali. Dengan semakin tingginya kadar LDL dan semakin rendahnya
kadar HDL berarti rasio LDL/HDL yang diperoleh semakin tinggi.
e. Variabel prediktor status merokok terhadap rasio LDL/HDL
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor
risiko utama PJK di samping hipetensi dan hiperkoiesterolemi. Orang yang
merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek
dua faktor utama risiko lainnya. katekolamin dan menurunnya konsumsi
02 akibat inhalasi CO atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan
tahikardi, vasokonstruksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding
pembuluh darah dan merubah 5-10% Hb menjadi carboksi-Hb.
Di samping itu rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol tetapi
mekanismenya belum jelas. Makin banyak jumlah rokok yang diisap,
kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok
penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki-laki
perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV hiperlipidemi dan
hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal pada diabetes disertai
obesitas dan hipertensi ; sehingga orang yang perokok cenderung lebih
mudah terjadi proses aterosklerosis daripada yg bukan perokok.
Dari hasil penelitian dengan tabulasi silang antara prdiktor status
merokok dengan rasio LDL/HDL diperoleh sebanyak 64,0 % responden
dengan status merokok berisiko memiiliki rasio LDL/HDL tidak normal
dan untuk kategori status merokok kurang berisiko terdapat 57,8 % yang
memiliki rasio LDL/HDL tidak normal. Untuk besar sentivitas variabel
prediktor status merokok terhadap rasio LDL/HDL diperoleh hasil sebesar
38,1 %.
Sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh Supriyono
(2008), bahwa sebesar 46,2% responden yang merokok mengalami
hiperkolesterolemia dan sebesar 36,0% mengalami hipertrigliserida.
Demikian halnya dengan kadar LDL dalam darah, sebesar 45,1%
responden yang merokok memiliki nilai LDL > 130 mg/dl (LDL normal :
< 130 mg/dl) dan kadar HDL yang turun dibawah 40 mg/dl yaitu sebanyak
51,9% dari keseluruhan responden yang mempunyai kebiasaan merokok.
Merokok mungkin mempengaruhi sistem kardiovaskular dalam
berbagai cara, termasuk penurunan kadar oksigen dan memicu proses
kerusakan pada jantung itu sendiri. Beberapa penelitian dalam lingkup
kecil juga menunjukkan bukti bahwa merokok dapat menurunkan
kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kolesterol jahat (LDL). Ini
berarti bahwa rasio LDL/HDL juga meningkat. Makin banyak jumlah
rokok yang dihisap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan
yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar
dibandingkan laki – laki perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe
IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan hipertensi, sehingga orang
yang merokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari
pada yang bukan perokok. (Anwar, 2004)
f. Variabel Skor Riskesdas Coronary Heart Disease (CHD) terhadap
rasio LDL/HDL
Skor Riskesdas Coronary Heart Disease adalah merupakan skor yang
diciptakan oleh Citrakesumasari dalam disertasinya. Skor ini merupakan
modifikasi dari skor Jakarta Cardiovaskular dengan mencari variabel
independen yang paling berisiko dan yang mudah dioperasionalkan di
lapangan, tidak saling koloner, tanpa berbasis laboratorium. Sehingga
ditemukan 5 variabel prediktor skor tersebut. Variabel prediktor Skor
Riskesdas Coronary Heart Disease terdiri dari status merokok, lingkar
perut, jenis kelamin, umur, dan tekanan darah. Skor ini digunakan untuk
memprediksi suspek PJK pada individu dan masyarakat.
Untuk menetukan masyarakat atau individu terdeteksi suspek PJK
yaitu dengan gabungan 3 variabel dari 5 variabel yang terpilih sebagai
prediktor dimiliki oleh responden. Dari hasil penelitian Citrakesumasari
(2009) dengan penerapan skor Riskesdas Coronary Heart Disease disetiap
wilayah/provinsi di Indonesia diperoleh bahwa Sulawesi Utara memiliki
peringkat tertinggi (51.2%) wilayah dengan skor Riskesdas ≥3, sedangkan
Sulawesi Selatan berada pada peringkat 10 (42.7%) dari 33 wilayah di
Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian dengan tabulasi silang antara skor
Riskesdas CHD terhadap rasio LDL/HDL diketahui bahwa responden
dengan skor Riskesdas CHD positif memiliki rasio LDL/HDL tidak
normal lebih banyak yaitu 67,3 % dibandingkan dengan responden dengan
skor Riskesdas CHD negative dengan rasio LDL/HDL tidak normal yaitu
38,9 %
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini, hasil
sensitivisitas sebesar 83,3 %. Yang menunjukkan skor Riskesdas Coronary
Heart Disease terhadap rasio LDL/HDL cukup baik sebagai alat skrining
PJK mengingat keuntungan skor Riskesdas CHD yang mudah, murah,
praktis dan tidak berbasiskan laboratorium.
C. Keterbatasan Penelitian
Lokasi penelitian yang terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti
sehingga menghambat waktu penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Unit rawat Jalan
Poliklinik Interna RSUD Kabupaten Pangkep maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Besar Sensitivitas faktor prediktor umur skor Riskesdas CHD terhadap
rasio LDL/HDL yaitu 92,8 % dan ada hubungan yang bermakna antara
variabel umur dengan rasio LDL/HDL ( p = 0,001)
2. Besar Sensitivitas faktor prediktor jenis kelamin skor Riskesdas CHD
terhadap rasio LDL/HDL yaitu 52,3 %, dan tidak ada hubungan yang
bermakna antara variabel jenis kelamin dengan rasio LDL/HDL ( p =
0,170)
3. Besar Sensitivitas faktor prediktor tekanan darah skor Riskesdas CHD
terhadap rasio LDL/HDL yaitu 85,7 % dan ada hubungan yang bermakna
antara variable tekanan darah dengan rasio LDL/HDL ( p = 0,03)
4. Besar Sensitivitas faktor prediktor Lingkar perut skor Riskesdas CHD
terhadap rasio LDL/HDL yaitu 88,1 % dan ada hubungan yang
bermakna antara variable lingkar perut dengan rasio LDL/HDL ( p = 0,01)
5. Besar Sensitivitas faktor prediktor status merokok skor Riskesdas CHD
terhadap rasio LDL/HDL yaitu 38,1 % dan tdak ada hubungan yang
bermakna antara variable status merokok dengan rasio LDL/HDL ( p=
0,61)
6. Besar Sensitivitas skor Riskesdas CHD terhadap rasio LDL/HDL yaitu
83,3 % ada hubungan yang bermakna antara variable skor Riskesdas CHD
dengan rasio LDL/HDL ( p = 0,03)
B. Saran
1. Disarankan agar Instrumen ini lebih banyak diuji di rumah sakit dan
wilayah yang berbeda untuk lebih menambah kevalidasian skor tersebut.
Dan agar bisa diaplikasikan di unit kesehatan dasar seperti Puskesmas
sebagai skrining dini Penyakit Jantung Koroner (PJK).
2. Untuk pasien agar lebih mengontrol tekanan darahnya, menurunkan Berat
Badan dan hindari merokok utamanya bagi mereka yang memang
mempunyai potensi untuk terkena penyakit jantung koroner.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Anggraeni, Farida. 2009. Hubungan Antara Obesitas Sentral dengan Kadar
Kolesterol LDL dan Kadar Trigliserida pada Pasien Poli Rawat Jalan
Ilmu Penyakit Dalam RSU dr. Saiful Anwar. Malang
Anwar, T., Bahri, 2004. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung
Koroner. Sumatera Utara : FK Universitas Sumatera Utara.
------------------------2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung
Koroner. Sumatera Utara : FK Universitas Sumatera Utara.
Bajry, Husen, 2008. Tubuh Anda adalah dokter yang terbaik. Bandung : Hayati
Qualita.
Citrakesumasari, 2009. Model Prediksi Suspek PJK pada Individu dan
Masyarakat di Indonesia. Unhas : Pasca Sarjana Unhas.
Dahlan, M, Sopiyudin. 2009. Penelitian Diagnostik dasar-dasar Teoritis dan
Aplikasi Dengan Progran SPSS dan Satata. Salemba Medika : Jakarta.
D’Adamo dan Whitney, 2007. Eat Right For Your Type Diet Sehat Golongan
Darah. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Departemen Kesehatan RI, 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Laporan
Propinsi Sulawesi Selatan. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Depkes RI.
Dinkes Pangkep, 2009. Profil Kesehatan Kab. Pangkep 2008. Pangkep : Dinkes
Pangkep
Fauziah, Munaya, dkk, 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gotera, Wira,dkk. 2006. Hubungan Antara Obesitas Sentral dengan Adinopektin
pada Pasien Geritari dengan Penyakit Jantung Koroner. UNUD. Denpasar
Hariadi dan Arsad Rahim Ali, 2005. Hubungan Obesitas Dengan Beberapa
Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner di Laboratorium Klinik Prodia.
Makassar.
Kabo, Peter, 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner,
Kesaksian Seorang Ahli Jantung dan ahli Obat. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Khomsan, Ali, 2003. Obesitas Bahaya dan Cara Mengatasinya. Jakarta : Bisnis
Indonesia.
Moore, Mary C,. 2005. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta :
Hipokrates.
Muhammad, As’Adi, 2009. Memahami bahaya Serangan Jantung. Yogyakarta :
Power Books (ihdina).
Murray, R., dkk, 2003. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Nasrun, Hartini, 2010. Hubungan Pola Makan dan Obesitas dengan Kejadian
Jantung Koroner pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Paliati, Heryanto, 2003. Beberapa Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Pada
Pasien Rawat Inap Di Perjan Rs.Dr Wahidin SudiroHusodo Makassar
Tahun 2001-2002. Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Price dan Wilson, 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
Jilid I. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Khairani, Rita, dkk. 2005. Profil lipid pada Penduduk lanjut Usia di Jakarta.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Jakarta.
Riyadi, Slamet dan T. Wijayanti. 2011. Dasar – dasar Epidemiologi. Jakarta :
Salemba Medika.
Russel, Dorothy, 2011. Bebas dari 6 Penyakit Paling Mematikan. Yogyakarta :
Media Pressindo.
Santoso, M dan Setiawan T, 2005. Penyakit Jantung Koroner, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Ukrida.
Sari, Normala. 2011. Hubungan Penyelenggaraan Makanan Dengan Diet Jantung
Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Unit Rawat Inap RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2011. Skripsi Sarjana. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael, 2008. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto.
------------------1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Septina, Tenta, dkk. Studi validasi Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar
Pinggang Lingkar Panggul terhadap Profil Lipid pada Pasien Rawat
Jalan di Poli Jantung RSUP Dr. Sardjito. Jurnal Gizi Klinik. Yogyakarta
Shanty, 2009. Manfaat Serat Makanan pada Penyakit Jantung Koroner. Sumatra
Utara : Fakultas Sumatera Utara.
Silalahi, Jansen dan Sanggam Dera Rosa Tampu bulon, 2002. Asam Lemak Trans
dalam Makanan dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan . Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan, vol XIII, No 2 tahun 2002. Medan : USU.
Supari, Fhadillah, 2002. Peran Asam Lemak Dalam Pencegahan PJK di Indonesia
Dalam Pangan Gizi di Era Desentralisasi: Masalah Strategi
Pemecahannya. Makassar : Pergizi Pangan Indonesia dan Pusat Pangan,
Gizi dan Kesehatan Universitas Hasanuddin.
Supriyono, Maman, 2008. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap
Kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok Usia < 45 tahun
(Studi kasus di rsup dr. Kariadi dan rs telogorejo semarang).
Tungadi, Stacia. 2011. Uji Sensitivitas Skor Riskesdas Coronary Heart Disease
Terhadap Rasio Ldl/Hdl Pada Pasien Rawat Jalan Rs Plamonia Makassar
Tahun 2011 Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Tenriana, A, Ramli. 2011. Uji Sensitivitas Skor Riskesdas Coronary Heart
Disease Terhadap Rasio Ldl/Hdl Pada Pasien Rawat Jalan Rsup Wahidin
Sudiro Husodo Makassar Tahun 2011 Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Yahya, Fauzi. 2010. Menaklukkan Pembunuh No. 1, Mencegah dan Mengatasi
Penyakit Jantung Koroner secara Tepat dan Cepat. Qanita : Bandung.
Widyastuti, Palupi, 2005. Epidemiologi Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Word Healthy Organization, 2006. Method for Estabishing a Surveilance System
for Cardiovascular Disease in Indian Industri Population Volume 84.
WHO : New York.
DOKUMENTASI
No. Responden :
UJI SENSITIVITAS SKOR RISKESDAS CORONARY HEART DISEASE
TERHADAP RASIO LDL/HDL PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUD
KABUPATEN PANGKEP
KUISIONER PENELITIAN
I. Identitas Responden
1. Nama pasien
2. Jenis Kelamin 1. Laki_laki
2. Perempuan
3. Umur
4. Alamat / no.telp
5. Pekerjaan 1. PNS
2. TNI/Polri
3. Pegawai swasta
4. Pedagang
5. IRT
6. Lainnya………..……
6. Pendidikan 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Sarjana
5. Diploma
6. Lainnya………………
II. Hasil Pemeriksaan laboratorium
7. HDL
mg/dl 9. Rasio LDL/HDL
8. LDL mg/dl
III. Pemeriksaan Klinis
10. Tekanan Darah ____________________
IV. Data Antropometri
11. Berat badan
Kg
12. Tinggi badan Cm
13. IMT 14.
Lpi cm
IV. Kebiasaan Merokok
15. Apakah Anda merokok sebulan terakhir ?
1. Ya
2. Tidak
OUTPUT FREQUENSI
Ket.Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Beresiko 58 82.9 82.9 82.9
tidak beresiko 12 17.1 17.1 100.0
Total 70 100.0 100.0
Ket.JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Beresiko 32 45.7 45.7 45.7
tidak beresiko 38 54.3 54.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PNS 22 31.4 31.4 31.4
Pegawai Swasta 2 2.9 2.9 34.3
Pedagang 2 2.9 2.9 37.1
IRT 26 37.1 37.1 74.3
Wiraswasta 12 17.1 17.1 91.4
Petani 5 7.1 7.1 98.6
Pensiunan 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 2 2.9 2.9 2.9
SMP 14 20.0 20.0 22.9
SMA 33 47.1 47.1 70.0
Sarjana 17 24.3 24.3 94.3
Diploma 3 4.3 4.3 98.6
S2 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Ket.HDL
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Normal 32 45.7 45.7 45.7
Tidak Normal 38 54.3 54.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Ket.LDL
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Normal 17 24.3 24.3 24.3
Tidak Normal 53 75.7 75.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
Ket.Rasio
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak normal 42 60.0 60.0 60.0
Normal 28 40.0 40.0 100.0
Total 70 100.0 100.0
Ket.IMT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid underweight 2 2.9 2.9 2.9
normal 38 54.3 54.3 57.1
overweight 7 10.0 10.0 67.1
obes 1 23 32.9 32.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
Ket.TekananDarah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid hipertensi 54 77.1 77.1 77.1
normal 16 22.9 22.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
Ket.LingkarPerut
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid obesitas sentral 55 78.6 78.6 78.6
normal 15 21.4 21.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Ket.Merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Beresiko 25 35.7 35.7 35.7
Tidak Beresiko 45 64.3 64.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Ket.SkorRiskesdas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Beresiko 52 74.3 74.3 74.3
Tidak Beresiko 18 25.7 25.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
OUTPUT CROSSTABS
Ket.Umur * Ket.Rasio Crosstabulation
Ket.Rasio
Total T. Normal Normal
Ket.Umur Beresiko Count 39 19 58
% within Ket.Umur 67.2% 32.8% 100.0%
tidak beresiko Count 3 9 12
% within Ket.Umur 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 42 28 70
% within Ket.Umur 60.0% 40.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.392a 1 .007
Continuity Correctionb 5.737 1 .017
Likelihood Ratio 7.361 1 .007
Fisher's Exact Test .010 .009
Linear-by-Linear
Association 7.287 1 .007
N of Valid Casesb 70
Ket.JenisKelamin * Ket.Rasio Crosstabulation
Ket.Rasio
Total T. Normal Normal
Ket.JenisKelamin Beresiko Count 22 10 32
% within Ket.JenisKelamin 68.8% 31.2% 100.0%
tidak beresiko Count 20 18 38
% within Ket.JenisKelamin 52.6% 47.4% 100.0%
Total Count 42 28 70
% within Ket.JenisKelamin 60.0% 40.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.375a 1 .036
Continuity Correctionb 3.244 1 .072
Likelihood Ratio 4.308 1 .038
Fisher's Exact Test .046 .037
Linear-by-Linear
Association 4.312 1 .038
N of Valid Casesb 70
Ket.LingkarPerut * Ket.Rasio Crosstabulation
Ket.Rasio
Total T. Normal Normal
Ket.LingkarPerut obesitas sentral Count 37 18 55
% within Ket.LingkarPerut 67.3% 32.7% 100.0%
normal Count 5 10 15
% within Ket.LingkarPerut 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 42 28 70
% within Ket.LingkarPerut 60.0% 40.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.657a 1 .017
Continuity Correctionb 4.331 1 .037
Likelihood Ratio 5.581 1 .018
Fisher's Exact Test .035 .019
Linear-by-Linear
Association 5.576 1 .018
N of Valid Casesb 70
Ket.Merokok * Ket.Rasio Crosstabulation
Ket.Rasio
Total T. Normal Normal
Ket.Merokok Beresiko Count 16 9 25
% within Ket.Merokok 64.0% 36.0% 100.0%
Tidak Beresiko Count 26 19 45
% within Ket.Merokok 57.8% 42.2% 100.0%
Total Count 42 28 70
% within Ket.Merokok 60.0% 40.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .259a 1 .611
Continuity Correctionb .065 1 .799
Likelihood Ratio .261 1 .610
Fisher's Exact Test .799 .402
Linear-by-Linear
Association .256 1 .613
N of Valid Casesb 70
Ket.SkorRiskesdas * Ket.Rasio Crosstabulation
Ket.Rasio
Total T. Normal Normal
Ket.SkorRiskesdas Beresiko Count 35 17 52
% within Ket.SkorRiskesdas 67.3% 32.7% 100.0%
Tidak Beresiko Count 7 11 18
% within Ket.SkorRiskesdas 38.9% 61.1% 100.0%
Total Count 42 28 70
% within Ket.SkorRiskesdas 60.0% 40.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.500a 1 .034
Continuity Correctionb 3.393 1 .065
Likelihood Ratio 4.439 1 .035
Fisher's Exact Test .050 .033
Linear-by-Linear
Association 4.435 1 .035
N of Valid Casesb 70
RIWAYAT HIDUP
Nama : Herawati N.
Tempat/ Tanggal Lahir : Padang Loang / 10 Oktober 1990
Alamat di Daerah : Jalan Poros Pare-Sengkang, Desa Padangloang Kab.
Sidrap
Alamat di Makassar : Jl. Perintis Kemerdekaan IV KM 10
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Bugis/ Indonesia
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1996-1999 : TK Aisyah Padangloang
2. Tahun 1999-2004 : SD Neg. 4 Lancirang
3. Tahun 2004-2007 : SMP Neg. 4 Lancirang
4. Tahun 2007-2009 : SMA Neg. 1 Pitu Riawa
5. Masuk tahun 2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Gizi,
Universitas Hasanuddin