Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI MEDIA PASIR
(Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV, Pondok Labu)
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi sebagai Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Nama : HENY SAPTOWATI NIM : 2013817001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Skripsi Juli 2018 Heny Saptowati (2013817001) PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI MEDIA PASIR DI TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI IV PONDOK LABU xv + 84 Halaman + 4 Tabel + 4 Gambar + 18 lampiran
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Kemampuan membaca
permulaan pada anak usia 4-5 tahun melalui media pasir, (2) Cara meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun melalui media pasir.
Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi IV Pondok Labu, Jakarta Selatan. Metode yang digunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun sebanyak 12 orang.
Hasil penelitian diketahui: (1) Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun melalui media pasir pada pra siklus diketahui hanya sebesar 33.7%. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 9.7% yaitu menjadi 43.4%. Sementara itu, pada siklus II kembali terjadi peningkatan sebesar 32.3% sehingga menjadi 75.7%, diketahui bahwa peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan melalui media pasir terjadi peningkatan sesuai dengan target yang telah ditetapkan bahkan melampauinya yaitu sebesar 75%, sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II, (2) Cara meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun melalui media pasir, yaitu dengan menggunakan pasir kering dan basah serta media lainnya media gambar dan mengisi huruf sehingga membentuk kata sesuai dengan gambar yang bermakna, seperti: da-du, ca-be, dan lainnya.
Kata Kunci : Membaca Permulaan, Media Pasir
Daftar Pustaka: 32 buku (1985 – 2012)
ii
iii
iv
v
vi
vii
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Allah SWT,yang telah memberikan saya tugas berat yaitu
Skripsi. Sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W Semoga Hidayah nya dan Syafaatnya diberikan kepada Mahasiswi semester
Akhir yang sedang Berjihad di Medan Skripsi. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Orang tua saya yang selalu mendoakan putra dan putrinya menuju
gerbang kehidupan
2. Suami tercinta Agus Budi Sewoyo yang selalu mensupport dan dengan
sabar menanti kelulusan
3. Anak-anak ku yang selalu bertannya kapan ibu selesainya, Alhamdulilah
nak akhirnya selesai sudah.
4. Dosen Pembimbing ibu Dr. Tiara Astari, M.Pd yang selalu menyempatkan
waktunya.
5. Teman-Teman seperjuangan PG PAUD UMJ angkatan 2013
viii
MOTTO
“ Tidak ada hal yang sia-sia dalam belajar
karena ilmu akan bermanfaat pada waktunya’’
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik
dan lancar. Puji syukur tak lupa dipanjatkan kehadirat Allah SWT, serta
shalawat dan salam tak lupa disanjungkan kepada Rasulullah SAW, keluarga
dan para sahabatnya.
Skripsi yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan
Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Media Pasir Di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV
Pondok Labu” ini disadari masih terdapat kekurangannya, baik dalam
penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat konstruktif sangat diharapkan.
Pada kesempatan ini, tidak lupa diucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah membantu hingga
selesainya skripsi ini, terutama ditujukan kepada:
1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Dr. Diah Andika Sari, M.Pd., selaku Ketua Prodi PGPAUD Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Dr. Tiara Astari M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dan arahannya.
x
4. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, terima kasih atas segala-galanya hingga dapat
terselesaikannya studi ini.
5. Ibu Hartati, S.Pd., selaku Kepala Sekolah TK Pertiwi IV, terima kasih atas
izin dan motivasinya.
6. Guru-guru TK Pertiwi IV, terima kasih atas motivasinya.
7. Suami beserta Ibu dan anak-anakku tercinta terima kasih atas doa dan
bantuannya baik moril maupun spirituil yang tidak henti-hentinya.
8. Teman-teman angkatan 2013, Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
(PG-AUD), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Semua pihak yang telah menjadi jalan kemudahan dalam penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah membalas segala kebaikan dengan balasan yang
setimpal. Amin.
Jakarta, Juli 2018 Penulis,
Heny Saptowati
xi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK………………………………………………………………… LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………
i ii
LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……………… iii LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………… FAKTA INTEGRITAS…………………………………………………… PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH………………
iv v vi
PERSEMBAHAN………………………………………………………… vii MOTTO…………………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR……………………………………………………… ix DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiv DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Fokus Masalah......................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ..................................................... 4
E. Manfaat Penelitian .................................................. 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ............................................................... 6
1. Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan ........ 6
2. Hakikat Konsep Media Pasir ............................... 13
3. Konsep Perkembangan Anak Usia Dini ............... 21
B. Kerangka Berpikir .................................................... 39
C. Hipotesis Tindakan .................................................. 40
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................. 41
B. Metode Penelitian .................................................... 41
C. Prosedur Penelitian .................................................. 42
xii
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan ................................ 42
E. Desain dan Prosedur Tindakan ................................ 43
F. Instrumen Pengambilan Data ................................... 45
G. Teknik Analisis Data ................................................. 48
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .......................................................... 49
B. Hasil Penelitian ........................................................ 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................. 77
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................. 81
B. Saran ....................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 83
LAMPIRAN ...................................................................................... 86
RIWAYAT HIDUP ............................................................................. 110
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Observasi Pra Siklus ................................................ 56
Tabel 4.2 Hasil Observasi Siklus I .................................................... 64
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus II ................................................... 72
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Pra Siklus, Siklus I, dan II ... 75
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia
4-5 Tahun Melalui Media Pasir Pra Siklus ................... 57
Gambar 4.2 Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia
4-5 Tahun Melalui Media Pasir Siklus I ....................... 65
Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia
4-5 Tahun Melalui Media Pasir Siklus II ...................... 73
Gambar 4.3 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan
Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Media Pasir Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II ................................................................. 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Kegiatan Harian (RKH)................................... 86 Lampiran 2 Lembar observasi pra siklus .......................................... 92 Lampiran 3 Lembar observasi siklus I .............................................. 93 Lampiran 4 Lembar observasi siklus II ............................................. 94 Lampiran 5 Data hasil observasi pra siklus ...................................... 95 Lampiran 6 Data hasil observasi siklus I .......................................... 96 Lampiran 7 Data hasil observasi siklus II ......................................... 97 Lampiran 8 Catatan lapangan Pra Siklus ........................................ 98 Lampiran 9 Catatan lapangan Siklus I .............................................. 99 Lampiran 10 Catatan lapangan Siklus II ............................................. 100 Lampiran 11 Foto Hasil Kegiatan Pra Siklus ..................................... 101 Lampiran 12 Foto Hasil Kegiatan Siklus I ........................................... 102 Lampiran 13 Foto Hasil Kegiatan Siklus II .......................................... 103 Lampiran 14 Surat Permohonan Penelitian ........................................ 104 Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian .......................................... 105 Lampiran 16 Lembar Bimbingan ........................................................ 106 Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup Kolaborator ................................. 109 Lampiran 18 Daftar Riwayat Hidup Penulis ........................................ 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak Usia Dini (AUD) adalah sekelompok anak yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya
memiliki pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus
dan kasar), kecerdasan kognitif baik itu daya pikir maupun daya cipta,
sosio emosional, bahasa dan komunikasi yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui anak tersebut.
Oleh karena itu, pada masa ini sangat tepat untuk memberikan
rangsangan yang baik untuk pengembangan membaca permulaan
terutama dalam proses keterampilan berkosakata dalam berbahasa,
perkembangan bahasa merupakan salah satu perkembangan anak yang
sangat penting dan harus diperhatikan sejak dini.
Aspek perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek yang
perlu di kembangkan, dan hal ini merupakan salah satu tujuan
pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu pada masa ini
sangat tepat untuk memberikan rangsangan yang baik untuk
pengembangan bahasa anak, terutama dalam proses membaca
permulaan.
Kemampuan membaca merupakan modal utama bagi
perkembangan kecerdasan seseorang pada masa periode Taman Kanak-
2
kanak. Dengan kemampuan membaca, anak dapat mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan dengan mudah. Kemampuan membaca dirasakan
sangat penting terutama bagi masyarakat yang hidup di zaman modern
sekarang ini yang menuntut untuk dapat membaca dengan baik sejak usia
dini.
Hasil observasi pra penelitian diketahui kemampuan membaca
anak di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan masih jauh dari
harapan. Masih ada beberapa anak yang kurang antusias mengikuti
kegiatan membaca terlihat dari kurang bersemangatnya anak mengikuti
kegiatan pembelajaran membaca. Masih ada anak yang belum mampu
mengucapkan kosa kata dengan jelas misalnya anak belum mampu
menyebutkan kalimat yang asing bagi mereka contohnya anak belum
mampu menyebutkan kata kendaraan, dan bahkan masih ada beberapa
anak yang belum mengerti makna kata, misalnya kata transportasi.
Membaca permulaan sangat berpengaruh terhadap membaca
lanjutan maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan
perhatian pendidik baik orang tua maupun guru. Di sekolah peranan guru
sangat besar dalam menunjang keberhasilan pengajaran membaca
permulaan.
Dalam melakukan pengajaran membaca permulaan hendaknya
guru melakukannya melalui media yang menarik bagi anak didik. Dengan
menggunakan media yang menarik diharapkan anak dapat memunculkan
kepekaannya terhadap minat membaca.
3
Dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan, salah
satu media yang dapat digunakan adalah pasir, pasir memang salah satu
media sumber belajar anak yang sangat mendukung apa lagi di usia 2
sampai 5 tahun. Lihat saja ketika anak dibiarkan bermain pasir, anak
sangat ceria dan gembira. Namun disisi lain orang tua biasanya akan
melarang anak bermain pasir dengan alasan kotor, mengacak-acak pasir,
gatal, dan lain sebagainya. Padahal dengan media ini anak dapat dengan
mudah bereksplorasi sesuai imajinasi dan kreativitasnya. Seperti halnya
membuat benteng, membuat candi, memasukkan dan mengosongkan dan
lain lain.
Maka dari itu kegiatan yang menggunakan media pasir tersebut
dapat membantu anak melaksanakan tugas perkembangan motorik halus
dengan baik, karena kegiatan tersebut melatih anak untuk
mengkoordinasikan otot-otot halus yaitu jari-jemari dan pergelangan
tangan, hal ini merupakan latihan agar kemampuan motorik halus anak
pada jari-jemari dan pergelangan tangannya lentur, sehingga anak
mempunyai kekuatan dalam memegang pensil, crayon, gunting dan lain-
lain yang dapat membantu aktivitas anak dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul. “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan
Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Penggunaan Media Pasir di Taman Kanak-
kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan”.
4
B. Fokus Masalah
Peneliti memfokusi permasalahan pada:
1. Kemampuan membaca permulaan anak belum berkembang secara
maksimal.
2. Media pembelajaran yang kurang bervariasi.
3. Penggunaan media pembelajaran masih terbatas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah kemampuan membaca permulaan anak usia 4-5 tahun di
Taman Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan dapat ditingkatkan
melalui media pasir ?
2. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak
usia 4-5 melalui media pasir tahun di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV
Jakarta Selatan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan pada
anak usia 4-5 tahun melalui media pasir.
2. Untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan membaca
permulaan pada anak usia 4-5 tahun melalui media pasir.
5
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagi mahasiswa, khususnya calon guru, untuk menambah wawasan
mengenai pentingnya mengajarkan anak tentang kemampuan
membaca permulaan serta menumbuhkan suasana belajar yang aman
dan menyenangkan bagi peserta didik dengan media pasir.
2. Bagi guru, dapat menambah wawasan dan meningkatkan metode dan
media pembelajaran yang dapat menumbuhkan kesenangan dan
minatbelajar bagi peserta didik.
3. Bagi lembaga sekolah yang diteliti, kiranya termotivasi untuk
memberikan peluang kepada terciptanya kerjasama yang harmonis
antar lembaga pendidikan sekolah dengan lembaga pendidikan
keluarga, sehingga memberikan dukungan guna meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep Kemampuan Membaca Permulaan
a. Pengertian Membaca
Membaca adalah kunci ilmu dan membaca adalah jendela
dunia. Oleh karena itu membaca harus menjadi aktifitas semua
orang. Menurut Bunda Aini (2006:13) membaca adalah aktifitas yang
pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW
(Intisari Al-Quran Surah Al-Alaq) ketika beliau diangkat menjadi Rasul
penyampai risalah untuk seluruh manusia. Sabda Beliau yang
mengisyaratkan wajib belajar atau menuntut ilmu sejak lahir hingga
ajal menjelang, melingkupi seluruh umat manusia. Dengan demikian,
sudah selayaknya kita selalu ikut aktif dalam barisan pertama dan
mengambil barisan utama dalam memasyarakatkan budaya
membaca, bagi diri sendiri, keluarga, dan dimanapun kita berada.
Menurut Farida Rahim (2008:23) membaca pada hakekatnya
adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual,
berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sementara Nuhadi
(1995:340) menyatakan bahwa membaca adalah suatu interprestasi
7
simbol-simbol tertulis atau menangkap makna dari rangkaian huruf
tertentu.
Pendapat Klein yang dikutip Farida Rahim (2008:22)
mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca
merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3)
membaca merupakan interaktif. Jadi merupakan suatu proses
dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk
makna.
Pendapat Elley yang dikutip oleh Hadi (1997:49) bahwa
membaca pada anak Taman Kanak-kanak dapat didefinisikan “the
ability to understand and use those written language forms requiret by
scolety and / or valued by individual.
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
membaca meliputi kemampuan mengerti dan menggunakan bahasa
tertulis. Mengerti mengandung arti adanya kegiatan mengenali dan
memahami.Kegiatan mengenali huruf dan suku kata-kata.
Sedangkan kegiatan memahami meliputi kemampuan memahami
kalimat dan teks.Kalimat disini adalah kalimat sederhana.
Seorang anak harus mengerti huruf terlebih dahulu barulah ia
belajar merangkaikan huruf menjadi suku kata dan kata-kata yang
berarti, sehingga pada akhirnya anak memahami satu kalimat secara
keseluruhan.
8
Budihasti mengutip pendapat Gray dalam Reni Akbar Hawadi
(2001:36-37) menyebutkan ada beberapa komponen membaca di
antaranya yaitu: 1) Pengenalan kata-kata. Disini penekanannya pada
pengenalan, persamaan antara apa yang di ucapkan dan apa yang di
tulis sebagai simbol, istilahnya decoding. 2) Pengertian. Selain
mengenali symbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang
terpenting adalah mengerti apa yang dibaca. 3) Reaksi. Diharapkan
ada reaksi terhadap hal yang dibaca. 4) Penggabungan. Asimilasi
ide-ide yang diharapkan dari mereka dengan pengalaman si
pembaca di masa lalu.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan komponen
membaca yaitu pengenalan kata, pengertian, reaksi, dan
penggabungan kata.
b. Kemampuan Membaca pada Anak Usia Dini
Menurut Thomson yang dikutip Budihastuti dalam Hawadi
(2001:37) bahwa waktu yang paling tepat untuk belajar membaca
adalah saat anak duduk di Taman Kanak-kanak. Pada masa ini rasa
ingin tahu anak berkembang sehingga anak banyak melontarkan
pertanyaan-pertanyaan. Mereka juga sudah lebih siap menerima hal-
hal yang dilihatnya di sekolah. Di samping itu, keterikatan akan hal-
hal yang konkrit semakin berkurang dan sebaliknya kemampuan
9
mereka berkembang menjadi lebih abstrak untuk itu anak sudah bisa
dilibatkan pada simbol-simbol.
Dari pendapat yang dituangkan dapat disimpulkan bahwa
anak usia dini sudah bisa diajarkan membaca akan tetapi harus
sesuai dengan tahap perkembangan anak dengan memberikan
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dibantu dengan
berbagai media pembelajaran sehingga proses pembelajaran
membaca bagi anak dapat menambah pengetahuan baru,
pengetahuan anak menjadi luas, dan kecakapan berbahasa anak
juga semakin bertambah.
Menurut Martini Jamaris (2006:53) anak usia Taman Kanak-
kanak telah memiliki dasar kemampuan untuk membaca dan menulis.
Dasar kemampuan yang dimiliki anak usia Taman Kanak-kanak
dapat dilihat melalui: 1) Kemampuan dalam melakukan koordinasi
gerak visual dan kordinasi gerak motorik. Gerakan ini secara khusus
dapat dilihat pada waktu anak menggerakan bola matanya bersama
dengan tangan dalam membalik buku gambar atau buku lainnya, 2)
Kemampuan dasar membaca ini dapat dilihat dari kemampuan anak
tersebut dalam melakukan diskriminasi secara visual, yaitu
kemampuan dalam membedakan berbagai bentuk.Seperti bentuk
segi tiga, lingkaran, segi empat, atau bentuk lainnya. kemampuan ini
merupakan dasar untuk membedakan huruf, 3) Kemampuan dalam
kosa kata anak usia Taman Kanak-kanak telah memiiki kosakata
10
yang cukup jelas, dan 4) Kemampuan diskriminasi auditor atau
kemampuan membedakan suara yang di dengar. Kemampuan ini
berguna untuk membedakan suara atau bunyi huruf.kemampuan
dasar membaca ini merupakan fondasi yang melandasi
pengembangan kemampuan membaca.
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan dasar membaca sudah ada dalam diri Anak Usia Dini,
kemampuan membaca dan menulis adalah suatu kesatuan utuh yang
tidak bisa dipisahkan.
Menurut Martini Jamaris (2006:54-55) mengemukakan bahwa
tahapan membaca terdiri atas beberapa tahap diantaranya:
1) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan
Tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan
menyadari bahwa buku itu penting, melihat dan membalik-balik
buku, dan kadang-kadang ia membawa buku kesukaannya. Pada
tahap ini, orang tua atau guru perlu memberikan contoh tentang
perlunya membaca, atau membacakan suatu buku pada anak dan
membicarakan buku itu dengan anak.
2) Tahap membaca gambar
Pada tahap ini, anak usiaTaman Kanak-kanak telah dapat
memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan
diridalam kegiatan membaca,pura-pura membaca buku, memberi
makna pada gambar, menggunakan bahasa buku walaupun tidak
11
cocok dengan tulisanya. Anak sudah menyadari bahwa buku
memiliki karakteristik khusus, seperti judul, halaman, huruf, kata-
kata dan kalimat, serta tanda baca. anak sudah menyadari bahwa
buku terdiri daribagian depan, tengah, dan bagian akhir.
3) Tahap pengenalan bacaan
Pada tahap ini, anak usiaTaman Kanak-kanak telah dapat
menggunakan tiga sistem bahasa, seperti fonem (bunyi huruf),
semantik (arti kata) dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara
bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan
mulai mengingat kembali cetakan hurufnya dan konteksnya. Anak
mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda- benda yang
ada di lingkungannya.Seperti kotak susu, pasta gigidll. Pada tahap
ini, orang tua masih perlu membacakan sesuatu pada anak
sehingga mendorong anak membaca sesuatu dalam berbagai
situasi.
4) Tahap membaca lancar
Tahap ini, anak sudah mulai membaca lancar berbagai jenis
buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari.
Kemampuan membaca dalam perkembangannya mengalami
tahapan-tahapan tertentu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(2000:7) membagi tahapan membaca menjadi lima tahap yaitu: 1)
Tahap fantastik. Tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku,
12
melihat atau membolak-balikkan buku dan kadang-kadang membawa
buku kesukaannya, 2) Tahap pembentukan konsep diri. Pada tahap
ini anak memandang dirinya sebagai pembaca dan mulai melibatkan
diri dalam kegiatan membaca dan pura-pura membaca buku, 3)
Tahap membaca gambar.Tahap ini anak sadar pada cetakan yang
tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, 4) Tahap
pengenalan bacaan. Tahap ini anak mulai menggunakan tiga system
isyarat yaitu graphonik, semantic, dan sintaksis, dan 5) Tahap
membaca lancar. Tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku
yang berbeda secara bebas.
Dapat disimpulkan bahwa tahapan kemampuan membaca
dimulai dari anak mulai mengenal lambang huruf, meniru huruf,
menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata yang sama,
menyebutkan kata-kata yang dikenalnya, menirukan kembali urutan
kata, mengerti perintah yang diberikan, dapat menjawab pertanyaan,
menghubungkan gambar dengan kata, mengulang kalimat sederhana
secara keseluruhan dan melengkapi kalimat sederhana yang sudah
dimulai guru. Hal ini dapat menjadi pedoman bagi orang tua atau
tenaga pengajar anak usia dini dalam memberikan stimulasi
pengenalan membaca pada anak.
2. Konsep Media Pasir
a. Pengertian Media Pembelajaran
13
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab
media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerimapesan (Azhar Arsyad, 2011:3).
Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad
(2011:3), media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau
sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media.
Sedangkan menurut Criticos (dalam Daryanto, 2011:4) media
merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai
pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan
pembelajaran kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu
dengan cara guru berperan sebagai penyampai informasi dan dalam
hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai.
Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Menurut
Heinich yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011:4), media
pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi
14
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud
pengajaran antara sumber dan penerima.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan minat siswa dalam proses belajar.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media dan sumber belajar Secara umum manfaat
media adalah memperlancar interaksi guru dan siswa, dengan
maksud untuk membantu siswa belajar secara optimal. Namun
demikian, secara khusus manfaat media pembelajaran seperti
dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (1985), yaitu: 1) Penyampaian
materi pembelajaran dapat diseragamkan, 2) Guru mungkin
mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang sesuatu hal.
Melalui media, penafsiran yang beraneka ini dapat direduksi,
sehingga materi tersampaikan secara seragam. 3) Proses
pembelajaran menjadi lebih menarik. 4) Media dapat menyampaikan
informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual),
sehingga dapat mendeskripsikan prinsip, konsep, proses maupun
prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas
dan lengkap. 5) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. 6) Jika
15
dipilih dan dirancang dengan benar, maka media dapat membantu
guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa
media, guru mungkin akan cenderung berbicara “satu arah” kepada
siswa. 7) Jumlah waktu belajar dapat dikurangi. 8) Seringkali terjadi,
para guru banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan materi
ajar. Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu, jika
mereka memanfaatkan media dengan baik. 9) Kualitas belajar siswa
dapat lebih ditingkatkan. 10) Penggunaan media tidak hanya
membuat proses pembelajaran lebih efesien, tetapi juga membanu
siswa menyerap materi ajar secara lebih mendalam dan utuh. 11)
Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. 12)
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa
bergantung pada keberadaan guru. 13) Sikap positif siswa terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan. 14) Dengan media, proses
pembelajaran menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan
kecintaan dan apresiasi siswa pada ilmu pengetahuan dan proses
pencarian ilmu. 15) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih
positif dan produktif. 16) Dengan media, guru tidak perlu mengulang-
ulang penjelasan, namun justru dapat mengurangi penjelasan verbal
(lisan), sehingga guru dapat memberikan perhatian lebih banyak
kepada aspek pemberian motivasi, perhatian, bimbingan, dan
sebagainya.
16
c. Fungsi Media Pembelajaran
Secara rinci Sadiman (1990) menyatakan bahwa fungsi
media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Dengan
menggunakan media pembelajaran pesan yang akan
dikomunikasikan menjadi jelas dan dapat dipahami. 2) Digunakan
untuk mengatasi keterbatasan indra, ruang dan waktu. 3) Dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar. 4)
Memungkinkan interaksi langsung antara murid dengan lingkungan
dan realita belajar. 5) Dapat memberikan rangsangan dan
pengalaman belajar yang sama dan membangkitkan persepsi yang
sama pula walau ada perbedaan pada setiap individu siswa.
Senada dengan pendapat tersebut, Levie dan Lentz
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media
visual, yaitu: 1) Fungsi Atensi. Fungsi atensi media visual merupakan
inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran. 2) Fungsi Afektif. Fungsi afektif media visual
dapat terlihat dari tingkat kesenangan siswa ketika belajar (atau
membaca teks) yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa. 3) Fungsi Kognitif. Fungsi kognitif
media visual terlihat dari temua-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa bahwa lambang visual atau gambar
17
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.4) Fungsi
Kompensatoris Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari
hasil penelitian bahwa media visual mengakomodasi siswa yang
lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau secara verbal.
Sudjana dkk.(1989) memandang peran media sangat penting
dalam proses pembelajaran. Media berperan sebagai alat dan
sumber belajar bagi siwa. Sebagai alat, media berperan sebagai alat
untuk memperjelas bahan pengajaran, jadi media digunakan guru
sebagai variasi penjelasan verbal mengenai materi pembelajaran;
sedang sebagai sumber belajar bagi siswa, media berisi bahan-
bahan yang harus dipelajari siswa baik secara individu maupun
sebagai kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan media
pembelajaran merupakan segala bentuk baik berupa manusia, materi
atau kejadian yang membangun kondisi tertentu sebagai sarana
perantara dalam proses belajar mengajar untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran yang memiliki manfaat yaitu dapat memperjelas
pesan agar tidak terlalu verbalitis, mengatasi keterbatasan, memberi
rangsangan yang dapat menyamakan pemahaman siswa serta dapat
memberikan pembelajaran yang efektif dan efisien.
18
d. Pengertian Pasir
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pasir berarti, butiran
kecil atau halus. Pasir merupakan suatu komponen yang berasal dari
alam. Bermain pasir merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi
anak. Selain menyenangkan, banyak aspek yang bisa dikembangkan
dari permainan pasir salah satunya yaitu aspek kemampuan
membaca permulaan anak.
Menurut Montolalu B.E.F (dalam Rufaida, 2013:3) Permainan
pasir sangat bermanfaat bagi perkembangan fisik, kognitif, sosial dan
emosional anak.
Menurut Dodge dalam (Rufaida, 2013:4), cara anak-anak
bermain dengan pasir tidak selalu sama. Seorang anak mungkin lebih
berpengalaman bermain pasir, ini dikarenakan pengalaman
sebelumnya dan kemajuan perkembangan setiap anak.
Menurut Dogde (dalam Rufaida, 2013:5), tahapan bermain
pasir yaitu:
1) Tahap pertama, yaitu eksplorasi sensori-motor yang berhubungan
dengan panca indera. Pada tahap ini, anak mulai mengenali sifat-
sifat pasir. Mereka juga mengalami perasaan yang aneh ketika
pasir melalui sela-sela jarinya, atau mengotori tangannya.
2) Tahap kedua, anak-anak menggunakan pengalaman belajar
mereka untuk suatu tujuan. Bermain merupakan aktivitas anak-
19
anak dengan perencanaan, percobaan, kegiatan-kegiatan dengan
pasir atau air.
3) Tahap ketiga, anak-anak menyempurnakan hasil dari tahap
sebelumnya. Pada tahap ini pengalaman anak ditunjukkan dalam
keruwetan kegiatan yang mereka rencanakan sendiri.
Menurut Anggani Sudono (2000:115) anak-anak suka
bereksplorasi dengan tanah, lumpur dan pasir, dan kekayaan
bereksperimen dengan pasir tidak ternilai harganya.
e. Manfaat Media Pasir
Manfaaat bermain dengan menggunakan media pasir bagi
anak usia dini, yaitu: 1) Stimulasi motorik halus. 2) Dengan
permainan pasir seperti yang dijelaskan di atasdapat melatih motorik
halus anak. Ketika anak meraba-raba, meremas-remas dan
memindahkan pasir dari satu tempat ke tempat yang lain
menggunakan tangan, maka anak telah melatih motorik halusnya. 3)
Melatih koordinasi antara mata dengan tangan,
mengembangkan koordinasi antara mata dengan tangan merupakan
hal yang sangat penting bagi anak kecil, dan dengan bermain pasir
inilah anak diharapkan mampu mengkoordinasikan mata dengan
tangannya. Ketika anak memasukan pasir ke dalam aqua bekas yang
kosong, anak berusaha sebisa mungkin agar pasir yang ada di
genggaman tangannya bisa masuk semua ke dalam botol aquanya
20
supaya lebih cepat terisi penuh. Disinilah anak mengkoordinasikan
tangan dengan matanya, dimana anak berusaha menaruh tangannya
yang berisi pasir supaya berada tepat di atas botol aquanya. 4)
Melatih konsentrasi. Bermain memasukan pasir ke dalam botol tidak
mudah bagi anak-anak usia 2 sampai 5 tahun, mereka membutuhkan
konsentrasi supaya pasir yang ada dalam genggaman tangannya
bisa masuk ke dalam botol aqua bekas yang kosong, terlebih jika
lubangnya semakin kecil maka anak membutuhkan konsentrasi yang
lebih. 5) Mengenalkan anak pada konsep hubungan. Ketika botol
yang sudah terisi oleh pasir, ternyata jika botolnya dikocok-
kocok/digoyangkan akan menghasilkan bunyi. Disinilah adanya
konsep hubungan bahwa, bunyi dihasilkan ketika ada pasir dan botol
aqua kosong. 6) Ketika mengisi 2 botol aqua kosong dengan ukuran
yang berbeda, dapat melatih berfikir matematis anak (menggunakan
otak kiri). Di sini anak bisa belajar bentuk, jika pasir dimasukan ke
dalam aqua ternyata bentuknya menyerupai aqua. Selain itu anak
juga biasa belajar volume, yaitu ketika kedua botol diisi dengan
ukuran yang berbeda maka anak dapat mengetahui bahwa botol
yang satu lebih banyak pasirnya dan botol yang lainnya lebih sedikit
pasir. 7) Anak mampu menyebutkan manfaat pasir dalam kehidupan
nyata misalnya, untuk membua trumah, ketika akan memasang
keramik lantai, ketika akan mengecor. Anak juga mampu
21
menyebutkan asal pasir misalnya, dari kali, dari pantai, dari angkutan
truk. 8) Pasir adalah salah satu media permainan yang disukai anak.
Aspek yang dikembangkan adalah: 1) Aspek kognitif, anak
memikirkan cara agar tangannya yang diatas botol dan berisi pasir itu
bisa pas dengan lubang botol aqua supaya pasirnya masuk semua
ke dalam botol aqua. 2) Motorik halus, anak bermain pasir dengan
menggunakan tangan, maka motorik halus anak akan berkembang.
3) Bahasa, anakdapatmenyebutkanwarna, tekstur, bunyi, kegunaan
dari pasir. 4) Aspeks osial emosional, anak bisa bekerjasama dengan
temannya dalam memasukan pasir ke dalam botol dan bisa melatih
kesabaran anak, ketekunan dan ketelitian dalam menyusun
memasukan pasir tersebut.
3. Konsep Perkembangan Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun.
Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010:7), anak usia dini
adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun.
Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta, 2012:31) adalah
individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio emosional,
kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan
tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
22
Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia
dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental. Masa
anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau masa
emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa
peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat.
Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu
memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan
seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan
stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu
menjalani tugas perkembangannya dengan baik.
Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung
senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri
dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri.
Dengan demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai
optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik
maupun perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting
untuk dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif,
bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.
b. Karakteristik Anak Usia 4-5 Tahun
23
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara
fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010:
1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara lain; 1) memiliki rasa ingin
tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi
dan berimajinasi, 4) masa paling potensial untuk belajar, 5)
menunjukkan sikap egosentris, 6) memiliki rentang daya konsentrasi
yang pendek, 7) sebagai bagian dari makhluk sosial, penjelasannya
adalah sebagai berikut. Usia dini merupakan masa emas, masa
ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Pada usia ini anak paling peka dan potensial untuk
mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini
dapat kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa yang mereka
lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan
terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya.
Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri
yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan.
Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan
faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak. Anak usia dini
suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi pengembangan
kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka membayangkan dan
mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata. Salah satu
khayalan anak misalnya kardus, dapat dijadikan anak sebagai mobil-
mobilan. Rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk
24
tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-
hal yang biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan
dengan satu kegiatan saja.
Bahkan anak mudah sekali mengalihkan perhatiannya pada
kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik. Anak yang egosentris
biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dan
tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya, misalnya
anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika keinginannya
tidak dipenuhi.
Anak sering bermain dengan teman-teman di lingkungan
sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi. Apabila
anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka
anak anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak
akan belajar menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia
membutuhkan orang lain di sekitarnya.
Pendidik perlu memahami karakteristik anak untuk
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Pendidik dapat memberikan
materi pembelajaran sesuai dengan perkembangan anak.
Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini (Hibama S
Rahman, 2002: 43-44) adalah sebagai berikut.
25
Tabel 2.1 Karakteristik Anak Usia Dini
Usia Karakteristik
0 – 1 tahun 1. Keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.
2. Keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulut.
3. Komunikasi sosial anak yaitu komunikasi dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi
2 – 3 tahun 1. Anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif.
2. Anak mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu dengan berceloteh. Anak belajar berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
3. Anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada faktor lingkungan karena emosi lebih banyak ditemui pada lingkungan
4 – 6 tahun 1. Perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak.
2. Perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya. Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya.
4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun dilakukan anak secara bersama-sama
7 – 8 tahun 1. Dalam perkembangan kognitif, anak mampu berpikir secara analisis dan sintesis, deduktif dan induktif (mampu berpikir bagian per bagian).
26
2. Perkembangan sosial, anak mulai ingin melepaskan diri dari orangtuanya. Anak sering bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebayanya.
3. Anak mulai menyukai permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
4. Perkembangan emosi anak mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak.
Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Richard
Kellough (dalam Kuntjojo, 2010:65) adalah sebagai berikut: 1)
egosentris, 2) memiliki curiosity yang tinggi, 3) makhluk sosial, 4) the
unique person, 5) kaya dengan fantasi, 6) daya konsentrasi yang
pendek, 7) masa belajar yang paling potensial. Egosentris adalah
salah satu sifat seorang anak dalam melihat dan memahami sesuatu
cenderung dari sudut pandang dan kepentingan diri sendiri. Anak
mengira bahwa semuanya penuh dengan hal-hal yang menarik dan
menakjubkan. Melalui interaksi dengan orang lain anak membangun
konsep diri sehingga anak dikatakan sebagai makhluk sosial. Anak
memiliki daya imajinasi yang berkembang melebihi apa yang
dilihatnya. Anak juga memiliki daya perhatian yang pendek kecuali
terhadap hal-hal yang bersifat menyenangkan bagi anak.
Berbagai perbedaan yang dimiliki anak penanganan yang
berbeda mendorong pada setiap anak. Pada masa belajar yang
potensial ini, anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan
berkembang dengan cepat. Anak usia dini merupakan masa peka
27
dalam berbagai aspek perkembangan yaitu masa awal
pengembangan kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional,
serta kognitif.
Menurut Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2003: 56-72), anak
memiliki 4 tingkat perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori
motorik (0-2 tahun), pra operasional konkrit (2-7 tahun), operasional
konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas).
Dalam tahap sensori motorik (0-2 tahun), anak
mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan fisik. Anak lebih
banyak menggunakan gerak reflek dan inderanya untuk berinteraksi
dengan lingkungannya. Pada perkembangan pra operasional, proses
berpikir anak mulai lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau
kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan,
pendengaran, atau jangkauan tangannya.
Pada tahap operasional konkrit, anak sudah dapat
memecahkan persoalan-persoalan sederhana yang bersifat konkrit
dan dapat memahami suatu pernyataan, mengklasifikasikan serta
mengurutkan. Pada tahap operasional formal, pikiran anak tidak lagi
terbatas pada benda-benda dan kejadian di depan matanya. Pikiran
anak terbebas dari kejadian langsung.
Dilihat dari perkembangan kognitif, anak usia dini berada pada
tahap pra operasional. Anak mulai proses berpikir yang lebih jelas
28
dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua
berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya.
Anak mampu mempertimbangkan tentang besar, jumlah, bentuk dan
benda-benda melalui pengalaman konkrit. Kemampuan berfikir ini
berada saat anak sedang bermain.
c. Aspek Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun
1) Perkembangan Fisik/Motorik
Perkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi
kehidupan anak baik secara langsung ataupun tidak langsung
(Hurlock, 2004:114). Hurlock menambahkan bahwa secara
langsung, perkembangan fisik akan menentukan kemampuan
dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan
perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak
memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Perkembangan fisik meliputi perkembangan badan , otot
kasar dan otot halus, yang selanjutnya lebih disebut dengan
motorik kasar dan motorik halus (Slamet Suyanto, 2005: 49).
Perkembangan motorik kasar berhubungan dengan
gerakan dasar yang terkoordinasi dengan otak seperti berlari,
berjalan, melompat, memukul dan menarik. Sedangkan motorik
halus berfungsi untuk melakukan gerakan yang lebih spesifik
seperti menulis, melipat, menggunting, mengancingkan baju dan
29
mengikat tali sepatu. Berk menyatakan bahwa anak usia lima
tahun memiliki banyak tenaga seperti anak usia empat tahun,
tetapi keterampilan gerak motorik halus maupun kasar sudah
mulai terarah dan terfokus pada tindakan mereka (Caroll Seefelt
dan Barbara A.Wasik, 2008: 67).
Keterampilan gerak motorik menjadi lebih diperhalus dan
keterampilan gerak motorik kasar menjadi lebih gesit dan serasi.
Pada usia kanak-kanak 4-6 tahun, keterampilan dalam
menggunakan otot tangan dan otot kaki sudah mulai berfungsi.
Keterampilan yang berhubungan dengan tangan adalah
kemampuan memasukan sendok kedalam mulut, menyisir
rambut, mengikat tali sepatu sendiri, mengancingkan baju,
melempar dan menangkap bola, menggunting, menggores pensil
atau krayon, melipat kertas, membentuk dengan lilin serta
mengecat gambar dalam pola tertentu.
2) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana
pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir
(Mansur, 2005:33).
Keat (dalam Endang Purwanti dan Nur Widodo, 2005: 40)
menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan proses
mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan
pengetahuan, pembuatan perbandingan, berfikir dan mengerti.
30
Proses mental yang dimaksud adalah proses pengolahan
informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensi, belajar,
pemecahan masalah dan pembentukan konsep. Hal ini juga
menjangkau kreativitas, imajinasi dan ingatan. Pada tahap ini
anak mulai menunjukan proses berfikir yang jelas. Anak mulai
mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan
gambar. Penguasaan bahasa anak sudah sistematis, anak dapat
melakukan permainan simbolis. Namun, pada tahap ini anak
masih egosentris. (Slamet Suyanto, 2005: 55).
Sementara itu Santrock (2007: 253) menyatakan bahwa
pada tahap praoperasional, anak mulai merepresentasikan
dunianya dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar. Anak
mulai berfikir simbolik, pemikiran-pemikiran mental muncul,
egosentrisme tumbuh, dan keyakinan magis mulai terkonstruksi.
Pada tahap praoperasional dapat dibagi dalam sub-sub tahap,
yaitu sub tahapan fungsi simbolik dan sub tahapan pemikiran
intuitif. Sub tahap fungsi simbolik terjadi antara usia 2 sampai 4
tahun. Dalam sub tahap ini anak mulai dapat menggambarkan
secara mental sebuah objek yang tidak ada.
Menurut DeLoache (dalam Santrock, 2007:253),
kemampuan ini akan sangat memperluas dunia anak. Pada usia
ini anak-anak mulai menggunakan desain-desain acak untuk
menggambar orang, rumah, mobil, awan dan sebagainya.
31
Mereka mulai menggunakan bahasa dan melakukan
permainan “pura-pura”. Namun pada sub tahap ini anak masih
berfikir egosentris dan animisme. Anak belum mampu
membedakan perspektif diri sendiri dan perspektif orang lain Sub-
tahap pemikiran intuitif, terjadi antara usia 4 sampai 7 tahaun.
Anak mulai mempraktikan penalaran primitif dan ingin mengetahui
jawaban dari berbagai pertanyaan. Namun anak masih berfikir
secara sentralisasi, yaitu pemusatan perhatian pada suatu
kerakteristik dan pengabaian karakteristik lain. Cara berfikir anak
pada tahap ini masih irreversible (tidak dapat dibalik). Anak belum
mampu meniadakan suatu tindakan dari arah sebaliknya.
Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008:81) menyatakan
bahwa imajinasi anak anak usia 5 tahun mulai berkembang,
masih berfikir hal yang konkret, dapat melihat benda dari kategori
yang berbeda, senang menyortir dan mengelompokan,
pemahaman konsep meningkat, dan mengetahui tentang apa
yang asli dan palsu.
Dari kajian mengenai perkembangan kognitif anak
diketahui bahwa unsur yang menonjol pada tahap pre-operasional
adalah mulai digunakanya bahasa simbolis yang berupa
gambaran dan bahasa ucapan. Anak dapat berbicara tanpa
dibatasi waktu sekarang dan dapat membicarakan satu hal
bersama-sama. Dengan bahasa anak dapat mengenal bermacam
32
benda dan mengetahui nama-nama benda yang dikenal melalui
pendengaran dan penglihatanya. Perkembangan bahasa ini akan
sangat memperlancar perkembangan kognitif anak.
3) Perkembangan Bahasa
Penguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum
alami, yaitu mengikuti bakat, kodrat dan ritme yang alami.
Menurut Lenneberg perkembangan bahasa anak berjalan sesuai
jadwal biologisnya (Eni Zubaidah, 2003:13).
Hal ini dapat digunakan sebagai dasar mengapa anak pada
umur tertentu sudah dapat berbicara, sedangkan pada umur
tertentu belum dapat berbicara. Perkembangan bahasa tidaklah
ditentukan pada umur, namun mengarah pada perkembangan
motoriknya. Namun perkembang tersebut sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Bahasa anak akan muncul dan berkembang melalui
berbagai situasi interaksi sosial dengan orang dewasa (Kartini
Kartono, 2008: 127). Bahasa memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari.
Suhartono (2005:13-14) menyatakan bahwa peranan
bahasa bagi anak usia dini diantaranya sebagai sarana untuk
berfikir, sarana untuk mendengarkan, sarana untuk berbicara dan
sarana agar anak mampu membaca dan menulis.
Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan keinginan
dan pendapatnya kepada orang lain. Anak-anak usia 5 tahun
33
telah mampu menghimpun 8000 kosakata. Mereka dapat
membuat kalimat pertanyaan, kalimat negatif, kalimat tunggal,
kalimat mejemuk, serta bentuk penyususunan lainnya. Mereka
telah belajar menggunakan bahasa dalam situasi yang berbeda
(Gleason dalam Slamet Suyanto, 2005: 74).
Mansur (2005: 36), menyatakan bahwa kemampuan
bahasa berkaitan erat dengan kemampuan kognitif anak,
walaupun mulanya bahasa dan pikiran merupakan dua aspek
yang berbeda. Namun sejalan dengan perkembangan kognitif
anak, bahasa menjadi ungkapan dari pikiran.
Ninio dan Snow seperti yang dikutip Caroll Seefelt dan
Barbara A.Wasik (2008:76) menambahkan bahwa, anak usia 5
tahun semakin pintar dalam kemampuan mereka
mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka dengan kata-
kata.
Menurut Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 74)
karakteristik perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:
a) Anak pada usia 4 tahun: (1) Menguasai 4.000 – 6.000 kata, (2)
Mampu berbicara dalam kalimat 5-6 kata, (3) Dapat
berrpartisipasi dalam percakapan, sudah mampu
mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapinya. 4)
Dapat belajar tentang kata mana yang diterima secara sosial
dan mana yang tidak.
34
b) Anak pada usia 5 tahun: (1) Perbendaharaan kosakata
mencapai 5000 – 8.000 kata, (2) Stuktur kalimat menjadi lebih
rumit, (3) Berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata
bahasa kecuali pada beberapa kesalahan pelafalan, (4) Dapat
menggunakan kata ganti orang dengan benar, (5) Mampu
mendengarkan orang yang sedang berbicara, (6) Senang
menggunakan bahasa untuk permainan dan cerita.
Berdasarkan kajian mengenai perkembangan bahasa anak
diketahui bahwa perkembangan bahasa anak terjadi dalam
interaksi dengan lingkungan. Bahasa merupakan ungkapan dari
apa yang difikirkan anak, sehingga bahasa memiliki peran yang
sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain.
4) Perkembangan Emosi
Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan
perpaduan antara gejolak fisiologis dan gelaja perilaku yang
terlihat (Mansur, 2005: 56). Perkembangan emosi memainkan
peranan yang penting dalam kehidupan terutama dalam hal
penyesuaian pribadi dan sosial anak dengan lingkungan.
Adapun dampak perkembangan emosi adalah sebgaai
berikut: 1) emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-
hari, 2) emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan, 3)
emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, 4) emosi
35
mengganggu aktifitas mental, dan 6) reaksi emosi yang diulang-
ulang akan menjadi kebiasaan (Soemantri, 2004: 142-143).
Seiring dengan bertambahnya usia anak, berbagai ekspresi
emosi diekspresikan secara lebih terpola karena anak sudah
dapat mempelajari reaksi orang lain (Yudha M Saputra dan
Rudyanto, 2005: 26).
Reaksi emosi yang timbul berubah lebih proporsional,
seperti sikap tidak menerima dengan cemberut dan sikap tidak
patuh atau nakal. Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 145)
menambahkan beberapa ciri-ciri emosi pada anak antara lain: a)
emosi anak berlangsung singkat dan sementara, b) terlihat lebih
kuat dan hebat, c) bersifat sementara, d) sering terjadi dan e)
dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.
Menurut Ericson, anak usia TK berada pada tahap innititive
vs guilt yang sedang berkembang kearah industry vs inferiority
(Slamet Suyanto, 2005: 72).
Ismail menyatakan bahwa pada tahap ini anak mengalami
perkembangan yang positif dalam kreativitas, banyak ide,
imajinasi, bernani mencoba, berani mengambil resiko dan mudah
bergaul (Harun, 2009: 120).
Pada tahap ini anak dapat menunjukan sikap inisiatif, yaitu
mulai lepas dari ikatan orang tua, bergerak bebas dan mulai
berinteraksi dengan lingkungan. Mereka dituntut untuk
36
mengembangkan perilaku yang diharapkan dalam lingkungan
sosialnya, serta bertanggungjawab atas apa yang dilakukanya.
Hal ini ditunjang dengan perkembangan motorik dan bahasanya
yang sudah dapat menjelaskan dan mencoba apa yang dia
inginkan.
Menurut Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 71-72),
ada beberapa karakteristik perkembangan sosial anak usia 5
tahun antara lain: 1) Dapat mengatur emosi dan mengungkapkan
perasaan dengan cara yang bisa diterima secara sosial. 2) Anak
mampu memisahkan perasaan dengan tindakan mereka. 3)
Mengahayati perilaku sosial yang pantas. 4) Kekerasan emosi
dan ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah mampu
mengungkapkan perasaan melalui kata-kata. 5) Dapat melucu
atau membuat lelucon.
d. Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Bredekamp dan Coople (dalam Aisyah dkk, 2010:
1.17- 1.23), beberapa prinsip perkembangan anak usia dini yaitu
sebagai berikut: Aspek-aspek perkembangan anak seperti aspek
fisik, sosial, emosional, dan kognitif satu sama lain saling terkait
secara erat. Perkembangan anak tersebut terjadi dalam suatu urutan
yang berlangsung dengan rentang bervariasi antar anak dan juga
antar bidang perkembangan dari masingmasing fungsi.
37
Perkembangan berlangsung ke arah kompleksitas, organisasi, dan
internalisasi yang lebih meningkat.
Pengalaman pertama anak memiliki pengaruh kumulatif dan
tertunda terhadap perkembangan anak. Perkembangan dan belajar
dapat terjadi karena dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural
yang merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis dan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial tempat anak tinggal.
Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki
kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang
baru diperoleh dan ketika mereka mengalami tantangan. Sarana
penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak
serta merefleksikan perkembangan anak yaitu dengan bermain.
Melalui bermain anak memiliki kesempatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya sehingga anak disebut dengan
pembelajar aktif. Anak akan berkembang dan belajar dengan baik
apabila berada dalam suatu konteks komunitas yang aman (fisik dan
psikologi), menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya,
dan aman secara psikologis. Anak menunjukkan cara belajar yang
berbeda untuk mengetahui dan belajar tentang suatu hal yang
kemudian mempresentasikan apa yang mereka tahu dengan cara
mereka sendiri.
Dari berbagai uraian, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
anak usia dini adalah anak merupakan pembelajar aktif.
38
Perkembangan dan belajar anak merupakan interaksi anak dengan
lingkungan antara lain melalui bermain. Bermain itu sendiri
merupakan sarana bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.
Melalui bermain anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan
keterampilan yang baru diperoleh sehingga perkembangan anak
akan mengalami percepatan.
B. Kerangka Berpikir
Kemampuan membaca permulaan sudah dapat diajarkan sejak
anak memasuki usia dini, walaupun secara tidak langsung anak sudah
mengenal simbol-simbol huruf dalam kehidupannya sehari-hari.
Pengajaran kemampuan membaca permulaan dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan tugas perkembangan yang dicapainya.
Kemampuan membaca permulaan dapat dimulai dengan pengenalan
nama benda, dilanjutkan dengan pengenalan simbol huruf, suku kata, kata
dan kalimat. Karena anak usia dini belum mampu berfikir secara abstrak,
maka pembelajaran membaca permulaan harus dilakukan dengan benda
konkret (nyata) serta menggunakan media yang dekat atau dikenal oleh
anak seperti media pasir.
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
membaca permulaan, salah satunya adalah dengan menggunakan media
pasir. Melalui media pasir, anak akan dikenalkan pada konsep huruf
39
dengan cara mengenal simbol huruf yang dibentuk dengan menggunakan
media pasir.
Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir dalam penelitian ini
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah bahwa kemampuan membaca permulaan anak usia 4-5 tahun
dapat ditingkatkan melalui media pasir.
- Masih ada beberapa anak yang kurang antusias mengikuti kegiatan membaca
- Anak belum mampu mengucapkan kosa kata dengan jelas
- Masih ada beberapa anak yang belum mengerti makna kata.
Media pasir sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan anak
Kemampuan membaca permulaan anak dapat meningkat
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang dijadikan objek penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV, yang terletak di Jalan
Komplek DDN I Pola RT. 01/04 Pondok Labu.
2. Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran
2016/2017. Penelitian ini diawali dengan kegiatan pra siklus kemudian
dilanjutkan dengan siklus I sampai dengan siklus II. Waktu penelitian
pada bulan Mei tahun 2017 sampai dengan April tahun 2018.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research) yang lebih dikenal dengan istilah Penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan guru di
kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan
merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan
partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
proses pembelajaran di kelasnya.
41
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam ini menggunakan model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan MC Taggart. Adapun prosedurnya
meliputi tahap-tahap: (a) perencanaan (plan) tindakan, (b) tindakan
(acting), (c) observasi (observing) dan (d) refleksi (reflecting). Kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan ulang (repplanning), begitu seterusnya
membentuk suatu spiral.
Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc. Taggart
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
ditandai dengan meningkatnya kemampuanmembacapermulaan pada
anak dan tercapainya target yang ditentukan melalui hasil kesepakatan
antara kolaborator dan peneliti, meliputi kesanggupan anak ketika
mengikuti kegiatan dengan menggunakan media pasir.
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
Hasil Penelitian
42
E. Desain dan Prosedur Tindakan
1. Desain Tindakan
Variabel yang akan ditingkatkan adalah kemampuan membaca
permulaan anak. Penelitian ini akan dilaksanakan di Taman Kanak-
kanak Pertiwi IV, Pondok Labu langsung oleh peneliti bekerjasama
dengan kolaborator. Tindakannya adalah berupa peningkatan
kemampuan membaca permulaan melalui media pasir.
2. Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan yang dilakukan peneliti ada beberapa tahap
sesuai rancangan siklus penelitian sebagai berikut:
a. Tahap Pra Siklus
Sebelum melakukan siklus pertama, peneliti melakukan
beberapa persiapan. Adapun persiapan–persiapan tersebut antara
lain:
1) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian.
2) Meminta izin kepada pihak sekolah.
3) Mencari dan mengumpulkan data-data anak yang akan diteliti.
4) Mengumpulkan informasi untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan membaca permulaan pada anak.
43
b. Siklus Penelitian
Setelah melakukan pra siklus, peneliti membuat langkah-
langkah penelitian siklus I dengan tahapan sebagai berikut :
1) Tahapan Perencanaan Tindakan (Planning)
a) Membuat satuan perencanaan tindakan yang akan diberikan
kepada anak. Satuan perencanaan disusun berdasarkan tujuan,
materi, metode, media, kegiatan dan alat pengumpulan data.
b) Menyiapkan media / tempat yang sesuai dengan tindakan yang
akan diberikan kepada anak.
c) Menyiapkan alat pengumpulan data berupa lembar observasi,
dan alat dokumentasi berupa kamera.
2) Tahapan Tindakan (Acting)
Tahapan ini merupakan tahapan saat peneliti
melaksanakan satuan perencanaan tindakan yang sudah
direncanakan, yaitu media pasir guna meningkatkan
kemampuanmembacapermulaan pada anak.
3) Tahapan Pengamatan Tindakan (Observing)
Pada tahapan ini dilakukan observasi secara langsung
dengan memakai format obsevasi yang telah disusun dan
melakukan penilaian terhadap hasil tindakan dengan
menggunakan format evaluasi yang ada. Hal ini dilakukan agar
data yang didapat bersifat objektif dan tidak bias. Kolaborator
mengamati jalannya kegiatan untuk melihat apakah tindakan
44
tersebut sesuai dengan yang direncanakan. Pengamatan dicatat
dalam bentuk checklist berdasarkan pengamatan yang dilakukan
peneliti dan kolaborator secara langsung serta dilengkapi dengan
hasil dokumentasi.
4) Tahapan Refleksi Terhadap Tindakan (Reflecting)
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan
pengamatan, peneliti bersama kolaborator mengadakan refleksi
terhadap tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk
menganalisis ketercapaian proses pemberian tindakan maupun
untuk menganalisis faktor penyebab tidak tercapainya tindakan.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleksi yaitu peneliti
membandingkan kemampuan membaca permulaan anak sebelum
diberikan tindakan dengan sesudah diberikan tindakan pada akhir
siklus. Selanjutnya peneliti dan kolaborator melihat kekurangan
dan kemajuan peserta didik serta mengevaluasikannya. Terakhir
peneliti dan kolaborator membuat daftar hasil perkembangan yang
dicapai setiap peserta didik. Hasil refleksi akan digunakan sebagai
revisi tindakan siklus I apabila telah terjadi peningkatan, tetapi
belum signifikan pada setiap aspeknya, maka perlu dilanjutkan
pada siklus II.
45
F. Instrumen Pengambilan Data
1. Definisi Konseptual
Secara konseptual, kemampuan membaca permulaan adalah
suatu interprestasi simbol-simbol tertulis atau menangkap makna dari
rangkaian huruf tertentu, terdiri atas dua aspek yaitu: membaca gambar,
dan membaca tulisan simbol.
2. Definisi Operasional
Secara operasional, kemampuan membaca permulaan adalah
aspek membaca gambar, indikatornya meliputi: 1) anak memahami
gambar yang dilihatnya, 2) anak mengenal huruf sesuai dengan gambar
yang dilihatnya, dan 3) anak dapat menyusun rangkaian huruf sesuai
gambar yang diperlihatkan. Aspek membaca tulisan simbol, indikatornya
meliputi: 1) anak mengenal huruf-huruf pada kata yang dilihatnya, 2)
anak mengenal rangkaian huruf yang membentuk suku kata, dan 3)
anak dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna.
3. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini:
46
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Aspek Indikator No
item
Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak
Usia 4-5 Tahun
Membaca Gambar
1. Anak memahami gambar yang dilihatnya
1,2,3
2. Anak mengenal huruf sesuai dengan gambar yang dilihatnya
4,5,6
3. Anak dapat menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang diperlihatkan
7,8,9
Membaca tulisan
(simbol)
1. Anak mengenal huruf-huruf pada kata yang dilihatnya
10,11,12
2. Anak mengenal rangkaian huruf yang membentuk suku kata
13,14,15
3. Anak dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna
16,17,18
Total Item 18
4. Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk pemantauan tindakan pada
dasarnya instrumen yang digunakan untuk pengamatan tentang
tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Instrumen ini berbentuk
catatan lapangan. Sementara instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian merupakan instrumen berupa lembar
pengamatan. Lembar pengamatan ini diisi dengan cara memberikan
tanda checklist (√) pada setiap yang tampak pada objek penelitian.
47
H. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
yang bertujuan untuk mengetahui cara menerapkan proses peningkatan
kemampuan membaca permulaan melalui media pasir.
Besar persentase target yang ingin dicapai oleh peneliti adalah 80%
dengan rumus sebagai berikut:
P = (f/n) x 100 %
Sumber : Sudjiono (2003: 13)
Keterangan:
P = persentase hasil yang diperoleh
f = frekuensi hasil tugas yang diperoleh
n = nilai maksimum
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
G. Deskripsi Data
1. Sejarah Singkat Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi IV
Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi IV terletak di jalan Komplek
DDN I Pola RT.01/04, Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta
Selatan. Berdiri pada tanggal 5 Februari 1970, sesuai Surat Kepal
Bidang Diknas Kanwil Depdikbud DKI Jakarta tanggal 27 Agustus 1988
nomor: 904/101.F4/U-1998 tentang persetujuan penyelenggaraan
sekolah swasta. Nomor NPSN 69830815. Luas tanah 1115 m2, dan
gedung 445 m2.
Keadaan di Pondok Labu pada khususnya komplek DDN I
Pondok Labu. Sarana pendidikan yang ada di sekitar komplek, hanya
sekolah dasar, yakni Sekolah Dasar Negeri Pondok Labu yang terletak
di kantor lurah dekat dengan masjid Jami Annimah, yang kurang lebih
berjarak 1 km dari arah komplek DDN I, sedangkan untuk TK swasta
berada di Komplek Tambang Timah di jalan Margasatwa, termasuk di
wilayah Kelurahan Pondok Labu yang berjarak kurang lebih antara 4-5
km dari arah komplek DDN I.
Hal itu mendorong warga komplek DDN I untuk memecahkan
masalah, agar dapat menyekolahkan putra-putrinya di usia TK dengan
jarak tidak terlalu jauh dari rumah, agar pengawasan terhadap putra
49
49
putrinya terjangkau mudah. Ibu-ibu warga komplek DDN I mengambil
inisiatif, mengadakan musyawarah untuk membentuk kelompok belajar
di usia TK di kompleknya sendiri.
Dengan perjuangan pada tanggal 5 Februari 1970 didirikan TK
Pertiwi IV walaupun gedung yang ditempati masih memakai sarana
rumah yang telah dibangun di komplek tersebut, namun belum ada
penghuninya, berlangsung hingga tahun 1972-1973 berpindah-pindah
dari rumah nomor B15 pindah ke rumah A17 dan pindah lagi ke rumah
C7, yakni apabila rumah dipakai TK tadi telah datang penghuni yang
berhak, lalu pindah ke rumah yang masih kosong. Dengan guru Menik
Sri Pudjiatmi (lulusan SGTK).
Pada tahun ke-3 diselenggarakannya TK tersebut, yakni 1972-
1973 atas perjuangan yang gigih dari ibu Abdurrachman Setjowibowo
ketua Dharma Wanita selaku Kepala Bagian Pendidikan Sub Unit Dirjen
Agraria (istri Bapak Abdurrachman Setjowibowo Direktur Jenderal
Agraria Departemen Dalam Negeri) yang menghadap Bapak Gubernur
DKI Jakarta yaitu Bapak Letna Jenderal Ali Sadikin sehingga TK Pertiwi
Departemen Dalam Negeri dibuatkan 6 (enam) gedung taman kanak-
kanak:
a. TK Pertiwi I di Jalan Sanjaya, Jakarta Selatan.
b. TK Pertiwi II di jalan Ampera, Jakarta Selatan
c. TK Pertiwi III di jalan Cipinang Kebembem, Jakarta Timur
d. TK Pertiwi IV di jalan Swakarya Pondok Labu, Jakarta Selatan
50
e. TK Pertiwi V di jalan Pondok Labu, Jakarta Selatan
f. TK Pertiwi VI Pondok Gede, Jakarta Timur.
Pendirian TK telah meminta izin ke Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan di jalan Cipete, Jakarta Selatan, mulai dari murid hanya 30
anak ternyata setiap tahunnya mengalami perubahan dan
perkembangan jumlah muridnya. Seiring berkembangnya kualitas dan
kuantitas TK tersebut, yang tadinya hanya bernama TK Komplek DDN I
Pondok Labu, berubah menjadi TK Pertiwi IV, dan arena TK Pertiwi IV
Berprestasi maka TK Pertiwi IV mendapatkan hadiah dari Dirjen Agraria
yaitu ruang kelas.
2. Keadaan Guru
Keadaan guru di TK Pertiwi IV tahun 2017, sebagai berikut:
a. Ibu Hartati, S.Pd., jabatan Kepala TK
b. Ibu Melawati, S.Pd. jabatan guru kelas
c. Ibu Masnah, S.Pd. jabatan guru kelas
d. Ibu Umi Laela, S.Pdi. jabatan guru kelas
e. Ibu Minarni, S.Pdi. jabatan guru kelas
f. Ibu Heny Saptowati, jabatan guru kelas
g. Abdul haris, jabatan satpam
h. Ibu Sukesih, sebagai pembantu.
51
H. Hasil Penelitian
Hasil observasi awal pada anak usia 4-5 tahun diketahui
kemampuan membaca permulaan di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV
Jakarta Selatan masih belum berkembang sesuai harapan. Teridentifikasi
masih ada beberapa anak yang kurang antusias mengikuti kegiatan
membaca terlihat dari kurang bersemangatnya anak mengikuti kegiatan
pembelajaran membaca. Masih ada anak yang belum mampu
mengucapkan kosa kata dengan jelas misalnya anak belum mampu
menyebutkan kalimat yang asing bagi mereka contohnya anak belum
mampu menyebutkan kata kendaraan, dan bahkan masih ada beberapa
anak yang belum mengerti makna kata, misalnya kata transportasi.
Diketahui dari 12 anak usia 4-5 tahun sebanyak 4 anak (33,3%)
kemampuan membaca permulaan di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV
Jakarta Selatan belum berkembang. Sementara itu, sisanya sebanyak 8
anak (66,7%) mulai berkembang. Hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman
Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan belum berkembang baik sesuai
harapan.
Salah satu bentuk upaya yang dilakukan dalam meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman
Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan, yaitu melalui media pasir. Oleh
52
karena itu, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
tahapan sikus sebagai berikut:
1. Pra Siklus
a. Perencanaan
Pada tahapan ini peneliti menyiapkan lembar observasi
untuk mencatat nama-nama serta memberikan kode nomor pada
setiap anak yang akan diobservasi. Selain itu, pada tahap
perencanaan peneliti menyiapkan lembar untuk mencatat uraian
hasil observasi.
b. Tindakan
Pada pra siklus ini peneliti hanya bertindak sebagai
pengamat yang mencatat keadaan perkembangan kemampuan
membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-
kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan sebelum dilakukan tindakan
dalam siklus I.
c. Observasi
Proses pembelajaran pra siklus dilaksanakan pada hari
Senin, 5 Februari 2118. Peneliti melakukan pengamatan yang
dimulai sejak anak mulai ikrar/berbaris sampai masuk kelas dan
melakukan proses pembelajaran dengan guru kelasnya. Proses
pembelajaran diawali dengan kegiatan berbaris, salam, berdoa
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
53
Di awal pertemuan ini guru menjelaskan huruf a, i, u, e, o, b,
c, d. Guru menggunakan media pasir, papan tulis, kartu gambar
huruf dalam memberikan materi pelajaran membaca permulaan.
Dengan suara lantang dan jelas guru beberapa kali memberikan
penjelasan materi membaca permulaan yaitu dengan
mengucapkan dan memberikan contoh di papan tulis huruf a, i, u,
e, o, b, c, d. Pada pra siklus terlihat guru berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak tentang
mengenal huruf a, i, u, e, o, b, c, d.
Pada kegiatan inti anak menulis huruf a, i, u, e, o, b, c, d
sesuai arahan guru menggunakan media pasir. Sebagian anak
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan antusias, meskipun
terlihat ada beberapa anak mengikuti kegiatan pembelajaran belum
tertib, dan kurang fokus.
Pada kegiatan inti, guru berupaya meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di
Taman Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan dengan tujuan agar
anak mampu membaca gambar dan simbol dan mampu melakukan
kegiatan sebagai berikut:
1) Anak memahami gambar yang dilihatnya.
2) Anak mengenal huruf sesuai dengan gambar yang dilihatnya.
3) Anak dapat menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang
diperlihatkan.
54
4) Anak mengenal huruf-huruf pada kata yang dilihatnya.
5) Anak mengenal rangkaian huruf yang membentuk suku kata.
6) Anak dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna.
Pada kegiatan penutup guru dan anak terlibat melakukan
kegiatan sebagai berikut:
1) Guru melakukan penilaian
2) Anak dan guru melakukan tanya jawab
3) Anak dan guru menyimpulkan hasil kegiatan
d. Refleksi
Pada kegiatan pra siklus terlihat kemampuan membaca
permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-kanak
Pertiwi IV Jakarta Selatan masih sangat rendah belum sesuai
dengan tujuan dan harapan bersama. Diketahui sebanyak 8 anak
(66,7%) mulai berkembang, dan 4 anak (33,3%) belum
berkembang. Pada pra siklus tidak ada anak yang berkembang
sesuai harapan dan berkembang sangat baik.
Sebagian anak, teridentifikasi masih kurang memahami
materi pelajaran, hal ini terlihat dari kemampuan anak yang belum
mampu:
1) Belum mengenal huruf sesuai dengan gambar yang dilihatnya.
2) Belum memahami gambar yang dilihatnya.
3) Belum dapat menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang
diperlihatkan.
55
4) Belum dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna
Dari hasil observasi pra siklus terkait dengan kemampuan
membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-
kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan, dapat diketahui pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.1 Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 4-5 Tahun
Di TK Pertiwi IV Pondok Labu, Jakarta Selatan Pra Siklus
No Nama
Butir Pengamatan
X % 1 2 3 4 5 6
1 Fahri 2 2 1 2 1 1 9 0.4 38
2 Aidan 2 2 1 2 1 1 9 0.4 38
3 Kafaf 1 1 1 1 1 1 6 0.3 25
4 Khalid 1 1 1 1 1 1 6 0.3 25
5 Azkia 2 2 1 2 1 1 9 0.4 38
6 Fia 2 2 1 2 1 1 9 0.4 38
7 Olivia 2 2 2 2 1 1 10 0.4 42
8 Asya 1 1 1 1 1 1 6 0.3 25
9 Rizki 1 1 1 1 1 1 6 0.3 25
10 Aruna 2 2 2 1 1 1 9 0.4 38
11 Abibah 2 2 1 2 1 1 9 0.4 38
12 Aska 2 2 1 2 1 1 9 0.4 38
20 20 14 19 12 12 97 4.0 404
X 0.3 33.7
Keterangan:
− Nilai 4 = Berkembang Sangat Baik (BSB)
− Nilai 3 = Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
− Nilai 2 = Mulai Berkembang (MB)
− Nilai 1 = Belum Berkembang (BB)
Berdasarkan hasil observasi di atas pada pra siklus
kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman
56
Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan sebesar 33,7%. Hal ini
mengindikasikan bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak
usia 4-5 tahun belum sepenuhnya terlihat baik dan masih jauh dari
target keberhasilan yaitu 75%, sehingga dilakukan penelitian tindakan
kelas siklus I. Di bawah ini adalah grafik prosentase kemampuan
membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-
kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan, pada pra siklus digambarkan dalam
diagram batang.
Gambar 4.1 Grafik Pra Siklus
2. Siklus I
Dalam tahapan ini peneliti akan melakukan tindakan berupa
pendekatan kepada anak yang dilakukan oleh peneliti dan guru
kolaborator terutama berkaitan dengan peningkatan kemampuan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kemampuan Membaca Permulaan
Fahri Aidan Kafaf Khalid Azkia Fia
Olivia Asya Rizki Aruna Abibah Aska
57
membaca permulaan anak usia 4-5 tahun. Tahapan siklus I adalah
sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus I ini adalah
sebagai berikut:
1) Mempersiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan
penerapan media pasir.
2) Menyiapkan media yang sesuai tindakan yang diberikan kepada
anak, media tersebut berupa papan tulis, kartu bergambar, pasir
basah dan kering.
3) Menyiapkan alat pengumpulan data berupa lembar observasi,
catatan lapangan, dan alat dokumentasi berupa kamera.
b. Tindakan
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari
Senin, 12 Maret 2018, pertemuan kedua Rabu, 14 Maret 2018, dan
pertemuan ketiga pada hari Senin, 19 Maret 2018, dengan alokasi
waktu masing-masing 2 x 35 menit. Dalam penelitian ini, peneliti
bertindak sebagai guru dan observer sedangkan kolabolator
bertindak sebagai observer. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah
disiapkan. Berikut adalah kegiatan siklus I:
1) Pertemuan ke-1
58
Pertemuan terjadi pada Senin, 12 Maret 2018. Sebelum
masuk ke dalam kelas, diawali dengan kegiatan berbaris,
salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Pada hari ini diawali dengan kegiatan percakapan awal tentang
materi pelajaran yang akan diberikan yaitu tentang membaca
permulaan. Lalu guru menjelaskan kepada anak tentang materi
pelajaran tersebut menggunakan alat bantu papan tulis, kartu
bergambar, pasir kering.
Pada kegiatan inti guru mengenalkan huruf a,i,u,e,o,c,b,d
menggunakan media kartu gambar yang ditempel di papan tulis.
Setelah itu, guru memberikan contoh menggunakan media pasir
basah menulis huruf sehingga membentuk suku kata ca-be.
Kemudian guru menugaskan kepada anak untuk menulis huruf
pada media pasir kering dan bersama-sama membaca huruf
tersebut hingga membentuk suku kata sesuai dengan gambar
yang ada di papan tulis. Guru dan kolaborator mengamati
perkembangan kemampuan membaca anak satu persatu
dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
menyebutkan huruf apa saja yang membentuk kata ca-be.
Pada kegiatan akhir guru memberikan penilaian terhadap
kemampuan membaca permulaan anak usia 4-5 tahun dan
berusaha menggali permasalahan apa saja yang dihadapi anak.
59
2) Pertemuan ke-2
Pertemuan terjadi pada Rabu, 14 Maret 2018. Sebelum
masuk ke dalam kelas, diawali dengan kegiatan berbaris,
salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan awal guru melakukan tanya jawab atas materi yang
telah diberikan sebelumnya yaitu kemampuan membaca
permulaan dengan menyusun huruf sesuai gambar dadu. Pada
pertemuan kedua guru menjelaskan kepada anak tentang
materi yang diberikan selanjutnya menggunakan media papan
tulis, kartu bergambar, dan pasir kering.
Kegiatan diawali dengan kegiatan percakapan awal
tentang materi pelajaran yang akan diberikan yaitu mengulang
kegiatan pembelajaran membaca permulaan sebelumnya.
Guru menjelaskan kepada anak tentang materi pelajaran
tersebut menggunakan media pasir kering.
Pada kegiatan inti guru kembali mengenalkan huruf
a,i,u,e,o,c,b,d menggunakan media kartu gambar yang ditempel
di papan tulis. Setelah itu, guru memberikan contoh
menggunakan media pasir kering menulis huruf sehingga
membentuk suku kata da-du. Kemudian guru menugaskan
kepada anak untuk menulis huruf pada media pasir kering dan
bersama-sama membaca huruf tersebut hingga membentuk
suku kata sesuai dengan gambar yang ada di papan tulis.
60
Setelah itu, anak ditugaskan menulis dan menyusun kata
menggunakan media pasir kering sesuai dengan gambar yang
ada di papan tulis yaitu gambar dadu. Setelah selesai satu
persatu guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
membacakan hasil tugasnya.
Pada kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang
kegiatan yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di
TK Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan melalui media
pasir.
3) Pertemuan ke-3
Pertemuan terjadi pada Senin, 19 Maret 2018. Sebelum
masuk ke dalam kelas, diawali dengan kegiatan berbaris,
salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan awal guru melakukan tanya jawab atas materi yang
telah diberikan sebelumnya yaitu kemampuan membaca
permulaan dengan menyusun huruf sesuai gambar cabe dan
dadu. Pada pertemuan kedua guru menjelaskan kepada anak
tentang materi yang diberikan selanjutnya menggunakan media
papan tulis, kartu bergambar, dan pasir kering.
Kegiatan diawali dengan kegiatan percakapan awal
tentang materi pelajaran yang akan diberikan yaitu mengulang
61
kegiatan pembelajaran membaca permulaan sebelumnya.
Guru menjelaskan kepada anak tentang materi pelajaran
tersebut menggunakan media pasir kering.
Pada kegiatan inti guru kembali mengenalkan huruf
a,i,u,e,o,c,b,d menggunakan media kartu gambar yang ditempel
di papan tulis. Setelah itu, guru memberikan contoh
menggunakan media pasir kering menulis huruf sehingga
membentuk suku kata ca-be dan da-du. Kemudian guru
menugaskan kepada anak untuk menulis huruf pada media
pasir kering dan bersama-sama membaca huruf tersebut hingga
membentuk suku kata sesuai dengan gambar yang ada di
papan tulis.
Setelah itu, anak ditugaskan menulis dan menyusun kata
menggunakan media pasir kering sesuai dengan gambar yang
ada di papan tulis yaitu gambar cabe dan dadu. Setelah selesai
satu persatu guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
membacakan hasil tugasnya.
Pada kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang
kegiatan yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di
TK Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan melalui media
pasir.
62
c. Observasi
Setelah tahap tindakan, selajutnya adalah tahap observasi
atau tahap pengamatan. Pada tahapan ini dilakukan observasi
secara langsung dengan memakai format observasi yang telah
disusun dan melakukan penilaian terhadap hasil tindakan yang
telah ada. Dari hasil penilaian diketahui kemampuan membaca
permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV, Pondok Labu
Jakarta Selatan, sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 4-5 Tahun
Di TK Pertiwi IV Pondok Labu, Jakarta Selatan Siklus I
No Nama
Butir Pengamatan
X % 1 2 3 4 5 6
1 Fahri 3 2 2 2 1 1 11 0.5 46
2 Aidan 3 2 1 2 1 2 11 0.5 46
3 Kafaf 2 2 1 1 1 1 8 0.3 33
4 Khalid 2 2 1 1 1 1 8 0.3 33
5 Azkia 3 2 2 2 2 2 13 0.5 54
6 Fia 3 2 1 2 1 2 11 0.5 46
7 Olivia 3 2 2 2 1 2 12 0.5 50
8 Asya 2 2 1 1 1 1 8 0.3 33
9 Rizki 2 2 1 1 1 1 8 0.3 33
10 Aruna 3 2 2 1 2 2 12 0.5 50
11 Abibah 2 3 1 2 1 1 10 0.4 42
12 Aska 3 2 2 2 2 2 13 0.5 54
31 25 17 19 15 18 125 5.2 521
X
0.4 43.4
Keterangan:
− Nilai 4 = Berkembang Sangat Baik (BSB)
− Nilai 3 = Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
63
− Nilai 2 = Mulai Berkembang (MB)
− Nilai 1 = Belum Berkembang (BB)
Berdasarkan hasil observasi di atas pada siklus I diketahui
prosentase nilai rata-rata peningkatan kemampuan membaca
permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV, Pondok Labu
Jakarta Selatan sebesar 43,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa
peningkatan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK
Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan belum sepenuhnya terlihat
baik dan masih jauh dari target keberhasilan yaitu 75%, sehingga
dilakukan penelitian tindakan kelas siklus II.
Di bawah ini adalah grafik prosentase peningkatan kemampuan
membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV,
Pondok Labu Jakarta Selatan, pada siklus I digambarkan dalam
diagram batang.
Gambar 4.2 Grafik Siklus I
0
20
40
60
80
100
Kemampuan Membaca Permulaan
Fahri Aidan Kafaf Khalid Azkia Fia
Olivia Asya Rizki Aruna Abibah Aska
64
d. Refleksi
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan observasi,
peneliti bersama kolabolator mengadakan refleksi tindakan-
tindakan yang telah dilakukan pada siklus I, yaitu mengkaji
sejauhmana tingkat ketercapaian peningkatan kemampuan
membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV,
Pondok Labu Jakarta Selatan melalui media pasir yang telah
dilakukan. Inti dari tahapan ini untuk melakukan perbandingan
perkembangan peningkatan kemampuan membaca permulaan
pada anak usia 4-5 tahun sebelum diberikan tindakan dengan
setelah diberikan tindakan dalam siklus I.
Hasil refleksi didapatkan bahwa:
1) Pada siklus I terlihat kemampuan membaca permulaan pada
anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta
Selatan mengalami peningkatan meskipun belum signifikan
atau belum mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat
terlihat dari kemampuan anak mulai berkembang yaitu
memahami gambar yang dilihatnya, anak mengenal huruf
sesuai dengan gambar yang dilihatnya, anak dapat menyusun
rangkaian huruf sesuai gambar yang diperlihatkan, dan anak
mengenal huruf-huruf pada kata yang dilihatnya, anak
65
mengenal rangkaian huruf yang membentuk suku kata, anak
dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna.
2) Ada 9 (sembilan) anak yang belum berkembang (BB), terutama
mengenai kemampuan anak belum mampu menyusun
rangkaian huruf sesuai gambar yang diperlihatkan, anak belum
mampu mengenal huruf-huruf pada kata yang dilihatnya dengan
baik dan benar, anak belum dapat merangkai suku kata menjadi
kata yang bermakna.
3) Kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di
TK Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan mengalami
peningkatan sebesar 9,7% dari tahap pra siklus dengan nilai
prosentase sebesar 33,7% menjadi 43,4% pada siklus I. Dari
hasil tersebut ternyata belum memenuhi target yang diharapkan
yaitu 75% sehingga peneliti perlu melanjutkan pada tahapan
siklus II.
3. Siklus II
Dalam tahapan ini peneliti akan melakukan tindakan berupa
tanya jawab terhadap materi pelajaran yang pernah diberikan
sebelumnya pada siklus I melalui media pasir untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK
Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan. Tahapan siklus II adalah
sebagai berikut:
66
a. Perencanaan
Pada tahapan perencanaan peneliti bersama kolabolator
melakukan hal sebagai berikut:
1) Memprsiapkan perencanaan program tindakan berupa rencana
pembelajaran yang telah disusun sebagai acuan dalam proses
pembelajaran yang telah didiskusikan dengan guru kelas
sebagai kolaborator terutama berkaitan dengan permasalahan
yang ditemukan pada siklus I.
2) Peneliti dan kolaborator menyusun Rencana Kegiatan Harian
(RKH) yang telah disusun
3) Menyiapkan media yang sesuai tindakan yang diberikan kepada
anak, media tersebut berupa papan tulis, kartu bergambar,
puzzle berbentuk dadu, wadah plastik, dan pasir kering.
4) Menyiapkan alat pengumpulan data berupa lembar observasi,
catatan lapangan, dan alat dokumentasi berupa kamera.
b. Tindakan
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari
Senin, 26 Maret 2018, pertemuan kedua Rabu, 28 Maret 2018,
dan pertemuan ketiga Senin, 2 April 2018 dengan alokasi waktu
masing-masing 2 x 35 menit. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak
sebagai guru dan observer sedangkan kolabolator bertindak
sebagai observer. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
67
Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disiapkan. Berikut
adalah kegiatan siklus II:
1) Pertemuan ke-1
Pertemuan dilakukan pada hari Senin, 26 Maret 2018.
Sebelum masuk ke dalam kelas, diawali dengan kegiatan
berbaris, salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Kegiatan diawali dengan mengulang kembali
materi pelajaran sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan ingatan anak tentang macam-macam huruf. Lalu
guru menjelaskan kepada anak tentang tema materi pelajaran
yang akan diberikan menggunakan media pasir kering.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan beberapa huruf
sehingga membentuk kata ca-be dan da-du. Guru
menggunakan cabe merah yang besar dan puzzle dadu untuk
menarik minat anak. Guru memberikan contoh menggunakan
pasir kering menulis huruf c-a-b-e sehingga membentuk suku
kata ca-be. Guru juga memberikan contoh menulis huruf d-a-d-u
sehingga membentuk suku kata da-du. Kemudian dengan suara
lantang guru membacakan rangkaian huruf jadi membentuk
kalimat bermakna yaitu cabe dan dadu.
Kemudian guru menugaskan kepada anak untuk
melakukan kegiatan sama seperti yang dicontohkan guru yaitu
68
menulis dan menyusun huruf sehingga membentuk suku kata
ca-be dan da-du menggunakan media pasir kering.
Pada kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang
kegiatan yang telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan membaca permulaan anak usia 4-5 tahun melalui
media pasir.
2) Pertemuan ke-2
Pertemuan terjadi pada Rabu, 28 Maret 2018. Sebelum
masuk ke dalam kelas, diawali dengan kegiatan berbaris,
salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan diawali dengan kegiatan percakapan awal tentang
materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Lalu guru
menjelaskan kepada anak tentang materi pelajaran dengan
bantuan media yang digunakan yaitu tumbuhan cabe merah,
pasir kering, wadah, kartu huruf, dan dadu.
Pada kegiatan inti guru memberikan contoh kembali
mengenai huruf apa saja yang membentuk kata cabe dan dadu
menggunakan media pasir kering. Guru dengan suara lantang
menjelaskan suku kata yang membentuk kata cabe dan dadu
menggunakan tumbuhan cabe merah dan dadu. Kemudian guru
menugaskan kepada anak untuk menuliskan kata cabe dan
dadu menggunakan media pasir kering. Kemudian guru
69
menugaskan kepada anak untuk membaca secara bergantian
jenis huruf dan suku kata yang membentuk kata cabe dan dadu.
3) Pertemuan ke-3
Pertemuan terjadi pada Rabu, 2 April 2018. Sebelum
masuk ke dalam kelas, diawali dengan kegiatan berbaris,
salam, berdoa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan diawali dengan kegiatan percakapan awal tentang
materi pelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Lalu guru
menjelaskan kepada anak tentang materi pelajaran dengan
bantuan media yang digunakan yaitu pasir kering, wadah, kartu
huruf.
Pada kegiatan inti guru bertanya kepada anak satu
persatu mengenai huruf apa saja yang sudah dikenal anak dan
bagaimana bentuk hurufnya. Satu persatu guru menugaskan
kepada anak untuk menulis huruf sesuai arahan guru. Guru
memberikan tugas kepada anak untuk menulis huruf sesuai
dengan arahan secara bergantian. Setelah itu, anak ditugaskan
untuk membaca secara bergantian huruf apa yang dibuatnya
dan membentuk suku kata apa sehingga membentuk kalimat
bermakna.
Pada kegiatan akhir guru dan kolaborator melakukan
tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan
70
anak usia 4-5 tahun melalui media pasir. Guru juga melakukan
evaluasi atas temuan pada akhir siklus II sebagai perbandingan
peningkatan kemampuan membaca permulaan anak.
c. Observasi
Setelah tahap tindakan, selajutnya adalah tahap observasi
atau tahap pengamatan. Pada tahapan ini dilakukan observasi
secara langsung dengan memakai format observasi yang telah
disusun dan melakukan penilaian terhadap hasil tindakan
mengenai peningkatan kemampuan membaca permulaan anak
usia 4-5 tahun melalui media pasir, sebagai berikut:
Tabel 4.3 Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 4-5 Tahun
Di TK Pertiwi IV Pondok Labu, Jakarta Selatan Siklus II
No Nama
Butir Pengamatan
X % 1 2 3 4 5 6
1 Fahri 4 3 3 3 3 3 19 0.8 79
2 Aidan 4 3 3 3 2 2 17 0.7 71
3 Kafaf 3 3 3 3 3 2 17 0.7 71
4 Khalid 3 3 3 3 3 2 17 0.7 71
5 Azkia 4 3 3 3 3 3 19 0.8 79
6 Fia 4 3 3 3 2 3 18 0.8 75
7 Olivia 4 3 3 3 2 3 18 0.8 75
8 Asya 3 3 3 2 3 3 17 0.7 71
9 Rizki 3 3 3 3 3 2 17 0.7 71
10 Aruna 4 3 3 2 3 3 18 0.8 75
11 Abibah 4 4 3 3 3 3 20 0.8 83
12 Aska 4 4 4 3 3 3 21 0.9 88
44 38 37 34 33 32 218 9.1 908
X
0.8 75.7
71
Keterangan:
− Nilai 4 = Berkembang Sangat Baik (BSB)
− Nilai 3 = Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
− Nilai 2 = Mulai Berkembang (MB)
− Nilai 1 = Belum Berkembang (BB)
Berdasarkan hasil observasi di atas pada siklus II diketahui
prosentase nilai rata-rata peningkatan kemampuan membaca
permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV, Pondok Labu
Jakarta Selatan sebesar 75,7%. Hal ini mengindikasikan bahwa
peningkatan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK
Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan telah mencapai target
keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya yaitu 75%, sehingga
penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
Di bawah ini adalah grafik prosentase peningkatan kemampuan
membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV,
Pondok Labu Jakarta Selatan, pada siklus II digambarkan dalam
diagram batang.
72
Gambar 4.3 Grafik Siklus II
d. Refleksi
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan observasi,
peneliti bersama kolabolator mengadakan refleksi tindakan-
tindakan yang telah dilakukan pada siklus II, yaitu mengkaji
sejauhmana tingkat ketercapaian kemampuan membaca
permulaan pada anak usia 4-5 tahun yang telah dilakukan.
Dikethaui pada siklus II ternyata terjadi peningkatan sebesar
32,3% dari tahap siklus I dengan nilai prosentase sebesar 43.4%
menjadi 75,7% pada siklus II. Dari hasil tersebut ternyata telah
mencapai target yang diharapkan yaitu 75% sehingga penelitian
tindakan kelas dihentikan pada tahapan siklus II.
Hasil refleksi pada siklus II diketahui:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kemampuan Membaca Permulaan
Fahri Aidan Kafaf Khalid Azkia Fia
Olivia Asya Rizki Aruna Abibah Aska
73
1) Keseluruhan anak mampu memahami indikator yang diteliti, hal
ini terlihat dari kemampuan anak:
2) Memahami gambar yang dilihatnya.
3) Mengenal huruf sesuai dengan gambar yang dilihatnya.
4) Dapat menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang
diperlihatkan.
5) Mengenal huruf-huruf pada kata yang dilihatnya.
6) Mengenal rangkaian huruf yang membentuk suku kata.
7) Dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna.
Secara keseluruhan kemampuan membaca permulaan pada
anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan,
dalam penelitian tindakan kelas terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan
Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan
Pra siklus, SIklus I, dan II
No Nama Anak
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jml % Jml % Jml %
1 Fahri 9 38 11 46 19 79
2 Aidan 9 38 11 46 17 71
3 Kafaf 6 25 8 33 17 71
4 Khalid 6 25 8 33 17 71
5 Azkia 9 38 13 54 19 79
6 Fia 9 38 11 46 18 75
7 Olivia 10 42 12 50 18 75
8 Asya 6 25 8 33 17 71
9 Rizki 6 25 8 33 17 71
10 Aruna 9 38 12 50 18 75
11 Abibah 9 38 10 42 20 83
12 Aska 9 38 13 54 21 88
74
Total 97 404 125 521 218 908
Rata-rata 33.7 43.4 75.7
Secara keseluruhan kemampuan membaca permulaan pada
anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan
mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, untuk lebih jelasnya maka
dapat dilihat pada grafik rekapitulasi peningkatan kemampuan
membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV,
Pondok Labu Jakarta Selatan pada Pra siklus, SIklus I, dan II
sebagai berikut:
75
75
Grafik 4.4 Rekapitulasi Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia 4-5 Tahun
Di TK Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan Pra siklus, SIklus I, dan II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Fahri Aidan Kafaf Khalid Azkia Fia Olivia Asya Rizki Aruna Abibah Aska
Pra Siklus Siklus I Siklus II
76
I. Pembahasan Hasil Penelitian
Kegiatan peningkatan kemampuan membaca permulaan pada
anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan
melalui media pasar pada tahapan perencanaan diawali dengan
menentukan tema dan tujuan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya
bersama kolabolator peneliti membuat perencanaan tindakan dengan
penerapan media pasir sesuai dengan tema, kemudian guru melakukan
kegiatan: (1) menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), (2) menyiapkan
media yang sesuai tindakan yang diberikan kepada anak, media tersebut
berupa pasir kering, pasir basah, kartu bergambar, (3) menyiapkan alat
pengumpulan data berupa lembar observasi, catatan lapangan, dan alat
dokumentasi berupa kamera.
Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru dalam meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman
Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan dapat dikatakan telah berhasil.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan membaca permulaan
pada tiap-tiap siklusnya mengalami perkembangan dan peningkatan.
Upaya yang dilakukan guru yaitu dengan melibatkan anak ke
dalam kegiatan dan aktivitas pembelajaran sesuai tema. Kegiatan yang
dilakukan guru dan anak lebih menekankan kepada tindakan. Saat guru
memberikan penjelasan guru melibatkan anak untuk aktif membantu guru
menyiapkan media pasir dan memberikan penjelasan serta memberikan
77
contoh menyusun, menulis dan membaca huruf sehingga membentuk
kata benda sesuai dengan gambar.
Kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan cukup efektif, hal
ini terlihat dari kemampuan anak memahami gambar yang dilihatnya,
mengenal huruf sesuai dengan gambar yang dilihatnya, menyusun
rangkaian huruf sesuai gambar yang diperlihatkan, mengenal huruf-huruf
pada kata yang dilihatnya, mengenal rangkaian huruf yang membentuk
suku kata, merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna.
1. Analisis Data Pra Siklus
Kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di
Taman Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan pada pra siklus
diketahui hanya sebesar 33.7%. Kemampuan membaca permulaan
anak Belum Berkembang (BB), terindikasi sebagian besar anak belum
mampu:
a. Belum mengenal huruf sesuai dengan gambar yang dilihatnya.
b. Belum memahami gambar yang dilihatnya.
c. Belum dapat menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang
diperlihatkan.
d. Belum dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna
2. Analisis Data Siklus I
Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 9.7% yaitu menjadi
43.4%. Pada siklus I terlihat kemampuan membaca permulaan pada
anak usia 4-5 tahun di TK Pertiwi IV, Pondok Labu Jakarta Selatan
78
mengalami peningkatan meskipun belum signifikan atau belum
mencapai target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat terlihat dari
kemampuan anak mulai berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu
memahami gambar yang dilihatnya, anak mengenal huruf sesuai
dengan gambar yang dilihatnya, anak dapat menyusun rangkaian
huruf sesuai gambar yang diperlihatkan, dan anak mengenal huruf-
huruf pada kata yang dilihatnya, anak mengenal rangkaian huruf yang
membentuk suku kata, anak dapat merangkai suku kata menjadi kata
yang bermakna. Meskipun demikian, masih ada 9 (sembilan) anak
yang belum berkembang (BB), terutama mengenai kemampuan anak
belum mampu menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang
diperlihatkan, anak belum mampu mengenal huruf-huruf pada kata
yang dilihatnya dengan baik dan benar, anak belum dapat merangkai
suku kata menjadi kata yang bermakna.
3. Analisis Data Siklus II
Pada siklus II kembali terjadi peningkatan sebesar 32.3%
sehingga menjadi 75.7%. Hasil refleksi pada siklus II diketahui:
a. Keseluruhan anak mampu memahami indikator yang diteliti, hal ini
terlihat dari kemampuan anak:
b. Memahami gambar yang dilihatnya.
c. Mengenal huruf sesuai dengan gambar yang dilihatnya.
d. Dapat menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang
diperlihatkan.
79
e. Mengenal huruf-huruf pada kata yang dilihatnya.
f. Mengenal rangkaian huruf yang membentuk suku kata.
g. Dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna.
Prosentase ketercapaian kemampuan membaca permulaan
pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta
Selatan melalui media pasir sesuai dengan target yang telah
ditetapkan bahkan melampauinya yaitu sebesar 75%, sehingga
penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5
tahun melalui media pasir pada pra siklus diketahui hanya sebesar
33.7%. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 9.7% yaitu menjadi
43.4%. Sementara itu, pada siklus II kembali terjadi peningkatan
sebesar 32.3% sehingga menjadi 75.7%, diketahui bahwa peningkatan
kemampuan membaca permulaan pada anak usia 4-5 tahun di Taman
Kanak-kanak Pertiwi IV Jakarta Selatan melalui media pasir terjadi
peningkatan sesuai dengan target yang telah ditetapkan bahkan
melampauinya yaitu sebesar 75%, sehingga penelitian tindakan kelas
dihentikan pada siklus II
2. Cara meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak usia
4-5 tahun melalui media pasir, yaitu dengan menggunakan pasir
kering dan basah serta media lainnya media gambar dan mengisi
huruf sehingga membentuk kata sesuai dengan gambar yang
bermakna, seperti: da-du, ca-be, dan lainnya.
81
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi sekolah diharapkan meningkatkan fasilitas dan sarana
pendukung berupa media pembelajaran terutama berkaitan dengan
peningkatan kemampuan membaca anak.
2. Bagi para guru diharapkan mampu mengembangkan media
pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif agar kegiatan
pembelajaran lebih efektif.
3. Bagi orang tua diharapkan mampu membantu anaknya untuk
membiasakan diri gemar membaca sehingga anak akan lebih cepat
mengenal huruf dan membaca.
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat mengembangkan indikator yang diteliti
terutama berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca
permulaan.
82
Lampiran 1
83
84
85
86
87
Lampiran 2
Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Media Pasir
Nama Anak
Indikator Skor
1. Anak memahami gambar yang
dilihatnya
2. Anak mengenal huruf sesuai
dengan gambar yang dilihatnya
3. Anak dapat menyusun rangkaian
huruf sesuai gambar yang
diperlihatkan
4. Anak mengenal huruf-huruf pada
kata yang dilihatnya
5. Anak mengenal rangkaian huruf
yang membentuk suku kata
6. Anak dapat merangkai suku kata
menjadi kata yang bermakna
Total skor
KETERANGAN: - Sangat mampu diberi skor 4
- Mampu diberi skor 3
- Kurang mampu diberi skor 2
- Tidak mampu diberi skor 1
88
Lampiran 3
Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Media Pasir
Nama Anak
Indikator Skor
4. Anak memahami gambar yang
dilihatnya
5. Anak mengenal huruf sesuai
dengan gambar yang dilihatnya
6. Anak dapat menyusun rangkaian
huruf sesuai gambar yang
diperlihatkan
7. Anak mengenal huruf-huruf pada
kata yang dilihatnya
8. Anak mengenal rangkaian huruf
yang membentuk suku kata
9. Anak dapat merangkai suku kata
menjadi kata yang bermakna
Total skor
KETERANGAN: - Sangat mampu diberi skor 4
- Mampu diberi skor 3
- Kurang mampu diberi skor 2
- Tidak mampu diberi skor 1
89
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI
Variabel Aspek Indikator Skor
Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak
Usia 4-5 Tahun
Membaca Gambar
a. Anak mengetahui gambar yang dilihatnya
b. Anak mengenal gambar yang dilihatnya
c. Anak mengerti gambar yang dilihatnya
a. Anak mengenal jenis huruf b. Anak mengenal suku kata c. Anak mengenal kosa kata sesuai
gambar
a. Anak mampu menyusun huruf sesuai gambar
b. Anak mampu menyusun suku kata sesuai gambar
c. Anak mampu membuat kosa kata sesuai gambar
Membaca tulisan
(simbol)
a. Anak mengenal jenis huruf b. Anak mengenal suku kata c. Anak mampu menyusun kosa kata
a. Anak mengenal jenis huruf b. Mengenal suku kata c. Anak mampu menyusun kosa kata
a. Anak mengenal jenis huruf b. Anak mampu menyusun suku kata c. Anak mampu membuat kalimat
Total Skor
KETERANGAN: - Sangat mampu diberi skor 4
- Mampu diberi skor 3
- Kurang mampu diberi skor 2
- Tidak mampu diberi skor 1
90
91
92
93
94
Lampiran 8
CATATAN LAPANGAN
PRA SIKLUS
Di awal pertemuan ini guru menjelaskan huruf a, i, u, e, o, b, c, d. Guru
menggunakan media pasir, papan tulis, kartu gambar huruf dalam memberikan materi pelajaran membaca permulaan. Dengan suara lantang dan jelas guru beberapa kali memberikan penjelasan materi membaca permulaan yaitu dengan mengucapkan dan memberikan contoh di papan tulis huruf a, i, u, e, o, b, c, d. Pada pra siklus terlihat guru berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak tentang mengenal huruf a, i, u, e, o, b, c, d. Pada kegiatan inti anak menulis huruf a, i, u, e, o, b, c, d sesuai arahan guru menggunakan media pasir. Sebagian anak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan antusias, meskipun terlihat ada beberapa anak mengikuti kegiatan pembelajaran belum tertib, dan kurang fokus.
Sebagian anak, teridentifikasi masih kurang memahami materi pelajaran, hal ini terlihat dari kemampuan anak yang belum mampu: (1) Belum mengenal huruf sesuai dengan gambar yang dilihatnya, (2) Memahami gambar yang dilihatnya, (3) Menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang diperlihatkan, (4) Mmerangkai suku kata menjadi kata yang bermakna. Refleksi: a. Menggunakan media pendukung seperti media kartu gambar dan suku
kata dengan font besar dan gambar yang ada di lingkungan sekitar sehingga anak mudah memahaminya dan dapat dengan jelas melihat gambar dan suku kata.
b. Mendiskusikan dengan kolaborator pendekatan yang akan dilakukan bagi anak yang di bawah rata-rata
95
Lampiran 9
CATATAN LAPANGAN
SIKLUS I
Guru memberikan penjelasan mengenai huruf a,i,u,e,o,c,b,d
menggunakan media kartu gambar. Pada kegiatan inti guru mengenalkan huruf a,i,u,e,o,c,b,d menggunakan media kartu gambar yang ditempel di papan tulis. Setelah itu, guru memberikan contoh menggunakan media pasir basah menulis huruf sehingga membentuk suku kata ca-be. Kemudian guru menugaskan kepada anak untuk menulis huruf pada media pasir kering dan bersama-sama membaca huruf tersebut hingga membentuk suku kata sesuai dengan gambar yang ada di papan tulis. Guru dan kolaborator mengamati perkembangan kemampuan membaca anak satu persatu dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk menyebutkan huruf apa saja yang membentuk kata ca-be.
Pada kegiatan akhir atau penutup guru memberikan kesempatan kepada anak untuk membacakan hasil tugasnya. Ada 9 (sembilan) anak yang belum berkembang (BB), terutama mengenai kemampuan anak belum mampu menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang diperlihatkan, anak belum mampu mengenal huruf-huruf pada kata yang dilihatnya dengan baik dan benar, anak belum dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna.
Refleksi: 1. Meningkatkan kemampuan anak menyusun rangkaian huruf sesuai
gambar yang dilihatnya dengan media gambar dan mengajak anak ke luar kelas agar kegiatan pembelajaran lebih menarik.
2. Meningkatkan kemampuan anak merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna dengan media bantu yang lebih menarik yaitu menggunakan dadu dan media gambar.
96
Lampiran 10
CATATAN LAPANGAN
SIKLUS II
Guru mengulang kembali kegiatan pembelajaran menggunakan media pasir. Kali ini kegiatan dibantu media pendukung berupa media gambar dan dadu.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan beberapa huruf sehingga membentuk kata ca-be dan da-du. Guru menggunakan cabe merah yang besar dan puzzle dadu untuk menarik minat anak. Guru memberikan contoh menggunakan pasir kering menulis huruf c-a-b-e sehingga membentuk suku kata ca-be. Guru juga memberikan contoh menulis huruf d-a-d-u sehingga membentuk suku kata da-du. Kemudian dengan suara lantang guru membacakan rangkaian huruf jadi membentuk kalimat bermakna yaitu cabe dan dadu. Kemudian guru menugaskan kepada anak untuk melakukan kegiatan sama seperti yang dicontohkan guru yaitu menulis dan menyusun huruf sehingga membentuk suku kata ca-be dan da-du menggunakan media pasir kering.
Diketahui pada siklus II ternyata terjadi peningkatan sebesar 32,3% dari tahap siklus I dengan nilai prosentase sebesar 43.4% menjadi 75,7% pada siklus II. Dari hasil tersebut ternyata telah mencapai target yang diharapkan yaitu 75% sehingga penelitian tindakan kelas dihentikan pada tahapan siklus II.
Refleksi: 8) Keseluruhan anak mampu memahami indikator yang diteliti, hal ini terlihat
dari kemampuan anak: 9) Memahami gambar yang dilihatnya. 10) Mengenal huruf sesuai dengan gambar yang dilihatnya. 11) Dapat menyusun rangkaian huruf sesuai gambar yang diperlihatkan. 12) Mengenal huruf-huruf pada kata yang dilihatnya. 13) Mengenal rangkaian huruf yang membentuk suku kata. 14) Dapat merangkai suku kata menjadi kata yang bermakna.
97
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Siti. dkk, 2010. Perkembangan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Akbar Reni, Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Augusta. 2012. Pengertian Anak Usia Dini. Dari http://infoini.com/ Pengertian
Anak Usia Dini. Bunda, Aini. 2006. Membaca dan Menulis Seasyik Bermain. Bandung: Mizan
Media Utama. Daryanto. 2011. Model Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera. Depdiknas. 2000. Permainan Membaca Permulaan di Taman Kanak-
kanak.Jakarta:Depdiknas. Enny Zubaidah.2003. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Teknik
Pengembangannya di Sekolah. Jurnal. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Hurluck, Elizabeth B. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama. Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan AnakUsia Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo. Kartono, Kartini. 2006. Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta: CV.
Rajawali. Kemp. J.E. dan Dayton, D.K. 1985. Planning and Producing Instructional
Media. Cambridge: Harper & Row Publisher, New York. Kuntjojo. 2010. Karakteristik Anak Usia Dini. Jakarta: Rineka Cipta. Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Nuhadi, 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Press. Nur, Hadi, 1997. Membaca Cepat dan Efektif, Malang : CV. Sinar Baru.
98
Purwanti Endang, dan Nur Widodo, 2005. Perkembangan Peserta Didik, Malang: UMM Press.
Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Sinar
Grafika Offset. Rahman, Hibama S. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Galah. Rufaida, Nenee. 2012. Penerapan Bermain Pasir Untuk Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Kelompok A TK Yuniar Surabaya. Jurnal. Surabaya: Fakultas Ilmu Pendidikan S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Surabaya.
Sadiman dan S. Arif S. dkk. 1990.Media Pembelajaran.Jakarta:Rajawali. Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta : PT. Erlangga. Seefeldt, Carol dan Barbara A.Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini
Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta : PT Indeks.
Somantri, S. 2004. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama. Sudjana, N.dan A.Rivai. 1989.Media Pengajaran. Bandung: CV SinarBaru. Sudjiono, A. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta. Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas. Suryanto, Slamet 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Suryanto, Slamet 2005. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Hikayat Publishing. Yudha M Saputra dan Rudyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan Keterampilan Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
99
Yulianti, Dwi 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Indeks.
100
Lampiran 11 FOTO KEGIATAN PRA SIKLUS
Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran dan memberikan contoh media
Anak mencari huruf sesuai arahan guru
Anak menulis sesuai dengan gambar dan perintah guru
101
Lampiran 12 FOTO KEGIATAN SIKLUS I
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan media yang akan digunakan
Anak menulis huruf sesuai arahan guru
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan media yang akan digunakan
Anak mengerjakan tugas sesuai arahan Hasil kegiatan menulis di pasir
102
Lampiran 13 FOTO KEGIATAN SIKLUS II
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan media yang akan digunakan
Anak menyelesaikan tugas sesuai arahan guru dan memperlihatkan hasil kegiatan
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan media yang akan digunakan
Anak melakukan kegiatan sesuai arahan guru menulis kata ca-be, da-du menggunakan media pasir
103
Lampiran 17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP KOLABORATOR
Nama : Umi Laela
Tempat / Tanggal Lahir : Nganjuk, 14 Mei 1972
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Jabatan : Guru Kelompok A
Lama Mengajar : 16 Tahun
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Godean 1, Tahun 1985
2. SMPN 5 Nganjuk, Tahun 1988
3. MAN Nglawak Kertosono, Tahun 1991
4. Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Qalam, Tahun 2005
104
Lampiran 18
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Heny Saptowati
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Desember 1971
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Komplek DDN II No. A.15 Rt.002/Rw.05
Pondok Labu Jakarta selatan
Riwayat Pendidikan :
2. SDN 04 Pondok Labu, Tahun 1984
3. SMP 12 PGRI Pondok Labu, Tahun 1987
4. SMA, 3 PGRI Pondok Labu Tahun 1990
5. Sekolah Tinggi Agama Islam CITRA DIDAKTIKA Diploma 2 Tahun 2008
6. Kuliah Program Strata Satu (S1), Program Studi Pendidikan Guru Anak
Usia Dini (PG-AUD), Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta, Tahun 2013.